Penjelajah Hadis Bahasa Indonesia مكتشف الحديث باللغة الإنجليزية
 
Hadith   2044   الحديث
الأهمية: جاهدوا المشركين بأموالكم وأنفسكم وألسنتكم
Tema: Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan harta, jiwa, dan lisan kalian.

عن أنس -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «جَاهِدُوا المشركين بأموالكم وأنفسكم وألسنتكم».

Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan harta, jiwa, dan lisan kalian.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أمر النبي -صلى الله عليه وسلم- المؤمنين بالجهاد الذي يكون تحت سلطة إمام، وتحت راية مؤمنة واحدة، ويكون لإعلاء كلمة الله لا لأغراض دنيوية، ويكون بالآتي:
المال: وذلك بإنفاقه على شراء السلاح، وتجهيز الغزاة، ونحو ذلك.
وأما النفس: فبمباشرة القتال للقادر عليه، والمؤهل له، وهو الأصل في الجهاد، كقوله -تعالى- :(وجاهدوا بأموالكم وأنفسكم).
وأما اللسان: فبالدعوة إلى دين الله -تعالى- ونشره، والذود عن الإسلام، ومجادلة الملاحدة، والرد عليهم، وبث الدَّعوة بكل وسيلة من وسائل الإعلام، لإقامة الحجة على المعاندين، وبالأصوات عند اللقاء والزجر ونحوه من كل ما فيه نكاية للعدو (ولا ينالون من عدو نيلا إلا كتب لهم به عمل صالح)، وبالخطب التي تحث على الجهاد، وبالأشعارفقد قال -صلى الله عليه وسلم- «اهجوا قريشا فإنه أشد عليهم من رشق النبل» رواه مسلم.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan orang-orang beriman untuk berjihad di bawah kepemimpinan seorang imam/pemimpin dan di bawah satu bendera/panji iman dengan tujuan untuk meninggikan kalimat Allah, bukan untuk tujuan-tujuan duniawi. Hal itu terlaksana dengan hal-hal berikut:
Harta yaitu dengan menginfakkannya untuk membeli senjata, mempersiapkan pasukan perang, dan yang semisalnya.
Adapun jiwa maka dengan terjun langsung dalam medan perang bagi yang mampu dan ahli berperang. Inilah makna asal dari jihad, sebagaimana firman Allah -Ta’ālā-, “Dan berjihadlah kamu dengan harta dan jiwamu.”
Adapun lisan maka dengan berdakwah kepada agama Allah -Ta’ālā-, menyebarkannya, membela Islam, mendebat dan membantah orang-orang ateis (kafir), serta menyebarkan dakwah melalui berbagai media massa untuk menegakkan hujah (dalil) terhadap orang-orang yang menentang, dan dengan seruan kebaikan ketika ada pertemuan, memberikan peringatan, dan yang semisalnya dengan segala sarana yang dapat digunakan mengalahkan musuh; “Dan tidaklah mereka menimpakan sebuah bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka sebagai suatu amal saleh.” Serta dengan khotbah-khotbah dan syair-syair yang memotivasi untuk berjihad. Sungguh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah bersabda, “Seranglah (ejeklah) kaum Quraisy dengan syair-syairmu, karena hal itu lebih menyakitkan mereka dari tusukan anak panah.” (HR. Muslim).

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Dārimi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64597

 
Hadith   2045   الحديث
الأهمية: قول عائشة: استأذنت النبي -صلى الله عليه وسلم- في الجهاد، فقال: «جهادكن الحج»
Tema: Ucapan Aisyah, "Aku meminta izin kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk ikut berjihad, maka beliau bersabda, 'Jihad kalian (para wanita) adalah haji.'"

عن عائشة أم المؤمنين -رضي الله عنها- قالت: استأذنت النبي -صلى الله عليه وسلم- في الجهاد، فقال: «جهادكن الحج».

Aisyah, Ummul-Mu`minīn -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Aku meminta izin kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk ikut berjihad, maka beliau bersabda, 'Jihad kalian (para wanita) adalah haji.'"

عن عائشة أم المؤمنين -رضي الله عنها- أنها طلبت من النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يأذن لها أن تجاهد معه طلبًا لفضل الجهاد، فبين النبي -صلى الله عليه وسلم- أن مباشرة الجهاد وقتال الأعداء ليست مشروعة في حق النساء؛ لما يتصفن به غالبًا من ضعف البدن، ورِقة القلب، وعدم تحمل الأخطار، ولا يمنع ذلك قيامهن بعلاج الجرحى، وسقي العطشى، ونحو ذلك من الأعمال.
فقد جاء في الصحيح من حديث أم عطية -رضي الله عنها- قالت: غزوت مع رسول -صلى الله عليه وسلم- سبع غزوات، أخلفهم في رحالهم، فأصنع لهم الطعام، وأُداوي الجرحى، وأقوم على المرضى.
وقال بأن جهادهن يكون في الحج، و تشبيه الحج والعمرة بالجهاد بجامع الأسفار، والبعد عن الأوطان، ومفارقة الأهل، وخطر الأسفار، وتعب البدن، وبذل الأموال.
وأخرج مسلم من حديث أنس «أن أم سليم اتخذت خنجرًا يوم حنين وقالت للنبي -صلى الله عليه وسلم-: اتخذته إن دنا مني أحد من المشركين بقرت بطنه» فهو يدل على جواز القتال وإن كان فيه ما يدل على أنها لا تقاتل إلا مدافعة، وليس فيه أنها تقصد العدو إلى صفه وطلب مبارزته.

Aisyah, Ummul-Mu`minīn -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa dia pernah meminta izin kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar diperkenankan ikut berjihad bersama beliau untuk mendapatkan keutamaan jihad, maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menerangkan bahwa terjun langsung ke medan jihad dan memerangi musuh tidak disyariatkan bagi perempuan, karena umumnya perempuan memiliki sifat lemah fisik, lemah hati, dan tidak kuat memikul bahaya, tetapi hal itu tidak menghalangi mereka untuk melakukan pengobatan bagi pasukan yang terluka, menyiapkan minuman bagi yang kehausan, dan pekerjaan-pekerjaan yang semisalnya.
Disebutkan dalam Aṣ-Ṣaḥīḥ dari Ummu 'Aṭiyyah -raḍiyallāhu 'anhā-, dia berkata, "Aku pernah berperang bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebanyak tujuh kali; aku menjaga tenda mereka lalu membuatkan mereka makanan, mengobati yang terluka, dan mengurus yang sakit."
Beliau juga menerangkan bahwa jihad perempuan ialah dalam ibadah haji. Alasan penyerupaan haji dan umrah dengan jihad adalah karena keduanya sama-sama merupakan perjalanan jauh, jauh dari negeri, meninggalkan keluarga, menghadapi risiko perjalanan, kelelahan badan, dan pengorbanan harta.
Muslim juga meriwayatkan dari Anas, bahwa Ummu Sulaim membawa belati ketika perang Hunain dan dia mengatakan kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Aku membawanya dengan tujuan bila salah satu pasukan musyrikin mendekatiku maka aku akan tusuk perutnya." Hadis ini menunjukkan bolehnya berperang bagi perempuan, walaupun konteksnya menunjukkan bahwa dia tidak berperang kecuali untuk membela diri, dan tidak ada di dalamnya petunjuk bahwa dia menyerang musuh di medan tempur dan berusaha melawannya.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64598

 
Hadith   2046   الحديث
الأهمية: ارجع إليهما فاستأذنهما، فإن أذنا لك فجاهد، وإلا فبرهما
Tema: Kembalilah pada keduanya lalu mintalah izin dari mereka. Bila keduanya mengizinkanmu maka berjihadlah. Tetapi jika tidak, maka tetaplah berbakti pada keduanya.

عن أبي سعيد الخدري أن رجلًا هاجر إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- من اليمن فقال: «هل لك أحَدٌ باليمن؟»، قال: أَبَوَاي، قال: «أَذِنَا لك؟» قال: «لا»، قال: «ارْجِعْ إليهما فاستأذِنْهُما، فإنْ أَذِنَا لَكَ فَجَاهِدْ، وإلا فَبِرَّهُمَا».

Abu Sa'īd Al-Khudriy meriwayatkan bahwa seseorang datang berhijrah kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dari Yaman, lalu beliau bertanya padanya, "Apakah engkau memiliki keluarga di Yaman?" Dia menjawab, "Kedua orang tuaku." Beliau bertanya, "Apakah keduanya telah mengizinkanmu?" Dia menjawab, "Tidak." Beliau bersabda, "Kembalilah pada keduanya lalu mintalah izin dari mereka. Bila keduanya mengizinkanmu maka berjihadlah. Tetapi jika tidak, maka tetaplah berbakti pada keduanya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أفاد الحديث أن رجلًا جاء من اليمن ليستأذن النبي -صلى الله عليه وسلم- للجهاد، فسأل عن والديه وهل استأذنهما للذهاب للجهاد أم لا، فظهر من حاله أنه لم يستأذنهما، فأمره النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يرجع إليهما ويحسن إليهما ويبرهما، فدل الحديث على أن إذن الوالدين في الجهاد أمر معتبر.

Hadis ini menerangkan bahwa seseorang datang dari Yaman dalam rangka meminta izin kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk ikut berjihad. Maka beliau bertanya tentang kedua orang tuanya, apakah dia telah meminta izin pada keduanya untuk ikut berjihad, ataukah tidak? Kemudian diketahui bahwa dia belum minta izin. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkannya supaya pulang lagi pada keduanya lalu berbakti dan berbuat baik kepadanya. Sehingga hadis ini menunjukkan bahwa izin kedua orang tua dalam jihad adalah perkara yang diharuskan.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64599

 
Hadith   2047   الحديث
الأهمية: أنا بريء من كل مسلم يقيم بين أظهر المشركين
Tema: Aku berlepas diri dari setiap muslim yang bermukim di tengah orang-orang musyrik.

عن جرير بن عبد الله قال: بعث رسول الله -صلى الله عليه وسلم- سَرِيَّةً إلى خَثْعَمٍ فاعٍتَصَمَ نَاسٌ منهم بالسجود، فَأَسْرَعَ فيهم القَتْلُ قال: فَبَلَغَ ذلك النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- فَأَمَرَ لهم بنصف العَقْلِ وقال: «أنا بريء من كل مسلم يُقيم بين أَظْهُرِ المشركين». قالوا: يا رسول الله لم؟ قال: «لا تَرَاءَى نَارَاهُما».

Jarīr bin Abdullah berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah mengirim satu pasukan ekspedisi menuju Khaṡ'am, lalu sebagian orang di antara mereka melindungi diri dengan bersujud, namun pembunuhan terjadi dengan cepat terhadap mereka. Lalu berita tersebut sampai kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka beliau memerintahkan agar dibayarkan untuk mereka setengah diat. Dan beliau bersabda, "Aku berlepas diri dari setiap muslim yang bermukim di tengah orang-orang musyrik." Para sahabat bertanya, "Kenapa, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Agar api keduanya tidak saling berhadapan."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أرسل النبي -صلى الله عليه وسلم- قطعة من الجيش لجماعة من قبيلة خثعم لأنهم كانوا كفاراً، فجعل بعضهم يسجد ليدل على أنه مسلم، إلا إن المسلمين سارعوا إلى قتلهم لظنهم أنهم مشركون، ولبقائهم بين أظهر المشركين، فلما تيقن إسلامهم جعل النبي -عليه الصلاة والسلام- ديتهم على النصف من دية المسلمين، ولم يجعلها كاملة؛ لأنهم كانوا السبب في حصول هذا القتل، وحرم الشرع الإقامة في بلاد الكفار فلا يلتقي المسلم بالكافر ولا تتقابل نارهما، بمعنى لا يكون قريبًا منه بحيث لو أوقد أحدهما نارًا لرآه الآخر، للبراءة من الكفر وأهله.

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengirim satu pasukan ekspedisi menuju sekelompok orang dari kabilah Khaṡ'am lantaran mereka masih kafir. Lantas sebagian mereka bersujud untuk menunjukkan bahwa dia seorang muslim. Hanya saja pasukan Islam dengan cepat membunuh mereka karena meyakini mereka musyrik dan karena mereka tinggal di tengah orang-orang musyrik. Setelah memastikan keislaman mereka, Nabi -'alaihiṣṣalātu was sallām- menunaikan diat mereka setengah diat umat Islam dan tidak dijadikan sempurna karena mereka menjadi pemicu terjadinya pembunuhan itu padahal agama Islam telah melarang tinggal di negeri orang-orang kafir supaya orang muslim tidak bercampur dengan orang kafir serta api keduanya tidak berhadapan, maksudnya agar dia tidak berada dekat darinya yang bila salah satu mereka menyalakan api maka yang lain dapat melihatnya; dalam rangka berlepas diri dari kekufuran dan pemeluknya.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64600

 
Hadith   2048   الحديث
الأهمية: لا تنقطع الهجرة ما قوتل الكفار
Tema: Hijrah tidak terputus selama orang-orang kafir masih diperangi.

عن عبد الله بن وقدان السعدي قال: وَفَدْتُ إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- في وفد كُلُّنَا يَطلبُ حَاجة، وكنتُ آخرهم دُخُولاً على رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، فقلتُ: يا رسول الله، إني تَركتُ من خلفي وهم يَزْعُمُون أنَّ الهجرة قد انقطعت، قال: «لا تنقطع الهجرة ما قُوتِلَ الكُفَّارُ».

Abdullah bin Waqdān As-Sa'diy berkata, Aku pernah datang menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersama satu rombongan utusan, masing-masing kami menanyakan satu keperluan, dan aku adalah yang paling terakhir masuk menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah! Aku meninggalkan kaumku sedangkan mereka meyakini bahwa hijrah telah terputus." Beliau bersabda, "Hijrah tidak terputus selama orang-orang kafir masih diperangi."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
جاء هذا الصحابي الكريم في جماعة من قومه يطلبون حاجات، وكان هو آخر من دخل على رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، فكان من أسئلته أن قومًا خلفه يقولون إن الهجرة قد انقطعت، فأخبره -عليه الصلاة والسلام- بأن الهجرة من دار الكفر إلى دار الإسلام لا تنقطع ولا تتوقف ما دام المسلمون يقاتلون الكفار، ولكن الهجرة من مكة إلى المدينة انقطعت؛ لحديث (لا هجرة بعد الفتح) متفق عليه.

Sahabat yang mulia ini datang bersama rombongan kaumnya untuk menanyakan berbagai keperluan, dan dia adalah yang paling terakhir masuk menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Di antara pertanyaannya, bahwa sebagian orang di kaumnya mengatakan, syariat hijrah telah terputus. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan kepadanya bahwa hijrah dari negeri kafir menuju negeri Islam tidak terputus selama kaum muslimin masih memerangi orang-orang kafir. Adapun hijrah dari Mekah menuju Madinah, maka itu telah terputus; berdasarkan hadis: "Tidak ada hijrah setelah pembebasan Mekah." (Muttafaq 'Alaih).

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64601

 
Hadith   2049   الحديث
الأهمية: قول علي بن أبي طالب -رضي الله عنه-: أنا أول من يجثو بين يدي الرحمن للخصومة يوم القيامة
Tema: Perkataan Ali bin Abu Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu-, "Aku adalah orang pertama yang akan berlutut di hadapan Allah Yang Maha Pengasih untuk berperkara pada hari Kiamat."

عن علي بن أبي طالب -رضي الله عنه- أنه قال: «أنا أَوَّلُ من يَجْثُو بين يَدَيِ الرحمن للخُصُومة يوم القيامة» وقال قيس بن عباد: وفيهم أُنْزِلَتْ : {هذان خصمان اخْتَصَمُوا في ربهم} [الحج: 19] قال: "هم الذين تَبَارَزُوا يوم بَدْرٍ: حمزة، وعلي، وَعُبَيْدَةُ، أو أبو عبيدة بن الحارث، وَشَيْبَةُ بن رَبِيعَةَ، وعتبة بن رَبِيعَةَ، والوليد بن عُتْبَةُ".

Ali bin Abu Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Aku adalah orang pertama yang akan berlutut di hadapan Allah Yang Maha Pengasih untuk berperkara pada hari Kiamat." Qais bin 'Ubād berkata, "Pada merekalah turun ayat: 'Inilah dua golongan (golongan mukmin dan kafir) yang bertengkar, mereka bertengkar mengenai Tuhan mereka.' (QS. Al-Ḥajj: 19). Yaitu orang-orang yang bertanding pada perang Badar, yaitu: Hamzah, Ali, 'Ubaidah atau Abu 'Ubaidah bin Al-Ḥāriṡ menghadapi Syaibah bin Rabī'ah, 'Utbah bin Rabī'ah, dan Al-Walīd bin 'Utbah."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أفاد هذا الأثر عن علي -رضي الله عنه- أنه أخبر عن نفسه بأنه أول من يجلس على ركبتيه يوم القيامة للخصومة بين يدي رب العالمين، وأن هذه الآية (هذان خصمان اختصموا في ربهم) نزلت فيه وفي حمزة وأبي عبيدة -رضي الله عنهم-، لما بارزوا رؤوس الكفر يوم غزوة بدر وهم شيبة بن ربيعة وعتبة بن ربيعة والوليد بن عتبة، فدل ذلك على جواز المبارزة والمبارزة -المقاتلة بالسيوف بين اثنين قبل المعركة- قبل بدء المعركة.

Aṡar dari Ali bin Abu Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu- ini menceritakan tentang dirinya bahwa dia adalah orang pertama yang akan duduk berlutut pada hari Kiamat untuk disidang di hadapan Allah, Rabb semesta alam. Juga, bahwa ayat ini: "Inilah dua golongan (golongan mukmin dan kafir) yang bertengkar, mereka bertengkar mengenai Tuhan mereka" turun padanya bersama Hamzah dan Abu 'Ubaidah -raḍiyallāhu 'anhum- ketika mereka melakukan duel tanding melawan tokoh-tokoh kafir pada perang Badar, yaitu Syaibah bin Rabī'ah, 'Utbah bin Rabī'ah, dan Al-Walīd bin 'Utbah. Hal ini menunjukkan bolehnya melakukan duel tanding -bertanding dengan pedang antara dua orang- sebelum memulai peperangan.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64607

 
Hadith   2050   الحديث
الأهمية: أصبنا طعامًا يوم خيبر، فكان الرجل يجيء فيأخذ منه مقدار ما يكفيه، ثم ينصرف
Tema: Kami mendapatkan makanan pada perang Khaibar, lalu setiap orang datang dan mengambil darinya secukupnya kemudian pergi.

عن عبد الله بن أبي أوفى قال: قلت: "هل كنتم تُخَمِّسُون -يعني الطعام- في عهد رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟ فقال: «أصبنا طعامًا يوم خَيبر، فكان الرجلُ يَجيء فَيَأخذُ مِنه مِقدارَ ما يَكفيه، ثم يَنْصَرِف».

Abdullah bin Abu Aufā pernah ditanya perawi, "Apakah kalian dahulu membagi lima -maksudnya makanan- di masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-?" Abdullah bin Abu Aufā menjawab, "Kami mendapatkan makanan pada perang Khaibar, lalu setiap orang datang dan mengambil darinya secukupnya kemudian pergi."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
دل الحديث على أن المجاهد إذا احتاج إلى الأكل مما جمع من طعام الغنائم فله ذلك, دون أن يدّخِره, بل يأكل منه حاجته دون زيادة ثم ينصرف, أما ادخاره فهذا غلول, لكن الأكل منه بقدر الحاجة ليس بغلول, وإنما نُهي عن الأخذ من الغنيمة بحيث ينفرد به عن إخوانه المجاهدين, أما ما يشاركه فيه غيره من الطعام والفاكهة فلا حرج فيه.

Hadis ini menunjukkan bahwa bila seorang mujahid membutuhkan makan dari makanan ganimah yang dikumpulkan maka hal itu diperbolehkan untuknya tanpa dia simpan, melainkan dia makan sesuai kebutuhannya dan tidak lebih, setelah itu dia pergi. Adapun menyimpannya maka perbuatan tersebut bagian dari gulūl (pencurian harta umum). Sedangkan memakannya sesuai kebutuhan, maka tidak termasuk gulūl. Larangan mengambil ganimah ialah ketika dia mengambilnya sendiri tanpa menyertakan saudara-saudaranya, para mujahid yang lain. Adapun yang dia disertai oleh orang lain berupa makanan dan buahan, maka tidak ada dosa di dalamnya.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64622

 
Hadith   2051   الحديث
الأهمية: يد المسلمين على من سواهم، تتكافأ دماؤهم وأموالهم، ويجير على المسلمين أدناهم، ويرد على المسلمين أقصاهم
Tema: Umat Islam itu bersatu menghadapi lawan mereka. Darah dan harta mereka setara. Orang paling rendah di antara mereka bisa memberi jaminan (pada orang kafir) yang berlaku atas kaum muslimin, dan orang terjauh mereka mendapat hak atas jasanya membela kaum muslimin.

عن عمرو بن شعيب، عن أبيه، عن جده قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «يَدُ المسلمين على مَن سِواهم، تَتَكافَأُ دِماؤهم وأموالُهم، ويُجِيرُ على المسلمين أدْناهم، ويَرُدُّ على المسلمين أَقْصَاهم».

Amr bin Syu'aib meriwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Umat Islam itu bersatu menghadapi lawan mereka. Darah dan harta mereka setara. Orang paling rendah di antara mereka bisa memberi jaminan (pada orang kafir) yang berlaku atas kaum muslimin, dan orang terjauh mereka mendapat hak atas jasanya membela kaum muslimin."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
دل الحديث على أن كلمة المسلمين يجب أن تكون واحدة، وأمرهم ضد أعدائهم واحد، فلا يتفرقون ولا يتخاذلون، وإنما هم عصبة واحدة، وأمرهم واحد على الأعداء؛ قال -تعالى-: (وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا)، وقال -تعالى-: (لَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ). كما أنَّ دماء المؤمنين والمسلمين تتساوى في الدية والقصاص، فليس أحد أفضل من أحد، لا في الأنساب، ولا في الأعراق، ولا في المذاهب، فهم أمام هذا الحق والواجب سواء، وفيه أيضا أنَّ المسلم الواحد إذا أمَّن كافرًا صار أمانه ساريًا على عموم المسلمين، فيجب احترام أمانه، ولا يحل هتك عهده وعقده.
وفي الحديث أيضا أن السرية إذا غنمت بقوة الجيش كانت الغنيمة لهم وللقاصي من الجيش, إذ بقوته غنموها, وأن ما صار في بيت المال من الفيء فهو لقاصيهم ودانيهم، وإن كان سبب أخذه دانيهم.

Hadis ini menunjukkan bahwa kalimat umat Islam harus satu serta sikap mereka terhadap musuh-musuh mereka harus satu; mereka tidak berpecah belah dan tidak saling memboikot, mereka memiliki satu kekuatan dan sikap terhadap musuh-musuh mereka. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai." (QS. Āli 'Imrān: 103). Allah -Ta'ālā- juga berfirman, "Janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang." (QS. Al-Anfāl: 46). Sebagaimana darah orang-orang mukmin dan muslim setara dalam diat dan kisas; tidak ada seorang pun yang lebih afdal dari yang lain, baik karena nasab, keturunan, maupun mazhab, maka mereka juga setara di hadapan hak dan kewajiban ini. Hadis ini juga menunjukkan bila seorang muslim memberikan jaminan kepada seorang kafir, maka jaminannya berlaku atas semua kaum muslimin; jaminan keamanan yang diberikannya wajib dihormati serta perjanjian dan kesepakatannya tidak boleh dirusak.
Di dalam hadis ini juga terkandung pelajaran bila sebuah sariyah (pasukan ekspedisi) berhasil membawa ganimah dengan dukungan kekuatan pasukan besar, maka ganimah tersebut diperuntukkan bagi mereka dan bagi pasukan yang jauh karena sebenarnya mereka berhasil membawa ganimah tersebut dengan dukungan kekuatan mereka, dan bahwa harta fai yang dibawa ke Baitulmal adalah untuk yang jauh dan yang dekat, walaupun yang menjadi sebab mendapatkannya adalah yang dekat di antara mereka.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64624

 
Hadith   2052   الحديث
الأهمية: لأخرجن اليهود، والنصارى من جزيرة العرب حتى لا أدع إلا مسلمًا
Tema: Sungguh aku akan mengeluarkan orang-orang Yahudi dan Nasrani dari Jazirah Arab, hingga aku tidak membiarkan (di dalamnya) kecuali orang-orang muslim.

عن عمر بن الخطاب أنه سمع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «لأُخْرِجَنَّ اليهودَ والنصارى مِن جَزِيرة العرب حتى لا أدَعَ إلا مُسلما».

Umar bin Al-Khaṭṭāb meriwayatkan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sungguh aku akan mengeluarkan orang-orang Yahudi dan Nasrani dari Jazirah Arab, hingga aku tidak membiarkan (di dalamnya) kecuali orang-orang muslim."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر عمر -رضي الله عنه- عن عزم النبي -صلى الله عليه وسلم- على إخراج اليهود والنصارى من جزيرة العرب, لئلا يجتمع فيها دينان, ولتبقى الجزيرة عامرة بالتوحيد, ليس فيها مَعْلَمٌ من معالم الشرك, لأنّ مجاورةَ الكفار، ومعاشرتهم شرٌّ، وتجر إلى شرور كبيرة، من خشية التشبه بهم، واستحسان عقائدهم، والرغبة في تقليدهم، من بسطاء المسلمين، وقليلي الإدراك منهم, فيجب تميز المسلمين، واستقلالهم في بلادهم، وبُعدهم عن مخالطة غيرهم، ممن يخالفهم في العقيدة، لذا يجب إخراج اليهود والنصارى والمجوس وسائر أصحاب الملل من الكفار من جزيرة العرب, فجزيرة العرب خاصة بهم، والعرب هم أصحاب الرسالة المحمَّدية، وبلادهم هي مهبط الوحي، فلا يصح بحال من الأحوال أن يقيم فيها غير المسلمين.

Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan tentang tekad Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengeluarkan orang-orang Yahudi dan Nasrani dari Jazirah Arab supaya di dalamnya tidak bercampur dua agama dan agar Jazirah Arab tetap hidup dengan tauhid tanpa ada satu simbol di antara simbol-simbol kesyirikan. Karena hidup bertetangga dengan orang-orang kafir serta bergaul dengan mereka akan mendatangkan keburukan serta menyeret ke dalam keburukan-keburukan besar berupa kekhawatiran menyerupai mereka, menganggap bagus akidah mereka, dan kecenderungan mengikuti mereka oleh kalangan umat Islam yang awam dan kurang berpendidikan. Sehingga umat Islam harus tinggal terpisah dan hidup sendiri di negeri mereka serta jauh dari berbaur dengan selain mereka dari kalangan orang-orang yang menyelisihi mereka dalam akidah. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi, Nasrani, Majusi, dan semua orang kafir penganut agama-agama lainnya harus dikeluarkan dari Jazirah Arab. Jazirah Arab harus murni untuk umat Islam karena merupakan tempat turunnya wahyu dan sama sekali tidak dibenarkan bagi selain umat Islam untuk tinggal di dalamnya.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64625

 
Hadith   2053   الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- بعث خالد بن الوليد إلى أكيدر دومة فأخذ فأتوه به، فحقن له دمه وصالحه على الجزية
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengutus Khālid bin Al-Walīd ke Ukaidir, Raja Dūmah. Raja itu ditangkap dan mereka membawanya kepada beliau, maka beliau pun menjamin darahnya dan berdamai dengannya dengan syarat jizyah.

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- وعن عثمان بن أبي سليمان -رضي الله عنه- «أن النبي -صلى الله عليه وسلم- بعث خالد بن الوليد إلى    أُكَيْدِرِ دُومَةَ؛ فأُخِذ فأتوه به، فَحَقَنَ له دَمَهُ وصَالَحَه على الجِزْيَة».

Anas bin Malik dan Usman bin Abu Sulaiman -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengutus Khālid bin Al-Walīd ke Ukaidir, Raja Dūmah. Raja itu ditangkap dan mereka membawanya kepada beliau, maka beliau pun menjamin darahnya dan berdamai dengannya dengan syarat jizyah."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
بعث النَّبي -صلى الله عليه وسلم- خالد بن الوليد من تبوك في سرية لما كان هناك في أيام الغزوة إلى أكيدر، فأسره وفتح حصنه، وعاد به إلى المدينة، فردَّه النَّبي -صلى الله عليه وسلم- إلى بلاده، وضرب عليه الجزية، مع كونه من العرب، ولم يكرهه على الإسلام.

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengutus Khālid bin Al-Walīd dari Tabuk bersama sariyah (pasukan eksepedisi) ketika dia berada di sana pada hari-hari peperangan menuju Ukaidir. Khalid berhasil menawannya dan menaklukkan bentengnya lalu membawanya ke Madinah. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengembalikannya ke negerinya dan mewajibkan padanya agar membayar jizyah sekalipun dia berasal dari bangsa Arab dan beliau tidak memaksanya memeluk Islam.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64631

 
Hadith   2054   الحديث
الأهمية: قول معاذ بن جبل: بعثني النبي -صلى الله عليه وسلم- إلى اليمن، فأمرني أن آخذ من كل ثلاثين بقرة تبيعا أو تبيعة، ومن كل أربعين مسنة، ومن كل حالم دينارًا، أو عدله معافر
Tema: Perkataan Mu'āż bin Jabal, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengutusku ke Yaman, lalu memerintahkanku untuk memungut zakat dari setiap 30 ekor sapi satu tabī' (yang telah genap satu tahun) jantan atau betina, dari setiap 40 ekor satu musinnah (yang telah genap dua tahun), dan dari setiap orang yang telah balig satu dinar atau pakaian ma'āfir yang setara dengannya."

عن معاذ بن جبل -رضي الله عنه- قال: «بعثني النبي -صلى الله عليه وسلم- إلى اليمن، فأمرني أن آخذ من كل ثلاثين بقرة تَبِيعًا أَوْ تَبِيعَةً، ومن كل أربعين مُسنة، ومن كل حَالِم دينارًا، أو عَدْلَهُ مَعَافِرَ».

Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengutusku ke Yaman, lalu memerintahkanku untuk memungut zakat dari setiap 30 ekor sapi satu tabī' (yang telah genap satu tahun) jantan atau betina, dari setiap 40 ekor satu musinnah (yang telah genap dua tahun), dan dari setiap orang yang telah balig satu dinar atau pakaian ma'āfir yang setara dengannya."

عن معاذ أن النبي -صلى الله عليه وسلم- لما أرسله أميرًا إلى اليمن وعاملًا على الزكاة وغيرها، أمره أن يأخذ زكاة البقر من كل ثلاثين بقرة تبيعًا أو تبيعةً، وهو ما له سنة، ومن كل أربعين مسنةً يعني أو مُسِنًّا، وهو ما له سنتان.
وقدر الجزية بالدينار من الذهب على كل بالغ وظاهر إطلاقه سواء كان غنيًّا أو فقيرًا، والمراد أنه يؤخذ الدينار منهم في السنة.
لكن الجزية يرجع في تقديرها إلى اجتهاد الإمام، فإنَّها تختلف حسب اختلاف المكان والزمان، والغنى والفقر، والدليل على ذلك أنَّ النَّبيَّ -صلى الله عليه وسلم- هو الذي قدرها على أهل اليمن، فقال لمعاذ: "خذ من كل حالم دينارًا"، بينما زادت الجزية في تقدير عمر حينما قدرها على أهل الشام.

Mu'āż meriwayatkan bahwa tatkala Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengutusnya sebagai gubernur ke Yaman dan sebagai amil zakat dan jabatan lainnya, beliau memerintahkannya untuk memungut zakat sapi; dari setiap 30 ekor berupa satu tabī' atau tabī'ah, yaitu sapi jantan atau betina yang berumur satu tahun, dan dari setiap 40 ekor berupa satu musinnah atau musinn, yaitu sapi jantan atau betina yang berumur dua tahun.
Beliau juga menetapkan besaran jizyah berupa satu dinar emas kepada setiap orang yang telah balig. Secara lahir, kemutlakan penetapan besaran jizyah ini menunjukkan ia wajib atas orang kaya ataupun miskin. Maksudnya mereka dipunguti satu dinar untuk satu tahun, tanpa dibedakan.
Namun, pada dasarnya besaran jizyah kembali kepada ijtihad penguasa; karena jizyah berbeda-beda besarannya mengikuti perbedaan tempat dan waktu, serta kaya dan miskin. Dalilnya adalah bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sendiri yang menentukan besaran jizyah terhadap penduduk Yaman, yaitu beliau berkata kepada Mu'āż, "Ambillah dari setiap orang yang telah balig satu dinar." Sementara besaran jizyah bertambah dalam kebijakan Umar ketika dia menetapkannya atas penduduk Syam.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64632

 
Hadith   2055   الحديث
الأهمية: الإسلام يعلو ولا يعلى
Tema: Islam itu tinggi dan tidak terendahkan.

عن عائذ بن عمرو المزني -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «الإسلام يَعْلُو ولا يُعْلَى».

Ā`iż bin 'Amr Al-Muzaniy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Islam itu tinggi dan tidak terendahkan."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
هذا الحديث قاعدة عظيمة من قواعد الإسلام، وهي أن هذا الدين قد كتب الله له الرفعة والعلو، وأن أهله لا يزالون في علو ومكانة حسنة ما داموا متمسكين به، فهذا شرط ذلك، وهو خبر بمعنى الأمر، كما قال -تعالى-: (ولا تهنوا ولا تحزنوا وأنتم الأعلون إن كنتم مؤمنين)، والحديث عام في جميع الأحوال، ويستدل به الفقهاء في فروع ومسائل كثيرة، ومنها باب الجزية، فإن أهل الذمة إذا دفعوا الجزية وكانوا بين أظهرنا فإنهم لا يُمكنون من إظهار نواقيسهم وصلبانهم ولا تعلو بنيانهم بنيان المسلمين، وإذا أسلم أحد الزوجين تبع الولد خير أبويه دينًا وهو من كان مسلمًا، ولا تزوج المسلمة للكافر، وهكذا كل حكم ترتب عليه علو شأن الإسلام فهو المقدم.

Hadis ini merupakan salah satu kaidah besar agama Islam. Ia menegaskan bahwa Allah telah menetapkan kemuliaan dan kedudukan yang tinggi bagi agama ini, dan bahwa pemeluknya akan senantiasa berada di atas kemuliaan dan pada kedudukan yang baik selama mereka berpegang teguh dengannya. Jadi, ini adalah syaratnya. Hadis ini adalah berita yang bermakna sebagai perintah; sebagaimana Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman." (QS. Āli 'Imrān: 139). Hadis ini berlaku umum pada semua keadaan. Sedangkan para fukaha, mereka menggunakan hadis ini sebagai dalil pada banyak furuk dan permasalahan, di antaranya dalam pembahasan tentang jizyah, bahwa ahli zimah bila telah menunaikan jizyah dan berada di tengah-tengah kita, maka mereka tidak diperkenankan untuk menampakkan lonceng dan salib-salib mereka, dan bangunan mereka tidak boleh lebih tinggi dari bangunan milik kaum muslimin. Juga bila salah satu pasangan suami istri masuk Islam maka anak mereka mengikuti yang memiliki agama lebih baik di antara kedua orang tuanya, yaitu yang beragama Islam. Termasuk seorang wanita muslimah tidak dinikahkan dengan laki-laki kafir. Demikian halnya semua hukum yang mendatangkan ketinggian agama Islam maka harus didahulukan.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64633

 
Hadith   2056   الحديث
الأهمية: من قتل معاهدًا لم يَرَحْ رائحة الجنة، وإن ريحها توجد من مسيرة أربعين عامًا
Tema: Siapa yang membunuh orang kafir muahid (orang kafir yang terikat perjanjian dengan negeri Islam) maka dia tidak akan mencium bau surga padahal bau surga itu dapat dirasakan dari jarak empat puluh tahun perjalanan.

عن عبد الله بن عمرو -رضي الله عنهما- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «من قَتَلَ مُعَاهَدًا لم يَرَحْ رَائحَةَ الجنة، وإن رِيْحَهَا تُوجَدُ من مَسِيرَة أربعين عامًا».

Abdullah bin 'Amr -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Siapa yang membunuh orang kafir muahid (orang kafir yang terikat perjanjian dengan negeri Islam) maka dia tidak akan mencium bau surga padahal bau surga itu dapat dirasakan dari jarak empat puluh tahun perjalanan."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أفاد الحديث أن من قتل معاهدًا بغير حق، والمعاهد هو من دخل أرض الإسلام بعهد وأمان، أو كان من أهل الذمة، من الكفار، لم يمكنه الله من دخول الجنة، وإن ريحها ليوجد من مسيرة أربعين سنة، وهذا دلالة على بعده عنها، وهو يفيد حرص الإسلام على الحفاظ على الدماء المعصومة من المعاهدين والذميين، وأن قتلهم بغير حق من كبائر الذنوب.

Hadis ini memberikan pelajaran bahwa orang yang membunuh kafir muahid -yaitu orang kafir yang masuk negeri Islam dengan perjanjian dan jaminan keamanan- tanpa alasan yang benar atau membunuh seorang kafir zimi, maka Allah tidak akan memperkenankannya masuk surga, padahal aromanya dapat dirasakan sejauh perjalanan empat puluh tahun. Hal ini menunjukkan betapa jauhnya dia dari surga. Juga menunjukkan kegigihan Islam untuk menjaga darah yang terlindungi dari kalangan kafir muahid dan kafir zimi. Dan bahwa membunuh mereka tanpa alasan yang benar termasuk dosa besar.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64637

 
Hadith   2057   الحديث
الأهمية: لا سَبَق إلا في خف أو في حافر أو نصل
Tema: Tidak ada hadiah lomba kecuali pada unta atau kuda atau panahan.

عن أبي هريرة قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لا سَبَقَ إلا في خُفٍّ أو في حَافِرٍ أو نَصْلٍ».

Abu Hurairah berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada hadiah lomba kecuali pada unta atau kuda atau panahan."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أفاد الحديث أن الجعل وهو العوض من مال ونحو ذلك لا يُستحقّ إلا في سباق الخيل والإبل وما في معناهما، وفي النصل، وهو الرمي، وذلك لأن هذه الامور عُدّة في قتال العدوّ، وفي بذل الْجُعْل عليها ترغيبٌ في الجهاد، وتحريض عليه، ويدخل في معنى الخيل البغال والحمير؛ لأنها كلها ذوات حوافر، وقد يُحتاج إلى سُرعة سيرها؛ لأنها تحمل أثقال العساكر، وتكون معها في المغازي، ويدخل في الحديث كل ما في معنى ما ذُكر من آلات حربية ونحو ذلك.

Hadis ini memberikan pelajaran bahwa hadiah berupa imbalan harta dan semisalnya tidak diperbolehkan kecuali dalam perlombaan kuda dan unta serta yang semakna dengan keduanya, dan juga dalam perlombaan memanah. Yang demikian itu karena ketiga perlombaan ini merupakan bekal berperang melawan musuh, dan mengeluarkan hadiah untuk itu mengandung motivasi dan dorongan kepada jihad. Semakna dengan kuda ialah bagal dan keledai karena ketiganya termasuk hewan pemilik ḥāfir (tapak kaki yang keras), dan kecepatan jalannya kadang dibutuhkan, karena ia akan membawa barang-barang pasukan dalam peperangan. Masuk dalam hadis ini semua yang semakna dengan yang disebutkan berupa peralatan perang dan yang semisalnya.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64640

 
Hadith   2058   الحديث
الأهمية: ألا إن القوة الرمي، ألا إن القوة الرمي، ألا إن القوة الرمي
Tema: Ketahuilah! Kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah! Kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah! Kekuatan itu adalah memanah.

عن عقبة بن عامر قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وهو على المنبر، يقول: "{وأعدوا لهم ما استطعتم من قوة} [الأنفال: 60]، ألا إن القُوَّةَ الرَّميُ، ألا إن القوة الرمي، ألا إن القوة الرمي".

Uqbah bin 'Āmir berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau di atas mimbar membaca ayat, "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu mampui." (QS. Al-Anfāl: 60). Beliau bersabda, "Ketahuilah! Kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah! Kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah! Kekuatan itu adalah memanah."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أفاد الحديث تفسير النبي -صلى الله عليه وسلم- للقوة المأمور باتخاذها في مجابهة الأعداء والكفرة، وهي الرمي؛ لأنه أنكى، وأبعد عن خطر العدو، وكان الرمي وقت نزول الآية الكريمة بالسهام، ولكن الآية بإعجازها أطلقت القوة؛ لتكون قوة كل زمان ومكان، وكذلك الحديث الشريف جاء إعجازه العلمي بإطلاق الرمي، الذي يشتمل الرمي بأنواعه، وأن يفسر بكل رمي يتجدد وبأي سلاح يحدث.

Hadis ini menerangkan penafsiaran Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang kekuatan yang diperintahkan untuk dipersiapkan dalam rangka memerangi para musuh dan orang-orang kafir, yaitu memanah. Karena memanah lebih mematikan dan sekaligus jauh dari serangan musuh. Memanah pada masa turunnya ayat yang mulia ini ialah dengan menggunakan panah, tetapi ayat ini dengan kemukjizatannya menyebutkan kekuatan secara mutlak sehingga mencakup kekuatan di semua zaman dan tempat. Hadis yang mulia ini juga hadir dengan mukjizat ilmiah lainnya, yaitu dengan menyebutkan memanah secara mutlak yang mencakup memanah dengan semua jenisnya supaya bisa ditafsirkan dengan semua bentuk pemanahan yang terperbaharukan dan dengan senjata modern apa pun.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64642

 
Hadith   2059   الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- نهى عن كل ذي ناب من السباع، وعن كل ذي مخلب من الطير
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang dari (memakan) setiap hewan buas yang memiliki taring dan setiap burung yang memiliki cakar tajam.

عن ابن عباس -رضي الله عنهما- «أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنْ كُلِّ ذِي نَابٍ مِن السِّبَاع، وعَن كُلِّ ذِي مِخْلَبٍ مِن الطَّيْرِ».

Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang dari (memakan) setiap hewan buas yang memiliki taring dan setiap burung yang memiliki cakar tajam.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
الأصل في الأطعمة واللحوم الحل والإباحة, إلا ما استثناه الشرع بدليل خاص, وهذا الحديث يبين بعض الأصناف التي نهى الشرع عن تناولها من اللحوم, وهي كل ذي نابٍ من السِّباع، وكل ذي مخلبٍ من الطير، فكل ذي نابٍ من السِّباع محرَّم، وذو الناب من السباع: هو الحيوان المفترس الذي جمع الوصفين الافتراس بالنَّاب والسبعيَّة الطبيعِيَّة، كالأسد والنمر والذئب، فإذا تخلَّفت إحدى الصفتين لم يحرم, وكذلك الحكم في كل ذي مخلب يصيد به من الطيور كالعقاب والباز والصقر ونحو ذلك فهو محرَّم الأكل.

Hukum asal makanan dan daging adalah halal, kecuali yang dikecualikan oleh agama dengan dalil yang khusus. Dan hadis ini menerangkan sebagian jenis daging yang dilarang oleh agama untuk dimakan, yaitu semua binatang buas yang bertaring dan semua burung yang memiliki cakar tajam. Sehingga semua binatang buas yang memiliki taring hukumnya haram. Binatang buas bertaring ialah binatang buas yang menggabungkan dua sifat, yaitu: memangsa menggunakan taring dan buas secara bawaan seperti singa, harimau, dan serigala. Bila salah satu dari sifat ini tidak terpenuhi maka hukumnya tidak haram. Demikian halnya hukum semua burung yang memiliki cakar tajam sebagai alat memangsa seperti burung rajawali, elang, falkon, dan semisalnya, maka hukumnya haram untuk dimakan.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64643

 
Hadith   2060   الحديث
الأهمية: الضبع صيد هي؟ قال جابر: «نعم»
Tema: "Apakah hiena termasuk hewan buruan?" Jābir menjawab, "Ya."

عن ابن أبي عَمَّار قال: قلت لجابر: الضَّبْع صَيْدٌ هي؟ قال: «نعم»، قال: قلتُ: آكُلُها؟ قال: «نعم»، قال: قلتُ له: أَقَالَهُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟ قال: «نعم».

Ibnu Abi 'Ammār berkata, Aku bertanya kepada Jābir, "Apakah hiena termasuk hewan buruan?" Jābir menjawab, "Ya." Aku bertanya lagi, "Apakah aku boleh memakannya?" Dia menjawab, "Ya." Aku bertanya, "Apakah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang mengucapkannya?" Dia menjawab, "Ya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
سأل التابعي ابن أبي عمار -رحمه الله- جابرَ بن عبد الله -رضي الله عنهما- عن حكم الضبع, وهل يجوز صيدها وأكلها؟ فأجابه بأن ذلك جائز, ثم استفهم ابن أبي عمار من جابر عن هذه الفتوى هل هو شيء قاله برأيه, أو سمعه من رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟ فأخبره بأنه سمع ذلك من رسول الله -صلى الله عليه وسلم-.

Seorang tabiin, yaitu Ibnu Abi 'Ammār -raḥimahullāh- bertanya kepada Jābir bin Abdullah -raḍiyallāhu 'anhumā- tentang hukum hiena, apakah boleh diburu dan dimakan? Jābir menjawab bahwa hal itu diperbolehkan. Kemudian Ibnu Abi 'Ammār bertanya kepada Jābir tentang fatwa ini, apakah dia mengucapkannya berdasarkan pendapat pribadinya atau dia mendengarnya dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-? Maka Jābir menyampaikan bahwa dia mendengar hal itu dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64646

 
Hadith   2061   الحديث
الأهمية: نهى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن الجلالة في الإبل: أن يركب عليها، أو يشرب من ألبانها
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah melarang dari unta jallālah (pemakan kotoran); baik dari mengendarainya ataupun meminum susunya.

عن ابن عمر -رضي الله عنهما-، قال: "نهى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن الجَلَّالَة في الإبِل: أنْ يُرْكَبَ عليها، أو يُشْرَب مِن أَلْبَانِها".

Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-, berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah melarang dari unta jallālah (pemakan kotoran); baik dari mengendarainya ataupun meminum susunya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أفاد الحديث النَّهي عن ركوب الجلاَّلة من الإبل، والنهي عن شرب لبنها, -وهو متضمن للنهي عن أكل لحومها كما ورد في الأحاديث الأخرى-, والنهي في الحديث ليس خاصًّا بجنس الإبل بل هو عام في كل ما يتغذى على النجاسات والعذرات من الحيوان والطيور المأكولة -إن كان أكثر علفها من ذلك- ؛ لأنَّ لحمها ولبنها وعرقها صارت متولدات من النجاسة، فهي نجسة, إلا إذا غذيت بعد ذلك بطاهر ثلاثة أيام فأكثر، فيرتفع المنع حينئذ.

Hadis ini memberikan pelajaran berupa larangan mengendarai unta jallālah (pemakan najis dan kotoran) serta larangan meminum susunya. Larangan ini mencakup larangan memakan dagingnya, sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis yang lain. Larangan dalam hadis ini tidak khusus pada unta saja, melainkan berlaku umum di semua hewan dan burung yang halal dimakan namun makanannya berasal dari najis dan kotoran bila sebagian besar makanannya dari yang seperti itu. Karena dagingnya, susunya, dan keringatnya lahir dari najis, sehingga dia pun juga najis, kecuali bila setelah itu ia diberi pakan yang suci selama tiga hari atau lebih, maka ketika itu larangan tersebut terangkat.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64648

 
Hadith   2062   الحديث
الأهمية: أهدت أم حفيد خالة ابن عباس إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- أقطًا وسمنًا وأضبًّا، فأكل النبي -صلى الله عليه وسلم- من الأقط والسمن، وترك الضب تقذرًا
Tema: Ummu Ḥufaid -bibi Ibnu 'Abbās- menghadiahkan keju, minyak samin, dan ḍabb (biawak gurun) kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyantap keju dan minyak samin tersebut serta meninggalkan ḍabb karena tidak suka.

عن ابن عباس -رضي الله عنهما- قال: «أَهْدَتْ أُمُّ حُفَيْدٍ خَالَةُ ابْنِ عباس إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- أَقِطًا وَسَمْنًا وَأَضُبًّا، فأَكَل النبي -صلى الله عليه وسلم- من الأَقِطِ وَالسَّمْنِ، وَتَرَكَ الضَّبَّ تَقَذُّرًا»، قال ابن عباس: «فَأُكِلَ على مائدة رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، ولو كان حراما ما أُكِلَ على مائدة رسول الله -صلى الله عليه وسلم-».

Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, "Ummu Ḥufaid -bibi Ibnu 'Abbās- menghadiahkan keju, minyak samin, dan ḍabb (biawak gurun) kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyantap keju dan minyak samin tersebut serta meninggalkan ḍabb karena tidak suka." Ibnu 'Abbās berkata, "Maka ḍabb itu dimakan di atas hidangan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Seandainya ia haram, tentu tidak akan dibiarkan dimakan di atas hidangan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يذكر ابن عباس -رضي الله عنهما- في هذا الحديث أن خالته أم حفيد أهدت إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- طعامًا: أقطًا وسمنًا وأضبًّا, فأكل -صلى الله عليه وسلم- من الأقط والسمن وترك أكل الأضب؛ لأنه مما تعافه نفسه -صلى الله عليه وسلم-, فكراهته له طبعًا، لا دينًا؛ لأنه بيّن سبب تركه، بأنه لم يكن فِي أرض قومه -كما في روايات الحديث الأخرى-، فدلّ عَلَى أنه ما تركه تديّنًا، بل لنفرة طبعه منه, ثم استدل ابن عباس على إباحة أكل الضب بأنه أكل على مائدة النبي -صلى الله عليه وسلم-, ولو كان حرامًا لما أقر غيره على أكله في مائدته.

Di dalam hadis ini Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- menyebutkan bahwa bibinya, Ummu Ḥufaid pernah menghadiahkan kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sejumlah makanan; keju, minyak samin, dan ḍabb (biawak gurun). Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memakan keju dan minyak samin tersebut dan tidak memakan ḍabb karena merupakan makanan yang tidak disukai oleh jiwa beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Yaitu beliau membencinya karena tabiat bawaan, bukan karena agama. Beliau telah menjelaskan sebab beliau meninggalkannya, yaitu karena ia tidak ada di negeri kaumnya, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat lain hadis ini. Sehingga hal itu menunjukkan bahwa beliau tidak meninggalkannya karena alasan agama, melainkan karena ketidakcocokan tabiat beliau padanya. Kemudian Ibnu 'Abbās berargumen atas halalnya memakan ḍabb bahwa ia dimakan di hidangan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; sekiranya hukumnya haram tentu beliau tidak akan mendiamkan orang lain memakannya di hidangan beliau.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64650

 
Hadith   2063   الحديث
الأهمية: إذا رميت بسهمك، فغاب عنك، فأدركته فكله، ما لم ينتن
Tema: Bila engkau melepaskan anak panahmu lalu binatang yang engkau buru itu menghilang, kemudian engkau mendapatkannya, maka makanlah selagi ia belum busuk.

عن أبي ثعلبة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «إذا رَمَيْتَ بِسَهْمِكَ، فغابَ عنْك، فَأَدْرَكْتَهُ فَكُلْهُ، ما لَمْ يُنْتِنْ».

Abu Ṡa'labah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda, "Bila engkau melepaskan anak panahmu lalu binatang yang engkau buru itu menghilang, kemudian engkau mendapatkannya, maka makanlah selagi ia belum busuk."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أفاد الحديث أن الصائد إذا رمى الصيد بسهم ونحو ذلك مما هو في حكم السهم, فأصاب الصيد ثم غاب عن عين الصياد، ووجده بعد ذلك, ولم يجد فيه أثرًا قاتلاً إلاَّ سهمه جاز أكله ما لم يصل إلى مرحلة التغير والنتن؛ لأنه يصير حينئذ من الخبائث, ويضر بصحة الإنسان إذا أكله.

Hadis ini memberikan pelajaran bahwa seorang pemburu bila menembak binatang buruan dengan anak panah dan lainnya yang satu hukum dengan panah dan mengenai binatang buruan tersebut lalu ia hilang dari penglihatan si pemburu, kemudian dia menemukannya setelah itu dan dia tidak menemukan jejak senjata membunuh lainnya kecuali anak panahnya, maka ia halal dimakan selama belum sampai membusuk karena ketika itu ia termasuk menjijikkan serta berbahaya pada kesehatan manusia bila dia memakannya.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64652

 
Hadith   2064   الحديث
الأهمية: أن قومًا قالوا: يا رسول الله إن قومًا يأتوننا باللحم لا ندري أذكروا اسم الله عليه أم لا، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «سموا الله عليه وكلوه»
Tema: Suatu kaum pernah bertanya, "Wahai Rasulullah! Sebagian orang datang membawakan untuk kami daging, sementara kami tidak mengetahui apakah mereka membacakannya bismillāh atau tidak." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bacalah padanya bismillāh lalu makanlah."

عن عائشة -رضي الله عنها-: أنّ قومًا قالوا: يا رسول الله إنّ قومًا يأتوننا باللحم لا نَدري أَذَكروا اسمَ الله عليه أم لا، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «سَمُّوا الله عليه وكُلُوه».

Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan, bahwa suatu kaum pernah bertanya, "Wahai Rasulullah! Sebagian orang datang membawakan untuk kami daging sementara kami tidak mengetahui apakah mereka membacakannya bismillāh atau tidak." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bacalah padanya bismillāh lalu makanlah."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث تخبر عائشة -رضي الله عنها- أن أُناساً جاءوا إلى النَّبي -صلى الله عليه وسلم- فسألوه عن هذه اللحوم القادمة من قوم مسلمين، إلاَّ أنَّ عهدهم بالكفر قريب، فيغلب عليهم الجهل، فلا يُعلم هل ذكروا اسم الله عليه عند ذبحه أو لا؟ فأمر النَّبي -صلى الله عليه وسلم- السَّائلين أنْ يذكروا اسم الله عند أكلها وأن يأكلوا تلك اللحوم، ويظهر من قوله -صلى الله عليه وسلم- في بعض ألفاظ الحديث: "سَمُّوْا الله أَنْتُمْ وَكُلُوا" أن في هذا نوعاً من اللوم عليهم، كأنه -عليه الصلاة والسلام- يقول: ليس لكم شأن فيما يفعله غيركم، إن كان الظاهر الحل، بل الشأن فيما تفعلونه أنتم، فسمّوا أنتم وكلوا. ومن هذا ما لو قدّم إليك يهودي أو نصراني ذبيحة ذبحها، فلا تسأل أذبحتها على طريقة إسلامية أو لا، لأن هذا السؤال لا وجه له، وهو من التعمّق، وهذا لا يحل الذبائح التي علم وتيقن أنها لم يُذكر عليها اسم الله -تعالى-.

Di dalam hadis ini Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- mengabarkan bahwa sejumlah orang datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu bertanya tentang daging yang diberikan oleh sebagian muslim, hanya saja mereka masih dekat dari kekafiran, sehingga mereka lebih dominan masih jahil, dan tidak diketahui apakah mereka membaca bismillāh ketika menyembelihnya ataukah tidak? Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan orang-orang yang bertanya tersebut untuk membaca bismillāh ketika memakannya dan agar mereka memakan daging tersebut. Tampak pada ucapan beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di sebagian redaksi hadis ini: "Hendaklah kalian yang membaca bismillāh dan makanlah", bahwa dalam ucapan ini terkandung semacam celaan terhadap mereka; seakan-akan beliau mengatakan, "Kalian tidak punya urusan dengan apa yang dilakukan oleh orang lain bila secara lahir ia halal. Namun, urusan kalian adalah pada yang kalian lakukan sendiri. Maka bacalah bismillāh dan makanlah." Termasuk seperti ini bila Anda disuguhi oleh seorang Yahudi atau Nasrani sembelihan hasil sembelihannya, Anda tidak perlu bertanya: apakah engkau menyembelihnya dengan cara sesuai Islam ataukah tidak? Karena pertanyaan ini tidak dibenarkan, karena termasuk hal yang berlebihan. Namun hal ini tidak berarti menghalalkan sembelihan yang diketahui dan diyakini tidak dibacakan padanya nama Allah -Ta'ālā-.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64653

 
Hadith   2065   الحديث
الأهمية: من فعل هذا لعن الله، من فعل هذا؟ إن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لعن من اتخذ شيئًا فيه الروح غرضًا
Tema: Siapa yang melakukan ini?! Allah melaknat siapa yang melakukan ini. Sesungguhnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah melaknat siapa saja yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran panah.

عن سعيد بن جبير، قال: مَرَّ ابنُ عمرَ بِفِتيانٍ مِن قريش قد نَصَبُوا طَيْرًا، وهم يَرْمُونَه، وقد جعلوا لصاحِب الطيْرِ كلَّ خاطِئة مِن نَبْلِهم، فلمّا رأَوْا ابنَ عمر تَفَرَّقُوا، فقال ابن عمر: «مَن فعل هذا لَعَنَ الله، مَن فعل هذا؟ إنَّ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لَعَنَ مَن اتخذَ شيئا فيه الرُّوحُ غَرَضًا»
Tema: Sa'īd bin Jubair berkata, Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- pernah melewati sejumlah pemuda Quraisy yang memasang burung sebagai sasaran memanah. Mereka memberi pemilik burung setiap anak panah yang salah sasaran. Begitu mereka melihat Ibnu Umar, seketika itu pula mereka bubar. Maka Ibnu Umar berkata, "Siapa yang melakukan ini?! Allah melaknat siapa yang melakukan ini. Sesungguhnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah melaknat siapa saja yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran panah."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر سعيد بن جُبير أن ابن عمر -رضي الله عنهما- مر بفتيان بقريش وقد وضعوا طائرًا يرمون عليه سهامهم، أيهم أشد إصابة، فلما رأوا عبد الله بن عمر -رضي الله عنه- تفرقوا هربًا منه، ثم قال: ما هذا؟ فأخبروه، فقال: لعن الله من فعل هذا, وذكر أن النبي -صلى الله عليه وسلم- لعن من اتخذ شيئا فيه الروح غرضا.
وهذا لأنه يتألم إذ أن هذا يضربه على جناحه، وهذا يضربه على صدره، وهذا يضربه على ظهره، وهذا على رأسه فيتأذى إذا لم يمت، وهو مقدور على تذكيته، فلهذا لعن النبي -صلى الله عليه وسلم- من اتخذ شيئًا فيه الروح غرضًا.

Sa'īd bin Jubair mengisahkan bahwa Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- pernah melewati beberapa pemuda Quraisy yang sedang memasang burung sebagai sasaran panah mereka; untuk menentukan siapa di antara mereka yang paling tepat sasaran dalam memanahnya. Ketika mereka melihat Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-, seketika mereka lari darinya, lantas dia berkata, "Apa ini?" Mereka pun mengabarinya. Maka dia berkata, "Allah melaknat orang yang mengerjakan ini." Dia juga menyebutkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melaknat orang yang menjadikan hewan bernyawa sebagai sasaran.
Alasannya adalah karena ia akan tersakiti ketika ada yang memanah sayapnya, ada yang memanah dadanya, ada yang memanah punggungnya, dan ada yang memanah kepalanya. Dia akan merasakan sakit bila tidak mati padahal ia memungkinkan untuk disembelih. Oleh karena itu, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melaknat orang yang menjadikan hewan bernyawa sebagai sasaran panahan.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64654

 
Hadith   2066   الحديث
الأهمية: أن امرأة ذبحت شاة بحجر، فسئل النبي -صلى الله عليه وسلم- عن ذلك فأمر بأكلها
Tema: Seorang perempuan menyembelih kambing menggunakan batu, lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ditanya tentang hal itu, maka beliau memerintahkan untuk memakannya.

عن كعب بن مالك، أنّ امرأةً ذَبحَت شاةً بِحَجَر، «فسُئل النبيُّ -صلى الله عليه وسلم- عن ذلك فأمَرَ بِأكلها».

Ka'ab bin Mālik meriwayatkan bahwa seorang perempuan menyembelih kambing menggunakan batu, lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ditanya tentang hal itu, maka beliau memerintahkan untuk memakannya.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث يُخبر كعب بن مالك -رضي الله عنه- أنّ امرأة ذبحت شاة بحجر, وكان سبب ذلك أنها كانت ترعى غنمًا عند أُحُد, فعدى الذئب على واحدة منها, فطردت الذئبَ, وأخذت حصاةً محدَّدة فذكَّتِ الشاة, فسألوا النبي -صلى الله عليه وسلم- عن صنيعها, فأمر -صلى الله عليه وسلم- بأكلها.

Di dalam hadis ini Ka'ab bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa ada seorang perempuan yang menyembelih seekor kambing dengan menggunakan batu. Alasannya ialah bahwa tatkala dia sedang menggembalakan kambing di Uhud, tiba-tiba serigala menyerang salah satunya, maka dia pun mengusir serigala tersebut lalu mengambil batu yang tajam dan menyembelih kambing tersebut. Lantas para sahabat bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang perbuatannya itu, maka beliau memerintahkan untuk memakan kambing tersebut.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64655

 
Hadith   2067   الحديث
الأهمية: نهى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن يقتل شيء من الدواب صبرًا
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang membunuh hewan dalam keadaan terikat lalu dipanahi hingga mati.

عن جابر بن عبد الله قال: «نَهى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أنْ يُقتل شيء مِن الدَّواب صَبْرا».

Jābir bin Abdullah berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang membunuh hewan dalam keadaan terikat lalu dipanahi hingga mati."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
الحديث ينهى عن صبر الدواب، وكل ذي روحٍ، وذلك بأنْ يُحبس ويُقتل، ومن ذلك إتلافه بقتلة غير شرعية، كأنْ يجعل هدفًا للرمي، ففي ذلك تعذيبٌ للحيوان، وإتلافٌ لنفسه، وإضاعة لماليته، وتفويتٌ لذكاته الشرعية، فلهذه المفاسد، ولعدم الفائدة من قتله، نهي عن صبره، والنَّهي يقتضي التحريم، وفي ذلك سمو الشريعة الإسلامية وشمول تعاليمها وآدابها, حيث أوجبت الشفقة على الناس وعلى البهائم والطيور.

Hadis ini melarang membunuh hewan dalam keadaan terikat, begitu juga semua binatang bernyawa; yaitu dengan cara diikat lalu dibunuh. Termasuk membunuhnya dengan cara yang tidak sesuai syariat, seperti dijadikan sebagai sasaran panah; karena perbuatan ini mengandung penyiksaan hewan, menghilangkan nyawanya, menyia-nyiakan nilai ekonominya, dan melewatkan penyembelihannya dengan cara yang disyariatkan. Berdasarkan kerusakan-kerusakan ini serta tidak ada faedah dari membunuhnya, maka dilarang membunuh hewan dalam keadaan terikat, dan larangan ini menunjukkan pengharaman. Hal ini menunjukkan keluhuran syariat Islam serta komprehensifitas ajaran dan adab-adabnya yang mewajibkan kasih sayang pada manusia, hewan, dan burung.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64656

 
Hadith   2068   الحديث
الأهمية: من كان له سعة، ولم يضح، فلا يقربن مصلانا
Tema: Siapa yang memiliki kelapangan rezeki lalu tidak berkurban, maka janganlah dia mendekati lapangan tempat salat kami.

عن أبي هريرة، أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «مَن كان له سَعَة، ولمْ يُضَحِّ، فلا يَقْرَبَنّ مُصَلّانا».

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang memiliki kelapangan rezeki lalu tidak berkurban, maka janganlah dia mendekati lapangan tempat salat kami."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر أبو هريرة -رضي الله عنه- في هذا الحديث أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: أي مسلم كانت عنده قدرة على أن يضحي لكنه لم يفعل فلا يقرب مصلى العيد ولا يصلي مع الناس, لأنه لا ينبغي    للمسلم أن يترك الأضحية وعنده قدرة على ذلك, فالأضحية عبادة عظيمة وشعيرة في يوم عيد الأضحى، والجمهور على أنها سنة مؤكدة، وقال بعض العلماء بوجوبها في حق القادر.

Di dalam hadis ini Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Setiap muslim yang memiliki kemampuan untuk berkurban namun dia tidak melakukannya, maka janganlah dia mendekat ke lapangan tempat salat Id dan jangan menunaikan salat bersama orang banyak." Karena tidak patut bagi seorang muslim untuk meninggalkan ibadah kurban padahal dia memiliki kemampuan untuk itu. Berkurban adalah ibadah besar dan merupakan syiar di hari raya Idul Adha. Mayoritas ulama berpendapat hukumnya sunah muakadah, sementara sebagian ulama lainnya berpendapat hukumnya wajib bagi orang yang mampu.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64660

 
Hadith   2069   الحديث
الأهمية: نحرنا مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عام الحديبية البدنة عن سبعة، والبقرة عن سبعة
Tema: Ketika peristiwa Hudaibiyah, kami bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyembelih satu ekor unta untuk tujuh orang dan satu ekor sapi untuk tujuh orang.

عن جابر بن عبد الله، قال: «نَحَرْنَا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم عَامَ الحُدَيْبِيَة البَدَنَةَ عن سَبْعَة، والبَقَرَةَ عن سَبْعَة»
Tema: Jābir bin Abdullah berkata, "Ketika peristiwa Hudaibiyah, kami bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyembelih satu ekor unta untuk tujuh orang dan satu ekor sapi untuk tujuh orang."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث يخبر جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما- أنهم عام الحديبية نحروا مع النبي -صلى الله عليه وسلم- ما كان معهم من الهدي، فأمرهم النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يشترك السبعة في بدنة أو في بقرة فاشتركوا، فكان السبعة من الرجال يشتركون في بدنة، وكان السبعة يشتركون في بقرة.

Di dalam hadis ini Jābir bin Abdullah -raḍiyallāhu 'anhumā- mengabarkan bahwa ketika peristiwa Hudaibiyah, mereka bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyembelih hewan hadyu yang mereka bawa. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan mereka agar tujuh orang berkumpul dalam satu ekor unta atau satu ekor sapi. Maka mereka pun bergabung sehingga tujuh orang laki-laki bergabung dalam satu ekor unta dan tujuh orang bergabung dalam satu ekor sapi.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64665

 
Hadith   2070   الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عَقَّ عن الحسن والحسين كبشًا كبشًا
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengakikahkan Hasan dan Husain masing-masing satu domba.

عن ابن عباس «أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عَقَّ عن الحسن والحسين كَبْشًا كَبْشًا».

Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengakikahkan Hasan dan Husain masing-masing satu domba.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث يخبر ابن عباس -رضي الله عنهما- أنَّ النبي -صلى الله عليه وسلم- ذبح عن الحسن والحسين لكل واحد منهما كبشاً كبشًا، أي كبشين، فدلَّ هذا على مشروعية العقيقة عن المولود.

Hadis ini menceritakan bahwa Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- bercerita bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyembelihkan akikah untuk Hasan dan Husain masing-masing satu domba. Hadis ini menunjukkan diperintahkannya akikah bagi anak.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64666

 
Hadith   2071   الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أمرهم عن الغلام شاتان مكافئتان، وعن الجارية شاة
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan para sahabat untuk mengakikahkan anak laki-laki dengan dua kambing yang sepadan, dan anak perempuan dengan satu ekor kambing.

عن عائشة «أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أمرهم أن يُعَقَّ عن الغُلَامِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ، وعن الْجَارِيَةِ شَاةٌ».

Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan para sahabat untuk mengakikahkan anak laki-laki dengan dua kambing yang sepadan, dan anak perempuan dengan satu ekor kambing.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث تخبر عائشة -رضي الله عنها- أنَّ النبي -صلى الله عليه وسلم- أمرهم أن يعقوا -أي يذبحوا عند الولادة- عن المولود الذكر شاتان متشابهتان في السِّن والكِبَر والسِّمن والجودة، وكذلك أمرهم أن يعقوا عن المولودة الأنثى شاة واحدة.

Di dalam hadis ini Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan para sahabat untuk mengakikahkan -yaitu menyembelih ketika kelahiran- untuk anak laki-laki dengan dua ekor kambing yang sepadan dalam hal kadar umur, besar, gemuk, dan bagusnya. Beliau juga memerintahkan mereka untuk mengakikahkan anak peremuan dengan satu ekor kambing.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64667

 
Hadith   2072   الحديث
الأهمية: الغلام مرتهن بعقيقته يذبح عنه يوم السابع، ويسمى، ويحلق رأسه
Tema: Seorang anak itu tergadai dengan akikahnya; disembelihkan, diberi nama, dan dicukur rambutnya pada hari ketujuh.

عن سمرة قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «الغلام مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ يُذْبَحُ عنه يوم السابع، ويُسَمَّى، ويُحْلَق رأسه».

Samurah berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seorang anak itu tergadai dengan akikahnya; disembelihkan, diberi nama, dan dicukur rambutnya pada hari ketujuh."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث يخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن المولود يكون محبوساً بعقيقته تذبح عنه في اليوم السابع من ولادته، ويُستحب في نفس اليوم    تسمية المولود، وحلق شعر رأسه، والحلق خاص بالمولود الذكر.

Di dalam hadis ini Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa seorang anak akan tertahan dengan akikahnya, yaitu disembelihkan untuknya pada hari ke tujuh dari kelahirannya. Juga dianjurkan pada hari yang sama untuk memberi nama seorang anak dan mencukur rambut kepalanya. Namun mencukur khusus pada anak laki-laki.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64668

 
Hadith   2073   الحديث
الأهمية: أنزلت هذه الآية: {لا يؤاخذكم الله باللغو في أيمانكم} [البقرة: 225] في قول الرجل: لا والله وبلى والله
Tema: Ayat ini: "Allah tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja" (QS. Al-Baqarah: 225) diturunkan terkait ucapan seseorang: "Tidak, demi Allah!"; "Tentu, demi Allah!"

عن عائشة -رضي الله عنها-: "أُنْزِلَتْ هذه الآية: {لا يؤاخذكم الله باللغو في أيمانكم} [البقرة: 225] في قول الرجل: لا والله وبَلَى والله".

Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Ayat ini: 'Allah tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja' (QS. Al-Baqarah: 225) diturunkan terkait ucapan seseorang: 'Tidak, demi Allah!'; 'Tentu, demi Allah!'"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قال -تعالى-: {لَا يُؤَاخِذُكُمُ الله بِاللَّغْوِ في أَيْمَانِكُمْ} [المائدة: 89] فسَّرت عائشة -رضي الله عنها- لغو اليمين هنا: بأنَّه ما يتردَّد على ألسنة النّاس أثناء المحادثة عن قولهم: لا والله، وبلى والله، ممَّا يجري على اللسان، ولا يقصده القلب؛ وكذلك من لغو اليمين المذكور في الآية حلف الإنسان على أمرٍ ماضٍ يظنه كما قال، فبان بخلاف ما ظن.
وكذا يمين عقدها يظن صدق نفسه، فبان خلافه، فلغو غير منعقدة، ولا كفَّارة فيها لقوله -تعالى-: {لَا يُؤَاخِذُكُمُ الله بِاللَّغْوِ في أَيْمَانِكُمْ} أي: لا يعاقبكم، ولا يلزمكم كفَّارة بما صدر منكم من الأيمان التي لا يقصدها الحالف.
وكذا لو عقدها ظانًّا صدقه، فلم يكن، كمن حلف على غيره يظن أنَّه يطيعه، فلم يفعل، وأولى ما يدخل في الآية تفسير عائشة -رضي الله عنها-؛ لأنها شاهدت التنزيل وهي عارفة بلغة العرب.

Allah -Ta'ālā- berfirman, "Allah tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja" (QS. Al-Mā`idah: 89). Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- menjelaskan, bahwa sumpah yang tidak disengaja (lagwu) dalam ayat ini ialah yang sering terlontar di lisan manusia di sela-sela perbincangan mereka, yaitu ucapan mereka: "Tidak, demi Allah!"; "Tentu, demi Allah!"; yang biasa mengalir di lisan dan tidak diniatkan oleh hati sebagai sumpah. Juga di antara sumpah lagwu yang disebutkan dalam ayat ini ialah sumpah seseorang pada perkara yang telah terjadi yang ia sangka perkaranya seperti yang dia ucapkan, namun ternyata berbeda dari yang dia sangka.
Demikian juga sumpah yang diucapkan karena meyakini kebenaran dirinya namun ternyata yang benar kebalikannya, maka ia dihukumi sumpah lagwu dan sumpahnya tidak terlaksana serta tidak ada kafarat di dalamnya; berdasarkan firman Allah -Ta'ālā-: "Allah tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang tidak kamu sengajai." Maksudnya, Allah tidak menghukum kalian serta tidak mewajibkan kafarat pada kalian dengan sebab sumpah yang terlontar dari kalian yang tidak diniatkan oleh pelakunya. Demikian juga kalau dia mengucapkannya karena meyakini kebenarannya lalu nyatanya tidak ada, seperti orang yang bersumpah pada orang lain dengan sangkaan bahwa orang itu akan menaatinya namun nyatanya orang itu tidak melakukannya. Tentunya yang paling patut untuk masuk dalam ayat ini ialah penafsiran Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, karena dia menyaksikan Al-Qur`ān turun dan dia paham dengan Bahasa Arab.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64672

 
Hadith   2074   الحديث
الأهمية: إن لله تسعة وتسعين اسما مائة إلا واحدًا، من أحصاها دخل الجنة
Tema: Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, yaitu seratus kurang satu; siapa yang mampu menghafal dan menjaganya pasti akan masuk surga.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إن لله تِسْعَةً، وتِسْعِينَ، اسْمًا، مِائَةً إلا واحدا مَنْ أَحْصَاهَا دخل الجنة».

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, yaitu seratus kurang satu; siapa yang mampu menghafal dan menjaganya pasti akan masuk surga."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
هذا الحديث فيه بيان أنَّ أسماء الله الحسنى منها 99 اسمًا من حفظها وآمن بها وعمل بمدلولها فيما لا يختص به -سبحانه- فله الجنة، ويجوز القسم بأي واحدٍ منها، وانعقاده بها، فاليمين التي تجب بها الكفارة إذا حنث فيها هي اليمين بالله -تعالى-، والرحمن الرحيم، أو بصفة من صفاته تعالى؛ كوجه الله -تعالى- وعظمته وجلاله وعزته.

Di dalam hadis ini terkandung penjelasan bahwa di antara nama-nama Allah yang indah ada 99 nama; siapa yang menghafalnya, mengimaninya, dan mengamalkan maknanya yang tidak khusus bagi Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- maka baginya surga. Diperbolehkan bersumpah dengan nama mana pun di antara nama-nama tersebut dan sumpah dengannya dihukumi sah. Dan sumpah yang dengannya kafarat diwajibkan ketika sumpah itu dilanggar adalah sumpah dengan nama Allah -Ta'ālā-, Ar-Raḥmān, Ar-Raḥīm atau dengan salah satu sifat Allah -Ta'ālā- seperti wajah Allah -Ta'ālā-, keagungan, kemuliaan, dan keperkasaan-Nya.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64673

 
Hadith   2075   الحديث
الأهمية: كفارة النذر كفارة اليمين
Tema: Kafarat nazar itu sama seperti kafarat sumpah.

عن عقبة بن عامر -رضي الله عنه- عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «كَفَّارَةُ النَّذْرِ كفارةُ اليَمِين».

Uqbah bin 'Āmir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Kafarat nazar itu sama seperti kafarat sumpah."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في الحديث أن كفارة النذور هي كفارة اليمين: إطعام عشرة مساكين أو توفير كسوة لهم من ثياب أو تحرير مملوك من الرق، فإن لم يستطع فصيام ثلاثة أيام.
هذ إن لم يوف به العبد، والنذور المقصودة في الحديث أنواع:
أحدها: أنَّ ينذر نذرًا مطلقًا، كأنْ يقول: لله عليَّ نذرٌ، ولم يسم شيئًا، أو لله عليَّ نذر إنْ فعلت كذا، فهذا يجب عليه في حنثه كفَّارة يمين.
الثاني: أنْ ينذر فعل معصية من المعاصي، أو ترك واجب من الواجبات عليه، فهذا يجب عليه الحنث؛ لحديث عائشة -رضي الله عنها- مرفوعًا: "لا نذر في معصية وكفارته كفارة يمين". رواه الخمسة وصححه الألباني.
الثالث: أن ينذر نذرًا لا يطيقه ويشق عليه مشقَّة كبيرة؛ من عبادة بدنية مستمرة، أو نفقات من ماله باهظة، فعليه كفارة يمين؛ فقد أخرج البيهقي عن عائشة -رضي الله عنها- في رجلٍ جعل ماله للمساكين صدقة، فقالت: "كفارة يمين".
الرَّابع: نذر التبرر؛ كالصلاة، والصوم، والحج، والعمرة، بقصد التقرب إلى الله -تعالى-، فيلزم الوفاء، سواءٌ نذره نذرًا مطلقا، أو علَّقه على حصول نعمة، أو اندفاع نقمة؛ كقوله: إنْ شَفَى الله مريضي، أو سَلِمَ مَالِي الغائب، ونحوه، فعليه كذا، أو حلف بقصد التقرب، كقوله: إنْ سلم مالي لأتصدقنَّ بكذا، فيلزمه الوفاء به إذا وُجِدَ شرطه.

Hadis ini menunjukkan bahwa kafarat nazar sama dengan kafarat sumpah, yaitu memberi makan pada sepuluh orang miskin, atau memberikan mereka pakaian, atau memerdekakan seorang budak. Bila ia tidak sanggup, maka kafaratnya berpuasa tiga hari. Ini jika nazarnya tidak ia tunaikan. Nazar yang dimaksudkan dalam hadis ini memiliki beberapa macam:
Pertama: nazar mutlak; misalnya dia berkata, "Saya bernazar untuk Allah" tanpa menyebutkan sesuatu, atau "Saya bernazar untuk Allah bila saya melakukan ini." Nazar yang seperti ini, bila tidak ditunaikan maka dia wajib membayar kafarat sumpah.
Kedua: nazar untuk melakukan salah satu maksiat atau meninggalkan salah satu kewajiban; nazar yang seperti ini harus dibatalkan; berdasarkan hadis Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- secara marfū', "Tidak sah nazar dalam sebuah maksiat dan kafaratnya ialah kafarat sumpah." (HR. Abu Daud, An-Nasā`iy, Tirmizi, Ibnu Majah, dan Ahmad dan disahihkan oleh Al-Albāniy).
Ketiga: nazar yang tidak mampu dilakukan atau yang sangat berat; misalnya berupa ibadah badaniah yang terus-menerus atau infak yang besar pada harta, maka dia wajib membayar kafarat sumpah; sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- tentang seorang laki-laki yang memberikan seluruh hartanya sebagai sedekah untuk orang-orang miskin, maka Aisyah berkata, "Bayarlah kafarat sumpah."
Keempat: nazar berbuat kebajikan; seperti salat, puasa, haji, dan umrah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah -Ta'ālā-. Dia wajib menunaikan nazarnya ini baik dia mengucapkannya secara mutlak ataupun dia mensyaratkannya dengan terwujudnya suatu kebaikan atau terangkatnya suatu keburukan, seperti ungkapan sebagian orang: "Bila Allah menyembuhkan keluargaku yang sakit, atau hartaku yang jauh selamat, dan lain sebagainya, maka saya bernazar begini." Atau dia bersumpah dengan niat ibadah, seperti ungkapan sebagian orang: "Bila hartaku selamat maka saya akan bersedekah segini." Dia wajib menunaikannya bila syarat tersebut terpenuhi.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64675

 
Hadith   2076   الحديث
الأهمية: إنكم ستحرصون على الإمارة، وستكون ندامة يوم القيامة، فنعم المرضعة وبئست الفاطمة
Tema: Sesungguhnya kalian akan berambisi untuk mendapatkan kekuasaan, padahal kekuasaan itu akan menjadi penyesalan pada hari Kiamat. Kekuasaan itu enak di awalnya (dunia), namun tidak bagus di akhirnya (akhirat).

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «إنكم سَتَحْرِصُونَ على الإِمَارَة، وستكون نَدَامَةً يوم القيامة، فَنِعْمَ المُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الفَاطِمَةُ».

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Sesungguhnya kalian akan berambisi untuk mendapatkan kekuasaan, padahal kekuasaan itu akan menjadi penyesalan pada hari Kiamat. Kekuasaan itu enak di awalnya (dunia) seperti bayi yang diberi asi ibunya, namun tidak bagus di akhirnya (akhirat) seperti bayi yang disapih."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
هذا الحديث ينبه على عظم شأن الإمارة -وما هو في حكمها كالقضاء- وكثرة تبعاتها ومسؤولياتها في الدار الآخرة, والتحذير من طلبها والحرص عليها, وهذا مقيد بمن دخل فيها بسعي منه وحرص عليها وكان غير أهلٍ لها, بخلاف من وُكِلت إليه ولم يسعَ لها وكان أهلا لها وعدل فيها فإنه سيُعان عليها كما جاء في أحاديث أخرى, وقد شبهت الإمارة في الحديث بأنها نعم المرضعة بما تدر من منافع المال والجاه ونفاذ الحكم، وبئس الفاطمة بتبعاتها يوم القيامة وحسراتها.

Hadis ini mengandung peringatan terhadap beratnya urusan kekuasaan -dan juga yang semisal dengannya seperti kehakiman- serta banyaknya konsekuensi dan pertanggungjawabannya di negerai akhirat, juga peringatan dari mengejarnya dan berambisi kepadanya. Tetapi ini berlaku pada orang yang masuk ke dalamnya dengan usaha dan ambisinya sementara dia tidak berkompeten padanya. Berbeda dengan orang yang ditunjuk dan dia tidak pernah mengejarnya serta dia memiliki kompetensi untuk itu, maka dia akan dimudahkan padanya, sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis yang lain. Di dalam hadis ini kekuasaan diibaratkan dengan sebaik-baik wanita yang menyusui disebabkan akan mengalirkan berbagai manfaat harta kekayaan, kedudukan, dan terealisasinya keputusannya. Juga diibaratkan sebagai seburuk-buruk wanita yang menyapih disebabkan adanya berbagai pertanggungjawabannya kelak pada hari Kiamat serta penyesalannya.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64681

 
Hadith   2077   الحديث
الأهمية: إذا حكم الحاكم فاجتهد ثم أصاب فله أجران، وإذا حكم فاجتهد ثم أخطأ فله أجر
Tema: Bila seorang hakim hendak memutuskan perkara lalu dia berijtihad kemudian benar, maka baginya dua pahala. Dan bila dia hendak memutuskan perkara lalu berijtihad kemudian salah, maka baginya satu pahala.

عن عمرو بن العاص -رضي الله عنه- أنه سمع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إِذَا حَكَمَ الحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثم أَصابَ فله أَجْرَان، وإِذا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثم أَخْطَأَ فله أَجْرٌ».

Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa dia mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bila seorang hakim hendak memutuskan perkara lalu dia berijtihad kemudian benar, maka baginya dua pahala. Dan bila dia hendak memutuskan perkara lalu berijtihad kemudian salah, maka baginya satu pahala."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يبين الحديث أن الحاكم إذا بذل جهده في القضية، واجتهد فيها حتَّى وصل باجتهاده إلى ما يعتقد أنَّه الحق في القضية، ثم حكم فإنْ كان حكمه صواباً موافقاً للحقِّ، وهو مراد الله -تعالى- في أحكامه، فله أجران: أجر الاجتهاد، وأجر إصابة الحق.
وإنْ اجتهد؛ ولكنَّه لم يصل إلى الصواب، فله أجرٌ واحد، هو أجر الاجتهاد؛ لأنَّ اجتهاده في طلب الحقِّ عبادة، وفاته أجر الإصابة, ولا يأثم بعدم إصابة الحق بعد بذله جهده واجتهاده، بشرط أنْ يكون عالماً مؤهَّلاً للاجتهاد.

Hadis ini menerangkan bila seorang hakim telah mengerahkan usaha dalam suatu urusan dan melakukan ijtihad di dalamnya hingga dengan ijtihadnya itu dia sampai kepada kesimpulan yang diyakininya benar dalam urusan tersebut lalu dia memutuskan hukum; bila keputusannya itu benar dan sejalan dengan kebenaran, yaitu sebagaimana yang Allah -Ta'ala- inginkan dalam hukum-hukumnya, maka baginya dua pahala: pahala ijtihad dan pahala benar.
Dan bila dia berijtihad, tetapi dia tidak sampai pada yang benar, maka baginya satu pahala, yaitu pahala ijtihad; karena ijtihad yang dilakukannya tersebut dalam rangka mencari kebenaran adalah ibadah. Sementara pahala benar tidak dia dapatkan, namun dia tidak berdosa lantaran tidak benar setelah dia mengerahkan ijtihad dan usaha kerasnya, dengan syarat dia adalah orang yang berilmu dan kompeten untuk melakukan ijtihad.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64682

 
Hadith   2078   الحديث
الأهمية: لن يفلح قومٌ وَلَّوا أمرهم امرأةً
Tema: Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan tampuk urusan mereka kepada seorang perempuan.

عن أبي بَكْرَةَ -رضي الله عنه- قال: لقد نَفَعني الله بكلمة سمعتُها من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أيَّام الجَمَل، بعد ما كدْتُ أنْ ألْحَقَ بأصحاب الجَمَل فَأُقاتِل معهم، قال: لمَّا بلَغَ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن أهل فَارِس، قد مَلَّكوا عليهم بنت كِسْرَى، قال: «لن يُفْلِح قوم ولَّوْا أمْرَهُم امرَأة».

Abu Bakrah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Sungguh Allah telah memberikan manfaat kepadaku pada peristiwa perang Jamal dengan satu kalimat yang dahulu aku dengar dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tatkala aku hampir bergabung dengan para penunggang unta lalu berperang bersama mereka." Dia melanjutkan, "Tatkala sampai kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa orang-orang Persia dipimpin oleh putri Kisra, beliau bersabda, 'Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan tampuk urusan mereka kepada seorang perempuan.'"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يذكر أبو بكرة -رضي الله عنه- أن الله -تعالى- قد نفعه أيام وقعة الجمل المشهورة, بكلمة سمعها من رسول الله -صلى الله عليه وسلم-, وكان انتفاع أبي بكرة -رضي الله عنه- بتلك الكلمة أن حفظته من الخروج والمشاركة في الفتنة, حيث أخبر أنه سمع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لما بلغه أن الفرس ملَّكوا عليهم ابنة ملكهم بعد موته    يقول: «لن يفلح قوم ولوا أمرهم امرأة», والمعنى أنه لا يظفر بالخير ولا يبلغ ما فيه النفع لأمته من جعل للمرأة ولاية عامة من رئاسة أو وزارة أو إدارة أو قضاء, ونحوه؛ وذلك لأن الله -تعالى- فضَّل الرِّجال على النِّساء في أصل الخِلْقة، وأعطاهم ما لم يعطهنَّ من الحول والقوَّة، فكانوا أنسب لتولي مثل هذه المناصب.

Abu Bakrah -raḍiyallāhu 'anhu- menyebutkan bahwa Allah -Ta'ālā- telah memberinya manfaat pada masa perang Jamal yang populer dengan satu kalimat yang didengarnya dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Manfaat yang didapatkan oleh Abu Bakrah lewat kalimat tersebut ialah bahwa kalimat itu menjaganya dari perbuatan memberontak serta ikut terjun dalam fitnah tersebut. Yaitu dia mengabarkan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda ketika sampai padanya berita tentang orang-orang Persia yang dipimpin oleh putri raja mereka setelah mangkatnya, "Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan tampuk urusan mereka kepada seorang perempuan." Maksudnya, bahwa suatu kaum tidak akan mendapatkan kebaikan, dan tidak juga menggapai sesuatu yang mengandung manfaat bagi umatnya bila mereka menyerahkan tampuk pemerintahan kepada seorang perempuan, seperti kepemimpinan, kementerian, kelembagaan, kehakiman, atau lainnya yang semisal. Alasannya ialah karena Allah -Ta'ālā- telah melebihkan laki-laki di atas perempuan di dalam asal penciptaan serta memberikan mereka kemampuan dan kekuatan yang tidak diberikan kepada perempuan, sehingga mereka lebih pantas untuk memegang jabatan-jabatan seperti ini.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64687

 
Hadith   2079   الحديث
الأهمية: من ولاه الله -عز وجل- شيئًا من أمر المسلمين فاحتجب دون حاجتهم وخلتهم وفقرهم، احتجب الله عنه دون حاجته وخلته وفقره
Tema: Siapa yang diamanahi kekuasaan oleh Allah -'Azza wa Jalla- pada sebagian urusan umat Islam lalu dia menutup diri dari memenuhi kebutuhan dan kemiskinan mereka, maka Allah akan menutup diri dari memenuhi kebutuhan dan kemiskinannya pada hari Kiamat.

عن أبي مريم الأزْدي، قال: دخلتُ على معاوية فقال: ما أنْعَمَنا بك أبا فلان -وهي كلمة تقولها العرب- فقلتُ: حديثًا سمعتُه أُخبرُك به، سمعتُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «مَنْ ولَّاهُ الله -عز وجل- شيئًا مِنْ أَمْر المسلمين فاحْتَجَبَ دُونَ حاجَتِهم وخَلَّتِهِم وفقرهم، احْتَجَبَ الله عنه دون حاجَتِه وخَلَّتِهِ وفقره» قال: فَجَعَل رجلًا على حَوائِج الناس.

Abu Maryam Al-Azdiy berkata, Aku masuk menemui Mu'āwiyah, kemudian dia bertanya, "Apa yang Allah anugerahkan kepada kami lewat perantaramu, wahai Abu Fulān?" -Ini adalah ungkapan yang biasa diucapkan orang-orang Arab-. Maka aku berkata, "Yaitu sebuah hadis yang pernah aku dengar, aku akan mengabarkannya kepadamu; aku telah mendengar Rasulullah-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, 'Siapa yang diamanahi kekuasaan oleh Allah -'Azza wa Jalla- pada sebagian urusan umat Islam lalu dia menutup diri dari memenuhi kebutuhan dan kemiskinan mereka, maka Allah akan menutup diri dari memenuhi kebutuhan dan kemiskinannya pada hari Kiamat.'" Abu Maryam berkata, "Kemudian Mu'āwiyah mengangkat seseorang untuk mengurusi kebutuhan-kebutuhan manusia."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر أبو مريم الأزدي أنه دخل على معاوية -رضي الله عنهما- يومًا, ففرح معاوية بدخوله عليه ورحب به, فحدثه أبو مريم بحديث سمعه من النبي -صلى الله عليه وسلم-، وفيه أن من جعله الله والياً على المسلمين، وملَّكه أمرهم فاحتجب عنهم, ولم يقم بما أوجبه الله -تعالى- من حقهم، وأغلق دونهم بابه فلم يصلوا إليه, فإنَّ الله -تعالى- يحتجب عن حاجته يوم القيامة، جزاءً وفاقاً؛ فالجزاء من جنس العمل، وكما تدين تُدان, وإذا احتجب الله دون حاجته منعه فضله وعطاءه ورحمته.
ولما حُدث معاوية -رضي الله عنه- بهذا الحديث؛ اتخذ رجلاً لحوائج الناس يستقبل الناس وينظر ما حوائجهم، ثم يرفعها إلى معاوية -رضي الله عنه- عندما كان أميراً للمؤمنين.

Abu Maryam Al-Azdiy mengabarkan bahwa suatu hari dia masuk menemui Mu'āwiyah -raḍiyallāhu 'anhumā-, Mu'āwiyah pun merasa senang dengan kedatangannya dan menyambutnya. Lalu Abu Maryam menyampaikan kepadanya hadis yang pernah didengarnya dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; di dalam hadis tersebut disebutkan bahwa siapa yang dijadikan sebagai penguasa kaum muslimin dan diamanahi urusan mereka lalu dia bersembunyi dari mereka dan tidak melaksanakan hak mereka yang Allah -Ta'ālā- wajibkan atas dirinya, bahkan dia menutup diri dari mereka sehingga tidak bisa bertemu dengannya, maka Allah -Ta'ālā- akan menutup diri dari memenuhi kebutuhannya pada hari Kiamat, sebagai balasan yang setimpal, karena balasan itu setimpal dengan perbuatan; yaitu engkau akan diperlakukan sebagaimana engkau memperlakukan orang lain. Bila Allah menutup diri dari kebutuhan seorang hamba, maka Allah akan menghalanginya dari karunia, pemberian, dan rahmat-Nya.
Ketika hadis ini disampaikan kepada Mu'āwiyah, dia langsung menugaskan seseorang untuk urusan kebutuhan masyarakat; yaitu untuk menerima keluhan masyarakat dan melihat kebutuhan mereka lalu menyampaikannya kepada Mu'āwiyah -raḍiyallāhu 'anhu- yang saat itu menjadi pemimpin umat Islam.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64688

 
Hadith   2080   الحديث
الأهمية: لعن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- الراشي والمرتشي في الحكم
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melaknat pemberi suap dan penerimanya dalam putusan pengadilan.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: «لَعَن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- الرَّاشِي والمُرْتَشِي في الحُكْم».

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melaknat pemberi suap dan penerimanya dalam putusan pengadilan."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
لما كانت حقيقة الرشوة بذل المال ليتوصل به إلى باطل, دعا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- بالطرد والإبعاد من رحمة الله على معطيها وآخذها؛ لما فيها من أضرار جسيمة على الفرد والمجتمع, والرشوة محرمة مطلقًا, وجاء تخصيصها بالحكم في الحديث؛ لأن الرشوة لأجل الحكم أعظم لما في ذلك من تبديل حكم الشرع, بأن يعطى القاضي ما يكون له أثر في تغيير الحكم أو تخفيفه واعتباره في صالح الراشي.

Manakala hakikat suap adalah memberikan harta untuk mewujudkan sesuatu yang batil, maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendoakan laknat dan pengusiran dari rahmat Allah atas pemberi dan penerima suap karena di dalamnya terkandung keburukan besar terhadap individu dan masyarakat. Suap diharamkan secara mutlak, sedangkan penyebutan suap secara khusus pada putusan pengadilan dalam hadis ini karena suap di pengadilan dosanya lebih besar, lantaran dapat berakibat penukaran hukum agama, yaitu hakim diberikan sesuatu yang akan berdampak pada penggantian hukum atau meringankannya sesuai kepentingan pemberi suap.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64689

 
Hadith   2081   الحديث
الأهمية: ألا أخبركم بخير الشهداء الذي يأتي بشهادته قبل أن يُسْألها
Tema: Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang sebaik-baik saksi? Yaitu orang yang memberikan kesaksian sebelum diminta untuk bersaksi.

عن زيد بن خالد الجهني أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «ألا أُخبِرُكُم بخير الشُّهَدَاء الذي يَأتي بِشَهادَتِهِ قبل أن يُسْأَلَهَا».

Zaid bin Khālid Al-Juhaniy meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang sebaik-baik saksi? Yaitu orang yang memberikan kesaksian sebelum diminta untuk bersaksi."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أفاد الحديث أفضلية من يأتي بالشهادة قبل أن تطلب منه، وهذا دليل على خيريته ومبادرته إلى أداء الشهادة حفظا للحقوق، والحديث محمول على ما إذا كان صاحب الحق لا يعلم بهذه الشهادة أو نسيها، فإنه يشرع للشاهد أن يبادر بها وإن لم تطلب منه، وهذا هو أحسن الوجوه في الجمع بين هذا الحديث, وبين الأحاديث التي فيها ذم من يشهد قبل أن يستشهد.

Hadis ini memberikan pelajaran tentang keutamaan orang yang memberikan kesaksian sebelum kesaksiannya itu diminta. Ini adalah dalil yang menunjukkan kebaikannya dan sikap tanggapnya untuk memberikan kesaksian demi menjaga hak-hak manusia. Makna hadis ini dibawa kepada keadaan ketika pemilik hak tidak mengetahui kesaksian tersebut atau tidak mengingatnya, maka ketika itu disyariatkan bagi orang yang memiliki kesaksian untuk segera memberikan kesaksian sekalipun dia belum diminta. Inilah solusi paling bagus di dalam menggabungkan antara hadis ini dan hadis-hadis lain yang mencela orang yang memberi kesaksian sebelum diminta bersaksi.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64691

 
Hadith   2082   الحديث
الأهمية: لا يحلف أحد عند منبري هذا على يمين آثمة، ولو على سواك أخضر، إلا تبوأ مقعده من النار
Tema: Tidaklah seseorang bersumpah di dekat mimbarku ini dengan sumpah yang mengandung dosa, sekalipun pada siwāk yang masih hijau, melainkan dia akan mengambil tempatnya di neraka.

عن جابر بن عبد الله قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لا يحْلِفُ أحدٌ عند مِنْبَرِي هذا على يَمينٍ آثِمَة، ولو على سِواكٍ أَخْضَرَ، إلا تَبَوَّأَ مَقْعَدَه مِن النار -أو وَجَبَتْ له النار-».

Jābir bin Abdullah berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah seseorang bersumpah di dekat mimbarku ini dengan sumpah yang mengandung dosa, sekalipun pada siwāk yang masih hijau, melainkan dia akan mengambil tempatnya di neraka -atau ia pasti masuk neraka-."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث يخبر جابر -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- بيّن عظيم إثم من حلف عند منبره -صلى الله عليه وسلم- الذي بمسجده كاذبًا في يمينه, ولو كان المحلوف عليه شيئًا حقيراً, لأن هذا المكان محل تعظيم له -صلى الله عليه وسلم-, ومحل تذكر لما كان يقوله -صلى الله عليه وسلم- على هذا المنبر, فجاء هذا الحالف بأضداد هذه الأوصاف, فاستحق هذا الوعيد, واليمين الآثمة موجبة للسخط حيث وقعت، لكنها في الموضع الشريف أكثر إثمًا.

Di dalam hadis ini, Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan besarnya dosa orang yang bersumpah di sisi mimbar beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang ada di masjid beliau dengan sumpah yang dusta, sekalipun isi sumpahnya tentang sesuatu yang sepele. Alasannya, karena tempat ini adalah lokasi yang agung bagi beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan tempat mengingat-ingat apa yang pernah beliau sampaikan di atas mimbar ini, namun orang ini melakukan kebalikan semua hal ini di tempat tersebut; maka dia pun pantas mendapatkan ancaman ini. Sumpah bohong akan mendatangkan murka bila itu terjadi, namun perbuatan ini bila dilakukan di lokasi yang mulia maka dosanya akan lebih besar.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64698

 
Hadith   2083   الحديث
الأهمية: أيما رجل أعتق امرأ مسلمًا، استنقذ الله بكل عضوٍ منه عضوًا منه من النار
Tema: Siapa saja yang memerdekakan seorang muslim maka Allah akan menyelamatkan setiap anggota tubuhnya dari api neraka sebagai tebusan setiap anggota tubuh orang yang dimerdekakannya.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال النبي -صلى الله عليه وسلم-: «أَيُّمَا رَجُلٍ أَعْتَقَ امْرَأً مسلمًا، استَنْقَذَ الله بكلِّ عُضْوٍ منه عُضْوا منه مِن النار».

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa saja orang yang memerdekakan seorang muslim maka Allah akan menyelamatkan setiap anggota tubuhnya dari api neraka sebagai tebusan setiap anggota tubuh orang yang dimerdekakannya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث يخبر أبو هريرة -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- بيّن فضل عتق الرقاب وتخليصها من الرق، وأن هذا من أجَلِّ الطاعات وأعظم القربات, ومن أسباب العتق من النار, إذا أعتق هذا الرقيق لله -تعالى-, فكان جزاؤه أن يعتقه الله من النار, لأن المجازاة تكون من جنس الأعمال, فجوزي المعتق للعبد بالعتق من النار, وهذا -والله أعلم- لكون الرقيق في حكم المعدوم إذ لا تصرف له في نفسه, وإنما يُتصرف فيه كما يُتصرف في الدابة, فكان عتقه كإخراجه من العدم إلى الوجود, لما في عتقه من تخليصه من ضرر الرق, وملك نفسه منافعه وتكميل أحكامه وتمكنه من التصرف في نفسه وشؤون حياته على حسب إرادته واختياره في حدود الشرع.

Di dalam hadis ini Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan keutamaan memerdekakan budak serta membebaskannya dari perbudakan; bahwa hal ini termasuk ketaatan paling mulia dan ibadah paling agung serta termasuk sebab pembebasan dari api neraka bila dia memerdekakan budak tersebut karena Allah -Ta'ālā-. Balasannya ialah Allah akan membebaskannya dari api neraka karena balasan itu akan setimpal dengan perbuatan, yaitu orang yang memerdekakan budak diberikan balasan berupa dibebaskan dari api neraka. Hal ini -wallāhu a'lam- karena budak sama hukumnya dengan orang yang tidak ada karena dia tidak memiliki hak untuk bertindak pada dirinya sendiri, melainkan dia diperlakukan sebagaimana halnya hewan, sehingga pemerdekaannya sama seperti mengeluarkannya dari tidak ada menjadi ada. Juga karena memerdekakannya berarti membebaskannya dari dampak buruk perbudakan, memberikannya hak kepemilikan pada manfaat yang dihasilkannya, menyempurnakan hukum-hukumnya, dan memberikannya hak untuk bertindak pada dirinya sendiri dan pada urusan kehidupannya sesuai dengan keinginan dan pilihannya selama masih dalam batasan agama.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64703

 
Hadith   2084   الحديث
الأهمية: المكاتب عبد ما بقي عليه من مكاتبته درهم
Tema: Seorang mukatab tetap sebagai seorang budak selama ia belum menyelesaikan tanggungan pembebasannya meskipun satu dirham

عن عمرو بن شعيب، عن أبيه، عن جده، عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «المُكَاتَبُ عَبْدٌ ما بَقِيَ عليه من مُكَاتَبَتِهِ دِرْهَمٌ».

Dari 'Amr bin Syu'aib, dari bapaknya, dari kakeknya, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Seorang mukatab tetap sebagai seorang budak selama ia belum menyelesaikan tanggungan pembebasannya meskipun satu dirham."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث بيان أنَّ المكاتب لا يعتق ويكون له حكم الأحرار حتى يؤدي ما عليه من مال الكتابة كاملًا، فإن بقي عليه شيء فهو عبد تجري عليه أحكام الرقيق.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64709

 
Hadith   2085   الحديث
الأهمية: لا يرث المسلم الكافر، ولا يرث الكافر المسلم
Tema: Orang muslim tidak mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak mewarisi orang muslim.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
وعن أسامة بن زيد -رضي الله عنهما- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «لا يرثُ المسلمُ الكافرَ، ولا يَرِثُ الكافرُ المسلمَ».

Usāmah bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang muslim tidak mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak mewarisi orang muslim."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- بأنَّه لا توارث بين المسلم والكافر، ذلك أنَّ الإِسلام أقوى رابطة، فإذا اختل هذا الرباط المقدس بين القرابة في النسب، فقد فُقِدت الصلات والعلاقات، فاختلت قوة رابطة القرابة فمنَع التوارث، الذي بني على الموالاة والنصرة.

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa tidak ada saling waris-mewarisi antara orang muslim dan orang kafir, karena Islam adalah ikatan yang paling kuat. Bila ikatan suci ini telah hilang di antara kerabat nasab, maka semua bentuk pertalian dan ikatan telah hilang sehingga ikatan kerabat tidak lagi memiliki kekuatan, maka hal itu mencegah waris-mewarisi yang dibangun di atas asas saling memberikan pembelaan dan pertolongan.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64716

 
Hadith   2086;mso-yfti-lastrow:yes   الحديث
الأهمية: لا يتوارث أهل ملتين شتى
Tema: Penganut dua agama yang berbeda tidak saling mewarisi.

عن عبد الله بن عمرو -رضي الله عنهما- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لا يَتَوَارَثُ أهل مِلَّتَيْنِ شتّى».

Abdullah bin 'Amr -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Penganut dua agama yang berbeda tidak saling mewarisi."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أفاد الحديث أنه لا توارث بين كل قوم اختلفت ديانتهم، فلا يرث المسلم اليهودي أو النصراني، والعكس، وذلك لأنه اختل شرط من شروط التوارث وهو اتفاق الدين، فإذا اختلفت الأديان فلا توارث بينهما، وهذا قول الجمهور من الفقهاء.

Hadis ini memberikan pelajaran bahwa tidak ada waris-mewarisi antara tiap kaum yang berbeda agamanya. Maka seorang muslim tidak mewarisi seorang Yahudi atau Nasrani dan sebaliknya. Alasan dari hal itu karena ia kehilangan salah satu syarat saling mewarisi, yaitu kesamaan agama. Sehingga bila terjadi perbedaan agama maka tidak ada saling waris antara keduanya. Ini adalah pendapat jumhur fukaha.

 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 64718



© EsinIslam.Com Designed & produced by The Awqaf London. Please pray for us