Penjelajah Hadis Bahasa Indonesia مكتشف الحديث باللغة الإنجليزية
Hadith 79 الحديث
الأهمية: نَحَرْنَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ الله
-صلى الله عليه وسلم- فَرَسًا فَأَكَلْنَاهُ
Tema: Kami pernah menyembelih seekor kuda
pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu kami
menyantapnya |
عن أَسْمَاء بِنْت أَبِي بَكْرٍ-رضي
الله عنهما- قالت: «نَحَرْنَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ الله-صلى الله عليه
وسلم- فَرَسًا فَأَكَلْنَاهُ». وَفِي رِوَايَةٍ «وَنَحْنُ بِالْمَدِينَةِ».
Dari Asmā` binti Abi Bakar
-raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, "Kami pernah menyembelih seekor kuda
pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu kami
menyantapnya." Dalam riwayat lain disebutkan, "Saat kami berada di
Madinah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
تُخبِرُ أَسْمَاءُ بِنْت أبي بكر الصديق
-رضي الله عنهما- أنهم نَحَرُوا فَرَساً عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ -صلى
الله عليه وسلم- وَأَكَلُوهُ، وفي ذلك دَلَالَةٌ عَلَى جَوَازِ أَكْلِ
لُحُومِ الخَيْلِ، ولا يَتَوَهَم أَحَدٌ مَنْعَ أَكْلِهَا لاقْتِرَانِهَا
مَعَ الحَمِيرِ والْبِغَالِ في الآية، وهي قوله تعالى: (وَالْخَيْلَ
وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً وَيَخْلُقُ مَا لا
تَعْلَمُونَ)، [ النحل : 8 ].
Tema: Asmā` binti Abi Bakar Aṣ-Ṣiddīq
-raḍiyallāhu 'anhumā- mengabarkan bahwa mereka pernah menyembelih seekor
kuda pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan mereka
menyantapnya. Ini menunjukkan dibolehkannya memakan daging kuda. Dan
jangan ada seorang yang membayangkan larangan memakannya karena kuda
digandengkan dengan keledai dan bagal (peranakan kuda dengan keledai)
dalam ayat, yaitu firman Allah -Ta'ālā-, "Dan (Dia telah menciptakan)
kuda, bagal, dan keledai, untuk kamu tunggangi dan (menjadi) perhiasan.
Allah menciptakan apa yang tidak kamu ketahui." (An-Naḥl: 8) |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3000 |
|
Hadith 80 الحديث
الأهمية: نَذَرَتْ أُخْتِي أَنْ تَمْشِيَ إلَى
بَيْتِ الله الْحَرَامِ حَافِيَةً، فَأَمَرَتْنِي أَنْ أَسْتَفْتِيَ لَهَا
رَسُولَ الله-صلى الله عليه وسلم- فَاسْتَفْتَيْتُهُ، فَقَالَ: لِتَمْشِ
وَلْتَرْكَبْ
Tema: Saudara perempuanku bernazar untuk
berjalan ke Baitullah al-Haram tanpa alas kaki, lalu ia menyuruhku
meminta fatwa kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku pun
meminta fatwa kepada beliau, maka beliau bersabda, "Hendaklah ia
berjalan kaki dan berkendaraan!" |
عن عُقْبَة بْن عَامِرٍ -رضي الله عنه-
قال: «نَذَرَتْ أُخْتِي أَنْ تَمْشِيَ إلَى بَيْتِ الله الْحَرَامِ
حَافِيَةً، فَأَمَرَتْنِي أَنْ أَسْتَفْتِيَ لَهَا رَسُولَ الله-صلى الله
عليه وسلم- فَاسْتَفْتَيْتُهُ، فَقَالَ: لِتَمْشِ وَلْتَرْكَبْ».
Dari 'Uqbah bin 'Āmir -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Saudara perempuanku bernazar untuk berjalan ke
Baitullah al-Haram tanpa alas kaki, lalu ia menyuruhku meminta fatwa
kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku pun meminta fatwa
kepada beliau, maka beliau bersabda, "Hendaklah ia berjalan kaki dan
berkendaraan!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
مِنْ طَبِيعَةِ الإنسَان أنَّه
يَنْدَفِعُ أحياناً فَيُوجِبُ على نفسه مَا يَشُقُّ عليه، وقد جاء شَرْعُنا
بالاعتدَال، وعدمِ المشَقَّة عَلى النَّفس في العِبادة حتى تَسْتَمِر، وفي
هذا الحدِيثِ طلبت أخت عقبة بن عامر منه، أن يسأل رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- أنها نذرت أن تذهب إلى البيت الحرام ماشية حافية، فرَأَى النَّبي
-صلى الله عليه وسلم- أنَّ هذه المرأة تُطِيقُ شَيئاً مِن المشي، فَأمَرَها
أَنْ تَمشِي مَا أَطَاقَت المشي، وأَنْ تَرْكَبَ إذا عَجَزَت عَن المشي.
Di antara tabiat manusia, ia terkadang
bersikap emosional sehingga mewajibkan pada dirinya sesuatu yang justru
menyulitkannya. Padahal syariat kita mengajarkan sikap pertengahan dan
tidak memberatkan diri dalam beribadah, agar ibadah dapat terus
berlangsung. Dan dalam hadis ini, saudara perempuan 'Uqbah bin 'Āmir
memintanya agar bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bahwa ia telah bernazar pergi ke Baitullah al-Haram dengan
berjalan kaki tanpa alas kaki. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melihat wanita ini mampu berjalan kaki, maka beliau memerintahnya
berjalan kaki selama mampu melakukannya dan naik kendaraan apabila sudah
tidak mampu berjalan kaki. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3001 |
|
Hadith 81 الحديث
الأهمية: نَهَى رَسُولُ الله عَنْ لُبْسِ
الْحَرِيرِ إلاَّ مَوْضِعَ أُصْبُعَيْنِ، أَوْ ثَلاثٍ، أَوْ أَرْبَعٍ
Tema: Rasulullah melarang mengenakan sutra
kecuali seukuran dua, tiga atau empat jari. |
عن عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- أَنَّ
رَسُولَ الله -صلى الله عليه وسلم- «نهى عن لُبُوسِ الحَرِيرِ إلا هكذا،
ورَفَعَ لنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أُصْبُعَيْهِ: السَّبَّابَةَ،
والوُسْطَى».
ولمسلم
«نهى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن لُبْس ِالحَرِيرِ إلا مَوْضِعَ
أُصْبُعَيْنِ، أو ثلاثٍ، أو أربعٍ».
Dari Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu
'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaīhi wa sallam- melarang
mengenakan sutra kecuali seperti ini. Rasulullah - ṣallallāhu 'alaīhi wa
sallam- mengangkat dua jarinya; jari telunjuk dan jari tengah untuk
(memperlihatkan kepada) kami." Dalam riwayat Muslim disebutkan,
"Rasulullah - ṣallallāhu 'alaīhi wa sallam- melarang mengenakan sutra
kecuali seukuran dua, tiga atau empat jari."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- نهى
الذكور عن لبس الحرير إلا ما استثني، والمستثنى في الحديث المتفق عليه
أصبعين، وفي رواية مسلم أو ثلاث أو أربع، فيؤخذ بالأكثر؛ فلا بأس من مقدار
أربعة أصابع من الحرير في اللباس.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaīhi wa
sallam- melarang kaum lelaki mengenakan sutra kecuali sesuatu yang
dikecualikan. Hal yang dikecualikan dalam hadis yang diriwayatkan
Bukhari dan Muslim (muttafaq 'alaih) adalah selebar dua jari. Dalam
riwayat Muslim adalah selebar tiga atau empat (jari). Lantas diambillah
yang paling banyak. Dengan demikian, tidak ada masalah mengenakan sutra
selebar empat jari dalam pakaian." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3002 |
|
Hadith 82 الحديث
الأهمية: أن النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى
عن لُحُومِ الْحُمُرِ الأَهْلِيَّةِ، وأذن في لحوم الخيل
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melarang mengkonsumsi daging keledai jinak dan membolehkan konsumsi
daging kuda |
عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما-:
(أن النبي -صلى الله عليه وسلم- نهى عن لحوم الحُمُرِ الأَهْلِيَّةِ،
وأَذِنَ في لحوم الخيل).
ولمسلم
وحده قال: (أكلنا زمن خيبر الخيل وحُمُرَ الوَحْشِ، ونهى النبي -صلى الله
عليه وسلم- عن الحمار الأَهْلِيِّ).
عن عبد
الله بن أبي أوفى -رضي الله عنه- قال: (أصابتنا مجاعة ليالي خيبر، فلما كان
يوم خيبر: وقعنا في الحُمُرِ الأَهْلِيَّةِ فانْتَحَرْنَاهَا، فلما غَلَتِ
بها القُدُورُ: نادى مُنَادِي رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن
أَكْفِئُوا القُدُورَ، وربما قال: ولا تأكلوا من لحوم الحُمُرِ شيئا).
عن أبي
ثعلبة -رضي الله عنه- قال: (حَرَّمَ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لحوم
الحُمُر الأَهْلِيَّةِ).
Tema: Dari Jābir bin Abdullah -raḍiyallāhu
'anhumā-, "Bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang
mengkonsumsi daging keledai jinak dan membolehkan mengkonsumsi daging
kuda." Dalam redaksi Imam Muslim, Jābir berkata, "Saat perang Khaibar,
kami mengkonsumsi daging kuda dan daging keledai liar. Dan Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang mengkonsumsi daging keledai
jinak." Dari Abdullah bin Abi Aufā -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata,
"Kelaparan melanda kami pada malam hari sebelum perang Khaibar. Dan pada
hari perang Khaibar kami mendapatkan keledai jinak dan kami langsung
menyembelihnya. Ketika airnya sudah mendidih di dalam periuk-periuk,
mendadak ada seseorang yang menyeru atas perintah Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, 'Tumpahkanlah periuk-periuk itu dan -mungkin dia
juga mengatakan- jangan makan sedikitpun dari daging keledai itu!" Dari
Ṡa'labah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- telah mengharamkan daging-daging keledai jinak."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يُخبرُ جابرُ بنُ عبدالله -رضي الله
عنهما- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- نهَى عن لحُومِ الحُمُرِ الأهْلِيةِ،
أي: نَهَى عَنْ أَكْلِهَا، وَأَنَّه أبَاحَ وأَذِنَ في لُحُومِ الْخَيلِ
والْحِمَارِ الوَحْشِي، ويُخبر عبدالله بن أبي أوفى -رضي الله عنهما-
بأنَّهم حَصَلَتْ لهم مَجَاعَةٌ في لَيَالي مَوْقِعَةِ خَيْبَر، ولما
فُتِحَت انْتَحَرُوا مِنْ حُمُرِها، وأَخَذُوا مِنْ لَحْمِها وطَبَخُوهُ،
ولما طَبَخُوه أَمَرَهُم النبي -صلى الله عليه وسلم- بكفْئ ِالقدورِ أي
قلبها، وعَدَمِ الأَكل من ذلك اللحم.
Jābir bin Abdullah -raḍiyallāhu
'anhumā- mengabarkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melarang mengkonsumsi daging keledai jinak. Dan beliau membolehkan
mengkonsumsi daging kuda dan keledai liar. Sementara Abdullah bin Abi
Aufā -raḍiyallāhu 'anhumā- mengabarkan bahwa mereka dilanda kelaparan
pada malam-malam persiapan perang Khaibar. Ketika berhasil menaklukkan
Khaibar maka mereka menyembelih keledai jinak, mengambil dagingnya dan
memasaknya. Ketika daging itu telah matang, Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam memerintahkan mereka untuk menumpahkan (isi)
periuk-periuk dan melarang makan daging keledai jinak tersebut. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3003 |
|
Hadith 83 الحديث
الأهمية: يا عبدَ الرحمَنِ بْنَ سَمُرَةَ، لا
تَسْأَلْ الإِمَارَةَ؛ فَإِنَّكَ إن أُعْطِيتَها عن مسأَلَةٍ وُكِّلْتَ
إليها
Tema: Wahai Abdurrahman bin Samurah,
janganlah engkau meminta jabatan! Karena sesungguhnya jika jabatan itu
diberikan kepadamu karena permintaan, maka jabatan itu akan diserahkan
kepadamu (tanpa pertolongan dari Allah). |
عن عَبْد الرَّحْمَنِ بْن سَمُرَةَ -رضي
الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال له: «يا عبد الرحمن بن
سَمُرَة، لا تَسْأَلِ الإِمَارَةَ؛ فإنك إن أُعْطِيتَها عن مَسْأَلَةٍ
وُكِلْتَ إليها، وإن أُعْطِيتَهَا عن غير مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عليها، وإذا
حَلَفْتَ على يمينٍ فرأيتَ غيرها خيرًا منها، فَكَفِّرْ عن يمينك، وَأْتِ
الذي هو خير».
Dari Abdurrahman bin Samurah
-raḍiyallahu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda kepadanya, “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau
meminta jabatan! Karena sesungguhnya jika jabatan itu diberikan kepadamu
karena permintaan, maka jabatan itu akan diserahkan kepadamu (tanpa
pertolongan dari Allah). Dan jika jabatan itu diberikan kepadamu tanpa
permintaan darimu, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah) dalam
melaksanakannya. Dan apabila engkau bersumpah dengan satu sumpah
kemudian engkau melihat selainnya lebih baik darinya, maka bayarlah
kafarat sumpahmu itu dan kerjakanlah yang lebih baik (darinya)!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
نهى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن
سؤال الإمارة؛ لأنَّ مَن أعطيها عن مسألةٍ خُذِلَ وتُرِكَ لِرَغْبَتِه في
الدنيا وتفضيلها على الآخرة، وأن من أُعْطِيَها عَنْ غَيْرِ مسألةٍ أعانَهُ
اللهُ علَيها، وأنَّ الحَلف على شيء لا يكون مانعًا عن الخير، فإن رأى
الحالفُ الخيرَ في غيرِ الحلف فلَه التَّخَلُص من الحلف بالكفارة ثم يأت
الخير.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- melarang untuk meminta jabatan, karena barang siapa yang
diberikan jabatan dengan sebab meminta maka ia akan dihinakan dan
ditinggalkan karena ambisinya terhadap dunia dan karena ia lebih
mengutamakan dunia daripada Akhirat. Dan barang siapa yang diberikan
jabatan tanpa ia minta maka Allah akan menolongnya dalam melaksanakan
jabatan tersebut. Dan bahwa bersumpah terhadap sesuatu tidak menjadi
penghalang dari kebaikan. Jika orang yang bersumpah melihat kebaikan
pada selain sumpahnya, maka ia boleh melepaskan diri dari sumpah itu
dengan membayar kafarat, kemudian hendaknya ia melakukan kebaikan
tersebut. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3004 |
|
Hadith 84 الحديث
الأهمية: ألا أُخْبِرُكُم عن النَّفَرِ الثلاثة:
أما أحدهم فأَوَى إلى الله فآوَاهُ الله إليه، وأما الآخر فاسْتَحْيا
فاسْتَحْيَا الله منه، وأما الآخر، فأعْرَضَ، فأعرضَ اللهُ عنه
Tema: Maukah kalian aku beritahukan tentang
tiga orang? Yang pertama, ia berlindung kepada Allah, maka Allah pun
melindunginya. Yang kedua, ia malu, maka Allah pun malu terhadapnya.
Sedangkan yang ketiga, ia berpaling, maka Allah pun berpaling darinya. |
عن أبي واقد الحارث بن عوف -رضي الله
عنه- أنَّ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- بينما هو جالس في المسجد، والناس
معه، إذ أقبل ثلاثَةُ نَفَرٍ، فأقبل اثنان إلى رسول الله، -صلى الله عليه
وسلم- وذهب واحد، فوقفا على رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، فأما أحدهما
فرأى فُرْجَةً في الْحَلْقَةِ فجلس فيها، وأما الآخر فجلس خلفهم، وأما
الثالث فأدْبَر ذاهبٍا، فلما فرغ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «ألا
أُخْبِرُكُم عن النَّفَرِ الثلاثة: أما أحدهم فأَوَى إلى الله فآوَاهُ الله
إليه، وأما الآخر فاسْتَحْيا فاسْتَحْيَا الله منه، وأما الآخر، فأعْرَضَ،
فأعرضَ اللهُ عنه».
Dari Abu Wāqid al-Hāriṡ bin Auf
-raḍiyallāhu 'anhu- bahwa ketika Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- sedang duduk di masjid dan orang-orang bersamanya, tiba-tiba
datanglah tiga orang. Dua orang menghampiri Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- sedangkan yang satu pergi. Lantas kedua orang itu
berdiri di hadapan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Salah
satunya melihat tempat yang kosong di halaqah (perkumpulan) itu, lalu ia
duduk di tempat kosong tersebut. Sedangkan yang satu lagi, duduk di
belakang mereka. Adapun orang yang ketika pergi. Saat Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- selesai (bicara), beliau bersabda,
"Maukah kalian aku beritahukan tentang tiga orang? Yang pertama, ia
berlindung kepada Allah, maka Allah pun melindunginya. Yang kedua, ia
malu, maka Allah pun malu terhadapnya. Sedangkan yang ketiga, ia
berpaling, maka Allah pun berpaling darinya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في الحديث أنَّ رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- كان جالسا في المسجد، والناس معه، إذ أقبل ثلاثَةُ رجال، فأقبل
اثنان إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وذهب واحد؛ فوقفا عند حلقة رسول
الله -صلى الله عليه وسلم-، فأما أحدهما فرأى مكاناً فارغاً في الْحَلْقَةِ
فجلس فيها، والحلقة رجال جالسون على شكل دائرة أمام النبي -صلى الله عليه
وسلم- وأما الآخر فجلس خلفهم، وأما الثالث فرجع وانصرف، فلما فرغ وانتهى
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- من حديثه الذي كان فيه، قال للصحابة ألا
أُخْبِرُكُم عن الرجال الثلاثة: أما أحدهم فأَوَى إلى الله فآوَاهُ الله
إليه أي جلس في المكان الفارغ يستمع ذكر الله فأكرمه الله بفضيلة ذلك
المجلس المبارك، وأما الآخر فاسْتَحْيا فاسْتَحْيَا الله منه أي امتنع من
المزاحمة؛ فجلس خلف الحلقة فلم يُمنع من بركة المجلس، وأما الآخر فأعْرَضَ،
فأعرضَ اللهُ عنه أي ذهب بلا عذر فمُنع بركة المجلس.
Dalam hadis ini (dijelaskan) bahwa
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sedang duduk di masjid dan
orang-orang bersamanya. Tiba-tiba datang tiga orang laki-laki. Dua orang
menghampiri Rasulullah - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan yang satu
pergi. Kedua orang itu berdiri di sisi halaqah (perkumpulan) Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu salah satunya melihat tempat kosong
di halaqah itu, maka ia pun duduk di tempat kosong tersebut. Halaqah
adalah orang-orang yang duduk dalam bentuk lingkaran di hadapan Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Sedangkan yang satu lagi duduk di
belakang mereka. Adapun orang yang ketiga pulang. Ketika Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- selesai dari pembicaraan yang
disampaikannya, beliau bersabda kepada para sahabat, "Maukah kalian aku
beritahukan mengenai tiga orang? Yang pertama, ia berlindung kepada
Allah, maka Allah pun melindunginya. Yakni, dia duduk di tempat kosong
untuk menyimak zikir kepada Allah lalu Allah pun memuliakannya dengan
keutamaan majelis yang penuh berkah itu. Sedangkan yang kedua malu, maka
Allah pun malu terhadapnya. Yakni, dia tidak mau berdesak-desakkan
sehingga ia duduk di belakang halaqah tanpa terhalang dari keberkahan
majelis. Sedangkan orang yang lainnya berpaling, maka Allah pun
berpaling darinya. Yakni, dia pergi tanpa ada uzur sehingga terhalang
dari keberkahan majelis. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3005 |
|
Hadith 85 الحديث
الأهمية: قال قل: اللهم فاطِرَ السماوات والأرض
عالم الغيبِ والشهادة؛ ربَّ كُلِّ شَيءٍ ومَلِيكَه، أَشْهد أن لا إله إلا
أنت، أعوذ بك من شرِّ نفسي وشرِّ الشيطان وشِرْكِهِ
Tema: Rasulullah bersabda, "Ucapkanlah, ya
Allah Pencipta langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui alam gaib dan yang
tampak, Rabb segala sesuatu dan pemiliknya. Aku bersaksi bahwa tiada
Ilah yang berhak disembah selain Allah. Aku berlindung kepada-Mu dari
kejelekan jiwaku dan kejelekan setan dan sekutunya." |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن أبا بكر
الصديق -رضي الله عنه- قال: يا رسول الله مُرني بكلمات أقُولُهُنَّ إذا
أصبَحتُ وإذا أمسَيتُ، قال: «قل: اللهم فاطِرَ السماوات والأرض عالم الغيبِ
والشهادة، ربَّ كُلِّ شَيءٍ ومَلِيكَه، أَشْهد أن لا إله إلا أنت، أعوذ بك
من شرِّ نفسي وشرِّ الشيطان وشِرْكِهِ وأن أقترف على نفسي سوءًا أو أجرُّه
إلى مسلم» قال: «قلها إذا أصبحت، وإذا أمسيت، وإذا أخذْتَ مَضْجَعَك».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
bahwasannya Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Wahai Rasulullah
ajarkanlah kepadaku doa yang aku ucapkan waktu pagi dan petang." Maka
Rasulullah bersabda, "Ucapkanlah, ya Allah Pencipta langit dan bumi,
Yang Maha Mengetahui alam gaib dan yang tampak, Rabb segala sesuatu dan
pemiliknya. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain
Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan jiwaku dan kejelekan
setan dan sekutunya, dan (aku berlindung supaya tidak) mendatangkan
keburukan kepada diriku sendiri atau menganiaya orang muslim lainnya."
Beliau bersabda, "Bacalah kalimat-kalimat itu apabila kamu berada di
pagi hari dan di sore hari, serta apabila kamu hendak tidur."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
هذا الذكر من الأذكار التي تقال في
الصباح والمساء، والذي علَّمها النبي -صلى الله عليه وسلم- أبا بكر -رضي
الله عنه- حيث قال: علمني.
فعلمه
النبي -صلى الله عليه وسلم- ذكرًا ودعاءً يدعو به كلما أصبح وكلما أمسى،
وأمره أن يقول: (اللهم فاطر السماوات والأرض) يعني: يا الله يا فاطر
السماوات والأرض وفاطرهما، يعني أنه خلقهما عز وجل على غير مثال سبق، بل
أبدعهما وأوجدهما من العدم على غير مثال سبق.
(عالم الغيب والشهادة) أي: عالم ما غاب
عن الخلق وما شاهدوه؛ لأن الله تعالى يعلم الحاضر والمستقبل والماضي.
(رب كل شيء ومليكه)، يعني: يا رب كل شيء
ومليكه، والله تعالى هو رب كل شيء وهو مليك كل شيء.
(أشهد أن لا إله إلا أنت): أعترف بلساني
وقلبي أنه لا معبود حق إلا أنت، فكل ما عبد من دون الله فإنه باطل لا حق له
في العبودية ولا حق في العبودية إلا لله وحده -عز وجل-.
قوله:
أ(عوذ بك من شر نفسي)؛ لأن النفس لها شرور كما قال -تعالى-: (وما أبرئ نفسي
إن النفس لأمارة بالسوء إلا ما رحم ربي)، فإذا لم يعصمك الله من شرور نفسك
فإنها تضرك وتأمرك بالسوء، ولكن الله إذا عصمك من شرها وفقك إلى كل خير.
وختم
النبي -عليه الصلاة والسلام- بقوله: (ومن شر الشيطان وشِرْكه) وفي لفظ
وشَرَكه، يعني: تسأل الله أن يعيذك من شر الشيطان ومن شر شِركه، أي: ما
يأمرك به من الشِّرك أو شَرَكه، والشَرَك: ما يصاد به الحوت والطير وما
أشبه ذلك؛ لأن الشيطان له شرَك يصطاد به بني آدم إما شهوات أو شبهات أو غير
ذلك، (وأن أقترف على نفسي سوءًا)، أي: أجر على نفسي سوءًا (أو أجره إلى
مسلم).
فهذا
الذكر أمر النبي -صلى الله عليه وسلم- أبا بكر أن يقوله إذا أصبح وإذا أمسى
وإذا أخذ مضجعه.
Ini merupakan salah satu zikir yang
diucapkan di waktu pagi dan petang, yang diajarkan oleh Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- kepada Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu-. Abu Bakar
berkata, "Ajarkanlah kepadaku." Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- pun mengajarinya zikir dan doa yang diucapkan setiap pagi dan
petang, dan beliau menyuruhnya untuk mengucapkan, (Ya Allah Pencipta
langit dan bumi) yakni, ya Allah, wahai Pencipta langit dan bumi.
"Pencipta keduanya," yakni, Allah -'Azza wa Jalla- menciptakannya tanpa
ada contoh sebelumnya, tetapi Dia menciptakannya dan mewujudkannya dari
ketiadaan, tanpa ada contoh sebelumnya. (Yang Maha Mengetahui alam gaib
dan yang tampak) yakni, Yang Mengetahui apa yang tidak terlihat oleh
makhluk dan apa yang mereka saksikan. Sebab, Allah -Ta'ālā- mengetahui
masa sekarang, masa mendatang dan masa lalu. (Rabb segala sesuatu dan
pemiliknya) Yakni, Rabb segala sesuatu dan pemiliknya. Allah -Ta'ālā-
adalah Rabb segala sesuatu dan pemiliknya. (Aku bersaksi bahwa tiada
Ilah yang berhak disembah selain Engkau) Aku mengakui dengan lisan dan
hatiku bahwa tidak ada sembahan yang benar selain Engkau. Segala sesuatu
yang disembah selain Allah maka itu adalah batil, ia tidak berhak untuk
diibadahi. Tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah semata. Sabda
beliau, (Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan jiwaku), karena jiwa
itu memiliki kejelekan-kejelekan sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "Dan
aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena
sesungguhnya nafsu (jiwa) itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali
(nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabbku." Jika Allah tidak melindungimu
dari kejelekan-kejelekan jiwa, maka jiwa (nafsu) itu membahayakanmu dan
menyuruhmu kepada kejahatan. Namun, jika Allah melindungimu dari
kejelekan jiwa, maka Dia memberimu taufik untuk melakukan segala
kebaikan. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menutup dengan sabdanya,
(Dan kejelekan setan dan sekutunya) Dalam redaksi lain, (Wa Syarakihi)
yakni, hendaklah engkau memohon kepada Allah agar melindungimu dari
kejelekan setan dan dari kejelekan sekutunya. Yakni, yang menyuruhmu
melakukannya berupa sekutu atau jebakannya. Asy-Syarak adalah sesuatu
yang digunakan untuk memburu ikan paus, burung dan sebagainya. Sebab,
setan itu memiliki perangkap untuk memburu Bani Adam, baik berupa
syahwat, syubhat atau selain itu. (Dan mendatangkan keburukan kepada
diriku sendiri) Yakni, mendatangkan keburukan kepada diriku sendiri atau
kepada orang Muslim. Zikir ini merupakan perintah Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- kepada Abu Bakar agar mengucapkannya jika berada di
waktu pagi dan sore hari dan jika hendak tidur. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan
oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3006 |
|
Hadith 86 الحديث
الأهمية: خرج معاوية -رضي الله عنه- على حَلْقَةٍ
في المسجد، فقال: ما أَجْلَسَكم؟ قالوا: جلسنا نذكر الله
Tema: Mu'āwiyah -raḍiyallāhu 'anhu- pernah
keluar mendatangi sekumpulan orang di masjid, lalu ia berkata, "Apakah
yang menyebabkan kalian duduk ini?" Mereka menjawab, "Kami duduk untuk
berzikir (mengingat) Allah." |
عن أبي
سعيد الخدري –رضي الله عنه- قال: خرج معاوية -رضي الله عنه- على
حَلْقَةٍ في المسجد، فقال: ما أَجْلَسَكم؟ قالوا: جلسنا نذكر الله، قال:
آلله ما أجْلَسَكُم إلا ذاك؟ قالوا: ما أجلسنا إلا ذاك، قال: أما إنّي لم
استَحْلِفْكُم تُهْمَةً لكم، وما كان أحد بمنزلتي من رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- أقَلَّ عنه حديثاً مِنِّي: إنَّ رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
خَرَجَ على حَلْقَةٍ من أصحابه فقال: «ما أَجْلَسَكم؟» قالوا: جلسنا نذكر
الله ونَحْمَدُهُ على ما هَدَانا للإسلام؛ ومَنَّ بِهِ علينا، قال: «آلله
ما أجْلَسَكُم إلا ذاك؟» قالوا: والله ما أجلسنا إلا ذاك، قال: «أما إنّي
لم أستحلفكم تُهْمَةً لكم، ولكنه أتاني جبريل فأخبرني أن الله يُبَاهِي بكم
الملائكة».
Dari Abu Sa'īd al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Mu'āwiyah - raḍiyallāhu 'anhu- pernah keluar
mendatangi sekumpulan orang di masjid, lalu ia berkata, "Apakah yang
menyebabkan kalian duduk ini?" Mereka menjawab, "Kami duduk untuk
berzikir (mengingat) Allah." Mu'āwiyah berkata, "Apakah, demi Allah,
tidak ada yang menyebabkan kalian duduk ini melainkan karena berzikir
(mengingat) Allah saja?" Mereka menjawab, "Ya, tidak ada yang
menyebabkan kami semua duduk ini, kecuali untuk itu." Mu'āwiyah berkata,
"Sebenarnya aku bukan ingin meminta sumpah dari kalian karena adanya
kecurigaan terhadap kalian. Dan tidak ada seorang pun, dengan
kedudukanku dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang paling
sedikit hadisnya daripada aku sendiri. Sesungguhnya Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pada suatu ketika keluar mendatangi
sekumpulan orang dari kalangan sahabat-sahabatnya lalu bertanya, "Apakah
yang menyebabkan kalian duduk begini?" Para sahabat menjawab, "Kami
duduk untuk berzikir (mengingat) Allah dan memuji-Nya, karena Dia telah
menunjukkan kami semua kepada Islam dan mengaruniakan kenikmatan Islam
itu kepada kami." Beliau bersabda, "Apakah, demi Allah, tidak ada yang
menyebabkan kalian duduk begini melainkan karena itu?" Mereka menjawab,
"Demi Allah, tidak ada yang membuat kami duduk di sini selain itu".
Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku bukan ingin meminta sumpah dari
kalian karena adanya kecurigaan terhadap kalian semua, tetapi Jibril
datang kepadaku dan memberitahukan sesungguhnya Allah membanggakan
kalian di hadapan para malaikat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
هذا الحديث من الأحاديث التي تدل على
فضيلة الاجتماع على ذكر الله -عز وجل-، وهو ما رواه أبو سعيد الخدري عن
معاوية -رضي الله عنهما- أنه خرج على حلقة في المسجد فسألهم على أي شيء
اجتمعوا، فقالوا: نذكر الله، فاستحلفهم -رضي الله عنه- أنهم ما أرادوا
بجلوسهم واجتماعهم إلا الذكر، فحلفوا له، ثم قال لهم: إني لم أستحلفكم تهمة
لكم وشكًّا في صدقكم، ولكني رأيت النبي -صلى الله عليه وسلم- خرج على قوم
وذكر مثله، وأخبرهم أن الله -عز وجل- يباهي بهم الملائكة، فيقول مثلا:
انظروا إلى عبادي اجتمعوا على ذكري، وما أشبه ذلك، مما فيه المباهاة، ولكن
ليس هذا الاجتماع أن يجتمعوا على الذكر بصوت واحد، ولكن يذكرون أي شيء
يذكرهم بالله -تعالى- من موعظة وذكرى أو يتذكرون نعمة الله عليهم بما أنعم
عليهم من نعمة الإسلام وعافية البدن والأمن، وما أشبه ذلك، فإن ذكر نعمة
الله من ذكر الله -عز وجل-، فيكون في هذا دليل على فضل جلوس الناس
ليتذاكروا نعمة الله عليهم.
Hadis ini merupakan salah satu hadis
yang menunjukkan keutamaan berkumpul untuk berzikir (mengingat) Allah
-'Azza wa Jalla-. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Sa'īd al-Khudri dari
Mu'āwiyah -raḍiyallāhu 'anhumā- bahwasannya dia keluar menuju sekumpulan
orang di masjid lalu bertanya kepada mereka mengenai sebab mereka
berkumpul. Mereka menjawab bahwa kami sedang berzikir (mengingat) Allah.
Mu'āwiyah -raḍiyallāhu 'anhu- meminta mereka bersumpah bahwa mereka itu
duduk dan berkumpul hanya untuk berzikir. Mereka pun bersumpah
kepadanya. Kemudian Mu'āwiyah berkata kepada mereka, "Sebenarnya aku
bukan ingin meminta sumpah dari kalian karena adanya kecurigaan kepada
kalian dan meragukan kejujuran kalian, tetapi aku pernah melihat Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- keluar menuju satu kaum lalu beliau
mengucapkan perkataan seperti itu. Beliau memberitahu mereka bahwa Allah
-'Azza wa Jalla- membanggakan mereka di hadapan para malaikat.
Contohnya, Allah berfirman, "Lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka berkumpul
untuk mengingat-Ku." Dan firman lainnya yang mengandung kebanggaan.
Hanya saja sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
perkumpulan ini bukan berkumpul untuk berzikir dengan satu suara. Namun,
mereka berzikir dengan segala sesuatu yang membuat mereka ingat kepada
Allah -Ta'ālā- berupa nasihat dan peringatan, atau mengingat-ingat
nikmat Allah kepada mereka berupa kenikmatan Islam, kesehatan tubuh dan
rasa aman dan sebagainya. Sesungguhnya mengingat kenikmatan Allah
termasuk berzikir (mengingat) Allah -'Azza wa Jalla-. Dengan demikian,
ini menjadi dalil keutamaan orang-orang yang duduk untuk saling
mengingatkan nikmat Allah kepada mereka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3007 |
|
Hadith 87 الحديث
الأهمية: كان نبي الله -صلى الله عليه وسلم- إذا
أمسى قال: أمسينا وأمسى الملك لله، والحمد لله، لا إله إلا الله وحده لا
شريك له
Tema: Apabila Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- memasuki waktu sore hari, beliau mengucapkan, "Kami memasuki
waktu sore hari dan segala kekuasaan hanya milik Allah, segala puji
hanya milik Allah. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah Yang
Maha Esa tidak ada sekutu bagi-Nya." |
عن عبد الله بن مسعود-رضي الله عنه-
قال: كان نبي الله -صلى الله عليه وسلم- إذا أمسى قال: «أمسينا وأمسى الملك
لله، والحمد لله، لا إله إلا الله وحده لا شريك له» قال الراوي: أَرَاهُ
قال فِيهِنَّ: «له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير، ربِّ أسألك خير ما
في هذه الليلة وخير ما بعدها، وأعوذ بك من شر ما في هذه الليلة وشر ما
بعدها، رب أعوذ بك من الكسل، وسُوءِ الكِبَرِ، رب أعوذ بك من عذاب في
النار، وعذاب في القبر»، وإذا أصبح قال ذلك أيضا «أصبحنا وأصبح الملك لله».
Dari Abdullah bin Mas'ud -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, Apabila Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memasuki
waktu sore hari, beliau mengucapkan, "Kami memasuki waktu sore hari dan
segala kekuasaan hanya milik Allah, segala puji hanya milik Allah. Tidak
ada Ilah yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa tidak ada
sekutu bagi-Nya." Perawi berkata, "Aku lihat beliau membaca (dalam doa
itu), "Bagi-Nya-lah segala kekuasaan dan bagi-Nya-lah segala puji dan
Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Rabbku, aku memohon
kepada-Mu kebaikan yang ada di malam ini dan kebaikan yang terdapat
setelahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang ada di malam
ini dan kejelekan yang terdapat setelahnya. Wahai Rabbku, aku berlindung
kepadamu dari kemalasan dan kejelekan umur tua. Wahai Rabbku, aku
berlindung kepada-Mu dari siksa neraka dan azab kubur." Apabila beliau
berada di pagi hari, beliau mengucapkan doa itu juga, "Kami memasuki
waktu pagi dan segala kekuasaan hanya milik Allah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان من هديه -عليه الصلاة والسلام- عند
دخول الصباح والمساء أن يقول هذه الأدعية المباركة، فقوله: (أمسينا وأمسى
الملك لله) أي :دخلنا في المساء ودام الملك فيه لله مختصًا به، (والحمد
لله) أي: جميع الحمد لله، أي: أمسينا وعرفنا فيه أن الملك لله وأن الحمد
لله لا لغيره، (ولا إله إلا الله) أي: منفردًا بالألوهية.
قوله: (رب
أسألك من خير هذه الليلة) أي ذاتها وعينها (وخير ما فيها) أي: من خير ما
ينشأ ويقع ويحدث فيها وخير ما يسكن فيها، (وأعوذ بك من شرها وشر ما فيها)
أي من الليالي وما فيها من شر يلحق الدين والدنيا.
(اللهم إني أعوذ بك من الكَسَل) أي
التثاقل في الطاعة مع الاستطاعة، ويكون ذلك لعدم انبعاث النفس للخير مع
ظهور الاستطاعة.
(وسوء الكِبَر) بمعنى الهرم والخرف وكبر
السن المؤدي إلى تساقط بعض القوى وضعفها وهو الرد إلى أرذل العمر؛ لأنه
يفوت فيه المقصود بالحياة من العلم والعمل، لما يورثه كبر السن من ذهاب
العقل، واختلاط الرأي والتخبط فيه، والقصور عن القيام بالطاعة وغير ذلك مما
يسوء الحال، وروي بإسكان الباء بمعنى البطر أي الطغيان عند النعمة والتعاظم
على الناس، (وعذاب القبر) أي من نفس عذابه أو مما يوجبه.
(وإذا أصبح) أي دخل -صلى الله عليه
وسلم- في الصباح (قال ذلك) أي: ما يقول في المساء (أيضًا) أي لكن يقول بدل
"أمسينا وأمسى الملك لله" (أصبحنا وأصبح الملك لله) ويبدل اليوم بالليلة
فيقول: اللهم إني أسالك من خير هذا اليوم، ويذكر الضمائر بعده.
Dia antara petunjuk Nabi -'alaihi
aṣ-ṣalātu wa as-salām- ketika masuk waktu pagi hari dan sore hari ialah
mengucapkan doa yang penuh berkah ini. Ucapan beliau, "Kami memasuki
waktu sore hari dan segala kekuasaan hanya milik Allah," yakni, kami
memasuki waktu sore hari dan kekuasaan pada sore itu selamanya milik
Allah dan khusus untuk-Nya. "Dan segala puji hanya milik Allah," yakni,
semua pujian hanya milik Allah. Yaitu, kita mengetahui pada sore ini
bahwa segala kekuasaan dan pujian hanya milik Allah, bukan milik
selain-Nya. "Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah," yakni,
Dia-lah satu-satunya Zat yang memiliki sifat uluhiyah. Ucapan beliau,
"Wahai Rabbku! Aku memohon kepada-Mu kebaikan malam ini," yakni, malam
itu sendiri. "Dan kebaikan yang ada di dalamnya," yakni, kebaikan yang
muncul, yang terjadi dan timbul di malam itu dan apa yang ada di
dalamnya. " Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan malam ini dan
kejelekan yang ada di malam ini," yakni, (kejelekan) dari malam-malam
dan kejelekan yang ada di dalamnya yang berhubungan dengan agama dan
dunia. "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan," yaitu,
merasa berat dalam (melaksanakan) ketaatan padahal mampu. Hal ini
disebabkan tidak adanya dorongan jiwa untuk melakukan kebaikan seiring
dengan adanya kemampuan. "Dan pikun," yakni, usia renta yang menyebabkan
hilangnya sebagian kekuatan dan adanya kelemahan, yaitu kembali ke usia
yang paling hina karena pada saat itu lenyaplah tujuan dari kehidupan
berupa ilmu dan amal. "Dan kejelekan umur tua," artinya pikun,
kemerosotan akal, usia lanjut yang mengakibatkan hilangnya berbagai
kekuatan, dan menjadi lemah, yaitu dengan dikembalikan pada umur yang
paling lemah; karena akan menghilangkan maksud dari kehidupan, yaitu
untuk mencari ilmu dan beramal. Usia lanjut menyebabkan hilangnya akal,
bercampur-baurnya fikiran, kacau-balau, dan lalai dalam melaksanakan
ketaatan, serta hal lainnya yang memperburuk keadaan. Ada juga
diriwayatkan dengan mensukunkan huruf bā` (kibr) yang bermakna
kesombongan, mengingkari kenikmatan dan merasa lebih dari orang lain.
"Dan azab kubur," yakni, seperti azab itu atau sesuatu yang menyebabkan
timbulnya azab tersebut. "Apabila beliau berada di pagi hari," yakni,
ketika Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk waktu pagi. "Beliau
mengucapkan doa itu," yakni, apa yang diucapkan di sore hari. "Juga,"
yakni, akan tetapi beliau mengganti kalimat, "Kami memasuki waktu sore
dan segala kekuasaan hanya milik Allah" dengan kalimat, "Kami memasuki
waktu pagi dan segala kekuasaan hanya milik Allah." Beliau mengganti
kata malam dengan kata hari lalu mengucapkan, "Ya Allah, sesungguhnya
aku memohon kepada-Mu kebaikan hari ini," dan beliau menyebutkan
berbagai kata ganti setelahnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3008 |
|
Hadith 88 الحديث
الأهمية: بينما الناس بقباء في صلاة الصبح إذ
جاءهم آت، فقال: إن النبي -صلى الله عليه وسلم- قد أنزل عليه الليلة قرآن،
وقد أمر أن يستقبل القبلة، فاستقبلوها
Tema: Manakala orang-orang berada di Qubā`
dalam salat subuh tiba-tiba seseorang datang, lalu ia berkata,
"Sesungguhnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah diturunkan pada
beliau suatu ayat Al-Qur'ān di malam ini, dan beliau diperintahkan
menghadap Kiblat, maka menghadaplah kalian ke arah Kiblat!" |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
قال: «بَينَمَا النَّاس بِقُبَاء في صَلاَة الصُّبحِ إِذْ جَاءَهُم آتٍ،
فقال: إِنَّ النبِيَّ -صلى الله عليه وسلم- قد أُنزِل عليه اللَّيلةّ قرآن،
وقد أُمِرَ أن يَستَقبِل القِبْلَة، فَاسْتَقْبِلُوهَا، وكانت وُجُوهُهُم
إلى الشَّام، فَاسْتَدَارُوا إِلى الكَّعبَة».
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā-, ia berkata, ketika orang-orang berada di Qubā` dalam salat
subuh, tiba-tiba seseorang datang, lalu ia berkata, "Sesungguhnya Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah diturunkan pada beliau suatu ayat
Al-Qur'ān di malam ini, dan beliau diperintahkan menghadap Kiblat, maka
menghadaplah kalian ke arah Kiblat!" Ketika itu wajah mereka menghadap
ke arah Syam, lalu mereka bergerak memutar ke arah Ka'bah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
خرج أحد الصحابة إلى مسجد قباء بظاهر
المدينة، فوجد أهله لم يبلغهم نسخ القبلة، ولا زالوا يصلون إلى القبلة
الأولى، فأخبرهم بصرف القبلة إلى الكعبة، وأنَّ النبي -صلى الله عليه وسلم-
قد أُنزل عليه قرآن في ذلك -يشير إلى قوله تعالى:{ قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ
وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ
وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا
وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ
أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا
يَعْمَلُونَ}، [البقرة: 144] وأنه -صلى الله عليه وسلم- استقبل الكعبة، فمن
فقههم وسرعة فهمهم وصحته استداروا عن جهة بيت المقدس -قبلتهم الأولى- إلى
قبلتهم الثانية، الكعبة المشرفة.
Seorang sahabat pergi ke Masjid Qubā`
(yang saat itu) terletak di luar Madinah. Ia mendapati jamaah masjid ini
belum mendapatkan berita perubahan kiblat (salat), dan mereka masih
salat menghadap ke arah kiblat pertama. Lantas ia memberitahu mereka
tentang pengalihan kiblat ke arah Ka'bah, dan bahwa telah diturunkan
ayat Al-Qur`an pada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang masalah
ini. -Maksudnya adalah firman Allah, "Sungguh Kami (sering) melihat
mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan
di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan
sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram
itu adalah benar dari Rabb-nya; dan Allah sekali-kali tidak lengah
terhadap apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Baqarah: 144) Serta
memberitahu bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah
menghadap ke arah Ka'bah (dalam salat). Maka lantaran kedalaman ilmu
serta tepat dan benarnya pemahaman mereka, mereka pun memutar diri dari
arah Bait al-Maqdis -kiblat pertama mereka- ke kiblat kedua mereka,
yaitu Ka'bah al-Musyarrafah (yang dimuliakan). |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3009 |
|
Hadith 89 الحديث
الأهمية: مر النبي -صلى الله عليه وسلم- بقبرين،
فقال: إنهما ليعذبان، وما يعذبان في كبير؛ أما أحدهما: فكان لا يستتر من
البول، وأما الآخر: فكان يمشي بالنميمة
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melewati dua kubur, maka beliau bersabda, "Sesungguhnya kedua penghuni
kubur ini sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena sesuatu yang
besar. Salah satu dari keduanya biasa tidak melindungi diri dari air
kencing, sedang yang lain biasa menyebarkan fitnah. |
عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما-
قال: مر النبي -صلى الله عليه وسلم- بقبرين، فقال: «إنهما ليُعذَّبان، وما
يُعذَّبان في كبير؛ أما أحدهما: فكان لا يستتر من البول، وأما الآخر: فكان
يمشي بالنميمة».
Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu
'anhumā- ia menuturkan, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melewati
dua kubur, maka beliau bersabda, "Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini
sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena sesuatu yang besar.
Salah satu dari keduanya biasa tidak melindungi diri dari air kencing,
sedang yang lain biasa menyebarkan fitnah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
مرَّ النبي -صلى الله عليه وسلم-، ومعه
بعض أصحابه بقبرين، فكشف الله -سبحانه وتعالى- له عن حالهما، وأنهما
يعذبان، فأخبر أصحابه بذلك؛ تحذيراً لأمته وتخويفاً، فإنَّ صاحبي هذين
القبرين، يعذَّب كل منهما بذنب
تركُه والابتعادُ عنه يسيرٌ على من وفقه الله لذلك.
فأحَدُ
المعذَّبَيْن كان لا يحترز من بوله عند قضاء الحاجة، ولا يتحفّظ منه،
فتصيبه النَجاسة فتلوث بدنه وثيابه ولا يستتر عند بوله، والآخر يسعى بين
الناس بالنميمة التي تسبب العداوة والبغضاء بين الناس، ولاسيما الأقارب
والأصدقاء، يأتي إلى هذا فينقل إليه كلام ذاك، ويأتي إلى ذاك فينقل إليه
كلام هذا؛ فيولد بينهما القطيعة والخصام. والإسلام إنما جاء بالمحبة
والألفة بين الناس وقطع المنازعات والمخاصمات.
ولكن
الكريم الرحيم -صلى الله عليه وسلم- أدركته عليهما الشفقة والرأفة، فأخذ
جريدة نخل رطبة، فشقَّها نصفين، وغرز على كل قبر واحدة، فسأل الصحابة النبي
-صلى الله عليه وسلم- عن هذا العمل الغريب عليهم، فقال: لعل الله يخفف
عنهما بشفاعتي ما هما فيه في العذاب، ما لم تيبس هاتان الجريدتان، أي مدة
بقاء الجريدتين رطبتين، وهذا الفعل خاص به -صلى الله عليه وسلم-.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersama beberapa sahabat melewati dua kubur. Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-
memperlihatkan pada beliau kondisi penghuni dua kubur itu, dan keduanya
sedang disiksa. Lantas beliau memberitahukan hal itu pada para sahabat
guna memperingatkan dan menakut-nakuti umat. Sebab kedua penghuni kubur
ini, masing-masing disiksa karena dosa yang mudah ditinggalkan dan
dijauhi bagi orang yang Allah beri bimbingan. Salah satu dari dua orang
yang disiksa itu biasa tidak menjaga diri dari air kencing ketika buang
hajat, tidak menjaga diri darinya sehingga ia terkena najis yang
mengotori tubuh dan bajunya, juga tidak menutup diri ketika kencing.
Sedang yang lainnya menyebarkan fitnah di tengah manusia yang
menyebabkan permusuhan dan kebencian di antara mereka. Utamanya di
antara kerabat dan kawan-kawan. Ia datang pada orang ini untuk
menyampaikan ucapan orang yang lain, dan datang pada orang lain itu
untuk menyampaikan perkataan orang ini. Ia memunculkan kebencian dan
permusuhan di antara keduanya. Padahal agama Islam mengajarkan cinta dan
kelembutan di antara manusia, menghentikan perselisihan dan
pertengkaran. Akan tetapi sosok mulia yang penuh kasih sayang ini merasa
kasihan dan iba pada kedua penghuni kubur tersebut. Maka beliau
mengambil pelepah pohon kurma yang masih basah, beliau membelahnya
menjadi dua dan menancapkan satu bagian pada masing-masing kubur itu.
Para sahabat bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang
perbuatan yang mereka pandang ganjil ini. Beliau menjawab, “Semoga Allah
meringankan siksa yang dialami keduanya karena syafaatku selama kedua
pelepah kurma ini belum kering.” Yakni, sepanjang kedua pelepah pohon
kurma ini masih basah. Perbuatan ini khusus bagi Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3010 |
|
Hadith 90 الحديث
الأهمية: إذا أراد الله بالأمير خيرا، جعل له
وزير صدق، إن نسي ذكره، وإن ذكر أعانه، وإذا أراد به غير ذلك جعل له وزير
سوء، إن نسي لم يذكره، وإن ذكر لم يعنه
Tema: Apabila Allah menghendaki kebaikan
untuk pemimpin, Dia menjadikan untuknya seorang ajudan (menteri) yang
jujur. Jika ia lupa, ajudan itu mengingatkannya dan jika ia ingat,
ajudan itu menolongnya. Dan apabila Allah menghendakinya selain itu, Dia
menjadikan untuknya ajudan (menteri) yang jahat. Jika ia lupa, ajudan
itu tidak mengingatkannya dan jika ia ingat, ajudan itu tidak
menolongnya. |
عن عائشة -رضي الله عنها- مرفوعًا:
«إِذَا أَرَادَ اللهُ بِالأمِيرِ خَيرًا، جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ صِدقٍ، إِنْ
نَسِيَ ذَكَّرَهُ، وَإِنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ، وَإِذَا أَرَادَ بِهِ غَيرَ
ذَلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ سُوءٍ، إِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكِّرهُ، وَإِنْ
ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ».
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- secara
marfū', "Apabila Allah menghendaki kebaikan untuk pemimpin, Dia
menjadikan untuknya seorang ajudan (menteri) yang jujur. Jika ia lupa,
ajudan itu mengingatkannya dan jika ia ingat, ajudan itu menolongnya.
Dan apabila Allah menghendakinya selain itu, Dia menjadikan untuknya
ajudan (menteri) yang jahat. Jika ia lupa, ajudan itu tidak
mengingatkannya dan jika ia ingat, ajudan itu tidak menolongnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يبين رسول الله -صلى الله عليه وسلم- في
هذا الحديث أنّ الله تعالى: "إذا أراد
بالأمير خيراً"، وفسِّرت هذه الخيرية لمن وُفِّق لوزير صدق من
الأمراء بخيرية التوفيق لخيري الدارين، كما فسرت هذه الخيرية بالجنة.
وقوله:
"جعل له وزير صدق" أي في القول والفعل، والظاهر والباطن، وأضافه إلى الصدق؛
لأنَّه الأساس في الصُحبة وغيرها.
فــ"إن
نسي" أي: هذا الأمير، فإن نسي ما يحتاج إليه -والنسيان من طبيعة البشر-، أو
ضلّ عن حكم شرعي، أو قضية مظلوم، أو مصالح لرعية، "ذكَّره" أي: هذا الوزير
الصادق وهداه.
"وإن ذكر" الأمير ذلك، "أعانه" عليه
بالرأي والقول والفعل.
وأما
قوله: "وإذا أراد به غير ذلك" أي: غير الخير، بأن أراد به شرّاً، كانت
النتيجة "جعل له وزير سوء" والمراد: وزير سوء في القول، والفعل، نظير ما
سبق في ضده.
"إن نسي" أي: ترك مالا بد منه "لم
يذكِّره" به؛ لأنه ليس عنده من النور القلبي ما يحمله على ذلك.
"وإن ذكر لم يعنه" بل يسعى في صرفه عنه؛
لشرارة طبعه، وسوء صنعه.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menjelaskan dalam hadis ini bahwa Allah -Ta'ālā- “Apabila
menghendaki kebaikan untuk pemimpin”. Kebaikan bagi orang yang diberi
taufik untuk mendapatkan menteri yang jujur dari kalangan umara
ditafsirkan sebagai kebaikan taufik dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Di samping kebaikan ini juga ditafsirkan dengan Surga. Sabda beliau,
“Dia menjadikan untuknya ajudan (menteri) yang jujur”, yakni dalam
ucapan dan perbuatan, lahir dan batin. Beliau menyandarkannya pada
kejujuran, karena sifat ini merupakan prinsip dalam pertemanan dan
lainnya. Lalu “jika ia lupa”, maksudnya pemimpin itu. Jika ia lupa pada
apa yang ia butuhkan –lupa adalah tabiat manusia-, menyimpang dari hukum
syari'at, keliru dalam menangani perkara orang yang dizalimi, atau
maslahat-maslahat rakyat, maka ajudan yang jujur ini “mengingatkannya”
dan menunjukinya. “Dan jika ia ingat”, yakni pemimpin itu ingat, “ajudan
itu menolongnya” dengan memberikan pendapat, perkataan dan perbuatan.
Sedang sabda beliau, “Dan apabila Allah menghendakinya selain itu”,
yakni selain kebaikan, dengan menghendaki keburukan untuknya, maka
hasilnya, “Dia mejadikan untuknya ajudan jahat”. Maksudnya, ajudan yang
jahat dalam perkataan dan perbuatan, kebalikan dari yang sebelumnya.
"Jika ia lupa" yakni, pemimpin meninggalkan apa yang harus dilakukan,
"ajudannya itu tidak mengingatkannya" akan perkara itu. Sebab ajudan ini
tidak memiliki cahaya hati yang bisa mendorongnya untuk mengingatkan.
"Dan jika ia ingat, ajudan itu tidak menolongnya", bahkan ia berusaha
memalingkannya; karena keburukan tabiat dan kejahatan perbuatannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Abu Daud]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3011 |
|
Hadith 91 الحديث
الأهمية: ما بعث الله من نبي، ولا استخلف من
خليفة إلا كانت له بطانتان: بطانة تأمره بالمعروف وتحضه عليه، وبطانة تأمره
بالشر وتحضه عليه
Tema: Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi
dan mengangkat seorang khalifah melainkan dia mempunyai dua orang
kepercayaan: satu orang kepercayaan yang menyuruh dan mendorongnya
kepada yang makruf, dan satu orang kepercayaan yang menyuruh dan
mendorongnya kepada kejahatan |
عن أبي سعيد الخدري وأبي هريرة -رضي
الله عنهما- مرفوعاً: "ما بعث الله من نبي ولا اسْتَخْلَفَ من خليفة إلا
كانت له بطانتان: بطانة تأمره بالمعروف وتَحُضُّهُ عليه، وبطانة تأمره
بالشر وتَحُضُّهُ عليه، والمعصوم من عصم الله".
Dari Abu Sa'īd Al-Khudri dan Abu
Hurairah -raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū', "Tidaklah Allah mengutus
seorang Nabi dan mengangkat seorang khalifah melainkan dia mempunyai dua
orang kepercayaan: satu orang kepercayaan yang menyuruh dan mendorongnya
kepada yang makruf, dan satu orang kepercayaan yang menyuruh dan
mendorongnya kepada kejahatan. Orang yang terjaga adalah orang yang
dijaga oleh Allah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر النبي -عليه الصلاة والسلام- أن
الله ما بعث من نبي ولا استخلف من خليفة إلا كان له بطانتان: بطانة خير
تأمره بالخير وتحثه عليه، وبطانة سوء تدله على السوء وتأمره به، والمحفوظ
من تأثير بطانة الشر هو من حفظه الله -تعالى-.
Nabi -'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām-
memberitahukan bahwa tidaklah Allah mengutus seorang Nabi dan mengangkat
seorang khalifah melainkan dia mempunyai dua orang kepercayaan: satu
orang kepercayaan yang baik, yang menyuruh dan mendorongnya kepada
kebaikan, dan satu orang kepercayaan yang jahat, yang menunjukkan dan
menyuruhnya kepada keburukan. Orang yang dijaga dari pengaruh orang
kepercayaan yang jahat adalah orang yang dijaga oleh Allah -Ta'ālā-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3012 |
|
Hadith 92 الحديث
الأهمية: إذا سمعتم المؤذن فقولوا مثل ما يقول
Tema: Jika kalian mendengar muazin
(mengumandangkan azan), maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan. |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- قال:
قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إِذَا سَمِعتُم المُؤَذِّن فَقُولُوا
مِثلَ مَا يَقُول».
Dari Abu Sa'id Al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhuma-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Jika kalian mendengar muazin (mengumandangkan azan), maka
ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
إذا سمعتم المؤذن للصلاة فأجيبوه، بأن
تقولوا مثل ما يقول، جملة بجملة، فحينما يكبر فكبروا بعده، وحينما يأتي
بالشهادتين، فأتوا بهما بعده، فإنه يحصل لكم من الثواب ما فاتكم من ثواب
التأذين الذي حازه المؤذن، والله واسع العطاء، مجيب الدعاء.
يستثنى من
الحديث لفظ: (حي على الصلاة، حي على الفلاح) فإنه يقول بعدها: لا حول ولا
قوة إلا بالله.
Jika kalian mendengar muazin
(mengumandangkan azan) untuk salat, maka jawablah dengan cara kalian
mengucapkan seperti ucapannya, kalimat perkalimat. Jika dia bertakbir,
maka bertakbirlah setelahnya. Ketika dia mengucapkan dua kalimah
syahadat, maka ucapkanlah keduanya setelahnya. Sesungguhnya kalian akan
mendapatkan pahala yang luput dari kalian berupa pahala azan yang
diperoleh oleh muazin. Sesungguhnya Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi
Maha Mengabulkan doa. Dikecualikan dari hadis ini lafal (Hayya
'alaṣṣalāh, Hayya 'alalfalāh), karena setelahnya diucapkan lafal
berikut: "Lā ḥaula walā quwwata illā billāh." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3013 |
|
Hadith 93 الحديث
الأهمية: كنت مع النبي -صلى الله عليه وسلم- في
سفر، فأهويت لأنزع خفيه، فقال: دعهما؛ فإني أدخلتهما طاهرتين، فمسح عليهما
Tema: Aku pernah bersama Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- dalam sebuah perjalanan. Aku merunduk untuk melepas
sepasang khuf (sepatu kulit) beliau, maka beliau bersabda, "Biarkan
keduanya, karena aku memasukkan (kedua kakiku) ke dalam keduanya dalam
keadaan suci." Lalu beliau mengusap bagian atas kedua khuf tersebut. |
عن المغيرة بن شعبة -رضي الله عنه- قال:
((كُنت مع النبيَّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- في سَفَر، فأهْوَيت لِأَنزِع
خُفَّيه، فقال: دَعْهُما؛ فإِنِّي أدخَلتُهُما طَاهِرَتَين، فَمَسَح
عليهما)).
Tema: Dari Mugīrah bin Syu'bah -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Aku pernah bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- dalam sebuah perjalanan. Aku merunduk untuk melepas sepasang
khuf (sepatu kulit) beliau, maka beliau bersabda, "Biarkan keduanya,
karena aku memasukkan (kedua kakiku) ke dalam keduanya dalam keadaan
suci." Lalu beliau mengusap bagian atas kedua khuf tersebut."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان المغيرة -رضي الله عنه- مع النبي
-صلى الله عليه وسلم- في أحد أسفاره -وهو سفره في غزوة تبوك-، فلما شرع
النبي -صلى الله عليه وسلم- في الوضوء، وغسل وجهه ويديه، ومسح رأسه، أهوى
المغيرة إلى خفي النبي -صلى الله عليه وسلم- لينزعهما؛ لغسل الرجلين، فقال
النبي -صلى الله عليه وسلم- اتركهما ولا تنزعهما، فإني أدخلت رجلي في
الخفين وأنا على طهارة، فمسح النبي -صلى الله عليه وسلم- على خفيه بدل غسل
رجليه.
وكذلك
الجوارب ونحوها تأخذ حكم الخفين.
Mugīrah -raḍiyallāhu 'anhu- pernah
menyertai Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di salah satu perjalanan
beliau -yakni perjalanan beliau dalam perang Tabuk-. Manakala Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah mulai berwuḍu', beliau membasuh
wajah dan kedua tangan, serta mengusap kepala beliau, Mugīrah merunduk
bermaksud meraih sepasang khuf Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- guna
melepasnya untuk membasuh kaki. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Biarkan keduanya dan jangan melepasnya, sebab aku memasukkan
kedua kakiku dalam sapasang khuf ini ketika aku dalam keadaan suci."
Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengusap bagian atas kedua
khuf tersebut sebagai ganti membasuh kaki. Demikian halnya kaos kaki dan
yang sejenisnya, mengambil hukum khuf. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih, dan ini redaksi
Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3014 |
|
Hadith 94 الحديث
الأهمية: إن بلالا يؤذن بليل، فكلوا واشربوا حتى
تسمعوا أذان ابن أم مكتوم
Tema: Sesungguhnya Bilal mengumandangkan
azan di malam hari. Karena itu, makan dan minumlah hingga kalian
mendengar azan Ibnu Ummi Maktum. |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنه-
مرفوعاً: «إنَّ بِلالاً يُؤَذِّن بِلَيلٍ، فَكُلُوا واشرَبُوا حتَّى
تَسمَعُوا أَذَان ابنِ أُمِّ مَكتُوم».
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Sesungguhnya Bilal mengumandangkan azan di malam
hari. Karena itu, makan dan minumlah hingga kalian mendengar azan Ibnu
Ummi Maktum."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان للنبي -صلى الله عليه وسلم- مؤذنان:
بلال بن رباح وعبد الله بن أم مكتوم -رضي الله عنهما- وكان ضريرًا، فكان
بلال يؤذن لصلاة الفجر قبل طلوع الفجر؛ لأنها تقع وقت نوم ويحتاج الناس إلى
الاستعداد لها قبل دخول وقتها، فكان -صلى الله عليه وسلم-
يُنَبِّه أصحابه إلى أن بلالًا -رضي الله عنه- يؤذن بليل، فيأمرهم
بالأكل والشرب حتى يطلع الفجر، ويؤذن المؤذن الثاني وهو ابن أم مكتوم -رضي
الله عنه- لأنه كان يؤذن مع طلوع الفجر الثاني، وذلك لمن أراد الصيام،
فحينئذ يكف عن الطعام والشراب ويدخل وقت الصلاة، وهو خاص بها، ولا يجوز
فيما عداها أذان قبل دخول الوقت، واختلف في الأذان الأول لصلاة الصبح، هل
يكتفي به أو لابد من أذان ثان لدخول الوقت؟ وجمهور العلماء على أنه مشروع
ولا يكتفى به.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mempunyai dua orang muazin; Bilal bin Rabbah dan Abdullah bin Ummi
Maktum yang tuna netra. Bilal biasanya mengumandangkan azan untuk salat
fajar sebelum terbit fajar karena salat fajar dilakukan pada waktu tidur
dan orang-orang perlu untuk bersiap-siap sebelum masuk waktunya. Maka
dari itu, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengingatkan para
sahabatnya bahwa Bilal -raḍiyallāhu 'anhu- mengumandangkan azan pada
malam hari, lalu beliau memerintahkan mereka untuk makan dan minum
sampai terbit fajar. Selanjutnya muazin kedua yaitu Ibnu Ummi Maktum
mengumandangkan azan pada saat terbit fajar kedua. Hal ini dilakukan
bagi orang yang hendak berpuasa. Pada saat itulah ia harus berhenti
makan dan minum serta masuk waktu salat. Azan ini khusus untuk salat
fajar. Selain salat tersebut tidak boleh ada azan sebelum masuk
waktunya. Para ulama berbeda pendapat mengenai azan awal untuk salat
Shubuh, apakah cukup dengan azan itu atau harus ada azan kedua (untuk
tanda) masuk waktu (salat)? Mayoritas ulama berpendapat bahwa azan kedua
ini disyariatkan dan tidak cukup dengan azan pertama. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3015 |
|
Hadith 95 الحديث
الأهمية: ينام الرجل النومة فتقبض الأمانة من
قلبه، فيظل أثرها مثل الوكت، ثم ينام النومة فتقبض الأمانة من قلبه، فيظل
أثرها مثل أثر المجل
Tema: Seseorang tidur sekali, lalu sifat
amanah dicabut dari hatinya hingga bekasnya tinggal seperti
bintik-bintik. Kemudian ia tidur sekali lagi lalu sifat amanah dicabut
dari hatinya hingga bekasnya menjadi seperti bekas lepuhan. |
عن حذيفة بن اليمان -رضي الله عنه- قال:
حَدَثَنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- حدِيثَين قَد رَأَيتُ أَحَدَهُما
وأنا أنتظر الآخر: حدثنا أنَّ الأمَانة نَزَلَت في جَذر قُلُوب الرِّجال،
ثمَّ نزل القرآن فَعَلِموا مِن القرآن، وعَلِمُوا مِن السُنَّة، ثمَّ
حدَّثنا عن رفع الأمانة، فقال: «يَنَامُ الرَّجُلُ النَّومَة فَتُقْبَضُ
الأَمَانَةُ مِنْ قَلْبِهِ، فَيَظَلُّ أَثَرُهَا مِثلَ الوَكْتِ، ثُمَّ
يَنَامُ النَّومَةَ فَتُقبَض الأَمَانَة مِن قَلْبِه، فَيَظَلُّ أَثَرُها
مِثل أَثَر المَجْلِ، كَجَمْرٍ دَحْرَجْتَهُ عَلى رِجْلِكَ فَنَفِطَ،
فَتَرَاهُ مُنْتَبِراً وَلَيس فِيه شَيء»، ثم أَخَذ حَصَاةً فَدَحْرَجَه
على رجله «فَيَصبَح النَّاس يَتَبَايَعُون، فَلاَ يَكَاد أَحَدٌ يُؤَدِّي
الأَمَانَةَ حَتَّى يُقَال: إِنَّ فِي بَنِي فُلاَن رَجُلاً أَمِيناً،
حَتَّى يُقَال للرَّجُل: مَا أَجْلَدَهُ! مَا أَظْرَفَه! مَا أَعْقَلَه!
وَمَا فِي قَلبِه مِثْقَالُ حَبَّة مِن خَرْدَل مِنْ إيمان»، ولَقَد أتى
عَلَيَّ زَمَان وما أُبَالي أَيُّكُم بَايعت: لئِن كان مُسلِمًا
لَيَرُدَنَّه عَلَيَّ دِينه، وَإِن كان نصرانيا أو يهوديا ليَرُدنَّه
عَلَيَّ سَاعِيه، وأَمَّا اليوم فَمَا كُنت أَبَايِعُ مِنكُم إِلاَّ
فُلاَنا وفُلاَناً».
Dari Ḥużaifah bin Al-Yamān
-raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menceritakan pada kami tentang dua peristiwa yang salah satunya
aku telah saksikan terjadi dan aku sedang menanti terjadinya yang kedua.
Beliau bercerita pada kami bahwa sifat amanah turun di dasar hati
orang-orang, kemudian diturunkanlah Al-Qur`ān sehingga merekapun
memahami Al-Qur`ān dan sunnah. Kemudian beliau bercerita pada kami
tentang diangkatnya sifat amanah. Beliau menuturkan, "Seseorang tidur
sekali, lalu sifat amanah dicabut dari hatinya hingga bekasnya tinggal
seperti bintik-bintik. Kemudian ia tidur sekali lagi lalu sifat amanah
dicabut dari hatinya hingga bekasnya menjadi seperti bekas lepuhan,
laksana bara api yang engkau gelindingkan ke kakimu hingga ia melepuh,
sampai-sampai engkau melihatnya mengembung namun tak ada apa-apa di
dalamnya." Kemudian beliau mengambil kerikil dan menggelindingkannya
pada kakinya. "Maka orang-orangpun berjual beli, tapi tak seorangpun
yang nyaris menunaikan amanah, hingga dikatakan, "Di bani fulan ada
orang yang amanah". Sampai-sampai dikatakan pada orang itu, "Alangkah
sabarnya ia! Alangkah cerdiknya ia! Alangkah dewasanya ia!" Padahal
sebenarnya di hatinya tak ada seberat biji sawipun dari keimanan."
Sungguh telah datang padaku satu zaman yang aku tidak peduli siapa
diantara kalian yang aku berjual beli dengannya, jika ia seorang muslim
pasti agamanya akan mengembalikannya padaku dan jika ia seorang nasrani
atau yahudi pasti penguasanya akan mengembalikannya padaku, adapun hari
ini aku tidak melakukan jual beli dengan kalian selain dengan fulan dan
fulan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يوضح الحديث أنَّ الأمانة تزول عن
القلوب شيئاً فشيئا، فإذا زال أول جزء منها زال نوره وخلفه ظلمة كالوَكْت
وهو أعراض لون مخالف اللون الذي قبله، فإذا زال شيء آخر صار كالمجل وهو أثر
محكم لا يكاد يزول إلا بعد مدة، وهذه الظلمة فوق التي قبلها ثم شبَّه زوال
ذلك النور بعد وقوعه في القلب وخروجه بعد استقراره فيه واعتقاب الظلمة
إيَّاه بجمر يدحرجه على رجله حتى يؤثر فيها ثم يزول الجمر ويبقى النفط؛
وأخذه الحصاة ودحرجته إياها أراد به زيادة البيان والإيضاح.
(فيصبح الناس) بعد تلك النومة التي رفع
فيها الأمانة (يتبايعون فلا يكاد) أي: يقارب (أحد) منهم (يؤدي الأمانة)
فضلاً عن أدائها بالفعل.
(حتى يقال) لعزة هذا الوصف وشهرة ما
يتصف به.
(إن في بني فلان رجلاً أميناً) ذا
أمانة.
(حتى يقال للرجل ما أجلده) على العمل
(ما أظرفه) من الظرف (ما أعقله) أي: ما أشد يقظته وفطانته (وما في قلبه
مثقال حبة من خردل من إيمان) فضلاً عن الأمانة التي هي من شعبه.
(ولقد أتى عليّ زمان وما أبالي أيكم
بايعت) أي: لا أبالي بالذي بايعته لعلمي بأن الأمانة لم ترتفع وأن في الناس
وفاء بالعهد، فكنت أقدم على مبايعة من لقيت غير باحث عن حاله وثوقاً بالناس
وأمانتهم.
(وأما اليوم) فقد ذهبت الأمانة إلا
القليل فلذا قال:
(فما كنت أبايع منكم إلا فلاناً
وفلاناً) يعني أفراداً أعرفهم وأثق بهم.
Hadis ini menjelaskan bahwa sifat
amanah lenyap dari hati manusia sedikit demi sedikit. Apabila bagian
pertamanya hilang, sirnalah cahayanya dan diganti kegelapan seperti
bintik-bintik, yakni berbentuk warna yang berbeda dengan warna asalnya.
Bila bagian lainnya hilang, bekasnya menjadi seperti melepuh, yakni
bekas yang kuat dan hampir tidak hilang kecuali setelah beberapa waktu.
Kegelapan ini lebih pekat dibanding sebelumnya. Kemudian beliau
menyerupakan hilangnya cahaya sifat amanah tersebut -setelah berada di
hati dan keluarnya darinya setelah tertanam di dalamnya dan digantikan
dengan kegelapan- seperti bara api yang digelindingkan pada kaki hingga
melepuhkannya, kemudian bara itu hilang sementara lepuhan masih ada.
Perbuatan beliau mengambil kerikil dan menggelindingkannya dimaksudkan
untuk lebih memperjelas permisalan yang beliau sabdakan. “Maka
orang-orangpun” -setelah bangun dari tidur yang di dalamnya sifat amanah
itu dicabut- “berjual beli, tapi tak seorangpun” dari mereka “yang
nyaris” yakni hampir “menunaikan amanah”, apalagi bila benar-benar
menunaikannya. “Sampai-sampai dikatakan” karena langkanya sifat ini dan
populernya orang yang menyandangnya, "Di bani fulan ada orang yang
amanah" yakni, memiliki sifat amanah. “Hingga dikatakan pada orang itu,
"Alangkah sabarnya ia” dalam beramal, “mā aẓrafahu” (Alangkah cerdiknya
ia!), berasal dari kata aẓ-ẓarf (kecerdikan). “Alangkah dewasanya ia!"
Yakni, alangkah kuat kesadaran dan kecerdikannya. “Padahal sebenarnya di
hatinya tak ada seberat biji sawipun dari keimanan." Apalagi sifat
amanah yang merupakan cabang dari keimanan, tentu tidak ada. “Sungguh
telah datang padaku satu zaman yang aku tidak peduli siapa di antara
kalian yang aku berjual beli dengannya.” Yakni, aku tidak peduli dengan
orang yang aku ajak jual beli karena aku tahu amanah belum terangkat dan
manusia masih menunaikan janji. Sehingga aku memilih berjual beli dengan
orang yang aku temui tanpa meneliti sisi amanahnya karena aku masih
percaya pada manusia dan sifat amanah mereka. “Adapun hari ini” maka
sifat amanah telah hilang kecuali hanya sedikit. Karenanya ia
mengatakan, “aku tidak melakukan jual beli dengan kalian kecuali dengan
fulan dan fulan." Yakni, beberapa person yang aku kenal dan aku
mempercayai mereka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3016 |
|
Hadith 96 الحديث
الأهمية: إذا أحب الرجل أخاه فليخبره أنه يحبه
Tema: Jika seseorang mencintai saudaranya,
hendaknya ia beritahukan kepadanya bahwa dia mencintainya. |
عن أبي كريمة المقداد بن معد يكرب -رضي
الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «إِذَا أَحَبَّ الرَّجُلُ
أَخَاهُ، فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ».
Abu Karīmah Al-Miqdād bin Ma'dikarib
-raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, bahwa beliau bersabda, "Jika seseorang mencintai saudaranya,
hendaknya ia beritahukan kepadanya bahwa dia mencintainya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
دعت أحاديث كثيرة إلى التحابب في الله
-تعالى-، وأخبرت عن ثوابه، وهذا الحديث يشير إلى معنى مهم يُحْدِث الأثر
الأكبر في علاقة المؤمنين بعضهم ببعض، كما
ينشر المحبة، وهو أن يخبر أخاه أنه يحبه، وهذا يفيد المحافظة على
البناء الاجتماعي من عوامل التفكك والانحلال؛ وهذا من خلال إشاعة المحبة
بين أفراد المجتمع الإسلامي، وتقوية الرابطة الاجتماعية بالأخوة الإسلامية،
وهذا كله يتحقق بفعل أسباب المحبة كتبادل الإخبار بالمحبة بين المتحابين في
الله -تعالى-.
Banyak sekali hadis yang menyeru untuk
saling mencintai karena Allah -Ta'ālā- dan mengabarkan tentang
pahalanya. Hadis ini menunjukkan makna penting yang dapat menimbulkan
dampak signifikan dalam hubungan orang-orang mukmin satu dengan yang
lainnya, juga bisa menebarkan rasa cinta, yaitu dengan cara seseorang
memberitahu saudaranya bahwa ia mencintainya. Ini berguna untuk
memelihara bangunan sosial dari perpecahan dan kehancuran. Hal ini dapat
dilakukan dengan menebarkan rasa cinta dan kasih sayang di antara
individu masyarakat Islam dan memperkuat ikatan sosial dalam bingkai
ukhuwah islamiah. Semua ini dapat terwujud dengan menerapkan sebab-sebab
kecintaan seperti saling memberitahukan adanya rasa cinta dan kasih
sayang di antara orang-orang yang saling mencintai karena Allah
-Ta'ālā-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan
oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3017 |
|
Hadith 97 الحديث
الأهمية: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
يعجبه التيمن في تنعله، وترجله، وطهوره، وفي شأنه كله
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- senang memulai dengan kanan dalam mengenakan sandal, menyisir
(rambut), bersuci dan dalam segala urusannya. |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: «كان
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يعجبه التيمُّن في تَنَعُّلِّه, وترجُّلِه,
وطُهُورِه, وفي شَأنه كُلِّه».
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhu- ia
berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- senang memulai
dengan kanan dalam mengenakan sandal, menyisir (rambut), bersuci dan
dalam segala urusannya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
تخبرنا عائشة -رضي الله عنها- عن عادة
النبي -صلى الله عليه وسلم- المحببة إليه، وهى تقديم الأيمن في لبس نعله،
ومشط شعره، وتسريحه، وتطهره من الأحداث، وفى جميع أموره التي من نوع ما ذكر
كلبس القميص والسراويل، والنوم، والأكل والشرب ونحو ذلك.
كل هذا من
باب التفاؤل الحسن وتشريف اليمين على اليسار.
وأما
الأشياء المستقذرة فالأحسن أن تقدم فيها اليسار؛ ولهذا نهى النبي -صلى الله
عليه وسلم- عن الاستنجاء باليمين، ونهى عن مس الذكر باليمين، لأنها
للطيبات، واليسار لما سوى ذلك.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anha- mengabarkan
tentang kebiasaan yang disukai Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
yaitu mendahulukan yang kanan dalam memakai sandalnya, menyisir rambut
dan merapikannya, bersuci dari hadas, serta dalam segala urusannya yang
semisal dengan yang disebutkan, seperti mengenakan pakaian dan celana,
tidur, makan, minum dan sebagainya. Semua ini dalam rangka optimisme
yang baik dan memuliakan organ tubuh yang kanan daripada yang kiri.
Adapun hal-hal yang kotor, sebaiknya dilakukan oleh anggota tubuh bagian
kiri. Karena itulah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang istinja
dengan menggunakan tangan kanan dan melarang menyentuh zakar dengan
tangan kanan. Sebab, tangan kanan untuk yang baik-baik dan tangan kiri
untuk selain itu. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3018 |
|
Hadith 98 الحديث
الأهمية: كانت يد رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
اليمنى لطهوره وطعامه، وكانت اليسرى لخلائه وما كان من أذى
Tema: Tangan kanan Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- digunakan untuk bersuci dan makan, sedangkan tangan
kiri digunakan untuk buang air dan hal-hal yang kotor. |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: "كَانَت
يَدُ رسُولِ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- اليُمنَى لِطُهُورِهِ
وطَعَامِهِ، وكَانَت اليُسْرَى لِخَلاَئِهِ، ومَا كَانَ مِنْ أَذَى".
عن حفصة
-رضي الله عنها- "أَنَّ رَسُولَ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- كَانَ
يَجْعَلُ يَمِينَهُ لِطَعَامِهِ وَشَرَابِهِ وَثِيَابِهِ، وَيَجْعَلُ
يَسَارَهُ لِمَا سِوَى ذَلِك".
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- ia
menuturkan, "Tangan kanan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
digunakan untuk bersuci dan makan, sedangkan tangan kiri digunakan untuk
buang air dan hal-hal yang kotor." Dari Ḥafṣah -raḍiyallāhu 'anhā- bahwa
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa menggunakan tangan kanan
beliau untuk makan, minum dan memakai baju, dan menggunakan tangan kiri
untuk yang selain itu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
بيَّنت عائشة -رضي الله عنها-، ما كان
النبي -صلى الله عليه وسلم- يستعمل فيه اليمين، وما كان يستعمل فيه اليسار،
فذكرت أن الذي يستعمل فيه اليسار ما كان فيه أذى؛ كالاستنجاء، والاستجمار،
والاستنشاق، والاستنثار، وما أشبه ذلك، كل ما فيه أذى فإنه تقدم فيه
اليسرى، وما سوى ذلك؛ فإنه تقدم فيه اليمنى؛ تكريمًا لها؛ لأن الأيمن أفضل
من الأيسر.
وهذ
الحديث داخل في استحباب تقديم اليمنى فيما من شأنه التكريم فقولها -رضي
الله عنها-.
قولها:
"لطهوره": يعني إذا تطهر يبدأ باليمين، فيبدأ بغسل اليد اليمنى قبل اليسرى،
وبغسل الرجل اليمنى قبل اليسرى، وأما الأذنان فإنهما عضوٌ واحدٌ، وهما
داخلان في الرأس، فيمسح بهما جميعًا إلا إذا كان لا يستطيع أن يمسح إلا بيد
واحدة، فهنا يبدأ بالأذن اليمنى للضرورة.
قولها:
"وطَعَامِهِ": أي تناوله الطعام.
"وكانت يده اليسرى لخلائه": أي لما فيه
من استنجاء وتناول أحجار وإزالة أقذار.
"وما كان من أذى" كتنحية بصاق ومخاط
وقمل ونحوها.
وحديث
حفصة مؤكد لما سبق من حديث عائشة، الذي جاء في بيان استحباب البداءة
باليمين فيما طريقه التكريم، وتقديم اليسار فيما طريقه الأذى والقذر؛
كالاستنجاء والاستجمار وما أشبه ذلك.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- menjelaskan
pekerjaan apa saja yang dilakukan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- dengan tangan kanan dan apa saja beliau yang beliau lakukan
dengan tangan kiri. Ia menyebutkan bahwa urusan yang biasanya beliau
lakukan dengan tangan kiri adalah perkara yang bersentuhan dengan
kotoran, seperti istinja (menghilangkan najis dengan air), istijmār
(menghilangkan najis dengan batu), istinsyāq (memasukkan air ke dalam
hidung), istinṡār (mengeluarkan air setelah istinsyāq) dan semacamnya.
Segala yang berhubungan dengan kotoran diutamakan menggunakan tangan
kiri, sedang yang selain itu maka diutamakan menggunakan tangan kanan,
karena memuliakan tangan kanan. Sebab kanan itu lebih utama daripada
kiri. Hadis ini membahas disunahkannya mendahulukan yang kanan dalam
perkara yang layak dimuliakan. Perkataan Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-,
"untuk bersuci ", maksudnya, apabila beliau bersuci mengawali dengan
bagian kanan, yakni membasuh tangan kanan dulu sebelum tangan kiri, kaki
kanan dulu sebelum kaki kiri. Sedangkan sepasang telinga dianggap satu
organ yang termasuk bagian kepala sehingga diusap bersama-sama, kecuali
jika hanya mampu mengusap dengan satu tangan, maka dalam kondisi ini
memulai mengusap telinga kanan dahulu karena terpaksa. Perkataannya,
"dan makan", maksudnya, makan beliau. "Sedangkan tangan kiri beliau
digunakan untuk buang air", karena di sini dilakukan istinja, mengambil
batu untuk istijmār dan menghilangkan kotoran. "dan hal-hal yang kotor",
seperti menyingkirkan ludah dan ingus. Termasuk juga menyingkirkan kutu.
Hadis Ḥafṣah di atas menguatkan hadis Aisyah yang menjelaskan
disunahkannya memulai dengan kanan dalam perkara yang layak dimuliakan,
dan mendahulukan kiri dalam perkara yang berkaitan dengan kotoran
seperti istinja, istijmār dan semacamnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Abu Daud -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3019 |
|
Hadith 99 الحديث
الأهمية: لما قدم رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
وأصحابه مكة قال المشركون: إنه يقدم عليكم قوم وهنتهم حمى يثرب، فأمرهم أن
يرملوا الأشواط الثلاثة، وأن يمشوا ما بين الركنين
Tema: Ketika Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- dan para sahabat beliau tiba di Makkah, orang-orang musyrik
mengatakan, "Sesungguhnya datang pada kalian satu kaum yang telah dibuat
lemah oleh penyakit demam negeri Yaṡrib." Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- menyuruh mereka berlari-lari kecil di tiga putaran pertama
(tawaf) dan berjalan di antara dua rukun. |
عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما-
قال: «لَمَّا قَدِم رسُول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- وأصحابه مكة،
فقَال المُشرِكُون: إِنَّه يَقدَمُ عَلَيكُم قَومٌ وَهَنَتهُم حُمَّى
يَثرِب، فَأَمَرَهُم النَّبيُّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- أن يَرمُلُوا
الأَشوَاطَ الثلاَثَة، وأن يَمشُوا ما بَين الرُّكنَين، ولم يَمنَعهُم أَن
يَرمُلُوا الأَشوَاطَ كُلَّها: إلاَّ الإِبقَاءُ عَليهِم».
Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu
'anhumā- menuturkan, "Ketika Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
dan para sahabat beliau tiba di Makkah, orang-orang musyrik mengatakan,
'Sesungguhnya datang pada kalian satu kaum yang telah dibuat lemah oleh
penyakit demam negeri Yaṡrib.' Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menyuruh mereka berlari-lari kecil di tiga putaran pertama (tawaf) dan
berjalan di antara dua rukun. Tidak ada yang menghalangi mereka
berlari-lari kecil di semua putaran (tawaf) kecuali demi menghemat
kekuatan mereka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء النبي -صلى الله عليه وسلم- سنة ست
من الهجرة إلى مكة معتمرًا، ومعه كثير من أصحابه، فخرج لقتاله وصده عن
البيت كفار قريش، فحصل بينهم صلح، من مواده أن النبي -صلى الله عليه وسلم-
وأصحابه يرجعون في ذلك العام، ويأتون في العام القابل معتمرين، ويقيمون في
مكة ثلاثة أيام، فجاءوا في السنة السابعة لعمرة القضاء. فقال المشركون،
بعضهم لبعض -تشفيا وشماتة-: إنه سيقدم عليكم قوم قد وهنتهم وأضعفتهم حمى
يثرب.
فلما بلغ
النبي -صلى الله عليه وسلم- قولهم، أراد أن يرد قولهم ويغيظهم، فأمر أصحابه
أن يسرعوا إلا فيما بين الركن اليماني والركن الذي فيه الحجر الأسود
فيمشوا، رفقًا بهم وشفقة عليهم، حين يكونوا بين الركنين لا يراهم المشركون،
الذين تسلقوا جبل "قعيقعان" لينظروا إلى المسلمين وهم يطوفون فغاظهم ذلك
حتى قالوا: إن هم إلا كالغزلان، فكان هذا الرمل سنة متبعة في طواف القادم
إلى مكة، تذكرا لواقع سلفنا الماضين، وتأسيًا بهم في مواقفهم الحميدة،
ومصابرتهم الشديدة، وما قاموا به من جليل الأعمال، لنصرة الدين، وإعلاء
كلمة الله، رزقنا الله اتباعهم واقتفاء أثرهم.
والمشي
بين الركنين وترك الرمل منسوخ؛ لنه في حجة الوداع رمل من الحجر إلى الحجر،
روى مسلم عن جابر وابن عمر -رضي الله عنهم- «أن رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- رمل من الحجر إلى الحجر ثلاثًا، ومشى أربعًا».
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
datang ke Makkah pada tahun 6 H untuk menunaikan umrah. Beliau ditemani
banyak sahabat. Namun kaum kafir Quraisy keluar untuk memerangi dan
menghadang beliau agar tidak sampai ke Baitullah. Maka terjadilah
perjanjian damai di antara mereka, yang di antara butirnya berbunyi
bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan para sahabat beliau
kembali ke Madinah tahun ini dan datang lagi ke Mekkah tahun berikutnya
untuk menunaikan umrah, serta tinggal di Mekkah selama tiga hari. Maka
pada tahun ke 7 H, kaum Muslimin datang untuk menunaikan umrah qaḍā`
(ganti). Orang-orang musyrik pun saling bicara di antara mereka -dengan
maksud mengejek dan menghina-, "Sesungguhnya akan datang pada kalian
satu kaum yang telah dibuat lelah dan lemah oleh penyakit demam Yaṡrib."
Ketika ucapan mereka ini sampai pada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, beliau ingin membalas ucapan mereka ini sekaligus membuat
mereka dongkol. Beliau memerintahkan para sahabat berjalan cepat
(lari-lari kecil), kecuali di antara Rukun Yamani dan Rukun tempat Hajar
Aswad, mereka dibolehkan berjalan biasa karena kasihan pada mereka. Saat
mereka berada di antara dua rukun ini, orang-orang musyrik tidak bisa
melihat mereka, karena orang-orang musyrik telah naik ke bukit
Qu'aiqu'ān untuk menyaksikan kaum muslimin yang sedang tawaf. Melihat
hal tersebut mereka marah, hingga mereka mengatakan, "Mereka ini tak
lain kecuali seperti rusa-rusa." Lari-lari kecil ini menjadi sunah yang
dianjurkan untuk dilakukan sampai saat ini ketika tawaf qudum (tawaf
ketika sampai di Mekkah), untuk mengenang peristiwa yang dialami
generasi pendahulu kita, meneladani mereka dalam sikap-sikap terpuji,
ketabahan mereka yang luar biasa dan jasa-jasa agung yang mereka berikan
untuk membela agama dan meninggikan kalimat Allah. Semoga Allah
membimbing kita untuk mengikuti dan menyusuri jejak mereka. Berjalan di
antara dua rukun (pojok) dan lari-lari kecil dinasakhkan, karena ketika
haji Wada' beliau berlari-lari kecil mulai dari Hajar Aswad sampai ke
Hajar Aswad lagi. Muslim meriwayatkan dari Jabir dan Ibnu Umar
--raḍiyallāhu 'anhum- "bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- berlari-lari kecil dari Hajar Aswad sampai ke Hajar Aswad lagi
sebanyak tiga kali (putaran) dan berjalan empat (kali putaran). |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3020 |
|
Hadith 100 الحديث
الأهمية: يا رسول الله، أيرقد أحدنا وهو جنب؟
قال: نعم، إذا توضأ أحدكم فليرقد
Tema: Wahai Rasulullah! Bolehkah salah
seorang dari kami tidur sedangkan dia dalam keadaan junub?" Beliau
menjawab, "Ya, boleh, jika dia sudah berwudu, silakan tidur." |
عن عبد الله بنِ عمر -رضي الله عنهما-
أن عمرَ بْن الخطاب -رضي الله عنه- قال: ((يا رسول الله، أّيَرقُدُ
أَحَدُنا وهو جُنُب؟ قال: نعم، إِذَا تَوَضَّأ أَحَدُكُم فَليَرقُد)).
Tema: Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā- bahwa Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Wahai
Rasulullah, bolehkah salah seorang dari kami tidur sedangkan dia dalam
keadaan junub?" Beliau menjawab, "Ya, boleh, jika dia sudah berwudu,
silakan tidur."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
سأل عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- النبي
-صلى الله عليه وسلم-: إن أصابت أحدهم الجنابة من أول الليل، بأن جامع
امرأته ولو لم ينزل أو احتلم، فهل يرقد أي ينام وهو جنب؟ فأذن لهم -صلى
الله عليه وسلم- بذلك، على أن
يخفف هذا الحدث الأكبر بالوضوء الشرعي؛ وحينئذ لا بأس من النوم مع الجنابة.
Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu
'anhu- bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, jika ada
salah seorang dari mereka (sahabat) mengalami junub di awal malam karena
menggauli istrinya meskipun tidak sampai keluar (mani) atau dia mimpi
basah, maka bolehkah dia tidur padahal dalam keadaan junub? Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membolehkan mereka hal itu. Hanya saja
hadas besar ini harus diringankan dengan wudu sesuai syariat. Ketika
sudah berwudu, maka tidak mengapa tidur dalam keadaan junub. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3021 |
|
Hadith 101 الحديث
الأهمية: أنَّ رسول الله -صلَّى الله عليه
وسلَّم- دخل مكة من كداء، من الثنية العليا التي بالبطحاء، وخرج من الثنية
السفلى
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- memasuki Makkah dari Kadā', melalui jalan bukit atas yang berada
di Baṭhā' dan keluar dari jalan bukit bawah. |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
«أنَّ رسُول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- دَخَل مكَّة مِن كَدَاٍء، مِن
الثَنِيَّة العُليَا التِّي بالبَطحَاءِ، وخرج من الثَنِيَّة السُفلَى».
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā-, "Bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memasuki
Makkah dari Kadā', melalui jalan bukit atas yang berada di Baṭhā' dan
keluar dari jalan bukit bawah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حجَّ النبي -صلى الله عليه وسلم- حجة
الوداع، فبات ليلة دخوله بـ"ذي طوى" لأربع خلون من ذي الحجة، وفي الصباح
دخل مكة من الثنية العليا؛ لأنه أسهل لدخوله؛ لأنه أتى من المدينة، فلما
فرغ من مناسكه خرج من مكة إلى المدينة من أسفل مكة، وهي الطريق التي تأتي
على "جرول"، ولعل في مخالفة الطريقين تكثيرا لمواضع العبادة، كما فعل -صلى
الله عليه وسلم- في الذهاب
إلى عرفة والإياب منها، ولصلاة العيد والنفل، في غير موضع الصلاة المكتوبة؛
لتشهد الأرض على عمله عليها يوم تحدث أخبارها، أو لكون مدخله ومخرجه
مناسبين لمن جاء من المدينة، وذهب إليها. والله أعلم.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melaksanakan Haji Wadak. Di malam kedatangan, beliau bermalam di Żi Ṭuwa
tanggal 4 Zulhijah. Pada pagi harinya, beliau memasuki Makkah melalui
jalur bukit atas karena lebih mudah untuk masuk mengingat beliau datang
dari Madinah. Manakala telah selesai menjalankan manasik haji, beliau
keluar dari Makkah menuju Madinah melalui wilayah bawah Makkah. Yakni,
jalan yang menuju ke distrik Jarwal. Barangkali tujuan menempuh dua
jalan berbeda ini guna memperbanyak tempat-tempat ibadah, sebagaimana
dilakukan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika berangkat dan balik
dari Arafah, salat 'Īd, dan salat sunah yang dilaksanakan di selain
tempat salat wajib. Agar bumi memberi kesaksian pada amal beliau di
atasnya ketika bumi menceritakan berita-beritanya. Atau karena jalan
masuk dan jalan keluar beliau tersebut cocok untuk orang yang datang
dari dan pergi ke Madinah. Wallāhu a'lam. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3022 |
|
Hadith 102 الحديث
الأهمية: رَقِيت يومًا على بيت حفصة، فرأيت النبي
-صلى الله عليه وسلم- يقضي حاجته مستقبل الشام، مستدبر الكعبة
Tema: Suatu hari aku naik ke rumah Hafṣah,
lalu aku melihat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- buang air besar
dengan menghadap ke arah Syam dan membelakangi Ka'bah. |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
قال: ((رَقيت يومًا على بيت حفصة، فرَأَيتُ النبيَّ -صلَّى الله عليه
وسلَّم-يَقضِي حاجته مُسْتَقبِل الشام، مُسْتَدبِر الكعبة)).
وفي
رواية: ((مُسْتَقبِلا بَيتَ المَقدِس)) .
Tema: Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā- ia berkata, "Suatu hari aku naik ke rumah Hafṣah, lalu aku
melihat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- buang air besar dengan
menghadap ke arah Syam dan membelakangi Ka'bah." Dalam riwayat lain
disebutkan, "Menghadap Baitul Maqdis."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ذكر ابن عمر -رضي الله عنهما-: أنه جاء
يوماً إلى بيت أخته حفصة، زوج النبي -صلى الله عليه وسلم-، فصعد فوق بيتها،
فرأى النبي -صلى الله عليه وسلم-، يقضى حاجته وهو متَجه نحو الشام، ومستدبر
القبلة.
وكان ابن
عمر -رضي الله عنه- قال ذلك ردًّا على من قالوا: إنه لا يستقبل بيت المقدس
حال قضاء الحاجة، ومن ثمَّ أتى المؤلف بالرواية الثانية: مستقبلا بيت
المقدس.
فإذا
استقبل الإنسان القبلة داخل البنيان فلا حرج.
Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-
menyebutkan bahwa suatu hari dia datang ke rumah saudarinya, Hafṣah,
istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu dia naik ke atas
rumahnya. Tiba-tiba dia melihat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
sedang buang air besar dengan menghadap ke arah Syam dan membelakangi
kiblat. Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhu- mengatakan hal itu untuk
menyangkal orang yang mengatakan, "Sesungguhnya beliau tidak menghadap
ke Baitul Maqdis saat buang air besar." Oleh sebab itu, penulis
menuturkan riwayat kedua bahwa beliau menghadap ke Baitul Maqdis. Jadi,
jika seseorang menghadap kiblat di dalam bangunan (ketika buang hajat)
maka tidak masalah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3023 |
|
Hadith 103 الحديث
الأهمية: أنه جاء إلى الحجر الأسود، فقبَّله،
وقال: إني لأعلم أنك حجر، لا تضر ولا تنفع، ولولا أني رأيت النبي -صلى الله
عليه وسلم- يقبلك ما قبلتك
Tema: Umar bin Al-Khaṭṭāb mendatangi Hajar
Aswad lalu menciumnya seraya berkata, "Sesungguhnya aku tahu bahwa
engkau hanyalah batu yang tidak mendatangkan bahaya dan manfaat.
Seandainya aku tidak melihat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menciummu, aku pun tak akan menciummu." |
عن عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- «أنَّه
جَاء إِلى الحَجَر الأَسوَدِ، فَقَبَّلَه، وقال: إِنِّي لَأَعلَم أَنَّك
حَجَرٌ، لا تَضُرُّ ولا تَنفَعُ، ولَولاَ أَنِّي رَأَيتُ النبيَّ -صلَّى
الله عليه وسلَّم- يُقَبِّلُك مَا قَبَّلتُك».
Dari Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu
'anhu- bahwasannya dia mendatangi Hajar Aswad lalu menciumnya seraya
berkata, "Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau hanyalah batu yang tidak
mendatangkan bahaya dan manfaat. Seandainya aku tidak melihat Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menciummu, aku pun tak akan menciummu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الأمكنة والأزمنة وغيرها من الأشياء، لا
تكون مقدسة معظمة تعظيم عبادةٍ لذاتها، وإنَّما يكون لها ذلك بشرع؛ ولهذا
جاء عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- إلى الحجر الأسود وقبله بين الحجيج،
الذين هم حديثو عهد بعبادة الأصنام وتعظيمها، وبين أنَّه ما قبل هذا الحجر
وعظمه من تلقاء نفسه، أو لأن الحجر يحصل منه نفع أو مضرة؛ وإنما هي عبادة
تلقَّاها من المشرِّع -صلى الله عليه وسلم-
فقد رآه يقبله فقبله؛ تأسيا واتباعا، لا رأيا وابتداعا.
Tempat, waktu dan hal lainnya tidak
dikultuskan dan diagungkan seperti mengagungkan ibadah itu sendiri,
tetapi itu terjadi dengan adanya syariat. Karena itulah, Umar bin
Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- mendatangi Hajar Aswad dan menciumnya di
antara para haji yang kala itu masih baru saja lepas dari (masa)
penyembahan berhala dan pengagungannya. Ia menjelaskan bahwa dirinya
mencium dan mengagungkan batu itu bukan kemauan dirinya atau karena batu
itu mendatangkan manfaat atau bahaya, tetapi itu merupakan ibadah yang
didapatkannya dari pembuat syariat -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Dia
pernah melihat beliau menciumnya, maka ia pun menciumnya atas dasar
meniru dan mengikuti, bukan atas dasar pendapat dan bidah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3024 |
|
Hadith 104 الحديث
الأهمية: طاف النبي في حجة الوداع على بعير،
يستلم الركن بمحجن
Tema: Nabi pernah melakukan tawaf di atas
unta pada saat haji wada. Beliau menyentuh rukun (pilar Ka'bah) dengan
tongkat. |
عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما-
قال: «طَافَ النبيُّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- فِي حَجَّةِ الوَدَاعِ على
بَعِير، يَستَلِم الرُّكنَ بِمِحجَن».
Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu
'anhumā- ia berkata, "Nabi pernah melakukan tawaf di atas unta pada saat
haji wada. Beliau menyentuh rukun (pilar Ka'bah) dengan tongkat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
طاف النبي -صلى الله عليه وسلم- في حجة
الوداع، وقد تكاثر عليه الناس: منهم من يريد النظر إلى صفة طوافه، ومنهم من
يريد النظر إلى شخصه الكريم؛ فازدحموا عليه، ومن كمال رأفته بأمته ومساواته
بينهم: أن ركب على بعير، فأخذ يطوف عليه؛ ليتساوى الناس في رؤيته، وكان معه
عصا محنية الرأس، فكان يستلم بها الركن، ويقبل العصا كما جاء في رواية مسلم
لهذا الحديث.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah melakukan Tawaf pada saat haji wada. Saat itu orang-orang sudah
berkerumun; di antara mereka ada yang ingin melihat cara Tawaf beliau
dan ada juga yang ingin memandang kepribadiannya yang mulia, sehingga
mereka pun berdesak-desakkan. Di antara kasih sayang beliau kepada
umatnya dan sikap persamaan di antara mereka, maka beliau menunggangi
unta lalu Tawaf di atasnya agar orang-orang bisa melihatnya secara
sama-sama. Beliau membawa tongkat yang ujungnya bengkok lalu menyentuh
rukun (Hajar Aswad) dengannya dan mencium tongkat itu sebagaimana
disebutkan dalam hadis riwayat Muslim. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3025 |
|
Hadith 105 الحديث
الأهمية: لم أر النبي -صلى الله عليه وسلم- يستلم
من البيت إلا الركنين اليمانيين
Tema: Aku tidak pernah melihat Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyentuh bagian dari Baitullah (Ka'bah)
selain dua rukun Yamani (Hajar Aswad dan rukun Yamani). |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
قال: «لَمْ أَرَ النبِيَّ -صلَّى الله عليه وسلَّم يَستَلمُ- منَ البيتِ
إِلا الرُّكنَينِ اليَمَانِيَينِ».
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā- ia berkata, "Aku tidak pernah melihat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- menyentuh bagian dari Baitullah (Ka'bah) selain dua rukun
Yamani (Hajar Aswad dan rukun Yamani)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
لم يكن النبي -صلى الله عليه وسلم-
يستلم من الأركان الأربعة للكعبة إلا الركن الأسود والركن اليماني، فللبيت
أربعة أركان، فللركن الشرقي منها فضيلتان:
1. كونه على قواعد إبراهيم.
2. وكون الحجر الأسود فيه. والركن
اليماني له فضيلة واحدة، وهو كونه على قواعد إبراهيم.
وليس
للشامي والعراقي شيء من هذا، فإن تأسيسهما خارج عن أساس إبراهيم حيث أخرج
الحجر من الكعبة من جهتهما؛ ولهذا فإنه يشرع استلام الحجر الأسود وتقبيله،
ويشرع استلام الركن اليماني بلا تقبيل، ولا يشرع في حق الركنين الباقيين
استلام ولا تقبيل، والشرع مبناه على الاتباع، لا على الإحداث والابتداع،
ولله في شرعه حكم وأسرار.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
tidak pernah menyentuh keempat pilar (Ka'bah) selain rukun Aswad (Hajar
Aswad) dan rukun Yamani. Baitullah memiliki empat pilar. Pilar (rukun)
timur memiliki dua keutamaan: 1- Pilar tersebut di atas pondasi-pondasi
(yang dibangun oleh) Ibrahim. 2- Hajar Aswad berada di pilar itu.
Sedangkan rukun Yamani hanya memiliki satu keutamaan, yaitu dibangun di
atas pondasi-pondasi Ibrahim. Sedangkan rukun Syam dan Irak tidak
memiliki keutamaan itu, karena pembangunannya lebih ke dalam dari
pondasi Ibrahim di mana beliau pernah mengeluarkan hajar Aswad dari
Ka'bah ke arah dua pilar itu. Karena itulah disyariatkan untuk menyentuh
Hajar Aswad dan menciumnya, dan disyariatkan untuk menyentuh rukun
Yamani tanpa menciumnya. Hanya saja hal itu tidak disyariatkan terhadap
dua rukun (pilar) lainnya; menyentuh ataupun mencium. Syariat itu
dibangun di atas sikap mengikuti bukan di atas penciptaan sesuatu yang
baru dan bidah. Allah memiliki hikmah dan rahasia dalam syariat-Nya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3026 |
|
Hadith 106 الحديث
الأهمية: إني أحبك في الله، فقال: أحبك الذي
أحببتني له
Tema: "Sesungguhnya aku mencintaimu karena
Allah." Orang itu menjawab, "Semoga Allah mencintaimu, Zat yang
menjadikanmu mencintai aku karena-Nya." |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- أنَّ
رَجُلاً كَانَ عِند النَبِيَّ -صلى الله عليه وسلم- فَمَرَّ رَجُلٌ بِهِ،
فقال: يا رسول الله، أنِّي لَأُحِبُّ هَذَا، فَقَال لَهُ النَبِيُّ -صلى
الله عليه وسلم-: «أَأَعْلَمْتَهُ؟» قال: لا. قال: «أَعْلِمْهُ»،
فَلَحِقَهُ، فقال: إِنِّي أُحِبُّك فِي الله، فقال: أّحَبَّك الَّذِي
أَحْبَبْتَنِي لَهُ.
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- bahwa ada seorang lelaki yang sedang berada di sisi Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Tiba-tiba ada orang yang melintasinya.
Orang (yang berada di sisi beliau) berkata, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku mencintai orang ini." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bertanya kepadanya, "Apakah engkau sudah memberitahukan padanya
tentang itu?" Orang itu menjawab, "Belum." Beliau bersabda, "Beritahukan
kepadanya!" Lantas orang itu menemuinya lalu berkata, "Sesungguhnya aku
mencintaimu karena Allah." Orang itu menjawab, "Semoga Allah
mencintaimu, Zat yang menjadikanmu mencintai aku karena-Nya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء هذا الحديث النبوي الشريف تطبيقا
لأمره -صلى الله عليه وسلم- بأن يُعلِم الإنسان أخاه إذا أحبَّه، لَمَّا
قال له رجلٌ جالسٌ عنده: إنِّي أحب هذا الرجل. يقصد رجلًا آخر مرَّ بهما،
فقال له -صلى الله عليه وسلم-: " أأعلمته" فدل هذا على أنه من السنَّة إذا
أحبَّ المسلم شخصا أن يقول له: إني أحبك، وذلك لما في هذه الكلمة من إلقاء
المحبة في قلبه؛ لأنَّ الإنسان إذا علم من أخيه أنَّه يحبه أحبَّه، مع أن
القلوب لها تعارف وتآلف وإن لم تنطق الألسن.
وكما قال
النبي -عليه الصلاة والسلام-: "الأرواح جنود مجندة ما تعارف منها ائتلف،
وما تناكر منها اختلف" لكن إذا قال الإنسان بلسانه، فإن هذا يزيده محبة في
القلب فيقول: إني أحبك في الله.
Hadis nabawi yang mulia ini
dikemukakan sebagai penerapan dari perintah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bahwa seseorang hendaknya memberitahu saudaranya jika dia
mencintainya. .Tatkala seorang laki-laki yang duduk disamping beliau
berkata, "Sesungguhnya aku mencintai pria ini." Maksudnya laki-laki lain
yang lewat di hadapan mereka berdua. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bertanya kepada Anas, "Apakah engkau sudah memberitahukan kepadanya
tentang itu." Ini menunjukkan bahwa termasuk sunah, apabila seorang
Muslim mencintai seseorang, hendaknya ia mengucapkan, "Sesungguhnya aku
mencintaimu." Hal ini dilakukan karena kata-kata tersebut memasukkan
kecintaan dalam hatinya. Sebab, manusia itu apabila mengetahui bahwa
saudaranya mencintainya, dia pun mencintai saudaranya itu. Juga karena
hati itu memiliki rasa saling mengenal dan berdekatan meskipun tidak
diucapkan oleh lisan. Hal ini sebagaimana sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam-, "Sesungguhnya roh-roh itu pasukan yang saling bersatu.
Roh-roh yang saling kenal (simpati) akan bersatu dan roh-roh yang saling
antipati, pasti akan berselisih." Tetapi jika manusia mengucapkan
kecintaanya dengan lisannya, maka hal ini akan menambah kecintaan dalam
hati dengan mengatakan, "Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Nasā`i -
Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3028 |
|
Hadith 107 الحديث
الأهمية: أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِي حُبَيْشٍ:
سَأَلَتِ النَّبِيَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَتْ: إنِّي أُسْتَحَاضُ
فَلا أَطْهُرُ، أَفَأَدَعُ الصَّلاةَ؟ قَالَ: لا، إنَّ ذَلِكَ عِرْقٌ،
وَلَكِنْ دَعِي الصَّلاةَ قَدْرَ الأَيَّامِ الَّتِي كُنْتِ تَحِيضِينَ
فِيهَا، ثُمَّ اغْتَسِلِي وَصَلِّي
Tema: Fatimah binti Abi Ḥubaisy bertanya
kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- dengan berkata,
“Sesungguhnya saya sedang istihadah, sehingga tidak suci; apakah saya
harus meninggalkan salat?". Beliau menjawab, “Tidak, itu adalah darah
penyakit. Namun tinggalkan salat sebanyak hari kebiasaanmu haid sebelum
itu, kemudian mandilah dan kerjakan salat!" |
عن عائشة -رضي الله عنها-: ((أَنَّ
فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِي حُبَيْشٍ: سَأَلَتِ النَّبِيَّ -صلى الله عليه
وسلم- فَقَالَتْ: إنِّي أُسْتَحَاضُ فَلا أَطْهُرُ، أَفَأَدَعُ الصَّلاةَ؟
قَالَ: لا، إنَّ ذَلِكَ عِرْقٌ، وَلَكِنْ دَعِي الصَّلاةَ قَدْرَ
الأَيَّامِ الَّتِي كُنْتِ تَحِيضِينَ فِيهَا، ثُمَّ اغْتَسِلِي
وَصَلِّي)).
وَفِي
رِوَايَةٍ ((وَلَيْسَت بِالحَيضَة، فَإِذَا أَقْبَلَت الحَيْضَة:
فَاتْرُكِي الصَّلاة فِيهَا، فَإِذَا ذَهَبَ قَدْرُهَا فَاغْسِلِي عَنْك
الدَّمَ وَصَلِّي)).
Tema: Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia
berkata, Bahwasanya Fatimah binti Abi Ḥubaisy bertanya kepada Rasulullah
-ṣallallāhu 'alahi wa sallam- dengan berkata, “Sesungguhnya saya sedang
istihadah, sehingga tidak suci; apakah saya harus meninggalkan salat?".
Beliau menjawab, “Tidak, itu adalah darah penyakit. Namun tinggalkan
salat sebanyak hari kebiasaanmu haid sebelum itu, kemudian mandilah dan
kerjakan salat!" Dalam riwayat lain, "Itu bukanlah darah haid, maka
apabila datang masa haid, hendaklah kamu meninggalkan salat, dan apabila
perkiraan masa haid telah berlalu, hendaklah kamu cuci darah itu dari
badanmu dan salatlah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ذكرت فاطمة بنت أبي حُبَيْش -رضي الله
عنها- للنبي -صلى الله عليه وسلم- أن دم الاستحاضة يصيبها، فلا ينقطع عنها،
وسألته هل تترك الصلاة لذلك؟
فقال
النبي -صلى الله عليه وسلم-: لا تتركي الصلاة؛ لأن الدم الذي تُترك لأجله
الصلاة، هو دم الحيض.
وهذا الدم
الذي يصيبك، ليس دم حيض، إنما هو دم عرق منفجر.
وإذا كان
الأمر كما ذكرت من استمرار خروج الدم في أيام حيضتك المعتادة، وفي غيرها،
فاتركي الصلاة أيام حيضك المعتادة فقط.
فإذا
انقضت، فاغتسلي واغسلي عنك الدم، ثم صلّي، ولو كان دم الاستحاضة معك.
Fatimah binti Abi Ḥubaisy -raḍiyallāhu
'anhā- menyebutkan kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- bahwa
dia mengalami istihadah, dan itu tidak berhenti. menimpanya. Dia
bertanya kepada beliau, apakah dia harus meninggalkan salat karena hal
tersebut? Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, “Jangan kamu
tinggalkan salat; karena darah yang menyebabkan salat tidak boleh
dilakukan adalah darah haid. Darah yang menimpamu ini bukan darah haid,
tetapi itu adalah darah penyakit. Jika keadaannya seperti yang engkau
sebutkan, yaitu darah tersebut terus keluar pada waktu hari-hari haidmu
dan juga pada hari lainnya, maka tinggalkanlah salat sebanyak hari
biasanya kamu mengalami haid saja. Apabila masa tersebut sudah habis
maka mandilah dan bersihkan darah haid itu dari tubuhmu, kemudian
salatlah meskipun darah istihadah masih ada pada dirimu. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3029 |
|
Hadith 108 الحديث
الأهمية: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يدخل
الخلاء، فأحمل أنا وغلام نحوي إداوة من ماء وعنزة؛ فيستنجي بالماء
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- pernah masuk kamar kecil. Maka aku dan seorang anak sebayaku
membawa wadah berisi air dan sebuah tongkat. Lantas beliau beristinja
dengan air. |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال:
((كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يدخل الخلاء، فأحمل أنا وغلام نَحوِي
إِدَاوَةً مِن ماء وَعَنَزَة؛ فيستنجي بالماء)).
Tema: Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- ia menuturkan, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah
masuk kamar kecil. Maka aku dan seorang anak sebayaku membawa wadah
berisi air dan sebuah tongkat. Lantas beliau beristinja dengan air."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يذكر خادم النبي -صلى الله عليه وسلم-
وهو أنس بن مالك -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- حينما يدخل
موضع قضاء الحاجة، كان يجيء هو وغلام معه بطهوره، الذي يقطع به الأذى، وهو
ماء في جلد صغير، وكذلك يأتيان بما يستتر به عن نظر الناس، وهو عصا قصيرة
في طرفها حديدة، يغرزها في الأرض، ويجعل عليها شيئًا مثل: الرداء أو نحوه
يقيه من نظر المارين، ويستتر به أيضًا إذا أراد أن يصلي.
Pelayan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, yakni Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- mengungkapkan bahwa
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika masuk ke tempat buang hajat,
ia dan seorang anak lain bersamanya membawakan air untuk membersihkan
kotoran. Air ini berada dalam wadah kecil. Selain itu, keduanya juga
membawakan sesuatu yang bisa melindungi beliau dari pandangan manusia.
Yakni sebuah tongkat pendek yang ujungnya besi. Beliau menancapkannya di
tanah dan meletakkan sesuatu di atasnya semisal kain panjang atau
semacamnya yang dapat melindungi beliau dari pandangan orang-orang yang
lewat, dan beliau juga menggunakannya sebagai sutrah (pembatas) apabila
hendak salat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3030 |
|
Hadith 109 الحديث
الأهمية: سووا صفوفكم، فإن تسوية الصفوف من تمام
الصلاة
Tema: Luruskanlah saf-saf kalian! Karena
sesungguhnya meluruskan saf termasuk kesempurnaan salat. |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «سَوُّوا صُفُوفَكُم، فإِنَّ تَسوِيَة
الصُّفُوف من تَمَام الصَّلاَة».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Luruskanlah saf-saf kalian! Karena sesungguhnya meluruskan saf termasuk
kesempurnaan salat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يرشد النبي -صلى الله عليه وسلم- أمته
إلى ما فيه صلاحهم وفلاحهم، فهو -هنا- يأمرهم بأن يسووا صفوفهم، بحيث يكون
سمتهم نحو القبلة واحدا، ويسدوا خلل الصفوف، حتى لا يكون للشياطين سبيل إلى
العبث بصلاتهم، وأرشدهم -صلى الله عليه وسلم- إلى بعض الفوائد التي
ينالونها من تعديل الصف، وذلك أن تعديلها علامة على تمام الصلاة وكمالها،
وأن اعوجاج الصف خلل ونقص فيها.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memberikan petunjuk yang berisi kebaikan dan keberuntungan untuk
umatnya. Di sini beliau memerintahkan mereka untuk meluruskan saf-safnya
sehingga ciri mereka menjadi satu ke arah kiblat sekaligus dapat
menutupi celah-celah saf. Dengan demikian setan tidak memiliki jalan
untuk mengganggu salat mereka. Beliau juga menunjukkan kepada mereka
beberapa faedah yang mereka peroleh dari meluruskan saf, yaitu bahwa
meluruskan saf merupakan tanda kesempurnaan dan kelengkapan salat, dan
kebengkokan dalam saf merupakan cacat dan kekurangan dalam salat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3031 |
|
Hadith 110 الحديث
الأهمية: إن من إجلال الله -تعالى-: إكرام ذي
الشيبة المسلم، وحامل القرآن غير الغالي فيه، والجافي عنه، وإكرام ذي
السلطان المقسط
Tema: Sesungguhnya di antara bentuk
mengagungkan Allah -Ta'ālā- ialah menghormati orang Muslim yang tua dan
pembawa Alquran yang tidak berlebih-lebihan dan tidak menjauh darinya,
dan menghormati penguasa yang adil. |
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه-
قَالَ: قالَ رسول اللَّه -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم-: «إِنَّ مِنْ
إِجْلاَلِ الله -تَعَالَى-: إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ المُسْلِمِ،
وَحَامِلِ القُرْآنِ غَيرِ الغَالِي فِيه، وَالجَافِي عَنْه، وَإِكْرَام
ذِي السُّلْطَان المُقْسِط».
Dari Abu Musa Al-Asy`ari -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Sesungguhnya di antara bentuk mengagungkan Allah -Ta'ālā- ialah
menghormati orang Muslim yang tua, pembawa Alquran yang tidak
berlebih-lebihan dan tidak menjauh darinya, dan menghormati penguasa
yang adil."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أفاد هذا الحديث أن مما يحصل به إجلال
الله -سبحانه- وتعظيمه وتوقيره أمور ذكرت في هذا الحديث وهي:
(إكرام ذي الشيبة المسلم): أي تعظيم
الشيخ الكبير في الإسلام بتوقيره في المجالس والرفق به والشفقة عليه ونحو
ذلك، وكل هذا من كمال تعظيم الله لحرمته عند الله.
(وحامل القرآن): أي وإكرام حافظه وسماه
حاملا لأنه محمول في صدره ولما تحمل من مشاق كثيرة تزيد على الأحمال
الثقيلة، ويدخل في هذا الإكرام المشتغل بالقرآن قراءة وتفسيرا.
وحامل
القرآن الذي جاء ذكره في هذا الحديث النبوي، جاء تمييزه بوصفين:
(غير الغالي): والغلو التشديد ومجاوزة
الحد، يعني غير المتجاوز الحد في العمل به وتتبع ما خفي منه واشتبه عليه من
معانيه وفي حدود قراءته ومخارج حروفه. وقيل الغلو: المبالغة في التجويد أو
الإسراع في القراءة بحيث يمنعه عن تدبر المعنى.
(والجافي عنه): أي وغير المتباعد عنه
المعرض عن تلاوته وإحكام قراءته وإتقان معانيه والعمل بما فيه، وقيل في
الجفاء: أن يتركه بعد ما علمه لا سيما إذا كان نسيه تساهلا وإعراضا.
وآخر ما
جاء الذكر النبوي بالاشتغال بإكرامه (ذي السُّلطان المقسط): أي صاحب السلطة
والمنصب الذي اتصف بالعدل، فإكرامه لأجل نفعه العام وإصلاحه لرعيته.
Hadis ini menunjukkan bahwa di antara
cara memuliakan Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-, mengagungkan dan
menghormati-Nya ialah melakukan hal-hal yang disebutkan dalam hadis
tersebut, yaitu: "Menghormati orang Muslim yang tua", yakni,
mengagungkan orang yang sudah tua dalam Islam dengan cara menghormatinya
di berbagai majlis, lembut, sayang kepadanya dan sebagainya. Ini
merupakan bagian dari kesempurnaan mengagungkan Allah karena
kehormatannya ada di sisi Allah. "Pembawa Alquran", yakni, memuliakan
orang yang menghafalnya. Dinamakan pembawa karena Alquran dibawa di
dalam dadanya, dan karena dia memikul kesulitan-kesulitan besar yang
menambah beban beratnya. Termasuk dalam kategori ini ialah memuliakan
orang yang sibuk membaca dan mengkaji tafsir Alquran. Pembawa Alquran
yang disebutkan dalam hadis nabawi ini dibedakan dengan dua sifat:
"Tidak guluw (ekstrem)". Guluw adalah berlebihan dan melampaui batas.
Jadi yang dimaksud adalah tidak melampaui batas dalam mengamalkan
Alquran, menyelidiki hal-hal yang tersembunyi di dalamnya, dan
makna-makna yang samar baginya, batasan-batasan bacaannya, dan makhraj
hurufnya. Ada yang berpendapat bahwa berlebihan di sini adalah
berlebihan dalam tajwid atau cepat dalam membaca sehingga menghalanginya
untuk merenungkan maknanya. "(Tidak) menjauh darinya", yakni, tidak
menjauhkan diri dari Alquran dan berpaling dari membacanya, menerapkan
hukum-hukum bacaannya, mencermati makna-maknanya, dan mengamalkan
isinya. Ada yang berpendapat bahwa maksud menjauhinya adalah
meninggalkan Alquran setelah mengetahuinya, apalagi jika melupakannya
karena meremehkan dan berpaling darinya. Sedangkan hal terakhir yang
disebutkan dalam sabda Nabi ini, yang diperintahkan untuk dimuliakan
adalah "Penguasa yang adil", yakni, pemilik kekuasaan dan jabatan yang
memiliki sifat adil. Memuliakannya karena kepentingan umum dan tindakan
perbaikan untuk rakyatnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Abu Daud]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3032 |
|
Hadith 111 الحديث
الأهمية: إذا توضأ أحدكم فليجعل في أنفه ماء، ثم
لينتثر، ومن استجمر فليوتر، وإذا استيقظ أحدكم من نومه فليغسل يديه قبل أن
يدخلهما في الإناء ثلاثا، فإن أحدكم لا يدري أين باتت يده
Tema: Jika seorang dari kalian berwudu,
hendaklah ia memasukkan air ke hidungnya lalu mengeluarkannya, dan siapa
yang bersuci dengan batu, hendaklah ia menggunakan batu yang berjumlah
ganjil. Jika seorang dari kalian bangun tidur, hendaklah ia mencuci
tangannya tiga kali sebelum memasukkannya ke dalam wadah, sebab dia
tidak tahu di mana tangan itu berada pada malam hari. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إذا توضَّأ أحدُكُم فَليَجعَل في أنفِه
ماءً، ثم ليَنتَنْثِر، ومن اسْتَجمَر فَليُوتِر، وإذا اسْتَيقَظَ أَحَدُكُم
من نومِه فَليَغسِل يَدَيه قبل أن يُدْخِلهُما في الإِنَاء ثلاثًا، فإِنَّ
أَحدَكُم لا يَدرِي أين بَاتَت يده».
وفي
رواية: «فَليَستَنشِق بِمِنْخَرَيه من الماء».
وفي لفظ:
«من توضَّأ فَليَسْتَنشِق».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika
seorang dari kalian berwudu, hendaklah ia memasukkan air ke hidungnya
lalu mengeluarkannya, dan siapa yang bersuci dengan batu, hendaklah ia
menggunakan batu yang berjumlah ganjil. Jika seorang dari kalian bangun
tidur, hendaklah ia mencuci tangannya tiga kali sebelum memasukkannya ke
dalam wadah, sebab dia tidak tahu di mana tangan itu berada pada malam
hari." Dalam riwayat lain disebutkan, "Hendaklah ia menghirup air
(istinsyāq) dengan dua lubang hidungnya." Dalam redaksi lain disebutkan,
"Barangsiapa yang berwudu, hendaklah ia menghirup air (istinsyāq)!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يشتمل هذا الحديث على ثلاث فقرات، لكل
فقرة حكمها الخاص بها.
1.فذكر أن المتوضىء إذا شرع في الوضوء
أدخل الماء في أنفه، ثم أخرجه منه وهو الاستنشاق والاستنثار المذكور في
الحديث؛ لأن الأنف من الوجه الذي أُمِر المتوضىء بغسله، وقد تضافرت
الأحاديث الصحيحة على مشروعيته؛ لأنه من النظافة المطلوبة شرعًا.
2.ثم ذكر أيضا أن من أراد قطع الأذى
الخارج منه بالحجارة، أن يكون قطعه على وتر، أقلها ثلاث وأعلاها ما ينقطع
به الخارج، وتنقي المحل إن كان وترًا، وإلا زاد واحدة، توتر أعداد الشفع.
3.وذكر أيضًا أن المستيقظ من نوم الليل
لا يُدْخِلُ كفَّه في الإناء، أو يمس بها رطبًا، حتى يغسلها ثلاث مرات؛ لأن
نوم الليل -غالبًا- يكون طويلا، ويده تطيش في جسمه، فلعلها تصيب بعض
المستقذرات وهو لا يعلم، فشرع له غسلها للنظافة المشروعة.
Hadis ini mencakup tiga poin. Setiap
poin memiliki hukumnya yang khusus. 1) Disebutkan bahwa ketika orang
yang berwudu melakukan wudu, ia memasukkan air ke hidungnya lalu
mengeluarkannya, itulah (yang disebut) dengan istinsyāq dan istinṡār
sebagaimana disebutkan dalam hadis. Sebab, hidung merupakan bagian dari
wajah yang diperintahkan untuk dibasuh bagi orang yang berwudu. Banyak
sekali hadis sahih yang mensyariatkannya karena hal tersebut termasuk
kebersihan yang dituntut sesuai syariat. 2) Selanjutnya, disebutkan
bahwa barangsiapa hendak membersihkan kotorannya dengan batu, hendaknya
batu yang digunakan untuk membersihkannya berjumlah ganjil; minimal tiga
buah dan maksimal berapa saja yang dapat membersihkan kotoran tersebut.
Jika ganjil dapat membersihkan tempat keluar kotoran, jika tidak bisa,
maka ditambah satu lagi sehingga dapat membuat ganjil bilangan genap. 3)
Disebutkan juga bahwa orang yang bangun dari tidur pada malam hari, ia
tidak boleh langsung memasukkan telapak tangannya ke dalam wadah atau
mengusap sesuatu yang basah sampai dia mencucinya tiga kali. Sebab,
tidur pada malam hari -biasanya- lama dan tangannya bergerak ke sana ke
mari di badannya sehingga mungkin saja mengenai kotoran tanpa dia
ketahui. Karena itu disyariatkan untuk mencucinya demi kebersihan yang
disyariatkan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3033 |
|
Hadith 112 الحديث
الأهمية: يا أيها الناس، عليكم بالسكينة، فإن
البر ليس بالإيضاع
Tema: Wahai manusia, tenanglah kalian!
Sesungguhnya kebajikan itu bukan dengan berjalan cepat-cepat. |
عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما-
قال: دَفَعَ النبيُّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- يومَ عَرَفَة فَسَمِعَ
النبيُّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- وَرَاءَهُ زَجْرًا شَدِيدًا وَضَربًا
وَصَوتًا لِلإِبِل، فَأَشَارَ بِسَوطِهِ إِلَيهِم، وقال: «يَا أَيُّهَا
النَّاسُ، عَلَيكُم بِالسَّكِينَةِ، فَإِنَّ البِرَّ لَيسَ بِالإيضَاعِ».
Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu
'anhumā-, ia menuturkan, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertolak
di hari Arafah (menuju Muzdalifah). Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mendengar di belakang beliau bentakan keras, pukulan dan
teriakan pada unta. Maka beliau berisyarat dengan cambuk beliau pada
mereka dan bersabda, "Wahai manusia, tenanglah kalian! Sesungguhnya
kebajikan itu bukan dengan berjalan cepat-cepat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أنَّ النبي -صلى الله عليه وسلم- أفاض
من عرفة فسمع وراءه صوتًا شديدًا وضربًا وزجرًا للإبل وأصواتًا للإبل، وكان
هذا المشهد من الناس نتيجة ما تعودوه زمن الجاهلية؛ لأنهم كانوا في أيام
الجاهلية إذا دفعوا من عرفة أسرعوا إسراعًا عظيمًا يبادرون النهار قبل أن
يظلم الجو، فكانوا يضربون الإبل ضربًا شديدًا، فأشار النبي -صلى الله عليه
وسلم- إليهم بسوطه، وقال: أيها الناس الزموا الطمأنينة والهدوء، فإن البر
والخير ليس بالإسراع والإيضاع وهو نوع من السير سريع.
Bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bertolak dari Arafah. Lalu beliau mendengar di belakang beliau
suara keras, pukulan dan bentakan pada unta dan suara-suara unta.
Pemandangan perilaku orang-orang ini akibat kebiasaan mereka di masa
jahiliyah, sebab mereka dahulu, di masa jahiliyah, apabila bertolak dari
Arafah mereka bergerak dengan sangat cepat, berlomba dengan siang hari
sebelum suasana gelap, dan mereka lalu memukuli unta dengan keras. Maka
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berisyarat pada mereka dengan cambuk
beliau dan berkata, "Wahai manusia, tetaplah tenang! Sesungguhnya
kebajikan dan kebaikan itu bukan dengan bercepat-cepat." Makna al-Īḍā'
(dalam redaksi hadis ini) adalah sejenis gerakan berjalan cepat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3034 |
|
Hadith 113 الحديث
الأهمية: ما أبكي أن لا أكون أعلم أن ما عند الله
-تعالى- خير لرسول الله -صلى الله عليه وسلم-، ولكن أبكي أن الوحي قد انقطع
من السماء، فهيجتهما على البكاء، فجعلا يبكيان معها
Tema: Aku menangis bukan karena aku tidak
tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah -Ta'ālā- lebih baik bagi
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, tetapi aku menangis karena
wahyu telah terputus dari langit. Maka ia (Ummu Aiman) membuat keduanya
terharu untuk menangis, sehingga keduanya menangis bersamanya. |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال:
قَال أَبُو بَكر لِعُمَر-رضي الله عنهما- بَعْدَ وَفَاةِ رَسُول الله -صلى
الله عليه وسلم-: انْطَلِق بِنَا إِلَى أُمِّ أَيمَنَ -رَضِي الله عنها-
نَزُورُهَا كَمَا كَانَ رَسول الله -صلى الله عليه وسلم- يَزُورُها،
فَلَمَّا انتَهَيَا إِلَيهَا، بَكَت، فَقَالاَ لَهَا: مَا يُبكِيك؟ أَمَا
تَعْلَمِين أَنَّ ما عِنْد الله خَيرٌ لِرَسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟
فَقَالَت: مَا أَبْكِي أَنْ لاَ أَكُون أَعلَم أَنَّ مَا عِندَ الله
-تعالى- خَيرٌ لِرَسُول الله -صلى الله عليه وسلم-، وَلَكِن أَبكِي أَنَّ
الوَحي قَدْ انْقَطَع مِنَ السَّمَاء؛ فَهَيَجَتْهُمَا عَلَى البُكَاء؛
فَجَعَلاَ يَبْكِيَان مَعَهَا.
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- ia menuturkan, "Abu Bakar berkata kepada Umar -raḍiyallāhu
'anhumā- setelah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat, "Mari
kita pergi ke rumah Ummu Aiman -raḍiyallāhu 'anhā- untuk mengunjunginya
sebagaimana dulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa
mengunjunginya." Ketika keduanya telah sampai di rumahnya, ia (Ummu
Aiman) menangis. Maka keduanya bertanya, "Apa yang membuatmu menangis?
Tidak tahukah engkau bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-? Ia menjawab, "Aku menangis
bukan karena aku tidak tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah -Ta'ālā-
lebih baik bagi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, tetapi aku
menangis karena wahyu telah terputus dari langit." Maka ia membuat
keduanya terharu untuk menangis, sehingga keduanya menangis bersamanya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان الصحابة -رضي الله عنهم- أحرص الناس
على متابعة الرسول -صلى الله عليه وسلم- في كل صغيرة وكبيرة، حتى إنهم
يتتبعون ممشاه في حياته، ومجلسه، وموطئه، وكل فعل علموا أنه فعله.
وهذا
الحديث يُؤَكِّد ذلك، ويحكي قصة أبي بكر وعمر، حيث زارا امرأة كان النبي
-صلى الله عليه وسلم- يزورها، فزاراها من أجل زيارة النبي -صلى الله عليه
وسلم- إياها.
فلما جلسا
عندها بكت، فقالا لها: ما يبكيك؟ أما تعلمين أن ما عند الله -سبحانه
وتعالى- خير لرسوله؟ أي: خير له من الدنيا.
فقالت:
إني لا أبكي لذلك ولكن لانقطاع الوحي؛ لأن النبي -صلى الله عليه وسلم- لما
مات انقطع الوحي، فلا وحي بعد رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، ولهذا أكمل
الله شريعته قبل أن يتوفى، فقال -تعالى- {الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ دِينًا}، فجعلا يبكيان؛ لأنها ذكرتهما بما كانا قد نسياه.
Para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum-
adalah manusia yang paling antusias meneladani Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- dalam segala hal yang kecil maupun besar, hingga
mereka mencari-cari perjalanan beliau dalam kehidupan, majlis dan tempat
berada beliau, serta segala perbuatan yang mereka ketahui beliau
melakukannya. Dan hadis ini menegaskan semangat mereka tersebut, serta
menuturkan kisah Abu Bakar dan Umar ketika keduanya mengunjungi seorang
wanita yang dulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa
mengunjunginya. Keduanya mengunjungi wanita ini karena kunjungan
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepadanya. Manakala keduanya
telah duduk di hadapannya, wanita tersebut menangis. Keduanya bertanya,
"Apa yang membuatmu menangis? Tidak tahukan engkau bahwa apa yang ada di
sisi Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- lebih baik bagi Rasulullah?" Yakni
lebih baik bagi beliau dibanding dunia. Ia menjawab, "Aku menangis bukan
lantaran itu, tapi karena terputusnya wahyu. Sebab ketika Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meninggal dunia maka wahyu terputus,
sehingga tidak ada wahyu lagi sepeninggal Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam-. Oleh sebab itu, Allah menyempurnakan syariat-Nya sebelum
beliau wafat. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Pada hari ini telah
Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agamamu..." Maka Abu Bakar
dan Umar menangis, karena wanita tersebut telah mengingatkan keduanya
pada apa yang terlupakan oleh keduanya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3035 |
|
Hadith 114 الحديث
الأهمية: جاء أعرابي فبال في طائفة المسجد
Tema: Seorang Arab Badui datang lalu kencing
di salah satu sudut masjid |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه-قال: «جاء
أعرابِيُّ، فبَالَ في طَائِفَة المَسجد، فَزَجَرَه النَّاسُ، فَنَهَاهُمُ
النبِيُّ -صلى الله عليه وسلم- فَلمَّا قَضَى بَولَه أَمر النبي -صلى الله
عليه وسلم- بِذَنُوب من ماء، فَأُهرِيقَ عليه».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, "Seorang Arab Badui datang lalu kencing di salah
satu sudut masjid. Maka orang-orang membentak dan berusaha mencegahnya.
Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang mereka. Setelah
lelaki itu menyelesaikan kencingnya, beliau pun memerintahkan untuk
mengambil satu ember air kemudian disiramkan pada bekas kencingnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
من عادة الأعراب، الجفاء والجهل، لبعدهم
عن تعلم ما أنزل الله على رسوله -صلى الله عليه وسلم-.
فبينما
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- في أصحابه في المسجد النبوي، إذ جاء أعرابي
وبال في أحد جوانب المسجد، ظناً منه أنه كالفلاة، فعظم فعله على الصحابة
-رضي الله عنهم- لعظم حرمة المساجد، فنهروه أثناء بوله، ولكن صاحب الخلق
الكريم، الذي بعث بالتبشير والتيسير نهاهم عن زجره، لما يعلمه من حال
الأعراب، لئلا يُلوث بقعاً كثيرة من المسجد، ولئلا يلوث بدنه أو ثوبه،
ولئلا يصيبه الضرر بقطع بوله عليه، وليكون أدعى لقبول النصيحة والتعليم
حينما يعلمه النبي -صلى الله عليه وسلم-، وأمرهم أن يطهروا مكان بوله بصب
دلو من ماء عليه.
Diantara kebiasaan orang-orang Arab
Badui adalah kasar dan bodoh karena jauhnya mereka dari mempelajari apa
yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
Saat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersama para sahabatnya di
masjid Nabawi, tiba-tiba datang orang Arab Badui lalu kencing di salah
satu sudut masjid karena mengira bahwa itu tanah lapang. Tentu saja
perbuatannya ini dianggap besar oleh para sahabat karena besarnya
kehormatan masjid. Lantas mereka membentak dan berusaha mencegahnya saat
kencing, hanya saja pemilik akhlak mulia yang diutus dengan membawa
kabar gembira dan kemudahan ini melarang mereka menghardiknya karena
beliau mengetahui keadaan orang-orang Arab Badui. Hal itu supaya tidak
mengotori banyak tempat di masjid, tidak mengotori badan dan pakaiannya,
dan supaya tidak terkena bahaya karena menghentikan kencingnya. Juga
supaya nasihat dan pengajarannya lebih diterima ketika Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- mengajarinya. Selanjutnya beliau memerintahkan mereka
untuk membersihkan tempat kencingnya dengan menyiramkan satu ember air
pada bekas kencingnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3036 |
|
Hadith 115 الحديث
الأهمية: إذا دخل الرجل بيته، فذكر الله -تعالى-
عند دخوله وعند طعامه قال الشيطان لأصحابه: لا مبيت لكم ولا عشاء، وإذا دخل
فلم يذكر الله -تعالى- عند دخوله، قال الشيطان: أدركتم المبيت والعشاء
Tema: Apabila seseorang masuk ke rumahnya
lalu menyebut (nama) Allah -Ta'ālā- saat memasukinya dan ketika
(menyantap) makanannya, maka setan berkata kepada teman-temannya, "Tidak
ada tempat bermalam dan makan malam bagi kalian." Jika orang itu masuk
tanpa menyebut (nama) Allah -Ta'ālā- saat memasukinya, maka setan
berkata, "Kalian telah menemukan tempat bermalam dan makan malam." |
عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما-
مرفوعاً: «إِذَا دَخَل الرَّجُل بَيتَه، فَذَكَرَ اللهَ -تَعَالَى- عِندَ
دُخُولِهِ، وَعِندَ طَعَامِهِ، قَالَ الشَّيطَانُ لِأَصْحَابِهِ: لاَ
مَبِيتَ لَكُم وَلاَ عَشَاءَ، وَإِذَا دَخَلَ فَلَم يَذْكُر الله
-تَعَالَى- عِندَ دُخُولِهِ، قَالَ الشَّيطَان: أَدْرَكْتُمُ المَبِيت؛
وَإِذا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ -تَعَالَى- عِندَ طَعَامِه، قالَ: أَدرَكتُم
المَبِيتَ وَالعَشَاءَ».
Dari Jabir bin Abdillah -raḍiyallāhu
'anhuma- secara marfū`, "Apabila seseorang masuk ke rumahnya lalu
menyebut (nama) Allah -Ta`ala- saat memasukinya dan ketika (menyantap)
makanannya, maka setan berkata kepada teman-temannya, "Tidak ada tempat
bermalam dan makan malam bagi kalian." Jika orang itu masuk tanpa
menyebut (nama) Allah -Ta`ala- saat memasukinya, maka setan berkata,
"Kalian telah menemukan tempat bermalam. Dan jika ia tidak menyebut
(nama) Allah ketika menyantap makanannya, maka setan berkata, "Kalian
telah menemukan tempat bermalam dan makan malam."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حديث جابر -رضي الله عنه- جاء في موضوع
أدب الطعام، حيث أخبر -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال:
"إذا دخل الرجل بيته فذكر الله -تعالى- عند دخوله وعند طعامه قال الشيطان
لأصحابه لا مبيت لكم ولا عشاء"؛ ذلك لأن الإنسان ذكر الله.
وذِكر
الله -تعالى- عند دخول البيت أن يقول: "بسم الله ولجنا، وبسم الله خرجنا،
وعلى الله ربِّنا توكلنا، اللهم إني أسألك خير المولج وخير المخرج"، كما
جاء في حديث في إسناده انقطاع، وأما الذكر عند العشاء فأن يقول: "بسم
الله".
فإذا ذكر
الله عند دخوله البيت، وذكر الله عند أكله عند العشاء، قال الشيطان
لأصحابه: "لا مبيت لكم ولا عشاء"؛ لأن هذا البيت وهذا العشاء حُمِيَ بذكر
الله -عز وجل-، حماه الله -تعالى- من الشياطين.
وإذا دخل
فلم يذكر الله -تعالى- عند دخوله قال الشيطان: "أدركتم المبيت"، وإذا
قُدِّم إليه الطعام فلم يذكر الله -تعالى- عند طعامه قال: "أدركتم المبيت
والعشاء"، أي: أن الشيطان يشاركه المبيت والطعام؛ لعدم التحصُّن بذكر الله.
وفي
هذا حث على أن الإنسان ينبغي له إذا دخل بيته أن يذكر اسم الله، وكذلك عند
طعامه.
Hadis Jabir -raḍiyallāhu 'anhu-
dikemukakan dalam judul adab makanan di mana Jabir -raḍiyallāhu 'anhu-
mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila
seseorang masuk ke rumahnya lalu menyebut (nama) Allah -Ta'ālā- saat
memasukinya dan ketika (menyantap) makanannya, maka setan berkata kepada
teman-temannya, "Tidak ada tempat bermalam dan tidak ada makan malam
bagi kalian." Hal ini disebabkan orang tersebut menyebut (nama) Allah.
Menyebut (nama) Allah -Ta'ālā- saat masuk rumah adalah dengan
mengucapkan, "Dengan nama Allah kami masuk, dan dengan nama Allah kami
keluar. Hanya kepada Allah, Rabb kami, kami bertawakal. Ya Allah, aku
memohon kepadamu tempat masuk terbaik dan tempat keluar terbaik,"
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis yang sanadnya terputus.
Sedangkan zikir ketika makan malam dengan mengucapkan, "Bismillāh
(Dengan nama Allah)." Jika dia menyebut (nama) Allah saat memasuki
rumah, dan menyebut (nama) Allah ketika makan pada makan malam, setan
pun berkata kepada teman-temannya, "Tidak ada tempat bermalam dan makan
malam bagi kalian." Sebab, rumah dan hidangan makan malam ini dilindungi
dengan zikir kepada Allah -'Azza wa Jalla-. Yaitu Allah telah menjaganya
dari setan-setan. Jika orang itu tidak menyebut nama Allah -Ta`ala- saat
memasukinya, maka setan berkata, "Kalian telah menemukan tempat
bermalam." Apabila makanan sudah dihidangkan kepadanya dan tidak
menyebut nama (Allah) -Ta`ala- saat (menyantap) makanannya, maka setan
berkata, "Kalian telah mendapatkan tempat bermalam dan makan malam."
Yakni, bahwa setan ikut serta bersamanya di tempat bermalam dan makan
malam, karena tidak ada penjagaan dengan zikir kepada Allah. Hadis ini
berisi anjuran bahwa apabila manusia masuk ke rumahnya, seharusnya ia
menyebut nama Allah, demikian juga ketika makan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3037 |
|
Hadith 116 الحديث
الأهمية: ما يمنعك أن تزورنا أكثر مما تزورنا؟
Tema: Apa yang menghalangimu untuk
mengunjungi kami lebih dari biasanya engkau berkunjung kepada kami?
Penjelasan Hadits بيان الحديث
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ -رضي الله عنهما-
قال: «قال النبي -صلى الله عليه وسلم- لجبريل: «مَا يَمْنَعُك أَنْ
تَزُورَنَا أَكْثَر مِمَّا تَزُورَنَا؟» فنزلت: (وَمَا نَتَنَزَّل إِلاَّ
بِأَمْرِ رَبِّكَ لَهُ مَا بَيْنَ أَيدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَينَ
ذَلِك ).
Tema: Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhuma-,
dia berkata, "Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya
kepada Jibril, "Apa yang menghalangimu untuk mengunjungi kami lebih dari
biasanya engkau berkunjung kepada kami?" Lantas turunlah ayat, "Dan
tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Rabbmu. Milik-Nya
segala yang ada di hadapan kita, yang ada di belakang kita dan segala
yang ada di antara keduanya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يحكي الحديث شوق النبي -صلى الله عليه
وسلم- لجبريل -عليه السلام-؛
لأنَّه يأتيه من الله -عز وجل-، حيثُ أبطأ جبريل في النزول أربعين يوما
فقال له النبي -صلى الله عليه وسلم- يا جبريل: (ما يمنعك أن تزورنا)؟، أي:
ما نزلت حتى اشتقت إليك، وأوحى الله إلى جبريل قل له: (وما نتنزل إلا بأمر
ربك) أي قال الله -سبحانه- قل يا جبريل ما نتنزل في أوقات متباعدة إلا بإذن
الله على ما تقتضيه حكمته، فهو سبحانه: (له ما بين أيدينا) أي: أمامنا من
أمور الآخرة، (وما خلفنا): من أمور الدنيا، وتمام الآية "وما بين ذلك" أي:
ما يكون من هذا الوقت إلى قيام الساعة، أي: له علم ذلك جميعه وما كان ربك
نسيا أي: ناسيا يعني تاركا لك بتأخير الوحي عنك.
فالحاصل
أن هذ الحديث يدل على أنه ينبغي للإنسان أن يصطحب الأخيار، وأن يزورهم
ويزوروه لما في ذلك من الخير.
Hadis ini mengisahkan kerinduan Nabi
Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada saudaranya, Jibril
-'alaihi as-salam- karena dia datang dari Allah -'Azza wa Jalla-. Saat
itu Jibril terlambat turun selama empat puluh hari. Lantas Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya kepada Jibril, "Wahai Jibril,
apa yang menghalangimu untuk mengunjungi kami?" Yakni, engkau tidak
turun sehingga aku merindukanmu. Lantas Allah mewahyukan kepada Jibril
agar ia mengatakan kepada beliau, "Dan tidaklah kami (Jibril) turun,
kecuali atas perintah Rabbmu." Yakni, Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-
berfirman, "Wahai Jibril, katakanlah bahwa kami tidak turun dalam
waktu-waktu yang renggang melainkan dengan izin Allah sesuai dengan
tuntutan hikmah-Nya. Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-, "Milik-Nya segala yang
ada di hadapan kita." Yakni, di hadapan kita berupa urusan-urusan
akhirat. "Yang ada di belakang kita" berupa urusan-urusan dunia.
Kelengkapan ayat, "Dan segala yang ada di antara keduanya" yaitu, yang
terjadi dari waktu ini sampai terjadinya kiamat. Yakni, Dia memiliki
ilmu tentang semuanya. "Dan Rabbmu tidak lupa", yakni, lupa. Artinya
meninggalkanmu dengan mengakhirkan wahyu kepadamu. Kesimpulannya, hadis
ini menunjukkan bahwa seharusnya manusia berteman dengan orang-orang
baik dan mengunjungi mereka, sebagaimana mereka mengunjunginya karena
dalam hal itu terdapat kebaikan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3038 |
|
Hadith 117 الحديث
الأهمية: رأيتك تصلي لغير القبلة؟ فقال: لولا أني
رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يفعله ما فعلته
Tema: Sesungguhnya aku melihatmu salat
menghadap selain kiblat. Orang itu berkata, "Seandainya aku tidak
melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melakukannya, tentu
aku tidak akan mengerjakannya." |
عن أنس بن سيرين قال: «اسْتَقبَلنَا
أَنَسًا حِين قَدِم مِن الشَّام، فَلَقِينَاه بِعَينِ التَّمرِ،
فَرَأَيتُهُ يُصَلِّي على حِمَار، وَوَجهُهُ مِن ذَا الجَانِب -يعني عن
يَسَارِ القِبلَة- فقلت: رَأَيتُك تُصَلِّي لِغَيرِ القِبلَة؟ فقال: لَولاَ
أنِّي رَأيتُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يَفْعَلُه ما فَعَلتُه».
Dari Anas bin Sīrīn, ia berkata, "Kami
menyambut Anas ketika dia datang dari Syam lalu kami menemukannya di
'Ain at-Tamr. Aku lihat dia salat di atas keledai dengan wajahnya dari
sisi ini - maksudnya dari kiri kiblat- aku pun berkata, "Sesungguhnya
aku melihatmu salat menghadap selain kiblat. Anas berkata, "Seandainya
aku tidak melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melakukannya, tentu aku tidak akan mengerjakannya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قدم أنس بن مالك الشام، ولجلالة قدره
وسعة علمه، استقبله الناس، وهكذا رواية مسلم (قدم الشام) ولكن معناها:
تلقيناه في رجوعه حين قدم الشام، وإنما حذف ذكر الرجوع؛ للعلم به؛ لأنهم
خرجوا من البصرة للقائه حين قدم من الشام.
فذكر
الراوي -وهو أحد المستقبلين- أنَّه رآه يصلى على حمار، وقد جعل القبلة عن
يساره، فسأله عن ذلك، فأخبرهم أنه رأى النبي -صلى الله عليه وسلم- يفعل
ذلك، وأنه لو لم يره يفعل هذا، لم يفعله.
Anas bin Malik datang ke Syam.
Mengingat kemuliaan kedudukannya dan keluasan ilmunya, maka
orang-orangpun menyambutnya. Demikian dalam riwayat Imam Muslim. "Datang
ke Syam", tetapi maknanya adalah: kami menyambutnya ketika dia kembali
dari Syam, namun lafal "kembali" dihilangkan karena sudah diketahui;
karena mereka keluar dari Baṣrah untuk menyambutnya ketika dia datang
dari Syam. Perawi menyebutkan -dan ia termasuk orang yang menyambut-
bahwa dia melihat Anas salat di atas keledai dalam keadaan kiblat di
arah kirinya. Lantas perawi bertanya kepadanya. Anas memberitahu mereka
bahwa dia pernah melihat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melakukan
itu. Seandainya dia tidak melihat beliau mengerjakan itu, tentu dia pun
tidak akan melakukanya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3039 |
|
Hadith 118 الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- كان
يخرج من طريق الشجرة، ويدخل من طريق المعرس، وإذا دخل مكة، دخل من الثنية
العليا، ويخرج من الثنية السفلى
Tema: Sesungguhnya Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- biasa berangkat (dari Madinah) melalui jalan
asy-Syajarah dan masuk melalui jalan al-Mu'arras. Dan apabila memasuki
Makkah, beliau masuk melalui Ṡaniyyatul 'ulyā (bukit atas) dan keluar
dari Ṡaniyyatus suflā (bukit bawah). |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
"أَنَّ رسُول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- كَانَ يَخرُجُ مِنْ طَرِيقِ
الشَّجَرَةِ، وَيَدْخُلُ مِنْ طَرِيقِ الْمُعَرَّس، وَإِذَا دَخَلَ مَكَّةَ
دَخَلَ مِنَ الثَنِيَّةِ العُلْيَا، وَيَخْرُجُ مِنَ الثَنِيَّةِ
السُّفْلَى".
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berangkat
(dari Madinah) melalui jalan asy-Syajarah dan masuk melalui jalan
al-Mu'arras. Dan apabila memasuki Makkah beliau masuk melalui Ṡaniyyatul
'ulyā (bukit atas) dan keluar dari Ṡaniyyatus suflā (bukit bawah)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حديث عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
في موضوع استحباب مخالفة الطريق في العيد والجمعة وغيرها من العبادات.
ومعنى
مخالفة الطريق: أن يذهب المسلم إلى العبادة من طريق ويرجع من الطريق الآخر؛
فمثلًا يذهب من الجانب الأيمن ويرجع من الجانب الأيسر، وهذا ثابت عن النبي
-صلى الله عليه وسلم- في العيدين، كما رواه جابر -رضي الله- عنه كان النبي
-صلى الله عليه وسلم- إذا كان يوم عيد خالف الطريق؛ يعني خرج من طريق ورجع
من طريق آخر، وكذلك في الحديث الذي معنا.
وتنوعت
أقوال العلماء في الحكمة في المخالفة في الطريق على أقوال أشهرها:
1. ليشهد له الطريقان يوم القيامة؛ لأن
الأرض يوم القيامة تشهد على ما عمل فيها من خير وشر، فإذا ذهب من طريق ورجع
من آخر؛ شهد له الطريقان يوم القيامة بأنه أدى صلاة العيد.
2. من أجل إظهار الشعيرة، شعيرة العيد؛
حتى تكتظ الأسواق هنا وهناك، فإذا انتشر في طرق المدينة صار في هذا إظهار
لهذه الشعيرة؛ لأن صلاة العيد من شعائر الدين، والدليل على ذلك أن الناس
يؤمرون بالخروج إلى الصحراء؛ إظهارًا لذلك، وإعلانًا لذلك.
3. إنما خالف الطريق من أجل المساكين
الذين يكونون في الأسواق، قد يكون في هذا الطريق ما ليس في هذا الطريق،
فيتصدق على هؤلاء وهؤلاء.
ولكن
الأقرب والله أعلم أنه: من أجل إظهار تلك الشعيرة، حتى تظهر شعيرة صلاة
العيد بالخروج إليها من جميع سكك البلد.
أما في
الحج كما جاء في الحديث الذي معنا، فإن الرسول -صلى الله عليه وسلم- خالف
الطريق في دخوله إلى مكة دخل من أعلاها، وخرج من أسفلها، وكذلك في ذهابه
إلى عرفة، ذهب من طريق ورجع من طريق آخر.
واختلف
العلماء أيضا في هذه المسألة، هل كان النبي -صلى الله عليه وسلم- فعل ذلك
على سبيل التعبُّد؛ أو لأنُّه أسهل لدخوله وخروجه؟ لأنه كان الأسهل لدخوله
أن يدخل من الأعلى ولخروجه أن يخرج من الأسفل.
فمَنْ قال
من العلماء قال بالأول قال: إنه سنة أن تدخل من أعلاها: أي أعلى مكة وتخرج
من أسفلها، وسنة أن تأتي عرفة من طريق وترجع من طريق آخر.
ومنهم من
قال: إن هذا حسب تيسر الطريق، فاسلك المتيسر سواء من الأعلى أو من الأسفل.
وعلى كل
حال إن تيسر للحاج والمعتمر أن يدخل من أعلاها ويخرج من أسفلها فهذا طيب؛
فإن كان ذلك عبادة فقد أدركه، وإن لم يكن عبادة لم يكن عليه ضرر فيه، وإن
لم يتيسر فلا يتكلف ذلك كما هو الواقع في وقتنا الحاضر، حيث إن الطرق قد
وجهت توجيهًا واحدًا، ولا يمكن للإنسان أن يخالف ولي الأمر والحمد لله
الأمر واسع.
Hadis Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā- ini terkait tema dianjurkannya menempuh jalan berbeda dalam
salat 'īd, Jum'at dan ibadah-ibadah lainnya. Maksud menempuh jalan
berbeda adalah seorang Muslim berangkat melaksanakan ibadah melalui satu
jalan dan pulang melewati jalan lain. Misalnya, berangkat melalui sisi
kanan dan pulang melalui sisi kiri. Ini terbukti dilakukan Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam salat 'Īdain. Sebagaimana
diriwayatkan Jabir -raḍiyallāhu 'anhu-, "Adalah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- apabila di hari 'Īd beliau menempuh jalan berbeda. Maksudnya,
beliau berangkat melalui satu jalan dan pulang melewati jalan lain.
Demikian pula dalam hadis yang sedang kita bicarakan. Beraneka ragam
pendapat ulama terkait hikmah menempuh jalan berbeda ini, yang paling
terkenal adalah: 1. Agar dua jalan tersebut menjadi saksi di hari
kiamat, karena bumi pada hari kiamat nanti memberikan kesaksian atas
kebaikan maupun keburukan yang dilakukan di atasnya. Sehingga apabila
berangkat melalui satu jalan dan pulang melalui jalan lain, dua jalan
ini akan memberikan kesaksian untuk penempuhnya bahwa ia telah
menunaikan salat 'Īd. 2. Untuk menampakkan syiar, yakni syiar 'Īd, agar
pasar-pasar di berbagai tempat penuh sesak. Apabila hal ini tersebar di
jalan-jalan Madinah secara otomatis menampakkan syiar ini. Sebab salat
'Īd termasuk syiar agama. Buktinya, orang-orang diperintahkan keluar ke
padang pasir untuk menampakkan dan mengumumkan hal ini. 3. Beliau
menempuh jalan berbeda karena orang-orang miskin yang ada di
pasar-pasar. Sebab boleh jadi ada di jalan ini orang yang tidak ada di
jalan lainnya. Sehingga beliau bisa bersedekah pada mereka semua. Tetapi
pendapat yang lebih dekat -wallahu a'lam- adalah pembedaan jalan ini
demi menampakkan syiar tersebut sehingga syiar salat 'Īd nampak dengan
menempuh jalan-jalan negeri. Adapun ketika haji, sebagaimana disebutkan
dalam hadis yang kita bicarakan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menempuh jalan berbeda ketika memasuki Makkah melalui jalur atas
dan keluar dari jalur bawah. Demikian pula kala pergi ke Arafah, beliau
berangkat melalui satu jalan dan kembali melalui jalan lain. Ulama juga
berbeda pendapat dalam masalah ini, apakah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- melakukan hal itu dalam konteks beribadah, atau karena jalur itu
lebih mudah untuk akses masuk dan keluar beliau? Karena untuk masuk
lebih mudah melalui jalur atas dan untuk keluar lebih mudah melalui
jalur bawah. Sebagian ulama mengatakan pendapat pertama, ia berkata:
"Itu sunah, yakni Anda masuk dari jalur atas -atas Makkah- dan keluar
dari jalur bawah. Dan sunahnya Anda berangkat ke Arafah melalui satu
jalur dan pulang melewati jalur lain". Sebagian lain mengatakan: "Ini
berdasarkan jalur yang mudah. Tempuhlah jalan yang mudah, baik jalur
atas maupun bawah." Bagaimanapun, jika orang yang menunaikan haji dan
umrah bisa memasuki Makkah melalui jalur atas dan keluar dari jalur
bawah maka ini bagus. Bila itu sebuah ibadah berarti ia telah meraihnya,
dan jika bukan merupakan ibadah ia juga tidak rugi. Dan jika tidak bisa,
ia tidak perlu memaksakan diri. Sebagaimana yang terjadi di masa kita
sekarang ini, di mana jalan-jalan telah diarahkan ke satu arah dan
seseorang tidak bisa menyelisihi aturan penguasa. Segala puji bagi
Allah. Masalah ini fleksibel. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3040 |
|
Hadith 119 الحديث
الأهمية: ارقبوا محمدًا -صلى الله عليه وسلم- في
أهل بيته
Tema: Peliharalah kehormatan Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan cara menjaga hak-hak ahlulbait
beliau! |
عن أبي بكر الصديق -رضي الله عنه- قال:
ارْقَبُوا محمَّدًا -صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّم- فِي أَهلِ بَيتِهِ.
Dari Abu Bakar aṣ-Ṣiddīq -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, "Peliharalah kehormatan Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- dengan cara menjaga hak-hak ahlulbait beliau."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في أثر أبي بكر -رضي الله عنه- دليل على
معرفة الصحابة -رضي الله عنهم- بحق أهل بيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
وتوقيرهم واحترامهم، فمن كان من أهل البيت مستقيما على الدين مُتَّبِعًا
لِسنَّة رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فله حقان: حق الإسلام وحق القرابة
من رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، وفيه أن أبا بكر والصحابة كانوا يحبون
آل البيت ويوصون بهم خيرًا.
Di dalam aṡar Abu Bakar -raḍiyallāhu
'anhu- terdapat dalil tentang pengetahuan para sahabat -raḍiyallāhu
'anhum- terhadap hak ahlulbait (keluarga) Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam-, serta pemuliaan dan penghormatan mereka. Oleh sebab itu,
siapa saja yang termasuk ahlulbait yang teguh di atas agama (Islam) dan
mengikuti sunah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka dia memiliki
dua hak: hak Islam (hak sebagai seorang muslim) dan hak kekerabatan
dengan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aṡar ini (menjelaskan) bahwa
Abu Bakar dan para sahabat mencintai ahlulbait dan berpesan kebaikan
untuk mereka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3041 |
|
Hadith 120 الحديث
الأهمية: من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم
ضيفه جائزته
قالوا:
وما جائزته؟ يا رسول الله، قال: يومه وليلته، والضيافة ثلاثة أيام، فما كان
وراء ذلك فهو صدقة عليه
Tema: Barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dengan jamuannya. Para
sahabat bertanya, "Apakah jamuannya itu wahai Rasulullah?" Beliau
menjawab, "Jamuan di siang hari dan malamnya. Menjamu tamu itu tiga
hari, dan selebihnya adalah sedekah kepadanya." |
عن أبي شُريح خُويلد بن عمرو الخزاعي عن
النبي -صلى الله عليه وسلم- أنه قال: «مَنْ كَان يُؤمِن بِاللهِ وَاليَومِ
الآخِرِ فَلْيُكْرِم ضَيفَه جَائِزَتَه»، قَالوا: وما جَائِزَتُهُ؟ يَا
رسول الله، قال: «يَومُهُ ولَيلَتُهُ، والضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ،
فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذَلك فَهُوَ صَدَقَةٌ عَلَيه».
وفي
رواية: «لا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُقِيمَ عِنْدَ أَخِيهِ حَتَّى
يؤْثِمَهُ» قالوا: يَا رَسول الله، وَكَيفَ يُؤْثِمَهُ؟ قال: «يُقِيمُ
عِندَهُ ولاَ شَيءَ لَهُ يُقرِيهِ بهِ».
Dari Abu Syuraih Khuwailid bin 'Amru
Al-Khuzā'i, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beliau bersabda,
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia
memuliakan tamunya dengan jamuannya. Para sahabat bertanya, "Apakah
jamuannya itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Jamuan di siang hari
dan malamnya. Menjamu tamu itu tiga hari, dan selebihnya adalah sedekah
kepadanya." Dalam riwayat lain, "Tidak halal bagi seorang Muslim tinggal
di rumah saudaranya hingga membuat ia berbuat dosa." Mereka bertanya,
"Wahai Rasulullah, bagaimana membuat ia berbuat dosa?" Beliau menjawab,
"Ia (tamu) tinggal di rumahnya sementara saudaranya (tuan rumah) itu
tidak memiliki sesuatu untuk menjamunya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حديث أبي شريح الخزاعي -رضي الله عنه-
يدل على إكرام الضيف وقراه، فلقد جاء عنه أنَّ النبي -صلى الله عليه
وسلَّم- قال: "من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه"، وهذا من باب
الحث والإغراء على إكرام الضيف، يعني أنَّ إكرام الضيف من علامة الإيمان
بالله واليوم الآخر، ومن تمام الإيمان بالله واليوم الآخر.
ومما يحصل
به إكرام الضيف: طلاقة الوجه، وطيب الكلام، والإطعام ثلاثة أيام، في الأول
بمقدوره وميسوره، والباقي بما حضره من غير تكلف، ولئلا يثقل عليه وعلى
نفسه، وبعد الثلاثة يُعد من الصدقات، إن شاء فعل وإلا فلا.
وأما
قوله: "فليكرم ضيفه جائزته يوما وليلة والضيافة ثلاثة أيام" قال العلماء في
معنى الجائزة: الاهتمام بالضيف في اليوم والليلة، وإتحافه بما يمكن من بر
وخير، وأما في اليوم الثاني والثالث فيطعمه ما تيسر ولا يزيد على عادته،
وأما ما كان بعد الثلاثة فهو صدقة ومعروف إن شاء فعل وإن شاء ترك.
وفي رواية
مسلم "ولا يحل له أن يقيم عنده حتى يؤثمه" معناه: لا يحل للضيف أن يقيم
عنده بعد الثلاث حتى يوقعه في الإثم؛ لأنه قد يغتابه لطول مقامه، أو يعرض
له بما يؤذيه، أو يظن به مالا يجوز، وهذا كله محمول على ما إذا أقام بعد
الثلاث من غير استدعاء من المضيف.
ومما
ينبغي أن يعلم أن إكرام الضيف يختلف بحسب أحوال الضيف، فمن الناس من هو من
أشراف القوم ووجهاء القوم، فيكرم بما يليق به، ومن الناس من هو من متوسط
الحال فيكرم بما يليق به، ومنهم من هو دون ذلك.
Hadis Abu Syuraih Al-Khuzā'i
-raḍiyallāhu 'anhu- ini menunjukkan anjuran memuliakan dan menjamu tamu.
Diriwayatkan darinya bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
memuliakan tamunya." Ini dalam konteks menganjurkan dan memotivasi untuk
memuliakan tamu. Artinya, memuliakan tamu merupakan tanda keimanan
kepada Allah dan hari akhir, sekaligus termasuk kesempurnaan iman kepada
Allah dan hari akhir. Di antara bentuk memuliakan tamu adalah berwajah
ceria, berbicara dengan ramah dan memberi makan selama tiga hari. Di
hari pertama sesuai kemampuan dan kelonggarannya. Sedangkan di hari
lainnya sesuai dengan apa yang dimiliki, tanpa dipaksakan, agar tidak
memberatkan dan tidak membebani dirinya. Dan setelah tiga hari terhitung
sebagai sedekah, jika mau, ia bisa memberikan dan jika tidak, maka tidak
mengapa. Sabda beliau, "Hendaklah ia memuliakan tamunya dengan
jamuannya, yakni satu hari dan satu malam. Menjamu tamu itu tiga hari."
Para ulama berkata tentang maksud jaizah (jamuan), "Yakni memperhatikan
tamu pada hari dan malam (pertama), dengan memberikan kepadanya layanan
baik dan kemudahan yang dapat dilakukan. Sedangkan di hari kedua dan
ketiga, memberinya makan yang bisa diberikannya dan tidak melebihi
kebiasaan. Sedangkan jamuan setelah tiga hari ini merupakan sedekah dan
perbuatan baik yang tuan rumah boleh lakukan atau tinggalkan. Dalam
riwayat Muslim, "Dan ia (tamu) tidak boleh tinggal di rumahnya hingga
menyebabkannya (tuan rumah) berbuat dosa." Maksudnya, tamu tidak boleh
tinggal di tempat tuan rumah setelah tiga hari hingga menjerumuskannya
pada perbuatan dosa. Bisa jadi tuan rumah menggibah tamu karena tak
kunjung pergi, sengaja menghadirkan sesuatu yang menyakiti tamu (agar
lekas pergi), atau menyangka sesuatu yang tidak boleh pada diri tamu
(berburuk sangka pada tamu). Semua ini dimungkinkan terjadi bila tamu
tinggal lebih dari tiga hari tanpa ada penawaran dari tuan rumah. Dan
patut diketahui, bahwa cara memuliakan tamu itu berbeda-beda sesuai
kondisi tamu. Di antara manusia ada orang yang ditokohkan dan disegani
masyarakat, maka ia dimuliakan dengan cara yang layak dengan kondisinya.
Ada orang yang pertengahan, maka ia dimuliakan dengan cara yang layak.
Ada pula orang yang tingkatanya di bawah itu. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih dengan dua
riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3042 |
|
Hadith 121 الحديث
الأهمية: إني قد رأيت الأنصار تصنع برسول الله
-صلى الله عليه وسلم- شيئًا آليت على نفسي أن لا أصحب أحدًا منهم إلا خدمته
Tema: Sungguh aku telah melihat orang-orang
Ansar melakukan sesuatu (kebaikan) pada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam-, di mana aku bersumpah terhadap diriku bahwa aku tidak
menyertai salah seorang dari mereka kecuali aku akan melayaninya. |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال:
خَرَجتُ معَ جَرِير بنِ عَبدِ الله البَجَلِي -رضي الله عنه- في سَفَرٍ،
فَكَانَ يَخْدُمُنِي، فقُلتُ لَهُ: لا تفْعَل، فقَال: إِنِّي قَدْ رَأَيتُ
الأَنْصَارَ تَصْنَعُ بِرَسُولِ الله -صلى الله عليه وسلم- شَيئًا آلَيتُ
عَلَى نَفْسِي أَنْ لاَ أَصْحَبَ أَحدًا مِنْهُم إِلاَّ خَدَمْتُه.
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Aku keluar bersama Jarir bin Abdillah Al-Bajaliy
-raḍiyallāhu 'anhu- dalam suatu perjalanan. Ternyata ia melayaniku. Aku
berkata padanya, "Jangan lakukan!" Ia menjawab, "Sungguh aku telah
melihat orang-orang Ansar melakukan sesuatu (kebaikan) pada Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, di mana aku bersumpah terhadap diriku
bahwa aku tidak menyertai salah seorang dari mereka kecuali aku akan
melayaninya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حديث جرير بن عبد الله البجلي -رضي الله
عنه- فيه أنه -رضي الله عنه- كان في سفر فجعل يخدم رفقته وهم من الأنصار،
ومنهم أنس -رضي الله عنه- وهو أصغر سنًّا منه، فقيل له في ذلك، يعني: كيف
تخدمهم وأنت صاحب رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟
فقال: إني
رأيت الأنصار تصنع برسول الله -صلى الله عيه وسلم- شيئًا؛ حلفت على نفسي
ألا أصحب أحدا منهم إلا خدمته، وهذا من إكرام من يكرم النبي -صلى الله عليه
وسلم-، فإكرام أصحاب الرجل إكرام للرجل، واحترامهم احترام له، ولهذا جعل
-رضي الله عنه- إكرام هؤلاء من إكرام النبي -صلى الله عليه وسلم-.
Hadis Jarir bin Abdillah Al-Bajaliy
-raḍiyallāhu 'anhu- ini menceritakan bahwa ia dalam suatu perjalanan. Ia
melayani kawan-kawannya yang termasuk orang-orang Ansar. Di antara
mereka adalah Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- yang notabenenya lebih
muda dibanding Jarir. Maka ia ditanya tentang sikapnya ini, yakni
mengapa engkau melayani mereka padahal engkau seorang sahabat Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-? Ia menjawab, "Aku telah melihat
orang-orang Ansar melakukan sesuatu (kebaikan) pada Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, di mana aku bersumpah terhadap diriku
bahwa aku tidak menemani salah seorang dari mereka kecuali aku
melayaninya. Ini termasuk memuliakan orang yang memuliakan Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Memuliakan sahabat-sahabat seseorang
sama dengan memuliakan orang tersebut dan menghormati mereka sama dengan
menghormatinya. Oleh sebab ini, Jarir -raḍiyallāhu 'anhu- memandang
memuliakan mereka ini termasuk memuliakan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3043 |
|
Hadith 122 الحديث
الأهمية: الكبائر: الإشراك بالله، وعقوق
الوالدين، وقتل النفس، واليمين الغموس
Tema: Dosa-dosa besar itu ialah menyekutukan
Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa, dan sumpah palsu. |
عن عبد الله بن عمرو بن العاص -رضي الله
عنهما- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «الكبائر: الإشراك بالله،
وعُقُوق الوالدين، وقتل النفس، واليمين الغَمُوس».
Abdullah bin 'Amr bin Al-Āṣ
-raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, bahwa beliau bersabda, "Dosa-dosa besar itu ialah menyekutukan
Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa, dan sumpah palsu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يتناول هذا الحديث عددًا من الذنوب التي
وصفت بأنها من الكبائر، وسميت بذلك لضررها الكبير على فاعلها وعلى الناس في
الدنيا والآخرة.
فأولها
"الإِشرَاكُ بِالله": أي: الكفر بالله بأن، يعبد معه غيره ويجحد عبادة ربه.
وثانيها
"عُقُوقُ الوَالِدَينِ": والعقوق حقيقته: أن يفعل مع والديه أو مع أحدهما،
ما يتأذى به عرفاً، كعدم احترامهما وسبهما وعدم القيام عليهما ورعايتهما
عند حاجتهم إلى الولد.
وثالثها
"قَتْل النَّفْس": بغير حق كالقتل ظلماً وعدواناً، أما إذا استحق الشخص
القتل بحق من قصاص وغيره فلا يدخل في معنى هذا الحديث.
ثم خُتِم
الحديث بالترهيب من "اليَمِين الغَمُوسُ": وسُمِيت بالغموس لأنَّها تغمس
صاحبها في الإِثم أو في النار؛ لأنه حلف كاذباً على علم منه.
Hadis ini mengkaji sejumlah dosa yang
dideskripsikan sebagai dosa-dosa besar. Dinamakan demikian karena
bahayanya yang besar terhadap pelakunya dan kepada manusia lainnya di
dunia dan akhirat. Pertama: "Menyekutukan Allah" yaitu kufur kepada
Allah dengan menyembah selain-Nya bersama-Nya, dan mengingkari ibadah
kepada Rabb-nya. Kedua: "Durhaka kepada kedua orang tua." Hakikat
durhaka adalah melakukan tindakan yang menurut kebiasaan dapat menyakiti
kedua orang tuanya atau salah satunya, seperti tidak menghormati
keduanya, mencela mereka, tidak mengurus dan memelihara mereka saat
mereka membutuhkannya. Ketiga: "Membunuh jiwa," yakni membunuhnya
tanpa hak, seperti membunuh secara zalim atau karena permusuhan. Adapun
jika seseorang berhak untuk dibunuh dengan benar berupa kisas dan
lainnya, maka tidak masuk ke dalam makna hadis ini. Selanjutnya,
hadis ini diakhiri dengan ancaman terhadap sumpah palsu. Sumpah palsu
dinamakan "al-gamūs" (yang menenggelamkan) karena menenggelamkan
pelakunya dalam dosa atau dalam neraka, lantaran ia bersumpah dengan
dusta padahal dia mengetahuinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3044 |
|
Hadith 123 الحديث
الأهمية: أفضل الجهاد كلمة عدل عند سلطان جائر
Tema: Jihad paling utama adalah
(menyampaikan) kata-kata adil di hadapan penguasa yang zalim. |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- عن
النبيِّ -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم- قَالَ: «أفضل الجهاد كلمة عَدْلٍ
عند سُلْطَانٍ جَائِر».
Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda,
"Jihad paling utama adalah (menyampaikan) kata-kata adil di hadapan
penguasa yang zalim."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يبين النبي -صلى الله عليه وسلم- أن
أعظم جهاد المرء أن يقول كلمة حق عن صاحب سلطة ظالم؛ لأنه ربما ينتقم منه
بسببها ويؤذيه أو يقتله، فالجهاد يكون باليد كقتال الكفار، وباللسان
كالإنكار على الظلمة، وبالقلب كجهاد النفس.
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menjelaskan bahwa jihad paling agung bagi seseorang adalah
mengatakan perkataan yang benar mengenai penguasa zalim (di sisinya),
karena mungkin saja penguasa tersebut membalas dendam kepadanya karena
kata-kata itu dan menyakitinya atau membunuhnya. Jadi jihad itu bisa
dengan tangan seperti memerangi orang-orang kafir; bisa juga dengan
lisan seperti mengingkari kezaliman; dan bisa juga dengan hati seperti
jihad melawan diri sendiri. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan
oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3045 |
|
Hadith 124 الحديث
الأهمية: أن أم حبيبة استحيضت سبع سنين، فسألت
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن ذلك؟ فأمرها أن تغتسل
Tema: Sesungguhnya Ummu Ḥabībah menderita
istihadah selama tujuh tahun. Lantas ia bertanya kepada Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengenai hal itu, maka beliau menyuruhnya
untuk mandi. |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: "إن أم
حبيبة اسْتُحِيضَتْ سبع سنين، فسألت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن
ذلك؟ فأمرها أن تغتسل، قالت: فكانت تغتسل لكل صلاة".
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, dia
berkata, "Sesungguhnya Ummu Ḥabībah menderita istihadah selama tujuh
tahun. Lantas ia bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengenai hal itu. Beliau menyuruhnya untuk mandi. (Aisyah)
berkata, "Ia pun mandi setiap (mau) salat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أمر النبي -صلى الله عليه وسلم- أم
حبيبة حين سألته عن ما يلزمها في استحاضتها أن تغتسل، فكانت تغتسل لكل
صلاة، وقد كانت استحيضت سبع سنين، والاستحاضة أمر عارض قليل في النساء،
والأصل هو الحيض الذي يكون في أيام معدودة في الشهر وتصحبه علامات يعرفها
النساء.
وكانت
تغتسل لكل صلاة تطوعًا منها.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menyuruh Ummu Ḥabībah untuk mandi saat dia bertanya kepada beliau
tentang apa yang harus dilakukannya saat istihaḍah. Ia pun mandi setiap
(mau) salat. Dia menderita istihadah tujuh tahun. Istihaḍah adalah
kondisi insidentil pada wanita. Pada asalnya mereka mengalami menstruasi
pada hari-hari tertentu dalam sebulan yang dibarengi dengan tanda-tanda
tertentu yang diketahui oleh para wanita. Ummu Ḥabībah mandi setiap akan
salat adalah karena taṭawwu' (sukarela) saja. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3046 |
|
Hadith 125 الحديث
الأهمية: لا يبولن أحدكم في الماء الدائم الذي لا
يجري، ثم يغتسل منه
Tema: Janganlah sekali-kali salah seorang
dari kalian kencing di air yang diam yaitu air yang tidak mengalir lalu
mandi darinya! |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
"لا يَبُولَنَّ أحَدُكم في الماء الدَّائِم الذي لا يجْرِي, ثمَّ يَغتَسِل
مِنه".
وفي
رواية: "لا يغتسل أحدكُم في الماء الدَّائم وهو جُنُب".
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū': "Janganlah sekali-kali salah seorang dari kalian kencing
di air yang diam yaitu air yang tidak mengalir lalu mandi darinya!"
Dalam riwayat lain disebutkan: "Janganlah sekali-kali salah seorang
diantara kalian mandi di air yang diam, sedangkan dia dalam keadaan
junub!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
نهى النبي -صلى الله عليه وسلم- عن
البول في الماء الراكد الذي لا يجري؛ لأن ذلك يقتضي تلوثه بالنجاسة
والأمراض التي قد يحملها البول فتضر كل من استعمل الماء، وربما يستعمله
البائل نفسه فيغتسل منه، فكيف يبول بما سيكون طهورًا له فيما بعد.
كما نهى
عن اغتسال الجنب في الماء الراكد؛ لأن ذلك يلوث الماء بأوساخ وأقذار
الجنابة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melarang kencing di air yang diam yaitu air yang tidak mengalir, karena
hal itu akan menyebabkan air tersebut tercemari oleh najis dan
penyakit-penyakit yang dibawa air kencing, sehingga membahayakan setiap
orang yang menggunakan air itu. Mungkin saja orang yang kencing itu akan
menggunakannya dan mandi darinya (di lain waktu). Lantas, bagaimana dia
kencing di air yang nantinya akan dijadikan alat untuk bersuci baginya?
Sebagaimana beliau melarang mandi janabah (mandi besar) di air yang diam
karena hal itu akan mencemari air dengan kotoran-kotoran dan dekil-dekil
janabah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3047 |
|
Hadith 126 الحديث
الأهمية: استوصوا بالنساء خيرا؛ فإن المرأة خلقت
من ضلع، وإن أعوج ما في الضلع أعلاه، فإن ذهبت تقيمه كسرته، وإن تركته، لم
يزل أعوج، فاستوصوا بالنساء
Tema: Berbuat baiklah kalian kepada para
wanita, karena seorang wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan
sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya;
jika engkau berusaha meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, dan
jika engkau biarkan saja, maka ia tetap bengkok. Oleh sebab itu, berbuat
baiklah kalian kepada para wanita |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «اسْتَوْصُوا بالنِّساءِ خَيْرًا؛ فَإِنَّ
المرأة خُلِقَتْ مِن ضِلعٍ، وَإنَّ أعْوَجَ مَا في الضِّلَعِ أعْلاهُ،
فَإنْ ذَهَبتَ تُقيمُهُ كَسَرْتَهُ، وإن تركته، لم يزل أعوج، فاستوصوا
بالنساء».
وفي
رواية: «المرأة كالضِّلَعِ إنْ أقَمْتَهَا كَسَرْتَهَا، وَإن اسْتَمتَعْتَ
بها، استمتعت وفيها عوَجٌ».
وفي
رواية: «إنَّ المَرأةَ خُلِقَت مِنْ ضِلَع، لَنْ تَسْتَقِيمَ لَكَ عَلَى
طَريقة، فإن استمتعت بها استمتعت بها وفيها عوج، وإنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهَا
كَسَرْتَها، وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Berbuat
baiklah kalian kepada para wanita, karena seorang wanita diciptakan dari
tulang rusuk. Dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah
bagian atasnya; jika engkau berusaha meluruskannya, maka engkau akan
mematahkannya, dan jika engkau biarkan saja, maka ia tetap bengkok. Oleh
sebab itu, berbuat baiklah kepada para wanita." Dalam redaksi lain,
"Wanita itu seperti tulang rusuk; jika engkau meluruskannya, maka engkau
akan mematahkannya. Dan jika kamu bersenang-senang dengannya, engkau
dapat bersenang-senang dengannya, sedangkan di dalamnya ada
kebengkokan." Dalam riwayat lain, "Sesungguhnya wanita itu diciptakan
dari tulang rusuk. Engkau tiada bisa meluruskannya dengan satu cara;
jika engkau bersenang-senang dengannya, engkau dapat bersenang-senang
dengannya, sedangkan di dalamnya ada kebengkokan. Dan jika kamu berusaha
meluruskannya, maka engkau akan mematahkannya. Patahnya wanita adalah
menceraikannya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر أبو هريرة -رضي الله عنه- في
معاشرة النساء أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: اقبلوا هذه الوصية التي
أوصيكم بها، وذلك أن تفعلوا خيرًا مع النساء؛ لأن النساء قاصرات في العقول،
وقاصرات في الدين، وقاصرات في التفكير، وقاصرات في جميع شؤونهن، فإنهن خلقن
من ضلع.
وذلك أن
آدم -عليه الصلاة والسلام- خلقه الله من غير أب ولا أم، بل خلقه من تراب،
ثم قال له كن فيكون، ولما أراد الله -تعالى- أن يبث منه هذه الخليقة، خلق
منه زوجه، فخلقها من ضلعه الأعوج، فخلقت من الضلع الأعوج، والضلع الأعوج إن
استمتعت به استمتعت به وفيه العوج، وإن ذهبت تقيمه انكسر.
فهذه
المرأة أيضا إن استمتع بها الإنسان استمتع بها على عوج، فيرضى بما تيسر،
وإن أراد أن تستقيم فإنها لن تستقيم، ولن يتمكن من ذلك، فهي وإن استقامت في
دينها فلن تستقيم فيما تقتضيه طبيعتها، ولا تكون لزوجها على ما يريد في كل
شيء، بل لابد من مخالفة، ولابد من تقصير، مع القصور الذي فيها، فإن ذهبت
تقيمها كسرتها وكسرها طلاقها، ومعناه أنك إن حاولت أن تستقيم لك على ما
تريد فلا يمكن ذلك، وحينئذ تسأم منها وتطلقها.
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
memberitahukan tips memperlakukan para wanita (istri); bahwa Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Terimalah wasiatku yang aku
wasiatkan kepada kalian, yaitu hendaklah kalian memperlakukan wanita
dengan baik, karena wanita -pada umumnya- pendek akalnya, kurang dalam
menjalankan agama, pendek cara berfikirnya dan kurang dalam segala hal,
karena memang mereka diciptakan dari tulang rusuk. Karena Nabi Adam
diciptakan oleh Allah tanpa ayah dan tanpa ibu, tetapi dia diciptakan
dari tanah. Allah berkata kepada tanah tersebut, "jadilah, maka diapun
jadi (Adam). Ketika Allah berkehendak memperbanyak makhluk ini, maka
Allah menciptakan istrinya dari bagian tubuhnya. Maka Allah
menciptakannya dari tulang rusuk yang bengkok. Jika engkau
bersenang-senang dengannya, engkau dapat bersenang-senang dengannya, dan
kebengkokannya masih tetap ada, dan jika kamu meluruskannya, maka dia
akan patah. Jika wanita diajak bersenang-senang apa adanya maka ia bisa
bersenang-senang dalam kondisi bengkok itu, sehingga ia puas dengan
kondisi apa adanya. Jika hendak meluruskannya, maka dia sesungguhnya
tidak akan bisa lurus dan tidak mungkin bisa lurus. Seorang wanita jika
baik agamanya, maka ia tidak akan bisa lurus dalam hal tabiat
pembawaannya dan tidak bisa menuruti semua keinginan suaminya, pasti ada
perbedaan dan kekurangan. Dengan kekurangan yang ada padanya, jika kamu
ingin untuk meluruskannya, maka engkau akan mematahkannya. Dan
mematahkannya itu adalah menceraikannya." Artinya, jika kamu berusaha
meluruskannya agar menuruti kemauanmu, maka itu tidak mungkin. Dan saat
itu engkau merasa bosan dengannya, dan akhirnya menceraikannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih dengan dua riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3049 |
|
Hadith 127 الحديث
الأهمية: أن رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- رأى رجلًا معتزلًا، لم يصل في القوم، فقال: يا
فلان، ما منعك أن تصلي في القوم؟ فقال: يا رسول الله أصابتني جنابة، ولا
ماء، فقال: عليك بالصعيد، فإنه يكفيك
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- melihat seorang lelaki mengasingkan diri, dia tidak salat
bersama orang banyak. Beliau bertanya, “Wahai fulan, apa yang
menghalangimu untuk salat bersama orang-orang?” Dia menjawab, "Wahai
Rasulullah, aku sedang junub dan tidak ada air (untuk bersuci)." Beliau
bersabda, “Pakailah debu (tayamum) karena sesungguhnya itu cukup
bagimu.” |
عن عمران بن حصين -رضي الله عنهما- أن
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- رأى رجلًا مُعتزلًا، لم يُصَلِّ في القوم،
فقال: (يا فلان، ما منعك أن تصلي في القوم؟) فقال: يا رسول الله أصابتني
جنابةٌ، ولا مَاءَ، فقال: (عليك بالصَّعِيدِ، فإنه يَكْفِيَكَ).
Tema: Dari 'Imrān bin Ḥuṣain -raḍiyallāhu
'anhumā-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat
seorang lelaki mengasingkan diri, dia tidak salat bersama orang banyak.
Beliau bertanya, “Wahai fulan, apa yang menghalangimu untuk salat
bersama orang-orang?” Dia menjawab, "Wahai Rasulullah, aku sedang junub
dan tidak ada air (untuk bersuci)." Beliau bersabda, “Pakailah debu
(tayamum) karena sesungguhnya itu cukup bagimu.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
صلى النبي -صلى الله عليه وسلم-
بالصحابة صلاة الصبح، فلما فرغ من صلاته رأى رجلا لم يصل معهم، فكان من
كمال لطف النبي -صلى الله عليه وسلم-، وحسن دعوته إلى الله، أنه لم يعنفه
على تخلفه عن الجماعة، حتى يعلم السبب في ذلك، فقال: يا فلان، ما منعك أن
تصلى مع القوم؟، فشرح عذره -في ظنه- للنبي -صلى الله عليه وسلم- بأنه قد
أصابته جنابة ولا ماء عنده، فأخر الصلاة حتى يجد الماء ويتطهر، فقال -صلى
الله عليه وسلم- إن الله تعالى قد جعل لك -من لطفه- ما يقوم مقام الماء في
التطهر، وهو الصعيد، فعليك به، فإنه يكفيك عن الماء.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menunaikan salat Subuh bersama para sahabat. Seusai salat beliau melihat
seorang lelaki tidak mengerjakan salat bersama mereka, dan karena
sempurnanya kelembutan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta cara
dakwah beliau yang baik, beliau sama sekali tidak berlaku kasar
kepadanya karena ketidak ikut sertaannya melakukan salat berjamaah
hingga beliau mengetahui penyebabnya. Beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bertanya, “Wahai fulan, apa yang menghalangimu salat bersama
orang-orang?” Kemudian dia menjelaskan alasannya kepada Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bahwa dirinya sedang junub dan ia tidak memiliki air,
sehingga ia terpaksa menunda salat sampai menemukan air untuk bersuci.
Beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu bersabda, “Sesungguhnya
karena kemurahan-Nya, Allah -Ta'ālā- telah menjadikan bagimu sesuatu
sebagai pengganti air untuk bersuci yaitu debu, maka gunakanlah debu
itu, karena sesungguhnya itu cukup bagimu sebagai pengganti air." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3051 |
|
Hadith 128 الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أتى
منى، فأتى الجمرة فرماها، ثم أتى منزله بمنى ونحر، ثم قال للحلاق: خذ،
وأشار إلى جانبه الأيمن، ثم الأيسر، ثم جعل يعطيه الناس
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- datang ke Mina lalu menuju jamrah kemudian melemparnya. Setelah
itu beliau menuju tempat tinggalnya di Mina dan menyembelih hewan
kurban. Selanjutnya beliau bersabda kepada tukang cukur, "Cukurlah,"
sambil memberi isyarat ke kepala beliau bagian kanan lalu bagian kiri.
Setelah itu beliau memberikan rambutnya kepada orang-orang. |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- أن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- أتى مِنَى، فأتى الجَمْرَةَ فرماها، ثم أتى
منزله بمِنَى ونحر، ثم قال للحلاق: «خُذْ» وأشار إلى جانبه الأيمن، ثم
الأيسر، ثم جعل يعطيه الناسَ.
وفي
رواية: لما رمى الجَمْرَةَ، ونحر نُسُكَهُ وحلق، ناول الحلاق شِقَّهُ
الأيمن فحلقه، ثم دعا أبا طلحة الأنصاري -رضي الله عنه- فأعطاه إياه، ثم
ناوله الشِّقَّ الأَيْسَرَ، فقال: «احْلِقْ»، فحلقه فأعطاه أبا طلحة، فقال:
«اقْسِمْهُ بين الناس».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang ke
Mina lalu menuju jamrah kemudian melemparnya. Setelah itu beliau menuju
tempat tinggalnya di Mina dan menyembelih (hadyu). Selanjutnya beliau
bersabda kepada tukang cukur, "Cukurlah," sambil memberi isyarat ke
kepala beliau bagian kanan lalu bagian kiri. Setelah itu beliau
memberikan rambutnya kepada orang-orang. Dalam riwayat lain
disebutkan, "Ketika beliau sudah melempar jumrah, menyembelih (hadyu),
dan bercukur, beliau menyodorkan kepala bagian kanan ke tukang cukur
lalu ia mencukurnya, lalu beliau memanggil Abu Ṭalḥah Al-Anṣāri
-raḍiyallāhu 'anhu- kemudian memberikan rambutnya kepadanya. Selanjutnya
beliau menyodorkan kepala bagian kiri kepada tukang cukur lalu bersabda,
"Cukurlah," Tukang cukur pun memotongnya lalu beliau memberikan
rambutnya kepada Abu Ṭalḥah seraya bersabda, "Bagikan rambut ini kepada
orang-orang."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
لما أتى النبي -صلى الله عليه وسلم- في
حجة الوداع إلى منى يوم العيد رمى الجمرة، ثم ذهب إلى منزله ونحر هديه، ثم
دعا بالحلاَّق فحلق رأسه؛ وأشار -صلى الله عليه وسلَّم- إلى الشق الأيمن
فبدأ الحلاَّق بالشقِّ الأيمن، ثم دعا أبا طلحة -رضي الله عنه الأنصاري-
وأعطاه شعر الشق الأيمن كله، ثم حلق بقية الرأس، ودعا أبا طلحة وأعطاه
إياه، وقال: "اقسمه بين الناس" فقسمه، فمن الناس من ناله شعرة واحدة، ومنهم
من ناله شعرتان، ومنهم من ناله أكثر حسب ما تيسر؛ وذلك لأجل التبرك بهذا
الشعر الكريم؛ شعر النبي -صلى الله عليه وسلم-.
وهذا جائز
وخاص بآثاره -صلى الله عليه وسلم-.
Saat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- melaksanakan haji wada, beliau datang ke Mina pada hari raya
kurban lalu melempar jamrah. Selanjutnya beliau kembali ke tempat
tinggalnya dan menyembelih hadyunya. Lantas beliau memanggil tukang
cukur, lalu ia pun mencukur beliau. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memberi isyarat ke kepala bagian kanan. Tukang cukur pun mulai mencukur
kepala bagian kanan. Selanjutnya beliau memanggil Abu Ṭalḥah Al-Anṣāri
-raḍiyallāhu 'anhu- dan memberikan rambut kepala bagian kanan seluruhnya
kepadanya. Lantas tukang cukur itu mencukur bagian lainnya dari kepala
(bagian kiri) dan beliau memanggil Abu Ṭalḥah serta menyerahkan
rambutnya kepadanya seraya bersabda, "Bagikan rambut ini kepada
orang-orang." Maka diapun membagikannya. Ada orang yang mendapatkan satu
helai rambut. Ada yang memperoleh dua helai rambut. Ada juga yang
mendapatkan lebih dari itu sesuai dengan kemudahannya. Hal ini demi
mendapatkan keberkahan dari rambut yang mulia, yaitu rambut Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ini boleh dan hanya berlaku khusus untuk
peninggalan-peninggalan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim dengan dua
riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3052 |
|
Hadith 129 الحديث
الأهمية: إن الدنيا حُلوة خَضِرَة، وإن الله
مستخلفكم فيها فينظر كيف تعملون، فاتقوا الدنيا واتقوا النساء؛ فإن أول
فتنة بني إسرائيل كانت في النساء
Tema: Sesungguhnya dunia itu manis dan
hijau, dan sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- menjadikan kalian
khalifah untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat
bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, berhati-hatilah kalian
terhadap dunia dan berhati-hatilah terhadap wanita, karena sesungguhnya
fitnah pertama terjadi pada Bani Israel adalah karena wanita! |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- عن
النبيِّ -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم- قَالَ: «إن الدنيا حُلْوَةٌ
خَضِرَةٌ، وإن الله مُسْتَخْلِفُكُمْ فيها فينظرَ كيف تعملون، فاتقوا
الدنيا واتقوا النساء؛ فإن أول فتنة بني إسرائيل كانت في النساء».
Dari Abu Sa'īd al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda,
"Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah -'Azza
wa Jalla- menjadikan kalian khalifah untuk mengelola apa yang ada di
dalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu,
berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan berhati-hatilah terhadap
wanita, karena sesungguhnya fitnah pertama terjadi pada Bani Israel
adalah karena wanita!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
شبَّه النبي -صلى الله عليه وسلم-
الدنيا بالفاكهة الحلوة الخضرة، للرغبة فيها والميل إليها، وأخبر أن الله
جعلنا خلفاء يخلف بعضنا بعضا فيها؛ فإنها لم تصل إلى قوم إلا بعد آخرين،
فينظر الله -تبارك وتعالى- كيف نعمل فيها هل نقوم بطاعته أم لا.
ثم أمرنا
النبي -صلى الله عليه وسلم- أن نحذر فتنة الدنيا وأن لا نغتر بها ونترك
أوامر الله -تعالى- واجتناب مناهيه فيها.
ولما كان
للنساء النصيب الأوفر في هذا الافتتان، نبَّه -صلى الله عليه وسلم- إلى
خطورة الافتتان بهن وإن كان داخلا في فتن الدنيا؛ وأخبر أن أول فتنة بني
إسرائيل كانت بسبب النساء، وبسببهن هلك كثير من الفضلاء.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menyerupakan dunia dengan buah-buahan manis dan hijau karena disukai dan
menarik. Beliau juga mengabarkan bahwa Allah telah menjadikan kita
khalifah, sebagian kita menggantikan sebagian yang lain di dalamnya.
Kekhalifahan itu tidak akan sampai kepada suatu kaum kecuali setelah
kaum yang lainnya. Selanjutnya Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- melihat
bagaimana kita berbuat di dalamnya, apakah kita menaati-Nya atau tidak.
Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan kita untuk
berhati-hati terhadap fitnah dunia, dan jangan sampai kita teperdaya
olehnya dan meninggalkan perintah-perintah Allah -Ta'ālā-, dan
meninggalkan hal-hal yang di larang oleh-Nya di dunia itu. Mengingat
wanita memiliki peranan terbesar dalam fitnah ini, maka Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memperingatkan bahaya fitnah mereka meskipun termasuk
dalam fitnah dunia. Beliau juga mengabarkan bahwa fitnah pertama kali
yang menimpa Bani Israel disebabkan oleh wanita. Disebabkan oleh wanita,
banyak orang-orang mulia yang binasa. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3053 |
|
Hadith 130 الحديث
الأهمية: من حلف على يمين ثم رأى أتقى لله منها
فليأت التقوى
Tema: Barangsiapa bersumpah lalu melihat ada
sesuatu yang lebih bernilai takwa kepada Allah, hendaknya ia mengambil
ketakwaan itu! |
عن أبي طَرِيف عدي بن حاتم -رضي الله
عنه- مرفوعاً: «مَن حَلَف على يَمِين ثم رأى أَتقَى لله مِنها فَلْيَأت
التَّقوَى».
Dari Abu Ṭarīf Adi bin Hātim
-raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū': Barangsiapa bersumpah lalu melihat
ada sesuatu yang lebih bernilai takwa kepada Allah, hendaknya ia
mengambil ketakwaan itu!
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في الحديث: أنَّ من حلَف على ترك شيء،
أو فعله فرأى مخالفة ذلك خيرًا من الاستمرار على اليمين وأتقى، ترك يمينه
وفعل ما هو خير، على الاستحباب والندب، فإن كان المحلوف عليه مما يجب فعله
أو تركه كأن حلف ليتركنّ الصلاة أو ليشربنّ المسكر، وجب عليه الحنث
والإتيان بما هو التقوى من فعل المأمور به، وترك المنهيّ عنه.
Dalam hadis ini (disebutkan) bahwa
orang yang bersumpah untuk meninggalkan sesuatu atau mengerjakannya,
lalu ia melihat bahwa menyalahi sumpah itu lebih baik dan lebih bernilai
takwa daripada terus-menerus berpegang pada sumpahnya, hendaknya dia
meninggalkan sumpahnya dan melakukan apa yang baik dalam bentuk sunnah
dan anjuran. Seandainya yang dijadikan sumpah itu sesuatu yang harus
dikerjakan atau ditinggalkan, seperti bersumpah bahwa dia akan
meninggalkan salat atau minum minuman yang memabukkan, maka dia wajib
membatalkan (sumpahnya) dan melakukan ketakwaan, yaitu melakukan apa
yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3054 |
|
Hadith 131 الحديث
الأهمية: الحياء لا يأتي إلا بخير
Tema: Malu itu tidak membawa kecuali
kebaikan |
عن عمران بن حصين -رضي الله عنهما-
قَالَ: قَالَ رسولُ اللَّه -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم-: «الحَيَاءُ لاَ
يَأْتِي إِلاَّ بِخَيرٍ».
وفي رواية
: «الحَيَاءُ خَيرٌ كُلُّهٌ» أو قال: «الحَيَاءُ كُلُّهُ خَيرٌ».
Dari Imran bin Hushain -raḍiyallāhu
'anhuma-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Malu itu tidak membawa kecuali kebaikan." Dalam riwayat lain:
"Malu itu baik seluruhnya," atau beliau bersabda, "Malu itu seluruhnya
baik."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الحياء صفة في النفس تحمل الإنسان على
فعل ما يجمل ويزين، وترك ما يدنس ويشين، فلذلك لا يأتي إلا بالخير، وسبب
ورود الحديث أن رجلًا كان ينصح أخاه في الحياء، وينهاه عن الحياء، فقال له
النبي -صلى الله عليه وسلم- هذا الكلام.
Malu merupakan sifat dalam jiwa yang
mendorong manusia melakukan apa yang indah dan bagus, dan meninggalkan
yang kotor dan buruk. Dengan demikian, malu tidak membawa kecuali
kebaikan. Sebab munculnya hadis ini adalah ketika ada seorang laki-laki
menasehati saudaranya terkait sifat malu, dan dia melarangnya dari sifat
malu tersebut. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda
kepadanya dengan ucapan ini. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3055 |
|
Hadith 132 الحديث
الأهمية: اللهم لك أسلمت، وبك آمنت، وعليك توكلت،
وإليك أنبت، وبك خاصمت، اللهم أعوذ بعزتك لا إله إلا أنت أن تضلني، أنت
الحي الذي لا يموت، والجن والإنس يموتون
Tema: Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah
diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakal, kepada-Mu aku
kembali, karena-Mu aku bertikai dengan musuh. Ya Allah, aku berlindung
dengan kemuliaan-Mu -tiada sesembahan yang benar selain Engkau- dari
Engkau sesatkan diriku. Engkau Maha hidup yang tidak akan mati, sedang
Jin dan manusia pasti mati. |
عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما-
أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان يقول: «اللهم لك أَسْلَمْتُ، وبك آمنتُ،
وعليك توكلتُ، وإليك أَنَبْتُ، وبك خَاصَمْتُ، اللهم أعوذ بِعِزَّتِكَ لا
إله إلا أنت أن تُضِلَّنِي، أنت الحيُّ الذي لا يموتُ، والجِنُّ والإِنْسُ
يموتون».
Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu
'anhumā- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa mengucapkan,
"Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman,
kepada-Mu aku bertawakal, kepada-Mu aku kembali, karena-Mu aku bertikai
dengan musuh. Ya Allah, aku berlindung dengan kemuliaan-Mu -tiada
sesembahan yang benar selain Engkau- dari Engkau sesatkan diriku. Engkau
Maha hidup yang tidak akan mati, sedang Jin dan manusia pasti mati."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يلتجئ النبي -صلى الله عليه وسلم- إلى
ربه ويتقرب إليه في الدعاء، فيخبر -صلى الله عليه وسلم- أنه إلى ربه انقاد،
وأنه فوَّض أمره كله لله ولم يعتمد على غيره، وأنه قد رجع إليه مقبلا عليه
بقلبه، وأنه بقوة الله ونصره وإعانته إياه حاجج أعداء الله بما آتاه من
البراهين والحجج، ثم يستعيذ النبي -صلى الله عليه وسلم- بغلبة الله ومنعته
أن يهلكه بعدم التوفيق للرشاد والهداية والسداد، ويؤكد ذلك بقوله لا إله
إلا أنت؛ فإنه لا يستعاذ إلا بالله، ثم يخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن
لربه الحياة الحقيقية التي لا يأتيها الموت بحال، وأما الإنس والجن
فيموتون، وخصهما بالذكر؛ لأنهما المكلفان المقصودان بالتبليغ فكأنهما
الأصل.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
berlindung kepada Rabbnya dan mendekatkan diri kepada-Nya dalam doa ini.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahukan bahwa beliau tunduk
kepada Rabb-nya, menyerahkan semua perkaranya kepada Allah dan tidak
bergantung kepada selain-Nya, bahwa beliau telah kembali kepada-Nya
dengan sepenuh hati, bahwa dengan kekuatan dari Allah, pertolongan-Nya
dan bantuan-Nya beliau membantah musuh-musuh Allah dengan bukti dan
hujah yang Dia berikan kepada beliau. Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- berlindung dengan keperkasaan dan kedigdayaan-Nya dari Dia
binasakan beliau tanpa bimbingan pada kebenaran, petunjuk dan kelurusan.
Beliau menegaskan hal ini dengan mengucapkan, "Tiada sesembahan yang
benar selain Engkau; karena tidak boleh meminta perlindungan kepada
selain Allah. Selanjutnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengabarkan bahwa Rabb memiliki kehidupan hakiki yang sama sekali tidak
disertai kematian. Adapun manusia dan jin pasti mati. Beliau secara
khusus menyebutkan dua makhluk ini karena keduanya adalah makhluk
mukalaf dan tujuan penyampaian risalah. Jadi seolah-olah keduanya adalah
makhluk pokok. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3056 |
|
Hadith 133 الحديث
الأهمية: اللهم إني أسألك الهدى والتقى والعفاف
والغنى
Tema: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
kepada-Mu petunjuk, ketakwaaan, sifat ifah dan kecukupan. |
عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه-
قال: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «اللهم ِإنِّي أَسأَلُك
الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَاف، والغِنَى».
Dari Abdullah bin Mas'ud -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sering
berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk,
ketakwaan, sifat ifah dan kecukupan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
سأل النبي -صلى الله عليه وسلم- ربه
العلمَ والتوفيق للحق، وأن يُوفِّقه إلى امتثال ما أمر به وترك ما نهى عنه،
وأن يعفه عن كل ما حرَّم عليه فيما يتعلق بجميع المحارم التي حرَّمها -عز
وجل-، وسأله كذلك الغنى عن الخلق، بحيث لا يفتقر إلى أحد سوى ربَّه -عز
وجل-.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memohon kepada Rabb agar beliau dianugerahi ilmu dan petunjuk pada
kebenaran, dibimbing untuk melaksanakan apa yang Dia perintahkan dan
meninggalkan apa yang Dia larang, dan dihindarkan dari segala yang Dia
haramkan. Beliau juga meminta kepada-Nya kecukupan dari makhluk,
sehingga beliau tidak membutuhkan seorang pun selain Rabb -'Azza wa
Jalla-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3057 |
|
Hadith 134 الحديث
الأهمية: أستودع الله دينك، وأمانتك، وخواتيم
عملك
Tema: Aku titipkan kepada Allah
(pemeliharaan) agamamu, amanahmu dan akhir penutup amalmu
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كَانَ ابنُ عمرَ -رضِيَ الله عنهما-
يَقُول لِلرَّجُل إِذَا أَرَادَ سَفَرًا: ادْنُ مِنِّي حَتَّى أُوَّدِعَكَ
كَمَا كَان رسولُ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- يُوَدِّعُنَا، فَيقُول:
«أَسْتَوْدِعُ الله دِينَكَ، وَأَمَانَتَكَ، وَخَوَاتِيمَ عَمَلِكَ».
وعن عبد
الله بن يزيد الخطمي رضي الله عنه- قال: كَانَ رسُول الله -صلَّى الله عليه
وسلَّم- إِذَا أَرَادَ أَنْ يُوَدِّعَ الجَيشَ، قال: «أَسْتَودِعُ الله
دِينَكُم، وَأَمَانَتَكُم، وخَوَاتِيمَ أَعْمَالِكُم».
Dahulu Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-
biasa berkata kepada seseorang yang hendak melakukan sebuah perjalanan,
“Kemarilah, aku akan lepas kepergianmu sebagaimana Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melepas kami." Lalu dia berkata, “Aku
titipkan kepada Allah (pemeliharaan) agamamu, amanahmu dan akhir penutup
amalmu." Dan dari Abdullah bin Yazid Al Khaṭmi -raḍiyallāhu 'anhu-, ia
berkata, “Dahulu apabila Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
hendak melepas keberangkatan pasukan, maka beliau berdoa, “Aku titipkan
kepada Allah (pemeliharaan) agama kalian, amanah dan akhir penutup amal
kalian."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كَانَ ابنُ عمرَ -رضِيَ الله عنهما-
يَقُول لِلرَّجُل إِذَا أَرَادَ سَفَرًا: ادْنُ مِنِّي حَتَّى أُوَّدِعَكَ
كَمَا كَان رسولُ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- يُوَدِّعُنَا، وهذا من ابن
عمر بيان لكمال حرص الصحابة -رضي الله عنهم- على التزام هدي رسول الله -صلى
الله عليه وسلم-، وقوله: (إذا ودع رجلا) أي مسافرا، (أخذ بيده فلا يدعها):
وهذا ما جاء في بعض الروايات، أي: فلا يترك يد ذلك الرجل من غاية التواضع
ونهاية إظهار المحبة والرحمة.
ويقول
-صلى الله عليه وسلم-: أي للمودع: "أستودع الله دينك" أي أستحفظ وأطلب منه
حفظ دينك.
و"أمانتك"
أي حفظ أمانتك، وهي شاملة لكل ما استحفظ عليه الإنسان من حقوق الناس وحقوق
الله من التكاليف، ولا يخلو الرجل في سفره ذلك من الاشتغال بما يحتاج فيه
إلى الأخذ والإعطاء والمعاشرة مع الناس، فدعا له بحفظ الأمانة والاجتناب عن
الخيانة، ثم إذا انقلب إلى أهله يكون مأمون العاقبة عما يسوءه في الدين
والدنيا.
وكان هذا
من هديه أيضاً -صلى الله عليه وسلم- إذا أراد توديع الجماعة الخارجة للقتال
في سبيل الله يودعهم بهذا
الدعاء الجامع ليكون أدعى إلى إصابتهم التوفيق والسداد والتغلب على الأعداء
والحفاظ على فرائض الله في الغزو.
Dahulu Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-
biasa berkata kepada orang yang hendak melakukan safar, “Kemarilah, aku
akan lepas kepergianmu sebagaimana Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- melepas kami. Ini adalah penjelasan dari Ibnu Umar tentang
kesempurnaan tekad para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- dalam mengikuti
petunjuk Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Perkataannya, "iża
wada'a rajulan" yakni apabila ia melepas seseorang yang hendak melakukan
suatu perjalanan. "Akhaża biyadihi, falā yada'uhā", ia memegang
tangannya dan tidak melepaskannya. Ini disebutkan dalam beberapa riwayat
lain, yakni ia tidak melepaskan tangan orang tersebut karena sangat
tawadu serta ungkapan rasa cinta dan kasih sayang. Dan Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, yakni kepada orang yang akan bepergian,
"Astaudi'ullāha dīnaka", Aku titipkan kepada Allah agamamu, yakni aku
memohon penjagaan dan meminta kepada-Nya agar menjaga agamamu. "Wa
amānataka", yakni menjaga amanahmu. Dan itu mencakup semua yang
diamanahkan kepada seseorang berupa hak-hak orang lain dan hak-hak Allah
dalam berbagai bentuk taklif (perintah dan larangan). Dalam melakukan
perjalanan, seseorang tidak mungkin terbebas dari kesibukan dengan apa
yang ia butuhkan dari menerima, memberi serta berinteraksi dengan orang
lain, maka beliau mendoakannya agar bisa menjaga amanah serta terhindar
dari berkhianat. Kemudian jika ia kembali kepada keluarganya, ia aman
dari apa yang dapat merusak agama dan dunianya. Ini juga merupakan
petunjuk dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika hendak melepas
pasukan yang berangkat untuk berperang di jalan Allah. Beliau melepas
mereka dengan doa tersebut agar mereka semua mendapatkan taufik dan
kemenangan atas musuh, serta penjagaan untuk dapat menunaikan
kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan dalam berperang. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh
Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3058 |
|
Hadith 135 الحديث
الأهمية: ارجعوا إلى أهليكم، فأقيموا فيهم،
وعلموهم ومروهم، وصلوا صلاة كذا في حين كذا، وصلوا كذا في حين كذا، فإذا
حضرت الصلاة فليؤذن لكم أحدكم وليؤمكم أكبركم
Tema: Kembalilah kepada keluarga kalian,
tinggallah bersama mereka, ajari dan perintahkan mereka, kerjakanlah
oleh kalian salat ini pada waktu ini, dan kerjakanlah oleh kalian salat
ini pada waktu ini. Jika waktu salat sudah tiba, hendaklah salah seorang
dari kalian mengumandangkan azan dan yang paling tua di antara kalian
menjadi imam. |
عن أبي سليمان مالك بن الحويرث -رضي
الله عنه- قال: أَتَينَا رسُول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- ونَحنُ
شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُون، فَأَقَمْنَا عِندَهُ عِشْرِينَ لَيلَةً، وَكَان
رَسُولُ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- رَحِيمًا رَفِيقًا، فَظَنَّ أَنَّا
قَدْ اشْتَقْنَا أَهْلَنَا، فَسَألَنا عمَّنْ تَرَكْنا مِنْ أَهلِنا،
فأَخبَرنَاه، فقال: «ارْجِعُوا إلى أَهْلِيكُم، فَأَقِيمُوا فيهم،
وَعَلِّمُوهُم وَمُرُوهُم، وَصَلُّوا صَلاَةَ كَذَا في حِينِ كذَا،
وصَلُّوا كَذَا في حِينِ كَذَا، فَإِذا حَضَرَتِ الصلاةُ فَلْيُؤذِّن لكم
أَحَدُكُم وَلْيَؤُمَّكُم أكبركم».
زاد
البخاري في رواية له: «وصَلُّوا كَمَا رَأَيتُمُونِي أُصَلِّي».
Dari Abu Sulaimān Mālik bin
al-Huwairiṡ -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Kami pernah mendatangi
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Saat itu kami adalah para
pemuda sebaya. Kami menetap bersama beliau selama dua puluh malam.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah orang penyayang dan
ramah. Beliau mengira bahwa kami sudah merindukan keluarga kami. Lantas
beliau bertanya kepada kami mengenai keluarga yang kami tinggalkan. Kami
pun memberitahu beliau. Selanjutnya beliau bersabda, "Kembalilah kepada
keluarga kalian, tinggallah bersama mereka, ajari dan perintahkan
mereka, kerjakanlah oleh kalian salat ini pada waktu ini, dan
kerjakanlah oleh kalian salat ini pada waktu ini. Jika waktu salat sudah
tiba, hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan azan dan yang
paling tua di antara kalian menjadi imam." Imam Bukhari menambahkan
dalam riwayatnya, "Dan salatlah sebagaimana kalian melihatku salat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قال مالك -رضي الله عنه-: "أتينا رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- ونحن شببة متقاربون"، وهذا في عام الوفود في
السنة التاسعة من الهجرة، وكانوا شبابا فأقاموا عند النبي -صلى الله عليه
وسلم- عشرين ليلة.
جاءوا من
أجل أن يتفقهوا في دين الله، قال مالك: "وكان رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- رحيما رفيقا فظن أنا قد اشتقنا أهلنا" يعني اشتقنا إليهم، "فسألنا
عمن تركنا من أهلنا فأخبرناه فقال: ارجعوا إلى أهليكم فأقيموا فيهم وعلموهم
ومروهم وصلوا صلاة كذا في حين كذا، فإذا حضرت الصلاة فليؤذن لكم أحدكم
وليؤمكم أكبركم" زاد البخاري "وصلوا كما رأيتموني أصلي".
فدل هذا
أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان مشهورا بالرحمة والرفق، فكان أرحم الناس
بالناس، وكان أرفق الناس بالناس -عليه الصلاة والسلام- رحيما رفيقا، فلما
رأى أنهم اشتاقوا إلى أهلهم وسألهم من خلَّفوا وراءهم وأخبروه، أمرهم أن
يرجعوا إلى أهليهم.
"وليؤمكم
أكبركم" دليل على تقديم الكبير في الإمامة، وهذا لا ينافي قوله -عليه
الصلاة والسلام-: "يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله"؛ لأن هؤلاء الشباب كلهم
وفدوا في وقت واحد، والظاهر أنه ليس بينهم فرق بيِّن في قراءة القرآن،
وأنهم متقاربون ليس بعضهم أقرأ من بعض؛ ولهذا قال: "وليؤمكم أكبركم" لأنهم
متساوون في القراءة أو متقاربون، فإذا تساووا في القراءة والسنة والهجرة،
فإنه يرجع إلى الأكبر سنا ويقدمونه.
وفي قوله
-صلى الله عليه وسلم-: "صلوا كما رأيتموني أصلي" وهذا مؤكد لما كان عليه
الهدي النبوي من تعليم الناس بالقول وبالفعل.
فعلَّم
الذي صلَّى بغير طمأنينة بالقول قال: "إذا قمت إلى الصلاة فأسبغ الوضوء، ثم
استقبل القبلة، فكبر، ثم اقرأ ما تيسر معك من القرآن، ثم اركع" إلى آخره.
أما
هؤلاء الشباب فعلمهم بالفعل.
Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- berkata,
"Kami pernah mendatangi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Saat
itu kami adalah para pemuda sebaya." Ini terjadi pada tahun delegasi,
yaitu tahun kesembilan hijrah. Mereka adalah para pemuda lalu mereka
menetap bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- selama dua
puluh malam. Mereka datang untuk memperdalam agama Allah. Mālik berkata,
"Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah seorang penyayang dan
ramah. Beliau mengira bahwa kami sudah merindukan keluarga kami." Yakni,
kami telah merindukan mereka. "Lantas beliau bertanya kepada kami
mengenai keluarga yang kami tinggalkan. Kami pun memberitahu beliau.
Selanjutnya beliau bersabda, "Kembalilah kepada keluarga kalian,
tinggallah bersama mereka, ajari dan perintahkan mereka, dan kerjakanlah
oleh kalian salat ini pada waktu ini. Jika waktu salat sudah tiba,
hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan dan yang
paling tua diantara kalian menjadi imam." Imam Bukhari menambahkan dalam
riwayatnya, "Dan salatlah sebagaimana kalian melihatku salat." Ini
menunjukkan bahwa Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sudah
dikenal dengan kasih sayang dan keramahannya. Beliau adalah manusia
paling penyayang kepada manusia. Beliau adalah manusia paling ramah
kepada manusia. Penyayang dan ramah. Ketika beliau melihat bahwa mereka
sudah merindukan keluarga mereka, dan beliau pun bertanya kepada mereka
mengenai keluarga yang mereka tinggalkan, mereka pun memberitahukannya
kepada beliau. Lantas beliau menyuruh mereka untuk kembali pada keluarga
mereka. "Hendaknya orang yang paling tua di antara kalian menjadi imam."
Ini merupakan dalil mengutamakan orang tua menjadi imam, dan ini tidak
menafikan sabda Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Hendaknya
yang menjadi imam satu kaum adalah orang yang paling pandai membaca
Kitabullah," karena para pemuda itu seluruhnya datang dalam satu waktu,
dan secara gamblang tidak ada perbedaan yang jelas di antara mereka
dalam bacaan Alquran. Usia mereka yang berdekatan bukan berarti sebagian
dari mereka lebih pandai dalam membaca. Karena itulah beliau bersabda,
"Hendaknya orang yang paling tua di antara kalian menjadi imam." Sebab,
mereka itu sama dalam bacaan atau saling berdekatan. Jika mereka sama
dalam bacaan, usia dan hijrah, maka hal tersebut dikembalikan dan
diserahkan kepada orang yang paling tua usianya. Dalam sabda Nabi
Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Salatlah sebagaimana kalian
melihatku salat." Ini merupakan penegas mengenai petunjuk kenabian dalam
mengajari manusia dengan ucapan dan perbuatan. Nabi mengajarkan orang
yang salat tanpa ketenangan dengan ucapan. Beliau bersabda, "Jika engkau
melaksanakan salat, maka sempurnakan wudu. Lalu menghadaplah ke kiblat,
kemudian bertakbir. Setelah itu bacalah surat Alquran yang mudah bagimu,
setelah itu silakan rukuk," sampai akhir. Adapun para pemuda tersebut,
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-mengajari mereka dengan
perbuatan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3059 |
|
Hadith 136 الحديث
الأهمية: ما رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
مستجمعًا قط ضاحكًا حتى ترى منه لهواته، إنما كان يتبسم
Tema: Aku tidak pernah melihat Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tertawa terbahak-bahak sampai terlihat
langit-langit mulutnya. Beliau hanya tersenyum saja. |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: مَا
رَأَيتُ رسُول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- مُسْتَجْمِعًا قَطُّ ضَاحِكًا
حَتَّى تُرَى مِنْهُ لَهَوَاتُهُ، إِنَّمَا كَانَ يَتَبَسَّم.
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhu- ia
berkata, "Aku tidak pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- tertawa terbahak-bahak sampai terlihat langit-langit mulutnya.
Beliau hanya tersenyum saja."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حديث عائشة -رضي الله عنها- يصور بعض
جوانب الهدي النبوي في خُلُق الوقار والسكينة فقالت -رضي الله عنها-: "مَا
رَأَيتُ رسُول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- مُسْتَجْمِعًا قَطُّ ضَاحِكًا
حَتَّى تُرَى مِنْهُ لَهَوَاتُهُ، إِنَّمَا كَانَ يَتَبَسَّم": تعني ليس
يضحك ضحكًا فاحشًا بقهقهة، يفتح فمَه حتى تبدو لهاته، ولكنه -صلى الله عليه
وسلم- كان يبتسم أو يضحك حتى تبدو نواجذه، أو تبدو أنيابه، وهذا من وقار
النبي -صلى الله عليه وسلم-.
Hadis Aisyah -raḍiyallāhu 'anha- ini
menggambarkan sebagian aspek petunjuk kenabian mengenai perangai
kewibawaan dan ketenangan. Aisyah -raḍiyallāhu 'anha- berkata, "Aku
tidak pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tertawa
terbahak-bahak sampai terlihat langit-langit lunak (mulutnya). Beliau
hanya tersenyum saja." Yakni, beliau sama sekali tidak pernah tertawa
terbahak-bahak dengan membuka mulutnya lebar-lebar hingga terlihat
langit-langit mulutnya. Beliau hanya tersenyum atau tertawa sampai
terlihat gigi gerahamnya atau tampak gigi taringnya. Ini termasuk sikap
wibawa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3060 |
|
Hadith 137 الحديث
الأهمية: بايعنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
على السمع والطاعة في العسر واليسر، والمنشط والمكره، وعلى أثرة علينا،
وعلى أن لا ننازع الأمر أهله
Tema: Kami berbaiat kepada Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk selalu mendengar dan taat dalam
kondisi sulit dan lapang, senang dan benci, serta dalam kondisi monopoli
atas kami, dan agar kami tidak merebut kekuasaan dari pemiliknya. |
عن عبادة بن الصامت -رضي الله عنه- قال:
بَايَعْنَا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- على السَّمع والطَّاعَة في
العُسْر واليُسْر، والمَنْشَطِ والمَكْرَه، وعلَى أَثَرَةٍ عَلَينا، وعلى
أَن لاَ نُنَازِعَ الأَمْر أَهْلَه إِلاَّ أَن تَرَوْا كُفْراً بَوَاحاً
عِندَكُم مِن الله تَعَالى فِيه بُرهَان، وعلى أن نقول بالحقِّ أينَما
كُنَّا، لا نخافُ فِي الله لَوْمَةَ لاَئِمٍ.
Ubādah bin Aṣ-Ṣāmit -raḍiyallāhu
'anhu- mengatakan, "Kami berbaiat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- untuk selalu mendengar dan taat dalam kondisi sulit dan
lapang, senang dan benci, serta dalam kondisi monopoli atas kami, dan
agar kami tidak merebut kekuasaan dari pemiliknya, kecuali bila kalian
melihat kekufuran yang terang dan kalian memiliki bukti perkara tersebut
dari Allah. Serta agar kami berani mengatakan kebenaran di mana pun kami
berada, tanpa takut terhadap celaan orang yang mencela dalam rangka
membela Allah."" style="display:yes" class="lity-show" style="width: 100%; background: rgba(255,255,255,0.9);border-radius:8px;-moz-border-radius:8px;-webkit-border-radius:8px;">
الأهمية: بايعنا) أي بايع الصحابة -رضي الله
عنهم- الرسول -صلى الله عليه وسلم- على السمع والطاعة؛ لأن الله -تعالى-
قال: (يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم)،
وبعده -صلى الله عليه وسلم- أولو الأمر طائفتان: العلماء والأمراء، لكن
العلماء أولياء أمر في العلم والبيان، وأما الأمراء فهم أولياء أمر في
التنفيذ والسلطان.
يقول: بايعناه على السمع والطاعة، وقوله: "في
العسر واليسر" يعني سواء كانت الرعية معسرة في المال أو كانت موسرة، يجب
على جميع الرعية أغنياء كانوا أوفقراء أن يطيعوا ولاة أمورهم ويسمعوا لهم
في المنشط والمكره، يعني سواء كانت الرعية كارهين لذلك لكونهم أمروا بما لا
تهواه ولا تريده أنفسهم أو كانوا نشيطين في ذلك؛ لكونهم أُمِروا بما
يلائمهم ويوافقهم. "وأثرة علينا"
أثرة يعني استئثارًا علينا، يعني لو كان ولاة الأمر يستأثرون على الرعية
بالمال العام أو غيره، مما يرفهون به أنفسهم ويحرمون من ولاهم الله عليهم،
فإنه يجب السمع والطاعة. ثم قال:
"وألا ننازع الأمر أهله" يعني لا ننازع ولاة الأمور ما ولاهم الله علينا،
لنأخذ الإمرة منهم، فإن هذه المنازعة توجب شرًّا كثيرًا، وفِتَنًا عظيمةً
وتفرقًا بين المسلمين، ولم يدمر الأمة الإسلامية إلا منازعة الأمر أهله، من
عهد عثمان -رضي الله عنه- إلى يومنا هذا.
قال: " إلا أن تروا كفرًا بواحًا عندكم فيه
من الله برهان" هذه أربعة شروط، فإذا رأينا هذا وتمت الشروط الأربعة فحينئذ
ننازع الأمر أهله، ونحاول إزالتهم عن ولاية الأمر، والشروط هي:
الأول: أن تروا، فلابد من علم، أما مجرد
الظن، فلا يجوز الخروج على الأئمة.
الثاني: أن نعلم كفرًا لا فسقًا، الفسوق،
مهما فسق ولاة الأمور لا يجوز الخروج عليهم؛ لو شربوا الخمر، لو زنوا، لو
ظلموا الناس، لا يجوز الخروج عليهم، لكن إذا رأينا كفرًا صريحًا يكون
بواحًا. الثالث: الكفر البواح:
وهذا معناه الكفر الصريح، البواح الشيء البين الظاهر، فأما ما يحتمل
التأويل فلا يجوز الخروج عليهم به، يعني لو قدرنا أنهم فعلوا شيئا نرى أنه
كفر، لكن فيه احتمال أنه ليس بكفر، فإنه لا يجوز أن ننازعهم أو نخرج عليهم،
ونولهم ما تولوا، لكن إذا كان بواحا صريحا، مثل: لو اعتقد إباحة الزنا وشرب
الخمر. الشرط الرابع: "عندكم فيه
من الله برهان"، يعني عندنا دليل قاطع على أن هذا كفر، فإن كان الدليل
ضعيفًا في ثبوته، أو ضعيفًا في دلالته، فإنه لا يجوز الخروج عليهم؛ لأن
الخروج فيه شر كثير جدا ومفاسد عظيمة.
وإذا رأينا هذا مثلا فلا تجوز المنازعة حتى
يكون لدينا قدرة على إزاحته، فإن لم يكن لدى الرعية
قدرة فلا تجوز المنازعة؛ لأنه ربما إذا نازعته الرعية وليس عندها
قدرة يقضي على البقية الصالحة، وتتم سيطرته.
فهذه الشروط شروط للجواز أو للوجوب -وجوب
الخروج على ولي الأمر- لكن بشرط أن تكون القدرة موجودة، فإن لم تكن القدرة
موجودة، فلا يجوز الخروج؛ لأن هذا من إلقاء النفس في التهلكة؛ لأنه لا
فائدة في الخروج.
Tema: "Kami berbaiat" artinya, para sahabat
-raḍiyallāhu 'anhum- berbaiat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- untuk selalu mendengar dan taat, karena Allah -Ta'ālā-
berfirman, "Hai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul, dan ulil amri di antara kamu." Sepeninggal Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- ulil amri ada dua kelompok; ulama dan umara
(penguasa). Ulama adalah pemimpin dalam hal ilmu dan penjelasan agama,
sedang umara adalah pemimpin dalam kenegaraan dan kekuasaan. Ia
mengatakan, "Kami berbaiat untuk selalu mendengar dan taat."
Perkataannya, "Dalam kondisi sulit dan lapang", artinya baik rakyat
dalam kondisi kesulitan ekonomi atau dalam kondisi sejahtera, semua
rakyat baik kaya maupun miskin wajib menaati dan mendengar para pemimpin
mereka. Demikian pula dalam semangat (senang) dan malas (benci).
Maksudnya, baik rakyat dalam kondisi benci melakukan ketaatan itu karena
mereka diperintah melakukan sesuatu yang tidak disukai dan tidak
diinginkan jiwa mereka, atau mereka dalam kondisi semangat dan senang
karena diperintahkan melakukan sesuatu yang selaras dan sesuai keinginan
mereka. "Dan dalam kondisi monopoli atas kami", aṡarah artinya egois
(lebih mementingkan diri sendiri) atas kami. Maksudnya, seandainya para
pemimpin memonopoli harta publik dan lainnya yang mereka pergunakan
untuk kesenangan pribadi dan mereka tidak memberikannya pada rakyat yang
mereka pimpin, maka tetap wajib mendengar dan menaati. Kemudian ia
mengatakan, "Dan agar kami tidak merebut kekuasaan dari pemiliknya",
artinya kami tidak boleh merebut kekuasaan yang telah Allah berikan pada
para pemimpin untuk mengambil alih kepemimpinan tersebut. Sebab
perebutan ini mengakibatkan banyak keburukan, bencana-bencana besar, dan
perpecahan di kalangan kaum muslimin. Tidak ada yang menghancurkan umat
Islam selain perebutan kekuasaan dari pemiliknya, dari masa Uṡmān
-raḍiyallāhu 'anhu- hingga zaman kita ini. Beliau bersabda, "Kecuali
bila kalian melihat kekufuran yang terang dan kalian memiliki bukti
perkara tersebut dari Allah." Di sini ada empat syarat, apabila kita
melihat hal ini dan keempat syarat ini terpenuhi maka kita boleh merebut
kekuasaan dari pemiliknya dan kita berusaha melengserkan mereka dari
kepemimpinan. Syarat-syarat tersebut adalah: 1. "Kalian melihat
kekufuran", artinya, harus benar-benar yakin (tentang kekufuran mereka).
Adapun sekadar berdasarkan dugaan (asumsi) maka tidak boleh melakukan
pemberontakan kepada para penguasa. 2. Kita mengetahui dia melakukan
perbuatan kufur, bukan perbuatan fasik. Sebesar apa pun perbuatan fasik
yang dilakukan penguasa, tetap tidak boleh memberontak pada mereka.
Seandainya mereka minum khamar, berzina, dan menzalimi rakyat, tidak
boleh memberontak kepada mereka. Namun hal itu dibolehkan apabila kita
melihat perbuatan kufur yang jelas. 3. "Kekufuran yang terang",
artinya kekufuran yang jelas. "Al-Bawāh" adalah sesuatu yang terang dan
tampak. Adapun sesuatu yang mengandung kemungkinan takwil, maka tidak
boleh menjadi alasan memberontak kepada mereka. Artinya, seandainya
mereka melakukan sesuatu yang kita anggap sebuah kekufuran, akan tetapi
sesuatu ini mengandung kemungkinan lain yang bukan suatu kekufuran, maka
kita tidak boleh memerangi atau memberontak kepada mereka. Kita tetap
mengakui mereka sebagai pemimpin. Akan tetapi bila sesuatu tersebut
adalah perbuatan kufur yang jelas dan terang, seperti seandainya
penguasa meyakini kehalalan perbuatan zina dan minum khamar. 4.
"Kalian memiliki bukti perkara tersebut dari Allah", artinya, kita
mempunyai bukti yang pasti bahwa perbuatan itu suatu kekufuran. Jika
bukti tersebut lemah keberadaannya atau lemah dalam pembuktiannya, maka
tidak boleh memberontak kepada para pemimpin. Karena pemberontakan itu
mengandung banyak sekali keburukan dan kerusakan-kerusakan yang besar.
Apabila kita melihat kekufuran yang jelas misalnya, pun kita tidak serta
merta boleh merebut kekuasaan sampai kita memiliki kekuatan untuk
menyingkirkannya. Jika rakyat tidak memiliki kemampuan maka tidak boleh
merebut kekuasaan, karena bisa jadi apabila rakyat melancarkan
pemberontakan padahal mereka tidak memiliki kemampuan, justru
orang-orang yang baik akan dihabisi, dan penguasa tersebut semakin
diktator. Inilah syarat-syarat bolehnya atau wajibnya memberontak pada
penguasa, akan tetapi dengan syarat ada kemampuan. Jika tidak ada
kemampuan, maka tidak boleh memberontak, karena perbuatan ini termasuk
melemparkan diri dalam kebinasaan, mengingat tak ada keuntungan dalam
pemberontakan tersebut. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3061 |
|
Hadith 138 الحديث
الأهمية: صليت مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
ركعتين قبل الظهر، وركعتين بعدها، وركعتين بعد الجمعة، وركعتين بعد المغرب،
وركعتين بعد العشاء
Tema: Aku salat bersama Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dua rakaat sebelum Zuhur, dua rakaat
sesudahnya, dua rakaat setelah salat Jumat, dua rakaat setelah salat
Magrib dan dua rakaat setelah salat Isya. |
عن عبد الله بن عمر-رضي الله عنهما-
قال: «صَلَّيتُ معَ رسول الله -صلَّى الله عليه وسلم- رَكعَتَين قَبل
الظُّهر، وَرَكعَتَين بَعدَها، ورَكعَتَين بعد الجُمُعَةِ، ورَكعَتَينِ
بَعدَ المَغرِب، وَرَكعَتَينِ بَعدَ العِشَاء».
وفي لفظ:
«فأمَّا المغربُ والعشاءُ والجُمُعَةُ: ففي بَيتِه».
وفي لفظ:
أنَّ ابنَ عُمَر قال: حدَّثَتنِي حَفصَة: أنَّ النبِيَّ -صلَّى الله عليه
وسلم-: «كان يُصَلِّي سَجدَتَين خَفِيفَتَينِ بَعدَمَا يَطلُعُ الفَجر،
وكانت سَاعَة لاَ أَدخُلُ على النبيَّ -صلَّى الله عليه وسلم- فِيهَا».
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā-, ia mengatakan, "Aku salat bersama Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- dua rakaat sebelum Zuhur, dua rakaat sesudahnya, dua
rakaat setelah salat Jumat, dua rakaat setelah salat Magrib dan dua
rakaat setelah salat Isya." Dalam redaksi lain, "Adapun (yang sesudah)
salat Magrib, Isya dan Jumat dikerjakan di rumah beliau." Dalam redaksi
lain, bahwa Ibnu Umar mengatakan, "Hafṣah bercerita kepadaku bahwa Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa salat dua rakaat yang singkat
setelah terbit fajar. Itu adalah waktu yang aku tidak menemui Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في هذا الحديث بيان للسنن الراتبة
للصلوات الخمس، وذلك أن لصلاة الظهر أربع ركعات، ركعتين قبلها، وركعتين
بعدها، وأن لصلاة الجمعة ركعتين بعدها، وأن للمغرب ركعتين بعدها، وأن لصلاة
العشاء ركعتين بعدها وأن راتبتي صلاتي الليل، المغرب والعشاء، وراتبة الفجر
والجمعة كان يصليها الرسول -صلى الله عليه وسلم- في بيته.
وكان لابن
عمر -رضي الله عنهما- اتصال ببيت النبي -صلى الله عليه وسلم-؛ لمكان أخته
"حفصة" من النبي -صلى الله عليه وسلم-، فكان يدخل عليه وقت عباداته، ولكنه
يتأدَّب فلا يدخل في بعض الساعات، التي لا يُدخل على النبي -صلى الله عليه
وسلم- فيها، امتثالا لقوله -تعالى-: "يا أيها الذين آمنوا ليستأذنكم الذين
ملكت أيمانكم والذين لم يبلغوا الحلم منكم ثلاث مرات من قبل صلاه الفجر"
الآية، فكان لا يدخل عليه في الساعة التي قبل صلاة الفجر، ليرى كيف كان
النبي -صلى الله عليه وسلم- يصلي، ولكن -من حرصه على العلم- كان يسأل أخته
"حفصة" عن ذلك، فتخبره أنَّ النبي -صلى الله عليه وسلم- كان يصلى سجدتين
خفيفتين بعدما يطلع الفجر، وهما سنة صلاة الصبح.
Dalam hadis ini terdapat penjelasan
salat-salat sunah yang mengiringi salat wajib. Yakni salat Zuhur
memiliki empat rakaat salat sunah rawatib; 2 rakaat sebelumnya dan 2
rakaat sesudahnya; salat Jumat memiliki salat sunah rawatib 2 rakaat
sesudahnya; salat Magrib memiliki 2 rakaat sesudahnya dan salat Isya
memiliki 2 rakaat sesudahnya. Dan bahwa dua salat sunah rawatib yang
mengiringi dua salat malam, yakni Magrib dan Isya, salat rawatib Subuh
serta Jumat dikerjakan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di
rumah beliau. Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- akrab dengan kediaman
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengingat kedudukan
saudarinya, Hafṣah, yang menjadi istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-. Sehingga ia sering masuk di waktu ibadah-ibadah beliau. Akan
tetapi ia bersikap santun dengan tidak masuk di sebagian waktu yang Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak biasa ditemui di waktu tersebut,
demi mengamalkan firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah
budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang
belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam
satu hari) yaitu: sebelum salat Subuh...". Maka Ibnu Umar tidak menemui
beliau sebelum salat Subuh untuk melihat bagaimana Nabi salat. Tetapi
-lantaran semangatnya menuntut ilmu- ia bertanya pada saudarinya,
Hafṣah, tentang hal tersebut. Maka Hafṣah mengabarkan bahwa Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa salat dua rakaat yang singkat
setelah fajar terbit. Dua rakaat tersebut adalah salat sunah rawatib
salat Subuh. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih dengan seluruh
riwayat-riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3062 |
|
Hadith 139 الحديث
الأهمية: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- إذا
قام من الليل يشوص فاه بالسواك
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- biasa menggosok mulutnya dengan siwak ketika bangun pada malam
hari |
عن حذيفة بن اليمان -رضي الله عنهما-
قال: «كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- إِذَا قَام من اللَّيل يُشُوصُ
فَاهُ بِالسِّوَاك».
Dari Hużaifah bin Al-Yamān
-raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- biasa menggosok mulutnya dengan siwak ketika bangun pada malam
hari."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
من محبة النبي -صلى الله عليه وسلم-
للنظافة وكراهته للرائحة الكريهة أنه كان إذا قام من نوم الليل الطويل الذي
هو مظنة تغير رائحة الفم دلك أسنانه -صلى الله عليه وسلم- بالسواك، ليقطع
الرائحة، ولينشط بعد مغالبة النوم على القيام؛ لأنَّ من خصائص السواك أيضا
التنبيه والتنشيط.
Di antara bentuk kecintaan Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap kebersihan dan ketidaksukaannya
kepada bau tidak sedap adalah apabila beliau bangun dari tidur malam
yang panjang yang merupakan masa terjadinya perubahan bau mulut, maka
beliau menggosok giginya dengan siwak untuk menghilangkan bau dan
membuatnya bersemangat setelah tidur nyenyak yang biasanya melalaikan
qiyamullail. Sebab, di antara kekhususan siwak adalah membuat terjaga
dan semangat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3063 |
|
Hadith 140 الحديث
الأهمية: شكي إلى النبي -صلى الله عليه وسلم-
الرجل يخيَّل إليه أنه يجد الشيء في الصلاة، فقال: لا ينصرف حتى يسمع
صوتًا، أو يجد ريحًا
Tema: Dilaporkan kepada Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- tentang seorang laki-laki yang seolah-olah mendapati
sesuatu (kentut) ketika salat, maka beliau bersabda, “Dia tidak perlu
membatalkan salatnya sampai dia mendengar suara atau mencium bau". |
عن عبد الله بن زيد بن عاصم المازني
-رضي الله عنه- قال: (شُكِيَ إلى النبيِّ -صلى الله عليه وسلم- الرَّجلُ
يُخَيَّلُ إِليه أنَّه يَجِد الشَّيء في الصَّلاة، فقال: لا ينصرف حتَّى
يَسمعَ صَوتًا، أو يَجِد رِيحًا).
Tema: Dari Abdullah bin Zaid bin 'Āshim
al-Māzini -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Dilaporkan kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang seorang laki-laki yang
seolah-olah mendapati sesuatu (kentut) ketika salat, maka beliau
bersabda, “Dia tidak perlu membatalkan salatnya sampai dia mendengar
suara atau mencium bau".
Penjelasan Hadits بيان الحديث
هذا الحديث- كما ذكر النووي -رحمه الله-
من قواعد الإسلام العامة وأصوله التي تبنى عليها الأحكام الكثيرة الجليلة،
وهي أن الأصل بقاء الأشياء المتيقنة على حكمها، فلا يعدل عنها لمجرد الشكوك
والظنون، سواء قويت الشكوك، أو ضعفت، مادامت لم تصل إلى درجة اليقين أو
غلبة الظن، وأمثلة ذلك كثيرة لا تخفى، ومنها هذا الحديث، فما دام الإنسان
متيقنا للطهارة، ثم شك في الحدث فالأصل بقاء طهارته، وبالعكس فمن تيقن
الحدث، وشك في الطهارة فالأصل بقاء الحدث، ومن هذا الثياب والأمكنة، فالأصل
فيها الطهارة، إلا بيقين نجاستها، ومن ذلك عدد الركعات في الصلاة، فمن تيقن
أنه صلى ثلاثًا مثلًا، وشك في الرابعة، فالأصل عدمها، وعليه أن يصلي ركعة
رابعة، ومن ذلك من شك في طلاق زوجته فالأصل بقاء النكاح، وهكذا من المسائل
الكثيرة التي لا تخفى.
Hadis ini, sebagaimana diungkapkan
oleh Imam Nawawi -rahimahullah-, termasuk kaidah umum dan prinsip dasar
ajaran Islam yang menjadi landasan banyak hukum. Yakni, prinsip tetapnya
sesuatu yang telah diyakini berada dalam hukumnya, tidak beralih dari
hukum tersebut hanya disebabkan keraguan atau dugaan, baik keraguan
tersebut kuat atau lemah, selagi tidak mencapai tingkatan yakin atau
asumsi kuat. Contohnya banyak sekali, di antaranya hadis ini. Selagi
seseorang yakin telah bersuci kemudian ia ragu terhadap kemunculan
hadas, maka prinsipnya kesucian tersebut masih ada. Sebaliknya, siapa
yakin telah berhadas dan ia ragu telah bersuci atau belum, maka
prinsipnya hadas tersebut masih ada. Termasuk dalam hal ini adalah baju
dan tempat; hukum asalnya adalah suci kecuali diyakini telah terkena
najis. Juga jumlah rakaat dalam salat; siapa yakin telah salat tiga
rakaat, misalnya, dan ragu sudah mengerjakan rakaat keempat atau belum,
maka prinsipnya rakaat keempat ini belum ditunaikan dan ia harus
mengerjakan rakaat keempat. Termasuk juga orang yang ragu telah
menceraikan istrinya atau belum, maka hukum asalnya pernikahan masih ada
(belum cerai). Demikianlah, masih banyak lagi masalah-masalah lainnya
yang tak tersembunyi. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3064 |
|
Hadith 141 الحديث
الأهمية: أمرني رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- أن أقوم على بدنه، وأن أتصدق بلحمها وجلودها
وأجلتها، وأن لا أعطي الجزار منها شيئًا
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menyuruhku mengurus unta-unta (kurban) beliau, menyedekahkan
dagingnya, kulitnya dan apa yang dikenakannya, serta aku tidak boleh
memberi jagal sedikit pun darinya. |
عن علي بن أبي طالب -رضي الله عنه- قال:
«أَمَرَنِي رَسُول اللَّهِ -صلَّى الله عليه وسلَّم- أَن أَقُومَ عَلَى
بُدْنِهِ، وَأَن أَتَصَدَّقَ بِلَحمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا،
وَأَن لا أُعْطِيَ الجَزَّارَ مِنهَا شَيْئًا».
Dari Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu
'anhu- mengatakan, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memerintahku mengurus unta-unta (kurban) beliau, menyedekahkan
dagingnya, kulitnya dan apa yang dipakainya, serta aku tidak boleh
memberi jagal sedikit pun darinya.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قَدِمَ النبي -صلى الله عليه وسلم- مكة
في حجة الوداع ومعه هديه وقدم علي بن أبى طالب -رضي الله عنه- من اليمن،
ومعه هدي، وبما أنها صدقة للفقراء والمساكين، فليس لمهديها حق التصرف بها،
أو بشيء منها على طريقة المعاوضة، فقد نهاه أن يعطي جازرها منها، معاوضة له
على عمله، وإنما أعطاه أجرته من غير لحمها وجلودها وأجلتها.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
tiba di Makkah dalam peristiwa Haji Wadak dan beliau membawa binatang
kurban (hadyu). Sementara itu Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu- tiba
dari Yaman dan ia juga membawa binatang kurban (hadyu). Karena binatang
ini adalah sedekah untuk kaum fakir dan miskin, maka orang yang
berkurban tidak memiliki hak mengelolanya atau sesuatu darinya dengan
cara tukar menukar. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang
Ali memberi penjagalnya sesuatu dari binatang tersebut sebagai
kompensasi pekerjaannya. Ali hanya boleh memberinya upah dari selain
daging, kulit dan pakaian hewan kurban tersebut. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3065 |
|
Hadith 142 الحديث
الأهمية: إذا أُقِيمت الصلاة وحضر العَشاء
فابدأوا بالعَشاء
Tema: Apabila salat sudah ditegakkan dan
makan malam sudah dihidangkan, maka mulailah dengan makan malam! |
عن عائشة وعبد الله بن عمر وأنس بن مالك
-رضي الله عنهم- مرفوعاً: «إِذَا أُقِيمَت الصَّلاَة، وحَضَرَ العَشَاء،
فَابْدَءُوا بِالعَشَاء».
Dari Aisyah, Abdullah bin Umar, dan
Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhum- secara marfū': "Apabila salat sudah
ditegakkan dan makan malam sudah dihidangkan, maka mulailah dengan makan
malam!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
إذا أقيمت الصلاة، والطعام أو الشراب
حاضر، فينبغي البداءة بالأكل والشرب حتى تنكسر نهمة المصلي، ولا يتعلق ذهنه
به، ويقبل على الصلاة، وشرط ذلك عدم ضيق وقت الصلاة، ووجود الحاجة والتعلق
بالطعام، وهذا يؤكد كمال الشريعة ومراعاتها لحقوق النفس مع اليسر والسماحة.
Apabila salat sudah ditegakkan
sedangkan makanan atau minuman sudah dihidangkan, maka hendaknya dimulai
dengan makan dan minum hingga reda nafsu makan orang yang hendak salat
dan fikirannya tidak terpaut dengan makanan itu, serta ia bisa serius
menghadapi salat. Dengan syarat waktu salatnya tidak sempit, ada
keperluan, dan ketergantungan pada makanan. Ini menegaskan kesempurnaan
syariat dan perhatiannya terhadap hak-hak jiwa, disertai dengan
kemudahan dan keluwesan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih dengan seluruh
riwayat-riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3066 |
|
Hadith 143 الحديث
الأهمية: نزلت آية المتعة -يعني متعة الحج-
وأمرنا بها رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، ثم لم تنزل آية تنسخ آية متعة
الحج، ولم ينه عنها رسول الله -صلى الله عليه وسلم- حتى مات
Tema: Ayat tentang mut’ah turun –yakni haji
tamattu’- dan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan
kami untuk melakukannya, kemudian tidak ada satu ayat pun yang
menasakhkan ayat tentang haji tamattu’, dan Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- tidak pernah melarangnya sampai beliau wafat |
عن عمران بن حصين -رضي الله عنهما- قال:
«أُنْزِلَت آيَةُ المُتْعَةِ في كتاب اللَّه -تعالى-، فَفَعَلْنَاهَا مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-، وَلَم يَنْزِلْ قُرْآنٌ
يُحَرِّمُهَا، وَلَم يَنْهَ عَنهَا حَتَّى مات، قال رجل بِرَأْيِهِ مَا
شَاءَ»، قال البخاري: «يقال إنه عمر».
وفي
رواية: « نَزَلَت آيَةُ المُتْعَةِ -يَعْنِي مُتْعَةَ الحَجِّ- وَأَمَرَنا
بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-، ثُمَّ لَم تَنْزِل آيَةٌ
تَنْسَخُ آيَةَ مُتْعَةِ الْحَجِّ، وَلَمْ يَنْهَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- حَتَّى مَاتَ». ولهما بمعناه.
Dari ‘Imrān bin Huṣain -raḍiyallāhu
'anhumā- ia berkata, “Ayat tentang mut‘ah (haji tamattu') diturunkan
dalam Kitabullah, maka kami melakukannya bersama Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- dan tidak turun dalam Al-Qur`ān pengharamannya, tidak
pula beliau melarangnya hingga wafat, lalu seorang laki-laki mengatakan
berdasarkan pendapatnya apa yang ia kehendaki.” Al-Bukhari berkata,
“Dikatakan bahwa dia adalah Umar.” Dan di dalam suatu riwayat
disebutkan, “Ayat tentang mut’ah turun -yakni haji tamattu’- dan
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan kami untuk
melakukannya, kemudian tidak ada satu ayat pun yang menasakhkan ayat
tentang haji tamattu’ dan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
tidak pernah melarangnya sampai beliau wafat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ذكر عمران بن حصين -رضي الله عنهما-
المتعة بالعمرة إلى الحج، فقال: إنها شرعت بكتاب الله وسنة رسوله -صلى الله
عليه وسلم-، فأما الكتاب، فقوله -تعالى-: {فمن تمتع بالعمرة إلى الحج فما
استيسر من الهدي}. وأما السنة: ففعل النبي -صلى الله عليه وسلم- لها،
وإقراره عليها، ولم ينزل قرآن يحرمها، ولم ينه عنها رسول الله -صلى الله
عليه وسلم-، وتوفي النبي -صلى الله عليه وسلم-، وهي باقية لم تنسخ بعد هذا،
فكيف يقول رجل برأيه وينهى عنها؟ يشير بذلك إلى نهي عمر بن الخطاب -رضي
الله عنه- عنها في أشهر الحج؛ اجتهادا منه ليكثر زوار البيت في جميع العام؛
لأنهم إذا جاءوا بها مع الحج، لم يعودوا إليه في غير موسم الحج، وليس نهي
عمر -رضي الله عنه- للتحريم أو لترك العمل بالكتاب والسنة، وإنما هو منع
مؤقت للمصلحة العامة.
‘Imrān bin Ḥuṣain -raḍiyallāhu
'anhumā- menceritakan tentang haji tamattu’ yaitu melaksanakan umrah
terlebih dahulu kemudian haji. Lantas ia berkata, Sesungguhnya haji
tamattu’ itu disyariatkan dengan Kitabullah (Al-Qur`ān) dan sunah
Rasul-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Adapun dari Al-Qur`ān yaitu
firman Allah -Ta’ālā-, “Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah
sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) kurban
yang mudah didapat." Sedangkan dari Sunnah yaitu perbuatan Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan persetujuan beliau melakukan haji
tamattu’. Al-Qur`ān tidak pernah turun mengharamkannya, dan Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak pula melarangnya. Kemudian Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat, syariat tersebut tetap ada dan
tidak dinasakh setelah itu. Lalu bagaimana mungkin seseorang berucap
(berhujah) dengan pendapatnya dan melarang haji tamattu’? Ia
mengisyaratkan hal itu kepada larangan Umar bin Khaṭṭāb -raḍiyallāhu
'anhu- untuk tamattu’ pada bulan-bulan haji, sebagai suatu ijtihad dari
beliau agar pengunjung al-Bait (Ka’bah) bertambah banyak di sepanjang
tahun; karena jika mereka datang dengan berumrah pada musim haji, maka
mereka tidak akan dapat kembali meramaikan al-Bait (dengan umrah) pada
selain musim haji. Larangan Umar -raḍiyallāhu 'anhu- ini bukanlah untuk
tujuan pengharaman atau untuk meninggalkan beramal dengan Al-Qur`ān dan
Sunnah, namun sesungguhnya itu adalah larangan yang bersifat sementara
untuk tujuan kemaslahatan umum. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3067 |
|
Hadith 144 الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- بعث
بعثا إلى بني لحيان من هذيل، فقال: لينبعث من كل رجلين أحدهما، والأجر
بينهما
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengirim pasukan ke Bani Liḥyan dari kabilah Hużail. Lantas
beliau bersabda, "Hendaknya satu orang dari setiap dua orang berangkat ,
dan pahala dibagi di antara keduanya." |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- أنَّ
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- بَعَث بَعْثاً إلى بني لحيان من هُذَيل،
فقال: «لِيَنْبَعِث مِن كُلِّ رَجُلَين أَحَدُهُما، والأَجْرُ بَينهُما».
Dari Abu Sa`īd al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengirim pasukan
ke Bani Liḥyan dari kabilah Hużail. Lantas beliau bersabda, "Hendaknya
satu orang dari setiap dua orang berangkat (jihad), dan pahala dibagi di
antara keduanya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء في حديث أبي سعيد الخدري -رضي الله
عنه-، أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أراد أن يبعث جيشاً إلى بني
لحيان، وهم من أشهر بطون هذيل.
واتفق
العلماء على أن بني لحيان كانوا في ذلك الوقت كفاراً، فبعث إليهم بعثاً
يغزوهم، (فقال) لذلك الجيش: (لينبعث من كل رجلين أحدهما)، مراده من كل
قبيلة نصف عددها، (والأجر) أي: مجموع الأجر الحاصل للغازي والخالف له بخير
(بينهما)، فهو بمعنى قوله في الحديث قبله: «ومن خلف غازياً فقد غزا»، وفي
حديث مسلم: «أيكم خلف الخارج في أهله وماله بخير كان له مثل نصف أجر
الخارج»، بمعنى أن النبي -صلى الله عليه وسلم- أمرهم أن يخرج منهم واحد،
ويبقى واحد يخلف الغازي في أهله، فيقوم على شؤونهم واحتياجاتهم، ويكون له
نصف أجره؛ لأنَّ النصف الثاني للغازي.
Disebutkan dalam hadis Abu Sa'īd
al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- ini bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- ingin mengirimkan pasukan ke Bani Liḥyan, mereka ini anak
kabilah paling mashyur dari kabilah Hużail. Para ulama sepakat bahwa
Bani Liḥyan pada waktu itu masih kafir. Maka beliau mengirimkan pasukan
untuk memerangi mereka. "Maka beliau bersabda" kepada pasukan tersebut,
"Hendaknya satu orang dari setiap dua orang berangkat", maksudnya dari
setiap kabilah separuhnya berangkat. "Dan pahala" artinya, total pahala
yang dihasilkan milik orang yang berperang dan orang yang
ditinggalkannya (karena menjaga keluarganya) dengan baik (dibagi di
antara keduanya). Hadis ini semakna dengan sabda beliau dalam hadis
sebelumnya, "Siapa yang menggantikan orang yang beperang (mengurus
keluarganya) sungguh ia telah berperang." Dan dalam hadis Muslim, "Siapa
pun di antara kalian yang menggatikan orang yang keluar (berjuang fi
sabilillah) dalam mengurus keluarga dan hartanya dengan baik, ia
memperoleh separuh pahala orang yang keluar berjuang tersebut."
Maksudnya, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan mereka agar
satu orang berangkat dan satu orang tinggal untuk menggantikan orang
yang berperang ini dalam mengurus keluarganya, yakni mengurus berbagai
perkara dan kebutuhan mereka, dan ia mendapatkan separuh pahalanya,
karena separuhnya lagi milik orang yang berperang. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3068 |
|
Hadith 145 الحديث
الأهمية: فعن معادن العرب تسألوني؟ خيارهم في
الجاهلية خيارهم في الإسلام إذا فقهوا
Tema: Apakah kalian bertanya kepadaku
tentang orang-orang berkualitas dari bangsa Arab? Sesungguhnya
orang-orang terbaik dari mereka di masa jahiliyah adalah orang-orang
yang terbaik di masa Islam jika mereka memahami (Islam). |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال:
قِيلَ: يا رسُول الله، مَن أَكرم النَّاس، قال: اتقاهم، فقالوا: لَيس عن
هذا نَسأُلُك، قال: «فَيُوسُفُ نَبِيُّ الله ابنُ نَبِيِّ الله ابنِ
نَبِيِّ الله ابنِ خَلِيلِ اللهِ» قالوا: لَيس عَن هذا نَسأَلُك، قال:
«فعَن مَعَادِن العَرَب تسأَلُوني؟ خِيَارُهُم في الجاهِليَّة خِيَارُهُم
في الإِسلام إذا فَقُهُوا».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, Ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah manusia
paling mulia?" Beliau menjawab, "Orang yang paling bertakwa dari
mereka." Mereka berkata, "Bukan itu yang kami tanyakan." Beliau
bersabda, "Kalau begitu, manusia yang paling mulia adalah Yusuf Nabi
Allah, putra dari Nabi Allah, cucu dari Nabi Allah, putra dari kekasih
Allah (Ibrahim)." Mereka berkata, "Bukan itu yang kami tanyakan." Beliau
bersabda, "Apakah kalian bertanya kepadaku tentang orang-orang
berkualitas dari kalangan bangsa Arab? Sesungguhnya orang-orang terbaik
dari mereka di masa jahiliyah adalah orang-orang yang terbaik di masa
Islam jika mereka memahami (Islam)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في الحديث أنَّ أكرم الناس من حيث النسب
والمعادن والأصول، هم الخيار في الجاهلية، لكن بشرط إذا فقهوا، فمثلا بنو
هاشم من المعروف هم خيار قريش في الإسلام، لكن بشرط أن يفقهوا في دين الله،
وأن يتعلموا أحكامه، فإن لم يحصل لهم الفقه في الدين، فإنَّ شَرَف النَّسب
لا يشفع لصاحبه، وإن عَلاَ نسبه وكان من خيار العرب نسبا ومعدِنا، فإنَّه
ليس مِن أكرم الخلق عند الله، وليس مِن خيار الخلق، وعليه فالإنسان يشرف
بنسبه، لكن بشرط الفقه في الدين.
Dalam hadis ini (disebutkan) bahwa
manusia yang paling mulia dari segi keturunan, kualitas dan asal adalah
orang terbaik pada masa jahiliyah, tetapi dengan syarat jika mereka
memiliki pemahaman dalam urusan agama. Contohnya Bani Hasyim, mereka
diketahui sebagai klan Quraisy pilihan dalam Islam, tetapi dengan syarat
mereka memiliki pemahaman mendalam dalam urusan agama Allah dan
mempelajari hukum-hukumnya. Jika mereka tidak memiliki pemahaman agama,
maka kemuliaan garis keturunan tidak ada artinya bagi pemiliknya.
Meskipun seseorang memiliki nasab tinggi dan termasuk bangsa Arab
pilihan secara garis keturunan dan kualitas, maka dia tidak termasuk
manusia paling mulia di sisi Allah dan bukan pula manusia pilihan.
Dengan demikian, manusia bisa mulia dengan nasabnya, tetapi dengan
syarat paham dalam urusan agama. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3069 |
|
Hadith 146 الحديث
الأهمية: يعمد أحدكم فيجلد امرأته جلد العبد،
فلعله يضاجعها من آخر يومه
Tema: Salah seorang dari kalian marah lalu
mendera istrinya seperti mendera budak, padahal boleh jadi ia
menggaulinya di penghujung hari |
عن عبد الله بن زمعة -رضي الله عنه-
أنّه سمع النبي -صلى الله عليه وسلم- يخطب، وذكر الناقة والذي عقرها، فقال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إذِ انبَعَثَ أشقاها: انْبَعَثَ لَهَا
رجل عزِيز، عَارِم منيع في رَهطِه»، ثم ذكر النساء، فوعظ فيهنَّ، فقال:
«يَعمِد أحدكم فيجلد امرأته جلد العبد، فلعلَّه يُضَاجِعُهَا من آخر يومه»
ثمَّ وعظهم فِي ضَحِكِهم من الضَّرطَة، وقال: «لم يضحك أحدكم ممَّا
يفعل؟!».
Tema: Dari Abdulllah bin Zam'ah -raḍiyallāhu
'anhu- bahwa ia mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
berkhutbah. Beliau menyebutkan unta (Nabi saleh) dan orang yang
menyembelihnya. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengucapkan,
"Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, yaitu seorang
laki-laki yang perkasa, jahat perangainya dilindungi oleh kaumnya."
Kemudian beliau menyebut kaum wanita, beliau menasehati terkait diri
mereka. Beliau bersabda, "Salah seorang dari kalian marah lalu mendera
istrinya seperti mendera budak, padahal boleh jadi ia menggaulinya di
penghujung hari." Kemudian beliau menasehati mereka terkait tawa mereka
karena kentut, beliau bersabda, "Mengapa salah seorang kalian
menertawakan apa yang ia (sendiri juga) lakukan?".
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان -صلى الله عليه وسلم- يخطب، وسمعه
عبد الله بن زمعة، ومن جملة ما خطب أنه سمع النبي ذكر الناقة التي كانت
معجزة لنبي الله صالح -على نبينا وعليه أفضل الصلاة والسلام-، وكان من جملة
ما ذكره أيضا الذي عقرها، يقال له قُدَار بن سالف والذي كان أشقى القوم،
وجاء من أوصافه: أنه قليل المثل، شديد الإفساد، ذو منعة في قومه.
ثم
قال -عليه الصلاة والسلام- في خطبته: "يعمد أحدكم فيجلد امرأته جلد العبد"
وهو في العادة ضرب شديد، وفي سياق الحديث استبعاد وقوع الأمرين من العاقل،
أن يُبَالِغَ في ضرب امرأته ثم يجامعها من بقية يومه أو ليلته؛ والمجامعة
أو المضاجعة إنما تستحسن مع الميل والرغبة في العشرة، والمجلود غالباً ينفر
ممن جلده، فوقعت الإشارة إلى ذَمِّ ذلك، وأنه إذا كان ولا بد فليكن التأديب
بالضرب اليسير بحيث لا يحصل معه النفور التام، فلا يفرط في الضرب ولا يفرط
في التأديب.
ثم
(وعظهم) أي: حذَّرهم في (ضحكهم من الضرطة)؛ وذلك لأنه خلاف المروءة، ولما
فيه من هتك الحُرمة، وقال في تقبيح ذلك: (لِم يضحك أحدكم مما يفعل؟)؛ وذلك
لأنَّ الضحك إنما يكون من الأمر العجيب والشأن الغريب، يبدو أثره على
البشرة فيكون التبسم، فإن قوي وحصل معه الصوت كان الضحك، فإن ارتقى على ذلك
كانت القهقهة، وإذا كان هذا الأمر معتاداً من كل إنسان فما وجه الضحك من
وقوع ذلك ممن وقع منه؟.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- berkhutbah, dan Abdullah bin Zam'ah mendengarkannya. Di antara
khutbah yang beliau sampaikan, ia mendengar Nabi menyebut unta yang
menjadi mukjizat Nabi Ṣaleh -semoga ṣalawat dan salam yang terbaik
terlimpahkan pada Nabi kita dan Nabi saleh-. Juga di antara yang beliau
sebutkan adalah oknum yang menyembelih unta tersebut. Orang ini bernama
Qużār bin Salif, sosok yang paling celaka di antara kaumnya. Di antara
kriterianya adalah ia jarang ada padanannya, sangat suka berbuat
kerusakan, dan dilindungi oleh kaumnya. Kemudian Rasulullah -'alaihi
aṣsalatu wa as-salam- berkata dalam khutbahnya, "Salah seorang dari
kalian marah lalu mendera istrinya seperti mendera budak." Ini biasanya
pukulan keras. Konteks hadis mengungkapkan mustahil kedua perkara ini
terjadi dari orang yang berakal, yakni berlebihan memukul istrinya
kemudian menggaulinya di penghujung hari atau di malam harinya. Hubungan
intim suami istri hanya indah apabila disertai hasrat dan keinginan
mempergauli. Sementara orang yang didera biasanya benci pada orang yang
menderanya. Maka ini isyarat akan tercelanya perbuatan tersebut. Dan
bila memang pemukulan tersebut harus dilakukan, hendaknya memberi
pelajaran dengan memukul ringan, di mana tidak menimbulkan kebencian
besar. Jadi, tidak berlebihan dalam memukul juga tidak mengesampingkan
pemberian pelajaran. Kemudian "beliau menasihati mereka", yakni
memperingatkan mereka terkait "tertawa mereka karena kentut". Karena
perbuatan ini tidak sesuai dengan sifat orang yang terhormat, karena
menyinggung kehormatan (orang lain). Beliau bersabda mengecam tindakan
ini, “Mengapa salah seorang dari kalian menertawakan apa yang ia
(sendiri juga) lakukan?” Karena tertawa itu hanya pantas disebabkan
perkara aneh dan ganjil, yang pengaruhnya terlihat pada kulit sehingga
muncul senyum. Jika pengaruh ini kuat dan disertai suara maka disebut
tawa. Jika lebih dari hal itu disebut terbahak-bahak. Dan jika perkara
ini biasa dilakukan setiap orang, lantas apa alasan menertawakan
terjadinya perkara itu dari pelakunya? |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3070 |
|
Hadith 147 الحديث
الأهمية: لا يفرك مؤمن مؤمنة إن كره منها خلقا
رضي منها آخر.
أو قال:
غيره
Tema: Janganlah seorang Mukmin itu membenci
seorang Mukminah! Sebab, jika ia tidak senang satu perangai wanita itu,
tentunya ia menyukai perangai lainnya. Atau beliau bersabda,
"selainnya." |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«لاَ يَفْرَك مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَة إِنْ كَرِه مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ
مِنْهَا آخَر»، أو قال: «غَيرُه».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Janganlah seorang Mukmin itu membenci seorang Mukminah!
Sebab, jika ia tidak senang satu perangai wanita itu, tentunya ia
menyukai perangai lainnya." Atau beliau bersabda, "selainnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حديث أبي هريرة -رضي الله عنه- أن النبي
-صلى الله عليه وسلم- قال: "لا يفرك مؤمن مؤمنة، إن كره منها خلقًا رضي
منها خلقًا آخر" معناه: لا يبغضها لأخلاقها، إن كره منها خلقا رضي منه خلقا
آخر.
الفرك:
يعني البغضاء والعداوة، يعني لا يعادي المؤمن المؤمنة كزوجته مثلا، لا
يعاديها ويبغضها إذا رأى منها ما يكرهه من الأخلاق، وذلك لأن الإنسان يجب
عليه القيام بالعدل، وأن يراعي المعامل له بما تقتضيه حاله، والعدل أن
يوازن بين السيئات والحسنات، وينظر أيهما أكثر وأيهما أعظم وقعا، فيغلب ما
كان أكثر وما كان أشد تأثيرا؛ هذا هو العدل.
Hadis Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
bahwa Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah seorang
suami Mukmin itu membenci seorang Mukminah. Sebab, jika ia tidak senang
satu perangai wanita itu, tentunya ia menyukai perangai lainnya."
Artinya dia tidak boleh membencinya karena perangainya. Jika dia tidak
suka satu perangainya, pasti dia menyukai perangai lainnya. "Al-Farku"
artinya kebencian dan permusuhan. Artinya seorang Mukmin tidak boleh
memusuhi Mukminah, misalnya istrinya. Dia tidak boleh memusuhinya dan
membencinya jika dia melihat suatu perangai yang tidak disukainya.
Sebab, manusia itu harus berlaku adil dan memperlakukan orang yang
dipergaulinya sesuai dengan keadaannya. Adil adalah menimbang antara
keburukan dan kebaikan, melihat mana yang paling banyak dan mana yang
lebih besar dampaknya, lalu dia memilih hal yang paling banyak dan
paling dahsyat pengaruhnya. Itulah keadilan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3071 |
|
Hadith 148 الحديث
الأهمية: سألت ابن عباس عن المتعة ؟ فأمرني بها،
وسألته عن الهدي؟ فقال: فيه جزور، أو بقرة، أو شاة، أو شرك في دم، قال:
وكان ناس كرهوها
Tema: Aku bertanya kepada Ibnu Abbas tentang
haji tamattu', lalu dia menyuruhku untuk melakukannya. Dan aku bertanya
kepadanya tentang hadyu (sembelihan), dia menjawab, “hadyu (boleh
berupa) jazūr (unta), sapi, domba atau ikut bergabung (dalam sembelihan
tujuh orang). Dia (Abu Jamrah) berkata, “Orang-orang tidak menyukai
pelaksanaan haji dengan cara tamattu'”. |
عن أبي جَمرة -نصر بن عمران الضُّبَعي-
قال: «سألت ابن عباس عن المُتْعَةِ؟ فأمرني بها، وسألته عن الهَدْيِ؟ فقال:
فيه جَزُورُ، أو بقرةٌ، أو شَاةٌ، أو شِرْكٌ في دم، قال: وكان ناس كرهوها،
فنمت، فرأيت في المنام: كأن إنسانا ينادي: حَجٌّ مَبْرُورٌ، ومُتْعَةٌ
مُتَقَبَّلَةٌ. فأتيت ابن عباس فحدثته، فقال: الله أكبر! سُنَّةُ أبي
القاسم -صلى الله عليه وسلم-».
Dari Abu Jamrah –Naṣr bin Imrān
Aḍ-Ḍuba'iy-, ia berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Abbas tentang haji
tamattu', lalu dia menyuruhku untuk melakukannya. Dan aku bertanya
kepadanya tentang hadyu (sembelihan), dia menjawab, “hadyu (boleh
berupa) jazūr (unta), sapi, domba atau ikut bergabung dalam sembelihan
tujuh orang. Dia (Abu Jamrah) berkata, “Orang-orang tidak menyukai
pelaksanaan haji dengan cara tamattu'”. Kemudian akupun tertidur dan
bermimpi seakan ada seseorang yang memanggil seraya berkata, “Haji yang
mabrur dan tamattu' yang diterima”, lalu aku bergegas mendatangi Ibnu
Abbas dan aku sampaikan hal tersebut. Kemudian dia berkata, "Allahu
Akbar, sunnahnya Abul Qāsim -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
سأل أبو جمرة ابن عباس -رضي الله عنهما-
عن التمتع بالعمرة إلى الحج، فأمره بها، ثم سأله عن الهدي المقرون معها في
الآية في قوله -تعالى- {فمن تمتع بالعمرة إلى الحج فما استيسر من الهدي}،
فأخبره أنه جزور، وهي أفضله، ثم بقرة، ثم شاة، أو سُبع البدنة أو البقرة،
أي: أن يشترك مع من اشتركوا فيهما للهدي أو الأضحية، حتى يبلغ عددهم سبعة.
فكأن
أحدا عارض أبا حمزة في تمتعه، فرأى هاتفا يناديه في المنام "حج مبرور،
ومتعه متقبلة" فأتى ابن عباس -رضي الله عنهما-؛ ليبشره بهذه الرؤيا
الجميلة، ولما كانت الرؤيا الصالحة جزءا من أجزاء النبوة، فرح ابن عباس
-رضي الله عنهما- بها واستبشر أن وفقه الله -تعالى- للصواب، فقال:
الله أكبر، هي سنة أبى القاسم -صلى الله عليه وسلم-.
Abu Jamrah bertanya kepada Ibnu Abbas
-raḍiyallāhu 'anhumā- tentang pelaksanaan haji tamattu' dengan berumrah
terlebih dahulu sebelum haji. Kemudian Ibnu Abbas menyuruhnya untuk
melakukannya. Lalu dia bertanya tentang hadyu (sembelihan) yang harus
dilakukan dalam berhaji dengan cara tamattu' sebagaimana yang dijelaskan
dalam firman Allah –Ta'ālā-, yang artinya, “maka bagi siapa yang ingin
mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia
menyembelih) korban yang mudah didapat”. Maka Ibnu Abbas memberitahunya
bahwa hadyu itu dapat berupa jazūr (unta) -ini adalah yang paling
utama-, kemudian sapi, kambing/domba atau sepertujuh unta atau sapi,
yakni ikut bergabung bersama-sama menyembelih unta atau sapi, baik itu
untuk hadyu ataupun uḍḥiyah (berkurban), sehingga jumlah mereka menjadi
tujuh orang. Lalu ada seseorang yang menyelisihi Abu Jamrah dalam hal
tamattu' yang ia lakukan, kemudian dia bermimpi dan melihat seseorang
memanggil seraya berkata, “Haji yang mabrur dan tamattu' yang diterima”.
Ia pun mendatangi Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā- untuk memberitahukan
kepadanya tentang berita gembira dalam mimpi yang indah tersebut, dan
ketika mimpi baik itu adalah sebagian dari tanda kenabian, Ibnu Abbas
-raḍiyallāhu 'anhumā- merasa senang dengannya, serta bergembira atas
taufik yang diberikan Allah –Ta'ālā- kepada dirinya untuk suatu
kebenaran, lalu dia berkata, "Allahu Akbar, itu adalah sunah Abul Qasim
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3072 |
|
Hadith 149 الحديث
الأهمية: لأَكُونَنَّ بَوَّابَ رسُول الله -صلَّى
الله عليه وسلَّم- اليَومَ، فجَاءَ أَبُو بَكر -رضِيَ الله عنْهُ- فَدَفَعَ
البَابَ، فقُلتُ: مَنْ هَذَا؟ فَقَالَ: أَبُو بَكْرٍ، فقُلتُ: عَلَى
رِسْلِكَ، ثُمَّ ذَهَبتُ، فَقُلْتُ: يَا رسُولَ الله، هَذَا أبُو بكرٍ
يَسْتَأذِنُ، فقَالَ: ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالجَنَّةِ
Tema: Aku akan menjadi penjaga pintu
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hari ini. Lantas datang Abu
Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- lalu ia mendorong pintu. Aku bertanya, "Siapa
ini?" Ia menjawab, "Abu Bakar." Aku katakan, "Sebentar." Selanjutnya aku
pergi lalu aku katakan, "Wahai Rasulullah, ini Abu Bakar datang meminta
izin (masuk)." Beliau bersabda, "Izinkan dia dan berilah kabar gembira
Surga untuknya." |
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه-
أَنَّهُ تَوَضَّأ في بيتِهِ، ثُمَّ خَرَج، فقَال: لَأَلْزَمَنَّ رسُول الله
-صلَّى الله علَيه وسلَّم- ولَأَكُونَنَّ مَعَهُ يَومِي هَذَا، فَجَاءَ
الْمَسْجِدَ، فَسَألَ عَنِ النبيِّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- فَقَالُوا
وَجَّهَ هَاهُنَا، قال: فَخَرَجْتُ عَلَى أَثَرِهِ أَسأَلُ عنْهُ، حتَّى
دخَلَ بِئْرَ أَرِيسٍ، فَجَلَستُ عِندَ البَابِ حتَّى قَضَى رسُولُ الله
-صلَّى الله عليه وسلَّم- حَاجَتَهُ وَتَوَضَّأ، فَقُمتُ إِلَيهِ، فَإِذَا
هُوَ قَدْ جَلَسَ عَلَى بِئْرِ أَرِيسٍ وَتَوَسَّطَ قُفَّهَا، وكَشَفَ عَنْ
سَاقَيهِ وَدلَّاهُمَا فِي البِئرِ، فَسَلَّمتُ علَيه ثُمَّ انْصَرَفْتُ،
فَجَلَسْتُ عِند البَابِ، فقُلتُ: لأَكُونَنَّ بَوَّابَ رسُول الله -صلَّى
الله عليه وسلَّم- اليَومَ، فجَاءَ أَبُو بَكر -رضِيَ الله عنْهُ- فَدَفَعَ
البَابَ، فقُلتُ: مَنْ هَذَا؟ فَقَالَ: أَبُو بَكْرٍ، فقُلتُ: عَلَى
رِسْلِكَ، ثُمَّ ذَهَبتُ، فَقُلْتُ: يَا رسُولَ الله، هَذَا أبُو بكرٍ
يَسْتَأذِنُ، فقَالَ: «ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالجَنَّةِ» فَأَقْبَلْتُ
حتَّى قُلتُ لَأَبِي بَكْرٍ: ادْخُلْ وَرَسُولُ الله -صلَّى الله عليه
وسلَّم- يُبَشِّرُكَ بِالْجَنَّةِ، فَدَخَلَ أَبُو بَكرٍ حَتَّى جَلَسَ عَن
يَمِينِ النبيِّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- مَعَهُ فِي القُفِّ، ودَلَّى
رِجْلَيهِ فِي البِئْرِ كَمَا صَنَعَ رَسُولُ الله -صلَّى الله عليه
وسلَّم- وَكَشَفَ عَنْ سَاقَيهِ، ثُمَّ رَجَعْتُ وَجَلَسْتُ، وَقَدْ
تَرَكْتُ أَخِي يَتَوَضَّأ وَيَلْحَقُنِي، فَقُلْتُ: إِنْ يُرِدِ اللهُ
بِفُلاَنٍ - يُريِدُ أَخَاهُ - خَيرًا يَأتِ بِهِ، فَإِذَا إِنسَانٌ
يُحَرِّكُ البَّابَ، فقُلتُ: مَنْ هَذَا؟ فقَالَ: عُمَرُ بن الخَطَّابِ،
فقُلتُ: عَلَى رِسْلِكَ، ثُمَّ جِئْتُ إِلَى رسُول الله -صلَّى الله عليه
وسلَّم- فَسَلَّمْتُ عَلَيهِ وقُلْتُ: هَذَا عُمَرُ يَسْتَأْذِنُ؟ فَقَال:
«ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالجَنَّةِ» فَجِئْتُ عُمَرَ، فَقُلتُ: أَذِنَ
وَيُبَشِّرُكَ رَسُولُ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- بِالجَنَّةِ،
فَدَخَلَ فَجَلَسَ مَعَ رسُولِ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- فِي القُفِّ
عَنْ يَسَارِهِ وَدَلَّى رِجْلَيهِ فِي البِئْرِ، ثُمَّ رَجَعْتُ
فَجَلَسْتُ، فَقُلتُ: إِن يُرِدِ اللهُ بِفُلاَنٍ خَيرًا -يعنِي أَخَاهُ-
يَأتِ بِهِ، فَجَاءَ إِنسَانٌ فَحَرَّكَ البَابَ، فقُلتُ: مَنْ هَذَا؟
فقَالَ: عُثمَانُ بنُ عَفَّان، فقُلتُ: عَلَى رِسْلِكَ، وَجِئتُ النبِيَّ
-صلَّى الله عليه وسلَّم- فَأَخبَرتُهُ، فقَالَ: «ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرهُ
بِالجَنَّةِ مَعَ بَلوَى تُصِيبُهُ» فَجِئتُ، فقُلتُ: ادْخُل وَيُبَشِّرُكَ
رسُول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- بِالجَنَّةِ مَعَ بَلوَى تُصِيبُكَ،
فَدَخَلَ فَوَجَدَ القُفَّ قَدْ مُلِئَ، فَجَلَسَ وِجَاهَهُم مِنَ الشِقِّ
الآخَرِ.
قال
سعيد بنُ الْمُسَيِّبِ: فَأَوَّلْتُهَا قُبُورَهُم.
وزاد
في رواية: وَأَمَرَنِي رسُول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- بِحفظِ البابِ،
وفيها: أنَّ عُثمَانَ حِينَ بَشَّرَهُ حَمِدَ الله -تَعَالَى-، ثُمَّ
قَالَ: اللهُ الْمُسْتَعَانُ.
Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu
'anhu- bahwa ia berwudu di rumahnya kemudian keluar. Lalu ia berkata,
"Aku akan menemani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan aku
akan bersamanya di hariku ini." Lantas ia mendatangi masjid lalu
menanyakan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Orang-orang menjawab,
"Beliau keluar ke arah sana." Ia berkata, "Aku pun keluar mengejarnya,
aku menanyakannya sampai beliau masuk ke sumur Arīs. Aku duduk di dekat
pintu hingga Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyelesaikan
keperluannya dan berwudu. Aku pun berdiri menghampiri beliau. Ternyata
beliau sedang duduk di atas sumur Arīs, di tengah-tengah tepinya. Beliau
menyingkapkan kedua betisnya dan menjulurkan keduanya ke dalam sumur.
Aku mengucapkan salam kepada beliau lalu kembali lagi duduk di dekat
pintu. Aku berkata, "Aku akan menjadi penjaga pintu Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hari ini. Lantas datang Abu Bakar
-raḍiyallāhu 'anhu- lalu ia mendorong pintu. Aku bertanya, "Siapa ini?"
Ia menjawab, "Abu Bakar." Aku katakan, "Sebentar." Selanjutnya aku pergi
(menemui Nabi) lalu aku katakan, "Wahai Rasulullah, ini Abu Bakar datang
meminta izin (masuk)." Beliau bersabda, "Izinkan dia dan berilah kabar
gembira berupa Surga untuknya." Lalu aku datang menghampirinya hingga
aku berkata kepada Abu Bakar, "Masuklah, dan Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memberimu kabar gembira berupa Surga." Abu Bakar
masuk lalu duduk di samping kanan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di
tepi sumur dan menjulurkan kedua kakinya ke dalam sumur seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- serta
menyingkapkan kedua betisnya. Kemudian aku kembali ke tempat dan duduk,
dan aku membiarkan saudaraku berwudu serta menyusulku. Aku berkata,
"Jika Allah menghendaki kebaikan untuk seseorang -yaitu saudaranya- Dia
pasti mendatangkannya. Tiba-tiba ada seseorang menggerak-gerakkan pintu.
Aku pun bertanya, "Siapa ini?" Ia menjawab, "Umar bin Al-Khaṭṭāb." Aku
berkata, "Sebentar." Kemudian aku mendatangi Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- lalu mengucapkan salam kepadanya dan berkata, "Ini
Umar meminta izin." Beliau bersabda, "Berilah ia izin dan berilah ia
kabar gembira berupa Surga." Aku pun mendatangi Umar lalu berkata,
"Beliau telah memberi izin dan memberimu kabar gembira berupa Surga."
Lantas Umar masuk lalu duduk bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- di tepi sumur, di sebelah kiri beliau, dan menjulurkan kedua
kakinya ke dalam sumur. Selanjutnya aku kembali dan duduk. Aku berkata,
"Jika Allah menghendaki kebaikan untuk seseorang -maksudnya saudaranya-
pasti Dia mendatangkannya. Tiba-tiba datang seseorang lalu
menggerak-gerakkan pintu. Aku pun bertanya, "Siapa ini?" Ia menjawab,
"Uṡmān bin 'Affān." Aku berkata, "Sebentar." Aku mendatangi Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu mengabarkan kedatangannya kepada
beliau. Beliau bersabda, "Berilah ia izin dan berilah ia kabar gembira
berupa Surga beserta bencana yang menimpanya." Aku pun mendatangi Uṡmān
lalu berkata, "Masuklah dan beliau memberimu kabar gembira berupa Surga
beserta bencana yang akan menimpamu." Uṡmān masuk dan mendapati tepi
sumur sudah penuh, maka dia pun duduk di hadapan mereka di sisi
lainnya." Sa'īd bin Al-Musayyab berkata, "Aku menakwilkannya sebagai
posisi kubur mereka." Dalam sebuah riwayat, Abu Musa menambahkan,
"Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkanku untuk menjaga
pintu." Dalam riwayat itu disebutkan bahwa ketika Uṡmān diberi kabar
gembira tersebut, dia memuji Allah -Ta'ālā- lalu berkata, "Allah tempat
meminta pertolongan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء في حديث أبي موسى الأشعري -رضي الله
عنه- أنَّه في يوم من الأيام توضَّأ في بيته وخرج يطلب النبي -صلى الله
عليه وسلم- ويقول: لألزمن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يومي هذا، أي:
أكون معه ذاهبا وآتيا.
فخرج
-رضي الله عنه- يطلب النبي -صلى الله عليه وسلم- فأتى المسجد؛ لأنَّ الرسول
عليه الصلاة والسلام إمَّا في المسجد وإمَّا في بيته في مِهنة أهله، وإمَّا
في مصالح أصحابه -عليه الصلاة والسلام-، فلم يجده في المسجد فسأل عنه
فقالوا: وجَّه هاهنا، وأشاروا إلى ناحية أريس وهي بئر حول قباء، فخرج أبو
موسى في إثره حتى وصل إلى البئر، فوجد النبي -صلى الله عليه وسلم- هنالك
فلزم باب البستان الذي فيه البئر -رضي الله عنه-.
فقضى
النبي -صلى الله عليه وسلم- حاجته وتوضأ ثم جلس -عليه الصلاة والسلام-
متوسطا للقف أي حافة البئر، ودلَّى رجليه، وكشف عن ساقيه، وكان أبو موسى
على الباب يحفظ باب البئر كالحارس لرسول الله -صلى الله عليه وسلم-،
فاستأذن أبو بكر -رضي الله عنه-، لكن لم يأذن له أبو موسى حتى يخبر النبي
-صلى الله عليه وسلم-، فقال للنبي -صلى الله عليه وسلم-: هذا أبو بكر
يستأذن، فقال: "ائذن له وبشِّره بالجنة"، فأذن له وقال له: يبشرك رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- بالجنة.
وهذه
بشارة عظيمة، يبشره بالجنة ثم يأذن له أن يدخل ليكون مع الرسول -صلى الله
عليه وسلم-.
فدخل ووجد
النبي -صلى الله عليه وسلم- متوسطا القف فجلس عن يمينه؛ لأن النبي -صلى
الله عليه وسلم- يعجبه التيامن في كل شيء، فجلس أبو بكر عن يمينه وفعل مثل
فعل النبي -صلى الله عليه وسلم-؛ دلَّى رجليه في البئر، وكشف عن ساقيه
كراهة أن يخالف النبي -صلى الله عليه وسلم-، في هذه الجلسة.
فقال أبو
موسى -وكان قد ترك أخاه يتوضأ ويلحقه- إن يرد الله به خيرا يأت به، وإذا
جاء واستأذن فقد حصل له أن يبشر بالجنة، ولكن استأذن الرجل الثاني، فجاء
أبو موسى إلى الرسول -عليه الصلاة والسلام- وقال هذا عمر قال: "ائذن له
وبشره بالجنة"، فأذن له وقال له: يبشرك رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
بالجنة.
فدخل فوجد
النبي -صلى الله عليه وسلم- وأبا بكر على القف، فجلس عن يسار الرسول -عليه
الصلاة والسلام- والبئر ضيقة، ليست واسعة فهؤلاء الثلاثة كانوا في جانب
واحد.
ثم استأذن
عثمان وصنع أبو موسى مثل ما صنع من الاستئذان فقال النبي -صلى الله عليه
وسلم-: "ائذن له وبشره بالجنة مع بلوى تصيبه"، فأذن له وقال: يبشرك الرسول
-صلى الله عليه وسلم- بالجنة مع بلوى تصيبك، فاجتمع في حقه نعمة وبلوى،
فقال -رضي الله عنه-: الحمد لله، الله المستعان، على هذه البلوى، والحمد
لله على هذه البشرى، فدخل فوجد القف قد امتلأ؛ لأنَّه ليس واسعا كثيرا فذهب
إلى الناحية الأخرى تجاههم، وجلس فيها ودلى رجليه وكشف عن ساقيه.
أوَّلها
سعيد بن المسيب -أحد كبار التابعين- على أنها قبور هؤلاء؛ لأن قبور الثلاثة
كانت في مكان واحد، فالنبي -صلى الله عليه وسلم- أبو بكر وعمر كلهم كانوا
في حجرة واحدة، دُفِنُوا جميعا في مكان واحد، وكانوا في الدنيا يذهبون
جميعا ويرجعون جميعا، ودائما يقول النبي -صلى الله عليه وسلم-: ذهبت أنا
وأبو بكر وعمر، وجئت أنا وأبو بكر وعمر، فهما صاحباه ووزيراه، ويوم القيامة
يخرجون من قبورهم جميعا، فهم جميعا في الدنيا والآخرة.
فجلس
عثمان -رضي الله عنه- تجاههم، وبشَّره -صلى الله عليه وسلم- بالجنَّة مع
بلوى تصيبه، وهذه البلوى هي ما حصل له -رضي الله عنه- من اختلاف الناس عليه
وخروجهم عليه، وقتلهم إِيَّاه في بيته -رضي الله عنه-، حيث دخلوا عليه في
بيته في المدينة وقتلوه وهو يقرأ القرآن، وكتاب الله بين يديه.
Dalam hadis Abu Musa Al-Asy'ari
-raḍiyallāhu 'anhu- dikemukakan bahwa pada suatu hari dia berwudu di
rumahnya dan keluar mencari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- seraya
berkata, "Aku akan menemani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pada hariku ini." Yakni, aku akan bersamanya pergi dan pulang. Abu Musa
Al-Asy'ari -raḍiyallāhu 'anhu-keluar mencari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- lalu mendatangi masjid, karena Rasulullah -'alaihi aṣṣalātu wa
as-salām- bisa berada di masjid, bisa juga di rumahnya sedang melakukan
pekerjaan keluarganya, dan bisa juga sedang mengurus keperluan-keperluan
para sahabatnya -'alaihi aṣṣalātu wa as-salām-. Ternyata dia tidak
menemukan beliau di masjid. Lantas ia bertanya tentang beliau.
Orang-orang menjawab, "Beliau pergi ke arah sana." Mereka memberi
isyarat ke arah Arīs, yaitu sumur di sekitar Quba. Abu Musa pergi
menyusul beliau hingga tiba di sumur lalu menemukan Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- di sana, ia pun diam di pintu kebun yang ada sumurnya
itu. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menunaikan keperluannya dan
berwudu, lalu Nabi -'alaihi aṣṣalātu wa as-salām- duduk di tengah-tengah
tepi sumur, yaitu sisi sumur, dan menjulurkan kedua kakinya sambil
menyingkapkan kedua betisnya. Sedangkan Abu Musa berada di dekat pintu
untuk menjaga pintu sumur itu laksana penjaga Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-. Tiba-tiba Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- meminta izin
(masuk). Abu Musa tidak memberinya izin sampai memberitahukan terlebih
dahulu kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Dia berkata kepada
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Ini Abu Bakar meminta izin."
Beliau bersabda, "Berilah ia izin dan sampaikan kabar gembira kepadanya
berupa Surga." Ia pun memberinya izin sambil berkata kepadanya,
"Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberimu kabar gembira
berupa Surga." Ini merupakan kabar gembira yang agung. Ia memberinya
kabar gembira berupa Surga lalu memberinya izin untuk masuk agar bisa
bersama Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Abu Bakar masuk dan
menemukan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sedang berada di
tengah-tengah tepi sumur. Ia pun duduk di sebelah kanannya karena Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- suka (mendahulukan) kanan dalam segala
sesuatu. Abu Bakar duduk di sebelah kanan beliau dan melakukan seperti
yang Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lakukan; dia menjulurkan kedua
kakinya di dalam sumur, serta menyingkap kedua betisnya karena tidak
suka menyelisihi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam duduk
tersebut. Abu Musa -yang meninggalkan saudaranya berwudu dan hendak
menyusulnya- berkata, "Jika Allah menghendaki kebaikan untuk
(saudaranya), niscaya Dia mendatangkannya." Jika dia datang dan meminta
izin maka dia memperoleh kabar gembira berupa Surga. Akan tetapi datang
lelaki kedua yang meminta izin. Abu Musa pun datang kepada Rasul
-'alaihi aṣṣalātu wa as-salām- sambil berkata, "Ini Umar." Beliau
bersabda, "Berilah ia izin dan berilah ia kabar gembira berupa Surga."
Dia pun memberinya izin dan berkata kepadanya, "Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memberimu kabar gembira berupa Surga." Umar masuk dan
mendapati Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan Abu Bakar di tepi
sumur. Ia pun duduk di sisi kiri Rasul -`alaihi aṣsalatu wa as-salam-
sedangkan sumur itu sempit, tidak luas. Ketiga orang itu berada di satu
sisi. Selanjutnya Uṡmān meminta izin. Abu Musa pun meminta izin (kepada
Nabi) sebagaimana yang dilakukannya. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Berilah ia izin dan berilah ia kabar gembira berupa Surga
beserta musibah yang akan menimpanya." Ia pun memberinya izin sambil
berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberimu kabar
gembira berupa Surga beserta musibah yang akan menimpamu." Dengan
demikian, dia akan mendapatkan Surga dan musibah. Uṡmān -raḍiyallāhu
'anhu- berujar, "Segala puji hanya milik Allah. Allah tempat meminta
pertolongan atas musibah ini, dan segala puji hanya milik Allah atas
kabar gembira ini." Dia pun masuk lalu mendapati sisi sumur sudah penuh
karena sisi tersebut tidak terlalu luas. Ia pun menuju ke arah lain di
hadapan mereka dan duduk di sana, menjulurkan kedua kakinya, dan
menyingkap kedua betisnya. Sa'īd bin Al-Musayyab -seorang pembesar
tabiin- menakwilkannya bahwa itu adalah posisi kuburan mereka. Sebab,
kuburan ketiga orang itu berada di satu tempat; Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam-, Abu Bakar dan Umar. Semuanya dalam satu ruangan. Mereka
semua dikuburkan dalam satu tempat. Dulu mereka di dunia pergi bersama
dan pulang bersama. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- senantiasa
bersabda, "Aku pergi bersama Abu Bakar dan Umar, dan aku datang bersama
Abu Bakar dan Umar." Keduanya adalah dua sahabat dan penolong beliau.
Pada hari kiamat kelak, mereka akan bangkit dari kuburnya bersama-sama.
Dengan demikian, mereka itu bersama-sama di dunia dan akhirat. Lantas
Uṡmān -raḍiyallāhu 'anhu- duduk di hadapan mereka. Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memberinya kabar gembira berupa Surga beserta musibah
yang akan menimpanya. Musibah ini adalah tindakan orang-orang yang
berselisih dengannya dan memberontak kepadanya, serta tindakan mereka
membunuhnya di rumahnya -raḍiyallāhu 'anhu-. Para pemberontak tersebut
masuk ke rumahnya di Madinah dan membunuhnya pada saat dirinya sedang
membaca Alquran dan Kitabullah berada di hadapannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3073 |
|
Hadith 150 الحديث
الأهمية: المرء مع من أحب
Tema: Seseorang itu bersama orang yang
dicintainya |
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه-
مرفوعاً: « المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ ».
وفي
رواية: قِيلَ لِلنبي -صلى الله عليه وسلم-: الرَّجُلُ يُحِبُّ القَوْمَ
وَلَمَّا يَلْحَق بهم؟ قال: « المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ».
عن
عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه- قال: جاء رجل إلى رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- فقال: يا رسول الله، كَيفَ تَقُولُ فِي رَجُلٍ أحَبَّ قَومًا
ولم يَلحَق بِهم؟ فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «المَرْءُ مَعَ
مَنْ أَحَبَّ».
Dari Abu Musa al-Asy`ari -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Seseorang itu bersama orang yang dicintainya."
Dalam riwayat lain disebutkan: "Bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- pernah ditanya, "Seseorang mencintai suatu kaum, padahal dia
belum pernah bertemu dengan mereka?" Beliau bersabda, "Seseorang itu
bersama orang yang dicintainya." Dari Abdullah bin Mas`ud -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu bertanya, "Wahai Rasulullah,
bagaimana pendapatmu mengenai seseorang yang mencintai suatu kaum,
padahal dia belum pernah bertemu dengan mereka?" Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- menjawab, "Seseorang itu bersama orang yang
dicintainya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الإنسان في الآخرة مع من أحبهم في
الدنيا.
الحديث
فيه الحث على قوة محبَّة الرسل والصالحين، واتباعهم بحسب مراتبهم، والتحذير
من محبة ضِدِّهم، فإنَّ المحبَّة دليل على قُوَّة اتصال المحب بمن يحبه،
ومناسبته لأخلاقه، واقتدائه به، فهي دليل على وجود ذلك، وهي أيضا باعثة على
ذلك، وأيضا من أحب الله تعالى، فإن نفس محبته من أعظم ما يُقرِّبه إلى
الله، فإن الله -تعالى- شكور، يعطي المتقرب أعظم من ما بذل بأضعاف مضاعفة.
وكون
المحِّب مع من أحب لا يستلزم مساواته له في منزلته وعلوّ مرتبته؛ لأن ذلك
متفاوت بتفاوت الأعمال الصالحة والمتَاجِر الرابحة، ذلك أنَّ المعية تحصل
بمجرد الاجتماع في شيء ما، ولا تلزم في جميع الأشياء، فإذا اتفق أنَّ
الجميع دخلوا الجنَّة صدقت المعية وإن تفاوتت الدرجات، فمن أحب رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- أو أحداً من المؤمنين كان معه في الجنة بحسن النية
لأنها الأصل، والعمل تابع لها ولا يلزم من كونه معهم كونه في منزلتهم، ولا
أن يُجزَى مثل جزائهم من كل وجه.
Di akhirat, manusia akan bersama
orang-orang yang mereka cintai di dunia. Hadis ini berisi anjuran untuk
kuat dalam mencintai para rasul dan orang-orang saleh, mengikuti mereka
sesuai dengan tingkatan-tingkatannya, dan peringatan untuk tidak
mencintai lawan mereka. Sebab, kecintaan merupakan bukti kekuatan
hubungan orang yang mencintai dengan orang yang dicintainya, dan
kesesuaian dengan akhlaknya, serta tindakan meneladaninya. Maka
kecintaan merupakan bukti adanya hal-hal tersebut, juga merupakan
motivasi untuk mewujudkan hal-hal tersebut. Demikian juga orang yang
mencintai Allah -Ta'ālā-, maka kecintaannya itu merupakan sesuatu paling
besar yang mendekatkannya kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mensyukuri. Dia memberi kepada orang yang mendekatkan diri kepada-Nya
dengan sesuatu yang lebih besar dari apa yang dikorbankannya beberapa
kali lipat. Keberadaan orang yang mencintai dengan orang yang dicintai
tidak menjadi keharusan adanya kesamaan dengan orang yang dicintainya
dalam kedudukan dan keluhuran derajatnya. Sebab, hal itu berbeda-beda
sesuai dengan perbedaan amal saleh dan perniagaan yang menguntungkan.
Ini (menunjukkan) bahwa ma'iyyah (kebersamaan) dapat dicapai hanya
dengan berkumpulnya dalam satu hal dan tidak harus dalam segala hal.
Jika disepakati bahwa semua masuk surga maka kebersamaan itu pun benar
meskipun derajatnya berbeda-beda. Siapa saja yang mencintai Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- atau mencintai salah seorang mukmin, maka
ia akan bersama dengannya di surga karena niat baiknya, sebab itu adalah
pokoknya, sedangkan amal merupakan pengikut niat. Dan keadaannya bersama
mereka tidak menjadi satu keharusan bahwa dia berada dalam kedudukan
mereka, dan tidak juga dibalas seperti balasan mereka dari segala segi. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Sahih dengan dua riwayatnya] ← → Muttafaq 'alaih dengan dua
riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3074 |
|
Hadith 151 الحديث
الأهمية: كنت مع النبي -صلى الله عليه وسلم-
فبال، وتوضأ، ومسح على خفيه
Tema: Aku pernah bersama Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lantas beliau buang air kecil kemudian
beliau berwuḍu dan mengusap kedua khuffnya (alas kaki yang terbuat dari
kulit). |
عن حذيفة بن اليمان -رضي الله عنهما-
قال: «كنتُ مع النبي -صلى الله عليه وسلم- فبَالَ, وتوَضَّأ, ومَسَح على
خُفَّيه».
Dari Hużaifah bin al-Yamān
-raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Aku pernah bersama Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lantas beliau buang air kecil kemudian
beliau berwuḍu dan mengusap kedua khuffnya (alas kaki yang terbuat dari
kulit)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر حذيفة بن اليمان -رضي الله عنه-
أنه كان مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، وذلك في المدينة، فأراد النبي
-صلى الله عليه وسلم- أن يقضي حاجته، فأتى زبالة قوم خلف حائط، فبال وتوضأ
ومسح على خفيه، وكان وضوؤه بعد الاستجمار، أو الاستنجاء، كما هي عادته -صلى
الله عليه وسلم-.
Hużaifah bin al-Yamān -raḍiyallāhu
'anhu- mengabarkan bahwa dirinya pernah bersama Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, waktu itu di Madinah. Lantas beliau hendak buang
hajat. Beliau mendatangi tempat sampah di belakang kebun. Beliau buang
air kecil dan berwuḍu serta mengusap kedua sepatu botnya. Wuḍu beliau
dilakukan setelah beristijmar atau beristinja sebagaimana kebiasaan
beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3075 |
|
Hadith 152 الحديث
الأهمية: كنت جنبا فكرهت أن أجالسك على غير
طهارة، فقال: سبحان الله، إن المؤمن لاينجس
Tema: Aku tadi sedang junub, karena itu aku
tidak mau duduk-duduk bersama engkau dalam keadaan tidak suci. Lantas
beliau bersabda, "Maha Suci Allah. Sesungguhnya orang mukmin itu tidak
najis." |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه-:"أنَّ
النبي -صلى الله عليه وسلم- لَقِيَه في بَعض طُرُقِ المدينَة وهو جُنُبٌ،
قال: فَانْخَنَسْتُ مِنه، فذهبت فَاغْتَسَلْتُ ثم جِئْتُ، فقال: أين كنت يا
أبا هريرة؟ قال: كُنتُ جُنُبًا فَكَرِهتُ أن أُجَالِسَك على غيرِ طَهَارَة،
فقال: سبحان الله، إِنَّ المُؤمِنَ لا يَنجُس".
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berpapasan dengannya di
salah satu jalan kota Madinah. Saat itu dia sedang junub. Ia berkata,
"Aku menghindar dari beliau dan pergi mandi, setelah itu datang kembali.
Beliau bertanya, "Kemana engkau tadi, wahai Abu Hurairah?" Ia menjawab,
"Aku tadi sedang junub, karena itu aku tidak mau duduk-duduk bersama
engkau dalam keadaan tidak suci. Lantas beliau bersabda: "Maha Suci
Allah. Sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
لقي أبو هريرة النبي -صلى الله عليه
وسلم- في بعض طرق المدينة، وصادف أنه جنب فكان من تعظيمه للنبي -صلى الله
عليه وسلم- وتكريمه إياه، أن كره مجالسته ومحادثته وهو على تلك الحال.
فانسل في
خفية من النبي -صلى الله عليه وسلم- واغتسل، ثم جاء إليه.
فسأله
النبي -صلى الله عليه وسلم- أين ذهب -رضي الله عنه- فأخبره بحاله، وأنه كره
مجالسته على غير طهارة.
فتعجب
النبي -صلى الله عليه وسلم- من حال أبي هريرة -رضي الله عنه- حين ظن نجاسة
الجنب، وذهب ليغتسل وأخبره: أن المؤمن لا ينجس على أية حال.
Abu Hurairah berpapasan dengan Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di salah satu jalan Madinah. Kebetulan
saat itu dia sedang junub. Sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan pengagungannya kepada beliau, dia
tidak mau duduk-duduk dan berbicara dengan beliau dalam kondisi seperti
itu. Lantas ia pergi dengan sembunyi-sembunyi dari Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- dan mandi. Setelah itu ia datang kembali kepada
beliau. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya kepadanya, ke mana
dia -raḍiyallāhu 'anhu- pergi. Ia pun memberitahu beliau mengenai
keadaannya dan bahwasannya ia tidak suka duduk-duduk dengan beliau dalam
keadaan tidak suci. Tentu saja Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- heran
dengan keadaan Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- yang mengira bahwa
janabah itu najis dan ia pergi untuk mandi. Beliau memberitahunya bahwa
orang mukmin itu tidak najis bagaimanapun keadaannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3076 |
|
Hadith 153 الحديث
الأهمية: إذا أتيتم الغائط، فلا تستقبلوا القبلة
بغائط ولا بول، ولا تستدبروها، ولكن شرقوا أو غربوا
Tema: Jika kalian buang air besar, janganlah
kalian menghadap kiblat sambil buang air besar dan buang air kecil, dan
jangan pula membelakanginya, tetapi menghadaplah ke arah timur atau
barat! |
عن أبي أيوب الانصاري -رضي الله عنه-
مرفوعاً: "إذا أَتَيتُم الغَائِط, فَلاَ تَستَقبِلُوا القِبلَة بِغَائِط
ولا بَول, ولا تَسْتَدْبِرُوهَا, ولكن شَرِّقُوا أو غَرِّبُوا".
قال
أبو أيوب: «فَقَدِمنَا الشَّام, فَوَجَدنَا مَرَاحِيض قد بُنِيَت نَحوَ
الكَّعبَة, فَنَنحَرِف عَنها, ونَستَغفِر الله عز وجل» .
Tema: Dari Abu Ayyūb al-Anṣāri -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Jika kalian buang air besar, janganlah kalian
menghadap kiblat sambil buang air besar dan buang air kecil, dan jangan
pula membelakanginya, tetapi menghadaplah ke arah timur atau barat." Abu
Ayyub berkata, "Ketika kami datang ke Syam dan menemukan wc-wc dibangun
menghadap ke Ka'bah, kami pun membelokkan arahnya dan memohon ampunan
kepada Allah -'Azza wa Jalla-."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يرشد النبي صلى الله عليه وسلم إلى شيء
من آداب قضاء الحاجة بأن لا يستقبلوا القبلة، وهى الكعبة المشرفة، ولا
يستدبروها حال قضاء الحاجة؛ لأنها قبلة الصلاة، وموضع التكريم والتقديس،
وعليهم أن ينحرفوا عنها قِبَلَ المشرق أو المغرب إذا كان التشريق أو
التغريب ليس موجَّها إليها، كقبلة أهل المدينة.
ولما كان
الصحابة رضي الله عنهم أسرع الناس قبولا لأمر النبي صلى الله عليه وسلم ،
الذي هو الحق، ذكر أبو أيوب رضي الله عنه أنهم لما قدموا الشام إثر الفتح
وجدوا فيها المراحيض المعدة لقضاء الحاجة، قد بنيت متجهة إلى الكعبة،
فكانوا ينحرفون عن القبلة، ويستغفرون تورعا واحتياطا.
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- memberikan bimbingan mengenai adab buang air, yaitu agar kaum
muslimin tidak menghadap ke arah kiblat, yaitu Kakbah yang dimuliakan
dan tidak membelakanginya saat buang air. Sebab, arah itu adalah kiblat
salat dan tempat penghormatan dan pensucian. Hendaknya mereka berpaling
darinya, yaitu ke arah timur atau barat, jika arah timur atau barat
tidak mengarah ke kiblat, seperti kiblatnya penduduk Madinah. Mengingat
para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- adalah kaum yang paling bersegera
melaksanakan perintah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang benar,
maka Abu Ayub -raḍiyallāhu 'anhu- menuturkan bahwa ketika kaum muslimin
masuk ke Syam pasca penaklukan, mereka mendapatkan wc-wc yang disediakan
untuk buang air besar dibangun menghadap ke arah Kakbah. Mereka pun
berpaling dari arah kiblat dan memohon ampunan karena warak dan
kehati-hatian. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3078 |
|
Hadith 154 الحديث
الأهمية: لا يمسكن أحدكم ذكره بيمينه وهو يبول
ولا يتمسح من الخلاء بيمينه ولا يتنفس في الإناء
Tema: Janganlah sekali-kali salah seorang di
antara kalian memegang kemaluannya dengan
tangan kanannya ketika buang air kecil, dan jangan membersihkan bekas
kotorannya (istinja) dengan tangan kanannya,
dan jangan pula bernafas dalam bejana! |
عن أبي قتادة الأنصاري -رضي الله عنه-
مرفوعاً: "لا يُمْسِكَنَّ أَحَدُكُم ذَكَره بَيمِينِه وهو يبول، ولا
يَتَمَسَّحْ من الخلاء بيمينه، ولا يَتَنَفَّس في الإناء".
Dari Abu Qatādah al-Anṣāri
-raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Janganlah sekali-kali
salah seorang di antara kalian memegang kemaluannya dengan tangan
kanannya ketika sedang buang air kecil, dan
jangan membersihkan bekas kotorannya (istinja)
dengan tangan kanannya, dan jangan pula bernafas dalam bejana!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يأمر النبي -صلى الله عليه وسلم-
المسلمَ أن لا يمس ذكره حال بوله، ولا يزيل النجاسة من القبل أو الدبر
بيمينه، وينهى كذلك عن التنفس في الإناء الذي يشرب منه لما في ذلك من
الأضرار الكثيرة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memerintahkan seorang muslim untuk tidak
menyentuh kemaluannya saat buang air kecil, dan tidak membersihkan najis
dari qubul (kemaluan) atau dubur dengan
tangan kanannya, dan beliau juga melarang
bernafas dalam bejana yang ia pergunakan
untuk minum karena dalam hal itu terdapat banyak
mudaratnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3079 |
|
Hadith 155 الحديث
الأهمية: نهى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن
الخذف، وقال: إنه لا يقتل الصيد، ولا ينكأ العدو، وإنه يفقأ العين، ويكسر
السن
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- melarang berburu dengan ketapel seraya bersabda, "Sesungguhnya
ketapel tidak bisa membunuh hewan buruan dan tidak bisa melukai musuh.
Namun, hanya bisa membutakan mata dan mematahkan gigi." |
عن عبد الله بن مغفل -رضي الله عنهما-
قال: نَهَى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن الخَذْف، وقال: «إِنَّه لاَ
يَقتُلُ الصَّيدَ، ولاَ يَنْكَأُ العَدُوَّ، وإِنَّهُ يَفْقَأُ العَيْنَ،
ويَكسِرُ السِّنَ».
وفي
رواية: أن قَرِيباً لابن مغفل خَذَفَ فنَهَاه، وقال: إن رسول الله -صلى
الله عليه وسلم- نهى عن الخَذْفِ، وقال: «إِنَّهَا لاَ تَصِيدُ صَيداً» ثم
عاد، فقال: أُحَدِّثُك أنَّ رسول الله نهى عنه، ثم عُدتَ تَخذِفُ! لا
أُكَلِّمُكَ أَبَداً.
Dari Abdullah bin Mugaffal
-raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- melarang berburu dengan ketapel seraya bersabda, "Sesungguhnya
ketapel tidak bisa membunuh hewan buruan dan tidak bisa melukai musuh.
Namun bisa membutakan mata dan mematahkan gigi." Dalam riwayat lain,
"Sesungguhnya seorang kerabat Ibnu Mugaffal pernah berburu dengan
ketapel. Lalu dia melarangnya dan berkata, "Sesungguhnya Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang berburu dengan ketapelm, dan
beliau bersabda, "Sesungguhnya ketapel tidak bisa membunuh hewan
buruan." Tetapi dia mengulanginya lagi. Maka Ibnu Mugaffal berkata, "Aku
telah memberitahukan kepadamu bahwa Rasulullah melarang berburu dengan
ketapel, tetapi engkau mengulanginya lagi. Aku tidak akan berbicara
kepadamu selamanya!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر عبد الله بن مغفلٍ ـرضي الله عنه-
بأن النبي -صلى الله عليه وسلم- نهى عن الحذف، وقال: (إنه لا يقتل صيداً)
وفي لفظ: (لا يصيد صيداً) (ولا ينكأ عدواً، وإنما يفقأ العين ويكسر).
والحذف:
قال العلماء: معناه أن يضع الإنسان حصاة بين السبابة اليمنى والسبابة
اليسرى أو بين السبابة والإبهام، فيضع على الإبهام حصاة يدفعها بالسبابة،
أو يضع على السبابة ويدفعها بالإبهام.
وقد نهى
عنه النبي -صلى الله عليه وسلم- وعلَّل ذلك بأنَّه يفقأ العين ويكسر السن
إذا أصابه، (ولا يصيد الصيد)؛ لأنه ليس له نفوذ (ولا ينكأ العدو) يعني لا
يدفع العدو؛ لأن العدو إنما ينكأ بالسهام لا بهذه الحصاة الصغيرة.
ثم إن
قريباً له خذف، فنهاه عن الخذف وأخبره أن النبي -صلى الله عليه وسلم- نهى
عن الخذف، ثم إنه رآه مرة ثانية يخذف، فقال له: (أخبرتك أن النبي -صلى الله
عليه وسلم- نهى عن الخذف، فجعلت تخذف!! لا أكلمك أبداً) فهجره؛ لأنه خالف
نهي النبي -صلى الله عليه وسلم-.
Abdullah bin Mugaffal -raḍiyallāhu
'anhu- memberitahukan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melarang berburu dengan ketapel seraya bersabda, "Sesungguhnya ketapel
tidak bisa membunuh hewan buruan." Dalam redaksi lain "tidak bisa
memburu hewan buruan," "dan tidak bisa melukai musuh, namun bisa
membutakan mata dan mematahkan gigi." Ulama berkata, "Al-hażf (ketapel)
adalah meletakkan kerikil di antara telunjuk kanan dan telunjuk kiri,
atau antara telunjuk dan jempol. Kerikil itu diletakkan di jempol dan
didorong dengan telunjuk, atau diletakkan di telunjuk dan didorong
dengan jempol. Rasulullah melarang berburu dengan ketapel dengan alasan
bahwa ketapel hanya bisa membutakan mata dan mematahkan gigi jika
mengenainya, tetapi "tidak bisa membunuh hewan buruan", karena tidak
bisa tembus. "Juga tidak bisa mengalahkan musuh," karena musuh hanya
bisa diusir dengan anak panah, tidak dengan kerikil kecil ini. Kemudian
seorang kerabat Ibnu Mugaffal hendak pergi berburu dengan ketapel.
Lantas Ibnu Mugaffal melarangnya dan memberitahukan bahwa Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang berburu dengan ketapel. Kemudian
dia melihatnya berburu dengan ketapel lagi, lalu dia berkata, "Aku telah
memberitahukan kepadamu bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melarang berburu dengan ketapel, tetapi engkau tetap berburu dengannya.
Aku tidak akan berbicara kepadamu selamanya!" Maka dia pun memboikotnya
karena ia melanggar larangan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3080 |
|
Hadith 156 الحديث
الأهمية: نهى -صلى الله عليه وسلم- عن الصلاة بعد
الصبح حتى تطلع الشمس, وبعد العصر حتى تغرب
Tema: Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- melarang salat setelah Subuh sampai terbit matahari, dan setelah
Asar sampai terbenam matahari. |
عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنه-
قال: «شَهِد عِندِي رِجَال مَرْضِيُون - وأَرْضَاهُم عِندِي عُمر- أنَّ
النَبِي صلى الله عليه وسلم نَهَى عن الصَّلاة بَعد الصُّبح حتَّى تَطلُعَ
الشَّمسُ، وبعد العصر حتَّى تَغرُب».
وعن أبي
سعيد -رضي الله عنه- عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أنه قال: «لا
صَلاَة بعد الصُّبح حتَّى تَرتَفِعَ الشَّمسُ، ولا صَلاَة بعد العَصرِ
حتَّى تَغِيبَ الشَّمس».
Dari Abdullah bin 'Abbās -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Telah bersaksi di sisiku orang-orang yang diridai
-dan Umar adalah orang yang paling aku ridai- bahwa Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang salat setelah Subuh sampai
terbit matahari, dan setelah Asar sampai terbenam matahari." Dari Abu
Sa'īd -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bahwasannya beliau bersabda, "Tidak ada salat setelah Subuh
hingga matahari meninggi, dan tidak ada salat setelah Aṣar hingga
matahari terbenam."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
نهى النبي -صلى الله عليه وسلم- في هذين
الحديثين عن الصلاة بعد صلاة الصبح حتى تشرق الشمس وترتفع عن خط الأفق في
نظر العين بقدر طول رمح مركوز في الأفق، وهذا يقدر ببِضْع دقائق، تفاوت
العلماء في تحديدها، من 5 إلى 15 دقيقة.
ونهى أيضا
عن الصلاة بعد صلاة العصر حتى تغيب الشمس، أي قبل أذان المغرب بدقائق؛ لأن
في الصلاة في هذين الوقتين تشبهًا بالمشركين الذين يعبدونها عند طلوعها
وغروبها، وقد نهينا عن مشابهتهم في عباداتهم؛ لأن من تشبه بقوم فهو منهم.
Dalam kedua hadis tersebut, Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang salat setelah salat Subuh sampai
terbit matahari dan meninggi dari garis ufuk dalam pandangan mata
seukuran panjang tombak yang ditancapkan di ufuk. Ini seukuran beberapa
menit. Para ulama berbeda-beda dalam menetapkan ukurannya dari 5 sampai
15 menit. Beliau juga melarang salat setelah salat Asar sampai terbenam
matahari. Yakni beberapa menit sebelum azan Magrib. Sebab, salat di
kedua waktu ini merupakan tindakan menyerupai orang-orang musyrik yang
menyembah matahari ketika terbit dan ketika terbenam. Padahal beliau
melarang kita menyerupai mereka dalam ibadahnya. Sebab, orang yang
menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih dengan dua
riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3081 |
|
Hadith 157 الحديث
الأهمية: كان ابن مسعود -رضي الله عنه- يذكرنا في
كل خميس
Tema: Dahulu Ibnu Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu-
menasehati kami setiap hari kamis |
عن شقيق بن سلمة -رحمه الله- قال: كان
ابن مسعود -رضي الله عنه- يُذَكِّرُنا في كل خميس، فقال له رجل: يا أبا عبد
الرحمن، لَوَدِدْتُ أنك ذَكَّرْتَنا كل يوم، فقال: أما إنه يمنعني من ذلك
أني أكره أن أُمِلَّكُم، وإني أَتَخَوَّلُكُم بالمَوْعِظَةِ، كما كان رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- يَتَخَوَّلُنَا بها مَخَافَةَ السَّآمَةِ علينا.
Dari Syaqīq bin Salamah
–raḥimahullāhu-, ia berkata, dahulu Ibnu Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu-
menasehati kami setiap hari kamis. Lalu seorang laki-laki berkata
kepadanya, "Wahai Abu Abdirrahman, sungguh aku sangat menginginkan
engkau menasehati kami setiap hari." Dia pun berkata, "Sesungguhnya yang
mencegahku untuk melakukan hal tersebut adalah karena aku tidak ingin
membuat kalian merasa bosan, sehingga aku menyampaikan nasehat kepada
kalian secara berkala, sebagaimana Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menyampaikannya kepada kami dengan cara demikian karena khawatir kami
merasa bosan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر شقيق بن سلمة -رحمه الله- أن ابن
مسعود -رضي الله عنه- كان يعظهم كل خميس، فقال له رجل: إننا لنحب أن تعظنا
كل يوم، فقال: إن الذي يمنعني من ذلك كراهية أن أوقعكم في الملل والضجر،
وإني أتعهدكم بالموعظة وأتفقد حال احتياجكم إليها كما كان يفعل رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- معنا، خشية أن يوقعنا في الملالة، إذ لا تأثير
للموعظة عند الملالة.
Syaqīq bin Salamah -raḥimahullāhu-
mengabarkan bahwa Ibnu Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu- menasehati mereka
setiap hari kamis, lalu seorang lelaki berkata kepadanya, "Sesungguhnya
kami sangat senang jika engkau menasehati kami setiap hari." Beliau
menjawab, "Sesungguhnya yang mencegahku untuk melakukan hal tersebut
adalah karena aku tidak ingin membuat kalian merasa jenuh dan jemu. Aku
berkomitmen untuk menasihati dan memantau kebutuhan kalian terhadap
nasehat tersebut sebagaimana Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melakukan hal itu terhadap kami, karena beliau khawatir akan membuat
kami merasa bosan, karena nasehat yang disampaikan pada saat kondisi
bosan tidak akan memberikan pengaruh." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3082 |
|
Hadith 158 الحديث
الأهمية: ليس منا من لم يرحم صغيرنا، ويعرف شرف
كبيرنا
Tema: Tidak termasuk golongan kami orang
yang tidak menyayangi anak kecil di antara kami dan tidak mengetahui
kemuliaan orang tua di antara kami. |
عن عبد الله بن عمرو بن العاص -رضي الله
عنهما- مرفوعاً: «ليس منا من لم يَرحمْ صغيرنا، ويَعرفْ شَرَفَ كبيرنا».
Dari Abdullah bin 'Amru bin al-'Āṣ
-raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū, "Tidak termasuk golongan kami orang
yang tidak menyayangi anak kecil di antara kami dan tidak mengetahui
kemuliaan orang tua di antara kami."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ليس من المسلمين المتمسكين بالسنة
الملازمين لها من لا يرحم الصغير من المسلمين فيشفق عليه ويحسن إليه
ويلاعبه، ومن لا يعرف للكبير ما يستحقه من التعظيم والإجلال، ولفظة (ليس
منا) من باب الوعيد والتحذير، ولا يعني خروج الشخص من الإسلام.
Bukan termasuk bagian dari golongan
orang muslim yang berpegang dan komiten dengan Sunnah orang yang tidak
menyayangi anak kecil dari kaum muslimin, berbuat baik kepadanya, dan
bermain-main dengannya; juga orang yang tidak mengetahui penghormatan
dan penghargaan yang pantas didapatkan oleh orang dewasa. Lafal "laisa
minnā" (tidak termasuk golongan kami) bertujuan untuk mengancam dan
memperingatkan. Jadi bukan berarti dia keluar dari agama Islam. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3083 |
|
Hadith 159 الحديث
الأهمية: قام رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
يومًا فينا خطيبًا بماء يدعى خُمًّا بين مكة والمدينة، فحمد الله، وأثنى
عليه، ووعظ وذكر
Tema: Pada suatu hari Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- berdiri ke arah kami menyampaikan khutbah di suatu
tempat (persinggahan) yang memiliki air bernama Khum yang terletak
antara Mekkah dan Madinah. Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan
nasihat dan peringatan. |
عن يزيد بن حيان قال: انطلقت أنا وحُصين
بن سَبْرَة وعمرو بن مسلم إلى زيد بن أرقم -رضي الله عنه- فلما جلسنا إليه
قال له حصين: لقد لقيتَ يا زيد خيرًا كثيرًا، رأيتَ رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- وسمعتَ حديثه، وغزوتَ معه، وصليتَ خلفه: لقد لقيت يا زيد خيرًا
كثيرًا، حدثنا يا زيد ما سمعت من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: يا
ابن أخي، والله لقد كَبِرَتْ سني، وقَدُمَ عهدي، ونسيتُ بعض الذي كنت أَعِي
من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فما حدثتكم فاقبلوا، وما لا فلا
تُكَلِّفُونِيهِ. ثم قال: قام رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يومًا فينا
خطيبًا بماء يُدعى خُمًّا بين مكة والمدينة، فحمد الله، وأثنى عليه، ووعظ
وذكَّر، ثم قال: «أما بعد، ألا أيها الناس، فإنما أنا بشر يُوشِكُ أن يأتي
رسول ربي فأُجِيبَ، وأنا تاركٌ فيكم ثَقَلَيْنِ: أولهما كتاب الله، فيه
الهدى والنور، فخذوا بكتاب الله، واستمسكوا به»، فحَثَّ على كتاب الله،
ورغَّبَ فيه، ثم قال: «وأهل بيتي أُذَكِّرُكُمُ اللهَ في أهل بيتي،
أُذَكِّرُكُمُ اللهَ في أهل بيتي» فقال له حصين: ومن أهل بيته يا زيد، أليس
نساؤه من أهل بيته؟ قال: نساؤه من أهل بيته، ولكن أهل بيته من حُرِمَ
الصدقةَ بعده، قال: ومن هم؟ قال: هم آل علي، وآل عقيل، وآل جعفر، وآل عباس.
قال: كل هؤلاء حُرِمَ الصدقةَ؟ قال: نعم.
وفي
رواية: «ألا وإني تاركٌ فيكم ثَقَلَيْنِ: أحدهما كتاب الله وهو حبل الله،
من اتبعه كان على الهدى، ومن تركه كان على ضلالة».
Dari Yazīd bin Ḥayyān, ia berkata,
“Aku pergi ke Zaid bin Arqam -raḍiyallāhu 'anhu- bersama Ḥuṣain bin
Sabrah dan 'Amr bin Muslim. Setelah kami duduk, Ḥuṣain berkata kepada
Zaid bin Arqam, “Wahai Zaid, engkau telah memperoleh kebaikan yang
banyak. Engkau telah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
engkau mendengar sabda beliau, engkau bertempur menyertai beliau, dan
engkau telah salat di belakang beliau. Sungguh, engkau telah memperoleh
kebaikan yang banyak wahai Zaid. Oleh karena itu, sampaikanlah kepada
kami apa yang engkau dengar dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-.“ Zaid bin Arqam berkata, “Wahai keponakanku, demi Allah, aku
ini sudah tua dan ajalku sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebagian
dari apa yang aku dengar dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
Apa yang bisa aku sampaikan kepadamu maka terimalah, dan apa yang tidak
bisa aku sampaikan kepadamu janganlah engkau memaksaku untuk
menyampaikannya.” Kemudian Zaid bin Arqam mengatakan, “Pada suatu hari
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri ke arah kami
menyampaikan khutbah di suatu tempat (persinggahan) yang memiliki air
bernama Khum yang terletak antara Mekkah dan Madinah. Beliau memuji
Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan, lalu beliau
bersabda, “Ammā ba’d. Ketahuilah wahai saudara-saudara sekalian, bahwa
aku adalah manusia seperti kalian. Sebentar lagi utusan Rabb-ku (yaitu
malaikat pencabut nyawa) akan datang lalu aku memperkenankannya. Aku
akan meninggalkan untuk kalian aṡ-ṡaqalain (dua hal yang berat), yaitu:
Pertama, Kitabullah yang padanya berisi petunjuk dan cahaya, karena itu
ambillah ia (yaitu laksanakan kandungannya) dan berpegang teguhlah
kalian kepadanya!” Beliau lantas menghimbau serta memotivasi pengamalan
Kitabullah. Kemudian beliau melanjutkan, “(Kedua), dan Ahli Bait-ku. Aku
ingatkan kalian akan Allah terhadap Ahli Bait-ku, aku ingatkan kalian
akan Allah terhadap Ahli Bait-ku.” Ḥuṣain bertanya kepada Zaid bin
Arqam, “Wahai Zaid, siapakah Ahli Bait Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-? Bukankah istri-istri beliau adalah ahlul-baitnya?” Zaid bin
Arqam menjawab, “Istri-istri beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memang Ahli Bait-nya, namun Ahli Bait (yang dimaksud) beliau adalah
semua (keluarganya) yang diharamkan menerima zakat sepeninggal beliau.”
Ḥuṣain berkata, “Siapakah mereka itu?” Zaid menjawab, “Mereka adalah
keluarga Ali, keluarga 'Aqīl, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas.”
Ḥuṣain berkata, “Apakah mereka semua itu diharamkan menerima zakat?”
Zaid menjawab, “Ya.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Ketahuilah
sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara yang sangat
besar. Salah satunya adalah Alquran dan ia adalah tali (agama) Allah
yang kokoh, barang siapa mengikuti petunjuknya maka dia akan mendapat
petunjuk, dan barang siapa meninggalkannya maka dia akan tersesat.” |
عن يزيد بن حيان قال: انطلقت أنا وحصين
بن سبرة وعمرو بن مسلم إلى زيد بن أرقم -رضي الله عنه-، فلما جلسنا عنده
قال له حصين: لقد لقيت يا زيد خيرًا كثيرًا، رأيت رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- وسمعت حديثه من فِيه، وجاهدت معه في سبيل الله، وصليت خلفه؛ لقد
أوتيت خيرًا كثيرًا، حدثنا يا زيد بما سمعت من رسول الله شِفاهًا، قال: يا
ابن أخي والله لقد كبرت، وقدم عهدي، ونسيت بعض الذي كنت أحفظ من رسول الله
-صلى الله عليه وسلم-، فما حدثتكموه فاقبلوه، وما لا فلا تكلفوني تحديثكم
إياه، ثم قال محدثًا لنا: قام رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يومًا فينا
خطيبًا عند واد فيه ماء اسمه خُم بين مكة والمدينة، فحمد الله وأثنى عليه،
وذكرهم ما قد غفلوا عنه بمزاولة الأهل والعيال من التوجه للخدمة وأداء حق
العبودية، ثم قال: أما بعد، ألا أيها الناس! فإنما أنا بشر يقرب إتيان رسول
ربي يعني ملك الموت لقبض روحي فأجيبه، وأنا تارك فيكم شيئين عظيمين، أولهما
القرآن فيه الهدى والنور، فخذوا به واطلبوا من أنفسكم الإمساك به.
فحرض على
الأخذ بالقرآن والتمسك بحبله، ورغب فيه، ثم قال: وأهل بيتي، آمركم بطاعة
الله فيهم وبالقيام بحقهم قالها مرتين، فقال حصين ومن أهل بيته يا زيد؟
أليس نساؤه من أهل بيته؟ قال: نساؤه من أهل بيته الذين يساكنونه ويعولهم
وأمرنا باحترامهم وإكرامهم، ولكن أهل بيته المرادون عند الإطلاق من حرم
عليهم الصدقة الواجبة بعده، قال: ومن هم؟ قال: هم آل عليّ وآل عقيل وآل
جعفر أولاد أبي طالب، وآل عباس، كل هؤلاء منعوا من أخذ الصدقة الواجبة من
زكاة ونذر وكفارة.
وفي
رواية: ألا وإني تارك فيكم شيئين عظيمين، أحدهما كتاب الله، وهو عهده،
والسبب الموصل إلى رضاه ورحمته، ونوره الذي يهدى به، من اتبعه مؤتمرًا
بأوامره منتهيًا عن نواهيه كان على الهدى الذي هو ضد الضلالة، ومن أعرض عن
أمره ونهيه كان على الضلالة.
Dari Yazīd bin Ḥayyān, ia berkata,
“Aku pergi ke Zaid bin Arqam -raḍiyallāhu 'anhu- bersama Ḥuṣain bin
Sabrah dan 'Amrr bin Muslim. Setelah kami duduk. Ḥuṣain berkata kepada
Zaid bin Arqam, “Wahai Zaid, engkau telah memperoleh kebaikan yang
banyak. Engkau telah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
engkau mendengar sabda beliau, engkau berjihad bertempur menyertai
beliau, dan engkau telah salat di belakang beliau. Sungguh, engkau telah
memperoleh kebaikan yang banyak wahai Zaid. Oleh karena itu,
sampaikanlah kepada kami apa yang engkau dengar dari Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.“ Zaid bin Arqam berkata, “Wahai
keponakanku, demi Allah, aku ini sudah tua dan ajalku sudah semakin
dekat. Aku sudah lupa sebagian dari apa yang aku hafal dari Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Apa yang bisa aku sampaikan kepadamu
maka terimalah, dan apa yang tidak bisa aku sampaikan kepadamu janganlah
engkau memaksaku untuk menyampaikannya.” Kemudian Zaid bin Arqam
menceritakan kepada kami, “Pada suatu hari Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- berdiri menyampaikan khutbah di suatu lembah yang
terdapat air bernama Khum yang terletak antara Mekkah dan Madinah.
Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan atas
kelalaian mereka karena kesibukan dengan keluarga dari pengabdian serta
melaksanakan hak-hak penghambaan, lalu beliau bersabda, “'Ammā ba’d.
Ketahuilah wahai sekalian manusia, sungguh aku adalah manusia biasa
seperti kalian. Sebentar lagi utusan Rabb-ku (yaitu malaikat pencabut
nyawa) akan datang lalu aku memperkenankannya. Aku akan meninggalkan
untuk kalian aṡ-ṡaqalain (dua hal yang berat), yaitu: Pertama,
Kitabullah yang padanya berisi petunjuk dan cahaya, karena itu ambillah
ia (yaitu melaksanakan kandungannya) dan berpegang teguhlah kalian
dengannya.” Beliau lantas menghimbau untuk mengimplementasikan Alquran,
dan berpegang teguh dengannya serta memotivasi hal tersebut. Kemudian
beliau melanjutkan, “(Kedua), dan Ahli Bait-ku. Aku perintahkan kalian
untuk taat kepada Allah dalam perkara Ahli Bait-ku serta untuk
menunaikan hak-hak mereka.” Beliau menyampaikannya sebanyak dua kali.
Ḥuṣain bertanya kepada Zaid bin Arqam, “Wahai Zaid, siapakah Ahli Bait
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-? Bukankah istri-istri beliau
adalah ahlul-baitnya?” Zaid bin Arqam menjawab, “Istri-istri beliau
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memang termasuk dari Ahli Bait-nya yang
beliau tinggal bersama mereka serta menafkahi mereka, dan kita
diperintahkan untuk memuliakan mereka, namun Ahli Bait beliau yang
dimaksud secara mutlak adalah orang-orang yang diharamkan untuk menerima
zakat sepeninggal beliau.” Ḥuṣain berkata, “Siapakah mereka itu?” Zaid
menjawab, “Mereka adalah keluarga Ali, keluarga 'Aqīl, keluarga Ja’far;
semua itu keturunan Abu Thalib, dan juga keluarga Abbas, mereka semua
diharamkan untuk menerima sedekah wajib berupa zakat, nazar dan
kafarat.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Ketahuilah sesungguhnya aku
telah meninggalkan untuk kalian dua perkara yang sangat besar. Salah
satunya adalah Alquran dan ia adalah perjanjian Allah serta sarana yang
menghantarkan kepada rida dan rahmat-Nya, cahaya-Nya yang memberikan
petunjuk. Barang siapa mengikuti petunjuknya dengan melaksanakan segala
bentuk perintahnya dan meninggalkan segala larangannya, maka dia akan
berada diatas petunjuk, dan barang siapa meninggalkannya maka dia akan
tersesat.” |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3084 |
|
Hadith 160 الحديث
الأهمية: لَتُسَوُّنَّ صفوفَكم أو ليخالِفَنَّ
اللهُ بين وُجُوهِكم
Tema: Hendaknya kalian meluruskan saf kalian
(ketika salat) atau Allah akan menimpakan perselisihan di antara kalian. |
عن النعمان بن بشير -رضي الله عنه-
مرفوعاً: «لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُم أو لَيُخَالِفَنَّ الله بين
وُجُوهِكُم».
وفي
رواية: «كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يُسَوِّي صُفُوفَنَا، حتى
كَأَنَّمَا يُسَوِّي بها القِدَاح، حتَّى إِذَا رأى أَنْ قد عَقَلْنَا
عَنهُ، ثم خَرَج يومًا فَقَام، حتَّى إِذَا كاد أن يُكَبِّرُ، فَرَأَى
رَجُلاً بَادِيًا صَدرُهُ، فقال: عِبَادَ الله، لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُم أو
لَيُخَالِفَنَّ الله بين وُجُوهِكُم».
Dari Nu'mān bin Basyīr -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Hendaknya kalian meluruskan saf kalian (ketika
salat) atau Allah akan menimpakan perselisihan di antara kalian." Dalam
riwayat lain disebutkan, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
meluruskan saf-saf kami hingga seolah-olah beliau meluruskan anak panah
sampai beliau melihat kami sudah memahami apa yang diperintahkannya.
Lantas suatu hari beliau keluar lalu berdiri hingga ketika hampir
bertakbir, tiba-tiba beliau melihat seorang lelaki membusungkan dadanya,
beliau bersabda, "Wahai hamba Allah, hendaknya kalian meluruskan
barisan-barisan kalian atau Allah akan menimpakan perselisihan di antara
kalian."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أكد -صلى الله عليه وسلم- أَّنَّه إن لم
تعدل الصفوف وتسوى فليخالفنَّ الله بين وجوه الذين اعوجت صفوفهم فلم
يعدلوها، وذلك بأنه حينما يتقدم بعضهم على بعض في الصف، ويتركون الفرجات
بينهم.
وكان -صلى
الله عليه وسلم- يعلم أصحابه بالقول ويهذبهم بالفعل، فظل يقيمهم بيده، حتى
ظن -صلى الله عليه وسلم- أنهم قد عرفوا وفهموا، وفي إحدى الصلوات رأى واحدا
من الصحابة قد بدا صدره في الصف من بين أصحابه، فغضب -صلى الله عليه وسلم-
وقال "لتسون صفوفكم أو ليخالفن الله بين وجوهكم".
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menegaskan bahwa jika saf tidak lurus dan rata, niscaya Allah
akan menimpakan perselisihan di antara orang-orang yang safnya bengkok
lalu tidak meluruskannya. Hal ini terjadi ketika seseorang maju dari
sebagian yang lain dalam saf dan membiarkan ada ruang kosong di antara
mereka. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengajari para
sahabatnya dengan ucapan dan membinanya dengan perbuatan, hingga beliau
meluruskan mereka dengan tangannya sampai beliau menduga bahwa mereka
sudah tahu dan paham. Dalam salah satu salatnya, beliau melihat seorang
lelaki membusungkan dadanya di saf di antara para sahabatnya, beliau pun
marah dan bersabda, "Hendaknya kalian meluruskan saf-saf kalian atau
Allah akan menimpakan perselisihan di antara kalian." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3085 |
|
Hadith 161 الحديث
الأهمية: أما يخشى الذي يرفع رأسه قبل الإمام أن
يحول الله رأسه رأس حمار, أو يجعل صورته صورة حمار؟
Tema: Tidak takutkah orang yang mengangkat
kepalanya sebelum imam, Allah ubah kepalanya menjadi kepala keledai atau
Allah jadikan rupanya seperti rupa keledai? |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«أما يخشى الذي يرفع رأسه قبل الإمام أن يُحَوِّلَ الله رأسه رأس حمار، أو
يجعل صورته صُورة حمار؟».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Tidak takutkah orang yang mengangkat kepalanya sebelum
imam, Allah ubah kepalanya menjadi kepala keledai atau Allah jadikan
rupanya seperti rupa keledai?"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
إنَّما جعل الإمام في الصلاة ليُقتدى به
ويؤتم به، بحيث تقع تنقلات المأموم بعد تنقلاته، وبهذا تحقق المتابعة، فإذا
سابقه المأموم، فاتت المقاصد المطلوبة من الإمامة، لذا جاء هذا الوعيد
الشديد على من يرفع رأسه قبل إمامه، بأن يجعل الله رأسه رأس حمار، أو يجعل
صورته صورة حمار، بحيث يمسخ رأسه من أحسن صورة إلى أقبح صورة، جزاء لهذا
العضو الذي حصل منه الرفع والإخلال بالصلاة.
Sesungguhnya imam dalam salat itu
dijadikan untuk diikuti dan dituruti, di mana gerakan-gerakan makmum
terjadi setelah gerakan-gerakan imam. Dengan demikian, terwujudlah sikap
mengikuti. Jika makmum mendahului imam, maka hilanglah tujuan-tujuan
yang dimaksudkan dari imāmah. Karena itu, ancaman keras tersebut
ditujukan kepada orang yang mengangkat kepalanya sebelum imamnya, bahwa
Allah akan menjadikan kepalanya seperti kepala keledai atau Dia
menjadikan rupanya seperti rupa keledai, di mana Allah mengubah
kepalanya dari bentuk paling bagus menjadi bentuk paling jelek, sebagai
balasan bagi organ tubuh yang telah mengangkat kepala dan merusak salat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3086 |
|
Hadith 162 الحديث
الأهمية: أنت مع من أحببت
Tema: Engkau bersama orang yang engkau
cintai |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- أنَّ
أَعْرَابِيًا قال لرسول الله صلى الله عليه وسلم: مَتَى السَّاعَة؟ قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: «مَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟» قال: حُبُّ الله
ورَسُولِه، قال: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- bahwa seorang Arab Badui bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, "Kapan terjadinya kiamat?" Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "Apa yang telah engkau siapkan untuk
kiamat?" Orang itu menjawab, "Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya." Beliau
bersabda, "Engkau bersama orang yang engkau cintai."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
سأل الأعرابي (متى الساعة؟) ولو قال له
الرسول -صلى الله عليه وسلم-: ما أعلمها، لما شفى نفس الأعرابي، ولكن حكمة
الرسول -صلى الله عليه وسلم- مالت عن أصل السؤال إلى إجابته بما يجب عليه
دون ما ليس له، وهو ما يسمى بأسلوب الحكيم، فقال الرسول -صلى الله عليه
وسلم-: «مَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟» وهو سؤال تنبيه، وتذكير بما يجب عليه
التفكير فيه، والانشغال به، فقال الأعرابي: "حُبُّ الله ورَسُولِه"، فجاءت
إجابة الأعرابي بعفوية تفيض بالمودة والمحبة، والإيمان، والانخلاع عن
الاتكال على عمله والرواية الثانية تؤكد هذه المعاني في قول الأعرابي: "
مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَومٍ، ولاَ صَلاَةٍ، وَلاَ صَدَقَةٍ،
ولَكِنِّي أُحِبَّ الله ورَسُولَه"؛ فلذا جاء جواب الرسول -صلى الله عليه
وسلم-: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ».
ففي
الحديث الحث على قوة محبة الرسل، واتباعهم بحسب مراتبهم، والتحذير من محبة
ضدهم، فإن المحبة دليل على قوة اتصال المحب بمن يحبه، ومناسبته لأخلاقه،
واقتدائه به.
Orang Arab Badui bertanya, "Kapan
terjadinya kiamat?" Seandainya Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menjawab, "Aku tidak mengetahuinya," tentu tidak akan memuaskan jiwa
orang Arab Badui itu. Hanya saja sikap bijak Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- berpaling dari pokok pertanyaan kepada jawaban yang
menjadi keharusan tanpa memperhatikan apa yang tidak seharusnya. Inilah
yang dinamakan gaya bahasa orang bijak. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- balik bertanya, "Apa yang telah engkau siapkan untuk kiamat?"
Ini merupakan pertanyaan peringatan dan pengingat terhadap apa yang
seharusnya dipikirkan dan disibukkan dengannya. Orang Arab Badui
menjawab, "Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya." Jawaban orang Arab Badui
ini terlontar secara spontan yang mengalir dari rasa cinta, sayang,
iman, dan tanpa bersandar kepada amalnya. Sedangkan riwayat kedua
menegaskan makna ini dalam ucapan orang Arab Badui, "Aku tidak bisa
mempersiapkan untuknya berupa banyak ibadah puasa, salat dan sedekah.
Hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Karena itu, jawaban
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Engkau bersama orang yang
engkau cintai." Hadis ini berisi anjuran untuk mencintai para rasul
dengan kuat, mengikuti mereka sesuai dengan tingkatannya, dan peringatan
dari mencintai lawan mereka. Sebab, kecintaan itu merupakan tanda
kekuatan hubungan orang yang mencintai dengan orang yang dicintainya dan
kesesuaian dengan akhlaknya serta mencontohnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3087 |
|
Hadith 163 الحديث
الأهمية: لا صلاة بحضرة طعام، ولا وهو يدافعه
الأخبثان
Tema: Tidak (sempurna) salat saat makanan
dihidangkan dan tidak pula pada (saat) seseorang menahan dua kotoran
(buang air besar dan kecil). |
عن عائِشَة -رضي الله عنها- مرفوعاً:
«لا صلاة بِحَضرَة طَعَام، وَلا وهو يُدَافِعُه الأَخبَثَان».
Aisyah -raḍiyallahu 'anha-
meriwayatkan secara marfū`: "Tidak (sempurna) salat saat makanan
dihidangkan dan tidak pula pada (saat) seseorang menahan dua kotoran
(buang air besar dan kecil)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يؤكِّد هذا الحديث رغبة الشارع في حضور
قلب المكلَّف في الصلاة بين يدي ربِّه، ولا يكون ذلك إلا بقطع الشواغل؛
التي يسبب وجودها عدم الطمأنينة والخشوع؛ لهذا: فإن الشارع ينهي عن الصلاة
بحضور الطعام الذي تتوق نفس المصلي إليه، ويتعلق قلبه به، وكذلك ينهى عن
الصلاة مع مدافعة الأخبثين، -اللذين هما البول والغائط-؛ لانشغال خاطره
بمدافعة الأذى.
Hadis ini menegaskan keinginan Allah
akan kekhusyukan hati seorang mukalaf dalam salat di hadapan Rabb-nya.
Hal itu tidak akan terjadi selain dengan memutuskan hal-hal yang
menyibukkan, yang keberadaannya menyebabkan tidak adanya ketenteraman
dan kekhusyukan. Untuk itu, Allah melarang salat saat penghidangan
makanan yang disukai dan diingini oleh orang yang salat tersebut. Dia
juga melarang salat dalam keadaan menahan dua hal yang buruk -yaitu
kencing dan buang air besar- karena perasaannya akan terganggu dengan
tindakan menahan keduanya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3088 |
|
Hadith 164 الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- صلَّى
بهم الظهر فقام في الركعتين الأُولَيَيْنِ، ولم يَجْلِسْ فقام الناس معه،
حتى إذا قضى الصلاة وانتظر الناس تسليمه كَبَّر وهو جالس فسجد سجدتين قبل
أن يُسَلِّمَ ثُمَّ سَلَّمَ
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
salat Zuhur bersama para sahabat, beliau berdiri di dua rakaat pertama
dan tidak duduk (tasyahud awal). Orang-orang pun ikut berdiri bersama
beliau. Hingga tatkala beliau telah menyelesaikan salat dan orang-orang
menunggu salam, beliau bertakbir dalam keadaan duduk lalu sujud dua kali
sebelum salam. Kemudian beliau salam. |
عن عبد الله بن بُحَيْنَةَ -رضي الله
عنه- وكان من أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم- «أن النبي -صلى الله عليه
وسلم- صلَّى بهم الظهر فقام في الركعتين الأُولَيَيْنِ، ولم يَجْلِسْ، فقام
الناس معه، حتى إذا قضى الصلاة وانتظر الناس تسليمه: كَبَّرَ وهو جالس فسجد
سجدتين قبل أن يُسَلِّمَ ثُمَّ سَلَّمَ».
Dari Abdullah bin Buḥainah
-raḍiyallāhu 'anhu-, ia termasuk sahabat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- salat Zuhur bersama para
sahabat, beliau berdiri di dua rakaat pertama dan tidak duduk (tasyahud
awal). Orang-orang pun ikut berdiri bersama beliau. Hingga tatkala
beliau telah menyelesaikan salat dan orang-orang menunggu salam, beliau
bertakbir dalam keadaan duduk lalu sujud dua kali sebelum salam.
Kemudian beliau salam."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
صلى النبي -صلى الله عليه وسلم- بأصحابه
صلاة الظهر، فلما صلى الركعتين الأُولَيَيْن قام بعدهما، ولم يجلس للتشهد
الأول، فتابعه المأمومون على ذلك.
حتى إذا
صلى الركعتين الأُخريين، وجلس للتشهد الأخير، وفرغ منه، وانتظر الناس
تسليمه، كبَّر وهو في جلوسه، فسجد بهم سجدتين قبل أن يسلم مثل سجود صُلْبِ
الصلاة، وهي سجدتي السهو، ثم سلم، وكان ذلك السجود جبراً للتشهد المتروك.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengerjakan salat Zuhur bersama para sahabat. Ketika beliau telah
mengerjakan dua rakaat pertama beliau langsung berdiri, tanpa melakukan
duduk tasyahud awal. Para makmum pun mengikuti beliau. Hingga tatkala
beliau telah mengerjakan dua rakaat terakhir, dan duduk untuk tasyahud
akhir hingga selesai, serta orang-orang menunggu salam, beliau bertakbir
dalam keadaan duduk. Lalu beliau sujud bersama mereka dua kali sebelum
salam seperti sujud dalam salat. Selanjutnya beliau salam. Sujud
tersebut menjadi pengganti tasyahud yang tertinggal." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3089 |
|
Hadith 165 الحديث
الأهمية: أقبلت راكبا على حِمار أَتَانٍ، وأنا
يومئذ قد نَاهَزْتُ الاحْتِلامَ، ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- يصلِّي
بالناس بِمِنًى إلى غير جِدار
Tema: Aku pernah datang dengan mengendarai
keledai betina. Saat itu aku sudah melewati masa balig, dan ketika
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sedang mengimami orang-orang
di Mina tanpa ada dinding (di hadapan beliau). |
عن عبد الله بن عَبَّاس -رضي الله
عنهما- قال: أقبلْتُ راكبا على حِمار أَتَانٍ، وأنا يومئذ قد نَاهَزْتُ
الاحْتِلامَ، ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- يصلِّي بالناس بِمِنًى إلى
غير جِدار، مررتُ بين يدي بعض الصفّ، فنزلت، فأرسلتُ الأَتَانَ تَرْتَعُ،
ودخلتُ في الصفّ، فلم يُنْكِرْ ذلك عليَّ أحد.
Dari Abdullah bin Abbas -radhiyallahu
'anhumā-, ia berkata, "Aku pernah datang dengan mengendarai keledai
betina. Saat itu aku sudah melewati masa baligh, dan ketika Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sedang mengimami orang-orang di Mina
tanpa ada dinding (di hadapan beliau). Aku pun lewat di satu barisan
lalu turun. Aku biarkan keledai merumput dan aku masuk ke dalam barisan.
Tidak ada seorang pun yang mengingkari perbuatanku itu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما-
أنه لما كان مع النبي -صلى الله عليه وسلم- في مِنى في حجة الوداع، أقبل
راكباً على أَتَان -حمار أنثى- فمرّ على بعض الصف، والنبي -صلى الله عليه
وسلم- يصلى بأصحابه ليس بين يديه جِدار، فنزل عن الأَتَان وتركها ترعى،
ودخل هو في الصف.
وأخبر
-رضى الله عنه- أنه في ذلك الوقت قد قارب البلوغ، يعنى في السن التي ينكر
عليه فيها لو كان قد أتى مُنكراً يفسد على المصلين صلاتهم، ومع هذا فلم
ينكر عليه أحد، لا النبي -صلى الله عليه وسلم-، ولا أحد من أصحابه.
Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu
'anhumā- mengabarkan bahwa ketika dia bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- di Mina pada haji wada', ia datang sambil menunggang keledai
betina lalu melewati salah satu barisan, dan saat itu Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- sedang mengimami salat para sahabatnya tanpa ada
dinding di hadapan beliau. Lantas ia turun dari keledai betina dan
membiarkannya merumput, dan ia sendiri masuk dalam barisan. Abdullah bin
Abbas -raḍiyallāhu 'anhu- memberitahukan bahwa pada saat itu dia hampir
mencapai usia balig, yakni dia dalam usia di mana dia akan diingkari
jika melakukan kemungkaran yang dapat merusak salat orang-orang yang
salat. Meskipun demikian, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya,
baik Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- maupun salah seorang
sahabatnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3090 |
|
Hadith 166 الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان يرفع
يديه حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إذا افْتَتَحَ الصلاة، وإذا كبّر للرُّكُوعِ،
وإذا رفع رأسه من الركوع رَفَعَهُمَا كذلك
Tema: Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua pundaknya ketika
mengawali salat dan ketika bertakbir untuk rukuk. Apabila beliau
mengangkat kepalanya dari rukuk, beliau juga mengangkat keduanya seperti
itu. |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما- أن
النبي -صلى الله عليه وسلم- كان يرفع يديه حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إذا
افْتَتَحَ الصلاة، وإذا كبّر للرُّكُوعِ ، وإذا رفع رأسه من الركوع
رَفَعَهُمَا كذلك، وقال: سَمِعَ الله لمن حَمِدَهُ رَبَّنَا ولك الحمد،
وكان لا يفعل ذلك في السُّجُودِ.
Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-,
"Bahwasanya Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengangkat
kedua tangannya sejajar dengan kedua pundaknya ketika mengawali salat
dan ketika bertakbir untuk rukuk. Apabila beliau mengangkat kepalanya
dari rukuk, beliau juga mengangkat keduanya seperti itu dan mengucapkan,
"Sami'allāhu liman ḥamidah, rabbānā wa laka al-ḥamdu (Allah mendengar
orang yang memuji-Nya. Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala pujian)." Beliau
tidak melakukan hal itu ketika sujud.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الصلاة عبادة عظيمة، فكل عضو في البدن
له فيها عبادة خاصة.
ومن ذلك،
اليدان فلهما وظائف، منها رفعهما عند تكبيرة الإحرام، والرفع زينة للصلاة
وتعظيم لله -تعالى-، ويكون رفع اليدين إلى مقابل منكبيه، ورفعهما أيضاً
للركوع في جميع الركعات، وإذا رفع رأسه من الركوع، في كل ركعة، وفي هذا
الحديث، التصريح من الراوي: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- لا يفعل ذلك في
السجود حيث إنه هوي ونزول.
Salat merupakan ibadah yang agung.
Setiap organ tubuh dalam salat ini memiliki ibadah khusus. Di antaranya,
dua tangan. Keduanya memiliki beberapa fungsi, yaitu mengangkat keduanya
ketika takbiratul ihram, mengangkatnya merupakan perhiasan bagi salat,
sekaligus pengagungan terhadap Allah -Ta'ālā-. Mengangkat kedua tangan
dilakukan sejajar dengan kedua pundak, juga mengangkat keduanya untuk
rukuk dalam semua rakaat, dan ketika mengangkat kepalanya dari rukuk di
setiap rakaat. Dalam hadis ini ada penjelasan dari perawi bahwa Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak melakukan hal itu ketika sujud,
karena sujud merupakan (posisi) jatuh dan turun. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3095 |
|
Hadith 167 الحديث
الأهمية: عَلَّمَنِي رسولُ الله -صلى الله عليه
وسلم- التَّشَهُّد، كفِّي بين كفيه، كما يُعَلِّمُنِي السورة من القرآن
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengajariku doa tasyahud, telapak tanganku ada di antara dua
telapak tangan beliau, sebagaimana beliau mengajariku surah dalam
Al-Qur`ān. |
عن عبد الله بن مَسْعُود -رضي الله عنه-
قال: عَلَّمَنِي رسول الله -صلى الله عليه وسلم- التَّشَهُّد، كَفِّي بين
كفيه، كما يُعَلِّمُنِي السورة من القرآن: التَّحِيَّاتُ للَّه,
وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السلام عليك أيها النبي ورحمة الله
وبركاته، السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين، أشهد أن لا إله إلا الله
وأشهد أن محمدا عبده ورسوله».
وفي لفظ:
«إذا قعد أحدكم في الصلاة فليقل: التحيات لله...» وذكره، وفيه: «فإنكم إذا
فعلتم ذلك فقد سَلَّمْتُمْ على كل عبد صالح في السماء والأرض ...» وفيه: «
... فَلْيَتَخَيَّرْ من المسألة ما شاء».
Dari Abdullah bin Mas'ud -raḍiyallāhu
'anhu- ia menuturkan, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengajariku doa tasyahud, telapak tanganku ada di antara dua telapak
tangan beliau, sebagaimana beliau mengajariku surah dalam Al-Qur`ān;
"At-tahiyyātu lillāh, waṣṣalawātu waṭṭayyibāt. Assalāmu'alaika ayyuhan
Nabiyyu warahmatullāhi wa barakātuh. Assalaamu 'alainā wa 'alā
'ibādillāhiṣ ṣālihīn. Asyhadu al lā ilāha illallāh wa asyhadu anna
Muhammadan 'abduhu wa rasūluh (segala ucapan selamat, ṣalawat, dan
kebaikan hanya milik Allah. Semoga keselamatan terlimpah kepadamu wahai
Nabi, dan rahmat Allah serta berkah-Nya. Semoga keselamatan terlimpah
pada kami dan hamba-hamba Allah yang sale. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah
(yang berhak disembah) selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan utusan-Nya)." Dalam redaksi lain, "Apabila salah
seorang dari kalian duduk dalam salat hendaknya mengucapkan,
"At-tahiyyātu lillaah (segala ucapan selamat)...," dan dalam redaksi ini
disebutkan, "Sesungguhnya apabila kalian melakukan hal itu berarti
kalian telah mengucapkan salam pada setiap hamba yang saleh di langit
dan di bumi..." Di dalamnya juga disebutkan, "...hendaknya ia memilih
permintaan (doa) sesuai kehendaknya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يذكر عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه-
أن النبي -صلى الله عليه وسلم- علمه التَّشَهُّد، الذي يقال في جلوس الصلاة
الأول والأخير في الصلاة الرباعية، والثلاثية، وفي الجلوس الأخير في الصلاة
الثنائية، وأن النبي -صلى الله عليه وسلم- اعتنى بتعليمه التشهد، فجعل يده
في يده.
فقد
ابتدأت بتعظيم الله -تعالى-، التعظيم المطلق، وأنه المستحق للصلوات وسائر
العبادات، والطيبات من الأقوال والأعمال والأوصاف.
وبعد أن
أثنى على الله -تعالى- ثنّى بالدعاء للنبي -صلى الله عليه وسلم- بالسلامة
من النقائص والآَفات، وسأل الله له الرحمة والخير، والزيادة الكاملة من
ذلك، ثم دعا لنفسه والحاضرين من الآدميين والملائكة.
ثم عم
بدعائه عباد الله الصالحين كلهم، من الإنس، والجن، والملائكة أهل السماء
والأرض، من السابقين واللاحقين، فهذا من جوامع كلمه -صلى الله عليه وسلم-.
ثم شهد
الشهادة الجازمة بأنه لا معبود بحق إلا الله، وأن محمداً -صلى الله عليه
وسلم- له صفتان:
إحداهما:
أنه متصف بصفة العبودية.
والثانية:
صفة الرسالة.
وكلا
الصفتين، صفة تكريم وتشريف، وتوسط بين الغُلُوِّ والجفاء.
وقد ورد
للتشهد صفات متعددة، ولكن أفضلها وأشهرها تَّشَهُّد ابن مسعود الذي ساقه
المصنف، ويجوز الإتيان بما صح من باقي الصفات.
Abdullah bin Mas'ud -raḍiyallāhu
'anhu- menyebutkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengajarinya doa tasyahud yang diucapkan pada waktu duduk pertama dan
terakhir di salat yang jumlah rakaatnya empat dan tiga, dan dalam duduk
terakhir di salat yang jumlah rakaatnya dua. Dan bahwa Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- serius mengajarinya doa tasyahud ini, hingga beliau
meletakkan tangan beliau di tangannya. Doa ini dimulai dengan
mengagungkan Allah, pengagungan yang mutlak, dan bahwa Dia-lah yang
berhak atas salat dan ibadah-ibadah lainnya, serta kebaikan-kebaikan
yang berupa perkataan, perbuatan maupun sifat-sifat. Setelah menyanjung
Allah, kemudian mengiringinya dengan doa untuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- memohonkan keselamatan dari berbagai kekurangan dan aib. Juga
meminta rahmat dan kebaikan kepada Allah untuk beliau, serta tambahan
yang sempurna dari hal itu. Kemudian berdoa untuk diri sendiri dan yang
hadir dari kalangan manusia dan malaikat. Selanjutnya mencakupkan doanya
untuk hamba-hamba Allah yang saleh semuanya, dari bangsa manusia, jin
dan malaikat, penduduk langit dan bumi, orang-orang yang telah berlalu
dan yang akan datang. Ini termasuk doa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- yang komplit. Kemudian mengucapkan syahadat yang tegas bahwa
tidak ada sesembahan yang hak selain Allah dan bahwa Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memiliki dua sifat: Pertama, beliau
menyandang sifat sebagai hamba; Kedua, sifat sebagai Rasul. Kedua sifat
ini adalah sifat pemuliaan dan penghormatan, serta moderat antara
menyanjung tinggi dan merendahkan. Redaksi tasyahud terdapat di beberapa
riwayat, akan tetapi yang paling baik dan paling populer adalah doa
tasyahud Ibnu Mas'ud yang dibawakan penulis, namun tetap boleh membaca
redaksi lainnya yang sahih. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3096 |
|
Hadith 168 الحديث
الأهمية: لو يعلم المار بين يدي الْمُصَلِّي ماذا
عليه من الإثم، لكان أن يَقِفَ أربعين خيرا له من أن يَمُرَّ بين يديه
Tema: Seandainya orang yang lewat di depan
orang salat itu mengetahui dosa yang dilakukannya, sungguh berdiri
selama empat puluh lebih baik baginya daripada lewat di depannya. |
عن أبي جُهَيْمِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ
الصِّمَّةِ الأنصاري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «لو يعلم المار بين يدي
الْمُصَلِّي ماذا عليه لكان
أن يَقِفَ أربعين خيرا له من أن يَمُرَّ بين يديه».
قال أَبُو
النَّضْرِ: لا أدري: قال أربعين يوما أو شهرا أو سنة.
Dari Abu Juhaim bin Al-Hāriṡ bin
Aṣ-Ṣimmah al-Anṣāri -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Seandainya orang
yang lewat di depan orang salat itu mengetahui dosa yang
dilakukannya,sungguh berdiri selama empat puluh lebih baik baginya
daripada lewat di depannya." Abu An-Naḍar berkata, "Aku tidak tahu ia
mengatakan empat puluh hari atau bulan atau tahun."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
المصلي واقف بين يدي ربه يناجيه
ويناديه، فإذا مرَّ بين يديه في هذه الحال مارٌّ قطع هذه المناجاة وشوّش
عليه عبادته، لذا عَظُم ذنب من تسبب في الإخلال بصلاة المصلي بمروره.
فأخبر
الشارع: أنه لو علم ما الذي ترتب على مروره، من الإثم والذنب، لفضل أن يقف
مكانه الآماد الطويلة على أن يمر بين يدي المصلي، مما يوجب الحذر من ذلك،
والابتعاد منه.
Orang yang salat itu berdiri di
hadapan Rabbnya untuk bermunajat dan menyeru-Nya. Jika dalam kondisi
seperti ini ada seseorang yang lewat di hadapannya, niscaya memutus
munajat dan mengganggu ibadahnya. Dengan demikian, betapa besar dosa
orang yang menyebabkan timbulnya gangguan terhadap salatnya orang yang
salat karena dia melewatinya. Lantas Nabi memberitahu bahwa seandainya
orang itu mengetahui dampak dari lintasannya berupa dosa dan kesalahan,
sungguh dia akan memilih untuk berdiri di tempatnya dalam waktu yang
lama daripada melintas di hadapan orang yang salat, yang mengharuskannya
untuk berhati-hati dan menjauhkan diri darinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3097 |
|
Hadith 169 الحديث
الأهمية: إذا صلَّى أحدكم إلى شيء يَسْتُرُهُ من
الناس، فأراد أحد أن يَجْتَازَ بين يديه فَلْيَدْفَعْهُ، فإن أبى
فَلْيُقَاتِلْهُ؛ فإنما هو شيطان
Tema: Apabila salah seorang dari kalian
salat menghadap sesuatu yang ia jadikan sutrah (pembatas) dari orang
lain, lalu seseorang ingin lewat di depannya hendaknya ia mencegah orang
itu. Jika ia enggan dicegah, hendaknya ia memeranginya. Sesungguhnya
orang itu adalah setan. |
عن أبي سعيد الْخُدْرِيِّ -رضي الله
عنه- مرفوعًا: (إذا صلَّى أحدكم إلى شيء يَسْتُرُهُ من الناس، فأراد أحد أن
يَجْتَازَ بين يديه فَلْيَدْفَعْهُ، فإن أبى فَلْيُقَاتِلْهُ؛ فإنما هو
شيطان).
Tema: Dari Abu Sa'īd al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Apabila salah seorang dari kalian salat menghadap
sesuatu yang ia jadikan sutrah (pembatas) dari orang lain, lalu
seseorang ingin lewat di depannya hendaknya ia mencegah orang itu. Jika
ia enggan dicegah, hendaknya ia memeranginya. Sesungguhnya orang itu
adalah setan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يأمر الشرع باتخاذ الحزم والحيطة في
الأمور كلها، وأهم أمور الدين والدنيا الصلاة، لذا حثَّ الشارع الحكيم على
العناية بها واتخاذ السُتْرة لها إذا دخلَ المصلي في صلاته لتستره من
الناس، حتى لا ينقصوا صلاته بمرورهم بين يديه، وأقبل يناجي ربه، فإذا أراد
أحد أن يجتاز بين يديه، فليدفع بالأسهل فالأسهل، فإن لم يندفع بسهولة ويسر،
فقد أسقط حرمته، وأصبح معتدياً، والطريق لوقف عدوانه، المقاتلة بدفعه
باليد، فإن عمله هذا من أعمال الشياطين، الذين يريدون إفساد عبادات الناس،
والتلبيس عليهم في صلاتهم.
Syariat memerintahkan untuk tegas dan
hati-hati dalam segala perkara. Urusan agama dan dunia yang paling
penting adalah salat. Karenanya, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- yang bijak menganjurkan untuk memperhatikan salat dan membuat
sutrah (pembatas) apabila seseorang hendak mengerjakan salat untuk
membatasinya dari orang lain. Sehingga mereka tidak mengganggu salatnya
dengan lewat di hadapannya, sedang ia bermunajat pada Allah. Apabila
seseorang ingin lewat di hadapannya, hendaknya ia menghalau dengan
ringan. Jika orang itu tidak mengindahkan halauan ringan, berarti
kehormatannya telah gugur dan ia termasuk orang yang melampaui batas.
Dan cara untuk menghentikan tindakannya ini adalah memeranginya dengan
mendorongnya pakai tangan. Sebab tindakan orang itu termasuk perbuatan
setan yang ingin merusak ibadah manusia dan menggangu salat mereka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3098 |
|
Hadith 170 الحديث
الأهمية: أكل المحرم من صيدٍ لم يُصَد لأجله ولا
أعان على صيده
Tema: Muhrim (orang yang sedang melakukan
ihram) memakan binatang buruan yang diburu bukan untuknya dan ia tidak
membantu dalam pemburuannya. |
عن أبي
قَتَادَةَ الأنصاري -رضي الله عنه- «أن رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- خرج حاجًّا، فخرجوا معه، فصرف طائفة منهم -فيهم أبو قَتَادَةَ- وقال:
خذوا ساحِل البحر حتى نَلْتَقِيَ. فأخذوا ساحل البحر، فلما انصرفوا أحرموا
كلهم، إلا أبا قَتَادَةَ فلم يُحرم، فبينما هم يسيرون إذ رأوا حُمُرَ
وَحْشٍ، فحمل أبو قَتَادَةَ على الْحُمُرِ، فَعَقَرَ منْها أَتَانَاً،
فنزلنا فأكلنا من لحمها، ثم قلنا: أنأكل لحم صيد، ونحن محرمون؟ فحملنا ما
بقي من لحمها فأدركنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، فسألناه عن ذلك؟
فقال: منكم أحد أمره أن يحمل عليها، أو أشار إليها؟ قالوا: لا، قال: فكلوا
ما بقي من لحمها»، وفي رواية: «قال: هل معكم منه شيء؟ فقلت: نعم، فناولته
الْعَضُدَ ، فأكل منها».
Dari Abu Qatādah Al-Anṣāri
-raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pergi melaksanakan haji, lalu para sahabat pun ikut bersamanya. Lantas
sekelompok sahabat -di antaranya Abu Qatādah- berangkat. Beliau berkata,
"Ambillah jalur pantai sampai kita bertemu." Mereka pun menempuh pantai.
Setelah rombongan pergi, mereka pun melakukan ihram kecuali Abu Qatādah.
Dia tidak melakukan ihram. Saat mereka berjalan, tiba-tiba mereka
melihat keledai-keledai liar. Seketika Abu Qatādah menyerang keledai itu
lalu menyembelihnya. Kami pun berhenti lalu menyantap dagingnya. Lantas
kami bertanya, "Bolehkah kita makan daging buruan padahal kita sedang
melaksanakan ihram?" Kami pun membawa sisa dagingnya kemudian bertemu
dengan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kami bertanya mengenai
hal itu kepada beliau. Beliau bertanya, "Apakah ada seseorang di antara
kalian yang menyuruhnya untuk memburu keledai atau memberi isyarat
kepada keledai itu?" Mereka menjawab, "Tidak." Beliau bersabda,
"Makanlah sisa dagingnya." Dalam riwayat lain disebutkan, "Apakah kalian
membawa sisanya?" Aku jawab, "Ya." Lantas aku menyodorkan lengan atas
(keledai) kepada beliau lalu beliau pun menyantapnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
خرج النبي -صلى الله عليه وسلم- عام
الْحُدَيْبِيَة، يريد العُمْرة.
وقبل أن
يصل إلى محرم المدينة، القريب منها، وهو "ذو الحليفة" بلغه أنَّ عَدُوُّاً
أتى من قِبَل ساحل البحر يريده، فأمر طائفة من أصحابه -فيهم أبو قتادة- أن
يأخذوا ذات اليمين، على طريق الساحل، ليصدُّوه، فساروا نحوه. فلما انصرفوا
لمقابلة النبي -صلى الله عليه وسلم- في ميعاده، أحرموا إلا أبا قتادة فلم
يحرم، وفي أثناء سيرهم، أبصروا حُمُر وَحْش، وتمنوا بأنفسهم لو أبصرها أبو
قتادة لأنه حلال، فلما رآها حمل عليهاْ فعقر منها أَتاناً، فأكلوا من
لحمها.
ثم وقع
عندهم شكٌّ في جوازِ أكلهم منها وهم محرمون، فحملوا ما بقي من لحمها حتى
لحقوا بالنبي -صلى الله عليه وسلم-، فسألوه عن ذلك فاستفسر منهم: هل أمره
أحد منهم، أو أعانه بدلالة، أو إشارة؟ قالوا: لم يحصل شيء من ذلك.
فَطَمْأَن
قلوبهم بأنها حلال، إذ أمرهم بأكل ما بقي منها، وأكل هو -صلى الله عليه
وسلم- منها تطييبًا لقلوبهم.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
berangkat pada tahun perjanjian Hudaibiyah hendak melaksanakan umrah.
Sebelum sampai ke tempat ihram yang dekat dengan Madinah, yaitu Żul
Ḥulaifah, beliau mendapatkan berita bahwa musuh telah datang dari arah
pantai hendak menyerangnya. Lantas beliau memerintahkan sekelompok
sahabat -di antaranya Abu Qatādah- agar menempuh jalur sebelah kanan
melalui jalan pantai untuk menghalangi musuh. Mereka pun berjalan menuju
pantai. Ketika mereka berangkat untuk bertemu dengan Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- di tempat yang telah ditentukan, mereka pun melakukan
ihram kecuali Abu Qatādah. Dia tidak melakukan ihram. Saat dalam
perjalanan itulah mereka melihat keledai-keledai liar dan mereka
berharap seandainya Abu Qatādah melihatnya karena dia tidak melakukan
ihram. Saat Abu Qatādah melihat keledai-keledai itu, ia pun menyerangnya
dan menyembelih seekor keledai lalu mereka menyantap dagingnya.
Tiba-tiba timbul keraguan dalam diri mereka mengenai kebolehan menyantap
keledai tersebut ketika mereka sedang melakukan ihram. Lantas mereka
membawa sisa dagingnya sampai bertemu dengan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-. Mereka bertanya kepada beliau mengenai keledai itu. Beliau
meminta penjelasan dari mereka, "Apakah seseorang dari mereka menyuruh
Abu Qatādah untuk memburunya atau membantunya dengan memberi petunjuk
atau isyarat?" Mereka menjawab, "Hal itu tidak terjadi." Beliau
menenangkan mereka bahwa keledai itu halal. Beliau menyuruh mereka untuk
menyantap daging yang masih tersisa dan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- pun menyantapnya untuk memberi ketenangan dalam hati mereka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3099 |
|
Hadith 171 الحديث
الأهمية: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
يقرأ في الركعتين الأُولَيَيْنِ من صلاة الظهر بفاتحة الكتاب وسورتين،
يُطَوِّلُ في الأولى، و يُقَصِّرُ في الثانية، و يُسْمِعُ الآية أحيانًا
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- biasa membaca Al-Fātiḥah dan dua surah di dua rakaat pertama
salat Zuhur. Beliau memanjangkan bacaan pada rakaat pertama dan
memendekkannya pada rakaat kedua. Terkadang beliau memperdengarkan
bacaannya. |
عن أبي قَتَادَةَ الأَنْصَارِيِّ -رضي
الله عنه- قال: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقرأ في الركعتين
الأُولَيَيْنِ من صلاة الظهر بفاتحة الكتاب وسورتين، يُطَوِّلُ في الأولى،
و يُقَصِّرُ في الثانية، و يُسْمِعُ الآية أحيانا، وكان يقرأ في العصر
بفاتحة الكتاب وسورتين يُطَوِّلُ في الأولى، و يُقَصِّرُ في الثانية، وفي
الركعتين الأُخْرَيَيْنِ بِأُمِّ الكتاب، وكان يُطَوِّلُ في الركعة الأولى
من صلاة الصبح، ويُقَصِّرُ في الثانية.
Dari Abu Qatādah Al-Anṣāri
-raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- biasa membaca Al-Fātiḥah dan dua surah di dua rakaat pertama
salat Zuhur. Beliau memanjangkan bacaan pada rakaat pertama dan
memendekkannya pada rakaat kedua. Terkadang beliau memperdengarkan
bacaannya. Dan diwaktu salat Asar beliau membaca Al-Fātiḥah dan dua
surat, beliau memanjangkan rakaat pertama dan memendekkan rakaat kedua.
Dan di dua rakaat terakhir beliau hanya membaca Al-Fātiḥah saja. Beliau
memanjangkan bacaan surah pada rakaat pertama salat Subuh dan agak
pendek pada rakaat kedua."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- من
عادته أن يقرأ بعد سورة الفاتحة غيرها من القرآن في الركعتين الأُوليين من
صلاة الظهر والعصر، ويطول في الأولى عن الثانية، ويسمع أصحابه ما يقرأ
أحيانا، ويقرأ في الثالثة والرابعة بالفاتحة فقط، وكان يطول في صلاة الصبح
في القراءة ويقصر في الثانية.
لكن لو
قرأ الإنسان أحيانًا في الثالثة أو الرابعة بسورة بعد الفاتحة جاز؛ لورود
أدلة أخرى بذلك.
Kebiasaan Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- setelah membaca Al-Fātiḥah dan juga membaca surah
lain di dua rakaat pertama salat Zuhur dan Asar. Beliau lebih
memanjangkan bacaan rakaat pertama dibanding rakaat kedua. Terkadang
beliau memperdengarkan bacaannya kepada para sahabat. Pada rakaat ketiga
dan keempat beliau hanya membaca Al-Fātiḥah saja. Di waktu salat Subuh,
beliau memanjangkan bacaan surah pada rakaat pertama dan memperpendek
dalam rakaat kedua. Tetapi jika seseorang telah membaca Al-Fātiḥah
kemudian membaca surah pada rakaat ketiga dan keempat, maka hukumnya
boleh, berdasarkan dalil-dalil lain tentang hal tersebut. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3100 |
|
Hadith 172 الحديث
الأهمية: إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله،
يُخَوِّفُ الله بهما عباده، وإنهما لا يَنْخَسِفَان لموت أحد من الناس،
فإذا رأيتم منها شيئا فَصَلُّوا، وَادْعُوا حتى ينكشف ما بكم
Tema: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah
dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Allah menakut-nakuti
hamba-hamba-Nya dengan keduanya. Sesungguhnya keduanya tidak mengalami
gerhana karena kematian seorang manusia. Jika kalian mendapati gerhana,
maka salatlah dan berdoalah hingga lenyap apa yang menimpa kalian
(gerhana)! |
عن أبي مسعود عُقبة بن عَمْرو الأنصاري
البَدْري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله،
يُخَوِّفُ الله بهما عباده، وإنهما لا يَنْخَسِفَان لموت أحد من الناس،
فإذا رأيتم منها شيئا فَصَلُّوا، وَادْعُوا حتى ينكشف ما بكم»
Tema: Dari Abu Mas'ūd Uqbah bin 'Amru
Al-Anṣāri Al-Badri -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Sesungguhnya
matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah.
Allah menakut-nakuti hamba-hamba-Nya dengan keduanya. Sesungguhnya
keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seorang manusia. Jika
kalian mendapati gerhana, maka salatlah dan berdoalah hingga lenyap apa
yang menimpa kalian (gerhana)!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
بيَّن -صلى الله عليه وسلم- أن الشمس
والقمر من آيات الله الدالة على قدرته وحكمته، وأن تغيُّر نظامهما الطبيعي،
لا يكون لحياة العظماء أو موتهم كما يعتقد أهل الجاهلية فلا تؤثر فيهما
الحوادث الأرضية.
وإنما
يكون ذلك لأجل تخويف العباد، من أجل ذنوبهم وعقوباتهم فيجددوا التوبة
والإنابة إلى الله تعالى.
ولذا
أرشدهم أن يفزعوا إلى الصلاة والدعاء، حتى ينكشف ذلك عنهم وينجلي، ولله في
كونه أسرار وتدبير.
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menjelaskan bahwa matahari dan bulan merupakan bagian dari
tanda-tanda Allah yang menunjukkan kekuasaan dan hikmah-Nya, dan
sesungguhnya perubahan sistemnya yang alami bukan karena kehidupan
orang-orang besar atau kematiannya, sebagaimana yang diyakini oleh
orang-orang jahiliah. Kedua hal itu (gerhana) tidak dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian bumi, tetapi itu terjadi demi menakut-nakuti manusia
karena dosa-dosa dan hukuman untuk mereka. Dengan demikian, hendaknya
kalian memperbaharui taubat dan kembali kepada Allah -Ta'ālā-. Untuk
itu, beliau memberikan petunjuk kepada mereka agar segera melaksanakan
salat dan berdoa hingga gerhana dapat tersingkap dan jelas. Sungguh,
Allah memiliki rahasia-rahasia dan pengaturan di alam semesta-Nya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3101 |
|
Hadith 173 الحديث
الأهمية: إن هذه الآيات التي يُرْسِلُهَا الله
-عز وجل-: لا تكون لموت أحد ولا لحياته، ولكن الله يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ
بها عباده، فإذا رأيتم منها شيئا فَافْزَعُوا إلى ذكر الله ودُعَائِهِ
وَاسْتِغْفَارِهِ
Tema: Sesungguhnya ayat-ayat yang Allah
-'Azzā wa Jallā- kirimkan ini terjadi bukan karena kematian atau
kehidupan seseorang, akan tetapi Allah mengirimkannya untuk
menakut-nakuti para hamba-Nya. Maka apabila kalian melihat sesuatu
darinya, bersegeralah berzikir pada Allah, berdoa dan memohon ampunan
pada-Nya. |
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه-
قال: خَسَفَت الشمس على زمان رسول الله -صلى الله عليه وسلم-. فقام
فَزِعًا، ويخشى أن تكون الساعة، حتى أتى المسجد، فقام، فصلى بأطول قيام
وسجود، ما رأيته يفعله في صلاته قطُّ، ثم قال: إن هذه الآيات التي
يُرْسِلُهَا الله -عز وجل-: لا تكون لموت أحد ولا لحياته، ولكن الله
يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بها عباده، فإذا رأيتم منها شيئا فَافْزَعُوا إلى
ذكر الله و دُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ.
Dari Abu Musa al-Asy'arī -raḍiyallāhu
'anhu- menuturkan, "Gerhana matahari terjadi di zaman Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Maka beliau bangkit dalam kondisi takut
dan khawatir akan datangnya kiamat, hingga beliau tiba di masjid. Beliau
berdiri lalu mengerjakan salat dengan berdiri dan sujud yang paling
lama, yang mana sebelumnya aku tidak pernah melihat beliau melakukannya
dalam salat beliau. Kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya ayat-ayat
yang Allah -'Azzā wa Jallā- kirimkan ini terjadi bukan karena kematian
atau kehidupan seseorang, akan tetapi Allah mengirimkannya untuk
menakut-nakuti para hamba-Nya. Maka apabila kalian melihat sesuatu
darinya, bersegeralah berzikir pada Allah, berdoa dan memohon ampunan
pada-Nya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
لما ذهب ضوء الشمس أو شيء منه في عهد
النبي -صلى الله عليه وسلم- قام فزعًا، لأن معرفته الكاملة بربه -تعالى-
أوجبت له أن يصير كثير الخوف وشديد المراقبة؛ لضلال أكثر أهل الأرض
وطغيانهم أو أن ساعة النفخ في الصور حضرت فدخل المسجد، فصلى بالناس صلاة
الكسوف، فأطال إطالة لم تعهد من قبلُ إظهارا للتوبة والإنابة، فلما فرغ
المصطفى من مناشدته ربه ومناجاته، توجه إلى الناس يعظهم، ويبين لهم أن هذه
الآيات يرسلها الله عبرة لعباده، وتذكيرا وتخويفا، ليبادروا إلى الدعاء
والاستغفار والذكر والصلاة.
Ketika cahaya matahari atau
sebagiannya redup di masa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau
bangkit dengan penuh rasa takut, sebab ma'rifatullah beliau yang
sempurna mengharuskan beliau menjadi begitu takut dan sangat merasa
diawasi Allah, karena sebagian besar penduduk bumi tersesat dan
melampaui batas atau karena waktu peniupan sangkakala telah tiba. Beliau
pun segera masuk masjid, lalu menunaikan salat kusuf (gerhana) dengan
banyak orang. Beliau mengerjakannya dengan durasi panjang yang belum
pernah beliau lakukan sebelumnya sebagai amalan yang menunjukkan taubat
dan kembali pada Allah. Ketika Nabi Al-Muṣṭafa selesai memohon dan
bermunajat pada Allah, beliau menghadap ke arah manusia, lalu menasehati
mereka dan menjelaskan bahwa ayat-ayat (kebesaran Allah) ini Allah
kirimkan sebagai pelajaran bagi manusia, untuk mengingatkan dan menakuti
mereka agar mereka segera berdoa, memohon ampunan, berzikir dan
mengerjakan salat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3102 |
|
Hadith 174 الحديث
الأهمية: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
يدعو: اللَّهُمَّ إني أعوذ بك من عذاب القبر، وعذاب النار، ومن فتنة
الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، ومن فتنة الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- biasa berdoa, "Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari siksa kubur, siksa neraka, fitnah kehidupan dan kematian, juga dari
fitnah Al-masih Dajal." |
عن أبي هُرَيْرَةَ -رضي الله عنه- قال:
كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يدعو: اللَّهُمَّ
إني أعوذ بك من عذاب القبر، وعذاب النار، ومن فتنة الْمَحْيَا
وَالْمَمَاتِ، ومن فتنة الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ».
وفي لفظ
لمسلم: «إذا تَشَهَّدَ أحدكم فَلْيَسْتَعِذْ بالله من أَرْبَعٍ، يقول:
اللهُمَّ إني أعوذ بك من عذاب جَهَنَّم...». ثم ذكر نحوه.
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
ia mengatakan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdoa,
"Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, siksa
neraka, fitnah kehidupan dan kematian juga dari fitnah Al-masih Dajal."
Dalam redaksi Muslim, "Apabila salah seorang dari kalian telah
bertasyahud hendaknya ia memohon perlindungan kepada Allah dari empat
hal, yakni ia mengucapkan: Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari siksa Jahanam...", kemudian ia menyebutkan seperti hadis
di atas.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
استعاذ النبي -صلى الله عليه وسلم-
بالله من أربع، وأمرنا أن نستعيذ بالله في تشهدنا في الصلاة من تلك الأربع،
من عذاب القبر، وعذاب النار، ومن شهوات الدنيا وشبهاتها، ومن فتنة
الْمَمَات، استعاذ منها؛ لعظم خطرها، وفتن القبر التي هي سبب عذابه، ومن
فتن المحيا فتنة الدَّجَّالين الذين يظهرون على الناس بصورة الحق، وهم
متلبسون بالباطل، وأعظمهم فتنة، الذي صحت الأخبار بخروجه في آخر الزمان،
وهو المسيح الدَّجَّال؛ ولذلك خصه بالذكر.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memohon perlindungan kepada Allah dari empat hal, dan beliau
memerintahkan kita untuk meminta perlindungan kepada Allah dalam
tasyahud kita ketika salat dari empat hal tersebut. Yakni dari siksa
kubur, siksa neraka, syahwat dunia dan syubhat-syubhatnya, serta dari
fitnah kematian. Beliau memohon perlindungan dari hal-hal tersebut
karena sangat berbahaya. Fitnah kubur merupakan sebab siksa kubur.
Termasuk fitnah kehidupan adalah fitnah para Dajal (para pendusta) yang
menampilkan diri pada manusia dalam wujud kebenaran, padahal mereka
berbalut kebatilan. Dan fitnah paling besar di antara mereka adalah
Dajal yang mana hadis-hadis sahih telah memberitakan keluarnya di akhir
zaman, ia adalah al-masih (yang suka berkelana) Dajal. Karenanya, beliau
menyebutkannya secara khusus. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3103 |
|
Hadith 175 الحديث
الأهمية: يا رسول الله، بأبي أنت وأمي،
أَرَأَيْتَ سُكُوتَكَ بين التكبير والقراءة: ما تقول؟ قال: أقول:
اللَّهُمَّ باعد بيني وبين خطاياي كما باعدت بين المشرق والمغرب. اللهم
نَقِّنِي من خطاياي كما يُنَقَّى الثوب الأبيض من الدَّنَسِ. اللهم اغسلني
من خطاياي بالماء والثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Tema: Wahai Rasulullah! Demi bapak dan ibuku
sebagai tebusanmu, bagaimana pendapatmu mengenai diammu antara takbir
dan bacaan (Al-Fātiḥah), apa yang engkau ucapkan?" Beliau menjawab, Aku
mengucapkan, "Ya Allah, jauhkanlah antara aku dengan
kesalahan-kesalahanku, sebagaimana engkau menjauhkan antara timur dan
barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana
kain putih yang dibersihkan dari noda. Ya Allah, basuhlah aku dari
kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan es." |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: كان
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- إذا كَبَّرَ في الصلاة سكت هُنَيْهَةً قبل
أن يقرأ، فقلت: يا رسول الله، بأبي أنت وأمي، أَرَأَيْتَ سُكُوتَكَ بين
التكبير والقراءة: ما تقول؟ قال: أقول: اللَّهُمَّ باعد بيني وبين خطاياي
كما باعدت بين المشرق والمغرب. اللهم نَقِّنِي من خطاياي كما يُنَقَّى
الثوب الأبيض من الدَّنَسِ. اللهم اغْسِلْني من خطاياي بالماء والثَّلْجِ
وَالْبَرَدِ.
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, "Biasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- setelah
bertakbir ketika salat beliau diam sejenak sebelum membaca (Al-Fātiḥah).
Lantas aku bertanya, "Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku sebagai
tebusanmu, bagaimana pendapatmu mengenai diammu antara takbir dengan
bacaan (Al-Fātiḥah), apa yang engkau ucapkan?" Beliau menjawab, "Aku
mengucapkan, "Ya Allah, jauhkanlah antara aku dengan
kesalahan-kesalahanku, sebagaimana engkau menjauhkan antara timur dan
barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana
kain putih yang dibersihkan dari noda. Ya Allah, basuhlah aku dari
kesalahan-kesalahanku dengan air, salju, dan es."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا كبر
للصلاة تكبيرة الإحرام، خفض صوته مدة قليلة قبل أن يقرأ الفاتحة.
وكان
الصحابة يعلمون أنه يقول شيئاً في هذه السكتة، إما لأن الصلاة كلها ذكر لا
سكوت فيها لغير استماع, وإما لحركة من النبي صلى الله عليه وسلم يعلم بها
أنه يقرأ، ولحرص أبي هريرة-رضي الله عنه- على العلم والسنة قال: أفديك
يارسول الله بأبي وأمي، ماذا تقول في هذه السكتة التي بين التكبير
والقراءة؟
فقال:
أقول: " اللهم باعد بيني وبين خطاياي كما باعدت بين المشرق والمغرب، اللهم
نقني من خطاياي، كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس، اللهم اغسلني من خطاياي
بالماء والثلج والبرد ".
وهذا دعاء
في غاية المناسبة في هذا المقام الشريف، موقف المناجاة، لأن المصلي يتوجه
إلى الله-تعالى- في أن يمحو ذنوبه وأن يبعد بينه وبينها إبعاداً لا يحصل
معه لقاء، كما لا لقاء بين المشرق والمغرب أبدًا, وأن يزيل عنه الذنوب
والخطايا وينقيه منها، كما يزال الوسخ من الثوب الأبيض، وأن يغسله من
خطاياه ويبرد لهيبها وحرها، - بهذه المنقيات الباردة؛ الماء، والثلج،
والبرد. وهذه تشبيهات، في غاية المطابقة.
وبهذا
الدعاء يكون متخلصا من آثار الذنوب فيقف بين يدي الله عز وجل على أكمل
الحالات، والأولى أن يعمل الإنسان بكل الاستفتاحات الصحيحة الواردة، يعمل
بهذا تارة، وبهذا تارة، وإن كان حديث أبي هريرة هذا أصحها. والله أعلم.
Biasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- apabila bertakbir untuk salat dengan takbiratul ihram, maka
beliau merendahkan suaranya sejenak sebelum membaca Al-Fātiḥah. Para
sahabat sendiri tahu bahwa beliau mengucapkan sesuatu saat diam ini,
baik karena salat itu seluruhnya merupakan zikir tanpa ada diam di
dalamnya selain untuk menyimak, maupun karena gerakan dari Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang dapat diketahui bahwa beliau sedang
membaca. Mengingat minat Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- terhadap ilmu
dan Sunnah, ia berkata, "Aku menebusmu dengan ayah dan ibuku, wahai
Rasulullah. Apa yang engkau baca ketika diam antara takbir dan bacaan
(Al-Fātiḥah)? Beliau bersabda, "Aku mengucapkan, "Ya Allah jauhkanlah
antara aku dengan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana engkau menjauhkan
antara timur dengan barat. Ya Allah bersihkanlah aku dari
kesalahan-kesalahanku, sebagaimana pakaian putih yang dibersihkan dari
noda. Ya Allah, basuhlah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air,
salju dan es." Doa ini sangat sesuai dalam kedudukan yang mulia ini,
yaitu situasi bermunajat, karena orang yang salat itu sedang menghadap
kepada Allah -Ta'ālā- agar menghapuskan dosa-dosanya dan menjauhkan
antara dirinya dari dosa-dosa itu seperti sejauh mungkin sehingga untuk
bertemu lagi, sebagaimana tidak ada pertemuan antara timur dan barat
selama-lamanya. Juga menghilangkan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahannya,
serta membersihkannya, sebagaimana kotoran dihilangkan dari pakaian
putih, dan membasuhnya dari kesalahan-kesalahannya, mendinginkan
geloranya dan panasnya dengan pembersih yang dingin; air, salju, dan es.
Ini merupakan penyerupaan-penyerupaan yang sangat selaras. Dengan doa
ini maka dia akan selamat dari dampak-dampak dosa, sehingga dia berdiri
di hadapan Allah -'Azza wa Jalla- dalam kondisi yang paling sempurna.
Dan yang lebih utama lagi, hendaknya seseorang mengamalkan semua doa-doa
iftitah yang sahih dan sesuai sunah; kadang membaca doa ini, dan kadang
juga membaca doa yang lain. Meskipun memang hadis Abu Hurairah ini
paling sahih. Allahu a`lam. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3104 |
|
Hadith 176 الحديث
الأهمية: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- إذا
قام إلى الصلاة يُكَبِّرُ حين يقوم، ثم يُكَبِّرُ حين يركع، ثم يقول:
سَمِعَ اللَّه لِمَنْ حَمِدَهُ، حين يَرْفَعُ
صُلْبَهُ من الرَّكْعَةِ
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- apabila melaksanakan salat, beliau bertakbir saat berdiri, lalu
bertakbir ketika rukuk, kemudian mengucapkan, "Sami'allāhu liman
ḥamidahu (Allah mendengar orang yang memuji-Nya)" saat mengangkat tulang
punggungnya dari rukuk." |
عن أبي هُرَيْرَةَ -رضي الله عنه- قال:
كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- إذا قام إلى الصلاة يُكَبِّرُ حين
يقوم، ثم يُكَبِّرُ حين يركع، ثم يقول: سَمِعَ اللَّه لِمَنْ حَمِدَهُ، حين
يَرْفَعُ صُلْبَهُ من
الرَّكْعَةِ، ثم يقول وهو قائم: ربنا ولك الحمد، ثم يُكَبِّرُ حين يَهْوِي،
ثم يُكَبِّرُ حين يَرْفَعُ
رأسه، ثم يُكَبِّرُ حين
يَسْجُدُ، ثم يُكَبِّرُ حين يَرْفَعُ
رأسه، ثم يفعل ذلك في صلاته كلها حتى يقضيها، ويُكَبِّرُ حين يقوم
من الثِّنْتَيْنِ بعد الجلوس،
ثم يقول: أبو هريرة «إني لأشَبَهُكم صلاة برسول الله -صلى الله عليه
وسلم-».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, "Apabila Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melaksanakan salat, beliau bertakbir saat berdiri, lalu bertakbir ketika
rukuk, kemudian mengucapkan, 'Sami'allāhu liman ḥamidah (Allah mendengar
orang yang memuji-Nya)' saat mengangkat tulang punggungnya dari rukuk.
Setelah itu beliau mengucapkan saat berdiri, 'Rabbāna wa laka al-ḥamdu
(wahai Rabb kami, segala puji bagi-Mu).' Lantas beliau bertakbir ketika
turun, lalu bertakbir saat mengangkat kepalanya. Setelah itu bertakbir
ketika sujud lalu bertakbir ketika mengangkat kepalanya. Kemudian beliau
melakukan hal itu dalam salatnya seluruhnya hingga menyelesaikannya, dan
beliau bertakbir saat berdiri setelah dua rakaat dari duduk (tasyahud)."
Selanjutnya Abu Hurairah berkata, "Sesungguhnya aku paling mirip
salatnya dengan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dibanding
kalian."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الصلاة كلها تعظيم لله بالقول والفعل،
في هذا الحديث الشريف بيان شعار الصلاة، وهو إثبات الكبرياء لله -سبحانه
وتعالى- والعظمة، فما جعل هذا شعارها وسمتها، إلا لأنها شرعت لتعظيم الله
وتمجيده.
فحين يدخل
فيها، يكبر تكبيرة الإحرام، وهو واقف معتدل القامة.
وبعد أن
يفرغ من القراءة ويهوى للركوع يكبر.
فإذا رفع
من الركوع، قال: "سمع الله لمن حمده" واستتم قائماً، ثم حمد الله وأثنى
عليه في القيام.
ثم يكبر
في هُوِيه إلى السجود، ثم يكبر حين يرفع رأسه من السجود، ثم يفعل ذلك في
صلاته كلها، حتى يفرغ منها، وإذا قام من التشهد الأول في الصلاة ذات
التشهدين، كبر في حال قيامه، فخص الشارع كل انتقال بالتكبير إلا الرفع من
الركوع.
Salat itu seluruhnya merupakan
pengagungan kepada Allah dengan ucapan dan perbuatan.Hadis mulia ini
mengandung penjelasan syiar salat, yaitu penetapan keangkuhan dan
kebesaran bagi Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- semata. Tidaklah Dia
menjadikannya sebagai syiar dan tanda melainkan karena salat
disyariatkan untuk mengagungkan Allah dan memuliakan-Nya. Saat beliau
memulai salat, beliau bertakbir dengan takbiratul ihram sambil berdiri
dengan postur tegak. Setelah selesai bacaan dan hendak menurunkan kepala
untuk rukuk, beliau bertakbir. Apabila beliau mengangkat kepala dari
rukuk, beliau mengucapkan, "Sami'allāhu liman ḥamidah (Allah mendengar
orang yang memuji-Nya)", beliau menyempurnakan sambil berdiri. Lalu
beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya ketika berdiri. Selanjutnya
beliau bertakbir ketika menurunkan kepala saat hendak sujud lalu
bertakbir ketika mengangkat kepalanya dari sujud. Beliau melakukan hal
itu dalam salatnya seluruhnya hingga selesai. Ketika beliau berdiri dari
tasyahud pertama dalam salat yang ada dua tasyahud, beliau pun bertakbir
saat berdiri. Allah mengkhususkan setiap peralihan gerakan salat dengan
mengucapkan takbir kecuali ketika mengangkat kepala dari rukuk. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3105 |
|
Hadith 177 الحديث
الأهمية: إذا اشْتَدَّ الْحَرُّ فَأَبْرِدُوا
بالصلاة، فإن شدة الْحَرِّ من فَيْحِ جَهَنَّمَ
Tema: Apabila cuaca sangat panas, maka
akhirkan salat Zuhur sampai waktu dingin, karena panas yang sangat terik
itu merupakan hembusan hawa panas neraka Jahanam. |
عن عبد الله بن عُمَرَ وأبي هُرَيْرَةَ
وأبي ذر -رضي الله عنهم- عن النبي - صلى الله عليه وسلم - أنه قال: «إذا
اشْتَدَّ الْحَرُّ فَأَبْرِدُوا
بالصلاة. فإن شدة الْحَرِّ من فَيْحِ جَهَنَّمَ».
Dari Abdullah bin Umar, Abu Hurairah
dan Abu Żar -raḍiyallāhu 'anhum-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, bahwasanya beliau bersabda, "Apabila cuaca sangat panas, maka
akhirkan salat Zuhur sampai waktu dingin, karena panas yang sangat terik
itu merupakan hembusan hawa panas neraka Jahanam."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أمر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن تؤخر
صلاة الظهر عند اشتداد الحر -الذي هو من تنفس ووهج جهنم- إلى وقت البرد
لئلا يشغله الحر والغم عن الخشوع.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memerintahkan untuk mengakhirkan salat Zuhur saat cuaca sangat panas
-yang merupakan nafas dan hembusan Jahanam- sampai waktu dingin agar
terik dan panas tidak menyibukkannya dari kekhusyukan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3106 |
|
Hadith 178 الحديث
الأهمية: إذا قلت لصاحبك: أَنْصِتْ يوم الجمعة
والإمام يَخْطُبُ، فقد لَغَوْتَ
Tema: Jika engkau berkata kepada temanmu
pada hari Jumat, "Diamlah!" saat imam berkhotbah, maka engkau telah
melakukan kesia-siaan. |
عن أبي هُريرة -رضي الله عنه- مرفوعًا:
«إذا قلتَ لصاحبك: أَنْصِتْ يوم الجمعة والإمام يَخْطُبُ، فقد لَغَوْتَ».
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan secara marfū', "Jika engkau berkata kepada temanmu pada
hari Jumat, "Diamlah!" saat imam berkhotbah, maka engkau telah melakukan
kesia-siaan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
من أعظم شعائر الجمعة الخطبتان، ومن
مقاصدها وعظ الناس وتوجيههم، ومن آداب المستمع الواجبة: الإنصات فيهما
للخطيب، ليتدبر المواعظ، ولذا حذر النبي -صلى الله عليه وسلم- من الكلام،
ولو بأقل شيء، مثل نهي صاحبه عن الكلام ولو بقوله: " أنصت"، ومن تكلم
والإمام يخطب فقد لغا فيحرم من فضيلة الجمعة؛ لأنه أتى بما يشغله ويشغل
غيره عن سماع الخطبة.
Di antara ritual (syiar) salat Jumat
yang paling agung adalah dua khotbah. Tujuannya adalah menasihati dan
mengarahkan manusia (kepada kebajikan). Sedangkan adab pendengar,
hendaknya ia menyimak khatib pada kedua khotbah tersebut untuk
merenungkan nasihat-nasihat yang disampaikan. Untuk itu, Nabi -
ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang berbicara meskipun sedikit.
Seperti seseorang melarang temannya bicara meskipun dengan mengucapkan,
"Diamlah!" Siapa yang berbicara saat khatib berkhotbah, maka dia telah
melakukan kesia-siaan dan tidak memperoleh keutamaan Jumat karena dia
telah melakukan hal yang melalaikan dirinya dan melalaikan orang lain
dari menyimak khotbah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3107 |
|
Hadith 179 الحديث
الأهمية: اسْتَأْذَنَ الْعَبَّاسُ بن عَبْدِ
الْمُطَّلِب رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: أن يبيت بمكة ليالي مِنى، من
أجل سِقَايَتِه فأذن له
Tema: Al-'Abbās bin Abdil Muṭṭalib meminta
izin kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaīhi wa sallam- untuk bermalam di
Makkah pada hari-hari di Mina karena tugasnya dalam memberi minum
(jamaah haji). Beliau pun memberinya izin. |
عن عبد الله بن عُمَر -رضي الله عنه-
قال: «اسْتَأْذَنَ الْعَبَّاسُ بن عَبْدِ الْمُطَّلِب رسول الله -صلى الله
عليه وسلم-: أن يبيت بمكة ليالي مِنى، من أجل سِقَايَتِه فأذن له».
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, "Al-'Abbās bin Abdil Muṭṭalib meminta izin kepada
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaīhi wasallam- untuk bermalam di Makkah pada
hari-hari di Mina karena tugasnya dalam memberi minum (jamaah haji).
Beliau pun memberinya izin."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
المبيت بمِنى ليالي التشريق أحد واجبات
الحج التي فعلها النبي -صلى الله عليه وسلم-، فإن الإقامة بـ"منى" تلك
الليالي والأيام من الطاعة لله -تعالى- ومن شعائر الحج.
ولما كانت
سِقاية الحجيج من القُرَبِ المفضلة، لأنها خدمة لحجاج بيته وأضيافه، رخص
-صلى الله عليه وسلم- لعمه العباس في ترك المبيت بـمِنى؛ لكونه قائماً على
السقاية، فيقوم بِسَقْي الحجاج، وهي مصلحة عامة، مما دلَّ على أن غيره، ممن
لا يعمل مثل عمله وليس له عذر ليس له هذه الرخصة.
Bermalam di Mina pada malam-malam
tasyrik adalah salah satu kewajiban haji yang dilakukan oleh Nabi -
ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Sesungguhnya menetap di Mina pada
malam-malam tersebut termasuk ketaatan kepada Allah -Ta'ālā- dan
merupakan bagian dari syiar (ritual) haji. Mengingat perbuatan memberi
minum kepada para jamaah haji termasuk ibadah yang memiliki keutamaan,
karena merupakan pelayanan terhadap para jamaah haji di rumah Allah dan
para tamu-Nya, maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberikan
keringanan kepada pamannya Al-'Abbās untuk tidak bermalam di Mina karena
melakukan tugas memberi minum. Ia pun memberikan minuman kepada para
jamaah haji, dan itu merupakan kepentingan umum yang menunjukkan bahwa
orang lain yang tidak melakukan hal seperti itu dan tidak ada uzur, maka
ia tidak mendapatkan keringanan ini. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3108 |
|
Hadith 180 الحديث
الأهمية: أَسْرِعُوا بِالْجِنَازَةِ فإنها إن
تَكُ صالحة: فخير تُقَدِّمُونَهَا إليه، وإن تَكُ سِوى ذلك: فشرٌ
تَضَعُونَهُ عن رِقَابِكُمْ
Tema: Bersegeralah kalian mengurus jenazah.
Jika jenazah itu baik, maka itu merupakan kebaikan yang kalian
persembahkan kepadanya. Jika selain itu, maka merupakan keburukan yang
kalian letakkan dari leher-leher kalian. |
عن أبي هُرَيْرَةَ -رضي الله عنه- قال:
قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «أَسْرِعُوا بِالْجِنَازَةِ فإنها إن
تَكُ صالحة: فخير تُقَدِّمُونَهَا إليه. وإن تَكُ سِوى ذلك: فشرٌ
تَضَعُونَهُ عن رِقَابِكُمْ».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Bersegeralah kalian mengurus jenazah. Jika jenazah itu baik, maka itu
merupakan kebaikan yang kalian persembahkan kepadanya. Jika selain itu,
maka merupakan keburukan yang kalian letakkan dari leher-leher kalian."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أمر الشارع الحكيم بالإسراع بدفن
الجنازة، والاحتمال الآخر أن المراد الإسراع في تجهيز الميت، من التغسيل
والصلاة والحمل والدفن، وذلك لأنها إذا كانت صالحة، فإنها ستقدم إلى الخير
والفلاح، ولا ينبغي تعويقها عنه، وهي تقول: قَدِّموني قدموني، وإن كانت سوى
ذلك، فهي شر بينكم، فينبغي أن تفارقوه، وتريحوا أنفسكم من عنائه ومشاهدته،
فتخففوا منه بوضعه في قبره.
Allah (pembuat syariat) Yang Maha
Bijaksana memerintahkan untuk bersegera mengubur jenazah. Tafsir lainnya
bahwa yang dimaksud dengan bersegera dalam mengurus jenazah berupa
memandikan, menyalatkan, membawa dan menguburnya. Sebab, jika jenazah
itu baik, maka ia akan disegerakan kepada kebaikan dan keberuntungan,
dan tidak boleh menghalanginya dari kebaikan itu. Jenazah itu berkata,
"Segerakanlah aku! Segerakanlah aku!" Jika selain itu, maka dia
merupakan keburukan di antara kalian, karena itu kalian harus berpisah
dengannya dan kalian dapat menentramkan diri kalian dari kepayahan dan
menyaksikannya. Karena itu ringankanlah diri kalian darinya dengan
meletakannya di kuburnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3109 |
|
Hadith 181 الحديث
الأهمية: ألا أحدثكم حديثا عن الدجال ما حدث به
نبي قومه! إنه أعور، وإنه يجيء معه بمثال الجنة والنار، فالتي يقول إنها
الجنة هي النار
Tema: Maukah kalian aku beritahukan
ciri-ciri fisik Dajal yang tidak pernah diberitahukan oleh seorang Nabi
terdahulu kepada umatnya?! Bahwasanya ia buta sebelah mata dan ia datang
dengan membawa semacam surga dan neraka. Maka apa yang ia sebut sebagai
surga pada hakikatnya adalah neraka. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي
-صلى الله عليه وسلم- قال: ألا أُحَدِّثُكُمْ حديثا عن الدجال ما حدَّثَ به
نبيٌّ قومه! إنه أعور، وإنه يَجيءُ معه بمثالِ الجنة والنار.
Dari Abu Hurairah -raḍiyallahu 'anhu-,
dari Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda,
"Maukah kalian aku beritahukan ciri-ciri fisik Dajal yang tidak pernah
diberitahukan oleh seorang Nabi terdahulu kepada umatnya?! Sungguh ia
buta sebelah mata dan ia datang dengan membawa semacam surga dan neraka.
Maka apa yang ia sebut sebagai surga pada hakikatnya adalah neraka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ما من نبي من الأنبياء إلا أنذر قومه
الدجال الأعور، وأنه لا يأتي إلا في آخر الزمان، أما نبينا -صلى الله عليه
وسلم- فهو الذي فصل البيان في الدجال بما لم يقله الأنبياء والمرسلين قبله،
وأنه يوهم الناس، ويُلبِّس عليهم فيحسبون أن هذا الذي أطاعه أدخله الجنة،
وأن هذا الذي عصاه أدخله النار، والحقيقة بخلاف ذلك.
Tiada seorang Nabi pun kecuali
mengingatkan umatnya tentang (fitnah) Dajal yang buta sebelah matanya.
Dajal tidak muncul kecuali di penghujung kehidupan dunia. Namun, hanya
Nabi kita lah yang menjelaskan secara detail tentang ciri-ciri Dajal ini
yang tidak dijelaskan para Nabi dan Rasul sebelumnya. Dajal senantiasa
mengelabui umat manusia dengan memasukkan ke dalam surganya orang-orang
yang patuh kepadanya, dan yang menentangnya akan dimasukkan ke dalam
nerakanya. Hakikatnya adalah sebaliknya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3110 |
|
Hadith 182 الحديث
الأهمية: اعْتَدِلُوا في السجود، ولا يَبْسُطْ
أحدكم ذِرَاعَيْهِ انْبِسَاطَ الكلب
Tema: Seimbangkanlah posisi kalian dalam
sujud, dan janganlah salah seorang dari kalian menghamparkan kedua
lengannya di atas tanah (ketika sujud) sebagaimana (yang dilakukan)
anjing. |
عن أَنَس بن مالك -رضي الله عنه- عَنْ
النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: «اعْتَدِلُوا في السجود، ولا
يَبْسُطْ أحدكم ذِرَاعَيْهِ انْبِسَاطَ الكلب».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda,
"Seimbangkanlah posisi kalian dalam sujud, dan janganlah salah seorang
dari kalian menghamparkan kedua lengannya di atas tanah (ketika sujud)
sebagaimana (yang dilakukan) anjing."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أمر النبي -صلى الله عليه وسلم-
بالاعتدال في السجود، وذلك بأن يكون المصلي على هيئة حسنة في السجود، حيث
يجعل كفيه على الأرض، ويرفع ذراعيه ويبعدهما عن جَنْبيه، لأن هذه الحال
عنوان النشاط والرغبة المطلوبين في الصلاة، ولأن هذه الهيئة الحسنة تُمكِّن
أعضاء السجود كلها من الأخذ بحظها من العبادة.
ونُهِيَ
عن بسط الذراعين في السجود؛ لأنه دليل الكسل والملل، وفيه تشبه بالكلب، وهو
تشبه بما لا يليق.
Nabi -șallāhu 'alaihi wa sallam-
menyuruh untuk menyeimbangkan sujud sehingga orang yang salat dalam
keadaan baik saat sujud. Yaitu dengan cara meletakkan dua telapak
tangannya di atas tanah dan mengangkat kedua lengannya serta
menjauhkannya dari lambungnya. Sebab, keadaan ini adalah tanda semangat
dan minat yang dituntut dalam salat. Keadaan yang baik ini juga
memungkinkan semua organ sujud bisa mengambil bagiannya dalam ibadah.
Orang yang salat dilarang untuk menghamparkan kedua lengannya (di
lantai) saat sujud, karena itu merupakan tanda kemalasan dan kebosanan,
serta menyerupai anjing. Ini merupakan penyerupaan yang tidak pantas. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3111 |
|
Hadith 183 الحديث
الأهمية: سألت أنس بن مالك: أكان النبي -صلى الله
عليه وسلم- يُصَلِّي في نَعْلَيْهِ؟ قال: نعم
Tema: Aku bertanya kepada Anas bin Malik,
"Apakah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- salat dengan memakai kedua
sandal beliau?" Ia (Anas bin Malik) berkata, “Iya." |
عن مَسْلَمَةَ سَعِيدِ بْنِ يَزِيد قال:
سألت أنس بن مالك: أكان النبي -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّي في
نَعْلَيْهِ؟ قال: «نعم».
Dari Maslamah Sa'īd bin Yazīd ia
berkata, Aku bertanya kepada Anas bin Malik, "Apakah Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- salat dengan memakai kedua sandal beliau?" Ia (Anas
bin Malik) berkata, “Iya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
من المقاصد الشرعية مخالفة أهل الكتاب،
وإزالة كل شيء فيه مشقة وحرج على المسلم، وقد سأل سعيد بن يزيد وهو من ثقات
التابعين أنس بن مالك -رضي الله عنه- عن النبي صلى الله عليه وسلم: أكان
يصلى في نعليه؛ ليكون له قدوة فيه؟ أو كأنه استبعد ذلك لما يكون فيها من
القذر والأذى غالبًا، فأجابه أنس: نعم، كان يصلى في نعليه، وأن ذلك من سنته
المطهرة، وهذا ليس خاصًّا بأرض أو زمن معين.
Di antara tujuan syariat adalah
menyelisihi ahli kitab dan menghilangkan segala sesuatu yang di dalamnya
terdapat kesulitan dan beban terhadap seorang Muslim. Sa'īd bin Yazīd
-salah seorang tabiin yang ṡiqah (terpercaya)- bertanya kepada Anas bin
Malik -raḍiyallāhu 'anhu- tentang Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
"Apakah beliau salat dengan memakai kedua sandal beliau agar menjadi
teladan baginya dalam perkara itu?" Atau seakan-akan ia tidak percaya
tentang hal itu, karena sering kali terdapat kotoran dan gangguan? Maka
Anas pun menjawabnya, "Iya," dahulu beliau salat dengan memakai kedua
sandal beliau, dan hal itu termasuk sunah beliau yang suci. Hal ini
tidak khusus berkaitan dengan tempat atau zaman tertentu. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3112 |
|
Hadith 184 الحديث
الأهمية: والذي نفسي بيده لا تذهب الدنيا حتى يمر
الرجل على القبر، فيتمرغ عليه ويقول: يا ليتني كنت مكان صاحب هذا القبر،
وليس به الدين، ما به إلا البلاء
Tema: Demi Zat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, dunia ini tidak akan hilang sampai seseorang melewati
kuburan, lalu ia berguling-guling di atasnya dan berkata, "Seandainya
aku berada di tempat pemilik kuburan ini," dan tidak ada agama padanya.
Yang ada hanyalah bencana." |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قالَ: قالَ
رَسُولُ اللَّه -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم-: «والذي نفسي بيده لا تذهب
الدنيا حتى يمر الرجل على القبر، فَيَتَمَرَّغَ عليه ويقول: يا ليتني كنت
مكان صاحب هذا القبر، وليس به الدِّينُ، ما به إلا البلاء».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Demi
Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, dunia ini tidak akan hilang sampai
seseorang melewati kuburan, lalu ia berguling-guling di atasnya dan
berkata, "Seandainya aku berada di tempat pemilik kuburan ini," dan
tidak ada agama padanya. Yang ada hanyalah bencana."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا النبي الكريم -صلى الله عليه
وسلم- أنه في آخر الزمان يمر الرجل بقبر الرجل فيتقلب في التراب يريد أن
يكون مكانه مما أصابه من الأنكاد الدنيوية وكثرة الفتن والمحن، وذلك
لاستراحة الميت من نصب الدنيا وعنائها.
وليس في
الحديث تمني الموت وإنما هو إخبار عما سيقع في آخر الزمان.
Nabi yang mulia Muhammad -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- mengabarkan kepada kita bahwa di akhir zaman akan ada
seseorang melewati kuburan orang lain lalu ia berguling-guling di tanah,
dia ingin berada di tempat orang itu karena berbagai keruwetan duniawi,
fitnah, dan ujian yang menderanya. Hal ini disebabkan mayat itu sudah
beristirahat dari kesengsaraan dan keletihan dunia. hadis ini tidak
menjelaskan (pembolehan) mengharapkan kematian, tetapi ini merupakan
pemberitahuan mengenai apa yang akan terjadi di akhir zaman. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3114 |
|
Hadith 185 الحديث
الأهمية: لا تقوم الساعة حتى يحسر الفرات عن جبل
من ذهب يقتتل عليه، فيقتل من كل مائة تسعة وتسعون
Tema: Hari kiamat tidak terjadi hingga
sungai Eufrat menyingkapkan gunung emas (yang membuat manusia) berperang
memperebutkannya, sehingga dari setiap 100 orang terbunuh 99 orang |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«لا تقوم الساعة حتى يحسر الفرات عن جبل من ذهب يُقْتَتَلُ عليه،
فَيُقْتَلُ من كل مائة تسعة وتسعون، فيقول كل رجل منهم: لعلي أن أكون أنا
أنجو».
وفي
رواية: «يوشك أن يحسر الفرات عن كنز من ذهب، فمن حضره فلا يأخذ منه شيئا».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', (Nabi bersabda), "Hari kiamat tidak akan terjadi hingga
sungai Eufrat menyingkapkan gunung emas (yang membuat manusia) berperang
memperebutkannya, sehingga dari setiap 100 orang terbunuh 99 orang.
Setiap orang dari mereka berkata: semoga aku yang selamat." Dalam
riwayat lain (disebutkan), "Hampir saja sungai Eufrat menyingkapkan
timbunan emas, siapa menjumpai masa itu maka janganlah ia mengambilnya
sedikitpun."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا نبينا الكريم -صلى الله عليه
وسلم- أن قرب قيام الساعة يكشف نهر الفرات عن كنز من ذهب أو جبل من ذهب
بمعنى أن الذهب يخرج جبلا, وأن الناس سيقتتلون عليه لأن ذلك من الفتن, ثم
ينهانا -صلى الله عليه وسلم- عن الأخذ منه لمن أدرك ذلك؛ لأنه لا أحد ينجو
منه، وربما يتأول بعض من يحضر ذلك هذا الحديث ويصرفه عن معناه ليسوغ لنفسه
الأخذ منه، نعوذ بالله من الفتن.
Nabi kita yang mulia -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- mengabarkan kepada kita bahwa pada saat dekatnya hari
kiamat, sungai Eufrat akan menyingkap timbunan emas atau gunung dari
emas. Artinya emas akan keluar dalam bentuk gunung, dan bahwa manusia
akan saling membunuh untuk memperebutkannya, sebab itu termasuk fitnah
(ujian). Kemudian beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang kita
yang menjumpai/mengalami peristiwa itu untuk mengambilnya, karena tidak
ada seorang pun yang selamat darinya. Dan barangkali sebagian orang yang
menyaksikan peristiwa itu akan menakwilkan hadis ini dan memalingkannya
dari makna yang sesungguhnya demi memudahkan dirinya untuk mengambilnya.
Kita berlindung kepada Allah dari berbagai fitnah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3115 |
|
Hadith 186 الحديث
الأهمية: يتركون المدينة على خير ما كانت، لا
يغشاها إلا العوافي
Tema: Kelak orang-orang akan meninggalkan
kota Madinah yang penuh dengan kebaikan. Tidak ada yang menghuninya
selain hewan yang mencari makanan. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: سمعتُ
رسولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يقولُ: (يتركون المدينة على خير ما
كانت، لا يَغْشَاهَا إلا العَوَافِي يريد -عوافي السِّباع والطير-، وآخِر
من يُحْشَرُ راعيان من مُزَيْنَةَ، يُرِيدَانِ المدينةَ يَنْعِقَانِ
بغنمهما، فيَجِدَانِها وُحُوشًا، حتى إذا بلغا ثَنِيَّةَ الوَدَاعِ خَرَّا
على وُجوههما).
Tema: Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
saya mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Kelak orang-orang akan meninggalkan kota Madinah yang penuh dengan
kebaikan. Tidak ada yang menghuninya selain hewan yang mencari makanan
-maksudnya bintang buas dan burung-. Dan manusia paling akhir yang bakal
dikumpulkan di padang mahsyar adalah dua orang penggembala kambing dari
kabilah Muzainah yang menuju Madinah untuk menggembalakan kambingnya,
namun keduanya mendapati kota Madinah dalam kondisi sangat menyeramkan.
Ketika sampai di daerah Ṡaniyah al-Wadā' keduanya meninggal dunia."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا النبي الكريم -ضلى الله عليه
وسلم- في هذا الحديث أن المدينة النبوية زادها الله تشريفا وتعظيما يخرج
عنها ساكنوها، ولا يبقى فيها إلا السباع والطيور ليس فيها أحد، وأن هذا
سيحصل في آخر الزمان، وأنه سيأتي راعيا غنم من مزينة إلى المدينة يصيحان
بغنمهما، فيجدانها ذات وحشة لخلائها، وهما آخر من يحشر، فإذا بلغا ثنية
الوداع سقطا ميتين.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan kepada kita bahwa kota Madinah -semoga Allah
menambah kemuliaan dan keagungannya- bakal ditinggalkan oleh
penghuninya, sehingga yang tinggal di sana hanyalah binatang buas dan
burung-burung, tidak ada manusia. Ini akan terjadi di akhir zaman. Saat
itu akan ada dua penggembala kambing dari kabilah Muzainah datang untuk
menggembalakan kambing-kambingnya, namun keduanya mendapati kota Madinah
dalam kondisi yang sepi dan menyeramkan. Kedua orang ini merupakan orang
yang paling akhir digiring ke padang Mahsyar. Ketika sampai di daerah
Ṡaniyah al-Wadā', keduanya langsung meninggal dunia. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3116 |
|
Hadith 187 الحديث
الأهمية: يكون خليفة من خلفائكم في آخر الزمان
يحثو المال ولا يعده
Tema: Akan ada salah seorang khalifah kalian
di akhir zaman yang menaburkan harta dan tidak menghitungnya |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه-
مرفوعاً: «يكون خليفة من خلفائكم في آخر الزمان يحثُو المالَ ولا
يَعُدُّهُ».
Dari Abu Said Al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', (Nabi bersabda), "Akan ada salah seorang khalifah
kalian di akhir zaman yang menaburkan harta dan tidak menghitungnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا الرسول الكريم -صلى الله عليه
وسلم- أنه في آخر الزمان يقوم خليفة المسلمين بإنفاق المال بلا عدد ولا
حساب لكثرة الأموال والغنائم مع سخاء نفسه.
Rasul yang mulia -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- mengabarkan kepada kita bahwa di akhir zaman akan ada seorang
khalifah kaum muslimin yang menginfakkan harta tanpa bilangan dan tanpa
perhitungan karena banyaknya harta benda dan harta rampasan perang
disertai kedermawanan dirinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3117 |
|
Hadith 188 الحديث
الأهمية: ليأتين على الناس زمان يطوف الرجل فيه
بالصدقة من الذهب فلا يجد أحدا يأخذها منه، ويرى الرجل الواحد يتبعه أربعون
امرأة يلذن به من قلة الرجال وكثرة النساء
Tema: Sungguh akan datang pada manusia satu
zaman di mana seseorang berkeliling membawa sedekah emas namun ia tidak
menemukan seorang pun yang mau mengambilnya, dan satu orang laki-laki
terlihat diikuti 40 wanita; mereka berlindung padanya akibat sedikitnya
jumlah lelaki dan banyaknya jumlah wanita. |
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه- أن
النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «لَيَأْتِيَنَّ على الناس زمانٌ يَطُوفُ
الرجلُ فيه بالصدقة من الذهب فلا يجد أحدا يأخذها منه، ويُرَى الرجلُ
الواحدُ يَتْبَعُهُ أربعون امرأة يَلُذْنَ به من قِلَّةِ الرجال وكَثْرَةِ
النساء».
Dari Abu Musa al-Asy'ari -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Sungguh akan datang pada manusia satu zaman di
mana seseorang berkeliling membawa sedekah emas namun ia tidak menemukan
seorang pun yang mau mengambilnya, dan satu orang laki-laki terlihat
diikuti 40 wanita; mereka berlindung padanya akibat sedikitnya jumlah
lelaki dan banyaknya jumlah wanita."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
سيكثر المال بين يدي الناس حتى لا يوجد
من يأخذه، وسيقل الرجال ويكثر النساء إما بسبب الحروب الطاحنة وإما لكثرة
ولادة النساء، حتى يكون للرجل الواحد أربعون امرأة، من بنات وأخوات وشبههن
من القريبات يلتجئن إليه ويستغثن به.
Harta akan melimpah di tengah-tengah
manusia, hingga tidak ada orang yang mau mengambilnya. Dan kaum
laki-laki akan berjumlah sedikit sedang wanita berjumlah banyak, baik
karena faktor adanya peperangan-peperangan yang dahsyat atau faktor
tingginya kelahiran wanita, hingga satu orang laki-laki memiliki 40
wanita yang terdiri dari putri, saudari, dan kerabat-kerabat wanita
lainnya, mereka semua berlindung dan meminta bantuan pada dirinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3118 |
|
Hadith 189 الحديث
الأهمية: اشترى رجل من رجل عقارا، فوجد الذي
اشترى العقار في عقاره جرة فيها ذهب
Tema: Seseorang membeli tanah dari orang
lain. Lalu orang yang membeli tanah mendapati gentong berisi emas di
tanah tersebut. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي
-صلى الله عليه وسلم- قال: اشترى رجل من رجل عَقَارًا، فوجد الذي اشترى
العَقَارَ في عَقَارِه جَرَّةً فيها ذهب، فقال له الذي اشترى العقار: خذ
ذهبك، إنما اشتريت منك الأرض ولم أَشْتَرِ الذهب، وقال الذي له الأرض: إنما
بِعْتُكَ الأرض وما فيها، فتحاكما إلى رجل، فقال الذي تحاكما إليه:
أَلَكُمَا ولد؟ قال أحدهما: لي غلام، وقال الآخر: لي جارية قال: أنكحا
الغلام الجارية، وأنفقا على أنفسهما منه وتَصَدَّقَا.
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seseorang membeli
tanah dari orang lain. Lalu orang yang membeli tanah mendapati gentong
berisi emas di tanah tersebut. Maka orang yang membeli tanah berkata
padanya (penjual), "Ambil emasmu, karena aku hanya membeli tanah dan
tidak membeli emas." Sedang pemilik tanah mengatakan, "Sesungguhnya aku
menjual tanah berikut isinya." Maka keduanya meminta keputusan pada
seseorang, lalu orang yang dimintai keputusan ini mengatakan, "Apakah
kalian berdua punya anak?" Salah satunya menjawab, "Aku punya anak
laki-laki." Yang lain menjawab, "Aku punya anak perempuan." Ia berkata,
"Nikahkan anak laki-laki itu dengan anak perempuan tersebut lalu berikan
sebagian emas itu pada keduanya, serta bersedekahlah!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا النبي -صلى الله عليه وسلم- أن
رجلاً اشترى من رجل أرضا فوجد المشتري بها ذهبا ولشدة ورعه رد هذا الذهب
إلى البائع؛ لأنه اشترى الأرض ولم يشتر الذهب الذي أودع فيه، فأبى البائع
أيضا أن يأخذه؛ لشدة تحريه وورعه, ولأنه باع الأرض بما فيها، فاختصما وقالا
للقاضي: ابعث من يقبضه وتضعه حيث رأيت، فامتنع, فسألهما هل عندهما أولاد؟
فأخبر أحدهما أن عنده غلام، وأخبر الآخر أن عنده جارية، فاقترح عليهما أن
يزوج الشاب البنت وينفق عليهما من هذا الذهب وأن يتصدقا منه.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memberitahu kita bahwa seorang laki-laki membeli tanah dari orang lain.
Lalu pembeli menemukan emas di tanah itu. Dan oleh karena sikap wara'nya
yang luar biasa ia lantas mengembalikan emas tersebut pada penjual,
sebab ia membeli tanah dan tidak membeli emas yang terpendam di
dalamnya. Namun penjual juga menolak menerimanya, karena sangat
hati-hati dan wara', pun karena ia menjual tanah berikut apa yang ada di
dalamnya. Lalu keduanya mengadu dan berkata pada hakim, "Kirimlah orang
yang mengambilnya dan terserah Anda menggunakannya sesuai pandangan
Anda." Namun hakim tidak mau. Ia menanyai keduanya, apakah keduanya
punya anak? Salah satunya menjawab bahwa ia memiliki anak laki-laki, dan
yang lain menyampaikan bahwa ia memiliki anak perempuan. Lalu hakim
tersebut mengusulkan agar anak laki-laki dinikahkan dengan anak
perempuan, lalu sebagian emas tersebut diinfakkan pada keduanya dan
sisanya disedekahkan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih dengan
riwayat-riwayat yang beragam]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3119 |
|
Hadith 190 الحديث
الأهمية: كانت امرأتان معهما ابناهما، جاء الذئب
فذهب بابن إحداهما
Tema: Ada dua orang wanita bersama dua orang
anaknya, kemudian seekor serigala datang mengambil salah satu dari anak
keduanya. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه-: أنه سمع
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: كانت امرأتان معهما ابناهما، جاء
الذئب فذهب بابن إحداهما، فقالت لصاحبتها: إنما ذهب بابنك، وقالت الأخرى:
إنما ذهب بابنك، فتحاكما إلى داود -صلى الله عليه وسلم- فقضى به للكبرى،
فخرجتا على سليمان بن داود -صلى الله عليه وسلم- فأخبرتاه، فقال: ائتوني
بالسكين أَشُقُّهُ بينهما، فقالت الصغرى: لا تفعل! رحمك الله، هو ابنها،
فقضى به للصغرى.
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
bahwasanya dia mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, “Ada dua orang wanita bersama dua orang anaknya, kemudian
seekor serigala datang mengambil salah satu dari anak keduanya. Kemudian
salah satu dari mereka berkata kepada yang lainnya, “Serigala itu pergi
dengan membawa anakmu.” Dan yang lainnya berkata, “Serigala itu pergi
dengan membawa anakmu.” Lalu keduanya pergi menemui Nabi Daud
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengadukan hal tersebut, kemudian
beliau memutuskan bahwa anak tersebut milik wanita yang lebih tua. Lalu
keduanya menemui Sulaiman bin Daud -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan
menyampaikan kejadian tersebut kepadanya. Kemudian beliau (Sulaiman)
berkata, “Berikanlah kepadaku sebilah pisau agar aku dapat membelah anak
ini dan membaginya di antara mereka berdua.” Lalu wanita muda berkata,
“Jangan engkau lakukan! Semoga Allah merahmatimu, dia adalah anaknya
(wanita tua)." Kemudian beliaupun memutuskan bahwa anak tersebut adalah
anak wanita muda.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا نبينا -صلى الله عليه وسلم- عن
قصة امرأتين خرجتا بابنين لهما فأكل الذئب ابن واحدة منهما وبقي ابن
الأخرى، فقالت كل واحدة منهما إنه لي، فتحاكمتا إلى داود -عليه السلام-
فقضى به للكبرى منهما اجتهادا منه؛ لأن الكبرى ربما تكون قد توقفت عن
الإنجاب، أما الصغرى شابة وربما تنجب غيره في المستقبل، ثم خرجتا من عنده
إلى سليمان -عليه السلام- ابنه، فأخبرتاه بالخبر فدعا بالسكين، وقال: أشقه
بينكما نصفين، فأما الكبرى فرحبت وأما الصغرى فرفضت، وقالت هو ابن الكبرى،
أدركتها الشفقة والرحمة لأنه ابنها حقيقة فقالت هو ابنها يا نبي الله، فقضى
به للصغرى ببينة وقرينة كونها ترحم هذا الولد وتقول هو للكبرى ويبقى حيا
أهون من شقه نصفين، فقضى به للصغرى.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menceritakan kepada kita kisah dua orang wanita yang pergi bersama
dengan kedua anak mereka, lalu seekor serigala datang memakan salah satu
anak dari keduanya dan anak satunya tetap selamat. Kemudian
masing-masing berkata bahwa yang selamat tersebut adalah anakku. Mereka
berdua pergi menghadap Nabi Daud -'alaihis salām- untuk mengadukan
perselisihan tersebut, lalu beliau memutuskan bahwa anak tersebut adalah
anak wanita yang lebih tua berdasarkan ijtihadnya; karena wanita yang
tua mungkin sudah tidak dapat melahirkan lagi. Adapun wanita yang masih
muda, masih mungkin bisa melahirkan anak kembali dikemudian hari. Lalu
mereka berdua pergi menghadap Nabi Sulaiman bin Daud -'alaihimas salām-,
kemudian keduanya menceritakan kejadiannya, lalu beliau meminta sebilah
pisau dan berkata, “Aku akan membelah anak ini menjadi dua bagian untuk
dibagikan kepada kalian berdua.” Wanita yang tua menerima hal tersebut,
sedangkan wanita yang muda menolaknya dan berkata, “Ia adalah anak dari
wanita tua itu.” Wanita muda tersebut diliputi oleh rasa belas kasihan
dan kasih sayang karena anak yang akan dibagi dua tersebut adalah
benar-benar anaknya sehingga dia berkata, “Dia adalah anaknya wahai Nabi
Allah.” Akhirnya Nabi Sulaiman -'alaihis salām- memutuskan bahwa anak
tersebut adalah anak dari wanita muda dengan bukti bahwa ia menyayangi
anak tersebut dan berkata bahwa anak tersebut adalah anak wanita tua itu
agar ia tetap hidup, dan itu lebih ringan baginya daripada dibelah
menjadi dua bagian, maka beliaupun memutuskan bahwa anak tersebut adalah
milik wanita yang muda. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3120 |
|
Hadith 191 الحديث
الأهمية: يذهب الصالحون الأول فالأول، ويبقى
حثالة كحثالة الشعير أو التمر لا يباليهم الله بالةً
Tema: Orang-orang saleh satu per satu telah
meninggal dunia dan tersisa orang-orang buruk seperti sisa gandum atau
kurma yang jelek. Allah tidak memedulikan mereka. |
عن مرداس الأسلمي -رضي الله عنه- قَالَ:
قَالَ النَّبِيُّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: «يذهب الصالحون الأول
فالأول، ويبقى حُثَالَةٌ كَحُثَالَةِ الشعير أو التمر لا يُبَالِيهُم الله
بَالَةً».
Dari Mirdās Al-Aslami -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Orang-orang saleh satu per satu telah meninggal dunia dan tersisa
orang-orang buruk seperti sisa gandum atau kurma yang jelek. Allah tidak
memedulikan mereka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا النبي الكريم -صلى الله عليه
وسلم- أنه في آخر الزمان يقبض الله أرواح الصالحين، ويبقى أناس ليسوا أهلًا
للعناية، فلا يرفع الله لهم قدراً ولا يقيم لهم وزناً ولا يرحمهم ولا ينزل
عليهم الرحمة وهم شرار الخلق عند الله وعليهم تقوم الساعة.
Nabi yang mulia -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan kepada kita bahwa di akhir zaman Allah akan mencabut
nyawa orang-orang saleh, hingga yang tersisa adalah orang-orang yang
tidak layak untuk dihargai, maka Allah tidak akan menganggap
keberadaannya, tidak akan memperhitungkannya, tidak merahmatinya, dan
tidak menurunkan rahmat kepada mereka. Mereka itu seburuk-buruk manusia
di sisi Allah dan di masa merekalah kiamat terjadi. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3121 |
|
Hadith 192 الحديث
الأهمية: الرجل على دين خليله، فلينظر أحدكم من
يخالل
Tema: Seseorang itu tergantung agama teman
dekatnya. Oleh karena itu, hendaklah seorang dari kalian memperhatikan
siapa yang dia jadikan teman dekatnya. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أَن
النبيَّ -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم- قَالَ: «الرَّجُلُ عَلَى دِينِ
خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُر أَحَدُكُم مَنْ يُخَالِل».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seseorang itu
tergantung agama teman dekatnya. Oleh karena itu, hendaklah seseorang
dari kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan teman dekatnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أفاد حديث أبي هريرة -رضي الله عنه-
أنَّ الإنسان على عادة صاحبه وطريقته وسيرته؛ فالاحتياط لدينه وأخلاقه أن
يَتَأمَّل وينظر فيمن يصاحبه، فمن رضِي دينه وخلقه صاحبه، ومن لا تجَنَبَه،
فإنَّ الطباع سرَّاقة والصُحبَة مُؤثِّرة في إصلاح الحال وإفساده.
فالحاصل
أن هذا الحديث يدل على أنه ينبغي للإنسان أن يصطحب الأخيار؛ لما في ذلك من
الخير.
Hadis Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
ini menunjukkan bahwa manusia itu tergantung kebiasaan, jalur dan
perjalanan hidup sahabatnya. Demi kehati-hatian dalam urusan agama dan
akhlaknya, hendaklah seseorang memperhatikan dan melihat siapa yang ia
jadikan sahabatnya. Jika ada orang yang diridai agama dan akhlaknya,
maka jadikanlah teman, dan jika tidak maka jauhilah. Sesungguhnya tabiat
itu laksana pencuri, dan persahabatan memberi pengaruh terhadap
perbaikan dan kerusakan keadaan. Kesimpulannya, hadis ini menunjukkan
bahwa sepatutnya manusia bersahabat dengan orang-orang baik karena hal
itu mengandung kebaikan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3122 |
|
Hadith 193 الحديث
الأهمية: لو قد جاء مال البحرين أعطيتك هكذا
وهكذا وهكذا
Tema: JIka harta dari negeri Bahrain telah
sampai kepada kita maka aku pasti memberikan kepadamu sekian, sekian dan
sekian. |
عن جابر -رضي الله عنه- قَالَ: قال لِي
النبي -صلَّى الله عليه وسلَّم-: «لَوْ قدْ جَاءَ مَال البَحرين
أَعْطَيتُكَ هَكَذَا وهكذا وهكذا»، فَلَمْ يَجِئْ مَالُ البَحرَينِ حَتَّى
قُبِضَ النَّبي -صلَّى الله عليه وسلَّم- فلمَّا جَاء مَالُ البحرينِ أمر
أبو بكر -رضي الله عنه- فَنَادَى: مَنْ كَانَ لَهُ عِندَ رسُول الله -صلَّى
الله عليه وسلَّم- عِدَةٌ أَو دَينٌ فَلْيَأتِنَا، فَأَتَيتُهُ وقُلتُ
لَهُ: إِنَّ النبيَّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- قال لِي كَذَا وكذا، فَحَثَى
لِي حَثِيَّةً فَعَدَدتُهَا، فَإِذَا هِيَ خَمسُمِئَةٍ، فَقَال لي: خُذْ
مِثلَيهَا.
Dari Jabir bin 'Abdullah -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika
harta dari negeri Bahrain telah sampai kepada kita maka aku pasti
memberikan kepadamu sekian, sekian dan sekian". Namun harta dari Bahrain
tidak kunjung datang hingga Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat.
Ketika harta dari Bahrain datang, Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu-
memerintahkan dan berseru, "Siapa yang telah dijanjikan sesuatu atau
diutangi oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hendaklah menemui
kami". Maka aku mendatanginya dan aku katakan bahwa Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- telah berkata kepadaku begini dan begitu, lalu ia
(Abu Bakar) memberiku setangkup, lalu aku menghitungnya ternyata ia
berjumlah lima ratus, lalu ia berkata, "Ambillah dua kali lagi seperti
itu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما-
في هذا الحديث أن النبي -صلى الله عليه وسلم- وعده إن جاء مال البحرين أن
يعطيه منه نصيبًا وافرًا, فجاء مال البحرين في خلافة أبي بكر بعد أن توفي
الرسول -عليه الصلاة والسلام- فقال -رضي الله عنه-: "من كان له عند رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- عِدَة أو دين فليأت"، عدة: يعني وعد أو دين على
الرسول -عليه الصلاة والسلام-؛ لأنه ربما يكون الرسول اشترى من أحد شيئا
فلزمه دين، أو وعد أحدا شيئا، فجاء جابر -رضي الله عنه- إلى أبي بكر -رضي
الله عنه-، وقال: إن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: "لو جاء مال البحرين
لأعطيتك هكذا وهكذا وهكذا"، فقال: خذ فأخذ بيديه من المال، فعدها فإذا هي
خمسمائة، فقال أبو بكر: "خذ مثيلها"؛ لأن الرسول قال هكذا وهكذا وهكذا ثلاث
مرات، فأعطاه أبو بكر -رضي الله عنه- العدة التي وعده إياها رسول الله -صلى
الله عليه وسلم-.
Jabir bin 'Abdullah -raḍiyallāhu
'anhumā- menyampaikan kepada kita dalam hadis ini bahwa Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- menjanjikan kepadanya, jika harta dari negeri Bahrain
datang maka beliau akan memberikan kepadanya jatah yang mencukupi.
Ketika harta dari Bahrain datang pada masa Khalifah Abu Bakar setelah
Rsulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat, maka khalifah
-raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Siapa yang telah dijanjikan sesuatu atau
diutangi oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hendaklah menemui
kami". Karena bisa jadi Rasulullah membeli sesuatu dari seseorang
sehingga beliau berutang, atau beliau menjajinkan sesuatu kepada orang
tersebut. Maka Jabir -raḍiyallāhu 'anhu- mendatangi Abu Bakar
-raḍiyallāhu 'anhu- dan mengatakan, "Sesungguhnya Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- telah berkata kepadaku, 'JIka harta dari negeri
Bahrain telah sampai kepada kita maka aku pasti memberikan kepadamu
sekian, sekian dan sekian. Abu Bakar berkata, 'Ambillah.' Lalu Jabir
mengambil dengan kedua tangannya. Kemudian dia menghitungnya, ternyata
jumlahnya lima ratus dirham. Maka Abu Bakar berkata, "Ambillah dua kali
lagi seperti itu." Karena Rasul mengatakan, 'sekian, sekian dan sekian'
sebanyak tiga kali. Makau Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- menunaikan janji
yang dijanjikan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada
Jabir. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3123 |
|
Hadith 194 الحديث
الأهمية: أهدى رسول الله صلى الله عليه وسلم مرة
غنمًا
Tema: Suatu kali Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- berkurban dengan seekor kambing. |
عن عائشة رضي الله عنها قالت: «أَهدَى
رسول الله صلى الله عليه وسلم مَرَّةً غَنَمًا».
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia
berkata, "Suatu kali Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
berkurbannya dengan seekor kambing."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
تخبر عائشة -رضي الله عنها- عن هدي
النبي -صلى الله عليه وسلم-، والهدي هو ما يُهدى إلى مكة من بهيمة الأنعام،
تقرباً إلى اللَّه -عز وجل-، ليذبح في الحرم، والهدي إلى مكة سُنة وقربة،
وقد أهدى النبي -صلى الله عليه وسلم- غنماً، وأهدى إبلاً, فالسُّنة ذبحها
في الحرم تقرباً إلى الله -عز وجل-، وتوزَّع بين الفقراء والمساكين: مساكين
الحرم، أما الهدي الذي يجب بالتمتع، والقران، أو بشيء من ترك الواجبات، أو
فعل المحرمات، فيُسمَّى فدية وهو هدي واجب، أما هذا الهدي الذي ذكرت عائشة
فهو هدي يتطوع به المؤمن من بلاده، أو يشتريه من الطريق ويهديه إلى هناك
هدياً بالغ الكعبة يتقرب به إلى الله -عز وجل-.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- tentang
hadyu (kurban) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Al-Hadyu adalah
sesuatu yang dihadiahkan kepada (penduduk) Mekah dari hewan ternak,
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah -'Azza wa Jalla-, untuk
disembelih di Mekah. Hadyu untuk Mekah hukumnya Sunnah dan merupakan
bentuk taqarrub (kepada Allah). Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah berkurban dengan kambing dan juga unta. Disunnahkah untuk
disembelih di (tanah) Haram untuk mendekatkan diri kepada Allah -'Azza
wa Jalla-, dan dibagikan kepada orang-orang fakir dan miskin; orang
miskin di tanah haram. Adapun hadyu yang wajib karena mengerjakan haji
Tamattu', Qirān, meninggalkan sebuah kewajiban, atau melakukan sesuatu
yang diharamkan. Ini dinamakan fidyah, dan ini merupakan hadyu yang
wajib. Adapun hadyu yang disebutkan oleh Aisyah maka merupakan hadyu
taṭawwu' (sunnah) yang dilakukan oleh seorang mukmin dari negaranya,
atau dibelinya dalam perjalanan, dan dihadiahkan supaya bisa sampai ke
Ka'bah, untuk mendekatkan diri kepada Allah -'Azza wa Jalla-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3124 |
|
Hadith 195 الحديث
الأهمية: الخازن المسلم الأمين الذي ينفذ ما أمر
به فيعطيه كاملا موفرا طيبة به نفسه فيدفعه إلى الذي أمر له به، أحد
المتصدقين
Tema: Seorang bendahara muslim yang
terpercaya dan melaksanakan apa yang diperintahkan kepadanya, kemudian
memberikan harta yang disimpannya dengan utuh dan penuh dengan senang
hati, lalu menyalurkan harta tersebut kepada siapa yang diperintahkan
untuk diberi, maka ia termasuk salah satu dari dua orang yang
bersedekah. |
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه- عن
النبيِّ -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم- أَنَّهُ قَالَ: «الخَاِزنُ المسلم
الأمين الَّذِي يُنْفِذُ ما أُمِرَ بِهِ فَيُعْطِيهِ كَامِلاً مُوَفَّراً
طَيِّبَةً بِهِ نَفسُهُ فَيَدْفَعُه إلى الَّذِي أُمِرَ لَهُ بِهِ، أَحَدُ
المُتَصَدِّقِين».
وفي
رواية: «الذي يُعطِي مَا أُمِرَ به».
Dari Abu Musa al-Asy'ari -raḍiyallāhu
'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda,
"Seorang bendahara muslim yang terpercaya dan melaksanakan apa yang
diperintahkan kepadanya, kemudian memberikan harta yang disimpannya
dengan utuh dan penuh dengan senang hati, lalu menyalurkan harta
tersebut kepada siapa yang diperintahkan untuk diberi, maka ia termasuk
salah satu dari dua orang yang bersedekah." Dalam riwayat lain
disebutkan, "Yang memberikan apa yang telah diperintahkan kepadanya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الخازن مبتدأ، وأحد المتصدقين خبر، يعني
أن الخازن الذي جمع هذه الأوصاف الأربعة: الإسلام، والأمانة، وإنفاذ ما
أُمِر بإعطائه، وأن يكون زمن البذل والعطاء منشرح الصدر ظاهر البشاشة
والسرور.
فهو مسلم
احترازا من الكافر، فالخازن إذا كان كافرا وإن كان أمينا وينفذ ما أمر به
ليس له أجر؛ لأن الكفار لا أجر لهم في الآخرة فيما عملوا من الخير، قال
الله تعالى: (وقدمنا إلى ما عملوا من عمل فجعلناه هباء منثورا)، وقال
تعالى: (ومن يرتدد منكم عن دينه فيمت وهو كافر فأولئك حبطت أعمالهم في
الدنيا والآخرة وأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون)، أما إذا عمل خيرا ثم
أسلم فإنه يسلم على ما أسلف من خير ويعطى أجره.
الوصف
الثاني: الأمين يعني الذي أدى ما ائتمن عليه، فحفِظ المال، ولم يفسده، ولم
يفرط فيه، ولم يعتد فيه.
الوصف
الثالث: الذي ينفذ ما أمر به يعني يفعله؛ لأن من الناس من يكون أمينا لكنه
متكاسل، فهذا أمين ومنفذ يفعل ما أمر به، فيجمع بين القوة والأمانة.
الوصف
الرابع: أن تكون طيبة به نفسه، إذا نفذ وأعطى ما أمر به أعطاه وهو طيبة به
نفسه، يعني لا يمن على المعطَى، أو يظهر أن له فضلا عليه بل يعطيه طيبة به
نفسه، فهذا يكون أحد المتصدقين مع أنه لم يدفع من ماله فلسا واحدا.
Lafal "Al-Khāzin (bendahara)"
mubtada', dan lafal "aḥadu al-mutaṣaddiqain" adalah khabar. Yakni bahwa
bendahara yang memiliki empat sifat; Islam, amanah, melaksanakan apa
yang diperintahkan untuk diberikan, dan waktu memberikan dalam keadaan
lapang dada, serta berwajah ceria dan senang. Dia seorang muslim, ini
untuk mengeluarkan orang kafir dari pengertian. Seorang bendahara
apabila dia orang kafir, meskipun terpercaya dan melaksanakan apa yang
diperintahkan kepadanya, maka ia tidak akan mendapatkan pahala. Sebab,
orang-orang kafir itu tidak mendapatkan pahala di akhirat atas kebaikan
yang telah mereka kerjakan. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan Kami akan
perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan
amal itu debu yang beterbangan." Allah -Ta'ālā- berfirman, "Barangsiapa
murtad di antara kalian dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran,
maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka
itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." Sedangkan jika dia
berbuat amal kebaikan lalu masuk Islam, maka dia masuk Islam dengan
membawa amal kebaikan yang telah dilakukannya dan diberi pahalanya.
Sifat kedua: terpercaya, yaitu orang yang menunaikan apa yang
diamanahkan kepadanya. Dia memelihara harta, tidak merusaknya, tidak
kikir dan tidak berlebih-lebihan di dalamnya. Sifat ketiga: menunaikan
apa yang diperintahkan kepadanya. Yakni, dia melaksanakannya. Sebab, ada
juga orang yang dapat dipercaya tetapi malas. Sedangkan orang ini dapat
dipercaya dan melaksanakan apa yang diperintahkan kepadanya. Dengan
demikian ia menghimpun antara kekuatan dan amanah. Sifat keempat:
melaksanakannya dengan senang hati. Jika dia melaksanakan dan memberikan
sesuai dengan apa yang diperintahkan kepadanya, dia melakukannya dengan
senang hati. Yakni, tidak mengharapkan balasan dari orang yang diberi
atau menampakkan diri bahwa ia memiliki jasa kepadanya, tetapi dia
memberinya dengan senang hati. Dengan demikian, dia termasuk salah
seorang dari dua orang yang bersedekah, padahal dia sendiri tidak
memberikan apapun. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari - Muttafaq
'alaih, dan ini redaksi Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3125 |
|
Hadith 196 الحديث
الأهمية: كان أخوان على عهد النبي -صلى الله عليه
وسلم- وكان أحدهما يأتي النبي -صلى الله عليه وسلم- والآخر يحترف، فشكا
المحترف أخاه للنبي -صلى الله عليه وسلم- فقال: لعلك ترزق به
Tema: Ada dua orang bersaudara pada masa
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Salah satunya datang kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- (untuk belajar), dan yang lainnya
bekerja. Lantas orang yang bekerja itu mengadukan saudaranya kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Maka beliau bersabda, "Bisa jadi kamu
diberi rezeki karenanya." |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: كان
أخوانِ على عهد النبي -صلى الله عليه وسلم- وكان أحدُهما يأتي النبي -صلى
الله عليه وسلم- والآخر يَحتَرِف، فَشَكَا الُمحتَرِف أَخَاه للنبي -صلى
الله عليه وسلم- فقال: «لعَلَّك تُرزَقُ بِهِ».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Ada dua orang bersaudara pada masa Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-. Salah satunya datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- (untuk belajar), dan yang lainnya bekerja. Lantas orang yang
bekerja itu mengadukan saudaranya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-. Maka beliau bersabda, "Bisa jadi kamu diberi rezeki karenanya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حدَّث أنس -رضي الله عنه- فقال: كان
أخوان على زمن رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، فكان أحدهما يأتي مجلس
النبي -صلى الله عليه وسلم-
ويلازمه ليتلقى من معارفه ويأخذ من أقواله وأفعاله، وأمَّا الآخر فيحترف
الصناعة ويسعى في الكسب، فشكا المحترف أخاه في ترك الاحتراف إلى النبي -صلى
الله عليه وسلم-، فقال -صلى الله عليه وسلم- مسليًا له: لعل قيامك بأمره
سبب لتيسير رزقك؛ لأن الله في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه.
Anas -raḍiyallāhu 'anhu- menuturkan.
Ia berkata, "Ada dua orang saudara pada masa Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-. Salah satunya datang ke majlis Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- dan menyertai beliau untuk memperoleh
pengetahuan-pengetahuan (tentang Islam) dan mengambil berbagai sabda
serta perbuatan beliau. Sedangkan yang satu lagi bekerja dan berusaha
mencari penghasilan. Lantas orang yang bekerja ini mengadukan saudaranya
kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- karena dia meninggalkan
kerja. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda untuk
menghiburnya, "Bisa jadi karena kamu mengurus urusannya, itu menjadi
sebab dimudahkannya rezekimu. Sebab, Allah akan membantu seorang hamba
selama hamba itu membantu saudaranya." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3126 |
|
Hadith 197 الحديث
الأهمية: إنما مثل الجليس الصالح وجليس السوء،
كحامل المسك، ونافخ الكير
Tema: Sesungguhnya perumpamaan orang yang
bergaul dengan orang saleh dan orang jahat, bagaikan orang yang berteman
dengan penjual minyak wangi dan pandai besi. |
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه-
مرفوعًا: «إنما مَثَلُ الجَلِيسِ الصالحِ وجَلِيسِ السُّوءِ، كَحَامِلِ
المِسْكِ، ونَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إما أنْ يُحْذِيَكَ، وإما
أنْ تَبْتَاعَ منه، وإما أن تجد منه رِيحًا طيبةً، ونَافِخُ الكِيرِ: إما
أن يحرق ثيابك، وإما أن تجد منه رِيحًا مُنْتِنَةً».
Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Sesungguhnya perumpamaan orang yang bergaul
dengan orang saleh dan orang jahat, bagaikan orang yang berteman dengan
penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa
jadi memberi minyak kepadamu atau kamu membeli minyak darinya, atau
paling tidak kamu mendapatkan aroma wangi darinya. Sedangkan pandai
besi, mungkin ia akan membakar pakaianmu atau kamu akan mendapatkan
aroma tidak sedap darinya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حَثَّ رسولنا -صلى الله عليه وسلم- في
هذا الحديث المسلم على ضرورة اختيار الصحبة الطيِّبة، فأخبر -عليه الصلاة
والسلام- أن مثل الجليس الصالح كحامل المسك: إما يعطيك منه مجانا، وإما أن
تشتري منه، وإما أن تجد منه رائحة طيبة، أما الجليس السوء والعياذ بالله
فإنه كنافخ الكير: إما أن يحرق ثيابك بما يتطاير عليك من شرر النار، وإما
أن تجد منه رائحة كريهة.
Dalam hadis ini, Rasul kita
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menganjurkan seorang Muslim untuk memilih
sahabat yang baik. Nabi -'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām- mengabarkan
bahwa perumpamaan teman yang saleh itu bagaikan penjual minyak wangi.
Barangkali dia memberimu gratis, engkau membeli darinya, atau engkau
mendapatkan aroma wangi semerbak darinya. Adapun teman yang jahat -kita
berlindung darinya-, ia laksana pandai besi. Mungkin ia akan membakar
pakaianmu karena bara api yang berterbangan menimpamu, atau engkau
mendapatkan aroma tidak sedap darinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3127 |
|
Hadith 198 الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- كان
يسبح على ظهر راحلته، حيث كان وجهه، يومئ برأسه، وكان ابن عمر يفعله
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- pernah salat di atas kendaraannya ke arah manapun wajah beliau
menghadap. Beliau memberi isyarat dengan kepalanya. Dan Ibnu Umar juga
melakukannya |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
«أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- كان يُسَبِّحُ على ظَهرِ رَاحِلَتِه
حَيثُ كان وَجهُهُ، يُومِئُ بِرَأسِهِ، وكَان ابنُ عُمرَ يَفعَلُهُ».
وفي
رواية: «كان يُوتِرُ على بَعِيرِه».
ولمسلم:
«غَيرَ أنَّه لا يُصَلِّي عَليهَا المَكتُوبَة».
وللبخاري:
«إلا الفَرَائِض».
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā-, "Bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah
salat di atas kendaraannya ke arah manapun wajah beliau menghadap.
Beliau memberi isyarat dengan kepalanya. Dan Ibnu Umar juga
melakukannya." Dalam riwayat lain dinyatakan, "Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- salat witir di atas untanya." Sementara redaksi
imam Muslim menyatakan, "Hanya saja beliau tidak pernah salat fardu di
atas kendaraannya." Dan redaksi imam Bukhari, "Kecuali salat fardu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان -صلى الله عليه وسلم- يصلي النافلة
فقط على ظهر راحلته حيث توجَّهت به، ولو لم تكن تجاه القبلة، ويومئ برأسه
إشارة إلى الركوع والسجود، ولا يتكلف النزول إلى الأرض؛ ليركع ويسجد
ويستقبل القبلة، ولا فرق بين أن تكون نفلا مطلقا، أو من الرواتب أو من
الصلوات ذوات الأسباب، ولم يكن يفعل ذلك في صلوات الفريضة، وكذلك كان يوتر
على بعيره.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- hanya melaksanakan salat sunah di atas kendaraannya ke mana pun
kendaraan itu menghadapkan beliau, meskipun tidak ke arah kiblat. Dalam
pelaksanaannya beliau senantiasa menggunakan isyarat saat rukuk dan
sujud. Beliau tidak memaksakan diri turun dari kendaraannya untuk rukuk,
sujud, ataupun menghadap kiblat. Hal ini tidak ada perbedaan apakah yang
dilakukan itu salat sunah mutlak, rawatib, ataupun salat-salat sunah
yang mempunyai sebab khusus. Namun, beliau tidak pernah melakukan salat
fardu dengan cara seperti ini. Rasulullah juga pernah melakukan salat
witir di atas untanya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3128 |
|
Hadith 199 الحديث
الأهمية: لقد كنت على عهد رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- غلامًا، فكنت أحفظ عنه، فما يمنعني من القول إلا أن هاهنا رجالا
هم أسن مني
Tema: Pada masa Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- aku masih muda belia. Aku hafal apa yang disampaikan
oleh Rasulullah. Tidak ada yang menghalangiku untuk berbicara, kecuali
karena di sana ada orang-orang yang lebih tua dariku. |
عن سمرة بن جندب -رضي الله عنه- قال:
لقد كنت على عَهْدِ رسولِ الله -صلى الله عليه وسلم- غُلاما، فكنت أحفظ
عنه، فما يمنعني من القول إلا أن هاهنا رِجَالًا هم أَسَنُّ مِنِّي.
Dari Samurah bin Jundub -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
aku masih muda belia. Aku hafal apa yang disampaikan oleh Rasulullah.
Tidak ada yang menghalangiku untuk berbicara, kecuali karena di sana ada
orang-orang yang lebih tua dariku."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر سمرة بن جندب -رضي الله عنه- أنه
كان صغير السن في زمن النبي -صلى الله عليه وسلم-، وكان يحفظ بعض أقواله
-صلى الله عليه وسلم-، وما كان يمنعه من التحديث بها إلا أن هناك من هو
أكبر منه سنا.
Samurah bin Jundub -raḍiyallāhu 'anhu-
mengabarkan bahwa dirinya masih muda belia pada masa Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-. Dia hafal beberapa sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-. Hanya saja tidak ada yang menghalanginya untuk menceritakannya
selain karena di sana ada orang-orang yang lebih tua darinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3130 |
|
Hadith 200 الحديث
الأهمية: أراني في المنام أتسوك بسواك، فجاءني
رجلان، أحدهما أكبر من الآخر، فناولت السواك الأصغر، فقيل لي: كبر، فدفعته
إلى الأكبر منهما
Tema: Aku bermimpi sedang bersiwak dengan
sepotong kayu siwak. Tiba-tiba ada dua orang mendatangiku, salah satu
dari mereka lebih tua dari yang lain. Aku memberikan kayu siwak kepada
orang yang lebih muda. Lantas dikatakan kepadaku, "Dahulukan yang lebih
tua!" Aku pun memberikannya kepada orang yang lebih tua." |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
أَنَّ النَّبِيَّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: «أراني
في المنام أَتَسَوَّكُ بِسِوَاكٍ، فجاءني رجلان، أحدهما أكبر من الآخر،
فَنَاوَلْتُ السِّوَاكَ الأصغرَ، فقيل لي: كَبِّرْ، فَدَفَعْتُهُ إلى
الأكبر منهما».
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Aku
bermimpi sedang bersiwak dengan sepotong kayu siwak. Tiba-tiba ada dua
orang mendatangiku, salah satu dari mereka lebih tua dari yang lain. Aku
memberikan kayu siwak kepada orang yang lebih muda. Lantas dikatakan
kepadaku, "Dahulukan yang lebih tua!" Aku pun memberikannya kepada orang
yang lebih tua."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
رأى النبي -صلى الله عليه وسلم- في
النوم أنه كان يَتَسَوَّك بسواك، فجاءه رجلان أحدهما أكبر من الآخر، فأراد
أن يعطيه إلى الأصغر منهما، فقيل له: قدم الأكبر في الإعطاء، فأعطاه إلى
الكبير منهما.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah bermimpi bahwasanya beliau bersiwak dengan sepotong kayu siwak.
Tiba-tiba beliau didatangi dua lelaki, salah satu dari mereka lebih tua
dari yang lain. Beliau hendak memberikan kayu siwak kepada orang yang
lebih muda. Lantas dikatakan kepada beliau, "Dahulukan orang yang lebih
tua dalam pemberian!" Maka beliau memberikan kayu siwak itu kepada orang
yang lebih tua. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari secara
mu'allaq dengan ṣigat jazm (bentuk kalimat yang tegas) - Diriwayatkan
oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3131 |
|
Hadith 201 الحديث
الأهمية: فتلت قلائد هدي رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- ثم أشعرتها وقلدها -أو قلدتها- ثم بعث بها إلى البيت، وأقام
بالمدينة، فما حرم عليه شيء كان له حلًّا
Tema: Aku memintal kalung-kalung hadyu
(hewan kurban) Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu aku
menandainya dan beliau memasangkannya -atau aku memasangkannya-, setelah
itu beliau mengirimkannya ke Baitullah, dan beliau sendiri tetap diam di
Madinah. Tidak ada yang haram bagi beliau sesuatu yang sebelumnya halal.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
عائشة -رضي الله عنها- قالت: «فَتَلْتُ
قَلَائِدَ هَدْيِ رسولِ الله -صلى الله عليه وسلم-، ثم أَشْعَرْتُها
وَقَلَّدَهَا -أو قَلَّدْتُها-، ثم بعث بها إلى البيت، وأقام بالمدينة، فما
حَرُمَ عليه شيءٌ كان له حِلًّا».
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata,
"Aku memintal kalung-kalung hadyu (hewan kurban) Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- lalu aku menandainya dan beliau memasangkannya -atau
aku memasangkannya-, setelah itu beliau mengirimkannya ke Baitullah, dan
beliau sendiri tetap diam di Madinah. Tidak ada yang haram bagi beliau
sesuatu yang sebelumnya halal."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- يعظم
البيت العتيق ويقدسه، فكان إذا لم يصل إليه بنفسه بعث إليه الهدي؛ تعظيما
له، وتوسعة على جيرانه، وكان إذا بعث الهدي أشعرها وقلدها؛ ليعلم الناس
أنها هدي إلى البيت الحرام؛ فيحترموها، ولا يتعرضوا لها بسوء، فذكرت عائشة
-رضي الله عنها- -تأكيدا للخبر-: أنها كانت تفتل قلائدها. وكان إذا بعث بها
-وهو مقيم في المدينة- لا يجتنب الأشياء التي يجتنبها المحرم من النساء،
والطيب، ولبس المخيط ونحو ذلك، بل يبقى محلا لنفسه كل شيء كان حلالا له.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
selalu mengagungkan dan mensucikan rumah tua (Baitullah). Jika beliau
sendiri tidak bisa pergi ke sana, maka beliau mengirimkan hadyu (hewan
kurban) untuk menghormatinya dan memberi kelapangan kepada para penduduk
di sekitarnya. Apabila beliau mengirimkan hadyu (hewan kurban), beliau
menandainya dan memberinya kalung agar orang-orang mengetahui bahwa
hewan itu adalah hewan kurban untuk dibawa ke Baitulllah, sehingga
mereka pun menghormatinya dan tidak menjadikannya sasaran keburukan
(menciderainya/membuatnya cacat). Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- menuturkan
sebagai penegas hadis tersebut bahwa dia memintal kalung-kalung untuk
hadyu (hewan kurban) itu. Jika beliau mengirimkan hewan-hewan kurban itu
-sedang beliau sendiri menetap di Madinah- beliau tidak menjauhi apa-apa
yang dijauhi oleh orang yang sedang ihram, seperti istri, wewangian,
pakaian yang dijahit, dan sebagainya. Namun beliau tetap menghalalkan
segala sesuatu yang memang halal sebelumnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3132 |
|
Hadith 202 الحديث
الأهمية: إن الله قد أوجب لها بها الجنة، أو
أعتقها بها من النار
Tema: Sesungguhnya Allah telah menetapkan
surga untuk wanita itu karena perbuatannya atau membebaskannya dari
neraka. |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت:
جَاءَتنِي مِسْكِينَة تَحمِل ابنَتَين لها، فَأَطْعَمْتُها ثَلاثَ
تَمَرَات، فَأَعْطَت كُلَّ وَاحِدَة مِنْهُما تَمْرَة وَرَفَعت إِلَى
فِيهَا تَمْرَة لِتَأكُلَها، فَاسْتَطْعَمَتْها ابْنَتَاهَا، فَشَقَّت
التَّمْرَة التي كانت تريد أن تَأْكُلَها بينهما، فَأَعْجَبَنِي شَأْنُهَا،
فَذَكَرت الذي صَنَعَتْ لرسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال: «إِنَّ الله
قَدْ أَوجَبَ لَهَا بِهَا الجَنَّة، أَو أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّار».
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anha-, ia
berkata, "Aku didatangi oleh seorang wanita miskin yang membawa kedua
anak perempuannya, lalu aku memberikan makanan kepada wanita itu berupa
tiga butir kurma. Wanita itu memberikan setiap satu butir kurma kepada
masing-masing anaknya dan sebuah lagi diangkatnya ke mulutnya. Namun,
kedua anaknya itu meminta kurma yang hendak dimakannya tersebut, lalu
wanita tadi membelah buah kurma yang hendak dimakan itu menjadi dua
bagian dan diberikan kepada keduanya. Keadaan wanita itu membuat aku
takjub, lalu aku memberitahukan apa yang dilakukan wanita tersebut
kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lantas beliau
bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menetapkan surga untuk wanita itu
karena perbuatannya atau membebaskannya dari neraka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يُصَوِّر حديث عائشة -رضي الله عنها-
معلمًا جديدًا من رحمة الكبار بالصغار، حيث قالت: جاءتني مسكينة تحمل
ابنتين لها فأطعمتها ثلاث تمرات: أي فأعطتها ثلاث تمرات، فما كان من المرأة
المسكينة إلا أن أعطت إحدى البنتين واحدة، والثانيةَ التمرةَ الأخرى، ثم
رفعت الثالثة إلى فيها لتأكلها، فاستطعمتاها: يعني أن البنتين نظرتا إلى
التمرة التي رفعتها الأم ـ فلم تطعمها الأم بل شقتها بينهما نصفين، فأكلت
كل بنت تمرة ونصفا والأم لم تأكل شيئًا. فذكرت عائشة -رضي الله عنها- ذلك
للرسول -صلى الله عليه وسلم- وأخبرته بما صنعت المرأة، فأخبرها: "أن الله
أوجب لها بها الجنة، أو أعتقها بها من النار" يعني: لأنها لما رحمتهما هذه
الرحمة العظيمة أوجب الله لها بذلك الجنة.
Hadis Aisyah -raḍiyallāhu 'anha- ini
menggambarkan satu rambu baru dari kasih sayang orang dewasa kepada anak
kecil. Aisyah berkata, "Aku didatangi oleh seorang wanita miskin yang
membawa kedua anak perempuannya, lalu aku memberikan makanan kepadanya
berupa tiga butir kurma." Yakni, aku memberikan tiga butir kurma kepada
wanita miskin itu. Tak lama kemudian wanita miskin tersebut memberikan
sebutir kurma kepada anaknya dan memberikan sebutir kurma yang lain
kepada anak yang kedua. Setelah itu ia mengangkat butir kurma ketiga ke
mulutnya untuk disantap. Namun, kedua anaknya itu meminta kurma
tersebut," yakni, kedua anak perempuan itu memandang kepada kurma yang
diangkat oleh ibunya. Sang ibu tidak jadi menyantapnya, tetapi dia
membelahnya menjadi dua bagian dan memberikannya kepada keduanya. Dengan
demikian setiap anak perempuan tersebut menyantap satu setengah butir
kurma, sedangkan sang ibu tidak memakan apapun. Lantas Aisyah
-raḍiyallāhu 'anha- menuturkan hal itu kepada Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- dan mengabarkan kepada beliau apa yang telah
diperbuat oleh wanita itu. Beliau memberitahu Aisyah, "Sesungguhnya
Allah telah menetapkan surga untuk wanita itu karena perbuatannya atau
membebaskannya dari neraka." Yakni, karena wanita itu menyayangi kedua
anak perempuannya dengan kasih sayang yang besar, maka Allah menetapkan
baginya surga atas kasih sayangnya itu. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3133 |
|
Hadith 203 الحديث
الأهمية: الساعي على الأرملة والمسكين، كالمجاهد
في سبيل الله
Tema: Orang yang membiayai kehidupan para
janda dan orang miskin bagaikan orang yang berjihad di jalan Allah. |
عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعًا:
«السَّاعِي على الأَرْمَلَةِ والمِسْكِينِ، كالمُجَاهِدِ في سبيل الله».
وأَحْسَبُهُ قال: «وكالقائم الذي لا يَفْتُرُ، وكالصائم الذي لا يُفْطِرُ».
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan secara marfū': "Orang yang membiayai kehidupan para janda
dan orang miskin bagaikan orang yang berjihad di jalan Allah." Aku
(perawi) mengira beliau bersabda, "Dan bagaikan orang yang mengerjakan
salat tanpa kenal lelah dan bagaikan orang yang berpuasa terus-menerus."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن
الذي يقوم بمصالح المرأة التي مات عنها زوجها، والمسكين المحتاج وينفق
عليهم، هو في الأجر كالمجاهد في سبيل الله، وكالقائم في صلاة التهجد الذي
لا يتعب من ملازمة العبادة، وكالصائم الذي لا يفطر.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengabarkan bahwa orang yang mengurus kepentingan-kepentingan wanita
yang suaminya telah meninggal dan orang miskin yang membutuhkan, serta
ia memberi mereka nafkah, dalam hal pahala ia seperti orang yang
berjihad fi sabilillah, juga seperti orang yang mengerjakan salat
tahajud yang tidak kenal lelah dalam beribadah dan seperti orang yang
berpuasa terus-menerus. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3135 |
|
Hadith 204 الحديث
الأهمية: فإني رسولُ الله إليك بأنَّ الله قد
أَحَبَّكَ كما أَحْبَبْتَهُ فيه
Tema: Sesungguhnya aku adalah utusan Allah
untuk mengabarkan kepadamu bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana
engkau mencintainya karena-Nya. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعًا:
«أن رجلا زَارَ أخًا له في قرية أخرى، فأَرْصَدَ الله -تعالى- على
مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا، فلما أتى عليه، قال: أين تريد؟ قال: أريد أخًا لي في
هذه القرية، قال: هل لك عليه من نعمةٍ تَرُبُّهَا عليه؟ قال: لا، غيرَ أني
أَحْبَبْتُهُ في الله -تعالى-، قال: فإني رسولُ الله إليك بأنَّ الله قد
أَحَبَّكَ كما أَحْبَبْتَهُ فيه».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Bahwasanya seorang lelaki mengunjungi saudaranya di
kampung lain. Lalu Allah -Ta'ālā- mengutus seorang malaikat untuk
mengawasinya di jalan. Ketika malaikat itu bertemu dengannya, ia
bertanya, "Engkau mau kemana?" Orang itu menjawab, "Aku ingin menemui
saudaraku di kampung ini." Malaikat bertanya, "Apakah ada satu
keuntungan yang ingin engkau dapatkan darinya?" Orang itu menjawab,
"Tidak. Hanya saja aku mencintainya karena Allah -Ta'ālā-." Malaikat
berkata, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah (untuk mengabarkan)
kepadamu bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya
karena-Nya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- عن رجل
من الأمم السابقة زار أخا له في قرية أخرى؛ فهيأ الله له ملكا في طريقه
يحفظه ويراقبه، فسأله الملك أين هو ذاهب؟ فأخبره أنه ذاهب لزيارة أخ له في
الله في هذه القرية، فسأله الملك هل هو مملوكك، أو ولدك، أو غيرهما ممن
تلزمهم نفقتك وشفقتك، أو لك عنده مصلحة؟ فأخبره أن لا، ولكني أحبه في الله،
وأبتغي بزيارتي مرضاة الله، فأخبره الملك بأنه رسول من الله؛ ليخبره أن
الله يحبه كما أحب أخاه في الله.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengabarkan tentang seorang lelaki dari umat terdahulu yang mengunjungi
saudaranya di kampung lain. Lantas Allah menyiapkan baginya satu
malaikat di jalannya untuk menjaga dan mengawasinya. Malaikat tersebut
bertanya kepada orang itu ke mana dia akan pergi? Orang itu menjawab
bahwa dia pergi untuk mengunjungi saudaranya karena Allah di kampung
ini. Malaikat bertanya lagi kepadanya, apakah orang itu budakmu, anakmu
atau selainnya yang harus engkau beri nafkah dan kasih sayang, atau
engkau punya kepentingan darinya? Orang itu menjawab, "Tidak, tetapi aku
mencintainya karena Allah dan dengan kunjunganku ini aku mencari
keridaan Allah." Malaikat pun memberitahunya bahwa dia adalah utusan
Allah untuk mengabarkan kepadanya bahwa Allah mencintainya sebagaimana
dia mencintai saudaranya karena Allah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3136 |
|
Hadith 205 الحديث
الأهمية: بادروا بالأعمال فتنا كقطع الليل المظلم
يصبح الرجل مؤمنا ويمسي كافرا، ويمسي مؤمنا ويصبح كافرا، يبيع دينه بعرض من
الدنيا
Tema: Bersegeralah untuk beramal (saleh)
sebelum datang berbagai fitnah seperti potongan-potongan malam yang
gelap, di mana pada pagi hari seseorang beriman namun di sore hari ia
menjadi kafir, dan pada sore hari ia beriman namun di pagi hari ia
kafir, ia menjual agamanya dengan harta dunia. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي
-صلى الله عليه وسلم-: «بَادِرُوا بالأعمال فِتَنًا كَقِطَعِ الليل
المُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرجلُ مؤمنا ويُمْسِي كافرا، ويُمْسِي مؤمنا
ويُصْبِحُ كافرا، يبيعُ دينه بِعَرَضٍ من الدنيا».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Bersegeralah untuk beramal
(saleh) sebelum datang berbagai fitnah seperti potongan-potongan malam
yang gelap, di mana pada pagi hari seseorang beriman namun di sore hari
ia menjadi kafir, dan pada sore hari ia beriman namun di pagi hari ia
kafir, ia menjual agamanya dengan harta dunia."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ابتدروا وسارعوا إلى الأعمال الصالحة
قبل ظهور العوائق، فإنه ستوجد فتن كقطع الليل المظلم، مدلهمة مظلمة، لا يرى
فيها النور، ولا يدري الإنسان أين الحق، يصبح الإنسان مؤمنًا ويمسي كافرًا،
والعياذ بالله، ويمسي مؤمنًا ويصبح كافرًا، يبيع دينه بمتاع الدنيا، سواء
أكان مالا، أو جاها، أو رئاسةً، أو نساءً، أو غير ذلك.
Bersegeralah dan cepat-cepatlah
melakukan amal saleh sebelum munculnya berbagai rintangan. Sesungguhnya
akan ada berbagai fitnah seperti potongan-potongan malam yang gelap,
pekat lagi gulita, tak ada cahaya di sana, sehingga manusia tidak
mengetahui di mana kebenaran berada. Akibatnya, seseorang di pagi hari
masih beriman namun di sore hari ia telah jadi kafir -kita berlindung
pada Allah darinya-, atau di sore hari ia beriman dan di pagi hari telah
menjadi kafir karena menjual agamanya dengan kesenangan dunia baik
berupa harta, kehormatan, kedudukan, wanita atau lainnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3138 |
|
Hadith 206 الحديث
الأهمية: كن أزواج النبي -صلى الله عليه وسلم-
عنده، فأقبلت فاطمة -رضي الله عنها- تمشي، ما تخطئ مشيتها من مشية رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- شيئًا
Tema: Para istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- ada di samping beliau. Lantas Fatimah -raḍiyallāhu 'anhā- datang
sambil berjalan. Cara jalannya mirip dengan cara jalan Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-" |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: كُنَّ
أزواجُ النبي -صلى الله عليه وسلم- عنده، فأقبلت فاطمة -رضي الله عنها-
تمشي، ما تُخْطِئُ مِشْيَتُها من مِشْيَةِ رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
شيئًا، فلما رآها رَحَّبَ بها، وقال: «مَرْحَبًا بابنتي»، ثم أجلسها عن
يمينه أو عن شماله، ثم سَارَّهَا فبكت بُكاءً شديدًا، فلما رأى جَزَعَهَا،
سَارَّهَا الثانية فضحكت، فقلتُ لها: خَصَّكِ رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- من بين نسائه بالسِّرَارِ، ثم أنت تَبْكِينَ! فلما قام رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- سألتها: ما قال لك رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟
قالت: ما كنت لأُفْشِيَ على رسول الله -صلى الله عليه وسلم- سِرَّهُ، فلما
توفي رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قلتُ: عَزَمْتُ عليك بما لي عليك من
الحق، لما حَدَّثْتِنِي ما قال لك رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟ فقالت:
أما الآن فنعم، أما حين سَارَّنِي في المرة الأولى فأخبرني أن جبريل كان
يُعارضه القرآن في كل سنة مرة أو مرتين، وأنه عارضه الآن مرتين، وإني لا
أرى الأَجَلَ إلا قد اقترب، فاتقي الله واصبري، فإنه نِعْمَ السَّلَفُ أنا
لك، فبكيت بكائي الذي رأيتِ، فلما رأى جَزَعِي سَارَّنِي الثانية، فقال:
«يا فاطمة، أما تَرْضَينَ أن تكوني سيدة نساء المؤمنين، أو سيدة نساء هذه
الأمة؟» فضحكتُ ضحكي الذي رأيتِ.
Dari Aisyah -raḍiyyallāhu 'anhā-, ia
berkata, "Para istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ada di samping
beliau. Lantas Fatimah -raḍiyyallāhu 'anhā- datang sambil berjalan. Cara
jalannya mirip dengan cara jalan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-. Saat beliau melihatnya, beliau pun menyambutnya dan bersabda,
"Selamat datang putriku." Selanjutnya beliau mempersilakannya untuk
duduk di samping kanannya atau kirinya. Lalu beliau bisikkan sesuatu
kepadanya hingga ia (Fatimah) menangis tersedu-sedu. Ketika melihat
kesedihan hati Fatimah, maka sekali lagi Rasulullah pun membisikkan
sesuatu kepadanya hingga ia tertawa. Lalu aku (Aisyah) bertanya kepada
Fatimah, "Sesungguhnya Rasulullah - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah
memberikan keistimewaan kepadamu dengan membisikkan suatu rahasia di
hadapan para istri beliau hingga kamu menangis sedih!" Setelah
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meninggalkan tempat itu, aku
pun bertanya kepada Fatimah, "Apa yang dikatakan Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- kepadamu?" Fatimah menjawab, "Sungguh aku tidak ingin
menyebarkan rahasia Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Setelah
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam - meninggal dunia, aku (Aisyah)
bertanya kepadanya, "Aku bertekad menanyakan kepadamu -sesuai dengan hak
(kedudukanku) di sisimu- tentang apa yang telah dibisikkan Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepadamu dulu waktu kamu tidak mau
menjelaskannya kepadaku." Fatimah menjawab, "Sekarang -setelah
Rasulullah meninggal dunia- aku akan memberitahukannya kepadamu. Dulu,
ketika Rasulullah membisikkan sesuatu kepadaku, untuk yang pertama kali,
beliau memberitahukan bahwasanya Jibril dan beliau biasanya bertadarus
Al-Qur`ān satu atau dua kali dalam setiap tahun dan kini beliau
bertadarus dengannya (Jibril) sebanyak dua kali. Sungguh aku
(Rasulullah) tahu bahwa ajalku telah dekat. Oleh karena itu, bertakwalah
kepada Allah dan bersabarlah! Sesungguhnya sebaik-baik pendahulumu
adalah aku." (Fatimah berkata), "Maka aku pun menangis, seperti yang
kamu lihat dulu. Ketika Rasulullah melihat kesedihanku, beliau pun
berbisik kepadaku untuk kedua kalinya. Beliau bersabda, "Hai Fatimah,
tidakkah kamu rida menjadi pemimpin para istri orang-orang mukmin atau
pemimpin para wanita umat ini?" Lalu aku pun tertawa seperti yang dulu
engkau lihat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ذكرت عائشة -رضي الله عنها- أن أزواج
النبي -صلى الله عليه وسلم- كن عنده ثم جاءت فاطمة -رضي الله عنها- تعوده
في مرضه وشكواه الذي قُبِض فيه، فذكرت أنَّ فاطمة -رضي الله عنها- أقبلت
تمشي كأنَّ مشيتها مشية النبي -صلى الله عليه وسلم-، وكانت عادته -صلى الله
عليه وسلم- إذا دخلت عليه بنته فاطمة -رضي الله عنها- قام إليها وقبَّلها
وأجلسها في مجلسه، فرحب بها وأجلسها بجانبه.
ثم أخبرت
عائشة -رضي الله عنها-: أنه أسر إلى فاطمة -رضي الله عنها- بالقول فبكت
بكاء شديدا، فلما رأى حزنها الشديد، أسر إليها بقول آخر فضحكت.
فسألتها
عائشة -رضي الله عنها- عن الذي خصها رسول الله -صلى الله عليه وسلم- به دون
نسائه وبكت بسببه.
فقالت: لم
أكن لأنشر سر رسول الله -صلى الله عليه وسلم-.
فلما توفي
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أقسمت عائشة -رضي الله عنها- على فاطمة
-رضي الله عنها- أن تحدثها بما قال لها الرسول -صلى الله عليه وسلم-.
فقالت:
أما إذا سألتني الآن فسأحدثك، أما بكائي حين أسر إلي بالقول في المرة
الأولى، فإنه أخبرني أن جبريل -عليه السلام- كان يدارسه القرآن كل عام مرة
أو مرتين، وأنه دارسه مرتين حينها، وظن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن
هذا نذير بانتهاء مدة حياته، وأمرني بالتقوى والصبر، وأن ما يترتب على ذلك
من شرف السلف لي يعدل ما قد يبدو من جزع الفراق، فبكيت حين رأيتني بكيت،
فلما رأى حزني الشديد، بشرني بأني سيدة نساء المؤمنين أو سيدة نساء هذه
الأمة، فضحكت ضحكي الذي رأيتيه مني.
وأما
ضحكها فجاء هذا الحديث مبيِّنًا ذلك بكونها -رضي الله عنها- سيِّدة نساء
أهل الجنة، ومع ذلك فقد اختلفت الروايات فيما سارها به ثانيا وضحكها لذلك
على أقوال:
1. أنه إخبار إيَّاها بأنها أول أهله
لحوقا به.
2. أنه إخباره إياها بأنها سيدة نساء
أهل الجنة، وجعل كونها أول أهله لحوقا به مضموما إلى الأول وهو الراجح.
3. أنه قال لفاطمة إنَّ جبريل أخبرني
أنه ليس امرأة من نساء المسلمين أعظم ذرية منك فلا تكوني أدنى امرأة منهن
صبرًا.
ولكن يبقى
قبل ذلك أنَّ حرص عائشة -رضي الله عنها- على العلم سرَّع من سؤالها لفاطمة
-رضي الله عنها- عمَّا حصل في السرار، فما كان من بنت رسول الله إلا أن
قالت: "مَا كُنتُ لِأُفشِيَ عَلَى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- سِرَّه"،
وهو الشاهد من الحديث، فلما زال المحذور بموت النبي -صلى الله عليه وسلم-
أخبرتها من أمر السرار.
وفي
الحديث إخباره -صلى الله عليه وسلم- بما سيقع فوقع كما قال، فإنهم اتفقوا
على أن فاطمة -عليها السلام- كانت أول من مات من أهل بيت النبي -صلى الله
عليه وسلم- بعده حتى قبل أزواجه -رضي الله عنهن-.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- menuturkan
bahwa para istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berada di sisi
beliau. Lantas Fatimah -raḍiyallāhu 'anhā- datang menjenguk beliau yang
sedang sakit menjelang wafat. Aisyah menuturkan bahwa Fatimah
-raḍiyallāhu 'anhā- datang dengan berjalan kaki. Cara jalannya seperti
cara jalan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kebiasaan Nabi -
ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila putrinya, Fatimah - raḍiyallāhu
'anhā- datang, beliau berdiri menyambutnya, menciumnya, dan
menyilahkannya untuk duduk di tempat duduknya. Beliau menyambut
kedatangan putrinya dan menyilahkannya untuk duduk di sampingnya.
Selanjutnya Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- mengabarkan bahwa beliau berbisik
kepada Fatimah -raḍiyallāhu 'anhā- dengan satu perkataan lalu ia
(Fatimah) menangis keras. Saat beliau melihat kesedihan dahsyat pada
putrinya, beliau pun membisikan perkataan lainnya kepadanya hingga ia
tertawa. Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- pun bertanya kepada Fatimah
mengenai kekhususan yang diberikan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- kepadanya tanpa istri-istri yang lainnya dan menyebabkan
dirinya menangis. Fatimah menjawab, "Aku tidak akan membeberkan
rahasia Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Setelah Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat, Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-
bersumpah kepada Fatimah -raḍiyallāhu 'anhā- agar menceritakan kepadanya
mengenai sabda Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepadanya.
Fatimah berkata, "Karena engkau bertanya kepadaku sekarang, maka aku
akan menceritakannya kepadamu. Mengenai tangisanku saat beliau
membisikan perkataan kepadaku pada bisikan pertama, sesungguhnya beliau
memberitahuku bahwa Jibril -'alaihi as-salām- membacakan Al-Qur`ān
kepada beliau satu atau dua kali setiap tahun. Saat itu Jibril
membacakan Al-Qur`ān kepadanya dua kali dan Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- mengira bahwa itu merupakan peringatan mengenai akhir
masa hidupnya. Beliau memerintahkanku untuk bertakwa dan bersabar serta
menyadari hal itu sebagai kemuliaan yang dimajukan bagiku setara dengan
kesedihan perpisahan yang tampak. Aku pun menangis sebagaimana yang
engkau lihat dariku. Ketika beliau melihat kesedihanku yang berat,
beliau memberi kabar yang baik kepadaku bahwa aku adalah pemimpin para
wanita orang-orang beriman atau pemimpin wanita umat ini. Aku pun
tertawa lepas dengan tawa sebagaimana yang pernah engkau lihat dariku.
Adapun tertawanya, maka hadis ini menjelaskan keadaan Fatimah
-raḍiyallāhu 'anhā- bahwa dia adalah pemimpin para wanita penghuni
Surga. Meskipun demikian, ada perbedaan pendapat di berbagai riwayat
mengenai bisikan kedua beliau dan tertawanya terhadap hal tersebut.
Pendapat ini terbagi ke dalam beberapa pendapat: 1. Itu merupakan
kabar bagi Fatimah bahwa dialah keluarganya yang pertama kali menyusul
Nabi. 2. Itu merupakan pemberitahuan bahwa Fatimah adalah pemimpin
para wanita penghuni Surga, dan Fatimah sebagai keluarga yang pertama
kali menyusul beliau (meninggal) digabungkan dengan pendapat yang
pertama, dan ini pendapat yang sahih. 3. Beliau bersabda kepada
Fatimah bahwa Jibril telah mengabariku bahwa tidak ada satu perempuan
pun yang lebih agung keturunannya darimu, karena itu janganlah engkau
menjadi wanita yang paling rendah kesabarannya. Hanya saja sebelum itu
Aisyah - raḍiyallāhu 'anhā- dengan minatnya terhadap ilmu, dia segera
bertanya kepada Fatimah -raḍiyallāhu 'anhā- mengenai apa yang terjadi
dalam bisikan. Ternyata putri Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
hanya menjawab, "Sungguh aku tidak akan menyebarkan rahasia Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ini merupakan bukti dari hadis. Setelah
larangan terhapus dengan wafatnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
Fatimah pun memberitahukan perkara rahasia itu. Dalam hadis tersebut
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahukan hal yang akan
terjadi. Lalu terjadilah sebagaimana sabda beliau. Mereka sepakat bahwa
Fatimah -'alaiha as-salām- adalah orang yang pertama kali meninggal dari
kalangan keluarga Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahkan sebelum
para istri-istri beliau -raḍiyallāhu 'anhunna-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3139 |
|
Hadith 207 الحديث
الأهمية: ما غرت على أحد من نساء النبي -صلى الله
عليه وسلم- ما غرت على خديجة -رضي الله عنها-، وما رأيتها قط، ولكن كان
يكثر ذكرها
Tema: Aku tidak pernah merasa cemburu
terhadap istri-istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melebihi
kecemburuanku terhadap Khadijah -raḍiyallāhu 'anhā-, padahal aku tidak
pernah berjumpa dengannya. Akan tetapi beliau sering sekali menyebutnya. |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: «ما
غِرْتُ على أحد من نساء النبي -صلى الله عليه وسلم- ما غِرْتُ على خديجة
-رضي الله عنها-، وما رأيتها قط، ولكن كان يُكثر ذِكْرَها، وربما ذبح
الشَّاةَ، ثم يُقطعها أَعْضَاءً، ثم يَبْعَثُهَا في صَدَائِقِ خديجة، فربما
قلت له: كأن لم يكن في الدنيا إلا خديجة! فيقول: «إنها كانت وكانت وكان لي
منها وَلَدٌ».
وفي
رواية: وإن كان لَيَذْبَحُ الشَّاءَ، فيُهدي في خَلَائِلِهَا منها ما
يَسَعُهُنَّ.
وفي
رواية: كان إذا ذَبَحَ الشَّاةَ، يقول: «أرسلوا بها إلى أصدقاء خديجة».
وفي
رواية: قالت: اسْتَأْذَنَتْ هالة بنت خويلد أخت خديجة على رسول الله -صلى
الله عليه وسلم- فعرف استئذان خديجة، فارْتَاحَ لذلك، فقال: «اللهم هالة
بنت خويلد».
Aku tidak pernah merasa cemburu
terhadap istri-istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melebihi
kecemburuanku terhadap Khadijah -raḍiyallāhu 'anhā- padahal aku tidak
pernah berjumpa dengannya. Akan tetapi beliau sering sekali menyebutnya.
Terkadang beliau menyembelih kambing lalu memotong-motongnya menjadi
beberapa bagian, kemudian mengirimnya kepada teman-teman Khadijah.
Sampai pernah aku berkata kepadanya, "Seakan-akan tidak ada wanita lain
di dunia ini kecuali Khadijah." Maka beliau menjawab, "Sesungguhnya dia
itu wanita begini dan begini, darinya aku dikarunia anak." Dalam
salah satu riwayat disebutkan, "Apabila beliau menyembelih kambing, maka
beliau selalu menghadiahkan bagian kambing itu kepada sahabat-sahabat
Khadijah apa yang dapat mencukupi mereka." Dalam riwayat lain,
"Apabila beliau menyembelih kambing, maka beliau mengatakan,
"Kirimkanlah daging kambing itu kepada sahabat-sahabat Khadijah." Dan
di dalam riwayat lain, Aisyah berkata, "Hālah binti Khuwailid saudari
Khadijah pernah meminta izin untuk masuk ke rumah Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-. Beliau mengenal suara minta izinnya mirip dengan
suara Khadijah hingga membuat beliau merasa senang. Lalu beliau berkata,
"Ya Allah, ternyata Hālah binti Khuwailid."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
تقول عائشة -رضي الله عنها-: ما غِرْت
على أحد من نساء النبي -صلى الله عليه وسلم- مثلما غرت على خديجة -رضي الله
عنها-، وهي أُولى زوجات النبي -صلى الله عليه وسلم-، وقد توفيت قبل أن
تراها عائشة، وكان النبي -صلى الله عليه وسلم- في المدينة إذا ذبح شاة أخذ
من لحمها وأهداه إلى صديقات خديجة -رضي الله عنها-، ولم تصبر عائشة -رضي
الله عنها- على ذلك، فقالت: يا رسول الله، كأن لم يكن في الدنيا إلا خديجة.
فذكر -صلى
الله عليه وسلم- أنها كانت تفعل كذا، وتفعل كذا، وذكر من خصالها -رضي الله
عنها-.
وأضاف
-صلى الله عليه وسلم- أيضًا مؤكدًا سرَّ هذا الحب والود والارتباط العميق:
"وكان لي منها ولد" وأولاده أربع بنات وثلاثة أولاد كلهم منها إلا ولدًا
واحدًا هو إبراهيم -رضي الله عنه-، فإنه كان من مارية القبطية التي أهداها
إليه ملك القبط.
وجاءت مرة
هالة بنت خويلد أخت خديجة -رضي الله عنهما-، فاستأذنت فكان استأذانها شبيها
بصفة استئذان خديجة لشبه صوتها بصوت أختها فتذكر خديجة بذلك، ففرح بذلك
وسُر -صلى الله عليه وسلم-.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata,
"Aku tidak pernah merasa cemburu terhadap salah seorang dari istri-istri
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- seperti kecemburuanku terhadap
Khadijah -raḍiyallāhu 'anhā-. Dia adalah istri pertama Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- dan telah wafat sebelum Aisyah menjumpainya. Dahulu
tatkala Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyembelih kambing di
Madinah, maka beliau mengambil sebagian dagingnya dan menghadiahkannya
kepada teman-teman Khadijah -raḍiyallāhu 'anhā-, dan Aisyah -raḍiyallāhu
'anhā- tidak sabar dengan hal itu. Lantas dia berkata, "Wahai
Rasulullah, seakan-akan tidak ada wanita lain di dunia kecuali
Khadijah." Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyebutkan bahwa
dia (Khadijah) dahulu melakukan begini dan begini, beliau menyebutkan
sifat-sifat Khadijah -raḍiyallāhu 'anhā-. Dan beliau -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- juga menambahkan rahasia kecintaan, kasih sayang, dan
hubungan (keterikatan) mendalam ini (dengan ucapan), "Dan darinya aku
dikaruniai anak." Anak-anak beliau ada empat orang perempuan dan tiga
orang laki-laki, mereka semua dari Khadijah kecuali satu orang anak
laki-laki yaitu Ibrahim -raḍiyallāhu 'anhu-, dia dari Mariyah
Al-Qibṭiyah yang dihadiahkan kepada beliau oleh raja Al-Qibṭ (Mesir).
Suatu ketika Hālah binti Khuwailid saudari Khadijah -raḍiyallāhu
'anhuma- datang, lalu ia meminta izin, dan cara minta izinnya menyerupai
cara minta izin Khadijah karena suara Khadijah mirip dengan suara
saudarinya, lantas beliau teringat Khadijah dengan hal itu. Maka beliau
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun gembira dan senang dengan itu. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih dengan seluruh
riwayat-riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3140 |
|
Hadith 208 الحديث
الأهمية: ليس المسكين الذي ترده التمرة
والتمرتان، ولا اللقمة واللقمتان إنما المسكين الذي يتعفف
Tema: Orang miskin itu bukanlah orang yang
bisa ditolak dengan sebiji dan dua biji kurma, atau sesuap dan dua suap
makanan. Akan tetapi, orang miskin yang sebenarnya adalah orang yang
menjaga diri (dari segala yang tidak baik dan tidak halal). |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أَنَّ
رسُولَ اللَّه -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم- قَالَ: «لَيسَ المِسْكِين
الَّذِي تَرُدُّهُ التَّمْرَة والتَّمْرَتَان، وَلا اللُّقْمَةُ
واللُّقْمَتَان، إِنَّمَا المِسْكِين الَّذِي يَتَعَفَّف».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang
miskin itu bukanlah orang yang bisa ditolak dengan sebiji dan dua biji
kurma, atau sesuap dan dua suap makanan. Akan tetapi orang miskin yang
sebenarnya adalah orang yang menjaga diri (dari segala yang tidak baik
dan tidak halal)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يُوضح هذا الحديث حقيقة المسكنة، وأن
المسكين الممدوح من المساكين الأحق بالصدقة والأحوج بها هو المتعفف، وإنما
نفى -صلى الله عليه وسلم- المسكنة عن السائل الطوَّاف؛ لأنه تأتيه الكفاية،
وقد تأتيه الزكاة فتزول خصاصته، وإنما تدوم الحاجة فيمن لا يسأل ولا يعطف
عليه فيعطى.
Hadis ini menjelaskan hakikat
kemiskinan. Sesungguhnya orang miskin yang terpuji lagi paling berhak
mendapatkan sedekah dan paling membutuhkannya adalah orang miskin yang
menjaga diri. Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menafikan
kemiskinan dari pengemis yang suka berkeliling, karena ia mendapatkan
kecukupan. Kadang juga mendapatkan zakat sehingga lenyaplah
kemiskinannya. Sedangkan kebutuhan akan tetap ada pada orang (miskin)
yang tidak meminta-minta dan tidak diberi simpati sehingga dia patut
untuk diberi. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3141 |
|
Hadith 209 الحديث
الأهمية: يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
Tema: Wahai Sang Pembolak-balik hati,
tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu |
عن شهر بن حوشب قال: قلت لأم سلمة -رضي
الله عنها-، يا أم المؤمنين، ما كان أكثر دعاء رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- إذا كان عندك؟ قالت: كان أكثر دعائه: «يا مقلب القلوب ثبت قلبي على
دينك».
Aku bertanya kepada Ummu Salamah
-raḍiyallāhu 'anha-, "Wahai Ummul Mukminin, doa apa yang paling banyak
diucapkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika berada
bersamamu?" Ia menjawab, Doa yang paling banyak beliau ucapkan adalah,
"Wahai Sang Pembolak-balik hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان أكثر دعائه -صلى الله عليه وسلم- أن
يقول، هذا القول: (يا مقلب القلوب) أي مصرفها تارة إلى الطاعة والإقبال
وتارة إلى المعصية والغفلة، (ثبت قلبي على دينك)، أي اجعله ثابتًا على دينك
غير مائل عن الدين القويم والصراط المستقيم.
Doa yang paling banyak beliau ucapkan
adalah, "Wahai Sang Pembolak-balik hati," maksudnya: Yang kadang-kadang
memalingkannya kepada ketaatan dan kadang juga kepada kemaksiatan dan
kelalaian. "Tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu." maksudnya, jadikanlah
hatiku tetap teguh dalam agama-Mu tanpa menyimpang dari agama yang benar
dan jalan yang lurus. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Sahih li gairihi] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3142 |
|
Hadith 210 الحديث
الأهمية: إذا شرب الكلب في إناء أحدكم فليغسله
سبعًا
Tema: Apabila seekor anjing minum dari wadah
salah seorang di antara kalian, hendaknya ia mencucinya tujuh kali |
عن أبي
هريرة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال:« إذا
شَرِب الكلب في إناء أحَدِكُم فَليَغسِلهُ سبعًا».
ولمسلم: «
أولاهُنَّ بالتُراب».
عن
عبد الله بن مغفل -رضي الله عنهما- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال:«
إذا وَلَغ الكلب في الإناء فاغسلوه سبعًا وعفَّرُوه الثَّامِنَة
بالتُّراب».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beliau bersabda, "Apabila
seekor anjing minum dari wadah salah seorang di antara kalian, hendaknya
ia mencucinya tujuh kali." Dalam riwayat Muslim, "Yang pertama dengan
tanah." Dari Abdullah bin Mugaffal -raḍiyallāhu 'anhumā- dari Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Apabila seekor anjing
minum dari sebuah wadah maka cucilah wadah itu tujuh kali dan lumurilah
yang ke delapan dengan tanah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
لما كان الكلب من الحيوانات المستكرهة
التي تحمل كثيرًا من الأقذار والأمراض أمر الشارع الحكيم بغسل الإناء الذي
ولغ فيه سبع مرات، الأولى منهن مصحوبة بالتراب ليأتي الماء بعدها، فتحصل
النظافة التامة من نجاسته وضرره.
Karena anjing itu termasuk hewan
menjijikkan, yang membawa banyak kotoran dan penyakit, maka syariat yang
penuh hikmah ini memerintahkan agar mencuci wadah yang dijilat anjing
sebanyak tujuh kali. Cucian pertama disertai tanah agar selanjutnya bisa
dibersihkan dengan air. Sehingga menghasilkan kebersihan yang sempurna
dari najis dan bahayanya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3143 |
|
Hadith 211 الحديث
الأهمية: الفطرة خمس: الختان، والاستحداد، وقص
الشارب، وتقليم الأظفار، ونتف الإبط
Tema: Fitrah ada lima: khitan, mencukur bulu
kemaluan, memangkas kumis, menggunting kuku, dan mencabut bulu ketiak. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«الفِطرة خَمْسٌ: الخِتَان, والاسْتِحدَاد, وقَصُّ الشَّارِب, وتَقلِيمُ
الأَظفَارِ, ونَتْفُ الإِبِط».
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan secara marfū': "Fitrah ada lima: khitan, mencukur bulu
kemaluan, memangkas kumis, menggunting kuku, dan mencabut bulu ketiak"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يذكر أبو هريرة -رضي الله عنه- أنه سمع
النبي -صلى الله عليه وسلم- يقول: خمس خصال من دين الإسلام، الذي فطر الله
الناس عليه، فمن أتى بها، فقد قام بخصال عظام من الدين الحنيف.
وهذه
الخمس المذكورة في هذا الحديث، من جملة النظافة، التي أتى بها الإسلام.
أولها:
قطع قُلْفة الذكر، التي يسبب بقاؤها تراكم النجاسات والأوساخ فتحدث الأمراض
والجروح.
وثانيها:
حلق الشعور التي حول الفرج، سواء أكان قبلا أم دبرا، لأن بقاءها في مكانها
يجعلها معرضة للتلوث بالنجاسات، وربما أخلت بالطهارة الشرعية.
وثالثها:
قص الشارب، الذي بقاؤه، يسبب تشويه الخلقة، ويكره الشراب بعد صاحبه، وهو من
التشبه بالمجوس.
ورابعها:تقليم الأظافر، التي يسبب بقاؤها تجمع الأوساخ فيها، فتخالط
الطعام، فيحدث المرض.
وأيضا
ربما منعت كمال الطهارة لسترها بعض الفرض.
وخامسها:
نتف الإبط، الذي يجلب بقاؤه الرائحة الكريهة.
Abu Hurairah menuturkan bahwa dia
pernah mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada lima
perangai dalam agama Islam yang dijadikan Allah sebagai fitrah bagi
manusia. Siapa yang melaksanakannya, maka dia telah mengerjakan berbagai
perangai agung dalam agama yang lurus. Kelima hal yang disebutkan dalam
hadis ini termasuk ajaran kebersihan yang dibawa oleh Islam. Pertama:
memotong kulup zakar; karena membiarkan kulup ini tetap ada akan
menimbulkan tumpukan najis dan kotoran sehingga menyebabkan berbagai
penyakit dan luka. Kedua: mencukur bulu-bulu yang ada di sekitar
kemaluan, baik kubul (kemaluan bagian depan) ataupun dubur (anus);
karena membiarkan bulu-bulu itu di tempatnya menjadikannya rentan
tercemar berbagai najis, dan mungkin saja mengurangi kesucian yang
disyariatkan. Ketiga: memangkas kumis; karena membiarkan kumis dapat
memperjelek rupa dan membuat orang yang minum merasa jijik (setelah
diminum) pemiliknya. Ia juga termasuk menyerupai orang-orang Majusi.
Keempat: menggunting kuku; karena membiarkan kuku akan menyebabkan
berkumpulnya kotoran-kotoran di dalamnya sehingga bercampur dengan
makanan lalu menimbulkan penyakit. Juga mungkin saja menghalangi
kesempurnaan bersuci karena tertutupnya sebagian anggota tubuh yang
wajib dibasuh. Kelima: mencabut bulu ketiak; karena membiarkan bulu ini
akan mendatangkan bau tidak sedap. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3144 |
|
Hadith 212 الحديث
الأهمية: لا إله إلا الله، ويل للعرب من شر قد
اقترب، فتح اليوم من ردم يأجوج ومأجوج مثل هذه، وحلق بأصبعيه الإبهام والتي
تليها، فقلت: يا رسول الله، أنهلك وفينا الصالحون؟ قال: نعم، إذا كثر الخبث
Tema: "Tiada Ilah yang berhak disembah
selain Allah, celakalah orang-orang Arab dari keburukan yang telah
dekat. Hari ini telah dibuka sebesar ini dari tembok penghalang Yakjuj
dan Makjuj." Beliau ucapkan ini sambil melingkarkan dua jari, yakni ibu
jari dan yang dekat dengannya (telunjuk). Aku berkata, "Wahai
Rasulullah! Apakah kami akan binasa sementara di tengah kami ada
orang-orang saleh?" Beliau menjawab, "Ya, apabila banyak keburukan." |
عن زينب بنت جحش -رضي الله عنها- أنَّ
النبي -صلى الله عليه وسلم- دخل عليها فَزِعًا، يقول: «لا إله إلا الله،
وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قد اقْتَرَب، فُتِحَ اليوم من رَدْمِ
يَأْجُوجَ ومَأجُوجَ مثل هذه»، وحلَّق بأُصبُعيه الإبهامِ والتي تَلِيها،
فقلت: يا رسول الله، أنَهْلِكُ وفينا الصَّالِحُون؟ قال: «نعم، إِذَا
كَثُرَ الخَبَثُ».
Dari Zainab binti Jaḥsy -raḍiyallāhu
'anhā- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk menemuinya dalam
kondisi sangat cemas, beliau mengucapkan, "Tiada Ilah yang berhak
disembah selain Allah, celakalah orang-orang Arab dari keburukan yang
telah dekat. Hari ini telah dibuka sebesar ini dari tembok penghalang
Yakjuj dan Makjuj." Beliau ucapkan ini sambil melingkarkan dua jari,
yakni ibu jari dan yang dekat dengannya (telunjuk). Aku berkata, "Wahai
Rasulullah, apakah kami akan binasa sementara di tengah kami ada
orang-orang saleh?" Beliau menjawab, "Ya, apabila banyak keburukan." |
عن أم المؤمنين زينب بنت جحش-رضي الله
عنها- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- دخل عليها
محمراً وجهه يقول: "لا إله إلا الله" تثبيتا ًللتوحيد وتطمينا
ًللقلوب.
ثم
حذَّر العرب فقال: "ويل للعرب من شر قد اقترب"، ثم بين أن هذا الشر هو أنه
قد فتحت فتحة صغيرة من سد يأجوج ومأجوج، بقدر الحلقة بين الأصبعين السبابة
والإبهام.
قالت
زينب: "يا رسول الله، أنهلك وفينا الصالحون؟"، فأخبر أن الصالح لا يهلك،
وإنما هو سالم ناج؛ لكن إذا كثر الخبث هلك الصالحون، فإذا كثرت الأعمال
الخبيثة السيئة في المجتمع ولو كانوا مسلمين ولم تنكر، فإنهم قد عرضوا
أنفسهم للهلاك.
Dari Ummul Mukminin Zainab binti Jaḥsy
-raḍiyallāhu 'anhā- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk
menemuinya dengan rona wajah yang memerah, beliau mengucapkan, "Lā ilāha
illallāh", untuk menegaskan tauhid dan menenangkan hati. Kemudian beliau
memperingatkan orang-orang Arab dengan mengucapkan, "Celakalah
orang-orang Arab dari keburukan yang telah dekat." Selanjutnya beliau
menjelaskan keburukan ini, yakni telah terbuka celah kecil dari tembok
penghalang Yakjuj dan Makjuj sebesar lingkaran antara ibu jari dan jari
telunjuk. Zainab bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kami akan binasa
sementara di tengah kami ada orang-orang saleh?" Beliau mengabarkan
bahwa orang saleh itu tidak binasa, ia selamat dan lolos (dari azab),
akan tetapi apabila keburukan telah banyak dan merajalela, maka
orang-orang saleh pun binasa. Yakni apabila perilaku buruk merajalela di
masyarakat -meskipun mereka kaum muslimin-, sedangkan hal itu tidak
diingkari, maka mereka telah mengundang kebinasaan untuk diri mereka
sendiri. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3145 |
|
Hadith 213 الحديث
الأهمية: دخل رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
البيت, وأسامة بن زيد وبلال وعثمان بن طلحة
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- pernah masuk ke Baitullah bersama Usāmah bin Zaid, Bilal dan
'Uṡmān bin Ṭalḥah |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
قال: «دخل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- البيت, وأسامة بن زيد وبلال
وعثمان بن طلحة، فأغلقوا عليهم الباب فلما فتحوا كنت أولَ من وَلَجَ.
فلقيتُ بلالًا, فسألته: هل صلى فيه رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟ قال:
نعم , بين العَمُودَيْنِ اليَمَانِيَيْنِ».
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā- secara marfū', "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah masuk ke Baitullah bersama Usamah bin Zaid, Bilal dan 'Uṡmān bin
Ṭalḥah. Selanjutnya pintu (Ka'bah) ditutup. Ketika mereka membukanya,
aku adalah orang yang pertama kali masuk lalu aku berpapasan dengan
Bilal. Aku pun bertanya kepadanya, "Apakah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- salat di dalamnya?" Ia menjawab, "Iya, di antara dua pilar
Yaman."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
لما فتح الله -تبارك وتعالى- مكة في
السنة الثامنة من الهجرة، وطهر بيته من الأصنام والتماثيل والصور، دخل -صلى
الله عليه وسلم- الكعبة المشرفة، ومعه خادماه، بلال، وأسامة، وحاجب البيت
عثمان بن طلحة -رضي الله عنهم-، فأغلقوا عليهم الباب لئلا يتزاحم الناس عند
دخول النبي -صلى الله عليه وسلم- فيها ليروا كيف يتعبد، فيشغلوه عن مقصده
في هذا الموطن، وهو مناجاة ربه وشكره على نعمه؛ فلما مكثوا فيها طويلا
فتحوا الباب.
وكان عبد
الله بن عمر حريصا على تتبع آثار النبي -صلى الله عليه وسلم- وسنته، ولذا
فإنه كان أول داخل لما فتح الباب، فسأل بلالا: هل صلى فيها رسول الله -صلى
الله عليه وسلم-؟ قال بلال: نعم، بين العمودين اليمانيين. وكانت الكعبة
المشرفة على ستة أعمدة، فجعل ثلاثة خلف ظهره، واثنين عن يمينه، وواحدا عن
يساره، وجعل بينه وبين الحائط ثلاثة أذرع، فصلى ركعتين، ودعا في نواحيها
الأربع.
Ketika Allah -Tabāraka wa Ta'ālā-
menaklukkan Makkah dan membersihkan Baitullah dari berhala-berhala,
patung-patung dan gambar-gambar, maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- masuk ke dalam Ka'bah yang dimuliakan bersama kedua pelayannya;
Bilal dan Usāmah, dan penjaga Baitullah, yaitu Uṡman bin Ṭalḥah.
Selanjutnya pintu ditutup agar orang-orang tidak berdesakan ketika Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memasukinya untuk melihat bagaimana
beliau beribadah, sehingga membuat mereka lalai dari tujuan mereka di
tempat itu, yaitu bermunajat kepada Rabbnya dan bersyukur atas
nikmat-nikmat-Nya. Setelah mereka diam lama di dalamnya, mereka pun
membuka pintu. Abdullah bin Umar adalah orang yang sangat gemar
mengikuti jejak langkah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan
sunahnya. Karena itu, dialah orang yang pertama kali masuk ketika pintu
Ka`bah dibuka lalu bertanya kepada Bilal, "Apakah Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- salat di dalamnya?" Bilal menjawab, "Iya, diantara
dua pilar Yaman." Ka'bah yang mulia terdiri dari enam pilar. Lantas
beliau memposisikan tiga pilar di belakangnya, dua pilar di kanannya,
dan satu pilar lagi di kirinya, dan beliau memberi jarak tiga hasta
antara dirinya dengan dinding, lalu beliau melaksanakan salat dan berdoa
di keempat sisinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3148 |
|
Hadith 214 الحديث
الأهمية: اللهم إني أعوذ بك من الخبث والخبائث
Tema: Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu
dari setan laki-laki dan setan perempuan. |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- أن النبي
صلى الله عليه وسلم كان إذا
دخل الخَلاء قال: ((اللهم إني أَعُوذ بك من الخُبُثِ والخَبَائِث)).
Tema: Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila masuk ke
tempat buang air mengucapkan, "Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari
setan laki-laki dan setan perempuan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يذكر لنا أنس بن مالك -رضي الله عنه-
وهو المتشرف بخدمة النبي -صلى الله عليه وسلم- في هذا الحديث أدبًا نبويًّا
حين قضاء الحاجة، وهو أنه -صلى الله عليه وسلم- من كثرة محبته والتجائه إلى
ربه لا يدع ذكره والاستعانة به على أية حال، فهو -صلى الله عليه وسلم- إذا
أراد دخول المكان الذي سيقضي فيه حاجته استعاذ بالله، والتجأ إليه أن يقيه
الشياطين من ذكور وإناث؛ لأنهم الذين يحاولون في كل حال أن يفسدوا على
المسلم أمر دينه وعبادته، وفُسِّر الخبث والخبائث أيضًا بالشر وبالنجاسات.
وسبب
الاستعاذة أن بيت الخلاء -وهو ما يسميه بعض الناس بالحمامات أو دورات
المياه- أماكن الشياطين، وقد قال -صلى الله عليه وسلم-: "إن هذه الحشوش
محتضرة، فإذا دخل أحدكم، فليقل: اللهم إني أعوذ بك من الخبث والخبائث" رواه
ابن ماجه وغيره وصححه الألباني، وهناك سبب آخر وهو أن الإنسان يحتاج كشف
عورته إذا دخل هذه المواضع، وقد
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "ستر ما بين الجن وعورات بني آدم
إذا دخل الكنيف أن يقول: بسم الله" رواه ابن ماجه وغيره وصححه الألباني
أيضًا.
Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu-
yang mendapatkan kehormatan melayani Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, menuturkan kepada kita dalam hadis ini mengenai adab Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- saat buang hajat. Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang mencintai dan selalu berlindung
kepada Rabbnya- tidak pernah meninggalkan zikir kepada-Nya dan memohon
pertolongan kepada-Nya dalam keadaan apapun. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- apabila hendak masuk tempat buang hajat, beliau memohon
perlindungan kepada Allah dan berlindung kepada-Nya agar menjaganya dari
para setan; laki-laki dan perempuan, karena merekalah yang berusaha
merusak seorang muslim dalam urusan agama dan ibadahnya. Al-Khabīṡ dan
Al-Khabā`iṡ juga ditafsirkan dengan kejahatan dan najis. Penyebab
berlindung kepada Allah adalah karena tempat buang air -atau yang
dinamakan juga oleh manusia sekarang dengan kamar mandi atau WC-
merupakan tempat-tempat setan. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Sesungguhnya tempat ini ada yang menghuninya, apabila
seseorang di antara kalian memasukinya, maka hendaklah dia mengucapkan:
"Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan
perempuan." HR. Ibnu Majah dan lainnya, dan disahihkan oleh Al-Albani.
Sebab lainnya adalah karena manusia butuh untuk membuka auratnya apabila
memasuk tempat-tempat tersebut, dan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersabda, "Penghalang antara jin dan aurat manusia apabila dia
masuk ke tempat buang hajat adalah dengan mengucapkan: "Bismillāh". HR.
Ibnu Majah dan lainnya, dan disahihkan oleh Al-Albani. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3150 |
|
Hadith 215 الحديث
الأهمية: أن نبي الله -صلَّى الله عليه وسلَّم-
رأى رجلا يسوق بدنة, فقال: اركبها، قال: إنها بدنة، قال: اركبها
Tema: Nabiyullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- pernah melihat seorang lelaki menggiring unta. Beliau bersabda,
"Tunggangilah!" Orang itu berkata, "Unta ini Budnah (unta yang
digemukkan untuk kurban). Beliau bersabda, "Tunggangilah!" |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- «أن نبي
الله -صلى الله عليه وسلم- رأى رجلا يَسُوقُ بَدَنَةً, فقال: اركبها، قال:
إنها بَدَنَةٌ، قال اركبها، فرأيته رَاكِبَهَا, يُسَايِرُ النبي -صلى الله
عليه وسلم-».
وفي لفظ:
قال في الثانية، أو الثالثة: «اركبها وَيْلَكَ أو وَيْحَكَ».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
bahwasanya Nabiyullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah melihat
seorang lelaki menggiring unta. Beliau bersabda, "Tunggangilah!" Orang
itu berkata, "Unta ini Budnah (unta yang digemukkan untuk kurban).
Beliau bersabda, "Tunggangilah!" Selanjutnya aku lihat orang itu
menungganginya mengiringi Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
"Dalam redaksi lain disebutkan, "Beliau bersabda untuk kedua atau ketiga
kalinya, "Tunggangilah! Celakalah engkau," atau "celakalah engkau."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
لما رأى النبي -صلى الله عليه وسلم-
رجلًا يسوق بدنة، هو في حاجة إلى ركوبها قال له: اركبها، ولكون الهدي معظما
عندهم لا يُتعرض له استفهم الصحابي بأنها بدنة مهداة إلى البيت، فقال:
اركبها وإن كانت مهداة إلى البيت، فعاوده الثانية والثالثة، فقال: اركبها،
مغلظًا له الخطاب ومبينًا له جواز ركوبها ولو كانت هديًا، فركبها الرجل.
Ketika Nabi Muhammad -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- melihat seorang lelaki menggiring unta, padahal dia
perlu untuk menungganginya, beliau pun bersabda kepadanya,
"Tunggangilah!" Karena mereka mengagungkan binatang kurban sehingga
tidak boleh disakiti, orang itu menjawab, "Sesungguhnya ini adalah unta
yang akan dipersembahkan (dikurbankan) untuk Baitullah." Beliau
bersabda, "Tunggangilah meskipun unta ini dihadiahkan untuk Baitullah."
Beliau pun mengulangi perintahnya dua dan tiga kali. Beliau bersabda,
"Tunggangilah!" untuk menegaskan sabdanya, dan menjelaskan bahwa unta
tersebut boleh ditunggangi meskipun disiapkan untuk hadyu (kurban). Maka
laki-laki itupun menungganginya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3152 |
|
Hadith 216 الحديث
الأهمية: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أشد
حياءً من العذراء في خدرها
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- lebih pemalu dari seorang gadis di ruang pingitannya |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- قال:
كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أَشَدَّ حياءً من العَذْرَاءِ في
خِدْرِهَا، فإذا رأى شيئا يَكْرَهُهُ عرفناه في وجهه.
Dari Abu Sa'īd al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lebih
pemalu dari seorang gadis di kamar pingitannya. Jika beliau melihat
sesuatu yang tidak disukainya, kami dapat mengetahuinya dari wajahnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- أشد
حياء من المرأة التي لم تتزوج وهي أشد النساء حياءً؛ لأنَّها لم تتزوج ولم
تعاشر الرجال فتجدها حيية في خدرها، فرسول الله -صلى الله عليه وسلم- أشدُّ
حياء منها، ولكنه -صلى الله عليه وسلم- إذا رأى ما يكره وما هو مخالف لطبعه
-صلى الله عليه وسلم- عُرف ذلك في وجهه.
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- lebih pemalu dari seorang wanita yang belum menikah. Gadis itu
adalah wanita paling pemalu karena belum menikah dan belum pernah
berhubungan dengan laki-laki, sehingga engkau mendapatinya sangat pemalu
di ruang pingitannya. Sementara itu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- lebih pemalu dari gadis tersebut. Hanya saja Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- jika melihat sesuatu yang tidak
disukainya dan bertentangan dengan tabiatnya, maka hal itu dapat
diketahui dari (perubahan) wajahnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3153 |
|
Hadith 217 الحديث
الأهمية: اعبدوا الله وحده لا تشركوا به شيئا،
واتركوا ما يقول آباؤكم، ويأمرنا بالصلاة، والصدق
Tema: Sembahlah Allah semata tanpa
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, tinggalkanlah apa yang dikatakan
oleh bapak-bapak kalian. Dan beliau memerintahkan kami untuk salat dan
jujur. |
عن أبي سفيان صخر بن حرب -رضي الله عنه-
قال: قال هِرَقل: فماذا يَأمُرُكُم -يعني: النبي صلى الله عليه وسلم- قال
أبو سفيان: قلت: يقول: «اعبدُوا الله وَحدَه لاَ تُشرِكُوا بِهِ شَيئًا،
وَاترُكُوا ما يَقُول آبَاؤُكُم، ويَأمُرُنَا بِالصَّلاَة، والصِّدق،
والعَفَاف، والصِّلَة».
Dari Abu Sufyān Ṣakhr bin Ḥarb
-raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Heraklius bertanya, 'Apa yang
diperintahkan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada kalian?' Abu
Sufyān menjawab, "Aku katakan, beliau bersabda, 'Sembahlah Allah semata
tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, tinggalkanlah apa yang
dikatakan oleh bapak-bapak kalian,' dan beliau memerintahkan kami untuk
salat dan jujur, memelihara kehormatan diri dan silaturahmi."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
هذا حديث أبي سفيان صخر بن حرب -رضي
الله عنه- المشهور مع هرقل، كان أبو سفيان وقتئذ مشركًا، حيث لم يسلم إلا
متأخرًا، فيما بين صلح الحديبية وفتح مكة، قَدِم أبو سفيان ومعه جماعة من
قريش إلى هرقل في الشام، وهرقل كان ملك النصارى في ذلك الوقت، وكان قد قرأ
في التوراة والإنجيل وعرف الكتب السابقة، وكان ملكًا ذكيًا، فلما سمع بأبي
سفيان ومن معه وهم قادمون من الحجاز دعا بهم، وجعل يسألهم عن حال النبي
-صلى الله عليه وسلم- وعن نسبه، وعن أصحابه، وعن توقيرهم له، وعن وفائه
-صلى الله عليه وسلم-، وكلما ذكر شيئا أخبروه عرف أنه النبي الذي أخبرت به
الكتب السابقة، ولكنه - والعياذ بالله- شح بملكه فلم يسلم للحكمة التي
أرادها الله -عز وجل-.
وكان فيما
سأل أبا سفيان سؤاله عمَّا كان يأمرهم به النبي -صلى الله عليه وسلم-
فأخبره بأنه يأمرهم أن يعبدوا الله ولا يشركوا به شيئا، فلا يعبدوا غير
الله، لا ملكًا ولا رسولاً، ولا شجرًا ولا حجرًا، ولا شمساً ولا قمرًا، ولا
غير ذلك، فالعبادة لله وحده، وهذه دعوة الرسل، فجاء النبي -صلى الله عليه
وسلم- بما جاءت به الأنبياء من قبله بعبادة الله وحده لا شريك له.
ويقول:
"اتركوا ما كان عليه آباؤكم" وهذا من الصدع بالحق، فكل ما كان آباؤهم من
عبادة الأصنام أمرهم النبي -صلى الله عليه وسلم- بتركه، وأما ما كان عليه
آباؤهم من الأخلاق الفاضلة؛ فإنه لم يأمرهم بتركه.
وقوله:
"وكان يأمرنا بالصلاة" الصلاة صلة بين العبد وبين ربه، وهي آكد أركان
الإسلام بعد الشهادتين، وبها يتميز المؤمن من الكافر، فهي العهد الذي بيننا
وبين المشركين والكافرين، كما قال النبي -عليه الصلاة والسلام-: "العهد
الذي بيننا وبينهم الصلاة، فمن تركه فقد كفر"
وقوله:
"وكان يأمرنا بالصدق" كان النبي -صلى الله عليه وسلم- يأمر أمته بالصدق،
وهذا كقوله -تعالى-: (يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين).
والصدق خلق فاضل، ينقسم إلى قسمين:
صدق مع
الله، وصدق مع عباد الله، وكلاهما من الأخلاق الفاضلة.
وقوله
"العفاف" أي: العفة، والعفة نوعان: عفة عن شهوة الفرج، وعفة عن شهوة البطن.
أما العفة
الأولى: فهي أن يبتعد الإنسان عما حرم عليه من الزنى ووسائله وذرائعه.
أما النوع
الثاني من العفاف: فهو العفاف عن شهوة البطن، أي: عما في أيدي الناس،
والتعفف عن سؤالهم، بحيث لا يسأل الإنسانُ أحدًا شيئًا؛ لأن السؤال مذلة،
والسائل يده دنيا، سفلى، والمعطي يده عليا، فلا يجوز أن تسأل أحدا إلا ما
لابد منه.
أما قوله:
"الصلة": فهي أن يصل المرء ما أمر الله به أن يوصل من الأقارب الأدنى
فالأدنى، وأعلاهم الوالدان، فإن صلة الوالدين بر وصلة، والأقارب لهم من
الصلة بقدر ما لهم من القرب، فالأخ أوكد صلة من العم، والعم أشد صلة من عم
الأب، وصلة الرحم تحصل بكل ما تعارف عليه الناس.
Ini merupakan hadis populer mengenai
Abu Sufyān Ṣakhr bin Ḥarb -raḍiyallāhu 'anhu- bersama Heraklius. Saat
itu Abu Sufyān masih musyrik. Ia masuk Islam belakangan waktu antara
perjanjian Hudaibiyah dengan penaklukan Makkah. Abu Sufyān bersama
sekelompok Quraisy mendatangi Heraklius di Syam. Heraklius adalah raja
kristen saat itu. Ia sudah membaca Taurat, Injil dan mengetahui
kitab-kitab terdahulu. Ia merupakan raja yang cerdas. Ketika dia
mendengar tentang Abu Sufyān dan para sahabatnya datang dari Hijaz, ia
pun memanggil mereka dan bertanya kepada mereka mengenai keadaan Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, garis keturunannya, para sahabatnya,
penghormatan mereka kepada beliau dan mengenai kesetiaan Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Setiap kali ia menyebutkan sesuatu,
orang-orang Quraisy memberitahunya. Dengan demikian Heraklius tahu bahwa
dialah Nabi yang telah diberitakan oleh kitab-kitab yang terdahulu.
Hanya saja -kita berlindung kepada Allah- dia takut kehilangan
kerajaannya dan tidak tunduk (masuk Islam) sesuai hikmah yang
dikehendaki oleh Allah -'Azza wa Jalla-. Di antara yang ditanyakannya
kepada Abu Sufyān, ialah pertanyaannya mengenai apa yang diperintahkan
oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada mereka. Abu Sufyān
memberitahunya bahwa beliau memerintahkan mereka untuk menyembah Allah
dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Tidak menyembah selain
Allah baik itu raja, rasul, pohon, batu, matahari, bulan ataupun selain
itu. Dengan demikian, ibadah hanya untuk Allah semata. Inilah seruan
para rasul. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang dengan membawa
apa yang telah dibawa para Nabi sebelumnya berupa ibadah kepada Allah
semata tanpa menyekutukan-Nya. Beliau bersabda, "Tinggalkanlah apa yang
disembah oleh bapak-bapak kalian." Ini merupakan pembicaraan dengan
terang-terangan. Segala yang dilakukan oleh bapak-bapak mereka berupa
ibadah kepada berhala-berhala, maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memerintahkan mereka untuk meninggalkannya. Adapun akhlak baik yang
dipegang oleh bapak-bapak mereka, maka beliau tidak menyuruh mereka
untuk meninggalkannya. Perkataannya, "Beliau menyuruh kami salat." Salat
adalah hubungan antara seorang hamba dengan Rabbnya. Ia merupakan pilar
paling kokoh setelah dua kalimat syahadat, yang membedakan antara orang
Mukmin dari orang kafir. Salat juga merupakan batas antara kita dengan
orang-orang musyrik dan kafir. Hal ini sebagaimana sabda Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Pembeda antara kita dengan mereka
adalah salat. Siapa yang meninggalkan salat maka ia kafir."
Perkataannya, "Beliau menyuruh kita jujur," Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- menyuruh umatnya untuk jujur. Hal ini sebagaimana
firman Allah -Ta'ālā-, "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah
kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama dengan orang-orang yang benar
(jujur)." Jujur adalah akhlak yang mulia. Jujur (benar) terbagi dua
bagian: jujur (benar) kepada Allah dan jujur (benar) kepada hamba-hamba
Allah. Keduanya termasuk akhlak yang mulia. Perkataannya, "Memelihara
kehormatan diri," yaitu kesucian diri. Kesucian diri ada dua macam:
kesucian diri dari syahwat kemaluan, dan kesucian diri dari syahwat
perut. Adapun kesucian diri yang pertama, yaitu hendaknya manusia
menjauhi apa yang telah diharamkan Allah berupa zina, media-medianya dan
sarana-sarananya. Sedangkan kesucian kedua, yaitu memelihara kesucian
diri dari syahwat perut. Yakni, dari apa yang ada di tangan manusia,
memelihara diri dari meminta-minta kepada mereka, di mana ia tidak boleh
meminta apapun kepada manusia. Sebab, mengemis adalah kehinaan, tangan
pengemis itu di bawah dan rendah. Sedangkan orang yang memberi,
tangannya di atas. Dengan demikian, engkau tidak boleh meminta kepada
seseorang kecuali sesuatu yang diharuskan. Adapun yang kelima adalah
perkataannya, "Silaturahmi." Yaitu hendaknya seseorang menyambungkan
silaturahmi yang diperintahkan oleh Allah kepadapara kerabat dekat dan
paling dekat. Yang paling tinggi adalah kedua orang tua. Sebab,
bersilaturahmi kepada kedua orang tua adalah kebajikan dan kekerabatan.
Sedangkan bersilaturahmi dengan para kerabat sesuai dengan kedekatannya.
Silaturahmi kepada saudara lebih kuat daripada bersilaturahmi kepada
paman, dan bersilaturahmi kepada paman lebih kuat daripada kepada paman
bapak. Silaturahmi dapat dilakukan dengan segala media yang sudah biasa
dilakukan oleh manusia. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3154 |
|
Hadith 218 الحديث
الأهمية: يا أمير المؤمنين، إن الله تعالى قال
لنبيه -صلى الله عليه وسلم-: {خذ العفو وأمر بالعرف وأعرض عن الجاهلين} وإن
هذا من الجاهلين
Tema: Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya
Allah -Ta'ālā- telah berfirman kepada Nabi-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, "Berikanlah maaf, perintahkanlah untuk berbuat baik, dan
berpalinglah dari orang-orang yang jahil!" Sesungguhnya orang ini
termasuk orang-orang yang jahil. |
عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما-
قال: قَدِم عُيَينَة بن حِصنٍ، فَنزَل على ابنِ أَخِيه الحُرِّ بن قَيسٍ،
وكان من النَّفَر الذين يُدنِيهِم عمر -رضي الله عنه-، وكان القُرَّاء
أصحاب مَجلِس عُمر -رضي الله عنه- ومُشاوَرَتِه كُهُولا كانوا أو
شُبَّانًا، فقال عيينة لابن أَخِيه: يَا ابن أخي، لك وَجْه عند هذا الأمير
فَاسْتَأذِن لِي عليه، فَاسْتَأذَن فَأَذِن لَه عُمر، فَلَمَّا دَخَل قال:
هي يا ابن الخطَّاب، فَوالله مَا تُعطِينَا الجَزْلَ ولا تَحكُمُ فِينَا
بِالعَدلِ، فغضب عمر -رضي الله عنه- حَتَّى هَمَّ أَنْ يُوقِعَ بِه، فقال
له الحُرُّ: يا أمير المؤمنين، إنَّ الله تعالى قال لِنَبِيِّه -صلى الله
عليه وسلم-: {خذ العفو وأمر بالعرف وأعرض عن الجاهلين}، وإِنَّ هذا مِن
الجَاهِلِين، والله مَا جَاوَزَها عُمر حِين تَلاَهَا، وكان وَقَّافًا عند
كِتَاب الله -تعالى-.
Dari Abdullah bin 'Abbās -raḍiyallāhu
'anhumā- ia berkata, "Uyainah bin Ḥishn datang lalu menginap di tempat
anak saudara, yaitu Al-Ḥurr bin Qais, dan ia merupakan salah seorang
yang dekat dengan Umar. Umar mengangkat orang-orang yang pandai membaca
Al-Qur`ān sebagai kawan dan orang yang diajak musyawarah di majlisnya,
baik yang tua maupun yang masih muda usianya. 'Uyainah berkata kepada
anak saudaranya, "Wahai anak saudaraku, kamu adalah orang yang dekat
dengan Amirul Mukminin, maka mintalah izin kepadanya agar aku dapat
menemuinya." Anak saudaranya tersebut memintakan izin dan Umar pun
mengizinkannya. Ketika 'Uyainah masuk, ia berkata, "Wahai Ibnu
Al-Khaṭṭab, demi Allah, engkau tidak berbuat banyak terhadap kami dan
engkau tidak menetapkan hukum kepada kami dengan adil." Umar pun marah
hingga hampir saja dia memukulnya. Al-Ḥurr berkata kepada Umar, "Wahai
Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah -Ta'ālā- telah berfirman kepada
Nabi-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Berikanlah maaf,
perintahkanlah untuk berbuat baik, dan berpalinglah dari orang-orang
jahil." Sesungguhnya orang ini termasuk orang-orang yang jahil. Demi
Allah, Umar tidak mengabaikan ayat itu ketika dia membacanya. Sebab,
Umar adalah orang yang sangat teliti terhadap Al-Qur`ān."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يُحدِثُنا الصحابي الجليل عبد الله بن
عباس -رضي الله عنهما- عما حصل لأمير المؤمنين عمر بن الخطاب -رضي الله
عنه-، حيث قدم عليه عيينة بن حصن -رضي الله عنه-، وكان من كبار قومه، فبدأ
كلامه الفض بالتهجُّم والاستنكار، ثم عقَّبه بالمُعاتبة قائلاً: إِنَّك لا
تُعطِينا الجزل، ولا تحكم فينا بالعدل، فغضب عمر -رضي الله عنه- غضبا حتى
كاد يضربه، ولكن قام بعض القُرَّاء ومنهم ابن أخي عيينة وهو الحر بن قيس
مخاطبا الخليفة الراشد -رضي الله عنه-: يا أمير المؤمنين، إن الله -تعالى-
قال لنبيه -صلى الله عليه وسلم-: "خذ العفو وأمر بالعرف وأعرض عن الجاهلين"
، وإن هذا من الجاهلين، فوقف عمر عندها وكتم غضبه، ولم يتجاوزها؛ لأنه كان
وقَّافا عند كتاب الله -رضي الله عنه وأرضاه-، فوقف وما ضرب الرجل؛ لأجل
الآية التي تُلِيت على مسامعه.
فهذا هو
أدب الصحابة -رضي الله عنهم- عند كتاب الله؛ لا يتجاوزونه، إذا قيل لهم هذا
قول الله وَقَفُوا، مهما كان الأمر.
Sahabat yang mulia, Abdullah bin
'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- menceritakan kepada kita mengenai peristiwa
yang terjadi pada Umar bin Al-Khaṭṭab -raḍiyallāhu 'anhu-, yaitu ketika
'Uyainah bin Ḥishn datang dan ia salah seorang tokoh dari kaumnya. Ia
memulai pembicaraan kasarnya dengan serangan, pengingkaran dan celaan
lalu di akhiri dengan cercaan dengan mengucapkan, "Sesungguhnya engkau
tidak berbuat banyak terhadap kami dan tidak menetapkan hukum di antara
kami dengan adil." Tentu saja Umar marah sekali hingga hampir saja ia
memukulnya. Hanya saja beberapa orang yang pandai membaca Al-Qur`ān
berdiri, di antaranya anak dari saudara 'Uyainah, yaitu Al-Ḥurr bin
Qais, ia berbicara kepada khalifah yang lurus -raḍiyallāhu 'anhu-,
"Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah -Ta'ālā- berfirman kepada
Nabi-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Berikanlah maaf,
perintahkanlah untuk berbuat baik, dan berpalinglah dari orang-orang
jahil." Sesungguhnya orang ini termasuk orang-orang yang bodoh." Umar
diam dan tidak mengabaikan ayat itu karena dia (Umar -raḍiyallāhu 'anhu
wa arḍahu-) adalah orang yang teliti terhadap Al-Qur`ān. Dia berhenti
dan tidak memukul orang itu demi ayat yang dibacakan ke pendengarannya.
Inilah adab para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- di hadapan Al-Qur`ān.
Mereka tidak mengabaikannya. Jika dikatakan kepada mereka, "Ini firman
Allah," mereka pun diam bagaimanapun keadaannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3155 |
|
Hadith 219 الحديث
الأهمية: إنها ستكون بعدي أثرة وأمور تنكرونها
Tema: Sesungguhnya akan ada (penguasa) yang
egois setelahku dan hal-hal yang kalian mengingkarinya. |
عن ابن مسعود -رضي الله عنه- مرفوعًا:
«إِنَّها سَتَكُون بَعدِي أَثَرَة وأُمُور تُنكِرُونَها!» قالوا: يا رسول
الله، فَمَا تَأمُرُنَا؟ قال: «تُؤَدُّون الحَقَّ الذي عَلَيكم، وتَسأَلُون
الله الذِي لَكُم».
Dari Ibnu Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Sesungguhnya akan ada (penguasa) yang egois setelahku
dan hal-hal yang kalian mengingkarinya." Para sahabat bertanya, "Wahai
Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami?" Beliau menjawab,
"Tunaikanlah hak yang ada pada kalian dan mohonlah kepada Allah agar
memberikan hak kalian!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في الحديث التنبيه على أمر عظيم متعلق
بمعاملة الحكام، وهي ظلم الحكام وانفرادهم بالمال العام دون الرعية، حيث
أخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أنه سيستولي على المسلمين ولاة يستأثرون
بأموال المسلمين يصرفونها كما شاؤوا ويمنعون المسلمين حقهم فيها.
وهذه أثرة
وظلم من هؤلاء الولاة، أن يستأثروا بالأموال التي للمسلمين فيها الحق،
وينفردوا بها لأنفسهم عن المسلمين، ولكن الصحابة المرضيون طلبوا التوجيه
النبوي في عملهم لا فيما يتعلق بالظلمة، فقالوا: ما تأمرنا؟ وهذا من عقلهم،
فقال -صلى الله عليه وسلم-: "تودون الحق الذي عليكم"، يعني: لا يمنعكم
انفرادهم بالمال عليكم أن تمنعوا ما يجب عليكم نحوهم من السمع والطاعة وعدم
الإثارة والوقوع في الفتن، بل اصبروا واسمعوا وأطيعوا ولا تنازعوا الأمر
الذي أعطاهم الله، "وتسألون الله الذي لكم" أي: اسألوا الحق الذي لكم من
الله، أي: اسألوا الله أن يهديهم حتى يؤدُّوكم الحق الذي عليهم لكم، وهذا
من حكمة النبي -صلى الله عليه وسلم-؛ فإنه -صلى الله عليه وسلم- علِم أنَّ
النفوس لا تصبر عن حقوقها، وأنها لن ترضى بمن يستأثرعليهم بحقوقهم، ولكنه
-صلى الله عليه وسلم- أرشد إلى أمر يكون فيه الخير والمصلحة، وتندفع من
ورائه الشرور والفتن، وذلك بأن نؤدي ما علينا نحوهم من السمع والطاعة وعدم
منازعة الأمر ونحو ذلك، ونسأل الله الذي لنا.
Hadis ini mengandung peringatan
terhadap hal besar yang berhubungan dengan interaksi dengan para
penguasa. Yaitu kezaliman para penguasa dan tindakan mereka memonopoli
harta umum tanpa (melibatkan) rakyat. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan bahwa akan ada para penguasa yang menguasai kaum
Muslimin, mereka memonopoli harta benda kaum Muslimin, menggunakannya
sesuka hati mereka dan menahan hak kaum Muslimin untuk mendapatkan harta
tersebut. Ini merupakan sifat egois dan kezaliman para penguasa yang
memonopoli harta benda kaum Muslimin di mana mereka memiliki hak
terhadap harta itu. Mereka menguasai harta tersebut sendirian tanpa
(melibatkan) kaum Muslimin. Hanya saja para sahabat yang diridai memohon
arahan dari Nabi mengenai hal yang harus mereka lakukan, bukan dalam hal
yang berkaitan dengan kezaliman. Mereka bertanya, "Apa yang engkau
perintahkan kepada kami?" Ini menunjukkan (kecerdasan) akal mereka. Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Tunaikanlah hak yang ada pada
kalian," yakni, tindakan mereka memonopoli harta tidak boleh menghalangi
kalian untuk menunaikan kewajiban kalian kepada mereka berupa mendengar,
patuh, tidak berontak dan tidak terperosok ke dalam fitnah. Namun
bersabarlah, dengarkanlah, patuhilah dan janganlah kalian memakzulkan
kekuasaan yang Allah berikan kepada mereka. "Dan mohonlah kepada Allah
agar memberikan hak kalian." Yakni, mohonlah kepada Allah agar
menunjukkan mereka sehingga mereka menunaikan hak yang menjadi kewajiban
mereka untuk kalian. Ini merupakan sifat bijaksana Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- . Sesungguhnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengetahui bahwa jiwa manusia itu tidak sabar untuk mendapatkan haknya
dan tidak rela terhadap orang yang memonopoli hak mereka. Akan tetapi
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membimbing mereka untuk melakukan
kebaikan dan kemaslahatan bagi mereka, serta mencegah berbagai kejahatan
dan fitnah di belakangnya. Yaitu dengan cara kita menunaikan kewajiban
kita terhadap mereka berupa mendengar, patuh, tidak memperselisihkan
perintah dan lain sebagainya, sedang kita memohon hak kita kepada Allah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3156 |
|
Hadith 220 الحديث
الأهمية: من سأل الله تعالى الشهادة بصدق بلغه
منازل الشهداء وإن مات على فراشه
Tema: Barangsiapa yang memohon mati syahid
kepada Allah -Ta'ālā- dengan tulus (benar), niscaya Allah akan
menyampaikannya ke derajat orang-orang yang mati syahid meskipun ia mati
di atas tempat tidurnya. |
عن سهل بن حنيف -رضي الله عنه- مرفوعًا:
«مَن سَأَل الله تَعَالى الشَّهَادَة بِصِدق بَلَّغَه مَنَازِل الشُّهَدَاء
وإِن مَات عَلَى فِرَاشِه».
Dari Sahl bin Ḥunaif -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Barangsiapa yang memohon mati syahid kepada Allah
-Ta'ālā- dengan tulus (benar), niscaya Allah akan menyampaikannya ke
derajat orang-orang yang mati syahid meskipun ia mati di atas tempat
tidurnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في الحديث بيان أنَّ صدق النية سبب
لبلوغ الأجر والثواب، وأنَّ من نوى شيئاً من عمل البرّ أُثِيب عليه، وإن لم
يقدر على عمله، ومن ذلك من دعا وسأل الشهادة في سبيل الله ونصرة دينه
صادقاً من قلبه كتب الله له أجر الشهداء وإن لم يعمل عملهم ومات في غير
الجهاد.
Hadis ini mengandung penjelasan bahwa
kebenaran niat menjadi sebab tercapainya pahala dan ganjaran, dan
sesungguhnya orang yang berniat melakukan suatu amal kebajikan, maka dia
diberi pahala meskipun dia tidak sanggup melaksanakannya. Di antaranya,
siapa yang berniat mati syahid di jalan Allah dan (dalam rangka)
menolong agama-Nya, jujur dari lubuk hatinya, niscaya Allah mencatat
pahala para syuhada baginya meskipun ia tidak melakukan perbuatan
mereka, dan meninggal tidak di medan jihad. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3157 |
|
Hadith 221 الحديث
الأهمية: ما يزال البلاء بالمؤمن والمؤمنة في
نفسه وولده وماله حتى يلقى الله تعالى وما عليه خطيئة
Tema: Cobaan akan senantiasa menimpa
orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan terhadap jiwa, anak dan
hartanya, hingga dia berjumpa dengan Allah (meninggal) dalam keadaan
tidak memiliki dosa. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعًا:
«ما يزَال البَلاء بِالمُؤمن والمُؤمِنة في نفسه وولده وماله حتَّى يَلقَى
الله تعالى وما عليه خَطِيئَة».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Cobaan akan senantiasa menimpa orang-orang Mukmin
laki-laki dan perempuan terhadap jiwa, anak dan hartanya, hingga dia
berjumpa dengan Allah (meninggal) dalam keadaan tidak memiliki dosa."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الإنسان في دار التكليف معرض للابتلاء
بالضراء والسراء، فمتى أصيب الإنسان ببلاء في نفسه أو ولده أو ماله، ثم صبر
على استمرار البلاء، فإن ذلك يكون سببًا في تكفير الذنوب والخطايا، أما إذا
تسخط فإن من تسخط على البلاء فله السخط من الله -تعالى-.
Manusia di dunia ini rentan
mendapatkan cobaan berupa kesempitan dan kelapangan. Ketika manusia
ditimpa cobaan di jiwa, anak atau hartanya, lalu ia sabar terhadap
keberlangsungan cobaan, maka hal itu menjadi sebab pengampunan dosa-dosa
dan kesalahan- kesalahannya. Sedangkan jika dia murka, maka sesungguhnya
siapa yang marah terhadap cobaan, niscaya baginya kemurkaan dari Allah
-Ta'ālā-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3159 |
|
Hadith 222 الحديث
الأهمية: إن شئت صبرت ولك الجنة، وإن شئت دعوت
الله -تعالى- أن يعافيك
Tema: Jika engkau mau bersabar maka engkau
mendapat Surga, dan jika engkau mau, aku pun akan berdoa kepada Allah
-Ta'ālā- agar menyembuhkanmu. |
عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما-
أنه قال لعطاء بن أبي رباح: ألاَ أُريكَ امرأةً مِن أَهلِ الجَنَّة؟ قال
عطاء: فَقُلت: بَلَى، قال: هذه المرأة السَّوداء أَتَت النَّبي -صلى الله
عليه وسلم- فقالت: إِنِّي أُصرَع، وإِنِّي أَتَكَشَّف، فَادعُ الله تعالى
لِي، قال: «إِن شِئتِ صَبَرتِ ولَكِ الجَنَّةُ، وَإِن شِئْتِ دَعَوتُ الله
تعالى أنْ يُعَافِيك» فقالت: أَصبِرُ، فقالت: إِنِّي أَتَكَشَّف فَادعُ
الله أَن لاَ أَتَكَشَّف، فَدَعَا لَهَا.
Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu
'anhumā- bahwasannya dia berkata kepada Aṭā` bin Abi Rabāḥ, "Maukah
engkau, kutunjukkan seorang wanita yang termasuk ahli Surga?" Aku
menjawab, "Iya." Ia berkata, "Wanita yang berkulit hitam ini, ia pernah
datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu mengadu,
"Sesungguhnya saya mempunyai penyakit ayan dan aurat saya terbuka
karenanya. Oleh karena itu, mohonkanlah kepada Allah agar aku diberi
kesembuhan." Beliau bersabda, "Jika engkau mau bersabar maka engkau
mendapat Surga, dan jika engkau mau, aku pun akan berdoa kepada Allah
agar menyembuhkanmu. Wanita itu menjawab, "Aku akan bersabar." Kemudian
dia berkata, "Wahai Rasulullah, auratku terbuka karenanya, maka
mohonkanlah kepada Allah agar auratku tidak terbuka." Maka Rasulullah
pun berdoa untuknya.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء في الحديث أن ابن عباس -رضي الله
عنهما- قال لتلميذه عطاء بن أبي رباح: "ألا أريك امرأة من أهل الجنة؟ قلت:
بلى! قال: هذه المرأة السوداء".
امرأة
سوداء لا يؤبه لها ولا يعرفها أكثر الناس، كانت تُصرع وتَنكشف، فأخبرت
النبي -صلى الله عليه وسلم- وسألته أن يدعو الله لها بالشفاء من الصرع،
فقال لها -صلى الله عليه وسلم-: "إن شئت دعوت الله لك، وإن شئت صبرت ولك
الجنة"، فقالت: أصبر، وإن كانت تتألَّم وتتأذى من الصرع، لكنها صبرت من أجل
أن تفوز بالجنة، ولكنها قالت: يا رسول الله إني أتكشف، فادع الله أن لا
أتكشف، فدعا الله أن لا تتكشف، فصارت تُصرع ولا تتكشَّف.
Dalam hadis tersebut dikemukakan bahwa
Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhuma- berkata kepada muridnya, Aṭā` bin Abi
Rabāḥ, "Maukah engkau, kutunjukkan seorang wanita yang termasuk ahli
Surga?" Aku menjawab, "Iya." Ia berkata, "Wanita yang berkulit hitam
ini." Seorang wanita yang diremehkan dan tidak dikenal banyak orang. Dia
menderita penyakit ayan dan auratnya sering terbuka. Lantas dia
memberitahu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan meminta kepada
beliau agar mendoakannya supaya Allah menyembuhkannya dari penyakit
ayan. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadanya, "Jika
engkau mau, aku akan berdoa kepada Allah agar menyembuhankanmu, dan jika
engkau mau bersabar maka engkau mendapatkan Surga." Wanita itu menjawab,
"Aku akan bersabar." Meskipun dia akan menderita dan merasakan sakit
dari penyakit ayan. Akan tetapi dia bersabar demi meraih Surga. Hanya
saja dia berkata, "Wahai Rasulullah, auratku terbuka karenanya, maka
mohonkanlah kepada Allah agar auratku tidak terbuka." Maka Rasulullah
berdoa kepada Allah agar auratnya tidak terbuka. Dengan demikian, wanita
itu tetap menderita penyakit ayan tetapi auratnya tidak terbuka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3160 |
|
Hadith 223 الحديث
الأهمية: ليس من عبد يقع في الطاعون فيمكث في
بلده صابرا محتسبا يعلم أنه لايصيبه إلا ما كتب الله له إلا كان له مثل أجر
الشهيد
Tema: Tidak ada seorang pun hamba yang
terkena ṭā'ūn (wabah penyakit) lalu dia menetap di negerinya dalam
keadaan sabar dan mengharap pahala Allah, dan dia mengetahui bahwa tidak
ada yang menimpanya selain apa yang telah ditetapkan oleh Allah
untuknya, maka baginya pahala orang yang syahid. |
عن عائشة -رضي الله عنها- أَنَّها
سَأَلَت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن الطَّاعُون، فَأَخبَرَها أَنَّه
كَان عَذَابًا يَبعَثُه الله تعالى على من يشاء، فَجَعَلَه الله تعالى
رحمَة للمؤمنين، فليس من عبدٍ يقع في الطَّاعُون فَيَمكُث فِي بَلَدِه
صَابِرًا مُحتَسِبًا يعلَم أَنَّه لايُصِيبُه إِلاَّ مَا كتَب الله له إلا
كان له مِثلُ أجرِ الشَّهيدِ.
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- bahwa
dirinya pernah bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengenai ṭā'ūn (wabah penyakit). Beliau memberitahunya bahwa ṭā'ūn
adalah azab yang dikirimkan oleh Allah -Ta'ālā- kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya, dan Allah -Ta'ālā- menjadikannya rahmat bagi
orang-orang Mukmin. Tidak ada seorang pun hamba yang terkena ṭā'ūn
(wabah penyakit) lalu dia menetap di negerinya dalam keadaan sabar dan
mengharap pahala Allah, dan dia mengetahui bahwa tidak ada yang
menimpanya selain apa yang telah ditetapkan oleh Allah kepadanya, maka
baginya seperti pahala orang yang mati syahid.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في حديث عائشة -رضي الله عنها- أنها
سألت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن الطاعون، فأخبرها أن الطاعون عذاب
يرسله الله سبحانه وتعالى على من يشاء من عباده.
وسواء كان
الطاعون معيناً أم كان وباء عاما مثل الكوليرا وغيرها؛ فإن هذا الطاعون
عذاب أرسله الله عز وجل، ولكنه رحمة للمؤمن إذا نزل بأرضه وبقي فيها صابراً
محتسباً، يعلم أنه لا يصيبه إلا ما كتب الله له، فإن الله تعالى يكتب له
مثل أجر الشهيد، ولهذا جاء في الحديث الصحيح عن عبد الرحمن بن عوف -رضي
الله عنه- أنه قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: "إذا سمعتم به
بأرض فلا تقدموا عليه، وإذا وقع بأرض وأنتم بها فلا تخرجوا فراراً منه".
إذا وقع
الطاعون بأرض فإننا لا نقدم عليها؛ لِأنَّ الإقدام عليها إلقاء بالنفس إلى
التهلكة، ولكنه إذا وقع في أرض فإِنَّنا لا نخرج منها فراراً منه، لأنك
مهما فررت من قدر الله إذا نزل بالأرض فإن هذا الفرار لن يغني عنك من الله
شيئاً؛ لأنه لا مفر من قضاء الله إلا إلى الله.
وأما سر
نيل درجة الشهداء للصابر المحتسب على الطاعون: هو أن الإنسان إذا نزل
الطاعون في أرضه فإن الحياة غالية عنده، سوف يهرب، يخاف من الطاعون، فإذا
صبر وبقي واحتسب الأجر وعلم أنه لن يصيبه إلا ما كتب الله له، ثم مات به،
فإنه يكتب له مثل أجر الشهيد، وهذا من نعمة الله -عز وجل-.
Dalam hadis Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-
bahwasannya dia pernah bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengenai ṭā'ūn (wabah penyakit). Beliau memberitahunya bahwa
ṭā'ūn adalah azab yang dikirimkan oleh Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-
kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Baik berupa ṭā'ūn tertentu
atau berupa wabah umum seperti kolera dan sebagainya. Sesungguhnya ṭā'ūn
ini merupakan azab yang dikirimkan oleh Allah -'Azza wa Jalla-, tetapi
itu menjadi rahmat bagi seorang Mukmin jika ia menimpa negerinya dan dia
sendiri tetap berada di sana dalam keadaan sabar dan mengharap
pahala-Nya. Dia mengetahui bahwa tidak ada yang menimpanya melainkan apa
yang sudah ditetapkan oleh Allah untuknya. Sesungguhnya Allah menetapkan
baginya seperti pahala orang yang mati syahid. Karena itulah dalam
sebuah hadis sahih dari Abdurrahman bin 'Auf -raḍiyallāhu 'anhu- ia
berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika
kalian mendengar ṭā'ūn menimpa suatu negeri, maka janganlah kalian
mendatanginya, dan jika ṭā'ūn terjadi di sebuah negeri sedangkan kalian
berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar untuk melarikan diri
darinya!" Apabila ṭā'ūn melanda satu negeri, maka kita tidak boleh
datang ke negri itu. Sebab, datang ke negeri itu sama saja dengan
mencampakkan diri ke dalam kebinasaan. Tetapi jika ṭā'ūn merebak di
suatu negeri, maka kita tidak boleh keluar darinya untuk melarikan diri
darinya. Sebab, walaupun engkau melarikan diri dari takdir Allah ketika
ṭā'ūn itu merebak di satu negeri, maka tindakan melarikan diri ini
sedikit pun tidak akan berguna bagimu, karena tidak ada tempat kabur
dari takdir Allah selain kepada Allah. Adapun rahasia meraih derajat
orang yang mati syahid bagi orang yang sabar dan mengharap pahala, yaitu
karena apabila ṭā'ūn menimpa negeri seseorang maka kehidupan menjadi
berharga baginya, tentu ia akan kabur karena takut kepada ṭā'ūn. Jika ia
sabar, tetap tinggal, dan mengharap pahala, serta mengetahui bahwa tidak
ada yang menimpanya kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah
kepadanya lalu dia mati karena itu, maka dicatat baginya seperti pahala
orang yang mati syahid. Dan ini termasuk kenikmatan dari Allah -'Azza wa
Jalla-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3161 |
|
Hadith 224 الحديث
الأهمية: يقول الله -تعالى-: ما لعبدي المؤمن
عندي جزاء إذا قبضت صفيه من أهل الدنيا ثم احتسبه إلا الجنة
Tema: Allah -Ta'ālā- berfirman, "Tidak ada
balasan (yang pantas) dari-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, apabila Aku
mewafatkan orang yang dicintainya dari penghuni dunia, kemudian dia rida
dengan musibah tersebut, melainkan Surga." |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعًا:
«يقول الله -تعالى-: ما لِعَبدِي المُؤمن عِندِي جَزَاء إِذَا قَبَضتُ
صَفِيَّه مِنْ أَهلِ الدُّنيَا ثُمَّ احْتَسَبَه إِلاَّ الجنَّة».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Allah -Ta'ālā- berfirman, "Tidak ada balasan (yang
pantas) dari-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, apabila Aku mewafatkan orang
yang dicintainya dari penghuni dunia, kemudian dia rida dengan musibah
tersebut, melainkan Surga."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر النبي -عليه السلام- في هذا الحديث
القدسي، أنَّ من ابتلي بفقد حبيبه من قريب ونحو ذلك إذا صبر الإنسان على
قبض من يصطفيه الإنسان ويختاره ويرى أنه ذو صلة منه قوية، من ولد، أو أخ،
أو عم، أو أب، أو أم، أو صديق، إذا أخذه الله -عز وجل- ثم احتسبه الإنسان
فليس له جزاء إلا الجنة.
Dalam hadis qudsi ini, Nabi -'alaihi
aṣ-ṣalām- mengabarkan bahwa siapa saja yang diuji dengan kehilangan
orang yang dicintainya dari kalangan kerabatnya atau yang lainnya, jika
ia bersabar terhadap kematian orang yang dikasihi dan dipilihnya, serta
ia memandang bahwa orang itu memiliki hubungan yang kuat dengannya,
seperti anak, saudara, paman, bapak, ibu atau teman, ketika Allah -'Azza
wa Jalla- mewafatkannya lalu orang itu mengharapkan rida Allah dan
pahala-Nya, maka tidak ada balasan baginya selain Surga. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3162 |
|
Hadith 225 الحديث
الأهمية: إنَّ المُفْلس مِنْ أُمَّتِي مَن
يَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ بِصَلَاة وَصِيَامٍ وَزَكَاة، وَيَأْتِي وَقَدْ
شَتَم هذا، وقَذَفَ هذا، وأَكَل مالَ هذا، وسَفَكَ دَمَ هذا، وضَرَبَ هذا،
فَيُعْطَى هَذا مِن حَسَنَاتِهِ، وهذا مِنْ حَسَنَاتِهِ
Tema: Sesungguhnya orang yang bangkrut dari
umatku adalah orang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa
dan zakat. Namun ia datang telah mencela si ini, menuduh si ini, memakan
harta si ini, menumpahkan darah si ini dan memukul si ini. Maka orang
ini diberi dari kebaikannya, dan orang ini juga diberi dari kebaikannya |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«أتدرون من المفلس؟» قالوا: المُفْلِس فينا من لا دِرهَمَ له ولا مَتَاع،
فقال: «إن المفلس من أمتي من يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة، ويأتي
وقد شَتَمَ هذا، وقذف هذا،
وأكل مال هذا، وسَفَكَ دم هذا، وضرب هذا، فيعطى هذا من حسناته، وهذا من
حسناته، فإن فنيت حسناته قبل أن يُقْضَى ما عليه، أخذ من خطاياهم فَطُرِحتْ
عليه، ثم طُرِحَ في النار».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', (Nabi bersabda), “Apakah kalian tahu siapa orang yang
bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di tengah
kami adalah orang yang tidak punya dirham dan harta benda.” Lalu beliau
bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang
datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat. Namun ia
datang telah mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta si ini,
menumpahkan darah si ini dan memukul si ini. Maka orang yang ini diberi
dari kebaikannya, dan orang ini juga diberi dari kebaikannya. Hingga
jika semua kebaikannya habis padahal semua dosanya belum habis,
diambillah kesalahan-kesalahan (orang yang dizaliminya), lalu ditimpakan
kepadanya, kemudian ia pun dilemparkan ke dalam neraka.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يسأل النبي -صلى الله عليه وسلم-
الصحابة رضوان الله عليهم فيقول: "أتدرون من المفلس". فأخبروه بما هو معروف
بين الناس، فقالوا: هو الفقير الذي ليس عنده نقود ولا متاع.
فأخبرهم
النبي -صلى الله عليه وسلم- أن المفلس من هذه الامة من يأتي يوم القيامة
بحسنات عظيمة، وأعمال صالحات كثيرة من صلاة وصيام وزكاة، فيأتي وقد شتم
هذا، وضرب هذا، وأخذ مال هذا، وقذف هذا، وسفك دم هذا، والناس يريدون أن
يأخذوا حقهم؛ فما لا يأخذونه في الدنيا يأخذونه في الآخرة، فيقتص لهم منه؛
فيأخذ هذا من حسناته، وهذا من حسناته، وهذا من حسناته بالعدل والقصاص
بالحق، فإن فنيت حسناته أخذ من سيئاتهم فطرحت عليه، ثم طرح في النار.
Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-
bertanya kepada para sahabat -riḍwānullāhi 'alaihim-, “Tahukah kalian
siapakah orang yang bangkrut itu?” Maka mereka pun menjawab dengan apa
yang selama ini dipahami oleh masyarakat, mereka menjawab, “Dia adalah
orang fakir yang tidak mempunyai uang dan harta.” Maka Nabi -ṣallallāhu
‘alaihi wa sallam- menyampaikan kepada mereka, bahwa orang bangkrut dari
umat ini adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan
kebaikan-kebaikan yang besar dan amal-amal saleh yang banyak; berupa
salat, puasa dan zakat, namun ia dahulunya telah mencela si fulan,
memukul si fulan, mengambil harta si fulan, menuduh si fulan,
menumpahkan darah si fulan. Dan orang-orang tersebut ingin mengambil hak
mereka; hak yang tidak bisa mereka dapatkan di dunia akan mereka ambil
di akhirat, sehingga mereka menuntut balas dari orang tersebut. Maka si
fulan mengambil kebaikannya, dan si fulan lainnya juga mengambil
kebaikannya, dan si fulan yang itu mengambil kebaikannya, secara adil
dan haq. Hingga jika kebaikannya telah habis, diambillah keburukan
orang-orang itu lalu ditimpakan padanya, kemudian ia dilemparkan ke
dalam neraka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3165 |
|
Hadith 226 الحديث
الأهمية: والذي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إنِّي
لأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا نِصْفَ أَهْلِ الجَنَّةِ وذَلِكَ أَنْ الجَنَّةَ
لَا يَدْخُلُهَا إلا نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ
Tema: Demi Żat yang jiwa Muhammad berada di
tangan-Nya, sesungguhnya aku berharap kalian menjadi separuh dari jumlah
penduduk surga, karena surga itu tidaklah dimasuki selain oleh jiwa yang
Muslim. |
عن ابن مسعود -رضي الله عنه- قال:
كُنَّا مع رسولِ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- في قُبَّةٍ نَحْوًا من
أربعينَ، فقال: «أَتَرْضَونَ أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الجَنَّةِ؟»
قلنا: نعم. قال: «أَتَرْضَوْنَ أَنْ تَكُونُوا ثُلُثَ أَهْلِ الجَنَّةِ؟»
قلنا: نعم، قال: «والذي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إنِّي لأَرْجُو أَنْ
تَكُونُوا نِصْفَ أَهْلِ الجَنَّةِ وذَلِكَ أَنْ الجَنَّةَ لَا يَدْخُلُهَا
إلا نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ، وما أنتم في أَهْلِ الشِّرْكِ إلا كَالشَّعْرَةِ
البَيْضَاء في جِلْدِ الثَّوْرِ الأَسْوَدِ، أو كَالشَّعْرَةِ السَّوْدَاءِ
في جِلْدِ الثَّوْرِ الأَحْمَرِ».
Dari Ibnu Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, "Kami pernah bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- dalam suatu tenda, kami berjumlah kurang lebih 40 orang. Beliau
bersabda, 'Apakah kalian rela seandainya menjadi seperempat penduduk
surga?' Kami menjawab, "Ya". Kemudian beliau bersabda, 'Apakah kalian
rela seandainya menjadi sepertiga penduduk surga?' Kami menjawab, "Ya".
Kemudian beliau bersabda, 'Demi Żat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya,
sesungguhnya aku berharap kalian menjadi separuh dari jumlah penduduk
surga, karena surga itu tidaklah dimasuki kecuali oleh jiwa yang muslim,
adapun jumlah kalian bila dibandingkan dengan jumlah orang-orang musyrik
hanyalah seperti sehelai bulu putih yang berada di kulit sapi hitam atau
seperti sehelai bulu hitam yang berada di kulit sapi merah.'"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جلس النبي -صلى الله عليه وسلم- مع
أصحابه في خيمة صغيرة، وكانوا قرابة أربعين رجلاً، فسألهم -صلى الله عليه
وسلم-: هل ترضون أن تكونوا ربع أهل الجنة؟ قالوا: نعم، فقال: هل ترضون أن
تكونوا ثلث أهل الجنة؟ قالوا: نعم، فأقسم النبي -صلى الله عليه وسلم- بربه
ثم قال: إني لأرجو أن تكونوا نصف أهل الجنة، والنصف الآخر من سائر الأمم،
فإن الجنة لا يدخلها إلا مسلم فلا يدخلها كافر، وما أنتم في أهل الشرك من
سائر الأمم إلا كالشعرة البيضاء في الثور الأسود، أو الشعرة السوداء في
الثور الأبيض، والشك من الراوي.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
duduk bersama para sahabatnya di dalam tenda kecil, saat itu mereka
berjumlah sekitar 40 orang. Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bertanya kepada mereka, "Apakah kalian rela menjadi seperempat penduduk
surga?" Mereka menjawab, "Ya." Kemudian beliau bertanya lagi, "Apakah
kalian rela menjadi sepertiga penduduk surga?" Mereka menjawab, "Ya."
Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersumpah dengan Rabb-nya
dan bersabda, "Sesungguhnya aku berharap kalian menjadi separuh penduduk
surga, dan separuh sisanya dari umat-umat yang lain, karena sesungguhnya
surga itu tidaklah dimasuki kecuali oleh seorang muslim, dan sama sekali
tidak akan dimasuki oleh orang kafir. Adapun jumlah kalian bila
dibandingkan dengan jumlah orang-orang musyrik dari seluruh umat, maka
hanyalah seperti sehelai rambut putih di kulit sapi hitam, atau (ia
berkata): seperti sehelai rambut hitam di kulit sapi putih. Keraguan ini
berasal dari ucapan perawi. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3166 |
|
Hadith 227 الحديث
الأهمية: أَلِظُّوا بـ ياذا الجلال والإكرام
Tema: Perbanyaklah mengucapkan, 'Yā żal
jalāli wal ikrām (Wahai pemilik keagungan dan kemuliaan) |
عن أنس -رضي الله عنه- قَالَ: قَالَ
رسُولُ الله -صلى الله عليه وسلم-: «ألِظُّوا بـ (يَاذا الجَلاَلِ
والإكْرامِ)».
Tema: Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, dia
berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Perbanyaklah mengucapkan 'Yā żal jalāli wal ikrām (Wahai pemilik
keagungan dan kemuliaan)!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في الحديث أمر(ألظوا)، بمعنى: الزموا
هذه الدعوة وأكثروا منها، فالمراد: داوموا على قولكم ذلك في دعائكم واجعلوه
على لسانكم
وقد اشتمل
على اسم من أسماء الله قيل إنه الاسم الأعظم، لكونه يشمل جميع صفات
الربوبية والألوهية.
Dalam hadits ini terdapat perintah
untuk memperbanyak dan sering berdoa dengan doa ini. Maksudnya adalah
pakailah selalu doa ini dalam doa-doa kalian. Di dalamnya terkandung
salah satu nama Allah yang dikatakan sebagai nama yang paling agung
karena mengandung semua sifat rububiyah dan uluhiyah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3167 |
|
Hadith 228 الحديث
الأهمية: إذا انْتَهى أَحَدُكُم إلى المجْلِسِ
فَلْيُسَلِّم، فإذا أرادَ أن يقومَ فَلْيُسَلِّمْ، فَلَيْسَت الأُولَى
بأحَقَّ مِن الآخِرَةِ
Tema: Apabila salah seorang di antara kalian
sampai di satu majelis, hendaklah ia mengucapkan salam. Lalu apabila ia
hendak bangun (meninggalkan majelis), hendaklah ia pun mengucapkan
salam. Tidaklah pertama lebih berhak daripada yang terakhir.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: «إذا انْتَهى
أَحَدُكُم إلى المجْلِسِ فَلْيُسَلِّم، فإذا أرادَ أن يقومَ فَلْيُسَلِّمْ،
فَلَيْسَت الأُولَى بأحَقَّ مِن الآخِرَةِ».
Dari Abu Hurairah ia berkata,
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Apabila salah
seorang di antara kalian sampai di satu majelis, hendaklah ia
mengucapkan salam. Lalu apabila ia hendak bangun (meninggalkan majelis),
hendaklah ia pun mengucapkan salam. Tidaklah pertama lebih berhak
daripada yang terakhir."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الحديث فيه بيان أدب
من آداب السلام, وهو أن الرجل إذا دخل على المجلس فإنه يسلم فإذا
أراد أن ينصرف وقام وفارق المجلس فإنه يسلم, لأن النبي -صلى الله عليه
وسلم- أمر بذلك وقال: ليست الأولى بأحق من الثانية. يعني كما أنك إذا دخلت
تسلم فكذلك إذا فارقت فَسَلِّمْ, ولهذا إذا دخل الإنسان المسجد سلَّم على
النبي -صلى الله عليه وسلم-، وإذا خرج سلَّم عليه أيضا، وكما أن التسليمة
الأولى إخبار عن سلامتهم من شره عند الحضور، فكذا الثانية إخبار عن سلامتهم
من شره عند الغيبة، وهذا من كمال الشريعة أنها جعلت المبتدي والمنتهي على
حد سواء في مثل هذه الأمور والشريعة كما نعلم جميعًا من لدن حكيم خبير.
Di dalam hadis ini terdapat penjelasan
tentang salah satu adab dari adab-adab salam yaitu bahwa seseorang jika
masuk ke sebuah majelis maka hendaklah ia mengucapkan salam, lalu jika
ia ingin beranjak pergi, bangkit, dan meninggalkan majelis maka
hendaklah ia mengucapkan salam, karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- memerintahkan hal itu dan beliau bersabda, "Tidaklah pertama
lebih berhak daripada yang terakhir." Yakni sebagaimana jika engkau
masuk mengucapkan salam maka begitu pula jika engkau meninggalkan
majelis maka hendaklah mengucapkan salam. Oleh karena itu, jika
seseorang masuk masjid hendaknya mengucapkan salam (salawat) kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan jika keluar hendaknya mengucapkan
salam kepadanya pula. Sebagaimana salam yang pertama merupakan
pemberitahuan tentang keselamatan mereka dari keburukannya tatkala hadir
(di majelis), demikian pula yang kedua merupakan pemberitahuan tentang
keselamatan mereka dari keburukannya tatkala tidak hadir. Ini merupakan
bagian dari kesempurnaan syariat bahwa syariat menjadikan yang permulaan
dan yang terakhir sama dalam perkara-perkara seperti ini. Dan syariat
sebagaimana kita ketahui semua berasal dari sisi Allah Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Nasā`i]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3173 |
|
Hadith 229 الحديث
الأهمية: أن رجلًا دخل المسجد يوم الْجُمُعَةِ من
باب كان نحو دار الْقَضَاءِ ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- قائم يَخْطُبُ
Tema: Seorang laki-laki masuk ke masjid pada
hari Jumat melalui pintu yang menghadap ke arah Dār Al-Qaḍā`, sementara
Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- sedang berkhutbah. |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- «أن رجلا
دخل المسجد يوم الْجُمُعَةِ من باب كان نحو دار الْقَضَاءِ، ورسول الله
-صلى الله عليه وسلم- قائم يَخْطُبُ، فَاسْتَقْبَلَ رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- قائمًا، ثم قال: يا رسول الله، هَلَكَتِ الأموال، وانْقَطَعَتِ
السُّبُلُ فَادْعُ الله تعالى يُغِيثُنَا، قال: فرفع رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- يديه ثم قال: اللَّهُمَّ أَغِثْنَا ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا ،
اللَّهُمَّ أَغِثْنَا. قال أنس: فلا والله ما نرى في السماء من سحاب ولا
قَزَعَةٍ ، وما بيننا وبين سَلْعٍ من بيت ولا دار. قال: فطلعت من ورائه
سَحَابَةٌ مثل التُّرْسِ. فلما تَوَسَّطَتْ السماء انْتَشَرَتْ ثُمَّ
أَمْطَرَتْ. قال: فلا والله ما رأينا الشمس سَبْتاً.
قال: ثم
دخل رجل من ذلك الباب في الْجُمُعَةِ الْمُقْبِلَةِ، ورسول الله -صلى الله
عليه وسلم- قائم يَخْطُبُ الناس، فَاسْتَقْبَلَهُ قائمًا، فقال: يا رسول
الله، هَلَكَتْ الأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ، فادع الله أن
يُمْسِكَهَا عنَّا، قال: فرفع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يديه ثم قال:
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلا عَلَيْنَا, اللَّهُمَّ على الآكَامِ
وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَر. قال:
فَأَقْلَعَتْ، وخرجنا نمشي في الشمس».
قال شريك:
فسألت أنس بن مالك: أهو الرجل الأول قال: لا أدري.
Dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu
'anhu-, bahwasanya seorang laki-laki masuk ke masjid pada hari Jumat
seseorang melalui pintu yang menghadap ke arah Dār Al-Qaḍā`, sementara
Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- sedang berkhutbah. Lalu dia
menghadap ke arah Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- sambil
berdiri, lalu berkata, "Wahai Rasulullah! Harta-harta kami telah binasa,
dan jalan-jalan terputus, maka berdoalah kepada Allah -Ta'ālā- agar
menurunkan hujan untuk kami." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa
sallam- mengangkat kedua tangannya dan berdoa, “Ya Allah! Turunkanlah
hujan pada kami. Ya Allah! Turunkanlah hujan pada kami. Ya Allah!
Turunkanlah hujan pada kami.” Anas berkata, “Demi Allah, sebelumnya kami
tidak melihat awan dan mendung di langit, padahal tiada satu rumah pun
yang menghalangi antara tempat kami dengan gunung Sala’. Mendadak di
balik gunung muncul awan tebal seperti perisai. Ketika awan itu berada
di tengah-tengah langit maka dengan cepat menyebar dan langsung turun
hujan. Demi Allah! Kami pun tidak lagi melihat matahari selama
seminggu.” Anas melanjutkan, “Pada Jumat berikutnya, seorang laki laki
masuk masjid lewat pintu yang sama saat Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa
sallam- berdiri sambil berkhutbah. Maka laki-laki itu menghadap
Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- dan berkata, “Wahai Rasulullah!
Harta-harta kami telah binasa, dan jalan-jalan terputus, maka berdoalah
kepada Allah -Ta'ālā- untuk menghentikan hujan ini.” Rasulullah
-ṣallallāhu 'alahi wa sallam- pun berdoa, “Ya Allah! Turunkan hujan ini
di sekitar tempat kami dan jangan turunkan sebagai bencana untuk kami.
Ya Allah! Pindahkanlah ia ke gunung-gunung, bukit-bukit, jurang-jurang
dan tempat-tempat tumbuhnya pepohonan”. Anas berkata, “Seketika itu
hujan berhenti. Kami pun keluar dari masjid dan langsung berjalan di
bawah terik matahari.” Syuraik berkata, “Aku bertanya kepada Anas bin
Malik, ‘Apakah laki-laki (yang minta hujan dihentikan) itu adalah laki
laki yang (minta turun hujan) dulu?’ Anas menjawab, “Aku tidak tahu.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- قائمًا
يخطب في مسجده يوم الجمعة، ودخل رجل، فاستقبل النبي -صلى الله عليه وسلم-
ثم نادى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- مبيناً له ما فيهم من الشدة
والضيق، حيث هلكت الحيوانات من عدم الكلأ، وانقطعت الطرق، فهزلت الإبل التي
نسافر ونحمل عليها، بسبب انحباس المطر وجفاف الأرض، وطلب منه الدعاء لهم
بتفريج هذه الكربة، فرفع النبي -صلى الله عليه وسلم- يديه ثم قال: "اللهم
أَغِثْنَا" ثلاث مرات، كعادته في الدعاء، والتفهيم في الأمر المهم.
ومع أنهم
لم يروا في تلك الساعة في السماء من سحاب ولا ضباب إلا أنه في أثر دعاء
المصطفى -صلى الله عليه وسلم-، طلعت من وراء جبل "سَلْع" قطعة صغيرة، فأخذت
ترتفع.
فلما
وَسَّطَتْ السَّمَاءَ توسعت وانْتَشَرَتْ، ثم أمطرت، ودام المطر عليهم سبعة
أيام.
حتى إذا
كانت الجمعة الثانية، دخل رجل، ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- قائم يخطب
الناس، فقال- مبيناً أن دوام الأمطار، حَبسَ الحيوانات في أماكنها عن
الرَّعْي حتى جاعت، وحبس الناس عن الضرب في الأرض والذهاب والإياب في طلب
الرزق، فادع الله أن يمسكها عنا. فرفع يديه ثم قال ما معناه: اللهم اجعل
المطر حول المدينة لا عليها، لئلا يضر بالناس في معاشهم، وتسير بهائمهم إلى
مراعيها، وليكون نزول هذا المطر في الأمكنة التي ينفعها نزوله، من الجبال،
والروابي، والأودية، والمراعي.
وأقلعت
السماء عن المطر فخرجوا من المسجد يمشون، وليس عليهم مطر.
Saat Nabi -ṣallallāhu 'alahi wa
sallam- berkhutbah di dalam masjid pada hari Jumat mendadak seorang
laki-laki masuk masjid menuju Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam-
lantas ia memanggil Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- untuk
menjelaskan keadaan mereka yang serba susah, di mana binatang ternak
banyak yang mati karena tidak adanya pakan yang tumbuh dan perjalanan
pun tidak bisa dilakukan karena unta-unta yang digunakan untuk melakukan
perjalanan dan membawa barang-barang sudah kurus lantaran hujan tidak
turun dan bumi kering. Dia lalu minta didoakan agar Allah menghilangkan
kesusahan ini. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- mengangkat kedua
tangannya dan berdoa, “Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami.”
sebanyak tiga kali, seperti jumlah doa yang biasa beliau panjatkan dan
ketika menjelaskan persoalan penting. Meskipun saat itu mereka tidak
melihat awan dan mendung di langit, tetapi setelah doa Rasulullah
-ṣallallāhu 'alahi wa sallam- muncul awan tebal yang kecil dari balik
bukit Sala’. Lalu awan itu beranjak naik. Saat awan tebal itu berada di
tengah-tengah langit maka awan itu meluas dan menutup langit. Kemudian
turunlah hujan yang tak henti-henti selama tujuh hari. Pada Jumat
berikutnya, seorang laki-laki masuk masjid saat Rasulullah -ṣallallāhu
'alahi wa sallam- berkhutbah. Laki-laki itu mengadukan hujan yang tak
kunjung berhenti sehingga menghalangi hewan ternak untuk keluar dari
kandangnya mencari pakannya sehingga kelaparan dan orang orang tidak
bisa bekerja untuk mengais rezeki. Maka berdoalah kepada Allah agar
menghentikan hujan. Maka beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa,
“Ya Allah. Turunkanlah hujan di sekitar Madinah agar tidak membahayakan
kehidupan penduduknya, dan agar hewan ternak mereka bisa digembalakan
lagi. Turunkanlah ia di tempat-tempat yang bermanfaat; gunung-gunung,
jurang-jurang dan padang rerumputan.” Seketika itu hujan berhenti,
sehingga orang-orang tidak kehujanan saat keluar dari masjid. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3174 |
|
Hadith 230 الحديث
الأهمية: رَمَقْتُ الصلاة مع محمد -صلى الله عليه
وسلم- فوجدت قيامه، فَرَكْعَتَهُ، فاعتداله بعد ركوعه، فسجدته،
فَجِلْسَتَهُ بين السجدتين، فسجدته، فَجِلْسَتَهُ ما بين التسليم
والانصراف: قريبا من السَّوَاء
Tema: Aku mengawasi (gerakan) salat Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu aku dapati berdirinya, rukuknya,
i'tidalnya setelah rukuk, sujudnya, duduknya di antara dua sujud,
sujudnya lalu duduknya antara mengucapkan salam dan kepergiannya hampir
sama. |
عن الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ -رضي الله
عنهما- قال: «رَمَقْتُ الصلاة مع محمد -صلى الله عليه وسلم- فوجدت قيامه،
فَرَكْعَتَهُ، فاعتداله بعد ركوعه، فسجدته، فَجِلْسَتَهُ بين السجدتين،
فسجدته، فَجِلْسَتَهُ ما بين التسليم والانصراف: قريبا من السَّوَاء».
وفي
رواية: «ما خلا القيام والقعود، قريبا من السَّوَاءِ».
Dari Al-Barā` bin 'Āzib -raḍiyallāhu
'anhumā- ia berkata, "Aku mengamati salat Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- lalu aku dapati berdirinya, rukuknya, i'tidāl setelah
rukuknya, sujudnya, duduknya antara dua sujud, sujudnya lalu duduknya
antara mengucapkan salam dan kepergiannya hampir sama." Dalam sebuah
riwayat: "Selain berdiri dan duduk, hampir sama (lamanya)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يصف البراء بن عازب -رضي الله عنهما-
صلاة النبي -صلى الله عليه وسلم- حيث كان يراقبه بتأمل ليعرف كيف يصلي
فيتابعه، فذكر أنها متقاربة متناسبة، فإن قيامه للقراءة، وجلوسه للتشهد،
يكونان مناسبين للركوع والاعتدال والسجود فلا يطوَّل القيام مثلاً، ويخفف
الركوع، أو يطيل السجود، ثم يخفف القيام، أو الجلوس بل كل ركن يجعله
مناسبًا للركن الآخر، وليس معناه: أن القيام والجلوس للتشهد، بقدر الركوع
والسجود، وإنما معناه أنه لا يخفف واحدًا ويثقل الآخر.
Al-Barā` bin 'Āzib -raḍiyallāhu
'anhumā- menggambarkan salat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika
dia mengawasi beliau dengan cermat untuk mengetahui bagaimana beliau
salat. Dia mengawasinya lalu menuturkan bahwa (gerakan) salatnya hampir
sama (lamanya) dan sesuai. Saat berdiri untuk membaca (ayat) dan duduk
untuk tasyahud sesuai (lamanya) dengan rukuk, i'tidāl, dan sujud.
Contohnya beliau tidak berdiri lama dan meringankan rukuk, atau
memanjangkan sujud lalu memendekkan keadaan berdiri atau duduk, tetapi
setiap rukunnya beliau jadikan sesuai dengan rukun lainnya. Hanya saja
bukan berarti lama berdiri dan duduk untuk tasyahud sama lamanya dengan
rukuk dan sujud, tetapi artinya beliau tidak meringankan yang satu dan
memberatkan yang lainnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3175 |
|
Hadith 231 الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان في
سفر، فصلى العشاء الآخِرَةَ، فقرأ في إحدى الركعتين بِالتِّينِ
وَالزَّيْتُون فما سمعت أحدًا أحسن صوتًا أو قراءة منه
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
sedang dalam perjalanan, lalu beliau melaksanakan salat Isya. Di salah
satu rakaatnya beliau membaca surah At-Tīn. Aku tidak pernah mendengar
seorang pun yang suaranya atau bacaannya lebih indah dari beliau. |
عن الْبَرَاء بْن عَازِبٍ -رضي الله
عنهما- «أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان في سفر، فصلى العشاء الآخِرَةَ،
فقرأ في إحدى الركعتين بِالتِّينِ وَالزَّيْتُون فما سمعت أحدًا أحسن صوتًا
أو قراءة منه».
Dari Al-Barrā` bin 'Āzib -raḍiyallāhu
'anhumā-, "Bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sedang dalam
perjalanan, lalu beliau melaksanakan salat Isya. Di salah satu rakaatnya
beliau membaca surah At-Tīn. Aku tidak pernah mendengar seorang pun yang
suaranya atau bacaannya lebih indah dari beliau."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قرأ النبي -صلى الله عليه وسلم- بسورة
التين والزيتون في الركعة الأولى في صلاة العِشاء؛ لأنه كان في سفر، والسفر
يراعى فيه التخفيف والتسهيل؛ لمشقته وعنائه، ومع كون النبي -صلى الله عليه
وسلم- مسافرًا، فإنه لم يترك ما يبعث على الخشوع وإحضار القلب عند سماع
القرآن، وهو تحسين الصوت في قراءة الصلاة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
membaca surah At-Tīn di rakaat pertama salat Isya karena beliau sedang
dalam perjalanan. Dalam perjalanan itu sendiri hendaklah memperhatikan
keringanan dan kemudahan karena kesulitan dan kepayahannya. Meskipun
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sedang dalam perjalanan, tetapi
beliau tidak meninggalkan hal yang dapat membangkitkan kekhusyukan dan
kehadiran hati saat menyimak Al-Qur'ān. Yaitu memperindah suara bacaan
(Al-Qur'ān) dalam salat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3177 |
|
Hadith 232 الحديث
الأهمية: بينما رجل واقف بِعَرَفَةَ، إذ وقع عن
راحلته، فَوَقَصَتْهُ -أو قال: فَأوْقَصَتْهُ- فقال رسول الله -صلى الله
عليه وسلم-: اغْسِلُوهُ بماء
وسدر، وكَفِّنُوهُ في ثوبيه، ولا تُحَنِّطُوهُ، ولا تُخَمِّرُوا رأسه؛ فإنه
يُبْعَثُ يوم القيامة مُلبِّياً
Tema: Tatkala ada seseorang sedang wukuf di
Arafah, tiba-tiba ia jatuh dari untanya dan lehernya patah hingga
meninggal. Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Mandikan ia dengan air dan daun bidara, kafanilah ia dengan dua kain
(ihram)nya, jangan kalian memberinya wewangian dan jangan menutupi
kepalanya, karena sesungguhnya ia akan dibangkitkan di hari kiamat kelak
dalam keadaan bertalbiyah!" |
عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما-
قال: «بينما رجل واقف بِعَرَفَةَ، إذ وقع عن راحلته، فَوَقَصَتْهُ -أو قال:
فَأوْقَصَتْهُ- فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: اغْسِلُوهُ
بماء وسدر، وكَفِّنُوهُ في ثوبيه، ولا تُحَنِّطُوهُ، ولا
تُخَمِّرُوا رأسه؛ فإنه يُبْعَثُ يوم القيامة مُلبِّياً».
Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu
'anhumā- ia berkata, "Tatkala ada seseorang sedang wukuf di Arafah,
tiba-tiba ia jatuh dari untanya dan lehernya patah hingga meninggal.
Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Mandikan ia
dengan air dan daun bidara, kafanilah ia dengan dua kain (ihram)nya,
jangan kalian memberinya wewangian dan jangan menutupi kepalanya, karena
sesungguhnya ia akan dibangkitkan di hari kiamat kelak dalam keadaan
bertalbiyah!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
بينما كان رجل من الصحابة واقفاً في
عرفة على راحلته في حجة الوداع محرمًا إذ وقع منها، فانكسرت عنقه فمات؛
فأمرهم النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يغسلوه كغيره من سائر الموتى، بماء،
وسدر، ويكفنوه في إزاره وردائه، اللذين أحرم بهما.
وبما أنه
محرم بالحج وآثار العبادة باقية عليه، فقد نهاهم النبي -صلى الله عليه
وسلم- أن يُطيبوه وأن يغطوا رأسه،
وذكر لهم
الحكمة في ذلك؛ وهي أنه يبعثه الله على ما مات عليه، وهو التلبية التي هي
شعار الحج.
Tatkala ada seseorang dari sahabat
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tengah wukuf di Arafah di atas
untanya ketika haji Wadak dalam keadaan ihram, tiba-tiba ia jatuh.
Lehernya patah sehingga ia meninggal dunia. Maka Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memerintah mereka untuk memandikannya seperti orang
yang meninggal lainnya dengan air dan daun bidara, mengkafaninya dengan
sarung dan selendang yang ia kenakan untuk ihram. Oleh karena ia
berihram menunaikan haji dan jejak-jejak ibadah masih terlihat pada
dirinya, maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang mereka
mengolesinya dengan minyak wangi dan menutup kepalanya. Beliau
menyebutkan hikmah di balik larangan ini, yakni ia nanti akan
dibangkitkan Allah sesuai kondisinya saat ia meninggal, yakni
bertalbiyah yang merupakan syiar ibadah haji. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3180 |
|
Hadith 233 الحديث
الأهمية: اطَّلَعت في الجنة فرأيتُ أكثرَ أهلِها
الفقراءَ، واطَّلعتُ في النار فرأيتُ أكثرَ أهلها النِّساءَ
Tema: Aku melihat ke dalam Surga lalu aku
melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir, dan aku melihat
ke dalam Neraka lalu aku melihat kebanyakan penduduknya adalah para
wanita. |
عن ابن عباس وعمران بن الحصين -رضي الله
عنهم- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «اطَّلَعت في الجنة فرأيتُ أكثرَ
أهلِها الفقراءَ، واطَّلعتُ في النار فرأيتُ أكثرَ أهلها النِّساءَ».
Dari Ibnu Abbas dan 'Imrān bin
Al-Ḥuṣain -raḍiyallāhu 'anhum-, dari Nabi-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
beliau bersabda, "Aku melihat ke dalam Surga lalu aku melihat kebanyakan
penghuninya adalah orang-orang fakir, dan aku melihat ke dalam Neraka
lalu aku melihat kebanyakan penduduknya adalah para wanita."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- في
الحديث أنه اطَّلَع في الجنة فرأى أكثرَ أهلِها الفقراءَ، وذلك لأن الفقراء
ليس عندهم ما يطغيهم، فهم متمسكنون خاضعون, ولهذا من تأمل الآيات؛ وجد أن
الذين يكذبون الرسل هم الملأ الأشراف والأغنياء، وأن المستضعفين هم الذين
يتبعون الرسل، فلهذا كانوا أكثر أهل الجنة.
والحديث
لا يوجب فضل كل فقير على كل غني، وإنما معناه الفقراء في الجنة أكثر من
الأغنياء فأخبر عن ذلك، وليس الفقر أدخلهم الجنة، وإن كان خفف من حسابهم،
إنما دخلوا بصلاحهم معه، فالفقير إذا لم يكن صالحاً لا يفضل.
كما أخبر
-صلى الله عليه وسلم- أنه اطَّلَع في النار فرأى أكثرَ أهلِها النساء؛ وذلك
لقيامهن بعادات سيئة تغلب على طباعهن, وتتعلق بهن, من ذلك كُفران العشير
وكثرة اللعن.
فالواجب
عليهن أن يحافظن على أمر الدين ليسلمن من النار.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengabarkan di dalam hadis tersebut bahwa beliau melihat ke dalam Surga,
beliau melihat kebanyakan penduduknya adalah orang-orang fakir. Itu
karena mereka tidak memiliki apa-apa yang menjadikan mereka sombong,
mereka orang-orang yang tenang dan rendah hati. Oleh karena itu, siapa
yang memperhatikan ayat-ayat Alquran maka ia akan mendapati bahwa
orang-orang yang mendustai para Rasul adalah orang-orang terhormat dan
orang-orang kaya. Sementara kaum duafa (orang-orang fakir) adalah
orang-orang yang mengikuti para Rasul. Karena itu, kebanyakan mereka
adalah penghuni Surga. Hadis ini tidak menjadi sebuah keharusan bahwa
setiap orang fakir lebih mulia daripada orang-orang kaya, akan tetapi
mengandung arti bahwa orang-orang fakir lebih banyak menempati Surga
daripada orang-orang kaya, maka beliau mengabarkan hal itu. Dan bukanlah
kefakiran yang menjadi sebab mereka dimasukkan ke dalam Surga meskipun
hal itu meringankan dalam hisab mereka, akan tetapi mereka dimasukkan ke
dalam Surga lantaran kebaikan-kebaikannya dan kefakirannya, karena
kefakiran tanpa kebaikan tidaklah memiliki makna dan keutamaan. Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- juga mengabarkan bahwa ketika beliau
melihat Neraka, beliau melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita, hal
itu disebabkan karena kebiasaan-kebiasaan buruk yang nampak dominan
dalam tabiat mereka dan selalu menyertai mereka, seperti kurang
mensyukuri pemberian suaminya dan banyak mencela. Maka sudah merupakan
kewajiban bagi mereka untuk menjaga aturan-aturan agama agar mereka
selamat dari ancaman Neraka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3184 |
|
Hadith 234 الحديث
الأهمية: أنَّ النبي -صلى الله عليه وسلم- دخل
المسجد، فدخل رجل فصلَّى، ثم جاء فسلَّم على النبي -صلى الله عليه وسلم-
فقال: ارجع فصلِّ، فإنك لم تُصَلِّ
Tema: Ketika Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- masuk masjid, lalu ada seorang laki-laki masuk juga, lalu iapun
salat. Kemudian ia datang dan mengucapkan salam pada Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-. Beliau bersabda, "Kembali lalu salatlah, karena
sesungguhnya engkau belum salat!" |
عن أبي هُرَيْرَةَ -رضي الله عنه- «أنَّ
النبي -صلى الله عليه وسلم- دخل المسجد، فدخل رجل فصلَّى، ثم جاء فسلَّم
على النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال: ارجع فصلِّ، فإنك لم تُصَلِّ، فرجع
فصلَّى كما صلَّى، ثم جاء فسلَّم على النبي -صلى الله عليه وسلَّم- فقال:
ارجع فصلِّ، فإنك لم تُصَلِّ -ثلاثا- فقال: والذي بعثك بالحق لا أُحْسِنُ
غيره، فَعَلِّمْنِي، فقال: إذا قُمْتَ إلى الصلاة فَكَبِّرْ، ثم اقرأ ما
تيسر من القرآن، ثم اركع حتى تَطْمَئِنَّ راكعا، ثم ارفع حتى تعتدل قائما،
ثم اسجد حتى تَطْمَئِنَّ ساجدا, ثم ارفع حتى تطمئن جالسا، وافعل ذلك في
صلاتك كلها».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
"Bahwa ketika Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk masjid, lalu ada
seorang laki masuk juga, lalu iapun salat. Kemudian ia datang dan
mengucapkan salam pada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau
bersabda, "Kembali lalu salatlah, karena sesungguhnya engkau belum
salat!" Orang itu kembali lalu salat seperti ia tadi salat. Kemudian
datang dan mengucapkan salam pada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
Beliau bersabda, "Kembali lalu salatlah, karena sesungguhnya engkau
belum salat." Hal ini terjadi hingga tiga kali. Lalu orang itu berkata,
"Demi Żat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa mengerjakan
(salat) selain itu, maka ajarilah aku." Beliau bersabda, "Apabila engkau
telah berdiri untuk salat maka bertakbirlah, kemudian bacalah apa yang
mudah bagimu dari Alquran, kemudian rukuklah sampai engkau tenang dalam
keadaan rukuk. Selanjutnya bangkitlah sampai engkau lurus berdiri,
kemudian sujudlah sampai engkau tenang dalam keadaan sujud, kemudian
bangkitlah sampai engkau tenang dalam keadaan duduk. Lakukanlah hal itu
pada setiap salatmu!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
دخل النبي -صلى الله عليه وسلم- المسجد،
فدخل رجل من الصحابة، اسمه (خَلاّد بن رافع)، فصلى صلاة خفيفة غير تامة
الأفعال والأقوال، فلما فرغ من صلاته، جاء إلى النبي -صلى الله عليه وسلم-،
فسلم عليه فرد عليه السلام ثم
قال له: ارجع فَصَلِّ، فإنك لم تصل، فرجع وعمل في صلاته الثانية كما عمل في
صلاته الأولى، ثم جاء إلى النبي -صلى الله عليه وسلم-، فقال له: ارجع
فَصَلِّ فإنك لم تصل ثلاث مرات، فأقسم الرجل بقوله: والذي بعثك بالحق -وهو
الله تعالى- ما أحسن غير ما فعلت فعَلِّمني، فعندما اشتاق إلى العلم، وتاقت
نفسه إليه، وتهيأ لقبوله وانتفى احتمال كونه ناسيا بعد طول الترديد قال له
النبي -صلى الله عليه وسلم- ما معناه: إذا قمت إلى الصلاة فكبر تكبيرة
الإحرام، ثم اقرأ ما تيسر من القرآن، بعد قراءة سورة الفاتحة ثم اركع حتى
تطمئن راكعا، ثم ارفع من الركوع حتى تعتدل قائما، وتطمئن في اعتدالك
ثم اسجد حتى تطمئن ساجدا، ثم ارفع من السجود واجلس حتى تطمئن جالسا،
وافعل هذه الأفعال والأقوال في صلاتك كلها، ماعدا تكبيرة الإحرام، فإنها في
الركعة الأولى دون غيرها من الركعات.
وكون
المراد بما تيسر سورة الفاتحة على الأقل مأخوذ من روايات الحديث ومن الأدلة
الأخرى.
Suatu saat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- masuk masjid. Sejurus kemudian, masuklah salah seorang sahabat
yang bernama Khallād bin Rāfi', lalu ia mengerjakan salat secara cepat
yang mana gerakan dan doa-doanya tidak sempurna. Ketika selesai salat ia
menghampiri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan mengucapkan salam
pada beliau, lalu beliau menjawab salamnya kemudian bersabda padanya,
"Kembali lalu salatlah lagi, karena sesungguhnya engkau belum salat!"
Iapun kembali lalu melakukan dalam salatnya yang kedua seperti apa yang
ia lakukan dalam salatnya yang pertama, kemudian ia datang pada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau bersabda padanya, "Kembali lalu
salatlah lagi, karena sesungguhnya engkau belum salat!" Hal ini terjadi
hingga tiga kali. Maka orang inipun bersumpah dengan mengucapkan, "Demi
Żat yang mengutusmu dengan kebenaran -yakni Allah Ta'ālā- aku tidak bisa
melakukan amalan salat selain yang telah aku kerjakan. Maka ajarilah
aku!" Ketika ia menginginkan ilmu, jiwanya begitu mendambakannya, ia
siap menerimanya dan tidak ada kemungkinan ia lupa setelah berulang kali
mengulangi kesalahan, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda
padanya yang artinya, "Apabila engkau telah berdiri hendak salat
lakukanlah takbīratul-iḥrām, kemudian bacalah yang mudah bagimu dari
Al-Qur`ān setelah membaca surat Al-Fātiḥah. Berikutnya rukuklah sampai
engkau tenang dalam keadaan rukuk, kemudian bangkitlah dari rukuk sampai
engkau berdiri dengan tegak dan engkau tenang dalam berdiri tegakmu ini,
kemudian sujudlah sampai engkau tenang dalam keadaan sujud, kemudian
bangkitlah dari sujud dan duduklah sampai engkau tenang dalam keadaan
sujud. Lakukan gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan salat ini dalam semua
salatmu, selain takbīratul-iḥrām, karena ia hanya dikerjakan pada rakaat
pertama, bukan pada rakaat-rakaat lainnya. Adapun maksud "apa yang mudah
dari Al-Qur`ān" adalah minimal bacaan surat Al-Fātiḥah, sebagaimana
terdapat dalam berbagai riwayat hadis ini, dan juga dalil-dalil lainnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3185 |
|
Hadith 235 الحديث
الأهمية: قال رجل للنبي -صلى الله عليه وسلم-
يومَ أُحُدٍ: أَرَأَيْتَ إن قُتِلْتُ فَأَيْنَ أَنَا؟ قال: "في الجَنَّة"،
فأَلْقَى تَمراتٍ كُنَّ في يَدِه، ثم قاتل حتى قُتِلَ
Tema: Seorang pria bertanya kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- saat Perang Uhud, “Bagaimanakah menurut
Anda jika aku terbunuh, di manakah aku?” Beliau menjawab, “Di Surga.”
Maka pria itu pun membuang kurma yang ada di tangannya, lalu berperang
hingga gugur terbunuh. |
عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما-
قال رجل للنبي -صلى الله عليه وسلم- يومَ أُحُدٍ: أَرَأَيْتَ إن قُتِلْتُ
فَأَيْنَ أَنَا؟ قال: «في الجَنَّةِ» فأَلْقَى تَمراتٍ كُنَّ في يَدِه، ثم
قاتل حتى قُتِلَ.
Dari Jabir bin Abdillah -raḍiyallahu
'anhumā-, Seorang pria bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- pada saat Perang Uhud, “Bagaimanakah menurut Anda jika aku
terbunuh, di manakah aku?” Beliau menjawab, “Di Surga.” Maka pria itupun
membuang kurma yang ada di tangannya, lalu berperang hingga gugur
terbunuh.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر جابر -رضي الله عنه- أن رجلًا
-قيل: اسمه عُمير بن الحُمَام وقيل: غيره- قال للنبي -صلى الله عليه وسلم-
يوم غزوة أحد: يا رسول الله! أرأيتَ إن قاتلتُ حتى قُتلتُ، يعني جاهدت
المشركين وقتلت في هذه الوقعة ما مصيري؟ قال: "أنت في الجنة"، فألقى تمرات
كانت معه، وقال: (إنها لحياة طويلة إن بقيت حتى آكل هذه التمرات) ثم تقدم
فقاتل حتى قتل -رضي الله عنه-.
Jabir -raḍiyallāhu 'anhu- menceritakan
bahwa ada seorang pria bernama Umair bin Al-Ḥumām pernah bertanya kepada
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di Perang Uhud, “Wahai Rasulullah!
Bagaimanakah menurut Anda jika aku berperang hingga terbunuh”,
maksudnya: jika aku berjihad menghadapi kaum musyrikin dan terbunuh
dalam perang ini, di manakah tempatku? Lalu Rasulullah menjawab, “Engkau
di Surga.” Maka ia pun membuang beberapa biji kurma yang masih ada di
tangannya, lalu berkata, “Sungguh ini adalah hidup yang panjang jika aku
tunggu sampai kurma ini habis termakan.” Lalu ia maju dan bertempur
hingga dia gugur terbunuh -raḍiyallāhu 'anhu-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3194 |
|
Hadith 236 الحديث
الأهمية: دعوة المرء المسلم لأخيه بظهر الغيب
مستجابة، عند رأسه ملك موكل كلما دعا لأخيه بخير قال الملك الموكل به:
آمين، ولك بمثل
Tema: Doa seorang muslim untuk saudaranya
yang tidak ada di hadapannya mustajab. Di dekat kepala orang tersebut
ada malaikat yang ditugaskan untuk itu. Setiap kali seorang muslim
mendokan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat itu berkata, "Amin dan
untukmu seperti (doamu padanya)" |
عن أم الدرداء -رضي الله عنها- مرفوعاً:
« دعوة المرء المسلم لأخيه بظَهْرِ الغيب مستجابة، عند رأسه مَلَك
مُوَكَّلٌ كلما دعا لأخيه بخير قال الملك المُوَكَّلُ به: آمين، ولك
بمِثْلٍ».
Dari Ummu Dardā` -raḍiyallāhu 'anhā-
secara marfū', "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang tidak ada di
hadapannya mustajab. Di dekat kepala orang tersebut ada malaikat yang
ditugaskan untuk itu. Setiap kali seorang muslim mendokan kebaikan untuk
saudaranya, maka malaikat itu berkata, "Amin dan untukmu seperti (doamu
padanya)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
دعاء المسلم لأخيه وهو غائب عنه لا يعلم
مستجاب مقبول عند الله، فإذا دعا لأخيه وقف ملك من الملائكة عند رأسه يقول
آمين ولك مثل هذا الخير الذي دعوت به لأخيك.
Doa seorang muslim untuk saudaranya
yang tidak ada di hadapannya dan tidak mengetahuinya adalah mustajabah
dan dikabulkan oleh Allah. Jika ia mendoakan kebaikan untuk saudaranya,
maka seorang malaikat berdiri di dekat kepalanya sambil mengatakan "Amin
dan untukmu kebaikan seperti yang engkau doakan untuk saudaramu." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3219 |
|
Hadith 237 الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان إذا
صَلَّى فرّج بين يديه، حتى يبدو بياض إبْطَيْهِ
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
apabila melaksanakan salat, beliau merenggangkan antara kedua tangannya
hingga terlihat warna putih ketiaknya. |
عن عبد الله بن مالك بن
بُحَيْنَةَ -رضي الله عنهم-: «أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان
إذا صَلَّى فرّج بين يديه، حتى يَبْدُوَ بياضُ إبْطَيْهِ».
Dari Abdullah bin Malik bin Buḥainah
-raḍiyallāhu 'anhum, "Bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
apabila melaksanakan salat, beliau merenggangkan antara kedua tangannya
hingga terlihat warna putih ketiaknya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- إذا سجد
يباعد عضديه عن جنبيه؛ لتنال اليدان حظهما من الاعتماد والاعتدال في
السجود، ومن شدة التفريج بينهما يظهر بياض إبطيه.
وهذا لأنه
-صلى الله عليه وسلم- كان إماما أو منفردا، أما المأموم الذي يتأذى جاره
بالمجافاة؛ فلا يشرع له ذلك.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
apabila sujud, beliau biasa merenggangkan lengannya dari kedua
pinggangnya agar kedua tangannya mendapatkan bagian dalam penopangan dan
kelurusan dalam sujud. Karena keduanya sangat direnggangkan maka
terlihatlah warna putih ketiaknya. Hal ini disebabkan Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- biasa salat menjadi imam atau sendirian. Adapun
makmum yang bisa menyebabkan teman disampingnya terganggu dengan gerakan
seperti ini, maka bentuk gerakan seperti itu tidak disyariatkan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3220 |
|
Hadith 238 الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- كان
يُصَلِّي وهو حامل أُمَامَةَ
بنت زينب بنت رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah salat dengan menggendong Umāmah binti Zainab binti Rasulillah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. |
عن أبي
قَتَادَةَ الأَنْصَارِيِّ -رضي الله عنه- قال: «أن رسول الله -صلى
الله عليه وسلم- كان يُصَلِّي وهو حامل أُمَامَةَ بنت زينب بنت رسول الله
-صلى الله عليه وسلم-».
ولأبي
العاص بن الربيع بن عبد شَمْسٍ -رضي الله عنه-: «فإذا سجد وضعها، وإذا قام
حملها».
Dari Abu Qatādah Al-Anṣāri
-raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, “Bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- pernah salat dengan menggendong Umāmah binti Zainab binti
Rasulillah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-”. Disebutkan dalam riwayat Abu
Al 'Āṣ bin Rabī' bin Abdu Syams -raḍiyallāhu 'anhu-, “Jika sujud beliau
meletakkannya, dan jika berdiri beliau menggendongnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- يحمل
بنت ابنته وهي أمامة بنت زينب وهو في الصلاة، حيث يجعلها على عاتقه إذا
قام، فإذا ركع أو سجد وضعها في الأرض محبةً وحنانًا.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah salat dengan menggendong anak dari putri beliau yaitu Umāmah
binti Zainab. Beliau menggendongnya di atas bahunya jika sedang berdiri,
dan jika rukuk atau sujud, beliau meletakkannya di lantai dengan penuh
kecintaan dan kasih sayang. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3226 |
|
Hadith 239 الحديث
الأهمية: إني لا آلُو أن أُصَلِّيَ بكم كما كان
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّي بنا
Tema: Aku berjanji akan salat bersama kalian
sebagaimana aku lihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- salat
bersama kami. |
عن أنس -رضي الله عنه- أنه قال: «إني لا
آلُو أن أُصَلِّيَ بكم كما كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّي
بنا، قال ثابت فكان أَنَس يصنع شيئا لا أراكم تصنعونه: كان إذا رفع رأسه من
الركوع انْتَصَبَ قائما، حتى يقول القائل: قد نَسِيَ، وإذا رفع رأسه من
السَّجْدَةِ مكث، حتى يقول القائل: قد نَسِيَ».
Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, ia
berkata, "Aku berjanji akan salat bersama kalian sebagaimana aku lihat
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- salat bersama kami." Ṡābit
berkata, "Anas melakukan suatu amalan (salat) yang tidak pernah aku
lihat kalian melakukannya yaitu apabila mengangkat kepalanya dari rukuk
beliau berdiri lama, hingga ada orang berkata, 'Beliau lupa.' Dan
apabila mengangkat kepalanya dari sujud beliau berdiam lama hingga ada
orang berkata, 'Beliau lupa'.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان أنس -رضي الله عنه- يقول إني سأجتهد
فلا أقَصر أن أصلي بكم كما كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يصلى بنا،
لتقتدوا به، فتصلوا مثله.
قال ثابت
البناني: فكان أنس يصنع شيئا من تمام الصلاة وحسنها، لا أراكم تصنعون
مثله،كان يطيل القيَام بعد الركوع، والجلوس بعد السجود، فكان إذا رفع رأسه
من الركوع انتصب قائما حتى يقول القائل -من طول قيامه- قد نَسيَ أنه في
القيام الذي بين الركوع والسجود، وإذا رفع رأسه من السجدة مكث حتى يقول
القائل -من طول جلوسه-: قد نسي أيضا.
Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata,
"Sungguh aku akan berusaha salat bersama kalian sebagaimana Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- salat bersama kami, agar kalian
mengikutinya sehingga kalian bisa salat sama seperti salat beliau."
Ṡābit Al-Bunānī berkata, "Anas melakukan suatu amalan (salat) yang
termasuk kesempurnaan dan baiknya salat, di mana aku tidak pernah
melihat kalian melakukan sepertinya. Beliau berdiri lama setelah bangkit
dari rukuk dan duduk lama setelah bangkit dari sujud. Bila beliau
mengangkat kepalanya (bangkit) dari rukuk, ia berdiri lama hingga ada
orang berkata -karena lamanya beliau berdiri-, 'Dia lupa bahwa dia
sedang berdiri antara rukuk dan sujud.' Dan apabila beliau mengangkat
kepalanya dari sujud, beliau berdiam duduk hingga ada orang yang berkata
-karena lamanya beliau duduk-, 'Dia juga lupa'.” |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3227 |
|
Hadith 240 الحديث
الأهمية: نُهِينَا عن اتِّبَاعِ الجنائز، ولم
يُعْزَمْ علينا
Tema: Kami dilarang mengiringi jenazah,
namun larangannya tidak tegas bagi kami. |
عن أُمِّ عَطِيَّةَ الأنصارية -رضي الله
عنها- قالت: «نُهِينَا عن اتِّبَاعِ الجنائز ولم يُعْزَمْ علينا».
Dari Ummu 'Aṭiyyah Al-Anṣāriyyah
-raḍiyallāhu 'anhā- ia berkata, "Kami dilarang mengiringi jenazah, namun
larangannya tidak tegas bagi kami."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أُمُّ عَطِيَّةَ الأنصارية من الصحابيات
الجليلات تفيد أن النبي -صلى الله عليه وسلم- نهى النساء عن اتباع الجنائز؛
لما فيهن من شدة الرقة والرأفة، فليس لديهن صبر الرجال وتحملهم للمصائب؛
فخروجهن يؤدي إلى الهلع والفتنة بما يشاهدن من حال حمل الجنازة والانصراف
عنها، ولكن مع هذا فهمت من قرائن الأحوال أن هذا النهي ليس على سبيل العزم
والتأكيد؛ فكأنه لا يفيد تحريم ذلك عليهن، والصحيح المنع، وقال ابن دقيق
العيد: قد وردت أحاديث أدل على التشديد في اتباع الجنائز أكثر مما يدل عليه
هذا الحديث.
Ummu 'Athiyyah Al-Anṣāriyyah termasuk
sahabat wanita yang mulia. Ia mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- melarang wanita mengiringi jenazah, karena mereka mudah
terharu dan lembut. Mereka tidak memiliki kesabaran dan ketabahan dalam
menghadapi musibah layaknya kaum laki-laki. Sehingga keluarnya para
wanita dapat menyebabkan duka dan fitnah akibat pemandangan yang mereka
saksikan saat mayat dibawa dan ditinggal pergi. Akan tetapi, meskipun
demikian, dari berbagai indikator Ummu 'Aṭiyyah memahami larangan ini
tidak bersifat tegas dan ditekankan. Sepertinya larangan tersebut tidak
berarti pengharaman perbuatan itu pada mereka. Namun yang sahih tetap
dilarang. Ibnu Daqīq al-'Īd mengatakan, "Telah diriwayatkan hadis-hadis
yang lebih tegas menunjukkan larangan keras mengiringi jenazah di
banding apa yang ditunjukkan hadis ini." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3228 |
|
Hadith 241 الحديث
الأهمية: أُمِرَ الناس أن يكون آخر عَهْدِهِمْ
بالبيت، إلا أنه خُفِّفَ عن المرأة الحائض
Tema: Manusia diperintah menjadikan akhir
amalan hajinya adalah di Baitullah (tawaf wadak), hanya saja untuk
wanita yang sedang haid diberi keringanan (untuk tidak melakukannya). |
عن عبد الله بن عبَّاس رضي الله عنهما
قال: «أُمِرَ الناس أن يكون آخر عَهْدِهِمْ بالبيت، إلا أنه خُفِّفَ عن
المرأة الحائض».
Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu
'anhumā- ia berkata, "Manusia diperintahkan menjadikan akhir amalan
hajinya adalah di Baitullah (tawaf wadak), hanya saja untuk wanita yang
sedang haid diberi keringanan (untuk tidak melakukannya)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
لهذا البيت الشريف تعظيم وتكريم؛ فهو
رمز لعبادة الله والخضوع والخشوع بين يديه، فكان له في الصدور مهابة، وفِى
القلوب إجلال، وتعلق، ومودة.
ولذا أمر
النبي -صلى الله عليه وسلم- الحاج قبل السفر أن يكون آخر عهده به، وهذا
الطواف الأخير هو طواف الوداع، إلا المرأة الحائض؛ فلكونها تلوث المسجد
بدخولها سقط عنها الطواف بلا فداء، وهذا النص في الحج فلا يتناول العمرة.
Baitullah yang mulia ini berhak
diagungkan dan dimuliakan. Baitullah merupakan simbol ibadah kepada
Allah, merendahkan diri dan tunduk di hadapan-Nya. Ia memiliki kemuliaan
di dalam dada, dan pengagungan, cinta serta kasih sayang di dalam hati
(seorang Mukmin). Karenanya, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memerintahkan orang yang berhaji, sebelum pulang, agar masa terakhirnya
di Baitullah (melakukan tawaf). Ini adalah tawaf terakhir, yakni tawaf
wadak (perpisahan), kecuali wanita yang sedang haid. Mengingat ia bisa
mengotori masjid bila masuk, maka tawaf ini gugur baginya tanpa membayar
fidiah (tebusan). Nas ini terkait dengan haji, tidak mencakup umrah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3229 |
|
Hadith 242 الحديث
الأهمية: أُمِرْتُ أن أسجدَ على سبعةِ أَعْظُم
Tema: Aku diperintahkan untuk sujud di atas
tujuh organ tubuh. |
عن عبد الله بن عَبَّاسٍ -رضي الله
عنهما- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «أُمِرْتُ أن أَسْجُدَ
على سَبْعَةِ أَعْظُمٍ: على الْجَبْهَةِ -وأشار بيده إلى أنفه- واليدين،
والرُّكْبَتَيْنِ ، وأطراف القدمين».
Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu
'anhumā- ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh organ tubuh: dahi -dan
beliau menunjuk dengan tangannya ke hidungnya-, dua telapak tangan, dua
lutut dan kedua ujung jari-jari kaki."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أمر الله -تعالى- نبيه محمدًا -صلى الله
عليه وسلم- أن يسجد له على سبعة أعضاء، هي أشرف أعضاء البدن وأفضلها؛ ليكون
ذله وعبادته لله، وقد أجملها النبي -صلى الله عليه وسلم-، ثم فصلها ليكون
أبلغ في حفظها وأشوق في تلقيها:
الأولى
منها: الجبهة مع الأنف.
والثاني
والثالث: اليدان، يباشر الأرض منهما بطونهما.
والرابع
والخامس: الركبتان.
والسادس
والسابع: أطراف القدمين، موجهًا أصابعهما نحو القبلة.
Allah -Ta'ālā- memerintahkan kepada
Nabi-Nya Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk sujud di atas
tujuh organ, yaitu organ tubuh yang paling mulia dan utama agar
ketundukan dan ibadahnya hanya untuk Allah. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menyebutkannya secara global lalu merincinya agar mudah dihafal
dan menarik untuk diterima. Pertama: dahi beserta hidung. Kedua dan
ketiga: dua telapak tangan, dengan cara bagian dalam telapak tangan
menyentuh tanah secara langsung. Keempat dan kelima: dua lutut. Keenam
dan ketujuh: kedua ujung jari-jari kaki dengan menghadapkan jari-jari
itu ke arah kiblat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3230 |
|
Hadith 243 الحديث
الأهمية: لا تدعوا على أنفسكم؛ ولا تدعوا على
أولادكم، ولا تدعوا على أموالكم، لا توافقوا من الله ساعة يسأل فيها عطاء
فيستجيب لكم
Tema: Jangan berdoa untuk kecelakaan atas
diri kalian, jangan kalian berdoa untuk kecelakaan anak-anak kalian,
jangan kalian berdoa untuk kecelakaan harta kalian. Jangan sampai kalian
meminta sesuatu (keburukan) kepada Allah lalu bertepatan dengan waktu
Dia mengabulkan doa kalian |
عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما-
مرفوعاً: «لا تدعوا على أنفسكم؛ ولا تدعوا على أولادكم، ولا تدعوا على
أموالكم، لا توافقوا من الله ساعة يُسأل فيها عطاءٌ فيستجيب لكم».
Dari Jabir -raḍiyallāhu 'anhumā- dia
berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jangan
berdoa untuk kecelakaan atas diri kalian, jangan kalian berdoa untuk
kecelakaan anak-anak kalian, jangan kalian berdoa untuk kecelakaan harta
kalian. Jangan sampai kalian meminta sesuatu (keburukan) kepada Allah
lalu bertepatan dengan waktu Dia mengabulkan doa kalian."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يحذر الرسول -صلى الله عليه وسلم- في
هذا الحديث وينهى عن الدعاء على النفس والأولاد والأموال؛ لأن الدعاء شأنه
عظيم، قد يمضيه الله على العباد، لو وافق ساعة إجابة فيكون ضرره على صاحبه
وما يتعلق به من أولاده وماله.
Dalam hadis ini Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memperingatkan dan melarang mendoakan keburukan untuk
anak dan harta, karena doa itu kedudukannya agung. Boleh jadi Allah
berlakukan atas hamba-Nya (apa yang dia minta -edit) jika dia berdoa
pada saat dikabulkan sehingga kecelakaan akan menimpa dirinya dan apa
yang terkait dengannya berupa anak dan hartanya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3231 |
|
Hadith 244 الحديث
الأهمية: يستجاب لأحدكم ما لم يعجل: يقول: قد
دعوت ربي، فلم يستجب لي
Tema: Doa seorang hamba akan dikabulkan
selama ia tidak tergesa-gesa. Dia berkata, "Sungguh aku telah berdoa,
namun doaku belum dikabulkan" |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
يُستجاب لأحدكم ما لم يَعْجَلْ: يقول: قد دعوت ربي، فلم يستجب لي».
وفي رواية
لمسلم: «لا يزال يُستجاب للعبد ما لم يَدْعُ بإثم، أو قطيعة رحم، ما لم
يَسْتَعْجِلْ» قيل: يا رسول الله ما الاستعجال؟ قال: «يقول: قد دعوت، وقد
دعوت، فلم أر يستجب لي، فَيَسْتَحْسِرُ عند ذلك ويَدَعُ الدعاء».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', (Nabi bersabda), "Doa salah seorang dari kalian akan
dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa, (yaitu) orang tersebut berkata,
"Aku telah berdoa kepada Tuhanku, tetapi Dia tidak mengabulkannya
untukku." Dalam riwayat Muslim (disebutkan), "Doa seorang hamba
senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk dosa atau
memutuskan hubungan keluarga, asalkan ia tidak tergesa-gesa."
Ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa?"
Beliau bersabda, "Seseorang berkata: Sungguh aku telah berdoa dan
sungguh aku telah berdoa, namun aku belum melihat dikabulkannya doaku,"
maka ia pun merasa rugi (putus asa) ketika itu sehingga meninggalkan
doa."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر -صلى الله عليه وسلم- أنه يستجاب
للعبد دعاؤه ما لم يدع بمعصية أو قطيعة رحم، وما لم يستعجل، فقيل: يا رسول
الله ما الاستعجال المرتب عليه المنع من إجابة الدعاء، قال: يقول: قد دعوت
وقد دعوت، وتكرر مني الدعاء، فلم يستجب لي؛
فيستعجل عند ذلك ويترك الدعاء.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan bahwa doa seorang hamba akan dikabulkan selama ia
tidak berdoa untuk kemaksiatan atau memutuskan hubungan keluarga, juga
tidak tergesa-gesa. Nabi ditanya, "Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud
dengan tergesa-gesa yang menjadi sebab terhalangnya doa untuk
dikabulkan?" Beliau bersabda, "Seseorang berkata, "Sungguh aku telah
berdoa, sungguh aku telah berdoa, dan berulang kali aku panjatkan doa,
namun Dia tidak mengabulkannya untukku. Saat itulah ia tergesa-gesa dan
meninggalkan doa. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3232 |
|
Hadith 245 الحديث
الأهمية: أي الدعاء أسمع؟ قال: جوف الليل الآخر،
ودبر الصلوات المكتوبات
Tema: Doa apa yang paling didengar? Beliau
menjawab, "(Doa) di akhir malam dan di penghujung salat fardu" |
عن أبي أمامة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
قيل لرسول الله -صلى الله عليه وسلم-: أيُّ الدعاء أسمع؟ قال: «جَوْفَ
الليل الآخِر، ودُبُر الصلوات المكتوبات».
Dari Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ditanya, "Doa
apa yang paling didengar?" Beliau menjawab, "(Doa) di akhir malam dan di
penghujung salat fardu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
سئل النبي صلى الله عليه وسلم: أي
الدعاء أقرب للإجابة، فأخبر صلى الله عليه وسلم أنه الدعاء الذي في آخر
الليل، والذي في آخر الصلوات المفروضة، والمراد بدبر الصلوات: آخرها قبل
التسليم، وهذا وإن كان خلاف المتبادر، لكن يؤيده أن الله جعل ما بعد انتهاء
الصلاة ذكراً، والنبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جعل ما بين التشهد
والتسليم دعاء.
والمحافظة
على الدعاء بعد الفريضة وكذلك النافلة ليس بسنة بل هو بدعة؛ لأن المحافظة
عليه يلحقه بالسنة الراتبة سواء كان قبل الأذكار الواردة بعد الصلاة أم
بعدها، وأما فعله أحياناً فلا بأس به، وإن كان الأولى تركه؛ لأن الله تعالى
لم يشرع بعد الصلاة سوى الذكر لقوله تعالى: (فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ
فَاذْكُرُوا اللَّهَ)، ولأن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لم
يرشد إلى الدعاء بعد الصلاة، وإنما أرشد إلى الدعاء بعد التشهد قبل
التسليم، وكما أن هذا هو المسموع أثراً فهو الأليق نظراً، لكون المصلي يدعو
ربه حين مناجاته له في الصلاة قبل الانصراف.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah ditanya, doa apa yang paling cepat terkabul? Maka beliau
menjawab, doa di akhir malam dan di akhir salat fardu. Yang dimaksud
dengan "akhir salat fardu" adalah sebelum salam. Meski hal ini
seolah-olah tak relevan, namun pengertian ini dikuatkan oleh argumen
bahwa Allah mensyariatkan zikir usai salat, dan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- menjadikan doa antara tasyahhud dan salam. Berdoa secara
rutin usai salat wajib dan nafilah/sunnah tidak disunnahkan bahkan
hukumnya bid'ah, sebab melakukan doa secara rutin menjadikan hal itu
seolah-olah sama dengan sunnah rawatib, baik dilakukan sebelum zikir
yang ada setelah salat ataupun sebelumnya. Adapun jika dilakukan
sesekali maka tak masalah meskipun meninggalkannya lebih utama sebab
Allah -Ta'ālā- tidak mensyariatkan usai salat selain zikir berdasarkan
firman-Nya -Ta'ālā-: (Apabila kalian telah selesai menunaikan salat maka
berzikirlah kepada Allah). Juga karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- tidak mengarahkan kita untuk berdoa usai salat, tetapi justru
mengajarkan doa setelah tasyahhud sebelum salam. Sebagaimana hal inilah
yang didengar dari atsar hingga lebih pantas untuk diaplikasikan karena
orang yang salat itu menyeru Tuhannya ketika bermunajat kepada-Nya
sebelum selesai salatnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3236 |
|
Hadith 246 الحديث
الأهمية: كنا إذا أتينا النبي -صلى الله عليه
وسلم- جلس أحدنا حيث ينتهي
Tema: Dahulu jika kami mendatangi (majelis)
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- maka salah seorang dari kami duduk
di tempat yang masih kosong (barisan terakhir) |
عن جابر بن سمرة -رضي الله عنه- قال:كنا
إذا أتينا النبي -صلى الله عليه وسلم- جلس أحدنا حيث ينتهي.
Dari Jābir bin Samurah ia berkata,
"Dahulu jika kami mendatangi (majelis) Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- maka salah seorang dari kami duduk di mana majelis berakhir
(barisan terakhir)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الحديث فيه بيان أدب الصحابة -رضي الله
عنهم- في مجلس النبي -صلى الله عليه وسلم-, حيث كانوا إذا جاء أحدهم مجلس
النبي -صلى الله عليه وسلم- جلس حيث انتهى به المجلس سواء كان في صدر المحل
أو أسفله، فالإنسان إذا دخل على جماعة يجلس حيث ينتهي به المجلس، ولا يتقدم
إلى صدر المجلس إلا إذا آثره أحد بمكانه أو كان قد ترك له مكان في صدر
المجلس فلا بأس، وأما أن يشق المجلس وكأنه يقول للناس ابتعدوا وأجلس أنا في
صدر المجلس، فهذا خلاف هدي النبي -صلى الله عليه وسلم- وهدي أصحابه -رضي
الله عنهم-، وهو يدل على أن الإنسان عنده شيء من الكبرياء والإعجاب بالنفس.
Di dalam hadis itu terdapat penjelasan
tentang adab para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- di dalam majelis Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, yakni jika salah seorang di antara
mereka mendatangi majelis Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka ia
duduk di mana berakhir majelis (barisan akhir), baik di tengah-tengah
majelis atau paling belakang. Seseorang jika masuk ke dalam suatu jamaah
(majelis), maka hendaklah ia duduk di mana majelis tersebut berakhir dan
tidak maju ke tengah-tengah majelis kecuali jika ada orang yang lebih
mendahulukannya (mempersilahkannya) duduk di tempatnya atau jika ia
telah menyediakan tempat untuknya di tengah-tengah majelis, maka tidak
mengapa. Adapun jika ia memadati majelis dan seakan-akan ia mengatakan
kepada manusia menjauhlah kalian dan (biarkan) aku duduk di bagian depan
majelis, maka ini bertentangan dengan petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- dan para sahabat beliau -raḍiyallāhu anhum- serta menunjukkan
bahwa orang tersebut memiliki rasa sombong dan ujub (bangga) dengan
dirinya sendiri. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Sahih li gairihi] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3253 |
|
Hadith 247 الحديث
الأهمية: فارجع إلى والديك، فأحسن صحبتُهما
Tema: Pulanglah kepada kedua orang tuamu dan
dampingi mereka dengan baik! |
عن عبد الله بن عمرو -رضي الله عنهما-
قال: أقبَلَ رجل إلى نبي الله -صلى الله عليه وسلم- فقال: أُبَايِعُكَ على
الهجرة والجهاد أَبْتَغِي الأجر من الله -تعالى- قال: «فَهَل لَكَ من
وَالِدَيك أحد حيٌّ؟» قال: نعم، بل كلاهما، قال: «فتبتغي الأجر من الله
تعالى؟» قال: نعم، قال: «فَارْجِع إلى وَالِدَيك، فَأَحْسِن
صُحْبَتَهُمَا».
وفي
رواية لهما: جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فاستأذنه في الجهاد،
فقال: «أَحَيٌّ والداك؟»، قال: نعم، قال: «فَفِيهِمَا فجاهد».
Dari Abdullah bin 'Amru -raḍiyallāhu
'anhuma- secara marfū', seseorang mendatangi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- lalu berkata, "Aku berbaiat kepadamu untuk hijrah dan jihad demi
mencari pahala dari Allah Ta'ālā." Beliau bertanya, "Apakah ada di
antara kedua orang tuamu ada yang masih hidup?" Dia menjawab, "Ya,
bahkan keduanya". Beliau bersabda, "Apakah engkau ingin pahala dari
Allah -Ta'ālā-?" Dia berkata, "Ya". Beliau bersabda: "Pulanglah kepada
kedua orang tuamu dan dampingi mereka dengan baik!". Dalam riwayat
lain milik keduanya (Bukhari dan Muslim): Seseorang datang dan meminta
izin kepada beliau (Nabi) untuk berjihad. Maka Nabi bersabda, "Apakah
kedua orang tuamu masih hidup?" Dia berkata: "Ya" Beliau bersabdsa,
"Berjihadlah untuk (berbakti pada) keduanya!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء رجل إلى النبي -صلى الله عليه وسلم-
يخبره برغبته وحبه للجهاد والهجرة في سبيل الله -تعالى-، وكان هذا الرجل قد
ترك خلفه والداه، وجاء في رواية أبي داود : " يبكيان "، خوفا عليه من
الهلاك، فسأله النبي -صلى الله عليه وسلم-:" هل لك من والديك أحد حيٌّ؟"
قال: نعم، بل كلاهما، قال: "فتبتغي الأجر من الله تعالى؟" قال: نعم، قال:
"فارجع إلى والديك، فأحسن صُحْبتهما"، وفي رواية أبي داود: "ارجع عليهما
فأضحكهما كما أبكيتهما".
فرده
النبي -صلى الله عليه وسلم- لما هو أولى وأوجب في حقه، وهو الرجوع إلى
والديه وأن يحسن صحبتهما، فإن ذلك من مجاهدة النفس في القيام بخدمتهما
وإرضائهما وطاعتهما، كما جاء في رواية البخاري ومسلم: " ففيهما فجاهد".
وقد صرح
في حديث آخر بأن بر الوالدين وطاعتهما والإحسان إليهم أفضل من الجهاد في
سبيل الله كما جاء في رواية عن ابن عمر -رضي الله عنهما- قال: جاء رجل إلى
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فسأله عن أفضل الأعمال فقال: "الصلاة" قال:
ثم مه: قال: "الجهاد" قال: فإن لي والدين، فقال: "برك بوالديك خير" أخرجه
ابن حبان، فقد دل هذا الحديث على أن بر الوالدين أفضل من الجهاد، إلا إذا
كان الجهاد فرض عين، فإنه يُقدم على طاعتهما؛ لتعينه.
Seseorang datang kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan mengabarkan kepadanya tentang
keinginan dan kecintaannya untuk jihad dan hijrah di jalan Allah Ta'ālā.
Namun orang ini meninggalkan kedua orang tuanya. Disebutkan dalam
riwayat Abu Daud, "Kedua (orang tuanya) menangis" karena takut anaknya
akan binasa. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya
kepadanya, "Apakah ada di antara kedua orang tuamu ada yang masih
hidup?" Dia berkata, "Ya, bahkan kedua-duanya." Beliau bertanya, "Apakah
engkau mencari pahala dari Allah -Ta'ālā-?" Dia menjawab, "Ya". Beliau
bersabda, "Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan pergaulilah keduanya
dengan baik!" Dalam riwayat Abu Daud (beliau bersabda), "Kembalilah
kepada keduanya, buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah
membuatnya menangis." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menunjukkan
kepadanya amalan yang lebih utama dan wajib baginya, yaitu kembali
kepada kedua orang tuanya dan mempergaulinya dengan baik. Karena hal itu
termasuk berjihad dengan jiwa untuk melayaninya, meraih ridanya dan taat
kepadanya, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Bukhari dan Muslim,
"Berjihadlah pada keduanya!" Dalam hadis yang lain terdapat lafal yang
jelas bahwa berbakti pada kedua orang tua dan ketaatan serta kebaikan
pada keduanya adalah lebih utama dari jihad di jalan Allah seperti
tercantum dalam riwayat Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata,
Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- guna menanyakan tentang amalan terbaik, Beliau menjawab,
"Salat". Dia bertanya lagi, "Lalu apa?" Beliau jawab, "Jihad". Dia
berkata, "Aku masih punya orang tua." Beliau bersabda, "Baktimu kepada
kedua orang tuamu adalah lebih baik!" HR. Ibnu Hibban. Hadis ini
menunjukkan bahwa bakti pada kedua orang tua lebih utama dari jihad,
kecuali jika jihadnya fardu 'ain maka ini lebih didahulukan dari
berbakti kepada keduanya karena menjadi wajib bagi individu. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3260 |
|
Hadith 248 الحديث
الأهمية: احْتَجَّتِ الجنَّة والنَّار، فقالتِ
النَّار: فيَّ الجبَّارون والمُتَكَبِّرُون. وقالتِ الجنَّة: فيَّ ضُعَفَاء
الناسِ ومساكِينُهُم
Tema: Surga dan neraka saling beradu
argumentasi, maka neraka berkata, "Di dalamku ada orang-orang yang
angkuh dan sombong." Dan surga berkata, "Di dalamku ada orang-orang
lemah dan miskin." |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه-
مرفوعاً: «احْتَجَّتِ الجنَّة والنَّار، فقالتِ النَّار: فيَّ الجبَّارون
والمُتَكَبِّرُون. وقالتِ الجنَّة: فيَّ ضُعَفَاء الناسِ ومساكِينُهُم،
فقضى الله بَيْنَهُمَا: إِنك الجنَّة رحْمَتي أَرحم بك من أشاء، وإِنك
النَّار عذابي أُعذب بك من أشاء، ولِكِلَيْكُمَا عليَّ مِلْؤُهَا».
Dari Abu Sa'id Al Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', (Nabi bersabda), "Surga dan neraka saling beradu
argumentasi, maka neraka berkata, 'Di dalamku ada orang-orang yang
angkuh dan sombong.' Dan surga berkata, 'Di dalamku ada orang-orang
lemah dan miskin.' Lalu Allah memutuskan/menengahi di antara keduany0a,
'Sesungguhnya engkau wahai Surga adalah rahmat-Ku, denganmu Aku
merahmati siapa saja yang Aku kehendaki. Dan sesungguhnya engkau wahai
Neraka adalah azab-Ku, denganmu Aku mengazab siapa saja yang Aku
kehendaki. Dan masing-masing (dari) kalian berdua, menjadi wewenang-Ku
untuk memenuhinya (dengan penghuninya)'.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى هذا الحديث: أن الجنة والنار
تحاجتا فيما بينهما، كل واحدة تدلي بحجتها، وهذا من الأمور الغيبية التي
يجب علينا أن نؤمن بها حتى وإن استبعدتها العقول
فالجنة
احتجت على النار، والنار احتجت على الجنة، النار احتجت بأن فيها الجبارين
والمتكبرين، الجبارون أصحاب الغلظة والقسوة، والمتكبرون أصحاب الترفع
والعلو، والذين يغمطون الناس ويردون الحق، كما قال النبي صلى الله عليه
وسلم في الكبر: (إنه بطر الحق وغمط الناس).
فأهل
الجبروت وأهل الكبرياء هم أهل النار والعياذ بالله، وربما يكون صاحب النار
لين الجانب للناس، حسن الأخلاق، لكنه جبار بالنسبة للحق، مستكبر عن الحق،
فلا ينفعه لينه وعطفه على الناس، بل هو موصوف بالجبروت والكبرياء ولو كان
لين الجانب للناس؛ لأنه تجبر واستكبر عن الحق.
أما الجنة
فقالت: إن فيها ضعفاء الناس وفقراء الناس. فهم في الغالب الذين يلينون للحق
وينقادون له، وأما أهل الكبرياء والجبروت؛ ففي الغالب أنهم لا ينقادون.
فقضى الله
عز وجل بينهما فقال للجنَّة : ( إنك الجنة رحمتي أرحم بك من أشاء ) وقال
للنار: ( إنك النار عذابي أعذب بك من أشاء )
ثم قال عز
وجل: ( ولكليكما عليَّ ملؤها ) تكفل عز وجل وأوجب على نفسه أن يملأ الجنة
ويملأ النار، وفضل الله سبحانه وتعالى ورحمته أوسع من غضبه، فإنه إذا كان
يوم القيامة ألقى من يلقى في النار، وهي تقول : هل من مزيد، يعني أعطوني.
أعطوني. زيدوا. فيضع الله عليها رجله، وفي لفظ عليها : قدمه، فينزوي بعضها
على بعض، ينضم بعضها إلى بعض من أثر وضع الرب عز وجل عليها قدمه، وتقول:
قط قط، يعني: كفاية كفاية، وهذا ملؤها.
أما الجنة
فإن الجنة واسعة، عرضها السَّمَوَاتِ والأرض يدخلها أهلها ويبقى فيها فضل
زائد على أهلها، فينشئ الله تعالى لها أقواماً فيدخلهم الجنة بفضله ورحمته؛
لأن الله تكفل لها بملئها.
Makna hadis ini adalah: bahwa surga
dan neraka saling beradu argumentasi di antara mereka berdua.
Masing-masing menyampaikan argumentasinya; dan hal ini termasuk salah
satu perkara gaib yang wajib kita imani meskipun dianggap mustahil oleh
akal. Maka surga mendebat neraka, dan neraka (juga) mendebat surga.
Neraka beralasan bahwa di dalamnya ada orang-orang yang angkuh dan
sombong. Orang-orang angkuh (al-Jabbārūn) adalah orang-orang yang kasar
dan keras, sementara orang-orang sombong (al-Mutakabbirûn) adalah
orang-orang meninggikan dan mengangkat diri, merendahkan orang lain dan
menolak kebenaran; sebagaimana sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
tentang kesombongan: bahwa ia adalah “menolak kebenaran dan merendahkan
orang lain”. Maka orang-orang angkuh dan sombong, mereka itu adalah
penghuni neraka, wal ‘iyażu billāh. Bisa saja si penghuni neraka itu
bersikap lembut kepada orang lain dan berperilaku baik, namun ia angkuh
dan sombong terhadap kebenaran, sehingga sikap lemah lembut dan kasih
sayangnya kepada manusia tidak berguna untuknya, ia tetap disifati
dengan sifat keangkuhan dan kesombongan, meskipun ia lemah lembut kepada
orang lain; karena ia bersikap angkuh dan sombong terhadap kebenaran.
Adapun surga, ia mengatakan bahwa di dalamnya terdapat orang-orang lemah
dan fakir. Mereka pada umumnya adalah orang-orang yang terbuka dan
tunduk kepada kebenaran. Sementara orang-orang angkuh dan sombong,
umumnya tidak tunduk pada kebenaran. Maka Allah menengahi di antara
keduanya, lalu mengatakan kepada surga, “Sesungguhnya engkau, Surga,
adalah rahmat-Ku, denganmu Aku merahmati siapa saja yang aku kehendaki.”
Dan Ia mengatakan kepada neraka, “Dan sesungguhnya engkau, Neraka,
adalah azab-Ku, denganmu Aku mengazab siapa saja yang Aku kehendaki.”
Lalu Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, “Dan masing-masing (dari) kalian
berdua, menjadi wewenang-Ku untuk memenuhinya (dengan penghuninya
-penj).’” Allah -'Azza wa Jalla- menjamin dan mewajibkan atas DiriNya
untuk memenuhi surga dan juga neraka, meskipun karunia dan rahmat Allah
-Ta‘āla- itu lebih luas daripada kemurkaan-Nya. Maka pada hari kiamat,
Ia akan melemparkan siapa saja yang Ia lemparkan ke dalam neraka, lalu
neraka berkata, “Apakah masih ada tambahan?”; maksudnya: berikan,
berikan dan tambahkan lagi untukku. Lalu Allah meletakkan Kaki-Nya di
dalam (neraka) –dalam riwayat lain, “…Telapak kaki-Nya”. Maka (neraka)
itupun menyusut dan menyatu padu antara satu dengan yang lain akibat
pengaruh Allah -'Azza wa Jalla- meletakkan Kaki-Nya, lalu (neraka)
berkata: “Qaṭṭun, qaṭṭun”, maksudnya: cukup, cukup. Dan begitulah ia
dipenuhi. Adapun surga, maka sesungguhnya surga itu luas, lebarnya
seperti seluruh langit dan bumi. Para penghuninya masuk ke dalamnya dan
karunia yang berlebihan akan terus langgeng untuk para penghuninya. Lalu
Allah -Ta‘āla- memunculkan generasi manusia lain, lalu memasukkan mereka
ke dalam surga dengan karunia dan rahmatNya; karena Allah telah menjamin
untuk memenuhinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3261 |
|
Hadith 249 الحديث
الأهمية: أتي النبي -صلى الله عليه وسلم- برجل قد
شرب خمرًا، قال: «اضربوه»
Tema: Seorang lelaki pemabuk dibawa kepada
Nabi Muhammad -Shallallāhu Alaihi wa Sallam-. Beliau bersabda, "Pukullah
dia!" |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: أُتِي
النبي -صلى الله عليه وسلم- برجل قد شَرِب خمرا، قال: «اضربوه».
قال
أبو هريرة: فمنا الضارب بيده، والضارب بنعله، والضارب بثوبه، فلما انصرف،
قال بعض القوم: أخزاك الله، قال: «لا تقولوا هكذا، لا تُعِينُوا عليه
الشيطان».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Seorang lelaki peminum khamar dibawa ke hadapan Nabi
Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau bersabda, "Pukullah
dia!" Abu Hurairah berkata, "Di antara kami ada yang memukul dengan
tangannya, ada yang memukul dengan sandalnya, dan ada yang memukul
dengan pakaiannya. Setelah orang itu pergi, seseorang dari kaum berkata,
"Semoga Allah menghinakanmu!" Nabi bersabda, "Janganlah kalian
mengatakan demikian! Janganlah kalian membantu setan terhadap
(penyimpangan) orang itu!."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: أن الصحابة -رضي الله
تعالى عنهم- جاءوا إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- برجل قد شرب الخمر، فأمر
النبي -صلى الله عليه وسلم- بضربه فضربه الصحابة، فبعضهم ضربه بيده دون
استعمال أداة أخرى من أدوات الضرب، ومنهم الضارب بنعله وهذا من التنكيل به
ومنهم الضارب بثوبه، ولم يستعملوا السوط الذي هو أداة الحد في الضرب، وجاء
في رواية أنه أمر عشرين رجلًا فضربه كل رجل جلدتين بالجريد والنعال، وهذا
يفسر أن الجلد أربعين، وما جاء عن الخلفاء الراشدين من زيادة على ذلك فهو
تعزير راجع للإمام.
ثم لما
فرغ الناس من ضربه، دعا عليه بعضهم بقوله : " أخزاك الله" أي: دعا عليه
بالخزي، وهو الذل والمهانة والفضيحة بين الناس، فقال النبي -صلى الله عليه
وسلم-: "لا تقولوا له هكذا لا تعينوا عليه الشيطان"؛ لأنهم إذا دعوا عليه
بالخزي ربما استجيب لهم، فبلغ الشيطان مأربه، ونال مقصده ومطلبه، وحتى لا
ينفر العاصي وقد حد.
Makna hadis: Para sahabat -raḍiyallāhu
Ta'ālā 'anhum- mendatangi Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
dengan membawa seorang lelaki yang sudah minum arak. Lantas Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan para sahabat untuk memukul
orang itu. Para sahabat pun memukulnya. Sebagian ada yang memukul dengan
tangannya tanpa menggunakan alat-alat pukul. Ada juga yang memukul
dengan sandal dan ini adalah bentuk penghinaan untuk orang tersebut. Ada
juga yang memukul dengan pakaiannya. Mereka tidak menggunakan
cemeti/cambuk yang merupakan alat pukul dalam menegakkan hukuman.
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Nabi memerintahkan dua puluh orang
untuk memukulnya, setiap orang memukulnya sebanyak dua kali dengan
pelepah kurma dan sandal. Ini menandakan bahwa cambukan itu sebanyak
empat puluh kali. Riwayat yang bersumber dari para Khalifah ar-Rasyidin
terkait adanya tambahan maka itu merupakan bentuk takzir (hukuman
tambahan) yang ditetapkan oleh seorang pemimpin. Selanjutnya setelah
orang-orang selasai memukul, sebagian mereka mengucapkan doa, "Semoga
Allah menghinakamu" yakni, mendoakan keburukan untuknya. Yaitu,
kehinaan, kedinaan dan aib di tengah-tengah manusia. Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian mengatakan
seperti itu kepadanya, jangan kalian membantu setan dalam
menyesatkannya!" Sebab jika begitu, bisa jadi doa tadi dikabulkan lalu
setan pun riang, karena tercapai maksud dan citanya. Juga agar pelaku
maksiat tidak menjauh (dari kaum muslimin) padahal telah ditegakkan
hukum baginya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3262 |
|
Hadith 250 الحديث
الأهمية: إِنِّي أَرَى ما لا تَرَوْنَ، أَطَّت
السَّمَاءُ وَحُقَّ لها أَنْ تَئِطَّ، ما فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ
أَصابِعَ إِلَّا ومَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَه سَاجِدًا للهِ -تعالى-
Tema: Aku menyaksikan apa yang tidak kalian
saksikan. Langit bergemuruh dan wajar saja ia bergemuruh. (Sebab) Tidak
tersisa satu jengkal tempat pun di langit melainkan malaikat meletakkan
keningnya bersujud kepada Allah -Ta'ālā-. |
عن أبي ذر -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إني
أرى ما لا ترون، أطَّتِ السماء وحُقَّ لها أن تَئِطَ، ما فيها موضع أربع
أصابع إلا ومَلَكٌ واضع جبهته ساجدا لله تعالى، والله لو تعلمون ما أعلم،
لضحكتم قليلا ولبكيتم كثيرا، وما تلذذتم بالنساء على الفُرُشِ، ولخرجتم إلى
الصُّعُداتِ تَجْأَرُون إلى الله تعالى».
Dari Abu Żar -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Aku menyaksikan apa yang tidak kalian saksikan. Langit
bergemuruh dan wajar saja ia bergemuruh. (Sebab) tidak ada tempat
(seluas) empat jari pun di langit melainkan satu malaikat meletakkan
keningnya bersujud kepada Allah -Ta'ālā-. Demi Allah, seandainya kalian
mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian sedikit tertawa dan
banyak menangis. Kalian juga tidak akan bersenang-senang dengan
istri-istri di atas kasur, dan kalian pasti akan keluar menuju
tanah-tanah lapang sambil memohon pertolongan kepada Allah -Ta'ālā-
dengan suara keras."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-:
إني أبصر وأعلم ما لا تبصرون ولا تعلمون، حصل للسماء صوت كصوت الرحْلِ إذا
رُكب عليه، ويحق لها ذلك؛ فما فيها موضع أربع أصابع إلا وفيه ملك واضِعٌ
جبهته ساجدا لله -تعالى- والله لو تعلمون ما أعلم من عِظَمِ جلال الله
-تعالى- وشدة انتقامه، لضحكتم قليلا ولبكيتم كثيرا خوفا من سطوته -سبحانه
وتعالى-، وما تلذذتم بالنساء على الفرش من شدة الخوف، ولخرجتم إلى الطرقات
ترفعون أصواتكم بالاستغاثة إلى الله -تعالى-.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersabda, "Sesungguhnya aku melihat dan mengetahui apa yang
tidak kalian lihat dan ketahui. Telah terdengar suara seperti suara
kendaraan yang dinaiki (benda berat -edit), dan sudah wajar hal itu
terjadi. Tidak ada sejengkal tempat pun di langit melainkan di situ ada
malaikat yang meletakkan keningnya bersujud kepada Allah -Ta'ālā-. Demi
Allah, andai kalian tahu apa yang aku tahu tentang keagungan Allah
-Ta'ālā-, tentu kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis karena
takut akan keperkasaan Allah -Subahanahu wa Ta'ālā-. Juga kalian tidak
akan dapat menikmati wanita di atas ranjang karena sangat ketakutan.
Bahkan niscaya kalian akan keluar ke jalan-jalan memekik mohon
pertolongan kepada Allah -Ta'ālā-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hasan li gairihi] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3265 |
|
Hadith 251 الحديث
الأهمية: أَفْضَلُ دِينَارٍ يُنْفِقُهُ
الرَّجُلُ: دِينَارٌ يُنْفِقُهُ على عِيَالِهِ، ودِينَارٌ يُنْفِقُهُ على
دَابَّتِهِ فِي سَبِيلِ اللهِ، ودِينَارٌ يُنْفِقُهُ على أَصْحَابِهِ في
سَبِيلِ اللهِ
Tema: Sebaik-baik dinar yang diinfakkan
seseorang adalah dinar yang diinfakkan untuk keluarganya, dinar yang
diinfakkan untuk kendaraan yang digunakan di jalan Allah, dan dinar yang
diinfakkan kepada teman-temannya yang turut berjuang di jalan Allah." |
عن ثوبان - رضي الله عنه- مولى رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: قَالَ رسولُ اللَّه -صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم-: «َأفضل دينار ينُفِقُهُ الرجل: دينار ينفقه على عياله،
ودينار ينفقه على دَابَّتِهِ في سبيل الله، ودينار ينفقه على أصحابه في
سبيل الله».
Dari Ṡaubān -raḍiyallāhu 'anhu- maula
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- secara marfū', "Sebaik-baik
dinar yang diinfakkan seseorang adalah dinar yang diinfakkan untuk
keluarganya, dinar yang diinfakkan untuk kendaraan yang digunakan di
jalan Allah, dan dinar yang diinfakkan kepada teman-temannya yang turut
berjuang di jalan Allah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أفضل الأموال التي ينفقها الرجل في سبيل
الخير، مالٌ ينفقه على عياله، وهم كل من يعوله، أي يتولى معيشته من ابن
وبنت وزوجة وخادم وغير ذلك، ومال ينفقه على دابته التي تحمله في طاعة الله
-عز وجل- من جهاد وغيره، ومال ينفقه على أصحابه في طاعة الله -عز وجل-،
والقول الآخر أن (في سبيل الله) هو الجهاد فقط.
Sebaik-baik harta yang diinfakkan
seseorang di jalan kebaikan adalah harta yang diinfakkan untuk
keluarganya. Keluarga maksudnya adalah orang-orang yang ditanggungnya,
dalam arti dia yang membiayai kehidupan mereka, seperti anak laki-laki,
anak perempuan, istri, pembantu, dan lainnya. Kemudian harta yang
diinfakkan untuk kendaraan yang dipakainya demi ketaatan kepada Allah
-'Azza wa Jalla- dalam jihad dan sebagainya; dan harta yang diinfakkan
kepada sahabat-sahabatnya dalam ketaatan kepada Allah -'Azza wa Jalla-.
Pendapat lain, yang dimaksud dengan "di jalan Allah" adalah jihad saja. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3267 |
|
Hadith 252 الحديث
الأهمية: خير المجالس أوسعها
Tema: Sebaik-baik majelis adalah yang paling
lapang
Penjelasan Hadits بيان الحديث
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ،
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-،
يَقُولُ:«خير المجالس أوسعها».
Dari Abu Sa'īd al-Khudri ia berkata,
Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Sebaik-baik majelis adalah yang paling lapang."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
دل الحديث على فضل سعة المجالس, فإن
المجالس الواسعة من خير المجالس؛ لأنها إذا كانت واسعة حملت أناسا كثيرين
وصار فيها انشراح وسعة صدر, وهذا على حسب الحال فقد يكون بعض الناس حُجَرُ
بيته ضيقة، لكن إذا أمكنت السعة فهو أحسن؛ لما سبق.
Hadis tersebut menunjukkan tentang
keutamaan majelis yang lapang karena majelis-majelis yang lapang
termasuk sebaik-baik majelis. Sebab, jika majelis tersebut lapang (luas)
maka dapat menampung banyak orang sehingga terdapat di dalamnya kelegaan
dan kelapangan dada. Dan ini tergantung keadaan, karena terkadang
sebagian ruangan rumah orang sempit, namun jika memungkinkan ruangannya
lapang maka itu lebih baik berdasarkan alasan di atas. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Abu Daud -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3270 |
|
Hadith 253 الحديث
الأهمية: والذي نفسُ مُحمَّد بيدِه، لا يسمعُ بي
أحدٌ من هذه الأمة يهوديٌّ، ولا نصرانيٌّ، ثم يموتُ ولم يؤمن بالذي
أُرْسِلتُ به، إلَّا كان مِن أصحاب النار
Tema: Demi (Allah) Yang jiwa Muhammad berada
di tangan-Nya! Tidaklah seorang pun di kalangan umat ini, Yahudi atau
Nasrani, mendengar tentang aku, kemudian dia mati dan tidak beriman
kepada apa yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni
neraka. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعًا:
«والذي نفسُ مُحمَّد بيدِه، لا يسمعُ بي أحدٌ من هذه الأمة يهوديٌّ، ولا
نصرانيٌّ، ثم يموتُ ولم يؤمن بالذي أُرْسِلتُ به، إلَّا كان مِن أصحاب
النار».
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan secara marfū’: “Demi (Allah) Yang jiwa Muhammad berada di
tangan-Nya! Tidaklah seorang pun di kalangan umat ini, Yahudi atau
Nasrani, mendengar tentang aku, kemudian dia mati dan tidak beriman
kepada apa yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni
neraka.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يحلف النبي -صلى الله عليه وسلم- بالله
أنه «لا يسمع به أحد من هذه الأمة» أي: ممن هو موجود في زمانه وبعده إلى
يوم القيامة «يهودي، ولا نصراني، ثم يموت ولم يؤمن بالذي أُرسلتُ به، إلا
كان من أصحاب النار» فأي يهودي أونصراني وكذلك غيرهما تبلغه دعوة النبي
-صلى الله عليه وسلم- ثم يموت ولا يؤمن به إلا كان من أصحاب النار خالدًا
فيها أبدًا.
وإنما
ذَكر اليهودي والنصراني تنبيهًا على من سواهما؛ وذلك لأن اليهود والنصارى
لهم كتاب، فإذا كان هذا شأنهم مع أن لهم كتابًا، فغيرهم ممن لا كتاب له
أولى، فكلُّهم يجب عليهم الدخول في دينه وطاعته -صلى الله عليه وسلم-.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersumpah dengan nama Allah bahwa “tidaklah seorang pun di kalangan umat
ini mendengar tentang beliau” yakni dari orang yang berada di zaman
beliau dan setelahnya sampai hari Kiamat. “Yahudi atau Nasrani, kemudian
dia mati dan tidak beriman kepada apa yang aku diutus dengannya, kecuali
dia termasuk penghuni neraka” yakni setiap Yahudi dan Nasrani mana pun,
demikian pula selain keduanya yang telah sampai kepadanya dakwah Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kemudian dia mati dan tidak beriman
dengan beliau melainkan termasuk penghuni neraka, ia kekal di dalamnya
selamanya. Adapun penyebutan Yahudi dan Nasrani adalah sebagai
peringatan terhadap selain keduanya, hal itu karena Yahudi dan Nasrani
memiliki kitab samawi. Bila mereka terancam masuk neraka padahal mereka
memiliki kitab samawi, maka selain mereka dari golongan yang tidak
memiliki kitab lebih utama (masuk neraka). Oleh karenanya, mereka semua
wajib masuk ke dalam agama beliau dan menaati beliau -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3272 |
|
Hadith 254 الحديث
الأهمية: الإيمانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أو بِضْعٌ
وسِتُونَ شُعْبَةً: فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ: لا إله إلا الله، وَأَدْنَاهَا
إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
Tema: Iman itu memiliki tujuh puluhan lebih
atau enam puluhan lebih cabang; cabang yang paling utama ialah ucapan Lā
ilāha illallāh (tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah), dan
cabang yang paling rendah ialah menyingkirkan duri dari jalan, dan malu
adalah salah satu cabang dari iman. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«الإيمانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أو بِضْعٌ وسِتُّونَ شُعْبَةً: فَأَفْضَلُهَا
قَوْلُ: لا إله إلا الله، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ،
وَالحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', (Nabi bersabda), "Iman itu memiliki tujuh puluhan lebih
atau enam puluhan lebih cabang; cabang yang paling utama ialah ucapan Lā
ilāha illallāh (tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah), dan
cabang yang paling rendah ialah menyingkirkan duri dari jalan, dan malu
adalah salah satu cabang dari iman."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الإيمان ليس خصلة واحدة، أو شعبة واحدة،
ولكنه شعب كثيرة، بضع وسبعون، أو بضع وستون شعبة، ولكن أفضها كلمة واحدة:
وهي لا إله إلا الله، وأيسرها إزالة كل ما يؤذي المارين، من حجر، أو شوك،
أو غير ذلك من الطريق، والحياء شعبة من الإيمان، فالأعمال من الإيمان عند
أهل السنة والجماعة، وهو الحق الذي دلت عليه الأدلة الشرعية وهذه منها.
Iman itu bukan hanya satu perangai
atau satu cabang, tetapi memiliki banyak cabang; tujuhpuluh lebih atau
enampuluh lebih. Tetapi cabang yang paling utama ialah satu, yaitu
(ucapan): Lā ilāha illallāh (tiada Ilah yang berhak disembah selain
Allah), dan cabang yang paling ringan ialah menghilangkan segala sesuatu
yang mengganggu pejalan kaki berupa batu, duri atau lainnya dari jalan.
Dan malu adalah salah satu cabang dari iman. Amalan termasuk keimanan
menurut Ahlussunnah wal Jamaah. Ini adalah pendapat yang benar
berdasarkan dalil-dalil syariat. Hadis ini merupakan salah satunya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3276 |
|
Hadith 255 الحديث
الأهمية: أحْفُوا الشَّوَارِبَ وأَعْفُوا
اللِّحَى
Tema: Potonglah kumis dan biarkan jenggot!
Penjelasan Hadits بيان الحديث
وعن ابن عمر -رضي الله عنهما- عن النبي
-صلى الله عليه وسلم- قال: «أحْفُوا الشَّوَارِبَ وأَعْفُوا اللِّحَى».
Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-
meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau
bersabda, "Potonglah kumis dan biarkan jenggot!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: أن المُسلم مأمور بالأخذ
من شَارِبه ولا يتركه أكثر من أربعين يوما ما لم يَفْحش؛ لما رواه مسلم عن
أنس -رضي الله عنه-: "وُقِّت لنا في قَصِّ الشارب، وتقليم الأظفار، ونتف
الإبط، وحلق العانة، أن لا نترك أكثر من أربعين ليلة"
وفي رواية
أبي داود: "وَقَّتَ لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم حلق العانة وتقليم
الأظفار وقصّ الشارب أربعين يومًا مرةً"
وقد وقع
عند أحمد والنسائي: "من لم يأخذ من شَارِبه فليس مِنَّا"، وصححه الشيخ
الألباني في صحيح الجامع الصغير وزيادته (2/1113) برقم (6533).
فيتأكد
الأخذ من الشارب، سواء بِحَفِّه حتى يَبْدُوَ بياض الجلد أو بأخذ ما زاد
على الشفه مما قد يَعْلق به الطعام.
" وإعفاء اللحية "واللحية : قال أهل
اللغة: إنها شعر الوجه واللحيين يعني: العَوَارض وشَعَر الخَدَّيْنِ فهذه
كلها من اللحية.
والمقصود
من إعفائها: تركها مُوَفَّرَةٌ لا يتعرض لها بحلق ولا بتقصير، لا بقليل ولا
بكثير؛ لأن الإعفاء مأخوذ من الكثرة أو التوفير، فاعفوها وكثروها، فالمقصود
بذلك: أنها تترك وتوفر، وقد جاءت الأحاديث الكثيرة عن رسول الله صلى الله
عليه وسلم بالأمر بإعفائها بألفاظ متعددة؛ فقد جاء بلفظ : "وفروا" وبلفظ: "
أرخوا " وبلفظ: " أعفوا ".
وكلها تدل
على الأمر بإبقائها وتوفيرها وعدم التَعرض لها.
وقد كان
من عادة الفرس قص اللحية، فنهى الشرع عن ذلك، كما في البخاري من حديث ابن
عمر بلفظ " خالفوا المشركين..".
وهذا
الأمر مع تعليله بمخالفة المشركين يدل على وجوب إعفائها، والأصل في التشبه
التحريم، وقد قال صلى الله عليه وسلم: (من تشبه بقوم فهو منهم).
Tema: Makna hadis ini bahwa seorang muslim
diperintahkan untuk memotong kumisnya dan jangan dibiarkan (tanpa
dipotong) lebih dari empat puluh hari bila selama itu tidak terlalu
panjang; berdasarkan riwayat Muslim dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-: "Kita
diberikan waktu untuk memotong kumis dan kuku, mencabut bulu ketiak dan
mencukur bulu kemaluan agar tidak membiarkannya tanpa dipotong lebih
dari empatpuluh hari." Dalam riwayat Abu Daud: "Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memberi waktu kepada kita untuk mencukur bulu
kemaluan, memotong kuku dan memangkas kumis sekali dalam empatpuluh
hari." Sedang dalam riwayat Ahmad dan An-Nasā`iy disebutkan: "Siapa yang
tidak memangkas kumisnya, maka ia bukan golongan kami." Hadis ini
disahihkan oleh Al-Albaniy dalam Ṣaḥīḥul-Jāmi' Aṣ-Ṣagīr wa Ziyādatuh
(2/1113 no. 6533). Pemotongan kumis sangat dianjurkan, baik dengan
mencukur habis hingga terlihat kulitnya atau memotong yang menutupi
bibir dan menyebabkan makanan tersangkut. Adapun makna
"i'fā`ul-liḥyah" (memelihara jenggot)", maka akar bahasa mengatakan,
"Liḥyah (jenggot) adalah bulu di wajah dan dua rahang yaitu tepi wajah
(jambang) dan kedua pipi, semuanya disebut jenggot." Maksud
memeliharanya adalah membiarkannya tumbuh tanpa dicukur atau dipotong,
ditipiskan atau dipangkas habis karena i'fā` (memelihara) berasal dari
kata yang berarti banyak dan penuh, maka maknanya: pelihara dan
biarkanlah. Yakni, janggut itu hendaknya dibiarkan dan dipelihara.
Banyak hadis dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang
memerintahkan pemeliharaannya dengan berbagai lafal, di antaranya:
"waffirū", "arkhū", dan "a'fū", yang kesemuanya menunjukkan perintah
untuk membiarkannya, memeliharanya, dan tidak merusaknya. Telah
menjadi adat orang-orang Persia untuk memangkas jenggot, lalu syariat
melarangnya seperti tercantum dalam Ṣaḥīḥ Bukhari dari hadis Ibnu Umar
dengan redaksi: "Selisihilah kaum musyrikin ...!" Perintah ini -meskipun
dikaitkan dengan penyelisihan kaum musyrikin- menunjukkan kewajiban
memelihara jenggot; karena hukum dasar tasyabbuh (menyerupai orang
kafir) adalah haram. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih, dan ini redaksi
Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3279 |
|
Hadith 256 الحديث
الأهمية: إذا توضَّأ العبدُ المسلم، أو المؤمن
فغسل وجهه خرج من وجهه كل خطيئة نظر إليها بعينيه مع الماء، أو مع آخر قطر
الماء
Tema: Apabila seorang muslim atau mukmin
berwudu, lalu ia membasuh wajahnya, akan keluarlah dari wajahnya setiap
dosa akibat pandangan kedua matanya bersamaan dengan air, atau bersama
dengan tetesan air terakhir. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«إذا توضَّأ العبدُ المسلم، أو المؤمن فغسل وَجهَهُ خرج مِنْ وَجْهِهِ
كُلُّ خَطِيئَةٍ نظر إليها بِعَينَيهِ مع الماء، أو مع آخر قَطْرِ الماء،
فإذا غسل يديه خرج من يديه كل خطيئة كان بَطَشَتْهَا يداه مع الماء، أو مع
آخِرِ قطر الماء، فإذا غسل رجليه خرجت كل خطيئة مَشَتْهَا رِجْلَاه مع
الماء أو مع آخر قطر الماء حتى يخرج نَقِيًا من الذنوب».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Apabila seorang muslim atau mukmin berwudhu, lalu ia
membasuh wajahnya, akan keluarlah dari wajahnya setiap dosa akibat
pandangan kedua matanya bersamaan dengan air, atau bersama dengan
tetesan air terakhir. Lalu jika ia membasuh kedua tangannya, akan
keluarlah setiap dosa akibat kekerasan yang dilakukan kedua tangannya
bersamaan dengan air, atau bersama dengan tetesan air yang terakhir.
Lalu jika ia membasuh kedua kaki, akan keluarlah setiap dosa akibat
langkah kedua kakinya bersamaan dengan air, atau bersama tetesan air
terakhir, hingga ia keluar (dari wudu) bersih dari dosa.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الوضوء الشرعي تُطهَّر فيه الأعضاء
الأربعة: الوجه، اليدان، والرأس، والرجلان.
وهذا
التطهير يكون تطهيرًا حسيا، ويكون تطهيرا معنويا، أما كونه تطهيرا حسيا
فظاهر؛ لأن الإنسان يغسل وجهه، ويديه، ورجليه، ويمسح الرأس، وكان الرأس
بصدد أن يغسل كما تغسل بقية الأعضاء، ولكن الله خفف في الرأس؛ ولأن الرأس
يكون فيه الشعر، والرأس هو أعلى البدن، فلو غسل الرأس ولا سيما إذا كان فيه
الشعر؛ لكان في هذه مشقة على الناس، ولا سيما في أيام الشتاء، ولكن من رحمة
الله -عز وجل- أن جعل فرض الرأس المسح فقط، فإذا توضأ الإنسان لا شك أنه
يطهر أعضاء الوضوء تطهيرا حسيا، وهو يدل على كمال الإسلام؛ حيث فرض على
معتنقيه أن يطهروا هذه الأعضاء التي هي غالبا ظاهرة بارزة.
أما
الطهارة المعنوية، وهي التي ينبغي أن يقصدها المسلم، فهي تطهيره من الذنوب،
فإذا غسل وجهه خرجت كل خطايا نظر إليها بعينه، وذكر العين -والله أعلم-
إنما هو على سبيل التمثيل، وإلا فالأنف قد يخطئ، والفم قد يخطئ؛ فقد يتكلم
الإنسان بكلام حرام، وقد يشم أشياء ليس له حق يشمها، ولكن ذكر العين؛ لأن
أكثر ما يكون الخطأ في النظر.
وتكفير
الذنوب في الحديث يراد بها الصغائر، أما الكبائر فلا بد لها من توبة.
Wudu yang syar’i itu mensucikan empat
anggota tubuh: wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki. Pensucian ini
terjadi baik secara lahiriah (fisik), maupun maknawiyah (batin). Adapun
secara lahiriah (fisik), maka itu tampak jelas, karena orang yang
membasuh wajah, kedua tangan dan kedua kaki, serta mengusap kepalanya.
(Bagian) kepala hampir saja (diperintahkan) untuk dibasuh sebagaimana
(ketiga) anggota tubuh lainnya, namun Allah memberikan keringanan untuk
(bagian) kepala; karena pada kepala terdapat rambut, dan kepala juga
merupakan bagian paling atas dari tubuh. Andai saja kepala itu harus
dibasuh –apalagi jika terdapat rambut-, maka hal itu pasti akan
menyulitkan banyak orang, apalagi jika dalam musim dingin. Namun salah
satu bentuk rahmat Allah -'Azza wa Jalla- adalah dengan hanya menetapkan
kewajiban mengusap saja untuk kepala. Jadi bila seseorang berwudu, tidak
diragukan bahwa ia akan mensucikan anggota-anggota wudu secara lahiriah.
Ini menunjukkan kesempurnaan Islam; di mana ia mewajibkan para
pemeluknya untuk mensucikan anggota-anggota tubuh yang –umumnya- tampak
dan menonjol. Adapun penyucian secara maknawiyah (batin) –yang
semestinya menjadi tujuan seorang muslim- yaitu pensucian terhadap
dosa-dosa. Maka jika ia membasuh wajahnya, seluruh dosa akibat pandangan
matanya akan keluar. Penyebutan mata –wallâhu a‘lam- tidak lain hanya
sekedar contoh, karena (pada dasarnya) hidung pun dapat melakukan dosa
dan mulut pun juga dapat melakukan dosa. Karena seseorang bisa saja
berbicara dengan ucapan yang haram, dan mencium aroma yang dia tidak
berhak untuk menciumnya. Namun penyebutan mata adalah karena kebanyakan
kesalahan itu terjadi pada pandangan (mata). Penghapusan dosa dalam
hadis adalah untuk dosa-dosa kecil, adapun dosa-dosa besar maka harus
dihapuskan dengan taubat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3284 |
|
Hadith 257 الحديث
الأهمية: إذا رأى أحدكم رؤيا يُحِبُّهَا، فإنما
هي من الله تعالى، فليَحْمَد الله عليها، وَلْيُحَدِّثْ بها
Tema: Jika salah seorang dari kalian melihat
dalam mimpinya sesuatu yang dia sukai, maka sesungguhnya hal itu dari
Allah -Ta’ālā-, sebab itu hendaklah dia memuji Allah dan hendaklah dia
menceritakannya |
عن أبي سعيد الخُدْرِيِّ -رضي الله
عنه-: أنه سمع النبي -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إذا رأى أحدُكُم رُؤيا
يُحِبُّهَا، فإنما هي من الله تعالى، فليَحْمَد الله عليها، وَلْيُحَدِّثْ
بها - وفي رواية: فلا يُحَدِّثْ بها إلا من يُحَبُّ- وإذا رأى غير ذلك
مِمَّا يَكْرَه، فإنما هي من الشيطان، فَلْيَسْتَعِذْ من شَرِّهَا، ولا
يَذْكُرْهَا لأحد؛ فإنها لا تضره».
Dari Abu Sa'īd al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- bahwa ia mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
“Jika salah seorang dari kalian melihat dalam mimpinya sesuatu yang dia
sukai, maka sesungguhnya hal itu dari Allah -Ta’ālā-, sebab itu
hendaklah dia memuji Allah dan hendaklah dia menceritakannya -dan di
dalam sebuah riwayat disebutkan: Maka janganlah ia menceritakannya
kecuali kepada orang yang ia sukai-. Dan apabila dia melihat dalam
mimpinya suatu yang dia tidak sukai, maka hal itu bersumber dari setan,
sebab itu hendaklah dia memohon perlindungan dari keburukannya serta
janganlah dia menceritakannya kepada seorang pun karena hal itu tidak
akan membahayakannya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
إذا رأى المسلم في منامه ما يسره، فإنما
هي بشارة له من الله تعالى فليحمد الله عز وجل على هذه البشارة، ولا يحدث
بها إلا من يحب من أهله وجيرانه وأصحابه الصالحين منهم، وإذا رأى غير ذلك
مما يكره من الرؤيا القبيحة التي يكره صورتها، أو يكره تأويلها فإنما هي
خيالات شيطانية يصورها الشيطان لنفس النائم في منامه، ليخوفه ويحزنه بها،
فإذا رأى ذلك فليستعذ بالله من شَرِّها.
Jika seorang Muslim melihat di dalam
mimpinya sesuatu yang membahagiakannya, sesungguhnya itu adalah kabar
gembira baginya dari Allah -Ta’ālā-, sebab itu hendaklah ia memuji Allah
-‘Azzā wa Jallā- atas adanya kabar gembira itu dan janganlah ia
menceritakannya kecuali kepada orang yang ia sukai dari keluarganya,
tetangganya, dan sahabat-sahabatnya yang saleh. Jika ia melihat selain
itu berupa sesuatu yang tidak disukanyai dari mimpi buruk yang ia benci
penampakannya atau ia benci takwilnya, maka sesungguhnya itu adalah
khayalan-khayalan dari setan yang ditampakkan oleh setan terhadap diri
orang yang tidur tersebut di dalam mimpinya dengan tujuan
menakut-nakutinya dan membuatnya sedih. Maka jika melihat hal itu
hendaklah ia berlindung kepada Allah dari keburukannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3285 |
|
Hadith 258 الحديث
الأهمية: من كظم غيظا، وهو قادر على أن ينفذه،
دعاه الله سبحانه وتعالى على رؤوس الخلائق يوم القيامة حتى يخيره من الحور
العين ما شاء
Tema: Barangsiapa yang menahan marahnya
padahal ia mampu untuk meluapkannya, maka Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-
akan menyerunya di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sehingga
orang itu dipersilakan untuk memilih bidadari yang ia sukai. |
عن معاذ بن أنس -رضي الله عنه- مرفوعًا:
«مَن كَظَمَ غَيظًا، وَهُو قادر على أن يُنفِذَه، دَعَاه الله سبحانه
وتعالى على رؤوس الخَلاَئِق يوم القيامة حتَّى يُخَيِّره من الحُور العَين
مَا شَاء».
Dari Mu'āż bin Anas -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia
mampu untuk meluapkannya, maka Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- akan
menyerunya di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sehingga orang
itu dipersilakan untuk memilih bidadari yang ia sukai."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في الحديث أن الإنسان إذا غَضِب من شخص
وهو قادر على أن يفتك به، ولكنه ترك ذلك ابتغاء وجه الله، وصبر على ما حصل
له من أسباب الغيظ فله هذا الثواب العظيم، وهو أنه يدعى على رؤوس الخلائق
يوم القيامة ويخيَّر من أي نساء الجنة الحسناوات شاء.
Dalam hadis ini disebutkan bahwa
apabila seseorang marah kepada orang lain dan ia mampu untuk meluapkan
amarahnya kepadanya, tetapi dia meninggalkan hal itu karena mencari
keridaan Allah dan bersabar terhadap sebab-sebab marah yang menimpanya,
maka baginya pahala yang besar ini. Yaitu dia akan diseru di hadapan
seluruh makhluk pada hari kiamat dan dipersilakan untuk memilih
bidadari-bidadari Surga yang cantik sesuka hatinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hasan li gairihi] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan
oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3287 |
|
Hadith 259 الحديث
الأهمية: لم تحل الغنائم لأحد قبلنا، ثم أحل الله
لنا الغنائم لما رأى ضعفنا وعجزنا فأحلها لنا
Tema: Ganimah tidak dihalalkan bagi siapa
pun sebelum kita. Kemudian Allah menghalalkan ganimah untuk kita karena
Allah melihat kelemahan dan ketidakmampuan kita. Dia pun menghalalkannya
untuk kita. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعًا:
«غَزَا نَبِيٌّ مِن الأَنبِيَاء -صلوات الله وسلامه عليهم- فقال لقومه: لاَ
يَتبَعَنِّي رجُل مَلَك بُضْعَ امرَأَةٍ وَهُوَ يُرِيدُ أنْ يَبنِي بِهَا
وَلَمَّا يَبْنِ بِهَا، وَلاَ أحَدٌ بَنَى بُيُوتًا لم يَرفَع سُقُوفَهَا،
ولاَ أَحَدٌ اشتَرَى غَنَمًا أو خَلِفَات وهو يَنتظِرُ أَولاَدَها، فَغَزَا
فَدَنَا مِنَ القَريَةِ صَلاةَ العَصر أو قَرِيباً مِن ذلك، فَقَال
للشَّمسِ: إِنَّك مَأمُورَة وأَنَا مَأمُور، اللَّهُمَّ احْبِسْهَا
عَلَينَا، فَحُبِسَتْ حَتَّى فَتَحَ الله عليه، فَجَمَع الغَنَائِم
فَجَاءَت -يعني النار- لِتَأكُلَهَا فَلَم تَطعَمها، فقال: إِنَّ فِيكُم
غُلُولاً، فَليُبَايعنِي مِنْ كُلِّ قَبِيلَة رجل، فَلَزِقَت يد رجل
بِيَدِهِ فقال: فِيكُم الغُلُول فلتبايعني قبيلتك، فلزقت يد رجلين أو ثلاثة
بيده، فقال: فيكم الغلول، فَجَاؤوا بِرَأس مثل رأس بَقَرَةٍ من الذَّهَب،
فَوَضَعَهَا فجاءت النَّارُ فَأَكَلَتهَا، فَلَم تَحِلَّ الغَنَائِم لأحَدٍ
قَبلَنَا، ثُمَّ أَحَلَّ الله لَنَا الغَنَائِم لَمَّا رَأَى ضَعفَنَا
وَعَجزَنَا فَأَحَلَّهَا لَنَا».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Ada salah seorang di antara para Nabi -ṣalawātullāh wa
salāmuhu 'alaihim- berperang lalu berkata kepada kaumnya, "Jangan
mengikutiku (berperang) seorang lelaki yang baru menikah, dan ia ingin
menggauli istrinya, sementara ia belum melakukannya. Tidak juga seorang
yang membangun rumah sedangkan ia belum selesai memasang atapnya. Dan
tidak pula seorang yang baru membeli kambing atau unta yang sedang
bunting dan ia menunggu kelahiran anaknya." Lantas Nabi itu berangkat
perang dan ketika mendekati negeri (yang diperangi) pada waktu salat
Asar atau mendekati waktu itu, Nabi itu berkata kepada matahari, "Wahai
matahari, sesungguhnya engkau diperintah dan aku pun diperintah. Ya
Allah, tahanlah matahari itu untuk kami. Kemudian matahari itu pun
tertahan jalannya sehingga Allah memberikan kemenangan kepada Nabi
tersebut. Lalu Nabi itu mengumpulkan harta rampasan perang kemudian
datanglah -yaitu api- untuk melahapnya, tetapi api itu tidak dapat
melahapnya. Nabi itu berkata, "Sesungguhnya di antara kalian ada yang
berbuat gulūl (menyembunyikan harta rampasan perang), maka setiap
kabilah harus mengirimkan seorang laki-laki untuk berbaiat kepadaku."
Lantas ada seorang laki-laki yang tangannya lekat dengan tangan Nabi
itu, maka Nabi itu berkata, "Sesungguhnya di kalangan kabilahmu ada yang
berbuat gulul, oleh sebab itu hendaklah seluruh orang dari kabilahmu
memberikan pembaiatan kepadaku." Kemudian ada dua atau tiga orang (dari
kabilah tersebut) yang tangannya lekat dengan tangan Nabi itu, lalu Nabi
itu berkata, "Dari kalanganmu ada yang berbuat gulul." Lalu mereka
membawa emas sebesar kepala sapi, kemudian meletakannya. Lantas
datanglah api dan melahapnya. Ganimah tidak dihalalkan bagi siapa pun
sebelum kita. Kemudian Allah menghalalkan ganimah untuk kita karena
Allah melihat kelemahan dan ketidakmampuan kita. Dia pun menghalalkannya
untuk kita."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- عن نبي
من الأنبياء -عليهم الصلاة والسلام- أنه غزا قومًا أُمِر بجهادهم، لكنه
-عليه الصلاة والسلام- مَنَع كل إنسان عَقَد على امرأة ولم يَدخُل بها، وكل
إنسان بنى بيتًا ولم يرفع سقفه، وكل إنسان اشترى غنمًا أو خَلِفَات وهو
ينتظر أولادها، وذلك لأَنَّ هؤلاء يكونون مشغولين بما أهمهم، فالرجل
المتزوج مشغول بزوجته التي لم يدخل بها، فهو في شوق إليها، وكذلك الرجل
الذي رفع بيتًا ولم يُسَقِّفه، هو أيضا مشتغل بهذا البيت الذي يريد أن
يسكنه هو وأهله، وكذلك صاحب الخلفات والغنم مشغول بها ينتظر أولادها.
والجهاد
ينبغي أن يكون الإنسان فيه مُتَفَرِّغًا، ليس له همٌّ إلا الجهاد، ثم إن
هذا النبي غزا، فنَزَل بالقوم بعد صلاة العصر، وقد أَقْبَل اللَّيل، وخاف
إن أظلَم اللَّيلُ أن لا يكون هناك انتصار، فجعل يخاطب الشمس يقول: أنت
مأمورة وأنا مأمور، لكن أمر الشمس أمر كوني وأما أمره فأمر شرعي.
فهو مأمور
بالجهاد والشمس مأمورة أن تسير حيث أمرها الله عز وجل، قال الله: (والشمس
تجري لمستقر لها ذلك تقدير العزيز العليم)، منذ خلقها الله عز وجل وهي
سائرة حيث أمرت لا تتقدم ولا تتأخر ولا تنزل ولا ترتفع.
قال:
"اللهم فاحبسها عنا" فحبس الله الشمس ولم تغب في وقتها، حتى غزا هذا النبي
وغنم غنائم كثيرة، ولما غنم الغنائم وكانت الغنائم في الأمم السابقة لا تحل
للغزاة، بل حل الغنائم من خصائص هذه الأمة ولله الحمد، أما الأمم السابقة
فكانوا يجمعون الغنائم فتنزل عليها نار من السماء فتحرقها إذا كان الله قد
تقبلها، فجُمِعَت الغنائم فنزلت النار ولم تأكلها، فقال هذا النبي: فيكم
الغلول.
ثم أمر من
كل قبيلة أن يتقدَّم واحد يبايعه على أنَّه لا غُلُول، فلمَّا بايعوه على
أنَّه لا غلول لَزِقَت يد أحد منهم بيدِ النبي -عليه الصلاة والسلام-،
فلمَّا لَزِقَت قال: فيكم الغلول -أي: هذه القبيلة- ثم أمر بأن يبايعه كل
واحد على حدة من هذه القبيلة، فلزقت يد رجلين أو ثلاثة منهم، فقال: فيكم
الغلول: فجاؤوا به، فإذا هُم قد أخفوا مثل رأس الثور من الذهب، فلمَّا جيء
به ووضع مع الغنائم أكلتها النار.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menceritakan tentang salah seorang Nabi -'alaihim aṣ-ṣalātu wa as-salām-
yang memerangi suatu kaum yang diperintahkan untuk diperangi. Hanya saja
Nabi tersebut -'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām- melarang (untuk ikut
berperang) setiap orang yang baru melangsungkan akad nikah dan belum
sempat menggauli istrinya, setiap orang yang membangun rumah dan belum
memasang atap rumahnya, dan setiap orang yang membeli kambing atau unta
bunting dan dia sedang menunggu kelahiran anak-anaknya. Hal itu karena
orang-orang tersebut akan sibuk dengan hal yang menjadi perhatian
mereka. Seorang laki-laki yang sudah menikah akan sibuk dengan istrinya
yang belum digaulinya, sehingga dia selalu merindukannya. Demikian juga
orang yang membangun rumah dan belum memasang atapnya, maka dia pun akan
sibuk (memikirkan) rumahnya yang ingin ditempatinya bersama keluarganya.
Begitu pula pemilik unta-unta bunting dan kambing, ia akan sibuk
dengannya karena menunggu kelahiran anak-anaknya. Padahal jihad itu
harus dilakukan oleh orang yang mencurahkan perhatian kepadanya; tidak
ada keinginan selain jihad. Kemudian Nabi ini berangkat perang dan
sampai ke tempat kaum (yang akan diperangi) setelah salat Asar serta
malam sudah mendekat. Ia pun takut jika malam sudah tiba maka tidak akan
ada kemenangan. Lantas dia berseru kepada matahari dengan mengatakan,
"Wahai matahari, sesungguhnya engkau diperintah dan aku pun diperintah."
Hanya saja, perintah kepada matahari berupa perintah alami sedangkan
perintah kepada Nabi itu merupakan perintah syariat. Nabi itu
diperintahkan untuk berjihad, sedangkan matahari diperintahkan untuk
berjalan sesuai dengan perintah Allah -'Azza wa Jalla-. Allah berfirman,
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
(Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui." Matahari berjalan sejak
pertama kali Allah - 'Azza wa Jalla- menciptakannya, ia berjalan sesuai
dengan apa yang diperintahkan kepadanya; tidak maju dan tidak lambat,
tidak turun dan tidak naik (tanpa perintah-Nya). Nabi ini berdoa, "Ya
Allah, tahanlah jalannya matahari itu untuk kami." Allah pun menahan
matahari sehingga tidak terbenam pada waktunya sampai Nabi tersebut
melancarkan pertempuran dan memperoleh ganimah yang banyak. Ketika Nabi
tersebut sudah mendapatkan ganimah (Padahal ganimah itu pada umat-umat
terdahulu tidak dihalalkan untuk para pejuang, tetapi kehalalan ganimah
adalah bagian dari kekhususan umat ini, -segala puji hanya milik Allah-.
Adapun umat terdahulu, mereka mengumpulkan harta-harta rampasan perang
lalu api turun kepadanya dari langit kemudian membakarnya, jika Allah
menerimanya) maka ganimah itu dikumpulkan, tetapi api tidak turun dari
langit dan tidak melahapnya. Nabi itu pun berkata, "Di antara kalian ada
yang melakukan gulul (menyembunyikan ganimah)." Kemudian ia
memerintahkan agar dari setiap kabilah ada seorang yang maju untuk
berbaiat kepadanya bahwa dia tidak melakukan gulul. Setelah mereka
membaiatnya bahwa dirinya tidak melakukan gulul, tangan salah seorang
dari mereka menempel di tangan Nabi ini -'alaihiṣ ṣalātu was salām-.
Ketika menempel, ia berkata, "Di antara kalian ada yang melakukan
gulul." Yakni dari kabilah laki-laki tersebut. Selanjutnya, Nabi
tersebut memerintahkan setiap orang dari kabilah tersebut agar berbait.
Lantas ada dua atau tiga orang dari mereka yang tangannya menempel. Nabi
itu pun berkata, “Di antara kalian ada yang melakukan gulul. Lantas
mereka membawa ganimah yang disembunyikan. Ternyata mereka telah
menyembunyikan emas sebesar kepala sapi. Setelah barang itu dibawa dan
diletakkan bersama ganimah lainnya, api pun membakarnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3288 |
|
Hadith 260 الحديث
الأهمية: إنَّ لله ما أخذ وله ما أعطى، وكل شيء
عنده بأجل مسمى فلتصبر ولتحتسب
Tema: Sesungguhnya milik Allah-lah segala
yang Dia ambil, dan kepunyaan-Nya pula segala yang Dia beri, dan segala
sesuatu di sisi-Nya telah ditentukan, maka hendaklah kamu bersabar dan
mengharap pahala dari Allah. |
عن أسامة بن زيد بن حارثة -رضي الله
عنهما- قال: أرسلت بنت النبي -صلى الله عليه وسلم- إنَّ ابني قد احتُضِر
فاشْهَدنَا، فأرسَل يُقرِىءُ السَّلام، ويقول: «إنَّ لِلَّه ما أَخَذ ولَهُ
ما أَعطَى، وكلُّ شَيءٍ عِنده بِأجَل مُسمَّى فَلتَصبِر ولتَحتَسِب».
فأرسلت إليه تُقسِم عَليه لَيَأتِيَنَّها، فقام ومعه سعد بن عبادة، ومعاذ
بن جبل، وأبي بن كعب، وزيد بن ثابت، ورجال -رضي الله عنهم- فَرفع إلى رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- الصَّبِي، فأَقعَدَه في حِجرِه ونَفسه تَقَعقَع،
فَفَاضَت عينَاه فقال سعد: يا رسول الله، ما هذا؟ فقال: «هذه رَحمَة
جَعلَها الله تعالى في قُلُوب عِباده» وفي رواية: «في قلوب من شاء من
عباده، وإنَّما يَرحَم الله من عِبَاده الرُّحَماء».
Dari Usāmah bin Zaid bin Hāriṡah
-raḍiyallāhu 'anhumā- ia berkata, "Salah seorang puteri Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- pernah mengutus seseorang untuk memberitahu kepada
beliau, bahwa anaknya sedang sakaratul maut, maka dari itu beliau
diminta untuk hadir. Beliau hanya mengirimkan seorang utusan untuk
menyampaikan salam, seraya bersabda, "Sesungguhnya milik Allah-lah
segala yang Dia ambil, dan kepunyaan-Nya pula segala yang Dia beri, dan
segala sesuatu di sisi-Nya telah ditentukan, maka hendaklah dia bersabar
dan mengharap pahala dari Allah." Kemudian puteri beliau mengirimkan
berita kembali kepada beliau yang disertai sumpah agar beliau berkenan
untuk hadir. Lantas beliau berangkat bersama Sa'ad bin 'Ubādah, Mu'āż
bin Jabal, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Ṡābit, dan beberapa sahabat yang
lain. Kemudian anak yang sakit itu diberikan kepada Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan didudukkan di pangkuan beliau dalam
keadaan nafasnya terengah-engah. Tiba-tiba air mata beliau menetes.
Sa'ad bertanya, "Wahai Rasulullah, (air mata) apakah ini?" Beliau
menjawab, "Tetesan air mata ini adalah rahmat yang dikaruniakan Allah
-Ta'ālā- ke dalam hati para hamba-Nya." Dalam riwayat lain disebutkan,
"Ke dalam hati hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah
hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ذكر أسامة بن زيد -رضي الله عنهما- أن
إحدى بنات رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أرسلت إليه رسولاً، تقول له إن
ابنها قد احتضر، أي: حضره الموت. وأنها تطلب من النبي -صلى الله عليه وسلم-
أن يحضر، فبلَّغ الرسول رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال له النبي -صلى
الله عليه وسلم- "مرها فلتصبر ولتحتسب، فإن لله ما أخذ وله ما أعطى، وكل
شيء عنده بأجل مسمى".
أمر النبي
-عليه الصلاة والسلام- الرجل الذي أرسلته ابنته أن يأمر ابنته -أم هذا
الصبي- بهذه الكلمات:
قال:
"فلتصبر" يعني على هذه المصيبة "ولتحتسب": أي: تحتسب الأجر على الله
بصبرها؛ لأن من الناس من يصبر ولا يحتسب، لكن إذا صبر واحتسب الأجر على
الله، يعني: أراد بصبره أن يثيبه الله ويأجره، فهذا هو الاحتساب.
قوله:
"فإن لله ما أخذ وله ما أعطى": هذه الجملة عظيمة؛ إذا كان الشيء كله لله،
إن أخذ منك شيئاً فهو ملكه، وإن أعطاك شيئاً فهو ملكه، فكيف تسخط إذا أخذ
منك ما يملكه هو؟
ولهذا يسن
للإنسان إذا أصيب بمصيبة أن يقول "إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ" يعني: نحن ملك لله يفعل بنا ما يشاء، وكذلك ما نحبه إذا أخذه
من بين أيدينا فهو له سبحانه له ما أخذ وله ما أعطى، حتى الذي يعطيك أنت لا
تملكه، هو لله، ولهذا لا يمكن أن تتصرف فيما أعطاك الله إلا على الوجه الذي
أذن لك فيه؛ وهذا دليل على أن ملكنا لما يعطينا الله ملك قاصر، ما نتصرف
فيه تصرفا مطلقاً.
ولهذا
قال: "لله ما أخذ وله ما أعطى" فإذا كان لله ما أخذ، فكيف نجزع؟ كيف نتسخط
أن يأخذ المالك ما ملك سبحانه وتعالى؟ هذا خلاف المعقول وخلاف المنقول!
قال: "وكل
شيء عنده بأجل مسمى" كل شيء عنده بمقدار.
"بأجل مسمى" أي: معين، فإذا أيقنت بهذا؛
إن لله ما أخذ وله ماأعطى، وكل شيء عنده بأجل مسمى؛ اقتنعت. وهذه الجملة
الأخيرة تعني أن الإنسان لا يمكن أن يغير المكتوب المؤجل لا بتقديم ولا
بتأخير، كما قال الله تعالى:
(لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلا يَسْتَأْخِرُونَ
سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُون) ، فإذا كان الشيء مقدراً لا يتقدم ولا يتأخر،
فلا فائدة من الجزع والتسخط؛ لأنه وإن جزعت أو تسخطت لن تغير شيئاً من
المقدور.
ثم إن
الرسول أبلغ بنت النبي -صلى الله عليه وسلم- ما أمره أن يبلغه إياها،
ولكنها أرسلت إليه تطلب أن يحضر، فقام -عليه الصلاة والسلام- هو وجماعة من
أصحابه، فوصل إليها، فرفع إليه الصبي ونفسه تصعد وتنزل، فبكى الرسول -عليه
الصلاة والسلام- ودمعت عيناه. فظن سعد بن عباده أن الرسول -صلى الله عليه
وسلم- بكى جزعاً، فقال النبي -عليه الصلاة والسلام-: "هذه رحمة" أي بكيت
رحمة بالصبي لا جزعاً بالمقدور.
ثم قال
-عليه الصلاة والسلام-: "إنما يرحم الله من عباده الرحماء" ففي هذا دليل
على جواز البكاء رحمة بالمصاب.
Usāmah bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhu-
menuturkan bahwa salah seorang puteri Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengutus seseorang untuk mengabarkan bahwa puteranya sedang
sekarat. Yakni sedang menghadapi kematian. Ia meminta beliau untuk
hadir. Ketika sang utusan itu sudah menyampaikannya kepada Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Perintahkan dia
(puterinya) untuk bersabar dan mengharap pahala (dari Allah).
Sesungguhnya milik Allah-lah segala yang Dia ambil, dan kepunyaan-Nya
pula segala yang Dia beri, dan segala sesuatu di sisi-Nya telah
ditentukan." Nabi -'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām- memerintahkan kepada
orang yang diutus oleh putrinya agar menyuruh putrinya itu -ibu anak
kecil tersebut- dengan beberapa kata berikut: Beliau bersabda,
"Hendaklah dia bersabar." Yakni, terhadap musibah ini. "Dan hendaklah
dia mengharap pahala." Yakni, hendaknya dia mengharap pahala dari Allah
atas kesabarannya. Sebab, ada orang yang bisa sabar tetapi tidak
mengharap pahala dari Allah. Tetapi jika dia sabar dan mengharapkan
pahala dari Allah. Yakni, beliau ingin dengan kesabarannya itu Allah
akan memberinya balasan dan ganjaran. Inilah sikap mengharap pahala.
Sabda beliau, "Sesungguhnya milik Allah-lah segala yang Dia ambil, dan
kepunyaan-Nya pula segala yang Dia beri." Ini merupakan kalimat yang
agung. Jika segala sesuatu itu milik Allah, maka jika Dia mengambil
sesuatu darimu, maka sesuatu itu memang milik-Nya. Jika Dia memberimu
sesuatu, itu adalah milik-Nya. Lantas kenapa engkau murka jika Dia
mengambil darimu hal yang memang merupakan milik-Nya? Oleh sebab itu,
disunahkan bagi seseorang apabila ditimpa musibah, hendaklah dia
mengucapkan, "Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn (sesungguhnya kita ini
milik Allah dan kepada-Nya kita kembali)". Yakni, kita milik Allah, Dia
melakukan apa saja kepada kita sesuai kehendak-Nya. Demikian pula apa
yang kita cintai, jika Dia mengambilnya dari kita, maka itu adalah
milik-Nya -Subḥānahu wa Ta'ālā-. Menjadi hak Allah untuk mengambil dan
memberi. Bahkan yang Dia berikan kepadamu, bukanlah menjadi milikmu,
tetapi milik-Nya. Karena itu engkau tidak bisa menggunakan apa yang Dia
berikan kepadamu kecuali sesuai dengan arah yang Dia bolehkan. Ini
merupakan dalil bahwa milik kita yang diberikan oleh Allah adalah
kepemilikan yang terbatas. Kita tidak bisa menggunakannya secara mutlak.
Karena itu, beliau bersabda, "Menjadi hak Allah untuk mengambil dan
memberi." Jika apa yang Allah ambil itu milik-Nya, kenapa kita gelisah
(tidak sabar)? Bagaimana bisa kita marah kepada pemilik yang mengambil
milik-Nya -Subḥānahu wa Ta'ālā-? Ini bertentangan dengan akal dan dalil
naqli. Beliau bersabda, "Dan segala sesuatu telah ditentukan ajalnya di
sisi-Nya." Segala sesuatu ada ketetapannya di sisi-Nya. Perkataan, "Bi
ajalin musammā", artinya ajal tertentu. Jika engkau telah meyakini hal
ini, yaitu bahwa menjadi hak Allah untuk mengambil dan memberi, dan
segala sesuatunya telah ditentukan ajalnya di sisi-Nya, maka engkau akan
merasa puas (kanaah). Ungkapan terakhir ini menunjukkan bahwa seseorang
tidak mungkin mampu merubah ajal yang sudah ditentukan, baik disegerakan
atau diakhirkan. Sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "Bagi setiap umat
ada ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta
penundaan atau percepatan sesaat pun." Jika sesuatu telah ditetapkan
takdirnya, tidak dapat dipercepat atau ditunda, maka tidak ada
manfaatnya gelisah dan murka, karena walaupun engkau gusar (tidak sabar)
dan murka, engkau tidak akan mampu merubah sesuatu pun yang sudah
ditetapkan. Kemudian sang utusan tersebut memberitahu puteri Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengenai pesan beliau yang harus
disampaikan kepadanya. Akan tetapi sang puteri kembali mengutusnya untuk
memintanya agar datang. Maka berangkatlah beliau bersama sejumlah
sahabatnya. Setibanya di sana beliau menggendong sang anak yang nafasnya
terengah-engah naik turun. Seketika itu Rasulullah -'alaihiṣ salatu wa
as-salam- menangis dan kedua matanya berlinang, sehingga Sa'ad mengira
bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menangis karena resah.
Nabi -'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām- bersabda, Ini adalah kasih sayang."
Yakni, aku menangis karena sayang kepada anak ini bukan karena gelisah
(tidak sabar) terhadap takdir. Selanjutnya beliau -'alaihi aṣ-ṣalātu wa
as-salām- bersabda, "Sesungguhnya Allah hanya mengasihi hamba-Nya yang
pengasih." Hadis ini menjadi dalil dibolehkannya menangis karena
mengasihi orang yang terkena musibah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3290 |
|
Hadith 261 الحديث
الأهمية: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
يعلمنا الاستخارة في الأمور كلها كالسورة من القرآن
Tema: Dahulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- mengajarkan kami bacaan tasyahud sebagaimana mengajarkan kami
surah Al-Qur'ān. |
عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما-
قال: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يُعلمنا الاسْتِخَارَةَ في الأمور
كلها كالسورة من القرآن، يقول: «إذا هَمَّ أحدُكم بالأمر، فلْيَرْكَعْ
ركعتين من غير الفَرِيضَةِ، ثم لْيَقُلْ: اللهم إني أَسْتَخِيرُكَ
بِعِلْمِكَ، وأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وأَسْأَلُكَ من فَضلك العظيم،
فإنك تَقْدِرُ ولا أَقْدِرُ، وتعلمُ ولا أعلمُ، وأنت عَلَّامُ الغُيُوبِ.
اللهم إن كنتَ تعلم أن هذا الأمر خيرٌ لي في ديني ومَعَاشِي وعَاقِبَةِ
أَمْرِي» أو قال: «عَاجِلِ أَمْرِي وآجِلِهِ، فاقْدُرْهُ لي ويَسِّرْهُ لي،
ثم بَارِكْ لي فيه. وإن كنت تعلمُ أن هذا الأمر شرٌّ لي في ديني ومَعَاشِي
وعَاقِبَةِ أَمْرِي» أو قال: «عَاجِلِ أَمْرِي وآجِلِهِ؛ فاصْرِفْهُ
عَنِّي، واصْرِفْنِي عنه، واقْدُرْ لِيَ الخيرَ حيث كان، ثم أَرْضِنِي به»
قال: «ويُسَمِّي حَاجَتَهُ».
Dari Jabir bin Abdillah -raḍiyallāhu
'anhumā- menuturkan, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengajari kami beristikharah dalam segala urusan seperti mengajarkan
surat dari Al-Qur`ān. Beliau bersabda, "Apabila salah seorang kalian
menginginkan suatu urusan, hendaknya ia salat dua rakaat di luar salat
wajib. Kemudian mengucapkan, "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pada-Mu
untuk memilihkan yang terbaik berdasarkan pengetahuan-Mu, memohon
pada-Mu kemampuan dengan kemampuan-Mu dan aku meminta karunia-Mu yang
agung. Sesungguhnya Engkau mampu sedang aku tidak mampu, Engkau
mengetahui sedang aku tidak mengetahui, dan Engkau Maha mengetahui yang
gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui perkara ini lebih baik bagiku
dalam agamaku, hidupku dan akhir urusanku" -atau mengatakan-; "urusanku
yang sekarang maupun yang akan datang, maka tetapkanlah untukku dan
mudahkan bagiku, kemudian berkahilah untukku. Dan jika Engkau mengetahui
perkara ini buruk bagiku dalam agamaku, hidupku dan akhir urusanku"
-atau mengatakan-; "urusanku yang sekarang maupun yang akan datang, maka
palingkanlah ia dariku dan palingkan aku darinya, serta tetapkan untukku
kebaikan di mana pun berada, kemudian buatlah aku rida terhadapnya." Ia
bersabda, "(Setelah itu) ia menyebutkan kebutuhannya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- يحرص
على تعليم صحابته كيفية صلاة الاستخارة، كحرصه على تعليمهم السورة من
القرآن.
فأرشد
النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يصلي الإنسان ركعتين من غير صلاة الفريضة ثم
بعد السلام يسأل الله أن يشرح صدره لخير الأمرين أو الأمور، فإن الله يعلم
كيفيات الأمور وجزئياتها، إذ لا يحيط بخير الأمرين إلا العالم بذلك، وليس
ذلك إلا لله، ويسأل من الله القدرة على خير الأمرين، ويسأله من فضله
العظيم، فإنه يقدر على كل ممكن تعلقت به إرادته، والإنسان لا يقدر.
والله -عز
وجل- يعلم كل شيء كلي وجزئي، والإنسان لا يعلم شيئا من ذلك إلا ما علمه
الله؛ فإن الله لا يشذّ عن علمه من الغيوب شيء.
ثم يسأل
ربه عز وجل إن كان يعلم أن هذا الأمر الذي عزم عليه –ويسميه- خير ولا يترتب
عليه نقص دينيّ ولا دنيوي، أن يقدره له وييسره.
وإن كان
يعلم أن هذا الأمر سيترتب عليه نقص دينيّ أو دنيوي، أن يصرفه عنه، ويصرف
هذا الأمر عنه، وأن يقدر له الخير حيث كان ثم يجعله راضيا بقضاء الله وقدره
به.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
begitu serius mengajari para sahabat tata cara salat istikharah, seperti
keseriusan beliau mengajarkan pada mereka surat dari Al-Qur`ān. Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberi arahan supaya seseorang (yang
ingin istikharah) salat dua rakaat di luar salat wajib, kemudian setelah
salam memohon pada Allah untuk melapangkan dadanya pada yang paling baik
dari dua atau banyak perkara pilihannya sebab Allah mengetahui keadaan
dan hal-hal detail dari berbagai perkara, di mana tidak ada yang dapat
mengetahui hal terbaik dari dua perkara selain yang benar-benar
mengetahuinya, dan itu hanya disandang oleh Allah. Ia memohon pada Allah
akan kekuatan dalam meraih perkara terbaik tersebut dan juga meminta
karunia-Nya yang agung karena Dia mampu atas segala yang mungkin terjadi
yang terkait kehendak-Nya, sedang manusia tidak mampu. Allah -'Azzā wa
Jallā- mengetahui segala sesuatu secara global maupun parsial, sedang
manusia tidak mengetahui sedikit pun kecuali apa yang Allah ajarkan
padanya karena tak ada suatu kegaiban pun yang luput dari pengetahuan
Allah. Kemudian ia memohon pada Rabb -'Azzā wa Jallā-; jika Dia
mengetahui bahwa perkara yang direncanakannya ini -lantas ia
menyebutkannya- lebih baik dan tidak mengakibatkan kekurangan dalam hal
agama maupun dunia, maka hendaknya Dia menetapkannya untuk dirinya dan
memudahkannya, dan jika Dia tahu bahwa perkara ini akan menyebabkan
kekurangan dalam hal agama maupun dunia, maka hendaknya Dia memalingkan
dirinya dari perkara itu dan memalingkan perkara itu dari dirinya, serta
menetapkan untuknya kebaikan di mana pun berada, dan juga menjadikannya
rida terhadap ketetapan dan takdir Allah untuk dirinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3293 |
|
Hadith 262 الحديث
الأهمية: إنما الصبر عند الصدمة الأولى
Tema: Sesungguhnya kesabaran itu saat
goncangan pertama |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال:
مرَّ النَّبي - صلى الله عليه وسلم - بامرَأَة تَبكِي عِند قَبرٍ، فقال:
«اتَّقِي الله واصْبِري» فقالت: إليك عَنِّي؛ فَإِنَّك لم تُصَب
بِمُصِيبَتِي ولم تَعرِفه، فقِيل لها: إِنَّه النَّبِي - صلى الله عليه
وسلم - فأتت باب النبي - صلى الله عليه وسلم - فلم تجد عنده بوَّابِين،
فقالت: لم أَعرِفكَ، فقال: «إِنَّما الصَّبرُ عِند الصَّدمَةِ الأُولَى».
وفي
رواية: «تَبكِي على صبِّي لها».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah melewati
seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan lalu beliau
bersabda, "Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah!" Wanita itu
berkata, "Menyingkirlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak ditimpa
musibah seperti musibah yang menimpaku." (Anas berkata), "Wanita itu
tidak mengenal beliau. Lantas dikatakan kepadanya bahwa orang itu adalah
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Wanita itu pun segera mendatangi
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan tidak menemukan para penjaga
pintu di sisinya. Ia pun berkata, "Aku tidak mengenalmu." Beliau
bersabda, "Sesungguhnya kesabaran itu saat goncangan pertama." Dalam
riwayat lain disebutkan, "Dia menangis atas kematian bayinya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
مر النبي صلى الله عليه وسلم بامرأة وهي
عند قبر صبي لها قد مات، وكانت تحبه حبًّا شديدًا، فلم تملك نفسها أن تخرج
إلى قبره لتبكي عنده. فلما رآها النبي صلي الله عليه وسلم أمرها بتقوى الله
والصبر.
فقالت:
ابعد عني فإنك لم تصب بمثل مصيبتي.
ثم قيل
لها: إن هذا رسول الله صلى الله عليه وسلم فندمت وجاءت إلى رسول الله، إلى
بابه، وليس على الباب بوابون يمنعون الناس من الدخول عليه. فأخبرته وقالت:
إنني لم أعرفك، فأخبرها النبي صلى الله عليه وسلم، أن الصبر الذي يثاب عليه
الإنسان هو أن يصبر عند أول ما تصيبه المصيبة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan
bayinya yang meninggal dunia. Dia sangat mencintainya sehingga tidak
mampu menahan diri untuk keluar menuju kuburnya dan menangis di sisinya.
Ketika Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihatnya demikian, beliau
menyuruhnya untuk bertakwa kepada Allah dan bersabar. Wanita itu
berkata, "Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak ditimpa
musibah seperti musibah yang menimpaku." Selanjutnya dikatakan kepada
wanita tersebut, "Sesungguhnya orang ini adalah Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-." Ia pun menyesal dan mendatangi Rasulullah sampai ke
pintunya, dan di depan pintu tidak ada para penjaga yang menghalangi
orang-orang untuk menemui beliau. Lantas ia memberitahu beliau seraya
berkata, "Sesungguhnya aku tidak mengenal anda." Setelah itu Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahunya bahwa kesabaran yang
mendatangkan pahala bagi manusia adalah sabar ketika musibah pertama
kali menimpanya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3295 |
|
Hadith 263 الحديث
الأهمية: عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله له خير،
وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن: إن أصابته سراء شكر فكان خيرا له، وإن أصابته
ضراء صبر فكان خيرا له
Tema: Sangat mengagumkan sekali keadaan
orang Mukmin itu. Semua keadaannya itu merupakan kebaikan baginya, dan
yang demikian itu berlaku hanya bagi orang Mukmin. Apabila dia
mendapatkan kelapangan hidup, ia pun bersyukur, maka hal itu adalah
kebaikan baginya. Apabila dia ditimpa oleh kesulitan (musibah), ia pun
bersabar dan hal ini pun merupakan kebaikan baginya. |
عن صُهيب بن سِنان الرومي -رضي الله
عنه- مرفوعاً: «عجَبًا لِأَمر المُؤمِن إِنَّ أمرَه كُلَّه له خير، وليس
ذلك لِأَحَد إِلَّا لِلمُؤمِن: إِنْ أَصَابَته سَرَّاء شكر فكان خيرا له،
وإِنْ أَصَابته ضّرَّاء صَبَر فَكَان خيرا له».
Dari Ṣuhaib bin Sinān Ar-Rūmi
-raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Sangat mengagumkan sekali keadaan
orang Mukmin itu. Semua keadaannya itu merupakan kebaikan baginya, dan
yang demikian itu berlaku hanya bagi orang Mukmin. Apabila dia
mendapatkan kelapangan hidup, ia pun bersyukur, maka hal itu adalah
kebaikan baginya. Apabila dia ditimpa oleh kesulitan (musibah), ia pun
bersabar dan hal ini pun merupakan kebaikan baginya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أظهر الرسول -عليه الصلاة والسلام-
العَجَب على وجه الاستحسان لشأن المؤمن؛ لأنه في أحواله وتقلباته الدنيوية
لا يخرج عن الخير والنجاح والفلاح، و هذا الخير ليس لأحد إلا المؤمن.
ثم أخبر
-صلى الله عليه وسلم- أن المؤمن على كل حال قدَّره الله عليه على خير، إن
أصابته الضراء صبر على أقدار الله، وانتظر الفرج من الله، واحتسب الأجر على
الله؛ فكان ذلك خيرًا له.
وإن
أصابته سراء من نعمة دينية؛ كالعلم والعمل الصالح، ونعمة دنيوية؛ كالمال
والبنين والأهل شكر الله، وذلك بالقيام بطاعة الله -عز وجل-، فيشكر الله
فيكون خيرا له.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- memperlihatkan ketakjuban dalam bentuk anggapan baik terhadap
keadaan orang Mukmin. Sebab, orang Mukmin itu dalam segala keadaan dan
berbagai perubahan duniawi tidak keluar dari kebaikan, keberhasilan dan
keberuntungan. Kebaikan ini tidak dimiliki oleh siapa pun selain orang
Mukmin. Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa
orang Mukmin itu dalam setiap keadaan yang ditetapkan Allah ada dalam
kebaikan. Jika ia ditimpa kesulitan, ia pun bersabar terhadap takdir
Allah, menanti kelapangan dari Allah dan mengharapkan pahala dari Allah,
maka hal itu adalah kebaikan baginya. Jika dia ditimpa kelapangan hidup
berupa kenikmatan agama seperti ilmu dan amal shalih, dan kenikmatan
duniawi seperti harta, anak-anak, dan keluarga, dia pun bersyukur kepada
Allah dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah -'Azza wa Jalla- lalu
bersyukur kepada-Nya maka hal itu menjadi kebaikan baginya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3298 |
|
Hadith 264 الحديث
الأهمية: إنكم لتعملون أعمالا هي أدق في أعينكم
من الشعر، كنا نعدها على عهد رسول الله صلَّى الله عليه وسلَّم من الموبقات
Tema: Sesungguhnya kalian benar-benar
mengerjakan perbuatan-perbuatan yang lebih lembut dari rambut dalam
pandangan kalian, sedangkan kami menganggap itu bagian dari dosa-dosa
besar pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال:
«إنكم لتعملون أعمالا هي أَدَقُّ في أعينكم من الشَّعْرِ، كنا نَعُدُّهَا
على عهد رسول الله - صلى الله عليه وسلم - من المُوبِقَاتِ».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Sesungguhnya kalian benar-benar mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang lebih lembut dari rambut dalam pandangan
kalian, sedangkan kami menganggap itu bagian dari dosa-dosa besar pada
masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
خاطب الصحابي الجليل أنس بن مالك رضي
الله عنه جماعة من المتساهلين في الأعمال قائلا: إنكم تستهينون ببعض
المعاصي لعدم نَظَرِكم إلى عظم المعصي بها، فهي عندكم صغيرة جدا، أما عند
الصحابة فكانوا يعدونها من المهلكات لعظم من يعصونه، ولشدة خوفهم ومراقبتهم
ومحاسبتهم لأنفسهم.
Sahabat yang mulia, Anas bin Malik
-raḍiyallāhu 'anhu- berbicara kepada sekelompok orang-orang yang
meremehkan amalan. Ia berkata, "Sesungguhnya kalian meremehkan sebagian
kemaksiatan karena tidak adanya pandangan kalian terhadap Zat yang
didurhakai, sehingga kemaksiatan itu kecil sekali menurut kalian.
Sedangkan menurut para sahabat, mereka menganggapnya termasuk dosa-dosa
besar yang membinasakan karena agungnya Zat yang didurhakai, dan karena
hebatnya ketakutan, sikap diawasi dan evaluasi terhadap diri mereka
sendiri. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3300 |
|
Hadith 265 الحديث
الأهمية: قصة الغلام مع الملك والساحر والراهب
Tema: Kisah pemuda dengan raja, penyihir,
dan rahib |
عن صهيب بن سنان الرومي -رضي الله عنه-
مرفوعا: «كان ملك فيمَن كان قَبلَكم وكان له ساحِر فَلَمَّا كَبِرَ قال
للمَلِكِ: إنِّي قد كَبِرْتُ فَابْعَثْ إلى غلامًا أُعَلِّمْهُ السِّحْر؛
فبعث إليه غلامًا يُعَلِّمُهُ، وَكانَ في طرِيقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ،
فَقَعدَ إليه وسَمِعَ كَلامَهُ فَأعْجَبَهُ، وكان إذا أتَى السَّاحِرَ،
مَرَّ بالرَّاهبِ وَقَعَدَ إليه، فَإذَا أَتَى الساحر ضَرَبَهُ، فَشَكَا
ذلِكَ إِلَى الرَّاهِب، فَقَالَ: إِذَا خَشِيتَ الساحر فَقُل: حَبَسَنِي
أَهلِي، وَإذَا خَشِيتَ أهلَكَ فَقُل: حَبَسَنِي السَّاحِرُ .
فَبَينَما
هو عَلَى ذلِك إِذ أَتَى عَلَى دَابَّةٍ عَظِيمَةٍ قَد حَبَسَت النَّاسَ،
فَقَال: اليومَ أعلَمُ السَّاحرُ أفضَلُ أم الرَّاهبُ أفضَل؟ فَأخَذَ
حَجَرا، فَقَالَ: اللَّهُم إن كَانَ أمرُ الرَّاهِبِ أَحَبَّ إليكَ مِن
أمرِ السَّاحِرِ فَاقتُل هذه الدّابَّة حَتَّى يَمضِي النَّاسُ، فَرَمَاهَا
فَقَتَلَها ومَضَى النَّاسُ، فَأتَى الرَّاهبَ فَأَخبَرَهُ. فَقَالَ لَهُ
الرَّاهبُ: أَي بُنَيَّ أَنتَ اليومَ أفضَل منِّي قَد بَلَغَ مِن أَمرِكَ
مَا أَرَى، وَإنَّكَ سَتُبْتَلَى، فَإن ابتُلِيتَ فَلاَ تَدُلَّ عَلَيَّ؛
وَكانَ الغُلامُ يُبرِىءُ الأكمَهَ وَالأَبرصَ، ويُداوي النَّاس من سَائِرِ
الأَدوَاء، فَسَمِعَ جَليس لِلملِكِ كَانَ قَد عَمِيَ، فأتاه بَهَدَايا
كَثيرَة، فَقَالَ: مَا ها هُنَا لَكَ أَجمعُ إن أنتَ شَفَيتَنِي، فقال:
إنّي لا أشْفِي أحَدًا إِنَّمَا يَشفِي اللهُ تَعَالَى، فَإن آمَنتَ بالله
تَعَالَى دَعَوتُ اللهَ فَشفَاكَ، فَآمَنَ بالله تَعَالَى فَشفَاهُ اللهُ
تَعَالَى، فَأَتَى المَلِكَ فَجَلسَ إليهِ كَما كَانَ يَجلِسُ، فَقَالَ
لَهُ المَلِكُ: مَن رَدّ عليكَ بَصَرَكَ؟ قَالَ: رَبِّي، قَالَ: وَلَكَ رَب
غَيري؟ قَالَ: رَبِّي وَرَبُّكَ اللهُ، فَأَخَذَهُ فَلَم يَزَل يُعَذِّبُهُ
حَتَّى دَلَّ عَلَى الغُلامِ، فَجيء بالغُلاَمِ، فَقَالَ لَهُ المَلِك: أيْ
بُنَيَّ، قد بَلَغَ مِن سِحرِك مَا تُبْرىء الأكمَهَ وَالأَبْرَصَ وتَفعل
وتَفعل؟! فَقَالَ: إنِّي لا أَشفي أحَدًا، إِنَّمَا يَشفِي الله تَعَالَى.
فَأَخَذَهُ فَلَم يَزَل يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الرَّاهبِ؛ فَجِيء
بالرَّاهبِ فَقيلَ لَهُ: ارجِع عن دينكَ، فَأَبى، فَدَعَا بِالمنشَار
فَوُضِعَ المِنشارُ في مَفْرق رأسه، فَشَقَّهُ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ،
ثُمَّ جِيءَ بِجَليسِ المَلِكِ فقيل لَهُ: ارجِع عن دِينِك، فَأَبَى،
فَوضِعَ المِنشَارُ في مَفْرِق رَأسِه، فَشَقَّهُ بِهِ حَتَّى وَقَعَ
شِقَّاهُ، ثُمَّ جِيءَ بالغُلاَمِ فقيلَ لَهُ: ارجِع عَن دِينكَ، فَأَبَى،
فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَر مِن أصحَابه، فَقَالَ: اذهبوا بِه إِلى جَبَلِ
كَذَا وَكَذَا فَاصعَدُوا بِهِ الجَبَل، فَإِذَا بَلَغتُم ذِرْوَتَهُ فَإِن
رَجَعَ عَن دِينِهِ وَإلاَّ فَاطرَحُوهُ. فَذَهَبُوا بِهِ فَصَعِدُوا بِهِ
الجَبَلَ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ أكْفنيهم بِمَا شِئْتَ، فَرَجَفَ بهِمُ
الجَبلُ فَسَقَطُوا، وَجاءَ يَمشي إِلَى المَلِكِ، فَقَالَ لَهُ المَلِكُ:
مَا فَعَلَ أصْحَابُكَ؟ فَقَالَ: كَفَانِيهمُ الله تَعَالَى، فَدَفَعَهُ
إِلَى نَفَر مِن أَصحَابِه فَقَالَ: اذهَبُوا بِهِ فاحمِلُوهُ في قُرْقُورٍ
وتَوَسَّطُوا بِهِ البَحر، فَإن رَجعَ عَن دِينِه وإِلاَّ فَاقْذِفُوه.
فَذَهَبُوا بِهِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ اكْفِنيهم بمَا شِئتَ، فانكَفَأَت
بِهمُ السَّفينةُ فَغَرِقُوا، وَجَاء يمشي إِلَى المَلِكِ. فقال له الملِك:
ما فعلَ أصحابك؟ فَقَالَ: كَفَانيهمُ الله تَعَالَى. فَقَالَ لِلمَلِكِ:
إنَّكَ لست بقاتلي حتى تفعل ما آمُرُكَ به. قَالَ: ما هو؟ قَالَ: تجمع
الناس في صعيد واحد وتَصْلبني على جِذع، ثم خُذ سهمًا من كِنَانَتي، ثم
ضَعِ السهم في كَبدِ القوس ثم قل: بسم الله رب الغلام، ثم ارْمِني، فإنَّكَ
إِذَا فَعَلت ذلك قَتَلتَني، فَجَمَعَ النَّاسَ في صَعيد واحد، وَصَلَبَهُ
عَلَى جِذْع، ثُمَّ أَخَذَ سَهْمًا من كِنَانَتِهِ، ثم وضع السهم في كَبِدِ
القوس، ثم قَالَ: بسم الله رب الغلام، ثم رَمَاهُ فَوقَعَ في صُدْغِهِ،
فَوَضَعَ يَدَهُ في صُدْغِهِ فمات، فقال الناس: آمَنَّا بِرَبِّ الغُلامِ،
فأتي المَلِكُ فقيلَ لَهُ: أَرَأَيْتَ مَا كنت تَحْذَرُ قَد والله نَزَلَ
بكَ حَذَرُكَ، قد آمَنَ الناس. فأَمَرَ بِالأُخْدُودِ بأفْواهِ السِّكَكِ
فَخُدَّتْ وأُضْرِمَ فيها النِّيرانُ وقال: من لم يَرْجِع عن دينه فأقحموه
فيها، أو قيلَ لَهُ: اقتَحِم فَفَعَلُوا حَتَّى جَاءت امرأة ومعَها صَبيٌّ
لها، فتَقَاعَسَت أن تَقَع فيها، فقال لها الغُلام: يا أمه اصبِري فإنَّكِ
َعلى الحقِّ».
Ṣuhaib bin Sinān Ar-Rūmiy -raḍiyallāhu
'anhu- meriwayatkan secara marfū': Ada seorang raja yang hidup sebelum
kalian, ia memiliki tukang sihir. Ketika tukang sihir ini sudah tua, ia
berkata kepada raja, "Aku sudah tua, maka kirimlah seorang pemuda
kepadaku untuk aku ajari sihir." Lalu raja mengirimkan seorang pemuda
yang bisa ia ajari sihir. Di jalan yang dilalui pemuda tersebut ada
seorang pendeta. Pemuda ini mendatanginya dan mendengar petuahnya, lalu
ia suka pada petuah tersebut. Sehingga, apabila ia ingin mendatangi
tukang sihir ia pasti melewati pendeta itu dan duduk menyimak ajarannya.
Lalu apabila ia datang pada tukang sihir ia pasti dipukul. Maka ia
mengeluhkan hal itu kepada pendeta. Pendeta berkata, "Bila engkau takut
dipukul tukang sihir, katakan kepadanya, 'Keluargaku menahanku', dan
bila engkau takut pada keluargamu (karena terlambat pulang), katakan,
'Si tukang sihir menahanku.'" Tatkala ia masih dalam keadaan seperti
itu, tiba-tiba ia bertemu seekor hewan besar yang menghalangi jalan
orang banyak. Ia bergumam, “Hari ini aku akan tahu; apakah tukang sihir
lebih baik ataukah pendeta yang lebih baik?” Ia lalu mengambil batu lalu
berkata, “Ya Allah! Bila ajaran pendeta lebih Engkau sukai dari ajaran
tukang sihir itu maka bunuhlah binatang ini agar orang-orang bisa
lewat.” Ia lalu melemparkan batu itu padanya dan berhasil membunuhnya.
Orang-orang pun bisa lewat. Lalu ia mendatangi pendeta dan
memberitahukan peristiwa itu kepadanya. Pendeta berkata, “Wahai anakku!
Hari ini engkau lebih baik dariku. Keadaanmu telah sampai pada tingkatan
seperti yang aku lihat, dan engkau akan mendapat ujian. Apabila engkau
mendapat ujian jangan memberitahukan keberadaanku.” Pemuda ini kemudian
bisa menyembuhkan orang buta dan penyakit belang dan mengobati
orang-orang dari penyakit-penyakit lainnya. Maka salah seorang menteri
raja yang buta mendengar kehebatan pemuda ini. Ia pun mendatanginya
dengan membawa hadiah yang banyak. Ia berkata, “Apa yang ada di sini
menjadi milikmu semuanya jika engkau bisa menyembuhkanku.” Pemuda itu
berkata, “Aku tidak bisa menyembuhkan seorang pun. Hanya Allah yang bisa
menyembuhkan. Jika engkau beriman pada Allah, aku akan berdoa kepada-Nya
lalu Dia akan menyembuhkanmu.” Maka ia beriman, lalu Allah
menyembuhkannya. Menteri ini pun mendatangi raja lalu duduk di dekatnya
seperti biasanya. Raja berkata, “Siapa yang menyembuhkan matamu?” Ia
menjawab, “Tuhanku.” Raja berkata, “Engkau memiliki tuhan selain aku?”
Ia berkata, “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.” Maka raja menangkapnya
lalu terus menyiksanya hingga ia mengabarkan tentang pemuda itu. Lalu
pemuda itu ditangkap dan dibawa menghadap raja. Raja pun berkata, “Wahai
anakku! Ilmu sihirmu telah mencapai tingkatan tinggi sehingga bisa
menyembuhkan orang buta dan belang, dan engkau bisa melakukan ini dan
itu.” Pemuda itu berkata, “Aku tidak bisa menyembuhkan seorang pun,
hanya Allah yang menyembuhkan.” Raja lalu menahannya dan terus
menyiksanya hingga ia memberitahukan keberadaan si pendeta. Lalu pendeta
itu didatangkan, dan dikatakan padanya, “Tinggalkan agamamu.” Namun, ia
tidak mau. Lalu raja meminta gergaji yang kemudian diletakkan tepat di
tengah kepalanya, lalu raja membelahnya hingga kedua sisi tubuhnya
terjatuh di tanah. Setelah itu, menteri raja didatangkan dan dikatakan
padanya, “Tinggalkan agamamu.” Namun ia tidak mau, lalu raja meminta
gergaji kemudian diletakkan tepat di tengah kepalanya lalu membelahnya
hingga kedua sisi tubuhnya jatuh di tanah. Setelah itu pemuda
didatangkan lalu dikatakan padanya, “Tinggalkan agamamu.” Namun pemuda
itu tidak mau. Lalu raja menyerahkannya ke sekelompok tentaranya, dan
berpesan, “Bawalah ia ke gunung ini dan ini. Bawalah ia naik. Apabila
kalian telah sampai di puncaknya, lalu jika ia mau meninggalkan
agamanya, maka lepaskanlah dia, dan bila tidak mau, maka lemparkan ia
dari atas gunung.” Mereka pun membawanya hingga naik ke puncak gunung.
Pemuda itu berdoa, “Ya Allah! Selamatkan aku dari mereka dengan
sekehendak-Mu.” Gunung itu lantas mengguncangkan mereka hingga mereka
jatuh. Pemuda itu lalu mendatangi raja sambil berjalan. Raja bertanya,
“Apa yang dilakukan kawan-kawanmu?” Pemuda itu menjawab, “Allah
menyelamatkanku dari mereka.” Lalu raja menyerahkannya ke sekelompok
tentaranya yang lain. Raja berkata, “Bawalah ia pergi lalu naikkan ia ke
sebuah perahu. Lalu bawalah ia ke tengah laut. Jika ia mau meninggalkan
agamanya, maka bawalah dia pulang, dan bila ia tidak mau
meninggalkannya, lemparkan dia.” Mereka pun membawanya ke tengah laut.
Pemuda itu berdoa, “Ya Allah! Selamatkan aku dari mereka dengan
sekehendak-Mu.” Perahu itu pun akhirnya terbalik dan mereka semua
tenggelam. Pemuda itu lalu mendatangi raja dengan berjalan. Raja
bertanya, “Apa yang dilakukan kawan-kawanmu?” Ia menjawab, “Allah telah
menyelamatkanku dari mereka.” Lalu ia berkata kepada raja, “Engkau tidak
bisa membunuhku sampai engkau mau melakukan apa yang aku perintahkan.”
Raja bertanya, “Apa yang kau perintahkan?” Pemuda itu berkata, “Engkau
kumpulkan semua orang di satu tanah lapang dan engkau menyalibku di atas
pelepah. Kemudian ambillah anak panah dari tempat anak panahku, kemudian
letakkan anak panah itu di tengah-tengah busur, selanjutnya ucapkan,
'Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini'. Kemudian bidiklah aku. Bila engkau
melakukannya pasti engkau bisa membunuhku.” Maka raja mengumpulkan
orang-orang di satu tanah lapang dan ia menyalib pemuda itu di atas
pelepah. Kemudian ia mengambil anak panah dari tempat anak panahnya,
selanjutnya meletakkan anak panah itu di tengah-tengah busur. Kemudian
ia mengucapkan, “Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini.” Kemudian ia
membidiknya hingga anak panah itu tepat mengenai pelipisnya. Pemuda itu
meletakkan tangannya di pelipisnya tepat di tempat panah menancap lalu
ia mati. Orang-orang pun berkata, “Kami beriman pada Rabb pemuda itu.”
Raja lalu didatangi dan diberi laporan, “Tahukah Anda apa yang Anda
khawatirkan? Demi Allah, kekhawatiran Anda itu telah menimpa Anda.
Orang-orang telah beriman.” Maka raja itu memerintahkan pembuatan parit
di semua pinggir jalanan. Parit-parit pun dibuat dan api dinyalakan (di
dalamnya). Raja memerintahkan, “Siapa yang tidak meninggalkan agamanya,
kalian masukkan ia ke dalamnya.” Atau dikatakan padanya, “Masuklah.”
Mereka pun melakukan perintah itu, hingga datang seorang wanita yang
bersama bayinya. Ia mundur agar tidak terjatuh dalam parit api. Maka
bayi itu berkata, “Wahai ibuku! Bersabarlah. Sesungguhnya engkau berada
di atas kebenaran."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
هذا الحديث فيه قصة عجيبة: وهي أن رجلاً
من الملوك فيمن سبق كان عنده ساحر اتخذه الملك مستشارًا؛ من أجل أن يستخدمه
في مصالحه ولو على حساب الدين؛ لأن هذا الملك لا يهتم إلا بما فيه مصلحته،
وهو ملك مستبد قد عبَّد الناس لنفسه.
هذا
الساحر لما كبُر قال للملك: إني قد كبرت فابعث إلى غلاما أعلمه السحر.
واختار
الغلام ؛ لأن الغلام أقبل للتعليم؛ ولأن التعليم للغلام الشاب هو الذي
يبقي، ولا ينسى.
ولكن الله
تعالى قد أراد بهذا الغلام خيراً.
مرَّ هذا
الغلام يوماً من الأيام براهب، فسمع منه فأعجبه كلامه؛ لأن هذا الراهب-
يعني العابد- عابد لله عز وجل، لا يتكلم إلا بالخير، وقد يكون راهباً
عالماً لكن تغلب عليه العبادة فسمي بما يغلب عليه من الرهبانية، فصار هذا
الغلام إذا خرج من أهله جلس عند الراهب فتأخَّر على الساحر، فجعل الساحر
يضربه، لماذا تتأخر؟ فشكا الغلام إلى الراهب وطلب أمرًا يتخلص به، قال: إذا
ذهبت إلى الساحر وخشيت أن يعاقبك فقل: أخرني أهلي. وإذا ذهبت لأهلك وسألوك
فقل: إن الساحر أخَّرني؛ حتى تنجو من هذا ومن هذا.
وكان
الراهب -والله أعلم- أمره بذلك -مع أنه كذب- لعله رأى أن المصلحة في هذا
تزيد على مفسدة الكذب، أو قصد التورية، والحبس المعنوي، ففعل، فصار الغلام
يأتي إلى الراهب ويسمع منه، ثم يذهب إلى الساحر، فإذا أراد أن يعاقبه على
تأخره قال: إن أهلي أخَّروني، وإذا رجع إلى أهله وتأخر عند الراهب قال:
إنَّ الساحر أخَّرني.
فمرَّ ذات
يوم حيوان عظيم، وهو أسد، قد حبس الناس عن التجاوز، فلا يستطيعون أن
يتجاوزوه، فأراد هذا الغلام أن يختبر: هل الراهب خير له أم الساحر، فأخذ
حجراً، ودعا الله سبحانه وتعالى إن كان أمر الراهب خير له أن يقتل هذا
الحجر الدابة، فرمى بالحجر، فقتل الدابة، فمشى الناس.
فعرف
الغلام أن أمر الراهب خير من أمر الساحر، فأخبر الراهب بما جرى فقال له
الراهب: أنت اليوم خير مني، قد بلغ من أمرك ما أرى وإنك ستبتلي فإن ابتليت
فلا تدل علي.
وكان
الغلام يبرئ الأكمه والأبرص، ويداوي الناس من سائر الأدواء. فسمع جليس
للملك كان قد أصابه العمى، فأتاه بهدايا كثيرة فقال: ما هاهنا لك أجمع إن
أنت شفيتني فقال: إني لا أشفي أحداً، إنما يشفي الله تعالى، فإن آمنت بالله
دعوتُ الله فشفاك، فآمن بالله
تعالى فشفاه الله، ثم جئ بالرجل الأعمى الذي كان جليساً عند الملك وآمن
بالله، وكفر بالملك، فدعي أن يرجع عن دينه فأبى، وهذا يدل على أن الإنسان
عليه أن يصبر.
فجيء
بالراهب فقيل له: ارجع عن دينك فأبى فدعا بالمنشار فوضع المنشار في مفرق
رأسه فشقه به حتى وقع شقاه، ثم جيء بالغلام فقيل له: ارجع عن دينك فأبى،
فدفعه إلى نفر من أصحابه فقال: اذهبوا به إلى جبل كذا وكذا فاصعدوا به
الجبل، فإذا بلغتم أعلاه فإن
رجع عن دينه وإلا فاطرحوه فذهبوا به فصعدوا به الجبل، فقال: اللهم اكفينهم
بما شئت، فاهتز بهم الجبل فسقطوا، وجاء يمشي إلى الملك فقال له الملك: ما
فعل بك بأصحابك؟ فقال: كفانيهم الله تعالى، فدفعه إلى نفر من اصحابه فقال:
اذهبوا به فاحملوه في سفينة وتوسطوا به البحر، فإن رجع عن دينه وإلا
فاقذفوه، فذهبوا به فقال: اللهم اكفينهم بما شئت، فانقلبت بهم السفينة
فغرقوا، وجاء يمشي إلى الملك فقال له الملك: ما فعل بأصحابك؟ فقال: كفانيهم
الله تعالى، فقال للملك: إنك لن تستطيع قتلي حتى تفعل ما آمرك به، قال: ما
هو؟ قال: تجمع الناس في مكان واحد وتصلبني على جذع، ثم خذ سهما من وعائي
الذي أضع فيه السهام، ثم ضع السهم في وسط القوس، ثم قل: بسم الله رب
الغلام، ثم ارمني، فإنك إذا فعلت ذلك قتلتني. فجمع الناس في صعيد واحد،
وصلبه على جذع، ثم أخذ سهمًا من وعائه الذي يضع فيها السهام، ثم وضع السهم
في وسط القوس، ثم قال: بسم الله رب الغلام، ثم رماه فوقع السهم في صدغه،
فوضع يده في صدغه فمات.
فقال
الناس: آمنا برب الغلام، فأتى الملك فقيل له: أرأيت ما كنت تحذر؟ قد والله
نزل بك ما كنت تحذر، قد آمن الناس. فأمر بالأخدود بأبواب الطرق فَشُقَّت،
وأُوقِدَت فيها النيران وقال: من لم يرجع عن دينه فاقحِمُوه فيها، أو قيل
له: اقتحم، ففعلوا، حتى جاءت امرأة ومعها صبي لها، فتأخرت أن تقع فيها رحمة
بصبيها، فقال لها الصبي: يا أماه اصبري فإنك على الحق.
Hadis ini berisi kisah mencengangkan,
yaitu: seorang raja di antara raja-raja umat terdahulu memiliki seorang
penyihir yang dia angkat sebagai penasihat guna membantunya mewujudkan
kepentingannya walaupun harus mengenyampingkan agama, karena raja ini
tidak memiliki perhatian kecuali pada perkara yang menguntungkan
kepentingannya. Dia adalah raja yang diktator dan memaksa manusia
menyembah dirinya. Ketika sudah tua, penyihir ini berkata kepada si
raja, "Aku sudah tua, maka utuslah kepadaku seorang pemuda yang bisa aku
ajari sihir." Maka dia pun memilih pemuda ini karena pemuda ini siap
untuk belajar, dan karena pengajaran pada anak muda akan bertahan secara
mudah, dan tidak mudah ia lupakan. Namun, Allah -Ta'ala- telah
menginginkan kebaikan lewat pemuda ini. Suatu hari, pemuda ini
melewati seorang pendeta lalu mendengar sesuatu darinya, dan
perkataannya membuatnya terkesima; karena pendeta ini -yaitu ahli
ibadah- hidup beribadah kepada Allah -'Azza wa Jalla- dan tidak
berbicara kecuali kebaikan. Dan bisa jadi dia seorang pendeta yang
berilmu, namun ibadah lebih dominan padanya sehingga ia dipanggil
berdasarkan peribadatan yang dominan padanya. Akhirnya, ketika pemuda
ini berangkat dari keluarganya, dia duduk terlebih dahulu pada pendeta
sehingga dia terlambat sampai ke penyihir. Maka penyihir itu memukulnya
sembari bertanya padanya, "Kenapa kamu terlambat?" Pemuda itu pun
mengadukan hal itu kepada pendeta dan meminta solusi untuk membebaskan
diri. Pendeta berkata, "Bila kamu pergi ke penyihir dan kamu khawatir
akan dihukum, katakanlah, 'Aku dibuat terlambat oleh keluargaku.' Dan
bila kamu pulang ke keluargamu dan mereka bertanya kepadamu, katakanlah,
'Si penyihir menahanku', supaya kamu selamat dari keduanya. Pendeta
-wallāhu a'lam- memerintahkannya seperti itu -padahal itu dusta-
barangkali karena dia memandang maslahatnya di sini lebih besar dari
kerusakan berdusta, atau ia bermaksud sebagai "tauriyah" (penyebutan
kalimat bermakna ambigu) dan penahanan yang bersifat maknawi. Pemuda ini
pun melakukannya. Setelah itu, pemuda ini setiap hari pergi ke pendeta
dan belajar padanya, kemudian dia pergi menuju penyihir. Bila penyihir
itu hendak menghukumnya karena keterlambatannya, dia berkata,
"Keluargaku menahanku." Bila dia pulang ke keluarganya secara terlambat
karena singgah di tempat pendeta, dia berkata, "Penyihir menahanku."
Suatu hari lewatlah hewan yang besar, yaitu singa. Singa ini menghalangi
manusia untuk lewat sehingga mereka tidak bisa melewatinya. Pemuda ini
ingin menguji, apakah pendeta yang lebih baik baginya, ataukah penyihir?
Lantas dia mengambil sebuah batu dan berdoa kepada Allah -Subḥānahu wa
Ta'ālā-; bila perkara pendeta lebih baik baginya agar batu itu membunuh
hewan itu. Lantas dia pun melemparnya dengan batu itu, dan batu itu
membunuh hewan tersebut, sehingga orang-orang pun dapat lewat. Maka
pemuda itu pun yakin bahwa perkara pendeta lebih baik dari perkara
penyihir. Lalu dia mengabarkan kejadian itu kepada pendeta, maka pendeta
berkata kepadanya, "Hari ini kamu telah lebih baik dariku, perkaramu
sudah tinggi sebagaimana yang kulihat, dan sesungguhnya kamu akan diuji;
bila kamu diuji, jangan tunjukkan keberadaanku." Pemuda ini kemudian
dapat menyembuhkan orang buta dan kusta serta mengobati manusia dari
penyakit-penyakit lainnya. Akhirnya salah satu orang dekat raja yang
mengalami buta mendengar berita itu lalu datang kepadanya dengan membawa
hadiah-hadiah yang banyak. Dia berkata, "Semua yang ada di sini murni
aku kumpulkan untukmu bila kamu bisa menyembuhkanku." Pemuda itu
menjawab, "Aku tidak mampu menyembuhkan siapa pun. Yang menyembuhkan
hanyalah Allah -Ta'ala-. Bila engkau beriman kepada Allah, aku akan
berdoa kepada Allah, lalu Allah menyembuhkanmu." Maka dia pun beriman
kepada Allah -Ta'ala- lalu Allah menyembuhkannya. Kemudian laki-laki
buta beriman dan mengingkari ketuhanan raja yang tadinya orang dekatnya
ini dihadirkan dan diajak meninggalkan agamanya, namun dia tidak mau.
Ini menunjukkan bahwa manusia wajib bersabar. Lalu pendeta itu
dihadirkan. Dikatakan kepadanya, "Tinggalkanlah agamamu." Namun dia
tidak mau. Maka raja minta diberikan gergaji, lalu gergaji itu
diletakkan di bagian tengah kepalanya, kemudian dia membelahnya hingga
kedua sisi tubuhnya jatuh ke tanah. Kemudian giliran pemuda itu
dihadirkan. Dikatakan kepadanya, "Tinggalkanlah agamamu." Namun dia
tidak mau. Maka raja menyerahkannya kepada sejumlah tentaranya seraya
berkata, "Bawalah ia ke gunung ini dan ini, lalu bawa dia menaiki gunung
itu; bila kalian telah sampai di puncaknya lalu dia mau meninggalkan
agamanya maka lepaskanlah, namun bila dia tidak mau, maka lemparkanlah
dia." Mereka lantas membawanya menaiki gunung itu. Pemuda itu lalu
berdoa, "Ya Allah! Selamatkanlah aku dari mereka sekehendak-Mu."
Seketika gunung itu mengguncang mereka lalu mereka jatuh dan pemuda itu
pulang menemui raja. Raja berkata, "Apa yang dilakukan kepadamu oleh
kawan-kawanmu?" Dia menjawab, "Allah -Ta'ala- telah menyelamatkanku dari
mereka." Lantas raja menyerahkannya kepada sejumlah pasukan lainnya dan
memerintahkan, "Bawalah dia pergi lalu naikkan dia di kapal dan bawa dia
ke tengah laut; bila dia mau meninggalkan agamanya maka lepaskanlah,
namun jika tidak, maka lemparkanlah dia." Mereka pun membawanya pergi,
lalu pemuda itu berdoa, "Ya Allah! Selamatkanlah aku dari mereka dengan
sekehendak-Mu." Maka kapal itu terbalik bersama mereka sehingga mereka
tenggelam dan pemuda itu pulang menemui raja. Raja berkata, "Apa yang
dilakukan kepadamu oleh kawan-kawanmu?" Dia menjawab, "Allah -Ta'ala-
telah menyelamatkanku dari mereka." Pemuda itu berkata kepada raja,
"Kamu tidak akan bisa membunuhku sampai kamu melakukan apa yang aku
perintahkan padamu." Raja bertanya, "Apa itu?" Pemuda itu berkata,
"Engkau kumpulkan orang-orang di satu tempat lalu ikat aku di satu
batang kayu, kemudian ambil satu anak panah dari tempat aku menaruh anak
panah, kemudian letakkan anak panah itu di tengah-tengah busur, lalu
bacalah, 'Bismillāh Rabbil-gulām.' Kemudian panahlah aku. Bila engkau
lakukan itu semuanya, engkau akan berhasil membunuhku." Lantas raja
mengumpulkan orang-orang di satu tempat yang luas dan mengikatnya di
satu batang kayu, lalu dia mengambil satu anak panah dari tempat pemuda
itu menyimpan anak panah, lalu dia meletakkan anak panah itu di
tengah-tengah busur kemudian membaca, "Bismillāhi Rabbil-gulām", dan
memanahnya. Anak panah itu tepat mengenai pelipisnya, lalu pemuda itu
memegang pelipisnya, dan dia pun meninggal dunia. Orang-orang pun
berkata, "Kami beriman kepada Tuhan pemuda ini." Kemudian raja datang
lalu ada yang berkata kepadanya, "Tahukah engkau tentang apa yang engkau
khawatirkan? Demi Allah, sungguh engkau telah ditimpa oleh apa yang
engkau khawatirkan. Orang-orang sungguh telah beriman." Maka raja
memerintahkan menggali parit di pintu-pintu jalan. Parit-parit pun
digali dan dinyalakan api padanya. Raja memerintahkan, "Siapa saja yang
tidak mau meninggalkan agamanya, lemparkan dia ke dalamnya." Atau
dikatakan kepadanya, "Masuklah." Mereka pun melakukannya. Sampai tiba
giliran seorang perempuan yang membawa bayinya, ia mundur agar tidak
jatuh ke dalamnya karena iba pada anak bayinya. Maka bayi itu berkata
kepadanya, "Wahai ibuku! Bersabarlah karena sesungguhnya engkau berada
di atas kebenaran." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3303 |
|
Hadith 266 الحديث
الأهمية: إنكم ستلقون بعدي أثرة فاصبروا حتى
تلقوني على الحوض
Tema: Sesungguhnya kalian akan menghadapi
(penguasa) yang egois setelahku. Karena itu bersabarlah sampai kalian
menjumpaiku di telaga. |
عن أسيد بن حضير وأنس بن مالك -رضي الله
عنهما- أنَّ رجُلاً من الأنصار، قال: يا رسول الله، ألاَ تَستَعمِلُنِي كما
استَعمَلت فُلانًا، فقال: «إِنَّكُم سَتَلقَون بَعدِي أَثَرَة فَاصبِرُوا
حَتَّى تَلقَونِي على الحَوض».
Dari Usaid bin Ḥuḍair dan Anas bin
Malik -raḍiyallāhu 'anhumā- bahwa seorang lelaki Ansar berkata, "Wahai
Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku sebagai pegawai sebagaimana
engkau mengangkat si fulan sebagai pegawai." Beliau bersabda,
"Sesungguhnya kalian akan menghadapi (penguasa) yang egois setelahku.
Karena itu bersabarlah sampai kalian menjumpaiku di telaga."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء رجل ٌ إلى النبي -صلى الله عليه
وسلم- وطلب منه أن يجعله عاملاً على منصب من المناصب كبقية الذين ولاهم،
فإنّه أخبره النبي -عليه
السلام- بأمر وهو أنه عليه وعلى أصحابه أن يصبروا على ما يلقونه من ظلم
وجور في المستقبل من حكام ينفردون بالمال والخيرات دون رعيتهم، فأمرهم
بالصبر حتى يردوا عليه حوضه -عليه السلام-.
Seorang lelaki datang kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan meminta beliau untuk menjadikannya
pegawai di salah satu jabatan sebagaimana orang lain yang telah beliau
angkat. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahunya suatu
hal, yaitu bahwa hendaklah ia dan para sahabatnya bersabar terhadap
suatu kezaliman dan aniaya yang akan mereka dapati dari para penguasa di
masa datang. Para penguasa itu memonopoli harta benda dan kekayaan tanpa
(memberikan hak) rakyatnya. Beliau memerintahkan mereka bersabar sampai
mereka mendatangi telaga Nabi -'alaihissalām-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3305 |
|
Hadith 267 الحديث
الأهمية: ليس على أبيك كرب بعد اليوم
Tema: Ayahmu tidak akan menderita lagi
sesudah hari ini |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال:
لمَّا ثَقُل النبي -صلى الله عليه وسلم- جَعَل يَتَغَشَّاه الكَرب، فقالت
فاطمة -رضي الله عنها-: واكَربَ أَبَتَاه، فقال: «لَيسَ عَلَى أَبِيك كَرب
بعد اليوم». فلما مات، قالت: يا أَبَتَاه، أجاب ربًّا دَعَاه! يا أبَتَاه،
جَنَّة الفِردَوس مَأوَاه! يا أبتاه، إلى جبريل نَنعَاه! فلمَّا دُفِن قالت
فاطمة -رضي الله عنها-: أَطَابَت أَنفُسُكُم أَن تَحثُوا عَلَى رسُولِ الله
-صلى الله عليه وسلم- التُّراب؟!
Tema: Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Ketika sakit Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
semakin parah, maka beliau pun diliputi kedukaan (menghadapi sakaratul
maut). Lantas Fatimah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Kesukaran yang
ayahanda rasakan." Kemudian beliau bersabda, "Ayahmu tidak akan
menderita lagi sesudah hari ini." Selanjutnya setelah beliau wafat,
Fatimah berkata, "Wahai ayahandaku yang telah memenuhi panggilan
Rabbnya! Wahai ayahandaku, Surga Firdaus adalah tempat kediamannya.
Wahai ayahandaku, kepada Jibril kami sampaikan berita wafatnya!" Setelah
beliau dikebumikan, Fatimah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Apakah sampai
hati kalian semua menaburkan tanah di atas jasad Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-?"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يُصوِّر هذا الحديث صبر نبينا -صلى الله
عليه وسلم- على سكرات الموت، فلمَّا ثقل في مرضه الذي مات فيه جعل يغشى
عليه من الكرب من شدة ما يصيبه؛ لأنه -عليه الصلاة والسلام- يتشدد عليه
الألم والمرض، وهذا لحكمة
بالغة: حتى ينال ما عند الله من الدرجات العلى جزاء صبره، فإذا غشيه الكرب
تقول فاطمة -رضي الله عنها-: "وأكرب أبتاه" تتوجع له من كربه، لأنها امرأة،
والمرأة لا تطيق الصبر.
فقال
النبي -عليه الصلاة والسلام-: "لا كرب على أبيك بعد اليوم"؛ لأنه -صلى الله
عليه وسلم- لما انتقل من الدنيا انتقل إلى الرفيق الأعلى، كما كان -صلى
الله عليه وسلم -وهو يغشاه الموت- يقول "اللهم في الرفيق الأعلى، اللهم في
الرفيق الأعلى وينظر إلى سقف البيت -صلى الله عليه وسلم-".
توفي
الرسول -عليه الصلاة والسلام-، فجعلت -رضي الله عنها- تندبه، لكنه ندب
خفيف، لا يدل على التسخط من قضاء الله وقدره.
وقولها
"أجاب ربا دعاه"؛ لأن الله تعالى هو الذي بيده ملكوت كل شيء، وآجال الخلق
بيده.
فأجاب
داعي الله، وهو أنه -صلى الله عليه وسلم- إذا توفي صار كغيره من المؤمنين،
يصعد بروحه حتى توقف بين يدي الله سبحانه فوق السماء السابعة.
وقولها:
"وابتاه جنة الفردوس مأواه" -صلى الله عليه وسلم-؛ لأنه -عليه الصلاة
والسلام- أعلى الخلق منزلة في الجنة، كما قال النبي -صلى الله عليه وسلم-:
"اسألوا الله لي الوسيلة؛ فإنها منزلة في الجنة لا تنبغي إلا لعبد من عباد
الله، وأرجو أن أكون أنا هو"، ولا شك أن النبي -صلى الله عليه وسلم- مأواه
جنة الفردوس، وجنة الفردوس هي أعلي درجات الجنة، وسقفها الذي فوقها عرش
الرب جل جلاله، والنبي -عليه الصلاة والسلام- في أعلى الدرجات منها.
قولها:
"يا أبتاه إلى جبريل ننعاه" وقالت: إننا نخبر بموته جبريل لأن جبريل هو
الذي كان يأتيه ويدارسه بالوحي زمن حياته، والوحي مرتبط بحياة النبي -عليه
الصلاة والسلام-.
ثمَّ
لمَّا حُمِل ودفِن، قالت -رضي الله عنها-: "أطابت أنفسكم أن تحثوا على رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- التراب؟" يعني من شدة حزنها عليه، وحزنها وألمها
على فِراق والدها، ومعرفتها بأن الصحابة -رضي الله عنهم- قد ملأ الله
قلوبهم محبة الرسول -عليه الصلاة والسلام- سألتهم هذا السؤال، لكن الله
سبحانه هو الذي له الحكم، وإليه المرجع، وكما قال الله -تعالى- في كتابة:
(إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ).
Tema: Hadis ini menggambarkan kesabaran Nabi
kita -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap sakaratul maut. Ketika
sakit beliau semakin parah yang membuatnya meninggal dunia, maka
kedukaan pun menyelimutinya karena dahsyatnya sakit yang diderita. Sakit
yang diderita Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sangat hebat. Hal ini
mengandung hikmah yang tinggi sehingga beliau mendapatkan derajat yang
tinggi di sisi Allah sebagai balasan kesabarannya. Ketika kedukaan
menyelimuti beliau, Fatimah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Kesukaran yang
ayahanda rasakan." Fatimah mengeluh atas kesulitan yang dihadapi ayahnya
karena dia seorang wanita, dan wanita itu tidak mampu untuk bersabar.
Nabi -'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām- bersabda, "Ayahmu tidak akan
menderita lagi sesudah hari ini." Sebab, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- ketika berpindah dari dunia, maka beliau berpindah ke Ar-Rafīq
Al-A'lā. Sebagaimana Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- saat sakaratul
maut menyelimutinya- bersabda, "Ya Allah di sisi Ar-Rafīq Al-A'lā, ya
Allah di sisi Ar-Rafīq Al-A'lā," sambil melihat ke langit-langit rumah."
Rasulullah -'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām- wafat lalu Fatimah
-raḍiyallāhu 'anhā- meratapinya dengan ratapan yang ringan dan tidak
menunjukkan sikap murka terhadap takdir dan ketetapan Allah. Ucapan
Fatimah, "yang telah memenuhi panggilan Rabbnya". Hal itu karena
kekuasaan atas segala sesuatu ada di tangan Allah –Ta'ālā-, dan ajal
semua makhluk ada ditangan-Nya. Beliau memenuhi panggilan malaikat
Allah, yaitu bahwasanya ketika Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
wafat, beliau seperti orang-orang Mukmin yang lain. Ruh beliau naik dan
berhenti tatkala sampai di sisi Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- di atas
langit ketujuh. Ucapan Fatimah, "Wahai ayahandaku, Surga Firdaus adalah
tempat kediamannya." Sebab, beliau adalah makhluk yang memiliki derajat
paling tinggi di Surga. Hal ini sebagaimana sabda Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, "Mohonlah kepada Allah Al-Wasīlah. Sesungguhnya
Al-Wasīlah adalah satu tingkatan di Surga yang hanya diperuntukkan bagi
seorang hamba Allah, dan aku berharap akulah hamba itu." Tidak ada
keraguan lagi bahwa tempat kediaman beliau adalah Surga Firdaus. Surga
Firdaus adalah tingkatan Surga paling tinggi, dan atap yang ada di
atasnya adalah 'Arsy Allah -Jalla Jalāluhu-, dan Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- berada di tingkatan Surga yang paling tinggi. Ucapan
Fatimah, "Wahai ayahandaku, kepada Jibril kami sampaikan berita
wafatnya!" Sesungguhnya kami memberitahukan wafatnya kepada Jibril.
Sebab, Jibril adalah malaikat yang selalu mendatanginya dan mengajarinya
wahyu pada saat beliau hidup. Wahyu itu sendiri berkaitan erat dengan
kehidupan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Selanjutnya ketika beliau
dipikul dan dikebumikan, Fatimah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Apakah
sampai hati kalian menaburkan tanah di atas jasad Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-?" Yakni, begitu berdukanya dia kepada beliau, dan
begitu sedih serta sakitnya berpisah dengan bapaknya, serta
pengetahuannya bahwa para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- telah diisi
hatinya oleh Allah dengan kecintaan kepada Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, maka dia melontarkan pertanyaan tersebut kepada
mereka. Hanya saja Allah-lah yang memiliki ketetapan dan kepada-Nya
tempat kembali. Hal ini sebagaimana firman Allah –Ta'ālā- dalam
Kitab-Nya, "Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka pun
akan mati." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3306 |
|
Hadith 268 الحديث
الأهمية: أمر بلال أن يشفع الأذان, ويوتر الإقامة
Tema: Bilal diperintahkan untuk
mengumandangkan azan dengan bilangan genap, dan iqamat dengan bilangan
ganjil. |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«أُمِر بِلاَل أن يَشفَع الأَذَان، ويُوتِر الإِقَامَة».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Bilal diperintahkan untuk mengumandangkan azan
dengan bilangan genap, dan iqamat dengan bilangan ganjil."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أمر النبي -صلى الله عليه وسلم- مؤذنه
بلالا -رضي الله عنه- أن يشفع الآذان لأنه لإعلام الغائبين، فيأتي بألفاظه
مثنى، وهذا عدا (التكبير) في أوله، فقد ثبت تربيعه و(كلمة التوحيد) في
آخره، فقد ثبت إفرادها،كما أمر بلالا أيضا أن يوتر الإقامة، لأنها لتنبيه
الحاضرين، وذلك بأن يأتي بجملها مرة مرة، وهذا عدا (التكبير)، و"قد قامت
الصلاة" فقد ثبت تثنيتهما فيها.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memerintahkan muazinnya, Bilal -raḍiyallāhu 'anhu-, untuk
mengumandangkan azan dengan bilangan genap karena azan merupakan
pemberitahuan (seruan) untuk orang-orang yang tidak hadir. Maka
kata-katanya dikumandangkan dua kali. Hal ini selain "takbir" di awal
yang telah ditetapkan pengulangannya empat kali, dan "kalimat tauhid" di
akhirnya yang telah ditetapkan (mengumandangkannya) sekali. Beliau juga
memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan iqamat satu kali karena untuk
mengingatkan orang-orang yang sudah hadir. Yaitu dengan cara
mengumandangkan lafal-lafalnya satu kali, selain "takbir" dan kalimat
"Qad qāmatiṣ ṣalāh" (salat sudah ditegakkan) yang ditetapkan untuk
dikumandangkan dua kali. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3307 |
|
Hadith 269 الحديث
الأهمية: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- حِينَ يَقْدَمُ مكَّة إذا اسْتَلَمَ الرُّكْنَ الأَسْوَدَ -أَول
ما يَطُوفُ- يَخُبُّ ثَلاثَةَ أَشْوَاطٍ
Tema: Aku pernah melihat Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- saat datang ke Makkah, ketika itu beliau
menyentuh Hajar Aswad -di awal Tawaf-, beliau berlari tiga kali putaran. |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
قال: « تَمَتَّعَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِي حَجَّةِ
الوَدَاع بالعُمرَة إلى الحج وأهدَى، فَسَاقَ مَعَهُ الهَدْيَ مِن ذِي
الحُلَيفَة، وَبَدَأَ رَسول اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَهَلَّ
بالعمرة, ثُمَّ أَهَلَّ بالحج, فَتَمَتَّعَ النَّاس مع رسول اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- فَأَهَلَّ بالعمرة إلَى الحج, فَكَان مِن النَّاس مَنْ
أَهْدَى, فَسَاقَ الهَدْيَ مِن ذي الحُلَيفَة، وَمِنهُم مَنْ لَمْ يُهْدِ،
فَلَمَّا قَدِمَ رسول اللَّه -صلى الله عليه وسلم- قَالَ للنَّاس: مَنْ
كَانَ مِنكُم أَهْدَى, فَإِنَّهُ لا يَحِلُّ مِن شَيء حَرُمَ مِنْهُ حَتَّى
يَقْضِيَ حَجَّهُ، وَمَن لَم يَكُن أَهْدَى فَلْيَطُفْ بالبَيت وَبالصَّفَا
وَالمَروَة, وَلْيُقَصِّر وَلْيَحْلِل, ثُمَّ لِيُهِلَّ بالحج وليُهدِ,
فَمَن لم يجد هَدْياً فَلْيَصُم ثَلاثَةَ أَيَّام فِي الحج وَسَبعة إذَا
رَجَعَ إلى أَهلِهِ فَطَافَ رسول اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حِينَ
قَدِمَ مَكَّةَ، وَاستَلَمَ الرُّكْنَ أَوَّلَ شَيْءٍ, ثُمَّ خَبَّ
ثَلاثَةَ أَطْوَافٍ مِنْ السَّبْعِ, وَمَشَى أَربَعَة, وَرَكَعَ حِينَ
قَضَى طَوَافَهُ بالبيت عِند المَقَام رَكعَتَين, ثُمَّ انصَرَفَ فَأَتَى
الصَّفَا, وطاف بِالصَّفَا وَالمَروَة سَبعَةَ أَطوَاف, ثُمَّ لَم يَحلِل
مِنْ شَيْءٍ حَرُمَ منه حَتَّى قَضَى حَجَّهُ, وَنَحَرَ هَدْيَهُ يوم
النَّحرِ، وَأَفَاضَ فَطَافَ بالبيت, ثُمَّ حَلَّ مِن كُلِّ شَيء حَرُمَ
مِنهُ, وَفَعَلَ مِثل مَا فَعَلَ رَسول اللَّه -صلى الله عليه وسلم-: مَن
أَهدَى وَسَاقَ الهَديَ مِن النَّاسِ».
«رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- حِينَ يَقْدَمُ مكَّة إذا اسْتَلَمَ الرُّكْنَ الأَسْوَدَ -أَول
ما يَطُوفُ- يَخُبُّ ثَلاثَةَ أَشْوَاطٍ».
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-melakukan
haji tamattu' pada saat haji wadā' dengan menggabungkan umrah dengan
haji dan menyembelih hewan kurban. Beliau menggiring hewan kurban dari
Żul Ḥulaifah. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memulai
rangkaian manasik haji dan berihram untuk umrah lalu berihram untuk
haji. Orang-orang pun melakukan ibadah haji tamattu' bersama Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berihram untuk umrah dan haji. Di
antara mereka ada yang membawa hewan kurban lalu menggiring hewan
tersebut dari Żul Ḥulaifah. Ada juga yang tidak membawa hewan kurban.
Ketika Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang , beliau
bersabda kepada orang-orang, "Siapa saja di antara kalian yang membawa
hewan kurban, maka tidak dihalalkan baginya sesuatu yang telah
diharamkan untuknya sampai ia menyelesaikan ibadah hajinya. Dan
barangsiapa tidak membawa hewan kurban, hendaklah ia Tawaf di Baitullah,
Sa'i di Ṣafa dan marwa, mencukur pendek rambutnya dan bertahallul.
Setelah itu hendaklah ia berihram untuk haji dan menyembelih hadyu. Dan
barangsiapa tidak mendapatkan hewan kurban, hendaklah ia berpuasa tiga
hari pada waktu haji dan tujuh hari ketika sudah kembali ke keluarganya.
Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melakukan Tawaf saat
tiba di Makkah dan beliau pertama-tama menyentuh pilar Kakbah (Hajar
Asad) sebelum memulai Tawaf. Lalu beliau berlari pada tiga kali (putaran
awal) Tawaf dan berjalan pada empat putaran. Ketika selesai melaksanakan
Tawaf di Baitullah, beliau melaksanakan salat dua rakaat di maqam
(Ibrahim) lalu pergi menuju Ṣafa dan melakukan sa'i antara Ṣafa dan
marwa tujuh putaran. Setelah itu dia tidak menghalalkan apapun yang
diharamkan baginya sampai selesai melaksanakan rangkaian ibadah haji dan
menyembelih hewan kurban pada hari raya kurban, lalu melakukan Tawaf
ifāḍah di Baitullah. Setelah itu beliau menghalalkan segala sesuatu yang
diharamkan kepadanya. Sebagian sahabat beliau melakukan sebagaimana yang
dikerjakan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- seperti membawa
hewan kurban dan menggiringnya. "Aku pernah melihat Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika datang ke Makkah, saat beliau
telah menyentuh Hajar Aswad -pada awal Tawaf- beliau pun berlari tiga
kali putaran."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
لما خرج النبي -صلى الله عليه وسلم- إلى
ذي الحليفة "ميقات أهل المدينة" ليحج حجته التي ودع فيها البيت ومناسك
الحج، وودع فيها الناس، وبلغهم برسالته وأشهدهم على ذلك، أحرم -صلى الله
عليه وسلم- بالعمرة والحج، فكان قارنا، والقران تمتع، فتمتع الناس مع رسول
الله -صلى الله عليه وسلم-، فبعضهم أحرم بالنسكين جميعا، وبعضهم أحرم
بالعمرة، ناويا الحج بعد فراغه منها، وبعضهم أفرد الحج فقط، فقد خيرهم
النبي -صلى الله عليه وسلم- بين الأنساك الثلاثة، وساق -صلى الله عليه
وسلم- وبعض أصحابه الهدي معهم من ذي الحليفة، وبعضهم لم يسقه، فلما اقتربوا
من مكة حَضَّ من لم يسق الهدي من المفردين والقارنين إلى فسخ الحج وجعلها
عمرة، فلما طافوا وسعوا، أكد عليهم أن يقصروا من شعورهم، ويتحللوا من
عمرتهم ثم يحرموا بالحج ويهدوا، لإتيانهم بنسكين بسفر واحد، فمن لم يجد
الهدي، فعليه صيام عشرة أيام، ثلاثة في أيام الحج، يدخل وقتها بإحرامه
بالعمرة، وسبعة إذا رجع إلى أهله.
فلما قدم
النبي -صلى الله عليه وسلم- مكة استلم الركن، وطاف سبعة، خب ثلاثة، لكونه
الطواف الذي بعد القدوم، ومشى أربعة، ثم صلى ركعتين عند مقام إبراهيم، ثم
أتى إلى الصفا، فطاف بينه وبين المروة سبعا، يسعى بين العلمين، ويمشي فيما
عداهما، ثم لم يحل من إحرامه حتى قضى حجه، ونحر هديه يوم النحر، فلمَّا خلص
من حجه ورمى جمرة العقبة، ونحر هديه وحلق رأسه يوم النحر، وهذا هو التحلل
الأول، أفاض في ضحوته إلى البيت، فطاف به، ثم حل من كل شيء حرم عليه حتى
النساء، وفعل مثله من ساق الهدي من أصحابه.
Ketika Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- keluar menuju Żul Ḥulaifah -Miqat penduduk Madinah- untuk
menunaikan ibadah haji, di mana haji tersebut adalah haji perpisahan
(wadā') dengan Baitullah dan rangkaian manasik haji, serta perpisahan
dengan para sahabatnya. Beliau juga menyampaikan risalahnya kepada
mereka dan meminta kesaksian mereka terhadap hal itu. Beliau melakukan
ihram untuk umrah dan haji, maka dengan itu, beliau melaksanakan haji
Qiran. Haji Qiran adalah Tamattu' (bersenang-senang). Lantas orang-orang
pun melaksanakan Tamattu' bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-. Sebagian mereka ada yang berihram dengan dua ibadah sekaligus,
dan sebagian lagi berihram untuk umrah dengan niat akan melaksanakan
ihram untuk haji setelah selesai umrah. Sebagian lagi ada yang
melaksanakan haji Ifrad (tunggal). Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
telah memberikan tiga pilihan ibadah haji untuk mereka. Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersama sebagian sahabat menggiring hewan kurban dari
Żul Ḥulaifah, dan sebagian lagi tidak menggiiringnya. Ketika mereka
sudah mendekati Makkah, beliau memotivasi orang-orang yang tidak
menggiring hewan kurban, yaitu orang-orang yang melaksanakan haji Ifrad
dan Qiran untuk membatalkan hajinya dan menjadikannya umrah. Ketika
mereka selesai Tawaf dan sa'i, beliau menegaskan kepada mereka agar
mencukur pendek rambut-rambut mereka, bertahallul dari umrah mereka,
lalu melakukan ihram untuk haji, dan menyembelih hewan kurban karena
mereka melakukan dua ibadah dalam satu perjalanan. Barangsiapa tidak
mendapatkan hewan kurban, hendaknya ia berpuasa sepuluh hari; tiga hari
pada saat ibadah haji dan waktu puasanya dimulai pada saat melakukan
ihram untuk umrah, lalu tujuh hari lagi ketika sudah kembali ke
keluarganya. Ketika Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tiba di Makkah,
beliau menyentuh Hajar Aswad lalu melakukan Tawaf tujuh kali putaran.
Beliau berlari pada tiga putaran pertama, karena itu adalah Tawaf Qudum,
dan berjalan empat kali putaran. Setelah itu beliau salat dua rakaat di
dekat Maqam Ibrahim. Kemudian menuju ke Ṣafa lalu melakukan sa'i antara
Ṣafa dan marwa sebanyak tujuh putaran. Beliau berlari cepat saat berada
di antara dua tanda (warna hijau) dan berjalan di luar dua tanda
tersebut. Beliau tidak menghalalkan dari ihramnya hingga selesai
melaksanakan rangkaian ibadah hajinya, dan menyembelih hewan kurbannya
pada hari raya kurban. Ketika beliau telah menyelesaikan ibadah hajinya,
yaitu dengan melempar jumrah Aqabah, menyembelih hewan kurban dan
mencukur bersih rambut kepala pada hari raya kurban, maka inilah yang
disebut tahallul awal. Beliau melakukan Tawaf Ifaḍāh di Baitullah,
setelah itu dihalalkan bagi beliau segala perbuatan bahkan menggauli
istri. Sebagian sahabat melakukan manasik haji sebagaimana yang
dilakukan oleh beliau. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih dengan dua
riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3309 |
|
Hadith 270 الحديث
الأهمية: وضعت لرسول الله -صلى الله عليه وسلم-
وضوء الجنابة، فأكفأ بيمينه على يساره مرتين -أو ثلاثا- ثم غسل فرجه، ثم
ضرب يده بالأرض
Tema: Aku meletakan air untuk mandi junub
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lalu beliau menuangkan (air)
dengan tangan kanannya ke tangan kirinya dua kali -atau tiga kali-
kemudian membasuh kemaluannya. Setelah itu beliau memukul tanah dengan
tangannya |
عن ميمونة بنت الحارث -رضي الله عنها-
قالت: "وَضَعتُ لِرسولِ الله -صلى الله عليه وسلم- وَضُوءَ الجَنَابَة,
فَأَكفَأ بِيَمِينِهِ على يساره مرتين -أو ثلاثا- ثم غَسَل فَرجَه, ثُمَّ
ضَرَب يَدَهُ بالأرضِ أو الحائِطِ مرتين -أو ثلاثا- ثم تَمَضْمَضَ
واسْتَنْشَقَ, وَغَسَلَ وَجهَه وذِرَاعَيه, ثُمَّ أَفَاضَ على رَأسِه
الماء, ثم غَسَل جَسَدَه, ثُمَّ تَنَحَّى, فَغَسَل رِجلَيه, فَأَتَيتُه
بِخِرقَة فلم يُرِدْهَا, فَجَعَل يَنفُضُ الماء بِيَده".
Dari Maimunah binti Al-Hāriṡ
-raḍiyallāhu 'anhā- ia berkata, "Aku pernah menyiapkan air untuk mandi
junub Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lalu beliau menuangkan
(air) dengan tangan kanannya ke tangan kirinya dua kali -atau tiga kali-
kemudian membasuh kemaluannya. Setelah itu beliau memukul (menepuk)
tanah atau dinding dua kali -atau tiga kali- dengan tangannya.
Selanjutnya beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung, serta
membasuh muka dan kedua lengannya lalu menuangkan air ke kepalanya.
Setelah itu beliau membasuh tubuhnya lalu berpindah tempat, kemudian
mencuci kedua kakinya. Selanjutnya aku menyodorkan kain (handuk)
kepadanya, tetapi beliau tidak menginginkannya. Beliau mengelap air
dengan tangannya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في هذا الحديث تبين أم المؤمنين ميمونة
-رضي الله عنها- بنت الحارث كيفية من كيفيات غسل النبي -صلى الله عليه
وسلم- من الجنابة حيث وضعت له في المكان المعد لغسله ماء ليغتسل به، فصب
بيده اليمنى على اليسرى فغسلهما مرتين أو ثلاثا، ثم غسل فرجه لتنظيفه مما
علق به من أثر الجنابة، ثم ضرب الأرض أو الحائط بيده ودلكها مرتين أو
ثلاثا، ثم تمضمض واستنشق وغسل وجهه وذراعيه، ثم أفاض الماء على رأسه، ثم
غسل بقية جسده، ثم تحول من مكانه فغسل قدميه في مكان ثان حيث لم يغسلهما من
قبل، ثم أتته بخرقة ليتنشف بها، فلم يأخذها وجعل يسلت الماء عن جسده بيده.
Dalam hadis ini Ummul Mukminin,
Maimunah binti Al-Hāriṡ -raḍiyallāhu 'anhā- menjelaskan salah satu cara
mandi junub Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Dia menyiapkan air
untuk mandi di tempat yang sudah disediakan untuk mandi beliau. Lantas
beliau menuangkan air dengan tangan kanannya ke tangan kirinya lalu
membasuhnya dua atau tiga kali. Lalu beliau membasuh kemaluannya untuk
membersihkannya dari bekas janabah yang menempel. Selanjutnya beliau
memukul (menepuk) tanah atau dinding dengan tangannya dan
menggosok-gosokkannya dua atau tiga kali lalu berkumur-kumur dan
memasukkan air ke hidung. Kemudian beliau membasuh wajahnya dan kedua
lengannya lalu menuangkan air ke kepalanya. Setelah itu beliau membasuh
seluruh tubuhnya lalu berpindah dari tempatnya kemudian membasuh kedua
kakinya di tempat yang kedua karena beliau belum mencuci kedua kakinya.
Selanjutnya Maimunah menyodorkan kain (handuk) kepada beliau untuk
mengelap (tubuhnya). Tetapi beliau tidak mengambilnya. Beliau hanya
mengelap air dari tubuhnya dengan tangannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3310 |
|
Hadith 271 الحديث
الأهمية: يا أبا ذر، إني أراك ضعيفًا، وإني أحب
لك ما أحب لنفسي، لا تأمرن على اثنين، ولا تولين مال يتيم
Tema: Wahai Abu Żar, sesungguhnya aku
melihatmu orang yang lemah, dan sesungguhnya aku mencintai untukmu apa
yang aku cintai untuk diriku. Janganlah engkau menjadi pemimpin atas dua
orang dan janganlah pula engkau mengurus harta anak yatim! |
عن أبي ذر -رضي الله عنه- قال: قال لي
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- «يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنِّي أَرَاكَ
ضَعِيفًا، وَإِنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِنَفْسِي، لاَ تَأَمَّرَنَّ
عَلَى اثْنَينِ، وَلاَ تَوَلَّيَنَّ مَالَ يَتِيمٍ».
Dari Abu Żar -raḍiyallāhu 'anhu- ia
berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadaku,
"Wahai Abu Żar, sesungguhnya aku melihatmu orang yang lemah, dan
sesungguhnya aku mencintai untukmu apa yang aku cintai untuk diriku.
Janganlah engkau menjadi pemimpin atas dua orang dan janganlah pula
engkau mengurus harta anak yatim!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر أبو ذر -رضي الله عنه- أن النبي
-صلى الله عليه وسلم- قال له: "إني أراك ضعيفاً وإني أحب لك ما أحب لنفسي
فلا تأمرن على اثنين ولا تولين على مال يتيم" هذه أربع جمل بيَّنها الرسول
-عليه الصلاة والسلام- لأبي ذر:
الأولى:
قال له: "إني أراك ضعيفاً"، وهذا الوصف المطابق للواقع يحمل عليه النصح،
فلا حرج على الإنسان إذا قال لشخص مثلا: إن فيك كذا وكذا، من باب النصيحة
لا من باب السب والتعيير.
الثانية:
قال: "وإني أحب لك ما أحبه لنفسي" وهذا من حسن خلق النبي -عليه الصلاة
والسلام-، لما كانت الجملة الأولى فيها شيء من الجرح قال: "وإني أحب لك ما
أحب لنفسي" يعني: لم أقل لك ذلك إلا أني أحب لك ما أحب لنفسي.
الثالثة:
"فلا تأمرنَّ على اثنين"، يعني: لا تكن أميرًا على اثنين، وما زاد فهو من
باب أولى.
والمعنى
أن النبي -صلى الله عليه وسلم- نهاه أن يكون أميرًا؛ لأنه ضعيف، والإمارة
تحتاج إلى إنسان قوي أمين، قوي بحيث تكون له سلطة وكلمة حادة؛ وإذا قال
فعل، لا يكون ضعيفا أمام الناس؛ لأن الناس إذا استضعفوا الشخص لم يبق له
حرمة عندهم، وتجرأ عليه السفهاء، لكن إذا كان قويًّا لا يتجاوز حدود الله
عز وجل، ولا يقصر عن السلطة التي جعلها الله له فهذا هو الأمير حقيقة.
الرابعة:
"ولا تولين مال يتيم" واليتيم هو الذي مات أبوه قبل أن يبلغ، فنهاه الرسول
-عليه الصلاة والسلام- أن يتولى على مال اليتيم؛ لأنَّ مال اليتيم يحتاج
إلى عناية ويحتاج إلى رعاية، وأبو ذر ضعيف لا يستطيع أن يرعى هذا المال حق
رعايته فلهذا قال: "ولا تولين مال يتيم" يعني لا تكن وليا عليه دعه لغيرك.
وليس في
هذا انتقاصًا لأبي ذر فقد كان يأمر بالمعروف وينهى عن المنكر بالإضافة
للزهد والتقشف، ولكنه ضعف في باب معين وهو باب الولاية والإمارة.
Abu Żar -raḍiyallāhu 'anhu-
mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda
kepadanya, "Sesungguhnya aku melihatmu sebagai orang yang lemah, dan
sesungguhnya aku mencintai untukmu apa yang aku cintai untuk diriku.
Janganlah engkau menjadi pemimpin atas dua orang dan janganlah pula
engkau mengurus harta anak yatim!" Inilah empat kalimat yang dijelaskan
oleh Rasul -'alaihiṣ ṣalātu was salāmu- kepada Abu Żar: Pertama: Beliau
bersabda kepadanya, "Sesungguhnya aku melihatmu orang yang lemah."
Gambaran yang sesuai dengan realita ini dapat ditafsirkan sebagai
nasihat. Maka tidak masalah jika dia mengatakan kepada orang lain,
misalnya, "Sesungguhnya dalam dirimu begini dan begitu," sebagai
nasihat, bukan sebagai celaan dan cemoohan. Kedua: Beliau bersabda,
"Sesungguhnya aku mencintai untukmu apa yang aku cintai untuk diriku."
Ini merupakan bagian dari akhlak baik Nabi -''alaihiṣ ṣalātu was
salāmu-. Sebab, kalimat yang pertama mengandung suatu celaan, maka
beliau bersabda, "Sesungguhnya aku mencintai untukmu apa yang aku cintai
untuk diriku." Maksudnya, aku katakan itu karena sesungguhnya aku
mencintai untukmu apa yang aku cintai untuk diriku. Ketiga: "Janganlah
engkau memimpin dua orang", yakni, janganlah engkau menjadi pemimpin
atas dua orang. Tentu saja jumlah yang lebih dari itu maka lebih tegas
lagi larangannya. Artinya bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melarang Abu Żar menjadi pemimpin karena dia lemah. Sedangkan
kepemimpinan itu sendiri membutuhkan orang yang kuat dan terpercaya.
Kuat karena dia memiliki kekuasaan dan kata-kata yang tajam; jika dia
berkata, dia mengerjakannya dan tidak lemah di hadapan manusia. Sebab,
manusia itu apabila telah menganggap seseorang lemah, maka tidak akan
ada lagi penghormatan mereka kepadanya, dan orang-orang bodoh pun akan
berani kepadanya. Tetapi jika dia pemberani tanpa melampaui
batasan-batasan Allah -'Azza wa Jalla- dan tidak lalai dengan kekuasaan
yang telah Allah berikan kepadanya, maka inilah pemimpin sejati.
Keempat: "Dan janganlah engkau mengurus harta anak yatim." Anak yatim
adalah anak yang telah ditinggal bapaknya sebelum usia balig. Rasul
-'alaihiṣ ṣalātu was salāmu- melarang Abu Żar untuk mengurus harta anak
yatim karena harta anak yatim itu membutuhkan penjagaan. Sementara itu
Abu Żar adalah orang lemah yang tidak akan mampu menjaga harta ini
dengan sebenar-benarnya. Karena itulah beliau bersabda, "Dan janganlah
engkau mengurus harta anak yatim." Yakni, janganlah engkau menjadi wali
hartanya dan biarkanlah untuk selainmu. Ini tidak berarti penghinaan
terhadap Abu Żar. Sebab, ia sendiri sudah biasa menyuruh kepada yang
makruf dan melarang kemungkaran di tambah lagi dengan sikap zuhud dan
hidup berkekurangan. Hanya saja ia lemah dalam satu hal tertentu, yaitu
dalam hal kepengurusan dan kepemimpinan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3311 |
|
Hadith 272 الحديث
الأهمية: من توضأ نحو وضوئي هذا, ثم صلى ركعتين,
لا يحدث فيهما نفسه غفر له ما تقدم من ذنبه
Tema: Siapa yang berwudu seperti wuduku ini
lalu menunaikan salat dua rakaat tanpa berkata-kata di dalam jiwanya
pada kedua rakaat itu, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu |
عن حمران مولى عثمان أنَّه رأى عثمان
دعا بوَضُوء, فأفرَغ على يَدَيه مِن إنائه, فغَسَلهُما ثلاثَ مرَّات، ثمَّ
أدخل يَمينَه في الوَضُوء, ثمَّ تَمضمَض واستَنشَق واستَنثَر، ثُمَّ غَسل
وَجهه ثَلاثًا, ويديه إلى المرفقين ثلاثا, ثم مسح برأسه, ثمَّ غَسل كِلتا
رجليه ثلاثًا, ثمَّ قال: رأيتُ النَّبِي -صلى الله عليه وسلم- يتوضَّأ نحو
وُضوئي هذا، وقال: (من توضَّأ نحو وُضوئي هذا, ثمَّ صلَّى ركعتين, لا
يحدِّث فِيهما نفسه غُفِر له ما تقدَّم من ذنبه).
Tema: Ḥumrān -maulā Usman- meriwayatkan
bahwasannya dia pernah melihat Usman meminta air wudu. Lantas ia
menuangkan air dari wadahnya ke kedua tangannya lalu membasuhnya tiga
kali, lalu memasukkan tangan kanannya ke air wudu kemudian
berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya. Setelah
itu ia membasuh wajahnya tiga kali, dan kedua tangannya sampai kedua
sikunya tiga kali. Lalu ia mengusap kepalanya kemudian membasuh kedua
kakinya tiga kali. Setelah itu ia berkata, "Aku melihat Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- berwudu seperti wuduku ini, dan beliau bersabda,
'Siapa yang berwudu seperti wuduku ini lalu menunaikan salat dua rakaat
tanpa berkata-kata di dalam dirinya pada kedua rakaat itu, maka akan
diampuni dosanya yang telah lalu'."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
اشتمل هذا الحديث العظيم على الصفة
الكاملة لوضوء النبي -صلى الله عليه وسلم-.
فإن عثمان
-رضي الله عنه- من حسن تعليمه وتفهيمه علمهم صفة وضوء النبي -صلى الله عليه
وسلم- بطريقة عملية، ليكون أبلغ تفهُّماً، فإنه دعا بإناء فيه ماء، ولئلا
يلوثه، لم يغمس يده فيه، وإنما صب على يديه ثلاث مرات حتى نظفتا، بعد ذلك
أدخل يده اليمنى في الإناء، وأخذ بها ماء تمضمض منه واستنشق، ثم غسل وجهه
ثلاث مرات، ثم غسل يديه مع المرفقين ثلاثا، ثم مسح جميع رأسه مرة واحدة، ثم
غسل رجليه مع الكعبين ثلاثا.
فلما فرغ
-رضي الله عنه- من هذا التطبيق والوضوء الكامل أخبرهم أنه رأى النبي -صلى
الله عليه وسلم- توضأ مثل هذا الوضوء، وأخبرهم -صلى الله عليه وسلم- أنه من
توضأ مثل وضوئه، وصلى ركعتين، خاشعًا مُحْضراً قلبه بين يدي ربه عز وجل
فيهما، فإنه- بفضله تعالى يجازيه على هذا الوضوء الكامل، وهذه الصلاة
الخالصة بغفران ما تقدم من ذنبه.
Hadis yang agung ini mencakup sifat
wudu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang sempurna.
Usman-raḍiyallāhu 'anhu- dengan keindahan metode pengajarannya, ia
mengajarkan orang-orang tentang sifat wudu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- dengan metode praktik agar lebih cepat dipahami. Beliau meminta
wadah berisi air, lalu supaya tidak mengotori air itu ia tidak
mencelupkan tangannya langsung ke dalamnya, tetapi ia terlebih dahulu
menuangkan air itu ke kedua tangannya sebanyak tiga kali hingga kedua
tangannya bersih. Setelah itu, ia memasukkan tangan kanannya ke dalam
wadah dan menciduk air untuk berkumur-kumur dan memasukkan air ke
hidung. Selanjutnya ia membasuh wajahnya tiga kali lalu membasuh kedua
tangannya sampai kedua sikunya tiga kali, lalu mengusap seluruh
kepalanya satu kali, kemudian membasuh kedua kakinya bersama dua mata
kakinya tiga kali. Setelah Usman -raḍiyallāhu 'anhu- menyelesaikan
praktik dan wudu yang sempurna ini, ia mengabarkan kepada orang-orang
bahwasannya dia pernah melihat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
berwudu seperti wudunya ini, dan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memberitahu mereka bahwa siapa yang berwudu seperti wudunya itu lalu
melaksanakan salat dua rakaat dengan khusyuk dan menghadirkan hatinya di
hadapan Allah -'Azza wa Jalla- pada dua rakaat itu, maka dengan karunia
Allah -Ta'ālā-, Dia akan memberikan balasan untuk wudu yang sempurna ini
dan salat yang ikhlas tersebut berupa ampunan terhadap dosa yang telah
dikerjakannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3313 |
|
Hadith 273 الحديث
الأهمية: يدخل الجنة أقوام أفئدتهم مثل أفئدة
الطير
Tema: Akan masuk surga suatu kaum yang hati
mereka seperti hati burung |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«يَدخُلُ الجّنَّة أَقْوَام أَفئِدَتُهُم مِثل أًفئِدَة الطَّير».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Akan masuk surga suatu kaum yang hati mereka seperti
hati burung."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر النبي -عليه الصلاة والسلام- عن
وصف قوم من أهل الجنة وأن قلوبهم رقيقة فزعة كما تفزع الطير، وذلك
لخوف هؤلاء المؤمنين من ربهم ،كما أن الطير كثيرة الفزع والخوف، وهم
أيضاً أكثر الناس توكلاً على الله في طلب حاجاتهم كما تخرج الطير صباحاً
لطلب رزقها.
Nabi -'alaihiṣṣsalātu wa as-Salām-
mengabarkan tentang gambaran sekelompok penghuni surga bahwa hati mereka
lembut dan penuh rasa takut seperti burung yang takut. Hal ini karena
rasa takut orang-orang Mukmin ini kepada Rabbnya sebagaimana burung yang
sangat panik dan takut. Mereka juga orang-orang yang sangat bertawakal
kepada Allah dalam mencari kebutuhan (hidupnya) seperti burung yang
keluar di pagi hari untuk mencari rezekinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3314 |
|
Hadith 274 الحديث
الأهمية: كان النبي -صلى الله عليه وسلم- إذا
اغتسل من الجنابة غسل يديه ثم توضأ وضوءه للصلاة ثم اغتسل
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
apabila mandi janabah, beliau mencuci kedua tangannya lalu berwudu
seperti wudu untuk salat lalu mandi |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: (كان
النبي -صلى الله عليه وسلم- إذا اغْتَسَلَ من الجَنَابَة غَسَل يديه, ثُمَّ
تَوَضَّأ وُضُوءَه للصَّلاة, ثمَّ اغْتَسَل, ثُمَّ يُخَلِّلُ بِيَدَيه
شعره, حتى إِذَا ظَنَّ أنَّه قد أَرْوَى بَشَرَتَهُ, أَفَاض عليه الماء
ثَلاثَ مرَّات, ثمَّ غَسَل سائر جسده. وكانت تقول: كُنت أغتسِل أنا ورسول
الله -صلى الله عليه وسلم- من إِنَاء واحِد, نَغْتَرِف مِنه جَمِيعًا).
Tema: Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia
berkata, "Nabi - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila mandi janabat,
beliau mencuci kedua tangannya lalu berwudu seperti wudu untuk salat
lalu mandi. Selanjutnya beliau menyela-nyela rambutnya dengan tangannya
sampai beliau yakin bahwa dia telah membasahi kulit kepalanya lalu
beliau mengguyurkan air tiga kali ke atasnya. Setelah itu beliau
membasuh seluruh tubuhnya." Aisyah berkata, "Aku mandi bersama
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dari satu bejana. Kami
menciduk air bersama-sama dari bejana itu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
تصف عائشة -رضي الله عنها- غسل النبي
-صلى الله عليه وسلم- بأنه إذا أراد الغسل من الجنابة بدأ بغسل يديه،
لتكونا نظيفتين حينما يتناول بهما الماء للطهارة، وتوضأ كما يتوضأ للصلاة،
ولكونه -صلى الله عليه وسلم- ذا شعر كثيف، فإنه يخلله بيديه وفيهما الماء
حتى إذا وصل الماء إلى أصول الشعر، وأروى البشرة، صب الماء على رأسه ثلاث
مرات ثم غسل باقي جسده.
ومع هذا
الغسل الكامل، فإنه يكفيه هو وعائشة، إناء واحد، يغترفان منه جميعا.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-
menggambarkan cara mandi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa
apabila beliau hendak mandi janabat, beliau memulainya dengan membasuh
kedua tangannya agar keduanya bersih saat mengambil air untuk bersuci.
Dan beliau berwudu sebagaimana wudu untuk salat. Mengingat beliau
memiliki rambut tebal, maka beliau menyela-nyela rambutnya dengan kedua
tangannya yang berisi air, hingga ketika air sudah sampai ke pangkal
rambut dan membasahi seluruh kulit kepala, beliau pun mengguyur
kepalanya dengan air tiga kali lalu membasuh bagian tubuh yang tersisa.
Mandi yang sempurna ini cukup beliau dan Aisyah lakukan dengan satu
bejana. Keduanya menciduk air bersama-sama darinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3316 |
|
Hadith 275 الحديث
الأهمية: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- إذا
عطس وضع يده أو ثوبه على فيه، وخفض
بها صوته
Tema: Dari Abu Hurairah, ia berkata,
"Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila bersin, beliau
meletakkan tangannya atau kainnya di mulutnya dan merendahkan -atau
menekan- suaranya." Perawi ragu-ragu. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: كان
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- إذا عطس وضع يده أو ثوبه على فيه، وخفض -أو
غض- بها صوته،
شك
الراوي.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
"Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila bersin, beliau
meletakkan tangannya atau kainnya di mulutnya dan merendahkan -atau
menekan- suaranya." Perawi ragu-ragu.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
دل الحديث على أدب من الآداب المتعلقة
بالعطاس، فيُستحب للعاطس أن لا يبالغ في إخراج العطاس ولا يرفع صوته, بل
يخفضه ويغطي وجهه إن أمكن.
Hadis ini menunjukkan salah satu adab
yang berkaitan dengan bersin. Disunahkan bagi orang yang bersin untuk
tidak berlebih-lebihan dalam melakukan bersin dan tidak mengangkat
suaranya, akan tetapi dia hendaknya merendahkannya dan menutup wajahnya
jika mampu. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3317 |
|
Hadith 276 الحديث
الأهمية: كان كلام رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- كلاما فصلا يفهمه كل من يسمعه
Tema: Perkataan Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- adalah perkataan yang jelas (rinci) dapat dipahami
oleh setiap orang yang mendengarnya. |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: كَانَ
كَلاَمُ رَسُولِ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- كَلاَمًا فَصلاً يَفْهَمُهُ
كُلُّ مَنْ يَسْمَعُهُ.
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia
berkata, "Perkataan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah
perkataan yang jelas (rinci) dapat dipahami oleh setiap orang yang
mendengarnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حديث عائشة -رضي الله عنها- أنها قالت:
إنَّ النبي -صلى الله عليه وسلم- كان كلامه فصلا، معناه أنه كان مفصلا لا
يدخل الحروف بعضها على بعض، ولا الكلمات بعضها على بعض، بيِّن ظاهر لكل من
سمعه ليس فيه تعقيد ولا تطويل، حتى لو شاء العاد أن يحصيه لأحصاه من شدة
تأنيه -صلى الله عليه وسلم- في الكلام؛ وهذا لأنَّ النبيَّ -صلَّى الله
عليه وسلَّم- أُعْطِيَ جوامع الكلم واختصر له الكلام اختصارا، وجوامع الكلم
أن تجمع المعاني الكثيرة في اللفظ القليل.
وهكذا
ينبغي للإنسان أن لا يكون كلامه متداخلا بحيث يخفى على السامع؛ لأن المقصود
من الكلام هو إفهام المخاطب، وكلما كان أقرب إلى الإفهام كان أولى وأحسن.
ثم إنه
ينبغي للإنسان إذا استعمل هذه الطريقة، يعني إذا جعل كلامه فصلا بينا
واضحا، وكرَّره ثلاث مرات لمن لم يفهم، ينبغي أن يستشعر في هذا أنه متبع
لرسول الله -صلى الله عليه وسلم- حتى يحصل له بذلك الأجر وإفهام أخيه
المسلم.
وهكذا
جميع السنن اجعل على بالك أنك متبع فيها لرسول -صلى الله عليه وسلم- حتى
يتحقق لك الاتباع وثوابه.
Hadis Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-
bahwasannya ia berkata, "Sesungguhnya perkataan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- adalah perkataan yang jelas (rinci)." Artinya bahwa perkataan
beliau terperinci tanpa ada sebagian huruf yang bertumpuk dengan huruf
lainnya, dan tidak ada kata-kata yang bercampur dengan kata-kata yang
lain. Perkataannya jelas dan terang bagi setiap orang yang mendengarnya
tanpa mengandung kerumitan dan bertele-tele sehingga jika ada orang yang
hendak menghitungnya, pasti dia mampu menghitungnya karena begitu
lambatnya pembicaraan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Hal ini
disebabkan karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- diberi "Jawāmi'
Al-Kalim" dan perkataan dibuat ringkas baginya. Jawāmi' Al-Kalim artinya
kalimat pendek namun mengandung makna yang komprehensif. Demikianlah
seharusnya seseorang tidak menjadikan perkataannya tumpang-tindih
sehingga menjadi samar bagi orang yang mendengarnya. Sebab, tujuan
perkataan adalah memahamkan orang yang diajak bicara. Semakin dekat
perkataan kepada pemahaman maka semakin utama dan bagus. Kemudian
hendaklah seseorang ketika menggunakan cara tersebut dalam bicara, yakni
apabila dia menjadikan perkataannya rinci, jelas dan terang, serta
mengulanginya tiga kali bagi orang yang belum paham, seyogyanya dia
menghadirkan perasaan bahwa perbuatannya ini dalam rangka mengikuti
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sehingga dia memperoleh pahala
sekaligus bisa memberikan pemahaman kepada saudaranya yang Muslim.
Demikian juga semua sunah, hendaknya engkau menetapkan dalam hatimu
bahwa engkau mengikuti Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
sehingga terwujudlah tindakan mengikuti (Nabi) dan mendapatkan pahala. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan
oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3321 |
|
Hadith 277 الحديث
الأهمية: قوموا فلأصلي لكم
Tema: Berdirilah! Aku akan salat untuk
(mengimami) kalian |
عن أَنَس بنِ مَالِكٍ -رضي الله عنه-
«أنَّ جَدَّتَهُ مُلَيكَة دَعَت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لِطَعَام
صَنَعتُه، فَأَكَل مِنه، ثم قال: قُومُوا فَلِأُصَلِّي لَكُم؟ قال أنس:
فَقُمتُ إِلَى حَصِيرٍ لَنَا قد اسوَدَّ من طُولِ مَا لُبِس، فَنَضَحتُه
بماء، فقام عليه رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وَصَفَفتُ أنا واليَتِيمُ
وَرَاءَهُ، والعَجُوزُ مِن وَرَائِنَا، فَصَلَّى لَنَا رَكعَتَين، ثُمَّ
انصَرَف».
ولمسلم
«أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- صلى به وبِأُمِّه فَأَقَامَنِي عن
يَمِينِه، وأقام المَرأةَ خَلْفَنَا».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- bahwa neneknya, Mulaikah, mengundang Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- untuk menikmati hidangan yang ia buat. Lalu beliau
makan dari makanan tersebut, kemudian bersabda, "Berdirilah kalian! Aku
akan salat untuk (mengimami) kalian." Anas berkata, "Lalu aku menuju
tikar milik kami yang sudah menghitam karena terlalu lama dipakai dan
memercikinya dengan air. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- berdiri di atas tikar ini, sedang aku dan seorang anak yatim
berbaris di belakang beliau, dan nenek itu di belakang kami. Beliau
salat dua rakaat untuk (mengimami) kami, kemudian beliau pergi." Dalam
riwayat Muslim, "Bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- salat
dengannya dan ibunya. Beliau menempatkanku berdiri di kanan beliau, dan
menempatkan wanita di belakang kami."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
دعت مليكة -رضي الله عنها- رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- لطعام صنعته، وقد جبله الله تعالى على أعلى المكارم
وأسمى الأخلاق، ومنها التواضع الجم، فكان على جلالة قدره وعلو مكانه يجيب
دعوة الكبير والصغير، والذكر والأنثى، والغني والفقير، يريد بذلك الأهداف
السامية، والمقاصد الجليلة من جبر قلوب البائسين، والتواضع للمساكين،
وتعليم الجاهلين، إلى غير ذلك من مقاصده الحميدة، فجاء إلى هذه الداعية،
وأكل من طعامها، ثم اغتنم هذه الفرصة ليعلِّم هؤلاء المستضعفين الذين ربما
لا يزاحمون الكبار على مجالسه المباركة، فأمرهم بالقيام ليصلي بهم، حتى
يتعلموا منه كيفية الصلاة، فعمد أنس إلى حصير قديم، قد اسود من طول المكث
والاستعمال، فغسله بالماء، فقام عليه رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يصلى
بهم، وصف أنسا، ويتيما معه، صفا واحدا خلف النبي صلى الله عليه وسلم، وصفت
العجوز-صاحبة الدعوة- من وراء أنس واليتيم، تصلي معهم، فصلى بهم ركعتين، ثم
انصرف -صلى الله عليه وسلم- بعد أن قام بحق الدعوة والتعليم -صلى الله عليه
وسلم-، ومنَّ الله علينا باتباعه في أفعاله وأخلاقه.
Mulaikah -raḍiyallāhu 'anhā-
mengundang Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk menikmati
makanan yang ia buat. Allah -Ta'āla- telah menciptakan beliau di atas
sifat mulia yang paling agung dan akhlak paling luhur, di antaranya
adalah sifat tawaḍuk. Kendati sangat terhormat dan berkedudukan tinggi,
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tetap berkenan memenuhi
undangan orang dewasa maupun anak kecil, laki-laki maupun perempuan,
kaya maupun miskin. Dengan sikap ini, beliau menginginkan tujuan yang
luhur dan mulia berupa melipur lara orang-orang yang kesusahan, rendah
hati pada orang-orang miskin, mengajari orang-orang bodoh dan
tujuan-tujuan terpuji lainnya. Maka beliau datang pada wanita yang
mengundang ini dan makan hidangannya. Kemudian beliau menggunakan
kesempatan ini untuk mengajari orang-orang lemah ini yang bisa jadi
tidak berani berdesak-desakan dengan orang-orang besar di majlis-majlis
beliau yang penuh berkah. Beliau memerintah mereka berdiri supaya beliau
bisa salat mengimami mereka, agar mereka belajar tata cara salat dari
beliau. Lalu Anas menuju ke selembar tikar yang usang, warnanya telah
menghitam karena telah berumur dan lama dipakai dan mencucinya dengan
air. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri di atas
tikar itu guna memimpin mereka salat. Beliau membariskan Anas dan
seorang anak yatim dalam satu saf di belakang Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam-. Sedang wanita tua tersebut -yakni yang mengundang beliau-
berbaris di belakang Anas dan anak yatim itu, ia salat bersama mereka.
Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pergi setelah
memenuhi undangan dan mengajari mereka, dan Allah telah menganugerahi
kita dengan mengikuti perbuatan serta akhlak beliau. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3324 |
|
Hadith 278 الحديث
الأهمية: إذا استأذنت أحدَكم امرأتُه إلى المسجد
فلا يمنعها
Tema: Apabila istri salah satu kalian
meminta izin padanya untuk pergi ke masjid maka ia tidak boleh
melarangnya. |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
عَنِ النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إذا اسْتَأذَنَت أَحَدَكُم
امرَأَتُه إلى المسجِد فَلا يَمنَعهَا، قال: فقال بلال بن عبد الله: والله
لَنَمنَعُهُنَّ، قال: فَأَقبَلَ عليه عبد الله، فَسَبَّهُ سَبًّا سَيِّئًا،
ما سَمِعتُه سَبَّهُ مِثلَهُ قَطُّ، وقال: أُخبِرُك عن رسول الله صلى الله
عليه وسلم وتقول: والله لَنَمنَعُهُنَّ؟».
وفي لفظ:
«لا تَمنَعُوا إِمَاء الله مسَاجِد الله...».
Tema: Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda,
"Apabila istri salah satu kalian meminta izin padanya untuk pergi ke
masjid maka ia tidak boleh melarangnya." Ia (rawi) mengatakan, "Lantas
Bilal bin Abdullah berkata, "Demi Allah, sungguh kami akan melarang
mereka." Maka Abdullah mendatanginya lalu mencelanya dengan celaan buruk
yang aku belum pernah mendengarnya mengeluarkan celaan seperti itu, dan
ia berkata, "Aku memberimu suatu kabar dari Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- namun engkau malah mengatakan, "Demi Allah, sungguh
kami akan melarang mereka?" Dalam redaksi lain, "Janganlah kalian
melarang hamba-hamba perempuan Allah dari mendatangi masjid-masjid
Allah..."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
رَوى ابن عمر-رضي الله عنهما- أنَّ
النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: إذا استأذنت أحدكم امرأته إلى المسجد فلا
يمنعها؛ لئلا يحرمها فضيلة الجماعة في المسجد، وفيه بيان حكم خروج المرأة
إلى المسجد للصلاة، وأنه جائز،
وكان أحد
أبناء عبد الله بن عمر حاضرا حين حدث بهذا الحديث، وكان قد رأى الزمان قد
تغير عن زمن النبي -صلى الله عليه وسلم- بتوسُّع النساء في الزينة، فحملته
الغيرة على صون النساء، على أن قال- من غير قصد الاعتراض على المشرِّع-:
والله لنمنعهن، ففَهِم أبُوه من كلامه أنه يعترض- برده هذا- على سنَّة
النبي -صلى الله عليه وسلم- فحمله الغضب لله ورسوله، على أن سبَّه سبًّا
شديدًا. وقال: أخبرك عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، وتقول: والله
لنمنعهن؟
Tema: Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-
meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Apabila istri salah seorang kalian meminta izin padanya untuk pergi ke
masjid maka ia tidak boleh melarangnya," supaya ia tidak menghalanginya
dari mendapatkan keutamaan salat berjamaah di masjid. Hadis ini
menjelaskan bahwa hukum wanita keluar ke masjid untuk menunaikan salat
adalah boleh. Salah seorang putra Abdullah bin Umar hadir ketika ia
menceritakan hadis ini, saat itu ia mendapati bahwa zamannya sudah
berbeda dari zaman Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan
tersebarnya banyak perhiasan yang dikenakan wanita (ketika keluar
rumah), sehingga kecemburuannya untuk melindungi wanita mendorongnya
untuk mengucapkan -tanpa ada kesengajaan memprotes pembuat syariat-,
"Demi Allah, sungguh kami akan melarang mereka." Dari perkataannya ini,
ayahnya memahami ia telah berani memprotes sunnah Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, sehingga kemarahan karena Allah dan rasul-Nya
mendorongnya untuk mencelanya dengan celaan yang keras, dan ia berkata,
"Aku memberimu kabar dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
namun engkau malah mengatakan, "Demi Allah sungguh kami akan melarang
mereka?!" |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih dengan dua
riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3325 |
|
Hadith 279 الحديث
الأهمية: صَلَّيْتُ مع أبي بكر وعمر وعثمان، فلم
أسمع أحدا منهم يقرأ "بسم الله الرحمن الرحيم"
Tema: Aku telah salat bersama Abu Bakar,
Umar dan Usman, dan aku tidak mendengar salah seorang dari mereka
membaca "bismillāhir-raḥmānir-raḥīm |
عن أَنَس بن مالك -رضي الله عنه- «أنّ
النبي -صلى الله عليه وسلم- وأبا بكر وعمر -رضي الله عنهما-: كانوا
يَسْتَفْتِحُونَ الصلاة بـ"الحمد لله رب العالمين"».
وفي
رواية: « صَلَّيْتُ مع أبي بكر وعمر وعثمان، فلم أسمع أحدا منهم يقرأ "بسم
الله الرحمن الرحيم"».
ولمسلم: «
صَلَّيْتُ خلف النبي -صلى الله عليه وسلم- وأبي بكر وعمر وعثمان فكانوا
يَسْتَفْتِحُونَ بـ"الحمد لله رب العالمين"، لا يَذْكُرُونَ "بسم الله
الرحمن الرحيم" في أول قراءة ولا في آخرها».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu-, "Bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, Abu bakar dan Umar
-raḍiyallāhu 'anhumā- mengawali (bacaan) salat dengan "al-ḥamdu lillāhi
rabbil-'ālamīn." Dalam riwayat lain, "Aku telah salat bersama Abu Bakar,
Umar dan Usman, dan aku tidak mendengar salah seorang dari mereka
membaca "bismillāhir-raḥmānir-raḥīm." Dalam riwayat Muslim, "Aku telah
salat di belakang Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, Abu Bakar, Umar
dan Usman sedang mereka mengawali bacaan dengan "al-ḥamdu lillāhi
rabbil-'ālamīn", dan mereka tidak menyebutkan
"bismillāhir-raḥmānir-raḥīm" di awal bacaan maupun di akhirnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يذكر أنس بن مالك، -رضى الله عنه-: أنه-
مع طول صحبته للنبي -صلى الله عليه وسلم- وملازمته له ولخلفائه الراشدين -
لم يسمع أحداً منهم يقرأ (بسم الله الرحمن الرحيم) في الصلاة، لا في أول
القراءة، ولا في آخرها، وإنما يفتتحون الصلاة بـ"الحمد لله رب العالمين"،
وقد اختلف العلماء في حكم قراءة البسملة والجهر بها على أقوال، والصحيح من
أقوال العلماء أن المصلي يقرأ البسملة سرا قبل قراءة الفاتحة في كل ركعة من
صلاته، سواء كانت الصلاة سرية أم جهرية.
Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu-,
menyebutkan kendati lama menjadi sahabat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- dan menyertai beliau dan juga menyertai para Khulafā`
ar-Rāsyidīn, ia sama sekali tidak mendengar salah seorang pun dari
mereka membaca "bismillāhir-raḥmānir-raḥīm" dalam salat, baik di awal
bacaan maupun di akhirnya. Akan tetapi mereka mengawali bacaan dalam
salat dengan "al-ḥamdu lillāhi rabbil-'ālamīn". Para ulama berbeda
pendapat tentang hukum membaca basmalah dan mengeraskan bacaannya di
dalam salat dalam beberapa pendapat. Namun yang benar di antara
pendapat-pendapat ulama ini adalah bahwa orang yang salat harus membaca
basmalah secara sir (bacaan pelan) sebelum membaca Al-Fātiḥah di setiap
rakaat salatnya, baik salat tersebut sirriyah (bacaannya pelan) ataupun
jahriyah (bacaannya keras). |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3327 |
|
Hadith 280 الحديث
الأهمية: إن من أشر الناس عند الله منزلة يوم
القيامة الرجل يفضي إلى المرأة وتفضي إليه، ثم ينشر سرها
Tema: Sesungguhnya manusia yang paling buruk
kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang
menggauli istrinya dan istrinya menggaulinya, kemudian ia menyebarkan
rahasia istrinya |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه-
مرفوعاً: «إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِندَ الله مَنزِلَةً يَومَ
القِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفضِي إِلَى المَرْأَةِ وَتُفْضِي إِلَيه، ثُمَّ
يَنشُرُ سِرَّهَا».
Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Sesungguhnya manusia yang paling buruk
kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang
menggauli istrinya dan istrinya menggaulinya, kemudian ia menyebarkan
rahasia istrinya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر النبي الكريم -صلى الله عليه وسلم-
أن من شر الناس مرتبة عند الله يوم القيامة المتصف بهذه الخيانة، وهو الذي
يعمد إلى نشر سر البيت الزوجي، الذي لا يطلع عليه إلا الزوجان، ففي هذا
الحديث تحريم إفشاء الرجل ما يجري بينه وبين امرأته من أمور الاستمتاع ووصف
تفاصيل ذلك، وما يجري من المرأة فيه من قول أو فعل ونحوه.
فأما مجرد
ذكر الجماع، فإن لم تكن فيه فائدة، ولا حاجة فمكروه؛ لأنَّه خلاف المروءة،
وقد قال -صلى الله عليه وسلم-: "من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل
خيرًا أو ليصمت" ، وإن كان إليه حاجة، أو ترتب عليه فائدة، بأن ينكر عليه
إعراضه عنها، أو تدعي عليه العجز عن الجماع، أو نحو ذلك، فلا كراهة في ذكره
لوجود المصلحة في ذلك وقد دلت عليه السنة.
Nabi yang mulia -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan bahwa seburuk-buruk derajat manusia di sisi Allah
pada hari kiamat adalah orang yang memiliki sifat khianat seperti ini.
Yaitu, orang yang sengaja membeberkan rahasia rumah tangga yang hanya
boleh diketahui oleh suami istri. Hadis ini mengandung pengharaman
tindakan seorang suami menyebarkan hal-hal yang terjadi antara dirinya
dengan istrinya berupa hal yang berkaitan dengan hubungan badan dan
detailnya, dan apa yang dilakukan oleh wanita dalam hubungan itu baik
berupa ucapan atau perbuatan dan sebagainya. Adapun jika sekedar
menyebutkan hubungan badan, jika tidak mengandung manfaat dan tidak ada
keperluan, maka hukumnya makruh karena bertentangan dengan susila. Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaknya mengucapkan yang baik atau diam."
Jika diperlukan untuk diceritakan atau mendatangkan faedah, seperti
tindakan suami mengacuhkan istrinya atau si istri menuduhnya impoten dan
sebagainya, maka tidak makruh menceritakannya karena ada maslahatnya
sebagaimana terdapat dalam Sunah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3328 |
|
Hadith 281 الحديث
الأهمية: لعنة الله على اليهود والنصارى، اتخذوا
قبور أنبيائهم مساجد -يحذر ما صنعوا-، ولولا ذلك أبرز قبره، غير أنه خشي أن
يتخذ مسجدًا
Tema: "Laknat Allah kepada orang-orang
Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai
masjid." Beliau memperingatkan apa yang telah mereka lakukan, dan
seandainya bukan karena hal tersebut, maka kuburan beliau akan
ditinggikan, akan tetapi beliau khawatir bila kuburannya akan dijadikan
sebagai masjid |
عن عائشة -رضي الله عنها-، قالت: لما
نُزِلَ برسول الله -صلى الله عليه وسلم-، طَفِقَ يَطْرَحُ خَمِيصَةً له على
وجهه، فإذا اغْتَمَّ بها كشفها فقال -وهو كذلك-: "لَعْنَةُ الله على اليهود
والنصارى، اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد -يُحَذِّرُ ما صنعوا".
ولولا ذلك
أُبْرِزَ قَبْرُهُ، غير أنه خَشِيَ أن يُتَّخَذَ مسجدا.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-
meriwayatkan, "Ketika ajal datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam-, beliau mulai meletakkan kain wol di wajah beliau, ketika
susah bernafas maka beliau membukanya, ketika dalam keadaan demikian
beliau bersabda, 'Laknat Allah kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani,
mereka menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid.' Beliau
memperingatkan apa yang telah mereka lakukan, dan seandainya bukan
karena hal tersebut, maka kuburan beliau akan ditampakkan, akan tetapi
beliau khawatir bila kuburannya akan dijadikan sebagai masjid."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
تخبرنا عائشة -رضي الله عنها- أنه حينما
حضرت النبي -صلى الله عليه وسلم- الوفاة قال وهو في سكرات الموت: "لعن الله
اليهود والنصارى"؛ وذلك لأنهم بنوا على قبور أنبيائهم مساجد. ثم استنتجت
عائشة -رضي الله عنها- أنه يريد بذلك تحذير أمته من أن تقع فيما وقعت فيه
اليهود والنصارى فتبني على قبره مسجدا، ثم بينت أن الذي منع الصحابة من
دفنه خارج غرفته هو خوفهم من أن يتخذ قبره مسجدًا.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-
memberitahukan bahwa ketika ajal datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam-, dalam keadaan menghadapi sekarat, beliau bersabda, “Laknat
Allah kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani.” Hal ini karena mereka
membangun masjid di atas kuburan para nabi mereka. Lalu Aisyah
-raḍiyallāhu 'anhā- mengambil kesimpulan bahwa dengan sabdanya itu,
beliau hendak memperingatkan umatnya agar tidak terjerumus ke dalam apa
yang telah diperbuat oleh kaum Yahudi dan Nasrani, sehingga mereka pun
ikut membangun masjid di atas kuburan beliau. Kemudian Aisyah
-raḍiyallāhu 'anhā- menjelaskan bahwa yang mencegah para sahabat untuk
menguburkan beliau di luar kamarnya adalah karena mereka khawatir
kuburan beliau akan dijadikan sebagai masjid. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3330 |
|
Hadith 282 الحديث
الأهمية: اجتنبوا السبع الموبقات
Tema: "Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang
membinasakan!" Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa saja
dosa-dosa yang membinasakan itu?” Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah,
sihir, membunuh jiwa yang telah Allah haramkan melainkan dengan sebab
yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling (lari)
dari medan pertempuran, dan menuduh wanita yang beriman lagi suci nan
menjaga kehormatannya dengan tuduhan berbuat zina." |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
"اجتنبوا السبع المُوبِقَات، قالوا: يا رسول الله، وما هُنَّ؟ قال: الشركُ
بالله، والسحرُ، وقَتْلُ النفسِ التي حَرَّمَ الله إلا بالحق، وأكلُ
الرِّبا، وأكلُ مالِ اليتيم، والتَّوَلّي يومَ الزَّحْفِ، وقذفُ المحصناتِ
الغَافِلات المؤمنات".
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan secara marfū': "Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang
membinasakan!" Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa saja
dosa-dosa yang membinasakan itu?” Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah,
sihir, membunuh jiwa yang telah Allah haramkan melainkan dengan sebab
yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling (lari)
dari medan pertempuran, dan menuduh wanita yang beriman lagi suci nan
menjaga kehormatannya dengan tuduhan berbuat zina."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يأمر -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- أمته بالابتعاد عن سبع جرائم مهلكاتٍ، ولما سُئل عنها ما هي؟
بيّنها بأنها الشرك بالله، باتخاذ الأنداد له من أي شكل كانت، وبدأ بالشرك؛
لأنه أعظم الذنوب، وقتلِ النفس التي منع الله من قتلها إلا بمسوغٍ شرعي،
والسحر، وتناول الربا بأكلٍ أو بغيره من وجوه الانتفاع، والتعدي على مال
الطفل الذي مات أبوه، والفرار من المعركة مع الكفار، ورمي الحرائر العفيفات
بالزنا.
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- memerintahkan umatnya agar menjauhi tujuh kejahatan yang
membinasakan. Saat beliau ditanya tentang tujuh perkara itu, beliau
menjelaskan bahwa tujuh perkara itu ialah menyekutukan Allah dengan cara
menjadikan tandingan-tandingan bagi-Nya dalam bentuk apa pun. Beliau
memulai dengan syirik, karena merupakan dosa paling besar, (kemudian)
membunuh jiwa yang dilarang untuk dibunuh kecuali dengan sebab yang
dizinkan agama, sihir, mengambil (harta) riba dengan memakannya atau
dengan berbagai bentuk pemanfaatan lainnya, lalim terhadap harta anak
yang ditinggal mati ayahnya, lari dari medan perang melawan orang-orang
kafir, dan menuduh wanita-wanita merdeka yang memelihara kehormatan
dirinya dengan tuduhan zina. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3331 |
|
Hadith 283 الحديث
الأهمية: إذا أراد الله بعبده الخير عجل له
العقوبة في الدنيا، وإذا أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافى به يوم
القيامة
Tema: Jika Allah menghendaki kebaikan bagi
hamba-Nya, Dia segerakan balasan dosanya di dunia. Jika Allah
menghendaki keburukan pada hamba-Nya, Dia tahan balasan dosa hamba-Nya
hingga dibalas-Nya (sekaligus) pada hari kiamat. |
عن أنس -رضي الله عنه - أن رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- قال: "إذا أراد الله بعبده الخير عجل له العقوبة في
الدنيا، وإذا أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يُوَافِيَ به يومَ
القيامة".
Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika Allah
menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, Dia segerakan balasan dosanya di
dunia. Jika Allah menghendaki keburukan pada hamba-Nya, Dia tahan
balasan dosa hamba-Nya hingga dibalas-Nya (sekaligus) pada hari kiamat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- أن علامة إرادة الله الخيرَ بعبده معاجلته بالعقوبة على ذنوبه
في الدنيا حتى يخرج منها وليس عليه ذنب يوافي به يوم القيامة؛ لأن من حوسب
بعمله عاجلاً خفّ حسابه في الآجل، ومن علامة إرادة الشر بالعبد أن لا يجازى
بذنوبه في الدنيا حتى يجيء يوم القيامة مستوفر الذنوب وافيها، فيجازى بما
يستحقه يوم القيامة.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan bahwa tanda Allah menginginkan kebaikan pada
hamba-Nya adalah disegerakan balasan dosanya di dunia, sehingga dia
wafat tanpa membawa dosa yang harus ditebusnya pada hari kiamat. Sebab
siapa yang perhitungannya disegerakan (di dunia) maka hitungan akhirnya
jadi ringan. Dan di antara tanda bahwa Allah menghendaki keburukan pada
seorang hamba, Dia tidak membalas dosa hamba tersebut di dunia, hingga
ia didatangkan pada hari kiamat dengan bergelimang dosa dan akan dibalas
dengan yang setimpal pada hari kiamat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3332 |
|
Hadith 284 الحديث
الأهمية: ألا أخبركم بما هو أخوف عليكم عندي من
المسيح الدجال؟ قالوا: بلى يا رسول الله، قال: الشرك الخفي، يقوم الرجل
فيصلي فيزين صلاته لما يرى من نظر رجل
Tema: Maukah kalian aku beritahukan tentang
sesuatu yang lebih aku takutkan (akan menimpa) kalian daripada Al-Masīḥ
Ad-Dajjāl?" Para sahabat menjawab, "Tentu saja, wahai Rasulullah."
Beliau bersabda, "Syirik Khafi (yang samar/tersembunyi). Seseorang
berdiri lalu salat kemudian memperbagus salatnya karena melihat
pandangan orang yang memperhatikannya." |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه-
مرفوعاً: "ألا أخبركم بما هو أَخْوَفُ عليكم عندي من المسيح الدجال؟ قالوا:
بلى يا رسول الله، قال: الشرك الخفي يقوم الرجل فيصلي فَيُزَيِّنُ صلاته
لما يرَى من نَظَرِ رَجُلٍ".
Dari Abu Said Al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Maukah kalian aku beritahukan tentang sesuatu
yang lebih aku takutkan (akan menimpa) kalian daripada Al-Masīh
Ad-Dajjāl?" Para sahabat menjawab, "Tentu saja, wahai Rasulullah."
Beliau bersabda, "Syirik Khafi (yang samar/tersembunyi). Seseorang
berdiri lalu salat kemudian memperbagus salatnya karena melihat
pandangan orang yang memperhatikannya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان الصحابة يتذاكرون فتنةَ المسيح
الدجال ويتخوفون منها، فأخبرهم -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- أن
هناك محذوراً يخافه عليهم أشد من خوفِ فتنة الدجال وهو الشرك في النية
والقصد الذي لا يظهر للناس، ثم فسَّره بتحسين العمل الذي يُبتغى به وجه
الله من أجل رؤية الناس.
Para sahabat sedang bertukar pikiran
tentang fitnah Al-Masīḥ Ad-Dajjāl dan mencemaskannya. Lantas Nabi
Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahu mereka bahwa ada
suatu larangan yang beliau takutkan akan menimpa mereka melebihi
ketakutannya terhadap fitnah Dajjal, yaitu syirik dalam niat dan tujuan
yang tersembunyi dari manusia. Setelah itu beliau menjelaskannya yaitu
memperbagus amal yang sejatinya demi mencari keridhaan Allah lalu
berbelok karena dampak pandangan manusia kepadanya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3333 |
|
Hadith 285 الحديث
الأهمية: قول الله -تعالى-: فَلا تَجْعَلُوا
لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ، قال ابن عباس في الآية:
الأنداد: هو الشرك، أخفى من دببيب النمل على صفاة سوداء في ظلمة الليل
Tema: Firman Allah -Ta'ālā-, "Maka janganlah
kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui."
Ibnu 'Abbās mengomentari ayat tersebut dengan mengatakan,
"Al-Andād"(sekutu-sekutu, tandingan) yakni syirik. Syirik itu lebih
samar dibanding semut hitam yang merayap di atas batu hitam dalam
kegelapan malam.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قول الله -تعالى-: {فَلا تَجْعَلُوا
لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ}. قال ابن عباس في الآية:
"الأنداد: هو الشرك، أخفى من دَبِيبِ النمل على صَفَاةٍ سوداء في ظلمة
الليل". وهو أن تقول: والله وحياتك يا فلان، وحياتي، وتقول: لولا
كُلَيْبَةُ هذا لأتانا اللصوص، ولولا البط في الدار لأتانا اللصوص، وقول
الرجل لصاحبه: ما شاء الله وشئت، وقول الرجل: لولا الله وفلان، لا تجعل
فيها فلانا؛ هذا كله به شرك".
Firman Allah -Ta'ālā-, "Maka janganlah
kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui."
Ibnu 'Abbās mengomentari ayat tersebut dengan mengatakan,
"Al-Andād"(sekutu-sekutu, tandingan) yakni syirik. Syirik itu lebih
samar dibanding semut hitam yang merayap di atas batu hitam dalam
kegelapan malam." Yaitu engkau mengatakan, "Demi Allah dan demi hidupmu
wahai fulan, serta demi hidupku." Dan dengan mengatakan, "Seandainya
bukan karena anjing kecil ini niscaya kita telah kedatangan para
pencuri. Dan seandainya bukan karena ada angsa di rumah niscaya kita
telah kedatangan para pencuri." Juga perkataan seseorang kepada
temannya, "Hal itu karena kehendak Allah dan kehendakmu." Dan ucapan
seseorang, "Jika bukan karena Allah dan fulan, tidaklah hal itu terjadi
pada fulan." Ini semua adalah kesyirikan.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قال الله -تبارك وتعالى-: {فَلاَ
تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ}، فنهى الناس أن
يتخذوا له أمثالًا ونظراء يصرفون لهم شيئًا من عبادته؛ وهم يعلمون أن الله
وحده الخالق الرازق؛ وأن هذه الأنداد عاجزة فقيرة ليس لها من الأمر شيء،
وعرف ابن عباس -رضي الله عنه- الأنداد بالشركاء، وذكر أمثلة لاتخاذها، وهو
أخفى من خفاء أثر دبيب النمل على الحجر الأملس الأسود في ظلمة الليل، ثم
ذكر أمثلة على ذلك: وهو أن تحلف بغير الله، وأعظم منها أن تساوي بها الله
فتقول: والله وحياتي، أو أن تنظر إلى السبب دون المسبب، ولا ترجع الأمر
لله، فتقول: لولا كلب هذا يحرسنا لأتانا اللصوص، أو أنه يقول: لولا البط في
الدار ينبهنا لو دخل أحد غريب لأتى اللصوص، ومن الشرك: قول الرجل لصاحبه:
ما شاء الله وشئت، وقول الرجل: لولا الله وفلان، لا تجعل فيها فلانا، ثم
أكد على أن ذلك كله شرك أصغر، ولو اعتقد قائله أن الرجل أو البط أو الكلب
هو المؤثر بذاته دون الله فهو شرك أكبر.
Allah -Ta’ālā- berfirman, “Maka
janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian
mengetahui.” Allah melarang manusia untuk menjadikan bagi-Nya
sekutu-sekutu dan tandingan-tandingan untuk memalingkan ibadah apapun
kepada mereka, padahal mereka mengetahui bahwa Allah semata yang Maha
Menciptakan dan Maha Memberi rezeki, dan bahwa sekutu-sekutu ini lemah
lagi tidak berdaya, tidak bisa memberikan sesuatu apapun. Ibnu 'Abbās
-raḍiyallāhu 'anhu- mendefinisikan kata "andād" dengan "syurakā`"
(sekutu-sekutu), dan beliau menyebutkan contoh-contohnya, yaitu
kesyirikan. Dan syirik itu lebih samar dari bekas atau jejak rayapan
semut di atas batu hitam dalam kegelapan malam. Kemudian beliau
menyebutkan contoh-contohnya, di antaranya: Bersumpah dengan nama selain
Allah, dan yang lebih besar dari itu adalah menyamakan Allah dengan
selain-Nya dengan mengatakan: Demi Allah dan demi hidupku, atau dengan
melihat sebab saja tanpa memandang yang menjadikan sebab itu dan tidak
mengembalikan perkara itu kepada Allah dengan mengatakan, "Kalau bukan
karena anjing ini menjaga kita niscaya kita telah kedatangan para
pencuri." Atau dengan mengatakan, "Kalau bukan karena angsa yang ada di
rumah ini memperingatkan kita saat ada orang asing masuk niscaya pencuri
sudah datang." Dan temasuk kesyirikan adalah ucapan seseorang kepada
temannya, "Hal itu atas kehendak Allah dan kehendakmu." Dan perkataan
seseorang, "Kalau bukan karena Allah dan fulan, tidaklah hal itu terjadi
pada fulan." Kemudian beliau menegaskan bahwa semua itu termasuk syirik
kecil. Dan jika orang yang mengucapkannya meyakini bahwa orang, angsa,
atau anjing itu sendiri yang mempengaruhi terjadinya sesuatu tanpa Allah
maka menjadi syirik akbar (syirik besar). |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ḥatim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3334 |
|
Hadith 286 الحديث
الأهمية: اللهم لا تجعل قبري وثنا يُعبد، اشتد
غضب الله على قوم اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد
Tema: Ya Allah! Janganlah Engkau jadikan
kuburanku berhala yang disembah! Allah sangat murka kepada kaum yang
menjadikan kuburan-kuburan para nabinya sebagai masjid. |
عن عطاء بن يسار وأبي هريرة -رضي الله
عنه- مرفوعاً: "اللهم لا تجعل قبري وثنا يُعبد، اشتد غضب الله على قوم
اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد".
Aṭa` bin Yasār dan Abu Hurairah
-raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū': "Ya Allah! Janganlah
Engkau jadikan kuburanku berhala yang disembah! Allah sangat murka
kepada kaum yang menjadikan kuburan-kuburan para nabinya masjid."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
خاف -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- أن يقع في أمته مع قبره ما وقع من اليهود والنصارى مع قبور
أنبيائهم من الغلو فيها حتى صارت أوثاناً، فرغِب إلى ربه أن لا يجعل قبره
كذلك، ثم نبّه -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- على سبب لحوق شدة الغضب
واللعنة باليهود والنصارى، أنه ما فعلوا في حق قبور الأنبياء حتى صيّروها
أوثاناً تعبد، فوقعوا في الشرك العظيم المضاد للتوحيد.
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengkhawatirkan umatnya akan memperlakukan kuburannya seperti
orang Yahudi dan Nasrani memperlakukan kuburan para nabi mereka berupa
sikap berlebih-lebihan terhadap kuburan itu sehingga menjadi berhala.
Beliau memohon kepada Rabb-nya agar tidak menjadikan kuburnya seperti
itu. Beliau juga mengingatkan bahwa penyebab orang-orang Yahudi dan
Nasrani ditimpa kemurkaan dan laknat adalah karena mereka melakukan
tindakan tersebut terhadap kuburan-kuburan para nabinya hingga mereka
menjadikannya berhala-berhala yang disembah. Akhirnya mereka jatuh ke
dalam syirik besar yang bertentangan dengan tauhid. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ahmad -
Diriwayatkan oleh Malik]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3336 |
|
Hadith 287 الحديث
الأهمية: إن الله زوى لي الأرض، فرأيت مشارقها
ومغاربها، وإن أمتي سيبلغ ملكها ما زوي لي منها، وأعطيت الكنْزين الأحمر
والأبيض
Tema: Sesungguhnya Allah menggulung bumi
untukku sehingga aku bisa melihat bagian timur dan baratnya.
Sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai bumi yang telah digulung
untukku. Dan aku diberi dua harta simpanan merah (Persia) dan putih
(Romawi)." |
عن ثوبان -رضي الله عنه- أن رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- قال: "إن الله زَوَى لي الأرض، فرأيت مشارقها
ومغاربها، وإن أمتي سيبلغ ملكُها ما زُوِيَ لي منها. وأعطيت الكنْزين
الأحمر والأبيض. وإني سألت ربي لأمتي أن لا يهلكها بسَنَةٍ بعامةٍ، وأن لا
يُسَلِّطَ عليهم عدوا من سوى أنفسهم فيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ؛ وإن ربي
قال: يا محمد، إذا قضيتُ قضاءً فإنه لا يُرَدُّ، وإني أعطيتك لأمتك أن لا
أهلكهم بسنة عامة، وأن لا أُسَلِّطَ عليهم عدوا من سوى أنفسهم فيَسْتَبِيحَ
بَيْضَتَهُمْ ولو اجتمع عليهم مَنْ بأقطارها، حتى يكون بعضُهم يُهْلِكُ
بعضًا ويَسْبِي بعضُهم بعضًا".
ورواه
البرقاني في صحيحه، وزاد: "وإنما أخاف على أمتي الأئمةَ المضلين، وإذا وقع
عليهم السيف لم يرفع إلى يوم القيامة. ولا تقوم الساعة حتى يلحق حي من أمتي
بالمشركين، وحتى تعبد فِئامٌ من أمتي الأوثان. وإنه سيكون في أمتي كذابون
ثلاثون؛ كلهم يزعم أنه نبي، وأنا خاتم النبيين لا نبي بعدي. ولا تزال طائفة
من أمتي على الحق منصورة لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله تبارك
وتعالى".
Dari Ṡaubān -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah
menggulung bumi untukku sehingga aku bisa melihat bagian timur dan
baratnya. Sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai bumi yang telah
digulung untukku. Dan aku diberi dua harta simpanan merah (Persia) dan
putih (Romawi). Sesungguhnya Aku memohon kepada Tuhanku untuk umatku
agar tidak dibinasakan dengan kekeringan yang melanda dan tidak
menjadikan musuh menguasai mereka selain diri mereka sendiri, lalu musuh
itu merusak kehormatan mereka. Sesungguhnya Tuhanku berfirman, "Wahai
Muhammad, apabila aku sudah menetapkan satu keputusan maka sesungguhnya
keputusan itu tidak dapat ditolak. Sesungguhnya Aku sudah memberi
(keputusan) untuk umatmu bahwa Aku tidak akan membinasakan mereka dengan
paceklik yang merata dan Aku tidak akan menguasakan musuh terhadap
mereka dari selain diri mereka sendiri lalu musuh itu merusak kehormatan
mereka, meskipun semua musuh yang ada di bumi bersatu menghadapi mereka,
sehingga (kehancuran umatku adalah karena) sebagian dari mereka
membinasakan sebagian lainnya dan saling menawan satu sama lain..."
Al-Burqāni meriwayatkan hadis ini dalam shahihnya dan menambahkan,
"Sesungguhnya yang aku takuti pada umatku ialah para imam (pemimpin)
yang menyesatkan. Apabila pedang sudah diletakkan (terjadi perperangan)
pada mereka maka tidak akan diangkat sampai hari kiamat. Kiamat tidak
akan terjadi sampai seorang umatku yang hidup bergabung dengan orang
musyrikin, dan hingga beberapa kelompok umat menyembah berhala.
Sesungguhnya di tengah-tengah umatku akan muncul tigapuluh pendusta.
Mereka semua mengklaim dirinya sebagai nabi. Sesungguhnya aku penutup
para nabi, tidak ada nabi setelahku. Akan tetap ada satu kelompok dari
umatku yang berjaya tegak di atas kebenaran, mereka tidak terpengaruh
oleh orang yang melecehkan mereka sampai datang ketentuan Allah
-Tabāraka wa Ta'ālā-."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
هذا حديثٌ جليلٌ يشتمل على أمور مهمة
وأخبار صادقة، يخبر فيها الصادق المصدوق -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- أن الله سبحانه جمع له الأرض حتى أبصر ما تملكه أمته من أقصى
المشارق والمغارب، وهذا خبرٌ وُجد مخبره، فقد اتسع ملك أمته حتى بلغ من
أقصى المغرب إلى أقصى المشرق، وأخبر أنه أُعطي الكنزين فوقع كما أخبر، فقد
حازت أمته ملكي كسرى وقيصر بما فيهما من الذهب والفضة والجوهر، وأخبر أنه
سأل ربه لأمته أن لا يهلكهم بجدبٍ عامٍّ ولا يسلط عليهم عدواً من الكفار
يستولي على بلادهم ويستأصل جماعتهم، وأن الله أعطاه المسألة الأولى، وأعطاه
المسألة الثانية ما دامت الأمة متجنبة للاختلاف والتفرق والتناحر فيما
بينها، فإذا وُجد ذلك سلط عليهم عدوهم من الكفار، وقد وقع كما أخبر حينما
تفرقت الأمة.
وتخوّف
-صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- على أمته خطر الأمراء والعلماء
الضالين المضلين؛ لأن الناس يقتدون بهم في ضلالهم. وأخبر أنها إذا وقعت
الفتنة والقتال في الأمة فإن ذلك يستمر فيها إلى يوم القيامة وقد وقع كما
أخبر، فمنذ حدثتِ الفتنة بمقتل عثمان رضي الله عنه وهي مستمرة إلى اليوم.
وأخبر أن
بعض أمته يلحقون بأهل الشرك في الدار والديانة. وأن جماعاتٍ من الأمة
ينتقلون إلى الشرك وقد وقع كما أخبر، فعُبدت القبور والأشجار والأحجار.
وأخبر عن
ظهور المدّعين للنبوة -وأن كل من ادعاها فهو كاذب؛ لأنها انتهت ببعثته
-صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. وبشّر -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- ببقاء طائفة من أمته على الإسلام رغمَ وقوع هذه الكوارث
والويلات، وأن هذه الطائفة مع قِلّتها لا تتضرر بكيد أعدائها ومخالفيها.
Ini adalah hadis yang agung, mencakup
berbagai hal penting dan berita-berita yang valid. Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang benar dan dibenarkan- mengabarkan
dalam hadis itu bahwa Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- menghimpun bumi
untuknya hingga beliau melihat apa yang akan dikuasai oleh umatnya dari
ujung timur hingga barat. Berita ini telah menjadi nyata. Kekuasaan umat
beliau telah mencapai ujung barat sampai ujung timur. Beliau juga
mengabarkan bahwa dirinya telah diberi dua harta terpendam. Hal itu
terjadi sebagaimana beliau beritakan. Umat beliau berhasil menaklukkan
kerajaan Kisra (Persia) dan Kaisar (Romawi) berikut apa yang ada di
dalamnya, yaitu emas, perak dan berlian. Beliau juga mengabarkan bahwa
dirinya telah memohon kepada Tuhannya untuk umatnya agar mereka tidak
dibinasakan dengan paceklik yang merata, tidak menjadikan musuh dari
kalangan orang-orang kafir menguasai negeri mereka dan membinasakan kaum
muslimin hingga ke akarnya. Sesungguhnya Allah telah mengabulkan
permohonan pertama, dan mengabulkan permohonan kedua selama umat ini
menghindari perselisihan, perpecahan dan peperangan intern. Namun bila
hal itu terjadi pada mereka, maka musuh mereka yang kafir akan
menguasainya. Apa yang diberitakan beliau benar-benar terjadi saat umat
berpecah-belah. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memperingatkan umatnya akan bahaya para pemimpin dan ulama yang sesat
lagi menyesatkan. Sebab, manusia mengikuti mereka dalam kesesatannya.
Beliau juga mengabarkan bahwa apabila fitnah dan pertempuran sudah
terjadi pada umat, sesungguhnya hal itu akan terus berlangsung sampai
hari kiamat. Apa yang beliau beritakan sudah benar-benar terjadi. Sejak
terjadinya fitnah dengan pembunuhan Utsman -raḍiyallāhu 'anhu-, maka
fitnah itu terus berantai sampai hari ini. Beliau juga mengabarkan bahwa
sebagian umatnya mengikuti orang-orang musyrik secara teritorial dan
beragama, dan sekelompok dari umat akan beralih kepada kesyirikan. Apa
yang beliau beritakan benar-benar sudah terjadi sehingga
kuburan-kuburan, pohon-pohon dan bebatuan disembah. Beliau juga
mengabarkan mengenai kemunculan orang-orang yang mengklaim kenabian -
dan sesungguhnya setiap orang yang mengaku nabi, maka ia seorang
pendusta. Sebab, kenabian itu berakhir dengan diutusnya Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau juga memberikan kabar gembira
mengenai akan adanya sekelompok umat Islam yang tetap kokoh dalam Islam,
meskipun terjadi berbagai bencana dan fitnah. Kelompok tersebut meskipun
minoritas, tidak akan tertimpa bahaya tipu daya musuh-musuhnya dan para
penentangnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh
Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3337 |
|
Hadith 288 الحديث
الأهمية: إن عظم الجزاء مع عظم البلاء، وإن الله
-تعالى- إذا أحب قوما ابتلاهم؛ فمن رضي فله الرضى، ومن سخط فله السخط
Tema: Sesungguhnya besarnya pahala
tergantung pada besarnya ujian, dan jika Allah mencintai suatu kaum, Dia
pasti menguji mereka; siapa yang rida maka baginya keridaan (Allah) dan
siapa yang murka maka baginya kemurkaan (Allah). |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- عن النبي
-صلى الله عليه وسلم- أنه قال: "إن عِظَمَ الجزاءِ مع عِظَمِ البلاءِ، وإن
الله -تعالى- إذا أحب قوما ابتلاهم، فمن رَضِيَ فله الرِضا، ومن سَخِطَ فله
السُّخْطُ".
Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau
bersabda, “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian,
dan jika Allah mencintai suatu kaum, Dia pasti menguji mereka; siapa
yang rida maka baginya keridaan (Allah) dan siapa yang murka maka
baginya kemurkaan (Allah)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا النبي -صلى الله عليه وسلم- في
هذا الحديث أن المؤمن قد يحل به شيء من المصائب في نفسه أو ماله أو غير
ذلك، وأن الله سيثيبه على تلك المصائب إذا هو صبر، وأنه كلما عظمت المصيبة
وعظم خطرها عظم ثوابها من الله، ثم يبين -صلى الله عليه وسلم- بأن المصائب
من علامات حب الله للمؤمن، وأن قضاء الله وقدره نافذان لا محالة، ولكن من
صبر ورضي، فإن الله سيثيبه على ذلك برضاه عنه وكفى به ثوابا، وأن من سخط
وكره قضاء الله وقدره، فإن الله يسخط عليه وكفى به عقوبة.
Dalam hadis ini, Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- mengabarkan kepada kita bahwa seorang mukmin bisa
ditimpa musibah, baik pada diri, harta atau hal yang lainnya. Allah
-Subḥānahu wa Ta'ālā- akan mengganjar musibah yang menimpanya jika dia
sabar. Semakin besar musibah dan imbasnya, semakin besar pula pahala
dari Allah. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menjelaskan bahwa musibah adalah tanda kecintaan Allah kepada seorang
mukmin dan bahwa ketentuan dan takdir Allah pasti terjadi. Namun orang
yang sabar dan rida, maka Allah akan mengganjarnya atas keridaan itu
dengan keridaan-Nya atas orang itu dan cukuplah itu sebagai
pahala/ganjaran. Sebaliknya, siapa yang kecewa, dan benci pada ketentuan
dan takdir Allah, maka Allah murka kepadanya dan cukuplah itu sebagai
hukuman. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3339 |
|
Hadith 289 الحديث
الأهمية: مثل القائم في حدود الله والواقع فيها،
كمثل قوم استهموا على سفينة فصار بعضهم أعلاها وبعضهم أسفلها، وكان الذين
في أسفلها إذا استقوا من الماء مروا على من فوقهم
Tema: Perumpamaan orang yang tegak di atas
aturan-aturan Allah dan orang yang terjerumus di dalamnya seperti suatu
kaum yang berundi di atas sebuah kapal. Lalu sebagian menempati tingkat
atas dan sebagian menempati tingkat bawah. Orang-orang yang di lantai
bawah apabila mengambil air mereka melewati orang-orang yang di atas
mereka. |
عن النعمان بن بشير -رضي الله عنهما-
مرفوعًا: «مَثَلُ القَائِم في حُدُود الله والوَاقِعِ فيها كمَثَل قَوم
اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَة فصارَ بعضُهم أَعلاهَا وبعضُهم أسفَلَها، وكان
الذين في أسفَلِها إِذَا اسْتَقَوا مِنَ الماءِ مَرُّوا على من فَوقهِم،
فَقَالُوا: لَو أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقاً وَلَم نُؤذِ مَنْ
فَوقَنَا، فَإِنْ تَرَكُوهُم وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعاً، وَإِنْ
أَخَذُوا عَلَى أَيدِيهِم نَجَوا وَنَجَوا جَمِيعاً».
Dari Nu'man bin Basyīr -raḍiyallāhu
'anhumā- secara marfū', "Perumpamaan orang yang tegak di atas
aturan-aturan Allah dan orang yang terjerumus di dalamnya seperti suatu
kaum yang berundi di atas sebuah kapal. Lalu sebagian menempati tingkat
atas dan sebagian menempati tingkat bawah. Orang-orang yang di lantai
bawah apabila mengambil air mereka melewati orang-orang yang di atas
mereka. Maka mereka berkata, "Seandainya kita membuat lubang kecil di
bagian kita ini hingga kita tidak perlu mengganggu orang-orang di atas
kita." Jika orang-orang yang di atas membiarkan apa yang mereka
inginkan, niscaya mereka semua binasa. Namun, jika orang-orang yang di
atas mencegah mereka, niscaya mereka selamat dan semuanya selamat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حديث النعمان بن بشير الأنصاري -رضي
الله عنهما- في باب الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، عن النبي -صلى الله
عليه وسلم- أنه قال: "مثل القائم في حدود الله والواقع فيها" القائم فيها
يعني الذي استقام على دين الله فقام بالواجب، وترك المحرم، والواقع فيها
أي: في حدود الله، أي: الفاعل للمحرم، أو التارك للواجب.
"كمثل قوم استهموا على سفينة" يعني
ضربوا سهما، وهو ما يسمى بالقرعة، أيهم يكون الأعلى؟.
"فصار بعضهم أعلاها، وبعضهم أسفلها،
وكان الذين في أسفلها إذا استقوا الماء"، يعني إذا طلبوا الماء؛ ليشربوا
منه "مروا على من فوقهم"، يعني الذين في أعلاها؛ لأن الماء لا يقدر عليه
إلا من فوق.
"فقالوا لو أنا خرقنا في نصيبنا"، يعني
لو نخرق خرقا في مكاننا نستقي منه، حتى لا نؤذي من فوقنا، هكذا قدروا
وأرادوا وتمنوا.
قال النبي
-عليه الصلاة والسلام-: "فإن تركوهم وما أرادوا هلكوا جميعا"؛ لأنهم إذا
خرقوا خرقا في أسفل السفينة دخل الماء، ثم أغرق السفينة كلها.
"وإن أخذوا على أيديهم" ومنعوهم من ذلك
"نجوا ونجوا جميعا"، يعني نجا هؤلاء وهؤلاء.
وهذا
المثل الذي ضربه النبي -صلى الله عليه وسلم- هو من الأمثال التي لها مغزى
عظيم ومعنى عال، فالناس في دين الله كالذين في سفينة في لجة النهر، فهم
تتقاذفهم الأمواج، ولابد أن يكون بعضهم إذا كانوا
كثيرين في الأسفل وبعضهم في أعلى، حتى تتوازن حمولة السفينة وقد لا
يضيق بعضهم بعضا، وفيه أن هذه السفينة المشتركة بين هؤلاء القوم إذا أراد
أحد منهم أن يخربها فإنه لابد أن يمسكوا على يديه، وأن يأخذوا على يديه؛
لينجوا جميعا، فإن لم يفعلوا هلكوا جميعا، هكذا دين الله، إذا أخذ العقلاء
وأهل العلم والدين على الجهال والسفهاء نجوا جميعا، وإن تركوهم وما أرادوا
هلكوا جميعا، كما قال الله -تعالى-: (واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا
منكم خاصة واعلموا أن الله شديد العقاب).
Tema: Hadis Nu'man bin Basyīr Al-Anṣāri
-raḍiyallāhu 'anhumā-, dalam bab Al-Amru bi al-Ma'ruf wa an-Nahyu 'an
al-Munkar, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau
bersabda, "Perumpamaan orang yang tegak di atas aturan-aturan Allah dan
orang yang terjerumus di dalamnya." Tegak di atas aturan-aturan Allah,
maksudnya orang yang tegak berdiri di atas agama Allah, ia menunaikan
kewajiban dan meninggalkan yang diharamkan. Sedangkan orang yang
terjerumus di dalamnya, yakni di dalam aturan-aturan Allah. Maksudnya,
orang yang melakukan hal-hal yang diharamkan atau meninggalkan
kewajiban. "Seperti suatu kaum yang berundi di atas sebuah kapal"
maksudnya, mereka melakukan pengundian. Ini yang disebut qur'ah
(pengundian), siapakah di antara mereka yang menempati bagian atas?
"Lalu sebagian menempati bagian atas dan sebagian menempati bagian
bawah. Orang-orang yang di lantai bawah, apabila mengambil air", yakni
apabila mereka mencari air untuk minum. "Mereka melewati orang-orang
yang di atas mereka", karena air tidak dapat diambil kecuali dari atas.
"Maka mereka berkata, "Seandainya kita membuat lubang di bagian kita
ini", maksudnya, seandainya kita membuat lubang kecil di tempat kita
untuk mengambil air sehingga kita tidak mengganggu orang yang di atas
kita. Demikianlah perkiraan, keinginan dan angan-angan mereka. Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika orang-orang yang di atas
membiarkan apa yang mereka inginkan, niscaya mereka semua binasa",
karena apabila orang-orang yang di bawah membuat lubang di bagian bawah
kapal, air menerobos masuk, kemudian meneggelamkan kapal secara
keseluruhan. “dan jika orang-orang yang di atas mencegah mereka", yakni
menghalangi mereka melakukan perbuatan tersebut. "Niscaya mereka selamat
dan semuanya selamat", yakni orang-orang yang di atas dan orang-orang
yang di bawah akan selamat. Perumpamaan yang dibuat Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- ini termasuk perumpamaan yang memiliki substansi
besar dan makna luhur. Manusia, dalam hal agama Allah, seperti
orang-orang yang naik sebuah kapal di tengah sungai. Mereka
diombang-ambingkan ombak. Bila mereka berjumlah banyak, sebagian harus
berada di bawah dan sebagian di atas, agar muatan kapal imbang dan
mereka tidak berdesak-desakan. Kapal yang dinaiki bersama orang-orang
tersebut, apabila salah seorang mereka ingin melubanginya, maka mereka
harus menahan dan mencegahnya supaya mereka semua selamat. Bila mereka
tidak melakukannya, niscaya mereka semua binasa (mati). Demikian pula
agama Allah. Apabila orang-orang yang berilmu dan berpengetahuan agama
mencegah orang-orang jahil (dari perbuatan mungkar) mereka semua
selamat. Namun, jika mereka membiarkan orang-orang jahil ini melakukan
keinginan mereka, pasti mereka semua binasa. Sebagaimana firman Allah,
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksaan-Nya." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3341 |
|
Hadith 290 الحديث
الأهمية: أنا أغنى الشركاء عن الشرك؛ من عمل عملا
أشرك معي فيه غيري تركته وشركه
Tema: Aku paling tidak butuh pada semua
sekutu. Siapa yang beramal dengan mempersekutukan diri-Ku dalam amalnya,
maka Aku tinggalkan dia bersama sekutunya. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعا:
"قال -تعالى-: أنا أغنى الشركاء عن الشرك؛ من عمل عملا أشرك معي فيه غيري
تركتُه وشِرْكَه".
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan secara marfū': Allah -Ta'ālā- berfirman, "Aku paling tidak
butuh pada semua sekutu. Siapa yang beramal dengan mempersekutukan
diri-Ku dalam amalnya, maka Aku tinggalkan dia bersama sekutunya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يروي النبي -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- عن ربه عز وجل -ويسمَّى بالحديث القدسي- أنه يتبرأ من العمل
الذي دخله مشاركةٌ لأحد برياءٍ أو غيره؛ لأنه سبحانه لا يقبل إلا ما كان
خالصاً لوجهه.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
meriwayatkan dari Tuhannya -'Azza wa Jalla- (ini disebut hadis qudsi),
bahwa Allah berlepas diri dari amalan yang menggandengkan-Nya dengan
makhluk, baik itu dalam bentuk ria (pamer) atau hal lainnya, karena
Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- tidak menerima amalan kecuali jika murni dan
ikhlas hanya untuk-Nya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3342 |
|
Hadith 291 الحديث
الأهمية: حدثوا الناس بما يعرفون، أتريدون أن
يُكذَّب اللهُ ورسولهُ
Tema: Berbicaralah dengan manusia sesuai
dengan tingkat pemahaman mereka. Apakah kalian ingin Allah dan Rasul-Nya
didustakan? |
عن علي بن أبي طالب -رضي الله عنه- قال:
"حدثوا الناس بما يعرفون، أتريدون أن يُكذَّب اللهُ ورسولهُ؟".
Dari Ali bin Abi Ṭalib -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, "Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan tingkat
pemahaman mereka. Apakah kalian ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan?"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يرشد أمير المؤمنين علي بن أبي طالب
-رضي الله عنه- إلى أنه لا ينبغي أن يحدث عامة الناس إلا بما هو معروف ينفع
الناس في أصل دينهم وأحكامه من التوحيد وبيان الحلال والحرام ويُترك ما
يشغل عن ذلك؛ مما لا حاجة إليه أو كان مما قد يؤدي إلى رد الحق وعدم قبوله
مما يشتبه عليهم فهمه، ويصعب عليهم إدراكه.
Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Ṭalib
-raḍiyallāhu 'anhu- memberikan bimbingan kepada kita bahwa tidak
sewajarnya kita berbicara dengan orang lain kecuali terkait hal-hal yang
bermanfaat bagi mereka dalam pokok agama dan hukum-hukumnya berupa;
tauhid, penjelasan halal dan haram, dan meninggalkan hal yang membuatnya
lalai dari hal itu, yang tidak dibutuhkan atau hal yang kadang
menimbulkan penolakan terhadap kebenaran dan tidak menerimanya, berupa
hal-hal yang samar bagi mereka untuk memahaminya dan sulit untuk
dicerna. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3344 |
|
Hadith 292 الحديث
الأهمية: يا فلان، ما لك؟ ألم تك تأمر بالمعروف
وتنهى عن المنكر؟ فيقول: بلى، كنت آمر بالمعروف ولا آتيه، وأنهى عن المنكر
وآتيه
Tema: Wahai fulan! Ada apa denganmu?
Bukankah kamu dulu menyeru pada perbuatan baik dan mencegah dari
perbuatan mungkar? Ia menjawab, "Benar, dulu aku memerintahkan kebaikan
tapi tidak melaksanakannya, dan aku mencegah kemungkaran tapi justru
melakukannya." |
عن أسامة بن زيد بن حارثة -رضي الله
عنهما- مرفوعًا: «يُؤتَى بِالرَّجُل يَومَ القِيَامَة فَيُلْقَى في
النَّار، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَاب بَطْنِه فَيدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ
الحِمَارُ فِي الرَّحَى، فَيَجْتَمِع إِلَيه أَهلُ النَّارِ، فَيَقُولُون:
يَا فُلاَنُ، مَا لَكَ؟ أَلَم تَكُ تَأمُرُ بِالمَعرُوف وَتَنْهَى عَن
المُنْكَر؟ فيقول: بَلَى، كُنتُ آمُرُ بِالمَعرُوف وَلاَ آتِيهِ، وَأَنهَى
عَن المُنكَر وَآتِيهِ».
Dari Usāmah bin Zaid bin Ḥāriṡah
-raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū', "Pada hari kiamat nanti akan
didatangkanlah seseorang, lalu ia dilemparkan ke dalam neraka sehingga
usus-usus dalam perutnya terburai. Lalu ia berputar-putar seperti
keledai berputar-putar pada penggilingannya. Para penghuni neraka
mengerumuninya seraya bertanya, "Wahai fulan! Kenapa kamu? Bukankah
engkau dulu memerintahkan perbuatan baik dan mencegah perbuatan
mungkar?" Ia menjawab, "Benar, dulu aku memerintahkan kebaikan tapi
tidak melaksanakannya, dan aku mencegah kemungkaran tapi justru
melakukannya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
هذا الحديث فيه التحذير الشديد من الرجل
الذي يأمر بالمعروف ولا يأتيه، وينهى عن المنكر ويأتيه، والعياذ بالله.
تأتي
الملائكة برجل يوم القيامة فيلقى في النار إلقاء، لا يدخلها برفق، ولكنه
يلقى فيها كما يلقى الحجر في البحر، فتخرج أمعاؤه من بطنه من شدة الإلقاء،
فيدور بأمعائه كما يدور
الحمار في الطاحون، فيجتمع إليه أهل النار، فيقولون له: ما لك؟ أي شيء جاء
بك إلى هنا، وأنت تأمر بالمعروف وتنهى عن المنكر؟ فيقول مُقِرًّا على نفسه:
كنت آمر بالمعروف ولا أفعله، وأنهى عن المنكر وأفعله، فالواجب على المرء أن
يبدأ بنفسه فيأمرها بالمعروف وينهاها عن المنكر؛ لأن أعظم الناس حقا عليك
بعد رسول الله -صلى الله عليه وسلم- نفسك.
Hadis ini berisi peringatan keras bagi
orang yang memerintahkan kebaikan namun ia tidak melakukannya, dan
melarang kemungkaran tapi ia justru mengerjakannya. Kita berlindung pada
Allah dari keburukan ini. Pada hari kiamat, malaikat datang membawa
seseorang lalu dilemparkan ke dalam neraka. Orang itu tidak masuk neraka
dengan pelan-pelan, tapi dilemparkan ke dalamnya seperti batu dilempar
ke laut. Maka ususnya keluar dari perut akibat lemparan yang sangat
keras. Lalu ia berputar-putar membawa ususnya seperti keledai mengitari
alat penggilingan. Para penghuni neraka berkumpul mengerumuninya seraya
bertanya padanya, "Kenapa kamu? Apa yang membuatmu masuk ke sini,
padahal engkau dulu memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran?" Ia
menjawab seraya mengakui kesalahan dirinya, "Aku memerintahkan kebaikan
namun aku tidak melaksanakannya dan aku melarang kemungkaran tapi aku
melakukannya." Jadi, seseorang itu wajib memulai dengan dirinya sendiri,
memerintahnya dengan kebaikan dan melarangnya dari kemungkaran. Karena
manusia yang paling besar haknya atas dirimu, setelah Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah dirimu sendiri. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3345 |
|
Hadith 293 الحديث
الأهمية: لا تتخذوا قبري عيدا، ولا بيوتكم قبورا،
وصلوا علي، فإن تسليمكم يبلغني أين كنتم
Tema: Janganlah kalian menjadikan kuburanku
sebagai tempat perayaan dan janganlah jadikan rumah kalian sebagai
kuburan, serta bershalawatlah kalian kepadaku, karena salam kalian akan
sampai padaku di mana saja kalian berada. |
عن علي بن الحسين: "أنه رأى رجلا يجيء
إلى فُرْجَةٍ كانت عند قبر النبي -صلى الله عليه وسلم- فيدخل فيها فيدعو،
فنهاه، وقال: ألا أحدثكم حديثا سمعته من أبي عن جدي عن رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- قال:« لا تتخذوا قبري عيدا، ولا بيوتكم قبورا، وصلوا علي، فإن
تسليمكم يبلغني أين كنتم».
Dari Ali bin Al-Husain, bahwasanya dia
melihat seorang lelaki mendatangi lubang yang ada di sisi kuburan Nabi
Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu masuk ke dalamnya kemudian
menyerunya. Lantas Ali bin Al-Husain melarangnya dan berkata, "Maukah
aku ceritakan kepada kalian sebuah hadis yang pernah aku dengar dari
bapakku dari kakekku dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
beliau bersabda, "Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat
perayaan, dan janganlah jadikan rumah kalian sebagai kuburan-kuburan,
dan bershalawatlah kalian kepadaku, karena salam kalian akan sampai
padaku di mana saja kalian berada!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا علي بن الحسين -رضي الله عنه-
بأنه رأى رجلا يدعو الله سبحانه عند قبر النبي -صلى الله عليه وسلم-، وأنه
نهاه عن ذلك مستدلا بحديث النبي -صلى الله عليه وسلم- الذي ورد فيه النهي
عن اعتياد قبره للزيارة، والنهي عن تعطيل البيوت من عبادة الله وذكره،
وتشبيهها بالمقابر مخبرا أن سلام المسلم سيبلغه -صلى الله عليه وسلم- في أي
مكان كان فيه المسلّم.
Ali bin Al-Husain -raḍiyallāhu 'anhu-
mengabarkan kepada kita bahwa dia melihat seorang lelaki yang sedang
berdoa kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- di sisi kuburan Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ia melarang tindakan itu dengan
mengemukakan dalil dari hadis Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- yang disebutkan di dalamnya larangan kebiasaan mendatangi kubur
beliau untuk ziarah, dan larangan mengosongkan rumah-rumah dari ibadah
dan zikir kepada Allah. Beliau menyerupakannya dengan kuburan-kuburan
sambil memberitahukan bahwa ucapan salam seorang muslim akan sampai
kepada beliau di mana saja orang muslim itu berada. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Sahih dengan jalan-jalan periwayatan
dan syahid-syahidnya] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3346 |
|
Hadith 294 الحديث
الأهمية: إني أبرأ إلى الله أن يكون لي منكم
خليل، فإن الله قد اتخذني خليلا كما اتخذ إبراهيم خليلا، ولو كنت متخذا من
أمتي خليلا لاتخذت أبا بكر خليلا
Tema: Sesungguhnya aku berlepas diri kepada
Allah dari mengangkat seorang dari kalian sebagai khalīl (kekasih)
bagiku. Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai khalīl-Nya
sebagaimana Allah menjadikan Ibrahim sebelumku sebagai khalīl-Nya.
Seandainya aku boleh menjadikan seseorang dari kalangan umatku sebagai
khalīl, niscaya kujadikan Abu Bakr sebagai khalīl bagiku. |
عن جندب بن عبد الله -رضي الله عنه-
قال: سمعت النبي -صلى الله عليه وسلم- قبل أن يموت بخمس، وهو يقول: «إني
أبرأ إلى الله أن يكون لي منكم خليل، فإن الله قد اتخذني خليلا كما اتخذ
إبراهيم خليلا، ولو كنت متخذا من أمتي خليلا لاتخذت أبا بكر خليلا، ألا وإن
من كان قبلكم كانوا يتخذون قبور أنبيائهم مساجد، ألا فلا تتخذوا القبور
مساجد، فإني أنهاكم عن ذلك».
Jundub bin Abdullah -raḍiyallāhu
'anhu- berkata, Aku pernah mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
lima hari sebelum beliau wafat bersabda, “Sesungguhnya aku berlepas diri
kepada Allah dari mengangkat seorang dari kalian sebagai khalīl
(kekasih) bagiku. Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai
khalīl-Nya sebagaimana Allah menjadikan Ibrahim sebelumku sebagai
khalīl-Nya. Seandainya aku boleh menjadikan seseorang dari kalangan
umatku sebagai khalīl, niscaya kujadikan Abu Bakar sebagai khalīl
bagiku. Ketahuilah! Sesungguhnya umat sebelum kalian telah menjadikan
kuburan-kuburan para nabi mereka sebagai masjid. Ingatlah! Janganlah
kalian menjadikan kuburan-kuburan sebagai masjid. Sesungguhnya aku
melarang hal itu.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يتحدث -صَلّى اللَّه عَلَيْهِ وَسلّمَ-
قبيل وفاته إلى أمته بحديث مهمّ، فيخبر عن مكانته عند الله، وأنها بلغت
أعلى درجات المحبة، كما نالها إبراهيم -عليه السلام-، ولذلك نفى أن يكون له
خليلٌ غير الله؛ لأن قلبه امتلأ من محبته وتعظيمه ومعرفته، فلا يتسع لأحد،
والخلة في قلب المخلوق لا تكون إلا لواحد، ولو كان له خليلٌ من الخلق لكان
أبا بكر الصديق -رضي الله عنه-، وهو إشارةٌ إلى فضل أبي بكر واستخلافه من
بعده، ثم أخبر عن غلو اليهود والنصارى في قبور أنبيائهم حتى صيّروها
متعبدات شركية، ونهى أمته أن يفعلوا مثل فعلهم، والنصارى ليس لهم إلا نبي
واحد وهو عيسى، لكنهم يعتقدون أن له قبرًا في الأرض، والجمع باعتبار
المجموع، والصحيح أن عيسى -عليه السلام- رفع ولم يصلب ولم يدفن.
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menjelang wafatnya menyampaikan sebuah wasiat penting kepada
umatnya. Beliau memberitahukan kedudukannya di sisi Allah. Yaitu bahwa
kedudukan itu mencapai derajat paling tinggi dalam kecintaan,
sebagaimana derajat itu diraih oleh Ibrahim -'alaihis-salām-. Untuk itu,
beliau menafikan adanya kekasih baginya selain Allah; karena hati beliau
dipenuhi dengan cinta-Nya, pengagungan-Nya, dan makrifat-Nya, sehingga
tidak muat bagi seorang pun. Al-Khullah (kecintaan besar) dalam hati
seorang makhluk hanya untuk satu orang. Seandainya beliau memiliki orang
yang sangat dicintai di kalangan manusia, niscaya orang itu adalah Abu
Bakar. Ini merupakan isyarat mengenai keutamaan Abu Bakar dan
penunjukannya sebagai khalifah setelahnya. Selanjutnya beliau
mengabarkan tentang tindakan berlebih-lebihan yang dilakukan orang-orang
Yahudi dan Nashrani terhadap kuburan para nabi mereka sehingga mereka
menjadikan kuburan-kuburan itu sebagai tempat-tempat ibadah syirik.
Beliau melarang umatnya untuk meniru perbuatan mereka. Orang-orang
Nasrani hanya memiliki satu nabi, yaitu Isa, namun mereka meyakini bahwa
Isa mempunyai kuburan di bumi. Sedangkan pendapat yang sahih adalah
bahwa Isa -'alaihis-salām- diangkat (ke langit), tidak disalib dan tidak
dikubur. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3347 |
|
Hadith 295 الحديث
الأهمية: كنت رجلا مذَّاءً، فاستحييت أن أسأل
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لمكان ابنته مني، فأمرت المقداد بن الأسود
فسأله، فقال: يغسل ذكره، ويتوضأ
Tema: Aku adalah seorang yang sering keluar
mazi. Namun aku malu untuk bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- karena kedudukan putrinya di sisiku. Lantas aku
menyuruh Al-Miqdād bin Al-Aswad. Kemudian ia bertanya kepada beliau
(mengenai hal itu). Beliau bersabda, "Hendaklah ia membasuh zakarnya dan
berwudu." |
عن علي بن أبي طالب -رضي الله عنه- قال:
((كُنتُ رَجُلاً مَذَّاءً, فَاسْتَحْيَيتُ أَن أَسأَل رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- لِمَكَان ابنَتِهِ مِنِّي, فَأَمرت المِقدَاد بن الأسود
فَسَأَله, فقال: يَغْسِل ذَكَرَه, ويَتَوَضَّأ)).
وللبخاري:
((اغسل ذَكَرَك وتوَضَّأ)).
ولمسلم:
((تَوَضَّأ وانْضَح فَرْجَك)).
Tema: Dari Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Aku adalah seorang yang sering keluar mazi. Akan
tetapi aku malu untuk bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- karena kedudukan putrinya di sisiku. Lantas aku menyuruh
Al-Miqdād bin Al-Aswad. Kemudian ia bertanya kepada beliau (mengenai hal
itu). Beliau bersabda, "Hendaklah ia membasuh zakarnya dan berwudu."
Dalam riwayat Bukhari disebutkan, "Basuhlah zakarmu dan berwudulah."
Dalam riwayat Muslim disebutkan, "Berwudulah dan tuangkan air ke
kemaluanmu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يقول علي -رضي الله عنه-: كنت رجلًا
كثير المذْيِ، وكنت أغتسل منه حتى شق عليَّ الغُسل؛ لأني ظننت حكمه حكم
المني، فأردت أن أتأكد من حكمه، وأردت أن أسأل النبي -صلى الله عليه وسلم-،
ولكن لكون هذه المسألة تتعلق بالفروج، وابنته تحتي، استحييت من سؤاله،
فأمرتُ المقداد -رضي الله عنه- أن يسأله، فسأله فقال: إذا خرج منه المذي
فليغسل ذَكَرَهُ حتى يتقلص الخارج الناشئ من الحرارة، ويتوضأ لكونه خارجًا
من أحد السبيلين، والخارج من أحدهما من نواقض الوضوء، فيكون -صلى الله عليه
وسلم- قد أرشد السائل بهذا الجواب إلى أمر شرعي وأمر طبي.
Ali -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Aku
adalah seorang yang banyak mengeluarkan mazi dan aku selalu mandi
(setiap kali keluar mazi) sehingga membuatku kesulitan, karena aku
menduga hukumnya seperti hukum mani. Lantas aku ingin memastikan
hukumnya dan ingin bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
Dikarenakan masalah ini berkaitan dengan kemaluan dan saat itu putrinya
sudah menjadi istriku, maka aku malu untuk bertanya kepada beliau. Aku
pun menyuruh Al-Miqdād -raḍiyallāhu 'anhu- untuk menanyakannya. Ia pun
bertanya kepada beliau. Lantas beliau bersabda, "Jika mazi keluar
darinya (Ali), hendaknya ia membasuh zakarnya hingga sesuatu yang keluar
karena panas itu menjadi hilang dengan siraman air, dan hendaklah ia
berwudu karena mazi keluar dari salah satu lubang (dubur dan kemaluan).
Sebab, sesuatu yang keluar dari salah satu lubang itu termasuk hal yang
membatalkan wudu . Dengan demikian, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
telah menunjukkan kepada penanya ini dengan jawaban tersebut kepada
urusan syariat dan urusan medis. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari -
Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3348 |
|
Hadith 296 الحديث
الأهمية: لا تجعلوا بيوتكم قبورا، ولا تجعلوا
قبري عيدا، وصلوا عليّ فإن صلاتكم تبلغني حيث كنتم
Tema: Janganlah kalian menjadikan
rumah-rumah kalian sebagai kuburan dan janganlah kalian menjadikan
kuburanku sebagai tempat perayaan. Dan berselawatlah kepadaku,
sesungguhnya selawat kalian sampai kepadaku di mana saja kalian berada. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لا تجعلوا بيوتكم قبورا، ولا تجعلوا قبري
عيدا، وصلوا عليّ فإن صلاتكم تبلغني حيث كنتم».
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah
kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan dan janganlah
kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat perayaan. Dan berselawatlah
kepadaku, sesungguhnya selawat kalian sampai kepadaku di mana saja
kalian berada."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
نهى -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- عن إخلاء البيوت من صلاة النافلة فيها والدعاء وقراءة القرآن
فتكون بمنزلة القبور؛ لأن النهي عن الصلاة عند القبور قد تقرر عندهم فنهاهم
أن يجعلوا بيوتهم كذلك، ونهى عن تكرار زيارة قبره والاجتماع عنده على وجهٍ
معتاد؛ لأن ذلك وسيلةٌ إلى الشرك، وأمر بالاكتفاء عن ذلك بكثرة الصلاة
والسلام عليه في أي مكان من الأرض؛ لأن ذلك يبلغه من القريب والبعيد على
حدّ سواء، فلا حاجة إلى التردد إلى قبره.
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- melarang umatnya mengosongkan rumah-rumah dari salat sunah, doa,
dan bacaan Al-Qur`ān sehingga kedudukannya seperti kuburan. Sebab,
larangan salat di kuburan sudah mereka ketahui, lalu beliau melarang
mereka menjadikan rumah-rumah mereka seperti kuburan. Beliau juga
melarang mengunjungi kuburannya berulang-ulang dan berkumpul di sisinya
sebagai kebiasaan karena hal itu menjadi sarana yang bisa mengantarkan
pada kesyirikan. Beliau memerintahkan kita untuk mencukupkan diri dengan
memperbanyak selawat dan salam kepada beliau di mana saja tempat kita di
muka bumi; sebab selawat itu akan sampai kepada beliau baik dari yang
dekat ataupun yang jauh. Dengan demikian tidak perlu berulang kali
datang ke kuburannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Abu Daud]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3350 |
|
Hadith 297 الحديث
الأهمية: يا رسول الله, إن الله لا يستحيي من
الحق، فهل على المرأة من غسل إذا هي احتلمت؟ فقال رسول الله -صلى الله عليه
وسلم-: نعم, إذا رأت الماء
Tema: Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah
tidak malu terhadap kebenaran. Apakah wanita wajib mandi janabah jika
dia mimpi basah?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab,
"Iya, jika dia melihat air." |
عن أم سلمة -رضي الله عنها- قالت: «جاءت
أمُّ سُلَيمٍ امرأةُ أَبِي طَلحة إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
فقالت: يا رسول الله, إنَّ الله لا يَسْتَحيِي من الحَقِّ, فهل على المرأة
من غُسْلٍ إِذَا هِيَ احْتَلَمَت؟ فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-:
نعم, إِذَا رَأَت المَاء».
Dari Ummu Salamah -raḍiyallāhu 'anhā-
ia berkata, "Ummu Sulaim, istri Abu Ṭalḥah datang kepada Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu bertanya, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran. Apakah wanita wajib
mandi janabah jika dia mimpi basah?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menjawab, "Iya, jika dia melihat air."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاءت أم سليم الأنصارية -رضي الله عنها-
إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- لتسأله، ولما كان سؤالها مما يتعلق
بالفروج، وهي مما يستحيا من ذكره عادة قدمت بين يدي سؤالها تمهيداً لإلقاء
سؤالها؛ حتى يخف موقعه على السامعين.
فقالت:
إن الله -عز وجل- وهو الحق، لا يمتنع من ذكر الحق الذي يستحيا من ذِكره من
أجل الحياء، مادام في ذكره فائدة، فلما ذكرت أم سليم هذه المقدمة التي لطفت
بها سؤالها، دخلت في صميم الموضوع، فقالت: هل على المرأة غسل إذا هي تخيلت
في المنام أنها تجامع؟ فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: نعم، عليها الغسل،
إذا هي رأت نزول ماء الشهوة.
Ummu Sulaim Al-Anṣāriyyah -raḍiyallāhu
'anhā- pernah datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk
bertanya kepada beliau. Karena pertanyaannya berkaitan dengan kemaluan,
dan itu biasanya merupakan hal yang malu untuk disebutkan, maka ia
melontarkan pendahuluan untuk menyebtukan pertanyaannya sehingga
kedengarannya menjadi ringan bagi para pendengar. Ia berkata,
"Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- adalah Maha Benar. Dia tidak
melarang untuk menyebutkan kebenaran yang malu untuk disebutkan karena
rasa malu, selama penyebutan hal itu mengandung manfaat. Ketika Ummu
Sulaim sudah menyebutkan pendahuluan yang membuat pertanyaannya menjadi
lembut, ia pun mulai masuk ke dalam inti topik. Ia berkata, "Apakah
seorang wanita wajib mandi apabila dalam tidurnya mimpi berhubungan
badan?" Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Iya. Ia harus
mandi jika dia melihat keluarnya air syahwat." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3351 |
|
Hadith 298 الحديث
الأهمية: لا تقولوا: ما شاء الله وشاء فلان، ولكن
قولوا: ما شاء الله ثم شاء فلان
Tema: Janganlah kalian katakan, Allah
berkehendak dan fulan pun berkehendak! Tetapi katakanlah, "Allah
berkehendak kemudian fulan pun berkehendak! |
عن حذيفة بن اليمان - رضي الله عنهما-
عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «لا تقولوا: ما شاء الله وشاء فلان،
ولكن قولوا: ما شاء الله ثم شاء فلان».
Dari Hużaifah bin Al-Yaman
-raḍiyallāhu 'anhumā, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau
bersabda, "Janganlah kalian katakan: Allah berkehendak dan fulan pun
berkehendak!, tetapi katakanlah: Allah berkehendak kemudian fulan pun
berkehendak!
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ينهى - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- أن يُعطف اسم المخلوق على اسم الخالق بالواو بعد ذكر المشيئة
ونحوها؛ لأن المعطوف بها يكون مساوياً للمعطوف عليه؛ لكونها إنما وُضعت
لمطلق الجمع فلا تقتضي ترتيباً ولا تعقيباً؛ وتسوية المخلوق بالخالق شركٌ،
ويُجوِّز -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- عطف المخلوق على الخالق
بثُمّ؛ لأن المعطوف بها يكون متراخياً عن المعطوف عليه بمهلة فلا محذور؛
لكونه صار تابعاً.
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- melarang untuk menggandengkan nama makhluk kepada nama Khāliq
dengan huruf "wawu" setelah mengucapkan kehendak (Māsyā Allāh) dan
sebagainya. Sebab, yang demikian berarti mensejajarkan antara makhluk
dengan sang Khāliq karena huruf "wawu" diletakkan untuk kemutlakan dua
hal bergandengan sehingga tidak mengharuskan adanya urutan atau
tingkatan. Tindakan menyamakan makhluk dengan Khāliq adalah syirik. Nabi
Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membolehkan penggandengan
makhluk kepada Khāliq dengan kata "Ṡumma" karena yang dijadikan objek
gandengan menjadi terbelakang dari yang menggandengkan dengan selisih
waktu sehingga tidak dilarang karena hukumnya menjadi pengikut (tunduk
kepada yang diikuti -edit). |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Nasā`i -
Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3352 |
|
Hadith 299 الحديث
الأهمية: لأن أحلف بالله كاذبًا أحب إليَّ من أن
أحلف بغيره صادقًا
Tema: Aku bersumpah dengan nama Allah
padahal dusta lebih aku sukai daripada bersumpah dengan selain-Nya
meskipun jujur |
عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه-
قال: "لأن أحلف بالله كاذبًا أحب إليَّ من أن أحلف بغيره صادقًا".
Dari Abdullah bin Mas'ud -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Aku bersumpah dengan nama Allah padahal dusta lebih
aku sukai daripada bersumpah dengan selain-Nya meskipun jujur."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يقول ابن مسعود -رضي الله عنه-: إقسامي
بالله على شيء أنا كاذبٌ فيه على فرض وقوعه أحب إلي من إقسامي بغير الله
على شيءٌ أنا صادقٌ فيه؛ وإنما رجح الحلف بالله كاذباً على الحلف بغيره
صادقاً؛ لأن الحلف بالله في هذه الحالة فيه حسنة التوحيد، وفيه سيئة
الكذب، والحلف بغيره صادقاً فيه حسنة الصدق وسيئة الشرك، وحسنة
التوحيد أعظم من حسنة الصدق، وسيئة الكذب أسهل من سيئة الشرك
Tema: Ibnu Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu-
berkata, "Sumpahku dengan nama Allah terhadap sesuatu padahal aku
berdusta -andai ini terjadi- lebih aku sukai daripada sumpahku dengan
selain Allah terhadap sesuatu meski aku jujur dalam hal itu. Dipilihnya
bersumpah dengan nama Allah dalam keadaan dusta daripada bersumpah
dengan selain-Nya dalam keadaan jujur karena bersumpah dengan nama Allah
dalam kondisi seperti ini mengandung kebaikan tauhid dan juga keburukan
dusta. Sedangkan bersumpah dengan selain Allah dalam keadaan benar
mengandung kebaikan jujur dan keburukan syirik. Kebaikan tauhid lebih
besar dari kebaikan jujur, dan keburukan dusta lebih ringan dari
keburukan syirik. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah -
Diriwayatkan oleh Abdurrazzāq]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3353 |
|
Hadith 300 الحديث
الأهمية: إن الله -تعالى- يغار، وغيرة الله
-تعالى-، أن يأتي المرء ما حرم الله عليه
Tema: Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- itu
cemburu, dan kecemburuan Allah -Ta'ālā- itu terjadi jika seseorang
melakukan apa yang diharamkan oleh Allah kepadanya |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعًا:
«إِنَّ الله -تَعَالى- يَغَارُ، وغَيرَةُ الله -تَعَالَى-، أَنْ يَأْتِيَ
المَرء ما حرَّم الله عليه».
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan secara marfū': "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- itu cemburu,
dan kecemburuan Allah -Ta'ālā- itu terjadi jika seseorang melakukan apa
yang diharamkan oleh Allah kepadanya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء الحديث ليبين أن الله يغار على
محارمه، يبغض ويكره انتهاك حدوده، ومن ذلك فاحشة الزنا، فهو طريق سافل
سيِّئ، ومِن ثَمَّ حرَّم الله على عباده الزنا وجميع وسائله، فإذا زنى
العبد، فإنَّ الله يغار غيرة أشد وأعظم من غيرته على ما دونه من المحارم،
وكذلك أيضا اللِّوَاط، وهو إتيان الذَكَر، فإِنَّ هذا أعظم وأعظم؛ ولهذا
جعله الله تعالى أشدَّ في الفُحش من الزنا.
وكذلك
أيضا السرقة وشرب الخمر وكل المحارم يغار الله منها، لكن بعض المحارم تكون
أشد غيرة من بعض، حسب الجُرم، وحسب المضَّار التي تترتَّب على ذلك.
Hadis ini menjelaskan bahwa Allah
cemburu kepada hal-hal yang diharamkan-Nya. Dia benci dan tidak suka
batasan-batasan-Nya dilanggar, semisal kekejian zina yang merupakan
jalan yang hina dan buruk. Karena itulah Allah mengharamkan zina dan
semua sarananya kepada hamba-hamba-Nya. Jika seorang hamba berzina, maka
sesungguhnya Allah sangat cemburu dengan kecemburuan yang lebih dahsyat
dan lebih besar daripada kecemburuan-Nya kepada hal-hal yang haram
selainnya. Demikian pula homoseksual, yaitu berhubungan badan antara
lelaki dengan lelaki, bahkan perbuatan ini lebih besar dan lebih parah
dosanya. Karena itulah Allah -Ta'ālā- menjadikan perbuatan ini lebih
keji dari zina. Demikian juga pencurian dan minum khamar, serta segala
yang diharamkan, Allah cemburu kepadanya. Hanya saja sebagian keharaman
itu lebih dahsyat dari sebagian yang lain sesuai dengan tingkat
keburukan dan bahaya yang ditimbulkannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3354 |
|
Hadith 301 الحديث
الأهمية: لتتبعن سنن من كان قبلكم، حذو القذة
بالقذة، حتى لو دخلوا جحر ضب لدخلتموه. قالوا: يا رسول الله، اليهود
والنصارى؟ قال: فمن؟
Tema: Sungguh kalian akan mengikuti (meniru)
tradisi umat-umat sebelum kalian seperti bulu anak panah yang mengikuti
bulu anak panah sebelumnya, sampai kalaupun mereka masuk ke dalam liang
biawak niscaya kalian akan memasukinya pula. Para sahabat bertanya, “Ya
Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasrani kah?” Beliau -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- menjawab, “siapa lagi!”. |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه-
مرفوعاً: "لتتبعن سنن من كان قبلكم، حذو القذة بالقذة، حتى لو دخلوا جحر ضب
لدخلتموه. قالوا: يا رسول الله، اليهود والنصارى؟ قال: فمن؟ "
Tema: Dari Abu Sa'id Al Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū' (Nabi bersabda), "Sungguh kalian akan mengikuti
(meniru) tradisi umat-umat sebelum kalian seperti bulu anak panah yang
mengikuti bulu anak panah sebelumnya, sampai kalaupun mereka masuk ke
dalam liang biawak niscaya kalian akan memasukinya pula." Para sahabat
bertanya, “Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasrani kah?” Beliau
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, “siapa lagi!”.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا أبو سعيد -رضي الله عنه- أن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- أخبر بأن هذه الأمة ستقلد الأمم السابقة في
عاداتها وسياساتها ودياناتها، وأنها ستحاول مشابهتهم في كل شيء، كما تشبه
ريشة السهم للريشة الأخرى، ثم أكد هذه المشابهة والمتابعة بأن الأمم
السابقة لو دخلت جحر ضب مع ضيقه وظلمته لحاولت هذه الأمة دخوله، ولما
استفسر الصحابة -رضي الله عنهم- عن المراد بمن كان قبلهم، وهل هم اليهود
والنصارى؟ أجاب بنعم.
Abu Sa'id -raḍiyallāhu 'anhu-
mengabarkan kepada kita bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memberitahukan bahwa umat ini akan meniru umat-umat sebelumnya dalam
tradisi, politik dan agamanya. Umat ini akan berusaha menyerupai mereka
dalam segala hal sebagaimana bulu anak panah menyerupai bulu lainnya.
Selanjutnya beliau menegaskan penyerupaan dan peniruan ini bahwa jika
umat-umat yang lalu masuk ke lubang biawak yang sempit dan gelap, pasti
umat ini berusaha untuk memasukinya. Saat para sahabat -raḍiyallāhu
'anhum- meminta penjelasan mengenai maksud orang-orang sebelum kalian,
apakah mereka itu orang-orang Yahudi dan Nashrani? Beliau menjawabnya
dengan ya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih dengan dua
riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3355 |
|
Hadith 302 الحديث
الأهمية: إذا لبستم، وإذا توضأتم، فابدأوا
بأيامنكم
Tema: Apabila kalian memakai pakaian dan
apabila kalian berwudu, maka mulailah dengan (organ tubuh) bagian kanan
kalian! |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعًا:
«إِذَا لَبِسْتُم، وَإِذَا تَوَضَّأتُم، فَابْدَأُوا بَأَيَامِنُكُم».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Apabila kalian memakai pakaian dan apabila kalian
berwudu, maka mulailah dengan (organ tubuh) bagian kanan kalian!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أكَّد حديث أبي هريرة -رضي الله عنه-
موضوع استحباب التيمن في الأمور الكريمة، فروى أن رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- قال:
"إذا لبستم" أي أردتم اللبس
و"إذا
توضأتم" أي أردتم أعماله.
"فابدءوا
بأيامنكم" جمع أيمن وهو خلاف الأيسر، فيدخل الجانب الأيمن في نحو القميص،
قبل الأيسر ويقدم اليمنى من يديه ورجليه في الوضوء، ثم اعلم أن من أعضاء
الوضوء ما لا يستحب فيه التيامن، وهو الأذنان، والكفان، والخدان، بل يطهران
دفعة واحدة، فإن تعذر ذلك كما في حق الأقطع ونحوه قدَّم اليمين.
Hadis Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
ini menegaskan perkara disunahkannya memulai dari (organ tubuh) bagian
kanan dalam hal-hal yang mulia. Dia meriwayatkan bahwa Rasulullah
bersabda, "Apabila kalian memakai pakaian," yakni, apabila kalian hendak
memakai pakaian. Dan "Apabila kalian berwudu," yakni, apabila kalian
hendak mengerjakan wudu. "Maka mulailah dengan (organ) bagian kanan
kalian," bentuk jamak dari kata "Aiman (kanan)", yaitu lawan kata
"al-Aisar (kiri)". Dengan demikian hendaklah memasukkan sisi sebelah
kanan seperti (ketika memakai) baju sebelum sisi sebelah kiri, dan
mendahulukan tangan dan kaki kanan dalam berwudu. Orang yang tidak sehat
pun harus memulai dari organ tubuh bagian kanan dalam semua perbuatan
wudu. Kemudian perlu diketahui bahwa ada beberapa anggota wudu yang
tidak disunahkan memulai dari sebelah kanan, yaitu kedua telinga, kedua
telapak tangan, dan kedua pipi. Justru keduanya harus dibasuh sekaligus.
Hanya saja jika berhalangan untuk melakukannya, seperti pada orang yang
buntung dan sebagainya, maka hendaknya memulai dari organ tubuh sebelah
kanan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan
oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3356 |
|
Hadith 303 الحديث
الأهمية: من ابتلي من هذه البنات بشيء فأحسن
إليهن كُنَّ له سترًا من النار
Tema: Barangsiapa diuji dengan sesuatu dari
anak-anak perempuan ini, lalu ia berbuat baik kepada mereka, maka
anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang baginya dari api
neraka |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: دَخَلَت
عَلَيَّ امرأَة ومعَهَا ابنَتَان لَهَا، تَسْأَل فَلَم تَجِد عِندِي شَيئًا
غَير تَمرَة وَاحِدَة، فَأَعْطَيتُهَا إِيَّاهَا فَقَسَمتْهَا بَينَ
ابنَتَيهَا وَلَم تَأكُل مِنهَا، ثُمَّ قَامَت فَخَرَجَت، فَدَخَل النبي
-صلى الله عليه وسلم- علينا، فَأَخْبَرتُه فقال: «مَنْ ابْتُلِيَ مِنْ هذه
البنَاتِ بِشَيءٍ فأَحْسَن إِلَيهِنَّ، كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِن النَّار».
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- ia
berkata, "Ada seorang wanita masuk ke tempatku bersama dua anak
perempuannya. Wanita itu meminta sesuatu, tetapi aku tidak mempunyai apa
pun selain satu butir kurma. Aku pun memberikan kurma itu kepadanya.
Lantas wanita itu membaginya menjadi dua di antara kedua anak
perempuannya. Sedangkan dia sendiri tidak memakannya sedikit pun.
Kemudian wanita itu berdiri lalu keluar. Tiba-tiba Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- masuk menemui kami lalu aku memberitahu beliau
mengenai hal itu. Beliau bersabda, "Barangsiapa yang diuji dengan
sesuatu dari anak-anak perempuan ini, lalu ia berbuat baik kepada
mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang
baginya dari api neraka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
دخلت على عائشة -رضي الله عنها- امرأة
ومعها ابنتان لها تسأل -وذلك لأنها فقيرة- قالت: فلم تجد عندي إلا تمرة
واحدة، قالت: فأعطيتها إياها فقسمتها بين ابنَتَيها نِصفَين، وأَعطَت
وَاحِدة نصف التمرة، وأعطت الأخرى نصف التمرة الآخر، ولم تأكل منها شيئا.
فدخل
النبي -صلى الله عليه وسلم- على عائشة فأخبرته لأنها قصة غريبة عجيبة، فقال
النبي -صلى الله عليه وسلم-: "من ابتلي بشيء من هذه البنات فأحسن إليهن كن
له سترا من النار".
ولا
يفهم من قوله -صلى الله عليه وسلم-: "من ابتلي": بلوى الشر، لكن المراد: من
قُدِّر له، كما قال الله -تعالى-: (ونبلوكم بالشر والخير فتنة وإلينا
ترجعون) . يعني من قُدِّر له ابنتان فأحسن إليهما كُنَّ له سِترا من
النَّار يوم القيامة، يعني أن الله -تعالى- يحجِبُه عن النار بِإِحسانه إلى
البنات؛ لأنَّ البِنت ضعيفة لا تستطيع التَكَسُّب، والذي يكتسب هو الرجل،
قال الله -تعالى-: (الرجال قوامون على النساء بما فضل الله بعضهم على بعض
وبما أنفقوا من أموالهم) .
Tema: Seorang wanita bersama kedua anak
perempuannya masuk menemui Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- untuk meminta
sesuatu kepadanya -karena dia wanita fakir-. Aisyah berkata, "Tetapi dia
tidak menemukan apa pun di rumahku selain satu butir kurma." Aisyah
berkata, "Aku pun memberikan kurma itu kepadanya lalu dia membaginya
menjadi dua bagian di antara kedua putrinya. Dia memberikan separuh
kurma kepada satu putrinya dan memberikan separuh lainnya kepada
putrinya yang lain, dan ia sendiri tidak memakan sedikit pun. Tiba-tiba
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk menemui Aisyah, lalu dia
memberitahu beliau mengenai hal itu. Sebab, hal tersebut merupakan kisah
aneh dan mengagumkan. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan ini, lalu ia berbuat
baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi
penghalang baginya dari api neraka." Sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, "Barangsiapa yang diuji," tidak dapat dipahami sebagai ujian
keburukan, tetapi maksudnya, "Siapa yang ditakdirkan untuknya." Hal ini
sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami kamu akan
dikembalikan." Artinya, siapa yang ditakdirkan memiliki dua anak
perempuan lalu berbuat baik kepadanya, maka mereka akan menjadi tabir
baginya dari api neraka pada hari kiamat. Yakni, Allah -Ta'ālā- akan
menghalanginya dari neraka dengan perbuatan baiknya kepada anak-anak
perempuan. Sebab, anak perempuan itu lemah tidak memiliki kemampuan
untuk mencari penghidupan, karena yang mencari penghidupan adalah
lelaki. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Laki-laki (suami) itu pelindung bagi
perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka
(laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka
(laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih, dan ini redaksi
Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3358 |
|
Hadith 304 الحديث
الأهمية: من حلف بغير الله قد كفر أو أشرك
Tema: Siapa yang bersumpah dengan selain
Allah, maka dia telah berbuat kufur atau syirik. |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
مرفوعاً: "من حلف بغير الله قد كفر أو أشرك"
Tema: Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā- meriwayatkan secara marfū': "Siapa yang bersumpah dengan selain
Allah, maka dia telah berbuat kufur atau syirik."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- في هذا الحديث خبراً معناه النهي: أن من أقسم بغير الله من
المخلوقات فقد اتخذ ذلك المحلوف به شريكاً لله وكفر بالله؛ لأن الحلف
بالشيء يقتضي تعظيمه، والعظمة في الحقيقة إنما هي لله وحده، فلا يُحلف إلا
به أو بصفة من صفاته.
Dalam hadis ini, Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan satu berita yang bermakna
larangan, bahwa siapa yang bersumpah dengan berbagai makhluk selain
Allah, maka dia telah menjadikan makhluk-makhluk itu sebagai tandingan
Allah dan pelakunya menjadi kufur kepada Allah; karena bersumpah dengan
sesuatu mengharuskan adanya pengagungan kepadanya. Padahal kebesaran
(keagungan) pada hakikatnya adalah bagi Allah semata. Karena itu, tidak
boleh bersumpah kecuali dengan-Nya atau salah satu sifat-Nya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3359 |
|
Hadith 305 الحديث
الأهمية: من عال جاريتين حتى تبلغا جاء يوم
القيامة أنا وهو كهاتين
Tema: Barangsiapa mengurus dua orang anak
perempuan sampai balig, maka ia akan datang pada hari kiamat dalam
keadaan aku bersamanya seperti ini |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«مَنْ عَالَ جَارِيَتَين حتَّى تَبلُغَا جاء يَومَ القِيَامَة أَنَا وَهُو
كَهَاتَين» وضَمَّ أَصَابِعَه.
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Barangsiapa mengurus dua orang anak perempuan
sampai balig, maka ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan aku
bersamanya seperti ini." Dan beliau menggandengkan jari-jemarinya.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في هذا الحديث فضل عول الإنسان للبنات،
وذلك أنَّ البنت قاصرة ضعيفة، والغالب أنَّ أهلها لا يأبَهُون بها، ولا
يهتمُّون بها، فلذلك قال النبي -صلى الله عليه وسلم-: "من عال جاريتين حتى
تبلغا، جاء يوم القيامة أنا وهو كهاتين" وضَمَّ إصبعيه: السبابة والوسطى،
والمعنى أنه يكون رفيقا لرسول الله -صلى الله عليه وسلم- في الجنة إذا عال
الجارتين، يعني الأنثيين من بنات أو أخوات أو غيرهما، أي أنه يكون مع النبي
-صلى الله عليه وسلم- في الجنة، وقرن بين إصبعيه -عليه الصلاة والسلام-.
والعول في
الغالب يكون بالقيام بمؤونة البدن، من الكسوة والطعام والشراب والسكن
والفراش ونحو ذلك، وكذلك يكون بالتعليم والتهذيب والتوجيه والأمر بالخير
والنهي عن الشر وما إلى ذلك، فيجمع القائم بمصالح البنات بالنفع العاجل
الدنيوي، والآجل الأخروي.
Dalam hadis ini terdapat keutamaan
bagi orang dalam mengurus anak-anak perempuan. Sebab, anak perempuan itu
(kemampuannya) terbatas dan lemah. Biasanya keluarganya tidak
memperhatikannya dan tidak mempedulikannya. Karena itulah Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Barangsiapa mengurus dua orang
anak perempuan sampai balig, maka ia akan datang pada hari kiamat dalam
keadaan aku bersamanya seperti ini." Dan beliau menggandengkan dua
jarinya; jari telunjuk dan jari tengah. Artinya bahwa orang itu akan
menjadi teman Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di Surga jika
dia mengurus dua anak perempuan. Yakni, dua orang anak perempuan,
saudari atau selain keduanya. Artinya dia akan bersama Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- di Surga. Beliau menggandengkan antara dua jarinya.
Mengurus mereka biasanya dilakukan dengan memberi bantuan untuk fisik
berupa pakaian, makanan, minuman, tempat tinggal, perlengkapan rumah,
dan sebagainya. Begitu juga dengan pengajaran, pendidikan, pengarahan,
perintah kepada kebaikan, larangan dari keburukan dan sebagainya. Dengan
demikian, orang yang mengurus berbagai kebutuhan anak-anak perempuan
telah menghimpun manfaat duniawi di masa kini, dan manfaat yang bersifat
ukhrawi nanti. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3360 |
|
Hadith 306 الحديث
الأهمية: والذي نفسي بيده، لا تدخلوا الجنة حتى
تؤمنوا، ولا تؤمنوا حتى تحابوا، أولا أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم؟
أفشوا السلام بينكم
Tema: Demi Allah yang jiwaku berada di
tangan-Nya, kalian tidak akan masuk Surga sampai kalian beriman, dan
kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku
tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian melakukannya maka
kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian! |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لاَ
تَدْخُلُوا الجَنَّة حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى
تَحَابُوا، أَوَلاَ أَدُلُّكُم عَلَى شَيءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ
تَحَابَبْتُم؟ أَفْشُوا السَّلاَم بَينَكُم».
Dari Abu Hurairah -raḍiyyallāhu
'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk
Surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian
saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika
kalian melakukannya maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam
di antara kalian!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
صدَّر المصطفى -صلى الله عليه وسلم-
الحديث بالقسم المفيد للتوكيد على أهمية ما تحمله هذه الوصية النبوية
العظيمة، والتي تحمل في مضمونها الأسباب الخُلقية التي متى تمسَّك بها
المجتمع المسلم تماسَك بنيانه وقَوِيَ.
فقوله
-صلى الله عليه وسلم-: "لاتدخلوا الجنة حتى تؤمنوا" على ظاهره وإطلاقه، فلا
يدخل الجنة إلا من مات مؤمنًا وإن لم يكن كامل الإيمان فإن مآله الجنة،
فهذا هو الظاهر من الحديث.
وأما قوله
-صلى الله عليه وسلم-: "ولا تؤمنوا حتى تحابوا" معناه لا يكمل إيمانكم ولا
يصلح حالكم في الإيمان إلا بالتحاب.
وأما
قوله: "أفشوا السلام بينكم" ففيه الحث العظيم على إفشاء السلام وبذله
للمسلمين كلهم من عرفت ومن لم تعرف، والسلام أول أسباب التآلف ومفتاح
استجلاب المودة، وفي إفشائه تكمن ألفة المسلمين بعضهم لبعض وإظهار شعارهم
المميز لهم من غيرهم من أهل الملل مع ما فيه من رياضة النفس ولزوم التواضع
وإعظام حرمات المسلمين.
Al-Muṣṭafa -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengawali hadis tersebut dengan sumpah yang menunjukkan
penegasan urgensi kandungan wasiat kenabian yang agung ini. Wasiat
tersebut mengandung berbagai adab. Jika masyarakat muslim memegangnya
dengan teguh, niscaya bangunannya kokoh dan kuat. Sabda - ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, "Kalian tidak akan masuk Surga sampai kalian
beriman," berdasarkan makna lahir dan kemutlakannya. Tidak akan masuk
Surga kecuali orang yang meninggal dunia dalam keadaan beriman meskipun
imannya tidak sempurna, maka sesungguhnya tempat kembalinya Surga.
Inilah makna lahir hadis tersebut. Adapun sabda beliau -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, "Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling
mencintai" artinya, iman kalian tidak sempurna dan keadaan kalian tidak
akan baik dalam keimanan kecuali dengan saling mencintai. Sedangkan
sabdanya, "Tebarkanlah salam di antara kalian!" mengandung anjuran agung
untuk menyebarkan salam dan mempersembahkannya bagi kaum muslimin
seluruhnya; baik yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal. Salam
merupakan sebab utama untuk saling menyayangi dan kunci untuk
mendapatkan cinta. Dalam menebarkan salam terkandung kecintaan sebagian
kaum muslimin terhadap sebagian yang lain dan memperlihatkan syiar
mereka yang berbeda dengan para pemeluk agama lainnya. Di samping itu
juga mengandung olah jiwa, senantiasa rendah hati, dan mengagungkan
kehormatan kaum muslimin. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3361 |
|
Hadith 307 الحديث
الأهمية: قال الله -تعالى-: وجبت محبتي للمتحابين
في، والمتجالسين في، والمتزاورين في، والمتباذلين في
Tema: Allah -Ta'ālā- berfirman,
"Kecintaan-Ku pasti diperoleh oleh orang yang saling mencintai
karena-Ku, saling berkumpul karena-Ku, saling mengunjungi karena-Ku, dan
saling memberi karena-Ku." |
عن أبي إدريس الخولاني -رحمه الله- قال:
دَخَلْتُ مَسْجِدَ دِمَشقَ، فَإِذَا فَتًى بَرَّاق الثَنَايَا وَإِذَا
النَّاس مَعَه، فَإِذَا اخْتَلَفُوا فِي شَيءٍ، أَسْنَدُوهُ إِلَيهِ،
وَصَدَرُوا عَنْ رَأْيِهِ، فَسَأَلْتُ عَنْهُ، فَقِيل: هَذَا مُعَاذ بْنُ
جَبَلٍ -رضي الله عنه- فَلَمَّا كان مِنَ الغَدِ، هَجَّرتُ، فَوَجَدتُه
قَدْ سَبِقَنِي بِالتَهْجِير، وَوَجَدتُهُ يُصَلِّي، فَانتَظَرتُهُ حَتَّى
قَضَى صَلاَتَه، ثُمَّ جِئتُهُ مِن قِبَلِ وَجْهِهِ، فَسَلَّمْتُ عَلَيه،
ثُمَّ قُلتُ: وَالله إِنِّي لَأُحِبُّكَ لِلَّه، فَقَال: آلله؟ فَقُلتُ:
آلله، فقال: آللهِ؟ فقُلْتُ: آلله، فَأَخَذَنِي بَحَبْوَةِ رِدَائِي،
فَجَبَذَنِي إِلَيه، فَقَال: أَبْشِر! فَإِنِّي سَمِعتُ رسول الله -صلى
الله عليه وسلم- يقول: «قَالَ الله -تعَالَى-: وَجَبَت مَحَبَّتِي
لِلمُتَحَابِّين فِيَّ، وَالمُتَجَالِسِينَ فِيَّ، وَالمُتَزَاوِرِينَ
فِيَّ، وَالمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ».
Dari Abu Idrīs Al-Khaulāni
-raḥimahullāh- ia berkata, "Aku pernah masuk masjid Damaskus. Ternyata
ada seorang pemuda yang giginya mengkilat dan orang-orang
mengerumuninya. Apabila mereka berbeda pendapat, mereka menyerahkan dan
meminta pertimbangannya. Lantas aku bertanya tentang pemuda itu lalu
dijawab bahwa dia adalah Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu-. Pada esok
harinya, pagi-pagi aku datang ke masjid tetapi pemuda itu datang lebih
pagi daripadaku dan aku mendapatinya sedang salat. Aku menunggunya
sampai selesai dan mendatanginya dari arah depan. Aku mengucapkan salam
lalu berkata kepadanya, "Demi Allah, aku mencintaimu karena Allah." Dia
berkata, "Apakah demi Allah?" Aku jawab, "Iya, demi Allah." Dia
bertanya, "Apakah benar demi Allah?" Aku jawab, "Iya, demi Allah."
Lantas ia menarik ujung selendangku untuk mendekatkanku kepadanya seraya
berkata, "Bergembiralah! Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah -Ta'ālā- berfirman,
'Kecintaan-Ku pasti diperoleh oleh orang yang saling mencintai
karena-Ku,saling berkumpul karena-Ku, saling mengunjungi karena-Ku, dan
saling memberi karena-Ku'."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في هذا الحديث فضل التحابب في الله،
والمراد أن فاعل كل هذه الأمور من الجانبين كما يدل عليه صيغة التفاعل إذا
كان لوجه الله -تعالى- لا لعرض فانٍ، ولا لغرض فإنه تجب له محبة مولاه،
وهذا أعظم الجزاء فيدل على شرف هذا، وقد ورد «من أحبّ في الله وأبغض في
الله وأعطى لله ومنع لله فقد استكمل الإيمان».
ففي قوله:
"فقلت والله إني لأحبك لله قال: آلله فقلت: آلله" دليل على أن الأيمان كانت
تجري على ألسنتهم على معنى تحقيق الخبر ويؤكد بتكرارها واستدعاء تأكيدها.
وقوله:
"فأخذ بحبوة ردائي" يريد بما يحتبي به من الرداء وهو طرفاه.
وقوله:
"وجبذني إلى نفسه" على معنى التقريب له والتأنيس وإظهار القبول لما أخبر به
وتبشيره بما قاله النبي -صلى الله عليه وسلم- لمن فعل ذلك.
فقال له:
"أبشر" يريد بما أنت عليه، فإني سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول:
قال الله -عزو جل- على معنى إضافة ما يبشره إلى خبر النبي -صلى الله عليه
وسلم- وهو الصادق المصدوق عن ربه -تبارك وتعالى-، ليستيقن أبو إدريس وتتم
له البشرى بهذا الخبر, حيث إنه من قول النبي -صلى الله عليه وسلم- عن ربه,
لا من اجتهاد معاذ -رضي الله عنه-.
وقوله عزو
جل: "وجبت محبتي" يريد ثبتت محبتي لهم.
"للمتحابين والمتجالسين فيَّ" يريد أن
يكون جلوسهم في ذات الله -عزو جل- من التعاون على ذكر الله -تعالى- وإقامة
حدوده والوفاء بعهده والقيام بأمره وبحفظ شرائعه واتباع أوامره واجتناب
محارمه.
وقوله
-تبارك وتعالى- "والمتزاورين فيَّ": يريد -والله أعلم- أن يكون زيارة بعضهم
لبعض من أجله وفي ذاته وابتغاء مرضاته من محبة لوجهه أو تعاون على طاعته.
وقوله
-تبارك وتعالى-: "والمتباذلين فيَّ": يريد يبذلون أنفسهم في مرضاته من
الاتفاق على جهاد عدوه وغير ذلك مما أمروا به ويعطيه ماله إن احتاج إليه.
Hadis ini mengandung penjelasan
tentang keutamaan saling mencintai karena Allah. Maksudnya semua itu
dilakukan oleh kedua belah pihak. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh
bentuk kata "At-Tafā'ul", jika memang dimaksudkan karena mencari
keridaan Allah, bukan untuk tujuan yang fana dan bukan untuk tujuan
apapun. Maka ia pasti mendapatkan kecintaan Allah -Ta'ālā-. Ini
merupakan balasan yang paling besar sehingga menunjukkan kemuliaannya.
Dalam riwayat lain disebutkan, "Barangsiapa mencintai, membenci, memberi
dan menahan, maka imannya telah sempurna." Pada perkataannya, "Aku
berkata, "Demi Allah, aku mencintaimu karena Allah." Dia berkata,
"Apakah benar karena Allah?" Aku jawab, "Iya, karena Allah", mengandung
bukti bahwa sumpah terucap melalui lisan mereka untuk memastikan berita,
dan ditegaskan dengan pengulangannya, serta permohonan penegasannya.
Perkataannya, "Lantas ia menarik ujung selendangku," yang dimaksud
dengan ujung selendang adalah bagian pinggirnya. Perkataannya, "Untuk
mendekatkanku kepadanya," menunjukkan makna mendekatkan kepadanya dan
menjadikannya akrab serta memperlihatkan penerimaan terhadap apa yang
diberitakan kepadanya. Dia juga menyampaikan berita gembira dengan apa
yang disabdakan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bagi orang yang
melakukan perbuatan tersebut. Perkataannnya, "Bergembiralah!" maksudnya
dengan apa yang sudah engkau lakukan karena sesungguhnya aku pernah
mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah
'Azza wa Jalla berfirman," atas dasar makna penyandaran apa yang
diberitakannya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dari Rabbnya,
supaya Abu Idrīs merasa yakin sehingga sempurnalah berita gembira
tersebut. Sebab, ucapan tersebut berasal dari sabda Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- dari Rabbnya, bukan hasil ijtihad Mu'āż -raḍiyallāhu
'anhu-. Firman Allah -'Azza wa Jalla-, "Kecintaan-Ku pasti diperoleh,"
maksudnya, kecintaan-Ku tetap untuk mereka. "Untuk orang yang saling
mencintai karena-Ku, saling berkumpul karena-Ku," maksudnya duduknya
mereka karena Zat Allah -'Azza wa Jalla- berupa saling tolong-menolong
dalam mengingat Allah Ta'ālā, menegakkan hukum-hukum-Nya, memenuhi
janji-Nya, melaksanakan perintah-Nya, memelihara syariat-Nya, mengikuti
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Firman Allah
-Tabāraka wa Ta'ālā-, "Yang saling mengunjungi karena-Ku," maksudnya
-hanya Allah yang lebih tahu- kunjungan yang dilakukan di antara mereka
karena Allah dan karena Zat-Nya, mencari keridhaan-Nya berupa kecintaan
karena-Nya atau saling tolong-menolong dalam menaati-Nya. Firman Allah
-Tabāraka wa Ta'ālā-, "Dan yang saling memberi karena-Ku." maksudnya,
mereka mengorbankan dirinya demi keridaan-Nya berupa kesepakatan untuk
berjihad melawan musuhnya dan hal lainnya yang telah diperintahkan
kepada mereka, serta dia memberikan hartanya jika hal itu diperlukan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ahmad -
Diriwayatkan oleh Malik]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3362 |
|
Hadith 308 الحديث
الأهمية: لولا أن أشق على أمتي؛ لأمرتهم بالسواك
عند كل صلاة
Tema: Jika seandainya tidak akan memberatkan
umatku, niscaya aku akan menyuruh mereka bersiwak setiap hendak salat |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: (لولاَ أن أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي؛
لَأَمَرتُهُم بِالسِّوَاك عِندَ كُلِّ صَلاَة).
Tema: Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika
seandainya tidak akan memberatkan umatku, niscaya aku akan menyuruh
mereka bersiwak setiap hendak salat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
من كمال نصح النبي -صلى الله عليه وسلم-
ومحبته الخير لأمته، ورغبته أن يفعلوا كل فعل يعود عليهم بالنفع؛ لينالوا
كمال السعادة أن حثهم على التسوك، فهو -صلى الله عليه وسلم- لما علِم من
كثرة فوائد السواك، وأثر منفعته عاجلا وآجلا؛ كاد يلزم أمته به عند كل وضوء
أو صلاة؛ لورود رواية: (مع كل وضوء)، ولكن -لكمال شفقته ورحمته- خاف أن
يفرضه الله عليهم؛ فلا يقوموا به؛ فيأثموا؛ فامتنع من فرضه عليهم خوفاً
وإشفاقاً، ومع هذا رغبهم فيه وحضَّهم عليه.
Di antara kesempurnaan nasihat Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, kecintaan beliau kepada kebaikan untuk
umatnya, dan keinginan beliau agar mereka mengerjakan segala perbuatan
yang berguna bagi mereka supaya memperoleh kesempurnaan kebahagiaan,
maka beliau menganjurkan mereka untuk bersiwak (menyikat gigi). Hal ini
karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sudah mengetahui berbagai
manfaat siwak dan dampak positifnya di dunia dan di akhirat. Karena
itulah beliau hampir mewajibkan umatnya untuk bersiwak setiap hendak
wudu atau salat, disebabkan adanya riwayat, "Setiap hendak wudu." Hanya
saja -dengan kesempurnaan kasih dan sayang beliau- maka beliau khawatir
Allah akan mewajibkannya kepada mereka lalu mereka tidak melaksanakannya
sehingga mereka pun akan berdosa. Karena itu, beliau tidak mewajibkannya
karena rasa takut dan kasih sayang beliau (kepada umatnya). Meskipun
demikian, beliau tetap mendorong dan menganjurkan mereka untuk bersiwak. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3364 |
|
Hadith 309 الحديث
الأهمية: سألت النبي -صلى الله عليه وسلم-: أي
العمل أحب إلى الله؟ قال: الصلاة على وقتها. قلت: ثم أي؟ قال: بر الوالدين
Tema: Aku bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, "Amal apakah yang paling disukai Allah?" Beliau
menjawab, "Salat pada waktunya." Aku bertanya lagi, "Kemudian apa?"
Beliau bersabda, "Berbakti kepada kedua orang tua." |
عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه-
قال: (سَأَلتُ النبِيَّ -صلى الله عليه وسلم-: أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إلى
الله؟ قال: الصَّلاَةُ عَلَى وَقتِهَا. قلت: ثم أَيُّ؟ قال: بِرُّ
الوَالِدَينِ. قلت: ثم أَيُّ؟ قال: الجِهَادُ في سَبِيلِ الله. قال:
حَدَّثَنِي بِهِنَّ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ولو اسْتَزَدْتُهُ
لَزَادَنِي).
Tema: Dari Abdullah bin Mas'ud -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Aku bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, "Amal apakah yang paling disukai Allah?" Beliau menjawab,
"Salat pada waktunya." Aku bertanya lagi, "Kemudian apa?" Beliau
bersabda, "Berbakti kepada kedua orang tua." Aku bertanya lagi,
"Kemudian apa?" Beliau bersabda, "Jihad di jalan Allah." Ia berkata,
"Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menuturkan semua itu
kepadaku, dan seandainya aku meminta tambahan, niscaya beliau
menambahkannya untukku."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
سأل ابن مسعود -رضي الله عنه- النبي
-صلى الله عليه وسلم- عن الطاعات لله، أيها أحب إلى الله -تعالى-؟ فكلما
كان العمل أحب إلى الله، كان ثوابه أكثر.
فقال -صلى
الله عليه وسلم- مبينًا: إن أحبها إلى الله -تعالى-، الصلاة المفروضة في
وقتها، الذي حدده الشارع لأن فيه المبادرة إلى نداء الله تعالى وامتثال
أمره، والاعتناء بهذا الفرض العظيم.
ومن رغبته
-رضي الله عنه- في الخير، لم يقف عند هذا، بل سأله عن الدرجة الثانية، من
محبوبات الله -تعالى- قال: بر الوالدين.
فإن الأول
محض حق الله، وهذا محض حق الوالدين، وحق الوالدين يأتي بعد حق الله، بل إنه
-سبحانه- من تعظيمه له يقرن حقهما وبرهما مع توحيده في مواضع من القرآن
الكريم، لما لهما من الحق الواجب، مقابل ما بذلاه من التسبب في إيجادك
وتربيتك، وتغذيتك، وشفقتهما وعطفهما عليك.
ثم إنه
-رضي الله عنه- استزاد من لا يبخل، عن الدرجة التالية من سلسلة هذه الأعمال
الفاضلة، فقال: الجهاد في سبيل الله، فإنه ذروة سنام الإسلام وعموده، الذي
لا يقوم إلا به، وبه تعلو كلمة اللَه وينشر دينه.
وبتركه
-والعياذ بالله- هدم الإسلام، وانحطاط أهله، وذهاب عزهم، وسلب ملكهم، وزوال
سلطانهم ودولتهم.
وهو الفرض
الأكيد على كل مسلم، فإن من لم يغْزُ، ولم يحدث نفسه بالغزو، مات على شعبة
من النفاق.
Ibnu Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu-
bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengenai berbagai
macam ketaatan kepada Allah, manakah yang paling disukai Allah -Ta'ālā-?
Semakin amal itu disukai Allah maka semakin banyak pahalanya. Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda -menjelaskan-,"Sesungguhnya amal
yang paling disukai Allah -Ta'ālā- adalah salat fardu pada waktunya
sesuai dengan yang ditetapkan oleh pembuat syariat (Allah). Sebab itu
berarti bersegera memenuhi seruan Allah -Ta'ālā-, melaksanakan
perintah-Nya, dan memberikan perhatian terhadap kewajiban yang agung
ini. Di antara kecintaan Ibnu Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu- kepada
kebaikan, ia tidak hanya berhenti sampai di situ saja, tetapi dia
menanyakan tingkatan kedua dari ketaatan yang disukai Allah. Beliau
bersabda, "Berbakti kepada kedua orang tua." Yang pertama mutlak hak
Allah dan kedua mutlak hak kedua orang tua. Hak kedua orang tua datang
setelah hak Allah. Bahkan di antara bentuk pengagungan Allah adalah Dia
menggandengkan hak dan kebajikan keduanya dengan mengesakan-Nya dalam
berbagai tempat dalam Alquran Al-Karim karena keduanya memiliki hak yang
wajib sebagai imbalan atas pengorbanan keduanya yang menjadi sebab
keberadaanmu, pendidikanmu, pemberian makanmu, kasih dan sayang keduanya
padamu. Selanjutnya dia meminta tambahan kepada orang yang tidak kikir
(Muhammad) mengenai tingkatan selanjutnya dari rangkaian amal-amal yang
utama ini. Beliau bersabda, "Jihad di jalan Allah." Sebab, jihad
merupakan puncak dan pilar Islam. Islam tegak di atasnya, dan dengannya
kalimatullah meninggi, dan agama-Nya tersebar. Dan dengan meninggalkan
jihad -kita berlindung kepada Allah dari ini- merupakan kehancuran
Islam, kemunduran pemeluknya, kehilangan kehormatannya, terampasnya
kerajaannya dan lenyapnya kekuasaan dan negaranya. Jihad merupakan
kewajiban yang kuat atas setiap Muslim. Sesungguhnya orang yang tidak
pernah berperang dan tidak pernah terlintas dalam dirinya untuk
berjihad, maka ia mati dalam sifat kemunafikan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3365 |
|
Hadith 310 الحديث
الأهمية: أثقل الصلاة على المنافقين: صلاة العشاء
وصلاة الفجر، ولو يعلمون ما فيها لأتوهما ولو حبوًا، ولقد هممت أن آمر
بالصلاة فتقام, ثم آمر رجلا فيصلي بالناس, ثم أنطلق معي برجال معهم حزم من
حطب إلى قوم لا يشهدون الصلاة فأحرق عليهم بيوتهم بالنار
Tema: Salat yang paling berat bagi
orang-orang munafik adalah salat Isya dan salat Subuh. Andaikata mereka
mengetahui apa-apa yang ada di dalam keduanya pasti mereka
mendatanginya, meskipun dengan merangkak. Sungguh aku hendak menyuruh
seseorang mengumandangkan ikamah, kemudian aku menyuruh seseorang untuk
mengimami salat manusia, lantas aku bersama dengan beberapa orang yang
membawa kayu bakar menuju orang-orang yang tidak mendatangi salat,
sehingga aku membakar rumah-rumah mereka dengan api. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن
النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «أَثقَل الصَّلاةِ على
المُنَافِقِين: صَلاَة العِشَاء، وصَلاَة الفَجر، وَلَو يَعلَمُون مَا
فِيها لَأَتَوهُمَا وَلَو حَبْوُا، وَلَقَد هَمَمتُ أًن آمُرَ بِالصَّلاَةِ
فَتُقَام، ثُمَّ آمُر رجلاً فيصلي بالنَّاس، ثُمَّ أَنطَلِق مَعِي بِرِجَال
معهُم حُزَمٌ مِن حَطَب إلى قَومٍ لاَ يَشهَدُون الصَّلاَة، فَأُحَرِّقَ
عَلَيهِم بُيُوتَهُم بالنَّار».
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alahi wa sallam-, bahwa beliau
bersabda, “Salat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah salat
Isya dan salat Subuh. Andaikata mereka mengetahui apa-apa yang ada di
dalam keduanya pasti mereka mendatanginya, meskipun dengan merangkak.
Sungguh aku hendak menyuruh seseorang mengumandangkan ikamah, kemudian
aku menyuruh seseorang untuk mengimami salat manusia, lantas aku bersama
dengan beberapa orang yang membawa kayu bakar menuju orang-orang yang
tidak mendatangi salat, sehingga aku membakar rumah-rumah mereka dengan
api.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
لقد كان المنافقون يراؤون الناس، ولا
يذكرون الله إلا قليلا، كما أخبر الله -تعالى- عنهم، ويظهر كسلهم في صلاة
العشاء وصلاة الفجر؛ لأنهما بوقت ظلام، فما يراهم الناس الذين يصلون؛ لأن
َّجلَّ المنافقين نجدهم يقصرون في هاتين الصلاتين اللتين تَقَعان في وقت
الراحة ولذة النوم ولا ينشط لأدائهما مع الجماعة إلا من حَدَاه داعي
الإيمان بالله -تعالى-، ورجاء ثواب الآخرة، ولمَّا كان الأمر على ما ذكر
كانت هاتان الصلاتان أشق وأثقل على المنافقين، ولو يعلمون ما في فعلهما مع
جماعة المسلمين في المسجد من الأجر والثواب لأتوهما ولو حبوا كحبو الطفل
بالأيدي والركب، وأقسم -صلى الله عليه وسلم- أنَّه قد هم بمعاقبة المتخلفين
المتكاسلين عن أدائهما مع الجماعة، وذلك بأن يأمر بالصلاة فتقام جماعة، ثم
يأمر رجلًا فيؤم الناس مكانه، ثم ينطلق ومعه رجال يحملون حزمًا من حطب إلى
قوم لا يشهدون الصلاة فيحرق عليهم بيوتهم بالنار؛ لشدة ما ارتكبوه في
تخلفهم عن صلاة الجماعة، لولا ما في البيوت من النساء والصبيان الأبرياء،
الذين لا ذنب لهم، كما ورد في بعض طرق الحديث.
Orang-orang munafik saat itu suka
berbuat ria, dan tidak menyebut Allah kecuali sangat sedikit;
sebagaimana Allah menceritakan hakikat mereka. Kemalasan mereka tampak
jelas saat salat Isya dan salat Subuh, karena keduanya dikerjakan di
waktu gelap, sehingga jika mereka tidak salat, orang-orang yang salat
tidak akan mengetahui kemalasan mereka. Karenanya kita mendapati
mayoritas mereka meremehkan kedua salat ini yang memang dikerjakan di
waktu istirahat dan saat manusia tidur nyenyak. Tentunya tidak ada yang
rajin melaksanakan kedua salat ini secara berjamaah kecuali orang yang
siap mendatangi panggilan iman kepada Allah dan berharap pahala akhirat.
Karenanya, kedua salat ini dirasa paling berat dan sulit bagi
orang-orang munafik. Andaikata mereka mengetahui banyaknya pahala dan
kebaikan saat mengerjakan keduanya secara berjamaah dengan kaum muslimin
di masjid, pasti mereka mendatanginya meskipun dengan cara merangkak
seperti bayi. Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- sendiri bersumpah
hendak menghukum orang-orang yang enggan melakukan dua salat ini secara
berjamaah di masjid; yaitu dengan cara memerintahkan salat berjamaah
didirikan, dan menyuruh seseorang untuk menjadi imam menggantikan
dirinya, lalu beliau disertai beberapa sahabat yang membawa kayu bakar
mendatangi orang-orang yang tidak salat berjamaah untuk membakar
rumah-rumah mereka lantaran besarnya dosa kelalaian mereka dari salat
berjamaah. Andaikata di rumah-rumah itu tidak ada anak-anak dan
wanita-wanita yang tak berdosa pasti beliau sudah membakar rumah-rumah
mereka sebagaimana disebutkan di sebagian riwayat hadis ini. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3366 |
|
Hadith 311 الحديث
الأهمية: هل تنصرون وترزقون إلا بضعفائكم؟
Tema: Bukankah kalian tidak diberi
pertolongan dan rezeki melainkan karena orang-orang yang lemah di antara
kalian?
Penjelasan Hadits بيان الحديث
رأى سعد أنَّ له فَضلاً على مَن دُونَه،
فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: «هَل تُنْصَرون وتُرْزَقُون إِلاَّ
بِضُعَفَائِكُم؟».
عن أبي
الدرداء عويمر -رضي الله عنه- مرفوعاً: «ابغُونِي الضُعَفَاء؛ فَإِنَّما
تُنصَرُون وتُرزَقُون بِضُعَفَائِكُم».
Sa'ad memandang bahwa dirinya memiliki
keutamaan di atas yang lainnya (dari para sahabat). Lantas Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bukankah kalian tidak diberi
pertolongan dan rezeki melainkan karena orang-orang yang lemah di antara
kalian?." Dari Abu Ad-Dardā` 'Uwaimīr -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū',
"Carikan untukku orang-orang yang lemah, karena sesungguhnya kalian
diberi pertolongan dan rezeki melalui orang-orang yang lemah di antara
kalian."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في هذين الحديثين ما يدل على أنَّ
الضعفاء سبب للنصر، وسبب للرزق في الأمة، فإذا حَنَّ عليهم الإنسان وعَطَف
عليهم وآتاهم مما آتاه الله -عز وجل-؛ كان ذلك سبباً للنصر على الأعداء،
وكان سبباً للرزق؛ لأنَّ الله -تعالى- أخبر أنَّه إِذَا أنفق الإنسان
لرَبِّه نفقة فإِنَّ الله -تعالى- يُخلِفُها عليه. قال الله -تعالى-: (وما
أنفقتم من شيء فهو يخلفه وهو خير الرازقين)، يُخلفه: أي يأتي بخَلَفِه
وبدله.
Dalam kedua hadis ini menunjukkan
bahwa orang-orang yang lemah itu menjadi sebab pertolongan (kemenangan)
dan sebab rezeki pada umat. Jika manusia sayang kepada mereka,
bersimpati kepada mereka, dan memberikan kepada mereka apa yang telah
Allah -'Azza wa Jalla- berikan kepadanya, maka hal itu menjadi sebab
kemenangan melawan musuh-musuh dan sebab mendapatkan rezeki. Sebab,
Allah -Ta'ālā- telah mengabarkan bahwa apabila seorang manusia
memberikan infak untuk (mendapatkan rida) Rabbnya, maka Allah -Ta'ālā-
akan menggantinya. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan apa saja yang kamu
infakkan, Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang
terbaik." Kata "Yukhlifuhu" artinya mendatangkan ganti dan
kompensasinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh
Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3367 |
|
Hadith 312 الحديث
الأهمية: تبلغ الحلية من المؤمن حيث يبلغ الوضوء
Tema: Perhiasan (cahaya) seorang Mukmin
adalah sejauh mana air wudunya sampai. |
عن أبي
هريرة -رضي الله عنه- قال قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: ((إن
أمتي يُدْعَون يوم القيامة غُرًّا مُحَجَلِّين من آثار الوُضُوء)). فمن
اسْتَطَاع منكم أن يُطِيل غُرَّتَه فَليَفعل.
وفي لفظ
لمسلم: ((رأَيت أبا هريرة يتوضَّأ, فغسل وجهه ويديه حتى كاد يبلغ المنكبين,
ثم غسل رجليه حتى رَفَع إلى السَّاقين, ثم قال: سمعت رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- يقول: إنَّ أمتي يُدْعَون يوم القيامة غُرًّا مُحَجَّلِين من
آثار الوُضُوء)) فمن استطاع منكم أن يطيل غُرَّتَه وتَحْجِيلَه فَليَفعَل.
وفي لفظ
لمسلم: سمعت خليلي -صلى الله عليه وسلم- يقول: ((تَبْلُغ الحِليَة من
المؤمن حيث يبلغ الوُضُوء)).
Tema: Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
“Sesungguhnya pada hari kiamat umatku akan dipanggil dengan wajah
bercahaya lagi berseri-seri karena bekas air wudu.” Maka barang siapa di
antara kalian mampu memperpanjang cahayanya hendaklah ia lakukan. Dalam
lafal riwayat Muslim disebutkan: “Aku melihat Abu Hurairah berwudu, lalu
ia membasuh muka dan kedua tangannya hingga hampir sampai kedua bahunya,
kemudian ia membasuh kedua kakinya hingga kedua betis. Kemudian ia
berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, “Sesungguhnya pada hari kiamat umatku akan dipanggil dengan
wajah bercahaya dan berseri-seri karena bekas air wudu." Maka barang
siapa di antara kalian mampu memperpanjang cahayanya hendaklah ia
lakukan.” Dalam lafal lain riwayat Muslim: Aku telah mendengar kekasihku
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Perhiasan (cahaya) seorang
Mukmin adalah sejauh mana air wudunya sampai."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يبشر النبي -صلى الله عليه وسلم- أمته
بأن الله -سبحانه وتعالى- يخصهم بعلامة فضل وشرف يومَ القيامة، من بين
الأمم، حيث ينادون فيأتون على رؤوس الخلائق تتلألأ وجوههم وأيديهم وأرجلهم
بالنور، وذلك أثر من آثار هذه العبادة العظيمة، وهي الوضوء الذي كرروه على
هذه الأعضاء الشريفة ابتغاء مرضاة الله، وطلبا لثوابه، فكان جزاؤهم هذه
المحمدة العظيمة الخاصة. ثم يقول أبو هريرة -رضي الله عنه- : "من قدر على
إطالة هذه الغرّة فليفعل"؛ لأنه كلما طال مكان الغسل من العضو طالت الغرة
والتحجيل، ولكن المشروع فقط أن يكون غسل اليدين في الوضوء إلى المرفقين
ويستوعب المرفق بالشروع في العضد وغسل جزء منه، وغسل القدمين إلى الكعبين
يستوعب الكعبين بالشروع في الساق، ولا يغسل العضد والساق في الوضوء، وفي
الرواية الخرى ينقل عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن حلية المؤمن في
الجنة تبلغ ما بلغ ماء الوضوء.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menyampaikan kabar gembira kepada umatnya bahwa Allah -subḥānahu wa
ta'ālā- akan mengistimewakan mereka dengan sebuah tanda keutamaan dan
kemuliaan pada hari kiamat nanti di antara umat-umat lainnya, di mana
mereka akan dipanggil kemudian datang di barisan terdepan semua manusia
dengan wajah, tangan, dan kaki yang bercahaya. Itu merupakan bekas-bekas
ibadah yang agung ini yaitu ibadah wudu yang senantiasa mereka lakukan
berulang kali atas anggota wudu dengan mengharap keridaan dari Allah dan
balasan pahala. Maka balasan untuk mereka adalah keutamaan yang agung
dan khusus ini. Kemudian Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Maka
barang siapa di antara kalian mampu memperpanjang cahayanya hendaklah ia
lakukan"; karena semakin panjang anggota wudu yang dibasuh, maka akan
semakin panjang juga cahayanya. Namun yang disyariatkan dalam berwudu
adalah membasuh kedua tangan hingga ke dua siku, termasuk bagian siku
adalah lengan bagian atas serta membasuh sebagian darinya. Juga membasuh
kedua kaki hingga kedua mata kaki yang mencakup mata kaki dan sebagian
dari betis, dan tidak perlu membasuh lengan bagian atas dan betis ketika
berwudu. Dalam riwayat lain yang dinukilkan dari Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bahwa perhiasan (cahaya) seorang mukmin di surga
adalah sejauh mana sampai air wudunya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim dengan dua
riwayatnya - Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3368 |
|
Hadith 313 الحديث
الأهمية: إن الله -تعالى- يقول يوم القيامة: أين
المتحابون بجلالي؟ اليوم أظلهم في ظلي يوم لا ظل إلا ظلي
Tema: Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- berfirman
pada hari kiamat, "Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena
keagungan-Ku? Hari ini aku menaungi mereka dalam naungan-Ku di hari
tidak ada naungan selain naungan-Ku." |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعًا:
«إِنَّ الله تَعَالى يَقُول يَوْمَ القِيَامَة: أَيْنَ المُتَحَابُّونَ
بِجَلاَلِي؟ اليَوم أُظِلُّهُم فِي ظِلِّي يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ
ظِلِّي».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- berfirman pada hari kiamat,
"Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari
ini aku menaungi mereka dalam naungan-Ku di hari tidak ada naungan
selain naungan-Ku."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ينادي الله -جل في علاه- يوم القيامة في
أهل الموقف فيقول: (أين المتحابون بجلالي؟) والسؤال عنهم مع علمه بمكانهم
وغيره من أحوالهم؛ لينادي بفضلهم في ذلك الموقف، ويُصرِّح به؛ لبيان عظمته،
والمعنى: أين الذين تحابوا لجلالي وعظمتي لا لغرض سوى ذلك من دنيا أو
نحوها، ثم يقول -تعالى-: (اليوم أظلهم في ظلي) وإضافة الظل إليه -تعالى-
إضافة تشريف، والمراد ظل العرش، وجاء في غير رواية مسلم: "ظل عرشي" (يوم لا
ظل إلا ظلي) أي لا يكون في ذلك اليوم
ظِلٌّ إلا ظِلُّ عرش الرحمن.
Allah -Yang Maha Agung dalam
keluhuran-Nya- pada hari kiamat menyeru para makhluk yang ada di Mauqif
(padang mahsyar). Dia berfirman, "Di manakah orang-orang yang saling
mencintai karena keagungan-Ku?" Menanyakan keberadaan mereka, padahal
Dia tahu tempat mereka dan kondisi mereka lainnya, untuk menyerukan
keutamaan mereka di tempat tersebut dan untuk menyatakan secara tegas
keagungan-Nya. Yakni, manakah orang-orang yang saling mencintai karena
kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku, bukan untuk tujuan lainnya dari
keuntungan duniawi atau semacamnya. Kemudian Allah -Ta'ālā- mengatakan,
"Hari ini Aku menaungi mereka dalam naungan-Ku." Penyandaran naungan
pada Allah adalah penyandaran untuk memuliakan, sedang maksudnya naungan
'Arsy. Disebutkan dalam selain riwayat Muslim, "Naungan 'Arsy-Ku". "Di
hari tidak ada naungan selain naunganKu", artinya tak ada satu pun
naungan pada hari itu kecuali naungan 'Arsy Ar-Rahmān. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3369 |
|
Hadith 314 الحديث
الأهمية: هَذَا حَجَرٌ رُمِيَ به في النَّارِ
مُنْذُ سبْعِينَ خَرِيفًا، فهو يَهْوِي فِي النَّارِ الآنَ حتى انتهى إلى
قَعْرِهَا فَسَمِعْتُمْ وَجْبَتَهَا
Tema: Ini adalah batu yang dilemparkan ke
dalam neraka sejak 70 (tujuh puluh) tahun, ia terus melayang ke dalam
neraka hingga sekarang ia jatuh ke dalam lubangnya, lalu kalian pun
mendengar dentumannya. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال:
كُنَّا مع رسولِ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً، فقال:
«هَلْ تَدْرُونَ ما هَذَا؟» قُلْنَا: اللهُ ورسولُهُ أَعْلَمُ. قال: «هَذَا
حَجَرٌ رُمِيَ به في النَّارِ مُنْذُ سبْعِينَ خَرِيفًا، فهو يَهْوِي فِي
النَّارِ الآنَ حتى انتهى إلى قَعْرِهَا فَسَمِعْتُمْ وَجْبَتَهَا».
Dari Abu Hurairah -Radhiyallāhu
'Anhu-, ia berkata: “Kami pernah bersama Rasulullah -Shallallāhu 'Alaihi
wa Sallam-, lalu tiba-tiba terdengar sebuah gemuruh. Lalu beliau
bertanya: ‘Apakah kalian tahu apa ini?’ Kami menjawab: ‘Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Beliau berkata: ‘Ini adalah batu yang
dilemparkan ke dalam neraka sejak 70 (tujuh puluh) tahun, ia terus
melayang ke dalam neraka sekarang hingga ia jatuh ke dalam lubangnya,
lalu kalian pun mendengar dentumannya'.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان الصحابة مع النبي -صلى الله عليه
وسلم- فسمعوا سقطة، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: هل تدرون ما هذا؟
فقالوا: الله ورسوله أعلم. فقال: هذا صوت حجر رُمي به في النار من سبعين
عاما، فهو ينزل في النار الآن حين انتهى إلى قعرها؛ فسمعتم صوت اضطراب
النار من نزول الحجر إليها.
Suatu ketika para sahabat menemani
Nabi -Shallallāhu 'Alaihi wa Sallam-, lalu mereka mendengarkan bunyi
sesuatu yang jatuh. Maka Rasulullah -Shallallāhu 'Alaihi wa Sallam-
bertanya: “Apakah kalian mengetahui suara apa itu?” Mereka pun berkata:
“Allah dan RasulNya lebih mengetahui.” Beliau pun menjawab: “Itu adalah
batu yang dilemparkan ke dalam neraka sejak 70 (tujuh puluh) tahun, ia
terus melayang ke dalam neraka hingga sekarang ia sampai ke dalam
keraknya, maka kalian pun mendengar getaran neraka akibat sampainya batu
itu ke dasarnya.” |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3370 |
|
Hadith 315 الحديث
الأهمية: أَنَّ رَجُلا أَكَلَ عِندَ رَسُولِ
اللهِ -صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- بِشِمَالِهِ، فقالَ: كُلْ
بِيَمِينِك، قال: لَا أَسْتَطِيع. قَالَ: لَا اسْتَطعْتَ، مَا مَنَعَهُ
إِلَّا الكِبر فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فيه
Tema: Ada seorang pria yang makan di hadapan
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan tangan kirinya. Maka
beliau berkata, “Makanlah dengan tangan kananmu!” Orang itu menjawab,
“Aku tak bisa.” Nabi pun berkata, “Semoga engkau benar-benar tidak
mampu.” Padahal tidak ada yang menghalanginya untuk itu kecuali
kesombongannya, maka ia pun tak mampu mengangkat (tangannya) ke
mulutnya. |
عن سلمة بن الأكوع -رضي الله عنه-: أن
رجلا أكَلَ عند رسول الله -صلى الله عليه وسلم- بشماله، فقال: «كُلْ
بيمينك» قال: لا أستطيع. قال: «لا استطَعْتَ» ما مَنَعَهُ إلا الكِبْر فما
رَفَعَهَا إلى فِيهِ.
Dari Salamah bin Al Akwa' -raḍiyallāhu
'anhu-, Ada seorang pria yang makan di hadapan Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- dengan tangan kirinya. Maka beliau berkata, “Makanlah
dengan tangan kananmu!” Orang itu menjawab, “Aku tak bisa.” Nabi pun
berkata, “Semoga engkau benar-benar tidak mampu.” Padahal tidak ada yang
menghalanginya untuk itu kecuali kesombongannya, maka ia pun tak mampu
mengangkat (tangannya) ke mulutnya.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أكل رجل عند رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- بشماله تكبرا؛ فقال له النبي -صلى الله عليه وسلم-: "كل بيمينك" فقال
في عِناد: لا أستطيع. وهو غير صادق في هذا؛ فدعا عليه النبي -صلى الله عليه
وسلم- بقوله: "لا استطعت". فما استطاع أن يرفع يده إلى فمه، وذلك أنها
أصيبت بشلل بدعاء النبي -صلى الله عليه وسلم- عليه؛ لتكبره ورده للأمر
النبوي.
Seorang pria makan di hadapan
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan tangan kirinya dengan
sombong. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengatakan padanya,
“Makanlah dengan tangan kananmu!” Namun ia menjawab dengan keras kepada
beliau, “Aku tidak mampu.” Padahal ia tidak jujur tentang itu, sehingga
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun mendoakannya dengan ucapan
beliau, “Semoga engkau benar-benar tidak mampu.” Maka orang itupun tidak
dapat mengangkat tangannya ke mulutnya. Tangannya menjadi lumpuh karena
doa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- atasnya, karena dia sombong dan
menolak perintah Nabi. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3372 |
|
Hadith 316 الحديث
الأهمية: من دعا إلى هدى، كان له من الأجر مثل
أجور من تبعه، لا ينقص ذلك من أجورهم شيئًا، ومن دعا إلى ضلالة، كان عليه
من الإثم مثل آثام من تبعه، لا ينقص ذلك من آثامهم شيئًا
Tema: Siapa mengajak kepada petunjuk
(kebajikan), maka ia mendapatkan pahala sebesar pahala orang-orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan siapa
mengajak kepada kesesatan, maka ia menanggung dosa sebesar dosa
orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun. |
عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعًا:
«مَن دَعَا إلى هُدى، كَان لَه مِنَ الأَجر مِثل أُجُور مَن تَبِعَه، لاَ
يَنقُصُ ذلك مِن أُجُورِهِم شَيئًا، ومَنْ دَعَا إلى ضَلاَلَة، كان عَلَيه
مِن الإِثْم مِثل آثَامِ مَن تَبِعَه، لاَ يَنقُصُ ذلك مِن آثَامِهِم
شَيْئًا».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Siapa mengajak kepada petunjuk (kebajikan), maka ia
mendapatkan pahala sebesar pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa
mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan siapa mengajak kepada
kesesatan, maka ia menanggung dosa sebesar dosa orang-orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر أبو هريرة -رضي الله عنه- أن النبي
-صلى الله عليه وسلم- قال: "من دعا إلى هدى؛ كان له من الأجر مثل أجور من
تبعه لا ينقص ذلك من أجورهم شيئاً"، من دعا إلى هدى: يعني بيّنه للناس
ودعاهم إليه، مثل: أن يبين للناس أن ركعتي الضحى سنة، وأنه ينبغي للإنسان
أن يصلي ركعتين في الضحى، ثم تبعه الناس وصاروا يصلون الضحى، فإن له مثل
أجورهم من غير أن ينقص من أجورهم شيئاً؛ لأن فضل الله واسع.
أو قال
للناس مثلاً: اجعلوا أخر صلاتكم بالليل وتراً، ولا تناموا إلا على وتر إلا
من طمع أن يقوم من آخر الليل فليجعل وتره في آخر الليل، فتبعه ناس على ذلك؛
فإن له مثل أجرهم، يعني كلما أوتر واحد هداه الله على يده؛ فله مثل أجره،
وكذلك بقية الأعمال الصالحة.
وفي قوله
-صلى الله عليه وسلم-: "من دعا إلى ضلالة كان عليه من الإثم مثل آثام من
تبعه لا ينقص ذلك من آثامهم شيئاً"، أي إذا دعا إلى وزر وإلى ما فيه الإثم،
مثل أن يدعو الناس إلى لهو أو باطل أو غناء أو ربا أو غير ذلك من المحارم،
فإن كل إنسان تأثر بدعوته فإنه يُكتب له مثل أوزارهم؛ لأنه دعا إلى الوزر.
فالدعوة
إلى الهدى والدعوة إلى الوزر تكون بالقول، كما لو قال أفعل كذا أفعل كذا،
وتكون بالفعل خصوصاً من الذي يقتدى به من الناس، فإنه إذا كان يَقتدي به ثم
فعل شيئاً فكأنَّه دعا الناس إلى فعله، ولهذا يَحتَجُّون بفعله ويقولون فعل
فلان كذا وهو جائز، أو ترك كذا وهو جائز.
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,, "Siapa
yang mengajak kepada petunjuk (kebajikan), maka ia mendapatkan pahala
sebesar pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala
mereka sedikit pun." Siapa mengajak kepada petunjuk (kebajikan),
maksudnya ia menjelaskan petunjuk (kebajikan) kepada manusia dan
mengajak mereka untuk mengikutinya. Contohnya, menjelaskan pada manusia
bahwa dua rakaat salat Duha adalah sunah dan seyogyanya seseorang itu
mengerjakan dua rakaat salat Duha. Lalu orang-orang mengikutinya dan
mereka menunaikan salat Duha. Maka ia memperoleh pahala sebanyak pahala
mereka tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun, karena karunia Allah
itu luas. Atau, misalnya ia berkata kepada manusia, "Jadikan salat
terakhir kalian di malam hari salat Witir, dan jangan kalian tidur
kecuali setelah salat Witir, kecuali orang yang bersemangat bangun di
akhir malam hendaknya ia melaksanakan salat witirnya di akhir malam."
Lalu orang-orang mengikuti nasehatnya ini. Maka ia mendapatkan pahala
sebesar pahala mereka. Artinya, setiap kali satu orang yang diberi
petunjuk oleh Allah melalui dirinya melakukan salat Witir, maka ia
mendapatkan sebesar pahalanya. Demikian pula amal-amal saleh yang lain.
Sedang dalam sabda Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Dan siapa
mengajak pada kesesatan, maka ia menanggung dosa sebesar dosa
orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun". Maksudnya, bila ia mengajak kepada perbuatan dosa dan kepada
sesuatu yang mengandung dosa, seperti mengajak orang-orang kepada
perbuatan sia-sia, kebatilan, nyanyian, riba atau perkara-perkara haram
lainnya. Setiap orang yang terpengaruh oleh ajakannya, maka bagi dia
juga ditulislah dosa sebesar dosa-dosa mereka itu. Sebab ia mengajak
kepada perbuatan dosa. Mengajak kepada petunjuk (kebajikan) dan mengajak
kepada perbuatan dosa bisa dilakukan dengan ucapan, seperti bila
seseorang mengatakan, "Lakukan ini, lakukan itu", dan bisa juga dengan
perbuatan, khususnya dari sosok yang diikuti banyak orang. Orang yang
diikuti jika melakukan sesuatu, maka seolah-olah ia mengajak manusia
melakukannya. Oleh sebab ini, mereka beralasan dengan perbuatannya dan
mengatakan, "Fulan melakukan ini, maka hal ini boleh, atau ia
meninggalkan ini, hal ini boleh ditinggalkan." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3373 |
|
Hadith 317 الحديث
الأهمية: إن من شرار الناس من تدركهم الساعة وهم
أحياء، والذين يتخذون القبور مساجد
Tema: Sesungguhnya termasuk seburuk-buruk
manusia adalah orang-orang yang masih hidup pada saat terjadi kiamat dan
orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid. |
عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه-
مرفوعاً: "إن من شرار الناس من تُدركهم الساعة وهم أحياء، والذين يتخذون
القبور مساجد".
Abdullah bin Mas'ud -raḍiyallāhu
'anhu- meriwayatkan secara marfū': "Sesungguhnya termasuk seburuk-buruk
manusia adalah orang-orang yang masih hidup pada saat terjadi kiamat dan
orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- عمن تقوم الساعة عليهم وهم أحياءٌ أنهم شرار الناس، ومنهم الذين
يصلون عند القبور وإليها ويبنون عليها القباب، وهذا تحذيرٌ لأمته أن تفعل
مع قبور أنبيائهم وصالحيهم مثل فعل هؤلاء الأشرار.
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan tentang orang-orang yang masih hidup ketika kiamat
terjadi, mereka adalah seburuk-buruk manusia. Di antara mereka juga
orang-orang yang melaksanakan salat di atas kuburan dan ke arah kuburan,
dan mendirikan kubah di atasnya. Ini merupakan peringatan terhadap
umatnya agar mereka jangan melakukan perbuatan seperti orang-orang buruk
tersebut terhadap kuburan para nabi dan orang-orang saleh. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3375 |
|
Hadith 318 الحديث
الأهمية: ما فرق هؤلاء؟ يجدون رقة عند محكمه،
ويهلكون عند متشابهه
Tema: Apa yang membuat mereka takut? Mereka
menemukan kelembutan pada ayat muḥkam (ayat yang maksudnya jelas), dan
binasa pada ayat mutasyābih (ayat yang makna lahirnya bukanlah yang
dimaksudkannya) |
عن ابن عباس -رضي الله عنهما- أنه رأى
رجلا انْتَفَضَ لما سمع حديثا عن النبي صلى الله عليه وسلم في الصفات
-استنكارا لذلك– فقال: "ما فَرَقُ هؤلاء؟ يجدون رِقَّةً عند مُحْكَمِهِ،
ويَهْلِكُونَ عند مُتَشَابِهِهِ" .
Tema: Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-
bahwasannya ia pernah melihat seseorang gemetar ketika mendengar hadis
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang sifat-sifat (Allah) -karena
mengingkari hal itu- lalu berkata, "Apa yang membuat mereka takut?
Mereka menemukan kelembutan pada ayat muḥkam (ayat yang maksudnya
jelas), dan binasa pada ayat mutasyābih (ayat yang makna lahirnya
bukanlah yang dimaksudkannya)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ينكر ابن عباس -رضي الله عنهما- على
أناس ممن يحضر مجلسه من عامة الناس يحصل منهم خوفٌ عندما يسمعون شيئا من
أحاديث الصفات ويرتعدون استنكارا لذلك، فلم يحصل منهم الإيمان الواجب بما
صح عن رسول الله -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وعرفوا معناه من
القرآن وهو حق لا يرتاب فيه مؤمن، وبعضهم يحمله على غير معناه الذي أراده
الله فيهلك بذلك.
Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-
mengecam orang-orang yang menghadiri majlisnya dari kalangan awam ketika
mereka merasa takut mendengar hadis tentang sifat (Allah) dan gemetar
karena mengingkarinya. Mereka tidak meraih keimanan yang wajib mengenai
apa yang sahih dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan apa
yang sudah mereka ketahui maknanya dari Alquran. Padahal makna itu benar
tanpa ada keraguan di dalamnya bagi seorang mukmin. Sebagian mereka
menafsirkan Alquran dengan makna lainnya yang tidak dikehendaki Allah
sehingga orang itu binasa karenanya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Abi 'Āṣim -
Diriwayatkan oleh Abdurrazzāq]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3376 |
|
Hadith 319 الحديث
الأهمية: كان عمر -رضي الله عنه- يُدْخِلُنِي مع
أَشْيَاخِ بَدْرٍ فَكَأَنَّ بَعْضَهُم وَجَدَ في نفسه
Tema: Umar -raḍiyallāhu 'anhu- mengajakku
bergabung dengan tokoh-tokoh senior perang Badar. Tampak sebagian mereka
merasakan gerah di dirinya |
عن عبد الله ابن عباس -رضي الله عنهما-
كان عمر -رضي الله عنه- يُدْخِلُنِي مع أَشْيَاخِ بَدْرٍ فَكَأَنَّ
بَعْضَهُم وَجَدَ في نفسه، فقال: لم يُدْخِلُ هذا معنا ولنا أبناءٌ مثله؟!
فقال عمر: إنه من حَيْثُ عَلِمْتُمْ! فدعاني ذاتَ يومٍ فأَدَخَلَنِي
مَعَهُمْ فما رأيتُ أنه دعاني يَوْمَئِذٍ إلا لِيُرِيَهُم، قال: ما تقولون
في قول الله:(إذا جاء نصر الله والفتح)، [الفتح: 1]، فقال بعضهم: أَمَرَنَا
نَحْمَدُ اللهَ ونَسْتَغْفِرُهُ إذا نصرنا وفَتَحَ علينا، وسكتَ بعضُهُم
فَلَمْ يَقُلْ شيئًا، فقال لي: أكذلك تقولُ يا ابنَ عباس؟ فقلت: لا، قال:
فما تقول؟ قلت: هو أَجَلُ رسولِ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- أَعْلَمَهُ له،
قال: "إذا جاء نصر الله والفتح" وذلك علامةُ أجلِكَ، "فسبح بحمد ربك
واستغفره إنه كان توابا" فقال عمر -رضي الله عنه-: مَا أَعْلَمُ مِنْهَا
إلَّا مَا تَقُولُ.
Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu
'anhuma-, ia berkata, "Umar -raḍiyallāhu 'anhu- mengajakku bergabung
dengan tokoh-tokoh senior perang Badar. Tampak sebagian mereka merasakan
gerah di dirinya dan berkata, "Kenapa pemuda ini dimasukkan ke dalam
kelompok senior, padahal kita mempunyai anak yang sebaya dengannya?"
Umar menjawab, "Itulah penilaian kalian terhadapnya." Pada suatu hari
Umar memanggilku dan memasukkanku bersama mereka. Aku tahu bahwa Umar
memanggilku pada hari itu adalah untuk menunjukkan (kelebihanku) kepada
mereka. Umar berkata: "Apakah pendapat kalian tentang firman Allah
-Ta'ālā-, 'Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan?'
(An-Naṣr: 1). Sebagian mereka menjawab, "Kita diperintahkan untuk memuji
Allah dan memohon ampunan-Nya apabila kita mendapat pertolongan dan
kemenangan." Sebagian yang lain terdiam tanpa ada yang mengatakan
apapun." Lantas Umar bertanya kepadaku, "Apakah pendapatmu juga seperti
itu, wahai Ibnu Abbas?" Aku jawab, "Tidak." Umar bertanya, "Lantas apa
pendapatmu?" Aku jawab, "Ayat itu merupakan (isyarat dekatnya) ajal
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang diberitahukan oleh Allah
kepada beliau. Allah berfirman, "Apabila telah datang pertolongan Allah
dan kemenangan." Dan itu adalah tanda dekatnya ajalmu. "Maka sucikanlah
dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya karena Dia-lah Zat
Yang Maha Penerima Taubat." Umar -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Aku tidak
mengetahui maksud ayat itu melain seperti apa yang kamu katakan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان من هدي عمر -رضي الله عنه- أنه
يشاور الناس ذوي الرأي فيما يُشكِلُ عليه، وكان يُدخل مع أشياخ بدر وكبار
الصحابة عبد الله بن عباس وكان صغير السن بالنسبة لهؤلاء، فغضبوا من ذلك،
كيف يُدخل ابن عباس -رضي الله عنهما- ولا يُدخل أبناؤهم، فأراد عمرُ أن
يريهم مكانة عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما- من العلم والذكاء والفطنة،
فجمعهم ودعاه، فعرض عليهم هذه السورة: {إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ
وَالْفَتْحُ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجاً
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا}،
فانقسموا إلى قسمين لما سألهم عنها ما تقولون فيها؟ قسمٌ سكت، وقسمٌ قال:
إن الله أمرنا إذا جاء النصر والفتح، أن نستغفر لذنوبنا، وأن نحمده ونسبح
بحمده؛ ولكن عمر -رضي الله عنه- أراد أن يعرف ما مغزى هذه السورة، ولم يرد
أن يعرف معناها من حيث الألفاظ والكلمات.
فسأل ابن
عباس -رضي الله عنهما- قال: ما تقول في هذه السورة؟ قال: هو أجل رسول الله
-صلى الله عليه وسلم-، يعني علامة قرب أجله، أعطاه الله آية: {إِذَا جَاءَ
نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ} يعني فتح مكة، فإن ذلك علامة أجلك؛ {فَسَبِّحْ
بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا} فقال: ما أعلم
فيها إلا ما علمت.
وظهر بذلك
فضل عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما-.
Diantara tradisi Umar -raḍiyallāhu
'anhu- bahwasanya ia selalu bermusyawarah dengan para tokoh berbagai
permasalahan yang dihadapinya. Ia melibatkan Abdullah bin Abbas bersama
tokoh-tokoh perang Badar dan sahabat senior, padahal usia Ibnu Abbas
masih muda dibandingkan dengan mereka. Tentu saja hal ini membuat mereka
tersinggung. Bagaimana mungkin Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-
dilibatkan bersama mereka, sedangkan putra-putra mereka tidak. Maka Umar
ingin memperlihatkan kepada mereka kedudukan Abdullah bin Abbas
-raḍiyallāhu 'anhumā- dari segi ilmu, kepintaran dan kecerdasan. Lantas
ia mengumpulkan para sahabat tersebut dan memanggil Ibnu Abbas. Ia
menyodorkan kepada mereka surat berikut ini: "Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan. Dan engkau lihat manusia
berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah, maka sucikanlah dengan
memuji Rabbmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya karena Dia-lah Zat Yang
Maha Penerima Taubat." Para sahabat terbagi menjadi dua kelompok; Satu
kelompok diam dan satu kelompok lagi berkata, "Kita diperintahkan untuk
memohon ampunan atas dosa-dosa kita, memuji Allah dan bertasbih dengan
memuji-Nya apabila kita mendapat pertolongan dan kemenangan." Umar ingin
mengetahui konklusi surat tersebut dan tidak ingin tahu arti struktural
dari lafal dan kalimatnya. Lantas ia bertanya kepada Ibnu Abbas
-raḍiyallāhu 'anhumā-, "Apa pendapatmu tentang surat ini? Ibnu Abbas
menjawab, "Ayat itu merupakan ajal Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, maksudnya tanda dekatnya ajal beliau. Allah memberinya ayat
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan." Yakni,
penaklukan kota Makkah. Itu adalah tanda dekatnya ajalmu. "Maka
sucikanlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya karena
Dia-lah Zat Yang Maha Penerima Taubat." Umar berkata, "Saya tidak
mengetahui maksud ayat itu kecuali apa yang kamu ketahui." Dengan
demikian, tampaklah keutamaan Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3377 |
|
Hadith 320 الحديث
الأهمية: ما مِنْ يومٍ يُصْبِحُ العِبادُ فيهِ
إلا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ، فيقولُ أَحَدُهُمَا: اللهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا
خَلَفًا، ويقولُ الآخَرُ: اللهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
Tema: Tidaklah para hamba memasuki waktu
pagi hari, melainkan ada dua malaikat turun (ke bumi). Maka salah satu
dari mereka berdoa, "Ya Allah, berikanlah ganti (yang baik) kepada orang
yang bersedekah." Sedang malaikat yang satunya lagi mengatakan, "Ya
Allah, timpakanlah kehancuran pada orang yang menahan hartanya (kikir)." |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«ما مِنْ يومٍ يُصْبِحُ العِبادُ فيهِ إلا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ، فيقولُ
أَحَدُهُمَا: اللهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، ويقولُ الآخَرُ: اللهُمَّ
أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', (Nabi bersabda), "Tidaklah para hamba memasuki waktu pagi
hari, melainkan ada dua malaikat turun (ke bumi). Maka salah satu dari
mereka berdoa, ‘Ya Allah, berikanlah ganti (yang baik) kepada orang yang
bersedekah’. Sedang malaikat yang satunya lagi mengatakan, ‘Ya Allah,
timpakanlah kehancuran pada orang yang menahan hartanya (kikir)'."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
لا يمر على الناس يوم إلا وملكان
ينزلان، فيقول أحدهما: اللهم أعط من أنفق ماله في الخير كالطاعات وعلى
العيال والضيفان عوضا، في الدنيا والآخرة، ويقول الآخر: اللهم أهلك البخيل
الذي يمسك عما أوجب الله عليه من بذل المال فيه هو وماله.
Tidak akan berlalu satu hari pada
manusia melainkan turun dua malaikat. Satu dari dua malaikat itu
berkata, "Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menafkahkan
hartanya dalam kebaikan, seperti untuk berbagai ketaatan, untuk keluarga
dan para tamu di dunia dan akhirat." Malaikat yang lain berkata, "Ya
Allah, binasakanlah orang kikir yang tidak melaksanakan kewajiban untuk
mengeluarkan harta, yaitu (binasa pada) diri dan hartanya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3379 |
|
Hadith 321 الحديث
الأهمية: لقد تابت توبةً لو قُسِمَتْ بين سبعين
من أهل المدينة لَوَسِعَتْهُم، وهل وَجَدَتْ أفضل من أن جَادَتْ بنفسها لله
- عز وجل؟!
Tema: Sungguh, ia benar-benar telah
bertaubat. Seandainya taubatnya itu dibagikan kepada tujuhpuluh orang
dari penduduk Madinah, pasti mencukupi mereka. Adakah engkau pernah
menemukan seseorang yang lebih utama dari orang yang dengan suka rela
mengorbankan jiwanya semata-mata karena mengharapkan ridha Allah 'Azza
wa Jalla?" |
عن أبي نُجَيد عمران بن حصين الخزاعي
-رضي الله عنه- أن امرأة من جهينة أتت رسول الله - صلى الله عليه وسلم -
وهي حُبْلَى من الزنى، فقالت: يا رسول الله، أصبتُ حدًّا فَأَقِمْهُ عليَّ،
فدعا نبيُّ الله -صلى الله عليه وسلم- وَلِيَّهَا، فقال: «أَحْسِنْ
إِلَيْهَا، فإذا وَضَعَتْ فَأْتِنِي» ففعل، فأمر بها نبي الله -صلى الله
عليه وسلم- فَشُدَّتْ عليها ثيابها، ثم أمر بها فَرُجِمَتْ، ثم صلى عليها.
فقال له عمر: تُصَلِّي عليها يا رسول الله وقد زنت؟ قال: «لقد تابت توبةً
لو قُسِمَتْ بين سبعين من أهل المدينة لَوَسِعَتْهُم، وهل وَجَدَتْ أفضل من
أن جَادَتْ بنفسها لله -عز وجل-؟!».
Tema: Dari Abu Nujaid Imrān Ibnu Huṣāin
Al-Khuzā'i -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa ada seorang wanita dari Juhainah
menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam keadaan hamil
karena zina, dia berkata, "Wahai Rasulullah! Aku melanggar hukum (had),
terapkanlah had itu padaku!" Lalu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- memanggil walinya dan bersabda, "Berbuat baiklah padanya!
Apabila ia telah melahirkan, bawalah dia kepadaku!" Wali itu melakukan
apa yang beliau perintahkan. Selanjutnya Nabi Muhammad -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memerintahkan agar wanita itu diikatkan pada
pakaiannya dengan erat lalu beliau memerintahkan (para sahabat) untuk
merajamnya. Setelah itu beliau menshalatkannya. Kemudian berkatalah
Umar, "Apakah baginda menyalatkannya, padahal ia telah berzina? Beliau
menjawab, "Ia benar-benar telah bertaubat yang sekiranya taubatnya
dibagikan kepada tujuh puluh orang penduduk Madinah, niscaya cukup buat
mereka. Apakah engkau mendapatkan seseorang yang lebih baik daripada dia
yang menyerahkan jiwanya semata-mata mengharapkan ridha Allah -'Azza wa
Jalla-?"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاءت امرأة من جهينة إلى النبي صلى الله
عليه وسلم وهي حاملٌ قد زنت رضي الله عنها، فأخبرته أنها قد أصابت شيئا
يوجب عليها الحد؛ ليقيمه عليها، فدعا النبي صلي الله عليه وسلم وليها،
وأمره أن يحسن إليها، فإذا وضعت فليأت بها إليه، فلما وضعت أتى بها وليها
إلى النبي صلي الله عليه وسلم، فلفت ثيابها وربطت لئلا تنكشف، ثم أمر بها
فرجمت بالحجارة حتى ماتت، ثم صلى عليها النبي صلى الله عليه وسلم ودعا لها
دعاء الميت، فقال له عمر رضي الله عنه: تصلي عليها يا رسول الله وقد زنت؟
فأخبره النبي صلى الله عليه وسلم أنها قد تابت توبة واسعة لو قسمت على
سبعين من المذنبين لوسعتهم ونفعتهم، فإنها جاءت سلمت نفسها من أجل التقرب
إلى الله عز وجل والخلوص من إثم الزنى؛ فهل هناك أعظم من هذا؟.
Seorang wanita dari Bani Juhainah
datang kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam keadaan
hamil karena zina. Ia memberitahu beliau bahwa dirinya telah melakukan
perbuatan yang mengharuskannya diberi hukuman, untuk itu beliau harus
menegakkannya. Lantas Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memanggil wali wanita itu dan memerintahkannya untuk berbuat baik
kepadanya. Apabila wanita itu sudah melahirkan, hendaknya wali itu
membawa wanita itu kepada Nabi Muhammad ṣallallāhu 'alaihi wa sallam.
Selanjutnya pakaian wanita itu dikencangkan dan diikat erat-erat agar
tidak tersingkap (terlihat auratnya), setelah itu beliau perintahkan
sahabat untuk merajamnya dengan batu sampai meninggal dunia. Selanjutnya
beliau menyalatkannya dan mendoakannya dengan doa (umum) untuk mayit.
Umar -raḍiyallāhu 'anhu- bertanya kepada beliau, "Apakah engkau
menyalatkannya, wahai Rasulullah, padahal ia telah berzina?" Nabi
Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahukannya bahwa wanita
itu sudah melakukan taubat yang luas. Seandainya taubat itu dibagikan
kepada tujuhpuluh orang dari penduduk Madinah yang berdosa pasti
mencukupi dan bermanfaat bagi mereka. Wanita itu datang dan menyerahkan
dirinya demi mendekatkan diri kepada Allah -'Azza wa Jalla- dan
mensucikan diri dari dosa zina, apakah ada yang lebih agung dari
perbuatan ini? |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3380 |
|
Hadith 322 الحديث
الأهمية: أخوف ما أخاف عليكم: الشرك الأصغر، فسئل
عنه، فقال: الرياء
Tema: Hal yang paling aku khawatirkan atas
kalian adalah syirik kecil. Beliau lalu ditanya tentang syirik kecil.
Beliau menjawab, "Perbuatan ria." |
عن محمود بن لبيد -رضي الله عنه-
مرفوعاً: "أَخْوَفُ ما أخاف عليكم: الشرك الأصغر، فسئل عنه، فقال: الرياء".
Mahmud bin Labīd -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan secara marfū': "Hal yang paling aku khawatirkan atas kalian
adalah syirik kecil." Beliau lalu ditanya tentang syirik kecil itu.
Beliau bersabda, "Perbuatan ria."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا النبي -صلى الله عليه وسلم- في
هذا الحديث أنه يخاف علينا، وأكثر ما يخاف علينا من الشرك الأصغر، وذلك لما
اتصف به -صلى الله عليه وسلم- من كمال العطف والرحمة بأمته، والحرص على ما
يصلح أحوالهم، ولما عرفه من قوة أسباب الشرك الأصغر الذي هو الرياء وكثرة
دواعيه، فربما دخل على المسلمين من حيث لا يعلمون فيضر بهم؛ لذا حذرهم منه
وأنذرهم.
Dalam hadis ini Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa beliau mengkhawatirkan
kita, dan yang paling beliau khawatirkan atas kita adalah syirik kecil.
Hal itu terjadi karena Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memiliki sifat kasih dan sayang yang sempurna kepada umatnya, dan
keinginan keras terhadap apa yang dapat memperbaiki keadaan mereka.
Ketika beliau mengetahui kuatnya penyebab yang dapat menjatuhkan kepada
syirik kecil, yaitu ria dan banyaknya faktor penyebabnya, mungkin saja
syirik kecil ini masuk ke dalam diri orang-orang muslim tanpa mereka
ketahui sehingga membahayakannya, maka oleh karena itu beliau
mengingatkan dan memperingatkan mereka dari ria tersebut. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3381 |
|
Hadith 323 الحديث
الأهمية: الطيرة شرك، الطيرة شرك، وما منا إلا،
ولكن الله يذهبه بالتوكل
Tema: Ṭiyarah (perasaan sial) itu syirik.
Ṭiyarah itu syirik. Tidak ada seorang pun di antara kita melainkan
pernah ditimpa ṭiyarah. Hanya saja Allah melenyapkannya dengan tawakal. |
عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه-
مرفوعاً: "الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وما منا إلا، ولكنَّ
الله يُذْهِبُهُ بالتوكل".
(وما منا إلا، ولكنَّ الله يُذْهِبُهُ
بالتوكل) من قول ابن مسعود وليس مرفوعًا.
Dari Abdullah bin Mas`ud -radhiyallahu
'anhu secara marfū': Ṭiyarah (perasaan sial) itu syirik. Ṭiyarah itu
syirik. Tidak ada seorang pun di antara kita melainkan pernah ditimpa
Ṭiyarah. Hanya saja Allah melenyapkannya dengan tawakal." (Tidak ada
seorang pun di antara kita melainkan pernah ditimpa Ṭiyarah. Hanya saja
Allah melenyapkannya dengan tawakal) merupakan ucapan Ibnu Mas'ud, dan
bukan termasuk dalam hadis marfū'.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الرسول -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- يخبر ويكرر الإخبار؛ ليتقرر مضمونه في القلوب، أن الطيرة -وهي
التشاؤم الذي يمنع الشخص من فعل أو يدفعه إليه- شرك؛ لما فيها من تعلق
القلب على غير الله وسوء الظن به.
وقال ابن
مسعود: وما منا من أحد إلا وقد وقع في قلبه شيء من التشاؤم، ولكن الله
يُذهب هذا التشاؤم بالتوكل والاعتماد عليه، وهذا -والله أعلم- على سبيل
التواضع والمبالغة، مع بيان العلاج إذا حصل ذلك.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan dan mengulang-ulang kabar itu untuk menetapkan
kandungannya dalam hati, bahwa Ṭiyarah -yaitu perasaan pesimis yang
menahan seseorang untuk melakukan atau yang mendorongnya kepada sesuatu-
adalah kesyirikan, karena mengandung keterkaitan hati kepada selain
Allah dan berburuk sangka kepada-Nya. Ibnu Mas'ud berkata, "Tidak ada
seorang pun di antara kita melainkan dalam hatinya ada perasaan pesimis
tersebut, tetapi Allah melenyapkannya dengan tawakal dan bersandar
pada-Nya. Ini -wallahu a'lam- merupakan bentuk kerendahan hati dan uslub
hiperbol, disertai penjelasan tentang penawarnya jika hal itu terjadi. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan
oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3383 |
|
Hadith 324 الحديث
الأهمية: أليس يحرمون ما أحل الله فتحرمونه؟
ويحلون ما حرم الله فتحلونه؟ فقلت: بلى، قال: فتلك عبادتهم
Tema: "Bukankah mereka mengharamkan apa yang
dihalalkan oleh Allah lalu kalian ikut mengharamkannya? Dan mereka
menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah lalu kalian ikut
menghalalkannya?" Aku katakan, "Tentu saja." Beliau bersabda, "Itulah
(yang dimaksud) beribadah kepada mereka." |
عن عدي بن حاتم -رضي الله عنه-: "أنه
سمع النبي -صلى الله عليه وسلم- يقرأ هذه الآية: "اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ
وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ
مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ
إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ" فقلت له: إنا لسنا نعبدهم،
قال: أليس يُحَرِّمُونَ ما أحل الله فتُحَرِّمُونَهُ؟ ويُحِلُّونَ ما
حَرَّمَ الله فتُحِلُّونَهُ؟ فقلت: بلى، قال: فتلك عبادتهم".
Adiy bin Ḥātim -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan, bahwasanya dia mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- membaca ayat berikut, "Mereka menjadikan para rahib (Yahudi),
dan pendeta-pendeta (Naṣrani) mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah,
dan (juga) Almasih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah
Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia.
Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan." Aku berkata kepadanya,
"Namun kami tidak menyembah mereka." Beliau bersabda, "Bukankah mereka
mengharamkan apa yang dihalalkankan oleh Allah lalu kalian ikut
mengharamkannya? Dan mereka menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah
lalu kalian ikut menghalalkannya?" Aku katakan, "Benar." Beliau
bersabda, "Itulah (yang dimaksud) beribadah kepada mereka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حينما سمع هذا الصحابي الجليل تلاوة
الرسول -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- لهذه الآية التي فيها الإخبار
عن اليهود والنصارى: بأنهم جعلوا علماءهم وعبّادهم آلهة لهم يشرعون لهم ما
يخالف تشريع الله فيطيعونهم في ذلك، استشكل معناها، لأنه كان يظن أن
العبادة مقصورة على السجود ونحوه، فبين له الرسول -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- أن من عبادة الأحبار والرهبان: طاعتهم في تحريم الحلال وتحليل
الحرام، خلاف حكم الله -تعالى- ورسوله -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ-.
Ketika sahabat mulia ini mendengar
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membaca ayat yang berisi kabar
mengenai orang-orang Yahudi dan Nasrani bahwa mereka menjadikan ulama
dan ahli ibadah sebagai tuhan-tuhan mereka, yaitu mereka membuat syariat
yang bertentangan dengan syariat Allah lalu mereka menaatinya, dia
merasa ada masalah dalam makna ayat tersebut karena dia mengira bahwa
ibadah hanya terbatas pada sujud dan sebagainya. Lantas Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan kepadanya bahwa di antara
bentuk ibadah kepada orang-orang alim dan para rahib adalah menaati
mereka dalam mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, yang
berseberangan dengan hukum Allah -Ta'ālā- dan Rasul-Nya -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3384 |
|
Hadith 325 الحديث
الأهمية: جاء حبر من الأحبار إلى رسول الله -صلى
الله عليه وسلم- فقال: يا محمد، إنا نجد أن الله يجعل السماوات على إصبع،
والأرضين على إصبع
Tema: Seorang rahib Yahudi mendatangi
Rasulullah -sallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia berkata, "Wahai Muhammad,
kami mendapati bahwa Allah meletakkan langit-langit di satu jari,
bumi-bumi di satu jari. |
عن ابن مسعود -رضي الله عنه- قال: "جاء
حَبْرٌ من الأحبار إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال: يا محمد، إنا
نجد أن الله يجعل السماوات على إِصْبَعٍ، والأَرَضَينَ على إِصْبَعٍ،
والشجر على إِصْبَعٍ، والماء على إِصْبَعٍ، والثَّرَى على إِصْبَعٍ، وسائر
الخلق على إِصْبَعٍ، فيقول: أنا الملك، فضحك النبي -صلى الله عليه وسلم-
حتى بَدَتْ نَوَاجِذَهُ تَصْدِيقًا لقول الحبر، ثم قرأ: (وَمَا قَدَرُوا
اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ).
وفي رواية
لمسلم: "والجبال والشجر على إِصْبَعٍ، ثم يَهُزُّهُنَّ فيقول: أنا الملك،
أنا الله".
وفي رواية
للبخاري: "يجعل السماوات على إِصْبَعٍ، والماء والثَّرَى على إِصْبَعٍ،
وسائر الخلق على إِصْبَعٍ".
Dari Ibnu Mas'ud -raḍiyallāhu
'anhu-,ia mengatakan, "Seorang rahib yahudi mendatangi Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia berkata, "Wahai Muhammad, kami
mendapati bahwa Allah meletakkan langit-langit di satu jari, bumi-bumi
di satu jari, pepohonan di satu jari, air di satu jari, debu di satu
jari dan makhluk lainnya di satu jari. Lalu Dia mengatakan, "Aku adalah
Sang Raja." Lalu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tertawa
hingga nampak gigi-gigi geraham beliau karena membenarkan ucapan rahib
tersebut. Kemudian beliau membaca, "Dan mereka tidak mengagungkan Allah
dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam
genggaman-Nya pada hari kiamat." (QS. Az-Zumar: 67). Dalam riwayat
Muslim, "Gunung-gunung dan pepohonan di satu jari, kemudian Dia
menggoyang semuanya dan berfirman, "Aku Sang Raja, Aku adalah Allah."
Dalam riwayat Bukhari, "Dia meletakkan langit-langit di satu jari, air
dan debu di satu jari, serta makhluk lainnya di satu jari."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا ابن مسعود -رضي الله عنه- أن
رجلا من علماء اليهود جاء إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- وذكر له أنهم
يجدون في كتبهم أن الله -سبحانه- يوم القيامة يجعل السموات على إصبع،
والأرضين على إصبع، والشجر على إصبع، والثرى على إصبع، وفي رواية: والماء
على إصبع، وسائر المخلوقات على إصبع، من أصابعه -جل وعلا-، وهي خمسة كما في
الروايات الصحيحة، وليست كأصابع المخلوقين، وأنه يظهر شيئا من قدرته وعظمته
عزوجل فيهزهن ويعلن ملكه الحقيقي، وكمال تصرفه المطلق وألوهيته الحقة.
فضحك
النبي -صلى الله عليه وسلم- حتى بدت نواجذه تصديقا لقول الحبر، ثم قرأ:
{وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأَرْضُ جَمِيعاً قَبْضَتُهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ}.
Ibnu Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu-
mengabarkan pada kita bahwa seorang rahib yahudi (rabi) datang pada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ia menyebutkan pada beliau bahwa dalam
kitab-kitab mereka mendapati bahwa Allah Yang Maha suci di hari kiamat
kelak meletakkan langit-langit di satu jari, bumi-bumi di satu jari,
pepohonan di satu jari dan debu di satu jari. Dalam riwayat lain: Air di
satu jari dan makhluk-makhluk lainnya di satu jari dari jari-jari-Nya
-Jallā wa 'Alā- yang berjumlah lima, sebagaimana disebutkan dalam
riwayat-riwayat yang sahih, namun tentunya tidak seperti jari-jari
makhluk. Dia mempertontonkan sedikit dari kekuasaan dan keagungan-Nya,
lalu Dia menggoyang-goyang makhluk-makhluk itu dan menyerukan adanya
kerajaan-Nya yang hakiki, kesempurnaan pengaturan-Nya yang tanpa batas
dan sifat uluhiyah-Nya yang benar. Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- tertawa hingga gigi-gigi geraham beliau terlihat karena
membenarkan ucapan rahib itu. Kemudian beliau membaca, "Dan mereka tidak
mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi
seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3386 |
|
Hadith 326 الحديث
الأهمية: يطوي الله السماوات يوم القيامة، ثم
يأخذهن بيده اليمنى، ثم يقول: أنا الملك أين الجبارون؟ أين المتكبرون؟ ثم
يطوي الأرضين السبع، ثم يأخذهن بشماله، ثم يقول: أنا الملك، أين الجبارون؟
أين المتكبرون
Tema: Allah akan melipat semua langit kelak
di hari kiamat, kemudian Dia menggenggamnya dengan tangan kanan-Nya dan
berfirman, "Akulah Maha Raja, di manakah orang-orang yang bertindak
sewenang-wenang? Di manakah orang-orang yang sombong?" Kemudian Dia
melipat tujuh lapis bumi dan menggenggamnya dengan tangan kiri-Nya
seraya berfirman, "Akulah Maha Raja, di manakah orang-orang yang
bertindak sewenang-wenang? Di manakah orang-orang sombong?" |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
مرفوعاً: "يَطْوِي الله السماوات يوم القيامة، ثم يَأْخُذُهُنَّ بيده
اليمنى، ثم يقول: أنا الملك أين الجبارون؟ أين المتكبرون؟ ثم يَطْوِي
الأَرَضِينَ السبع، ثم يأخذهن بشماله، ثم يقول: أنا الملك، أين الجبارون؟
أين المتكبرون؟".
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā- secara marfū', "Allah akan melipat semua langit kelak di hari
kiamat, kemudian Dia menggenggamnya dengan tangan kanan-Nya dan
berfirman, "Akulah Maha Raja, di manakah orang-orang yang bertindak
sewenang-wenang? Di manakah orang-orang yang sombong?" Kemudian Dia
melipat tujuh lapis bumi dan menggenggamnya dengan tangan kiri-Nya
seraya berfirman, "Akulah Maha Raja, di manakah orang-orang yang
bertindak sewenang-wenang? Di manakah orang-orang sombong?"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا ابن عمر -رضي الله عنهما- أن
النبي -صلى الله عليه وسلم- أخبرهم بأن الله -عز وجل- سوف يطوي السموات
السبع يوم القيامة ويأخذهن بيده اليمنى، ويطوي الأرضين السبع ويأخذهن بيده
الشمال، وأنه كلما طوى واحدة منهن نادى أولئك الجبارين والمتكبرين مستصغرا
شأنهم معلنا أنه هو صاحب الملك الحقيقي الكامل الذي لا يضعف ولا يزول، وأن
كل من سواه من ملك ومملوك وعادل وجائر زائل وذليل بين يديه عزوجل، لا يسأل
عما يفعل وهم يسألون.
Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-
mengabarkan kepada kita bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memberitahu mereka bahwa Allah -'Azza wa Jalla- akan melipat tujuh lapis
langit pada hari kiamat dan menggenggamnya dengan tangan kanan-Nya, dan
melipat tujuh lapis bumi serta menggenggamnya dengan tangan kiri-Nya.
Setiap kali Dia melipat salah satu darinya, Dia menyeru orang-orang yang
sewenang-wenang dan sombong sambil merendahkan keadaan mereka, dan
mendeklarasikan bahwa diri-Nya-lah pemilik kerajaan yang sebenarnya,
yang sempurna, yang tidak lemah dan tidak lenyap, dan sesungguhnya
segala sesuatu selain-Nya dari kalangan raja dan hamba sahaya, orang
adil dan orang zalim akan lenyap dan hilang di hadapan Allah -'Azza wa
Jalla-. Dia tidak dipertanyakan mengenai apa yang dikerjakan-Nya,
sedangkan mereka ditanya (diminta pertanggungjawabannya). |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3387 |
|
Hadith 327 الحديث
الأهمية: كنت أغسل الجنابة من ثوب رسول الله -صلى
الله عليه وسلم- فيخرج إلى الصلاة، وإن بقع الماء في ثوبه
Tema: Aku pernah mencuci (bekas) janabah
dari baju Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu beliau keluar
hendak salat sedang bekas (bintik-bintik) air masih membekas di baju
beliau. |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: ((كُنْت
أَغْسِلُ الْجَنَابَةَ مِنْ ثَوْبِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
فَيَخْرُجُ إلَى الصَّلاةِ، وَإِنَّ بُقَعَ الْمَاءِ فِي ثَوْبِهِ)).
وَفِي
رواية: ((لَقَدْ كُنْتُ أَفْرُكُهُ مِنْ ثَوْبِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- فَرْكاً، فَيُصَلِّي فِيهِ)).
Tema: Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- ia
berkata, "Aku pernah mencuci (bekas) janabah dari baju Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu beliau keluar hendak salat sedang
bekas (bintik-bintik) air masih membekas di baju beliau." Dalam riwayat
lain, "Sungguh aku pernah menggaruknya dari baju Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, lalu beliau salat dengan baju itu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
تذكر عائشة -رضي الله عنها-: أنه كان
يصيب ثوب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- المني من الجنابة، فتارة يكون
رطبا فتغسله من الثوب بالماء، فيخرج إلى الصلاة، والماء لم يجف من الثوب،
وتارة أخرى، يكون المني يابسًا، وحينئذ تفركه من ثوبه فركًا، فيصلى فيه.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-
mengungkapkan bahwa baju Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah terkena mani karena junub. Terkadang mani itu basah sehingga ia
mencucinya dengan air, lalu beliau pergi salat sedangkan air belum
kering dari baju beliau. Dan terkadang mani tersebut kering. Dalam
keadaan ini Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- menggosoknya dengan
sebenar-benarnya, lalu beliau salat dengan baju tersebut. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3388 |
|
Hadith 328 الحديث
الأهمية: انطلقت في وفد بني عامر إلى رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- فقلنا: أنت سيدنا، فقال السيد الله -تبارك وتعالى-
Tema: Saya pernah ikut dalam rombongan Bani
'Āmir yang sowan kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
Lantas kami berkata, "Engkau adalah sayyid (junjungan) kami." Beliau
memotong, "Sayyid yang sebenarnya adalah Allah -Tabāraka wa Ta'ālā-." |
عن عبد الله بن الشخير -رضي الله عنه-
قال: "انطلقت في وفد بني عامر إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقلنا:
أنت سيدنا. فقال السيد الله -تبارك وتعالى-. قلنا: وأَفْضَلُنَا فَضْلًا
وأَعْظَمُنْا طَوْلًا. فقال: قولوا بقولكم أو بعض قولكم، ولا
يَسْتَجْرِيَنَّكُمُ الشيطان".
Dari Abdullah bin Asy-Syikhīr
-raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Saya pernah ikut dalam rombongan Bani
'Āmir yang sowan kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lalu
kami berkata, "Engkau adalah sayyid (junjungan) kami." Lantas beliau
memotong, "Sayyid yang sebenarnya adalah Allah -Tabāraka wa Ta'ālā-."
Maka kami berkata, "Engkau adalah orang yang paling mulia dan agung di
antara kami." Lantas beliau bersabda, "Ucapkan itu saja atau sebagian
dari itu dan jangan sampai setan menjerumuskan kalian."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
لما بالغ هذا الوفد في مدح النبي
-صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- نهاهم عن ذلك؛ تأدبًا مع الله
-سبحانه- وحماية للتوحيد، وأمرهم أن يقتصروا على الألفاظ التي لا غلوّ فيها
ولا محذور؛ كأن يدعوه بمحمد رسول الله، كما سماه الله -عز وجل-، أو: نبي
الله، أو: أبا القاسم، وحذرهم من أن يتخذهم الشيطان وكيلًا عنه في الأفعال
التي يوسوس بها لهم.
Ketika rombongan Bani 'Āmir ini
berlebihan dalam memuji Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka
beliau melarang mereka melakukan itu untuk mengedepankan etika di
hadapan Allah dan menjaga kemurnian tauhid. Beliau memerintahkan mereka
hanya menggunakan kata-kata pujian yang tidak ada unsur guluw
(berlebihan) di dalamnya dan tidak terlarang, seperti memanggil beliau
dengan panggilan "Muhammad Rasulullah" sebagaimana panggilan Allah
kepada beliau, atau Nabiyyullāh, atau Abul Qāsim. Beliau juga
memperingatkan kepada mereka agar jangan sampai menjadi wakil setan yang
senatiasa menimbulkan rasa was-was! |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Abu Daud -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3389 |
|
Hadith 329 الحديث
الأهمية: إنك تأتي قوما من أهل الكتاب، فليكن
أولَ ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله
Tema: Sesungguhnya engkau akan mendatangi
suatu kaum dari Ahli Kitab, maka hal pertama yang harus engkau dakwahkan
pada mereka adalah agar bersyahadat (bersaksi) bahwa tiada ilah yang
berhak diibadahi selain Allah. |
عن ابن عباس -رضي الله عنهما-: أن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- لما بعث معاذا إلى اليمن قال له: "إنك تأتي قوما
من أهل الكتاب، فليكن أولَ ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله" -وفي
رواية: "إلى أن يوحدوا الله-، فإن هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله افترض
عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة، فإن هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله
افترض عليهم صدقة تؤخذ من أغنيائهم فَتُرَدُّ على فقرائهم، فإن هم أطاعوك
لذلك فإياك وكَرَائِمَ أموالِهم، واتق دعوة المظلوم فإنه ليس بينها وبين
الله حجاب".
Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā-
meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
ketika mengutus Mu'āż ke Yaman, beliau bersabda kepadanya, "Sesungguhnya
engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka hal pertama yang
harus engkau dakwahkan pada mereka adalah agar bersyahadat (bersaksi)
bahwa tiada ilah yang berhak diibadahi selain Allah -dalam riwayat lain:
agar mereka menauhidkan Allah-. Jika mereka menaatimu untuk menauhidkan
Allah, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan pada mereka
untuk melakukan salat lima waktu sehari semalam. Jika mereka menaatimu,
maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat pada mereka,
yang diambil dari orang-orang kaya mereka lalu dibagikan kepada
orang-orang fakir mereka. Dan jika mereka menaatimu, maka hindarilah
harta-harta berharga mereka saat menarik zakat! Dan takutlah doa buruk
(kutukan) orang-orang yang terzalimi, karena sesungguhnya tiada
penghalang antara doa tersebut dengan Allah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أن النبي -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- لما وجه معاذ بن جبل -رضي الله عنه- إلى إقليم اليمن داعيا إلى
الله ومعلما، رسم له الخطة التي يسير عليها في دعوته، فبين له أنه سيواجه
قوما أهل علم وجدَل من اليهود والنصارى؛ ليكون على استعداد لمناظرتهم ورد
شبههم، ثم ليبدأ في دعوته بالأهم فالأهم، فيدعو الناس إلى إصلاح العقيدة
أولا؛ لأنها الأساس، فإذا انقادوا لذلك أمرهم بإقام الصلاة، لأنها أعظم
الواجبات بعد التوحيد، فإذا أقاموها أمر أغنياءهم بدفع زكاة أموالهم إلى
فقرائهم؛ مواساة لهم وشكرا لله، ثم حذّره من أخذ جيد المال؛ لأن الواجب
الوسط، ثم حثّه على العدل وترك الظلم؛ لئلا يدعو عليه المظلوم ودعوتُه
مستجابة.
Ketika Nabi Muhammad -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- mengutus Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu- ke
negeri Yaman untuk berdakwah sekaligus menjadi guru, beliau memberikan
planing yang harus dijalaninya dalam berdakwah. Beliau menjelaskan bahwa
Mu'āż akan menghadapi kaum ahli ilmu dan ahli debat dari kalangan Yahudi
dan Nasrani, agar dia bersiap untuk mendebat mereka dan menjawab syubhat
mereka. Kemudian beliau mengarahkannya agar dalam berdakwah menggunakan
skala prioritas; pertama kali adalah membenarkan akidah mereka, karena
akidah inilah yang pokok. Jika mereka tunduk, maka ia mengajak mereka
melaksanakan salat lima waktu, karena salat lima waktu adalah kewajiban
yang paling utama setelah tauhid. Jika mereka telah mendirikan salat
lima waktu, maka ia mengajak orang-orang kaya mereka untuk membayar
zakat harta benda mereka dan dibagikan kepada kalangan fakir mereka
sebagai bentuk keprihatinan sekaligus rasa syukur kepada Allah. Beliau
mewanti-wanti agar tidak mengambil harta yang paling baik dalam
pembayaran zakat, karena yang wajib adalah mengambil yang pertengahan.
Kemudian beliau menyuruhnya berbuat adil dan menjauhi kezaliman, agar
orang yang terzalimi tidak berdoa buruk untuknya, karena doanya pasti
terkabul. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3390 |
|
Hadith 330 الحديث
الأهمية: ارفع رأسك وقل يُسمع، وسل تُعط، واشفع
تُشفَّع
Tema: Angkat kepalamu dan katakan, pasti
engkau didengar; mintalah, pasti engkau diberi; dan mohonlah syafaat,
pasti engkau diberi syafaat. |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً:
أخبر النبي -صلى الله عليه وسلم-: "أنه يأتي فيسجد لربه ويحمده [لا يبدأ
بالشفاعة أولا]، ثم يقال له: "ارفع رأسك وقل يُسمع، وسَلْ تُعط، واشفع
تُشفَّع".
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū': "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan
bahwa beliau datang (pada hari kiamat) lalu bersujud kepada Rabbnya dan
memuji-Nya (beliau tidak memulainya pertama kali dengan syafaat). Lantas
dikatakan kepadanya: "Angkat kepalamu dan katakan, pasti engkau
didengar; mintalah, pasti engkau diberi; dan mohonlah syafaat, pasti
syafaat engkau diperkenankan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يأتي رسول الله –صلى الله عليه وسلم -
يوم القيامة فيسجد لله، ويدعو، ثم يأذن الله له في الشفاعة العظمى،
ويقول له ربه: سل تعط واشفع تشفع، أي سؤالك مقبول وشفاعتك مقبولة.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- datang pada hari kiamat lalu bersujud kepada Allah dan berdoa.
Kemudian Allah memberi izin beliau tentang syafaat agung seraya
berfirman kepadanya, "Mintalah, pasti engkau diberi; dan mintalah
syafaat, niscaya syafaatmu diperkenankan." Yakni, permohonanmu
dikabulkan dan syafaatmu diterima. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3393 |
|
Hadith 331 الحديث
الأهمية: أولئكِ إذا مات فيهم الرجل الصالح أو
العبد الصالح بنوا على قبره مسجدا، وصوروا فيه تلك الصور، أولئكِ شرار
الخلق عند الله
Tema: Mereka (orang-orang Nasrani) apabila
ada orang saleh yang meninggal di antara mereka, (maka) mereka membangun
di atas kuburnya tempat untuk beribadah (gereja) dan mereka membuat di
dalam tempat ibadah tadi gambar (patung-patung) tersebut. Mereka adalah
sejelek-jelek makhluk di sisi Allah." |
عن عائشة -رضي الله عنها-: "أن أم سلمة
ذكرت لرسول الله -صلى الله عليه وسلم- كنيسة رأتها بأرض الحبشة وما فيها من
الصور، فقال: أولئك إذا مات فيهم الرجل الصالح أو العبد الصالح بنوا على
قبره مسجدا، وصوروا فيه تلك الصور، أولئك شرار الخلق عند الله".
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, bahwa
Ummu Salamah menyebutkan kepada Rasulullah (tentang) gereja yang beliau
lihat di negeri Ḥabasyah dan gambar (patung) yang ada di dalamnya. Maka
(Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-) berkata, “Mereka (orang-orang
Nasrani) apabila ada orang saleh yang meninggal di antara mereka, (maka)
mereka membangun di atas kuburnya tempat untuk beribadah (gereja) dan
mereka membuat di dalam tempat ibadah tadi gambar (patung-patung)
tersebut. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أن أمّ سلمة وصفت عند النبي -صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وهو في مرض الموت ما شاهدته في معبد النصارى
من صور الآدميّين، فبين -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- السبب الذي من
أجله اتخذوا هذه الصور؛ وهو الغلو في تعظيم الصالحين؛ مما أدى بهم إلى بناء
المساجد على قبورهم ونصب صورهم فيها، ثم بيّن حكم من فعل ذلك بأنهم شرار
الناس؛ لأنهم جمعوا بين محذورين في هذا الصنيع هما: فتنة القبور باتخاذها
مساجد، وفتنة تعظيم التماثيل مما يؤدي إلى الشرك.
Bahwa Ummu Salamah menceritakan di
sisi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- –saat beliau sakit yang
menyebabkan beliau wafat- apa yang ia saksikan di tempat peribadatan
kaum Nasrani terkait gambar-gambar (patung-patung) manusia. Lalu Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan sebab mereka membuat
patung-patung ini, yaitu karena mereka guluw (melampaui batas) dalam
mengagungkan orang-orang saleh, hingga menyebabkan mereka membangun
tempat-tempat peribadatan di atas kuburan mereka dan meletakkan
patung-patung mereka. Kemudian beliau menjelaskan hukum orang yang
melakukan hal itu bahwa mereka adalah sejelek-jelek manusia, karena
mereka menggabungkan antara dua larangan di dalam perbuatan ini, yaitu,
fitnah kuburan dengan menjadikannya tempat peribadatan, dan fitnah
mengagungkan patung-patung menghantarkan kepada kesyirikan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3394 |
|
Hadith 332 الحديث
الأهمية: إياكم والغلو؛ فإنما أهلك من كان قبلكم
الغلو
Tema: Jauhilah tindakan melampaui batas!
Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena tindakan melampaui
batas |
عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما-
قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: "إياكم والغُلُوَّ؛ فإنما أهلك
من كان قبلكم الغُلُوُّ".
Dari Abdullah bin Abbās -raḍiyallāhu
'anhumā-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Jauhilah tindakan melampaui batas! Sesungguhnya orang-orang
sebelum kalian binasa karena tindakan melampaui batas."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ينهانا النبي -صلى الله عليه وسلم- في
هذا الحديث عن الغلو في الدين وهو مجاوزة الحد فيه؛ لئلا نهلك كما هلكت
الأمم السابقة حينما غلو في دينهم وتجاوزوا الحد في عبادتهم.
Dalam hadis ini Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang kita berlebih-lebihan dalam
agama, yaitu melampaui batas dalam agama agar kita tidak binasa
sebagaimana kebinasaan yang menimpa umat-umat dahulu ketika mereka
berlebih-lebihan dalam agamanya dan melampaui batas dalam ibadahnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3395 |
|
Hadith 333 الحديث
الأهمية: كنت عند سعيد بن جبير فقال: أيكم رأى
الكوكب الذي انقض البارحة؟ فقلت: أنا، ثم قلت: أما إني لم أكن في صلاة،
ولكني لدغت
Tema: Aku berada bersama Sa'īd bin Jubair
lalu ia bertanya, "Siapakah di antara kalian yang melihat planet jatuh
tadi malam?" Aku jawab, "Aku." Lalu aku katakan, "Adapun aku sedang
tidak melaksanakan salat karena aku disengat." |
عن حُصين بن عبد الرحمن قال: كنتُ عند
سعيد بن جُبير فقال: أيكم رأى الكوكب الذي انقَضَّ البارحة؟ فقلتُ: أنا، ثم
قلتُ: أما إني لم أكن في صلاة، ولكني لُدغْتُ، قال: فما صنعتَ؟ قلت:
ارتقيتُ، قال: فما حَمَلك على ذلك؟ قلت: حديث حدَّثَناه الشعبي، قال: وما
حدَّثَكم؟ قلتُ حدثنا عن بريدة بن الحُصيب أنه قال: "لا رُقْية إلا مِن
عَيْن أو حُمَة"، قال: قد أحسَن مَن انتهى إلى ما سمع، ولكن حدثنا ابن عباس
عن النبي -صلى الله عليه وسلم- أنه قال:
"عُرضت عليّ الأُمم، فرأيتُ النبي ومعه
الرَّهط والنبي ومعه الرجل والرجلان، والنبي وليس معه أحد، إذ رُفع لي سواد
عظيم فظننتُ أنهم أمَّتي، فقيل لي: هذا موسى وقومه، فنظرتُ فإذا سواد عظيم،
فقيل لي: هذه أمَّتك، ومعهم سبعون ألفا يدخلون الجنة بغير حساب ولا عذاب،
ثم نهض فدخل منْزله، فخاض الناس في أولئك؛ فقال بعضهم: فلعلهم الذين صحِبوا
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وقال بعضهم: فلعلهم الذين وُلِدُوا في
الإسلام فلم يشركوا بالله شيئا، وذكروا أشياء، فخرج عليهم رسول الله -صلى
الله عليه وسلم- فأخبروه، فقال: هم الذين لا يَسْتَرقون، ولا يَكْتَوُون،
ولا يَتَطَيَّرون، وعلى ربهم يتوكلون، فقام عُكاشة بن مِحصَن فقال: ادع
الله أن يجعلني منهم، قال: أنت منهم، ثم قام جل آخر فقال: ادع الله أن
يجعلني منهم، فقال: سَبَقَك بها عكاشة".
Dari Ḥuṣain bin Abdirrahman, ia
berkata, "Aku berada bersama Sa'īd bin Jubair lalu ia bertanya,
'Siapakah di antara kalian yang melihat planet jatuh tadi malam?' Aku
jawab, 'Aku.' Lalu aku katakan, 'Adapun aku sedang tidak melaksanakan
salat karena aku disengat.' Ia bertanya, 'Lantas apa yang kau lakukan?'
Aku Jawab, 'Aku meruqyahnya.' Ia bertanya lagi, 'Apa yang mendorongmu
melakukan itu?' Aku Jawab, 'Hadis yang diceritakan asy-Sya'bi kepada
kami.' Ia bertanya, 'Apa yang dia ceritakan kepada kalian?' Aku jawab,
'Kami mendapatkan kabar dari Buraidah bin Al-Ḥuṣaib bahwasannya dia
berkata, 'Tidak ada ruqyah kecuali dari penyakit 'Ain (karena pandangan
mata hasad) atau demam.' Ia berkata, 'Sungguh telah berbuat baik orang
yang berhenti sampai di dalil yang ia dengarkan. Akan tetapi Ibnu 'Abbās
bercerita kepada kami dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa
beliau bersabda, 'Telah diperlihatkan kepadaku umat-umat. Aku melihat
seorang Nabi yang memiliki beberapa orang pengikut. Ada juga seorang
Nabi yang memiliki satu dan dua orang pengikut saja. Bahkan ada seorang
Nabi yang tidak memiliki pengikut sama sekali. Tiba-tiba satu kelompok
besar orang diperlihatkan kepadaku hingga aku menduga bahwa mereka itu
umatku. Lantas dikatakan kepadaku, 'Ini Mūsa bersama kaumnya.' Aku
memandang, ternyata ada sekelompok besar manusia. Lantas dikatakan
kepadaku, 'Ini umatmu dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang
masuk Surga tanpa hisab dan azab.' Selanjutnya beliau bangkit dan masuk
ke rumahnya sehingga orang-orang pun berbicara panjang lebar
mengenainya. Sebagian mereka berkata, 'Mungkin saja mereka itu
orang-orang yang selalu menyertai Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-.' Sebagian lagi berkata, 'Barangkali mereka itu orang-orang yang
dilahirkan dalam Islam lalu mereka tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu pun.' Mereka menyebutkan berbagai hal. Tiba-tiba Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menemui mereka lalu mengabarkannya.
Beliau bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta diruqyah,
tidak berobat dengan cara kay (sundutan besi panas), tidak pesimis dan
mereka bertawakal kepada Allah.' Tiba-tiba 'Ukāsyah bin Miḥṣan berkata,
'Mohonlah kepada Allah agar menjadikanku bagian dari mereka.' Beliau
bersabda, Engkau termasuk dari golongan mereka.' Lantas seorang lelaki
lain berkata, 'Mohonlah kepada Allah agar menjadikanku bagian dari
mereka.' Beliau bersabda, 'Ukāsyah telah mendahuluimu'."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا حُصين بن عبد الرحمن -رحمه الله-
عن محاورة جرت بينه وبين سعيد بن جبير -رحمه الله- في شأن الرقية، وذلك أن
حصينًا لدغته عقرب وارتقى منها بالرقية المشروعة، ولما سأله سعيد عن دليله
أخبره بحديث الشعبي الذي يبيح الرقية من العين والسم، فامتدحه سعيد على
ذلك، ولكنه روى له حديثًا يحبذ ترك الرقية، هو حديث ابن عباس الذي يتضمن
الصفات الأربع التي من اتصف بها استحق الجنة بلا حساب ولا عذاب، وهي عدم
طلب الرقية، وعدم الاكتواء، وعدم التشاؤم، وصدق الاعتماد على الله -تعالى-
ولما طلب عكاشة من النبي -صلى الله عليه وسلم- بأن يدعو له أن يكون منهم
أخبره بأنه معهم، ولما قام رجل آخر لنفس الغرض تلطف معه النبي -صلى الله
عليه وسلم- في المنع سدًّا للباب وقطعًا للتسلسل.
Ḥuṣain bin Abdirrahman -raḥimahullāh-
mengabarkan kepada kami tentang dialog yang berlangsung antara dirinya
dengan Sa'īd bin Jubair -raḥimahullāh- mengenai ruqyah. Hal ini terjadi
karena Ḥuṣain disengat kalajengking dan meruqyahnya dengan ruqyah
syar'iyyah. Saat Sa'īd bertanya kepadanya mengenai dalilnya, ia
memberitahunya dengan hadis asy-Sya'bi yang membolehkan ruqyah dari
penyakit 'Ain (karena pandangan mata hasad) dan racun. Sa'īd pun
memujinya mengenai hal itu. Akan tetapi dia meriwayatkan hadis lain
untuknya yang menganggap bagus meninggalkan ruqyah. Yaitu hadis Ibnu
'Abbās yang mengandung empat sifat. Siapa yang memiliki sifat itu maka
dia berhak masuk Surga tanpa hisab dan azab. Sifat itu adalah tidak
meminta ruqyah, tidak berobat dengan cara kay (sundutan besi panas),
tidak pesimis, dan benar dalam bersandar kepada Allah -Ta'ālā-. Saat
'Ukāsyah meminta kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar
mendoakan dirinya menjadi bagian dari mereka, beliau pun memberitahunya
bahwa ia bersama mereka. Ketika seorang lelaki lain berdiri untuk tujuan
yang sama, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun bersikap ramah
kepadanya dalam melarang demi menutup bab ini dan memutuskan kelanjutan
permintaan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3396 |
|
Hadith 334 الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- سئل
عن النُّشرة؟ فقال: هي من عمل الشيطان
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- pernah ditanya tentang nusyrah (praktik melepaskan sihir dengan
sihir). Beliau menjawab, "Ia merupakan perbuatan setan." |
عن جابر -رضي الله عنه- أن رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- سئل عن النُّشْرَةِ؟ فقال: هي من عمل الشيطان.
Jābir -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah ditanya tentang nusyrah (praktik melepaskan sihir dengan sihir).
Beliau menjawab, "Ia merupakan perbuatan setan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أن النبي -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- سئل عن علاج المسحور على الطريقة التي كانت تعملها الجاهلية،
مثل: حل السحر بالسحر ما حكم ذلك، فأجاب -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- بأنه من عمل الشيطان أو بواسطته؛ لأنه يكون بأنواع سحرية
واستخداماتٍ شيطانيةٍ، فهي شركية ومحرمة.
أما
النشرة الجائزة: فهي فك السحر بالرقية أو بالبحث عنه، وفكه باليد مع قراءة
القرآن أو بالأدوية المباحة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah ditanya tentang hukum mengobati orang yang terkena sihir dengan
cara yang biasa dilakukan orang-orang jahiliah, seperti melepaskan sihir
dengan sihir juga. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab bahwa
itu perbuatan setan atau melalui perantaraannya, karena hal itu
menggunakan berbagai macam sihir dan penggunaan media berupa bantuan
setan. Itu merupakan perbuatan syirik dan haram. Adapun nusyrah (praktik
melepaskan sihir) yang dibolehkan ialah melepaskan sihir dengan ruqyah
atau dengan mencari media sihir dan melepaskannya dengan tangan disertai
bacaan Al-Qur`ān atau dengan obat-obatan yang diperbolehkan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Abu Daud -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3402 |
|
Hadith 335 الحديث
الأهمية: لا تطروني كما أطرت النصارى ابن مريم؛
إنما أنا عبد، فقولوا: عبد الله ورسوله
Tema: Janganlah kalian berlebih-lebihan
memujiku seperti orang-orang Nasrani berlebih-lebihan memuji Isa putra
Maryam. Sesungguhnya aku hanya seorang hamba, maka katakan (panggil
aku), "Hamba Allah dan Rasul-Nya". |
عن عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- قال:
سمعت النبي -صلى الله عليه وسلم- يقول: «لا تُطْروني كما أَطْرت النصارى
ابنَ مريم؛ إنما أنا عبده، فقولوا: عبد الله ورسوله».
Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu
'anhu- berkata, Saya mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Janganlah kalian berlebih-lebihan memujiku seperti
orang-orang Nasrani berlebih-lebihan memuji Isa putra Maryam.
Sesungguhnya aku hanya seorang hamba, maka katakan (panggil aku), 'Hamba
Allah dan Rasul-Nya'."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أن النبي -صلى الله عليه وسلم- حرصاً
منه على توحيد الله -تعالى-، وخوفاً على أمته من الشرك الذي وقعت فيه الأمم
السابقة، حذَّرها من الغلو فيه، ومجاوزة الحد في مدحه مثل وصفه بأوصاف الله
-تعالى- وأفعاله الخاصة به، كما غلت النصارى في المسيح بوصفه بالألوهية
والبنوة لله -تعالى-، فوقعت في الشرك كما قال تعالى: {لَقَدْ كَفَرَ
الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ
الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ
الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ} ثم
قال: «فإنما أنا عبده، فقولوا عبد الله ورسوله» أي: فصفوني بالعبودية
والرسالة كما وصفني الله -تعالى- بذلك، ولا تتجاوزوا بي حدود العبودية إلى
مقام الألوهية أو الربوبية كما فعلت النصارى، فإن حق الأنبياء العبودية
والرسالة، أما الألوهية فإنها حق الله وحده، ومع هذا التحذير فقد وقع بعض
الناس فيما حذر منه رسول الله -صلى الله عليه وسلم- منه، فاحذر من أن تكون
منهم.
Begitu antusiasnya Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- dalam menauhidkan Allah -Ta'ālā- dan karena
mengkhawatirkan umat beliau dari kesyirikan yang menimpa umat-umat
terdahulu, maka beliau melarang mereka mengultuskan dan berlebih-lebihan
memuji dirinya, seperti menyandangkan pada beliau sifat-sifat dan
perbuatan-perbuatan yang khusus untuk Allah, sebagaimana halnya
orang-orang Nasrani mengultuskan Isa Almasih dengan memberinya sifat
ketuhanan dan putra Allah -Ta'ālā-. Akibatnya, mereka terjerumus dalam
kesyirikan; sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya telah kafirlah
orang-orang yang berkata, 'Sesungguhnya Allah ialah Almasih putra
Maryam', padahal Almasih (sendiri) berkata, 'Hai Bani Israil! Sembahlah
Allah Rabb-ku dan Rabb-mu.' Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga untuknya,
dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolong pun." (QS. Al-Mā`idah: 72). Kemudian beliau bersabda,
"Sesungguhnya aku hanya seorang hamba-Nya, maka ucapkan (panggil aku),
'Hamba Allah dan Rasul-Nya'." Artinya, sebutlah aku dengan sifat hamba
dan rasul sebagaimana yang Allah sandangkan kepadaku. Jangan melewati
batas penghambaan dalam memujiku hingga tingkat ulūhiyyah (keilahian)
dan rubūbiyyah (ketuhanan), sebagaimana yang dilakukan orang-orang
Nasrani. Karena hak para Nabi itu adalah sebagai hamba dan rasul.
Sedangkan ulūhiyyah adalah hak Allah semata. Namun, kendati telah ada
larangan ini tetap saja sebagian orang terjerumus dalam apa yang telah
diperingatkan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tersebut. Jadi,
berhati-hatilah, jangan sampai Anda termasuk dari mereka! |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3406 |
|
Hadith 336 الحديث
الأهمية: لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ولا صفر
Tema: Tidak ada penyakit menular, tidak ada
kesialan, tidak pula burung hantu dan kesialan (bulan) Safar. |
عن أبي هريرة
-رضي الله عنه- مرفوعاً: "لا عَدْوَى ولا طِيَرَة ولا هَامَةَ ولا
صَفَرَ" أخرجاه.
زاد
مسلم "ولا نَوْءَ ولا غُولَ".
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', (Nabi bersabda), "Tidak ada penyakit menular, tidak ada
kesialan, tidak pula burung hantu dan kesialan (bulan) Ṣafar." (HR.
Bukhari dan Muslim). Muslim menambahkan: "Tidak ada zodiak (ramalan
bintang) dan gūl (nama jin)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
لما كانت الجاهلية تعج بكثير من
الخرافات والأوهام التي لا تستند إلى برهان، أراد الإسلام أن يقي أتباعه من
تلك الأباطيل، فأنكر ما كان يعتقده المشركون في هذه الأشياء المذكورة في
الحديث، فبعضها نفى وجوده أصلا كالطيرة، والبعض الآخر نفى تأثيره بنفسه؛
لأنه لا يأتي بالحسنات إلا الله، ولا يدفع السيئات إلا هو.
Karena masa jahiliah dipenuhi dengan
berbagai khurafat dan tahayul/anggapan yang tidak bersandarkan kepada
bukti, maka Islam menghendaki agar para pengikutnya terpelihara dari
berbagai kebatilan tersebut. Karena itu, Islam mengingkari segala hal
yang diyakini oleh orang-orang musyrik dalam hadis tersebut. Sebagian
dinafikan secara nyata keberadaanya, seperti ṭiyarah (menggantungkan
nasib pada tindakan burung/hewan). Sebagiannya dinafikan dampaknya
karena sesunggunya tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Allah
dan tidak ada yang mencegah keburukan kecuali Allah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3407 |
|
Hadith 337 الحديث
الأهمية: لا يحل السحر إلا ساحر
Tema: Sihir tidak bisa dilepaskan kecuali
oleh penyihir (orang yang tahu ilmu sihir).
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ورُوي عن الحسن أنه قال: "لا يحل السحر
إلا ساحر".
Diriwayatkan dari Al-Hasan bahwa ia
berkata, "Sihir tidak bisa dilepaskan kecuali oleh penyihir (orang yang
tahu ilmu sihir)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
النشرة حل السحر، وظاهر كلام الحسن منعه
مطلقا؛ لأنه لا يقدر على حل السحر إلا من له معرفةٌ بالسحر، وهذا محمولٌ
على حل السحر بسحرٍ مثله، وهو من عمل الشيطان، وقد فصل ابن القيم ما حاصله:
أن علاج المسحور بأدوية مباحة وقراءة قرآن أمر جائز - وعلاجه بسحر مثله
محرم.
Nasyrah adalah jampi-jampi penangkal
sihir. Arti literal perkataan Al-Hasan ini adalah larangan nasyrah
secara mutlak. Sebab, tidak ada yang mampu menguraikan sihir kecuali
orang yang memiliki pengetahuan tentang sihir. Ini ditafsirkan menangkal
sihir dengan menggunakan sihir pula dan itu termasuk perbuatan setan.
Ibnul Qayyim sudah merinci permasalahan ini dengan konklusi bahwa
mengobati orang yang terkena sihir dengan obat-obatan yang mubah dan
bacaan Al-Qur'an adalah hal yang dibolehkan. Sedangkan pengobatan sihir
dengan sihir serupa adalah haram. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah -
Diriwayatkan oleh Khaṭṭābi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3408 |
|
Hadith 338 الحديث
الأهمية: لأعطين الراية غدا رجلا يحب الله ورسوله
ويحبه الله ورسوله، يفتح الله على يديه
Tema: Aku akan menyerahkan bendera ini besok
kepada seorang lelaki yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, juga
sebaliknya Allah dan Rasul-Nya mencintainya. Allah memberikan kemenangan
lewat kedua tangannya. |
عن سهل بن سعد الساعدي -رضي الله عنه-
مرفوعاً: "لأعطين الراية غدا رجلا يحب الله ورسوله ويحبه الله ورسوله، يفتح
الله على يديه، فبات الناس يدوكون ليلتهم أيهم يعطاها فلما أصبحوا غدوا على
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- كلهم يرجو أن يعطاها: فقال: أين علي بن أبي
طالب؟ فقيل: هو يشتكي عينيه، فأرسلوا إليه فأتي به، فبصق في عينيه، ودعا له
فبرأ كأن لم يكن به وجع، فأعطاه الراية فقال: انفذ على رسلك حتى تنزل
بساحتهم، ثم ادعهم إلى الإسلام وأخبرهم بما يجب عليهم من حق الله -تعالى-
فيه، فوالله لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم".
Dari Sahal bin Sa'ad As-Sā'idi
-raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', (Nabi bersabda), "Aku akan
menyerahkan bendera ini besok kepada seorang lelaki yang mencintai Allah
dan Rasul-Nya juga sebaliknya Allah dan Rasul-Nya mencintainya. Allah
memberikan kemenangan lewat kedua tangannya." Orang-orang pun begadang
semalaman dalam keadaan penasaran siapa yang akan diberi bendera itu.
Saat pagi tiba, mereka pun datang menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam-, semuanya berharap dirinyalah yang diberi bendera tersebut.
Nabi bertanya, "Di mana Ali bin Abi Ṭālib?" Dijawab, "Dia mengeluhkan
kedua matanya." Lantas orang-orang mengirimkan utusan kepadanya dan
membawanya ke hadapan beliau. Selanjutnya beliau meludah di kedua
matanya dan mendoakan kebaikan untuknya hingga sembuh seakan-akan tidak
pernah merasa sakit. Beliau menyerahkan bendera kepadanya lalu bersabda,
"Majulah dengan perlahan-lahan sampai engkau tiba di arena mereka lalu
serulah mereka kepada Islam dan beritahukan kepada mereka tentang
kewajiban yang harus ditunaikan terhadap hak Allah -Ta'ālā-. Demi Allah,
bila Allah memberikan hidayah kepada seseorang karena perantaramu, itu
lebih baik bagimu dari unta merah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أن النبي -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- بشّر الصحابة بانتصار المسلمين على اليهود من الغد على يد رجل
له فضيلةٌ عظيمة وموالاة لله ولرسوله فاستشرف الصحابة لذلك، كلٌّ يود أن
يكون هو ذلك الرجل من حرصهم على الخير، فلما ذهبوا على الموعد طلب النبي
-صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- علياً وصادف أنه لم يحضر لِما أصابه
من مرض عينيه، ثم حضر فتفل النبي -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-
فيهما من ريقه المبارك فزال ما يحس به من الألم زوالاً كاملاً وسلَّمه
قيادة الجيش، وأمره بالمضي على وجهه برفق حتى يقرب من حصن العدو فيطلب منهم
الدخول في الإسلام، فإن أجابوا أخبرهم بما يجب على المسلم من فرائض، ثم بين
-صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- لعلي فضل الدعوة إلى الله وأن الداعية
إذا حصل على يديه هداية رجل واحد فذلك خير له من أنفس الأموال الدنيوية،
فكيف إذا حصل على يديه هداية أكثر من ذلك.
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- memberi kabar gembira kepada para sahabat mengenai kemenangan
kaum muslimin terhadap orang Yahudi esok hari di tangan seseorang yang
memiliki keutamaan besar dan loyalitas kepada Allah dan Rasul-Nya. Para
sahabat pun menanti-nanti hal itu. Semuanya ingin agar dirinyalah yang
terpilih karena mereka sangat ingin mendapatkan kebaikan. Saat mereka
pergi sebagaimana dijanjikan, Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mencari Ali. Secara kebetulan Ali tidak hadir karena menderita
sakit mata. Lantas ia hadir lalu Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- meludah di kedua matanya dengan ludah yang penuh berkah sehingga
hilanglah rasa sakit yang diderita dengan sempurna dan beliau
menyerahkan komando pasukan serta menyuruhnya untuk melaksanakan tugas
dengan perlahan-lahan sampai mendekati benteng musuh lalu meminta mereka
untuk masuk Islam. Apabila mereka menerimanya maka ia harus memberitahu
mereka tentang kewajiban yang harus dilaksanakan seorang muslim. Setelah
itu Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan kepada Ali
tentang keutamaan dakwah kepada Allah dan seorang da'i apabila berhasil
menjadikan seseorang mendapat hidayah melalui tangannya, maka hal itu
lebih baik baginya dari harta dunia yang paling berharga. Bagaimana jika
dia berhasil menjadikan lebih banyak lagi orang untuk mendapatkan
hidayah di tangannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3409 |
|
Hadith 339 الحديث
الأهمية: لما حضرَتْ أبا طالب الوفاة جاءه رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- وعنده عبد الله بن أبي أمية وأبو جهل، فقال له:
يا عم قل لا إله إلا الله، كلمة أحاج لك بها عند الله
Tema: Tatkala (tanda) kematian datang kepada
Abu Ṭālib, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendatanginya.
Beliau mendapati Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berada di
sampingnya. Lalu beliau berkata, “Wahai pamanku, katakanlah Lā ilāha
illallāh, sebuah kalimat yang aku akan berhujah untukmu dengannya di
sisi Allah. |
عن سعيد بن المسيب عن أبيه المسيب بن
حزن -رضي الله عنه- قال: "لما حضرَتْ أبا طالب الوفاة جاءه رسول الله -صلى
الله عليه وسلم- وعنده عبد الله بن أبي أمية وأبو جهل، فقال له: يا عَمِّ
قل لا إله إلا الله، كلمة أُحَاجُّ لك بها عند الله، فقالا له: أَتَرَغَبُ
عن ملة عبد المطلب؟ فأعاد عليه النبي -صلى الله عليه وسلم-، فأعادا، فكان
آخر ما قال هو على ملة عبد المطلب، وأبى أن يقول لا إله إلا الله، فقال
النبي -صلى الله عليه وسلم-: لأستغفرن لك ما لم أُنْهَ عنك، فأنزل الله:
{مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا
لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قربى...} الآية"، وأنزل الله في أبي
طالب: {إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ
يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ}.
Dari Sa'īd bin Al-Musayyib, dari
ayahnya Al-Musayyib bin Ḥazn -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Tatkala
(tanda) kematian datang kepada Abu Ṭālib, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- mendatanginya. Beliau mendapati Abdullah bin Abi Umayyah dan
Abu Jahal berada di sampingnya. Lalu beliau berkata, “Wahai pamanku,
katakanlah Lā ilāha illallāh, sebuah kalimat yang aku akan berhujah
untukmu dengannya di sisi Allah.” Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah
menimpali, "Apakah engkau akan meninggalkan agama Abdul-Muṭṭalib?" Maka
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengulangi kalimat itu
kepadanya, sedangkan keduanya juga mengulangi perkataan mereka tersebut.
Sehingga akhir perkataan yang diucapkan Abu Ṭālib adalah bahwa dia
berada di atas agama Abdul-Muṭṭalib dan enggan mengucapkan Lā ilāha
illallāh. Setelah itu, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, “Demi Allah, aku akan memohonkan ampun untukmu selama aku
tidak dilarang untuk melakukannya.” Maka Allah menurunkan (ayat-Nya):
“Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan
ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang
musyrik itu adalah kaum kerabat(nya).” Dan Allah menurunkan (ayat-Nya)
tentang Abu Ṭālib: “Sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui
orang-orang yang mau menerima petunjuk.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
عاد النبي -صلى الله عليه وسلم- أبا
طالب وهو في سياق الموت وعرض عليه الإسلام؛ ليكون خاتمة حياته ليحصل له
بذلك الفوز والسعادة، وطلب منه أن يقول كلمة التوحيد، وعرض عليه المشركون
أن يبقى على دين آبائه الذي هو الشرك؛ لعلمهم بما تدل عليه هذه الكلمة من
نفي الشرك وإخلاص العبادة لله وحده، وأعاد النبي -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- طلب التلفظ بالشهادة من عمه، وأعاد المشركون المعارضة وصاروا
سبباً لصده عن الحق وموته على الشرك.
وعند ذلك
حلف النبي -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ليطلُبن له من الله المغفرة
ما لم يمنع من ذلك، فأنزل الله المنع من ذلك وبيّن له أن الهداية بيد الله
يتفضل بها على من يشاء؛ لأنه يعلم من يصلح لها ممن لا يصلح.
فأنزل
الله -عز وجل-: {مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ
يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ
مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ}، وأنزل الله في أبي
طالب: {إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ
يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ}.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menjenguk Abu Ṭālib saat dia mendekati kematiannya dan beliau menawarkan
kepadanya agama Islam agar menjadi penutup hidupnya sehingga dengan itu
dia akan memperoleh kemenangan dan kebahagiaan (akhirat). Beliau
memintanya untuk mengucapkan kalimat tauhid, namun kaum musyrikin
membujuknya agar tetap berada di atas agama nenek moyangnya yaitu agama
kesyirikan, karena mereka mengetahui konsekuensi dan makna kalimat ini
berupa penafian terhadap kesyirikan dan pemurnian ibadah hanya untuk
Allah semata. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengulang permintaan
beliau kepada pamannya untuk melafalkan syahadat, maka orang-orang
musyrik pun mengulangi bujukan mereka sehingga hal itu menjadi sebab
terhalangnya Abu Ṭālib dari kebenaran dan sebab kematiannya di atas
kesyirikan. Pada saat itu juga Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersumpah untuk memintakan baginya ampunan dari Allah selama beliau
tidak dilarang melakukannya. Maka Allah menurunkan larangan tentang hal
itu dan Dia menjelaskan kepadanya bahwa hidayah di tangan Allah, Dia
menganugerahkannya kepada siapa yang Ia kehendaki karena Allah Maha
Mengetahui siapa yang pantas mendapatkannya dan siapa yang tidak pantas.
Lalu Allah -'Azzā wa Jallā- menurunkan (ayat-Nya): “Tidak sepatutnya
bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah)
untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum
kerabat(nya).” Dan Allah menurunkan (ayat-Nya) tentang Abu Ṭālib:
“Sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk
kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada
orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk.” |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3410 |
|
Hadith 340 الحديث
الأهمية: ما السماوات السبع والأرضون السبع في كف
الرحمن إلا كخردلة في يد أحدكم
Tema: Tujuh langit dan tujuh bumi di telapak
tangan Allah Yang Maha Pengasih tidak lebih hanya laksana biji sawi di
tangan salah seorang di antara kalian. |
عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما-
قال: "ما السماوات السبع والأرضون السبع في كَفِّ الرحمن إلا كَخَرْدَلَةٍ
في يد أحدكم".
Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu
'anhumā-, dia berkata, "Tujuh langit dan tujuh bumi di telapak tangan
Allah Yang Maha Pengasih tidak lebih hanya laksana biji sawi di tangan
salah seorang di antara kalian."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا ابن عباس -رضي الله عنهما- في
هذا الأثر أن نسبة السموات السبع والأرضين السبع مع عظمهن إلى كف الرحمن،
كنسبة الخَرْدَلَةِ الصغيرة إلى كف أحدنا، وذلك تشبيه للنسبة بالنسبة، وليس
تشبيها للكف بالكف؛ لأن الله لا يشبه صفاته شيء كما لا يشبه ذاته شيء.
Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā- dalam
aṡar ini mengabarkan pada kita bahwa perbandingan tujuh langit dan tujuh
bumi disertai kebesarannya ke telapak tangan Allah Yang Maha Pengasih,
laksana perbandingan biji sawi yang kecil dengan telapak tangan salah
seorang dari kita. Ini merupakan pendekatan satu penisbahan dengan
penisbahan lainnya, bukan penyerupaan telapak tangan dengan telapak
tangan, karena sifat-sifat Allah tidak menyerupai apa pun, sebagaimana
pula zat-Nya tidak menyerupai apa pun. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Syaikh al-Albani mengutip penilaian
sahihnya dari Ibnu Taimiyah dan tidak mengomentarinya] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir -
Diriwayatkan oleh Żahabi dalam kitab al-'Uluw - Diriwayatkan oleh
Abdullah bin Imam Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3412 |
|
Hadith 341 الحديث
الأهمية: ما الكرسي في العرش إلا كحلقة من حديد
ألقيت بين ظهري فلاة من الأرض
Tema: Tidaklah Kursi dibandingkan 'Arasy
melainkan seperti cicin dari besi yang dilemparkan di tengah-tengah
hamparan padang pasir. |
عن أبي ذر الغفاري -رضي الله عنه-
مرفوعاً: "ما الكرسي في العرش إلا كحلقة من حديد ألقيت بين ظهري فلاة من
الأرض".
Dari Abu Żarr Al-Gifāri -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', (Nabi bersabda), "Tidaklah Kursi dibandingkan
'Arasy melainkan seperti cicin dari besi yang dilemparkan di
tengah-tengah hamparan padang pasir."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- في حديث أبي ذرّ أن الكرسي مع سعته وعظمته بالنسبة للعرش كحلقة
حديد وُضعت في صحراء واسعة من الأرض؛ وهذا يدل على عظمة خالقها وقدرته
التامة.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan dalam hadis Abu Żarr bahwa Kursi (milik Allah)
meskipun luas dan besar, bila dibandingkan dengan 'Arasy laksana cincin
dari besi yang diletakkan di tengah hamparan padang pasir yang luas di
muka bumi. Ini menjadi dalil akan keagungan Sang Pencipta dan
kekuasaan-Nya yang sempurna. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah
dalam kitab al-'Arsy - Diriwayatkan oleh Żahabi dalam kitab al-'Uluw]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3413 |
|
Hadith 342 الحديث
الأهمية: من أسعد الناس بشفاعتك؟ قال: من قال لا
إله إلا الله خالصا من قلبه
Tema: "Siapakah manusia yang paling bahagia
dengan mendapat syafaatmu?" Beliau bersabda, "Orang yang mengucapkan
tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dengan tulus dari
hatinya." |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قلت:
يارسول الله، "من أسعد الناس بشفاعتك؟ قال: من قال لا إله إلا الله خالصا
من قلبه".
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
berkata, Aku bertanya, "Wahai Rasulullah! Siapakah manusia yang paling
bahagia dengan mendapat syafaatmu?" Beliau bersabda, "Orang yang
mengucapkan tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dengan
tulus dari hatinya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
سأل أبو هريرة النبي -صلى الله عليه
وسلم- عن أكثر الناس سعادة بشفاعته -عليه الصلاة والسلام- وأكثرهم حظوة بها
فأخبره -عليه الصلاة والسلام- بأنهم الذين قالوا هذه الشهادة وهي شهادة أن
لا إله إلا الله محمدا رسول الله، خالصة من القلب لا يشوبها شرك و لا رياء.
Abu Hurairah bertanya kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang orang yang paling bahagia dengan
mendapat syafaatnya dan orang yang paling beruntung dengan syafaat
tersebut. Beliau mengabarkan bahwa mereka adalah orang-orang yang
mengucapkan syahadat tersebut, yaitu persaksian bahwa tidak ada ilah
yang hak kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dengan tulus
dari hatinya tanpa dinodai oleh syirik dan ria. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3414 |
|
Hadith 343 الحديث
الأهمية: من ذا الذي يتألى عليَّ أن لا أغفر
لفلان؟ إني قد غفرت له، وأحبطت عملك
Tema: Siapakah yang telah bersumpah atas
nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah
mengampuninya dan menggugurkan amalmu. |
عن جندب بن عبد الله -رضي الله عنه-
قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: "قال رجل: والله لا يغفر الله
لفلان، فقال الله: من ذا الذي يتألى عليَّ أن لا أغفر لفلان؟ إني قد غفرت
له، وأحبطت عملك".
وفي
حديث أبي هريرة: أن القائل رجل عابد، قال أبو هريرة: "تكلم بكلمة أوبقت
دنياه وآخرته".
Dari Jundub bin Abdillah -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Seorang lelaki berkata, 'Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si
fulan.' Allah berfirman, "Siapakah yang telah bersumpah atas nama-Ku
bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan?Sesungguhnya Aku telah
mengampuninya dan menggugurkan amalmu." Dalam hadis Abu Hurairah
disebutkan bahwa orang yang berbicara ini adalah lelaki ahli ibadah. Abu
Hurairah berkata, "Ia berbicara dengan kata-kata yang menghanguskan
dunia dan akhiratnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر النبي -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- على وجه التحذير من خطر اللسان، أن رجلاً حلف أن الله لا يغفر
لرجلٍ مذنبٍ؛ فكأنه حكم على الله وحجر عليه؛ لما اعتقد في نفسه عند الله من
الكرامة والحظّ والمكانة، ولذلك المذنب من الإهانة، وهذا إدلالٌ على الله
وسوءُ أدب معه، أوجب لذلك الرجل الشقاءَ والخسران في الدنيا والآخرة.
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan dalam bentuk peringatan mengenai bahaya lisan,
tentang seseorang yang bersumpah bahwa Allah tidak akan mengampuni orang
yang berdosa. Seolah-olah ia menghukum Allah dan mengekang-Nya karena
meyakini bahwa dirinya memiliki kemuliaan, keberuntungan dan kedudukan
di sisi Allah. Sedangkan orang yang berdosa tersebut memiliki kehinaan.
Ini merupakan tindakan lancang dan kurang ajar kepada Allah. Karena itu,
orang tersebut mendapatkan kesengsaraan dan kerugian di dunia dan
akhirat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3415 |
|
Hadith 344 الحديث
الأهمية: مَن ردته الطيرة عن حاجته فقد أشرك،
قالوا: فما كفارة ذلك؟ قال: أن تقول: اللهم لا خير إلا خيرك، ولا طير إلا
طيرك، ولا إله غيرك
Tema: "Siapa yang berbalik dari keperluannya
karena ṭiyarah (melihat perilaku burung) maka sungguh dia telah berbuat
syirik." Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa
penebusnya?” Beliau berkata, “Hendaknya dia berucap, 'Ya Allah! Tidak
ada kebaikan melainkan kebaikanmu, tidak ada kesialan melainkan kesialan
yang Kamu (tetapkan), dan tidak ada sesembahan yang berhak disembah
selain-Mu.'" |
عن عبد الله بن عمرو بن العاص - رضي
الله عنه- مرفوعاً: "مَن ردته الطِّيَرَة عن حاجته فقد أشرك، قالوا: فما
كفارة ذلك؟ قال: أن تقول: اللهم لا خير إلا خيرك، ولا طَيْرَ إِلَّا
طَيْرُكَ ولا إله غيرك".
Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ
-raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū', bahwa Nabi bersabda,
"Siapa yang berbalik dari keperluannya karena ṭiyarah (melihat perilaku
burung) maka sungguh dia telah berbuat syirik." Mereka (para sahabat)
bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa penebusnya?” Beliau berkata, “Hendaknya
dia berucap, 'Ya Allah! Tidak ada kebaikan melainkan kebaikanmu, tidak
ada kesialan melainkan kesialan yang Kamu (tetapkan), dan tidak ada
sesembahan yang berhak disembah selain-Mu.'"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
في هذا الحديث أن من منعه التشاؤم عن المضي فيما يعتزم فإنه قد أتى نوعًا
من الشرك، ولما سأله الصحابة عن كفارة هذا الإثم الكبير أرشدهم إلى هذه
العبارات الكريمة في الحديث التي تتضمن تفويض الأمر إلى الله -تعالى- ونفي
القدرة عمن سواه.
Dalam hadis ini Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memberitahukan pada kita bahwa orang yang terhalang
oleh rasa pesimis untuk melaksanakan tekadnya, maka ia telah melakukan
satu macam syirik. Ketika para sahabat bertanya kepada beliau mengenai
kafarat (penghapus) dosa besar ini, beliau memberikan bimbingan kepada
mereka dengan ungkapan mulia dalam hadis tersebut yang memuat penyerahan
urusan kepada Allah dan menafikan kemampuan dari selain-Nya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3416 |
|
Hadith 345 الحديث
الأهمية: من شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك
له وأن محمدا عبده ورسوله، وأن عيسى عبد الله ورسوله وكلمته ألقاها إلى
مريم ورُوُحٌ منه، والجنة حق والنار حق، أدخله الله الجنة على ما كان من
العمل
Tema: Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada
sembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu
bagi-Nya, juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, bahwa
Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, serta kalimat-Nya yang disampaikan
pada Maryam dan ruh dari-Nya, juga bersaksi bahwa surga dan neraka benar
adanya; maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga apa pun amalnya. |
عن عبادة بن الصامت -رضي الله عنه- قال:
قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- "مَنْ شهِد أنْ لا إله إلا الله وحده
لا شرِيك له وأنَّ محمَّدا عبده ورسُولُه، وأنَّ عِيسى عبدُ الله ورسُولُه
وكَلِمَتُه أَلقَاها إِلى مريم ورُوُحٌ مِنه، والجنَّة حَقٌّ والنَّار
حقٌّ، أَدْخَلَه الله الجنَّة على ما كان مِنَ العمَل".
Ubādah bin Aṣ-Ṣāmit -raḍiyallāhu
'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
“Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah
selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, juga bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba Allah dan
Rasul-Nya, serta kalimat-Nya yang disampaikan pada Maryam dan ruh
dari-Nya, juga bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya; maka Allah
akan memasukkannya ke dalam surga apa pun amalnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا هذا الحديث أن من نطق بكلمة
التوحيد وعرف معناها وعمل بمقتضاها، وشهد بعبودية محمد -صلى الله عليه
وسلم- ورسالته، واعترف بعبودية عيسى ورسالته، وأنه خلق بكلمة كن من مريم،
وبرأ أمه مما نسبه إليها اليهود الأعداء، واعتقد بثبوت الجنة للمؤمنين
وثبوت النار للكافرين، ومات على ذلك دخل الجنة على ما كان من العمل.
Hadis ini memberitahukan kepada kita
bahwa siapa saja yang mengucapkan kalimat tauhid, mengetahui maknanya,
dan mengerjakan konsekuensi kandungannya, juga mempersaksikan kehambaan
serta kerasulan Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, mengakui
kehambaan serta kerasulan Isa, dan bahwa Allah telah menciptakannya
dengan kalimat “kun” (jadilah) dalam diri Maryam dan bahwa Dia
menyucikan ibunya dari tuduhan yang dilekatkan oleh orang-orang Yahudi
atas dirinya, dan juga meyakini keberadaan surga bagi orang-orang yang
beriman dan neraka bagi orang-orang kafir, lalu ia meninggal dunia di
atas semua keimanan itu maka ia akan masuk surga apa pun amalnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3417 |
|
Hadith 346 الحديث
الأهمية: من لقي الله لا يشرك به شيئًا دخل
الجنة، ومن لقيه يشرك به شيئًا دخل النار
Tema: Siapa yang menghadap Allah dalam
keadaan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun maka ia akan
masuk surga, dan siapa yang menghadap kepada-Nya dalam keadaan
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu maka ia akan masuk neraka. |
عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما-
أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: "مَنْ لَقِيَ الله لا يُشْرِك به
شَيئا دخل الجنَّة، ومن لَقِيَه يُشرك به شيئا دخَل النار".
Jābir bin Abdullah -raḍiyallāhu
'anhumā- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, “Siapa yang menghadap Allah dalam keadaan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun maka ia akan masuk surga, dan
siapa yang menghadap kepada-Nya dalam keadaan mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu maka ia akan masuk neraka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا النبي -صلى الله عليه وسلم- في
هذا الحديث أن من مات لا يشرك مع الله غيره لا في الربوبية ولا في الألوهية
ولا في الأسماء والصفات دخل الجنة، وإن مات مشركا بالله -عز وجل- فإن مآله
إلى النار.
Dalam hadis ini, Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memberitahukan kepada kita bahwa siapa saja yang
meninggal dunia dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan yang
lainnya, tidak mempersekutukan-Nya dalam rubūbiyyah-Nya, ulūhiyyah serta
asmā` dan sifat-Nya maka ia akan masuk surga. Dan jika ia meninggal
dalam keadaan mempersekutukan Allah -'Azza wa Jalla-, maka tempat
kembalinya adalah neraka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3418 |
|
Hadith 347 الحديث
الأهمية: من مات وهو يدعو من دون الله ندًّا دخل
النار
Tema: Siapa yang meninggal dunia sedangkan
dia berdoa kepada selain Allah sebagai tandingan bagi-Nya, maka dia akan
masuk neraka. |
عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه- أن
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: "مَنْ مات وهو يدعُو مِنْ دون الله
نِدًّا دخَل النَّار".
Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu
'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Siapa yang meninggal dunia sedangkan dia berdoa kepada selain
Allah sebagai tandingan bagi-Nya, maka dia akan masuk neraka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا النبي -صلى الله عليه وسلم- في
هذا الحديث أن من صرف شيئا مما يختص به الله إلى غيره، ومات مصرا على ذلك
فإن مآله إلى النار.
Dalam hadis ini, Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- mengabarkan kepada kita bahwa siapa yang memalingkan
ibadah yang merupakan kekhususan Allah kepada selain-Nya dan ia
meninggal dalam keadaan tersebut, maka tempat kembalinya adalah neraka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3419 |
|
Hadith 348 الحديث
الأهمية: هلك المتنطعون -قالها ثلاثا-
Tema: "Celakalah orang-orang yang
berlebih-lebihan." Beliau mengucapkannya tiga kali. |
عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه- أن
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: "هلك المُتَنَطِّعون -قالها ثلاثا-".
Abdullah bin Mas’ūd -raḍiyallāhu
'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, “Celakalah orang-orang yang berlebih-lebihan." Beliau
mengucapkannya tiga kali.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يوضح النبي -صَلى اللّه عليه وسلّم- أن
التعمُّق في الأشياء والغلو فيها يكون سبباً للهلاك، ومراده -صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- النهي عن ذلك، ومن ذلك إجهاد النفس في العبادة
حتى تنفر وتنقطع، ومن ذلك التنطع في الكلام والتقعر فيه، وأعظم صور
التنطُّع جُرْما، وأولاه بالتحذير منه: الغلو في تعظيم الصالحين إلى الحدِّ
الذي يفضي إلى الشرك.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menjelaskan bahwa sikap berlebih-lebihan dan melampaui batas/ekstrem
dalam berbagai perkara merupakan sebab kebinasaan. Maksud Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di sini adalah larangan melakukan hal
itu. Di antara bentuk sikap berlebih-lebihan (guluw) adalah memaksakan
diri dalam beribadah sehingga jiwa menjadi bosan dan memutuskan ibadah.
Termasuk hal itu pula adalah berlebih-lebihan/melampaui batas dalam
berbicara. Gambaran sikap berlebih-lebihan yang paling besar dosanya dan
yang paling utama untuk diwaspadai adalah sikap melampaui batas dalam
mengultuskan orang-orang saleh sampai pada titik yang mengantarkan pada
kesyirikan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3420 |
|
Hadith 349 الحديث
الأهمية: في قول الله -تعالى-: (وَقَالُوا لا
تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلا سُوَاعًا وَلا يَغُوثَ
وَيَعُوقَ وَنَسْرًا) قال ابن عباس -رضي الله عنهما-: هذه أسماء رجال
صالحين من قوم نوح
Tema: Tentang firman Allah -Ta'ālā-, "Dan
mereka berkata, 'Janganlah sekali-kali kalian meninggalkan
sembahan-sembahan kalian dan jangan pula kalian meninggalkan
(penyembahan) wadd, dan jangan pula Suwā', Yagūṡ, Ya'ūq dan Nasr!'" Ibnu
'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, “Ini adalah adalah nama
orang-orang saleh dari kalangan kaum Nuh." |
عن ابن عباس -رضي الله عنهما- في قول
الله -تعالى-: (وَقَالُوا لا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلا تَذَرُنَّ وَدًّا
وَلا سُوَاعًا وَلا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا) قال: "هذه أسماء رجال
صالحين من قوم نوح، فلما هَلَكوا أَوحى الشَّيطان إلى قَومِهِم أنِ
انْصِبُوا إلى مَجَالِسِهِم الَّتي كانوا يَجْلِسون فيها أنصَابًا،
وسَمُّوها بأسمَائِهِم، فَفَعَلُوا، ولم تُعْبَد، حتَّى إِذَا هَلَك أُولئك
ونُسِيَ العلم عُبِدت".
Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā-
dalam menafsirkan firman Allah -Ta'ālā-, "Dan mereka berkata, 'Janganlah
sekali-kali kalian meninggalkan sembahan-sembahan kalian dan jangan pula
kalian meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula Suwā', Yagūṡ,
Ya'ūq dan Nasr!'”; beliau berkata, “Ini adalah adalah nama orang-orang
saleh dari kalangan kaum Nuh. Ketika mereka telah meninggal dunia, setan
membisiki kaum mereka agar memasang di majelis-majelis mereka
patung-patung dan menamakannya dengan nama orang-orang saleh tersebut.
Maka mereka pun melakukannya, dan awalnya tidak disembah, hingga ketika
generasi mereka musnah dan ilmu telah dilupakan, maka patung-patung
tersebut disembah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يفسر ابن عباس -رضي الله عنهما- هذه
الآية الكريمة بأن هذه الآلهة التي ذكر الله -تعالى- أن قوم نوح تواصوا
بالاستمرار على عبادتها بعدما نهاهم نبيهم نوح -عليه السلام- عن الشرك
بالله- أنها في الأصل أسماء رجال صالحين منهم، غلوا فيهم بتسويل الشيطان
لهم حتى نصبوا صورهم، فآل الأمر بهذه الصور إلى أن صارت أصناماً تعبد من
دون الله.
Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā-
menafsirkan ayat yang mulia ini dengan menyatakan bahwa tuhan-tuhan yang
disebutkan oleh Allah -Ta'ālā- ini yang saling dijadikan wasiat oleh
kaum Nuh untuk menyembahnya padahal Nabi mereka yaitu Nuh
-'alaihis-salām- melarang mereka darinya; pada awalnya merupakan nama
orang-orang saleh dari kalangan mereka, lalu mereka berlebih-lebihan
dalam memuliakan mereka akibat perangkap setan hingga mereka membuat
patung-patung tersebut, kemudian terus berlanjut hingga menjadi
patung-patung yang disembah selain Allah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3421 |
|
Hadith 350 الحديث
الأهمية: لا عدوى ولا طيرة، ويعجبني الفأل.
قالوا: وما الفأل؟ قال: الكلمة الطيبة
Tema: "Tidak ada ‘adwā (penyakit menular),
tidak ada ṭiyarah (merasa sial), dan aku menyukai Al-Fa`l (optimis)."
Para sahabat bertanya, "Apakah itu Al-Fa’l?" Beliau bersabda, "Perkataan
yang baik." |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-:
"لا عدوى وَلَا طِيَرَةَ، وَيُعْجِبُنِي الفَأْلُ. قالوا: وما
الفأل؟ قال: الكلمة الطيِّبة".
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Tidak ada ‘adwā (penyakit menular), tidak ada ṭiyarah (merasa sial),
dan aku menyukai Al-Fa`l (optimis)." Para sahabat bertanya, "Apakah itu
Al-Fa’l?" Beliau bersabda, "Perkataan yang baik."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
لما كان الخير والشر كله مقدر من الله
نفى النبي -صلى الله عليه وسلم- في هذا الحديث تأثير العدوى بنفسها، ونفى
وجود تأثير الطيرة، وأقر التفاؤل واستحسنه؛ وذلك لأن التفاؤل حسن ظن بالله،
وحافز للهمم على تحقيق المراد، بعكس التطير والتشاؤم.
وفي
الجملة الفرق بين الفأل والطيرة من وجوه، أهمها:
1- الفأل يكون فيما يسر، والطيرة لا
تكون إلا فيما يسوء.
2- الفأل فيه حسن ظنٍّ بالله، والعبد
مأمورٌ أن يحسن الظن بالله، والطيرة فيها سوء ظن بالله، والعبد منهيّ عن
سوء الظن بالله.
Ketika kebaikan dan keburukan semuanya
ditentukan oleh Allah, maka dalam hadis ini Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menafikan penularan penyakit menular dengan sendirinya dan juga
menafikan adanya pengaruh/efek ṭiyarah (perasaan sial) serta beliau
menetapkan sikap optimisme dan menganggapnya baik karena optimisme
merupakan bentuk prasangka baik terhadap Allah dan pendorong semangat
untuk mewujudkan suatu misi, ini merupakan kebalikan dari perasaan sial
dan pesimis. Kesimpulannya, perbedaan antara optimisme dan perasaan
sial bisa dilihat dari berbagai segi, yang paling urgen ialah: 1.
Optimisme terjadi pada sesuatu yang membahagiakan, sedangkan perasaan
sial tidak terjadi kecuali pada sesuatu yang buruk. 2. Dalam
optimisme terdapat prasangka baik terhadap Allah, dan seorang hamba
memang diperintahkan untuk berprasangka baik kepada Allah, sedangkan di
dalam perasaan sial terdapat prasangka buruk terhadap Allah, padahal
seorang hamba dilarang untuk berprasangka buruk kepada Allah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3422 |
|
Hadith 351 الحديث
الأهمية: إذا عَطَسَ أَحَدُكُم فَلْيَقُل:
الحَمْدُ للهِ، وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أو صاحبُهُ: يَرْحَمُكَ الله، فإذا
قال له: يرحمك الله، فَلْيَقُلْ: يَهْدِيكُم الله ويُصْلِحُ بَالَكُم
Tema: Jika salah seorang dari kalian bersin,
maka hendaklah ia membaca: Al-Ḥamdulillāh. Dan saudaranya atau
sahabatnya hendaklah mengucapkan: Yarḥamukallāh (Semoga Allah
merahmatimu). Jika ia telah mengucapkan padanya: Yarḥamukallāh, maka
hendaklah ia berkata: Yahdīkumullāhu wa yuṣliḥu bālakum (Semoga Allah
memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu). |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إذا عَطَسَ أَحَدُكُم فَلْيَقُل: الحَمْدُ
للهِ، وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أو صاحبُهُ: يَرْحَمُكَ الله، فإذا قال له:
يرحمك الله، فَلْيَقُلْ: يَهْدِيكُم الله ويُصْلِحُ بَالَكُم».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika salah
seorang dari kalian bersin, maka hendaklah ia membaca: Al-Ḥamdulillāh.
Dan saudaranya atau sahabatnya hendaklah mengucapkan: Yarḥamukallāh
(Semoga Allah merahmatimu). Jika ia telah mengucapkan padanya:
Yarḥamukallāh, maka hendaklah ia berkata: Yahdīkumullāhu wa yuṣliḥu
bālakum (Semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
دل الحديث على أن المسلم إذا عطس فعليه
أن يحمد الله -تعالى-؛ لأن العاطس قد حصل له بالعطاس نعمة ومنفعة بخروج
الأبخرة المحْتَقَنَة في دِماغِه التي لو بقيت فيه لأحدثت له أمراضًا
عَسِرَة, لذا شُرع له حمد الله -تعالى- على هذه النعمة, ثم يجب على من
يسمعه أن يشمته, بأن يقول له: يرحمك الله، ويرد عليه العاطس بقوله: يهديكم
الله ويصلح بالكم، فحصل بالعطاس منفعةٌ عائدة على العاطس وعلى السامع, وهذا
من عظيم فضل هذا الدين على الناس.
Hadis ini menunjukkan bahwa seorang
Muslim jika bersin maka hendaknya ia memuji Allah -Ta’ālā- karena dengan
bersinnya itu ia telah mendapatkan nikmat dan manfaat yaitu dengan
keluarnya uap yang tertahan di kepalanya yang apabila masih bercokol di
dalamnya sungguh akan menyebabkan penyakit-penyakit berbahaya. Oleh
karena itu, disyariatkan baginya untuk memuji Allah atas nikmat ini.
Kemudian wajib bagi orang yang mendengarkannya untuk menjawab dengan
mengucapkan, “Yarḥamukallāh (semoga Allah merahmatimu).” Dan orang yang
bersin menjawab dengan mengucapkan: “Yahdīkumullāhu wa yuṣliḥu bālakum
(Semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).” Maka
dengan bersin didapatkan manfaat yang kembali kepada orang yang bersin
dan kepada orang yang mendengarkan. Ini merupakan salah satu keagungan
yang menunjukkan keutamaan agama ini atas manusia. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3433 |
|
Hadith 352 الحديث
الأهمية: صلاة الرجل في جماعة تضعف على صلاته في
بيته وفي سوقه خمسا وعشرين ضعفًا
Tema: Salat seseorang dengan berjamaah akan
dilipatgandakan (pahalanya) dari salatnya di rumah dan di pasarnya
sebesar dua puluh lima kali lipat. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعًا:
«صلاة الرجل في جماعة تَضعُفُ على صلاته في بيته وفِي سُوقِه خمسا وعشرين
ضِعفًا، وذلك: أَنَّه إِذَا تَوَضَّأ، فَأَحسَن الوُضُوء، ثمَّ خرج إلى
المسجد لاَ يُخرِجُهُ إلاَّ الصلاة؛ لَم يَخْطُ خُطوَةً إِلاَّ رُفِعَت له
بِها درجة، وَحُطَّ عَنهُ بها خطيئة، فإذا صلَّى لم تزل الملائكة تُصَلِّي
عليه، ما دام في مُصَلاَّه: اللهُمَّ صَلِّ عليه، اللهم اغفِر له، اللهم
ارْحَمه، ولا يزال في صلاة ما انتظر الصلاة».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Salat seseorang dengan berjamaah akan dilipatgandakan
(pahalanya) dari salatnya di rumah dan di pasarnya sebesar dua puluh
lima kali lipat. Demikian itu karena bila dia berwudu lalu
menyempurnakan wudunya kemudian keluar menuju masjid, ia keluar rumah
hanya untuk salat, ia tidak melangkah satu langkah pun kecuali dia
diangkat satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan. Jika dia
salat, malaikat pun terus-menerus mendoakannya selama ia berada di
tempat salatnya, "Ya Allah, sejahterakan dia. Ya Allah, rahmatilah dia."
Dan ia dianggap terus-menerus salat selama ia menunggu salat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- بأن
صلاة الرجل في جماعة تزيد أجرًا وثوابًا على صلاته في بيته وفي سوقه، أي:
منفرداً كما يومىء إليه مقابلته بصلاة الجماعة؛ ولأن الغالب في فعلها في
البيت والسوق الانفراد، ومقدار الزيادة خمسٌ وعشرون ضعفاً، وقوله: (وذلك)
إن كان المشار إليه فضل صلاة الجماعة على صلاة الفذ اقتضى اختصاص ذلك
بجماعة المسجد، وقوله: (أنه) أي الشأن أو الرجل إذا توضأ فأحسن الوضوء أي
أسبغه مع الإتيان بالسنن والآداب ثم خرج إلى المسجد متوجهاً إليه لا يخرجه
إلا الصلاة -فإن أخرجه إليه غيرها، أو هي مع غيرها فاته ما يأتي-: لم يخط
خطوة إلا رفعت له بها درجة وحط عنه بها خطيئة، أي من الصغائر المتعلقة بحق
الله -تعالى-، فإذا صلى لم تزل الملائكة تصلي عليه تترحم وتستغفر له ما دام
في مصلاه أي جالساً فيه، ويحتمل أن يراد ما دام مستمراً فيه ولو مضطجعاً،
ما لم يحدث قول: (اللهم صل عليه اللهم ارحمه)، ولا يزال المصلي في صلاة ما
انتظر الصلاة، أي: مدة انتظاره إياها.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengabarkan bahwa salat seorang laki-laki dengan berjamaah lebih besar
pahala dan balasannya dibandingkan salat di rumah dan di pasarnya, yakni
(salat) sendirian sebagaimana yang diisyaratkan dengan membandingkannya
dengan salat berjamaah. Sebab, biasanya melaksanakan salat di rumah dan
di pasar itu sendirian. Kadar tambahannya adalah dua puluh lima kali
lipat. Sabda beliau, "Yang demikian itu," jika yang diisyaratkan adalah
keutamaan salat berjamaah dibanding salat sendirian, maka hal itu
menuntut pengkhususan hal itu dengan berjamaah di masjid. Sabdanya,
"sesungguhnya bila ia," yakni, keadaan atau orang itu jika berwudu dan
memperbagus wudunya, yakni menyempurnakannya disertai melakukan hal-hal
sunah dan adab (dalam berwudu). Setelah itu ia keluar menuju masjid,
tanpa ada yang membuatnya keluar menuju masjid selain untuk salat -jika
ia keluar menuju masjid karena hal lain atau disertai hal lainnya, maka
hilang darinya keutamaan berikut ini-: tidaklah ia melangkahkan satu
langkah pun melainkan dia diangkat satu derajat dan dihapus darinya
sebuah kesalahannya. Yakni, dari berbagai dosa kecil yang berhubungan
dengan hak Allah -Ta'ālā-. Jika ia melaksanakan salat, maka para
malaikat terus-menerus mendoakan keberkahan untuknya, memohonkan rahmat
dan ampunan untuknya selama ia masih berada di tempat salatnya. Yakni,
duduk di tempat salat. Bisa juga ditafsirkan bahwa maksudnya selama ia
terus-menerus di tempat salat meskipun sambil berbaring selama dia tidak
berhadas. Doa malaikat, "Ya Allah, sejahterakanlah dia. Ya Allah,
rahmatilah dia." Orang yang salat ini terus-menerus dalam keadaan salat
selama ia menunggu salat. Yakni, masa menunggunya untuk salat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3435 |
|
Hadith 353 الحديث
الأهمية: كان عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- إذا
أتى عليه أمداد أهل اليمن سألهم: أفيكم أويس بن عامر؟
Tema: Umar bin Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu-
apabila kedatangan rombongan pasukan dari penduduk Yaman ia selalu
menanyai mereka, "Apakah di antara kalian ada Uwais bin 'Āmir? |
عن أُسَير بن عمرو، ويقال: ابن جابر
قال: كَانَ عُمر بن الخطاب -رضي الله عنه- إِذَا أَتَى عَلَيه أَمْدَادُ
أَهْلِ اليَمَن سَأَلَهُم: أَفِيكُم أُوَيس بنُ عَامِر؟ حَتَّى أَتَى عَلَى
أُوَيس -رضي الله عنه- فقال له: أَنْت أُوَيس بنُ عَامِر؟ قال: نَعَم، قال:
مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرْنٍ؟ قَالَ: نَعَم، قَال: فَكَانَ بِكَ بَرَصٌ،
فَبَرَأَتَ مِنُه إِلاَّ مَوْضِعّ دِرهَم؟ قال: نعم، قَالَ: لَكَ وَالِدة؟
قال: نعم، قال: سَمِعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «يَأتِي
عَلَيكُم أُوَيس بنُ عَامِر مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ اليَمَن مِنْ مُرَاد،
ثُمَّ مِنْ قَرْن كَانَ بِهِ بَرَصٌ، فَبَرَأَ مِنْهُ إِلاَّ مَوضِعَ
دِرْهَم، لَهُ وَالِدَة هُوَ بِهَا بَرُّ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى الله
لَأَبَرَّه، فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ»
فَاسْتَغْفِرْ لِي فَاسْتَغْفَرَ لَهُ، فَقَالَ لَه عُمر: أَيْنَ تُرِيد؟
قَالَ: الكُوفَة، قال: أَلاَ أَكتُبُ لَكَ إِلَى عَامِلِهَا؟ قال: أَكُون
فِي غَبْرَاءِ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيَّ، فَلَمَّا كَانَ مِنَ العَام
الْمُقْبِل حَجَّ رَجُلٌ مِنْ أَشْرَافِهِم، فَوَافَقَ عُمَر، فَسَأَلَه
عَنْ أُوَيس، فقال: تَرَكْتُهُ رَثَّ البَّيت قَلِيلَ الْمَتَاعِ، قال:
سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «يَأْتِي عَلَيكُم أُوَيس بنُ
عَامِر مَعَ أَمْدَادٍ مِنْ أَهْلِ اليَمَن مِنْ مُرَاد، ثُمَّ مِنْ قَرْن،
كَانَ بِهِ بَرَص فَبَرَأَ مِنْه إِلاَّ مَوْضِعَ دِرْهَم، لَهُ وَالِدَة
هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أَقْسَمَ عَلى الله لَأَبَرَّهُ، فَإِنْ اسْتَطَعْتَ
أَنْ يَسْتَغْفِر لَكَ، فَافْعَلْ» فَأَتَى أُوَيسًا، فقال: اسْتَغْفِر
لِي، قال: أَنْتَ أَحْدَثُ عَهْدًا بِسَفَرٍ صَالِحٍ، فَاسْتَغْفِرْ لِي،
قال: لَقِيتَ عمر؟ قال: نَعَم، فاستغفر له، فَفَطِنَ لَهُ النَّاس،
فَانْطَلَقَ عَلَى وَجْهِهِ.
وفي
رواية أيضا عن أُسَير بن جابر: أنَّ أَهلَ الكُوفَةِ وَفَدُوا على عمر -رضي
الله عنه- وفيهم رَجُلٌ مِمَّن كان يَسْخَرُ بِأُوَيْسٍ، فقال عمر: هَل
هاهُنَا أَحَدٌ مِنَ القَرَنِيِّين؟ فَجَاء ذلك الرجل، فقال عمر: إِنَّ
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قَدْ قال: «إِنَّ رَجُلاً يَأْتِيكُم مِنَ
اليَمَنِ يُقَالُ لَهُ: أُوَيْسٌ، لاَ يَدَعُ بِاليَمَنِ غَيرَ أُمٍّ لَهُ،
قَد كَان بِهِ بَيَاضٌ فَدَعَا الله -تعالى-، فَأَذْهَبَهُ إِلاَّ مَوضِعَ
الدِّينَارِ أَو الدِّرْهَمِ، فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ، فَلْيَسْتَغْفِر
لَكُم».
وفي رواية
له: عن عمر -رضي الله عنه- قال: إِنِّي سمعت رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- يقول: «إِنَّ خَيرَ التَّابِعِين رَجُلٌ يُقَال لَهُ: أُوَيسٌ،
وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ، فَمُرُوهُ، فَلْيَسْتَغْفِر
لَكُم».
Dari Usair bin 'Amr, yang juga dikenal
dengan nama Ibnu Jabir, menuturkan, "Apabila Umar bin Khaṭṭāb
-raḍiyallāhu 'anhu- kedatangan rombongan pasukan dari penduduk Yaman ia
selalu menanyai mereka, "Apakah di antara kalian ada Uwais bin 'Āmir?"
Sampai ia berhasil menemui Uwais -raḍiyallāhu 'anhu-. Ia lalu berkata
padanya, "Apakah engkau Uwais bin 'Āmir?" Orang itu menjawab, "Ya." Umar
berkata, "(Engkau) berasal dari kabilah Murād yang merupakan sumber
kabilah Qaran?" Ia menjawab, "Ya." Umar bertanya lagi, "Engkau dulu
mengidap penyakit belang, lalu engkau sembuh kecuali pada bagian kulit
sebesar keping dirham?" Ia menjawab, "Ya." "Engkau memiliki ibu?" Ia
menjawab, "Ya." Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "Akan datang pada kalian Uwais bin 'Āmir
bersama rombongan pasukan penduduk Yaman dari kabilah Murād yang
merupakan sumber kabilah Qaran. Ia dulu mengidap penyakit belang, lalu
Allah menyembuhkannya kecuali pada bagian kulit sebesar keping dirham.
Ia memiliki ibu yang ia berbakti padanya. Seandainya ia bersumpah atas
nama Allah pasti Dia mewujudkannya, maka jika engkau bisa (memintanya)
agar ia memohonkan ampunan untukmu lakukanlah." Maka mohonkan ampun
untukku." Uwaispun memohonkan ampunan untuk Umar. Lalu Umar berkata
padanya, "Engkau ingin ke mana?" Ia menjawab, "Kufah." Umar berkata,
"Maukah aku tuliskan surat khusus untukmu pada gubernurnya (agar ia
memuliakanmu)?" Ia menjawab, "Bila aku berada di tengah orang-orang
miskin itu lebih aku sukai.” Di tahun berikutnya, seorang laki-laki dari
kalangan pemuka mereka (penduduk Kufah) menunaikan haji. Ia bertemu Umar
yang lantas menanyakan tentang Uwais padanya. Orang itu menjawab, “Aku
meninggalkannya dalam keadaan miskin dan hanya memiliki sedikit harta.”
Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, “Akan datang pada kalian Uwais bin 'Āmir bersama rombongan
pasukan penduduk Yaman dari kabilah Murād yang merupakan sumber kabilah
Qaran. Ia dulu mengidap penyakit belang, lalu Allah menyembuhkannya
kecuali pada bagian kulit sebesar keping dirham. Ia memiliki ibu yang ia
berbakti padanya, seandainya ia bersumpah atas nama Allah pasti Dia
mewujudkannya. Maka jika engkau bisa (memintanya) agar ia memohonkan
ampunan untukmu, lakukanlah." Maka (ketika kembali) orang itupun
mendatangi Uwais, lalu berkata, “Mohonkanlah ampunan untukku.” Uwais
berkata, “Justru engkau yang baru saja menempuh perjalanan amal saleh
(haji) yang lebih pantas mendoakan, maka mohonkanlah ampunan untukku.”
Ia bertanya, “Apakah engkau bertemu Umar?” Orang itu menjawab, “Ya.”
Lantas Uwais memintakan ampunan untuknya yang menyebabkan orang-orang
langsung tahu akan keutamaannya (dan berbondong-bondong mendatanginya),
sehingga iapun menghilang (dari Kufah).” Dalam riwayat lain yang juga
berasal dari Usair bin Jabir -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa penduduk Kufah
bertamu pada Umar -raḍiyallāhu 'anhu- dan di antara mereka ada seseorang
yang senang mengejek Uwais. Umar bertanya, “Apakah di sini ada seseorang
dari kabilah Qaran?” Orang itu pun maju. Umar berkata, “Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah bersabda, “Sesungguhnya seseorang
dari Yaman akan datang pada kalian, namanya Uwais. Ia tidak meninggalkan
di Yaman selain ibunya. Ia dulu mengidap penyakit belang, lalu ia berdoa
pada Allah -Ta'ālā- hingga Dia menghilangkan penyakitnya itu selain pada
bagian kulit sebesar keping dinar atau dirham, maka siapa di antara
kalian yang menjumpainya hendaknya (memohon) agar ia memintakan ampun
untuk kalian.” Dalam riwayat lainnya dari Umar -raḍiyallāhu 'anhu-, ia
menuturkan, “Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik tabiin adalah seseorang yang bernama
Uwais. Ia memiliki seorang ibu dan ia dulunya mengidap penyakit belang.
Mintalah padanya supaya ia bersedia memohonkan ampunan untuk kalian!”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان عمر بن الخطاب إذا أتى عليه جماعات
الغزاة من أهل اليمن الذين يمدون جيوش الإسلام في الغزو، سألهم: أفيكم أويس
بن عامر، فما زال كذلك حتى جاء أويس -رحمه الله- فقال له عمر: هل أنت أويس
بن عامر؟ قال: نعم، قال عمر: هل أنت من قبيلة مراد ثم من قرن؟ قال: نعم، ثم
قال له عمر: وهل كان بك برص فشُفيت منه إلا موضع درهم؟ قال: نعم، قال عمر:
هل لك والدة؟ قال: نعم، فقال عمر: فإني سمعت رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- يقول: إنه سيأتي عليكم أويس بن عامر، مع جماعات الغزاة من أهل اليمن
من قبيلة مراد ثم من قرن وكان به برص فشفاه الله منه إلا موضع درهم، له
والدة هو بار بها، لو أقسم على الله بحصول أمر لأبرّه الله بحصول ذلك
المقسم على حصوله فإن استطعت يا عمر أن يستغفر لك فافعل،
ولا يفهم
من هذا أفضليته على عمر، ولا أن عمر غير مغفور له للإجماع على أن عمر أفضل
منه لأنه تابعي والصحابي أفضل منه، إنما مضمون ذلك الإخبار بأن أويساً ممن
يستجاب له الدعاء، وإرشاد عمر إلى الازدياد من الخير واغتنام دعاء من تُرجى
إجابته، وهذا نحو مما أمرنا النبي به من الدعاء له، والصلاة عليه وسؤال
الوسيلة له وإن كان النبي أفضل ولد آدم.
ثم سأله
عمر أن يستغفر له فاستغفر له، ثم قال له عمر: ما هو المكان الذي سوف تذهب
إليه؟ فقال: الكوفة، قال عمر: هل أكتب لك إلى أميرها ليعطيك من بيت مال
المسلمين ما يكفيك؟ قال أويس: لأن أكون في عوام الناس وفقرائهم أحبّ إلي،
فلما كان من العام المقبل، حج رجل من أشراف أهل الكوفة فقابل عمر فسأله عمر
عن أويس فقال: تركته وبيته متواضع وأثاث بيته قليل قال عمر سمعت رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- يقول: إنه سيأتي عليكم أويس بن عامر، مع جماعات
الغزاة من أهل اليمن من قبيلة مراد ثم من قرن وكان به برص فشفاه الله منه
إلا موضع درهم، له والدة هو بار بها، لو أقسم على الله بحصول أمر لأبرّه
الله بحصول ذلك المقسم على حصوله فإن استطعت يا عمر أن يستغفر لك فافعل.
فأتى ذلك
الرجل أويساً فقال له: استغفر لي، فقال: أويس أنت أقرب عهداً بسفر صالح
فاستغفر لي، فتنبه أويس أنه لعله لقي عمر،
فقال له: هل لقيت عمر؟ قال: نعم، فاستغفر أويس له فتنبه الناس لهذا
الأمر فأقبلوا عليه، فخرج من الكوفة وذهب إلى مكان آخر لا يعرفه فيه الناس.
Apabila Umar bin Khaṭṭāb kedatangan
rombongan pasukan dari Yaman yang membantu pasukan muslimin dalam perang
ia selalu menanyai mereka, “Apakah di antara kalian ada Uwais bin
'Āmir.” Ia terus melakukan hal ini hingga Uwais -raḥimahullāh- datang.
Umar berkata padanya, “Apakah engkau Uwais bin 'Āmir?” Ia menjawab,
“Ya.” Umar bertanya, “Apakah engkau dari kabilah Murād yang merupakan
sumber kabilah Qaran?” Ia menjawab, “Ya.” Umar bertanya lagi, “Apakah
dulu engkau mengidap penyakit belang lalu engkau sembuh kecuali pada
bagian kulit sebesar keping dirham?” Ia menjawab, “Ya.” Umar menanyakan,
“Apakah engkau masih memiliki seorang ibu?” Ia menjawab, “Ya.” Lalu Umar
mengatakan, “Aku pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersabda, bahwa akan datang pada kalian Uwais bin 'Āmir bersama
rombongan pasukan perang dari penduduk Yaman, dari kabilah Murād yang
merupakan sumber kabilah Qaran. Ia dulu mengidap penyakit belang lalu
Allah menyembuhkannya kecuali pada bagian kulit sebesar satu keping
dirham, dan ia memiliki ibu yang ia berbakti padanya. Seandainya ia
bersumpah atas nama Allah dalam memperoleh satu perkara pasti Allah
mewujudkan tercapainya perkara yang disumpahkan tersebut. Wahai Umar,
jika engkau bisa memintanya agar ia memohonkan ampun untuk dirimu maka
lakukanlah!” Hadis ini tidak boleh dipahami bahwa Uwais lebih utama dari
Umar, juga jangan dipahami bahwa Umar tidak diampuni, karena telah
terjadi ijma’ (konsensus) bahwa Umar lebih utama dari Uwais sebab Uwais
hanyalah seorang tabiin yang mana seorang sahabat tentunya lebih utama
dari dirinya. Intisari dari hadis ini hanyalah mengabarkan bahwa Uwais
termasuk orang yang doanya mustajab dan sebagai arahan untuk Umar agar
ia terus menambah kebaikan dan meraih doa orang yang diharapkan
kemustajabannya. Hal ini persis seperti perintah Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- pada kita untuk selalu mendoakan beliau, berṣalawat
untuk beliau dan memintakan derajat wasīlah untuk beliau, meskipun Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lebih baik dari seluruh keturunan Adam.
Kemudian Umar memintanya memohonkan ampun untuk dirinya, maka Uwais pun
memintakan ampun untuknya. Kemudian Umar berkata padanya, “Kemana engkau
akan pergi?” Ia menjawab, “Kufah.” Umar berkata, “Maukah aku tuliskan
surat khusus untukmu pada gubernurnya agar ia memberimu harta baitul mal
umat islam yang bisa mencukupi keperluanmu?” Uwais menjawab, “Sungguh
aku lebih suka hidup bersama orang-orang awam dan kaum fakir mereka.” Di
tahun berikutnya, seorang pemuka penduduk Kufah menunaikan haji. Lalu ia
menjumpai Umar yang lantas menanyainya tentang Uwais. Ia berkata, “Aku
meninggalkannya sedang rumahnya sangat sederhana dan perabotannya amat
sedikit.” Umar berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, “Aku pernah mendengar Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Akan datang pada kalian Uwais
bin 'Āmir bersama rombongan pasukan dari penduduk Yaman, dari kabilah
Murād yang merupakan sumber kabilah Qaran. Ia dulu mengidap penyakit
belang lalu Allah menyembuhkannya kecuali pada bagian kulit sebesar satu
keping dirham, dan ia memiliki ibu yang ia berbakti padanya. Seandainya
ia bersumpah atas nama Allah dalam memperoleh satu perkara pasti Allah
mewujudkan tercapainya perkara yang disumpahkan tersebut. Wahai Umar,
jika engkau bisa memintanya agar ia memohonkan ampun untukmu maka
lakukanlah!” Maka orang tersebutpun mendatangi Uwais, lalu berkata
padanya, “Mohonkanlah ampunan untukku!” Uwais menjawab, “Justru engkau
yang baru saja menempuh perjalanan amal saleh (haji) yang lebih pantas
mendoakan, maka mohonkanlah ampunan untukku!” Pada saat itu juga Uwais
merasa bahwa bisa jadi orang ini telah bertemu Umar, maka ia pun
menanyainya, “Apakah engkau bertemu Umar?” Orang itu menjawab, “Ya.”
Lalu Uwais memintakan ampunan untuknya. Kemudian, orang-orangpun
mengetahui keutamaan Uwais ini sehingga mereka berbondong-bondong
mendatangi dirinya. Karenanya, Uwais lalu meninggalkan Kufah dan pergi
ke tempat lain di mana ia tidak dikenal manusia. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3436 |
|
Hadith 354 الحديث
الأهمية: من جهز غازيا في سبيل الله فقد غزا، ومن
خلف غازيًا في أهله بخير فقد غزا
Tema: Siapa yang mempersiapkan bekal untuk
orang yang berperang di jalan Allah, maka ia dianggap benar-benar telah
(ikut) berperang dan barangsiapa yang mengurus keluarga orang yang
berperang di jalan Allah, maka ia dianggap benar-benar telah (ikut)
berperang. |
عن زيد بن خالد الجهني -رضي الله عنه-
مرفوعاً: «مَنْ جَهَّز غَازِياً فِي سَبِيلِ الله فَقَد غَزَا، وَمَنْ
خَلَّف غَازِياً في أهلِه بخَير فقَد غزَا».
Dari Zaid bin Khālid Al-Juhani
-raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Siapa yang mempersiapkan bekal untuk
orang yang berperang di jalan Allah, maka ia dianggap benar-benar telah
(ikut) berperang dan barangsiapa yang mengurus keluarga orang yang
berperang di jalan Allah, maka ia dianggap benar-benar telah (ikut)
berperang."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
إذا جهَّز الإنسان مجاهدًا براحلته
ومتاعه وسلاحه فقد كتب الله له أجر الغازي؛ لأنه أعانه على الخير، ولو أنَّ
الغازي أراد أن يجاهد ولكنَّه أشكل عليه أهله مَن يكون عند حاجاتهم، فدعا
رجلاً من المسلمين وقال: أخلِفني في أهلي بخير، فإنَّ هذا الذي خلَّفه يكون
له أجر المجاهد؛ لأنه أعانه، ويؤخذ من هذا أنَّ كُلَّ من أَعان شخصاً في
طاعة الله فله مثل أجره، فإذا أُعِين طالب علم في شراء الكتب له، أو تأمين
السكن، أو النفقة، أو ما أشبه ذلك، فإن له أجراً مثل أجره، من غير أن ينقص
من أجره شيئاً.
Jika seseorang mempersiapkan bekal
untuk seorang mujahid berupa kendaraan, barang-barang kebutuhan dan
senjatanya, maka Allah telah menetapkan baginya pahala orang yang
berperang. Sebab, dia telah membantunya dalam kebaikan. Seandainya ada
pejuang yang hendak berjihad, tetapi dia mendapatkan permasalahan
mengenai siapa yang akan memenuhi kebutuhan keluarganya, lalu dia
meminta kepada seorang Muslim seraya berkata, "Jagalah (uruslah)
keluargaku dengan baik," maka orang yang mengurusnya itu mendapatkan
pahala seperti pahala orang yang berjihad karena dia telah membantunya.
Dari hadis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang
menolong orang lain dalam ketaatan kepada Allah, maka baginya pahala
seperti pahala orang tersebut. Jika memberi bantuan kepada penuntut ilmu
dalam membelikan buku-buku untuknya, memberikan jaminan tempat tinggal,
membiayai kebutuhannya atau yang lainnya, maka baginya pahala seperti
pahala penuntut ilmu tersebut tanpa mengurangi sedikit pun pahalanya
(penuntut ilmu). |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3437 |
|
Hadith 355 الحديث
الأهمية: أنه -صلى الله عليه وسلم- قال في
الأنصار: لا يحبهم إلا مؤمن، ولا يبغضهم إلا منافق، من أحبهم أحبه الله،
ومن أبغضهم أبغضه الله
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda tentang orang-orang Ansar, "Tidak mencintai mereka selain orang
yang beriman dan tidak membenci mereka selain orang munafik. Siapa
mencintai mereka maka Allah mencintainya; dan siapa membenci mereka maka
Allah membencinya." |
عن البراء بن عازب -رضي الله عنهما-
أنَّ النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- قال في الأَنصَار: «لاَ يُحِبُّهُم
إِلاَّ مُؤمِن، وَلاَ يُبْغِضُهُم إِلاَّ مُنَافِق، مَنْ أَحَبَّهُم
أَحَبَّهُ الله، وَمَنْ أَبْغَضَهُم أَبْغَضَه اللَّه».
Dari Barā` bin 'Āzib -raḍiyallāhu
'anhumā- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda tentang kaum
Ansar, "Tidak mencintai mereka selain orang yang beriman dan tidak
membenci mereka selain orang munafik. Siapa mencintai mereka maka Allah
mencintainya; dan siapa membenci mereka maka Allah membencinya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر البراء بن عازب -رضي الله عنهما-
أن النبي -صلى الله عليه وسلم- حث على حب الأنصار، وجعله علامة الإيمان؛
وفاءً لجميل الأنصار؛ وهذا لسابقتهم في خدمة الرسالة، وما كان منهم في نصرة
دين الإسلام، والسعي في إظهاره وإيواء المسلمين، وقيامهم في مهمات دين
الإسلام حق القيام، وحبهم النبي -صلى الله عليه وسلم- وحبه إياهم، وبذلهم
أموالهم وأنفسهم بين يديه، وقتالهم ومعاداتهم سائر الناس إيثارًا للإسلام،
بل صرح الصادق المصدوق أن بغضهم لا يتصور إلا من رجل لا يؤمن بالله واليوم
الآخر مغموس بالنفاق.
Barā' bin 'Āzib -raḍiyallāhu 'anhumā-
mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menganjurkan untuk
mencintai kaum Ansar dan menjadikannya tanda keimanan; untuk membalas
sikap baik orang-orang Ansar. Hal ini lantaran keunggulan mereka dalam
membantu risalah (dakwah), pengorbanan mereka dalam membela agama dan
memperjuangkannya, menampung kaum Muslimin dan menjalankan tugas-tugas
agama Islam dengan sebenar-benarnya. Kemudian kecintaan mereka kepada
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan cinta beliau pada mereka,
kesediaan mereka menyerahkan harta dan jiwa di hadapan beliau, dan
perang serta permusuhan mereka kepada orang-orang non-Muslim karena
lebih mementingkan Islam. Bahkan orang yang jujur dan diyakini
kebenarannya, Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, menegaskan bahwa
kebencian kepada mereka tidak mungkin muncul kecuali dari orang yang
tidak beriman kepada Allah dan hari akhir serta tenggelam dalam
kemunafikan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3438 |
|
Hadith 356 الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
بَشَّر خديجة -رضي الله عنها- ببيت في الجنة من قصب، لا صخب فيه، ولا نصب
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- memberi kabar gembira kepada Khadijah -raḍiyallāhu 'anhā- berupa
sebuah rumah di Surga dari mutiara, tak ada suara gaduh dan kelelahan di
dalamnya. |
عن عبد الله بن أبي أوفى -رضي الله
عنهما- أنَّ رسول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- بَشَّرَ خَدِيجَةَ -رضي
الله عنها- بِبَيتٍ فِي الجنَّة مِنْ قَصَبٍ، لاَ صَخَبَ فِيهِ، ولاَ
نَصَبٍ.
Dari Abdullah bin Abi Aufā
-raḍiyallāhu 'anhumā- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memberi kabar gembira kepada Khadijah -raḍiyallāhu 'anhā- berupa sebuah
rumah di Surga dari mutiara, tak ada suara gaduh dan kelelahan di
dalamnya.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
بشر النبي -صلى الله عليه وسلم- خديجة
-رضي الله عنها- بواسطة جبريل -عليه السلام-، بقصر في الجنة من لؤلؤ مجوف
ليس فيه أصوات مزعجة وليس فيه تعب، وأم المؤمنين خديجة هي أوَّل امرأة
تزوجها النبي -صلى الله عليه وسلم-، تزوجها وهو -صلى الله عليه وسلم- ابن
خمس وعشرين سنة، ولها أربعون سنة، وقيل ثمانية وعشرون سنة، وكانت ثيبًا،
وولدت له بناته الأربع وأولاده الثلاثة أو الاثنان، ولم يتزوج عليها أحدا
حتى ماتت -رضي الله عنها-، وكانت امرأة عاقلة ذكية حكيمة، لها مناقب
معروفة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memberi kabar gembira kepada Khadijah -raḍiyallāhu 'anhā-, yang beliau
terima melalui Jibril, berupa istana di Surga yang terbuat dari mutiara
berongga, tak ada suara-suara gaduh di dalamnya dan tak ada pula
kelelahan. Ummul Mukminin Khadijah adalah wanita pertama yang diperistri
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau menikahinya saat beliau
berusia 25 tahun, sedang ia seorang janda berumur 40 tahun. Ada juga
yang mengatakan bahwa umur beliau 28 tahun. Khadijah melahirkan empat
putri dan tiga atau dua putra beliau. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- tidak memadunya dengan seorang pun sampai ia meninggal dunia
-semoga Allah meridainya-. Khadijah sosok wanita dewasa, cerdas dan
bijaksana. Ia memiliki keutamaan-keutamaan yang sangat terkenal. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3439 |
|
Hadith 357 الحديث
الأهمية: لم يكن النبي -صلى الله عليه وسلم- على
شيء من النوافل أشد تعاهدًا منه على ركعتي الفجر
Tema: Tidak ada salat sunah yang lebih
dijaga oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dibandingkan dua rakaat
(sebelum) Fajar. |
عن عائشة بنت أبي بكر الصديق -رضي الله
عنهما- قالت: «لم يَكُن النبي -صلى الله عليه وسلم- على شيء من النَّوَافل
أشد تَعاهُدَاً منْهُ على ركْعَتَي الفَجْرِ».
وفي
رواية: «رَكْعَتا الفَجْرِ خيرٌ منَ الدُّنيا وما فيها».
Dari Aisyah binti Abu Bakar Aṣ-Ṣiddīq
-raḍiyallāhu 'anhumā- ia berkata, "Tidak ada salat sunah yang lebih
dijaga oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dibandingkan dua rakaat
(sebelum) Fajar." Dalam riwayat lain disebutkan, "Dua rakaat (sebelum)
Fajar lebih baik dari dunia dan seisinya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في هذا الحديث بيان لما لركعتي الفجر من
الأهمية والتأكيد، فقد ذكرت عائشة -رضي الله عنها- أن النبي -صلى الله عليه
وسلم- أكدهما وعظم شأنهما بفعله، حيث كان شديد المواظبة عليهما، وبقوله،
حيث أخبر أنهما خير من الدنيا وما فيها.
Hadis ini mengandung penjelasan
mengenai pentingnya sekaligus penegasan tentang dua rakaat salat sunah
Fajar. Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- menuturkan bahwa Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- menegaskan kedua rakaat itu dan mengagungkan
posisinya dengan perbuatannya, di mana beliau sangat tekun mengerjakan
keduanya, dan dengan ucapannya di mana beliau mengabarkan bahwa kedua
rakaat itu lebih baik dari dunia dan isinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3440 |
|
Hadith 358 الحديث
الأهمية: صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسبع
وعشرين درجة
Tema: Salat berjemaah lebih utama dua puluh
tujuh derajat daripada salat sendirian. |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: «صلاةُ الجَمَاعَة
أَفضَلُ من صَلاَة الفَذِّ بِسَبعٍ وعِشرِين دَرَجَة».
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā-, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Salat berjemaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada salat
sendirian."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يشير هذا الحديث إلى بيان فضل صلاة
الجماعة على صلاة المنفرد، بأن الجماعة -لما فيها من الفوائد العظيمة
والمصالح الجسيمة- تفضل وتزيد على صلاة المنفرد بسبع وعشرين مرة من الثواب؛
لما بين العملين من التفاوت الكبير في القيام بالمقصود، وتحقيق المصالح،
ولاشك أنَّ من ضيَّع هذا الربح الكبير محروم.
Hadis ini menunjukkan keutamaan salat
berjemaah daripada salat sendirian. Sesungguhnya salat berjemaah
-mengingat salat ini mengandung berbagai manfaat besar dan kepentingan
yang agung- mengandung keutamaan dan kelebihan berupa dua puluh tujuh
kali pahala salat sendirian, karena dua pekerjaan ini memiliki perbedaan
yang besar dalam melaksanakan tujuan dan mewujudkan berbagai
kepentingan. Tidak diragukan lagi bahwa orang yang menyia-nyiakan
keuntungan besar ini adalah orang yang terhalang (dari kebaikan). |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3441 |
|
Hadith 359 الحديث
الأهمية: من عاد مريضًا أو زار أخًا له في الله،
ناداه مناد: بأن طبت، وطاب ممشاك، وتبوأت من الجنة منزلًا
Tema: Barangsiapa menjenguk orang sakit atau
mengunjungi saudaranya karena Allah, niscaya seorang penyeru berseru,
"Engkau telah berbuat baik dan perjalananmu juga merupakan kebaikan,
serta engkau akan menempati satu tempat di Surga". |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَو زَارَ أَخًا
لَهُ فِي الله، نَادَاهُ مُنَادٍ: بِأَنْ طِبْتَ، وَطَابَ مَمْشَاكَ،
وَتَبَوَّأتَ مِنَ الجَنَّةِ مَنْزِلاً».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Barangsiapa menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena
Allah, niscaya seorang penyeru berseru, "Engkau telah berbuat baik dan
perjalananmu juga merupakan kebaikan, serta engkau akan menempati satu
tempat di Surga."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
من ذهب ليعود مريضًا أو يزور أخًا له
لوجه الله -عز وجل- فإن ملكًا يناديه من عند الله -تعالى- أن طهرت من
الذنوب وانشرحت بما لك عند الله من جزيل الأجر، واتخذت من الجنة قصرًا
تسكنه.
Orang yang pergi untuk menjenguk orang
sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah -'Azza wa Jalla-. Maka
sesungguhnya malaikat menyerunya dari sisi Allah -Ta'ālā- bahwa engkau
telah suci dari dosa, dadamu menjadi lapang karena engkau memiliki
pahala yang besar di sisi Allah, dan telah disiapkan satu istana di
Surga yang akan engkau tempati. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3442 |
|
Hadith 360 الحديث
الأهمية: كان النبي -صلى الله عليه وسلم- يزور
قباء راكبًا وماشيًا، فيصلي فيه ركعتين
Tema: Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- biasa mengunjungi Quba dengan berkendaraan dan berjalan kaki
lalu salat dua rakaat di sana. |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
قال: كان النبي -صلى الله عليه وسلم- يزورُ قُبَاءَ راكبًا وماشيًا،
فيُصَلِّي فيه ركعتين.
وفي
رواية: كان النبي -صلى الله عليه وسلم- يأتي مسجد قُبَاءَ كل سَبْتٍ راكبًا
وماشيًا، وكان ابن عُمر يفعله.
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhuma-, ia berkata, "Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
biasa mengunjungi Quba dengan berkendaraan dan berjalan kaki lalu salat
dua rakaat di sana." Dalam riwayat lain disebutkan, "Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa mendatangi masjid Quba setiap hari
Sabtu dengan berkendaraan dan berjalan kaki, dan Ibnu Umar melakukan hal
itu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
منطقة قباء التي بُنِيَ بها أول مسجد في
الإسلام قرية قريبة من مركز المدينة من عواليها، فكان النبي -صلى الله عليه
وسلم- يزوره راكبا وماشيا، وقوله كل سبت: حيث كان يخصص بعض الأيام بالزيارة
والحكمة
في مجيئه -صلى الله عليه وسلم- إلى قباء يوم السبت من كل أسبوع، إنما كان
لمواصلة الأنصار وتفقُّد حالهم وحال من تأخَّر منهم عن حضور الجمعة معه،
وهذا هو السِر في تخصيص ذلك بالسبت.
Wilayah Quba tempat dibangunnya masjid
pertama dalam Islam merupakan perkampungan dekat pusat Madinah, daerah
itu merupakan dataran tinggi Madinah. Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- biasa mengunjunginya dengan berkendaraan dan berjalan kaki.
Perkataannya, "Setiap hari Sabtu", di mana beliau biasa mengkhususkan
sebagian hari untuk kunjungan. Hikmah kedatangan Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ke Quba pada hari Sabtu setiap pekan
adalah untuk silaturahmi dengan orang-orang Ansar dan memeriksa keadaan
mereka dan keadaan orang-orang yang terlambat melaksanakan salat Jumat
bersama beliau. Inilah rahasia dikhususkannya kunjungan pada hari Sabtu. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih dengan dua
riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3443 |
|
Hadith 361 الحديث
الأهمية: شهدت عمرو بن أبي حسن سأل عبد الله بن
زيد عن وضوء النبي -صلى الله عليه وسلم-؟ فدعا بتور من ماء، فتوضأ لهم وضوء
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
Tema: Aku pernah menyaksikan 'Amru bin Abi
Hasan bertanya kepada Abdullah bin Zaid mengenai wudu Nabi - ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-?" Lantas Abdullah bin Zaid meminta satu wadah air
lalu melakukan wudu untuk mereka seperti wudunya Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-. |
عن يحيى المازني -رحمه الله- قال:
((شَهِدتُّ عمرو بن أبي حسن سأل عبد الله بن زيد عن وُضوء النبي -صلى الله
عليه وسلم-؟ فدعا بتَور من ماء، فتوضَّأ لهم وُضُوء رسول الله -صلى الله
عليه وسلم-، فأكفَأ على يديه من التَّورِ، فغسَل يديه ثلاثًا، ثم أدخل يدهُ
في التور، فمَضْمَض واسْتَنْشَق واسْتَنْثَر ثلاثا بثلاثِ غَرَفَات، ثم
أدخل يده فغسل وجهه ثلاثا، ثم أدخل يده في التور، فغَسَلَهُما مرَّتين إلى
المِرْفَقَين، ثم أدخل يدَه في التَّور، فمَسَح رأسَه، فأَقْبَل بهما
وأَدْبَر مرَّة واحدة، ثم غَسَل رِجلَيه)).
وفي
رواية: ((بدأ بمُقَدَّم رأسه، حتى ذَهَب بهما إلى قَفَاه، ثم رَدَّهُما
حتَّى رَجَع إلى المكان الذي بدأ منه)).
وفي رواية
((أتانا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فأخْرَجنا له ماء في تَورٍ من
صُفْرٍ)).
Tema: Dari Yahya Al-Māzini -raḥimahullāh- ia
berkata, "Aku pernah menyaksikan 'Amru bin Abi Hasan bertanya kepada
Abdullah bin Zaid mengenai wudu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-?"
Lantas Abdullah bin Zaid meminta satu wadah air lalu melakukan wudu
untuk mereka seperti wudunya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
Ia menuangkan air dari wadah itu ke kedua tangannya lalu membasuh kedua
tangannya tiga kali. Setelah itu ia mencelupkan tangannya ke wadah lalu
berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung, dan membuangnya tiga kali
dengan tiga kali cidukan. Kemudian ia memasukkan tangannya lalu membasuh
mukanya tiga kali. Selanjutnya ia memasukkan tangannya ke wadah lalu
membasuh keduanya hingga kedua siku. Lantas ia memasukkan tangannya ke
wadah lalu mengusap kepalanya. Dia mengusap di bagian muka dan belakang
satu kali lalu membasuh kedua kakinya." Dalam riwayat lain disebutkan,
"Beliau mulai mengusap dari bagian depan kepalanya sampai ke tengkuknya
lalu mengembalikan kedua tangannya hingga ke tempat dimulainya mengusap
kepala." Dalam riwayat lain disebutkan, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- mendatangi kami lalu kami mengeluarkan air di wadah kuningan
untuk beliau."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
من أجل حرص السلف الصالح -رحمهم الله-
على اتباع السنة، كانوا يتساءلون عن كيفية عمل النبي -صلى الله عليه وسلم-؛
ليتأسوا به فيها، وفي هذا الحديث يحدث عمرو بن يَحيى المازني عن أبيه: أنه
شهد عمه عمرو بن أبي حسن، يسأل عبد الله بن زيد أحد الصحابة -رضي الله عنه-
عن كيفية وضوء النبي -صلى الله عليه وسلم-؛ فأراد عبد الله أن يبينها له
بصورة فعلية؛ لأن ذلك أسرع إدراكا، وأدق تصويرا وأرسخ في النفس، فطلب إناء
من ماء، فبدأ أولا بغسل كفيه؛ لأنهما آلة الغسل وأخذ الماء، فأكفأ الإناء
فغسلهما ثلاثا، ثم أدخل يده في الإناء، فاغترف منه ثلاث غرفات يتمضمض في كل
غرفة ويستنشق ويستنثر، ثم اغترف من الإناء فغسل وجهه ثلاث مرات، ثم اغترف
منه فغسل يديه إلى المرفقين مرتين مرتين، ثم أدخل يديه في الإناء فمسح رأسه
بيديه بدأ بمقدم رأسه حتى وصل إلى قفاه أعلى الرقبة، ثم ردهما حتى وصل إلى
المكان الذي بدأ منه، صنع هكذا؛ ليستقبل شعر الرأس ويستدبره فيعم المسح
ظاهره وباطنه، ثم غسل رجليه إلى الكعبين، وبيَّن عبد الله بن زيد -رضي الله
عنه- أن هذا صنيع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- حين أتاهم، فأخرجوا له
ماء في تور من صفر؛ ليتوضأ به -صلى الله عليه وسلم-، بيَّن ذلك عبد الله؛
ليثبت أنه كان على يقين من الأمر.
Begitu besarnya hasrat salafus saleh
-rahimaḥumullāh- untuk mengikuti sunah, mereka biasa bertanya-tanya
mengenai tata cara ibadah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk
diteladani. Dalam hadis ini, 'Amru bin Yahya Al-Māzini menuturkan dari
bapaknya bahwa ia pernah menyaksikan pamannya, 'Amru bin Abi Hasan
bertanya kepada Abdullah bin Zaid, salah seorang sahabat -raḍiyallāhu
'anhu- mengenai tata cara wudu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
Abdullah ingin menjelaskan kepadanya dalam bentuk perbuatan karena hal
itu lebih cepat dipahami, lebih cermat gambarannya dan lebih meresap di
dalam jiwa. Lantas ia meminta satu wadah air. Pertama-tama ia memulai
dengan mencuci kedua tangannya karena keduanya merupakan alat mencuci
dan mengambil air. Kemudian ia menuangkan air lalu mencuci kedua
tangannya tiga kali. Setelah itu ia memasukkan tangannya ke dalam wadah
lalu menciduk air tiga kali cidukan. Setiap cidukan digunakan untuk
berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung dan membuangnya. Setelah itu
menciduk air dari wadah lalu membasuh wajahnya tiga kali. Ia menciduk
air lagi lalu membasuh kedua tangannya sampai kedua sikunya dua kali dua
kali. Setelah itu memasukkan tangannya ke wadah lalu mengusap kepalanya
dengan dua tangannya dimulai dari bagian depan kepala hingga sampai ke
tengkuk di bagian atas leher. Kemudian mengembalikan kedua tangannya
hingga sampai ke tempat memulai mengusap kepala. Dia melakukan itu agar
bisa mengusap rambut bagian depan dan belakang kepala sehingga usapannya
rata di bagian luar dan dalam. Selanjutnya ia mencuci kedua kakinya
sampai kedua mata kaki. Abdullah bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhu-
menjelaskan bahwa itulah (wudu) yang dilakukan Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- ketika beliau mendatangi mereka. Mereka (para
sahabat) menyiapkan air dalam wadah kuningan untuk beliau berwudu.
Abdullah menjelaskan hal itu untuk menegaskan bahwa ia yakin dalam hal
tersebut. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari - Muttafaq
'alaih dengan dua riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3444 |
|
Hadith 362 الحديث
الأهمية: ليس من نفسٍ تقتل ظلمًا إلا كان على ابن
آدم الأول كِفْلٌ من دمها؛ لأنه كان أول من سن القتل
Tema: Tidaklah setiap jiwa yang dibunuh
secara zalim, melainkan anak Adam yang pertama ikut menanggung dosa
pembunuhan tersebut, karena dialah yang pertama kali melakukan
pembunuhan. |
عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه-
مرفوعًا: «ليس مِنْ نَفْسٍ تُقْتَلُ ظُلماً إِلاَّ كَان على ابنِ آدَمَ
الأَوَّل كِفْلٌ مِن دمِهَا؛ لِأَنَّه كان أوَّل مَن سَنَّ القَتْلَ».
Dari Abdullah bin Mas'ud -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Tidaklah setiap jiwa yang dibunuh secara zalim,
melainkan anak Adam yang pertama ikut menanggung dosa pembunuhan
tersebut, karena dialah yang pertama kali melakukan pembunuhan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يحكي هذا الحديث سبب تَحمُّل أحد ابني
آدم تَبِعَات الدِّماء التي تُهدَر بعده، قيل: قابيل قتل أخاه هابيل حسدا
له، فهما أول قاتل ومقتول من ولد آدم؛ فيتحمَّل قابيل نصيبًا من إثم الدماء
التي تسفك من بعده؛ لأنه كان أول من سنَّ القتل؛ لأنَّ كل من فعله بعده
مُقتدٍ به.
Hadis ini menuturkan sebab salah satu
anak Adam memikul tanggung jawab dosa akibat darah yang ditumpahkan
setelahnya. Diriwayatkan bahwa Qābil membunuh saudaranya Hābil, karena
dengki kepadanya. Keduanya merupakan pembunuh dan korban pembunuhan
pertama dari anak Adam. Sehingga Qābil memikul bagian dari dosa akibat
darah yang ditumpahkan setelahnya. Sebab, dialah yang pertama kali
menggagas pembunuhan, karena setiap orang yang melakukan pembunuhan
setelahnya dia mengikutinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3445 |
|
Hadith 363 الحديث
الأهمية: أما علمت أن الإسلام يهدم ما كان قبله،
وأن الهجرة تهدم ما كان قبلها، وأن الحج يهدم ما كان قبله؟
Tema: Tidakkah engkau tahu bahwa Islam
menggugurkan dosa yang terjadi sebelumnya, hijrah menggugurkan dosa yang
terjadi sebelumnya, dan haji menggugurkan dosa yang terjadi sebelumnya? |
عن ابن شماسة المهري قال: حَضَرنَا
عَمرو بن العاص -رضي الله عنه- وهُو فِي سِيَاقَةِ الْمَوتِ، فَبَكَى
طَوِيلاً، وَحَوَّلَ وَجهَهُ إِلَى الجِدَارِ، فَجَعَلَ ابنَهُ، يقول: يَا
أَبَتَاهُ، أَمَا بَشَّرَكَ رسُول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- بكَذَا؟
أمَا بشَّركَ رسول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- بِكَذَا؟ فَأَقبَلَ
بِوَجهِهِ، فقَالَ: إِنَّ أَفضَلَ مَا نُعِدُّ شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ الله، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رسولُ الله، إِنِّي قَدْ كُنتُ عَلَى
أَطْبَاقٍ ثَلاَثٍ: لَقَدْ رَأَيتُنِي وَمَا أَحَدٌ أَشَدَّ بُغْضًا
لِرَسُولِ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- مِنِّي، وَلاَ أَحَبَّ إِلَيَّ
مِنْ أَنْ أَكُونَ قَدْ اسْتَمْكَنْتُ مِنْهُ فَقَتَلْتُهُ، فَلَوْ مُتُّ
عَلَى تِلْكَ الحَالِ لَكُنْتُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، فَلَمَّا جَعَلَ
اللهُ الإِسْلاَمَ فِي قَلْبِي أَتَيتُ النَبيَّ -صلَّى الله عليه وسلَّم-،
فَقُلتُ: ابْسُطْ يَمِينَكَ فَلِأُبَايِعُكَ، فَبَسَطَ يَمِينَهُ
فَقَبَضْتُ يَدِي، فقال: «مَا لَكَ يَا عَمرُو؟» قُلتُ: أَرَدْتُ أَنْ
أَشْتَرِطَ، قال: «تَشْتَرِطُ مَاذَا؟» قُلتُ: أَنْ يُغْفَرَ لِي، قال:
«أَمَا عَلِمتَ أَنَّ الإِسْلاَمَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ، وَأَنَّ
الهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهَا، وَأَنَّ الحَجَّ يَهْدِمُ مَا
كَانَ قَبْلَهُ؟» وَمَا كَان أَحَدٌ أَحبَّ إِلَيَّ مِنْ رسُول الله -صلَّى
الله عليه وسلَّم- وَلاَ أَجَلَّ فِي عَينِي مِنْهُ، وَمَا كُنْتُ أُطِيقُ
أَنْ أَمْلَأَ عَينِي مِنْهُ؛ إِجْلاَلاً لَهُ، وَلَوْ سُئِلْتُ أَنْ
أَصِفَهُ مَا أَطَقْتُ؛ لِأَنِّي لَمْ أَكُنْ أَمْلَأُ عَينِي مِنْهُ،
وَلَوْ مِتُّ عَلَى تِلْكَ الحَالِ لَرَجَوْتُ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِ
الجَنَّةِ، ثُمَّ وَلِينَا أَشْيَاءَ مَا أَدْرِي مَا حَالِي فِيهَا؟
فَإِذَا أَنَا مِتُّ فَلاَ تَصْحَبْنِي نَائِحَةٌ وَلاَ نَارٌ، فَإِذَا
دَفَنْتُمُونِي، فَشُنُّوا عَلَيَّ التُرَابَ شَنًّا، ثُمَّ أَقِيمُوا
حَولَ قَبرِي قَدْرَ مَا تُنْحَرُ جَزُور، وَيُقْسَمُ لَحْمُهَا، حتَّى
أَسْتَأْنِسَ بِكُم، وَأَنْظُر مَا أُرَاجِعُ بِهِ رُسُلَ رَبِّي.
Dari Ibnu Syammāsah Al-Mahri
menuturkan, kami hadir di sisi 'Amru bin 'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhu- saat ia
menghadapi kematian. Ia menangis lama dan memalingkan wajahnya ke
tembok. Putranya berkata, "Wahai ayahku, bukankah Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- telah memberi kabar gembira kepada anda berupa
demikian? Bukankah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah
memberi kabar gembira kepada anda berupa demikian?" Ia pun menoleh lalu
berkata, "Sesungguhnya hal terbaik yang kita siapkan adalah syahadat
tidak ada Ilah yang benar selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan
Allah. Aku telah melewati tiga fase: (pertama) sungguh aku melihat
diriku di mana tak ada seorang pun yang lebih membenci Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dibanding aku dan dulu tak ada yang lebih
aku sukai dibanding aku memiliki kesempatan untuk membunuh beliau.
Seandainya aku mati dalam keadaan itu pasti aku termasuk penghuni
neraka. (Kedua) Ketika Allah menumbuhkan Islam dalam hatiku, aku
mendatangi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku berkata, "Ulurkan
tangan kanan anda agar aku bisa berbaiat pada anda." Beliau mengulurkan
tangan kanan, namun aku menahan tanganku. Beliau bertanya, "Kenapa
engkau wahai 'Amru?" Aku menjawab, "Aku ingin mengajukan syarat." Beliau
bertanya, "Engkau minta syarat apa?" Aku berkata, "Aku diampuni." Beliau
bersabda, "Tidakkah engkau tahu bahwa Islam menggugurkan dosa yang
terjadi sebelumnya, hijrah menggugurkan dosa yang terjadi sebelumnya,
dan haji menggugurkan dosa yang terjadi sebelumnya?" Saat itu tak ada
seorang pun yang lebih aku cintai dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- dan tidak ada pula yang lebih terhormat di mataku dari beliau.
Aku tak mampu menatap beliau karena kewibawaan beliau. Andai aku diminta
menggambarkan beliau aku tak mampu, karena aku tidak pernah menatap
lekat beliau. Seandainya aku mati dalam kondisi itu sungguh aku bisa
berharap termasuk penghuni surga. (Ketiga) Kemudian kami mengurusi
berbagai hal yang aku tidak tahu kondisiku dalam berbagai urusan itu.
Bila aku mati jangan sampai aku diiringi orang yang meratap dan api.
Bila kalian menguburku tuangkanlah tanah padaku dengan sebenar-benarnya.
Kemudian berdirilah di sekitar kuburku kurang lebih selama unta
disembelih dan dagingnya dibagikan, agar aku merasa nyaman dengan
keberadaan kalian, dan melihat jawaban apa yang aku berikan pada
utusan-utusan Rabbku.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
تضمن حديث عمرو بن العاص -رضي الله عنه-
المتضمن لموضوع التبشير والتهنئة بالخير قصة، وخُلاصة هذه القصة العظيمة:
أنَّه حضَره بعض أصحابه وهو في سياق الموت، فبكى بكاء شديدا، وحوَّل وجهه
نحو الجدار -رضي الله عنه-، وهو في سياق الموت سيفارق الدنيا فقال له ابنه:
علام تبكى وقد بشَّرك النبي -صلى الله عليه وسلم- بالجنة؟ فقال: يا بني إني
كنت على أحوال ثلاثة، ثمَّ ذكر هذه الأحوال الثلاث: أنه كان يبغض النبي صلى
الله عليه وسلم- بغضا شديدا، وأنه لم يكن على وجه الأرض أحد يبغضه كما كان
يبغضه هو، وأنه يَوَدُّ أنَّه لو تمكَّن منه فقتَلَه، وهذا أشد ما يكون من
الكفر، حتَّى ألقى الله الإسلام في قلبه فجاء إلى النبي -صلى الله عليه
وسلم-، فقال يا رسول الله: ابسط يدك فَلِأُبَايِعُكَ علَى الإسلام، وكان
النبي -صلى الله عليه وسلم- أحسن الناس خُلُقًا فمدَّ يده، ولكن عمرو بن
العاص كف يده؛ ليس استكبارًا، ولكن استثباتا لما سيذكره، فقال له: "مالك؟"
قال: يا رسول الله، إني أشترط -يعني على الإسلام-، قال: "ماذا تشترط؟" قال:
أشترط أن يغفر الله لي ما سبق من الكفر والذنوب. هذا أكبر همِّه -رضي الله
عنه-، يشترط أنَّ الله يغفر له، ظن أن الله لن يغفر له لما كان له من
سابقة، فقال له النبي -صلى الله عليه وسلم-: "أما علمت أن الإسلام يهدم ما
كان قبله، وأن الهجرة تهدم ما كان قبلها، وأن الحج يهدم ما كان قبله" ثلاثة
أشياء.
أما
الإسلام: فإنه يهدم ما كان قبله بنص الكتاب العزيز، قال الله -عز وجل-: {قل
للذين كفروا إن ينتهوا يغفر لهم ما قد سلف وإن يعودوا فقد مضت سنت
الأولين}.
والهجرة:
إذا هاجر الإنسان من بلده التي يعيش فيها، وهي بلد كفر هدمت ما قبلها.
والحج:
يهدم ما قبله؛ لقول النبي -صلى الله عليه وسلم-: "الحج المبرور ليس له جزاء
إلا الجنة".
فبايع
-رضي الله عنه- وأحب النبي -صلى الله عليه وسلم- حبًّا شديدًا حتى كان أحب
الناس إليه، وحتى إنه لا يستطيع أن يحد النظر فيه؛ إجلالا له -عليه الصلاة
والسلام-. سبحان مقلب القلوب! بالأمس كان يبغضه بغضا شديدا، حتى يتمنى أنه
يقدر عليه فيقتله، والآن ما يستطيع أن يرفع طرفه إليه؛ إجلالا له، ولا
يستطيع أن يصفه؛ لأنه لا يحيط به، حيث إنه لم يدركه إدراكا جيدا؛ مهابة له
-صلى الله عليه وسلم-.
يقول رضي
الله عنه: إنَّه لو مات على الحال الأول؛ لكان من أهل النار، يقول: ولو مت
على تلك الحال يعني الحال الثاني؛ لرجوت أن أكون من أهل الجنة. انظر
الاحتياط فقد جزم أنه لو مات على الحال الأولى؛ لكان من أهل النار، أما
الحال الثانية فإنه لشدة خوفه قال: لو مت على هذا الحال لرجوت أن أكون من
أهل الجنة، ولم يقل: لكنت من أهل الجنة؛ لأن الشهادة بالجنة أمرها صعب.
ثم إنه
بعد ذلك تولى أمورا -رضي الله عنه-، تولى إمارات وقيادات، وحصل ما حصل في
قصة حرب معاوية وغيره، وكان عمرو بن العاص معروفا أنه من أدهى العرب وأذكى
العرب، فيقول: أخشى من هذا الذي حدث بي بعد الحال الأوسط أن يكون أحاط
بعملي.
ثم أوصى
-رضي الله عنه- أنه إذا مات لا تتبعه نائحة، والنائحة: هي المرأة التي تنوح
على الميت، وتبكي عليه بكاء يشبه نوح الحمام، وأمر -رضي الله عنه- إذا
دفنوه أن يبقوا عند قبره قدر ما ينحر واحد من الإبل، ويقسم لحمه، حتى يراجع
رسل ربه وهم الملائكة الذين يأتون إلى الميت إذا دفن، فإن الميت إذا دفن
يأتيه ملكان ويجلسانه في قبره، ويسألانه ثلاثة أسئلة: يقولان من ربك؟ وما
دينك؟ ومن نبيك؟.
فأمر عمرو
بن العاص -رضي الله عنه- أهله أن يقيموا عليه قدر ما تنحر الجزور ويقسم
لحمها؛ ليستأنس بهم، وهذا يدل على أن الميت يحس بأهله، وقد ثبت عن النبي
-عليه الصلاة والسلام- أن الميت يسمع قرع نعالهم إذا انصرفوا من دفنه، قرع
النعال الخفي يسمعه الميت إذا انصرفوا من دفنه.
وقد ثبت
عن النبي -صلى الله عليه وسلم- في حديث حسن أنه كان إذا دفن الميت وقف
عليه، وقال: "استغفروا لأخيكم، واسألوا له التثبيت؛ فإنه الآن يسأل"،
فيستحب إذا دفن الميت أن يقف الإنسان على قبره ويقول: اللهم ثبته، اللهم
ثبته، اللهم ثبته، اللهم اغفر له، اللهم اغفر له، اللهم اغفر له؛ لأن النبي
-صلى الله عليه وسلم- كان إذا سلم سلم ثلاثا، وإذا دعا دعا ثلاثًا.
الحاصل أن
ابن عمرو بن العاص قال له: بشرك النبي -صلى الله عليه وسلم- بالجنة، وهذا
من باب البشارة بالخير والتهنئة به.
Hadis 'Amru bin 'Āṣ -raḍiyallāhu
'anhu- mengandung tema kabar gembira dan ucapan selamat atas kebaikan
menyajikan sebuah kisah. Ringkasan kisah penting ini sebagai berikut:
bahwa sebagian sahabat 'Amru datang saat menjelang kematiannya. Ia
menangis keras dan memalingkan wajahnya ke arah tembok -raḍiyallāhu
'anhu-. Ia dalam kondisi menjelang kematian dan akan meninggalkan dunia.
Maka putranya berkata, "Mengapa anda menangis, padahal Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- telah memberi kabar gembira pada anda berupa surga?"
Ia menjawab, "Wahai putraku! Aku telah melewati tiga fase kehidupan."
Kemudian ia menyebutkan tiga fase ini; (pertama) bahwa ia membenci Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan kebencian yang dahsyat, tak ada
seorang pun di dunia ini yang ia benci sebesar kebenciannya pada beliau,
dan ia dulu amat ingin memiliki kesempatan untuk bisa membunuh beliau.
Ini bentuk kekufuran yang paling parah. Sampai Allah menanamkan Islam
dalam hatinya, lalu ia mendatangi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
seraya berkata, "Wahai Rasullah! Ulurkan tangan anda agar aku bisa
membaiat anda atas Islam." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah
sosok yang paling baik akhlaknya, maka beliau mengulurkan tangan. Akan
tetapi 'Amru bin 'Āṣ justru menahan tangannya, bukan karena sombong,
akan tetapi untuk memastikan apa yang akan diungkapkannya. Beliau
bertanya, "Kenapa engkau?" Ia menjawab, "Wahai Rasulullah! Aku
mengajukan syarat -untuk masuk Islam-." Beliau bertanya, "Syarat apa
yang engkau ajukan?" Ia menjawab, "Aku mensyaratkan Allah mengampuni
kekufuranku dan dosa-dosa yang telah lalu." Inilah keinginan terbesar
'Amru, semoga Allah meridainya. Ia mensyaratkan Allah mengampuninya,
karena ia mengira Allah tidak akan mengampuni kesalahannya yang telah
lalu. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidakkah
engkau tahu bahwa Islam menggugurkan dosa yang terjadi sebelumnya,
hijrah menggugurkan dosa yang terjadi sebelumnya, dan haji menggugurkan
dosa yang terjadi sebelumnya?" Tiga perkara. Islam menggugurkan dosa
yang terjadi sebelumnya berdasarkan nas Al-Qur`ān Al-'Azīz. Allah -'Azza
wa Jalla berfirman, “Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, "Jika
mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni
dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi,
sesungguhnya akan berlaku (pada mereka) sunah (Allah terhadap)
orang-orang dahulu". Sedangkan hijrah, apabila seseorang meninggalkan
negeri tempatnya hidup yang merupakan negeri kufur, maka hijrah ini
menghapus dosa yang terjadi sebelumnya. Dan haji menghancurkan dosa yang
terjadi sebelumnya berdasarkan sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, “Haji yang mabrur tidak mempunyai balasan selain surga.” Lantas
'Amru bin 'Āṣ berbaiat dan mencintai Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
dengan sangat hingga beliau menjadi manusia yang paling ia cintai. Dan
hingga ia tidak mampu memandang lekat beliau karena memuliakan beliau
-'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām-. Maha suci Allah yang membolak-balikkan
hati. Kemarin ia sangat membenci beliau hingga berangan-angan bisa
membunuh beliau, namun sekarang ia tak kuasa melihat langsung beliau
karena memuliakan beliau. Pun ia tidak mampu menggambarkan beliau karena
tidak mengetahui beliau secara detail, mengingat ia tidak menatap beliau
dengan baik karena kewibawaan beliau. 'Amru -raḍiyallāhu 'anhu-
mengatakan bahwa seandainya ia mati dalam kondisi pertama pasti ia
menjadi penghuni neraka. Lalu ia berkata, “Seandainya aku mati dalam
kondisi itu -yakni kondisi kedua- sungguh aku berharap menjadi penghuni
surga.” Perhatikan ungkapan kehati-hatian ini. Secara tegas, ia
mengungkapkan seandainya mati dalam kondisi pertama ia termasuk penghuni
neraka. Sedang dalam kondisi kedua, lantaran sangat takutnya, ia
mengatakan, “Seandainya aku mati dalam keadaan ini sungguh aku berharap
menjadi penghuni surga”, dan tidak mengatakan, “pasti aku menjadi
penghuni surga.” Karena kesaksian masuk surga adalah perkara yang sulit.
Kemudian, selain itu, 'Amru -raḍiyallāhu 'anhu- telah menduduki sejumlah
jabatan. Ia pernah menjadi penguasa dan panglima. Pun peristiwa yang
terjadi dalam kisah perang Mu'āwiyah melawan lainnya. 'Amru bin 'Āṣ ini
terkenal sebagai orang Arab yang jenius dan cerdas. Ia mengatakan, “Aku
kawatir peristiwa yang terjadi padaku setelah kondisi yang paling baik
tersebut telah menggugurkan amalku.” Kemudian, Amru -raḍiyallāhu 'anhu-
berwasiat apabila ia meninggal jangan sampai diikuti orang yang meratap.
An-Nā`iḥah adalah wanita yang meratapi mayat dan menangisinya dengan
tangisan yang menyerupai tekuran burung merpati. 'Amru -raḍiyallāhu
'anhu- memerintahkan apabila mereka selesai memakamkannya, agar mereka
tetap berada di simping kuburnya kurang lebih selama seekor unta
disembelih dan dagingnya dibagikan. Agar ia merasa nyaman dan bisa
menjawab pertanyaan utusan-utusan Rabbnya, yakni para malaikat yang
mendatangi mayat ketika telah dikubur. Apabila orang yang meninggal
telah dimakamkan, dua malaikat mendatanginya, mendudukkannya di dalam
kubur dan menanyainya tiga pertanyaan. Keduanya bertanya, siapa Rabbmu?
Apa agamamu? Siapa Nabimu? 'Amru bin 'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhu- memerintah
keluarganya tetap berada di dekat kuburnya selama seekor unta disembelih
dan dibagikan dagingnya agar ia merasa nyaman dengan keberadaan mereka.
Ini menunjukkan mayat itu merasakan kehadiran keluarganya. Telah
diriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa orang yang
meninggal itu mendengar suara gesekan sandal orang-orang apabila mereka
bubaran selepas menguburkannya. Suara ketukan sandal yang pelan ini
didengar mayat apabila mereka selesai memakamkannya. Diriwayatkan dari
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam hadis hasan bahwa apabila
beliau selesai mengubur mayat, beliau berdiri dan mengatakan, “Mintakan
ampunan untuk saudaramu dan mohonkan untuknya keteguhan, karena sekarang
ia ditanya.” Maka apabila mayat telah dikubur, dianjurkan seseorang
berada di samping kuburnya dan berdoa, “Ya Allah! Teguhkan ia. Ya Allah!
Teguhkan ia. Ya Allah! Teguhkan ia. Ya Allah! Teguhkan ia. Ya Allah!
Ampunilah ia. Ya Allah! Ampunilah ia. Ya Allah! Ampunilah ia.”
Demikianlah, apabila Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengucapkan
salam beliau mengucapkannya tiga kali, dan apabila berdoa beliau
mengucapkannya tiga kali. Kesimpulannya, putra 'Amru bin 'Āṣ berkata
kepadanya, “Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah memberi kabar
gembira pada anda berupa surga.” Ini termasuk memberi kabar gembira
berupa kebaikan dan pemberian ucapan selamat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3446 |
|
Hadith 364 الحديث
الأهمية: وجوب الثقة بالله تعالى وبيان عناية
الله بأنبيائه وأوليائه
Tema: Kewajiban untuk percaya pada Allah
-Ta'ālā- dan penjelasan tentang perlindungan Allah kepada para Nabi dan
wali-Nya. |
عن أبي بكر الصديق رضي الله عنه قال:
نَظَرت إِلى أقدام المشركين ونحن في الغار وهم على رؤُوسِنا، فقلت: يا رسول
الله، لَو أنَّ أحَدَهم نظر تحت قدَمَيه لأَبصَرَنا، فقال: «مَا ظَنُّكَ
يَا أَبَا بَكرٍ بِاثنَينِ الله ثَالِثُهُمَا».
Dari Abu Bakar Aṣ-Ṣiddīq -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Aku melihat telapak-telapak kaki orang-orang musyrik
saat kami berada di dalam gua, sedang mereka di atas kapala kami. Aku
berkata, "Wahai Rasulullah! Seandainya salah seorang dari mereka melihat
ke bawah kakinya pasti ia melihat kita." Maka beliau bersabda, "Wahai
Abu Bakar! Apa prasangkamu terhadap dua orang yang mana pihak ketiganya
adalah Allah?".
Penjelasan Hadits بيان الحديث
هذه القصة كانت حينما هاجر النبي -صلى
الله عليه وسلم- من مكة إلى المدينة، وذلك أن رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- لما جهر بالدعوة، ودعا الناس، وتبعوه، وخافه المشركون، وقاموا ضد
دعوته، وضايقوه، وآذوه بالقول وبالفعل، فأذن الله له بالهجرة من مكة إلى
المدينة ولم يصحبه إلا أبو بكر -رضي الله عنه-، والدليل الرجل الذي يدلهم
على الطريق، والخادم، فهاجر بأمر الله، وصحبه أبو بكر -رضي الله عنه-، ولما
سمع المشركون بخروجه من مكة، جعلوا لمن جاء به مائتي بعير، ولمن جاء بأبي
بكر مائة بعير، وصار الناس يطلبون الرجلين في الجبال، وفي الأودية وفي
المغارات، وفي كل مكان، حتى وقفوا على الغار الذي فيه النبي -صلى الله عليه
وسلم- وأبو بكر، وهو غار ثور الذي اختفيا فيه ثلاث ليال، حتى يخفَّ عنهما
الطلب، فقال أبو بكر -رضي الله عنه-: يا رسول الله لو نظر أحدهم إلى قدميه
لأبصرنا؛ لأننا في الغار تحته، فقال: "ما ظنك باثنين الله ثالثهما"، وفي
كتاب الله أنه قال: (لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا)، فيكون قال
الأمرين كليهما، أي: قال: "ما ظنك باثنين الله ثالثهما"، وقال "لا تَحْزَنْ
إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا" .
فقوله:
"ما ظنك باثنين الله ثالثهما" يعني: هل أحد يقدر عليهما بأذية أو غير ذلك؟
والجواب: لا أحد يقدر؛ لأنه لا مانع لما أعطى الله ولا معطي لما مَنَع، ولا
مُذِّل لمن أعز ولا معز لمن أذل، (قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ
تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ
وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ).
Tema: Kisah ini terjadi ketika Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hijrah dari Makkah ke Madinah.
Kronologinya, tatkala Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menyampaikan dakwah dengan terang-terangan, mengajak manusia (kepada
agama Allah) dan mereka mengikutinya, orang-orang musyrik takut kepada
beliau. Mereka menentang dakwah beliau, mempersempit ruang gerak beliau
dan mengganggu beliau dengan ucapan maupun perbuatan. Maka Allah
mengizinkan beliau hijrah dari Makkah ke Madinah dan tidak menyertai
beliau selain Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu-, penunjuk jalan dan
pembantu. Beliau berangkat hijrah karena perintah Allah dengan ditemani
Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu-. Ketika orang-orang musyrik mendengar
keberangkatan beliau dari Makkah, mereka menjanjikan hadiah 200 unta
bagi orang yang bisa membawa kembali beliau dan 100 unta bagi orang yang
bisa membawa pulang Abu Bakar. Orang-orang berlomba memburu keduanya di
gunung-gunung, lembah-lembah, dan gua-gua, serta di segala tempat.
Hingga mereka berhenti di atas gua tempat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- dan Abu Bakar berada, yaitu gua Ṡūr yang menjadi tempat keduanya
bersembunyi selama 3 hari, agar pencarian mereda. Maka Abu Bakar
-raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Wahai Rasulullah, seandainya salah seorang
dari mereka melihat ke bawah kakinya pasti ia melihat kita, karena kita
berada di dalam gua di bawahnya." Maka beliau bersabda, "Wahai Abu
Bakar, apa prasangkamu terhadap dua orang yang mana pihak ketiganya
adalah Allah? Sedang dalam Alquran disebutkan beliau berkata, "Jangan
bersedih karena sesungguhnya Allah bersama kita." Jadi beliau mengatakan
dua ucapan ini, yakni "Wahai Abu Bakar, apa prasangkamu terhadap dua
orang yang mana pihak ketiganya adalah Allah?" dan "Jangan bersedih
karena sesungguhnya Allah bersama kita!" Sabda beliau, "Wahai Abu Bakar,
apa prasangkamu terhadap dua orang yang mana pihak ketiganya adalah
Allah?" maksudnya mampukah seseorang menyakiti atau melakukan hal lain
pada keduanya? Jawabnya, tidak seorang pun mampu, karena tak ada yang
mampu mencegah apa yang Allah berikan dan tak ada yang bisa memberi apa
yang Allah cegah, tak ada yang bisa menghinakan orang yang Allah
muliakan dan tak ada orang yang bisa memuliakan orang yang Allah
hinakan. "Katakanlah: "Wahai Allah Yang mempunyai kerajaan, Engkau
berikan kerajaan (kekuasaan) kepada orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau cabut kerajaan dari orang yang engkau kehendaki. Engkau muliakan
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3447 |
|
Hadith 365 الحديث
الأهمية: فَلَم أَكُن لِأُفْشِي سِرَّ رسُولَ
الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- وَلَو تَرَكَهَا النبيُّ -صلَّى الله عليه
وسلم- لَقَبِلتُهَا
Tema: Aku tidak ingin menyebarkan rahasia
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Seandainya Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- tidak menikahinya, tentu aku akan menerimanya. |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
أَنَّ عمرَ -رضي الله عنه- حِينَ تَأَيَّمَت بِنتُهُ حَفصَة، قَالَ:
لَقِيتُ عثمانَ بن عفان -رضي الله عنه- فَعَرَضتُ عَلَيه حَفصَة، فَقُلتُ:
إِنْ شِئْتَ أَنكَحْتُكَ حَفصَةَ بِنتَ عُمَر؟ قَال: سَأَنظُر فِي أَمْرِي،
فَلَبِثتُ لَيَالِيَ ثُمَّ لَقِيَنِي، فَقَال: قَدْ بَدَا لِي أَنْ لاَ
أَتَزَوَّجَ يَومِي هَذَا، فَلَقِيتُ أَبَا بَكر -رضي الله عنه- فقُلتُ:
إِنْ شِئْتَ أَنْكَحْتُكَ حَفصَةَ بِنتَ عُمَرَ، فَصَمَتَ أَبُو بَكر -رضي
الله عنه- فَلَم يَرجِعْ إِلَيَّ شَيئًا! فَكُنْتُ عَلَيهِ أَوْجَدَ مِنِّي
عَلَى عُثمَانَ، فَلَبِثَ لَيَالِيَ ثُمَّ خَطَبَهَا النَّبِي -صلَّى الله
عليه وسلَّم- فَأَنْكَحْتُهَا إِيَّاهُ، فَلَقِيَنِي أَبُو بَكر، فقَال:
لَعَلَّكَ وَجَدتَ عَلَيَّ حِينَ عَرَضْتَ عَلَيَّ حَفصَةَ فَلَمْ أرْجِع
إِلَيكَ شَيئًا؟ فَقُلتُ: نَعَم، قَالَ: فَإِنَّهُ لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ
أرْجِع إِلَيكَ فِيمَا عَرَضتَ عَلَيَّ إِلاَّ أَنِّي كُنتُ عَلِمْتُ أَنَّ
النبِيَّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- ذَكَرَهَا، فَلَم أَكُن لِأُفْشِي سِرَّ
رسُولَ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- وَلَو تَرَكَهَا النبيُّ -صلَّى الله
عليه وسلم- لَقَبِلتُهَا.
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā- bahwa Umar -raḍiyallāhu 'anhu- ketika puterinya Ḥafṣah
menjanda, ia berkata, “Aku bertemu dengan Uṡmān -raḍiyallāhu 'anhu- lalu
aku menawarkan Ḥafṣah untuk menikah dengannya. Aku berkata, “Jika kamu
mau, aku akan nikahkan kamu dengan Ḥafṣah binti Umar?" Dia menjawab,
“Saya akan pikirkan terlebih dahulu.” Beberapa malam pun telah berlalu,
kemudian dia (Uṡmān) menemuiku lalu berkata, “Telah jelas bagiku bahwa
aku tidak akan menikah pada hariku ini.” Kemudian aku bertemu dengan Abu
Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- lalu aku katakan kepadanya, “Jika kamu mau,
aku akan menikahkan kamu dengan Ḥafṣah binti Umar?" Abu Bakar
-raḍiyallāhu 'anhu- hanya terdiam dan tidak menjawab sepatah kata pun.
Aku merasa sangat tersinggung kepadanya daripada kepada Uṡmān. Beberapa
malam pun berlalu, kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melamarnya, lalu aku pun menikahkannya dengan beliau. Kemudian Abu Bakar
bertemu denganku lalu berkata, “Apakah kamu marah kepadaku ketika kamu
menawarkan Ḥafṣah kepadaku, lalu aku tidak memberimu jawaban apapun?”
Aku pun menjawab, "Iya." Dia berkata, “Sesungguhnya tidak ada yang
mencegahku untuk memberimu jawaban atas tawaramu kepadaku melainkan
karena aku telah mengetahui bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah menyebutnya (Ḥafṣah), dan aku tidak ingin menyebarkan rahasia
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Seandainya Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- tidak menikahinya, tentu aku akan menerimanya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في الحديث أخبر عبد الله بن عمر -رضي
اللَّه عنهما- أنّ عمر رضي الله عنه- حين تأيمت بنته "حفصة" أي من خنيس بن
حذافة السهمي، وهو أخو عبد الله بن حذافة، وكان من أصحاب النبي -صلى الله
عليه وسلم- توفي بالمدينة، وكان موته من جراحة أصابته بأحد، وكان من
السابقين إلى الإسلام وهاجر إلى أرض الحبشة.
قال عمر:
"لقيت عثمان بن عفان" أي بعد موت زوجته رقية بنت سيدنا رسول الله -صلى الله
عليه وسلم-.
قال عمر:
"فعرضت عليه حفصة" ففيه جواز عرض الإنسان بنته على أهل الخير والصلاح، ولا
نقص في ذلك، كما ترجم به البخاري.
قال عمر:
"فقلت: إن شئت أنكحتك حفصة بنت عمر" وأتى بهذا الأسلوب: وهو التعبير
بالجملة الشرطية، تجعل المخاطب حر الاختيار، وهذا من حسن البيان المشجع
والحاض على القبول، ونسب ابنته إليه، وهذا فيه إيجاز بالحذف، كأنه يقول: أي
بنت عمر وأنت تعلم شأنه وحسن خلطته.
فكان رد
عثمان: "سأنظر في أمري" أي أفكر في شأني هل أتزوج الآن أو أؤخر ذلك، قال
عمر: "فلبثت ليالي ثم لقيني فقال: قد بدا لي أن لا أتزوج يومي هذا" أراد
عثمان من ذلك مطلق الزمن: أي في زمني هذا، وأتى به لدفع توهم إرادته التبتل
والانقطاع عن التزوج المنهي عنه، قال عمر: "فلقيت أبا بكر الصديق -رضي الله
عنه- فقلت: إن شئت أنكحتك حفصة بنت عمر فصمت" فترك الصديق الكلام عن قصد
ولِدَاعٍ له أَخَص من السكوت، قال عمر: "فكنت أوجد" أي أشد غضباً "عليه منى
على عثمان" وذلك لأن عثمان حصل منه الجواب، وأمَّا الصديق فتركه أصلاً،
"فلبثت ليالي ثم خطبها النبي-صلى الله عليه وسلم- فأنكحتها إياه فلقيني أبو
بكر" أي بعد تمام التزويج وزوال محذور بيان حقيقة الأمر، قال الصديق وقدّم
لاعتذاره وتطييبا لخاطر أخيه: "لعلك" هي للإشفاق، وأتى به اعتماداً على حسن
خلق عمر، وأنه لا يغضب لذلك، ولكن جواز الغضب منه بحسب الطبع، فقال له ذلك،
قال الصديق: "لعلك وجدت علي حين عرضت عليّ حفصة فلم أرجع" أي غضبت علي
حينها، فقال عمر: "نعم": وهذا من عمر إخباراً بالوقوع وعملاً بالصدق، فقال
أبو بكر الصديق "فإنه لم يمنعني أن أرجع إليك فيما عرضت عليّ إلا أني كنت
علمت أن النبيّ -صلى اله عليه وسلم- ذكرها"، أي: كنت مريداً التزوج بها،
ولعل ذكر النبي -صلى الله عليه وسلم-
في رغبته في خطبة حفصة كان بحضرة الصديق دون غيره، فرأى أن ذلك من
السرّ الذي لا يباح؛ فلذا قال "فلم أكن لأفشي سرّ رسول الله"-صلى الله عليه
وسلم- أي أظهر ما أسره إليّ وذكره لي، "ولو تركها النبيّ" -صلى الله عليه
وسلم-بالإعراض عنها "لقبلتها": وهذ لأنه يحرم خطبة من ذكرها النبي -صلى
الله عليه وسلم- على من علم به.
وفي هذا
تربية للأمة وأفرادها، وأن الذي ينبغي: كتم السر، والمبالغة في إخفائه،
وعدم التكلم فيما قد يخشى منه أن يجرّ إلى شيء منه.
Dalam hadis ini Abdullah bin Umar
-raḍiyallāhu 'anhumā- mengabarkan bahwa Umar -raḍiyallāhu 'anhu- ketika
puterinya yaitu Ḥafṣah menjanda, yaitu setelah ditinggal mati oleh
Khunais bin Ḥużāfah As-Sahmi, saudara Abdullah bin Ḥużāfah, salah
seorang sahabat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang meninggal di
Madinah. Penyebab kematiannya adalah luka yang menimpanya ketika perang
uhud. Dia termasuk dari orang-orang yang pertama masuk Islam dan ikut
berhijrah ke negeri Ḥabasyah. Umar berkata, “Aku bertemu dengan Uṡmān”,
yakni setelah istrinya Ruqayyah binti Rasulullah meninggal. Umar
berkata, “Lalu aku tawarkan Ḥafṣah kepadanya (untuk dinikahi).” Ini
menunjukkan bahwa seorang ayah boleh menawarkan puterinya untuk
dinikahkan dengan orang baik dan saleh, dan dalam hal itu tidak ada
cela, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Al-Bukhari ketika
memberi judul hadis ini. Umar berkata, “Jika kamu mau, aku akan
menikahkan kamu dengan Ḥafṣah binti Umar?” Penggunaan ungkapan seperti
ini adalah bentuk ungkapan kalimat syarṭiyyah di mana orang yang dituju
bebas untuk memilih. Ini termasuk ungkapan yang baik dan penuh motivasi
untuk dapat diterima, dan disebutkan juga penisbahan puterinya terhadap
dirinya. Dalam hal ini terkandung penyederhanaan kalimat dengan
menghilangkan sebagiannya, seakan-akan Umar berkata, “yakni puteri Umar,
dan kamu mengetahui tentang kepribadian dan perilaku baiknya.” Jawaban
Uṡmān adalah “Akan saya pikirkan terlebih dahulu”, yakni memikirkan
apakah saya akan menikahinya sekarang atau saya undurkan waktunya. Umar
berkata, "Beberapa malam pun telah berlalu, kemudian dia (Uṡmān)
menemuiku lalu berkata, “Telah jelas bagiku bahwa aku tidak akan menikah
pada hariku ini.” Dengan itu Uṡman menghendaki kemutlakan waktu; yaitu
pada waktuku ini (pada saat ini). Dia menjawab demikian untuk
menghilangkan persangkaan bahwa dia tidak ingin menikah selamanya, yang
mana hal tersebut dilarang. Umar berkata, “Kemudian aku bertemu dengan
Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- lalu aku katakan kepadanya, "Jika kamu
mau, aku akan menikahkan kamu dengan Ḥafṣah binti Umar?” Abu Bakar
Aṣ-Ṣiddīq secara sengaja tidak mau menjawabnya karena alasan tertentu
yang lebih khusus dari sekedar berdiam. Umar berkata, “Aku merasa sangat
marah” kepadanya daripada kepada Uṡmān. Hal itu disebabkan karena dia
mendapatkan jawaban dari Uṡmān, sedangkan Abu Bakar tidak memberikan
jawaban apapun dan hanya diam. "Beberapa malam pun berlalu dan kemudian
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melamarnya, lalu akupun
menikahkannya dengan beliau. Kemudian Abu Bakar bertemu denganku." Yakni
setelah pernikahan dilangsungkan dan setelah hal yang dia hindari sirna
yaitu tentang perkara yang sebenarnya, Abu Bakar berkata dan
menyampaikan alasan serta memperbaiki sangkaan saudaranya: (لعلّك)
untuk menunjukkan rasa kasih sayang. Dia menggunakan kalimat tersebut
bersandar pada akhlak baik Umar, dan bahwa Umar tidaklah marah karena
hal tersebut. Akan tetapi kemarahan yang timbul darinya adalah sesuai
dengan tabiat. Abu Bakar mengatakan hal itu kepadanya, dia berkata,
“Apakah kamu marah kepadaku ketika kamu menawarkan Ḥafṣah kepadaku, lalu
aku tidak memberimu jawaban apapun?” Yakni apakah kamu marah pada waktu
itu? Umar menjawab, “Iya.” Ini adalah jawaban dari Umar sebagai
pemberitahuan dan kejujurannya terkait kemarahannya tersebut. Lalu Abu
Bakar Aṣ-Ṣiddīq berkata, “Sesungguhnya tidak ada yang mencegahku untuk
menjawab tawaranmu kepadaku melainkan karena aku mengetahui bahwa Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah menyebutnya (Ḥafṣah).” Maksudnya
adalah sesungguhnya aku berkeinginan untuk menikahinya. Mungkin ungkapan
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang keinginannya untuk melamar
Ḥafṣah diucapkan kepada Abu Bakar saja tanpa yang lainnya, sehingga ia
memandang hal itu sebagai sebuah rahasia yang tidak boleh untuk
disebarkan; oleh karena itu dia berkata, “aku tidak ingin menyebarkan
rahasia Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.” Yakni tidak ingin
menyebarkan apa yang beliau rahasiakan dan sebutkan di hadapanku.
“Seandainya Nabi meninggalkannya” yaitu tidak melamarnya. “Maka aku
pasti menerimanya,” dan ini dikarenakan haram hukumnya melamar wanita
yang telah disebutkan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- (untuk beliau
nikahi) bagi orang yang mengetahuinya. Dalam hal ini terkandung
pendidikan untuk umat, dan yang seharusnya dilakukan adalah menjaga
rahasia, berusaha sekuat mungkin untuk menyembunyikannya dan tidak
membicarakan hal-hal yang dapat menyeret pembicaraan kepada terkuaknya
rahasia. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3448 |
|
Hadith 366 الحديث
الأهمية: ما بال الحائض تقضي الصوم، ولا تقضي
الصلاة؟ فقالت: أحرورية أنت؟ فقلت: لست بحرورية، ولكني أسأل، فقالت: كان
يصيبنا ذلك، فنؤمر بقضاء الصوم، ولا نؤمر بقضاء الصلاة
Tema: Kenapa wanita haid harus mengkada
puasa dan tidak mengkada salat? Ia (Aisyah) bertanya, "Apakah engkau
wanita dari golongan Harūriyyah (Khawarij)?" Aku jawab, "Aku bukan
wanita dari golongan Harūriyyah, tetapi aku hanya bertanya." Ia (Aisyah)
berkata, "Dulu ketika kami sedang haid, kami diperintahkan untuk
mengkada puasa dan tidak diperintahkan untuk mengkada salat." |
عن مُعاذة قالتْ: سألتُ عائشةَ -رضي
الله عنها- فقلتُ: «مَا بَال الحَائِضِ تَقضِي الصَّوم، ولا تَقضِي
الصَّلاة؟ فقالت: أَحَرُورِيةٌ أنت؟، فقلت: لَستُ بِحَرُورِيَّةٍ، ولَكنِّي
أسأل، فقالت: كان يُصِيبُنَا ذلك، فَنُؤمَر بِقَضَاء الصَّوم، ولا نُؤْمَر
بِقَضَاء الصَّلاَة».
Dari Mu'āżah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia
berkata, Aku bertanya kepada Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-. Aku berkata,
"Kenapa wanita haid harus mengkada puasa dan tidak mengkada salat?" Ia
(Aisyah) bertanya, "Apakah engkau wanita dari golongan Harūriyyah?" Aku
jawab, "Aku bukan wanita dari golongan Harūriyyah, tetapi aku hanya
bertanya." Ia (Aisyah) berkata, "Dulu ketika kami sedang haid, kami
diperintahkan untuk mengkada puasa dan tidak diperintahkan untuk
mengkada salat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
سألت معاذة عائشة -رضي الله عنها- عن
السبب الذي من أجله جعل الشارع الحائضَ تقضى أيام حيضها التي أفطرتها، ولا
تقضى صلواتها زمن الحيض، مع اشتراك العبادتين في الفرضية، بل إن الصلاة
أعظم من الصيام،
كان عدم
التفريق بينهما في القضاء، هو مذهب الخوارج المبنى على الشدة والحرج، فقالت
لها عائشة: أحرورية أنت تعتقدين مثل ما يعتقدون، وتُشَدِّدِين كما
يُشَدِّدُون؟ فقالت: لست حرورية، ولكنى أسأل سؤال متعلم مسترشد، فقالت
عائشة: كان الحيض يصيبنا زمن النبي -صلى الله عليه وسلم-، وكنا نترك الصيام
والصلاة زمنه، فيأمرنا -صلى الله عليه وسلم- بقضاء الصوم ولا يأمرنا بقضاء
الصلاة، ولو كان القضاء واجبًا؛ لأمر به ولم يسكت عنه، فكأنها تقول: كفى
بامتثال أوامر الشارع والوقوف عند حدوده حكمةً ورشدًا.
Mu'āżah pernah bertanya kepada Aisyah
-raḍiyallāhu 'anhā- mengenai sebab yang membuat pembuat syariat (Allah)
memerintahkan wanita haid untuk mengkada puasa yang dibatalkannya saat
haid, dan tidak mengkada salat ketika haid. Padahal keduanya sama-sama
wajib. Bahkan salat lebih agung dari puasa. Tidak adanya pemisahan
antara keduanya dalam mengkada merupakan pendapat mazhab Khawarij yang
berdasarkan kepada sikap keras dan mempersulit. Lantas Aisyah balik
bertanya kepada Mu'āżah, "Apakah engkau wanita dari golongan Harūriyyah
yang meyakini seperti keyakinan mereka (Khawarij), dan bersikap keras
sebagaimana sikap keras mereka?" Mu'āżah menjawab, "Aku bukan wanita
dari golongan Harūriyyah, tetapi aku bertanya dengan pertanyaan orang
yang belajar dan mencari petunjuk." Aisyah berkata, "Kami haid pada masa
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan ketika itu kami meninggalkan
puasa dan salat selama haid. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memerintahkan kami untuk mengkada puasa dan tidak memerintahkan kami
untuk mengkada salat. Seandainya mengkada (salat) itu wajib, tentu
beliau akan memerintahkannya dan tidak akan mendiamkannya. Seakan-akan
Aisyah berkata, "Cukuplah bagimu hikmah dan petunjuk dengan melaksanakan
perintah-perintah Allah dan berhenti pada batasan-batasan-Nya." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3449 |
|
Hadith 367 الحديث
الأهمية: يا رسول الله، ما كدت أصلي العصر حتى
كادت الشمس تغرب، فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: والله ما صليتها، قال:
فقمنا إلى بطحان، فتوضأ للصلاة، وتوضأنا لها، فصلى العصر بعد ما غربت
الشمس، ثم صلى بعدها المغرب
Tema: Wahai Rasulullah, aku hampir tidak
salat Asar hingga matahari hampir terbenam." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersabda, "Demi Allah, aku pun belum melaksanakannya." Ia
berkata, "Lalu kami menuju Baṭ-han (nama lembah di Madinah, red). Beliau
berwudu untuk salat dan kami pun berwudu juga. Kemudian beliau salat
Asar setelah matahari terbenam, setelah itu beliau melaksanakan salat
Magrib." |
عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما-
«أنَّ عمر بن الخَطَاب -رضي الله عنه- جاء يَومَ الخَندَقِ بَعدَ مَا
غَرَبَت الشَّمسُ فَجَعَل يَسُبُّ كُفَّار قُرَيشٍ، وقال: يا رسول الله،
مَا كِدتُّ أُصَلِّي العَصرَ حَتَّى كَادَت الشَّمسُ تَغرُبُ، فَقَال
النَبِيُّ -صلى الله عليه وسلم-: والله مَا صَلَّيتُهَا، قال: فَقُمنَا
إلَى بُطحَان، فَتَوَضَّأ للصَّلاَة، وتَوَضَأنَا لَهَا، فَصَلَّى العَصر
بعد مَا غَرَبَت الشَّمسُ، ثُمَّ صَلَّى بعدَها المَغرِب».
Dari Jābir bin Abdillah -raḍiyallāhu
'anhumā- bahwa Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- pada perang
Khandaq datang setelah matahari terbenam sambil mencela orang-orang
kafir Quraisy. Ia berkata, "Wahai Rasulullah, aku hampir tidak salat
Asar hingga matahari hampir terbenam." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersabda, "Demi Allah, aku pun belum melaksanakannya." Ia
berkata, "Lalu kami menuju Baṭ-han (nama lembah di Madinah, red). Beliau
berwudu untuk salat dan kami pun berwudu juga. Kemudian beliau salat
Asar setelah matahari terbenam, setelah itu beliau melaksanakan salat
Magrib."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- إلى
النبي -صلى الله عليه وسلم- يوم الخندق بعد أن غربت الشمس وهو يسب كفار
قريش؛ لأنهم شغلوه عن صلاة العصر؛ فلم يصلها حتى قربت الشمس من الغروب،
فأقسم النبي -صلى الله عليه وسلم- -وهو الصادق- أنه لم يصلها حتى الآن؛
ليطمئن عمر -رضي الله عنه- الذي شقَّ عليه الأمر.
ثم قام
النبي -صلى الله عليه وسلم- فتوضأ وتوضأ معه الصحابة، فصلى العصر بعد أن
غربت الشمس، وبعد صلاة العصر، صلى المغرب.
Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu
'anhu- datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pada perang
Khandaq setelah matahari terbenam sambil mencela orang-orang kafir
Quraisy karena mereka membuatnya lalai dari salat Asar. Ia belum
melaksanakan salat Asar hingga matahari hampir terbenam. Lantas Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersumpah -dan beliau orang yang jujur-
bahwa beliau pun belum melaksanakan salat sampai sekarang demi
menenangkan Umar -raḍiyallāhu 'anhu- yang merasa berat hati dengan hal
itu. Selanjutnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berwudu dan para
sahabat pun berwudu bersamanya. Setelah itu beliau melaksanakan salat
Asar setelah matahari terbenam. Usai salat Asar, beliau pun melaksanakan
salat Magrib. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3450 |
|
Hadith 368 الحديث
الأهمية: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
يفرغ الماء على رأسه ثلاثًا
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menuangkan air ke kepalanya tiga kali. |
عن أبي جعفر محمد بن علي بن الحسين بن
علي بن أبي طالب أَنَّه كان هو وأبوه عند جابر بن عبد الله، وعنده قوم،
فسألوه عن الغسل؟ فقال: صَاعٌ يَكْفِيكَ، فقال رجل: ما يَكْفِينِي، فقال
جابر: كان يَكْفِي من هو أَوفَى مِنْكَ شَعْرًا، وخَيرًا مِنكَ -يريد رسول
الله- -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ أَمَّنَا في ثَوبٍ.
وفي
لفظ: ((كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يُفْرِغُ المَاءَ على رَأسِهِ
ثَلاَثًا)).
Tema: Dari Abu Ja'far Muhammad bin Ali bin
Al-Ḥusain bin Ali bin Abi Ṭālib, bahwa dia bersama bapaknya berada di
sisi Jabir bin Abdillah, dan di hadapannya ada satu kaum. Mereka
bertanya kepada Jabir mengenai mandi janabah. Jabir menjawab, "Satu ṣā'
(air) sudah cukup untukmu." Seseorang berkata, "(Jumlah) itu tidak cukup
bagiku." Jabir berkata, "Kadar air seperti ini cukup untuk orang yang
lebih banyak dan lebat rambutnya dari engkau, dan lebih baik darimu
-maksudnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Selanjutnya Jabir
mengimami salat kami dengan mengenakan satu kain." Dalam redaksi lain
disebutkan, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menuangkan air ke
kepalanya tiga kali."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان أبو جعفر محمد بن علي وأبوه عند
الصحابي الجليل جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما- وعنده قوم، فسأل رجل من
القوم جابرًا عما يكفي من الماء في غسل الجنابة؟ فقال: يكفيك صاع.
وكان
الحسن بن محمد بن الحنفية مع القوم عند جابر، فقال: إن هذا القدر لا يكفيني
للغسل من الجنابة.
فقال
جابر: كان يكفى من هو أوفر وأكثف منك شعرا، وخير منك، فيكون أحرص منك على
طهارته ودينه -يعنى النبي- -صلى الله عليه وسلم-، وهذا حثٌّ على اتباع
السنة، وعدم التبذير في ماء الغسل، ثم صلى بهم جابر إمامًا.
Abu Ja'far Muhammad bin Ali dan
bapaknya sedang berada bersama seorang sahabat mulia, Jabir bin Abdillah
-raḍiyallāhu 'anhu- dan di hadapannya ada sekelompok orang. Lantas
seorang laki-laki dari mereka bertanya kepada Jabir mengenai kadar air
yang cukup untuk mandi janabah. Jabir menjawab, "Satu ṣā' cukup bagimu."
Saat itu Al-Ḥasan bin Muhammad bin Al-Ḥanafiyyah bersama kaum tersebut
di hadapan Jabir. Ia berkata, "Ukuran air seperti ini tidak cukup bagiku
untuk mandi janabah." Jabir berkata, "Kadar air seperti ini cukup untuk
orang yang lebih banyak dan lebat rambutnya dari engkau dan lebih baik
darimu. Dia juga lebih memperhatikan kesucian dan agamanya - maksudnya
Nabi ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ini merupakan perintah untuk
mengikuti sunah dan tidak berlebih-lebihan dalam menggunakan air mandi.
Selanjutnya Jabir menjadi imam salat mereka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3455 |
|
Hadith 369 الحديث
الأهمية: أتيت النبي -صلى الله عليه وسلم- وهو
يستاك بسواك رطب، قال: وطرف السواك على لسانه، وهو يقول: أع، أع، والسواك
في فيه، كأنه يتهوع
Tema: Aku datang kepada Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- saat beliau sedang bersiwak dengan siwak yang basah.
Sementara itu ujung siwak ada di lidahnya dan beliau mengatakan, "a',
a'," dan siwak itu di dalam mulutnya. Seakan-akan beliau hendak muntah. |
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه-
قال: ((أتَيتُ النبي -صلى الله عليه وسلم- وهو يَسْتَاكُ بِسِوَاك رَطْب،
قال: وطَرَفُ السِّوَاك على لسانه، وهو يقول: أُعْ، أُعْ، والسِّوَاك في
فِيه، كأنَّه يَتَهَوَّع)).
Tema: Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Aku datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- yang sedang bersiwak dengan siwak yang basah. Sementara itu
ujung siwak ada di lidahnya dan beliau mengatakan, "a', a'," dan kayu
siwak itu di dalam mulutnya. Seakan-akan beliau hendak muntah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يذكر أبو موسى الأشعرى -رضي الله عنه-:
أنه جاء إلى النبي -صلى الله عليه وسلم-، وهو يستاك بسواك رطب؛ لأن إنقاءه
أكمل؛ فلا يتفتت في الفم؛ فيؤذى، وقد جعل السواك على لسانه، وبالغ في
التسوك، حتى كأنه يتقيأ.
Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu
'anhu- menuturkan bahwa dirinya datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- saat beliau bersiwak dengan siwak yang basah karena (fungsi)
membersihkannya lebih sempurna, sehingga tidak akan remuk di mulut lalu
menyebabkan sakit. Beliau meletakan kayu siwak di lidahnya dan
berlebih-lebihan dalam bersiwak sehingga seakan-akan beliau hendak
muntah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3456 |
|
Hadith 370 الحديث
الأهمية: إنما يكفيك أن تقول بيديك هكذا: ثم ضرب
بيديه الأرض ضربة واحدة، ثم مسح الشمال على اليمين، وظاهر كفيه ووجهه
Tema: Sesungguhnya engkau cukup melakukan
ini dengan kedua tanganmu. Kemudian beliau memukulkan kedua tangannya ke
tanah satu kali tepukan lalu mengusapkan tangan kirinya ke tangan
kanannya, dan bagian luar kedua telapak tangannya dan wajahnya. |
عن عمار بن ياسر -رضي الله عنهما- قال:
«بَعَثَنِي النبي -صلى الله عليه وسلم- في حَاجَة، فَأَجْنَبْتُ، فَلَم
أَجِد المَاءِ، فَتَمَرَّغْتُ فِي الصَّعِيدِ، كَمَا تَمَرَّغ الدَّابَّةُ،
ثم أَتَيتُ النبي -صلى الله عليه وسلم- فَذَكَرتُ ذلك له، فقال: إِنَّمَا
يَكْفِيك أن تَقُولَ بِيَدَيكَ هَكَذَا: ثُمَّ ضَرَب بِيَدَيهِ الأَرْضَ
ضَرْبَةً وَاحِدَةً، ثُمَّ مَسَحَ الشِّمَالَ عَلَى اليَمِينِ، وظَاهِرَ
كَفَّيهِ وَوَجهَهُ».
Dari 'Ammār bin Yāsir -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah
mengutusku untuk suatu keperluan lalu aku mengalami junub. Aku tidak
menemukan air. Aku pun berguling-guling di tanah sebagaimana binatang
berguling-guling. Setelah itu aku mendatangi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- lalu menceritakan hal tersebut kepada beliau. Beliau bersabda,
"Sesungguhnya engkau cukup melakukan ini dengan kedua tanganmu. Kemudian
beliau memukulkan kedua tangannya ke tanah satu kali tepukan lalu
mengusapkan tangan kirinya ke tangan kanannya, dan bagian luar kedua
telapak tangannya dan wajahnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
بعث النبي -صلى الله عليه وسلم- عمار بن
ياسر -رضي الله عنه- في سفر لبعض حاجاته، فأصابته جنابة، فلم يجد الماء
ليغتسل منه، وكان لا يعلم حكم التيمم للجنابة، وإنما يعلم حكمه للحدث
الأصغر؛ فاجتهد وظن أنه كما مسح بالصعيد بعض أعضاء الوضوء عن الحدث الأصغر،
فلابد أن يكون التيمم من الجنابة بتعميم البدن بالصعيد؛ قياساً على الماء،
فتقلب في الصعيد حتى عمَّم البدن وصلى، فلما جاء إلى النبي -صلى الله عليه
وسلم- وكان في نفسه مما عمله شيء؛ لأنه عن اجتهاد منه، ذكر له ذلك؛ ليرى هل
هو على صواب أو لا؟ فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: يكفيك عن تعميم بدنك
كله بالتراب أن تضرب بيديك الأرض، ضربة واحدة، ثم تمسح شمالك على يمينك،
وظاهر كفيك ووجهك، مثل التيمم للوضوء.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah mengutus 'Ammār bin Yāsir -raḍiyallāhu 'anhu- dalam sebuah
perjalanan untuk suatu keperluan. Tiba-tiba ia mengalami junub lalu
tidak menemukan air untuk mandi janabah. Saat itu dia tidak mengetahui
hukum tayamum karena janabah. Ia hanya mengetahui hukum tayamum untuk
hadas kecil. Lantas ia berijtihad dan mengira bahwa sebagaimana halnya
sebagian anggota wudu diusap dengan tanah ketiak terjadi hadas kecil,
maka tayamum karena janabah harus dengan cara melumuri tanah ke sekujur
tubuh dikiaskan kepada air. Ia pun berguling-guling di tanah hingga
melumuri sekujur tubuhnya lalu melaksanakan salat. Saat dia datang
kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan dalam dirinya ada
perasaan (bersalah) terhadap apa yang telah dikerjakannya karena
perbuatan itu hasil ijtihadnya, ia menceritakan hal tersebut kepada
beliau untuk melihat apakah perbuatannya itu benar atau salah? Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Cukuplah sebagai ganti bagimu
dari melumuri sekujur tubuh dengan tanah, engkau pukulkan (tepukkan)
kedua tanganmu ke tanah satu kali tepukan lalu usapkan tangan kirimu ke
tangan kananmu dan wajahmu seperti tayamum untuk wudu." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3461 |
|
Hadith 371 الحديث
الأهمية: لما حضرت أحدًا دعاني أبي من الليل
فقال: ما أراني إلا مقتولا في أول من يقتل من أصحاب النبي -صلى الله عليه
وسلم-
Tema: Ketika perang Uhud akan dimulai,
ayahku memanggilku di malam hari seraya berkata, "Aku tidak melihat
diriku kecuali jadi orang pertama yang gugur di antara sahabat
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." |
عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما-،
قال: لما حضرتْ أُحُدٌ دعاني أبي من الليل، فقال: ما أراني إلا مقتولا في
أول من يُقتل من أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم-، وإني لا أترك بعدي
أعزَّ عليَّ منك غيرَ نَفْسِ رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، وإن عليَّ
دَيْنًا فاقْضِ، واسْتَوْصِ بأَخَوَاتِكَ خيرًا، فأصبحنا، فكان أولَ قَتيل،
ودَفَنْتُ معه آخرَ في قبره، ثم لم تَطِبْ نفسي أن أتركه مع آخر؛
فاستخرجتُه بعد ستة أشهر، فإذا هو كيوم وضعتُه غيرَ أُذنِهِ، فجعلته في قبر
على حِدَةٍ.
Dari Jābir bin Abdullah -raḍiyallāhu
'anhumā- dia berkata, "Ketika perang Uhud akan dimulai, ayahku
memanggilku di malam hari seraya berkata, "Aku tidak melihat diriku
kecuali jadi orang pertama yang gugur di antara sahabat Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku tiada meninggalkan apapun yang
paling berharga dibanding dirimu setelah kematianku selain Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Sesungguhnya aku mempunyai hutang, maka
lunasilah. Dan berbuat baiklah kepada saudari-saudarimu!" Keesokan
harinya beliau benar-benar menjadi korban pertama dalam peperangan. Dan
aku pun menguburnya bersama korban lainnya. Hatiku tidak tenteram
membiarkannya dikubur bersama orang lain. Maka setelah enam bulan aku
pun mengeluarkannya dan ternyata jasadnya masih utuh seperti awal aku
kubur selain telinganya saja. Lalu aku menguburnya di tempat
tersendiri."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أيقظ عبد الله بن حرام ابنه جابرًا في
ليلة من الليالي، وقال له: إني لأظن أني أول قتيل مع رسول الله -صلى الله
عليه وسلم-، وذلك قبيل غزوة أحد، ثم أوصاه وقال: إني لن أترك من بعدي أحدًا
أعز منك بعد رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، وأوصاه بأن يقضي دينًا كان
عليه وأوصاه بأخواته، ثم كانت الغزوة فقاتل -رضي الله عنه- وقُتل، وكان
القتلى في ذلك اليوم سبعين رجلًا، فكان يشق على المسلمين أن يحفروا لكل رجل
قبرًا، فجعلوا يدفنون الاثنين والثلاثة في قبر واحد، فدفن مع عبد الله بن
حرام رجل آخر، ولكنَّ جابرًا -رضي الله عنه- لم تطب نفسه حتى فرق بين أبيه
وبين من دفن معه، فحفره بعد ستة أشهر من دفنه، فوجده كأنه دفن اليوم، لم
يتغير إلا شيء في أذنه يسير، ثم أفرده في قبر.
Di suatu malam Abdullah bin Ḥirām
membangunkan anaknya, Jābir. Lalu Abdullah berkata kepada sang putra,
"Aku yakin diriku bakal menjadi orang pertama yang gugur di antara
sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Firasat ini sebelum
perang Uhud berkecamuk. Kemudian Abdullah berwasiat kepadanya, 'Sungguh
aku tidak meninggalkan seseorang yang paling berharga bagiku selain
dirimu setelah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Lalu dia
berwasiat untuk melunasi hutangnya dan juga berwasiat untuk senantiasa
berbuat baik kepada saudari-saudarinya. Ketika perang Uhud berkecamuk,
maka dengan gagah berani dia berperang dan gugur bersama sahabat
lainnya. Sahabat yang syahid pada peperangan itu berjumlah tujuh puluh
dan sangat berat sekali untuk menggali kubur satu persatu. Maka sahabat
pun mengubur dua atau tiga syahid dalam satu kubur. Sehingga Abdullah
bin Ḥirām dikuburkan bersama korban syahid lainnya. Tetapi hati Jābir
-raḍiyallāhu 'anhu- tidak tenang dengan kondisi seperti itu, sehingga ia
memisahkan ayahnya dari sahabat yang dikubur bersamanya. Maka setelah
enam bulan, Jābir menggali kembali kubur ayahnya dan ternyata jasad
ayahnya masih utuh selain telinganya yang berubah sedikit. Lalu Jābir
menguburkan ayahnya di tempat tersendiri. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3462 |
|
Hadith 372 الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان إذا
تكلم بكلمة أعادها ثلاثًا حتى تفهم عنه، وإذا أتى على قوم فسلم عليهم سلم
عليهم ثلاثًا
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
apabila menuturkan satu kata, beliau mengulanginya tiga kali hingga
dapat dipahami. Dan jika mendatangi suatu kaum lalu mengucapkan salam,
beliau mengucapkan salam kepada mereka tiga kali. |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- أَنَّ
النَبيَّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- كَان إِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ
أَعَادَهَا ثَلاَثًا حَتَّى تُفْهَمَ عَنْهُ، وَإِذَا أَتَى عَلَى قَوْمٍ
فَسَلَّمَ عَلَيهِم سَلَّمَ عَلَيهِم ثَلاَثًا.
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- "Bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila
menuturkan satu kata, beliau mengulanginya tiga kali hingga dapat
dipahami. Dan jika mendatangi suatu kaum lalu mengucapkan salam, beliau
mengucapkan salam kepada mereka tiga kali."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في حديث أنس بن مالك -رضي الله عنه-
أنَّ النبي -صلى الله عليه وسلم- كان إذا تكلم بالكلمة أعادها ثلاثا حتى
تفهم عنه.
فقوله:
"حتى تفهم عنه" يدل على أنها إذا فهمت بدون تكرار فإنه لا يكررها.
لكن إذا
لم يفهم الإنسان؛ بأن كان لا يعرف المعنى جيدا فكرر عليه حتى يفهم، أو كان
سمعه ثقيلا لا يسمع، أو كان هناك ضجة، فهنا يستحب أن تكرر له حتى يفهم عنك.
وكان -صلى
الله عليه وسلم- إذا سلم على قوم "سلم عليهم ثلاثا" يعني: أنه كان لا يكرر
أكثر من ثلاث: يسلم مرة فإذا لم يجب سلم الثانية، فإذا لم يجب سلم الثالثة،
فإذا لم يجب تركه.
وكذلك في
الاستئذان كان -صلى الله عليه وسلم- يستأذن ثلاثا، يعني إذا جاء للإنسان
يستأذن في الدخول على بيته، يدق عليه الباب ثلاث مرات، فإذا لم يُجب انصرف،
فهذه سنته -عليه الصلاة والسلام- أن يكرر الأمور ثلاثا ثم ينتهي.
Dalam hadis Anas bin Malik
-raḍiyallāhu 'anhu-, "Bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
apabila menuturkan satu kata, beliau mengulanginya tiga kali hingga
dapat dipahami." Ucapannya, "Hingga dapat dipahami," menunjukkan bahwa
jika kata itu dipahami tanpa pengulangan maka beliau pun tidak
mengulanginya. Akan tetapi apabila seseorang belum faham karena tidak
bisa mengetahui maknanya dengan baik, maka ulangilah untuknya sampai dia
faham, atau mungkin pendengarannya berat tak bisa mendengar atau ada
kebisingan, maka di sini kamu disunahkan mengulanginya sampai dia
memahami (ucapanmu). Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila
mengucapkan salam kepada suatu kaum, "Beliau mengucapkan salam tiga
kali," yakni, beliau tidak mengulangi (salam) lebih dari tiga kali.
Beliau mengucapkan salam satu kali. Jika belum ada jawaban, beliau
mengucapkan salam yang kedua kali. Jika belum ada yang menjawab, beliau
mengucapkan salam yang ketiga kali. Apabila tidak ada yang menjawab,
beliau meninggalkannya. Demikian juga dalam hal meminta izin, Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meminta izin tiga kali. Yakni, apabila
beliau mendatangi seseorang, beliau meminta izin untuk masuk ke
rumahnya; beliau mengetuk pintu tiga kali. Jika tidak ada yang menjawab,
beliau pun pulang. Inilah sunah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
yaitu mengulang hal-hal tersebut tiga kali lalu berhenti (tidak
melakukan lagi). |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3463 |
|
Hadith 373 الحديث
الأهمية: رأيت ابن عمر أتى على رجل قد أناخ
بدنته، فنحرها، فقال ابعثها قياما مقيدة سنة محمد -صلى الله عليه وسلم-
Tema: Aku melihat Ibnu Umar mendatangi
seorang lelaki yang telah menderumkan untanya lalu (hendak)
menyembelihnya. Lantas Ibnu Umar berkata, "Sembelihlah dalam keadaan
berdiri dan terikat. Itu merupakan sunah Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam |
عن زياد بن جبير قال: رَأَيتُ ابنَ
عُمَرَ أَتَى عَلَى رجل قد أَنَاخَ بَدَنَتَهُ، فَنَحَرَهَا، فَقَالَ:
ابْعَثْهَا قِيَاماً مُقَيَّدَةً، سُنَّةَ مُحَمَّدٍ -صلَّى الله عليه
وسلَّم-.
Dari Ziyād bin Jubair, ia berkata,
"Aku melihat Ibnu Umar mendatangi seorang lelaki yang telah menderumkan
untanya lalu (hendak) menyembelihnya. Lantas Ibnu Umar berkata,
"Sembelihlah dalam keadaan berdiri dan terikat. Itu merupakan sunah
Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
السُنَّة في البقر والغنم وغيرهما
-ماعدا الإبل- ذبحها من الحلق مضجعة على جانبها الأيسر، ومستقبلة القبلة،
وأما الإبل، فالسنة نحرها في لبتها، قائمة معقولة يدها اليسرى؛ لأن في هذا
راحة لها، بسرعة إزهاق روحها، ولذا لما مر عبد الله بن عمر -رضي الله عنه-
على رجل يريد نحر بدنة مناخة، قال: ابعثها قياما، مقيدة، فهي سنة النبي
-صلى الله عليه وسلم- الذي نهج أدب القرآن في نحرها بقوله: (فإذا وجبت
جنوبها) يعني: سقطت، والسقوط لا يكون إلا من قيام.
Dalam menyembelih sapi, kambing dan
hewan lainnya -selain unta- disunahkan di tenggorokannya dalam keadaan
terbaring di sisi kirinya dan mengarah ke kiblat. Sedangkan unta,
menyembelihnya disunahkan di lehernya dalam keadaan berdiri dan
tangannya (kaki kiri depannya) terikat. Sebab, posisi seperti ini
membuatnya nyaman karena nyawa cepat berhembus. Untuk itu, ketika
Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhu- melewati seorang lelaki yang
hendak menyembelih unta yang sudah diderumkan, ia berkata, "Sembelihlah
dalam keadaan berdiri dan terikat. Itu merupakan sunah Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- yang menempuh jalan adab Alquran dalam menyembelihnya
berdasarkan firman-Nya, "Kemudian apabila telah rebah (mati),"
maksudnya, jatuh. Sedangkan jatuh itu hanya terjadi dari berdiri. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3464 |
|
Hadith 374 الحديث
الأهمية: أن رجلين من أصحاب النبي -صلى الله عليه
وسلم- خرجا من عند النبي -صلى الله عليه وسلم- في ليلة مظلمة ومعهما مثل
المصباحين بين أيديهما
Tema: Dua orang sahabat Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- keluar dari tempat beliau pada suatu
malam yang gelap gulita, bersama mereka seolah ada dua lampu di depan
mereka. |
عن أنس -رضي الله عنه-: أن رجلين من
أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم- خرجا من عند النبي -صلى الله عليه وسلم-
في ليلة مظلمة ومعهما مثلُ المصباحين بين أيديهما، فلما افترقا، صار مع كل
واحد منهما واحد حتى أتى أهله.
Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa
ada dua orang sahabat Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
keluar dari tempat beliau pada suatu malam yang gelap gulita, bersama
mereka seolah ada dua lampu di depan mereka. Ketika keduanya berpisah,
setiap lampu itu menyertai mereka sampai tiba di keluarganya.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في هذا الحديث الشريف كرامة ظاهرة
لرجلين من أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم-، وقد جاء في بعض طرق الحديث
أنهما: عبَاد بن بشر، وأُسيد بن حضير -رضي الله عنهما-.
وذلك أن
هذين الصحابيين الجليلين كانا عند النبي -صلى الله عليه وسلم- في ليلة ذات
ظلام شديد لا يستطيع الإنسان عادة السير فيها بسهولة؛ فأكرمهما الله تعالى
بكرامة عجيبة؛ وهي أنه جعل أمامهما نورا يشبه ضوء لمبة الكهرباء يضيء لهما
الطريق الذي يسيران فيه، فلما افترق هذان الصحابيان الجليلان أصبح مع كل
واحد منهما ضوء مستقل ليصل كل واحد منهما إلى بيته بسهولة واطمئنان.
Dalam hadis mulia ini terdapat karamah
yang jelas pada dua orang dari sahabat Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam-. Dalam beberapa jalur hadis lainnya disebutkan bahwa kedua
sahabat itu adalah 'Abād ibn Basyar dan Usaid ibn Ḥuḍair -raḍiyallāhu
'anhuma-. Keduanya berada bersama Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- di sebuah malam yang gelap gulita di mana manusia biasanya tidak
akan bisa berjalan di malam seperti itu dengan mudah. Allah Ta'ālā
memuliakan keduanya dengan karamah yang mengagumkan, yaitu Dia
menjadikan cahaya di depan keduanya laksana cahaya bola lampu listrik
yang menerangi jalan yang sedang keduanya tempuh. Ketika kedua sahabat
mulia ini berpisah, ternyata bersama mereka masing-masing ada cahaya
sehingga mereka bisa sampai ke rumah dengan mudah dan tenang. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3466 |
|
Hadith 375 الحديث
الأهمية: يا أبا ذر، إنك ضعيف، وإنها أمانة،
وإنها يوم القيامة خزي وندامة، إلا من أخذها بحقها، وأدى الذي عليه فيها
Tema: Wahai Abu Żar, sesungguhnya engkau
adalah orang yang lemah dan kekuasaan itu adalah amanah. Sesungguhnya
kekuasaan itu pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali
bagi orang yang mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya dan
melaksanakan kewajibannya pada kekuasaannya itu. |
عن أبي
ذر -رضي الله عنه- قال: قُلتُ: يَا رسُولَ الله، أَلاَ
تَسْتَعْمِلُنِي؟ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِي، ثُمَّ قَالَ: «يَا
أَبَا ذَرٍّ، إِنَّكَ ضَعِيفٌ، وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ، وَإِنَّهَا يَوْمَ
القِيَامَةِ خِزيٌ وَنَدَامَةٌ، إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا،
وَأَدَّى الَّذِي عَلَيهِ فِيهَا».
Dari Abu Żar -raḍiyallāhu 'anhu- ia
berkata, "Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memberiku
kekuasaan (jabatan)?' Beliau memegang pundakku dengan tangannya lalu
bersabda, 'Wahai Abu Żar, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah
dan kekuasaan itu adalah amanah. Sesungguhnya kekuasaan itu pada hari
kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang
mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya dan melaksanakan
kewajibannya pada kekuasaannya itu.'"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر أبو ذر أن النبي -صلى الله عليه
وسلم- خصّه بنصيحة في شأن الإمارة وتوليها، وهذا لما سأل -رضي الله عنه-
النبي -صلى الله عليه وسلم- أنْ يستعمله في الولاية، فقال له النبي -صلى
الله عليه وسلم-: "إنك ضعيفٌ"، وهذا القول فيه نوع قوة لكن الأمانة تقتضي
أن يُصرَّحَ للإنسان بوصفه الذي هو عليه، إن قويًّا فقوي، وإن ضعيفًا
فضعيف.
ففي هذا
دليل على أنه يشترط للإمارة أن يكون الإنسان قويًّا وأن يكون أمينًا؛ لأن
الرسول -عليه الصلاة والسلام- قال: "وإنها أمانة"، فإذا كان قويًّا أمينًا
فهذه هي الصفات التي يستحق بها أن يكون أميرًا واليًا،
فإن كان قويًّا غيرَ أمينٍ، أو أمينًا غيرَ قوي، أو ضعيفًا غيرَ
أمينٍ، فهذه الأقسام الثلاثة لا ينبغي أن يكون صاحبها أميرًا.
وعليه
فإنَّنَا نُؤَمِّر القوي؛ لأنَّ هذا أنفع للناس، فالناس يحتاجون إلى سلطة
وإلى قوة، وإذا لم تكن قوة ولا سيما مع ضعف الدين ضاعت الأمور.
فهذا
الحديث أصل عظيم في اجتناب الولايات، لا سيما لمن كان فيه ضعف عن القيام
بوظائف تلك الولاية.
وأما
الخزي والندامة الواردة في الحديث، في قوله: "وإنها يوم القيامة خزي
وندامة" فهو في حق من لم يكن أهلًا لها، أو كان أهلًا ولم يعدل فيها،
فيخزيه الله -تعالى- يوم القيامة، ويفضحه، ويندم على ما فرَّط.
وأما من
كان أهلًا للولاية وعدل فيها، فلا يشمله الوعيد؛ ولذلك النبي الكريم استثنى
فقال -صلى الله عليه وسلم-: "إلا من أخذها بحقها، وأدى الذي عليه فيها"،
ذلك أن من أخذها بحقها له فضل عظيم تظاهرت به الأحاديث الصحيحة؛ كحديث:
"سبعة يظلهم الله في ظله"، ذكر منهم "إمام عادل"، وحديث: "إنّ المقسطين على
منابر من نور يوم القيامة"، وغير ذلك.
Abu Żar mengabarkan bahwa Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengkhususkan nasehat untuknya mengenai
kepemimpinan dan jabatannya. Hal ini terjadi ketika dia - raḍiyallāhu
'anhu- meminta kepada beliau agar mengangkatnya sebagai gubernur. Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya engkau orang yang
lemah." Sabda ini mengandung semacam ketegasan, akan tetapi amanah itu
harus dijelaskan kepada orang sesuai dengan keadaan orang itu; jika dia
kuat, maka ia akan kuat (mengembannya), dan jika dia lemah, maka lemah
pula (dalam mengembannya). Ini mengandung dalil bahwa syarat berkuasa
itu harus orang yang kuat dan terpercaya (amanah) karena Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya kekuasaan itu
amanah," Jika seseorang itu kuat dan terpercaya maka inilah sifat-sifat
yang membuatnya berhak menjadi pemimpin dan penguasa. Jika ia kuat tapi
tidak terpercaya atau terpercaya tapi tidak kuat atau lemah tidak
terpercaya, maka ketiga macam orang ini tidak selayaknya menjadi seorang
pemimpin. Atas dasar itu, kita harus mengangkat pemimpin yang kuat,
karena dia orang yang paling bermanfaat bagi manusia. Sesungguhnya
manusia itu membutuhkan kekuasaan dan kekuatan. Jika kekuasaan tidak
dibarengi kekuatan, apalagi dengan kelemahan agama, maka segala hal akan
hilang. Hadis ini merupakan dasar yang agung dalam menghindari
kekuasaan, apalagi bagi orang yang memiliki kelemahan untuk melaksanakan
tugas-tugas kekuasaan ini. Adapun kehinaan dan penyesalan yang
disebutkan dalam hadis, dalam sabdanya, "Sesungguhnya kepemimpinan itu
pada hari kiamat adalah kehinaan dan penyesalan," adalah bagi orang yang
tidak layak untuk menerima kekuasaan atau layak berkuasa tetapi tidak
berlaku adil dalam kekuasaannya. Dengan demikian, Allah -Ta'ālā-
menjadikannya hina pada hari kiamat dan membuka aibnya sehingga dia pun
menyesali apa yang telah dilakukannya. Adapun orang yang layak untuk
berkuasa dan adil dalam kekuasaannya, maka tidak termasuk dalam ancaman
ini. Karena itulah, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberi
pengecualian, "Kecuali orang yang mengambilnya dengan hak dan menunaikan
kewajibannya." Sebab, orang yang mengambil kekuasaan dengan hak, baginya
keutamaan besar sebagaimana dijelaskan dalam berbagai hadis sahih,
seperti hadis mengenai tujuh orang yang dinaungi Allah dalam naungan-Na,
disebutkan diantara mereka adalah "pemimpin yang adil", dan hadis bahwa
orang-orang yang berlaku adil berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya,
dan sebagainya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3467 |
|
Hadith 376 الحديث
الأهمية: اللهم إني أحرج حق الضعيفين: اليتيم
والمرأة
Tema: Ya Allah, sesungguhnya aku menimpakan
dosa terhadap orang yang menyia-nyiakan hak dua golongan yang lemah,
yaitu anak yatim dan wanita. |
عن أبي شريح خويلد بن عمرو الخزاعي و
أبي هريرة -رضي الله عنهما- عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال:
«اللَّهُمَّ إِنِّي أُحَرِّجُ حَقَّ الضَعِيفَين: اليَتِيم والمَرْأَة».
Dari Abu Syuraiḥ Khuwailid bin 'Amru
Al-Khuzā'i - raḍiyallāhu 'anhu- dan Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beliau bersabda, "Ya
Allah, sesungguhnya aku menimpakan dosa terhadap orang yang
menyia-nyiakan hak dua golongan yang lemah, yaitu anak yatim dan
wanita."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
هذا الحديث مؤكد للمبدأ الإسلامي في
الرفق بالضعيف كاليتيم والمرأة، ويلاحظ في هذ الحديث أن النبي -صلى الله
عليه وسلم- بالغ في العناية بحق اليتيم والمرأة؛ لأنهما لا جاه لهما
يَلتَجِئَان إليه ويدافع عنهما، فأوقع -عليه الصلاة والسلام- الحرج والعنت
والمشقة على من أخذ حقهما.
Hadis ini menegaskan prinsip Islam
dalam berlemah lembut kepada orang lemah, seperti anak yatim dan wanita.
Dalam hadis ini dapat diperhatikan bahwa Nabi - șallallāhu 'alaihi wa
sallam- sangat serius dalam memperhatikan hak anak yatim dan wanita,
karena keduanya tidak memiliki kekuasaan untuk jadi pelindungnya dan
membela keduanya. Karena itu, Nabi -'alai aș-șalātu wa as-salām-
menimpakan dosa, kesusahan dan kesulitan kepada orang yang merampas hak
keduanya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3468 |
|
Hadith 377 الحديث
الأهمية: قاربوا وسددوا، واعلموا أنه لن ينجو أحد
منكم بعمله، قالوا: ولا أنت يا رسول الله؟ قال: ولا أنا إلا أن يتغمدني
الله برحمة منه وفضل
Tema: Bersikaplah yang lurus (moderat) dan
tetaplah dalam kebenaran. Ketahuilah, bahwasanya tidak ada seorang pun
dari kalian yang selamat karena amalnya. Para sahabat bertanya, "Tidak
pula Engkau wahai Rasulullah? Beliau menjawab, "Tidak pula aku, hanya
saja Allah meliputi diriku dengan rahmat dan karunia-Nya." |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «قَارِبُوا وسَدِّدُوا، واعلَمُوا أَنَّه
لَن يَنجُو أَحَد مِنكُم بِعَمَلِهِ» قالوا: ولا أنت يا رسول الله؟ قال:
«ولاَ أَنَا إِلاَّ أَن يَتَغَمَدَنِي الله بِرَحمَة مِنْه وَفَضل».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Bersikaplah yang lurus (moderat) dan tetaplah dalam kebenaran.
Ketahuilah, bahwasanya tidak ada seorang pun dari kalian yang selamat
karena amalannya”. Para sahabat bertanya, "Tidak pula Engkau wahai
Rasulullah? Beliau menjawab, "Tidak pula aku, kecuali Allah meliputi
diriku dengan rahmat dan karunia-Nya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
هذا الحديث يدل على أن الاستقامة على
حسب الاستطاعة، وهو قول النبي -صلى الله عليه وسلم- "قاربوا وسددوا" أي:
تحروا الإصابة، أي: احرصوا على أن تكون أعمالكم مصيبةً للحق بقدر المستطاع،
وذلك؛ لأن الإنسان مهما بلغ من التقوى، فإنَّه لابد أن يخطئ، فالإنسان
مأمور أن يُقَارِب ويُسَدِّد بقدر ما يستطيع.
ثم قال
-عليه الصلاة والسلام-: "واعلموا انه لا ينجو أحد منكم بعمله" أي: لن ينجو
من النار بعمله، وذلك لأن العمل لا يبلغ ما يجب لله عز وجل من الشكر، وما
يجب له على عباده من الحقوق، ولكن يتغمد الله -سبحانه وتعالى- العبد برحمته
فيغفر له.
فلما
قال: "لن ينجو أحد منكم بعمله" قالوا له: ولا أنت؟! قال: "ولا أنا" يعني:
كذلك النبي -عليه الصلاة والسلام- لن ينجو بعمله، وصرَّح بذلك في قوله:
"إلا أن يتغمدني الله برحمة منه"، فدل ذلك على أن الإنسان مهما بلغ من
المرتبة والولاية، فإنه لن ينجو بعمله، حتى النبي -عليه الصلاة والسلام-،
لولا أن الله مَنَّ عليه بأن غفر له ذنبه ما تقدَّم منه وما تأخر، ما أنجاه
عمله.
Hadis ini menunjukkan bahwa istiqamah
itu disesuaikan dengan kemampuan. Ini maksud sabda Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, "Bersikaplah yang lurus (moderat) dan tetaplah dalam
kebenaran". Artinya, Usahakan untuk selalu mencari kebenaran. Yakni,
berusahalah dengan sungguh-sungguh supaya amal-amal kalian menepati
kebenaran sesuai kemampuan. Hal itu karena manusia betapapun tinggi
tingkat ketakwaannya, ia pasti masih melakukan kesalahan. Maka manusia
diperintahkan untuk bersikap lurus (moderat) dan menetapi kebenaran
sesuai kemampuan. Kemudian Nabi -'alaihi aṡ-ṡalātu was salām- bersabda,
"Ketahuilah, bahwasanya tidak seorang pun dari kalian yang selamat
karena amalnya." Artinya, ia tidak akan selamat dari neraka lantaran
amalnya. Karena amal itu tidak mencapai tingkat kesyukuran yang wajib
dipersembahkan kepada Allah dan hak-hak-Nya yang wajib ditunaikan oleh
para hamba. Akan tetapi Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- meliputi seorang
hamba dengan rahmat-Nya, sehingga Dia berkenan mengampuninya. Manakala
beliau bersabda, "Tidak seorangpun dari kalian yang selamat karena
amalnya." Para sahabat bertanya, "Tidak pula Engkau?" Beliau menjawab,
"Tidak pula aku." Artinya, demikian pula Nabi -'alaihi aṡ-ṡalātu was
salām- tidak akan selamat dengan amal beliau. Beliau mengungkapkan hal
ini dengan jelas dalam sabda beliau, "...kecuali Allah meliputi diriku
dengan rahmat dari-Nya." Hal ini menunjukkan bahwa manusia itu, setinggi
apapun tingkatan dan kewaliannya, ia tidak akan selamat dari neraka
dengan amalnya. Bahkan juga Nabi -'alaihi aṣ-ṣālatu was salām-, andai
bukan karena Allah menganugerahi beliau dengan mengampuni dosa beliau
yang telah terjadi maupun yang belum terjadi, niscaya amal beliau tak
dapat menyelamatkan beliau. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3469 |
|
Hadith 378 الحديث
الأهمية: إن الناس إذا رأوا الظالم فلم يأخذوا
على يديه أوشك أن يعمهم الله بعقاب منه
Tema: Sesungguhnya manusia apabila melihat
pelaku kezaliman lalu mereka tidak berusaha mencegahnya, hampir pasti
Allah akan menimpakan azab-Nya kepada mereka semua. |
عن أبي بكر الصديق -رضي الله عنه- قال:
يا أيُّها النَّاس، إِنَّكُم لَتَقرَؤُون هذه الآية: (يَا أَيُّها الَّذِين
آمَنُوا عَلَيكُم أَنفسَكُم لاَ يَضُرُّكُم مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيتُم)
[المائدة: 105]، وَإِنِّي سمِعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول:
«إِنَّ النَّاس إِذا رَأَوُا الظَّالِمَ فَلَم يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيه
أَوشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ».
Dari Abu Bakar Aṣ-ṣiddīq -raḍiyallāhu
'anhu- ia menuturkan, "Wahai manusia! Sesungguhnya kalian membaca ayat
ini, "Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang
sesat itu akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat
petunjuk..." (Al-Mā`idah: 105), dan sesungguhnya aku pernah mendengar
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya
apabila manusia melihat pelaku kezaliman lalu mereka tidak berusaha
mencegahnya, hampir pasti Allah akan menimpakan azab-nya kepada mereka
semua."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قال أبو بكر الصديق -رضي الله عنه- قال:
أيها الناس، إنكم تقرؤون هذه الآية (يا أيها الذين آمنوا عليكم أنفسكم لا
يضركم من ضل إذا اهتديتم) ، (المائدة: 105)، وتفهمون منها أن الإنسان إذا
اهتدى بنفسه فإنه لا يضره ضلال الناس؛ لأنه استقام بنفسه، فإذا استقام
بنفسه فشأن غيره على الله -عز وجل- وهذا المعنى فاسد، فإن الله اشترط لكون
من ضل لا يضرنا أن نهتدي فقال: (لا يضركم من ضل إذا اهتديتم)، ومن
الاهتداء: أن نأمر بالمعروف وننهى عن المنكر، فإذا كان هذا من الاهتداء،
فلابد لكي نسلم من الضرر من الأمر المعروف والنهي عن المنكر، ولهذا قال
-رضي الله عنه-: وإني سمعت النبي -صلى الله عليه وسلم- يقول: "إن الناس إذا
رأوا المنكر فلم يغيروه، أو فلم يأخذوا على يد الظالم، أوشك أن يعمهم الله
بعقاب من عنده" يعني أنهم يضرهم من ضل إذا كانوا يرون الضال ولا يأمرونه
بالمعروف، ولا ينهونه عن المنكر، فإنه يوشك أن يعمهم الله بالعقاب؛ الفاعل
والغافل، الفاعل للمنكر، والغافل الذي لم ينه عن المنكر.
Abu Bakar Aṣ-ṣiddīq -raḍiyallāhu
'anhu- menuturkan, "Wahai manusia! Sesungguhnya kalian membaca ayat ini,
"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat
itu akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat
petunjuk..." (Al-Mā`idah: 105) dan kalian memahaminya bahwa seseorang
itu apabila telah mendapatkan petunjuk, maka kesesatan orang lain tidak
membahayakannya, karena ia telah meluruskan dirinya. Apabila ia telah
meluruskan dirinya, maka keadaan orang lain menjadi tanggung jawab Allah
-'Azza wa Jalla-. Pengertian ini tidak benar. Sebab, Allah mensyaratkan
orang yang sesat tidak bisa membahayakan kita bila kita mendapat
petunjuk. Dia berfirman, "Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi
mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk". Dan di antara
manifestasi mendapat petunjuk adalah kita memerintahkan kebaikan dan
mencegah kemungkaran. Bila hal ini termasuk manifestasi "mendapat
petunjuk", maka agar selamat dari bahaya, kita harus menegakkan amar
makruf dan nahi mungkar. Oleh sebab itu, dia -raḍiyallāhu 'anhu-
mengatakan, "Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- bersabda, "Sungguh, apabila manusia melihat pelaku kezaliman
lalu mereka tidak berusaha mencegahnya, hampir pasti Allah akan
menimpakan azab-Nya kepada mereka semua." Artinya, mereka terancam
bahaya orang yang sesat apabila mereka melihat orang sesat namun tidak
memerintahkannya melakukan kebaikan dan tidak mencegahnya dari
kemungkaran. Sehingga nyaris Allah akan menimpakan azab kepada mereka
semua; baik pelaku maupun orang yang lalai. Yakni, pelaku kemungkaran
dan orang lalai yang tidak mencegah kemungkaran. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh
Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3470 |
|
Hadith 379 الحديث
الأهمية: ما سمعت عمر -رضي الله عنه- يقول لشيء
قط: إني لأظنه كذا، إلا كان كما يظن
Tema: Aku tidak mendengar Umar -raḍiyallāhu
'anhu- mengatakan terhadap sesuatu sama sekali, "Sungguh aku mengira
(memprediksikan) itu demikian," melainkan terjadi sebagaimana yang ia
perkirakan. |
عن ابن عمر -رضي الله عنهما- قال: ما
سمعت عمر -رضي الله عنه- يقول لشيء قَطُّ: إني لأظنه كذا، إلا كان كما يظن.
Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'Anhuma-,
ia berkata, Aku tidak mendengar Umar -raḍiyallāhu 'anhu- mengatakan
terhadap sesuatu sama sekali, "Sungguh aku mengira (memprediksikan) itu
demikian," melainkan terjadi sebagaimana yang ia perkirakan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان الصحابة يرون عمر يحكم على أمور لا
تكون ظاهرة واضحة لغيره من الناس، ثم لما تتضح تلك الأمور يظهر أنَّ حكم
عمر عليها قبل ظهورها كان موافقا لما وقعت وظهرت في الواقع.
Para sahabat memandang bahwa Umar
memutuskan (mengatakan) hal-hal yang belum jelas dan terang bagi orang
lain. Selanjutnya setelah hal-hal tersebut terjadi, tampak bahwa
keputusan Umar sesuai dengan kenyataan dan realita. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3473 |
|
Hadith 380 الحديث
الأهمية: لا تصاحب إلا مؤمنًا، ولا يأكل طعامك
إلا تقيٌّ
Tema: Janganlah engkau berteman kecuali
dengan orang beriman dan janganlah memakan makananmu selain orang yang
bertakwa! |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- عن
النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «لاَ تُصَاحِب إِلاَّ مُؤْمِنًا، وَلاَ
يَأْكُل طَعَامَكَ إِلاَّ تَقِي».
Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda,
"Jangan engkau berteman kecuali dengan orang beriman dan jangan memakan
makananmu selain orang yang bertakwa!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أفاد حديث أبي سعيد الخدري -رضي الله
عنه- أن الواجب على المسلم ملازمة أهل الصلاح في كل أحواله، ففي الحديث
الحث على صُحبة المؤمنين، وهذا ما يتطلب البعد عن مصاحبة الكفار
والمنافقين؛ لأن مصاحبتهم مضرةٌ في الدين فالمراد بالمؤمن أي عدد من
المؤمنين.
وأكَّد
هذه الملازمة للصالحين بقوله: (ولا يأكل طعامك إلا تقي) أي: مُتورِّع يصرِف
قوت الطعام إلى عبادة الله، والمعنى لا تطعم طعامك إلا تقيًّا، ويدخل في
هذا أيضاً طعام الدعوة كالوليمة وغيرها، فينبغي أن يكون المدعو من أهل
الإيمان والصلاح.
Hadis Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- ini memberikan pengertian bahwa seorang Muslim wajib menyertai
orang baik di semua keadaannya. Hadis ini mengandung anjuran berteman
dengan orang-orang beriman. Ini menuntut supaya kita untuk menjauhi
pertemanan dengan orang-orang kafir dan munafik; karena berteman dengan
mereka itu membahayakan agama. Maksud orang beriman adalah orang yang
termasuk kaum beriman. Beliau menegaskan anjuran senantiasa menyertai
orang-orang saleh ini dengan sabda beliau, "Dan jangan memakan makananmu
selain orang yang bertakwa." Yakni, orang warak yang mengarahkan nutrisi
makanan untuk beribadah kepada Allah. Maksudnya, jangan berikan
makananmu kecuali pada orang yang bertakwa. Juga termasuk dalam hal ini
hidangan jamuan seperti walimah (pesta pernikahan) dan lainnya. Maka
seyogianya orang yang diundang termasuk orang beriman dan saleh. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3474 |
|
Hadith 381 الحديث
الأهمية: من يضمن لي ما بين لحييه وما بين رجليه
أضمن له الجنة
Tema: Siapa yang dapat memberi jaminan
kepadaku untuk menjaga apa yang ada di antara dua tulang rahangnya
(lisannya) dan di antara kedua kakinya (kemaluannya), maka aku menjamin
baginya surga. |
عن سهل بن سعد -رضي الله عنهما-
مرفوعاً: «من يضمن لي ما بين لَحْيَيْهِ وما بين رجليه أضمن له الجنة».
Sahl bin Sa'ad -raḍiyallāhu 'anhumā-
meriwayatkan secara marfū': "Siapa yang dapat memberi jaminan kepadaku
untuk menjaga apa yang ada di antara dua tulang rahangnya (lisannya) dan
di antara kedua kakinya (kemaluannya), maka aku menjamin baginya surga."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يرشد النبي -صلى الله عليه وسلم- إلى
أمرين يستطيع المسلم إذا ما التزم بهما أن يدخل الجنة التي وعد الله عباده
المتقين، وهذان الأمران هما حفظ اللسان من التكلم بما يغضب الله -تعالى-،
والأمر الثاني حفظ الفرج من الوقوع في الزنا.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memberikan arahan terkait dua hal. Jika seorang muslim mampu memegang
teguh keduanya, niscaya ia masuk surga yang telah dijanjikan oleh Allah
untuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Kedua hal itu adalah memelihara
lisan dari membicarakan sesuatu yang dimurkai Allah -Ta'ālā-, dan
memelihara kemaluan dari terjerumus ke dalam perzinaan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3475 |
|
Hadith 382 الحديث
الأهمية: كنت أغتسل أنا ورسول الله -صلى الله
عليه وسلم- من إناء واحد, كلانا جنب
Tema: Aku pernah mandi bersama Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dari satu bejana air.
Saat itu kami berdua sedang junub. |
عن عَائِشَةَ -رضي الله عنها- قالت:
((كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- مِن إِنَاءٍ
وَاحِدٍ, كِلاَنَا جُنُب، وكان يَأْمُرُنِي فَأَتَّزِرُ, فَيُبَاشِرُنِي
وأنا حَائِض، وكان يُخْرِج رَأسَه إِلَيَّ, وهُو مُعْتَكِفٌ, فَأَغْسِلُهُ
وأنا حَائِض)).
Tema: Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia
berkata, "Aku pernah mandi bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- dari satu bejana air. Saat itu kami berdua sedang junub. Beliau
pernah menyuruhku (memakai kain sarung) lalu aku pun memakainya, lalu
beliau juga mencumbuiku ketika aku sedang haid. Beliau juga pernah
menjulurkan kepalanya kepadaku saat beliau iktikaf, lalu aku membasuh
kepalanya ketika aku haid."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- وزوجته
عائشة -رضي الله عنها-، يغتسلان من الجنابة من إناء واحد، لأن الماء طاهر
لا يضره غرف الجنب منه، إذا كان قد غسل يديه قبل إدخالهما في الإناء.
وقد أراد
النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يشرع لأمته في القرب من الحائض بعد أن كان
اليهود لا يؤاكلونها، ولا يضاجعونها، فكان -صلى الله عليه وسلم- يأمر عائشة
أن تتزر، فيباشرها بما دون الجماع، وهي حائض.
وكان
النبي -صلى الله عليه وسلم- يعتكف فيخرج رأسه إلى عائشة وهي في بيتها وهو
في المسجد فتغسله، فالقرب من الحائض لا مانع منه لمثل هذه الأعمال وقد شرع
توسعة بعد حرج اليهود، ولكن الحائض لا تدخل المسجد، لئلا تلوثه، كما في هذا
الحديث.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
dan istrinya, Aisyah - raḍiyallāhu 'anhā- mandi dari satu bejana air,
karena air yang suci itu tidak berubah kesuciannya oleh cidukan orang
yang junub jika dia sudah mencuci kedua tangannya sebelum di masukkannya
ke dalam bejana. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hendak
mensyariatkan bagi umatnya agar mendekati wanita haid, ketika
orang-orang Yahudi tidak mengajak wanita haid untuk makan dan tidak
mencumbuinya. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyuruh Aisyah untuk
mengenakan kain lalu beliau mencumbuinya tanpa menggauilinya pada saat
dia haid. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sedang iktikaf lalu
menjulurkan kepalanya ke Aisyah pada saat dia di rumahnya, sedangkan
beliau berada di masjid. Lantas Aisyah membasuh kepala beliau. Dengan
demikian tidak ada halangan untuk mendekati wanita haid dengan melakukan
perbuatan seperti itu. Hal tersebut disyariatkan untuk keluasan setelah
orang Yahudi menganggapnya dosa. Hanya saja wanita haid tidak boleh
masuk masjid agar tidak mengotorinya sebagaimana dalam hadis tersebut. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3476 |
|
Hadith 383 الحديث
الأهمية: من وقاه الله شر ما بين لحييه، وشر ما
بين رجليه دخل الجنة
Tema: Siapa yang dijaga oleh Allah dari
kejelekan benda yang ada di antara kedua rahangnya (lisannya) dan
kejelekan benda yang ada diantara kedua kakinya (kemaluannya), ia pasti
masuk surga. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «من وقاه الله شر ما بين لَحْيَيْهِ، وشر
ما بين رجليه دخل الجنة».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-bersabda, "Siapa
yang dijaga oleh Allah dari kejelekan benda yang ada di antara kedua
rahangnya (lisannya) dan kejelekan benda yang ada di antara kedua
kakinya (kemaluannya), ia pasti masuk surga."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
من حفظه الله -عز وجل- من التكلم بما
يغضب الله -تعالى-، ومن الوقوع في الزنا؛ فقد نجا ودخل الجنة.
Siapa yang dijaga oleh Allah -'Azza wa
Jalla- dari pembicaraan yang dimurkai Allah -Ta'ālā- dan dari terperosok
ke dalam zina, maka ia telah selamat dan pasti masuk surga. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3477 |
|
Hadith 384 الحديث
الأهمية: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
يتكئ في حجري، فيقرأ القرآن وأنا حائض
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersandar di pangkuanku, lalu beliau membaca Al-Qur'ān, padahal
aku dalam keadaan haid. |
عن عَائِشَة -رضي الله عنها- قالت: «كان
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يَتَكِّئُ فِي حِجرِي، فَيَقرَأُ القرآن
وأنا حَائِض».
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhumā- ia
berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersandar di
pangkuanku, lalu beliau membaca Al-Qur'ān, padahal aku dalam keadaan
haid."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ذكرت عائشة -رضي الله عنها- أن النبي
-صلى الله عليه وسلم- كان يتكئ في حجرها، فيقرأ القرآن وهي حائض، مما يدل
على أن بدن الحائض طاهر، لم ينجس بالحيض.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhumā-
menuturkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersandar di
pangkuannya lalu membaca Al-Qur'ān, padahal dia sendiri sedang haid. Ini
menunjukkan bahwa tubuh wanita haid adalah suci tidak menjadi najis
karena haid. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3478 |
|
Hadith 385 الحديث
الأهمية: إن العبد ليتكلم بالكلمة ما يتبين فيها
يزل بها إلى النار أبعد مما بين المشرق والمغرب
Tema: Sesungguhnya seorang hamba benar-benar
lepas berbicara dengan satu kalimat yang tidak jelas (baik atau
buruknya), maka dia akan tergelincir ke dalam neraka yang lebih jauh
daripada jarak antara timur dan barat. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أَنَّهُ
سَمِعَ النَّبيَّ -صلّى اللهُ عليه وسَلَّم يقول-: «إن العبد ليتكلم
بالكلمة ما يتبين فيها يزلُّ بها إلى النار أبعدَ مما بين المشرق والمغرب».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Sesungguhnya seorang hamba benar-benar lepas berbicara dengan satu
kalimat yang tidak jelas (baik atau buruknya), maka dia akan tergelincir
ke dalam neraka yang lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا -صلى الله عليه وسلم- أن هناك من
الناس من لا يفكر عند إرادته الكلام هل هذا الكلام الذي سيقوله خير أم لا؟.
والنتيجة
تكون أن هذا المتكلم يقع بسبب عدم هذا التفكير في المحظور، ويعرض نفسه
لعذاب الله في نار جهنم – عياذاً بالله- وربما يسقط في النار لمسافة هي
أبعد مما بين المشرق والمغرب.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan kepada kita bahwa ada orang yang tidak menimbang
lebih dahulu ketika ingin bicara, apakah perkataan yang akan
diucapkannya ini baik atau tidak? Akibatnya, karena tidak berpikir, maka
orang yang berbicara tersebut bisa terjatuh ke dalam hal yang dilarang
dan dirinya akan ditimpa azab Allah di neraka jahanam - kita berlindung
kepada Allah - Bahkan mungkin saja ia jatuh ke dalam jurang neraka yang
jaraknya lebih jauh daripada jarak timur dan barat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3479 |
|
Hadith 386 الحديث
الأهمية: ما من نبي بعثه الله في أمة قبلي إلا
كان له من أمته حواريون وأصحاب يأخذون بسنته ويقتدون بأمره، ثم إنها تخلف
من بعدهم خلوف يقولون ما لا يفعلون، ويفعلون ما لا يؤمرون
Tema: Tidak ada seorang Nabi pun yang Allah
utus untuk satu umat sebelumku kecuali ia memiliki para pengikut setia
dan sahabat-sahabat yang mengamalkan sunnahnya dan mengikuti
perintahnya. Kemudian muncul para pengganti setelah mereka yang
mengatakan apa yang tidak mereka perbuat dan melakukan apa yang tidak
diperintahkan. |
عن ابن مسعود -رضي الله عنه- أن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «ما من نبي بعثه الله في أُمَّةٍ قبلي إلا
كان له من أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وأَصْحَابٌ يأخذون بسُنته ويَقْتَدُونَ
بأَمره، ثم إنها تَخْلُفُ من بعدهم خُلُوفٌ يقولون ما لا يفعلون، ويفعلون
ما لا يُؤْمَرُونَ، فمن جَاهَدَهُمْ بيده فهو مؤمن، ومن جَاهَدَهُمْ بقلبه
فهو مؤمن، ومن جَاهَدَهُمْ بلسانه فهو مؤمن، وليس وَرَاءَ ذلك من الإيمان
حَبّةُ خَرْدَلٍ».
Dari Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-,
bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak
ada seorang Nabi pun yang Allah utus untuk satu umat sebelumku kecuali
ia memiliki para pengikut setia dan sahabat-sahabat yang mengamalkan
sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Kemudian muncul para pengganti
setelah mereka yang mengatakan apa yang tidak mereka perbuat dan
melakukan apa yang tidak diperintahkan. Maka siapa yang berjihad melawan
mereka dengan tangannya ia seorang mukmin, siapa yang berjihad melawan
mereka dengan hatinya ia seorang mukmin dan siapa yang berjihad melawan
mereka dengan lidahnya ia seorang mukmin. Adapun (jenis pengingkaran)
selain itu, maka bukanlah suatu bentuk keimanan meskipun sebesar biji
sawi."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ما من نبي بعثه الله -تعالى- في أمة قبل
النبي -صلى الله عليه وسلم- إلا كان له من أمته خلصاء وأصفياء يصلحون
للخلافة بعده، وأصحاب يأخذون بطريقه وشريعته، ويتأسون بأمره، ثم إنها تحدث
من بعدهم خُلُوف يتشبعون بما لم يعطوا أي يظهرون أنهم بصفة من الصفات
الحميدة وليسوا كذلك، ويفعلون خلاف المأمور به من المنكرات التي لم يأت بها
الشرع، فمن جاهدهم بيده؛ إذا توقف إزالة المنكر عليه ولم يترتب عليه مفسدة
أقوى منه فهو كامل الإيمان، ومن جاهدهم بلسانه بأن أنكر به واستعان بمن
يدفعه فهو مؤمن، ومن جاهدهم بقلبه، واستعان على إزالته بالله -سبحانه- فهو
مؤمن، وليس وراء كراهة المنكر بالقلب من الإيمان شيء.
Tidak ada seorang Nabi pun yang Allah
-Ta'ālā- utus di satu umat sebelum Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
kecuali ia memiliki para pengikut yang tulus dan orang-orang pilihan
yang layak menggantikannya sepeninggal dirinya, dan para sahabat yang
meniti jalannya dan syariatnya, serta mengikuti perintahnya. Kemudian,
sepeninggal mereka, muncul pengganti-pengganti yang berbangga-bangga
dengan apa yang tidak diberikan pada mereka, artinya; mereka menampilkan
diri dengan sifat terpuji padahal mereka tidak seperti itu, dan
melakukan hal-hal yang tidak diperintahkan berupa berbagai kemungkaran
yang tidak diajarkan agama. Maka siapa yang berjihad melawan mereka
dengan tangannya apabila kemungkaran tersebut hanya bisa dihilangkan
dengan tangan (kekuatan) dan tidak mengakibatkan kerusakan yang lebih
besar, maka ia orang yang sempurna imannya. Siapa yang berjihad melawan
mereka dengan lidahnya, yakni mengingkari dengan ucapan dan meminta
tolong pada orang yang mampu menghilangkan kemungkaran tersebut, maka ia
seorang mukmin. Dan siapa yang berjihad melawan mereka dengan hatinya
dan meminta tolong pada Allah -Subḥānahu- untuk menghilangkan
kemungkaran tersebut maka ia seorang mukmin. Adapun (jenis pengingkaran)
yang lebih rendah dari pengingkaran dengan hati, maka bukanlah suatu
bentuk keimanan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3480 |
|
Hadith 387 الحديث
الأهمية: إنه يستعمل عليكم أمراء فتعرفون
وتنكرون، فمن كره فقد برئ، ومن أنكر فقد سلم، ولكن من رضي وتابع، قالوا: يا
رسول الله، ألا نقاتلهم؟ قال: لا، ما أقاموا فيكم الصلاة
Tema: "Sesungguhnya akan diangkat para
penguasa untuk kalian. Kalian mengenalinya dan kemudian kalian
mengingkari (kemaksiatannya). Siapa yang membenci (kemaksiatannya), maka
ia telah terbebas (dari tanggung jawabnya). Siapa mengingkari, maka ia
selamat. Namun, siapa yang rida serta mengikuti mereka (akan ikut
celaka)." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Bolehkah kita
memerangi mereka?" Beliau menjawab, "Jangan, selama mereka masih
mendirikan salat di tengah kalian!" |
عن أم سلمة
هند بنت أبي أمية حذيفة -رضي الله عنها- عن النبي -صلى الله عليه
وسلم- أنه قال: «إِنَّه يُسْتَعمل عَلَيكُم أُمَرَاء فَتَعْرِفُون
وَتُنكِرُون، فَمَن كَرِه فَقَد بَرِئ، ومَن أَنْكَرَ فَقَد سَلِمَ، ولَكِن
مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ» قالوا: يا رسول الله، أَلاَ نُقَاتِلُهُم؟ قال:
«لا، ما أَقَامُوا فِيكُم الصَّلاَة».
Ummu Salamah Hind binti Abi Umayyah
-raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, bahwa beliau bersabda, "Sesungguhnya akan diangkat para
penguasa untuk kalian. Kalian mengenalinya dan kemudian kalian
mengingkari (kemaksiatannya). Siapa yang membenci (kemaksiatannya), maka
ia telah terbebas (dari tanggung jawabnya). Siapa mengingkari, maka ia
selamat. Namun, siapa yang rida serta mengikuti mereka (akan ikut
celaka)." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Bolehkah kita
memerangi mereka?" Beliau menjawab, "Jangan, selama mereka masih
mendirikan salat di tengah kalian!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر -عليه الصلاة والسلام- أنه يولى
علينا من قبل ولي الأمر أمراء، نعرف بعض أعمالهم؛ لموافقتها ما عرف من
الشرع، وننكر بعضها؛ لمخالفته ذلك، فمن كره بقلبه المنكر ولم يقدر على
الإنكار؛ لخوف سطوتهم فقد برىء من الإثم، ومن قدر على الإنكار باليد أو
باللسان فأنكر عليهم ذلك فقد سلم، ولكن من رضي فعلهم بقلبه، وتابعهم في
العمل به يهلك كما هلكوا.
ثم سألوا
النبي -صلى الله عليه وسلم-: ألا نقاتلهم؟ قال: "لا، ما أقاموا فيكم
الصلاة".
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengabarkan bahwa akan ada para penguasa yang diangkat; kita mengenali
sebagian perbuatan mereka karena selaras dengan syariat yang kita
ketahui, dan kita mengingkari sebagian perbuatannya karena bertentangan
dengan syariat. Siapa yang membenci kemungkaran mereka dengan hatinya
dan tidak mampu untuk mengubahnya (dengan tangan atau lisan) karena
takut kekuasaan mereka, maka ia telah terlepas dari dosa. Siapa yang
sanggup untuk mengubahnya dengan tangan atau lisan lalu ia mengingkari
mereka, maka ia telah selamat. Akan tetapi, orang yang rida dengan
perbuatan mereka dalam hatinya dan mengikuti perbuatan mereka, maka ia
akan binasa sebagaimana mereka binasa. Selanjutnya para sahabat bertanya
kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Bolehkah kami memerangi
mereka?" Beliau menjawab, "Jangan, selama mereka masih mendirikan salat
bersama kalian." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3481 |
|
Hadith 388 الحديث
الأهمية: ذكرتُ شيئًا من تبر عندنا فكرهت أن
يحبسني، فأمرت بقسمته
Tema: Aku teringat sebuah emas yang ada pada
kami, maka aku tidak suka batang emas itu menahanku. Lantas Aku pun
menyuruh untuk membagikannya. |
عن عقبة بن الحارث -رضي الله عنه- قال:
صليت وراء النبي -صلى الله عليه وسلم- بالمدينة العصر، فسَلَّمَ ثم قام
مُسرعًا، فتَخَطَّى رِقَابَ الناس إلى بعض حُجَرِ نِسائه، فَفَزِعَ الناسُ
من سُرْعَتِهِ، فخرج عليهم، فرأى أنهم قد عجبوا من سُرْعَتِهِ، قال: «ذكرت
شيئاً من تِبْرٍ عندنا فكرهت أن يَحْبِسَنِي، فأمرتُ بِقِسْمَتِهِ».
وفي
رواية: «كنت خَلَّفْتُ في البيت تِبْرًا من الصدقة، فكرهت أن أُبَيِّتَهُ».
Dari 'Uqbah bin Al-Hāriṡ -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Aku pernah melaksanakan salat Asar di belakang Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di Madinah. Beliau mengucapkan salam lalu
berdiri dengan cepat kemudian melewati leher-leher manusia menuju ke
salah satu kamar istrinya. Tentu saja orang-orang ketakutan dengan
gerakan cepatnya. Lantas beliau keluar menemui mereka lalu melihat
mereka heran dengan gerakan cepatnya. Beliau bersabda, "Aku teringat
sebuah emas yang ada pada kami, maka aku tidak suka batang emas itu
menahanku. Lantas Aku pun menyuruh untuk membagikannya." Dalam riwayat
lain disebutkan, "Aku meninggalkan sebuah emas dari sedekah di rumah,
lalu aku tidak suka mendiamkannya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قال عقبة بن الحارث -رضي الله عنه- أنه
صلَّى مع النبي -صلى الله عليه وسلم- ذات يوم صلاة العصر، فقام النبي -صلى
الله عليه وسلم- حين انصرف من صلاته مسرعاً، يَتخَطَّي رقاب الناس متوجهاً
إلى بعض حجرات زوجاته؛ فخاف الناس من ذلك، ثم خرج فرأى الناس قد عجبوا من
ذلك؛ فبين لهم النبي -صلى الله عليه وسلم- سبب هذا، وأخبر أنه تذكر شيئًا
من ذهب غير مضروب مما تجب قسمته، فكره أن يمنعه ويشغله التفكير فيه عن
التوجه والإقبال على الله -تعالى-.
Uqbah bin Al-Hāriṡ -raḍiyallāhu 'anhu-
mengatakan bahwa suatu hari dirinya salat Asar bersama Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-. Usai salat, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
berdiri meninggalkan tempatnya dengan cepat; beliau melewati leher-leher
manusia menuju ke salah satu kamar istrinya. Tentu saja orang-orang
merasa takut dengan hal itu. Kemudian beliau keluar lalu melihat
orang-orang heran dengan tingkah tadi. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- menjelaskan kepada mereka mengenai sebab hal itu dan
memberitahu bahwa dirinya ingat sebuah emas yang belum ditempa yang
harus dibagikan. Beliau tidak suka emas itu menahannya dan membuatnya
sibuk dengannya sehingga lalai dari menghadap kepada Allah -Ta'ālā-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3483 |
|
Hadith 389 الحديث
الأهمية: دخل عبد الرحمن بن أبي بكر الصديق -رضي
الله عنهما- على النبي -صلى الله عليه وسلم- وأنا مسندته إلى صدري، ومع عبد
الرحمن -رضي الله عنهما- سواك رطب يستن به فأبده رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- بصره
Tema: Abdurraḥmān bin Abi Bakar Aṣ-Ṣiddīq
-raḍiyallāhu 'anhumā- pernah masuk menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- pada saat aku (Aisyah) menyandarkan beliau ke dadaku. Ketika itu
Abdurraḥmān -raḍiyallāhu 'anhumā- membawa kayu siwak basah yang
digunakan untuk menyikat gigi. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- melayangkan pandangannya kepadanya. |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: ((دخل
عبد الرحمن بن أبي بكر الصديق -رضي الله عنهما- على النبي -صلى الله عليه
وسلم- وأنا مُسْنِدَتُه إلى صدري، ومع عبد الرحمن سِواك رَطْب يَسْتَنُّ
به، فأَبَدَّه رسول الله -صلى الله عليه وسلم- بَصَره، فَأَخَذْتُ
السِّوَاك فَقَضَمتُه، فَطَيَّبتُه، ثُمَّ دَفَعتُهُ إلى النبي -صلى الله
عليه وسلم- فَاسْتَنَّ به فما رأيتُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
استَنَّ اسْتِنَانًا أَحسَنَ منه، فَما عَدَا أن فَرَغَ رسول الله -صلى
الله عليه وسلم-: رَفَع يَدَه -أو إصبعه-، ثم قال: في الرفيق الأعلى
-ثلاثا- ثمَّ قَضَى، وكَانت تقول: مَاتَ بَينَ حَاقِنَتِي وَذَاقِنَتِي)).
Tema: Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- ia
berkata, "Abdurraḥmān bin Abi Bakar Aṣ-Ṣiddīq -raḍiyallāhu 'anhumā-
pernah masuk menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pada saat aku
menyandarkan beliau ke dadaku. Ketika itu Abdurraḥmān -raḍiyallāhu
'anhu- membawa kayu siwak basah yang digunakan untuk menyikat gigi.
Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melayangkan
pandangannya kepadanya. Aku pun mengambil kayu siwak itu lalu
menggigitnya dan melembutkannya lalu aku menyerahkannya kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lantas beliau bersiwak dengannya. Aku
tidak pernah melihat sebelumnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersiwak sebaik itu. Usai Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersiwak, beliau mengangkat tangannya -atau jarinya- lalu
mengucapkan, "Ar-Rafīq al-A'lā (berada di dekat Żat yang Maha Tinggi)"
-tiga kali- lalu beliau pun wafat. Aisyah berkata, "Beliau meninggal
dunia di antara perut dan daguku (dekapannya)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
تذكر عائشة -رضي الله عنها- قصةً تبين
لنا مدى محبة النبي -صلى الله عليه وسلم- للسواك وتعلقه به، وذلك أن عبد
الرحمن بن أبى بكر -رضي الله عنه- -أخا عائشة- دخل على النبي -صلى الله
عليه وسلم- في حال النزع ومعه سواك رطب، يدلك به أسنانه.
فلما رأى
النبي -صلى الله عليه وسلم- السواك مع عبد الرحمن، لم يشغله عنه ما هو فيه
من المرض والنزع، من محبته له، فمدَّ إليه بصره، كالراغب فيه، ففطنت عائشة
-رضي الله عنها- فأخذت السواك من أخيها، وقصت رأس السواك بأسنانها ونظفته
وطيبته، ثم ناولته النبي -صلى الله عليه وسلم-، فاستاك به.
فما رأت
عائشة تسوكًا أحسن من تسوكه.
فلما طهر
وفرغ من التسوك، رفع إصبعه، يوحد الله -تعالى-، ويختار النقلة إلى ربه
-تعالى-، ثم توفي -صلى الله عليه وسلم-.
فكانت
عائشة -رضي الله عنها- مغتبطة، وحُق لها ذلك، بأنه -صلى الله عليه وسلم-
توفي ورأسه على صدرها.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- menuturkan
sebuah kisah yang menjelaskan kepada kita sejauh mana kecintaan Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada siwak dan ketergantungan beliau
dengannya. Bahwasanya Abdurraḥmān bin Abi Bakar -raḍiyallāhu 'anhu-
saudara Aisyah masuk menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- saat
sakaratul maut, dan dia membawa kayu siwak yang basah untuk menggosok
giginya. Saat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat kayu siwak
yang dibawa oleh Abdurraḥmān, ternyata sakit dan sakaratul maut yang
sedang dialaminya tidak menghalanginya untuk bersiwak karena
kecintaannya kepadanya. Beliau melayangkan pandangannya kepadanya
seperti orang yang menginginkannya. Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- memahami
itu lalu mengambil kayu siwak dari saudaranya, memotong ujung kayu siwak
dengan giginya, membersihkan dan melembutkannya lalu menyodorkannya
kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau pun bersiwak
dengannya. Aisyah tidak pernah melihat sebelumnya cara bersiwak yang
lebih bagus dari cara bersiwaknya. Tatkala sudah bersih dan selesai dari
bersiwak, beliau mengangkat jarinya untuk mengesakan Allah -Ta'ālā- dan
memilih pindah menuju Rabbnya -Ta'ālā- setelah itu Nabi-ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- wafat. Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- bangga dan dia
berhak untuk itu karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat dalam
keadaan kepala beliau di dadanya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3484 |
|
Hadith 390 الحديث
الأهمية: أن رجلا سأل النبي -صلى الله عليه وسلم-
وقد وضع رجله في الغرز: أي الجهاد أفضل؟ قال: كلمة حق عند سلطان جائر
Tema: Ada seorang laki-laki bertanya kepada
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- padahal dia sudah meletakkan kakinya
pada pelana, "Jihad apakah yang paling utama?" Beliau menjawab,
"Mengucapkan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim." |
عن طارق بن شهاب البجلي الأحمسي -رضي
الله عنه- أنّ رجُلًا سأل النبي -صلى الله عليه وسلم- وقد وضَع رِجله في
الغَرْزِ: أَيُّ الجهاد أفضل؟ قال: «كَلِمَةُ حَقًّ عِند سُلطَان جَائِرٍ».
Dari Ṭāriq bin Syihāb Al-Bujali
Al-Aḥmasi -raḍiyallāhu 'anhu- "Bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya
kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- padahal dia sudah meletakkan
kakinya pada pelana, "Jihad apakah yang paling utama?" Beliau menjawab,
"Mengucapkan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
سأل رجل النبي -صلى الله عليه وسلم- وقد
تهيأ للسفر: أي الجهاد أكثر ثوابا؟ فأخبره النبي -صلى الله عليه وسلم- عن
أفضل الجهاد، وهو أن يأمر سلطانًا ظالمًا بالمعروف، أو أن ينهاه عن المنكر،
فالجهاد ليس مقتصرًا على القتال للكفار، بل له مراتب، والمذكور أكثرها
ثوابًا؛ لأنه مظنة القتل أو الحبس بسبب جور السلطان، ولقلة من يتصدى لذلك.
Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- padahal dia sudah bersiap-siap untuk
melakukan safar. "Jihad apa yang paling banyak pahalanya?" Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahunya tentang jihad yang paling
utama, yaitu menyuruh yang maruf kepada penguasa yang zalim atau
melarangnya dari kemungkaran. Jihad tidak hanya terbatas berperang
melawan orang-orang kafir, tetapi jihad itu memiliki beberapa tingkatan.
Yang disebutkan di sini adalah jihad yang banyak pahalanya, karena hal
itu sangat berpotensi untuk terjadinya pembunuhan atau penahanan
disebabkan kezaliman penguasa dan sedikitnya orang yang berani
melakukannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Nasā`i -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3485 |
|
Hadith 391 الحديث
الأهمية: جاء رجل إلى النبي -صلى الله عليه وسلم-
فقال: يا رسول الله، إني أريد سفرًا، فزودني، فقال: زودك الله التقوى
Tema: Seorang lelaki datang kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu berkata, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku ingin melakukan perjalanan, maka berilah aku bekal."
Beliau bersabda, "Semoga Allah membekalimu dengan ketakwaan." |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: جاء
رجل إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال: يا رسول الله، إني أريد سَفَرًا،
فَزَوِّدْنِي، فقال: «زَوَّدَكَ الله التقوى» قال: زِدْنِي قال: «وَغَفَرَ
ذَنْبَكَ» قال: زِدْنِي، قال: «ويَسَّرَ لك الخيَر حَيْثُمَا كنتَ».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Seorang lelaki datang kepada Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- lalu berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
ingin melakukan perjalanan, maka berilah aku bekal." Beliau bersabda,
"Semoga Allah membekalimu dengan ketakwaan." Orang itu berkata,
"Tambahkanlah untukku." Beliau bersabda, "Semoga Dia mengampuni dosamu."
Orang itu berkata lagi, "Tambahkanlah untukku." Beliau bersabda, "Semoga
Allah memudahkan kebaikan untukmu di mana saja." |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- أن رجلًا
جاء النبي -صلى الله عليه وسلم- يريد السفر، فجاء مستأذنًا للسفر طالبًا
الزاد؛ فدعا له النبي -صلى الله عليه وسلم- دعاءً يكون نفعه كالزاد، أن
يكون زاده امتثال الأوامر واجتناب النواهي.
ثم كرَّر
طلب الزيادة؛ رجاء الخير وبركة الدعاء، فأجابه -صلى الله عليه وسلم- في
طلبه الزيادة؛ تطييبا لقلبه، فقال: وغفر ذنبك.
ثم كرَّر
طلب الزيادة رجاء الخير وبركة الدعاء؛ فما كان من المصطفى -صلى الله عليه
وسلم- إلاَّ أن ختم له بخاتمة جميلة جامعة للبر والفلاح، فدعا له أن يسهَّل
له خير الدارين في أي مكان حل، وفي أيِّ زمان نزل.
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- bahwasanya seorang laki-laki pernah datang kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hendak melakukan perjalanan. Dia datang
untuk minta izin melakukan perjalanan sambil meminta bekal. Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendoakannya dengan doa yang manfaatnya
menjadi seperti bekal. Bekalnya berupa melaksanakan perintah-perintah
dan menjauhi larangan-larangan. Selanjutnya dia mengulangi permintaan
tambahan dengan harapan (memperoleh) kebaikan dan keberkahan doa. Nabi -
ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabulkan permintaan tambahannya untuk
menyenangkan hatinya. Beliau berdoa, "Semoga Dia (Allah) mengampunimu."
Selanjutnya orang itu mengulangi permintaan tambahan dengan harapan
(memperoleh) kebaikan dan keberkahan doa. Al-Muṣṭafa -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- mengakhiri doanya untuk orang itu dengan penutup yang indah
dan mencakup kebaikan dan keberuntungan. Beliau mendoakannya semoga
Allah memudahkan baginya kebaikan dunia dan akhirat, di setiap tempat
yang dia tempati dan di segala masa yang ditempuh. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan garīb] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Dārimi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3492 |
|
Hadith 392 الحديث
الأهمية: إنَّ أبر البر صلة الرجل أهل وُدَّ أبيه
Tema: Sesungguhnya perbuatan bakti yang
paling baik adalah seseorang menyambung hubungan baik dengan keluarga
orang yang dicintai ayahnya. |
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-
أَنَّ رَجُلاً مِنَ الأعرَاب لَقِيهَ بِطَريق مَكَّة، فَسَلَّم عَلَيه عَبد
الله بنُ عمر، وَحمَلهُ على حمار كان يركَبُهُ، وَأعطَاه عِمَامَة كَانت
على رأسه، قال ابن دينار: فقُلنا له: أَصْلَحَك الله، إنَّهم الأعراب وهُم
يَرْضَون بِاليَسِير، فقال عبدُ الله بنَ عُمر: إِنَّ أَبَا هَذَا كَانَ
وُدًّا لِعُمر بنِ الخطَّاب -رضي الله عنه- وإنِّي سَمِعت رسول الله -صلى
الله عليه وسلم- يقول: «إِنَّ أَبَرَّ البِرِّ صِلَةُ الرَّجُل أَهْلَ
وُدِّ أَبِيه».
وفي رواية
عن ابن دينار، عن ابن عمر: أنَّه كان إذَا خَرَج إلى مكة كان له حمار
يَتَرَوَّحُ عليه إذا ملَّ رُكُوبَ الرَّاحِلة، وَعِمَامة يَشُدُّ بها
رأسه، فَبينَا هو يومًا على ذلك الحمار إِذْ مَرَّ بِهِ أَعْرَابِي، فقال:
أَلَسْتَ فُلاَن بنَ فُلاَن؟ قال: بَلَى. فَأَعْطَاهُ الحِمَار، فقال:
ارْكَب هَذَا، وَأَعْطَاهُ العِمَامَةَ وَقَالَ: اشْدُدْ بِهَا رَأْسَكَ،
فَقَالَ لَهُ بَعض أصحَابِه: غفر الله لك أَعْطَيت هذا الأعرابي حمارا كنت
تَرَوَّحُ عليه، وعِمَامَة كُنتَ تشدُّ بها رأسَك؟ فقال: إِنِّي سمِعت رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إِنَّ مِنْ أَبَرِّ البِّر أَنْ يَصِلَ
الرَّجُلُ أَهْلَ وُدَّ أَبِيهِ بَعْدَ أَنْ يُوَلِّيَ» وَإِنَّ أَبَاه كان
صَدِيقًا لِعُمَرَ -رضي الله عنه-.
Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu
'anhumā- bahwa seorang laki-laki Arab Badui menemuinya di jalan Makkah.
Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepadanya, memboncengkannya di atas
keledai yang dikendarainya, dan memberinya surban yang dikenakan di atas
kepalanya. Ibnu Dinar menuturkan, "Maka kami berkata, "Semoga Allah
memperbaikimu, mereka itu orang-orang Arab Badui dan mereka sudah rela
dengan pemberian yang sedikit." Abdullah bin Umar berkata, "Sesungguhnya
ayah orang ini adalah orang yang dicintai Umar bin Al-Khaṭṭāb
-raḍiyallāhu 'anhu-. Dan aku pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya perbuatan bakti yang paling
baik adalah seseorang menyambung hubungan baik dengan keluarga orang
yang dicintai ayahnya." Dalam riwayat lain dari Ibnu Dinar, dari Ibnu
Umar, "Bahwasanya apabila ia pergi ke Mekkah, ia membawa keledai untuk
bersantai di atasnya jika ia bosan mengendarai unta dan membawa surban
yang diikatkan di kepalanya. Ketika di suatu hari ia tengah mengendarai
keledai tersebut, tiba-tiba seorang laki-laki Arab Badui melewatinya. Ia
bertanya, "Bukankah engkau fulan bin fulan?" Orang itu menjawab, "Ya."
Lantas Ibnu Umar memberikan keledai itu padanya, ia berkata, "Naikilah
ini." Ia pun memberinya surban, dan berkata, "Ikatkan ini di kepalamu."
Maka beberapa orang sahabatnya berkata kepadanya, "Semoga Allah
mengampuni anda. Mengapa anda memberi orang Badui ini keledai yang anda
gunakan bersantai dan surban yang anda ikatkan di kepala?" Ia menjawab,
"Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Sesungguhnya perbuatan bakti yang paling baik adalah
seseorang menyambung hubungan dengan keluarga orang yang dicintai
ayahnya setelah ia meninggal." Dan ayah orang ini adalah kawan Umar
-raḍiyallāhu 'anhu-."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان
ابن عمر -رضي الله عنهما- إذا خرج إلى مكة حاجا يكون معه حمار
يَتروَّح عليه إذا مل الركوب على الراحلة -أي البعير- فيستريح على هذا
الحمار ثم يركب الراحلة.
وفي يوم
من الأيام لقيه أعرابي فسأله ابن عمر: أنت فلان ابن فلان؟ قال: نعم، فنزل
عن الحمار وقال: خذ هذا اركب عليه، وأعطاه عمامة كان قد شد بها رأسه، وقال
لهذا الأعرابي: اشدد رأسك بهذا.
فقيل لعبد
الله بن عمر: أصلحك الله أو غفر الله لك! إنهم الأعراب، والأعراب يرضون
بدون ذلك، يعنون: كيف تنزل أنت عن الحمار تمشي على قدميك، وتعطيه عمامتك
التي تشد بها رأسك، وهو أعرابي يرضى بأقل من ذلك.
فقال:
«إِنَّ أَبَرَّ البِرِّ صِلَةُ الرَّجُل أَهْلَ وُدِّ أَبِيه»: يعني أن أبر
البر إذا مات أبو الرجل أو أمه أو أحد من أقاربه أن تَبُرَّ أهل وُدِّهِ،
يعني ليس صديقه فقط بل حتى أقارب صديقه.
وقوله:7و
"إِنَّ أبا هذا كان صديقا لعمر" أي: لعمر بن الخطاب أبيه، فلما كان صديقا
لأبيه؛ أكرمه برًّا بأبيه عمر -رضي الله عنه-.
Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-
apabila pergi ke Mekkah untuk menunaikan haji ia membawa serta keledai
untuk digunakan bersantai jika ia bosan mengendarai unta. Ia
beristirahat di atas keledai ini, kemudian mengendarai unta. Pada suatu
hari, seorang laki-laki Arab Badui bertemu dengannya. Ibnu Umar
menanyainya, "Apakah engkau fulan bin fulan?" Ia menjawab, "Ya." Lantas
Ibnu Umar turun dari punggung keledai dan berkata, "Ambillah keledai
ini, naiklah ke atasnya." Ia juga memberinya surban yang ia ikatkan di
kepalanya dan berkata pada laki-laki Badui ini, "Ikatkanlah ini di
kepalamu!" Abdullah bin Umar pun ditanya, "Semoga Allah memperbaikimu
atau semoga Allah mengampunimu. Mereka itu orang-orang Arab Badui, dan
orang-orang Arab Badui itu rida dengan pemberian yang sedikit.
Maksudnya, mengapa engkau turun dari keledai dan berjalan kaki, serta
memberikan surban yang engkau ikatkan di kepalamu kepadanya, padahal
orang Badui itu bisa menerima pemberian yang kurang dari itu." Ia
menjawab, "Sesungguhnya perbuatan bakti yang lebih baik adalah seseorang
menyambung hubungan dengan keluarga orang yang dicintai ayahnya."
Maksudnya, perbuatan bakti yang paling baik ketika ayah, atau ibu
seseorang, atau salah satu kerabatnya meninggal dunia adalah engkau
berbuat baik pada keluarga orang yang dicintainya. Artinya, bukan hanya
pada kawannya saja, namun juga pada kerabat-kerabat kawannya. Dan
"Sesungguhnya ayah orang ini adalah kawan Umar", yakni, Umar bin
Al-Khaṭṭāb, ayahnya. Karena Umar kawan ayah orang Arab Badui tadi, Ibnu
Umar memuliakannya sebagai bentuk baktinya pada sang ayah, Umar
-raḍiyallāhu 'anhu-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3493 |
|
Hadith 393 الحديث
الأهمية: يا رسول الله، ما شأن الناس حَلُّوا من
العمرة ولم تَحِلَّ أنت من عمرتك؟ فقال: إني لبدت رأسي، وقلدت هديي، فلا
أَحِلُّ حتى أنحر
Tema: Wahai Rasulullah, mengapa orang-orang
telah bertahalul dari umrahnya sementara anda belum bertahalul dari
umrah anda? Beliau menjawab, "Sesungguhnya aku telah mengempalkan
rambutku dan mengalungi hewan kurbanku, maka aku tidak akan bertahalul
hingga aku menyembelih (hewan kurbanku)". |
عن حَفْصَة زَوْج النَّبِي -رضي الله
عنها- قالت: «يَا رَسُولَ اللَّه، مَا شَأن النَّاس حَلُّوا مِنَ العُمرَة،
وَلَم تَحِلَّ أنت مِنْ عُمْرَتِكَ؟ فَقَال: إنِّي لَبَّدْتُ رَأْسِي،
وَقَلَّدتُ هَدْيِي، فَلا أَحِلُّ حَتَّى أَنْحَرَ».
Dari Ḥafṣah, istri Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- ia berkata, "Wahai Rasulullah, mengapa orang-orang
telah bertahalul dari umrahnya sementara anda belum bertahalul dari
umrah anda? Beliau menjawab, "Sesungguhnya aku telah mengempalkan
rambutku dan mengalungi hewan kurbanku, maka aku tidak akan bertahalul
hingga aku menyembelih (hewan kurbanku)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أحرم النبي -صلى الله عليه وسلم- في حجة
الوداع بالعمرة والحج، وساق الهدي ولبد رأسه بما يمسكه عن الانتشار؛ لأن
إحرامه سيطول، وأحرم بعض أصحابه كإحرامه، وبعضهم أحرم بالعمرة متمتعًا بها
إلى الحج، وأكثرهم لم يسق الهدي، وبعضهم ساقه، فلما وصلوا إلى مكة وطافوا
وسعوا أمر من لم يسق الهدي من المفردين والقارنين أن يفسخوا حجهم ويجعلوها
عمرة ويتحللوا، أما هو -صلى الله عليه وسلم- ومن ساق الهدي منهم فبقوا على
إحرامهم ولم يحلوا، فسألته زوجه حفصة -رضي الله عنها- لماذا حل الناس ولم
تحل؟ قال: لأني لبدت رأسي، وقلدت هديي وسقته، وهذا مانع لي من التحلل حتى
يبلغ الهدي محله، وهو يوم انقضاء الحج يوم النحر.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
berihram umrah dan haji dalam haji Wadak. Beliau menggiring hewan
kurban, mengempal rambut dengan sesuatu agar tidak terurai karena waktu
ihram beliau akan lama. Sebagian sahabat berihram seperti ihram beliau,
sedang sebagian lain berihram umrah untuk kemudian menunaikan haji
dengan santai (haji tamattu`). Mayoritas mereka tidak membawa hewan
kurban dan sebagian mereka membawanya. Ketika mereka tiba di Makkah,
lalu tawaf dan sa'i, beliau memerintah orang-orang yang tidak membawa
hewan kurban yang berihram haji ifrad dan qiran agar mereka mengubah
haji mereka menjadi umrah dan tahalul. Sedangkan beliau -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- dan sebagian sahabat yang membawa hewan kurban tetap
berada dalam ihram mereka, tidak tahalul. Maka istri beliau, Ḥafṣah,
menanyakan, mengapa orang-orang bertahalul sementara beliau tidak?
Beliau menjawab, "Aku telah mengempalkan rambutku, mengalungi hewan
kurbanku dan menggiringnya. Ini menghalangiku bertahalul sebelum hewan
kurban sampai ke tempatnya, yakni hari selesainya haji di hari Nahr (10
Zulhijah)." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3496 |
|
Hadith 394 الحديث
الأهمية: قالت أم أنس له: لا تخبرن بسر رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- أحدًا، قال أنس: والله لو حدثت به أحدًا لحدثتك به يا
ثابت
Tema: Ummu Anas berkata, "Janganlah engkau
sekali-kali memberitahukan rahasia Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- kepada seseorang!" Anas berkata, "Demi Allah, seandainya aku
menceritakan rahasia itu kepada seseorang, niscaya aku menuturkannya
kepadamu, wahai Ṡābit." |
عن ثابت عن أنس -رضي الله عنه- قال: أتى
عَلَيَّ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وأنا أَلْعَبُ مع الغِلْمَانِ،
فَسَلَّمَ علينا، فبعثني إلى حاجة، فأَبْطَأْتُ على أمي، فلما جِئْتُ،
قالت: ما حَبَسَكَ؟ فقلت: بعثني رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لحاجة،
قالت: ما حاجتُه؟ قلت: إنها سِرٌّ، قالت: لا تُخْبِرَنَّ بِسِرِّ رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- أحدًا، قال أنس: والله لو حَدَّثْتُ به أحدًا
لحَدَّثْتُكَ به يا ثابت.
Dari Ṡābit, dari Anas -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang
kepadaku saat aku bermain dengan anak-anak kecil. Beliau mengucapkan
salam kepada kami lalu beliau mengutusku untuk suatu keperluan sehingga
hal itu membuatku terlambat menemui ibuku. Saat aku datang, ia (ibuku)
bertanya, "Kenapa engkau telat?" Aku jawab, "Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- mengutusku untuk satu keperluan. Ia bertanya, "Apa
keperluan beliau?" Aku jawab, "Itu rahasia." Ia berkata, "Janganlah
engkau sekali-kali memberitahukan rahasia Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- kepada seseorang!" Anas berkata, "Demi Allah, seandainya aku
menceritakan rahasia itu kepada seseorang, niscaya aku menuturkannya
kepadamu, wahai Ṡābit." |
عن ثابت عن أنس خادم رسول الله -صلى
الله عليه وسلم-:
أن النبي
-صلى الله عليه وسلم- مر به وهو يلعب مع الصبيان؛ لأن أنسًا كان صبيًّا
صغيرًا، فسلم على الصبيان وهم يلعبون، ثم دعا أنس بن مالك -رضي الله عنه-
وأرسله في حاجة، فتأخر على أمه، فلما جاء إليها سألته: ما الذي أبطأ بك؟
قال: أرسلني النبي -صلى الله عليه وسلم- في حاجة، قالت: ما حاجته؟ قال: ما
كنت لأخبر بسر رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، يعني لا أخبر بهذا السر
أحدا، فقالت: لا تخبرن أحدا بسر رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؛ تأييدًا
له وتثبيتًا له وإقامةً للعذر له؛ لأنه أبى أن يخبرها بسر رسول الله -صلى
الله عليه وسلم-، ثم قال أنس لتلميذه ثابت البناني وكان ملازمًا له: لو كنت
مخبرًا أحدًا بالحاجة التي أرسلني النبي -صلى الله عليه وسلم- بها
لأخبرتك بها.
Dari Ṡābit, dari Anas, pelayan
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- pernah melintasinya saat dia sedang bermain dengan anak-anak
kecil, karena saat itu Anas masih anak kecil. Lantas beliau mengucapkan
salam kepada anak-anak yang sedang bermain. Selanjutnya beliau memanggil
Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- dan menyuruhnya untuk suatu keperluan
sehingga dia terlambat (datang) kepada ibunya. Saat datang kepada
ibunya, dia bertanya kepadanya, "Kenapa engkau telat?" Ia menjawab,
"Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengutusku untuk satu keperluan."
Ia bertanya, "Apa keperluan beliau?" Aku jawab, "Aku tidak akan pernah
menceritakan rahasia Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Yakni,
aku tidak akan menceritakan rahasia ini kepada siapa pun." Ia berkata,
"Janganlah engkau sekali-kali memberitahukan rahasia Rasulullah -
ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada seseorang!" Sebagai bentuk
penguatan dan penegasan baginya serta membenarkan uzurnya karena dia
menolak untuk memberitahukan rahasia Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- kepadanya. Selanjutnya Anas berkata kepada muridnya, Ṡābit
al-Bunāni yang senantiasa menyertainya, "Seandainya aku menceritakan
kepada seseorang mengenai hajat/keperluan di mana beliau menyuruh saya
melakukannya, niscaya aku menuturkannya kepadamu, wahai Ṡābit." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3502 |
|
Hadith 395 الحديث
الأهمية: أعطيت خمسًا, لم يعطهن أحد من الأنبياء
قبلي: نصرت بالرعب مسيرة شهر, وجعلت لي الأرض مسجدًا وطهورًا
Tema: Aku diberi lima perkara yang tidak
diberikan kepada seorang Nabi pun sebelumku. Aku diberi kemenangan
dengan kegentaran (musuh) sejauh perjalanan satu bulan dan bumi
dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan bersuci. |
عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما-
أنّ النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- قال: «أُعْطِيتُ خمسا, لم يُعْطَهُنَّ
أحد من الأنبياء قبلي: نُصِرْتُ بالرعب مسيرة شهر, وجُعِلَت لي الأرض مسجدا
وطَهُورا, فأَيَّمَا رجل من أمتي أدركته الصلاة فَلْيُصَلِّ, وأُحِلَّت لي
المغانم, ولم تحلَّ لأحد قبلي, وأُعْطِيتُ الشفاعة، وكان النبي يُبْعَثُ
إلى قومه خاصة, وبُعِثتُ إلى الناس عامَة».
Dari Jābir bin Abdillah -raḍiyallāhu
'anhumā-, bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Aku
diberi lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang Nabi pun
sebelumku. Aku diberi kemenangan dengan kegentaran (musuh) sejauh
perjalanan satu bulan dan bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud
dan bersuci. Maka siapa saja dari umatku yang mendapati waktu salat,
hendaknya ia melaksanakan salat. Juga dihalalkan untukku harta rampasan
perang yang tidak dihalalkan untuk seorang pun sebelumku. Aku juga
diberi syafaat, dan seorang Nabi itu diutus kepada kaumnya secara
khusus, sedangkan aku diutus kepada manusia seluruhnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
خَصَّ الله -تعالى- نبيَّنا -صلى الله
عليه وسلم- عن سائر الأنبياء بخصال شَرَف، ومُيّزَ بمحامد لم تكن لمن قبله
من الأنبياء -عليهم السلام-، فنالَ هذه الأمة المحمدية -ببركة هذا النبي
الكريم الميمون- شيء من هذه الفضائل والمكارم.
فمن ذلك:
ما ثبت في هذا الحديث من هذه الخصال الخمس الكريمة:
أولها: أن
الله سبحانه تعالى نصره، وأيده على أعدائه، بالرعب، الذي يحل بأعدائه،
فيضعفهم ويفرق صفوفهم، ولو كان النبي صلى الله عليه وسلم على مسيرة شهر
منهم، تأييداً من الله ونصراً لنبيه وخذلانا وهزيمة لأعداء دينه، ولا شك
أنها إعانة كبيرة من الله تعالى.
ثانيها:
أن الله سبحانه تعالى وسّع على هذا النبي الكريم، وأمته المرحومة بأن جعل
لها الأرض مسجداً، فأينما تدركهم الصلاة فليصلوا، فلا تتقيد بأمكنة مخصوصة،
كما كان من قبلهم لا يؤدون عباداتهم إلا في الكنائس، أو البِيَع، وهكذا فإن
الله رفع الحرج والضيق عن هذه الأمة، فضلا منه وإحسانا، وكرما وامتنانا.
وكذاك كان
من قبل هذه الأمة، لا يطهرهم إلا الماء، وهذه الأمة جعل التراب لمن لم يجد
الماء طهورا، ومثله العاجز عن استعماله لضرره.
ثالثها:
أن الغنائم التي تؤخذ من الكفار والمقاتلين حلال للنبي صلى الله عليه وسلم
وأمته، يقتسمونها على ما بين الله تعالى، بعد أن كانت محرمة على الأنبياء
السابقين وأممهم، حيث كانوا يجمعونها، فإن قبل الله عملهم نزلت عليها نار
من السماء فأحرقتها.
رابعها:
أن الله سبحانه وتعالى، خصه بالمقام المحمود، والشفاعة العظمى، يوم يتأخر
عنها أولو العزم من الرسل في عرصات القيامة، فيقول: أنا لها، ويسجد تحت
العرش، ويمجد الله تعالى بما هو أهله، فيقال: اشفع تُشفع، وسل تعطَه، حينئذ
يسأل الله الشفاعة للخلائق بالفصل بينهم في هذا المقام الطويل، فهذا هو
المَقام المحمود الذي يغبطه عليه الأولون والآخرون.
خامسها:
أن كل نبي من الأنبياء السابقين تختص دعوتهم بقومهم.
وقد جعل
اللهْ تعالى هذه الشريعة صالحة لكل زمان ومكان، ولما كانت بهذه الصلاحية
والكمال، كانت هي الأخيرة،، لأنها لا تحتاج إلى زيادة ولا فيها نقص، وجعلت
شاملة، لما فيها من عناصر البقاء والخلود.
Allah -Ta'ālā- memberikan kekhususan
kepada Nabi kita -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di antara semua Nabi
dengan berbagai jenis kemuliaan. Beliau juga diberi keistimewaan dengan
hal-hal terpuji yang tidak diberikan kepada para Nabi -'alaihim
as-salām- sebelumnya. Dengan demikian, umat Muhammad ini -berkat Nabi
yang mulia dan beruntung ini- memperoleh bagian dari keutamaan dan
kemuliaan tersebut. Diantaranya sebagaimana yang ditetapkan dalam Hadis
tersebut mengenai kelima perangai yang mulia berikut: Pertama:
sesungguhnya Allah -Ta'ālā- telah menolongnya dan membantunya melawan
musuhnya dengan kegentaran yang menimpa musuh-musuhnya sehingga
melemahkan dan mencerai-beraikan barisan mereka, meskipun Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berada dalam jarak perjalanan satu bulan
dari mereka. Ini merupakan dukungan dari Allah, pertolongan bagi
Nabi-Nya, kehinaan dan kekalahan bagi musuh-musuh agama-Nya. Tidak ada
keraguan lagi bahwa ini merupakan pertolongan besar dari Allah -Ta'ālā-.
Kedua: sesungguhnya Allah -Ta'ālā- memberikan keluasan pada Nabi yang
mulia ini dan umatnya yang disayangi dengan menjadikan bumi sebagai
tempat sujud untuknya. Di mana saja mereka mendapati waktu salat,
hendaknya mereka menunaikan salat tanpa terikat oleh tempat-tempat
khusus sebagaimana yang terjadi pada umat sebelum mereka yang tidak
menunaikan ibadah selain di gereja atau biara. Demikianlah, sesungguhnya
Allah telah melenyapkan dosa dan kesempitan dari umat ini sebagai
karunia dan kebajikan, serta kemurahan hati dan anugerah dari-Nya.
Demikian juga sebelum umat ini, mereka tidak boleh bersuci selain dengan
air. Sedangkan umat ini (Islam) telah dijadikan untuk mereka tanah untuk
bersuci bagi yang tidak mendapatkan air. Juga bagi orang yang tidak bisa
menggunakan air karena khawatir ada bahaya. Ketiga: sesungguhnya
harta-harta rampasan perang yang diambil dari orang-orang kafir dan para
pasukan adalah halal bagi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan
umatnya. Mereka mendapatkan jatah harta rampasan perang sesuai dengan
apa yang telah dijelaskan oleh Allah -Ta'ālā-, setelah sebelumnya
diharamkan bagi para Nabi terdahulu dan para umatnya. Dulu mereka
mengumpulkan harta rampasan tersebut. Jika Allah menerima amalan mereka
maka diturunkan api kepada barang rampasan tersebut dari langit lalu
membakarnya. Keempat: sesungguhnya Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- telah
mengkhususkan beliau dengan kedudukan terpuji dan syafaat terbesar
ketika para Rasul ulul azmi mundur darinya di permulaan kiamat. Beliau
bersabda, "Aku yang berhak mendapatkan syafaat itu." Lantas beliau
bersujud di bawah 'Arsy dan mengagungkan Allah -Ta'ālā- yang berhak
diagungkan. Kemudian dikatakan, "Mintalah syafaat, niscaya engkau diberi
syafaat. Mintalah, niscaya engkau diberi." Pada saat itulah beliau
memohon syafaat kepada Allah untuk para makhluk berupa keputusan di
antara mereka di tempat yang lama ini. Inilah kedudukan terpuji yang
diinginkan oleh orang-orang terdahulu dan orang-orang terakhir.
Kelima: sesungguhnya dakwah setiap Nabi terdahulu dikhususkan untuk
kaumnya, dan Allah menjadikan syariat ini (Islam) layak untuk setiap
masa dan tempat. Karena kelayakan dan kesempurnaan itulah maka ini
merupakan syariat terakhir karena tidak lagi membutuhkan tambahan dan
tidak mengandung kekurangan. Syariat tersebut telah dijadikan
komprehensif karena mengandung elemen-elemen keabadian dan kelanggengan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3503 |
|
Hadith 396 الحديث
الأهمية: من قال -يعني: إذا خرج من بيته-: بسم
الله توكلت على الله، ولا حول ولا قوة إلا بالله، يقال له: هديت وكفيت
ووقيت، وتنحى عنه الشيطان
Tema: Barangsiapa mengucapkan -maksudnya
ketika keluar dari rumahnya-, "Bismillāhi tawakkaltu 'alallāhi, walā
haula walā quwwata illā billāh (Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada
Allah dan tidak ada daya serta kekuatan selain dari Allah), maka
dikatakan saat itu kepadanya, "Engkau telah mendapatkan hidayah, diberi
kecukupan dan dijaga. Seketika itu setan pun menjauh darinya. |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعًا:
«من قال -يعني: إذا خَرج من بَيتِه-: بِسم الله تَوَكَّلتُ على اللهِ،
وَلاَ حول ولا قُوَّة إِلَّا بالله، يُقَال له: هُدِيتَ وَكُفِيتَ
وَوُقِيتَ، وَتَنَحَّى عَنه الشَّيطَان».
زاد أبو
داود: «فيقول -يعني: الشيطان- لِشَيطان آخر: كَيف لَك بِرَجلٍ قَد هُدِيَ
وكُفِيَ ووُقِيَ؟».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Barangsiapa mengucapkan -maksudnya ketika keluar
dari rumahnya-, "Bismillāhi tawakkaltu 'alallāhi, walā haula walā
quwwata illā billāh (Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah dan
tidak ada daya serta kekuatan selain dari Allah), maka dikatakan saat
itu kepadanya, "Engkau telah mendapatkan hidayah, diberi kecukupan dan
dijaga. Seketika itu setan pun menjauh darinya." Abu Dawud menambahkan,
"Lantas -maksudnya setan- berkata kepada setan lainnya, "Bagaimana
mungkin kamu bisa menganggu seseorang yang telah diberi hidayah,
dicukupkan dan dijaga?"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن
الرجل إذا خرج من بيته فقال:
باسم الله، توكلت على الله، لا حول ولا قوة إلا بالله، يناديه ملك يا عبد
الله هديت إلى طريق الحق، وكفيت همك، وحفظت من الأعداء؛ فيبتعد عنه الشيطان
الموكل عليه، فيقول شيطان آخر لهذا الشيطان: كيف لك بإضلال رجل قد هدي،
وكفي، ووقي من الشياطين أجمعين؟ لأنه قال هذه الكلمات فإنك لا تقدر عليه.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan bahwa jika seorang laki-laki keluar dari rumahnya
lalu mengucapkan, "Bismillāhi tawakkaltu 'alallāhi, walā haula walā
quwwata illā billāh (dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah,
tidak ada daya dan upaya selain dari Allah), maka malaikat menyerunya,
"Wahai hamba Allah, engkau telah diberi petunjuk kepada jalan kebenaran,
dicukupkan keinginanmu dan engkau dijaga dari musuh-musuh, sehingga
setan yang ditugaskan kepadanya menjauh darinya. Lantas setan lainnya
berkata kepada setan itu, "Bagaimana mungkin kamu dapat menyesatkan
orang yang telah diberi petunjuk, diberi kecukupan dan dijaga dari
setan-setan seluruhnya? Karena dia mengatakan kata-kata itu, maka engkau
tidak akan bisa menyesatkannya." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Abu Daud]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3504 |
|
Hadith 397 الحديث
الأهمية: من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها،
وأجر من عمل بها بعده، من غير أن ينقص من أجورهم شيء، ومن سن في الإسلام
سنة سيئة كان عليه وزرها، ووزر من عمل بها من بعده، من غير أن ينقص من
أوزارهم شيء
Tema: Siapa mencontohkan (memulai) sunah
(perbuatan) yang baik dalam Islam maka ia mendapatkan pahalanya dan
pahala orang yang mengamalkan sunah tersebut setelahnya, tanpa berkurang
sedikit pun dari pahala mereka. Dan siapa mencontohkan sunah yang buruk
maka ia menanggung dosa dari perbuatannya dan dosa orang yang
melakukannya setelahnya, tanpa berkurang sedikit pun dari dosa mereka. |
عن جرير بن عبد الله -رضي الله عنه-
قال: كُنَّا في صَدرِ النَّهَار عِند رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
فَجَاءه قَومٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَار أَو العَبَاءِ، مُتَقَلِّدِي
السُّيُوف، عَامَّتُهُم مِن مُضَر بَل كُلُّهُم مِن مُضَر، فَتَمَعَّر رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- لِمَا رَأَى بِهِم مِنَ الفَاقَة، فدَخَل ثُمَّ
خَرج، فأَمَر بِلاَلاً فَأَذَّن وَأَقَام، فَصَلَّى ثُمَّ خَطَب، فقال:
«(يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة) إلى آخر (إن الله كان
عليكم رقيبًا) ، والآية الأخرى التي في آخر الحشر: (يا أيها الذين آمنوا
اتقوا الله ولتنظر نفس ما قدمت لغد) تَصَدَّق رَجُلٌ مِن دِينَارِهِ، مِن
دِرهَمِهِ، مِن ثَوبِهِ، مِن صَاعِ بُرِّهِ، مِنْ صَاعِ تَمرِهِ -حتَّى
قال- وَلَو بِشِقِّ تَمرَة» فَجَاء رَجُلٌ مِنَ الأَنصَار بِصُرَّةٍ كَادَت
كَفُّهُ تَعجَزُ عَنْهَا، بل قَد عَجَزَت، ثُمَّ تَتَابَع النَّاسُ حَتَّى
رَأَيتُ كَومَين مِن طَعَامٍ وَثِيَابٍ، حَتَّى رَأَيتُ وَجهَ رَسُول الله
-صلى الله عليه وسلم- يَتَهَلَّلُ كَأَنَّه مُذْهَبَة.ٌ فقال رسول الله
-صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ سَنَّ فِي الإِسلاَم سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ
أَجْرُهَا، وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيرِ أَنْ يَنْقُصَ
مِن أُجُورِهِم شَيءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الإِسلاَم سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ
عَلَيه وِزْرُهَا، وَوِزرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بعدِه، من غير أن ينقُص
مِن أَوزَارِهَم شيء».
Dari Jarīr bin Abdillah -raḍiyallāhu
'anhu-, ia mengatakan, "Kami berada di sisi Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- di awal siang, lalu datang kepada beliau sekelompok
orang setengah telanjang yang berselimutkan pakaian dari bulu domba yang
bergaris atau kain panjang dan berselempang pedang. Mayoritas mereka
dari suku Muḍar, bahkan semuanya dari suku Muḍar. Maka raut wajah
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berubah karena iba melihat
kemiskinan mereka. Beliau masuk kemudian keluar. Beliau memerintah Bilal
untuk mengumandangkan azan dan iqamat. Rasulullah salat kemudian
berkhutbah. Beliau mengucapkan, "Wahai manusia, bertakwalah kalian pada
Rabb yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa..." hingga akhir ayat
"...sesungguhnya Allah mengawasai kalian." Dan membaca ayat yang lain di
akhir surah Al-Ḥasyr, "Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)" Hendaknya seseorang
menyedekahkan uang dinarnya, uang dirhamnya, bajunya, ṣā' gandumnya atau
ṣā' kurmanya -hingga beliau mengatakan- meskipun dengan saparuh kurma."
Lalu seorang laki-laki dari kaum Ansar datang membawa kantong yang
hampir tak kuat dibawa tangannya, bahkan tangannya memang tidak kuat.
Kemudian orang-orang berturut-turut (bersedekah), hingga aku melihat dua
gundukan makanan dan pakaian. Hingga aku melihat wajah Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berbinar seperti berlapis emas. Maka
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa mencontohkan
(memulai) sunah (perbuatan) yang baik dalam Islam maka ia mendapatkan
pahalanya dan pahala orang yang mengamalkan sunah tersebut setelahnya,
tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala mereka. Dan siapa mencontohkan
sunah yang buruk maka ia menanggung dosa dari perbuatannya dan dosa
orang yang melakukannya setelahnya, tanpa berkurang sedikit pun dari
dosa mereka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حديث جرير بن عبد الله البجلي -رضي الله
عنه- حديث عظيم يتبين منه حرص النبي -صلى الله عليه وسلم- وشفقته على أمته
-صلوات الله وسلامه عليه-، فبينما هم مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- في
أول النهار إذا جاء قوم عامتهم من مضر، أو كلهم من مضر مجتابي النمار،
متقلدي السيوف -رضي الله عنهم-، يعني أن الإنسان ليس عليه إلا ثوبه قد
اجتباه يستر به عورته، وقد ربطه على رقبته، ومعهم السيوف؛ استعداداً لما
يؤمرون به من الجهاد -رضي الله عنهم-.
فتغيَّر
وجه النبي -صلى الله عليه وسلم- وتلون؛ لما رأى فيهم من الحاجة، وهم من
مضر، من أشرف قبائل العرب، وقد بلغت بهم الحاجة إلى هذا الحال، ثم دخل بيته
-عليه الصلاة والسلام-، ثم خرج، ثم أمر بلالاً فأذن، ثم صلى، ثم خطب الناس
-عليه الصلاة والسلام-، فحمد الله -صلى الله عليه وسلم- كما هي عادته، ثم
قرأ قول الله -تعالى-: (يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي
تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيباً) ، وقوله -تعالى-: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ).
ثم حث على
الصدقة، فقال: (تصدق رجل بديناره، وتصدق بدرهمه، تصدق بثوبه، تصدق بصاع
بره، تصدق بصاع تمره، حتى ذكر ولو شق تمرة) وكان الصحابة -رضي الله عنهم-
أحرص الناس على الخير، وأسرعهم إليه، وأشدهم مسابقة، فخرجوا إلى بيوتهم
فجاءوا بالصدقات، حتى جاء رجل بصرة معه في يده كادت تعجز يده عن حملها، بل
قد عجزت من فضة ثم وضعها بين يدي الرسول -عليه الصلاة والسلام-.
ثم رأى
جرير كومين من الطعام والثياب وغيرها قد جُمِع في المسجد، فصار وجه النبي
-عليه الصلاة والسلام- بعد أن تغيَّر يتهلل كأنه مذهبة؛ يعني من شدة بريقه
ولمعانه وسروره -عليه الصلاة والسلام- لما حصل من هذه المسابقة التي فيها
سد حاجة هؤلاء الفقراء، ثم قال -صلى الله عليه وسلم-: (من سن في الإسلام
سنة حسنة فله أجرها، وأجر من عمل بها من غير أن ينقص من أجورهم شيء، ومن سن
في الإسلام سنة سيئة فعليه وزرها ووزر من عمل بها من غير أن ينقص من
أوزارهم شيء).
والمراد
بالسنة في قوله -صلى الله عليه وسلم-: (من سن في الإسلام سنة حسنة) ابتدأ
العمل بسنة، وليس من أحدث؛ لأن من أحدث في الإسلام ما ليس منه فهو رد وليس
بحسن، لكن المراد بمن سنها، أي: صار أول من عمل بها، كهذا الرجل الذي جاء
بالصرة -رضي الله عنه-.
Hadis Jarīr bin Abdillah Al-Bajali
-raḍiyallāhu 'anhu- ini merupakan hadis agung yang darinya terlihat
jelas perhatian dan kasih sayang Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pada umat beliau –ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ketika para sahabat
sedang bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di awal siang,
tiba-tiba datang serombongan orang yang mayoritas dari suku Muḍar, atau
semuanya dari suku Muḍar, dengan berselimut kain dari bulu domba yang
bergaris dan berselempang pedang -raḍiyallāhu 'anhum-. Artinya seseorang
tidak memiliki kecuali satu pakaian yang ia selimutkan pada tubuhnya
untuk menutupi aurat, ia mengikatkannya di tengkuk. Mereka membawa
pedang sebagai persiapan jihad yang diperintahkan kepada mereka
–raḍiyallāhu 'anhum-. Maka wajah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- berubah sedih karena melihat kepapaan mereka. Padahal mereka
dari kabilah Muḍar yang termasuk kabilah Arab paling mulia. Namun
kemiskinan mereka telah sampai pada kondisi seperti ini. Kemudian beliau
masuk ke dalam rumah, selanjutnya keluar lagi. Lantas beliau
memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Kemudian beliau salat,
dilanjutkan dengan berkhutbah kepada orang-orang. Beliau -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memuji Allah sebagaimana kebiasaan beliau, kemudian
membaca firman Allah -Ta'ālā-, “Hai sekalian manusia! Bertakwalah kepada
Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa, dan darinya
Allah menciptakan isterinya; dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” Dan firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” Kemudian beliau menganjurkan sedekah seraya bersabda,
“Seseorang bisa bersedekah dengan uang dinarnya, bersedekah dengan
dirhamnya, bersedekah dengan bajunya, bersedekah dengan ṣā’ gandumnya,
bersedekah dengan ṣā’ kurmanya...” hingga beliau menyebutkan,
“...walaupun dengan separuh kurma.” Para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum-
adalah orang-orang yang paling bersemangat, paling antusias dan paling
gemar berlomba dalam kebaikan. Maka mereka menuju rumah masing-masing,
lalu kembali membawa sedekah. Hingga ada orang yang datang membawa
kantong berisi perak (dirham) di tangannya yang hampir tak kuat
membawanya, bahkan memang tidak kuat. Kemudian ia meletakkannya di
hadapan Rasulullah –'alaihi aṣsalātu wa as-salām-. Kemudian Jarīr
melihat dua gundukan makanan dan pakaian serta lainnya telah terkumpul
di dalam masjid. Sehingga wajah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- setelah sebelumnya muram berubah menjadi ceria seperti disepuh
emas. Yakni karena sangat berkilau, berbinar dan kebahagiaan beliau
-'alaihi aṣsalātu wa as-salām- lantaran perlombaan dalam bersedekah yang
terjadi ini, yang dapat memenuhi kebutuhan orang-orang fakir tersebut.
Kemudian Rasulullah –ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa
mencontohkan (memulai) sunah (perbuatan) yang baik dalam Islam maka ia
mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkan sunah tersebut
setelahnya, tanpa berkurang sedikit pun dari pahala mereka. Dan siapa
mencontohkan sunah (perbuatan) yang buruk maka ia menanggung dosa dari
perbuatannya dan dosa orang yang melakukannya setelahnya, tanpa
berkurang sedikit pun dari dosa mereka." Maksud “sunah” dalam sabda
beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- “Siapa mencontohkan sunah yang
baik dalam Islam” adalah orang yang memulai melakukan suatu perbuatan
sunah, bukan orang yang membuat sunah baru. Sebab orang yang
membuat-buat ajaran dalam Islam yang bukan dari ajaran Islam maka itu
tertolak, dan tidak dianggap baik. Akan tetapi maksud “orang yang
mencontohkan sunah” adalah ia menjadi orang pertama yang mengamalkannya.
Seperti orang yang datang membawa kantong (berisi perak) ini
-raḍiyallāhu 'anhu-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3506 |
|
Hadith 398 الحديث
الأهمية: إن الشيطان يستحل الطعام أن لا يذكر اسم
الله تعالى عليه، وإنه جاء بهذه الجارية؛ ليستحل بها، فأخذت بيدها، فجاء
بهذا الأعرابي؛ ليستحل به، فأخذت بيده، والذي نفسي بيده، إن يده في يدي مع
يديهما
Tema: Sesungguhnya setan menghalalkan
makanan (dapat menikmatinya) bila tak disebut nama Allah padanya. Dan
sesungguhnya ia datang bersama anak gadis ini untuk mendapatkan makanan
halal melalui dirinya, maka aku memegang tangannya. Lalu ia datang
dengan orang Arab Badui ini untuk mendapatkan makanan halal melalui
dirinya, maka aku pun memegang tangannya. Demi (Allah) yang jiwaku
berada di tangan-Nya, sungguh tangan setan ada dalam genggaman tanganku
beserta tangan keduanya. |
عن حذيفة بن اليمان -رضي الله عنهما-
قال: كُنَّا إِذَا حَضَرنَا مَعَ رسُولِ الله -صلَّى الله عليه وسلَّم-
طَعَامًا، لَم نَضَع أَيدِينَا حَتَّى يَبدَأ رسول الله -صلَّى الله عليه
وسلَّم- فَيَضَع يَدَهُ، وَإِنَّا حَضَرنَا مَعَه مَرَّةً طَعَامًا،
فَجَاءَت جَارِيَةٌ كَأَنَّها تُدفَعُ، فَذَهَبَت لِتَضَعَ يَدَهَا فِي
الطَّعَام، فَأَخَذَ رسُول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم- بِيَدِهَا، ثُمَّ
جاء أعرابي كأَنَّمَا َيُدْفَع، فَأَخَذَ بِيَدِهِ، فقال رسول الله -صلَّى
الله عليه وسلَّم-: «إِنَّ الشَّيطَانَ يَستَحِلُّ الطَّعَامَ أَن لاَ
يُذْكَرَ اسمُ الله -تَعَالَى- عَلَيه، وَإِنَّهُ جَاءَ بِهَذِهِ
الجَّارِيَة؛ لِيَستَحِلَّ بِهَا، فَأَخَذتُ بِيَدِهَا؛ فَجَاءَ بِهَذَا
الأَعرَابِي؛ لِيَسْتَحِلَّ بِهِ، فَأَخَذتُ بِيَدِهِ، والَّذِي نَفسِي
بِيَدِهِ، إِنَّ يَدَهُ فِي يَدِي مَعَ يَديهِمَا»، ثُمَّ ذَكَر اسمَ الله
-تعَالى- وَأَكَلَ.
Dari Hużaifah bin Al-Yamān
-raḍiyallāhu 'anhumā-, ia menuturkan, "Dahulu apabila kami menghadiri
jamuan bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, kami tidak
meletakkan tangan kami pada hidangan sebelum Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- meletakkan tangan beliau. Dan suatu ketika kami
bersama beliau menghadiri hidangan makanan. Maka datanglah gadis kecil
seolah-olah ia didorong. Ia bermaksud meletakkan tangannya pada makanan.
Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memegang tangannya.
Kemudian datang seorang Arab Badui seolah-olah ia didorong, maka beliau
pun memegang tangannya. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Sesungguhnya setan mendapati halal makanan (dapat
menikmatinya) bila tak disebut nama Allah -Ta'ālā- padanya. Dan
sesungguhnya ia datang bersama anak gadis ini untuk mendapatkan makanan
halal melalui dirinya, maka aku memegang tangannya. Lalu ia datang
dengan orang Arab Badui ini untuk mendapatkan makanan halal melalui
dirinya, maka aku pun memegang tangannya. Demi (Allah) yang jiwaku
berada di tangan-Nya, sungguh tangan setan ada dalam genggaman tanganku
beserta tangan keduanya." Kemudian beliau menyebut nama Allah -Ta'ālā-
lalu makan.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قال حذيفة بن اليمان -رضي الله عنهما-:
"كنا إذا حضرنا مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- طعامًا لم نضع أيدينا
حتى يبدأ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فيضع يده"؛ وذلك لكمال احترامهم
للنبي -صلى الله عليه وسلم-، فلا يضعون أيديهم في الطعام حتى يضع يده.
فحضر مع
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ذات يوم طعاما فلمَّا بدءوا -أو قُدِّم
لهم- جاءت جارية، يعني طفلة صغيرة "كأنما تدفع دفعًا"، يعني كأنها تركض،
فأرادت أن تضع يدها في الطعام بدون أن تسمي الله؛ فأمسك النبي -صلى الله
عليه وسلم- بيدها، "ثم جاء أعرابي كذلك كأنما يدفع دفعًا"، فوضع يده في
الطعام؛ فأمسك النبي -صلى الله عليه وسلم- بيده، ثم أخبر النبي -صلى الله
عليه وسلم- أن هذا الأعرابي وهذه الجارية جاء بهما الشيطان، أي: وسوس لهما
ودفعهما للمجيء؛ لأجل أن يستحِلَّ الطعام بهما إذا أكلا بدون تسمية.
وهما قد
يكونان معذورين لجهلهما؛ هذه لصغرها وهذا أعرابي، لكن الشيطان أتى بهما من
أجل أنهما إذا أكلا بدون تسمية شارك في الطعام.
ثم أقسم
النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يد الشيطان مع أيديهما في يد النبي -صلى
الله عليه وسلم-.
Hużaifah bin Al-Yamān -raḍiyallāhu
'anhumā- menuturkan, "Dahulu apabila kami menghadiri hidangan makanan
bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, kami tidak meletakkan
tangan kami pada hidangan sebelum Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- memulai meletakkan tangan beliau". Demikian itu karena
kesempurnaan penghormatan mereka pada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, sehingga mereka tidak berani meletakkan tangan pada makanan
sebelum beliau. Pada suatu hari, Hużaifah bersama Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- menghadiri hidangan makanan. Manakala mereka memulai
-atau makanan telah dihidangkan di hadapan mereka-, datanglah seorang
anak gadis, yakni gadis kecil, "seolah-olah ia didorong". Artinya,
seolah-olah ia berlari (menuju hidangan). Ia ingin meletakkan tangannya
pada makanan tanpa menyebut nama Allah. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- memegang tangannya. "Kemudian datang seorang Arab Badui seperti
itu juga, seolah-olah ia didorong kuat." Lantas orang ini bermaksud
meletakkan tangannya pada makanan, maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- memegang tangannya. Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memberitahukan bahwa orang Badui dan gadis kecil ini didatangkan oleh
setan, yakni setan menggoda keduanya dan mendorong keduanya untuk
datang, agar ia mendapati makanan itu halal melalui keduanya apabila
keduanya makan tanpa menyebut nama Allah. Keduanya bisa jadi dimaafkan
karena tidak tahu; gadis ini karena masih kecil dan orang itu karena ia
seorang Arab Badui. Akan tetapi setan mendatangkan keduanya semata-mata
karena apabila keduanya makan tanpa menyebut nama Allah, ia bisa ikut
menikmati makanan. Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersumpah bahwa tangan setan ada bersama tangan keduanya dalam genggaman
tangan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3507 |
|
Hadith 399 الحديث
الأهمية: قال الله -عز وجل-: المتحابون في جلالي،
لهم منابر من نور يغبطهم النبيون والشهداء
Tema: Allah -'Azza wa Jalla- berfirman,
"Orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku, mereka memiliki
mimbar-mimbar dari cahaya yang membuat iri para Nabi dan orang-orang
yang syahid |
عن معاذ بن جبل -رضي الله عنه- عن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- أنه قال: «قَالَ اللهُ -عَزَّ وجَلَّ-:
المُتَحَابُّون فِي جَلاَلِي، لَهُم مَنَابِرُ مِن نُورٍ يَغْبِطُهُم
النَبِيُّونَ والشُهَدَاء».
Dari Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu
'anhu-, dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwasanya
beliau bersabda, "Allah berfirman, 'Orang-orang yang saling mencintai
karena keagungan- Ku, mereka memiliki mimbar-mimbar dari cahaya yang
membuat iri para Nabi dan orang-orang yang syahid."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر النبي -عليه الصلاة والسلام- فيما
يرويه عن ربه -عز وجل- عن طائفة من المؤمنين أن لهم يوم القيامة منابر
وأماكن مرتفعة يجلسون عليها إكرامًا من الله لهم، وذلك لأجل أنهم تحابوا في
سبيل الله إجلالاً له -سبحانه-، وتحابوا فيما بينهم لما اجتمعوا عليه من
الإيمان، حتى يتمنى الأنبياء -عليهم السلام- أن يكونوا بمنزلتهم، لكن لا
يلزم من ذلك أنهم خير من الأنبياء -عليهم السلام-، فالفضل الخاص لا يقضي
على الفضل العام.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan firman dari Allah tentang sekelompok kaum Mukminin
pada hari kiamat kelak memiliki mimbar dan tempat duduk yang tinggi
sebagai bentuk pengagungan Allah kepada mereka. Alasannya adalah karena
mereka saling mencintai di jalan Allah demi memuliakan-Nya semata.
Mereka saling mencintai karena disatukan oleh keimanan, sampai-sampai
para Nabi -'alaihim as-salām- iri dengan kedudukan mereka. Namun, ini
bukan berarti mereka lebih baik dan lebih mulia daripada para Nabi
-'alaihim as-salām-, karena keutamaan khusus tidak akan bisa menandingi
keutamaan yang umum. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3508 |
|
Hadith 400 الحديث
الأهمية: بايعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
على إقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، والنصح لكل مسلم
Tema: Aku berbaiat kepada Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk menegakkan salat, menunaikan zakat
dan menasehati setiap Muslim. |
عن جرير بن عبد الله -رضي الله عنه-
قال: بَايَعْتُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- على إِقَام الصَّلاَة،
وإِيتَاء الزَّكَاة، والنُّصح لِكُلِّ مُسلم.
Dari Jarīr bin Abdullah -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Aku berbaiat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- untuk menegakkan salat, menunaikan zakat dan menasehati
setiap Muslim."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قال جرير -رضي الله عنه-: بايعت النبي
-صلى الله عليه وسلم- على إقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، والنصح لكل مسلم،
والمبايعة هنا بمعنى المعاهدة، وسميت مبايعة؛ لأن كلا من المتبايعين يمد
باعه إلى الآخر، يعني يده من أجل أن يمسك بيد الآخر، وهذه ثلاثة أشياء:
1- حق محض لله.
2- حق محض للآدمي .
3- وحق مشترك.
أما الحق
المحض لله، فهو قوله"إقام الصلاة" أي أن يأتي بها المسلم مستقيمة على الوجه
المطلوب، فيحافظ عليها في أوقاتها، ويقوم بأركانها وواجباتها وشروطها،
ويتمم ذلك بمستحباتها.
ويدخل في
إقامة الصلاة بالنسبة للرجال إقامة الصلاة في المساجد مع الجماعة، فإن هذا
من إقامة الصلاة، ومن إقامة الصلاة: الخشوع فيها، والخشوع هو حضور القلب
وتأمله بما يقوله المصلي وما يفعله، وهو أمر مهم؛ لأنه لب الصلاة وروحها.
وأما
الثالث -وهو الحق المشترك- فقوله: "إيتاء الزكاة" يعني: إعطاءها لمستحقها.
وأما
الثاني -وهو حق الآدمي- فقوله: "النصح لكل مسلم"، أي: أن ينصح لكل مسلم:
قريب أو بعيد، صغير أو كبير، ذكر أو أنثى.
وكيفية
النصح لكل مسلم هي ما ذكره في حديث أنس -رضي الله عنه-: "لا يؤمن أحدكم حتى
يحب لأخيه ما يحب لنفسه" هذه هي النصيحة أن تحب لإخوانك ما تحب لنفسك، بحيث
يسرك ما يسرهم، ويسوءك ما يسوؤهم، وتعاملهم بما تحب أن يعاملوك به، وهذا
الباب واسعُ كبيرُ جدًّا.
Jarīr -raḍiyallāhu 'anhu- mengatakan,
"Aku berbaiat kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk
menegakkan salat, menunaikan zakat, dan menasehati setiap Muslim." Baiat
di sini maksudnya berjanji. Dinamakan baiat karena kedua belah pihak
mengulurkan "bā' " nya pada yang lain, yakni mengulurkan tangannya untuk
menjabat tangan yang lain. Baiat ini terdiri dari tiga macam: 1. Murni
hak Allah. 2. Murni hak manusia. 3. Hak bersama. (Pertama:) Murni hak
Allah, yakni ucapannya, "Menegakkan salat". Artinya, seorang Muslim
menjalankannya dengan benar sesuai tuntutan. Yakni, menjaga
waktu-waktunya, melaksanakan berbagai rukun, kewajiban dan
syarat-syaratnya serta menyempurnakan dengan sunah-sunahnya. Masuk dalam
pengertian menegakkan salat bagi laki-laki adalah melaksanakan salat di
masjid dengan berjamaah. Ini termasuk menegakkan salat. Kriteria
menegakkan salat lainnya adalah khusyuk dalam melaksanakannya. Khusyuk
adalah menghadirkan hati dan merenungkan apa yang ia ucapkan dan ia
lakukan dalam salat. Ini suatu perkara yang penting, karena merupakan
inti dan ruh salat. Ketiga: Hak bersama. (Yaitu) perkataannya,
"Menunaikan zakat", yaitu memberikan zakat kepada orang yang berhak
menerimanya. Dan ketiga: Murni hak manusia. (Yaitu) perkataannya,
"Menasehati setiap Muslim", yaitu memberi nasehat setiap Muslim baik
kerabat maupun tidak, kecil maupun besar, laki-laki maupun wanita. Cara
menasehati setiap Muslim adalah apa yang disebutkan dalam hadis Anas
-raḍiyallāhu 'anhu-, "Tidak (sempurna) iman salah seorang kalian sampai
ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya." Inilah
nasehat (yang benar), yaitu Anda mencintai untuk saudara-saudara Anda
apa yang Anda cintai untuk diri Anda. Anda bahagia dengan apa yang
membuat mereka bahagia, dan Anda sedih karena apa yang membuat mereka
sedih, serta Anda memperlakukan mereka dengan cara yang Anda suka mereka
memperlakukan Anda. Tema ini sangat luas dan besar. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3512 |
|
Hadith 401 الحديث
الأهمية: كان -صلى الله عليه وسلم- يصلي الظهر
بالهاجرة, والعصر والشمس نقية، والمغرب إذا وجبت
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melaksanakan salat Zuhur di tengah hari, salat Asar ketika matahari
cerah, dan salat Magrib ketika matahari sudah terbenam. |
عن جابر بن عبد الله الأنصاري -رضي الله
عنهما- قال: «كَانَ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّي الظُّهْرَ بِالهَاجِرَة،
والعَصرَ والشَّمسُ نَقِيَّة، والمَغرِب إِذَا وَجَبَت، والعِشَاء
أَحيَانًا وأَحيَانًا: إِذَا رَآهُم اجتَمَعُوا عَجَّل، وَإِذَا رَآهُم
أَبْطَئُوا أًخَّر، والصُّبحُ كان النبي -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّيهَا
بِغَلَس».
Dari Jābir bin Abdillah Al-Anṣāri
-raḍiyallāhu 'anhumā- ia berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melaksanakan salat Zuhur di tengah hari, salat Asar ketika matahari
cerah, dan salat Magrib ketika matahari sudah terbenam. Adapun salat
Isya, adakalanya beliau melaksanakannya di awal waktunya dan adakalanya
di akhir waktunya. Jika beliau melihat (makmum) sudah berkumpul, beliau
pun menyegerakan salat, dan jika beliau melihat mereka lambat, maka
beliau pun mengakhirkannya. Sedangkan salat Subuh, Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- menunaikannya ketika masih gelap."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في هذا الحديث بيان الأفضل في الوقت،
لأداء الصلوات الخمس.
فصلاة
الظهر: حين تميل الشمس عن كبد السماء، وهو وقت الزوال، وهو اول وقتها، ولكن
إن كان الحر شديدًا يؤثر على المصلين فالأفضل تأخير الصلاة حتى يبرد الجو،
كما في أدلة أخرى.
والعصر:
تصلى والشمس ما تزال بيضاء نقية، لم تخالطها صفرة المغيب, وقَدرُها: أن
يكون ظل كل شيء مثله، بعد ظل الزوال.
والمغرب:
تصلى وقت سقوط الشمس في مغيبها.
وأما
العشاء: فيراعى فيها حال المؤتمين، فإن حضروا في أول وقتها، وهو زوال الشفق
الأحمر صلوا، وإن لم يحضروا أخرّها إلى ما يقرب من النصف الأول من الليل،
فإنه وقتها الأفضل لولا المشقة.
وأما صلاة
الصبح: تكون عند أول اختلاط الضياء بالظلام.
Hadis ini berisi penjelasan waktu
paling utama untuk menunaikan salat lima waktu. Salat Zuhur ditunaikan
ketika matahari condong dari tengah-tengah langit. Yaitu waktu
tergelincirnya matahari, dan itu awal waktunya. Akan tetapi, jika
kondisi sedang panas terik yang berpengaruh terhadap orang-orang yang
salat, maka lebih utama untuk mengundurkan salat sampai udara agak
dingin sebagaimana disebutkan dalam dalil-dalil yang lain. Salat Asar
ditunaikan ketika matahari masih berwarna putih bening tanpa dicampuri
warna kuning saat terbenam, dan ukurannya ketika bayangan sesuatu
sepanjang benda aslinya setelah bayangan zawal (tergelincirnya
matahari). Salat Magrib ditunaikan saat matahari jatuh di tempat
terbenamnya. Sedangkan waktu Isya dengan memperhatikan kondisi para
makmum. Jika mereka telah hadir di awal waktunya, yaitu lenyapnya mega
merah (di cakrawala), maka mereka pun melaksanakan salat. Jika mereka
belum datang, maka Nabi mengakhirkannya sampai pada waktu pertengahan
pertama dari malam, dan itu merupakan waktunya yang paling utama andai
tidak ada kesulitan. Adapun salat Subuh dilaksanakan ketika permulaan
bercampur-baurnya cahaya terang dengan kegelapan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3516 |
|
Hadith 402 الحديث
الأهمية: إنا والله لا نولي هذا العمل أحدا سأله،
أو أحدا حرص عليه
Tema: Demi Allah, sesungguhnya kami tidak
menyerahkan pekerjaan (jabatan) ini kepada orang yang memintanya atau
orang yang berambisi mengejarnya. |
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه-
قال: دخلتُ عَلى النَبيِّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- أنَا ورجلاَن مِنْ
بَنِي عَمِّي، فَقَال أحدهما: يا رسول الله، أمرنا على بعض ما ولاك الله
-عز وجل- وقال الآخر مثل ذلك، فقال: «إِنَّا وَالله لاَ نُوَلِّي هَذَا
العَمَلَ أَحَدًا سَأَلَهُ، أَو أَحَدًا حَرِصَ عَلَيهِ».
Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, "Aku masuk menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersama dua orang sepupuku. Lantas salah satu dari keduanya
mengatakan, "Wahai Rasulullah! Angkatlah kami sebagai pemimpin atas
sebagian wilayah yang Allah -'Azza wa Jalla- kuasakan kepada Anda." Yang
lain juga mengatakan ucapan seperti itu. Maka beliau bersabda, "Demi
Allah, sesungguhnya kami tidak menyerahkan pekerjaan (jabatan) ini
kepada orang yang memintanya atau orang yang berambisi mengejarnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الحديث في النهي عن تولية من طلب
الإمارة أو حرص عليها، فالنبيُّ -صلَّى الله عليه وسلَّم- لما سأله الرجلان
أن يؤمرهما على بعض ما ولاه الله عليه، قال: "إنا والله لا نولى هذا الأمر
أحدًا سأله أو أحدًا حرص عليه"، يعني لا نولي الإمارة أحدًا سأل أن يتأمَّر
على شيء، أو أحدًا حرص عليه؛ وذلك لأنَّ الَّذِي يطلب أو يحرص على ذلك،
ربما يكون غرضه بهذا أن يجعل لنفسه سلطة، لا أن يصلح الخلق، فلمَّا كان قد
يُتهم بهذه التهمة مَنع النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يُولَّى من طلب
الإمارة، وقال: "إنا والله لا نولي هذا الأمر أحدا سأله أو أحدا حرص عليه".
وقد أكَّد
موضوع هذا الحديث حديث عبد الرحمن بن سمرة -رضي الله عنه- أنَّ النبيَّ
-صلَّى الله عليه وسلَّم- قال: "لا تسأل الإمارة؛ فإنك إن أعطيتها عن غير
مسألة أعنت عليها، وإن أعطيتها عن مسألة وكلت إليها".
فلا ينبغي
لولي الأمر إذا سأله أحد أن يؤمره على بلد أو على قطعة من الأرض فيها بادية
أو ما أشبه ذلك، حتى وإن كان الطالب أهلًا لذلك؛ وكذلك أيضًا لو أن أحدًا
سأل القضاء، فقال لولي الأمر في القضاء كوزير العدل مثلا: ولِّنِي القضاء
في البلد الفلاني فإنه لا يولى، وأما من طلب النقل من بلد إلى بلد أو ما
أشبه ذلك فلا يدخل في هذا الحديث؛ لأنَّه قد تولى من قبل، ولكنه طلب أن
يكون في محل آخر، إلا إذا علمنا أن نيته وقصده هي السلطة على أهل هذه
البلدة فإننا نمنعه؛ فالأعمال بالنيات.
فإن قال
قائل كيف تجيبون عن قول يوسف -عليه الصلاة والسلام- للعزيز: "اجعلني على
خزائن الأرض إني حفيظ عليم".
فإننا
نجيب بأحد جوابين:
الأول: أن
يُقال إن شرع من قبلنا إذا خالفه شرعنا فالعمدة على شرعنا، بناءً على
القاعدة المعروفة عند الأصوليين "شرع من قبلنا شرعٌ لنا ما لم يرد شرعنا
بخلافه"، وقد ورد شرعنا بخلافه: أننا لا نولي الأمر أحدًا طلب الولاية
عليه.
الثاني:
أن يقال: إن يوسف -عليه الصلاة والسلام- رأى أن المال ضائعٌ، وأنَّه
يُفرِّط فيه ويُلعب فيه؛ فأراد أن ينقذ البلاد من هذا التلاعب، ومثل هذا
يكون الغرض منه إزالة سوء التدبير وسوء العمل، ويكون هذا لا بأس به، فمثلا
إذا رأينا أميرًا في ناحية لكنَّه قد أضاع الإمرة وأفسد الخلق، فللصالح
لهذا الأمر، إذا لم يجد أحدا غيره، أن يطلب من ولي الأمر أن يوليه على هذه
الناحية، فيقول له: ولني هذه البلدة؛ لأجل دفع الشر الذي فيها، ويكون هذا
لا بأس به متفقا مع القواعد.
وحديث
عثمان بن أبي العاص أنه قال للنبي -صلى الله عليه وسلم-: اجعلني إمام قومي
يعني في الصلاة، فقال: "أنت إمامهم"، قال بعض العلماء: الحديث يدل على جواز
طلب الإمامة في الخير، وقد ورد في أدعية عباد الرحمن الذين وصفهم الله بتلك
أنهم يقولون: {واجعلنا للمتقين إماماً} وليس من طلب الرياسة المكروهة؛ فإن
ذلك فيما يتعلق برياسة الدنيا التي لا يعان من طلبها، ولا يستحق أن يعطاها.
Hadis ini menjelaskan larangan
mengangkat orang yang meminta jabatan atau berambisi mendudukinya.
Ketika dua orang tersebut meminta kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- agar mengangkat keduanya sebagai pemimpin atas sebagian wilayah
yang Allah kuasakan pada beliau, beliau bersabda, "Demi Allah,
sesungguhnya kami tidak menyerahkan pekerjaan (jabatan) ini kepada orang
yang memintanya atau orang yang berambisi mengejarnya." Artinya, kami
tidak mengangkat seorang pun yang meminta dan berambisi menguasai suatu
jabatan. Karena orang yang meminta atau berambisi menduduki jabatan
tersebut bisa jadi tujuannya ingin menjadikan dirinya berkuasa, bukan
berniat memperbaiki manusia. Manakala ia dicurigai memiliki niat ini,
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang mengangkat orang yang
meminta jabatan, dan beliau bersabda, "Demi Allah, sesungguhnya kami
tidak menyerahkan pekerjaan (jabatan) ini kepada orang yang memintanya
atau orang yang berambisi mengejarnya." Tema ini diperkuat oleh hadis
Abdurraḥmān bin Samurah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah engkau meminta jabatan, karena
jika engkau diberi jabatan tanpa memintanya niscaya engkau akan ditolong
dalam mengembannya. Namun, jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu
niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak ditolong)." Jadi, apabila ada
orang meminta diangkat untuk memimpin suatu negeri atau wilayah yang
membawahi daerah pedalaman atau semacamnya, tidak sepantasnya seorang
pemimpin meluluskan permintaannya ini. Meskipun orang yang meminta
tersebut layak mengemban jabatan itu. Demikian pula seandainya seseorang
meminta jabatan sebagai hakim, ia berkata pada pihak yang berwenang
mengurusi masalah pengadilan, seperti menteri kehakiman-misalnya-,
“Angkatlah aku sebagai hakim di wilayah tertentu”, maka orang ini tidak
boleh diangkat. Adapun orang yang meminta pindah tugas dari satu daerah
ke daerah lain atau yang semacamnya, ia tidak termasuk dalam larangan
hadis ini. Sebab ia telah menjabat sebelumnya, hanya saja ia meminta
ditugaskan di tempat lain. Kecuali bila kita mengetahui ia memiliki niat
dan bertujuan menguasai penduduk wilayah tersebut, maka kita perlu
menghalanginya. Jadi, segala perbuatan itu tergantung pada niatnya. Jika
ada orang mengatakan, “Bagaimana kalian mendudukkan ucapan Nabi Yusuf
-'alaihiṣ ṣalātu was salām- pada raja, “Jadikanlah aku bendaharawan
negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi
berpengetahuan". Kita menjawabnya dengan salah satu dari dua jawaban:
Pertama: sesungguhnya syariat umat sebelum kita apabila bertentangan
dengan syariat kita maka yang jadi acuan adalah syariat kita. Hal ini
berdasarkan kaidah yang dikenal di kalangan ulama usul fikih, “syariat
umat sebelum kita adalah syariat kita selagi syariat kita tidak
menyebutkan hukum yang menyelisihinya”. Dan ternyata syariat kita telah
menyebutkan hukum yang berbeda, bahwa kita tidak boleh menyerahkan
jabatan pada orang yang memintanya. Kedua: Nabi Yusuf -'alaihiṣ
ṣalātu was salām- melihat persediaan dana menipis dan dana (negara) ini
dibuang-buang dan dihambur-hamburkan. Maka ia ingin menyelamatkan negeri
dari pemborosan ini. Hal yang seperti ini tujuannya adalah menghilangkan
pengelolaan yang buruk dan pelaksanaan yang salah. Sehingga permintaan
ini tidak apa-apa. Misalnya, apabila kita melihat pemimpin di suatu
wilayah, akan tetapi ia telah menyalah gunakan kepemimpinan dan merusak
masyarakat, maka orang yang layak memegang jabatan ini, apabila ia tidak
mendapati orang lain, boleh meminta pada pemimpin agar dirinya diangkat
sebagai pemimpin wilayah tersebut. Ia bisa mengatakan, “Angkatlah aku
sebagai pemimpin wilayah ini, semata-mata untuk menghilangkan keburukan
yang terjadi di dalamnya.” Permintaan seperti ini tidak masalah, sejalan
dengan kaidah-kaidah. Pun selaras dengan hadis Uṡmān bin Abi Al-`Āṣ
bahwa ia pernah berkata kepada Nabi –ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
“Jadikan aku imam kaumku” maksudnya imam salat. Beliau bersabda, “Engkau
imam mereka.” Sebagian ulama mengatakan, “hadis ini menunjukkan bolehnya
meminta jabatan dalam kebaikan.” Dan disebutkan dalam doa hamba-hamba
Allah yang Maha penyayang, yang Allah sebutkan dengan kriteria-kriteria
tersebut bahwa mereka mengucapkan, “Dan jadikan kami sebagai pemimpin
orang-orang yang bertakwa.” Ini tidak termasuk meminta jabatan yang
buruk. Karena larangan meminta jabatan tesebut berkaitan dengan
kepemimpinan dunia yang pemintanya tidak akan dibantu mengembannya dan
tidak layak dipercaya memegangnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3517 |
|
Hadith 403 الحديث
الأهمية: يا معاذ، والله، إني لأحبك، ثم أوصيك يا
معاذ، لا تدعن في دبر كل صلاة تقول: اللهم أعني على ذكرك، وشكرك، وحسن
عبادتك
Tema: Wahai Mu'āż! Demi Allah, sungguh aku
mencintaimu. Kemudian aku wasiatkan kepadamu wahai Mu'āż, jangan
sekali-kali di akhir setiap salat engkau tidak mengucapkan, "Allāhumma
a'innī 'alā żikrika wa syukrika wa husni 'ibādatika, (Ya Allah, bantulah
aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik
kepada-Mu). |
عن معاذ بن جبل -رضي الله عنه- أن النبي
-صلى الله عليه وسلم- قال: «يَا مُعَاذ، واللهِ، إِنِّي لَأُحِبُّكَ، ثُمَّ
أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ، لاَ تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَة تَقُول:
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ».
Dari Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu
'anhu- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Wahai Mu'āż!
Demi Allah, sungguh aku mencintaimu. Kemudian aku wasiatkan kepadamu
wahai Mu'āż, jangan sekali-kali di akhir setiap salat engkau tidak
mengucapkan, "Allāhumma a'innī 'alā żikrika wa syukrika wa husni
'ibādatika, (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, berisyukur
kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يُصَوِّر حديث معاذ مَعلمًا جديدًا من
معالم المحبة الإسلامية، والتي من ثمارها النصح والإرشاد إلى الخير، فإنَّ
النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- قال لمعاذ :"إني أحبك" وأقسم قال: "والله إني
لأحبك" وهذه منقبة عظيمة لمعاذ بن جبل -رضي الله عنه- أنَّ نبينا -صلى الله
عليه وسلم- أقسم أنَّه يحبه، والمحب لا يدَّخر لحبيبه إلا ما هو خير له؛
وإنما قال هذا له؛ لأجل أن يكون مستَعِدًا لما يلقى إليه؛ لأنه يلقيه إليه
من محب.
ثم
قال له: "لا تدعن أن تقول دبر كل صلاة" أي: مكتوبة، "اللهم أعني على ذكرك
وعلى شكرك وعلى حسن عبادتك": ودبر كل صلاة يعني: في آخر الصلاة قبل السلام،
هكذا جاء في بعض الروايات، أنه يقولها قبل السلام وهو حق، وكما هو مقرَّر:
أنَّ المقيد بالدبر أي: دبر الصلاة، إن كان دعاءً فهو قبل التسليم، وإن كان
ذكرا فهو بعد التسليم، ويدل لهذه القاعدة أن رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- قال في حديث ابن مسعود في التشهد لما ذكره قال: ثم ليَتَخيَّر مِن
الدعاء ما شاء أو ما أحب أو أعجبه إليه، أما الذكر فقال الله -تعالى-:
{فإذا قضيتم الصلاة فاذكروا الله قياما وقعودا وعلى جنوبكم}.
وقوله: "
أعِنِّي على ذكرك" يعني: كل قول يقرب إلى الله، وكل شيء يقرب إلى الله، فهو
من ذكر الله وشكره، أي: شكر النعم واندفاع النقم، فكم من نعمة لله على
خلقه، وكم من نقمة اندفعت عنهم؛ فيشكر الله على ذلك.
Hadis Mu'āż menggambarkan tanda baru
dari tanda-tanda cinta Islam, yang di antara buahnya adalah nasihat dan
menunjukkan pada kebaikan. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda
kepada Mu'āż, "Sesungguhnya aku mencintaimu." Beliau bersumpah dan
mengatakan, "Demi Allah, aku mencintaimu." Ini keutamaan besar yang
dimiliki Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersumpah mencintainya. Orang yang mencintai tidak
menyimpan untuk kekasihnya kecuali sesuatu yang baik untuknya. Nabi
-shalllallahu `alaihi wa sallam- mengucapkan hal ini agar Mu'āż siap
menerima apa yang akan beliau ajarkan, karena beliau mengajarkannya
sebagai orang yang mencintai. Kemudian beliau bersabda kepadanya,
"Jangan sekali-kali di belakang setiap salat" yakni salat wajib, "engkau
tidak mengucapkan, "Allāhumma a'innī 'alā żikrika wa syukrika wa husni
'ibādatika, (Ya Allah! Bantulah aku untuk mengingat-Mu, berisyukur
kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu)." Di belakang setiap
salat, maksudnya di akhir salat sebelum salam. Demikian tertera dalam
sebagian riwayat bahwa beliau mengucapkan doa ini sebelum salam. Ini lah
yang benar, dan sebagaimana telah ditetapkan bahwa sesuatu yang dibatasi
dengan kata "di belakang", yakni di belakang salat, jika berupa doa maka
maksudnya sebelum salam, dan jika berupa zikir maka maksudnya sesudah
salam. Kaidah ini didasarkan pada sabda Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- dalam hadis Ibnu Mas'ūd tentang tasyahud ketika beliau
mengajarkannya, "Kemudian hendaknya ia memilih doa yang dikehendakinya,
yang ia sukai atau yang ia kagumi. Sedangkan tentang zikir, Allah
-Ta'ālā- berfirman, "Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu),
ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu
berbaring..." (An-Nisā`: 103). Sabda beliau, "Bantulah aku untuk
mengingat-Mu". Maksudnya setiap ucapan yang bisa mendekatkan diri pada
Allah dan setiap sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah maka
termasuk zikir kepada-Nya dan bersyukur kepada-Nya", maksudnya adalah
mensyukuri nikmat-nikmat dan terhindarnya siksa. Berapa banyak nikmat
Allah yang telah diberikan pada makhluk-Nya, dan berapa bencana yang
telah tertolak dari mereka. Maka selayaknya hamba bersyukur kepada Allah
atas anugerah ini. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Nasā`i -
Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh
Malik]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3518 |
|
Hadith 404 الحديث
الأهمية: اتقوا الله وصلوا خمسكم، وصوموا شهركم،
وأدوا زكاة أموالكم، وأطيعوا أمراءكم تدخلوا جنة ربكم
Tema: Bertakwalah kalian kepada Allah,
tunaikanlah kelima salat kalian, kerjakanlah puasa di bulan (Ramadan)
kalian, tunaikanlah zakat harta kalian, dan patuhilah para pemimpin
kalian, niscaya kalian akan masuk ke dalam Surga Rabb kalian. |
عن أبي أمامة صُدي بن عجلان الباهلي
-رضي الله عنه- قال: سَمِعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يَخطُبُ في
حَجَّة الوَدَاع، فقال: «اتَّقُوا الله، وصَلُّوا خَمسَكُم، وصُومُوا
شَهرَكُم، وأَدُّوا زَكَاة أَموَالِكُم، وأَطِيعُوا أُمَرَاءَكُم تَدخُلُوا
جَنَّة رَبِّكُم».
Dari Abu Umāmah Ṣudaiy bin 'Ajlān
Al-Bāhili - raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Aku pernah mendengarkan
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyampaikan khutbah di Haji
Wadā', beliau bersabda, "Bertakwalah kalian kepada Allah, tunaikanlah
kelima salat kalian, kerjakanlah puasa di bulan (Ramadan) kalian,
tunaikanlah zakat harta kalian, dan patuhilah para pemimpin kalian,
niscaya kalian akan masuk ke dalam Surga Rabb kalian!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في حجة الوداع خطب النبي -صلى الله عليه
وسلم- يوم عرفة، وخطب يوم النحر، ووعظ الناس وذكَّرهم، وهذه خطبة من الخطب
الرواتب التي يُسنُّ لقائد الحجيج أن يخطب الناس كما خطبهم النبي -صلى الله
عليه وسلم-، وكان من جملة ما ذكر في إحدى خطبه في حجة الوداع ما يلي:
"يا أيها الناس اتقوا ربكم" ، فأمر
الرسول -صلى الله عليه وسلم- النَّاس جميعًا أن يتقوا ربَّهم الذي خلقهم،
وأمدَّهم بِنعمه، وأعدهم لقبول رسالاته، فأمرهم بتقوى الله -تعالى-.
وقوله:
"وصلوا خمسكم" أي: صلُّوا الصلوات الخمس التي فرضها الله -عز وجل- على
رسوله -صلى الله عليه وسلم-.
وقوله:
"وصوموا شهركم" أي: شهر رمضان.
وقوله:
"وأدوا زكاة أموالكم" أي: أعطوها مستحقيها ولا تبخلوا بها.
وقوله:
"أطيعوا أمراءكم" أي: من جعلهم الله أمراء عليكم، وهذا يشمل أمراء المناطق
والبلدان، ويشمل الأمير العام: أي أمير الدولة كُلِّها، فالواجب على الرعية
طاعتهم في غير معصية الله، أما في معصية الله فلا تجوز طاعتهم ولو أمَرُوا
بذلك؛ لأن طاعة المخلوق لا تُقدَّم على طاعة الخالق -جل وعلا-،وأنّ من فعل
هذه الأشياء المذكورة في الحديث فثوابه الجنة.
وثواب من
فعل ذاك الجنة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
berkhutbah pada Haji Wadā' di hari Arafah, dan juga berkhutbah pada hari
raya kurban. Beliau memberi nasehat kepada orang-orang dan mengingatkan
mereka. Khutbah ini termasuk khutbah rutin yang disunahkan bagi para
pemimpin jamaah haji untuk berkhutbah kepada manusia sebagaimana Nabi -
șallallāhu 'alaihi wa sallam- berkhutbah kepada mereka. Di antara
kalimat yang pernah disampaikan beliau dalam satu khutbahnya pada Haji
Wadā' sebagai berikut: "Wahai manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian,"
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyuruh manusia seluruhnya
agar bertakwa kepada Rabb mereka yang telah menciptakan mereka,
mencurahkan berbagai kenikmatan-Nya, mempersiapkan mereka untuk menerima
risalah-risalah-Nya, lalu memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada
Allah. Sabdanya, "Tunaikanlah kelima salat kalian!" yakni, laksanakanlah
salat lima waktu yang telah diwajibkan oleh Allah -'Azza wa Jalla-
kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Sabdanya, "Kerjakanlah
puasa di bulan kalian," yakni, di bulan Ramadan. Sabdanya, "Tunaikanlah
zakat harta kalian," yakni, berikanlah zakat harta kalian kepada
orang-orang yang berhak menerimanya dan janganlah kalian kikir.
Sabdanya, "Patuhilah para pemimpin kalian!" yakni, orang-orang yang
telah dijadikan oleh Allah sebagai pemimpin kalian. Ini termasuk para
kepala wilayah dan negara, dan meliputi pemimpin umum, yaitu pemimpin
negara seluruhnya. Kewajiban rakyat adalah patuh kepada mereka selain
dalam kemaksiatan kepada Allah. Adapun dalam hal kemaksiatan kepada
Allah, maka tidak boleh patuh kepada mereka jika mereka menyuruh
melakukan hal itu. Sebab, mematuhi makhluk tidak boleh didahulukan dari
taat kepada Sang Pencipta -Jalla wa 'Alā-, dan siapa yang melakukan
hal-hal yang disebutkan dalam hadis tersebut maka pahalanya adalah
Surga. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbān -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3520 |
|
Hadith 405 الحديث
الأهمية: بت عند خالتي ميمونة، فقام النبي -صلى
الله عليه وسلم- يصلي من الليل، فقمت عن يساره، فأخذ برأسي فأقامني عن
يمينه
Tema: Aku pernah bermalam di rumah bibiku,
Maimūnah, lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bangun untuk
mengerjakan salat malam. Aku pun berdiri di sebelah kiri beliau. Maka
beliau memegang kepalaku lalu menempatkanku di sebelah kanannya. |
عن عَبدُ اللَّهِ بنِ عَبَّاسٍ -رضي
الله عنهما- قال: «بِتُّ عِندَ خَالَتِي مَيمُونَة، فَقَام النَبيَّ -صلى
الله عليه وسلم- يُصَلِّي مِن اللَّيل، فَقُمتُ عَن يَسَارِه، فَأَخَذ
بِرَأسِي فَأَقَامَنِي عن يَمِينِه».
Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu
'anhumā- ia berkata, "Aku pernah bermalam di rumah bibiku, Maimūnah,
lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bagun untuk mengerjakan salat
malam. Aku pun berdiri di sisi kiri beliau. Maka beliau memegang
kepalaku lalu menempatkanku di sebelah kanannya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر الصحابي الجليل ابن عباس -رضي الله
عنهما- أنه بات عند خالته زوج النبي -صلى الله عليه وسلم-؛ ليطلع -بنفسه-
على تهجد النبي -صلى الله عليه وسلم- فلما قام -صلى الله عليه وسلم- يصلي
من الليل، قام ابن عباس معه؛
ليصلي بصلاته، وصار عن يسار النبي -صلى الله عليه وسلم- مأمومًا؛ ولأن
اليمين هو الأشرف، وهو موقف المأموم من الإمام إذا كان واحدًا، أخذ النبي
-صلى الله عليه وسلم- برأسه، فأداره من ورائه، فأقامه عن يمينه.
Sahabat yang mulia, Ibnu Abbas
-raḍiyallāhu 'anhumā- mengabarkan bahwa ia pernah bermalam di rumah
bibinya, istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengetahui
secara langsung tahajud Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ketika Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bagun untuk mengerjakan salat malam, Ibnu
Abbas berdiri bersama beliau untuk mengikuti salat beliau. Ia berada di
sebelah kiri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebagai makmum. Oleh
karena kanan itu lebih mulia dan merupakan tempat makmum di sisi imam
apabila ia seorang diri, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memegang
kepalanya lalu memutarnya dari belakang dan menempatkannya di sebelah
kanan beliau. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3528 |
|
Hadith 406 الحديث
الأهمية: أنَّ النَّبي -صلى الله عليه وسلم-
أُتِيَ بصبي, فبال على ثوبه, فدعا بماء, فأَتبَعَه إِيَّاه
Tema: Seorang bayi dibawa kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu ia kencing di pakaian beliau. Lantas
beliau meminta air lalu memercikkannya ke tempat kencing itu. |
عن أُمِّ قَيْسِ بِنْتِ مِحْصَنٍ
الأَسَدِيَّة -رضي الله عنها- «أنَّها أتَت بابن لها صغير لم يأكل الطعام
إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فأجلسه في حِجْرِه, فبال على ثوبه,
فدعا بماء فَنَضَحَه على ثوبه, ولم يَغْسِله».
عن
عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِين -رضي الله عنها- «أنَّ النَّبي -صلى الله
عليه وسلم- أُتِيَ بصبي, فبال على ثوبه, فدعا بماء, فأَتبَعَه إِيَّاه».
وفي
رواية: «فَأَتْبَعَه بوله, ولم يَغسِله» .
Tema: Dari Ummu Qais binti Miḥṣan
Al-Asadiyyah -raḍiyallāhu 'anhā- bahwasannya dia datang kepada
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan membawa putranya yang
masih kecil, yang belum makan. Lantas beliau mendudukkannya di
pangkuannya. Tiba-tiba anak itu kencing di pakaian beliau. Beliau pun
meminta air lalu memercikkannya ke pakaian beliau dan tidak mencucinya."
Dari Aisyah Ummul Mukminin -raḍiyallāhu 'anha-, "Seorang bayi dibawa
kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu ia kencing di pakaian
beliau. Lantas beliau meminta air lalu memercikkannya ke tempat kencing
itu." Dalam riwayat lain disebutkan, "Lalu menyiram kencingnya dan tidak
mencucinya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان الصحابة -رضي الله عنهم-
يأتون النبي -صلى الله عليه وسلم- بأطفالهم؛ لينالوا من بركته وبركة
دعائه لهم، وكان -صلى الله عليه وسلم- من لطافته، وكرم أخلاقه يستقبلهم بما
جبله الله عليه من البشر والسماحة، فجاءت أم قيس -رضي الله عنها- بابن لها
صغير، يتغذى باللبن، ولم يصل إلى سن التغذي بغير اللبن، فمن رحمته أجلسه في
حجره الكريم، فبال الصبي على ثوب النبي -صلى الله عليه وسلم-، فطلب ماء فرش
مكان البول من ثوبه رشاً، ولم يغسله غسلًا، وهذا الحكم خاص بالرضيع الذكر
دون الأنثى.
Dulu para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum-
biasa membawa anak-anak mereka ke Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
agar mendapatkan keberkahannya dan keberkahan doa beliau untuk mereka.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan kelembutan dan kemurahan
akhlaknya menyambut mereka dengan perangai yang telah diciptakan untuk
beliau berupa keceriaan dan lapang dada. Lantas datanglah Ummu Qais
-raḍiyallāhu 'anhā- membawa putranya yang masih kecil, yang masih
mengkonsumsi susu dan belum mencapai usia yang membuatnya mengkonsumsi
selain susu. Di antara kasih sayang beliau, beliau mendudukkannya di
pangkuannya yang mulia. Tiba-tiba anak kecil itu kencing di atas pakaian
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian beliau meminta air lalu
memercikkannya satu kali ke tempat kencing di baju beliau tanpa
mencucinya. Hukum khusus berlaku terhadap bayi laki-laki, bukan bayi
perempuan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3529 |
|
Hadith 407 الحديث
الأهمية: أتيت النبي -صلى الله عليه وسلم- وهو في
قُبَّةٍ له حمراء من أدم، فخرج بلال بوضوء فمن ناضح ونائل
Tema: Aku pernah datang kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- saat beliau berada di kemahnya yang
berwarna merah dan terbuat dari kulit. Lantas Bilal keluar dengan
membawa sisa air wudu beliau. Dari sisa air itu ada orang yang
mendapatkannya dan ada pula yang hanya mendapat percikannya saja. |
عن أبي جُحَيْفَةَ وَهْبِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ السُّوَائِيِّ -رضي الله عنه- قال: «أَتَيتُ النَبِيَّ -صلى الله
عليه وسلم- وهو في قُبَّةٍ لَهُ حَمرَاءَ مِن أَدَمٍ، قال: فَخَرَج بِلاَل
بِوَضُوءٍ، فمن نَاضِحٍ ونَائِلٍ، قال: فَخَرَجَ النبِيَّ -صلى الله عليه
وسلم- عليه حُلَّةٌ حَمرَاءُ، كَأَنِّي أَنظُرُ إلى بَيَاضِ سَاقَيهِ، قال:
فَتَوَضَّأ وأَذَّن بِلاَل، قال: فَجَعَلَتُ أتَتَبَّعُ فَاهُ هَهُنَا
وهَهُنَا، يقول يمِينا وشِمالا: حَيَّ على الصَّلاة؛ حيَّ عَلَى الفَلاَح.
ثُمَّ رَكَزَت لَهُ عَنَزَةٌ، فَتَقَدَّمَ وصلى الظُهرَ رَكعَتَين، ثُمَّ
لَم يَزلَ يُصِلِّي رَكعَتَين حَتَّى رَجَعَ إِلى المَدِينَة».
Dari Abu Juḥaifah Wahb bin Abdillah
As-Suwā`iyyi -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Aku pernah mendatangi Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- saat beliau berada di kemahnya yang
berwarna merah dan terbuat dari kulit. Lantas Bilal keluar dengan
membawa sisa air wudu beliau. Dari sisa air itu ada orang yang
mendapatkannya dan ada pula yang hanya mendapat percikannya saja." Abu
Juḥaifah meneruskan, "Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- keluar
dengan mengenakan pakaian merah, seolah-olah aku masih dapat melihat
kedua betisnya yang putih, lalu beliau berwudu dan Bilal mengumandangkan
azan." Abu Juḥaifah meneruskan, "Lantas aku mengikuti (gerakan) mulut
Bilal ke sana ke mari. Dia berseru ke kanan dan ke kiri dengan
mengucapkan, "Hayya 'alaṣ ṣalāh (marilah kita salat)" dan "Hayya 'alal
falāḥ (marilah menuju kemenangan)". Selanjutnya satu tongkat besi
ditancapkan untuk beliau. Beliau pun maju dan melaksanakan salat Zuhur
dua rakaat. Beliau terus melaksanakan salat dua rakaat sampai kembali ke
Madinah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- نازلًا
في الأبطح في أعلى مكة، فخرج بلال بفضل وضوء النبي -صلى الله عليه وسلم-،
وجعل الناس يتبركون به، وأذن بلال. قال أبو جحيفة: فجعلت أتتبع فم بلال،
وهو يلتفت يمينًا وشمالًا عند قوله: "حي على الصلاة حي على الفلاح" ليسمع
الناس حيث إن الجملتين حث على المجيء إلى الصلاة، ثم رُكِزَت للنبي -صلى
الله عليه وسلم- رمح قصيرة لتكون سترة له في صلاته، فصلى الظهر ركعتين، ثم
لم يزل يصلي الرباعية ركعتين حتى رجع إلى المدينة، لكونه مسافرًا.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
singgah di Al-Abṭaḥ (tanah lapang) di bagian atas Makkah. Lantas Bilal
keluar dengan membawa sisa wudu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan
orang-orang pun mencari keberkahan dengan air itu. Bilal mengumandangkan
azan. Abu Juḥaifah berkata, "Selanjutnya aku mengikuti (gerakan) mulut
Bilal ketika dia menengok ke kanan dan ke kiri saat mengucapkan, "Hayya
'alaṣ ṣalāh (marilah kita salat)" dan "Hayya 'alal falāḥ (marilah menuju
kemenangan)," agar orang-orang mendengar. Sebab, kedua kalimat itu
menyerukan untuk datang melaksanakan salat. Setelah itu satu tombak
pendek ditancapkan supaya menjadi sutrah (tabir) bagi Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- dalam salatnya. Beliau pun melaksanakan salat Zuhur
dua rakaat. Setelah itu beliau selalu melaksanakan salat empat rakaat
menjadi dua rakaat hingga tiba di Madinah karena saat itu beliau sedang
bepergian (musafir). |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3530 |
|
Hadith 408 الحديث
الأهمية: والذي نفسي بيده، لتأمرن بالمعروف،
ولتنهون عن المنكر؛ أو ليوشكن الله أن يبعث عليكم عقابا منه، ثم تدعونه فلا
يستجاب لكم
Tema: Demi (Allah) yang jiwaku berada di
tangan-Nya, hendaklah kalian benar-benar memerintahkan kebaikan dan
mencegah kemungkaran atau Allah akan menimpakan kepada kalian siksaan
dari sisi-Nya, kemudian kalian berdoa kepadanya namun Dia tidak
mengabulkan doa kalian. |
عن حذيفة بن اليمان -رضي الله عنهما- عن
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أنه قال: «وَالَّذِي نَفسِي بِيَدِه،
لَتَأْمُرُنَّ بِالمَعرُوف، وَلَتَنهَوُنَّ عَنِ المُنْكَر؛ أَو
لَيُوشِكَنَّ الله أَن يَبْعَثَ عَلَيكُم عِقَاباً مِنْه، ثُمَّ تَدعُونَه
فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُم».
Dari Ḥużaifah bin Al-Yamān
-raḍiyallāhu 'anhumā- dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bahwa beliau bersabda, "Demi (Allah) yang jiwaku berada di tangan-Nya,
hendaklah kalian benar-benar memerintahkan kebaikan dan mencegah
kemungkaran atau Allah akan menimpakan kepada kalian siksaan dari
sisi-Nya, kemudian kalian berdoa kepadanya namun Dia tidak mengabulkan
doa kalian."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قوله -عليه الصلاة والسلام-: "والذي
نفسي بيده" هذا قسم، يقسم فيه النبي -صلى الله عليه وسلم- بالله؛ لأنه هو
الذي أَنْفُسُ العباد بيده -جل وعلا-، يهديها إن شاء، ويضلها إن شاء،
ويميتها إن شاء، ويبقيها إن شاء، فالأنفس بيد الله هداية وضلالة، وإحياء
وإماتة وتصرفًا وتدبيرًا في كل شيء، كما قال الله -تبارك وتعالى-: (ونفس
وما سواها، فألهمها فجورها وتقواها)، فالأنفس بيد الله وحده؛ ولهذا أقسم
النبي -صلى الله عليه وسلم-، وكان يقسم كثيرًا بهذا القسم: (والذي نفسي
بيده)، وأحيانًا يقول: "والذي نفس محمد بيده"؛ لأن نفس محمد -صلى الله عليه
وسلم- أطيب الأنفس، فأقسم بها؛ لكونها أطيب الأنفس.
ثم ذكر
المقسم عليه، وهو أن نقوم بالأمر بالمعروف والنهي عن المنكر؛ أو يعمنا الله
بعقاب من عنده، حتى ندعوه فلا يستجيب لنا، وهذا بيان لأهمية الأمر بالمعروف
كالصلاة والزكاة وأداء الحقوق، وأهمية النهي عن المنكر كالزنى والرب وسائر
المحرمات، وذلك بالفعل لمن له سلطة كالأب في بيته ورجال الحسبة والشرطة، أو
بالقول الحسن وهذا لكل أحد، أو بالقلب مع مفارقة مكان المنكر، وهذا لمن لا
يستطيع الإنكار بالفعل أو بالقول.
Sabda Nabi -'alaihi aṡ-ṡalātu wa
as-salām-, "Demi (Allah) yang jiwaku berada di tangan-Nya", ini adalah
sumpah. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersumpah dengan nama Allah;
karena Dia yang jiwa-jiwa hamba berada ditangan-Nya -Jalla wa 'Alā-. Dia
menunjukinya jika berkehendak dan menyesatkannya jika berkehendak, Dia
mematikannya jika berkehendak dan membiarkannya hidup jika berkehendak.
Jiwa-jiwa berada di tangan Allah baik dalam hal petunjuk maupun
tersesatnya, hidup dan matinya, pengelolaan dan pengaturan dalam segala
hal. Sebagaimana firman Allah -Tabāraka wa Ta'ālā-, "Dan jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaan." Jadi jiwa-jiwa hanya berada di tangan
Allah semata. Oleh sebab ini, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersumpah, dan beliau sering bersumpah dengan sumpah ini, "Demi (Allah)
yang jiwaku berada di tangan-Nya." Terkadang beliau mengatakan, "Demi
(Allah) yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya." Sebab jiwa Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah jiwa yang paling baik. Maka beliau
bersumpah dengan menyebutkan jiwa ini karena merupakan jiwa yang paling
baik. Kemudian beliau menyebutkan al-muqsam 'alaih (obyek sumpah), yakni
kita menjalankan amar makruf dan nahi mungkar, atau Allah akan
menimpakan siksaan dari sisi-Nya kepada kita semua, hingga kita berdoa
kepada-Nya, namun Dia tidak mengabulkan permohonan kita. Ini merupakan
penjelasan tentang urgensi amar makruf seperti salat, zakat, pelaksanaan
hak-hak pihak lain; dan urgensi nahi mungkar seperti zina, riba dan
lainnya. Hal ini dilakukan dengan perbuatan bagi orangorang memiliki
kekuasaan seperti bapak di rumahnya, polisi syariah dan polis; atau
dengan perkataan baik, dan ini berlaku untuk semua orang; atau pakai
hati dengan meninggalkan tempat kemungkaran tersebut. Ini berlaku bagi
orang yang tidak bisa mengingkari dengan perbuatan atau dengan
perkataan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3531 |
|
Hadith 409 الحديث
الأهمية: أي بني، إني سمعت رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- يقول: إن شر الرعاء الحطمة، فإياك أن تكون منهم
Tema: Wahai anakku! Sesungguhnya aku
mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Sesungguhnya sejelek-jelek penggembala itu adalah yang kejam." Maka
jangan sampai engkau menjadi salah seorang dari mereka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أنَّ عَائِذَ بن عَمْرو -رضي الله عنه-
دَخَل على عُبَيد الله بن زياد، فقال: أي بُنَيَّ، إِنِّي سَمِعت رَسُول
الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إِنَّ شَرَّ الرِّعَاءِ الحُطَمَةُ»
فَإِيَّاك أَن تَكُون مِنهُم، فقال له: اجْلِس فَإِنَّما أَنْت مِن
نُخَالَةِ أَصحَاب محمَّد -صلى الله عليه وسلم- فقال: وهل كَانَت لَهُم
نُخَالَة؟! إِنَّمَا كَانَت النُخَالَة بَعدَهُم وَفِي غَيرِهِم.
Āiż bin Amru -raḍiyallāhu 'anhu- masuk
menemui 'Ubaidullah bin Ziyad. Lantas Ia berkata, "Wahai anakku!
Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Sesungguhnya sejelek-jelek penggembala itu adalah yang
kejam." Maka jangan sampai engkau menjadi salah seorang dari mereka."
'Ubaidullah berkata, "Duduklah, engkau hanya satu di antara kalangan
rendahan sahabat Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Ia berkata,
"Adakah pada generasi sahabat orang-orang rendahan? Sesungguhnya orang
rendahan hanyalah ada di kalangan orang-orang setelah mereka atau di
selain mereka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
دخل عائذ بن عمرو -رضي الله عنه- على
عبيد الله بن زياد وهو أمير العراقين بعد أبيه، فقال: "إني سمعت رسول الله
يقول: إن شرّ الرعاءالحطمة"، والحُطَمَة: هو العنيف برعاية الإبل في السوق
والإيراد والإصدار، ويلقي بعضها على بعض ويعسفها، ضَرَبَه مثلاً لوالي
السوء، والمراد منه اللفظ القاسي الذي يظلمهم ولا يرق لهم ولا يرحمهم.
وقوله:
(فإياك أن تكون منهم) من كلام عائذ نصيحةً لابن زياد.
فما كان
من ابن زياد إلاَّ أن أجابه: (إنما أنت من نخالتهم)، يعني لست من فضلائهم
وعلمائهم وأهل المراتب منهم بل من سَقَطِهم، والنخالة هنا استعارة من نخالة
الدقيق، وهي قشوره، والنخالة والحقالة والحثالة بمعنى واحد، قوله.
فردَّ
عليه الصحابي الجليل -رضي الله عنه-: (وهل كانت لهم نخالة؟! إنما كانت
النخالة بعدهم وفي غيرهم)، هذا من جزل الكلام وفصيحه وصدقه الذي ينقاد له
كل مسلم؛ فإِنَّ الصحابة -رضي الله عنهم- كلهم هم صفوة الناس، وسادات
الأمة، وأفضل ممن بعدهم، وكلهم عدول قدوة، لا نخالة فيهم، وإنما جاء
التخليط ممن بعدهم وفيمن بعدهم.
Āiż bin Amru -raḍiyallāhu 'anhu- masuk
menemui 'Ubaidullah bin Ziyad, gubernur penduduk Irak setelah ayahnya.
Ia berkata, "Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya seburuk-buruk penggembala adalah Al-ḥuṭamah." Al-Ḥuṭamah
adalah orang yang kejam dalam mengurus unta, baik saat menggiring,
memasukkan, mengeluarkan, membenturkan sebagian dengan sebagian yang
lain, dan kasar terhadap unta. Beliau menjadikannya perumpamaan bagi
penguasa yang jahat. Maksudnya adalah orang bengis yang menzalimi
rakyat, tidak mengasihi dan tidak menyayangi mereka. Perkataannya, "Maka
jangan sampai engkau menjadi salah satu dari mereka", adalah perkataan
'Āiż sebagai nasihat untuk Ibnu Ziyad. Namun Ibnu Ziyad justru
memberi jawaban, "Engkau hanya orang rendahan di antara mereka".
Artinya, engkau bukan dari kalangan orang-orang terkemuka, ulama dan
orang-orang yang memiliki kedudukan di antara para sahabat. Tapi engkau
dari kelompok rendahan mereka. Kata "an-nukhālah" dalam hadis ini
diambil dari kata nukhālah ad-daqīq, yakni kulit padi (dedak). Kata
"an-nukhālah, al-ḥuqālah, dan "al-huṡālah" artinya sama, (yakni orang
rendahan). Lantas sahabat yang mulia ini -raḍiyallāhu 'anhu- menjawab,
"Adakah pada generasi sahabat orang-orang rendahan. Sesungguhnya orang
rendahan ada di kalangan orang-orang setelah mereka atau di selain
mereka." Ini termasuk ungkapan yang tegas, jelas, dan jujur, yang
diyakini setiap Muslim. Para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- semuanya
adalah manusia pilihan, pemimpin umat, dan lebih baik dari orang setelah
mereka. Mereka semua terpercaya dan teladan, tak ada orang rendahan di
antara mereka. Justru pencampuran (antara orang yang baik dan buruk)
muncul dari orang setelah mereka atau di antara orang-orang setelah
mereka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3532 |
|
Hadith 410 الحديث
الأهمية: إذا جلس بين شعبها الأربع، ثم جهدها،
فقد وجب الغسل
Tema: Jika seseorang sudah duduk di antara
empat cabang seorang wanita lalu dia menggaulinya, maka dia wajib mandi. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أَنَّ
النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: ((إِذَا جَلَسَ بين شُعَبِهَا
الأَربع، ثم جَهَدَهَا، فَقَد وَجَبَ الغُسْلُ)) .
وفي
لفظ ((وإن لم يُنْزِل)).
Tema: Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika seseorang
sudah duduk di antara empat cabang seorang wanita lalu dia menggaulinya,
maka dia wajib mandi." Dalam redaksi lain disebutkan, "Meskipun tidak
keluar (mani)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
إذا جلس الرجل بين أطراف المرأة الأربع،
وهي اليدان والرجلان، ثم أدخل ذكره في فرج المرأة؛ فقد وجب عليهما الغسل من
الجنابة وإن لم يحصل إنزال مني؛ لأن الإدخال وحده أحد موجبات الغسل.
Jika seorang laki-laki duduk di antara
empat bagian tubuh wanita, yaitu kedua tangan dan kedua kaki lalu
memasukkan zakarnya ke kemaluan wanita, maka keduanya wajib mandi
janabah meskipun tidak keluar mani. Sebab, tindakan memasukkan (zakar ke
dalam kemaluan wanita) merupakan salah satu hal yang mewajibkan mandi. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3533 |
|
Hadith 411 الحديث
الأهمية: لا يقبل الله صلاة أحدكم إذا أحدث حتى
يتوضأ
Tema: Allah tidak akan menerima salat
seorang dari kalian apabila berhadas hingga dia berwudu. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: "لاَ يَقْبَل الله صلاَة
أَحَدِكُم إِذا أَحْدَث حَتَّى يَتوضَّأ".
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah
tidak akan menerima salat seorang dari kalian apabila berhadas hingga
dia berwudu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الشارع الحكيم أرشد من أراد الصلاة، أن
لا يدخل فيها إلا على حال حسنة وهيئة جميلة، لأنها الصلة الوثيقة بين الرب
وعبده، وهي الطريق إلى مناجاته، لذا أمره بالوضوء والطهارة فيها، وأخبره أن
الصلاة مردودة غير مقبولة بغير طهارة.
Allah (pembuat syariat) Yang
Mahabijaksana telah memberikan bimbingan kepada orang yang hendak
mengerjakan salat agar ia tidak memulai salat kecuali dalam kondisi yang
baik dan rupa yang indah. Sebab, salat merupakan hubungan yang kuat
antara Rabb dengan hamba-Nya, juga merupakan jalan untuk bermunajat
kepada-Nya. Karena itu, Nabi menyuruh orang tersebut untuk berwudu dan
bersuci, dan beliau mengabarkan bahwa salat itu ditolak dan tidak
diterima tanpa bersuci. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3534 |
|
Hadith 412 الحديث
الأهمية: ويل للأعقاب من النار
Tema: Neraka Wail bagi tumit-tumit (yang
tidak terkena air wudu). |
عن أبي هريرة وعبد الله بن عمرو وعائشة
-رضي الله عنهم- عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: أنه قال: (ويلٌ
للأعْقَاب من النَّار).
Tema: Dari Abu Hurairah, Abdullah bin 'Amru,
dan Aisyah -radhiyallahu 'anhum- dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bahwasannya beliau bersabda, "Celakalah (Neraka Wail) bagi
tumit-tumit (yang tidak terkena air wudu)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يحذر النبي -صلى الله عليه وسلم- من
التهاون بأمر الوضوء والتقصير فيه، ويحث على الاعتناء بإتمامه، ولما كان
مؤخر القدم -غالبًا- لا يصل إليه ماء الوضوء، فيكون الخلل في الطهارة
والصلاة منه، أخبر أن العذاب منصب عليه وعلى صاحبه المتهاون في طهارته
الشرعية.
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- memperingatkan tentang tindakan meremehkan melalaikan urusan
wudu, dan beliau memerintahkan untuk memperhatikan kesempurnaan wudu.
Mengingat air wudu biasanya tidak sampai ke bagian belakang kaki
sehingga menjadi kekurangan dalam bersuci dan salat, maka beliau
mengabarkan bahwa azab menimpa bagian belakang kaki itu dan juga
pemiliknya yang menyepelekan masalah bersuci sesuai syariat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih dengan dua riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3535 |
|
Hadith 413 الحديث
الأهمية: أعتم النبي -صلى الله عليه وسلم-
بالعشاء، فخرج عمر, فقال: الصلاة , يا رسول الله، رقد النساء والصبيان،
فخرج ورأسه يقطر يقول: لولا أن أشق على أمتي لأمرتهم بهذه الصلاة هذه
الساعة
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
terlambat salat Isya. Lantas Umar keluar lalu berkata, "Salat, wahai
Rasulullah. Para perempuan dan anak-anak sudah tidur." Beliau pun keluar
dalam keadaan kepala meneteskan air seraya bersabda, "Seandainya tidak
memberatkan umatku, niscaya aku pasti memerintahkan mereka melaksanakan
salat (Isya) pada waktu seperti ini." |
عن عَبْد اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ -رضي
الله عنهما- قال: «أّعْتَمَ النَبِيُّ -صلَّى الله عليه وسلَّم-
بِالعِشَاء، فَخَرَج عُمَر فقال: الصَّلاةَ يا رسول الله، رَقَد النِسَاءُ
والصِّبيَان. فَخَرَجَ ورَأسُهُ يَقطُر يقول: لَولاَ أن أَشُقَّ عَلَى
أُمَّتِي -أو على النَّاس- لَأَمَرتُهُم بهذه الصَّلاة هذه السَّاعَة».
Dari Abdullah bin 'Abbās -raḍiyallāhu
'anhumā-, ia berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terlambat
salat Isya. Lantas Umar keluar lalu berkata, "Salat, wahai Rasulullah.
Para perempuan dan anak-anak sudah tidur." Beliau pun keluar dalam
keadaan kepala meneteskan air (bekas wudu) seraya bersabda, "Seandainya
tidak memberatkan umatku, niscaya aku pasti memerintahkan mereka
melaksanakan salat (Isya) pada waktu seperti ini."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
تأخر النبي -صلى الله عليه وسلم- بصلاة
العشاء، حتى ذهب كثير من الليل، ورقد النساء والصبيان، ممن ليس لهم طاقة
ولا احتمال على طول الانتظار، فجاء إليه عمر بن الخطاب -رضي الله عنه-
وقال: الصلاة، فقد رقد النساء والصبيان. فخرج -صلى الله عليه وسلم- من بيته
إلى المسجد ورأسه يقطر ماء من الاغتسال وقال مبينًا أن الأفضل في العشاء
التأخير، لولا المشقة التي تنال منتظري الصلاة: لولا أن أشق على أمتي
لأمرتهم بهذه الصلاة في هذه الساعة المتأخرة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah terlambat melaksanakan salat Isya hingga malam berlalu dan para
perempuan serta anak-anak telah tidur karena mereka tidak memiliki daya
dan kemampuan untuk menunggu lama. Lantas Umar bin Al-Khaṭṭāb
-raḍiyallāhu 'anhu- mendatangi beliau dan berkata, "Mari salat. Sungguh,
para wanita dan anak-anak sudah tidur." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- keluar dari rumahnya menuju masjid dalam keadaan kepalanya
meneteskan air setelah mandi. Beliau bersabda untuk menjelaskan bahwa
salat Isya itu paling utama dilaksanakan di waktu akhir seandainya bukan
karena kesulitan yang dialami oleh orang-orang yang menunggu salat,
"Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku pasti memerintahkan
mereka melaksanakan salat (Isya) pada waktu terakhir seperti ini." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3537 |
|
Hadith 414 الحديث
الأهمية: ملأ الله قبورهم وبيوتهم نارًا، كما
شغلونا عن الصلاة الوسطى حتى غابت الشمس
Tema: Semoga Allah memenuhi kubur dan rumah
mereka dengan api, sebagaimana mereka telah menyibukkan kita dari salat
Wusṭa (Asar) hingga matahari terbenam. |
عن عَلِي بن أبي طالب -رضي الله عنه-
أَنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ يَوْمَ الْخَنْدَقِ: «مَلَأ
اللهُ قُبُورَهم وبُيُوتَهُم نَارًا، كَمَا شَغَلُونَا عن الصَّلاَة
الوُسْطَى حَتَّى غَابَت الشَّمس».
وفي لفظ
لمسلم: «شَغَلُونَا عن الصَّلاَة الوُسْطَى -صلاة العصر-»، ثم صَلاَّهَا
بين المغرب والعشاء».
وله عن
عبد الله بن مسعود قال: «حَبَسَ المُشرِكُون رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- عن العصر، حَتَّى احْمَرَّت الشَّمسُ أو اصْفَرَّت، فقال رسول الله
-صلى الله عليه وسلم-: شَغَلُونَا عن الصَّلاَة الوُسْطَى -صلاة العصر-،
مَلَأَ الله أَجْوَافَهُم وقُبُورَهم نَارًا (أَو حَشَا الله أَجْوَافَهُم
وَقُبُورَهُم نَارًا)».
Tema: Dari Ali bin Abu Ṭālib -raḍiyallāhu
'anhu-, bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda pada
waktu perang Khandaq, "Semoga Allah memenuhi kubur dan rumah mereka
dengan api, sebagaimana mereka telah menyibukkan kita dari salat Wusṭa
hingga matahari terbenam." Dalam redaksi riwayat Muslim, "Mereka telah
menyibukkan kita dari salat Wusṭa -(Asar)-". Kemudian beliau
mengerjakannya di waktu antara Magrib dan Isya." Masih riwayat Muslim
dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, "Orang-orang musyrik menghalangi
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dari mengerjakan salat Asar,
hingga matahari memerah atau menguning. Maka Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "Mereka telah menyibukkan kita dari salat
Wusṭa (Asar). Semoga Allah memenuhi perut dan rumah mereka dengan api
(atau semoga Allah mengisi perut dan kubur mereka dengan api)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
شغل المشركون النبي -صلى الله عليه
وسلم- وأصحابه -رضي الله عنهم- بالمرابطة وحراسة المدينة وأنفسهم عن صلاة
العصر حتى غابت الشمس، فلم يصلها النبي -صلى الله عليه وسلم- وأصحابه -رضي
الله عنهم- إلا بعد الغروب؛ فدعا عليهم النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يملأ
بطونهم وبيوتهم وقبورهم نارًا، جزاء ما آذوه وصحبه، وشغلوهم عن صلاة العصر،
التي هي أفضل الصلوات.
Orang-orang musyrik menyibukkan
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan para sahabat -raḍiyallāhu
'anhum- daru sakat Asar dengan siap siaga di posisi dan menjaga Madinah
serta diri mereka hingga matahari terbenam. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- dan para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- tidak bisa mengerjakannya
kecuali setelah matahari terbenam. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mendoakan mereka mudah-mudahan perut, rumah dan kubur mereka
dipenuhi api sebagai balasan atas gangguan yang mereka lakukan pada
beliau dan para sahabat, serta tindakan mereka menyibukkan dari
mengerjakan salat Asar yang merupakan salat terbaik. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3538 |
|
Hadith 415 الحديث
الأهمية: لقد كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
يصلي الفجر، فيشهد معه نساء من المؤمنات، متلفعات بمروطهن ثم يرجعن إلى
بيوتهن ما يعرفهن أحد، من الغلس
Tema: Sungguh Rasulullah -șallāhu 'alaihi wa
sallam- pernah melaksanakan salat Fajar dan para wanita Mukminah turut
salat bersama beliau, mereka mengenakan murūṭ (pakaian dari wol), lalu
mereka kembali ke rumahnya tanpa ada seorang pun yang mengenali mereka
karena gelap. |
عن عَائِشَة -رضي الله عنها- قالت: (لقد
كان رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّي الفَجر، فَيَشهَدُ معه
نِسَاء مِن المُؤمِنَات، مُتَلَفِّعَاتٍ بِمُرُوطِهِنَّ، ثم يَرجِعْن إلى
بُيُوتِهِنَّ مَا يُعْرِفُهُنَّ أحدٌ من الغَلَس).
Tema: Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- ia
berkata, "Sungguh Rasulullah -șallāhu 'alaihi wa sallam- pernah
melaksanakan salat Fajar dan para wanita Mukminah turut salat bersama
beliau, mereka mengenakan murūṭ (pakaian dari wol), lalu mereka kembali
ke rumahnya tanpa ada seorang pun yang mengenali mereka karena gelap."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
تذكر عائشة -رضي الله عنها- أن نساء
الصحابة كُنَّ يلتحفن بأكسيتهن ويشهدن صلاة الفجر مع النبي -صلى الله عليه
وسلم-، ويرجعن بعد الصلاة إلى بيوتهن، وقد اختلط الضياء بالظلام، إلا أن
الناظر إليهن لا يعرفهن، لوجود بقية الظلام المانعة من ذلك، وفي ذلك مبادرة
بصلاة الفجر في أول الوقت.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- menuturkan
bahwa istri-istri para sahabat berselimut kain mereka dan menghadiri
salat Fajar bersama Nabi -șallāhu 'alaihi wa sallam-. Usai salat mereka
kembali ke rumah-rumahnya. Saat itu cahaya bercampur dengan kegelapan.
Hanya saja orang yang melihat mereka tidak mengenalinya karena masih ada
sisa kegelapan yang menghalangi itu. Dalam hadis ini terdapat anjuran
untuk segera melaksanakan salat Fajar di awal waktu. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3539 |
|
Hadith 416 الحديث
الأهمية: إذا قام أحدكم من الليل فَلْيَفْتَتِحِ
الصلاة بركعتين خَفِيفَتَيْن
Tema: Apabila seorang dari kalian bangun di
waktu malam, maka hendaklah ia membuka/mengawali salatnya dengan 2
rakaat yang pendek. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه-: أن النبي
-صلى الله عليه وسلم- قال: «إذا قام أحدكم من الليل فَلْيَفْتَتِحِ الصلاة
بركعتين خَفِيفَتَيْن».
وعن
عائشة -رضي الله عنها-، قالت: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- إذا قام
من الليل افتتح صلاته بركعتين خفيفتين.
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Apabila
seorang dari kalian bangun di waktu malam, maka hendaklah ia
membuka/mengawali salatnya dengan 2 rakaat yang pendek.” Dan dari
‘Aisyah -raḍiyallāhu 'anha-, ia berkata, “Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- jika bangun di waktu malam, beliau mengawali salatnya dengan
2 rakaat pendek.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
هذا الحديث: فيه بيان أن السُنَّة في
صلاة الليل أن تُفتتح بركعتين خَفِيفَتين، ثم بعد ذلك يُطَوِّل ما شاء، كما
هي رواية أبي داود، عن أبي هريرة -رضي الله عنه- موقوفًا عليه: "ثم ليُطَول
بعد ما شاء".
وقد صح
ذلك من فعله -صلى الله عليه وسلم- كما هي رواية مسلم.
والحكمة
من افتتاح صلاة الليل بركعتين خَفِيفَتَين تمرين النفس وتهيئتها للاستمرار
في الصلاة والمبادرة إلى حَلِّ عُقَد الشيطان؛ لأن حَلَّ العُقد كلها لا
يتم إلا بإتمام الصلاة؛ وأما ما جاء عنه -صلى الله عليه وسلم- من افتتاحه
صلاة الليل بركعتين خَفِيفَتَين، مع كونه محفوظاً ومُنَزَهاً عن عُقَد
الشيطان، فهذا من باب تعليم أمته وإرشادهم إلى ما يحفظهم من الشيطان.
فصحت بذلك
السنة القولية والفعلية على مشروعية افتتاح صلاة الليل بركعتين خفيفتين.
Hadis ini berisi penjelasan bahwa
salat malam disunnahkan untuk diawali dengan 2 (dua) rakaat pendek.
Kemudian setelah itu dipersilakan untuk memperpanjang salat
sekehendaknya; sebagaimana dalam riwayat Abu Daud, dari Abu Hurairah
-raḍiyallāhu 'anhu- secara mauqūf: “…kemudian hendaklah ia
memanjangkannya sekehendaknya.” Hal tersebut telah diriwayatkan secara
sahih dari perbuatan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, sebagaimana
dalam riwayat Muslim. Hikmah dari mengawali salat malam dengan 2
(dua) rakaat pendek adalah untuk melatih dan menyiapkan jiwa guna
melanjutkan salat serta untuk melepaskan ikatan setan; karena pelepasan
semua ikatan itu tidak dapat dilakukan kecuali dengan menyempurnakan
salat. Adapun riwayat yang menjelaskan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengawali salat malamnya dengan 2 (dua) rakaat pendek padahal
beliau terjaga dan tersucikan dari ikatan setan, maka hal itu termasuk
dalam kategori upaya pengajaran dan bimbingan beliau kepada umatnya
untuk mengamalkan apa yang dapat menjaga mereka dari setan. Maka ini
menunjukkan sahihnya sunnah –baik dalam bentuk perkataan maupun
perbuatan- untuk mengawali salat malam dengan 2 (dua) rakaat pendek. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim dengan dua
riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3543 |
|
Hadith 417 الحديث
الأهمية: قال الله -عز وجل-: كلُّ عَمَل ابن آدَم
له إلا الصيام، فإنه لي وأنا أجْزِي به
Tema: Allah -'Azzā wa Jallā- berfirman,
"Semua amal anak Adam miliknya, selain puasa. Sesungguhnya puasa itu
milik-Ku dan Aku sendirilah yang akan memberikannya ganjaran." |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «قال الله -عز وجل-: كلُّ عَمَل ابن آدَم
له إلا الصيام، فإنه لي وأنا أجْزِي به، والصيام جُنَّة، فإذا كان يوم صوم
أحدِكُم فلا يَرْفُثْ ولا يَصْخَبْ فإن سَابَّهُ أحَدٌ أو قَاتَلَهُ
فليَقل: إنِّي صائم، والذي نفس محمد بيده لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِم أطيب
عند الله من رِيحِ المِسْكِ، للصائم فرحتان يَفْرَحُهُمَا: إذا أفطر فَرِح
بفطره، وإذا لَقِي ربَّه فَرِح بِصَوْمه». وهذا لفظ رواية البخاري.
وفي رواية
له: «يَتْرُك طَعَامه، وشَرَابه، وشَهوته من أجلي، الصيام لي وأنا أَجْزِي
به، والحسنة بعشر أمثالها». وفي رواية لمسلم: «كلُّ عَمَل ابن آدم
يُضَاعَف، الحَسَنة بِعَشر أمْثَالها إلى سَبْعِمِئَة ضِعْف، قال الله
تعالى: إلا الصَّوم فإنه لي وأنا أجْزِي به؛ يَدَع شَهَوته وطَعَامه من
أجلي، للصائم فرحتان: فَرْحَة عند فِطْره، وفَرْحَة عند لقِاء ربِّه،
ولَخُلُوف فيه أطْيَب عند الله من رِيحِ المِسْكِ».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
menuturkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah
-'Azzā wa Jallā- berfirman, 'Semua amal anak Adam miliknya, selain
puasa. Sesungguhnya puasa itu milik-Ku dan Aku sendirilah yang akan
memberikannya ganjaran. Puasa adalah perisai, maka di hari salah seorang
kalian berpuasa janganlah ia bicara kotor dan jangan teriak-teriak
(memancing keributan). Jika seseorang mencacinya atau memusuhinya
hendaknya ia mengatakan, "Aku sedang puasa.' Demi Żat yang jiwa Muhammad
berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang puasa lebih wangi di
sisi Allah dibanding aroma kasturi. Bagi orang yang puasa ada dua
kebahagiaan yang ia rasakan; yakni apabila berbuka puasa ia bahagia
dengan berbukanya dan apabila ia bertemu Rabb-nya ia bahagia dengan
puasanya." (Muttafaq 'Alaih dan ini redaksi riwayat Bukhari). Dalam
riwayatnya yang lain, "Ia meninggalkan makanan, minuman dan syahwatnya
karena Aku. Puasa adalah milik-Ku dan Aku sendirilah yang akan
memberikan ganjarannya, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh
kali lipatnya." Dalam salah satu riwayat Muslim, "Setiap amal anak Adam
dilipatgandakan, satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya
hingga 700 kali lipat. Allah berfirman, "Selain puasa, sesungguhnya
puasa itu milik-Ku dan Aku sendirilah yang akan memberikannya ganjaran.
Ia (orang yang puasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.
Bagi orang yang puasa ada dua kebahagiaan; yakni satu kebahagiaan ketika
berbuka dan satu kebahagiaan ketika bertemu Rabb-nya, dan sungguh bau
mulutnya lebih wangi di sisi Allah dibanding aroma kasturi."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- في هذا
الحديث القُدسي: أن جميع
الأعمال الصالحة من أقوال وأفعال، ظاهرة أو باطنة، سواء تَعَلقت بحق الله،
أو بحقوق العباد مُضاعفة إلى سبعمائة ضِعف.
وهذا من
أعظم ما يدل على سِعَة فَضل الله، وإحسانه على عباده المؤمنين، إذ جعل
جناياتهم ومخالفاتهم الواحدة بجزاء واحد، ومغفرة الله تعالى فوق ذلك.
واستثنى
في هذا الحديث أجر الصوم، فإن الصائم يُعطى أَجَره بغير حساب يعني أنه
يُضاعف أضعافا كثيرة؛ لأن الصوم اشتمل على أنواع الصبر الثلاثة، ففيه:
صَبْرٌ على طاعة الله وصبر عن معصية الله وصَبْرٌ على أقدار الله.
أما الصبر
على طاعة الله فلأن الإنسان يحمل نفسه على الصيام مع كراهته له أحيانا
يكرهه لمشقته لا لأن الله فرضه لو كره الإنسان الصوم لأن الله فرضه لحبط
علمه لكنه كرهه لمشقته ولكنه مع ذلك يحمل نفسه عليه فيصبر عن الطعام
والشراب والنكاح لله -عز وجل-، ولهذا قال الله تعالى في الحديث القدسي:
يترك طعامه وشرابه وشهوته من أجلي.
النوع
الثاني من أنواع الصبر: الصبر عن معصية الله، وهذا حاصل للصائم فإنه يصبر
نفسه عن معصية الله عز وجل فيتجنب اللغو والرفث والزور وغير ذلك من محارم
الله.
الثالث:
الصبر على أقْدَار الله وذلك أن الإنسان يصيبه في أيام الصوم، ولاسيما في
الأيام الحارة والطويلة من الكَسَل والمَلَل والعَطَش ما يتألم ويتأذى به
ولكنه صابر؛ ابتغاء مرضات الله تعالى.
فلما
اشتمل على أنواع الصبر الثلاث كان أجره بغير حساب قال الله تعالى: (إنما
يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب).
وقد دلّ
الحديث على أن الصيام الكامل هو الذي يَدَع العبد فيه شيئين:
المفطرات
الحسية، من طعام وشراب ونكاح وتوابعها.
والمخالفات العملية، كالرَفَث والصَّخَب وقول الزُّور وجميع المعاصي،
والمُخَاصَمات والمُنَازعات المُحْدِثَة للشَحَناء، ولهذا قال: " فلا
يَرْفُثْ " أي: لا يتكلم بكلام قبيح "و لا يَصْخَبْ"بالكلام المُحْدِث
للفتن والمُخَاصمات،
فمن حقق
الأمرين: ترك المفطرات، وترك المنهيات، تَمَّ له أجْر الصائمين، ومن لم
يفعل ذلك نقص أجر صيامه بحسب كثرة
هذه المخالفات ،ثم أرشد الصائم في حال ما إذا خاصمه أو شاتمه أحدٌ
أن يقول له بلسانه: "إني صائم".
أي لا
يَرُّد عليه سِبَابه، بل يخبره بأنه صائم، يقول ذلك لئلا يَتَعَالى عليه
الذي سَابَه كأنه يقول: أنا لست عاجزا عن مقابلتك على ما تقول، ولكني صائم،
أحترم صيامي وأراعي كماله، وأمر الله ورسوله،وقوله: " الصوم جُنَّة " أي:
وقاية يتقي بها العبد الذنوب في الدنيا ويَتَمرن به على الخير، ووقاية من
العذاب.
"للصائم فرحتان: فرحة عند فطره، وفرحة
عند لقاء ربه".
هذان
ثوابان: عاجل، وآجل.
فالعاجل:
مُشَاهد، إذا أفطر الصائم فَرِح بنعمة الله عليه بتكميل الصيام، وفَرِح
بِنَيل شهواته التي مُنع منها في النهار.
والآجل:
فرحة عند لقاء ربه برضوانه وكرامته، وهذا الفَرَح المُعَجَّل نموذج ذلك
الفرح المؤجل، وأن الله سيجمعهما للصائم.
ثم أقسم
-صلى الله عليه وسلم- بِرَبِّه -الذي نفسه بيده- أن خُلُوف فَمِ الصائم
أطيب عند الله من ريح المِسْك"، وفي رواية مسلم: "أطيب عند الله يوم
القيامة"
فيجازيه
-سبحانه وتعالى- يوم القيامة بتطييب نكهته الكريهة في الدنيا، حتى تكون
كأطيب من ريح المسك.
Dalam hadis qudsi ini, Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa seluruh amal saleh
-berupa ucapan maupun perbuatan-, yang nampak (amalan anggota tubuh)
atau tersembunyi (amalan hati), baik berkaitan dengan hak Allah atau
hak-hak hamba dilipatgandakan hingga 700 kali. Hal ini merupakan di
antara bukti terbesar yang menunjukkan luasnya karunia Allah dan
kebaikan-Nya pada hamba-hamba-Nya yang beriman. Pasalnya, Dia hanya
menjadikan satu perbuatan dosa dan pelanggaran mereka berbalas satu.
Belum lagi ampunan Allah -Ta'ālā- yang lebih luas dari itu semua. Namun
dalam hadis ini dikecualikan pahala puasa, karena orang yang puasa
diberi pahala tanpa hitungan, artinya pahalanya dilipatgandakan
sebanyak-banyaknya. Ini dikarenakan puasa itu meliputi tiga jenis
kesabaran, yaitu kesabaran dalam ketaatan kepada Allah, kesabaran dalam
menjauhi maksiat pada Allah dan kesabaran menerima takdir Allah. Adapun
kaitan puasa dengan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah; lantaran
manusia memaksa dirinya untuk puasa kendati terkadang ia tidak suka
menunaikannya, tentunya ia kadang tidak menyukainya karena beratnya
amalan puasa tersebut, bukan karena Allah mewajibkannya, sebab
seandainya seseorang membenci puasa karena Allah mewajibkannya niscaya
pahala amalnya terhapus, ia hanya tidak menyukainya lantaran beratnya
amalan puasa tersebut. Namun demikian ia tetap memaksa diri
melakukannya, sehingga ia tetap berusaha menahan diri dari makanan,
minuman dan hubungan badan karena Allah -Ta'ālā-. Oleh sebab ini, dalam
hadis qudsi ini, Allah -Ta'ālā- berfirman, “Ia meninggalkan makanannya,
minumannya dan syahwatnya karena Aku.” Jenis sabar kedua adalah sabar
meninggalkan kemaksiatan pada Allah. Ini mesti terjadi pada orang yang
puasa sebab ia harus menahan diri dari berbuat maksiat pada Allah -'Azzā
wa Jallā- dengan menjauhi perbuatan sia-sia, ucapan kotor, ucapan bohong
dan perkara-perkara lain yang diharamkan Allah. Ketiga, sabar menghadapi
takdir Allah, penjelasannya bahwa di hari-hari puasa, utamanya di
hari-hari yang panas dan panjang, seseorang mengalami rasa malas, bosan
dan haus yang menyakitkan dan mengganggunya. Akan tetapi ia tetap
bersabar demi mencari ridha Allah -Ta'ālā-. Oleh karena puasa meliputi
tiga jenis kesabaran ini pahalanyapun diberikan tanpa hitungan. Allah
berfirman, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar itu dicukupkan
pahalanya tanpa batas.” (Az-Zumar :10). Hadis ini juga menunjukkan bahwa
puasa yang sempurna adalah puasa yang di dalamnya seorang hamba
meninggalkan dua perkara; yakni (pertama); pembatal-pembatal puasa yang
konkrit seperti makanan, minuman, bersetubuh dan hal-hal yang
semacamnya. Kedua; perbuatan-perbuatan yang melanggar seperti ucapan
kotor, teriak-teriak (provokasi), perkataan dusta, semua perbuatan
maksiat dan pertengkaran serta perselisihan yang menimbulkan kebencian.
Oleh sebab ini, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
“falā yarfuṡ”, yakni; jangan ia mengucapkan perkataan kotor, “walā
yaṣkhab” yakni; dan jangan mengucapkan perkataan yang bisa menimbulkan
fitnah dan pertengkaran. Maka siapa berhasil mewujudkan dua perkara ini;
yakni meninggalkan pembatal-pembatal puasa dan meninggalkan
larangan-larangan, ia memperoleh pahala puasa secara sempurna, dan siapa
yang tidak melakukannya, pahala puasanya berkurang sesuai kadar adanya
pelanggaran-pelanggaran ini. Kemudian beliau mengarahkan orang yang
puasa ketika diajak bertengkar atau dicaci seseorang agar ia
mengucapkan, “aku sedang puasa.” Artinya, ia tidak membalas caciannya,
sebaliknya ia hendaknya memberitahukan bahwa dirinya sedang puasa. Ia
mengucapkan ini supaya orang yang mencacinya tersebut tidak semakin
congkak pada dirinya, seolah-olah ia berkata padanya, “Aku bukannya
tidak mampu membalas ucapanmu, tapi aku sedang puasa, aku menghormati
puasaku dan aku menjaga kesempurnaannya, menjaga perintah Allah serta
rasul-Nya.” Sabda beliau, “Puasa adalah perisai”, bermakna sebagai
pelindung yang digunakan oleh seorang hamba untuk melindungi diri dari
dosa-dosa di dunia dengan melatih diri pada kebaikan, serta sebagai
pelindung dari azab. Sabda beliau, “Bagi orang yang puasa ada dua
kebahagiaan; yakni satu kebahagiaan saat berbuka dan satu kebahagiaan
ketika bertemu Rabb-nya”: menjelaskan adanya dua pahala; pahala yang
disegerakan dan pahala yang tertunda. Pahala yang disegerakan ini dapat
disaksikan, yakni apabila orang yang puasa berbuka ia akan bahagia
dengan nikmat Allah pada dirinya berupa anugerah kemampuan
menyempurnakan puasa, dan ia bahagia memperoleh keinginan-keinginannya
yang dilarang pada siang hari. Sedangkan pahala yang tertunda adalah
kebahagiaan saat bertemu Rabb berupa rida dan kemuliaan-Nya. Kebahagiaan
yang disegerakan ini adalah sebagai contoh kebahagiaan yang ditunda
tersebut, dan Allah akan memadukan keduanya untuk orang yang puasa.
Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersumpah dengan Rabb
yang jiwanya ada ditangan-Nya bahwa bau mulut orang yang puasa lebih
wangi di sisi Allah dibanding aroma kasturi. Dalam riwayat Muslim,
“...lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat kelak.” Allah -subḥānahu
wa ta'ālā- akan membalasnya pada hari kiamat kelak dengan merubah bau
mulutnya yang busuk ketika di dunia hingga menjadi lebih wangi daripada
aroma kasturi. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3546 |
|
Hadith 418 الحديث
الأهمية: إذا لَقِيَ أحدُكم أخاه فَلْيُسَلِّمْ
عليه، فإن حَالَتْ بينهما شجرة، أو جِدَارٌ، أو حَجَرٌ، ثم لَقِيَه،
فَلْيُسَلِّمْ عليه
Tema: Apabila salah seorang di antara kalian
bertemu dengan saudaranya maka hendaknya ia mengucapkan salam padanya.
Jika keduanya dihalangi pohon, tembok, atau batu, kemudian bertemu lagi
hendaknya ia mengucapkan salam lagi kepadanya. |
عن أبي هريرة عن رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- قال: «إذا لَقِيَ أحدُكم أخاه فَلْيُسَلِّمْ عليه، فإن حَالَتْ
بينهما شجرة، أو جِدَارٌ، أو حَجَرٌ، ثم لَقِيَه، فَلْيُسَلِّمْ عليه».
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beliau bersabda, "Apabila salah seorang
di antara kalian bertemu dengan saudaranya maka hendaknya ia mengucapkan
salam padanya. Jika keduanya dihalangi pohon, tembok, atau batu,
kemudian bertemu lagi hendaknya ia mengucapkan salam lagi kepadanya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
المسلم مأمور على سبيل الاستحباب بإلقاء
السلام على أخيه المسلم كلما لقيه، حتى إن كانوا معا، ثم افترقوا لغرض من
الأغراض، ثم تلاقوا ولو عن
قرب، فإن من السنة أن يسلِّم عليه ولا يقول: أنا عهدي به قريب، بل يسلم
عليه، ولو حالت بينهما شجرة أو جدار أو صخرة بحيث يغيب عنه فإن من السنة
إذا لقيه مرة ثانية أن يُسَلِّم عليه.
Seorang muslim diperintahkan, dalam
konteks anjuran, mengucapkan salam pada saudaranya sesama muslim setiap
kali bertemu. Hingga jika mereka besama-sama, kemudian berpisah karena
satu dan lain hal, kemudian bertemu lagi meskipun jaraknya belum lama,
maka dia disunahkan untuk mengucapkan salam lagi. Dan tidak mengatakan,
"Aku baru saja bertemu dengannya," akan tetapi tetap mengucapkan salam
kepadanya, meskipun keduanya hanya terpisahkan oleh pohon, tembok atau
batu yang membuat saudaranya tidak kelihatan, maka ia disunahkan
mengucapkan salam lagi kepadanya apabila bertemu kembali. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Abu Daud]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3552 |
|
Hadith 419 الحديث
الأهمية: إذا مَرِض العَبد أو سافر كُتب له مثلُ
ما كان يعمل مقيمًا صحيحًا
Tema: Apabila seorang hamba sakit atau
melakukan perjalanan, maka akan dicatat baginya seperti amalan yang
biasa ia lakukan ketika dalam keadaan mukim dan sehat. |
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه-
قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إذا مَرِض العَبد أو سافر كُتِب
له مثلُ ما كان يعمل مقيمًا صحيحًا».
Abu Musa Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu
'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
“Apabila seorang hamba sakit atau melakukan perjalanan, maka akan
dicatat baginya seperti amalan yang biasa ia lakukan ketika dalam
keadaan mukim dan sehat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الإنسان إذا كان من عادته أن يعمل عملًا
صالحًا حال صحته وفراغه ثم
مرض فلم يقدر على الإتيان به فإنه يكتب له الأجر كاملًا، كما لو عمله في
حال الصحة، وكذلك إذا كان المانع السفر أو أي عذر آخر كالحيض.
Jika seseorang dalam kondisi sehat dan
luang terbiasa melakukan suatu amal saleh, kemudian dia sakit dan tidak
mampu melakukan kebiasaannya, maka akan dicatat baginya pahala sempurna
sebagaimana dia melakukannya saat sedang sehat. Demikian juga apabila
hambatan yang menghalanginya adalah perjalanan atau uzur lainnya seperti
haid bagi wanita. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3553 |
|
Hadith 420 الحديث
الأهمية: فإن كانت صالحة، قالت: قَدِّمُونِي
قَدِّمُونِي، وإن كانت غير صالحة، قالت: يا وَيْلها! أين تَذهبون بها
Tema: Jika ia adalah orang yang saleh, maka
ia akan mengatakan, "Segerakan aku! Segerakan aku!" Namun jika ia bukan
orang yang saleh, ia akan berkata, "Duhai celakanya! Ke manakah kalian
akan membawanya?” |
عن أبي سعيد -رضي الله عنه- قال: كان
النبي -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إذا وُضِعت الجَنَازَة واحْتَمَلَهَا
الناس أو الرجال على أَعْنَاقِهِم، فإن كانت صالحة، قالت: قَدِّمُونِي
قَدِّمُونِي، وإن كانت غير صالحة، قالت: يا وَيْلها! أين تَذهبون بها؟
يسمعُ صوتها كل شيء إلا الإنسان، ولو سَمِعَه صَعِق».
Dari Abu Sa‘īd Al-Khudry -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Apabila jenazah itu diletakkan, lalu diangkat oleh orang banyak atau
kaum pria di pundak mereka; jika ia adalah orang yang saleh, maka ia
akan mengatakan: ‘Segerakan aku! Segerakan aku!’ Namun jika ia bukan
orang yang saleh, ia akan berkata, ‘Duhai celakanya! Ke manakah kalian
akan membawanya?’ Suaranya didengar oleh segala sesuatu kecuali manusia.
Andai ia mendengarnya, ia pasti akan pingsan.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
إذا وضعت الجنازة على النعش، ثم احتملها
الرجال على أعناقهم، فإن كانت من أهل الخير والصلاح قالت: أسرعوا بي.
فَرِحة مسرورة لما تراه أمامها من نعيم الجنة، وإن كانت من غير أهل الصلاح
قالت لأهلها: يا هلاكها، ويا عذابها. لما تراه من سوء المصير، فتكره القدوم
عليه، ويسمع صوتها كل المخلوقات من حيوان وجَماد إلا الإنسان، ولو سمعها
لغشي عليه أو هلك من ذلك.
Ketika jenazah diletakkan di atas
keranda, kemudian diangkat oleh kaum pria di atas pundak mereka; jika
jenazah itu orang baik dan saleh, ia akan berkata: “Segerakanlah aku!”
karena begitu gembira dan bahagia melihat nikmat surga yang ada di
depannya. Namun jika ia bukan orang yang saleh, ia akan berucap kepada
keluarganya, “Duhai betapa celakanya! Duhai betapa tersiksanya!” karena
melihat tempat kembalinya yang buruk, sehingga ia tidak suka untuk
disegerakan. Suaranya itu didengar oleh seluruh makhluk, baik hewan
maupun benda mati, kecuali manusia. Andai manusia mendengarnya, ia pasti
akan pingsan atau binasa karenanya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3554 |
|
Hadith 421 الحديث
الأهمية: لما خلق الله آدم -صلى الله عليه وسلم-
قال: اذهب فَسَلِّمْ على أولئك -نَفَرٍ من الملائكة جلوس-
فاستمع ما يُحَيُّونَكَ؛ فإنها تَحِيَّتُكَ وتحية ذُرِّيتِكَ
Tema: Tatkala Allah menciptakan Adam
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, Dia berfirman, “Pergilah dan ucapkan
salam kepada mereka -beberapa malaikat yang sedang duduk- lalu
dengarkanlah salam penghormatan mereka
kepadamu; karena itu sebagai salam penghormatanmu dan
keturunanmu!” |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي
-صلى الله عليه وسلم- قال: «لما خلق الله آدم -صلى الله عليه وسلم- قال:
اذهب فَسَلِّمْ على أولئك -نَفَرٍ من الملائكة جلوس-
فاستمع ما يُحَيُّونَكَ؛ فإنها تَحِيَّتُكَ وتحية ذُرِّيتِكَ. فقال:
السلام عليكم، فقالوا: السلام عليك ورحمة الله، فَزَادُوهُ: ورحمة الله».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Tatkala
Allah menciptakan Adam -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, Dia berfirman,
'Pergilah dan ucapkan salam kepada mereka -beberapa malaikat yang sedang
duduk- lalu dengarkanlah salam penghormatan
mereka kepadamu; karena itu sebagai salam penghormatanmu dan
keturunanmu!' Maka Adam berkata, “As-Salāmu
‘alaikum.” Mereka menjawab, “As-Salāmu
‘alaika wa rahmatullāh,” mereka menambah “wa rahmatullāh."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: لما خلق الله آدم أمره
الله أن يذهب إلى نَفَرٍ من الملائكة، والنفر ما بين الثلاثة والتسعة،
فيحييهم بالسلام، ويستمع إلى إجابتهم عليه، فتكون تلك التحية المتبادلة
بينه وبينهم هي التحية المشروعة له ولذريته من بعده ممن هم على دين الرسل،
ويتبعون سنتهم.
فقال:
السلام عليكم، فقالوا: السلام عليك ورحمة الله ، فزادوه : "ورحمة الله"،
فكانت هذه الصيغة هي المشروعة عند إلقاء السلام والرد عليه، وجاءت الأحاديث
الأخرى بزيادة: "ورحمة الله وبركاته" سواء في إلقاء السلام أو رده.
Makna hadis: Ketika Allah menciptakan
Adam, Allah memerintahkannya untuk menemui
beberapa (nafar) malaikat. Nafar itu adalah istilah untuk bilangan
antara tiga sampai sembilan. Lalu Adam memberi penghormatan
kepada mereka dengan salam dan ia (Adam) mendengarkan
jawaban mereka kepadanya. Maka jadilah salam penghormatan
yang berlangsung antara dirinya dan mereka sebagai salam
penghormatan yang disyariatkan untuknya dan
untuk keturunannya yang akan datang dari
orang-orang yang berada di atas agama para
rasul dan mengikuti mereka. Adam berkata, “As-Salāmu ‘alaikum”, maka
mereka menjawab, “As-Salāmu ‘alaika wa
rahmatullāh,” mereka menambahkan, “wa rahmatullāh” Maka
jadilah redaksi ini yang disyariatkan ketika mengucapkan salam dan
menjawabnya. Dalam
hadis-hadis lain terdapat tambahan "waraḥmatullāhi wa barakātuh", baik
ketika memulai ataupun ketika menjawabnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3556 |
|
Hadith 422 الحديث
الأهمية: يا رسول الله، أَرَأَيتَ إن جاء رجُل
يُريد أخذ مالي؟ قال: فلا تُعْطِه مالك
Tema: Wahai Rasulullah! Bagaimana
pandanganmu jika ada seorang lelaki datang ingin mengambil hartaku?
Beliau menjawab, "Janganlah engkau berikan hartamu!" |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: جاء
رجل إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال: يا رسول الله، أَرَأَيتَ إن
جاء رجُل يُريد أَخْذَ مالي؟ قال: «فلا تُعْطِه مالك» قال: أَرَأَيتَ إن
قَاتَلَني؟ قال: «قَاتِلْه» قال: أَرَأَيتَ إن قَتَلَنِي؟ قال: «فأنت شهيد»
قال: أَرَأَيتَ إن قَتَلْتُه؟ قال: «هو في النَّار».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- lalu berkata, "Wahai Rasulullah! Bagaimana
pandanganmu jika ada seorang lelaki datang ingin mengambil hartaku?"
Beliau menjawab, "Jangan kau berikan hartamu!" Laki-laki tersebut
berkata, "Bagaimana pendapatmu jika ia menyerangku?" Beliau menjawab,
"Lawanlah dia!" Laki-laki itu berkata, "Bagaimana menurutmu jika ia
membunuhku?" Beliau menjawab, "Maka engkau syahid." Laki-laki itu
berkata, "Bagaimana pendapatmu jika aku membunuhnya?" Beliau menjawab,
"Maka dia (yang engkau bunuh) di neraka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء رجل إلى رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- فقال: أخبرني يا رسول الله، ما الذي يحق لي فعله، لو أن رجلًا جاء
ليأخذ مالي بغير وجه حق، قال: "فلا تُعْطِه مالك". قال: أخبرني يا رسول
الله ما الذي يحق لي فعله إن قاتلني. قال: دافع عن مالك ولو أدى ذلك إلى
قتاله، لكن بعد أن تدفعه أولاً بالأسهل فالأسهل، كالاستغاثة مثلاً أو
بالتخويف بالعصا أو إطلاق النار إلى غير جهته.
قال: فلو
تمكن مني وقتلني، فما هو مصيري؟ قال: لك أجر من مات شهيدًا.
قال: فلو
أنني تمكنت منه وقتلته دفاعاً عن مالي، فما هو مصيره؟
قال: هو
في النَّار إلى أمَدٍ ما لم يستحل فعله ذلك، فإنه يكون خالدًا مخلدًا؛ لأنه
مستحل لما هو معلوم تحريمه من الدين بالضرورة.
Seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah ṣallallāhu 'alaihi wa sallam lalu berkata, "Wahai Rasulullah!
Beritahukan kepadaku apa yang seharusnya aku lakukan jika ada orang
datang untuk mengambil hartaku tanpa hak." Beliau bersabda, "Janganlah
engkau berikan hartamu kepadanya!" Lelaki itu berkata, "Wahai
Rasulullah, beritahukan kepadaku apa yang harus aku lakukan jika ia
melawanku?" Beliau menjawab, "Pertahankan hartamu walaupun itu
menyebabkan pertarungan/perkelahian dengannya." Hanya saja hal itu
dilakukan setelah mempertahankannya lebih dulu dengan yang paling mudah,
seperti meminta pertolongan atau menakut-nakutinya dengan tongkat atau
melepaskan tembakan ke udara. Lelaki itu berkata, "Jika ia berhasil
membunuhku, bagaimana akhir hidupku?" Beliau menjawab, "Engkau
mendapatkan pahala seperti orang yang mati syahid." Lelaki itu berkata,
"Seandainya aku yang berhasil membunuhnya demi mempertahankan hartaku,
bagaimana akhir kehidupannya?" Beliau menjawab, "Orang itu mampir ke
neraka selama ia tidak menghalalkan perbuatannya. Namun jika
menghalalkannya, maka ia langgeng di neraka selama-lamanya. Sebab, ia
menghalalkan perbuatan yang sudah diketahui bersama tentang keharamannya
dalam agama. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3557 |
|
Hadith 423 الحديث
الأهمية: أربعون خَصْلَة: أعلاها مَنيحةُ العَنز،
ما من عامل يَعمل بِخَصْلة منها؛ رجاء ثوابها وتصديق مَوْعُودِها، إلا
أدخله الله بها الجنة
Tema: Ada empat puluh macam perangai
(perbuatan), dan yang paling utama adalah mendermakan seekor kambing
(untuk diperah susunya). Tidaklah seseorang mengerjakan salah satu dari
perangai-perangai tersebut dengan tujuan mengharap pahala dan
membenarkan apa yang telah dijanjikannya, melainkan Allah akan
memasukkan dia dengan amalannya itu ke dalam surga |
عن أبي محمد عبد الله بن عمرو بن العاص
-رضي الله عنهما-، قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «أربعون
خَصْلَة: أعلاها مَنيحةُ العَنز، ما من عامل يَعمل بِخَصْلة منها؛ رجاء
ثوابها وتصديق مَوْعُودِها، إلا أدخله الله بها الجنة».
Dari Abu Muhammad Abdullah bin 'Amru
bin Al-Āṣ - raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada empat puluh macam perangai (kebaikan),
dan yang paling utama adalah mendermakan seekor kambing (untuk diperah
susunya). Tidaklah seseorang mengerjakan salah satu dari
perangai-perangai tersebut dengan tujuan mengharap pahala dan
membenarkan apa yang telah dijanjikannya, melainkan Allah akan
memasukkan dia dengan amalannya itu ke dalam surga."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
رغَّب النبي -صلى الله عليه وسلم- أمته
ببذل المعروف وذكر العدد وأنه أربعون خصلة، وأبهم النوع غير خصلة واحدة هي
أعلاها، وهي: أن يكون عند الإنسان غنم فيمنح أنثاها لفقير لينتفع بحليبها،
فإذا قضى حاجته منها أرجعها إلى صاحبها.
ليفهم أن
هذه الأعمال يسيرة وكثيرة، ليتنافس الناس في عمل الخير.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memotivasi umatnya untuk melakukan kebaikan dan beliau menyebutkan
jumlahnya yaitu empat puluh macam perangai (kebaikan). Beliau tidak
menjelaskan jenis kebaikan kecuali satu dan itu yang paling utama, yaitu
seseorang mempunyai seekor kambing lalu ia menyerahkan kambing betinanya
kepada orang fakir untuk memanfaatkan susunya. Jika ia sudah
menyelesaikan kebutuhannya terhadap kambing itu, ia pun mengembalikannya
kepada pemiliknya. Perlu dipahami bahwa perbuatan ini gampang dan
banyak. Untuk itu, hendaknya manusia berlomba-lomba dalam amal kebaikan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3558 |
|
Hadith 424 الحديث
الأهمية: ارْمُوا بَنِي إسماعيل، فإن أبَاكُم كان
رَامِيًا
Tema: Memanahlah wahai Bani Ismail, karena
leluhur kalian dahulunya adalah ahli memanah! |
عن سَلَمَة بن الأكْوَع -رضي الله عنه-
قال: مَرَّ النبي -صلى الله عليه وسلم- على نَفَرٍ يَنْتَضِلُون، فقال:
«ارْمُوا بَنِي إسماعيل، فإن أبَاكُم كان رَامِياً».
Dari Salamah bin Al-Akwa' -raḍiyallāhu
'anhu- ia berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah melewati
beberapa orang yang sedang menunjukkan keahlian mereka dalam bermain
panah, lalu beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Memanahlah
wahai Bani Ismail, karena leluhur kalian dahulunya adalah ahli memanah!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر سَلَمَة بن الأكْوَع -رضي الله
عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- مرَّ على بعض أصحابه وهم يترامون
بالسهام، أيهم يفوز على صاحبه، فأقرهم على ما هم عليه، بل وحَثَّهم بقوله:
" ارْمُوا بَنِي إسماعيل" أي داوموا على الرمي وحافظوا عليه، فإنه من نِعَم
الله تعالى عليكم يا بني إسماعيل -ويقصد: العرب- أن أباكم إسماعيل بن
إبراهيم -عليهما السلام- كان ممن يُجِيد الرمي ويحسنه.
Salamah bin Al-Akwa' -raḍiyallāhu
'anhu- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah
melewati beberapa orang sahabatnya yang sedang menunjukkan keahlian
bermain panah, siapa di antara mereka yang lebih baik dari yang lainnya.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyetujui perbuatan mereka, bahkan
memotivasi mereka dengan sabdanya, “Memanahlah wahai Bani Ismail!”,
maksudnya; teruslah berlatih memanah, karena hal itu adalah bagian dari
nikmat yang dianugerahkan oleh Allah -Ta'ālā- kepada kalian wahai Bani
Ismail -maksudnya: orang-orang Arab- karena leluhur kalian yaitu Ismail
bin Ibrahim -'alaihimā as-salām- termasuk orang yang mahir dan tangkas
memanah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3559 |
|
Hadith 425 الحديث
الأهمية: إن لك ما احتسبت
Tema: Sesungguhnya bagimu (pahala) terhadap
apa yang engkau usahakan. |
عن أبي بن كعب -رضي الله عنه- قال: كان
رجل من الأنصار لا أعلم أحدا أبعد من المسجد منه، وكانت لا تخطئه صلاة،
فقيل له: لو اشتريت حمارا لتركبه في الظلماء وفي الرمضاء، قال: ما يسرني أن
منزلي إلى جنب المسجد، إني أريد أن يكتب لي ممشاي إلى المسجد، ورجوعي إذا
رجعت إلى أهلي. فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «قد جمع الله لك ذلك
كله»
Tema: Dari Ubay bin Ka'ab -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, "Ada seseorang (dari Ansar) yang sepanjang
pengetahuanku, tidak ada seorang pun yang lebih jauh tempatnya menuju
masjid dari dia namun ia tidak pernah tertinggal salat berjama'ah di
masjid. Ada yang berkata kepadanya, atau aku berkata kepadanya,
"Seandainya kamu membeli keledai yang dapat kamu naiki pada waktu gelap
dan pada waktu panas." Ia menjawab, "Saya tidak suka bila rumah saya
dekat dengan masjid. Sesungguhnya saya menginginkan agar perjalanan
saya, baik sewaktu pergi ke masjid maupun pulang ke keluargaku
(rumahku), itu selalu dicatat." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersabda, "Allah telah mengumpulkan semua catatan itu bagimu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الذهاب إلى المساجد، وكذلك الرجوع منها،
إذا احتسب الإنسان ذلك عند الله -تعالى-، فإنه يؤجر على ذلك فهذا الحديث في
قصة الرجل الذي كان له بيت بعيد عن المسجد، وكان يأتي إلى المسجد من بيته
من بُعد، يحتسب الأجر على الله، قادما إلى المسجد وراجعا منه. فقال له بعض
الناس: لو اشتريت حمارا تركبه في الظلماء والرمضاء، يعني في الليل حين
الظلام، في صلاة العشاء وصلاة الفجر، أو في الرمضاء، أي في أيام الحر
الشديد، ولا سيما في الحجاز، فإن جوها حار.
فقال -رضي
الله عنه-: ما يَسرني أن بيتي إلى جنب المسجد؛ يعني أنه مسرور بأن بيته
بعيد عن المسجد، يأتي إلى المسجد بخطى، ويرجع منه بخطى، وأنه لا يسره أن
يكون بيته قريبا من المسجد، لأنه لو كان قريبا لم تكتب له تلك الخطى، وبين
أنه يحتسب أجره على الله -عز وجل-، قادما إلى المسجد وراجعا منه، فقال له
النبي -صلى الله عليه وسلم-: (قد جمع الله لك ذلك كله).
والمعنى:
أن الله -تعالى- حقق لك ما ابتغيته من كتابة ذهابك ورجوعك.
وفي لفظ :
(إن لك ما احتسبت).
Tema: Pulang pergi ke masjid, bila seseorang
harapkan pahalanya tertulis di sisi Allah -Ta'ālā-, maka ia akan
mendapatkan pahala atas hal itu. Hadis ini tentang kisah seorang lelaki
yang memiliki rumah yang jauh dari masjid. Ia datang ke masjid dari
rumahnya yang jauh dengan mengharap pahala dari Allah. Ia datang dan
pergi ke masjid. Seseorang berkata kepadanya, "Seandainya kamu membeli
keledai yang dapat kamu tunggangi pada waktu gelap dan pada waktu
panas." Yakni di waktu malam ketika gelap; salat isya dan salat fajar,
atau pada waktu panas. Yaitu di hari-hari yang panasnya terik menyengat,
apalagi di Hijaz yang cuacanya panas. Orang itu menjawab, "Saya tidak
suka bila rumah saya dekat dengan masjid." Yakni ia merasa senang karena
rumahnya jauh dari masjid. Ia datang ke masjid dengan berjalan kaki dan
pulang dengan berjalan kaki. Ia tidak merasa suka jika rumahnya berada
di dekat masjid, karena jika dekat, maka langkah-langkah itu tidak akan
dicatat. Ia menjelaskan bahwa dirinya mengharap pahala dari Allah -'Azza
wa Jalla- dengan cara datang dan pulang dari masjid. Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah telah mengumpulkan semua
catatan itu bagimu." Maknanya: Allah telah mewujudkan apa yang engkau
inginkan berupa pencatatan pergi dan pulangmu (ke masjid). Dalam lafal
lain, "Sesungguhnya bagimu (pahala) sesuai yang engkau inginkan." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3561 |
|
Hadith 426 الحديث
الأهمية: اشْفَعُوا تُؤجَرُوا، ويقضي الله على
لسانِ نبيه ما أحب
Tema: Berilah syafaat, niscaya kalian akan
diberi pahala. Dan Allah pasti akan menetapkan melalui lisan Nabi-Nya
apa yang dicintai-Nya. |
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه- كان
النبي -صلى الله عليه وسلم- إذا أتاه طالب حاجة أقبل على جُلسائِه، فقال:
«اشْفَعُوا تُؤجَرُوا، ويَقْضِي الله على لسانِ
نَبِيِّه ما أحب». وفي رواية: «ما شاء».
Dari Abu Musa Al-Asy‘ari -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata: “Dahulu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- jika
didatangi oleh seorang yang berhajat, beliau menghadap kepada para
sahabatnya lalu berkata: ‘Berilah syafaat, niscaya kalian akan diberi
pahala. Dan Allah pasti akan menetapkan melalui lisan Nabi-Nya apa yang
dicintai-Nya.” Dalam riwayat lain: “…apa yang dikehendaki-Nya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
هذا الحديث متضمن لأصل كبير وفائدة
عظيمة، وهو أنه ينبغي للعبد أن يسعى في أمور الخير، سواء أثمرت مقاصدها
ونتائجها أو حصل بعضها، أو لم يتم منها شيء. وذلك كالشفاعة لأصحاب الحاجات
عند الملوك والكبراء، ومن تعلقت حاجاتهم بهم ، فإن كثيراً من الناس يمتنع
من السعي فيها إذا لم يعلم قبول شفاعته. فيفوّت على نفسه خيراً كثيراً من
الله، ومعروفاً عند أخيه المسلم. فلهذا أمر النبي صلّى الله عليه وسلم
أصحابه أن يساعدوا أصحاب الحاجة بالشفاعة لهم عنده ليتعجلوا الأجر عند
الله، لقوله: (اشفعوا تؤجروا) فإن الشفاعة الحسنة محبوبة لله، ومرضية له،
قال تعالى: (من يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُن لَّهُ نَصِيبٌ مِّنْهَا)
, ومع تعجله للأجر الحاضر، فإنه أيضاً يتعجل الإحسان وفعل المعروف مع أخيه،
ويكون له بذلك عنده يد.
وأيضاً،
فلعل شفاعته تكون سبباً لتحصيل مراده من المشفوع له أو لبعضه.
فالسعي في
أمور الخير والمعروف التي يحتمل أن تحصل أو لا تحصل خير عاجل، وتعويد
للنفوس على الإعانة على الخير، وتمهيد للقيام بالشفاعات التي يتحقق أو يُظن
قبولها.
قوله:
"ويقضي الله على لسان نبيه ما شاء"، أي ما أراد مما سبق في علمه من وقوع
الأمر وحصوله أو عدمه، فالمطلوب: الشفاعة. والثواب مرتب عليها، سواء حصل
المشفوع به أو قام مانع من حصوله.
Hadits ini mengandung sebuah prinsip
dan faedah yang besar serta agung, yaitu bahwa sepatutnya seorang hamba
berusaha melakukan perkara-perkara kebaikan; entah itu akan membuahkan
hasil sepenuhnya, atau hanya membuahkan sebagiannya, atau bahkan tidak
membuahkan sama sekali. Contohnya seperti memberikan syafaat kepada
orang-orang yang membutuhkannya di hadapan para penguasa dan pembesar,
serta pihak-pihak yang hajat mereka berkaitan dengan pihak tersebut;
karena banyak orang yang menolak mengupayakan hal itu jika ia belum tahu
apakah syafaatnya diterima atau tidak. Akibatnya, ia telah melewatkan
dirinya dari kebaikan yang berlimpah dari Allah, serta kebajikan pada
saudara muslimnya. Karena itu, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memerintahkan para sahabatnya untuk membantu orang-orang yang butuh
dengan memberikan syafaat kepada mereka di sisi beliau, agar mereka
segera mendapatkan pahala di sisi Allah, berdasarkan sabda beliau:
“Berilah syafaat, niscaya kalian akan diberi pahala.” Karena syafaat
yang baik dicintai dan diridhai oleh Allah. Allah -Ta‘âlâ- berfirman,
“Barang siapa yang memberi syafa’at yang baik, niscaya akan ada bagian
untuknya dari (syafa’at) itu.” Di samping mendapatkan pahala di masa
sekarang, ia juga berarti menyegerakan kebaikan dan kebajikan untuk
saudaranya, dan dengan begitu ia memiliki satu sumbangsih/jasa padanya.
Juga, bisa jadi syafaatnya itu dapat menjadi jalan saudaranya
mendapatkan apa yang diinginkannya atau sebagiannya. Maka mengupayakan
perkara-perkara kebaikan dan kebajikan yang mungkin terpenuhi dan
mungkin pula tidak terpenuhi adalah suatu kebaikan yang disegerakan,
serta upaya pembiasaan diri untuk menolong dalam kebaikan, serta membuka
jalan untuk memberikan syafaat dalam hal-hal yang dipastikan atau diduga
akan diterima. Sabda beliau: “Dan Allah pasti akan menetapkan melalui
lisan Nabi-Nya apa yang dikehendaki-Nya” maksudnya: apa yang
dikehendakiNya dari ilmu-Nya yang terdahulu tentang terjadi atau
tidaknya sesuatu. Jadi yang diminta adalah memberikan syafaat, dan
pahala akan dibalaskan untuknya; baik syafaat yang diberikan terpenuhi
atau terhalangi hingga tak terwujud. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3563 |
|
Hadith 427 الحديث
الأهمية: إذا اقترب الزَمَان لم تَكَدْ رؤيا
المؤمن تكذب، ورؤيا المؤمن جُزْءٌ من ستة وأربعين جُزْءًا من النُّبُوَّةِ
Tema: Apabila telah dekat waktunya (kiamat),
hampir tidak ada mimpi seorang Mukmin yang dusta. Mimpi seorang Mukmin
itu satu dari empat puluh enam bagian kenabian. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«إذا اقترب الزمان لم تَكَدْ رؤيا المؤمن تكذب، ورؤيا المؤمن جزء من ستة
وأربعين جزءا من النبوة».
وفي
رواية: «أصدقكم رؤيا، أصدقكم حديثا».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila telah dekat
waktunya (kiamat), hampir tidak ada mimpi seorang mukmin yang dusta.
Mimpi seorang mukmin itu satu dari empat puluh enam bagian kenabian.
Dalam riwayat lain disebutkan, "Orang yang paling benar mimpinya adalah
orang yang paling jujur bicaranya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: أن رؤيا المؤمن في آخر
الزمان تكون صادقة، فقد تكون خبراً عن شيء واقع، أو شيء سيقع فيقع مطابقاً
للرؤيا؛ فتكون هذه الرؤيا كوحي النبوة في صدق مدلولها
"ورؤيا المؤمن جُزْءٌ من ستة وأربعين
جُزْءًا من النُّبُوَّةِ " يعني : من أجزاء علم النُّبُوَّةِ من حيث إن
فيها إخبارًا عن الغيب وَالنُّبُوَّةُ غير باقية لكن علمها باق.
وإنما خُص
هذا العدد؛ لأن عُمْر النبي صلى الله عليه وسلم في أكثر الروايات الصحيحة
كان ثلاثا وستين سنة وكانت مدة نُبُوَّتِهِ منها ثلاثا وعشرين سنة؛ لأنه
بُعث عند استيفاء الأربعين وكان قبل البعثة يرى في المنام لمدة ستة أشهر
الرؤيا الصالحة، فتأتي مثل فَلَقِ الصبح واضحة جَلِّية، ثم رأى الملك في
اليقظة، فإذا نُسبت مدة الوحي في المنام، وهي: ستة أشهر إلى مدة
نُبُوَّتِهِ وهي: ثلاث وعشرون سنة كانت الستة أشهر: نصف جزء من ثلاثة
وعشرين جزء وذلك جزء واحد من ستة وأربعين جزء.
وقوله:
"أَصْدَقُكُمْ رؤيا، أَصْدَقُكُمْ حديثا" معناه: إذا كان الإنسان صادقا في
حديثه قريبا من الله، كانت رؤياه أقرب إلى الصدق غالبًا، ولهذا قيده في
حديث البخاري: "الرُّؤْيَا الحَسَنَةُ، مِنَ الرَّجُلِ الصالح..".
أما من لا
يَصدق في حديثه، ويأتي الفواحش ما ظهر منها وما بطن، فهذا غالبًا ما تكون
رؤياه من باب تلاعب الشيطان به.
قال ابن
القيم -رحمه الله-: "ومن أراد أن تَصْدُقَ رؤياه فليَتَحر الصدق وأكل
الحلال، والمحافظة على الأمر والنهي، ولينم على طهارة كاملة مستقبل القبلة،
ويذكر الله حتى تغلبه عيناه، فإن رؤياه لا تكاد تكذب البتة".
Makna hadis: Sesungguhnya mimpi orang
Mukmin di akhir zaman akan menjadi benar. Bisa jadi ini adalah berita
mengenai sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang akan terjadi sehingga
terjadi di alam nyata sesuai mimpi. Dengan demikian, mimpi ini laksana
wahyu kenabian karena kebenaran maknanya. "Mimpi seorang mukmin itu satu
dari empat puluh enam bagian kenabian." Yakni, bagian dari ilmu kenabian
dari segi kandungan berita mengenai hal gaib. Kenabian sendiri tidak
abadi, hanya saja ilmunya tetap langgeng. Adanya pengkhususan bilangan
tersebut karena usia Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam
sebagian besar riwayat yang sahih adalah enam puluh tiga tahun dan masa
kenabiannya adalah duapuluh tiga tahun, karena beliau diutus saat
usianya sudah mencapai empat puluh tahun. Sebelum diangkat sebagai Nabi,
beliau pernah bermimpi yang baik selama enam bulan. Mimpi-mimpi itu
datang seperti waktu fajar yang jelas dan terang. Selanjutnya beliau
melihat malaikat dalam keadaan terjaga. Jika masa wahyu ketika tidur,
yaitu enam bulan, diperbandingkan dengan masa kenabiannya, yaitu dua
puluh tiga tahun, maka enam bulan adalah setengah bagian dari dua puluh
tiga bagian (1/2x23), maka itu berarti menjadi satu bagian dari empat
puluh enam bagian (1/46). Sabda beliau, "Orang yang paling benar
mimpinya adalah orang yang paling jujur bicaranya." Artinya, jika
seseorang jujur dalam pembicaraannya dan dekat dengan Allah, maka
biasanya mimpinya lebih dekat kepada kebenaran. Untuk itulah, dalam
hadis Bukhari dibatasi bahwa, "Mimpi yang baik berasal dari lelaki yang
saleh..." Adapun orang yang tidak jujur dalam bicaranya (suka berdusta)
dan melakukan kekejian yang tampak dan yang tersembunyi, maka biasanya
mimpi-mimpinya bagian dari permainan setan. Ibnul Qayyim -raḥimahullāh-
berkata, "Barangsiapa ingin mimpinya benar, hendaknya ia menjaga
kejujuran dan makan yang halal serta memelihara amar makruf dan nahi
mungkar. Juga hendaknya tidur dalam keadaan suci yang sempurna dengan
menghadap ke arah kiblat, zikir kepada Allah hingga kedua matanya
tertidur, maka sesudah itu mimpinya hampir dipastikan tidak akan meleset
sama sekali." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3564 |
|
Hadith 428 الحديث
الأهمية: قُومِي فأوْتِري يا عائشة
Tema: Bangunlah, lalu lakukanlah witir wahai
Aisyah! |
عن عائشة -رضي الله عنها-: أن النبي
-صلى الله عليه وسلم- كان يصلي صلاته بالليل، وهي مُعْتَرِضَةٌ بين يديه،
فإذا بقي الوتر، أيقظها فأوترت. وفي رواية له: فإذا بقي الوتر، قال: «قومي
فأوْتِري يا عائشة».
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- bahwa
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa melakukan salat malam dengan
posisi Aisyah berbaring di hadapan beliau. Ketika tersisa witir, beliau
membangunkannya lalu Aisyah melakukan witir." Dalam riwayat lain
disebutkan, "Ketika tersisa witir, beliau bersabda, "Bangunlah, lalu
lakukanlah witir wahai Aisyah!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: أن النبي -صلى الله عليه
وسلم- كان يصلي صلاة الليل، وعائشة رضي الله عنها مُعْتَرِضَةٌ بَيَن
يَدَيه، وفي رواية للبخاري ومسلم عنها: "أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان
يُصلي من الليل وأنا مُعْتَرِضَةٌ بَيَنه وَبَيْن القِبلة، كاعتِرَاض
الجَنازة".
فإذا
فَرغ النبي صلى الله عليه وسلم من صلاة التهجد، وقبل أن يشرع في صلاة الوتر
أيْقَظها لتوتر وفي رواية لمسلم: فإذا بَقي الوِتر، قال: "قُومِي فأوْتِري
يا عائشة" . وفي رواية لأبي داود: "حتى إذا أراد أن يوتر أيْقَظها فأوترت".
والمعنى:
أن النبي -صلى الله عليه وسلم- يترك عائشة -رضي الله عنها- أول الليل ولا
يُوقظها، حتى إذا فرغ من صلاته ولم يبق إلا الوتر أيقظها لتدرك وترها
وتبادر بالوتر عقب الاستيقاظ لئلا يغلب عليها كسل النوم لو تماهلت عنه
فيفوتها.
Makna hadis: "Bahwa Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- biasa melakukan salat malam dengan posisi Aisyah
-raḍiyallāhu 'anhā- berbaring di hadapan beliau." Dalam riwayat
Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah, ia (menyebutkan) bahwa Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa melakukan salat malam dan aku
berbaring di antara beliau dengan kiblat, seperti berbaringnya jenazah."
Setelah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- selesai melaksanakan
tahajjud dan sebelum melaksanakan salat witir, beliau membangunkan
Aisyah untuk witir. Dalam riwayat Muslim disebutkan, "Ketika tersisa
witir, beliau bersabda, "Bangunlah, lalu lakukanlah witir wahai Aisyah!"
Dalam riwayat Abu Daud disebutkan, "Hingga ketika beliau hendak
melaksanakan witir, beliau membangunkan Aisyah lalu ia pun melaksanakan
witir." Artinya, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membiarkan
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- di awal malam dan tidak membangunkannya
hingga ketika selesai dari salatnya dan hanya tersisa witir, beliau
membangunkan Aisyah agar dapat melaksanakan witirnya setelah bangun
tidur supaya kemalasan tidak mengalahkannya, jika ia lamban melakukannya
lalu witir akan luput darinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3565 |
|
Hadith 429 الحديث
الأهمية: اللَّهُمَّ إني أَعُوذ بِرِضَاك من
سَخَطِك، وبِمُعَافَاتِكَ من عُقُوبَتِكَ، وأعُوذ بِك مِنْك، لا أُحْصِي
ثَناءً عليك أنت كما أَثْنَيْتَ على نفسك
Tema: Ya Allah! Aku berlindung dengan
keridaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan pengampunan-Mu dari hukuman-Mu,
aku berlindung kepada-Mu dari siksaan-Mu, Aku tidak mampu menghitung
pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau
sanjungkan kepada diri-Mu sendiri. |
عن عائشة -رضي الله عنها-، قالت:
افْتَقَدْتُ النبي -صلى الله عليه وسلم- ذات ليلة، فَتَحَسَّسْتُ، فإذا هو
راكع -أو ساجد- يقول: «سُبْحَانَك وبِحَمْدِكَ، لا إله إلا أنت» وفي رواية:
فَوَقَعَتْ يَدِي على بَطن قدميه، وهو في المسجد وهما مَنْصُوبَتَانِ، وهو
يقول: «اللَّهُمَّ إني أَعُوذ بِرِضَاك من سَخَطِك، وبِمُعَافَاتِكَ من
عُقُوبَتِكَ، وأعُوذ بِك مِنْك، لا أُحْصِي ثَناءً عليك أنت كما أَثْنَيْتَ
على نفسك».
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia
berkata, "Suatu malam aku pernah kehilangan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, akupun mencari beliau, dan ternyata beliau sedang rukuk -atau
sujud-, beliau membaca: “Subḥānaka wa biḥamdika lā ilāha illā anta”
(Maha suci Engkau dan dengan memuji-Mu, tidak ada Tuhan [yang berhak
disembah] selain Engkau)." Dalam sebuah riwayat disebutkan, "Kedua
tanganku menyentuh bagian telapak kaki beliau ketika beliau sedang
berada di tempat salatnya dalam keadaan kedua telapak kaki beliau
berdiri tegak dan beliau membaca: “Allāhumma innī a'ūżu bi riḍāka min
sakhaṭika, wa bi mu'āfātika min 'uqūbatika, wa `a'ūżu bika minka, lā
uḥṣī ṡanāan 'alaika anta kamā aṡnaita 'alā nafsika” (Ya Allah, aku
berlindung dengan keridaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan pengampunan-Mu
dari hukuman-Mu, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan-Mu, Aku tidak
mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah
sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu sendiri)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في هذا الحديث تخبر عائشة -رضي الله
عنها- أنها افتقدت النبي -صلى الله عليه وسلم- ذات ليلة، فلم تجده على
فراشه؛ فذهبت تبحث عنه وكانت تظن -رضي الله عنها- أنه قد ذهب إلى بعض
نسائه، ثم وجدته -صلى الله عليه وسلم- وهو راكع أو ساجد، يقول: سُبْحَانَك
وبِحَمْدِكَ، لا إله إلا أنت. أي: أنزهك عن كل ما لا يليق بك، وأحمدك على
جميع أفعالك، فأنت أهل الثناء والحمد المطلق، لا إله إلا أنت.
وفي
رواية: أنها عندما كانت تبحث عنه وقعت يَدها على بَطن قدميه؛ لأنه ليس هناك
إضاءة ترى فيها شخصه -صلى الله عليه وسلم- ، وإنما كانت تَتَلمس بيدها حتى
وقعت يدها عليه، وهو ساجد، فلما وجدته -رضي الله عنها- سمعته يقول:
"اللَّهُمَّ إني أَعُوذ بِرِضَاك من سَخَطِك" أي: ألتجئ إلى هذه من هذه،
والشيء إنما يُداوى بضده، فالسَخَط ضده الرضا، فيستعيذ برضا الله -تعالى-
من سَخَطه.
"وبِمُعَافَاتِكَ من عُقُوبَتِكَ"
وأستعيذ بعفوك، من عُقُوبتك.
"وأعُوذ بِك مِنْك" أي استعيذ بالله مِن
الله -عز وجل- وذلك؛ لأنه لا مَنْجَى ولا مَلْجَأ من الله إلا إليه، لا أحد
ينجيك من عذاب الله إلا الله -عز وجل-.
"لا أُحْصِي ثَناءً عليك" أي لا أستطيع
أن أثني عليك بما تستحقه مهما بَالَغت في الثناء عليك، بل أنا قَاصرٌ عن أن
يبلغ ثنائي قَدْر استحقاقك.
"أنت
كما أَثْنَيْتَ على نفسك" يعني أثني عليك ثناء كما أثنيت على نفسك لا يمكن
لأحد أن يحصي ثناء على الله كما أثنى الله على نفسه.
Dalam hadis ini, Aisyah -raḍiyallāhu
'anhā- memberitahukan bahwa pada suatu malam dirinya pernah kehilangan
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dia tidak mendapati beliau di atas
tempat tidurnya; lalu Aisyah pergi mencari beliau dan ia -raḍiyallāhu
'anhā- mengira bahwa beliau pergi ke tempat istrinya yang lain. Kemudian
Aisyah mendapati beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sedang rukuk atau
sujud, beliau membaca, “subḥānaka wa biḥamdika lā ilāha illā anta” (Maha
suci Engkau dan dengan memuji-Mu, tidak ada Tuhan [yang berhak disembah]
selain Engkau), yakni aku mensucikan Engkau dari segala perkara yang
tidak pantas bagi-Mu dan memuji Engkau atas segala perbuatan-Mu, karena
Engkau-lah yang berhak atas pujian dan sanjungan secara mutlak, tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Dalam riwayat lain
disebutkan: Bahwa ketika Aisyah sedang mencari beliau, kedua tangannya
menyentuh telapak kedua kaki beliau; karena tidak ada penerang/lampu
yang membuat dirinya dapat melihat keberadaan beliau -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam-, akan tetapi dia meraba-raba dengan kedua tangannya hingga
akhirnya kedua tangannya menyentuh beliau ketika sedang bersujud. Ketika
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- menemukan beliau, dia mendengar beliau sedang
membaca, “Allāhumma innī a'ūżu bi riḍāka min sakhaṭika” yakni, aku
berlindung kepada ini dari ini, dan sesuatu itu tentunya bisa diobati
dengan lawan atau kebalikannya, dan kebalikan dari kemurkaan adalah
keridaan, sehingga beliau meminta perlindungan dengan keridaan Allah
-Ta'ālā- dari kemurkaan-Nya. “Wa bi mu'āfātika min 'uqūbatika”, dan aku
berlindung dengan pengampunan-Mu dari hukuman-Mu. “Wa a'ūżu bika minka”
yakni, aku berlindung kepada Allah dari (siksa) Allah -'Azzā wa Jallā-;
karena tidak ada tempat untuk berlindung dari siksa Allah kecuali
berlindung kepada-Nya, tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkanmu
dari siksaan Allah kecuali Allah -'Azzā wa Jallā-. “Lā uḥṣī ṡanāan
'alaika”, yakni aku tidak mungkin dapat memuji-Mu sesuai dengan yang
seharusnya Engkau dapatkan meskipun aku berusaha terus-menerus
memuji-Mu, bahkan aku sangat kurang dalam menyampaikan pujian kepada-Mu
sebanyak yang seharusnya Engkau dapatkan. “Anta kamā aṡnaita 'alā
nafsika”, yakni aku memuji Engkau sebagaimana Engkau memuji diri-Mu
sendiri, tidak mungkin seorang pun dapat memuji Allah sebagaimana Allah
memuji atas diri-Nya sendiri. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3566 |
|
Hadith 430 الحديث
الأهمية: أفضل الذِّكر: لا إله إلا الله
Tema: Zikir yang paling utama adalah Lā
ilāha illallāh |
عن جابر -رضي الله عنه- قال: سمعت رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «أفضل الذِّكر: لا إله إلا الله».
Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku
mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Zikir
yang paling utama adalah Lā ilāha illallāh."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا النبي -صلى الله عليه وسلم- أن
أفضل الذكر: "لا إله إلا الله" وفي حديث آخر: "أفضل ما قلت أنا والنبيون
قبلي لا إله إلا الله وحده لا شريك له".
ولا شك أن
هذه الكلمة كلمة عظيمة، قامت بها الأرض والسماوات، وخلقت لأجلها جميع
المخلوقات، وبها أرسل الله -تعالى- رسله، وأنزل كتبه، وشرع شرائعه، ولأجلها
نُصبت الموازين، ووُضِعَت الدواوين، وقام سوق الجنة والنار، ومعناها لا
معبود بحق إلا الله، وشروطها سبعة: العلم واليقين والقبول والانقياد والصدق
والإخلاص والمحبة، وعنها يسأل الأولون والآخرون، فلا تزول قدما العبد بين
يدي الله حتى يسأل عن مسألتين: ماذا كنتم تعبدون؟ وماذا أجبتم المرسلين؟
فجواب
الأولى بتحقيق "لا إله إلا الله" معرفةً وإقرارًا وعملًا.
وجواب
الثانية بتحقيق "أن محمدا رسول الله" معرفةً وإقرارًا وانقيادًا وطاعةً.
قال -صلى
الله عليه وسلم-: ( بُني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن
محمداً رسول الله..).
Tema: Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan kepada kita bahwa zikir paling utama adalah Lā ilāha
illallāh (tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Di dalam
hadis lain disebutkan, "Zikir paling utama yang aku ucapkan, demikian
juga para nabi sebelumku adalah Lā ilāha illallāh waḥdahu lā syarīka
lahu (tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata tanpa
sekutu bagi-Nya)." Tidak ada keraguan bahwa kalimat ini adalah kalimat
agung yang menjadi sebab tegaknya bumi dan langit dan diciptakannya
seluruh makhluk. Dengan kalimat tersebut Allah -Ta'ālā- mengutus para
rasul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya dan menetapkan
syariat-syariat-Nya. Dengan kalimat itu juga, timbangan amalan
dipancangkan, catatan-catatan amalan diletakkan, serta surga dan neraka
diadakan. Maknanya adalah tidak ada ilah yang berhak disembah selain
Allah. Syarat-syaratnya ada tujuh, yaitu: ilmu, yakin, penerimaan,
ketundukan, jujur, ikhlas dan cinta. Orang-orang terdahulu dan terakhir
akan ditanya tentang kalimat tersebut. Kedua kaki seorang hamba tidak
akan bergeser di hadapan Allah hingga ditanya dua pertanyaan: Apa yang
telah kalian sembah? Apa jawaban kalian kepada para rasul? Jawaban
pertama ialah dengan merealisasikan kalimat "Lā ilāha illallāh" secara
pengetahuan, pengakuan dan praktik. Jawaban kedua ialah dengan
mewujudkan syahadat, "Sesungguhnya Muhammad utusan Allah," secara
pengetahuan, pengakuan dan ketundukkan, serta ketaatan. Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Islam dibangun di atas lima
perkara: persaksian bahwa tidak ada tuhan yang hak selain Allah dan
sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3567 |
|
Hadith 431 الحديث
الأهمية: أفضل الصَّدَقَات ظِلُّ فُسْطَاطٍ في
سَبِيل الله ومَنِيحَةُ خَادِم في سَبِيل الله، أو طَرُوقَةُ فَحْلٍ في
سَبِيل الله
Tema: Sedekah yang paling utama adalah
memberikan naungan kemah di jalan Allah, memberikan pelayan di jalan
Allah, atau memberikan unta betina yang sudah layak dibuahi pejantan di
jalan Allah. |
عن أبي أمامة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «أفضل الصَّدَقَات ظِلُّ فُسْطَاطٍ في
سَبِيل الله ومَنِيحَةُ خَادِم في سَبِيل الله، أو طَرُوقَةُ فَحْلٍ في
سَبِيل الله».
Dari Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu-
berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-bersabda, "Sedekah
yang paling utama adalah memberikan naungan kemah di jalan Allah,
memberikan pelayan di jalan Allah, atau memberikan unta betina yang
sudah layak dibuahi pejantan di jalan Allah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أن أفضل ما يتصدق به المرء هذه الأشياء
الثلاثة، ظِلُّ فُسْطَاطٍ أو عطية خَادماً أو ناقة استحقت طرق الفحل، وسواء
كانت الصدقة على المجاهدين في سبيل الله تعالى أو غيرهم من المحتاجين، فإن
ذلك من سبيل الله تعالى.
ولعل
أفضلية هذه الأشياء لحاجة الناس إليها في ذلك الزمان، فأراد النبي صلى الله
عليه وسلم أن يُرَغِّبهم فيها، أما الآن فحاجة الناس إليها قد تكون معدومة
أو أنها موجودة في بعض النواحي على وجه القلة، والحكم للغالب.
Sedekah yang paling utama dilakukan
oleh seseorang adalah tiga hal berikut: naungan kemah atau pemberian
pelayan atau unta betina yang sudah layak dibuahi oleh pejantannya, baik
sedekah ini kepada para mujahidin di jalan Allah -Ta'ālā- atau orang
lain yang membutuhkannya. Sesungguhnya semua itu termasuk di jalan Allah
-Ta'ālā-. Adanya keutamaan hal tersebut karena kebutuhan manusia
kepadanya pada masa itu, sehingga Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memotivasi para sahabat untuk melakukannya. Adapun sekarang, sudah tidak
ada lagi kebutuhan manusia kepada hal tersebut atau ada tapi pada
sebagian aspek, itupun sedikit. Hukum itu berlaku pada yang galib
(mayoritas). |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3568 |
|
Hadith 432 الحديث
الأهمية: سُئِل رسول الله -صلى الله عليه وسلم-:
أي الصلاة أفضل؟ قال: طُول القُنُوتِ
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- pernah ditanya, "Salat apa yang paling utama?" Beliau menjawab,
"Salat yang berdirinya lama."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
وعن جابر -رضي الله عنه- قال: سُئِل
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أي الصلاة أفضل؟ قال: «طُول القُنُوتِ».
Dari Jabir -raḍiyallāhu 'anhu-, dia
berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah ditanya,
"Salat apa yang paling utama?" Beliau menjawab, "Salat yang berdirinya
lama."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
سأل الصحابة رضوان الله عليهم النبي صلى
الله عليه وسلم: أي الصلاة أفضل؟ وهذا السؤال من حرصهم على إصابة أكثر قدر
من الحسنات، والمراد به: أي أنواع الصلوات أفضل؟ أو: أي أعمال الصلاة أفضل؟
القيام أم الركوع أم السجود؟ فأخبر صلى الله عليه وسلم أنه طول القيام
فيها.
Para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum
pernah bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Salat yang
bagaimanakah yang paling utama?" Pertanyaan ini menunjukkan semangat
mereka untuk meraih banyak pahala. Maksudnya: salat yang bagaimanakah
modelnya paling afdal? Berdiri, ruku' atau sujudnya? Beliau -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa salat yang berdirinya lama. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3569 |
|
Hadith 433 الحديث
الأهمية: عَمِل قليلا وأُجر كثيرا
Tema: Ia beramal sedikit, tapi diberi pahala
banyak. |
عن البراء -رضي الله عنه- قال: أتَى
النبي -صلى الله عليه وسلم- رَجُلٌ مُقَنَّعٌ بالحَديد، فقال: يا رسول
الله، أُقَاتِلُ أَوْ أُسْلِمُ؟ قال: «أَسْلِم، ثم قَاتل»، فأسْلَم ثم قاتل
فَقُتِل. فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «عَمِل قليلاً وأُجر
كثيراً».
Dari Al-Barā` -raḍiyallāhu 'anhu-, ia
berkata, "Ada seorang lelaki yang mengenakan topeng besi datang kepada
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu berkata, "Wahai Rasulullah! Aku
berperang atau masuk Islam (terlebih dahulu)?" Beliau menjawab,
"Masuklah Islam (terlebih dahulu) kemudian berperanglah." Laki-laki itu
masuk Islam lalu berperang dan terbunuh. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "Ia beramal sedikit, tapi diberi pahala
banyak."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء رجل إلى النبي -صلى الله عليه وسلم-
يريد الجهاد معه وهو لابس للحديد وقد غطاه ولم يكن قد أسلم، فقال: يا رسول
الله أُجَاهد ثم أسلم أم أسْلم ثم أجَاهد؟ فقال له :" أسلم ثم جاهد "،
فأسلم الرَجُل ثم جاهد، فقاتل حتى قُتل، فقال رسول الله -صلى الله عليه
وسلم-: "عَمِل قليلاً وأُجر كثيرًا"؛ أي: بالنسبة إلى زمان إسلامه، فالمدة
بين إسلامه إلى مقتله مدة يسيرة، ومع ذلك أجر كثيراً؛ لأن الجهاد في سبيل
الله تعالى لإعلاء كلمته من أفضل الأعمال وأعظمها أجرًا.
Seorang laki-laki datang kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hendak berjihad bersama beliau dengan
mengenakan baju besi. Ia menutup wajahnya dengan topeng besi dan belum
masuk Islam. Laki-laki itu berkata, "Wahai Rasulullah! Aku berperang
lalu masuk Islam atau masuk Islam (terlebih dahulu) lalu berjihad?
Beliau menjawab, "Masuklah Islam (terlebih dahulu) kemudian
berperanglah!" Laki-laki itu masuk Islam lalu berperang dan gugur
terbunuh. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-bersabda, "Ia
beramal sedikit, tapi diberi pahala yang banyak." Yakni, dibandingkan
dengan masa keislamannya, maka tenggang waktu antara keislamannya dengan
terbunuhnya hanya rentang waktu yang singkat. Meskipun demikian, ia
mendapatkan pahala yang banyak. Sebab, jihad di jalan Allah -Ta'ālā-
demi meninggikan kalimat-Nya adalah amalan paling utama dan paling besar
pahalanya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3570 |
|
Hadith 434 الحديث
الأهمية: قال لي النبي -صلى الله عليه وسلم-:
اقرأ عليَّ القرآن، قلت: يا رسول الله، أقرأ عليك، وعليك أنزل؟! قال: إني
أُحب أن أسمعه من غيري
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
berkata kepadaku, "Bacakanlah Al-Qur`ān kepadaku.” Maka kukatakan kepada
beliau, "Wahai Rasulullah! Apakah saya bacakan Al-Qur`ān kepada Anda
sementara Al-Qur`ān itu diturunkan kepada Anda?!" Beliau menjawab,
“Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” |
عن ابن مسعود -رضي الله عنه- قال: قال
لي النبي -صلى الله عليه وسلم-: «اقرأ عليَّ القرآنَ»، فقلت: يا رسول الله،
أقرأ عليك، وعليك أُنزل؟! قال: «إني أحب أن أسمعه من غيري» فقرأتُ عليه
سورةَ النساءِ، حتى جِئْتُ إلى هذه الآية: {فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ
كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاَءِ شَهِيدًا} قال:
«حَسْبُكَ الآنَ» فالتفتُّ إليه، فإذا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ.
Dari Ibnu Mas’ūd -raḍiyallāhu- 'anhu-
ia berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata kepadaku,
"Bacakanlah Al-Qur`ān kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, "Wahai
Rasulullah! Apakah saya bacakan Al-Qur`ān kepada Anda sementara
Al-Qur`ān itu diturunkan kepada Anda?!" Beliau menjawab, “Sesungguhnya
aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka akupun
membacakan kepada beliau surah An-Nisā`, hingga ketika aku telah sampai
pada ayat ini, “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi
setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka,” maka
beliau bersabda, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh
kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau bercucuran air mata.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
طلب النبي -صلى الله عليه وسلم- من ابن
مسعود -رضي الله عنه- أن يقرأ عليه القرآن، فقال: يا رسول الله، كيف أقرؤه
عليك وعليك أنزل؟ فأنت أعلم به مني، فقال -صلى الله عليه وسلم-: إني أحب أن
أسمعه من غيري.
فقرأ عليه
سورة النساء، فلما بلغ هذه الآية العظيمة: (فكيف إذا جئنا من كل أمة بشهيد
وجئنا بك على هؤلاء شهيدا)، يعني ماذا يكون حالك؟! وماذا يكون حالهم؟!
فقال
النبي -صلى الله عليه وسلم-: حسبك الآن. أي: توقف عن القراءة.
قال ابن
مسعود: فالتفت إليه فإذا عيناه
تجري دموعهما رحمة لأمته.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
meminta kepada Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu- 'anhu- agar membacakan kepada
beliau Al-Qur`ān, lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana aku
membacakannya untukmu padahal kepadamu Al-Qur`ān itu diturunkan? Engkau
lebih mengetahui tentang Al-Qur`ān daripada aku." Lantas beliau
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya aku senang
mendengarnya dari selainku." Maka ia membacakan kepada beliau surah
An-Nisā`." Tatkala sampai ayat agung ini: “Lalu bagaimanakah ketika Kami
datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi
atas mereka.” Yakni, apa jadinya keadaanmu?! Dan apa pula jadinya
keadaan mereka?! Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Cukup bagimu sekarang." Yakni berhentilah membacanya. Ibnu Mas’ūd
berkata, "Lalu aku menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau
sedang bercucuran air mata karena kasih sayang beliau kepada umatnya." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3571 |
|
Hadith 435 الحديث
الأهمية: أكْثَرْتُ عليكم في السِّوَاك
Tema: Aku perbanyak (anjuran) untuk kalian
tentang bersiwak. |
عن أنس -رضي الله عنه- قال: قال رسول
الله -صلى الله عليه وسلم-: «أكْثَرْتُ عليكم في السِّوَاك».
Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, ia
berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Aku
perbanyak (anjuran) untuk kalian tentang bersiwak."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: أن النبي -صلى الله عليه
وسلم- أكثر على أمته في شأن استعمال السواك والمواظبة عليه في جميع
الأحوال، استحباباً لا إيجاباً؛ وذلك لما فيه من المنافع والفضائل العظيمة،
ومن أجلها وأعظمها أنه مَرْضَاة للرَّب -سبحانه وتعالى-.
Makna hadis: Sesungguhnya Nabi
Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- banyak menganjurkan kepada
umatnya mengenai penggunaan siwak dan rajin memakainya di segala situasi
sebagai sunnah bukan wajib. Hal ini dilakukan karena di dalamnya
mengandung beragam manfaat dan keutamaan yang agung. Keutamaan yang
paling besar dan agung dari siwak ialah merupakan sesuatu yang diridhai
Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3572 |
|
Hadith 436 الحديث
الأهمية: ألا أُخْبِركم بأهل الجنة؟ كلُّ ضعيفٍ
مُتَضَعَّفٍ ، لو أقسم على الله لَأَبَرَّهُ ، ألا أُخْبِركم بأهل النار؟
كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
Tema: Maukah kalian aku kabarkan mengenai
penghuni surga? Yaitu setiap orang yang lemah dan teraniaya, seandainya
ia bersumpah atas nama Allah niscaya Allah akan memenuhinya. Maukah
kalian aku kabarkan mengenai penghuni neraka? Yaitu setiap orang yang
keras, kikir dan gemar mengumpulkan harta serta berlaku sombong. |
عن حارثة بن وهب -رضي الله عنه-
مرفوعًا: «ألا أُخْبِركم بأهل الجنة؟ كلُّ ضعيفٍ مُتَضَعَّفٍ، لو أقسم على
الله لَأَبَرَّهُ، ألا أُخْبِركم بأهل النار؟ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ
مُسْتَكْبِرٍ».
Dari Hāriṡah bin Wahab -raḍiyallāhu
'anhu-, secara marfū', “Maukah kalian aku kabarkan mengenai penghuni
surga? Yaitu setiap orang yang lemah dan teraniaya, seandainya ia
bersumpah atas nama Allah niscaya Allah akan memenuhinya. Maukah kalian
aku kabarkan mengenai penghuni neraka? Yaitu setiap orang yang keras,
kikir dan gemar mengumpulkan harta serta berlaku sombong."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
من صفات بعض أهل الجنة؛ أن الإنسان يكون
ضعيفًا متضعفًا، أي: لا يهتم بمنصبه أو جاهه، أو يسعى إلى علو المنازل في
الدنيا، ولكنه ضعيف في نفسه يستضعفه غيره، لو حلف على شيء ليَسَّر الله له
أمره، حتى يحقق له ما حلف عليه، أما أهل النار فمنهم كل غليظ جافي الطباع
قاس غير منقاد للحق، وكل من يجمع المال ويمنع ما يجب فيه من زكاة، ومن يرد
الحق كبرًا ويتعالى على الناس، والحديث ليس للحصر، بل لبيان بعض صفات
الفريقين.
Di antara tanda-tanda sebagian
penghuni surga adalah orang yang lemah dan teraniaya, yakni ia tidak
begitu peduli dengan posisi, kedudukan atau usaha untuk meraih kedudukan
yang tinggi di dunia, namun dia adalah orang yang lemah dan dianiaya
oleh orang lain. Apabila dia bersumpah untuk sesuatu niscaya Allah akan
memudahkan perkaranya tersebut, hingga Allah merealisasikan sumpahnya
tersebut. Adapun penghuni neraka, di antara tanda-tanda mereka adalah
setiap orang yang keras perangainya, kasar dan tidak tunduk pada
kebenaran, serta setiap orang yang mengumpulkan harta kekayaan dan
enggan mengeluarkan zakatnya, dan juga orang yang menolak kebenaran
karena kesombongan serta merasa tinggi atas orang lain. Hadis ini bukan
membatasi hanya pada tanda-tanda yang telah disebutkan saja, akan tetapi
ia hanya menjelaskan sebagian tanda-tanda kedua golongan tersebut. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3573 |
|
Hadith 437 الحديث
الأهمية: ألا أدلكم على ما يَمْحُو الله به
الخطايا ويرفع به الدرجات، قالوا: بلى، يا رسول الله، قال: إسباغ الوضوء
على المكاره، وكثرة الخُطَا إلى المساجد، وانتظار الصلاة بعد الصلاة
فذلِكُم الرِّباط
Tema: Apakah kalian mau aku tunjukkan amalan
yang dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat? Mereka menjawab,
"Tentu wahai Rasulullah." Rasulullah bersabda, "Menyempurnakan wudu pada
saat-saat yang tidak disukai, memperbanyak langkah kaki menuju ke
masjid, dan menunggu salat setelah salat. Yang demikian itulah ar-Ribāṭ
(berjaga-jaga di jalan Allah)." |
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله -صلى
الله عليه وسلم-: «ألا أَدُلُّكُم على ما يَمْحُو الله به الخطايا ويرفع به
الدرَجات؟» قالوا: بلى، يا رسول الله، قال: «إِسْبَاغُ الوُضُوء على
المَكَارِه، وكَثْرَةُ الخُطَا إلى المساجد، وانتظارُ الصلاة بعد الصلاة
فذلِكُم الرِّباط».
Dari Abu Hurairah ia berkata,
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Apakah kalian mau
aku tunjukkan amalan yang dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat?"
Mereka menjawab, "Tentu wahai Rasulullah." Rasulullah bersabda,
"Menyempurnakan wudu pada saat-saat yang tidak disukai, memperbanyak
langkah kaki menuju ke masjid, dan menunggu salat setelah salat. Yang
demikian itulah ar-Ribāṭ (berjaga-jaga di jalan Allah)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
عرض النبي -صلى الله عليه وسلم- على
أصحابه عرضًا، وهو يعلم ماذا سيقولون في جوابه، وهذا من حسن تعليمه
عليه الصلاة والسلام، أنه أحيانا يعرض المسائل عرضا، حتى ينتبه الإنسان
لذلك، ويعرف ماذا سيلقى إليه، قال: ألا أدلكم على ما يمحو الله به الخطايا،
ويرفع به الدرجات؟.
قالوا:
بلى يا رسول الله، يعني: أخبرنا فإننا نود أن تخبرنا بما نرفع به الدرجات
ونمحو به الخطايا، قال:
أولا:
إتمام الوضوء في حال كراهة النفس لذلك، مثل أيام الشتاء؛ لأن أيام الشتاء
يكون الماء فيها باردا، فإذا أتم الإنسان وضوءه مع هذه المشقة، دل هذا على
كمال الإيمان، فيرفع الله بذلك درجات العبد ويحط عنه خطيئته.
ثانيا:
أن يقصد الإنسان المساجد، حيث شرع له إتيانهن، وذلك في الصلوات
الخمس، ولو بَعُد المسجد.
ثالثا: أن
يشتاق الإنسان إلى الصلوات، كلما فرغ من صلاة، فقلبه متعلق بالصلاة الأخرى
ينتظرها، فإن هذا يدل على إيمانه ومحبته وشوقه لهذه الصلوات العظيمة.
فإذا كان
ينتظر الصلاة بعد الصلاة، فإن هذا مما يرفع الله به الدرجات، ويكفر به
الخطايا.
ثم أخبر
النبي صلى الله عليه وسلم أن المواظبة على الطهارة والصلاة والعبادة
كالرباط في سبيل الله تعالى.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
melontarkan sebuah pertanyaan kepada para sahabatnya, padahal beliau
mengetahui apa yang akan mereka katakan sebagai jawabannya. Ini adalah
salah satu metode pengajaran beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang
baik, yaitu terkadang beliau melontarkan suatu permasalahan agar orang
memperhatikan dengan seksama dan supaya orang itu mengetahui apa yang
akan ia sampaikan kepada beliau. Beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Apakah kalian mau aku tunjukkan amalan yang dengannya Allah
menghapus dosa dan mengangkat derajat?" Mereka menjawab, "tentu wahai
Rasulullah." Yakni beritahukanlah kepada kami karena sungguh kami sangat
berkeinginan agar engkau memberitahukan kepada kami apa yang dengannya
kami dapat mengangkat derajat dan menghapus dosa. Beliau -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda: Pertama: Menyempurnakan wudu ketika jiwa
tidak menyukainya, seperti pada musim dingin. Karena pada musim dingin
air menjadi sangat dingin. Apabila seseorang menyempurnakan wudunya
dengan adanya kesulitan seperti itu, maka ini menunjukkan kesempurnaan
imannya, sehingga dengan itu Allah mengangkat derajat seorang hamba dan
menghapuskan dosanya. Kedua: Hendaknya seseorang menuju ke masjid karena
itu disyariatkan baginya, yaitu ketika melakukan salat lima waktu,
meskipun masjidnya jauh. Ketiga: Hendaknya seseorang selalu merindukan
salat. Setiap kali ia selesai mengerjakan satu salat, maka hatinya
terpaut dengan salat lainnya sehingga ia menunggu waktunya tiba.
Sesungguhnya ini menunjukkan keimanan, kecintaan dan kerinduannya dengan
salat-salat yang agung ini. Apabila ia menunggu salat setelah salat,
maka sungguh ini termasuk amalan yang dengannya Allah mengangkat derajat
dan mengampunkan dosa. Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengabarkan bahwa menjaga ṭahārah (kesucian), salat, dan ibadah itu
seperti ribaṭ (berjaga-jaga) di jalan Allah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3574 |
|
Hadith 438 الحديث
الأهمية: ألا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ
أعْمَالِكُم، وأزْكَاها عند مَلِيكِكُم
Tema: Maukah kalian aku beritahukan tentang
amal yang paling baik dan paling suci menurut Tuhan kalian, paling
tinggi derajatnya untuk kalian? |
عن أبي الدَّرْدَاء -رضي الله عنه- قال:
قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «ألا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ
أعْمَالِكُم، وأزْكَاها عند مَلِيكِكُم، وأرْفَعِهَا في دَرَجَاتِكُمْ،
وخير لكم من إنْفَاق الذهب والفضة، وخير لكم من أن تَلْقَوا عَدُوَّكُمْ
فَتَضْرِبُوا أعْنَاقَهُمْ ويَضْرِبوا أعْنَاقَكُم؟» قالوا: بلى، قال: «ذكر
الله -تعالى-».
Dari Abu Ad-Dardā` -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Maukah kalian aku beritahukan tentang amal yang paling baik dan paling
suci menurut Tuhan kalian, paling tinggi derajatnya untuk kalian, lebih
baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, dan lebih baik
bagi kalian daripada bertemu dengan musuh kalian lalu kalian menebas
batang leher mereka dan mereka membalas kalian?" Para sahabat menjawab,
"Tentu saja." Beliau bersabda, "Zikir (mengingat) Allah -Ta'ālā-."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قال النبي صلى الله عليه وسلم: ألا
أخبركم بخير أعمالكم، وأكثرها ثوابا وأطهرها عند ربكم، وأزيدها في رفع
درجاتكم، وخير لكم من أن تنفقوا الذهب والفضة في سبيل الله، وخير لكم من أن
تلقوا الكفار في معترك الحرب فتضربوا أعناقهم لإعلاء كلمة الله تعالى. فقال
الصحابة: بلى يا رسول الله. قال: ذكر الله تعالى
Tema: Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersabda, "Maukah kalian aku beritahukan tentang amal yang
paling baik, paling banyak pahalanya, dan paling suci bagi Tuhan kalian,
paling menambah ketinggian derajat kalian, dan lebih baik bagi kalian
daripada menginfakkan emas dan perak di jalan Allah, serta lebih baik
bagi kalian daripada bertemu orang-orang kafir di medan perang lalu
kalian memenggal leher mereka demi meninggikan kalimatullah -Ta'ālā-?'
Para sahabat menjawab, "Tentu saja wahai Rasulullah." Beliau bersabda,
"Zikir kepada Allah -Ta'ālā-." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3575 |
|
Hadith 439 الحديث
الأهمية: يا أم حارثة إنها جِنَان في الجنة، وإن
ابْنَك أصَاب الفِردَوْس الأعلى
Tema: Wahai Ummu Ḥāriṡah! Sesungguhnya di
surga itu ada beberapa surga dan sesungguhnya putramu mendapatkan surga
Firdaus yang paling tinggi. |
عن أنس -رضي الله عنه- أن أم الرُّبيع
بنت البراء وهي أم حارثة بن سُراقة، أتَت النبي -صلى الله عليه وسلم-
فقالت: يا رسول الله، ألا تُحَدِّثُنِي عن حارثة -وكان قُتِل يوم بَدْرٍ-
فإن كان في الجنَّة صَبَرْت، وإن كان غير ذلك اجْتَهَدْتُ عليه في
البُكَاء، فقال: «يا أم حارثة، إنها جِنَان في الجنة، وإن ابْنَك أصَاب
الفِردَوْس الأعلى».
Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa
Ummu Ar-Rubayyi' binti Al-Barā`, yaitu ibunda Ḥāriṡah bin Surāqah datang
kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, "Wahai
Rasulullah! Maukah engkau menceritakan kepadaku tentang Ḥāriṡah (ia
telah terbunuh dalam perang Badar)? Jika ia berada di surga, aku pasti
bersabar. Jika ia tidak di sana, aku pasti bersungguh-sungguh
menangisinya." Beliau bersabda, "Wahai Ummu Ḥāriṡah! Sesungguhnya di
surga itu ada beberapa surga dan sesungguhnya putramu mendapatkan surga
Firdaus yang paling tinggi."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: أن حارثة بن سُرَاقة -رضي
الله عنه- كان قد استشهد يوم بدر بسهم طائش لا يُعرف مصدره، فجاءت أُمَّه
إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- تسأله عن مصيره وخشيت ألا يكون من الشهداء؛
لأنه قتل برمية غير مقصودة ولم يكن ممن حضروا المعركة، كما هو مصرح به في
الحديث: "وكان قُتل يوم بَدْر أصابه سهم غَرْب" أي لا يعرف راميه، أو لا
يُعْرَف من أي جهة جاء.
وفي رواية
عند أحمد والنسائي: عن أنس -رضي الله عنه-: "أن حارثة خَرَج نَظَّارا أي:
من الذين طلبوا مكاناً مرتفعاً ينظرون إلى العدو، ويخبرون عن حالهم، فأتاه
سَهْم فقتله".
ولهذا
قالت -رضي الله عنها-: "فإن كان في الجَنَّة صَبَرت عليه"، أي: صبرت على
فقده، واحتسبته عند الله، مستبشرة بقتله في سبيل الله، وفوزه بالشهادة.
"وإن كان غير ذلك اجْتَهدت عليه في
البكاء"؛ لأني خَسرته، وخَسِر حياته دون فائدة.
قال: يا
أم حارثة، إنها جنان" أي: جَنَّات كثيرة، كما جاء مصرحًا به في رواية
البخاري : "أجنة واحدة هي؟ إنها جِنَان كثيرة، وإنه في الفردوس الأعلى"،
والمراد به مكان مخصوص من الجنة، هو أفضلها وأعلاها، ولهذا قال -صلى الله
عليه وسلم-: "إذا سألتم الله، فاسألوه الفردوس، فإنه أوسط الجنة وأعلى
الجنة، وفوقه عَرْش الرحمن، ومنه تُفَجَّر أنهار الجَنَّة"، ومعنى أوسط
الجنة :خيارها، وأفضلها وأوسعها.
Makna hadis: Ḥāriṡah bin Surāqah
-raḍiyallāhu 'anhu- wafat sebagai syahid dalam perang Badar disebabkan
anak panah yang nyasar tanpa diketahui sumbernya. Lantas ibunya datang
kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk menanyakan tempat
kembalinya dan ia khawatir tidak termasuk para syuhada, karena ia
terbunuh oleh anak panah tanpa disengaja dan bukan berasal dari orang
yang terlibat dalam peperangan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam
hadis, "Ia telah terbunuh dalam perang Badar terkena anak panah nyasar"
Yakni, tidak diketahui siapa pemanahnya atau tidak diketahui dari arah
mana datangnya. Dalam riwayat Ahmad dan An-Nasā`i dari Anas -raḍiyallāhu
'anhu- bahwa Ḥāriṡah keluar sebagai Naẓẓār, yakni pengintai / orang yang
mencari tempat tinggi untuk mengawasi musuh dan memberitahukan keadaan
mereka, tiba-tiba datang anak panah lalu membunuhnya." Karena itu,
ibunya berkata, "Jika ia berada di surga, aku pasti bersabar." Yakni,
aku bersabar atas kehilangannya dan mengharapkan balasan di sisi Allah.
Ia senang dengan gugurnya di jalan Allah dan keberuntungannya memperoleh
surga. "Jika ia tidak di sana, aku pasti bersungguh-sungguh
menangisinya." Karena aku mendapatkan kerugian dan ia telah menghabiskan
hidupnya tanpa ada guna. "Beliau bersabda, "Wahai Ummu Ḥāriṡah,
sesungguhnya di surga itu ada beberapa tingkat," yakni, surga-surga yang
banyak. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Al-Bukhari, "Apakah
surga itu hanya satu surga?" Sesungguhnya surga itu terdiri dari banyak
surga, dan sesungguhnya ia ada di Firdaus yang tertinggi." Maksudnya
adalah tempat khusus di surga yang paling utama dan paling tinggi. Untuk
itu, Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila
kalian memohon kepada Allah, maka mohonlah Firdaus. Sesungguhnya Firdaus
adalah Ausaṭ surga dan surga paling tinggi. Di atasnya ada 'Arsy Allah
Yang Maha Pengasih dan darinya memancar sungai-sungai surga." Arti Ausaṭ
Al-Jannah adalah surga pilihan, paling utama dan paling luas. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3576 |
|
Hadith 440 الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- طَرَقَ
عليا وفاطمة ليلاً، فقال: ألا تُصَلِّيَانِ
Tema: Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mendatangi aku dan Fatimah pada malam hari lalu bertanya,
"Tidakkah kalian berdua melaksanakan salat?' |
عن علي -رضي الله عنه-: أن النبي -صلى
الله عليه وسلم- طَرَقَه وفاطمة ليلاً، فقال: «ألا تُصَلِّيَانِ؟».
Dari Ali -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendatangi aku dan Fatimah
pada malam hari lalu bertanya, "Tidakkah kalian berdua melaksanakan
salat?'
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: يُخبر علي بن أبي طالب
-رضي الله عنه-: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- أتاه وفاطمة ليلاً فوجدهما
نَائمَين، فأيْقَظهما، وقال لهما: "ألا تُصَلِّيَانِ؟".
فالنبي
-صلى الله عليه وسلم- حثهما على صلاة الليل، واختار لهما تلك الفضيلة على
الراحة والسكون؛ لِعِلْمه بفضلها ولولا ذلك ما كان يزعج ابنته وابن عمه في
وقت جعله الله لخلقه سكنًا.
Makna hadits: Ali bin Abi Thalib
-raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mendatangi dirinya dan Fatimah pada malam hari. Beliau
mendapatkan keduanya sedang tidur lalu membangunkan keduanya dan
bertanya kepada keduanya, "Tidakkah kalian mendirikan salat?" Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyuruh keduanya untuk shalat malam dan
memilihkan untuk keduanya fadhilah tersebut daripada istirahat dan tidur
karena beliau tahu keutamaan shalat malam. Seandainya bukan karena hal
itu, tentu beliau tidak akan mengganggu putrinya dan sepupunya pada
waktu yang telah Allah jadikan istirahat bagi makhluk-Nya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3577 |
|
Hadith 441 الحديث
الأهمية: إِنِّي لأعلم كلمة لو قالها لذهبَ عنه
ما يجد، لو قال: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، ذهبَ منه ما يَجد
Tema: Sesungguhnya aku tahu satu kalimat
yang kalau diucapkan niscaya kemarahan yang dialaminya akan hilang,
yaitu kalau dia mengucapkan, "A'ūżu billāhi min asy-syaiṭānir-rajīm,"
(Saya berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk) niscaya
kemarahan yang dirasakannya akan hilang.” |
عن سليمان بن صُرَدٍ -رضي الله عنه-
قال: كنت جالسًا مع النبي -صلى الله عليه وسلم- ورجلان يَسْتَبَّانِ،
وأحدهما قد احْمَرَّ وجْهُه، وانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ، فقال رسول الله
-صلى الله عليه وسلم-: «إِنِّي لأعلم كلمة لو قالها لذهبَ عنه ما يجد، لو
قال: أعُوذ بالله من الشَّيطان الرجيم، ذهبَ منه ما يَجد».
فقالوا
له: إن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: «تَعَوَّذْ بالله من الشيطان
الرجيم».
Dari Sulaimān bin Ṣurad -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, “Aku pernah duduk bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- sedangkan dua orang laki-laki sedang saling mencaci, wajah
salah seorang dari keduanya memerah dan urat-urat lehernya menegang,
maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya aku
tahu satu kalimat yang kalau diucapkan niscaya kemarahan yang dialaminya
akan hilang, yaitu kalau dia mengucapkan, "A'ūżu billāhi min
asy-syaiṭānir-rajīm," (Saya berlindung kepada Allah dari godaan setan
yang terkutuk) niscaya kemarahan yang dirasakannya akan hilang.” Lalu
para sahabat berkata kepada orang yang marah tersebut, "Sesungguhnya
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Berlindunglah kepada
Allah dari godaan setan yang terkutuk."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يذكر سليمان بن صرد -رضي الله عنه- أن
رجلان تشاتما عند النبي -صلى الله عليه وسلم-، فغضب أحدهما فاشتد غضبه حتى
انتفخ وجهه وتغير، فقال النبي ـصلى الله عليه وسلم-: إني لأعلم كلمة لو
قالها لزال عنه ما يجده من الغضب، لو قال: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم؛
لأن ما أصابه من الشيطان، فإذا لجأ الإنسان إلى الله تعالى واعتصم به من شر
الشيطان، أذهب الله تعالى عنه ما يجده من الغضب، ببركة هذه الكلمة، فقالوا
للرجل: إن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: قل: أعوذ بالله من الشيطان
الرجيم.
ففي
بعض الروايات أنه من شدة الغضب لم يقلها بل قال: وهل بي جنون؟
Tema: Sulaimān bin Ṣurad -raḍiyallāhu 'anhu-
menyebutkan bahwa ada dua orang laki-laki yang saling mencaci di hadapan
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu salah seorang dari keduanya
sangat marah hingga menegang wajahnya dan berubah rautnya. Kemudian Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya aku tahu satu
kalimat yang kalau diucapkan niscaya kemarahan yang dirasakannya akan
hilang, yaitu kalau dia mengucapkan, "A'ūżu billāhi min
asy-syaiṭānir-rajīm," (Saya berlindung kepada Allah dari godaan setan
yang terkutuk). Karena kemarahannya tersebut berasal dari setan,
sehingga jika seseorang kembali kepada Allah dan berlindung kepada-Nya
dari keburukan setan, maka Allah -Ta'ālā- akan menghilangkan kemarahan
yang dirasakannya dengan keberkahan kalimat tersebut. Kemudian para
sahabat berkata kepada lelaki yang marah, Sesungghnya Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, “Katakanlah: A'ūżu billāhi min
asy-syaiṭānir-rajīm (Saya berlindung kepada Allah dari godaan setan yang
terkutuk).” Dalam beberapa riwayat lain disebutkan bahwa karena
kemarahannya yang telah memuncak, ia tidak mengucapkan kalimat tersebut,
namun dia hanya berkata, "Apakah aku sudah gila?" |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3578 |
|
Hadith 442 الحديث
الأهمية: إذا أصْبَح ابن آدَم، فإن الأعضاء
كلَّها تَكْفُرُ اللِّسان، تقول: اتَّقِ الله فِينَا، فإنَّما نحن بِك؛ فإن
اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا، وإن اعْوَجَجْت اعْوَجَجْنَا
Tema: Apabila anak Adam berada di pagi hari,
maka seluruh anggota tubuhnya mewanti-wanti lisannya seraya berkata,
"Bertakwalah kepada Allah, karena kami hanya bergantung kepadamu! Jika
engkau istikamah, kami pasti istikamah. Jika engkau menyimpang, maka
kami pun akan menyimpang." |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- عن
النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «إذا أصْبَح ابن آدَم، فإن الأعضاء كلَّها
تَكْفُرُ اللِّسان، تقول: اتَّقِ الله فِينَا، فإنَّما نحن بِك؛ فإن
اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا، وإن اعْوَجَجْت اعْوَجَجْنَا».
Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- dari Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau
bersabda, "Apabila anak Adam berada di pagi hari, maka seluruh anggota
tubuhnya mewanti-wanti lisannya seraya berkata, 'Bertakwalah kepada
Allah, karena kami hanya bergantung kepadamu! Jika engkau istiqamah,
kami pasti istiqamah. Jika engkau menyimpang, maka kami pun akan
menyimpang.' "
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى هذا الحديث: أن سائر أعضاء البدن
تَذِلُّ وتخضع للسان، فهي تابعة له، ولهذا تقول إذا أصبح: "اتقِ الله
فِينَا فإنَّما نحن بِك...".
فاللسان
أشد الجوارح خطراً على صاحبها، فإن استقام استقامت سائر جوارحه، وصلحت بقية
أعماله، وإذا مال اللسان مَاَلت سائر جوارحه وفسد بقية أعماله.
فعن أنس
رضي الله عنه قال -صلى الله عليه وسلم-: "لا يستقيم إيمان عبد حتى يستقيم
قلبه، ولا يستقيم قلبه حتى يستقيم لسانه.."
وفي الباب
أحاديث كثيرة تدل على خطر اللسان، وهو: إما سعادة لصاحبه، وإما نقمة عليه،
فإن سَخَّره في طاعة الله كان سعادة له في الدنيا والآخرة، وإن أطلقه فيما
لا يرضي الله -تعالى-، كان حَسْرة عليه في الدنيا والآخرة.
Makna hadis ini: Seluruh anggota tubuh
tunduk dan mengekor pada lisan. Anggota tubuh tersebut mengikutinya,
karena itu apabila anak Adam berada di pagi hari, anggota tubuh berkata,
"Bertakwalah kepada Allah, karena kami bergantung kepadamu!" Lisan
adalah anggota tubuh paling berbahaya bagi pemiliknya. Jika ia
istiqamah, maka seluruh anggota tubuh istiqamah dan semua amalnya
menjadi baik. Jika lisan tergelincir, maka seluruh anggota tubuh
tergelincir dan semua amalnya rusak. Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Iman seorang hamba
tidak akan lurus sampai lurus hatinya. Hatinya tidak akan lurus hingga
lurus lisannya." Banyak sekali hadits dalam bab ini yang menunjukkan
bahaya lisan. Yakni, kebahagiaan untuk pemiliknya atau kesengsaraan
baginya. Jika seseorang mengikat lisannya dalam ketaatan kepada Allah,
maka menjadi kebahagiaan baginya di dunia dan akhirat. Jika ia
melepaskan lisannya dalam hal-hal yang tidak diridhai Allah -Ta'ālā-,
maka menjadi penyesalan baginya di dunia dan akhirat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3579 |
|
Hadith 443 الحديث
الأهمية: لا تُلْحِفُوا في المسأَلة، فوالله لا
يَسْألني أحدٌ منكم شيئًا، فَتُخْرِجَ له مسألته منِّي شيئًا وأنا له
كارِهٌ، فيُبَارَك له فيما أَعْطَيتُه
Tema: Janganlah kalian memaksa dalam
meminta! Demi Allah, tidak seorang pun di antara kalian yang meminta
sesuatu kepadaku, lalu aku memberikan permintaannya dengan terpaksa,
kecuali ia tidak akan mendapatkan berkah dari apa yang Aku berikan
kepadanya. |
عن معاوية بن أبي سفيان -رضي الله
عنهما- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لا تُلْحِفُوا في
المسأَلة، فوالله لا يَسْألني أحدٌ منكم شيئًا، فَتُخْرِجَ له مسألته منِّي
شيئًا وأنا له كارِهٌ، فيُبَارَك له فيما أَعْطَيتُه».
Dari Mu'awiyah ibn Abi Sufyān
-raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Janganlah kalian memaksa dalam meminta! Demi Allah, tidak
seorang pun di antara kalian yang meminta sesuatu kepadaku, lalu aku
memberikan permintaannya dengan terpaksa, kecuali ia tidak akan
mendapatkan berkah dari apa yang Aku berikan kepadanya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر معاوية -رضي الله عنه- عن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- نهيه عن الإلحاف في المسألة، أي لا تبالغوا
وتلحوا، من ألحف في المسألة إذا ألح فيها، فإن هذا الإلحاح يزيل البركة من
الشيء المعطى، ثم أقسم أنه لا يسأله أي بالإلحاف أحد منهم شيئا فتخرج
مسألته شيئا وهو كاره لذلك الشيء، يعني لإعطائه أو لذلك الإخراج فيبارك، أي
فلن يبارك له فيما أعطيته، أي على تقدير الإلحاف.
Mu'awiyah -raḍiyallāhu 'anhā-
mengabarkan dari Rasulullah-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang
larangan beliau untuk memaksa dalam meminta, maksudnya janganlah kalian
berlebih-lebihan dan memaksa. Asal kata Tulḥifu ialah Alḥafa fi
Al-Mas`alah, yaitu memaksa dalam meminta. Paksaan tersebut akan
menghilangkan keberkahan barang yang diberikan. Kemudian beliau
bersumpah bahwa tidak ada seorang pun di antara mereka yang meminta
sesuatu kepada beliau, kemudian permintaannya tersebut berhasil
dikabulkan, tetapi beliau dalam kondisi tidak suka memberikannya, maka
pemberian tersebut tidak akan mendapat berkah. Maksudnya orang tersebut
tidak akan mendapatkan berkah terkait apa yang diberikan kepadanya, jika
diminta dengan paksa. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3580 |
|
Hadith 444 الحديث
الأهمية: الجنة أقرب إلى أحدكم من شِرَاكِ نعله،
والنار مثل ذلك
Tema: Surga itu lebih dekat kepada seseorang
di antara kalian daripada tali sandalnya, dan neraka juga seperti itu. |
عن ابن مسعود -رضي الله عنه- قال: قال
النبي -صلى الله عليه وسلم-: «الجنة أقرب إلى أحدكُم من شِرَاكِ نَعْلِه،
والنار مِثلُ ذلك».
Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-
berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Surga itu lebih
dekat kepada seseorang di antara kalian daripada tali sandalnya, dan
neraka juga seperti itu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن
الجنة والنار قريبان من الإنسان كقرب السير الذي يكون على ظهر القدم، وهو
قريب من الإنسان جدًّا؛ لأنه قد يفعل طاعة من رضوان الله -عز وجل- لا يظن
أنها تبلغ ما بلغت، فإذا هي توصله إلى جنة النعيم، وربما يفعل معصية لا
يلقي لها بالاً، وهي من سخط الله، فيهوي بها في النار كذا وكذا من السنين
وهو لا يدري.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
menjelaskan bahwa surga dan neraka itu dekat kepada seseorang seperti
dekatnya tali sandal yang berada di atas kakinya. Dia sangat dekat
sekali dari seseorang; karena bisa jadi ia melakukan suatu ketaatan
dalam meraih keridaan Allah -Azza wa Jalla'-, namun dirinya tidak
mengira bahwa amalan tersebut mencapai suatu titik tertentu yang
ternyata mengantarkan dirinya ke surga yang penuh dengan kenikmatan. Dan
mungkin juga dia melakukan suatu kemaksiatan yang dianggap tidak begitu
berarti, namun itu mengundang murka Allah, sehingga menjerumuskannya ke
dalam neraka selama hitungan sekian tahun namun ia tidak menyadarinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3581 |
|
Hadith 445 الحديث
الأهمية: الحَرْبُ خَدْعَة
Tema: Perang adalah tipu muslihat |
عن أبي هريرة وجابر -رضي الله عنهما-:
أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «الحَرْبُ خَدْعَة».
Dari Abu Hurairah dan Jabir
-raḍiyallāhu 'anhumā-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Perang adalah tipuan/muslihat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الحَرْبُ خَدْعَة أي أن خداع الكفار
والمَكر بهم في الحرب جائز، لأجل إصابتهم وإلحاق الضرر بهم، مع انعدام
الخسائر بين المسلمين، ولا يُعَدُّ هذا مذموما ًفي الشرع، بل هو من الأمور
المطلوبة.
قال ابن
المنيّر -رحمه الله-: "الحرب الجيدة لصاحبها الكاملة في مقصودها إنما هي
المخادعة لا المواجهة، وذلك لخَطِر المواجهة وحصول الظَفَر مع المخادعة
بغير خطر".
ولا يدخل
في الخدعة الغدر، وهو مخالفة العهد والاتفاق بين المسلمين وأعدائهم، قال
-تعالى-: (فإما تخافن من قوم خيانة فانبذ إليهم على سواء إن الله لا يحب
الخائنين) أي: إن كان بينكم وبين قوم عهد فأعلمهم بإلغائه قبل محاربتهم،
لتكونوا وإياهم على حد سواء.
"Perang itu tipu muslihat." Yakni,
dibolehkan melakukan tipu daya dan muslihat kepada orang-orang kafir
dalam perang demi menyerang mereka dan menimpakan bahaya kepada mereka
tanpa menyebabkan kerugian di kalangan kaum Muslimin. Secara syariat
tindakan ini tidak dianggap tercela, tetapi itu merupakan bagian dari
hal yang diharuskan. Ibnul Munir, -raḥimahullāhu- berkata, "Perang yang
baik bagi pelakunya dan yang sempurna tujuannya yaitu dengan saling tipu
bukan konfrontasi (berhadap-hadapan langsung). Sebab, konfrontasi itu
menimbulkan bahaya. Sedangkan pencapaian kemenangan dapat dilakukan
dengan tipu daya tanpa menimbulkan bahaya." Pengkhianatan tidak termasuk
muslihat, yaitu menyalahi janji dan kesepakatan antara kaum Muslimin dan
musuh mereka. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Jika kalian khawatir akan
pengkhianatan suatu kaum maka batalkanlah perjanjian dengan mereka
bersama-sama, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berkhianat." Artinya jika antara kalian dan suatu kaum terdapat
perjanjian, maka beritahukan pembatalannya sebelum memerangi mereka agar
kedua belah pihak sama-sama mengetahui. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3582 |
|
Hadith 446 الحديث
الأهمية: الخَيْل مَعقُودٌ في نَوَاصِيهَا
الخَيْر إلى يوم القِيامة
Tema: Kuda itu di ubun-ubunnya terpatri
kebaikan sampai hari kiamat |
عن ابن عمر -رضي الله عنهما-: أن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «الخَيْل مَعقُودٌ في نَوَاصِيهَا الخَيْر
إلى يوم القِيامة».
وعن عروة
البارقي -رضي الله عنه-: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «الخيل
مَعقُودٌ في نَوَاصِيهَا الخَيْر إلى يوم القيامة: الأجر، والمَغْنَم».
Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-,
bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Kuda itu di
ubun-ubunnya terpatri kebaikan sampai hari kiamat." Dari Urwah
Al-Baraqi -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Kuda itu di ubun-ubunnya terikat kebaikan sampai hari kiamat:
pahala dan harta rampasan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الخيل ملازم لها الخير إلى يوم القيامة،
الثواب المترتب على ربطها وهو خير آجل، والمغنم الذي يكتسبه المجاهد من مال
الأعداء وهو خير عاجل.
Kuda itu tersemat padanya kebaikan
sampai hari kiamat. Pahala yang disebabkan mengikat (menahan)nya adalah
sebaik-baik balasan di akhirat, dan harta rampasan yang diperoleh
mujahid dari harta musuh adalah sebaik-baik balasan di dunia. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih dengan dua
riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3583 |
|
Hadith 447 الحديث
الأهمية: الدنيا سجن المؤمن، وجنة الكافر
Tema: Dunia itu penjara bagi mukmin dan
surga bagi orang kafir. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «الدنيا سِجنُ المؤمن، وجَنَّةُ الكافر».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Dunia itu
penjara bagi mukmin dan surga bagi orang kafir".
Penjelasan Hadits بيان الحديث
المؤمن في هذه الدنيا سجين لما أعده
الله له يوم القيامة من النعيم المقيم، وأما الكافر فجنته دنياه؛ لما أعد
الله له من عذاب مقيم يوم القيامة.
Seorang mukmin di dunia ini seperti
orang yang dipenjara bila melihat apa yang dijanjikan oleh Allah padanya
berupa nikmat abadi kelak di hari kiamat. Sedang orang kafir surganya
itu di dunia bila dilihat tentang apa yang disiapkan oleh Allah untuknya
berupa siksa abadi kelak di hari kiamat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3584 |
|
Hadith 448 الحديث
الأهمية: يا أبا بَطْنٍ إنما نَغْدُو من أجل
السلام، فنُسَلِّمُ على من لَقيْنَاهُ
Tema: "Wahai Abu Baṭn (orang yang berperut
buncit), kita pergi ke pasar hanyalah untuk mengucapkan salam; kita
mengucapkan salam kepada siapa saja yang kita jumpai." |
عن الطُّفَيْلَ بن أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ:
أنه كان يأتي عبد الله بن عمر، فيَغْدُو معه إلى السوق، قال: فإذا
غَدَوْنَا إلى السوق، لم يَمُرَّ عبد الله على سَقَّاطٍ ولا صاحب بَيْعَةٍ
، ولا مسكين، ولا أحد إلا سَلَّمَ عليه، قال الطُفيل: فجئت عبد الله بن عمر
يوما، فَاسْتَتْبَعَنِي إلى السوق، فقلت له: ما تصنع بالسوق، وأنت لا تَقِف
على البيع، ولا تسأل عن السِّلَعِ، ولا تَسُومُ بها، ولا تجلس في مجالس
السوق؟ وأقول: اجلس بنا هاهنا نَتَحَدَثُ، فقال: يا أبا بَطْنٍ -وكان
الطفيل ذا بَطْنٍ- إنما نَغْدُو من أجل السلام، فنُسَلِّمُ على من
لَقيْنَاهُ.
Dari Aṭ-Ṭufail bin Ubay bin Ka'ab,
bahwasanya ia mendatangi Abdullah bin Umar, lalu pergi bersamanya ke
pasar. Ia bercerita, "Ketika kami pergi ke pasar, setiap kali Abdullah
berpapasan dengan pedagang kecil, pedagang besar, orang miskin, atau
siapa pun, ia selalu mengucapkan salam kepadanya." Aṭ-Ṭufail berkata,
"Suatu hari aku datang kepada Abdullah bin Umar. Lantas ia memintaku
mengikutinya ke pasar. Aku bertanya kepadanya, "Apa yang kau lakukan di
pasar, engkau tidak berjual beli, tidak bertanya tentang harga barang,
tidak menawarnya, dan tidak pula duduk di tempat-tempat perkumpulan di
pasar?" Aku berkata kepadanya, "Duduklah di sini bersama kami untuk
berbincang-bincang." Abdullah bin Umar menjawab, "Wahai Abu Baṭn (orang
yang berperut buncit) - karena Aṭ-Ṭufail memiliki perut yang tambun -
kami pergi ke pasar hanyalah untuk mengucapkan salam; kami mengucapkan
salam kepada siapa saja yang kami jumpai."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أن الطُفَيل بن أُبي بن كَعْبٍ كان يأتي
ابن عمر -رضي الله عنهما- دائمًا ثم يذهب معه إلى السوق.
يقول
الطفيل: "فإذا دخلنا السوق: لم يَمُرَّ عبد الله بن عمر على بياع
السَقَّاطٍ"، وهو صاحب البضائع الرديئة.
"ولا صاحب بَيْعَةٍ" وهي البضائع
النفسية غالية الثمن.
"ولا مسكين ولا أحد إلا سلَّم عليه" أي:
أنه كان يسلم على كل من لقيه صغيرًا أو كبيرًا غنيًّا أو فقيرًا.
قال
الطفيل: "فجئت عبد الله بن عمر يوماً" أي: لغَرَضٍ من الأغراض فطلب مني أن
أتبعه إلى السوق.
فقلت له:
ما تصنع بالسوق وأنت لا تقِف على البَيع " يعني: لا تبيع ولا تشتري ، بل
ولا تسأل عن البضائع ولا تسوم مع الناس ولا تصنع شيئاً من الأغراض التي
تُصنع في الأسواق!
وإذا لم
يكن واحد من أسباب الوصول إليها حاصلاً فما فائدة ذهابك إلى السوق، إذا لم
يكن لك به حاجة ؟
فقال له
ابن عمر ـرضي الله عنهما-: "يا أبا بطن" وكان الطُفَيل ذا بَطَنٍ أي لم يكن
بطنه مساوياً لصدره، بل زائدا عنه، "إنما نَغْدُو من أجل السلام ، فنسلِّم
على من لقيناه" أي: أن المراد من الذهاب للسوق لا لقصد الشراء أو الجلوس
فيه، بل لقصد تحصيل الحسنات المكتسبة من جَرَّاء إلقاء السلام.
وهذا من
حرصه -رضي الله عنه- على تطبيق سنة إظهار السلام بين والناس؛ لعلمه بأنها
الغنيمة الباردة، فكَلِمات يسيرات لا تكلف المرء شيئا ، فيها الخير الكثير.
Makna hadits: Aṭ-Ṭufail bin Ubay bin
Ka'ab mendatangi Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- untuk suatu keperluan.
Lantas ia menemani Ibnu Umar pergi ke pasar. Aṭ-Ṭufail bercerita,
"Ketika kami pergi ke pasar, setiap kali Abdullah berpapasan dengan
pedagang kecil," yaitu penjual barang-barang rongsokan. Dalam tradisi
kita barang-barang ini dinamakan barang-barang bekas. "pedagang besar",
yaitu barang-barang berharga yang bernilai tinggi. "orang miskin, atau
siapa pun, ia selalu mengucapkan salam kepadanya." Yakni, Ibnu Umar
mengucapkan salam kepada setiap orang yang berpapasan dengannya, baik
anak kecil atau besar, orang kaya atau orang miskin. "Suatu hari aku
datang kepada Ibnu Umar," yakni, untuk suatu tujuan, lantas ia memintaku
agar mengikutinya ke pasar. "Aku bertanya kepadanya, "Apa yang kau
lakukan di pasar, engkau tidak berjual beli," yakni, engkau tidak
bertransaksi, bahkan tidak bertanya mengenai barang-barang dan tidak
melakukan tawar-menawar dengan orang, dan tidak melakukan sesuatu yang
menjadi tujuan orang berada di pasar. Jika engkau tidak melakukan salah
satu motivasi pergi ke pasar, lantas apa manfaatnya engkau pergi ke
pasar, kalau engkau tidak mempunyai keperluan? Ibnu Umar -raḍiyallāhu
'anhumā- menjawab, "Wahai Abu Baṭn (orang yang berperut buncit) - karena
Aṭ-Ṭufail memiliki perut yang tambun -" yakni, perut Aṭ-Ṭufail tidak
rata dengan dadanya, tetapi buncit. "kita pergi ke pasar hanyalah untuk
mengucapkan salam; kita mengucapkan salam kepada siapa saja yang kita
jumpai." Yakni, tujuan pergi ke pasar bukan bermaksud membeli atau duduk
di dalamnya, tetapi dalam rangka mendapatkan berbagai kebaikan yang
diperoleh dari mengucapkan salam. Ini merupakan bentuk keinginan Ibnu
Umar untuk menerapkan sunnah menyebarkan salam di antara manusia, karena
ia tahu bahwa ucapan salam adalah harta rampasan perang yang diperoleh
tanpa bertarung. Kata-kata mudah yang tidak membebani seseorang dengan
apa pun, namun mengandung banyak kebaikan. Dalam hadis Al-Hasan bin Ali
-raḍiyallāhu 'anhumā- disebutkan mengenai gambaran Ibnu Umar
-raḍiyallāhu 'anhumā-, "Ia lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang
yang dijumpainya." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Malik]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3585 |
|
Hadith 449 الحديث
الأهمية: الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ من الله،
والحُلُمُ من الشيطان
Tema: Mimpi baik itu dari Allah dan mimpi
buruk itu dari setan |
عن أبي قتادة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ -وفي رواية:
الرُّؤْيَا الحَسَنَةُ- من الله، والحُلُمُ من الشيطان، فمن رأى شيئًا
يَكْرَهُهُ فَلْيَنْفُثْ عن شماله ثلاثا، وَلْيَتَعَوَّذْ من الشيطان؛
فإنها لا تضره».
وعن
جابر -رضي الله عنه- عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إذا رأى
أحدكم الرُّؤْيَا يَكْرَهُهَا، فَلْيَبْصُقْ عن يساره ثلاثا، ولْيَسْتَعِذْ
بالله من الشيطان ثلاثا، ولْيَتَحَوَّلْ عن جَنْبِه الذي كان عليه».
Dari Abu Qatādah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, Rasulullah - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam - bersabda, "Mimpi
baik itu, -dalam riwayat lain, mimpi indah itu- dari Allah dan mimpi
buruk itu dari setan. Siapa bermimpi tentang sesuatu yang ia benci,
hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya tiga kali dan berlindung dari
setan; sesungguhnya hal tersebut tidak akan membahayakannya." Dari Jābir
-raḍiyallāhu 'anhu- dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
beliau bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian bermimpi sesuatu
yang ia benci, hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya tiga kali dan
berlindung kepada Allah dari setan tiga kali, dan hendaklah ia mengubah
posisi tidurnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر -صلى الله عليه وسلم- في هذا
الحديث: أن الرؤيا السَالِمَة من تخليط الشيطان وتشويشه، هي من جملة نعم
الله على عباده، ومن بشارات المؤمنين، وتنبيهات الغافلين، وتذكيره
للمعرضين.
والحُلُمُ
الذي هو أضغاث أحلام، فإنما هو من تخليط الشيطان على روح الإنسان، وتشويشه
عليها وإفزاعها، وجلب الأمور التي تكسبها الهم والغم ويحزن وربما يمرض؛ لأن
الشيطان عدو للإنسان يحب ما يسوء الإنسان وما يحزنه.
فإذا رأى
المرء في منامه ما يزعجه ويخيفه ويحزنه، فعليه أن يأخذ بالأسباب التي تدفع
كيد الشيطان ووسوسته، وعلاجها كما جاء عليه في الحديث:
أولاً :
أن يَبْصُقَ عن شماله ثلاث مرات.
ثانيا: أن
يتعوذ بالله من الشيطان الرجيم ثلاثا لدفع شره وبأسه.
ثالثاً :
إذا كان على جنبه الأيسر يتحول إلى الأيمن وإذا كان على الأيمن يتحول إلى
الأيسر .
فإذا عمل
بالأسباب المتقدمة لم تضره شيئا بإذن الله تصديقا؛ لقول رسوله صلى الله
عليه وسلم ، وثقة بنجاح الأسباب الدافعة له.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengabarkan dalam hadis ini bahwasanya mimpi yang tidak tercampuri oleh
bisikan dan gangguan setan adalah bagian dari nikmat Allah kepada
hamba-Nya, juga kabar gembira bagi orang yang beriman dan peringatan
bagi orang yang lalai dan berpaling. Adapun mimpi buruk atau
mimpi-mimpi kosong maka itu adalah gangguan dan rasa takut yang
dimasukkan setan pada ruh seorang manusia yang akan mendatangkan rasa
sedih dan takut bahkan kadang membuat ia sakit, karena setan adalah
musuh manusia dan ia menyukai hal yang membuat manusia terganggu dan
sedih. Apabila seseorang melihat dalam mimpinya sesuatu yang
mengganggu, menakutkan dan membuat ia sedih, maka hendaklah ia melakukan
hal-hal yang bisa menolak tipu daya setan dan godaannya. Adapun
caranya yaitu sebagaimana yang disebutkan dalam hadis di atas:
Pertama: ia meludah ke sebelah kirinya tiga kali. Kedua: beristi'ażah
(berlindung kepada Allah) dengan mengucapkan "A'ūżu billāhi
minasyyaiṭānirrajīm (aku berlindung diri kepada Allah dari setan yang
terkutuk)" sebanyak tiga kali, untuk menolak keburukan dan gangguan
setan. Ketiga: Jika posisi tidur dia sebelumnya menghadap ke sebelah
kiri maka dia merubahnya ke sebelah kanan, dan jika sebelumnya dia tidur
menghadap ke sebelah kanan maka hendaklah dia merubah posisinya
menghadap ke kiri. Jika ia telah melakukan hal-hal di atas; maka
dengan izin Allah ia akan selamat, sebagai bukti pembenaran atas
perkataan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan keyakinan atas
berhasilnya usaha yang telah ia lakukan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3586 |
|
Hadith 450 الحديث
الأهمية: جاء رجل إلى النبي -صلى الله عليه وسلم-
فقال: السلام عليكم، فَرَدَّ عليه ثم جَلس، فقال النبي -صلى الله عليه
وسلم-: عشر، ثم جاء آخر، فقال: السلام عليكم ورحمة الله، فَرَدَّ عليه
فجلس، فقال: عشرون
Tema: Seorang laki-laki datang menemui Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu mengucapkan salam, "assalāmu
'alaikum." Beliau menjawabnya kemudian ia duduk. Lalu Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, “Sepuluh”. Kemudian datang yang lain, lalu
mengucapkan salam, "assalāmu 'alaikum wa rahmatullāhi." Beliau menjawab
salamnya kemudian ia duduk. Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, “Dua puluh." |
عن عمران بن الحُصَيْن -رضي الله
عنهما-، قال: جاء رجل إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال: السلام عليكم،
فَرَدَّ عليه ثم جَلس، فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: «عَشْرٌ» ثم جاء
آخر، فقال: السلام عليكم ورحمة الله، فَرَدَّ عليه فجلس، فقال: «عشرون» ثم
جاء آخر، فقال: السلام عليكم ورحمة الله وبركاته، فَرَدَّ عليه فجلس، فقال:
«ثلاثون».
Dari 'Imrān bin Huṣain -raḍiyallāhu
'anhumā-, ia berkata, “Seorang laki-laki datang menemui Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- lalu mengucapkan salam, "assalāmu 'alaikum." Beliau
menjawabnya kemudian ia duduk. Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, “Sepuluh”. Kemudian datang yang lain, lalu mengucapkan salam,
"assalāmu 'alaikum wa rahmatullāhi." Beliau menjawab salamnya kemudian
ia duduk. Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Dua
puluh." Kemudian datang yang lainnya lalu mengucapkan salam, "assalāmu
'alaikum wa rahmatullāhi wa baarakaatuhu." Beliau menjawab salamnya lalu
bersabda, “Tiga puluh."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء رجل إلى النبي -صلى الله عليه وسلم-
فقال السلام عليكم فَرَدَّ عليه، ثم جلس فأخبر النبي -صلى الله عليه وسلم-
أن له عشر حسنات، وهو أجر من جاء بهذه الجملة في السلام، وقد يضاعفها الله
له إن شاء، ثم جاء آخر فقال: السلام عليكم ورحمة الله، فَرَدَّ عليه النبي
-صلى الله عليه وسلم- فجلس، فأخبر -صلى الله عليه وسلم- أن له عشرين حسنة،
لأنه زاد على الأول: (ورحمة الله) ثم جاء آخر فقال: السلام عليكم ورحمة
الله وبركاته، فَرَدَّ عليه فجلس فأخبر -صلى الله عليه وسلم- أن له ثلاثين
حسنة، وهو آخر صيغ السلام.
Seorang laki-laki datang menemui Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu mengucapkan, "assalāmu 'alaikum."
Beliau menjawab salamnya, kemudian ia duduk. Lalu Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memberitahukan orang tersebut mendapatkan pahala
sebanyak sepuluh kebaikan. Itu adalah balasan pahala bagi siapa saja
yang mengucapkan salam seperti kalimat tersebut, dan bisa saja Allah
melipat gandakan pahalanya jika Dia menghendaki. Kemudian orang lain
datang lalu mengucapkan salam, "assalāmu 'alaikum wa rahmatullāh."
Beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab salamnya, kemudian ia
duduk. Lalu beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahukan bahwa
baginya dua puluh kebaikan, karena ia telah menambah kalimat salam dari
yang pertama, yaitu: wa rahmatullāh. Kemudian datang yang lainnya, lalu
mengucapkan salam, "assalāmu'alaikum wa rahmatullāhi wa barakātuhu."
Beliau menjawab salamnya kemudian ia duduk, lalu Nabi -shallallahu
'alaihi wasallam- memberitahukan bahwa baginya balasan tiga puluh
kebaikan, dan itu adalah redaksi kalimat salam terakhir (yang paling
sempurna). |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh
Dārimi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3587 |
|
Hadith 451 الحديث
الأهمية: السِّواك مَطْهَرَةٌ للْفَم مَرْضَاةٌ
لِلرَّبِّ
Tema: Siwāk itu pembersih mulut dan
pengundang keridaan Rabb |
عن عائشة -رضي الله عنها-: أن النبي
-صلى الله عليه وسلم- قال: «السِّواك مَطْهَرَةٌ للْفَم مَرْضَاةٌ
لِلرَّبِّ».
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-
meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siwāk
itu pembersih mulut dan pengundang keridaan Rabb."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
السِّوَاك يُطَهِّر الفَم من الأوساخ
والروائح الكريهة وغير ذلك مما يَضُر، وبأي شيء استاك مما يزيل
التَّغَيُّرَ حصلت سنة السَّوَاك، كما لو نظف أسنانه بالفرشاة والمعجون
وغيره من المزيلات للأوساخ، وهو مرضاة للرب أي أن الاستياك من أسباب رَضَا
الله -تعالى- عن العَبْد.
وقد ذكروا
للسواك فوائد أخرى، منها: يُطَيِّب الفَم، ويَشُدُّ اللثة، ويَجْلُو
البَصَر، ويذهب بالبَلْغَم، ويوافق السنة، ويُفرح الملائكة، ويزيد في
الحسنات، ويصحح المعدة.
Siwāk (sikat gigi) dapat membersihkan
mulut dari kotoran, bau tidak sedap, dan hal lainnya yang berbahaya. Apa
pun yang digunakan untuk melakukan siwāk selama dapat menghilangkan bau
mulut, maka tercapailah sunah siwāk tersebut. Sebagaimana jika seseorang
membersihkan giginya dengan sikat dan pasta gigi (odol) dan berbagai
alat penghilang kotoran. Makna "siwāk penyebab keridaan Rabb" ialah
bahwa melakukan siwāk merupakan salah satu sebab yang mendatangkan
keridaan Allah -Ta'ālā- kepada seorang hamba. Para ulama telah
menyebutkan berbagai manfaat siwāk, di antaranya: mengharumkan mulut,
menguatkan gusi, mempertajam pandangan, menghilangkan dahak,
menghilangkan karang/flek (warna kuning dan sebagainya yang menempel di
gigi), sesuai sunah, membuat malaikat senang, menjadikan Allah rida,
menambah berbagai kebaikan atau pahala, dan memperbaiki pencernaan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Nasā`i -
Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Dārimi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3588 |
|
Hadith 452 الحديث
الأهمية: يَغْفِرُ الله للشَّهيد كُلَّ شيءٍ إلا
الدَّين
Tema: Allah mengampuni semua dosa orang yang
mati syahid, kecuali utang. |
عن عبد الله بن عمرو بن العاص -رضي الله
عنهما- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «يَغْفِرُ الله للشَّهيد
كُلَّ شيءٍ إلا الدَّين». وفي
رواية له: «القَتْل في سَبِيل الله يُكَفِّر كلَّ شيءٍ إلا الدَّين».
Dari Abdullah bin Amru bin Al-'Āṣ
-raḍiyallāhu 'anhumā- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Allah mengampuni semua dosa orang yang mati syahid, kecuali
utang." Dalam riwayat lain disebutkan, "Gugur di jalan Allah menghapus
semua dosa, kecuali utang."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: أن الشهادة تُكَفِّر جميع
الذنوب صغيرها وكبيرها، ما عدا الدَّين، فإن الشهادة لا تُكَفِّره وذلك
لعِظَم حق المخلوقين لا سيما الأموال، فإنها أعَزُّ شيء عندهم، ويلحق
بالدَّين ما يتعلق بذمته من حقوق المسلمين، من سرقة وغَصْب وخيانة، فإن
الجهاد والشهادة وغيرهما من أعمال البِرَّ لا تُكفر حقوق الآدميين وإنما
تُكَفِّر حقوق الله -تعالى-.
Makna hadis: Mati syahid dapat
menghapus semua dosa; kecil dan besar, kecuali utang. Sesungguhnya mati
syahid itu tidak bisa menghapusnya karena besarnya hak makhluk, apalagi
mengenai harta. Sebab, harta merupakan sesuatu yang paling berharga bagi
manusia. Termasuk yang berkaitan dengan utang adalah apa yang berkenaan
dengan zimmah (tanggungan) berupa hak-hak kaum Muslimin berupa
pencurian, perkosaan dan khianat. Sesungguhnya jihad dan mati syahid
serta amal kebajikan lainnya yang tidak dapat menghapus hak-hak manusia
(terzhalimi), tetapi hanya menghapus hak-hak Allah -Ta'ālā-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3589 |
|
Hadith 453 الحديث
الأهمية: الصلوات الخمس، والجمعة إلى الجمعة،
ورمضان إلى رمضان مُكَفِّراتٌ لما بينهنَّ إذا اجتُنبَت الكبائر
Tema: Salat lima waktu, salat Jumat ke salat
Jumat berikutnya, puasa Ramadan ke Ramadan berikutnya, semuanya adalah
penghapus dosa di antara keduanya jika dosa-dosa besar dijauhi. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «الصلوات الخمس، والجمعة إلى الجمعة،
ورمضان إلى رمضان مُكَفِّراتٌ لما بينهنَّ إذا اجتُنبَت الكبائر».
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa
beliau bersabda, "Salat lima waktu, salat Jumat ke salat Jumat
berikutnya, puasa Ramadan ke Ramadan berikutnya, semuanya adalah
penghapus dosa di antara keduanya jika dosa-dosa besar dijauhi."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الصلوات الخمس تكفر ما بينها من الذنوب
-وهي الصغائر- إلا الكبائر فلا تكفرها إلا التوبة، وكذلك صلاة الجمعة إلى
التي تليها، وكذلك صوم رمضان إلى رمضان الذي بعده.
Salat limat waktu menghapus dosa-dosa
kecil yang dilakukan di antara waktu-waktunya kecuali dosa-dosa besar,
ia tidak terhapus kecuali dengan cara bertobat. Demikian pula dengan
salat Jumat hingga salat Jumat berikutnya, serta puasa Ramadan hingga
puasa Ramadan berikutnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3591 |
|
Hadith 454 الحديث
الأهمية: العِبَادَة في الهَرْجِ كَهِجْرَةٍ
إليَّ
Tema: "Beribadah pada saat haraj (fitnah dan
kekacauan berkecamuk), laksana berhijrah kepadaku." |
عن معقل بن يسار -رضي الله عنه- قال:
قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «العِبَادَة في الهَرْجِ كَهِجْرَةٍ
إليَّ».
Dari Ma'qil bin Yasār -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Beribadah pada saat haraj (fitnah dan kekacauan berkecamuk), laksana
berhijrah kepadaku."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: أن المتمسك بالعبادة في
زمن كثرة الفتن واختلاط الأمور والاقتتال فضله كفضل من هاجر إلى النبي -صلى
الله عليه وسلم- قبل فتح مكة؛ لأنه وافقه من حيث أن المهاجر فَرَّ بدينه
ممن يَصُدُّه عنه للاعتصام بالنبي -صلى الله عليه وسلم- وكذا المنقطع في
عبادة الله تعالى فَرَّ من الناس بِدِينه إلى الاعتصام بعبادة ربِّه، فهو
في الحقيقة قد هاجر إلى ربِّه، وفرَّ من جميع خلقه.
Makna hadis: Sesungguhnya orang yang
berpegang erat kepada ibadah di saat banyak terjadi fitnah dan kekacauan
serta pembunuhan, maka keutamaannya seperti orang yang berhijrah kepada
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebelum penaklukan kota Makkah,
sebab hal ini sesuai dari segi bahwa orang yang berhijrah melarikan diri
sambil membawa agamanya dari orang yang merintanginya untuk berpegang
teguh kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Demikian juga
orang yang mencurahkan dirinya untuk beribadah kepada Allah Ta'ālā, maka
ia melarikan diri dari manusia sambil membawa agamanya untuk berpegang
teguh dengan ibadah kepada Tuhannya. Maka ia sebenarnya telah berhijrah
kepada Tuhannya dan lari dari seluruh makhluk-Nya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3592 |
|
Hadith 455 الحديث
الأهمية: اللهم اغفر لقومي، فإنهم لا يعلمون
Tema: Ya Allah! Ampunilah kaumku karena
sesungguhnya mereka tidak mengetahui. |
عن أبي عبد الرحمن عبد الله بن مسعود
-رضي الله عنه- قال: كَأَنِّي أَنْظُر إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
يَحْكِي نَبِيًّا من الأنبياء، صلوات الله وسلامه عليهم، ضربه قومه
فَأَدْمَوْهُ، وهو يمَسحُ الدَم عن وجهِهِ، يقول: «اللهم
اغفر لِقَوْمِي؛ فإنهم لا يعلمون».
Dari Abu Abdurraḥmān Abdullah bin
Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Seakan-akan aku sedang melihat
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bercerita tentang seorang Nabi
yang dipukul oleh kaumnya hingga ia terluka dan berdarah, kemudian ia
mengusap darah tersebut dari wajahnya sambil berdoa, Ya Allah ampunilah
kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui (kebenaran)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حكى نبيُّنا -صلى الله عليه وسلم- عن
نبيٍّ من الأنبياء: أن قومه ضربوه؛ فجعل يمسح الدم عن وجهه، وهو يدعو لهم
بالمغفرة، وهذا غاية ما يكون من الصبر والحلم، ولم يقتصر على الدعاء لهم بل
واعتذر عنهم من باب الإشفاق عليهم؛ لجهلهم بحقائق الأمور.
Nabi kita -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menceritakan tentang seorang Nabi yang dipukuli oleh kaumnya
kemudian ia mengusap darah di wajahnya dan mendoakan ampunan untuk
mereka. Ini adalah puncak kesabaran dan kelembutan, bahkan ia tidak
sekedar mendoakan kebaikan untuk mereka akan tetapi ia juga memberikan
uzur untuk mereka disebabkan rasa kasihan atas mereka yang tidak
mengetahui hakikat kebenaran yang sesungguhnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3594 |
|
Hadith 456 الحديث
الأهمية: اللهم إني أَسْأَلُكَ الهُدى وَالتُّقَى
والعفاف والغنى
Tema: Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon
kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, sikap iffah (menjaga kehormatan diri) dan
kecukupan. |
عن ابن مسعود -رضي الله عنه- أن النبي
-صلى الله عليه وسلم- كان يقول: «اللهم إني أَسْأَلُكَ الهُدى، وَالتُّقَى،
والعفاف، والغنى».
Dari Ibnu Mas'ūd -raḍiyallahu 'anhu-
bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah berdoa, “Ya Allah,
sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, sikap iffah
(menjaga kehormatan diri) dan kecukupan.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
هذا الدعاء من أجمع الأدعية وأنفعها،
وهو يتضمن سؤال خير الدين وخير الدنيا؛ فإن الهدى هو العلم النافع، والتقى
العمل الصالح، وترك ما نهى الله ورسوله عنه، والعفاف الكف عن الخلق وعن
الأمور السيئة، والغنى أن يستغني بالله وبرزقه، والقناعة بما فيه، وحصول ما
يطمئن به القلب من الكفاية.
Doa ini termasuk doa yang mengumpulkan
banyak perkara dan paling bermanfaat, yaitu doa yang mencakup permohonan
untuk kebaikan agama dan kebaikan dunia. Karena sesungguhnya hidayah
(petunjuk) itu adalah ilmu yang bermanfaat, ketakwaan adalah amal saleh
dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, Al-'afāf
adalah menahan diri dari prilaku dan perkara yang buruk, dan al-ginā
yakni merasa cukup dengan Allah dan rezeki-Nya, merasa puas dengan
pemberian-Nya, dan tenteramnya hati dengan sikap merasa cukup tersebut. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3596 |
|
Hadith 457 الحديث
الأهمية: جاء ناسٌ إلى النبي -صلى الله عليه
وسلم- أن ابْعَثْ مَعَنَا رجالًا يُعَلِّمُونَا القرآن وَالسُّنَّةَ،
فبَعَث إليهم سَبْعِين رجلاً من الأنْصَار يقال لهم: القُرَّاء، فيهم خَالي
حَرَامٌ
Tema: Beberapa orang datang menemui Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meminta agar diutus bersama mereka
orang-orang yang akan mengajarkan mereka Al-Qur`ān dan Sunah, maka Nabi
mengirim untuk mereka tujuh puluh orang dari kaum Anṣār, mereka disebut:
Qurrā' (para penghafal Al-Qur`ān), diantara mereka pamanku yang bernama
Harām. |
عن أنس -رضي الله عنه- قال: جاء ناس إلى
النبي -صلى الله عليه وسلم- أن ابعث معنا رجالاً يعلمونا القرآن والسنة،
فبعث إليهم سبعين رجلا ًمن الأنصار يقال لهم: القراء، فيهم خالي حَرامٌ،
يقرؤون القرآن، ويتدارسون بالليل يتعلمون، وكانوا بالنهار يَجِيئُون
بالماء، فيضعونه في المسجد، ويحتطبون فيبيعونه، ويشترون به الطعام لأهل
الصُّفَّةِ، وللفقراء، فبعثهم النبي -صلى الله عليه وسلم- فَعَرَضُوا لهم
فقتلوهم قبل أن يبلغوا المكان، فقالوا: اللهم بلَغِّ ْعَنَّا نبينا أنا قد
لَقِينَاك فرضينا عنك ورَضِيتَ عَنَّا، وأتى رجلٌ حَرَاماً خال أنس من
خلفه، فطعنه برُمْحٍ حتى أَنْفَذَهُ، فقال حَرَامٌ: فُزْتُ ورَبِّ الكعبة،
فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إن إخوانكم قد قُتِلُوا وإنهم
قالوا: اللهم بلغ عنا نبينا أنا قد لقيناك فرضينا عنك ورضيت عنا».
Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, dia
berkata, "Beberapa orang datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- meminta agar diutus bersama mereka orang-orang yang akan
mengajarkan mereka Al-Qur`ān dan Sunah, maka Nabi mengirim untuk mereka
tujuh puluh orang dari kaum Anṣār, mereka disebut: Qurrā' (para
penghafal Al-Qur`ān), diantara mereka pamanku yang bernama Harām, mereka
rajin membaca Al-Qur`ān, mengulang-ulanginya pada malam hari dan
mempelajari isinya, dan pada siang hari mereka mengambil air dan
menaruhnya di masjid, mereka juga bekerja mencari kayu bakar untuk
mereka jual dan hasilnya mereka belikan makanan untuk orang-orang ṣuffah
dan orang fakir. Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengutus
mereka, akan tetapi di perjalanan mereka dihadang dan dibunuh sebelum
sampai ke tujuan, maka mereka pun berdoa, " Ya Allah sampaikanlah
(kabar) tentang kami kepada Nabi kami bahwa kami telah berjumpa
dengan-Mu, kami rida dengan-Mu dan Engkau pun rida kepada kami".
Kemudian datang seorang laki-laki kepada paman Anas yang bernama Haraam
dari belakangnya, kemudian ia menusuknya dengan tombak dari belakang
sampai tembus. Lalu Harām pun berkata, "Aku telah menang demi Rabb
pemilik Kakbah." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Sesungguhnya saudara-saudara kalian telah dibunuh dan
sesungguhnya mereka mengatakan, "Ya Allah sampaikanlah tentang kami
kepada Nabi kami, bahwasanya kami telah berjumpa dengan-Mu dan kami rida
kepada-Mu dan Engkau pun rida kepada kami."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أن وفدًا من بعض القبائل العرب أتوا إلى
النبي -صلى الله عليه وسلم- فزعموا أنهم قد أسلموا وطلبوا من النبي -صلى
الله عليه وسلم- أن يَمُدَّهم بمن يعلمهم القرآن فأمدهم النبي -صلى الله
عليه وسلم- بسبعين رجُلًا يقال لهم: القراء؛ وذلك لكثرة أخذهم للقرآن، ومع
انشغالهم بكثرة قراءة القرآن، إلا أن ذلك لم يمنعهم من الاكتساب ولهذا قال
أنس -رضي الله عنه-: "وكانوا بالنَّهار يَجِيئُون بالماء، فَيَضَعُونَه في
المسجد، وَيَحْتَطِبُونَ فَيَبِيعُونَهُ، ويَشترون به الطعام لأهل
الصُّفَّةِ، وللفقراء" ومعناه: أنهم في أوقات النهار يجلبون الماء ويضعونه
في المسجد وقفاً لمن أراد استعماله لطهارة أو شرب أو غيرهما.
"وَيَحْتَطِبُونَ فَيَبِيعُونَهُ،
ويشترون به الطعام لأهل الصُّفَّةِ، وللفقراء" أي: يجمعون الحطب فيبعونه
ويشترون به الطعام ويتصدقون به على الفقراء ومنهم أهل الصُفَّة.
وأصحاب
الصفة هم: الفقراء الغرباء الذين كانوا يأوون إلى مسجد النبي -صلى الله
عليه وسلم- وكانت لهم في آخر المسجد صُفَّة وهو مكان منقطع من المسجد مظلل
عليه يبيتون فيه.
ثم إن
النبي -صلى الله عليه وسلم- بَعث القراء مع القوم، فلما نزلوا بئر معونة،
وذلك قبل أن يصلوا إلى مقصدهم وهو منزل أبي براء ابن مُلَاعِبِ
الْأَسِنَّةِ، قَصدهم عامر بن الطفيل، ومعه عصبة من الرجال فقاتلوهم،
فقالوا: "اللهُمَّ بلِّغ عنَّا نبيَّنا أنَّا قد لَقِينَاكَ فرضِيْنَا
عنَّك ورضِيت عنَّا" وفي رواية: "ألا بَلِّغوا عنَّا قوْمَنا أنا قد
لقِيْنَا ربَّنا فَرَضِي عنَّا وأرضَانا"، فأخبر جِبْريل النبي -صلى الله
عليه وسلم-: "أنهم قد لقوا ربهم، فرَضِى عنهم وأرضاهم"، كما في رواية
البخاري.
فقال رسول
الله -صلى الله عليه وسلم-: "إن إخْوَانَكم قد قُتِلوا وإنهم قالوا:
اللَّهم بلِّغ عنَّا نبيَّنا أنَّا قد لَقِينَاكَ فَرَضِينا عنَّك ورَضِيت
عنَّا" والمعنى: أن الله -تعالى- قد رضي عنهم بطاعتهم ورضوا عنه بما أكرمهم
به وأعطاهم إياه من الخيرات والرضى من الله -تعالى- إفاضة الخير والإحسان
والرحمة.
Utusan beberapa kabilah Arab
mendatangi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, mereka mengaku telah
masuk Islam dan meminta dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar
mengirim kepada mereka orang-orang yang akan mengajarkan Al-Qur`ān
kepada mereka, maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengirimkan
tujuh puluh orang yang disebut: Qurrā; karena banyaknya mereka
mempelajari Al-Qur`ān. Meskipun mereka sibuk membaca dan mempelajari
Al-Qur`ān, namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk tetap
bekerja, oleh karena itu Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Mereka pada
siang hari mengambil air dan menaruhnya di masjid, mereka juga mencari
kayu bakar lalu menjualnya dan hasilnya mereka belikan makan untuk
orang-orang ṣuffah dan orang fakir", maksudnya: pada siang hari mereka
mengambil air dan menaruhnya di masjid sebagai wakaf bagi siapapun yang
ingin menggunakannya untuk bersuci, minum, atau selainnya. "mereka juga
mencari kayu bakar lalu menjualnya dan hasilnya mereka belikan makan
untuk orang-orang ṣuffah dan orang fakir". Maksudnya mereka mengumpulkan
kayu bakar untuk mereka jual dan hasilnya mereka belikan makanan serta
mereka sedekahkan untuk orang-orang fakir termasuk orang-orang ṣuffah.
Orang-orang ṣuffah ialah: orang-orang fakir pendatang yang tinggal di
masjid Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, mereka punya tempat khusus
di bagian belakang masjid, yaitu tempat yang ada atapnya terpisah dari
masjid, mereka tidur disitu. Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengirim para Qurrā` tersebut beserta utusan dari kabilah Arab
tadi. Ketika sampai di "Bi`r Ma'ūnah", sebelum sampai di tempat tujuan
mereka yaitu rumah Abu al-Barā` bin Mulā'ib al-Asinnah, mereka dihadang
oleh 'Āmir bin Ṭufail bersama sekelompok laki-laki dan mereka pun
menyerang utusan tadi. " Ya Allah sampaikanlah (kabar) tentang kami
kepada Nabi kami, bahwasanya kami telah berjumpa dengan-Mu dan kami rida
kepada-Mu dan Engkau pun rida kepada kami". Dalam riwayat lain:
"Sampaikanlah (kabar) tentang kami untuk kaum kami bahwasanya kami telah
menemui Rabb kami dan Dia telah meridai kami dan membuat kami rida".
Kemudian Malaikat Jibril pun menyampaikan kepada Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, "bahwa mereka sudah menemui Tuhan mereka
(meninggal), Dia meridai mereka dan telah membuat mereka rida juga,"
sebagaimana disebutkan dalam riwayat Bukhari. Maka Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda: "bahwasanya saudara-saudara
kalian telah dibunuh dan mereka mengatakan, " Ya Allah sampaikanlah
(kabar) tentang kami kepada Nabi kami, bahwasanya kami telah berjumpa
dengan-Mu dan kami rida kepada-Mu dan Engkau pun rida kepada kami".
Maksudnya: Allah -Ta'ālā- telah rida kepada mereka dengan ketaatan
mereka dan mereka pun telah rida kepada Allah atas kemulian dan
kebaikan-kebaikan yang Allah berikan kepada mereka. Rida Allah adalah:
limpahan kebaikan dan rahmat dari-Nya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3597 |
|
Hadith 458 الحديث
الأهمية: اللهم لك أَسلمت، وبك آمنت، وعليك
توكلت، وإليك أنبت، وبك خَاصمت. اللهم أعوذ بِعزتك؛ لا إله إلا أنت أن
تُضلَّني، أنت الحي الذي لا تموت، والجن والإنس يموتون
Tema: Ya Allah! Hanya kepada-Mu aku berserah
diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakal, kepada-Mu aku
kembali, karena-Mu aku bertikai dengan musuh. Ya Allah! Aku berlindung
dengan kemuliaan-Mu -tiada sesembahan yang benar selain Engkau- dari
Engkau sesatkan aku. Engkau Maha Hidup yang tidak akan mati, sedang Jin
dan manusia mati semua. |
عن ابن عباس -رضي الله عنهما- أن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- كان يقول: «اللَّهُمَّ لك أَسْلَمْتُ، وبِكَ
آمَنتُ، وعَلَيكَ تَوَكَّلْت، وإِلَيكَ أَنَبْتُ، وبك خَاصَمْتُ، اللهم
أعُوذ بِعزَّتك؛ لا إله إلا أنت أن تُضلَّني، أنت الحَيُّ الذي لا تموت،
والجِنُّ والإنْسُ يَمُوتُونَ».
Dari Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā-
juga bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa berdo'a, "Ya
Allah! Hanya kepada-Mu aku berserah diri, hanya kepada-Mu aku beriman,
hanya kepada-Mu aku bertawakal, hanya kepada-Mu aku kembali, hanya
karena pertolongan-Mu aku memerangi musuh. Ya Allah! Aku berlindung
dengan kemuliaan-Mu, tiada sembahan yang berhak disembah selain Engkau,
dari Engkau sesatkan aku. Engkau Maha hidup yang tidak akan mati, sedang
jin dan manusia semuanya akan mati." |
عن ابن عباس -رضي الله عنهما- أن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- كان يقول: (اللهم لك أسلمت) أي: انقيادا ظاهرا
لا لغيرك، (وبك آمنت) أي: تصديقا باطنا، (وعليك توكلت) أي: أسلمت جميع
أموري لتدبرها، فإني لا أملك نفعها ولا ضرها، (وإليك أنبت) أي: رجعت من
المعصية إلى الطاعة أو من الغفلة إلى الذكر، (وبك) بإعانتك (خاصمت) أي:
حاربت أعداءك، (اللهم إني أعوذ بعزتك) أي: بغلبتك فإن العزة لله جميعا. (لا
إله إلا أنت) لا معبود بحق سواك ولا سؤال إلا منك ولا استعاذة إلا بك.
(أن تضلني) أي: أعوذ من أن تضلني بعد إذ
هديتني ووفقتني للانقياد الظاهر والباطن في حكمك وقضائك وللإنابة إلى جنابك
والمخاصمة مع أعدائك والالتجاء في كل حال إلى عزتك ونصرتك، (أنت الحي الذي
لا يموت والجن والإنس يموتون).
Tema: Dari Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā-
bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah bersabda, (اللهم
لك أسلمت) yakni tunduk dan patuh secara lahir bukan kepada
selain-Mu. (وبك آمنت) yakni
membenarkan secara batin. (وعليك توكلت)
yakni aku menyerahkan pengaturan semua urusanku kepada-Mu karena aku
tidak memiliki daya untuk menjadikannya bermanfaat atau mudarat. (وإليك
أنبت) yakni aku kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau
dari kelalaian menjadi selalu ingat kepada-Mu. (وبك)
yakni dengan pertolongan-Mu. (خاصمت)
yakni aku memerangi musuh-musuh-Mu. (اللهم
إني أعوذ بعزتك) yakni dengan kekuasaan-Mu karena sesungguhnya
kemuliaan/kekuatan itu semuanya milik Allah. (لا
إله إلا أنت) Tidak ada sesembahan yang hak atau benar selain
Engkau, tidak ada permohonan kecuali ditujukan kepada-Mu, dan tidak ada
perlindungan kecuali dengan perlindungan-Mu. (أن
تضلني) yakni aku berlindung agar Engkau tidak menyesatkan aku
setelah Engkau memberikan hidayah kepadaku dan memberikan aku taufik
untuk tunduk nan patuh secara lahir dan batin kepada hukum-Mu,
keputusan-Mu, untuk kembali ke sisi-Mu, dan berperang dengan
musuh-musuh-Mu, serta berlindung dan kembali dalam setiap keadaan kepada
kemuliaan dan pertolongan-Mu. Engkau Maha hidup yang tidak akan mati,
sedang jin dan manusia semuanya akan mati. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3598 |
|
Hadith 459 الحديث
الأهمية: اليدُ العُلْيَا خير من اليدِ
السُّفْلَى، واليد العُلْيَا هي المُنْفِقَةُ، والسُّفْلَى هي السَائِلة
Tema: Tangan di atas lebih baik dari tangan
di bawah. Tangan di atas adalah orang yang bersedekah dan tangan di
bawah adalah orang yang meminta. |
عن ابن عمر -رضي الله عنهما- أن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- قال وهو على المِنْبَر، وذكر الصدقة
والتَّعَفُّفَ عن المسألة: «اليدُ العُلْيَا خير من اليدِ السُّفْلَى،
واليد العُلْيَا هي المُنْفِقَةُ، والسُّفْلَى هي السَائِلة».
Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-,
sesungguhnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda saat
beliau di atas mimbar, sedang berbicara tentang sedekah dan menjaga diri
agar tidak meminta-minta, "Tangan di atas lebih baik dari tangan di
bawah. Tangan di atas adalah orang yang bersedekah dan tangan di bawah
adalah orang yang meminta."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- عن فضل
الصدقة وذم سؤال الناس، وأخبر أن الإنسان الذي يُعطي وينفق أمواله في
الطاعات، أفضل من ذاك الذي يسأل الناس أموالهم.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengabarkan tentang keutamaan sedekah dan kecaman terhadap sikap
meminta-minta. Beliau menjelaskan bahwa orang yang memberi dan
menginfakkan hartanya di jalan ketaatan lebih utama dari mereka yang
meminta-minta harta kepada orang lain. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3599 |
|
Hadith 460 الحديث
الأهمية: أما إنك لو أعطيتها أخوالك كان أعظم
لأجرك
Tema: Alangkah baiknya andai hamba sahaya
itu engkau berikan saja kepada paman dari ibumu, karena yang demikian
itu lebih besar pahalanya bagimu. |
عن أم المؤمنين ميمونة بنت الحارث -رضي
الله عنها-: أنها أعتقت وَليدَةً ولم تستأذن النبي -صلى الله عليه وسلم-
فلما كان يَومُها الذي يَدورُ عليها فيه، قالت: أشَعَرْتَ يا رسول الله،
أني أعتقت وليدتي؟ قال: «أو فعلت؟» قالت: نعم. قال: «أما إنك لو أعطيتها
أخوالك كان أعظم لأجرك».
Dari Ummul Mu'minin, Maimūnah binti
Al-Ḥāriṣ -raḍiyallāhu 'anhā- bahwasanya ia memerdekakan seorang hamba
sahayanya (perempuan) tanpa meminta izin lebih dahulu kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ketika tiba giliran malam beliau
menginap bersamanya, Maimunah berkata, "Apakah engkau sudah tahu, wahai
Rasulullah bahwa aku telah memerdekakan hamba sahayaku?" Beliau
bertanya, "Apakah itu sudah engkau kerjakan?" Maimunah menjawab, "Ya."
Beliau bersabda, "Alangkah baiknya andai hamba sahaya itu engkau berikan
saja kepada paman dari ibumu, karena yang demikian itu lebih besar
pahalanya bagimu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أعتقت أم المؤمنين ميمونة -رضي الله
عنها- جارية لها؛ لما عندها من العلم بفضل العتق في سبيل الله وكان ذلك دون
أن تُخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أو تستأذنه في عتقها، فلما كان يوم
نوبتها أخبرت النبي -صلى الله عليه وسلم- بما صنعت، فقال: أو فعلت ؟ قالت :
نعم. فلم ينكر عليها ما صنعته دون أن تأخذ برأيه
إلا أنه قال لها: أما إنك لو أعطيتها أخوالك كان أعظم لأجرك.
ومعناه: حسنًا ما فعلت، إلا أنك لو وهبتها لأخوالك من بني هلال لكان ذلك
أفضل وأكثر ثوابًا لما فيه من الصدقة على القريب وصلته.
Makna hadis: Sesungguhnya Ummul
Mukminin Maimūnah -raḍiyallāhu 'anhā- telah memerdekakan hamba
sahayanya, karena ia mengetahui keutamaan memerdekakan budak sahaya di
jalan Allah. Hal itu terjadi tanpa ia beritahukan kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- atau tanpa meminta izin terlebih dahulu
dalam memerdekakannya. Saat tiba gilirannya, ia pun memberitahu Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengenai apa yang telah dilakukannya.
Beliau bertanya, "Apakah itu sudah engkau kerjakan?" Maimunah menjawab,
"Ya." Beliau tidak mengingkari apa yang telah dilakukan Maimunah tanpa
lebih dahulu meminta pendapatnya. Hanya saja beliau bersabda kepadanya,
"Alangkah baiknya kalau hamba sahaya itu engkau berikan saja kepada
paman dari ibumu, karena yang demikian itu lebih besar pahalanya
untukmu." Maknanya bahwa apa yang engkau lakukan itu baik. Hanya saja
seandainya engkau menghadiahkan budak sahaya itu kepada pamanmu dari
pihak ibumu dari Bani Hilal, pasti itu lebih utama dan lebih banyak
pahalanya karena di dalamnya mengandung sedekah kepada kerabat dan
menyambung silaturrahmi dengannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3600 |
|
Hadith 461 الحديث
الأهمية: إن الله -عز وجل- أمرني أن أقرأ عليك
(لم يكن الذين كفروا)
Tema: Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla-
memerintahkanku untuk membacakan kepadamu, "Tidaklah orang-orang yang
kafir dari golongan Ahli Kitab." |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لأُبَي بنِ كعْب -رضي الله عنه-: «إن الله
-عز وجل- أمَرَني أن أَقْرَأَ عَلَيك: (لم يكن الذين كفروا...) قال:
وسمَّاني؟ قال: «نعم» فبكى أُبي. وفي رواية: فَجَعَل أُبَي يَبكِي.
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda
kepada Ubay bin Ka'ab -raḍiyallāhu 'anhu-, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa
Jalla- memerintahkanku untuk membacakan kepadamu, "Tidaklah orang-orang
yang kafir dari golongan Ahli Kitab." Aku bertanya, "Apakah Allah
menyebut namaku?" Beliau menjawab, "iya." Seketika itu Ubay menangis.
Dalam satu riwayat, "Maka seketika itu juga Ubay menangis."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في هذا الحديث أن النبي -صلى الله عليه
وسلم- يخبر أبيًّا -رضي الله عنه- بأن الله -تعالى- أمره أن يقرأ عليه سورة
البينة، فتعجب أُبي -رضي الله عنه- كيف يكون هذا؟! لأن الأصل أن يقرأ
المفضول على الفاضل لا الفاضل
على المفضول، فلما تحقق أُبي من النبي صلى الله عليه وسلم، وتأكد منه بأن
الله ذكر اسمه بكى -رضي الله عنه- عند ذلك فرحًا وسرورًا بتسمية الله
-تعالى- إياه.
Dalam hadis ini disebutkan bahwa Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahu Ubay bahwa Allah -Subḥānahu
wa Ta'ālā- memerintahkan beliau agar membacakan surah Al-Bayyinah
kepadanya. Lalu Ubay -raḍiyallāhu 'anhu- bertanya, "Bagaimana ini bisa
terjadi?" Sebab biasanya orang yang lebih rendah (Ubay) membacakan untuk
orang yang lebih utama (Rasulullah) bukan sebaliknya. Maka saat Ubay
mendapatkan kepastian dari Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
bahwa Allah menyebut namanya, ia pun menangis karena sangat senang dan
gembira ketika namanya disebut oleh Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari - Muttafaq
'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3601 |
|
Hadith 462 الحديث
الأهمية: أَمْسِكْ عليك لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ
بَيتُك، وابْكِ على خَطِيئَتِكَ
Tema: Jagalah lisanmu, jadikanlah rumahmu
terasa luas olehmu dan menangislah karena kesalahanmu! |
عن عُقْبَة بن عامر -رضي الله عنه- قال:
قلت: يا رسول الله ما النَّجَاة؟ قال: «أَمْسِكْ عليك لِسَانَكَ،
وَلْيَسَعْكَ بَيتُك، وابْكِ على خَطِيئَتِكَ».
Dari Uqbah bin 'Āmir -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, "Aku bertanya, Wahai Rasulullah, apakah keselamatan
itu?" Beliau bersabda, "Jagalah lisanmu, jadikanlah rumahmu terasa luas
olehmu dan menangislah karena kesalahanmu!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في هذا الحديث: سأل عُقْبة بن عامر -رضي
الله عنه- النبي -صلى الله عليه وسلم- عمَّا ينجيه في الآخرة، وهذه غاية كل
مسلم حَريص على آخرته.
فقال له
-صلى الله عليه وسلم-: "أَمْسِكْ عليك لِسَانَكَ" أرشده النبي -صلى الله
عليه وسلم- أن يُمسك عليه لسَانه؛ وذلك لعظم خطره وكثرة ضرره،
فيتعين على المسلم أن يُمْسِك عليه لسانه، ويؤثر الصَّمْتَ على
الكلام إلا فيما ينفعه في الآخرة.
"وَلْيَسَعْكَ بَيتُك" أي يلزم الإنسان
بيته، ولا يخرج منه إلا لضرورة، ولا يَضَّجر من الجلوس فيه، بل يجعله من
باب الغنيمة، فإنه سبب الخلاص من الشر والفتنة.
"وابْكِ على خَطِيئَتِكَ" أي: ابك إن
تَقْدر، وإلا فَتَبَاك نادما على معصيتك، وتب إلى الله -تعالى- مما قد حصل
منك، فإن الله -تعالى- يقبل التوبة عن عباده ويعفو عن السيئات.
Dalam hadis ini, Uqbah bin 'Āmir
-raḍiyallāhu 'anhu- bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengenai hal yang dapat menyelamatkannya di akhirat. Ini adalah tujuan
setiap muslim yang kuat imannya terhadap akhiratnya. Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Tahanlah lisanmu!" Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menunjukkan agar ia menjaga lisannya
karena begitu besar bahayanya banyak kerusakannya. Beliau mengharuskan
setiap muslim untuk menjaga lisannya dan lebih mengutamakan diam
daripada bicara kecuali dalam hal-hal yang bermanfaat baginya di
akhirat. "dan jadikanlah rumahmu terasa luas olehmu," Yakni, hendaknya
seseorang tetap berada di rumahnya dan tidak keluar darinya kecuali
untuk suatu kepentingan mendesak dan janganlah ia resah untuk duduk di
rumah. Justru ia harus menjadikan hal itu seperti harta rampasan perang.
Sebab, hal itu menjadi penyebab keselamatan dari kejahatan dan fitnah.
"dan menangislah karena kesalahanmu!" Yakni, menangislah jika engkau
mampu. Jika tidak mampu, pura-puralah menangis untuk menyesali
kemaksiatanmu dan bertaubatlah kepada Allah -Ta'ālā- atas perbuatan yang
telah engkau lakukan. Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- menerima taubat dari
hamba-hamba-Nya dan mengampuni segala kesalahan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3602 |
|
Hadith 463 الحديث
الأهمية: إن العَبْد إذا نَصَح لسيِّده، وأحسن
عِبَادة الله، فله أجْرُه مَرَّتَين
Tema: Sesungguhnya budak itu apabila
bersikap tulus pada tuannya dan melakukan ibadah pada Allah dengan baik,
ia mendapatkan pahalanya dua kali |
عن ابن عمر -رضي الله عنهما-: أن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إن العَبْد إذا نَصَح لسيِّده، وأحسن
عِبَادة الله، فله أجْرُه مَرَّتَين».
عن أبي
موسى الأشعري -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-:
«المَمْلُوك الذي يُحْسِنُ عِبَادَةَ رَبِّهِ، وَيُؤَدِّي إلى سَيِّدِهِ
الذي له عليه من الحَق، والنَّصيحة، والطَّاعة، له أجْرَان».
Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-
bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya
budak itu apabila bersikap tulus pada tuannya dan melakukan ibadah pada
Allah dengan baik, ia mendapatkan pahalanya dua kali." Dari Abu Musa
Al-Asy'ari -raḍiyallāhu 'anhu-, ia mengatakan, Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "Budak yang menjalankan ibadah dengan baik
pada Rabbnya dan menunaikan pada tuannya apa yang menjadi kewajibannya,
baik berupa hak (tuannya), nasihat maupun ketaatan, maka ia mendapatkan
dua pahala."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
إذا قام العبد بما وجب عليه لسيده من
خدمته وطاعته بالمعروف وبذل النصيحة له وقام بحق الله -تعالى- من أداء ما
افترضه الله عليه واجتنب ما نهاه عنه، كان له الأجر مرتين يوم القيامة؛
لأنه مُكَلَّف بأمرين:
الأول: حق
السيد، فإذا قام بحق سيده كان له أجر.
والثاني:
أجر طاعة ربِّه، فإذا أطاع العبد ربَّه كان له أجر.
Apabila budak melaksanakan
kewajibannya terhadap tuannya berupa melayani, menaati dalam kebaikan
dan memberikan nasihat untuknya, serta melaksanakan hak Allah -Ta'ālā-
berupa menunaikan apa yang Allah wajibkan dan menjauhi apa yang Allah
larang, maka ia memiliki dua pahala di hari kiamat kelak; karena ia
dibebani dua perkara: Pertama: Hak tuannya, bila ia menunaikan hak
tuannya ia mendapatkan satu pahala. Kedua: Pahala taat pada Rabbnya,
bila budak menaati Rabbnya ia mendapatkan satu pahala lain. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih dengan dua
riwayatnya]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3607 |
|
Hadith 464 الحديث
الأهمية: إنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بالكَلِمَة
من رِضْوَان الله -تعالى- مَا يُلْقِي لها بالاً يَرْفعَه الله بها درجات،
وإن العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بالكَلِمَة من سَخَطِ الله تعالى لا يُلْقِي
لها بالاً يَهْوِي بها في جَهنَّم
Tema: Sungguh seorang hamba berbicara dengan
satu perkataan yang mengundang keridaan Allah -Ta'ālā- namun dia tidak
menganggapnya penting; tetapi dengan perkataan itu Allah menaikkannya
beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba berbicara dengan satu
perkataan yang mengundang kemurkaan Allah -Ta'ālā-, namun dia tidak
menganggapnya penting; tetapi dengan perkataan itu dia terjungkal ke
dalam neraka jahanam. |
عن أبي هريرة، عن النبي -صلى الله عليه
وسلم- قال: «إن العبد لَيَتَكَلَّمُ بالكلمة من رِضْوَانِ الله تعالى ما
يُلْقِي لها بَالًا يَرْفَعُهُ الله بها درجاتٍ، وإن العبد لَيَتَكَلَّمُ
بالكلمة من سَخَطِ الله تعالى لا يُلْقِي لها بَالًا يَهْوِي بها في جهنم».
وعن أبي
عبد الرحمن بلال بن الحارث المزني -رضي الله عنه-: أن رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- قال: «إن الرجل لَيَتَكَلَّمُ بالكلمة من رِضْوَانِ الله تعالى
ما كان يظن أن تبلغ ما بَلَغَتْ يكتب الله له بها رِضْوَانَهُ إلى يوم
يَلْقَاهُ، وإن الرجل لَيَتَكَلَّمُ بالكلمة من سَخَطِ الله ما كان يظن أن
تبلغ ما بَلَغَتْ يكتب الله له بها سَخَطَهُ إلى يوم يَلْقَاهُ».
Dari Abu Hurairah, dari Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, “Sungguh seorang hamba
berbicara dengan satu perkataan yang mengundang keridaan Allah -Ta'ālā-
namun dia tidak menganggapnya penting; tetapi dengan perkataan itu Allah
menaikkannya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba berbicara
dengan satu perkataan yang mengundang kemurkaan Allah -Ta'ālā-, namun
dia tidak menganggapnya penting; tetapi dengan perkataan itu dia
terjungkal ke dalam neraka jahanam.” Dan dari Abu Abdirraḥmān Bilāl bin
Al-Ḥāriṡ Al-Muzanī -raḍiyallāhu 'anhu-, Bahwa Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- telah bersabda, “Sungguh seorang hamba berbicara
dengan satu perkataan yang mengundang keridaan Allah -Ta'ālā- namun dia
tidak mengira sebelumnya bahwa perkataan itu akan mencapai derajat yang
begitu tinggi, yaitu dengan sebab perkataan itu Allah menuliskan
keridaan untuknya hingga hari ia berjumpa dengan-Nya (kiamat). Dan
sungguh seorang hamba berbicara dengan satu perkataan yang mengundang
kemurkaan Allah, namun tidak dia kira sebelumnya bahwa perkataannya itu
akan menghinakannya sedemikian rupa, yaitu dengan sebab perkataan itu
Allah akan menuliskan kemurkaan-Nya untuk orang tersebut hingga hari ia
berjumpa dengan-Nya (kiamat).”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
إن العَبد ليتكلم بالكلمة مما يرضي الله
-تعالى- ويحبه، كالنصح والإرشاد والتعليم، ولا يظن أن هذه الكلمة تبلغ به
ما بَلَغَت من رضوان الله -تعالى-، فيرفعه الله بها في الدرجات العلى.
وكذلك
يتكلم بكلمة من الكلمات التي تُسخط الله، كالغيبة والنميمة والبهتان؛ فيسقط
بسببها في جهنم يوم القيامة.
Sesungguhnya seorang hamba yang
berbicara dengan perkataan yang membuat Allah -Ta'ālā- rida dan
menyukainya seperti ungkapan nasihat, petunjuk dan kajian ilmu,
sedangkan dirinya tidak mengira bahwa dengan kalimat tersebut ia akan
mencapai derajat yang tinggi berupa keridaan Allah -Ta'ālā-; namun
ternyata dengan perkataannya tersebut Allah mengangkatnya pada derajat
kemuliaan tertinggi. Demikian juga ada orang yang berbicara dengan
perkataan yang membuat Allah murka, seperti gibah, adu domba dan fitnah;
sehingga akibat dari perkataan tersebut dia terjatuh ke dalam neraka
jahanam pada hari kiamat nanti. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Sahih dengan dua riwayatnya] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Bukhari - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan
oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Malik]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3608 |
|
Hadith 465 الحديث
الأهمية: إن أَوْلَى الناس بالله من بَدَأَهُمْ
بالسلام
Tema: Manusia yang paling utama di sisi
Allah adalah orang yang memulai salam. |
عن أبي أمامة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إن أَوْلَى الناس بالله من بَدَأَهُمْ
بالسلام».
وفي رواية
للترمذي: قيل: يا رسول الله، الرَّجُلان يَلْتَقِيَان أَيُّهُمَا يَبْدَأُ
بالسلام؟، قال: «أَوْلاهُمَا بالله تعالى».
Dari Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu-
dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Manusia yang paling utama di sisi Allah adalah orang yang memulai
salam." At-Tirmizi meriwayatkan dari Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu-, ada
yang bertanya, "Ya Rasulullah! Jika ada dua orang yang berjumpa, siapa
yang mengawali salam?" Beliau bersabda, "Yang paling dekat kepada Allah
-Ta'ālā-."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
خَير الناس وأقربهم طاعة لله تعالى: من
بادر إخوانه بالسلام؛ لأنه بادر إلى طاعة وسارع إليها رغْبَة بما عند الله
تعالى، فكان أولى الناس وأطوعهم لله تعالى.
Orang yang terbaik dan paling dekat
ketaatannya kepada Allah -Ta'ālā- adalah yang lebih dahulu memberi salam
kepada saudaranya. Karena dia bersegera melakukan ketaatan demi berharap
apa yang ada di sisi Allah -Ta'ālā- . Maka dia adalah orang yang paling
utama dan paling taat di sisi Allah -Ta'ālā-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Abu Daud]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3621 |
|
Hadith 466 الحديث
الأهمية: إنَّ في الجنَّة مائة دَرَجَة أعَدَّهَا
الله للمُجاهِدين في سَبِيل الله ما بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كما بين السماء
والأرض
Tema: Sesungguhnya di dalam surga terdapat
100 (seratus) tingkatan yang telah disiapkan Allah untuk para mujahid di
jalan Allah. Jarak antara 2 (dua) tingkat seperti jarak antara langit
dan bumi. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إنَّ في الجنَّة مائةَ دَرَجَة أعَدَّهَا
الله للمُجاهِدين في سَبِيل الله ما بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كما بين السماء
والأرض».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-bersabda, “Sesungguhnya
di dalam surga terdapat 100 (seratus) tingkatan yang telah disiapkan
Allah untuk para mujahid di jalan Allah. Jarak antara 2 (dua) tingkat
seperti jarak antara langit dan bumi.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- في هذا
الحديث عن فضل المجاهدين في سبيله وأن الله تعالى قد أعَدَّ لهم في الجنة
مائة درجة ما بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كما بين السماء والأرض.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengabarkan dalam hadis ini tentang keutamaan para mujahid di jalan-Nya,
dan bahwa Allah -Ta'ālā- telah menyiapkan untuk mereka di dalam surga
100 (seratus) tingkatan, jarak antara 2 (dua) tingkatan seperti jarak
antara langit dan bumi. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3624 |
|
Hadith 467 الحديث
الأهمية: إن في الليل لساعة، لا يُوَافِقُهَا
رجُلٌ مُسلم يَسأل الله تعالى خيرًا من أمْرِ الدنيا والآخرة، إلا أعْطَاه
إِياه، وذلك كُلَّ ليلة
Tema: Sesungguhnya pada malam hari itu ada
satu waktu yang tidaklah seorang Muslim tepat pada waktu itu meminta
kepada Allah kebaikan perkara dunia dan akhirat, melainkan Allah pasti
memberikannya kepadanya. Dan waktu itu ada pada setiap malam. |
عن جابر -رضي الله عنه- قال: سمعت رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إن في الليل لساعة، لا يُوَافِقُهَا
رجُلٌ مُسلم يَسأل الله تعالى خيرًا من أمْرِ الدنيا والآخرة، إلا أعْطَاه
إِياه، وذلك كُلَّ ليلة».
Dari Jābir -raḍiyallāhu 'anhu-, ia
berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, 'Sesungguhnya pada malam hari itu ada satu waktu yang tidaklah
seorang muslim tepat pada waktu itu meminta kepada Allah kebaikan
perkara dunia dan akhirat, melainkan Allah pasti memberikannya
kepadanya. Dan waktu itu ada pada setiap malam'."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في كل ليلة ساعة يُستجاب فيها الدعاء،
فلا يصادفها عبد مسلم لا يدعو فيها بمحرم إلا استجاب الله دعاءه، وهي ثلث
الليل الآخر، كما في النصوص الصحيحة الأخرى.
Di setiap malam ada satu waktu
dikabulkannya doa. Tidaklah seorang hamba muslim tepat pada waktu itu
berdoa dengan sesuatu yang tidak diharamkan, kecuali Allah pasti
mengabulkan doanya." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3625 |
|
Hadith 468 الحديث
الأهمية: أعْطُوه، فإن خَيْرَكم أحْسَنُكُم
قَضَاء
Tema: Berikan kepadanya, sesungguhnya
sebaik-baik kalian adalah yang paling baik
dalam pembayaran (utang). |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه-: أن رجلًا
أتى النبي -صلى الله عليه وسلم- يَتَقَاضَاهُ فَأغْلَظَ له، فَهَمَّ به
أصحابه، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «دَعُوه، فإن لِصَاحب
الحَقِّ مَقَالا» ثم قال: «أعْطُوهُ سِنًّا مِثْل سِنِّهِ» قالوا: يا رسول
الله، لا نَجِدُ إلا أمْثَلَ مِنْ سِنِّهِ، قال: «أعْطُوه، فإن خَيْرَكم
أحْسَنُكُم قَضَاء».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
bahwa ada seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk menagih utang kepada
beliau, lalu orang tersebut berkata kasar kepada beliau,
maka para sahabat pun marah dengan orang
tersebut. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, “Biarkan saja dia! Sesungguhnya
orang yang memiliki hak bebas untuk
berkata-kata.” Kemudian beliau bersabda,
“Berikan kepadanya unta yang semisal dengan untanya.” Para
sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kami
tidak mendapatkan kecuali yang lebih dari
untanya, Nabi pun menjawab, “Berikan kepadanya!
Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling baik
dalam pembayaran (utang)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان لرجل دين على النبي -صلى الله عليه
وسلم-، وكان النبي -صلى الله عليه وسلم- قد استقرض من ذلك الرجل ناقة
صغيرة، فجاء إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- يطلب منه قضاء دَيْنِه وأغلظ
عليه في طلبه، فأراد أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يضربوه بسبب
غلظته للنبي -صلى الله عليه وسلم- وسوء أدبه معه، فقال رسول الله -صلى الله
عليه وسلم-: اتركوه يقول ما يشاء ولا تتعرضوا له بشيء؛ فإن صاحب الحق له حق
في مطالبة غريمه بقضاء الدين ونحوه، لكن مع التزام أدب المطالبة، أما
السَّب والشَّتم والتجريح، فليس من أخلاق المسلمين.
ثم أمَر
النبي -صلى الله عليه وسلم- بعض الصحابة أن يُعطيه بعيرًا مساويا لبعيره في
السِّن.
فقالوا:
لا نجد إلا بعيرًا أكبر من بعيره. فقال: أعطوه بعيرًا أكبر من بعيره؛ فإن
أفضلكم في معاملة الناس، وأكثركم ثوابًا أحسنكم قضاءً للحقوق التي عليه
دينًا أو غيره.
Dahulu seorang laki-laki pernah
memiliki piutang kepada Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, yakni Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah
berutang dari lelaki itu seekor unta kecil, kemudian ia datang
kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
untuk meminta beliau membayar utangnya dan ia
bersikap kasar kepada beliau dalam menagihnya.
Lantas para sahabat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ingin
memukulnya karena sikap kasarnya kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan adabnya yang buruk kepada beliau.
Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Biarkan dia
mengatakan apa yang dia inginkan dan
janganlah kalian menghalanginya dengan apapun, karena
pemilik hak memiliki hak untuk menagih orang yang
berutang kepadanya agar membayar utang dan
yang semisalnya." Akan tetapi dengan komitmen
terhadap adab dalam menagih. Adapun menghina,
mencela dan melecehkan itu bukan termasuk akhlak kaum
muslimin. Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- memerintahkan sebagian sahabat
untuk memberinya seekor unta dari unta sedekah yang umurnya
setara dengan untanya. Lalu mereka berkata,
"Kami tidak mendapatkan kecuali unta yang
lebih besar daripada untanya." Maka beliau bersabda, "Berikanlah
untuknya unta yang lebih besar daripada untanya, karena
orang yang paling utama di antara kalian
dalam berinteraksi dengan manusia, dan paling
banyak pahalanya adalah yang paling baik dalam menunaikan
hak-hak yang ada padanya berupa utang atau lainnya." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3628 |
|
Hadith 469 الحديث
الأهمية: إن من أعظم الفِرَى أن يَدَّعِيَ الرجل
إلى غير أبيه، أو يُرِي عَيْنَهُ ما لم تَرَ، أو يقول على رسول الله -صلى
الله عليه وسلم- ما لم يَقْلْ
Tema: Di antara dusta yang paling besar
adalah seseorang mengaku anak kepada selain bapaknya, atau mengaku
bermimpi padahal dia tidak bermimpi, atau berkata atas nama Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apa yang tidak beliau ucapkan. |
عن وَاثِلَةَ بن الأَسْقَعِ ـ رضي الله
عنه ـ مرفوعاً: «إن من أعظم الفِرَى أن يَدَّعِيَ الرجلُ إلى غير أبيه، أو
يُرِي عَيْنَهُ ما لم تَرَ، أو يقول على رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ما
لم يَقْلْ».
Dari Wāṣilah bin Al-Asqa' -raḍiyallāhu
'anhu-, dia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, 'Di antara dusta yang paling besar adalah seseorang mengaku
anak kepada selain bapaknya, atau mengaku bermimpi padahal dia tidak
bermimpi, atau berkata atas nama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- apa yang tidak beliau ucapkan'."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
إن من أشدِّ الكذبِ على الله -تعالى-:
أن يَنْسبَ الرجل نفسه إلى غير أبيه الحقيقي أو يَنْسِبَه أحدٌ إلى غير
أبيه فيُقِرَّه على ذلك. فهذا من أشدِّ أنواع الكذب، وإن من أعظم الكذب
وأشده عند الله -تعالى- كذلك أن يدعي المرء أنه رأى في المنام شيئًا ولم
يره أصلًا، وإن من أعظم الكذب وأشده عند الله -تعالى- أيضًا أن ينسب للنبي
-صلى الله عليه وسلم- قولًا أو فعلًا أو تقريرًا ولم يوجد منه -صلى الله
عليه وسلم-.
Sesungguhnya dusta yang paling berat
di hadapan Allah -Ta'ālā- adalah seseorang menyebutkan nasabnya bukan
kepada bapaknya yang hakiki atau seseorang memberinya nasab kepada
selain bapaknya dan dia setujui hal itu. Ini termasuk dusta paling
berat. Termasuk juga dusta paling berat di sisi Allah -Ta'ālā- adalah
seseorang mengaku bermimpi, padahal dia tidak bermimpi. Juga termasuk
dusta yang sangat berat adalah menyematkan suatu perkataan, perbuatan
atau persetujuan kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- padahal
tidak bersumber dari beliau. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3633 |
|
Hadith 470 الحديث
الأهمية: قال الله -عز وجل-: أنا عند ظن عَبدي
بي، وأنا معه حيث يَذكُرني
Tema: Allah 'Azza wa Jalla berfirman, "Aku
sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika dia
mengingat-Ku." |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«قال الله -عز وجل-: أنا عند ظنِّ عَبدي بي، وأنا معه حيث يَذكُرني، والله،
لَلَّه أَفرَحُ بِتَوبَةِ
عَبدِهِ مِنْ أَحَدِكُم يَجدُ ضَالَّتَهُ بالفَلاَة،
وَمَنْ تَقَرَّب إِلَيَّ شِبْرًا، تقرَّبتُ إليه ذِرَاعًا، ومن تقرب
إلي ذِراعًا، تقربت إليه بَاعًا، وإذا أَقْبَلَ إِلَيَّ يمشي أَقْبَلْتُ
إِلَيهِ أُهَرْوِلُ». متفق عليه، وهذا لفظ إحدى روايات مسلم. وروي في
الصحيحين: «وأنا معه حِينَ يَذْكُرُنِي» بالنون، وفي هذه الرواية. «حيث»
بالثاء وكلاهما صحيح.
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwasanya beliau
bersabda, 'Allah 'Azza wa Jalla berfirman, 'Aku sesuai dengan prasangka
hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Demi Allah,
Allah lebih senang dengan taubat hamba-Nya daripada seorang dari kalian
yang menemukan barangnya yang hilang di padang pasir. Barangsiapa
mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat kepadanya satu hasta.
Siapa yang mendekati-Ku satu hasta, Aku mendekatinya satu depa. Jika ia
datang menghadap sambil berjalan, Aku datang kepadanya sambil berlari
kecil'." Muttafaq'alaih. Redaksi ini merupakan salah satu riwayat
Muslim. Diriwayatkan dalam Aṣ-Ṣaḥīḥain, "Dan Aku bersamanya ketika
mengingat-Ku." "ḥīna" dengan huruf nūn. Sedangkan dalam riwayat ini
"ḥaiṡu" dengan huruf ṡa. Keduanya sahih.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
إن الله تعالى عند ظن عبده به؛ فإن ظن
به خيراً فله، وإن ظن به سوى ذلك فله، ففي مسند الإمام أحمد من حديث أبي
هريرة رضي الله عنه عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم يقول: قال الله
تعالى: (أنا عند ظن عبدي بي، إن ظن بي خيراً فله، وإن ظن شرا ًفله) ولكن
متى يحسن الظن بالله عز وجل؟ يحسن الظن بالله إذا فعل ما يوجب فضل الله
ورجاءه، فيعمل الصالحات ويحسن الظن بأن الله تعالى يقبله، أما أن يحسن الظن
وهو لا يعمل؛ فهذا من باب التمني على الله، ومن أتبع نفسه هواها وتمنى على
الله الأماني فهو عاجز، وأما أن تحسن الظن بالله مع مبارزتك له بالعصيان ،
فهذا دأب العاجزين الذين ليس عندهم رأس مال يرجعون إليه.
قال ابن
القيم -رحمه الله-: "ولا ريب أن حسن الظن إنما يكون مع الإحسان، فإن المحسن
حسن الظن بربه أن يجازيه على إحسانه ولا يخلف وعده، ويقبل توبته.
وأما
المسيء المصر على الكبائر والظلم والمخالفات فإن وحشة المعاصي والظلم
والحرام تمنعه من حسن الظن بربه..، فإن العبد الآبق الخارج عن طاعة سيده لا
يحسن الظن به، ولا يجامع وحشة الإساءة إحسان الظن أبداً، فإن المسيء مستوحش
بقدر إساءته، وأحسن الناس ظناً بربه أطوعهم له.
كما قال
الحسن البصري: إن المؤمن أحسن الظن بربه فأحسن العمل وإن الفاجر أساء الظن
بربه فأساء العمل".
ثم ذكر أن
الله أفرح أي فرحاً يليق بجلاله سبحانه بتوبة عبده ممن وجد ضالته والضالة
الشيء المفقود، وذلك في الصحراء، والتوبة الاعتراف والندم والإقلاع والعزم
على ألا يعاود الإنسان ما اقترفه.
ثم ذكر أن
الله سبحانه وتعالى أكرم من عبده، فإذا تقرب الإنسان إلى الله شبراً؛ تقرب
الله منه ذراعاً، وإن تقرب منه ذراعاً ، تقرب منه باعاً، وإن أتاه يمشي
أتاه يهرول عز وجل، فهو أكثر كرماً وأسرع إجابة من عبده.
وهذا
الحديث : مما يؤمن به أهل السنة والجماعة على أنه حق حقيقة لله عز وجل،
لكننا لا ندري كيف تكون هذه الهرولة، وكيف يكون هذا التقرب، فهو أمر ترجع
كيفيته إلى الله، وليس لنا أن نتكلم فيه، لكن نؤمن بمعناه ونفوض كيفيته،
إلى الله عز وجل.
ومعية
الله لعبده نوعان: خاصة تقتضي النصر والتأييد، وهي المذكورة في الحديث،
وعامة تقتضي العلم والإحاطة، وهي صفة حقيقية تليق بالله تعالى.
Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- sesuai
dengan prasangka hamba-Nya kepada-Nya. Jika dia berprasangka baik
kepada-Nya, maka baginya kebaikan. Jika berprasangka selain itu, maka
itulah bagiannya. Dalam Musnad Imam Ahmad dari hadis Abu Hurairah
-raḍiyallāhu 'anhu- dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Aku sesuai prasangka hamba-Ku
kepada-Ku. Jika dia berprasangka baik kepada-Ku, maka baginya kebaikan,
dan jika berprasangka buruk kepada-Ku, maka itulah bagiannya'." Hanya
saja, kapan harus berprasangka baik kepada Allah 'Azza wa Jalla?
Berprasangka baik kepada Allah itu benar, jika seseorang melaksanakan
hal yang mendatangkan karunia Allah dan harapan kepada-Nya. Ia melakukan
amal saleh dan berprasangka baik bahwa Allah akan menerima amalnya.
Sedangkan jika seseorang berprasangka baik kepada Allah tanpa amal
saleh, tentunya ini termasuk berangan-angan kepada Allah. Barangsiapa
memperturutkan jiwanya kepada hawa nafsunya dan berangan-angan kepada
Allah, maka ia adalah orang lemah. Sedangkan jika engkau berprasangka
baik kepada Allah disertai dengan perlawananmu kepada-Nya dengan
melakukan kemaksiatan, maka ini merupakan kebiasaan orang-orang lemah
yang tidak memiliki modal untuk pegangan. Ibnul Qayyim -raḥimahullāh-
berkata, "Tidak ada keraguan bahwa prasangka baik itu harus disertai
perbuatan baik. Sesungguhnya orang yang berbuat baik akan berprasangka
baik kepada Tuhannya bahwa Dia akan membalas kebaikannya itu dan Dia
tidak akan menyalahi janji-Nya serta akan menerima tobatnya. Sedangkan
orang jahat yang terus-menerus melakukan dosa besar, kezaliman dan
berbagai pelanggaran, maka bias kemaksiatan, kezaliman dan keharaman
akan mencegahnya berprasangka baik kepada Tuhannya. Sesungguhnya budak
yang kabur dan keluar dari kepatuhan pada tuannya, maka ia tidak akan
berprasangka baik kepada tuannya dan kesialan perbuatan buruk tidak akan
bisa bersatu dengan prasangka baik untuk selama-lamanya. Sebab, orang
yang berbuat keburukan akan merasa asing/terisolir sesuai kadar
keburukannya. Orang yang paling baik prasangkanya kepada Tuhannya,
adalah orang yang paling taat kepada-Nya. Hal ini dinyatakan oleh
Al-Ḥasan Al-Baṣri, "Sesungguhnya orang mukmin itu berprasangka baik
kepada Tuhannya, maka ia beramal baik. Sedangkan orang durhaka
berprasangka buruk kepada Allah lalu beramal buruk." Selanjutnya
Rasulullah menyebtukan bahwa Allah lebih senang dengan tobat hamba-Nya
dibandingkan kesenangan seorang laki-laki yang menemukan kembali
kendaraannya yang hilang di padang pasir. Tobat dilakukan dengan
mengakui, menyesali, meninggalkan, dan bertekad tidak akan kembali
melakukan dosa yang pernah dilakukannya. Selanjutnya Rasulullah
menyebutkan bahwa Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- lebih pemurah dari
hamba-Nya. Jika manusia mendekat kepada Allah satu jengkal, maka Allah
mendekat kepadanya satu lengan. Jika manusia mendekat kepada-Nya satu
lengan, maka Dia mendekat kepadanya satu depa. Jika manusia
mendatangi-Nya sambil berjalan, maka Allah mendatanginya sambil
berlari-lari kecil. Sesungguhnya Allah lebih pemurah dan lebih cepat
menjawab daripada hamba-Nya. Hadis ini dipercaya oleh Ahlussunnah wal
Jama'ah bahwa ini benar dan nyata milik Allah 'Azza wa Jalla. Hanya saja
kita tidak mengetahui bagaimana cara berlari kecil dan bagaimana terjadi
kedekatan ini. Itu adalah hal yang tata caranya (mekanismenya) kembali
kepada Allah, dan kita tidak berhak membicarakannya. Kita hanya
mempercayai maknanya dan menyerahkan tata caranya kepada Allah 'Azza wa
Jalla. Kebersamaan (Ma'iyah) Allah bagi hamba-Nya ada dua macam:
satu,bersifat khusus yang mengharuskan adanya pertolongan dan bantuan.
Kebersamaan ini disebutkan dalam hadis tersebut. Kedua, bersifat umum
yang mengharuskan adanya ilmu dan pengetahuan. Kebersamaan seperti ini
merupakan sifat yang nyata dan pantas bagi Allah -Ta'ālā-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3636 |
|
Hadith 471 الحديث
الأهمية: زهد أهل الصفة والصحابة عموما في الدنيا
Tema: Zuhud kaum Ṣuffah dan para sahabat
secara umum di dunia |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: لَقَد
رَأَيت سبعين من أهل الصُّفَّةِ، مَا مِنهُم رَجُل عَلَيه رِدَاء، إِمَّا
إِزَار، وإِمَّا كِسَاء، قد رَبَطوا في أعناقِهم، فمنها ما يبلغُ نصف
الساقين، ومنها ما يبلغ الكعبين، فَيَجْمَعُهُ بيده كَرَاهِيَةَ أن تُرى
عورَتُه.
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
dia berkata, "Aku telah melihat tujuhpuluh orang dari kaum Ṣuffah, tidak
seorang pun dari mereka mengenakan pakaian jubah, sebagian hanya memakai
bawah (sarung) atau baju bagian yang mereka ikatkan di leher mereka. Ada
pakaian yang sampai ke setengah betis dan ada juga yang sampai dua mata
kaki. Lalu ia memegang kain itu dengan tangannya karena tidak suka
auratnya terlihat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أهل الصفة هم أصحاب النبي صلى الله عليه
وسلم من المهاجرين الفقراء الذين تركوا ديارهم وأموالهم في مكة وهاجروا
منها إلى المدينة بعد أن كانت أحب البلاد إليهم.
وكان أهل
الصفة أكثر من سبعين رجلاً، والصفة سقيفة مظللة كانت موجودة في آخر مسجد
النبي صلى الله عليه وسلم ينام تحتها هؤلاء الفقراء من المهاجرين.
أما
ثيابهم التي كانوا يرتدونها في الصيف وفي الشتاء فيخبرنا عنها أبو هريرة
رضي الله عنه وقد كان أحد أصحاب الصفة فيقول: (ما منهم رجل عليه رداء إما
إزار وإما كساء)، إذ إنه من أجل أن يلبس أحدهم رداء لا بد أن يلبس تحته
إزارا فالرداء يقال عنه اليوم البدلة وكانت تسمى أيضا حُلة، وأبو هريرة
يذكر أن أحدهم ما كان يلقى هذا الشيء، بل هو ثوب واحد يستر به نفسه من أعلى
إلى أسفل يشبه ما يسمى اليوم الملاية القصيرة.
قال أبو
هريرة: (قد ربطوا في أعناقهم) أي: يربطها أحدهم في رقبته كما يربط الصبي
ثوبه في رقبته؛ لأنه لا يكفيه الثوب الذي عليه أن يفصله ويلبسه، وإنما طرفه
في رقبته رضي الله عنهم.
ثم قال
أبو هريرة: (فمنها ما يبلغ نصف الساقين)
أي: أن الطول لهذا الثوب من المنكب إلى نصف الساقين، فلا يصل إلى
الكعبين.
ثم قال:
(ومنها ما يبلغ الكعبين فيجمعه بيده كراهية أن ترى عورته) أي: أنه في أثناء
الصلاة يلمه على نفسه حتى لا ترى عورته وهو راكع أو ساجد رضي الله تبارك
وتعالى عنهم أجمعين.
وهذا هو
حال كثير من الصحابة رضي الله عنهم، فقد عاشوا على الفقر والحاجة ولم
يركنوا إلى الدنيا وزينتها، حتى لما فتحت عليهم الدنيا لم ينشغلوا بها ،
وظلوا على قناعتهم وزهدهم، حتى توفاهم الله تعالى.
Ahluṣ Ṣuffah (kaum Ṣuffah) adalah para
sahabat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dari kalangan Muhajirin
fakir yang meninggalkan tempat tinggal dan harta mereka di Mekkah dan
berhijrah ke Madinah setelah sebelumnya menjadi negeri yang paling
mereka cintai. Ahluṣ Ṣuffah berjumlah lebih dari tujuhpuluh lelaki.
Ṣuffah adalah serambi yang dinaungi dan berada di ujung masjid Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Orang-orang Muhajirin yang fakir ini
tidur dibawah naungan tersebut. Sedangkan pakaian yang dikenakan mereka
pada musim panas dan dingin seperti disampaikan oleh Abu Hurairah
-raḍiyallāhu 'anhu- kepada kita dan dia sendiri salah seorang dari Ahluṣ
Ṣuffah. Ia berkata, "Tak ada seorang pun di antara mereka yang
mengenakan jubah, melainkan hanya kain penutup bagian bawah atau bagian
atas." Jika seseorang mengenakan jubah maka ia harus mengenakan kain
bawahan (sarung) di bawahnya. Ar-Rida` sekarang ini ialah Al-Badlah
(seragam-jas) namanya. Juga dinamakan Ḥullah (baju). Abu Hurairah
menuturkan bahwa tak seorang pun dari mereka mempunyai pakaian ini, yang
ada hanya berupa kain yang menutupinya dari bagian paling atas sampai
paling bawah, sekarang dikenal dengan nama Al-Malāyah (pakaian) pendek.
Abu Hurairah berkata: (mereka mengikatkannya ke leher) artinya
mengikatkan kain mereka ke lehernya seperti anak kecil melakukannya
karena kain yang tidak cukup untuk dibentuk polanya dan digunakan, jadi
ujung kainnya di lehernya -raḍiyallāhu 'anhum-. Kemudian Abu Hurairah
berkata: (sebagiannya sampai ke pertengahan betis) artinya panjang
kainnya dari pundak sampai ke mata kaki atau separuh betis. Kemudian dia
berkata, (di antaranya ada yang sampai ke mata kaki lalu dihimpunnya
dengan genggaman tangan khawatir tersingkap auratnya) artinya saat salat
kainnya dihimpun hingga tak terlihat auratnya baik waktu rukuk atau
sujud -raḍiyallāhu 'anhum-. Inilah keadaan kebanyakan sahabat
-raḍiyallāhu 'anhu -, mereka hidup dengan kefakiran dan kekurangan,
tidak terpesona dengan dunia dan perhiasannya. Bahkan setelah penaklukan
negri-negri mereka tetap tak ambil pusing dengannya, eksis dengan
qana'ah dan zuhud mereka sampai Allah -Ta'ālā- mewafatkan mereka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3645 |
|
Hadith 472 الحديث
الأهمية: بأي شيء كان يَبْدَأُ النبي -صلى الله
عليه وسلم- إذا دخل بَيته؟ قالت: بالسِّوَاك
Tema: Apa yang pertama kali dilakukan Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau memasuki rumahnya? Aisyah
menjawab, "Bersiwak". |
عن شريح بن هانىء، قال: قلت لعائشة رضي
الله عنها: بأي شيء كان يبدأ النبي - صلى الله عليه وسلم - إذا دخل بيته؟
قالت: بالسواك.
Dari Syuraiḥ bin Hāni`, ia berkata,
"Aku bertanya kepada Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, Apa yang pertama kali
dilakukan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika beliau memasuki
rumahnya?" Aisyah menjawab, "Bersiwak."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
تخبر عائشة -رضي الله عنها- أن أول ما
يبدأ به -صلى الله عليه وسلم- عند دخوله البيت: السواك، ومشروعية السواك
عامة في جميع الأوقات، ويتأكد ذلك: في الأوقات التي ندب الشارع إليها
ومنها: عند دخول البيت، ولعل ذلك لإزالة ما يحصل عادة بسبب كثرة الكلام
الناشئة عن الاجتماع.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- mengabarkan
bahwa hal pertama kali yang dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- ketika memasuki rumahnya adalah bersiwak.
Disyariatkannya siwak adalah bersifat terbuka di segala waktu. Bersiwak
menjadi dipertegas pada waktu-waktu yang dianjurkan oleh syariat untuk
bersiwak, seperti ketika masuk rumah. Boleh jadi hal ini untuk
menghilangkan aroma akibat banyak berbicara saat membaur dengan
masyarakat umum. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3652 |
|
Hadith 473 الحديث
الأهمية: فإن مالَه ما قدَّم ومال وارثِه ما
أخَّر
Tema: Sesungguhnya hartanya ialah yang telah
dia gunakan dan harta ahli warisnya ialah yang dia tinggalkan. |
عن ابن مسعود -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «أيُّكم مالُ وارثِه أحَبُّ إليه من
مالَه؟» قالوا: يا رسول الله، ما منَّا أحد إلا مَالُه أحَبُّ إليه. قال:
«فإن مالَه ما قدَّم، ومالُ وارثِه ما أخَّر».
Dari Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya "Siapakah
di antara kalian yang lebih mencintai harta untuk ahli warisnya daripada
hartanya sendiri?" Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, tidak ada
seorang pun dari kami melainkan dia lebih mencintai hartanya sendiri."
Beliau bersabda, "Sesungguhnya hartanya ialah yang telah dia gunakan dan
harta ahli warisnya ialah yang dia tinggalkan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يسأل النبي -صلى الله عليه وسلم- أصحابه
قائلا: "أيكم مال وارثه أحب إليه من ماله" يعني: أي واحد منكم يحب أن يكون
مال وارثه الذي يتملكه من بعده أكثر مما يحب ماله الذي يملكه في حياته
قالوا:
"ما منا أحد إلا ماله أحب إليه" أي : ليس هناك إنسان إلا ويجد نفسه يحب
ماله الذي بيده وله التصرف المطلق به أكثر مما يحب مال غيره؛ لأن ما يملكه
هو الوسيلة إلى تحقيق رغَبَاتِه، وتَطَلُعَاتِه.
قال: "فإن
مَالَه ما قدم " أي : أن المال الذي يصرفه المرء في حياته على نفسه، وصالح
أعماله من حج، ووقف، وبناء مدرسة، وعمارة مسجد، ومستشفى، أو ينفقه على نفسه
وعياله، هو ماله الحقيقي؛ الذي يجده أمامه يوم القيامة. وأما ما يَدّخِره
في حال حياته ويَبْخَل عن الإنفاق في سبيل الله -تعالى-، فهو مال وراثه،
ليس له فيه شيء.
وفي معنى
حديث الباب: ما رواه مسلم عن عبد الله بن الشخير -رضي الله عنه- قال : أتيت
النبي -صلى الله عليه وسلم- وهو يقرأ: ألهاكم التكاثر، قال: (يقول ابن آدم:
مالي، مالي، قال: وهل لك، يا ابن آدم من مالك إلا ما أكلت فأفنيت، أو لبست
فأبليت، أو تصدقت فأمضيت) وليس معنى هذا: أن الإنسان ينفق مالَه كله في
سبيل الله ويبقى هو وأهله يَتَكَفَفُوَنَ الناس، بل المقصود من الحديث: أن
الإنسان كما أنه يسعى ليدخر للورثة من بعده كذلك عليه بالسعي في الادخار
لآخرته، بما فضل على نفقته ونفقة من يمونه من زوجة وأولاد ووالدين؛ لأن هذا
من النفقة الواجبة التي لا بد منها وإلا كان آثمًا، ويدل لذلك ما رواه أبو
أمامة رضي الله عنه ، قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: "يا ابن
آدم إنك أَن تَبْذُلَ الفَضَل خيرٌ لك، وأن تمسكه شر لك".
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bertanya kepada para sahabatnya, seraya bersabda, "Siapakah di antara
kalian yang lebih mencintai harta untuk ahli warisnya daripada hartanya
sendiri?" yakni, siapakah di antara kalian yang mencintai harta ahli
waris yang akan memilikinya setelah wafatnya melebihi kecintaannya
kepada harta yang dimilikinya ketika hidupnya? Sahabat menjawab, "tidak
ada seorang pun dari kami melainkan dia lebih mencintai hartanya
sendiri." Artinya semua dari kita lebih cinta kepada hartanya yang ada
di tangan, di mana ia bebas menggunakannya daripada harta orang lain.
Beliau bersabda, "Sesungguhnya hartanya ialah yang telah dia gunakan"
yakni harta yang dia gunakan dalam hidupnya untuk dirinya sendiri dan
amal salehnya berupa haji, wakaf, bangun sekolah, memakmurkan masjid,
rumah sakit atau dia infakkan untuk diri dan keluarga, itulah harta
aslinya yang akan dia dapati di akhirat. Adapun yang dia simpan semasa
hidupnya dan dia tahan untuk disalurkan di jalan Allah -Ta'ālā- maka itu
adalah harta ahli warisnya tak ada bagian untuknya. Dalam hadis yang
semakna dengan bab ini, diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin
Asy-Syakhīr -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, aku menemui Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- yang sedang membaca surat At-Takāṡur, beliau
bersabda, "Anak Adam berkata, hartaku, hartaku. Beliau bersabda, Apakah
engkau wahai wahai anak Adam memiliki harta selain apa yang kau makan
hingga habis, atau engkau pakai lalu usang, atau engkau sedekahkan lalu
tersampaikan" Ini bukan berarti seseorang harus menginfakkan semua harta
di jalan Allah lalu diri dan keluarga meminta-minta kepada orang. Akan
tetapi maksud hadis adalah sebagaimana orang berusaha menyimpan untuk
ahli warisnya begitu pula hendaknya ia menyimpan untuk akhiratnya dari
kelebihan nafkah atas diri dan keluarganya seperti anak istri dan kedua
orang tua, karena ini merupakan nafkah yang wajib tidak boleh tidak,
kalau tidak dia berdosa. Sebagai dalilnya adalah apa yang diriwayatkan
oleh Abu Umamah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "Wahai anak Adam! Engkau infakkan dari
kelebihan kebutuhanmu lebih baik daripada engkau tahan menjadi keburukan
bagimu." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3653 |
|
Hadith 474 الحديث
الأهمية: بَادِرُوا الصُّبْحَ بالوِتر
Tema: Bersegeralah kalian memasuki Subuh
dengan witir! |
عن ابن عمر رضي الله عنهما أن النبي
-صلى الله عليه وسلم- قال: «بادروا الصبح بالوتر».
Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhuma-
bahwa Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Bersegeralah kalian memasuki subuh dengan witir!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: استحباب تأخير صلاة الوتر
إلى آخر الليل، لكن ينبغي لمن أخر وتره إلى آخر الليل أن يَحتاط ويبادر
بأدائه قبل أن يَطلع عليه الفجر؛ لأن آخر وقت صلاة الليل طلوع الفجر، فإذا
طلع عليه الفجر قبل أن يوتر فاتته الفضيلة.
Makna hadis: Disunnahkan mengakhirkan
salat witir sampai ujung malam. Hanya saja, hendaknya orang yang
menangguhkan witirnya sampai akhir malam itu waspada dan bersegera
menunaikannya sebelum terbit fajar. Sebab, akhir waktu salat malam
adalah terbitnya fajar. Jika fajar telah terbit sebelum melaksanakan
salat witir, maka telah luput darinya keutamaan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3655 |
|
Hadith 475 الحديث
الأهمية: أن رجلاً أصاب من امرأةٍ قُبْلَةً، فأتى
النبي -صلى الله عليه وسلم- فأخبره، فأنزل الله -تعالى-: (وأقم الصلاة طرفي
النهار وزلفا من الليل إن الحسنات يذهبن السيئات)
Tema: Ada seorang pria yang mencium seorang
wanita, lalu ia datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
kemudian menyampaikan hal itu. Maka Allah -Ta'ālā- pun menurunkan ayat,
“Dan tegakkanlah salat di kedua ujung siang (pagi dan petang), dan pada
bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu
menghapus kesalahan-kesalahan.” |
عن ابن مسعود -رضي الله عنه- مرفوعاً:
أن رجلاً أصاب من امرأةٍ قُبْلَةً، فأتى النبي -صلى الله عليه وسلم-
فأخبره، فأنزل الله -تعالى-: (وأقم الصلاة طَرَفَيِ النَّهَار وزُلَفًا
مِنَ اللَّيلِ إِنَّ الحَسَنَاتِ يُذْهِبنَ السَّيِئَات) [هود: 114] فقال
الرجل: ألي هذا يا رسول الله؟ قال: «لِجَمِيعِ أُمَّتِي كُلِّهِم».
Dari Ibnu Mas‘ūd -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', bahwasanya ada seorang pria yang mencium seorang wanita,
lalu ia datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kemudian
menyampaikan hal itu. Maka Allah -Ta'ālā- pun menurunkan ayat, “Dan
tegakkanlah salat di kedua ujung siang (pagi dan petang), dan pada
bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu
menghapus kesalahan-kesalahan.” Maka pria itu berkata, “Apakah ini
(khusus) untukku, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Untuk semua
umatku secara keseluruhan.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا ابن مسعود رضي الله عنه أن رجلا
من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم يسمى أبو اليسر قبَّل امرأة أجنبية،
فندم على ما وقع منه "فأتى النبي صلى الله عليه وسلم فأخبره" بما وقع فيه
"فأنزل الله عز وجل" في شأنه "أقم الصلاة طرفي النهار" أي صل الصلوات التي
في طرفي النهار، وهما الصبح والظهر والعصر "وزلفا من الليل" أي وصل أيضا
الصلاتين اللتين في أول الليل وهما المغرب والعشاء "إن الحسنات يذهبن
السيئات" أي فإن هذه الصلوات الخمس كفارة لصغائر الذنوب، ومنها ما فعلت
"فقال الرجل: ألي هذا ؟" أي هل هي كفارة لي خاصة أو للناس عامة "قال لجميع
أمتي" أي أن هذه الصلوات الخمس كفارة لمن فعل ذلك من جميع أمتي.
وفي الحديث الآخر: (ما من مسلم يذنب ذنبًا ثم يتوضأ فيصلي ركعتين ثم
يستغفر الله تعالى لذلك الذنب إلا غفر له)، وقرأ هاتين الآيتين: (ومن يعمل
سوءا أو يظلم نفسه ثم يستغفر الله يجد الله غفورا رحيما)
(والذين إذا فعلوا فاحشة أو ظلموا أنفسهم ) الآية. رواه أحمد برقم
(47) .
وهذا من
سعة رحمة الله تعالى بعباده أن جعل الصلوات الخمس ونوافل الصلاة كفارة
لذنوبهم، وإلا لهلكوا.
Ibnu Mas‘ūd -raḍiyallāhu 'anhu-
menceritakan bahwa ada seorang pria dari kalangan sahabat Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, namanya Abu Al-Yusr, ia mencium seorang
wanita yang bukan mahramnya, lalu ia menyesali apa yang telah
dilakukannya. Ia pun mendatangi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- guna
menyampaikan kepada beliau apa yang telah terjadi. Maka Allah 'Azza wa
Jalla pun menurunkan ayat, “Dan tegakkanlah salat di kedua ujung siang
(pagi dan petang)”, maksudnya: kerjakanlah salat-salat yang ada di kedua
ujung siang, yaitu salat Subuh, Zuhur dan Ashar. “dan pada bagian
permulaan malam” maksudnya: kerjakanlah juga 2 salat yang ada di awal
malam, yaitu salat Magrib dan Isya. “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan
baik itu menghapus kesalahan-kesalahan”, maksudnya bahwa kelima salat
ini menjadi penghapus dosa-dosa kecil, termasuk di dalamnya apa yang
telah engkau lakukan. Maka pria itupun bertanya, “Apakah ini (khusus)
untukku?” Maksudnya: apa (salat) itu menjadi penghapus dosa khusus untuk
saya saja atau juga untuk seluruh manusia. Beliau bersabda, “Untuk semua
umatku”, maksudnya: bahwa kelima salat ini menjadi penghapus dosa untuk
siapa saja yang melakukan hal itu dari seluruh umatku. Dalam hadits yang
lain disebutkan, “Tidak ada seorang muslim pun yang melakukan satu dosa,
lalu ia berwudu, kemudian mengerjakan salat 2 rakaat, lalu ia memohon
ampun kepada Allah -Ta'ālā- untuk dosa itu, melainkan akan diampuni
untuknya”, lalu beliau membaca kedua ayat ini, “Dan siapa melakukan
perbuatan dosa atau menzalimi dirinya, lalu ia memohon ampun kepada
Allah, niscaya ia akan mendapati Allah itu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”, dan ayat, “Dan orang-orang yang jika melakukan perbuatan
keji atau menzalimi diri mereka…” (HR. Ahmad, no. 47). Ini merupakan
salah satu bentuk keluasan rahmat Allah -Ta'ālā- kepada hamba-Nya,
dengan menjadikan salat lima waktu dan juga salat-salat sunnah sebagai
penghapus dosa-dosa mereka, sebab kalau tidak demikian maka mereka akan
celaka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3656 |
|
Hadith 476 الحديث
الأهمية: جاء رجل إلى النبي -صلى الله عليه وسلم-
فقال: يا رسول الله، أصبت حدًا، فأقمه عليَّ
Tema: Seorang lelaki mendatangi Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu berkata, "Wahai Rasulullah! Aku
telah melanggar hukum, tegakkanlah hukum kepadaku!" |
عن أنس -رضي الله عنه- مرفوعاً: جاء رجل
إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال: يا رسول الله، أصَبْتُ حدًّا،
فَأَقِمْه عليَّ، وحضرت الصلاة، فصلى مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
فلمَّا قضى الصلاة، قال: يا رسول الله، إني أصَبْتُ حَدًّا فأقم فيَّ كتاب
الله. قال: «هل حَضَرْتَ مَعَنَا الصلاة»؟ قال: نعم. قال: «قد غُفِر لك».
Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- secara
marfū', Seorang lelaki mendatangi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
lalu berkata, "Wahai Rasulullah! Aku telah melanggar hukum, tegakkanlah
hukum kepadaku!" Lantas waktu salat tiba dan ia pun salat bersama
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Usai melaksanakan salat,
orang itu berkata lagi, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku telah
melanggar hukum, karena itu tegakkanlah kepadaku Kitabullah!" Beliau
bertanya, "Apakah engkau ikut salat bersama kami." Orang itu menjawab,
"Ya." Beliau bersabda, "Engkau sudah diampuni."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء رجل فقال: يا رسول الله، إني فعلت
شيئًا يوجب الحد، فأقمه علي: أي: الحد، والمراد به حكم الله.
قال أنس
(ولم يسأله عنه): ولم يسأل عنه أي: لم يسأل رسول الله صلى الله عليه وسلم
الرجل عن موجب الحد ما هو؟
قيل: لأنه عليه الصلاة والسلام عرف ذنبه وغفرانه بطريق الوحي.
وحضرت
الصلاة فصلى مع رسول الله صلى الله عليه وسلم : أي: إحدى الصلوات أو العصر
فلما أداها وانصرف عنها قام الرجل فقال: يا رسول الله، إني أصبت حدا فأقم
في. أي: في حقي كتاب الله : أي: حكم الله من الكتاب والسنة، والمعنى: اعمل
بما دل عليه في شأني من حد أو غيره، قال صلى الله عليه وسلم: "أليس قد صليت
معنا؟" قال: نعم، قال: " فإن
الله قد غفر لك ذنبك، أو حدك " شك من الراوي أي: سبب حدك.
والمراد
بالحد العقوبة الشاملة للتعزير، ويحتمل أن يكون غيره، وليس المراد بالحد
حقيقته الاصطلاحية، كالزنى وشرب الخمر، وهو ما أوجب عقوبة مقدرة، وحكمة
كونه عليه الصلاة والسلام لم يسأله عنه أنه علم له نوع عذر، فلم يسأله عنه
حتى لا يقيمه عليه، إذ لو أعلمه لوجب عليه إقامته عليه وإن تاب ؛ لأن
التوبة لا تسقط الحدود إلا حد قاطع الطريق للآية، وكذا حد زنا الذمي إذا
أسلم.
Seorang lelaki datang lalu berkata,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah melakukan sesuatu yang wajib
mendapatkan hukuman. Tegakkanlah hukuman itu kepadaku!" Maksudnya hukum
Allah. Anas berkata, (Nabi tidak menanyakan kesalahannya kepadanya)
"Nabi tidak menanyakan tentang kesalahannya" yaitu, Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak bertanya kepada orang itu mengenai
sesuatu yang membuatnya harus dihukum, apa kesalahannya?" Ada yang
mengatakan karena Nabi -'alaihiṣṣalātu was sallām- telah mengetahui dosa
dan ampunan untuk orang itu melalui wahyu. (Lantas waktu salat tiba,
lalu orang itu salat bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-"
yaitu salah satu salat atau salat ashar. Setelah orang itu
menunaikannya, dia berdiri lalu berkata, "(Wahai Rasulullah! Aku telah
melanggar hukum, tegakkanlah hukum kepadaku!) yaitu, tegakkanlah hukum
Kitabullah kepadaku. yakni hukum Allah dari Al-Kitab dan As-Sunnah.
Artinya lakukanlah hukuman atau lainnya yang berkaitan denganku."
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, (Bukankah engkau
sudah salat bersama kami?") Orang itu menjawab, "Ya." Beliau bersabda,
"Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosamu atau hukumanmu." Perawi
ragu-ragu, yaitu sebab hukumanmu. Maksud dari hukuman adalah sanksi yang
universal termasuk ta'zīr, dan mungkin juga makna yang lain. Jadi maksud
dari had bukan hakikat istilahnya seperti zina, minum khamar yang telah
ditentukan hukumannya. Hikmah dari Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
tidak menanyakan tentang dosanya karena beliau tahu alasannya, maka
tidak menanyakannya agar tidak menegakkan had atasnya. Sebab bila
dilaporkan pada beliau, maka wajib ditegakkan hukuman itu padanya meski
ia bertaubat. Karena taubat tidak dapat menghapus hukum had kecuali
perampok jalanan berdasarkan ayat Al-Qur`ān, begitu pula hukuman zina
bagi orang zimmi apabila dia masuk Islam. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3658 |
|
Hadith 477 الحديث
الأهمية: إذا أراد الله -تعالى- رحمةَ أُمَّةٍ
قَبض نبيَّها قبلها، فجعلَه لها فَرطًا وسَلفًا بين يديها
Tema: Jika Allah -Ta'ālā- menghendaki rahmat
bagi suatu umat, Dia mewafatkan Nabi umat itu sebelum mereka, lalu
menjadikannya sebagai simpanan pahala dan pendahulu bagi umat tersebut. |
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه-
مرفوعاً: «إذا أراد الله تعالى رحمة أُمَّة، قَبض نبيَّها قبلها،
فَجَعَلَهُ لها فَرَطًا وسَلفًا بين يديها، وإذا أراد هلَكَةً أُمَّة،
عَذَّبَها ونَبِيُّهَا حَيٌّ ، فأهْلَكَها وهو حَيٌّ يَنظرُ، فأقرَّ عينَه
بِهَلاَكِهَا حين كذَّبُوه وعَصَوا أمرَه».
Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu
'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bersabda, "Jika Allah
menghendaki rahmat bagi satu umat, Dia mewafatkan Nabi umat itu sebelum
mereka, lalu menjadikannya sebagai simpanan pahala dan pendahulu bagi
umat tersebut. Jika Allah menghendaki kebinasaan suatu umat, Dia
menyiksanya sedang Nabinya masih hidup. Selanjutnya Allah
membinasakannya sedangkan Nabi itu hidup dan menyaksikan. Dengan
demikian Allah menjadikan matanya sejuk dengan kebinasaan umat saat
mereka mendustakan nabi tersebut dan mendurhakai perintahnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى هذا
الحديث: أن الله -تعالى- إذا أراد خيرًا بأمة من الأمم قبض نبيها،
وبقيت أمته بعده فيكون فرطها في الجنة، ويكون هو الشفيع لهذه الأمة.
وأصل
الفرط: هو الذي يتقدم الواردين ليهيئ لهم ما يحتاجون إليه عند نزولهم في
منازلهم ثم استعمل للشفيع فيمن خلفه.
وفي
الحديث الآخر: قال -صلى الله عليه وسلم-: "أنا فرطكم على الحوض". أي:
سابقكم لأرتاد لكم الماء.
"وإذا أراد هلاك أمة عذبها ونبيها حي،
فأهلكها وهو حي ينظر" كما وقع لنوح -عليه الصلاة والسلام- مع قومه وغيره من
الأنبياء.
فهنا
النبي -صلى الله عليه وسلم- كأنه يخبرهم عن رحمة رب العالمين بهذه الأمة،
وهو رحمة مهداة إلى هذه الأمة -صلوات الله وسلامه عليه-، فالله -عز وجل-
قال: (وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين)، وقد وعَدَ الله هذه الأمة ألا
يعذبهم وهو فيهم -صلى الله عليه وسلم-، وزادهم من فضله وكرمه، فقال
-تعالى-: (وما كان الله ليعذبهم وأنت فيهم وما كان الله معذبهم وهم
يستغفرون).
Tema: Makna hadis: Sesungguhnya Allah
-Ta'ālā- jika menghendaki kebaikan bagi satu umat, Dia mencabut nyawa
Nabi mereka, dan umat itu masih tetap hidup setelahnya. Dengan demikian,
Nabi itu menjadi simpanan pahala yang didahulukan bagi umatnya di surga
dan menjadi pemberi syafaat bagi mereka. Asal arti Al-Faraṭu ialah orang
yang mendahului tamu yang mengambil air untuk menyediakan apa yang
mereka butuhkan saat singgah di rumah-rumah mereka. Selanjutnya kata ini
digunakan untuk orang yang memberi syafaat kepada orang-orang
setelahnya. Dalam hadis yang lain disebutkan sabda beliau -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, "Aku yang mendahului kalian di Hauḍ" yakni aku
mendahului untuk menghadirkan air kalian. "Jika Allah menghendaki
kebinasaan suatu umat, Dia menyiksanya sedang Nabinya masih hidup.
Selanjutnya Allah membinasakannya sedangkan Nabi itu hidup dan
menyaksikan," seperti yang terjadi pada Nuh -‘alaihissalām- dengan
kaumnya dan Nabi-nabi selainnya. Di sini, Nabi seolah mengabari mereka
tentang rahmat Allah terhadap umat ini, dan memang beliau -ṣalawātullāhi
wa salāmu 'alaihi- adalah rahmat yang didedikasikan bagi umat ini. Allah
berfirman, "Dan Kami tidak mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi alam
semesta". Allah telah menjanjikan umat ini untuk tidak diazab selama
beliau hidup, bahkan Allah tambah karunia dan pemberian-Nya. Allah
-Ta'ālā- berfirman, "Dan Allah tidak akan mengazab mereka sementara
engkau ada bersama mereka, dan Allah tidaklah mengazab mereka sedangkan
mereka senantiasa beristigfar." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3667 |
|
Hadith 478 الحديث
الأهمية: بَلِّغُوا عَنِّي ولو آية، وحَدِّثُوا
عن بَنِي إسرائيل ولا حَرَج، ومن كَذَب عليَّ مُتَعَمِدَا فَليَتَبَوَّأ
مَقْعَدَه من النَّار
Tema: Sampaikanlah oleh kalian dariku
walaupun satu ayat saja dan ceritakanlah oleh kalian dari (riwayat) Bani
Israil dan itu tidak mengapa. Dan siapa yang berdusta atas namaku dengan
sengaja, hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka |
عن عبد الله بن عمرو بن العاص -رضي الله
عنهما-: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «بلغوا عني ولو آية، وحدثوا عن
بني إسرائيل ولا حرج، ومن كذب علي متعمدا فَلْيَتَبَوَّأْ مقعده من النار».
Abdullah bin 'Amr bin Al-'Āṣ
-raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersabda, "Sampaikanlah oleh kalian dariku walaupun satu ayat
saja dan ceritakanlah oleh kalian dari (riwayat) Bani Israil dan itu
tidak mengapa. Dan siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja,
hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث انقلوا إلى الناس العلم
الموروث عني من كتاب أو سنة، ولو كان الشيء الذي تبلغونه قليلاً كآية من
القرآن، بشرط أن يكون ضابطًا لما يبلغه، والأمر بالتبليغ على الوجوب في حال
تعيُّن ذلك عليه، فإن لم يتعين عليه ذلك، كأن يكون في البلد دعاة إلى الله
يقومون بتعليم الناس وتبصيرهم أمور دينهم، فلا يجب عليه البلاغ، بل يستحب
له ذلك، ولا بأس ولا إثم عليكم أن تحدثوا عن بني إسرائيل بما وقع لهم من
وقائع حقيقية، كنزول النار من السماء لأكل القربان وكحكاية قتل أنفسهم في
توبتهم من عبادة العجل، أو تفصيل القصص المذكورة في القرآن مما فيه عِبر
ومواعظ، ومن افترى عليَّ الكذب فليتخذ لنفسه منزلا في النار، وذلك ؛ لأن
الكذب على رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ليس كالكذب على الناس، الكذب على
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- كَذب على الله -عز وجل-، ثم هو كذب على
الشريعة؛ لأن ما يخبر به رسول الله -صلى الله عليه وسلم- من الوحي هو من
شريعة الله -تعالى-، فكانت عقوبته أشد.
Makna hadis ini adalah: Sampaikanlah
kepada manusia ilmu yang diwariskan dariku; yaitu Al-Qur`ān atau Sunnah,
walaupun apa yang kalian sampaikan itu sedikit, seperti satu ayat dari
Al-Qur`ān, dengan syarat ia mengetahui dan memahami apa yang
disampaikannya. Perintah untuk menyampaikan tersebut hukumnya wajib jika
hal itu hanya dia yang bisa melakukannya. Jika ada orang lain yang
sanggup, seperti karena di suatu negeri telah banyak para dai agama
Allah yang mengajar manusia dan menjelaskan kepada mereka tentang
urusan-urusan agama mereka, maka menyampaikan hal tersebut tidak menjadi
wajib baginya, tapi menjadi sunah. Tidak apa-apa dan kalian tak berdosa
bila menceritakan riwayat-riwayat dari Bani Israil mengenai berbagai
peristiwa nyata yang menimpa mereka, seperti turunnya api dari langit
untuk memakan kurban, atau kisah bunuh diri mereka sebagai syarat
bertobat dari penyembahan anak sapi atau rincian berbagai kisah yang
disebutkan dalam Al-Qur`ān yang mengandung pelajaran dan nasihat. Siapa
yang melakukan dusta atas namaku, hendaknya ia menyiapkan tempat tinggal
untuk dirinya di neraka. Hal ini terjadi karena dusta atas nama
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak seperti berdusta atas
nama manusia pada umumnya. Berdusta atas nama beliau adalah kedustaan
atas nama Allah -'Azza wa Jalla-. Selanjutnya itu adalah dusta terhadap
syariat; sebab, wahyu yang diberitakan oleh Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- adalah syariat. Dengan demikian, siksaannya lebih
dahsyat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3686 |
|
Hadith 479 الحديث
الأهمية: لَك بها يوم القيامة سَبْعُمائَةِ نَاقة
كُلُّهَا مَخْطُومَة
Tema: Dengan unta inilah maka kamu akan
mendapatkan tujuh ratus ekor unta yang sudah dikekang pada hari kiamat. |
عن أبي مسعود -رضي الله عنه- قال: جاء
رجل إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- بناقة مَخْطُومَةٍ، فقال: هذه في سبيل
الله، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لك بها يوم القيامة سبعمائة
ناقة كلها مَخْطُومَةٍ».
Dari Abu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, "Seorang lelaki datang kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- dengan membawa seekor unta yang sudah dikekang. Ia
berkata, "Unta ini untuk di jalan Allah." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- bersabda, "Dengan unta inilah maka kamu akan mendapatkan
tujuh ratus ekor unta yang sudah dikekang pada hari kiamat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء رجل إلى النبي -صلى الله عليه وسلم-
بناقة مَخْطُومَةٌ، أي مَشْدُودةٌ بِحَبل، وهو قريب من الزمام التي تُشَدُّ
به الناقة، فقال الرجل: يا رسول الله، هذه في سَبِيلِ الله، أي أوقفها في
الجهاد في سبيل الله -تعالى-، للغزو بها.
فقال له
-صلى لله عليه وسلم-: "لك بها سَبْعُمائَةِ نَاقة "؛ وذلك لأن الله -تعالى-
يُضاعف الحسنة بعشر أمثالها إلى سَبعمائة ضِعف إلى أضْعَاف كثيرة، كما في
قوله -تعالى-: (مَثَل الذين ينفقون أموالهم في سبيل الله كَمثَلِ حبة أنبتت
سبع سنابل في كل سنبلة مائة حبة والله يضاعف لمن يشاء والله واسع
عليم)[البقرة:261].
قوله:
"كُلُّهَا مَخْطُومَةٌ " فائدة الخِطام: زيادة تمكن صاحبها من أن يعمل بها
ما أراد، وهذا من حسن الجزاء، فكما أن هذا الرجل جاء بناقته إلى النبي -صلى
الله عليه وسلم- مَشْدُودٌ
عليها بالخِطام، جزاه الله بسبعمائة ناقة كلها مَشْدُودٌ عليها بالخِطام؛
وليعلم من ينفق في الدنيا أن كل زيادة يقدمها سيحزى بها، والخطام له قيمة
وجمال وزيادة في الناقة.
Seorang lelaki datang kepada Nabi
Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan membawa seekor unta yang
sudah diberi tali kekang." Yakni, diikat dengan tali, seperti tali
kendali yang digunakan untuk mengikat unta. Lelaki itu berkata, "Wahai
Rasulullah, unta ini sumbangan untuk di jalan Allah." Yakni, aku
wakafkan unta ini untuk jihad di jalan Allah -Ta'ālā- agar dipakai
berperang sambil menungganginya. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersabda kepada lelaki itu, "Dengan unta inilah, maka untukmu
tujuh ratus ekor unta yang sudah dikekang pada hari kiamat (yang sama
-edit)," Hal ini karena Allah -Ta'ālā- melipatgandakan kebaikan sepuluh
sampai tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Hal ini
berdasarkan firman Allah -Ta'ālā-, "Perumpamaan orang yang menginfakkan
hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh
tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan
bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, lagi Maha
Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 261). "yang sudah dikekang semuanya,"
Manfaat tali kendali yaitu memungkinkan pemiliknya menggunakannya sesuai
kehendaknya, dan ini termasuk sebaik-baik balasan. Sebagaimana lelaki
tersebut datang kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
sambil membawa untanya yang sudah diikat dengan tali kekang, maka Allah
pun membalasnya dengan tujuh ratus ekor unta yang semuanya sudah
dikekang dengan tali kendali. Hendaklah setiap orang yang berinfak di
dunia mengetahui bahwa apa yang diinfakkannya itu akan dibalas. Tali
kekang unta tersebut punya nilai, keindahan dan tambahan yang ada pada
unta. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3687 |
|
Hadith 480 الحديث
الأهمية: أن رجلًا استأذن على النبي -صلى الله
عليه وسلم- فقال: ائْذَنُوا له، بِئْسَ أخُو العَشِيرَة
Tema: Seseorang meminta izin kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka beliau bersabda, "Izinkanlah dia,
sejelek-jelek orang dari kabilahnya". |
عن عائشة -رضي الله عنها- أن رجلًا
استأذن على النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال: «ائْذَنُوا له، بئس أخو
العَشِيرَةِ؟».
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- bahwa
seseorang meminta izin kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka
beliau bersabda, "Izinkanlah dia, sejelek-jelek anak dari kabilahnya"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
استأذن رجل على النبي -صلى الله عليه
وسلم- فقال: "ائذنوا له، بِئْس أخو العشيرة، أو ابْن العشيرة"، فلما جلس
تَطلَّق النبي -صلى الله عليه وسلم- في وجهه وانْبَسط إليه، فلما انطلق
الرجل قالت له عائشة: يا رسول الله، حين رأيت الرجل قلت له كذا وكذا، ثم
تَطَلَّقْتَ في وجهه وانْبَسطت إليه؟ فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-:
"يا عائشة، متى عَهِدْتِنِي فَحَّاشًا، إن شَرَّ الناس عند الله منزلة يوم
القيامة من تركه الناس اتقاء شره" فهذا الرجل من أهل الفساد والشر ولهذا
ذكره -صلى الله عليه وسلم- في غيبته بما يستحقه فقال بئس ابن قبيلته هو من
أجل أن يحذر الناس فساده، حتى لا يغتروا به، فإذا رأيت شخصًا ذا فساد
وغَيٍّ لكنه قد سَحَر الناس بفصاحته، فإنه يجب عليك أن تبين أن هذا الرجل
فاسد؛ لأجل ألا يَغْتَّر الناس به، كمْ من إنسان طَليق اللسان فصيح البيان
إذا رأيته يعجبك جسمه وإن يقل تسمع لقوله، ولكنه لا خير فيه، فالواجب بيان
حاله.
وأما عن
ملاطفته -صلى الله عليه وسلم- للرجل فذلك من باب المُدارة وأهل العلم
يقررون أن المُداراة مطلوبة، يعني في التعامل مع الآخرين، بخلاف
المُدَاهنة، المُدَاهنة التي يترتب عليها تنازل عن واجب، أو ارتكاب محظور،
هذا لا يجوز بحال، لقوله -تعالى-: (وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ )
[سورة القلم: 9]، أما المُداراة والتعامل مع الناس بما يحقق المصلحة ولا
يترتب عليه أدنى مفسدة، فإن هذا أمر شرعي.
Seorang lelaki minta izin kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- , maka beliau bersabda, "Izinkanlah dia,
sejelek-jeleknya saudara dari seluruh keluarganya atau anak dari seluruh
keluarganya." Setelah orang itu duduk, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bermuka ceria di hadapannya dan menyambut orang itu. Setelah
lelaki tersebut pergi, Aisyah bertanya kepada beliau, "Wahai Rasulullah,
saat engkau melihat lelaki itu, engkau katakan kepadanya begini dan
begini. Selanjutnya engkau berseri-seri di hadapannya dan senang
kepadanya? Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Wahai
Aisyah, kapan engkau mengenalku sebagai orang yang keji? Sesungguhnya
manusia paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah
orang yang ditinggalkan oleh manusia demi menghindari kejahatannya."
Orang ini adalah pembuat kerusakan dan kejahatan. Karena itu, Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melakukan gibah kepada orang itu mengenai
apa yang layak baginya. Beliau bersabda, "Sejelek-jelek orang dari
kabilahnya." Ini demi mengingatkan manusia dari keburukannya sehingga
mereka tidak terperdaya olehnya. Jika engkau melihat seorang pembuat
kerusakan dan kesesatan, tapi ia mampu menyihir manusia dengan
kefasihannya, maka engkau wajib menjelaskan bahwa orang ini pembuat
kerusakan supaya manusia tidak terperdaya olehnya. Tidak sedikit orang
yang pandai bicara dan tutur katanya fasih, ketika engkau melihatnya,
engkau terpesona dengan tubuhnya dan jika ia berkata, engkau mendengar
ucapannya, tapi ia tidak memiliki kebaikan, maka menjadi satu kewajiban
untuk menjelaskan perkaranya. Adapun sikap ramah Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- kepada lelaki tersebut, itu adalah bagian dari sikap
akrab. Para ulama sendiri menetapkan bahwa akrab dan ramah dalam bergaul
adalah sesuatu yang dituntut. Maksudnya ketika berinteraksi dengan orang
lain. Ini berbeda dengan sikap "Al-Mudāhanah" (cari muka). Tindakan
mencari muka dapat menyebabkan seseorang meninggalkan kewajiban atau
melakukan hal yang dilarang. Tentunya, bagaimanapun keadaannya, tindakan
tersebut tidak boleh. Hal ini berdasarkan firman Allah -Ta'ālā, "Mereka
menginginkan agar engkau bersikap lunak supaya mereka bersikap lunak
(pula)," (QS. Al-Qalam: 9). Adapun berlaku ramah dan berinteraksi dengan
manusia dalam hal yang dapat merealisasikan kemaslahatan dan tidak
menimbulkan kerusakan sekecil apa pun, maka sesungguhnya ini adalah hal
yang sesuai dengan syariat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3688 |
|
Hadith 481 الحديث
الأهمية: من سَرَّه أن يَنْظَر إلى رجُل من أهل
الجَنَّة فَلْيَنْظر إلى هذا
Tema: Siapa yang ingin melihat kepada
seorang lelaki dari penghuni surga, hendaknya ia melihat kepada orang
ini. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن
أعْرَابيًا أتَى النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال: يا رسول الله، دُلَّنِي
على عمل إذا عَمِلتُه، دخلت الجنة. قال: «تَعْبُدُ الله لا تُشرك به شيئا،
وتُقِيم الصلاة، وتُؤتي الزكاة المَفْرُوضَة، وتصوم رمضان» قال: والذي نفسي
بيده، لا أَزِيْدُ على هذا، فلمَّا ولَّى قال النبي -صلى الله عليه وسلم-:
«من سَرَّه أن يَنْظَر إلى رجُل من أهل الجَنَّة فَلْيَنْظر إلى هذا».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
bahwa seorang Arab baduwi datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam-, lalu berkata, "Wahai Rasulullah! Tunjukkanlah kepadaku satu
amalan, jika aku melakukannya aku akan masuk surga." Beliau bersabda,
"Engkau menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,
menegakkan salat, menunaikan zakat yang telah diwajibkan dan berpuasa
Ramadan." Orang itu berkata, "Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya,
aku tidak menambahnya." Saat orang itu berlalu, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- bersabda, "Siapa yang ingin melihat kepada seorang lelaki
dari penghuni surga, hendaknya ia melihat kepada orang ini."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر أبو هريرة رضي الله عنه- أن رجلاً
من أهل البادية قدم على النبي -صلى الله عليه وسلم- ليدله على عمل يدخله
الجنة فأجابه النبي -صلى الله عليه وسلم- بأن دخول الجنة والنجاة من النار
يتوقفان على أداء أركان الإسلام، حيث قال: "تعبد الله لا تشرك به شيئًا"
وهو معنى شهادة أن لا إله إلا الله، التي هي الركن الأول من أركان الإسلام،
لأن معناها: لا معبود بحق إلا الله، ومقتضاها إفراد الله بالعبادة، وذلك
بعبادة الله وحده، وأن لا تشرك به شيئًا".
"وتقيم الصلاة"، أي وتقيم الصلوات الخمس
التي كتبها الله وأوجبها على عباده في كل يوم وليلة، بما في ذلك صلاة
الجمعة.
"وتؤدي الزكاة المفروضة"، أي وتعطي
الزكاة الشرعية التي أوجبها الله عليك، وتدفعها لمستحقها.
"وتصوم رمضان" أي وتحافظ على صيام رمضان
في وقته.
"قال والذي نفسي بيده لا أزيد على هذا"
أي لا أزيد على العمل المفروض الذي سمعته منك شيئا من الطاعات، وزاد مسلم:
"ولا أنقص منه".
"فلما ولى قال النبي -صلى الله عليه
وسلم-: من سرَّه أن ينظر إلى رجل من أهل الجنة فينظر إلى هذا"، أي فلينظر
إلى هذا الأعرابي، فإنه من أهل الجنة إن داوم على فعل ما أمرته به؛ لقوله
في حديث أبي أيوب -رضي الله عنه- كما في مسلم: "إن تمسك بما أُمر به دخل
الجنة".
ولم يذكر
في هذا الحديث: حج بيت الله الحرم، مع أنه الركن الخامس من أركان الإسلام،
ولعل ذلك قبل أن يفرض.
وحاصله أن
الحديث يدل على أن من أدى ما افترضه الله عليه من الصلوات الخمس وصوم رمضان
وأداء الزكاة مع اجتناب المحرمات استحق دخول الجنة، والنجاة من النار.
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
mengabarkan bahwa seorang lelaki Arab baduwi datang kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar beliau menunjukkan kepadanya satu
amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- menjawab bahwa masuk surga dan selamat dari neraka tergantung
kepada pelaksanaan rukun-rukun Islam. Beliau bersabda, "Engkau menyembah
Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun." Ini adalah makna
kesaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, yang
merupakan rukun Islam pertama. Sebab, makna syahadat tersebut adalah
"Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah." Konsekwensinya ialah
mengesakan Allah dalam ibadah, yaitu dengan beribadah kepada Allah
semata dan engkau tidak boleh menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.
"Menegakkan salat," yakni, melaksanakan salat lima waktu yang telah
diwajibkan oleh Allah dan ditetapkan kepada hamba-hamba-Nya di waktu
siang dan malam, termasuk salat Jumat. "Menunaikan zakat yang telah
diwajibkan," yakni, menunaikan zakat syar'i yang sudah diwajibkan oleh
Allah kepadamu dan menyerahkannya kepada yang berhak. "Dan berpuasa
Ramadan." Yakni, menjaga puasa ramadan pada waktunya. Orang itu berkata,
"Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku tidak menambahnya."
Yakni, aku tidak akan menambahkan sesuatu dari ketaatan lebih dari amal
wajib yang telah aku dengar darimu." Muslim menambahkan, "Dan tidak akan
menguranginya." Saat orang itu berlalu pergi, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- bersabda, "Siapa yang ingin melihat kepada seorang penghuni
surga, hendaknya ia melihat orang ini." Yakni, hendaknya ia melihat
orang Arab baduwi ini. Sesungguhnya ia termasuk penghuni surga jika dia
terus-menerus melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya. Hal ini
berdasarkan sabdanya dalam hadis Abu Ayyūb -raḍiyallāhu 'anhu-
sebagaimana dalam Muslim, "Jika dia berpegang teguh kepada apa yang
telah diperintahkan kepadanya, maka ia pasti masuk surga." Dalam hadis
ini beliau tidak menyebutkan, "Ibadah haji ke Baitullah Al-Haram,
padahal ini rukun Islam yang kelima. Barangkali hadis tersebut
disabdakan sebelum ibadah haji diwajibkan. Ringkasnya, hadis ini
menunjukkan bahwa orang yang menunaikan apa yang telah diwajibkan Allah
kepadanya berupa salat lima waktu, puasa Ramadan dan menunaikan zakat
disertai dengan menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan, maka ia
pantas masuk surga dan selamat dari neraka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3689 |
|
Hadith 482 الحديث
الأهمية: لو كانت الدنيا تَعدل عند الله جَناح
بَعوضة، ما سقى كافراً منها شربة ماء
Tema: Seandainya dunia di sisi Allah
nilainya sebanding dengan sayap lalat, Dia tidak akan memberi minum
orang kafir walau seteguk air. |
عن سهل بن سعد الساعدي ـرضي الله عنه-
قَالَ رَسُول اللَّه -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم-: «لو كانت الدنيا
تَعدل عند الله جَناح بَعوضة، ما سَقَى كافراً منها شَرْبَة ماء».
Dari Sahal bin Sa'ad As-Sā'idy
-raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersabda, "Seandainya dunia di sisi Allah nilainya sebanding
dengan sayap lalat, Dia tidak akan memberi minum orang kafir walau
seteguk air."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في الحديث بيان حَقَارة الدنيا عند الله
وأنه لا قيمة لها، ولو كان لها أدنى قيمة عند الله تعالى ما سقى منها
كافرًا شربة ماء، فضلا عن تنعمه بها وتلذذه بطيباتها، لذا كانت الدنيا هينة
عند الله تعالى، بخلاف
الآخرة، فإنها دار نعيم مقيم لأهل الإيمان خالصة لهم من دون الكفار، لذا
ينبغي على أهل الإيمان أن يدركوا حقيقة هذه الدنيا وأن لا يركنوا إليها،
فإنها دار ممر لا دار قرار، فيأخذون منها ما يتزودن به لآخرتهم التي هي دار
القرار. قال تعالى: (وما أوتيتم من شيء فمتاع الحياة الدنيا وزينتها وما
عند الله خير وأبقى أفلا تعقلون، أفمن وعدناه وعدًا حسنًا فهو لاقيه كمن
متعناه متاع الحياة الدنيا ثم هو يوم القيامة من المحضرين).
Tema: Hadis ini menjelaskan tentang hina dan
tidak adanya nilai dunia di sisi Allah. Seandainya ia memiliki nilai
walau sekecil apapun di sisi Allah -Ta'ālā- niscaya Dia tidak akan
memberi minum orang kafir walau seteguk air, apalagi diberikan
kenikmatan dan kelezatan di dalamnya. Karena itu, dunia di sisi Allah
-Ta'ālā- sangat rendah. Berbeda dengan akhirat, sesungguhnya dia adalah
tempat kenikmatan abadi bagi orang beriman yang murni hanya untuk mereka
dan bukan untuk orang kafir. Karena itu, selayaknya bagi orang beriman
mengetahui hakikat dunia dan tidak tunduk padanya, karena dunia hanya
tempat lewat, bukan tempat menetap. Cukuplah mereka mengambilnya sebatas
yang dapat mereka jadikan bekal untuk akhirat yang merupakan tempat
menetap. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan apa saja yang diberikan
kepadamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya;
sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka
apakah kamu tidak memahaminya? Maka apakah orang yang Kami janjikan
kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama
dengan orang yang Kami berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi;
Kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang di seret (ke
dalam neraka)." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3695 |
|
Hadith 483 الحديث
الأهمية: لما قَدِم النبي -صلى الله عليه وسلم-
من غَزْوة تَبُوك تَلَقَّاهُ الناس، فَتَلَقَّيتُه مع الصِّبْيَان على
ثَنيَّةِ الوَدَاع
Tema: Ketika Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- datang dari perang Tabuk, orang-orang menemuinya, lalu aku pun
menemuinya bersama anak-anak di atas bukit Al-Wada'. |
عن السَّائب بن يزيد -رضي الله عنه-
قال: لما قَدِم النبي -صلى الله عليه وسلم- من غَزْوة تَبُوك تَلَقَّاهُ
الناس، فَتَلَقَّيتُه مع الصِّبْيَان على ثَنيَّةِ الوَدَاع.
ورواية
البخاري قال: ذَهَبْنا نَتَلَقَّى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- مع
الصِّبْيَان إلى ثَنيَّةِ الوَدَاع.
Dari As-Sā'ib bin Yazīd -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, "Ketika Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang
dari perang Tabuk, orang-orang menemuinya, lalu aku pun menemuinya
bersama anak-anak di atas bukit Al-Wada'. Dalam riwayat Bukhari,
As-Sī'ib berkata, "Kami pergi menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersama anak-anak ke bukit Al-Wada'."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: يخبر السَّائب بن يزيد
-رضي الله عنهما- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- عندما قدم من
غزوة تبوك خرج الناس -ممن كان قد تخلف عن الغزو من المعذورين
وغيرهم- إلى ثنية الوداع وذلك لاستقباله-صلى الله عليه وسلم- حين عودته.
وخرج
السَّائب بن يزيد مع صِبيان المدينة لتلقي النبي -صلى الله عليه وسلم-.
Makna hadis: As-Sā'ib bin Yazīd
-raḍiyallāhu 'anhumā- mengabarkan bahwa Nabi Muhammad -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- ketika datang dari perang Tabuk, orang-orang -yang
tidak ikut perang karena ada alasan dan lainnya- keluar menuju bukit
Al-Wada' untuk menyambut Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
saat pulang. As-Sā'ib bin Yazīd pun keluar bersama anak-anak Madinah
untuk menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari -
Diriwayatkan oleh Abu Daud]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3696 |
|
Hadith 484 الحديث
الأهمية: ثلاثة لهم أجْرَان: رجُلٌ من أهل الكتاب
آمن بِنَبِيِّه، وآمَن بمحمد، والعَبْد المملوك إذا أَدَّى حَقَّ الله،
وحَقَّ مَوَالِيه، ورَجُل كانت له أمَة فأدَّبَها فأحسن تَأدِيبَها،
وَعَلَّمَهَا فأحسن تَعْلِيمَهَا، ثم أعْتَقَها فتزوجها؛ فله أجران
Tema: Ada tiga orang yang mendapatkan dua
pahala: (1) seorang Ahli Kitab yang beriman kepada nabinya dan beriman
kepada Muhammad. (2) budak apabila menunaikan hak Allah dan hak tuannya.
(3) seseorang yang memiliki hamba sahaya wanita lalu ia mendidiknya
dengan baik dan mengajarinya dengan sebaik-baik pengajaran,
memerdekakannya kemudian menikahinya. Baginya dua pahala. |
عن أبي موسى الأشعري-رضي الله عنه-
مرفوعاً: «ثلاثة لهم أجْرَان: رجُلٌ من أهل الكتاب آمن بِنَبِيِّه، وآمَن
بمحمد، والعَبْد المملوك إذا أَدَّى حَقَّ الله، وحَقَّ مَوَالِيه، ورجل
كانت له أمَة فأدَّبَها فأحسن تَأدِيبَها، وَعَلَّمَهَا فأحسن
تَعْلِيمَهَا، ثم أعْتَقَها فتزوجها؛ فله أجران».
Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfu', "Ada tiga orang yang mendapatkan dua pahala: (1)
seorang Ahli Kitab yang beriman kepada nabinya dan beriman kepada
Muhammad. (2) budak apabila menunaikan hak Allah dan hak tuannya. (3)
seseorang yang memiliki hamba sahaya wanita lalu ia mendidiknya dengan
baik dan mengajarinya dengan sebaik-baik pengajaran, memerdekakannya
kemudian menikahinya. Baginya dua pahala."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ثلاثة أصناف من البشر يُضاعف لهم الأجر
مرتين يوم القيامة، ثم ذكرهم بقوله: رجُلٌ من أهل الكتاب، أي من اليهود
والنصارى، آمن بِنَبِيِّه الذي أرسل إليه سابقا، وهو موسى أو عيسى عليهما
الصلاة والسلام، وذلك قبل بعثة النبي صلى الله عليه وسلم وقبل بلوغ دعوته.
فلما بعث النبي -صلى الله عليه وسلم-، وبلغته دعوته آمن به، فهذا له أجران،
أجر على إيمانه برسوله الذي أرسله إليه أولاً، وأجر على إيمانه بمحمد -صلى
الله عليه وسلم-، والعَبْد المملوك إذا قام بعبادة الله تعالى وأدى ما
يكلفه به سيده على أحسن وجه فله أجران، ورجل كانت عنده جارية
مملوكة فربَّاها تربية صالحة، وعلمها أمور دينها من حلال وحرام، ثم
حررها من العبودية، ثم تزوجها، فله أجران:
الأجر
الأول: على تعليمها وعتقها.
والأجر
الثاني: على إحسانه إليها بعد أن أعتقها لم يضيعها، بل تزوجها وكفَّها
وأحصن فرجها
Tema: Terdapat tiga golongan manusia yang
berhak memperoleh pahala dua kali lipat pada hari kiamat,
kemudian dia menyebutkan ketiga golongan tersebut, yaitu: - Seorang
lelaki dari kalangan ahli kitab, yaitu dari kaum Yahudi dan
Nasrani. Dia beriman kepada Nabi yang telah
diutus sebelumnya kepadanya, yaitu Nabi Musa atau
Isa -'alaihimā aṣ-ṣalātu was salām-, hal itu adalah sebelum diutusnya
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan sebelum dakwahnya sampai. Ketika
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah diutus, dan dakwahnya telah
sampai kepada dirinya, diapun beriman kepadanya. Maka
dengan hal ini dia berhak mendapatkan dua pahala; pahala atas
keimanannya kepada utusan yang pertama kali
diutus kepadanya, dan pahala atas keimanannya kepada -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam-. - Seorang hamba sahaya jika ia beribadah kepada Allah
-Ta'ālā- serta melakukan dengan baik apa yang
dibebankan oleh tuannya atas dirinya, maka baginya dua
pahala. - Dan seorang lelaki yang memiliki
seorang hamba sahaya wanita lalu ia mendidiknya dengan
pendidikan yang baik dan juga mengajarinya berbagai perkara agama dari
perkara halal dan haram, kemudian ia
memerdekakannya dari status kehambasahayaan/perbudakan lalu
menikahinya maka baginya dua pahala; pahala
pertama atas pengajaran dan kemerdekaan yang telah
ia berikan kepadanya, dan pahala kedua atas kebaikan yang dia lakukan
setelah memerdekakan yaitu bahwa dia tidak
menelantarkannya begitu saja, akan tetapi dia menikahi
wanita tersebut, mencukupi kebutuhannya dan
menjaga kesuciannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3697 |
|
Hadith 485 الحديث
الأهمية: أُعطينا من الدنيا ما أُعطينا، قد خشينا
أن تكون حسناتُنا عُجِّلت لنا
Tema: Kami telah diberi kekayaan dunia yang
sangat banyak, kami khawatir, jika kebaikan-kebaikan kami telah
dipercepat ganjarannya (dengan kekayaan ini). |
عن إبراهيم بن عبد الرحمن بن عوف، أن
عبد الرحمن بن عوف -رضي الله عنه- أُتي بطعام وكان صائمًا، فقال: قُتِل
مُصعب بن عمير -رضي الله عنه- وهو خيرٌ مني، فلم يوجد له ما يُكفَّن فيه
إلا بُردة إن غُطِّيَ بها رأسه بَدَت رِجْلاه؛ وإن غُطِّيَ بها رجلاه بدا
رأسه، ثم بُسِط لنا مِنَ الدنيا ما بُسِط، أو قال: أُعْطِينا من الدنيا ما
أُعطِينا، قد خَشِينَا أن تكون حَسَنَاتُنا عُجِّلَت لنا، ثم جعل يبكي حتى
ترك الطعام.
Dari Ibrahim bin Abdirrahman bin 'Auf,
ia bercerita bahwa makanan dihidangkan kepada Abdurrahman bin 'Auf
-raḍiyallāhu 'anhu-, tetapi waktu itu ia sedang berpuasa. Abdurrahman
bin 'Auf berkata, "Muṣ'ab bin 'Umair -raḍiyallāhu 'anhu- terbunuh,
padahal ia orang yang lebih baik dariku, tidak ada kain yang dapat
digunakan untuk mengafaninya kecuali sepotong selimut yang terbuat dari
bulu. Jika kepalanya ditutup, maka terbukalah kakinya. Jika kakinya
ditutup, maka tampaklah kepalanya. Selanjutnya dunia dibentangkan kepada
kita seluas-luasnya, atau dia mengatakan: Kami telah diberi kekayaan
dunia yang sangat banyak, kami khawatir, jika kebaikan-kebaikan kami
telah dipercepat pembalasannya (dengan kekayaan ini). Lantas ia menangis
dan meninggalkan makanan itu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى هذا الحديث: أن عبد الرحمن بن عوف
رضي الله عنه كان في يوم من الأيام صائمًا، ولما حان وقت الإفطار جيء له
بالطعام، والصائم يشتهي الطعام عادة، ولكنه رضي الله عنه تذكر ما كان عليه
الصحابة الأولون، وهو رضي الله عنه من الصحابة الأولين من المهاجرين رضي
الله عنهم، لكنه قال احتقارًا لنفسه قال: إن مصعب بن عمير رضي الله عنه كان
خيرا ًمني تواضعاً وهضما لنفسه، أو من حيثية اختيار الفقر والصبر، وإلا فقد
صرح العلماء بأن العشرة المبشرة أفضل من بقية الصحابة.
ومصعب رضي
الله عنه كان قبل الإسلام عند والديه بمكة وكان والداه أغنياء، وأمه وأبوه
يلبسانه من خير اللباس: لباس الشباب والفتيان، وقد دللاه دلالاً عظيماً،
فلما أسلم هجراه وأبعداه، وهاجر مع النبي صلى الله عليه وسلم، فكان مع
المهاجرين، وكان عليه ثوب مرقع بعدما كان في مكة عند أبويه يلبس أحسن
الثياب، لكنه ترك ذلك كله مهاجراً إلى الله ورسوله.
وأعطاه
النبي صلى الله عليه وسلم الراية يوم أحد، فاستشهد رضي الله عنه، وكان معه
بردة- أي ثوب- إذا غطوا به رأسه بدت رجلاه- وذلك لقصر الثوب- وإن غطوا
رجليه بدا رأسه، فأمر النبي صلى الله عليه وسلم أن يستر به رأسه وأن تستر
رجلاه بالإذخر؛ نبات معروف.
فكان عبد
الرحمن بن عوف يذكر حال هذا الرجل، ثم يقول: إنهم قد مضوا وسلموا مما فتح
الله به من الدنيا على من بعدهم من المغانم الكثيرة، كما قال تعالى: (
ومغانم كثيرة يأخذونها ).
ثم قال
عبد الرحمن بن عوف رضي الله عنه: "قد خشينا أن تكون حسناتنا عجلت لنا" أي:
خفنا أن ندخل في زمرة من قيل فيه: (من كان يريد العاجلة عجلنا له فيها ما
نشاء لمن نريد ثم جعلنا له جهنم يصلاها مذمومًا مدحورًا) أو قوله تعالى:
(أذهبتم طيباتكم في حياتكم الدنيا واستمتعتم بها). كما جاء عن عمر رضي الله
عنه، وهذا لما كان الخوف غالباً عليهم فخشي رضي الله عنه أن تكون حسناتهم
قد عجلت لهم في هذه الدنيا، فبكى خوفاً وخشية أن لا يلحق بمن تقدمه من
الصالحين، ثم ترك الطعام رضي الله عنه.
Makna hadis: Suatu hari Abdurrahman
bin 'Auf -raḍiyallāhu 'anhu- berpuasa. Saat waktu buka puasa tiba,
makanan dihidangkan kepadanya. Biasanya orang yang berpuasa sangat
bernafsu pada makanan, ternyata Abdurrahman bin 'Auf -raḍiyallāhu 'anhu-
justru teringat kepada apa yang dialami para sahabat terdahulu. Ia
sendiri termasuk generasi sahabat pertama dari kalangan Muhajirin. Ia
berkata merendahkan dirinya sendiri, "Sesungguhnya Muṣ'ab bin 'Umair
-raḍiyallāhu 'anhu- lebih baik dariku." Ini merupakan bentuk kerendahan
hati dan penghinaan terhadap dirinya sendiri, atau dari segi Muṣ'ab
memilih kefakiran dan kesabaran. Jika tidak begitu, para ulama sudah
menjelaskan bahwa sepuluh orang yang dijamin masuk surga lebih baik dari
sahabat lainnya. Muṣ'ab -raḍiyallāhu 'anhu- sendiri sebelum Islam hidup
bersama kedua orang tuanya di Makkah. Orang tuanya kaya raya. Ibu dan
bapaknya memberinya sebaik-baik pakaian; pakaian para pemuda dan remaja.
Bahkan keduanya sangat memanjakannya. Saat Muṣ'ab masuk Islam, ia
meninggalkan dan menjauhi semua itu dan berhijrah bersama Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ia bersama kaum Muhajirin. Saat itu ia
mengenakan pakaian yang ditambal, padahal sebelumnya ketika di Makkah
bersama kedua orang tuanya, ia mengenakan pakaian paling bagus. Namun ia
meninggalkan semua itu demi berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberinya bendera dalam perang Uhud lalu
ia gugur sebagai syahid. Saat itu ia mengenakan pakaian, ketika
orang-orang menutup kepalanya, maka kedua kakinya tampak, karena
pendeknya kain tersebut. Ketika orang-orang menutup kedua kakinya, maka
tampaklah kepalanya. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memerintahkan agar kepalanya ditutupi dan kedua kakinya ditutupi dengan
iżkhir (tumbuhan yang terkenal/serai). Abdurrahman bin 'Auf teringat
keadaan orang ini (Muṣ'ab) lalu berkata, "Sesungguhnya mereka telah
berlalu dan selamat dari dunia yang dibukakan kepada orang-orang
setelahnya berupa harta rampasan perang yang banyak, sebagaimana firman
Allah -Ta'ālā-, "Dan harta rampasan perang yang banyak yang akan mereka
peroleh." Selanjutnya Abdurrahman bin 'Auf -raḍiyallāhu 'anhu- berkata,
"Kami khawatir, jika kebaikan-kebaikan kami telah dipercepat
pembalasannya (dengan kekayaan ini)." Yakni, kami khawatir termasuk
golongan orang yang dikatakan kepadanya, "Barangsiapa menghendaki
kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini
apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami
sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam
keadaan tercela dan terusir." Atau firman Allah -Ta'ālā-, "Kamu telah
menghabiskan (rezeki) yang baik untuk kehidupan duniamu, dan kamu telah
bersenang-senang (menikmati)nya." Sebagaimana disebutkan dalam hadis
dari Umar -raḍiyallāhu 'anhu-. Hal ini terjadi karena rasa khawatir
biasanya menimpa mereka sehingga Abdurrahman bin 'Auf -raḍiyallāhu
'anhu- takut bahwa kebaikan-kebaikan mereka telah dipercepat balasannya
di dunia. Makanya ia menangis karena khawatir dan takut tidak bisa
bertemu dengan orang-orang saleh yang telah mendahuluinya. Lantas ia
meninggalkan makanan tersebut. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3698 |
|
Hadith 486 الحديث
الأهمية: جاء رجل إلى رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- من أهل نَجْدٍ ثَائِرُ الرأس نَسْمَع دَوِيَّ صوته، ولا نفقه ما
يقول، حتى دَنَا من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فإذا هو يَسأل عن
الإسلام
Tema: Seorang lelaki dari penduduk Najed
dengan rambut acak-acakan datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa
sallam-. Kami mendengar suaranya, tetapi tidak memahami apa yang
dikatakannya sehingga ia mendekat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi
wa sallam-, dan ternyata dia bertanya tentang Islam |
عن طلحة بن عبيد الله -رضي الله عنه-
قال: جاء رجل إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- من أهل نَجْدٍ ثَائِرُ
الرأس نَسْمَع دَوِيَّ صوته، ولا نفقه ما يقول، حتى دَنَا من رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- فإذا هو يَسأل عن الإسلام، فقال رسول الله -صلى الله
عليه وسلم-: «خمس صَلَواتٍ في اليوم واللَّيلة» قال: هل عليَّ غَيْرُهُنَّ؟
قال: «لا، إلا أن تَطَّوَّعَ» فقال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «وصيام شهر رمضان» قال: هل عليَّ
غَيْرُه؟ قال: «لا، إلا أن تَطَّوَّعَ» قال: وذكر له رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- الزكاة، فقال: هل عليَّ غَيْرُهَا؟ قال: «لا، إلا أن
تَطَّوَّعَ» فأَدْبَر الرَجُل وهو يقول: والله لا أَزيد على هذا ولا أنْقُص
منه، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «أَفْلَح إن صَدَق».
Dari Ṭalḥah bin Ubaidillāh
-raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, “Seorang lelaki dari penduduk Najed
dengan rambut acak-acakan datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa
sallam-. Kami mendengar suaranya, tetapi tidak memahami apa yang
dikatakannya sehingga ia mendekat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi
wa sallam-, dan ternyata dia bertanya tentang Islam. Maka Rasulullah
-ṣallallāhu 'alahi wa sallam- menjawab, "Salat lima waktu sehari
semalam." Ia bertanya, "Apakah ada salat wajib lainnya?" Beliau
menjawab, "Tidak ada, kecuali jika kamu salat sunah." Beliau meneruskan,
"Dan puasa pada bulan Ramadan." Ia bertanya, "Apakah ada puasa wajib
lainnya?" Beliau menjawab, "Tidak ada, kecuali jika kamu puasa sunah."
Beliau meneruskan, "Dan zakat." Ia bertanya, "Apakah ada sedekah wajib
lainnya?" Beliau menjawab, "Tidak ada, kecuali jika kamu sedekah sunah."
Setelah itu laki laki itu balik pulang sambil berkata, "Demi Allah, saya
tidak akan menambahkan kewajiban ini dan juga tidak akan menguranginya."
Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- bersabda, "Dia beruntung
jika jujur.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء رجل إلى النبي -صلى الله عليه وسلم-
من أهل نجد، شعره منتفش وصوته مرتفع، ولم يفقه الصحابة -رضي الله عنهم-
قوله حتى اقترب من النبي -صلى الله عليه وسلم-، فسأله عن التكاليف الشرعية
في الإسلام، فبدأ النبي -صلى الله عليه وسلم- بالصلاة، وأخبره أن الله قد
افترض عليه خمس صلوات في كل يوم وليلة، فقال: هل يلزمني شيء من الصلوات غير
الصلوات الخمس.
فقال: لا
يلزمك غير الصلوات الخمس، ومنها صلاة الجمعة؛ لأنها من صلاة اليوم والليلة،
إلا إذا تطوعت زيادة على ما أوجبه الله عليك، فذلك خير.
ثم قال
-صلى الله عليه وسلم-: ومما أوجبه الله عليك صوم شهر رمضان، فقال الرجل: هل
يلزمني شيء من الصيام زيادة على صوم رمضان.
فقال: لا
يلزمك شيء غير صوم رمضان، إلا أن تتطوع بالصوم، كصوم الاثنين والخميس والست
من شوال وعرفة، فهذا خير.
ثم ذكر له
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- الزكاة، فقال الرجل: هل يلزمني شيء من
الصدقات بعد إخراج زكاة المال؟
قال: لا
يلزمك شيء إلا أن تتطوع بشي من عندك من غير إيجاب، فهذا خير.
وبعد أن
سمع الرجل من النبي -صلى الله عليه وسلم- التكاليف الشرعية ولى مدبرا وأقسم
بالله -تعالى-، أنه سيلتزم بما أوجبه الله عليه من غير زيادة ولا نقصان.
فقال رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- على إثر ذلك: إذا صَدَقَ الرجل فيما حلف عليه،
فإنه يكون مفلحًا وآخذًا بسبب الفلاح، وهو القيام بما أوجبه الله -جل وعلا-
عليه.
Seorang lelaki dari penduduk Najed
datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- dengan rambut
yang berantakan dan nada suara yang sangat tinggi. Para sahabat sama
sekali tidak memahami maksud ucapannya, sehingga dia mendekat kepada
Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam-, dan ternyata dia menanyakan
kewajiban-kewajiban dalam syariat Islam. Nabi -ṣallallāhu 'alahi wa
sallam- memulai jawabannya dengan menyebut salat sembari mengabarkan
padanya bahwa Allah mewajibkan atasnya salat lima waktu sehari semalam.
Dia kemudian bertanya, "Apakah ada salat lain yang wajib atasku selain
salat lima waktu itu?". Rasulullah menjawab, "Tidak ada kewajiban selain
lima waktu itu," termasuk lima waktu ini adalah salat Jumat, karena ia
termasuk bagian lima salat dalam sehari semalam, kecuali jika kamu salat
sunah sebagai tambahan atas apa yang Allah wajibkan atasmu, maka itu
lebih baik. Kemudian beliau -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- melanjutkan
penjelasannya, "Dan termasuk hal yang diwajibkan Allah atas dirimu
adalah puasa pada bulan Ramadan." Maka lelaki itu menyela, "Apakah ada
puasa lain yang wajib bagiku sebagai tambahan atas puasa Ramadhan?!"
Beliau menjawab, "Tidak ada kewajiban puasa selain puasa pada bulan
Ramadan, kecuali jika engkau melakukan puasa sunah, seperti puasa pada
hari Senin dan hari Kamis, puasa enam hari bulan Syawal dan puasa
Arafah, maka itu lebih baik." Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi
wa sallam- menjelaskan padanya tentang kewajiban zakat. Maka lelaki itu
bertanya, "Apakah ada kewajiban sedekah lain atasku setelah aku membayar
zakat mal?" Beliau menjawab, "Tidak ada kewajiban sedekah lain atasmu,
kecuali jika kamu bersedekah sunah, maka itu lebih baik." Setelah
orang ini mendengarkan penjelasan kewajiban-kewajiban syariat dari
Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- maka dia langsung pergi sambil
bersumpah kepada Allah -Ta'ālā-, bahwa ia akan konsisten mengerjakan
perkara-perkara yang diwajibkan Allah atasnya tersebut tanpa menambahi
kewajiban ini dan juga tidak menguranginya." Maka Rasulullah -ṣallallāhu
'alahi wa sallam- langsung bersabda, "Jika laki-laki itu komitmen dengan
sumpahnya, maka ia akan beruntung (dunia akhirat), dan telah mewujudkan
faktor kesuksesan, yaitu menjalankan segala sesuatu yang diwajibkan oleh
Allah -Ta'ālā- atasnya.” |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3700 |
|
Hadith 487 الحديث
الأهمية: ما يُصيب المسلم من نَصب، ولا وصَب، ولا
هَمِّ، ولا حَزن، ولا أَذى، ولا غَمِّ، حتى الشوكة يُشاكها إلا كفر الله
بها من خطاياه
Tema: Tidaklah seorang muslim ditimpa
kepayahan, sakit, dukacita, kesedihan, penderitaan, dan kesusahan hingga
duri yang menusuknya melainkan Allah menghapus dosa-dosanya dengan sebab
itu |
عن أبي سعيد وأبي هريرة -رضي الله
عنهما- مرفوعاً: «ما يُصيب المسلم من نَصب، ولا وصَب، ولا هَمِّ، ولا حَزن،
ولا أَذى، ولا غَمِّ، حتى الشوكة يُشاكها إلا كفر الله بها من خطاياه».
Abu Sa'īd dan Abu Hurairah
-raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan secara marfū': "Tidaklah seorang
muslim ditimpa kepayahan, sakit, dukacita, kesedihan, penderitaan, dan
kesusahan hingga duri yang menusuknya melainkan Allah menghapus
dosa-dosanya dengan sebab itu."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى هذا الحديث: أن ما يُصاب به المسلم
من أمراض وهموم وأحزان وكروب ومصائب وشدائد وخوف وجزع إلا كان ذلك كفارة
لذنوبه وحطا لخطاياه.
وإذا زاد
الإنسان على ذلك: الصبر والاحتساب، يعني: احتساب الأجر، كان له مع هذا أجر.
فالمصائب
تكون على وجهين:
تارة :
إذا أصيب الإنسان تذكر الأجر واحتسب هذه المصيبة على الله، فيكون فيها
فائدتان:
تكفير
الذنوب، وزيادة الحسنات.
وتارة
يغفل عن هذا ، فيضيق صدره، ويصيبه ضجر أو ما أشبه ذلك، ويغفل عن نية احتساب
الأجر والثواب على الله، فيكون في ذلك تكفير لسيئاته، إذًا هو رابح على كل
حال.
فإما أن
يربح تكفير السيئات، وحط الذنوب بدون أن يحصل له أجر؛ لأنه لم ينو شيئًا
ولم يصبر ولم يحتسب الأجر، وإما أن يربح شيئين: تكفير السيئات، وحصول
الثواب من الله عز وجل كما تقدم.
ولهذا
ينبغي للإنسان إذا أصيب ولو بشوكة، فليتذكر احتساب الأجر من الله على هذه
المصيبة، حتى يؤجر عليها، مع تكفيرها للذنوب.
وهذا من
نعمة الله سبحانه وتعالي وجوده وكرمه، حيث يبتلي المؤمن ثم يثيبه على هذه
البلوى أو يكفر عنه سيئاته.
تنبيه:
الحط للخطايا يحصل للصغائر، دون الكبائر التي لا ترفعها إلا التوبة النصوح.
Makna hadis ini: Sesungguhnya apa yang
menimpa seorang muslim berupa penyakit, kesusahan, kesedihan, kepayahan,
musibah, bencana, ketakutan, dan kegelisahan, semuanya itu menjadi
penghapus bagi dosa-dosanya dan penebus kesalahan-kesalahannya. Apabila
manusia menambah hal itu dengan kesabaran dan harapan pahala maka akan
diberikan baginya pahala. Respon seorang muslim terhadap musibah ada dua
cara: - Bila manusia ditimpa musibah lalu ia mengingat pahala dan
mengharap pahala tersebut dari Allah, maka ia akan mendapat dua faedah;
penghapus dosa dan tambahan pahala. - Bila manusia ditimpa musibah
lalu lalai akan hal di atas, dadanya sesak, galau dan sebagainya hingga
lupa akan niat mengharap pahala dan ganjaran dari Allah agar menjadi
penebus, maka musibah itu hanya menjadi penghapus dosanya. Jadi,
bagaimana pun dia tetap beruntung. Bisa jadi dia beruntung dengan
penghapusan kesalahan dan dosa tanpa mendapatkan pahala karena dia tidak
meniatkan apa pun, tidak bersabar dan tidak menginginkan pahala dari
Allah; dan bisa jadi juga dia mendapatkan keduanya, yaitu penghapusan
dosa, dan mendapatkan pahala dari Allah -'Azza wa Jalla- sebagaimana
disebutkan di atas. Oleh karena itu, seyogyanya bila manusia ditimpa
duri maka ingatlah akan harapan pahala dari Allah atas musibah ini agar
diberi pahala dan dihapuskan dosa-dosanya. Ini adalah nikmat dari Allah
-Subḥānahu wa Ta'ālā- dan kedermawanan serta karunia-Nya; karena Dia
menguji seorang mukmin lalu memberinya pahala atau menghapus dosa dan
kesalahannya dengan sebab ujian itu. Catatan: Penghapusan dosa ini hanya
untuk dosa-dosa kecil, sedang dosa-dosa besar tak terhapuskan kecuali
dengan tobat naṣūḥā. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3701 |
|
Hadith 488 الحديث
الأهمية: حُجِبت النار بالشهوات، وحُجبت الجنة
بالمَكَاره
Tema: Neraka diliputi dengan syahwat dan
surga ditutupi dengan hal-hal yang tidak disukai |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «حُجِبت النار بالشهوات، وحُجبت الجنة
بالمَكَاره»متفق عليه وهذا لفظ البخاري.
وفي رواية
لهما: «حُفَّت» بدل «حُجِبت».
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Neraka ditutupi dengan syahwat dan surga ditutupi dengan hal-hal yang
tidak disukai." (Muttafaq 'Alaih; lafal ini adalah lafal Bukhari). Di
dalam riwayat Bukhari dan Muslim lainnya: "Ḥuffat (diliputi)" sebagai
ganti "Ḥujibat (ditutupi)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: أن الطريق الموصلة إلى
الجنة محفوف بأمور يكرهها الإنسان؛ لأن الأصل في النفس أنها تميل إلى
الراحة.
وهكذا
النار لا يدخلها إلا إذا هتك ما بينه وبينها بارتكاب المحرمات والبعد عن
الطاعات، فمن هتك الحجاب وصل إلى المحجوب، فهتك حجاب الجنة باقتحام المكاره
وهتك حجاب النار بارتكاب الشهوات، فأما المكاره فيدخل فيها الاجتهاد في
العبادات والمواظبة عليها والصبر على مشاقها وكظم الغيظ والعفو والحلم
والصدقة والإحسان إلى المسيء والصبر عن الشهوات ونحو ذلك.
فالنفس قد
تكره المواظبة على الصلاة؛ لأجل ما فيها من بذل الجهد وقطع ما تهواه النفس
من أمور الدنيا، قد تكره الجهاد قد تكره الصدقة بالمال؛ لأن النفس مجبولة
على حب المال، وغير ذلك من الطاعات، فإذا كسر الإنسان شهوته وخالف ما تهواه
نفسه، بامتثال الأوامر واجتناب النواهي، كان ذلك: سببًا لدخول الجنة والبعد
عن النار.
وأما
الشهوات التي النار محفوفة بها فالظاهر أنها الشهوات المحرمة كالخمر والزنا
والنظر إلى الأجنبية والغيبة واستعمال الملاهي ونحو ذلك، وأما الشهوات
المباحة فلا تدخل في هذه لكن يكره الإكثار منها مخافة أن يجر إلى المحرمة
أو يقسي القلب أو يشغل عن الطاعات أو يحوج إلى الاعتناء بتحصيل الدنيا.
Makna hadis: Sesungguhnya jalan menuju
surga diliputi dengan hal-hal yang tidak disukai manusia karena karakter
dasar jiwa itu condong kepada sikap santai dan rehat. Demikian juga
neraka tidak akan dimasuki kecuali dengan merobek tabir antara dirinya
dengan neraka yaitu mengerjakan hal-hal yang diharamkan dan menjauhi
ketaatan. Barang siapa mengoyak tabir maka ia akan terjerumus ke dalam
hal yang ditutupinya. Dengan demikian, mengoyak tabir surga ialah dengan
melakukan hal-hal yang tidak disukai hawa nafsu, dan merobek tabir
neraka ialah dengan mengerjakan hal-hal yang disukai hawa nafsu. Adapun
hal-hal yang tidak disukai seperti bersungguh-sungguh dalam ibadah,
tekun, sabar terhadap kepayahannya, menahan amarah, memberi maaf,
santun, sedekah, berbuat baik kepada orang jahat, sabar terhadap
syahwat, dan sebagainya. Jiwa tentu berat untuk tekun mengerjakan salat,
karena butuh perjuangan dan pemutusan nafsu dari dunia. Jiwa bisa berat
untuk jihad, berat untuk sedekah dengan harta karena jiwa memang
terpatri untuk cinta harta begitu pula ketaatan-ketaatan lainnya.
Apabila manusia mengendalikan syahwatnya dan menyelisihi nafsunya dengan
menjalani perintah-perintah Allah dan menjauhi berbagai larangan-Nya
maka hal itu akan menjadi sebab pengantar masuk surga dan jauh dari
neraka. Adapun syahwat yang mengelilingi neraka, maka secara lahiriah ia
adalah syahwat yang diharamkan seperti khamar, zina, memandang lawan
jenis, gibah, bermain musik, dan lain-lain. Adapun syahwat yang mubah
tidak masuk dalam larangan ini, akan tetapi tidak dianjurkan
memperbanyak melakukannya karena khawatir terjerat dengan yang haram,
mengeraskan hati, melalaikan dari ketaatan, atau membius jiwa dalam
mengejar dunia. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3702 |
|
Hadith 489 الحديث
الأهمية: يا حكيمُ، إن هذا المال خَضِرٌ حُلْوٌ،
فمن أخذه بِسَخاوَة نفس بُورِك له فيه، ومن أخذه بإشراف نفس لم يُبَارَك له
فيه، وكان كالذي يأكل ولا يَشَبَع، واليدُ العُليا خيرٌ من اليد السُفلى
Tema: Wahai Ḥakīm! Sesungguhnya harta ini
sesuatu yang hijau dan manis. Siapa mengambilnya dengan jiwa
kedermawanan, maka ia mendapatkan keberkahan dalam hartanya. Siapa
mengambil harta dengan ketamakan, niscaya tidak akan mendapatkan
keberkahan. Ia seperti orang yang makan tetapi tidak kenyang. Tangan di
atas lebih baik dari tangan di bawah. |
عن حكيم بن حِزَام -رضي الله عنه- قال:
سألت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فأعطاني، ثم سَألته فأعطاني، ثم سألته
فأعطاني، ثم قال: «يا حكيمُ، إن هذا المال خَضِرٌ حُلْوٌ، فمن أخذه
بِسَخاوَة نفس بُورِك له فيه، ومن أخذه بإشراف نفس لم يُبَارَك له فيه،
وكان كالذي يأكل ولا يَشَبَع، واليدُ العُليا خيرٌ من اليد السُفلى» قال
حكيم: فقلت: يا رسول الله، والذي بعثك بالحق لا أرْزَأُ أحدًا بَعدك شيئاً
حتى أفارق الدنيا، فكان أبو بكر -رضي الله عنه- يَدعو حكيماً ليُعطيه
العَطَاءَ، فيأبى أن يقبل منه شيئاً، ثم إن عمر -رضي الله عنه- دعاه
ليُعطيه فأبى أن يَقبله. فقال: يا معشر المسلمين، أُشهدكم على حكيم أني
أعْرِض عليه حقه الذي قَسَمَه الله له في هذا الفَيْء فيَأبى أن يأخذه. فلم
يَرْزَأْ حكيم أحدًا من الناس بعد النبي -صلى الله عليه وسلم- حتى تُوفي.
Dari Ḥakīm bin Ḥizām -raḍiyallāhu
'anhu- berkata, "Aku pernah meminta kepada Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, lalu beliau memberiku. Aku minta lagi pada beliau,
beliau pun memberiku lagi. Aku meminta lagi, lalu beliau pun memberiku.
Selanjutnya beliau bersabda, "Wahai Ḥakīm! Sesungguhnya harta ini
sesuatu yang hijau dan manis. Siapa mengambilnya dengan jiwa
kedermawanan, maka ia mendapatkan keberkahan dalam hartanya. Siapa
mengambil harta dengan ketamakan, niscaya tidak akan mendapatkan
keberkahan. Ia seperti orang yang makan tetapi tidak kenyang. Tangan di
atas lebih baik dari tangan di bawah." Ḥakīm berkata, Aku berkata,
"Wahai Rasulullah! Demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak
ingin lagi menerima apa pun dari orang sepeninggalmu nanti, sampai aku
menutup mata." Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- pernah memanggil Ḥakīm
untuk memberikan sesuatu padanya, tapi Ḥakīm menolak untuk menerima
pemberian itu. Umar -raḍiyallāhu 'anhu- pun pernah memanggilnya untuk
memberinya sesuatu, tapi ia juga enggan menerimanya. Lantas Umar
berkata, "Wahai kaum Muslimin! Aku mempersaksikan kalian semua atas diri
Ḥakīm, bahwa saya memberikan kepadanya harta rampasan perang yang telah
Allah bagi untuknya, tapi ia menolak untuk mengambil haknya." Ḥakīm
memang tidak pernah menerima suatu pemberian pun setelah Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat hingga ia meninggal dunia."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أن حكيم بن حِزَام رضي الله عنه جاء إلى
النبي صلى الله عليه يسأله مالاً، فأعطاه، ثم سأله فأعطاه، ثم سأله فأعطاه
، ثم قال له يا حكيم: "إن هذا المال خَضِرٌ حُلْوٌ" أي: شيء محبوب مَرْغُوب
تَرغبه النفوس وتحرص عليه بطبيعتها، كما تحب الفاكهة النضرة، الشهية
المنظر، الحلوة المذاق.
ثم قال:
"فمن أخذه بِسَخاوة نفس" أي: فمن حصل عليه عن طيب نفس، وبدون إلحاح وشَرَهِ
وتَطَلُّع "بُورِك له فيه" أي: وضع الله له فيه البركة فينمو ويتكاثر، وإن
كان قليلاً، ورُزق صاحبه القناعة، فأصبح غني النفس، مرتاح القلب، وعاش به
سعيدًا.
"ومن أخذه بإشراف نفس" أي: تَطَلُّعِها
إليه وتعرضها له وطمعها فيه "لم يُبَارَك له فيه" أي: نزع الله منه البركة،
وسلب صاحبه القناعة، فأصبح فقير النفس دائمًا ولو أعطي كنوز الأرض، وجاء في
معناه ما رواه مسلم: "إنما أنا خَازِن، فمن أعطيته عن طيب نفس، فيبارك له
فيه، ومن أعطيته عن مسألة وشَرَه، كان كالذي يأكل ولا يشبع"، كما في هذا
الحديث، أي كالمَلَهُوف الذي لا يَشبع من الطعام مهما أكل منه.
وإذا كان
هذا حال من يأخذه باستشراف، فكيف بمن أخذه بسؤال؟ يكون أبعد وأبعد، ولهذا
قال النبي عليه الصلاة والسلام لعمر بن الخطاب: "ما جاءك من هذا المال وأنت
غير مُشْرِفٍ ولا سائل فخذه، وما لا فلا تتبعه نفسك" يعني ما جاءك بإشراف
نفس وتطلُّع وتَشَوُفٍ فلا تأخذه، وما جاءك بسؤال فلا تأخذه.
"واليد العُليا خُيرٌ من اليَدِ
السُفْلى" أي: اليد المُتَعَفِفَة خَير من اليد السائلة؛ لأنها قد تعالت
وترفعت بنفسها عن ذل السؤال، على عكس الأخرى التي حطت من قدر نفسها
وكرامتها بما عرضت له نفسها من المذلة.
فأقسم
حكيم بن حزام رضي الله عنه بالذي بعث النبي صلى الله عليه وسلم بالحق ألا
يسأل أحداً بعده شيئاً، فقال: (يا رسول الله، والذي بعثك بالحق لا أرزأ
أحداً بعدك شيئاً حتى أفارق الدنيا) .
فتوفي
الرسول عليه الصلاة والسلام، وتولى الخلافة أبو بكر رضي الله عنه، فكان
يعطيه العطاء فلا يقبله، ثم توفي أبو بكر، فتولى عمر فدعاه ليعطيه، فأبى،
فاستشهد الناس عليه عمر، فقال: اشهدوا أني أعطيه من بيت مال المسلمين ولكنه
لا يقبله، قال ذلك رضى الله عنه لئلا يكون له حجة على عمر يوم القيامة بين
يدي الله، وليتبرأ من عهدته أمام الناس، ولكن مع ذلك أصر حكيم رضي الله عنه
ألا يأخذ منه شيئاً حتى توفي.
Ḥakīm bin Ḥizām -raḍiyallāhu 'anhu-
datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk meminta harta
kepada beliau. Beliau pun memberinya. Ia meminta lagi, lalu beliau
memberinya. Ia meminta kembali, beliau pun memberinya. Selanjutnya
beliau bersabda kepadanya, "Wahai Ḥakīm! Sesungguhnya harta ini sesuatu
yang hijau dan manis." Yakni, sesuatu yang disukai dan diminati.
Jiwa-jiwa menyukainya dan berusaha mendapatkannya sesuai tabiatnya,
sebagaimana jiwa-jiwa menyukai buah-buahan segar, sedap dipandang dan
manis rasanya. Beliau bersabda, "Siapa mengambilnya dengan jiwa
kedermawanan," yakni, siapa mendapatkan harta itu dengan jiwa tenang
tanpa memaksa, rakus dan penuh harap, "maka ia mendapatkan keberkahan
dalam hartanya." Yakni, Allah meletakkan keberkahan di dalam harta itu
sehingga tumbuh dan menjadi banyak, meskipun harta yang diberikan itu
sedikit, dan pemiliknya dianugerahi rasa puas sehingga ia memiliki jiwa
yang kaya, hati yang tenang dan hidup bahagia. "Dan siapa mengambil
harta dengan ketamakan," Yakni, menanti-nantinya (penuh harap),
menjadikannya sebagai tujuan dan tamak terhadapnya, "niscaya tidak akan
mendapatkan keberkahan." Yakni, Allah mencabut keberkahan dari harta itu
dan menghapus rasa puas dari pemiliknya. Dengan demikian, ia menjadi
orang yang selalu berjiwa fakir meskipun diberi harta simpanan bumi.
Dalam hadis semakna yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan,
"Sesungguhnya aku ini penjaga (harta). Siapa yang aku beri dengan
kerelaan jiwa, maka akan mendapatkan keberkahan dalam kerjanya. Dan
siapa yang aku beri harta dengan cara meminta-minta dan rakus, maka ia
laksana orang yang makan namun tidak kenyang." "Ia seperti orang yang
makan, tapi tidak pernah kenyang." Yakni, seperti orang yang dianiaya
yang tidak kenyang makanan, meskipun ia sudah memakannya." Jika ini
kondisi orang yang mengambil harta dengan rakus, bagaimana dengan orang
yang mendapatkan harta dengan meminta-minta? Tentu ia lebih jauh dan
parah lagi. Karena itu, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda
kepada Umar bin Khaṭṭāb, "Harta yang diberikan kepadamu, sedangkan kamu
tidak tamak dan tidak memintanya, maka ambillah! Adapun jika tidak
seperti itu, maka janganlah ikuti hawa nafsumu!" Artinya harta yang
datang kepadamu karena dengan keinginan jiwa, penuh harap dan
dinanti-nanti, maka janganlah diambil! Dan harta yang datang kepadamu
dengan meminta-minta maka janganlah engkau ambil! "Tangan di atas lebih
baik dari tangan di bawah." Yakni, tangan yang memelihara kehormatan
diri lebih baik dari tangan peminta-minta. Sebab, tangan seperti itu
sudah merasa terhormat dan menjauhi kehinaan meminta-minta. Ini
berseberangan dengan seseorang yang menjatuhkan harga dirinya dan
kehormatannya karena membawa jiwanya kepada kehinaan. Lantas Ḥakīm bin
Ḥizām -raḍiyallāhu 'anhu- bersumpah atas nama Zat yang telah mengutus
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan kebenaran, bahwa dia tidak
akan meminta sesuatu kepada siapa pun sepeninggal Nabi. Ḥakīm berkata,
"Wahai Rasulullah, demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku takkan
lagi menerima sesuatu pun dari seseorang sepeninggal engkau nanti,
sampai aku meninggal dunia." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
wafat dan kekhilafahan dijabat oleh Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu-. Ia
memberikan hadiah kepada Ḥakīm, tapi ia menolaknya. Abu Bakar meninggal
dunia, lalu Umar menjadi khalifah dan memanggil Ḥakīm untuk diberi.
Ternyata Ḥakīm menolak. Lantas Umar meminta kesaksian orang-orang,
seraya berkata, "Saksikanlah! Sesungguhnya aku memberinya harta dari
Baitul Mal kaum Muslimin, akan tetapi ia tidak menerimanya. Umar
-raḍiyallāhu 'anhu- mengatakan demikian agar tidak ada hujjah atas Umar
pada hari kiamat di hadapan Allah dan terlepas tanggung jawabnya di
hadapan manusia. Meskipun demikian, Ḥakīm tetap bersikeras untuk tidak
mengambil darinya sesuatu pun hingga dia wafat. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3703 |
|
Hadith 490 الحديث
الأهمية: خرجنا مع رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- في غزاة ونحن سِتَّةُ نَفَرٍ بَيننا بعيرٌ نَعْتَقِبُهُ، فَنَقِبَتْ
أقدامُنا وَنَقِبَت قَدَمِي
Tema: Kami keluar bersama Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam suatu peperangan. Kami berjumlah
enam orang. Di antara kami terdapat seekor unta yang ditumpangi secara
bergantian. Kaki-kaki kami berlubang dan kakiku pun berlubang. |
عن أبي موسى -رضي الله عنه- قال: خرجنا
مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فِي غَزَاة ونحن سِتَّةُ نَفَرٍ بَيننا
بعيرٌ نَعْتَقِبُهُ، فَنَقِبَتْ أقدامُنا وَنَقِبَت قَدَمِي، وسَقطت
أَظْفَارِي، فكنَّا نَلُفُّ على أَرْجُلِنَا الْخِرَقَ ، فَسُمِّيَت
غَزْوَة ذَاتُ الرِّقَاع لما كنَّا نَعْصِب على أرجُلنا من الخِرق، قال أبو
بردة: فحدث أبو موسى بهذا الحديث، ثم كره ذلك، وقال: ما كنت أصنع بأن
أَذْكُرَه! قال: كأنه كره أن يكون شيئا من عمله أفْشَاه.
Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, "Kami keluar bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- dalam suatu peperangan. Kami berjumlah enam orang. Di antara
kami terdapat seekor unta yang ditumpangi secara bergantian. Kaki-kaki
kami berlubang dan kakiku pun berlubang serta kuku-kukuku rontok. Kami
pun membungkus kaki-kaki kami dengan sobekan kain sehingga perang ini
dinamakan perang Żātu Ar-Riqā' karena kami membalut kaki-kaki kami
dengan sobekan kain." Abu Burdah berkata, "Abu Musa memberitahu tentang
hadis ini lalu ia tidak menyukainya dan berkata, "Aku melakukan hal itu
bukan supaya aku mengingatnya." Abu Burdah meneruskan, "Tampaknya Abu
Musa tidak mau suatu amalnya disebar-luaskan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث : أن أبا موسى -رضي الله
عنه- خرج مع النبي -صلى عليه وسلم- في غزوة ومعه بعض أصحابه وعددهم ستة
نَفَرٍ بينهم بعير يتعاقبونه، فيركبه أحدهم مسافة، ثم إذا انتهت نوبته نزل
من البعير وركبه الآخر وهكذا يتناوبون الركوب، حتى وصلوا إلى مقصدهم.
" فَنَقِبَتْ أقدامنا ونَقِبتْ قدمي،
وسقطت أظفاري" بسبب المشي في أرض صحراوية مع بُعد المسافة، ولم يكن عندهم
ما يستر أقدامهم لتمزقها؛ فكانوا يمشون حفاة، فحصل بذلك الضرر البليغ ومع
هذا لم يتوقفوا عن مسيرهم، بل واصلوا السير للقاء العدو.
"فكنَّا نَلُفُّ على أرجلنا الخِرَق"
وهذا مما يدل على أن أحذيتهم قد تمزقت من طول المسافة وقوة الأرض وصلابتها؛
فكانوا يَلِفُّون على أقدامهم الخرق؛ لتحميهم من صلابة الأرض وحرارتها.
"فسميت غزوة ذات الرقاع لما كنَّا نعصب
على أرجلنا من الخَرِق".
أي: أن
هذه الغزوة التي غزاها النبي -صلى الله عليه وسلم-: سميت بعد ذلك بغزوة ذات
الرِقَاع وهذا هو أحد الأسباب في تسميتها، قال أبو بردة: "فحدَّث أبو موسى
بهذا الحديث، ثم كره ذلك، وقال: ما كنت أصنع بأن أذكره! قال: كأنه كره أن
يكون شيئا من عمله أفشاه".
والمعنى:
أن أبا موسى -رضي الله عنه- بعد أن حدث بهذا الحديث تمنى أنه لم يحدِّث به؛
لما فيه من تزكية نفسه؛ ولأن كِتْمَان العمل الصالح أفضل من إظهاره إلا
لمصلحة راجحة، كمن يكون ممن يُقتدى به.
وفي
الحديث الآخر: (فأخفاها حتى لا تَعلم شماله ما تنفق يمينه) متفق عليه.
Makna hadis bahwa Abu Musa
-raḍiyallāhu 'anhu- keluar bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
dalam sebuah peperangan disertai beberapa sahabatnya dengan jumlah enam
orang. Di antara mereka ada seekor unta yang mereka tumpangi secara
bergantian. Seseorang mengendarainya dalam jarak tertentu lalu jika
sudah selesai gilirannya, ia turun dari unta dan orang lain
mengendarainya. Demikian seterusnya mereka saling bergantian
mengendarainya hingga akhirnya tiba ke tempat tujuan mereka. "Kaki-kaki
mereka berlubang, kakiku pun berlubang dan kuku-kukuku rontok"
disebabkan berjalan di tanah gurun disertai jarak yang jauh. Mereka
tidak mengenakan sesuatu yang menutupi kakinya karena robek. Mereka
berjalan telanjang kaki sehingga menderita sakit yang dahsyat tersebut.
Meskipun demikian mereka tidak menghentikan perjalanannya, tetapi
meneruskan perjalanan hingga bertemu musuh. "Kami pun membungkus
kaki-kaki kami dengan sobekan kain" Ini menunjukkan bahwa sepatu-sepatu
mereka telah robek karena panjangnya jarak tempuh dan kuat serta
kerasnya tanah pijakan. Bungkusan itu ditujukan guna melindungi mereka
dari kerasnya tanah dan panasnya. "sehingga perang ini dinamakan perang
Żātu Ar-Riqā' karena kami membalut kaki-kaki kami dengan sobekan kain."
artinya perang yang dihadiri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
tersebut dinamakan demikian dengan sebab ini. Abu Burdah berkata, "Abu
Musa memberitahu tentang hadis ini lalu ia tidak menyukainya" dan
berkata, "Aku melakukan hal itu bukan supaya aku mengingatnya." Abu
Burdah meneruskan, "Tampaknya Abu Musa tidak mau suatu amalnya disebar
luaskan." artinya setelah Abu Musa -raḍiyallāhu 'anhu- menceritakan
hadis ini dia berkhayal andai dirinya belum ceritakan itu karena di
dalamnya ada unsur penyucian diri, juga karena menyembunyikan amal itu
lebih utama daripada menampakkannya kecuali terdapat maslahat yang kuat
seperti orang yang jadi panutan. Seperti dalam hadis lain (Lalu dia
sembunyikan sedekahnya hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang
disedekahkan tangan kanannya) Muttafaq 'Alaih. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3704 |
|
Hadith 491 الحديث
الأهمية: لقد قُلْتِ كلِمَة لو مُزِجَت بماء
البحر لَمَزَجَتْهُ!
Tema: Kamu telah mengatakan suatu perkataan
yang apabila dicampur dengan air laut niscaya akan merubahnya! |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: قلت
للنبي -صلى الله عليه وسلم-: حَسْبُك من صفية كذا وكذا. قال بعض الرُوَاة:
تَعْني قَصِيرة، فقال: «لقد قُلْتِ كلِمَة لو مُزِجَت بماء البحر
لَمَزَجَتْهُ!» قالت: وحَكَيْتُ له إِنْسَانًا فقال: «ما أُحِبُّ أَني
حَكَيْتُ إِنْسَانًا وإن لي كذا وكذا».
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia
berkata, Aku berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
"Cukuplah bagi engkau Ṣafiyyah itu begini dan begitu." Sebagian perawi
hadis ini mengatakan: Yang dimaksud Aisyah itu ialah bahwa Ṣafiyah itu
pendek. Lalu beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Kamu telah
mengatakan suatu perkataan yang apabila dicampur dengan air laut niscaya
akan merubahnya!” Aisyah juga berkata: Aku juga pernah memperagakan
tingkah laku seseorang kepada beliau, lalu beliau bersabda, “Aku tidak
suka memperagakan tingkah laku seseorang meskipun aku mendapatkan upah
sekian dan sekian (dari harta dunia)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أن عائشة -رضي الله عنها- ذَكرت صفية
-رضي الله عنها- في غيبتها بما يَعِيبُها ويُسِيءُ إليها، وهي: أنها قصيرة
-رضي الله عنها-؛ وذلك من باب تحقيرها وتصغيرها أمام النبي -صلى الله عليه
وسلم-، حملها على ذلك ما يكون عادة بين النساء من الغيرة، فقال النبي -صلى
الله عليه وسلم-: لو خالطت كلمتك ماء البحر لغَيَّرت من لونه وطمعه
ورائحته؛ وذلك لعظمها وشدة خطرها.
قالت:
وحَكَيْتُ له إنسانا -أي: فَعَلت مِثْل فعله- تحقيرًا له، فقال: ما يسرني
أن أتحدث بِعَيْبه أو ما يَسرني أن أفعل مثل فعله أو أقول مثل قوله على وجه
الانتقاص والاحتقار، ولو أُعْطِيت كذا وكذا من الدنيا.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- menyebutkan
tentang Ṣafiyyah -raḍiyallāhu 'anhā- kekurangan fisiknya dan
menjelekkannya sedangkan ia tidak ada saat itu yaitu bahwa dia
-raḍiyallāhu 'anhā- pendek; dengan tujuan menghina serta meremehkannya
di hadapan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Faktor yang membuatnya
melakukan hal tersebut adalah tabiat para wanita yang terbakar rasa
cemburu. Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Andai
perkataanmu mencampuri air laut, niscaya akan merubah warna, rasa, dan
baunya.” Hal itu disebabkan karena besar dan sangat berbahayanya dosa
tersebut. Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, Aku juga pernah
memperagakan tingkah laku seseorang kepada beliau yakni melakukan
seperti apa yang telah dilakukannya sebagai bentuk penghinaan atasnya,
lalu beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Aku tidak suka
menceritakan tentang aibnya, atau aku tidak suka berbuat seperti apa
yang telah ia perbuat, atau berkata seperti apa yang telah ia katakan
dengan tujuan merendahkan dan menghinakannya, meskipun aku diberi upah
sekian dan sekian banyaknya dari harta dunia.” |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3705 |
|
Hadith 492 الحديث
الأهمية: حقُّ المُسلمِ على المُسلمِ خمسٌّ: ردُّ
السلام، وعيادة المريض، واتباع الجنائز، وإجابة الدَّعوة، وتَشميتُ العاطِس
Tema: Hak seorang muslim terhadap muslim
yang lain ada lima: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantar
jenazah, menghadiri undangan, dan mendoakan orang yang bersin |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه-: أن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- قال:«حقُّ المُسلمِ على المُسلمِ خمسٌّ: ردُّ
السلام، وعِيَادَةُ المريض، واتباع الجنائز، وإجابة الدَّعوة، وتَشميتُ
العاطِس».
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
meriwayatkan bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Hak seorang muslim terhadap muslim yang lain ada lima:
menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, menghadiri
undangan, dan mendoakan orang yang bersin."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
في هذا الحديث بيان بعض حقوق المسلم على
أخيه المسلم، وحقوق المسلم على أخيه كثيرة، لكن النبي -صلى الله عليه وسلم-
أحياناً يذكر أشياء معينة من أشياء كثيرة؛ عناية بها واحتفاء بها، فمن ذلك
ما ذكره أبو هريرة -رضي الله عنه- عن رسول الله -صلي الله عليه وسلم- أنه
قال: "حق المسلم على المسلم خمس: رد السلام" يعني: إذا سلم عليك فرد عليه،
وفي الحديث الآخر"حق المسلم على المسلم ست: إذا لقيته فسلم عليه".
فهذه
الحقوق من قام بها في حقّ المسلمين على وجهها، كان قيامه بغيرها أولى، وحصل
له أداء هذه الواجبات والحقوق التي فيها الخير الكثير والأجر العظيم من
الله إذا احتسب ذلك عند الله.
فأول هذه
الحقوق: "إذا لقيته فسلم عليه" وفي الحديث الآخر "ردُّ السلام".
الحق
الثاني: عيادة المريض إذا مرض وانقطع عن الناس في بيته أو في المستشفى أو
غيرهما، فإن له حقاً على إخوانه المسلمين في زيارته.
أما الحق
الثالث: فهو اتباع الجنائز وتشييعها، فإن من حق المسلم على أخيه أن يتبع
جنازته من بيته إلى المصلى -سواء في المسجد أو في مكان آخر- إلى المقبرة.
الحق
الرابع: إجابة الدعوة، فمن حق المسلم على أخيه إذا دعاه أن يجيبه.
الحق
الخامس: تشميت العاطس: ذلك أن العطاس نعمة من الله؛ لخروج هذه الريح
المحتقنة في أجزاء بدن الإنسان، يسر الله لها منفذاً تخرج منه فيستريح
العاطس، فشرع له أن يحمد الله على هذه النعمة، وشرع لأخيه أن يقول له:
"يرحمك الله"، وأمره أن يجيبه بقوله: "يهديكم الله ويصلح بالكم"، فمن لم
يحمد الله لم يستحق التشميت، ولا يلومن إلا نفسه.
Dalam hadis ini terdapat penjelasan
tentang sebagian hak-hak seorang muslim terhadap saudaranya sesama
muslim. Hak-hak seorang muslim terhadap sesamanya sangat banyak sekali,
namun terkadang Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hanya
menyebutkan hak-hak tertentu; agar lebih dijaga dan diperhatikan. Di
antaranya adalah ha-hak yang tertera dalam hadis Abu Hurairah
-raḍiyallāhu 'anhu-, dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
bahwa beliau bersabda, "Hak seorang muslim terhadap muslim yang lain ada
lima: menjawab salam." Artinya, jika saudaramu itu mengucapkan salam
kepadamu maka jawablah salamnya. Dalam hadis lain disebutkan, "Hak
seorang muslim terhadap muslim yang lain ada enam: jika kamu bertemu
dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya." Hak-hak ini jika ditunaikan
secara sempurna kepada saudara sesamanya, maka menunaikan hak-hak lain
selain hak-hak tersebut itu lebih utama dan sekaligus dianggap telah
menunaikan kewajiban dan hak-hak secara bersamaan; yang dengan
menunaikannya ia akan meraih kebaikan yang melimpah dan pahala yang
besar dari Allah, jika dilakukan atas dasar keikhlasan. Hak pertama
adalah: “Jika bertemu maka ucapkan salam kepadanya." Dalam hadis yang
lain disebutkan, “Menjawab salam.” Hak kedua adalah menjenguk orang
sakit yang di rawat di rumahnya, di rumah sakit atau tempat lainnya; ia
memiliki hak untuk dibesuk oleh saudara sesama muslim. Hak ketiga adalah
mengantar jenazah, karena sesungguhnya di antara hak seorang muslim
terhadap saudaranya sesama muslim adalah mengantarkan jenazahnya dari
rumahnya ke tempatnya disalatkan -baik di masjid maupun di musala khusus
salat jenazah-, lalu mengiringnya ke pemakaman. Hak keempat adalah
menghadiri undangan. Hak seorang muslim atas sesamanya adalah jika
diundang harus menghadirinya. Hak kelima adalah mendoakan orang yang
bersin. Bersin adalah bagian dari kenikmatan yang dilimpahkan Allah,
karena keluarnya karbon dioksida yang menggumpal dalam tubuh seseorang.
Allah memudahkan keluarnya dengan membukakan jalannya, sehingga setelah
bersin tubuh terasa nyaman. Untuk itu, Allah mensyariatkan untuk membaca
alḥamdulillāh atas nikmat ini. Dan Allah mensyariatkan saudaranya untuk
mendoakannya dengan ucapan, “Yarḥamukallāh (semoga Allah memberimu
rahmat).” Lalu orang yang bersin dan bertahmid balas mendoakan dengan
mengucapkan, “Yahdīkumullāh wa yuṣliḥu bālakum (semoga Allah memberi
petunjuk kepadamu dan memperbaiki kondisimu)." Oleh sebab itu, siapa
yang tidak bertahmid saat bersin, maka dia tidak berhak mendapatkan doa
dan janganlah dia menyalahkan kecuali dirinya sendiri. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3706 |
|
Hadith 493 الحديث
الأهمية: حُوسِب رجُل ممن كان قَبْلَكُمْ، فلم
يُوجد له من الخَيْر شيء، إلا أنه كان يُخَالط الناس وكان مُوسِرًا، وكان
يأمُر غِلْمَانَه أن يَتَجَاوَزُوا عن المُعْسِر، قال الله -عز وجل-: نحن
أحَقُّ بذلك منه؛ تَجَاوزُوا عنه
Tema: Ada seorang lelaki dari orang-orang
sebelum kalian dihisab. Ternyata tidak ditemukan sedikit pun kebaikan
padanya. Hanya saja ia bergaul baik dengan manusia dan ia adalah orang
yang berkecukupan. Ia memerintahkan kepada para pegawainya agar
memaafkan orang-orang yang kesulitan membayar utangnya. Allah -'Azza wa
Jalla- berfirman, "Kami lebih berhak untuk berbuat begitu daripada dia,
maka maafkanlah dia!" |
عن أبي مسعود البدري -رضي الله عنه-
قَال: قَالَ رَسُولُ اللَّه -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم-: «حُوسِب رجُل
ممن كان قَبْلَكُمْ، فلم يُوجد له من الخَيْر شيء، إلا أنه كان يُخَالط
الناس وكان مُوسِراً، وكان يأمُر غِلْمَانَه أن يَتَجَاوَزُوا عن
المُعْسِر، قال الله -عز وجل-: نحن أحَقُّ بذلك منه؛ تَجَاوزُوا عنه».
Dari Abu Mas'ūd Al-Badri -raḍiyallāhu
'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Ada seorang lelaki dari orang-orang sebelum kalian dihisab. Ternyata
tidak ditemukan sedikit pun kebaikan padanya. Hanya saja ia bergaul baik
dengan manusia dan ia adalah orang yang berkecukupan. Ia memerintahkan
kepada para pegawainya agar memaafkan orang-orang yang kesulitan
membayar utangnya. Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, "Kami lebih berhak
untuk berbuat begitu daripada dia, maka maafkanlah dia!" " style="display:yes" class="lity-show" style="width: 100%; background: rgba(255,255,255,0.9);border-radius:8px;-moz-border-radius:8px;-webkit-border-radius:8px;">
الأهمية: "حُوسِب
رجُل" أي حاسبه الله -تعالى- على أعماله التي قدمها.
"ممن كان قَبْلَكُمْ" من الأمم السابقة، "فلم
يُوجد له من الخَيْر شَيء" أي: من الأعمال الصالحة المقربة إلى الله
-تعالى-. "إلا أنه كان يُخَالط
الناس وكان مُوسِرًا" أي يتعامل معهم بالبيوع والمداينة وكان غنياً.
"وكان يأمُر غِلْمَانَه أن يَتَجَاوَزُوا عن
المُعْسِر" أي: يأمر غلمانه عند تحصيل الديون التي عند الناس، أن يتسامحوا
مع المُعسر الفقير المديون الذي ليس عنده القدرة على القضاء بأن ينظروه إلى
الميسرة، أو يَحطوا عنه من الدَّين.
"قال الله -عز وجل-: نحن أحق بذلك منه؛
تَجَاوزُوا عنه" أي: عفا الله عنه، مكافأة له على إحسانه بالناس، والرفق
بهم، والتيسير عليهم.
Tema: "Ada seorang lelaki dihisab" yakni,
Allah -Ta'ālā- menghisab amal-amal yang sudah dikerjakannya. "dari
orang-orang sebelum kalian." dari umat-umat terdahulu. "Ternyata tidak
ditemukan sedikit pun kebaikan padanya." Yakni, amal-amal saleh yang
mendekatkan dirinya kepada Allah -Ta'ālā-. "Hanya saja ia bergaul dengan
manusia, dan ia adalah orang yang berkecukupan." Yakni, berinteraksi
dengan mereka dalam jual-beli dan memberikan utang, dan ia adalah orang
kaya. "Dia memerintahkan kepada para pegawainya agar memaafkan
orang-orang yang kesulitan membayar utangnya." Yakni, dia memerintahkan
kepada para pelayannya saat mengumpulkan hutang dari orang lain agar
berlapang dada kepada orang-orang yang kesulitan, yaitu orang fakir yang
berutang serta tidak mampu membayarnya, hendaknya mereka menangguhkannya
sampai berkecukupan atau menggugurkan hutangnya. "Allah -'Azza wa Jalla-
berfirman, "Kami lebih berhak berbuat begitu daripada dia, maafkanlah
dia!" Yakni, Allah memaafkannya sebagai balasan atas kebaikannya kepada
manusia, berlemah-lembut kepada mereka dan memudahkan urusan mereka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3707 |
|
Hadith 494 الحديث
الأهمية: خيرُ الأصحابِ عند الله تعالى خيرُهم
لصاحبه، وخيرُ الجيرانِ عند الله تعالى خيرُهم لجاره
Tema: Teman terbaik di sisi Allah -Ta'ālā-
adalah mereka yang terbaik bagi temannya. Dan
tetangga terbaik di sisi Allah -Ta'ālā- adalah mereka yang
terbaik buat tetangganya. |
عن عبد الله بن عمرو -رضي الله عنهما-
قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «خيرُ الأصحابِ عند الله تعالى
خيرُهم لصاحبه، وخيرُ الجيرانِ عند الله تعالى خيرُهم لجاره».
Dari Abdullah bin 'Amru -raḍiyallāhu
'anhumā-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, “Teman terbaik di sisi Allah
-Ta'ālā- adalah mereka yang terbaik bagi temannya. Dan
tetangga terbaik di sisi Allah -Ta'ālā-
adalah mereka yang terbaik buat tetangganya.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
خير الأصحاب عند الله منزلة وثواباً
أكثرهما نفعاً لصاحبه، و كذلك خير الجيران عند الله أكثرهم نفعاً لجاره.
Teman terbaik di sisi Allah dari segi
kedudukan dan pahala adalah mereka yang
paling banyak memberi manfaat bagi temannya. Demikian pula tetangga
terbaik di sisi Allah adalah mereka yang
paling banyak memberi manfaat buat tetangganya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Dārimi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3709 |
|
Hadith 495 الحديث
الأهمية: خير الناس من طال عمره وحسن عمله
Tema: Manusia terbaik adalah orang yang
berusia panjang dan amalnya baik. |
عن عبد الله بن بُسْرٍ الأسلمي -رضي
الله عنه- مرفوعاً: «خير الناس من طَال عُمُرُه، وحَسُنَ عَمَلُهُ».
Dari Abdullah bin Busr Al-Aslami
-raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Manusia terbaik adalah orang yang
berusia panjang dan amalnya baik."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى هذا الحديث : أن الإنسان كلما طال
عمره في طاعة الله ازداد قربا من الله؛ لأن كل عمل يعمله فيما زاد فيه
عمره، فإنه يقربه إلى ربه -عز وجل - فخير الناس من وفق لهذين الأمرين: طول
العمر وحسن العمل.
فطول
العمر ليس خيرًا للإنسان إلا إذا حسن عمله في طاعة الله؛ لأنه أحيانًا يكون
طول العمر شرًا للإنسان وضررًا عليه، كما في الحديث الآخر، أي الناس خير،
قال: « من طال عمره، وحسن عمله »، قال: فأي الناس شر؟ قال: « من طال عمره
وساء عمله »، رواه أبو داود والترمذي.
وقال الله
-تبارك وتعالى-: (ولا يحسبن الذين كفروا أنما نملي لهم خير لأنفسهم إنما
نملي لهم ليزدادوا إثمًا ولهم عذاب مهين)، فهؤلاء الكفار يملى الله لهم، أي
يمدهم بالرزق والعافية وطول العمر والبنين والزوجات، لا لخير لهم ولكنه شر
لهم، والعياذ بالله لأنهم سوف يزدادون بذلك إثمًا.
قال
الطيبي -رحمه الله -: إن
الأوقات والساعات كرأس المال للتاجر، فينبغي أن يتجر فيما يربح فيه، وكلما
كان رأس المال كثيرا كان الربح أكثر، فمن مضى لطيبه فاز وأفلح، ومن أضاع
رأس ماله لم يربح وخسر خسرانا مبينا".
Makna hadis ini: Manusia yang semakin
panjang umurnya dalam ketaatan kepada Allah, maka ia bertambah dekat
kepada Allah. Sebab, setiap perbuatan yang dikerjakan dapat menambah
umurnya, maka hal itu mendekatkannya kepada Tuhannya -'Azza wa Jalla-.
Sebaik-baik manusia adalah orang yang mendapatkan taufik untuk dua hal
ini: panjang umur dan amal baik. Panjang umur tidak akan menjadi
kebaikan bagi manusia kecuali jika amalnya baik dalam ketaatan kepada
Allah, karena panjang umur bisa menjadi keburukan bahaya bagi manusia,
sebagaimana disebutkan dalam hadis lain. Siapakah manusia yang baik?"
Nabi bersabda, "Orang yang umurnya panjang dan baik amalnya." Penanya
berkata lagi, "Siapakah manusia yang buruk itu?" Nabi bersabda, "Orang
yang panjang umurnya dan buruk amalnya." HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi.
Allah -Tabarāka wa Ta'ālā- berfirman, "Dan jangan sekali-kali
orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan
kepada mereka lebih baik baginya. Justru tenggang waktu yang Kami
berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; dan
mereka akan mendapat azab yang menghinakan." Orang-orang kafir tersebut
diberi tenggang waktu oleh Allah. Yakni, Allah memberi mereka rezeki,
kesehatan, panjang umur, anak-anak dan istri-istri. Itu bukan kebaikan
bagi mereka. Justru, itu adalah keburukan bagi mereka. Kita berlindung
kepada Allah, karena sesungguhnya dengan hal-hal tersebut akan membuat
mereka bertambah dosanya. Aṭ-Ṭayyibi -raḥimahullāhu- berkata,
"Sesungguhnya waktu dan jam bagaikan modal bagi pedagang. Karena itu, ia
harus berdagang dengan sesuatu yang mendatangkan keuntungan. Semakin
besar modal, semakin besar pula labanya. Barangsiapa melakukan hal baik
bagi dirinya, maka ia akan menang dan beruntung. Barangsiapa
menyia-nyiakan modalnya, niscaya ia tidak akan beruntung, dan ia akan
mendapatkan kerugian yang nyata. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Dārimi]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3710 |
|
Hadith 496 الحديث
الأهمية: خَيْرُ يومٍ طَلَعَتْ عليه الشمس يومُ
الجُمعة: فيه خُلِقَ آدَم، وفيه أُدْخِلَ الجَنة، وفيه أُخْرِجَ منها
Tema: Hari terbaik di mana matahari terbit
adalah hari Jumat; pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan surga dan
dikeluarkan darinya pada hari itu pula. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«خَيْرُ يومٍ طَلَعَتْ عليه الشمس يومُ الجُمعة: فيه خُلِقَ آدَم، وفيه
أُدْخِلَ الجَنة، وفيه أُخْرِجَ منها».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfu', "Hari terbaik dimana matahari terbit adalah hari Jumat.
Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan surga dan dikeluarkan darinya
pada hari itu pula."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يُخبر النبي -صلى الله عليه وسلم-: أن
خيْر يومٍ طلعت عليه الشمس يوم الجمعة، فيه خُلق آدم، وهو أبو البَشر خلقه
الله -عز وجل- بيده، خلقه من تراب وكان ذلك يوم الجمعة، وفيه أُدخل جنة
المأوى التي يأوي إليها البشر، أدخله الله الجنة هو وزوجه، وفي يوم الجمعة
أمره الله -تعالى- بأن يخرج من الجنة ولم يكن إخراجه للإهانة، بل لما
اقتضته حكمة الله -تعالى-.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengabarkan bahwa hari terbaik kala matahari terbit adalah hari Jumat.
Pada hari itu Adam diciptakan. Dia adalah moyang manusia yang Allah
ciptakan dengan tangan-Nya. Dia ciptakan ia dari tanah dan itu pada hari
Jumat. Pada hari itu pula ia dimasukkan ke surga yang nantinya manusia
akan kembali ke sana. Allah memasukkan dia dan istrinya ke surga. Pada
hari Jumat pula Allah -Ta'ālā- memerintahkan untuk mengeluarkan keduanya
dari surga. Dikeluarkan bukan untuk dihinakan, tetapi untuk keputusan
hikmah yang Allah kehendaki. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3711 |
|
Hadith 497 الحديث
الأهمية: بني سلمة، دِيارَكُم، تُكتب آثارُكُم،
ديارَكُم تُكتب آثارُكُم
Tema: Bani Salamah, tetaplah di tempat
tinggal kalian, langkah-langkah kalian dicatat! |
عن جابر -رضي الله عنه- قال: أراد بنو
سلمة أن ينتقلوا للسكن قرب المسجد فبلغ ذلك رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
فقال لهم: «إنه قد بلغني أنكم تُريدون أن تنتقلوا قُرب المسجد؟» فقالوا:
نعم، يا رسول الله قد أردنا ذلك، فقال: «بَنِي سَلِمَة، دِيارَكُم، تُكتب
آثارُكُم، ديارَكُم تُكتب آثاركُم».
وفي
رواية: «إن بكلِّ خَطْوَة درجة».
Dari Jābir -raḍiyallāhu 'anhu-, ia
berkata, "Bani Salamah ingin pindah ke dekat masjid, lantas hal itu
sampai kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau bersabda
kepada mereka, "Sesungguhnya aku mendengar berita bahwa kalian ingin
pindah ke dekat masjid?" Mereka berkata, "Benar, wahai Rasulullah, kami
menginginkan itu." Beliau bersabda, "Bani Salamah, tetaplah di tempat
tinggal kalian, langkah-langkah kalian dicatat! Tetaplah di tempat
tinggal kalian, langkah-langkah kalian dicatat!". Dalam riwayat lain,
"Sesungguhnya setiap langkah itu bernilai satu derajat."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى هذا الحديث: أن بني سلمة أرادوا أن
ينتقلوا من ديارهم -البعيدة من المسجد- إلى أماكن تقرب من المسجد، فكرِه
النبي -صلى الله عليه وسلم- أن تُعرَّى المدينة، كما في رواية البخاري،
ورغبته -عليه الصلاة والسلام- أن تُعمَّر ليعظم منظر المسلمين في أعين
المنافقين والمشركين عند توسعها.
ثم سألهم،
قال: (إنه قد بلغني أنكم تريدون أن تنقلوا قرب المسجد) قالوا: نعم يا رسول
الله قد أردنا ذلك، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: (دياركم تكتب
آثاركم)، قالها مرتين، وبين لهم أن لهم بكل خطوة حسنة أو درجة.
وعن أبي
هريرة -رضي الله عنه- موقوفا عليه: "إن أعظمكم أجرًا أبعدكم دارًا، قيل:
لِمَ يا أبا هريرة ؟ قال: "من أجل كثرة الخطا" رواه مالك في "الموطأ".
فكلما
بَعُد المنزل عن المسجد، كان في ذلك زيادة فضل في الدرجات والحط من
السيئات.
وإنما
يتحقق هذا الفضل: إذا توضأ في بيته وأسبغ الوضوء، ومشى ولم يركب، سواء كان
ذلك قليلاً، يعني سواء كانت الخطوات قليلة، أم كثيرة، فإنه يكتب له بكل
خطوة شيئان: يرفع بها درجة، ويحط عنه بها خطيئة.
فعن رجل
من أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم- مرفوعاً: "إذا توضأ أحدكم فأحسن
الوضوء ثم خرج إلى الصلاة، لم يرفع قدمه اليمنى إلا كتب الله -عز وجل- له
حسنة، ولم يضع قدمه اليسرى إلا حط الله -عز وجل- عنه سيئة، فليقرب أحدكم أو
ليبعد) رواه أبو داود.
وعن ابن
عباس، أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: "أتاني ربي -عز وجل- الليلة في
أحسن صورة -أحسبه يعني في النوم- فقال: يا محمد، هل تدري فيم يختصم الملأ
الأعلى؟ قال: قلت: نعم، يختصمون في الكفارات والدرجات، قال: وما الكفارات
والدرجات؟ قال: المكث في المساجد بعد الصلوات، والمشي على الأقدام إلى
الجماعات، وإبلاغ الوضوء في المكاره) رواه أحمد.
فدل ذلك
على أن نَيل الدرجات إنما يتحقق بأمور:
1ـ الذهاب إلى المسجد على طهارة.
2ـ احتساب الأجر؛ لحديث: (إنما الأعمال
بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى) متفق عليه.
3ـ أن يخرج من بيته لا يخرج إلا لقصد
المسجد.
4ـ المشي على الأقدام وعدم الركوب، إلا
من عذر.
Makna hadis: Sesungguhnya Bani Salamah
ingin pindah dari tempat tinggal mereka yang jauh dari masjid ke tempat
yang dekat dengan masjid. Ternyata Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- tidak suka Madinah menjadi terbuka (bagi musuh). Sebagaimana
dalam riwayat Bukhari. Beliau berkeinginan agar Madinah dimakmurkan
supaya wibawa kaum muslimin menjadi besar di pandangan orang-orang
munafikin dan musyrikin ketika Madinah diperluas. Selanjutnya beliau
bertanya kepada mereka, "Sesungguhnya aku mendengar berita bahwa kalian
ingin pindah ke dekat masjid?" Mereka menjawab, "Benar, wahai
Rasulullah, kami menginginkan itu." Beliau bersabda, "Tetaplah di tempat
tinggal kalian, langkah-langkah kalian dicatat." Beliau mengucapkannya
dua kali dan menjelaskan kepada mereka bahwa setiap langkah mereka
bernilai satu kebaikan atau derajat. Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu
'anhu- secara mauqūf sampai ke dia, "Sesungguhnya yang paling besar
pahalanya di antara kalian adalah orang yang paling jauh rumahnya." Abu
Hurairah ditanya, "Kenapa begitu wahai Abu Hurairah?" Ia menjawab,
"Karena banyaknya langkah." HR. Malik dalam Al-Muwaṭṭa`. Semakin jauh
rumah seseorang dari masjid maka hal itu menjadi tambahan keutamaan
dalam derajat dan gugurnya kesalahan-kesalahan. Keutamaan ini dapat
terwujud jika seseorang berwudu di rumahnya dan menyempurnakan wudunya,
lalu berjalan tanpa menunggang kendaraan, baik sedikit
langkah-langkahnya atau banyak, maka setiap langkahnya ditulis untuknya
dua hal: Langkah itu mengangkat derajatnya dan menggugurkan
dosa-dosanya. Dari seorang sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- meriwayatkan secara marfū', "Jika seorang di antara kalian
berwudu lalu memperbagus wudunya kemudian pergi salat, tidaklah ia
mengangkat kaki kanannya melainkan Allah mencatat untuknya satu
kebaikan, dan tidaklah ia meletakkan kaki kirinya melainkan Allah -'Azza
wa Jalla- menggugurkan satu kesalahan darinya. Karena itu, hendaknya
seseorang dari kalian mendekat atau menjauh." HR. Abu Dawud. Dari Ibnu
Abbas bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tuhanku
-'Azza wa Jalla- mendatangiku pada malam hari dalam wujud paling baik -
aku kira hal ini saat tidur - lalu berfirman, "Wahai Muhammad, tahukah
kamu apa yang diperselisihkan oleh Al-Mala'ul A'la?" Nabi menjawab, "Ya,
mereka berselisih dalam hal-hal yang menghapus dosa dan derajat." Allah
bertanya, "Apakah hal-hal yang menghapus dosa dan derajat?" Nabi
bersabda, "Tinggal di masjid setelah salat, berjalan kaki menuju salat
berjama'ah, menyempurnakan wudu pada bagian-bagian yang tidak disukai."
HR. Ahmad. Ini menunjukkan bahwa meraih derajat hanya dapat terwujud
dengan beberapa hal: 1. Berangkat ke masjid dalam keadaan suci. 2.
Mengharapkan pahala, berdasarkan hadis, "Sesungguhnya setiap amal itu
tergantung niat dan setiap orang akan mendapatkan apa yang
diniatkannya." Muttafaq 'alaihi. 3. Keluar dari rumahnya hanya untuk
tujuan ke masjid. 4. Berjalan kaki dan tidak berkendaraan kecuali
karena uzur. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Bukhari meriwayatkannya seperti ini -
Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3713 |
|
Hadith 498 الحديث
الأهمية: ذَاكَ رَجُلٌ بَاَلَ الشيطان في
أُذُنَيْهِ أو قال: في أُذُنِه
Tema: Laki-laki itu telah dikencingi setan
di kedua telinganya - atau beliau bersabda, di telinganya. |
عن ابن مسعود -رضي الله عنه- قال:
ذُكِرَ عند النبي -صلى الله عليه وسلم- رجل نام ليلة حتى أصبح، قال: «ذاك
رجل بال الشيطان في أُذُنَيْهِ - أو قال: في أُذُنِه».
Dari Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, "Di hadapan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- disebutkan
tentang seorang lelaki yang tidur semalaman sampai waktu pagi. Beliau
bersabda, "Laki-laki itu telah dikencingi setan di kedua telinganya -
atau beliau bersabda, di telinganya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: يقول ابن مسعود -رضي الله
عنه-: "ذُكِرَ عند النبي -صلى الله عليه وسلم- رَجُلٌ نام ليلة حتى أصبح"
أي: استمر نائمًا ولم يَستيقظ للتهجد، حتى طلع عليه الفجر، والقول الثاني:
أنه لم يستيقظ لصلاة الفجر حتى طلعت الشمس.
فقال:
"ذَاكَ رَجُلٌ بَاَلَ الشيطان في أُذُنَيْهِ" هو على ظاهره وحقيقته؛ لأنه
ثبت أن الشيطان يأكل ويشرب وينكح، فلا مانع من أن يَبول، وهذا غاية الإذلال
والإهانة له، أن يتخذه الشيطان كنيفا.
وخص الأذن
بالذكر وإن كانت العين أنسب بالنوم إشارة إلى ثِقَل النوم، فإن المَسَامع
هي موارد الانتباه وخص البول؛ لأنه أسهل مدخلا في التَجَاويف وأسرع نفوذا
في العروق فيُورِث الكَسَل في جميع الأعضاء.
Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-
berkata, Disebutkan di hadapan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
tentang seorang lelaki yang tidur semalaman sampai pagi tiba. Maksudnya
dia tidur terus dan tidak bangun untuk salat tahajud hingga terbit
fajar. Pendapat kedua: dia tidak bangun untuk salat fajar hingga terbit
matahari. Beliau bersabda, "Laki-laki itu telah dikencingi setan di
kedua telinganya" hal ini dipahami secara zahir dan sesuai hakekat
karena setan dipastikan makan, minum dan menikah, maka wajar bila dia
kencing. Ini adalah puncak penghinaan dan penistaan bagi anak Adam, saat
setan menjadikannya sebagai toilet. Dikhususkan penyebutan telinga di
sini meskipun mata lebih tepat dalam kaitannya dengan tidur sebagai
isyarat akan tidur yang nyenyak. Pendengaran adalah indera yang paling
peka saat tidur, lalu pilihan kencing karena itu cairan yang paling
mudah untuk masuk ke area kering dan paling cepat meresap ke nadi
sehingga mengakibatkan kemalasan di sekujur tubuh. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3714 |
|
Hadith 499 الحديث
الأهمية: رُبَّ أَشْعَثَ أغبرَ مَدْفُوعٍ
بالأبواب لو أَقسم على الله لَأَبَرَّهُ
Tema: Boleh jadi orang berambut kusut,
berdebu dan ditolak di pintu-pintu, seandainya ia bersumpah atas nama
Allah, niscaya Dia memenuhinya. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: « رُبَّ أَشْعَثَ أغبرَ مَدْفُوعٍ
بالأبواب لو أَقسم على الله لَأَبَرَّهُ ».
Tema: Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak
sedikit orang berambut kusut, berdebu dan ditolak di pintu-pintu,
seandainya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya Dia memenuhinya." " style="display:yes" class="lity-show" style="width: 100%; background: rgba(255,255,255,0.9);border-radius:8px;-moz-border-radius:8px;-webkit-border-radius:8px;">
الأهمية: "رب أشعث
أغبر مدفوع بالأبواب لو أقسم على الله لأبره": وأشعث من الشعث وهو من صفات
الشعر، وشعره أشعث يعني ليس له ما يدهن به الشعر، ولا ما يرجله، وليس يهتم
بمظهره، وأغبر يعني أغبر اللون، أغبر الثياب، وذلك لشدة فقره.
"مدفوع بالأبواب": يعني ليس له جاه، إذا جاء
إلى الناس يستأذن لا يأذنون له، بل يدفعونه بالباب؛ لأنه ليس له قيمة عند
الناس لكن له قيمة عند رب العالمين، لو أقسم على الله لأبره، لو قال: والله
لا يكون كذا لم يكن، والله ليكونن كذا لكان، لو أقسم على الله لأبره، لكرمه
عند الله -عز وجل- ومنزلته، لو
أقسم على الله لأبره. و الميزان
في ذلك تقوى الله -عز وجل-، كما قال الله -تعالى-: (إن أكرمكم عند الله
أتقاكم)، فمن كان أتقى لله فهو أكرم عند الله، ييسر الله له الأمر، يجيب
دعاءه، ويكشف ضره، ويبر قسمه. وهذا
الذي أقسم على الله لن يقسم بظلم لأحد، ولن يجترئ على الله في ملكه، ولكنه
يقسم على الله فيما يرضي الله ثقة بالله -عز وجل-، أو في أمور مباحة ثقة
بالله -عز وجل-.
Tema: "Boleh jadi orang berambut kusut,
berdebu dan ditolak di pintu-pintu, seandainya ia bersumpah atas nama
Allah, niscaya Dia memenuhinya." Kusut merupakan sifat rambut. Rambutnya
kusut artinya ia tidak memiliki sesuatu untuk meminyaki rambut dan
menyisirnya. Ia tidak memperhatikan penampilannya. Berdebu artinya
berwarna debu atau pakaiannya berdebu karena sangat fakir. "Ditolak
di pintu-pintu", artinya ia tidak memiliki pangkat. Jika datang kepada
manusia untuk minta izin, mereka tidak mengizinkannya, bahkan menutup
pintunya karena ia remeh di sisi manusia. Padahal, ia memiliki nilai di
sisi Allah Tuhan semesta alam. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah,
niscaya Dia memenuhinya. Seandainya berkata, "Demi Allah, tidak akan
terjadi seperti ini, niscaya tidak akan terjadi. Demi Allah, pasti akan
terjadi hal ini, niscaya akan terjadi. Seandainya ia bersumpah atas nama
Allah, niscaya Dia menunaikannya karena kemuliaan dan kedudukannya di
sisi Allah. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya Dia
memenuhinya. Neraca dalam hal ini adalah ketakwaan kepada Allah
-'Azza wa Jalla- sebagaimana Dia berfirman, "Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa." Barangsiapa lebih bertakwa kepada Allah, maka ia orang paling
mulia di sisi-Nya, Dia memudahkan urusannya, mengabulkan doanya,
melenyapkan bahaya yang merintangi dan memenuhi sumpahnya. Orang yang
bersumpah atas nama Allah ini tidak akan bersumpah untuk menzalimi
seseorang dan tidak akan lancang terhadap Allah dalam kekuasaan-Nya. Ia
bersumpah atas nama Allah dalam hal-hal yang diridai-Nya karena yakin
kepada-Nya atau dalam hal-hal mubah karena sangat percaya kepada Allah
-'Azza wa Jalla-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3715 |
|
Hadith 500 الحديث
الأهمية: رحِم الله رَجُلا سَمْحَا إذا باع، وإذا
اشترى، وإذا اقْتَضَى
Tema: Allah merahmati seseorang yang
bermurah hati jika ia menjual, membeli, dan menagih (utang). |
عن جابر -رضي الله عنه-: أن رسول الله
-صلى الله عليه وسلم- قال: «رحِم الله رَجُلا سَمْحَا إذا باع، وإذا اشترى،
وإذا اقْتَضَى».
Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan
bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah
merahmati seseorang yang bermurah hati jika ia menjual, membeli, dan
menagih (utang)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: "رحِم الله رَجُلاً" هذا
دعاء بالرحمة لكل من اتصف بالسماحة في بيعه وشرائه واقتضائه الثمن، أي أخذ
الديون، سواء كان رجلاً أو امرأة، والتنصيص على الرجل خرج مخرج الغالب.
"سَمْحاً إذا باع" أي: سهلاً في بيعه،
فلا يشدد على المشتري في سعرها، بل ويضع عنه من ثمنها، وفي رواية عند أحمد
والنسائي من حديث عثمان بن عفان -رضي الله عنه-: (أدخل الله -عز وجل- الجنة
رجلاً كان سهلاً مشترياً وبائعاً..).
"وإذا اشترى" أي: سهلاً إذا اشترى، فلا
يجادل ولا يماكس في سعرها، بل يكون سهلاً مسامحاً.
"وإذا اقْتَضَى" أي: يكون سمحاً سهلاً
حال طلب دَيْنِه من غريمه، فيطلبه بالرفق واللطف لا بالعنف.
وفي رواية
عند ابن حبان، من حديث جابر -رضي الله عنه- زيادة: (سمحاً إذا قضى) أي:
سمحاً سهلاً حال قضاء الديون التي عليه، فلا يماطل ولا يتهرب مما عليه من
الحقوق، بل يقضيها بسهولة وطيب نفس.
فهؤلاء
الأصناف الأربعة دعا لهم النبي -صلى الله عليه وسلم- بالرحمة متى كانوا
متسامحين في بيعهم وشرائهم وقضاء ما عليهم واقتضاء ما لهم من ديون على
غيرهم.
Makna hadis: "Semoga Allah merahmati
seseorang"; ini merupakan doa permohonan rahmat untuk semua orang yang
memiliki sifat bermurah hati (lapang dada) dalam berjual beli dan
menagih utang, baik laki-laki ataupun perempuan. Alasan pemakaian kata
laki-laki dalam hadis ini karena berdasarkan hal yang dominan. Makna:
"Yang murah hati jika ia menjual"; yakni, memberikan kemudahan dalam
menjual sehingga ia tidak pelit kepada pembeli dalam masalah harga,
bahkan ia mengurangi harganya. Dalam riwayat Ahmad dan An-Nasā`iy dari
hadis Usman bin 'Affān -raḍiyallāhu 'anhu- disebutkan, "Allah -'Azza wa
Jalla- memasukkan seseorang yang memberikan kemudahan saat menjadi
pembeli dan penjual ke dalam surga." Makna: "Jika ia membeli"; yakni,
gampang ketika membeli. Ia tidak berdebat dan minta potongan harganya,
tapi ia mudah dan bermurah hati. Makna: "Menagih (utang)"; yakni, ia
bermurah hati dan memberi kemudahan saat menagih hutang dari orang yang
berutang kepadanya. Ia memintanya dengan lemah lembut, bukan dengan
kekerasan. Dalam riwayat Ibnu Hibbān dari hadis Jābir -raḍiyallāhu
'anhu- disebutkan, "Bermurah hati ketika menagih utang." Yakni,
berlapang dada dan bermurah hati ketika membayar utang yang menjadi
kewajibannya. Ia tidak menunda-nunda dan tidak mengelak dari berbagai
hak yang menjadi kewajibannya, tetapi ia membayarnya dengan mudah dan
penuh rida. Keempat golongan ini dimohonkan rahmat oleh Nabi Muhammad
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bila mereka saling mempermudah dan saling
bermurah hati dalam menjual, membeli dan membayar utang mereka dan
menagih utang orang lain untuk dirinya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3716 |
|
Hadith 501 الحديث
الأهمية: رَحِمَ الله رجلًا قام من الليل، فَصَلى
وأيْقَظ امرأته، فإن أَبَتْ نَضَحَ في وَجْهِهَا الماء، رَحِمَ الله امرأةً
قامت من الليل، فَصَلَّتْ وأَيْقَظت زوجها، فإن أَبَى نَضَحَت في وجْهِه
الماء
Tema: Allah merahmati seorang lelaki yang
bangun pada malam hari, lalu ia salat dan membangunkan istrinya. Jika
istrinya menolak, ia memercikkan air di wajahnya. Allah merahmati
seorang perempuan yang bangun pada malam hari, lalu ia salat dan
membangunkan suaminya. Jika suaminya menolak ia memercikkan air di
wajahnya. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «رَحِمَ الله رجلا ًقام من الليل، فَصَلى
وأيْقَظ امرأته، فإن أَبَتْ نَضَحَ في وَجْهِهَا الماء، رَحِمَ الله امرأة
قامت من الليل، فَصَلت وأَيْقَظت زوجها، فإن أَبَى نَضَحَت في وجْهِه
الماء».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah
merahmati seorang lelaki yang bangun pada malam hari, lalu ia salat dan
membangunkan istrinya. Jika istrinya menolak, ia memercikkan air di
wajahnya. Allah merahmati seorang perempuan yang bangun pada malam hari,
lalu ia salat dan membangunkan suaminya. Jika suaminya menolak ia
memercikkan air di wajahnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن من
قام من الليل فصلى وأيقظ زوجته للصلاة، فامتَنَعت من الاستيقاظ؛ لغَلَبة
النوم، وكثرة الكسل؛ فرش على وجْهِها الماء رشًا خفيفًا؛ فإنه مستحق لرحمة
الله -تعالى- وكذا العكس إذا فعلت المرأة ذلك مع زوجها.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengabarkan bahwa barangsiapa bangun pada malam hari lalu melaksanakan
salat dan membangunkan istrinya untuk salat. Jika istrinya menolak
bangun karena tidur berat dan malas, lalu ia memercikkan air ke wajahnya
dengan percikan ringan, maka sesungguhnya lelaki itu berhak mendapatkan
rahmat Allah -Ta'ālā-. Demikian juga sebaliknya, jika istri melakukan
hal itu kepada suaminya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan
oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3717 |
|
Hadith 502 الحديث
الأهمية: رَغِمَ أنْفُ، ثم رَغِمَ أنْفُ، ثم
رَغِمَ أنْفُ من أدرك أبويه عند الكِبر أحدهما أو كِليهما فلم يَدخلِ الجنة
Tema: Celakalah, kemudian celakalah,
kemudian celakalah, (yaitu) orang yang mendapati kedua orangtuanya di
usia lanjut, salah satunya atau keduanya, namun hal itu tidak dapat
memasukkannya ke surga. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن النبي
-صلى الله عليه وسلم- قال: « رَغِمَ أنْفُ، ثم رَغِمَ أنْفُ، ثم رَغِمَ
أنْفُ من أدرك أبويه عند الكِبر، أحدهما أو كِليهما فلم يدخل الجنة».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
“Celakalah, kemudian celakalah, kemudian celakalah, (yaitu) orang yang
mendapati kedua orangtuanya di usia lanjut, salah satunya atau keduanya,
namun hal itu tidak dapat memasukkannya ke surga.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
حق الوالدين عظيم، قرنه الله -سبحانه
وتعالى- بحقه الذي خلق من أجله الثقلين: (واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا
وبالوالدين إحسانًا) فأمر الله بعبادته وأوصى الأولاد وعهد إليهم ببر
والديهما والإحسان إليهما قولًا وعملًا؛ وذلك لقيامهما عليهم وتربيتهم
والسهر على راحتهم، وهل جزاء الإحسان إلا الإحسان.
ومعنى هذا
الحديث: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- دعا ثلاث مرات على من أدرك أبويه أو
أحدهما ولم يدخل الجنة لعدم بره بوالديه والإحسان إليهما وطاعتهما
بالمعروف، فطاعة الوالدين وبرهما والإحسان إليهما من الأسباب الواقية من
دخول النار، وعقوقهما من أسباب دخول النار إن لم تدركه رحمة الله -تعالى-.
Hak kedua orangtua sangat agung. Allah
-Subḥānahu wa Ta'ālā- menggandengkannya dengan hak-Nya yang menjadi
tujuan utama penciptaan jin dan manusia, “Dan sembahlah Allah dan jangan
menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan berbuat baiklah kepada kedua
orangtua.” Maka Allah memerintahkan untuk menyembah-Nya serta berwasiat
kepada para anak dan memerintahkan mereka agar berbakti dan berbuat baik
kepada kedua orangtua mereka, dalam perkataan dan perbuatan. Hal itu,
karena mereka telah mengurusinya dan mendidiknya serta begadang demi
ketenangannya. Tentu saja, balasan kebaikan itu tidak lain adalah
kebaikan. Makna hadis ini adalah: bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mendoakan kebinasaan sebanyak 3 kali untuk orang yang mendapati
kedua orangtuanya atau salah satunya, namun hal itu tidak masuk surga
karena tidak berbakti, berbuat baik dan menaati kedua orangtuanya secara
makruf. Maka ketaatan, berbakti dan berbuat baik kepada kedua orangtua
adalah salah satu jalan yang melindungi (kita) dari neraka, sedang
durhaka kepada keduanya merupakan sebab masuk neraka, jika (pelakunya)
tidak mendapatkan rahmat Allah -Ta'ālā-. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3718 |
|
Hadith 503 الحديث
الأهمية: سَبَقَ المُفَرِّدُونَ
Tema: Telah mendahului Al-Mufarridūn |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه-
قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «سبق المُفَرِّدُونَ»
قالوا: وما المُفَرِّدُونَ ؟ يا رسول الله قال: « الذاكرون الله كثيرا
والذاكراتِ».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Telah
mendahului Al-Mufarridūn (orang-orang yang menyendiri dalam ibadah)."
Para sahabat bertanya, "Siapakah Al-Mufarridūn itu, wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Laki-laki dan perempuan yang banyak berzikir kepada
Allah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: أن الذاكرين الله كثيراً
والذاكرات قد انفردوا عن غيرهم وسبقوهم بالأجور بسبب كثرة انشغالهم بِذْكر
الله تعالى، فهم قد عملوا أكثر من غيرهم؛ فكانوا أسبق إلى الخير.
قال
تعالى: (والذاكرين الله كثيراً والذاكرات أعد الله لهم مغفرة وأجراً
عظيماً).
فقوله
"الذاكرين الله كثيراً " أي: في أكثر الأوقات، خصوصاً أوقات الأوراد
المقيدة، كالصباح والمساء، وأدبار الصلوات المكتوبات.
Makna hadis: Sesungguhnya laki-laki
dan perempuan yang banyak berzikir kepada Allah telah menyendiri dari
yang lainnya dan telah mendahului mereka dengan berbagai pahala
disebabkan sibuknya mereka dalam zikir kepada Allah -Ta'ālā-. Mereka
telah beramal lebih banyak dari yang lainnya dan mereka telah lebih
dahulu melakukan kebaikan. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan laki-laki dan
perempuan yang banyak berzikir kepada Allah, maka Allah telah
menyediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar." Firman Allah,
"Laki-laki yang banyak berzikir kepada Allah," yakni, di sebagian besar
waktunya, khususnya waktu-waktu wirid yang telah ditetapkan seperti
pagi, sore dan usai salat wajib. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3719 |
|
Hadith 504 الحديث
الأهمية: سَتُفْتَحُ عليكم أَرَضُونَ،
ويَكْفِيكُمُ الله، فلا يَعْجِزْ أحَدُكُم أن يَلْهُوَ بِأَسْهُمِه
Tema: Akan dibukakan/ditaklukkan untuk
kalian banyak (belahan) bumi dan Allah akan mencukupkan kalian, maka
janganlah salah seorang dari kalian merasa lemah memainkan anak-anak
panahnya (memanah). |
عن عقبة بن عامر -رضي الله عنه- قال:
سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «سَتُفْتَحُ عليكم أَرَضُونَ،
ويكفيكم الله، فلا يَعْجِزْ أحدكم أن يَلْهُوَ بِأَسْهُمِه».
Uqbah bin 'Āmir -raḍiyallāhu 'anhu-
berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Akan dibukakan/ditaklukkan untuk kalian banyak (belahan) bumi
dan Allah akan mencukupkan kalian, maka janganlah salah seorang dari
kalian merasa lemah memainkan anak-anak panahnya (memanah)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أصحابه
بأنه سَتُفتح عليهم البلاد من غير اقتتال، فعليهم أن لا يعجِزوا عن
تَعَلُّم الرَّمي بالسهام، فإن ذلك من أولى ما يَلهو به المسلمون، -ما لم
يُضَيَّع به حقًا واجبًا-؛ لأن ذلك مما يُعينهم على الجهاد في سبيل الله،
وذلك من أفضل المقاصد وأسمى الغايات.
وإنما كان
التعبير باللهو؛ لأن النُّفوس مَجْبُولة على حُبِّه فعبر به، وإلا فإن
المقصود الأعظم من تعلمه، هو: الإعداد في سبيل الله -تعالى-، لا مجرد اللعب
به.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memberitahu para sahabatnya bahwa berbagai negri akan ditaklukkan oleh
mereka tanpa peperangan. Karena itu, hendaknya mereka tidak boleh merasa
lemah untuk belajar memanah. Sesungguhnya memanah adalah permainan
paling utama yang dimainkan oleh kaum Muslimin, selama hal itu tidak
menyia-nyiakan hak dan kewajiban. Sebab, sesuatu yang dapat membantu
mereka dalam berjihad di jalan Allah adalah sasaran paling utama dan
tujuan paling luhur. Adanya pengungkapan dengan kata permainan karena
jiwa-jiwa itu diciptakan suka kepada permainan. Oleh karena itu, belajar
memanah diungkapkan dengan kata bermain. Kalau tidak, maka tujuan paling
besar dari belajar memanah adalah persiapan untuk berjihad di jalan
Allah -Ta'ālā-, bukan sekedar bermain-main dengannya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3720 |
|
Hadith 505 الحديث
الأهمية: إن سِيَاحَة أُمَّتِي الجِهاد في
سَبِيلِ الله -عز وجل-
Tema: Sesungguhnya wisata umatku adalah
berjihad fi sabilillah -'Azza wa Jalla-. |
عن أبي أمامة -رضي الله عنه-: أن رجلًا،
قال: يا رسول الله، ائْذَنْ لي في السِيَاحَة! فقال النبي -صلى الله عليه
وسلم-: «إن سِيَاحَة أُمَّتِي الجِهاد في سَبِيلِ الله -عز وجل-».
Dari Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu-
bahwa ada seorang pria berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk
berwisata!” Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
“Sesungguhnya wisata umatku adalah berjihad fi sabilillah -'Azza wa
Jalla-.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
وفي هذا الحديث أن رجلًا جاء إلى النبي
-صلى الله عليه وسلم- يطلب منه الإذن للسماح له بالخروج إلى البلدان والضرب
في الأرض لأجل السياحة، والمراد بها: التَّعبد.
فقال -صلى
الله عليه وسلم-: "إن سِيَاحَة أُمَّتِي الجِهاد في سَبِيلِ الله -عز
وجل-"، والمعنى: إذا أردت السياحة فعليك بالجهاد في سبيل لله فهذه هي سياحة
أمتي؛ لأن في ذلك نشر دين الله -تعالى- وإرساء مبادئه وقواعده العظيمة،
وأما ترك الديار ومفارقة الأهل لأجل التعبد، فمنهي عنه وأقل أحواله
الكراهة، قال -تعالى-: (أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي
هُوَ خَيْرٌ).
وفي رواية
عند أحمد: "عليك بالجهاد، فإنه رهْبَانية الإسلام".
Dalam hadis ini disebutkan bahwa ada
seorang pria yang datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
untuk meminta izin agar diizinkan bepergian ke berbagai negeri dan
berjalan di muka bumi untuk berwisata. Maksudnya adalah untuk beribadah.
Maka beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya
wisata umatku adalah berjihad fi sabilillah -'Azza wa Jalla-.” Artinya:
jika engkau bermaksud melakukan perjalanan wisata, maka hendaklah engkau
berjihad di jalan Allah, karena inilah perjalanan wisata umatku; karena
di dalamnya ada usaha untuk menyebarkan agama Allah -Ta'ālā-, dan
mengukuhkan prinsip serta kaidah-kaidahnya yang agung. Adapun
meninggalkan kampung halaman dan berpisah dengan keluarga khusus untuk
tujuan beribadah, maka itu terlarang atau sekurang-kurangnya makruh.
Allah -Ta'ālā- berfirman, “Apakah kalian ingin mengganti yang lebih
rendah dengan yang lebih baik.” Dalam riwayat Ahmad disebutkan:
“Hendaklah engkau berjihad, karena itulah cara hidup
kerahiban/kependetaan dalam Islam.” |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Abu Daud]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3722 |
|
Hadith 506 الحديث
الأهمية: اُغْزُوا في سبيل الله، من قَاتَل في
سبيل الله فُوَاقَ نَاقَةٍ وجَبَت له الجنة
Tema: Berperanglah di jalan Allah! Siapa
yang berperang di jalan Allah walau selama perahan susu unta, maka ia
berhak mendapatkan surga. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: مَرَّ
رجُل من أصحاب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- بِشِعبٍ فيه عُيَيْنَةٌ من
ماء عَذْبَة، فأعْجَبتْه، فقال: لو اعْتَزلت الناس فَأقَمْتُ في هذا
الشِّعْبِ، ولنْ أفعل حتى أسْتأذِن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فذَكر
ذلك لرسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال: «لا تَفْعَل؛ فإن مُقام أحدِكم
في سَبِيل الله أفضل من صلاته في بيته سَبْعِين عاماً، ألا تُحِبُّونَ أن
يَغْفِر الله لكم، ويدخلكم الجنة؟ اُغْزُوا في سبيل الله، من قَاتَل في
سبيل الله فُوَاقَ نَاقَةٍ وجَبَت له الجنة».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, “Salah seorang sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- melewati jalan di lereng gunung yang memiliki mata air tawar
yang membuatnya takjub. Lalu ia berkata, “Andai aku beruzlah
(menyendiri) meninggalkan manusia lalu tinggal di tempat ini. Namun aku
takkan melakukannya hingga aku meminta izin kepada Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.” Maka ia pun menyampaikan hal itu kepada
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu beliau bersabda, “Jangan
engkau lakukan! Karena keberadaan seorang dari kalian di jalan Allah itu
lebih utama daripada salatnya di rumahnya selama 70 tahun. Tidakkah
kalian mau Allah mengampuni kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga?
Berperanglah di jalan Allah! Siapa yang berperang di jalan Allah walau
selama perahan susu unta, maka ia berhak mendapatkan surga.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أن رجلاً من أصحاب النبي -صلى الله عليه
وسلم- مرَّ بشعب في جَبل، وفي الشِّعْب عَيْنٌ فيها ماء عَذْبٌ، فأعجبته
تلك العين وأحب أن يعتزل الناس ويقيم في ذلك المكان يَتَعَبد الله ويشرب من
تلك العين، إلا أنه -رضي الله عنه- قال لنْ أفعل حتى
أستأذن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فذكر ذلك لرسول الله -صلى
الله عليه وسلم- فقال: "لا تفعل" نهاه النبي -صلى الله عليه وسلم- عن ذلك؛
لأن الغزو قد وجَبَ عليه، فكان اعتزاله للتطوع معصية لاستلزامه ترك الواجب.
ثم قال
له: "فإن مُقام أحدِكم في سَبِيل الله أفضل من صلاته في بيته سَبْعِين
عاماً" والمعنى: أن الجهاد في سبيل الله أفضل من التفرغ للصلاة سبعين
عاماً؛ وذلك لأن الجهاد نفعه متعدٍ بخلاف الصلاة، فنفعها قاصر على صاحب
العبادة.
"ألا تُحِبُّونَ أن يَغْفِر الله لكم،
ويدخلكم الجنة؟!" أي: إذا كنتم تحبون أن يَغْفِر الله لكم ذنوبكم ويدخلكم
الجنة، فعليكم بالغزو في سبيل الله -تعالى-، صابرين محتسبين.
ثم بين
فضله، بقوله: "من قَاتل في سبيل الله فُوَاقَ نَاقَةٍ وجَبَت له الجنة" أي:
من قاتل في سبيل الله -تعالى- لإعلاء كلمته وجبت له الجنة ولو كانت مشاركته
في القتال مدة يسيرة.
Makna hadis: Seorang sahabat Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah melewati jalan di lereng gunung
yang memiliki mata air tawar, hingga mata air itu membuatnya takjub dan
ia ingin menyendiri meninggalkan manusia untuk tinggal di tempat itu
guna beribadah kepada Allah dan meminum dari mata air tersebut. Hanya
saja sahabat itu -raḍiyallāhu 'anhu- mengatakan, “Aku takkan
melakukannya sampai aku meminta izin kepada Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-.” Maka ia pun menyampaikan hal itu kepada Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu beliau bersabda, “Jangan engkau
lakukan!” Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarangnya melakukan hal
itu, karena perang telah wajib untuknya saat itu, sehingga tindakannya
menyendiri untuk beribadah adalah satu dosa karena menyebabkan dia
meninggalkan kewajiban tersebut. Lalu beliau bersabda, “…karena
keberadaan seorang dari kalian di jalan Allah itu lebih utama daripada
salatnya di rumahnya selama 70 tahun.” Karena berjihad di jalan Allah
itu lebih utama daripada fokus melakukan salat selama 70 tahun; karena
manfaat jihad itu memiliki dampak luas daripada salat yang manfaatnya
hanya terbatas pada pelakunya. “Tidakkah kalian mau, Allah mengampuni
kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga?” Maksudnya: jika kalian mau
diampuni dosa-dosa kalian oleh Allah dan dimasukkan ke dalam surga, maka
kalian harus berperang di jalan Allah -Ta'ālā- dengan penuh kesabaran
dan mengharapkan balasan Allah. Lalu beliau menjelaskan keutamaannya
dengan sabda beliau, “Siapa yang berperang di jalan Allah walau selama
perahan susu unta, maka ia berhak mendapatkan surga.” Maksudnya: siapa
yang berperang di jalan Allah -Ta'ālā- untuk menegakkan kalimat-Nya,
maka ia berhak mendapatkan surga, meskipun keikutsertaannya dalam perang
hanya sebentar. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3723 |
|
Hadith 507 الحديث
الأهمية: اتقوا الله، وصلَّوا خَمْسَكُمْ، وصوموا
شهركم، وأَدُّوا زكاة أموالِكم، وأطيعوا أُمَرَاءَكُمْ: تدخلوا جنة ربكم
Tema: Bertakwalah kalian kepada Allah,
tunaikanlah kelima salat kalian, kerjakanlah puasa di bulan (Ramadan)
kalian, tunaikanlah zakat harta kalian, dan patuhilah para pemimpin
kalian, niscaya kalian akan masuk ke dalam Surga Rabb kalian. |
عن أبي أمامة صُدَيّ بن عجلان الباهلي
-رضي الله عنه- سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يخطب في حجة الوداع،
فقال: « اتقوا الله وصلَّوا خَمْسَكُمْ، وصوموا شهركم، وأَدُّوا زكاة
أموالِكم، وأطيعوا أُمَرَاءَكُمْ تدخلوا جنة ربكم ».
Tema: Dari Abu Umāmah Ṣudaiy bin 'Ajlān
Al-Bāhili - raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Aku pernah mendengarkan
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyampaikan khutbah di Haji
Wadā', beliau bersabda, "Bertakwalah kalian kepada Allah, tunaikanlah
kelima salat kalian, kerjakanlah puasa di bulan (Ramadan) kalian,
tunaikanlah zakat harta kalian, dan patuhilah para pemimpin kalian,
niscaya kalian akan masuk ke dalam Surga Rabb kalian!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
هذا الحديث من جملة الأحاديث التي فيها
الحث على تقوى الله -تعالى-، بفعل أوامره واجتناب نواهيه، وكان هذا الحديث
في آخر أيامه -عليه الصلاة والسلام- عندما خطب الناس في حجة الوداع خطبة
بليغة وأوصاهم بوصايا كثيرة وذكرهم بما لهم وعليهم ومن جملة ما جاء فيها
تقوى الله -تعالى-، حيث قال: (يا أيها الناس اتقوا ربكم) وهذه كقوله
-تعالى-: (يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ)، (النساء: من
الآية1)، فأمر الرسول -صلى الله عليه وسلم- الناس جميعا أن يتقوا ربهم الذي
خلقهم، وأمدهم بنعم لا تُعدُّ ولا تحصى.
وفي
الحديث الآخر، عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- قال: جاء رجل إلى النبي
-صلى الله عليه وسلم-، فقال: يا رسول الله أوصني: قال (عليك بتقوى الله،
فإنها جماع كل خير..).
وقال -صلى
الله عليه وسلم-: (أكثر ما يدخل الناس الجنة تقوى الله وحسن الخلق).
وقوله:
(وصلوا خمسكم) أي: صلوا الصلوات الخمس التي فرضها الله -عز وجل- على رسوله
-صلى الله عليه وسلم-، فإن أول ما يحاسب عليه العبد يوم القيامة صلاته.
وقوله:
(وصوموا شهركم) أي: شهر رمضان، وأضيف للأمة لما يسبغ عليهم فيه من النعم
والرحمة والكرم من عتق الرقاب وجزيل الثواب.
وقوله:
(وأدوا زكاة أموالكم) أي: أعطوها مستحقيها ولا تبخلوا بها.
فاشتمل
الحديث على الثلاثة من أركان الإِسلام، ولم يذكر الحج؛ لأن هذه الأمور
تتكرر كل يوم، وكل عام ويثقل أداؤها، فخصّها بالأمر والتوصية.
وقوله:
(أطيعوا أمراءكم) أي: الخليفة والسلطان وغيرهما من الأمراء، والعلماء، إلا
أنه لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق، وفي الحديث الآخر: (أوصيكم بتقوى الله
والسمع والطاعة..) رواه أبو داود والترمذي، وصححه الشيخ الألباني في مشكاة
المصابيح (1/185).
Tema: Hadits ini termasuk dalam sejumlah
hadits yang mengandung motivasi untuk bertakwa kepada Allah -Ta'ālā-,
dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hadis ini (muncul) di hari-hari akhir kehidupan beliau -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- pada saat beliau menyampaikan khutbah yang sangat
dalam di hadapan manusia pada Haji Wada’ dan memberikan banyak wasiat
kepada mereka, mengingatkan mereka apa yang menjadi hak dan kewajiban
mereka. Diantara hal yang disampaikan di dalam khotbah itu adalah
(pesan) takwa kepada Allah -Ta'ālā-, di mana beliau berkata, “Wahai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian”. Ini seperti firman
Allah -Ta'ālā-: “Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan
kalian.” (QS. An-Nisâ‘: 1). Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menyeru seluruh manusia agar mereka bertakwa kepada Rabb yang
menciptakan mereka dan memberikan berbagai nikmat yang tak terhingga dan
tak terhitung untuk mereka. Dalam hadits yang lain: dari Abu Sa‘îd
Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, “Seorang pria datang menemui
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia berkata, ‘Wahai Rasulullah,
berilah aku wasiat.’ Beliau bersabda, ‘Hendaklah engkau bertakwa kepada
Allah, karena sesungguhnya ini adalah simpul seluruh kebaikan…'”
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Hal paling banyak
yang memasukkan manusia ke dalam surga Allah adalah ketakwaan pada Allah
dan akhlak yang baik.” Sabda beliau, “…tunaikanlah kelima salat
kalian…” maksudnya: kerjakan salat lima waktu yang telah diwajibkan
Allah 'Azza wa Jalla kepada Rasul-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
karena hal pertama yang akan dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat
adalah salatnya. Sabda beliau, “…kerjakanlah puasa di bulan (Ramadan)
kalian…” maksudnya: di bulan Ramadan. Bulan ini dinisbatkan kepada umat
ini karena berbagai nikmat, rahmat dan karunia yang dicurahkan di
dalamnya, berupa: pembebasan dari neraka dan pahala yang berlimpah.
Sabda beliau, “…tunaikanlah zakat harta kalian…” maksudnya: berikanlah
kepada orang-orang yang berhak menerimanya dan jangan kalian kikir
dengannya! Maka hadits ini mencakup 3 rukun Islam…namun beliau tidak
menyebutkan ibadah haji; karena ketiga hal tersebut adalah hal-hal yang
berulang setiap hari dan setiap tahun, namun berat untuk ditunaikan,
karena itu beliau mengkhususkan perintah dan wasiat untuknya. Sabda
beliau, “…dan patuhilah para pemimpin kalian…” maksudnya: khalifah,
sultan dan para pemimpin lainnya. Atau yang dimaksudkan adalah para
ulama. Atau bisa juga lebih umum dari itu, artinya: semua orang yang
bertanggung jawab terhadap urusan kalian; baik itu seorang sultan, atau
para pemimpin lainnya, atau para aparatnya, meskipun ia berbuat zhalim
dan angkuh; hanya saja tetap tidak ada ketaatan terhadap makhluk dalam
kemaksiatan kepada Sang Khaliq. Dalam hadits lain disebutkan, “Aku
berwasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, serta mendengarkan
dan patuh (kepada pemimpin)…” (HR. Abu Daud dan Tirmizi, dan dishahihkan
oleh Syekh Al-Albāni dalam Misykāt Al-Maṣābīh 1/185). |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3725 |
|
Hadith 508 الحديث
الأهمية: صليت مع النبي -صلى الله عليه وسلم- ذات
ليلة فافتتح البقرة
Tema: Suatu malam aku salat bersama Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau memulai dengan bacaan Al-Baqarah. |
عن حذيفة بن اليمان -رضي الله عنهما-
قال: صليت مع النبي -صلى الله عليه وسلم- ذات ليلة فَافْتَتَحَ البقرة،
فقلت: يركع عند المئة، ثم مضى، فقلت: يصلي بها في ركعة فمضى، فقلت: يركع
بها، ثم افتتح النساء فقرأها، ثم افتتح آل عمران فقرأها، يقرأ
مُتَرَسِّلًا: إذا مَر بآية فيها تَسبِيحٌ سَبَّحَ، وإذا مَر بسؤال سَأل،
وإذا مَر بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ، ثم ركع، فجعل يقول: «سبحان ربي العظيم»
فكان ركوعه نحوًا من قِيَامِهِ، ثم قال: «سمع الله لمن حمده، ربنا لك
الحمد» ثم قام طويلًا قريبا مما ركع، ثم سجد، فقال: «سبحان ربي الأعلى»
فكان سجوده قريبًا من قيامه.
Dari Hużaifah bin Al-Yamān
-raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, "Suatu malam aku salat bersama Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau memulai dengan bacaan Al-Baqarah.
Aku berkata (dalam hati), "Mungkin beliau akan rukuk kalau sudah seratus
ayat." Ternyata beliau meneruskan bacaannya. Aku berkata (dalam hati),
"Mungkin beliau akan rukuk setelah membaca surah Al-Baqarah." Ternyata
beliau meneruskan bacaannya. Aku berkata (dalam hati), "Beliau akan
rukuk". Selanjutnya beliau baca surah An-Nisā` dan beliau membacanya
sampai selesai. Setelah itu beliau membaca surah Āli 'Imrān. Beliau
membaca seluruhnya dengan bacaan perlahan-lahan . Jika melewati ayat
yang mengandung tasbih, beliau pun bertasbih. Jika melewati ayat yang
menyuruh memohon, beliau pun memohon. Jika melewati ayat yang menyuruh
untuk memohon perlindungan, beliau pun memohon perlindungan. Setelah itu
beliau rukuk dan membaca, "Subḥāna Rabbiyal 'Aẓīmi" (Mahasuci Tuhanku
Yang Maha Agung). Lamanya rukuk beliau sama dengan lamanya berdiri.
Lantas beliau mengucapkan, "Sami'allāhu liman Ḥamidah. Rabbanā Lakal
Ḥamdu" (Allah mendengar orang yang memuji-Nya. Wahai Tuhan kami, hanya
bagi-Mulah segala pujian), selanjutnya beliau berdiri lama hampir sama
lamanya dengan rukuk, lalu bersujud dan membaca, "Subḥāna Rabbiyal A'lā"
(Mahasuci Tuhanku Yang Maha Luhur). Lamanya sujud beliau hampir sama
dengan lamanya berdiri.
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قام حذيفة مع النبي -صلى الله عليه
وسلم- في قيام الليل فأطال الصلاة، قرأ في ركعة واحدة البقرة ثم النساء ثم
آل عمران، وكان إذا مر بآية سؤال سأل وإذا مر بآية تسبيح سبح وإذا مر بآية
تعوذ تعوذ، في أثناء قراءته، وكانت صلاته متناسقة في الطول، الركوع قريبا
من القيام، والسجود قريبا من الركوع.
Hużaifah bangun malam untuk salat
bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu beliau memanjangkan
salatnya. Dalam satu raka'at beliau membaca Al-Baqarah dan An-Nisā` lalu
Āli 'Imrān juga. Bila sampai di ayat permohonan beliau memohon, bila
bertemu dengan ayat tasbih beliau bertasbih dan bila melewati ayat
perlindungan beliau minta perlindungan di tengah-tengah bacaannya. Salat
beliau serasi ukuran lamnya; rukuknya mirip waktunya dengan berdirinya
dan sujud dekat dengan rukuk. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3727 |
|
Hadith 509 الحديث
الأهمية: أين المُتَأَلِّي على الله لا يفعل
المعروف
Tema: Mana orang yang bersumpah kepada Allah
tidak akan berbuat kebaikan? |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: سمع
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- صوت خُصُومٍ بالباب عاليةً أصواتُهما، وإذا
أَحدُهما يَسْتَوْضِعُ الآخر وَيَسْتَرْفِقُهُ في شيء، وهو يقول: والله لا
أفعل، فخرج عليهما رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال: «أين المُتَأَلِّي
على الله لا يفعل المعروف؟»، فقال: أنا يا رسول الله، فله أي ذلك أحب.
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhu-
berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendengar suara orang
bertengkar dengan suara sangat keras di depan pintu. Salah satunya ada
yang meminta keringanan utang dan meminta kelembutan dalam sesuatu.
Orang yang mengutangi menjawab, "Demi Allah, aku tidak akan
melakukannya." Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- keluar
menuju kepada keduanya lalu bertanya, "Mana orang yang bersumpah kepada
Allah tidak akan berbuat kebaikan?" Orang itu menjawab, "Saya wahai
Rasulullah." Bagi orang itu apa saja yang disukainya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث: أن النبي -صلى الله عليه
وسلم- سمع صوت خصمين يتنازعان في أمور مالية، وقد ارتفعت أصواتهما حتى وصلت
إلى مسامع النبي -صلى الله عليه وسلم- في بيته، فأصغى النبي -صلى الله عليه
وسلم- إلى هذه الأصوات، وإذا به يسمع أحد الرجلين "يستوضع الآخر ويسترفقه
في شيء" أي يطلب منه أن يضع عنه شيئًا أو أن يرفق به "وهو يقول: والله لا
أفعل، فخرج عليهما رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال أين المُتألي على
الله أن لا يفعل المعروف؟" أي: أين الحالف بالله على عدم فعل المعروف
فقال: أنا يا رسول الله، فله أي ذلك أحب" أي أنا الذي حلفت، ولخصمي
ما أحَبَّ من الوَضْع من الدَّيْن أو الرفق به، وفي رواية لأحمد (24405)
وابن حبان (5032): "إن شئتَ وضعتُ ما نقصوا، وإن شئت من رأس المال، فوضعَ
ما نقصوا"، سعى النبي -صلى الله عليه وسلم- في الصلح بين المتخاصمين، إما
بالوضع أو الرفق، وفي الباب قصة مشابهة لهذا الحديث رواها البخاري (2424)
ومسلم (1558)، عن كعب بن مالك رضي الله عنه، أنه كان له على عبد الله بن
أبي حَدْرَد الأسلمي دين، فلقيه، فلزمه فتكلما حتى ارتفعت أصواتهما، فمر
بهما النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال: "يا كعب" وأشار بيده، كأنه يقول:
النصف، فأخذ نصف ما عليه وترك نصفا".
فينبغي
للمسلم أن يحرص على فعل الخير ومن ذلك الإصلاح بين الناس، فإذا رأى شخصين
أو جماعتين أو قبيلتين بينهما نزاع وشقاق وتباغض واقتتال سعى للإصلاح بينهم
لإزالة كل ما يؤدي إلى الفرقة والتباغض، ويحل محله الإخاء وتسود المحبة،
فإن في ذلك الخير الكثير والثواب الجزيل، بل ذلك أفضل من درجة الصائم
القائم المتصدق، قال -عليه الصلاة والسلام-: "ألا أخبركم بأفضل من درجة
الصيام والصلاة والصدقة؟ قالوا: بلى، يا رسول الله قال: إصلاح ذات البين.."
رواه أبو داود برقم (4919) وصححه الألباني في صحيح أبي داود، برقم (4919).
Tema: Makna hadits: Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- mendengar suara dua orang sedang bertengkar
memperselisihkan urusan hartanya. Suara keduanya keras hingga terdengar
oleh Nabi dari rumahnya. Beliau menyimak suara tersebut dan mendengar
salah seorang dari kedua lelaki ini meminta keringanan utang dan
berlemah-lembut padanya. Yakni, memohon kepada orang yang mengutangi
untuk meringankan utangnya dan berlaku ramah/lembut kepadanya. Orang
yang mengutangi berkata, "Demi Allah, aku tidak akan melakukan itu."
Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- keluar menuju keduanya
lalu bertanya, "Mana orang yang bersumpah kepada Allah tidak akan
berbuat kebaikan?" Yakni, mana orang yang bersumpah dengan nama Allah
tidak akan melakukan kebaikan?" Orang yang mengutangi menjawab, "Saya
wahai Rasulullah. Bagi orang itu apa saja yang disukainya." Yakni,
akulah yang bersumpah dan bagi lawanku keringanan utang dan kelembutan
sebagaimana yang diinginkannya." Di dalam riwayat Ahmad (24405) dan
Ibnu Hibban (5032) disebutkan, "Jika engkau mau, aku akan meringankan
utang yang sudah mereka bayar, dan jika engkau mau dari modalnya." Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berusaha untuk mendamaikan antara kedua
orang tersebut dengan memberikan pilihan menggugurkan utang atau berbuat
baik kepada orang yang berutang.Di dalam bab ini terdapat kisah serupa
yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari (2424) dan Muslim (1558) dari Ka'ab
bin Malik -raḍiyallāhu 'anhumā-, bahwasanya Abdullah bin Abi Ḥadrad
Al-Aslami berutang kepadanya. Lantas Ka'ab bin Malik bertemu dengannya
dan menagihnya. Keduanya terlibat pembicaraan hingga suaranya meninggi.
Tiba-tiba Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melintasi keduanya, beliau
bersabda, "Hai Ka'ab!" Sambil memberi isyarat dengan tangannya.
Seakan-akan beliau bersabda, "Setengah." Selanjutnya Ka'ab mengambil
separuh utangnya dan membiarkan separuhnya lagi. Seyogianya seorang
muslim berusaha untuk berbuat baik, diantaranya mendamaikan antara
manusia. Jika ia melihat dua orang atau dua kelompok atau dua kabilah
sedang berselisih, bertikai, saling membenci dan berperang, hendaknya ia
berusaha mendamaikan antara mereka untuk menghilangkan hal-hal yang
menjurus kepada perpecahan dan saling benci, hingga menggantinya dengan
persaudaraan yang diliputi kecintaan. Sesungguhnya dalam hal itu
terdapat kebaikan yang banyak dan pahala melimpah. Bahkan, hal itu lebih
utama dari derajat orang yang berpuasa lagi bersedekah. Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "Maukah aku beritahukan kepada kalian suatu
amalan yang lebih utama dari derajat puasa, salat dan sedekah?" Para
sahabat menjawab, "Tentu saja, wahai Rasulullah." Beliau bersabda,
"Mendamaikan orang yang berselisih." HR. Abu Daud, no (4919) disahihkan
oleh Syekh Al-Albāni dalam Sahih Abi Daud, no (4919). |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3728 |
|
Hadith 510 الحديث
الأهمية: أما بعد، فوالله إني
لأُعطي الرجل وأدَعُ الرجلَ، والذي أدعُ أحبُّ إلي من الذي أُعطي
Tema: Ammā Ba'du, demi Allah, sesungguhnya
aku memberi harta rampasan kepada seseorang dan tidak memberikannya
kepada yang lainnya. Padahal, orang yang tidak aku beri lebih aku cintai
daripada orang yang aku beri. |
عن عَمْرُو بن تَغْلِبَ ـ رضي الله عنه
ـ أن رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- أُتِيَ بمالٍ أو سَبْيٍ فَقَسَّمه، فأعطى رجالا، وترك رجالًا،
فبَلغَه أن الَّذِين تَرَك عَتَبُوا، فحمد الله، ثم أثنى عليه، ثم قال:
«أما بعد، فوالله إني لأُعطي
الرجل وأدَعُ الرجلَ، والذي أدعُ أحبُّ إلي من الذي أُعطي، ولكني إنما
أُعطي أقوامًا لما أرى في قلوبهم من الجَزَع والهَلَع، وَأَكِلُ أقواما إلى
ما جَعَلَ الله في قُلُوبِهم من الغِنَى والخَيْر، منهم عَمْرُو بن
تَغْلِبَ» قال عمرو بن تغلب: فوالله ما أُحبُّ أن لي بكلمة رسول الله -صلى
الله عليه وسلم- حُمْرَ النَّعَم.
Dari 'Amru bin Taglib -raḍiyallāhu
'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- diberi harta atau
tawanan, lalu beliau membagi-bagikannya. Beliau memberi kepada beberapa
orang dan tidak memberi kepada yang lainnya. Lantas beliau mendengar
kabar bahwa orang-orang yang tidak diberi bagian mencela. Beliau
berpidato; memuji Allah lalu menyanjung-Nya dan bersabda, "Ammā Ba'du,
demi Allah, sesungguhnya aku memberi harta rampasan kepada seseorang dan
tidak memberikannya kepada yang lainnya. Padahal, orang yang tidak aku
beri lebih aku cintai daripada orang yang aku beri. Sesungguhnya aku
memberi harta rampasan kepada orang-orang itu karena aku lihat dalam
hati mereka ada keresahan dan kegelisahan, dan aku serahkan kepada Allah
orang-orang yang ditetapkan dalam hati mereka kekayaan dan kebaikan, di
antara mereka adalah 'Amru bin Taglib." Amru bin Taglib berkata, "Demi
Allah, saya tidak suka kalau sabda Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- itu diganti dengan unta merah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يحدثنا عَمْرُو بن تَغْلِبَ رضي الله
عنه: "أن النبي -صلى الله عليه وسلم- أُتِيَ بمال أو بسَبْيٍ" وهو ما يُؤخذ
من العدو في الحرب من الأسرى عبيدا أو إماء "فقسمه، فأعطى رجالًا، وترك
رجالًا" أي: أعطى بعض الناس تأليفا لقلوبهم، وترك البعض الآخر ثقة بهم، لما
مَنَحَهُم الله من قوة الإيمان واليقين، " فبَلغه أن الذين ترك عَتَبُوا "
أي: لامُوا عليه فيما بينهم ، ظنًا منهم ـرضي الله عنهم- أنه -صلى الله
عليه وسلم-: إنما أعطى أولئك لمزِية في دينهم.
فجمعهم
النبي -صلى الله عليه وسلم- وقام فيهم خطيبا، فحمد الله ثم أثنى عليه بما
هو أهله ، ثم قال: أما بعد ، فوالله إني لأعطي الرجل وأدع الرجل، والذي
أدعْ أحب إلي من الذي أعطي "
أي: ليس
المعنى: أنني إذا أعطيت بعضهم ولم أعط الآخر دليل على محبتي لهم دون
الآخرين، بل إن الذين أدعهم ولا أعطيهم هُم أحبُّ إلي ممن أعطيهم.
ثم
بَيَّنَ لهم سبب إعطاء بعضهم دون بعض فقال: " ولكني إنما أعطي أقواما لما
أرى في قلوبهم من الجَزَعِ والهَلَع " أي: من شدة الألم والضَّجَر الذي
يُصيب نفوسهم لو لم يعطوا من الغنيمة، فأعطيهم تأليفا لقلوبهم، وتطييبا
لنفوسهم.
"وأَكِلُ أقواما إلى ما جعل الله في
قلوبهم من الغِنى" أي: وأترك أقواما فلا أعطيهم لأني أكِلهم إلى ما وضع
الله في قلوبهم من القناعة وغنى النفس، "والخير" أي وقوة الإيمان واليقين
"منهم عمرو بن تغلب" أي: من الناس الَّذين أمنع عنهم العطاء اتكالا على ما
عندهم من الإيمان "عَمْرُو بن تَغْلِبَ".
وفي
الحديث الآخر: "إني لأعطي الرجل وغيره أحب إليَّ منه، خَشية أن يكب في
النار على وجهه" رواه مسلم
قال عَمْرُو ـرضي الله عنه- عندما سمع النبي -صلى الله عليه وسلم-
يثني عليه: "فوالله ما أحب أن لي بكلمة رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
حُمْر النَّعَم" أي: أقسم بالله لا أرضى بهذا الثناء الذي كرمني به النبي
-صلى الله عليه وسلم- بديلا ولو أعطيت أنفس أموال العرب التي هي الجمال
الحُمر.
Amru bin Taglib -raḍiyallāhu 'anhu-
bercerita bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- diberi harta atau
tawanan, yaitu tawanan yang didapat dari musuh waktu berperang, baik
budak sahaya laki-laki ataupun perempuan, lalu beliau
membagi-bagikannya. Beliau memberi kepada beberapa orang dan tidak
memberi kepada yang lainnya. yakni, beliau memberi sebagian orang untuk
melunakkan hati mereka dan tidak memberi kepada yang lainnya karena
yakin bahwa Allah telah menganugerahkan kekuatan iman dan keyakinan
kepada mereka. Lantas beliau mendengar kabar bahwa orang-orang yang
tidak diberi bagian kecewa. Yakni, menyesalkan beliau tentang apa yang
ada pada mereka karena mengira bahwa beliau memberi mereka berdasarkan
keunggulan mereka dalam agama. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun
mengumpulkan mereka seraya berpidato; beliau memuji Allah lalu
menyanjung-Nya dengan apa yang layak bagi-Nya. Selanjutnya beliau
bersabda, "Ammā Ba'du, demi Allah, sesungguhnya aku memberi harta
rampasan kepada seseorang dan tidak memberikannya kepada yang lainnya.
Padahal, orang yang tidak aku beri lebih aku cintai daripada orang yang
aku beri. Yakni, bukan berarti bahwa ketika aku memberi kepada sebagian
orang dan tidak memberi kepada yang lain menjadi bukti aku lebih
mencintai mereka daripada yang lainnya. Justru, orang yang aku biarkan
dan tidak aku beri, mereka itu lebih aku cintai daripada orang yang aku
beri. Selanjutnya beliau menjelaskan sebab pemberiannya kepada sebagian
orang tanpa sebagian yang lain. Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku
memberi harta rampasan kepada orang-orang itu karena aku lihat dalam
hati mereka ada keresahan dan kegelisahan." Yakni, kepedihan dan
kecemasan yang akan menimpa jiwa mereka jika tidak diberi harta
rampasan. Dengan demikian, aku memberi mereka untuk melunakkan hatinya
dan menyenangkan jiwa mereka. "Aku serahkan kepada Allah orang-orang
yang ditetapkan dalam hati mereka kekayaan," Yakni, Aku membiarkan
sebagian orang tidak diberi karena aku menyerahkan perkara mereka kepada
Allah yang telah menganugerahkan rasa puas dan kaya jiwa dalam hati
mereka." dan kebaikan, Yakni, kekuatan iman dan keyakinan. Di antara
mereka adalah 'Amru bin Taglib." Yakni, di antara orang yang tidak aku
beri harta rampasan karena bersandar kepada iman yang ada pada mereka
adalah 'Amru bin Taglib." Di dalam hadis lain disebutkan, "Sesungguhnya
aku memberi kepada seseorang, padahal yang lainnya lebih aku cintai
darinya, karena khawatir wajahnya diseret ke dalam neraka." (HR.
Muslim). Amru berkata saat mendengar sanjungan Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- kepadanya, "Demi Allah, saya tidak suka kalau sabda
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- itu ditukar dengan unta
merah." Yakni, aku bersumpah dengan nama Allah, aku tidak rela ada
pengganti atas sanjungan yang telah diberikan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- kepadaku sebagai kemuliaan, meskipun aku diberi harta paling
berharga di kalangan Arab, yaitu unta merah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Bukhari]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 3729 |
|
Hadith 511 الحديث
الأهمية: عَشْرٌ من الفِطْرة: قَصُّ الشَارب،
وإعْفَاء اللِّحْية، والسِّواك، وَاسْتِنْشَاقُ الماء، وقص الأظْفَار،
وغَسْل البَرَاجِم، ونَتْف الإبْط، وحلق العَانة، وانْتِقَاصُ الماء
Tema: Ada sepuluh hal yang termasuk fitrah.
Memotong kumis, membiarkan jenggot, bersiwak, menghirup air ke hidung,
memotong kuku, mencuci ruas-ruas jari, mencabut bulu ketiak, mencukur
bulu kemaluan dan bercebok. |
عن عائشة -رضي الله عنها- مرفوعاً:
«عَشْرٌ من الفِطْرة: قَصُّ الشَارب، وإعْفَاء اللِّحْية، والسِّواك،
وَاسْتِنْشَاقُ الماء، وقص الأظْفَار، وغَسْل البَرَاجِم، ونَتْف الإبْط،
وحلق العَانة، وانْتِقَاصُ الماء» قال الراوي: ونَسِيْتُ العاشرة إلا أن
تكون المَضْمَضَة. قال وكِيع - وهو أحد رواته - انْتِقَاص الماء: يعني
الاسْتِنْجَاء.
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia
berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-bersabda, "Ada sepuluh
hal yang termasuk fitrah: memotong kumis, membiarkan jenggot, bersiwak,
menghirup air ke hidung, memotong kuku, mencuci ruas-ruas jari, mencabut
bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan dan bercebok." Periwayat hadis
berkata, "Aku lupa yang kesepuluh, kecuali ia berkumur-kumur." Waki'-
salah seorang periwayat hadis ini- berkata, "Intiqāṣul Mā` artinya
Istinja."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
تخبر عائشة -رضي الله عنها- عن النبي
-صلى الله عليه وسلم- بجُملة من سنن الفطرة.
و"الفِطْرة" هي الخِلْقَة التي خلق الله عباده عليها، وجعلهم مفطورين
عليها، وأنها من الخير والمراد بذلك الفِطَر السليمة؛ لأن الفطر
المُنْحَرفة لا عبرة بها؛ لقول النبي -صلى الله عليه وسلم-: "كل مَولود
يُولد على الفِطْرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يُمَجِّسَانه".
فأولها:
"قَصُّ الشَارِب" حَفُّه حتى تبدو الشَفَة، لما في ذلك من النظافة، والتحرز
مما يخرج من الأنف، فإن شعر الشار |
|
|
|