Penjelajah Hadis Bahasa Indonesia مكتشف الحديث باللغة الإنجليزية
 
Hadith   565   الحديث
الأهمية: كنا عند رسول الله -صلى الله عليه وسلم- تسعة أو ثمانية أو سبعة، فقال: ألا تُبايعون رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
Tema: Kami sedang duduk bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Waktu itu jumlah kami sembilan atau delapan atau tujuh orang. Beliau bersabda, "Apakah kalian tidak mau membaiat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-?"

عن عوف بن مالك الأشجعي -رضي الله عنه- قال: كنا عند رسول الله -صلى الله عليه وسلم- تسعة أو ثمانية أو سبعة، فقال: «ألا تُبايعون رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟» وكنَّا حَدِيث عهد بِبَيْعة، فقلنا: قد بايَعْنَاك يا رسول الله، ثم قال: «ألا تُبايعون رسول الله» فبَسَطْنَا أيْدِينا، وقلنا: قد بَايَعْناك فَعَلَام نُبايِعُك؟ قال: «على أن تعبدوا الله ولا تشركوا به شيئًا، والصلوات الخمس وتطيعوا الله» وأَسَر كلمة خفيفة «ولا تسألوا الناس شيئًا» فلقد رأيت بعض أولئك النَّفرَ يسقط سَوطُ أحدهم فما يسأل أحدًا يناولُه إيَّاه.

Dari Abu Abdirrahman 'Auf bin Malik Al-Asyja'i -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Kami sedang duduk bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Waktu itu jumlah kami sembilan atau delapan atau tujuh orang. Beliau bersabda, "Apakah kalian tidak mau membaiat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-?" Padahal kami baru saja melakukan baiat. Kami berkata, "Bukankah kami sudah membaiatmu, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Apakah kalian tidak bersedia membaiat Rasulullah?" Lantas kami mengulurkan tangan sambil berkata, "Kami telah membaiatmu, dalam hal apa lagi kami harus membaiatmu?" Beliau bersabda, "Kalian harus menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, menunaikan salat lima waktu dan menaati Allah," beliau membisikkan satu kalimat, "Janganlah kalian meminta sesuatu pun kepada manusia!". Sungguh aku saksikan bahwa salah seorang di antara kelompok tersebut ada yang cambuknya terjatuh dan ia tidak mau meminta kepada seseorang untuk mengambilkan cambuknya.

عن عوف بن مالك الأشجعي -رضي الله عنه- قال: (كنا جلوساً عند رسول الله، فقال: ألا تبايعون رسول الله وكنا حديث عهد ببيعة) كانت هذه البيعة ليلة العقبة قبل بيعة الهجرة وبيعة الجهاد والصبر عليه.
فقلنا: (قد بايعناك يا رسول الله)
ثم قال: (ألا تبايعون رسول الله) زاد أبو داود في روايته بعد قولهم: قد بايعناك حتى قالها ثلاثاً.
قوله: (فبسطنا أيدينا) أي نشرناها للمبايعة.
وقلنا: (قد بايعناك يا رسول الله) يعني: أولاً (فعلام نبايعك) أي فعلى أيّ شيىء نبايعك الآن.
قال: (أن تعبدوا) أي أبايعكم على عبادة الله (وحده) أي منفرداً وهو حال من الجلالة (ولا تشركوا به شيئاً) أي من الشرك أو من المعبودات.
و (الصلوات الخمس) أي وتصلوا الصلوات كما صرح به أبو داود.
و (تطيعوا الله) أي في كل ما أمركم به أو اجتناب ما نهاكم عنه.
و (أسر كلمة خفية) إنما أسر هذه الكلمة دون ما قبلها لأن ما قبلها وصية عامة وهذه الجملة مختصة ببعضهم، والمراد بالكلمة المعنى اللغوي وهي الجملة المبيّنة بقوله: (ولا تسألوا الناس شيئاً) قال القرطبي: هذا حمل منه على مكارم الأخلاق والترفع عن تحمل منن الخلق وتعظيم الصبر على مضض الحاجات والاستغناء عن الناس وعزّة النفس.
قال عوف: (فلقد رأيت بعض أولئك النفر يسقط سوط أحدهم فما يسأل أحدًا يناوله إياه) والمراد منه: سؤال الناس أموالهم فحملوه على عمومه، وفيه التنزّه عن جميع ما يسمى سؤالاً وإن كان حقيراً. وهذا بيان لما كان عليه السلف الصالح من إتباع القول العمل، وتطبيق العلم الذي أخذوه من النبي -صلى لله عليه وسلم-، وروى الإمام أحمد عن أبي ذرّ: "لا تسألنّ أحداً شيئاً وإن سقط سوطك ولا تقبض أمانة".

Dari 'Auf bin Malik Al-Asyja'i -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Kami sedang duduk bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau bersabda, "Apakah kalian tidak mau membaiat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-?" Padahal kami baru saja melakukan baiat." Bai'at ini terjadi pada malam 'Aqabah sebelum baiat hijrah dan baiat jihad serta bersabar di dalamnya. Kami berkata, "Bukankah kami sudah membaiatmu, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Apakah kalian tidak bersedia membaiat Rasulullah?" Abu Daud menambahkan redaksi dalam riwayatnya setelah ucapan mereka, "Kami sudah membaiatmu," hingga mengucapkan perkataan itu tiga kali. Ucapannya, "Lantas kami mengulurkan tangan," Yakni, kami bentangkan tangan untuk baiat. Kami berkata, "Kami telah membaiatmu, wahai Rasulullah?" Yakni, pertama. "dalam hal apa lagi kami harus membaiatmu?" Yakni, sekarang kami harus berbaiat apa kepadamu? Beliau bersabda, "Kalian harus menyembah Allah," Yakni, aku membaiat kalian untuk ibadah kepada Allah "semata" Yakni, esa, dan ini salah satu bentuk keagungan. "dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun," Yakni, sesuatu yang syirik atau hal-hal yang disembah. "menunaikan salat lima waktu" Yakni, kalian harus melaksanakan salat lima waktu sebagaimana dijelaskan oleh Abu Daud. "mendengar dan mentaati," Yakni, penguasa dan orang yang diperintahkan oleh Allah untuk dipatuhi selain dalam kemaksiatan kepada-Nya. "beliau membisikkan satu kalimat," Sesungguhnya beliau membisikkan kata ini yang berbeda dengan sebelumnya, karena kata-kata sebelumnya adalah pesan umum. Sedangkan kalimat yang dibisikkan ini khusus untuk mereka. Yang dimaksud dengan Al-Kalimah adalah secara bahasa yaitu ungkapan yang terdiri dari "Janganlah kalian meminta sesuatu pun kepada manusia." Al-Qurṭubi berkata, "Kalimat ini ditafsirkan sebagai bagian dari kemuliaan akhlak, tidak mau membebani orang lain, mengagungkan kesabaran menghadapi penderitaan dalam memenuhi kebutuhan, tidak bergantung pada manusia, dan menjaga harga diri." 'Auf berkata, "Sungguh, aku saksikan bahwa salah seorang di antara kelompok tersebut ada yang cambuknya terjatuh dan ia tidak mau meminta tolong kepada seseorang untuk mengambilkannya." Maksudnya, meminta harta dari manusia. Kemudian ditafsirkan secara umum. Di dalamnya terkandung menahan diri dari segala bentuk permintaan, meskipun barang sepele. Ini merupakan penjelasan mengenai perilaku golongan salaf yang baik, yang mengaplikasikan ucapan dalam amal dan menerapkan ilmu yang mereka ambil dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Żarr, "Janganlah sekali-kali engkau meminta sesuatu kepada siapapun, meskipun cambukmu jatuh darimu dan janganlah engkau memikul amanat."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4176

 
Hadith   566   الحديث
الأهمية: مثل الذي يَذْكُر رَبَّهُ والذي لا يَذْكُره مثل الحيِّ والميِّت
Tema: Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dengan orang yang tidak mengingat-Nya, seperti orang hidup dengan orang mati.

عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «مثل الذي يذكر ربه والذي لا يذكره مثل الحي والميت»
وفي رواية: «مثل البيت الذي يُذْكَرُ الله فيه، والبيت الذي لا يُذْكَرُ الله فيه، مثل الحيِّ والميِّت».

Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dengan orang yang tidak mengingat-Nya, seperti orang hidup dengan orang mati."
Dalam satu riwayat disebutkan, "Perumpamaan rumah yang disebut nama Allah di dalamnya dengan rumah yang tidak disebut nama Allah di dalamnya, seperti orang yang hidup dengan orang yang mati."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: أن الذي يَذْكر الله -تعالى- قد أحيا الله قلبه بذكره وشرح له صدره، فكان كالحي بسبب ذكر الله -تعالى- والمداومة عليه، بخلاف من لا يَذْكر الله -تعالى-، فهو كالميت الذي لا وجود له. فهو حيٌّ ببدنه ميتٌ بقلبه.
وهذا مَثَل ينبغي للإنسان أن يعتبر به وأن يَعْلَم أنه كلما غَفَل عن ذكر الله عز وجل، فإنه يقسو قلبه وربما يموت قلبه والعياذ بالله.    
قال -تعالى-: (أومن كان ميتا فأحييناه وجعلنا له نورًا يمشي به في الناس كمن مثله في الظلمات ليس بخارج منها).

Tema: Makna hadis: Sesungguhnya orang yang berzikir kepada Allah -Ta'ālā-, berarti Allah telah menghidupkan hatinya dengan zikir kepada-Nya dan melapangkan dadanya. Ia seperti orang yang hidup disebabkan zikir kepada Allah -Ta'ālā- dan kontinu melaksanakannya. Ini berbeda dengan orang yang tidak berzikir kepada Allah -Ta'ālā-. Orang itu seperti mayit yang tidak ada wujudnya. Tubuhnya hidup, tetapi hatinya mati. Inilah perumpamaan yang harus dijadikan cermin oleh manusia dan ia harus tahu bahwa ketika ia lalai dari zikir kepada Allah -'Azza wa Jalla-, maka hatinya mengeras dan mungkin saja hatinya mati. Kita berlindung kepada Allah dari hal itu. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga ia tidak dapat keluar dari sana?"

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4177

 
Hadith   567   الحديث
الأهمية: فوالله للدُّنْيَا أهونُ على الله من هذا عليكم
Tema: Demi Allah, sungguh dunia lebih hina bagi Allah dari (bangkai) ini di mata kalian

عن جابر -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- مر بالسوق والناس كَنَفَتَيَهِ، فمر بِجَدْيٍ أَسَكَّ ميت، فتناوله فأخذ بأذنه، ثم قال: «أيكم يحب أن يكون هذا له بدرهم؟» فقالوا: ما نحب أنه لنا بشيء وما نصنع به؟ ثم قال: «أتحبون أنه لكم؟» قالوا: والله لو كان حيا ًكان عيباً، إنه أسك فكيف وهو ميت! فقال: «فو الله للدنيا أهون على الله من هذا عليكم».

Dari Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melewati pasar, dan orang-orang berada di kedua sisi beliau. Lantas beliau melintasi bangkai kambing kecil yang telinganya terpotong. Beliau memungut anak kambing itu dan memegang telinganya lalu bersabda, "Siapakah di antara kalian yang mau membeli bangkai anak kambing ini dengan satu dirham?" Mereka menjawab, "Kami tak sudi dengan berapa pun. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?" Beliau bertanya, "Apakah kalian mau anak kambing ini untuk kalian (cuma-cuma)?" Mereka menjawab, "Seandainya ia masih hidup, kambing ini tetap cacat, telinganya putus. Apalagi sudah jadi bangkai." Lantas beliau bersabda, "Demi Allah, sungguh dunia ini lebih hina bagi Allah dari bangkai ini di mata kalian."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبرنا جابر -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- مرَّ في السوق بجدي أسك، والجدي من صغار الماعز، وهو أسك: أي مقطوع الأذنين، فأخذه النبي -عليه الصلاة والسلام- ورفعه وقال: هل أحد منكم يريده بدرهم؟" قالوا: يا رسول الله، ما نريده بشيء قال: هل أحد منكم يود أن يكون له؟ قالوا: لا. قال: إن الدنيا أهون عند الله -تعالى- من هذا الجدي.
أراد النبي صلى الله عليه وسلم أن يبين لأصحابه ولأمته من بعده أن الدنيا أهون وأحقر عند الله -تعالى- من هذا الجدي الأسك الميت، التي ترغب عنه النفوس السليمة، فهذا حال الدنيا بالنسبة للآخرة، لا قيمة لها عند الله ولا تزن جناح بعوضة، كما في حديث سهل بن سعد -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه    وسلم-: (لو كانت الدنيا تعدل عند الله جناح بعوضة، ما سقى كافرا منها شربة ماء). رواه الترمذي.
وأراد النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يحث أصحابه وأمته من بعده على أن يجعلوا الدنيا وسيلة إلى الوصول إلى مراد الله، لا أن تكون غايتهم ومقصدهم، فإن في ذلك هلاكهم.
Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan kepada kita bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melintasi bangkai anak kambing yang telinganya putus di pasar. "Al-Jadyu" adalah anak kambing. "Asakku" artinya kedua telinganya terputus. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengambilnya dan mengangkatnya lalu bersabda, "Apakah ada di antara kalian yang menginginkannya dengan satu dirham?" Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, kami tidak menginginkannya meskipun cuma-cuma." Beliau bersabda, "Apakah ada di antara kalian yang menginginkannya untuk dirinya?" Mereka menjawab, "Tidak." Beliau bersabda, "Sesungguhnya dunia lebih hina di sisi Allah -Ta'ālā- dari bangkai anak kambing ini." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ingin menjelaskan kepada para sahabatnya dan umatnya setelah mereka bahwa dunia itu lebih hina dan lebih rendah di sisi Allah -Ta'ālā- dari bangkai anak kambing yang kedua telinganya terputus, yang tidak disukai oleh jiwa-jiwa yang sehat. Ini keadaan dunia dibandingkan dengan akhirat. Ia tidak ada harganya di sisi Allah walau seberat sayap nyamuk. Hal ini sebagaimana (dijelaskan) dalam hadis Sahl bin Sa'ad -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Seandainya dunia ini sebanding dengan satu sayap nyamuk di sisi Allah, niscaya Dia tidak akan memberi minum orang kafir walau satu teguk air." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bermaksud menganjurkan para sahabatnya dan umat setelahnya agar menjadikan dunia sebagai sarana untuk sampai kepada jalan Allah, bukan sebagai tujuan dan maksud mereka. Sebab, hal itu merupakan kebinasaan bagi mereka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4178

 
Hadith   568   الحديث
الأهمية: مُرُوا أبا بكر فَلْيُصَلِّ بالناس
Tema: Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami salat!

عن ابن عمر -رضي الله عنهما- قال: لما اشتد برسول الله -صلى الله عليه وسلم- وجعه، قيل له في الصلاة، فقال: «مروا أبا بكر فليُصَلِّ بالناس» فقالت عائشة -رضي الله عنها-: إن أبا بكر رجل رقيق، إذا قرأ القرآن غلبه البكاء، فقال: «مُرُوه فليُصَلِّ».
وفي رواية عن عائشة -رضي الله عنها-، قالت: قلت: إن أبا بكر إذا قام مقامك لم يُسْمعِ الناس من البكاء.

Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, Ketika Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sakit keras, ada seseorang yang menanyakan tentang imam salat. Beliau bersabda, "Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami salat!" Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Sesungguhnya Abu Bakar itu orang yang sangat lembut hatinya (sensitif). Apabila ia membaca Al-Qur`ān, ia tidak dapat menahan tangisnya." Namun beliau bersabda, "Suruhlah ia (Abu Bakar) untuk menjadi imam!" Dalam satu riwayat dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, "Sesungguhnya Abu Bakar apabila menempati tempatmu (menjadi imam), orang-orang tidak dapat mendengar bacaan salatnya karena tangisnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
لما اشتد الوجع برسول الله -صلى الله عليه وسلم- لم يتمكن من إمامة الناس أمر من عنده أن يأمر أبا بكر -رضي الله عنه- بالإمامة، وكان كثير البكاء عند قراءة القرآن، فاعتذرت عائشة -رضي الله عنها- بذلك لكن في حديث الباب أنه لم يكن بكاؤه من قراءة القرآن مقصودها الأول، بل كان مرادها الأول خشية أن يتشاءم الناس من أبيها، فأظهرت -رضي الله عنها- خلاف ما تسره في باطنها.
ففي رواية في مسلم: "قالت: والله، ما بي إلا كراهية أن يتشاءم الناس، بأول من يقوم في مقام رسول الله -صلى الله عليه وسلم-"، قالت: فراجعته مرتين أو ثلاثا، فقال: "ليصل بالناس أبو بكر فإنكن صواحب يوسف" والمراد "بصواحب يوسف" إنهن مثل صواحب يوسف في إظهار خلاف ما في الباطن، وهذا الخطاب وإن كان بلفظ الجمع فالمراد به واحدة هي عائشة فقط كما أن المراد بصواحب يوسف: زليخا    فقط كذا قال الحافظ وهي زوجة عزيز مصر آنذاك.
ووجه المشابهة بينهما في ذلك أن زليخا استدعت النسوة وأظهرت لهن الإكرام بالضيافة ومرادها زيادة على ذلك وهو أن ينظرن إلى حسن يوسف ويعذرنها في محبته، إن عائشة أظهرت أن سبب إرادتها صرف الإمامة عن أبيها كونه لا يسمع المأمومين القراءة لبكائه ومرادها زيادة وهو أن لا يتشاءم الناس به، كما صرحت بذلك في بعض طرق الحديث فقالت: "وما حملني على مراجعته إلا أنه لم يقع في قلبي أن يحب الناس بعده رجلاً قام مقامه".
Ketika Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sakit keras dan tidak mampu untuk menjadi imam, maka beliau memerintahkan orang yang ada di dekatnya agar menyuruh Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- mengimami salat. Abu Bakar adalah sosok yang banyak menangis (sensitif) ketika membaca Al-Qur`ān. Karena itu, Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- beralasan dengan hal tersebut. Hanya saja dalam sebuah hadis pada bab ini dijelaskan bahwa tangisannya karena membaca Al-Qur`ān bukan tujuan pertama Aisyah, tetapi tujuan utamanya karena dikhawatirkan orang-orang merasa pesimis dengan ayahnya. Lantas Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- menjelaskan sesuatu yang berbeda dengan apa yang tersimpan dalam batinnya. Dalam sebuah riwayat dari Muslim disebutkan, Aisyah berkata, "Demi Allah, aku tidak ada maksud apa-apa selain karena tidak suka kalau orang-orang merasa pesimis dengan orang yang pertama kali mengganti kedudukan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Aisyah berkata, "Aku menemui beliau dua atau tiga kali." Namun beliau bersabda, "Hendaknya Abu Bakar mengimami salat manusia. Sesungguhnya kalian itu seperti teman-teman Yusuf." Maksud "teman-teman Yusuf" yaitu mereka itu laksana teman-teman Yusuf dalam menampakkan kebalikan apa yang ada dalam batinnya. Seruan ini meskipun dengan lafal jamak, tetapi maksudnya satu, yaitu Aisyah saja. Sama halnya dengan maksud teman-teman Yusuf adalah Zulaikha saja. Demikian dikatakan oleh Al-Ḥāfiẓ (Ibnu Hajar) bahwa wanita itu adalah istri penguasa Mesir saat itu. Aspek persamaan antara keduanya bahwa Zulaikha mengundang para wanita dan menampakkan penghormatan dengan jamuan, padahal tujuannya lebih dari itu, yaitu agar para wanita tersebut memandang sendiri ketampanan Yusuf dan memaklumi dirinya yang mencintai Yusuf. Sedangkan itu Aisyah menampakkan bahwa sebab keinginannya ialah memalingkan keimaman dari ayahnya, karena para makmum tidak akan mendengar bacaannya yang berbaur dengan tangisannya, sementara maksudnya lebih dari itu agar orang-orang tidak merasa pesimis dengannya, sebagaimana hal ini dijelaskan dari berbagai jalur hadis. Aisyah berkata, "Tidak ada hal yang mendorongku untuk memohon peninjauan ulang, melainkan karena di dalam hatiku terbersit bahwa orang-orang tidak akan mencintai sosok yang menggantikan kedudukan beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- setelah wafat.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4179

 
Hadith   569   الحديث
الأهمية: إنَّ مما أخاف عليكم من بَعْدِي ما يُفْتَحُ عليكم من زَهرة الدنيا وزِيَنتها
Tema: Sesungguhnya di antara hal yang aku takutkan menimpa kalian semua sepeninggalku nanti ialah keindahan harta dunia serta perhiasannya yang akan dibukakan untuk kalian.

عن أبي سعيد الخُدْرِي -رضي الله عنه- قال: جلس رسول الله -صلى الله عليه وسلم- على المِنْبَر، وجلسنا حوله، فقال: «إنَّ مما أخاف عليكم من بَعدي ما يُفتح عليكم من زهرة الدنيا وزِيَنتها».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- duduk di atas mimbar dan kami duduk di sekitarnya. Beliau bersabda, "Sesungguhnya di antara hal yang aku takutkan menimpa kalian semua sepeninggalku nanti ialah keindahan harta dunia serta perhiasannya yang akan dibukakan untuk kalian."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى هذا الحديث أن النبي -صلى الله عليه وسلم- يخاف على أمته بعد موته مما سيفتح عليهم من زخارف الدنيا وزينتها.
وهذا من كمال رحمته وشفقته -صلى الله عليه وسلم- بأمته أن بين لهم ما يخشاه عليهم من زخرفة الدنيا وزينتها، فيضلوا طريق الهدى والفلاح والنجاة إلى أن يفجأهم الموت، فلا اعتذار بعد ذلك.
Makna hadis ini adalah bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- khawatir terhadap umatnya sepeninggalnya dengan dibukakannya keindahan harta dunia dan perhiasannya. Ini merupakan kesempurnaan kasih dan sayang beliau kepada umatnya. Beliau menjelaskan kepada mereka tentang hal yang ditakutkan menimpa mereka berupa keindahan harta dunia dan perhiasannya sehingga membuat mereka tersesat dari jalan petunjuk, keberuntungan dan keselamatan sampai ajal merenggut mereka secara tiba-tiba. Setelah itu tidak ada lagi alasan/maaf.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4180

 
Hadith   570   الحديث
الأهمية: مَنْ احْتَبَسَ فَرَسًا في سَبِيل الله، إيمانًا بالله، وتَصْدِيقًا بِوَعْدِه، فإن شِبَعَهُ وريَّه ورَوْثَهُ وبَوْلَه في مِيْزَانه يوم القيامة
Tema: Siapa menyiapkan seekor kuda di jalan Allah karena iman kepada Allah dan membenarkan janji-Nya, maka makanan yang membuatnya kenyang, minum yang membuatnya puas, kotorannya dan kencingnya menjadi timbangan amal orang tersebut pada hari kiamat.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ احْتَبَسَ فَرَسًا في سَبِيل الله، إيمانًا بالله، وتَصْدِيقًا بِوَعْدِه، فإن شِبَعَهُ وريَّه ورَوْثَهُ وبَوْلَه في مِيْزَانه يوم القيامة».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa menyiapkan seekor kuda di jalan Allah karena iman kepada Allah dan membenarkan janji-Nya, maka makanan yang membuatnya kenyang, minum yang membuatnya puas, kotorannya dan kencingnya menjadi timbangan amal orang tersebut pada hari kiamat."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أن مَن أوقَف فرسًا للجهاد في سبيل الله تعال وابتغاء مرضاته لكي يُحَارب عليه الغزاة، ابتغاء وجه الله تعالى، وتصديقاً بوعده الذي وعَدَ به، حيث قال: (وما تنفقوا من شيء في سبيل الله يوف إليكم) فإن الله يُثِيْبُه عن كل ما يأكله أو يشربه أو يخرجه من بول أو روث، حتى يَضعه له في كِفَّة حسناته يوم القيامة.
وفي حديث أبي هريرة رضي الله عنه الطويل: "الخَيل ثلاثة: هي لرَجُلٍ وِزْرٌ، وهي لرَجُل سِتْر، وهي لِرَجُلٍ أجْرٌ . . ثم قال: وأما التي هي له أَجْرٌ، فرَجُل ربَطَها في سبيل الله لأهل الإسلام في مَرْج، أو رَوْضَةٍ فما أكلت من ذلك المَرْجِ أو الرَّوْضَةِ من شيء إلا كُتِبَ له عَدَدَ ما أكَلَتْ حسنات وكتب له عَدَد أرْوَاثِهَا وَأبْوَالِهَا حسنات، ولا تَقْطَعُ طِوَلَهَا فَاسْتَنَّتْ شَرَفاً أو شَرَفَيْنِ إلا كَتَب الله له عَدَد آثَارِهَا، وَأرْوَاثِهَا حسنات، ولا مَرَّ بها صَاحِبُها على نَهْر، فشَربَت منه، ولا يُريد أن يَسْقِيهَا إلا كَتَب الله له عَدَد ما شَرَبت حسنات" متفق عليه.
Orang yang mewakafkan kuda untuk jihad di jalan Allah -Ta'ālā- dan mencari keridaan-Nya supaya para pejuang dapat berperang di atasnya demi mencari keridaan Allah -Ta'ālā- dan membenarkan janji yang telah diberikan-Nya, di mana Dia berfirman, "Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu," maka sesungguhnya Allah memberinya pahala dari segala apa yang dimakan, diminum oleh kuda itu, dan apa yang dikeluarkannya berupa kencing atau tinja, hingga Allah meletakkan pahala itu baginya di piringan timbangan kebaikan-kebaikannya pada hari kiamat. Dalam hadis panjang dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- disebutkan, "Kuda itu ada tiga macam: Kuda yang menjadi dosa bagi seseorang, menjadi penutup bagi seseorang dan menjadi ladang pahala bagi seseorang... Selanjutnya beliau bersabda, "Adapun kuda yang menjadi pahala, yaitu seseorang mengikatnya di jalan Allah untuk umat Islam, yang digembalakan di tempat penggembalaan atau kebun. Tidaklah kuda itu makan sedikit saja dari tempat penggembalaan atau kebun itu, melainkan dicatat untuk orang tersebut kebaikan sebanyak yang dimakan kudanya. Dicatat juga kebaikan untuknya sebanyak kotoran dan kencingnya. Tidak pula kuda itu menempuh dengan kakinya lalu berlari ke satu atau dua bukit, melainkan Allah catat untuk orang tersebut kebaikan sebanyak jejak dan kotorannya. Tidak juga pemiliknya melewati sebuah sungai dengan kudanya itu, lalu kuda tersebut minum dari sungai itu dan ia pun tidak ingin memberinya minum, melainkan Allah catat untuknya kebaikan sebanyak yang diminum kudanya." (Muttafaq 'alaih).

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4181

 
Hadith   571   الحديث
الأهمية: يا رسول الله، مَنْ أحقُّ بِحُسْن الصُّحبة؟ قال: أمك، ثم أمك، ثم أمك، ثم أباك، ثم أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ
Tema: Wahai Rasulullah, siapakah orang yang lebih berhak aku pergauli dengan baik? Beliau menjawab, "Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, lalu bapakmu. Kemudian orang yang terdekat denganmu, dan yang terdekat denganmu."

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: جاء رجل إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال: يا رسول الله، مَنْ أحقُّ الناس بِحُسن صَحَابَتِي؟ قال: «أمك» قال: ثم مَنْ ؟ قال: «أمك»، قال: ثم مَنْ؟ قال: «أمك»، قال: ثم مَنْ؟ قال: «أبوك». متفق عليه. وفي رواية: يا رسول الله، مَنْ أحقُّ بحُسْنِ الصُّحْبَةِ؟ قال: «أمك، ثم أمك، ثم أمك، ثم أباك، ثم أدْنَاك أدْنَاك».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Seorang lelaki datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu berkata,"Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku pergauli dengan baik?" Beliau bersabda, "Ibumu." Orang itu bertanya lagi, "Lalu siapa?" Beliau menjawab, "Ibumu." Orang itu bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Nabi bersabda, "Ibumu." Orang itu bertanya lagi, "Lalu siapa?" Beliau bersabda, "Bapakmu." Muttafaq 'alaih. Dalam riwayat lain disebutkan, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang lebih berhak aku pergauli dengan baik?" Beliau menjawab, "Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, lalu bapakmu. Lalu orang yang terdekat denganmu, dan yang terdekat denganmu."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
هذا الحديث يدل على أن لكل من الأبوين حقًا في المصاحبة الحسنة؛ والعناية التامة بشؤونه (وصاحبهما في الدنيا معروفًا )، ولكن حق الأم فوق حق الأب بدرجات، إذ لم يذكر حقه إلا بعد أن أكد حق الأم تمام التأكيد، بذكرها ثلاث مرات، وإنما علت منزلتها منزلته مع أنهما شريكان في تربية الولد هذا بماله ورعايته؛ وهذه بخدمته في طعامه وشرابه، ولباسه وفراشه و ... إلخ.
لأن الأم عانت في سبيله ما لم يعانه الأب، فحملته تسعة أشهر وهنًا على وهنٍ، وضعفًا إلى ضعف؛ ووضعته كرهًا؛ يكاد يخطفها الموت من هول ما تقاسي، وكذلك أرضعته سنتين، ساهرة على راحته، عاملة لمصلحته وإن برحت بها في سبيل ذلك الآلام وبذلك نطق الوحي: (ووصينا الإنسان بوالديه إحسانا حملته أمه كرها ووضعته كرها وحمله وفصاله ثلاثون شهرا)، فتراه وصى الإنسان بالإحسان إلى والديه؛ ولم يذكر من الأسباب إلا ما تعانيه الأم إشارة إلى عظم حقها.
ومن حسن المصاحبة للأبوين الإنفاق عليهما طعامًا وشراباً، ومسكناً ولباسًا؛ وما إلى ذلك من حاجات المعيشة، إن كانا محتاجين، بل إن كانا في عيشة دنيا أو وسطى؛ وكنت في عيشة ناعمة راضية فارفعهما إلى درجتك أو زد، فإن ذلك من الإحسان في الصحبة.
واذكر ما صنع يوسف مع أبويه وقد أوتي الملك إذ رفعهما على العرش بعد أن جاء بهما من البدو. ومن حسن الصحبة بل جماع أمورها ما ذكره الله بقوله: ( وقضى ربك ألا تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحسانا إما يبلغن عندك الكبر أحدهما أو كلاهما فلا تقل لهما أف ولا تنهرهما وقل لهما قولاً كريمًا. واخفض لهما جناح الذل من الرحمة وقل رب ارحمهما كما ربياني صغيرا )    فامنع عنهما لسان البذاءة، وجنبهما أنواع الأذى. وأَلن لهما قولك؛ واخفض لهما جناحك؛ وذلل لطاعتهما نفسك، ورطب لسانك بالدعاء لهما من خالص قلبك وقرارة نفسك وقل: (رب ارحمهما كما ربياني صغيرا)، ولا تنس زيادة العناية بالأم، عملا بإشارة الوحي؛ ومسايرة لمنطق الحديث.
Hadis ini menunjukkan bahwa masing-masing dari kedua orang tua memiliki hak untuk mendapatkan pergaulan yang baik dan perhatian yang sempurna terhadap berbagai urusannya, "Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara makruf." Hanya saja, hak ibu beberapa derajat di atas hak bapak. Sebab, hak bapak tidak disebutkan kecuali setelah memberikan penegasan yang sempurna mengenai hak ibu dengan menyebutnya tiga kali. Derajat ibu menjadi lebih tinggi dari derajat seorang ayah, padahal kedua-duanya sekutu (partner) dalam mendidik anak. Sang bapak dengan harta dan perhatiannya, dan seorang ibu dengan pelayanannya dalam memberikan makanan, minuman, pakaian, kasur dan sebagainya. Juga karena seorang ibu menderita kepayahan memelihara anaknya yang tidak pernah dirasakan seorang bapak. Ibu mengandungnya sembilan bulan dengan kelemahan di atas kelemahan, keletihan di atas keletihan, dan ia pun melahirkannya dengan susah payah. Kematian hampir saja menyambarnya karena kesusahan yang dideritanya. Demikian juga seorang ibu menyusui anaknya selama dua tahun sambil begadang demi kenyamanan anaknya dan bekerja untuk kemaslahatannya, meskipun rasa pedih tetap ada padanya dalam menjalankan semua itu. Karena itu, wahyu berbicara, "Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan." Engkau lihat Allah memerintahkan manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Allah tidak menyebutkan sebab-sebab kecuali apa yang diderita oleh seorang ibu sebagai isyarat besarnya hak ibu. Di antara etika mempergauli kedua orang tua dengan baik yaitu memberi mereka nafkah berupa makanan, minuman, tempat tinggal dan pakaian serta berbagai kebutuhan hidup lainnya, jika keduanya membutuhkannya. Bahkan, jika keduanya ada dalam kehidupan yang minim atau pertengahan, sedangkan engkau hidup nyaman dan sejahtera, maka angkatlah keduanya ke derajat kehidupanmu atau lebih. Sesungguhnya itu adalah bentuk berbuat baik dalam mempergauli keduanya. Ingatlah apa yang dilakukan Yusuf terhadap kedua orang tuanya saat dirinya sudah diberi kekuasaan, ia mengangkat mereka ke atas singgasananya setelah membawa mereka dari perkampungan. Di antara pergaulan yang baik, bahkan penghimpun semua urusan ialah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dengan firman-Nya, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkahlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil." Cegahlah lisan yang buruk dari keduanya, jauhkanlah keduanya dari berbagai gangguan, lembutkanlah ucapanmu kepada keduanya, rendahkanlah dirimu terhadap keduanya, tundukkanlah dirimu untuk mentaatinya, basahilah lidahmu dengan doa bagi keduanya dari sanubari hatimu dan relung jiwamu, serta ucapkanlah, "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil" Jangan lupa untuk menambah perhatian terhadap ibu sebagai implementasi dari isyarat wahyu dan penyesuaian (adaptasi) dengan logika hadis.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4182

 
Hadith   572   الحديث
الأهمية: من أصابته فَاقَة فأنزلها بالناس لم تُسَدَّ فَاقَتُهُ، ومن أنْزَلها بالله، فَيُوشِكُ الله له بِرزق عاجل أو آجل
Tema: Siapa didera kefakiran, lalu mengadukannya kepada manusia, maka kefakirannya tidak akan terpenuhi. Dan siapa mengadukan kefakirannya kepada Allah, maka pasti Allah akan segera memberinya rezeki, cepat atau lambat.

عن ابن مسعود -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «من أصابته فَاقَة فأنْزَلها بالناس لم تُسَدَّ فَاقَتُهُ، ومن أنْزَلها بالله، فَيُوشِكُ الله له بِرزق عاجل أو آجل».

Dari Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa didera kefakiran, lalu mengadukannya kepada manusia, maka kefakirannya tidak akan terpenuhi. Dan siapa mengadukan kefakirannya kepada Allah, maka pasti Allah akan segera memberinya rezeki, cepat atau lambat."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أخبر ابن مسعود -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: "من أصابته فاقة" أي: حاجة شديدة، وأكثر استعمالها في الفقر وضيق المعيشة.
"فأنزلها بالناس" أي: عرضها عليهم، وأظهرها بطريق الشكاية لهم، وطلب إزالة فاقته منهم.
فالنتيجة: "لم تسد فاقته" أي: لم تقض حاجته، ولم تزل فاقته، وكلما تسد حاجة أصابته أخرى أشد منها
وأما "من أنزلها بالله" بأن اعتمد على مولاه فإنه "يوشك الله" أن يُعجِّل "له برزق عاجل" قريب بأن يعطيه مالا ويجعله غنيا "أو آجل" في الآخرة.
Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa didera kesulitan," yaitu kebutuhan yang mendesak. Kata tersebut banyak digunakan untuk menunjukkan kefakiran dan kesempitan hidup. "lalu mengadukannya kepada manusia," yakni memperlihatkan dan menampakkannya dengan cara mengadu kepada mereka serta meminta agar mereka menghilangkannya. Hasilnya, "maka kefakirannya tidak akan terpenuhi." Yakni, kebutuhannya tidak akan terpenuhi dan akan tetap dalam kefakiran. Setiap kali kebutuhannya terpenuhi, maka datang kebutuhan lain yang lebih dahsyat lagi. Sedangkan "Siapa mengadukan kefakirannya kepada Allah," dengan cara bersandar kepada Tuhannya, maka pasti Allah akan memberinya rezeki yang cepat (di dunia) dengan harta dan kekayaan, atau lambat di akhirat.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4183

 
Hadith   573   الحديث
الأهمية: مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرا، أو وضَع له، أظَلَّهُ الله يوم القيامة تحت ظِل عَرشه يوم لا ظِلَّ إلا ظِلُّه
Tema: Siapa yang menangguhkan (pembayaran hutang) orang yang kesusahan atau menghapusnya, niscaya Allah akan menaunginya pada hari Kiamat di bawah naungan Arasy-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرا، أو وضع له، أظَلَّهُ الله يوم القيامة تحت ظِل عرشه يوم لا ظِلَّ إلا ظِلُّه».

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang menangguhkan (pembayaran hutang) orang yang kesusahan atau menghapusnya, niscaya Allah akan menaunginya pada hari Kiamat di bawah naungan Arasy-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أخبر أبو هريرة أن النبي عليه الصلاة والسلام قال:
(من أنظر معسراً) أي أمهل مديوناً فقيراً، فالإنظار التأخير المرتقب نجازه.
قوله: (أو وضع عنه) أي حط عنه من دينه، وفي رواية أبي نعيم (أو وهب له).
   فالجزاء: (أظله الله يوم القيامة تحت ظل عرشه) أظله في ظل عرشه حقيقة أو أدخله الجنة؛ فوقاه الله من حر يوم القيامة.
وهذا الجزاء يحصل: (يوم لا ظل إلا ظله) أي ظل الله، وإنما استحق المُنظِر ذلك لأنه آثر المديون على نفسه وأراحه فأراحه الله والجزاء من جنس العمل.
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang menangguhkan (pembayaran utang) orang yang kesusahan"; yakni, menangguhkan orang fakir yang berutang. Al-Inẓār (penangguhan) adalah menunda sesuatu yang diharapkan bakal dilaksanakan.
Sabda beliau: "atau menghapusnya"; yakni, menggugurkan utangnya. Dalam riwayat Abu Nu'aim: "atau menghibahkannya kepadanya." Adapun balasan Allah untuknya adalah "Allah akan menaunginya pada hari Kiamat di bawah naungan Arasy-Nya"; yakni, Allah menaunginya di bawah naungan Arasy-Nya secara hakiki atau memasukkannya ke surga, lalu Allah melindungi dirinya dari panasnya hari Kiamat. Balasan ini tercapai pada: "hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya"; yakni, naungan Allah. Orang yang menangguhkan pembayaran utang berhak memperoleh balasan seperti itu karena ia telah mengutamakan orang yang berutang terhadap dirinya dan membuatnya tenang, sehingga Allah pun menjadikan dirinya tenang. Dan balasan itu sesuai dengan jenis amalnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Dārimi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4186

 
Hadith   574   الحديث
الأهمية: من أنْفَق زوْجَيْن في سَبيل الله نُودِي من أبْوَاب الجنَّة، يا عبد الله هذا خَيْرٌ، فمن كان من أهل الصلاة دُعِي من باب الصلاة، ومن كان من أهل الجِهاد دُعِي من باب الجِهاد
Tema: Siapa bersedakah dengan sepasang (hewan, dll) di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan. Siapa yang gemar salat, maka dia dipanggil dari pintu salat, siapa yang gemar berjihad, maka dia akan dipanggil dari pintu jihad.

عن أبي هريرة - رضي الله عنه- مرفوعاً: «من أنْفَق زوْجَيْن في سَبيل الله نُودِي من أبْوَاب الجنَّة، يا عبد الله هذا خَيْرٌ، فمن كان من أهل الصلاة دُعِي من باب الصلاة، ومن كان من أهل الجِهاد دُعِي من باب الجِهاد، ومن كان من أهل الصيام دُعِي من باب الرَّيَّانِ، ومن كان من أهل الصَّدَقة دُعِي من باب الصَّدَقة» قال أبو بكر -رضي الله عنه-: بأبي أنت وأمي يا رسول الله! ما على من دُعِي من تلك الأبواب من ضَرورة، فهل يُدْعَى أحَدٌ من تلك الأبواب كلِّها؟ فقال: «نعم، وأرْجُو أن تكون منهم».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, sesungguhnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa bersedakah dengan sepasang (hewan, dll) di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan. Siapa yang gemar salat, maka dia dipanggil dari pintu salat; siapa yang gemar berjihad, maka dia akan dipanggil dari pintu jihad; siapa yang gemar berpuasa, maka dia akan dipanggil dari pintu Rayyān; siapa yang gemar bersedekah, maka dia akan dipanggil dari pintu sedekah." Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Ku persembahkan ayah ibuku sebagai tebusan untukmu wahai Rasulullah, tidak penting bagiku orang yang dipanggil dari tiap-tiap pintu (untuk masuk surga). Apakah ada orang yang dipanggil dari seluruh pintu?" Beliau bersabda, "Ya, dan aku berharap, engkaulah salah satu orangnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
من تصدق بشيئين من أي شيء مثل المأكولات أو الملبوسات أو المركوبات أو النقود، ابتغاء رضوان الله نادته الملائكة من أبواب الجنَّة مُرَحِّبة بقدومه إليها، وهي تقول: لقد قدمت خيرا ًكثيراً تثاب عليه اليوم ثَوابا ًكبيراً.
فالمكثرون من الصلاة ينادون من باب الصلاة، ويدخلون منه، والمكثرون من الصدقة ينادون من باب الصدقة، ويدخلون منه، والمكثرون من الصوم تستقبلهم الملائكة عند باب الرَّيَّان داعية لهم بالدخول منه، ومعنى الرَّيان: الذي يَروي من العطش؛ لأن الصائمين يمتنعون عن الماء فيصابون بالعطش ولاسيما في أيام الصيف الطويلة الحارة، فيجازون على عطشهم بالري الدائم في الجنة التي يدخلون إليها من ذلك الباب.
فلما سمع أبو بكر -رضي الله عنه- هذا الحديث، قال: يا رسول الله: "بأبي أنت وأمي" من دخل من هذه الأبواب لا نقص عليه ولا خسارة، ثم قال: "فهل يُدْعى أحدٌ من تلك الأبواب كلها"، فقال -صلى الله عليه وسلم-: "نعم وأرجو أن تكون منهم".
Siapa bersedekah dengan sepasang hartanya, apakah berbentuk makanan, pakaian, kendaraan atau uang karena mengharap rida Allah, maka malaikat akan memanggilnya dari pintu surga dan menyambut kedatangannya. Dia berkata, "Engkau telah mempersembahkan banyak kebaikan, dan engkau akan dibalas dengan pahala yang banyak juga. Orang yang banyak salat, akan dipanggil dari pintu salat dan masuk surga dari pintu tersebut. Orang yang sering sedekah, dia akan masuk surga dari pintu tersebut. Yang banyak berpuasa, akan disambut malaikat dari pintu Rayyān seraya mengajak mereka untuk masuk surga dari pintu Rayyān. Arti kata Rayyan adalah meminum sampai lega dan hilang dahaganya. Karena orang-orang berpuasa menahan diri dari minum air sehingga mereka kehausan, khususnya pada musim panas yang panjang, maka haus mereka dibalas dengan minuman abadi di surga yang mereka masuki. Ketika Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- mendengar hadis ini, dia berkata, "Ku persembahkan ayah ibuku sebagai tebusan untukmu wahai Rasulullah, siapa saja yang masuk di antara pintu-pintu tersebut tidak akan merasakan kekurangan dan kerugian." Lalu dia bertanya, "Apakah ada orang yang dipanggil dari semua pintunya?" Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab: "Ya, aku berharap, engkau termasuk salah seorang dari mereka."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4187

 
Hadith   575   الحديث
الأهمية: مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً في سَبِيل الله كُتب له سَبْعُمِائَةِ ضِعْفٍ
Tema: Barangsiapa berinfak satu kali di jalan Allah, maka ditulis untuknya pahala tujuh ratus kali lipat.

عن أبي يحيى خُرَيْم بن فَاتِك -رضي الله عنه- مرفوعاً: «مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً في سَبِيل الله كُتب له سَبْعُمِائَةِ ضِعْفٍ».

Dari Abu Yaḥya Khuraim bin Fātik -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Barangsiapa berinfak satu kali di jalan Allah, maka ditulis untuknya pahala tujuh ratus kali lipat."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
من أنْفَقَ نفقة قليلة أو كثيرة في سبيل الله -تعالى-، سواء كان في الجهاد في سبيل الله -تعالى- أو في غيره من وجوه البِّر والطاعات، ضاعف الله له الأجر يوم القيامة إلى سبعمائة ضِعف.
Barangsiapa berinfak dengan infak yang sedikit atau banyak di jalan Allah -Ta'ālā-, baik dalam jihad di jalan Allah -Ta'ālā- atau dalam berbagai segi kebajikan dan ketaatan lainnya, niscaya Allah akan melipat gandakan baginya pahala pada hari kiamat sampai tujuh ratus kali lipat.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4188

 
Hadith   576   الحديث
الأهمية: من تَكَفَّلَ لي أن لا يسأل الناس شيئًا، وأَتَكَفَّلُ له بالجنة؟
Tema: Siapakah yang mau memberikan jaminan padaku bahwa ia tidak akan meminta apapun kepada manusia maka aku memberikan jaminan surga baginya?

عن ثوبان -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «من تَكَفَّلَ لي أن لا يسأل الناس شيئًا، وأَتَكَفَّلُ له بالجنة؟» فقلت: أنا، فكان لا يَسأل أحدًا شيئًا.

Dari Ṡaubān -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapakah yang mau memberikan jaminan padaku bahwa ia tidak akan meminta apapun kepada manusia maka aku memberikan jaminan surga baginya? Aku menjawab, "Saya." Sejak saat itu, Ṡaubān tidak pernah meminta apapun kepada orang lain."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: أن من التزم للنبي -صلى الله عليه وسلم- ترك سؤال الناس أموالهم أو الاستعانة بهم في قضاء شؤونه مما قل أو كثر، ضمن له -عليه الصلاة والسلام- الجنة؛ ذلك لأن ترك سؤال المخلوقين فيه توكل على الله ودليل على قوة الرَّجاء والثقة بالله -تعالى-، فكان جزاؤه أن يدخله الله -تعالى- الجنة.
    بعد أن سمع ثوبان -رضي الله عنه- هذا الحديث، التزم للنبي -صلى الله عليه وسلم- أن لا يسأل الناس شيئا، حتى جاء عنه -رضي الله عنه- كما في رواية ابن ماجه: "أنه كان يقع سَوْطُه وهو راكب فلا يقول لأحدٍ ناولنيه حتى ينزل فيأخذه".
وفاء بالعهد الذي قطعه على نفسه مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم-.
Makna hadis:
Barangsiapa berjanji kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk meninggalkan meminta-minta kepada manusia; harta mereka ataupun meminta bantuan mereka dalam melaksanakan urusannya, baik sedikit ataupun banyak, maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjamin surga baginya. Ini menunjukkan bahwa tidak meminta-minta kepada manusia merupakan tawakkal kepada Allah, kuatnya harapan dan kepercayaan kepada Alllah. Dengan demikian, balasannya adalah Allah memasukkannya ke dalam surga.
Setelah Ṡaubān mendengar hadis ini, ia pun berjanji untuk tidak meminta apa pun kepada manusia hingga dalam sebuah riwayat Ibnu Majah disebutkan, "Cemetinya jatuh pada saat berkendara, lalu ia tidak mengatakan kepada seseorang, "Tolong ambilkan! sampai ia turun dan mengambil cemetinya sendiri. Ini merupakan bentuk komitmen Ṡaubān yang ditetapkan pada dirinya bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4189

 
Hadith   577   الحديث
الأهمية: من خَرج في طلب العلم فهو في سَبِيلِ الله حتى يرجع
Tema: Siapa yang keluar dalam rangka mencari ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai ia kembali.

عن أنس -رضي الله عنه- مرفوعاً: «من خَرج في طلب العلم فهو في سَبِيلِ الله حتى يرجع».

Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū': "Siapa yang keluar dalam rangka mencari ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai ia kembali."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: أن مَنْ خَرج من بيته أو بلده؛ بَحثا عن العلم الشرعي، فهو في حكم من خرج للجهاد في سبيل الله -تعالى-، حتى يعود إلى أهله؛ لأنه كالمجاهد في إحياء الدِّين وإذلال الشيطان وإتعاب النَفْس.
Makna hadis: Sesungguhnya orang yang keluar dari rumahnya atau negerinya demi menuntut ilmu agama, maka ia dianggap sebagai orang yang keluar untuk berjihad di jalan Allah -Ta'ālā- sampai ia kembali ke keluarganya, karena ia laksana mujahid dalam menghidupkan agama, menghinakan setan, dan mengorbankan dirinya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4191

 
Hadith   578   الحديث
الأهمية: من رآني في المنام فَسَيَرَانِي في اليقظة -أو كأنما رآني في الْيَقَظَةِ- لا يَتَمَثَّلُ الشيطان بي
Tema: Siapa melihatku dalam tidurnya, niscaya ia akan melihatku dalam sadarnya - atau seakan-akan ia melihatku dalam sadarnya - karena setan tidak bisa menyerupaiku.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «من رآني في المنام فَسَيَرَانِي في اليَقظة -أو كأنما رآني في الْيَقَظَةِ- لا يَتَمَثَّلُ الشيطان بي».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa melihatku dalam tidurnya, niscaya ia akan melihatku dalam sadarnya - atau seakan-akan ia melihatku dalam sadarnya - karena setan tidak bisa menyerupaiku."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
اختلف العلماء في بيان معنى هذا الحديث، على عدة اتجاهات:
الأول: أن المراد به: أهل عصره، ومعناه أن من رآه في النوم ولم يكن هاجر يوفقه الله تعالى للهجرة ورؤيته -صلى الله عليه وسلم- في اليقظة عيانًا.
والثاني: أن الذي يظهر له في المنام هو النبي -صلى الله عليه وسلم- حقيقة، أي في عالم الروح، وأن رؤياه صادقة، بشرط أن يكون بصفته المعروفة -صلى الله عليه وسلم-.
والثالث: أنه يرى تصديق تلك الرؤيا في اليقظة في الدار الآخرة؛ رؤية خاصة في القرب منه وحصول شفاعته ونحو ذلك.
قوله: "أو فكأنما رآني في اليقظة" هذه رواية مسلم فقد رواها على الشك: هل قال -صلى الله عليه وسلم-: "فسيراني في اليقظة" أو قال: "فكأنما رآني في اليقظة".
ومعناه: أن من رأى النبي -صلى الله عليه وسلم- في المنام على صفته التي هو عليها فكأنما رآه في حال اليقظة، فهو كقوله -صلى الله عليه وسلم-، كما    في الصحيحين: "من رآني في المنام، فقد رآني" وفي رواية في الصحيحين أيضًا: "من رآني في المنام فقد رأى الحق".
قوله: "لا يتمثل الشيطان بي"، وفي لفظ آخر: "من رآني في النوم فقد رآني، إنه لا ينبغي للشيطان أن يتمثل في صورتي".
والمعنى: أن الشيطان لا يمكنه أن يتمثل بالنبي -صلى الله عليه وسلم- على هيئته الحقيقية، وإلا فقد يأتي الشيطان ويقول: إنه رسول الله ويكون على هيئة ليست هي هيئته -صلى الله عليه وسلم-، فهذا ليس رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فإذا رأى الإنسان شخصا ووقع في نفسه أنه النبي -صلى الله عليه وسلم- فليبحث عن أوصاف هذا الذي رآه، هل تطابق أوصاف النبي -عليه الصلاة والسلام- أو لا ؟
فإن طابقت: فقد رأى النبي -صلى الله عليه وسلم- وإن لم تطابق فليس هو النبي -صلى الله عليه وسلم- وإنما هذه أوهام من الشيطان أوقع في نفس النائم أن هذا هو الرسول -صلى الله عليه وسلم- وليس هو الرسول، وقد روى أحمد والترمذي في الشمائل: عن يزيد الفارسي قال: رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- في النوم، فقلت لابن عباس: إني رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- في النوم، قال ابن عباس: فإن رسول الله كان يقول: "إن الشيطان لا يسِتطيع أن يتشبَّه بي، فمن رآني في النوم فقد رآني"، فهل تستطيع أن تنعت هذا الرجل الذي رأيتَ؟    قلت: نعم، فلما وصفه، قال: ابن عباس: لو رأيتَه في اليقظة ما استطعتَ أن تنعتَه فوق هذا" والمعنى: أنك لو رأيت النبي -صلى الله عليه وسلم- في حال اليقظة لا يمكن أن تصفه بأكثر مما وصفت،
وهذا معنى أنه رأى النبي -صلى الله عليه وسلم- حقا.
Para ulama berbeda pendapat mengenai penjelasan makna hadis ini menjadi beberapa pandangan, di antaranya:
Pertama: Maksudnya adalah orang-orang yang hidup pada masa beliau. Artinya, orang yang melihat beliau dalam tidurnya dan tidak hijrah, niscaya Allah -Ta'ālā- memberikan taufik kepadanya untuk hijrah, dan melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di alam sadar dengan mata kepala sendiri.
Kedua: Orang yang dilihat ketika itu benar-benar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, artinya di alam ruh, dan bahwa mimpinya tersebut adalah benar, dengan syarat dia melihat beliau sesuai dengan ciri-ciri beliau yang sudah dikenal.
Ketiga: Dia akan melihat realisasi mimpi tersebut dalam kondisi sadar di akhirat dengan penglihatan khusus sebagai bentuk kedekatan dengannya, mendapatkan syafaatnya dan sebagainya.
Sabda beliau, "atau seakan-akan ia melihatku dalam sadarnya " ini merupakan riwayat Muslim. Ia meriwayatkannya dengan ragu, "Apakah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Niscaya ia akan melihatku dalam sadarnya" atau beliau bersabda, "Seakan-akan ia melihatku dalam sadarnya." Artinya, orang yang melihat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika tidur dalam bentuk sebagaimana aslinya, seakan-akan orang itu melihatnya saat sadar. Ini seperti sabda Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam Aṣ-Ṣaḥīḥain, "Siapa melihatku dalam tidur, sesungguhnya ia telah melihatku (dengan sebenarnya)." Dalam satu riwayat masih dalam Aṣ-Ṣaḥīḥain, "Siapa melihatku dalam tidur, sesungguhnya ia telah melihat kebenaran." Sabda beliau, "Setan tidak bisa menyerupaiku," Dalam redaksi lain, "Siapa melihatku dalam tidur, maka ia telah melihatku, karena sesungguhnya setan tidak bisa menyerupai wujudku." Maksudnya, bahwa setan tidak mungkin bisa menyerupai Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam bentuk yang sebenarnya. Kalau tidak, maka setan akan datang dan berkata, "Sesungguhnya dia itu Rasulullah dalam wujud yang bukan wujud beliau, tentu ini bukan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Jika seseorang melihat manusia dan timbul dalam dirinya bahwa manusia itu adalah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, hendaknya ia meneliti sifat-sifat orang yang dilihatnya, apakah sesuai dengan sifat-sifat Nabi -'alaihiṣṣalātu was sallām- atau tidak? Jika sesuai, maka ia telah melihat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan jika tidak sesuai maka itu bukan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, tetapi itu khayalan dari setan yang ditimpakan kepada orang yang tidur bahwa wujud itu adalah Rasulullah, padalah itu bukan beliau. Ahmad dan At-Tirmiżi meriwayatkan dalam Asy-Syamā`il dari Yazid Al-Fārisi seraya berkata, Aku pernah melihat Rasulullah dalam tidur, lalu aku berkata kepada Ibnu Abbas, "Sesungguhnya aku melihat Rasulullah dalam tidur." Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya Rasulullah pernah bersabda, 'Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupaiku. Barangsiapa melihatku dalam tidur, maka sesungguhnya ia telah melihatku.' Apakah engkau bisa menggambarkan orang yang engkau lihat?" Aku jawab, "Ya." Setelah selesai menggambarkannya, Ibnu Abbas berkata, "Seandainya engkau melihatnya saat sadar, niscaya engkau tidak akan mampu menggambarkannya lebih dari itu." Maksudnya, seandainya engkau melihat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam kondisi terjaga, niscaya engkau tidak akan mampu menggambarkan lebih dari apa yang engkau gambarkan. Ini berarti bahwa ia benar-benar telah melihat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4192

 
Hadith   579   الحديث
الأهمية: مَنْ رَضِيَ بالله رَبَّاً، وبالإسلام دِيْنَا، وبمحمد رسولا، وجَبَتْ له الجنة
Tema: Siapa yang rida kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul, maka ditetapkan baginya surga.

عن أبي سعيد الْخُدْرِي -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «مَنْ رَضِيَ بالله رَبًّا، وبالإسلام دِيْنًا، وبمحمد رسولًا، وجَبَتْ له الجنة»، فَعَجِبَ لها أبو سعيد، فقال: أَعِدْهَا عَلَيَّ يا رسول الله، فَأَعَادَهَا عليه، ثم قال: «وأُخْرَى يَرْفَعُ الله بها العَبْد مائة دَرَجَة في الجنة، ما بين كل دَرَجَتَينِ كما بين السماء والأرض» قال: وما هي يا رسول الله؟ قال: «الجهاد في سَبِيل الله، الجهاد في سَبِيل الله».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang rida kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul, maka ditetapkan baginya surga." Abu Sa'id heran dengan hal ini lalu berkata, "Ulangilah untukku, wahai Rasulullah?" Beliau pun mengulanginya lalu bersabda, "Ada amalan yang lain, Allah mengangkat hamba dengannya seratus derajat di surga. Jarak antara dua derajat seperti jarak antara langit dan bumi." Abu Sa'īd bertanya, "Apakah itu wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Jihad di jalan Allah. Jihad di jalan Allah."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: أن مَنْ آمن بالله ربَّا وبالإسلام دِيناً وبمحمد -صلى الله عليه وسلم- رسولاً وجبت له الجنة.
وفي رواية عند أحمد: "يا أبا سعيد ثلاثة من قالهن: دخل الجنة" قلت: ما هن يا رسول الله؟ قال: "من رضي بالله رباًّ، وبالإسلام ديناً، وبمحمد رسولاً".    
فلما سمع أبو سعيد الخدري -رضي الله عنه- هذه المقولة من النبي -صلى الله عليه وسلم- تَعَجَّب لها وطلب من النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يعيدها عليه مرة أخرى، فأعَادها عليه، -عليه الصلاة والسلام-، ثم قال له: "وأُخْرَى" أي: من أعمال البِرِّ والطاعات " يَرْفَعُ الله بها العَبْد مائة دَرَجَة في الجنة، ما بَيْن كل دَرَجَتَينِ كما بَيْن السماء والأرض".
فالنبي -صلى الله عليه وسلم- أخبره أن هناك عملاً يرفع الله به صاحبه في الجنة مائة درجة، ولم يخبره بذلك ابتداء؛ ليتشوق لها أبوسعيد -رضي الله عنه- لأجل أن يسأل عنها، فإذا علمها بعد الإبهام كانت أوقع في نفسه، فقال: وما هي يا رسول الله؟    قال -صلى الله عليه وسلم-: " الجهاد في سَبِيل الله، الجهاد في سَبِيل الله".
فالمجاهد مع كونه من أهل الجنة، إلا أن منزلته أرفع من غيره ممن آمن بالله ربَّا وبالإسلام دِيناً وبمحمد -صلى الله عليه وسلم- رسولاً ولم يجاهد في سبيل الله تعالى، وهذا من فضل الله -تعالى- وكرمه للمجاهدين في سبيله، فلما جادوا بأنفسهم في سبيل الله -تعالى- أكرمهم الله تعالى وأنزلهم في الجنة أفضل المنازل وأعلى الدرجات، والجزاء من جنس العمل.
Makna hadis: Orang yang beriman kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebagai Rasul, maka ditetapkan baginya surga. Dalam satu riwayat Ahmad disebutkan, "Wahai Abu Sa'īd, siapa saja mengucapkan tiga hal ini, niscaya dia masuk surga." Aku bertanya, "Apakah itu wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Siapa yang rida kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul." Saat Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- mendengar perkataan tersebut dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia merasa heran dan meminta kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengulanginya sekali lagi. Beliau pun mengulanginya lalu bersabda kepadanya, "Dan ada amalan yang lain" yaitu berbagai amal kebajikan dan ketaatan. "Allah mengangkat hamba dengan perkataan itu seratus derajat di surga. Jarak antara dua derajat seperti antara langit dan bumi." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan kepadanya bahwa selain itu ada amalan yang membuat Allah mengangkat pelakunya seratus derajat di surga. Awalnya beliau tidak memberitahukan hal itu, agar Abu Sa'īd -raḍiyallāhu 'anhu- menjadi penasaran lalu menanyakannya. Jika dia mengetahuinya setelah disembunyikan, tentu itu akan lebih mengena (membekas) pada dirinya. Ia bertanya, "Apakah amalan itu, wahai Rasulullah?" Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jihad di jalan Allah. Jihad di jalan Allah." Seorang mujahid meskipun termasuk ahli surga, hanya saja kedudukannya lebih tinggi dari orang lain yang beriman kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebagai Rasul, namun tidak berjuang di jalan Allah -Ta'ālā-. Ini adalah karunia Allah -Ta'ālā- dan kedermawanan-Nya kepada orang-orang yang berjihad di jalan-Nya. Saat mereka mendermakan jiwa-jiwa mereka di jalan Allah -Ta'ālā-, maka Allah memuliakan mereka dan menempatkannya dalam surga di tempat yang paling utama dan derajat yang tinggi. Balasan itu pasti sesuai dengan jenis amal.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4193

 
Hadith   580   الحديث
الأهمية: من رَمَى بسهم في سَبِيلِ الله فهو له عِدْلُ مُحَرَّرَةٍ
Tema: Siapa yang memanah satu anak panah di jalan Allah, maka pahalanya sebanding dengan membebaskan hamba sahaya.

عن عمرو بن عَبَسَة -رضي الله عنه- قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «من رمى بسهم في سبيل الله فهو له عِدْلُ مُحَرَّرَةٍ».

Dari Amru bin Abasah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang memanah satu anak panah di jalan Allah, maka pahalanya sebanding dengan membebaskan hamba sahaya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: أن مَنْ رَمَى بسهم في وجوه أعداء الله -تعالى-، فإن له أجر مَنْ أعتق رقبة في سبيل الله -تعالى-، سواء أصاب به عدوًا أو لم يُصب، كما هي رواية النسائي: "ومَن رَمَى بسهم في سبيل الله تعالى بَلَغَ العدو أو لم يَبْلُغ".
أما إذا أصاب به عدوا كان له به درجة في الجنة، كما هي رواية أبي داود: "من بلغ بسهم في سبيل الله -عز وجل- فله درجة.
   "وفي رواية أحمد: "في الجنة".
Makna hadis: Orang yang memanah dengan satu anak panah di hadapan musuh-musuh Allah -Ta'ālā-, maka baginya pahala seperti orang yang memerdekakan seorang hamba sahaya di jalan Allah -Ta'ālā-, baik tepat mengenai musuh atau meleset. Hal ini berdasarkan riwayat An-Nasā`i, "Siapa yang memanah dengan satu anak panah di jalan Allah -Ta'ālā-, sampai kepada musuh atau tidak sampai." Adapun jika anak panah itu mengenai musuh, maka baginya satu derajat di surga sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abu Daud, "Siapa mengenai (musuh) dengan satu anak panah di jalan Allah -'Azza wa Jalla-, maka baginya satu derajat." Dalam riwayat Ahmad, "Dalam surga."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4194

 
Hadith   581   الحديث
الأهمية: من سَرَّهُ أَن يُنَجِّيَه الله من كَرْبِ يوم القيامة، فَلْيُنَفِّسْ عن مُعْسِر أو يَضَعْ عنه
Tema: Siapa yang senang diselamatkan Allah dari kesulitan di hari kiamat, hendaklah ia memberi kelonggaran pada orang yang kesulitan (dalam membayar utang) atau membebaskan utangnya.

عن أبي قتادة -رضي الله عنه- قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «من سَرَّهُ أَن يُنَجِّيَه الله من كَرْبِ يوم القيامة، فَلْيُنَفِّسْ عن مُعْسِر أو يَضَعْ عنه».

Dari Abu Qatādah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang senang diselamatkan Allah dari kesulitan di hari kiamat, hendaklah ia memberi kelonggaran pada orang yang kesulitan (dalam membayar utang) atau membebaskan utangnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث : "من سَرَّهُ"
أي: أفرحه وأعجبه.
"أَن يُنَجِّيَه الله من كَرْبِ يوم القيامة"
أي يخلِّصُه من شَدائد ومِحَن يوم القيامة.
"فَلْيُنَفِّسْ عن مُعْسِر"
أي يؤخر مطالبته بالدَّين عند حلول أجله ويفسح له في الأجل إلى أن يَجد ما يقضي به الدَّيْن.
"أو يَضَعْ عنه"
أي: يسامحه بالدَّين الذي عليه، كله أو بعضه، قال -تعالى-: (وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ).

Tema: Makna hadis: "Siapa yang senang" yakni, dijadikan gembira dan puas, "diselamatkan Allah dari kesulitan di hari kiamat," yakni, Dia menyelamatkannya dari kesusahan dan ujian hari kiamat. "hendaklah ia memberi kelonggaran pada orang yang kesusahan (dalam membayar utang)" yakni, menangguhkan tuntutan pembayaran utang ketika sudah jatuh tempo, dan menundanya sampai orang itu punya kemampuan untuk membayarnya. "atau membebaskan utangnya." Yakni, memaafkan utangnya seluruhnya atau sebagiannya. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4195

 
Hadith   582   الحديث
الأهمية: من صَام رمضان إيِمَانًا واحْتِسَابًا، غُفِر له ما تَقدَّم من ذَنْبِه
Tema: Siapa yang berpuasa Ramadan dengan iman dan mengharap keridaan Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «من صَام رمضان إيِمَانًا واحْتِسَابًا، غُفِر له ما تَقدَّم من ذَنْبِه».

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū': "Siapa yang berpuasa Ramadan dengan iman dan mengharap keridaan Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: أن من صام شهر رمضان إيمانا بالله مصدقا بوعده محتسبا ثوابه قاصدا به وجه الله -تعالى-، لا رياء ولا سُمعة، غُفِر له ما تقدم من ذنبه.
Makna hadis: Sesungguhnya orang yang berpuasa wajib pada bulan Ramadan karena dorongan iman kepada Allah, membenarkan janji-Nya, serta mengharapkan pahala Allah dan keridaan-Nya, bukan karena ria dan sumah, maka diampuni dosanya yang telah berlalu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4196

 
Hadith   583   الحديث
الأهمية: مَنْ صام يومًا في سَبِيل الله جَعل الله بينه وبَيْن النِّار خَنْدَقًا كما بين السماء والأرض
Tema: Siapa melakukan puasa satu hari di jalan Allah, pasti Allah menjadikan diantara dirinya dan api neraka satu parit yang luasnya seperti antara langit dan bumi.

عن أبي أمامة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «مَنْ صام يومًا في سَبِيل الله جَعل الله بينه وبَيْن النِّار خَنْدَقًا كما بين السماء والأرض».

Dari Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Siapa melakukan puasa satu hari di jalan Allah, pasti Allah menjadikan diantara dirinya dan api neraka satu parit yang luasnya seperti antara langit dan bumi."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
من صام يومًا في سبيل الله، يُريد بذلك ثواب الله -تعالى- "جَعل الله بينه وبَيْن النِّار خَنْدَقًا" أي حجابًا شديدًا ومانعًا بعيدًا بمسافة مَدِيدَة، قَدْرُها: "كما بَيْنَ السماء والأرض" أي مسافة خمسمائة سنة، كما في حديث العباس بن عبد المطلب -رضي الله عنه-، قال: "كنا عند النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال: " أتدرون كم بين السماء والأرض"؟ قلنا: الله أعلم ورسوله، قال: "بينهما مسيرة خمسمائة سنة".
Siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah dengan cita mendapatkan pahala dari Allah -Ta'ālā-, "niscaya Allah menjadikan satu parit antara dirinya dengan neraka," yakni, tabir yang kokoh dan penghalang yang jauh dengan jarak yang membentang, ukurannya, "sejauh antara langit dengan bumi." Yakni, jarak lima ratus tahun. Sebagaimana dalam hadis Al-Abbās bin Abdil Muṭṭalib -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Kami sedang berada di sisi Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Tahukah kalian jarak antara langit dengan bumi?" Kami jawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Beliau bersabda, "Jarak antara keduanya sejauh perjalanan lima ratus tahun."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4197

 
Hadith   584   الحديث
الأهمية: من صلى البَرْدَيْنِ دخل الجنة
Tema: Siapa melaksanakan 'dua salat yang dingin' niscaya masuk surga.

عن أبي موسى الأشعري - رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «من صلى البَرْدَيْنِ دخل الجنة».

Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa melaksanakan dua salat yang dingin (Subuh dan Asar) niscaya masuk surga."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى هذا الحديث: أن المحافظة على هاتين الصلاتين من أسباب دخول الجنة.
والمراد بهما: صلاة الفجر والعصر، ويدل على ذلك قوله -صلى الله عليه وسلم- في حديث جرير: "صلاة قبل طلوع الشمس وقبل غروبها" زاد في رواية لمسلم يعني: " العصر والفجر " ثم قرأ جرير: (وسبح بحمد ربك قبل طلوع الشمس وقبل غروبها).
وسميتا: "بردين"؛ لأنهما تصليان في بردي النهار وهما طرفاه حين يطيب الهواء وتذهب شدة الحر.
وقد جاءت أحاديث كثيرة تدل على فضل هاتين الصلاتين، من ذلك ما رواه عمارة بن رُؤيبة عن أبيه عن النبي -صلى الله عليه وسلم-: (لا يلج النار رجلٌ صلى قبل طلوع الشمس وقبل أن تغرب) رواه مسلم (634).
ووجه تخصيصها بالذكر أن وقت الصبح يكون عند النوم ولذته، ووقت العصر يكون عند الاشتغال بتتمات أعمال النهار وتجارته، ففي صلاته لهما مع ذلك دليل على خلوص النفس من الكسل ومحبتها للعبادة، ويلزم من ذلك إتيانه بجميع الصلوات الأخر، وأنه إذا حافظ عليهما كان أشد محافظة على غيرهما، فالاقتصار عليهما لما ذكر لا لإفادة أن من اقتصر عليهما؛ بأن أتى بهما دون باقي الخمس يحصل له ذلك؛ لأنه خلاف النصوص.
وقوله -عليه الصلاة والسلام-: (من صلى البردين) المراد صلاهما على الوجه الذي أمر به، ذلك بأن يأتي بهما في الوقت، وإذا كان من أصحاب الجماعة كالرجال فليأت بهما مع الجماعة؛ لأن الجماعة واجبة، ولا يحل لرجل أن يدع صلاة الجماعة في المسجد وهو قادر عليها.
Makna hadis: Menjaga kedua salat ini merupakan sebab masuk surga. Maksudnya kedua salat ini ialah salat Subuh dan Asar. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam hadis Jarir, "salat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya" Di dalam riwayat Muslim ditambahkan, "Yaitu Asar dan Fajar," lantas Jarir membaca, "Dan ia memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya." Keduanya dinamakan 'Dua salat yang dingin' karena keduanya ditunaikan di permulaan dan akhir siang, yaitu dua tepi siang saat udara sejuk dan terik panas hilang. Banyak sekali hadis yang menunjukkan keutamaan dua salat ini, diantaranya hadis yang diriwayatkan oleh 'Imārah bin Ru`aibah dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Tidak akan masuk neraka orang yang melaksanakan salat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya" HR. Muslim (634). Segi pengkhususan disebutkannya salat ini karena waktu Subuh merupakan saat nikmat tidur dan saat Asar ketika sibuk menuntaskan pekerjaan-pekerjaan siang hari dan perdagangannya. Dengan melaksanakan kedua salat ini maka menunjukkan bersihnya jiwa orang tersebut dari kemalasan dan adanya kecintaan kepada ibadah, dengan demikian ia akan melaksanakan semua salat yang lainnya. Sebab, jika ia sudah memelihara kedua salat ini, niscaya ia akan sangat menjaga salat yang lainnya. Membatasi penyebutan dua salat ini tidak menunjukkan bahwa dengan melaksanakan kedua salat ini tanpa melaksanakan salat yang lainnya sudah cukup untuk mendapatkan pahala, karena hal ini bertentangan dengan nas. Sabda Nabi -'alaihiṣṣalatā was salām-, "Siapa melaksanakan dua salat dingin", maksudnya melaksanakan kedua salat ini sesuai yang diperintahkan, yaitu menunaikannya pada waktunya. Jika termasuk orang yang wajib berjemaah, seperti para lelaki, maka hendaknya ia menunaikan kedua salat ini secara berjama'ah. Sebab, salat berjemaah itu wajib dan tidak dihalalkan bagi seseorang untuk meninggalkan salat berjemaah di masjid padahal ia mampu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4198

 
Hadith   585   الحديث
الأهمية: مَنْ عُلِّمَ الرَّمْيَ، ثم تَرَكَه، فليس مِنَّا، أو فقد عَصَى
Tema: Siapa yang telah diajari memanah lalu meninggalkannya, maka ia bukan golongan kami, atau dia telah bermaksiat.

عن عقبة بن عامر-رضي الله عنه- مرفوعاً: «مَنْ عُلِّمَ الرَّمْيَ، ثم تَرَكَه، فليس مِنَّا، أو فقد عَصَى».

Dari 'Uqbah bin 'Āmir -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Siapa yang telah diajari memanah lalu meninggalkannya, maka ia bukan golongan kami, atau dia telah bermaksiat."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: أن من تَعَلَّم الرَّمي بالسهام ومثله الرمي بآلات الجهاد الحديثة، ثم تركه وأهمله، "فليس منِّا"، أي ليس من أهل هديْنَا وسُنتنا.
"أو قد عصى" وهذا شك من الراوي، هل قال -صلى الله عليه وسلم-: "فليس منِّا أو فقد عصى".
Makna hadis: Orang yang sudah belajar memanah dengan anak panah dan hal yang serupa adalah memanah dengan alat-alat jihad yang modern, lalu meninggalkannya dan mengabaikannya, "maka ia bukan golongan kami," yakni, tidak termasuk orang yang mengikuti petunjuk dan sunnah kami. "atau dia telah bermaksiat." Ini adalah keraguan dari perawi, apakah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, " maka ia bukan golongan kami, atau dia telah bermaksiat."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4199

 
Hadith   586   الحديث
الأهمية: مَنْ قاتل في سَبِيل الله من رَجُل مُسْلم فُوَاقَ نَاقَة، وجَبَتْ له الجنة، ومن جُرح جُرْحًا في سَبِيل الله أو نُكِبَ نَكْبَةً فإنها تَجِيء يوم القيامة كَأَغزَرِ ما كانت: لونُها الزَّعْفَرَانُ، وريُحها كالمِسك
Tema: Lelaki Muslim mana saja yang berperang di jalan Allah meskipun sejenak, maka wajib baginya mendapatkan surga, dan siapa yang terluka di jalan Allah atau dia mendapatkan suatu musibah, maka luka tersebut akan datang kepadanya pada hari kiamat dengan mengeluarkan darah yang banyak: warnanya seperti warna za’farān dan wanginya seperti wangi minyak kasturi.

عن معاذ -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «مَنْ قاتل في سَبِيل الله من رَجُل مُسْلم فُوَاقَ نَاقَة، وجَبَتْ له الجنة، ومن جُرح جُرْحًا في سَبِيل الله أو نُكِبَ نَكْبَةً فإنها تَجِيء يوم القيامة كَأَغزَرِ ما كانت: لونُها الزَّعْفَرَانُ، وريُحها كالمِسك».

Dari Mu’āż -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia bersabda, “Lelaki Muslim mana saja yang berperang di jalan Allah meskipun sejenak, maka wajib baginya mendapatkan surga, dan siapa yang terluka di jalan Allah atau dia mendapatkan suatu musibah, maka luka tersebut akan datang kepadanya pada hari kiamat dengan mengeluarkan darah yang banyak: warnanya seperti warna za’farān dan wanginya seperti wangi minyak kasturi."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
ما من مسلم يقاتل في سبيل الله ولو بمقدار يسير، كمقدار ما بَيْن الحلْبَتَين، والمقصود بذلك أن تُحلب الناقة ثم تُترك ليَرضع الفَصِيل، ثم يرجع إلى الضَرع فيحلبه مرة ثانية؛ إلا وجبت له الجنة، ومن أُصيب في سبيل الله تعالى، كما لو سقط من على فرسه فجُرح أو ضربة سيف أو غير ذلك ولو كانت إصابته يسيرة، جاء يوم القيامة وجرحه يتصبب منه الدم بَغَزارة، إلا أن لونه لون الزَعْفَران وتفوح منه أطيب الروائح التي هي رائحة المسك.
Tidaklah seorang Muslim berperang di jalan Allah meskipun waktunya sebentar seperti waktu atau tempo di antara dua perahan susu -yaitu; jeda waktu antara unta diperah susunya kemudian dibiarkan untuk menyusui anaknya, kemudian pemerah kembali memerahnya untuk yang kedua kalinya-, melainkan telah wajib baginya surga. Dan barangsiapa yang mendapat musibah di jalan Allah -Ta’ālā- seperti jika dia jatuh dari kudanya lalu ia terluka, terkena sabetan pedang atau selain itu meskipun sedikit, maka ia akan datang pada hari kiamat sedangkan lukanya mengalirkan darah dengan deras, namun warnanya seperti warna za’farān dan tercium darinya aroma yang sangat wangi yaitu wangi minyak kasturi.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Dārimi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4200

 
Hadith   587   الحديث
الأهمية: من قال: سُبحان الله وبِحَمْدِه، غُرِسَتْ له نَخْلة في الجنة
Tema: Siapa yang mengucapkan "Subḥānallāh Wabiḥamdihi" (Mahasuci Allah dan segala puji milik-Nya), niscaya ditanam satu pohon kurma baginya di surga.

عن جابر -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «من قال: سُبحان الله وبِحَمْدِه، غُرِسَتْ له نَخْلة في الجنة».

Dari Jabir -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Siapa yang mengucapkan 'Subḥānallāh Wabiḥamdihi' (Mahasuci Allah dan segala puji milik-Nya), niscaya ditanam satu pohon kurma baginya di surga."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبرنا النبي -صلى الله عليه وسلم-: أن من سَبَّحَ الله فقال: سبحان الله وبحمده. غُرست له نخلة في الجنة عن كل تسبيحة قالها.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda bahwa siapa yang bertasbih kepada Allah lalu mengucapkan, "Subḥānallāh Wabiḥamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji milik-Nya), niscaya ditanam satu pohon kurma baginya di surga untuk setiap tasbih yang diucapkannya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ṭabarāni]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4201

 
Hadith   588   الحديث
الأهمية: من قام ليلة القَدْر إيِمَانا واحْتِسَابًا غُفِر له ما تَقدم من ذَنْبِه
Tema: Siapa yang mengerjakan salat malam pada Lailatulkadar dengan iman dan mengharap keridaan Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «من قام ليلة القَدْر إيمَانا واحْتِسَابًا غُفِر له ما تَقدم من ذَنْبِه».

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū': "Siapa yang mengerjakan salat malam pada Lailatulkadar dengan iman dan mengharap keridaan Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
الحديث وارد في فضل قيام ليلة القدر والحث على ذلك ،فمن وافق قيامه ليلة القدر، مؤمنا بها وبما جاء في فضلها راجيًا بعمله ثواب الله    تعالى، لا يقصد من ذلك رياء ولا سُمعة، ولا غير ذلك مما يخالف الإخلاص والاحتساب، فإنه يُغفر له جميع صغائر ذُنوبه، أما الكبائر فلا بد من إحداث توبة صادقة، إن كانت في حق الله تعالى، أما إن كانت متعلقة بحق آدمي، فالواجب أن يتوب إلى الله تعالى وأن يَبْرأ من حق صاحبها.
Hadis ini mengemukakan tentang keutamaan salat malam di saat Lailatulkadar dan anjuran untuk melaksanakannya. Siapa yang mendapatkan taufik untuk melaksanakan salat pada Lailatulkadar atas dorongan keimanan pada wujud dan keutamaan yang dibawanya, serta mengharapkan pahala Allah -Ta'ālā-, tanpa berniat ria, sumah (ingin tenar), dan niat-niat lainnya yang merusak keikhlasan dan pahala, maka diampuni semua dosa-dosa kecilnya. Adapun dosa-dosa besar, maka ia harus dihapus dengan tobat yang sebenarnya jika berkaitan dengan hak Allah -Ta'ālā-, sedangkan jika berkaitan dengan hak manusia, maka dia wajib bertobat kepada Allah -Ta'ālā- dan melepaskan diri dari keterkaitan dengan pemilik hak tersebut.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4202

 
Hadith   589   الحديث
الأهمية: من يُرِدِ الله به خيرا يُصِبْ مِنه
Tema: Siapa yang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, Dia akan memberinya musibah

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «من يُرِدِ الله به خيرا يُصِبْ مِنه».

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, Dia akan memberinya musibah."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إذا أراد الله بعباده خيرًا ابتلاهم في أنفسهم وأموالهم وأولادهم؛ ليكون ذلك سببًا في تكفير ذنوبهم ورفعة في درجاتهم، وإذا تأمل العاقل عواقب البلاء وجد أن ذلك خيرٌ في الدنيا وفي الآخرة، وإنما الخيرية في الدنيا؛ لما فيه من اللجوء إلى الله تعالى بالدعاء والتضرع وإظهار الحاجة، وأما مآلًا فلما فيه من تكفير السيئات ورفع الدرجات.   
قال تعالى: (وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ)، ولكن هذا الحديث المطلق مقيد بالأحاديث الأخرى التي تدل على أن المراد: من يرد الله به خيراً فيصبر ويحتسب، فيصيب الله منه حتى يبلوه، أما إذا لم يصبر فإنه قد يصاب الإنسان ببلايا كثيرة وليس فيه خير، ولم يرد الله به خيراً، فالكفار يصابون بمصائب كثيرة، ومع هذا يبقون على كفرهم حتى يموتوا عليه، وهؤلاء بلا شك لم يرد بهم خيرًا.
Jika Allah menghendaki kebaikan untuk hamba-Nya, maka Dia akan menguji mereka terkait diri, harta, dan anak-anak mereka; agar itu semua menjadi sebab penghapus dosa-dosa dan pengangkat derajat mereka. Jika orang yang berakal mencermati dampak positif musibah yang terjadi maka dia akan mendapati itu merupakan kebaikan di dunia dan akhirat. Dampak positifnya di dunia ialah karena menyebabkan seseorang kembali kepada Allah -Ta'ālā- dengan berdoa, ketundukan, serta memperlihatkan kebutuhan kepada-Nya. Adapun di akhirat, tidak lain karena hal itu akan menghapuskan dosa dan mengangkat derajatnya. Allah -Ta'ālā- berfirman, “Dan sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut, rasa lapar, serta kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” Namun hadis yang bersifat mutlak ini dibatasi maknanya oleh hadis-hadis lain yang menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah orang yang dikehendaki oleh Allah akan mendapatkan kebaikan, hendaklah ia bersabar dan mengharap pahala ketika Allah memberinya musibah dan ujian. Adapun jika ia tidak bersabar, maka mungkin saja seseorang ditimpa banyak ujian, namun sama sekali tidak ada kebaikan padanya, dan Allah tidak mengingingkan kebaikan untuknya. Orang-orang kafir juga mendapatkan banyak musibah, namun mereka tetap dalam kekufuran hingga mati. Mereka itu -tidak diragukan lagi- bahwa Allah tidak menginginkan kebaikan untuk mereka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4204

 
Hadith   590   الحديث
الأهمية: مرَّ علينا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ونحن نُعالج خُصًّا لنا
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah lewati saat kami sedang memperbaiki gubug kami.

عن عبد الله بن عمرو بن العاص -رضي الله عنهما- قال: مرَّ علينا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ونحن نُعالج خُصًّا لنا، فقال: «ما هذا؟» فقلنا: قد وَهَى، فنحن نُصلحه، فقال: «ما أرى الأمر إلا أَعْجَل من ذلك».

Dari Abdullah bin Amr bin Al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah lewat saat kami sedang merenovasi gubug kami. Lalu beliau bertanya, "Apa ini?" Kami menjawab, "Ia sudah rusak, maka kami memperbaikinya." Beliau berkata, "Aku tidak melihat urusan ini (maut) melainkan lebih cepat dari itu (renovasi).”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث : أن النبي صلى الله عليه وسلم مر بعمرو بن العاص وهو يصلح ما قد فسد من بيته أو يعمل فيه لتقويته.
وفي رواية لأبي داود : "وأنا أطين حائطاً لي" فقال: "ما أرى الأمر إلا أَعجل من ذلك" يعني: أن الأجل أقرب من أن تصلح بيتك خشية أن ينهدم قبل أن تموت وربما تموت قبل أن ينهدم، فإصلاح عملك أولى من إصلاح بيتك.
والظاهر أن عمارته لم تكن ضرورية، بل كانت ناشئة عن أمل في تقويمه، أو صادرة عن ميل إلى زينته، فبين له أن الاشتغال بأمر الآخرة أولى من الاشتغال بما لا ينفع في الآخرة.
Makna hadis: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah lewat di dekat 'Amr bin Al-'Āṣ saat ia sedang merenovasi bagian rumahnya yang rusak atau saat ia sedang bekerja untuk mengokohkannya. Dalam riwayat Abu Daud, “Sementara aku sedang menambal dindingku dengan tanah liat.” Lalu beliau bersabda, “Aku tidak melihat urusan ini (maut) melainkan lebih cepat dari itu (renovasi)”. Maksudnya adalah bahwa ajal itu lebih dekat dari waktu yang engkau gunakan untuk merenovasi rumahmu karena takut roboh sebelum engkau mati, bahkan bisa jadi engkau mati sebelum ia roboh. Maka memperbaiki amalmu lebih utama daripada memperbaiki rumahmu. Tampaknya usaha (‘Amr bin Al-'Āṣ) memperbaikinya belumlah mendesak, bahkan mungkin didorong oleh keinginan untuk memperkokohnya, atau timbul dari keinginan untuk mempercantiknya. Kemudian Rasulullah menjelaskan kepadanya bahwa menyibukkan diri dengan urusan akhirat jauh lebih utama daripada menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat di akhirat.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4205

 
Hadith   591   الحديث
الأهمية: المسلمُ إذا سُئِلَ في القَبْرِ يَشْهَدُ أَنْ لا إلهَ إلا اللهُ، وأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، فذلك قولُهُ تعالى: يُثَبِّتُ اللهُ الذِينَ آمَنُوا بالقَوْلِ الثَّابِتِ في الحَيَاةِ الدُّنْيَا وفي الآخِرَةِ
Tema: Seorang muslim apabila ditanya di kubur, tentu dia bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang haq selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Itulah (makna) firman Allah -Ta'ālā-, "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat."

عن البراء بن عازب -رضي الله عنه- مرفوعاً: «المسلمُ إذا سُئِلَ في القَبْرِ يَشْهَدُ أَنْ لا إلهَ إلا اللهُ، وأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، فذلك قولُهُ تعالى: (يُثَبِّتُ اللهُ الذِينَ آمَنُوا بالقَوْلِ الثَّابِتِ في الحَيَاةِ الدُّنْيَا وفي الآخِرَةِ) [إبراهيم: 27]».
Tema: Dari Al-Barrā` bin 'Āzib -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Seorang muslim apabila ditanya di kubur, tentu dia bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang haq selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Itulah (makna) firman Allah -Ta'ālā-, "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat." (QS. Ibrāhīm: 27)

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يُسأل المؤمن في القبر، يسأله الملكان الموكلان بذلك وهما منكر ونكير، كما جاء تسميتهما في سنن الترمذي، فيشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدًا رسول الله. قال النبي -صلى الله عليه وسلم- هذا هو القول الثابت الذي قال الله فيه: {يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ} [إبراهيم: 27].
Tema: Seorang mukmin akan ditanya di dalam kuburnya. Ia ditanya oleh dua malaikat yang diberi tugas untuk itu. Keduanya adalah Munkar dan Nakir. Lantas orang mukmin itu bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang haq selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Inilah perkataan yang teguh dimana Allah -Ta'ālā- berfirman, "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat." (QS. Ibrāhīm: 27)

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4206

 
Hadith   592   الحديث
الأهمية: أَمَا إِنَّهُ لَوْ سَمَّى لَكَفَاكُمْ
Tema: Andai saja ia menyebut nama Allah, niscaya makanan tersebut cukup untuk kalian semua.

عن عائشة -رضي الله عنها- كان رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْكُلُ طَعَامًا في سِتَّةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَجَاءَ أَعْرَابِيٌّ، فَأَكَلَهُ بِلُقْمَتَيْنِ، فقال رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم-: «أَمَا إِنَّهُ لَوْ سَمَّى لَكَفَاكُمْ».

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyantap satu makanan bersama enam orang sahabatnya. Lantas datanglah seorang Arab Baduwi lalu makan dua suap. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Andai saja ia menyebut nama Allah, niscaya makanan tersebut cukup untuk kalian semua."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- يأكل مع ستة من أصحابه، فجاء أعرابي فدخل معهم فأكل الباقي بلقمتين، فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: أما إنه لو سمى لكفاكم، لكنه لم يُسَمِّ فأكل الباقي كله بلقمتين، ولم يكفه، وهذا يدل على أن الإنسان إذا لم يُسَمِّ نُزِعَت البركة من طعامه.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- makan bersama enam orang sahabatnya. Tiba-tiba datang orang Arab baduwi dan bergabung dengan mereka ikut menyantap makanan yang tersisa sebanyak dua suap. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Andai saja ia menyebut nama Allah, niscaya makanan tersebut cukup untuk kalian semua." Tetapi dia tidak menyebut nama Allah dan langsung menyantap makanan yang tersisa seluruhnya sebanyak dua suap dan tidak cukup untuknya. Ini merupakan dalil bahwa apabila seseorang tidak menyebut nama Allah (saat makan), maka dicabutlah keberkahan dari makanannya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4209

 
Hadith   593   الحديث
الأهمية: أُمِرْتُ أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدًا رسول الله، ويُقيموا الصلاة، ويُؤتوا الزكاة، فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءَهم وأموالَهم إلا بحق الإسلام وحسابُهم على الله -تعالى-
Tema: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan salat, dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan hal itu, maka mereka terjaga dariku darahnya dan hartanya kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka pada Allah -Ta'ālā-.

عن عمر بن الخطاب وابنه عبد الله وأبي هريرة -رضي الله عنهم- مرفوعاً: «أُمِرْتُ أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدًا رسول الله، ويُقيموا الصلاة، ويُؤتوا الزكاة، فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءَهم وأموالَهم إلا بحق الإسلام وحسابُهم على الله -تعالى-».

Dari Umar bin Al-Khaṭṭāb dan putranya Abdullah dan Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhum- secara marfū', "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan salat, dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan hal itu, maka mereka terjaga dariku darahnya dan hartanya kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka kembali pada Allah -Ta'ālā-."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إن الله -تعالى- أمر بمقاتلة المشركين حتى يشهدوا بأن لا معبود بحق إلا الله وحده لا شريك له، ويشهدوا لمحمد -صلى الله عليه وسلم- بالرسالة، والعمل بمقتضى هذه الشهادة من المحافظة على الصلوات الخمس، والزكاة عند وجوبها، فإذا قاموا بهذه الأركان مع ما أوجب الله عليهم، فقد منعوا وحفظوا دماءهم من القتل، وأموالهم لعصمتها بالإسلام، إلا بحق الإسلام بأن يصدر من أحد ما تحكم شريعة الإسلام بمؤاخذته من قصاص أو حدٍّ أو غير ذلك، ومن فعل ما أُمر به فهو المؤمن، ومن فعله تقية وخوفا على ماله ودمه فهو المنافق، والله يعلم ما يسره فيحاسبه عليه.
Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- memerintahkan kita agar memerangi orang-orang musyrikin sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada yang disembah dengan benar kecuali Allah Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, bersaksi bahwa Muhammad pembawa risalah, dan beramal sesuai dengan konsekuensi persaksian itu seperti menjaga salat lima waktu, zakat ketika sudah wajib. Apabila mereka telah melaksanakan berbagai rukun ini disertai dengan apa yang telah diwajibkan kepada mereka, maka mereka telah terjaga dan darahnya tak boleh ditumpahkan, serta harta-harta mereka dijaga dengan masuknya Islam, kecuali dengan hak Islam, yaitu pelanggaran dari seseorang di mana syariat Islam menetapkan untuk menghukumnya, berupa kisas atau hukuman (had) atau lainnya. Siapa yang melaksanakan apa yang diperintahkan Allah, maka dia orang mukmin. Siapa yang melaksanakan apa yang diperintahkan Allah karena melindungi diri dan khawatir terhadap harta dan darahnya, maka dia orang munafik. Allah mengetahui apa yang dia sembunyikan sehingga Dia akan menghisabnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih dengan seluruh riwayat-riwayatnya]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4211

 
Hadith   594   الحديث
الأهمية: فَاجْتَمِعُوا على طَعَامِكُمْ، واذْكُرُوا اسمَ اللهِ، يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ
Tema: Berkumpullah pada makanan kalian dan sebutlah nama Allah, pasti Allah memberkahi kalian pada makanan tersebut.

عن وَحْشِيِّ بنِ حَرْبٍ -رضي الله عنه-: أَنَّ أصحابَ رسولِ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- قالوا: يا رسولَ اللهِ، إِنَّا نَأْكُلُ ولا نَشْبَعُ؟ قال: «فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ» قالوا: نعم، قال:«فَاجْتَمِعُوا على طَعَامِكُمْ،واذْكُرُوا اسمَ اللهِ، يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ».

Dari Waḥsyi bin Ḥarb -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa para sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata, "Wahai Rasulullah, kami makan namun tidak merasa kenyang." Beliau bersabda, "Mungkin kalian berpisah-pisah." Mereka menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Berkumpullah pada makanan kalian dan sebutlah nama Allah, pasti Allah memberkahi kalian pada makanan tersebut."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قال الصحابة للنبي -صلى الله عليه وسلم-: إنهم يأكلون ولا يشبعون، فأخبرهم النبي -صلى الله عليه وسلم- أن لذلك أسبابا منها: التفرق على الطعام؛ فإن ذلك من أسباب نزع البركة؛ لأن التفرق يستلزم أن كل واحد يجعل له إناء خاص فيتفرق الطعام وتنزع بركته، ومنها أيضا: عدم التسمية على الطعام؛ فإن الإنسان إذا لم يسم الله على الطعام أكل الشيطان معه ونزعت البركة من طعامه.
Para sahabat mengabarkan kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa mereka makan namun tidak merasa kenyang. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahu mereka bahwa hal itu pasti karena beberapa faktor, diantaranya makan secara terpisah-pisah. Sesungguhnya hal ini menjadi sebab dicabutnya keberkahan, karena dengan terpisah-pisah mengharuskan setiap orang memiliki wadah khusus sehingga makanan pun terbagi-bagi dan keberkahan tercabut. Bisa juga karena tidak membaca basamalah saat makan. Ketika seseorang tidak mengucapkan basmalah saat makan, maka setan ikut makan bersamanya dan tercabutlah keberkahan dari makanannya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4212

 
Hadith   595   الحديث
الأهمية: إن الله تَجَاوزَ لِي عن أمتي الخطأَ والنِّسْيانَ وما اسْتُكْرِهُوا عليه
Tema: Sesungguhnya Allah mengampuni beberapa kesalahan umatku dikarenakan keliru, lupa, dan karena dipaksa.

عن عبد الله ابن عباس -رضي الله عنهما- مرفوعاً: «إن الله تَجَاوزَ لِي عن أمتي الخطأَ والنِّسْيانَ وما اسْتُكْرِهُوا عليه».

Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu 'anhuma- secara marfū', "Sesungguhnya Allah mengampuni beberapa kesalahan umatku dikarenakan keliru, lupa, dan karena dipaksa."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
من رحمة الله -تعالى- بهذه الأمة أن عفا عن إثم الخطأ -وهو ما لم يتعمدوه من المعاصي- والنسيان للواجبات أو فعل المحرمات، لكن إذا تذكر الواجب لاحقًا أتى به، وكذلك ما استكرهوا عليه وأرغموا على فعله من المعاصي والجنايات، فقال -تعالى-: {وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ}.
Di antara rahmat Allah -Ta'ālā- kepada umat ini ialah mengampuni dosa karena kekeliruan. Yaitu kemaksiatan yang dilakukan dengan tidak sengaja, lupa melaksanakan berbagai kewajiban atau mengerjakan hal-hal yang diharamkan. Hanya saja jika selanjutnya ia ingat akan kewajiban tersebut, maka ia harus mengerjakannya. Demikian juga berbagai kejahatan dan kemaksiatan yang dilakukan karena dipaksa. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan Dia tidak menjadikan kesukaran bagimu dalam beragama."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Sahih dengan jalan-jalan periwayatan dan syahid-syahidnya]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4216

 
Hadith   596   الحديث
الأهمية: إن الله -عز وجل- تَابَعَ الوَحْيَ عَلَى رَسُولِ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- قَبْلَ وَفَاتِهِ حَتَّى تُوُفِّيَ أَكْثَرَ مَا كَانَ الوَحْيَ
Tema: Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- menurunkan wahyu secara berturut-turut kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebelum wafatnya hingga beliau tutup usia dengan wahyu yang sangat banyak.

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً: إن الله -عز وجل- تابع الوحي على رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قبل وفاته حتَّى تُوُفِّيَ أكثر ما كان الوحي.

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfu, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- menurunkan wahyu secara berturut-turut kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebelum wafatnya hingga beliau tutup usia dengan wahyu yang sangat banyak."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أكثر الله -عز وجل- من إنزال الوحي على رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قبل وفاته؛ حتى تكمل الشريعة؛ حتى توفي الرسول -صلى الله عليه وسلم- في وقت كثرة نزوله.
Allah -'Azza wa Jalla- banyak menurunkan wahyu kepada Rasulullah-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebelum wafatnya hingga syariat sempurna sampai Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat pada saat banyak-banyaknya wahyu turun.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4217

 
Hadith   597   الحديث
الأهمية: لا تُقَارِنُوا، فإنَّ النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- نهى عن القِرَانِ، ثم يقولُ: إلا أَنْ يَسْتَأْذِنَ الرجلُ أَخَاهُ
Tema: Janganlah kalian mengumpulkannya (makan dua biji sekaligus), karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang mengumpulkan makanan (di mulut)! Selanjutnya ia berkata, "Kecuali orang tersebut meminta izin kepada saudaranya.

عن جَبَلَةَ بنِ سُحَيْمٍ، قال: أَصَابَنَا عَامُ سَنَةٍ مع ابنِ الزبيرِ؛ فَرُزِقْنَا تمرًا، وكان عبدُ اللهِ بنُ عمرَ -رضي الله عنهما- يَمُرُّ بنا ونحن نَأْكُلُ، فيقول: لا تُقَارِنُوا، فإنَّ النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- نهى عن القِرَانِ، ثم يقولُ: إلا أَنْ يَسْتَأْذِنَ الرجلُ أَخَاهُ.

Dari Jabalah bin Suḥaim, ia berkata, "Kami ditimpa tahun paceklik bersama Ibnu Az-Zubair, kemudian kami diberi rezeki kurma. Saat itu Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- melewati kami yang sedang makan, lalu ia berkata, "Janganlah kalian mengumpulkannya (makan dua biji sekaligus), karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang mengumpulkan makanan (di mulut)!" Selanjutnya ia berkata, "Kecuali orang tersebut meminta izin kepada saudaranya."

عن جبلة بن سحيم قال: أصابنا عام قحط مع ابن الزبير -رضي الله عنهما-، فأعطانا تمرا، فكان ابن عمر -رضي الله عنهما- يمر بنا ونحن نأكل، فيخبرنا أن النبي -صلى الله عليه وسلم- نهى أن يقرن الرجل بين التمرتين ونحوهما مما يؤكل أفرادا، إذا كان مع جماعة إلا بإذن أصحابه.
فالشيء الذي جرت العادة أن يؤكل واحدة واحدة، كالتمر إذا كان معك جماعة فلا تأكل تمرتين في لقمة واحدة؛ لأن هذا يضر بإخوانك الذين معك، فلا تأكل أكثر منهم إلا إذا استأذنت، وقلت: تأذنون لي أن آكل تمرتين في آن واحد، فإن أذنوا لك فلا بأس.
ملحوظة: في صحيح البخاري: فرزقنا بأربع فتحات، والفاعل ابن الزبير، والمعنى أعطانا، وفي رواية البيهقي: فرزقنا بضم الراء بالبناء للمجهول، ويحتمل الرازق الله -تعالى-.

Dari Jabalah bin Suḥaim, ia berkata, "Kami ditimpa tahun paceklik bersama Ibnu Az-Zubair -raḍiyallāhu 'anhumā-, lalu dia memberi kami kurma. Saat itu Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- melewati kami yang sedang makan. Ia mengabarkan kepada kami bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang seseorang mengumpulkan antara dua biji kurma atau makanan lain yang biasa dimakan satu demi satu apabila makan bersama jemaah, kecuali seizin para sahabatnya. Sesuatu yang sudah biasa dimakan satu demi satu seperti kurma, jika engkau bersama satu jemaah, maka engkau tidak boleh sekaligus memakan dua butir kurma dalam satu suapan, karena hal ini merugikan saudara-saudaramu yang ada bersamamu. Engkau tidak boleh makan lebih banyak dari mereka, kecuali apabila minta izin dan engkau katakan, "Apakah kalian mengizinkanku untuk makan dua biji kurma sekaligus?" Jika mereka mengizinkanmu, maka tidak masalah." Catatan: Dalam Sahih Al-Bukhari disebutkan, "Farazaqana" dengan empat fatḥah, dan yang melakukannya adalah Ibnu Az-Zubair. Artinya dia memberi kami. Dalam riwayat Al-Baihaqi disebutkan, "Faruziqnā" dengan bentuk pasif dan ditafsirkan bahwa yang memberi rezeki adalah Allah -Ta'ālā-.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4219

 
Hadith   598   الحديث
الأهمية: إِنَّ أَهْوَن أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ القِيَامَةِ لَرَجُلٌ يُوضَعُ في أَخْمَصِ قَدَمَيْهِ جَمْرَتَانِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغه، ما يَرَى أَنَ أَحَدًا أَشَدَّ مِنْهُ عَذَابًا، وَإنَّهُ لَأَهْوَنهُم عَذَابًا
Tema: Sesungguhnya siksa ahli neraka yang paling ringan pada hari kiamat ialah orang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia beranggapan bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada dirinya, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi ahli neraka.

عن النعمان بن بشير -رضي الله عنهما- قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إن أَهْوَنَ أهل النار عذابا يوم القيامة لرجل يوضع في أَخْمَصِ    قدميه جمرتان يغلي منهما دماغه ما يرى أن أحدا أشد منه عذابا وإنه لَأَهْوَنُهُم عذابا».

Dari An-Nu'mān bin Basyir -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, Saya mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya siksa ahli neraka yang paling ringan pada hari kiamat ialah orang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia beranggapan bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada dirinya, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi ahli neraka."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
بين النبي -صلى الله عليه وسلم- أن أهون أهل النار عذابًا يوم القيامة، مَن يوضع في قدميه جمرتان من نار يغلي منهما دماغه، وهو يرى أنه أشد الناس عذابًا، وهو أخفهم؛ لأنه لو رأى غيره؛ لهان عليه الأمر، وتسلى به، ولكنه يرى أنه أشد الناس عذابًا، فحينئذ يتضجر ويزداد بلاء.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan bahwa penghuni neraka yang paling ringan azabnya pada hari kiamat adalah orang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia merasa bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada dirinya, padahal itu siksa yang paling ringan. Andai dia melihat siksa orang lain, pasti hal itu akan ringan baginya dan merasa terhibur. Hanya saja ia melihat bahwa dialah orang yang paling berat siksaannya. Saat itulah dia merasa gelisah dan bertambah musibahnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4220

 
Hadith   599   الحديث
الأهمية: أَنَّ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- أُتِيَ بِلَبَنٍ قد شِيبَ بماءٍ، وعن يمينهِ أَعْرَابِيٌّ، وعن يَسَارِه أبو بكرٍ -رضي الله عنه- فَشَرِبَ، ثم أَعْطَى الأَعْرَابِيَّ، وقال: الأَيْمَنَ فَالأَيْمَنَ
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- diberi segelas susu yang telah dicampur dengan air. Di sebelah kanan beliau ada seorang Arab Baduwi, dan di sebelah kirinya ada Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu-, maka beliau minumnya kemudian memberikan susu itu kepada orang Arab Baduwi. Beliau bersabda, "Dahulukan yang kanan seterusnya ke kanan!"

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- أَنَّ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- أُتِيَ بِلَبَنٍ قد شِيبَ بماءٍ، وعن يمينهِ أَعْرَابِيٌّ، وعن يَسَارِه أبو بكرٍ -رضي الله عنه- فَشَرِبَ، ثم أَعْطَى الأَعْرَابِيَّ، وقال: «الأَيْمَنَ فَالأَيْمَنَ».

Dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- diberi segelas susu yang telah dicampur dengan air. Di sebelah kanan beliau ada seorang Arab Baduwi, dan di sebelah kirinya ada Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu-, maka beliau minumnya kemudian memberikan susu itu kepada orang Arab Baduwi. Beliau bersabda, "Dahulukan yang kanan seterusnya ke kanan!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أُتِي النبي -صلى الله عليه وسلم- بلبن قد خُلِطَ بالماء، وعلى يمينه رجل من الأعراب وعلى يساره أبو بكر، فشرب النبي -صلى الله عليه وسلم- ثم أعطى الأعرابي، فأخذ الإناء وشرب، وأبو بكر أفضل من الأعرابي؛ لكن فضَّله النبي -صلى الله عليه وسلم- عليه لأنه عن يمينه، وقال: الأيمن فالأيمن، أي: قدموا وأعطوا الأيمن فالأيمن.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- diberi susu yang sudah dicampur air. Di sebelah kanan beliau ada seorang lelaki Arab Baduwi dan di sebelah kiri beliau ada Abu Bakar. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meminumnya kemudian menyerahkannya kepada orang Arab Baduwi itu. Orang itu mengambil wadah dan meminumnya, padahal Abu Bakar lebih utama dari orang tersebut. Hanya saja Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lebih mengutamakannya, karena ia berada di sebelah kanannya. Beliau bersabda, "Dahulukan yang kanan seterusnya ke kanan!" Yakni, dahulukan dan berikanlah kepada orang yang berada di sebelah kanan dan begitu seterusnya ke kanan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4221

 
Hadith   600   الحديث
الأهمية: أَنَّ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- دَخَلَ يومَ فَتْحِ مَكَّةَ وعليه عِمَامَةٌ سَوْدَاءُ
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk (ke Mekkah) pada hari pembebasan kota Mekkah dengan mengenakan sorban hitam.

عن جابرٍ -رضي الله عنه-: أَنَّ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- دَخَلَ يومَ فَتْحِ مَكَّةَ وعليه عِمَامَةٌ سَوْدَاءُ.
عن أبي سعيدٍ عمرو بنِ حُرَيْثٍ -رضي الله عنه- قال: كَأَنِّي أَنْظُرُ إلى رسولِ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- وعليه عِمَامَةٌ سَوْدَاءُ، قَدْ أَرْخَى طَرَفَيْهَا بَيْنَ كَتِفَيْهِ.
في رواية: أَنَّ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- خَطَبَ النَّاسَ، وعليه عِمَامَةٌ سَوْدَاءُ.

Dari Jābir -raḍiyallāhu 'anhu-, "Sesungguhnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk (ke Mekkah) pada hari penaklukan kota Makkah dengan mengenakan sorban hitam."
Dari Abu Sa'īd Amru bin Ḥuraiṡ -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Seolah-olah aku masih melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengenakan sorban hitam. Beliau menjulurkan kedua ujungnya di antara kedua pundaknya."
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkhotbah di hadapan orang-orang dengan mengenakan sorban hitam.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في حديث جابر أخبر -رضي الله عنه- أن النبي -عليه الصلاة والسلام- دخل عام الفتح وعليه: (عمامة سوداء) ففيه جواز لباس الثياب السود، وفي الرواية الأخرى: خطب الناس وعليه عمامة سوداء فيه جواز لباس الأسود، وإن كان الأبيض أفضل منه كما ثبت في الحديث الصحيح: "خير ثيابكم البياض"، وإنما لبس العمامة السوداء في هذا الحديث بيانا للجواز.
   وأما قول عمرو بن حريث في الحديث الآخر: (كأني أنظر إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وعليه عمامة سوداء قد أرخى طرفيها بين كتفيه)، فهو يدل على جواز كون العمامة سوداء ومدلاة بين الكتفين.
Dalam hadis Jābir -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk (ke Mekkah) pada tahun pembebasan kota Mekkah dengan mengenakan sorban hitam." Di dalam hadis ini terdapat isyarat bolehnya mengenakan pakaian hitam. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa "beliau berkhotbah kepada orang-orang dengan mengenakan sorban hitam," meskipun sorban putih lebih afdal, sebagaimana disebutkan dalam hadis sahih, "Sebaik-baik pakaian kalian yang putih." Adapun memakai sorban hitam dalam hadis adalah untuk menunjukkan hukumnya boleh. Sedangkan ucapan Amru bin Ḥuraiṡ dalam hadis lain, "Seolah-olah aku masih melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengenakan sorban hitam. Beliau menjulurkan kedua ujungnya diantara kedua pundaknya." Ini menunjukkan dibolehkannya sorban berwarna hitam dan dijulurkan di antara dua pundak.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim dengan dua riwayatnya]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4222

 
Hadith   601   الحديث
الأهمية: نِعْمَ الرَّجُلُ عبد الله، لو كان يُصلِّي من الليل
Tema: Sebaik-baik orang adalah Abdullah, seandainya dia salat di sebagian malam.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
وعن سالم بن عبد الله بن عمر بن الخطاب -رضي الله عنهم- عن أبيه: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: « نِعْمَ الرَّجُلُ عبد الله، لو كان يُصلِّي من الليل» قال سالم: فكان عبد الله بعد ذلك لا يَنامُ من الليل إلا قليلًا.
Dari Sālim bin Abdillah bin Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhumā- dari bapaknya bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sebaik-baik orang adalah Abdullah, seandainya dia shalat di sebagian malam." Sālim berkata, "Sejak saat itu, Abdullah tidak tidur di malam hari kecuali sedikit."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن عبد الله بن عمر رجل صالح وحضه على القيام بالليل، فكان -رضي الله عنه- لا ينام في الليل إلا قليلا.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa Abdullah bin Umar adalah seorang lelaki saleh dan beliau menganjurkannya untuk melaksanakan shalat malam. Sejak itu, Abdullah -raḍiyallāhu 'anhu- tidak tidur di malam hari kecuali sedikit.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4223

 
Hadith   602   الحديث
الأهمية: هذا جِبْرِيلُ يَقْرَأُ عليك السَّلام
Tema: Ini Jibril menyampaikan salam kepadamu.

عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: قال لي رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «هذا جِبْرِيلُ يَقْرَأُ عليك السَّلام» قالت: قلت: وعليه السلام ورحمة الله وبركاته.   
وهكذا وقع في بعض روايات الصحيحين: «وبركاته» وفي بعضها بحذفها، وزيادة الثقة مقبولة.

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadaku, 'Ini Jibril menyampaikan salam kepadamu.' Aku berkata, "Wa'alaihissalām Waraḥmatullāhi Wabarakātuh (Semoga atasnya keselamatan, Rahmat Allah dan berkah-Nya)," Demikianlah terdapat di beberapa riwayat Aṣ-Ṣaḥiḥain (Bukhari dan Muslim), "Wabarakātuh", dan di sebagian riwayat yang lain dengan membuang kata itu, dan tambahan periwayat terpercaya bisa diterima.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
تخبرنا عائشة -رضي الله عنها- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال لها: "يا عائشة هذا جبريل يقرأ عليك السلام" وفي رواية "يقرئك السلام" أي: يهديك السلام، ويحييك بتحية الإسلام.
فقالت: "وعليه السلام ورحمة الله وبركاته".
ثم إنه من السنة: إذا نُقل السلام من شخص إلى شخص أن يَرُّد عليه بقوله: "وعليه السلام ورحمة الله وبركاته"؛ لظاهر حديث عائشة -رضي الله عنها-.
وإن قال: "عليك وعليه السلام أو عليه وعليك السلام ورحمة الله وبركاته" فحسن؛ لأن هذا الذي نقل السلام محسن فتكافئه بالدعاء له.
ولكن هل يجب عليك أن تنقل الوصية إذا قال: سلِّم لي على فلان أو لا يجب؟
فصَّل العلماء ذلك فقالوا: إن التزمت له بذلك وجب عليك؛ لأن الله -تعالى- يقول: (إن الله يأمركم أن تؤدوا الأمانات إلى أهلها)،[ النساء : 58] وأنت الآن تحملت هذا أما إذا قال: سلم لي على فلان وسكت أو قلت له مثلاً إذا تذكرت أو ما أشبه ذلك فهذا لا يلزم إلا إذا ذكرت، وقد التزمت له أن تسلم عليه إذ ذكرت، لكن الأحسن ألا يكلف الإنسان أحدًا بهذا؛ لأنه ربما يشق عليه ولكن يقول: سلم لي على من سأل عني، هذا طيب، أما أن يحمله فإن هذا لا ينفع؛ لأنه قد يستحي منك فيقول نعم أنقل سلامك ثم ينسى أو تطول المدة أو ما أشبه ذلك.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- mengabarkan kepada kita bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadanya, "Wahai Aisyah, ini Jibril menyampaikan salam kepadamu." Di dalam satu riwayat, "Memberikan salam kepadamu," yakni, mempersembahkan salam kepadamu dan menghormatimu dengan salam penghormatan Islam. Aisyah berkata, "Wa'alaihissalām Waraḥmatullāhi Wabarakātuh (Semoga atasnya keselamatan, Rahmat Allah, dan berkah-Nya)," Selanjutnya termasuk sunnah, apabila menyampaikan salam dari seseorang, maka hendaknya dibalas dengan ucapan, "Wa'alaihissalām Waraḥmatullāhi Wabarakātuh," berdasarkan makna literal hadis Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-. Jika orang tersebut mengucapkan, "Alaika wa 'alaihissalām atau 'Alaihi wa Alaikassalām Waraḥmatullāhi Wabarakātuh," maka ini baik, karena orang yang menyampaikan salam tersebut adalah orang baik. Karena orang yang menyampaikan salam itu telah berbuat baik, maka engkau membalasnya dengan mendoakannya. Tetapi yang menjadi pertanyaan, apakah engkau wajib atau tidak menyampaikan pesan, jika seseorang berkata, "Sampaikan salamku kepada si A?" Para ulama merincinya dan mengatakan, "Jika engkau memandang harus menyampaikan salam itu kepadanya, maka engkau berkewajiban melakukannya. Sebab, Allah berfirman, "Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya," (QS. An-Nisa" 58) Sekarang engkau menanggung amanat tersebut. Adapun jika orang itu mengatakan, "Sampaikan salamku kepada si fulan," dan engkau diam atau engkau mengatakan kepadanya sebagai contoh, "Jika aku ingat," dan sebagainya, maka hal ini tidak menjadi keharusan kecuali apabila engkau ingat. Saat itulah engkau diharuskan untuk menyampaikan salam kepadanya, jika engkau ingat. Hanya saja sebaiknya seseorang tidak membebani orang lain dengan hal ini. Sebab, mungkin saja ia merasa kesusahan, tetapi hendaknya ia mengucapkan, "Sampaikan salamku kepada orang yang menanyakanku." Ini baik. Adapun jika ia harus menanggungnya, maka ini tidak ada gunanya karena ia terkadang sungkan kepadamu lalu berkata, "Ya, aku akan sampaikan salammu," kemudian ia lupa atau rentang waktunya lama dan sebagainya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4224

 
Hadith   603   الحديث
الأهمية: أَنَّ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- كان يَتَنَفَّسُ في الشَّرَابِ ثَلَاثًا
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bernafas tiga kali saat minum.

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- أَنَّ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- كان يَتَنَفَّسُ في الشَّرَابِ ثَلَاثًا.

Dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bernafas tiga kali saat minum.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- إذا شرب تنفس في الشراب ثلاثاً، يشرب ثم يفصل الإناء عن فمه، ثم يشرب الثانية ثم يفصل الإناء عن فمه، ثم يشرب الثالثة، ولا يتنفس في الإناء.
Apabila Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- minum, beliau bernafas tiga kali. Beliau minum lalu melepaskan wadah dari mulutnya, lalu minum kedua kalinya lalu melepaskan wadah dari mulutnya, kemudian minum ketiga kalinya. Jadi beliau tidak bernafas di dalam wadah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4225

 
Hadith   604   الحديث
الأهمية: صَليت مع النبي -صلى الله عليه وسلم- ليلة، فَأَطَالَ القيام حتى هَمَمْتُ بأمر سُوء! قيل: وما هَمَمْتَ به؟ قال: هَمَمْتُ أن أجْلِس وأَدَعَهُ
Tema: Suatu malam aku salat bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau terus berdiri (lama) sampai aku bermaksud untuk melakukan sesuatu yang jelek." Ibnu Mas'ūd ditanya, "Apa yang hendak engkau lakukan?" Ia menjawab, "Aku bermaksud untuk duduk dan meninggalkan beliau."

عن ابن مسعود -رضي الله عنه- قال: صليت مع النبي -صلى الله عليه وسلم- ليلة، فأطال القيام حتى هَمَمْتُ بأمْرِ سُوءٍ! قيل: وما هَمَمْتَ به؟ قال: هَمَمْتُ أن أجلس وأَدَعَه.

Dari Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Suatu malam aku salat bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau terus berdiri (lama) sampai aku bermaksud untuk melakukan sesuatu yang jelek." Ibnu Mas'ūd ditanya, "Apa yang hendak engkau lakukan?" Ia menjawab, "Aku bermaksud untuk duduk dan meninggalkan beliau."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
صلى ابن مسعود -رضي الله عنه- مع النبي -صلى الله عليه وسلم- ذات ليلة، فقام النبي -صلى الله عليه وسلم-، قياما طويلا، وهذا هو دأبه -صلى الله عليه سلم- فشق عليه -رضي الله عنه- طول القيام، حتى هَمَّ بأمر ليس يسر المرء فعله، فسئل -رضي الله عنه-: ما هَمَمْت به؟ قال: هَمَمْتُ أن أجلس وأدعه قائما؛ مما لحقه من المشقة.
Suatu malam Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- salat bersama Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau berdiri lama, ini merupakan kebiasaan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- tidak kuat berdiri lama ini hingga ia hendak melakukan sesuatu yang tidak baik untuk dilakukan. Ia ditanya, "Apa yang hendak engkau lakukan?" Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- menjawab, "Aku bermaksud untuk duduk dan meninggalkan beliau terus berdiri." Hal ini disebabkan kepayahan yang dialaminya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4226

 
Hadith   605   الحديث
الأهمية: أَرَأَيتَ إنْ قُتِلْتُ في سَبِيلِ اللهِ، أَتُكَفَّرُ عَنِّي خَطَايَايَ؟
Tema: Bagaimana pendapatmu jika aku gugur di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan dihapus?

عن أبي قتادة الحارث بن رِبْعِيِّ -رضي الله عنه- عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: أَنَّهُ قامَ فيهم، فذكرَ لهم أَنَّ الجهادَ في سبيلِ اللهِ، والإيمانَ باللهِ أفضلُ الأعمالِ، فقامَ رَجُلٌ، فقال: يا رسولَ اللهِ، أرأيتَ إن قُتِلْتُ في سبيلِ اللهِ، تُكَفَّرُ عَنِّي خَطَايَايَ؟ فقالَ له رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم-: «نعم، إنْ قُتِلْتَ في سبيلِ اللهِ، وأنتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ، مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ». ثم قال رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم-: «كَيْفَ قُلْتَ؟» قال: أَرَأَيتَ إنْ قُتِلْتُ في سَبِيلِ اللهِ، أَتُكَفَّرُ عَنِّي خَطَايَايَ؟ فقالَ له رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم-: «نعم، وأنتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ، مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ، إلا الدَّيْنَ؛ فَإنَّ جِبْرِيلَ -عليه السلام- قالَ لِي ذَلِكَ».

Dari Abu Qatādah Al-Ḥāriṡ bin Rib'i -raḍiyallāhu 'anhu- dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwasanya beliau berdiri di tengah-tengah para sahabat lalu menyebutkan bahwa jihad di jalan Allah dan iman kepada-Nya adalah amal yang paling utama. Lantas seorang lelaki berdiri lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku gugur di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan dihapus?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya, kalau engkau bersabar dan mengharap pahala, maju menghadap musuh tidak mundur." Kemudian Rasululullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bagaimana pertanyaanmu?" Orang itu menjawab, "Bagaimana pendapatmu jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan dihapus?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya, kalau engkau bersabar dan mengharap pahala, maju menghadap musuh tidak mundur, kecuali utang. Sesungguhnya Jibril -'alaihissalām- mengatakan hal itu kepadaku."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قام النبي -صلى الله عليه وسلم- في الصحابة خطيبًا، فذكر لهم أن الجهاد لإعلاء كلمة الله والإيمانَ بالله أفضل الأعمال، فقام رجل فسأل النبي -صلى الله عليه وسلم-: أرأيت إن قتلتُ لإعلاء كلمة الله أتغفر لي ذنوبي، فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: نعم، ولكن بشرط أن تكون قُتِلتَ صابرا مُتحملاً ما أصابك، مخلصا لله -تعالى-، غير فارٍّ من ساحة الجهاد، ثم استدرك النبي -صلى الله عليه وسلم- شيئاً وهو الدَّين، منبها على أن الجهاد والشهادة لا تكفر حقوق الآدميين.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri di tengah-tengah para sahabatnya sambil berpidato lalu menyebutkan kepada mereka bahwa jihad untuk meninggikan kalimat Allah dan iman kepada-Nya adalah amal yang paling utama. Lantas seorang lelaki berdiri dan bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Bagaimana pendapatmu jika aku gugur terbunuh untuk meninggikan kalimat Allah, apakah dosa-dosaku akan diampuni?" Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Ya, tetapi dengan syarat engkau terbunuh dalam keadaan bersabar dan menanggung apa yang menimpamu dengan ikhlas kepada Allah -Ta'ālā-, tanpa melarikan diri dari medan jihad." Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menimpali dengan sesuatu, yaitu utang, dengan mengingatkan bahwa jihad dan mati syahid tidak akan menghapus hak-hak manusia.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4227

 
Hadith   606   الحديث
الأهمية: إِنْ كَانَ رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيَدَعُ العَمَلَ، وهو يُحِبُّ أَنْ يَعْمَلَ بِهِ؛ خَشْيَةَ أَنْ يَعْمَلَ بِهِ النَّاسُ فَيُفْرَضَ عَلَيْهِمْ
Tema: Sungguh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah meninggalkan suatu amal, padahal beliau suka mengerjakannya, karena takut orang-orang mengikutinya (mencontohnya) lalu diwajibkan kepada mereka.

عن أم المؤمنين عائشة -رضي الله عنها- قالت: إِنْ كَانَ رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيَدَعُ العَمَلَ، وهو يُحِبُّ أَنْ يَعْمَلَ بِهِ؛ خَشْيَةَ أَنْ يَعْمَلَ بِهِ النَّاسُ فَيُفْرَضَ عَلَيْهِمْ.

Dari Ummul Mukminin Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, "Sungguh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah meninggalkan suatu amal, padahal beliau suka mengerjakannya, karena takut orang-orang mengikutinya (mencontohnya) lalu diwajibkan kepada mereka.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
النبي -صلى الله عليه وسلم- كان يترك العمل وهو يحب أن يفعله، لئلا يعمل به الناس، فيكون سببًا في فرضه عليهم، فتلحقهم بذلك مشقة عظيمة وهو -عليه الصلاة والسلام- يكره إلحاق المشقة بهم.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sudah biasa meninggalkan suatu amalan padahal beliau suka mengerjakannya, agar orang-orang tidak mengamalkannya, yang bisa menyebabkan amalan tersebut diwajibkannya kepada mereka. Dan hal itu bakal menimbulkan kesulitan yang besar bagi mereka. Padahal Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak suka menimpakan kesulitan pada mereka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4228

 
Hadith   607   الحديث
الأهمية: لما عُرِجَ    بي مَرَرْتُ بقوم لهم أظْفَارٌ من نُحَاسٍ يَخْمِشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُم فقلت: مَنْ هؤُلاءِ يا جِبْرِيل؟ قال: هؤلاء الذين يَأكُلُونَ لحُوم الناس، ويَقَعُون في أعْرَاضِهم
Tema: “Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka mencakar wajah-wajah dan dada-dada mereka sendiri. Maka aku bertanya, "Siapakah mereka ya Jibril?” Dia menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia ( menggunjing ) dan mereka menjatuhkan kehormatan-kehormatan manusia."

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً: «لما عُرِجَ    بي مَرَرْتُ بقوم لهم أظْفَارٌ من نُحَاسٍ يَخْمِشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُم فقلت: مَنْ هؤُلاءِ يا جِبْرِيل؟ قال: هؤلاء الذين يَأكُلُونَ لحُوم الناس، ويَقَعُون في أعْرَاضِهم!».
Tema: Dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', “ Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka mencakar wajah-wajah dan dada-dada mereka sendiri. Maka aku bertanya, "Siapakah mereka ya Jibril?” Dia menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia (menggunjing) dan mereka menjatuhkan kehormatan-kehormatan manusia.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى هذا الحديث: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- لما صُعِد به إلى السماء في ليلة المعراج مَرَّ بقوم يَخْدِشُون أجسامهم بأظفارهم النحاسية، فتعجب من حالهم -صلى الله عليه وسلم- فسأل جبريل من هؤلاء ولماذا يفعلون بأنفسهم هذا الفعل، فأخبره جبريل؛ بأن هؤلاء من يغتابون الناس، ويقعون في أعراضهم، أي يسبونهم.
Makna hadis ini:
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika diangkat ke langit, beliau melewati satu kaum yang mencakar tubuh-tubuh mereka dengan kuku-kuku tembaga. Beliau heran dengan kondisi mereka lalu beliau bertanya kepada Jibril, "Siapakah mereka itu? Kenapa mereka melakukan perbuatan itu terhadap diri mereka sendiri?" Lantas Jibril memberitahu beliau bahwa mereka itu adalah orang-orang yang suka membicarakan orang (menggunjing) dan menjatuhkan kehormatan mereka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4229

 
Hadith   608   الحديث
الأهمية: إِنْ كان عِنْدَكَ مَاءٌ بَاتَ هذه الليلةَ في شَنَّةٍ وإِلَّا كَرَعْنَا
Tema: Adakah engkau mempunyai air yang telah diinapkan dalam bejana kulit malam ini? Jika tidak kami ‎akan minum langsung dari mulut kami.‎

عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما- أَنَّ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- دَخَلَ على رجلٍ مِنَ الأَنْصَارِ، ومعه صاحبٌ له، فقال رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم-: «إِنْ كان عِنْدَكَ مَاءٌ بَاتَ هذه الليلةَ في شَنَّةٍ وإِلَّا كَرَعْنَا».

Dari Jābir -raḍiyallāhu 'anhumā-, Bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk ke rumah salah ‎seorang lelaki Ansar bersama seorang sahabatnya, lalu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata kepadanya, “Adakah engkau mempunyai air yang telah diinapkan dalam bejana kulit ‎malam ini? Jika tidak kami akan minum langsung dari mulut kami.”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قال جابر -رضي الله عنهما-: دخل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- على رجل من الأنصار، يقال: إنه أبو الهيثم بن التيهان الأنصاري -رضي الله عنه-، ومعه صاحب له وهو أبو بكر -رضي الله عنه-، فسأله النبي -صلى الله عليه وسلم- إن كان عنده ماء بائت في قربة، وكان الوقت صائفا، والحكمة من ذلك أن الماء البائت يكون باردا، وإلا تناولنا الماء بالفم من غير إناء ولا كف.
Jābir -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ‎masuk ke rumah salah seorang lelaki Ansar, ada yang mengatakan: dia ‎adalah Abu Haiṡam bin at-Tihān al-Anṣāri -raḍiyallāhu 'anhu-, beliau ‎bersama sahabatnya yaitu Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu-, lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya kepadanya: Adakah ia memiliki air ‎yang telah diinapkan dalam sebuah bejana dari kulit, dan pada waktu ‎itu sedang musim panas. Hikmah dari hal itu adalah bahwa air yang ‎diinapkan akan menjadi dingin/segar. Jika tidak maka kami akan minum ‎langsung dengan mulut tanpa menggunakan bejana dan tidak juga telapak ‎tangan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4230

 
Hadith   609   الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- اشْتَرَى منه بَعِيرا، فَوَزَنَ له فَأرْجَح
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membeli seekor unta darinya, maka beliau menimbangkan untuknya lalu melebihkannya.

عن جابر -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- اشْتَرَى منه بَعِيراً، فَوَزَنَ له فَأرْجَح.

Dari Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membeli seekor unta darinya, maka beliau menimbangkan untuknya lalu melebihkannya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
هذا    الحديث له قصة، وهي هنا مختصرة، "أن النبي -صلى الله عليه وسلم- اشْتَرَى منه بَعِيراً" أي: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- اشترى من جابر -رضي الله عنه- بعيراً.
"فَوَزَنَ له" أي: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- وَزَن له ثَمن البعير، وهذا من باب التجوز، وإلا فإن حقيقة الوزَّان في هذا الحديث: بلال -رضي الله عنه- بأمر النبي -صلى الله عليه وسلم- كما هو في أصل الحديث: "فأمر بلالا أن يَزِن لي أوقية، فوزن لي بلال، فأرجح في الميزان" أي: زاد في الوَزْن أكثر مما يستحقه جابر -رضي الله عنه- من ثَمن البعير، وكانوا فيما سبق يتعاملون بالنقود وزناً لا عدداً وإن كانوا يتعاملون أيضا بها عدداً لكن الكثير وزناً.
Hadis ini punya kisah dan di sini diringkas bahwa Nabi --ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membeli unta darinya. Yakni, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membeli unta dari Jābir -raḍiyallāhu 'anhu-. "Maka beliau menimbangkan untuknya" yakni, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menimbang harga unta untuknya. Ini termasuk kalimat majaz, karena pada hakekatnya orang yang menimbang dalam hadis ini adalah Bilal -raḍiyallāhu 'anhu- berdasarkan perintah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebagaimana dalam asal hadis itu, "Lantas beliau menyuruh Bilal guna menimbang untukku satu ūqiyah. Bilal pun menimbang untuknya lalu dia melebihkan timbangan." "lalu melebihkannya," yakni, menambah berat timbangan melebihi harga unta yang pantas diperoleh oleh Jābir -raḍiyallāhu 'anhu-. Orang-orang dahulu bertransaksi memakai uang dengan timbangan bukan bilangan, meskipun mereka juga bertransaksi memakai uang dengan bilangan. Hanya saja mayoritas memakai timbangan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4231

 
Hadith   610   الحديث
الأهمية: أنا أحَقُّ بِذَا مِنك تَجَاوزُوا عن عَبْدِي
Tema: Aku lebih berhak berbuat begitu daripada engkau, maafkanlah hamba-Ku ini!

عن حذيفة -رضي الله عنه - قال: أُتَي الله تعالى بِعبْد من عِباده آتاه الله مالاً، فقال له: ماذا عَمِلْت في الدنيا؟ -قال: «ولَا يَكْتُمُونَ اللهَ حَدِيثًا»- قال: يا رَبِّ آتَيْتَنِي مَالَك، فكُنت أُبَايعُ الناس، وكان من خُلُقِي الجَوَاز، فكُنت أَتَيَسَّرُ على المُوسِرِ، وأنْظِر المُعْسِر. فقال الله -تعالى-: «أنا أحَقُّ بِذَا مِنك تَجَاوزُوا عن عَبْدِي» فقال عُقْبَة بن عَامر، وأبو مسعود الأنصاري -رضي الله عنهما-: هكذا سَمِعْنَاه من فِيِّ رسول الله -صلى الله عليه وسلم-.

Dari Ḥużaifah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, "Seorang hamba yang telah Allah berikan harta dibawa menghadap kepada Allah. Allah berfirman kepadanya, "Apa yang telah engkau lakukan di dunia?" Hużaifah berkata, "dan mereka tidak dapat menyembunyikan satu perkataan pun dari Allah." Hamba tersebut berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau telah memberikan harta-Mu, lalu aku berbisnis dengan orang lain, dan di antara akhlakku adalah pemaaf, maka aku memberi kemudahan kepada orang yang berkelapangan dan memberi tempo kepada orang yang kesulitan." Allah berfirman, "Aku lebih berhak berbuat begitu daripada engkau, ampunilah hamba-Ku ini." 'Uqbah bin 'Āmir dan Abu Mas'ūd Al-Anṣāri -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, "Demikianlah kami mendengarnya dari bibir Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر حذيفة -رضي الله عنه- أنه يُؤتى برجل من عباد الله تعالى يوم القيامة آتاه الله مالًا، فيسأله ربه عن ماله: ماذا عمل به ؟ قال: أي حذيفة -رضي الله عنه-: "ولَا يَكْتُمُونَ اللهَ حَدِيثًا" أي: لا يستطيعون إخفاء شيء عن الله تعالى يوم القيامة، كما قال تعالى: (يوم تشهد عليهم ألسنتهم وأيديهم وأرجلهم بما كانوا يعملون). "قال: يا رَبِّ آتَيْتَنِي مَالَك، فكنت أُبَايعُ الناس" أي: أعَامل الناس بالبيوع والمداينة    وكان مما اتصفت به من أخلاق: الجواز، ثم فسره بقوله: "فكنت أَتَيَسَّرُ على المُوسِرِ" أي: أُسَهِّل عليه وأقبل منه ما جاء مع نقص يسير. "وأنْظِر المُعْسِر" أي: أصبر على المُعْسِر، فلا أطالبه وأفسح له في الأجل. فقال الله تعالى: "أنا أحَقُّ بِذَا مِنك" أي: فما دمت قد تجاوزت عن عبادي وتخلقت بخلقي، فنحن أحق بالتجاوز والعفو عنك. "تَجَاوزُوا عن عَبْدِي"
أي: عفا الله عنه، وغَفَر له ما كان من سيئاته، بسبب عفوه وسماحته وحسن معاملته لعباد الله تعالى، وهل جزاء الإحسان إلا الإحسان. "فقال عُقْبَة بن عَامر، وأبو مسعود الأنصاري -رضي الله عنهما-: هكذا سَمِعْنَاه من فِيِّ رسول الله -صلى الله عليه وسلم-." والمعنى: أنهما سمعا ما حدث به حذيفة -رضي الله عنه- من النبي -صلى الله عليه وسلم- كما حدث به حذيفة -رضي الله عنه- من غير زيادة ولا نقص.
Ḥużaifah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa seorang hamba yang telah Allah berikan harta dibawa kepada Allah -Ta'ālā- pada hari kiamat, lantas Tuhannya bertanya kepadanya tentang harta tersebut, "Apa yang dilakukannya dengan harta itu?" Ḥużaifah berkata, "Dan mereka tidak dapat menyembunyikan satu perkataan pun dari Allah." Yakni, mereka tidak bisa menyembunyikan sesuatu pun dari Allah -Ta'ālā- pada hari kiamat. Hal ini sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan." Hamba tersebut berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau telah memberikan harta-Mu, lalu aku berbisnis dengan orang lain," yakni, aku bertransaksi dengan mereka dalam jual-beli dan utang-piutang. Dan di antara akhlak yang aku miliki adalah memberi maaf." Selanjutnya ia menjelaskannya dengan ucapannya, "aku memberi kemudahan kepada orang yang berkelapangan," yakni, aku memberikan kemudahan kepadanya dan menerima darinya meskipun disertai sedikit kekurangan. " dan memberi tempo kepada orang yang kesulitan." Yakni, bersabar terhadap orang yang kesulitan. Aku tidak menuntutnya dan aku memberinya tempo. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Aku lebih berhak berbuat begitu daripada engkau," yakni, selama engkau memaafkan hamba-Ku dan berakhlak dengan akhlak-Ku, maka Kami lebih berhak memberi ampunan dan maaf daripada kamu." "maafkanlah hamba-Ku ini." Yakni, Allah memaafkannya dan mengampuni kesalahan-kesalahannya disebabkan maafnya, kelapangan dadanya, dan interaksinya yang baik kepada hamba-hamba Allah -Ta'ālā-. Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). 'Uqbah bin 'Āmir dan Abu Mas'ūd Al-Anṣāri -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, "Demikianlah kami mendengarnya dari bibir Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Artinya bahwa keduanya mendengar apa yang diceritakan oleh Ḥużaifah -raḍiyallāhu 'anhu- itu langsung dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebagaimana yang dituturkan oleh Ḥużaifah -raḍiyallāhu 'anhu- tanpa ada tambahan atau pengurangan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4232

 
Hadith   611   الحديث
الأهمية: إنَّ مَثَلَ مَا بَعَثَنِي اللهُ بِهِ مِنَ الهُدَى والعِلْمَ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَصَابَ أَرْضًا فكانتْ مِنها طَائِفَةٌ طَيِّبَةٌ، قَبِلَتْ الماءَ فَأَنْبَتَتِ الكَلَأَ والعُشْبَ الكَثِيرَ، وكَان مِنها أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الماءَ فَنَفَعَ اللهُ بها النَّاسَ، فَشَرِبوا مِنْهَا وسَقوا وزرعوا
Tema: Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya, bagaikan hujan yang jatuh ke bumi. Sebagian bumi ada yang baik sehingga dapat menerima air dan menyimpannya kemudian menumbuhkan rerumputan dan tumbuhan yang banyak. Sebagian ada yang gersang (keras) tapi dapat menampung air lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia dengannya, sehingga manusia bisa minum, menyiram dan bercocok tanam.

عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إنَّ مَثَلَ مَا بَعَثَنِي اللهُ بِهِ مِنَ الهُدَى والعِلْمَ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَصَابَ أَرْضًا فكانتْ مِنها طَائِفَةٌ طَيِّبَةٌ، قَبِلَتْ الماءَ فَأَنْبَتَتِ الكَلَأَ والعُشْبَ الكَثِيرَ، وكَان مِنها أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الماءَ فَنَفَعَ اللهُ بها النَّاسَ، فَشَرِبُوا مِنْهَا وسَقَوا وَزَرَعُوا، وأَصَابَ طَائِفَةً مِنها أُخْرَى إنَّما هِي قِيعَانٌ لا تُمْسِكُ مَاءً ولا تُنْبِتُ كَلَأً، فذلك مَثَلُ مَنْ فَقُهَ في دِينِ اللهِ وَنَفَعَهُ بِما بَعَثَنِي اللهُ بِهِ فَعَلِمَ وعَلَّمَ، ومَثَلُ مَنْ لم يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا ولم يَقْبَلْ هُدَى اللهِ الذي أُرْسِلْتُ بِهِ».

Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya, bagaikan hujan yang jatuh ke bumi. Sebagian bumi ada yang baik sehingga dapat menerima air dan menyimpannya kemudian menumbuhkan rerumputan dan tumbuhan yang banyak. Sebagian ada yang gersang (keras) tapi dapat menampung air lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia dengannya, sehingga manusia bisa minum, menyiram dan bercocok tanam. Sedang sebagian yang lain bagaikan tanah gersang yang tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Demikianlah perumpamaan orang yang pandai dalam agama Allah dan ilmu atau petunjuk-petunjuk dari Allah yang bisa memberi manfaat pada dirinya, dia belajar hingga pandai lalu mengajarkan ilmunya (kepada orang lain). Demikian pula perumpamaan orang yang tidak peduli dan yang tidak dapat menerima petunjuk ajaran Allah yang dengannya aku diutus."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قال النبي -صلى الله عليه وسلم-: "مثل ما بعثني الله به من الهدى والعلم كمثل مطر أصاب أرضًا" فشبه -عليه الصلاة والسلام- من ينتفع بهذا العلم والهدى المشبه بالمطر بمثابة الأرض، فكانت هذه الأرض ثلاثة أقسام: أرض طيبة قبلت الماء، وأنبتت العشب الكثير والزرع، فانتفع الناس بها، وأرض لا تنبت ولكنها أمسكت الماء فانتفع الناس به فشربوا منه ورووا وزرعوا، وأرض لا تمسك الماء ولا تنبت شيئًا.
فهكذا الناس بالنسبة لما بعث الله به النبي -صلى الله عليه وسلم- من العلم والهدى، منهم من فقه في دين الله، فعَلِمَ وعَلَّمَ، وانتفع الناس بعلمه وانتفع هو بعلمه.
والقسم الثاني: قوم حملوا الهدى، ولكن لم يفقهوا في هذا الهدى شيئًا، بمعنى أنهم كانوا رواة للعلم والحديث، لكن ليس عندهم فقه.
والقسم الثالث: من لم يرفع بما جاء به النبي -صلى الله عليه وسلم- من العلم والهدى رأسًا، وأعرض عنه، ولم يبال به، فهذا لم ينتفع في نفسه بما جاء به النبي -صلى الله عليه وسلم- ولم ينفع غيره.
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang dengannya Allah mengutusku, bagaikan hujan yang jatuh ke bumi." Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyerupakan orang yang memanfaatkan ilmu dan petunjuk laksana hujan bagi bumi. Bumi tersebut terbagi tiga: tanah yang baik, menerima air, dan menumbuhkan rumput yang banyak dan tanaman sehingga manusia bisa memanfaatkannya. Ada juga tanah yang tidak menumbuhkan tanaman, tetapi ia menahan air sehingga manusia bisa memanfaatkannya; mereka meminumnya, menyiram dan bercocok tanam. Ada juga bumi yang tidak bisa menahan air dan tidak menumbuhkan sesuatu pun. Demikianlah keadaan manusia berkenaan dengan ilmu dan petunjuk di mana Allah mengutus Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengannya. Diantara mereka ada yang memiliki pemahaman agama; ia mengetahui dan mengajarkan, orang-orang memanfaatkannya dan ia juga mendapatkan manfaat dengan ilmunya. Bagian kedua adalah kaum yang membawa petunjuk, tetapi mereka tidak memahami sesuatu pun dari petunjuk ini. Artinya bahwa mereka itu adalah orang-orang yang meriwayatkan ilmu dan hadis, tapi mereka tidak memahaminya. Bagian ketiga adalah orang yang tidak memperhatikan ilmu dan petunjuk yang dibawa oleh Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, berpaling darinya, dan tidak mempedulikannya. Ini adalah orang yang tidak mendapatkan manfaat dari apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk dirinya sendiri dan tidak memberikan manfaat kepada orang lain.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4233

 
Hadith   612   الحديث
الأهمية: إِنَّ نَاسًا كانوا يُؤْخَذُونَ بالوَحْيِ في عَهْدِ رسولِ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- وإِنَّ الوَحْيَ قَدِ انْقَطَعَ، وإِنَّمَا نَأْخُذُكُمْ الآنَ بما ظَهَرَ لنا مِنْ أَعْمَالِكُمْ، فَمَنْ أَظْهَرَ لَنَا خَيْرًا أَمِنَّاهُ وقَرَّبْنَاهُ، ولَيْسَ لَنَا مِنْ سَرِيرَتِهِ شَيْءٌ، اللهُ يُحَاسِبُهُ في سَرِيرَتِهِ، ومَنْ أَظْهَرَ لنا سُوءًا لم نَأْمَنْهُ ولم نُصَدِّقْهُ
Tema: "Sesungguhnya manusia pada zaman Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- diberi hukuman sesuai dengan petunjuk wahyu, dan wahyu kini sudah terputus. Oleh karena itu, sekarang kami memberi keputusan kepada kalian sesuai dengan perbuatan yang tampak bagi kami. Jadi, siapa yang menampakkan perbuatan baik kepada kami, maka kami berikan keamanan dan kami dekatkan kedudukannya pada kami. Sedangkan urusan dalam hatinya tidak sedikit pun kami mengetahuinya, karena Allah-lah yang akan menghisab isi hatinya. Namun, siapa yang menampakkan kelakuan buruk pada kami, maka kami tidak akan memberikan keamanan padanya dan tidak akan mempercayai ucapannya."

عن عبد الله بن عتبة بن مسعود، قال: سمعت عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- يقول: إن ناسا كانوا يُؤْخَذُونَ بالوحي في عهد رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وإن الوحي قد انقطع، وإنما نأخذكم الآن بما ظهر لنا من أعمالكم، فمن أظهر لنا خيرًا أَمَّنَّاهُ وقَرَّبْنَاهُ، وليس لنا من سريرته شيء، الله يحاسبه في سريرته، ومن أظهر لنا سوءًا لم نأمنه ولم نصدقه وإن قال: إن سريرته حسنة.

Dari Abdullah bin Utbah bin Mas'ūd, ia berkata, "Aku pernah mendengar Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- mengatakan, "Sesungguhnya manusia pada zaman Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- diberi hukuman sesuai dengan petunjuk wahyu, dan wahyu kini sudah terputus. Oleh karena itu, sekarang kami memberi keputusan kepada kalian sesuai dengan perbuatan yang tampak bagi kami. Jadi, siapa yang menampakkan perbuatan baik kepada kami, maka kami berikan keamanan dan kami dekatkan kedudukannya. Sedangkan urusan dalam hatinya kami tidak menhgetahuinya sedikitpun, karena Allah-lah yang akan menghisab isi hatinya. Namun, siapa yang menampakkan kelakuan buruk pada kami, maka kami tidak akan memberikan keamanan padanya dan tidak akan percaya ucapannya, sekalipun ia mengatakan, "Sesungguhnya niat hatinya itu baik."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
تحدث عمر بن الخطاب رضي الله عنه عمن أسر سريرة باطلة في وقت الوحي لا يخفى أمره على النبي صلى الله عليه وسلم بما ينزل من الوحي؛ لأن أناسًا في عهد الرسول عليه الصلاة والسلام كانوا منافقين يظهرون الخير ويبطنون الشر، ولكن الله تعالى كان يفضحهم بما ينزل من الوحي على رسوله صلى الله عليه وسلم، لكن لما انقطع الوحي صار الناس لا يعلمون من المنافق؛ لأن النفاق في القلب، فيقول رضي الله عنه: وإنما نأخذكم الآن بما ظهر لنا فمن أظهر لنا خيرًا؛ عاملناه بخيره الذي أبداه لنا وإن أسر سريرة سيئة، ومن أبدى شرًّا؛ عاملناه بشره الذي أبداه لنا، وليس لنا من نيته مسؤولية، النية موكولة إلى رب العالمين عز وجل، الذي يعلم ما توسوس به نفس الإنسان.
Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- membahas tentang orang yang menyembunyikan isi hatinya yang batil pada waktu wahyu turun, bahwa perkara orang itu tidak tersembunyi dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- karena ada wahyu yang turun. "Sesungguhnya manusia pada zaman Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ada orang-orang munafik yang menampakkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan. Hanya saja Allah -Ta'ālā-menguak cacat mereka dengan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, tetapi ketika wahyu terhenti, maka orang-orang menjadi tidak mengetahui siapa orang munafik, karena kemunafikan itu dalam hati. Umar -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Sekarang kami memberi keputusan kepada kalian sesuai dengan perbuatan yang tampak bagi kami. Jadi, siapa yang menampakkan perbuatan baik kepada kami, maka kami akan memperlakukannya dengan baik sesuai dengan yang diperlihatkannya kepada kami, meskipun isi hatinya buruk. Siapa yang memperlihatkan keburukan, maka kami akan memperlakukannya dengan keburukan yang telah diperlihatkannya kepada kami. Kami tidak memiliki tanggung-jawab terhadap niatnya. Niat diserahkan kepada Rabb alam semesta -'Azza wa Jalla- yang mengetahui apa yang disembunyikan dan dibisikkan oleh jiwa manusia.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4234

 
Hadith   613   الحديث
الأهمية: إنَّ هذه النارَ عَدُوٌّ لَكُمْ، فَإِذَا نِمْتُم، فَأَطْفِئُوهَا عَنْكُمْ
Tema: "Sesungguhnya api ini musuh bagi kalian. Jika kalian tidur, maka padamkanlah!"

عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه- قال: احْتَرَقَ بَيْتٌ بالمَدِينَةِ عَلَى أهْلِهِ مِنَ اللَّيْلِ، فَلَمَّا حُدِّثَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- بِشَأنِهِم، قالَ: «إنَّ هذه النارَ عَدُوٌّ لَكُمْ، فَإِذَا نِمْتُم، فَأَطْفِئُوهَا عَنْكُمْ».

Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Suatu malam sebuah rumah terbakar bersama penghuninya. Saat keadaan mereka (penghuni rumah) diceritakan kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Sesungguhnya api ini musuh bagi kalian. Jika kalian tidur, maka padamkanlah!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
احترق بيت بالمدينة في الليل، فبلغ ذلك النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- فأخبرهم بأن هذه النار عدو لأهلها إذا لم يتحرزوا من شر لهيبها وإحراقها، ثم أمرهم -عليه الصلاة والسلام- بإطفائها قبل النوم دفعاً لشرها من الاشتعال والحريق ونحو ذلك.
Suatu malam ada satu rumah terbakar di Madinah. Berita ini sampai kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lantas beliau memberitahu orang-orang bahwa api adalah musuh bagi pemiliknya jika dia tidak berhati-hati terhadap bahaya jilatannya dan daya bakarnya. Selanjutnya beliau -'alaihiṣ ṣalātu was salāmu- memerintahkan mereka untuk memadamkannya sebelum tidur untuk mencegah keburukannya seperti bara nyalanya, kebakaran dan sebagainya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4235

 
Hadith   614   الحديث
الأهمية: انْصُرْ أخاكَ ظالمًا أو مَظْلُومًا
Tema: Tolonglah saudaramu ketika dia berbuat zalim atau dizalimi

عن أنس بن مالك رضي الله عنه-مرفوعاً: «انْصُرْ أخاك ظالمًا أو مظلومًا» فقال رجل: يا رسول الله، أَنْصُرُهُ إذا كان مظلومًا، أرأيت إِنْ كان ظالمًا كيف أَنْصُرُهُ؟ قال: «تَحْجِزُهُ -أو تمْنَعُهُ- من الظلم فإنَّ ذلك نَصْرُهُ».

Dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Tolonglah saudaramu ketika dia berbuat zalim atau dizalimi." Ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, aku dapat menolong jika memang ia dizalimi. Namun, bagaimana pendapat Anda jika ia adalah pelaku kezaliman, bagaimanakah cara aku menolongnya?" Beliau menjawab, "Hendaklah engkau mencegah dia atau engkau larang dari kezaliman itu. Demikianlah cara menolongnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قال النبي صلى الله عليه وسلم: انصر أخاك ولا تخذله ظالما أو مظلوما. فقال رجل: أنصره إن كان مظلوما بدفع الظلم عنه؛ فكيف أنصره إن كان ظالما بالتعدي على غيره. فقال النبي صلى الله عليه وسلم: تمنعه من ظلمه لغيره؛ فإن ذلك نصره.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tolonglah saudaramu dan janganlah menghinakannya ketika dia berbuat zalim atau dizalimi." Seorang lelaki berkata, "Aku dapat menolongnya jika ia dizalimi dengan mencegah kezaliman darinya. Bagaimana aku menolongnya jika ia adalah pelaku kezaliman yang menganiaya orang lain?" Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Cegahlah ia dari melakukan kezaliman pada orang lain. Itulah cara menolongnya."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4236

 
Hadith   615   الحديث
الأهمية: إِنَّمَا يَلْبَسُ الحَرِيرَ مَنْ لا خَلَاقَ له
Tema: Orang yang mengenakan sutra adalah orang yang tidak mendapatkan bagiannya (di akhirat)

عن عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-:"لا تلبسوا الحرير فإن من لبسه في الدنيا لم يلبسه في الآخرة".
وفي رواية: «إِنَّمَا يَلْبَسُ الحَرِيرَ مَنْ لا خَلَاقَ له».
وفي رواية للبخاري: «مَنْ لا خَلَاقَ له في الآخرةِ».

Dari Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jangan kalian memakai sutra. Sesungguhnya orang yang memakainya di dunia maka dia tidak akan memakainya di akhirat." Dalam riwayat lain, "Orang yang mengenakan sutra adalah orang yang tidak mendapatkan bagiannya." Dalam riwayat Bukhari disebutkan, "Orang yang tidak mendapat bagiannya di akhirat."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن الحرير لا يلبسه من الرجال إلا من لا حظ له ولا نصيب له في الآخرة، وهذا فيه وعيد شديد، لأن الحرير من لباس النساء ومن لباس أهل الجنة، ولا يلبسه في الدنيا إلا أهل الكبر والعجب والخيلاء ولهذا نهى عن لبسه عليه الصلاة والسلام، والنهي مختص بالحرير الطبيعي، لكن ينبغي للإنسان ألا يلبس حتى الحرير الصناعي لما فيه من الميوعة، وليس محرمًا، كما أفتت بإباحته اللجنة الدائمة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa sutra itu hanya dipakai oleh laki-laki yang tidak mendapatkan bagian dan jatah di akhirat. Ini adalah ancaman keras, karena sutra itu pakaian wanita dan pakaian penghuni surga. Pakaian itu tidak dipakai di dunia ini kecuali oleh orang yang sombong, takabur, dan congkak. Karena itulah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang mengenakannya. Larangan di sini khusus untuk sutra alami. Akan tetapi, seyogianya orang tidak memakai sutra, meskipun sutra buatan karena mengandung sifat feminin (kemayu) meskipun tidak haram. Komisi Tetap Fatwa membolehkan pemakaian sutra buatan tersebut.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih dengan dua riwayatnya]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4237

 
Hadith   616   الحديث
الأهمية: كَلَّا، إِنِّي رَأَيْتُهُ فِي النَّارِ فِي بُرْدَةٍ غَلَّهَا أَوْ عَبَاءَةٍ
Tema: Tidak, sesungguhnya aku melihatnya di neraka mengenakan pakaian atau mantel yang diambilnya.

عن عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- مرفوعاً: لما كان يوم خيبر أقبل نَفَرٌ من أصحاب النبي -صلى الله عليه و سلم- فقالوا: فلان شهيد وفلان شهيد. حتى مَرُّوا على رجل فقالوا: فلان شهيد. فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: "كلا إني رَأَيْتُهُ في النار في بُرْدَةٍ غَلَّهَا أو عباءة".

Dari Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Seusai perang khaibar, sejumlah sahabat pulang dari peperangan dan mereka mengatakan si Fulan syahid, si Fulan syahid, hingga mereka melewati seseorang lalu mereka berkata, Fulan mati syahid. Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, ”Tidak, aku melihatnya masuk neraka karena pakaian atau mantel yang diambilnya.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قال عمر بن الخطاب -رضي الله عنه-: لما كان يوم غزوة خيبر أقبل أناس من أصحاب النبي -صلى الله عليه وسلم- على النبي -صلى الله عليه وسلم- وهم يقولون: فلان شهيد، فلان شهيد حتى مروا على رجل فقالوا: فلان شهيد، فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: كلا إني رأيته في النار بسبب عباءة قد كتمها يريد أن يختص بها لنفسه، فعُذب بها في نار جهنم، وانتفت عنه هذه الصفة العظيمة وهي الشهادة في سبيل الله -عز وجل-.
Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Saat usai perang Khaibar ada sekelompok sahabat datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu mengatakan, "Fulan mati syahid. Fulan mati syahid hingga mereka melewati seseorang lalu berkata, "Fulan mati syahid." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak, sesungguhnya aku melihatnya berada di neraka akibat mantel yang disembunyikannya dengan maksud khusus untuk dirinya sehingga ia disiksa karenanya di dalam neraka Jahannam." Dengan demikian, hilanglah darinya predikat terhormat, yaitu mati syahid di jalan Allah 'Azza wa Jalla.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4238

 
Hadith   617   الحديث
الأهمية: توفي رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وما في بَيْتِي من شيء يأكُلُه ذُو كَبدٍ إلا شَطْرُ شعير في رَفٍّ لي، فأكَلتُ منه حتى طال عليَّ، فَكِلْتُهُ فَفَنِيَ
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat sedangkan di rumahku tidak ada sesuatu yang dapat dimakan oleh makhluk hidup kecuali sedikit gandum di rak ku. Maka akupun memakannya dalam waktu cukup lama. Lalu aku menimbangnya (untuk disedekahkan), sampai habis.

عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: تُوُفِّيَ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وما في بيتي من شيء يَأكُلُهُ ذُو كَبدٍ إلا شَطْرُ شَعير في رَفٍّ لي، فأكَلتُ منه حتى طال عليَّ، فَكِلْتُهُ فَفَنِيَ.

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhumā- dia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat sedangkan di rumahku tidak ada sesuatu yang dapat dimakan oleh makhluk hidup kecuali sedikit gandum di rak ku. Maka akupun memakannya dalam waktu cukup lama. Lalu aku menimbangnya (untuk disedekahkan), sampai habis.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
تخبر عائشة -رضي الله عنها- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- توفي وما في بيتها إلا شطر شعير، ومعناه: شيء من شعير، كما فسره الترمذي، فظلت تأكل من الشعير الذي تركه -صلى الله عليه وسلم- زمنًا، فلما وزنته نفد، وهذا دليل على استمرار بركته -صلى الله عليه وسلم- في ذلك الطعام القليل، مع عدم الكيل الدال على التوكل، فالكيل عند المبايعة مطلوب من أجل تعلق حق المتابعين، أما الكيل عند الإنفاق فغير مستحب.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhumā- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- wafat sedangkan di rumahnya tidak ada sesuatu pun selain sedikit gandum. Dia senantiasa memakan gandum yang ditinggalkan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tersebut beberapa waktu. Ketika dia menimbangnya (untuk dibagikan), gandum itupun habis. Ini menunjukkan keberlanjutan keberkahan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-di makanan yang sedikti tersebut tanpa perlu ditakar yang menunjukkan tawakal yang penuh kepada Allah. Takaran dibutuhkan untuk jugal beli, karena terkait dengan hak orang lain. Adapun takaran untuk beriinfak, maka tidak dianjurkan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4239

 
Hadith   618   الحديث
الأهمية: يتبع الميت ثلاثة: أهلُه ومالُه وعملُه، فيرجع اثنان ويَبقى واحد: يرجع أهلُه ومالُه، ويَبقى عمله
Tema: Mayat itu akan diikuti oleh 3 perkara: keluarga, harta dan amalnya. Dua perkara akan pulang kembali, dan yang satu akan tinggal (bersamanya). Keluarga dan hartanya akan kembali, dan yang tinggal adalah amalnya.

عن أنس -رضي الله عنه- مرفوعاً: «يَتْبَعُ الميتَ ثلاثةٌ: أهْلُه ومَالُه وعَمَلُه، فيرجع اثنان ويَبْقى واحد: يرجع أهْلُه ومَالُه، ويبقى عَمَلُه».

Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Mayat itu akan diikuti oleh 3 perkara: keluarga, harta dan amalnya. Dua perkara akan pulang kembali, dan yang satu akan tinggal (bersamanya). Keluarga dan hartanya akan kembali, dan yang tinggal adalah amalnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: إذا مات الإنسان تبعه المشيعون له؛ فيتبعه أهله يشيعونه إلى قبره، ويتبعه ماله: أي عبيده وخدمه المماليك له، ويتبعه عمله معه، فيرجع اثنان، ويبقى معه عمله، فإن كان خيرًا فخير وإن كان شرًّا فشر.
Makna hadis: Jika manusia mati, ia akan diikuti oleh para pengantarnya: keluarganya akan ikut mengantarkannya ke kubur; Hartanya juga akan mengikutinya, yaitu para budak dan hamba sahaya yang dimilikinya; Dan amalnya juga ikut serta bersamanya. Dua pengiring itu akan kembali, dan yang tinggal bersama hanyalah amalnya. Jika amalnya baik, maka kebaikanlah yang ia dapatkan. Jika amalnya buruk, maka keburukanlah yang ia dapatkan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4240

 
Hadith   619   الحديث
الأهمية: يُدْنَى المؤمنُ يومَ القيامة من ربه حتى يضع كَنَفَهُ عليه، فيُقرِّرُه بذنوبِه
Tema: Pada hari kiamat, orang mukmin didekatkan kepada Tuhannya hingga Dia meletakkan tabir dan rahmat-Nya kepadanya. Kemudian menjadikannya mengakui dosa-dosanya.

عن ابن عمر -رضي الله عنهما- قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «يُدْنَى المؤمنُ يومَ القيامة من ربه حتى يضع كَنَفَهُ عليه، فيُقرِّرُه بذنوبِه، فيقول: أَتَعْرِفُ ذنبَ كذا؟ أَتَعْرِفُ ذنبَ كذا؟ فيقول: ربِّ أعرف، قال: فإني قد سَترتُها عليك في الدنيا، وأنا أغْفِرُها لك اليوم، فيعطى صحيفة حسناته».

Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Pada hari kiamat, orang mukmin didekatkan kepada Tuhannya hingga Dia meletakkan tabir dan rahmat-Nya kepadanya. Kemudian menjadikannya mengakui dosa-dosanya. Allah bertanya, "Tahukah kamu dosa ini? Tahukah kamu dosa itu?" Orang mukmin menjawab, "Wahai Tuhanku, aku tahu." Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah menutupi dosamu itu di dunia dan sekarang Aku ampuni dosa-dosamu." Lantas Allah memberikan catatan kebaikannya kepadanya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يقرب الله -عز وجل- عبده المؤمن يوم القيامة، ويستره عن أهل الموقف ويقرره بذنوبه ومعاصيه سرًّا، أَتعرفُ ذنبَ كذا؟ أَتعرف ذنبَ كذا؟ فيقر بها، فيقول: فإني قد سترتها عليك في الدنيا ولم أفضحك بها بين الخلائق، وأنا كذلك أسترها عنهم اليوم، وأغفرها لك.
Pada hari Kiamat, Allah -'Azza wa Jalla- dekat dengan hamba-Nya yang mukmin dan menutupinya dari orang-orang yang berada di tempat tersebut. Kemudian Dia menjadikan hamba mukmin itu mengakui dosa-dosanya secara rahasia. Tahukah kamu dosa ini? Tahukah kamu dosa itu? Orang mukmin tersebut mengakuinya lantas Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah menutupi dosa-dosa itu untukmu di dunia dan Aku tidak menyingkapkan aibmu di depan umum. Demikian juga hari ini Aku menutupi dosa-dosa itu dari mereka dan Aku ampuni dosa-dosamu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4242

 
Hadith   620   الحديث
الأهمية: يُسَلِّمُ الراكِبُ على الماشي، والماشي على القاعد، والقليلُ على الكثير
Tema: Hendaklah yang berkendara mengucapkan salam kepada yang berjalan kaki, dan yang berjalan kaki mengucapkan salam kepada yang duduk, dan yang berjumlah sedikit mengucapkan salam kepada yang berjumlah banyak.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: « يُسَلِّمُ الراكِبُ على الماشي، والماشي على القاعد، والقليلُ على الكثير».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Hendaklah yang berkendara mengucapkan salam kepada yang berjalan kaki, dan yang berjalan kaki mengucapkan salam kepada yang duduk, dan yang berjumlah sedikit mengucapkan salam kepada yang berjumlah banyak.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث: بيان من هو الأولى بالتسليم.
الأول: يسلِّم الراكب على الماشي؛ لأن الراكب يكون مُتَعَلِّيَا، فالبدء من جهته دليل على تواضعه لأخيه المسلم في حال رفعته، فكان ذلك أجلب لمحبته ومودته.
ثانيًا: يسلم الماشي على القاعد لتشبيهه بالداخل على أهل المنزل، وحكمة أخرى: أن القاعد قد يشق عليه مراعاة المارين مع كثرتهم: فسقطت البداءة عنه دفعا للمشقة.
ثالثًا: تسليم القليل على الكثير تعبيرا عن الاحترام والإكرام لهذه الجماعة.
رابعًا: الصغير يسلم على الكبير؛ لأن الكبير له حق على الصغير.
ولكن لو قُدِّر أن القليلين في غفلة ولم يسلموا، فليسلم الكثيرون ولو قُدِّر أن الصغير في غفلة، فليسلم الكبير ولا تترك السنة.
وهذا الذي ذكره النبي -صلى الله عليه وسلم- ليس معناه: أنه لو سلم الكبير على الصغير كان حرامًا ولكن المعنى الأولى: أن الصغير يسلم على الكبير، فإنه لولم يسلم فليسلم الكبير، حتى إذا بادرت بالسلام لما تقدم في حديث أبي أمامة: "إن أولى الناس بالله من بدأهم بالسلام".   
وهكذا لو حصل التلاقي، فإن أولاهم بالله من بدأ بالسلام، وفي الحديث الآخر: "وخيرهما الذي يبدأ بالسلام".
Di dalam hadis ini terdapat penjelasan tentang siapa yang paling pantas mendahului dalam pengucapan salam.
Pertama: yang berkendara hendaknya mengucapkan salam kepada yang berjalan; karena yang berkendara berada dalam posisi yang lebih tinggi, sehingga memulai (salam) dari pihaknya menunjukkan sikap tawadu terhadap saudara muslimnya ketika ia dalam posisi lebih tinggi. Hal itu akan lebih mengundang rasa cinta dan sayang kepadanya.
Kedua: yang berjalan kaki mengucapkan salam kepada yang sedang duduk, karena kondisinya serupa dengan tamu yang masuk menemui penghuni suatu rumah. Hikmah lainnya adalah bahwa orang yang duduk kesulitan memperhatikan orang-orang yang melintas karena banyaknya jumlah mereka, sehingga keharusan memulai ucapan salam gugur baginya untuk menghilangkan kesulitan itu darinya.
Ketiga: yang berjumlah sedikit mengucapkan salam kepada yang jumlahnya banyak, sebagai bentuk ungkapan penghormatan dan pemuliaan terhadap jamaah/kelompok orang banyak tersebut.
Keempat: yang muda mengucapkan salam kepada yang lebih tua; karena yang tua mempunyai hak atas yang lebih muda. Namun jika ditakdirkan bahwa yang berjumlah sedikit lupa mengucapkan salam, maka hendaklah yang berjumlah banyak tetap mengucapkan salam jika ternyata yang berjumlah sedikit lupa melakukannya. Begitu pula yang lebih tua (jika yang lebih muda lupa mengucapkannya), dan sunnah ini hendaknya tidak ditinggalkan (karena terikat pada hal seperti itu). Yang disebutkan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ini bukan berarti jika yang lebih tua mengucapkan salam kepada yang lebih muda itu haram. Tapi maksudnya adalah bahwa yang lebih utama/pantasnya adalah jika yang lebih muda lebih dahulu mengucapkan salam kepada yang lebih tua. Namun jika ia tidak mengucapkan salam, maka hendaknya yang lebih tua-lah yang mengucapkan salam, meskipun harus mendahuluinya mengucapkan salam, berdasarkan hadis Abu Umāmah yang terdahulu: “Sesungguhnya manusia yang paling layak di sisi Allah adalah orang yang lebih dulu bersalam.” Begitu pula jika terjadi pertemuan, maka yang paling baik di sisi Allah adalah siapa yang lebih dahulu mengucapkan salam. Dan dalam hadis yang lain disebutkan: “Yang terbaik diantara mereka berdua adalah yang mengawali pengucapan salam.”

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4243

 
Hadith   621   الحديث
الأهمية: لقد رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يَظَلُّ اليومَ يَلْتَوِي ما يجدُ من الدَّقَلِ ما يَمْلأُ به بَطنه
Tema: Sungguh aku telah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sepanjang hari kelaparan, karena beliau tidak mendapatkan kurma (meskipun) jelek untuk mengisi perutnya.

عن النعمان بن بشير -رضي الله عنهما- قال: ذكر عمرُ بن الخطاب -رضي الله عنه- ما أصَاب الناس من الدنيا، فقال: لقد رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يَظَلُّ اليومَ يَلْتَوِي ما يَجدُ من الدَّقَلِ ما يَمْلأُ به بَطنه.

Dari An-Nu'mān bin Basyīr -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- menyebutkan tentang apa yang telah didapatkan oleh manusia dari dunia, ia berkata, "Sungguh aku telah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sepanjang hari kelaparan, karena beliau tidak mendapatkan kurma (meskipun) jelek untuk mengisi perutnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
ذكر عمر -رضي الله عنه- ما أصاب الناس من الدنيا لما فتح الله عليهم من الأمصار، وما جمعوا من الغنائم، فقال: لقد رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يلتوي من الجوع، وما يجد ما يملأ به بطنه حتى رديء التمر، لا يجد منه ما يسد به جوعه.
Umar -raḍiyallāhu 'anhu- menyebutkan tentang karunia yang telah didapatkan oleh kaum Muslimin ketika Allah -Ta'ālā- membebaskan berbagai kota untuk mereka dan harta rampasan telah mereka kumpulkan. Ia berkata, "Sungguh aku telah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sepanjang hari kelaparan, karena beliau tidak mendapatkan sesuatu meskipun kurma jelek yang dapat mengganjal perutnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4244

 
Hadith   622   الحديث
الأهمية: لما نزلت آية الصدقة كنَّا نُحَامل على ظُهورنا، فجاء رَجُل فَتَصَدَّقَ بشيء كثير، فقالوا: مُراءٍ، وجاء رَجُل آخر فَتَصَدَّقَ بصاع، فقالوا: إن الله لَغَنيٌّ عن صاع هذا! فنزلت: {الذين يلمزون المطوعين من المؤمنين في الصدقات}
Tema: Ketika turun ayat perintah bersedekah, kami (bekerja) mengangkut (hasil sedekah) dengan punggung kami. Maka seseorang datang menyedekahkan sesuatu dalam jumlah banyak. Mereka (orang-orang munafik) berkata, "Ini orang yang ria (pamer)." Seorang lain datang lalu menyedekahkan satu ṣā'. Mereka berkata, "Allah tidak membutuhkan ṣā' orang ini." Maka turunlan ayat, "(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang Mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela..."

عن أبي مسعود عقبة بن عمرو الأنصاري البدري -رضي الله عنه- قال: لما نزلت آية الصدقة كنَّا نُحَامِلُ على ظُهُورِنَا، فجاء رجل فتصدق بشيء كثير، فقالوا: مُراءٍ، وجاء رجل آخر فتصدق بصاع، فقالوا: إن الله لَغَنيٌّ عن صاع هذا!؛ فنزلت: (الذين يلمزون المطوعين من المؤمنين في الصدقات والذين لا يجدون إلا جهدهم).
Tema: Dari Abu Mas'ūd 'Uqbah bin 'Amru Al-Anṣāri Al-Badri -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Ketika turun ayat perintah bersedekah, kami (bekerja) mengangkut (hasil sedekah) dengan punggung kami. Maka seseorang datang menyedekahkan sesuatu dalam jumlah banyak. Mereka (orang-orang munafik) berkata, "Ini orang yang ria (pamer)." Seorang lain datang lalu menyedekahkan satu ṣā'. Mereka berkata, "Allah tidak membutuhkan ṣā' orang ini." Maka turunlan ayat, "(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang Mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak punya (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قال أبو مسعود -رضي الله عنه- لما نزلت آية الصدقة: يعني الآية التي فيها الحث على الصدقة قال الحافظ: كأنه يشير إلى قوله -تعالى-: (خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا) جعل الصحابة -رضي الله عنهم- يبادرون ويسارعون في بذل الصدقات إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، كل واحد يحمل بقدرته من الصدقة إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، فجاء رجل بصدقة كثيرة، وجاء رجل بصدقة قليلة، فكان المنافقون إذا جاء الرجل بالصدقة الكثيرة؛ قالوا: هذا مُراءٍ، ما قصد به وجه الله، وإذا جاء الرجل بالصدقة القليلة؛ قالوا: إن الله غني عنه، وجاء رجل بصاع، قالوا: إن الله غني عن صاعك هذا.
فأنزل الله -عز وجل-: (الذين يلمزون المطوعين من المؤمنين في الصدقات والذين لا يجدون إلا جهدهم) أي: يعيبون المتطوعين المتصدقين، والذين لا يجدون إلا جهدهم، فهم يلمزون هؤلاء وهؤلاء، (فيسخرون منهم سخر الله منهم ولهم عذاب أليم)، فهم سخروا بالمؤمنين؛ فسخر الله منهم، والعياذ بالله.
Abu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- menuturkan, ketika turun ayat sedekah, yakni ayat yang menganjurkan bersedekah. Al-Hāfiẓ mengatakan, "Sepertinya ia menunjuk pada firman Allah -Ta'ālā-, "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka." Maka para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- bersegera dan berlomba-lomba memberikan sedekah kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Setiap orang membawa sedekah semampunya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lantas ada orang yang datang dengan sedekah yang banyak dan ada orang yang datang dengan sedekah yang sedikit. Ketika seseorang datang membawa sedekah banyak, orang-orang munafik mengatakan, "Orang ini ria, tidak meniatkan sedekahnya untuk mencari rida Allah." Dan apabila seseorang membawa sedekah sedikit mereka mengatakan, "Sesungguhnya Allah tidak membutuhkannya." Ada orang yang datang membawa sedekah satu ṣā', mereka berkata, "Allah tidak membutuhkan satu ṣā'-mu ini." Maka Allah menurunkan firman-Nya, "(orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang Mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak punya (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya." Yaitu, mereka mencibir orang-orang yang sukarela bersedekah dan orang-orang yang tidak mendapatkan sedekah selain sekedar kemampuannya. Orang-orang munafik ini mencela mereka semua. "Maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih." Kita berlindung kepada Allah dari perbuatan tersebut.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4245

 
Hadith   623   الحديث
الأهمية: قد كان من قَبْلَكم يُؤخذ الرَّجُل فَيُحْفَرُ له في الأرض، فيُجعل فيها، ثمَّ يُؤتى بالمنشار فيوضع على رأسه فيُجعل نِصْفَين، ويُمْشَطُ بأمْشَاطِ الحديد ما دون لحْمِه وعظمه، ما يَصُدُّه ذلك عن دِينِه
Tema: Sungguh pernah terjadi pada orang-orang sebelum kalian, ada seorang yang diculik, lalu dibuatkan lubang di tanah, kemudian dijebloskan ke dalamnya, lalu didatangkan gergaji dan diletakkan di bagian kepalanya (selanjutnya dibelah) hingga menjadi dua bagian. Selain itu dia pun disayat dengan sisir dari besi yang diletakkan antara daging dan tulangnya, tetapi semua siksaan itu tidak memalingkan dia dari agamanya.

عن أبي عبد الله خباب بن الأرت -رضي الله عنه- قال: شكونا إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وهو مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً له في ظِلِّ الكعبة، فقلنا أَلاَ تَسْتَنْصِرُ لنا، ألا تدعو الله لنا؟ فقال: «قد كان من قبلكم يُؤخذ الرجل فيُحفر له في الأرض، فيُجعل فيها، ثمَّ يُؤتى بالمِنْشَارِ فيوضع على رأسه فيُجعل نصفين، ويُمشط بأمشاطِ الحديد ما دون لحمه وعظمه، ما يَصُدُّهُ ذلك عن دينه، والله لَيُتِمَّنَّ الله هذا الأمر حتى يسير الراكب من صنعاء إلى حضرموت لا يخاف إلا الله والذئب على غَنَمِه، ولكنكم تستعجلون». وفي رواية: «هو مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً، وقد لقينا من المشركين شدة».

Dari Abu Abdillah Khabbāb bin Al-Aratt -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Suatu saat kami pernah mengadu kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di mana beliau sedang berbantal jubahnya di naungan bayangan Ka'bah. Kami berkata, "Tidakkah engkau meminta pertolongan Allah. Tidakkah engkau berdoa kepada Allah?" Maka beliau menjawab, "Sungguh pernah terjadi pada orang-orang sebelum kalian ada seorang yang diculik, lalu dibuatkan lubang di tanah, kemudian dijebloskan ke dalamnya, lalu didatangkan gergaji dan diletakkan di bagian kepalanya (selanjutnya dibelah) hingga (tubuhnya) menjadi dua bagian. Selain itu dia pun disayat dengan sisir dari besi yang diletakkan antara daging dan tulangnya, tetapi semua siksaan itu tidak memalingkan dia dari agamanya. Demi Allah, sungguh Allah senantiasa menyempurnakan agama ini hingga seorang penunggang unta berjalan dari Ṣan'ā` sampai Haḍramaut tidak merasa takut kecuali kepada Allah, dan tidak khawatir srigala memangsa kambingnya. Tetapi sungguh kalian tergesa-gesa." Dalam sebuah riwayat, "Di mana beliau berbantal jubahnya dan kami telah menerima penganiayaan tak terhingga dari orang-orang musyrik."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث يحكي خباب -رضي الله عنه- ما وجده المسلمون من الأذية من كفار قريش في مكة، فجاؤوا يشكون إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- وهو متوسد بردة له في ظل الكعبة، فبين النبي -عليه الصلاة والسلام- أن من كان قبلنا ابتلي في دينه أعظم مما ابتلي به هؤلاء، يُحفر له حفرة، ثم يُلقى فيها، ثم يؤتى بالمنشار على مفرق رأسه ويشق نصفين، ويمشط بأمشاط الحديد ما بين جلده وعظمه، وهذه أذية عظيمة.
ثم أقسم -صلوات الله وسلامه عليه- أن الله -سبحانه- سيتم هذا الأمر، يعني: سيتم ما جاء به الرسول -عليه الصلاة والسلام- من دعوة الإسلام، حتى يسير الراكب من صنعاء إلى حضرموت لا يخشى إلا الله والذئب على غنمه،
ثم أرشد -عليه الصلاة والسلام- صحبه الكرام إلى ترك العجلة؛ فقال: "ولكنكم تستعجلون" أي: فاصبروا وانتظروا الفرج من الله، فإن الله سيتم هذا الأمر، وقد صار الأمر كما أقسم النبي -عليه الصلاة والسلام-.
Di dalam hadis ini Khabbāb -raḍiyallāhu 'anhu- menceritakan penderitaan kaum Muslimin yang disebabkan perlakuan menyakitkan kaum kafir Quraisy di Makkah. Mereka datang mengadu kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di mana saat itu beliau sedang rebahan di bawah naungan bayangan Ka'bah dengan berbantal jubahnya. Maka beliau menjelaskan bahwa orang sebelum kita (umat terdahulu) telah diuji dalam (mempertahankan) agamanya dengan siksaan yang lebih dahsyat daripada mereka. Yaitu dibuatkan lubang di tanah, lalu dimasukkan ke dalamnya dan digergaji mulai kepalanya hingga (tubuhnya) terbelah menjadi dua bagian. Juga dicabik-cabik dagingnya dengan sisir besi hingga terlihat tulang belulangnya. Ini siksaan yang sangat dahsyat. Kemudian beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersumpah bahwa Allah senantiasa akan menyempurnakan agama yang beliau bawa ini, hingga penunggang unta sendirian dari Ṣan'ā` ke Ḥadramaut tidak ada yang ditakutkan kecuali Allah dan tidak pula khawatir srigala memangsa kambingnya. Lalu beliau memberikan pengertian kepada para sahabatnya agar tidak tergesa-gesa seraya bersabda, "Tetapi sungguh kalian tergesa-gesa." Artinya, bersabarlah dan tunggulah kemenangan dari Allah, karena Allah pasti menyempurnakan keberadaan agama ini. Dan terjadilah apa yang disumpahkan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4246

 
Hadith   624   الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان يَنَام أول اللَّيل، ويقوم آخره فَيُصلِّي
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa tidur di awal malam dan bangun di akhirnya, lalu melaksanakan salat

عن عائشة -رضي الله عنها- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان يَنَام أول اللَّيل، ويقوم آخره فَيُصلِّي.

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, "Bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa tidur di awal malam dan bangun di akhirnya, lalu melaksanakan salat."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
تُخبر عائشة -رضي الله عنها- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان ينام أول الليل، وذلك بعد صلاة العشاء، ويقوم آخره، وهو: الثلث الثاني من الليل، فإذا فَرَغ من صلاته، رجع إلى فراشه ليَنَام، وذلك في السُدس الأخير من الليل؛ ليستريح بَدَنه من عَنَاء قيام الليل، وفيه من المصلحة أيضاً استقبال صلاة الصبح، وأذكار النهار بنشاط وإقبال، ولأنه أقرب إلى عدم الرياء؛ لأن من نام السدس الأخير أصبح ظاهر اللون سليم القوى، فهو أقرب إلى أن يخفي عمله الماضي عمن يراه.
ولهذا جاء أن الأذان الأول؛ ليوقظ النائم ويرجع القائم، فالقائم يرجع إلى النوم؛ ليَكتَسِب بدنه قوة ونشاطاً، وأما النائم، فيستيقظ حتى يَستعد للصلاة، وحتى يصلي وتره إذا لم يوتر أول الليل.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- menceritakan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa tidur di awal malam setelah salat Isya dan bangun di akhirnya, yaitu di sepertiga malam kedua. Lalu melaksanakan salat malam. Jika beliau selesai salat maka beliau kembali lagi ke kasurnya untuk tidur, yaitu di seperenam malam yang terakhir, agar beliau bisa istirahat dan menghilangkan kelelahan salat malam. Maslahat lainnya adalah agar melaksanakan salat Subuh dan wirid siang dengan vitalitas dan semangat baru, karena itu bisa menghilangkan pamer. Sebab, orang yang tidur di seperenam malam, wajahnya tampak cerah dan tubuhnya kuat. Jadi ini lebih tepat untuk menyembunyikan amalan yang sudah dilakukannya dari orang yang melihatnya. Oleh karena itu, dinyatakan bahwa azan pertama untuk membangunkan orang yang tidur dan menyuruh orang yang salat untuk kembali (tidur). Orang yang salat segera tidur agar tubuhnya kembali kuat dan bersemangat. Adapun orang yang tidur, agar bangun untuk persiapan salat malam sekaligus salat witir jika ia belum salat witir di awal malam.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4247

 
Hadith   625   الحديث
الأهمية: الترغيب في نعيم الجنة الدائم والترهيب من عذاب النار الأليم
Tema: Motivasi untu mendapatkan kenikmatan Surga yang kekal, dan mewaspadai azab neraka yang sangat pedih.

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً: «يُؤتى بأنعم أهل الدنيا من أهل النار يوم القيامة، فَيُصْبَغُ في النار صَبْغَةً، ثم يقال: يا ابن آدم، هل رأيت خيرًا قطُّ؟ هل مَرَّ بك نَعِيمٌ قطُّ؟ فيقول: لا والله يا رب، وَيُؤْتَى بأشدِّ الناس بُؤسًا في الدنيا من أهل الجَنَّة، فَيُصْبَغُ صَبْغَةً في الجنَّة، فيقال له: يا ابن آدم، هل رأيت بُؤسًا قط؟ هل مَرَّ بك شِدَّةٌ قط؟ فيقول: لا والله، ما مَرَّ بي بُؤْسٌ قطٌّ، ولا رأيت شِدةً قَطُّ».

Dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', “Pada hari kiamat kelak akan dihadirkan orang yang paling merasakan nikmat di dunia dari kalangan penduduk neraka. Kemudian ia dicelupkan sekali ke dalam neraka lantas ditanyakan padanya, ‘Hai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kebaikan, apakah kamu pernah merasakan kenikmatan?’
Ia menjawab, ‘Tidak, demi Allah wahai Rabb-ku.’
Dan akan dihadirkan pula orang yang paling sengsara di dunia dari kalangan penduduk surga lalu dicelupkan ke dalam surga dengan sekali celupan. Ditanyakan padanya, ‘Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat satu penderitaan? Pernahkah kamu merasakan kesengsaraan?’
Ia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, aku tidak pernah merasakan penderitaan sama sekali dan aku tak pernah melihat adanya kesengsaraan sedikitpun.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يؤتى يوم القيامة بأنعم أهل الدنيا وهو من أهل النار، فيغمس في جهنم، فيأتيه من حرها ولهيبها وسمومها ما ينسيه ما كان فيه من نعيم في الدنيا، عند ذلك يسأل ربه وهو أعلم بحاله، هل رأيت خيرًا قط؟ هل مر بك نعيم قط؟ فيقول: لا والله يا رب.
وفي المقابل يؤتى بأشقى أهل الدنيا وأشدهم بؤسًا وفقرًا وحاجة وهو من أهل الجنة، فيغمس في الجنة غمسة، فينسى ما كان عليه من حال في الدنيا من النكد والشقاء والبؤس والفقر والشدة؛ لما يجد من لذة ومتعة لا توصف، عند ذلك يسأل ربه وهو أعلم بحاله، فيقال له: يا ابن آدم، هل رأيت بُؤسًا قط؟ هل مَرَّ بك شدة قط؟ فيقول: لا والله، ما مرَّ بي بؤس قطُّ، ولا رأيت شِدة قَطُّ.
Makna hadis ini:
Pada hari kiamat nanti akan ada penghuni neraka yang ketika di dunia ia adalah orang yang paling nikmat hidupnya, lalu ia dicelupkan ke dalam Jahannam sehingga ia pun terkena panasnya, nyalanya, anginnya yang membuatnya melupakan kenikmatan dunia yang pernah dirasakannya. Saat itulah Tuhannya bertanya kepadanya, sedangkan Dia sendiri lebih mengetahui keadaannya. Apakah engkau pernah melihat kebaikan? Apakah engkau pernah merasakan kenikmatan?" Orang itu menjawab, "Tidak demi Allah, wahai Tuhanku." Sebaliknya, akan didatangkan seorang penghuni surga yang merupakan penduduk dunia paling sengsara, paling melarat, fakir dan membutuhkan, lalu ia dicelupkan di surga satu kali celupan sehingga dia melupakan kondisi yang pernah terjadi di dunia berupa keletihan, kesengsaraan, kesusahan, kefakiran dan kepayahan, saat dirinya mendapatkan kelezatan dan kenikmatan yang tidak bisa digambarkan. Saat itulah Tuhannya bertanya kepadanya, sedangkan Dia sendiri lebih mengetahui keadaannya. Dikatakan kepadanya, "Hai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan suatu kesengsaraan? Apakah engkau pernah merasakan suatu penderitaan?" Orang itu menjawab, "Tidak demi Allah, aku tidak pernah merasakan suatu penderitaan pun yang menghampiriku dan aku pun tidak melihat suatu kesengsaraan pun.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4248

 
Hadith   626   الحديث
الأهمية: إِنِّي لَأَقُومُ إلى الصلاةِ، وأُرِيُد أَن أُطَوِّلَ فِيهَا، فَأَسْمَعُ بكَاءَ الصَّبِيِّ فَأَتَجَوَّزُ فِي صَلَاتِي كَرَاهِيَةَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمِّه
Tema: Sesungguhnya aku berdiri untuk salat dan aku bermaksud hendak memanjangkannya, lalu aku mendengar tangisan seorang anak kecil, lalu aku ringankan salatku karena aku tak mau merisaukan ibunya.

عن أبي قتادة وأنس بن مالك -رضي الله عنهما- مرفوعاً: «إني لأقوم إلى الصلاة، وأريد أن أُطَوِّلَ فيها، فأسمع بكاء الصبي فأَتَجَوَّزُ في صلاتي كراهيةَ أن أَشُقَّ على أمه».

Dari Qatādah dan Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū', "Sesungguhnya aku berdiri untuk salat dan aku bermaksud hendak memanjangkannya, lalu aku mendengar tangisan seorang anak kecil, lalu aku ringankan salatku karena aku tak mau merisaukan ibunya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أن النبي -صلى الله عليه وسلم- يدخل في صلاة الجماعة إمامًا وهو يريد أن يطيل فيها، فإذا سمع بكاء الطفل خفف مخافة أن يشق التطويل على أمه؛ لانشغال قلبها بطفلها.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melaksanakan salat berjama'ah. Beliau ingin memanjangkan salatnya. Tiba-tiba beliau mendengar tangisan anak, beliau pun meringankan salatnya karena khawatir bila panjang dapat merisaukan ibu anak itu yang mana hatinya terpaut dengan anaknya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari - Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4249

 
Hadith   627   الحديث
الأهمية: يا رسولَ اللهِ، إِنَّ لِي جَارَيْنِ، فإلى أَيِّهِمَا أُهْدِي؟ قال: إلى أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا
Tema: Wahai Rasulullah, aku memiliki dua tetangga, kepada siapa aku beri hadiah? Nabi menjawab, "Kepada yang paling dekat pintu rumahnya darimu."

عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: يا رسولَ اللهِ، إِنَّ لِي جَارَيْنِ، فإلى أَيِّهِمَا أُهْدِي؟ قال: «إلى أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا».

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, dia bertanya, "Wahai Rasulullah, aku memiliki dua tetangga, kepada siapa aku beri hadiah?" Nabi menjawab, "Kepada yang paling dekat pintu rumahnya darimu."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
سألت عائشة -رضي الله عنها- النبي -صلى الله عليه وسلم-: إن لي جارين وقد أمرت بإكرام الجار مطلقًا؛ ولا أقدر على الإهداء إليهما معًا، فإلى أيهما أهدي ليحصل لي الدخول في جملة القائمين بإكرام الجار؟ فقال -صلى الله عليه وسلم-: "إلى أقربهما منك بابًا".
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- bertanya, "Aku memiliki dua tetangga. Engkau telah memerintahkan kami untuk memuliakan mereka. Aku tidak mampu menghadiahi keduanya sekaligus. Kepada siapakan aku berikan hadiah hingga aku termasuk orang yang telah memuliakan tetangga?" Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Yang paling dekat pintu rumahnya dari pintu rumahmu."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4250

 
Hadith   628   الحديث
الأهمية: تقبيل الصبيان ورحمتهم والشفقة عليهم
Tema: Mencium anak-anak, merahmati dan menyayangi mereka

عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: قَدِمَ نَاسٌ مِنَ الأَعْرَابِ عَلَى رَسُولِ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- فقالوا: أَتُقَبِّلُونَ صِبْيَانَكُمْ؟ فقال: «نعم» قالوا: لَكِنَّا واللهِ ما نُقَبِّلُ! فقال رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم-: «أَوَ أَمْلِكُ إن كانَ اللهُ نَزَعَ مِنْ قُلُوبِكُم الرَّحْمَةَ!».
Tema: Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- secara marfū'. Sekelompok Arab Badui mendatangi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan bertanya, "Apakah kalian mencium anak-anak kecil kalian?" Nabi menjawab, "Ya." Mereka berkata, "Namun, demi Allah, kami tidak mencium mereka." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Aku tak dapat berbuat apa-apa jika Allah telah mencabut rasa sayang dari hati-hati kalian."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
جاء قوم من الأعراب إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- فسألوا: هل تقبلون صبيانكم؟ قال النبي -صلى الله عليه وسلم-: "نعم"، والأعراب عندهم غلظة وشدة؛ فقالوا: إنا لسنا نقبل صبياننا، فقال النبي -عليه الصلاة والسلام-: "إذا نزع الله من قلوبكم الرحمة فلا أملك وضعها في قلوبكم".
Salah satu suku dari Arab Badui datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan bertanya, "Apakah kalian mencium anak-anak kecil kalian?" Nabi menjawab, "Ya." Sedang Arab Badui terkenal bertemperamen keras dan kasar. Mereka berkata, "Namun, demi Allah, kami tidak mencium anak-anak kecil kami." Nabi -salallahu alaihi wasallam- berkata, "Jika Allah mencabut rasa sayang dari hati kalian, aku tak dapat meletakkannya di hati-hati kalian."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4251

 
Hadith   629   الحديث
الأهمية: أَيُّ الصَّدَقةِ أَعْظَمُ أَجْرًا؟ قال: أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ، تَخْشَى الفَقْرَ وتَأْمَلُ الغِنَى، ولا تُمْهِلُ حتى إذا بَلَغَتِ الحُلْقُومَ قُلْتَ لفلانٍ كَذَا ولفلانٍ كَذَا، وقد كان لفلانٍ
Tema: Sedekah apakah yang paling besar pahalanya? Beliau menjawab, "Kamu bersedekah pada saat kamu sehat, saat kamu kikir, saat kamu takut menjadi fakir, dan saat kamu berangan-angan menjadi kaya. Janganlah engkau menunda-nunda sedekah, hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, kamu baru berkata, 'Untuk si fulan sekian dan untuk fulan sekian', padahal harta itu telah (berpindah) menjadi hak si fulan (ahli waris)".

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: جاء رجل إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال: يا رسول الله، أي الصدقة أعظم أجرًا؟ قال: «أن تَصَدَّقَ وأنت صحيحٌ شَحِيحٌ، تخشى الفقر وتَأَمَلُ الغِنى، ولا تُمْهِلْ حتى إذا بلغتِ الحُلْقُومَ قلت: لفلان كذا ولفلان كذا، وقد كان لفلان».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu bertanya, "Wahai Rasulullah! Sedekah apakah yang paling besar pahalanya? Beliau menjawab, "Kamu bersedekah pada saat kamu sehat, saat kamu kikir, saat kamu takut menjadi fakir, dan saat kamu berangan-angan menjadi kaya. Janganlah engkau menunda-nunda sedekah, hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, kamu baru berkata, 'Untuk si fulan sekian dan untuk fulan sekian', padahal harta itu telah (berpindah) menjadi hak si fulan (ahli waris)".

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
جاء رجل إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- يسأله    أفضل الصدقة، فقال له: أن تتصدق وأنت صحيح البدن شحيح النفس، تخاف من الفقر إن طالت بك حياتك، وتطمع في الغِنى؛ ولا تؤخر الصدقة حتى إذا جاءك الموت وعلمت أنك خارج من الدنيا قلت لفلان كذا من المال صدقة أو وصية، ولفلان كذا من المال صدقة أو وصية؛ وقد كان المال لغيرك الذي يرثك.
Seorang lelaki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk bertanya mengenai sedekah paling utama. Beliau bersabda kepada orang itu, "Kamu bersedekah pada saat badanmu sehat, jiwamu kikir, saat takut menjadi fakir jika usiamu panjang dan saat berangan-angan kaya. Janganlah engkau mengakhirkan sedekah hingga ketika kematian datang kepadamu dan engkau tahu bahwa engkau akan meninggalkan dunia, engkau katakan bahwa untuk si fulan sekian dari harta yang didapat sebagai sedekah atau wasiat. Untuk si fulan harta sekian sebagai sedekah atau wasiat. Padahal harta itu sudah menjadi milik orang lain yang mewarisimu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4252

 
Hadith   630   الحديث
الأهمية: تُدْنَى الشمسُ يومَ القيامةِ مِنَ الخَلْقِ حتى تكونَ منهم كَمِقْدَارِ مِيلٍ
Tema: Pada hari kiamat, matahari didekatkan kepada segenap makhluk hingga jaraknya kira-kira hanya satu mil.

عن المقداد بن الأسود -رضي الله عنه- مرفوعاً: «تُدْنَى الشمسُ يوم القيامة من الخلق حتى تكون منهم كمقدار مِيل». قال سليم بن عامر الراوي عن المقداد: فوالله ما أدري ما يعني بالميل، أمسافةَ الأرض أم الميلَ الذي تكتحل به العين؟ قال: «فيكون الناس على قدر أعمالهم في العرق، فمنهم من يكون إلى كعبيه، ومنهم من يكون إلى ركبتيه، ومنهم من يكون إلى حِقْوَيْهِ، ومنهم من يُلْجِمُهُ العرقُ إلجامًا». قال: وأشار رسول الله -صلى الله عليه وسلم- بيده إلى فيه.
عن أبي هريرة -رضي الله عنه-: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «يَعْرَقُ الناس يوم القيامة حتى يذهب عرقهم في الأرض سبعين ذراعا، ويُلْجِمُهُمْ حتى يبلغ آذانهم».

Dari Al-Miqdād bin Al-Aswad -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Pada hari kiamat, matahari didekatkan kepada para makhluk hingga jaraknya kira-kira hanya satu mil." Sulaim bin 'Āmir yang meriwayatkan dari Al-Miqdād berkata, "Demi Allah, saya tidak tahu yang dimaksud oleh Rasulullah dengan mil itu, apakah ukuran jarak pada perjalanan ataukah mil yang biasa dipakai untuk mencelaki mata?" Rasulullah bersabda lagi, "Manusia tenggelam dalam keringat mereka sesuai dengan amal perbuatannya. Diantara mereka ada yang terbenam sebatas kedua mata kakinya, sebatas lututnya, sebatas pusarnya dan ada pula yang terbenam sampai pada mulutnya." Perawi berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberikan isyarat dengan tangannya ke arah mulut beliau." Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Pada hari kiamat nanti manusia akan berkeringat, sampai-sampai keringat mereka menggenangi tanah setinggi tujuh puluh hasta, dan mereka akan tenggelam dalam lautan keringat hingga ada yang mencapai telinga mereka."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يُقرِّب الله -تبارك وتعالى- الشمس يوم القيامة من المخلوقين حتى تصير المسافة كمقدار أربعة آلاف ذراع، فيكون الناس على قدر أعمالهم؛ فاختلافهم في مكان العرق بحسب اختلافهم في العمل صلاحًا وفسادًا، فمنهم من يصل العرق إلى كعبيه، ومنهم من يصل إلى ركبتيه، ومنهم من يصل إلى موضع معقد الإزار منه، ومنهم من يصل العرق إلى فيه وأذنيه فيلجمه إلجامًا، وذلك من شدة كرب يوم القيامة وأهوالها.
Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- mendekatkan matahari pada hari kiamat kepada makhluk-makhluk-Nya hingga jaraknya kira-kira sejauh empat ribu hasta. Manusia dalam kondisi sesuai amal perbuatannya. Perbedaan mereka di tempat puncak keringat sesuai dengan perbedaan amal perbuatan mereka; amal baik dan amal buruk. Ada diantara mereka yang keringatnya sampai ke kedua mata kakinya. Ada juga yang keringatnya sampai pada kedua lututnya. Ada juga yang keringatnya sampai ke tempat sarungnya (pinggangnya). Bahkan ada yang keringatnya sampai ke mulut dan kedua telinganya lalu keringat itu membelenggunya. Hal ini terjadi karena dahsyatnya kesengsaraan hari kiamat dan kengeriannya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4289

 
Hadith   631   الحديث
الأهمية: بَخْ! ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ، ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ، وَقَدْ سَمِعْتُ ما قُلْتَ، وإِنِّي أَرَى أَنْ تَجْعَلَهَا في الأَقْرَبِينَ
Tema: Bagus, itulah harta (yang mendatangkan) untung. Bagus, itulah harta (yang mendatangkan) untung. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan. Aku sarankan kamu agar membagikannya kepada para kerabatmu!

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: كان أبو طلحة -رضي الله عنه- أكثر الأنصار بالمدينة مالا من نخل، وكان أحب أمواله إليه بَيْرَحَاء، وكانت مُسْتَقبِلَةَ المسجد وكان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يدخلها ويشرب من ماء فيها طيب. قال أنس: فلما نزلت هذه الآية: {لن تنالوا البر حتى تُنِفُقوا مما تُحبون} قام أبو طلحة إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال: يا رسول الله، إن الله -تعالى- أنزل عليك: {لن تنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون} وإن أحب مالي إلي بَيْرَحَاء، وإنها صدقة لله -تعالى-، أرجو بِرَّهَا وذُخْرَهَا عند الله -تعالى-، فَضَعْهَا يا رسول الله حيث أَرَاكَ الله، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «بَخٍ ذلك مال رَابِحٌ، ذلك مال رابح، وقد سمعتُ ما قلتَ، وإني أرى أن تجعلها في الأقربين»، فقال أبو طلحة: أفعل يا رسول الله، فقسمها أبو طلحة في أقاربه، وبني عمه.

Dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Abu Ṭalḥah adalah seorang sahabat Ansar yang terkaya di Madinah karena pohon kurma yang dimilikinya. Sedangkan harta yang paling disukainya adalah kebun Bairuḥā` yang terletak di dekat mesjid. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sering masuk ke kebun itu dan minum air bersih yang ada di dalamnya." Anas berkata, "Ketika turun ayat, "Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan dari harta yang kamu cintai." Lantas Abu Ṭalḥah mendatangi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah menurunkan kepadamu, "Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan dari harta yang kamu cintai." Sedangkan harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairuha'. Maka kebun itu aku sedekahkan untuk Allah -Ta'ālā-. Aku mengharapkan kebajikan dan pahala dari Allah. Untuk itu, pergunakanlah wahai Rasulullah sesuai petunjuk Allah kepadamu!"
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bagus, itulah harta (yang mendatangkan) untung. Bagus, itulah harta (yang mendatangkan) untung. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan. Aku sarankan agar kamu membagikannya kepada para kerabatmu!" Abu Ṭalḥah berkata, "Wahai Rasulullah, saya akan melaksanakan petunjukmu." Selanjutnya Abu Ṭalḥah membagi-bagi kebun itu kepada kerabat dan anak-anak pamannya.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان أبو طلحة -رضي الله عنه- أكثر الأنصار بالمدينة مزارع، وكان له بستان في قبلة المسجد فيه ماء طيب، وكان النبي -صلى الله عليه وسلم- يأتيه ويشرب منه، فلما نزل قوله -تعالى-: (لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ) بادر -رضي الله عنه- وسابق وسارع وجاء إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- وقال: يا رسول الله، إن الله -تعالى- أنزل قوله: (لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ) وإن أحب أموالي إلي بيرحاء -وهذا اسم ذلك البستان- وإني جعلتها بين يديك صدقة لله ورسوله؛ فقال النبي -صلى الله عليه وسلم- متعجبًا: بخ بخ ذاك مال رابح، ذاك مال رابح، أرى أن تجعلها في أقاربك. ففعل -رضي الله عنه-، وقسمها في أقاربه وبني عمه.
Abu Ṭalḥah adalah seorang sahabat Ansar yang terkaya di Madinah karena pohon kurma yang dimilikinya. Dia memiliki satu kebun di depan masjid dan di dalamnya ada air yang segar. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sering masuk ke kebun itu dan minum air darinya. Saat turun firman Allah -Ta'ālā-, "Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan dari harta yang kamu cintai." Abu Ṭalḥah segera datang cepat-cepat kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah menurunkan firman-Nya, "Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai." Sedangkan harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairuḥā` - ini adalah nama kebunnya-. Sesungguhnya aku menyerahkan kebun itu di hadapanmu sebagai sedekah untuk Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda dengan penuh kagum, "Bagus, itulah harta (yang mendatangkan) untung. Bagus, itulah harta (yang mendatangkan) untung. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan. Aku sarankan agar kamu membagikannya kepada para kerabatmu!"
Abu Ṭalḥah pun melakukannya dan membagi-bagikan kebun itu kepada para kerabatnya dan anak-anak pamannya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4290

 
Hadith   632   الحديث
الأهمية: جَعَلَ اللهُ الرحمةَ مائة جُزْءٍ، فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ، وأَنْزَلَ في الأَرْضِ جُزْءًا وَاحِدًا، فَمِنْ ذَلِكَ الجُزْءِ يَتَرَاحَمُ الخَلَائِقُ، حتى تَرْفَعَ الدَّابَّةُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةَ أَنْ تُصِيبَهُ
Tema: Allah menjadikan rahmat itu seratus bagian. Sembilan puluh sembilan Dia tahan di sisi-Nya, sedangkan satu bagian ia turunkan ke bumi. Dari satu bagian itulah semua makhluk saling menyayangi hingga seekor binatang itu mengangkat kakinya karena khawatir menginjak anaknya.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «جَعَلَ اللهُ الرحمةَ مائة جُزْءٍ، فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ، وأَنْزَلَ في الأَرْضِ جُزْءًا وَاحِدًا، فَمِنْ ذَلِكَ الجُزْءِ يَتَرَاحَمُ الخَلَائِقُ، حتى تَرْفَعَ الدَّابَّةُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةَ أَنْ تُصِيبَهُ».
وفي رواية «إِنَّ للهِ تعالى مئةُ رحمةٍ، أَنْزَلَ منها رحمةً واحدةً بَيْنَ الجِنِّ والإنسِ والبَهَائِمِ والهَوَامِّ، فَبِهَا يَتَعَاطَفُونَ، وبها يَتَرَاحَمُونَ، وبِهَا تَعْطِفُ الوَحْشُ على وَلَدِهَا، وأَخَّرَ اللهُ تعالى تِسْعًا وتِسْعِينَ رحمةً يَرْحَمُ بِهَا عِبَادَهُ يومَ القِيَامَةِ».
وعن سلمان الفارسي -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إِنَّ للهِ تعالى مئةُ رحمةٍ فمنها رحمةٌ يَتَرَاحَمُ بها الخَلْقُ بَيْنَهُمْ، وتِسْعٌ وتِسْعُونَ لِيَومِ القِيَامَةِ».
وفي رواية: «إِنَّ اللهَ تَعَالَى خَلَقَ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ والأَرْضَ مئةَ رحمةٍ كُلُّ رحمةٍ طِبَاقَ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ إلى الأَرْضِ، فَجَعَلَ منها في الأَرْضِ رَحْمَةً فبها تَعْطِفُ الوَالِدَةُ على وَلَدِهَا، والوَحْشُ والطَّيْرُ بَعْضُهَا عَلَى بَعْضٍ، فإذا كانَ يومُ القيامةِ أَكْمَلَهَا بِهَذِه الرحمةِ».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah menjadikan rahmat itu seratus bagian. Sembilan puluh sembilan Dia tahan di sisi-Nya, sedangkan satu bagian ia turunkan ke bumi. Dari satu bagian itulah semua makhluk saling menyayangi hingga seekor binatang mengangkat kakinya karena khawatir menginjak anaknya." Dalam satu riwayat disebutkan, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- mempunyai seratus rahmat dan ia menurunkan satu di antara seratus rahmat itu untuk jin, manusia, binatang dan serangga. Dengan satu rahmat itulah mereka saling menyayangi dan dengan satu rahmat itulah binatang buas mempunyai rasa kasih sayang terhadap anaknya. Adapun rahmat yang sembilan puluh sembilan, Allah masih menyimpannya untuk diberikan pada hari kiamat, sebagai rasa sayang terhadap hamba-hamba-Nya." Dari Salmān Al-Fārisi -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- mempunyai seratus rahmat, satu di antaranya adalah rahmat yang menjadikan makhluk itu saling menyayangi. Dan yang sembilan puluh sembilan akan diberikan pada hari kiamat." Dalam riwayat lain disebutkan, "Sesungguhnya Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi, Dia juga menciptakan seratus rahmat. Setiap rahmat memenuhi antara langit dan bumi. Satu di antaranya Dia jadikan rahmat di muka bumi. Dengan satu rahmat itulah seorang ibu mempunyai rasa sayang terhadap anaknya. Demikian pula binatang dan burung, mereka saling menyayangi. Apabila hari kiamat tiba, Dia menyempurnakan rahmat itu."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
جعل الله -تبارك وتعالى- الرحمة مائة جزء، فأنزل رحمة في الدنيا وأمسك تسعة وتسعين ليوم القيامة، فمن هذه الرحمة الواحدة يتراحم الخلائق جميعهم من الإنس والجن والبهائم والهوام؛ حتى إن الفرس المعروفة بالخفة والتنقل تتجنب أن يصل الضرر إلى ولدها، فترفع حافرها مخافة أن تصيبه، وبها تعطف الوحش على ولدها، وأخر الله -تبارك وتعالى- تسعة وتسعين رحمة ليرحم بها عباده يوم القيامة.
الحديث الثاني:
إن الله -تبارك وتعالى- يوم خلق السموات والأرض خلق مائة رحمة، كل رحمة تملأ ما بين السماء والأرض، فجعل في الدنيا واحدة، تعطف بها الوالدة على ولدها، ويتعاطف بها الحيوانات والطير بعضها على بعض، ثم في يوم القيامة يكملها الله رب العالمين بالتسعة والتسعين، فإذا كان ما يحصل للإنسان من عظيم نعم الله -عز وجل- عليه في هذه الدار المبنية على الأكدار بسبب رحمة واحدة، فكيف الظن بمائة رحمة في الدار الآخرة دار القرار والجزاء.
Allah -Tabarāka wa Ta'ālā- menjadikan rahmat seratus bagian. Lalu Dia menurunkan rahmat di dunia dan menahan sembilan puluh sembilan (rahmat) untuk hari kiamat. Dari satu rahmat itulah makhluk-makhluk, saling menyayangi seluruhnya dari bangsa manusia, jin, binatang buas dan berbagai serangga yang merugikan hingga kuda yang terkenal dengan ketangkasan (gerak) dan ringan berpindah akan berusaha menghindarkan bahaya sampai kepada anaknya. Dia mengangkat kuku kakinya karena khawatir menimpanya. Dengan rahmat itu maka binatang buas menyayangi anaknya. Dan Allah -Tabarāka wa Ta'ālā- menunda sembilan puluh sembilan rahmat untuk menjadi rahmat bagi hamba-hamba-Nya pada hari kiamat." hadis Kedua: "Sesungguhnya Allah -Tabarāka wa Ta'ālā- pada hari penciptaan langit dan bumi menciptakan seratus rahmat. Setiap rahmat memenuhi antara langit dan bumi. Dia menjadikan rahmat itu satu di bumi. Dengan rahmat itu seorang ibu mengasihi anaknya dan hewan-hewan serta burung saling menyayangi satu dengan lainnya. Selanjutnya pada hari kiamat kelak Allah Tuhan semesta alam akan menyempurnakan rahmat itu menjadi sembilan puluh sembilan. Jika di dunia yang tegak di atas berbagai kekeruhan ini manusia mendapatkan berbagai kenikmatan Allah -'Azza wa Jalla- karena satu rahmat, bagaimana kiranya dengan rahmat Allah di perkampungan akhirat, tempat abadi dan negeri balasan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4291

 
Hadith   633   الحديث
الأهمية: حُرِّمَ لِباسُ الحَرِيرِ والذَّهَبِ على ذُكُورِ أُمَّتِي، وأُحِلَّ لإِنَاثِهِمْ
Tema: Pakaian sutra dan emas diharamkan bagi laki-laki dari umatku dan dihalalkan bagi wanitanya.

عن عليٍّ -رضي الله عنه- قال: رأيتُ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- أَخَذَ حَرِيرًا، فجعله في يمينه، وذَهَبًا فجعله في شماله، ثم قال: «إِنَّ هَذَيْنِ حرامٌ على ذُكُورِ أُمَّتِي».
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه-: أَنَّ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- قال: «حُرِّمَ لِباسُ الحَرِيرِ والذَّهَبِ على ذُكُورِ أُمَّتِي، وأُحِلَّ لإِنَاثِهِمْ».

Dari Ali -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengambil sutra dan menjadikannya di sebelah kanannya. Lantas beliau mengambil emas dan menjadikannya di sebelah kirinya. Selanjutnya beliau bersabda, "Sesungguhnya kedua benda ini haram bagi laki-laki dari umatku."
Dari Abu Musa Al-Asy'ari --raḍiyallāhu 'anhu--, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Pakaian sutra dan emas diharamkan bagi laki-laki dari umatku dan dihalalkan bagi wanitanya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم حريراً فجعله في يده اليمنى، وأخذ ذهباً فجعله في يده اليسرى، ثم قال: إن هذين –الحرير والذهب- حرام على ذكور أمتي؛ فلبس الحرير والذهب حرام على ذكور هذه الأمة؛ إلا فيما استثني كلباس الحرير لحكة أو جرب لا يقوم فيها غيره مقامه، وكأنف الذهب؛ أما النساء فهما حلال لهن، فلهن أن يلبسن منهما ما شئن؛ إلا إذا بلغ حد الإسراف، فإن الإسراف لا يحل؛ لقول الله تعالى: (وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ).
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengambil sutra lalu meletakkannya di tangan kanannya. Beliau mengambil emas dan meletakkannya di tangan kirinya lalu bersabda, "Sesungguhnya kedua benda ini - sutra dan emas - diharamkan bagi laki-laki dari umatku." Dengan demikian, mengenakan sutra dan emas adalah haram bagi laki-laki dari umat ini, kecuali bagi yang diperkecualikan, seperti memakai sutra karena gatal-gatal atau kudis yang tidak bisa digantikan oleh kain lain, dan seperti hidung emas (emas untuk menyambung hidung). Adapun bagi wanita, kedua benda ini halal. Mereka boleh memakai sesukanya, kecuali apabila sudah melewati batas berlebih-lebihan. Sesungguhnya berlebih-lebihan itu tidak boleh berdasarkan firman Allah -Ta'ālā-, "Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan! Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Sahih dengan dua riwayatnya]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4292

 
Hadith   634   الحديث
الأهمية: خَرَجَ رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ غَدَاةٍ، وعليه مِرْطٌ مُرَحَّلٌ مِنْ شَعْرٍ أَسْوَدَ
Tema: Suatu pagi Rasulullah-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- keluar dengan mengenakan kain yang bergambar pelana unta yang terbuat dari bulu hitam.

عن عائشةَ -رضي الله عنها- قالت: خَرَجَ رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ غَدَاةٍ، وعليه مِرْطٌ مُرَحَّلٌ مِنْ شَعْرٍ أَسْوَدَ.

Dari 'Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, "Suatu pagi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- keluar dengan mengenakan kain yang bergambar pelana unta yang terbuat dari bulu hitam."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
تصف أم المؤمنين عائشة -رضي الله عنها- بعض أحوال النبي -عليه الصلاة والسلام- في لباسه، ومن ذلك أنه    خرج في ساعة من أول النهار على أصحابه، وعليه كساء فيه صورة رحال الإبل من شعر أسود، أو هو الكساء الذي فيه خطوط كالتي في الرحل.
Ummul Mu'minin 'Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- menggambarkan sebagian keadaan Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam hal pakainnya. Seperti di suatu pagi beliau keluar bersama para sahabatnya dengan mengenakan pakaian yang bergambar pelana unta dari bulu hitam.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4293

 
Hadith   635   الحديث
الأهمية: إِنَّ هذا تَبِعَنَا، فَإِنْ شِئْتَ أَنْ تَأْذَنَ له، وإِنْ شِئْتَ رَجَعَ
Tema: Orang ini ikut dengan kami, jika engkau menghendaki, engkau bisa mengizinkannya (masuk). Jika engkau tak berkenan, ia bisa kembali pulang.

عن أبي مسعود البدري -رضي الله عنه- قال: دَعَا رَجُلٌ النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- لِطَعَامٍ صَنَعَهُ له خَامِسَ خَمْسَةٍ، فَتَبِعَهُمْ رجلٌ، فلَمَّا بَلَغَ البابَ، قال النبيُّ -صلى الله عليه وسلم-: «إِنَّ هذا تَبِعَنَا، فَإِنْ شِئْتَ أَنْ تَأْذَنَ له، وإِنْ شِئْتَ رَجَعَ» قال: بَلْ آذَنُ له يا رسولَ اللهِ.

Dari Abu Mas'ūd Al-Badri -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Ada seorang sahabat mengundang Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- makan yang dibuatnya untuk beliau yang cukup untuk lima orang. Lalu ada seseorang yang ikut dengan mereka. Ketika sampai di pintu, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang ini ikut dengan kami, jika engkau menghendaki, engkau bisa mengizinkannya (masuk). Jika engkau tak berkenan, ia bisa kembali pulang." Ia berkata, "Tentu aku mengizinkannya, wahai Rasulullah."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
دعا رجلٌ النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- إلى طعام فكانوا خمسة، فتبعهم رجل فكانوا ستة، فلما بلغ النبيُّ -صلى الله عليه وسلم- منزلَ الداعي استأذن للرجل السادس، فقال -صلى الله عليه وسلم-: إن هذا تبعنا، فإن شئت أن تأذن له، وإن شئت رجع، فأذن صاحب الدعوة للرجل إكرامًا لرسول الله -صلى الله عليه وسلم- ومن معه.
Seseorang mengundang Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk makan. Jumlah mereka lima orang, lalu ada seseorang yang mengikuti mereka sehingga jumlahnya menjadi enam. Saat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tiba di rumah orang yang mengundang, beliau meminta izin untuk orang keenam. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang ini ikut dengan kami, jika engkau menghendaki, engkau bisa mengizinkannya (masuk). Jika engkau tak berkenan, ia bisa kembali pulang." Orang yang mengundang itu mengizinkan lelaki tersebut bergabung sebagai penghormatan kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan orang-orang yang bersamanya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4294

 
Hadith   636   الحديث
الأهمية: دَعُونِي ما تَرَكْتُكُم، إنما أَهْلَكَ مَنْ كانَ قَبْلَكُم كَثْرَةُ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ، فإذا نَهَيْتُكُم عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ، وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
Tema: Biarkan aku terkait apa yang aku tinggalkan! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah binasa karena banyak bertanya dan perselisihan mereka dengan para Nabinya. Jika aku melarang sesuatu, jauhilah! Jika aku memerintahkan sesuatu, lakukanlah semampu kalian!

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «دَعُونيِ ما تركتكم، إنما أهلك من كان قبلكم كثرة سُؤَالهم واختلافهم على أنبيائهم، فإذا نَهَيتُكم عن شيء فاجتَنِبُوه، وإذا أمرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم»
Tema: Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Biarkan aku terkait apa yang aku tinggalkan! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah binasa karena banyak bertanya dan perselisihan mereka dengan para Nabinya. Jika aku melarang sesuatu, jauhilah! Jika aku memerintahkan sesuatu, lakukanlah semampu kalian!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان الصحابة -رضي الله عنهم- يسألون النبي -صلى الله عليه وسلم- عن أشياء قد لا تكون حراماً فتحرم من أجل مسألتهم، أو قد لا تكون واجبة، فتجب من أجل مسألتهم، فأمرهم النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يتركوا ما تركه ما دام لم يأمرهم ولم ينههم، ثم علل ذلك بأن من قبلنا أكثروا المسائل على الأنبياء، فشُدِّدَ عليهم كما شددوا على أنفسهم، ثم خالفوا أنبياءهم.
ثم أمرنا بأن نجتنب أي شيء ينهانا عنه، وما أمرنا بفعله فإننا نأتي منه ما استطعنا، وما لا نستطيعه يسقط عنا.
Dulu para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- biasa bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengenai berbagai hal yang terkadang tidak haram, lalu diharamkan karena pertanyaan mereka; atau sesuatu yang tidak wajib, lalu diwajibkan karena pertanyaan mereka. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan mereka mengabaikan apa yang beliau tinggalkan selama beliau tidak menyuruh atau melarang mereka. Selanjutnya beliau memberikan alasan bahwa orang-orang sebelum kita banyak bertanya kepada para nabi sehingga mereka dipersulit sebagaimana mereka mempersulit diri mereka sendiri. Setelah itu mereka menentang para Nabinya. Kemudian beliau memerintahkan kita untuk menjauhi apa yang dilarangnya. Sedangkan apa yang diperintahkannya untuk dikerjakan, maka kita mengerjakannya sesuai kemampuan kita dan apa yang tidak mampu kita lakukan, maka itu gugur dari kita.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4295

 
Hadith   637   الحديث
الأهمية: رَأَيْتُ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- جَالِسًا مُقْعِيًا يَأْكُلُ تَمْرًا
Tema: Aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- duduk di atas pantat lalu menegakkan betisnya sambil memakan kurma.

عن أنسٍ -رضي الله عنه- قال: رَأَيْتُ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- جَالِسًا مُقْعِيًا يَأْكُلُ تَمْرًا.

Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, “Aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- duduk di atas pantat lalu menegakkan betisnya sambil memakan kurma.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قال أنس -رضي الله عنه-: رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- جالسًا لاصقًا أليَتَيْهِ بالأرض ناصبا ساقيه يأكل تمرًا؛ لئلا يأكل كثيرًا، فإنه في هذه الحالة لا يكون مطمئنًا في الجلوس فلن يأكل كثيرًا.
Anas -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- duduk sambil menempelkan pantatnya ke tanah lalu menegakkan betisnya sambil memakan kurma agar tidak makan banyak. Sesungguhnya dalam kondisi seperti ini, seseorang tidak akan mewujudkan ketenangan dalam duduknya sehingga ia tidak akan makan banyak.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4296

 
Hadith   638   الحديث
الأهمية: رأيتُ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- وعليه ثَوْبَانِ أَخْضَرَانِ
Tema: Aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memakai dua baju hijau.

عن أبي رمثة التيمي -رضي الله عنه- قال: رأيتُ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- وعليه ثَوْبَانِ أَخْضَرَانِ.

Dari Abu Rimṡah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memakai dua baju hijau."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر أبو رمثة -رضي الله عنه- أنه رأى النبي -صلى الله عليه وسلم- وعليه لباس أخضر.
Abu Rimṡah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa dirinya pernah melihat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memakai pakaian yang berwarna hijau.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Dārimi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4297

 
Hadith   639   الحديث
الأهمية: رأيتُ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يأكلُ بثلاثِ أَصَابِعَ، فإذا فَرَغَ لَعِقَهَا
Tema: Aku pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- makan dengan tiga jarinya. Apabila sudah selesai, beliau menjilatinya.

عن كعب بن مالك -رضي الله عنه- قال: رأيتُ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يأكلُ بثلاثِ أَصَابِعَ، فإذا فَرَغَ لَعِقَهَا.

Dari Ka'ab bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- makan dengan tiga jarinya. Apabila sudah selesai, beliau menjilatinya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- يأكل بثلاث أصابع، وهي الوسطى والمسبحة والإبهام، وهذا يدل على عدم الشَّرَه والنَّهَم في الأكل، وإذا فرغ من أكله لحس أصابعه، فالمستحب أن يكون الأكل بثلاث أصابع إلا إذا كان الطعام لا يمكن تناوله بثلاث أصابع فيأكل بما يتيسر.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- makan dengan menggunakan tiga jari, yaitu jari tengah, telunjuk dan jempol. Ini menunjukkan sifat tidak rakus ketika makan. Apabila beliau telah selesai makan, beliau menjilati jari-jarinya. Jadi dianjurkan untuk makan dengan tiga jari, kecuali jika makanan itu tidak mungkin diambil dengan tiga jari, maka makan dengan cara yang memungkinkan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4298

 
Hadith   640   الحديث
الأهمية: سَاقِي القَوْمِ آخِرُهُمْ شُرْبًا
Tema: Orang yang memberi minum kepada satu kaum adalah orang yang paling akhir minum.

عن أبي قتادة الأنصاري وابن أبي أوفى -رضي الله عنهما- مرفوعاً: «سَاقِي القَوْمِ آخِرُهُمْ شُرْبًا».

Dari Abu Qatādah Al-Anṣāri dan Ibnu Abi Aufa -raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū', "Orang yang memberi minum kepada satu kaum adalah orang yang paling akhir minum."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
الذي يسقي القوم ماء أو لبنا أو قهوة أو شايًا أو غير ذلك هو آخر من يشرب.
Orang yang memberi minum air atau susu atau kopi atau teh atau minuman lainnya kepada suatu kaum, maka dia adalah orang yang terakhir minum.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Sahih dengan dua riwayatnya]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4299

 
Hadith   641   الحديث
الأهمية: سَقَيْتُ النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ زَمْزَمَ، فَشَرِبَ وهو قَائِمٌ
Tema: Aku memberi minum kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dari air Zamzam, lalu beliau pun meminumnya sambil berdiri.

عن ابن عباس -رضي الله عنهما- قال: سَقَيْتُ النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ زَمْزَمَ، فَشَرِبَ وهو قَائِمٌ.
عن النَّزَّالِ بنِ سَبْرَةَ -رضي الله عنه- قال: أَتَى عَلِيٌّ -رضي الله عنه- بَابَ الرَّحَبَةِ، فَشَرِبَ قَائِمًا، وقال: إِنِّي رأيتُ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- فَعَلَ كَمَا رَأَيْتُمُونِي فَعَلْتُ.
عن عمرو بن شُعّيْبٍ، عن أبيه، عن جَدِّهِ -رضي الله عنه- قال: رأيتُ رسولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يَشْرَبُ قَائِمًا وقَاعِدًا.

Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, "Aku memberi minum kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dari air Zamzam, lalu beliau pun meminumnya sambil berdiri." Dari An-Nazzāl bin Sabrah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Ali -raḍiyallāhu 'anhu- mendatangi pintu Ar-Rahabah (pintu di Kufah) lalu ia minum sambil berdiri dan berkata, "Aku pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melakukan ini sebagaimana kalian melihatku melakukannya." Dari Amru bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- minum sambil berdiri dan sambil duduk."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أخبر ابن عباس -رضي الله عنهما- أنه سقى النبي -صلى الله عليه وسلم- من ماء زمزم فشرب وهو قائم، وقد شرب علي بن أبي طالب -رضي الله عنه- قائمًا وقال: إن النبي -صلى الله عليه وسلم- فعل كما رأيتموني فعلت، وكذلك أخبر عبد الله بن عمرو -رضي الله عنهما- أنه رأى النبي -صلى الله عليه وسلم - يشرب قائمًا وقاعدًا.

Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā- mengabarkan bahwa ia memberi minum kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dari air Zamzam, lalu beliau meminumnya sambil berdiri. Ali bin Abi Thalib -raḍiyallāhu 'anhu- pun minum sambil berdiri dan berkata, "Sesungguhnya Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melakukannya sebagaimana kalian melihatku melakukannya." Demikian juga Abdullah bin Amru -raḍiyallāhu 'anhumā- mengabarkan bahwa dia pernah melihat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- minum sambil berdiri dan duduk."
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4300

 
Hadith   642   الحديث
الأهمية: دَخَلَ عَلَيَّ رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- فَشَرِبَ مِنْ فِي قِرْبَةٍ مُعَلَّقَةٍ قائمًا، فقُمتُ إلى فِيها فَقَطَعْتُهُ
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengunjungiku. Beliau minum dari bibir geriba (kantong minum dari kulit) yang tergantung sambil berdiri. Aku pun memotong bibir geriba bekas minum beliau.

عن أم ثابتٍ كَبْشَةَ بنتِ ثابتٍ أُخْتِ حَسَّانَ بنِ ثابتٍ -رضي الله عنهما-، قالت: دَخَلَ عَلَيَّ رسولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- فَشَرِبَ مِنْ فِي قِرْبَةٍ مُعَلَّقَةٍ قائمًا، فقُمتُ إلى فِيها فَقَطَعْتُهُ.

Dari Ummu Ṡābit, Kabsyah binti Ṡābit saudari Hassân ibnu Ṡābit -raḍiyallāhu 'anhumā-, dia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengunjungiku. Beliau minum dari bibir geriba (kantong minum dari kulit) yang tergantung sambil berdiri. Aku pun memotong bibir geriba bekas minum beliau.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قالت كبشة بنت ثابت رضي الله عنها: دخل عليَّ رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فشرب من فم قربة معلقة قائما، وقد فعل ذلك صلى الله عليه وسلم لعدم إمكان الشرب حينئذ إلا كذلك، قالت: فقمت إلى فيها فقطعته؛ لتحفظ موضع فم رسول الله صلى الله عليه وسلم وتتبرك به، وتصونه عن الامتهان.
Kabsyah binti Ṡābit -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang mengunjungiku. Beliau minum dari bibir geriba (kantong minum dari kulit) yang tergantung sambil berdiri." Beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melakukan demikian karena tidak memungkinkan minum kecuali dengan cara itu. Kabsyah berkata, Aku pun memotong bibir geriba bekas bibir Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk menyimpannya dan bertabarruk dengannya juga menjaganya dari penistaan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4301

 
Hadith   643   الحديث
الأهمية: اتق الله حيثما كنت، وأَتْبِع السيئةَ الحسنةَ تمحها، وخالقِ الناسَ بخلقٍ حسن
Tema: Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada, tutupilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya akan menghapusnya, dan perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik.

عن أبي ذر و معاذ بن جبل -رضي الله عنهما- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «اتق الله حيثما كنت، وأَتْبِع السيئةَ الحسنةَ تمحها، وخالقِ الناسَ بخلقٍ حسنٍ».

Dari Abu Żar dan Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhuma-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada, tutupilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya akan menghapusnya, dan perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
اتق الله بامتثال أوامره واجتناب نواهيه في أي مكان كنت, وبادر على فعل الحسنة بعد وقوعك في السيئة، لتكفرها وتزيل أثرها السيئ في القلب وعقابها من الصحف، وعامل الناس بمثل ما تحب أن يعاملوك به.
Bertakwalah kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menghindari segala larangan-Nya di mana saja engkau berada! Dan segeralah melakukan kebaikan setelah kamu terjerumus ke dalam kejahatan untuk menutupi dan menghapus jejaknya yang jelek dalam hati dan hukumannya dalam lembaran catatan (amal)! Serta perlakukanlah manusia seperti dirimu ingin diperlakukan dengannya (baik)!

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Dārimi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4302

 
Hadith   644   الحديث
الأهمية: يا رسول الله أخبرني بعمل يُدخِلُنِي الجنة ويُبَاعِدُني عن النار، قال: لقد سألت عن عظيم وإنه ليَسير على من يَسَّره الله -تعالى- عليه
Tema: Wahai Rasulullah! Beritahukan kepadaku amal yang dapat memasukkanku ke Surga dan menjauhkanku dari Neraka. Beliau bersabda, "Sungguh, engkau telah menanyakan perkara yang besar. Sesungguhnya hal itu mudah bagi orang yang dimudahkan Allah -Ta'āla- untuk melakukannya."

عن معاذ بن جبل -رضي الله عنه- قال: قلت: يا رسول الله أخبرني بعمل يُدخِلُنِي الجنة ويُبَاعِدُني عن النار، قال: لقد سألت عن عظيم وإنه ليَسير على من يَسَّره الله تعالى عليه:
تعبدُ الله لا تشركُ به شيئًا، وتُقيمُ الصلاةَ، وتُؤتي الزكاةَ، وتَصومُ رمضانَ، وتَحجُّ البيتَ.
ثم قال: ألا أدلُّك على أبواب الخير؟ الصومُ جُنة، والصدقة تُطفئ الخطيئةَ كما يطفئ الماءُ النارَ، وصلاة الرجل في جَوف الليل ثم تلا: {تتجافى جنوبهم عن المضاجع}... حتى إذا بلغ {يعملون}
ثم قال ألا أُخبرك برأس الأمر وعموده وذِروة سَنامه؟ قلت: بلى يا رسول الله.
قال رأس الأمر الإسلام، وعموده الصلاة، وذُروة سَنامه الجهاد.
ثم قال: ألا أُخبرك بمِلاك ذلك كله؟ قلت: بلى يا رسول الله.
فأخذ بلسانه وقال كُفَّ عليك هذا.
قلت: يا نبي الله، وإنا لمؤاخذون بما نتكلم به؟
فقال: ثَكِلَتْكَ أُمُّك، وهل يكُبُّ الناسَ في النارِ على وجوههم (أو قال على مَنَاخِرِهم) إلا حَصائدُ ألسنتِهِم؟.

Dari Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Aku berkata, "Wahai Rasulullah! Beritahukan kepadaku amal yang dapat memasukkanku ke Surga dan menjauhkanku dari Neraka." Beliau bersabda, "Sungguh, engkau telah menanyakan perkara yang besar. Sesungguhnya hal itu mudah bagi orang yang dimudahkan Allah -Ta'āla- untuk melakukannya: Engkau menyembah Allah tanpa menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, menegakkan salat, membayar zakat, puasa Ramadan, dan menunaikan haji." Selanjutnya beliau bersabda, "Maukah engkau aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai, sedekah dapat menghapuskan kesalahan sebagaimana air dapat memadamkan api, dan salat seseorang di tengah malam". Lalu beliau membaca (firman Allah), "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya..." hingga firman-Nya, "...apa yang mereka kerjakan." Lantas beliau bertanya, "Maukah engkau aku beritahukan kepadamu pokok dari segala perkara, tiangnya, dan puncaknya?" Aku menjawab, "Tentu saja, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Pokok dari segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah jihad." Selanjutnya beliau bertanya, "Maukah engkau aku beritahukan kepadamu kunci semua perkara ini?" Aku jawab, "Tentu saja, wahai Rasulullah." Lantas beliau memegang lidahnya dan bersabda, "Jagalah ini olehmu!" Aku bertanya, "Wahai Nabiyullah, apakah kita akan disiksa karena apa yang kita ucapkan?" Beliau menjawab, "Semoga ibumu kehilangan kamu (ungkapan terkejut), tidakkah manusia itu akan tersungkur di mukanya atau di atas lubang hidungnya melainkan karena perbuatan lidah mereka?"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يرشدنا هذا الحديث إلى أن العمل الذي ينجى من النار ويدخل الجنة هو عبادة الله وحده دون من سواه، مع القيام بما فرض الله على العبد من صلاة وزكاة وصوم وحج، وأن الجامع لوجوه الخير صدقة التطوع والصوم والتهجد في جوف الليل، وأن رأس الأمر الإسلام، وعموده الصلاة، وأعلاه الجهاد في سبيل إعلاء كلمة الله، وأن ملاك ذلك كله بأن يمسك الإنسان عن الكلام الذي يفسد هذه الأعمال إذا عملها.
فليحذر كل مسلم إذا عمل أعمالا صالحة أن يطلق لسانه بما ينفعها أو يبطلها؛ فيكون من أصحاب النار.
Hadis ini menunjukkan kepada kita bahwa amal yang dapat menyelamatkan dari neraka dan memasukkan ke Surga adalah ibadah kepada Allah semata tanpa selain-Nya, sertai melaksanakan berbagai kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah kepada manusia berupa salat, zakat, puasa, dan haji. Selanjutnya, amalan yang menghimpun berbagai bentuk kebaikan adalah sedekah sunah, puasa, dan salat tahajud di tengah malam. Dan, pokok dari segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah demi meninggikan kalimat Allah. Sesungguhnya kunci semua itu adalah hendaknya manusia menahan diri dari pembicaraan yang dapat merusak amal-amal tersebut jika dia melakukannya. Setiap Muslim apabila melakukan berbagai amal saleh, hendaknya dia berhati-hati dalam menggunakan lisannya, baik hal yang bermanfaat atau membatalkan amalnya, jangan sampai dia jadi penghuni neraka!

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4303

 
Hadith   645   الحديث
الأهمية: إذا التَقَى المسلمانِ بسَيْفَيْهِمَا فالقاتلُ والمقْتُولُ في النَّارِ
Tema: "Apabila ada dua orang Islam yang bertengkar dengan pedangnya, maka orang yang membunuh dan orang yang terbunuh sama-sama berada dalam neraka."

عن أبي بكرة نفيع بن الحارث الثقفي -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «إذا التَقَى المسلمانِ بسَيْفَيْهِمَا فالقاتلُ والمقْتُولُ في النَّارِ». قلت: يا رسول الله، هذا القاتلُ فما بالُ المقتولِ؟ قال: «إنه كان حريصًا على قَتْلِ صَاحِبِهِ».

Abu Bakrah Nufai' bin Al-Ḥāriṡ Aṡ-Ṡaqafiy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila ada dua muslim yang bertikai dengan pedangnya, maka orang yang membunuh dan orang yang terbunuh sama-sama berada dalam neraka." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah! Pembunuh ini wajar masuk neraka, lantas bagaimana gerangan yang terbunuh?" Beliau menjawab, "Karena ia juga sangat berambisi untuk membunuh sahabatnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إذا التقى المسلمان بسيفيهما، قاصدًا كلٌّ منهما إتلاف صاحبه؛ فالقاتل في النار بسبب مباشرته قتل صاحبه، والمقتول في النار لحرصه على ذلك، إلم يعف الله عنهما، وإذا لم يكن الاقتتال بوجه حق، كما في قول الله تعالى: (فإن بغت إحداهما على الأخرى فقاتلوا التي تبغي حتى تفيء إلى أمر الله).
Tema: Apabila dua orang muslim bertikai dengan menghunus pedangnya dan masing-masing bertujuan ingin melenyapkan nyawa sahabatnya, maka orang yang membunuh masuk neraka karena tindakannya membunuh sahabatnya; dan orang yang terbunuh masuk neraka karena berambisi untuk membunuh sahabatnya. Hal itu jika Allah tidak mengampuni keduanya, dan jika pertikaian itu bukan karena kebenaran, sebagaimana dalam firman Allah -Ta'ālā-: "Jika yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai kembali pada perintah Allah."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4304

 
Hadith   646   الحديث
الأهمية: ازهد في الدنيا يحبك الله، وازهد فيما عند الناس يحبك الناس
Tema: Zuhudlah terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah dengan apa yang ada di tangan manusia maka manusia akan mencintaimu!"

عن سهل بن سعد الساعدي -رضي الله عنه- قال: جاء رجل إلى النبي -صلى الله عليه وآله وسلم- فقال: يا رسول الله، دُلَّنِي على عمل إذا عملته أحبني الله وأحبني الناس؟
«فقال ازهد في الدنيا يحبك الله، وازهد فيما عند الناس يحبك الناس».

Dari Sahal bin Sa'ad As-Sā'idi -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amal, jika aku lakukan, maka aku akan dicintai Allah dan dicintai manusia?" Beliau bersabda, "Zuhudlah terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah dengan apa yang ada di tangan manusia maka manusia akan mencintaimu!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
جاء رجل إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يطلب منه أن يرشده إلى عمل إذا عمله يكون سببا لمحبة الله له ومحبة الناس، فأرشده النبي -صلى الله عليه وسلم- إلى عمل جامع شامل يسبب له محبة الله ومحبة الناس.
فقال له -صلى الله عليه وسلم-: "ازهد في الدنيا".
أي: فلا تطلب منها إلا ما تحتاجه وتترك الفاضل، وما لا ينفع في الآخرة، وتتورع مما قد يكون فيه ضرر في دينك، وازهد في الدنيا التي يتعاطاها الناس، فإذا صار بينك وبين أحد منهم حق أو عقد من العقود فكن كما ورد في الحديث: "رحم الله امرءا سمحا إذا باع، سمحا إذا اشترى, سمحا إذا قضى، سمحا إذا اقتضى"؛ لتكون محبوبا عند الناس ومرحوما عند الله -تعالى-.
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meminta kepada beliau agar menunjukkan kepadanya suatu amal, apabila dia mengerjakannya maka akan menjadi sebab kecintaan Allah kepadanya dan kecintaan manusia. Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menunjukkan kepadanya satu amal komprehensif yang menyebabkan kecintaan Allah dan kecintaan manusia kepadanya. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Zuhudlah terhadap dunia!" yakni, janganlah engkau mencari dunia kecuali apa yang engkau butuhkan, tinggalkan selebihnya dan apa yang tidak bermanfaat di akhirat, serta bersikap wara' terhadap sesuatu yang mengandung bahaya dalam agamamu. Berzuhudlah terhadap dunia yang ada di tangan manusia. Apabila ada hakmu di tangan salah seorang dari mereka atau akad tertentu, maka bersikaplah sebagaimana yang telah dikemukakan dalam hadis, "Semoga Allah merahmati orang yang berlapang dada ketika menjual dan berlapang dada ketika membeli. Berlapang dada ketika menetapkan keputusan dan berlapang dada ketika menuntut." sehingga ia menjadi orang yang dicintai oleh manusia dan disayangi di sisi Allah."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4307

 
Hadith   647   الحديث
الأهمية: البر حسن الخلق، والإثم ما حاك في نفسك وكرهت أن يطلع عليه الناس
Tema: Kebajikan itu adalah baiknya budi pekerti sedang dosa adalah sesuatu yang mengganjal dalam dirimu dan engkau tidak mau diketahui orang lain.

عن النواس بن سمعان -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «البِرُّ حُسْنُ الخُلق، والإثم ما حَاكَ في نفسك وكرهت أن يَطَّلِعَ عليه الناس».
وعن وابصة بن معبد -رضي الله عنه- قال: «أتيت رسول الله -صلى الله عليه وآله وسلم- فقال:
جئتَ تسأل عن البِرِّ؟ قلت: نعم، وقال: اسْتَفْتِ قلبك، البِرُّ ما اطمأنت إليه النفسُ واطمأن إليه القلب،
والإثم ما حَاكَ في النفس وتَرَدَّدَ في الصدر -وإن أفتاك الناس وأَفْتَوْكَ-».

Dari An-Nawwās bin Sam'ān -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Kebajikan itu adalah baiknya budi pekerti sedang dosa adalah sesuatu yang mengganjal dalam dirimu dan engkau tidak mau diketahui orang lain."
Dari Wabishah bin Ma'bad -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu beliau bersabda, "Apakah engkau datang untuk menanyakan tentang kebajikan?" Aku jawab, "Ya." Beliau bersabda, "Tanyakan pada hatimu sendiri! Kebajikan adalah sesuatu yang membuat jiwa dan hatimu tentram. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang mengganjal dalam jiwa dan menyebabkan keraguan dalam dada, walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkanmu."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
فسر الحديثُ البرَّ بأنه حسن الخلق، وهو شامل لفعل جميع ما من شأنه أن يوصف بالحسن من الأخلاق، سواء فيما بين العبد وربه، أو ما بين العبد وأخيه المسلم، أو ما بينه وبين عموم الناس مسلمهم وكافرهم.
أو هو ما اطمأنت إليه النفس كما في الحديث الثاني، والنفس تطمئن إلى الحسن من الأعمال والأقوال، سواء في الأخلاق أو في غيرها.
والإثم ما تردد في النفس، فهو كالشبهة تردَّدُ في النفس فمن الورع تركها والابتعاد عنها، حماية للنفس من الوقوع في الحرام.
فالورع ترك ذلك كله، والاتكاء على ما اطمأن إليه القلب.
وأنَّ ما حاك في صدر الإنسان، فهو إثمٌ، وإنْ أفتاه غيرُه بأنَّه ليس بإثمٍ، وهذا إنَّما يكون إذا كان صاحبُه ممَّن شرح صدره بالإيمان، وكان المفتي يُفتي له بمجرَّد ظن أو ميلٍ إلى هوى من غير دليلٍ شرعيٍّ، فأمَّا ما كان مع المفتي به دليلٌ شرعيٌّ، فالواجب على المستفتي الرُّجوعُ إليه، وإنْ لم ينشرح له صدرُه.

Hadis ini menafsirkan tentang kebajikan, bahwa kebajikan itu adalah akhlak baik yang mencakup perbuatan semua yang keadaannya menjadikan suatu akhlak itu disifati terpuji, baik antara seorang hamba dengan Tuhannya atau antara seorang hamba dengan saudaranya yang muslim atau antara dia dengan manusia secara umum; muslim dan kafir. Atau sesuatu yang membuat jiwa tenang kepadanya sebagaimana dalam hadis kedua. Jiwa itu memang merasa tenang kepada perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan yang baik; dalam akhlak atau selainnya. Dosa itu adalah sesuatu yang mengganjal dalam jiwa. Ia seperti syubhat yang meragukan dalam jiwa. Karena itu, termasuk sifat wara' (hati-hati) ialah meninggalkan syubhat dan menjauhinya demi menghindari jiwa terperosok ke dalam keharaman. Sifat wara' adalah meninggalkan semua itu dan bersandar kepada apa yang membuat hati tenang kepadanya. Sesungguhnya apa yang meragukan dalam dada manusia, itu adalah dosa meskipun orang lain memfatwakan bahwa itu bukan dosa. Ini terjadi apabila orang itu termasuk yang dadanya dilapangkan dengan keimanan. Sementara muftinya memberikan fatwa dengan sekedar dugaan atau kecenderungan kepada hawa nafsu tanpa ada dalil syar'i. Adapun apabila mufti itu memiliki dalil syar'i, maka kewajiban orang yang meminta fatwa untuk merujuk kepadanya meskipun dadanya tidak lapang untuk itu.
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4308

 
Hadith   648   الحديث
الأهمية: الدين النصيحة
Tema: Agama itu nasihat

عن أبي رقية تميم بن أوس الداري -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «الدين النصيحة» قلنا: لمن؟ قال: «لله، ولكتابه، ولرسوله، ولأئمة المسلمين وعامتهم».

Abu Ruqayyah Tamīm bin Aus Ad-Dāriy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Agama itu nasihat." Kami bertanya, "Untuk siapa?" Nabi menjawab, "Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan semua kaum muslimin pada umumnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
جاء الدين الحنيف بإخلاص النصيحة وبذلها، وبأن نؤمن ونعترف بوحدانية الله -عز وجل-، وننزهه عن النقائص ونصفه بصفات الكمال، وأن القرآن كلامه منزل غير مخلوق، نعمل بمحكمه ونؤمن بمتشابهه، ونصدق الرسول -صلى الله عليه وسلم- بما جاء به ونمتثل أمره ونجتنب ما نهى عنه، وننصح لأئمة المسلمين بمعاونتهم على الحق وإرشادهم إلى ما جهلوه ونذكرهم ما نسوه أو غفلوا عنه، ونرشد عامة المسلمين إلى الحق، ونكف عنهم الأذى منا ومن غيرنا على حسب الاستطاعة، ونأمرهم بالمعروف وننهاهم عن المنكر، والجامع للنصح لهم: أن نحب لهم ما يحب كل منا لنفسه.
Agama yang lurus ini datang membawa kemurnian nasihat dan penegakannya; agar kita beriman dan mengakui keesaan Allah -'Azza wa Jalla-, menyucikan-Nya dari segala kekurangan, dan menyifatinya dengan berbagai sifat kesempurnaan. Dan agar beriman bahwa Al-Qur`ān adalah firman Allah yang diturunkan dan bukan makhluk; kita mengamalkan ayatnya yang muḥkam (mudah dipahami) dan mengimani ayatnya yang mutasyābih (sulit dipahami). Juga agar kita membenarkan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan berbagai ajaran yang dibawanya, melaksanakan perintahnya dan menjauhi apa yang dilarangnya. Lalu menasihati para pemimpin kaum muslimin dengan cara membantu mereka dalam kebenaran, membimbing mereka pada hal yang mereka tak ketahui, serta mengingatkan mereka terkait apa yang mereka lupakan atau lalaikan. Kita juga menunjukkan kaum muslimin secara umum kepada kebenaran, menjauhkan mereka dari gangguan kita dan gangguan orang lain sesuai kemampuan, menyuruh mereka kepada yang makruf dan melarang mereka dari yang mungkar; dan definisi nasihat yang komprehensif terkait mereka adalah: "Kita mencintai kebaikan untuk mereka sebagaimana setiap kita mencintai kebaikan itu untuk dirinya sendiri."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4309

 
Hadith   649   الحديث
الأهمية: كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ، فَأَتَاهُ فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: لَا، فقتله
Tema: Ada seorang lelaki dari golongan umat sebelum kalian telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, kemudian ia menanyakan tentang orang yang paling alim dari penduduk bumi, lalu ia ditunjukkan kepada seorang pendeta. Ia pun mendatanginya seraya berkata bahwa sesungguhnya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, apakah ia masih diterima untuk bertobat?" Pendeta itu menjawab, "Tidak bisa." Ia pun membunuh pendeta itu.

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- أن نبي الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «كان فيمن كان قبلكم رجل قتل تسعة وتسعين نفسًا، فسأل عن أعلم أهل الأرض، فَدُلَّ على راهب، فأتاه فقال: إنه قتل تسعة وتسعين نفسا فهل له من توبة؟ فقال: لا، فقتله فكمَّل به مئة، ثم سأل عن أعلم أهل الأرض، فَدُلَّ على رجل عالم، فقال: إنه قتل مائة نفس فهل له من توبة؟ فقال: نعم، ومَنْ يَحُولُ بينه وبين التوبة؟ انْطَلِقْ إلى أرض كذا وكذا فإن بها أناسا يعبدون الله -تعالى- فاعبد الله معهم، ولا ترجع إلى أرضك فإنها أرض سوء، فانطلق حتى إذا نَصَفَ الطريقَ أتاه الموت، فاختصمت فيه ملائكة الرحمة وملائكة العذاب، فقالت ملائكة الرحمة: جاء تائبا، مُقْبِلا بقلبه إلى الله -تعالى-، وقالت ملائكة العذاب: إنه لم يعمل خيرا قط، فأتاهم ملك في صورة آدمي فجعلوه بينهم -أي حكمًا- فقال: قِيسُوا ما بين الأرضين فإلى أَيَّتِهِمَا كان أدنى فهو له، فقاسوا فوجدوه أدنى إلى الأرض التي أراد، فقبضته ملائكة الرحمة».
وفي رواية في الصحيح: «فكان إلى القرية الصالحة أقرب بشبر فجعل من أهلها».
وفي رواية في الصحيح: «فأوحى الله -تعالى- إلى هذه أن تَبَاعَدِي، وإلى هذه أن تَقَرَّبِي، وقال: قيسوا ما بينهما، فوجدوه إلى هذه أقرب بشبر فغُفِرَ له».
وفي رواية: «فَنَأَى بصدره نحوها».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabiyullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada seorang lelaki dari golongan umat sebelum kalian telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, kemudian ia menanyakan tentang orang yang paling alim dari penduduk bumi, lalu ia ditunjukkan kepada seorang pendeta. Ia pun mendatanginya seraya berkata bahwa sesungguhnya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, apakah ia masih diterima untuk bertobat?" Pendeta itu menjawab, "Tidak bisa." Ia pun membunuh pendeta itu. Dengan demikian genaplah (jumlah korbannya) menjadi seratus. Lantas ia bertanya lagi tentang orang yang paling alim dari penduduk bumi, kemudian ia ditunjukkan kepada seorang yang alim. Selanjutnya ia mengatakan bahwa sebenarnya ia telah membunuh seratus manusia, apakah masih diterima tobatnya?" Orang alim itu menjawab, "Ya, masih bisa. Siapa yang dapat menghalang-halangi antara dia dengan tobat itu? Pergilah engkau ke tanah ini (satu wilayah), sebab di situ ada beberapa kelompok manusia yang menyembah Allah. Sembahlah Allah bersama dengan mereka dan janganlah engkau kembali ke tanahmu, sebab tanahmu adalah negeri yang buruk." Ia pun bergegas pergi sehingga ketika tiba di tengah jalan, tiba-tiba tibalah ajalnya. Lantas terjadilah perselisihan mengenai orang tersebut antara malaikat rahmat dan malaikat azab. Malaikat rahmat berkata, "Orang ini telah datang untuk bertobat sambil menghadapkan hatinya kepada Allah -Ta'ālā-." Malaikat azab berkata, "Orang ini sama sekali belum pernah melakukan kebaikan." Selanjutnya ada malaikat mendatangi mereka dalam wujud manusia, lalu mereka menjadikannya sebagai pemisah antara malaikat-malaikat yang berselisih tadi - sebagai hakim -. Ia berkata, "Ukurlah jarak antara dua tempat itu, ke mana ia lebih dekat letaknya, maka ia adalah untuknya." Para malaikat pun mengukur. Ternyata mereka mendapatkan bahwa orang itu lebih dekat kepada tanah yang dikehendaki (yang dituju untuk bertobat). Ia pun dibawa oleh malaikat rahmat." Di riwayat lain dalam Aṣ-Ṣaḥiḥ disebutkan, "Orang tersebut lebih dekat sejengkal saja ke perkampungan yang baik itu, maka ia pun dijadikan termasuk penduduknya." Dalam satu riwayat dalam Aṣ-Ṣaḥiḥ disebutkan, "Lantas Allah -Ta'ālā- mewahyukan kepada tanah yang ini (tanah asalnya), "Hendaknya engkau menjauh." Dan kepada tanah yang ini (tanah yang dituju), "Hendaknya engkau mendekat." kemudian Allah berfirman, "Ukurlah antara keduanya!" Ternyata para malaikat mendapatkan bahwa orang itu lebih dekat satu jengkal kepada tanah yang dituju sehingga ia pun diampuni." Dalam satu riwayat, "Orang tersebut bergerak dengan membusungkan dadanya ke arah tempat yang dituju."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قال النبي -صلى الله عليه وسلم-: كان في أمة من الأمم قبلنا رجل قتل تسعة وتسعين نفسًا، ثم إنه ندم وسأل عن أعلم أهل الأرض يسأله: هل له من توبة؟ فدل على رجل، فوجد عابدًا ولكنه ليس عنده علم، فلما سأله قال إنه قتل تسعة وتسعين نفسًا، فهل له من توبة؟ فاستعظم الراهب هذا الذنب وقال: ليس لك توبة! فغضب الرجل وانزعج وقتل الراهب، فأتم به مائة نفس، ثم إنه سأل عن أعلم أهل الأرض، فدل على رجل عالم فقال له: إنه قتل مائة نفس فهل له من توبة؟ قال: نعم! ومن الذي يحول بينه وبين التوبة؟ باب التوبة مفتوح، ولكن اذهب إلى القرية الفلانية؛ فإن فيها قومًا يعبدون الله، والأرض التي كان فيها كأنها -والله أعلم- دار كفر فأمره هذا العالم أن يهاجر بدينه إلى هذه القرية التي يعبد فيها الله -سبحانه وتعالى-، فخرج تائبا نادمًا مهاجرًا بدينه إلى الأرض التي فيها القوم الذين يعبدون الله عز وجل، وفي منتصف الطريق أتاه الموت، فاختصمت فيه ملائكة العذاب وملائكة الرحمة، تقول ملائكة الرحمة: إنه تاب وجاء نادمًا تائبًا، فحصل بينهما خصومة، فبعث الله إليهم ملكًا ليحكم بينهم، فقال: قيسوا ما بين الأرضين فإلى أيتها كان أقرب فهو من أهلها.
   فإن كانت أرض الكفر أقرب إليه فملائكة العذاب تقبض روحه، وإن كان إلى بلد الإيمان أقرب فملائكة الرحمة تقبض روحه.
فقاسوا ما بينهما؛ فإذا البلد التي اتجه إليها -وهي بلد الإيمان-أقرب من البلد التي هاجر منها بنحو شبر -مسافة قريبة- فقبضته ملائكة الرحمة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada seorang lelaki dari golongan umat sebelum kalian telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Selanjutnya ia menyesal dan menanyakan tentang orang yang paling alim di muka bumi untuk bertanya apakah masih ada tobat baginya? Ia pun ditunjukkan kepada seorang lelaki. Lelaki itu seorang ahli ibadah, tetapi dia tidak memiliki ilmu. Setelah ia bertanya kepadanya, ia mengatakan bahwa dirinya telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa. Adakah tobat baginya?" Rahib tersebut memandang bahwa dosa tersebut besar. Ia pun berkata, "Tidak ada tobat bagimu!" Seketika orang itu pun marah, gelisah dan ia pun membunuh rahib itu. Dengan demikian, ia telah genap membunuh seratus orang. Selanjutnya ia menanyakan tentang orang yang paling alim di bumi. Lantas ia ditunjukkan kepada seorang lelaki alim. Ia berkata kepadanya bahwa dirinya telah membunuh seratus jiwa, adakah tobat baginya?" Orang alim menjawab, "Ya! Siapa yang menghalangi antara dirinya dengan tobat? Pintu tobat masih terbuka. Hanya saja engkau harus pergi ke kampung fulan, karena di dalamnya ada kaum yang menyembah Allah. Sedangkan bumi yang ditempatinya - hanya Allah Yang Maha Tahu - adalah negara kafir. Orang alim ini memerintahkan orang itu untuk hijrah membawa agamanya ke kampung di mana Allah di sembah di sana. Ia pun keluar dalam keadaan tobat dan hijrah membawa agamanya menuju bumi yang di dalamnya ada kaum yang menyembah Allah -'Azza wa Jalla-. Di tengah jalan, tibalah ajalnya sehingga terjadilah perselisihan antara malaikat azab dan malaikat rahmat mengenai orang itu. Malaikat rahmat berkata, "orang ini telah bertobat dan datang dalam keadaan menyesal dan bertobat." Terjadilah perselisihan di antara keduanya. Lantas Allah mengutus satu malaikat kepada mereka untuk menetapkan keputusan diantara mereka. Malaikat itu berkata, "Ukurlah antara dua tanah, kemana saja ia lebih dekat, maka ia miliknya. Yakni, ia termasuk penduduk tanah itu." Jika tanah kafir lebih dekat kepadanya, maka malaikat azab mencabut rohnya. Jika ia lebih dekat kepada negeri orang mukmin, maka malaikat rahmat yang mencabut rohnya." Para malaikat pun mengukur antara kedua tanah itu. Ternyata negeri di mana orang itu menuju kepadanya - yaitu negeri tujuan - lebih dekat satu jengkal dari negeri yang ia tinggalkan, - jarak yang dekat - lalu malaikat rahmat pun mencabut nyawanya."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4310

 
Hadith   650   الحديث
الأهمية: الرَّضاعة تحرم ما تحرم الولادة
Tema: Susuan itu mengharamkan seperti pengharaman karena kelahiran.

عن عائشة -رضي الله عنها- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «الرَّضاعة تحرم ما تحرم الولادة».

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anha-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Susuan itu mengharamkan seperti pengharaman karena kelahiran (nasab dan keturunan)."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
المحرمات من النساء بسبب النسب كالأم والأخت يحرم مثلهن بسبب الرضاعة كالأم المرضعة والأخت من الرضاعة؛ لذا جاء في حديث آخر: (يحرم من الرضاع ما يحرم من النسب)، سواء من قبل الزوجة أو من قبل الزوج، فكل ما يحرم على الإنسان من قراباته من النسب بأن يتزوجها كأخته وخالته وعمته، فحرام عليه أن يتزوج بهؤلاء إذا كانت قرابتهن بالرضاع، وكذلك الزوجة يحرم عليها أن تتزوج بولدها وأخيها وعمها وخالها، فكذلك حرام عليها أن تتزوج بهؤلاء إذا كانوا من الرضاع.
ونوع التحريم هو تحريم النكاح وانتشار الحرمة بين الرضيع والأولاد المرضعة، وتنزيلهم منزلة الأقارب في حل نظر وخلوة وسفر، لا في باقي الأحكام، كتوارث ووجوب الإنفاق ونحو ذلك، ثم التحريم المذكور بالنظر إلى المرضع فإن أقاربه أقارب للرضيع وأما أقارب الرضيع ما عدا أولاده فلا علاقة بينهم وبين المرضع، فلا يثبت لهم شيء من الأحكام.
Wanita-wanita yang diharamkan karena nasab seperti ibu dan saudari, maka yang semisalnya dari sesusuan juga haram karena sebab persusuan tersebut, seperti ibu susuan dan saudari sesusuan, sebagaimana disebutkan dalam hadis lain, "Susuan memahramkan sebagaimana mahram yang disebabkan oleh garis keturuan," baik dari pihak ibu susuan maupun bapak susuan. Siapa pun yang diharamkan bagi seseorang dari keluarganya untuk dinikahi, seperti saudara perempuan, bibi dari bapak dan ibu, maka diharamkan baginya menikahi mereka jika sebab persaudaraan sesusuan. Demikian pula seorang perempuan diharamkan menikahi anaknya, saudara laki-lakinya dan paman dari ayah atau ibunya, maka diharamkan pula menikahi mereka jika sebab persaudaraannya adalah karena sesusuan. Jenis pengharamannya adalah pengharaman nikah, dan tersebarnya kemahraman antara anak sususan dan anak-anak wanita yang menyusui tersebut, dan menetapkan mereka seperti kedudukan para kerabat terkait kebolehan untuk melihat, berkhalwat dan safar; bukan terkait hukum-hukum seperti warisan dan kewajiban memberi nafkah. Kemudian keharaman tersebut terkait orang yang menyusui, maka kerabatnya merupakan kerabat bagi anak susuan. Sementara kerabat anak susuan selain anak-anaknya maka tidak ada hubungan antara mereka dengan ibu sususan, sehingga tidak berlaku hukum-hukum tersebut bagi mereka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4311

 
Hadith   651   الحديث
الأهمية: للَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ، سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فَلاَة
Tema: Allah lebih gembira untuk menerima tobat hamba-Nya daripada salah seorang dari kalian yang menemukan tunggangannya setelah tersesat di gurun pasir.

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «للَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ، سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فَلاَةٍ».
وفي رواية: «لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ، مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ، فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ، فَأَيِسَ مِنْهَا، فَأَتَى شَجَرَةً، فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا، وقَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ، فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا، قَائِمَةً عِنْدَهُ، فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا، ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ: اللهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ! أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَح».

Dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah lebih gembira untuk menerima tobat hamba-Nya daripada salah seorang dari kalian yang menemukan tunggangannya setelah tersesat di gurun pasir." Dalam riwayat lain, "Allah lebih gembira untuk menerima tobat hamba-Nya daripada salah seorang dari kalian yang awalnya berada di atas tunggangannya di gurun pasir, kemudian tunggannya itu terlepas darinya, padahal di situ ada bekal makan dan minumnya. Saat putus asa, dia mendatangi sebuah pohon untuk berteduh di bawahnya. Dia telah putus asa untuk mendapatkan kembali tunggangannya. Dalam keadaan demikian itu, tunggangannya kembali, berada disisinya. Dia pun mengambil tali kekang tunggangannya dan berujar kegirangan, 'Wahai Allah, engkau adalah hambaku dan aku tuhan-Mu.' Dia keliru karena sangat bergembira."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر -صلى الله عليه وسلم- أن الله أشد فرحًا برجوع عبده إليه بطاعته وامتثال أمره مخلصا من قلبه، من فرح أحدكم كان في أرض فلاة، ليس حوله أحد، لا ماء ولا طعام ولا أناس، وضاع بعيره، فجعل يطلبه فلم يجده، فذهب إلى شجرة ونام تحتها ينتظر الموت! قد أيس من بعيره، وأيس من حياته؛ لأن طعامه وشرابه على بعيره، والبعير قد ضاع، فبينما هو كذلك وجد بعيره فجأة عنده قد تعلق خطامه بالشجرة التي هو نائم تحتها، فبأي شيء يقدر هذا الفرح؟ هذا الفرح لا يمكن أن يتصوره أحد إلا من وقع في مثل هذه الحال! لأنه فرح عظيم، فرح بالحياة بعد الموت، ولهذا أخذ بالخطام، وقال: "اللهم أنت عبدي وأنا ربك"! أراد أن يثني على الله فيقول: "اللهم أنت ربي وأنا عبدك" لكن من شدة فرحه أخطأ.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa Allah lebih gembira dengan hamba-Nya yang kembali kepada-Nya dengan mentaati dan menjalankan perintah-Nya, ikhlas dari hatinya, daripada kegembiraan salah seorang dari kalian yang berada di tengah gurun pasir, tidak ada seorang pun di sana. Tidak ada air, makanan maupun manusia. Kemudian tunggangannya hilang. Ia berusaha keras mencarinya tetapi tidak menemukannya. Kemudian dia berteduh di bawah sebatang pohon. Tiduran sambil pasrah menunggu kematian. Dia sudah putus asa dengan tunggangannya juga dengan hidupnya, karena bekal makan dan minumnya ada ditunggangannya yang hilang entah ke mana. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba tunggangannya sudah berada di sisinya. Tali kekangnya tersangkut di ranting pohon tempat dia berteduh. Dapatkah terbayangkan betapa bahagianya dia. Kegembiraannya tidak terbayangkan oleh siapa pun, kecuali oleh mereka yang mengalaminya. Kebahagiaan yang besar, kegembiraan dengan kehidupan setelah mengira akan mati. Karenanya, dia segera mengambil kekang tunggangannya seraya berujar, 'Wahai Allah, engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhan-Mu.' Sebenarnya ia ingin memuji Allah, "'Wahai Allah, aku hamba-Mu dan Engkau tuhan-Ku." Tapi karena sangat gembira, ia jadi keliru.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4313

 
Hadith   652   الحديث
الأهمية: إن الحلال بيِّن وإن الحرام بين، وبينهما أمور مشتبهات لا يعلمهن كثير من الناس، فمن اتقى الشبهات فقد اسْتَبْرَأ لدينه وعرضه، ومن وقع في الشبهات وقع في الحرام
Tema: Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu juga jelas. Di antara keduanya terdapat hal-hal samar yang banyak manusia tidak mengetahuinya. Siapa yang menjaga dirinya dari perkara yang samar, maka ia telah menjaga agamanya dan kehormatannya. Namun, Siapa yang terjatuh ke dalam perkara yang samar, maka ia jatuh dalam perkara yang haram.

عن النعمان بن بشير -رضي الله عنه- قال: سمعت النبي -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إن الحلال بيِّن وإن الحرام بين، وبينهما أمور مُشْتَبِهَاتٌ لا يعلمهن كثير من الناس، فمن اتقى الشُّبُهات فقد اسْتَبْرَأ لدينه وعرضه، ومن وقع في الشبهات وقع في الحرام، كالراعي يرعى حول الحِمى يوشك أن يَرْتَع فيه، ألا وإن لكل مَلِك حِمى، ألا وإن حِمى الله محارمه، ألا وإن في الجسد مُضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب».

An-Nu'mān bin Basyīr -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Saya mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu juga jelas. Di antara keduanya terdapat hal-hal samar yang banyak manusia tidak mengetahuinya. Siapa yang menjaga dirinya dari perkara yang samar, maka ia telah menjaga agamanya dan kehormatannya. Namun, Siapa yang terjatuh ke dalam perkara yang samar, maka ia jatuh dalam perkara yang haram.; bagaikan seorang penggembala yang menggembalakan hewan ternaknya di sekitar kawasan terlarang, dikhawatirkan ia akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa setiap penguasa mempunyai daerah larangan. Ketahuilah, bahwa daerah larangan Allah adalah segala yang diharamkan-Nya. Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baik pula seluruh jasadnya, dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
القاعدة العامة أن ما أحله الله ورسوله، وما حرمه الله ورسوله، كل منهما بَيِّن واضح، وإنما الخوف على المسلم من الأشياء المشتبهة، فمن ترك تلك الأشياء المشتبهة عليه سَلِم دينه بالبعد عن الوقوع في الحرام، وتم له كذلك صيانة عرضه من كلام الناس بما يعيبون عليه بسبب ارتكابه هذا المشتبه.
ومن لم يجتنب المشتبهات، فقد عرض نفسه إما إلى الوقوع في الحرام، أو اغتياب الناس له ونيلهم من عرضه.
   وضرب الرسول -صلى الله عليه وسلم- مثلا لمن يرتكب الشبهات كراع يرعى إبله أو غنمه قرب أرض قد حماها صاحبها، فتوشك ماشية ذلك الراعي أن ترعى في هذا الحمى لقربها منه، فكذلك من يفعل ما فيه شبهة، فإنه بذلك يقترب من الحرام الواضح، فيوشك أن يقع فيه.
وأشار النبي -صلى الله عليه وسلم- إلى أن الأعمال الظاهرة تدل على الأعمال الباطنة من صلاح أو فساد، فبين أن الجسد فيه مضغة (وهي القلب) يصلح الجسد بصلاحها، ويفسد بفسادها.
Ada kaidah umum bahwa segala yang dihalalkan Allah dan Rasul-Nya, dan yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya, keduanya adalah jelas dan terang. Hanya saja yang dikhawatirkan terhadap orang muslim adalah hal-hal yang samar. Siapa yang meninggalkan hal-hal samar itu, maka agamanya selamat, yaitu terjauhkan dari perbuatan yang haram serta kehormatannya terjaga secara sempurna dari celaan manusia lantaran mengerjakan hal-hal yang samar ini. Orang yang tidak menghindari hal-hal yang samar, maka dia telah membiarkan dirinya terjerumus, baik ke dalam hal haram ataupun gunjingan manusia terhadapnya serta penodaan mereka atas kehormatannya. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberikan permisalan tentang orang yang mengerjakan hal yang samar, bahwa ia laksana penggembala yang menggembala untanya atau kambingnya di dekat tanah yang telah dijaga oleh pemiliknya. Dikhawatirkan binatang ternak penggembala itu merumput di tempat terlarang itu karena dekat dengannya. Demikian juga halnya dengan orang yang mengerjakan sesuatu yang mengandung kesamaran, karena ia sangat dekat dengan keharaman yang jelas sehingga dikhawatirkan dia terperosok di dalamnya. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengisyaratkan bahwa kesalehan atau keburukan amal-amal lahir menunjukkan kesalehan atau keburukan amalan-amalan hati. Beliau menjelaskan bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging (yaitu hati); tubuh menjadi baik dengan kebaikannya dan rusak dengan kerusakannya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4314

 
Hadith   653   الحديث
الأهمية: إن اللهَ -عَزّ وَجَلَّ- يَقْبَل تَوْبَةَ العَبْدِ مَا لَم يُغَرغِر
Tema: Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- menerima tobat seorang hamba selama nyawanya belum sampai ke tenggorokan.

عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «إن الله -عز وجل- يقبل تَوْبَةَ العَبْدِ ما لم يُغَرْغِرْ».

Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- menerima tobat seorang hamba selama nyawanya belum sampai ke tenggorokan."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
الله -عز وجل- يقبل توبة العبد ما لم تصل الروحُ الحلقومَ، فإذا وصلت الروحُ الحلقومَ فلا توبة، ولقوله -تعالى-: {وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآن}، [النساء: 18].
Tema: Allah -'Azza wa Jalla- menerima tobat seorang hamba selama nyawanya belum sampai di tenggorokan. Apabila nyawa sudah sampai ke tenggorokan, maka tidak ada tobat baginya. Hal ini berdasarkan firman Allah -Ta'ālā-, "Dan tobat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang dari mereka, (barulah) dia mengatakan, "Saya benar-benar bertobat sekarang." (QS. An-Nisa': 18).

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4315

 
Hadith   654   الحديث
الأهمية: إن الله تعالى طيبٌ لا يقبل إلا طيبًا، وإن الله أمر المؤمنين بما أمر به المرسلين فقال تعالى: يا أيها الرسل كلوا من الطيبات واعملوا صالحًا
Tema: Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima kecuali perkara yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang beriman dengan apa yang Dia perintahkan kepada para rasul. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Wahai para Rasul, makanlah yang baik-baik dan kerjakanlah amal saleh!"

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا، إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} [المؤمنون: 51] وَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} [البقرة: 172] ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟.

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima kecuali perkara yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang beriman dengan apa yang Dia perintahkan kepada para rasul, Allah berfirman, "Wahai para Rasul, makanlah yang baik-baik dan kerjakanlah amal saleh, sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Mu`minūn: 51). Dan Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (Al-Baqarah: 172). Kemudian beliau menyebutkan tentang seorang laki-laki yang mengadakan perjalanan jauh dalam keadaan kusut dan berdebu, dia menengadahkan kedua tangannya ke langit (sembari berkata), "Ya Rabb, ya Rabb," sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia dikenyangkan dengan yang haram, lalu bagaimana bisa doanya dikabulkan?”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إن الله -تعالى- منزه عن النقائص والعيوب، موصوف بصفات الجلال والجمال والكمال؛ فلا يتقرب إليه بنفقة أو صدقة من حرام أو ما فيه شبهة أو بالرديء من الطعام، وأن الله قد أباح للمؤمنين الأكل من الطيبات كما أباحه للمرسلين مع العمل الصالح والشكر لله على نعمه.
ثم بين الرسول -صلى الله عليه وسلم- أن الله -سبحانه- كما يحب الإنفاق من الطيب، فإنه تعالى كذلك لا يحب من الأعمال إلا طيبها، ولا تطيب الأعمال إلا بالمتابعة والإخلاص.
ثم ذكر -صلى الله عليه وسلم- تحذيرا لأمته من الحرام، فذكر -صلى الله عليه وسلم- الرجل يطيل السفر، أي: في وجوه الطاعات من حج وجهاد واكتساب معيشة، أشعث شعر الرأس مُغبرَّ اللون من طول سفره في الطاعة، يمد يديه إلى السماء بالدعاء إلى الله والتضرع إليه والتذلل بين يديه، ومع ذلك يبعد أن يستجاب له، لخبث كسبه، حيث كان مطعمه ومشربه من الحرام.
Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- suci dari segala sifat kekurangan dan cela, Dia memiliki sifat kagungan, keindahan dan kesempurnaan; maka tidak mungkin seseorang mendekatkan diri kepada-Nya dengan nafkah atau sedekah yang berasal dari sesuatu yang haram, mengandung syubhat atau dari jenis makanan yang buruk. Allah membolehkan orang-orang yang beriman untuk mengkonsumsi makanan yang baik sebagaimana Dia telah membolehkannya pada para Rasul serta memerintahkan untuk beramal saleh dan bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya. Kemudian Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan bahwa sebagaimana Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- menyukai infak yang berasal dari harta yang baik, maka Dia juga tidak menyukai amalan kecuali amalan yang baik, dan amalan itu tidak akan baik kecuali bila dilakukan atas dasar mutāba'ah (sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah) dan keikhlasan. Selanjutnya Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memperingatkan umatnya dari perkara yang haram. Beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengisahkan tentang seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh; yakni melakukan perjalanan dalam rangka ketaatan seperti perjalanan ibadah haji, berjihad dan mencari nafkah penghidupan, rambut kusut dan berdebu karena jauhnya perjalanan yang ia tempuh. Lalu ia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa kepada Allah dengan mengiba dan penuh kerendahan hati, meskipun demikian kondisinya, namun doanya tidak dikabulkan karena pekerjaannya yang buruk, di mana makanan dan minuman yang ia konsumsi berasal dari sesuatu yang haram.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4316

 
Hadith   655   الحديث
الأهمية: إنَّ الله -تعالى- يَبْسُطُ يدَه بالليلِ ليتوبَ مسيءُ النَّهارِ، ويَبْسُطُ يدَه بالنَّهارِ ليتوبَ مسيءُ الليلِ، حتى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
Tema: Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- membentangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima tobat orang yang berbuat kesalahan di waktu siang, dan juga membentangkan tangan-Nya di waktu siang untuk menerima tobat orang yang berbuat kesalahan di waktu malam, sampai matahari terbit dari arah barat.

عن أبي موسى عبد الله بن قيس الأشعري -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «إنَّ الله -تعالى- يَبْسُطُ يدَه بالليلِ ليتوبَ مسيءُ النَّهارِ، ويَبْسُطُ يدَه بالنَّهارِ ليتوبَ مسيءُ الليلِ، حتى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا».

Dari Abu Musa Abdullah bin Qais Al-Asy'ari -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- membentangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima tobat orang yang berbuat kesalahan di waktu siang, dan juga membentangkan tangan-Nya di waktu siang untuk menerima tobat orang yang berbuat kesalahan di waktu malam, sampai matahari terbit dari arah barat."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
الله -عز وجل- يقبل التوبة -حتى وإن تأخرت- فإذا أذنب الإنسان ذنبًا في النهار، فإن الله- تعالى- يقبل توبته ولو تاب في الليل، وكذلك إذا أذنب الإنسان ذنبًا في الليل، فإن الله- تعالى- يقبل توبته ولو تاب في النهار؛ ما لم تطلع الشمس من مغربها وهي من علامات الساعة الكبرى.
Allah -'Azza wa Jalla- menerima tobat, bahkan meskipun terlambat, apabila seorang manusia melakukan dosa di siang hari, maka Allah -Ta'ālā- menerima tobatnya, seandainya ia bertobat di malam hari. Demikian juga apabila dia melakukan dosa di malam hari, maka Allah -Ta'ālā- menerima tobatnya meskipun ia bertobat di siang hari, selama matahari belum muncul dari barat dimana ini adalah salah satu tanda kiamat besar.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4318

 
Hadith   656   الحديث
الأهمية: إن الله كتب الإحسانَ على كل شيء، فإذا قتلتم فأحسِنوا القِتلةَ وإذا ذبحتم فأحسِنوا الذِّبحة، وليحد أحدُكم شَفْرَتَه ولْيُرِحْ ذبيحتَهُ
Tema: Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan (baik) terhadap segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik, dan jika kalian menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik pula, dan hendaklah seseorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan hewan sembelihannya.

عن شداد بن أوس -رضي الله عنه- مرفوعًا:« إن الله كتب الإحسانَ على كل شيء، فإذا قتلتم فأحسِنوا القِتلةَ وإذا ذبحتم فأحسِنوا الذِّبحة، وليحد أحدُكم شَفْرَتَه ولْيُرِحْ ذبيحتَهُ».

Syaddād bin Aus -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū': "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat iḥsān (baik) terhadap segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik, dan jika kalian menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik pula, dan hendaklah seseorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan hewan sembelihannya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
المسلم مطالب بإحسان نيته وسريرته، ومطالب بإحسان طاعته وعبادته، ومطالب بإحسان عمله وصنعته، ومطالب بالإحسان إلى الناس والحيوان؛ بل وإلى الجماد أيضا.
ولا شك أن ذابح الحيوان سيؤلمه بالذبح، ولا بد من ذبحه للانتفاع به، إذا فالمقصود من ذلك هو تربية الرحمة والرأفة والشفقة والرفق في نفس المؤمن حتى لا يغفل عن تلك المعاني ولو كان ذابحا أو قاتلا بحق، وهو تنبيه على أن الإحسان إذا طلب في القتل والذبح فطلبه في غيره من الأعمال آكد وأشد، ومن الإحسان تحديد السكين وإراحة الحيوان.
Seorang muslim dituntut untuk memperbaiki niat dan kepribadiannya, ketaatan dan ibadahnya, amal perbuatan dan profesinya, serta dituntut berbuat baik kepada manusia dan binatang; bahkan juga kepada benda-benda mati. Tidak diragukan lagi bahwa orang yang menyembelih hewan sudah tentu akan menyakiti sembelihannya, namun ia mesti menyembelihnya untuk mengambil manfaat dari hewan tersebut. Jadi, maksud dari hadis ini adalah menanamkan rasa kasih sayang, kemurahan hati, dan simpati pada diri orang yang beriman agar tidak lalai dari sifat-sifat terpuji tersebut meskipun ia seorang jagal atau orang yang membunuh karena alasan yang hak. Hadis ini juga sebagai peringatan bahwa jika dalam membunuh dan menyembelih saja dituntut untuk berbuat baik, maka dalam amalan lainnya tentu lebih dituntut untuk berbuat baik. Dan termasuk dari berbuat baik (ketika menyembelih) adalah menajamkan pisau dan menenangkan hewan sembelihan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4319

 
Hadith   657   الحديث
الأهمية: إن الله كَتَبَ الحسناتِ والسيئاتِ ثم بَيَّنَ ذلك، فمَن هَمَّ بحسنةٍ فَلم يعمَلها كَتبها الله عنده حسنةً كاملةً، وإن هَمَّ بها فعمِلها كتبها اللهُ عندَه عشرَ حسناتٍ إلى سَبعِمائةِ ضِعْفٍ إلى أضعافٍ كثيرةٍ
Tema: Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan, lalu menjelaskannya. Siapa yang berniat melaksanakan kebaikan namun tidak jadi mengerjakannya, Allah tetap mencatatnya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat melakukan kebaikan lalu mengerjakannya, maka Allah mencatatnya sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat, bahkan sampai berlipat-lipat kebaikan di sisi-Nya

عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما- عن رسول الله -صلى الله عليه وآله وسلم- فيما يرويه عن ربه -تبارك وتعالى- قال: «إن الله كَتَبَ الحسناتِ والسيئاتِ ثم بَيَّنَ ذلك، فمَن هَمَّ بحسنةٍ فَلم يعمَلها كَتبها الله عنده حسنةً كاملةً، وإن هَمَّ بها فعمِلها كتبها اللهُ عندَه عشرَ حسناتٍ إلى سَبعِمائةِ ضِعْفٍ إلى أضعافٍ كثيرةٍ، وإن هَمَّ بسيئةٍ فلم يعملها كتبها الله عنده حسنة كاملة، وإن هَمَّ بها فعمِلها كتبها اللهُ سيئةً واحدةً».
زاد مسلم: «ولا يَهْلِكُ على اللهِ إلا هَالِكٌ».

Abdullah bin 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebagaimana yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya -Tabāraka wa Ta'ālā-, beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan, lalu menjelaskannya. Siapa yang berniat melaksanakan kebaikan namun tidak jadi mengerjakannya, Allah tetap mencatatnya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat melakukan kebaikan lalu mengerjakannya, maka Allah mencatatnya sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan sampai berlipat-lipat kebaikan di sisi-Nya. Jika seseorang berniat melakukan keburukan namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya, dan jika dia berniat melakukan keburukan lalu mengerjakannya, Allah pun mencatatnya sebagai satu kejahatan." Muslim menambahkan lafal, "Tidak ada yang akan dibinasakan oleh Allah selain orang yang pantas binasa."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث العظيم أن الهم بالحسنة مع الحرص على عملها يُكتب حسنة وإن لم تُعمل، وإذا عُملت الحسنة فإنها تُضاعف بعشر أمثالها إلى أضعاف كثيرة، ومن هم بالسيئة ثم تركها لله كُتبت له حسنة، ومن عمل سيئة كُتبت له سيئة واحدة، ومَن هم بالسيئة ثم تركها لم تُكتب شيئا، وكل ذلك يدل على سَعة رحمة الله عز وجل، حيث تفضل عليهم بهذا الفضل العظيم والخير الجزيل.
Dalam hadis yang agung ini dijelaskan bahwa niat berbuat kebaikan disertai keinginan keras untuk melakukannya dicatat sebagai satu kebaikan meskipun tidak dikerjakan. Jika kebaikan itu dilaksanakan maka kebaikan itu dilipat menjadi sepuluh kali lipat, bahkan sampai berlipat-lipat. Siapa yang berniat melakukan keburukan lalu meninggalkannya karena Allah, Allah pun mencatatnya sebagai satu kebaikan. Siapa yang melakukan satu keburukan maka dicatat baginya satu kejahatan, dan Siapa yang berniat melakukan kejahatan lalu meninggalkannya, maka hal itu tidak dicatat sama sekali. Semua ini menunjukkan luasnya rahmat Allah -'Azza wa Jalla-, karena Dia memberikan kemuliaan kepada mereka dengan kemuliaan yang besar dan kebaikan yang melimpah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4322

 
Hadith   658   الحديث
الأهمية: من صام يومًا في سبيل الله بَعَّدَ الله وجهه عن النار سبعين خريفًا
Tema: Siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, pasti Allah menjauhkan wajahnya dari neraka sejarak tujuhpuluh musim gugur (tahun).

عن أبي سعيد الخُدْرِي -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «من صام يومًا في سبيل الله بَعَّدَ الله وجهه عن النَّار سَبْعِين خريفا».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, pasti Allah menjauhkan wajahnya dari neraka sejarak tujuhpuluh musim gugur (tahun)."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن من صام يوما واحدا في سبيل الله كان جزاؤه أن يُبَعِّد الله تعالى وجهه عن النار سبعين عاماً؛ لأنه جمع بين مشقة الجهاد والمرابطة ومشقة الصيام، وإبعاده عن النار، يقتضي تقريبه من الجنة، إذ ليس هناك إلا طريق للجنة وطريق للسعير.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa orang yang berpuasa satu hari di jalan Allah, maka balasannya adalah Allah -Ta'ālā- akan menjauhkan wajahnya dari neraka sejarak tujuh puluh tahun karena dia telah menggabungkan antara kesulitan jihad dan menjaga wilayah Islam dengan kesulitan berpuasa. Dijauhkan dari neraka konsekuensinya didekatkan ke surga. Sebab, di sana tidak ada jalan selain jalan ke Surga dan jalan ke neraka Sa'īr.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4436

 
Hadith   659   الحديث
الأهمية: لا يزال الناس بخير ما عَجَّلُوا الفطر
Tema: Orang-orang senantiasa dalam kebaikan selama menyegerakan buka puasa.

عن سهل بن سعد الساعدي -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «لا يزال الناس بخير ما عَجَّلُوا الفطر».

Dari Sahl bin Sa'ad -raḍiyallāhu 'anhu- dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Orang-orang senantiasa dalam kebaikan selama menyegerakan buka puasa."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- في هذا الحديث أن الناس لا يزالون بخير، ما عجلوا الفطر؛ لأنهم ـ بذلك يحافظون على السنة.
فإذا خالفوا وأخروا الفطر، فهو دليل على زوال الخير عنهم ؛ لأنهم تركوا تمسكهم بالسنة التي ترك النبي -صلى الله عليه وسلم- عليها أمته وأمرهم بالمحافظة عليها .

Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan dalam hadis ini bahwa orang-orang senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan buka puasa. Sebab, dengan hal itu mereka telah memelihara Sunnah. Jika mereka menentangnya dan mengakhirkan buka puasa, itu pertanda hilangnya kebaikan dari mereka, karena mereka tidak berpegang teguh kepada Sunnah yang telah ditinggalkan oleh Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk umatnya dan beliau memerintahkan mereka untuk menjaganya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4438

 
Hadith   660   الحديث
الأهمية: ذهب المفطرون اليوم بالأجر
Tema: Orang-orang yang berbuka pada hari ini telah bepergian dengan mendapatkan pahala.

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: كنَّا مع النبي -صلى الله عليه وسلم- في السفر فمنَّا الصائم، وَمِنَّا المُفطر، قال: فنزلنا مَنْزِلًا فِي يوم حارٍّ، وأكثرنا ظِلًّا صاحب الْكِسَاءِ، وَمِنَّا من يَتَّقِي الشمس بيده، قال: فَسقط الصُّوَّامُ، وقام المُفْطِرُونَ فَضربوا الْأَبْنِيَةِ، وَسَقَوْا الرِّكَاب، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: "ذهب المُفْطِرُونَ اليوم بالأجر".

Dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, “Kami pernah melakukan safar bersama ‎Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, di antara kami ada yang berpuasa dan ada juga yang ‎tidak berpuasa”. Kemudian di hari yang sangat terik itu kami berhenti di suatu tempat dan ‎orang yang bisa berteduh hanyalah orang yang mempunyai pakaian, bahkan di antara kami ada ‎yang berlindung dari sinar matahari hanya dengan tangannya saja. Maka orang-orang yang ‎berpuasa pun berjatuhan, dan sebaliknya orang-orang yang tidak berpuasa bangkit, kemudian mendirikan tenda dan memberi minum hewan tunggangan mereka. Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun bersabdaو "Hari ini mereka yang berbuka telah menuai pahala."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان الصحابة مع النبي -صلى الله عليه وسلم- في أحد أسفاره، ويحتمل أنها غزوة الفتح، فكان بعضهم مفطرًا، وبعضهم صائمًا، والنبي -صلى الله عليه وسلم- يُقر كلًّا منهم على حاله.
فنزلوا في يوم حار ليستريحوا من عناء السفر وحر الهاجرة، فلما نزلوا في هذه الهاجرة، سقط الصائمون من الحر والظمأ، فلم يستطيعوا العمل، وقام المفطرون، فضربوا الأبنية، بنصب الخيام والأخبية، وسقوا الإبل، وخدموا إخوانهم الصائمين، فلما رأى النبي -صلى الله عليه وسلم- فعلهم وما قاموا به من خدمة الجيش شجعهم، وبين فضلهم وزيادة أجرهم وقال: "ذهب المفطرون اليوم بالأجر".
Para sahabat pernah bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam sebuah safar. Di antara ‎mereka ada yang tidak melaksanakan puasa dan ada juga yang berpuasa. Dan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membenarkan setiap dari mereka berdasarkan kondisinya.‎
Kemudian pada suatu hari yang sangat terik, mereka berhenti di suatu tempat untuk ‎beristirahat dari lelahnya perjalanan dan teriknya suasana yang sangat panas. Ketika mereka ‎berhenti di waktu yang sangat panas di tengah hari tersebut, orang-orang yang berpuasa ‎berjatuhan karena panas dan kehausan sehingga mereka tidak dapat bekerja. ‎Adapun orang-orang yang tidak berpuasa mereka bangkit lalu mendirikan kemah-kemah, memberi minum unta dan membantu ‎saudara-saudara mereka yang berpuasa. Tatkala Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat ‎pekerjaan mereka dan apa yang mereka lakukan untuk membantu pasukan, ‎beliaupun memotivasi mereka serta menjelaskan keutamaan mereka dan bersabda, “Hari ini ‎mereka yang berbuka telah menuai pahala."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 4439

 
Hadith   661   الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- دخل مكة عام الفَتح، وعلى رأسه المِغْفَرُ، فلما نَزعه جاءه رجل فقال: ابن خَطَلٍ متعَلِّقٌ بأستار الكعبة، فقال: اقْتُلُوهُ
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memasuki Makkah pada hari pembebasan kota ‎Makkah dengan memakai topi besi di atas kepalanya. Ketika beliau melepasnya, seorang lelaki ‎datang dan berkata, “Ibnu Khaṭal bergantung pada tirai Ka'bah”. Lalu beliau bersabda, ‎‎“Bunuhlah dia!".‎

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه-: «أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- دخل مكة عام الفَتح، وعلى رأسه المِغْفَرُ، فلما نَزعه جاءه رجل فقال: ابن خَطَلٍ متعَلِّقٌ بأستار الكعبة، فقال: اقْتُلُوهُ».

Dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memasuki Makkah pada hari pembebasan kota ‎Makkah dengan memakai topi besi di atas kepalanya. Ketika beliau melepasnya, seorang lelaki ‎datang dan berkata, “Ibnu Khaṭal bergantung pada tirai Ka'bah”. Lalu beliau bersabda, ‎‎“Bunuhlah dia!".‎