Penjelajah Hadis Bahasa Indonesia مكتشف الحديث باللغة الإنجليزية
 
Hadith   1378   الحديث
الأهمية: أستغفر لك رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟ قال: نعم ولك، ثم تلا هذه الآية: (واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات)
Tema: Apakah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memohonkan ampunan untukmu? Ia menjawab, "Ya, dan untukmu." Kemudian ia membaca ayat ini: (واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات) "Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan."

عن عاصم الأحول، عن عبد الله بن سَرْجِسَ -رضي الله عنه- قال: قلت لرسول الله -صلى الله عليه وسلم-: يا رسول الله، غفر الله لك، قال: «ولك». قال عاصم: فقلت له: أستغفر لك رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟ قال: نعم ولك، ثم تلا هذه الآية: {واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات}.

Dari 'Āṣim al-Aḥwal, dari Abdullah bin Sarjis -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Aku berkata kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Wahai Rasulullah, semoga Allah mengampuni Anda?" Beliau menjawab, "Dan untukmu." 'Āṣim mengatakan, maka aku menanyainya, "Apakah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memohonkan ampunan untukmu? Ia menjawab, "Ya, dan untukmu." Kemudian ia membaca ayat ini: (واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات) "Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أخبر عبد الله بن سرجس -رضي الله عنه- أنه دعا للنبي -صلى الله عليه وسلم- بالمغفرة، فقابله النبي -صلى الله عليه وسلم- بالدعاء أيضا بالمغفرة، فسأل عاصمٌ الأحول عبدَ الله بن سرجس -رضي الله عنه- أستغفر لك رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟ قال: نعم، واستغفر لك أيضا، ثم استدل على ذلك بقول الله -تعالى- لنبيه -صلى الله عليه وسلم-: {وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ} .
Tema: Abdullah bin Sarjis -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa ia mendoakan ampunan untuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membalasnya dengan memohonkan ampunan juga. Lalu 'Āṣim al-Aḥwal bertanya kepada Abdullah bin Sarjis -raḍiyallāhu 'anhu-, apakah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memohonkan ampunan untukmu?" Ia menjawab, "Ya, dan beliau juga memohon ampunan untukmu." Kemudian ia berdalil dengan firman Allah -Ta'ālā- pada nabi-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: (واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات) "Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8262

 
Hadith   1379   الحديث
الأهمية: خُلِقَت الملائكة من نور، وخلق الجان من مارج من نار، وخلق آدم مما وصف لكم
Tema: Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalian

عن عائشة -رضي الله عنه- قالت: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «خُلقت الملائكة من نور، وخُلق الجَانُّ من مَارِجٍ من نار، وخُلق آدم مما وُصِفَ لكم».

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalian."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أخبر -صلى الله عليه وسلم- عن بدء الخلق، فذكر أن الملائكة خلقوا من النور، ولذلك كانوا كلهم لا يعصون الله ولا يستكبرون عن عبادته، أما الجن فخلقوا من نار، ولهذا يتصف كثير منهم بالطيش والعبث والعدوان، وخلق آدم مما ذكر لكم يعني خلق من طين من تراب من صلصال كالفَخار؛ لأن التراب صار طينًا ثم صار فخارًا فخلق منه آدم -عليه الصلاة والسلام-.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan tentang titik permulaan penciptaan makhluk. Beliau menyebutkan bahwa para malaikat diciptakan dari cahaya karena itu mereka semua tidak bermaksiat kepada Allah dan tidak menyombongkan diri untuk beribadah kepada-Nya. Adapun jin diciptakan dari api. Karena itu, banyak jin yang disifati dengan kesembronoan, kesia-siaan dan permusuhan. Sedangkan Adam diciptakan sebagaimana yang telah diterangkan kepada kalian. Yaitu diciptakan dari tanah liat/lempung seperti tembikar. Sebab prosesnya dari tanah menjadi tanah liat/lempung lalu menjadi tembikar, maka dari sanalah Adam -'alaihissalām- diciptakan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8264

 
Hadith   1380   الحديث
الأهمية: كان خلق نبي الله -صلى الله عليه وسلم- القرآن
Tema: Akhlak Nabi Allah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah Al-Qur`ān.

عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: كان خُلُقُ نَبي اللِه -صلى الله عليه وسلم- القرآن.

Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Akhlak Nabi Allah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah Al-Qur`ān."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث أنه -صلى الله عليه وسلم- يتخلق بأخلاق القرآن، ما أمر به القرآن قام به وما نهى عنه القرآن اجتنبه، سواء كان ذلك في عبادات الله -تعالى- أو في معاملة عباد الله، فخلق النبي -صلى الله عليه وسلم- امتثال القرآن، وفي هذا إشارة من أم المؤمنين عائشة -رضي الله عنها- أننا إذا أردنا أن نتخلق بأخلاق رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فعلينا أن نتخلق بالقرآن.
Makna hadis ini bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berakhlak dengan akhlak Al-Qur`ān. Apa yang diperintahkan Al-Qur`ān beliau kerjakan, dan apa yang dilarang Al-Qur`ān beliau tinggalkan; baik hal itu menyangkut ibadah atau muamalah dengan sesama. Sehingga, akhlak beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah implementasi dari Al-Qur`ān. Ummul-Mu`minīn Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- mengisyaratkan kepada kita bahwa bila kita ingin berhias diri dengan akhlak Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- maka kita harus menerapkan akhlak Al-Qur`ān.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8265

 
Hadith   1381   الحديث
الأهمية: من أحب لقاء الله أحب الله لقاءه، ومن كره لقاء الله كره الله لقاءه
Tema: Siapa yang rindu bertemu dengan Allah, Allah pun rindu bertemu dengannya. Namun siapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun benci bertemu dengannya."

عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ أحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءهُ» فقلتُ: يا رسولَ اللهِ، أكَراهِيَةُ المَوتِ، فَكُلُّنَا نَكْرَهُ المَوتَ؟ قال: «لَيْسَ كَذَلِكَ، ولكِنَّ المُؤْمِنَ إذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ فَأَحَبَّ اللهُ لِقَاءهُ، وإنَّ الكَافِرَ إذَا بُشِّرَ بِعَذابِ اللهِ وَسَخَطهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ وكَرِهَ اللهُ لِقَاءهُ».

Dari ‘Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Siapa yang rindu bertemu dengan Allah, Allah pun rindu bertemu dengannya. Namun siapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun benci bertemu dengannya.” Maka aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah (yang dimaksud adalah) membenci kematian, karena setiap kita membenci kematian?” Beliau menjawab: “Bukan demikian. Namun seorang mukmin jika diberi kabar gembira dengan rahmat, ridha dan surga Allah, ia akan rindu bertemu dengan Allah, maka Allah pun rindu bertemu dengannya. Dan sungguh orang kafir jika diberi ‘kabar duka’ dengan azab dan murka Allah, ia akan benci bertemu dengan Allah dan Allah pun benci bertemu dengannya.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: (من أحب لقاء الله أحب الله لقاءه ومن كره لقاء الله كره الله لقاءه) فسألت عائشة -رضي الله عنها-: هل تعني بذلك كراهية الموت يا رسول الله، فكلنا يكره الموت؟ قال: (ليس كذلك) فأخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن الإنسان إذا أحب لقاء الله أحب الله لقاءه، وذلك أن المؤمن يؤمن بما أعد الله للمؤمنين في الجنة من الثواب الجزيل والعطاء العميم الواسع فيحب ذلك وترخص عليه الدنيا ولا يهتم بها؛ لأنه سوف ينتقل إلى خير منها، فحينئذ يحب لقاء الله، ولاسيما عند الموت إذا بُشِّر بالرضوان والرحمة فإنه يحب لقاء الله -عز وجل-، ويشتاق إليه، فيحب الله لقاءه، أما الكافر والعياذ بالله فإنه إذا بشر بعذاب الله وسخطه كره لقاء الله فكره الله لقاءه، ولهذا جاء في حديث المحتضر أن نفس الكافر إذا بشرت بالغضب والسخط تفرقت في جسده وأبت أن تخرج، ولهذا تنزع روح الكافر من جسده نزعًا؛ ويُكرَه على أن تخرج روحه؛ وذلك لأنه يبشر والعياذ بالله بالشر، ولهذا قال الله -تعالى-: (ولو ترى إذ الظالمون في غمرات الموت والملائكة باسطو أيديهم أخرجوا أنفسكم).
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Siapa rindu bertemu dengan Allah, Allah pun rindu bertemu dengannya. Namun siapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun benci bertemu dengannya.” Maka ‘Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, “Wahai Rasulullah, apakah (yang dimaksud adalah) membenci kematian, karena setiap kita membenci kematian?” Rasulullah menjawab, “Bukan demikian.” Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun menyampaikan bahwa seseorang jika rindu bertemu dengan Allah. Itu karena seorang mukmin percaya dengan apa yang dijanjikan Allah kepada kaum beriman di surga; berupa balasan yang berlimpah dan karunia yang luas, sehingga ia pun merindukan hal itu, dunia menjadi tidak berharga untuknya dan ia tidak memperhatikannya lagi, karena ia akan berpindah ke tempat yang lebih baik darinya. Maka pada saat itu, ia pun rindu bertemu dengan Allah. Terutama pada saat kematian, jika ia diberi kabar gembira dengan keridhaan dan rahmat Allah, ia akan rindu bertemu dengan Allah -'Azza wa Jalla-. Maka Allah pun rindu bertemu dengannya.
Adapun orang kafir –wal ‘iyāżu billāh-, maka jika ia diberi “kabar duka” dengan azab dan murka Allah, ia pun benci untuk bertemu dengan Allah. Maka Allah pun benci bertemu dengannya. Karena itu, disebutkan dalam hadis tentang orang yang sakaratul maut: bahwa ruh orang kafir jika diberi “kabar duka” tentang azab dan kemurkaan Allah, ia akan tercerai-berai dalam jasadnya dan enggan untuk keluar. Karenanya, ruh orang kafir itu dicabut dari tubuhnya seperti mencabut besi tajam dari bulu domba yang basah. Maksudnya: ia benci jika ruh keluar, karena ia diberi “kabar duka” –wal ‘iyāżu billāh- dengan keburukan.
Karena itu, Allah -Ta‘ālā- berfirman, “Dan andai engkau melihat saat orang-orang zhalim dalam sakaratul maut, ketika para malaikat menjulurkan tangan-tangan mereka (seraya berkata): ‘Keluarkanlah nyawa kalian!”
Maka mereka tidak merelakan jiwa mereka –wal ‘iyāżu billāh-, hingga mereka tidak ingin ruh itu keluar. Tetapi para malaikat mengatakan: “Keluarkanlah nyawa kalian!” Maka jika ia diberi “kabar duka” tentang azab, ruhnya tercerai-berai dalam tubuh. Sehingga malaikat pun mencabutnya seperti mencabut besi tajam/bergerigi dari bulu domba yang basah –wal ‘iyāżu billāh- hingga ia keluar.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8266

 
Hadith   1382   الحديث
الأهمية: شهدت مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يوم حنين، فلزمت أنا وأبو سفيان بن الحارث بن عبد المطلب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فلم نفارقه، ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- على بغلة له بيضاء
Tema: Aku mengikuti perang Hunain bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku dan Abu Sufyān bin al-Ḥariṡ bin Abdul Muṭṭalib senantiasa bersama menemani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kami tidak pernah berpisah dari beliau, sementara Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menunggang bigal (peranakan kuda dengan keledai) yang berwarna putih.

عن أبي الفضل العباس بن عبد المطلب -رضي الله عنه- قال: شهدت مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يوم حُنَيْنٍ، فلَزِمْتُ أنا وأبو سفيان بن الحارث بن عبد المطلب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فلم نفارقه، ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- على بَغْلَةٍ له بيضاء، فلما التقى المسلمون والمشركون وَلَّى المسلمون مدبرين، فطَفِقَ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يَرْكُضُ بَغْلَتَهُ قِبَلَ الكفار، وأنا آخِذٌ بلِجامِ بَغْلَةِ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أَكُفُّها إِرَادَةَ أن لا تُسرع، وأبو سفيان آخِذٌ برِكاب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «أي عباس، نادِ أصحاب السَّمُرَةِ». قال العباس - وكان رجلا صَيِّتًا - فقلت بأعلى صوتي: أين أصحاب السَّمُرَةِ، فوالله لكأن عَطْفَتَهُم حين سمعوا صوتي عَطْفَةَ البقر على أولادها، فقالوا: يا لبيك يا لبيك، فاقتتلوا هم والكفار، والدعوةُ في الأنصار يقولون: يا معشر الأنصار، يا معشر الأنصار، ثم قُصِرَتِ الدعوة على بني الحارث بن الخَزْرَجِ، فنظر رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وهو على بغلته كالمتطاول عليها إلى قتالهم، فقال: «هذا حِينَ حَمِيَ الوَطِيسُ»، ثم أخذ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- حَصَيَاتٍ فرمى بهن وجوه الكفار، ثم قال: «انْهَزَمُوا ورَبَّ مُحَمَّدٍ»، فذهبت أنظر فإذا القتال على هيئته فيما أرى، فوالله ما هو إلا أن رماهم بحَصياته، فما زِلْت أرى حَدَّهُم كَلِيلًا وأمرَهم مُدبرًا.

Dari Abu al-Faḍal Al-'Abbās bin Abdul Muṭṭalib -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Aku mengikuti perang Hunain bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku dan Abu Sufyān bin al-Ḥariṡ bin Abdul Muṭṭalib senantiasa bersama menemani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kami tidak pernah berpisah dari beliau, sementara Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menunggang bigal (peranakan kuda dengan keledai) yang berwarna putih. Ketika pasukan Islam dan pasukan musyrik bertemu, pasukan Islam pun mundur. Lantas, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- segera bergerak memacu bigal beliau menuju pasukan kafir, sedang aku yang memegang tali kendali bigal tersebut. Aku tahan tali kendali tersebut agar bigalnya tidak terlalu kencang, sedangkan Abu Sufyan menahan pijakan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Hai 'Abbās, panggillah orang-orang yang pernah mengikuti Baiat Ridwan di dekat pohon Samurah!" Maka 'Abbās - dan dia memang seorang lelaki yang bersuara lantang- berteriak. Dia ('Abbās) berkata, "Aku memanggil dengan suaraku yang paling keras: "Di manakah orang-orang yang pernah mengikuti Baiat Ridwan di dekat pohon Samurah?!" Demi Allah, ketika mendengar suaraku, mereka segera tanggap dan simpatik, bagaikan rasa sayang induk sapi terhadap anak-anaknya. Mereka segera berkata, "Labbaik, labbaik (Kami penuhi panggilanmu)." Mereka pun bertempur menyerang orang-orang kafir. Sementara itu, seruan kaum Anṣār berbunyi, "Wahai kaum Anṣār, wahai kaum Anṣār." Kemudian seruan itu terdengar sampai kepada Bani al-Ḥāriṡ bin al-Khazraj. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memperhatikan dari atas bigal beliau peperangan yang sedang berkecamuk, beliau bersabda, "Inilah waktu berkobarnya api pertempuran!" Setelah itu, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengambil beberapa batu kerikil lalu melemparkannya ke wajah orang-orang kafir. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdoa, "Semoga mereka kalah, demi Rabb Muhammad." Aku pun pergi untuk melihatnya, ternyata pertempuran itu berjalan sebagaimana layaknya sebuah peperangan yang pernah aku lihat. Meskipun demikian, demi Allah, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hanya melempari mereka dengan batu-batu kerikil, maka mereka pun kalah. Sementara itu, aku terus melihat kekuatan mereka (orang-orang kafir) semakin melemah, sampai akhirnya mereka mundur."

عن أبي الفضل العباس بن عبد المطلب -رضي الله عنه- قال: شهدت مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- غزوة حنين، فلما التقى المسلمون والكفار ووقع القتال الشديد فيما بينهم ولى بعض المسلمين من المشركين مدبرين، فشرع رسول الله -صلى الله عليه وسلم-    يحرك بغلته برجله جهة الكفار، وأنا آخذ بلجام بغلة رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أمنعها لئلا تسرع إلى جانب العدو، وأبو سفيان ماسك بركاب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: يا عباس، ناد أصحاب السمرة وهي الشجرة التي بايعوا تحتها يوم الحديبية، في السنة السادسة، -وكان العباس رجلا قوي الصوت- فناديت بأعلى صوتي: يا أصحاب السمرة؟ -أي: لا تنسوا بيعتكم الواقعة تحت الشجرة وما يترتب عليها من الثمرة- فقال: والله حينما سمعوا صوتي أنادي عليهم أتوا مسرعين كما تُسرع قطيع البقر إذا غابت عنها أولادها، فقالوا بأجمعهم أو واحد بعد واحد: يا لبيك يا لبيك، فاقتتل المسلمون والكفار، والنداء في حق الأنصار: يا معشر الأنصار يا معشر الأنصار.
ثم اقتصرت    الدعوة وانحصرت على بني الحارث بن الخزرج فنودي: يا بني الحارث، وهم قبيلة كبيرة، فنظر رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وهو على بغلته، وكأن عنقه اشرأبت مرتفعة إلى قتال هؤلاء الكافرين، فقال: هذا الزمان زمان اشتداد الحرب، ثم أخذ حصيات فرمى بهن وجوه الكفار، ثم قال -صلى الله عليه وسلم- تفاؤلًا أو إخبارًا: انهزَموا ورب محمد. فذهبت أنظر فإذا القتال على هيئته فيما أرى، فوالله ما هو إلا أن رماهم بحصياته، فما زلت أرى بأسهم ضعيفًا، وحالهم ذليلًا.

Dari Abu Al-Faḍal Al-'Abbās bin Abdul Muṭṭalib -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Aku mengikuti perang Ḥunain bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ketika pasukan Islam dan pasukan musyrik bertemu, lalu terjadilah peperangan sengit di antara mereka, sebagian kaum muslimin beranjak mundur dari kaum musyrikin. Lantas, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- segera bergerak memacu bigal (peranakan kuda dengan keledai) beliau dengan kakinya menuju pasukan kafir, sedang aku yang memegang tali kendali bigal Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, aku menahannya agar bigal tersebut tidak terlalu kencang ke arah musuh, sedangkan Abu Sufyān menahan pijakan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Wahai 'Abbās, panggillah orang-orang yang pernah berbait di bawah pohon Samurah pada hari Ḥudaibiyah pada tahun keenam -'Abbās adalah orang yang lantang suaranya- maka aku memanggil dengan suaraku yang paling keras, "Wahai orang-orang yang pernah mengikuti Baiat Riḍwan di dekat pohon Samurah?!" Yakni janganlah melupakan baiat kalian yang terjadi di bawah pohon dan apa konsekuensi dari baiat tersebut. Lalu 'Abbās berkata, "Demi Allah, ketika mereka mendengar suaraku memanggil mereka, mereka segera bergegas datang sebagaimana induk sapi bergegas untuk mencari anak-anaknya saat hilang." Lantas mereka menjawab bersama-sama atau satu per satu: "Ya labbaik, ya labbaik (Kami penuhi panggilanmu)." Maka kaum muslimin dan orang-orang kafir pun bertempur. Sementara itu, seruan untuk kaum Anṣār, "Wahai kaum Anṣār, wahai kaum Anṣār." Kemudian seruan itu terdengar sampai kepada Bani al-Ḥāriṡ bin al-Khazraj, lalu mereka diseru: Wahai Bani al-Ḥāriṡ. Mereka adalah kabilah/suku besar. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memperhatikan dari atas bigal beliau (peperangan yang sedang berkecamuk), seakan-akan beliau menjulurkan lehernya tinggi-tinggi untuk melihat peperangan antara orang-orang kafir tersebut. Beliau bersabda, "Inilah waktu berkobarnya api pertempuran." Setelah itu beliau mengambil beberapa batu kerikil lalu melemparkannya ke wajah-wajah orang kafir. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda -untuk memberikan rasa optimis atau untuk mengabarkan, "Semoga mereka kalah, demi Rabb Muhammad." Aku pun pergi untuk melihatnya, ternyata pertempuran itu berjalan sebagaimana layaknya sebuah peperangan yang pernah aku lihat. Meskipun demikian, demi Allah, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hanya melempari mereka dengan batu-batu kerikil. Sementara itu, aku terus melihat kekuatan mereka (orang-orang kafir) semakin melemah dan keadaan mereka menjadi terhina.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8267

 
Hadith   1383   الحديث
الأهمية: سيحان وجيحان والفرات والنيل كل من أنهار الجنة
Tema: Saiḥān, Jaiḥān, Eufrat, dan Nil semuanya termasuk bagian dari sungai-sungai surga.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: « سَيْحَانُ وَجَيْحَانُ وَالفُرَاتُ والنِّيل كلٌّ من أنهار الجنة».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Saiḥān, Jaiḥān, Eufrat, dan Nil semuanya termasuk bagian dari sungai-sungai surga."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
سيحان وجيحان، والفرات والنيل أربعة أنهار في الدنيا وصفها النبي -صلى الله عليه وسلم- بأنها من أنهار الجنة؛ فقال بعض أهل العلم: إنها من أنهار الجنة حقيقة لكنها لما نزلت إلى الدنيا غلب عليها طابع أنهار الدنيا وصارت من أنهار الدنيا.
Saiḥān, Jaiḥān, Eufrat, dan Nil adalah empat sungai di dunia. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menggambarkan bahwa semuanya adalah sungai-sungai dari surga. Sebagian ulama berkata, "Sesungguhnya sungai-sungai itu adalah benar-benar sungai surga. Hanya saja, ketika sungai-sungai itu turun ke dunia, maka tabiat sungai-sungai dunia mendominasinya sehingga menjadi sungai-sungai dunia seperti biasa."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8268

 
Hadith   1384   الحديث
الأهمية: أحاديث في فضل مجالس الذكر
Tema: Hadis-hadis Mengenai Keutamaan Majelis Zikir

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إنَّ لِلَّه تعالى ملائكة يَطُوفُون في الطُّرُق يلْتَمِسُون أهل الذِّكْر، فإذا    وَجَدُوا قوماً يذكرون الله عز وجل تَنَادَوا: هَلُمُّوا إلى حاجَتِكُم، فَيَحُفُّونَهُم بِأَجْنِحَتِهِم إلى السَّماء الدُّنيا، فيَسألُهُم رَبُّهُم -وهو أعلم-: ما يقول عِبَادي؟ قال: يقولون: يُسَبِّحُونَك، ويُكَبِّرُونك، وَيَحْمَدُونَك، ويُمَجِّدُونَكَ، فيقول: هل رَأَوني؟ فيقولون: لا والله ما رَأَوك. فيقول: كيف لو رَأَوني؟! قال: يقولون: لو رأَوك كَانُوا أشَدَّ لك عبادة، وأشَدَّ لك تمْجِيداً، وأكْثر لك تسبيحاً. فيقول: فماذا يسألون؟ قال: يقولون: يَسْألُونك الجنَّة. قال: يقول: وهل رَأَوهَا؟ قال: يقولون: لا والله يا رب ما رأَوْهَا. قال: يقول: فَكَيف لو رَأَوْهَا؟ قال: يقولون: لو أنَّهُم رَأَوهَا كَانُوا أَشَدَّ عَلَيها حِرصاً، وأشَدَّ لهَا طلباً، وأَعْظَم فِيهَا رغبةً. قال: فَمِمَّ يَتَعَوَذُون؟ قال: يقولون: يَتَعَوذُون من النَّار؛ قال: فيقول: وهل رأوها؟ قال: يقولون: لا والله ما رأوها. فيقول: كيف لو رأوها؟! قال: يقولون: لو رأوها كانوا أشدَّ مِنها فِراراً، وأشدَّ لها مَخَافَة. قال: فيقول: فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ، قال: يقول ملَك مِن الملائكة: فيهم فلان ليس منهم، إنما جاء لحاجة، قال: هُمُ الجُلَسَاء لا يَشْقَى بهم جَلِيسُهُم».
وفي رواية: عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «إن لله ملائكة سَيَّارة فُضُلاً يَتَتَبَّعُون مجالِسَ الذكر، فإذا وجدوا مَجْلِساً فيه ذِكْرٌ، قَعَدُوا معهم، وحَفَّ بعضُهم بعضاً بأجنحتهم حتى يمْلَؤُوا ما بينهم وبين السماء الدنيا، فإذا تَفرقوا عرجوا وصعدوا إلى السماء، فيسألهم الله -عز وجل- وهو أعلم -: من أين جئتم؟ فيقولون: جئنا من عند عباد لك في الأرض: يسبحونك، ويكبرونك، ويهللونك، ويحمدونك، ويسألونك. قال: وماذا يسألوني؟ قالوا: يسألونك جنتك. قال: وهل رأوا جنتي؟ قالوا: لا، أي رب. قال: فكيف لو رأوا جنتي؟! قالوا: ويستجِيرُونَك. قال: ومم يَسْتجيروني؟ قالوا: من نارك يا ربّ. قال: وهل رأوا ناري؟ قالوا: لا، قال: فكيف لو رأوا ناري؟! قالوا: ويستغفرونك؟ فيقول: قد غفرت لهم، وأعطيتهم ما سألوا، وأجرتهم مما استجاروا. قال: فيقولون: رب فيهم فلان عبد خَطَّاء إنما مرَّ، فجلس معهم. فيقول: وله غفرت، هم القوم لا يشقى بهم جليسُهُم».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia berkata, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- memiliki malaikat yang berkeliling di jalan-jalan mencari ahli zikir. Jika mereka menemukan satu kaum yang sedang mengingat Allah -'Azza wa Jalla-, mereka berseru, "Marilah kalian menuju kebutuhan kalian." Lantas para malaikat meliputi mereka dengan sayap-sayapnya sampai langit dunia. Kemudian Rabb mereka bertanya -dan Dia lebih tahu- kepada mereka, "Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Mereka bertasbih (mensucikan-Mu), bertakbir (mengagungkan-Mu), bertahmid (memuji-Mu), dan memuliakan-Mu." Allah bertanya, "Apakah mereka melihat-Ku?" Para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu." Allah bertanya lagi, "Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihat-Mu, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh beribadah kepada-Mu, sangat sungguh-sungguh memuliakan-Mu, dan lebih banyak bertasbih kepada-Mu." Allah bertanya, "Lalu apa yang mereka minta dari-Ku?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Mereka meminta surga dari-Mu." Nabi bersabda, "Allah bertanya, "Apakah mereka melihat surga?" Nabi bersabda, "para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, wahai Rabb, mereka tidak melihatnya." Nabi bersabda, "Allah bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihatnya?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, mereka pasti sangat bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya, sangat bersungguh-sungguh untuk memintanya, dan sangat menginginkannya." Allah bertanya, "Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Mereka meminta perlindungan dari neraka." Nabi bersabda, "Allah bertanya, "Apakah mereka melihatnya?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, mereka tidak melihatnya." Allah bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihatnya?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh lari darinya dan sangat takut kepadanya." Nabi bersabda, "Allah berfirman, "Aku persaksikan kepada kalian sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka." Nabi bersabda, "Salah satu malaikat pun berkata, "Namun, di antara mereka ada si fulan dan ia bukan bagian dari mereka. Ia datang hanya karena ada keperluan." Allah menjawab, "Mereka semua adalah teman duduk, dan tidak ada yang sengsara orang yang duduk (bermajelis) bersama dengan mereka." Dalam riwayat dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah mempunyai para malaikat yang memiliki keutamaan, mereka selalu berjalan mencari majelis-majelis zikir. Apabila mereka menemukan suatu majelis yang berisi zikir di dalamnya, mereka lalu duduk bersama mereka dan mereka saling membentangkan sayap-sayap mereka sehingga memenuhi antara mereka dengan langit dunia. Apabila majelis itu bubar, mereka naik ke langit lalu Allah -'Azza wa Jalla- bertanya -dan Dia lebih tahu- kepada mereka, "Dari mana kalian?" Para malaikat menjawab, "Kami datang dari hamba-hamba-Mu di bumi. Mereka bertasbih, bertakbir, bertahlil, bertahmid, dan meminta kepada-Mu." Allah bertanya, "Apa yang mereka minta dari-Ku?" Para malaikat menjawab, "Mereka meminta surga-Mu." Allah bertanya, "Apakah mereka melihat surgaku?" Para malaikat menjawab, "Tidak, wahai Rabb-ku." Allah bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihat surga-Ku?" Para malaikat berkata, "Mereka juga meminta perlindungan kepada-Mu." Allah bertanya, "Dari apa mereka meminta perlindungan kepada-Ku?" Mereka menjawab, "Dari neraka-Mu, wahai Rabb-ku." Allah bertanya, "Apakah mereka melihat neraka-Ku?" Mereka menjawab, "Tidak." Allah bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihat neraka-Ku?" Para malaikat berkata, "Mereka juga memohon ampunan kepada-Mu?" Allah berfirman, "Aku telah mengampuni mereka. Aku beri kepada mereka apa yang mereka minta dan Aku beri mereka perlindungan dari apa yang mereka mintai perlindungan kepada-Ku." Nabi bersabda, "Para malaikat berkata, "Wahai Rabb-ku, di kalangan mereka ada seorang hamba yang banyak sekali kesalahannya. Ia hanya melewati saja lalu ikut duduk bersama mereka." Lantas Allah berfirman, "Aku pun mengampuninya. Mereka adalah satu kaum yang tidak akan sengsara orang yang duduk bersama mereka."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يقصُّ هذا الحديث مظهرا من مظاهر تعظيم مجالس الذكر، حيث يقول النبي صلى الله عليه وسلم:
"إن لله ملائكة يطوفون في الطُرُق يلتمسون أهل الذكر" أي أن الله كلَّف طائفة مخصوصة من الملائكة غير الحفظة للسياحة في الأرض، يدورون في طرق المسلمين ومساجدهم، ودورهم، يطلبون مجالس الذكر، يزورونها ويشهدونها ويستمعون إلى أهلها. قال الحافظ: والأشبه اختصاص ذلك بمجالس التسبيح ونحوها.
فإذا "وجدوا قوماً يذكرون الله عز وجل " وفي رواية مسلم " فإذا وجدوا مجلساً فيه ذكر تنادوا " أي نادى بعضهم بعضاً " أن هلموا إلى حاجتكم " وفي رواية إلى بغيتكم، أي تعالوا إلى ما تبحثون عنه من مجالس الذكر، والوصول إلى أهلها، لتزوروهم، وتستمعوا إلى ذكرهم.
قال عليه الصلاة والسلام في وصف الملائكة، وهم في مجالس الذكر: " فيحفونهم" أي يحيطون بهم إحاطة السوار بالمعصم.
"فيحفونهم بأجنحتهم " أي يطوفون حولهم بأجنحتهم " إلى السماء " أي حتى يصلوا إلى السماء.
ثم يقص عليه الصلاة والسلام المحاورة التي جرت بين رب العزة والجلال، وبين ملائكته الكرام:
فيقول الله جل في علاه: "فيسألهم ربُّهم وهو أعلم بهم" أي وهو أكثر علماً بأحوالهم، تنويهاً بشأنهم في الملأ الأعلى؛ ليباهى بهم الملائكة: "ما يقول عبادي؟ فتجيب الملائكة: يسبحونك، ويكبرونك، ويحمدونك ويمجدونك "، أي فتقول الملائكة: إن هؤلاء الذاكرين يقولون: سبحان الله والحمد لله، ولا إله إلاّ الله، والله أكبر، فالتمجيد هو قول لا إله إلاّ الله؛ لما فيه من تعظيم الله تعالى، بتوحيد الألوهية.
فيقول الله جل في علاه: "هَلْ رَأوْنِي؟ قَالَ: فَيَقُولُون: لا وَاللهِ مَا رَأوْكَ، قَالَ: فَيَقُولُ: فكَيْفَ لَوْ رَأوْنِي؟ "
فتجيب الملائكة الكرام: " لو رأوك كانوا أشد لك عبادة، وأشد تمجيداً وأكثر لك تسبيحاً " لأنّ الاجتهاد في العبادة على قدر المعرفة.
ثم يقول الله تبارك وتعالى: " قال: فما يسألونني؟ " أي فماذا يطلبون مني.
فتقول الملائكة:" قالوا: يسألونك الجنة " أي يذكرونك، ويعبدونك طمعاً في جنتك.
فتجيب الملائكة: "لو رأوها كانوا أشد عليها حرصاً " أي لكانوا أكثر سعياً إليها؛ لأنه ليس الخير كالمعاينة.
فيقول الله جل جلاله" قال: فمِمَّ يتعوذون " أي فأي شيء يخافون منه، ويسألون ربهم أن يجيرهم منه.
فتجيب الملائكة: " من النار " أي يذكرون ويعبدون ربهم خوفاً ًمن النار، ويسألونه عز وجل أن يجيرهم منها.
فيقول الله جل جلاله: " فَكَيْفَ لَوْ رَأوْهَا؟"
فتجيب الملائكة:" لو رأوها كانوا أشد منها فراراً " أي لكانوا أكثر اجتهاداً في الأعمال الصالحة التي هي سبب في النجاة من النار.
فيقول الله جل جلاله: " قال: فيقول: فأشهدكم أني قد غفرت لهم " أي قد غفرت لهم ذنوبهم.
فيقول ملك من الملائكة: "فيهم فلان ليس منهم، إنَّما جاء لحاجة " أي إنه يوجد من بين هؤلاء الذاكرين" فلان": وهو ليس منهم، ولكنه جاء لحاجة يقضيها فجلس معهم، فهل يغفر له؟ فيقول الله جل في علاه ما معناه: هم الجلساء لا يشقى جليسهم ولا يخيَّب.
Hadis ini menceritakan salah satu bentuk mengagungkan majelis-majelis zikir, di mana Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling di jalan-jalan mencari ahli zikir." Yakni, Allah menugaskan satu kelompok khusus dari kalangan malaikat selain para malaikat penjaga, untuk berkeliling di bumi. Mereka berkeliling di jalan-jalan kaum Muslimin dan masjid-masjid serta rumah-rumah mereka untuk mencari majelis-majelis zikir. Mereka mengunjunginya, menyaksikannya, dan mendengarkan ahli zikir. Al-Hafiz (Ibnu Hajar) berkata, "Yang lebi tepat pengkhususan itu dengan majelis-majelis tasbih dan sejenisnya. "Jika mereka menemukan satu kaum yang sedang mengingat Allah -'Azza wa Jalla-," dalam riwayat Muslim disebutkan, "Apabila mereka menemukan suatu majelis yang berisi zikir di dalamnya-, mereka berseru," yakni, sebagian mereka menyeru sebagian yang lain, "Kemarilah menuju kebutuhan kalian." Dalam satu riwayat disebutkan, "Kepada tujuan kalian." Yakni, kemarilah menuju apa yang kalian cari di majelis zikir, sampai kepada ahli zikir untuk mengunjungi mereka, dan menyimak zikir mereka." Nabi -'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām- bersabda mengenai gambaran malaikat saat mereka berada di majelis-majelis zikir, "Lantas para malaikat meliputi mereka," yakni, meliputi mereka seperti liputan gelang di pergelangan tangan. "Lantas para malaikat meliputi mereka dengan sayap-sayapnya," yakni, mengelilingi mereka dengan sayap-sayapnya. "Sampai langit dunia." Yakni, hingga mereka sampai ke langit. Selanjutnya Nabi -'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām- menceritakan dialog yang berlangsung antara Rabb Pemilik kemuliaan dan keagungan dengan para malaikat mulia. Allah –Jalla wa ‘Alā- berfirman, "Kemudian Rabb mereka bertanya -dan Dia lebih tahu-, yakni, Dia lebih mengetahui keadaan mereka. Ini sebagai pujian terhadap mereka di Al-Mala' al-A'lā untuk membanggakan mereka kepada para malaikat, "Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?" Para malaikat menjawab, "Mereka bertasbih (mensucikan-Mu), bertakbir (mengagungkan-Mu), bertahmid (memuji-Mu), dan memuliakan-Mu." Yakni, para malaikat berkata, "Orang-orang yang berzikir mengucapkan, "Mahasuci Allah, segala puji hanya milik Allah, tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar." Adapun bentuk memuliakan ialah ucapan 'tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah' karena di dalamnya mengandung pengagungan kepada Allah -Ta'ālā- dengan tauhid ulūhiyyah. "Allah –Jalla wa ‘Alā- bertanya, "Apakah mereka melihat-Ku?" Para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu." Allah bertanya lagi, "Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?" Para malaikat yang mulia menjawab, "Seandainya mereka melihat-Mu, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh beribadah kepada-Mu, sangat sungguh-sungguh memuliakan-Mu, dan lebih banyak bertasbih kepada-Mu." Sebab, bersungguh-sungguh dalam ibadah sesuai dengan tingkat pengetahuan. Selanjutnya Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- bertanya, "Lalu apa yang mereka minta kepada-Ku?" Yakni, apa yang mereka mohon dari-Ku. Para malaikat menjawab, "Mereka meminta surga kepada-Mu." Yakni, mereka mengingat-Mu dan beribadah kepada-Mu karena ingin memperoleh surga-Mu. Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, mereka pasti sangat menginginkannya," yakni, pasti mereka akan sungguh-sungguh berusaha kepadanya. Sebab, berita berbeda dengan melihat langsung. Allah - Jalla Jalāluhu- bertanya, "Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?" Yakni, apa yang mereka takutkan sehingga mereka memohon kepada Allah agar melindungi mereka darinya. Para malaikat menjawab, "Mereka meminta perlindungan dari neraka." Yakni, mereka mengingat dan menyembah Rabbnya karena takut dari neraka dan memohon kepada Allah -'Azza wa Jalla- agar melindungi mereka darinya. Allah -Jalla Jalāluhu- bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihatnya?" Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh lari darinya," yakni, mereka pasti berusaha bersungguh-sungguh memperbanyak amal saleh yang menjadi sebab selamat dari neraka. Allah -Jalla Jalāluhu- berfirman, "Aku persaksikan kepada kalian sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka." Yakni, Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka. "Salah satu malaikat pun berkata, "Namun, di antara mereka ada si fulan dan ia bukan bagian dari mereka. Ia datang hanya karena ada keperluan." Yakni, ada di antara orang-orang yang berzikir itu "fulan" yang bukan bagian dari mereka. Ia datang untuk satu kebutuhan yang akan dilakukannya, lalu duduk bersama mereka. Apakah dia diampuni? Allah –Jalla a ‘Alā- berfirman yang maknanya, "Mereka semua adalah teman duduk, dan tidak ada yang sengsara dan rugi orang yang duduk (bermajelis) bersama dengan mereka."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8272

 
Hadith   1385   الحديث
الأهمية: اللهم اغفر لي ما قدمت وما أخرت، وما أسررت وما أعلنت، وما أسرفت، وما أنت أعلم به مني، أنت المقدم وأنت المؤخر، لا إله إلا أنت
Tema: Ya Allah! Ampunilah (dosa) yang telah aku lakukan dan yang akan datang, apa yang aku sembunyikan dan yang terang-terangan, apa yang aku sia-siakan dan apa yang lebih Engkau ketahui dariku. Engkaulah Yang Mendahulukan dan Engkaulah Yang Mengakhirkan. Tidak ada Tuhan yang benar selain Engkau.

عن علي بن أبي طالب -رضي الله عنه- أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم كان إذا قامَ إلى الصلاة، قال: «وَجَّهتُ وجهي للذي فطر السماوات والأرض حنيفًا، وما أنا من المشركين، إنَّ صلاتي، ونُسُكي، ومَحياي، ومماتي لله رب العالمين، لا شريك له، وبذلك أُمِرتُ وأنا من المسلمين، اللهمَّ أنت المَلِك لا إله إلَّا أنت، أنت ربي، وأنا عبدك، ظلمتُ نفسي، واعترفتُ بذنبي، فاغفر لي ذنوبي جميعًا، إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت، واهدني لأحسن الأخلاق لا يهدي لأحسنها إلا أنت، واصرف عني سيئَها لا يصرف عني سيئها إلا أنت، لبَّيْك وسَعْدَيْك، والخيرُ كله في يديك، والشر ليس إليك، أنا بك وإليك، تباركتَ وتعاليتَ، أستغفرك وأتوب إليك»، وإذا ركع، قال: «اللهمَّ لك ركعتُ، وبك آمنتُ، ولك أسلمتُ، خشع لك سمعي، وبصري، ومُخِّي، وعظمي، وعَصَبي»، وإذا رفع، قال: «اللهم ربنا لك الحمد مِلءَ السماوات، ومِلءَ الأرض، ومِلءَ ما بينهما، ومِلءَ ما شئتَ من شيء بعد»، وإذا سجد، قال: «اللهم لك سجدتُ، وبك آمنتُ، ولك أسلمتُ، سجد وجهي للذي خلقه، وصوَّره، وشقَّ سمعَه وبصرَه، تبارك الله أحسنُ الخالقين»، ثم يكون من آخر ما يقول بين التشهُّد والتسليم: «اللهم اغفر لي ما قدَّمتُ وما أخَّرتُ، وما أسررتُ وما أعلنتُ، وما أسرفتُ، وما أنت أعلم به مني، أنت المُقَدِّم وأنت المؤَخِّر، لا إله إلا أنت».

Dari Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila mendirikan salat, beliau mengucapkan, "Aku hadapkan wajahku kepada Zat yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku diperintahkan kepada hal itu dan aku termasuk orang-orang muslim. Ya Allah! Engkau adalah Raja. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling baik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Akan aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari-Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dari-Mu dan aku bertobat kepada-Mu”. Apabila beliau rukuk, beliau mengucapkan, "Ya Allah! Aku rukuk untuk-Mu, beriman kepada-Mu dan aku menyerahkan diri kepada-Mu. Pendengaranku, pandanganku, otakku, tulangku dan sarafku tunduk untuk-Mu." Apabila beliau mengangkat kepala, beliau mengucapkan, "Ya Allah Rabb kami! Segala puji milik-Mu sepenuh langit, sepenuh bumi, sepenuh antara keduanya, dan sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki." Apabila bersujud, beliau mengucapkan, "Ya Allah! Aku bersujud untuk-Mu, beriman kepada-Mu, menyerahkan diri kepada-Mu. Wajahku bersujud kepada Zat yang telah menciptakannya, membentuknya, membelah pendengarannya dan penglihatannya. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta." Selanjutnya ucapan terakhir yang dikatakannya antara tasyahud dan salam ialah, "Ya Allah! Ampunilah (dosa) yang telah aku lakukan dan yang akan datang, apa yang aku sembunyikan dan yang terang-terangan, apa yang aku hamburkan dan apa yang lebih Engkau ketahui dariku. Engkaulah Yang Mendahulukan dan Engkaulah Yang Mengakhirkan. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا قام إلى الصلاة قال: «وَجَّهتُ وجهي للذي فطر السماوات والأرض» أي: توجَّهت بالعبادة، بمعنى: أخلصتُ عبادتي لله الذي خلق السماوات والأرض من غير مثال سبق، وأعرضتُ عما سواه، فإنَّ من أوجد مثل هذه المخلوقات التي هي على غاية من الإبداع والإتقان حقيق بأن تتوجَّه الوجوه إليه، وأن تعتمد القلوب في سائر أحوالها عليه، ولا تلتفت لغيره، ولا ترجو إلا دوام رضاه وخيره، «حنيفًا وما أنا من المشركين» أي: مائلًا عن كل دين باطل إلى الدين الحق دين الإسلام ثابتا عليه، وهو عند العرب غلب على من كان على ملة إبراهيم عليه السلام.
ثم قال: «إنَّ صلاتي، ونُسُكي، ومَحياي، ومماتي لله رب العالمين، لا شريك له، وبذلك أُمِرتُ وأنا من المسلمين» أي: صلاتي وعبادتي وتقرُّبي كل ذلك خالص لوجه الله, لا أشرك فيه غيره، وكذلك حياتي وموتي لله هو خالقهما ومقدِّرهما، لا تصرُّف لغيره فيهما، لا شريك له سبحانه في ذاته وصفاته وأفعاله، وقد أمرني ربي بهذا التوحيد والإخلاص، وأنا من المسلمين المنقادين والمطيعين له سبحانه.
ثم قال: «اللهمَّ أنت المَلِك لا إله إلَّا أنت، أنت ربي، وأنا عبدك، ظلمتُ نفسي، واعترفتُ بذنبي، فاغفر لي ذنوبي جميعًا، إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت» أي: يا الله، أنت الملك فلا مَلِك غيرك، ولا مُلْك في الحقيقة لغيرك، وأنت المنفرد بالألوهية فلا معبود بحق إلا أنت، وأنت ربي وأنا عبدك، وقد ظلمتُ نفسي بالغفلة عن ذكرك وبعمل المعاصي والذنوب، وقد اعترفتُ بذنوبي، فاغفر لي ذنوبي، فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت؛ فإنك أنت الغفار الغفور.
ثم قال: «واهدني لأحسن الأخلاق لا يهدي لأحسنها إلا أنت، واصرف عني سيئَها لا يصرف عني سيئها إلا أنت» أي: دلَّني ووفِّقني وثبِّتني وأوصلني لأحسن الأخلاق في عبادتك وغيرها من الأخلاق الحسنة الطيبة الظاهرة والباطنة، فإنك أنت الهادي إليها، لا هادي غيرك، وأبعدني واحفظني من سيئ الأخلاق، فإنه لا يبعدني ويحفظني منها إلا أنت.
ثم قال: «لبَّيْك وسَعْدَيْك» أي: أدوم على طاعتك دوامًا بعد دوام، وأسعد بإقامتي على طاعتك وإجابتي لدعوتك سعادة بعد سعادة.
ثم قال: «والخيرُ كله في يديك» أي: والخير كله في تصرفك، أنت المالك له المتصرِّف فيه كيف تشاء. «والشر ليس إليك» أي: إنما يقع الشر في مفعولاتك ومخلوقاتك لا في فعلك سبحانه، فالشر لا يُضاف إليه سبحانه بوجه، لا في ذاته ولا في صفاته ولا في أفعاله ولا في أسمائه، فإن ذاته لها الكمال المطلق من جميع الوجوه، وصفاته كلها صفات كمال، ويُحمد عليها ويُثنى عليه بها، وأفعاله كلها خير ورحمة وعدل وحكمة، لا شر فيها بوجه ما، وأسماؤه كلها حسنى، فكيف يُضاف الشر إليه؟ بل الشر في مفعولاته ومخلوقاته وهو منفصل عنه؛ إذ فعله غير مفعوله، ففعله خير كله، وأما المخلوق المفعول ففيه الخير والشر، وإذا كان الشر مخلوقًا منفصلًا غير قائم بالرب سبحانه فهو لا يُضاف إليه، وليس في هذا حجة للمعتزلة الذين يزعمون أن الله لم يخلق الشر، فالله خالق الخير والشر وخالق كل شيء سبحانه.
«أنا بك وإليك» أي: أعوذ وأعتمد وألوذ وأقوم بك، وأتوجَّه وألتجئ وأرجع إليك، أو بك وحَّدت وإليك انتهى أمري، فأنت المبدأ والمنتهى، وقيل: أستعين بك وأتوجه إليك.
«تباركتَ وتعاليتَ» أي: تعظَّمت وتمجَّدت وتكاثر خيرك، وتعاليت عما توهمته الأوهام وتصورته العقول، وتنزَّهت عن كل نقص وعيب.
«أستغفرك وأتوب إليك» أي: أطلب المغفرة لما مضى، وأرجع عن فعل الذنب فيما بقي، متوجِّهًا إليك بالتوفيق والثبات إلى الممات.
وإذا ركع، قال: «اللهمَّ لك ركعتُ، وبك آمنتُ، ولك أسلمتُ، خشع لك سمعي، وبصري، ومُخِّي، وعظمي، وعَصَبي» أي ركوعي لك وحدك مخلصًا لك، وقد آمنت بك، وانقدتُ لك، وجوارحي كلها -مِن سمع وبصر ومخ وعظم وعصب- ذليلة منقادة لأمرك.
   وإذا رفع رأسه من الركوع قال: «اللهم ربنا لك الحمد مِلءَ السماوات، ومِلءَ الأرض، ومِلءَ ما بينهما، ومِلءَ ما شئتَ من شيء بعد» أي: أحمدك حمدًا لو كان أجسامًا لملأ السماوات والأرض، وملأ ما يشاء من خلقك بعد السماوات والأرض.
وإذا سجد، قال: «اللهم لك سجدتُ، وبك آمنتُ، ولك أسلمتُ، سجد وجهي للذي خلقه، وصوَّره، وشقَّ سمعَه وبصرَه، تبارك الله أحسنُ الخالقين» أي: سجودي لك وحدك مخلصًا لك، وقد آمنت بك، وانقدتُ لك، وجوارحي كلها التي خلقتها وصوَّرتها ذليلة منقادة لأمرك، تبارك الله أحسنُ الخالقين.
ثم يكون من آخر ما يقول بين التشهُّد والتسليم: «اللهم اغفر لي ما قدَّمتُ وما أخَّرتُ، وما أسررتُ وما أعلنتُ، وما أسرفتُ، وما أنت أعلم به مني، أنت المُقَدِّم وأنت المؤَخِّر، لا إله إلا أنت» أي: اللهم اغفر لي ما قدَّمتُ من الذنوب وما أخَّرتُ منها، كأنه قال: اغفر لي القديم والحديث «وما أسررتُ وما أعلنتُ» أي: اغفر لي ما أخفيت وما أظهرت، أو ما حدَّثتُ به نفسي وما تحرَّك به لساني «وما أسرفت»    أي: اغفر لي ما جاوزت فيه الحد من الذنوب والمعاصي «وما أنت أعلم به مني» أي: واغفر لي ذنوبي التي لا أعلمها «أنت المقدِّم وأنت المؤخِّر» معناه: تقدِّم من شئت بطاعتك وغيرها وتؤخِّر من شئت عن ذلك، كما تقتضيه حكمتك، وتعز من تشاء وتذل من تشاء «لا إله إلا أنت» أي: لا معبود بحق إلا أنت.
Dahulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila mendirikan salat, beliau mengucapkan, "Aku hadapkan wajahku kepada Zat yang menciptakan langit dan bumi," yakni, aku menghadapkan diriku dengan ibadah. Artinya aku mengikhlaskan ibadahku hanya untuk Allah yang telah menciptakan sesuatu tanpa ada contoh pola sebelumnya dan aku berpaling dari selain-Nya. Sesungguhnya Zat yang telah menciptakan makhluk-makhluk seperti ini yang ada dalam puncak inovasi dan kesempurnaan, tentunya layak semua wajah mengarah kepada-Nya dan semua hati bersandar kepada-Nya di segala keadaan. Tidak boleh berpaling kepada selain-Nya dan tidak berharap kecuali kelanggengan ridha dan kebaikan-Nya. "dengan lurus dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik." Yakni, condong dari setiap agama yang batil ke agama yang benar, agama Islam dengan tetap tegar di atasnya. Menurut orang Arab, ini biasanya terjadi pada orang yang berpegang kepada agama Ibrahim -'alaihissalām-. Lantas beliau bersabda, "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku diperintahkan kepada hal itu dan aku termasuk orang-orang muslim." Yakni, salatku, ibadahku dan kedekatanku, semua itu murni untuk mencari keridhaan Allah. Aku tidak menyekutukan-Nya di dalam itu semua dengan siapa pun. Ya Allah, Engkau adalah Raja. Demikian juga hidupku dan matiku hanya milik Allah. Dialah Yang menciptakan keduanya dan menetapkan takdirnya. Tidak ada seorang pun yang mengatur, Tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah Mahasuci dalam Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuataan-Nya?" Tuhanku telah memerintahkanku dengan tauhid dan keikhlasan ini dan aku termasuk orang-orang muslim yang tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lalu beliau mengucapkan, "Ya Allah, Engkau Raja. Tidak ada Ilah yang haq selain Engkau. Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku dan mengakui dosaku. Karena itu, ampunilah dosaku seluruhnya. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau." Yakni, ya Allah, Engkaulah Raja, tidak ada Raja selain-Mu. Dan tidak ada kerajaan yang sebenarnya melainkan milik-Mu. Sedangkan Engkau Tunggal, Esa dengan sifat uluhiyah sehingga tidak ada yang dapat disembah kecuali Engkau. Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu. Aku telah melakukan kezaliman dan kelalaian, melakukan maksiat dan dosa dan ku akui dosa-dosa itu, maka ampunilah daku karena tidak ada yang mampu mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau, karena Engkaulah Zat yang Maha Pengampun lagi Penyayang. Kemudian beliau lanjutkan; Tunjukkanlah aku kepada akhlak yang paling baik. Tidak ada yang memberikan petunjuk kepada akhlak yang paling baik kecuali Engkau. Jauhkanlah dariku akhlak yang buruk. Tidak ada yang bisa menjauhkan akhlak buruk dariku kecuali Engkau. Aku mendengar seruan-Mu dan aku sambut gembira. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari-Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertaubat kepada-Mu." Apabila beliau rukuk, beliau mengucapkan, "Ya Allah, aku rukuk untuk-Mu, beriman kepada-Mu, dan aku menyerahkan diri kepada-Mu. Pendengaranku, pandanganku, otakku, tulangku dan sarafku tunduk pada-Mu." Apabila beliau mengangkat kepala, beliau mengucapkan, "Ya Allah Tuhan kami, segala puji milik-Mu sepenuh langit, sepenuh bumi, sepenuh antara keduanya dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki." Apabila bersujud, beliau mengucapkan, "Ya Allah, aku bersujud untuk-Mu, beriman kepada-Mu, menyerahkan diri kepada-Mu. Wajahku bersujud kepada Zat yang telah menciptakannya, membentuknya, membelah pendengarannya dan penglihatannya. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta." Selanjutnya ucapan terakhir yang dikatakannya antara tasyahhud dan salam ialah, "Ya Allah, ampunilah (dosa) yang telah aku lakukan dan yang akan datang, apa yang aku sembunyikan dan yang terang-terangan, apa yang aku hamburkan dan apa yang lebih Engkau ketahui dariku. Engkaulah Yang Mendahulukan dan Engkaulah Yang Mengakhirkan. Tidak ada Ilah yang benar selain Engkau." Yakni, ya Allah, ampunilah aku atas dosa-dosa yang telah aku lakukan dan yang akan aku lakukan." Seakan-akan beliau bersabda, "Ya Allah, ampunilah dosaku yang dulu dan yang sekarang." "apa yang aku sembunyikan dan yang terang-terangan" yakni ampunilah dosa yang aku tampakkan maupun yang ku sembunyikan, dosa yang terbetik di hatiku atau tergerak di lisanku. "apa yang aku hamburkan" yaitu ampunilah aku saat melampaui batas dalam dosa dan maksiat. "dan apa yang lebih Engkau ketahui dariku" yakni ampunilah dosa yang tak aku ketahui. "Engkaulah Yang Mendahulukan dan Engkaulah Yang Mengakhirkan" artinya Engkau kedepankan siapa yang Engkau kehendaki dengan ketaatannya pada-Mu dan Engkau akhirkan siapa yang Engkau kehendaki sesuai dengan hikmah-Mu. Engkau mulyakan hamba yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa saja yang Engkau kehendaki. "Tiada Ilah yang haq selain Engkau" artinya tiada sembahan yang patut disembah selain Engkau.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8280

 
Hadith   1386   الحديث
الأهمية: قمت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلة، فقام فقرأ سورة البقرة، لا يمر بآية رحمة إلا وقف فسأل، ولا يمر بآية عذاب إلا وقف فتعوذ
Tema: Suatu malam aku melaksanakan salat tahajud bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau berdiri lalu membaca surah Al-Baqarah. Setiap kali melewati ayat tentang rahmat, beliau berhenti lalu berdoa memohonnya. Setiap kali melewati ayat tentang azab, beliau berhenti lalu memohon perlindungan darinya.

عن عوف بن مالك الأشجعي -رضي الله عنه- قال: قمتُ مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلةً، فقام فقرأ سورةَ البقرة، لا يَمُرُّ بآية رحمةٍ إلا وقفَ فسأل، ولا يَمُرُّ بآية عذابٍ إلَّا وقف فتعوَّذ، قال: ثم ركع بقَدْر قيامِه، يقول في ركوعه: «سُبحانَ ذي الجَبَروتِ والملَكوتِ والكِبرياءِ والعَظَمةِ»، ثم سجد بقَدْر قيامه، ثم قال في سجوده مثلَ ذلك، ثم قام فقرأ بآل عمران، ثم قرأ سورةً سورةً.

Dari Auf bin Malik Al-Asyja'i -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Suatu malam aku melaksanakan salat malam bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau berdiri lalu membaca surah Al-Baqarah. Setiap kali melewati ayat tentang rahmat, beliau berhenti lalu memohon. Setiap kali melewati ayat tentang azab, beliau berhenti lalu memohon perlindungan." Auf bin Malik Al-Asyja'i berkata, "Lantas beliau ruku' lama seperti berdirinya. Dalam rukuknya beliau mengucapkan, "Mahasuci Allah Pemilik keperkasaan, kekuasaan, kebesaran dan keagungan." Lantas beliau bersujud lama seperti ukuran berdirinya. Dalam sujudnya beliau mengucapkan sebagaimana dalam rukuknya. Setelah itu beliau berdiri lalu membaca Āli 'Imrān kemudian membaca surah demi surah."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر عوف بن مالك الأشجعي رضي الله عنه أنه صلى مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلةً قيام الليل، فقام صلى الله عليه وسلم فقرأ سورة البقرة، فكان لا يمر بآية يُذكر فيها الرحمة والجنة إلا سأل الله رحمته وجنته، ولا يمر بآية يُذكر فيها العذاب إلا استعاذ بالله من عذابه، ثم ركع طويلًا بقدر قيامه، وقال في ركوعه: «سُبحانَ ذي الجَبَروتِ والملَكوتِ والكِبرياءِ والعَظَمةِ» أي: أُنَزِّه اللهَ صاحب القهر والغلبة، وصاحب الملك ظاهرًا وباطنًا، وصاحب الكبرياء، وصاحب العظمة، ثم سجد بقَدْر قيامه، ثم قال في سجوده مثلَ ما قال في ركوعه، ثم قام فقرأ بآل عمران، ثم قرأ سورةً سورةً.
Auf bin Malik Al-Asyja'i -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa dirinya melaksanakan salat malam bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri lalu membaca surah Al-Baqarah. Setiap kali melewati ayat yang menyebutkan rahmat dan surga, beliau pun memohon rahmat dan surga kepada Allah. Setiap kali melewati ayat yang menyebutkan azab, beliau memohon perlindungan kepada Allah dari azab-Nya. Selanjutnya beliau rukuk panjang sesuai dengan ukuran berdirinya. Dalam rukuknya, beliau mengucapkan, "Mahasuci Allah Pemilik Keperkasaan, kekuasaan, kebesaran, dan keagungan." Yakni, aku menyucikan Allah Pemilik keperkasaan dan kekuatan, Pemilik kekuasaan lahir dan batin, Pemilik kebesaran dan Pemilik keagungan, lalu beliau bersujud seperti ukuran lama berdirinya. Lantas dalam sujudnya beliau mengucapkan (doa) sebagaimana dalam rukuk. Setelah itu berdiri lalu membaca Āli 'Imrān, lalu membaca surah demi surah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8281

 
Hadith   1387   الحديث
الأهمية: وعدني ربي أن يدخل الجنة من أمتي سبعين ألفا بغير حساب، ولا عذاب مع كل ألف سبعون ألفا وثلاث حثيات من حثيات ربي
Tema: Rabbku telah berjanji kepadaku bahwa Dia akan memasukkan sebanyak tujuh puluh ribu dari umatku ke dalam surga tanpa hisab dan tanpa siksaan. Bersama setiap seribu ada tujuh puluh ribu dan tiga tuangan dari limpahan Rabbku.

عن أبي أمامة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «وَعَدَني ربِّي أنْ يُدْخِلَ الجنةَ من أُمَّتي سبعين ألفًا بغير حسابٍ ولا عذابٍ، مع كلِّ ألفٍ سبعون ألفًا، وثلاثُ حَثَيَاتٍ مِن حَثَيَاتِ ربِّي».

Dari Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Rabbku telah berjanji kepadaku bahwa Dia akan memasukkan sebanyak tujuh puluh ribu dari umatku ke dalam surga tanpa hisab dan tanpa siksaan. Bersama setiap seribu ada tujuh puluh ribu dan tiga tuangan dari limpahan Rabbku."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبرنا النبي -صلى الله عليه وسلم- أن الله -تعالى- وعده أنه سيُدخِل الجنةَ سبعين الفًا من هذه الأمة من غير حساب ولا عذاب، وسيُدخِل مع كل ألف سبعين ألفًا آخرين، وسيقبض الله بيده الكريمة ثلاث قبضات ويدخلهم الجنة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan kepada kita bahwa Allah telah berjanji kepadanya bahwa Dia akan memasukkan ke dalam surga sebanyak tujuh puluh orang dari umat ini tanpa hisab dan tanpa siksaan, dan akan memasukkan bersama setiap seribu orang sebanyak tujuh puluh ribu orang lainnya, dan Allah akan menggenggam dengan tangan-Nya yang mulia tiga genggaman dan memasukkan mereka ke surga.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8282

 
Hadith   1388   الحديث
الأهمية: إن الرحم شجنة آخذة بحجزة الرحمن، يصل من وصلها، ويقطع من قطعها
Tema: Sesungguhnya kekerabatan adalah satu cabang dalam genggaman Allah Yang Maha Pengasih; Dia akan menyambungkan orang yang menyambungnya dan memutuskan orang yang memutusnya.

عن ابن عباس -رضي الله عنهما- مرفوعاً: «إنَّ الرَّحِمَ شِجْنَةٌ آخذةٌ بحُجْزَةِ الرَّحمنِ، يَصِلُ مَن وَصَلَها، ويقطعُ مَن قَطَعَها».

Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū', "Sesungguhnya kekerabatan adalah satu cabang dalam genggaman Allah Yang Maha Pengasih; Dia akan menyambungkan orang yang menyambungnya, dan memutuskan orang yang memutusnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
الرَّحِم لها تعلُّق بالله -عز وجل-، فقد اشتُقَّ اسمها من اسم الرحمن، وهذا الحديث في الجملة من أحاديث الصفات، التي نص الأئمة على أنه يُمر كما جاء، وردوا على من نفى موجبه، والحُجزة على ذلك من الصفات التي يجب الإيمان بها من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير تكييف ولا تمثيل، فنؤمن بأن الرحم وهي القرابة تعتصم بها، وأن الله عز وجل يصل من وصلها، ومن قطع رحمه ولم يصل قرابته، قطعه الله، ومن قطعه الله فهو المقطوع مع عدو الله الشيطان الطريد الرجيم، ولو أراد الخلق كلهم صلته ونفعه، لم يفده ذلك.
"Ar-Raḥim" (kekerabatan) memiliki keterkaitan dengan Allah -'Azza wa Jalla-. Nama tersebut diambil dari nama-Nya "Ar-Raḥmān". Secara global hadis ini termasuk hadis-hadis sifat yang telah ditetapkan oleh para imam bahwa hadis seperti itu diperlakukan (dimaknai) sebagaimana adanya, dan mereka menolak orang yang menafikan keharusannya. Al-Hujzah (genggaman) termasuk sifat yang harus diimani tanpa taḥrīf (penyimpangan makna), ta'ṭīl (meniadakannya), takyīf (menanyakan bagaimana/kaifiyyah), dan tamṡīl (mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk). Dengan demikian kita beriman bahwa "Ar-Raḥim" adalah kekerabatan yang dijadikan pegangan, dan sesungguhnya Allah akan menyambungkan orang yang menyambung kekerabatan. Orang yang memutus kekerabatannya dan tidak menyambungnya, maka Allah akan memutuskannya. Orang yang diputus oleh Allah kekerabatannya, maka dia termasuk orang yang diputus bersama musuh Allah, yaitu setan yang terusir dan terkutuk, meskipun manusia seluruhnya menginginkan untuk menyambung dan memberinya manfaat, hal itu tidak berguna baginya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8283

 
Hadith   1389   الحديث
الأهمية: ألا ترضين أن أصل من وصلك، وأقطع من قطعك؟
Tema: Tidakkah engkau rida aku menyambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «خَلَقَ اللهُ الخلقَ، فلمَّا فرغَ منه، قامت الرَّحِمُ فأخذت بحَقْو الرَّحمن، فقال له: مَه، قالت: هذا مقامُ العائذِ بك من القَطِيعة، قال: ألَا تَرْضَيْنَ أنْ أصِلَ مَن وصلكِ، وأقطعُ مَن قطعكِ، قالت: بلى يا ربِّ، قال: فذاك». قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: اقرءوا إن شئتم: {فهل عسيتُم إنْ تولَّيتُم أن تُفْسِدوا في الأرض وتُقَطِّعوا أرحامَكم}، وفي رواية للبخاري: فقال الله: (من وصلك وصلته ومن قطعك قطعته).
Tema: Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Allah menciptakan makhluk, ketika Allah telah merampungkannya, maka berdirilah rahim lalu memegang pinggang Ar-Raḥmān (Allah Yang Maha Pengasih). Allah berfirman kepadanya, "Menyingkirlah." Rahim berkata, "Ini adalah tempat orang yang berlindung kepadamu dari pemutus kekerabatan." Allah berfirman, "Tidakkah engkau rida Aku menyambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?" Rahim menjawab, "Tentu saja wahai Rabbku." Allah berfirman, "Itu untukmu." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bacalah jika kalian mau, "Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?" Dalam riwayat Bukhari (disebutkan) bahwa Allah berfirman, "Orang yang menyambungmu maka Aku akan menyambungnya, dan orang yang memutusmu, maka Aku akan memutusnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قوله: «خَلَقَ اللهُ الخلقَ، فلمَّا فرغَ منه» أي: انتهى من خلق المخلوقات، وهو يدل على أن ذلك وقع في وقت محدد، وإن كان الله تعالى لا حدَّ لقدرته، ولا يشغله شأن عن شأن، ولكن اقتضت حكمته أن يجعل لفعله ذلك وقتًا معينًا، وهذا من الأدلة على أن أفعاله تتعلق بمشيئته، فمتى أراد أن يفعل شيئا فعله.
وليس معنى قوله: «لما فرغ» أنه تعالى انتهى من خلق كل شيء، بل مخلوقاته تعالى لا تزال توجد شيئا بعد شيء، ولكن سبق علمه بها، وتقديره لها وكتابته إياها، ثم هي تقع بمشيئته، فلا يكون إلا ما سبق به علمه، وتقديره وكتابته، وشاءه فوجد.
قوله: «قامت الرَّحِمُ فأخذت بحَقْو الرَّحمن، فقال له: مَه» هذه الأفعال المسنَدة إلى الرحم، من القيام والقول، ظاهر الحديث أنها على ظاهرها حقيقة، وإن كانت الرحم معنى يقوم بالناس، ولكن قدرة الله تعالى لا تُقاس بما يعرفه عقل الإنسان، وهذا الحديث في الجملة من أحاديث الصفات، التي نص الأئمة على أنها تُمَرُّ كما جاء، وردُّوا على من نفى موجبه. وليس ظاهر هذا الحديث أن لله إزاراً ورداءً من جنس الملابس التي يلبسها الناس، مما يصنع من الجلود والكتان والقطن وغيره، قال تعالى: (ليس كمثله شيء وهو السميع البصير).
قوله: «قالت: هذا مقامُ العائذِ بك من القَطِيعة» هذا أعظم مقام، والعائذ به استعاذ بأعظم معاذ، وهو دليل على تعظيم صلة الرحم، وعظم قطيعتها، والقطيعة: عدم الوصل، والوصل: هو الإحسان إلى ذوي القرابة، والتودُّد لهم والقرب منهم، ومساعدتهم، ودفع ما يؤذيهم، والحرص على جلب ما ينفعهم في الدنيا والآخرة.
قوله: «قال: ألَا تَرْضَيْنَ أنْ أصِلَ مَن وصلكِ، وأقطعَ مَن قطعكِ، قالت: بلى يا ربِّ، قال: فذاك» فمن وصل قرابته وصله الله، ومن وصله الله، وصل إلى كل خير وسعادة في الدنيا والآخرة، ولا بد أن تكون نهايته مجاورة ربه في الفردوس؛ لأن الوصل لا ينتهي إلا إلى هناك فينظر إلى وجه ربه الكريم. ومن قطع قرابته قطعه الله، ومن قطعه الله فهو المقطوع مع عدو الله الشيطان الطريد الرجيم.
Sabda Nabi: "Allah menciptakan makhluk, ketika Allah telah merampungkannya", yakni, setelah Allah selesai menciptakan makhluk. Ini menunjukkan bahwa penciptaan itu terjadi pada waktu yang ditentukan, meskipun kekuasaan Allah tidak ada batasnya, dan tidak ada sesuatu pun yang membuatnya lalai dari sesuatu yang lain. Hanya saja hikmah-Nya mengharuskan perbuatan-Nya itu ada waktu tertentu. Ini menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan-Nya berkaitan dengan kehendak-Nya. Jika Dia hendak melakukan sesuatu, Dia pun melakukannya. Maka sabda Nabi, "ketika Allah telah merampungkannya", tidak berarti bahwa Allah telah selesai dari menciptakan segala sesuatu, tetapi makhluk-makhluk Allah -Ta'ālā- masih terus ada bersambung, hanya saja itu sudah diketahui oleh ilmu-Nya, takdir-Nya, dan penulisan-Nya. Kemudian makhluk-makhluk tersebut ada karena kehendak-Nya, sehingga tidak mungkin hal itu ada melainkan telah diketahui oleh ilmu-Nya, takdir-Nya, dan dituliskan-Nya, lalu Dia berkehendak maka hal itu ada.
Sabda Nabi, "Maka berdirilah rahim lalu memegang pinggang Ar-Raḥmān (Allah Yang Maha Pengasih), dan Allah berfirman kepadanya, "Menyingkirlah!" Perbuatan yang disandarkan kepada rahim yaitu berdiri dan berkata, secara zahir hadis menunjukkan bahwa perbuatan benar adanya secara lahirnya, meskipun rahim itu adalah makna yang ada pada manusia. Hanya saja kekuasaan Allah tidak bisa diukur oleh nalar manusia. Secara global hadis ini termasuk hadis-hadis sifat di mana para ulama telah menetapkan agar hadis itu dipahami apa adanya, dan mereka menyanggah orang yang menafikan keharusannya. Makna lahir dari hadis ini tidak berarti bahwa Allah memiliki sarung dan selendang sejenis pakaian yang dikenakan oleh manusia yang dibuat dari kulit, rami/lenan, kapas dan sebagainya. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Sabdanya, "Rahim berkata, "Ini adalah tempat orang yang berlindung kepada-Mu dari pemutus kekerabatan." Ini tempat paling agung, dan orang yang berlindung kepada Allah adalah orang yang memohon perlindungan kepada pelindung paling agung. Ini merupakan dalil pengagungan bersilaturahmi, dan besarnya (dosa) pemutus kekerabatan. "Al-Qaṭī'ah, artinya tidak menyambung." Al-Washlu" artinya berbuat baik kepada kerabat, memperlihatkan cinta kepadanya, dekat dengannya, membantunya, mencegah hal yang menyakitinya, dan berusaha keras untuk mendatangkan apa yang bermanfaat baginya di dunia dan akhirat.
Sabdanya, Allah berfirman, "Tidakkah engkau rida Aku menyambung orang yang menyambungmu, dan memutus orang yang memutusmu?" Rahim menjawab, "Tentu saja, wahai Rabbku." Allah berfirman, "Itu untukmu." Orang yang menyambung kekerabatannya, niscaya Allah menyambungnya. Orang yang disambung kekerabatannya oleh Allah, berarti dia sampai kepada segala kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dan pasti akhirnya adalah berdekatan dengan Rabbnya di surga Firdaus. Sebab, hubungan tidak berakhir kecuali sampai ke sana sehingga dia dapat melihat wajah Rabbnya Yang Mulia. Orang yang memutus kekerabatannya, niscaya Allah memutusnya. Orang yang diputus kekerabatannya oleh Allah maka dialah orang yang terputus. Dia bersama musuh Allah, yaitu setan yang terusir dan terkutuk.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8284

 
Hadith   1390   الحديث
الأهمية: اللهم لك أسلمت، وبك آمنت، وعليك توكلت، وإليك خاصمت، وبك حاكمت، فاغفر لي ما قدمت وما أخرت، وأسررت وأعلنت، وما أنت أعلم به مني، لا إله إلا أنت
Tema: Ya Allah! Kepada-Mu lah aku berserah diri. Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah aku bertawakal. Kepada-Mu aku mengajukan perkara. Dan kepada-Mu aku berhukum. Karena itu, ampunilah aku dari dosa yang telah lalu dan yang akan datang, apa yang aku lakukan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan apa yang Engkau lebih tahu dariku. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.

عن ابن عباس -رضي الله عنهما- كان النبيُّ -صلى الله عليه وسلم- إذا تَهَجَّد من الليل قال: «اللهم ربَّنا لك الحمدُ، أنت قَيِّمُ السموات والأرض، ولك الحمدُ أنت ربُّ السموات والأرض ومَن فيهنَّ، ولك الحمدُ أنت نورُ السموات والأرض ومن فيهنَّ، أنت الحقُّ، وقولُك الحقُّ، ووعدُك الحقُّ، ولقاؤك الحقُّ، والجنةُ حقٌّ، والنارُ حقٌّ، والساعةُ حقٌّ، اللهم لك أسلمتُ، وبك آمنتُ، وعليك توكَّلتُ، وإليك خاصمتُ، وبك حاكمتُ، فاغفر لي ما قدَّمتُ وما أخَّرتُ، وأسررتُ وأعلنتُ، وما أنت أعلم به مني، لا إلهَ إلا أنت».

Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila melaksanakan salat tahajud di malam hari, beliau membukanya dengan ucapan, “Ya Allah! Segala puji bagi Engkau. Engkau pemelihara langit dan bumi serta makhluk yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau memiliki kerajaan langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau adalah cahaya bagi langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau Raja langit dan bumi dan Raja bagi siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkaulah Al Haq. Janji-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, pertemuan dengan-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, para nabi itu membawa kebenaran, dan Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- itu membawa kebenaran, hari kiamat itu benar adanya. Ya Allah! Kepada-Mu lah aku berserah diri. Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah aku bertawakal. Kepada-Mu aku mengajukan perkara. Dan kepada-Mu aku berhukum. Karena itu, ampunilah aku dari dosa yang telah lalu dan yang akan datang, apa yang aku lakukan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan apa yang Engkau lebih tahu dariku. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان النبيُّ صلى الله عليه وسلم إذا قام لصلاة الليل قال بعد أن يكبِّر تكبيرة الإحرام: «اللهم ربَّنا لك الحمدُ» أي: جميع الحمد واجب ومستحق لله تعالى، فهو المحمود على صفاته، وأسمائه، وعلى نعمه، وأياديه، وعلى خلقه وأفعاله، وعلى أمره وحُكمه، وهو المحمود أولًا وآخرًا، وظاهرًا وباطنًا.
ثم قال: «أنت قَيِّمُ السموات والأرض» أي: أنت الذي أقمتهما من العدم، والقائم عليهما بما يصلحهما ويقيمهما، فأنت الخالق الرازق، المالك المدبر، المحيي المميت.
ثم قال: «ولك الحمدُ أنت رب السموات والأرض ومن فيهنَّ» أي: أنت مالكهما ومن فيهما، والمتصرف بهما بمشيئتك، وأنت موجِدهما من العدم، فالملك لك، وليس لأحد معك اشتراك أو تدبير، تباركت وتعاليت.
ثم قال: «ولك الحمدُ أنت نورُ السماوات والأرض ومن فيهنَّ» فمن صفاته سبحانه أنه نور، واحتجب عن خلقه بالنور، وهو سبحانه منوِّر السماوات والأرض، وهادي أهل السماوات والأرض، ولا ينبغي نفي صفة النور عن الله تعالى أو تأويلها.
ثم قال: «أنت الحقُّ» فالحق اسم من أسمائه وصفة من صفاته، فهو الحق في ذاته وصفاته، فهو واجب الوجود كامل الصفات والنعوت، وجوده من لوازم ذاته، ولا وجود لشيء من الأشياء إلا به.
   ثم قال: «وقولُك الحقُّ» ما قلتَه فهو صدق وحق وعدل، لا يأتيه الباطل من بين يديه، ولا من خلفه، لا في خبره، ولا في حُكمه وتشريعه، ولا في وعده ووعيده.
ثم قال: «ووعدُك الحقُّ» يعنى: لا تخلف الميعاد، فما وعدت به فلا بد من وقوعه، على ما وعدت، فلا خُلف فيه ولا تبديل.
ثم قال: «ولقاؤك حقُّ» أي: لا بد للعباد من ملاقاتك، فتجازيهم على أعمالهم، واللقاء يتضمن رؤية الله سبحانه.
ثم قال: «والجنةُ حقٌّ، والنارُ حقٌّ» أي: ثابتتان، موجودتان، كما أخبرتَ بذلك أنهما معدتان لأهلهما، فهما دار البقاء، وإليهما مصير العباد.
ثم قال: «والساعةُ حقٌّ» أي: مجيء يوم القيامة حق لا مرية فيه، فهو ثابت لا بد منه، وهي نهاية الدنيا، ومبدأ الآخرة.
وقوله: «اللهم لك أسلمتُ» معناه: انقدت لحكمك وسلمت ورضيت. وقوله: «وبك آمنت» يعنى: صدَّقت بك وبما أنزلت، وعملت بمقتضى ذلك.
«وعليك توكلت» أي: اعتمدت عليك، ووكَّلت أموري إليك، «وإليك خاصمت» أي: بما آتيتنى من البراهين احتججت على المعاند وغلبته «وبك حاكمت» أي: كل من أبى قبول الحق، أو جحده، حاكمته إليك وجعلتك الحكم بيني وبينه مجانبًا بذلك حكم كل طاغوت، من قانون وضعي، أو كاهن أو غيره، مما يتحاكم إليه البشر، من الأوضاع الباطلة شرعاً.
وقوله: «فاغفر لي ما قدَّمتُ وما أخَّرتُ، وأسررتُ وأعلنتُ، وما أنت أعلم به مني» أي: اغفر لي ما عملتُ من الذنوب، وما سأعمله، وما ظهر منها لأحد من خلقك، وما خفي عنهم، ولم يعلمه غيرك.
ثم ختم دعاءه بقوله: «لا إلهَ إلا أنت» فلا أتوجَّه إلى سواك؛ إذ كل مألوه غيرك باطل ودعوته ضلال ووبال، وهذا هو التوحيد الذي جاءت به رسل الله، وفرضه تعالى على عباده.
Apabila Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri untuk melaksanakan salat, maka setelah mengucapkan takbiratul ihram, beliau mengucapkan doa, "Ya Allah, Tuhan kami, segala puji milik-Mu," yakni, segala pujian wajib dan menjadi hak Allah Ta'ala. Dia terpuji dalam sifat-sifat-Nya, nama-nama-Nya, nikmat-Nya, kemurahan hati-Nya, penciptaan-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, perintah-Nya dan ketetapan-Nya. Dialah yang terpuji di awal dan di akhir, lahir dan batin.
Selanjutnya beliau mengucapkan, "Engkaulah yang menegakkan langit dan bumi." Yakni, Engkaulah yang menegakkannya dari ketiadaan, mengurus keduanya dengan hal-hal yang dapat memperindah dan menegakkannya. Engkaulah Pencipta dan Pemberi rezeki, Pemilik dan Pengatur, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan.
Selanjutnya beliau mengucapkan, "Segala puji hanya milik-Mu. Engkaulah Tuhan langit dan bumi dan makhluk yang ada di dalamnya." Yakni, Engkau Pemilik keduanya dan makhluk yang ada di dalamnya, yang mengatur keduanya dengan kehendak-Mu. Engkau yang mengadakan keduanya dari ketiadaan. Dengan demikian, kerajaan adalah milik-Mu dan tidak ada keterlibatan atau pengaturan seorang pun bersama-Mu. Engkau Maha Suci dan Engkau Maha Luhur.
Lalu mengucapkan, "Segala puji hanya milik-Mu. Engkaulah cahaya langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalam keduanya." Di antara sifat Allah ialah cahaya dan Dia tersembunyi dari makhluk-Nya dengan cahaya. Dia Penerang langit dan bumi, Pemberi petunjuk penghuni langit dan bumi, dan tidak boleh menafikan atau menakwilkan sifat cahaya dari Allah Ta'ala.
Lalu mengucapkan, "Engkaulah Al-Haq." Al-Haq adalah salah satu nama Allah dan salah satu sifat-Nya. Dia adalah Al-Haq dalam Zat dan sifat-Nya. Dia adalah wajib ada dengan segala sifat dan ciri. Keberadaan-Nya merupakan keharusan Zat-Nya. Tidak ada wujud sesuatu melainkan Dia yang mengadakannya.
Lalu mengucapkan, "Firman-Mu adalah benar," apa yang Engkau firmankan adalah benar, hak, dan adil tanpa tercampuri kebatilan dari depan-Nya, dari belakang-Nya, baik dalam kabar-Nya, hukum-Nya, dan syariat-Nya. Tidak juga pada janji dan ancaman-Nya.
Lalu mengucapkan, "janji-Mu adalah benar," yakni, Engkau tidak pernah ingkar janji. Apa yang Engkau janjikan pasti akan terjadi sesuai dengan yang telah Engkau janjikan. Tidak ada pergantian dan perubahan di dalamnya.
Lalu mengucapkan, "dan pertemuan-Mu adalah benar." Yakni, setiap hamba pasti berjumpa dengan-Nya, lalu mereka diberi balasan atas amal-amalnya. Perjumpaan ini tercakup di dalamnya melihat Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Lalu mengucapkan, "Surga itu benar, neraka itu benar," yakni, keduanya sudah ditetapkan dan ada sebagaimana engkau telah diberitahu mengenai hal itu bahwa keduanya sudah disiapkan bagi para penghuninya. Keduanya adalah perkampungan abadi dan kepadanya tempat kembali semua hamba.
Lalu mengucapkan, "dan kiamat itu benar." Yakni, terjadinya kiamat adalah sesuatu yang benar tanpa ada keraguan di dalamnya. Ia ditetapkan dan pasti terjadi. Kiamat adalah akhir dunia dan permulaan akhirat. Sabdanya, "Ya Allah, aku menyerahkan diri kepada-Mu," artinya aku tunduk kepada hukum-Mu, menyerahkan diri, dan rela.
Sabdanya, "beriman kepada-Mu," yakni, aku membenarkan-Mu dan apa yang Engkau turunkan, dan aku melakukan sebagaimana keharusannya.
"bertawakal kepada-Mu," yakni, aku bersandar kepada-Mu dan menyerahkan segala urusanku kepada-Mu.
"mengajukan perkara kepada-Mu," yakni, dengan berbagai bukti yang diberikan kepadaku, aku berhujjah kepada pembangkang dan mengalahkannya.
"dan mengajukan gugatan kepada-Mu." Yakni, setiap orang yang menolak untuk menerima kebenaran atau mengingkarinya, maka aku mengajukan gugatan kepada-Mu dan aku menjadikan-Mu sebagai penentu keputusan antara aku dengannya, guna menghindari keputusan thaghut berupa undang-undang konvensional atau dukun atau lainnya yang biasanya dijadikan rujukan oleh manusia, berupa hukum-hukum yang batil secara syariat.
Sabdanya, "Karena itu, ampunilah aku dari dosa yang telah lalu dan yang akan datang, apa yang aku lakukan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan apa yang Engkau lebih tahu dariku." Yakni, ampunilah aku dari dosa yang telah aku kerjakan dan yang akan aku kerjakan, dosa yang tampak pada seseorang dari makhluk-Mu dan apa yang tersembunyi dari mereka dan yang tidak diketahui oleh selain-Mu.
Selanjutnya beliau menutup doanya dengan ucapan, "Tidak ada tuhan yang benar selain Engkau." Aku tidak menghadap kecuali kepada-Mu, karena setiap yang dipertuhankan selain-Mu adalah batil dan dakwahnya adalah sesat dan binasa.
Inilah tauhid yang dibawa oleh para utusan Allah dan diwajibkan oleh Allah Ta'ala kepada para hamba-Nya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8285

 
Hadith   1391   الحديث
الأهمية: سبق الكتاب أجله، اخطبها إلى نفسها
Tema: Masa idah yang ditetapkan sudah berlalu. Silakan lamar dia!

عن الزُّبير بن العوام -رضي الله عنه- أنَّه كانت عنده أمُّ كُلثوم بنتُ عقبة، فقالت له وهي حاملٌ: طَيِّب نفسي بتطليقة، فطلَّقها تطليقةً، ثم خرجَ إلى الصلاة، فرجع وقد وضعت، فقال: ما لها؟ خَدَعتني، خَدَعها اللهُ، ثم أتى النبيَّ -صلى الله عليه وسلم-، فقال: «سَبَقَ الكتابُ أَجَلَه، اخطِبها إلى نفسِها».

Dari Az-Zubair bin al-'Awwām -raḍiyallāhu 'anhu- bahwasannya dia memiliki istri yaitu Ummu Kulṡūm binti Uqbah. Ummu Kulṡūm berkata kepadanya saat dia hamil, "Gembirakanlah diriku dengan satu kali talak!" Lantas dia (Az-Zubair) menjatuhkan satu talak. Setelah itu dia keluar untuk salat lalu kembali (ke rumah) dan Ummu Kulṡūm sudah melahirkan. Ia berkata, "Ada apa dengannya? Dia (istriku) menipuku, semoga Allah membalasnya." Lantas Az-Zubair datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka beliau bersabda, "Masa idah yang ditetapkan sudah berlalu. Lamarlah dia kembali!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان الزبير بن العوام متزوِّجًا بأم كلثوم بنت عقبة فقالت له وهي حامل: «طيِّب نفسي بتطليقة» أي: أدخل علي السرور بتطليقة واحدة، والظاهر أنها كانت لا تحبه وتريد أن تخرج من تحته خروجًا لا يتمكَّن من مراجعتها، فطلبت منه أن يطلقها طلقة واحدة لما أحسَّت بقرب ولادتها، وعلمت أن عدة الحامل أن تضع حملها، فطلَّقها تطليقةً، ثم خرجَ إلى الصلاة، فرجع وقد ولدت، فقال: «ما لها؟ خَدَعتني، خَدَعها اللهُ» والخداع من صفات الله تعالى الفعلية الخبرية، ولكنه لا يوصف بها على سبيل الإطلاق، إنما يوصف بها على سبيل المقابلة، فيقال يخدع الله من يخدعه، مثل خداعه للمنافقين، وخداعه لمن يمكر بالمؤمنين وما شابه ذلك، ولا يجوز تأويلها بقولهم إن الزبير أراد بقوله هذا: جزاها الله تعالى بخداعها. بل يجب إثبات هذه الصفة كغيرها من صفات الله تعالى من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير تكييف ولا تمثيل.
   ثم أتى الزبير إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأخبره بما حدث بينه وبين زوجته، فقال صلى الله عليه وسلم: «سَبَقَ الكتابُ أَجَلَه»، أي: مضت العدة المكتوبة قبل ما يتوقع من تمامها، ووقع الطلاق، ثم قال صلى الله عليه وسلم: «اخطِبها إلى نفسِها» أي: كن واحدًا من الخُطاب لا حقَّ لك في نفسها؛ لخروجها عن العدة.
Az-Zubair bin Al-'Awwām menikah dengan Ummu Kulṡūm binti Uqbah. Ia berkata kepadanya (az-Zubair) saat dia hamil, "Gembirakanlah diriku dengan satu talak!" Yakni, masukkanlah rasa senang kepadaku dengan menjatuhkan talak satu. Secara lahir Ummu Kulṡūm tidak mencintainya dan dia ingin terbebas darinya tanpa bisa rujuk lagi kepadanya. Dia meminta kepada Az-Zubair agar menjatuhkan satu talak kepadanya saat dia merasakan dekatnya masa melahirkan. Dia tahu bahwa masa idah wanita hamil adalah sampai melahirkan anaknya. Lantas dia pun menjatuhkan satu kali talak kepada Ummu Kulṡūm lalu pergi salat. Lantas dia kembali dan Ummu Kulṡūm sudah melahirkan. Ia bertanya, "Ada apa dengannya? Dia (istriku) menipuku, semoga Allah membalasnya." Al-Khudā' (tipuan) adalah salah satu sifat fi'liyah khabariyah. Hanya saja Allah tidak disifati dengannya secara mutlak. Dia disifati demikian dalam rangka perbandingan. Dikatakan, bahwa Allah menipu orang yang menipu-Nya, seperti tipuan-Nya terhadap orang-orang munafik, dan orang yang berbuat makar kepada orang-orang mukmin, serta tipuan yang serupa dengannya. Ini tidak boleh ditakwilkan dengan ucapan mereka bahwa Az-Zubair menghendaki dengan ucapannya itu, "Allah telah membalasnya dengan tipuannya," tetapi harus menetapkan sifat ini sebagaimana sifat-sifat Allah -Ta'ālā- tanpa tahrīf (penyimpangan makna), ta'ṭīl (meniadakannya), takyīf (menanyakan bagaimana/kaifiyyah), dan tamṡīl (mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk). Selanjutnya Az-Zubair mendatangi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dengan istrinya. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Masa idah yang ditetapkan sudah berlalu," yakni, masa idah yang ditetapkan sudah berlalu tidak sesuai dengan yang diharapkannya dan jatuhlah talak. Selanjutnya beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Lamarlah dia kembali." yakni! jadilah salah satu dari para pelamar, engkau tidak berhak lagi padanya karena dia telah keluar dari masa idah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8286

 
Hadith   1392   الحديث
الأهمية: يوضع الصراط بين ظهري جهنم، عليه حسك كحسك السعدان، ثم يستجيز الناس، فناج مسلم، ومجدوح به، ثم ناج ومحتبس به فمنكوس فيها
Tema: Jembatan (Aṣ-Ṣirāṭ) dipancangkan di tengah-tengah Jahanam. Di atasnya terdapat duri seperti duri tumbuhan As-Sa'dān. Selanjutnya manusia diperintahkan untuk melintasinya. Ada orang yang selamat dan terjaga, ada yang kulitnya terkelupas kemudian selamat, dan ada yang tertahan kemudian terbalik.

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «يُوضَعُ الصِّراط بين ظَهْرَي جهنم، عليه حَسَكٌ كحَسَك السَّعْدان، ثم يستجيز الناس، فناجٍ مُسَلَّم، ومَجْدوح به ثم ناجٍ، ومحتبَس به فمنكوسٌ فيها، فإذا فرغ اللهُ عز وجل من القضاءِ بين العباد، يفقد المؤمنون رجالًا كانوا معهم في الدنيا يُصلُّون بصلاتهم، ويُزَكُّون بزكاتهم، ويصومون صيامهم، ويحجُّون حجَّهم ويغزون غزوَهم فيقولون: أي ربنا عبادٌ من عبادك كانوا معنا في الدنيا يُصلُّون صلاتنا، ويُزَكُّون زكاتنا، ويصومون صيامنا، ويحجُّون حجَّنا، ويغزون غزوَنا لا نراهم، فيقول: اذهبوا إلى النار فمن وجدتم فيها منهم فأخرجوه، قال: فيجدونهم قد أخذتهم النارُ على قَدْر أعمالهم، فمنهم مَن أخذته إلى قدميه، ومنهم مَن أخذته إلى نصف ساقيه، ومنهم مَن أخذته إلى رُكبتيه، ومنهم من أخذته إلى ثَدْيَيْه، ومنهم من أزرته، ومنهم من أخذته إلى عنقه، ولم تَغْشَ الوجوهَ، فيستخرجونهم منها فيُطرحون في ماء الحياة»، قيل: يا رسول الله وما الحياة؟ قال: «غسل أهل الجنة فينبتون نباتَ الزرعة» وقال مرة: «فيه كما تنبت الزرعة في غُثاء السَّيل، ثم يشفع الأنبياء في كلِّ من كان يشهد أن لا إله إلا الله مخلِصًا فيخرجونهم منها» قال: «ثم يتحنَّنُ اللهُ برحمته على من فيها، فما يترك فيها عبدًا في قلبه مثقالُ حبَّة من إيمان إلا أخرجه منها».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Jembatan (Aṣ-Ṣirāṭ) dipancangkan di tengah-tengah Jahanam. Di atasnya terdapat duri seperti duri tumbuhan As-Sa'dān. Selanjutnya manusia diperintahkan untuk melintasinya. Ada orang yang selamat dan terjaga, ada yang kulitnya terkelupas kemudian selamat, dan ada yang tertahan kemudian terbalik di dalam Jahanam." Setelah Allah 'Azza wa Jalla selesai menetapkan keputusan di antara hamba. Kaum Mukminin kehilangan orang-orang yang dulunya bersama mereka di dunia. Mereka salat seperti salatnya, berzakat seperti zakatnya, berpuasa seperti puasanya, menunaikan ibadah haji seperti hajinya, dan berperang (jihad) seperti perangnya. Mereka berkata, "Wahai Tuhanku, sekelompok hamba-hamba-Mu yang dulu bersama kami di dunia. Mereka salat sebagaimana salat kami, berzakat sebagaimana zakat kami, berpuasa sebagaimana puasa kami, menunaikan haji sebagaimana haji kami, berperang sebagaimana perang kami, tetapi kami tidak melihat mereka." Allah berfirman, "Pergilah kalian semua ke neraka. Siapa saja di antara kalian yang menemukan mereka, maka keluarkanlah." Abu Sa'īd Al-Khudri berkata, "Mereka menemukan kaum tersebut sudah dilahap api sesuai dengan kadar amalnya masing-masing. Ada yang dilahap neraka sampai kedua kakinya, ada yang sudah dilahap sampai separuh kedua betisnya, ada yang sudah dilahap sampai kedua lututnya, ada yang sudah dilahap sampai ke kedua teteknya, ada yang dilahap api sampai ke baju bagian bawahnya, dan ada juga yang dilahap neraka sampai ke lehernya tanpa menimpa wajah-wajahnya. Lantas kaum mukminin memohon agar mereka dikeluarkan dari neraka. Selanjutnya mereka dilemparkan ke dalam air kehidupan." Dikatakan, "Wahai Rasulullah, apakah air kehidupan itu?" Beliau bersabda, "Pemandian penghuni surga lalu mereka tumbuh seperti tumbuhnya tanaman." Saat lain beliau bersabda, "Di dalamnya tumbuh seperti tumbuhnya tanaman di buih air bah. Selanjutnya para nabi memberikan syafaat kepada setiap orang yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang benar selain Allah dengan tulus lalu mereka dikeluarkan dari neraka." Beliau bersabda, "Selanjutnya Allah menaruh belas kasihan dengan rahmat-Nya kepada orang yang ada di neraka. Allah tidak membiarkan seorang hamba pun yang di dalam hatinya ada iman seberat biji sawi, melainkan Dia mengeluarkannya dari neraka."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إذا كان يوم القيامة وضع الله عز وجل الصراط على وسط جهنم، وعلى الصراط شوك صلب، ثم يؤمر الناس بالمرور عليه، فمنهم من ينجو ويسلم ولا تناله النار، ومنهم من يُخدش ثم يسلم ويُخلَّص، ومنهم من يسقط في جهنم.
فإذا فرغ اللهُ عز وجل من محاسبة عباده وأُدخل أهلُ الجنة الجنةَ وأهلُ النار النارَ، لا يجد المؤمنون من أهل الجنة ناساً كانوا معهم في الدنيا يصلون ويزكون ويصومون ويحجون ويجاهدون معهم، فيقولون لله عز وجل: إننا لا نرى هؤلاء الناس معنا في الجنة مع أنهم كانوا يصلون ويزكون ويصومون ويحجون ويجاهدون معنا في الدنيا. فيقول الله لهم : اذهبوا إلى النار فإذا وجدتم فيها أحدًا منهم فأخرجوه منها.
فيجدونهم قد أصابتم النارُ على قَدْر أعمالهم، فمنهم مَن أصابته إلى قدميه، ومنهم مَن أصابته إلى نصف ساقيه، ومنهم مَن أصابته إلى رُكبتيه، ومنهم من أصابته إلى وسطه ومنهم من أصابته إلى ثَدْيَيْه، ومنهم من أصابته إلى رقبته، ولكنَّ النار لم تصل إلى وجوههم، فيشفعون فيهم، فيخرجون من النار ويُلقون في ماء الحياة، وهو ماء يُحيى من انغمس فيه، فينبتون كما ينبت الزرع في مجرى السَّيل.
ثم يشفع الأنبياء في كلِّ من كان يشهد أن لا إله إلا الله مخلِصًا من قلبه فيخرجونهم من النار، ثم يعطف اللهُ برحمته على من في النار، فما يترك فيها أحدًا في قلبه مقدار حبَّة من إيمان إلا أخرجه منها.
Pada hari kiamat kelak, Allah -'Azza wa Jalla- meletakan jembatan (Aṣ-Ṣirāṭ) di tengah-tengah Jahanam. Di atas jembatan itu terdapat duri yang keras. Selanjutnya manusia diperintahkan untuk melintasinya. Di antara mereka ada yang selamat dan terjaga serta tidak dijilat neraka. Ada yang kulitnya terkelupas lalu terjaga dan diselamatkan. Ada juga yang jatuh ke dalam Jahanam.
Setelah Allah -'Azza wa Jalla- selesai menghisab hamba-hamba-Nya dan memasukkan penghuni surga ke surga dan penghuni neraka ke neraka, kaum mukminin penghuni surga tidak menemukan sekelompok manusia yang dulunya bersama mereka di dunia. Mereka salat, berzakat, berpuasa, menunaikan ibadah haji dan berjihad bersama mereka. Lantas mereka bertanya kepada Allah -'Azza wa Jalla-, "Sesungguhnya kami tidak melihat sekelompok orang bersama kami di surga, padahal mereka itu dulunya melaksanakan salat, berzakat, berpuasa, menunaikan ibadah haji dan berjihad bersama kami di dunia?" Allah berfirman kepada mereka, "Pergilah kalian semua ke neraka. Apabila kalian menemukan seorang saja dari mereka di neraka, maka keluarkanlah ia darinya!"
Lantas mereka menemukan orang-orang tersebut sudah dilahap api neraka sesuai kadar amalnya masing-masing. Di antara mereka ada yang sudah dilahap api neraka sampai kedua kakinya, ada yang sudah dilahap sampai separuh kedua betisnya, ada yang sudah dilahap sampai kedua lututnya, ada yang sudah dilahap sampai perutnya, ada yang sudah dilahap sampai kedua teteknya, dan ada juga yang sudah dilahap sampai ke lehernya. Hanya saja api neraka tidak sampai ke wajahnya.
Selanjutnya kaum mukminin meminta syafaat untuk mereka. Mereka pun dikeluarkan dari neraka dan dilemparkan ke dalam air kehidupan. Yaitu air yang dapat menghidupkan orang yang telah dicemplungkan ke dalam neraka. Mereka pun tumbuh seperti tumbuhnya tanaman di tempat aliran banjir.
Setelah itu para nabi memberikan syafaat kepada setiap orang yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang benar selain Allah dengan ikhlas dari dalam hatinya. Mereka dikeluarkan dari neraka. Kemudian Allah menaruh belas kasihan dengan rahmat-Nya kepada orang yang ada di neraka. Dia tidak membiarkan di dalam neraka ada seorang pun yang di dalam hatinya terdapat iman seberat biji, melainkan Dia mengeluarkannya dari neraka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8287

 
Hadith   1393   الحديث
الأهمية: ما من يوم أكثر من أن يعتق الله فيه عبدًا من النار من يوم عرفة
Tema: Tiada hari di mana Allah paling banyak memerdekakan hamba dari neraka lebih dari hari Arafah.

عن عائشة -رضي الله عنها- مرفوعاً: «ما مِن يومٍ أكثر مِن أنْ يُعْتِقَ اللهُ فيه عبدًا مِن النارِ، مِن يومِ عرفة، وإنَّه ليدنو، ثم يُباهي بهم الملائكةَ، فيقول: ما أراد هؤلاء؟».

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- secara marfū', "Tiada hari di mana Allah paling banyak memerdekakan hamba dari neraka lebih dari hari Arafah. Sesungguhnya Dia mendekat lalu membanggakan jamaah haji kepada para malaikat kemudian berfirman, "Apa yang diinginkan mereka (jamaah haji)?"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
ليس يوم من الأيام أكثر من يوم عرفة في أن يُخَلِّص وينجِّي الله من يشاء من النار، وإنه -سبحانه- يقرب من عباده الحجيج قُربًا حقيقيًّا، ويباهي بهم الملائكة، ويُظهر على الملائكة فضل الحُجَّاج وشرفهم، وأهل السنة والجماعة يعتقدون أن الله عز وجل قريب من عباده حقيقة كما يليق بجلاله وعظمته، وهو مستوٍ على عرشه، بائن من خلقه، وأنه يتقرب إليهم حقيقة، ويدنو منهم حقيقة.، فيقول: ما أراد هؤلاء؟ أي: أي شيء أراد هؤلاء؟ حيث تركوا أهلهم وأوطانهم، وصرفوا أموالهم، وأتعبوا أبدانهم، أي: ما أرادوا إلا المغفرة، والرضا، والقرب، واللقاء، وما أرادوه فهو حاصل لهم، ودرجاتهم على قدر نياتهم.
Tidak ada hari yang mana Allah menyelamatkan dan menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya dari neraka lebih banyak dari hari Arafah. Sesungguhnya Dia -Subḥānahu- mendekat secara hakiki lalu membanggakan jamaah haji kepada para malaikat, dan membanggakan jamaah haji tersebut kepada para malaikat dan memperlihatkan kepada mereka keutamaan dan kemuliaan jamaah haji. Ahlussunnah wal Jama'ah berkeyakinan bahwa Allah -'Azza wa Jalla- dekat dengan para hamba-Nya sebenar-benarnya sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya. Dia bersemayam di 'Arsy-Nya dan terpisah dari makhluk-Nya. Dia mendekati mereka dengan sebenarnya dan mendatangi mereka secara hakiki. Dia berfirman, "Apa yang mereka inginkan?" Yakni, apa yang diinginkan oleh mereka (jamaah haji)? Mereka meninggalkan keluarganya dan tanah airnya. Mereka mengeluarkan hartanya dan mengalami kepayahan fisik. Yakni, tidak ada yang mereka inginkan kecuali ampunan, keridaan, kedekatan, dan pertemuan. Apa yang mereka inginkan itu pasti tercapai dan derajat mereka sesuai dengan kadar niatnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8288

 
Hadith   1394   الحديث
الأهمية: الراحمون يرحمهم الرحمن ارحموا أهل الأرض يرحمكم من في السماء
Tema: Para penyayang disayangi oleh Allah Yang Maha Pengasih; maka sayangilah penghuni bumi, niscaya Dia yang di langit menyayangi kalian.

عن عبد الله بن عمرو -رضي الله عنهما- يبلغ به النبي -صلى الله عليه وسلم-: «الرَّاحمون يرحَمُهمُ الرحمنُ، ارحموا أهلَ الأرضِ، يرحمْكم مَن في السماءِ».

Abdullah bin 'Amr -raḍiyallāhu 'anhuma- meriwayatkan hadis yang ia sandarkan kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Para penyayang disayangi oleh Allah Yang Maha Pengasih; maka sayangilah penghuni bumi, niscaya Dia yang di langit menyayangi kalian."

" style="display:yes" class="lity-show" style="width: 100%; background: rgba(255,255,255,0.9);border-radius:8px;-moz-border-radius:8px;-webkit-border-radius:8px;">

الأهمية: الراحمون» الذين يرحمون من في الأرض من آدمي وحيوان محترم بشفقة وإحسان ومواساة «يرحمهم الرحمن» من الرحمة وهي مفهومة، ومن ذلك أن يحسن إليهم ويتفضل عليهم والجزاء من جنس العمل «ارحموا من في الأرض» أتى بصيغة العموم ليشمل جميع أصناف الخلق فيرحم البر والفاجر والوحوش والطير «يرحمكم من في السماء» أي: يرحمكم الله تعالى الذي في السماء، ولا يجوز تأويله بأن المراد من في السماء ملكه وغير ذلك؛ فإن علو الله على خلقه ثابت في الكتاب والسنة وإجماع الأمة، وليس المراد بقولنا: «الله في السماء» أن السماء تحويه وأنه داخل فيها، تعالى الله عن ذلك، بل «في» بمعنى «على» أي: فوق السماء عالٍ على جميع خلقه.
Makna "Ar-Rāḥimūn" ialah orang-orang yang menyayangi siapa saja yang ada di muka bumi berupa manusia dan hewan terhormat dengan kasih sayang, kebajikan, dan simpati.
Makna "Niscaya Allah Yang Maha Pengasih menyayanginya (merahmatinya)"; berasal dari kata rahmat yang sudah dipahami, di antara aplikasinya ialah dengan berbuat baik kepada mereka dan memuliakan mereka. Dan balasan yang mereka dapatkan itu sesuai dengan jenis amal yang mereka kerjakan.
Lafal "Sayangilah siapa yang ada di bumi"; menggunakan bentuk umum agar mencakup semua jenis makhluk sehingga dia menyayangi orang baik, orang jahat, binatang liar dan burung.
Makna "Niscaya Dia yang dilangit menyayangi kalian", yakni, Allah yang ada di langit akan menyayangi kalian. Tidak boleh ditakwilkan bahwa yang dimaksud dengan yang ada di langit adalah malaikat-Nya dan selainnya. Sebab, kemahatinggian Allah atas makhluk-Nya telah ditetapkan dalam Al-Qur`ān, Sunnah serta ijmak umat Islam.
Ucapan kita, "Allah di langit" tidak bermakna bahwa langit meliputi-Nya dan Dia berada di dalamnya. Mahatinggi Allah dari hal itu, tetapi makna fī (di)" ialah 'alā (di atas), maksudnya Dia di atas langit dalam posisi tinggi dari seluruh makhluk-Nya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8289

 
Hadith   1395   الحديث
الأهمية: إن الله هو المسعر القابض الباسط الرازق، وإني لأرجو أن ألقى الله وليس أحد منكم يطالبني بمظلمة في دم ولا مال
Tema: Sesungguhnya Allah yang pantas menaikkan dan menurunkan harga, Dia-lah yang membatasi dan melapangkan rezeki. Aku harap dapat berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kalian yang menuntutku soal kezaliman dalam darah (nyawa) dan harta.”

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً: قال الناسُ: يا رسولَ الله، غَلَا السِّعْرُ فسَعِّرْ لنا، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ هو المُسَعِّر القابضُ الباسطُ الرازقُ، وإني لأرجو أن ألقى اللهَ وليس أحدٌ منكم يُطالِبُني بمظلمةٍ في دمٍ ولا مالٍ».

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Orang-orang berkata, "Wahai Rasulullah, harga-harga menjadi mahal. Tetapkanlah harga untuk kami?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya Allah yang pantas menaikkan dan menurunkan harga, Dia-lah yang membatasi dan melapangkan rezeki. Aku harap dapat berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kalian yang menuntutku soal kezaliman dalam darah (nyawa) dan harta.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
ارتفعت أسعار السلع في زمان النبي صلى الله عليه وسلم، فطلب الناس منه أن يحدِّد لهم أسعار السلع، فقال لهم رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ هو المُسَعِّر القابضُ الباسطُ الرازقُ» أي: إن الله تعالى هو الذي يُرَخِّص الأشياء ويغلِّيها، وهو الذي يضيق الرزق على من يشاء ويوسعه على من يشاء، أي: فمن حاول التسعير فقد عارض الله ونازعه فيما يريده، ويمنع العباد حقوقهم مما أولاهم الله تعالى في الغلاء والرخص.
ثم قال صلى الله عليه وسلم: «وإني لأرجو أن ألقى اللهَ وليس أحدٌ منكم يُطالِبُني بمظلمةٍ في دمٍ ولا مالٍ» وهذا إشارة إلى أن المانع له من التسعير مخافة أن يظلمهم في أموالهم؛ فإن تسعير السلع تصرف فيها بغير إذن أهلها فيكون ظلما، لكن إذا تواطأ الباعة مثلا من تجار ونحوهم على رفع أسعار ما لديهم أثرة منهم، فلولي الأمر تحديد سعر عادل للمبيعات مثلا؛ إقامة للعدل بين البائعين والمشترين، وبناء على القاعدة العامة، قاعدة جلب المصالح ودرء المفاسد، وإن لم يحصل تواطؤ منهم وإنما ارتفع السعر بسبب كثرة الطلب وقلة العرض، دون احتيال، فليس لولي الأمر أن يحد السعر، بل يترك الرعية يرزق الله بعضهم من بعض، وعلى هذا فلا يجوز للتجار أن يرفعوا السعر زيادة عن المعتاد ولا التسعير، وعليه يحمل هذا الحديث.
Harga-harga barang naik pada masa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lantas orang-orang memohon kepada beliau untuk menetapkan harga-harga barang bagi mereka. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepada mereka, "Sesungguhnya Allah-lah yang pantas menetapkan harga, yang menahan dan melapangkan, lagi Maha pemberi rezeki," yakni, sesungguhnya Allah -Ta'ālā- adalah Zat yang menjadikan segala sesuatu murah dan mahal. Dia-lah yang menyempitkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan meluaskannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Yakni, siapa yang berusaha menetapkan harga, maka dia telah menentang Allah dan merebut apa yang Dia kehendaki, serta menghalangi para hamba dari hak-hak mereka yang telah diatur oleh Allah -Ta'ālā- dalam harga yang mahal dan murah. Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "dan sesungguhnya aku berharap agar dapat berjumpa dengan Allah tanpa ada seorang pun yang menuntutku mengenai kezaliman dalam darah dan harta." Ini merupakan isyarat bahwa yang menjadi halangan adanya penetapan harga ialah kekhawatiran timbulnya kezaliman dalam harta mereka. Sesungguhnya penetapan harga barang-barang merupakan bentuk tindakan memperlakukan barang orang lain tanpa seizin pemiliknya, itu adalah kezaliman. Tetapi apabila para penjual serempak berkomplot, contohnya para pedagang dan yang lainnya untuk menaikkan harga barang-barang mereka atas egoisme mereka, maka pemerintah (waliyul amri) harus menetapkan harga barang-barang yang dijual secara adil, demi menegakkan keadilan antara para penjual dan para pembeli dan berdasarkan kaidah umum, yaitu kaidah mengambil manfaat dan mencegah kerusakan. Jika tidak terjadi kolusi dari mereka, tetapi kenaikan harga itu terjadi disebabkan banyaknya permintaan (demand) dan sedikitnya barang tanpa ada muslihat, maka pemerintah (waliyul amri) tidak berhak untuk menetapkan harga, tetapi ia harus membiarkan rakyat diberi rezeki oleh Allah, yang ini maupun yang lain. Berdasarkan hal ini, para pedagang tidak boleh menaikkan harga melebihi batasan normal dan tidak boleh menetapkan harga. Inilah penafsiran makna hadis tersebut.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8290

 
Hadith   1396   الحديث
الأهمية: يكشف ربنا عن ساقه، فيسجد له كل مؤمن ومؤمنة، فيبقى كل من كان يسجد في الدنيا رياء وسمعة، فيذهب ليسجد، فيعود ظهره طبقا واحدا
Tema: Tuhan kita akan menyingkapkan betis-Nya, sehingga bersujud kepada-Nya semua laki-laki dan wanita beriman. Lantas tertinggal mereka yang biasa sujud di dunia karena ria dan sum’ah (mencari popularitas). Dia ingin sujud, tetapi punggungnya menjadi satu ruas saja (tak dapat ditekuk).

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «يكشِف ربُّنا عن ساقِه، فيسجدُ له كلُّ مؤمنٍ ومؤمنةٍ، فيبقى كلُّ مَن كان يسجدُ في الدنيا رياءً وسُمْعةً، فيذهبُ ليسجدَ، فيعودَ ظهرُه طبقًا واحدًا».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfu, “Tuhan kita akan menyingkapkan betis-Nya, sehingga bersujud kepada-Nya semua laki-laki dan wanita beriman. Lantas tertinggal mereka yang biasa sujud di dunia karena ria dan sum’ah (mencari popularitas). Dia ingin sujud, tetapi punggungnya menjadi satu ruas saja (tak dapat ditekuk)."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يكشف الرب -سبحانه وتعالى- عن ساقه الكريمة، فيسجد له كل مؤمن ومؤمنة، وأما المنافقون الذين كانوا يسجدون في الدنيا ليراهم الناس، فمُنعوا من السجود، وجُعلت ظهورهم فقارًا واحدًا، لا يستطيعون الانحناء ولا السجود؛ لأنهم ما كانوا في الحقيقة يسجدون لله في الدنيا، وإنما كانوا يسجدون لأغراضهم الدنيوية، ولا يجوز تأويل الساق بالشدة أو الكرب أو غيرها، بل يجب إثباتها صفة لله -تعالى- من غير تكييف ولا تمثيل، ومن غير تحريف ولا تعطيل.
Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- menyingkapkan betis-Nya yang mulia. Lantas seluruh laki-laki dan wanita yang beriman bersujud kepada-Nya. Adapun orang-orang munafik yang dulu bersujud di dunia agar dilihat manusia, maka mereka terhalang untuk sujud dan punggung-punggung mereka menjadi tulang punggung yang rata (tak beruas). Mereka tidak bisa lagi membungkuk dan sujud, karena mereka sebenarnya dulu tidak bersujud untuk Allah di dunia. Dulu mereka bersujud demi berbagai kepentingan duniawi. Betis di sini tidak boleh ditakwilkan dengan makna ketakutan atau bencana dan sebagainya, tetapi harus menetapkannya sebagai sifat bagi Allah -Ta'ālā- tanpa mempertanyakan bagaimana ataupun penyerupaan, juga tanpa ada penyimpangan dan pengosongan makna.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8291

 
Hadith   1397   الحديث
الأهمية: إن الله عز وجل حيي ستير يحب الحياء والستر فإذا اغتسل أحدكم فليستتر
Tema: Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- Maha Pemalu lagi Maha Menutupi, Dia mencintai (sifat) malu dan menutup (aib/aurat), maka jika seseorang di antara kalian mandi, hendaklah dia memakai tabir!

عن يعلى بن أمية -رضي الله عنه- أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم رأى رجلًا يغتسل ُبالبَراز بلا إزار، فصعِد المِنْبر، فحَمِد اللهَ وأثنى عليه، ثم قال صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ عزَّ وجلَّ حَيِيٌّ سَتِيرٌ، يحب الحياءَ والسَّتر؛ فإذا اغتسل أحدُكم فليستتر».

Dari Ya'la bin Umayyah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat seorang lelaki mandi di tempat terbuka tanpa ada kain penutup. Lantas beliau naik mimbar lalu memuji Allah dan menyanjung-Nya. Selanjutnya beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- Maha Pemalu lagi maha menutupi, Dia mencintai (sifat) malu dan menutup (aib/aurat), maka jika seseorang di antara kalian mandi, hendaklah dia memakai tabir!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
رأى النبي صلى الله عليه وسلم رجلًا يغتسل في الفضاء الواسع عريانًا، فصعِد النبي صلى الله عليه وسلم المِنْبر، فحَمِد اللهَ وأثنى عليه، ثم قال: «إنَّ اللهَ عزَّ وجلَّ حَيِيٌّ سَتِيرٌ، يحب الحياءَ والسَّتر؛ فإذا اغتسل أحدُكم فليستتر» أي: إن من أسماء الله تعالى الحيي الستير، فهو سبحانه يحب الحياء والستر، فلا ينبغي لمسلم أن يكشف عورته أمام الناس إذا اغتسل، بل يجب عليه أن يستتر، وحياؤه تعالى وصف يليق به، ليس كحياء المخلوقين، الذي هو تغير وانكسار يعتري الشخص عند خوف ما يعاب أو يُذم، بل هو ترك ما ليس يتناسب مع سعة رحمته وكمال جوده وكرمه وعظيم عفوه وحلمه.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah melihat seorang lelaki mandi di tempat terbuka sambil telanjang. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- naik mimbar lalu memuji Allah dan menyanjung-Nya. Selanjutnya beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- Maha Pemalu lagi Maha menutupi (aib dan aurat); menyukai sifat malu dan menutupi. Jika salah seorang di antara kalian mandi, hendaknya dia memakai tabir." Yakni, di antara nama Allah -Ta'ālā- adalah Al-Ḥayiyyu (Pemalu) dan As-Sittīr (Menutupi). Allah -Subḥanāhu- menyukai sifat malu dan menutupi. Dengan demikian, tidak selayaknya seorang muslim membuka auratnya di hadapan manusia apabila mandi, tetapi dia harus memakai tabir. Sifat Malu Allah merupakan sifat yang layak bagi-Nya, tidak seperti sifat malu pada makhluk-makhluk berupa perubahan dan kelemahan yang menimpa manusia ketika takut dicela atau dihina. Namun, malu itu adalah meninggalkan apa yang tidak selaras dengan keluasan rahmat-Nya, kesempurnaan kedermawanan-Nya, kemurahan-Nya, kebesaran ampunan dan kelembutan-Nya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8292

 
Hadith   1398   الحديث
الأهمية: إن الله قال: إذا تلقاني عبدي بشبر، تلقيته بذراع، وإذا تلقاني بذراع، تلقيته بباع، وإذا تلقاني بباع أتيته بأسرع
Tema: Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, "Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat padanya satu hasta, dan jika dia mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat padanya satu depa, jika dia mendekat kepada-Ku dengan satu depa maka Aku akan mendekat kepadanya lebih cepat lagi."

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إنَّ اللهَ قال: إذا تَلَقَّاني عبدي بشِبر، تَلَقَّيْتُه بذِراع، وإذا تَلَقَّاني بذراع، تَلَقَّيْتُه ببَاع، وإذا تَلَقَّاني بباع أتيتُه بأسرع».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, 'Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat padanya satu hasta, dan jika dia mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat padanya satu depa, jika dia mendekat kepada-Ku dengan satu depa maka Aku akan mendekat kepadanya lebih cepat lagi."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إذا تقرب العبد إلى الرب بمقدار شبر، تقرب الرب إليه بمقدار ذراع، وإذا تقرب العبد إلى الرب بأكثر من ذلك، تقرب الله إليه بأكثر مما تقرب به إليه، وإذا أتى العبد إلى ربه أتاه الله أسرع منه، والقرب والإتيان صفتان ثابتتان لله -عز وجل- نؤمن بهما من غير تكييف ولا تمثيل ومن غير تحريف ولا تأويل.
Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada Rabb seukuran satu jengkal, maka Rabb mendekat kepadanya seukuran satu lengan. Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada Rabb lebih dari itu, maka Allah mendekat kepadanya lebih dari kedekatan yang dilakukan hamba kepada-Nya. Jika seorang hamba datang kepada Tuhannya, maka Allah mendatanginya lebih cepat dari itu. Kedekatan dan kedatangan merupakan dua sifat yang tetap dikukuhkan bagi Allah -'Azza wa Jalla-. Kita beriman kepada kedua sifat ini tanpa mempertanyakan mekanisme ataupun penyerupaan juga tanpa ada penyimpangan dan takwil.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8293

 
Hadith   1399   الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان إذا دخل المسجد قال: أعوذ بالله العظيم، وبوجهه الكريم، وسلطانه القديم، من الشيطان الرجيم
Tema: Sesungguhnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila masuk masjid, beliau mengucapkan, "A'ūżu billāhil 'aẓīm wa biwajhihil karīm wa sulṭānihil qadīm minasysyaiṭānirrajīm" (Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung dan dengan wajah-Nya yang mulia serta kekuasaan-Nya yang Qadīm (lama) dari setan yang terkutuk).

عن عبد الله بن عمرو بن العاص -رضي الله عنهما- عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان إذا دخل المسجد قال: «أعوذ بالله العظيم، وبوجهه الكريم، وسلطانه القديم، من الشيطان الرَّجِيم»، قال: أَقَطُّ؟ قلت: نعم، قال: فإذا قال ذلك قال الشيطان: حُفِظَ منِّي سائر اليوم.

Dari Abdullah bin Amru bin al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwasanya apabila beliau masuk masjid, beliau mengucapkan, "A'ūżu billāhil 'aẓīm wa biwajhihil karīm wa sulṭānihil qadīm minasysyaiṭānirrajīm" (Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung dan dengan wajah-Nya yang mulia serta kekuasaan-Nya Yang Qadīm (lama) dari setan yang terkutuk)". Ia bertanya, "Apakah cukup begitu?" Aku jawab, "Ya." Ia berkata, "Jika seseorang mengucapkan itu, setan berkata, "Orang itu dijaga dariku sepanjang hari."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- إذا دخل المسجد قال: «أعوذ بالله العظيم» أي: أعتصم وألتجئ وأحتمي بالله العظيم الذات والشأن والصفات. «وبوجهه الكريم» ومعنى الكريم: الجواد المعطي الذي لا ينفذ عطاؤه؛ وهو الكريم المطلق، والكريم الجامع لأنواع الخير والشرف والفضائل، ويجب إثبات الوجه صفة لله -تعالى- من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير تكييف ولا تمثيل. «وسلطانه القديم» أي: حجته القديمة، وبرهانه القديم، أو قهره القديم. «من الشيطان الرجيم» أي: من الشيطان المطرود من باب الله والمرجوم بشُهُب السماء. «قال: أَقَطُّ؟ قلتُ: نعم» أي: يقول أحد الرواة لشيخه:    الذي ترويه هذا المقدار أو أكثر من ذلك؟ أو قد يكون معناه: أهذا يكفيه عن غيره من الأذكار؟ أو هذا يكفيه من شر الشيطان؟ فلهذا قال: قلت: نعم. «قال: فإذا قال ذلك قال الشيطانُ: حُفِظَ منِّي سائرَ اليوم» أي: فإذا قال الداخل للمسجد هذا الدعاء المذكور، قال الشيطان: لقد حفظ هذا الداخل نفسَه منى جميع اليوم.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila masuk masjid, beliau mengucapkan: "A'ūżu billāhil 'aẓīm" (Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung), yakni aku berlindung, menyandarkan diri, dan memohon penjagaan pada Allah Yang Agung secara zat dan kedudukan serta sifat. "Wa biwajhihil karīm" (dan dengan wajah-Nya yang mulia), makna Al-Karīm adalah dermawan dan pemberi, yang pemberian-Nya tidak habis. Dia-lah Pemurah yang mutlak, dan Al-Karīm mencakup segala macam kebaikan dan kemuliaan serta keutamaan. Al-Wajhu (wajah) harus ditetapkan sebagai sifat Allah -Ta'ālā- tanpa tahrīf (penyimpangan makna), ta'ṭīl (meniadakannya), takyīf (menanyakan bagaimana/kaifiyyah), dan tamṡīl (mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk). "wa sulṭānihil qadīm" (dan kekuasaan-Nya yang qadim (lama)" yakni, hujjah-Nya yang lama, buktinya yang dulu, atau kekuasaan-Nya yang dulu. "minasysyaiṭānirrajīm" (dari setan yang terkutuk) yakni, dari setan yang terusir dari pintu Allah, dan yang dilempari oleh bintang-bintang langit. Ia berkata, "Apakah cukup itu?" Aku jawab, "Ya," yakni, seorang perawi bertanya kepada syaikhnya, "Apakah yang engkau riwayatkan hanya sejumlah ini atau lebih banyak lagi dari itu?" Atau mungkin saja maknanya, "Apakah zikir ini sudah cukup dari selainnya? Atau apakah zikir ini sudah mencukupi dari kejahatan setan?" Karena itu, ia berkata, aku berkata, "Ya." Ia berkata, "Apabila seseorang mengucapkan itu, setan berkata, "Orang itu dijaga dariku sepanjang hari." Yakni, jika orang yang masuk ke masjid mengucapkan doa tersebut, setan berkata, "Orang yang masuk masjid ini telah menjaga dirinya dariku sepanjang hari."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8294

 
Hadith   1400   الحديث
الأهمية: لقد جاءت خولة إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم تشكو زوجها، فكان يخفى علي كلامها
Tema: Khaulah datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengadukan suaminya dan ia menyembunyikan perkataannya dariku.

عن عائشة -رضي الله عنها-، أنَّها قالت: «الحمد لله الذي وَسِعَ سمعه الأصوات، لقد جاءت خَوْلةُ إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم تشكو زوجَها، فكان يخفى عليَّ كلامها، فأنزل الله عز وجلَّ: {قد سمع الله قول التي تجادلك في زوجها وتشتكي إلى الله والله يسمع تَحَاوُرَكُما} [المجادلة: 1]» الآية
Tema: Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, bahwasanya ia berkata, "Segala puji bagi Allah yang pendengaran-Nya mencakup berbagai suara. Khaulah datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengadukan suaminya dan ia menyembunyikan perkataannya dariku. Selanjutnya Allah -'Azza wa Jalla- menurunkan firman-Nya, 'Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua.' (QS. Al-Mujādalah: 1)"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كانت خولة بنت ثعلبة متزوجة من أوس بن الصامت فقال لها: أنتِ عليَّ كظهر أمي. أي: أنتِ حرام عليَّ، فذهبت إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وذكرت له قصتها، فقال لها صلى الله عليه وسلم: «قد حرمت عليه»، فجعلت تقول بصوت منخفض يخفى على عائشة مع قربها منها: بعدما كبرت سني ظاهرَ مني؟ إلى الله أشكو حال صبية إن ضممتُهم إليَّ جاعوا، وإن تركتُهم عنده ضاعوا. فهذه مجادلتها لرسول الله صلى الله عليه وسلم التي ذكرها الله تعالى بقوله: {قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ واللهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُما}.
فقالت عائشة: «الحمدُ للهِ الذي وَسِعَ سَمْعُه الأصواتَ» أي: استوعبها وأدركها فلا يفوته منها شيء وإن خفي «لقد جاءت خَوْلةُ إلى رسولِ الله صلى الله عليه وسلم تَشْكو زَوْجَها، فكان يخفى عليَّ كلامُها، فأنزل اللهُ عزَّ وجلَّ: {قد سَمِعَ اللهُ قولَ التي تُجَادِلُك في زَوْجِها وتشتكي إلى اللهِ واللهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُما} [المجادلة: 1]» الآية» أي: فحينما جاءت خولة تشكو زوجها لرسول الله صلى الله عليه وسلم كانت تكلمه بصوت منخفض لا تسمعه عائشة مع قربها منها، ومع ذلك سمعه الله تعالى من فوق سبع سماوات، وأنزل الآية المذكورة، وهذا من أبلغ الأدلة على اتصاف الله تعالى بالسمع، وهو أمر معلوم بالضرورة من الدين، لا ينكره إلا من ضل عن الهدى.
وقول عائشة هذا يدل على أن الصحابة رضي الله عنهم، آمنوا بالنصوص على ظاهرها الذي يتبادر إلى الفهم، وأن هذا هو الذي أراده الله منهم ومن غيرهم من المكلفين ورسوله؛ إذ لو كان هذا الذي آمنوا به واعتقدوه خطأ لم يُقَرُّوا عليه ولبُيِّن لهم الصواب، ولم يأت عن أحد منهم تأويل هذه النصوص عن ظواهرها، لا من طريق صحيح ولا ضعيف، مع توافر الدواعي على نقل ذلك.
Khaulah binti Ṡa'labah menikah dengan Aus bin Ṣāmit. Ia berkata kepada Khaulah, "Engkau bagiku laksana punggung ibuku." Yakni, engkau haram untukku. Lantas Khaulah pergi menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu memaparkan ceritanya. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadanya, "Engkau sudah haram baginya." Selanjutnya Khaulah berkata dengan suara pelan yang tidak terdengar oleh Aisyah padahal ia dekat dengan Khaulah, "Setelah usiaku tua, kini ia menyamakanku dengan punggung ibunya." Aku mencemaskan keadaan anak-anakku yang masih kecil. Jika aku memelihara mereka, maka mereka akan kelaparan. Jika aku membiarkan mereka dengan ayahnya, niscaya mereka akan hilang (tak terurus). Ini adalah perdebatannya dengan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang disebutkan oleh Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- dalam firman-Nya, "Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kalian berdua."
Aisyah berkata, "Segala puji bagi Allah yang pendengaran-Nya mampu mendengar berbagai suara." Yakni menyerapnya, menemukannya, sehingga tidak ada satu pun yang tertinggal darinya, meskipun tersembunyi, "Khaulah datang kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengadukan suaminya dan ia menyembunyikan perkataannya dariku. Selanjutnya Allah -'Azza wa Jalla- menurunkan firman-Nya, "Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua." (QS. Al-Mujadalah: 1). Yakni, saat Khaulah datang mengadukan suaminya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia berbicara kepada beliau dengan suara pelan sehingga Aisyah tidak mendengarnya, padahal ia dekat dengannya. Meskipun demikian, Allah -Ta'ālā- mendengarnya dari atas tujuh langit dan menurunkan ayat tersebut. Ini merupakan dalil yang jelas bahwa Allah memiliki sifat mendengar dan ini merupakan hal yang sudah diketahui sebagai bagian dari agama. Tidak ada yang mengingkari hal ini kecuali orang yang tersesat dari petunjuk. Ucapan Aisyah ini menunjukkan bahwa para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- beriman kepada nas-nas sesuai makna lahirnya yang mereka pahami, dan inilah yang diinginkan oleh Allah dari mereka dan dari orang-orang mukallaf lainnya dan dari Rasul-Nya. Sebab, jika apa yang mereka percayai dan yakini ini salah, tentu mereka tidak akan mengakuinya, dan pasti akan dijelaskan kebenaran bagi mereka, dan tidak ada seorang pun yang mentakwilkan nas-nas itu dari makna lahirnya, baik dari jalur yang sahih maupun yang lemah. Padahal berbagai sarana tersedia untuk melakukan hal itu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Bukhari - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8295

 
Hadith   1401   الحديث
الأهمية: أتعجبون من غيرة سعد، فوالله لأنا أغير منه، والله أغير مني، من أجل غيرة الله حرم الفواحش، ما ظهر منها، وما بطن، ولا شخص أغير من الله
Tema: Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa'ad. Demi Allah, sungguh, aku lebih cemburu darinya, dan Allah lebih cemburu dariku. Karena kecemburuan itulah maka Dia mengharamkan hal-hal keji, yang tampak dan tersembunyi. Tidak ada seorang pun yang lebih cemburu dari Allah.

عن المغيرة بن شعبة -رضي الله عنه- مرفوعاً: قال سعدُ بنُ عُبَادة -رضي الله عنه- : لو رأيتُ رجلًا مع امرأتي لَضربتُه بالسيف غير مُصْفِح عنه، فبلغ ذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقال: «أتعجبون من غَيْرة سعد، فوالله لأنا أغير منه، واللهُ أغير مني، من أجل غَيْرة الله حَرَّم الفواحش، ما ظهر منها، وما بطن، ولا شخص أغير من الله، ولا شخص أحبّ إليه العُذر من الله، من أجل ذلك بعث الله المرسلين، مُبشِّرين ومنذِرين، ولا شخص أحبّ إليه المِدحةَ من الله، من أجل ذلك وعد الله الجنة».

Dari Al-Mugīrah bin Syu'bah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Sa'ad bin 'Ubādah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Seandainya aku melihat seorang lelaki bersama istriku, niscaya aku tebas dia dengan pedang tanpa ada ampun baginya." Ucapan tersebut sampai kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau pun bersabda, "Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa'ad. Demi Allah, sungguh, aku lebih cemburu darinya, dan Allah lebih cemburu dariku. Karena kecemburuan itulah maka Dia mengharamkan hal-hal keji, yang tampak dan tersembunyi. Tidak ada seorang pun yang lebih cemburu dari Allah. Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai uzur (alasan) dari Allah. Karena itu, Allah mengutus para rasul sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai pujian dari Allah. Karena itu, Allah menjanjikan surga."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قال سعدُ بنُ عُبَادة: لو رأيتُ رجلًا مع امرأتي لَضربتُه بحد السيف لا بعرضه، يعني: لقتلته بدون توقف، وقد أقره رسول الله صلى الله عليه وسلم على ذلك، وأخبر أنه أغير من سعد، وأن الله أغير منه، وغيرة الله تعالى من جنس صفاته التي يختص بها، فهي ليست مماثلة لغيرة المخلوق، بل هي صفة تليق بعظمته، مثل الغضب، والرضا، ونحو ذلك من خصائصه التي لا يشاركه الخلق فيها، ومعنى الشخص في اللغة: ما شخص، وارتفع، وظهر، والله تعالى أظهر من كل شيء، وأعظم، وأكبر، وليس في إطلاقه على الله تعالى محذور، على أصل أهل السنة الذين يتقيدون بما قاله الله ورسوله.
ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «ومن أجل غيرة الله حرم الفواحش، ما ظهر منها، وما بطن» أي: من أثر غيرة الله أنه منع عباده من قربان الفواحش، وهي: ما عظم وفحش في النفوس الزاكية والعقول السليمة مثل الزنا. والظاهر: يشمل ما فعل علناً، وما باشرته الجوارح وإن كان سراً، والباطن: يشمل ما في السر، وما انطوت عليه القلوب.
وقوله: «ولا أحد أحب إليه العذر من الله، ومن أجل ذلك بعث المرسلين مبشرين ومنذرين» المعنى: بعث المرسلين للإعذار والإنذار لخلقه، قبل أخذهم بالعقوبة، وهو كقوله تعالى: {رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ}.
وقوله: «ولا أحد أحب إليه المِدحة من الله، ومن أجل ذلك وعد الله الجنة» هذا لكماله المطلق، فهو تعالى يحب من عباده أن يثنوا عليه ويمدحوه على فضله وجوده، ومن أجل ذلك جاد عليهم بكل نعمة يتمتعون بها، ويرضى عنهم إذا حمدوه عليها، ومهما أثنوا عليه ومدحوه لا يمكن أن يصلوا إلى ما يستحقه من المدح والثناء، ولهذا مدح نفسه، فوعد الجنة ليكثر سؤاله، والثناء عليه من عباده ومدحه، ويجتهدوا في ذلك غاية ما يستطيعون؛ لأن الجنة هي منتهى الإنعام.
Sa'ad bin Ubadah berkata, "Seandainya aku melihat seorang lelaki bersama istriku, niscaya aku tebas dia dengan ketajaman pedang bukan dengan lebarnya." Yakni, niscaya aku membunuhnya tanpa ampun. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah menetapkan hal itu dan mengabarkan bahwa diri beliau lebih cemburu dari Sa'ad dan Allah lebih cemburu darinya. Kecemburuan Allah -Ta'ālā- merupakan jenis sifat-Nya yang khusus. Sifat (cemburu) itu tidak serupa dengan kecemburuan makhluk, tapi itu adalah sifat yang selaras dengan kebesaran-Nya, seperti marah, rida dan berbagai sifat khusus-Nya yang tidak disertai makhluk di dalamnya. Arti Asy-Syakhṣu secara bahasa ialah sesuatu yang terlihat, tinggi, dan tampak. Sementara itu Allah -Ta'ālā- lebih tampak dari segala sesuatu, lebih agung dan lebih besar. Menetapkan kecemburuan bagi Allah tidak akan berbahaya berdasarkan pandangan Ahlussunnah yang terikat dengan apa yang dikatakan Allah dan Rasul-Nya.
Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Begitu besar kecemburuan Allah maka Dia mengharamkan hal-hal keji, yang tampak dan tersembunyi." Yakni, dampak kecemburuan Allah yaitu Dia melarang hamba-hamba-Nya mendekati hal-hal yang keji. Yaitu sesuatu yang besar dan keji bagi jiwa-jiwa yang suci dan akal-akal yang sehat, seperti zina. Yang tampak artinya mencakup apa yang dilakukan dengan terang-terangan dan apa yang dikerjakan oleh anggota badan meskipun secara sembunyi-sembunyi. Yang batin artinya mencakup apa yang rahasia dan tersembunyi dalam hati.
Sabda beliau, "Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai uzur dari Allah. Karena itu, Allah mengutus para Rasul sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan." Artinya Allah mengutus para Rasul untuk memaafkan dan mengingatkan makhluk-Nya sebelum menyiksa mereka dengan azab. Ini seperti firman Allah -Ta'ālā-, "Para rasul yang memberi kabar gembira dan memberi peringatan, supaya tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk (menyalahkan) Allah sesudah datangnya para rasul itu." Sabda beliau, "Tidak ada seorang pun yang paling menyukai pujian dari Allah. Karena itu, Allah menjanjikan surga." Ini karena kesempurnaan-Nya yang mutlak. Allah -Ta'ālā- mencintai hamba-hamba-Nya yang menyanjung-Nya dan memuji-Nya atas karunia dan kemurahan hati-Nya. Karena itu, Allah bermurah hati kepada mereka dengan segala kenikmatan yang mereka nikmati dan Allah meridai mereka ketika memuji-Nya atas kenikmatan itu. Bagaimanapun mereka menyanjung dan memuji Allah, namun mereka tidak akan bisa sampai kepada sanjungan dan pujian yang layak untuk-Nya. Untuk itu, Dia memuji diri-Nya sendiri lalu menjanjikan surga agar hamba-hamba-Nya banyak memohon padaNya, menyanjungNya dan memujiNya serta berusaha semaksimal mungkin dalam hal ini, karena surga adalah puncak kenikmatan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8296

 
Hadith   1402   الحديث
الأهمية: اللهم أنج عياش بن أبي ربيعة، اللهم أنج سلمة بن هشام، اللهم أنج الوليد بن الوليد، اللهم أنج المستضعفين من المؤمنين، اللهم اشدد وطأتك على مضر، اللهم اجعلها سنين كسني يوسف
Tema: Ya Allah! Selamatkanlah 'Ayyāsy bin Abi Rabī'ah. Ya Allah! Selamatkanlah Salamah bin Hisyām. Ya Allah! Selamatkanlah Al-Walīd bin Al-Walīd. Ya Allah! Selamatkanlah orang-orang Mukmin yang dianiaya. Ya Allah! Timpakanlah siksa-Mu kepada Muḍar dengan keras. Ya Allah, Jadikanlah bagi mereka kemarau seperti kemarau (pada masa) Nabi Yusuf.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم كان إذا رفع رأسه من الركعة الآخِرة، يقول: «اللهمَّ أَنْجِ عَيَّاش بن أبي ربيعة، اللهمَّ أَنْجِ سَلَمَة بنَ هشام، اللهم أَنْجِ الوليد بن الوليد، اللهم أَنْجِ المستضعفين من المؤمنين، اللهمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَك على مُضَر، اللهمَّ اجعلها سنين كسِنِي يوسف». وأنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: «غِفَارُ غفر الله لها، وأَسْلَمُ سالمها الله» قال ابن أبي الزناد عن أبيه: هذا كلُّه في الصبح.

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila mengangkat kepala dari raka'at terakhir, beliau berdoa, "Ya Allah! Selamatkanlah 'Ayyāsy bin Abi Rabī'ah. Ya Allah! Selamatkanlah Salamah bin Hisyām. Ya Allah! Selamatkanlah Al-Walīd bin Al-Walīd. Ya Allah! Selamatkanlah orang-orang Mukmin yang dianiaya. Ya Allah! Timpakanlah siksa-Mu kepada Muḍar dengan keras. Ya Allah, Jadikanlah bagi mereka kemarau seperti kemarau (pada masa) Nabi Yusuf." Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Suku Gifār, semoga Allah mengampuninya, dan suku Aslam semoga Allah mendamaikannya." Ibnu Abi Az-Zinād mengatakan dari bapaknya, "Ini semua terjadi di waktu subuh."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان النبيُّ صلى الله عليه وسلم إذا رفعَ رأسَه من الركعة الآخيرة من صلاة الصبح، يقول: «اللهمَّ أَنْجِ عَيَّاش بنَ أبي رَبِيعة، اللهمَّ أَنْجِ سَلَمَة بنَ هشام، اللهم أَنْجِ الوليد بن الوليد، اللهم أَنْجِ المستضعفين من المؤمنين» وهؤلاء صحابة دعا لهم النبيُّ صلى الله عليه وسلم بالإنجاء والخلاص من العذاب، وقد كانوا أسرى في أيدي الكفار بمكة، وعياش بن أبي ربيعة هو أخو أبي جهل لأمة حبسه أبو جهل بمكة، وسلمة بن هشام هو أخو أبي جهل قديم الإسلام عُذِّب في سبيل الله ومنعوه أن يهاجر، والوليد بن الوليد هو أخو خالد بن الوليد وحُبِس بمكة ثم أفلت منهم.
ثم يقول صلى الله عليه وسلم: «اللهمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَك على مُضَر، اللهمَّ اجعلها سنين كسِنِي يوسُفَ» أي: اللهم اشدد عذابك وعقوبتك على كفار قريش وهم من قبيلة مضر، واجعل عذابك عليهم بأن تسلِّط عليهم قحطًا عظيمًا سبع سنين أو أكثر، كالقحط الذي حدث أيام يوسف عليه السلام.
هذا وقد تكون الوطأة –وهي الدوس بالقدم- صفة من صفات الله بمقتضى هذا الحديث، ولكننا لم نجد أحدًا من السلف الصالح أو علماء المسلمين عدها من صفات الله عز وجل، فيحمل الوطء على الشدة والعذاب، ونسبته إلى الله تعالى لأنه فعله وتقديره، والله أعلم.
ثم قال صلى الله عليه وسلم: «غِفَارُ غَفَر اللهُ لها» يحتمل أن يكون دعاء لها بالمغفرة، أو إخبارا بأن الله تعالى قد غفر لها، وكذلك قوله: «وأَسْلَمُ سالمها اللهُ» يحتمل أن يكون دعاء لها أن يسالمها الله تعالى، ولا يأمر بحربها، أو يكون إخبارا بأن الله قد سالمها ومنع من حربها، وإنما خُصَّت هاتان القبيلتان بالدعاء لأن غفارا أسلموا قديما، وأسلم سالموا النبي صلى الله عليه وسلم.
«قال ابن أبي الزناد عن أبيه: هذا كلُّه في الصبح» يعني: أنه روى عن أبيه هذا الحديث بهذا الإسناد، فبين أن الدعاء المذكور كان في صلاة الصبح.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila sudah mengangkat kepalanya dari raka'at terakhir dari salat subuh, beliau berdoa, "Ya Allah, selamatkanlah 'Ayyāsy bin Abi Rabī'ah. Ya Allah, selamatkanlah Salamah bin Hisyām. Ya Allah, selamatkanlah Al-Walīd bin Al-Walīd. Ya Allah, selamatkanlah orang-orang mukmin yang dianiaya." Mereka itu adalah para sahabat yang didoakan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar memperoleh keselamatan dan terlepas dari siksaan. Mereka itu dulunya adalah para tawanan di tangan orang-orang kafir di Makkah. 'Ayyāsy bin Abi Rabī'ah adalah saudara seibu Abu Jahal yang dia tahan di Makkah. Salamah bin Hisyam adalah saudara Abu Jahal yang sudah dari dulu masuk Islam. Dia disiksa karena di jalan Allah dan mereka melarangnya untuk hijrah. Al-Walīd bin Al-Walīd adalah saudara Khālid bin Al-Walīd. Dia ditahan di Makkah lalu berhasil melepaskan diri dari mereka.
Selanjutnya beliau berdoa, "Ya Allah, timpakanlah siksa-Mu kepada Muḍar dengan keras. Ya Allah, jadikanlah bagi mereka kemarau seperti kemarau (pada masa) Nabi Yusuf." Yakni, ya Allah, timpakan azab dan siksaan-Mu dengan keras kepada orang-orang kafir Quraisy. Mereka dari kabilah Muḍar. Jadikanlah azab-Mu kepada mereka dengan cara Engkau timpakan kemarau dahsyat kepada mereka selama tujuh tahun atau lebih, seperti kemarau yang pernah terjadi pada masa Yusuf 'Alaihis salam. Demikianlah. Mungkin saja Al-Waṭ`ah - injakan dengan kaki - adalah salah satu sifat Allah berdasarkan hadis ini. Hanya saja kita belum menemukan seorang pun dari salaf saleh atau ulama kaum muslimin yang mengkategorikannya sebagai salah satu sifat Allah -'Azza wa Jalla'. Dengan demikian, Al-Waṭ`ah ditafsirkan dengan kekerasan dan azab. Adanya penyematan kata itu kepada Allah -Ta'ālā- karena hal itu adalah perbuatan dan ketetapan-Nya. Hanya Allah Yang Mahatahu.
Selanjutnya Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Suku Ghifari telah diampuni Allah," ditafsirkan sebagai doa ampunan untuknya atau sebagai informasi bahwa Allah -Ta'ālā- telah mengampuninya.
Demikian juga sabdanya, "dan Aslam semoga Allah mendamaikannya." ditafsirkan sebagai doa baginya semoga Allah -Ta'ālā- mendamaikannya dan tidak menyuruh untuk memeranginya. Atau sebagai informasi bahwa Allah telah mendamaikannya dan melarang untuk memeranginya. Dikhususkannya doa untuk dua kabilah ini, karena Gifār sudah masuk Islam dari dulu dan Aslam telah berdamai dengan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. "
Ibnu Abi Az-Zinād mengatakan dari bapaknya, "Ini semua terjadi di waktu subuh." Yakni, bahwa dia meriwayatkan hadis ini dari bapaknya dengan sanad ini. Dengan demikian jelas bahwa doa tersebut dilakukan pada salat subuh.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8297

 
Hadith   1403   الحديث
الأهمية: انشق القمر على عهد رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فلقتين، فستر الجبل فلقة، وكانت فلقة فوق الجبل، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: اللهم اشهد
Tema: Bulan pernah terbelah pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjadi dua bagian. Lantas gunung menutupi satu potongan, dan satu potongan lain (dari bulan itu) ada di atas gunung. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah, saksikanlah!"

عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه- مرفوعاً: انشقَّ القمر على عهد رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فِلْقَتين، فستر الجبل فِلْقَة، وكانت فِلْقَة فوق الجبل، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «اللهمَّ اشهَدْ».

Dari Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfu', "Bulan pernah terbelah pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjadi dua bagian. Lantas gunung menutupi satu potongan dan satu potongan lain (dari bulan itu) ada di atas gunung. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah, saksikanlah!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
انشق القمر في زمان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قطعتين متفارقتين كل قطعة في مكان، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «اللهم اشهد» أي: اللهم اشهد عليهم أنني قد أريتهم الدليلَ على صدق نبوتي.
Bulan pernah terbelah pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjadi dua bagian yang saling terpisah. Setiap bagian berada di satu tempat. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah, saksikanlah." Yakni, ya Allah, saksikanlah atas mereka bahwa aku telah memperlihatkan kepada mereka bukti mukjizatku dan kenabianku!

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8298

 
Hadith   1404   الحديث
الأهمية: ليس أحد، أو: ليس شيء أصبر على أذى سمعه من الله، إنهم ليدعون له ولدا، وإنه ليعافيهم ويرزقهم
Tema: Tidak ada seorang pun atau tidak ada sesuatu pun yang paling sabar terhadap gangguan yang didengarnya selain Allah. Sesungguhnya mereka menisbahkan anak kepada-Nya, namun Dia tetap memberi mereka keselamatan dan rezeki.

عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «ليس أحد، أو: ليس شيء أصبر على أذًى سمعَه مِن الله، إنَّهم لَيَدْعُون له ولدًا، وإنَّه ليُعافِيهم ويرزُقُهم».

Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Tidak ada seorang pun atau tidak ada sesuatu pun yang paling sabar terhadap gangguan yang didengarnya selain Allah. Sesungguhnya mereka menisbahkan anak kepada-Nya, namun Dia tetap memberi mereka keselamatan dan rezeki".

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قوله: «ليس أحدٌ، أو: ليس شيءٌ أصبرَ» أي: الله تعالى أشد صبرًا من أي أحد، ومن أسمائه الحسنى «الصبور»، ومعناه: الذي لا يعاجل العصاة بالعقوبة، وهو قريب من معنى الحليم، والحليم أبلغ في السلامة من العقوبة.
قوله: «على أذى سمعه من الله» لفظ الأذى في اللغة هو لما خف أمره، وضعف أثره من الشر والمكروه، وقد أخبر سبحانه أن العباد لا يضرونه، كما قال تعالى: {وَلاَ يَحْزُنكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَن يَضُرُّواْ اللهَ شَيْئاً}، وقال في الحديث القدسي: (يا عبادي إنكم لن تبلغوا ضري فتضروني ولن تبلغوا نفعي فتنفعوني) فبين أن الخلق لا يضرونه، لكن يؤذونه.
قوله: «إنَّهم لَيَدْعُون له ولدًا» أي: أن ابن آدم يؤذي الله تعالى ويسبه، بإضافة ما يتعالى ويتقدس عنه، مثل نسبة الولد إليه تعالى والند والشريك في العبادة، التي يجب أن تكون خالصة له وحده.
وقوله: «وإنَّه ليُعافِيهم ويرزُقُهم» أي: أنه تعالى يقابل إساءتهم بالإحسان، فهم يسيئون إليه تعالى بالعيب والسب، ودعوى ما يتعالى عنه ويتقدس، وتكذيب رسله ومخالفة أمره، وفعل ما نهاهم عن فعله، وهو يحسن إليهم بصحة أبدانهم، وشفائهم من أسقامهم، وحفظهم بالليل والنهار مما يعرض لهم، ويرزقهم بتسخير ما في السماوات والأرض لهم، وهذا غاية الصبر والحلم والإحسان، والله أعلم.
Sabda beliau, "Tidak ada seorang pun atau tidak ada sesuatu pun yang paling sabar," yakni, Allah -Ta'ālā- lebih sabar dari siapa pun. Di antara nama Allah yang indah ialah Aṣ-Ṣabūr (Maha Penyabar). Artinya Dia tidak tergesa-gesa dalam menimpakan hukuman kepada para pendosa. Kata ini lebih dekat dari makna Al-Ḥalīm (Maha Tabah). Al-Ḥalīm lebih besar peluangnya untuk memberikan selamat dari hukuman. Sabdanya, "terhadap gangguan yang didengarnya selain Allah." Lafal Al-Ażā (gangguan) dalam bahasa adalah sesuatu yang ringan dan dampaknya lemah dalam lingkup kejahatan dan keburukan. Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- mengabarkan bahwa hamba tidak akan bisa membahayakan-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "Janganlah membuatmu sedih terhadap orang-orang yang bersegera dalam kekafiran. Sesungguhnya mereka itu tidak akan membahayakan Allah dengan sesuatu pun." Allah berfirman dalam hadis qudsi, "Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan mampu mengambil bahaya dari-Ku lalu kalian membahayakan-Ku. Kalian tidak akan mampu mencabut manfaat dari-Ku lalu kalian memberi-Ku manfaat," Allah menjelaskan bahwa makhluk tidak akan bisa membahayakan-Nya, tetapi mereka menyakiti-Nya. Sabdanya, "Sesungguhnya mereka menisbahkan anak kepada-Nya," yakni, bahwa anak Adam menyakiti Allah -Ta'ālā- dan mencela-Nya dengan menyandarkan apa yang Allah Maha Luhur dan Maha Suci dari apa yang disandarkan kepada-Nya, seperti menisbahkan anak kepada-Nya, lawan, dan sekutu dalam ibadah yang seharusnya murni hanya untuk Allah Yang Esa. Sabdanya, "namun Dia tetap memberi mereka keselamatan dan rezeki." Yakni, Allah membalas keburukan mereka dengan kebaikan. Mereka berbuat buruk kepada-Nya dengan celaan dan cemoohan, dan klaim sesuatu di mana Allah Maha Luhur dan Maha Suci dari apa yang mereka lakukan, mendustakan para rasul-Nya, menentang perintah-Nya, dan melakukan perbuatan yang dilarang dari mereka. Dia tetap berbuat baik kepada mereka dengan (memberi) kesehatan tubuh mereka, menyembuhkan penyakit-penyakit mereka, melindungi mereka dari apa yang mengganggu di malam dan siang hari, dan memberikan rezeki kepada mereka dengan menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi untuk mereka. Inilah puncak kesabaran, kemurahan hati dan kebaikan. Hanya Allah jua Yang Maha Tahu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8299

 
Hadith   1405   الحديث
الأهمية: صدق الله، وكذب بطن أخيك، اسقه عسلا
Tema: Allah Maha Benar. Sedangkan perut saudaramu berdusta. Berilah minum madu!

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- أنَّ رجلًا أتى النبيَّ صلى الله عليه وسلم فقال: أخي يَشْتكي بطنَه، فقال: «اسْقِه عَسَلًا» ثم أتى الثانيةَ، فقال: «اسْقِه عَسَلًا» ثم أتاه الثالثةَ فقال: «اسْقِه عَسَلًا» ثم أتاه فقال: قد فعلتُ؟ فقال: «صدق اللهُ، وكذب بطنُ أخيك، اسْقِه عَسَلًا» فسقاه فبرأ.

Dari Abu Sa'd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu berkata, "Saudaraku mengeluhkan perutnya." Beliau bersabda, "Beri dia minum madu!" Orang itu datang lagi. Beliau bersabda, "Beri dia minum madu!" Orang itu datang untuk ketiga kalinya. Beliau pun bersabda, "Beri dia minum madu!" Orang itu datang lagi dan berkata, "Aku sudah melakukannya." Beliau bersabda, "Allah Maha Benar. Sedangkan perut saudaramu berdusta. Berilah dia minum madu!" Orang itu pun memberinya minum madu lalu sembuh."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأخبره بأن أخاه يتألم من مرض في بطنه، وهذا المرض هو الإسهال، كما اتضح من روايات أخرى للحديث، فأمره النبي صلى الله عليه وسلم أن يسقي أخاه عسلا، فسقاه فلم يُشف، ثم أتى النبي صلى الله عليه وسلم فأخبره، فأمره أن يسقيه عسلا مرة أخرى، فسقاه فلم يُشف، ثم أتى النبي صلى الله عليه وسلم فأخبره، فأمره أن يسقيه عسلا مرة ثالثة، فسقاه فلم يُشف، فأتى النبي صلى الله عليه وسلم فأخبره، فقال صلى الله عليه وسلم: «صدق الله وكذب بطن أخيك اسقه عسلا» وهذا فيه احتمالان: أحدهما: أن يكون النبي صلى الله عليه وسلم أخبر عن غيب أطلعه الله عليه، وأعلمه بالوحي أن شفاء ذلك من العسل، فكرر عليه الأمر بسقي العسل ليظهر ما وعد به. والثاني: أن تكون الإشارة إلى قوله تعالى: {فيه شفاء للناس} ويكون قد علم أن ذلك النوع من المرض يشفيه العسل.
فلما أمره في المرة الرابعة أن يسقيه عسلا، ذهب الرجل فسقى أخاه عسلا فشُفي بإذن الله تعالى.
ولا يلزم حصول الشفاء به لكل مرض في كل زمن وبأي نوع من أنواع العسل، لكن (لكل داء دواء إذا أصيب دواء الداء برئ بإذن الله) كما قال -صلى الله عليه وسلم-، رواه مسلم (4/ 1729، ح2204).

Tema: Seorang lelaki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu memberitahu beliau bahwa saudaranya menderita sakit di perutnya. Penyakit tersebut ialah diare sebagaimana dijelaskan dalam hadis lainnya.
Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyuruh lelaki itu agar saudaranya diberi minum madu. Ia pun memberinya minum, tetapi tidak sembuh. Dia pun datang lagi kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu memberitahukan kabarnya. Beliau pun kembali menyuruhnya agar saudaranya diberi minum madu. Ia pun memberinya minum, tetapi belum sembuh juga.
Selanjutnya ia datang kembali kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu menyampaikan beritanya. Untuk ketiga kalinya, beliau menyuruh orang itu agar saudaranya diberi minum madu. Ia pun memberinya madu, tetapi tidak kunjung sembuh.
Ia pun datang kembali kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan menyampaikan beritanya.
Orang itu datang lagi dan berkata, "Aku sudah melakukannya." Beliau bersabda, "Allah Maha Benar. Sedangkan perut saudaramu berdusta. Berilah dia minum madu!"
Ini mengandung dua kemungkinan;
Pertama, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan hal gaib yang telah diperlihatkan oleh Allah kepadanya dan diberitahukan-Nya dengan wahyu bahwa kesembuhan orang itu dengan madu. Karena itu, beliau berulang-kali menyuruh agar dia diberi minum madu sehingga janji (kesembuhan) itu terbukti.
Kedua, ini merupakan isyarat kepada firman Allah -Ta'ālā-, "Di dalamnya ada obat (kesembuhan) bagi manusia." Beliau sudah tahu bahwa jenis penyakit seperti ini dapat sembuh oleh madu. Ketika beliau menyuruh lelaki itu untuk keempat kalinya agar memberi minum madu, lelaki itu pun pergi lalu saudaranya diberi minum madu hingga dengan izin Allah -Ta'ālā- dapat sembuh.
Ini tidak mesti semua penyakit bisa sembuh dengan madu kapan saja, dan dengan jenis madu apa saja. Akan tetapi "Untuk setiap penyakit ada obatnya. Jika obat pas dengan penyakitnya maka akan sembuh dengan izin Allah" sebagaimana disabdakan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. (HR. Muslim 4/1729, nomor 2204)

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8300

 
Hadith   1406   الحديث
الأهمية: يا رسولَ الله، هل نرى ربَّنا يوم القيامة؟ قال: هل تُضَارُّون في رؤية الشمس والقمر إذا كانت صَحْوًا؟
Tema: Wahai Rasulullah! Apakah kita melihat Rabb kita pada hari kiamat? Beliau bersabda, "Apakah kalian kesulitan ketika melihat matahari dan bulan jika langit bersih tidak berawan?"

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- قلنا يا رسولَ الله، هل نرى ربَّنا يوم القيامة؟ قال: «هل تُضَارُّون في رؤية الشمس والقمر إذا كانت صَحْوًا؟»، قلنا: لا، قال: «فإنكم لا تُضَارُّون في رؤية ربِّكم يومئذ، إلا كما تُضَارُّون في رؤيتهما» ثم قال: «ينادي منادٍ: ليذهب كلُّ قوم إلى ما كانوا يعبدون، فيذهب أصحابُ الصليب مع صليبهم، وأصحابُ الأوثان مع أوثانهم، وأصحابُ كلِّ آلهةٍ مع آلهتهم، حتى يبقى من كان يعبد اللهَ، مِن بَرٍّ أو فاجر، وغُبَّرات من أهل الكتاب، ثم يؤتى بجهنم تعرضُ كأنها سَرابٌ، فيقال لليهود: ما كنتم تعبدون؟ قالوا: كنا نعبد عُزَير ابنَ الله، فيقال: كذبتم، لم يكن لله صاحبة ولا ولد، فما تريدون؟ قالوا: نريد أن تسقيَنا، فيقال: اشربوا، فيتساقطون في جهنم، ثم يقال للنصارى: ما كنتم تعبدون؟ فيقولون: كنا نعبد المسيحَ ابن الله، فيقال: كذبتم، لم يكن لله صاحبة، ولا ولد، فما تريدون؟ فيقولون: نريد أن تسقيَنا، فيقال: اشربوا فيتساقطون في جهنم، حتى يبقى من كان يعبد الله من بَرٍّ أو فاجر، فيقال لهم: ما يحبسكم وقد ذهب الناس؟ فيقولون: فارقناهم، ونحن أحوجُ منا إليه اليوم، وإنَّا سمعنا مناديًا ينادي: ليَلْحقْ كلُّ قوم بما كانوا يعبدون، وإنما ننتظر ربَّنا، قال: فيأتيهم الجَبَّار في صورة غير صورتِه التي رأوه فيها أولَ مرة، فيقول: أنا ربُّكم، فيقولون: أنت ربُّنا، فلا يُكَلِّمُه إلا الأنبياء، فيقول: هل بينكم وبينه آيةٌ تعرفونه؟ فيقولون: الساق، فيَكشِفُ عن ساقه، فيسجد له كلُّ مؤمن، ويبقى من كان يسجد لله رِياءً وسُمْعَة، فيذهب كيما يسجد، فيعود ظهرُه طَبَقًا واحدًا، ثم يؤتى بالجسر فيُجْعَل بين ظَهْرَي جهنم»، قلنا: يا رسول الله، وما الجسر؟ قال: «مَدْحَضةٌ مَزَلَّةٌ، عليه خطاطيفُ وكَلاليبُ، وحَسَكَةٌ مُفَلْطَحَةٌ لها شوكةٌ عُقَيْفاء تكون بنَجْد، يقال لها: السَّعْدان، المؤمن عليها كالطَّرْف وكالبَرْق وكالرِّيح، وكأَجاويد الخيل والرِّكاب، فناجٍ مُسَلَّمٌ، وناجٍ مَخْدوشٌ، ومَكْدُوسٌ في نار جهنم، حتى يمرَّ آخرُهم يسحب سحبًا، فما أنتم بأشد لي مُناشدةً في الحق قد تبيَّن لكم من المؤمن يومئذ للجَبَّار، وإذا رأَوْا أنهم قد نَجَوْا، في إخوانهم، يقولون: ربنا إخواننا، كانوا يصلون معنا، ويصومون معنا، ويعملون معنا، فيقول الله -تعالى-: اذهبوا، فمن وجدتُم في قلبه مِثْقالُ دِينار من إيمان فأخرجوه، ويُحَرِّمُ اللهُ صُوَرَهم على النار، فيأتونهم وبعضُهم قد غاب في النار إلى قدمِه، وإلى أنصاف ساقَيْه، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا، ثم يعودون، فيقول: اذهبوا فمَن وجدتُم في قلبه مِثْقال نصف دينار فأخرجوه، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا، ثم يعودون، فيقول: اذهبوا فمن وجدتم في قلبه مِثْقال ذرة من إيمان فأخرجوه، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا» قال أبو سعيد: فإنْ لم تُصَدِّقوني فاقرءوا: {إنَّ اللهَ لا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وإنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا} «فيشفعُ النبيُّون والملائكة والمؤمنون، فيقول الجَبَّار: بَقِيَتْ شفاعتي، فيَقْبِض قَبْضَةً من النار، فيُخْرِجُ أقوامًا قدِ امْتَحَشُوا، فيُلْقَوْن في نهرٍ بأفواه الجنة، يقال له: ماء الحياة، فيَنْبُتون في حافَّتَيْه كما تَنْبُتُ الحِبَّة في حَمِيل السَّيْل، قد رأيتُموها إلى جانب الصَّخْرة، وإلى جانب الشجرة، فما كان إلى الشمس منها كان أخضر، وما كان منها إلى الظِّلِّ كان أبيض، فيخرجون كأنَّهم اللؤلؤ، فيُجعل في رقابهم الخَوَاتيم، فيَدخلون الجنة، فيقول أهل الجنة: هؤلاء عُتَقاءُ الرحمن، أدخلهم الجنةَ بغير عَمَلٍ عملوه، ولا خيرٍ قَدَّموه، فيقال لهم: لكم ما رأيتم ومثلُه معه».

Dari Abu Sa'īd al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu-, kami bertanya, "Wahai Rasulullah! Apakah kita melihat Rabb kita pada hari kiamat?" Beliau bersabda, "Apakah kalian kesulitan ketika melihat matahari dan bulan jika langit bersih tidak berawan?" Kami menjawab, "Tidak." Beliau bersabda, "Sesungguhnya kalian tidak akan kesulitan untuk melihat Rabb kalian pada hari itu, sebagaimana kalian tidak kesulitan untuk melihat keduanya." Selanjutnya beliau bersabda, Seorang penyeru berseru, "Hendaknya setiap kaum pergi menuju apa yang dulu mereka sembah." Lantas penyembah salib bersama salib mereka, para penyembah berhala pergi bersama berhala-berhalanya, dan para penyembah tuhan-tuhan (selain Allah) pergi bersama para tuhan mereka, hingga tersisa orang yang menyembah Allah baik yang saleh ataupun yang bermaksiat, serta beberapa orang Ahli Kitab. Kemudian Jahanam didatangkan dan diperlihatkan seakan-akan fatamorgana. Dikatakan kepada orang-orang Yahudi, "Apa yang dulu kalian sembah?" Mereka menjawab, "Kami menyembah Uzair putra Allah." Dikatakan, "Kalian berdusta. Allah tidak memiliki istri dan putra. Apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Kami ingin agar Engkau memberi minum kami." Dikatakan, "Minumlah", lalu mereka berguguran di Jahanam. Selanjutnya dikatakan kepada orang-orang Nasran, "Apa yang dulu kalian sembah?" Mereka menjawab, "Dulu kami menyembah Almasih putra Allah." Dikatakan kepada mereka, "Kalian berdusta. Allah tidak memiliki istri dan putra. Apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Kami ingin agar Engkau memberi minum kami." Dikatakan kepada mereka, "Minumlah", lalu mereka berguguran di Jahanam, hingga tersisa orang-orang yang menyembah Allah baik yang saleh ataupun yang bermaksiat. Dikatakan kepada mereka: "Apa yang menghalangi kalian, padahal orang-orang sudah pergi?" Mereka berkata, "Kami telah berpisah dengan mereka (di dunia), padahal hari ini kita lebih membutuhkan kepadanya dan sesungguhnya kami mendengar penyeru berseru, "Hendaknya setiap kaum bergabung dengan apa yang mereka sembah. Sesungguhnya kami hanya menunggu Rabb kami." Lantas Allah Yang Maha Perkasa mendatangi mereka dalam bentuk yang berbeda dengan bentuk yang pernah mereka lihat pertama kali. Allah berfirman, "Aku Rabb kalian." Mereka berkata, "Engkau Rabb kami." Tidak ada yang berbicara kepada-Nya kecuali para nabi. Allah bertanya, "Apakah antara kalian dengan Dia ada tanda yang kalian kenal?" Mereka berkata, "Betis." Lantas Allah menyingkapkan betisnya. Tiba-tiba setiap orang yang beriman sujud kepada-Nya dan tersisa orang yang bersujud kepada Allah karena ria dan ingin popularitas, dan mereka ini akan bersujud tetapi punggungnya kaku bagaikan pelat yang rata. Kemudian dibentangkan jembatan lalu diletakkan di antara dua tepi Jahanam." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah jembatan itu?" Beliau bersabda, "Jalan yang licin dan membuat tergelincir. Di atasnya ada penyambar-penyambar dan besi-besi pengait, dan pohon berduri yang dibentangkan, yang memiliki duri yang bengkok, yang ada di Najd dan dinamakan as-Sa'dān. Orang mukmin (melintasi) jembatan itu laksana sekejap mata, laksana kilat, laksana angin, laksana kuda-kuda berlari kencang dan kuda tunggangan. Ada yang selamat sentosa, ada yang selamat dalam keadaan tercakar, dan ada yang dicakar di dalam Jahanam hingga orang yang terakhir dari mereka diseret. Kalian sangat memohon kepadaku dalam kebenaran di mana sudah jelas orang mukmin untuk Yang Maha Perkasa (Allah). Ketika mereka melihat bahwa mereka sudah selamat di antara saudara-saudaranya, mereka berkata: "Wahai Rabb kami, saudara-saudara kami. Mereka melaksanakan salat bersama kami, berpuasa bersama kami, dan beramal bersama kami." Allah -Ta'ālā- berfirman, "Pergilah! Siapa saja yang kalian temukan di dalam hatinya ada iman seberat dinar maka keluarkanlah dia!" dan Allah mengharamkan tubuh-tubuh mereka dari neraka. Lantas mereka mendatangi saudara-saudaranya dalam keadaan sebagian mereka sudah tenggelam di neraka sampai kedua mata kakinya, ada yang sampai kedua betisnya. Selanjutnya mereka mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal lalu kembali." Allah berfirman, "Pergilah. Siapa saja yang kalian temukan di dalam hatinya iman seberat setengah dinar maka keluarkanlah dia!" Mereka pun mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal lalu kembali lagi. Allah berfirman, "Pergilah. Siapa diantara kalian menemukan orang yang dalam hatinya ada iman seberat biji sawi maka keluarkanlah!" Mereka pun mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal. Abu Sa'īd berkata, "Jika kalian tidak percaya, bacalah, "Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun seberat zarrah (biji kecil) dan jika ada kebajikan (sekecil zarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya." Para nabi, malaikat dan orang-orang mukmin memberi syafaat. Lantas Allah Yang Maha Perkasa berfirman, "Syafaat-Ku masih ada." Selanjutnya Dia menggenggam satu genggaman dari neraka lalu mengeluarkan beberapa kaum yang sudah terbakar lalu mereka dilemparkan ke dalam sungai di mulut-mulut surga yang bernama air kehidupan. Mereka tumbuh di kedua tepi sungai itu sebagaimana biji tumbuh di tanah bekas banjir yang kalian lihat di sisi batu dan di sisi pohon. Tumbuhan yang mengarah ke matahari menjadi hijau dan tanaman yang mengarah ke naungan (pohon) menjadi putih. Selanjutnya mereka keluar laksana mutiara lalu di leher mereka diletakkan stempel-stempel kemudian mereka masuk surga. Penghuni surga berkata, "Mereka adalah orang-orang yang dimerdekakan oleh Yang Maha Pengasih. Dia memasukkan mereka ke dalam surga tanpa amal yang mereka kerjakan dan tanpa kebaikan yang mereka persembahkan." Lantas dikatakan kepada mereka, "Bagi kalian sebagaimana yang kalian lihat dan yang semisal dengannya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
سأل بعضُ الصحابة النبيَّ صلى الله عليه وسلم: هل نرى ربَّنا يوم القيامة؟ فقال لهم النبي صلى الله عليه وسلم: نعم ترون ربكم يوم القيامة كما ترون الشمس في منتصف النهار والقمر ليلة البدر من غير ازدحام ولا منازعة، والتشبيه إنما وقع في الوضوح وزوال الشك والمشقة والاختلاف، فهو تشبية للرؤية بالرؤية لا للمرئي بالمرئي. وهذه الرؤية غير الرؤية التي هي ثواب للأولياء وكرامة لهم في الجنة؛ إذ هذه للتمييز بين مَن عبد الله وبين من عبد غيره.
ثم أخبر رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه ينادي مناد يوم القيامة: من كان يعبد شيئا من دون الله فليتبعه، وفي رواية صحيحة: أن الله هو الذي ينادي سبحانه، فيُجمع من كان يعبد الأصنام من دون الله ويُقذفون في نار جهنم. فلا يبقى إلا من كان يعبد الله سواء كان مطيعًا أو عاصيًا وبعض بقايا قليلة من يهود ونصارى، وأما معظمهم وجُلُّهم فقد ذُهب بهم مع أوثانهم إلى جهنم، ويؤتى بجهنم تُعرض على الناس في ذلك الموقف كأنها سراب، فيجاء باليهود، فيقال لهم: مَن كنتم تعبدون؟ قالوا: كنَّا نعبدُ عُزَيرَ ابنَ الله. فيقال لهم: كذبتم في قولكم: عُزَيرُ ابنُ الله؛ فإن الله لم يتخذ زوجة ولا ولدًا، ثم يقال لهم: فماذا تريدون؟ فيقولون: نريد أن نشرب. وقد صار أول مطلبهم الماء؛ لأنه في ذلك الموقف يشتد الظمأ لتوالي الكربات، وترادف الشدائد المهولات، وقد مُثِّلت لهم جهنم كأنها ماء، فيقال لهم: اذهبوا إلى ما ترون وتظنونه ماء، فاشربوا. فيذهبون فيجدون جهنم يكسر بعضها بعضاً؛ لشدة اتقادها وتلاطم أمواج لهبها فيتساقطون فيها، ومثل ذلك يقال للنصارى بعدهم.
حتى إذا لم يَبْق إلا مَن كان يعبد اللهَ من مطيع وعاص، فيقال لهم ما يوقفكم هذا الموقف وقد ذهب الناس؟ فيقولون: فارقنا الناس في الدنيا ونحن اليوم أحوج إلى مفارقتهم؛ وذلك لأنهم عصوا الله وخالفوا أمره، فعاديناهم لذلك، بغضاً لهم في الله، وإيثاراً لطاعة ربنا، ونحن ننتظر ربنا الذي كنا نعبده في الدنيا، فيأتيهم الله تعالى في صورة غير الصورة التي رأو فيها أول مرة،    وفي هذا بيان صريح أنهم قد رأوه في صورة عرفوه فيها، قبل أن يأتيهم هذه المرة، ولا يصح تأويل الصورة، بل يجب الإيمان بها من غير تكييف ولا تمثيل ومن غير تحريف ولا تعطيل. فإذا أتاهم الله تعالى قال لهم: أنا ربكم. فيقولون: أنت ربنا، فرحًا بذلك واستبشارًا، وعند ذلك لا يكلمه سبحانه إلا الأنبياء، فيقول الله لهم: هل بينكم وبينه آيةٌ تعرفونه بها؟
   فيقولون: الساق. فيكشف سبحانه عن ساقه فيعرفه المؤمنون بذلك فيسجدون له، وأما المنافقون الذين يراءون الناس بعبادتهم، فمُنعوا من السجود، وجُعلت ظهورهم طبقاً واحداً، لا يستطيعون الانحناء، ولا السجود؛ لأنهم ما كانوا في الحقيقة يسجدون لله في الدنيا، وإنما كانوا يسجدون لأغراضهم الدنيوية.
ففي ذلك إثبات الساق صفة لله تعالى، ويكون هذا الحديث ونحوه تفسيراً لقوله تعالى: {يَوْمَ يُكْشَفُ عَن سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلا يَسْتَطِيعُونَ} وتفسير الساق في هذا الموضع بالشدة أو الكرب مرجوح، ويجب مع ذلك إثبات صفة الساق لله تعالى من السنة، ودلالة الآية على الصفة هو الراجح والأصح، وذلك من غير تكييف ولا تمثيل ومن غير تحريف ولا تعطيل.
ثم يؤتى بالصراط، فيُجعل في وسط جهنم، وهذا الصراط لا تستمسك فيه الأقدام، ولا تثبت، وعلى هذا الصراط خطاطيف، وهو الحديدة المعقوفة المحددة؛ لأجل أن تمسك من أريد خطفه بها، فهي قريبة من الكلوب، وعلى الصراط أيضًا أشواك غليظة عريضة، يمر الناس على هذا الصراط على قدر إيمانهم وأعمالهم، فمن كان إيمانه كاملاً، وعمله صالحاً خالصاً لله، فإنه يمر من فوق جهنم كلمح البصر، ومن كان دون ذلك يكون مروره بحسب إيمانه وعمله، كما فُصِّل ذلك في الحديث، ومُثِّل بالبرق، والريح، إلى آخره. والمارون على الصراط أربعة أصناف:
الأول: الناجي المسلَّم من الأذى، وهؤلاء يتفاوتون في سرعة المرور عليه كما سبق.
والثاني: الناجي المخدوش، والخدش هو الجرح الخفيف، يعني: أنه أصابه من لفح جهنم، أو أصابته الكلاليب والخطاطيف التي على الصراط بخدوش.
والثالث: المكدوس في النار، الملقى فيها بقوة.
والرابع: الذي يُسحب على الصراط سحباً قد عجزت أعماله عن حمله.
ثم قال صلى الله عليه وسلم: «فما أنتم بأشد لي مناشدة في الحق قد تبين لكم، من المؤمن يومئذ    للجبار» هذا من كرم الله، ورحمته، حيث أذن لعباده المؤمنين في مناشدته وطلب عفوه عن إخوانهم الذين أُلقوا في النار، بسبب جرائمهم التي كانوا يبارزون بها ربهم، ومع ذلك أَلْهم المؤمنين الذين نجوا من عذاب النار وهول الصراط، ألهمهم مناشدته، والشفاعة فيهم، وأذن لهم في ذلك؛ رحمة منه لهم تبارك وتعالى.
«يقولون: ربنا إخواننا الذين كانوا يصلون معنا، ويصومون معنا، ويعملون معنا» مفهوم هذا أن الذين لا يصلون مع المسلمين، ولا يصومون معهم، لا يشفعون فيهم، ولا يناشدون ربهم فيهم. وهو يدل على أن هؤلاء الذين وقعت مناشدة المؤمنين لربهم فيهم كانوا مؤمنين، موحدين؛ لقولهم: «إخواننا كانوا يصلون معنا، ويصومون معنا»، ولكن ارتكبوا بعض المآثم، التي أوجبت لهم دخول النار.
وفي هذا رد على طائفتين ضالتين: الخوارج، والمعتزلة، في قولهم: إن من دخل النار لا يخرج منها، وإن صاحب الكبيرة في النار.
فيقول الله تعالى لهم: اذهبوا، فمن وجدتُم في قلبه مقدار دِينار من إيمان فأخرجوه من النار، ويُحَرِّمُ اللهُ على النار أن تأكل وجوههم، فيأتونهم فيجدون بعضهم قد أخذته النار إلى قدمِه، وبعضهم إلى أنصاف ساقَيْه، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا منهم، ثم يعودون، فيقول الله لهم: اذهبوا فمَن وجدتُم في قلبه مقدار نصف دينار من إيمان فأخرجوه من النار، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا منهم، ثم يعودون، فيقول: اذهبوا فمن وجدتم في قلبه مقدار ذرة من إيمان فأخرجوه، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا منهم،    وعند ذلك قال أبو سعيد الخدري: فإنْ لم تُصَدِّقوني فاقرءوا: {إنَّ اللهَ لا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وإنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا} واستشهاد أبي سعيد بالآية ظاهر في أن العبد إذا كان معه مثقال ذرة من إيمان، فإن الله يضاعفه له، فينجيه بسببه.
ثم قال: «فيشفع النبيون، والملائكة، والمؤمنون» وهذا صريح في أن هؤلاء الأقسام الثلاثة يشفعون، ولكن يجب أن يُعلم أن شفاعة أي شافع، لا تقع إلا بعد أن يأذن الله فيها، كما تقدم في مناشدتهم ربهم وسؤالهم إياه، ثم يأذن لهم فيقول: اذهبوا فمن وجدتم، إلى آخره.
قوله: «فيقول الجبار: بقيت شفاعتي، فيقبض قبضة من النار، فيخرج أقواماً قد امتحشوا» والمراد بشفاعته تعالى رحمته لهؤلاء المعذبين، فيخرجهم من النار. قوله: «فيقبض قبضة» فيه إثبات القبض لله تعالى، وكم في كتاب الله تعالى وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم من نص يثبت اليد والقبضة، ولكن أهل التأويل الفاسد المحرِّفين يأبون قبول ذلك، والإيمان به، وسوف يعلمون أن الحق ما قاله الله وقاله رسوله، وأنهم قد ضلوا السبيل في هذا الباب.
فيقبض سبحانه قبضة من النار، فيخرج أقواماً قد احترقوا وصاروا فحما، قوله: «فيُلْقَوْن في نهرٍ بأفواه الجنة، يقال له: ماء الحياة، فينبتون في حافتيه» أي: فيُطرحون في نهر بأطراف الجنة يُعرف بماء الحياة، أي الماء الذي يحيي من انغمس فيه، وعند ذلك تنبت لحومهم وأبصارهم وعظامهم التي احترقت في النار بجانب هذا النهر، قوله: «كما تنبت الحبة في حميل السيل، قد رأيتموها إلى جانب الصخرة، وإلى جانب الشجرة، فما كان إلى الشمس منها كان أخضر، وما كان إلى الظل كان أبيض» يعني بذلك: سرعة خروج لحومهم؛ لأن النبت في حميل السيل - كما ذكر - يخرج بسرعة، ولهذا يكون من جانب الظل أبيض، ومن جانب الشمس أخضر، وذلك لضعفه ورقته، ولا يلزم أن يكون نبتهم كذلك - كما قاله بعضهم: بأن الذي من جانب الجنة يكون أبيض، والذي من جانب النار يكون أخضر - بل المراد تشبيههم بالنبت المذكور في سرعة خروجه، ورقته، ولذلك قال: «فيخرجون كأنهم اللؤلؤ» يعني: في صفاء بشرتهم، وحسنها.
قوله: «فيجعل في رقابهم الخواتيم» وهذه الخواتيم يكتب فيها: «عتقاء الرحمن من النار» كما ذكر في الرواية الأخرى.
قوله: «فيدخلون الجنة، فيقول أهل الجنة: هؤلاء عتقاء الرحمن، أدخلهم الجنة، بغير عمل عملوه، ولا خير قدموه» يعني: أنهم لم يعملوا صالحاً في الدنيا، وإنما معهم أصل الإيمان، الذي هو شهادة أن لا إله إلا الله والإيمان برسولهم.
قوله: فيقال لهم: «لكم ما رأيتم، ومثله معه» يظهر أنهم يدخلون أماكن من الجنة خالية، ولهذا قيل لهم ذلك.
Beberapa sahabat bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Apakah kita melihat Rabb kita pada hari kiamat?" Nabi bersabda kepada mereka, "Ya, kalian akan melihat Rabb kalian pada hari kiamat sebagaimana kalian melihat matahari di tengah hari dan bulan di malam purnama tanpa berdesak-desakan dan tanpa berebut. Sesungguhnya permisalan terjadi hanya pada kejelasan, hilangnya keraguan, kesulitan, dan perselisihan. Ini merupakan permisalan penglihatan dengan penglihatan, bukan penyerupaan yang dilihat dengan yang dilihat. Ru`yah (Penglihatan) ini berbeda dengan ru'yah yang menjadi pahala bagi para wali Allah dan sebagai kehormatan bagi mereka di surga. Penglihatan di sini untuk membedakan antara orang yang menyembah Allah dengan orang yang menyembah selain-Nya. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa seorang penyeru berseru pada hari kiamat, "Siapa yang menyembah sesuatu selain Allah, hendaknya ia mengikutinya." Dalam satu riwayat sahih disebutkan bahwa Allah -Subḥanāhu wa Ta'ālā-lah yang menyeru. Lantas orang yang menyembah berhala dikumpulkan dan dicampakkan ke dalam neraka Jahanam. Maka tidak tersisa kecuali orang yang menyembah Allah, baik yang salih ataupun yang bermaksiat, dan sebagian kecil dari sisa-sisa orang Yahudi dan nasrani. Adapun sebagian besar dan mayoritas mereka telah digiring bersama berhala-berhalanya ke dalam neraka. Lantas Jahanam didatangkan dan diperlihatkan kepada manusia di tempat berdiri (mahsyar) tersebut seakan-akan fatamorgana. Selanjutnya orang-orang Yahudi didatangkan lalu dikatakan kepada mereka, "Siapa yang dahulu kalian sembah?" Mereka menjawab, "Kami dahulu menyembah Uzair putra Allah." Dikatakan kepada mereka, "Kalian telah berdusta dalam ucapan kalian, "Uzair putra Allah," karena sesungguhnya Allah tidak menjadikan istri dan anak." Dikatakan kepada mereka, "Apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Kami ingin minum." Sungguh, permintaan pertama mereka adalah air karena di tempat berdiri (mahsyar) tersebut rasa dahaga sangat dahsyat karena beruntunnya kesusahan dan bertubi-tubinya tekanan-tekanan yang menakutkan. Jahanam ditampakkan kepada mereka seakan-akan air, lalu dikatakan kepada mereka, "Pergilah kepada apa yang kalian lihat dan kalian sangka air lalu minumlah." Mereka pun pergi lalu mendapatkan Jahanam yang melahap sebagiannya terhadap sebagian yang lain karena nyalanya yang dahsyat dan benturan gelombang-gelombang nyalanya, sehingga mereka berguguran di dalamnya. Hal seperti itu juga dikatakan kepada orang-orang nasrani setelah mereka. Hingga ketika tidak tersisa selain orang yang menyembah Allah; baik yang salih ataupun yang bermaksiat. Lantas dikatakan kepada mereka, "Apa yang menghalangi kalian tetap berada di tempat berdiri ini, padahal manusia sudah pergi?" Mereka menjawab, "Kami telah memisahkan diri dari mereka di dunia, dan hari ini kami lebih butuh untuk berpisah dengan mereka, karena mereka itu durhaka kepada Allah dan menyalahi perintah-Nya. Selanjutnya kami memusuhi mereka karena hal itu, yakni marah kepada mereka semata-mata karena Allah dan lebih mengutamakan ketaatan kepada Rabb kami. Kami sedang menanti Rabb kami yang dahulu kami sembah di dunia. Tiba-tiba Allah mendatangi mereka dalam bentuk yang berbeda dengan bentuk yang pernah mereka lihat pertama kali. Ini merupakan penjelasan bahwa mereka sudah pernah melihat-Nya dalam bentuk yang mereka kenali sebelum Dia (Allah) mendatangi mereka di kali itu. Tidak sah melakukan penakwilan terhadap makna bentuk di sini, tetapi wajib beriman kepadanya tanpa tahrīf (penyimpangan makna), ta'ṭīl (meniadakannya), takyīf (menanyakan kaifiat), dan tamṡīl (mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk). Ketika Allah -Ta'ālā- mendatangi mereka, Dia berfirman kepada mereka, "Aku Rabb kalian." Mereka berkata, "Engkau Rabb kami," karena senang dan gembira dengan itu. Pada saat itu tidak ada yang berbicara kepada Allah -Subḥanāhu wa Ta'ālā- selain para nabi. Lantas Allah bertanya kepada mereka, "Apakah antara kalian dengan-Nya ada tanda yang kalian kenal?" Mereka menjawab, "Betis." Allah -Subḥanāhu- menyingkap betis-Nya sehingga orang-orang mukmin mengenalinya lalu mereka bersujud kepada-Nya. Sedangkan orang-orang munafik yang beribadah karena ria kepada manusia, mereka tidak mampu bersujud dan punggung-punggung mereka berbalik menjadi tegak (tidak beruas). Mereka tidak bisa condong dan sujud karena dahulu semasa di dunia mereka itu sebenarnya sujud bukan karena Allah, tetapi mereka dahulu sujud karena tujuan-tujuan duniawi. Dalam hal ini wajib menetapkan betis sebagai sifat Allah -Ta'ālā-. Dengan demikian, hadis ini dan lainnya merupakan penafsiran terhadap firman Allah -Ta'ālā-, "(Ingatlah) pada hari ketika betis disingkapkan dan mereka diseru untuk bersujud, maka mereka tidak mampu." Penafsiran betis dalam ayat ini dengan (makna) kesulitan atau kesedihan adalah pendapat yang lemah. Dengan demikian, wajib menetapkan sifat betis bagi Allah -Ta'ālā- berdasarkan dalil dari sunah. Sedangkan ayat tersebut sebagai dalil terhadap sifat merupakan pendapat yang kuat dan paling sahih, tentunya tanpa takyīf (menanyakan bagaimana/kaifiat), tamṡīl (mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk), tahrīf (penyimpangan makna), dan tanpa ta'ṭīl (menafikan maknanya). Kemudian jembatan didatangkan lalu diletakkan di tengah-tengah Jahanam. Jembatan ini tidak bisa membuat kaki-kaki kokoh di atasnya dan tidak tegak. Di atas jembatan ini ada penyambar-penyambar, yaitu besi bengkok yang tajam untuk memegang orang yang hendak disambarnya. Besi bengkok dan tajam ini menyerupai besi pengait. Di jembatan ini juga ada duri-duri yang tajam dan besar. Manusia melintasi jembatan ini sesuai kadar iman dan amal mereka. Siapa yang imannya sempurna dan amalnya baik serta ikhlas untuk Allah, maka dia melintas dari atas jembatan seperti sekejap mata. Siapa yang (imannya) di bawah itu maka melintasnya sesuai dengan iman dan amalnya. Sebagaimana hal ini sudah diuraikan dalam hadis, dan diumpamakan dengan kilat, angin dan seterusnya. Orang-orang yang melintasi jembatan ada empat golongan:
Pertama, orang yang berhasil dan selamat dari penyiksaan. Mereka ini berbeda-beda dalam kecepatan penyeberangan di atas jembatan sebagaimana dijelaskan.
Kedua, orang yang selamat dengan luka ringan. Al-Khadsyu adalah luka ringan. Artinya bahwa orang itu terkena jilatan Jahanam atau terkena luka ringan oleh besi-besi pengait dan besi-besi bengkok yang tajam di atas jembatan.
Ketiga, yang ditumpuk di neraka dan dilemparkan ke dalamnya dengan kuat.
Keempat, orang yang diseret di atas jembatan dengan sekali sambar, amal-amalnya tidak mampu membawanya (melintasi jembatan). Selanjutnya beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Tidak hanya kalian yang lebih gigih memohon kepada Allah Yang Maha Perkasa dalam menuntut al-haq pada hari itu setelah nyata bagi kalian kondisi orang-orang yang beriman." Ini merupakan kemurahan hati Allah dan rahmat-Nya di mana Dia memberikan izin kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dalam permohonan dan permintaan maafnya terhadap saudara-saudara mereka yang dicampakkan ke dalam neraka disebabkan kejahatan-kejahatan mereka yang dahulu mereka perlihatkan kepada Rabb mereka. Meskipun demikian, Allah memberikan ilham kepada orang-orang mukmin yang selamat dari siksa neraka dan ketakutan melintasi jembatan. Allah memberikan ilham kepada mereka untuk memohon kepada-Nya dan (memberi) syafaat pada mereka serta memberi izin dalam hal itu untuk mereka sebagai rahmat dari-Nya (Allah) -Tabāraka wa Ta'ālā- untuk mereka. Mereka berkata, "Wahai Rabb kami, mereka itu adalah saudara-saudara kami yang dahulu salat bersama kami, berpuasa bersama kami, dan beramal bersama kami." Ini Konotasinya adalah bahwa orang-orang yang tidak melaksanakan salat bersama kaum muslimin dan tidak berpuasa bersama mereka, maka mereka tidak akan memberi syafaat kepada mereka dan tidak akan memohon kepada Rabb mereka untuk keselamatan mereka. Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang mendapatkan (ampunan) atas permohonan kaum mukminin kepada Rabbnya, mereka ialah orang-orang mukmin yang bertauhid berdasarkan ucapan mereka, "Saudara-saudara kami dahulu melaksanakan salat bersama kami dan puasa bersama kami." Hanya saja mereka melakukan beberapa dosa yang mengharuskan mereka masuk neraka. Ini mengandung bantahan terhadap dua kelompok yang sesat; Khawarij dan Muktazilah atas ucapan mereka, "Sesungguhnya orang yang masuk neraka tidak akan keluar darinya, dan sesungguhnya pelaku dosa besar berada kekal di neraka." Allah -Ta'ālā- berfirman kepada mereka, "Pergilah. Siapa saja yang kalian temukan dalam hatinya iman seukuran dinar, maka keluarkanlah mereka dari neraka!" Allah mengharamkan neraka memakan wajah-wajah mereka. Lantas mereka mendatangi mereka lalu menemukan sebagian mereka telah direnggut oleh neraka sampai mata kakinya dan sebagian lagi sampai ke pertengahan kedua betisnya. Mereka pun mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal lalu kembali lagi. Allah berfirman kepada mereka, "Pergilah. Siapa yang kalian temukan iman di hatinya seukuran separuh dinar, maka keluarkanlah ia dari neraka!" Mereka pun mengeluarkan orang yang mereka kenali lalu kembali. Allah berfirman, "Pergilah. Siapa saja yang kalian temukan iman di dalam hatinya seukuran zarrah (biji kecil) maka keluarkanlah ia!" Mereka pun mengeluarkan orang yang mereka kenal. Saat itulah Abu Sa'īd al-Khudri berkata, "Jika kalian tidak mempercayaiku maka bacalah, "Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar zarrah (biji kecil), dan jika ada kebajikan (sebesar zarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya." Kutipan bukti ayat oleh Abu Sa'īd ini jelas bahwa seorang hamba apabila memiliki iman seberat zarrah, sesungguhnya Allah melipatgandakannya untuknya lalu menyelamatkannya disebabkan iman tersebut. Kemudian beliau bersabda, "Selanjutnya para nabi, malaikat dan orang-orang mukmin memberi syafaat." Ini jelas sekali bahwa ketiga golongan ini kelak akan memberi syafaat. Hanya saja harus diketahui bahwa syafaat dari seorang pemberi syafaat tidak akan terjadi kecuali setelah Allah memberinya izin dalam hal itu sebagaimana sudah dijelaskan dalam permohonan mereka kepada Rabbnya. Lantas Dia memberi izin untuk mereka lalu berfirman, "Pergilah. Siapa yang kalian temukan..." sampai akhirnya. Sabda beliau, "Yang Maha Perkasa berfirman, "Syafaat-Ku masih ada." Lantas Dia menggenggam satu genggaman dari neraka lalu mengeluarkan beberapa kaum yang sudah terbakar." Yang dimaksud syafaat Allah -Ta'ālā- adalah rahmat-Nya untuk orang-orang yang disiksa lalu mengeluarkan mereka dari neraka. Sabdanya, "Lantas Dia menggenggam satu genggaman" mengandung penetapan sifat penggenggaman bagi Allah -Ta'ālā-. Banyak sekali dalam Al-Qur`ān dan Sunnah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- nas yang menetapkan tangan dan genggaman. Hanya saja ahli takwil yang sesat dan menyimpang enggan menerima hal itu dan tidak beriman kepadanya. Mereka akan tahu bahwa kebenaran itu apa yang difirmankan Allah dan disabdakan Rasul-Nya, dan sesungguhnya mereka telah menempuh jalan yang sesat dalam bab ini. Allah -Ta'ālā- menggenggam satu genggaman dari neraka lalu mengeluarkan beberapa kaum yang sudah terbakar dan berubah menjadi arang. Sabdanya, "Lalu mereka dilemparkan ke dalam sungai di mulut-mulut surga yang dinamakan air kehidupan. Kemudian mereka tumbuh di kedua tepi sungai itu." Yakni, mereka dilemparkan ke dalam sungai di ujung-ujung surga yang dikenal dengan air kehidupan. Yaitu air yang dapat menghidupkan orang yang tenggelam di dalamnya. Saat itulah tumbuh daging-daging, penglihatan-penglihatan dan tulang-belulang mereka yang telah terbakar (api neraka) di tepi sungai tersebut. Sabdanya, "Sebagaimana biji tumbuh di tanah yang dibawa banjir. Kalian kadang melihatnya di sisi batu dan di sisi pohon. Tumbuhan yang mengarah ke matahari maka berwarna hijau. Sedangkan yang mengarah ke naungan maka menjadi putih." Yang dimaksud dengan hal itu adalah kecepatan keluarnya daging-daging. Sebab, tumbuhan yang dibawa banjir -sebagaimana disebutkan- keluar dengan cepat. Untuk itu, yang ada di sisi naungan menjadi putih, dan dari sisi matahari menjadi hijau. Hal ini karena kelemahannya dan ketipisannya. Hanya saja proses tumbuhnya mereka tidak harus seperti itu -sebagaimana dikatakan oleh sebagian mereka bahwa tumbuhan yang ada di sisi surga berwarna putih, dan yang ada di samping neraka berwarna hijau- Tetapi yang dimaksud adalah penyerupaan mereka dengan tumbuhan tersebut dalam kecepatan keluarnya dan ketipisannya." Karena itu, beliau bersabda, "Lantas mereka keluar laksana mutiara." Yakni, dalam beningnya kulit mereka dan ketampanannya. Sabdanya, "Lalu di leher-leher mereka diletakkan stempel-stempel." Di stempel-stempel itu tertulis, "Orang-orang yang dibebaskan Yang Maha Pengasih dari neraka." Hal ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain. Sabdanya, "Mereka masuk surga. Lantas penghuni surga berkata, "Mereka adalah orang-orang yang dibebaskan oleh Yang Maha Pengasih. Dia memasukkan mereka ke surga tanpa amal yang mereka kerjakan dan tanpa kebaikan yang mereka persembahkan." Maksudnya mereka itu tidak melakukan kebaikan di dunia, tetapi mereka hanya memiliki pokok iman, yaitu kesaksian bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan beriman kepada Rasul mereka." Sabdanya, "Lalu dikatakan kepada mereka, "Bagi kalian sebagaimana yang kalian lihat dan yang semisal dengannya." Tampak bahwa mereka itu masuk ke tempat-tempat yang kosong di surga. Makanya hal tersebut dikatakan kepada mereka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8301

 
Hadith   1407   الحديث
الأهمية: إن الله يصنع كل صانع وصنعته
Tema: Sesungguhnya Allah menciptakan setiap orang dan perbuatannya

عن حذيفة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إنَّ اللهَ يصنعُ كلَّ صانعٍ وصنعَتَه».

Dari Ḥużaifah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Sesungguhnya Allah menciptakan setiap orang dan perbuatannya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إن الله خلق كل صانع وما يصنعه من الصناعات، وفي هذا دليل على أن أفعال العباد مخلوقة، فالله خلق العباد وخلق أعمالهم، قال ابن تيمية -رحمه الله-: (فما من مخلوق في الأرض ولا في السماء إلا الله خالقه سبحانه، لا خالق غيره ولا رب سواه، ومع ذلك فقد أمر العباد بطاعته وطاعة رسله ونهاهم عن معصيته، وهو سبحانه يحب المتقين والمحسنين والمقسطين ويرضى عن الذين آمنوا وعملوا الصالحات ولا يحب الكافرين ولا يرضى عن القوم الفاسقين ولا يأمر بالفحشاء ولا يرضى لعباده الكفر ولا يحب الفساد، والعباد فاعلون حقيقة والله خالق أفعالهم، والعبد هو المؤمن والكافر والبر والفاجر والمصلي والصائم، وللعباد قدرة على أعمالهم ولهم إرادة، والله خالقهم وخالق قدرتهم وإرادتهم كما قال تعالى: {لمن شاء منكم أن يستقيم} {وما تشاءون إلا أن يشاء الله رب العالمين}).
Tema: Sesungguhnya Allah telah menciptakan setiap orang dan berbagai perbuatan yang dilakukannya. Ini merupakan dalil bahwa berbagai perbuatan manusia adalah makhluk. Allah telah menciptakan manusia dan menciptakan amal-amal mereka. Ibnu Taimiyah -raḥimahullāhu- mengatakan, "Tidak ada makhluk di bumi maupun di langit melainkan Allah -Subḥānahu- yang menciptakannya. Tidak ada Pencipta salin-Nya, dan tidak ada Rabb selain-Nya. Meskipun demikian, Allah memerintahkan para hamba untuk mentaati-Nya dan mentaati Rasul-Nya, serta melarang mereka berbuat maksiat kepada-Nya. Allah -Subḥānahu- mencintai orang-orang yang bertakwa, berbuat baik dan berbuat adil. Dia rida terhadap orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Dia tidak mencintai orang-orang kafir dan kaum yang fasik. Dia tidak memerintahkan melakukan perbuatan keji, dan tidak meridai kekufuran bagi hamba-Nya, serta tidak mencintai kerusakan. Para hamba melakukan perbuatan mereka secara hakiki dan Allah menciptakan perbuatan mereka itu. Hamba itu ada yang Mukmin, kafir, baik, fajir, salat dan berpuasa. Para hamba memiliki kekuatan untuk melakukan perbuatan mereka dan mereka memiliki irādah (keinginan). Allah yang menciptakan mereka dan menciptakan kekuatan dan irādah mereka tersebut, sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "(yaitu) bagi siapa di antara kalian yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kalian tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Abi 'Āṣim - Diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dalam kitab at-Tauḥīd - Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Khalqu Af'āli al-'Ibād]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8302

 
Hadith   1408   الحديث
الأهمية: الله الطبيب، بل أنت رجل رفيق، طبيبها الذي خلقها
Tema: Allah adalah dokter. Sedangkan engkau hanyalah teman dekat. Dokternyalah yang telah menciptakannya

عن أبي رَمْثة -رضي الله عنه- أنَّه قال للنبي -صلى الله عليه وسلم-: أَرِني هذا الذي بظهرك، فإنِّي رجلٌ طبيبٌ، قال: «اللهُ الطبيبُ، بل أنت رجلٌ رَفِيقٌ، طبيبُها الذي خلقَها».

Dari Abu Ramṡah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwasanya ia pernah berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Perlihatkanlah kepadaku apa yang ada di punggungmu. Sesungguhnya aku ini seorang dokter." Beliau bersabda, "Allah adalah dokter. Sedangkan engkau hanyalah teman dekat. Dokternyalah yang telah menciptakannya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان أبو رمثة طبيبًا، فرأى خاتم النبوة ظاهرًا ناتئًا بين كتفي النبي -صلى الله عليه وسلم-، فظنه سلعة تولدت من الفضلات أو مرضًا جلديًّا، فطلب من النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يعالجه، فرد المصطفى -صلى الله عليه وسلم- كلامه بأن «الله الطبيب» أي: هو المداوي الحقيقي بالدواء الشافي من الداء «بل أنت رجل رفيق» ترفق بالمريض وتتلطف به، وذلك لأن الطبيب هو العالم بحقيقة الدواء والداء، والقادر على الصحة والشفاء، وليس ذلك إلا الله.
Abu Ramṡah adalah seorang tabib/dokter. Ia melihat cap tanda kenabian tampak menonjol di antara kedua pundak Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sehingga ia mengiranya pembesaran kelenjar yang timbul dari kotoran atau karena sakit kulit. Lantas ia memohon kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar ia diperkenankan mengobatinya. Beliau menjawab ucapannya dengan mengatakan bahwa, "Allah adalah dokter." Yakni, Dia lah yang sebenarnya mengobati dengan obat yang menyembuhkan dari penyakit. "Sedangkan engkau hanyalah teman dekat." Engkau berlemah-lembut kepada orang sakit dan ramah kepadanya. Hal ini terjadi karena seorang dokter adalah pihak yang mengetahui hakekat obat dan penyakit, sedang yang mampu memberikan kesehatan dan kesembuhan, semua itu hanya layak bagi Allah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8303

 
Hadith   1409   الحديث
الأهمية: قصة موسى -عليه السلام- مع الخضر
Tema: Kisah Musa -'alaihis-salām- bersama Khiḍir

عن سعيد بن جُبير، قال: قلتُ لابن عباس: إنَّ نَوْفًا البَكالي يزعم أنَّ موسى ليس بموسى بني إسرائيل، إنما هو موسَى آخر؟ فقال: كذبَ عدوُّ الله، حدثنا أُبَي بن كعب عن النبي صلى الله عليه وسلم: «قام موسى النبيُّ خطيبًا في بني إسرائيل، فسُئل أيُّ الناس أعلم؟ فقال: أنا أعلم، فعتب الله عليه، إذ لم يَرُدَّ العلم إليه، فأوحى الله إليه: أنَّ عبدًا من عبادي بمَجْمَع البحرين، هو أعلم منك. قال: يا رب، وكيف به؟ فقيل له: احمل حوتًا في مِكْتَل، فإذا فقدتَه فهو ثَمَّ، فانطلق وانطلق بفتاه يُوشِع بن نُون، وحملا حوتًا في مِكْتَل، حتى كانا عند الصخرة وضعا رءوسهما وناما، فانسلَّ الحوتُ من المِكْتَل فاتخذ سبيله في البحر سَرَبًا، وكان لموسى وفتاه عَجَبًا، فانطلقا بقية ليلتهما ويومهما، فلما أصبح قال موسى لفتاه: آتنا غداءنا، لقد لَقِينا من سفرنا هذا نَصَبًا، ولم يجد موسى مسًّا من النَّصَب حتى جاوز المكان الذي أُمِر به، فقال له فتاه: أرأيتَ إذ أوينا إلى الصخرة فإني نسيتُ الحوتَ، وما أنسانيهُ إلا الشيطانُ. قال موسى: ذلك ما كنا نَبْغي فارتدَّا على آثارِهما قصصًا. فلما انتهيا إلى الصخرة، إذا رجل مُسَجًّى بثوب، أو قال تَسَجَّى بثوبه، فسلَّم موسى، فقال الخَضِر: وأنَّى بأرضك السلام؟ فقال: أنا موسى، فقال: موسى بني إسرائيل؟ قال: نعم، قال: هل أتَّبِعُك على أن تُعَلِّمَني مما عُلِّمْتَ رُشْدًا قال: إنَّك لن تستطيع معيَ صبرا، يا موسى إني على علم من علم الله علَّمَنيه لا تعلمه أنت، وأنت على علم علَّمَكَه لا أعلمه، قال: ستجدني إن شاء الله صابرا، ولا أعصي لك أمرا، فانطلقا يمشيان على ساحل البحر، ليس لهما سفينة، فمرَّت بهما سفينة، فكلَّموهم أن يحملوهما، فعرف الخَضِر فحملوهما بغير نَوْل، فجاء عصفور، فوقع على حرف السفينة، فنقر نقرة أو نقرتين في البحر، فقال الخضر: يا موسى ما نقص علمي وعلمك من علم الله إلا كنقرة هذا العصفور في البحر، فعَمَد الخضر إلى لوح من ألواح السفينة، فنزعه، فقال موسى: قوم حملونا بغير نَوْل عَمَدتَ إلى سفينتهم فخرقتها لتُغْرِق أهلها؟ قال: ألم أقل إنك لن تستطيع معي صبرا؟ قال: لا تؤاخذني بما نسيتُ ولا تُرْهِقْني من أمري عُسْرًا -فكانت الأولى من موسى نسياناً-، فانطلقا، فإذا غُلام يلعب مع الغِلمان، فأخذ الخَضِر برأسه من أعلاه فاقتلع رأسه بيده، فقال موسى: أقتلتَ نفسا زكِيَّة بغير نفس؟ قال: ألم أقل لك إنك لن تستطيع معي صبرا؟ -قال ابن عيينة: وهذا أوكد- فانطلقا، حتى إذا أتيا أهل قرية استَطْعما أهلَها، فأَبَوْا أن يُضَيِّفوهما، فوجدا فيها جدارًا يريد أن يَنْقَضَّ فأقامه، قال الخضر: بيده فأقامه، فقال له موسى: لو شئتَ لاتخذتَ عليه أجرا، قال: هذا فِراق بيني وبينك». قال النبي صلى الله عليه وسلم: «يرحمُ اللهُ موسى، لوَدِدْنا لو صبر حتى يُقَصَّ علينا من أمرهما».

Dari Sa'īd bin Jubair ia berkata, Aku berkata kepada Ibnu Abbas, "Sesungguhnya Nauf Al-Bakāli mengklaim bahwa Musa (yang bersama Khiḍir) bukanlah Musa (Nabi) Bani Israil, namun dia adalah Musa yang lain." Maka dia (Ibnu Abbas) berkata, "Musuh Allah itu berdusta." Ubay bin Ka'ab menceritakan kepadaku dari Nabi -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Suatu ketika Nabi Musa berkhutbah di hadapan Bani Israil, kemudian beliau ditanya, “Siapa orang yang paling berilmu?” Nabi Musa menjawab, “Akulah orang yang paling berilmu.” Allah lalu menegurnya karena ia tidak mengembalikan ilmu kepada-Nya ( ia tidak menjawab bahwa Allah-lah Yang Maha Mengetahui). Kemudian Allah berfirman kepada Nabi Musa, “Sesungguhnya di pertemuan dua laut sana ada hamba-Ku yang lebih berilmu daripada kamu.” Nabi Musa bertanya, “Ya Rabb, bagaimana aku bisa bertemu dengannya.” Allah berfirman, “Bawalah seekor ikan di dalam keranjang. Jika ikan itu lepas, di situlah hamba-Ku itu berada.” Kemudian Nabi Musa pergi dengan ditemani oleh pelayannya yang bernama Yūsya’ bin Nun dan keduanya membawa seekor ikan di dalam keranjang. Sesampainya di sebuah batu karang besar, mereka berdua berbaring dan tidur. Maka ikan yang mereka bawa itu lepas dari keranjang, kemudian melompat ke laut, dan hal ini membuat Nabi Musa dan pelayannya heran (setelah mengetahuinya). Keduanya kemudian melanjutkan perjalanan pada sisa malam yang masih ada hingga tiba pagi hari (tanpa menyadari hilangnya ikan tersebut). Ketika pagi harinya, Musa berkata kepada muridnya, “Bawalah kemari makanan kita, sungguh kita telah merasa letih karena perjalanan ini.” Musa tidaklah merasakan keletihan kecuali setelah melewati tempat yang diperintahkan untuk didatangi. Muridnya kemudian berkata kepadanya, “Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, aku lupa menceritakan tentang ikan itu, dan tidak ada yang membuatku lupa untuk mengingatnya kecuali setan.” Musa berkata, “Itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Ketika mereka sampai di batu besar itu, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menyelimuti dirinya dengan kain atau terselimuti dengan kain, lalu Musa memberi salam kepadanya. Kemudian Khiḍir berkata, “Bagaimana bisa ada salam di negerimu?” Musa berkata, “Aku Musa.” Khiḍir berkata, “Apakah Musa (Nabi) Bani Israil?” Ia menjawab, “Ya.” Musa berkata, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang telah diajarkan kepadamu sebagai petunjuk?” Khiḍir berkata, “Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku, wahai Musa! Sesungguhnya aku memiliki ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadaku yang engkau tidak mengetahuinya, demikian pula engkau memiliki ilmu yang Dia ajarkan kepadamu dan aku tidak mengetahuinya.” Musa berkata, “Engkau akan mendapatiku -insya Allah- sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan membangkang perintahmu.” Keduanya pun pergi berjalan di pinggir laut, sedang mereka berdua tidak memiliki perahu. Lalu ada sebuah perahu yang melintasi mereka berdua, maka keduanya berbicara dengan penumpangnya agar mengangkut mereka berdua dan ternyata diketahui (oleh para penumpangnya) bahwa yang meminta itu adalah Khiḍir, maka mereka pun mengangkut keduanya tanpa upah. Tiba-tiba ada seekor burung pipit yang turun ke tepi perahu kemudian mematuk sekali atau dua kali patukan ke laut. Khiḍir berkata, “Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu yang berasal dari Allah tidak lain seperti patukan burung ini ke laut (tidak ada apa-apanya di hadapan ilmu Allah), lalu Khiḍir mendatangi salah satu papan (dinding) perahu kemudian mencabutnya.” (Melihat keadaan itu) Musa berkata, “Mereka ini kaum yang telah membawa kita tanpa imbalan, namun engkau lubangi perahu mereka agar penumpangnya tenggelam?”. Khiḍir berkata, “Bukankah aku telah mengatakan bahwa engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku?.” Musa berkata, “Janganlah engkau hukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau bebankan aku perkara yang sulit!” Kejadian pertama ini terjadi karena Musa lupa. Lalu keduanya melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba ada seorang anak yang sedang bermain dengan anak-anak yang lain, kemudian Khiḍir memegang kepalanya dari atas, lalu mencopot kepala tersebut dengan tangannya. Musa berkata, “Apakah engkau membunuh satu jiwa yang bersih bukan karena ia membunuh orang lain?” Khiḍir berkata, “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu bahwa engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku?” [Ibnu 'Uyainah berkata, "Teguran Khiḍir (yang kedua ini) lebih tegas." Keduanya pun melanjutkan perjalanan sehingga ketika mereka sampai ke penduduk suatu kampung, keduanya meminta agar penduduk tersebut menjamu mereka, namun mereka tidak mau menjamu keduanya. Lalu keduanya mendapatkan rumah yang hampir roboh di kampung itu, maka Khiḍir menegakkannya, Khiḍir melakukannya dengan tangannya. Musa pun berkata, “Sekiranya engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu.” Maka Khiḍir berkata, “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu.” Nabi -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Semoga Allah merahmati Nabi Musa, kita benar-benar mengharapkan seandainya ia bisa bersabar agar bisa dikisahkan kepada kita semua perkara yang terjadi di antara mereka berdua."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يقول سعيد بن جُبير إنه أخبر ابن عباس أن رجلًا يُسمى نَوْفًا البَكالي زعم أنَّ موسى الذي كان مع الخضر ليس بموسى المرسَل لبني إسرائيل، إنما هو موسى آخر؟ فقال ابن عباس: (كذب عدوّ الله) وهذا خرج منه مخرج الزجر والتحذير لا القدح في نوف، لأن ابن عباس قال ذلك في حال غضبه وألفاظ الغضب تقع على غير الحقيقة غالبًا وتكذيبه له لكونه قال غير الواقع ولا يلزم منه تعمده.
ثم استدل على كذب نوف بأن أبي بن كعب حدثه عن النبي صلى الله عليه وسلم أن موسى قام خطيبًا في بني إسرائيل فسأله رجل: من أعلم الناس؟ فقال: أنا أعلم الناس. وهذا قاله موسى عليه السلام بحسب اعتقاده، فعاتبه الله عز وجل حيث لم يرد العلم إليه، ولم يقل: الله أعلم. فأوحى الله تعالى إليه أنه يوجد عبد من عبادي يسمى الخضر عند ملتقى البحرين هو أعلم منك فقال: يا رب، كيف الطريق إلى لقائه؟ فقال له: احمل حوتًا في وعاء من خوص فإذا فقدت الحوت، فستجد الخضر هناك فانطلق موسى بخادم له يُسمَّى يوشع بن نون، وحملا حوتًا في وعاء من خوص كما أمره الله به، حتى إذا كانا عند صخرة عند ساحل البحر وضعا رؤوسهما على الأرض وناما، فخرج الحوت من الوعاء، واتخذ طريقا إلى البحر وأمسك الله عن الحوت جرية الماء فصار عليه مثل الطاق، وكان إحياء الحوت وإمساك جرية الماء حتى صار مسلكًا بعد ذلك عجبًا لموسى وخادمه، فانطلقا بقية ليلتهما ويومهما فلما أصبح قال موسى لخادمه: آتنا غداءنا لقد تعبنا من سفرنا هذا، ولم يجد موسى عليه السلام تعبًا حتى جاوز المكان الذي أُمر به فأُلقي عليه الجوع والتعب، فقال له خادمه: إننا عندما كنا عند الصخرة فإني فقدت الحوت. فقال موسى: هذا الذي كنا نطلب لأنه علامة وجدان الخضر، فرجعا في الطريق الذي جاءا فيه يتبعان آثارهما اتباعًا، فلما أتيا إلى الصخرة إذا رجل مغطًّى كله بثوب، فسلم موسى عليه، فقال الخضر: (وأنَّى بأرضك السلام) أي: وهل بأرضي من سلام؟ وهو استفهام استبعاد، يدل على أن أهل تلك الأرض لم يكونوا إذ ذاك مسلمين.
فقال موسى للخضر: أنا موسى. فقال له الخضر: أنت موسى الذي أُرسل إلى بني اسرائيل؟ فقال موسى: نعم. وهذا يدل على أن الأنبياء ومن دونهم لا يعلمون من الغيب إلا ما علمهم الله تعالى، لأن الخضر لو كان يعلم كل غيب لعرف موسى قبل أن يسأله، وهذا محل الشاهد الذي لأجله ذكر ابن عباس الحديث، ثم قال له موسى: هل أتبعك على أن تعلمني من الذي علمك الله علمًا، ولا ينافي نبوّته وكونه صاحب شريعة أن يتعلم من غيره ما لم يكن شرطًا في أبواب الدين، فإن الرسول ينبغي أن يكون أعلم ممن أُرسل إليه فيما بُعث به من أصول الدين وفروعه لا مطلقًا. فأجابه الخضر بقوله: إنك لن تستطيع معي صبرًا؛ فإني أفعل أمورًا ظاهرها مناكير وباطنها لم تُحط به. ثم قال له: يا موسى إني على علم من علم الله علمنيه لا تعلمه أنت، وأنت على علم علمكه الله إياه لا أعلمه. فقال له موسى: ستجدني إن شاء الله صابرًا معك غير منكر عليك، ولن أعصي لك أمرًا. فانطلقا يمشيان على ساحل البحر ليس لهما سفينة، فمرت بهما سفينة فكلموا أصحاب السفينة أن يحملوهما فعرف أصحابُ السفينة الخضر فحملوهما بغير أُجرة، فجاء عصفور فوقف على حرف السفينة فنقر نقرة أو نقرتين في البحر، فقال الخضر: يا موسى ما نقص علمي وعلمك من علم الله إلا كنقرة هذا العصفور في البحر. فقصد الخضر إلى لوح من ألواح السفينة فنزعه بفأس فانخرقت السفينة ودخل الماء، فقال له موسى عليه السلام: هؤلاء قوم حملونا بغير أجر قصدت إلى سفينتهم فخرقتها لتُغرق أهلها. قال الخضر مذكِّرًا له بما قال له من قبل: ألم أقل إنك لن تستطيع معي صبرًا. قال موسى: لا تؤاخذني بنسياني ولا تضيق عليَّ، فإن ذلك يُعَسِّر علي متابعتك. فكانت المسألة الأولى من موسى عليه السلام نسيانًا.
فانطلقا بعد خروجهما من السفينة، فإذا هم بغلام يلعب مع الغلمان فأخذ الخضر برأس الغلام فاقتلع رأسه بيده، فقال موسى للخضر عليه السلام: أقتلت نفسًا طاهرة من الذنوب، لم نرها أذنبت ذنبًا يقتضي قتلها، أو قتلت نفسًا فتُقتل به. فقال الخضر لموسى عليهما السلام: ألم أقل لك إنك لن تستطيع معي صبرًا. بزيادة «لك» في هذه المرة زيادة في العتاب، ولذلك قال سفيان بن عيينة أحد رواة الحديث: وهذا أوكد. واستدل عليه بزيادة «لك» في هذه المرة. فانطلقا حتى مرَّا بأهل قرية فطلبا منهم الطعام فامتنعوا أن يضيفوهما، ولم يجدوا في تلك القرية ضيافة ولا مأوى، فوجدا فيها جدارًا قد أوشك على السقوط والانهيار فأشار الخضر بيده فأقامه، فقال موسى للخضر: لو شئت لأخذت عليه أجرًا فيكون لنا عونا على سفرنا. فقال الخضر لموسى عليه السلام: هذا الاعتراض الثالث سبب للفراق بيني وبينك. قال النبي صلى الله عليه وسلم: يرحم الله موسى لقد أحببنا وتمنينا أن لو صبر حتى نستزيد مما دار بينهما من العلم والحكمة.
Sa'īd bin Jubair berkata bahwa dia memberitahu Ibnu Abbas bahwa seseorang bernama Nauf Al-Bakāli mengklaim bahwa Musa yang bersama Khiḍir bukanlah Musa yang diutus kepada Bani Israil, namun dia adalah Musa yang lain. Maka Ibnu Abbas berkata, “Musuh Allah telah berdusta.” Ucapan ini beliau ucapkan sebagai teguran keras dan peringatan, bukan celaan terhadap Nauf karena Ibnu Abbas mengatakan hal itu dalam keadaan marah, dan kebanyakan ungkapan kemarahan itu terlontar bukan sesuai makna hakikinya, adapun penyematan kata dusta kepadanya dikarenakan ia mengatakan sesuatu yang menyelisihi fakta serta hal itu tidak berarti ia sengaja berdusta.
Kemudian Ibnu Abbas berdalil atas kedustaan Nauf bahwa Ubay bin Ka’ab telah menceritakan dari Nabi -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- bahwa Musa berdiri menyampaikan khutbah di hadapan Bani Israil, lalu seseorang bertanya kepadanya, “Siapa manusia yang paling berilmu?” Musa menjawab, “Aku manusia yang paling berilmu.” Ini diucapkan oleh Musa -‘alaihis-salām- sesuai dengan keyakinannya, maka Allah -‘Azzā wa Jallā- menegurnya karena tidak mengembalikan ilmu kepada-Nya dan tidak mengatakan, “Allah Yang Maha Mengetahui.” Lantas Allah -Ta’ālā- mewahyukan kepadanya bahwa ada seorang hamba di antara hamba-hamba-Ku yang bernama Khiḍir di tempat pertemuan dua lautan, dia lebih berilmu darimu. Musa pun berkata, “Wahai Rabb, bagaimanakah cara untuk menemuinya?” Allah berkata kepadanya, “Bawalah seekor ikan di dalam keranjang, jika ikan itu lepas maka engkau akan menemukan Khiḍir di sana. Lalu Musa berangkat bersama seorang pembantunya yang bernama Yūsya’ bin Nūn dan mereka membawa seekor ikan di dalam keranjang sebagaimana yang Allah perintahkan. Hingga ketika mereka berada di sebuah batu besar di pesisir pantai, mereka berdua merebahkan kepala mereka di atas tanah dan tertidur. Lalu ikan itu keluar dari dalam keranjang dan mengambil jalan (melompat) ke laut, lalu Allah menahan aliran air pada tempat lewatnya ikan itu sehingga menjadi seperti jalan (menyerupai jembatan). Dihidupkannya ikan itu dan ditahannya aliran air tersebut hingga menjadi sebuah jalan, membuat takjub Musa dan pembantunya (setelah mereka menyadarinya suatu saat nanti.) Lalu mereka melanjutkan sisa perjalanan mereka sehari semalam. Tatkala pagi menjelang, Musa berkata kepada pembantunya, “Bawakanlah makanan kita, sungguh kita capek dengan perjalanan ini. Musa -‘alaihis-salām- tidak merasakan lelah hingga dia melewati tempat yang diperintahkan kepadanya, maka ia pun merasa lapar dan letih. Lalu pembantunya berkata kepadanya, “Sesungguhnya ketika kita berada di batu besar tadi aku telah kehilangan ikan itu.” Lantas Musa berkata, “Itulah tempat yang kita cari karena itu adalah tanda keberadaan Khiḍir. Lalu keduanya kembali ke jalan yang mereka datangi sebelumnya sambil mengikuti jejak mereka berdua. Tatkala mereka tiba di batu besar itu tiba-tiba terdapat seorang laki-laki yang menyelimuti dirinya dengan pakaian/kain, lalu Musa mengucapkan salam kepadanya, maka Khiḍir berkata, “Bagaimana bisa ada salam di negerimu?” yakni apakah di negeriku ini ada ucapan salam? Ini adalah kata tanya yang bermakna ‘istib’ād (penafian) yang menunjukkan bahwa penduduk negeri tersebut belum ada pada saat itu yang beragama Islam. Lalu Musa berkata kepada Khiḍir, “Saya adalah Musa.” Maka Khiḍir berkata kepadanya, “Engkau Musa yang diutus kepada Bani Israil?” Musa pun menjawab, “Iya.” Ini menunjukkan bahwa para Nabi dan orang-orang selain mereka tidak mengetahui perkara gaib kecuali apa yang Allah -Ta’ālā- ajarkan kepada mereka, karena seandainya Khiḍir mengetahui setiap perkara gaib pasti dia akan mengenal Musa sebelum menanyakannya. Inilah syāhid (poin pendalilan) yang karenanya Ibnu Abbas menyebutkan hadis ini. Kemudian Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang telah diajarkan Allah kepadamu?” Hal ini tentunya tidak menafikan derajat kenabiannya dan keadaannya sebagai pembawa syariat untuk belajar dari selain dirinya selagi itu bukan merupakan syarat (pokok ajaran) di dalam bab-bab agama karena sesungguhnya Rasul seyogyanya lebih berilmu daripada orang yang ia diutus kepadanya dalam perkara risalahnya berupa pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya, bukan dalam seluruh perkara secara mutlak. Lalu Khiḍir menjawab dengan ucapannya, “Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku karena sebenarnya aku akan melakukan perkara-perkara yang tampaknya kemungkaran namun hakekatnya engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu.” Kemudian ia berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya aku memiliki ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadaku yang engkau tidak mengetahuinya, demikian pula engkau memiliki ilmu yang Dia ajarkan kepadamu dan aku tidak mengetahuinya.” Maka Musa berkata kepadanya, “Engkau akan mendapatiku -insya Allah- sebagai orang yang sabar bersamamu, tidak akan mengingkarimu dan aku tidak akan pernah mendurhakai perintahmu.” Keduanya pun pergi berjalan di pinggir laut, sedang mereka berdua tidak memiliki perahu, lalu ada sebuah perahu yang melintasi mereka berdua, maka keduanya berbicara dengan para pemilik perahu itu agar mengangkut mereka berdua dan ternyata para pemilik perahu itu tahu bahwa yang meminta itu adalah Khiḍir, maka mereka pun mengangkut keduanya tanpa upah. Tiba-tiba ada seekor burung pipit lalu hinggap di tepi perahu kemudian mematuk sekali atau dua kali patukan ke laut. Lalu Khiḍir berkata, “Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu yang berasal dari Allah tidak lain seperti patukan burung ini ke laut (tidak ada apa-apanya di hadapan ilmu Allah). Lalu Khiḍir mendatangi papan di antara papan-papan perahu kemudian mencabutnya dengan kapak hingga perahu itu berlubang dan air pun masuk. Lantas Musa -‘alaihis-salām- berkata kepadanya, “Mereka adalah orang-orang yang telah membawa kita tanpa meminta upah, namun engkau malah melubangi perahunya agar penumpangnya tenggelam!” Khiḍir berkata memperingatkannya dengan apa yang ia katakan sebelumnya, “Bukankah aku telah mengatakan bahwa engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku?” Musa berkata, “Janganlah engkau hukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau bebankan padaku perkara yang sulit, karena hal tersebut mempersulitku untuk mengikutimu!” Untuk masalah yang pertama ini, sebabnya adalah karena Musa -‘alaihis-salām- lupa.
Selanjutnya keduanya pun melanjutkan perjalanan setelah keluar dari perahu itu, tiba-tiba ada seorang anak yang sedang bermain dengan anak-anak yang lain, kemudian Khiḍir memegang kepala anak itu, lalu ia menarik kepalanya dengan tangannya (mencekiknya). Maka Musa pun berkata kepada Khiḍir -‘alaihis-salām-, “Apakah engkau membunuh satu jiwa yang suci dari dosa-dosa, kita tidak pernah melihatnya melakukan satu dosa yang menyebabkan ia harus dibunuh atau ia membunuh orang lain sehingga ia pun harus dibunuh?!” Khiḍir berkata kepada Musa -‘alaihis-salām-, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku?” Pada lafal teguran kali ini ada tambahan kata “la-ka (kepadamu)” sebagai tambahan penegasan dalam teguran. Oleh karena itu Sufyan bin 'Uyainah yaitu salah satu perawi hadis ini berkata, “Ini (teguran kedua Khiḍir) lebih tegas.” Ia berdalil dengan tambahan kata "la-ka" pada lafal teguran kedua ini. Keduanya pun melanjutkan perjalanan sehingga ketika mereka sampai ke penduduk suatu kampung, keduanya meminta kepada mereka makanan, namun mereka menolak untuk menjamu keduanya, sehingga mereka tidak mendapatkan jamuan di kampung itu dan tidak pula mendapati tempat menginap. Lalu keduanya menemukan rumah yang hampir roboh di kampung tersebut, maka Khiḍir mengisyaratkan dengan tangannya lalu menegakkannya. Musa pun berkata kepada Khiḍir, “Sekiranya engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu sehingga bisa menjadi bekal buat perjalanan kita.” Maka Khiḍir berkata kepada Musa -‘alaihis-salām-, “Interupsi ketiga ini menjadi sebab perpisahan antara aku dan engkau.” Nabi -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- lalu bersabda, “Semoga Allah merahmati Musa, sungguh kita benar-benar berkeinginan dan berharap seandainya ia bisa bersabar sehingga kita dapat menambah pengetahuan tentang ilmu dan hikmah yang terjadi di antara mereka berdua.”

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8304

 
Hadith   1410   الحديث
الأهمية: إن الشيطان قال: وعزتك يا رب، لا أبرح أغوي عبادك ما دامت أرواحهم في أجسادهم، قال الرب: وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما استغفروني
Tema: Sesungguhnya setan berkata, "Demi kemuliaan-Mu wahai Tuhanku, aku tidak akan pernah berhenti menyesatkan hamba-hamba-Mu selama nyawa mereka berada di tubuhnya." Allah berfirman, "Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan henti-hentinya memaafkan mereka, selama mereka memohon ampun kepadaku."

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إنَّ الشيطانَ قال: وعِزَّتِك يا رب، لا أَبرحُ أُغوي عبادَك ما دامت أرواحُهم في أجسادهم، قال الربُّ: وعِزَّتي وجَلالي لا أزال أغفرُ لهم ما استغفروني».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū',"Sesungguhnya setan berkata, "Demi kemuliaan-Mu wahai Tuhanku, aku tidak akan pernah berhenti menyesatkan hamba-hamba-Mu selama nyawa mereka berada di tubuhnya." Allah berfirman, "Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan henti-hentinya memaafkan mereka, selama mereka memohon ampun kepadaku."
Tema: «إن الشيطان قال: وعزتك يا رب، لا أبرح أغوي عبادك ما دامت أرواحهم في أجسادهم» أي: أقسم الشيطان بعزة الله أنه لا يزال يضل العباد طيلة حياتهم «قال الرب: وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما استغفروني» أي: فقال الرب عز وجل ردًّا عليه: وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما داموا يطلبون مني مغفرة ذنوبهم.,«إن الشيطان قال: وعزتك يا رب، لا أبرح أغوي عبادك ما دامت أرواحهم في أجسادهم» أي: أقسم الشيطان بعزة الله أنه لا يزال يضل العباد طيلة حياتهم «قال الرب: وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما استغفروني» أي: فقال الرب عز وجل ردًّا عليه: وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما داموا يطلبون مني مغفرة ذنوبهم.

Sesungguhnya setan berkata, "Demi kemuliaan-Mu wahai Tuhanku, aku tidak akan pernah berhenti menyesatkan hamba-hamba-Mu selama nyawa mereka berada di tubuhnya." Yakni, setan bersumpah bahwa dengan kemuliaan Allah, dia tidak henti-hentinya akan menyesatkan para hamba selama mereka hidup. "Tuhan berfirman, "Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan henti-hentinya memaafkan mereka, selama mereka memohon ampunan kepadaku." Yakni, Allah -'Azza wa Jalla- berfirman menjawab ucapan setan, "Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan berhenti mengampuni mereka selama mereka meminta ampunan kepada-Ku untuk dosa-dosa mereka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8305

 
Hadith   1411   الحديث
الأهمية: إنه يخرج من ضئضئ هذا قوم يتلون كتاب الله رطبا، لا يجاوز حناجرهم، يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية
Tema: Sesungguhnya dari keturunan orang ini akan muncul suatu kaum yang membaca kitabullah, tetapi bacaannya tidak melewati tenggorokannya, mereka keluar dari agama sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- قال: بعَث عليُّ بن أبي طالب -رضي الله عنه- إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- مِن اليَمَن بذُهَيْبة في أدِيمٍ مَقْرُوظ، لم تُحَصَّل من تُرَابِها، قال: فقَسَّمها بين أَربعَة نَفَر، بين عُيَيْنة بن بدر، وأقْرَع بنِ حَابِس، وزَيدِ الخَيل، والرابع: إِمَّا عَلقَمَة وإمَّا عَامِر بنُ الطُّفَيل، فقال رجل مِن أَصحَابه: كُنَّا نحْن أحق بهذا من هؤلاء، قال: فبلغ ذلك النبيَّ -صلَّى الله عليه وسلم- فقال: «ألا تَأْمَنُونِي وأنا أمينُ مَن في السَّماءِ، يَأْتِينِي خبرُ السماءِ صباحًا ومساءً»، قال: فقام رجلٌ غائِرُ العَيْنَيْنِ، مُشْرفُ الوَجْنَتين، ناشِزُ الجَبْهة، كَثُّ اللِّحيَة، مَحْلُوقُ الرَّأس، مُشَمَّر الإزار، فقال يا رسولَ الله اتَّق الله، قال: «وَيْلَك، أَوَلَسْتُ أحقَّ أهلِ الأرض أن يتَّقِيَ الله» قال: ثم ولَّى الرَّجلُ، قال خالد بن الوليد: يا رسول الله، ألا أضرِبُ عُنُقَه؟ قال: «لا، لَعَلَّه أنْ يكون يُصَلِّي» فقال خالد: وكَم مِن مُصَلٍّ يقول بلسانِه ما ليس في قلبِه، قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إني لم أومَرْ أنْ أُنَقِّبَ عن قلوب الناس ولا أَشُقَّ بطونَهم» قال: ثم نظر إليه وهو مُقْفٍ، فقال: «إنه يخرج من ضِئضِئ هذا قومٌ يتلونَ كتابَ اللهِ رَطْبًا، لا يُجَاوِز حَنَاجِرَهم، يَمْرُقون من الدِّين كما يَمْرُق السَّهْمُ مِن الرَّمِيَّة»، وأظنه قال: «لئن أدركتُهم لأَقْتُلَنَّهُم قَتْلَ ثمودَ».

Dari Abu Sa'īd Al Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, “Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu- mengirimkan sebatang emas yang belum dibersihkan dari tanah (masih bercampur) kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lalu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membagikannya kepada empat orang: 'Uyainah bin Badr, Aqra' bin Ḥābis, Zaid Al Khail, dan yang keempat adalah 'Alqamah atau 'Āmir bin Ṭufail. Melihat hal itu, salah seorang sahabat berkata, “Kami lebih berhak atas emas tersebut daripada orang-orang ini”. Perawai mengatakan, ketika kabar itu didengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, “Tidakkah kalian mempercayaiku padahal aku adalah orang yang dipercaya oleh Żat yang di langit (Allah)? Aku menerima kabar dari langit pagi dan sore hari.” Dia (perawi) berkata, Tiba-tiba seorang laki-laki dengan mata cekung, tulang pipi cembung, dahi menonjol, berjenggot tebal, berkepala gundul dan mengangkat kain sarungnya berkata, “Ya Rasulullah! Bertakwalah (takutlah) kepada Allah.” Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Celaka kamu, bukankah aku adalah orang yang paling berhak untuk takut kepada Allah?” Dia (perawi) berkata, Lalu orang itu beranjak dari tempat duduknya. Khālid bin Walīd berkata, “Ya Rasulullah! Izinkan aku menebas lehernya.” Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Jangan, bisa jadi ia mengerjakan salat.” Khalid berkata, “Berapa banyak orang yang salat akan tetapi perkataan lisannya tidak sesuai dengan hatinya.” Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Aku tidak diperintah untuk menyelidiki hati manusia atau mengorek isi perutnya”. Dia (perawi) berkata, Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat kepada orang itu ketika ia pergi, lalu bersabda, “Sesungguhnya dari keturunan orang ini akan muncul suatu kaum yang membaca kitabullah, tetapi bacaannya tidak melewati tenggorokannya, mereka keluar dari agama sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.” Aku kira Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- juga bersabda, “Seandainya aku bertemu dengan mereka niscaya aku akan membunuh mereka sebagaimana bangsa Ṡamūd dibinasakan."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أرسل النبي -صلى الله عليه وسلم- علي بن أبي طالب إلى اليمن، يدعو إلى الله -تعالى- ويقبض الزكاة من أصحابها، ويقضي في المنازعات، وكان ذلك قبل حجة الوداع، ثم إن علياً رجع من اليمن، وقابل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- بمكة، في حجة الوداع، وكان قد أرسل بقطعة من الذهب لم تخلص من ترابها، فليست ذهباً خالصاً؛ لأنها مختلطة بالتراب، فقسمها رسول الله -صلى الله عليه وسلم- بين هؤلاء الأربعة المذكورين رجاء إسلامهم، وكانوا رؤساء قبائلهم، فإذا أسلموا أسلم تبعاً لهم خلق كثير، ولهذا أعطاهم النبي -صلى الله عليه وسلم- المال ترغيباً لهم في الإسلام، وتأليفاً لقلوبهم عليه، ومن كان منهم مسلمًا فيعطى لتقوية إيمانه وتثبيته، وكانت هذه القطعة الذهبية من الخمس، واستبعد أهل العلم أن تكون من أصل الغنيمة، ويمكن أن تكون زكاة.
فلما أعطى النبي -صلى الله عليه وسلم- هؤلاء الأربعة المذكورين قام رجل من المسلمين، فقال: كنا نحن أحق أن نُعطى من هذا المال من هؤلاء الأربعة؟ فعلم النبي -صلى الله عليه وسلم- بذلك فقال: «ألا تأمنوني وأنا أمينُ مَن في السماءِ، يأتيني خبرُ السماءِ صباحًا ومساءً» أي: يأمنني الله -تعالى- على الرسالة التي أرسلني بها إلى الأرض، ولا تأمنني أنت أيها المعترض، ومَن على شاكلتك ممن ضل طريق الرشد، لا تأمنوني على حُطام الدنيا أن أضعه حيث يجب أن يوضع، على وفق أمر الله -تعالى-، وقوله: «مَن في السماءِ» من أدلة علو الله -تعالى- على خلقه، ومعناه: الله الذي في السماء، و"في" هنا بمعنى "على" لأن العرب قد تضع "في" بموضع "على" قال الله -تعالى-: {فسيحوا في الأرض}، وقال: {ولأصلبنكم في جذوع النخل} ومعناه: على الأرض، وعلى جذوع النخل، فكذلك قوله: «في السماء» أي: على العرش، فوق السماء، وهذا الحديث مثل قول الله -تعالى-: {أَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاء أَن يَخْسِفَ بِكُمُ الأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ {16} أَمْ أَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاء أَن يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ً}.
وبينما هم كذلك قام رجل من صفته أن عينيه داخلتين في محاجرهما لاصقتين بقعر الحدقة، وعظما خديه بارزان، مرتفع الجبهة، ضخم اللحية، رأسه محلوق، ثوبه مرتفع أعلى من الكعبين، فقال للنبي -صلى الله عليه وسلم-: اتق الله، فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: «وَيْلَك، أَوَلَسْتُ أحقَّ أهل الأرض أن يتقيَ الله» يعني: أنه -صلى الله عليه وسلم- هو أحق الناس وأولاهم بطاعة الله -تعالى- وتقواه، ومن الضلال المبين أن يتصور الإنسان الطاعة معصية، فهذا الرجل المعترض تصور أن فعل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- معصية، وأنه من الظلم، فنصب نفسه آمراً بتقوى الله، فقال للرسول -صلى الله عليه وسلم-: «اتق الله» مع أن فعل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- هو التقوى، ومن أعظم الطاعات، فهو يعطي لله، ولنصر دينه، وهداية عباده.
فلما ذهب الرجلُ، قال خالد بن الوليد: يا رسول الله، دعني أقتله؟ فقال -صلى الله عليه وسلم-: «لا، لعلَّه أنْ يكون يصلي» فقال خالد: وكم مِن مُصَلٍّ يقول بلسانِه ما ليس في قلبِه، قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إني لم أومَرْ أنْ أُنَقِّبَ عن قلوب الناس ولا أَشُقَّ بطونَهم» أي: إنما أعامل الناس بما ظهر منهم، وأترك بواطنهم لله هو أعلم بها، فيحاسبهم عليها سبحانه، وفي رواية أن القائل عمر بن الخطاب -رضي الله عنه-.
ثم نظر النبي -صلى الله عليه وسلم- لهذا    الرجل وهو ذاهب فقال: «إنه يخرج من ضِئضِئ هذا قومٌ يتلونَ كتابَ اللهِ رَطْبًا، لا يجاوز حناجرَهم، يَمْرُقون من الدين كما يَمْرُق السَّهْمُ مِن الرَّمِيَّة، لئن أدركتُهم لأقتلنَّهم قَتْلَ ثمودَ» والمقصود: الإخبار بأنه يأتي من جنس هذا الرجل الضال، قوم يسلكون مسلكه، يقرؤون القرآن سهلًا لكثرة قراءتهم وحفظهم له، ولكن لا يصل إلى قلوبهم، فهم لا يفهمونه على ما أريد، بل يضعونه في غير موضعه؛ لأنهم ضالون وجاهلون، ولهذا يخرجون من الإسلام بسرعة وسهولة، غير متأثرين به، كأنهم لم يدخلوه، وهذا يدل على أنهم دخلوا في الإسلام، ولكن لم يتمكن الإيمان في قلوبهم، ولم يفهموه على وجهه، ولهذا صار من أوصافهم: أنهم يقتلون أهل الإسلام، ويدعون الكفار عباد الأوثان، ومن أجل ذلك قال -صلى الله عليه وسلم-: «لئن أدركتهم، لأقتلنهم قتل ثمود» أي: لأقتلنهم القتل الشديد القوي، فلا أبقي منهم أحداً.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengutus Ali bin Abi Ṭālib ke Yaman untuk mengajak (manusia) kepada Allah -Ta'ālā-, mengambil zakat dari mereka yang berkewajiban untuk membayarnya serta memutuskan dalam berbagai perselisihan. Ini terjadi sebelum haji wadak, lalu Ali kembali dari Yaman dan menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di Makkah pada waktu haji wadak. Dan sebelumnya dia pernah mengirim sebatang emas yang belum dibersihkan dari tanahnya, batangan emas tersebut bukan emas murni; karena ia masih bercampur dengan tanah. Kemudian Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membagikannya kepada empat orang yang diharapkan keislamannya. Mereka semua adalah pemuka kaumnya masing-masing. Jika mereka masuk Islam, maka akan banyak orang masuk Islam mengikuti mereka. Oleh karena itulah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberi mereka harta tersebut agar mendorong mereka memeluk Islam, serta untuk meluluhkan hati mereka. Dan bagi yang telah masuk Islam sebelumnya, maka ia diberi harta tersebut untuk menguatkan dan meneguhkan keimanannya. Batangan emas tersebut adalah bagian dari seperlima (hak Allah dan Rasul-Nya), dan para ulama tidak memasukkannya bagian dari pokok harta ganimah, dan bisa jadi itu adalah harta zakat. Tatkala Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberikan harta tersebut kepada empat orang tadi, berdirilah seorang lelaki dari kaum Muslimin lalu berkata, “Kami lebih berhak untuk mendapatkan harta tersebut daripada mereka? Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun mengetahui hal itu lalu bersabda, “Tidakkah kalian mempercayaiku padahal aku adalah orang yang dipercaya oleh Żat yang di langit (Allah)? Aku menerima kabar dari langit pagi dan sore hari.” Maksudnya adalah bahwa Allah -Ta'ālā- mempercayaiku membawa risalah untuk penduduk bumi, dan kamu tidak mempercayaiku wahai penentang keputusan dan orang-orang yang serupa denganmu dari kalangan mereka yang tersesat dari jalan petunjuk? Engkau tidak mempercayaiku atas barang dunia untuk diletakkan di tempat yang semestinya dengan perintah Allah -Ta'ālā-. Sabda beliau, (من في السماء) adalah dalil yang menunjukkan ketinggian Allah -Ta'ālā- atas seluruh makhluk-Nya. Maknanya adalah Allah yang berada di atas langit. Dan (في) maknanya adalah (على) “di atas”, karena orang-orang Arab terkadang menggunakan kata (في) untuk menunjukkan makna (على) “di atas”. Allah -Ta'ālā- berfirman, (فسيحوا في الأرض) “maka berjalanlah kamu di muka bumi”, dan firman-Nya, (ولأصلّبنّكم في جذوع النخل) “dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian di batang pohon kurma”. Maknanya adalah “di atas bumi” dan “di atas batang pohon kurma”. Demikian juga dengan sabda beliau: (في السماء) maknanya adalah “di atas 'Arsy”, di atas langit. Hadis ini seperti firman Allah -Ta'ālā-, (أأمنتم من في السماء أن يخسف بكم الأرض فإذا هي تمور (16) أم أمنتم من في السماء أن يرسل عليكم حاصبا) “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang berada di atas langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?. Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang berada di atas langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, berdirilah seorang laki-laki yang di antara ciri-cirinya adalah bermata cekung, tulang pipi cembung, dahi menonjol, berjanggut tebal, berkepala gundul dan bajunya di atas kedua mata kaki, kemudian berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, “Bertakwalah kepada Allah!” Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Celaka kamu, bukankah aku adalah orang yang paling berhak di muka bumi ini untuk bertakwa (takut) kepada Allah?” Maksudnya adalah bahwa beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah orang yang paling berhak dan paling utama dalam ketaatan dan ketakwaannya kepada Allah -Ta'ālā-. Dan termasuk kesesatan yang sangat nyata ketika seseorang menganggap suatu ketaatan sebagai sebuah kemaksiatan. Lelaki yang menentang keputusan tersebut menganggap bahwa apa yang diperbuat oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah kemaksiatan dan kezaliman, sehingga dia menampakkan dirinya sebagai orang yang menyuruh untuk bertakwa kepada Allah, dia berkata kepada Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, “Bertakwalah kepada Allah”, padahal apa yang diperbuat oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah ketakwaan dan ketaatan yang paling besar. Beliau memberi karena Allah, untuk menolong agama-Nya dan memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya. Tatkala lelaki tersebut telah pergi, Khālid bin Walīd berkata, “Ya Rasulullah, biarkan saya membunuhnya?”. Beliau menjawab, “Jangan, bisa jadi ia mengerjakan salat”. Lalu Khalid berkata, “Berapa banyak orang yang salat berkata dengan lisannya yang tidak sesuai dengan hatinya.” Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Aku tidak diperintah untuk menyelidiki hati seseorang atau mengetahui isi perutnya”. Maksudnya adalah: Aku memperlakukan orang sesuai dengan apa yang tampak dari mereka dan aku menyerahkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka kepada Allah yang Maha Mengetahui hal tersebut, kelak Dia -Subḥānahu wa Ta'ālā- akan menghisabnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa orang yang berkata itu adalah Umar bin Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu-. Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat kepada lelaki tadi ketika ia beranjak pergi lalu bersabda, “Sesungguhnya dari keturunan orang ini akan muncul suatu kaum yang membaca kitabullah, tetapi bacaannya tidak melewati tenggorokannya, mereka keluar dari agama sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya. Seandainya aku bertemu dengan mereka niscaya aku akan membunuh mereka sebagaimana bangsa Ṡamūd dibinasakan. Maksudnya adalah pemberitahuan bahwa nanti akan ada golongan manusia seperti lelaki yang tersesat tersebut, golongan yang menapaki jalannya, mereka membaca Alquran dengan mudah karena seringnya mereka membaca dan banyaknya hafalan mereka, tetapi semua itu tidak sampai ke hati mereka. Mereka tidak memahaminya sesuai dengan yang seharusnya, tetapi mereka menempatkannya bukan pada tempatnya; karena mereka itu adalah orang-orang yang tersesat dan tidak memiliki pengetahuan. Oleh karena itu, mereka keluar dari Islam dengan cepat dan mudah, tidak merasa tersentuh olehnya (Islam), seakan-akan mereka belum pernah memeluknya. Ini menunjukkan bahwa mereka itu telah masuk Islam, namun keimanan tidak tertanam di dalam hati mereka serta tidak memahaminya secara benar. Oleh karena itu, di antara karakteristik mereka adalah mereka selalu membunuh orang-orang Islam dan membiarkan orang-orang kafir penyembah berhala. Karena itulah beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Seandainya aku bertemu dengan mereka niscaya aku akan membunuh mereka sebagaimana bangsa Ṡamūd dibinasakan”. Maksudnya adalah aku benar-benar akan membunuh mereka dengan sangat dahsyat hingga tidak aku tinggalkan satu orangpun dari mereka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8307

 
Hadith   1412   الحديث
الأهمية: اتق الله، وأمسك عليك زوجك
Tema: Bertakwalah kepada Allah dan pertahankanlah terus istrimu!

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: جاء زيدُ بنُ حارثة يشكو، فجعل النبيُّ -صلى الله عليه وسلم- يقول: «اتَّقِ اللهَ، وأمسِكْ عليك زوجَك»، قال أنس: لو كان رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- كاتمًا شيئًا لكتم هذه، قال: فكانت زينبُ تَفْخرُ على أزواج النبي -صلى الله عليه وسلم- تقول: زوَّجَكنَّ أهاليكنَّ، وزوَّجني اللهُ -تعالى- من فوق سبع سموات، وعن ثابت: {وتُخفي في نفسِك ما اللهُ مُبْدِيهِ وتخشى الناسَ} [الأحزاب: 37]، «نزلت في شأن زينبَ وزيد بن حارثة».

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Zaid bin Ḥāriṡah datang untuk mengadu. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bertakwalah kepada Allah dan pertahankanlah terus istrimu!" Anas berkata, "Seandainya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hendak menyembunyikan sesuatu (dari wahyu), pasti beliau akan menyembunyikan hal ini. Ia berkata, "Zainab membanggakan diri kepada para istri Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang lain dengan berkata, "Kalian dinikahkan oleh wali-wali kalian dan aku dinikahkan oleh Allah -Ta'ālā- dari atas tujuh lapis langit." Dari Tsabit, "sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan ditampakkan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia. (QS. Al-Aḥzāb: 37), "Ayat ini turun mengenai kasus Zainab dan Zaid bin Ḥāriṡah."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
جاء زيد بن حارثة رضي الله عنه إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم يشكو زوجه زينب بنت جحش رضي الله عنها ويستشيره في طلاقها؛ وقد أوحى الله تعالى إلى رسوله بأنه سوف يتزوج زينب، أوحى الله بذلك إليه قبل أن يطلقها زيد، فلما جاء يشكوها إليه، ويستشيره في طلاقها، قال له: «اتق الله يا زيد، وأمسك عليك زوجك» فعاتبه الله تعالى بقوله: {وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِي أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللَّهَ وَتُخْفِي فِي نَفْسِكَ مَا اللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى النَّاسَ وَاللَّهُ أَحَقُّ أَن تَخْشَاهُ فَلَمَّا قَضَى زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا} الآية.
والذي كان صلى الله عليه وسلم يخفيه، هو كراهيته لزواجها؛ خوفاً من كلام الناس أنه تزوج زوجة ابنه بالتبني
قوله: «قال أنس: لو كان رسول الله صلى الله عليه وسلم كاتما شيئا لكتم هذه» أي: لو قُدِّر على سبيل الفرض الممتنع شرعا كتم شيء من الوحي، لكان في هذه الآية، ولكنه غير واقع بل ممتنع شرعا. وهذه الآية من أعظم الأدلة لمن تأملها على صدق الرسول صلى الله عليه وسلم، فالله    تعالى يخبر عما وقع في نفسه من خشية الناس، فبلَّغه كما قال الله تعالى مع ما تضمنه من لومه، بخلاف حال الكذاب، فإنه يتجنب كل ما يمكن أن يكون فيه عليه غضاضة، ومثل ذلك قوله تعالى: {عَبَسَ وَتَوَلَّى} إلى آخر الآيات ونظائرها في القرآن.
وقوله: «فكانت زينب تفخر على أزواج النبي صلى الله عليه وسلم» فزينب رضي الله عنها تعتد بأن زواجها برسول الله صلى الله عليه وسلم كان بأمر الله له بذلك، وأنه من أعظم فضائلها، وأنه لا يساويها في ذلك من أزواجه أحد، فكانت تقول: «زوجكن أهاليكن، وزوجني الله تعالى من فوق سبع سماوات»
وهذا القدر من الحديث فيه ثبوت علو الله تعالى وتقرُّره لدى المؤمنين، فهو أمر مسلَّم به بين عموم المسلمين، بل بين عموم الخلق إلا من غُيِّرت فطرته، فهو من الصفات المعلومة بالسمع، والعقل، والفطرة، عند كل من لم تنحرف فطرته. ومعنى قولها: «وزوجني الله» أي: أمر رسوله بأن يتزوجها بقوله تعالى: {فَلَمَّا قَضَى زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًا} وتولى تعالى عقد زواجها عليه.
Zaid bin Ḥāriṡah -raḍiyallāhu 'anhu- datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengadukan istrinya, Zainab binti Jaḥsy --raḍiyallāhu 'anhā- dan berkonsultasi dengan beliau untuk menceraikannya. Sementara itu Allah -Ta'ālā- telah mewahyukan kepada Rasul-Nya bahwa beliau akan menikahi Zainab. Allah menurunkan wahyu tersebut kepada beliau sebelum Zaid menceraikannya.
Saat Zaid datang mengadukan Zainab kepada beliau dan berkonsultasi untuk menceraikannya, beliau bersabda kepadanya, "Bertakwalah kepada Allah dan peganglah erat-erat istrimu!" Lantas Allah -Ta'ālā- mencelanya dengan firman-Nya, "Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya. "Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah!" sedang engkau menyembunyikan dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka, ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab)." Yang disembunyikan oleh Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ialah keengganan beliau untuk mengawini Zainab karena khawatir terhadap omongan orang-orang bahwa beliau telah menikahi istri anak angkatnya. Ucapannya, "Anas berkata, "Seandainya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyembunyikan sebagian (dari wahyu), pasti beliau akan menyembunyikan ayat ini." Yakni, seandainya diperkirakan dalam bentuk kewajiban yang dilarang secara syariat menyembunyikan suatu wahyu, tentu ayat ini yang dipilih. Hanya saja itu tidak terjadi, bahkan dilarang secara syariat. Ayat ini merupakan dalil paling besar bagi orang yang merenungkan kejujuran Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
Allah -Ta'ālā- mengabarkan apa yang telah terjadi dalam dirinya berupa kekhawatiran terhadap manusia. Beliau menyampaikan berita itu sebagaimana difirmankan oleh Alla -Ta'ālā- meskipun mengandung celaan kepada beliau. Berbeda dengan keadaan pendusta, ia pasti menghindari segala aib yang mungkin menimpanya.
Kasus ini seperti firman Allah -Ta'ālā-, "Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling." Sampai akhir surah. Dan berbagai ayat serupa dalam Al-Qur`ān.
Ucapannya, "Zainab membanggakan diri kepada para istri Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Zainab mengklaim bahwa perkawinannya dengan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- atas perintah Allah kepada beliau dan itu merupakan salah satu keutamaan Zainab dan tidak ada seorang pun istri beliau yang menyamainya.
Zainab berkata, "Kalian dinikahkan oleh wali-wali kalian dan aku dinikahkan oleh Allah -Ta'ālā- dari atas tujuh lapis langit."
Bobot hadis ini menetapkan ketinggian Allah -Ta'ālā- dan hak keputusan Allah bagi kaum mukminin. Ini adalah hal yang diyakini oleh mayoritas kaum muslimin, bahkan di antara mayoritas manusia, kecuali orang yang fitrahnya telah tercemar. Ini adalah sifat yang dapat diketahui oleh pendengaran, akal dan fitrah pada setiap orang yang fitrahnya tidak menyimpang.
Arti ucapan Zainab, "Dan Aku dinikahkan oleh Allah," yakni, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menikahinya berdasarkan firman Allah -Ta'ālā-, "Maka, ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya)" dan Allah -Ta'ālā- yang mengurus akad pernikahannya dengan beliau.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8308

 
Hadith   1413   الحديث
الأهمية: اتقوا دعوات المظلوم فإنها تصعد إلى السماء كأنها شرار
Tema: Takutlah terhadap doa orang yang teraniaya! Sesungguhnya doa tersebut naik ke langit laksana percikan api.

عن ابن عمر -رضي الله عنهما- مرفوعاً: «اتَّقُوا دَعَوَاتِ المظلومِ؛ فإنَّها تصعد إلى السماء كأنَّها شَرارٌ».

Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū', "Takutlah terhadap doa orang yang teraniaya! Sesungguhnya doa tersebut naik ke langit laksana percikan api."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
اجتنبوا الظلم، وخافوا من دعوة المظلوم؛ فإنها تصعد إلى الله في السماء كأنها شرار، وشبهها بالشرار في سرعة صعودها، أو لأنَّها خرجت من قلب يلهب بنار القهر والظُّلم، وأنها في خرقها للحُجب كأَنَّها شرارة في أثرها.
Jauhilah kezaliman dan takutlah terhadap doa orang yang teraniaya. Sesungguhnya doa itu naik ke langit laksana percikan api. Beliau menyerupakan doa itu dengan percikan api dalam kecepatan naiknya atau karena doa itu keluar dari hati yang membara terbakar api penindasan dan kezaliman. Daya tembusnya ke tabir seperti dampak percikan api.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Hakim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8309

 
Hadith   1414   الحديث
الأهمية: رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقرؤها ويضع إصبعيه
Tema: Aku pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membaca ayat tersebut dan meletakan dua jarinya.

عن أبي يونس سليم بن جبير مولى أبي هريرة -رضي الله عنه- ، قال: سمعتُ أبا هريرة يقرأ هذه الآية {إنَّ اللهَ يأمركم أن تؤدُّوا الأماناتِ إلى أهلها} [النساء: 58] إلى قوله تعالى {سميعًا بصيرًا} [النساء: 58] قال: «رأيتُ رسولَ الله -صلى الله عليه وسلم- يضع إبهامَه على أُذُنِه، والتي تليها على عينِه»، قال أبو هريرة: «رأيتُ رسولَ الله -صلى الله عليه وسلم- يقرؤها ويضعُ إصبعيه».

Dari Abu Yunus Saliīm bin Jubair, mantan budak sahaya Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku pernah mendengar Abu Hurairah membaca ayat berikut, "Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya..." sampai firman-Nya, "Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. An-Nisā`: 58). Dia berkata, "Aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meletakkan ibu jarinya di telinganya dan jari berikutnya di matanya." Abu Hurairah berkata, "Aku pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membaca ayat tersebut dan meletakkan dua jarinya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان أبو هريرة -رضي الله عنه- يقرأ هذه الآية: {إن الله يأمركم أن تؤدوا الأمانات إلى أهلها} [النساء: 58] إلى قوله تعالى {سميعًا بصيرًا} [النساء: 58]، ويذكر أنه رأى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقرؤها ويضع إصبعه الغليظة الخامسة على أذنه، والتي بجوارها على عينه، تأكيدًا لإثبات صفة السمع والبصر لله -تعالى-، ودفعًا لتأويلات المحرفين، وليس فيه تشبيهًا بالمخلوق؛ لقوله -تعالى-: (ليس كمثله شيء وهو السميع البصير) فالإيمان بالنصوص كلها يقتضي ما ذكر.
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- membaca ayat berikut, "Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya..." sampai firman-Nya, "Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. An-Nisā`: 58). Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- menuturkan bahwa dirinya pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membaca ayat itu dan meletakkan jari kelimanya yang keras (ibu jari) ke telinganya dan jari selanjutnya (telunjuk) ke matanya, untuk menegaskan penetapan sifat mendengar dan melihat bagi Allah -Ta'ālā-. Juga untuk mencegah takwil orang-orang yang menyimpang, dan di dalamnya tidak ada penyerupaan dengan makhluk berdasarkan firman Allah -Ta'ālā-, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." Iman kepada semua nas-nas ini mengharuskan hal-hal tersebut.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8310

 
Hadith   1415   الحديث
الأهمية: اللهم رب جبرائيل، وميكائيل، وإسرافيل، فاطر السماوات والأرض، عالم الغيب والشهادة، أنت تحكم بين عبادك فيما كانوا فيه يختلفون، اهدني لما اختلف فيه من الحق بإذنك، إنك تهدي من تشاء إلى صراط مستقيم
Tema: Ya Allah! Tuhan Jibril, Mikail dan Israfil. Pencipta langit dan bumi, Zat Yang mengetahui perkara gaib dan tampak. Engkaulah yang menetapkan keputusan apa yang diperselisihkan di antara hamba-hamba-Mu. Tunjukkanlah aku kepada kebenaran yang diperselisihkan (manusia) dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan siapa saja yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.

عن أبي سَلَمة بن عبد الرحمن بن عَوْف، قال: سألتُ عائشةَ أمَّ المؤمنين -رضي الله عنها-، بأيِّ شيء كان نبيُّ الله صلى الله عليه وسلم يفتَتِح صلاتَه إذا قام من الليل؟ قالت: كان إذا قام من الليل افتتح صلاتَه: «اللهمَّ ربَّ جِبرائيل، ومِيكائيل، وإسرافيل، فاطرَ السماوات والأرض، عالمَ الغيب والشهادة، أنت تحكم بين عبادك فيما كانوا فيه يختلفون، اهدني لما اختُلِف فيه من الحق بإذنك، إنَّك تهدي مَن تشاء إلى صراطٍ مستقيمٍ».

Dari Abu Salamah bin Abdirrahman bin Auf, ia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Aisyah, Ummul Mukminin -raḍiyallāhu 'anhā-, apa doa yang dibaca oleh Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam mengawali salat malamnya?" Aisyah menjawab, "Apabila beliau menegakkan salat malam, beliau membuka salatnya dengan doa, "Ya Allah! Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta langit dan bumi, Zat Yang mengetahui perkara gaib dan tampak. Engkaulah yang menetapkan keputusan apa yang diperselisihkan di antara hamba-hamba-Mu. Tunjukkanlah aku kepada kebenaran yang diperselisihkan (manusia) dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
سأل أبو سلمة بن عبد الرحمن بن عوف عائشةَ أم المؤمنين عن الدعاء الذي كان نبي الله صلى الله عليه وسلم يفتتح به صلاته إذا صلى قيام الليل؟ فقالت عائشة: كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا صلى قيام الليل قال هذا الدعاء: «اللهم رب جبريل وميكائيل وإسرافيل» وتخصيص هؤلاء الملائكة الثلاثة بالإضافة، مع أنه تعالى رب كل شيء؛ لتشريفهم وتفضيلهم على غيرهم، وكأنه قدم جبريل؛ لأنه أمين الكتب السماوية، فسائر الأمور الدينية راجعة إليه، وأخَّر إسرافيل؛ لأنه النافخ في الصور، وبه قيام الساعة، ووسَّط ميكائيل؛ لأنه أمين القطر والنبات ونحوهما مما يتعلق بالأرزاق المقوِّمة في الدنيا، «فاطر السماوات والأرض» ، أي: مبدعهما ومخترعهما «عالم الغيب والشهادة» ، أي: عالم بما غاب عن العباد وما شاهدوه «أنت تحكم بين عبادك فيما كانوا يختلفون» أي: تحكم بين العباد فيما كانوا يختلفون فيه من أمر الدين في أيام الدنيا «اهدني لما اختلف فيه من الحق بإذنك» أي: اهدني إلى الحق والصواب في هذا الاختلاف الذي اختلف الناس فيه من أمور الدين والدنيا بتوفيقك وتيسيرك «إنك تهدي من تشاء إلى صراط مستقيم» أي: فإنك تهدي من تشاء إلى طريق الحق والصواب.
Abu Salamah bin Abdirrahman bin Auf bertanya kepada Aisyah, Ummul Mukminin mengenai doa yang biasa diucapkan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika memulai salat malam?" Aisyah menjawab, "Apabila Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menegakkan salat malam, beliau mengucapkan doa berikut, "Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil." Pengkhususan ketiga malaikat tersebut dengan penyandaran pada lafal jalālah, padahal Allah -Ta'ālā- Tuhan segala sesuatu, adalah untuk memuliakan mereka dan mengutamakannya dari malaikat yang lainnya. Seakan-akan beliau mendahulukan Jibril, karena dia penjaga kitab-kitab langit. Semua urusan-urusan agama kembali kepadanya. Beliau mengakhirkan Israfil karena dia adalah malaikat yang meniup sangkakala dan dengan itu terjadilah kiamat. Sedangkan yang ditengahnya adalah Mikail karena dia penjaga hujan, tumbuhan dan sebagainya yang berkaitan dengan rezeki yang menjadi bekal di dunia. "Pencipta langit dan bumi," yakni, pencipta dan desainer keduanya. "Yang mengetahui perkara gaib dan yang tampak." Yakni, mengetahui apa yang tidak terlihat oleh hamba-hamba dan apa yang mereka saksikan. "Engkaulah yang menetapkan keputusan apa yang diperselisihkan di antara hamba-hamba-Mu." Yakni, Engkau menetapkan keputusan di antara hamba-hamba mengenai urusan agama yang mereka perselisihkan di hari-hari dunia. "Tunjukanlah aku kepada kebenaran yang diperselisihkan (manusia) dengan izin-Mu." Yakni, tunjukanlah aku kepada yang hak dan kebenaran dalam perselisihan yang terjadi pada manusia mengenai berbagai urusan agama dan dunia dengan taufik -Mu dan kemudahan-Mu. "Sesungguhnya Engkau menunjukkan siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus." Yakni, sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapa saja yang Kau kehendaki ke jalan yang hak dan benar.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8311

 
Hadith   1416   الحديث
الأهمية: لا تزال جهنم تقول: هل من مزيد، حتى يضع رب العزة فيها قدمه، فتقول: قط قط وعزتك، ويزوى بعضها إلى بعض
Tema: Jahanam tidak henti-hentinya berkata, "Apakah ada tambahan?" Hingga Tuhan Pemilik kemuliaan meletakkan kaki-Nya. Jahanam berkata, "Cukup, cukup, demi kemuliaan-Mu!" Lalu neraka satu sama lain saling terlipat.

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً: «لا تزالُ جهنَّمُ تقول: هل مِن مَزِيد، حتى يضعَ ربُّ العِزَّةِ فيها قَدَمُه، فتقولُ: قَطٍ قَطٍ وعِزَّتِك، ويُزوَى بعضُها إلى بعضٍ».

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Jahanam tidak henti-hentinya berkata, "Apakah ada tambahan?" Hingga Tuhan Pemilik kemuliaan meletakkan kaki-Nya. Jahanam berkata, "Cukup, cukup, demi kemuliaan-Mu!" Lalu neraka satu sama lain saling terlipat.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر الله تعالى أنه يقول لجهنم: هل امتلأت؟ وذلك أنه وعدها أن سيملؤها من الجِنة والناس أجمعين، فهو سبحانه يأمر بمن يأمر به إليها، ويلقى فيها وهي تقول: هل من مزيد؟ أي: هل بقي شيء تزيدني؟ حتى يضع رب العزة قدمه فيها، فتقول: هذا يكفيني وتُقبض ويُجمع بعضها إلى بعض. ولا يجوز تأويل صفة القدم إلى من قدَّمهم الله إلى النار ولا غير ذلك من التأويلات الباطلة، بل يجب إثبات القدم صفة لله تعالى من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير تكييف ولا تمثيل.
Allah -Ta'ālā- mengabarkan bahwa Dia berfirman kepada Jahanam, "Apakah engkau sudah penuh?" Hal ini disebabkan karena Dia telah berjanji akan memenuhinya dengan jin dan manusia seluruhnya. Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- memerintahkan untuk memasukkan orang yang menjadi penghuninya, dan Jahanam berkata, "Apakah ada tambahan?" Yakni, apakah ada sesuatu yang tersisa hendak Engkau tambahkan kepadaku, hingga Allah Tuhan Pemilik kemuliaan meletakkan kaki-Nya di dalamnya. Jahanam berkata, "Ini cukup untukku." Jahanam digenggam dan sebagiannya dihimpun dengan bagian yang lainnya. Tidak boleh menakwilkan sifat kaki kepada orang yang dilemparkan oleh Allah ke neraka dan tidak juga berbagai penakwilan lainnya. Tetapi wajib menetapkan bahwa kaki adalah sifat Allah -Ta'ālā- tanpa adanya perubahan dan pengosongan, juga tanpa ada pertanyaan mengenai bentuknya dan penyerupaan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8312

 
Hadith   1417   الحديث
الأهمية: تحاجت الجنة والنار، فقالت النار: أوثرت بالمتكبرين، والمتجبرين، وقالت الجنة: فما لي لا يدخلني إلا ضعفاء الناس وسقطهم وغرتهم
Tema: Surga dan neraka saling berdebat. Neraka berkata, "Aku dikhususkan untuk orang-orang sombong dan sewenang-wenang." Surga berkata, "Sementara aku, kenapa tidak ada yang memasukiku kecuali orang-orang lemah, hina dan bodoh (terhadap urusan dunia)."

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «تَحَاجَّتِ الجنةُ والنارُ، فقالت النارُ: أوثِرتُ بالمُتَكَبِّرين، والمُتَجَبِّرين، وقالت الجنةُ: فما لي لا يدخلني إلا ضعفاءُ الناس وسَقَطُهم وغِرَّتُهم؟ قال الله للجنة: إنما أنت رحمتي أرحمُ بك مَن أشاءُ من عبادي، وقال للنار: إنما أنت عذابي أُعذِّب بك مَن أشاء من عبادي، ولكل واحدةٍ منكما مِلْؤها، فأما النارُ فلا تمتلئُ حتى يضعَ الله تبارك وتعالى رِجْلَه، تقول: قَط قَط قَط، فهنالك تمتلئ، ويَزْوِى بعضُها إلى بعض، ولا يظلم اللهُ من خلقه أحدا، وأما الجنةُ فإنَّ اللهَ يُنشئ لها خَلْقًا».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Surga dan neraka saling berdebat. Neraka berkata, "Aku dikhususkan untuk orang-orang sombong dan sewenang-wenang." Surga berkata, "Sementara aku, kenapa tidak ada yang memasukiku kecuali orang-orang lemah, hina dan bodoh (terhadap urusan dunia)?" Allah berfirman kepada surga, "Sesungguhnya engkau adalah rahmat-Ku. Aku merahmati denganmu siapa saja dari hamba-Ku yang Aku kehendaki." Dia berfirman kepada neraka, "Sesungguhnya engkau azab-Ku, Aku mengazab denganmu hamba-hamba-Ku yang Aku kehendaki. Masing-masing kalian berdua akan penuh. Adapun neraka tidak akan penuh sampai Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- meletakkan kaki-Nya. Neraka berkata, "Cukup! Cukup! Cukup!" Saat itulah neraka penuh dan masing-masing bergabung dengan yang lainnya, dan Allah tidak berbuat zalim kepada siapa pun dari hamba-Nya. Sedangkan surga, maka Allah menciptakan makhluk lain untuknya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
افتخرت النار على الجنة بأنها محل انتقام الله تعالى من الطغاة والمتكبرين والمجرمين الذين عصوا الله وكذَّبوا رسله، وأما الجنة فإنها اشتكت لكون من يدخلها الضعفاء والفقراء وأهل المسكنة غالباً،    بل هم متواضعون لله خاضعون له، وهذا القول قالته الجنة والنار حقيقة، وقد جعل الله لهما شعوراً وتمييزاً، وعقلاً ونطقاً، والله لا يعجزه شيء.
فقال الله للجنة: «إنما أنت رحمتي أرحمُ بك مَن أشاءُ من عبادي»، وقال للنار: «إنما أنت عذابي أُعذِّب بك مَن أشاء من عبادي» هذا هو حكم الله بينهما، يعني: أن الله تعالى خلق الجنة ليرحم بدخولها من شاء من عباده، من يتفضل عليه ويجعله مؤهَّلاً لذلك، وأما النار فخلقها لمن عصاه وكفر به وبرسله، يعذبهم بها، وذلك كله ملكه يتصرف فيه كيف يشاء، لا يُسأل عما يفعل وهم يُسألون، ولكن لا يدخل النار إلا من استوجبها بعمله.
ثم قال: «ولكل واحدة منكما ملؤها» وهذا وعد من الله تعالى لهما بأن يملأهما بمن يسكنهما، وقد جاء الطلب من النار صريحًا، كما قال تعالى: {يَوْمَ نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلأْتِ وَتَقُولُ هَلْ مِن مَّزِيدٍ} ، وأقسم الله تعالى ليملأن جهنم من الجِنَّةِ والناس أجمعين، فالجنة والنار دار بني آدم والجن بعد الحساب، فمن آمن وعبد الله وحده، واتبع رسله، فمصيره إلى الجنة، ومن عصى وكفر وتكبر فمصيره إلى النار.
قال: «فأما النارُ فلا تمتلئُ حتى يضعَ الله تبارك وتعالى رِجْلَه، تقول: قَطِ قَطِ قَطِ، فهنالك تمتلئ، ويَزْوِى بعضُها إلى بعض، ولا يظلم اللهُ من خلقه أحدا» فالنار لا تمتلئ حتى يضع الله تعالى عليها رجله فتنضم ويجتمع بعضها إلى بعض، وتتضايق على من فيها، وبذلك تمتلئ ولا يظلم ربك أحداً. ويجب إثبات الرِّجل لله تعالى من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير تكييف ولا تمثيل، ثم قال: «وأما الجنةُ فإنَّ اللهَ يُنشئ لها خَلْقًا» أما الجنة فلا تمتلئ حتى يخلق الله تعالى لها خلقًا آخرين، فبهم تمتلئ.
Neraka membanggakan diri kepada surga bahwa ia adalah tempat azab Allah -Ta'ālā- bagi orang-orang yang melampaui batas, sombong dan pembuat dosa yang durhaka kepada Allah dan mendustakan para Rasul-Nya. Sedangkan surga mengadukan bahwa orang yang memasukinya adalah orang-orang lemah, fakir dan miskin, tetapi mereka merendahkan hati kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Ucapan ini dilontarkan oleh surga dan neraka secara nyata dan Allah telah menjadikan bagi keduanya perasaan, kemampuan membedakan, akal, dan kemampuan bicara. Tidak ada sesuatu pun yang mampu membuat Allah lemah. Allah berkata kepada surga, "Sesungguhnya engkau adalah rahmat-Ku. Aku merahmati denganmu siapa saja dari hamba-Ku yang Aku kehendaki." Kemudian Allah berkata kepada neraka, "Sesungguhnya engkau azab-Ku, Aku mengazab denganmu hamba-hamba-Ku yang Aku kehendaki." Ini adalah keputusan Allah di antara keduanya. Yakni bahwa Allah -Ta'ālā- menciptakan surga agar Dia mengasihi siapa saja dari hamba-Nya yang dikehendaki-Nya untuk memasukinya, yaitu orang-orang yang diberi karunia oleh Allah dan pantas mendapatkannya. Adapun neraka, Allah menciptakannya bagi orang-orang durhaka dan kufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia menyiksa mereka. Itu semua adalah milik-Nya. Dia berhak berbuat apa pun di dalamnya sesuai kehendak-Nya. Dia tidak ditanya mengenai yang dilakukan-Nya, tetapi mereka akan ditanya. Hanya saja tidak akan masuk neraka kecuali orang yang pantas untuk memasukinya karena amalnya. Selanjutnya Allah berfirman, "Masing-masing kalian dipenuhi." Ini adalah janji dari Allah -Ta'ālā- bagi keduanya, bahwa Dia akan memenuhi keduanya dengan para penghuninya. Neraka berkata secara gamblang sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami bertanya kepada Jahanam, "Apakah kamu sudah penuh?" Ia menjawab, "Masih adakah tambahan?" Allah -Ta'ālā- bersumpah bahwa Dia akan memenuhi Jahanam dengan jin dan manusia seluruhnya. Surga dan neraka adalah tempat Bani Adam dan jin. setelah perhitungan. Siapa yang beriman, menyembah Allah semata, mengikuti para Rasul-Nya maka perjalanan akhirnya ke surga. Siapa yang durhaka, kufur dan sombong, maka perjalanan akhirnya ke neraka. Nabi bersabda, "Adapun neraka tidak akan penuh sampai Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- meletakkan kaki-Nya. Neraka berkata, "Cukup! Cukup! Cukup!" Saat itulah neraka penuh dan masing-masing bergabung dengan yang lainnya, dan Allah tidak berbuat zalim kepada siapa pun dari hamba-Nya." Neraka tidak akan penuh sampai Allah Ta'ālā meletakkan kaki-Nya di atasnya sehingga neraka berkumpul dan masing-masing bergabung dengan yang lainnya hingga orang yang ada di dalamnya merasa sempit. Dengan demikian, neraka pun penuh dan Tuhan mu tidak menzalimi seorang pun. Dan wajib bagi kita untuk menetapkan kaki bagi Allah -Ta'ālā- tanpa ada penyimpangan dan pengingkaran makna, tanpa mempertanyakan bagaimananya serta tanpa penyerupaan. Selanjutnya beliau bersabda, "Sedangkan surga, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk untuknya." Adapun surga tidak akan penuh sampai Allah -Ta'ālā- menciptakan makhluk lain untuknya, sehingga surga menjadi penuh dengan mereka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8313

 
Hadith   1418   الحديث
الأهمية: يقول الله: إذا أراد عبدي أن يعمل سيئة، فلا تكتبوها عليه حتى يعملها، فإن عملها فاكتبوها بمثلها، وإن تركها من أجلي فاكتبوها له حسنة
Tema: Allah berfirman, "Apabila hamba-Ku hendak melakukan keburukan, janganlah kalian (malaikat) mencatatnya sampai dia mengerjakannya! Apabila ia mengerjakannya, tulislah (dosa) seperti keburukan itu! Jika dia meninggalkan keburukan tersebut demi Aku, catatlah baginya satu kebaikan!"

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «يقول اللهُ: إذا أراد عبدي أنْ يعملَ سيئةً، فلا تكتبوها عليه حتى يعملَها، فإنْ عَمِلها فاكتبوها بمثلِها، وإنْ تركها مِن أجلي فاكتبوها له حسنةً، وإذا أراد أنْ يعملَ حسنةً فلم يعملها فاكتبوها له حسنةً، فإنْ عملها فاكتبوها له بعشر أمثالها إلى سبعِ مائة ضِعْفٍ».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Allah berfirman, "Apabila hamba-Ku hendak melakukan keburukan, janganlah kalian (malaikat) mencatatnya sampai dia mengerjakannya! Apabila ia mengerjakannya, tulislah (dosa) seperti keburukan itu! Jika dia meninggalkan keburukan tersebut demi Aku, catatlah baginya satu kebaikan!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
هذا الخطاب من الله تعالى للملائكة الموكَّلين بحفظ عمل الإنسان وكتابته، وهو يدل على فضل الله على الإنسان، وتجاوزه عنه. قوله: «إذا أراد عبدي أن يعمل سيئة، فلا تكتبوها عليه حتى يعلمها» والعمل قد يراد به عمل القلب والجوارح، وهو الظاهر؛ لأنه قد جاء ما يدل على أن عمل القلب يؤاخذ به، ويجزي عليه، قال الله تعالى: {وَمَن يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ}، وفي الحديث الصحيح: «إذا التقى المسلمان بسيفهما فالقاتل والمقتول في النار» ، قالوا: هذا القاتل، فما بال المقتول؟ قال: «إنه كان حريصاً على قتل أخيه»، فهذه النصوص تصلح لتخصيص عموم قوله: «إذا أراد أن يعمل سيئة فلا تكتبوها حتى يعملها» وهذا لا يخالف قوله في السيئة: «لم تكتب عليه»؛ لأن عزم القلب وتصميمه عمل.
قوله: «فإن علمها فاكتبوها بمثلها»، يعني: سيئة واحدة، قال الله تعالى: {مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ}، وقال تعالى: {مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلا يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُوْلَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ}.
قوله: «فإن تركها من أجلي فاكتبوها له حسنة» قيَّد تركها بأنه من أجل الله تعالى، أي: خوفاً منه، وحياءً، أما إذا تركها عاجزاً، أو خوفاً من الخلق، أو لعارض آخر، فإنها لا تُكتب له حسنة، بل ربما كُتبت عليه سيئة.
قوله: «وإذا أراد أن يعمل حسنة فلم يعملها فاكتبوها له حسنة» إلى آخره، وهذا تفضُّل من الله تعالى الكريم المنان على عباده، فله الحمد والمنة، فأي كرم أعظم من هذا، الهم بالحسنة يكتب الله به حسنة كاملة، وعمل الحسنة يكتب به عشر حسنات إلى سبعمائة حسنة.
وفي هذا الحديث أسند النبي صلى الله عليه وسلم هذا القول إلى الله تعالى بقوله: «يقول الله: إذا أراد عبدي» واصفاً له بذلك، وهذا القول من شرعه الذي فيه وعده لعباده، وتفضُّله عليهم، وهو غير القرآن، وليس مخلوقاً، فقوله تعالى غير خلقه.
Seruan dari Allah -Ta'ālā- ini untuk para malaikat yang bertugas menjaga dan mencatat amal manusia. Ini menunjukkan karunia Allah kepada manusia dan ampunan-Nya baginya. Sabdanya, "Apabila hamba-Ku hendak melakukan keburukan, janganlah kalian (malaikat) mencatatnya sampai dia mengerjakannya!" Perbuatan di sini bisa dimaksudkan perbuatan hati dan anggota badan, inilah makna yang tampak. Sebab, ada keterangan yang menunjukkan bahwa perbuatan hati mendapatkan siksaan dan balasan. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan siapa saja yang bermaksud melakukan kejahatan secara zalim di dalamnya, niscaya akan Kami timpakan kepadanya siksa yang pedih."
Dalam hadis sahih disebutkan, "Apabila dua orang muslim saling bertemu dengan membawa pedang, maka pembunuh dan yang dibunuh berada di neraka." Para sahabat bertanya, "Ini (vonis) pembunuh, bagaimana dengan yang dibunuh?" Beliau bersabda, "Tadinya dia juga berkeinginan keras untuk membunuh saudaranya."
Nas-nas ini layak untuk mengkhususkan keumuman sabda beliau, "Apabila hamba-Ku hendak melakukan keburukan, janganlah kalian (malaikat) mencatatnya sampai dia mengerjakannya!" Ini tidak bertentangan dengan sabdanya tentang keburukan, "Tidak dicatat." Sebab, tekad dan kehendak hati adalah suatu perbuatan.
Sabdanya, "Apabila ia mengerjakannya, maka tulislah (dosa) seperti keburukan itu." Yakni, satu keburukan. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi)."
Allah -Ta'ālā- berfirman, "Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia akan dibalas sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tak terhingga."
Sabda beliau, "Jika dia meninggalkan keburukan tersebut demi Aku, catatlah baginya satu kebaikan." Beliau itu mensyaratkan tindakan meninggalkan keburukan karena Allah -Ta'ālā-, yakni karena takut dan malu kepada-Nya. Adapun bila ia meninggalkan keburukan itu karena tidak mampu melakukannya atau takut kepada manusia atau karena sebab lain, maka hal itu tidak dicatat sebagai satu kebaikan baginya, tetapi mungkin saja dicatat sebagai satu keburukan baginya.
Sabda beliau, "Apabila ia hendak melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, tulislah satu kebaikan baginya! Jika ia melaksanakannya, tulislah baginya sepuluh kebaikan seperti itu sampai tujuh ratus kali lipat!" Ini merupakan karunia dari Allah -Ta'ālā- Yang Maha Pemurah dan Pemberi karunia kepada hamba-hamba-Nya. Dengan demikian, segala puji dan karunia hanya milik-Nya. Kemurahan hati yang manakah lebih besar dari ini? Dia mendapatkan ilham untuk melakukan kebaikan maka Allah mencatat kebaikan yang sempurna baginya dan bila ia mengerjakan satu kebaikan, maka dicatat baginya sepuluh sampai tujuh ratus kebaikan. Dalam hadis ini Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyandarkan sabdanya kepada Allah -Ta'ālā- dengan sabdanya, "Allah berfirman, "Apabila hamba-Ku hendak." menggambarkan hal itu bagi-Nya. Firman ini merupakan bagian dari syariat-Nya yang mengandung janji bagi hamba-hamba-Nya dan karunia-Nya kepada mereka. Firman tersebut bukan Al-Qur`ān dan bukan pula makhluk. Perkataan Allah -Ta'ālā- bukan makhluk-Nya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8314

 
Hadith   1419   الحديث
الأهمية: إن الله يقول لأهون أهل النار عذابًا: لو أن لك ما في الأرض من شيء كنت تفتدي به؟ قال: نعم، قال: فقد سألتك ما هو أهون من هذا وأنت في صلب آدم، أن لا تشرك بي، فأبيت إلا الشرك
Tema: Sesungguhnya Allah berfirman kepada penghuni neraka yang paling ringan siksaannya, "Seandainya engkau memiliki sesuatu di bumi, maukah engkau menebus siksaan dengannya?" Orang itu menjawab, "Ya." Allah berfirman, "Aku sudah pernah bertanya kepadamu sesuatu yang lebih ringan dari ini saat engkau berada di tulang punggung Adam, yaitu hendaknya engkau tidak menyekutukan-Ku, tetapi engkau enggan kecuali syirik."

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إنَّ اللهَ يقول لأهونِ أهلِ النارِ عذابًا: لو أنَّ لك ما في الأرضِ من شيءٍ كنتَ تفتدِي به؟ قال: نعم، قال: فقد سألتُك ما هو أهونُ مِن هذا وأنت في صُلْبِ آدمَ، أنْ لا تُشْرِكْ بي، فأبيتَ إلَّا الشِّركَ».

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Sesungguhnya Allah berfirman kepada penghuni neraka yang paling ringan siksaannya, "Seandainya engkau memiliki sesuatu di bumi, maukah engkau menebus siksaan dengannya?" Orang itu menjawab, "Ya." Allah berfirman, "Aku sudah pernah bertanya kepadamu sesuatu yang lebih ringan dari ini saat engkau berada di tulang punggung Adam, yaitu hendaknya engkau tidak menyekutukan-Ku, tetapi engkau enggan kecuali syirik."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إن الله تعالى يقول لأقل أهل النار عذابًا يوم القيامة: لو أنك تملك كل ما في الأرض، أكنت تدفعه لتتخلص من هذا العذاب؟ فيقول: نعم. فيقول الله تعالى: لقد طلبتُ منك شيئا هو أيسر عليك من ذلك، وأنت في ظهر أبيك، حيث أخذتُ عليك العهد والميثاق أن لا تشرك بي شيئا، ولكنك امتنعت وأشركت بي، قال الله تعالى: (وإذ أخذ ربك من بني آدم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على أنفسهم ألست بربكم قالوا بلى شهدنا أن تقولوا يوم القيامة إنا كنا عن هذا غافلين).
Tema: Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- berfirman kepada penghuni neraka yang paling ringan siksaannya pada hari kiamat, "Seandainya engkau memiliki segala sesuatu di bumi, maukah engkau menyerahkannya agar bisa selamat dari azab ini?" Orang itu menjawab, "Ya." Allah -Ta'ālā- berfirman, "Aku pernah meminta kepadamu sesuatu yang lebih mudah dari ini saat engkau berada di punggung bapakmu, ketika aku mengambil sumpah dan janji agar engkau tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun, tetapi engkau enggan dan menyekutukan-Ku. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu kami lengah dari hal ini."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8315

 
Hadith   1420   الحديث
الأهمية: جنتان من فضة آنيتهما، وما فيهما، وجنتان من ذهب آنيتهما، وما فيهما، وما بين القوم وبين أن ينظروا إلى ربهم إلا رداء الكبرياء على وجهه في جنة عدن
Tema: Dua surga dari perak, wadah-wadahnya dan apa-apa yang ada di dalamnya. Dua surga dari emas, wadah-wadahnya dan apa-apa yang ada di dalamnya. Tidak ada tabir antara orang-orang dengan melihat kepada Rabb mereka, kecuali selendang kebesaran di wajah-Nya, kelak di surga 'Adn.

عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «جَنَّتانِ مِن فِضَّةٍ آنِيَتُهما، وما فيهما، وجَنَّتانِ مِن ذَهَبٍ آنِيَتُهما، وما فيهما، وما بين القومِ وبين أنْ ينظروا إلى ربِّهم إلَّا رِداءُ الكِبْرِياءُ على وجهِه في جَنَّة عَدْنٍ».

Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Dua surga dari perak, wadah-wadahnya dan apa-apa yang ada di dalamnya. Dua surga dari emas, wadah-wadahnya dan apa-apa yang ada di dalamnya. Tidak ada tabir antara orang-orang dengan melihat kepada Rabb mereka, kecuali selendang kebesaran di wajah-Nya, kelak di surga 'Adn."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
الحديث يدل على تفاوت منازل الجنة ودرجاتها، فبعضها أعلى من بعض حسًّا ومعنى، حيث يكون بناؤها من الذهب، وأوانيها من الذهب، وبعضها يكون بناؤها من الفضة، وأوانيها من الفضة، ومعلوم أن الذهب هو أغلى المعادن وأنفسها لدى المخاطبين بالقرآن عند نزوله، ويجوز أن يكون فيها ما هو أعلى من الذهب وأرفع؛ لأن الله    تعالى أخبر أن فيها ما لا عين رأته، ولا أُذن سمعته، ولا خطر على قلب بشر، وقع في أول بعض روايات هذا الحديث: «جِنان الفردوس أربع، ثنتان من ذهب ...» الحديث
قوله: «وما بين القوم وبين أن ينظروا إلى ربهم إلا رداء الكبرياء على وجهه في جنة عدن» فيه التصريح بقرب نظرهم إلى ربهم، فإذا أراد تعالى أن يُنَعِّمَهم ويزيد في كرامتهم رفع رداء الكبرياء عن وجهه فنظروا إليه.
وأهل السنة يثبتون رداء الكبرياء لله تعالى، ورؤية المؤمنين لربهم في الجنة، من غير تكييف ولا تمثيل ومن غير تحريف ولا تعطيل، كما يثبتون له وجهًا يليق بجلاله، ولا يجوز تأويل شيء من ذلك وصرفه عن ظاهره، كما هو مذهب السلف الصالح.
Hadis ini menunjukkan perbedaan kedudukan dan tingkatan surga. Sebagian surga lebih tinggi dari sebagian lainnya secara kasat mata dan maknawi, di mana bangunannya dari emas dan wadah-wadahnya dari emas. Sebagian lagi bangunannya dari perak dan wadah-wadahnya dari perak. Sebagaimana diketahui, bahwa emas adalah barang tambang yang paling mahal dan berharga bagi orang-orang yang diseru oleh Al-Qur`ān ketika turun. Boleh jadi dalam surga itu ada sesuatu yang lebih tinggi dan lebih mahal dari emas, karena Allah -Ta'ālā- mengabarkan bahwa di dalam surga ada sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tak didengar oleh telinga, dan tak terlintas dalam hati manusia.
Dalam satu riwayat yang berhubungan dengan hadis ini disebutkan, "Surga-surga Firdaus ada empat; dua dari emas dst."
Sabda beliau, "Pemisah antara satu kaum dengan melihat kepada Rabb mereka hanyalah selendang kebesaran di muka-Nya di surga 'Adn. Dalam hadis ini terdapat keterangan dekatnya pandangan mereka kepada Rabbnya. Apabila Allah -Ta'ālā- hendak menjadikan mereka nikmat dan menambah kemuliaan mereka, maka Dia mengangkat selendang kebesaran dari wajah-Nya lalu orang-orang pun memandang-Nya. Ahlussunnah menetapkan selendang kebesaran milik Allah -Ta'ālā-, kejadian kaum mukminin melihat Tuhan mereka di surga tanpa ada pertanyaan bagaimana dan penyerupaan serta tanpa penyimpangan dan pengosongan makna. Sebagaimana mereka menetapkan wajah bagi-Nya yang selaras dengan keagungan-Nya, dan tidak boleh menakwilkan sesuatu pun dari itu dan mengubahnya dari zahirnya, sebagaimana mazhab salaf saleh.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8316

 
Hadith   1421   الحديث
الأهمية: احتج آدم وموسى، فقال له موسى: يا آدم أنت أبونا خيبتنا وأخرجتنا من الجنة، قال له آدم: يا موسى اصطفاك الله بكلامه، وخط لك بيده، أتلومني على أمر قدره الله علي قبل أن يخلقني بأربعين سنة؟ فحج آدم موسى، فحج آدم موسى
Tema: Adam dan Musa berdebat. Musa berkata kepada Adam, "Wahai Adam! Engkau ayah kami, engkau telah mengecewakan kami dan mengeluarkan kami dari surga." Adam berkata kepada Musa, "Wahai Musa! Allah telah memilihmu dengan kalam-Nya dan menetapkan keputusan dengan tangan-Nya. Apakah engkau menyalahkanku atas hal yang telah ditetapkan Allah kepadaku empatpuluh tahun sebelum menciptakanku?" Adam berhasil mengalahkan Musa dengan hujah. Adam berhasil mengalahkan Musa dengan hujah.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «احتجَّ آدمُ وموسى، فقال له موسى: يا آدمُ أنت أبونا خَيَّبتنا وأخرجتَنا من الجنة، قال له آدمُ: يا موسى اصطفاك اللهُ بكلامِه، وخطَّ لك بيدِه، أتلومُني على أمرٍ قَدَّره اللهُ عليَّ قبل أنْ يخلُقَني بأربعين سنةً؟ فحَجَّ آدمُ موسى، فحَجَّ آدمُ موسى».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Adam dan Musa berdebat. Musa berkata kepada Adam, "Wahai Adam! Engkau ayah kami, engkau telah mengecewakan kami dan mengeluarkan kami dari surga." Adam berkata kepada Musa, "Wahai Musa! Allah telah memilihmu dengan kalam-Nya dan menetapkan keputusan dengan tangan-Nya. Apakah engkau menyalahkanku atas hal yang telah ditetapkan Allah kepadaku empatpuluh tahun sebelum menciptakanku?" Adam berhasil mengalahkan Musa dengan hujah. Adam berhasil mengalahkan Musa dengan hujah."
Tema: «احتجَّ آدم وموسى» عليهما السلام أي: كل واحد منهما ذكر حُجَّته أمام الآخر، وهذا يجوز أن يكون بعد وفاة موسى، أو أنه في الرؤيا، فإن رؤيا الأنبياء وحي، ومثل هذا يجب فيه التسليم، ولا نستطيع الوقوف على حقيقته
«فقال له موسى: يا آدمُ أنت أبونا خَيَّبتنا وأخرجتَنا من الجنة» أي: كنت سبب خيبتنا وإغوائنا بالخطيئة التي ترتَّب عليها إخراجك من الجنة، ثم تَعَرضنا نحن لإغواء الشياطين.
   «قال له آدمُ: يا موسى اصطفاك اللهُ بكلامِه» أي: اختارك الله تعالى بأن أسمعك كلامه، وهذا الذي اختص به موسى من بين الرسل، بأن الله تعالى كلمه بدون واسطة، بل أسمعه كلامه منه إليه.
   «وخطَّ لك بيدِه» أي: كتب لك التوراة بيده، ويجب علينا أن نؤمن بهذا من غير تكييف ولا تعطيل ومن غير تحريف ولا تمثيل.
   «أتلومُني على أمرٍ قَدَّره اللهُ عليَّ قبل أنْ يخلُقَني بأربعين سنةً؟» أي: كيف تلومني على أمر كتبه الله عليَّ في اللوح المحفوظ وفي صحف التوراة وألواحها قبل خلقي بأربعين سنة.
«فحَجَّ آدمُ موسى» أي: غلبه بالحجة، وإنما كان موضع الحجة لآدم على موسى -صلوات الله وسلامه عليهما- أن الله سبحانه إذا كان قد علم من آدم أنه سيخرج من الجنة وينزل للأرض فكيف يمكنه أن يرد علم الله فيه، فحجة آدم عليه السلام ظهرت؛ لأن ما قُدِّر عليه أمر لا يمكن تغييره ولا رده، بل هو قدر قدره العليم القدير، فلا يمكن دفعه، ولا رفعه بعد وقوعه، فليس أمامه إلا التسليم، ومع ذلك لا يكون القدر حجة فيما لم يقع؛ لأن الإنسان مأمور بفعل الطاعة، واجتناب المعصية، وهو لا يعلم ما هو المقدر عليه حتى يقع، فإذا وقع الأمر وتعذر دفعه هناك يسلم للقدر، ويقول: قدر الله وما شاء فعل، ويستغفر من ذنبه ويتوب إلى ربه.
فتبين أن آدم حج موسى لما قصد موسى لوم آدم على ما كان سبباً في مصيبة أبنائه، وأن آدم احتج بأن هذه المصيبة سبق بها القدر، ولا بد من وقوعها، وسواء في ذلك المصائب التي تحصل بأفعال العباد، أو غيرها، فإن على العبد الصبر والتسليم، ولا يسقط بذلك لوم الجاني وعقابه.

"Adam dan Musa -'alaihimassalām- berdebat. Yakni, masing-masing menuturkan argumentasinya di hadapan yang lainnya. Mungkin saja ini terjadi setelah Musa wafat atau itu terjadi dalam mimpi. Sesungguhnya mimpi para nabi adalah wahyu. Dalam hal ini kita diwajibkan untuk menyerahkan diri dan tidak bisa mengetahui hakekatnya.
"Musa berkata kepada Adam, "Wahai Adam, engkau ayah kami, engkau telah mengecewakan kami dan mengeluarkan kami dari surga." Yakni, engkau adalah sebab kekecewaan kami dan tergelincirnya kami dengan kesalahan yang menyebabkan engkau dikeluarkan dari surga. Selanjutnya kami rentan mendapat godaan setan.
"Adam berkata kepada Musa, "Wahai Musa, Allah telah memilihmu dengan kalam-Nya," yakni, Allah -Ta'ālā- telah memilihmu dengan memperdengarkan kalam-Nya kepadamu. Inilah yang menjadi kekhususan Musa dari para Rasul bahwa Allah -Ta'ālā- berbicara kepadanya tanpa perantara, tetapi Dia memperdengarkan kalam-Nya kepadanya.
"dan menetapkan keputusan dengan tangan-Nya." Yakni, Dia menulis Taurat untukmu dengan tangan-Nya dan kita wajib mempercayai hal ini tanpa (mempertanyakan) mekanisme dan penafian juga tanpa penyimpangan dan penyerupaan.
"Apakah engkau menyalahkanku atas hal yang telah ditetapkan Allah kepadaku empatpuluh tahun sebelum menciptakanku?" Yakni, bagaimana mungkin engkau mencelaku terhadap sesuatu yang telah Allah tetapkan kepadaku di Lauh Mahfuzh dan di dalam lembaran-lembaran Taurat dan lauhnya empat puluh tahun sebelum Dia menciptakanku."
"Adam berhasil mengalahkan Musa dengan hujah." Yakni, mengalahkannya dengan argumentasi. Adanya kemenangan argumentasi bagi Adam terhadap Musa -ṣalawātullāhi wa salāmuhu 'alaihimā-, bahwa jika Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- sudah mengetahui dari Adam bahwa dia akan keluar dari surga dan turun ke bumi, bagaimana mungkin Adam menolak ilmu Allah dalam hal itu. Dengan demikian, argumentasi Adam menang, karena apa yang telah ditetapkan kepadanya adalah perkara yang tidak mungkin bisa dirubah dan dicegah serta tidak mungkin bisa dihapus setelah kejadiannya. Adam hanya bisa pasrah menyerahkan diri.
Meskipun demikian, takdir ini tidak bisa menjadi alasan terhadap sesuatu yang belum terjadi, karena manusia itu diperintahkan untuk melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, dan dia sendiri tidak mengetahui apa yang telah ditakdirkan kepadanya sampai takdir itu terjadi. Jika takdir sudah terjadi dan tidak bisa mencegahnya, di sanalah dia harus pasrah kepada takdir dan mengucapkan, "Allah telah menakdirkan dan apa yang dikehendaki-Nya pasti berlaku." Dia juga harus memohon ampunan dari dosa-dosanya dan bertobat kepada Tuhannya. Dengan demikian jelas bahwa Adam berhasil mematahkan argumentasi Musa ketika Musa bermaksud menyalahkan Adam atas peristiwa yang menjadi sebab bencana bagi anak cucunya. Adam berdalih bahwa musibah tersebut sudah ditetapkan-Nya dan pasti akan terjadi, baik musibah tersebut terjadi karena berbagai perbuatan hamba atau lainnya. Kewajiban hamba hanyalah bersabar dan berserah diri, tetapi hal itu tidak menggugurkan celaan dan hukuman bagi pelaku dosa.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8317

 
Hadith   1422   الحديث
الأهمية: أنه ذكر رجلا من بني إسرائيل، سأل بعض بني إسرائيل أن يسلفه ألف دينار
Tema: Beliau pernah mengisahkan bahwa ada seorang dari Bani Israil yang meminjam uang seribu dinar kepada Bani Israil lainnya.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: أنَّه ذكر رجلًا من بني إسرائيل، سأل بعضَ بني إسرائيل أن يُسْلِفَه ألفَ دينار، فقال: ائْتِنِي بالشهداء أُشْهِدُهم، فقال: كفى بالله شهيدًا، قال:    فَأْتِنِي بالكَفِيل، قال: كَفَى بالله كفيلًا، قال: صَدَقتَ، فَدَفَعَها إِليه إلى أجل مُسَمَّى، فخرج في البحر فقَضَى حَاجَتَه، ثُمَّ التَمَسَ مركَبًا يَرْكَبُها يَقْدَم عليه لِلأَجَل الذي أجَّله، فلم يجِد مركَبًا، فأَخَذَ خَشَبَة فَنَقَرَها، فَأَدْخَل فِيهَا أَلفَ دِينَار وصَحِيفَة مِنْه إلى صاحبه، ثم زَجَّجَ مَوضِعَها، ثمَّ أَتَى بِهَا إِلَى البحر، فقال: اللَّهُمَّ إنَّك تعلم أنِّي كنتُ تَسَلَّفتُ فلانًا ألف دِينَار، فَسَأَلَنِي كفيلًا، فقلتُ: كفى بالله كفيلًا، فَرَضِيَ بك، وسأَلَنِي شهيدًا، فقلتُ: كفى بالله شهيدًا، فرضِي بك، وأنِّي جَهَدتُ أنْ أَجِدَ مَركَبا أَبعث إليه الذي لَه فَلَم أَقدِر، وإنِّي أسْتَوْدِعُكَها. فرمى بها في البحر حتَّى وَلَجِت فيه، ثم انْصَرف وهو في ذلك يلتمس مركبا يخرج إلى بلده، فخرج الرجل الذي كان أسلفه، ينظُر لعلَّ مَركَبًا قد جاء بماله، فَإِذا بِالخَشَبَة التي فيها المال، فأَخَذَها لِأهله حَطَبًا، فلمَّا نَشَرَها وجَد المالَ والصحِيفة، ثمَّ قدِم الذي كان أسلفه، فأتى بالألف دينار، فقال: والله ما زلتُ جاهدًا في طلب مركب لآتيك بمالك، فما وجدتُ مركبا قبل الذي أتيتُ فيه، قال: هل كنتَ بعثتَ إليَّ بشيء؟ قال: أُخبِرك أنِّي لم أجِد مركبا قبل الذي جئتُ فيه، قال: فإنَّ الله قد أدَّى عنك الذي بعثتَ في الخشبة، فانصرِف بالألف الدينار راشدًا».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau pernah mengisahkan bahwa ada seorang dari Bani Israil yang meminjam uang seribu dinar kepada Bani Israil lainnya. Orang yang meminjamkan berkata, “Datangkanlah saksi-saksi! Aku ingin mempersaksikan peminjaman ini kepada mereka.” Peminjam berkata, “Cukuplah Allah sebagai saksinya.” Orang yang meminjamkan berkata lagi, “Datangkanlah seorang penjamin.” Peminjam berkata, “Cukuplah Allah sebagai penjamin.” Orang yang meminjamkan berkata, “Kamu benar.” Kemudian dia memberikan uang itu hingga tempo waktu tertentu. Kemudian orang yang meminjam uang itu pergi ke laut untuk memenuhi hajatnya. Dia pun mencari perahu untuk dianikinya guna mengantarkan uang pinjamannya yang sudah jatuh tempo pembayarannya. Namun dia tidak menemukannya. Kemudian dia mengambil kayu dan melubanginya. Lalu dia memasukkan ke dalamnya uang seribu dinar beserta secarik tulisan yang ditujukan kepada pemilik uang. Kemudian ia melapisinya agar tidak terkena air. Lalu dia membawa kayu ke laut. Dia berkata, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku telah meminjam uang seribu dinar kepada si fulan. Dia meminta penjamin dariku, kemudian kukatakan bahwa cukuplah Allah sebagai penjamin, dan dia pun rela. Dia memintaku mendatangkan saksi, lalu kukatakan bahwa cukuplah Allah sebagai saksi, dan dia pun rela. Sesungguhnya aku telah berusaha untuk mendapatkan perahu yang akan kugunakan untuk mengantarkan uangku kepadanya, namun aku tidak mendapatkannya. Kini, kutitipkan uang itu kepada-Mu.” Kemudian dia melemparkan kayu itu hingga tenggelam. Dia pun pergi. Walau demikian, dia tetap berusaha mencari perahu yang menuju ke negerinya. Orang yang meminjamkan uang pergi untuk menanti, barangkali ada perahu datang membawa piutangnya. Tiba-tiba dia menemukan kayu yang berisi uang itu. Dia membawanya pulang sebagai kayu bakar untuk istrinya. Tatkala dia membelahnya, dia menemukan uang dan secarik pesan. Sementara itu, si peminjam pun datang membawa seribu dinar. Dia berkata, “Demi Allah, sebelum aku datang sekarang, aku senantiasa berusaha untuk mencari perahu guna mengantarkan uangmu kepadamu, namun aku tidak mendapatkan satu perahupun sebelum aku tiba dengan menaiki perahu yang aku tumpangi ini.” Orang yang meminjamkan berkata, “Apakah kamu mengirimkan sesuatu kepadaku?” Peminjam berkata, “Aku telah sampaikan kepadamu bahwa aku tidak menemukan perahu, sebelum aku mendapatkannya sekarang ini?” Orang yang meminjamkan berkata, “Sesungguhnya Allah telah mengantarkan pinjamanmu yang kau taruh dalam kayu. Maka gunakanlah uangmu yang seribu dinar itu dengan baik, maka bawalah kembali seribut dinarmu itu."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
ذكر رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن رجلاً من بني اسرائيل طلب من رجل آخر من بني إسرائيل أن يُسلفه ألف دينار، فقال له الرجل: ائتني بشهيد يشهد أنك أخذت مني ألف دينار. فقال له الرجل الذي يريد السلف: «كفى بالله شهيدًا» أي: يكفيك ويكفيني أن يكون الله شهيدًا علينا. فقال الرجل له: فائتني بضامن يضمنك. فقال: «كفى بالله كفيلاً» أي: يكفيك أن يكون الله هو الضامن. فقال له: صدقت. فأعطاه الألف دينار إلى وقت محدد. فخرج الذي استلف فركب البحر بالمال يتجر فيه، فلما جاء الموعد المحدَّد لسداد الدَّين بحث عن مركب يركبها حتى يقدم على الذي أسلفه، فلم يجد مركبًا، فأخذ خشبة فحفرها وأدخل فيها ألف دينار وصحيفة منه إلى صاحبه وكتب إليه: من فلان إلى فلان، إني دفعت مالك إلى وكيل توكل بي. ثم سوَّى موضع الحفر وأصلحه، ثم أتى بالخشبة إلى البحر فقال: اللهم إنك تعلم أني كنت تسلفت من فلان ألف دينار فسألني كفيلاً فقلت: كفى بالله كفيلاً، فرضي بك، وسألني شهيدًا فقلت: كفى بالله شهيدًا، فرضي بك، وإني اجتهدت أن أجد مركبًا أبعث إليه الذي له في ذمتي فلم أقدر على تحصيلها، وإني أتركها عندك وديعة وأمانة. ثم رمى بها في البحر حتى دخلت فيه، ثم انصرف ولكنه ظل أيضًا يبحث عن مركب ليذهب إلى بلد الذي أسلفه بألف دينار أخرى؛ ظنا منه أن فعله الأول غير كاف، أما الرجل صاحب المال فخرج في الموعد ينظر لعل مركبًا قد جاء بماله الذي أسلفه للرجل، كأن يكون أرسله مع شخص أو جاء به بنفسه، فلم يجد مركبًا، فإذا بالخشبة التي فيها المال فأخذها لأهله يجعلها حطبًا للإيقاد، وهو لا يعلم أن المال فيها، فلما قطعها بالمنشار، وجد المال الذي له والصحيفة التي كتبها الرجل إليه بذلك، ثم جاء الرجل الذي استلف فأتى بالألف دينار الأخرى، فقال للذي أسلفه: والله لقد اجتهدت في البحث عن مركب لآتيك بمالك فما وجدت مركبًا قبل الذي أتيت فيه. قال الذي أسلفه: هل كنت بعثت إليّ بشيء؟ فقال: أُخبرك أني لم أجد مركبًا قبل الذي جئتُ فيه. قال الرجل الذي أسلفه: إن الله قد أدَّى عنك الألف دينار التي بعثت بها في الخشبة. فانصرف بالألف الدينار الأخرى التي أتيت بها راشدًا.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah menceritakan bahwa ada seseorang dari Bani Israil yang meminjam uang seribu dinar dari kalangan Bani Israil lainnya. Orang itu berkata, “Datangkanlah saksi-saksi yang akan bersaksi bahwa kamu telah meminjam dariku uang seribu dinar.” Peminjam berkata, “Cukuplah Allah sebagai saksinya.” Yakni cukuplah bagimu dan bagiku Allah sebagai saksinya. Orang yang meminjamkan berkata, “Datangkanlah seorang penjamin yang akan menjaminmu.” Peminjam berkata, “Cukuplah Allah sebagai penjamin.” Yakni cukuplah bagimu Allah yang menjadi Penjamin. Orang yang meminjamkan berkata, “Kamu benar.” Kemudian dia memberikan uang itu hingga tempo waktu tertentu. Kemudian orang yang meminjam uang itu pergi ke laut untuk berdagang. Ketika jatuh waktu tempo untuk pembayaran, dia mencari perahu untuk mengantarkan uang pinjamannya itu namun dia tidak menemukannya. Kemudian dia mengambil kayu dan melubanginya. Lalu dia memasukkan ke dalamnya uang seribu dinar beserta secarik tulisan yang ditujukan kepada pemilik uang: “Dari fulan untuk fulan, bahwa aku telah mengembalikan uangmu melalui Wakil yang mewakiliku”. Kemudian ia melapisi dan memperbaiki kayu tersebut. Lalu dia membawanya ke laut. Dia berkata: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku telah meminjam uang seribu dinar dari si fulan. Dia meminta penjamin dariku, kemudian kukatakan bahwa cukuplah Allah sebagai penjamin, dan dia pun rela. Dia memintaku mendatangkan saksi, lalu kukatakan bahwa cukuplah Allah sebagai saksi, lalu dia pun rela. Sesungguhnya aku telah berusaha untuk mendapatkan perahu yang akan kugunakan untuk mengantarkan uangku kepadanya, namun aku tidak mendapatkannya. Kini, kutitipkan uang itu kepada-Mu.” Kemudian dia melemparkan kayu itu hingga tenggelam. Dia pun pergi. Walau demikian, dia tetap berusaha mencari perahu yang menuju ke negeri orang yang meminjamkan dengan membawa seribu dinar lainnya. Dia mengira apa yang telah diusahakannya belum cukup. Adapun orang yang meminjamkan uang, ia pergi untuk menanti. Barangkali ada perahu datang membawa piutangnya, atau ia menitipkannya kepada seseorang atau ia datang sendiri dengan membawanya. Namun dia tidak menemukan perahu satupun. Tiba-tiba dia menemukan kayu yang berisi uang itu. Dia membawanya pulang untuk kayu bakar bagi keluarganya, dan dia tidak mengetahui bahwa di dalamnya terdapat uang. Tatkala dia membelahnya dengan gergaji, dia menemukan uang dan secarik pesan untuknya dari lelaki peminjam itu. Sementara itu, si peminjam pun datang membawa seribu dinar lainnya. Dia berkata kepada si peminjam, “Demi Allah, sebelum aku datang sekarang, aku senantiasa berusaha untuk mendapatkan perahu guna mengantarkan uang kepadamu, namun aku tidak mendapatkan satu perahu pun sebelum aku tiba dengan menaiki perahu yang aku tumpangi ini.” Orang yang meminjamkan berkata, “Apakah kamu mengirimkan sesuatu kepadaku?” Peminjam berkata, “Aku telah ceritakan kepadamu bahwa aku tidak menemukan perahu, sebelum aku mendapatkannya sekarang ini.” Orang yang meminjamkan berkata, “Sesungguhnya Allah telah mengantarkan pinjamanmu yang kau taruh dalam kayu. Maka bawalah kembali uang seribu dinar yang kamu bawa itu dan gunakan dengan baik!"

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8318

 
Hadith   1423   الحديث
الأهمية: يحشر الناس يوم القيامة -أو قال: العباد- عُرَاةً غُرْلًا بهما
Tema: Seluruh manusia -atau beliau bersabda -para hamba- akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan telanjang, tidak berkhitan, dan buhman.

عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما-، قال: بلغني حديثٌ عن رجل سمعه من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فاشتريتُ بعيرًا، ثم شَدَدْتُ عليه رَحْلي، فَسِرْتُ إليه شهرا، حتَى قَدِمتُ عليه الشَّام فإذا عبد الله بن أُنيس، فقُلت للبوَّاب: قل له: جابر على الباب، فقال: ابن عبد الله؟ قلت: نعم، فخرج يَطَأُ ثوبه فَاعْتَنَقَنِي، وَاعْتَنَقْتُهُ، فقلت: حَدِيثًا بَلَغَنِي عَنْكَ أَنَّكَ سمعتَه من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- في القِصَاص، فخشيتُ أن تموت، أو أموت قبل أنْ أسْمَعَه، قال: سمعتُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «يُحْشَرُ الناسُ يوم القيامة -أو قال: العباد- عُراةً غُرْلًا بُهْمًا» قال: قلنا: وما بُهْمًا؟ قال: «ليس معهم شيء، ثم يناديهم بصوت يَسْمَعُه مَن بَعُدَ كما يسمعه مَن قَرُبَ: أنَا الملك، أنا الدَيَّان، ولا ينبغي لأحد من أهل النار، أن يدخل النارَ، وله عِنْد أحد من أهل الجنة حقٌّ، حتى أَقُصَّه منه، ولا ينبغي لأحد مِنْ أهل الجنَّة أَن يَدْخُل الجنَّةَ، وِلَأحَد مِن أهْل النَّار عِنْدَه حقٌّ، حتى أقصَّه منه، حتَّى اللَّطْمَة» قال: قلنا: كيف، وإِنَّا إِنَّما نَأْتِي اللهَ عزَّ وجّلَّ عُراةً غُرْلًا بُهْمًا؟ قال: «بِالحَسَنَات والسيِّئَات».

Dari Jābir bin Abdillah -raḍiyallāhu ‘anhuma- ia berkata, “Telah sampai kepadaku sebuah hadis dari seseorang yang langsung mendengar dari Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam-, lalu aku membeli seekor unta, kemudian aku persiapkan bekal perjalananku dan aku tempuh perjalanan satu bulan untuk menemuinya, hingga sampailah aku ke Syam, ternyata orang tersebut adalah Abdullah bin Unais. Lalu aku berkata kepada penjaga pintu rumahnya, 'Sampaikan kepada tuanmu bahwa Jābir sedang menunggu di pintu.' Dia (Abdullah bin Unais) bertanya, “Ibnu Abdillah?” Aku menjawab, “Iya.” Maka ia (Abdullah bin Unais) bergegas keluar sambil menyingsingkan pakaiannya lalu merangkulku dan aku pun merangkulnya. Aku berkata kepadanya, “Telah sampai kepadaku sebuah hadis, dikabarkan bahwa engkau mendengarnya langsung dari Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- tentang qisas (pembalasan di hari kiamat). Aku khawatir engkau meninggal atau aku meninggal sebelum sempat mendengarnya.” Abdullah bin Unais berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Seluruh manusia -atau beliau bersabda: para hamba- nanti akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan telanjang, tidak berkhitan, dan buhman.” Kami bertanya, “Apa itu buhman?” Beliau menjawab, “Tidak membawa apa pun.” Kemudian Allah menyeru mereka dengan suara yang didengar oleh orang yang jauh sebagaimana didengar oleh orang yang dekat: “Aku adalah Al-Malik (Maharaja), Aku adalah Ad-Dayyān (Yang Maha Membalas amalan hamba). Tidaklah pantas bagi siapa pun dari kalangan penghuni neraka untuk masuk ke dalam neraka sementara masih ada hak penghuni surga pada dirinya hingga Aku mengqisasnya, dan tidak pantas pula bagi siapa pun dari kalangan penghuni surga untuk masuk ke dalam surga sementara masih ada hak penghuni neraka pada dirinya hingga Ku-selesaikan hak penghuni neraka itu darinya, meskipun haknya itu sebuah tamparan.” Kami bertanya, “Bagaimana caranya? (Bukankah) Kita menemui Allah -'Azzā wa Jallā- dalam keadaan tidak berpakaian, tidak berkhitan dan tidak memiliki apa pun?” Nabi menjawab, “Diselesaikan dengan kebaikan dan kejelekan (yang kita miliki)”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر جابر بن عبد الله الأنصاري أنه علم أن عبد الله بن أُنيس سمع حديثًا من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لم يسمعه، فاشترى جملًا ووضع عليه أمتعته، ثم سافر شهرا، حتى قَدِم الشام فدخل على عبد الله بن أُنيس، فقال للبوَّاب: قل له: جابر على الباب، فقال عبد الله بن أُنيس: ابن عبد الله؟ قال جابر: نعم، فخرج إليه مسرعًا يدوس على ثوبه من سرعته، واعتنقا، فقال له جابر: إني علمت أنك سمعتَ من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- حديثًا في القَصَاص، فخفت أن تموت، أو أموت قبل أن أسمعه، فقال: سمعتُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «يُحْشَرُ الناسُ يوم القيامة عُراةً غُرْلًا بُهْمًا» قال: قلنا: وما بُهْمًا؟ قال: «ليس معهم شيء» أي: يجمع الله الناس يوم القيامة في مكان واحد ليحاسبهم، ويجزيهم بعملهم، ويكونون حينذاك عراة وغير مختونين، كما ولدتهم أمهاتهم، ليس معهم شيء من الدنيا.
ثم قال: «ثم يناديهم بصوت» فالنداء لا يكون إلا بصوت، ولا يعرف الناس نداء بدون صوت، فذكر الصوت هنا لتأكيد النداء، وهذا في غاية الصراحة والوضوح في أن الله يتكلم بكلام يُسمع منه تعالى، وأن له صوتاً، ولكن صوته لا يشبه أصوات خلقه، ولهذا قال: «يسمعه من بعد كما يسمعه من قرب» فهذه الصفة تختص بصوته تعالى، وأما أصوات خلقه فيسمعها القريب منها فقط، حسب قوة الصوت وضعفه، وقد كثرت النصوص المثبتة لذلك، منها قوله تعالى: {ِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا}، وقوله: {وَنَادَيْنَاهُ مِن جَانِبِ الطُّورِ الأَيْمَنِ وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيًّا}، وقوله: {وَإِذْ نَادَى رَبُّكَ مُوسَى أَنِ ائْتِ الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}.
ثم قال: «أنا الملك أنا الديان» يعني: أن النداء الذي يسمعه أهل الموقف كلهم يسمعه من بعد كما يسمعه من قرب، هو بقوله: «أنا الملك أنا الديان ...»، فهو تعالى الملك الذي بيده ملك السماوات والأرض، ومن فيهن، وهو الديان الذي يجازي عباده بعملهم، من عمل خيراً جازاه بأفضل مما عمل، ومن عمل شراً جازاه بما يستحق.
ثم يقول تعالى: «ولا ينبغي لأحد من أهل النار، أن يدخل النارَ، وله عند أحد من أهل الجنة حقٌّ، حتى أقصَّه منه، ولا ينبغي لأحد من أهل الجنة أن يدخل الجنةَ، ولأحد من أهل النار عنده حقٌّ، حتى أقصَّه منه، حتى اللطمة» أي: أن الله عز وجل يحكم بين عباده بالعدل، فيأخذ من الظالم حق المظلوم، فلا يدخل أحد من أهل النار النارَ وله عند أهل الجنة حق، حتى يمكنه من أخذ حقه، وهذا من تمام العدل فإن الكافر والظالم مع أنهما سيدخلان النار إلا أنهم لن يُظلموا، فإذا كان لهم حق عند أحد من أهل الجنة أخذوه منه، وكذلك الحال في أهل الجنة.
فقال الصحابة للنبي -صلى الله عليه وسلم-: قلنا: كيف سيوفي الناس الحقوق وليس معهم شيء من الدنيا؟ فقال النبي صلى الله عليه وسلم: «بالحسنات والسيئات» أي: إنما يحدث توفية الحقوق بأن يأخذ المظلوم من حسنات الظالم، فإذا فنيت حسنات الظالم أُخذ من سيئات المظلوم فوُضعت على سيئات الظالم ثم طُرح في النار، كما جاء في الحديث.
Jābir bin Abdillah Al-Anṣārī mengabarkan bahwa ia mengetahui Abdullah bin Unais telah mendengar sebuah hadis dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang belum ia dengar, lalu ia membeli seekor unta dan meletakkan barang bawaannya di atas unta tersebut. Kemudian ia melakukan safar selama sebulan hingga sampai di Syam, lalu ia mendatangi rumah Abdullah bin Unais, lalu ia berkata kepada penjaga pintu rumahnya, “Katakan kepadanya; Jābir di depan pintu.” Maka Abdulah bin Unais berkata, “Ibnu Abdillah?” Jābir menjawab, “Iya.” Lalu ia (Abdullah bin Unais) segera keluar sambil menyinsingkan bajunya karena tergesa-gesa dan mereka berdua pun berpelukan. Lantas Jābir berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau telah mendengar dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebuah hadis tentang qisas (pembalasan atas kezaliman), aku khawatir engkau meninggal atau aku yang meninggal sebelum sempat mendengarnya. Lalu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Seluruh manusia nanti akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan telanjang, tidak berkhitan dan buhman.” Kami bertanya, “Apa itu buhman?” Beliau menjawab, “Tidak membawa apa pun.” Yakni Allah mengumpulkan manusia pada hari Kiamat di satu tempat untuk menghisab mereka, memberikan balasan kepada mereka sesuai perbuatan mereka, dan pada saat itu mereka dalam keadaan telanjang lagi tidak berkhitan, sebagaimana keadaan mereka saat dilahirkan ibu-ibu mereka, mereka tidak membawa apapun dari harta dunia. Kemudian beliau bersabda, “Kemudian Allah menyeru mereka dengan suara.” Suatu seruan tidak dilakukan kecuali dengan menggunakan suara dan manusia tidak mengetahui seruan tanpa adanya suara. Jadi, kata 'suara' di sini disebutkan untuk menegaskan adanya seruan tersebut. Hal ini secara gamblang dan jelas menegaskan bahwa Allah -Ta'ālā- berbicara dengan perkataan yang bisa didengar dari-Nya dan bahwa Dia memiliki suara, akan tetapi suara-Nya tidak menyerupai suara-suara makhluk-Nya, oleh karena, itu beliau bersabda, “Orang yang jauh mendengarnya sebagaimana orang yang dekat pun mendengarnya.” Sifat ini khusus bagi suara-Nya saja, adapun suara-suara makhluk-Nya maka hanya bisa didengar oleh orang yang dekat dengannya tergantung pada kuat atau lemahnya suara tersebut. Banyak dalil yang menetapkan hal itu, di antaranya firman Allah -Ta'ālā-, “Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, 'Bukankah Aku telah melarang kamu berdua.' Dan firman-Nya, "Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Ṭūr dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia bermunajat (kepada Kami).” Serta firman-Nya, "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya), 'Datangilah kaum yang zalim itu.'” Kemudian Allah berfirman,: “Aku adalah Al-Malik (Maharaja), Aku adalah Ad-Dayyān (Yang Maha Membalas amalan hamba)” yakni bahwa seruan yang didengar oleh para hamba bisa didengar oleh orang yang jauh sebagaimana didengar oleh orang yang dekat. Makna firman-Nya: “Aku adalah Al-Malik (Maharaja), Aku adalah Ad-Dayyān (Yang Maha Membalas amalan hamba)”; adalah bahwa Allah -Ta’ālā- adalah Al-Malik (Maharaja) yang di tangan-Nya kekuasaan langit dan bumi beserta isinya dan Dia juga adalah Ad-Dayyān yang memberikan balasan kepada para hamba sesuai amalan mereka; barangsiapa yang melakukan kebaikan, maka Dia membalasnya dengan yang lebih baik dari apa yang ia lakukan dan barangsiapa yang melakukan kejahatan, maka Dia membalasnya dengan apa yang berhak ia dapatkan saja. Kemudian Allah -Ta’ālā- berfirman, “Tidaklah pantas bagi siapa pun dari kalangan penghuni neraka untuk masuk ke dalam neraka sementara masih ada hak penghuni surga pada dirinya hingga Aku mengqisasnya, dan tidak pantas pula bagi siapa pun dari kalangan penghuni surga untuk masuk ke dalam surga sementara masih ada hak penghuni neraka pada dirinya hingga Ku-selesaikan hak penghuni neraka itu darinya, meskipun haknya itu sebuah tamparan” yakni bahwa Allah -‘Azzā wa Jallā- menghakimi di antara hamba-hamba-Nya secara adil, Dia mengambil dari orang yang zalim hak orang yang terzalimi, sehingga tidak seorang pun penghuni neraka masuk ke dalam neraka sedangkan ia masih memiliki hak dari penghuni surga hingga ia dapat mengambil haknya. Ini merupakan salah satu bentuk sempurnanya keadilan Allah karena meskipun orang kafir dan orang yang zalim itu keduanya akan masuk neraka namun mereka tidak akan pernah dizalimi, sampai-sampai jika mereka memiliki hak dari penghuni surga maka akan diambilkan darinya, demikian juga keadaannya pada penghuni surga. Lalu para ṣahabat berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: Kami bertanya, “Bagaimana caranya manusia menunaikan hak-hak mereka sedangkan mereka tidak membawa apa pun dari dunia?” Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, “Diselesaikan dengan kebaikan dan kejelekan.” yakni sesungguhnya pemenuhan/penunaian hak-hak tersebut terjadi dengan cara orang yang dizalimi mengambil kebaikan-kebaikan orang yang menzaliminya, jika kebaikan-kebaikan orang yang zalim tersebut telah habis maka diambil dari kejelekan-kejelekan orang yang terzalimi itu lalu ditaruh pada (catatan) kejelekan-kejelekan orang yang zalim itu, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka sebagaimana disebutkan dalam hadis lain.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8319

 
Hadith   1424   الحديث
الأهمية: إذا دخل أهل الجنة الجنة ينادي مناد: إن لكم أن تحيوا، فلا تموتوا أبدًا، وإن لكم أن تصحوا، فلا تسقموا أبدًا، وإن لكم أن تشبوا فلا تهرموا أبدًا، وإن لكم أن تنعموا، فلا تبأسوا أبدًا
Tema: Jika penghuni surga telah masuk surga, seorang penyeru berseru, "Hendaknya kalian tetap hidup dan tidak mati selama-lamanya. Hendaknya kalian tetap sehat dan tidak sakit selama-lamanya. Hendaknya kalian tetap muda dan tidak menjadi tua untuk selama-lamanya. Hendaknya kalian bersenang-senang dan tidak sengsara selama-lamanya."

عن أبي سعيد الخدري وأبي هريرة -رضي الله عنهما- مرفوعاً: «إذا دخلَ أهلُ الجنةِ الجنةَ يُنَادِي مُنادٍ: إن لكم أن تَحْيوا، فلا تَموتُوا أبداً، وإن لكم أن تَصِحُّوا، فلا تَسقَمُوا أبداً، وإن لكم أن تَشِبُّوا فلا تَهرَمُوا أبداً، وإن لكم أن تَنعَمُوا، فلا تَبْأسُوا أبداً».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri dan Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū', Jika penghuni surga masuk surga, seorang penyeru berseru, "Hendaknya kalian tetap hidup dan tidak mati selama-lamanya. Hendaknya kalian tetap sehat dan tidak sakit selama-lamanya. Hendaknya kalian tetap muda dan tidak menjadi tua untuk selama-lamanya. Hendaknya kalian bersenang-senang dan janganlah berputus asa selama-lamanya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
من نعيم الجنة أن النبي -صلى الله عليه وسلم- أخبر أن أهل الجنة ينادي فيهم مناد: "إن لكم أن تحيوا فلا تموتوا أبداً، وإن لكم أن تصحوا فلا تسقموا أبداً" وذكر الحديث، أي: أنهم في نعيم دائم لا يخافون الموت ولا المرض ولا كبر السن الموجب للضعف، ولا انقطاع ما هم فيه من النعيم، فهذا الحديث وغيره يوجب للإنسان الرغبة في العمل الصالح الذي يتوصل به إلى هذه الدار.
Di antara kenikmatan surga bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahukan perihal penghuni surga yang bakal diseru oleh seorang penyeru "Hendaknya kalian tetap hidup dan tidak mati selama-lamanya. "Hendaknya kalian tetap sehat " dan tidak sakit selama-lamanya." Dan ia menyebutkan hadis. Yakni, mereka ada dalam kenikmatan yang abadi tanpa merasa takut pada kematian, penyakit, usia lanjut yang menyebabkan kelemahan dan terputusnya kenikmatan yang mereka rasakan. Hadis ini dan berbagai hadis lainnya mengharuskan manusia untuk senang melakukan amal saleh yang dapat mengantarkannya ke rumah ini (surga)."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8341

 
Hadith   1425   الحديث
الأهمية: إن أدنى مقعد أحدكم من الجنة أن يقول له: تمن، فيتمنى ويتمنى فيقول له: هل تمنيت؟ فيقول: نعم، فيقول له: فإن لك ما تمنيت ومثله معه
Tema: Sesungguhnya orang yang paling rendah kedudukannya di surga ialah orang yang Allah berfirman kepadanya, "Berangan-anganlah!" Lantas orang itu berangan-angan dan berandai-andai." Allah berfirman, "Apakah engkau sudah berangan-angan?" Orang itu menjawab, "Ya." Allah berfirman kepadanya, "Sesungguhnya engkau akan mendapatkan apa yang kau angan-angankan dan yang semisalnya (dua kali lipatnya)".

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إنَّ أدنى مَقْعَدِ أحدِكم من الجنة أن يقول له: تَمَنَّ، فيتمنَّى ويتمنَّى فيقول له: هل تمنَّيتَ؟ فيقول: نعم، فيقول له: فإن لك ما تمنَّيتَ ومثله معه».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya orang yang paling rendah kedudukannya di surga ialah orang yang Allah berfirman kepadanya, "Berangan-anganlah!" Lantas orang itu berangan-angan dan berandai-andai." Allah berfirman, "Apakah engkau sudah berangan-angan?" Orang itu menjawab, "Ya." Allah berfirman kepadanya, "Sesungguhnya engkau akan mendapatkan apa yang kau angan-angankan dan yang semisalnya (dua kali lipatnya)".

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إن أقل أهل الجنة ملكًا وأنزلهم مرتبة مَن ينال أمانيه كلها بحيث لا تبقى له أمنية إلا تحققت، حيث يقول الله له: «تمن» فيتمنى ما يشاء، حتى إذا تمنى جميع أمانيه، قال الله تعالى له: «فإن لك ما تمنيت ومثله معه» زيادة وفضلًا وإكرامًا من الله -تعالى-.
Sesungguhnya penghuni surga yang paling sedikit kerajaannya dan paling rendah kedudukannya adalah orang yang memperoleh segala apa yang diangan-angankannya di mana tidak ada satu pun angan-angannya melainkan terwujud. Allah berfirman kepadanya, "Berangan-anganlah!" Orang itu pun berangan-angan sesuai kehendaknya hingga ketika ia telah berangan-angan dengan semua yang dia inginkan, Allah berfirman kepadanya, "Sesungguhnya bagimu apa yang telah kau angankan dan hal serupa dengannya." Sebagai tambahan, karunia, dan kemuliaan dari Allah -Ta'ālā-.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8342

 
Hadith   1426   الحديث
الأهمية: وما لنا لا نرضى يا ربنا وقد أعطيتنا ما لم تعط أحدا من خلقك؟! فيقول: ألا أعطيكم أفضل من ذلك؟ فيقولون: وأي شيء أفضل من ذلك؟ فيقول: أحل عليكم رضواني فلا أسخط عليكم بعده أبدًا
Tema: Wahai Rabb kami, bagaimana mungkin kami tidak rida, padahal Engkau telah memberikan kepada kami apa yang tidak diberikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu." Allah berfirman, "Maukah Aku berikan kepada kalian yang lebih utama dari itu?" Mereka bertanya, "Apa yang lebih utama dari itu?" Allah berfirman, "Aku halalkan keridaan-Ku untuk kalian sehingga Aku tidak murka kepada kalian setelahnya selama-lamanya."

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- قال: «إنَّ الله -عزَّ وجل- يقول لأهل الجنة: يا أهل الجنَّة، فيقولون: لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ، والخير في يَدَيْكَ، فيقول: هل رَضِيتُمْ؟ فيقولون: وما لنَا لا نَرضَى يا ربَّنَا وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا ما لم تُعْطَ أحدا من خلقك؟! فيقول: ألاَ أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ من ذلك؟ فيقولون: وأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ من ذلك؟ فيقول: أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي، فَلاَ أَسْخَطُ عليكم بعده أبدًا».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- berfirman kepada penghuni surga, "Wahai penghuni surga." Mereka menjawab, "Kami sambut panggilan-Mu wahai Rabb kami, dan pertolongan-Mu serta kebaikan ada di kedua tangan-Mu." Allah bertanya, "Apakah kalian rida?" Mereka menjawab, "Wahai Rabb kami, bagaimana mungkin kami tidak rida, padahal Engkau telah memberikan kepada kami apa yang tidak diberikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu." Allah berfirman, "Maukah Aku berikan kepada kalian yang lebih utama dari itu?" Mereka bertanya, "Apa yang lebih utama dari itu?" Allah berfirman, "Aku halalkan keridaan-Ku untuk kalian sehingga Aku tidak murka kepada kalian setelahnya selama-lamanya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يصوِّر لنا الحديث الشريف حوارًا سيكون في الجنة يوم القيامة بين الله -تعالى- والمؤمنين، وهو أن الله -تعالى- ينادي على المؤمنين ويسألهم    بعد دخولهم إياها:
(يا أهل الجنة، فيقولون لبيك) أي: إجابة بعد إجابة.
(يا ربنا وسعديك) بمعنى الإسعاد، وهو الإعانة، أي: نطلب منك إسعادا بعد إسعاد.
(والخير في يديك) أي: في قدرتك، ولم يذكر الشر؛ لأن الأدب عدم ذكره صريحا.
فيقول -تعالى- لهم:
(هل رضيتم؟) بما صرتم إليه من النعيم المقيم.
(فيقولون وما لنا لا نرضى) الاستفهام لتقرير رضاهم، أي نعم قد رضينا، (وقد أعطيتنا) وفي رواية وهل شيء أفضل مما أعطيتنا؟ أعطيتنا (ما لم تعط أحدا من خلقك) الذين لم تدخلهم الجنة.
فيقول -تعالى-: (ألاَ أُعطِيكم أفضل من ذلك؟ فيقولون يا رب، وأي شيء أفضل من ذلك، فيقول أُحِل عليكم رِضْوَاني) أي: رضائي.
(فلا أسخط عليكم بعده أبدا) فالله -تعالى- لا يسخط على أهل الجنة.
Hadis yang mulia ini menggambarkan kepada kita dialog yang akan terjadi pada hari kiamat antara Allah -Ta'ālā- dengan orang-orang beriman. Allah -Ta'ālā- menyeru orang-orang beriman dan bertanya kepada mereka setelah masuk surga. "Wahai penghuni surga." Mereka menjawab, "Kami menyambut panggilan-Mu," yakni, jawaban setelah jawaban. "Wahai Rabb kami, dan pertolongan-Mu," maknanya "al-Is'ād", yaitu pertolongan. Yakni kami memohon kepada-Mu pertolongan setelah pertolongan. "Serta kebaikan ada di kedua tangan-Mu," yakni, dalam kekuasaan-Mu. Keburukan tidak disebutkan karena termasuk adab (sopan santun) tidak menyebutkannya secara jelas. Allah -Ta'ālā- bertanya kepada mereka, "Apakah kalian rida" terhadap kenikmatan abadi yang kalian dapatkan? "Mereka menjawab, "Wahai Rabb kami, bagaimana mungkin kami tidak rida," pertanyaan ini untuk menetapkan keridaan mereka. Yakni, ya, kami telah rida. "Padahal Engkau telah memberikan kepada kami," dalam satu riwayat disebutkan, "Apakah ada sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Engkau berikan kepada kami?" Engkau telah memberikan kepada kami, "apa yang tidak diberikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu." Orang-orang yang tidak Engkau masukkan ke dalam surga. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Maukah Aku berikan kepada kalian yang lebih utama dari itu?" Mereka bertanya, "Wahai Rabb, apa yang lebih utama dari itu?" Allah berfirman, "Aku halalkan keridaan-Ku untuk kalian," yakni, keridaan-Ku. "Sehingga Aku tidak murka kepada kalian setelahnya selama-lamanya." Dengan demikian, Allah -Ta'ālā- tidak murka kepada penghuni surga.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8343

 
Hadith   1427   الحديث
الأهمية: إذا دخل أهل الجنة الجنة يقول الله -تبارك وتعالى-: تريدون شيئا أزيدكم؟ فيقولون: ألم تبيض وجوهنا؟ ألم تدخلنا الجنة وتنجنا من النار؟ فيكشف الحجاب، فما أعطوا شيئا أحب إليهم من النظر إلى ربهم
Tema: Apabila penghuni Surga telah masuk ke dalam Surga, Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- berfirman, "Apakah ‎kalian menginginkan sesuatu Aku tambahkan untuk kalian?" Lantas mereka menjawab, "Bukankah ‎Engaku telah memutihkan wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam Surga dan ‎menyelamatkan kami dari Neraka?" Kemudian Allah membuka hijab, maka mereka tidak diberi sesuatu ‎yang lebih mereka sukai daripada kenikmatan melihat Rabb mereka.‎

عن صهيب بن سنان -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إذا دخل أهل الجنة الجنة يقول الله -تبارك وتعالى-: تريدون شيئا أزيدكم؟ فيقولون: ألم تبُيِّضْ وُجُوهنا؟ ألم تُدْخِلْنَا الجنة وتُنَجِّنَا من النار؟ فيكشف الحِجَاب، فما أُعْطُوا شيئا أحَبَّ إليهم من النظر إلى ربهم».

Dari Ṣuhaib bin Sinān -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', “Apabila penghuni Surga telah masuk ke dalam Surga, Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- berfirman, "Apakah ‎kalian menginginkan sesuatu Aku tambahkan untuk kalian?" Lantas mereka menjawab, "Bukankah ‎Engkau telah memutihkan wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam Surga dan ‎menyelamatkan kami dari Neraka?" Kemudian Allah membuka hijab, maka mereka tidak diberi sesuatu ‎yang lebih mereka sukai daripada kenikmatan melihat Rabb mereka.‎”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يبين لنا الحديث الشريف جانباً من النعيم الذي يكون للمؤمنين يوم القيامة في الجنة، وهو حوار بينهم وبين الله -عزوجل- بعد دخولهم الجنة بأن يسألهم -تعالى- عما يتمنون زيادته لنعيمهم، فيُجيبون بأنهم في أنواع النعيم من تبييض الوجوه وإدخالهم الجنة ونجاتهم من النار، فيعطيهم الله النعيم الذي ليس بعده نعيم وهو كشف الحجاب الذي بينهم وبين الله -تعالى- فينظرون لوجهه الكريم ويكون أفضل ما ينعم به عليهم في الجنة.
Hadis mulia ini menjelaskan kepada kita tentang kenikmatan yang Allah berikan kepada orang-orang yang beriman pada hari kiamat nanti di dalam Surga; yaitu percakapan antara ‎mereka dengan Allah -'Azza wa Jalla- setelah mereka masuk ke dalam Surga. Allah bertanya kepada mereka tentang apa yang mereka inginkan dari kenikmatan untuk menambah ‎kenikmatan yang diberikan kepada mereka. Kemudian mereka menjawab bahwa sesungguhnya ‎mereka telah dianugerahi berbagai macam kenikmatan dari diputihkannya wajah-wajah mereka, ‎dimasukkan ke dalam Surga dan diselamatkannya mereka dari Neraka. Lalu Allah memberi ‎mereka kenikmatan yang tidak ada lagi kenikmatan yang lebih besar darinya yaitu dibukanya hijab atau ‎pembatas yang ada antara mereka dengan Allah -Ta'ālā- sehingga mereka dapat memandang ‎wajah-Nya Yang Mulia, dan ini adalah kenikmatan yang paling utama yang diberikan kepada ‎mereka di dalam Surga.‎

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8344

 
Hadith   1428   الحديث
الأهمية: أنا سيد الناس يوم القيامة، هل تدرون مم ذاك؟
Tema: Aku pemimpin manusia pada hari Kiamat, tahukah kalian kenapa?

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: كنا مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- في دعوة، فَرُفِعَ إليه الذِّرَاعُ، وكانت تعجبه، فَنَهَسَ منها نَهْسَةً وقال: «أنا سَيِّدُ الناس يوم القيامة، هل تدرون مِمَّ ذاك؟ يجمع الله الأولين والآخرين في صَعِيدٍ واحد، فيُبْصرُهُم الناظر، يُسْمِعُهُمُ الداعي، وتَدْنُو منهم الشمس، فيبلغ الناس من الغَمِّ والكَرْبِ ما لا يُطيقُون ولا يحتملون، فيقول الناس: ألا ترون ما أنتم فيه إلى ما بَلَغَكُم، ألا تنظرون من يشفع لكم إلى ربكم؟ فيقول بعض الناس لبعض: أبوكم آدم. فيأتونه فيقولون: يا آدم أنت أبو البشر، خلقك الله بيده، ونفخ فيك من روحه، وأمر الملائكة فسجدوا لك، وأسكنك الجنة، ألا تشفع لنا إلى ربك؟ ألا ترى إلى ما نحن فيه وما بلغنا؟ فقال: إن ربي غضب اليوم غضبًا لم يغضب قبله مثله، ولا يغضب بعده مثله، وإنه نهاني عن الشجرة فعصيتُ، نفسي نفسي نفسي، اذهبوا إلى غيري، اذهبوا إلى نوح، فيأتون نوحًا فيقولون: يا نوح، أنت أول الرسل إلى أهل الأرض، وقد سماك الله عبدًا شكورًا، ألا ترى إلى ما نحن فيه، ألا ترى إلى ما بلغنا، ألا تشفع لنا إلى ربك؟ فيقول: إن ربي غضب اليوم غضبًا لم يغضب قبله مثله، ولن يغضب بعده مثله، وإنه قد كانت لي دعوة دعوتُ بها على قومي، نفسي نفسي نفسي، اذهبوا إلى غيري، اذهبوا إلى إبراهيم، فيأتون إبراهيم فيقولون: يا إبراهيم، أنت نبي الله وخليله من أهل الأرض، اشْفَعْ لنا إلى ربك، ألا ترى إلى ما نحن فيه؟ فيقول لهم: إن ربي قد غضب اليوم غضبًا لم يغضب قبله مثله، ولن يغضب بعده مثله، وإني كنت كذبت ثلاث    كَذَبَات؛ نفسي نفسي نفسي، اذْهَبُوا إلى غيري، اذْهَبُوا إلى موسى، فيأتون موسى فيقولون: يا موسى أنت رسول الله، فضلك الله برسالاته وبكلامه على الناس، اشْفَعْ لنا إلى ربك، ألا ترى إلى ما نحن فيه؟ فيقول: إن ربي قد غضب اليوم غضبًا لم يغضب قبله مثله، ولن يغضب بعده مثله، وإني قد قتلت نفسًا لم أُومَرْ بقتلها، نفسي نفسي نفسي، اذهبوا إلى غيري؛ اذهبوا إلى عيسى. فيأتون عيسى فيقولون: يا عيسى، أنت رسول الله وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه، وَكَلَّمْتَ الناس في المهد، اشْفَعْ لنا إلى ربك، ألا ترى إلى ما نحن فيه؟ فيقول عيسى: إن ربي قد غضب اليوم غضبًا لم يغضب قبله مثله، ولن يغضب بعده مثله، ولم يذكر ذنبًا، نفسي نفسي نفسي، اذهبوا إلى غيري، اذهبوا إلى محمد -صلى الله عليه وسلم-».
وفي رواية: «فيأتوني فيقولون: يا محمد أنت رسول الله وخاتم الأنبياء، وقد غفر الله لك ما تقدم من ذنبك وما تأخر، اشْفَعْ لنا إلى ربك، ألا ترى إلى ما نحن فيه؟ فأنْطَلِقُ فآتي تحت العرش فأقع ساجدًا لربي، ثم يفتح الله عليَّ من مَحَامِدِه وحُسْنِ الثناء عليه شيئًا لم يفتحه على أحد قبلي، ثم يقال: يا محمد ارفع رأسك، سَلْ تُعْطَهْ، اشْفَعْ تُشَفَّعْ، فأرفع رأسي، فأقول: أمتي يا رب، أمتي يا رب، أمتي يا رب. فيقال: يا محمد أدخلْ من أمتك من لا حساب عليهم من الباب الأيمن من أبواب الجنة، وهم شركاء الناس فيما سوى ذلك من الأبواب». ثم قال: «والذي نفسي بيده، إن ما بين الْمِصْرَاعَيْنِ من مصاريع الجنة كما بين مكة وهَجَر، أو كما بين مكة وبُصْرَى».

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu berkata, Kami pernah bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam sebuah undangan. Beliau diberi kaki kambing, dan beliau memang menyukainya, lalu beliau menggigitnya dengan ujung giginya dan bersabda, "Aku pemimpin manusia pada hari Kiamat. Tahukah kalian kenapa? Allah akan mengumpulkan semua manusia dari yang pertama hingga yang terakhir dalam satu tanah lapang; semua mereka akan terlihat oleh orang yang melihat, serta suara seorang penyeru akan terdengar oleh semua mereka, dan matahari akan merendah pada mereka. Maka manusia akan mengalami kegelisahan dan kesusahan sampai pada batas yang tidak mampu mereka pikul. Lalu manusia berkata, 'Tidakkah kalian melihat keadaan kalian? Tidakkah kalian melihat apa yang menimpa kalian? Tidakkah kalian melihat siapa yang dapat memintakan syafaat untuk kalian dari Rabb kalian?' Mereka berkata satu sama lain, 'Hendaklah kalian menemui bapak kalian, Adam.' Lantas mereka menemui Adam lalu berkata, 'Wahai Adam! Engkau adalah bapak seluruh manusia. Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya dan meniupkan ruh-Nya padamu. Allah memerintahkan para malaikat bersujud kepadamu lalu mereka pun bersujud, dan Allah menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau memintakan kami syafaat kepada Rabb-mu? Tidakkah engkau melihat kondisi kami? Tidakkah engkau melihat yang menimpa kami?' Adam berkata, 'Sungguh Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya. Dulu Dia melarangku mendekati pohon itu, tapi aku durhaka. Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah pada selainku. Pergilah kepada Nuh.' Lantas mereka datang menemui Nuh lalu berkata, 'Wahai Nuh! Engkau adalah rasul pertama kepada penduduk bumi dan Allah menyebutmu sebagai hamba yang sangat bersyukur. Tidakkah engkau melihat kondisi kami? Tidakkah engkau melihat apa yang menimpa kami? Tidakkah engkau memintakan kami syafaat kepada Rabb-mu?' Nuh berkata kepada mereka, 'Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya. Dulu aku memiliki sebuah doa, aku menggunakannya untuk mendoakan keburukan terhadap kaumku. Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku. Pergilah ke Ibrahim.' Lantas mereka datang menemui Ibrahim lalu berkata, 'Wahai Ibrahim! Engkau adalah nabi Allah dan kekasih-Nya dari penduduk bumi. Mintakanlah kami syafaat kepada Rabb-mu. Tidakkah engkau melihat kondisi kami?' Ibrahim berkata kepada mereka, 'Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya. Dulu aku pernah bedusta tiga kali. Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku, pergilah ke Musa.' Lantas mereka pergi menemui Musa lalu berkata, 'Wahai Musa! Engkau adalah rasul Allah. Allah telah melebihkanmu dengan risalah dan kalam-Nya atas seluruh manusia. Mintakanlah kami syafaat kepada Rabb-mu. Tidakkah engkau melihat kondisi kami?' Musa berkata, 'Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya. Dulu aku telah membunuh jiwa yang tidak diperintahkan kepadaku untuk membunuhnya. Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku. Pergilah kepada Isa.' Lantas mereka datang menemui Isa lalu berkata, 'Wahai Isa! Engkau adalah rasul Allah, kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, dan ruh dari ciptaan-Nya. Engkau berbicara pada manusia saat masih berada dalam buaian. Mintakanlah kami syafaat kepada Rabb-mu. Tidakkah engkau melihat kondisi kami?' Isa berkata, 'Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan marah yang seperti ini sesudahnya. -Dia tidak menyebut sebuah dosa- Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku. Pergilah kepada Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.'"
Dalam riwayat lain ditambahkan, "Lantas mereka datang menemuiku lalu berkata, 'Wahai Muhammad! Engkau adalah rasul Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang kemudian. Mintakanlah kami syafaat kepada Rabb-mu. Tidakkah engkau melihat kondisi kami?' Lalu aku bergegas pergi menuju ke bawah Arasy lalu aku jatuh bersujud kepada Rabb-ku. Allah kemudian membukakan (mengilhamkan untukku) pujian-pujian dan sanjungan yang baik untuk-Nya, sesuatu yang belum pernah dibukakan kepada seorang pun sebelumku. Kemudian dikatakan, 'Hai Muhammad! Angkatlah kepalamu. Mintalah, permintaanmu pasti akan diberikan kepadamu. Berikanlah syafaat, niscaya syafaatmu akan diizinkan.' Maka aku mengangkat kepalaku, aku berkata, 'Umatku, wahai Rabb-ku! Umatku, wahai Rabb-ku! Umatku, wahai Rabb-ku!' Maka dikatakan, 'Hai Muhammad! Masukkan di antara umatmu siapa saja yang tidak dihisab melalui pintu kanan di antara pintu-pintu surga. Mereka juga memiliki hak yang sama dengan semua manusia lainnya di pintu-pintu surga lainnya.'" Setelah itu beliau bersabda, "Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Jarak antara dua sisi tiap pintu surga seperti jarak antara Mekah dan Hajar, atau seperti jarak antara Mekah dan Buṣrā."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أخبر أبو هريرة -رضي الله عنه- أنهم كانوا مع النبي -صلى الله عليه وسلم- في دعوة طعام فقدمت إليه الذراع فقضم منها قضمة بأسنانه وكانت تعجبه ذراع الشاة؛ لأن لحمها أطيب ما في الجسم من لحم لين وسريع الهضم ومفيد، وكانت تعجب النبي -صلى الله عليه وسلم- فنهس منها نهسة ثم حدثهم هذا الحديث العجيب الطويل، فقال: أنا سيد ولد آدم يوم القيامة، ولا شك أنه -صلى الله عليه وسلم- سيد ولد آدم وأشرف بني الإنسان عند الله -تبارك وتعالى-.
ثم قال لهم: أتدرون مم ذاك؟ قالوا: لا يا رسول الله.
فساق لهم بيان شرفه وفضله -صلى الله عليه وسلم- على جميع بني آدم؛    فذكر أن الناس يحشرون يوم القيامة في أرض واسعة مستوية أولهم وآخرهم، كما قال -عز وجل-: (قل إن الأولين والآخرين لمجموعون إلى ميقات يوم معلوم) يجمعون في أرض واحدة، والأرض يومئذ ممدودة ليست كهيئتها اليوم كروية، إذا مددت بصرك لا ترى إلا ما يواجهك من ظهرها فقط، أما يوم القيامة فإن الأرض تمد مد الجلد وليس فيها جبال ولا أودية ولا أنهار ولا بحار تمد مدًّا واحدًا. والذين فيها يسمعهم الداعي وينفذهم البصر، يعني لو تكلم الإنسان يسمعهم آخر واحد، والبصر يراهم؛ لأنه ليس بها تكور حتى يغيب بعض عن بعض، ولكن كلهم في صعيد واحد.
   في ذلك اليوم تدنو الشمس من الخلائق على قدر ميل، ويلحقهم من الغم والكرب ما لا يطيقون ولا يحتملون؛ فتضيق بهم الأرض ويطلبون الشفاعة لعل أحدا يشفع فيهم عند الله -جل وعلا-، ينقذهم من هذا الموقف العظيم على الأقل.
   فيلهمهم الله -عز وجل- أن يأتوا إلى آدم أبي البشر؛ فيأتون إليه ويبينون فضله، لعله يشفع لهم عند الله -عز وجل- يقولون له: أنت آدم أبو البشر كل البشر من بني آدم الذكور والإناث إلى يوم القيامة، خلقك الله بيده كما قال -تعالى- منكرًا على إبليس: {ما منعك أن تسجد لما خلقت بيدي}، وأسجد لك ملائكته، قال الله -تعالى-: (وإذ قلنا للملائكة اسجدوا لآدم فسجدوا} وعلمك أسماء كل شيء، قال الله -تعالى-: {وعلم آدم الأسماء كلها} ونفخ فيك من روحه، قال الله -تعالى-: {فإذا سويته ونفخت فيه من روحي فقعوا له ساجدين}.
كل هذا يعلمه الخلق، ولاسيما أمة محمد الذين أعطاهم الله -تعالى- من العلوم ما لم يُعطِ أحدًا من الأمم، فيعتذر ويقول: إن ربي غضب اليوم غضبًا لم يغضب قبله مثله، ولن يغضب بعده مثله قط ثم يذكر خطيئته، وهي أن الله -سبحانه وتعالى- نهاه أن يأكل من شجرة فأكل، قال الله -تعالى-: {ولا تقربا هذه الشجرة فتكونا من الظالمين}، فعوقب بأن أخرج من الجنة إلى الأرض لحكمة يريدها الله -عز وجل- فيذكر معصيته، ويقول: نفسي نفسي نفسي. يعني عسى أن أنقذ نفسي ويؤكد ذلك ويكرره ثلاث مرات، اذهبوا إلى غيري اذهبوا إلى نوح، ونوح هو الأب الثاني للبشرية؛ لأن الله أغرق جميع أهل الأرض الذين كذبوا نوحًا {وما آمن معه إلا قليل}، ولم يستمر عقب غيره، فيقولون: اذهبوا إلى نوح فيأتون إلى نوح؛ لأنهم في شدة وضيق فيأتونه ويذكرون نعم الله عليه، وأنه أول رسول أرسله الله إلى أهل الأرض، وأن الله سماه عبدًا شكورًا، ولكنه يقول كما قال آدم بأن الله -عز وجل- غضب اليوم غضبًا لم يغضب مثله قط، ولن يغضب مثله ثم ذكر دعوته التي دعا بها على قومه: {رب لا تذر على الأرض من الكافرين ديارًا} وفي رواية أنه يذكر دعوته التي دعا بها لابنه {فقال رب إن ابني من أهلي وإن وعدك الحق وأنت أحكم الحاكمين قال يا نوح إنه ليس من أهلك إنه عمل غير صالح فلا تسألن ما ليس لك به علم إني أعظك أن تكون من الجاهلين}، يذكر ذنبه والشافع لا يشفع إلا إذا كان ليس بينه وبين المشفوع عنده ما يوجب الوحشة، والمعصية بين العبد وربه توجب الوحشة بينهما وخجله منه، فيذكر معصيته فيقول نفسي نفسي نفسي، ويحيلهم إلى إبراهيم -صلى الله عليه وسلم-، فيأتي الناس إليه ويقولون: أنت خليل الله في الأرض. ويذكرون من صفاته، ويطلبون منه أن يشفع لهم عند ربه، فيعتذر ويقول إنه كذب ثلاث كذبات، ويقول: نفسي نفسي نفسي.
والكذبات هي قوله: إني سقيم. وهو ليس بسقيم لكنه قال متحديا لقومه الذين يعبدون الكواكب.
والثانية قوله: {بل فعله كبيرهم هذا} أي الأصنام، وهو ما فعل وإنما الذي فعله هو إبراهيم -صلى الله عليه وسلم- لكن ذكر ذلك على سبيل التحدي لهؤلاء الذين يعبدون الأوثان.
والثالثة قوله للملك الكافر: هذه أختي يعني زوجته ليسلم من شره، وهي ليست كذلك.
هذه كذبات في ظاهر الأمر؛ لكنها في الحقيقة وبمناسبة تأويله -صلى الله عليه وسلم- لم تكن كذبات؛ لكنه لشدة ورعه وحيائه من الله -تبارك وتعالى- اعتذر بهذا، ويقول: نفسي نفسي نفسي اذهبوا إلى غيري اذهبوا إلى موسى، فيأتون إلى موسى ويذكرون صفاته، وأن الله -تعالى- كلمه تكليمًا واصطفاه على أهل الأرض برسالاته وكلامه، فيذكر ذنبًا ويعتذر بأنه قتل نفسًا قبل أن يؤذن له في قتلها، وهو القبطي الذي كان في خصام مع رجل من بني إسرائيل، وموسى من بني إسرائيل -صلى الله عليه وسلم- والقبطي من أهل فرعون {فاستغاثه الذي من شيعته على الذي من عدوه فوكزه موسى فقضى عليه} دون أن يؤمر بقتله، فرأى -صلى الله عليه وسلم- أن هذا مما يحول بينه وبين الشفاعة للخلق حيث قتل نفسا لم يؤمر بقتلها، وقال: نفسي نفسي نفسي اذهبوا إلى غيري اذهبوا إلى عيسى. فيأتون إلى عيسى ويذكرون من منة الله عليه أنه نفخ فيه من روحه وأنه كلمته ألقاها إلى مريم وروح منه؛ لأنه خلق بلا أب، فلا يذكر ذنبًا ولكنه يحيلهم إلى محمد -صلى الله عليه وسلم-، وهذا شرف عظيم لرسول الله -صلى الله عليه وسلم- حيث كان أربعة من الأنبياء يعتذرون بذكر ما فعلوه وواحد لا يعتذر بشيء، ولكن يرى أن محمدا -صلى الله عليه وسلم- أولى منه.
فيأتون إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فيقبل ذلك، ويسجد تحت العرش ويفتح الله عليه من المحامد والثناء على الله ما لم يفتحه على أحد غيره، ثم يقال له: ارفع رأسك وقل يسمع وسل تعطه واشفع تشفع. فيشفع -صلى الله عليه وسلم- ويقول: يا رب أمتي أمتي. فيتقبل الله شفاعته، ويقال له أدخل أمتك من الباب الأيمن من الجنة وهم شركاء مع الناس في بقية الأبواب.
وهذه فيها دلالة ظاهرة على أن النبي -صلى الله عليه وسلم- أشرف الرسل، والرسل هم أفضل الخلق.
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa mereka pernah bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam sebuah perjamuan makan. Lantas beliau disuguhi kaki kambing dan beliau menggigitnya dengan gigi beliau, dan beliau memang menyukai kaki kambing, karena dagingnya adalah yang terbaik di antara daging-daging lainnya, juga dagingnya lunak, mudah dikunyah, dan sangat bermanfaat. Sehingga Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyukainya lalu beliau menggigitnya dengan ujung giginya. Kemudian beliau menyampaikan kepada mereka hadis yang panjang dan mengagumkan ini. Beliau bersabda, "Aku adalah pemimpin umat manusia pada hari Kiamat." Dan tidak diragukan, beliau adalah pemimpin anak keturunan Adam dan yang paling mulia di antara umat manusia di sisi Allah -Tabāraka wa Ta'ālā-. Kemudian beliau bertanya, "Tahukah kalian kenapa?" Mereka menjawab, "Tidak, wahai Rasulullah!"
Kemudian beliau menyampaikan kepada mereka penjelasan tentang kemuliaan dan keutamaan beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di atas semua umat manusia. Beliau menyebutkan bahwa semua manusia akan dikumpulkan pada hari Kiamat di atas tanah yang luas nan rata; dari manusia yang paling pertama hingga yang paling terakhir, sebagaimana Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, "Katakanlah, '(Ya), sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian, pasti semua akan dikumpulkan pada waktu tertentu.'" (QS. Al-Wāqi'ah: 49-50). Mereka akan dikumpulkan di bumi yang sama. Bumi pada hari itu akan terbentang, tidak bulat seperti bentuknya hari ini. Bila engkau mengarahkan pandanganmu -hari ini- maka engkau tidak akan dapat melihat kecuali permukaan bumi yang ada di hadapanmu saja. Adapun pada hari Kiamat, bumi akan dibentangkan seperti membentangkan kulit; tidak ada gunung, lembah, sungai, maupun laut. Bumi dibentangkan satu bentangan. Semua yang ada di sana dapat diperdengarkan oleh seorang penyeru dan akan terlihat oleh penglihatan. Artinya bila seseorang berbicara maka akan terdengar oleh orang yang berada paling akhir, demikian juga penglihatan akan melihat mereka semuanya, karena tidak ada bulatan sehingga sebagian tidak akan terlihat dari sebagian lainnya. Tetapi mereka semuanya akan berada di satu tanah lapang.
Pada hari itu matahari akan merendah kepada manusia seukuran jarak satu mil. Manusia akan mengalami kegelisahan dan kesusahan sampai batas yang tidak mampu mereka pikul. Maka bumi menjadi sempit bagi mereka dan mereka mencari syafaat barangkali ada seseorang yang dapat memberi mereka syafaat di sisi Allah -Jalla wa 'Alā-, minimal agar menyelamatkan mereka di tempat ini.
Lalu Allah -'Azza wa Jalla- mengilhami mereka untuk datang kepada Adam, ayah umat manusia. Lantas mereka menemuinya dan menyebutkan keutamaannya barangkali dia bisa memberi mereka syafaat di sisi Allah -'Azza wa Jalla-. Mereka berkata, "Engkau adalah Adam! Engkau adalah bapak seluruh manusia, yang laki-laki dan perempuan, hingga hari Kiamat. Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya, sebagaimana Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku?' (QS. Ṣād: 75). Allah telah memerintahkan para malaikat agar bersujud kepadamu; Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, 'Sujudlah kamu kepada Adam!' Maka mereka pun bersujud.'" (QS. Al-Baqarah: 34). Allah telah mengajarimu nama segala sesuatu; Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya.' (QS. Al-Baqarah: 31). Dan Allah -Ta'ālā- meniupkan ruh-Nya padamu; Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan roh (ciptaan)Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.'" (QS. Al-Ḥijr: 29).
Semua ini diketahui oleh semua umat manusia, terutama umat Muhammad yang telah Allah -Ta'ālā- berikan berbagai ilmu yang tidak diberikan kepada umat mana pun. Namun Adam meminta maaf dan berkata, "Sungguh Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya." Kemudian dia menyebutkan kesalahannya, yaitu Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- melarangnya memakan buah sebuah pohon namun dia memakannya. Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- berfirman, "(Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim!” (QS. Al-Baqarah: 35). Kemudian dia dihukum dengan dikeluarkan dari surga ke bumi dengan hikmah yang Allah -'Azza wa Jalla- inginkan. Adam menyebutkan kesalahannya dan berkata, "Oh, diriku, diriku, diriku!" Maksudnya, seandainya aku bisa menyelamatkan diriku sendiri. Adam menegaskannya dan mengulangnya sebanyak tiga kali. Lalu berkata, "Pergilah pada selainku. Pergilah kepada Nuh." Nuh adalah ayah kedua bagi manusia; karena Allah telah menenggelamkan semua penghuni bumi yang mendustakan Nuh; sebagaimana firman-Nya: "Ternyata orang-orang beriman yang bersama dengan Nuh hanya sedikit." (QS. Hūd: 40). Sementara keturunan yang lain tidak berlanjut. Lantas mereka berkata satu sama lain, "Pergilah kepada Nuh." Mereka pun datang menemui Nuh karena mereka sedang dalam kesulitan dan kesempitan. Mereka datang dan menyebutkan nikmat-nikmat Allah kepadanya; bahwa dia adalah rasul pertama yang Allah utus ke penduduk bumi, dan bahwa Allah menyebutnya sebagai hamba yang sangat bersyukur. Namun, Nuh menjawab dengan perkataan yang sama sebagaimana yang dikatakan oleh Adam; bahwa Allah -'Azza wa Jalla- saat ini benar-benar marah, Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya. Kemudian Nuh menyebutkan doa yang pernah dia lontarkan terhadap kaumnya, “Ya Tuhanku! Janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (QS. Nūḥ: 26). Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Nuh menyebutkan doa yang dia panjatkan terhadap putranya, "Nuh berkata, 'Ya Tuhanku! Sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku, dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil.' Dia (Allah) berfirman, 'Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Sungguh Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh.'" (QS. Hūd: 45-46). Nuh lalu menyebutkan dosanya, sementara seorang pemberi syafaat tidak akan memberi syafaat kecuali bila antara dirinya dan tempat memberi syafaat tidak terdapat sesuatu yang mengharuskan adanya kerenggangan. Sedangkan maksiat seorang hamba kepada Rabb-nya akan melahirkan kerenggangan antara keduanya serta rasa malu kepada-Nya. Nuh menyebutkan kesalahannya lantas mengatakan, "Oh, diriku, diriku, diriku!" Lalu Nuh mengalihkan mereka kepada Ibrahim -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lantas mereka datang menemui Ibrahim lalu berkata, "Engkau adalah kekasih Allah dari penduduk bumi." Mereka menyebutkan sifat-sifat terpujinya dan memintanya supaya memberi mereka syafaat kepada Rabb-nya. Tetapi Ibrahim meminta maaf dan menyebutkan bahwa dia telah berdusta tiga kali. Ibrahim berkata, "Oh, diriku, diriku, diriku!" Kedustaan yang dimaksudkan, ialah ucapannya: “Sesungguhnya aku sakit” (QS. Aṣ-Ṣāffāt: 89); padahal dia tidak sakit. Tetapi dia mengucapkannya sebagai tantangan terhadap kaumnya yang menyembah bintang.
Kedua: ucapannya: “Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya" (QS. Al-Anbiyā`: 63); padahal patung itu tidak pernah berbuat, tetapi yang melakukannya sebenarnya adalah Ibrahim -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Tetapi dia menyebutkan hal itu dalam rangka menantang orang-orang yang menyembah berhala-berjhala itu.
Ketiga: perkataannya kepada raja yang kafir, "Ini adalah saudariku", maksudnya istrinya supaya bisa selamat dari keburukannya, padahal dia tidak demikian. Ini semuanya secara lahir adalah kebohongan, namun pada hakikatnya dan sesuai penafsiran Ibrahim -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bukanlah kebohongan. Namun karena tingginya sifat warak dan rasa malunya kepada Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- maka dia meminta maaf dengan sebab ini. Ibrahim berkata, "Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku, pergilah ke Musa." Lantas mereka pergi menemui Musa dan menyebutkan sifat-sifat terpujinya; bahwa Allah -Ta'ālā- berbicara langsung kepadanya dan memilihnya di atas penduduk bumi semuanya untuk memikul risalah dan kalam-Nya. Kemudian Musa menyebutkan satu dosa dan meminta maaf, bahwa dia telah membunuh seorang jiwa sebelum diizinkan membunuhnya, yaitu seorang laki-laki qibtiy yang bertengkar dengan seorang laki-laki dari Bani Israil; Musa -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berasal dari Bani Israil sedangkan laki-laki qibtiy itu berasal dari kabilah Firaun; sebagaimana dalam ayat: "Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk (mengalahkan) orang yang dari pihak musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu." (QS. Al-Qaṣaṣ: 15). Musa membunuhnya sebelum diperintahkan untuk membunuhnya. Musa -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat hal ini menjadi penghalang antara dia dan memberi syafaat kepada umat manusia karena dia membunuh seorang jiwa sebelum diperintahkan membunuhnya. Musa lalu berkata, "Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku. Pergilah kepada Isa." Lantas mereka datang menemui Isa dan menyebutkan karunia Allah kepadanya; bahwa Allah meniupkan padanya ruh dari ciptaan-Nya, bahwa dia adalah kalimat Allah yang disampaikan kepada Maryam dan ruh dari ciptaan-Nya, karena dia diciptakan tanpa ayah. Isa tidak menyebut sebuah dosa, akan tetapi dia hanya mengalihkan mereka kepada Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ini adalah kemuliaan besar bagi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, karena empat orang nabi meminta maaf dengan menyebutkan apa yang pernah mereka lakukan dan satu lagi tidak menyebutkan alasan apa pun melainkan karena melihat Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lebih utama dari dirinya.
Lantas mereka datang menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan beliau menerima hal itu. Lalu beliau bergegas sujud di bawah Arasy dan Allah membukakan (mengilhamkan) untuknya pujian-pujian dan sanjungan yang baik kepada Allah, sesuatu yang belum pernah dibukakan kepada seorang pun selain beliau. Kemudian dikatakan, "Angkatlah kepalamu. Berkatalah, perkataanmu pasti didengar. Mintalah, permintaanmu pasti akan diberikan kepadamu. Berikanlah syafaat, niscaya syafaatmu akan diizinkan." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberi syafaat dan berkata, "Umatku, wahai Rabb-ku! Umatku!" Maka Allah menerima syafaatnya, dan dikatakan kepadanya, "Masukkan umatmu melalui pintu kanan surga. Mereka juga memiliki hak yang sama dengan semua manusia lainnya di pintu-pintu surga lainnya." Ini mengandung petunjuk nyata bahwa Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah rasul paling mulia, sedangkan para rasul adalah manusia yang paling utama.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8345

 
Hadith   1429   الحديث
الأهمية: إن للمؤمن في الجنة لخيمة من لؤلؤة واحدة مجوفة طولها في السماء ستون ميلا، للمؤمن فيها أهلون يطوف عليهم المؤمن فلا يرى بعضهم بعضا
Tema: Sesungguhnya bagi seorang Mukmin di surga ada kemah dari sebutir ‎mutiara yang berongga, panjangnya di langit 60 (enam puluh) mil. Bagi ‎seorang Mukmin di dalam kemah tersebut istri-istri, Mukmin tersebut ‎berkeliling menyinggahi (mengitari) mereka namun sebagian mereka tidak dapat melihat ‎sebagian yang lain.

عن أبي موسى -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إن للمؤمن في الجنة لَخَيْمَةٌ من لُؤْلُؤَةٍ واحدة مُجَوَّفَةٍ طُولُها في السماء ستون مِيلًا، للمؤمن فيها أَهْلُونَ يطوف عليهم المؤمن فلا يرى بعضهم بعضًا».

Dari Abu Musa -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū’, “Sesungguhnya bagi seorang Mukmin di surga ada kemah dari sebutir ‎mutiara yang berongga, panjangnya di langit 60 (enam puluh) mil. Bagi ‎seorang Mukmin di dalam kemah tersebut istri-istri, Mukmin tersebut ‎berkeliling menyinggahi (mengitari) mereka namun sebagian mereka tidak dapat melihat ‎sebagian yang lain.”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
ذكر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن للمؤمن في الجنة خيمة من لؤلؤة واحدة مجوفة طولها في السماء ستون ميلًا، وأن له فيها أهلين لا يرى بعضهم بعضًا، وذلك والله أعلم لسعتها وحسن غرفها وسترها.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyebutkan bahwa bagi seorang ‎Mukmin di dalam surga sebuah kemah yang terbuat dari sebutir mutiara ‎yang berongga, panjangnya di langit enam puluh mil, dan baginya di ‎dalam kemah itu istri-istri yang mana sebagian mereka tidak dapat melihat ‎sebagian lainnya. Hal itu –wallāhu a’lam- karena luasnya kemah tersebut, ‎bagus/indah kamarnya dan adanya tirai penutupnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8349

 
Hadith   1430   الحديث
الأهمية: إن في الجنة شجرة يسير الراكب الجواد المضمر السريع مائة سنة ما يقطعها
Tema: Sesungguhnya di surga itu terdapat sebatang pohon, jika seorang penunggang kuda terlatih yang berlari kencang berjalan selama seratus tahun niscaya ia tidak akan dapat menjelajahinya.

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «إن في الجنة شجرة يسير الراكب الْجَوَادَ الْمُضَمَّرَ السريع مائة سنة ما يقطعها».
وروياه في الصحيحين أيضًا من رواية أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: «يسير الراكب في ظلها مئة سنة ما يقطعها».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Sesungguhnya di surga itu terdapat sebatang pohon, jika seorang penunggang kuda terlatih yang berlari kencang berjalan selama seratus tahun, niscaya ia tidak akan dapat menjelajahinya." Dalam riwayat ṣaḥīḥain dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, "Seorang pengendara yang lewat di bawah naungan pohon tersebut selama seratus tahun, niscaya tidak akan dapat menjelajahinya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يبين الحديث سعة الجنة وما فيها من نعيم كبير، ففيه وصف لأشجار الجنة وظلالها، وأن الراكب للفرس القوي في الجري ما يصل إلى نهايتها لعظمها، وهذا فضل عظيم أعده الله لعباده المتقين.
Hadis ini menjelaskan luasnya surga dan kenikmatan besar yang ada di dalamnya. Dalam hadis itu disebutkan gambaran pohon-pohon surga dan naungan-naungannya di mana orang yang mengendarai kuda tidak akan bisa mencapai ujung naungan pohon itu karena besarnya. Ini merupakan karunia agung yang telah disediakan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih dengan dua riwayatnya]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8350

 
Hadith   1431   الحديث
الأهمية: إن أهل الجنة ليتراءون أهل الغرف من فوقهم كما تراءون الكوكب الدري الغابر في الأفق من المشرق أو المغرب لتفاضل ما بينهم
Tema: Sesungguhnya penghuni surga berusaha melihat para penghuni kamar-kamar di atas mereka sebagaimana mereka berusaha melihat bintang yang berkilauan yang berlalu di timur dan barat, karena perbedaan yang ada pada mereka

عن أبي سعيد -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «إن أهل الجنة ليَتَراءَوْنَ أهل الغرف من فوقهم كما تَراءَوْنَ الكوكب الدري الغابر في الأفق من المشرق أو المغرب لِتفَاضُلِ ما بينهم» قالوا: يا رسول الله؛ تلك منازل الأنبياء لا يبلغها غيرهم قال: «بلى والذي نفسي بيده، رجال آمنوا بالله وصدقوا المرسلين».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Sesungguhnya penghuni surga berusaha melihat para penghuni kamar-kamar di atas mereka sebagaimana mereka berusaha melihat bintang yang berkilauan yang berlalu di timur dan barat, karena perbedaan keutamaan yang ada pada mereka." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Kamar-kamar itu adalah tempat para Nabi yang tidak bisa dicapai oleh selain mereka?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Tentu, demi Zat yang diriku ada di tangan-Nya, (bahkan mereka adalah) orang-orang yang beriman dan membenarkan para Rasul."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أهل الجنة تتفاوت منازلهم بحسب درجاتهم في الفضل، حتى إن أهل الدرجات العلى ليراهم من هو أسفل منهم كالنجوم.
Para penghuni surga berbeda-beda derajatnya sesuai dengan berbagai tingkatan dalam keutamaan, hingga penghuni tingkat yang paling tinggi dapat terlihat oleh penghuni tingkat yang paling rendah, seperti bintang-bintang.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8351

 
Hadith   1432   الحديث
الأهمية: لقاب قوس في الجنة خير مما تطلع عليه الشمس أو تغرب
Tema: Sungguh, panjang (sehasta) ujung busur panah di Surga lebih baik dari pada tempat matahari terbit dan terbenam (dunia).

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «لَقَابُ قَوْسٍ في الجنة خيرٌ مما تَطلُع عليه الشمس أو تَغْرُب».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- bersabda, “Sungguh, panjang (sehasta) ujung busur panah di Surga lebih baik dari pada tempat matahari terbit dan terbenam (dunia)."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في الحديث بيان عظم ثواب المؤمن في الجنة، وحقارة الدنيا، حيث إن هذا القدر من الجنة وهو قاب القوس خير مما في الدنيا من النعيم أجمع، لنفاسته ولدوامه وبقائه، جعلنا الله من أهلها.
Hadis ini mengandung penjelasan keagungan pahala seorang Mukmin di Surga kelak, sekaligus tidak berharganya harta benda dunia; di mana Surga sepanjang busur panah sudah jauh lebih baik daripada kenikmatan apa saja yang ada di dunia, lantaran tingginya nilai Surga, kesinambungan dan kekekalannya. Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai penduduk Surga.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8352

 
Hadith   1433   الحديث
الأهمية: إن في الجنة سوقا يأتونها كل جمعة
Tema: Sesungguhnya di surga itu terdapat pasar yang mereka (ahli surga) datangi setiap hari Jum'at.

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إن في الجنة سوقاً يأتونها كل جمعة. فَتَهُبُّ ريح الشمال، فَتَحْثُو في وجوههم وثيابهم، فيزدادون حسناً وجمالاً فيرجعون إلى أهليهم، وقد ازدادوا حسناً وجمالاً، فيقول لهم أهلوهم: والله لقد ازددتم حسناً وجمالاً! فيقولون: وأنتم والله لقد ازددتم بعدنا حسناً وجمالاً!».
Tema: Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya di surga itu terdapat pasar yang mereka (ahli surga) datangi setiap hari Jum'at. Lalu berhembuslah angin utara. Angin itu mengenai wajah dan pakaian mereka, lalu mereka pun bertambah tampan dan indah. Kemudian mereka kembali ke keluarganya dan mereka telah bertambah tampan dan indah, maka keluarga mereka berkata kepada mereka, "Demi Allah, kalian telah bertambah tampan dan indah." Maka mereka berkata, "Dan kalian juga demi Allah, telah bertambah cantik dan jelita setelah kami."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبرنا الحديث عن أنواع النعيم الذي أكرم به أهل الجنة وما يجدونه من حسن ونعيم بمرور الدهور والأزمان وما يقام لهم في الجنة من لقاءات وأسواق ونحوها إيناساً لهم، وكما أن لهم جمالاً لا مثيل له ولا نظير وهو دائماً في تجدد وازدياد.
Hadis ini mengabarkan kepada kita tentang beragam kenikmatan yang dijadikan kemuliaan bagi penghuni surga dan berbagai keindahan dan kenikmatan yang mereka dapatkan sepanjang masa dan waktu serta berbagai pertemuan dan pasar yang diselenggarakan di surga dan sebagainya sebagai bentuk keramah-tamahan bagi mereka. Disamping mereka juga memiliki keindahan tiada banding dan tiada lawan yang semua itu terus diperbaharui dan bertambah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8353

 
Hadith   1434   الحديث
الأهمية: إن أهل الجنة ليتراءون الغرف في الجنة كما تتراءون الكوكب في السماء
Tema: Sesungguhnya ahli surga itu akan melihat ke arah kamar-kamar di surga, sebagaimana mereka melihat bintang di langit.

عن سهل بن سعد -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إن أهل الجنة لَيَتَراءَوْنَ الغُرَفَ في الجنة كما تَتَراءَوْنَ الكوكب في السماء».

Dari Sahl bin Sa'ad -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya ahli surga itu akan melihat ke arah kamar-kamar di surga, sebagaimana mereka melihat bintang di langit."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يتفاوت أهل الجنة في المنازل بحسب درجاتهم في الفضل، حتى إن أهل الدرجات العلى ليراهم من هو أسفل منهم، كالنجوم.
Para penghuni surga berbeda-beda tempat mereka berdasarkan derajat keutamaan mereka, hingga penghuni tingkat yang paling tinggi dapat terlihat oleh penghuni tingkat yang paling rendah, seperti bintang-bintang.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8354

 
Hadith   1435   الحديث
الأهمية: هو الطهور ماؤه الحل ميتته
Tema: Laut itu suci airnya dan halal bangkainya.