Penjelajah Hadis Bahasa Indonesia مكتشف الحديث باللغة الإنجليزية
Hadith 1378 الحديث
الأهمية: أستغفر لك رسول الله -صلى الله عليه
وسلم-؟ قال: نعم ولك، ثم تلا هذه الآية: (واستغفر لذنبك وللمؤمنين
والمؤمنات)
Tema: Apakah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- memohonkan ampunan untukmu? Ia menjawab, "Ya, dan untukmu."
Kemudian ia membaca ayat ini: (واستغفر
لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات) "Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan
bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan." |
عن عاصم الأحول، عن عبد الله بن
سَرْجِسَ -رضي الله عنه- قال: قلت لرسول الله -صلى الله عليه وسلم-: يا
رسول الله، غفر الله لك، قال: «ولك». قال عاصم: فقلت له: أستغفر لك رسول
الله -صلى الله عليه وسلم-؟ قال: نعم ولك، ثم تلا هذه الآية: {واستغفر
لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات}.
Dari 'Āṣim al-Aḥwal, dari Abdullah bin
Sarjis -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Aku berkata kepada Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Wahai Rasulullah, semoga Allah
mengampuni Anda?" Beliau menjawab, "Dan untukmu." 'Āṣim mengatakan, maka
aku menanyainya, "Apakah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
memohonkan ampunan untukmu? Ia menjawab, "Ya, dan untukmu." Kemudian ia
membaca ayat ini: (واستغفر لذنبك وللمؤمنين
والمؤمنات) "Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر عبد الله بن سرجس -رضي الله عنه-
أنه دعا للنبي -صلى الله عليه وسلم- بالمغفرة، فقابله النبي -صلى الله عليه
وسلم- بالدعاء أيضا بالمغفرة، فسأل عاصمٌ الأحول عبدَ الله بن سرجس -رضي
الله عنه- أستغفر لك رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟ قال: نعم، واستغفر لك
أيضا، ثم استدل على ذلك بقول الله -تعالى- لنبيه -صلى الله عليه وسلم-:
{وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ} .
Tema: Abdullah bin Sarjis -raḍiyallāhu
'anhu- mengabarkan bahwa ia mendoakan ampunan untuk Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membalasnya
dengan memohonkan ampunan juga. Lalu 'Āṣim al-Aḥwal bertanya kepada
Abdullah bin Sarjis -raḍiyallāhu 'anhu-, apakah Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memohonkan ampunan untukmu?" Ia menjawab, "Ya, dan
beliau juga memohon ampunan untukmu." Kemudian ia berdalil dengan firman
Allah -Ta'ālā- pada nabi-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: (واستغفر
لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات) "Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan
bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Nasā`i -
Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8262 |
|
Hadith 1379 الحديث
الأهمية: خُلِقَت الملائكة من نور، وخلق الجان من
مارج من نار، وخلق آدم مما وصف لكم
Tema: Malaikat diciptakan dari cahaya, jin
diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah
diterangkan kepada kalian |
عن عائشة -رضي الله عنه- قالت: قال رسول
الله -صلى الله عليه وسلم-: «خُلقت الملائكة من نور، وخُلق الجَانُّ من
مَارِجٍ من نار، وخُلق آدم مما وُصِفَ لكم».
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia
berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Malaikat
diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam
diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalian."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أخبر -صلى الله عليه وسلم- عن بدء
الخلق، فذكر أن الملائكة خلقوا من النور، ولذلك كانوا كلهم لا يعصون الله
ولا يستكبرون عن عبادته، أما الجن فخلقوا من نار، ولهذا يتصف كثير منهم
بالطيش والعبث والعدوان، وخلق آدم مما ذكر لكم يعني خلق من طين من تراب من
صلصال كالفَخار؛ لأن التراب صار طينًا ثم صار فخارًا فخلق منه آدم -عليه
الصلاة والسلام-.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- mengabarkan tentang titik permulaan penciptaan makhluk. Beliau
menyebutkan bahwa para malaikat diciptakan dari cahaya karena itu mereka
semua tidak bermaksiat kepada Allah dan tidak menyombongkan diri untuk
beribadah kepada-Nya. Adapun jin diciptakan dari api. Karena itu, banyak
jin yang disifati dengan kesembronoan, kesia-siaan dan permusuhan.
Sedangkan Adam diciptakan sebagaimana yang telah diterangkan kepada
kalian. Yaitu diciptakan dari tanah liat/lempung seperti tembikar. Sebab
prosesnya dari tanah menjadi tanah liat/lempung lalu menjadi tembikar,
maka dari sanalah Adam -'alaihissalām- diciptakan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8264 |
|
Hadith 1380 الحديث
الأهمية: كان خلق نبي الله -صلى الله عليه وسلم-
القرآن
Tema: Akhlak Nabi Allah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- adalah Al-Qur`ān. |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: كان
خُلُقُ نَبي اللِه -صلى الله عليه وسلم- القرآن.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata,
"Akhlak Nabi Allah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah Al-Qur`ān."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
معنى الحديث أنه -صلى الله عليه وسلم-
يتخلق بأخلاق القرآن، ما أمر به القرآن قام به وما نهى عنه القرآن اجتنبه،
سواء كان ذلك في عبادات الله -تعالى- أو في معاملة عباد الله، فخلق النبي
-صلى الله عليه وسلم- امتثال القرآن، وفي هذا إشارة من أم المؤمنين عائشة
-رضي الله عنها- أننا إذا أردنا أن نتخلق بأخلاق رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- فعلينا أن نتخلق بالقرآن.
Makna hadis ini bahwasanya Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berakhlak dengan akhlak Al-Qur`ān. Apa
yang diperintahkan Al-Qur`ān beliau kerjakan, dan apa yang dilarang
Al-Qur`ān beliau tinggalkan; baik hal itu menyangkut ibadah atau
muamalah dengan sesama. Sehingga, akhlak beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- adalah implementasi dari Al-Qur`ān. Ummul-Mu`minīn Aisyah
-raḍiyallāhu 'anhā- mengisyaratkan kepada kita bahwa bila kita ingin
berhias diri dengan akhlak Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
maka kita harus menerapkan akhlak Al-Qur`ān. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8265 |
|
Hadith 1381 الحديث
الأهمية: من أحب لقاء الله أحب الله لقاءه، ومن
كره لقاء الله كره الله لقاءه
Tema: Siapa yang rindu bertemu dengan Allah,
Allah pun rindu bertemu dengannya. Namun siapa yang benci bertemu dengan
Allah, Allah pun benci bertemu dengannya." |
عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ أحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ
لِقَاءهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءهُ» فقلتُ: يا
رسولَ اللهِ، أكَراهِيَةُ المَوتِ، فَكُلُّنَا نَكْرَهُ المَوتَ؟ قال:
«لَيْسَ كَذَلِكَ، ولكِنَّ المُؤْمِنَ إذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللهِ
وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ فَأَحَبَّ اللهُ
لِقَاءهُ، وإنَّ الكَافِرَ إذَا بُشِّرَ بِعَذابِ اللهِ وَسَخَطهِ كَرِهَ
لِقَاءَ اللهِ وكَرِهَ اللهُ لِقَاءهُ».
Dari ‘Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia
berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Siapa yang
rindu bertemu dengan Allah, Allah pun rindu bertemu dengannya. Namun
siapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun benci bertemu
dengannya.” Maka aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah (yang dimaksud
adalah) membenci kematian, karena setiap kita membenci kematian?” Beliau
menjawab: “Bukan demikian. Namun seorang mukmin jika diberi kabar
gembira dengan rahmat, ridha dan surga Allah, ia akan rindu bertemu
dengan Allah, maka Allah pun rindu bertemu dengannya. Dan sungguh orang
kafir jika diberi ‘kabar duka’ dengan azab dan murka Allah, ia akan
benci bertemu dengan Allah dan Allah pun benci bertemu dengannya.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: (من
أحب لقاء الله أحب الله لقاءه ومن كره لقاء الله كره الله لقاءه) فسألت
عائشة -رضي الله عنها-: هل تعني بذلك كراهية الموت يا رسول الله، فكلنا
يكره الموت؟ قال: (ليس كذلك) فأخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن الإنسان
إذا أحب لقاء الله أحب الله لقاءه، وذلك أن المؤمن يؤمن بما أعد الله
للمؤمنين في الجنة من الثواب الجزيل والعطاء العميم الواسع فيحب ذلك وترخص
عليه الدنيا ولا يهتم بها؛ لأنه سوف ينتقل إلى خير منها، فحينئذ يحب لقاء
الله، ولاسيما عند الموت إذا بُشِّر بالرضوان والرحمة فإنه يحب لقاء الله
-عز وجل-، ويشتاق إليه، فيحب الله لقاءه، أما الكافر والعياذ بالله فإنه
إذا بشر بعذاب الله وسخطه كره لقاء الله فكره الله لقاءه، ولهذا جاء في
حديث المحتضر أن نفس الكافر إذا بشرت بالغضب والسخط تفرقت في جسده وأبت أن
تخرج، ولهذا تنزع روح الكافر من جسده نزعًا؛ ويُكرَه على أن تخرج روحه؛
وذلك لأنه يبشر والعياذ بالله بالشر، ولهذا قال الله -تعالى-: (ولو ترى إذ
الظالمون في غمرات الموت والملائكة باسطو أيديهم أخرجوا أنفسكم).
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, “Siapa rindu bertemu dengan Allah, Allah pun rindu bertemu
dengannya. Namun siapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun benci
bertemu dengannya.” Maka ‘Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, “Wahai
Rasulullah, apakah (yang dimaksud adalah) membenci kematian, karena
setiap kita membenci kematian?” Rasulullah menjawab, “Bukan demikian.”
Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun menyampaikan bahwa
seseorang jika rindu bertemu dengan Allah. Itu karena seorang mukmin
percaya dengan apa yang dijanjikan Allah kepada kaum beriman di surga;
berupa balasan yang berlimpah dan karunia yang luas, sehingga ia pun
merindukan hal itu, dunia menjadi tidak berharga untuknya dan ia tidak
memperhatikannya lagi, karena ia akan berpindah ke tempat yang lebih
baik darinya. Maka pada saat itu, ia pun rindu bertemu dengan Allah.
Terutama pada saat kematian, jika ia diberi kabar gembira dengan
keridhaan dan rahmat Allah, ia akan rindu bertemu dengan Allah -'Azza wa
Jalla-. Maka Allah pun rindu bertemu dengannya. Adapun orang kafir
–wal ‘iyāżu billāh-, maka jika ia diberi “kabar duka” dengan azab dan
murka Allah, ia pun benci untuk bertemu dengan Allah. Maka Allah pun
benci bertemu dengannya. Karena itu, disebutkan dalam hadis tentang
orang yang sakaratul maut: bahwa ruh orang kafir jika diberi “kabar
duka” tentang azab dan kemurkaan Allah, ia akan tercerai-berai dalam
jasadnya dan enggan untuk keluar. Karenanya, ruh orang kafir itu dicabut
dari tubuhnya seperti mencabut besi tajam dari bulu domba yang basah.
Maksudnya: ia benci jika ruh keluar, karena ia diberi “kabar duka” –wal
‘iyāżu billāh- dengan keburukan. Karena itu, Allah -Ta‘ālā-
berfirman, “Dan andai engkau melihat saat orang-orang zhalim dalam
sakaratul maut, ketika para malaikat menjulurkan tangan-tangan mereka
(seraya berkata): ‘Keluarkanlah nyawa kalian!” Maka mereka tidak
merelakan jiwa mereka –wal ‘iyāżu billāh-, hingga mereka tidak ingin ruh
itu keluar. Tetapi para malaikat mengatakan: “Keluarkanlah nyawa
kalian!” Maka jika ia diberi “kabar duka” tentang azab, ruhnya
tercerai-berai dalam tubuh. Sehingga malaikat pun mencabutnya seperti
mencabut besi tajam/bergerigi dari bulu domba yang basah –wal ‘iyāżu
billāh- hingga ia keluar. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8266 |
|
Hadith 1382 الحديث
الأهمية: شهدت مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
يوم حنين، فلزمت أنا وأبو سفيان بن الحارث بن عبد المطلب رسول الله -صلى
الله عليه وسلم- فلم نفارقه، ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- على بغلة له
بيضاء
Tema: Aku mengikuti perang Hunain bersama
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku dan Abu Sufyān bin
al-Ḥariṡ bin Abdul Muṭṭalib senantiasa bersama menemani Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kami tidak pernah berpisah dari beliau,
sementara Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menunggang bigal
(peranakan kuda dengan keledai) yang berwarna putih. |
عن أبي الفضل العباس بن عبد المطلب -رضي
الله عنه- قال: شهدت مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يوم حُنَيْنٍ،
فلَزِمْتُ أنا وأبو سفيان بن الحارث بن عبد المطلب رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- فلم نفارقه، ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- على بَغْلَةٍ له
بيضاء، فلما التقى المسلمون والمشركون وَلَّى المسلمون مدبرين، فطَفِقَ
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يَرْكُضُ بَغْلَتَهُ قِبَلَ الكفار، وأنا
آخِذٌ بلِجامِ بَغْلَةِ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أَكُفُّها
إِرَادَةَ أن لا تُسرع، وأبو سفيان آخِذٌ برِكاب رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «أي عباس، نادِ أصحاب
السَّمُرَةِ». قال العباس - وكان رجلا صَيِّتًا - فقلت بأعلى صوتي: أين
أصحاب السَّمُرَةِ، فوالله لكأن عَطْفَتَهُم حين سمعوا صوتي عَطْفَةَ البقر
على أولادها، فقالوا: يا لبيك يا لبيك، فاقتتلوا هم والكفار، والدعوةُ في
الأنصار يقولون: يا معشر الأنصار، يا معشر الأنصار، ثم قُصِرَتِ الدعوة على
بني الحارث بن الخَزْرَجِ، فنظر رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وهو على
بغلته كالمتطاول عليها إلى قتالهم، فقال: «هذا حِينَ حَمِيَ الوَطِيسُ»، ثم
أخذ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- حَصَيَاتٍ فرمى بهن وجوه الكفار، ثم
قال: «انْهَزَمُوا ورَبَّ مُحَمَّدٍ»، فذهبت أنظر فإذا القتال على هيئته
فيما أرى، فوالله ما هو إلا أن رماهم بحَصياته، فما زِلْت أرى حَدَّهُم
كَلِيلًا وأمرَهم مُدبرًا.
Dari Abu al-Faḍal Al-'Abbās bin Abdul
Muṭṭalib -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Aku mengikuti perang Hunain
bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku dan Abu Sufyān
bin al-Ḥariṡ bin Abdul Muṭṭalib senantiasa bersama menemani Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kami tidak pernah berpisah dari beliau,
sementara Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menunggang bigal
(peranakan kuda dengan keledai) yang berwarna putih. Ketika pasukan
Islam dan pasukan musyrik bertemu, pasukan Islam pun mundur. Lantas,
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- segera bergerak memacu bigal
beliau menuju pasukan kafir, sedang aku yang memegang tali kendali bigal
tersebut. Aku tahan tali kendali tersebut agar bigalnya tidak terlalu
kencang, sedangkan Abu Sufyan menahan pijakan Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Hai 'Abbās, panggillah orang-orang yang pernah mengikuti
Baiat Ridwan di dekat pohon Samurah!" Maka 'Abbās - dan dia memang
seorang lelaki yang bersuara lantang- berteriak. Dia ('Abbās) berkata,
"Aku memanggil dengan suaraku yang paling keras: "Di manakah orang-orang
yang pernah mengikuti Baiat Ridwan di dekat pohon Samurah?!" Demi Allah,
ketika mendengar suaraku, mereka segera tanggap dan simpatik, bagaikan
rasa sayang induk sapi terhadap anak-anaknya. Mereka segera berkata,
"Labbaik, labbaik (Kami penuhi panggilanmu)." Mereka pun bertempur
menyerang orang-orang kafir. Sementara itu, seruan kaum Anṣār berbunyi,
"Wahai kaum Anṣār, wahai kaum Anṣār." Kemudian seruan itu terdengar
sampai kepada Bani al-Ḥāriṡ bin al-Khazraj. Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memperhatikan dari atas bigal beliau peperangan yang
sedang berkecamuk, beliau bersabda, "Inilah waktu berkobarnya api
pertempuran!" Setelah itu, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengambil beberapa batu kerikil lalu melemparkannya ke wajah orang-orang
kafir. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdoa, "Semoga mereka
kalah, demi Rabb Muhammad." Aku pun pergi untuk melihatnya, ternyata
pertempuran itu berjalan sebagaimana layaknya sebuah peperangan yang
pernah aku lihat. Meskipun demikian, demi Allah, Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- hanya melempari mereka dengan batu-batu kerikil, maka
mereka pun kalah. Sementara itu, aku terus melihat kekuatan mereka
(orang-orang kafir) semakin melemah, sampai akhirnya mereka mundur." |
عن أبي الفضل العباس بن عبد المطلب -رضي
الله عنه- قال: شهدت مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- غزوة حنين، فلما
التقى المسلمون والكفار ووقع القتال الشديد فيما بينهم ولى بعض المسلمين من
المشركين مدبرين، فشرع رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
يحرك بغلته برجله جهة الكفار، وأنا آخذ بلجام بغلة رسول الله -صلى
الله عليه وسلم- أمنعها لئلا تسرع إلى جانب العدو، وأبو سفيان ماسك بركاب
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: يا
عباس، ناد أصحاب السمرة وهي الشجرة التي بايعوا تحتها يوم الحديبية، في
السنة السادسة، -وكان العباس رجلا قوي الصوت- فناديت بأعلى صوتي: يا أصحاب
السمرة؟ -أي: لا تنسوا بيعتكم الواقعة تحت الشجرة وما يترتب عليها من
الثمرة- فقال: والله حينما سمعوا صوتي أنادي عليهم أتوا مسرعين كما تُسرع
قطيع البقر إذا غابت عنها أولادها، فقالوا بأجمعهم أو واحد بعد واحد: يا
لبيك يا لبيك، فاقتتل المسلمون والكفار، والنداء في حق الأنصار: يا معشر
الأنصار يا معشر الأنصار.
ثم اقتصرت
الدعوة وانحصرت على بني الحارث بن الخزرج فنودي: يا بني الحارث، وهم
قبيلة كبيرة، فنظر رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وهو على بغلته، وكأن
عنقه اشرأبت مرتفعة إلى قتال هؤلاء الكافرين، فقال: هذا الزمان زمان اشتداد
الحرب، ثم أخذ حصيات فرمى بهن وجوه الكفار، ثم قال -صلى الله عليه وسلم-
تفاؤلًا أو إخبارًا: انهزَموا ورب محمد. فذهبت أنظر فإذا القتال على هيئته
فيما أرى، فوالله ما هو إلا أن رماهم بحصياته، فما زلت أرى بأسهم ضعيفًا،
وحالهم ذليلًا.
Dari Abu Al-Faḍal Al-'Abbās bin Abdul
Muṭṭalib -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Aku mengikuti perang Ḥunain
bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ketika pasukan Islam
dan pasukan musyrik bertemu, lalu terjadilah peperangan sengit di antara
mereka, sebagian kaum muslimin beranjak mundur dari kaum musyrikin.
Lantas, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- segera bergerak memacu
bigal (peranakan kuda dengan keledai) beliau dengan kakinya menuju
pasukan kafir, sedang aku yang memegang tali kendali bigal Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, aku menahannya agar bigal tersebut tidak
terlalu kencang ke arah musuh, sedangkan Abu Sufyān menahan pijakan
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Wahai 'Abbās, panggillah
orang-orang yang pernah berbait di bawah pohon Samurah pada hari
Ḥudaibiyah pada tahun keenam -'Abbās adalah orang yang lantang suaranya-
maka aku memanggil dengan suaraku yang paling keras, "Wahai orang-orang
yang pernah mengikuti Baiat Riḍwan di dekat pohon Samurah?!" Yakni
janganlah melupakan baiat kalian yang terjadi di bawah pohon dan apa
konsekuensi dari baiat tersebut. Lalu 'Abbās berkata, "Demi Allah,
ketika mereka mendengar suaraku memanggil mereka, mereka segera bergegas
datang sebagaimana induk sapi bergegas untuk mencari anak-anaknya saat
hilang." Lantas mereka menjawab bersama-sama atau satu per satu: "Ya
labbaik, ya labbaik (Kami penuhi panggilanmu)." Maka kaum muslimin dan
orang-orang kafir pun bertempur. Sementara itu, seruan untuk kaum Anṣār,
"Wahai kaum Anṣār, wahai kaum Anṣār." Kemudian seruan itu terdengar
sampai kepada Bani al-Ḥāriṡ bin al-Khazraj, lalu mereka diseru: Wahai
Bani al-Ḥāriṡ. Mereka adalah kabilah/suku besar. Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- memperhatikan dari atas bigal beliau (peperangan yang
sedang berkecamuk), seakan-akan beliau menjulurkan lehernya
tinggi-tinggi untuk melihat peperangan antara orang-orang kafir
tersebut. Beliau bersabda, "Inilah waktu berkobarnya api pertempuran."
Setelah itu beliau mengambil beberapa batu kerikil lalu melemparkannya
ke wajah-wajah orang kafir. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersabda -untuk memberikan rasa optimis atau untuk mengabarkan,
"Semoga mereka kalah, demi Rabb Muhammad." Aku pun pergi untuk
melihatnya, ternyata pertempuran itu berjalan sebagaimana layaknya
sebuah peperangan yang pernah aku lihat. Meskipun demikian, demi Allah,
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hanya melempari mereka dengan
batu-batu kerikil. Sementara itu, aku terus melihat kekuatan mereka
(orang-orang kafir) semakin melemah dan keadaan mereka menjadi terhina. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8267 |
|
Hadith 1383 الحديث
الأهمية: سيحان وجيحان والفرات والنيل كل من
أنهار الجنة
Tema: Saiḥān, Jaiḥān, Eufrat, dan Nil
semuanya termasuk bagian dari sungai-sungai surga. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: « سَيْحَانُ وَجَيْحَانُ وَالفُرَاتُ
والنِّيل كلٌّ من أنهار الجنة».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-,
ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Saiḥān,
Jaiḥān, Eufrat, dan Nil semuanya termasuk bagian dari sungai-sungai
surga."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
سيحان وجيحان، والفرات والنيل أربعة
أنهار في الدنيا وصفها النبي -صلى الله عليه وسلم- بأنها من أنهار الجنة؛
فقال بعض أهل العلم: إنها من أنهار الجنة حقيقة لكنها لما نزلت إلى الدنيا
غلب عليها طابع أنهار الدنيا وصارت من أنهار الدنيا.
Saiḥān, Jaiḥān, Eufrat, dan Nil adalah
empat sungai di dunia. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menggambarkan
bahwa semuanya adalah sungai-sungai dari surga. Sebagian ulama berkata,
"Sesungguhnya sungai-sungai itu adalah benar-benar sungai surga. Hanya
saja, ketika sungai-sungai itu turun ke dunia, maka tabiat sungai-sungai
dunia mendominasinya sehingga menjadi sungai-sungai dunia seperti
biasa." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8268 |
|
Hadith 1384 الحديث
الأهمية: أحاديث في فضل مجالس الذكر
Tema: Hadis-hadis Mengenai Keutamaan Majelis
Zikir |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن رسول
الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إنَّ لِلَّه تعالى ملائكة يَطُوفُون في
الطُّرُق يلْتَمِسُون أهل الذِّكْر، فإذا
وَجَدُوا قوماً يذكرون الله عز وجل تَنَادَوا: هَلُمُّوا إلى
حاجَتِكُم، فَيَحُفُّونَهُم بِأَجْنِحَتِهِم إلى السَّماء الدُّنيا،
فيَسألُهُم رَبُّهُم -وهو أعلم-: ما يقول عِبَادي؟ قال: يقولون:
يُسَبِّحُونَك، ويُكَبِّرُونك، وَيَحْمَدُونَك، ويُمَجِّدُونَكَ، فيقول: هل
رَأَوني؟ فيقولون: لا والله ما رَأَوك. فيقول: كيف لو رَأَوني؟! قال:
يقولون: لو رأَوك كَانُوا أشَدَّ لك عبادة، وأشَدَّ لك تمْجِيداً، وأكْثر
لك تسبيحاً. فيقول: فماذا يسألون؟ قال: يقولون: يَسْألُونك الجنَّة. قال:
يقول: وهل رَأَوهَا؟ قال: يقولون: لا والله يا رب ما رأَوْهَا. قال: يقول:
فَكَيف لو رَأَوْهَا؟ قال: يقولون: لو أنَّهُم رَأَوهَا كَانُوا أَشَدَّ
عَلَيها حِرصاً، وأشَدَّ لهَا طلباً، وأَعْظَم فِيهَا رغبةً. قال: فَمِمَّ
يَتَعَوَذُون؟ قال: يقولون: يَتَعَوذُون من النَّار؛ قال: فيقول: وهل
رأوها؟ قال: يقولون: لا والله ما رأوها. فيقول: كيف لو رأوها؟! قال:
يقولون: لو رأوها كانوا أشدَّ مِنها فِراراً، وأشدَّ لها مَخَافَة. قال:
فيقول: فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ، قال: يقول ملَك مِن
الملائكة: فيهم فلان ليس منهم، إنما جاء لحاجة، قال: هُمُ الجُلَسَاء لا
يَشْقَى بهم جَلِيسُهُم».
وفي
رواية: عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال:
«إن لله ملائكة سَيَّارة فُضُلاً يَتَتَبَّعُون مجالِسَ الذكر، فإذا وجدوا
مَجْلِساً فيه ذِكْرٌ، قَعَدُوا معهم، وحَفَّ بعضُهم بعضاً بأجنحتهم حتى
يمْلَؤُوا ما بينهم وبين السماء الدنيا، فإذا تَفرقوا عرجوا وصعدوا إلى
السماء، فيسألهم الله -عز وجل- وهو أعلم -: من أين جئتم؟ فيقولون: جئنا من
عند عباد لك في الأرض: يسبحونك، ويكبرونك، ويهللونك، ويحمدونك، ويسألونك.
قال: وماذا يسألوني؟ قالوا: يسألونك جنتك. قال: وهل رأوا جنتي؟ قالوا: لا،
أي رب. قال: فكيف لو رأوا جنتي؟! قالوا: ويستجِيرُونَك. قال: ومم
يَسْتجيروني؟ قالوا: من نارك يا ربّ. قال: وهل رأوا ناري؟ قالوا: لا، قال:
فكيف لو رأوا ناري؟! قالوا: ويستغفرونك؟ فيقول: قد غفرت لهم، وأعطيتهم ما
سألوا، وأجرتهم مما استجاروا. قال: فيقولون: رب فيهم فلان عبد خَطَّاء إنما
مرَّ، فجلس معهم. فيقول: وله غفرت، هم القوم لا يشقى بهم جليسُهُم».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia berkata,
"Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- memiliki malaikat yang berkeliling di
jalan-jalan mencari ahli zikir. Jika mereka menemukan satu kaum yang
sedang mengingat Allah -'Azza wa Jalla-, mereka berseru, "Marilah kalian
menuju kebutuhan kalian." Lantas para malaikat meliputi mereka dengan
sayap-sayapnya sampai langit dunia. Kemudian Rabb mereka bertanya -dan
Dia lebih tahu- kepada mereka, "Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?" Nabi
bersabda, "Para malaikat menjawab, "Mereka bertasbih (mensucikan-Mu),
bertakbir (mengagungkan-Mu), bertahmid (memuji-Mu), dan memuliakan-Mu."
Allah bertanya, "Apakah mereka melihat-Ku?" Para malaikat menjawab,
"Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu." Allah bertanya lagi,
"Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?" Nabi bersabda, "Para malaikat
menjawab, "Seandainya mereka melihat-Mu, pasti mereka sangat
bersungguh-sungguh beribadah kepada-Mu, sangat sungguh-sungguh
memuliakan-Mu, dan lebih banyak bertasbih kepada-Mu." Allah bertanya,
"Lalu apa yang mereka minta dari-Ku?" Nabi bersabda, "Para malaikat
menjawab, "Mereka meminta surga dari-Mu." Nabi bersabda, "Allah
bertanya, "Apakah mereka melihat surga?" Nabi bersabda, "para malaikat
menjawab, "Tidak, demi Allah, wahai Rabb, mereka tidak melihatnya." Nabi
bersabda, "Allah bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihatnya?"
Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya,
mereka pasti sangat bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya, sangat
bersungguh-sungguh untuk memintanya, dan sangat menginginkannya." Allah
bertanya, "Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?" Nabi bersabda,
"Para malaikat menjawab, "Mereka meminta perlindungan dari neraka." Nabi
bersabda, "Allah bertanya, "Apakah mereka melihatnya?" Nabi bersabda,
"Para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, mereka tidak melihatnya."
Allah bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihatnya?" Nabi bersabda,
"Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, pasti mereka
sangat bersungguh-sungguh lari darinya dan sangat takut kepadanya." Nabi
bersabda, "Allah berfirman, "Aku persaksikan kepada kalian sesungguhnya
Aku telah mengampuni mereka." Nabi bersabda, "Salah satu malaikat pun
berkata, "Namun, di antara mereka ada si fulan dan ia bukan bagian dari
mereka. Ia datang hanya karena ada keperluan." Allah menjawab, "Mereka
semua adalah teman duduk, dan tidak ada yang sengsara orang yang duduk
(bermajelis) bersama dengan mereka." Dalam riwayat dari Abu Hurairah
-raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau
bersabda, "Sesungguhnya Allah mempunyai para malaikat yang memiliki
keutamaan, mereka selalu berjalan mencari majelis-majelis zikir. Apabila
mereka menemukan suatu majelis yang berisi zikir di dalamnya, mereka
lalu duduk bersama mereka dan mereka saling membentangkan sayap-sayap
mereka sehingga memenuhi antara mereka dengan langit dunia. Apabila
majelis itu bubar, mereka naik ke langit lalu Allah -'Azza wa Jalla-
bertanya -dan Dia lebih tahu- kepada mereka, "Dari mana kalian?" Para
malaikat menjawab, "Kami datang dari hamba-hamba-Mu di bumi. Mereka
bertasbih, bertakbir, bertahlil, bertahmid, dan meminta kepada-Mu."
Allah bertanya, "Apa yang mereka minta dari-Ku?" Para malaikat menjawab,
"Mereka meminta surga-Mu." Allah bertanya, "Apakah mereka melihat
surgaku?" Para malaikat menjawab, "Tidak, wahai Rabb-ku." Allah
bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihat surga-Ku?" Para malaikat
berkata, "Mereka juga meminta perlindungan kepada-Mu." Allah bertanya,
"Dari apa mereka meminta perlindungan kepada-Ku?" Mereka menjawab, "Dari
neraka-Mu, wahai Rabb-ku." Allah bertanya, "Apakah mereka melihat
neraka-Ku?" Mereka menjawab, "Tidak." Allah bertanya, "Bagaimana
seandainya mereka melihat neraka-Ku?" Para malaikat berkata, "Mereka
juga memohon ampunan kepada-Mu?" Allah berfirman, "Aku telah mengampuni
mereka. Aku beri kepada mereka apa yang mereka minta dan Aku beri mereka
perlindungan dari apa yang mereka mintai perlindungan kepada-Ku." Nabi
bersabda, "Para malaikat berkata, "Wahai Rabb-ku, di kalangan mereka ada
seorang hamba yang banyak sekali kesalahannya. Ia hanya melewati saja
lalu ikut duduk bersama mereka." Lantas Allah berfirman, "Aku pun
mengampuninya. Mereka adalah satu kaum yang tidak akan sengsara orang
yang duduk bersama mereka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يقصُّ هذا الحديث مظهرا من مظاهر تعظيم
مجالس الذكر، حيث يقول النبي صلى الله عليه وسلم:
"إن لله ملائكة يطوفون في الطُرُق
يلتمسون أهل الذكر" أي أن الله كلَّف طائفة مخصوصة من الملائكة غير الحفظة
للسياحة في الأرض، يدورون في طرق المسلمين ومساجدهم، ودورهم، يطلبون مجالس
الذكر، يزورونها ويشهدونها ويستمعون إلى أهلها. قال الحافظ: والأشبه اختصاص
ذلك بمجالس التسبيح ونحوها.
فإذا
"وجدوا قوماً يذكرون الله عز وجل " وفي رواية مسلم " فإذا وجدوا مجلساً فيه
ذكر تنادوا " أي نادى بعضهم بعضاً " أن هلموا إلى حاجتكم " وفي رواية إلى
بغيتكم، أي تعالوا إلى ما تبحثون عنه من مجالس الذكر، والوصول إلى أهلها،
لتزوروهم، وتستمعوا إلى ذكرهم.
قال عليه
الصلاة والسلام في وصف الملائكة، وهم في مجالس الذكر: " فيحفونهم" أي
يحيطون بهم إحاطة السوار بالمعصم.
"فيحفونهم بأجنحتهم " أي يطوفون حولهم
بأجنحتهم " إلى السماء " أي حتى يصلوا إلى السماء.
ثم يقص
عليه الصلاة والسلام المحاورة التي جرت بين رب العزة والجلال، وبين ملائكته
الكرام:
فيقول
الله جل في علاه: "فيسألهم ربُّهم وهو أعلم بهم" أي وهو أكثر علماً
بأحوالهم، تنويهاً بشأنهم في الملأ الأعلى؛ ليباهى بهم الملائكة: "ما يقول
عبادي؟ فتجيب الملائكة: يسبحونك، ويكبرونك، ويحمدونك ويمجدونك "، أي فتقول
الملائكة: إن هؤلاء الذاكرين يقولون: سبحان الله والحمد لله، ولا إله إلاّ
الله، والله أكبر، فالتمجيد هو قول لا إله إلاّ الله؛ لما فيه من تعظيم
الله تعالى، بتوحيد الألوهية.
فيقول
الله جل في علاه: "هَلْ رَأوْنِي؟ قَالَ: فَيَقُولُون: لا وَاللهِ مَا
رَأوْكَ، قَالَ: فَيَقُولُ: فكَيْفَ لَوْ رَأوْنِي؟ "
فتجيب
الملائكة الكرام: " لو رأوك كانوا أشد لك عبادة، وأشد تمجيداً وأكثر لك
تسبيحاً " لأنّ الاجتهاد في العبادة على قدر المعرفة.
ثم يقول
الله تبارك وتعالى: " قال: فما يسألونني؟ " أي فماذا يطلبون مني.
فتقول
الملائكة:" قالوا: يسألونك الجنة " أي يذكرونك، ويعبدونك طمعاً في جنتك.
فتجيب
الملائكة: "لو رأوها كانوا أشد عليها حرصاً " أي لكانوا أكثر سعياً إليها؛
لأنه ليس الخير كالمعاينة.
فيقول
الله جل جلاله" قال: فمِمَّ يتعوذون " أي فأي شيء يخافون منه، ويسألون ربهم
أن يجيرهم منه.
فتجيب
الملائكة: " من النار " أي يذكرون ويعبدون ربهم خوفاً ًمن النار، ويسألونه
عز وجل أن يجيرهم منها.
فيقول
الله جل جلاله: " فَكَيْفَ لَوْ رَأوْهَا؟"
فتجيب
الملائكة:" لو رأوها كانوا أشد منها فراراً " أي لكانوا أكثر اجتهاداً في
الأعمال الصالحة التي هي سبب في النجاة من النار.
فيقول
الله جل جلاله: " قال: فيقول: فأشهدكم أني قد غفرت لهم " أي قد غفرت لهم
ذنوبهم.
فيقول ملك
من الملائكة: "فيهم فلان ليس منهم، إنَّما جاء لحاجة " أي إنه يوجد من بين
هؤلاء الذاكرين" فلان": وهو ليس منهم، ولكنه جاء لحاجة يقضيها فجلس معهم،
فهل يغفر له؟ فيقول الله جل في علاه ما معناه: هم الجلساء لا يشقى جليسهم
ولا يخيَّب.
Hadis ini menceritakan salah satu
bentuk mengagungkan majelis-majelis zikir, di mana Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang
berkeliling di jalan-jalan mencari ahli zikir." Yakni, Allah menugaskan
satu kelompok khusus dari kalangan malaikat selain para malaikat
penjaga, untuk berkeliling di bumi. Mereka berkeliling di jalan-jalan
kaum Muslimin dan masjid-masjid serta rumah-rumah mereka untuk mencari
majelis-majelis zikir. Mereka mengunjunginya, menyaksikannya, dan
mendengarkan ahli zikir. Al-Hafiz (Ibnu Hajar) berkata, "Yang lebi tepat
pengkhususan itu dengan majelis-majelis tasbih dan sejenisnya. "Jika
mereka menemukan satu kaum yang sedang mengingat Allah -'Azza wa
Jalla-," dalam riwayat Muslim disebutkan, "Apabila mereka menemukan
suatu majelis yang berisi zikir di dalamnya-, mereka berseru," yakni,
sebagian mereka menyeru sebagian yang lain, "Kemarilah menuju kebutuhan
kalian." Dalam satu riwayat disebutkan, "Kepada tujuan kalian." Yakni,
kemarilah menuju apa yang kalian cari di majelis zikir, sampai kepada
ahli zikir untuk mengunjungi mereka, dan menyimak zikir mereka." Nabi
-'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām- bersabda mengenai gambaran malaikat saat
mereka berada di majelis-majelis zikir, "Lantas para malaikat meliputi
mereka," yakni, meliputi mereka seperti liputan gelang di pergelangan
tangan. "Lantas para malaikat meliputi mereka dengan sayap-sayapnya,"
yakni, mengelilingi mereka dengan sayap-sayapnya. "Sampai langit dunia."
Yakni, hingga mereka sampai ke langit. Selanjutnya Nabi -'alaihi
aṣ-ṣalātu wa as-salām- menceritakan dialog yang berlangsung antara Rabb
Pemilik kemuliaan dan keagungan dengan para malaikat mulia. Allah –Jalla
wa ‘Alā- berfirman, "Kemudian Rabb mereka bertanya -dan Dia lebih tahu-,
yakni, Dia lebih mengetahui keadaan mereka. Ini sebagai pujian terhadap
mereka di Al-Mala' al-A'lā untuk membanggakan mereka kepada para
malaikat, "Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?" Para malaikat menjawab,
"Mereka bertasbih (mensucikan-Mu), bertakbir (mengagungkan-Mu),
bertahmid (memuji-Mu), dan memuliakan-Mu." Yakni, para malaikat berkata,
"Orang-orang yang berzikir mengucapkan, "Mahasuci Allah, segala puji
hanya milik Allah, tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah, dan
Allah Maha Besar." Adapun bentuk memuliakan ialah ucapan 'tidak ada Ilah
yang berhak disembah selain Allah' karena di dalamnya mengandung
pengagungan kepada Allah -Ta'ālā- dengan tauhid ulūhiyyah. "Allah –Jalla
wa ‘Alā- bertanya, "Apakah mereka melihat-Ku?" Para malaikat menjawab,
"Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu." Allah bertanya lagi,
"Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?" Para malaikat yang mulia
menjawab, "Seandainya mereka melihat-Mu, pasti mereka sangat
bersungguh-sungguh beribadah kepada-Mu, sangat sungguh-sungguh
memuliakan-Mu, dan lebih banyak bertasbih kepada-Mu." Sebab,
bersungguh-sungguh dalam ibadah sesuai dengan tingkat pengetahuan.
Selanjutnya Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- bertanya, "Lalu apa yang mereka
minta kepada-Ku?" Yakni, apa yang mereka mohon dari-Ku. Para malaikat
menjawab, "Mereka meminta surga kepada-Mu." Yakni, mereka mengingat-Mu
dan beribadah kepada-Mu karena ingin memperoleh surga-Mu. Para malaikat
menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, mereka pasti sangat
menginginkannya," yakni, pasti mereka akan sungguh-sungguh berusaha
kepadanya. Sebab, berita berbeda dengan melihat langsung. Allah - Jalla
Jalāluhu- bertanya, "Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?" Yakni,
apa yang mereka takutkan sehingga mereka memohon kepada Allah agar
melindungi mereka darinya. Para malaikat menjawab, "Mereka meminta
perlindungan dari neraka." Yakni, mereka mengingat dan menyembah Rabbnya
karena takut dari neraka dan memohon kepada Allah -'Azza wa Jalla- agar
melindungi mereka darinya. Allah -Jalla Jalāluhu- bertanya, "Bagaimana
seandainya mereka melihatnya?" Para malaikat menjawab, "Seandainya
mereka melihatnya, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh lari darinya,"
yakni, mereka pasti berusaha bersungguh-sungguh memperbanyak amal saleh
yang menjadi sebab selamat dari neraka. Allah -Jalla Jalāluhu-
berfirman, "Aku persaksikan kepada kalian sesungguhnya Aku telah
mengampuni mereka." Yakni, Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka. "Salah
satu malaikat pun berkata, "Namun, di antara mereka ada si fulan dan ia
bukan bagian dari mereka. Ia datang hanya karena ada keperluan." Yakni,
ada di antara orang-orang yang berzikir itu "fulan" yang bukan bagian
dari mereka. Ia datang untuk satu kebutuhan yang akan dilakukannya, lalu
duduk bersama mereka. Apakah dia diampuni? Allah –Jalla a ‘Alā-
berfirman yang maknanya, "Mereka semua adalah teman duduk, dan tidak ada
yang sengsara dan rugi orang yang duduk (bermajelis) bersama dengan
mereka." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8272 |
|
Hadith 1385 الحديث
الأهمية: اللهم اغفر لي ما قدمت وما أخرت، وما
أسررت وما أعلنت، وما أسرفت، وما أنت أعلم به مني، أنت المقدم وأنت المؤخر،
لا إله إلا أنت
Tema: Ya Allah! Ampunilah (dosa) yang telah
aku lakukan dan yang akan datang, apa yang aku sembunyikan dan yang
terang-terangan, apa yang aku sia-siakan dan apa yang lebih Engkau
ketahui dariku. Engkaulah Yang Mendahulukan dan Engkaulah Yang
Mengakhirkan. Tidak ada Tuhan yang benar selain Engkau. |
عن علي بن أبي طالب -رضي الله عنه- أنَّ
رسولَ الله صلى الله عليه وسلم كان إذا قامَ إلى الصلاة، قال: «وَجَّهتُ
وجهي للذي فطر السماوات والأرض حنيفًا، وما أنا من المشركين، إنَّ صلاتي،
ونُسُكي، ومَحياي، ومماتي لله رب العالمين، لا شريك له، وبذلك أُمِرتُ وأنا
من المسلمين، اللهمَّ أنت المَلِك لا إله إلَّا أنت، أنت ربي، وأنا عبدك،
ظلمتُ نفسي، واعترفتُ بذنبي، فاغفر لي ذنوبي جميعًا، إنه لا يغفر الذنوب
إلا أنت، واهدني لأحسن الأخلاق لا يهدي لأحسنها إلا أنت، واصرف عني سيئَها
لا يصرف عني سيئها إلا أنت، لبَّيْك وسَعْدَيْك، والخيرُ كله في يديك،
والشر ليس إليك، أنا بك وإليك، تباركتَ وتعاليتَ، أستغفرك وأتوب إليك»،
وإذا ركع، قال: «اللهمَّ لك ركعتُ، وبك آمنتُ، ولك أسلمتُ، خشع لك سمعي،
وبصري، ومُخِّي، وعظمي، وعَصَبي»، وإذا رفع، قال: «اللهم ربنا لك الحمد
مِلءَ السماوات، ومِلءَ الأرض، ومِلءَ ما بينهما، ومِلءَ ما شئتَ من شيء
بعد»، وإذا سجد، قال: «اللهم لك سجدتُ، وبك آمنتُ، ولك أسلمتُ، سجد وجهي
للذي خلقه، وصوَّره، وشقَّ سمعَه وبصرَه، تبارك الله أحسنُ الخالقين»، ثم
يكون من آخر ما يقول بين التشهُّد والتسليم: «اللهم اغفر لي ما قدَّمتُ وما
أخَّرتُ، وما أسررتُ وما أعلنتُ، وما أسرفتُ، وما أنت أعلم به مني، أنت
المُقَدِّم وأنت المؤَخِّر، لا إله إلا أنت».
Dari Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu
'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila
mendirikan salat, beliau mengucapkan, "Aku hadapkan wajahku kepada Zat
yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus dan aku tidak termasuk
orang-orang musyrik. Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku
diperintahkan kepada hal itu dan aku termasuk orang-orang muslim. Ya
Allah! Engkau adalah Raja. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain
Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku
adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku sendiri dan akui
dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya
tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah
aku akhlak yang paling baik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya
melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena
sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya
Engkau. Akan aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong
agama-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak
datang dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau
beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada
keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari-Mu. Maha Suci Engkau dan Maha
Tinggi. Kumohon ampunan dari-Mu dan aku bertobat kepada-Mu”. Apabila
beliau rukuk, beliau mengucapkan, "Ya Allah! Aku rukuk untuk-Mu, beriman
kepada-Mu dan aku menyerahkan diri kepada-Mu. Pendengaranku,
pandanganku, otakku, tulangku dan sarafku tunduk untuk-Mu." Apabila
beliau mengangkat kepala, beliau mengucapkan, "Ya Allah Rabb kami!
Segala puji milik-Mu sepenuh langit, sepenuh bumi, sepenuh antara
keduanya, dan sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki." Apabila bersujud,
beliau mengucapkan, "Ya Allah! Aku bersujud untuk-Mu, beriman kepada-Mu,
menyerahkan diri kepada-Mu. Wajahku bersujud kepada Zat yang telah
menciptakannya, membentuknya, membelah pendengarannya dan
penglihatannya. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta." Selanjutnya ucapan
terakhir yang dikatakannya antara tasyahud dan salam ialah, "Ya Allah!
Ampunilah (dosa) yang telah aku lakukan dan yang akan datang, apa yang
aku sembunyikan dan yang terang-terangan, apa yang aku hamburkan dan apa
yang lebih Engkau ketahui dariku. Engkaulah Yang Mendahulukan dan
Engkaulah Yang Mengakhirkan. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain
Engkau."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا قام
إلى الصلاة قال: «وَجَّهتُ وجهي للذي فطر السماوات والأرض» أي: توجَّهت
بالعبادة، بمعنى: أخلصتُ عبادتي لله الذي خلق السماوات والأرض من غير مثال
سبق، وأعرضتُ عما سواه، فإنَّ من أوجد مثل هذه المخلوقات التي هي على غاية
من الإبداع والإتقان حقيق بأن تتوجَّه الوجوه إليه، وأن تعتمد القلوب في
سائر أحوالها عليه، ولا تلتفت لغيره، ولا ترجو إلا دوام رضاه وخيره،
«حنيفًا وما أنا من المشركين» أي: مائلًا عن كل دين باطل إلى الدين الحق
دين الإسلام ثابتا عليه، وهو عند العرب غلب على من كان على ملة إبراهيم
عليه السلام.
ثم قال:
«إنَّ صلاتي، ونُسُكي، ومَحياي، ومماتي لله رب العالمين، لا شريك له، وبذلك
أُمِرتُ وأنا من المسلمين» أي: صلاتي وعبادتي وتقرُّبي كل ذلك خالص لوجه
الله, لا أشرك فيه غيره، وكذلك حياتي وموتي لله هو خالقهما ومقدِّرهما، لا
تصرُّف لغيره فيهما، لا شريك له سبحانه في ذاته وصفاته وأفعاله، وقد أمرني
ربي بهذا التوحيد والإخلاص، وأنا من المسلمين المنقادين والمطيعين له
سبحانه.
ثم قال:
«اللهمَّ أنت المَلِك لا إله إلَّا أنت، أنت ربي، وأنا عبدك، ظلمتُ نفسي،
واعترفتُ بذنبي، فاغفر لي ذنوبي جميعًا، إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت» أي:
يا الله، أنت الملك فلا مَلِك غيرك، ولا مُلْك في الحقيقة لغيرك، وأنت
المنفرد بالألوهية فلا معبود بحق إلا أنت، وأنت ربي وأنا عبدك، وقد ظلمتُ
نفسي بالغفلة عن ذكرك وبعمل المعاصي والذنوب، وقد اعترفتُ بذنوبي، فاغفر لي
ذنوبي، فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت؛ فإنك أنت الغفار الغفور.
ثم قال:
«واهدني لأحسن الأخلاق لا يهدي لأحسنها إلا أنت، واصرف عني سيئَها لا يصرف
عني سيئها إلا أنت» أي: دلَّني ووفِّقني وثبِّتني وأوصلني لأحسن الأخلاق في
عبادتك وغيرها من الأخلاق الحسنة الطيبة الظاهرة والباطنة، فإنك أنت الهادي
إليها، لا هادي غيرك، وأبعدني واحفظني من سيئ الأخلاق، فإنه لا يبعدني
ويحفظني منها إلا أنت.
ثم قال:
«لبَّيْك وسَعْدَيْك» أي: أدوم على طاعتك دوامًا بعد دوام، وأسعد بإقامتي
على طاعتك وإجابتي لدعوتك سعادة بعد سعادة.
ثم قال:
«والخيرُ كله في يديك» أي: والخير كله في تصرفك، أنت المالك له المتصرِّف
فيه كيف تشاء. «والشر ليس إليك» أي: إنما يقع الشر في مفعولاتك ومخلوقاتك
لا في فعلك سبحانه، فالشر لا يُضاف إليه سبحانه بوجه، لا في ذاته ولا في
صفاته ولا في أفعاله ولا في أسمائه، فإن ذاته لها الكمال المطلق من جميع
الوجوه، وصفاته كلها صفات كمال، ويُحمد عليها ويُثنى عليه بها، وأفعاله
كلها خير ورحمة وعدل وحكمة، لا شر فيها بوجه ما، وأسماؤه كلها حسنى، فكيف
يُضاف الشر إليه؟ بل الشر في مفعولاته ومخلوقاته وهو منفصل عنه؛ إذ فعله
غير مفعوله، ففعله خير كله، وأما المخلوق المفعول ففيه الخير والشر، وإذا
كان الشر مخلوقًا منفصلًا غير قائم بالرب سبحانه فهو لا يُضاف إليه، وليس
في هذا حجة للمعتزلة الذين يزعمون أن الله لم يخلق الشر، فالله خالق الخير
والشر وخالق كل شيء سبحانه.
«أنا بك وإليك» أي: أعوذ وأعتمد وألوذ
وأقوم بك، وأتوجَّه وألتجئ وأرجع إليك، أو بك وحَّدت وإليك انتهى أمري،
فأنت المبدأ والمنتهى، وقيل: أستعين بك وأتوجه إليك.
«تباركتَ وتعاليتَ» أي: تعظَّمت
وتمجَّدت وتكاثر خيرك، وتعاليت عما توهمته الأوهام وتصورته العقول،
وتنزَّهت عن كل نقص وعيب.
«أستغفرك وأتوب إليك» أي: أطلب المغفرة
لما مضى، وأرجع عن فعل الذنب فيما بقي، متوجِّهًا إليك بالتوفيق والثبات
إلى الممات.
وإذا ركع،
قال: «اللهمَّ لك ركعتُ، وبك آمنتُ، ولك أسلمتُ، خشع لك سمعي، وبصري،
ومُخِّي، وعظمي، وعَصَبي» أي ركوعي لك وحدك مخلصًا لك، وقد آمنت بك،
وانقدتُ لك، وجوارحي كلها -مِن سمع وبصر ومخ وعظم وعصب- ذليلة منقادة
لأمرك.
وإذا
رفع رأسه من الركوع قال: «اللهم ربنا لك الحمد مِلءَ السماوات، ومِلءَ
الأرض، ومِلءَ ما بينهما، ومِلءَ ما شئتَ من شيء بعد» أي: أحمدك حمدًا لو
كان أجسامًا لملأ السماوات والأرض، وملأ ما يشاء من خلقك بعد السماوات
والأرض.
وإذا سجد،
قال: «اللهم لك سجدتُ، وبك آمنتُ، ولك أسلمتُ، سجد وجهي للذي خلقه،
وصوَّره، وشقَّ سمعَه وبصرَه، تبارك الله أحسنُ الخالقين» أي: سجودي لك
وحدك مخلصًا لك، وقد آمنت بك، وانقدتُ لك، وجوارحي كلها التي خلقتها
وصوَّرتها ذليلة منقادة لأمرك، تبارك الله أحسنُ الخالقين.
ثم يكون
من آخر ما يقول بين التشهُّد والتسليم: «اللهم اغفر لي ما قدَّمتُ وما
أخَّرتُ، وما أسررتُ وما أعلنتُ، وما أسرفتُ، وما أنت أعلم به مني، أنت
المُقَدِّم وأنت المؤَخِّر، لا إله إلا أنت» أي: اللهم اغفر لي ما قدَّمتُ
من الذنوب وما أخَّرتُ منها، كأنه قال: اغفر لي القديم والحديث «وما أسررتُ
وما أعلنتُ» أي: اغفر لي ما أخفيت وما أظهرت، أو ما حدَّثتُ به نفسي وما
تحرَّك به لساني «وما أسرفت»
أي: اغفر لي ما جاوزت فيه الحد من الذنوب والمعاصي «وما أنت أعلم به مني»
أي: واغفر لي ذنوبي التي لا أعلمها «أنت المقدِّم وأنت المؤخِّر» معناه:
تقدِّم من شئت بطاعتك وغيرها وتؤخِّر من شئت عن ذلك، كما تقتضيه حكمتك،
وتعز من تشاء وتذل من تشاء «لا إله إلا أنت» أي: لا معبود بحق إلا أنت.
Dahulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- apabila mendirikan salat, beliau mengucapkan, "Aku hadapkan
wajahku kepada Zat yang menciptakan langit dan bumi," yakni, aku
menghadapkan diriku dengan ibadah. Artinya aku mengikhlaskan ibadahku
hanya untuk Allah yang telah menciptakan sesuatu tanpa ada contoh pola
sebelumnya dan aku berpaling dari selain-Nya. Sesungguhnya Zat yang
telah menciptakan makhluk-makhluk seperti ini yang ada dalam puncak
inovasi dan kesempurnaan, tentunya layak semua wajah mengarah kepada-Nya
dan semua hati bersandar kepada-Nya di segala keadaan. Tidak boleh
berpaling kepada selain-Nya dan tidak berharap kecuali kelanggengan
ridha dan kebaikan-Nya. "dengan lurus dan aku tidak termasuk orang-orang
musyrik." Yakni, condong dari setiap agama yang batil ke agama yang
benar, agama Islam dengan tetap tegar di atasnya. Menurut orang Arab,
ini biasanya terjadi pada orang yang berpegang kepada agama Ibrahim
-'alaihissalām-. Lantas beliau bersabda, "Sesungguhnya salatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak
ada sekutu bagi-Nya. Aku diperintahkan kepada hal itu dan aku termasuk
orang-orang muslim." Yakni, salatku, ibadahku dan kedekatanku, semua itu
murni untuk mencari keridhaan Allah. Aku tidak menyekutukan-Nya di dalam
itu semua dengan siapa pun. Ya Allah, Engkau adalah Raja. Demikian juga
hidupku dan matiku hanya milik Allah. Dialah Yang menciptakan keduanya
dan menetapkan takdirnya. Tidak ada seorang pun yang mengatur, Tidak ada
sekutu bagi-Nya. Allah Mahasuci dalam Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan
perbuatan-perbuataan-Nya?" Tuhanku telah memerintahkanku dengan tauhid
dan keikhlasan ini dan aku termasuk orang-orang muslim yang tunduk dan
patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lalu beliau mengucapkan, "Ya
Allah, Engkau Raja. Tidak ada Ilah yang haq selain Engkau. Engkau
Tuhanku dan aku hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku dan mengakui
dosaku. Karena itu, ampunilah dosaku seluruhnya. Sesungguhnya tidak ada
yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau." Yakni, ya Allah,
Engkaulah Raja, tidak ada Raja selain-Mu. Dan tidak ada kerajaan yang
sebenarnya melainkan milik-Mu. Sedangkan Engkau Tunggal, Esa dengan
sifat uluhiyah sehingga tidak ada yang dapat disembah kecuali Engkau.
Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu. Aku telah melakukan kezaliman dan
kelalaian, melakukan maksiat dan dosa dan ku akui dosa-dosa itu, maka
ampunilah daku karena tidak ada yang mampu mengampuni dosa-dosa kecuali
Engkau, karena Engkaulah Zat yang Maha Pengampun lagi Penyayang.
Kemudian beliau lanjutkan; Tunjukkanlah aku kepada akhlak yang paling
baik. Tidak ada yang memberikan petunjuk kepada akhlak yang paling baik
kecuali Engkau. Jauhkanlah dariku akhlak yang buruk. Tidak ada yang bisa
menjauhkan akhlak buruk dariku kecuali Engkau. Aku mendengar seruan-Mu
dan aku sambut gembira. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan
keburukan tidak datang dari-Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang
yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu.
Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci
Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertaubat
kepada-Mu." Apabila beliau rukuk, beliau mengucapkan, "Ya Allah, aku
rukuk untuk-Mu, beriman kepada-Mu, dan aku menyerahkan diri kepada-Mu.
Pendengaranku, pandanganku, otakku, tulangku dan sarafku tunduk
pada-Mu." Apabila beliau mengangkat kepala, beliau mengucapkan, "Ya
Allah Tuhan kami, segala puji milik-Mu sepenuh langit, sepenuh bumi,
sepenuh antara keduanya dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki." Apabila
bersujud, beliau mengucapkan, "Ya Allah, aku bersujud untuk-Mu, beriman
kepada-Mu, menyerahkan diri kepada-Mu. Wajahku bersujud kepada Zat yang
telah menciptakannya, membentuknya, membelah pendengarannya dan
penglihatannya. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta." Selanjutnya ucapan
terakhir yang dikatakannya antara tasyahhud dan salam ialah, "Ya Allah,
ampunilah (dosa) yang telah aku lakukan dan yang akan datang, apa yang
aku sembunyikan dan yang terang-terangan, apa yang aku hamburkan dan apa
yang lebih Engkau ketahui dariku. Engkaulah Yang Mendahulukan dan
Engkaulah Yang Mengakhirkan. Tidak ada Ilah yang benar selain Engkau."
Yakni, ya Allah, ampunilah aku atas dosa-dosa yang telah aku lakukan dan
yang akan aku lakukan." Seakan-akan beliau bersabda, "Ya Allah,
ampunilah dosaku yang dulu dan yang sekarang." "apa yang aku sembunyikan
dan yang terang-terangan" yakni ampunilah dosa yang aku tampakkan maupun
yang ku sembunyikan, dosa yang terbetik di hatiku atau tergerak di
lisanku. "apa yang aku hamburkan" yaitu ampunilah aku saat melampaui
batas dalam dosa dan maksiat. "dan apa yang lebih Engkau ketahui dariku"
yakni ampunilah dosa yang tak aku ketahui. "Engkaulah Yang Mendahulukan
dan Engkaulah Yang Mengakhirkan" artinya Engkau kedepankan siapa yang
Engkau kehendaki dengan ketaatannya pada-Mu dan Engkau akhirkan siapa
yang Engkau kehendaki sesuai dengan hikmah-Mu. Engkau mulyakan hamba
yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa saja yang Engkau
kehendaki. "Tiada Ilah yang haq selain Engkau" artinya tiada sembahan
yang patut disembah selain Engkau. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8280 |
|
Hadith 1386 الحديث
الأهمية: قمت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم
ليلة، فقام فقرأ سورة البقرة، لا يمر بآية رحمة إلا وقف فسأل، ولا يمر بآية
عذاب إلا وقف فتعوذ
Tema: Suatu malam aku melaksanakan salat
tahajud bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau
berdiri lalu membaca surah Al-Baqarah. Setiap kali melewati ayat tentang
rahmat, beliau berhenti lalu berdoa memohonnya. Setiap kali melewati
ayat tentang azab, beliau berhenti lalu memohon perlindungan darinya. |
عن عوف بن مالك الأشجعي -رضي الله عنه-
قال: قمتُ مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلةً، فقام فقرأ سورةَ البقرة،
لا يَمُرُّ بآية رحمةٍ إلا وقفَ فسأل، ولا يَمُرُّ بآية عذابٍ إلَّا وقف
فتعوَّذ، قال: ثم ركع بقَدْر قيامِه، يقول في ركوعه: «سُبحانَ ذي
الجَبَروتِ والملَكوتِ والكِبرياءِ والعَظَمةِ»، ثم سجد بقَدْر قيامه، ثم
قال في سجوده مثلَ ذلك، ثم قام فقرأ بآل عمران، ثم قرأ سورةً سورةً.
Dari Auf bin Malik Al-Asyja'i
-raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Suatu malam aku melaksanakan salat
malam bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau berdiri
lalu membaca surah Al-Baqarah. Setiap kali melewati ayat tentang rahmat,
beliau berhenti lalu memohon. Setiap kali melewati ayat tentang azab,
beliau berhenti lalu memohon perlindungan." Auf bin Malik Al-Asyja'i
berkata, "Lantas beliau ruku' lama seperti berdirinya. Dalam rukuknya
beliau mengucapkan, "Mahasuci Allah Pemilik keperkasaan, kekuasaan,
kebesaran dan keagungan." Lantas beliau bersujud lama seperti ukuran
berdirinya. Dalam sujudnya beliau mengucapkan sebagaimana dalam
rukuknya. Setelah itu beliau berdiri lalu membaca Āli 'Imrān kemudian
membaca surah demi surah."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبر عوف بن مالك الأشجعي رضي الله عنه
أنه صلى مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلةً قيام الليل، فقام صلى الله
عليه وسلم فقرأ سورة البقرة، فكان لا يمر بآية يُذكر فيها الرحمة والجنة
إلا سأل الله رحمته وجنته، ولا يمر بآية يُذكر فيها العذاب إلا استعاذ
بالله من عذابه، ثم ركع طويلًا بقدر قيامه، وقال في ركوعه: «سُبحانَ ذي
الجَبَروتِ والملَكوتِ والكِبرياءِ والعَظَمةِ» أي: أُنَزِّه اللهَ صاحب
القهر والغلبة، وصاحب الملك ظاهرًا وباطنًا، وصاحب الكبرياء، وصاحب العظمة،
ثم سجد بقَدْر قيامه، ثم قال في سجوده مثلَ ما قال في ركوعه، ثم قام فقرأ
بآل عمران، ثم قرأ سورةً سورةً.
Auf bin Malik Al-Asyja'i -raḍiyallāhu
'anhu- mengabarkan bahwa dirinya melaksanakan salat malam bersama
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Nabi Muhammad -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- berdiri lalu membaca surah Al-Baqarah. Setiap kali
melewati ayat yang menyebutkan rahmat dan surga, beliau pun memohon
rahmat dan surga kepada Allah. Setiap kali melewati ayat yang
menyebutkan azab, beliau memohon perlindungan kepada Allah dari
azab-Nya. Selanjutnya beliau rukuk panjang sesuai dengan ukuran
berdirinya. Dalam rukuknya, beliau mengucapkan, "Mahasuci Allah Pemilik
Keperkasaan, kekuasaan, kebesaran, dan keagungan." Yakni, aku menyucikan
Allah Pemilik keperkasaan dan kekuatan, Pemilik kekuasaan lahir dan
batin, Pemilik kebesaran dan Pemilik keagungan, lalu beliau bersujud
seperti ukuran lama berdirinya. Lantas dalam sujudnya beliau mengucapkan
(doa) sebagaimana dalam rukuk. Setelah itu berdiri lalu membaca Āli
'Imrān, lalu membaca surah demi surah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Nasā`i -
Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8281 |
|
Hadith 1387 الحديث
الأهمية: وعدني ربي أن يدخل الجنة من أمتي سبعين
ألفا بغير حساب، ولا عذاب مع كل ألف سبعون ألفا وثلاث حثيات من حثيات ربي
Tema: Rabbku telah berjanji kepadaku bahwa
Dia akan memasukkan sebanyak tujuh puluh ribu dari umatku ke dalam surga
tanpa hisab dan tanpa siksaan. Bersama setiap seribu ada tujuh puluh
ribu dan tiga tuangan dari limpahan Rabbku. |
عن أبي أمامة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«وَعَدَني ربِّي أنْ يُدْخِلَ الجنةَ من أُمَّتي سبعين ألفًا بغير حسابٍ
ولا عذابٍ، مع كلِّ ألفٍ سبعون ألفًا، وثلاثُ حَثَيَاتٍ مِن حَثَيَاتِ
ربِّي».
Dari Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Rabbku telah berjanji kepadaku bahwa Dia akan memasukkan
sebanyak tujuh puluh ribu dari umatku ke dalam surga tanpa hisab dan
tanpa siksaan. Bersama setiap seribu ada tujuh puluh ribu dan tiga
tuangan dari limpahan Rabbku."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يخبرنا النبي -صلى الله عليه وسلم- أن
الله -تعالى- وعده أنه سيُدخِل الجنةَ سبعين الفًا من هذه الأمة من غير
حساب ولا عذاب، وسيُدخِل مع كل ألف سبعين ألفًا آخرين، وسيقبض الله بيده
الكريمة ثلاث قبضات ويدخلهم الجنة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
mengabarkan kepada kita bahwa Allah telah berjanji kepadanya bahwa Dia
akan memasukkan ke dalam surga sebanyak tujuh puluh orang dari umat ini
tanpa hisab dan tanpa siksaan, dan akan memasukkan bersama setiap seribu
orang sebanyak tujuh puluh ribu orang lainnya, dan Allah akan
menggenggam dengan tangan-Nya yang mulia tiga genggaman dan memasukkan
mereka ke surga. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8282 |
|
Hadith 1388 الحديث
الأهمية: إن الرحم شجنة آخذة بحجزة الرحمن، يصل
من وصلها، ويقطع من قطعها
Tema: Sesungguhnya kekerabatan adalah satu
cabang dalam genggaman Allah Yang Maha Pengasih; Dia akan menyambungkan
orang yang menyambungnya dan memutuskan orang yang memutusnya. |
عن ابن عباس -رضي الله عنهما- مرفوعاً:
«إنَّ الرَّحِمَ شِجْنَةٌ آخذةٌ بحُجْزَةِ الرَّحمنِ، يَصِلُ مَن وَصَلَها،
ويقطعُ مَن قَطَعَها».
Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-
secara marfū', "Sesungguhnya kekerabatan adalah satu cabang dalam
genggaman Allah Yang Maha Pengasih; Dia akan menyambungkan orang yang
menyambungnya, dan memutuskan orang yang memutusnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
الرَّحِم لها تعلُّق بالله -عز وجل-،
فقد اشتُقَّ اسمها من اسم الرحمن، وهذا الحديث في الجملة من أحاديث الصفات،
التي نص الأئمة على أنه يُمر كما جاء، وردوا على من نفى موجبه، والحُجزة
على ذلك من الصفات التي يجب الإيمان بها من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير
تكييف ولا تمثيل، فنؤمن بأن الرحم وهي القرابة تعتصم بها، وأن الله عز وجل
يصل من وصلها، ومن قطع رحمه ولم يصل قرابته، قطعه الله، ومن قطعه الله فهو
المقطوع مع عدو الله الشيطان الطريد الرجيم، ولو أراد الخلق كلهم صلته
ونفعه، لم يفده ذلك.
"Ar-Raḥim" (kekerabatan) memiliki
keterkaitan dengan Allah -'Azza wa Jalla-. Nama tersebut diambil dari
nama-Nya "Ar-Raḥmān". Secara global hadis ini termasuk hadis-hadis sifat
yang telah ditetapkan oleh para imam bahwa hadis seperti itu
diperlakukan (dimaknai) sebagaimana adanya, dan mereka menolak orang
yang menafikan keharusannya. Al-Hujzah (genggaman) termasuk sifat yang
harus diimani tanpa taḥrīf (penyimpangan makna), ta'ṭīl (meniadakannya),
takyīf (menanyakan bagaimana/kaifiyyah), dan tamṡīl
(mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk). Dengan demikian kita beriman
bahwa "Ar-Raḥim" adalah kekerabatan yang dijadikan pegangan, dan
sesungguhnya Allah akan menyambungkan orang yang menyambung kekerabatan.
Orang yang memutus kekerabatannya dan tidak menyambungnya, maka Allah
akan memutuskannya. Orang yang diputus oleh Allah kekerabatannya, maka
dia termasuk orang yang diputus bersama musuh Allah, yaitu setan yang
terusir dan terkutuk, meskipun manusia seluruhnya menginginkan untuk
menyambung dan memberinya manfaat, hal itu tidak berguna baginya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8283 |
|
Hadith 1389 الحديث
الأهمية: ألا ترضين أن أصل من وصلك، وأقطع من
قطعك؟
Tema: Tidakkah engkau rida aku menyambung
orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu? |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«خَلَقَ اللهُ الخلقَ، فلمَّا فرغَ منه، قامت الرَّحِمُ فأخذت بحَقْو
الرَّحمن، فقال له: مَه، قالت: هذا مقامُ العائذِ بك من القَطِيعة، قال:
ألَا تَرْضَيْنَ أنْ أصِلَ مَن وصلكِ، وأقطعُ مَن قطعكِ، قالت: بلى يا
ربِّ، قال: فذاك». قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: اقرءوا إن شئتم:
{فهل عسيتُم إنْ تولَّيتُم أن تُفْسِدوا في الأرض وتُقَطِّعوا أرحامَكم}،
وفي رواية للبخاري: فقال الله: (من وصلك وصلته ومن قطعك قطعته).
Tema: Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Allah menciptakan makhluk, ketika Allah telah
merampungkannya, maka berdirilah rahim lalu memegang pinggang Ar-Raḥmān
(Allah Yang Maha Pengasih). Allah berfirman kepadanya, "Menyingkirlah."
Rahim berkata, "Ini adalah tempat orang yang berlindung kepadamu dari
pemutus kekerabatan." Allah berfirman, "Tidakkah engkau rida Aku
menyambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?"
Rahim menjawab, "Tentu saja wahai Rabbku." Allah berfirman, "Itu
untukmu." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bacalah
jika kalian mau, "Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat
kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?" Dalam riwayat
Bukhari (disebutkan) bahwa Allah berfirman, "Orang yang menyambungmu
maka Aku akan menyambungnya, dan orang yang memutusmu, maka Aku akan
memutusnya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قوله: «خَلَقَ اللهُ الخلقَ، فلمَّا
فرغَ منه» أي: انتهى من خلق المخلوقات، وهو يدل على أن ذلك وقع في وقت
محدد، وإن كان الله تعالى لا حدَّ لقدرته، ولا يشغله شأن عن شأن، ولكن
اقتضت حكمته أن يجعل لفعله ذلك وقتًا معينًا، وهذا من الأدلة على أن أفعاله
تتعلق بمشيئته، فمتى أراد أن يفعل شيئا فعله.
وليس معنى
قوله: «لما فرغ» أنه تعالى انتهى من خلق كل شيء، بل مخلوقاته تعالى لا تزال
توجد شيئا بعد شيء، ولكن سبق علمه بها، وتقديره لها وكتابته إياها، ثم هي
تقع بمشيئته، فلا يكون إلا ما سبق به علمه، وتقديره وكتابته، وشاءه فوجد.
قوله:
«قامت الرَّحِمُ فأخذت بحَقْو الرَّحمن، فقال له: مَه» هذه الأفعال
المسنَدة إلى الرحم، من القيام والقول، ظاهر الحديث أنها على ظاهرها حقيقة،
وإن كانت الرحم معنى يقوم بالناس، ولكن قدرة الله تعالى لا تُقاس بما يعرفه
عقل الإنسان، وهذا الحديث في الجملة من أحاديث الصفات، التي نص الأئمة على
أنها تُمَرُّ كما جاء، وردُّوا على من نفى موجبه. وليس ظاهر هذا الحديث أن
لله إزاراً ورداءً من جنس الملابس التي يلبسها الناس، مما يصنع من الجلود
والكتان والقطن وغيره، قال تعالى: (ليس كمثله شيء وهو السميع البصير).
قوله:
«قالت: هذا مقامُ العائذِ بك من القَطِيعة» هذا أعظم مقام، والعائذ به
استعاذ بأعظم معاذ، وهو دليل على تعظيم صلة الرحم، وعظم قطيعتها، والقطيعة:
عدم الوصل، والوصل: هو الإحسان إلى ذوي القرابة، والتودُّد لهم والقرب
منهم، ومساعدتهم، ودفع ما يؤذيهم، والحرص على جلب ما ينفعهم في الدنيا
والآخرة.
قوله:
«قال: ألَا تَرْضَيْنَ أنْ أصِلَ مَن وصلكِ، وأقطعَ مَن قطعكِ، قالت: بلى
يا ربِّ، قال: فذاك» فمن وصل قرابته وصله الله، ومن وصله الله، وصل إلى كل
خير وسعادة في الدنيا والآخرة، ولا بد أن تكون نهايته مجاورة ربه في
الفردوس؛ لأن الوصل لا ينتهي إلا إلى هناك فينظر إلى وجه ربه الكريم. ومن
قطع قرابته قطعه الله، ومن قطعه الله فهو المقطوع مع عدو الله الشيطان
الطريد الرجيم.
Sabda Nabi: "Allah menciptakan
makhluk, ketika Allah telah merampungkannya", yakni, setelah Allah
selesai menciptakan makhluk. Ini menunjukkan bahwa penciptaan itu
terjadi pada waktu yang ditentukan, meskipun kekuasaan Allah tidak ada
batasnya, dan tidak ada sesuatu pun yang membuatnya lalai dari sesuatu
yang lain. Hanya saja hikmah-Nya mengharuskan perbuatan-Nya itu ada
waktu tertentu. Ini menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan-Nya berkaitan
dengan kehendak-Nya. Jika Dia hendak melakukan sesuatu, Dia pun
melakukannya. Maka sabda Nabi, "ketika Allah telah merampungkannya",
tidak berarti bahwa Allah telah selesai dari menciptakan segala sesuatu,
tetapi makhluk-makhluk Allah -Ta'ālā- masih terus ada bersambung, hanya
saja itu sudah diketahui oleh ilmu-Nya, takdir-Nya, dan penulisan-Nya.
Kemudian makhluk-makhluk tersebut ada karena kehendak-Nya, sehingga
tidak mungkin hal itu ada melainkan telah diketahui oleh ilmu-Nya,
takdir-Nya, dan dituliskan-Nya, lalu Dia berkehendak maka hal itu ada.
Sabda Nabi, "Maka berdirilah rahim lalu memegang pinggang Ar-Raḥmān
(Allah Yang Maha Pengasih), dan Allah berfirman kepadanya,
"Menyingkirlah!" Perbuatan yang disandarkan kepada rahim yaitu berdiri
dan berkata, secara zahir hadis menunjukkan bahwa perbuatan benar adanya
secara lahirnya, meskipun rahim itu adalah makna yang ada pada manusia.
Hanya saja kekuasaan Allah tidak bisa diukur oleh nalar manusia. Secara
global hadis ini termasuk hadis-hadis sifat di mana para ulama telah
menetapkan agar hadis itu dipahami apa adanya, dan mereka menyanggah
orang yang menafikan keharusannya. Makna lahir dari hadis ini tidak
berarti bahwa Allah memiliki sarung dan selendang sejenis pakaian yang
dikenakan oleh manusia yang dibuat dari kulit, rami/lenan, kapas dan
sebagainya. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa
dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." Sabdanya,
"Rahim berkata, "Ini adalah tempat orang yang berlindung kepada-Mu dari
pemutus kekerabatan." Ini tempat paling agung, dan orang yang berlindung
kepada Allah adalah orang yang memohon perlindungan kepada pelindung
paling agung. Ini merupakan dalil pengagungan bersilaturahmi, dan
besarnya (dosa) pemutus kekerabatan. "Al-Qaṭī'ah, artinya tidak
menyambung." Al-Washlu" artinya berbuat baik kepada kerabat,
memperlihatkan cinta kepadanya, dekat dengannya, membantunya, mencegah
hal yang menyakitinya, dan berusaha keras untuk mendatangkan apa yang
bermanfaat baginya di dunia dan akhirat. Sabdanya, Allah berfirman,
"Tidakkah engkau rida Aku menyambung orang yang menyambungmu, dan
memutus orang yang memutusmu?" Rahim menjawab, "Tentu saja, wahai
Rabbku." Allah berfirman, "Itu untukmu." Orang yang menyambung
kekerabatannya, niscaya Allah menyambungnya. Orang yang disambung
kekerabatannya oleh Allah, berarti dia sampai kepada segala kebaikan dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dan pasti akhirnya adalah
berdekatan dengan Rabbnya di surga Firdaus. Sebab, hubungan tidak
berakhir kecuali sampai ke sana sehingga dia dapat melihat wajah Rabbnya
Yang Mulia. Orang yang memutus kekerabatannya, niscaya Allah memutusnya.
Orang yang diputus kekerabatannya oleh Allah maka dialah orang yang
terputus. Dia bersama musuh Allah, yaitu setan yang terusir dan
terkutuk. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8284 |
|
Hadith 1390 الحديث
الأهمية: اللهم لك أسلمت، وبك آمنت، وعليك توكلت،
وإليك خاصمت، وبك حاكمت، فاغفر لي ما قدمت وما أخرت، وأسررت وأعلنت، وما
أنت أعلم به مني، لا إله إلا أنت
Tema: Ya Allah! Kepada-Mu lah aku berserah
diri. Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah aku bertawakal. Kepada-Mu
aku mengajukan perkara. Dan kepada-Mu aku berhukum. Karena itu,
ampunilah aku dari dosa yang telah lalu dan yang akan datang, apa yang
aku lakukan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan apa yang Engkau
lebih tahu dariku. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. |
عن ابن عباس -رضي الله عنهما- كان
النبيُّ -صلى الله عليه وسلم- إذا تَهَجَّد من الليل قال: «اللهم ربَّنا لك
الحمدُ، أنت قَيِّمُ السموات والأرض، ولك الحمدُ أنت ربُّ السموات والأرض
ومَن فيهنَّ، ولك الحمدُ أنت نورُ السموات والأرض ومن فيهنَّ، أنت الحقُّ،
وقولُك الحقُّ، ووعدُك الحقُّ، ولقاؤك الحقُّ، والجنةُ حقٌّ، والنارُ حقٌّ،
والساعةُ حقٌّ، اللهم لك أسلمتُ، وبك آمنتُ، وعليك توكَّلتُ، وإليك خاصمتُ،
وبك حاكمتُ، فاغفر لي ما قدَّمتُ وما أخَّرتُ، وأسررتُ وأعلنتُ، وما أنت
أعلم به مني، لا إلهَ إلا أنت».
Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-,
bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila melaksanakan
salat tahajud di malam hari, beliau membukanya dengan ucapan, “Ya Allah!
Segala puji bagi Engkau. Engkau pemelihara langit dan bumi serta makhluk
yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau memiliki
kerajaan langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala
puji bagi Engkau. Engkau adalah cahaya bagi langit, bumi dan siapa saja
yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau Raja langit dan
bumi dan Raja bagi siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi
Engkau. Engkaulah Al Haq. Janji-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar,
pertemuan dengan-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, surga itu benar
adanya, neraka itu benar adanya, para nabi itu membawa kebenaran, dan
Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- itu membawa kebenaran, hari
kiamat itu benar adanya. Ya Allah! Kepada-Mu lah aku berserah diri.
Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah aku bertawakal. Kepada-Mu aku
mengajukan perkara. Dan kepada-Mu aku berhukum. Karena itu, ampunilah
aku dari dosa yang telah lalu dan yang akan datang, apa yang aku lakukan
sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan apa yang Engkau lebih tahu
dariku. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان النبيُّ صلى الله عليه وسلم إذا قام
لصلاة الليل قال بعد أن يكبِّر تكبيرة الإحرام: «اللهم ربَّنا لك الحمدُ»
أي: جميع الحمد واجب ومستحق لله تعالى، فهو المحمود على صفاته، وأسمائه،
وعلى نعمه، وأياديه، وعلى خلقه وأفعاله، وعلى أمره وحُكمه، وهو المحمود
أولًا وآخرًا، وظاهرًا وباطنًا.
ثم قال:
«أنت قَيِّمُ السموات والأرض» أي: أنت الذي أقمتهما من العدم، والقائم
عليهما بما يصلحهما ويقيمهما، فأنت الخالق الرازق، المالك المدبر، المحيي
المميت.
ثم قال:
«ولك الحمدُ أنت رب السموات والأرض ومن فيهنَّ» أي: أنت مالكهما ومن فيهما،
والمتصرف بهما بمشيئتك، وأنت موجِدهما من العدم، فالملك لك، وليس لأحد معك
اشتراك أو تدبير، تباركت وتعاليت.
ثم قال:
«ولك الحمدُ أنت نورُ السماوات والأرض ومن فيهنَّ» فمن صفاته سبحانه أنه
نور، واحتجب عن خلقه بالنور، وهو سبحانه منوِّر السماوات والأرض، وهادي أهل
السماوات والأرض، ولا ينبغي نفي صفة النور عن الله تعالى أو تأويلها.
ثم قال:
«أنت الحقُّ» فالحق اسم من أسمائه وصفة من صفاته، فهو الحق في ذاته وصفاته،
فهو واجب الوجود كامل الصفات والنعوت، وجوده من لوازم ذاته، ولا وجود لشيء
من الأشياء إلا به.
ثم
قال: «وقولُك الحقُّ» ما قلتَه فهو صدق وحق وعدل، لا يأتيه الباطل من بين
يديه، ولا من خلفه، لا في خبره، ولا في حُكمه وتشريعه، ولا في وعده ووعيده.
ثم قال:
«ووعدُك الحقُّ» يعنى: لا تخلف الميعاد، فما وعدت به فلا بد من وقوعه، على
ما وعدت، فلا خُلف فيه ولا تبديل.
ثم قال:
«ولقاؤك حقُّ» أي: لا بد للعباد من ملاقاتك، فتجازيهم على أعمالهم، واللقاء
يتضمن رؤية الله سبحانه.
ثم قال:
«والجنةُ حقٌّ، والنارُ حقٌّ» أي: ثابتتان، موجودتان، كما أخبرتَ بذلك
أنهما معدتان لأهلهما، فهما دار البقاء، وإليهما مصير العباد.
ثم قال:
«والساعةُ حقٌّ» أي: مجيء يوم القيامة حق لا مرية فيه، فهو ثابت لا بد منه،
وهي نهاية الدنيا، ومبدأ الآخرة.
وقوله:
«اللهم لك أسلمتُ» معناه: انقدت لحكمك وسلمت ورضيت. وقوله: «وبك آمنت»
يعنى: صدَّقت بك وبما أنزلت، وعملت بمقتضى ذلك.
«وعليك توكلت» أي: اعتمدت عليك، ووكَّلت
أموري إليك، «وإليك خاصمت» أي: بما آتيتنى من البراهين احتججت على المعاند
وغلبته «وبك حاكمت» أي: كل من أبى قبول الحق، أو جحده، حاكمته إليك وجعلتك
الحكم بيني وبينه مجانبًا بذلك حكم كل طاغوت، من قانون وضعي، أو كاهن أو
غيره، مما يتحاكم إليه البشر، من الأوضاع الباطلة شرعاً.
وقوله:
«فاغفر لي ما قدَّمتُ وما أخَّرتُ، وأسررتُ وأعلنتُ، وما أنت أعلم به مني»
أي: اغفر لي ما عملتُ من الذنوب، وما سأعمله، وما ظهر منها لأحد من خلقك،
وما خفي عنهم، ولم يعلمه غيرك.
ثم ختم
دعاءه بقوله: «لا إلهَ إلا أنت» فلا أتوجَّه إلى سواك؛ إذ كل مألوه غيرك
باطل ودعوته ضلال ووبال، وهذا هو التوحيد الذي جاءت به رسل الله، وفرضه
تعالى على عباده.
Apabila Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- berdiri untuk melaksanakan salat, maka setelah mengucapkan
takbiratul ihram, beliau mengucapkan doa, "Ya Allah, Tuhan kami, segala
puji milik-Mu," yakni, segala pujian wajib dan menjadi hak Allah Ta'ala.
Dia terpuji dalam sifat-sifat-Nya, nama-nama-Nya, nikmat-Nya, kemurahan
hati-Nya, penciptaan-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, perintah-Nya dan
ketetapan-Nya. Dialah yang terpuji di awal dan di akhir, lahir dan
batin. Selanjutnya beliau mengucapkan, "Engkaulah yang menegakkan
langit dan bumi." Yakni, Engkaulah yang menegakkannya dari ketiadaan,
mengurus keduanya dengan hal-hal yang dapat memperindah dan
menegakkannya. Engkaulah Pencipta dan Pemberi rezeki, Pemilik dan
Pengatur, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Selanjutnya beliau
mengucapkan, "Segala puji hanya milik-Mu. Engkaulah Tuhan langit dan
bumi dan makhluk yang ada di dalamnya." Yakni, Engkau Pemilik keduanya
dan makhluk yang ada di dalamnya, yang mengatur keduanya dengan
kehendak-Mu. Engkau yang mengadakan keduanya dari ketiadaan. Dengan
demikian, kerajaan adalah milik-Mu dan tidak ada keterlibatan atau
pengaturan seorang pun bersama-Mu. Engkau Maha Suci dan Engkau Maha
Luhur. Lalu mengucapkan, "Segala puji hanya milik-Mu. Engkaulah
cahaya langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalam keduanya." Di
antara sifat Allah ialah cahaya dan Dia tersembunyi dari makhluk-Nya
dengan cahaya. Dia Penerang langit dan bumi, Pemberi petunjuk penghuni
langit dan bumi, dan tidak boleh menafikan atau menakwilkan sifat cahaya
dari Allah Ta'ala. Lalu mengucapkan, "Engkaulah Al-Haq." Al-Haq
adalah salah satu nama Allah dan salah satu sifat-Nya. Dia adalah Al-Haq
dalam Zat dan sifat-Nya. Dia adalah wajib ada dengan segala sifat dan
ciri. Keberadaan-Nya merupakan keharusan Zat-Nya. Tidak ada wujud
sesuatu melainkan Dia yang mengadakannya. Lalu mengucapkan,
"Firman-Mu adalah benar," apa yang Engkau firmankan adalah benar, hak,
dan adil tanpa tercampuri kebatilan dari depan-Nya, dari belakang-Nya,
baik dalam kabar-Nya, hukum-Nya, dan syariat-Nya. Tidak juga pada janji
dan ancaman-Nya. Lalu mengucapkan, "janji-Mu adalah benar," yakni,
Engkau tidak pernah ingkar janji. Apa yang Engkau janjikan pasti akan
terjadi sesuai dengan yang telah Engkau janjikan. Tidak ada pergantian
dan perubahan di dalamnya. Lalu mengucapkan, "dan pertemuan-Mu adalah
benar." Yakni, setiap hamba pasti berjumpa dengan-Nya, lalu mereka
diberi balasan atas amal-amalnya. Perjumpaan ini tercakup di dalamnya
melihat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lalu mengucapkan, "Surga itu
benar, neraka itu benar," yakni, keduanya sudah ditetapkan dan ada
sebagaimana engkau telah diberitahu mengenai hal itu bahwa keduanya
sudah disiapkan bagi para penghuninya. Keduanya adalah perkampungan
abadi dan kepadanya tempat kembali semua hamba. Lalu mengucapkan,
"dan kiamat itu benar." Yakni, terjadinya kiamat adalah sesuatu yang
benar tanpa ada keraguan di dalamnya. Ia ditetapkan dan pasti terjadi.
Kiamat adalah akhir dunia dan permulaan akhirat. Sabdanya, "Ya Allah,
aku menyerahkan diri kepada-Mu," artinya aku tunduk kepada hukum-Mu,
menyerahkan diri, dan rela. Sabdanya, "beriman kepada-Mu," yakni, aku
membenarkan-Mu dan apa yang Engkau turunkan, dan aku melakukan
sebagaimana keharusannya. "bertawakal kepada-Mu," yakni, aku
bersandar kepada-Mu dan menyerahkan segala urusanku kepada-Mu.
"mengajukan perkara kepada-Mu," yakni, dengan berbagai bukti yang
diberikan kepadaku, aku berhujjah kepada pembangkang dan mengalahkannya.
"dan mengajukan gugatan kepada-Mu." Yakni, setiap orang yang menolak
untuk menerima kebenaran atau mengingkarinya, maka aku mengajukan
gugatan kepada-Mu dan aku menjadikan-Mu sebagai penentu keputusan antara
aku dengannya, guna menghindari keputusan thaghut berupa undang-undang
konvensional atau dukun atau lainnya yang biasanya dijadikan rujukan
oleh manusia, berupa hukum-hukum yang batil secara syariat. Sabdanya,
"Karena itu, ampunilah aku dari dosa yang telah lalu dan yang akan
datang, apa yang aku lakukan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan
apa yang Engkau lebih tahu dariku." Yakni, ampunilah aku dari dosa yang
telah aku kerjakan dan yang akan aku kerjakan, dosa yang tampak pada
seseorang dari makhluk-Mu dan apa yang tersembunyi dari mereka dan yang
tidak diketahui oleh selain-Mu. Selanjutnya beliau menutup doanya
dengan ucapan, "Tidak ada tuhan yang benar selain Engkau." Aku tidak
menghadap kecuali kepada-Mu, karena setiap yang dipertuhankan selain-Mu
adalah batil dan dakwahnya adalah sesat dan binasa. Inilah tauhid
yang dibawa oleh para utusan Allah dan diwajibkan oleh Allah Ta'ala
kepada para hamba-Nya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8285 |
|
Hadith 1391 الحديث
الأهمية: سبق الكتاب أجله، اخطبها إلى نفسها
Tema: Masa idah yang ditetapkan sudah
berlalu. Silakan lamar dia! |
عن الزُّبير بن العوام -رضي الله عنه-
أنَّه كانت عنده أمُّ كُلثوم بنتُ عقبة، فقالت له وهي حاملٌ: طَيِّب نفسي
بتطليقة، فطلَّقها تطليقةً، ثم خرجَ إلى الصلاة، فرجع وقد وضعت، فقال: ما
لها؟ خَدَعتني، خَدَعها اللهُ، ثم أتى النبيَّ -صلى الله عليه وسلم-، فقال:
«سَبَقَ الكتابُ أَجَلَه، اخطِبها إلى نفسِها».
Dari Az-Zubair bin al-'Awwām
-raḍiyallāhu 'anhu- bahwasannya dia memiliki istri yaitu Ummu Kulṡūm
binti Uqbah. Ummu Kulṡūm berkata kepadanya saat dia hamil,
"Gembirakanlah diriku dengan satu kali talak!" Lantas dia (Az-Zubair)
menjatuhkan satu talak. Setelah itu dia keluar untuk salat lalu kembali
(ke rumah) dan Ummu Kulṡūm sudah melahirkan. Ia berkata, "Ada apa
dengannya? Dia (istriku) menipuku, semoga Allah membalasnya." Lantas
Az-Zubair datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka beliau
bersabda, "Masa idah yang ditetapkan sudah berlalu. Lamarlah dia
kembali!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان الزبير بن العوام متزوِّجًا بأم
كلثوم بنت عقبة فقالت له وهي حامل: «طيِّب نفسي بتطليقة» أي: أدخل علي
السرور بتطليقة واحدة، والظاهر أنها كانت لا تحبه وتريد أن تخرج من تحته
خروجًا لا يتمكَّن من مراجعتها، فطلبت منه أن يطلقها طلقة واحدة لما أحسَّت
بقرب ولادتها، وعلمت أن عدة الحامل أن تضع حملها، فطلَّقها تطليقةً، ثم
خرجَ إلى الصلاة، فرجع وقد ولدت، فقال: «ما لها؟ خَدَعتني، خَدَعها اللهُ»
والخداع من صفات الله تعالى الفعلية الخبرية، ولكنه لا يوصف بها على سبيل
الإطلاق، إنما يوصف بها على سبيل المقابلة، فيقال يخدع الله من يخدعه، مثل
خداعه للمنافقين، وخداعه لمن يمكر بالمؤمنين وما شابه ذلك، ولا يجوز
تأويلها بقولهم إن الزبير أراد بقوله هذا: جزاها الله تعالى بخداعها. بل
يجب إثبات هذه الصفة كغيرها من صفات الله تعالى من غير تحريف ولا تعطيل ومن
غير تكييف ولا تمثيل.
ثم
أتى الزبير إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأخبره بما حدث بينه وبين زوجته،
فقال صلى الله عليه وسلم: «سَبَقَ الكتابُ أَجَلَه»، أي: مضت العدة
المكتوبة قبل ما يتوقع من تمامها، ووقع الطلاق، ثم قال صلى الله عليه وسلم:
«اخطِبها إلى نفسِها» أي: كن واحدًا من الخُطاب لا حقَّ لك في نفسها؛
لخروجها عن العدة.
Az-Zubair bin Al-'Awwām menikah dengan
Ummu Kulṡūm binti Uqbah. Ia berkata kepadanya (az-Zubair) saat dia
hamil, "Gembirakanlah diriku dengan satu talak!" Yakni, masukkanlah rasa
senang kepadaku dengan menjatuhkan talak satu. Secara lahir Ummu Kulṡūm
tidak mencintainya dan dia ingin terbebas darinya tanpa bisa rujuk lagi
kepadanya. Dia meminta kepada Az-Zubair agar menjatuhkan satu talak
kepadanya saat dia merasakan dekatnya masa melahirkan. Dia tahu bahwa
masa idah wanita hamil adalah sampai melahirkan anaknya. Lantas dia pun
menjatuhkan satu kali talak kepada Ummu Kulṡūm lalu pergi salat. Lantas
dia kembali dan Ummu Kulṡūm sudah melahirkan. Ia bertanya, "Ada apa
dengannya? Dia (istriku) menipuku, semoga Allah membalasnya." Al-Khudā'
(tipuan) adalah salah satu sifat fi'liyah khabariyah. Hanya saja Allah
tidak disifati dengannya secara mutlak. Dia disifati demikian dalam
rangka perbandingan. Dikatakan, bahwa Allah menipu orang yang
menipu-Nya, seperti tipuan-Nya terhadap orang-orang munafik, dan orang
yang berbuat makar kepada orang-orang mukmin, serta tipuan yang serupa
dengannya. Ini tidak boleh ditakwilkan dengan ucapan mereka bahwa
Az-Zubair menghendaki dengan ucapannya itu, "Allah telah membalasnya
dengan tipuannya," tetapi harus menetapkan sifat ini sebagaimana
sifat-sifat Allah -Ta'ālā- tanpa tahrīf (penyimpangan makna), ta'ṭīl
(meniadakannya), takyīf (menanyakan bagaimana/kaifiyyah), dan tamṡīl
(mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk). Selanjutnya Az-Zubair
mendatangi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu menceritakan apa
yang terjadi antara dirinya dengan istrinya. Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "Masa idah yang ditetapkan sudah berlalu,"
yakni, masa idah yang ditetapkan sudah berlalu tidak sesuai dengan yang
diharapkannya dan jatuhlah talak. Selanjutnya beliau -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- bersabda, "Lamarlah dia kembali." yakni! jadilah salah satu
dari para pelamar, engkau tidak berhak lagi padanya karena dia telah
keluar dari masa idah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8286 |
|
Hadith 1392 الحديث
الأهمية: يوضع الصراط بين ظهري جهنم، عليه حسك
كحسك السعدان، ثم يستجيز الناس، فناج مسلم، ومجدوح به، ثم ناج ومحتبس به
فمنكوس فيها
Tema: Jembatan (Aṣ-Ṣirāṭ) dipancangkan di
tengah-tengah Jahanam. Di atasnya terdapat duri seperti duri tumbuhan
As-Sa'dān. Selanjutnya manusia diperintahkan untuk melintasinya. Ada
orang yang selamat dan terjaga, ada yang kulitnya terkelupas kemudian
selamat, dan ada yang tertahan kemudian terbalik. |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه-
مرفوعاً: «يُوضَعُ الصِّراط بين ظَهْرَي جهنم، عليه حَسَكٌ كحَسَك
السَّعْدان، ثم يستجيز الناس، فناجٍ مُسَلَّم، ومَجْدوح به ثم ناجٍ،
ومحتبَس به فمنكوسٌ فيها، فإذا فرغ اللهُ عز وجل من القضاءِ بين العباد،
يفقد المؤمنون رجالًا كانوا معهم في الدنيا يُصلُّون بصلاتهم، ويُزَكُّون
بزكاتهم، ويصومون صيامهم، ويحجُّون حجَّهم ويغزون غزوَهم فيقولون: أي ربنا
عبادٌ من عبادك كانوا معنا في الدنيا يُصلُّون صلاتنا، ويُزَكُّون زكاتنا،
ويصومون صيامنا، ويحجُّون حجَّنا، ويغزون غزوَنا لا نراهم، فيقول: اذهبوا
إلى النار فمن وجدتم فيها منهم فأخرجوه، قال: فيجدونهم قد أخذتهم النارُ
على قَدْر أعمالهم، فمنهم مَن أخذته إلى قدميه، ومنهم مَن أخذته إلى نصف
ساقيه، ومنهم مَن أخذته إلى رُكبتيه، ومنهم من أخذته إلى ثَدْيَيْه، ومنهم
من أزرته، ومنهم من أخذته إلى عنقه، ولم تَغْشَ الوجوهَ، فيستخرجونهم منها
فيُطرحون في ماء الحياة»، قيل: يا رسول الله وما الحياة؟ قال: «غسل أهل
الجنة فينبتون نباتَ الزرعة» وقال مرة: «فيه كما تنبت الزرعة في غُثاء
السَّيل، ثم يشفع الأنبياء في كلِّ من كان يشهد أن لا إله إلا الله مخلِصًا
فيخرجونهم منها» قال: «ثم يتحنَّنُ اللهُ برحمته على من فيها، فما يترك
فيها عبدًا في قلبه مثقالُ حبَّة من إيمان إلا أخرجه منها».
Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Jembatan (Aṣ-Ṣirāṭ) dipancangkan di tengah-tengah
Jahanam. Di atasnya terdapat duri seperti duri tumbuhan As-Sa'dān.
Selanjutnya manusia diperintahkan untuk melintasinya. Ada orang yang
selamat dan terjaga, ada yang kulitnya terkelupas kemudian selamat, dan
ada yang tertahan kemudian terbalik di dalam Jahanam." Setelah Allah
'Azza wa Jalla selesai menetapkan keputusan di antara hamba. Kaum
Mukminin kehilangan orang-orang yang dulunya bersama mereka di dunia.
Mereka salat seperti salatnya, berzakat seperti zakatnya, berpuasa
seperti puasanya, menunaikan ibadah haji seperti hajinya, dan berperang
(jihad) seperti perangnya. Mereka berkata, "Wahai Tuhanku, sekelompok
hamba-hamba-Mu yang dulu bersama kami di dunia. Mereka salat sebagaimana
salat kami, berzakat sebagaimana zakat kami, berpuasa sebagaimana puasa
kami, menunaikan haji sebagaimana haji kami, berperang sebagaimana
perang kami, tetapi kami tidak melihat mereka." Allah berfirman,
"Pergilah kalian semua ke neraka. Siapa saja di antara kalian yang
menemukan mereka, maka keluarkanlah." Abu Sa'īd Al-Khudri berkata,
"Mereka menemukan kaum tersebut sudah dilahap api sesuai dengan kadar
amalnya masing-masing. Ada yang dilahap neraka sampai kedua kakinya, ada
yang sudah dilahap sampai separuh kedua betisnya, ada yang sudah dilahap
sampai kedua lututnya, ada yang sudah dilahap sampai ke kedua teteknya,
ada yang dilahap api sampai ke baju bagian bawahnya, dan ada juga yang
dilahap neraka sampai ke lehernya tanpa menimpa wajah-wajahnya. Lantas
kaum mukminin memohon agar mereka dikeluarkan dari neraka. Selanjutnya
mereka dilemparkan ke dalam air kehidupan." Dikatakan, "Wahai
Rasulullah, apakah air kehidupan itu?" Beliau bersabda, "Pemandian
penghuni surga lalu mereka tumbuh seperti tumbuhnya tanaman." Saat lain
beliau bersabda, "Di dalamnya tumbuh seperti tumbuhnya tanaman di buih
air bah. Selanjutnya para nabi memberikan syafaat kepada setiap orang
yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang benar selain Allah dengan tulus
lalu mereka dikeluarkan dari neraka." Beliau bersabda, "Selanjutnya
Allah menaruh belas kasihan dengan rahmat-Nya kepada orang yang ada di
neraka. Allah tidak membiarkan seorang hamba pun yang di dalam hatinya
ada iman seberat biji sawi, melainkan Dia mengeluarkannya dari neraka."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
إذا كان يوم القيامة وضع الله عز وجل
الصراط على وسط جهنم، وعلى الصراط شوك صلب، ثم يؤمر الناس بالمرور عليه،
فمنهم من ينجو ويسلم ولا تناله النار، ومنهم من يُخدش ثم يسلم ويُخلَّص،
ومنهم من يسقط في جهنم.
فإذا فرغ
اللهُ عز وجل من محاسبة عباده وأُدخل أهلُ الجنة الجنةَ وأهلُ النار
النارَ، لا يجد المؤمنون من أهل الجنة ناساً كانوا معهم في الدنيا يصلون
ويزكون ويصومون ويحجون ويجاهدون معهم، فيقولون لله عز وجل: إننا لا نرى
هؤلاء الناس معنا في الجنة مع أنهم كانوا يصلون ويزكون ويصومون ويحجون
ويجاهدون معنا في الدنيا. فيقول الله لهم : اذهبوا إلى النار فإذا وجدتم
فيها أحدًا منهم فأخرجوه منها.
فيجدونهم
قد أصابتم النارُ على قَدْر أعمالهم، فمنهم مَن أصابته إلى قدميه، ومنهم
مَن أصابته إلى نصف ساقيه، ومنهم مَن أصابته إلى رُكبتيه، ومنهم من أصابته
إلى وسطه ومنهم من أصابته إلى ثَدْيَيْه، ومنهم من أصابته إلى رقبته،
ولكنَّ النار لم تصل إلى وجوههم، فيشفعون فيهم، فيخرجون من النار ويُلقون
في ماء الحياة، وهو ماء يُحيى من انغمس فيه، فينبتون كما ينبت الزرع في
مجرى السَّيل.
ثم يشفع
الأنبياء في كلِّ من كان يشهد أن لا إله إلا الله مخلِصًا من قلبه
فيخرجونهم من النار، ثم يعطف اللهُ برحمته على من في النار، فما يترك فيها
أحدًا في قلبه مقدار حبَّة من إيمان إلا أخرجه منها.
Pada hari kiamat kelak, Allah -'Azza
wa Jalla- meletakan jembatan (Aṣ-Ṣirāṭ) di tengah-tengah Jahanam. Di
atas jembatan itu terdapat duri yang keras. Selanjutnya manusia
diperintahkan untuk melintasinya. Di antara mereka ada yang selamat dan
terjaga serta tidak dijilat neraka. Ada yang kulitnya terkelupas lalu
terjaga dan diselamatkan. Ada juga yang jatuh ke dalam Jahanam.
Setelah Allah -'Azza wa Jalla- selesai menghisab hamba-hamba-Nya dan
memasukkan penghuni surga ke surga dan penghuni neraka ke neraka, kaum
mukminin penghuni surga tidak menemukan sekelompok manusia yang dulunya
bersama mereka di dunia. Mereka salat, berzakat, berpuasa, menunaikan
ibadah haji dan berjihad bersama mereka. Lantas mereka bertanya kepada
Allah -'Azza wa Jalla-, "Sesungguhnya kami tidak melihat sekelompok
orang bersama kami di surga, padahal mereka itu dulunya melaksanakan
salat, berzakat, berpuasa, menunaikan ibadah haji dan berjihad bersama
kami di dunia?" Allah berfirman kepada mereka, "Pergilah kalian semua ke
neraka. Apabila kalian menemukan seorang saja dari mereka di neraka,
maka keluarkanlah ia darinya!" Lantas mereka menemukan orang-orang
tersebut sudah dilahap api neraka sesuai kadar amalnya masing-masing. Di
antara mereka ada yang sudah dilahap api neraka sampai kedua kakinya,
ada yang sudah dilahap sampai separuh kedua betisnya, ada yang sudah
dilahap sampai kedua lututnya, ada yang sudah dilahap sampai perutnya,
ada yang sudah dilahap sampai kedua teteknya, dan ada juga yang sudah
dilahap sampai ke lehernya. Hanya saja api neraka tidak sampai ke
wajahnya. Selanjutnya kaum mukminin meminta syafaat untuk mereka.
Mereka pun dikeluarkan dari neraka dan dilemparkan ke dalam air
kehidupan. Yaitu air yang dapat menghidupkan orang yang telah
dicemplungkan ke dalam neraka. Mereka pun tumbuh seperti tumbuhnya
tanaman di tempat aliran banjir. Setelah itu para nabi memberikan
syafaat kepada setiap orang yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang
benar selain Allah dengan ikhlas dari dalam hatinya. Mereka dikeluarkan
dari neraka. Kemudian Allah menaruh belas kasihan dengan rahmat-Nya
kepada orang yang ada di neraka. Dia tidak membiarkan di dalam neraka
ada seorang pun yang di dalam hatinya terdapat iman seberat biji,
melainkan Dia mengeluarkannya dari neraka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8287 |
|
Hadith 1393 الحديث
الأهمية: ما من يوم أكثر من أن يعتق الله فيه
عبدًا من النار من يوم عرفة
Tema: Tiada hari di mana Allah paling banyak
memerdekakan hamba dari neraka lebih dari hari Arafah. |
عن عائشة -رضي الله عنها- مرفوعاً: «ما
مِن يومٍ أكثر مِن أنْ يُعْتِقَ اللهُ فيه عبدًا مِن النارِ، مِن يومِ
عرفة، وإنَّه ليدنو، ثم يُباهي بهم الملائكةَ، فيقول: ما أراد هؤلاء؟».
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- secara
marfū', "Tiada hari di mana Allah paling banyak memerdekakan hamba dari
neraka lebih dari hari Arafah. Sesungguhnya Dia mendekat lalu
membanggakan jamaah haji kepada para malaikat kemudian berfirman, "Apa
yang diinginkan mereka (jamaah haji)?"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ليس يوم من الأيام أكثر من يوم عرفة في
أن يُخَلِّص وينجِّي الله من يشاء من النار، وإنه -سبحانه- يقرب من عباده
الحجيج قُربًا حقيقيًّا، ويباهي بهم الملائكة، ويُظهر على الملائكة فضل
الحُجَّاج وشرفهم، وأهل السنة والجماعة يعتقدون أن الله عز وجل قريب من
عباده حقيقة كما يليق بجلاله وعظمته، وهو مستوٍ على عرشه، بائن من خلقه،
وأنه يتقرب إليهم حقيقة، ويدنو منهم حقيقة.، فيقول: ما أراد هؤلاء؟ أي: أي
شيء أراد هؤلاء؟ حيث تركوا أهلهم وأوطانهم، وصرفوا أموالهم، وأتعبوا
أبدانهم، أي: ما أرادوا إلا المغفرة، والرضا، والقرب، واللقاء، وما أرادوه
فهو حاصل لهم، ودرجاتهم على قدر نياتهم.
Tidak ada hari yang mana Allah
menyelamatkan dan menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya dari neraka
lebih banyak dari hari Arafah. Sesungguhnya Dia -Subḥānahu- mendekat
secara hakiki lalu membanggakan jamaah haji kepada para malaikat, dan
membanggakan jamaah haji tersebut kepada para malaikat dan
memperlihatkan kepada mereka keutamaan dan kemuliaan jamaah haji.
Ahlussunnah wal Jama'ah berkeyakinan bahwa Allah -'Azza wa Jalla- dekat
dengan para hamba-Nya sebenar-benarnya sesuai dengan keagungan dan
kebesaran-Nya. Dia bersemayam di 'Arsy-Nya dan terpisah dari
makhluk-Nya. Dia mendekati mereka dengan sebenarnya dan mendatangi
mereka secara hakiki. Dia berfirman, "Apa yang mereka inginkan?" Yakni,
apa yang diinginkan oleh mereka (jamaah haji)? Mereka meninggalkan
keluarganya dan tanah airnya. Mereka mengeluarkan hartanya dan mengalami
kepayahan fisik. Yakni, tidak ada yang mereka inginkan kecuali ampunan,
keridaan, kedekatan, dan pertemuan. Apa yang mereka inginkan itu pasti
tercapai dan derajat mereka sesuai dengan kadar niatnya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8288 |
|
Hadith 1394 الحديث
الأهمية: الراحمون يرحمهم الرحمن ارحموا أهل
الأرض يرحمكم من في السماء
Tema: Para penyayang disayangi oleh Allah
Yang Maha Pengasih; maka sayangilah penghuni bumi, niscaya Dia yang di
langit menyayangi kalian. |
عن عبد الله بن عمرو -رضي الله عنهما-
يبلغ به النبي -صلى الله عليه وسلم-: «الرَّاحمون يرحَمُهمُ الرحمنُ،
ارحموا أهلَ الأرضِ، يرحمْكم مَن في السماءِ».
Abdullah bin 'Amr -raḍiyallāhu
'anhuma- meriwayatkan hadis yang ia sandarkan kepada Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, "Para penyayang disayangi oleh Allah Yang Maha
Pengasih; maka sayangilah penghuni bumi, niscaya Dia yang di langit
menyayangi kalian." " style="display:yes" class="lity-show" style="width: 100%; background: rgba(255,255,255,0.9);border-radius:8px;-moz-border-radius:8px;-webkit-border-radius:8px;">
الأهمية: الراحمون» الذين يرحمون من في الأرض من آدمي وحيوان محترم بشفقة وإحسان
ومواساة «يرحمهم الرحمن» من الرحمة وهي مفهومة، ومن ذلك أن يحسن إليهم
ويتفضل عليهم والجزاء من جنس العمل «ارحموا من في الأرض» أتى بصيغة العموم
ليشمل جميع أصناف الخلق فيرحم البر والفاجر والوحوش والطير «يرحمكم من في
السماء» أي: يرحمكم الله تعالى الذي في السماء، ولا يجوز تأويله بأن المراد
من في السماء ملكه وغير ذلك؛ فإن علو الله على خلقه ثابت في الكتاب والسنة
وإجماع الأمة، وليس المراد بقولنا: «الله في السماء» أن السماء تحويه وأنه
داخل فيها، تعالى الله عن ذلك، بل «في» بمعنى «على» أي: فوق السماء عالٍ
على جميع خلقه.
Makna "Ar-Rāḥimūn" ialah orang-orang
yang menyayangi siapa saja yang ada di muka bumi berupa manusia dan
hewan terhormat dengan kasih sayang, kebajikan, dan simpati. Makna
"Niscaya Allah Yang Maha Pengasih menyayanginya (merahmatinya)"; berasal
dari kata rahmat yang sudah dipahami, di antara aplikasinya ialah dengan
berbuat baik kepada mereka dan memuliakan mereka. Dan balasan yang
mereka dapatkan itu sesuai dengan jenis amal yang mereka kerjakan.
Lafal "Sayangilah siapa yang ada di bumi"; menggunakan bentuk umum agar
mencakup semua jenis makhluk sehingga dia menyayangi orang baik, orang
jahat, binatang liar dan burung. Makna "Niscaya Dia yang dilangit
menyayangi kalian", yakni, Allah yang ada di langit akan menyayangi
kalian. Tidak boleh ditakwilkan bahwa yang dimaksud dengan yang ada di
langit adalah malaikat-Nya dan selainnya. Sebab, kemahatinggian Allah
atas makhluk-Nya telah ditetapkan dalam Al-Qur`ān, Sunnah serta ijmak
umat Islam. Ucapan kita, "Allah di langit" tidak bermakna bahwa
langit meliputi-Nya dan Dia berada di dalamnya. Mahatinggi Allah dari
hal itu, tetapi makna fī (di)" ialah 'alā (di atas), maksudnya Dia di
atas langit dalam posisi tinggi dari seluruh makhluk-Nya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Tirmiżi -
Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8289 |
|
Hadith 1395 الحديث
الأهمية: إن الله هو المسعر القابض الباسط
الرازق، وإني لأرجو أن ألقى الله وليس أحد منكم يطالبني بمظلمة في دم ولا
مال
Tema: Sesungguhnya Allah yang pantas
menaikkan dan menurunkan harga, Dia-lah yang membatasi dan melapangkan
rezeki. Aku harap dapat berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak
seorang pun dari kalian yang menuntutku soal kezaliman dalam darah
(nyawa) dan harta.” |
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً:
قال الناسُ: يا رسولَ الله، غَلَا السِّعْرُ فسَعِّرْ لنا، فقال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ هو المُسَعِّر القابضُ الباسطُ الرازقُ،
وإني لأرجو أن ألقى اللهَ وليس أحدٌ منكم يُطالِبُني بمظلمةٍ في دمٍ ولا
مالٍ».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', Orang-orang berkata, "Wahai Rasulullah,
harga-harga menjadi mahal. Tetapkanlah harga untuk kami?" Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya Allah yang pantas
menaikkan dan menurunkan harga, Dia-lah yang membatasi dan melapangkan
rezeki. Aku harap dapat berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak
seorang pun dari kalian yang menuntutku soal kezaliman dalam darah
(nyawa) dan harta.”
Penjelasan Hadits بيان الحديث
ارتفعت أسعار السلع في زمان النبي صلى
الله عليه وسلم، فطلب الناس منه أن يحدِّد لهم أسعار السلع، فقال لهم رسول
الله صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ هو المُسَعِّر القابضُ الباسطُ
الرازقُ» أي: إن الله تعالى هو الذي يُرَخِّص الأشياء ويغلِّيها، وهو الذي
يضيق الرزق على من يشاء ويوسعه على من يشاء، أي: فمن حاول التسعير فقد عارض
الله ونازعه فيما يريده، ويمنع العباد حقوقهم مما أولاهم الله تعالى في
الغلاء والرخص.
ثم قال
صلى الله عليه وسلم: «وإني لأرجو أن ألقى اللهَ وليس أحدٌ منكم يُطالِبُني
بمظلمةٍ في دمٍ ولا مالٍ» وهذا إشارة إلى أن المانع له من التسعير مخافة أن
يظلمهم في أموالهم؛ فإن تسعير السلع تصرف فيها بغير إذن أهلها فيكون ظلما،
لكن إذا تواطأ الباعة مثلا من تجار ونحوهم على رفع أسعار ما لديهم أثرة
منهم، فلولي الأمر تحديد سعر عادل للمبيعات مثلا؛ إقامة للعدل بين البائعين
والمشترين، وبناء على القاعدة العامة، قاعدة جلب المصالح ودرء المفاسد، وإن
لم يحصل تواطؤ منهم وإنما ارتفع السعر بسبب كثرة الطلب وقلة العرض، دون
احتيال، فليس لولي الأمر أن يحد السعر، بل يترك الرعية يرزق الله بعضهم من
بعض، وعلى هذا فلا يجوز للتجار أن يرفعوا السعر زيادة عن المعتاد ولا
التسعير، وعليه يحمل هذا الحديث.
Harga-harga barang naik pada masa Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lantas orang-orang memohon kepada beliau
untuk menetapkan harga-harga barang bagi mereka. Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda kepada mereka, "Sesungguhnya Allah-lah yang
pantas menetapkan harga, yang menahan dan melapangkan, lagi Maha pemberi
rezeki," yakni, sesungguhnya Allah -Ta'ālā- adalah Zat yang menjadikan
segala sesuatu murah dan mahal. Dia-lah yang menyempitkan rezeki kepada
siapa yang Dia kehendaki dan meluaskannya kepada siapa yang Dia
kehendaki. Yakni, siapa yang berusaha menetapkan harga, maka dia telah
menentang Allah dan merebut apa yang Dia kehendaki, serta menghalangi
para hamba dari hak-hak mereka yang telah diatur oleh Allah -Ta'ālā-
dalam harga yang mahal dan murah. Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "dan sesungguhnya aku berharap agar dapat
berjumpa dengan Allah tanpa ada seorang pun yang menuntutku mengenai
kezaliman dalam darah dan harta." Ini merupakan isyarat bahwa yang
menjadi halangan adanya penetapan harga ialah kekhawatiran timbulnya
kezaliman dalam harta mereka. Sesungguhnya penetapan harga barang-barang
merupakan bentuk tindakan memperlakukan barang orang lain tanpa seizin
pemiliknya, itu adalah kezaliman. Tetapi apabila para penjual serempak
berkomplot, contohnya para pedagang dan yang lainnya untuk menaikkan
harga barang-barang mereka atas egoisme mereka, maka pemerintah (waliyul
amri) harus menetapkan harga barang-barang yang dijual secara adil, demi
menegakkan keadilan antara para penjual dan para pembeli dan berdasarkan
kaidah umum, yaitu kaidah mengambil manfaat dan mencegah kerusakan. Jika
tidak terjadi kolusi dari mereka, tetapi kenaikan harga itu terjadi
disebabkan banyaknya permintaan (demand) dan sedikitnya barang tanpa ada
muslihat, maka pemerintah (waliyul amri) tidak berhak untuk menetapkan
harga, tetapi ia harus membiarkan rakyat diberi rezeki oleh Allah, yang
ini maupun yang lain. Berdasarkan hal ini, para pedagang tidak boleh
menaikkan harga melebihi batasan normal dan tidak boleh menetapkan
harga. Inilah penafsiran makna hadis tersebut. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan
oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8290 |
|
Hadith 1396 الحديث
الأهمية: يكشف ربنا عن ساقه، فيسجد له كل مؤمن
ومؤمنة، فيبقى كل من كان يسجد في الدنيا رياء وسمعة، فيذهب ليسجد، فيعود
ظهره طبقا واحدا
Tema: Tuhan kita akan menyingkapkan
betis-Nya, sehingga bersujud kepada-Nya semua laki-laki dan wanita
beriman. Lantas tertinggal mereka yang biasa sujud di dunia karena ria
dan sum’ah (mencari popularitas). Dia ingin sujud, tetapi punggungnya
menjadi satu ruas saja (tak dapat ditekuk). |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه-
مرفوعاً: «يكشِف ربُّنا عن ساقِه، فيسجدُ له كلُّ مؤمنٍ ومؤمنةٍ، فيبقى
كلُّ مَن كان يسجدُ في الدنيا رياءً وسُمْعةً، فيذهبُ ليسجدَ، فيعودَ ظهرُه
طبقًا واحدًا».
Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfu, “Tuhan kita akan menyingkapkan betis-Nya, sehingga
bersujud kepada-Nya semua laki-laki dan wanita beriman. Lantas
tertinggal mereka yang biasa sujud di dunia karena ria dan sum’ah
(mencari popularitas). Dia ingin sujud, tetapi punggungnya menjadi satu
ruas saja (tak dapat ditekuk)."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يكشف الرب -سبحانه وتعالى- عن ساقه
الكريمة، فيسجد له كل مؤمن ومؤمنة، وأما المنافقون الذين كانوا يسجدون في
الدنيا ليراهم الناس، فمُنعوا من السجود، وجُعلت ظهورهم فقارًا واحدًا، لا
يستطيعون الانحناء ولا السجود؛ لأنهم ما كانوا في الحقيقة يسجدون لله في
الدنيا، وإنما كانوا يسجدون لأغراضهم الدنيوية، ولا يجوز تأويل الساق
بالشدة أو الكرب أو غيرها، بل يجب إثباتها صفة لله -تعالى- من غير تكييف
ولا تمثيل، ومن غير تحريف ولا تعطيل.
Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-
menyingkapkan betis-Nya yang mulia. Lantas seluruh laki-laki dan wanita
yang beriman bersujud kepada-Nya. Adapun orang-orang munafik yang dulu
bersujud di dunia agar dilihat manusia, maka mereka terhalang untuk
sujud dan punggung-punggung mereka menjadi tulang punggung yang rata
(tak beruas). Mereka tidak bisa lagi membungkuk dan sujud, karena mereka
sebenarnya dulu tidak bersujud untuk Allah di dunia. Dulu mereka
bersujud demi berbagai kepentingan duniawi. Betis di sini tidak boleh
ditakwilkan dengan makna ketakutan atau bencana dan sebagainya, tetapi
harus menetapkannya sebagai sifat bagi Allah -Ta'ālā- tanpa
mempertanyakan bagaimana ataupun penyerupaan, juga tanpa ada
penyimpangan dan pengosongan makna. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8291 |
|
Hadith 1397 الحديث
الأهمية: إن الله عز وجل حيي ستير يحب الحياء
والستر فإذا اغتسل أحدكم فليستتر
Tema: Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla-
Maha Pemalu lagi Maha Menutupi, Dia mencintai (sifat) malu dan menutup
(aib/aurat), maka jika seseorang di antara kalian mandi, hendaklah dia
memakai tabir! |
عن يعلى بن أمية -رضي الله عنه- أنَّ
رسولَ الله صلى الله عليه وسلم رأى رجلًا يغتسل ُبالبَراز بلا إزار، فصعِد
المِنْبر، فحَمِد اللهَ وأثنى عليه، ثم قال صلى الله عليه وسلم: «إنَّ
اللهَ عزَّ وجلَّ حَيِيٌّ سَتِيرٌ، يحب الحياءَ والسَّتر؛ فإذا اغتسل
أحدُكم فليستتر».
Dari Ya'la bin Umayyah -raḍiyallāhu
'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat seorang
lelaki mandi di tempat terbuka tanpa ada kain penutup. Lantas beliau
naik mimbar lalu memuji Allah dan menyanjung-Nya. Selanjutnya beliau
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa
Jalla- Maha Pemalu lagi maha menutupi, Dia mencintai (sifat) malu dan
menutup (aib/aurat), maka jika seseorang di antara kalian mandi,
hendaklah dia memakai tabir!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
رأى النبي صلى الله عليه وسلم رجلًا
يغتسل في الفضاء الواسع عريانًا، فصعِد النبي صلى الله عليه وسلم المِنْبر،
فحَمِد اللهَ وأثنى عليه، ثم قال: «إنَّ اللهَ عزَّ وجلَّ حَيِيٌّ سَتِيرٌ،
يحب الحياءَ والسَّتر؛ فإذا اغتسل أحدُكم فليستتر» أي: إن من أسماء الله
تعالى الحيي الستير، فهو سبحانه يحب الحياء والستر، فلا ينبغي لمسلم أن
يكشف عورته أمام الناس إذا اغتسل، بل يجب عليه أن يستتر، وحياؤه تعالى وصف
يليق به، ليس كحياء المخلوقين، الذي هو تغير وانكسار يعتري الشخص عند خوف
ما يعاب أو يُذم، بل هو ترك ما ليس يتناسب مع سعة رحمته وكمال جوده وكرمه
وعظيم عفوه وحلمه.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
pernah melihat seorang lelaki mandi di tempat terbuka sambil telanjang.
Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- naik mimbar lalu memuji Allah
dan menyanjung-Nya. Selanjutnya beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah
-'Azza wa Jalla- Maha Pemalu lagi Maha menutupi (aib dan aurat);
menyukai sifat malu dan menutupi. Jika salah seorang di antara kalian
mandi, hendaknya dia memakai tabir." Yakni, di antara nama Allah
-Ta'ālā- adalah Al-Ḥayiyyu (Pemalu) dan As-Sittīr (Menutupi). Allah
-Subḥanāhu- menyukai sifat malu dan menutupi. Dengan demikian, tidak
selayaknya seorang muslim membuka auratnya di hadapan manusia apabila
mandi, tetapi dia harus memakai tabir. Sifat Malu Allah merupakan sifat
yang layak bagi-Nya, tidak seperti sifat malu pada makhluk-makhluk
berupa perubahan dan kelemahan yang menimpa manusia ketika takut dicela
atau dihina. Namun, malu itu adalah meninggalkan apa yang tidak selaras
dengan keluasan rahmat-Nya, kesempurnaan kedermawanan-Nya,
kemurahan-Nya, kebesaran ampunan dan kelembutan-Nya. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Nasā`i -
Diriwayatkan oleh Abu Daud]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8292 |
|
Hadith 1398 الحديث
الأهمية: إن الله قال: إذا تلقاني عبدي بشبر،
تلقيته بذراع، وإذا تلقاني بذراع، تلقيته بباع، وإذا تلقاني بباع أتيته
بأسرع
Tema: Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla-
berfirman, "Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku akan
mendekat padanya satu hasta, dan jika dia mendekat kepada-Ku satu hasta,
maka Aku akan mendekat padanya satu depa, jika dia mendekat kepada-Ku
dengan satu depa maka Aku akan mendekat kepadanya lebih cepat lagi." |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً:
«إنَّ اللهَ قال: إذا تَلَقَّاني عبدي بشِبر، تَلَقَّيْتُه بذِراع، وإذا
تَلَقَّاني بذراع، تَلَقَّيْتُه ببَاع، وإذا تَلَقَّاني بباع أتيتُه
بأسرع».
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, 'Jika
hamba-Ku mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat padanya satu
hasta, dan jika dia mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan
mendekat padanya satu depa, jika dia mendekat kepada-Ku dengan satu depa
maka Aku akan mendekat kepadanya lebih cepat lagi."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
إذا تقرب العبد إلى الرب بمقدار شبر،
تقرب الرب إليه بمقدار ذراع، وإذا تقرب العبد إلى الرب بأكثر من ذلك، تقرب
الله إليه بأكثر مما تقرب به إليه، وإذا أتى العبد إلى ربه أتاه الله أسرع
منه، والقرب والإتيان صفتان ثابتتان لله -عز وجل- نؤمن بهما من غير تكييف
ولا تمثيل ومن غير تحريف ولا تأويل.
Jika seorang hamba mendekatkan diri
kepada Rabb seukuran satu jengkal, maka Rabb mendekat kepadanya seukuran
satu lengan. Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada Rabb lebih dari
itu, maka Allah mendekat kepadanya lebih dari kedekatan yang dilakukan
hamba kepada-Nya. Jika seorang hamba datang kepada Tuhannya, maka Allah
mendatanginya lebih cepat dari itu. Kedekatan dan kedatangan merupakan
dua sifat yang tetap dikukuhkan bagi Allah -'Azza wa Jalla-. Kita
beriman kepada kedua sifat ini tanpa mempertanyakan mekanisme ataupun
penyerupaan juga tanpa ada penyimpangan dan takwil. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Muslim]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8293 |
|
Hadith 1399 الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان إذا
دخل المسجد قال: أعوذ بالله العظيم، وبوجهه الكريم، وسلطانه القديم، من
الشيطان الرجيم
Tema: Sesungguhnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- apabila masuk masjid, beliau mengucapkan, "A'ūżu billāhil
'aẓīm wa biwajhihil karīm wa sulṭānihil qadīm minasysyaiṭānirrajīm" (Aku
berlindung kepada Allah yang Maha Agung dan dengan wajah-Nya yang mulia
serta kekuasaan-Nya yang Qadīm (lama) dari setan yang terkutuk). |
عن عبد الله بن عمرو بن العاص -رضي الله
عنهما- عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان إذا دخل المسجد قال: «أعوذ
بالله العظيم، وبوجهه الكريم، وسلطانه القديم، من الشيطان الرَّجِيم»، قال:
أَقَطُّ؟ قلت: نعم، قال: فإذا قال ذلك قال الشيطان: حُفِظَ منِّي سائر
اليوم.
Dari Abdullah bin Amru bin al-'Āṣ
-raḍiyallāhu 'anhumā- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bahwasanya apabila beliau masuk masjid, beliau mengucapkan, "A'ūżu
billāhil 'aẓīm wa biwajhihil karīm wa sulṭānihil qadīm
minasysyaiṭānirrajīm" (Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung dan
dengan wajah-Nya yang mulia serta kekuasaan-Nya Yang Qadīm (lama) dari
setan yang terkutuk)". Ia bertanya, "Apakah cukup begitu?" Aku jawab,
"Ya." Ia berkata, "Jika seseorang mengucapkan itu, setan berkata, "Orang
itu dijaga dariku sepanjang hari."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- إذا دخل
المسجد قال: «أعوذ بالله العظيم» أي: أعتصم وألتجئ وأحتمي بالله العظيم
الذات والشأن والصفات. «وبوجهه الكريم» ومعنى الكريم: الجواد المعطي الذي
لا ينفذ عطاؤه؛ وهو الكريم المطلق، والكريم الجامع لأنواع الخير والشرف
والفضائل، ويجب إثبات الوجه صفة لله -تعالى- من غير تحريف ولا تعطيل ومن
غير تكييف ولا تمثيل. «وسلطانه القديم» أي: حجته القديمة، وبرهانه القديم،
أو قهره القديم. «من الشيطان الرجيم» أي: من الشيطان المطرود من باب الله
والمرجوم بشُهُب السماء. «قال: أَقَطُّ؟ قلتُ: نعم» أي: يقول أحد الرواة
لشيخه: الذي ترويه هذا
المقدار أو أكثر من ذلك؟ أو قد يكون معناه: أهذا يكفيه عن غيره من الأذكار؟
أو هذا يكفيه من شر الشيطان؟ فلهذا قال: قلت: نعم. «قال: فإذا قال ذلك قال
الشيطانُ: حُفِظَ منِّي سائرَ اليوم» أي: فإذا قال الداخل للمسجد هذا
الدعاء المذكور، قال الشيطان: لقد حفظ هذا الداخل نفسَه منى جميع اليوم.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
apabila masuk masjid, beliau mengucapkan: "A'ūżu billāhil 'aẓīm" (Aku
berlindung kepada Allah Yang Maha Agung), yakni aku berlindung,
menyandarkan diri, dan memohon penjagaan pada Allah Yang Agung secara
zat dan kedudukan serta sifat. "Wa biwajhihil karīm" (dan dengan
wajah-Nya yang mulia), makna Al-Karīm adalah dermawan dan pemberi, yang
pemberian-Nya tidak habis. Dia-lah Pemurah yang mutlak, dan Al-Karīm
mencakup segala macam kebaikan dan kemuliaan serta keutamaan. Al-Wajhu
(wajah) harus ditetapkan sebagai sifat Allah -Ta'ālā- tanpa tahrīf
(penyimpangan makna), ta'ṭīl (meniadakannya), takyīf (menanyakan
bagaimana/kaifiyyah), dan tamṡīl (mempermisalkan/menyamakan dengan
makhluk). "wa sulṭānihil qadīm" (dan kekuasaan-Nya yang qadim (lama)"
yakni, hujjah-Nya yang lama, buktinya yang dulu, atau kekuasaan-Nya yang
dulu. "minasysyaiṭānirrajīm" (dari setan yang terkutuk) yakni, dari
setan yang terusir dari pintu Allah, dan yang dilempari oleh
bintang-bintang langit. Ia berkata, "Apakah cukup itu?" Aku jawab, "Ya,"
yakni, seorang perawi bertanya kepada syaikhnya, "Apakah yang engkau
riwayatkan hanya sejumlah ini atau lebih banyak lagi dari itu?" Atau
mungkin saja maknanya, "Apakah zikir ini sudah cukup dari selainnya?
Atau apakah zikir ini sudah mencukupi dari kejahatan setan?" Karena itu,
ia berkata, aku berkata, "Ya." Ia berkata, "Apabila seseorang
mengucapkan itu, setan berkata, "Orang itu dijaga dariku sepanjang
hari." Yakni, jika orang yang masuk ke masjid mengucapkan doa tersebut,
setan berkata, "Orang yang masuk masjid ini telah menjaga dirinya dariku
sepanjang hari." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Abu Daud]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8294 |
|
Hadith 1400 الحديث
الأهمية: لقد جاءت خولة إلى رسول الله صلى الله
عليه وسلم تشكو زوجها، فكان يخفى علي كلامها
Tema: Khaulah datang kepada Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengadukan suaminya dan ia
menyembunyikan perkataannya dariku. |
عن عائشة -رضي الله عنها-، أنَّها قالت:
«الحمد لله الذي وَسِعَ سمعه الأصوات، لقد جاءت خَوْلةُ إلى رسول الله صلى
الله عليه وسلم تشكو زوجَها، فكان يخفى عليَّ كلامها، فأنزل الله عز وجلَّ:
{قد سمع الله قول التي تجادلك في زوجها وتشتكي إلى الله والله يسمع
تَحَاوُرَكُما} [المجادلة: 1]» الآية
Tema: Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-,
bahwasanya ia berkata, "Segala puji bagi Allah yang pendengaran-Nya
mencakup berbagai suara. Khaulah datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- untuk mengadukan suaminya dan ia menyembunyikan
perkataannya dariku. Selanjutnya Allah -'Azza wa Jalla- menurunkan
firman-Nya, 'Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang
mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan
(halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu
berdua.' (QS. Al-Mujādalah: 1)"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كانت خولة بنت ثعلبة متزوجة من أوس بن
الصامت فقال لها: أنتِ عليَّ كظهر أمي. أي: أنتِ حرام عليَّ، فذهبت إلى
رسول الله صلى الله عليه وسلم وذكرت له قصتها، فقال لها صلى الله عليه
وسلم: «قد حرمت عليه»، فجعلت تقول بصوت منخفض يخفى على عائشة مع قربها
منها: بعدما كبرت سني ظاهرَ مني؟ إلى الله أشكو حال صبية إن ضممتُهم إليَّ
جاعوا، وإن تركتُهم عنده ضاعوا. فهذه مجادلتها لرسول الله صلى الله عليه
وسلم التي ذكرها الله تعالى بقوله: {قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي
تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ واللهُ يَسْمَعُ
تَحَاوُرَكُما}.
فقالت
عائشة: «الحمدُ للهِ الذي وَسِعَ سَمْعُه الأصواتَ» أي: استوعبها وأدركها
فلا يفوته منها شيء وإن خفي «لقد جاءت خَوْلةُ إلى رسولِ الله صلى الله
عليه وسلم تَشْكو زَوْجَها، فكان يخفى عليَّ كلامُها، فأنزل اللهُ عزَّ
وجلَّ: {قد سَمِعَ اللهُ قولَ التي تُجَادِلُك في زَوْجِها وتشتكي إلى
اللهِ واللهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُما} [المجادلة: 1]» الآية» أي: فحينما
جاءت خولة تشكو زوجها لرسول الله صلى الله عليه وسلم كانت تكلمه بصوت منخفض
لا تسمعه عائشة مع قربها منها، ومع ذلك سمعه الله تعالى من فوق سبع سماوات،
وأنزل الآية المذكورة، وهذا من أبلغ الأدلة على اتصاف الله تعالى بالسمع،
وهو أمر معلوم بالضرورة من الدين، لا ينكره إلا من ضل عن الهدى.
وقول
عائشة هذا يدل على أن الصحابة رضي الله عنهم، آمنوا بالنصوص على ظاهرها
الذي يتبادر إلى الفهم، وأن هذا هو الذي أراده الله منهم ومن غيرهم من
المكلفين ورسوله؛ إذ لو كان هذا الذي آمنوا به واعتقدوه خطأ لم يُقَرُّوا
عليه ولبُيِّن لهم الصواب، ولم يأت عن أحد منهم تأويل هذه النصوص عن
ظواهرها، لا من طريق صحيح ولا ضعيف، مع توافر الدواعي على نقل ذلك.
Khaulah binti Ṡa'labah menikah dengan
Aus bin Ṣāmit. Ia berkata kepada Khaulah, "Engkau bagiku laksana
punggung ibuku." Yakni, engkau haram untukku. Lantas Khaulah pergi
menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu memaparkan ceritanya.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadanya, "Engkau
sudah haram baginya." Selanjutnya Khaulah berkata dengan suara pelan
yang tidak terdengar oleh Aisyah padahal ia dekat dengan Khaulah,
"Setelah usiaku tua, kini ia menyamakanku dengan punggung ibunya." Aku
mencemaskan keadaan anak-anakku yang masih kecil. Jika aku memelihara
mereka, maka mereka akan kelaparan. Jika aku membiarkan mereka dengan
ayahnya, niscaya mereka akan hilang (tak terurus). Ini adalah
perdebatannya dengan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang
disebutkan oleh Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- dalam firman-Nya, "Sungguh,
Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu
(Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan
Allah mendengar percakapan antara kalian berdua." Aisyah berkata,
"Segala puji bagi Allah yang pendengaran-Nya mampu mendengar berbagai
suara." Yakni menyerapnya, menemukannya, sehingga tidak ada satu pun
yang tertinggal darinya, meskipun tersembunyi, "Khaulah datang kepada
Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengadukan suaminya
dan ia menyembunyikan perkataannya dariku. Selanjutnya Allah -'Azza wa
Jalla- menurunkan firman-Nya, "Sungguh, Allah telah mendengar ucapan
perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya,
dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan
antara kamu berdua." (QS. Al-Mujadalah: 1). Yakni, saat Khaulah datang
mengadukan suaminya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia
berbicara kepada beliau dengan suara pelan sehingga Aisyah tidak
mendengarnya, padahal ia dekat dengannya. Meskipun demikian, Allah
-Ta'ālā- mendengarnya dari atas tujuh langit dan menurunkan ayat
tersebut. Ini merupakan dalil yang jelas bahwa Allah memiliki sifat
mendengar dan ini merupakan hal yang sudah diketahui sebagai bagian dari
agama. Tidak ada yang mengingkari hal ini kecuali orang yang tersesat
dari petunjuk. Ucapan Aisyah ini menunjukkan bahwa para sahabat
-raḍiyallāhu 'anhum- beriman kepada nas-nas sesuai makna lahirnya yang
mereka pahami, dan inilah yang diinginkan oleh Allah dari mereka dan
dari orang-orang mukallaf lainnya dan dari Rasul-Nya. Sebab, jika apa
yang mereka percayai dan yakini ini salah, tentu mereka tidak akan
mengakuinya, dan pasti akan dijelaskan kebenaran bagi mereka, dan tidak
ada seorang pun yang mentakwilkan nas-nas itu dari makna lahirnya, baik
dari jalur yang sahih maupun yang lemah. Padahal berbagai sarana
tersedia untuk melakukan hal itu. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah -
Diriwayatkan oleh Bukhari - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh
Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8295 |
|
Hadith 1401 الحديث
الأهمية: أتعجبون من غيرة سعد، فوالله لأنا أغير
منه، والله أغير مني، من أجل غيرة الله حرم الفواحش، ما ظهر منها، وما بطن،
ولا شخص أغير من الله
Tema: Apakah kalian heran dengan kecemburuan
Sa'ad. Demi Allah, sungguh, aku lebih cemburu darinya, dan Allah lebih
cemburu dariku. Karena kecemburuan itulah maka Dia mengharamkan hal-hal
keji, yang tampak dan tersembunyi. Tidak ada seorang pun yang lebih
cemburu dari Allah. |
عن المغيرة بن شعبة -رضي الله عنه-
مرفوعاً: قال سعدُ بنُ عُبَادة -رضي الله عنه- : لو رأيتُ رجلًا مع امرأتي
لَضربتُه بالسيف غير مُصْفِح عنه، فبلغ ذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم،
فقال: «أتعجبون من غَيْرة سعد، فوالله لأنا أغير منه، واللهُ أغير مني، من
أجل غَيْرة الله حَرَّم الفواحش، ما ظهر منها، وما بطن، ولا شخص أغير من
الله، ولا شخص أحبّ إليه العُذر من الله، من أجل ذلك بعث الله المرسلين،
مُبشِّرين ومنذِرين، ولا شخص أحبّ إليه المِدحةَ من الله، من أجل ذلك وعد
الله الجنة».
Dari Al-Mugīrah bin Syu'bah
-raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Sa'ad bin 'Ubādah -raḍiyallāhu
'anhu- berkata, "Seandainya aku melihat seorang lelaki bersama istriku,
niscaya aku tebas dia dengan pedang tanpa ada ampun baginya." Ucapan
tersebut sampai kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau
pun bersabda, "Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa'ad. Demi Allah,
sungguh, aku lebih cemburu darinya, dan Allah lebih cemburu dariku.
Karena kecemburuan itulah maka Dia mengharamkan hal-hal keji, yang
tampak dan tersembunyi. Tidak ada seorang pun yang lebih cemburu dari
Allah. Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai uzur (alasan) dari
Allah. Karena itu, Allah mengutus para rasul sebagai pemberi kabar
gembira dan peringatan. Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai pujian
dari Allah. Karena itu, Allah menjanjikan surga."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قال سعدُ بنُ عُبَادة: لو رأيتُ رجلًا
مع امرأتي لَضربتُه بحد السيف لا بعرضه، يعني: لقتلته بدون توقف، وقد أقره
رسول الله صلى الله عليه وسلم على ذلك، وأخبر أنه أغير من سعد، وأن الله
أغير منه، وغيرة الله تعالى من جنس صفاته التي يختص بها، فهي ليست مماثلة
لغيرة المخلوق، بل هي صفة تليق بعظمته، مثل الغضب، والرضا، ونحو ذلك من
خصائصه التي لا يشاركه الخلق فيها، ومعنى الشخص في اللغة: ما شخص، وارتفع،
وظهر، والله تعالى أظهر من كل شيء، وأعظم، وأكبر، وليس في إطلاقه على الله
تعالى محذور، على أصل أهل السنة الذين يتقيدون بما قاله الله ورسوله.
ثم قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: «ومن أجل غيرة الله حرم الفواحش، ما ظهر
منها، وما بطن» أي: من أثر غيرة الله أنه منع عباده من قربان الفواحش، وهي:
ما عظم وفحش في النفوس الزاكية والعقول السليمة مثل الزنا. والظاهر: يشمل
ما فعل علناً، وما باشرته الجوارح وإن كان سراً، والباطن: يشمل ما في السر،
وما انطوت عليه القلوب.
وقوله:
«ولا أحد أحب إليه العذر من الله، ومن أجل ذلك بعث المرسلين مبشرين
ومنذرين» المعنى: بعث المرسلين للإعذار والإنذار لخلقه، قبل أخذهم
بالعقوبة، وهو كقوله تعالى: {رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ
يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ}.
وقوله:
«ولا أحد أحب إليه المِدحة من الله، ومن أجل ذلك وعد الله الجنة» هذا
لكماله المطلق، فهو تعالى يحب من عباده أن يثنوا عليه ويمدحوه على فضله
وجوده، ومن أجل ذلك جاد عليهم بكل نعمة يتمتعون بها، ويرضى عنهم إذا حمدوه
عليها، ومهما أثنوا عليه ومدحوه لا يمكن أن يصلوا إلى ما يستحقه من المدح
والثناء، ولهذا مدح نفسه، فوعد الجنة ليكثر سؤاله، والثناء عليه من عباده
ومدحه، ويجتهدوا في ذلك غاية ما يستطيعون؛ لأن الجنة هي منتهى الإنعام.
Sa'ad bin Ubadah berkata, "Seandainya
aku melihat seorang lelaki bersama istriku, niscaya aku tebas dia dengan
ketajaman pedang bukan dengan lebarnya." Yakni, niscaya aku membunuhnya
tanpa ampun. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah menetapkan
hal itu dan mengabarkan bahwa diri beliau lebih cemburu dari Sa'ad dan
Allah lebih cemburu darinya. Kecemburuan Allah -Ta'ālā- merupakan jenis
sifat-Nya yang khusus. Sifat (cemburu) itu tidak serupa dengan
kecemburuan makhluk, tapi itu adalah sifat yang selaras dengan
kebesaran-Nya, seperti marah, rida dan berbagai sifat khusus-Nya yang
tidak disertai makhluk di dalamnya. Arti Asy-Syakhṣu secara bahasa ialah
sesuatu yang terlihat, tinggi, dan tampak. Sementara itu Allah -Ta'ālā-
lebih tampak dari segala sesuatu, lebih agung dan lebih besar.
Menetapkan kecemburuan bagi Allah tidak akan berbahaya berdasarkan
pandangan Ahlussunnah yang terikat dengan apa yang dikatakan Allah dan
Rasul-Nya. Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Begitu besar kecemburuan Allah maka Dia mengharamkan hal-hal
keji, yang tampak dan tersembunyi." Yakni, dampak kecemburuan Allah
yaitu Dia melarang hamba-hamba-Nya mendekati hal-hal yang keji. Yaitu
sesuatu yang besar dan keji bagi jiwa-jiwa yang suci dan akal-akal yang
sehat, seperti zina. Yang tampak artinya mencakup apa yang dilakukan
dengan terang-terangan dan apa yang dikerjakan oleh anggota badan
meskipun secara sembunyi-sembunyi. Yang batin artinya mencakup apa yang
rahasia dan tersembunyi dalam hati. Sabda beliau, "Tidak ada seorang
pun yang lebih menyukai uzur dari Allah. Karena itu, Allah mengutus para
Rasul sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan." Artinya Allah
mengutus para Rasul untuk memaafkan dan mengingatkan makhluk-Nya sebelum
menyiksa mereka dengan azab. Ini seperti firman Allah -Ta'ālā-, "Para
rasul yang memberi kabar gembira dan memberi peringatan, supaya tidak
ada lagi alasan bagi manusia untuk (menyalahkan) Allah sesudah datangnya
para rasul itu." Sabda beliau, "Tidak ada seorang pun yang paling
menyukai pujian dari Allah. Karena itu, Allah menjanjikan surga." Ini
karena kesempurnaan-Nya yang mutlak. Allah -Ta'ālā- mencintai
hamba-hamba-Nya yang menyanjung-Nya dan memuji-Nya atas karunia dan
kemurahan hati-Nya. Karena itu, Allah bermurah hati kepada mereka dengan
segala kenikmatan yang mereka nikmati dan Allah meridai mereka ketika
memuji-Nya atas kenikmatan itu. Bagaimanapun mereka menyanjung dan
memuji Allah, namun mereka tidak akan bisa sampai kepada sanjungan dan
pujian yang layak untuk-Nya. Untuk itu, Dia memuji diri-Nya sendiri lalu
menjanjikan surga agar hamba-hamba-Nya banyak memohon padaNya,
menyanjungNya dan memujiNya serta berusaha semaksimal mungkin dalam hal
ini, karena surga adalah puncak kenikmatan. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8296 |
|
Hadith 1402 الحديث
الأهمية: اللهم أنج عياش بن أبي ربيعة، اللهم أنج
سلمة بن هشام، اللهم أنج الوليد بن الوليد، اللهم أنج المستضعفين من
المؤمنين، اللهم اشدد وطأتك على مضر، اللهم اجعلها سنين كسني يوسف
Tema: Ya Allah! Selamatkanlah 'Ayyāsy bin
Abi Rabī'ah. Ya Allah! Selamatkanlah Salamah bin Hisyām. Ya Allah!
Selamatkanlah Al-Walīd bin Al-Walīd. Ya Allah! Selamatkanlah orang-orang
Mukmin yang dianiaya. Ya Allah! Timpakanlah siksa-Mu kepada Muḍar dengan
keras. Ya Allah, Jadikanlah bagi mereka kemarau seperti kemarau (pada
masa) Nabi Yusuf. |
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أنَّ
النبيَّ صلى الله عليه وسلم كان إذا رفع رأسه من الركعة الآخِرة، يقول:
«اللهمَّ أَنْجِ عَيَّاش بن أبي ربيعة، اللهمَّ أَنْجِ سَلَمَة بنَ هشام،
اللهم أَنْجِ الوليد بن الوليد، اللهم أَنْجِ المستضعفين من المؤمنين،
اللهمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَك على مُضَر، اللهمَّ اجعلها سنين كسِنِي يوسف».
وأنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: «غِفَارُ غفر الله لها، وأَسْلَمُ
سالمها الله» قال ابن أبي الزناد عن أبيه: هذا كلُّه في الصبح.
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-
bahwa Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila mengangkat
kepala dari raka'at terakhir, beliau berdoa, "Ya Allah! Selamatkanlah
'Ayyāsy bin Abi Rabī'ah. Ya Allah! Selamatkanlah Salamah bin Hisyām. Ya
Allah! Selamatkanlah Al-Walīd bin Al-Walīd. Ya Allah! Selamatkanlah
orang-orang Mukmin yang dianiaya. Ya Allah! Timpakanlah siksa-Mu kepada
Muḍar dengan keras. Ya Allah, Jadikanlah bagi mereka kemarau seperti
kemarau (pada masa) Nabi Yusuf." Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersabda, "Suku Gifār, semoga Allah mengampuninya, dan suku
Aslam semoga Allah mendamaikannya." Ibnu Abi Az-Zinād mengatakan dari
bapaknya, "Ini semua terjadi di waktu subuh."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان النبيُّ صلى الله عليه وسلم إذا
رفعَ رأسَه من الركعة الآخيرة من صلاة الصبح، يقول: «اللهمَّ أَنْجِ
عَيَّاش بنَ أبي رَبِيعة، اللهمَّ أَنْجِ سَلَمَة بنَ هشام، اللهم أَنْجِ
الوليد بن الوليد، اللهم أَنْجِ المستضعفين من المؤمنين» وهؤلاء صحابة دعا
لهم النبيُّ صلى الله عليه وسلم بالإنجاء والخلاص من العذاب، وقد كانوا
أسرى في أيدي الكفار بمكة، وعياش بن أبي ربيعة هو أخو أبي جهل لأمة حبسه
أبو جهل بمكة، وسلمة بن هشام هو أخو أبي جهل قديم الإسلام عُذِّب في سبيل
الله ومنعوه أن يهاجر، والوليد بن الوليد هو أخو خالد بن الوليد وحُبِس
بمكة ثم أفلت منهم.
ثم يقول
صلى الله عليه وسلم: «اللهمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَك على مُضَر، اللهمَّ اجعلها
سنين كسِنِي يوسُفَ» أي: اللهم اشدد عذابك وعقوبتك على كفار قريش وهم من
قبيلة مضر، واجعل عذابك عليهم بأن تسلِّط عليهم قحطًا عظيمًا سبع سنين أو
أكثر، كالقحط الذي حدث أيام يوسف عليه السلام.
هذا وقد
تكون الوطأة –وهي الدوس بالقدم- صفة من صفات الله بمقتضى هذا الحديث،
ولكننا لم نجد أحدًا من السلف الصالح أو علماء المسلمين عدها من صفات الله
عز وجل، فيحمل الوطء على الشدة والعذاب، ونسبته إلى الله تعالى لأنه فعله
وتقديره، والله أعلم.
ثم قال
صلى الله عليه وسلم: «غِفَارُ غَفَر اللهُ لها» يحتمل أن يكون دعاء لها
بالمغفرة، أو إخبارا بأن الله تعالى قد غفر لها، وكذلك قوله: «وأَسْلَمُ
سالمها اللهُ» يحتمل أن يكون دعاء لها أن يسالمها الله تعالى، ولا يأمر
بحربها، أو يكون إخبارا بأن الله قد سالمها ومنع من حربها، وإنما خُصَّت
هاتان القبيلتان بالدعاء لأن غفارا أسلموا قديما، وأسلم سالموا النبي صلى
الله عليه وسلم.
«قال ابن أبي الزناد عن أبيه: هذا كلُّه
في الصبح» يعني: أنه روى عن أبيه هذا الحديث بهذا الإسناد، فبين أن الدعاء
المذكور كان في صلاة الصبح.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
apabila sudah mengangkat kepalanya dari raka'at terakhir dari salat
subuh, beliau berdoa, "Ya Allah, selamatkanlah 'Ayyāsy bin Abi Rabī'ah.
Ya Allah, selamatkanlah Salamah bin Hisyām. Ya Allah, selamatkanlah
Al-Walīd bin Al-Walīd. Ya Allah, selamatkanlah orang-orang mukmin yang
dianiaya." Mereka itu adalah para sahabat yang didoakan oleh Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar memperoleh keselamatan dan terlepas
dari siksaan. Mereka itu dulunya adalah para tawanan di tangan
orang-orang kafir di Makkah. 'Ayyāsy bin Abi Rabī'ah adalah saudara
seibu Abu Jahal yang dia tahan di Makkah. Salamah bin Hisyam adalah
saudara Abu Jahal yang sudah dari dulu masuk Islam. Dia disiksa karena
di jalan Allah dan mereka melarangnya untuk hijrah. Al-Walīd bin
Al-Walīd adalah saudara Khālid bin Al-Walīd. Dia ditahan di Makkah lalu
berhasil melepaskan diri dari mereka. Selanjutnya beliau berdoa, "Ya
Allah, timpakanlah siksa-Mu kepada Muḍar dengan keras. Ya Allah,
jadikanlah bagi mereka kemarau seperti kemarau (pada masa) Nabi Yusuf."
Yakni, ya Allah, timpakan azab dan siksaan-Mu dengan keras kepada
orang-orang kafir Quraisy. Mereka dari kabilah Muḍar. Jadikanlah azab-Mu
kepada mereka dengan cara Engkau timpakan kemarau dahsyat kepada mereka
selama tujuh tahun atau lebih, seperti kemarau yang pernah terjadi pada
masa Yusuf 'Alaihis salam. Demikianlah. Mungkin saja Al-Waṭ`ah - injakan
dengan kaki - adalah salah satu sifat Allah berdasarkan hadis ini. Hanya
saja kita belum menemukan seorang pun dari salaf saleh atau ulama kaum
muslimin yang mengkategorikannya sebagai salah satu sifat Allah -'Azza
wa Jalla'. Dengan demikian, Al-Waṭ`ah ditafsirkan dengan kekerasan dan
azab. Adanya penyematan kata itu kepada Allah -Ta'ālā- karena hal itu
adalah perbuatan dan ketetapan-Nya. Hanya Allah Yang Mahatahu.
Selanjutnya Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Suku
Ghifari telah diampuni Allah," ditafsirkan sebagai doa ampunan untuknya
atau sebagai informasi bahwa Allah -Ta'ālā- telah mengampuninya.
Demikian juga sabdanya, "dan Aslam semoga Allah mendamaikannya."
ditafsirkan sebagai doa baginya semoga Allah -Ta'ālā- mendamaikannya dan
tidak menyuruh untuk memeranginya. Atau sebagai informasi bahwa Allah
telah mendamaikannya dan melarang untuk memeranginya. Dikhususkannya doa
untuk dua kabilah ini, karena Gifār sudah masuk Islam dari dulu dan
Aslam telah berdamai dengan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. "
Ibnu Abi Az-Zinād mengatakan dari bapaknya, "Ini semua terjadi di waktu
subuh." Yakni, bahwa dia meriwayatkan hadis ini dari bapaknya dengan
sanad ini. Dengan demikian jelas bahwa doa tersebut dilakukan pada salat
subuh. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8297 |
|
Hadith 1403 الحديث
الأهمية: انشق القمر على عهد رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- فلقتين، فستر الجبل فلقة، وكانت فلقة فوق الجبل، فقال رسول الله
-صلى الله عليه وسلم-: اللهم اشهد
Tema: Bulan pernah terbelah pada masa
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjadi dua bagian. Lantas
gunung menutupi satu potongan, dan satu potongan lain (dari bulan itu)
ada di atas gunung. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Ya Allah, saksikanlah!" |
عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه-
مرفوعاً: انشقَّ القمر على عهد رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فِلْقَتين،
فستر الجبل فِلْقَة، وكانت فِلْقَة فوق الجبل، فقال رسول الله -صلى الله
عليه وسلم-: «اللهمَّ اشهَدْ».
Dari Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfu', "Bulan pernah terbelah pada masa Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjadi dua bagian. Lantas gunung
menutupi satu potongan dan satu potongan lain (dari bulan itu) ada di
atas gunung. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya
Allah, saksikanlah!"
Penjelasan Hadits بيان الحديث
انشق القمر في زمان رسول الله -صلى الله
عليه وسلم- قطعتين متفارقتين كل قطعة في مكان، فقال رسول الله -صلى الله
عليه وسلم-: «اللهم اشهد» أي: اللهم اشهد عليهم أنني قد أريتهم الدليلَ على
صدق نبوتي.
Bulan pernah terbelah pada masa
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjadi dua bagian yang saling
terpisah. Setiap bagian berada di satu tempat. Lantas Rasulullah
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah, saksikanlah." Yakni,
ya Allah, saksikanlah atas mereka bahwa aku telah memperlihatkan kepada
mereka bukti mukjizatku dan kenabianku! |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8298 |
|
Hadith 1404 الحديث
الأهمية: ليس أحد، أو: ليس شيء أصبر على أذى سمعه
من الله، إنهم ليدعون له ولدا، وإنه ليعافيهم ويرزقهم
Tema: Tidak ada seorang pun atau tidak ada
sesuatu pun yang paling sabar terhadap gangguan yang didengarnya selain
Allah. Sesungguhnya mereka menisbahkan anak kepada-Nya, namun Dia tetap
memberi mereka keselamatan dan rezeki. |
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه-
مرفوعاً: «ليس أحد، أو: ليس شيء أصبر على أذًى سمعَه مِن الله، إنَّهم
لَيَدْعُون له ولدًا، وإنَّه ليُعافِيهم ويرزُقُهم».
Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū', "Tidak ada seorang pun atau tidak ada sesuatu pun
yang paling sabar terhadap gangguan yang didengarnya selain Allah.
Sesungguhnya mereka menisbahkan anak kepada-Nya, namun Dia tetap memberi
mereka keselamatan dan rezeki".
Penjelasan Hadits بيان الحديث
قوله: «ليس أحدٌ، أو: ليس شيءٌ أصبرَ»
أي: الله تعالى أشد صبرًا من أي أحد، ومن أسمائه الحسنى «الصبور»، ومعناه:
الذي لا يعاجل العصاة بالعقوبة، وهو قريب من معنى الحليم، والحليم أبلغ في
السلامة من العقوبة.
قوله:
«على أذى سمعه من الله» لفظ الأذى في اللغة هو لما خف أمره، وضعف أثره من
الشر والمكروه، وقد أخبر سبحانه أن العباد لا يضرونه، كما قال تعالى:
{وَلاَ يَحْزُنكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَن
يَضُرُّواْ اللهَ شَيْئاً}، وقال في الحديث القدسي: (يا عبادي إنكم لن
تبلغوا ضري فتضروني ولن تبلغوا نفعي فتنفعوني) فبين أن الخلق لا يضرونه،
لكن يؤذونه.
قوله:
«إنَّهم لَيَدْعُون له ولدًا» أي: أن ابن آدم يؤذي الله تعالى ويسبه،
بإضافة ما يتعالى ويتقدس عنه، مثل نسبة الولد إليه تعالى والند والشريك في
العبادة، التي يجب أن تكون خالصة له وحده.
وقوله:
«وإنَّه ليُعافِيهم ويرزُقُهم» أي: أنه تعالى يقابل إساءتهم بالإحسان، فهم
يسيئون إليه تعالى بالعيب والسب، ودعوى ما يتعالى عنه ويتقدس، وتكذيب رسله
ومخالفة أمره، وفعل ما نهاهم عن فعله، وهو يحسن إليهم بصحة أبدانهم،
وشفائهم من أسقامهم، وحفظهم بالليل والنهار مما يعرض لهم، ويرزقهم بتسخير
ما في السماوات والأرض لهم، وهذا غاية الصبر والحلم والإحسان، والله أعلم.
Sabda beliau, "Tidak ada seorang pun
atau tidak ada sesuatu pun yang paling sabar," yakni, Allah -Ta'ālā-
lebih sabar dari siapa pun. Di antara nama Allah yang indah ialah
Aṣ-Ṣabūr (Maha Penyabar). Artinya Dia tidak tergesa-gesa dalam
menimpakan hukuman kepada para pendosa. Kata ini lebih dekat dari makna
Al-Ḥalīm (Maha Tabah). Al-Ḥalīm lebih besar peluangnya untuk memberikan
selamat dari hukuman. Sabdanya, "terhadap gangguan yang didengarnya
selain Allah." Lafal Al-Ażā (gangguan) dalam bahasa adalah sesuatu yang
ringan dan dampaknya lemah dalam lingkup kejahatan dan keburukan. Allah
-Subḥānahu wa Ta'ālā- mengabarkan bahwa hamba tidak akan bisa
membahayakan-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "Janganlah
membuatmu sedih terhadap orang-orang yang bersegera dalam kekafiran.
Sesungguhnya mereka itu tidak akan membahayakan Allah dengan sesuatu
pun." Allah berfirman dalam hadis qudsi, "Wahai hamba-Ku, sesungguhnya
kalian tidak akan mampu mengambil bahaya dari-Ku lalu kalian
membahayakan-Ku. Kalian tidak akan mampu mencabut manfaat dari-Ku lalu
kalian memberi-Ku manfaat," Allah menjelaskan bahwa makhluk tidak akan
bisa membahayakan-Nya, tetapi mereka menyakiti-Nya. Sabdanya,
"Sesungguhnya mereka menisbahkan anak kepada-Nya," yakni, bahwa anak
Adam menyakiti Allah -Ta'ālā- dan mencela-Nya dengan menyandarkan apa
yang Allah Maha Luhur dan Maha Suci dari apa yang disandarkan
kepada-Nya, seperti menisbahkan anak kepada-Nya, lawan, dan sekutu dalam
ibadah yang seharusnya murni hanya untuk Allah Yang Esa. Sabdanya,
"namun Dia tetap memberi mereka keselamatan dan rezeki." Yakni, Allah
membalas keburukan mereka dengan kebaikan. Mereka berbuat buruk
kepada-Nya dengan celaan dan cemoohan, dan klaim sesuatu di mana Allah
Maha Luhur dan Maha Suci dari apa yang mereka lakukan, mendustakan para
rasul-Nya, menentang perintah-Nya, dan melakukan perbuatan yang dilarang
dari mereka. Dia tetap berbuat baik kepada mereka dengan (memberi)
kesehatan tubuh mereka, menyembuhkan penyakit-penyakit mereka,
melindungi mereka dari apa yang mengganggu di malam dan siang hari, dan
memberikan rezeki kepada mereka dengan menundukkan apa yang ada di
langit dan di bumi untuk mereka. Inilah puncak kesabaran, kemurahan hati
dan kebaikan. Hanya Allah jua Yang Maha Tahu. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8299 |
|
Hadith 1405 الحديث
الأهمية: صدق الله، وكذب بطن أخيك، اسقه عسلا
Tema: Allah Maha Benar. Sedangkan perut
saudaramu berdusta. Berilah minum madu! |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- أنَّ
رجلًا أتى النبيَّ صلى الله عليه وسلم فقال: أخي يَشْتكي بطنَه، فقال:
«اسْقِه عَسَلًا» ثم أتى الثانيةَ، فقال: «اسْقِه عَسَلًا» ثم أتاه
الثالثةَ فقال: «اسْقِه عَسَلًا» ثم أتاه فقال: قد فعلتُ؟ فقال: «صدق
اللهُ، وكذب بطنُ أخيك، اسْقِه عَسَلًا» فسقاه فبرأ.
Dari Abu Sa'd Al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- lalu berkata, "Saudaraku mengeluhkan perutnya." Beliau bersabda,
"Beri dia minum madu!" Orang itu datang lagi. Beliau bersabda, "Beri dia
minum madu!" Orang itu datang untuk ketiga kalinya. Beliau pun bersabda,
"Beri dia minum madu!" Orang itu datang lagi dan berkata, "Aku sudah
melakukannya." Beliau bersabda, "Allah Maha Benar. Sedangkan perut
saudaramu berdusta. Berilah dia minum madu!" Orang itu pun memberinya
minum madu lalu sembuh."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم
فأخبره بأن أخاه يتألم من مرض في بطنه، وهذا المرض هو الإسهال، كما اتضح من
روايات أخرى للحديث، فأمره النبي صلى الله عليه وسلم أن يسقي أخاه عسلا،
فسقاه فلم يُشف، ثم أتى النبي صلى الله عليه وسلم فأخبره، فأمره أن يسقيه
عسلا مرة أخرى، فسقاه فلم يُشف، ثم أتى النبي صلى الله عليه وسلم فأخبره،
فأمره أن يسقيه عسلا مرة ثالثة، فسقاه فلم يُشف، فأتى النبي صلى الله عليه
وسلم فأخبره، فقال صلى الله عليه وسلم: «صدق الله وكذب بطن أخيك اسقه عسلا»
وهذا فيه احتمالان: أحدهما: أن يكون النبي صلى الله عليه وسلم أخبر عن غيب
أطلعه الله عليه، وأعلمه بالوحي أن شفاء ذلك من العسل، فكرر عليه الأمر
بسقي العسل ليظهر ما وعد به. والثاني: أن تكون الإشارة إلى قوله تعالى:
{فيه شفاء للناس} ويكون قد علم أن ذلك النوع من المرض يشفيه العسل.
فلما أمره
في المرة الرابعة أن يسقيه عسلا، ذهب الرجل فسقى أخاه عسلا فشُفي بإذن الله
تعالى.
ولا يلزم
حصول الشفاء به لكل مرض في كل زمن وبأي نوع من أنواع العسل، لكن (لكل داء
دواء إذا أصيب دواء الداء برئ بإذن الله) كما قال -صلى الله عليه وسلم-،
رواه مسلم (4/ 1729، ح2204).
Tema: Seorang lelaki datang kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu memberitahu beliau bahwa saudaranya
menderita sakit di perutnya. Penyakit tersebut ialah diare sebagaimana
dijelaskan dalam hadis lainnya. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- menyuruh lelaki itu agar saudaranya diberi minum madu. Ia pun
memberinya minum, tetapi tidak sembuh. Dia pun datang lagi kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu memberitahukan kabarnya. Beliau pun
kembali menyuruhnya agar saudaranya diberi minum madu. Ia pun memberinya
minum, tetapi belum sembuh juga. Selanjutnya ia datang kembali kepada
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu menyampaikan beritanya. Untuk
ketiga kalinya, beliau menyuruh orang itu agar saudaranya diberi minum
madu. Ia pun memberinya madu, tetapi tidak kunjung sembuh. Ia pun
datang kembali kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan
menyampaikan beritanya. Orang itu datang lagi dan berkata, "Aku sudah
melakukannya." Beliau bersabda, "Allah Maha Benar. Sedangkan perut
saudaramu berdusta. Berilah dia minum madu!" Ini mengandung dua
kemungkinan; Pertama, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan
hal gaib yang telah diperlihatkan oleh Allah kepadanya dan
diberitahukan-Nya dengan wahyu bahwa kesembuhan orang itu dengan madu.
Karena itu, beliau berulang-kali menyuruh agar dia diberi minum madu
sehingga janji (kesembuhan) itu terbukti. Kedua, ini merupakan
isyarat kepada firman Allah -Ta'ālā-, "Di dalamnya ada obat (kesembuhan)
bagi manusia." Beliau sudah tahu bahwa jenis penyakit seperti ini dapat
sembuh oleh madu. Ketika beliau menyuruh lelaki itu untuk keempat
kalinya agar memberi minum madu, lelaki itu pun pergi lalu saudaranya
diberi minum madu hingga dengan izin Allah -Ta'ālā- dapat sembuh. Ini
tidak mesti semua penyakit bisa sembuh dengan madu kapan saja, dan
dengan jenis madu apa saja. Akan tetapi "Untuk setiap penyakit ada
obatnya. Jika obat pas dengan penyakitnya maka akan sembuh dengan izin
Allah" sebagaimana disabdakan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
(HR. Muslim 4/1729, nomor 2204) |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8300 |
|
Hadith 1406 الحديث
الأهمية: يا رسولَ الله، هل نرى ربَّنا يوم
القيامة؟ قال: هل تُضَارُّون في رؤية الشمس والقمر إذا كانت صَحْوًا؟
Tema: Wahai Rasulullah! Apakah kita melihat
Rabb kita pada hari kiamat? Beliau bersabda, "Apakah kalian kesulitan
ketika melihat matahari dan bulan jika langit bersih tidak berawan?" |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- قلنا
يا رسولَ الله، هل نرى ربَّنا يوم القيامة؟ قال: «هل تُضَارُّون في رؤية
الشمس والقمر إذا كانت صَحْوًا؟»، قلنا: لا، قال: «فإنكم لا تُضَارُّون في
رؤية ربِّكم يومئذ، إلا كما تُضَارُّون في رؤيتهما» ثم قال: «ينادي منادٍ:
ليذهب كلُّ قوم إلى ما كانوا يعبدون، فيذهب أصحابُ الصليب مع صليبهم،
وأصحابُ الأوثان مع أوثانهم، وأصحابُ كلِّ آلهةٍ مع آلهتهم، حتى يبقى من
كان يعبد اللهَ، مِن بَرٍّ أو فاجر، وغُبَّرات من أهل الكتاب، ثم يؤتى
بجهنم تعرضُ كأنها سَرابٌ، فيقال لليهود: ما كنتم تعبدون؟ قالوا: كنا نعبد
عُزَير ابنَ الله، فيقال: كذبتم، لم يكن لله صاحبة ولا ولد، فما تريدون؟
قالوا: نريد أن تسقيَنا، فيقال: اشربوا، فيتساقطون في جهنم، ثم يقال
للنصارى: ما كنتم تعبدون؟ فيقولون: كنا نعبد المسيحَ ابن الله، فيقال:
كذبتم، لم يكن لله صاحبة، ولا ولد، فما تريدون؟ فيقولون: نريد أن تسقيَنا،
فيقال: اشربوا فيتساقطون في جهنم، حتى يبقى من كان يعبد الله من بَرٍّ أو
فاجر، فيقال لهم: ما يحبسكم وقد ذهب الناس؟ فيقولون: فارقناهم، ونحن أحوجُ
منا إليه اليوم، وإنَّا سمعنا مناديًا ينادي: ليَلْحقْ كلُّ قوم بما كانوا
يعبدون، وإنما ننتظر ربَّنا، قال: فيأتيهم الجَبَّار في صورة غير صورتِه
التي رأوه فيها أولَ مرة، فيقول: أنا ربُّكم، فيقولون: أنت ربُّنا، فلا
يُكَلِّمُه إلا الأنبياء، فيقول: هل بينكم وبينه آيةٌ تعرفونه؟ فيقولون:
الساق، فيَكشِفُ عن ساقه، فيسجد له كلُّ مؤمن، ويبقى من كان يسجد لله
رِياءً وسُمْعَة، فيذهب كيما يسجد، فيعود ظهرُه طَبَقًا واحدًا، ثم يؤتى
بالجسر فيُجْعَل بين ظَهْرَي جهنم»، قلنا: يا رسول الله، وما الجسر؟ قال:
«مَدْحَضةٌ مَزَلَّةٌ، عليه خطاطيفُ وكَلاليبُ، وحَسَكَةٌ مُفَلْطَحَةٌ لها
شوكةٌ عُقَيْفاء تكون بنَجْد، يقال لها: السَّعْدان، المؤمن عليها
كالطَّرْف وكالبَرْق وكالرِّيح، وكأَجاويد الخيل والرِّكاب، فناجٍ
مُسَلَّمٌ، وناجٍ مَخْدوشٌ، ومَكْدُوسٌ في نار جهنم، حتى يمرَّ آخرُهم يسحب
سحبًا، فما أنتم بأشد لي مُناشدةً في الحق قد تبيَّن لكم من المؤمن يومئذ
للجَبَّار، وإذا رأَوْا أنهم قد نَجَوْا، في إخوانهم، يقولون: ربنا
إخواننا، كانوا يصلون معنا، ويصومون معنا، ويعملون معنا، فيقول الله
-تعالى-: اذهبوا، فمن وجدتُم في قلبه مِثْقالُ دِينار من إيمان فأخرجوه،
ويُحَرِّمُ اللهُ صُوَرَهم على النار، فيأتونهم وبعضُهم قد غاب في النار
إلى قدمِه، وإلى أنصاف ساقَيْه، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا، ثم يعودون، فيقول:
اذهبوا فمَن وجدتُم في قلبه مِثْقال نصف دينار فأخرجوه، فيُخْرِجون مَن
عَرَفوا، ثم يعودون، فيقول: اذهبوا فمن وجدتم في قلبه مِثْقال ذرة من إيمان
فأخرجوه، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا» قال أبو سعيد: فإنْ لم تُصَدِّقوني
فاقرءوا: {إنَّ اللهَ لا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وإنْ تَكُ حَسَنَةً
يُضَاعِفْهَا} «فيشفعُ النبيُّون والملائكة والمؤمنون، فيقول الجَبَّار:
بَقِيَتْ شفاعتي، فيَقْبِض قَبْضَةً من النار، فيُخْرِجُ أقوامًا قدِ
امْتَحَشُوا، فيُلْقَوْن في نهرٍ بأفواه الجنة، يقال له: ماء الحياة،
فيَنْبُتون في حافَّتَيْه كما تَنْبُتُ الحِبَّة في حَمِيل السَّيْل، قد
رأيتُموها إلى جانب الصَّخْرة، وإلى جانب الشجرة، فما كان إلى الشمس منها
كان أخضر، وما كان منها إلى الظِّلِّ كان أبيض، فيخرجون كأنَّهم اللؤلؤ،
فيُجعل في رقابهم الخَوَاتيم، فيَدخلون الجنة، فيقول أهل الجنة: هؤلاء
عُتَقاءُ الرحمن، أدخلهم الجنةَ بغير عَمَلٍ عملوه، ولا خيرٍ قَدَّموه،
فيقال لهم: لكم ما رأيتم ومثلُه معه».
Dari Abu Sa'īd al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu-, kami bertanya, "Wahai Rasulullah! Apakah kita melihat Rabb kita
pada hari kiamat?" Beliau bersabda, "Apakah kalian kesulitan ketika
melihat matahari dan bulan jika langit bersih tidak berawan?" Kami
menjawab, "Tidak." Beliau bersabda, "Sesungguhnya kalian tidak akan
kesulitan untuk melihat Rabb kalian pada hari itu, sebagaimana kalian
tidak kesulitan untuk melihat keduanya." Selanjutnya beliau bersabda,
Seorang penyeru berseru, "Hendaknya setiap kaum pergi menuju apa yang
dulu mereka sembah." Lantas penyembah salib bersama salib mereka, para
penyembah berhala pergi bersama berhala-berhalanya, dan para penyembah
tuhan-tuhan (selain Allah) pergi bersama para tuhan mereka, hingga
tersisa orang yang menyembah Allah baik yang saleh ataupun yang
bermaksiat, serta beberapa orang Ahli Kitab. Kemudian Jahanam
didatangkan dan diperlihatkan seakan-akan fatamorgana. Dikatakan kepada
orang-orang Yahudi, "Apa yang dulu kalian sembah?" Mereka menjawab,
"Kami menyembah Uzair putra Allah." Dikatakan, "Kalian berdusta. Allah
tidak memiliki istri dan putra. Apa yang kalian inginkan?" Mereka
menjawab, "Kami ingin agar Engkau memberi minum kami." Dikatakan,
"Minumlah", lalu mereka berguguran di Jahanam. Selanjutnya dikatakan
kepada orang-orang Nasran, "Apa yang dulu kalian sembah?" Mereka
menjawab, "Dulu kami menyembah Almasih putra Allah." Dikatakan kepada
mereka, "Kalian berdusta. Allah tidak memiliki istri dan putra. Apa yang
kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Kami ingin agar Engkau memberi minum
kami." Dikatakan kepada mereka, "Minumlah", lalu mereka berguguran di
Jahanam, hingga tersisa orang-orang yang menyembah Allah baik yang saleh
ataupun yang bermaksiat. Dikatakan kepada mereka: "Apa yang menghalangi
kalian, padahal orang-orang sudah pergi?" Mereka berkata, "Kami telah
berpisah dengan mereka (di dunia), padahal hari ini kita lebih
membutuhkan kepadanya dan sesungguhnya kami mendengar penyeru berseru,
"Hendaknya setiap kaum bergabung dengan apa yang mereka sembah.
Sesungguhnya kami hanya menunggu Rabb kami." Lantas Allah Yang Maha
Perkasa mendatangi mereka dalam bentuk yang berbeda dengan bentuk yang
pernah mereka lihat pertama kali. Allah berfirman, "Aku Rabb kalian."
Mereka berkata, "Engkau Rabb kami." Tidak ada yang berbicara kepada-Nya
kecuali para nabi. Allah bertanya, "Apakah antara kalian dengan Dia ada
tanda yang kalian kenal?" Mereka berkata, "Betis." Lantas Allah
menyingkapkan betisnya. Tiba-tiba setiap orang yang beriman sujud
kepada-Nya dan tersisa orang yang bersujud kepada Allah karena ria dan
ingin popularitas, dan mereka ini akan bersujud tetapi punggungnya kaku
bagaikan pelat yang rata. Kemudian dibentangkan jembatan lalu diletakkan
di antara dua tepi Jahanam." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah
jembatan itu?" Beliau bersabda, "Jalan yang licin dan membuat
tergelincir. Di atasnya ada penyambar-penyambar dan besi-besi pengait,
dan pohon berduri yang dibentangkan, yang memiliki duri yang bengkok,
yang ada di Najd dan dinamakan as-Sa'dān. Orang mukmin (melintasi)
jembatan itu laksana sekejap mata, laksana kilat, laksana angin, laksana
kuda-kuda berlari kencang dan kuda tunggangan. Ada yang selamat sentosa,
ada yang selamat dalam keadaan tercakar, dan ada yang dicakar di dalam
Jahanam hingga orang yang terakhir dari mereka diseret. Kalian sangat
memohon kepadaku dalam kebenaran di mana sudah jelas orang mukmin untuk
Yang Maha Perkasa (Allah). Ketika mereka melihat bahwa mereka sudah
selamat di antara saudara-saudaranya, mereka berkata: "Wahai Rabb kami,
saudara-saudara kami. Mereka melaksanakan salat bersama kami, berpuasa
bersama kami, dan beramal bersama kami." Allah -Ta'ālā- berfirman,
"Pergilah! Siapa saja yang kalian temukan di dalam hatinya ada iman
seberat dinar maka keluarkanlah dia!" dan Allah mengharamkan tubuh-tubuh
mereka dari neraka. Lantas mereka mendatangi saudara-saudaranya dalam
keadaan sebagian mereka sudah tenggelam di neraka sampai kedua mata
kakinya, ada yang sampai kedua betisnya. Selanjutnya mereka mengeluarkan
orang-orang yang mereka kenal lalu kembali." Allah berfirman, "Pergilah.
Siapa saja yang kalian temukan di dalam hatinya iman seberat setengah
dinar maka keluarkanlah dia!" Mereka pun mengeluarkan orang-orang yang
mereka kenal lalu kembali lagi. Allah berfirman, "Pergilah. Siapa
diantara kalian menemukan orang yang dalam hatinya ada iman seberat biji
sawi maka keluarkanlah!" Mereka pun mengeluarkan orang-orang yang mereka
kenal. Abu Sa'īd berkata, "Jika kalian tidak percaya, bacalah, "Sungguh,
Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun seberat zarrah (biji
kecil) dan jika ada kebajikan (sekecil zarrah), niscaya Allah akan
melipatgandakannya." Para nabi, malaikat dan orang-orang mukmin memberi
syafaat. Lantas Allah Yang Maha Perkasa berfirman, "Syafaat-Ku masih
ada." Selanjutnya Dia menggenggam satu genggaman dari neraka lalu
mengeluarkan beberapa kaum yang sudah terbakar lalu mereka dilemparkan
ke dalam sungai di mulut-mulut surga yang bernama air kehidupan. Mereka
tumbuh di kedua tepi sungai itu sebagaimana biji tumbuh di tanah bekas
banjir yang kalian lihat di sisi batu dan di sisi pohon. Tumbuhan yang
mengarah ke matahari menjadi hijau dan tanaman yang mengarah ke naungan
(pohon) menjadi putih. Selanjutnya mereka keluar laksana mutiara lalu di
leher mereka diletakkan stempel-stempel kemudian mereka masuk surga.
Penghuni surga berkata, "Mereka adalah orang-orang yang dimerdekakan
oleh Yang Maha Pengasih. Dia memasukkan mereka ke dalam surga tanpa amal
yang mereka kerjakan dan tanpa kebaikan yang mereka persembahkan."
Lantas dikatakan kepada mereka, "Bagi kalian sebagaimana yang kalian
lihat dan yang semisal dengannya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
سأل بعضُ الصحابة النبيَّ صلى الله عليه
وسلم: هل نرى ربَّنا يوم القيامة؟ فقال لهم النبي صلى الله عليه وسلم: نعم
ترون ربكم يوم القيامة كما ترون الشمس في منتصف النهار والقمر ليلة البدر
من غير ازدحام ولا منازعة، والتشبيه إنما وقع في الوضوح وزوال الشك والمشقة
والاختلاف، فهو تشبية للرؤية بالرؤية لا للمرئي بالمرئي. وهذه الرؤية غير
الرؤية التي هي ثواب للأولياء وكرامة لهم في الجنة؛ إذ هذه للتمييز بين مَن
عبد الله وبين من عبد غيره.
ثم أخبر
رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه ينادي مناد يوم القيامة: من كان يعبد
شيئا من دون الله فليتبعه، وفي رواية صحيحة: أن الله هو الذي ينادي سبحانه،
فيُجمع من كان يعبد الأصنام من دون الله ويُقذفون في نار جهنم. فلا يبقى
إلا من كان يعبد الله سواء كان مطيعًا أو عاصيًا وبعض بقايا قليلة من يهود
ونصارى، وأما معظمهم وجُلُّهم فقد ذُهب بهم مع أوثانهم إلى جهنم، ويؤتى
بجهنم تُعرض على الناس في ذلك الموقف كأنها سراب، فيجاء باليهود، فيقال
لهم: مَن كنتم تعبدون؟ قالوا: كنَّا نعبدُ عُزَيرَ ابنَ الله. فيقال لهم:
كذبتم في قولكم: عُزَيرُ ابنُ الله؛ فإن الله لم يتخذ زوجة ولا ولدًا، ثم
يقال لهم: فماذا تريدون؟ فيقولون: نريد أن نشرب. وقد صار أول مطلبهم الماء؛
لأنه في ذلك الموقف يشتد الظمأ لتوالي الكربات، وترادف الشدائد المهولات،
وقد مُثِّلت لهم جهنم كأنها ماء، فيقال لهم: اذهبوا إلى ما ترون وتظنونه
ماء، فاشربوا. فيذهبون فيجدون جهنم يكسر بعضها بعضاً؛ لشدة اتقادها وتلاطم
أمواج لهبها فيتساقطون فيها، ومثل ذلك يقال للنصارى بعدهم.
حتى إذا
لم يَبْق إلا مَن كان يعبد اللهَ من مطيع وعاص، فيقال لهم ما يوقفكم هذا
الموقف وقد ذهب الناس؟ فيقولون: فارقنا الناس في الدنيا ونحن اليوم أحوج
إلى مفارقتهم؛ وذلك لأنهم عصوا الله وخالفوا أمره، فعاديناهم لذلك، بغضاً
لهم في الله، وإيثاراً لطاعة ربنا، ونحن ننتظر ربنا الذي كنا نعبده في
الدنيا، فيأتيهم الله تعالى في صورة غير الصورة التي رأو فيها أول مرة،
وفي هذا بيان صريح أنهم قد رأوه في صورة عرفوه فيها، قبل أن يأتيهم
هذه المرة، ولا يصح تأويل الصورة، بل يجب الإيمان بها من غير تكييف ولا
تمثيل ومن غير تحريف ولا تعطيل. فإذا أتاهم الله تعالى قال لهم: أنا ربكم.
فيقولون: أنت ربنا، فرحًا بذلك واستبشارًا، وعند ذلك لا يكلمه سبحانه إلا
الأنبياء، فيقول الله لهم: هل بينكم وبينه آيةٌ تعرفونه بها؟
فيقولون:
الساق. فيكشف سبحانه عن ساقه فيعرفه المؤمنون بذلك فيسجدون له، وأما
المنافقون الذين يراءون الناس بعبادتهم، فمُنعوا من السجود، وجُعلت ظهورهم
طبقاً واحداً، لا يستطيعون الانحناء، ولا السجود؛ لأنهم ما كانوا في
الحقيقة يسجدون لله في الدنيا، وإنما كانوا يسجدون لأغراضهم الدنيوية.
ففي ذلك
إثبات الساق صفة لله تعالى، ويكون هذا الحديث ونحوه تفسيراً لقوله تعالى:
{يَوْمَ يُكْشَفُ عَن سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلا
يَسْتَطِيعُونَ} وتفسير الساق في هذا الموضع بالشدة أو الكرب مرجوح، ويجب
مع ذلك إثبات صفة الساق لله تعالى من السنة، ودلالة الآية على الصفة هو
الراجح والأصح، وذلك من غير تكييف ولا تمثيل ومن غير تحريف ولا تعطيل.
ثم يؤتى
بالصراط، فيُجعل في وسط جهنم، وهذا الصراط لا تستمسك فيه الأقدام، ولا
تثبت، وعلى هذا الصراط خطاطيف، وهو الحديدة المعقوفة المحددة؛ لأجل أن تمسك
من أريد خطفه بها، فهي قريبة من الكلوب، وعلى الصراط أيضًا أشواك غليظة
عريضة، يمر الناس على هذا الصراط على قدر إيمانهم وأعمالهم، فمن كان إيمانه
كاملاً، وعمله صالحاً خالصاً لله، فإنه يمر من فوق جهنم كلمح البصر، ومن
كان دون ذلك يكون مروره بحسب إيمانه وعمله، كما فُصِّل ذلك في الحديث،
ومُثِّل بالبرق، والريح، إلى آخره. والمارون على الصراط أربعة أصناف:
الأول:
الناجي المسلَّم من الأذى، وهؤلاء يتفاوتون في سرعة المرور عليه كما سبق.
والثاني:
الناجي المخدوش، والخدش هو الجرح الخفيف، يعني: أنه أصابه من لفح جهنم، أو
أصابته الكلاليب والخطاطيف التي على الصراط بخدوش.
والثالث:
المكدوس في النار، الملقى فيها بقوة.
والرابع:
الذي يُسحب على الصراط سحباً قد عجزت أعماله عن حمله.
ثم قال
صلى الله عليه وسلم: «فما أنتم بأشد لي مناشدة في الحق قد تبين لكم، من
المؤمن يومئذ للجبار» هذا من
كرم الله، ورحمته، حيث أذن لعباده المؤمنين في مناشدته وطلب عفوه عن
إخوانهم الذين أُلقوا في النار، بسبب جرائمهم التي كانوا يبارزون بها ربهم،
ومع ذلك أَلْهم المؤمنين الذين نجوا من عذاب النار وهول الصراط، ألهمهم
مناشدته، والشفاعة فيهم، وأذن لهم في ذلك؛ رحمة منه لهم تبارك وتعالى.
«يقولون: ربنا إخواننا الذين كانوا
يصلون معنا، ويصومون معنا، ويعملون معنا» مفهوم هذا أن الذين لا يصلون مع
المسلمين، ولا يصومون معهم، لا يشفعون فيهم، ولا يناشدون ربهم فيهم. وهو
يدل على أن هؤلاء الذين وقعت مناشدة المؤمنين لربهم فيهم كانوا مؤمنين،
موحدين؛ لقولهم: «إخواننا كانوا يصلون معنا، ويصومون معنا»، ولكن ارتكبوا
بعض المآثم، التي أوجبت لهم دخول النار.
وفي هذا
رد على طائفتين ضالتين: الخوارج، والمعتزلة، في قولهم: إن من دخل النار لا
يخرج منها، وإن صاحب الكبيرة في النار.
فيقول
الله تعالى لهم: اذهبوا، فمن وجدتُم في قلبه مقدار دِينار من إيمان فأخرجوه
من النار، ويُحَرِّمُ اللهُ على النار أن تأكل وجوههم، فيأتونهم فيجدون
بعضهم قد أخذته النار إلى قدمِه، وبعضهم إلى أنصاف ساقَيْه، فيُخْرِجون مَن
عَرَفوا منهم، ثم يعودون، فيقول الله لهم: اذهبوا فمَن وجدتُم في قلبه
مقدار نصف دينار من إيمان فأخرجوه من النار، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا منهم،
ثم يعودون، فيقول: اذهبوا فمن وجدتم في قلبه مقدار ذرة من إيمان فأخرجوه،
فيُخْرِجون مَن عَرَفوا منهم،
وعند ذلك قال أبو سعيد الخدري: فإنْ لم تُصَدِّقوني فاقرءوا: {إنَّ اللهَ
لا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وإنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا} واستشهاد
أبي سعيد بالآية ظاهر في أن العبد إذا كان معه مثقال ذرة من إيمان، فإن
الله يضاعفه له، فينجيه بسببه.
ثم قال:
«فيشفع النبيون، والملائكة، والمؤمنون» وهذا صريح في أن هؤلاء الأقسام
الثلاثة يشفعون، ولكن يجب أن يُعلم أن شفاعة أي شافع، لا تقع إلا بعد أن
يأذن الله فيها، كما تقدم في مناشدتهم ربهم وسؤالهم إياه، ثم يأذن لهم
فيقول: اذهبوا فمن وجدتم، إلى آخره.
قوله:
«فيقول الجبار: بقيت شفاعتي، فيقبض قبضة من النار، فيخرج أقواماً قد
امتحشوا» والمراد بشفاعته تعالى رحمته لهؤلاء المعذبين، فيخرجهم من النار.
قوله: «فيقبض قبضة» فيه إثبات القبض لله تعالى، وكم في كتاب الله تعالى
وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم من نص يثبت اليد والقبضة، ولكن أهل التأويل
الفاسد المحرِّفين يأبون قبول ذلك، والإيمان به، وسوف يعلمون أن الحق ما
قاله الله وقاله رسوله، وأنهم قد ضلوا السبيل في هذا الباب.
فيقبض
سبحانه قبضة من النار، فيخرج أقواماً قد احترقوا وصاروا فحما، قوله:
«فيُلْقَوْن في نهرٍ بأفواه الجنة، يقال له: ماء الحياة، فينبتون في
حافتيه» أي: فيُطرحون في نهر بأطراف الجنة يُعرف بماء الحياة، أي الماء
الذي يحيي من انغمس فيه، وعند ذلك تنبت لحومهم وأبصارهم وعظامهم التي
احترقت في النار بجانب هذا النهر، قوله: «كما تنبت الحبة في حميل السيل، قد
رأيتموها إلى جانب الصخرة، وإلى جانب الشجرة، فما كان إلى الشمس منها كان
أخضر، وما كان إلى الظل كان أبيض» يعني بذلك: سرعة خروج لحومهم؛ لأن النبت
في حميل السيل - كما ذكر - يخرج بسرعة، ولهذا يكون من جانب الظل أبيض، ومن
جانب الشمس أخضر، وذلك لضعفه ورقته، ولا يلزم أن يكون نبتهم كذلك - كما
قاله بعضهم: بأن الذي من جانب الجنة يكون أبيض، والذي من جانب النار يكون
أخضر - بل المراد تشبيههم بالنبت المذكور في سرعة خروجه، ورقته، ولذلك قال:
«فيخرجون كأنهم اللؤلؤ» يعني: في صفاء بشرتهم، وحسنها.
قوله:
«فيجعل في رقابهم الخواتيم» وهذه الخواتيم يكتب فيها: «عتقاء الرحمن من
النار» كما ذكر في الرواية الأخرى.
قوله:
«فيدخلون الجنة، فيقول أهل الجنة: هؤلاء عتقاء الرحمن، أدخلهم الجنة، بغير
عمل عملوه، ولا خير قدموه» يعني: أنهم لم يعملوا صالحاً في الدنيا، وإنما
معهم أصل الإيمان، الذي هو شهادة أن لا إله إلا الله والإيمان برسولهم.
قوله:
فيقال لهم: «لكم ما رأيتم، ومثله معه» يظهر أنهم يدخلون أماكن من الجنة
خالية، ولهذا قيل لهم ذلك.
Beberapa sahabat bertanya kepada Nabi
-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Apakah kita melihat Rabb kita pada hari
kiamat?" Nabi bersabda kepada mereka, "Ya, kalian akan melihat Rabb
kalian pada hari kiamat sebagaimana kalian melihat matahari di tengah
hari dan bulan di malam purnama tanpa berdesak-desakan dan tanpa
berebut. Sesungguhnya permisalan terjadi hanya pada kejelasan, hilangnya
keraguan, kesulitan, dan perselisihan. Ini merupakan permisalan
penglihatan dengan penglihatan, bukan penyerupaan yang dilihat dengan
yang dilihat. Ru`yah (Penglihatan) ini berbeda dengan ru'yah yang
menjadi pahala bagi para wali Allah dan sebagai kehormatan bagi mereka
di surga. Penglihatan di sini untuk membedakan antara orang yang
menyembah Allah dengan orang yang menyembah selain-Nya. Kemudian
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa seorang
penyeru berseru pada hari kiamat, "Siapa yang menyembah sesuatu selain
Allah, hendaknya ia mengikutinya." Dalam satu riwayat sahih disebutkan
bahwa Allah -Subḥanāhu wa Ta'ālā-lah yang menyeru. Lantas orang yang
menyembah berhala dikumpulkan dan dicampakkan ke dalam neraka Jahanam.
Maka tidak tersisa kecuali orang yang menyembah Allah, baik yang salih
ataupun yang bermaksiat, dan sebagian kecil dari sisa-sisa orang Yahudi
dan nasrani. Adapun sebagian besar dan mayoritas mereka telah digiring
bersama berhala-berhalanya ke dalam neraka. Lantas Jahanam didatangkan
dan diperlihatkan kepada manusia di tempat berdiri (mahsyar) tersebut
seakan-akan fatamorgana. Selanjutnya orang-orang Yahudi didatangkan lalu
dikatakan kepada mereka, "Siapa yang dahulu kalian sembah?" Mereka
menjawab, "Kami dahulu menyembah Uzair putra Allah." Dikatakan kepada
mereka, "Kalian telah berdusta dalam ucapan kalian, "Uzair putra Allah,"
karena sesungguhnya Allah tidak menjadikan istri dan anak." Dikatakan
kepada mereka, "Apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Kami ingin
minum." Sungguh, permintaan pertama mereka adalah air karena di tempat
berdiri (mahsyar) tersebut rasa dahaga sangat dahsyat karena beruntunnya
kesusahan dan bertubi-tubinya tekanan-tekanan yang menakutkan. Jahanam
ditampakkan kepada mereka seakan-akan air, lalu dikatakan kepada mereka,
"Pergilah kepada apa yang kalian lihat dan kalian sangka air lalu
minumlah." Mereka pun pergi lalu mendapatkan Jahanam yang melahap
sebagiannya terhadap sebagian yang lain karena nyalanya yang dahsyat dan
benturan gelombang-gelombang nyalanya, sehingga mereka berguguran di
dalamnya. Hal seperti itu juga dikatakan kepada orang-orang nasrani
setelah mereka. Hingga ketika tidak tersisa selain orang yang menyembah
Allah; baik yang salih ataupun yang bermaksiat. Lantas dikatakan kepada
mereka, "Apa yang menghalangi kalian tetap berada di tempat berdiri ini,
padahal manusia sudah pergi?" Mereka menjawab, "Kami telah memisahkan
diri dari mereka di dunia, dan hari ini kami lebih butuh untuk berpisah
dengan mereka, karena mereka itu durhaka kepada Allah dan menyalahi
perintah-Nya. Selanjutnya kami memusuhi mereka karena hal itu, yakni
marah kepada mereka semata-mata karena Allah dan lebih mengutamakan
ketaatan kepada Rabb kami. Kami sedang menanti Rabb kami yang dahulu
kami sembah di dunia. Tiba-tiba Allah mendatangi mereka dalam bentuk
yang berbeda dengan bentuk yang pernah mereka lihat pertama kali. Ini
merupakan penjelasan bahwa mereka sudah pernah melihat-Nya dalam bentuk
yang mereka kenali sebelum Dia (Allah) mendatangi mereka di kali itu.
Tidak sah melakukan penakwilan terhadap makna bentuk di sini, tetapi
wajib beriman kepadanya tanpa tahrīf (penyimpangan makna), ta'ṭīl
(meniadakannya), takyīf (menanyakan kaifiat), dan tamṡīl
(mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk). Ketika Allah -Ta'ālā-
mendatangi mereka, Dia berfirman kepada mereka, "Aku Rabb kalian."
Mereka berkata, "Engkau Rabb kami," karena senang dan gembira dengan
itu. Pada saat itu tidak ada yang berbicara kepada Allah -Subḥanāhu wa
Ta'ālā- selain para nabi. Lantas Allah bertanya kepada mereka, "Apakah
antara kalian dengan-Nya ada tanda yang kalian kenal?" Mereka menjawab,
"Betis." Allah -Subḥanāhu- menyingkap betis-Nya sehingga orang-orang
mukmin mengenalinya lalu mereka bersujud kepada-Nya. Sedangkan
orang-orang munafik yang beribadah karena ria kepada manusia, mereka
tidak mampu bersujud dan punggung-punggung mereka berbalik menjadi tegak
(tidak beruas). Mereka tidak bisa condong dan sujud karena dahulu semasa
di dunia mereka itu sebenarnya sujud bukan karena Allah, tetapi mereka
dahulu sujud karena tujuan-tujuan duniawi. Dalam hal ini wajib
menetapkan betis sebagai sifat Allah -Ta'ālā-. Dengan demikian, hadis
ini dan lainnya merupakan penafsiran terhadap firman Allah -Ta'ālā-,
"(Ingatlah) pada hari ketika betis disingkapkan dan mereka diseru untuk
bersujud, maka mereka tidak mampu." Penafsiran betis dalam ayat ini
dengan (makna) kesulitan atau kesedihan adalah pendapat yang lemah.
Dengan demikian, wajib menetapkan sifat betis bagi Allah -Ta'ālā-
berdasarkan dalil dari sunah. Sedangkan ayat tersebut sebagai dalil
terhadap sifat merupakan pendapat yang kuat dan paling sahih, tentunya
tanpa takyīf (menanyakan bagaimana/kaifiat), tamṡīl
(mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk), tahrīf (penyimpangan makna),
dan tanpa ta'ṭīl (menafikan maknanya). Kemudian jembatan didatangkan
lalu diletakkan di tengah-tengah Jahanam. Jembatan ini tidak bisa
membuat kaki-kaki kokoh di atasnya dan tidak tegak. Di atas jembatan ini
ada penyambar-penyambar, yaitu besi bengkok yang tajam untuk memegang
orang yang hendak disambarnya. Besi bengkok dan tajam ini menyerupai
besi pengait. Di jembatan ini juga ada duri-duri yang tajam dan besar.
Manusia melintasi jembatan ini sesuai kadar iman dan amal mereka. Siapa
yang imannya sempurna dan amalnya baik serta ikhlas untuk Allah, maka
dia melintas dari atas jembatan seperti sekejap mata. Siapa yang
(imannya) di bawah itu maka melintasnya sesuai dengan iman dan amalnya.
Sebagaimana hal ini sudah diuraikan dalam hadis, dan diumpamakan dengan
kilat, angin dan seterusnya. Orang-orang yang melintasi jembatan ada
empat golongan: Pertama, orang yang berhasil dan selamat dari
penyiksaan. Mereka ini berbeda-beda dalam kecepatan penyeberangan di
atas jembatan sebagaimana dijelaskan. Kedua, orang yang selamat
dengan luka ringan. Al-Khadsyu adalah luka ringan. Artinya bahwa orang
itu terkena jilatan Jahanam atau terkena luka ringan oleh besi-besi
pengait dan besi-besi bengkok yang tajam di atas jembatan. Ketiga,
yang ditumpuk di neraka dan dilemparkan ke dalamnya dengan kuat.
Keempat, orang yang diseret di atas jembatan dengan sekali sambar,
amal-amalnya tidak mampu membawanya (melintasi jembatan). Selanjutnya
beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Tidak hanya kalian yang
lebih gigih memohon kepada Allah Yang Maha Perkasa dalam menuntut al-haq
pada hari itu setelah nyata bagi kalian kondisi orang-orang yang
beriman." Ini merupakan kemurahan hati Allah dan rahmat-Nya di mana Dia
memberikan izin kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dalam permohonan dan
permintaan maafnya terhadap saudara-saudara mereka yang dicampakkan ke
dalam neraka disebabkan kejahatan-kejahatan mereka yang dahulu mereka
perlihatkan kepada Rabb mereka. Meskipun demikian, Allah memberikan
ilham kepada orang-orang mukmin yang selamat dari siksa neraka dan
ketakutan melintasi jembatan. Allah memberikan ilham kepada mereka untuk
memohon kepada-Nya dan (memberi) syafaat pada mereka serta memberi izin
dalam hal itu untuk mereka sebagai rahmat dari-Nya (Allah) -Tabāraka wa
Ta'ālā- untuk mereka. Mereka berkata, "Wahai Rabb kami, mereka itu
adalah saudara-saudara kami yang dahulu salat bersama kami, berpuasa
bersama kami, dan beramal bersama kami." Ini Konotasinya adalah bahwa
orang-orang yang tidak melaksanakan salat bersama kaum muslimin dan
tidak berpuasa bersama mereka, maka mereka tidak akan memberi syafaat
kepada mereka dan tidak akan memohon kepada Rabb mereka untuk
keselamatan mereka. Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang mendapatkan
(ampunan) atas permohonan kaum mukminin kepada Rabbnya, mereka ialah
orang-orang mukmin yang bertauhid berdasarkan ucapan mereka,
"Saudara-saudara kami dahulu melaksanakan salat bersama kami dan puasa
bersama kami." Hanya saja mereka melakukan beberapa dosa yang
mengharuskan mereka masuk neraka. Ini mengandung bantahan terhadap dua
kelompok yang sesat; Khawarij dan Muktazilah atas ucapan mereka,
"Sesungguhnya orang yang masuk neraka tidak akan keluar darinya, dan
sesungguhnya pelaku dosa besar berada kekal di neraka." Allah -Ta'ālā-
berfirman kepada mereka, "Pergilah. Siapa saja yang kalian temukan dalam
hatinya iman seukuran dinar, maka keluarkanlah mereka dari neraka!"
Allah mengharamkan neraka memakan wajah-wajah mereka. Lantas mereka
mendatangi mereka lalu menemukan sebagian mereka telah direnggut oleh
neraka sampai mata kakinya dan sebagian lagi sampai ke pertengahan kedua
betisnya. Mereka pun mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal lalu
kembali lagi. Allah berfirman kepada mereka, "Pergilah. Siapa yang
kalian temukan iman di hatinya seukuran separuh dinar, maka keluarkanlah
ia dari neraka!" Mereka pun mengeluarkan orang yang mereka kenali lalu
kembali. Allah berfirman, "Pergilah. Siapa saja yang kalian temukan iman
di dalam hatinya seukuran zarrah (biji kecil) maka keluarkanlah ia!"
Mereka pun mengeluarkan orang yang mereka kenal. Saat itulah Abu Sa'īd
al-Khudri berkata, "Jika kalian tidak mempercayaiku maka bacalah,
"Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar zarrah
(biji kecil), dan jika ada kebajikan (sebesar zarrah), niscaya Allah
akan melipatgandakannya." Kutipan bukti ayat oleh Abu Sa'īd ini jelas
bahwa seorang hamba apabila memiliki iman seberat zarrah, sesungguhnya
Allah melipatgandakannya untuknya lalu menyelamatkannya disebabkan iman
tersebut. Kemudian beliau bersabda, "Selanjutnya para nabi, malaikat dan
orang-orang mukmin memberi syafaat." Ini jelas sekali bahwa ketiga
golongan ini kelak akan memberi syafaat. Hanya saja harus diketahui
bahwa syafaat dari seorang pemberi syafaat tidak akan terjadi kecuali
setelah Allah memberinya izin dalam hal itu sebagaimana sudah dijelaskan
dalam permohonan mereka kepada Rabbnya. Lantas Dia memberi izin untuk
mereka lalu berfirman, "Pergilah. Siapa yang kalian temukan..." sampai
akhirnya. Sabda beliau, "Yang Maha Perkasa berfirman, "Syafaat-Ku masih
ada." Lantas Dia menggenggam satu genggaman dari neraka lalu
mengeluarkan beberapa kaum yang sudah terbakar." Yang dimaksud syafaat
Allah -Ta'ālā- adalah rahmat-Nya untuk orang-orang yang disiksa lalu
mengeluarkan mereka dari neraka. Sabdanya, "Lantas Dia menggenggam satu
genggaman" mengandung penetapan sifat penggenggaman bagi Allah -Ta'ālā-.
Banyak sekali dalam Al-Qur`ān dan Sunnah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- nas yang menetapkan tangan dan genggaman. Hanya saja ahli
takwil yang sesat dan menyimpang enggan menerima hal itu dan tidak
beriman kepadanya. Mereka akan tahu bahwa kebenaran itu apa yang
difirmankan Allah dan disabdakan Rasul-Nya, dan sesungguhnya mereka
telah menempuh jalan yang sesat dalam bab ini. Allah -Ta'ālā-
menggenggam satu genggaman dari neraka lalu mengeluarkan beberapa kaum
yang sudah terbakar dan berubah menjadi arang. Sabdanya, "Lalu mereka
dilemparkan ke dalam sungai di mulut-mulut surga yang dinamakan air
kehidupan. Kemudian mereka tumbuh di kedua tepi sungai itu." Yakni,
mereka dilemparkan ke dalam sungai di ujung-ujung surga yang dikenal
dengan air kehidupan. Yaitu air yang dapat menghidupkan orang yang
tenggelam di dalamnya. Saat itulah tumbuh daging-daging,
penglihatan-penglihatan dan tulang-belulang mereka yang telah terbakar
(api neraka) di tepi sungai tersebut. Sabdanya, "Sebagaimana biji tumbuh
di tanah yang dibawa banjir. Kalian kadang melihatnya di sisi batu dan
di sisi pohon. Tumbuhan yang mengarah ke matahari maka berwarna hijau.
Sedangkan yang mengarah ke naungan maka menjadi putih." Yang dimaksud
dengan hal itu adalah kecepatan keluarnya daging-daging. Sebab, tumbuhan
yang dibawa banjir -sebagaimana disebutkan- keluar dengan cepat. Untuk
itu, yang ada di sisi naungan menjadi putih, dan dari sisi matahari
menjadi hijau. Hal ini karena kelemahannya dan ketipisannya. Hanya saja
proses tumbuhnya mereka tidak harus seperti itu -sebagaimana dikatakan
oleh sebagian mereka bahwa tumbuhan yang ada di sisi surga berwarna
putih, dan yang ada di samping neraka berwarna hijau- Tetapi yang
dimaksud adalah penyerupaan mereka dengan tumbuhan tersebut dalam
kecepatan keluarnya dan ketipisannya." Karena itu, beliau bersabda,
"Lantas mereka keluar laksana mutiara." Yakni, dalam beningnya kulit
mereka dan ketampanannya. Sabdanya, "Lalu di leher-leher mereka
diletakkan stempel-stempel." Di stempel-stempel itu tertulis,
"Orang-orang yang dibebaskan Yang Maha Pengasih dari neraka." Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain. Sabdanya, "Mereka masuk
surga. Lantas penghuni surga berkata, "Mereka adalah orang-orang yang
dibebaskan oleh Yang Maha Pengasih. Dia memasukkan mereka ke surga tanpa
amal yang mereka kerjakan dan tanpa kebaikan yang mereka persembahkan."
Maksudnya mereka itu tidak melakukan kebaikan di dunia, tetapi mereka
hanya memiliki pokok iman, yaitu kesaksian bahwa tidak ada Ilah yang
berhak disembah selain Allah dan beriman kepada Rasul mereka." Sabdanya,
"Lalu dikatakan kepada mereka, "Bagi kalian sebagaimana yang kalian
lihat dan yang semisal dengannya." Tampak bahwa mereka itu masuk ke
tempat-tempat yang kosong di surga. Makanya hal tersebut dikatakan
kepada mereka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8301 |
|
Hadith 1407 الحديث
الأهمية: إن الله يصنع كل صانع وصنعته
Tema: Sesungguhnya Allah menciptakan setiap
orang dan perbuatannya |
عن حذيفة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إنَّ
اللهَ يصنعُ كلَّ صانعٍ وصنعَتَه».
Dari Ḥużaifah -raḍiyallāhu 'anhu-
secara marfū', "Sesungguhnya Allah menciptakan setiap orang dan
perbuatannya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
إن الله خلق كل صانع وما يصنعه من
الصناعات، وفي هذا دليل على أن أفعال العباد مخلوقة، فالله خلق العباد وخلق
أعمالهم، قال ابن تيمية -رحمه الله-: (فما من مخلوق في الأرض ولا في السماء
إلا الله خالقه سبحانه، لا خالق غيره ولا رب سواه، ومع ذلك فقد أمر العباد
بطاعته وطاعة رسله ونهاهم عن معصيته، وهو سبحانه يحب المتقين والمحسنين
والمقسطين ويرضى عن الذين آمنوا وعملوا الصالحات ولا يحب الكافرين ولا يرضى
عن القوم الفاسقين ولا يأمر بالفحشاء ولا يرضى لعباده الكفر ولا يحب
الفساد، والعباد فاعلون حقيقة والله خالق أفعالهم، والعبد هو المؤمن
والكافر والبر والفاجر والمصلي والصائم، وللعباد قدرة على أعمالهم ولهم
إرادة، والله خالقهم وخالق قدرتهم وإرادتهم كما قال تعالى: {لمن شاء منكم
أن يستقيم} {وما تشاءون إلا أن يشاء الله رب العالمين}).
Tema: Sesungguhnya Allah telah menciptakan
setiap orang dan berbagai perbuatan yang dilakukannya. Ini merupakan
dalil bahwa berbagai perbuatan manusia adalah makhluk. Allah telah
menciptakan manusia dan menciptakan amal-amal mereka. Ibnu Taimiyah
-raḥimahullāhu- mengatakan, "Tidak ada makhluk di bumi maupun di langit
melainkan Allah -Subḥānahu- yang menciptakannya. Tidak ada Pencipta
salin-Nya, dan tidak ada Rabb selain-Nya. Meskipun demikian, Allah
memerintahkan para hamba untuk mentaati-Nya dan mentaati Rasul-Nya,
serta melarang mereka berbuat maksiat kepada-Nya. Allah -Subḥānahu-
mencintai orang-orang yang bertakwa, berbuat baik dan berbuat adil. Dia
rida terhadap orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Dia tidak
mencintai orang-orang kafir dan kaum yang fasik. Dia tidak memerintahkan
melakukan perbuatan keji, dan tidak meridai kekufuran bagi hamba-Nya,
serta tidak mencintai kerusakan. Para hamba melakukan perbuatan mereka
secara hakiki dan Allah menciptakan perbuatan mereka itu. Hamba itu ada
yang Mukmin, kafir, baik, fajir, salat dan berpuasa. Para hamba memiliki
kekuatan untuk melakukan perbuatan mereka dan mereka memiliki irādah
(keinginan). Allah yang menciptakan mereka dan menciptakan kekuatan dan
irādah mereka tersebut, sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "(yaitu) bagi
siapa di antara kalian yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kalian
tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki
Allah, Tuhan semesta alam." |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Ibnu Abi 'Āṣim -
Diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dalam kitab at-Tauḥīd - Diriwayatkan oleh
Bukhari dalam kitab Khalqu Af'āli al-'Ibād]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8302 |
|
Hadith 1408 الحديث
الأهمية: الله الطبيب، بل أنت رجل رفيق، طبيبها
الذي خلقها
Tema: Allah adalah dokter. Sedangkan engkau
hanyalah teman dekat. Dokternyalah yang telah menciptakannya |
عن أبي رَمْثة -رضي الله عنه- أنَّه قال
للنبي -صلى الله عليه وسلم-: أَرِني هذا الذي بظهرك، فإنِّي رجلٌ طبيبٌ،
قال: «اللهُ الطبيبُ، بل أنت رجلٌ رَفِيقٌ، طبيبُها الذي خلقَها».
Dari Abu Ramṡah -raḍiyallāhu 'anhu-
bahwasanya ia pernah berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,
"Perlihatkanlah kepadaku apa yang ada di punggungmu. Sesungguhnya aku
ini seorang dokter." Beliau bersabda, "Allah adalah dokter. Sedangkan
engkau hanyalah teman dekat. Dokternyalah yang telah menciptakannya."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
كان أبو رمثة طبيبًا، فرأى خاتم النبوة
ظاهرًا ناتئًا بين كتفي النبي -صلى الله عليه وسلم-، فظنه سلعة تولدت من
الفضلات أو مرضًا جلديًّا، فطلب من النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يعالجه،
فرد المصطفى -صلى الله عليه وسلم- كلامه بأن «الله الطبيب» أي: هو المداوي
الحقيقي بالدواء الشافي من الداء «بل أنت رجل رفيق» ترفق بالمريض وتتلطف
به، وذلك لأن الطبيب هو العالم بحقيقة الدواء والداء، والقادر على الصحة
والشفاء، وليس ذلك إلا الله.
Abu Ramṡah adalah seorang
tabib/dokter. Ia melihat cap tanda kenabian tampak menonjol di antara
kedua pundak Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sehingga ia mengiranya
pembesaran kelenjar yang timbul dari kotoran atau karena sakit kulit.
Lantas ia memohon kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar ia
diperkenankan mengobatinya. Beliau menjawab ucapannya dengan mengatakan
bahwa, "Allah adalah dokter." Yakni, Dia lah yang sebenarnya mengobati
dengan obat yang menyembuhkan dari penyakit. "Sedangkan engkau hanyalah
teman dekat." Engkau berlemah-lembut kepada orang sakit dan ramah
kepadanya. Hal ini terjadi karena seorang dokter adalah pihak yang
mengetahui hakekat obat dan penyakit, sedang yang mampu memberikan
kesehatan dan kesembuhan, semua itu hanya layak bagi Allah. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Diriwayatkan oleh Abu Daud -
Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8303 |
|
Hadith 1409 الحديث
الأهمية: قصة موسى -عليه السلام- مع الخضر
Tema: Kisah Musa -'alaihis-salām- bersama
Khiḍir |
عن سعيد بن جُبير، قال: قلتُ لابن عباس:
إنَّ نَوْفًا البَكالي يزعم أنَّ موسى ليس بموسى بني إسرائيل، إنما هو
موسَى آخر؟ فقال: كذبَ عدوُّ الله، حدثنا أُبَي بن كعب عن النبي صلى الله
عليه وسلم: «قام موسى النبيُّ خطيبًا في بني إسرائيل، فسُئل أيُّ الناس
أعلم؟ فقال: أنا أعلم، فعتب الله عليه، إذ لم يَرُدَّ العلم إليه، فأوحى
الله إليه: أنَّ عبدًا من عبادي بمَجْمَع البحرين، هو أعلم منك. قال: يا
رب، وكيف به؟ فقيل له: احمل حوتًا في مِكْتَل، فإذا فقدتَه فهو ثَمَّ،
فانطلق وانطلق بفتاه يُوشِع بن نُون، وحملا حوتًا في مِكْتَل، حتى كانا عند
الصخرة وضعا رءوسهما وناما، فانسلَّ الحوتُ من المِكْتَل فاتخذ سبيله في
البحر سَرَبًا، وكان لموسى وفتاه عَجَبًا، فانطلقا بقية ليلتهما ويومهما،
فلما أصبح قال موسى لفتاه: آتنا غداءنا، لقد لَقِينا من سفرنا هذا نَصَبًا،
ولم يجد موسى مسًّا من النَّصَب حتى جاوز المكان الذي أُمِر به، فقال له
فتاه: أرأيتَ إذ أوينا إلى الصخرة فإني نسيتُ الحوتَ، وما أنسانيهُ إلا
الشيطانُ. قال موسى: ذلك ما كنا نَبْغي فارتدَّا على آثارِهما قصصًا. فلما
انتهيا إلى الصخرة، إذا رجل مُسَجًّى بثوب، أو قال تَسَجَّى بثوبه، فسلَّم
موسى، فقال الخَضِر: وأنَّى بأرضك السلام؟ فقال: أنا موسى، فقال: موسى بني
إسرائيل؟ قال: نعم، قال: هل أتَّبِعُك على أن تُعَلِّمَني مما عُلِّمْتَ
رُشْدًا قال: إنَّك لن تستطيع معيَ صبرا، يا موسى إني على علم من علم الله
علَّمَنيه لا تعلمه أنت، وأنت على علم علَّمَكَه لا أعلمه، قال: ستجدني إن
شاء الله صابرا، ولا أعصي لك أمرا، فانطلقا يمشيان على ساحل البحر، ليس
لهما سفينة، فمرَّت بهما سفينة، فكلَّموهم أن يحملوهما، فعرف الخَضِر
فحملوهما بغير نَوْل، فجاء عصفور، فوقع على حرف السفينة، فنقر نقرة أو
نقرتين في البحر، فقال الخضر: يا موسى ما نقص علمي وعلمك من علم الله إلا
كنقرة هذا العصفور في البحر، فعَمَد الخضر إلى لوح من ألواح السفينة،
فنزعه، فقال موسى: قوم حملونا بغير نَوْل عَمَدتَ إلى سفينتهم فخرقتها
لتُغْرِق أهلها؟ قال: ألم أقل إنك لن تستطيع معي صبرا؟ قال: لا تؤاخذني بما
نسيتُ ولا تُرْهِقْني من أمري عُسْرًا -فكانت الأولى من موسى نسياناً-،
فانطلقا، فإذا غُلام يلعب مع الغِلمان، فأخذ الخَضِر برأسه من أعلاه فاقتلع
رأسه بيده، فقال موسى: أقتلتَ نفسا زكِيَّة بغير نفس؟ قال: ألم أقل لك إنك
لن تستطيع معي صبرا؟ -قال ابن عيينة: وهذا أوكد- فانطلقا، حتى إذا أتيا أهل
قرية استَطْعما أهلَها، فأَبَوْا أن يُضَيِّفوهما، فوجدا فيها جدارًا يريد
أن يَنْقَضَّ فأقامه، قال الخضر: بيده فأقامه، فقال له موسى: لو شئتَ
لاتخذتَ عليه أجرا، قال: هذا فِراق بيني وبينك». قال النبي صلى الله عليه
وسلم: «يرحمُ اللهُ موسى، لوَدِدْنا لو صبر حتى يُقَصَّ علينا من أمرهما».
Dari Sa'īd bin Jubair ia berkata, Aku
berkata kepada Ibnu Abbas, "Sesungguhnya Nauf Al-Bakāli mengklaim bahwa
Musa (yang bersama Khiḍir) bukanlah Musa (Nabi) Bani Israil, namun dia
adalah Musa yang lain." Maka dia (Ibnu Abbas) berkata, "Musuh Allah itu
berdusta." Ubay bin Ka'ab menceritakan kepadaku dari Nabi -șallallāhu
‘alaihi wa sallam- bersabda, “Suatu ketika Nabi Musa berkhutbah di
hadapan Bani Israil, kemudian beliau ditanya, “Siapa orang yang paling
berilmu?” Nabi Musa menjawab, “Akulah orang yang paling berilmu.” Allah
lalu menegurnya karena ia tidak mengembalikan ilmu kepada-Nya ( ia tidak
menjawab bahwa Allah-lah Yang Maha Mengetahui). Kemudian Allah berfirman
kepada Nabi Musa, “Sesungguhnya di pertemuan dua laut sana ada hamba-Ku
yang lebih berilmu daripada kamu.” Nabi Musa bertanya, “Ya Rabb,
bagaimana aku bisa bertemu dengannya.” Allah berfirman, “Bawalah seekor
ikan di dalam keranjang. Jika ikan itu lepas, di situlah hamba-Ku itu
berada.” Kemudian Nabi Musa pergi dengan ditemani oleh pelayannya yang
bernama Yūsya’ bin Nun dan keduanya membawa seekor ikan di dalam
keranjang. Sesampainya di sebuah batu karang besar, mereka berdua
berbaring dan tidur. Maka ikan yang mereka bawa itu lepas dari
keranjang, kemudian melompat ke laut, dan hal ini membuat Nabi Musa dan
pelayannya heran (setelah mengetahuinya). Keduanya kemudian melanjutkan
perjalanan pada sisa malam yang masih ada hingga tiba pagi hari (tanpa
menyadari hilangnya ikan tersebut). Ketika pagi harinya, Musa berkata
kepada muridnya, “Bawalah kemari makanan kita, sungguh kita telah merasa
letih karena perjalanan ini.” Musa tidaklah merasakan keletihan kecuali
setelah melewati tempat yang diperintahkan untuk didatangi. Muridnya
kemudian berkata kepadanya, “Tahukah engkau ketika kita mencari tempat
berlindung di batu tadi, aku lupa menceritakan tentang ikan itu, dan
tidak ada yang membuatku lupa untuk mengingatnya kecuali setan.” Musa
berkata, “Itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula. Ketika mereka sampai di batu besar itu,
tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menyelimuti dirinya dengan kain
atau terselimuti dengan kain, lalu Musa memberi salam kepadanya.
Kemudian Khiḍir berkata, “Bagaimana bisa ada salam di negerimu?” Musa
berkata, “Aku Musa.” Khiḍir berkata, “Apakah Musa (Nabi) Bani Israil?”
Ia menjawab, “Ya.” Musa berkata, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau
mengajarkan kepadaku ilmu yang telah diajarkan kepadamu sebagai
petunjuk?” Khiḍir berkata, “Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup
bersabar bersamaku, wahai Musa! Sesungguhnya aku memiliki ilmu dari ilmu
Allah yang Dia ajarkan kepadaku yang engkau tidak mengetahuinya,
demikian pula engkau memiliki ilmu yang Dia ajarkan kepadamu dan aku
tidak mengetahuinya.” Musa berkata, “Engkau akan mendapatiku -insya
Allah- sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan membangkang
perintahmu.” Keduanya pun pergi berjalan di pinggir laut, sedang mereka
berdua tidak memiliki perahu. Lalu ada sebuah perahu yang melintasi
mereka berdua, maka keduanya berbicara dengan penumpangnya agar
mengangkut mereka berdua dan ternyata diketahui (oleh para penumpangnya)
bahwa yang meminta itu adalah Khiḍir, maka mereka pun mengangkut
keduanya tanpa upah. Tiba-tiba ada seekor burung pipit yang turun ke
tepi perahu kemudian mematuk sekali atau dua kali patukan ke laut.
Khiḍir berkata, “Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu yang berasal dari Allah
tidak lain seperti patukan burung ini ke laut (tidak ada apa-apanya di
hadapan ilmu Allah), lalu Khiḍir mendatangi salah satu papan (dinding)
perahu kemudian mencabutnya.” (Melihat keadaan itu) Musa berkata,
“Mereka ini kaum yang telah membawa kita tanpa imbalan, namun engkau
lubangi perahu mereka agar penumpangnya tenggelam?”. Khiḍir berkata,
“Bukankah aku telah mengatakan bahwa engkau tidak akan sanggup bersabar
bersamaku?.” Musa berkata, “Janganlah engkau hukum aku karena kelupaanku
dan janganlah engkau bebankan aku perkara yang sulit!” Kejadian pertama
ini terjadi karena Musa lupa. Lalu keduanya melanjutkan perjalanan.
Tiba-tiba ada seorang anak yang sedang bermain dengan anak-anak yang
lain, kemudian Khiḍir memegang kepalanya dari atas, lalu mencopot kepala
tersebut dengan tangannya. Musa berkata, “Apakah engkau membunuh satu
jiwa yang bersih bukan karena ia membunuh orang lain?” Khiḍir berkata,
“Bukankah aku telah mengatakan kepadamu bahwa engkau tidak akan sanggup
bersabar bersamaku?” [Ibnu 'Uyainah berkata, "Teguran Khiḍir (yang kedua
ini) lebih tegas." Keduanya pun melanjutkan perjalanan sehingga ketika
mereka sampai ke penduduk suatu kampung, keduanya meminta agar penduduk
tersebut menjamu mereka, namun mereka tidak mau menjamu keduanya. Lalu
keduanya mendapatkan rumah yang hampir roboh di kampung itu, maka Khiḍir
menegakkannya, Khiḍir melakukannya dengan tangannya. Musa pun berkata,
“Sekiranya engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu.”
Maka Khiḍir berkata, “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu.” Nabi
-șallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Semoga Allah merahmati Nabi
Musa, kita benar-benar mengharapkan seandainya ia bisa bersabar agar
bisa dikisahkan kepada kita semua perkara yang terjadi di antara mereka
berdua."
Penjelasan Hadits بيان الحديث
يقول سعيد بن جُبير إنه أخبر ابن عباس
أن رجلًا يُسمى نَوْفًا البَكالي زعم أنَّ موسى الذي كان مع الخضر ليس
بموسى المرسَل لبني إسرائيل، إنما هو موسى آخر؟ فقال ابن عباس: (كذب عدوّ
الله) وهذا خرج منه مخرج الزجر والتحذير لا القدح في نوف، لأن ابن عباس قال
ذلك في حال غضبه وألفاظ الغضب تقع على غير الحقيقة غالبًا وتكذيبه له لكونه
قال غير الواقع ولا يلزم منه تعمده.
ثم استدل
على كذب نوف بأن أبي بن كعب حدثه عن النبي صلى الله عليه وسلم أن موسى قام
خطيبًا في بني إسرائيل فسأله رجل: من أعلم الناس؟ فقال: أنا أعلم الناس.
وهذا قاله موسى عليه السلام بحسب اعتقاده، فعاتبه الله عز وجل حيث لم يرد
العلم إليه، ولم يقل: الله أعلم. فأوحى الله تعالى إليه أنه يوجد عبد من
عبادي يسمى الخضر عند ملتقى البحرين هو أعلم منك فقال: يا رب، كيف الطريق
إلى لقائه؟ فقال له: احمل حوتًا في وعاء من خوص فإذا فقدت الحوت، فستجد
الخضر هناك فانطلق موسى بخادم له يُسمَّى يوشع بن نون، وحملا حوتًا في وعاء
من خوص كما أمره الله به، حتى إذا كانا عند صخرة عند ساحل البحر وضعا
رؤوسهما على الأرض وناما، فخرج الحوت من الوعاء، واتخذ طريقا إلى البحر
وأمسك الله عن الحوت جرية الماء فصار عليه مثل الطاق، وكان إحياء الحوت
وإمساك جرية الماء حتى صار مسلكًا بعد ذلك عجبًا لموسى وخادمه، فانطلقا
بقية ليلتهما ويومهما فلما أصبح قال موسى لخادمه: آتنا غداءنا لقد تعبنا من
سفرنا هذا، ولم يجد موسى عليه السلام تعبًا حتى جاوز المكان الذي أُمر به
فأُلقي عليه الجوع والتعب، فقال له خادمه: إننا عندما كنا عند الصخرة فإني
فقدت الحوت. فقال موسى: هذا الذي كنا نطلب لأنه علامة وجدان الخضر، فرجعا
في الطريق الذي جاءا فيه يتبعان آثارهما اتباعًا، فلما أتيا إلى الصخرة إذا
رجل مغطًّى كله بثوب، فسلم موسى عليه، فقال الخضر: (وأنَّى بأرضك السلام)
أي: وهل بأرضي من سلام؟ وهو استفهام استبعاد، يدل على أن أهل تلك الأرض لم
يكونوا إذ ذاك مسلمين.
فقال موسى
للخضر: أنا موسى. فقال له الخضر: أنت موسى الذي أُرسل إلى بني اسرائيل؟
فقال موسى: نعم. وهذا يدل على أن الأنبياء ومن دونهم لا يعلمون من الغيب
إلا ما علمهم الله تعالى، لأن الخضر لو كان يعلم كل غيب لعرف موسى قبل أن
يسأله، وهذا محل الشاهد الذي لأجله ذكر ابن عباس الحديث، ثم قال له موسى:
هل أتبعك على أن تعلمني من الذي علمك الله علمًا، ولا ينافي نبوّته وكونه
صاحب شريعة أن يتعلم من غيره ما لم يكن شرطًا في أبواب الدين، فإن الرسول
ينبغي أن يكون أعلم ممن أُرسل إليه فيما بُعث به من أصول الدين وفروعه لا
مطلقًا. فأجابه الخضر بقوله: إنك لن تستطيع معي صبرًا؛ فإني أفعل أمورًا
ظاهرها مناكير وباطنها لم تُحط به. ثم قال له: يا موسى إني على علم من علم
الله علمنيه لا تعلمه أنت، وأنت على علم علمكه الله إياه لا أعلمه. فقال له
موسى: ستجدني إن شاء الله صابرًا معك غير منكر عليك، ولن أعصي لك أمرًا.
فانطلقا يمشيان على ساحل البحر ليس لهما سفينة، فمرت بهما سفينة فكلموا
أصحاب السفينة أن يحملوهما فعرف أصحابُ السفينة الخضر فحملوهما بغير أُجرة،
فجاء عصفور فوقف على حرف السفينة فنقر نقرة أو نقرتين في البحر، فقال
الخضر: يا موسى ما نقص علمي وعلمك من علم الله إلا كنقرة هذا العصفور في
البحر. فقصد الخضر إلى لوح من ألواح السفينة فنزعه بفأس فانخرقت السفينة
ودخل الماء، فقال له موسى عليه السلام: هؤلاء قوم حملونا بغير أجر قصدت إلى
سفينتهم فخرقتها لتُغرق أهلها. قال الخضر مذكِّرًا له بما قال له من قبل:
ألم أقل إنك لن تستطيع معي صبرًا. قال موسى: لا تؤاخذني بنسياني ولا تضيق
عليَّ، فإن ذلك يُعَسِّر علي متابعتك. فكانت المسألة الأولى من موسى عليه
السلام نسيانًا.
فانطلقا
بعد خروجهما من السفينة، فإذا هم بغلام يلعب مع الغلمان فأخذ الخضر برأس
الغلام فاقتلع رأسه بيده، فقال موسى للخضر عليه السلام: أقتلت نفسًا طاهرة
من الذنوب، لم نرها أذنبت ذنبًا يقتضي قتلها، أو قتلت نفسًا فتُقتل به.
فقال الخضر لموسى عليهما السلام: ألم أقل لك إنك لن تستطيع معي صبرًا.
بزيادة «لك» في هذه المرة زيادة في العتاب، ولذلك قال سفيان بن عيينة أحد
رواة الحديث: وهذا أوكد. واستدل عليه بزيادة «لك» في هذه المرة. فانطلقا
حتى مرَّا بأهل قرية فطلبا منهم الطعام فامتنعوا أن يضيفوهما، ولم يجدوا في
تلك القرية ضيافة ولا مأوى، فوجدا فيها جدارًا قد أوشك على السقوط
والانهيار فأشار الخضر بيده فأقامه، فقال موسى للخضر: لو شئت لأخذت عليه
أجرًا فيكون لنا عونا على سفرنا. فقال الخضر لموسى عليه السلام: هذا
الاعتراض الثالث سبب للفراق بيني وبينك. قال النبي صلى الله عليه وسلم:
يرحم الله موسى لقد أحببنا وتمنينا أن لو صبر حتى نستزيد مما دار بينهما من
العلم والحكمة.
Sa'īd bin Jubair berkata bahwa dia
memberitahu Ibnu Abbas bahwa seseorang bernama Nauf Al-Bakāli mengklaim
bahwa Musa yang bersama Khiḍir bukanlah Musa yang diutus kepada Bani
Israil, namun dia adalah Musa yang lain. Maka Ibnu Abbas berkata, “Musuh
Allah telah berdusta.” Ucapan ini beliau ucapkan sebagai teguran keras
dan peringatan, bukan celaan terhadap Nauf karena Ibnu Abbas mengatakan
hal itu dalam keadaan marah, dan kebanyakan ungkapan kemarahan itu
terlontar bukan sesuai makna hakikinya, adapun penyematan kata dusta
kepadanya dikarenakan ia mengatakan sesuatu yang menyelisihi fakta serta
hal itu tidak berarti ia sengaja berdusta. Kemudian Ibnu Abbas
berdalil atas kedustaan Nauf bahwa Ubay bin Ka’ab telah menceritakan
dari Nabi -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- bahwa Musa berdiri menyampaikan
khutbah di hadapan Bani Israil, lalu seseorang bertanya kepadanya,
“Siapa manusia yang paling berilmu?” Musa menjawab, “Aku manusia yang
paling berilmu.” Ini diucapkan oleh Musa -‘alaihis-salām- sesuai dengan
keyakinannya, maka Allah -‘Azzā wa Jallā- menegurnya karena tidak
mengembalikan ilmu kepada-Nya dan tidak mengatakan, “Allah Yang Maha
Mengetahui.” Lantas Allah -Ta’ālā- mewahyukan kepadanya bahwa ada
seorang hamba di antara hamba-hamba-Ku yang bernama Khiḍir di tempat
pertemuan dua lautan, dia lebih berilmu darimu. Musa pun berkata, “Wahai
Rabb, bagaimanakah cara untuk menemuinya?” Allah berkata kepadanya,
“Bawalah seekor ikan di dalam keranjang, jika ikan itu lepas maka engkau
akan menemukan Khiḍir di sana. Lalu Musa berangkat bersama seorang
pembantunya yang bernama Yūsya’ bin Nūn dan mereka membawa seekor ikan
di dalam keranjang sebagaimana yang Allah perintahkan. Hingga ketika
mereka berada di sebuah batu besar di pesisir pantai, mereka berdua
merebahkan kepala mereka di atas tanah dan tertidur. Lalu ikan itu
keluar dari dalam keranjang dan mengambil jalan (melompat) ke laut, lalu
Allah menahan aliran air pada tempat lewatnya ikan itu sehingga menjadi
seperti jalan (menyerupai jembatan). Dihidupkannya ikan itu dan
ditahannya aliran air tersebut hingga menjadi sebuah jalan, membuat
takjub Musa dan pembantunya (setelah mereka menyadarinya suatu saat
nanti.) Lalu mereka melanjutkan sisa perjalanan mereka sehari semalam.
Tatkala pagi menjelang, Musa berkata kepada pembantunya, “Bawakanlah
makanan kita, sungguh kita capek dengan perjalanan ini. Musa
-‘alaihis-salām- tidak merasakan lelah hingga dia melewati tempat yang
diperintahkan kepadanya, maka ia pun merasa lapar dan letih. Lalu
pembantunya berkata kepadanya, “Sesungguhnya ketika kita berada di batu
besar tadi aku telah kehilangan ikan itu.” Lantas Musa berkata, “Itulah
tempat yang kita cari karena itu adalah tanda keberadaan Khiḍir. Lalu
keduanya kembali ke jalan yang mereka datangi sebelumnya sambil
mengikuti jejak mereka berdua. Tatkala mereka tiba di batu besar itu
tiba-tiba terdapat seorang laki-laki yang menyelimuti dirinya dengan
pakaian/kain, lalu Musa mengucapkan salam kepadanya, maka Khiḍir
berkata, “Bagaimana bisa ada salam di negerimu?” yakni apakah di
negeriku ini ada ucapan salam? Ini adalah kata tanya yang bermakna
‘istib’ād (penafian) yang menunjukkan bahwa penduduk negeri tersebut
belum ada pada saat itu yang beragama Islam. Lalu Musa berkata kepada
Khiḍir, “Saya adalah Musa.” Maka Khiḍir berkata kepadanya, “Engkau Musa
yang diutus kepada Bani Israil?” Musa pun menjawab, “Iya.” Ini
menunjukkan bahwa para Nabi dan orang-orang selain mereka tidak
mengetahui perkara gaib kecuali apa yang Allah -Ta’ālā- ajarkan kepada
mereka, karena seandainya Khiḍir mengetahui setiap perkara gaib pasti
dia akan mengenal Musa sebelum menanyakannya. Inilah syāhid (poin
pendalilan) yang karenanya Ibnu Abbas menyebutkan hadis ini. Kemudian
Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau
mengajarkan kepadaku ilmu yang telah diajarkan Allah kepadamu?” Hal ini
tentunya tidak menafikan derajat kenabiannya dan keadaannya sebagai
pembawa syariat untuk belajar dari selain dirinya selagi itu bukan
merupakan syarat (pokok ajaran) di dalam bab-bab agama karena
sesungguhnya Rasul seyogyanya lebih berilmu daripada orang yang ia
diutus kepadanya dalam perkara risalahnya berupa pokok-pokok agama dan
cabang-cabangnya, bukan dalam seluruh perkara secara mutlak. Lalu Khiḍir
menjawab dengan ucapannya, “Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup sabar
bersamaku karena sebenarnya aku akan melakukan perkara-perkara yang
tampaknya kemungkaran namun hakekatnya engkau belum mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang hal itu.” Kemudian ia berkata, “Wahai
Musa, sesungguhnya aku memiliki ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan
kepadaku yang engkau tidak mengetahuinya, demikian pula engkau memiliki
ilmu yang Dia ajarkan kepadamu dan aku tidak mengetahuinya.” Maka Musa
berkata kepadanya, “Engkau akan mendapatiku -insya Allah- sebagai orang
yang sabar bersamamu, tidak akan mengingkarimu dan aku tidak akan pernah
mendurhakai perintahmu.” Keduanya pun pergi berjalan di pinggir laut,
sedang mereka berdua tidak memiliki perahu, lalu ada sebuah perahu yang
melintasi mereka berdua, maka keduanya berbicara dengan para pemilik
perahu itu agar mengangkut mereka berdua dan ternyata para pemilik
perahu itu tahu bahwa yang meminta itu adalah Khiḍir, maka mereka pun
mengangkut keduanya tanpa upah. Tiba-tiba ada seekor burung pipit lalu
hinggap di tepi perahu kemudian mematuk sekali atau dua kali patukan ke
laut. Lalu Khiḍir berkata, “Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu yang berasal
dari Allah tidak lain seperti patukan burung ini ke laut (tidak ada
apa-apanya di hadapan ilmu Allah). Lalu Khiḍir mendatangi papan di
antara papan-papan perahu kemudian mencabutnya dengan kapak hingga
perahu itu berlubang dan air pun masuk. Lantas Musa -‘alaihis-salām-
berkata kepadanya, “Mereka adalah orang-orang yang telah membawa kita
tanpa meminta upah, namun engkau malah melubangi perahunya agar
penumpangnya tenggelam!” Khiḍir berkata memperingatkannya dengan apa
yang ia katakan sebelumnya, “Bukankah aku telah mengatakan bahwa engkau
tidak akan sanggup bersabar bersamaku?” Musa berkata, “Janganlah engkau
hukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau bebankan padaku perkara
yang sulit, karena hal tersebut mempersulitku untuk mengikutimu!” Untuk
masalah yang pertama ini, sebabnya adalah karena Musa -‘alaihis-salām-
lupa. Selanjutnya keduanya pun melanjutkan perjalanan setelah keluar
dari perahu itu, tiba-tiba ada seorang anak yang sedang bermain dengan
anak-anak yang lain, kemudian Khiḍir memegang kepala anak itu, lalu ia
menarik kepalanya dengan tangannya (mencekiknya). Maka Musa pun berkata
kepada Khiḍir -‘alaihis-salām-, “Apakah engkau membunuh satu jiwa yang
suci dari dosa-dosa, kita tidak pernah melihatnya melakukan satu dosa
yang menyebabkan ia harus dibunuh atau ia membunuh orang lain sehingga
ia pun harus dibunuh?!” Khiḍir berkata kepada Musa -‘alaihis-salām-,
“Bukankah sudah kukatakan kepadamu sesungguhnya engkau tidak akan
sanggup bersabar bersamaku?” Pada lafal teguran kali ini ada tambahan
kata “la-ka (kepadamu)” sebagai tambahan penegasan dalam teguran. Oleh
karena itu Sufyan bin 'Uyainah yaitu salah satu perawi hadis ini
berkata, “Ini (teguran kedua Khiḍir) lebih tegas.” Ia berdalil dengan
tambahan kata "la-ka" pada lafal teguran kedua ini. Keduanya pun
melanjutkan perjalanan sehingga ketika mereka sampai ke penduduk suatu
kampung, keduanya meminta kepada mereka makanan, namun mereka menolak
untuk menjamu keduanya, sehingga mereka tidak mendapatkan jamuan di
kampung itu dan tidak pula mendapati tempat menginap. Lalu keduanya
menemukan rumah yang hampir roboh di kampung tersebut, maka Khiḍir
mengisyaratkan dengan tangannya lalu menegakkannya. Musa pun berkata
kepada Khiḍir, “Sekiranya engkau mau, niscaya engkau dapat meminta
imbalan untuk itu sehingga bisa menjadi bekal buat perjalanan kita.”
Maka Khiḍir berkata kepada Musa -‘alaihis-salām-, “Interupsi ketiga ini
menjadi sebab perpisahan antara aku dan engkau.” Nabi -șallallāhu
‘alaihi wa sallam- lalu bersabda, “Semoga Allah merahmati Musa, sungguh
kita benar-benar berkeinginan dan berharap seandainya ia bisa bersabar
sehingga kita dapat menambah pengetahuan tentang ilmu dan hikmah yang
terjadi di antara mereka berdua.” |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis sahih] ← → Muttafaq 'alaih]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8304 |
|
Hadith 1410 الحديث
الأهمية: إن الشيطان قال: وعزتك يا رب، لا أبرح
أغوي عبادك ما دامت أرواحهم في أجسادهم، قال الرب: وعزتي وجلالي لا أزال
أغفر لهم ما استغفروني
Tema: Sesungguhnya setan berkata, "Demi
kemuliaan-Mu wahai Tuhanku, aku tidak akan pernah berhenti menyesatkan
hamba-hamba-Mu selama nyawa mereka berada di tubuhnya." Allah berfirman,
"Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan henti-hentinya
memaafkan mereka, selama mereka memohon ampun kepadaku." |
عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه-
مرفوعاً: «إنَّ الشيطانَ قال: وعِزَّتِك يا رب، لا أَبرحُ أُغوي عبادَك ما
دامت أرواحُهم في أجسادهم، قال الربُّ: وعِزَّتي وجَلالي لا أزال أغفرُ لهم
ما استغفروني».
Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- secara marfū',"Sesungguhnya setan berkata, "Demi kemuliaan-Mu
wahai Tuhanku, aku tidak akan pernah berhenti menyesatkan hamba-hamba-Mu
selama nyawa mereka berada di tubuhnya." Allah berfirman, "Demi
kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan henti-hentinya memaafkan
mereka, selama mereka memohon ampun kepadaku."
Tema:
«إن
الشيطان قال: وعزتك يا رب، لا أبرح أغوي عبادك ما دامت أرواحهم في أجسادهم»
أي: أقسم الشيطان بعزة الله أنه لا يزال يضل العباد طيلة حياتهم «قال الرب:
وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما استغفروني» أي: فقال الرب عز وجل ردًّا
عليه: وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما داموا يطلبون مني مغفرة
ذنوبهم.,«إن الشيطان قال: وعزتك يا رب، لا أبرح أغوي عبادك ما دامت أرواحهم
في أجسادهم» أي: أقسم الشيطان بعزة الله أنه لا يزال يضل العباد طيلة
حياتهم «قال الرب: وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما استغفروني» أي: فقال
الرب عز وجل ردًّا عليه: وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما داموا يطلبون
مني مغفرة ذنوبهم.
Sesungguhnya setan berkata, "Demi
kemuliaan-Mu wahai Tuhanku, aku tidak akan pernah berhenti menyesatkan
hamba-hamba-Mu selama nyawa mereka berada di tubuhnya." Yakni, setan
bersumpah bahwa dengan kemuliaan Allah, dia tidak henti-hentinya akan
menyesatkan para hamba selama mereka hidup. "Tuhan berfirman, "Demi
kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan henti-hentinya memaafkan
mereka, selama mereka memohon ampunan kepadaku." Yakni, Allah -'Azza wa
Jalla- berfirman menjawab ucapan setan, "Demi kemuliaan dan
keagungan-Ku, Aku tidak akan berhenti mengampuni mereka selama mereka
meminta ampunan kepada-Ku untuk dosa-dosa mereka. |
Grade And Record التعديل والتخريج
[Hadis hasan] ← → Diriwayatkan oleh Ahmad]
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8305 |
|