Penjelajah Hadis Bahasa Indonesia مكتشف الحديث باللغة الإنجليزية
 
Hadith   1378   الحديث
الأهمية: أستغفر لك رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟ قال: نعم ولك، ثم تلا هذه الآية: (واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات)
Tema: Apakah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memohonkan ampunan untukmu? Ia menjawab, "Ya, dan untukmu." Kemudian ia membaca ayat ini: (واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات) "Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan."

عن عاصم الأحول، عن عبد الله بن سَرْجِسَ -رضي الله عنه- قال: قلت لرسول الله -صلى الله عليه وسلم-: يا رسول الله، غفر الله لك، قال: «ولك». قال عاصم: فقلت له: أستغفر لك رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟ قال: نعم ولك، ثم تلا هذه الآية: {واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات}.

Dari 'Āṣim al-Aḥwal, dari Abdullah bin Sarjis -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Aku berkata kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Wahai Rasulullah, semoga Allah mengampuni Anda?" Beliau menjawab, "Dan untukmu." 'Āṣim mengatakan, maka aku menanyainya, "Apakah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memohonkan ampunan untukmu? Ia menjawab, "Ya, dan untukmu." Kemudian ia membaca ayat ini: (واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات) "Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أخبر عبد الله بن سرجس -رضي الله عنه- أنه دعا للنبي -صلى الله عليه وسلم- بالمغفرة، فقابله النبي -صلى الله عليه وسلم- بالدعاء أيضا بالمغفرة، فسأل عاصمٌ الأحول عبدَ الله بن سرجس -رضي الله عنه- أستغفر لك رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؟ قال: نعم، واستغفر لك أيضا، ثم استدل على ذلك بقول الله -تعالى- لنبيه -صلى الله عليه وسلم-: {وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ} .
Tema: Abdullah bin Sarjis -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa ia mendoakan ampunan untuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membalasnya dengan memohonkan ampunan juga. Lalu 'Āṣim al-Aḥwal bertanya kepada Abdullah bin Sarjis -raḍiyallāhu 'anhu-, apakah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memohonkan ampunan untukmu?" Ia menjawab, "Ya, dan beliau juga memohon ampunan untukmu." Kemudian ia berdalil dengan firman Allah -Ta'ālā- pada nabi-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: (واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات) "Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8262

 
Hadith   1379   الحديث
الأهمية: خُلِقَت الملائكة من نور، وخلق الجان من مارج من نار، وخلق آدم مما وصف لكم
Tema: Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalian

عن عائشة -رضي الله عنه- قالت: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «خُلقت الملائكة من نور، وخُلق الجَانُّ من مَارِجٍ من نار، وخُلق آدم مما وُصِفَ لكم».

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalian."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أخبر -صلى الله عليه وسلم- عن بدء الخلق، فذكر أن الملائكة خلقوا من النور، ولذلك كانوا كلهم لا يعصون الله ولا يستكبرون عن عبادته، أما الجن فخلقوا من نار، ولهذا يتصف كثير منهم بالطيش والعبث والعدوان، وخلق آدم مما ذكر لكم يعني خلق من طين من تراب من صلصال كالفَخار؛ لأن التراب صار طينًا ثم صار فخارًا فخلق منه آدم -عليه الصلاة والسلام-.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan tentang titik permulaan penciptaan makhluk. Beliau menyebutkan bahwa para malaikat diciptakan dari cahaya karena itu mereka semua tidak bermaksiat kepada Allah dan tidak menyombongkan diri untuk beribadah kepada-Nya. Adapun jin diciptakan dari api. Karena itu, banyak jin yang disifati dengan kesembronoan, kesia-siaan dan permusuhan. Sedangkan Adam diciptakan sebagaimana yang telah diterangkan kepada kalian. Yaitu diciptakan dari tanah liat/lempung seperti tembikar. Sebab prosesnya dari tanah menjadi tanah liat/lempung lalu menjadi tembikar, maka dari sanalah Adam -'alaihissalām- diciptakan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8264

 
Hadith   1380   الحديث
الأهمية: كان خلق نبي الله -صلى الله عليه وسلم- القرآن
Tema: Akhlak Nabi Allah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah Al-Qur`ān.

عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: كان خُلُقُ نَبي اللِه -صلى الله عليه وسلم- القرآن.

Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Akhlak Nabi Allah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah Al-Qur`ān."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث أنه -صلى الله عليه وسلم- يتخلق بأخلاق القرآن، ما أمر به القرآن قام به وما نهى عنه القرآن اجتنبه، سواء كان ذلك في عبادات الله -تعالى- أو في معاملة عباد الله، فخلق النبي -صلى الله عليه وسلم- امتثال القرآن، وفي هذا إشارة من أم المؤمنين عائشة -رضي الله عنها- أننا إذا أردنا أن نتخلق بأخلاق رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فعلينا أن نتخلق بالقرآن.
Makna hadis ini bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berakhlak dengan akhlak Al-Qur`ān. Apa yang diperintahkan Al-Qur`ān beliau kerjakan, dan apa yang dilarang Al-Qur`ān beliau tinggalkan; baik hal itu menyangkut ibadah atau muamalah dengan sesama. Sehingga, akhlak beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah implementasi dari Al-Qur`ān. Ummul-Mu`minīn Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- mengisyaratkan kepada kita bahwa bila kita ingin berhias diri dengan akhlak Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- maka kita harus menerapkan akhlak Al-Qur`ān.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8265

 
Hadith   1381   الحديث
الأهمية: من أحب لقاء الله أحب الله لقاءه، ومن كره لقاء الله كره الله لقاءه
Tema: Siapa yang rindu bertemu dengan Allah, Allah pun rindu bertemu dengannya. Namun siapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun benci bertemu dengannya."

عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ أحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءهُ» فقلتُ: يا رسولَ اللهِ، أكَراهِيَةُ المَوتِ، فَكُلُّنَا نَكْرَهُ المَوتَ؟ قال: «لَيْسَ كَذَلِكَ، ولكِنَّ المُؤْمِنَ إذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ فَأَحَبَّ اللهُ لِقَاءهُ، وإنَّ الكَافِرَ إذَا بُشِّرَ بِعَذابِ اللهِ وَسَخَطهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ وكَرِهَ اللهُ لِقَاءهُ».

Dari ‘Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Siapa yang rindu bertemu dengan Allah, Allah pun rindu bertemu dengannya. Namun siapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun benci bertemu dengannya.” Maka aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah (yang dimaksud adalah) membenci kematian, karena setiap kita membenci kematian?” Beliau menjawab: “Bukan demikian. Namun seorang mukmin jika diberi kabar gembira dengan rahmat, ridha dan surga Allah, ia akan rindu bertemu dengan Allah, maka Allah pun rindu bertemu dengannya. Dan sungguh orang kafir jika diberi ‘kabar duka’ dengan azab dan murka Allah, ia akan benci bertemu dengan Allah dan Allah pun benci bertemu dengannya.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: (من أحب لقاء الله أحب الله لقاءه ومن كره لقاء الله كره الله لقاءه) فسألت عائشة -رضي الله عنها-: هل تعني بذلك كراهية الموت يا رسول الله، فكلنا يكره الموت؟ قال: (ليس كذلك) فأخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن الإنسان إذا أحب لقاء الله أحب الله لقاءه، وذلك أن المؤمن يؤمن بما أعد الله للمؤمنين في الجنة من الثواب الجزيل والعطاء العميم الواسع فيحب ذلك وترخص عليه الدنيا ولا يهتم بها؛ لأنه سوف ينتقل إلى خير منها، فحينئذ يحب لقاء الله، ولاسيما عند الموت إذا بُشِّر بالرضوان والرحمة فإنه يحب لقاء الله -عز وجل-، ويشتاق إليه، فيحب الله لقاءه، أما الكافر والعياذ بالله فإنه إذا بشر بعذاب الله وسخطه كره لقاء الله فكره الله لقاءه، ولهذا جاء في حديث المحتضر أن نفس الكافر إذا بشرت بالغضب والسخط تفرقت في جسده وأبت أن تخرج، ولهذا تنزع روح الكافر من جسده نزعًا؛ ويُكرَه على أن تخرج روحه؛ وذلك لأنه يبشر والعياذ بالله بالشر، ولهذا قال الله -تعالى-: (ولو ترى إذ الظالمون في غمرات الموت والملائكة باسطو أيديهم أخرجوا أنفسكم).
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Siapa rindu bertemu dengan Allah, Allah pun rindu bertemu dengannya. Namun siapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun benci bertemu dengannya.” Maka ‘Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, “Wahai Rasulullah, apakah (yang dimaksud adalah) membenci kematian, karena setiap kita membenci kematian?” Rasulullah menjawab, “Bukan demikian.” Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun menyampaikan bahwa seseorang jika rindu bertemu dengan Allah. Itu karena seorang mukmin percaya dengan apa yang dijanjikan Allah kepada kaum beriman di surga; berupa balasan yang berlimpah dan karunia yang luas, sehingga ia pun merindukan hal itu, dunia menjadi tidak berharga untuknya dan ia tidak memperhatikannya lagi, karena ia akan berpindah ke tempat yang lebih baik darinya. Maka pada saat itu, ia pun rindu bertemu dengan Allah. Terutama pada saat kematian, jika ia diberi kabar gembira dengan keridhaan dan rahmat Allah, ia akan rindu bertemu dengan Allah -'Azza wa Jalla-. Maka Allah pun rindu bertemu dengannya.
Adapun orang kafir –wal ‘iyāżu billāh-, maka jika ia diberi “kabar duka” dengan azab dan murka Allah, ia pun benci untuk bertemu dengan Allah. Maka Allah pun benci bertemu dengannya. Karena itu, disebutkan dalam hadis tentang orang yang sakaratul maut: bahwa ruh orang kafir jika diberi “kabar duka” tentang azab dan kemurkaan Allah, ia akan tercerai-berai dalam jasadnya dan enggan untuk keluar. Karenanya, ruh orang kafir itu dicabut dari tubuhnya seperti mencabut besi tajam dari bulu domba yang basah. Maksudnya: ia benci jika ruh keluar, karena ia diberi “kabar duka” –wal ‘iyāżu billāh- dengan keburukan.
Karena itu, Allah -Ta‘ālā- berfirman, “Dan andai engkau melihat saat orang-orang zhalim dalam sakaratul maut, ketika para malaikat menjulurkan tangan-tangan mereka (seraya berkata): ‘Keluarkanlah nyawa kalian!”
Maka mereka tidak merelakan jiwa mereka –wal ‘iyāżu billāh-, hingga mereka tidak ingin ruh itu keluar. Tetapi para malaikat mengatakan: “Keluarkanlah nyawa kalian!” Maka jika ia diberi “kabar duka” tentang azab, ruhnya tercerai-berai dalam tubuh. Sehingga malaikat pun mencabutnya seperti mencabut besi tajam/bergerigi dari bulu domba yang basah –wal ‘iyāżu billāh- hingga ia keluar.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8266

 
Hadith   1382   الحديث
الأهمية: شهدت مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يوم حنين، فلزمت أنا وأبو سفيان بن الحارث بن عبد المطلب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فلم نفارقه، ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- على بغلة له بيضاء
Tema: Aku mengikuti perang Hunain bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku dan Abu Sufyān bin al-Ḥariṡ bin Abdul Muṭṭalib senantiasa bersama menemani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kami tidak pernah berpisah dari beliau, sementara Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menunggang bigal (peranakan kuda dengan keledai) yang berwarna putih.

عن أبي الفضل العباس بن عبد المطلب -رضي الله عنه- قال: شهدت مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يوم حُنَيْنٍ، فلَزِمْتُ أنا وأبو سفيان بن الحارث بن عبد المطلب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فلم نفارقه، ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- على بَغْلَةٍ له بيضاء، فلما التقى المسلمون والمشركون وَلَّى المسلمون مدبرين، فطَفِقَ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يَرْكُضُ بَغْلَتَهُ قِبَلَ الكفار، وأنا آخِذٌ بلِجامِ بَغْلَةِ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أَكُفُّها إِرَادَةَ أن لا تُسرع، وأبو سفيان آخِذٌ برِكاب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «أي عباس، نادِ أصحاب السَّمُرَةِ». قال العباس - وكان رجلا صَيِّتًا - فقلت بأعلى صوتي: أين أصحاب السَّمُرَةِ، فوالله لكأن عَطْفَتَهُم حين سمعوا صوتي عَطْفَةَ البقر على أولادها، فقالوا: يا لبيك يا لبيك، فاقتتلوا هم والكفار، والدعوةُ في الأنصار يقولون: يا معشر الأنصار، يا معشر الأنصار، ثم قُصِرَتِ الدعوة على بني الحارث بن الخَزْرَجِ، فنظر رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وهو على بغلته كالمتطاول عليها إلى قتالهم، فقال: «هذا حِينَ حَمِيَ الوَطِيسُ»، ثم أخذ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- حَصَيَاتٍ فرمى بهن وجوه الكفار، ثم قال: «انْهَزَمُوا ورَبَّ مُحَمَّدٍ»، فذهبت أنظر فإذا القتال على هيئته فيما أرى، فوالله ما هو إلا أن رماهم بحَصياته، فما زِلْت أرى حَدَّهُم كَلِيلًا وأمرَهم مُدبرًا.

Dari Abu al-Faḍal Al-'Abbās bin Abdul Muṭṭalib -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Aku mengikuti perang Hunain bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku dan Abu Sufyān bin al-Ḥariṡ bin Abdul Muṭṭalib senantiasa bersama menemani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kami tidak pernah berpisah dari beliau, sementara Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menunggang bigal (peranakan kuda dengan keledai) yang berwarna putih. Ketika pasukan Islam dan pasukan musyrik bertemu, pasukan Islam pun mundur. Lantas, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- segera bergerak memacu bigal beliau menuju pasukan kafir, sedang aku yang memegang tali kendali bigal tersebut. Aku tahan tali kendali tersebut agar bigalnya tidak terlalu kencang, sedangkan Abu Sufyan menahan pijakan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Hai 'Abbās, panggillah orang-orang yang pernah mengikuti Baiat Ridwan di dekat pohon Samurah!" Maka 'Abbās - dan dia memang seorang lelaki yang bersuara lantang- berteriak. Dia ('Abbās) berkata, "Aku memanggil dengan suaraku yang paling keras: "Di manakah orang-orang yang pernah mengikuti Baiat Ridwan di dekat pohon Samurah?!" Demi Allah, ketika mendengar suaraku, mereka segera tanggap dan simpatik, bagaikan rasa sayang induk sapi terhadap anak-anaknya. Mereka segera berkata, "Labbaik, labbaik (Kami penuhi panggilanmu)." Mereka pun bertempur menyerang orang-orang kafir. Sementara itu, seruan kaum Anṣār berbunyi, "Wahai kaum Anṣār, wahai kaum Anṣār." Kemudian seruan itu terdengar sampai kepada Bani al-Ḥāriṡ bin al-Khazraj. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memperhatikan dari atas bigal beliau peperangan yang sedang berkecamuk, beliau bersabda, "Inilah waktu berkobarnya api pertempuran!" Setelah itu, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengambil beberapa batu kerikil lalu melemparkannya ke wajah orang-orang kafir. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdoa, "Semoga mereka kalah, demi Rabb Muhammad." Aku pun pergi untuk melihatnya, ternyata pertempuran itu berjalan sebagaimana layaknya sebuah peperangan yang pernah aku lihat. Meskipun demikian, demi Allah, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hanya melempari mereka dengan batu-batu kerikil, maka mereka pun kalah. Sementara itu, aku terus melihat kekuatan mereka (orang-orang kafir) semakin melemah, sampai akhirnya mereka mundur."

عن أبي الفضل العباس بن عبد المطلب -رضي الله عنه- قال: شهدت مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- غزوة حنين، فلما التقى المسلمون والكفار ووقع القتال الشديد فيما بينهم ولى بعض المسلمين من المشركين مدبرين، فشرع رسول الله -صلى الله عليه وسلم-    يحرك بغلته برجله جهة الكفار، وأنا آخذ بلجام بغلة رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أمنعها لئلا تسرع إلى جانب العدو، وأبو سفيان ماسك بركاب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: يا عباس، ناد أصحاب السمرة وهي الشجرة التي بايعوا تحتها يوم الحديبية، في السنة السادسة، -وكان العباس رجلا قوي الصوت- فناديت بأعلى صوتي: يا أصحاب السمرة؟ -أي: لا تنسوا بيعتكم الواقعة تحت الشجرة وما يترتب عليها من الثمرة- فقال: والله حينما سمعوا صوتي أنادي عليهم أتوا مسرعين كما تُسرع قطيع البقر إذا غابت عنها أولادها، فقالوا بأجمعهم أو واحد بعد واحد: يا لبيك يا لبيك، فاقتتل المسلمون والكفار، والنداء في حق الأنصار: يا معشر الأنصار يا معشر الأنصار.
ثم اقتصرت    الدعوة وانحصرت على بني الحارث بن الخزرج فنودي: يا بني الحارث، وهم قبيلة كبيرة، فنظر رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وهو على بغلته، وكأن عنقه اشرأبت مرتفعة إلى قتال هؤلاء الكافرين، فقال: هذا الزمان زمان اشتداد الحرب، ثم أخذ حصيات فرمى بهن وجوه الكفار، ثم قال -صلى الله عليه وسلم- تفاؤلًا أو إخبارًا: انهزَموا ورب محمد. فذهبت أنظر فإذا القتال على هيئته فيما أرى، فوالله ما هو إلا أن رماهم بحصياته، فما زلت أرى بأسهم ضعيفًا، وحالهم ذليلًا.

Dari Abu Al-Faḍal Al-'Abbās bin Abdul Muṭṭalib -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Aku mengikuti perang Ḥunain bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ketika pasukan Islam dan pasukan musyrik bertemu, lalu terjadilah peperangan sengit di antara mereka, sebagian kaum muslimin beranjak mundur dari kaum musyrikin. Lantas, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- segera bergerak memacu bigal (peranakan kuda dengan keledai) beliau dengan kakinya menuju pasukan kafir, sedang aku yang memegang tali kendali bigal Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, aku menahannya agar bigal tersebut tidak terlalu kencang ke arah musuh, sedangkan Abu Sufyān menahan pijakan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Wahai 'Abbās, panggillah orang-orang yang pernah berbait di bawah pohon Samurah pada hari Ḥudaibiyah pada tahun keenam -'Abbās adalah orang yang lantang suaranya- maka aku memanggil dengan suaraku yang paling keras, "Wahai orang-orang yang pernah mengikuti Baiat Riḍwan di dekat pohon Samurah?!" Yakni janganlah melupakan baiat kalian yang terjadi di bawah pohon dan apa konsekuensi dari baiat tersebut. Lalu 'Abbās berkata, "Demi Allah, ketika mereka mendengar suaraku memanggil mereka, mereka segera bergegas datang sebagaimana induk sapi bergegas untuk mencari anak-anaknya saat hilang." Lantas mereka menjawab bersama-sama atau satu per satu: "Ya labbaik, ya labbaik (Kami penuhi panggilanmu)." Maka kaum muslimin dan orang-orang kafir pun bertempur. Sementara itu, seruan untuk kaum Anṣār, "Wahai kaum Anṣār, wahai kaum Anṣār." Kemudian seruan itu terdengar sampai kepada Bani al-Ḥāriṡ bin al-Khazraj, lalu mereka diseru: Wahai Bani al-Ḥāriṡ. Mereka adalah kabilah/suku besar. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memperhatikan dari atas bigal beliau (peperangan yang sedang berkecamuk), seakan-akan beliau menjulurkan lehernya tinggi-tinggi untuk melihat peperangan antara orang-orang kafir tersebut. Beliau bersabda, "Inilah waktu berkobarnya api pertempuran." Setelah itu beliau mengambil beberapa batu kerikil lalu melemparkannya ke wajah-wajah orang kafir. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda -untuk memberikan rasa optimis atau untuk mengabarkan, "Semoga mereka kalah, demi Rabb Muhammad." Aku pun pergi untuk melihatnya, ternyata pertempuran itu berjalan sebagaimana layaknya sebuah peperangan yang pernah aku lihat. Meskipun demikian, demi Allah, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hanya melempari mereka dengan batu-batu kerikil. Sementara itu, aku terus melihat kekuatan mereka (orang-orang kafir) semakin melemah dan keadaan mereka menjadi terhina.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8267

 
Hadith   1383   الحديث
الأهمية: سيحان وجيحان والفرات والنيل كل من أنهار الجنة
Tema: Saiḥān, Jaiḥān, Eufrat, dan Nil semuanya termasuk bagian dari sungai-sungai surga.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: « سَيْحَانُ وَجَيْحَانُ وَالفُرَاتُ والنِّيل كلٌّ من أنهار الجنة».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Saiḥān, Jaiḥān, Eufrat, dan Nil semuanya termasuk bagian dari sungai-sungai surga."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
سيحان وجيحان، والفرات والنيل أربعة أنهار في الدنيا وصفها النبي -صلى الله عليه وسلم- بأنها من أنهار الجنة؛ فقال بعض أهل العلم: إنها من أنهار الجنة حقيقة لكنها لما نزلت إلى الدنيا غلب عليها طابع أنهار الدنيا وصارت من أنهار الدنيا.
Saiḥān, Jaiḥān, Eufrat, dan Nil adalah empat sungai di dunia. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menggambarkan bahwa semuanya adalah sungai-sungai dari surga. Sebagian ulama berkata, "Sesungguhnya sungai-sungai itu adalah benar-benar sungai surga. Hanya saja, ketika sungai-sungai itu turun ke dunia, maka tabiat sungai-sungai dunia mendominasinya sehingga menjadi sungai-sungai dunia seperti biasa."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8268

 
Hadith   1384   الحديث
الأهمية: أحاديث في فضل مجالس الذكر
Tema: Hadis-hadis Mengenai Keutamaan Majelis Zikir

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إنَّ لِلَّه تعالى ملائكة يَطُوفُون في الطُّرُق يلْتَمِسُون أهل الذِّكْر، فإذا    وَجَدُوا قوماً يذكرون الله عز وجل تَنَادَوا: هَلُمُّوا إلى حاجَتِكُم، فَيَحُفُّونَهُم بِأَجْنِحَتِهِم إلى السَّماء الدُّنيا، فيَسألُهُم رَبُّهُم -وهو أعلم-: ما يقول عِبَادي؟ قال: يقولون: يُسَبِّحُونَك، ويُكَبِّرُونك، وَيَحْمَدُونَك، ويُمَجِّدُونَكَ، فيقول: هل رَأَوني؟ فيقولون: لا والله ما رَأَوك. فيقول: كيف لو رَأَوني؟! قال: يقولون: لو رأَوك كَانُوا أشَدَّ لك عبادة، وأشَدَّ لك تمْجِيداً، وأكْثر لك تسبيحاً. فيقول: فماذا يسألون؟ قال: يقولون: يَسْألُونك الجنَّة. قال: يقول: وهل رَأَوهَا؟ قال: يقولون: لا والله يا رب ما رأَوْهَا. قال: يقول: فَكَيف لو رَأَوْهَا؟ قال: يقولون: لو أنَّهُم رَأَوهَا كَانُوا أَشَدَّ عَلَيها حِرصاً، وأشَدَّ لهَا طلباً، وأَعْظَم فِيهَا رغبةً. قال: فَمِمَّ يَتَعَوَذُون؟ قال: يقولون: يَتَعَوذُون من النَّار؛ قال: فيقول: وهل رأوها؟ قال: يقولون: لا والله ما رأوها. فيقول: كيف لو رأوها؟! قال: يقولون: لو رأوها كانوا أشدَّ مِنها فِراراً، وأشدَّ لها مَخَافَة. قال: فيقول: فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ، قال: يقول ملَك مِن الملائكة: فيهم فلان ليس منهم، إنما جاء لحاجة، قال: هُمُ الجُلَسَاء لا يَشْقَى بهم جَلِيسُهُم».
وفي رواية: عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «إن لله ملائكة سَيَّارة فُضُلاً يَتَتَبَّعُون مجالِسَ الذكر، فإذا وجدوا مَجْلِساً فيه ذِكْرٌ، قَعَدُوا معهم، وحَفَّ بعضُهم بعضاً بأجنحتهم حتى يمْلَؤُوا ما بينهم وبين السماء الدنيا، فإذا تَفرقوا عرجوا وصعدوا إلى السماء، فيسألهم الله -عز وجل- وهو أعلم -: من أين جئتم؟ فيقولون: جئنا من عند عباد لك في الأرض: يسبحونك، ويكبرونك، ويهللونك، ويحمدونك، ويسألونك. قال: وماذا يسألوني؟ قالوا: يسألونك جنتك. قال: وهل رأوا جنتي؟ قالوا: لا، أي رب. قال: فكيف لو رأوا جنتي؟! قالوا: ويستجِيرُونَك. قال: ومم يَسْتجيروني؟ قالوا: من نارك يا ربّ. قال: وهل رأوا ناري؟ قالوا: لا، قال: فكيف لو رأوا ناري؟! قالوا: ويستغفرونك؟ فيقول: قد غفرت لهم، وأعطيتهم ما سألوا، وأجرتهم مما استجاروا. قال: فيقولون: رب فيهم فلان عبد خَطَّاء إنما مرَّ، فجلس معهم. فيقول: وله غفرت، هم القوم لا يشقى بهم جليسُهُم».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia berkata, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- memiliki malaikat yang berkeliling di jalan-jalan mencari ahli zikir. Jika mereka menemukan satu kaum yang sedang mengingat Allah -'Azza wa Jalla-, mereka berseru, "Marilah kalian menuju kebutuhan kalian." Lantas para malaikat meliputi mereka dengan sayap-sayapnya sampai langit dunia. Kemudian Rabb mereka bertanya -dan Dia lebih tahu- kepada mereka, "Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Mereka bertasbih (mensucikan-Mu), bertakbir (mengagungkan-Mu), bertahmid (memuji-Mu), dan memuliakan-Mu." Allah bertanya, "Apakah mereka melihat-Ku?" Para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu." Allah bertanya lagi, "Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihat-Mu, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh beribadah kepada-Mu, sangat sungguh-sungguh memuliakan-Mu, dan lebih banyak bertasbih kepada-Mu." Allah bertanya, "Lalu apa yang mereka minta dari-Ku?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Mereka meminta surga dari-Mu." Nabi bersabda, "Allah bertanya, "Apakah mereka melihat surga?" Nabi bersabda, "para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, wahai Rabb, mereka tidak melihatnya." Nabi bersabda, "Allah bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihatnya?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, mereka pasti sangat bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya, sangat bersungguh-sungguh untuk memintanya, dan sangat menginginkannya." Allah bertanya, "Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Mereka meminta perlindungan dari neraka." Nabi bersabda, "Allah bertanya, "Apakah mereka melihatnya?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, mereka tidak melihatnya." Allah bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihatnya?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh lari darinya dan sangat takut kepadanya." Nabi bersabda, "Allah berfirman, "Aku persaksikan kepada kalian sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka." Nabi bersabda, "Salah satu malaikat pun berkata, "Namun, di antara mereka ada si fulan dan ia bukan bagian dari mereka. Ia datang hanya karena ada keperluan." Allah menjawab, "Mereka semua adalah teman duduk, dan tidak ada yang sengsara orang yang duduk (bermajelis) bersama dengan mereka." Dalam riwayat dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah mempunyai para malaikat yang memiliki keutamaan, mereka selalu berjalan mencari majelis-majelis zikir. Apabila mereka menemukan suatu majelis yang berisi zikir di dalamnya, mereka lalu duduk bersama mereka dan mereka saling membentangkan sayap-sayap mereka sehingga memenuhi antara mereka dengan langit dunia. Apabila majelis itu bubar, mereka naik ke langit lalu Allah -'Azza wa Jalla- bertanya -dan Dia lebih tahu- kepada mereka, "Dari mana kalian?" Para malaikat menjawab, "Kami datang dari hamba-hamba-Mu di bumi. Mereka bertasbih, bertakbir, bertahlil, bertahmid, dan meminta kepada-Mu." Allah bertanya, "Apa yang mereka minta dari-Ku?" Para malaikat menjawab, "Mereka meminta surga-Mu." Allah bertanya, "Apakah mereka melihat surgaku?" Para malaikat menjawab, "Tidak, wahai Rabb-ku." Allah bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihat surga-Ku?" Para malaikat berkata, "Mereka juga meminta perlindungan kepada-Mu." Allah bertanya, "Dari apa mereka meminta perlindungan kepada-Ku?" Mereka menjawab, "Dari neraka-Mu, wahai Rabb-ku." Allah bertanya, "Apakah mereka melihat neraka-Ku?" Mereka menjawab, "Tidak." Allah bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihat neraka-Ku?" Para malaikat berkata, "Mereka juga memohon ampunan kepada-Mu?" Allah berfirman, "Aku telah mengampuni mereka. Aku beri kepada mereka apa yang mereka minta dan Aku beri mereka perlindungan dari apa yang mereka mintai perlindungan kepada-Ku." Nabi bersabda, "Para malaikat berkata, "Wahai Rabb-ku, di kalangan mereka ada seorang hamba yang banyak sekali kesalahannya. Ia hanya melewati saja lalu ikut duduk bersama mereka." Lantas Allah berfirman, "Aku pun mengampuninya. Mereka adalah satu kaum yang tidak akan sengsara orang yang duduk bersama mereka."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يقصُّ هذا الحديث مظهرا من مظاهر تعظيم مجالس الذكر، حيث يقول النبي صلى الله عليه وسلم:
"إن لله ملائكة يطوفون في الطُرُق يلتمسون أهل الذكر" أي أن الله كلَّف طائفة مخصوصة من الملائكة غير الحفظة للسياحة في الأرض، يدورون في طرق المسلمين ومساجدهم، ودورهم، يطلبون مجالس الذكر، يزورونها ويشهدونها ويستمعون إلى أهلها. قال الحافظ: والأشبه اختصاص ذلك بمجالس التسبيح ونحوها.
فإذا "وجدوا قوماً يذكرون الله عز وجل " وفي رواية مسلم " فإذا وجدوا مجلساً فيه ذكر تنادوا " أي نادى بعضهم بعضاً " أن هلموا إلى حاجتكم " وفي رواية إلى بغيتكم، أي تعالوا إلى ما تبحثون عنه من مجالس الذكر، والوصول إلى أهلها، لتزوروهم، وتستمعوا إلى ذكرهم.
قال عليه الصلاة والسلام في وصف الملائكة، وهم في مجالس الذكر: " فيحفونهم" أي يحيطون بهم إحاطة السوار بالمعصم.
"فيحفونهم بأجنحتهم " أي يطوفون حولهم بأجنحتهم " إلى السماء " أي حتى يصلوا إلى السماء.
ثم يقص عليه الصلاة والسلام المحاورة التي جرت بين رب العزة والجلال، وبين ملائكته الكرام:
فيقول الله جل في علاه: "فيسألهم ربُّهم وهو أعلم بهم" أي وهو أكثر علماً بأحوالهم، تنويهاً بشأنهم في الملأ الأعلى؛ ليباهى بهم الملائكة: "ما يقول عبادي؟ فتجيب الملائكة: يسبحونك، ويكبرونك، ويحمدونك ويمجدونك "، أي فتقول الملائكة: إن هؤلاء الذاكرين يقولون: سبحان الله والحمد لله، ولا إله إلاّ الله، والله أكبر، فالتمجيد هو قول لا إله إلاّ الله؛ لما فيه من تعظيم الله تعالى، بتوحيد الألوهية.
فيقول الله جل في علاه: "هَلْ رَأوْنِي؟ قَالَ: فَيَقُولُون: لا وَاللهِ مَا رَأوْكَ، قَالَ: فَيَقُولُ: فكَيْفَ لَوْ رَأوْنِي؟ "
فتجيب الملائكة الكرام: " لو رأوك كانوا أشد لك عبادة، وأشد تمجيداً وأكثر لك تسبيحاً " لأنّ الاجتهاد في العبادة على قدر المعرفة.
ثم يقول الله تبارك وتعالى: " قال: فما يسألونني؟ " أي فماذا يطلبون مني.
فتقول الملائكة:" قالوا: يسألونك الجنة " أي يذكرونك، ويعبدونك طمعاً في جنتك.
فتجيب الملائكة: "لو رأوها كانوا أشد عليها حرصاً " أي لكانوا أكثر سعياً إليها؛ لأنه ليس الخير كالمعاينة.
فيقول الله جل جلاله" قال: فمِمَّ يتعوذون " أي فأي شيء يخافون منه، ويسألون ربهم أن يجيرهم منه.
فتجيب الملائكة: " من النار " أي يذكرون ويعبدون ربهم خوفاً ًمن النار، ويسألونه عز وجل أن يجيرهم منها.
فيقول الله جل جلاله: " فَكَيْفَ لَوْ رَأوْهَا؟"
فتجيب الملائكة:" لو رأوها كانوا أشد منها فراراً " أي لكانوا أكثر اجتهاداً في الأعمال الصالحة التي هي سبب في النجاة من النار.
فيقول الله جل جلاله: " قال: فيقول: فأشهدكم أني قد غفرت لهم " أي قد غفرت لهم ذنوبهم.
فيقول ملك من الملائكة: "فيهم فلان ليس منهم، إنَّما جاء لحاجة " أي إنه يوجد من بين هؤلاء الذاكرين" فلان": وهو ليس منهم، ولكنه جاء لحاجة يقضيها فجلس معهم، فهل يغفر له؟ فيقول الله جل في علاه ما معناه: هم الجلساء لا يشقى جليسهم ولا يخيَّب.
Hadis ini menceritakan salah satu bentuk mengagungkan majelis-majelis zikir, di mana Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling di jalan-jalan mencari ahli zikir." Yakni, Allah menugaskan satu kelompok khusus dari kalangan malaikat selain para malaikat penjaga, untuk berkeliling di bumi. Mereka berkeliling di jalan-jalan kaum Muslimin dan masjid-masjid serta rumah-rumah mereka untuk mencari majelis-majelis zikir. Mereka mengunjunginya, menyaksikannya, dan mendengarkan ahli zikir. Al-Hafiz (Ibnu Hajar) berkata, "Yang lebi tepat pengkhususan itu dengan majelis-majelis tasbih dan sejenisnya. "Jika mereka menemukan satu kaum yang sedang mengingat Allah -'Azza wa Jalla-," dalam riwayat Muslim disebutkan, "Apabila mereka menemukan suatu majelis yang berisi zikir di dalamnya-, mereka berseru," yakni, sebagian mereka menyeru sebagian yang lain, "Kemarilah menuju kebutuhan kalian." Dalam satu riwayat disebutkan, "Kepada tujuan kalian." Yakni, kemarilah menuju apa yang kalian cari di majelis zikir, sampai kepada ahli zikir untuk mengunjungi mereka, dan menyimak zikir mereka." Nabi -'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām- bersabda mengenai gambaran malaikat saat mereka berada di majelis-majelis zikir, "Lantas para malaikat meliputi mereka," yakni, meliputi mereka seperti liputan gelang di pergelangan tangan. "Lantas para malaikat meliputi mereka dengan sayap-sayapnya," yakni, mengelilingi mereka dengan sayap-sayapnya. "Sampai langit dunia." Yakni, hingga mereka sampai ke langit. Selanjutnya Nabi -'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām- menceritakan dialog yang berlangsung antara Rabb Pemilik kemuliaan dan keagungan dengan para malaikat mulia. Allah –Jalla wa ‘Alā- berfirman, "Kemudian Rabb mereka bertanya -dan Dia lebih tahu-, yakni, Dia lebih mengetahui keadaan mereka. Ini sebagai pujian terhadap mereka di Al-Mala' al-A'lā untuk membanggakan mereka kepada para malaikat, "Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?" Para malaikat menjawab, "Mereka bertasbih (mensucikan-Mu), bertakbir (mengagungkan-Mu), bertahmid (memuji-Mu), dan memuliakan-Mu." Yakni, para malaikat berkata, "Orang-orang yang berzikir mengucapkan, "Mahasuci Allah, segala puji hanya milik Allah, tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar." Adapun bentuk memuliakan ialah ucapan 'tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah' karena di dalamnya mengandung pengagungan kepada Allah -Ta'ālā- dengan tauhid ulūhiyyah. "Allah –Jalla wa ‘Alā- bertanya, "Apakah mereka melihat-Ku?" Para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu." Allah bertanya lagi, "Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?" Para malaikat yang mulia menjawab, "Seandainya mereka melihat-Mu, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh beribadah kepada-Mu, sangat sungguh-sungguh memuliakan-Mu, dan lebih banyak bertasbih kepada-Mu." Sebab, bersungguh-sungguh dalam ibadah sesuai dengan tingkat pengetahuan. Selanjutnya Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- bertanya, "Lalu apa yang mereka minta kepada-Ku?" Yakni, apa yang mereka mohon dari-Ku. Para malaikat menjawab, "Mereka meminta surga kepada-Mu." Yakni, mereka mengingat-Mu dan beribadah kepada-Mu karena ingin memperoleh surga-Mu. Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, mereka pasti sangat menginginkannya," yakni, pasti mereka akan sungguh-sungguh berusaha kepadanya. Sebab, berita berbeda dengan melihat langsung. Allah - Jalla Jalāluhu- bertanya, "Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?" Yakni, apa yang mereka takutkan sehingga mereka memohon kepada Allah agar melindungi mereka darinya. Para malaikat menjawab, "Mereka meminta perlindungan dari neraka." Yakni, mereka mengingat dan menyembah Rabbnya karena takut dari neraka dan memohon kepada Allah -'Azza wa Jalla- agar melindungi mereka darinya. Allah -Jalla Jalāluhu- bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihatnya?" Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh lari darinya," yakni, mereka pasti berusaha bersungguh-sungguh memperbanyak amal saleh yang menjadi sebab selamat dari neraka. Allah -Jalla Jalāluhu- berfirman, "Aku persaksikan kepada kalian sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka." Yakni, Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka. "Salah satu malaikat pun berkata, "Namun, di antara mereka ada si fulan dan ia bukan bagian dari mereka. Ia datang hanya karena ada keperluan." Yakni, ada di antara orang-orang yang berzikir itu "fulan" yang bukan bagian dari mereka. Ia datang untuk satu kebutuhan yang akan dilakukannya, lalu duduk bersama mereka. Apakah dia diampuni? Allah –Jalla a ‘Alā- berfirman yang maknanya, "Mereka semua adalah teman duduk, dan tidak ada yang sengsara dan rugi orang yang duduk (bermajelis) bersama dengan mereka."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8272

 
Hadith   1385   الحديث
الأهمية: اللهم اغفر لي ما قدمت وما أخرت، وما أسررت وما أعلنت، وما أسرفت، وما أنت أعلم به مني، أنت المقدم وأنت المؤخر، لا إله إلا أنت
Tema: Ya Allah! Ampunilah (dosa) yang telah aku lakukan dan yang akan datang, apa yang aku sembunyikan dan yang terang-terangan, apa yang aku sia-siakan dan apa yang lebih Engkau ketahui dariku. Engkaulah Yang Mendahulukan dan Engkaulah Yang Mengakhirkan. Tidak ada Tuhan yang benar selain Engkau.

عن علي بن أبي طالب -رضي الله عنه- أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم كان إذا قامَ إلى الصلاة، قال: «وَجَّهتُ وجهي للذي فطر السماوات والأرض حنيفًا، وما أنا من المشركين، إنَّ صلاتي، ونُسُكي، ومَحياي، ومماتي لله رب العالمين، لا شريك له، وبذلك أُمِرتُ وأنا من المسلمين، اللهمَّ أنت المَلِك لا إله إلَّا أنت، أنت ربي، وأنا عبدك، ظلمتُ نفسي، واعترفتُ بذنبي، فاغفر لي ذنوبي جميعًا، إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت، واهدني لأحسن الأخلاق لا يهدي لأحسنها إلا أنت، واصرف عني سيئَها لا يصرف عني سيئها إلا أنت، لبَّيْك وسَعْدَيْك، والخيرُ كله في يديك، والشر ليس إليك، أنا بك وإليك، تباركتَ وتعاليتَ، أستغفرك وأتوب إليك»، وإذا ركع، قال: «اللهمَّ لك ركعتُ، وبك آمنتُ، ولك أسلمتُ، خشع لك سمعي، وبصري، ومُخِّي، وعظمي، وعَصَبي»، وإذا رفع، قال: «اللهم ربنا لك الحمد مِلءَ السماوات، ومِلءَ الأرض، ومِلءَ ما بينهما، ومِلءَ ما شئتَ من شيء بعد»، وإذا سجد، قال: «اللهم لك سجدتُ، وبك آمنتُ، ولك أسلمتُ، سجد وجهي للذي خلقه، وصوَّره، وشقَّ سمعَه وبصرَه، تبارك الله أحسنُ الخالقين»، ثم يكون من آخر ما يقول بين التشهُّد والتسليم: «اللهم اغفر لي ما قدَّمتُ وما أخَّرتُ، وما أسررتُ وما أعلنتُ، وما أسرفتُ، وما أنت أعلم به مني، أنت المُقَدِّم وأنت المؤَخِّر، لا إله إلا أنت».

Dari Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila mendirikan salat, beliau mengucapkan, "Aku hadapkan wajahku kepada Zat yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku diperintahkan kepada hal itu dan aku termasuk orang-orang muslim. Ya Allah! Engkau adalah Raja. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling baik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Akan aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari-Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dari-Mu dan aku bertobat kepada-Mu”. Apabila beliau rukuk, beliau mengucapkan, "Ya Allah! Aku rukuk untuk-Mu, beriman kepada-Mu dan aku menyerahkan diri kepada-Mu. Pendengaranku, pandanganku, otakku, tulangku dan sarafku tunduk untuk-Mu." Apabila beliau mengangkat kepala, beliau mengucapkan, "Ya Allah Rabb kami! Segala puji milik-Mu sepenuh langit, sepenuh bumi, sepenuh antara keduanya, dan sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki." Apabila bersujud, beliau mengucapkan, "Ya Allah! Aku bersujud untuk-Mu, beriman kepada-Mu, menyerahkan diri kepada-Mu. Wajahku bersujud kepada Zat yang telah menciptakannya, membentuknya, membelah pendengarannya dan penglihatannya. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta." Selanjutnya ucapan terakhir yang dikatakannya antara tasyahud dan salam ialah, "Ya Allah! Ampunilah (dosa) yang telah aku lakukan dan yang akan datang, apa yang aku sembunyikan dan yang terang-terangan, apa yang aku hamburkan dan apa yang lebih Engkau ketahui dariku. Engkaulah Yang Mendahulukan dan Engkaulah Yang Mengakhirkan. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا قام إلى الصلاة قال: «وَجَّهتُ وجهي للذي فطر السماوات والأرض» أي: توجَّهت بالعبادة، بمعنى: أخلصتُ عبادتي لله الذي خلق السماوات والأرض من غير مثال سبق، وأعرضتُ عما سواه، فإنَّ من أوجد مثل هذه المخلوقات التي هي على غاية من الإبداع والإتقان حقيق بأن تتوجَّه الوجوه إليه، وأن تعتمد القلوب في سائر أحوالها عليه، ولا تلتفت لغيره، ولا ترجو إلا دوام رضاه وخيره، «حنيفًا وما أنا من المشركين» أي: مائلًا عن كل دين باطل إلى الدين الحق دين الإسلام ثابتا عليه، وهو عند العرب غلب على من كان على ملة إبراهيم عليه السلام.
ثم قال: «إنَّ صلاتي، ونُسُكي، ومَحياي، ومماتي لله رب العالمين، لا شريك له، وبذلك أُمِرتُ وأنا من المسلمين» أي: صلاتي وعبادتي وتقرُّبي كل ذلك خالص لوجه الله, لا أشرك فيه غيره، وكذلك حياتي وموتي لله هو خالقهما ومقدِّرهما، لا تصرُّف لغيره فيهما، لا شريك له سبحانه في ذاته وصفاته وأفعاله، وقد أمرني ربي بهذا التوحيد والإخلاص، وأنا من المسلمين المنقادين والمطيعين له سبحانه.
ثم قال: «اللهمَّ أنت المَلِك لا إله إلَّا أنت، أنت ربي، وأنا عبدك، ظلمتُ نفسي، واعترفتُ بذنبي، فاغفر لي ذنوبي جميعًا، إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت» أي: يا الله، أنت الملك فلا مَلِك غيرك، ولا مُلْك في الحقيقة لغيرك، وأنت المنفرد بالألوهية فلا معبود بحق إلا أنت، وأنت ربي وأنا عبدك، وقد ظلمتُ نفسي بالغفلة عن ذكرك وبعمل المعاصي والذنوب، وقد اعترفتُ بذنوبي، فاغفر لي ذنوبي، فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت؛ فإنك أنت الغفار الغفور.
ثم قال: «واهدني لأحسن الأخلاق لا يهدي لأحسنها إلا أنت، واصرف عني سيئَها لا يصرف عني سيئها إلا أنت» أي: دلَّني ووفِّقني وثبِّتني وأوصلني لأحسن الأخلاق في عبادتك وغيرها من الأخلاق الحسنة الطيبة الظاهرة والباطنة، فإنك أنت الهادي إليها، لا هادي غيرك، وأبعدني واحفظني من سيئ الأخلاق، فإنه لا يبعدني ويحفظني منها إلا أنت.
ثم قال: «لبَّيْك وسَعْدَيْك» أي: أدوم على طاعتك دوامًا بعد دوام، وأسعد بإقامتي على طاعتك وإجابتي لدعوتك سعادة بعد سعادة.
ثم قال: «والخيرُ كله في يديك» أي: والخير كله في تصرفك، أنت المالك له المتصرِّف فيه كيف تشاء. «والشر ليس إليك» أي: إنما يقع الشر في مفعولاتك ومخلوقاتك لا في فعلك سبحانه، فالشر لا يُضاف إليه سبحانه بوجه، لا في ذاته ولا في صفاته ولا في أفعاله ولا في أسمائه، فإن ذاته لها الكمال المطلق من جميع الوجوه، وصفاته كلها صفات كمال، ويُحمد عليها ويُثنى عليه بها، وأفعاله كلها خير ورحمة وعدل وحكمة، لا شر فيها بوجه ما، وأسماؤه كلها حسنى، فكيف يُضاف الشر إليه؟ بل الشر في مفعولاته ومخلوقاته وهو منفصل عنه؛ إذ فعله غير مفعوله، ففعله خير كله، وأما المخلوق المفعول ففيه الخير والشر، وإذا كان الشر مخلوقًا منفصلًا غير قائم بالرب سبحانه فهو لا يُضاف إليه، وليس في هذا حجة للمعتزلة الذين يزعمون أن الله لم يخلق الشر، فالله خالق الخير والشر وخالق كل شيء سبحانه.
«أنا بك وإليك» أي: أعوذ وأعتمد وألوذ وأقوم بك، وأتوجَّه وألتجئ وأرجع إليك، أو بك وحَّدت وإليك انتهى أمري، فأنت المبدأ والمنتهى، وقيل: أستعين بك وأتوجه إليك.
«تباركتَ وتعاليتَ» أي: تعظَّمت وتمجَّدت وتكاثر خيرك، وتعاليت عما توهمته الأوهام وتصورته العقول، وتنزَّهت عن كل نقص وعيب.
«أستغفرك وأتوب إليك» أي: أطلب المغفرة لما مضى، وأرجع عن فعل الذنب فيما بقي، متوجِّهًا إليك بالتوفيق والثبات إلى الممات.
وإذا ركع، قال: «اللهمَّ لك ركعتُ، وبك آمنتُ، ولك أسلمتُ، خشع لك سمعي، وبصري، ومُخِّي، وعظمي، وعَصَبي» أي ركوعي لك وحدك مخلصًا لك، وقد آمنت بك، وانقدتُ لك، وجوارحي كلها -مِن سمع وبصر ومخ وعظم وعصب- ذليلة منقادة لأمرك.
   وإذا رفع رأسه من الركوع قال: «اللهم ربنا لك الحمد مِلءَ السماوات، ومِلءَ الأرض، ومِلءَ ما بينهما، ومِلءَ ما شئتَ من شيء بعد» أي: أحمدك حمدًا لو كان أجسامًا لملأ السماوات والأرض، وملأ ما يشاء من خلقك بعد السماوات والأرض.
وإذا سجد، قال: «اللهم لك سجدتُ، وبك آمنتُ، ولك أسلمتُ، سجد وجهي للذي خلقه، وصوَّره، وشقَّ سمعَه وبصرَه، تبارك الله أحسنُ الخالقين» أي: سجودي لك وحدك مخلصًا لك، وقد آمنت بك، وانقدتُ لك، وجوارحي كلها التي خلقتها وصوَّرتها ذليلة منقادة لأمرك، تبارك الله أحسنُ الخالقين.
ثم يكون من آخر ما يقول بين التشهُّد والتسليم: «اللهم اغفر لي ما قدَّمتُ وما أخَّرتُ، وما أسررتُ وما أعلنتُ، وما أسرفتُ، وما أنت أعلم به مني، أنت المُقَدِّم وأنت المؤَخِّر، لا إله إلا أنت» أي: اللهم اغفر لي ما قدَّمتُ من الذنوب وما أخَّرتُ منها، كأنه قال: اغفر لي القديم والحديث «وما أسررتُ وما أعلنتُ» أي: اغفر لي ما أخفيت وما أظهرت، أو ما حدَّثتُ به نفسي وما تحرَّك به لساني «وما أسرفت»    أي: اغفر لي ما جاوزت فيه الحد من الذنوب والمعاصي «وما أنت أعلم به مني» أي: واغفر لي ذنوبي التي لا أعلمها «أنت المقدِّم وأنت المؤخِّر» معناه: تقدِّم من شئت بطاعتك وغيرها وتؤخِّر من شئت عن ذلك، كما تقتضيه حكمتك، وتعز من تشاء وتذل من تشاء «لا إله إلا أنت» أي: لا معبود بحق إلا أنت.
Dahulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila mendirikan salat, beliau mengucapkan, "Aku hadapkan wajahku kepada Zat yang menciptakan langit dan bumi," yakni, aku menghadapkan diriku dengan ibadah. Artinya aku mengikhlaskan ibadahku hanya untuk Allah yang telah menciptakan sesuatu tanpa ada contoh pola sebelumnya dan aku berpaling dari selain-Nya. Sesungguhnya Zat yang telah menciptakan makhluk-makhluk seperti ini yang ada dalam puncak inovasi dan kesempurnaan, tentunya layak semua wajah mengarah kepada-Nya dan semua hati bersandar kepada-Nya di segala keadaan. Tidak boleh berpaling kepada selain-Nya dan tidak berharap kecuali kelanggengan ridha dan kebaikan-Nya. "dengan lurus dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik." Yakni, condong dari setiap agama yang batil ke agama yang benar, agama Islam dengan tetap tegar di atasnya. Menurut orang Arab, ini biasanya terjadi pada orang yang berpegang kepada agama Ibrahim -'alaihissalām-. Lantas beliau bersabda, "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku diperintahkan kepada hal itu dan aku termasuk orang-orang muslim." Yakni, salatku, ibadahku dan kedekatanku, semua itu murni untuk mencari keridhaan Allah. Aku tidak menyekutukan-Nya di dalam itu semua dengan siapa pun. Ya Allah, Engkau adalah Raja. Demikian juga hidupku dan matiku hanya milik Allah. Dialah Yang menciptakan keduanya dan menetapkan takdirnya. Tidak ada seorang pun yang mengatur, Tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah Mahasuci dalam Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuataan-Nya?" Tuhanku telah memerintahkanku dengan tauhid dan keikhlasan ini dan aku termasuk orang-orang muslim yang tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lalu beliau mengucapkan, "Ya Allah, Engkau Raja. Tidak ada Ilah yang haq selain Engkau. Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku dan mengakui dosaku. Karena itu, ampunilah dosaku seluruhnya. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau." Yakni, ya Allah, Engkaulah Raja, tidak ada Raja selain-Mu. Dan tidak ada kerajaan yang sebenarnya melainkan milik-Mu. Sedangkan Engkau Tunggal, Esa dengan sifat uluhiyah sehingga tidak ada yang dapat disembah kecuali Engkau. Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu. Aku telah melakukan kezaliman dan kelalaian, melakukan maksiat dan dosa dan ku akui dosa-dosa itu, maka ampunilah daku karena tidak ada yang mampu mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau, karena Engkaulah Zat yang Maha Pengampun lagi Penyayang. Kemudian beliau lanjutkan; Tunjukkanlah aku kepada akhlak yang paling baik. Tidak ada yang memberikan petunjuk kepada akhlak yang paling baik kecuali Engkau. Jauhkanlah dariku akhlak yang buruk. Tidak ada yang bisa menjauhkan akhlak buruk dariku kecuali Engkau. Aku mendengar seruan-Mu dan aku sambut gembira. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari-Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertaubat kepada-Mu." Apabila beliau rukuk, beliau mengucapkan, "Ya Allah, aku rukuk untuk-Mu, beriman kepada-Mu, dan aku menyerahkan diri kepada-Mu. Pendengaranku, pandanganku, otakku, tulangku dan sarafku tunduk pada-Mu." Apabila beliau mengangkat kepala, beliau mengucapkan, "Ya Allah Tuhan kami, segala puji milik-Mu sepenuh langit, sepenuh bumi, sepenuh antara keduanya dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki." Apabila bersujud, beliau mengucapkan, "Ya Allah, aku bersujud untuk-Mu, beriman kepada-Mu, menyerahkan diri kepada-Mu. Wajahku bersujud kepada Zat yang telah menciptakannya, membentuknya, membelah pendengarannya dan penglihatannya. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta." Selanjutnya ucapan terakhir yang dikatakannya antara tasyahhud dan salam ialah, "Ya Allah, ampunilah (dosa) yang telah aku lakukan dan yang akan datang, apa yang aku sembunyikan dan yang terang-terangan, apa yang aku hamburkan dan apa yang lebih Engkau ketahui dariku. Engkaulah Yang Mendahulukan dan Engkaulah Yang Mengakhirkan. Tidak ada Ilah yang benar selain Engkau." Yakni, ya Allah, ampunilah aku atas dosa-dosa yang telah aku lakukan dan yang akan aku lakukan." Seakan-akan beliau bersabda, "Ya Allah, ampunilah dosaku yang dulu dan yang sekarang." "apa yang aku sembunyikan dan yang terang-terangan" yakni ampunilah dosa yang aku tampakkan maupun yang ku sembunyikan, dosa yang terbetik di hatiku atau tergerak di lisanku. "apa yang aku hamburkan" yaitu ampunilah aku saat melampaui batas dalam dosa dan maksiat. "dan apa yang lebih Engkau ketahui dariku" yakni ampunilah dosa yang tak aku ketahui. "Engkaulah Yang Mendahulukan dan Engkaulah Yang Mengakhirkan" artinya Engkau kedepankan siapa yang Engkau kehendaki dengan ketaatannya pada-Mu dan Engkau akhirkan siapa yang Engkau kehendaki sesuai dengan hikmah-Mu. Engkau mulyakan hamba yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa saja yang Engkau kehendaki. "Tiada Ilah yang haq selain Engkau" artinya tiada sembahan yang patut disembah selain Engkau.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8280

 
Hadith   1386   الحديث
الأهمية: قمت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلة، فقام فقرأ سورة البقرة، لا يمر بآية رحمة إلا وقف فسأل، ولا يمر بآية عذاب إلا وقف فتعوذ
Tema: Suatu malam aku melaksanakan salat tahajud bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau berdiri lalu membaca surah Al-Baqarah. Setiap kali melewati ayat tentang rahmat, beliau berhenti lalu berdoa memohonnya. Setiap kali melewati ayat tentang azab, beliau berhenti lalu memohon perlindungan darinya.

عن عوف بن مالك الأشجعي -رضي الله عنه- قال: قمتُ مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلةً، فقام فقرأ سورةَ البقرة، لا يَمُرُّ بآية رحمةٍ إلا وقفَ فسأل، ولا يَمُرُّ بآية عذابٍ إلَّا وقف فتعوَّذ، قال: ثم ركع بقَدْر قيامِه، يقول في ركوعه: «سُبحانَ ذي الجَبَروتِ والملَكوتِ والكِبرياءِ والعَظَمةِ»، ثم سجد بقَدْر قيامه، ثم قال في سجوده مثلَ ذلك، ثم قام فقرأ بآل عمران، ثم قرأ سورةً سورةً.

Dari Auf bin Malik Al-Asyja'i -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Suatu malam aku melaksanakan salat malam bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau berdiri lalu membaca surah Al-Baqarah. Setiap kali melewati ayat tentang rahmat, beliau berhenti lalu memohon. Setiap kali melewati ayat tentang azab, beliau berhenti lalu memohon perlindungan." Auf bin Malik Al-Asyja'i berkata, "Lantas beliau ruku' lama seperti berdirinya. Dalam rukuknya beliau mengucapkan, "Mahasuci Allah Pemilik keperkasaan, kekuasaan, kebesaran dan keagungan." Lantas beliau bersujud lama seperti ukuran berdirinya. Dalam sujudnya beliau mengucapkan sebagaimana dalam rukuknya. Setelah itu beliau berdiri lalu membaca Āli 'Imrān kemudian membaca surah demi surah."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر عوف بن مالك الأشجعي رضي الله عنه أنه صلى مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلةً قيام الليل، فقام صلى الله عليه وسلم فقرأ سورة البقرة، فكان لا يمر بآية يُذكر فيها الرحمة والجنة إلا سأل الله رحمته وجنته، ولا يمر بآية يُذكر فيها العذاب إلا استعاذ بالله من عذابه، ثم ركع طويلًا بقدر قيامه، وقال في ركوعه: «سُبحانَ ذي الجَبَروتِ والملَكوتِ والكِبرياءِ والعَظَمةِ» أي: أُنَزِّه اللهَ صاحب القهر والغلبة، وصاحب الملك ظاهرًا وباطنًا، وصاحب الكبرياء، وصاحب العظمة، ثم سجد بقَدْر قيامه، ثم قال في سجوده مثلَ ما قال في ركوعه، ثم قام فقرأ بآل عمران، ثم قرأ سورةً سورةً.
Auf bin Malik Al-Asyja'i -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa dirinya melaksanakan salat malam bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri lalu membaca surah Al-Baqarah. Setiap kali melewati ayat yang menyebutkan rahmat dan surga, beliau pun memohon rahmat dan surga kepada Allah. Setiap kali melewati ayat yang menyebutkan azab, beliau memohon perlindungan kepada Allah dari azab-Nya. Selanjutnya beliau rukuk panjang sesuai dengan ukuran berdirinya. Dalam rukuknya, beliau mengucapkan, "Mahasuci Allah Pemilik Keperkasaan, kekuasaan, kebesaran, dan keagungan." Yakni, aku menyucikan Allah Pemilik keperkasaan dan kekuatan, Pemilik kekuasaan lahir dan batin, Pemilik kebesaran dan Pemilik keagungan, lalu beliau bersujud seperti ukuran lama berdirinya. Lantas dalam sujudnya beliau mengucapkan (doa) sebagaimana dalam rukuk. Setelah itu berdiri lalu membaca Āli 'Imrān, lalu membaca surah demi surah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8281

 
Hadith   1387   الحديث
الأهمية: وعدني ربي أن يدخل الجنة من أمتي سبعين ألفا بغير حساب، ولا عذاب مع كل ألف سبعون ألفا وثلاث حثيات من حثيات ربي
Tema: Rabbku telah berjanji kepadaku bahwa Dia akan memasukkan sebanyak tujuh puluh ribu dari umatku ke dalam surga tanpa hisab dan tanpa siksaan. Bersama setiap seribu ada tujuh puluh ribu dan tiga tuangan dari limpahan Rabbku.

عن أبي أمامة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «وَعَدَني ربِّي أنْ يُدْخِلَ الجنةَ من أُمَّتي سبعين ألفًا بغير حسابٍ ولا عذابٍ، مع كلِّ ألفٍ سبعون ألفًا، وثلاثُ حَثَيَاتٍ مِن حَثَيَاتِ ربِّي».

Dari Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Rabbku telah berjanji kepadaku bahwa Dia akan memasukkan sebanyak tujuh puluh ribu dari umatku ke dalam surga tanpa hisab dan tanpa siksaan. Bersama setiap seribu ada tujuh puluh ribu dan tiga tuangan dari limpahan Rabbku."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبرنا النبي -صلى الله عليه وسلم- أن الله -تعالى- وعده أنه سيُدخِل الجنةَ سبعين الفًا من هذه الأمة من غير حساب ولا عذاب، وسيُدخِل مع كل ألف سبعين ألفًا آخرين، وسيقبض الله بيده الكريمة ثلاث قبضات ويدخلهم الجنة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan kepada kita bahwa Allah telah berjanji kepadanya bahwa Dia akan memasukkan ke dalam surga sebanyak tujuh puluh orang dari umat ini tanpa hisab dan tanpa siksaan, dan akan memasukkan bersama setiap seribu orang sebanyak tujuh puluh ribu orang lainnya, dan Allah akan menggenggam dengan tangan-Nya yang mulia tiga genggaman dan memasukkan mereka ke surga.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8282

 
Hadith   1388   الحديث
الأهمية: إن الرحم شجنة آخذة بحجزة الرحمن، يصل من وصلها، ويقطع من قطعها
Tema: Sesungguhnya kekerabatan adalah satu cabang dalam genggaman Allah Yang Maha Pengasih; Dia akan menyambungkan orang yang menyambungnya dan memutuskan orang yang memutusnya.

عن ابن عباس -رضي الله عنهما- مرفوعاً: «إنَّ الرَّحِمَ شِجْنَةٌ آخذةٌ بحُجْزَةِ الرَّحمنِ، يَصِلُ مَن وَصَلَها، ويقطعُ مَن قَطَعَها».

Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū', "Sesungguhnya kekerabatan adalah satu cabang dalam genggaman Allah Yang Maha Pengasih; Dia akan menyambungkan orang yang menyambungnya, dan memutuskan orang yang memutusnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
الرَّحِم لها تعلُّق بالله -عز وجل-، فقد اشتُقَّ اسمها من اسم الرحمن، وهذا الحديث في الجملة من أحاديث الصفات، التي نص الأئمة على أنه يُمر كما جاء، وردوا على من نفى موجبه، والحُجزة على ذلك من الصفات التي يجب الإيمان بها من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير تكييف ولا تمثيل، فنؤمن بأن الرحم وهي القرابة تعتصم بها، وأن الله عز وجل يصل من وصلها، ومن قطع رحمه ولم يصل قرابته، قطعه الله، ومن قطعه الله فهو المقطوع مع عدو الله الشيطان الطريد الرجيم، ولو أراد الخلق كلهم صلته ونفعه، لم يفده ذلك.
"Ar-Raḥim" (kekerabatan) memiliki keterkaitan dengan Allah -'Azza wa Jalla-. Nama tersebut diambil dari nama-Nya "Ar-Raḥmān". Secara global hadis ini termasuk hadis-hadis sifat yang telah ditetapkan oleh para imam bahwa hadis seperti itu diperlakukan (dimaknai) sebagaimana adanya, dan mereka menolak orang yang menafikan keharusannya. Al-Hujzah (genggaman) termasuk sifat yang harus diimani tanpa taḥrīf (penyimpangan makna), ta'ṭīl (meniadakannya), takyīf (menanyakan bagaimana/kaifiyyah), dan tamṡīl (mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk). Dengan demikian kita beriman bahwa "Ar-Raḥim" adalah kekerabatan yang dijadikan pegangan, dan sesungguhnya Allah akan menyambungkan orang yang menyambung kekerabatan. Orang yang memutus kekerabatannya dan tidak menyambungnya, maka Allah akan memutuskannya. Orang yang diputus oleh Allah kekerabatannya, maka dia termasuk orang yang diputus bersama musuh Allah, yaitu setan yang terusir dan terkutuk, meskipun manusia seluruhnya menginginkan untuk menyambung dan memberinya manfaat, hal itu tidak berguna baginya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8283

 
Hadith   1389   الحديث
الأهمية: ألا ترضين أن أصل من وصلك، وأقطع من قطعك؟
Tema: Tidakkah engkau rida aku menyambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «خَلَقَ اللهُ الخلقَ، فلمَّا فرغَ منه، قامت الرَّحِمُ فأخذت بحَقْو الرَّحمن، فقال له: مَه، قالت: هذا مقامُ العائذِ بك من القَطِيعة، قال: ألَا تَرْضَيْنَ أنْ أصِلَ مَن وصلكِ، وأقطعُ مَن قطعكِ، قالت: بلى يا ربِّ، قال: فذاك». قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: اقرءوا إن شئتم: {فهل عسيتُم إنْ تولَّيتُم أن تُفْسِدوا في الأرض وتُقَطِّعوا أرحامَكم}، وفي رواية للبخاري: فقال الله: (من وصلك وصلته ومن قطعك قطعته).
Tema: Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Allah menciptakan makhluk, ketika Allah telah merampungkannya, maka berdirilah rahim lalu memegang pinggang Ar-Raḥmān (Allah Yang Maha Pengasih). Allah berfirman kepadanya, "Menyingkirlah." Rahim berkata, "Ini adalah tempat orang yang berlindung kepadamu dari pemutus kekerabatan." Allah berfirman, "Tidakkah engkau rida Aku menyambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?" Rahim menjawab, "Tentu saja wahai Rabbku." Allah berfirman, "Itu untukmu." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bacalah jika kalian mau, "Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?" Dalam riwayat Bukhari (disebutkan) bahwa Allah berfirman, "Orang yang menyambungmu maka Aku akan menyambungnya, dan orang yang memutusmu, maka Aku akan memutusnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قوله: «خَلَقَ اللهُ الخلقَ، فلمَّا فرغَ منه» أي: انتهى من خلق المخلوقات، وهو يدل على أن ذلك وقع في وقت محدد، وإن كان الله تعالى لا حدَّ لقدرته، ولا يشغله شأن عن شأن، ولكن اقتضت حكمته أن يجعل لفعله ذلك وقتًا معينًا، وهذا من الأدلة على أن أفعاله تتعلق بمشيئته، فمتى أراد أن يفعل شيئا فعله.
وليس معنى قوله: «لما فرغ» أنه تعالى انتهى من خلق كل شيء، بل مخلوقاته تعالى لا تزال توجد شيئا بعد شيء، ولكن سبق علمه بها، وتقديره لها وكتابته إياها، ثم هي تقع بمشيئته، فلا يكون إلا ما سبق به علمه، وتقديره وكتابته، وشاءه فوجد.
قوله: «قامت الرَّحِمُ فأخذت بحَقْو الرَّحمن، فقال له: مَه» هذه الأفعال المسنَدة إلى الرحم، من القيام والقول، ظاهر الحديث أنها على ظاهرها حقيقة، وإن كانت الرحم معنى يقوم بالناس، ولكن قدرة الله تعالى لا تُقاس بما يعرفه عقل الإنسان، وهذا الحديث في الجملة من أحاديث الصفات، التي نص الأئمة على أنها تُمَرُّ كما جاء، وردُّوا على من نفى موجبه. وليس ظاهر هذا الحديث أن لله إزاراً ورداءً من جنس الملابس التي يلبسها الناس، مما يصنع من الجلود والكتان والقطن وغيره، قال تعالى: (ليس كمثله شيء وهو السميع البصير).
قوله: «قالت: هذا مقامُ العائذِ بك من القَطِيعة» هذا أعظم مقام، والعائذ به استعاذ بأعظم معاذ، وهو دليل على تعظيم صلة الرحم، وعظم قطيعتها، والقطيعة: عدم الوصل، والوصل: هو الإحسان إلى ذوي القرابة، والتودُّد لهم والقرب منهم، ومساعدتهم، ودفع ما يؤذيهم، والحرص على جلب ما ينفعهم في الدنيا والآخرة.
قوله: «قال: ألَا تَرْضَيْنَ أنْ أصِلَ مَن وصلكِ، وأقطعَ مَن قطعكِ، قالت: بلى يا ربِّ، قال: فذاك» فمن وصل قرابته وصله الله، ومن وصله الله، وصل إلى كل خير وسعادة في الدنيا والآخرة، ولا بد أن تكون نهايته مجاورة ربه في الفردوس؛ لأن الوصل لا ينتهي إلا إلى هناك فينظر إلى وجه ربه الكريم. ومن قطع قرابته قطعه الله، ومن قطعه الله فهو المقطوع مع عدو الله الشيطان الطريد الرجيم.
Sabda Nabi: "Allah menciptakan makhluk, ketika Allah telah merampungkannya", yakni, setelah Allah selesai menciptakan makhluk. Ini menunjukkan bahwa penciptaan itu terjadi pada waktu yang ditentukan, meskipun kekuasaan Allah tidak ada batasnya, dan tidak ada sesuatu pun yang membuatnya lalai dari sesuatu yang lain. Hanya saja hikmah-Nya mengharuskan perbuatan-Nya itu ada waktu tertentu. Ini menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan-Nya berkaitan dengan kehendak-Nya. Jika Dia hendak melakukan sesuatu, Dia pun melakukannya. Maka sabda Nabi, "ketika Allah telah merampungkannya", tidak berarti bahwa Allah telah selesai dari menciptakan segala sesuatu, tetapi makhluk-makhluk Allah -Ta'ālā- masih terus ada bersambung, hanya saja itu sudah diketahui oleh ilmu-Nya, takdir-Nya, dan penulisan-Nya. Kemudian makhluk-makhluk tersebut ada karena kehendak-Nya, sehingga tidak mungkin hal itu ada melainkan telah diketahui oleh ilmu-Nya, takdir-Nya, dan dituliskan-Nya, lalu Dia berkehendak maka hal itu ada.
Sabda Nabi, "Maka berdirilah rahim lalu memegang pinggang Ar-Raḥmān (Allah Yang Maha Pengasih), dan Allah berfirman kepadanya, "Menyingkirlah!" Perbuatan yang disandarkan kepada rahim yaitu berdiri dan berkata, secara zahir hadis menunjukkan bahwa perbuatan benar adanya secara lahirnya, meskipun rahim itu adalah makna yang ada pada manusia. Hanya saja kekuasaan Allah tidak bisa diukur oleh nalar manusia. Secara global hadis ini termasuk hadis-hadis sifat di mana para ulama telah menetapkan agar hadis itu dipahami apa adanya, dan mereka menyanggah orang yang menafikan keharusannya. Makna lahir dari hadis ini tidak berarti bahwa Allah memiliki sarung dan selendang sejenis pakaian yang dikenakan oleh manusia yang dibuat dari kulit, rami/lenan, kapas dan sebagainya. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Sabdanya, "Rahim berkata, "Ini adalah tempat orang yang berlindung kepada-Mu dari pemutus kekerabatan." Ini tempat paling agung, dan orang yang berlindung kepada Allah adalah orang yang memohon perlindungan kepada pelindung paling agung. Ini merupakan dalil pengagungan bersilaturahmi, dan besarnya (dosa) pemutus kekerabatan. "Al-Qaṭī'ah, artinya tidak menyambung." Al-Washlu" artinya berbuat baik kepada kerabat, memperlihatkan cinta kepadanya, dekat dengannya, membantunya, mencegah hal yang menyakitinya, dan berusaha keras untuk mendatangkan apa yang bermanfaat baginya di dunia dan akhirat.
Sabdanya, Allah berfirman, "Tidakkah engkau rida Aku menyambung orang yang menyambungmu, dan memutus orang yang memutusmu?" Rahim menjawab, "Tentu saja, wahai Rabbku." Allah berfirman, "Itu untukmu." Orang yang menyambung kekerabatannya, niscaya Allah menyambungnya. Orang yang disambung kekerabatannya oleh Allah, berarti dia sampai kepada segala kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dan pasti akhirnya adalah berdekatan dengan Rabbnya di surga Firdaus. Sebab, hubungan tidak berakhir kecuali sampai ke sana sehingga dia dapat melihat wajah Rabbnya Yang Mulia. Orang yang memutus kekerabatannya, niscaya Allah memutusnya. Orang yang diputus kekerabatannya oleh Allah maka dialah orang yang terputus. Dia bersama musuh Allah, yaitu setan yang terusir dan terkutuk.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8284

 
Hadith   1390   الحديث
الأهمية: اللهم لك أسلمت، وبك آمنت، وعليك توكلت، وإليك خاصمت، وبك حاكمت، فاغفر لي ما قدمت وما أخرت، وأسررت وأعلنت، وما أنت أعلم به مني، لا إله إلا أنت
Tema: Ya Allah! Kepada-Mu lah aku berserah diri. Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah aku bertawakal. Kepada-Mu aku mengajukan perkara. Dan kepada-Mu aku berhukum. Karena itu, ampunilah aku dari dosa yang telah lalu dan yang akan datang, apa yang aku lakukan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan apa yang Engkau lebih tahu dariku. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.

عن ابن عباس -رضي الله عنهما- كان النبيُّ -صلى الله عليه وسلم- إذا تَهَجَّد من الليل قال: «اللهم ربَّنا لك الحمدُ، أنت قَيِّمُ السموات والأرض، ولك الحمدُ أنت ربُّ السموات والأرض ومَن فيهنَّ، ولك الحمدُ أنت نورُ السموات والأرض ومن فيهنَّ، أنت الحقُّ، وقولُك الحقُّ، ووعدُك الحقُّ، ولقاؤك الحقُّ، والجنةُ حقٌّ، والنارُ حقٌّ، والساعةُ حقٌّ، اللهم لك أسلمتُ، وبك آمنتُ، وعليك توكَّلتُ، وإليك خاصمتُ، وبك حاكمتُ، فاغفر لي ما قدَّمتُ وما أخَّرتُ، وأسررتُ وأعلنتُ، وما أنت أعلم به مني، لا إلهَ إلا أنت».

Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila melaksanakan salat tahajud di malam hari, beliau membukanya dengan ucapan, “Ya Allah! Segala puji bagi Engkau. Engkau pemelihara langit dan bumi serta makhluk yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau memiliki kerajaan langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau adalah cahaya bagi langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau Raja langit dan bumi dan Raja bagi siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkaulah Al Haq. Janji-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, pertemuan dengan-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, para nabi itu membawa kebenaran, dan Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- itu membawa kebenaran, hari kiamat itu benar adanya. Ya Allah! Kepada-Mu lah aku berserah diri. Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah aku bertawakal. Kepada-Mu aku mengajukan perkara. Dan kepada-Mu aku berhukum. Karena itu, ampunilah aku dari dosa yang telah lalu dan yang akan datang, apa yang aku lakukan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan apa yang Engkau lebih tahu dariku. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان النبيُّ صلى الله عليه وسلم إذا قام لصلاة الليل قال بعد أن يكبِّر تكبيرة الإحرام: «اللهم ربَّنا لك الحمدُ» أي: جميع الحمد واجب ومستحق لله تعالى، فهو المحمود على صفاته، وأسمائه، وعلى نعمه، وأياديه، وعلى خلقه وأفعاله، وعلى أمره وحُكمه، وهو المحمود أولًا وآخرًا، وظاهرًا وباطنًا.
ثم قال: «أنت قَيِّمُ السموات والأرض» أي: أنت الذي أقمتهما من العدم، والقائم عليهما بما يصلحهما ويقيمهما، فأنت الخالق الرازق، المالك المدبر، المحيي المميت.
ثم قال: «ولك الحمدُ أنت رب السموات والأرض ومن فيهنَّ» أي: أنت مالكهما ومن فيهما، والمتصرف بهما بمشيئتك، وأنت موجِدهما من العدم، فالملك لك، وليس لأحد معك اشتراك أو تدبير، تباركت وتعاليت.
ثم قال: «ولك الحمدُ أنت نورُ السماوات والأرض ومن فيهنَّ» فمن صفاته سبحانه أنه نور، واحتجب عن خلقه بالنور، وهو سبحانه منوِّر السماوات والأرض، وهادي أهل السماوات والأرض، ولا ينبغي نفي صفة النور عن الله تعالى أو تأويلها.
ثم قال: «أنت الحقُّ» فالحق اسم من أسمائه وصفة من صفاته، فهو الحق في ذاته وصفاته، فهو واجب الوجود كامل الصفات والنعوت، وجوده من لوازم ذاته، ولا وجود لشيء من الأشياء إلا به.
   ثم قال: «وقولُك الحقُّ» ما قلتَه فهو صدق وحق وعدل، لا يأتيه الباطل من بين يديه، ولا من خلفه، لا في خبره، ولا في حُكمه وتشريعه، ولا في وعده ووعيده.
ثم قال: «ووعدُك الحقُّ» يعنى: لا تخلف الميعاد، فما وعدت به فلا بد من وقوعه، على ما وعدت، فلا خُلف فيه ولا تبديل.
ثم قال: «ولقاؤك حقُّ» أي: لا بد للعباد من ملاقاتك، فتجازيهم على أعمالهم، واللقاء يتضمن رؤية الله سبحانه.
ثم قال: «والجنةُ حقٌّ، والنارُ حقٌّ» أي: ثابتتان، موجودتان، كما أخبرتَ بذلك أنهما معدتان لأهلهما، فهما دار البقاء، وإليهما مصير العباد.
ثم قال: «والساعةُ حقٌّ» أي: مجيء يوم القيامة حق لا مرية فيه، فهو ثابت لا بد منه، وهي نهاية الدنيا، ومبدأ الآخرة.
وقوله: «اللهم لك أسلمتُ» معناه: انقدت لحكمك وسلمت ورضيت. وقوله: «وبك آمنت» يعنى: صدَّقت بك وبما أنزلت، وعملت بمقتضى ذلك.
«وعليك توكلت» أي: اعتمدت عليك، ووكَّلت أموري إليك، «وإليك خاصمت» أي: بما آتيتنى من البراهين احتججت على المعاند وغلبته «وبك حاكمت» أي: كل من أبى قبول الحق، أو جحده، حاكمته إليك وجعلتك الحكم بيني وبينه مجانبًا بذلك حكم كل طاغوت، من قانون وضعي، أو كاهن أو غيره، مما يتحاكم إليه البشر، من الأوضاع الباطلة شرعاً.
وقوله: «فاغفر لي ما قدَّمتُ وما أخَّرتُ، وأسررتُ وأعلنتُ، وما أنت أعلم به مني» أي: اغفر لي ما عملتُ من الذنوب، وما سأعمله، وما ظهر منها لأحد من خلقك، وما خفي عنهم، ولم يعلمه غيرك.
ثم ختم دعاءه بقوله: «لا إلهَ إلا أنت» فلا أتوجَّه إلى سواك؛ إذ كل مألوه غيرك باطل ودعوته ضلال ووبال، وهذا هو التوحيد الذي جاءت به رسل الله، وفرضه تعالى على عباده.
Apabila Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri untuk melaksanakan salat, maka setelah mengucapkan takbiratul ihram, beliau mengucapkan doa, "Ya Allah, Tuhan kami, segala puji milik-Mu," yakni, segala pujian wajib dan menjadi hak Allah Ta'ala. Dia terpuji dalam sifat-sifat-Nya, nama-nama-Nya, nikmat-Nya, kemurahan hati-Nya, penciptaan-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, perintah-Nya dan ketetapan-Nya. Dialah yang terpuji di awal dan di akhir, lahir dan batin.
Selanjutnya beliau mengucapkan, "Engkaulah yang menegakkan langit dan bumi." Yakni, Engkaulah yang menegakkannya dari ketiadaan, mengurus keduanya dengan hal-hal yang dapat memperindah dan menegakkannya. Engkaulah Pencipta dan Pemberi rezeki, Pemilik dan Pengatur, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan.
Selanjutnya beliau mengucapkan, "Segala puji hanya milik-Mu. Engkaulah Tuhan langit dan bumi dan makhluk yang ada di dalamnya." Yakni, Engkau Pemilik keduanya dan makhluk yang ada di dalamnya, yang mengatur keduanya dengan kehendak-Mu. Engkau yang mengadakan keduanya dari ketiadaan. Dengan demikian, kerajaan adalah milik-Mu dan tidak ada keterlibatan atau pengaturan seorang pun bersama-Mu. Engkau Maha Suci dan Engkau Maha Luhur.
Lalu mengucapkan, "Segala puji hanya milik-Mu. Engkaulah cahaya langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalam keduanya." Di antara sifat Allah ialah cahaya dan Dia tersembunyi dari makhluk-Nya dengan cahaya. Dia Penerang langit dan bumi, Pemberi petunjuk penghuni langit dan bumi, dan tidak boleh menafikan atau menakwilkan sifat cahaya dari Allah Ta'ala.
Lalu mengucapkan, "Engkaulah Al-Haq." Al-Haq adalah salah satu nama Allah dan salah satu sifat-Nya. Dia adalah Al-Haq dalam Zat dan sifat-Nya. Dia adalah wajib ada dengan segala sifat dan ciri. Keberadaan-Nya merupakan keharusan Zat-Nya. Tidak ada wujud sesuatu melainkan Dia yang mengadakannya.
Lalu mengucapkan, "Firman-Mu adalah benar," apa yang Engkau firmankan adalah benar, hak, dan adil tanpa tercampuri kebatilan dari depan-Nya, dari belakang-Nya, baik dalam kabar-Nya, hukum-Nya, dan syariat-Nya. Tidak juga pada janji dan ancaman-Nya.
Lalu mengucapkan, "janji-Mu adalah benar," yakni, Engkau tidak pernah ingkar janji. Apa yang Engkau janjikan pasti akan terjadi sesuai dengan yang telah Engkau janjikan. Tidak ada pergantian dan perubahan di dalamnya.
Lalu mengucapkan, "dan pertemuan-Mu adalah benar." Yakni, setiap hamba pasti berjumpa dengan-Nya, lalu mereka diberi balasan atas amal-amalnya. Perjumpaan ini tercakup di dalamnya melihat Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Lalu mengucapkan, "Surga itu benar, neraka itu benar," yakni, keduanya sudah ditetapkan dan ada sebagaimana engkau telah diberitahu mengenai hal itu bahwa keduanya sudah disiapkan bagi para penghuninya. Keduanya adalah perkampungan abadi dan kepadanya tempat kembali semua hamba.
Lalu mengucapkan, "dan kiamat itu benar." Yakni, terjadinya kiamat adalah sesuatu yang benar tanpa ada keraguan di dalamnya. Ia ditetapkan dan pasti terjadi. Kiamat adalah akhir dunia dan permulaan akhirat. Sabdanya, "Ya Allah, aku menyerahkan diri kepada-Mu," artinya aku tunduk kepada hukum-Mu, menyerahkan diri, dan rela.
Sabdanya, "beriman kepada-Mu," yakni, aku membenarkan-Mu dan apa yang Engkau turunkan, dan aku melakukan sebagaimana keharusannya.
"bertawakal kepada-Mu," yakni, aku bersandar kepada-Mu dan menyerahkan segala urusanku kepada-Mu.
"mengajukan perkara kepada-Mu," yakni, dengan berbagai bukti yang diberikan kepadaku, aku berhujjah kepada pembangkang dan mengalahkannya.
"dan mengajukan gugatan kepada-Mu." Yakni, setiap orang yang menolak untuk menerima kebenaran atau mengingkarinya, maka aku mengajukan gugatan kepada-Mu dan aku menjadikan-Mu sebagai penentu keputusan antara aku dengannya, guna menghindari keputusan thaghut berupa undang-undang konvensional atau dukun atau lainnya yang biasanya dijadikan rujukan oleh manusia, berupa hukum-hukum yang batil secara syariat.
Sabdanya, "Karena itu, ampunilah aku dari dosa yang telah lalu dan yang akan datang, apa yang aku lakukan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan apa yang Engkau lebih tahu dariku." Yakni, ampunilah aku dari dosa yang telah aku kerjakan dan yang akan aku kerjakan, dosa yang tampak pada seseorang dari makhluk-Mu dan apa yang tersembunyi dari mereka dan yang tidak diketahui oleh selain-Mu.
Selanjutnya beliau menutup doanya dengan ucapan, "Tidak ada tuhan yang benar selain Engkau." Aku tidak menghadap kecuali kepada-Mu, karena setiap yang dipertuhankan selain-Mu adalah batil dan dakwahnya adalah sesat dan binasa.
Inilah tauhid yang dibawa oleh para utusan Allah dan diwajibkan oleh Allah Ta'ala kepada para hamba-Nya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8285

 
Hadith   1391   الحديث
الأهمية: سبق الكتاب أجله، اخطبها إلى نفسها
Tema: Masa idah yang ditetapkan sudah berlalu. Silakan lamar dia!

عن الزُّبير بن العوام -رضي الله عنه- أنَّه كانت عنده أمُّ كُلثوم بنتُ عقبة، فقالت له وهي حاملٌ: طَيِّب نفسي بتطليقة، فطلَّقها تطليقةً، ثم خرجَ إلى الصلاة، فرجع وقد وضعت، فقال: ما لها؟ خَدَعتني، خَدَعها اللهُ، ثم أتى النبيَّ -صلى الله عليه وسلم-، فقال: «سَبَقَ الكتابُ أَجَلَه، اخطِبها إلى نفسِها».

Dari Az-Zubair bin al-'Awwām -raḍiyallāhu 'anhu- bahwasannya dia memiliki istri yaitu Ummu Kulṡūm binti Uqbah. Ummu Kulṡūm berkata kepadanya saat dia hamil, "Gembirakanlah diriku dengan satu kali talak!" Lantas dia (Az-Zubair) menjatuhkan satu talak. Setelah itu dia keluar untuk salat lalu kembali (ke rumah) dan Ummu Kulṡūm sudah melahirkan. Ia berkata, "Ada apa dengannya? Dia (istriku) menipuku, semoga Allah membalasnya." Lantas Az-Zubair datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka beliau bersabda, "Masa idah yang ditetapkan sudah berlalu. Lamarlah dia kembali!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان الزبير بن العوام متزوِّجًا بأم كلثوم بنت عقبة فقالت له وهي حامل: «طيِّب نفسي بتطليقة» أي: أدخل علي السرور بتطليقة واحدة، والظاهر أنها كانت لا تحبه وتريد أن تخرج من تحته خروجًا لا يتمكَّن من مراجعتها، فطلبت منه أن يطلقها طلقة واحدة لما أحسَّت بقرب ولادتها، وعلمت أن عدة الحامل أن تضع حملها، فطلَّقها تطليقةً، ثم خرجَ إلى الصلاة، فرجع وقد ولدت، فقال: «ما لها؟ خَدَعتني، خَدَعها اللهُ» والخداع من صفات الله تعالى الفعلية الخبرية، ولكنه لا يوصف بها على سبيل الإطلاق، إنما يوصف بها على سبيل المقابلة، فيقال يخدع الله من يخدعه، مثل خداعه للمنافقين، وخداعه لمن يمكر بالمؤمنين وما شابه ذلك، ولا يجوز تأويلها بقولهم إن الزبير أراد بقوله هذا: جزاها الله تعالى بخداعها. بل يجب إثبات هذه الصفة كغيرها من صفات الله تعالى من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير تكييف ولا تمثيل.
   ثم أتى الزبير إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأخبره بما حدث بينه وبين زوجته، فقال صلى الله عليه وسلم: «سَبَقَ الكتابُ أَجَلَه»، أي: مضت العدة المكتوبة قبل ما يتوقع من تمامها، ووقع الطلاق، ثم قال صلى الله عليه وسلم: «اخطِبها إلى نفسِها» أي: كن واحدًا من الخُطاب لا حقَّ لك في نفسها؛ لخروجها عن العدة.
Az-Zubair bin Al-'Awwām menikah dengan Ummu Kulṡūm binti Uqbah. Ia berkata kepadanya (az-Zubair) saat dia hamil, "Gembirakanlah diriku dengan satu talak!" Yakni, masukkanlah rasa senang kepadaku dengan menjatuhkan talak satu. Secara lahir Ummu Kulṡūm tidak mencintainya dan dia ingin terbebas darinya tanpa bisa rujuk lagi kepadanya. Dia meminta kepada Az-Zubair agar menjatuhkan satu talak kepadanya saat dia merasakan dekatnya masa melahirkan. Dia tahu bahwa masa idah wanita hamil adalah sampai melahirkan anaknya. Lantas dia pun menjatuhkan satu kali talak kepada Ummu Kulṡūm lalu pergi salat. Lantas dia kembali dan Ummu Kulṡūm sudah melahirkan. Ia bertanya, "Ada apa dengannya? Dia (istriku) menipuku, semoga Allah membalasnya." Al-Khudā' (tipuan) adalah salah satu sifat fi'liyah khabariyah. Hanya saja Allah tidak disifati dengannya secara mutlak. Dia disifati demikian dalam rangka perbandingan. Dikatakan, bahwa Allah menipu orang yang menipu-Nya, seperti tipuan-Nya terhadap orang-orang munafik, dan orang yang berbuat makar kepada orang-orang mukmin, serta tipuan yang serupa dengannya. Ini tidak boleh ditakwilkan dengan ucapan mereka bahwa Az-Zubair menghendaki dengan ucapannya itu, "Allah telah membalasnya dengan tipuannya," tetapi harus menetapkan sifat ini sebagaimana sifat-sifat Allah -Ta'ālā- tanpa tahrīf (penyimpangan makna), ta'ṭīl (meniadakannya), takyīf (menanyakan bagaimana/kaifiyyah), dan tamṡīl (mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk). Selanjutnya Az-Zubair mendatangi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dengan istrinya. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Masa idah yang ditetapkan sudah berlalu," yakni, masa idah yang ditetapkan sudah berlalu tidak sesuai dengan yang diharapkannya dan jatuhlah talak. Selanjutnya beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Lamarlah dia kembali." yakni! jadilah salah satu dari para pelamar, engkau tidak berhak lagi padanya karena dia telah keluar dari masa idah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8286

 
Hadith   1392   الحديث
الأهمية: يوضع الصراط بين ظهري جهنم، عليه حسك كحسك السعدان، ثم يستجيز الناس، فناج مسلم، ومجدوح به، ثم ناج ومحتبس به فمنكوس فيها
Tema: Jembatan (Aṣ-Ṣirāṭ) dipancangkan di tengah-tengah Jahanam. Di atasnya terdapat duri seperti duri tumbuhan As-Sa'dān. Selanjutnya manusia diperintahkan untuk melintasinya. Ada orang yang selamat dan terjaga, ada yang kulitnya terkelupas kemudian selamat, dan ada yang tertahan kemudian terbalik.

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «يُوضَعُ الصِّراط بين ظَهْرَي جهنم، عليه حَسَكٌ كحَسَك السَّعْدان، ثم يستجيز الناس، فناجٍ مُسَلَّم، ومَجْدوح به ثم ناجٍ، ومحتبَس به فمنكوسٌ فيها، فإذا فرغ اللهُ عز وجل من القضاءِ بين العباد، يفقد المؤمنون رجالًا كانوا معهم في الدنيا يُصلُّون بصلاتهم، ويُزَكُّون بزكاتهم، ويصومون صيامهم، ويحجُّون حجَّهم ويغزون غزوَهم فيقولون: أي ربنا عبادٌ من عبادك كانوا معنا في الدنيا يُصلُّون صلاتنا، ويُزَكُّون زكاتنا، ويصومون صيامنا، ويحجُّون حجَّنا، ويغزون غزوَنا لا نراهم، فيقول: اذهبوا إلى النار فمن وجدتم فيها منهم فأخرجوه، قال: فيجدونهم قد أخذتهم النارُ على قَدْر أعمالهم، فمنهم مَن أخذته إلى قدميه، ومنهم مَن أخذته إلى نصف ساقيه، ومنهم مَن أخذته إلى رُكبتيه، ومنهم من أخذته إلى ثَدْيَيْه، ومنهم من أزرته، ومنهم من أخذته إلى عنقه، ولم تَغْشَ الوجوهَ، فيستخرجونهم منها فيُطرحون في ماء الحياة»، قيل: يا رسول الله وما الحياة؟ قال: «غسل أهل الجنة فينبتون نباتَ الزرعة» وقال مرة: «فيه كما تنبت الزرعة في غُثاء السَّيل، ثم يشفع الأنبياء في كلِّ من كان يشهد أن لا إله إلا الله مخلِصًا فيخرجونهم منها» قال: «ثم يتحنَّنُ اللهُ برحمته على من فيها، فما يترك فيها عبدًا في قلبه مثقالُ حبَّة من إيمان إلا أخرجه منها».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Jembatan (Aṣ-Ṣirāṭ) dipancangkan di tengah-tengah Jahanam. Di atasnya terdapat duri seperti duri tumbuhan As-Sa'dān. Selanjutnya manusia diperintahkan untuk melintasinya. Ada orang yang selamat dan terjaga, ada yang kulitnya terkelupas kemudian selamat, dan ada yang tertahan kemudian terbalik di dalam Jahanam." Setelah Allah 'Azza wa Jalla selesai menetapkan keputusan di antara hamba. Kaum Mukminin kehilangan orang-orang yang dulunya bersama mereka di dunia. Mereka salat seperti salatnya, berzakat seperti zakatnya, berpuasa seperti puasanya, menunaikan ibadah haji seperti hajinya, dan berperang (jihad) seperti perangnya. Mereka berkata, "Wahai Tuhanku, sekelompok hamba-hamba-Mu yang dulu bersama kami di dunia. Mereka salat sebagaimana salat kami, berzakat sebagaimana zakat kami, berpuasa sebagaimana puasa kami, menunaikan haji sebagaimana haji kami, berperang sebagaimana perang kami, tetapi kami tidak melihat mereka." Allah berfirman, "Pergilah kalian semua ke neraka. Siapa saja di antara kalian yang menemukan mereka, maka keluarkanlah." Abu Sa'īd Al-Khudri berkata, "Mereka menemukan kaum tersebut sudah dilahap api sesuai dengan kadar amalnya masing-masing. Ada yang dilahap neraka sampai kedua kakinya, ada yang sudah dilahap sampai separuh kedua betisnya, ada yang sudah dilahap sampai kedua lututnya, ada yang sudah dilahap sampai ke kedua teteknya, ada yang dilahap api sampai ke baju bagian bawahnya, dan ada juga yang dilahap neraka sampai ke lehernya tanpa menimpa wajah-wajahnya. Lantas kaum mukminin memohon agar mereka dikeluarkan dari neraka. Selanjutnya mereka dilemparkan ke dalam air kehidupan." Dikatakan, "Wahai Rasulullah, apakah air kehidupan itu?" Beliau bersabda, "Pemandian penghuni surga lalu mereka tumbuh seperti tumbuhnya tanaman." Saat lain beliau bersabda, "Di dalamnya tumbuh seperti tumbuhnya tanaman di buih air bah. Selanjutnya para nabi memberikan syafaat kepada setiap orang yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang benar selain Allah dengan tulus lalu mereka dikeluarkan dari neraka." Beliau bersabda, "Selanjutnya Allah menaruh belas kasihan dengan rahmat-Nya kepada orang yang ada di neraka. Allah tidak membiarkan seorang hamba pun yang di dalam hatinya ada iman seberat biji sawi, melainkan Dia mengeluarkannya dari neraka."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إذا كان يوم القيامة وضع الله عز وجل الصراط على وسط جهنم، وعلى الصراط شوك صلب، ثم يؤمر الناس بالمرور عليه، فمنهم من ينجو ويسلم ولا تناله النار، ومنهم من يُخدش ثم يسلم ويُخلَّص، ومنهم من يسقط في جهنم.
فإذا فرغ اللهُ عز وجل من محاسبة عباده وأُدخل أهلُ الجنة الجنةَ وأهلُ النار النارَ، لا يجد المؤمنون من أهل الجنة ناساً كانوا معهم في الدنيا يصلون ويزكون ويصومون ويحجون ويجاهدون معهم، فيقولون لله عز وجل: إننا لا نرى هؤلاء الناس معنا في الجنة مع أنهم كانوا يصلون ويزكون ويصومون ويحجون ويجاهدون معنا في الدنيا. فيقول الله لهم : اذهبوا إلى النار فإذا وجدتم فيها أحدًا منهم فأخرجوه منها.
فيجدونهم قد أصابتم النارُ على قَدْر أعمالهم، فمنهم مَن أصابته إلى قدميه، ومنهم مَن أصابته إلى نصف ساقيه، ومنهم مَن أصابته إلى رُكبتيه، ومنهم من أصابته إلى وسطه ومنهم من أصابته إلى ثَدْيَيْه، ومنهم من أصابته إلى رقبته، ولكنَّ النار لم تصل إلى وجوههم، فيشفعون فيهم، فيخرجون من النار ويُلقون في ماء الحياة، وهو ماء يُحيى من انغمس فيه، فينبتون كما ينبت الزرع في مجرى السَّيل.
ثم يشفع الأنبياء في كلِّ من كان يشهد أن لا إله إلا الله مخلِصًا من قلبه فيخرجونهم من النار، ثم يعطف اللهُ برحمته على من في النار، فما يترك فيها أحدًا في قلبه مقدار حبَّة من إيمان إلا أخرجه منها.
Pada hari kiamat kelak, Allah -'Azza wa Jalla- meletakan jembatan (Aṣ-Ṣirāṭ) di tengah-tengah Jahanam. Di atas jembatan itu terdapat duri yang keras. Selanjutnya manusia diperintahkan untuk melintasinya. Di antara mereka ada yang selamat dan terjaga serta tidak dijilat neraka. Ada yang kulitnya terkelupas lalu terjaga dan diselamatkan. Ada juga yang jatuh ke dalam Jahanam.
Setelah Allah -'Azza wa Jalla- selesai menghisab hamba-hamba-Nya dan memasukkan penghuni surga ke surga dan penghuni neraka ke neraka, kaum mukminin penghuni surga tidak menemukan sekelompok manusia yang dulunya bersama mereka di dunia. Mereka salat, berzakat, berpuasa, menunaikan ibadah haji dan berjihad bersama mereka. Lantas mereka bertanya kepada Allah -'Azza wa Jalla-, "Sesungguhnya kami tidak melihat sekelompok orang bersama kami di surga, padahal mereka itu dulunya melaksanakan salat, berzakat, berpuasa, menunaikan ibadah haji dan berjihad bersama kami di dunia?" Allah berfirman kepada mereka, "Pergilah kalian semua ke neraka. Apabila kalian menemukan seorang saja dari mereka di neraka, maka keluarkanlah ia darinya!"
Lantas mereka menemukan orang-orang tersebut sudah dilahap api neraka sesuai kadar amalnya masing-masing. Di antara mereka ada yang sudah dilahap api neraka sampai kedua kakinya, ada yang sudah dilahap sampai separuh kedua betisnya, ada yang sudah dilahap sampai kedua lututnya, ada yang sudah dilahap sampai perutnya, ada yang sudah dilahap sampai kedua teteknya, dan ada juga yang sudah dilahap sampai ke lehernya. Hanya saja api neraka tidak sampai ke wajahnya.
Selanjutnya kaum mukminin meminta syafaat untuk mereka. Mereka pun dikeluarkan dari neraka dan dilemparkan ke dalam air kehidupan. Yaitu air yang dapat menghidupkan orang yang telah dicemplungkan ke dalam neraka. Mereka pun tumbuh seperti tumbuhnya tanaman di tempat aliran banjir.
Setelah itu para nabi memberikan syafaat kepada setiap orang yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang benar selain Allah dengan ikhlas dari dalam hatinya. Mereka dikeluarkan dari neraka. Kemudian Allah menaruh belas kasihan dengan rahmat-Nya kepada orang yang ada di neraka. Dia tidak membiarkan di dalam neraka ada seorang pun yang di dalam hatinya terdapat iman seberat biji, melainkan Dia mengeluarkannya dari neraka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8287

 
Hadith   1393   الحديث
الأهمية: ما من يوم أكثر من أن يعتق الله فيه عبدًا من النار من يوم عرفة
Tema: Tiada hari di mana Allah paling banyak memerdekakan hamba dari neraka lebih dari hari Arafah.

عن عائشة -رضي الله عنها- مرفوعاً: «ما مِن يومٍ أكثر مِن أنْ يُعْتِقَ اللهُ فيه عبدًا مِن النارِ، مِن يومِ عرفة، وإنَّه ليدنو، ثم يُباهي بهم الملائكةَ، فيقول: ما أراد هؤلاء؟».

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- secara marfū', "Tiada hari di mana Allah paling banyak memerdekakan hamba dari neraka lebih dari hari Arafah. Sesungguhnya Dia mendekat lalu membanggakan jamaah haji kepada para malaikat kemudian berfirman, "Apa yang diinginkan mereka (jamaah haji)?"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
ليس يوم من الأيام أكثر من يوم عرفة في أن يُخَلِّص وينجِّي الله من يشاء من النار، وإنه -سبحانه- يقرب من عباده الحجيج قُربًا حقيقيًّا، ويباهي بهم الملائكة، ويُظهر على الملائكة فضل الحُجَّاج وشرفهم، وأهل السنة والجماعة يعتقدون أن الله عز وجل قريب من عباده حقيقة كما يليق بجلاله وعظمته، وهو مستوٍ على عرشه، بائن من خلقه، وأنه يتقرب إليهم حقيقة، ويدنو منهم حقيقة.، فيقول: ما أراد هؤلاء؟ أي: أي شيء أراد هؤلاء؟ حيث تركوا أهلهم وأوطانهم، وصرفوا أموالهم، وأتعبوا أبدانهم، أي: ما أرادوا إلا المغفرة، والرضا، والقرب، واللقاء، وما أرادوه فهو حاصل لهم، ودرجاتهم على قدر نياتهم.
Tidak ada hari yang mana Allah menyelamatkan dan menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya dari neraka lebih banyak dari hari Arafah. Sesungguhnya Dia -Subḥānahu- mendekat secara hakiki lalu membanggakan jamaah haji kepada para malaikat, dan membanggakan jamaah haji tersebut kepada para malaikat dan memperlihatkan kepada mereka keutamaan dan kemuliaan jamaah haji. Ahlussunnah wal Jama'ah berkeyakinan bahwa Allah -'Azza wa Jalla- dekat dengan para hamba-Nya sebenar-benarnya sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya. Dia bersemayam di 'Arsy-Nya dan terpisah dari makhluk-Nya. Dia mendekati mereka dengan sebenarnya dan mendatangi mereka secara hakiki. Dia berfirman, "Apa yang mereka inginkan?" Yakni, apa yang diinginkan oleh mereka (jamaah haji)? Mereka meninggalkan keluarganya dan tanah airnya. Mereka mengeluarkan hartanya dan mengalami kepayahan fisik. Yakni, tidak ada yang mereka inginkan kecuali ampunan, keridaan, kedekatan, dan pertemuan. Apa yang mereka inginkan itu pasti tercapai dan derajat mereka sesuai dengan kadar niatnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8288

 
Hadith   1394   الحديث
الأهمية: الراحمون يرحمهم الرحمن ارحموا أهل الأرض يرحمكم من في السماء
Tema: Para penyayang disayangi oleh Allah Yang Maha Pengasih; maka sayangilah penghuni bumi, niscaya Dia yang di langit menyayangi kalian.

عن عبد الله بن عمرو -رضي الله عنهما- يبلغ به النبي -صلى الله عليه وسلم-: «الرَّاحمون يرحَمُهمُ الرحمنُ، ارحموا أهلَ الأرضِ، يرحمْكم مَن في السماءِ».

Abdullah bin 'Amr -raḍiyallāhu 'anhuma- meriwayatkan hadis yang ia sandarkan kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Para penyayang disayangi oleh Allah Yang Maha Pengasih; maka sayangilah penghuni bumi, niscaya Dia yang di langit menyayangi kalian."

" style="display:yes" class="lity-show" style="width: 100%; background: rgba(255,255,255,0.9);border-radius:8px;-moz-border-radius:8px;-webkit-border-radius:8px;">

الأهمية: الراحمون» الذين يرحمون من في الأرض من آدمي وحيوان محترم بشفقة وإحسان ومواساة «يرحمهم الرحمن» من الرحمة وهي مفهومة، ومن ذلك أن يحسن إليهم ويتفضل عليهم والجزاء من جنس العمل «ارحموا من في الأرض» أتى بصيغة العموم ليشمل جميع أصناف الخلق فيرحم البر والفاجر والوحوش والطير «يرحمكم من في السماء» أي: يرحمكم الله تعالى الذي في السماء، ولا يجوز تأويله بأن المراد من في السماء ملكه وغير ذلك؛ فإن علو الله على خلقه ثابت في الكتاب والسنة وإجماع الأمة، وليس المراد بقولنا: «الله في السماء» أن السماء تحويه وأنه داخل فيها، تعالى الله عن ذلك، بل «في» بمعنى «على» أي: فوق السماء عالٍ على جميع خلقه.
Makna "Ar-Rāḥimūn" ialah orang-orang yang menyayangi siapa saja yang ada di muka bumi berupa manusia dan hewan terhormat dengan kasih sayang, kebajikan, dan simpati.
Makna "Niscaya Allah Yang Maha Pengasih menyayanginya (merahmatinya)"; berasal dari kata rahmat yang sudah dipahami, di antara aplikasinya ialah dengan berbuat baik kepada mereka dan memuliakan mereka. Dan balasan yang mereka dapatkan itu sesuai dengan jenis amal yang mereka kerjakan.
Lafal "Sayangilah siapa yang ada di bumi"; menggunakan bentuk umum agar mencakup semua jenis makhluk sehingga dia menyayangi orang baik, orang jahat, binatang liar dan burung.
Makna "Niscaya Dia yang dilangit menyayangi kalian", yakni, Allah yang ada di langit akan menyayangi kalian. Tidak boleh ditakwilkan bahwa yang dimaksud dengan yang ada di langit adalah malaikat-Nya dan selainnya. Sebab, kemahatinggian Allah atas makhluk-Nya telah ditetapkan dalam Al-Qur`ān, Sunnah serta ijmak umat Islam.
Ucapan kita, "Allah di langit" tidak bermakna bahwa langit meliputi-Nya dan Dia berada di dalamnya. Mahatinggi Allah dari hal itu, tetapi makna fī (di)" ialah 'alā (di atas), maksudnya Dia di atas langit dalam posisi tinggi dari seluruh makhluk-Nya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8289

 
Hadith   1395   الحديث
الأهمية: إن الله هو المسعر القابض الباسط الرازق، وإني لأرجو أن ألقى الله وليس أحد منكم يطالبني بمظلمة في دم ولا مال
Tema: Sesungguhnya Allah yang pantas menaikkan dan menurunkan harga, Dia-lah yang membatasi dan melapangkan rezeki. Aku harap dapat berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kalian yang menuntutku soal kezaliman dalam darah (nyawa) dan harta.”

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً: قال الناسُ: يا رسولَ الله، غَلَا السِّعْرُ فسَعِّرْ لنا، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ هو المُسَعِّر القابضُ الباسطُ الرازقُ، وإني لأرجو أن ألقى اللهَ وليس أحدٌ منكم يُطالِبُني بمظلمةٍ في دمٍ ولا مالٍ».

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Orang-orang berkata, "Wahai Rasulullah, harga-harga menjadi mahal. Tetapkanlah harga untuk kami?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya Allah yang pantas menaikkan dan menurunkan harga, Dia-lah yang membatasi dan melapangkan rezeki. Aku harap dapat berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kalian yang menuntutku soal kezaliman dalam darah (nyawa) dan harta.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
ارتفعت أسعار السلع في زمان النبي صلى الله عليه وسلم، فطلب الناس منه أن يحدِّد لهم أسعار السلع، فقال لهم رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ هو المُسَعِّر القابضُ الباسطُ الرازقُ» أي: إن الله تعالى هو الذي يُرَخِّص الأشياء ويغلِّيها، وهو الذي يضيق الرزق على من يشاء ويوسعه على من يشاء، أي: فمن حاول التسعير فقد عارض الله ونازعه فيما يريده، ويمنع العباد حقوقهم مما أولاهم الله تعالى في الغلاء والرخص.
ثم قال صلى الله عليه وسلم: «وإني لأرجو أن ألقى اللهَ وليس أحدٌ منكم يُطالِبُني بمظلمةٍ في دمٍ ولا مالٍ» وهذا إشارة إلى أن المانع له من التسعير مخافة أن يظلمهم في أموالهم؛ فإن تسعير السلع تصرف فيها بغير إذن أهلها فيكون ظلما، لكن إذا تواطأ الباعة مثلا من تجار ونحوهم على رفع أسعار ما لديهم أثرة منهم، فلولي الأمر تحديد سعر عادل للمبيعات مثلا؛ إقامة للعدل بين البائعين والمشترين، وبناء على القاعدة العامة، قاعدة جلب المصالح ودرء المفاسد، وإن لم يحصل تواطؤ منهم وإنما ارتفع السعر بسبب كثرة الطلب وقلة العرض، دون احتيال، فليس لولي الأمر أن يحد السعر، بل يترك الرعية يرزق الله بعضهم من بعض، وعلى هذا فلا يجوز للتجار أن يرفعوا السعر زيادة عن المعتاد ولا التسعير، وعليه يحمل هذا الحديث.
Harga-harga barang naik pada masa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lantas orang-orang memohon kepada beliau untuk menetapkan harga-harga barang bagi mereka. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepada mereka, "Sesungguhnya Allah-lah yang pantas menetapkan harga, yang menahan dan melapangkan, lagi Maha pemberi rezeki," yakni, sesungguhnya Allah -Ta'ālā- adalah Zat yang menjadikan segala sesuatu murah dan mahal. Dia-lah yang menyempitkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan meluaskannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Yakni, siapa yang berusaha menetapkan harga, maka dia telah menentang Allah dan merebut apa yang Dia kehendaki, serta menghalangi para hamba dari hak-hak mereka yang telah diatur oleh Allah -Ta'ālā- dalam harga yang mahal dan murah. Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "dan sesungguhnya aku berharap agar dapat berjumpa dengan Allah tanpa ada seorang pun yang menuntutku mengenai kezaliman dalam darah dan harta." Ini merupakan isyarat bahwa yang menjadi halangan adanya penetapan harga ialah kekhawatiran timbulnya kezaliman dalam harta mereka. Sesungguhnya penetapan harga barang-barang merupakan bentuk tindakan memperlakukan barang orang lain tanpa seizin pemiliknya, itu adalah kezaliman. Tetapi apabila para penjual serempak berkomplot, contohnya para pedagang dan yang lainnya untuk menaikkan harga barang-barang mereka atas egoisme mereka, maka pemerintah (waliyul amri) harus menetapkan harga barang-barang yang dijual secara adil, demi menegakkan keadilan antara para penjual dan para pembeli dan berdasarkan kaidah umum, yaitu kaidah mengambil manfaat dan mencegah kerusakan. Jika tidak terjadi kolusi dari mereka, tetapi kenaikan harga itu terjadi disebabkan banyaknya permintaan (demand) dan sedikitnya barang tanpa ada muslihat, maka pemerintah (waliyul amri) tidak berhak untuk menetapkan harga, tetapi ia harus membiarkan rakyat diberi rezeki oleh Allah, yang ini maupun yang lain. Berdasarkan hal ini, para pedagang tidak boleh menaikkan harga melebihi batasan normal dan tidak boleh menetapkan harga. Inilah penafsiran makna hadis tersebut.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8290

 
Hadith   1396   الحديث
الأهمية: يكشف ربنا عن ساقه، فيسجد له كل مؤمن ومؤمنة، فيبقى كل من كان يسجد في الدنيا رياء وسمعة، فيذهب ليسجد، فيعود ظهره طبقا واحدا
Tema: Tuhan kita akan menyingkapkan betis-Nya, sehingga bersujud kepada-Nya semua laki-laki dan wanita beriman. Lantas tertinggal mereka yang biasa sujud di dunia karena ria dan sum’ah (mencari popularitas). Dia ingin sujud, tetapi punggungnya menjadi satu ruas saja (tak dapat ditekuk).

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «يكشِف ربُّنا عن ساقِه، فيسجدُ له كلُّ مؤمنٍ ومؤمنةٍ، فيبقى كلُّ مَن كان يسجدُ في الدنيا رياءً وسُمْعةً، فيذهبُ ليسجدَ، فيعودَ ظهرُه طبقًا واحدًا».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfu, “Tuhan kita akan menyingkapkan betis-Nya, sehingga bersujud kepada-Nya semua laki-laki dan wanita beriman. Lantas tertinggal mereka yang biasa sujud di dunia karena ria dan sum’ah (mencari popularitas). Dia ingin sujud, tetapi punggungnya menjadi satu ruas saja (tak dapat ditekuk)."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يكشف الرب -سبحانه وتعالى- عن ساقه الكريمة، فيسجد له كل مؤمن ومؤمنة، وأما المنافقون الذين كانوا يسجدون في الدنيا ليراهم الناس، فمُنعوا من السجود، وجُعلت ظهورهم فقارًا واحدًا، لا يستطيعون الانحناء ولا السجود؛ لأنهم ما كانوا في الحقيقة يسجدون لله في الدنيا، وإنما كانوا يسجدون لأغراضهم الدنيوية، ولا يجوز تأويل الساق بالشدة أو الكرب أو غيرها، بل يجب إثباتها صفة لله -تعالى- من غير تكييف ولا تمثيل، ومن غير تحريف ولا تعطيل.
Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- menyingkapkan betis-Nya yang mulia. Lantas seluruh laki-laki dan wanita yang beriman bersujud kepada-Nya. Adapun orang-orang munafik yang dulu bersujud di dunia agar dilihat manusia, maka mereka terhalang untuk sujud dan punggung-punggung mereka menjadi tulang punggung yang rata (tak beruas). Mereka tidak bisa lagi membungkuk dan sujud, karena mereka sebenarnya dulu tidak bersujud untuk Allah di dunia. Dulu mereka bersujud demi berbagai kepentingan duniawi. Betis di sini tidak boleh ditakwilkan dengan makna ketakutan atau bencana dan sebagainya, tetapi harus menetapkannya sebagai sifat bagi Allah -Ta'ālā- tanpa mempertanyakan bagaimana ataupun penyerupaan, juga tanpa ada penyimpangan dan pengosongan makna.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8291

 
Hadith   1397   الحديث
الأهمية: إن الله عز وجل حيي ستير يحب الحياء والستر فإذا اغتسل أحدكم فليستتر
Tema: Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- Maha Pemalu lagi Maha Menutupi, Dia mencintai (sifat) malu dan menutup (aib/aurat), maka jika seseorang di antara kalian mandi, hendaklah dia memakai tabir!

عن يعلى بن أمية -رضي الله عنه- أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم رأى رجلًا يغتسل ُبالبَراز بلا إزار، فصعِد المِنْبر، فحَمِد اللهَ وأثنى عليه، ثم قال صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ عزَّ وجلَّ حَيِيٌّ سَتِيرٌ، يحب الحياءَ والسَّتر؛ فإذا اغتسل أحدُكم فليستتر».

Dari Ya'la bin Umayyah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat seorang lelaki mandi di tempat terbuka tanpa ada kain penutup. Lantas beliau naik mimbar lalu memuji Allah dan menyanjung-Nya. Selanjutnya beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- Maha Pemalu lagi maha menutupi, Dia mencintai (sifat) malu dan menutup (aib/aurat), maka jika seseorang di antara kalian mandi, hendaklah dia memakai tabir!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
رأى النبي صلى الله عليه وسلم رجلًا يغتسل في الفضاء الواسع عريانًا، فصعِد النبي صلى الله عليه وسلم المِنْبر، فحَمِد اللهَ وأثنى عليه، ثم قال: «إنَّ اللهَ عزَّ وجلَّ حَيِيٌّ سَتِيرٌ، يحب الحياءَ والسَّتر؛ فإذا اغتسل أحدُكم فليستتر» أي: إن من أسماء الله تعالى الحيي الستير، فهو سبحانه يحب الحياء والستر، فلا ينبغي لمسلم أن يكشف عورته أمام الناس إذا اغتسل، بل يجب عليه أن يستتر، وحياؤه تعالى وصف يليق به، ليس كحياء المخلوقين، الذي هو تغير وانكسار يعتري الشخص عند خوف ما يعاب أو يُذم، بل هو ترك ما ليس يتناسب مع سعة رحمته وكمال جوده وكرمه وعظيم عفوه وحلمه.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah melihat seorang lelaki mandi di tempat terbuka sambil telanjang. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- naik mimbar lalu memuji Allah dan menyanjung-Nya. Selanjutnya beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- Maha Pemalu lagi Maha menutupi (aib dan aurat); menyukai sifat malu dan menutupi. Jika salah seorang di antara kalian mandi, hendaknya dia memakai tabir." Yakni, di antara nama Allah -Ta'ālā- adalah Al-Ḥayiyyu (Pemalu) dan As-Sittīr (Menutupi). Allah -Subḥanāhu- menyukai sifat malu dan menutupi. Dengan demikian, tidak selayaknya seorang muslim membuka auratnya di hadapan manusia apabila mandi, tetapi dia harus memakai tabir. Sifat Malu Allah merupakan sifat yang layak bagi-Nya, tidak seperti sifat malu pada makhluk-makhluk berupa perubahan dan kelemahan yang menimpa manusia ketika takut dicela atau dihina. Namun, malu itu adalah meninggalkan apa yang tidak selaras dengan keluasan rahmat-Nya, kesempurnaan kedermawanan-Nya, kemurahan-Nya, kebesaran ampunan dan kelembutan-Nya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8292

 
Hadith   1398   الحديث
الأهمية: إن الله قال: إذا تلقاني عبدي بشبر، تلقيته بذراع، وإذا تلقاني بذراع، تلقيته بباع، وإذا تلقاني بباع أتيته بأسرع
Tema: Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, "Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat padanya satu hasta, dan jika dia mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat padanya satu depa, jika dia mendekat kepada-Ku dengan satu depa maka Aku akan mendekat kepadanya lebih cepat lagi."

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إنَّ اللهَ قال: إذا تَلَقَّاني عبدي بشِبر، تَلَقَّيْتُه بذِراع، وإذا تَلَقَّاني بذراع، تَلَقَّيْتُه ببَاع، وإذا تَلَقَّاني بباع أتيتُه بأسرع».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, 'Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat padanya satu hasta, dan jika dia mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat padanya satu depa, jika dia mendekat kepada-Ku dengan satu depa maka Aku akan mendekat kepadanya lebih cepat lagi."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إذا تقرب العبد إلى الرب بمقدار شبر، تقرب الرب إليه بمقدار ذراع، وإذا تقرب العبد إلى الرب بأكثر من ذلك، تقرب الله إليه بأكثر مما تقرب به إليه، وإذا أتى العبد إلى ربه أتاه الله أسرع منه، والقرب والإتيان صفتان ثابتتان لله -عز وجل- نؤمن بهما من غير تكييف ولا تمثيل ومن غير تحريف ولا تأويل.
Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada Rabb seukuran satu jengkal, maka Rabb mendekat kepadanya seukuran satu lengan. Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada Rabb lebih dari itu, maka Allah mendekat kepadanya lebih dari kedekatan yang dilakukan hamba kepada-Nya. Jika seorang hamba datang kepada Tuhannya, maka Allah mendatanginya lebih cepat dari itu. Kedekatan dan kedatangan merupakan dua sifat yang tetap dikukuhkan bagi Allah -'Azza wa Jalla-. Kita beriman kepada kedua sifat ini tanpa mempertanyakan mekanisme ataupun penyerupaan juga tanpa ada penyimpangan dan takwil.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8293

 
Hadith   1399   الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان إذا دخل المسجد قال: أعوذ بالله العظيم، وبوجهه الكريم، وسلطانه القديم، من الشيطان الرجيم
Tema: Sesungguhnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila masuk masjid, beliau mengucapkan, "A'ūżu billāhil 'aẓīm wa biwajhihil karīm wa sulṭānihil qadīm minasysyaiṭānirrajīm" (Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung dan dengan wajah-Nya yang mulia serta kekuasaan-Nya yang Qadīm (lama) dari setan yang terkutuk).

عن عبد الله بن عمرو بن العاص -رضي الله عنهما- عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان إذا دخل المسجد قال: «أعوذ بالله العظيم، وبوجهه الكريم، وسلطانه القديم، من الشيطان الرَّجِيم»، قال: أَقَطُّ؟ قلت: نعم، قال: فإذا قال ذلك قال الشيطان: حُفِظَ منِّي سائر اليوم.

Dari Abdullah bin Amru bin al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwasanya apabila beliau masuk masjid, beliau mengucapkan, "A'ūżu billāhil 'aẓīm wa biwajhihil karīm wa sulṭānihil qadīm minasysyaiṭānirrajīm" (Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung dan dengan wajah-Nya yang mulia serta kekuasaan-Nya Yang Qadīm (lama) dari setan yang terkutuk)". Ia bertanya, "Apakah cukup begitu?" Aku jawab, "Ya." Ia berkata, "Jika seseorang mengucapkan itu, setan berkata, "Orang itu dijaga dariku sepanjang hari."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- إذا دخل المسجد قال: «أعوذ بالله العظيم» أي: أعتصم وألتجئ وأحتمي بالله العظيم الذات والشأن والصفات. «وبوجهه الكريم» ومعنى الكريم: الجواد المعطي الذي لا ينفذ عطاؤه؛ وهو الكريم المطلق، والكريم الجامع لأنواع الخير والشرف والفضائل، ويجب إثبات الوجه صفة لله -تعالى- من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير تكييف ولا تمثيل. «وسلطانه القديم» أي: حجته القديمة، وبرهانه القديم، أو قهره القديم. «من الشيطان الرجيم» أي: من الشيطان المطرود من باب الله والمرجوم بشُهُب السماء. «قال: أَقَطُّ؟ قلتُ: نعم» أي: يقول أحد الرواة لشيخه:    الذي ترويه هذا المقدار أو أكثر من ذلك؟ أو قد يكون معناه: أهذا يكفيه عن غيره من الأذكار؟ أو هذا يكفيه من شر الشيطان؟ فلهذا قال: قلت: نعم. «قال: فإذا قال ذلك قال الشيطانُ: حُفِظَ منِّي سائرَ اليوم» أي: فإذا قال الداخل للمسجد هذا الدعاء المذكور، قال الشيطان: لقد حفظ هذا الداخل نفسَه منى جميع اليوم.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila masuk masjid, beliau mengucapkan: "A'ūżu billāhil 'aẓīm" (Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung), yakni aku berlindung, menyandarkan diri, dan memohon penjagaan pada Allah Yang Agung secara zat dan kedudukan serta sifat. "Wa biwajhihil karīm" (dan dengan wajah-Nya yang mulia), makna Al-Karīm adalah dermawan dan pemberi, yang pemberian-Nya tidak habis. Dia-lah Pemurah yang mutlak, dan Al-Karīm mencakup segala macam kebaikan dan kemuliaan serta keutamaan. Al-Wajhu (wajah) harus ditetapkan sebagai sifat Allah -Ta'ālā- tanpa tahrīf (penyimpangan makna), ta'ṭīl (meniadakannya), takyīf (menanyakan bagaimana/kaifiyyah), dan tamṡīl (mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk). "wa sulṭānihil qadīm" (dan kekuasaan-Nya yang qadim (lama)" yakni, hujjah-Nya yang lama, buktinya yang dulu, atau kekuasaan-Nya yang dulu. "minasysyaiṭānirrajīm" (dari setan yang terkutuk) yakni, dari setan yang terusir dari pintu Allah, dan yang dilempari oleh bintang-bintang langit. Ia berkata, "Apakah cukup itu?" Aku jawab, "Ya," yakni, seorang perawi bertanya kepada syaikhnya, "Apakah yang engkau riwayatkan hanya sejumlah ini atau lebih banyak lagi dari itu?" Atau mungkin saja maknanya, "Apakah zikir ini sudah cukup dari selainnya? Atau apakah zikir ini sudah mencukupi dari kejahatan setan?" Karena itu, ia berkata, aku berkata, "Ya." Ia berkata, "Apabila seseorang mengucapkan itu, setan berkata, "Orang itu dijaga dariku sepanjang hari." Yakni, jika orang yang masuk ke masjid mengucapkan doa tersebut, setan berkata, "Orang yang masuk masjid ini telah menjaga dirinya dariku sepanjang hari."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8294

 
Hadith   1400   الحديث
الأهمية: لقد جاءت خولة إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم تشكو زوجها، فكان يخفى علي كلامها
Tema: Khaulah datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengadukan suaminya dan ia menyembunyikan perkataannya dariku.

عن عائشة -رضي الله عنها-، أنَّها قالت: «الحمد لله الذي وَسِعَ سمعه الأصوات، لقد جاءت خَوْلةُ إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم تشكو زوجَها، فكان يخفى عليَّ كلامها، فأنزل الله عز وجلَّ: {قد سمع الله قول التي تجادلك في زوجها وتشتكي إلى الله والله يسمع تَحَاوُرَكُما} [المجادلة: 1]» الآية
Tema: Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, bahwasanya ia berkata, "Segala puji bagi Allah yang pendengaran-Nya mencakup berbagai suara. Khaulah datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengadukan suaminya dan ia menyembunyikan perkataannya dariku. Selanjutnya Allah -'Azza wa Jalla- menurunkan firman-Nya, 'Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua.' (QS. Al-Mujādalah: 1)"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كانت خولة بنت ثعلبة متزوجة من أوس بن الصامت فقال لها: أنتِ عليَّ كظهر أمي. أي: أنتِ حرام عليَّ، فذهبت إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وذكرت له قصتها، فقال لها صلى الله عليه وسلم: «قد حرمت عليه»، فجعلت تقول بصوت منخفض يخفى على عائشة مع قربها منها: بعدما كبرت سني ظاهرَ مني؟ إلى الله أشكو حال صبية إن ضممتُهم إليَّ جاعوا، وإن تركتُهم عنده ضاعوا. فهذه مجادلتها لرسول الله صلى الله عليه وسلم التي ذكرها الله تعالى بقوله: {قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ واللهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُما}.
فقالت عائشة: «الحمدُ للهِ الذي وَسِعَ سَمْعُه الأصواتَ» أي: استوعبها وأدركها فلا يفوته منها شيء وإن خفي «لقد جاءت خَوْلةُ إلى رسولِ الله صلى الله عليه وسلم تَشْكو زَوْجَها، فكان يخفى عليَّ كلامُها، فأنزل اللهُ عزَّ وجلَّ: {قد سَمِعَ اللهُ قولَ التي تُجَادِلُك في زَوْجِها وتشتكي إلى اللهِ واللهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُما} [المجادلة: 1]» الآية» أي: فحينما جاءت خولة تشكو زوجها لرسول الله صلى الله عليه وسلم كانت تكلمه بصوت منخفض لا تسمعه عائشة مع قربها منها، ومع ذلك سمعه الله تعالى من فوق سبع سماوات، وأنزل الآية المذكورة، وهذا من أبلغ الأدلة على اتصاف الله تعالى بالسمع، وهو أمر معلوم بالضرورة من الدين، لا ينكره إلا من ضل عن الهدى.
وقول عائشة هذا يدل على أن الصحابة رضي الله عنهم، آمنوا بالنصوص على ظاهرها الذي يتبادر إلى الفهم، وأن هذا هو الذي أراده الله منهم ومن غيرهم من المكلفين ورسوله؛ إذ لو كان هذا الذي آمنوا به واعتقدوه خطأ لم يُقَرُّوا عليه ولبُيِّن لهم الصواب، ولم يأت عن أحد منهم تأويل هذه النصوص عن ظواهرها، لا من طريق صحيح ولا ضعيف، مع توافر الدواعي على نقل ذلك.
Khaulah binti Ṡa'labah menikah dengan Aus bin Ṣāmit. Ia berkata kepada Khaulah, "Engkau bagiku laksana punggung ibuku." Yakni, engkau haram untukku. Lantas Khaulah pergi menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu memaparkan ceritanya. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadanya, "Engkau sudah haram baginya." Selanjutnya Khaulah berkata dengan suara pelan yang tidak terdengar oleh Aisyah padahal ia dekat dengan Khaulah, "Setelah usiaku tua, kini ia menyamakanku dengan punggung ibunya." Aku mencemaskan keadaan anak-anakku yang masih kecil. Jika aku memelihara mereka, maka mereka akan kelaparan. Jika aku membiarkan mereka dengan ayahnya, niscaya mereka akan hilang (tak terurus). Ini adalah perdebatannya dengan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang disebutkan oleh Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- dalam firman-Nya, "Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kalian berdua."
Aisyah berkata, "Segala puji bagi Allah yang pendengaran-Nya mampu mendengar berbagai suara." Yakni menyerapnya, menemukannya, sehingga tidak ada satu pun yang tertinggal darinya, meskipun tersembunyi, "Khaulah datang kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengadukan suaminya dan ia menyembunyikan perkataannya dariku. Selanjutnya Allah -'Azza wa Jalla- menurunkan firman-Nya, "Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua." (QS. Al-Mujadalah: 1). Yakni, saat Khaulah datang mengadukan suaminya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia berbicara kepada beliau dengan suara pelan sehingga Aisyah tidak mendengarnya, padahal ia dekat dengannya. Meskipun demikian, Allah -Ta'ālā- mendengarnya dari atas tujuh langit dan menurunkan ayat tersebut. Ini merupakan dalil yang jelas bahwa Allah memiliki sifat mendengar dan ini merupakan hal yang sudah diketahui sebagai bagian dari agama. Tidak ada yang mengingkari hal ini kecuali orang yang tersesat dari petunjuk. Ucapan Aisyah ini menunjukkan bahwa para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- beriman kepada nas-nas sesuai makna lahirnya yang mereka pahami, dan inilah yang diinginkan oleh Allah dari mereka dan dari orang-orang mukallaf lainnya dan dari Rasul-Nya. Sebab, jika apa yang mereka percayai dan yakini ini salah, tentu mereka tidak akan mengakuinya, dan pasti akan dijelaskan kebenaran bagi mereka, dan tidak ada seorang pun yang mentakwilkan nas-nas itu dari makna lahirnya, baik dari jalur yang sahih maupun yang lemah. Padahal berbagai sarana tersedia untuk melakukan hal itu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Bukhari - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8295

 
Hadith   1401   الحديث
الأهمية: أتعجبون من غيرة سعد، فوالله لأنا أغير منه، والله أغير مني، من أجل غيرة الله حرم الفواحش، ما ظهر منها، وما بطن، ولا شخص أغير من الله
Tema: Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa'ad. Demi Allah, sungguh, aku lebih cemburu darinya, dan Allah lebih cemburu dariku. Karena kecemburuan itulah maka Dia mengharamkan hal-hal keji, yang tampak dan tersembunyi. Tidak ada seorang pun yang lebih cemburu dari Allah.

عن المغيرة بن شعبة -رضي الله عنه- مرفوعاً: قال سعدُ بنُ عُبَادة -رضي الله عنه- : لو رأيتُ رجلًا مع امرأتي لَضربتُه بالسيف غير مُصْفِح عنه، فبلغ ذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقال: «أتعجبون من غَيْرة سعد، فوالله لأنا أغير منه، واللهُ أغير مني، من أجل غَيْرة الله حَرَّم الفواحش، ما ظهر منها، وما بطن، ولا شخص أغير من الله، ولا شخص أحبّ إليه العُذر من الله، من أجل ذلك بعث الله المرسلين، مُبشِّرين ومنذِرين، ولا شخص أحبّ إليه المِدحةَ من الله، من أجل ذلك وعد الله الجنة».

Dari Al-Mugīrah bin Syu'bah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Sa'ad bin 'Ubādah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Seandainya aku melihat seorang lelaki bersama istriku, niscaya aku tebas dia dengan pedang tanpa ada ampun baginya." Ucapan tersebut sampai kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau pun bersabda, "Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa'ad. Demi Allah, sungguh, aku lebih cemburu darinya, dan Allah lebih cemburu dariku. Karena kecemburuan itulah maka Dia mengharamkan hal-hal keji, yang tampak dan tersembunyi. Tidak ada seorang pun yang lebih cemburu dari Allah. Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai uzur (alasan) dari Allah. Karena itu, Allah mengutus para rasul sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai pujian dari Allah. Karena itu, Allah menjanjikan surga."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قال سعدُ بنُ عُبَادة: لو رأيتُ رجلًا مع امرأتي لَضربتُه بحد السيف لا بعرضه، يعني: لقتلته بدون توقف، وقد أقره رسول الله صلى الله عليه وسلم على ذلك، وأخبر أنه أغير من سعد، وأن الله أغير منه، وغيرة الله تعالى من جنس صفاته التي يختص بها، فهي ليست مماثلة لغيرة المخلوق، بل هي صفة تليق بعظمته، مثل الغضب، والرضا، ونحو ذلك من خصائصه التي لا يشاركه الخلق فيها، ومعنى الشخص في اللغة: ما شخص، وارتفع، وظهر، والله تعالى أظهر من كل شيء، وأعظم، وأكبر، وليس في إطلاقه على الله تعالى محذور، على أصل أهل السنة الذين يتقيدون بما قاله الله ورسوله.
ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «ومن أجل غيرة الله حرم الفواحش، ما ظهر منها، وما بطن» أي: من أثر غيرة الله أنه منع عباده من قربان الفواحش، وهي: ما عظم وفحش في النفوس الزاكية والعقول السليمة مثل الزنا. والظاهر: يشمل ما فعل علناً، وما باشرته الجوارح وإن كان سراً، والباطن: يشمل ما في السر، وما انطوت عليه القلوب.
وقوله: «ولا أحد أحب إليه العذر من الله، ومن أجل ذلك بعث المرسلين مبشرين ومنذرين» المعنى: بعث المرسلين للإعذار والإنذار لخلقه، قبل أخذهم بالعقوبة، وهو كقوله تعالى: {رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ}.
وقوله: «ولا أحد أحب إليه المِدحة من الله، ومن أجل ذلك وعد الله الجنة» هذا لكماله المطلق، فهو تعالى يحب من عباده أن يثنوا عليه ويمدحوه على فضله وجوده، ومن أجل ذلك جاد عليهم بكل نعمة يتمتعون بها، ويرضى عنهم إذا حمدوه عليها، ومهما أثنوا عليه ومدحوه لا يمكن أن يصلوا إلى ما يستحقه من المدح والثناء، ولهذا مدح نفسه، فوعد الجنة ليكثر سؤاله، والثناء عليه من عباده ومدحه، ويجتهدوا في ذلك غاية ما يستطيعون؛ لأن الجنة هي منتهى الإنعام.
Sa'ad bin Ubadah berkata, "Seandainya aku melihat seorang lelaki bersama istriku, niscaya aku tebas dia dengan ketajaman pedang bukan dengan lebarnya." Yakni, niscaya aku membunuhnya tanpa ampun. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah menetapkan hal itu dan mengabarkan bahwa diri beliau lebih cemburu dari Sa'ad dan Allah lebih cemburu darinya. Kecemburuan Allah -Ta'ālā- merupakan jenis sifat-Nya yang khusus. Sifat (cemburu) itu tidak serupa dengan kecemburuan makhluk, tapi itu adalah sifat yang selaras dengan kebesaran-Nya, seperti marah, rida dan berbagai sifat khusus-Nya yang tidak disertai makhluk di dalamnya. Arti Asy-Syakhṣu secara bahasa ialah sesuatu yang terlihat, tinggi, dan tampak. Sementara itu Allah -Ta'ālā- lebih tampak dari segala sesuatu, lebih agung dan lebih besar. Menetapkan kecemburuan bagi Allah tidak akan berbahaya berdasarkan pandangan Ahlussunnah yang terikat dengan apa yang dikatakan Allah dan Rasul-Nya.
Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Begitu besar kecemburuan Allah maka Dia mengharamkan hal-hal keji, yang tampak dan tersembunyi." Yakni, dampak kecemburuan Allah yaitu Dia melarang hamba-hamba-Nya mendekati hal-hal yang keji. Yaitu sesuatu yang besar dan keji bagi jiwa-jiwa yang suci dan akal-akal yang sehat, seperti zina. Yang tampak artinya mencakup apa yang dilakukan dengan terang-terangan dan apa yang dikerjakan oleh anggota badan meskipun secara sembunyi-sembunyi. Yang batin artinya mencakup apa yang rahasia dan tersembunyi dalam hati.
Sabda beliau, "Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai uzur dari Allah. Karena itu, Allah mengutus para Rasul sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan." Artinya Allah mengutus para Rasul untuk memaafkan dan mengingatkan makhluk-Nya sebelum menyiksa mereka dengan azab. Ini seperti firman Allah -Ta'ālā-, "Para rasul yang memberi kabar gembira dan memberi peringatan, supaya tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk (menyalahkan) Allah sesudah datangnya para rasul itu." Sabda beliau, "Tidak ada seorang pun yang paling menyukai pujian dari Allah. Karena itu, Allah menjanjikan surga." Ini karena kesempurnaan-Nya yang mutlak. Allah -Ta'ālā- mencintai hamba-hamba-Nya yang menyanjung-Nya dan memuji-Nya atas karunia dan kemurahan hati-Nya. Karena itu, Allah bermurah hati kepada mereka dengan segala kenikmatan yang mereka nikmati dan Allah meridai mereka ketika memuji-Nya atas kenikmatan itu. Bagaimanapun mereka menyanjung dan memuji Allah, namun mereka tidak akan bisa sampai kepada sanjungan dan pujian yang layak untuk-Nya. Untuk itu, Dia memuji diri-Nya sendiri lalu menjanjikan surga agar hamba-hamba-Nya banyak memohon padaNya, menyanjungNya dan memujiNya serta berusaha semaksimal mungkin dalam hal ini, karena surga adalah puncak kenikmatan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8296

 
Hadith   1402   الحديث
الأهمية: اللهم أنج عياش بن أبي ربيعة، اللهم أنج سلمة بن هشام، اللهم أنج الوليد بن الوليد، اللهم أنج المستضعفين من المؤمنين، اللهم اشدد وطأتك على مضر، اللهم اجعلها سنين كسني يوسف
Tema: Ya Allah! Selamatkanlah 'Ayyāsy bin Abi Rabī'ah. Ya Allah! Selamatkanlah Salamah bin Hisyām. Ya Allah! Selamatkanlah Al-Walīd bin Al-Walīd. Ya Allah! Selamatkanlah orang-orang Mukmin yang dianiaya. Ya Allah! Timpakanlah siksa-Mu kepada Muḍar dengan keras. Ya Allah, Jadikanlah bagi mereka kemarau seperti kemarau (pada masa) Nabi Yusuf.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم كان إذا رفع رأسه من الركعة الآخِرة، يقول: «اللهمَّ أَنْجِ عَيَّاش بن أبي ربيعة، اللهمَّ أَنْجِ سَلَمَة بنَ هشام، اللهم أَنْجِ الوليد بن الوليد، اللهم أَنْجِ المستضعفين من المؤمنين، اللهمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَك على مُضَر، اللهمَّ اجعلها سنين كسِنِي يوسف». وأنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: «غِفَارُ غفر الله لها، وأَسْلَمُ سالمها الله» قال ابن أبي الزناد عن أبيه: هذا كلُّه في الصبح.

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila mengangkat kepala dari raka'at terakhir, beliau berdoa, "Ya Allah! Selamatkanlah 'Ayyāsy bin Abi Rabī'ah. Ya Allah! Selamatkanlah Salamah bin Hisyām. Ya Allah! Selamatkanlah Al-Walīd bin Al-Walīd. Ya Allah! Selamatkanlah orang-orang Mukmin yang dianiaya. Ya Allah! Timpakanlah siksa-Mu kepada Muḍar dengan keras. Ya Allah, Jadikanlah bagi mereka kemarau seperti kemarau (pada masa) Nabi Yusuf." Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Suku Gifār, semoga Allah mengampuninya, dan suku Aslam semoga Allah mendamaikannya." Ibnu Abi Az-Zinād mengatakan dari bapaknya, "Ini semua terjadi di waktu subuh."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان النبيُّ صلى الله عليه وسلم إذا رفعَ رأسَه من الركعة الآخيرة من صلاة الصبح، يقول: «اللهمَّ أَنْجِ عَيَّاش بنَ أبي رَبِيعة، اللهمَّ أَنْجِ سَلَمَة بنَ هشام، اللهم أَنْجِ الوليد بن الوليد، اللهم أَنْجِ المستضعفين من المؤمنين» وهؤلاء صحابة دعا لهم النبيُّ صلى الله عليه وسلم بالإنجاء والخلاص من العذاب، وقد كانوا أسرى في أيدي الكفار بمكة، وعياش بن أبي ربيعة هو أخو أبي جهل لأمة حبسه أبو جهل بمكة، وسلمة بن هشام هو أخو أبي جهل قديم الإسلام عُذِّب في سبيل الله ومنعوه أن يهاجر، والوليد بن الوليد هو أخو خالد بن الوليد وحُبِس بمكة ثم أفلت منهم.
ثم يقول صلى الله عليه وسلم: «اللهمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَك على مُضَر، اللهمَّ اجعلها سنين كسِنِي يوسُفَ» أي: اللهم اشدد عذابك وعقوبتك على كفار قريش وهم من قبيلة مضر، واجعل عذابك عليهم بأن تسلِّط عليهم قحطًا عظيمًا سبع سنين أو أكثر، كالقحط الذي حدث أيام يوسف عليه السلام.
هذا وقد تكون الوطأة –وهي الدوس بالقدم- صفة من صفات الله بمقتضى هذا الحديث، ولكننا لم نجد أحدًا من السلف الصالح أو علماء المسلمين عدها من صفات الله عز وجل، فيحمل الوطء على الشدة والعذاب، ونسبته إلى الله تعالى لأنه فعله وتقديره، والله أعلم.
ثم قال صلى الله عليه وسلم: «غِفَارُ غَفَر اللهُ لها» يحتمل أن يكون دعاء لها بالمغفرة، أو إخبارا بأن الله تعالى قد غفر لها، وكذلك قوله: «وأَسْلَمُ سالمها اللهُ» يحتمل أن يكون دعاء لها أن يسالمها الله تعالى، ولا يأمر بحربها، أو يكون إخبارا بأن الله قد سالمها ومنع من حربها، وإنما خُصَّت هاتان القبيلتان بالدعاء لأن غفارا أسلموا قديما، وأسلم سالموا النبي صلى الله عليه وسلم.
«قال ابن أبي الزناد عن أبيه: هذا كلُّه في الصبح» يعني: أنه روى عن أبيه هذا الحديث بهذا الإسناد، فبين أن الدعاء المذكور كان في صلاة الصبح.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila sudah mengangkat kepalanya dari raka'at terakhir dari salat subuh, beliau berdoa, "Ya Allah, selamatkanlah 'Ayyāsy bin Abi Rabī'ah. Ya Allah, selamatkanlah Salamah bin Hisyām. Ya Allah, selamatkanlah Al-Walīd bin Al-Walīd. Ya Allah, selamatkanlah orang-orang mukmin yang dianiaya." Mereka itu adalah para sahabat yang didoakan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar memperoleh keselamatan dan terlepas dari siksaan. Mereka itu dulunya adalah para tawanan di tangan orang-orang kafir di Makkah. 'Ayyāsy bin Abi Rabī'ah adalah saudara seibu Abu Jahal yang dia tahan di Makkah. Salamah bin Hisyam adalah saudara Abu Jahal yang sudah dari dulu masuk Islam. Dia disiksa karena di jalan Allah dan mereka melarangnya untuk hijrah. Al-Walīd bin Al-Walīd adalah saudara Khālid bin Al-Walīd. Dia ditahan di Makkah lalu berhasil melepaskan diri dari mereka.
Selanjutnya beliau berdoa, "Ya Allah, timpakanlah siksa-Mu kepada Muḍar dengan keras. Ya Allah, jadikanlah bagi mereka kemarau seperti kemarau (pada masa) Nabi Yusuf." Yakni, ya Allah, timpakan azab dan siksaan-Mu dengan keras kepada orang-orang kafir Quraisy. Mereka dari kabilah Muḍar. Jadikanlah azab-Mu kepada mereka dengan cara Engkau timpakan kemarau dahsyat kepada mereka selama tujuh tahun atau lebih, seperti kemarau yang pernah terjadi pada masa Yusuf 'Alaihis salam. Demikianlah. Mungkin saja Al-Waṭ`ah - injakan dengan kaki - adalah salah satu sifat Allah berdasarkan hadis ini. Hanya saja kita belum menemukan seorang pun dari salaf saleh atau ulama kaum muslimin yang mengkategorikannya sebagai salah satu sifat Allah -'Azza wa Jalla'. Dengan demikian, Al-Waṭ`ah ditafsirkan dengan kekerasan dan azab. Adanya penyematan kata itu kepada Allah -Ta'ālā- karena hal itu adalah perbuatan dan ketetapan-Nya. Hanya Allah Yang Mahatahu.
Selanjutnya Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Suku Ghifari telah diampuni Allah," ditafsirkan sebagai doa ampunan untuknya atau sebagai informasi bahwa Allah -Ta'ālā- telah mengampuninya.
Demikian juga sabdanya, "dan Aslam semoga Allah mendamaikannya." ditafsirkan sebagai doa baginya semoga Allah -Ta'ālā- mendamaikannya dan tidak menyuruh untuk memeranginya. Atau sebagai informasi bahwa Allah telah mendamaikannya dan melarang untuk memeranginya. Dikhususkannya doa untuk dua kabilah ini, karena Gifār sudah masuk Islam dari dulu dan Aslam telah berdamai dengan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. "
Ibnu Abi Az-Zinād mengatakan dari bapaknya, "Ini semua terjadi di waktu subuh." Yakni, bahwa dia meriwayatkan hadis ini dari bapaknya dengan sanad ini. Dengan demikian jelas bahwa doa tersebut dilakukan pada salat subuh.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8297

 
Hadith   1403   الحديث
الأهمية: انشق القمر على عهد رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فلقتين، فستر الجبل فلقة، وكانت فلقة فوق الجبل، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: اللهم اشهد
Tema: Bulan pernah terbelah pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjadi dua bagian. Lantas gunung menutupi satu potongan, dan satu potongan lain (dari bulan itu) ada di atas gunung. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah, saksikanlah!"

عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه- مرفوعاً: انشقَّ القمر على عهد رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فِلْقَتين، فستر الجبل فِلْقَة، وكانت فِلْقَة فوق الجبل، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «اللهمَّ اشهَدْ».

Dari Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfu', "Bulan pernah terbelah pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjadi dua bagian. Lantas gunung menutupi satu potongan dan satu potongan lain (dari bulan itu) ada di atas gunung. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah, saksikanlah!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
انشق القمر في زمان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قطعتين متفارقتين كل قطعة في مكان، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «اللهم اشهد» أي: اللهم اشهد عليهم أنني قد أريتهم الدليلَ على صدق نبوتي.
Bulan pernah terbelah pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjadi dua bagian yang saling terpisah. Setiap bagian berada di satu tempat. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah, saksikanlah." Yakni, ya Allah, saksikanlah atas mereka bahwa aku telah memperlihatkan kepada mereka bukti mukjizatku dan kenabianku!

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8298

 
Hadith   1404   الحديث
الأهمية: ليس أحد، أو: ليس شيء أصبر على أذى سمعه من الله، إنهم ليدعون له ولدا، وإنه ليعافيهم ويرزقهم
Tema: Tidak ada seorang pun atau tidak ada sesuatu pun yang paling sabar terhadap gangguan yang didengarnya selain Allah. Sesungguhnya mereka menisbahkan anak kepada-Nya, namun Dia tetap memberi mereka keselamatan dan rezeki.

عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «ليس أحد، أو: ليس شيء أصبر على أذًى سمعَه مِن الله، إنَّهم لَيَدْعُون له ولدًا، وإنَّه ليُعافِيهم ويرزُقُهم».

Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Tidak ada seorang pun atau tidak ada sesuatu pun yang paling sabar terhadap gangguan yang didengarnya selain Allah. Sesungguhnya mereka menisbahkan anak kepada-Nya, namun Dia tetap memberi mereka keselamatan dan rezeki".

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قوله: «ليس أحدٌ، أو: ليس شيءٌ أصبرَ» أي: الله تعالى أشد صبرًا من أي أحد، ومن أسمائه الحسنى «الصبور»، ومعناه: الذي لا يعاجل العصاة بالعقوبة، وهو قريب من معنى الحليم، والحليم أبلغ في السلامة من العقوبة.
قوله: «على أذى سمعه من الله» لفظ الأذى في اللغة هو لما خف أمره، وضعف أثره من الشر والمكروه، وقد أخبر سبحانه أن العباد لا يضرونه، كما قال تعالى: {وَلاَ يَحْزُنكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَن يَضُرُّواْ اللهَ شَيْئاً}، وقال في الحديث القدسي: (يا عبادي إنكم لن تبلغوا ضري فتضروني ولن تبلغوا نفعي فتنفعوني) فبين أن الخلق لا يضرونه، لكن يؤذونه.
قوله: «إنَّهم لَيَدْعُون له ولدًا» أي: أن ابن آدم يؤذي الله تعالى ويسبه، بإضافة ما يتعالى ويتقدس عنه، مثل نسبة الولد إليه تعالى والند والشريك في العبادة، التي يجب أن تكون خالصة له وحده.
وقوله: «وإنَّه ليُعافِيهم ويرزُقُهم» أي: أنه تعالى يقابل إساءتهم بالإحسان، فهم يسيئون إليه تعالى بالعيب والسب، ودعوى ما يتعالى عنه ويتقدس، وتكذيب رسله ومخالفة أمره، وفعل ما نهاهم عن فعله، وهو يحسن إليهم بصحة أبدانهم، وشفائهم من أسقامهم، وحفظهم بالليل والنهار مما يعرض لهم، ويرزقهم بتسخير ما في السماوات والأرض لهم، وهذا غاية الصبر والحلم والإحسان، والله أعلم.
Sabda beliau, "Tidak ada seorang pun atau tidak ada sesuatu pun yang paling sabar," yakni, Allah -Ta'ālā- lebih sabar dari siapa pun. Di antara nama Allah yang indah ialah Aṣ-Ṣabūr (Maha Penyabar). Artinya Dia tidak tergesa-gesa dalam menimpakan hukuman kepada para pendosa. Kata ini lebih dekat dari makna Al-Ḥalīm (Maha Tabah). Al-Ḥalīm lebih besar peluangnya untuk memberikan selamat dari hukuman. Sabdanya, "terhadap gangguan yang didengarnya selain Allah." Lafal Al-Ażā (gangguan) dalam bahasa adalah sesuatu yang ringan dan dampaknya lemah dalam lingkup kejahatan dan keburukan. Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- mengabarkan bahwa hamba tidak akan bisa membahayakan-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "Janganlah membuatmu sedih terhadap orang-orang yang bersegera dalam kekafiran. Sesungguhnya mereka itu tidak akan membahayakan Allah dengan sesuatu pun." Allah berfirman dalam hadis qudsi, "Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan mampu mengambil bahaya dari-Ku lalu kalian membahayakan-Ku. Kalian tidak akan mampu mencabut manfaat dari-Ku lalu kalian memberi-Ku manfaat," Allah menjelaskan bahwa makhluk tidak akan bisa membahayakan-Nya, tetapi mereka menyakiti-Nya. Sabdanya, "Sesungguhnya mereka menisbahkan anak kepada-Nya," yakni, bahwa anak Adam menyakiti Allah -Ta'ālā- dan mencela-Nya dengan menyandarkan apa yang Allah Maha Luhur dan Maha Suci dari apa yang disandarkan kepada-Nya, seperti menisbahkan anak kepada-Nya, lawan, dan sekutu dalam ibadah yang seharusnya murni hanya untuk Allah Yang Esa. Sabdanya, "namun Dia tetap memberi mereka keselamatan dan rezeki." Yakni, Allah membalas keburukan mereka dengan kebaikan. Mereka berbuat buruk kepada-Nya dengan celaan dan cemoohan, dan klaim sesuatu di mana Allah Maha Luhur dan Maha Suci dari apa yang mereka lakukan, mendustakan para rasul-Nya, menentang perintah-Nya, dan melakukan perbuatan yang dilarang dari mereka. Dia tetap berbuat baik kepada mereka dengan (memberi) kesehatan tubuh mereka, menyembuhkan penyakit-penyakit mereka, melindungi mereka dari apa yang mengganggu di malam dan siang hari, dan memberikan rezeki kepada mereka dengan menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi untuk mereka. Inilah puncak kesabaran, kemurahan hati dan kebaikan. Hanya Allah jua Yang Maha Tahu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8299

 
Hadith   1405   الحديث
الأهمية: صدق الله، وكذب بطن أخيك، اسقه عسلا
Tema: Allah Maha Benar. Sedangkan perut saudaramu berdusta. Berilah minum madu!

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- أنَّ رجلًا أتى النبيَّ صلى الله عليه وسلم فقال: أخي يَشْتكي بطنَه، فقال: «اسْقِه عَسَلًا» ثم أتى الثانيةَ، فقال: «اسْقِه عَسَلًا» ثم أتاه الثالثةَ فقال: «اسْقِه عَسَلًا» ثم أتاه فقال: قد فعلتُ؟ فقال: «صدق اللهُ، وكذب بطنُ أخيك، اسْقِه عَسَلًا» فسقاه فبرأ.

Dari Abu Sa'd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu berkata, "Saudaraku mengeluhkan perutnya." Beliau bersabda, "Beri dia minum madu!" Orang itu datang lagi. Beliau bersabda, "Beri dia minum madu!" Orang itu datang untuk ketiga kalinya. Beliau pun bersabda, "Beri dia minum madu!" Orang itu datang lagi dan berkata, "Aku sudah melakukannya." Beliau bersabda, "Allah Maha Benar. Sedangkan perut saudaramu berdusta. Berilah dia minum madu!" Orang itu pun memberinya minum madu lalu sembuh."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأخبره بأن أخاه يتألم من مرض في بطنه، وهذا المرض هو الإسهال، كما اتضح من روايات أخرى للحديث، فأمره النبي صلى الله عليه وسلم أن يسقي أخاه عسلا، فسقاه فلم يُشف، ثم أتى النبي صلى الله عليه وسلم فأخبره، فأمره أن يسقيه عسلا مرة أخرى، فسقاه فلم يُشف، ثم أتى النبي صلى الله عليه وسلم فأخبره، فأمره أن يسقيه عسلا مرة ثالثة، فسقاه فلم يُشف، فأتى النبي صلى الله عليه وسلم فأخبره، فقال صلى الله عليه وسلم: «صدق الله وكذب بطن أخيك اسقه عسلا» وهذا فيه احتمالان: أحدهما: أن يكون النبي صلى الله عليه وسلم أخبر عن غيب أطلعه الله عليه، وأعلمه بالوحي أن شفاء ذلك من العسل، فكرر عليه الأمر بسقي العسل ليظهر ما وعد به. والثاني: أن تكون الإشارة إلى قوله تعالى: {فيه شفاء للناس} ويكون قد علم أن ذلك النوع من المرض يشفيه العسل.
فلما أمره في المرة الرابعة أن يسقيه عسلا، ذهب الرجل فسقى أخاه عسلا فشُفي بإذن الله تعالى.
ولا يلزم حصول الشفاء به لكل مرض في كل زمن وبأي نوع من أنواع العسل، لكن (لكل داء دواء إذا أصيب دواء الداء برئ بإذن الله) كما قال -صلى الله عليه وسلم-، رواه مسلم (4/ 1729، ح2204).

Tema: Seorang lelaki datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu memberitahu beliau bahwa saudaranya menderita sakit di perutnya. Penyakit tersebut ialah diare sebagaimana dijelaskan dalam hadis lainnya.
Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyuruh lelaki itu agar saudaranya diberi minum madu. Ia pun memberinya minum, tetapi tidak sembuh. Dia pun datang lagi kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu memberitahukan kabarnya. Beliau pun kembali menyuruhnya agar saudaranya diberi minum madu. Ia pun memberinya minum, tetapi belum sembuh juga.
Selanjutnya ia datang kembali kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu menyampaikan beritanya. Untuk ketiga kalinya, beliau menyuruh orang itu agar saudaranya diberi minum madu. Ia pun memberinya madu, tetapi tidak kunjung sembuh.
Ia pun datang kembali kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan menyampaikan beritanya.
Orang itu datang lagi dan berkata, "Aku sudah melakukannya." Beliau bersabda, "Allah Maha Benar. Sedangkan perut saudaramu berdusta. Berilah dia minum madu!"
Ini mengandung dua kemungkinan;
Pertama, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan hal gaib yang telah diperlihatkan oleh Allah kepadanya dan diberitahukan-Nya dengan wahyu bahwa kesembuhan orang itu dengan madu. Karena itu, beliau berulang-kali menyuruh agar dia diberi minum madu sehingga janji (kesembuhan) itu terbukti.
Kedua, ini merupakan isyarat kepada firman Allah -Ta'ālā-, "Di dalamnya ada obat (kesembuhan) bagi manusia." Beliau sudah tahu bahwa jenis penyakit seperti ini dapat sembuh oleh madu. Ketika beliau menyuruh lelaki itu untuk keempat kalinya agar memberi minum madu, lelaki itu pun pergi lalu saudaranya diberi minum madu hingga dengan izin Allah -Ta'ālā- dapat sembuh.
Ini tidak mesti semua penyakit bisa sembuh dengan madu kapan saja, dan dengan jenis madu apa saja. Akan tetapi "Untuk setiap penyakit ada obatnya. Jika obat pas dengan penyakitnya maka akan sembuh dengan izin Allah" sebagaimana disabdakan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. (HR. Muslim 4/1729, nomor 2204)

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8300

 
Hadith   1406   الحديث
الأهمية: يا رسولَ الله، هل نرى ربَّنا يوم القيامة؟ قال: هل تُضَارُّون في رؤية الشمس والقمر إذا كانت صَحْوًا؟
Tema: Wahai Rasulullah! Apakah kita melihat Rabb kita pada hari kiamat? Beliau bersabda, "Apakah kalian kesulitan ketika melihat matahari dan bulan jika langit bersih tidak berawan?"

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- قلنا يا رسولَ الله، هل نرى ربَّنا يوم القيامة؟ قال: «هل تُضَارُّون في رؤية الشمس والقمر إذا كانت صَحْوًا؟»، قلنا: لا، قال: «فإنكم لا تُضَارُّون في رؤية ربِّكم يومئذ، إلا كما تُضَارُّون في رؤيتهما» ثم قال: «ينادي منادٍ: ليذهب كلُّ قوم إلى ما كانوا يعبدون، فيذهب أصحابُ الصليب مع صليبهم، وأصحابُ الأوثان مع أوثانهم، وأصحابُ كلِّ آلهةٍ مع آلهتهم، حتى يبقى من كان يعبد اللهَ، مِن بَرٍّ أو فاجر، وغُبَّرات من أهل الكتاب، ثم يؤتى بجهنم تعرضُ كأنها سَرابٌ، فيقال لليهود: ما كنتم تعبدون؟ قالوا: كنا نعبد عُزَير ابنَ الله، فيقال: كذبتم، لم يكن لله صاحبة ولا ولد، فما تريدون؟ قالوا: نريد أن تسقيَنا، فيقال: اشربوا، فيتساقطون في جهنم، ثم يقال للنصارى: ما كنتم تعبدون؟ فيقولون: كنا نعبد المسيحَ ابن الله، فيقال: كذبتم، لم يكن لله صاحبة، ولا ولد، فما تريدون؟ فيقولون: نريد أن تسقيَنا، فيقال: اشربوا فيتساقطون في جهنم، حتى يبقى من كان يعبد الله من بَرٍّ أو فاجر، فيقال لهم: ما يحبسكم وقد ذهب الناس؟ فيقولون: فارقناهم، ونحن أحوجُ منا إليه اليوم، وإنَّا سمعنا مناديًا ينادي: ليَلْحقْ كلُّ قوم بما كانوا يعبدون، وإنما ننتظر ربَّنا، قال: فيأتيهم الجَبَّار في صورة غير صورتِه التي رأوه فيها أولَ مرة، فيقول: أنا ربُّكم، فيقولون: أنت ربُّنا، فلا يُكَلِّمُه إلا الأنبياء، فيقول: هل بينكم وبينه آيةٌ تعرفونه؟ فيقولون: الساق، فيَكشِفُ عن ساقه، فيسجد له كلُّ مؤمن، ويبقى من كان يسجد لله رِياءً وسُمْعَة، فيذهب كيما يسجد، فيعود ظهرُه طَبَقًا واحدًا، ثم يؤتى بالجسر فيُجْعَل بين ظَهْرَي جهنم»، قلنا: يا رسول الله، وما الجسر؟ قال: «مَدْحَضةٌ مَزَلَّةٌ، عليه خطاطيفُ وكَلاليبُ، وحَسَكَةٌ مُفَلْطَحَةٌ لها شوكةٌ عُقَيْفاء تكون بنَجْد، يقال لها: السَّعْدان، المؤمن عليها كالطَّرْف وكالبَرْق وكالرِّيح، وكأَجاويد الخيل والرِّكاب، فناجٍ مُسَلَّمٌ، وناجٍ مَخْدوشٌ، ومَكْدُوسٌ في نار جهنم، حتى يمرَّ آخرُهم يسحب سحبًا، فما أنتم بأشد لي مُناشدةً في الحق قد تبيَّن لكم من المؤمن يومئذ للجَبَّار، وإذا رأَوْا أنهم قد نَجَوْا، في إخوانهم، يقولون: ربنا إخواننا، كانوا يصلون معنا، ويصومون معنا، ويعملون معنا، فيقول الله -تعالى-: اذهبوا، فمن وجدتُم في قلبه مِثْقالُ دِينار من إيمان فأخرجوه، ويُحَرِّمُ اللهُ صُوَرَهم على النار، فيأتونهم وبعضُهم قد غاب في النار إلى قدمِه، وإلى أنصاف ساقَيْه، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا، ثم يعودون، فيقول: اذهبوا فمَن وجدتُم في قلبه مِثْقال نصف دينار فأخرجوه، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا، ثم يعودون، فيقول: اذهبوا فمن وجدتم في قلبه مِثْقال ذرة من إيمان فأخرجوه، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا» قال أبو سعيد: فإنْ لم تُصَدِّقوني فاقرءوا: {إنَّ اللهَ لا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وإنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا} «فيشفعُ النبيُّون والملائكة والمؤمنون، فيقول الجَبَّار: بَقِيَتْ شفاعتي، فيَقْبِض قَبْضَةً من النار، فيُخْرِجُ أقوامًا قدِ امْتَحَشُوا، فيُلْقَوْن في نهرٍ بأفواه الجنة، يقال له: ماء الحياة، فيَنْبُتون في حافَّتَيْه كما تَنْبُتُ الحِبَّة في حَمِيل السَّيْل، قد رأيتُموها إلى جانب الصَّخْرة، وإلى جانب الشجرة، فما كان إلى الشمس منها كان أخضر، وما كان منها إلى الظِّلِّ كان أبيض، فيخرجون كأنَّهم اللؤلؤ، فيُجعل في رقابهم الخَوَاتيم، فيَدخلون الجنة، فيقول أهل الجنة: هؤلاء عُتَقاءُ الرحمن، أدخلهم الجنةَ بغير عَمَلٍ عملوه، ولا خيرٍ قَدَّموه، فيقال لهم: لكم ما رأيتم ومثلُه معه».

Dari Abu Sa'īd al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu-, kami bertanya, "Wahai Rasulullah! Apakah kita melihat Rabb kita pada hari kiamat?" Beliau bersabda, "Apakah kalian kesulitan ketika melihat matahari dan bulan jika langit bersih tidak berawan?" Kami menjawab, "Tidak." Beliau bersabda, "Sesungguhnya kalian tidak akan kesulitan untuk melihat Rabb kalian pada hari itu, sebagaimana kalian tidak kesulitan untuk melihat keduanya." Selanjutnya beliau bersabda, Seorang penyeru berseru, "Hendaknya setiap kaum pergi menuju apa yang dulu mereka sembah." Lantas penyembah salib bersama salib mereka, para penyembah berhala pergi bersama berhala-berhalanya, dan para penyembah tuhan-tuhan (selain Allah) pergi bersama para tuhan mereka, hingga tersisa orang yang menyembah Allah baik yang saleh ataupun yang bermaksiat, serta beberapa orang Ahli Kitab. Kemudian Jahanam didatangkan dan diperlihatkan seakan-akan fatamorgana. Dikatakan kepada orang-orang Yahudi, "Apa yang dulu kalian sembah?" Mereka menjawab, "Kami menyembah Uzair putra Allah." Dikatakan, "Kalian berdusta. Allah tidak memiliki istri dan putra. Apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Kami ingin agar Engkau memberi minum kami." Dikatakan, "Minumlah", lalu mereka berguguran di Jahanam. Selanjutnya dikatakan kepada orang-orang Nasran, "Apa yang dulu kalian sembah?" Mereka menjawab, "Dulu kami menyembah Almasih putra Allah." Dikatakan kepada mereka, "Kalian berdusta. Allah tidak memiliki istri dan putra. Apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Kami ingin agar Engkau memberi minum kami." Dikatakan kepada mereka, "Minumlah", lalu mereka berguguran di Jahanam, hingga tersisa orang-orang yang menyembah Allah baik yang saleh ataupun yang bermaksiat. Dikatakan kepada mereka: "Apa yang menghalangi kalian, padahal orang-orang sudah pergi?" Mereka berkata, "Kami telah berpisah dengan mereka (di dunia), padahal hari ini kita lebih membutuhkan kepadanya dan sesungguhnya kami mendengar penyeru berseru, "Hendaknya setiap kaum bergabung dengan apa yang mereka sembah. Sesungguhnya kami hanya menunggu Rabb kami." Lantas Allah Yang Maha Perkasa mendatangi mereka dalam bentuk yang berbeda dengan bentuk yang pernah mereka lihat pertama kali. Allah berfirman, "Aku Rabb kalian." Mereka berkata, "Engkau Rabb kami." Tidak ada yang berbicara kepada-Nya kecuali para nabi. Allah bertanya, "Apakah antara kalian dengan Dia ada tanda yang kalian kenal?" Mereka berkata, "Betis." Lantas Allah menyingkapkan betisnya. Tiba-tiba setiap orang yang beriman sujud kepada-Nya dan tersisa orang yang bersujud kepada Allah karena ria dan ingin popularitas, dan mereka ini akan bersujud tetapi punggungnya kaku bagaikan pelat yang rata. Kemudian dibentangkan jembatan lalu diletakkan di antara dua tepi Jahanam." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah jembatan itu?" Beliau bersabda, "Jalan yang licin dan membuat tergelincir. Di atasnya ada penyambar-penyambar dan besi-besi pengait, dan pohon berduri yang dibentangkan, yang memiliki duri yang bengkok, yang ada di Najd dan dinamakan as-Sa'dān. Orang mukmin (melintasi) jembatan itu laksana sekejap mata, laksana kilat, laksana angin, laksana kuda-kuda berlari kencang dan kuda tunggangan. Ada yang selamat sentosa, ada yang selamat dalam keadaan tercakar, dan ada yang dicakar di dalam Jahanam hingga orang yang terakhir dari mereka diseret. Kalian sangat memohon kepadaku dalam kebenaran di mana sudah jelas orang mukmin untuk Yang Maha Perkasa (Allah). Ketika mereka melihat bahwa mereka sudah selamat di antara saudara-saudaranya, mereka berkata: "Wahai Rabb kami, saudara-saudara kami. Mereka melaksanakan salat bersama kami, berpuasa bersama kami, dan beramal bersama kami." Allah -Ta'ālā- berfirman, "Pergilah! Siapa saja yang kalian temukan di dalam hatinya ada iman seberat dinar maka keluarkanlah dia!" dan Allah mengharamkan tubuh-tubuh mereka dari neraka. Lantas mereka mendatangi saudara-saudaranya dalam keadaan sebagian mereka sudah tenggelam di neraka sampai kedua mata kakinya, ada yang sampai kedua betisnya. Selanjutnya mereka mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal lalu kembali." Allah berfirman, "Pergilah. Siapa saja yang kalian temukan di dalam hatinya iman seberat setengah dinar maka keluarkanlah dia!" Mereka pun mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal lalu kembali lagi. Allah berfirman, "Pergilah. Siapa diantara kalian menemukan orang yang dalam hatinya ada iman seberat biji sawi maka keluarkanlah!" Mereka pun mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal. Abu Sa'īd berkata, "Jika kalian tidak percaya, bacalah, "Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun seberat zarrah (biji kecil) dan jika ada kebajikan (sekecil zarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya." Para nabi, malaikat dan orang-orang mukmin memberi syafaat. Lantas Allah Yang Maha Perkasa berfirman, "Syafaat-Ku masih ada." Selanjutnya Dia menggenggam satu genggaman dari neraka lalu mengeluarkan beberapa kaum yang sudah terbakar lalu mereka dilemparkan ke dalam sungai di mulut-mulut surga yang bernama air kehidupan. Mereka tumbuh di kedua tepi sungai itu sebagaimana biji tumbuh di tanah bekas banjir yang kalian lihat di sisi batu dan di sisi pohon. Tumbuhan yang mengarah ke matahari menjadi hijau dan tanaman yang mengarah ke naungan (pohon) menjadi putih. Selanjutnya mereka keluar laksana mutiara lalu di leher mereka diletakkan stempel-stempel kemudian mereka masuk surga. Penghuni surga berkata, "Mereka adalah orang-orang yang dimerdekakan oleh Yang Maha Pengasih. Dia memasukkan mereka ke dalam surga tanpa amal yang mereka kerjakan dan tanpa kebaikan yang mereka persembahkan." Lantas dikatakan kepada mereka, "Bagi kalian sebagaimana yang kalian lihat dan yang semisal dengannya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
سأل بعضُ الصحابة النبيَّ صلى الله عليه وسلم: هل نرى ربَّنا يوم القيامة؟ فقال لهم النبي صلى الله عليه وسلم: نعم ترون ربكم يوم القيامة كما ترون الشمس في منتصف النهار والقمر ليلة البدر من غير ازدحام ولا منازعة، والتشبيه إنما وقع في الوضوح وزوال الشك والمشقة والاختلاف، فهو تشبية للرؤية بالرؤية لا للمرئي بالمرئي. وهذه الرؤية غير الرؤية التي هي ثواب للأولياء وكرامة لهم في الجنة؛ إذ هذه للتمييز بين مَن عبد الله وبين من عبد غيره.
ثم أخبر رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه ينادي مناد يوم القيامة: من كان يعبد شيئا من دون الله فليتبعه، وفي رواية صحيحة: أن الله هو الذي ينادي سبحانه، فيُجمع من كان يعبد الأصنام من دون الله ويُقذفون في نار جهنم. فلا يبقى إلا من كان يعبد الله سواء كان مطيعًا أو عاصيًا وبعض بقايا قليلة من يهود ونصارى، وأما معظمهم وجُلُّهم فقد ذُهب بهم مع أوثانهم إلى جهنم، ويؤتى بجهنم تُعرض على الناس في ذلك الموقف كأنها سراب، فيجاء باليهود، فيقال لهم: مَن كنتم تعبدون؟ قالوا: كنَّا نعبدُ عُزَيرَ ابنَ الله. فيقال لهم: كذبتم في قولكم: عُزَيرُ ابنُ الله؛ فإن الله لم يتخذ زوجة ولا ولدًا، ثم يقال لهم: فماذا تريدون؟ فيقولون: نريد أن نشرب. وقد صار أول مطلبهم الماء؛ لأنه في ذلك الموقف يشتد الظمأ لتوالي الكربات، وترادف الشدائد المهولات، وقد مُثِّلت لهم جهنم كأنها ماء، فيقال لهم: اذهبوا إلى ما ترون وتظنونه ماء، فاشربوا. فيذهبون فيجدون جهنم يكسر بعضها بعضاً؛ لشدة اتقادها وتلاطم أمواج لهبها فيتساقطون فيها، ومثل ذلك يقال للنصارى بعدهم.
حتى إذا لم يَبْق إلا مَن كان يعبد اللهَ من مطيع وعاص، فيقال لهم ما يوقفكم هذا الموقف وقد ذهب الناس؟ فيقولون: فارقنا الناس في الدنيا ونحن اليوم أحوج إلى مفارقتهم؛ وذلك لأنهم عصوا الله وخالفوا أمره، فعاديناهم لذلك، بغضاً لهم في الله، وإيثاراً لطاعة ربنا، ونحن ننتظر ربنا الذي كنا نعبده في الدنيا، فيأتيهم الله تعالى في صورة غير الصورة التي رأو فيها أول مرة،    وفي هذا بيان صريح أنهم قد رأوه في صورة عرفوه فيها، قبل أن يأتيهم هذه المرة، ولا يصح تأويل الصورة، بل يجب الإيمان بها من غير تكييف ولا تمثيل ومن غير تحريف ولا تعطيل. فإذا أتاهم الله تعالى قال لهم: أنا ربكم. فيقولون: أنت ربنا، فرحًا بذلك واستبشارًا، وعند ذلك لا يكلمه سبحانه إلا الأنبياء، فيقول الله لهم: هل بينكم وبينه آيةٌ تعرفونه بها؟
   فيقولون: الساق. فيكشف سبحانه عن ساقه فيعرفه المؤمنون بذلك فيسجدون له، وأما المنافقون الذين يراءون الناس بعبادتهم، فمُنعوا من السجود، وجُعلت ظهورهم طبقاً واحداً، لا يستطيعون الانحناء، ولا السجود؛ لأنهم ما كانوا في الحقيقة يسجدون لله في الدنيا، وإنما كانوا يسجدون لأغراضهم الدنيوية.
ففي ذلك إثبات الساق صفة لله تعالى، ويكون هذا الحديث ونحوه تفسيراً لقوله تعالى: {يَوْمَ يُكْشَفُ عَن سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلا يَسْتَطِيعُونَ} وتفسير الساق في هذا الموضع بالشدة أو الكرب مرجوح، ويجب مع ذلك إثبات صفة الساق لله تعالى من السنة، ودلالة الآية على الصفة هو الراجح والأصح، وذلك من غير تكييف ولا تمثيل ومن غير تحريف ولا تعطيل.
ثم يؤتى بالصراط، فيُجعل في وسط جهنم، وهذا الصراط لا تستمسك فيه الأقدام، ولا تثبت، وعلى هذا الصراط خطاطيف، وهو الحديدة المعقوفة المحددة؛ لأجل أن تمسك من أريد خطفه بها، فهي قريبة من الكلوب، وعلى الصراط أيضًا أشواك غليظة عريضة، يمر الناس على هذا الصراط على قدر إيمانهم وأعمالهم، فمن كان إيمانه كاملاً، وعمله صالحاً خالصاً لله، فإنه يمر من فوق جهنم كلمح البصر، ومن كان دون ذلك يكون مروره بحسب إيمانه وعمله، كما فُصِّل ذلك في الحديث، ومُثِّل بالبرق، والريح، إلى آخره. والمارون على الصراط أربعة أصناف:
الأول: الناجي المسلَّم من الأذى، وهؤلاء يتفاوتون في سرعة المرور عليه كما سبق.
والثاني: الناجي المخدوش، والخدش هو الجرح الخفيف، يعني: أنه أصابه من لفح جهنم، أو أصابته الكلاليب والخطاطيف التي على الصراط بخدوش.
والثالث: المكدوس في النار، الملقى فيها بقوة.
والرابع: الذي يُسحب على الصراط سحباً قد عجزت أعماله عن حمله.
ثم قال صلى الله عليه وسلم: «فما أنتم بأشد لي مناشدة في الحق قد تبين لكم، من المؤمن يومئذ    للجبار» هذا من كرم الله، ورحمته، حيث أذن لعباده المؤمنين في مناشدته وطلب عفوه عن إخوانهم الذين أُلقوا في النار، بسبب جرائمهم التي كانوا يبارزون بها ربهم، ومع ذلك أَلْهم المؤمنين الذين نجوا من عذاب النار وهول الصراط، ألهمهم مناشدته، والشفاعة فيهم، وأذن لهم في ذلك؛ رحمة منه لهم تبارك وتعالى.
«يقولون: ربنا إخواننا الذين كانوا يصلون معنا، ويصومون معنا، ويعملون معنا» مفهوم هذا أن الذين لا يصلون مع المسلمين، ولا يصومون معهم، لا يشفعون فيهم، ولا يناشدون ربهم فيهم. وهو يدل على أن هؤلاء الذين وقعت مناشدة المؤمنين لربهم فيهم كانوا مؤمنين، موحدين؛ لقولهم: «إخواننا كانوا يصلون معنا، ويصومون معنا»، ولكن ارتكبوا بعض المآثم، التي أوجبت لهم دخول النار.
وفي هذا رد على طائفتين ضالتين: الخوارج، والمعتزلة، في قولهم: إن من دخل النار لا يخرج منها، وإن صاحب الكبيرة في النار.
فيقول الله تعالى لهم: اذهبوا، فمن وجدتُم في قلبه مقدار دِينار من إيمان فأخرجوه من النار، ويُحَرِّمُ اللهُ على النار أن تأكل وجوههم، فيأتونهم فيجدون بعضهم قد أخذته النار إلى قدمِه، وبعضهم إلى أنصاف ساقَيْه، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا منهم، ثم يعودون، فيقول الله لهم: اذهبوا فمَن وجدتُم في قلبه مقدار نصف دينار من إيمان فأخرجوه من النار، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا منهم، ثم يعودون، فيقول: اذهبوا فمن وجدتم في قلبه مقدار ذرة من إيمان فأخرجوه، فيُخْرِجون مَن عَرَفوا منهم،    وعند ذلك قال أبو سعيد الخدري: فإنْ لم تُصَدِّقوني فاقرءوا: {إنَّ اللهَ لا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وإنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا} واستشهاد أبي سعيد بالآية ظاهر في أن العبد إذا كان معه مثقال ذرة من إيمان، فإن الله يضاعفه له، فينجيه بسببه.
ثم قال: «فيشفع النبيون، والملائكة، والمؤمنون» وهذا صريح في أن هؤلاء الأقسام الثلاثة يشفعون، ولكن يجب أن يُعلم أن شفاعة أي شافع، لا تقع إلا بعد أن يأذن الله فيها، كما تقدم في مناشدتهم ربهم وسؤالهم إياه، ثم يأذن لهم فيقول: اذهبوا فمن وجدتم، إلى آخره.
قوله: «فيقول الجبار: بقيت شفاعتي، فيقبض قبضة من النار، فيخرج أقواماً قد امتحشوا» والمراد بشفاعته تعالى رحمته لهؤلاء المعذبين، فيخرجهم من النار. قوله: «فيقبض قبضة» فيه إثبات القبض لله تعالى، وكم في كتاب الله تعالى وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم من نص يثبت اليد والقبضة، ولكن أهل التأويل الفاسد المحرِّفين يأبون قبول ذلك، والإيمان به، وسوف يعلمون أن الحق ما قاله الله وقاله رسوله، وأنهم قد ضلوا السبيل في هذا الباب.
فيقبض سبحانه قبضة من النار، فيخرج أقواماً قد احترقوا وصاروا فحما، قوله: «فيُلْقَوْن في نهرٍ بأفواه الجنة، يقال له: ماء الحياة، فينبتون في حافتيه» أي: فيُطرحون في نهر بأطراف الجنة يُعرف بماء الحياة، أي الماء الذي يحيي من انغمس فيه، وعند ذلك تنبت لحومهم وأبصارهم وعظامهم التي احترقت في النار بجانب هذا النهر، قوله: «كما تنبت الحبة في حميل السيل، قد رأيتموها إلى جانب الصخرة، وإلى جانب الشجرة، فما كان إلى الشمس منها كان أخضر، وما كان إلى الظل كان أبيض» يعني بذلك: سرعة خروج لحومهم؛ لأن النبت في حميل السيل - كما ذكر - يخرج بسرعة، ولهذا يكون من جانب الظل أبيض، ومن جانب الشمس أخضر، وذلك لضعفه ورقته، ولا يلزم أن يكون نبتهم كذلك - كما قاله بعضهم: بأن الذي من جانب الجنة يكون أبيض، والذي من جانب النار يكون أخضر - بل المراد تشبيههم بالنبت المذكور في سرعة خروجه، ورقته، ولذلك قال: «فيخرجون كأنهم اللؤلؤ» يعني: في صفاء بشرتهم، وحسنها.
قوله: «فيجعل في رقابهم الخواتيم» وهذه الخواتيم يكتب فيها: «عتقاء الرحمن من النار» كما ذكر في الرواية الأخرى.
قوله: «فيدخلون الجنة، فيقول أهل الجنة: هؤلاء عتقاء الرحمن، أدخلهم الجنة، بغير عمل عملوه، ولا خير قدموه» يعني: أنهم لم يعملوا صالحاً في الدنيا، وإنما معهم أصل الإيمان، الذي هو شهادة أن لا إله إلا الله والإيمان برسولهم.
قوله: فيقال لهم: «لكم ما رأيتم، ومثله معه» يظهر أنهم يدخلون أماكن من الجنة خالية، ولهذا قيل لهم ذلك.
Beberapa sahabat bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Apakah kita melihat Rabb kita pada hari kiamat?" Nabi bersabda kepada mereka, "Ya, kalian akan melihat Rabb kalian pada hari kiamat sebagaimana kalian melihat matahari di tengah hari dan bulan di malam purnama tanpa berdesak-desakan dan tanpa berebut. Sesungguhnya permisalan terjadi hanya pada kejelasan, hilangnya keraguan, kesulitan, dan perselisihan. Ini merupakan permisalan penglihatan dengan penglihatan, bukan penyerupaan yang dilihat dengan yang dilihat. Ru`yah (Penglihatan) ini berbeda dengan ru'yah yang menjadi pahala bagi para wali Allah dan sebagai kehormatan bagi mereka di surga. Penglihatan di sini untuk membedakan antara orang yang menyembah Allah dengan orang yang menyembah selain-Nya. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa seorang penyeru berseru pada hari kiamat, "Siapa yang menyembah sesuatu selain Allah, hendaknya ia mengikutinya." Dalam satu riwayat sahih disebutkan bahwa Allah -Subḥanāhu wa Ta'ālā-lah yang menyeru. Lantas orang yang menyembah berhala dikumpulkan dan dicampakkan ke dalam neraka Jahanam. Maka tidak tersisa kecuali orang yang menyembah Allah, baik yang salih ataupun yang bermaksiat, dan sebagian kecil dari sisa-sisa orang Yahudi dan nasrani. Adapun sebagian besar dan mayoritas mereka telah digiring bersama berhala-berhalanya ke dalam neraka. Lantas Jahanam didatangkan dan diperlihatkan kepada manusia di tempat berdiri (mahsyar) tersebut seakan-akan fatamorgana. Selanjutnya orang-orang Yahudi didatangkan lalu dikatakan kepada mereka, "Siapa yang dahulu kalian sembah?" Mereka menjawab, "Kami dahulu menyembah Uzair putra Allah." Dikatakan kepada mereka, "Kalian telah berdusta dalam ucapan kalian, "Uzair putra Allah," karena sesungguhnya Allah tidak menjadikan istri dan anak." Dikatakan kepada mereka, "Apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Kami ingin minum." Sungguh, permintaan pertama mereka adalah air karena di tempat berdiri (mahsyar) tersebut rasa dahaga sangat dahsyat karena beruntunnya kesusahan dan bertubi-tubinya tekanan-tekanan yang menakutkan. Jahanam ditampakkan kepada mereka seakan-akan air, lalu dikatakan kepada mereka, "Pergilah kepada apa yang kalian lihat dan kalian sangka air lalu minumlah." Mereka pun pergi lalu mendapatkan Jahanam yang melahap sebagiannya terhadap sebagian yang lain karena nyalanya yang dahsyat dan benturan gelombang-gelombang nyalanya, sehingga mereka berguguran di dalamnya. Hal seperti itu juga dikatakan kepada orang-orang nasrani setelah mereka. Hingga ketika tidak tersisa selain orang yang menyembah Allah; baik yang salih ataupun yang bermaksiat. Lantas dikatakan kepada mereka, "Apa yang menghalangi kalian tetap berada di tempat berdiri ini, padahal manusia sudah pergi?" Mereka menjawab, "Kami telah memisahkan diri dari mereka di dunia, dan hari ini kami lebih butuh untuk berpisah dengan mereka, karena mereka itu durhaka kepada Allah dan menyalahi perintah-Nya. Selanjutnya kami memusuhi mereka karena hal itu, yakni marah kepada mereka semata-mata karena Allah dan lebih mengutamakan ketaatan kepada Rabb kami. Kami sedang menanti Rabb kami yang dahulu kami sembah di dunia. Tiba-tiba Allah mendatangi mereka dalam bentuk yang berbeda dengan bentuk yang pernah mereka lihat pertama kali. Ini merupakan penjelasan bahwa mereka sudah pernah melihat-Nya dalam bentuk yang mereka kenali sebelum Dia (Allah) mendatangi mereka di kali itu. Tidak sah melakukan penakwilan terhadap makna bentuk di sini, tetapi wajib beriman kepadanya tanpa tahrīf (penyimpangan makna), ta'ṭīl (meniadakannya), takyīf (menanyakan kaifiat), dan tamṡīl (mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk). Ketika Allah -Ta'ālā- mendatangi mereka, Dia berfirman kepada mereka, "Aku Rabb kalian." Mereka berkata, "Engkau Rabb kami," karena senang dan gembira dengan itu. Pada saat itu tidak ada yang berbicara kepada Allah -Subḥanāhu wa Ta'ālā- selain para nabi. Lantas Allah bertanya kepada mereka, "Apakah antara kalian dengan-Nya ada tanda yang kalian kenal?" Mereka menjawab, "Betis." Allah -Subḥanāhu- menyingkap betis-Nya sehingga orang-orang mukmin mengenalinya lalu mereka bersujud kepada-Nya. Sedangkan orang-orang munafik yang beribadah karena ria kepada manusia, mereka tidak mampu bersujud dan punggung-punggung mereka berbalik menjadi tegak (tidak beruas). Mereka tidak bisa condong dan sujud karena dahulu semasa di dunia mereka itu sebenarnya sujud bukan karena Allah, tetapi mereka dahulu sujud karena tujuan-tujuan duniawi. Dalam hal ini wajib menetapkan betis sebagai sifat Allah -Ta'ālā-. Dengan demikian, hadis ini dan lainnya merupakan penafsiran terhadap firman Allah -Ta'ālā-, "(Ingatlah) pada hari ketika betis disingkapkan dan mereka diseru untuk bersujud, maka mereka tidak mampu." Penafsiran betis dalam ayat ini dengan (makna) kesulitan atau kesedihan adalah pendapat yang lemah. Dengan demikian, wajib menetapkan sifat betis bagi Allah -Ta'ālā- berdasarkan dalil dari sunah. Sedangkan ayat tersebut sebagai dalil terhadap sifat merupakan pendapat yang kuat dan paling sahih, tentunya tanpa takyīf (menanyakan bagaimana/kaifiat), tamṡīl (mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk), tahrīf (penyimpangan makna), dan tanpa ta'ṭīl (menafikan maknanya). Kemudian jembatan didatangkan lalu diletakkan di tengah-tengah Jahanam. Jembatan ini tidak bisa membuat kaki-kaki kokoh di atasnya dan tidak tegak. Di atas jembatan ini ada penyambar-penyambar, yaitu besi bengkok yang tajam untuk memegang orang yang hendak disambarnya. Besi bengkok dan tajam ini menyerupai besi pengait. Di jembatan ini juga ada duri-duri yang tajam dan besar. Manusia melintasi jembatan ini sesuai kadar iman dan amal mereka. Siapa yang imannya sempurna dan amalnya baik serta ikhlas untuk Allah, maka dia melintas dari atas jembatan seperti sekejap mata. Siapa yang (imannya) di bawah itu maka melintasnya sesuai dengan iman dan amalnya. Sebagaimana hal ini sudah diuraikan dalam hadis, dan diumpamakan dengan kilat, angin dan seterusnya. Orang-orang yang melintasi jembatan ada empat golongan:
Pertama, orang yang berhasil dan selamat dari penyiksaan. Mereka ini berbeda-beda dalam kecepatan penyeberangan di atas jembatan sebagaimana dijelaskan.
Kedua, orang yang selamat dengan luka ringan. Al-Khadsyu adalah luka ringan. Artinya bahwa orang itu terkena jilatan Jahanam atau terkena luka ringan oleh besi-besi pengait dan besi-besi bengkok yang tajam di atas jembatan.
Ketiga, yang ditumpuk di neraka dan dilemparkan ke dalamnya dengan kuat.
Keempat, orang yang diseret di atas jembatan dengan sekali sambar, amal-amalnya tidak mampu membawanya (melintasi jembatan). Selanjutnya beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Tidak hanya kalian yang lebih gigih memohon kepada Allah Yang Maha Perkasa dalam menuntut al-haq pada hari itu setelah nyata bagi kalian kondisi orang-orang yang beriman." Ini merupakan kemurahan hati Allah dan rahmat-Nya di mana Dia memberikan izin kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dalam permohonan dan permintaan maafnya terhadap saudara-saudara mereka yang dicampakkan ke dalam neraka disebabkan kejahatan-kejahatan mereka yang dahulu mereka perlihatkan kepada Rabb mereka. Meskipun demikian, Allah memberikan ilham kepada orang-orang mukmin yang selamat dari siksa neraka dan ketakutan melintasi jembatan. Allah memberikan ilham kepada mereka untuk memohon kepada-Nya dan (memberi) syafaat pada mereka serta memberi izin dalam hal itu untuk mereka sebagai rahmat dari-Nya (Allah) -Tabāraka wa Ta'ālā- untuk mereka. Mereka berkata, "Wahai Rabb kami, mereka itu adalah saudara-saudara kami yang dahulu salat bersama kami, berpuasa bersama kami, dan beramal bersama kami." Ini Konotasinya adalah bahwa orang-orang yang tidak melaksanakan salat bersama kaum muslimin dan tidak berpuasa bersama mereka, maka mereka tidak akan memberi syafaat kepada mereka dan tidak akan memohon kepada Rabb mereka untuk keselamatan mereka. Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang mendapatkan (ampunan) atas permohonan kaum mukminin kepada Rabbnya, mereka ialah orang-orang mukmin yang bertauhid berdasarkan ucapan mereka, "Saudara-saudara kami dahulu melaksanakan salat bersama kami dan puasa bersama kami." Hanya saja mereka melakukan beberapa dosa yang mengharuskan mereka masuk neraka. Ini mengandung bantahan terhadap dua kelompok yang sesat; Khawarij dan Muktazilah atas ucapan mereka, "Sesungguhnya orang yang masuk neraka tidak akan keluar darinya, dan sesungguhnya pelaku dosa besar berada kekal di neraka." Allah -Ta'ālā- berfirman kepada mereka, "Pergilah. Siapa saja yang kalian temukan dalam hatinya iman seukuran dinar, maka keluarkanlah mereka dari neraka!" Allah mengharamkan neraka memakan wajah-wajah mereka. Lantas mereka mendatangi mereka lalu menemukan sebagian mereka telah direnggut oleh neraka sampai mata kakinya dan sebagian lagi sampai ke pertengahan kedua betisnya. Mereka pun mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal lalu kembali lagi. Allah berfirman kepada mereka, "Pergilah. Siapa yang kalian temukan iman di hatinya seukuran separuh dinar, maka keluarkanlah ia dari neraka!" Mereka pun mengeluarkan orang yang mereka kenali lalu kembali. Allah berfirman, "Pergilah. Siapa saja yang kalian temukan iman di dalam hatinya seukuran zarrah (biji kecil) maka keluarkanlah ia!" Mereka pun mengeluarkan orang yang mereka kenal. Saat itulah Abu Sa'īd al-Khudri berkata, "Jika kalian tidak mempercayaiku maka bacalah, "Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar zarrah (biji kecil), dan jika ada kebajikan (sebesar zarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya." Kutipan bukti ayat oleh Abu Sa'īd ini jelas bahwa seorang hamba apabila memiliki iman seberat zarrah, sesungguhnya Allah melipatgandakannya untuknya lalu menyelamatkannya disebabkan iman tersebut. Kemudian beliau bersabda, "Selanjutnya para nabi, malaikat dan orang-orang mukmin memberi syafaat." Ini jelas sekali bahwa ketiga golongan ini kelak akan memberi syafaat. Hanya saja harus diketahui bahwa syafaat dari seorang pemberi syafaat tidak akan terjadi kecuali setelah Allah memberinya izin dalam hal itu sebagaimana sudah dijelaskan dalam permohonan mereka kepada Rabbnya. Lantas Dia memberi izin untuk mereka lalu berfirman, "Pergilah. Siapa yang kalian temukan..." sampai akhirnya. Sabda beliau, "Yang Maha Perkasa berfirman, "Syafaat-Ku masih ada." Lantas Dia menggenggam satu genggaman dari neraka lalu mengeluarkan beberapa kaum yang sudah terbakar." Yang dimaksud syafaat Allah -Ta'ālā- adalah rahmat-Nya untuk orang-orang yang disiksa lalu mengeluarkan mereka dari neraka. Sabdanya, "Lantas Dia menggenggam satu genggaman" mengandung penetapan sifat penggenggaman bagi Allah -Ta'ālā-. Banyak sekali dalam Al-Qur`ān dan Sunnah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- nas yang menetapkan tangan dan genggaman. Hanya saja ahli takwil yang sesat dan menyimpang enggan menerima hal itu dan tidak beriman kepadanya. Mereka akan tahu bahwa kebenaran itu apa yang difirmankan Allah dan disabdakan Rasul-Nya, dan sesungguhnya mereka telah menempuh jalan yang sesat dalam bab ini. Allah -Ta'ālā- menggenggam satu genggaman dari neraka lalu mengeluarkan beberapa kaum yang sudah terbakar dan berubah menjadi arang. Sabdanya, "Lalu mereka dilemparkan ke dalam sungai di mulut-mulut surga yang dinamakan air kehidupan. Kemudian mereka tumbuh di kedua tepi sungai itu." Yakni, mereka dilemparkan ke dalam sungai di ujung-ujung surga yang dikenal dengan air kehidupan. Yaitu air yang dapat menghidupkan orang yang tenggelam di dalamnya. Saat itulah tumbuh daging-daging, penglihatan-penglihatan dan tulang-belulang mereka yang telah terbakar (api neraka) di tepi sungai tersebut. Sabdanya, "Sebagaimana biji tumbuh di tanah yang dibawa banjir. Kalian kadang melihatnya di sisi batu dan di sisi pohon. Tumbuhan yang mengarah ke matahari maka berwarna hijau. Sedangkan yang mengarah ke naungan maka menjadi putih." Yang dimaksud dengan hal itu adalah kecepatan keluarnya daging-daging. Sebab, tumbuhan yang dibawa banjir -sebagaimana disebutkan- keluar dengan cepat. Untuk itu, yang ada di sisi naungan menjadi putih, dan dari sisi matahari menjadi hijau. Hal ini karena kelemahannya dan ketipisannya. Hanya saja proses tumbuhnya mereka tidak harus seperti itu -sebagaimana dikatakan oleh sebagian mereka bahwa tumbuhan yang ada di sisi surga berwarna putih, dan yang ada di samping neraka berwarna hijau- Tetapi yang dimaksud adalah penyerupaan mereka dengan tumbuhan tersebut dalam kecepatan keluarnya dan ketipisannya." Karena itu, beliau bersabda, "Lantas mereka keluar laksana mutiara." Yakni, dalam beningnya kulit mereka dan ketampanannya. Sabdanya, "Lalu di leher-leher mereka diletakkan stempel-stempel." Di stempel-stempel itu tertulis, "Orang-orang yang dibebaskan Yang Maha Pengasih dari neraka." Hal ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain. Sabdanya, "Mereka masuk surga. Lantas penghuni surga berkata, "Mereka adalah orang-orang yang dibebaskan oleh Yang Maha Pengasih. Dia memasukkan mereka ke surga tanpa amal yang mereka kerjakan dan tanpa kebaikan yang mereka persembahkan." Maksudnya mereka itu tidak melakukan kebaikan di dunia, tetapi mereka hanya memiliki pokok iman, yaitu kesaksian bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan beriman kepada Rasul mereka." Sabdanya, "Lalu dikatakan kepada mereka, "Bagi kalian sebagaimana yang kalian lihat dan yang semisal dengannya." Tampak bahwa mereka itu masuk ke tempat-tempat yang kosong di surga. Makanya hal tersebut dikatakan kepada mereka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8301

 
Hadith   1407   الحديث
الأهمية: إن الله يصنع كل صانع وصنعته
Tema: Sesungguhnya Allah menciptakan setiap orang dan perbuatannya

عن حذيفة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إنَّ اللهَ يصنعُ كلَّ صانعٍ وصنعَتَه».

Dari Ḥużaifah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Sesungguhnya Allah menciptakan setiap orang dan perbuatannya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إن الله خلق كل صانع وما يصنعه من الصناعات، وفي هذا دليل على أن أفعال العباد مخلوقة، فالله خلق العباد وخلق أعمالهم، قال ابن تيمية -رحمه الله-: (فما من مخلوق في الأرض ولا في السماء إلا الله خالقه سبحانه، لا خالق غيره ولا رب سواه، ومع ذلك فقد أمر العباد بطاعته وطاعة رسله ونهاهم عن معصيته، وهو سبحانه يحب المتقين والمحسنين والمقسطين ويرضى عن الذين آمنوا وعملوا الصالحات ولا يحب الكافرين ولا يرضى عن القوم الفاسقين ولا يأمر بالفحشاء ولا يرضى لعباده الكفر ولا يحب الفساد، والعباد فاعلون حقيقة والله خالق أفعالهم، والعبد هو المؤمن والكافر والبر والفاجر والمصلي والصائم، وللعباد قدرة على أعمالهم ولهم إرادة، والله خالقهم وخالق قدرتهم وإرادتهم كما قال تعالى: {لمن شاء منكم أن يستقيم} {وما تشاءون إلا أن يشاء الله رب العالمين}).
Tema: Sesungguhnya Allah telah menciptakan setiap orang dan berbagai perbuatan yang dilakukannya. Ini merupakan dalil bahwa berbagai perbuatan manusia adalah makhluk. Allah telah menciptakan manusia dan menciptakan amal-amal mereka. Ibnu Taimiyah -raḥimahullāhu- mengatakan, "Tidak ada makhluk di bumi maupun di langit melainkan Allah -Subḥānahu- yang menciptakannya. Tidak ada Pencipta salin-Nya, dan tidak ada Rabb selain-Nya. Meskipun demikian, Allah memerintahkan para hamba untuk mentaati-Nya dan mentaati Rasul-Nya, serta melarang mereka berbuat maksiat kepada-Nya. Allah -Subḥānahu- mencintai orang-orang yang bertakwa, berbuat baik dan berbuat adil. Dia rida terhadap orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Dia tidak mencintai orang-orang kafir dan kaum yang fasik. Dia tidak memerintahkan melakukan perbuatan keji, dan tidak meridai kekufuran bagi hamba-Nya, serta tidak mencintai kerusakan. Para hamba melakukan perbuatan mereka secara hakiki dan Allah menciptakan perbuatan mereka itu. Hamba itu ada yang Mukmin, kafir, baik, fajir, salat dan berpuasa. Para hamba memiliki kekuatan untuk melakukan perbuatan mereka dan mereka memiliki irādah (keinginan). Allah yang menciptakan mereka dan menciptakan kekuatan dan irādah mereka tersebut, sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "(yaitu) bagi siapa di antara kalian yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kalian tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Abi 'Āṣim - Diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dalam kitab at-Tauḥīd - Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Khalqu Af'āli al-'Ibād]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8302

 
Hadith   1408   الحديث
الأهمية: الله الطبيب، بل أنت رجل رفيق، طبيبها الذي خلقها
Tema: Allah adalah dokter. Sedangkan engkau hanyalah teman dekat. Dokternyalah yang telah menciptakannya

عن أبي رَمْثة -رضي الله عنه- أنَّه قال للنبي -صلى الله عليه وسلم-: أَرِني هذا الذي بظهرك، فإنِّي رجلٌ طبيبٌ، قال: «اللهُ الطبيبُ، بل أنت رجلٌ رَفِيقٌ، طبيبُها الذي خلقَها».

Dari Abu Ramṡah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwasanya ia pernah berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Perlihatkanlah kepadaku apa yang ada di punggungmu. Sesungguhnya aku ini seorang dokter." Beliau bersabda, "Allah adalah dokter. Sedangkan engkau hanyalah teman dekat. Dokternyalah yang telah menciptakannya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان أبو رمثة طبيبًا، فرأى خاتم النبوة ظاهرًا ناتئًا بين كتفي النبي -صلى الله عليه وسلم-، فظنه سلعة تولدت من الفضلات أو مرضًا جلديًّا، فطلب من النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يعالجه، فرد المصطفى -صلى الله عليه وسلم- كلامه بأن «الله الطبيب» أي: هو المداوي الحقيقي بالدواء الشافي من الداء «بل أنت رجل رفيق» ترفق بالمريض وتتلطف به، وذلك لأن الطبيب هو العالم بحقيقة الدواء والداء، والقادر على الصحة والشفاء، وليس ذلك إلا الله.
Abu Ramṡah adalah seorang tabib/dokter. Ia melihat cap tanda kenabian tampak menonjol di antara kedua pundak Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sehingga ia mengiranya pembesaran kelenjar yang timbul dari kotoran atau karena sakit kulit. Lantas ia memohon kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar ia diperkenankan mengobatinya. Beliau menjawab ucapannya dengan mengatakan bahwa, "Allah adalah dokter." Yakni, Dia lah yang sebenarnya mengobati dengan obat yang menyembuhkan dari penyakit. "Sedangkan engkau hanyalah teman dekat." Engkau berlemah-lembut kepada orang sakit dan ramah kepadanya. Hal ini terjadi karena seorang dokter adalah pihak yang mengetahui hakekat obat dan penyakit, sedang yang mampu memberikan kesehatan dan kesembuhan, semua itu hanya layak bagi Allah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8303

 
Hadith   1409   الحديث
الأهمية: قصة موسى -عليه السلام- مع الخضر
Tema: Kisah Musa -'alaihis-salām- bersama Khiḍir

عن سعيد بن جُبير، قال: قلتُ لابن عباس: إنَّ نَوْفًا البَكالي يزعم أنَّ موسى ليس بموسى بني إسرائيل، إنما هو موسَى آخر؟ فقال: كذبَ عدوُّ الله، حدثنا أُبَي بن كعب عن النبي صلى الله عليه وسلم: «قام موسى النبيُّ خطيبًا في بني إسرائيل، فسُئل أيُّ الناس أعلم؟ فقال: أنا أعلم، فعتب الله عليه، إذ لم يَرُدَّ العلم إليه، فأوحى الله إليه: أنَّ عبدًا من عبادي بمَجْمَع البحرين، هو أعلم منك. قال: يا رب، وكيف به؟ فقيل له: احمل حوتًا في مِكْتَل، فإذا فقدتَه فهو ثَمَّ، فانطلق وانطلق بفتاه يُوشِع بن نُون، وحملا حوتًا في مِكْتَل، حتى كانا عند الصخرة وضعا رءوسهما وناما، فانسلَّ الحوتُ من المِكْتَل فاتخذ سبيله في البحر سَرَبًا، وكان لموسى وفتاه عَجَبًا، فانطلقا بقية ليلتهما ويومهما، فلما أصبح قال موسى لفتاه: آتنا غداءنا، لقد لَقِينا من سفرنا هذا نَصَبًا، ولم يجد موسى مسًّا من النَّصَب حتى جاوز المكان الذي أُمِر به، فقال له فتاه: أرأيتَ إذ أوينا إلى الصخرة فإني نسيتُ الحوتَ، وما أنسانيهُ إلا الشيطانُ. قال موسى: ذلك ما كنا نَبْغي فارتدَّا على آثارِهما قصصًا. فلما انتهيا إلى الصخرة، إذا رجل مُسَجًّى بثوب، أو قال تَسَجَّى بثوبه، فسلَّم موسى، فقال الخَضِر: وأنَّى بأرضك السلام؟ فقال: أنا موسى، فقال: موسى بني إسرائيل؟ قال: نعم، قال: هل أتَّبِعُك على أن تُعَلِّمَني مما عُلِّمْتَ رُشْدًا قال: إنَّك لن تستطيع معيَ صبرا، يا موسى إني على علم من علم الله علَّمَنيه لا تعلمه أنت، وأنت على علم علَّمَكَه لا أعلمه، قال: ستجدني إن شاء الله صابرا، ولا أعصي لك أمرا، فانطلقا يمشيان على ساحل البحر، ليس لهما سفينة، فمرَّت بهما سفينة، فكلَّموهم أن يحملوهما، فعرف الخَضِر فحملوهما بغير نَوْل، فجاء عصفور، فوقع على حرف السفينة، فنقر نقرة أو نقرتين في البحر، فقال الخضر: يا موسى ما نقص علمي وعلمك من علم الله إلا كنقرة هذا العصفور في البحر، فعَمَد الخضر إلى لوح من ألواح السفينة، فنزعه، فقال موسى: قوم حملونا بغير نَوْل عَمَدتَ إلى سفينتهم فخرقتها لتُغْرِق أهلها؟ قال: ألم أقل إنك لن تستطيع معي صبرا؟ قال: لا تؤاخذني بما نسيتُ ولا تُرْهِقْني من أمري عُسْرًا -فكانت الأولى من موسى نسياناً-، فانطلقا، فإذا غُلام يلعب مع الغِلمان، فأخذ الخَضِر برأسه من أعلاه فاقتلع رأسه بيده، فقال موسى: أقتلتَ نفسا زكِيَّة بغير نفس؟ قال: ألم أقل لك إنك لن تستطيع معي صبرا؟ -قال ابن عيينة: وهذا أوكد- فانطلقا، حتى إذا أتيا أهل قرية استَطْعما أهلَها، فأَبَوْا أن يُضَيِّفوهما، فوجدا فيها جدارًا يريد أن يَنْقَضَّ فأقامه، قال الخضر: بيده فأقامه، فقال له موسى: لو شئتَ لاتخذتَ عليه أجرا، قال: هذا فِراق بيني وبينك». قال النبي صلى الله عليه وسلم: «يرحمُ اللهُ موسى، لوَدِدْنا لو صبر حتى يُقَصَّ علينا من أمرهما».

Dari Sa'īd bin Jubair ia berkata, Aku berkata kepada Ibnu Abbas, "Sesungguhnya Nauf Al-Bakāli mengklaim bahwa Musa (yang bersama Khiḍir) bukanlah Musa (Nabi) Bani Israil, namun dia adalah Musa yang lain." Maka dia (Ibnu Abbas) berkata, "Musuh Allah itu berdusta." Ubay bin Ka'ab menceritakan kepadaku dari Nabi -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Suatu ketika Nabi Musa berkhutbah di hadapan Bani Israil, kemudian beliau ditanya, “Siapa orang yang paling berilmu?” Nabi Musa menjawab, “Akulah orang yang paling berilmu.” Allah lalu menegurnya karena ia tidak mengembalikan ilmu kepada-Nya ( ia tidak menjawab bahwa Allah-lah Yang Maha Mengetahui). Kemudian Allah berfirman kepada Nabi Musa, “Sesungguhnya di pertemuan dua laut sana ada hamba-Ku yang lebih berilmu daripada kamu.” Nabi Musa bertanya, “Ya Rabb, bagaimana aku bisa bertemu dengannya.” Allah berfirman, “Bawalah seekor ikan di dalam keranjang. Jika ikan itu lepas, di situlah hamba-Ku itu berada.” Kemudian Nabi Musa pergi dengan ditemani oleh pelayannya yang bernama Yūsya’ bin Nun dan keduanya membawa seekor ikan di dalam keranjang. Sesampainya di sebuah batu karang besar, mereka berdua berbaring dan tidur. Maka ikan yang mereka bawa itu lepas dari keranjang, kemudian melompat ke laut, dan hal ini membuat Nabi Musa dan pelayannya heran (setelah mengetahuinya). Keduanya kemudian melanjutkan perjalanan pada sisa malam yang masih ada hingga tiba pagi hari (tanpa menyadari hilangnya ikan tersebut). Ketika pagi harinya, Musa berkata kepada muridnya, “Bawalah kemari makanan kita, sungguh kita telah merasa letih karena perjalanan ini.” Musa tidaklah merasakan keletihan kecuali setelah melewati tempat yang diperintahkan untuk didatangi. Muridnya kemudian berkata kepadanya, “Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, aku lupa menceritakan tentang ikan itu, dan tidak ada yang membuatku lupa untuk mengingatnya kecuali setan.” Musa berkata, “Itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Ketika mereka sampai di batu besar itu, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menyelimuti dirinya dengan kain atau terselimuti dengan kain, lalu Musa memberi salam kepadanya. Kemudian Khiḍir berkata, “Bagaimana bisa ada salam di negerimu?” Musa berkata, “Aku Musa.” Khiḍir berkata, “Apakah Musa (Nabi) Bani Israil?” Ia menjawab, “Ya.” Musa berkata, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang telah diajarkan kepadamu sebagai petunjuk?” Khiḍir berkata, “Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku, wahai Musa! Sesungguhnya aku memiliki ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadaku yang engkau tidak mengetahuinya, demikian pula engkau memiliki ilmu yang Dia ajarkan kepadamu dan aku tidak mengetahuinya.” Musa berkata, “Engkau akan mendapatiku -insya Allah- sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan membangkang perintahmu.” Keduanya pun pergi berjalan di pinggir laut, sedang mereka berdua tidak memiliki perahu. Lalu ada sebuah perahu yang melintasi mereka berdua, maka keduanya berbicara dengan penumpangnya agar mengangkut mereka berdua dan ternyata diketahui (oleh para penumpangnya) bahwa yang meminta itu adalah Khiḍir, maka mereka pun mengangkut keduanya tanpa upah. Tiba-tiba ada seekor burung pipit yang turun ke tepi perahu kemudian mematuk sekali atau dua kali patukan ke laut. Khiḍir berkata, “Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu yang berasal dari Allah tidak lain seperti patukan burung ini ke laut (tidak ada apa-apanya di hadapan ilmu Allah), lalu Khiḍir mendatangi salah satu papan (dinding) perahu kemudian mencabutnya.” (Melihat keadaan itu) Musa berkata, “Mereka ini kaum yang telah membawa kita tanpa imbalan, namun engkau lubangi perahu mereka agar penumpangnya tenggelam?”. Khiḍir berkata, “Bukankah aku telah mengatakan bahwa engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku?.” Musa berkata, “Janganlah engkau hukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau bebankan aku perkara yang sulit!” Kejadian pertama ini terjadi karena Musa lupa. Lalu keduanya melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba ada seorang anak yang sedang bermain dengan anak-anak yang lain, kemudian Khiḍir memegang kepalanya dari atas, lalu mencopot kepala tersebut dengan tangannya. Musa berkata, “Apakah engkau membunuh satu jiwa yang bersih bukan karena ia membunuh orang lain?” Khiḍir berkata, “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu bahwa engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku?” [Ibnu 'Uyainah berkata, "Teguran Khiḍir (yang kedua ini) lebih tegas." Keduanya pun melanjutkan perjalanan sehingga ketika mereka sampai ke penduduk suatu kampung, keduanya meminta agar penduduk tersebut menjamu mereka, namun mereka tidak mau menjamu keduanya. Lalu keduanya mendapatkan rumah yang hampir roboh di kampung itu, maka Khiḍir menegakkannya, Khiḍir melakukannya dengan tangannya. Musa pun berkata, “Sekiranya engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu.” Maka Khiḍir berkata, “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu.” Nabi -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Semoga Allah merahmati Nabi Musa, kita benar-benar mengharapkan seandainya ia bisa bersabar agar bisa dikisahkan kepada kita semua perkara yang terjadi di antara mereka berdua."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يقول سعيد بن جُبير إنه أخبر ابن عباس أن رجلًا يُسمى نَوْفًا البَكالي زعم أنَّ موسى الذي كان مع الخضر ليس بموسى المرسَل لبني إسرائيل، إنما هو موسى آخر؟ فقال ابن عباس: (كذب عدوّ الله) وهذا خرج منه مخرج الزجر والتحذير لا القدح في نوف، لأن ابن عباس قال ذلك في حال غضبه وألفاظ الغضب تقع على غير الحقيقة غالبًا وتكذيبه له لكونه قال غير الواقع ولا يلزم منه تعمده.
ثم استدل على كذب نوف بأن أبي بن كعب حدثه عن النبي صلى الله عليه وسلم أن موسى قام خطيبًا في بني إسرائيل فسأله رجل: من أعلم الناس؟ فقال: أنا أعلم الناس. وهذا قاله موسى عليه السلام بحسب اعتقاده، فعاتبه الله عز وجل حيث لم يرد العلم إليه، ولم يقل: الله أعلم. فأوحى الله تعالى إليه أنه يوجد عبد من عبادي يسمى الخضر عند ملتقى البحرين هو أعلم منك فقال: يا رب، كيف الطريق إلى لقائه؟ فقال له: احمل حوتًا في وعاء من خوص فإذا فقدت الحوت، فستجد الخضر هناك فانطلق موسى بخادم له يُسمَّى يوشع بن نون، وحملا حوتًا في وعاء من خوص كما أمره الله به، حتى إذا كانا عند صخرة عند ساحل البحر وضعا رؤوسهما على الأرض وناما، فخرج الحوت من الوعاء، واتخذ طريقا إلى البحر وأمسك الله عن الحوت جرية الماء فصار عليه مثل الطاق، وكان إحياء الحوت وإمساك جرية الماء حتى صار مسلكًا بعد ذلك عجبًا لموسى وخادمه، فانطلقا بقية ليلتهما ويومهما فلما أصبح قال موسى لخادمه: آتنا غداءنا لقد تعبنا من سفرنا هذا، ولم يجد موسى عليه السلام تعبًا حتى جاوز المكان الذي أُمر به فأُلقي عليه الجوع والتعب، فقال له خادمه: إننا عندما كنا عند الصخرة فإني فقدت الحوت. فقال موسى: هذا الذي كنا نطلب لأنه علامة وجدان الخضر، فرجعا في الطريق الذي جاءا فيه يتبعان آثارهما اتباعًا، فلما أتيا إلى الصخرة إذا رجل مغطًّى كله بثوب، فسلم موسى عليه، فقال الخضر: (وأنَّى بأرضك السلام) أي: وهل بأرضي من سلام؟ وهو استفهام استبعاد، يدل على أن أهل تلك الأرض لم يكونوا إذ ذاك مسلمين.
فقال موسى للخضر: أنا موسى. فقال له الخضر: أنت موسى الذي أُرسل إلى بني اسرائيل؟ فقال موسى: نعم. وهذا يدل على أن الأنبياء ومن دونهم لا يعلمون من الغيب إلا ما علمهم الله تعالى، لأن الخضر لو كان يعلم كل غيب لعرف موسى قبل أن يسأله، وهذا محل الشاهد الذي لأجله ذكر ابن عباس الحديث، ثم قال له موسى: هل أتبعك على أن تعلمني من الذي علمك الله علمًا، ولا ينافي نبوّته وكونه صاحب شريعة أن يتعلم من غيره ما لم يكن شرطًا في أبواب الدين، فإن الرسول ينبغي أن يكون أعلم ممن أُرسل إليه فيما بُعث به من أصول الدين وفروعه لا مطلقًا. فأجابه الخضر بقوله: إنك لن تستطيع معي صبرًا؛ فإني أفعل أمورًا ظاهرها مناكير وباطنها لم تُحط به. ثم قال له: يا موسى إني على علم من علم الله علمنيه لا تعلمه أنت، وأنت على علم علمكه الله إياه لا أعلمه. فقال له موسى: ستجدني إن شاء الله صابرًا معك غير منكر عليك، ولن أعصي لك أمرًا. فانطلقا يمشيان على ساحل البحر ليس لهما سفينة، فمرت بهما سفينة فكلموا أصحاب السفينة أن يحملوهما فعرف أصحابُ السفينة الخضر فحملوهما بغير أُجرة، فجاء عصفور فوقف على حرف السفينة فنقر نقرة أو نقرتين في البحر، فقال الخضر: يا موسى ما نقص علمي وعلمك من علم الله إلا كنقرة هذا العصفور في البحر. فقصد الخضر إلى لوح من ألواح السفينة فنزعه بفأس فانخرقت السفينة ودخل الماء، فقال له موسى عليه السلام: هؤلاء قوم حملونا بغير أجر قصدت إلى سفينتهم فخرقتها لتُغرق أهلها. قال الخضر مذكِّرًا له بما قال له من قبل: ألم أقل إنك لن تستطيع معي صبرًا. قال موسى: لا تؤاخذني بنسياني ولا تضيق عليَّ، فإن ذلك يُعَسِّر علي متابعتك. فكانت المسألة الأولى من موسى عليه السلام نسيانًا.
فانطلقا بعد خروجهما من السفينة، فإذا هم بغلام يلعب مع الغلمان فأخذ الخضر برأس الغلام فاقتلع رأسه بيده، فقال موسى للخضر عليه السلام: أقتلت نفسًا طاهرة من الذنوب، لم نرها أذنبت ذنبًا يقتضي قتلها، أو قتلت نفسًا فتُقتل به. فقال الخضر لموسى عليهما السلام: ألم أقل لك إنك لن تستطيع معي صبرًا. بزيادة «لك» في هذه المرة زيادة في العتاب، ولذلك قال سفيان بن عيينة أحد رواة الحديث: وهذا أوكد. واستدل عليه بزيادة «لك» في هذه المرة. فانطلقا حتى مرَّا بأهل قرية فطلبا منهم الطعام فامتنعوا أن يضيفوهما، ولم يجدوا في تلك القرية ضيافة ولا مأوى، فوجدا فيها جدارًا قد أوشك على السقوط والانهيار فأشار الخضر بيده فأقامه، فقال موسى للخضر: لو شئت لأخذت عليه أجرًا فيكون لنا عونا على سفرنا. فقال الخضر لموسى عليه السلام: هذا الاعتراض الثالث سبب للفراق بيني وبينك. قال النبي صلى الله عليه وسلم: يرحم الله موسى لقد أحببنا وتمنينا أن لو صبر حتى نستزيد مما دار بينهما من العلم والحكمة.
Sa'īd bin Jubair berkata bahwa dia memberitahu Ibnu Abbas bahwa seseorang bernama Nauf Al-Bakāli mengklaim bahwa Musa yang bersama Khiḍir bukanlah Musa yang diutus kepada Bani Israil, namun dia adalah Musa yang lain. Maka Ibnu Abbas berkata, “Musuh Allah telah berdusta.” Ucapan ini beliau ucapkan sebagai teguran keras dan peringatan, bukan celaan terhadap Nauf karena Ibnu Abbas mengatakan hal itu dalam keadaan marah, dan kebanyakan ungkapan kemarahan itu terlontar bukan sesuai makna hakikinya, adapun penyematan kata dusta kepadanya dikarenakan ia mengatakan sesuatu yang menyelisihi fakta serta hal itu tidak berarti ia sengaja berdusta.
Kemudian Ibnu Abbas berdalil atas kedustaan Nauf bahwa Ubay bin Ka’ab telah menceritakan dari Nabi -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- bahwa Musa berdiri menyampaikan khutbah di hadapan Bani Israil, lalu seseorang bertanya kepadanya, “Siapa manusia yang paling berilmu?” Musa menjawab, “Aku manusia yang paling berilmu.” Ini diucapkan oleh Musa -‘alaihis-salām- sesuai dengan keyakinannya, maka Allah -‘Azzā wa Jallā- menegurnya karena tidak mengembalikan ilmu kepada-Nya dan tidak mengatakan, “Allah Yang Maha Mengetahui.” Lantas Allah -Ta’ālā- mewahyukan kepadanya bahwa ada seorang hamba di antara hamba-hamba-Ku yang bernama Khiḍir di tempat pertemuan dua lautan, dia lebih berilmu darimu. Musa pun berkata, “Wahai Rabb, bagaimanakah cara untuk menemuinya?” Allah berkata kepadanya, “Bawalah seekor ikan di dalam keranjang, jika ikan itu lepas maka engkau akan menemukan Khiḍir di sana. Lalu Musa berangkat bersama seorang pembantunya yang bernama Yūsya’ bin Nūn dan mereka membawa seekor ikan di dalam keranjang sebagaimana yang Allah perintahkan. Hingga ketika mereka berada di sebuah batu besar di pesisir pantai, mereka berdua merebahkan kepala mereka di atas tanah dan tertidur. Lalu ikan itu keluar dari dalam keranjang dan mengambil jalan (melompat) ke laut, lalu Allah menahan aliran air pada tempat lewatnya ikan itu sehingga menjadi seperti jalan (menyerupai jembatan). Dihidupkannya ikan itu dan ditahannya aliran air tersebut hingga menjadi sebuah jalan, membuat takjub Musa dan pembantunya (setelah mereka menyadarinya suatu saat nanti.) Lalu mereka melanjutkan sisa perjalanan mereka sehari semalam. Tatkala pagi menjelang, Musa berkata kepada pembantunya, “Bawakanlah makanan kita, sungguh kita capek dengan perjalanan ini. Musa -‘alaihis-salām- tidak merasakan lelah hingga dia melewati tempat yang diperintahkan kepadanya, maka ia pun merasa lapar dan letih. Lalu pembantunya berkata kepadanya, “Sesungguhnya ketika kita berada di batu besar tadi aku telah kehilangan ikan itu.” Lantas Musa berkata, “Itulah tempat yang kita cari karena itu adalah tanda keberadaan Khiḍir. Lalu keduanya kembali ke jalan yang mereka datangi sebelumnya sambil mengikuti jejak mereka berdua. Tatkala mereka tiba di batu besar itu tiba-tiba terdapat seorang laki-laki yang menyelimuti dirinya dengan pakaian/kain, lalu Musa mengucapkan salam kepadanya, maka Khiḍir berkata, “Bagaimana bisa ada salam di negerimu?” yakni apakah di negeriku ini ada ucapan salam? Ini adalah kata tanya yang bermakna ‘istib’ād (penafian) yang menunjukkan bahwa penduduk negeri tersebut belum ada pada saat itu yang beragama Islam. Lalu Musa berkata kepada Khiḍir, “Saya adalah Musa.” Maka Khiḍir berkata kepadanya, “Engkau Musa yang diutus kepada Bani Israil?” Musa pun menjawab, “Iya.” Ini menunjukkan bahwa para Nabi dan orang-orang selain mereka tidak mengetahui perkara gaib kecuali apa yang Allah -Ta’ālā- ajarkan kepada mereka, karena seandainya Khiḍir mengetahui setiap perkara gaib pasti dia akan mengenal Musa sebelum menanyakannya. Inilah syāhid (poin pendalilan) yang karenanya Ibnu Abbas menyebutkan hadis ini. Kemudian Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang telah diajarkan Allah kepadamu?” Hal ini tentunya tidak menafikan derajat kenabiannya dan keadaannya sebagai pembawa syariat untuk belajar dari selain dirinya selagi itu bukan merupakan syarat (pokok ajaran) di dalam bab-bab agama karena sesungguhnya Rasul seyogyanya lebih berilmu daripada orang yang ia diutus kepadanya dalam perkara risalahnya berupa pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya, bukan dalam seluruh perkara secara mutlak. Lalu Khiḍir menjawab dengan ucapannya, “Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku karena sebenarnya aku akan melakukan perkara-perkara yang tampaknya kemungkaran namun hakekatnya engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu.” Kemudian ia berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya aku memiliki ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadaku yang engkau tidak mengetahuinya, demikian pula engkau memiliki ilmu yang Dia ajarkan kepadamu dan aku tidak mengetahuinya.” Maka Musa berkata kepadanya, “Engkau akan mendapatiku -insya Allah- sebagai orang yang sabar bersamamu, tidak akan mengingkarimu dan aku tidak akan pernah mendurhakai perintahmu.” Keduanya pun pergi berjalan di pinggir laut, sedang mereka berdua tidak memiliki perahu, lalu ada sebuah perahu yang melintasi mereka berdua, maka keduanya berbicara dengan para pemilik perahu itu agar mengangkut mereka berdua dan ternyata para pemilik perahu itu tahu bahwa yang meminta itu adalah Khiḍir, maka mereka pun mengangkut keduanya tanpa upah. Tiba-tiba ada seekor burung pipit lalu hinggap di tepi perahu kemudian mematuk sekali atau dua kali patukan ke laut. Lalu Khiḍir berkata, “Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu yang berasal dari Allah tidak lain seperti patukan burung ini ke laut (tidak ada apa-apanya di hadapan ilmu Allah). Lalu Khiḍir mendatangi papan di antara papan-papan perahu kemudian mencabutnya dengan kapak hingga perahu itu berlubang dan air pun masuk. Lantas Musa -‘alaihis-salām- berkata kepadanya, “Mereka adalah orang-orang yang telah membawa kita tanpa meminta upah, namun engkau malah melubangi perahunya agar penumpangnya tenggelam!” Khiḍir berkata memperingatkannya dengan apa yang ia katakan sebelumnya, “Bukankah aku telah mengatakan bahwa engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku?” Musa berkata, “Janganlah engkau hukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau bebankan padaku perkara yang sulit, karena hal tersebut mempersulitku untuk mengikutimu!” Untuk masalah yang pertama ini, sebabnya adalah karena Musa -‘alaihis-salām- lupa.
Selanjutnya keduanya pun melanjutkan perjalanan setelah keluar dari perahu itu, tiba-tiba ada seorang anak yang sedang bermain dengan anak-anak yang lain, kemudian Khiḍir memegang kepala anak itu, lalu ia menarik kepalanya dengan tangannya (mencekiknya). Maka Musa pun berkata kepada Khiḍir -‘alaihis-salām-, “Apakah engkau membunuh satu jiwa yang suci dari dosa-dosa, kita tidak pernah melihatnya melakukan satu dosa yang menyebabkan ia harus dibunuh atau ia membunuh orang lain sehingga ia pun harus dibunuh?!” Khiḍir berkata kepada Musa -‘alaihis-salām-, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku?” Pada lafal teguran kali ini ada tambahan kata “la-ka (kepadamu)” sebagai tambahan penegasan dalam teguran. Oleh karena itu Sufyan bin 'Uyainah yaitu salah satu perawi hadis ini berkata, “Ini (teguran kedua Khiḍir) lebih tegas.” Ia berdalil dengan tambahan kata "la-ka" pada lafal teguran kedua ini. Keduanya pun melanjutkan perjalanan sehingga ketika mereka sampai ke penduduk suatu kampung, keduanya meminta kepada mereka makanan, namun mereka menolak untuk menjamu keduanya, sehingga mereka tidak mendapatkan jamuan di kampung itu dan tidak pula mendapati tempat menginap. Lalu keduanya menemukan rumah yang hampir roboh di kampung tersebut, maka Khiḍir mengisyaratkan dengan tangannya lalu menegakkannya. Musa pun berkata kepada Khiḍir, “Sekiranya engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu sehingga bisa menjadi bekal buat perjalanan kita.” Maka Khiḍir berkata kepada Musa -‘alaihis-salām-, “Interupsi ketiga ini menjadi sebab perpisahan antara aku dan engkau.” Nabi -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- lalu bersabda, “Semoga Allah merahmati Musa, sungguh kita benar-benar berkeinginan dan berharap seandainya ia bisa bersabar sehingga kita dapat menambah pengetahuan tentang ilmu dan hikmah yang terjadi di antara mereka berdua.”

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8304

 
Hadith   1410   الحديث
الأهمية: إن الشيطان قال: وعزتك يا رب، لا أبرح أغوي عبادك ما دامت أرواحهم في أجسادهم، قال الرب: وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما استغفروني
Tema: Sesungguhnya setan berkata, "Demi kemuliaan-Mu wahai Tuhanku, aku tidak akan pernah berhenti menyesatkan hamba-hamba-Mu selama nyawa mereka berada di tubuhnya." Allah berfirman, "Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan henti-hentinya memaafkan mereka, selama mereka memohon ampun kepadaku."

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إنَّ الشيطانَ قال: وعِزَّتِك يا رب، لا أَبرحُ أُغوي عبادَك ما دامت أرواحُهم في أجسادهم، قال الربُّ: وعِزَّتي وجَلالي لا أزال أغفرُ لهم ما استغفروني».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū',"Sesungguhnya setan berkata, "Demi kemuliaan-Mu wahai Tuhanku, aku tidak akan pernah berhenti menyesatkan hamba-hamba-Mu selama nyawa mereka berada di tubuhnya." Allah berfirman, "Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan henti-hentinya memaafkan mereka, selama mereka memohon ampun kepadaku."
Tema: «إن الشيطان قال: وعزتك يا رب، لا أبرح أغوي عبادك ما دامت أرواحهم في أجسادهم» أي: أقسم الشيطان بعزة الله أنه لا يزال يضل العباد طيلة حياتهم «قال الرب: وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما استغفروني» أي: فقال الرب عز وجل ردًّا عليه: وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما داموا يطلبون مني مغفرة ذنوبهم.,«إن الشيطان قال: وعزتك يا رب، لا أبرح أغوي عبادك ما دامت أرواحهم في أجسادهم» أي: أقسم الشيطان بعزة الله أنه لا يزال يضل العباد طيلة حياتهم «قال الرب: وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما استغفروني» أي: فقال الرب عز وجل ردًّا عليه: وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما داموا يطلبون مني مغفرة ذنوبهم.

Sesungguhnya setan berkata, "Demi kemuliaan-Mu wahai Tuhanku, aku tidak akan pernah berhenti menyesatkan hamba-hamba-Mu selama nyawa mereka berada di tubuhnya." Yakni, setan bersumpah bahwa dengan kemuliaan Allah, dia tidak henti-hentinya akan menyesatkan para hamba selama mereka hidup. "Tuhan berfirman, "Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan henti-hentinya memaafkan mereka, selama mereka memohon ampunan kepadaku." Yakni, Allah -'Azza wa Jalla- berfirman menjawab ucapan setan, "Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan berhenti mengampuni mereka selama mereka meminta ampunan kepada-Ku untuk dosa-dosa mereka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8305

 
Hadith   1411   الحديث
الأهمية: إنه يخرج من ضئضئ هذا قوم يتلون كتاب الله رطبا، لا يجاوز حناجرهم، يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية
Tema: Sesungguhnya dari keturunan orang ini akan muncul suatu kaum yang membaca kitabullah, tetapi bacaannya tidak melewati tenggorokannya, mereka keluar dari agama sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- قال: بعَث عليُّ بن أبي طالب -رضي الله عنه- إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- مِن اليَمَن بذُهَيْبة في أدِيمٍ مَقْرُوظ، لم تُحَصَّل من تُرَابِها، قال: فقَسَّمها بين أَربعَة نَفَر، بين عُيَيْنة بن بدر، وأقْرَع بنِ حَابِس، وزَيدِ الخَيل، والرابع: إِمَّا عَلقَمَة وإمَّا عَامِر بنُ الطُّفَيل، فقال رجل مِن أَصحَابه: كُنَّا نحْن أحق بهذا من هؤلاء، قال: فبلغ ذلك النبيَّ -صلَّى الله عليه وسلم- فقال: «ألا تَأْمَنُونِي وأنا أمينُ مَن في السَّماءِ، يَأْتِينِي خبرُ السماءِ صباحًا ومساءً»، قال: فقام رجلٌ غائِرُ العَيْنَيْنِ، مُشْرفُ الوَجْنَتين، ناشِزُ الجَبْهة، كَثُّ اللِّحيَة، مَحْلُوقُ الرَّأس، مُشَمَّر الإزار، فقال يا رسولَ الله اتَّق الله، قال: «وَيْلَك، أَوَلَسْتُ أحقَّ أهلِ الأرض أن يتَّقِيَ الله» قال: ثم ولَّى الرَّجلُ، قال خالد بن الوليد: يا رسول الله، ألا أضرِبُ عُنُقَه؟ قال: «لا، لَعَلَّه أنْ يكون يُصَلِّي» فقال خالد: وكَم مِن مُصَلٍّ يقول بلسانِه ما ليس في قلبِه، قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إني لم أومَرْ أنْ أُنَقِّبَ عن قلوب الناس ولا أَشُقَّ بطونَهم» قال: ثم نظر إليه وهو مُقْفٍ، فقال: «إنه يخرج من ضِئضِئ هذا قومٌ يتلونَ كتابَ اللهِ رَطْبًا، لا يُجَاوِز حَنَاجِرَهم، يَمْرُقون من الدِّين كما يَمْرُق السَّهْمُ مِن الرَّمِيَّة»، وأظنه قال: «لئن أدركتُهم لأَقْتُلَنَّهُم قَتْلَ ثمودَ».

Dari Abu Sa'īd Al Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, “Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu- mengirimkan sebatang emas yang belum dibersihkan dari tanah (masih bercampur) kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lalu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membagikannya kepada empat orang: 'Uyainah bin Badr, Aqra' bin Ḥābis, Zaid Al Khail, dan yang keempat adalah 'Alqamah atau 'Āmir bin Ṭufail. Melihat hal itu, salah seorang sahabat berkata, “Kami lebih berhak atas emas tersebut daripada orang-orang ini”. Perawai mengatakan, ketika kabar itu didengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, “Tidakkah kalian mempercayaiku padahal aku adalah orang yang dipercaya oleh Żat yang di langit (Allah)? Aku menerima kabar dari langit pagi dan sore hari.” Dia (perawi) berkata, Tiba-tiba seorang laki-laki dengan mata cekung, tulang pipi cembung, dahi menonjol, berjenggot tebal, berkepala gundul dan mengangkat kain sarungnya berkata, “Ya Rasulullah! Bertakwalah (takutlah) kepada Allah.” Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Celaka kamu, bukankah aku adalah orang yang paling berhak untuk takut kepada Allah?” Dia (perawi) berkata, Lalu orang itu beranjak dari tempat duduknya. Khālid bin Walīd berkata, “Ya Rasulullah! Izinkan aku menebas lehernya.” Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Jangan, bisa jadi ia mengerjakan salat.” Khalid berkata, “Berapa banyak orang yang salat akan tetapi perkataan lisannya tidak sesuai dengan hatinya.” Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Aku tidak diperintah untuk menyelidiki hati manusia atau mengorek isi perutnya”. Dia (perawi) berkata, Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat kepada orang itu ketika ia pergi, lalu bersabda, “Sesungguhnya dari keturunan orang ini akan muncul suatu kaum yang membaca kitabullah, tetapi bacaannya tidak melewati tenggorokannya, mereka keluar dari agama sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.” Aku kira Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- juga bersabda, “Seandainya aku bertemu dengan mereka niscaya aku akan membunuh mereka sebagaimana bangsa Ṡamūd dibinasakan."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أرسل النبي -صلى الله عليه وسلم- علي بن أبي طالب إلى اليمن، يدعو إلى الله -تعالى- ويقبض الزكاة من أصحابها، ويقضي في المنازعات، وكان ذلك قبل حجة الوداع، ثم إن علياً رجع من اليمن، وقابل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- بمكة، في حجة الوداع، وكان قد أرسل بقطعة من الذهب لم تخلص من ترابها، فليست ذهباً خالصاً؛ لأنها مختلطة بالتراب، فقسمها رسول الله -صلى الله عليه وسلم- بين هؤلاء الأربعة المذكورين رجاء إسلامهم، وكانوا رؤساء قبائلهم، فإذا أسلموا أسلم تبعاً لهم خلق كثير، ولهذا أعطاهم النبي -صلى الله عليه وسلم- المال ترغيباً لهم في الإسلام، وتأليفاً لقلوبهم عليه، ومن كان منهم مسلمًا فيعطى لتقوية إيمانه وتثبيته، وكانت هذه القطعة الذهبية من الخمس، واستبعد أهل العلم أن تكون من أصل الغنيمة، ويمكن أن تكون زكاة.
فلما أعطى النبي -صلى الله عليه وسلم- هؤلاء الأربعة المذكورين قام رجل من المسلمين، فقال: كنا نحن أحق أن نُعطى من هذا المال من هؤلاء الأربعة؟ فعلم النبي -صلى الله عليه وسلم- بذلك فقال: «ألا تأمنوني وأنا أمينُ مَن في السماءِ، يأتيني خبرُ السماءِ صباحًا ومساءً» أي: يأمنني الله -تعالى- على الرسالة التي أرسلني بها إلى الأرض، ولا تأمنني أنت أيها المعترض، ومَن على شاكلتك ممن ضل طريق الرشد، لا تأمنوني على حُطام الدنيا أن أضعه حيث يجب أن يوضع، على وفق أمر الله -تعالى-، وقوله: «مَن في السماءِ» من أدلة علو الله -تعالى- على خلقه، ومعناه: الله الذي في السماء، و"في" هنا بمعنى "على" لأن العرب قد تضع "في" بموضع "على" قال الله -تعالى-: {فسيحوا في الأرض}، وقال: {ولأصلبنكم في جذوع النخل} ومعناه: على الأرض، وعلى جذوع النخل، فكذلك قوله: «في السماء» أي: على العرش، فوق السماء، وهذا الحديث مثل قول الله -تعالى-: {أَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاء أَن يَخْسِفَ بِكُمُ الأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ {16} أَمْ أَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاء أَن يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ً}.
وبينما هم كذلك قام رجل من صفته أن عينيه داخلتين في محاجرهما لاصقتين بقعر الحدقة، وعظما خديه بارزان، مرتفع الجبهة، ضخم اللحية، رأسه محلوق، ثوبه مرتفع أعلى من الكعبين، فقال للنبي -صلى الله عليه وسلم-: اتق الله، فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: «وَيْلَك، أَوَلَسْتُ أحقَّ أهل الأرض أن يتقيَ الله» يعني: أنه -صلى الله عليه وسلم- هو أحق الناس وأولاهم بطاعة الله -تعالى- وتقواه، ومن الضلال المبين أن يتصور الإنسان الطاعة معصية، فهذا الرجل المعترض تصور أن فعل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- معصية، وأنه من الظلم، فنصب نفسه آمراً بتقوى الله، فقال للرسول -صلى الله عليه وسلم-: «اتق الله» مع أن فعل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- هو التقوى، ومن أعظم الطاعات، فهو يعطي لله، ولنصر دينه، وهداية عباده.
فلما ذهب الرجلُ، قال خالد بن الوليد: يا رسول الله، دعني أقتله؟ فقال -صلى الله عليه وسلم-: «لا، لعلَّه أنْ يكون يصلي» فقال خالد: وكم مِن مُصَلٍّ يقول بلسانِه ما ليس في قلبِه، قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إني لم أومَرْ أنْ أُنَقِّبَ عن قلوب الناس ولا أَشُقَّ بطونَهم» أي: إنما أعامل الناس بما ظهر منهم، وأترك بواطنهم لله هو أعلم بها، فيحاسبهم عليها سبحانه، وفي رواية أن القائل عمر بن الخطاب -رضي الله عنه-.
ثم نظر النبي -صلى الله عليه وسلم- لهذا    الرجل وهو ذاهب فقال: «إنه يخرج من ضِئضِئ هذا قومٌ يتلونَ كتابَ اللهِ رَطْبًا، لا يجاوز حناجرَهم، يَمْرُقون من الدين كما يَمْرُق السَّهْمُ مِن الرَّمِيَّة، لئن أدركتُهم لأقتلنَّهم قَتْلَ ثمودَ» والمقصود: الإخبار بأنه يأتي من جنس هذا الرجل الضال، قوم يسلكون مسلكه، يقرؤون القرآن سهلًا لكثرة قراءتهم وحفظهم له، ولكن لا يصل إلى قلوبهم، فهم لا يفهمونه على ما أريد، بل يضعونه في غير موضعه؛ لأنهم ضالون وجاهلون، ولهذا يخرجون من الإسلام بسرعة وسهولة، غير متأثرين به، كأنهم لم يدخلوه، وهذا يدل على أنهم دخلوا في الإسلام، ولكن لم يتمكن الإيمان في قلوبهم، ولم يفهموه على وجهه، ولهذا صار من أوصافهم: أنهم يقتلون أهل الإسلام، ويدعون الكفار عباد الأوثان، ومن أجل ذلك قال -صلى الله عليه وسلم-: «لئن أدركتهم، لأقتلنهم قتل ثمود» أي: لأقتلنهم القتل الشديد القوي، فلا أبقي منهم أحداً.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengutus Ali bin Abi Ṭālib ke Yaman untuk mengajak (manusia) kepada Allah -Ta'ālā-, mengambil zakat dari mereka yang berkewajiban untuk membayarnya serta memutuskan dalam berbagai perselisihan. Ini terjadi sebelum haji wadak, lalu Ali kembali dari Yaman dan menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di Makkah pada waktu haji wadak. Dan sebelumnya dia pernah mengirim sebatang emas yang belum dibersihkan dari tanahnya, batangan emas tersebut bukan emas murni; karena ia masih bercampur dengan tanah. Kemudian Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membagikannya kepada empat orang yang diharapkan keislamannya. Mereka semua adalah pemuka kaumnya masing-masing. Jika mereka masuk Islam, maka akan banyak orang masuk Islam mengikuti mereka. Oleh karena itulah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberi mereka harta tersebut agar mendorong mereka memeluk Islam, serta untuk meluluhkan hati mereka. Dan bagi yang telah masuk Islam sebelumnya, maka ia diberi harta tersebut untuk menguatkan dan meneguhkan keimanannya. Batangan emas tersebut adalah bagian dari seperlima (hak Allah dan Rasul-Nya), dan para ulama tidak memasukkannya bagian dari pokok harta ganimah, dan bisa jadi itu adalah harta zakat. Tatkala Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberikan harta tersebut kepada empat orang tadi, berdirilah seorang lelaki dari kaum Muslimin lalu berkata, “Kami lebih berhak untuk mendapatkan harta tersebut daripada mereka? Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun mengetahui hal itu lalu bersabda, “Tidakkah kalian mempercayaiku padahal aku adalah orang yang dipercaya oleh Żat yang di langit (Allah)? Aku menerima kabar dari langit pagi dan sore hari.” Maksudnya adalah bahwa Allah -Ta'ālā- mempercayaiku membawa risalah untuk penduduk bumi, dan kamu tidak mempercayaiku wahai penentang keputusan dan orang-orang yang serupa denganmu dari kalangan mereka yang tersesat dari jalan petunjuk? Engkau tidak mempercayaiku atas barang dunia untuk diletakkan di tempat yang semestinya dengan perintah Allah -Ta'ālā-. Sabda beliau, (من في السماء) adalah dalil yang menunjukkan ketinggian Allah -Ta'ālā- atas seluruh makhluk-Nya. Maknanya adalah Allah yang berada di atas langit. Dan (في) maknanya adalah (على) “di atas”, karena orang-orang Arab terkadang menggunakan kata (في) untuk menunjukkan makna (على) “di atas”. Allah -Ta'ālā- berfirman, (فسيحوا في الأرض) “maka berjalanlah kamu di muka bumi”, dan firman-Nya, (ولأصلّبنّكم في جذوع النخل) “dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian di batang pohon kurma”. Maknanya adalah “di atas bumi” dan “di atas batang pohon kurma”. Demikian juga dengan sabda beliau: (في السماء) maknanya adalah “di atas 'Arsy”, di atas langit. Hadis ini seperti firman Allah -Ta'ālā-, (أأمنتم من في السماء أن يخسف بكم الأرض فإذا هي تمور (16) أم أمنتم من في السماء أن يرسل عليكم حاصبا) “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang berada di atas langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?. Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang berada di atas langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, berdirilah seorang laki-laki yang di antara ciri-cirinya adalah bermata cekung, tulang pipi cembung, dahi menonjol, berjanggut tebal, berkepala gundul dan bajunya di atas kedua mata kaki, kemudian berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, “Bertakwalah kepada Allah!” Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Celaka kamu, bukankah aku adalah orang yang paling berhak di muka bumi ini untuk bertakwa (takut) kepada Allah?” Maksudnya adalah bahwa beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah orang yang paling berhak dan paling utama dalam ketaatan dan ketakwaannya kepada Allah -Ta'ālā-. Dan termasuk kesesatan yang sangat nyata ketika seseorang menganggap suatu ketaatan sebagai sebuah kemaksiatan. Lelaki yang menentang keputusan tersebut menganggap bahwa apa yang diperbuat oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah kemaksiatan dan kezaliman, sehingga dia menampakkan dirinya sebagai orang yang menyuruh untuk bertakwa kepada Allah, dia berkata kepada Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, “Bertakwalah kepada Allah”, padahal apa yang diperbuat oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah ketakwaan dan ketaatan yang paling besar. Beliau memberi karena Allah, untuk menolong agama-Nya dan memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya. Tatkala lelaki tersebut telah pergi, Khālid bin Walīd berkata, “Ya Rasulullah, biarkan saya membunuhnya?”. Beliau menjawab, “Jangan, bisa jadi ia mengerjakan salat”. Lalu Khalid berkata, “Berapa banyak orang yang salat berkata dengan lisannya yang tidak sesuai dengan hatinya.” Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Aku tidak diperintah untuk menyelidiki hati seseorang atau mengetahui isi perutnya”. Maksudnya adalah: Aku memperlakukan orang sesuai dengan apa yang tampak dari mereka dan aku menyerahkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka kepada Allah yang Maha Mengetahui hal tersebut, kelak Dia -Subḥānahu wa Ta'ālā- akan menghisabnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa orang yang berkata itu adalah Umar bin Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu-. Kemudian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat kepada lelaki tadi ketika ia beranjak pergi lalu bersabda, “Sesungguhnya dari keturunan orang ini akan muncul suatu kaum yang membaca kitabullah, tetapi bacaannya tidak melewati tenggorokannya, mereka keluar dari agama sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya. Seandainya aku bertemu dengan mereka niscaya aku akan membunuh mereka sebagaimana bangsa Ṡamūd dibinasakan. Maksudnya adalah pemberitahuan bahwa nanti akan ada golongan manusia seperti lelaki yang tersesat tersebut, golongan yang menapaki jalannya, mereka membaca Alquran dengan mudah karena seringnya mereka membaca dan banyaknya hafalan mereka, tetapi semua itu tidak sampai ke hati mereka. Mereka tidak memahaminya sesuai dengan yang seharusnya, tetapi mereka menempatkannya bukan pada tempatnya; karena mereka itu adalah orang-orang yang tersesat dan tidak memiliki pengetahuan. Oleh karena itu, mereka keluar dari Islam dengan cepat dan mudah, tidak merasa tersentuh olehnya (Islam), seakan-akan mereka belum pernah memeluknya. Ini menunjukkan bahwa mereka itu telah masuk Islam, namun keimanan tidak tertanam di dalam hati mereka serta tidak memahaminya secara benar. Oleh karena itu, di antara karakteristik mereka adalah mereka selalu membunuh orang-orang Islam dan membiarkan orang-orang kafir penyembah berhala. Karena itulah beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Seandainya aku bertemu dengan mereka niscaya aku akan membunuh mereka sebagaimana bangsa Ṡamūd dibinasakan”. Maksudnya adalah aku benar-benar akan membunuh mereka dengan sangat dahsyat hingga tidak aku tinggalkan satu orangpun dari mereka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8307

 
Hadith   1412   الحديث
الأهمية: اتق الله، وأمسك عليك زوجك
Tema: Bertakwalah kepada Allah dan pertahankanlah terus istrimu!

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: جاء زيدُ بنُ حارثة يشكو، فجعل النبيُّ -صلى الله عليه وسلم- يقول: «اتَّقِ اللهَ، وأمسِكْ عليك زوجَك»، قال أنس: لو كان رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- كاتمًا شيئًا لكتم هذه، قال: فكانت زينبُ تَفْخرُ على أزواج النبي -صلى الله عليه وسلم- تقول: زوَّجَكنَّ أهاليكنَّ، وزوَّجني اللهُ -تعالى- من فوق سبع سموات، وعن ثابت: {وتُخفي في نفسِك ما اللهُ مُبْدِيهِ وتخشى الناسَ} [الأحزاب: 37]، «نزلت في شأن زينبَ وزيد بن حارثة».

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Zaid bin Ḥāriṡah datang untuk mengadu. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bertakwalah kepada Allah dan pertahankanlah terus istrimu!" Anas berkata, "Seandainya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hendak menyembunyikan sesuatu (dari wahyu), pasti beliau akan menyembunyikan hal ini. Ia berkata, "Zainab membanggakan diri kepada para istri Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang lain dengan berkata, "Kalian dinikahkan oleh wali-wali kalian dan aku dinikahkan oleh Allah -Ta'ālā- dari atas tujuh lapis langit." Dari Tsabit, "sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan ditampakkan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia. (QS. Al-Aḥzāb: 37), "Ayat ini turun mengenai kasus Zainab dan Zaid bin Ḥāriṡah."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
جاء زيد بن حارثة رضي الله عنه إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم يشكو زوجه زينب بنت جحش رضي الله عنها ويستشيره في طلاقها؛ وقد أوحى الله تعالى إلى رسوله بأنه سوف يتزوج زينب، أوحى الله بذلك إليه قبل أن يطلقها زيد، فلما جاء يشكوها إليه، ويستشيره في طلاقها، قال له: «اتق الله يا زيد، وأمسك عليك زوجك» فعاتبه الله تعالى بقوله: {وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِي أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللَّهَ وَتُخْفِي فِي نَفْسِكَ مَا اللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى النَّاسَ وَاللَّهُ أَحَقُّ أَن تَخْشَاهُ فَلَمَّا قَضَى زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا} الآية.
والذي كان صلى الله عليه وسلم يخفيه، هو كراهيته لزواجها؛ خوفاً من كلام الناس أنه تزوج زوجة ابنه بالتبني
قوله: «قال أنس: لو كان رسول الله صلى الله عليه وسلم كاتما شيئا لكتم هذه» أي: لو قُدِّر على سبيل الفرض الممتنع شرعا كتم شيء من الوحي، لكان في هذه الآية، ولكنه غير واقع بل ممتنع شرعا. وهذه الآية من أعظم الأدلة لمن تأملها على صدق الرسول صلى الله عليه وسلم، فالله    تعالى يخبر عما وقع في نفسه من خشية الناس، فبلَّغه كما قال الله تعالى مع ما تضمنه من لومه، بخلاف حال الكذاب، فإنه يتجنب كل ما يمكن أن يكون فيه عليه غضاضة، ومثل ذلك قوله تعالى: {عَبَسَ وَتَوَلَّى} إلى آخر الآيات ونظائرها في القرآن.
وقوله: «فكانت زينب تفخر على أزواج النبي صلى الله عليه وسلم» فزينب رضي الله عنها تعتد بأن زواجها برسول الله صلى الله عليه وسلم كان بأمر الله له بذلك، وأنه من أعظم فضائلها، وأنه لا يساويها في ذلك من أزواجه أحد، فكانت تقول: «زوجكن أهاليكن، وزوجني الله تعالى من فوق سبع سماوات»
وهذا القدر من الحديث فيه ثبوت علو الله تعالى وتقرُّره لدى المؤمنين، فهو أمر مسلَّم به بين عموم المسلمين، بل بين عموم الخلق إلا من غُيِّرت فطرته، فهو من الصفات المعلومة بالسمع، والعقل، والفطرة، عند كل من لم تنحرف فطرته. ومعنى قولها: «وزوجني الله» أي: أمر رسوله بأن يتزوجها بقوله تعالى: {فَلَمَّا قَضَى زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًا} وتولى تعالى عقد زواجها عليه.
Zaid bin Ḥāriṡah -raḍiyallāhu 'anhu- datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengadukan istrinya, Zainab binti Jaḥsy --raḍiyallāhu 'anhā- dan berkonsultasi dengan beliau untuk menceraikannya. Sementara itu Allah -Ta'ālā- telah mewahyukan kepada Rasul-Nya bahwa beliau akan menikahi Zainab. Allah menurunkan wahyu tersebut kepada beliau sebelum Zaid menceraikannya.
Saat Zaid datang mengadukan Zainab kepada beliau dan berkonsultasi untuk menceraikannya, beliau bersabda kepadanya, "Bertakwalah kepada Allah dan peganglah erat-erat istrimu!" Lantas Allah -Ta'ālā- mencelanya dengan firman-Nya, "Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya. "Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah!" sedang engkau menyembunyikan dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka, ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab)." Yang disembunyikan oleh Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ialah keengganan beliau untuk mengawini Zainab karena khawatir terhadap omongan orang-orang bahwa beliau telah menikahi istri anak angkatnya. Ucapannya, "Anas berkata, "Seandainya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyembunyikan sebagian (dari wahyu), pasti beliau akan menyembunyikan ayat ini." Yakni, seandainya diperkirakan dalam bentuk kewajiban yang dilarang secara syariat menyembunyikan suatu wahyu, tentu ayat ini yang dipilih. Hanya saja itu tidak terjadi, bahkan dilarang secara syariat. Ayat ini merupakan dalil paling besar bagi orang yang merenungkan kejujuran Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
Allah -Ta'ālā- mengabarkan apa yang telah terjadi dalam dirinya berupa kekhawatiran terhadap manusia. Beliau menyampaikan berita itu sebagaimana difirmankan oleh Alla -Ta'ālā- meskipun mengandung celaan kepada beliau. Berbeda dengan keadaan pendusta, ia pasti menghindari segala aib yang mungkin menimpanya.
Kasus ini seperti firman Allah -Ta'ālā-, "Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling." Sampai akhir surah. Dan berbagai ayat serupa dalam Al-Qur`ān.
Ucapannya, "Zainab membanggakan diri kepada para istri Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Zainab mengklaim bahwa perkawinannya dengan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- atas perintah Allah kepada beliau dan itu merupakan salah satu keutamaan Zainab dan tidak ada seorang pun istri beliau yang menyamainya.
Zainab berkata, "Kalian dinikahkan oleh wali-wali kalian dan aku dinikahkan oleh Allah -Ta'ālā- dari atas tujuh lapis langit."
Bobot hadis ini menetapkan ketinggian Allah -Ta'ālā- dan hak keputusan Allah bagi kaum mukminin. Ini adalah hal yang diyakini oleh mayoritas kaum muslimin, bahkan di antara mayoritas manusia, kecuali orang yang fitrahnya telah tercemar. Ini adalah sifat yang dapat diketahui oleh pendengaran, akal dan fitrah pada setiap orang yang fitrahnya tidak menyimpang.
Arti ucapan Zainab, "Dan Aku dinikahkan oleh Allah," yakni, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menikahinya berdasarkan firman Allah -Ta'ālā-, "Maka, ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya)" dan Allah -Ta'ālā- yang mengurus akad pernikahannya dengan beliau.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8308

 
Hadith   1413   الحديث
الأهمية: اتقوا دعوات المظلوم فإنها تصعد إلى السماء كأنها شرار
Tema: Takutlah terhadap doa orang yang teraniaya! Sesungguhnya doa tersebut naik ke langit laksana percikan api.

عن ابن عمر -رضي الله عنهما- مرفوعاً: «اتَّقُوا دَعَوَاتِ المظلومِ؛ فإنَّها تصعد إلى السماء كأنَّها شَرارٌ».

Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū', "Takutlah terhadap doa orang yang teraniaya! Sesungguhnya doa tersebut naik ke langit laksana percikan api."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
اجتنبوا الظلم، وخافوا من دعوة المظلوم؛ فإنها تصعد إلى الله في السماء كأنها شرار، وشبهها بالشرار في سرعة صعودها، أو لأنَّها خرجت من قلب يلهب بنار القهر والظُّلم، وأنها في خرقها للحُجب كأَنَّها شرارة في أثرها.
Jauhilah kezaliman dan takutlah terhadap doa orang yang teraniaya. Sesungguhnya doa itu naik ke langit laksana percikan api. Beliau menyerupakan doa itu dengan percikan api dalam kecepatan naiknya atau karena doa itu keluar dari hati yang membara terbakar api penindasan dan kezaliman. Daya tembusnya ke tabir seperti dampak percikan api.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Hakim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8309

 
Hadith   1414   الحديث
الأهمية: رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقرؤها ويضع إصبعيه
Tema: Aku pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membaca ayat tersebut dan meletakan dua jarinya.

عن أبي يونس سليم بن جبير مولى أبي هريرة -رضي الله عنه- ، قال: سمعتُ أبا هريرة يقرأ هذه الآية {إنَّ اللهَ يأمركم أن تؤدُّوا الأماناتِ إلى أهلها} [النساء: 58] إلى قوله تعالى {سميعًا بصيرًا} [النساء: 58] قال: «رأيتُ رسولَ الله -صلى الله عليه وسلم- يضع إبهامَه على أُذُنِه، والتي تليها على عينِه»، قال أبو هريرة: «رأيتُ رسولَ الله -صلى الله عليه وسلم- يقرؤها ويضعُ إصبعيه».

Dari Abu Yunus Saliīm bin Jubair, mantan budak sahaya Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku pernah mendengar Abu Hurairah membaca ayat berikut, "Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya..." sampai firman-Nya, "Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. An-Nisā`: 58). Dia berkata, "Aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meletakkan ibu jarinya di telinganya dan jari berikutnya di matanya." Abu Hurairah berkata, "Aku pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membaca ayat tersebut dan meletakkan dua jarinya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان أبو هريرة -رضي الله عنه- يقرأ هذه الآية: {إن الله يأمركم أن تؤدوا الأمانات إلى أهلها} [النساء: 58] إلى قوله تعالى {سميعًا بصيرًا} [النساء: 58]، ويذكر أنه رأى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقرؤها ويضع إصبعه الغليظة الخامسة على أذنه، والتي بجوارها على عينه، تأكيدًا لإثبات صفة السمع والبصر لله -تعالى-، ودفعًا لتأويلات المحرفين، وليس فيه تشبيهًا بالمخلوق؛ لقوله -تعالى-: (ليس كمثله شيء وهو السميع البصير) فالإيمان بالنصوص كلها يقتضي ما ذكر.
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- membaca ayat berikut, "Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya..." sampai firman-Nya, "Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. An-Nisā`: 58). Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- menuturkan bahwa dirinya pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membaca ayat itu dan meletakkan jari kelimanya yang keras (ibu jari) ke telinganya dan jari selanjutnya (telunjuk) ke matanya, untuk menegaskan penetapan sifat mendengar dan melihat bagi Allah -Ta'ālā-. Juga untuk mencegah takwil orang-orang yang menyimpang, dan di dalamnya tidak ada penyerupaan dengan makhluk berdasarkan firman Allah -Ta'ālā-, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." Iman kepada semua nas-nas ini mengharuskan hal-hal tersebut.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8310

 
Hadith   1415   الحديث
الأهمية: اللهم رب جبرائيل، وميكائيل، وإسرافيل، فاطر السماوات والأرض، عالم الغيب والشهادة، أنت تحكم بين عبادك فيما كانوا فيه يختلفون، اهدني لما اختلف فيه من الحق بإذنك، إنك تهدي من تشاء إلى صراط مستقيم
Tema: Ya Allah! Tuhan Jibril, Mikail dan Israfil. Pencipta langit dan bumi, Zat Yang mengetahui perkara gaib dan tampak. Engkaulah yang menetapkan keputusan apa yang diperselisihkan di antara hamba-hamba-Mu. Tunjukkanlah aku kepada kebenaran yang diperselisihkan (manusia) dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan siapa saja yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.

عن أبي سَلَمة بن عبد الرحمن بن عَوْف، قال: سألتُ عائشةَ أمَّ المؤمنين -رضي الله عنها-، بأيِّ شيء كان نبيُّ الله صلى الله عليه وسلم يفتَتِح صلاتَه إذا قام من الليل؟ قالت: كان إذا قام من الليل افتتح صلاتَه: «اللهمَّ ربَّ جِبرائيل، ومِيكائيل، وإسرافيل، فاطرَ السماوات والأرض، عالمَ الغيب والشهادة، أنت تحكم بين عبادك فيما كانوا فيه يختلفون، اهدني لما اختُلِف فيه من الحق بإذنك، إنَّك تهدي مَن تشاء إلى صراطٍ مستقيمٍ».

Dari Abu Salamah bin Abdirrahman bin Auf, ia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Aisyah, Ummul Mukminin -raḍiyallāhu 'anhā-, apa doa yang dibaca oleh Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam mengawali salat malamnya?" Aisyah menjawab, "Apabila beliau menegakkan salat malam, beliau membuka salatnya dengan doa, "Ya Allah! Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta langit dan bumi, Zat Yang mengetahui perkara gaib dan tampak. Engkaulah yang menetapkan keputusan apa yang diperselisihkan di antara hamba-hamba-Mu. Tunjukkanlah aku kepada kebenaran yang diperselisihkan (manusia) dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
سأل أبو سلمة بن عبد الرحمن بن عوف عائشةَ أم المؤمنين عن الدعاء الذي كان نبي الله صلى الله عليه وسلم يفتتح به صلاته إذا صلى قيام الليل؟ فقالت عائشة: كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا صلى قيام الليل قال هذا الدعاء: «اللهم رب جبريل وميكائيل وإسرافيل» وتخصيص هؤلاء الملائكة الثلاثة بالإضافة، مع أنه تعالى رب كل شيء؛ لتشريفهم وتفضيلهم على غيرهم، وكأنه قدم جبريل؛ لأنه أمين الكتب السماوية، فسائر الأمور الدينية راجعة إليه، وأخَّر إسرافيل؛ لأنه النافخ في الصور، وبه قيام الساعة، ووسَّط ميكائيل؛ لأنه أمين القطر والنبات ونحوهما مما يتعلق بالأرزاق المقوِّمة في الدنيا، «فاطر السماوات والأرض» ، أي: مبدعهما ومخترعهما «عالم الغيب والشهادة» ، أي: عالم بما غاب عن العباد وما شاهدوه «أنت تحكم بين عبادك فيما كانوا يختلفون» أي: تحكم بين العباد فيما كانوا يختلفون فيه من أمر الدين في أيام الدنيا «اهدني لما اختلف فيه من الحق بإذنك» أي: اهدني إلى الحق والصواب في هذا الاختلاف الذي اختلف الناس فيه من أمور الدين والدنيا بتوفيقك وتيسيرك «إنك تهدي من تشاء إلى صراط مستقيم» أي: فإنك تهدي من تشاء إلى طريق الحق والصواب.
Abu Salamah bin Abdirrahman bin Auf bertanya kepada Aisyah, Ummul Mukminin mengenai doa yang biasa diucapkan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika memulai salat malam?" Aisyah menjawab, "Apabila Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menegakkan salat malam, beliau mengucapkan doa berikut, "Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil." Pengkhususan ketiga malaikat tersebut dengan penyandaran pada lafal jalālah, padahal Allah -Ta'ālā- Tuhan segala sesuatu, adalah untuk memuliakan mereka dan mengutamakannya dari malaikat yang lainnya. Seakan-akan beliau mendahulukan Jibril, karena dia penjaga kitab-kitab langit. Semua urusan-urusan agama kembali kepadanya. Beliau mengakhirkan Israfil karena dia adalah malaikat yang meniup sangkakala dan dengan itu terjadilah kiamat. Sedangkan yang ditengahnya adalah Mikail karena dia penjaga hujan, tumbuhan dan sebagainya yang berkaitan dengan rezeki yang menjadi bekal di dunia. "Pencipta langit dan bumi," yakni, pencipta dan desainer keduanya. "Yang mengetahui perkara gaib dan yang tampak." Yakni, mengetahui apa yang tidak terlihat oleh hamba-hamba dan apa yang mereka saksikan. "Engkaulah yang menetapkan keputusan apa yang diperselisihkan di antara hamba-hamba-Mu." Yakni, Engkau menetapkan keputusan di antara hamba-hamba mengenai urusan agama yang mereka perselisihkan di hari-hari dunia. "Tunjukanlah aku kepada kebenaran yang diperselisihkan (manusia) dengan izin-Mu." Yakni, tunjukanlah aku kepada yang hak dan kebenaran dalam perselisihan yang terjadi pada manusia mengenai berbagai urusan agama dan dunia dengan taufik -Mu dan kemudahan-Mu. "Sesungguhnya Engkau menunjukkan siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus." Yakni, sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapa saja yang Kau kehendaki ke jalan yang hak dan benar.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8311

 
Hadith   1416   الحديث
الأهمية: لا تزال جهنم تقول: هل من مزيد، حتى يضع رب العزة فيها قدمه، فتقول: قط قط وعزتك، ويزوى بعضها إلى بعض
Tema: Jahanam tidak henti-hentinya berkata, "Apakah ada tambahan?" Hingga Tuhan Pemilik kemuliaan meletakkan kaki-Nya. Jahanam berkata, "Cukup, cukup, demi kemuliaan-Mu!" Lalu neraka satu sama lain saling terlipat.

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً: «لا تزالُ جهنَّمُ تقول: هل مِن مَزِيد، حتى يضعَ ربُّ العِزَّةِ فيها قَدَمُه، فتقولُ: قَطٍ قَطٍ وعِزَّتِك، ويُزوَى بعضُها إلى بعضٍ».

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Jahanam tidak henti-hentinya berkata, "Apakah ada tambahan?" Hingga Tuhan Pemilik kemuliaan meletakkan kaki-Nya. Jahanam berkata, "Cukup, cukup, demi kemuliaan-Mu!" Lalu neraka satu sama lain saling terlipat.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر الله تعالى أنه يقول لجهنم: هل امتلأت؟ وذلك أنه وعدها أن سيملؤها من الجِنة والناس أجمعين، فهو سبحانه يأمر بمن يأمر به إليها، ويلقى فيها وهي تقول: هل من مزيد؟ أي: هل بقي شيء تزيدني؟ حتى يضع رب العزة قدمه فيها، فتقول: هذا يكفيني وتُقبض ويُجمع بعضها إلى بعض. ولا يجوز تأويل صفة القدم إلى من قدَّمهم الله إلى النار ولا غير ذلك من التأويلات الباطلة، بل يجب إثبات القدم صفة لله تعالى من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير تكييف ولا تمثيل.
Allah -Ta'ālā- mengabarkan bahwa Dia berfirman kepada Jahanam, "Apakah engkau sudah penuh?" Hal ini disebabkan karena Dia telah berjanji akan memenuhinya dengan jin dan manusia seluruhnya. Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- memerintahkan untuk memasukkan orang yang menjadi penghuninya, dan Jahanam berkata, "Apakah ada tambahan?" Yakni, apakah ada sesuatu yang tersisa hendak Engkau tambahkan kepadaku, hingga Allah Tuhan Pemilik kemuliaan meletakkan kaki-Nya di dalamnya. Jahanam berkata, "Ini cukup untukku." Jahanam digenggam dan sebagiannya dihimpun dengan bagian yang lainnya. Tidak boleh menakwilkan sifat kaki kepada orang yang dilemparkan oleh Allah ke neraka dan tidak juga berbagai penakwilan lainnya. Tetapi wajib menetapkan bahwa kaki adalah sifat Allah -Ta'ālā- tanpa adanya perubahan dan pengosongan, juga tanpa ada pertanyaan mengenai bentuknya dan penyerupaan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8312

 
Hadith   1417   الحديث
الأهمية: تحاجت الجنة والنار، فقالت النار: أوثرت بالمتكبرين، والمتجبرين، وقالت الجنة: فما لي لا يدخلني إلا ضعفاء الناس وسقطهم وغرتهم
Tema: Surga dan neraka saling berdebat. Neraka berkata, "Aku dikhususkan untuk orang-orang sombong dan sewenang-wenang." Surga berkata, "Sementara aku, kenapa tidak ada yang memasukiku kecuali orang-orang lemah, hina dan bodoh (terhadap urusan dunia)."

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «تَحَاجَّتِ الجنةُ والنارُ، فقالت النارُ: أوثِرتُ بالمُتَكَبِّرين، والمُتَجَبِّرين، وقالت الجنةُ: فما لي لا يدخلني إلا ضعفاءُ الناس وسَقَطُهم وغِرَّتُهم؟ قال الله للجنة: إنما أنت رحمتي أرحمُ بك مَن أشاءُ من عبادي، وقال للنار: إنما أنت عذابي أُعذِّب بك مَن أشاء من عبادي، ولكل واحدةٍ منكما مِلْؤها، فأما النارُ فلا تمتلئُ حتى يضعَ الله تبارك وتعالى رِجْلَه، تقول: قَط قَط قَط، فهنالك تمتلئ، ويَزْوِى بعضُها إلى بعض، ولا يظلم اللهُ من خلقه أحدا، وأما الجنةُ فإنَّ اللهَ يُنشئ لها خَلْقًا».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Surga dan neraka saling berdebat. Neraka berkata, "Aku dikhususkan untuk orang-orang sombong dan sewenang-wenang." Surga berkata, "Sementara aku, kenapa tidak ada yang memasukiku kecuali orang-orang lemah, hina dan bodoh (terhadap urusan dunia)?" Allah berfirman kepada surga, "Sesungguhnya engkau adalah rahmat-Ku. Aku merahmati denganmu siapa saja dari hamba-Ku yang Aku kehendaki." Dia berfirman kepada neraka, "Sesungguhnya engkau azab-Ku, Aku mengazab denganmu hamba-hamba-Ku yang Aku kehendaki. Masing-masing kalian berdua akan penuh. Adapun neraka tidak akan penuh sampai Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- meletakkan kaki-Nya. Neraka berkata, "Cukup! Cukup! Cukup!" Saat itulah neraka penuh dan masing-masing bergabung dengan yang lainnya, dan Allah tidak berbuat zalim kepada siapa pun dari hamba-Nya. Sedangkan surga, maka Allah menciptakan makhluk lain untuknya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
افتخرت النار على الجنة بأنها محل انتقام الله تعالى من الطغاة والمتكبرين والمجرمين الذين عصوا الله وكذَّبوا رسله، وأما الجنة فإنها اشتكت لكون من يدخلها الضعفاء والفقراء وأهل المسكنة غالباً،    بل هم متواضعون لله خاضعون له، وهذا القول قالته الجنة والنار حقيقة، وقد جعل الله لهما شعوراً وتمييزاً، وعقلاً ونطقاً، والله لا يعجزه شيء.
فقال الله للجنة: «إنما أنت رحمتي أرحمُ بك مَن أشاءُ من عبادي»، وقال للنار: «إنما أنت عذابي أُعذِّب بك مَن أشاء من عبادي» هذا هو حكم الله بينهما، يعني: أن الله تعالى خلق الجنة ليرحم بدخولها من شاء من عباده، من يتفضل عليه ويجعله مؤهَّلاً لذلك، وأما النار فخلقها لمن عصاه وكفر به وبرسله، يعذبهم بها، وذلك كله ملكه يتصرف فيه كيف يشاء، لا يُسأل عما يفعل وهم يُسألون، ولكن لا يدخل النار إلا من استوجبها بعمله.
ثم قال: «ولكل واحدة منكما ملؤها» وهذا وعد من الله تعالى لهما بأن يملأهما بمن يسكنهما، وقد جاء الطلب من النار صريحًا، كما قال تعالى: {يَوْمَ نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلأْتِ وَتَقُولُ هَلْ مِن مَّزِيدٍ} ، وأقسم الله تعالى ليملأن جهنم من الجِنَّةِ والناس أجمعين، فالجنة والنار دار بني آدم والجن بعد الحساب، فمن آمن وعبد الله وحده، واتبع رسله، فمصيره إلى الجنة، ومن عصى وكفر وتكبر فمصيره إلى النار.
قال: «فأما النارُ فلا تمتلئُ حتى يضعَ الله تبارك وتعالى رِجْلَه، تقول: قَطِ قَطِ قَطِ، فهنالك تمتلئ، ويَزْوِى بعضُها إلى بعض، ولا يظلم اللهُ من خلقه أحدا» فالنار لا تمتلئ حتى يضع الله تعالى عليها رجله فتنضم ويجتمع بعضها إلى بعض، وتتضايق على من فيها، وبذلك تمتلئ ولا يظلم ربك أحداً. ويجب إثبات الرِّجل لله تعالى من غير تحريف ولا تعطيل ومن غير تكييف ولا تمثيل، ثم قال: «وأما الجنةُ فإنَّ اللهَ يُنشئ لها خَلْقًا» أما الجنة فلا تمتلئ حتى يخلق الله تعالى لها خلقًا آخرين، فبهم تمتلئ.
Neraka membanggakan diri kepada surga bahwa ia adalah tempat azab Allah -Ta'ālā- bagi orang-orang yang melampaui batas, sombong dan pembuat dosa yang durhaka kepada Allah dan mendustakan para Rasul-Nya. Sedangkan surga mengadukan bahwa orang yang memasukinya adalah orang-orang lemah, fakir dan miskin, tetapi mereka merendahkan hati kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Ucapan ini dilontarkan oleh surga dan neraka secara nyata dan Allah telah menjadikan bagi keduanya perasaan, kemampuan membedakan, akal, dan kemampuan bicara. Tidak ada sesuatu pun yang mampu membuat Allah lemah. Allah berkata kepada surga, "Sesungguhnya engkau adalah rahmat-Ku. Aku merahmati denganmu siapa saja dari hamba-Ku yang Aku kehendaki." Kemudian Allah berkata kepada neraka, "Sesungguhnya engkau azab-Ku, Aku mengazab denganmu hamba-hamba-Ku yang Aku kehendaki." Ini adalah keputusan Allah di antara keduanya. Yakni bahwa Allah -Ta'ālā- menciptakan surga agar Dia mengasihi siapa saja dari hamba-Nya yang dikehendaki-Nya untuk memasukinya, yaitu orang-orang yang diberi karunia oleh Allah dan pantas mendapatkannya. Adapun neraka, Allah menciptakannya bagi orang-orang durhaka dan kufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia menyiksa mereka. Itu semua adalah milik-Nya. Dia berhak berbuat apa pun di dalamnya sesuai kehendak-Nya. Dia tidak ditanya mengenai yang dilakukan-Nya, tetapi mereka akan ditanya. Hanya saja tidak akan masuk neraka kecuali orang yang pantas untuk memasukinya karena amalnya. Selanjutnya Allah berfirman, "Masing-masing kalian dipenuhi." Ini adalah janji dari Allah -Ta'ālā- bagi keduanya, bahwa Dia akan memenuhi keduanya dengan para penghuninya. Neraka berkata secara gamblang sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami bertanya kepada Jahanam, "Apakah kamu sudah penuh?" Ia menjawab, "Masih adakah tambahan?" Allah -Ta'ālā- bersumpah bahwa Dia akan memenuhi Jahanam dengan jin dan manusia seluruhnya. Surga dan neraka adalah tempat Bani Adam dan jin. setelah perhitungan. Siapa yang beriman, menyembah Allah semata, mengikuti para Rasul-Nya maka perjalanan akhirnya ke surga. Siapa yang durhaka, kufur dan sombong, maka perjalanan akhirnya ke neraka. Nabi bersabda, "Adapun neraka tidak akan penuh sampai Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- meletakkan kaki-Nya. Neraka berkata, "Cukup! Cukup! Cukup!" Saat itulah neraka penuh dan masing-masing bergabung dengan yang lainnya, dan Allah tidak berbuat zalim kepada siapa pun dari hamba-Nya." Neraka tidak akan penuh sampai Allah Ta'ālā meletakkan kaki-Nya di atasnya sehingga neraka berkumpul dan masing-masing bergabung dengan yang lainnya hingga orang yang ada di dalamnya merasa sempit. Dengan demikian, neraka pun penuh dan Tuhan mu tidak menzalimi seorang pun. Dan wajib bagi kita untuk menetapkan kaki bagi Allah -Ta'ālā- tanpa ada penyimpangan dan pengingkaran makna, tanpa mempertanyakan bagaimananya serta tanpa penyerupaan. Selanjutnya beliau bersabda, "Sedangkan surga, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk untuknya." Adapun surga tidak akan penuh sampai Allah -Ta'ālā- menciptakan makhluk lain untuknya, sehingga surga menjadi penuh dengan mereka.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8313

 
Hadith   1418   الحديث
الأهمية: يقول الله: إذا أراد عبدي أن يعمل سيئة، فلا تكتبوها عليه حتى يعملها، فإن عملها فاكتبوها بمثلها، وإن تركها من أجلي فاكتبوها له حسنة
Tema: Allah berfirman, "Apabila hamba-Ku hendak melakukan keburukan, janganlah kalian (malaikat) mencatatnya sampai dia mengerjakannya! Apabila ia mengerjakannya, tulislah (dosa) seperti keburukan itu! Jika dia meninggalkan keburukan tersebut demi Aku, catatlah baginya satu kebaikan!"

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «يقول اللهُ: إذا أراد عبدي أنْ يعملَ سيئةً، فلا تكتبوها عليه حتى يعملَها، فإنْ عَمِلها فاكتبوها بمثلِها، وإنْ تركها مِن أجلي فاكتبوها له حسنةً، وإذا أراد أنْ يعملَ حسنةً فلم يعملها فاكتبوها له حسنةً، فإنْ عملها فاكتبوها له بعشر أمثالها إلى سبعِ مائة ضِعْفٍ».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Allah berfirman, "Apabila hamba-Ku hendak melakukan keburukan, janganlah kalian (malaikat) mencatatnya sampai dia mengerjakannya! Apabila ia mengerjakannya, tulislah (dosa) seperti keburukan itu! Jika dia meninggalkan keburukan tersebut demi Aku, catatlah baginya satu kebaikan!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
هذا الخطاب من الله تعالى للملائكة الموكَّلين بحفظ عمل الإنسان وكتابته، وهو يدل على فضل الله على الإنسان، وتجاوزه عنه. قوله: «إذا أراد عبدي أن يعمل سيئة، فلا تكتبوها عليه حتى يعلمها» والعمل قد يراد به عمل القلب والجوارح، وهو الظاهر؛ لأنه قد جاء ما يدل على أن عمل القلب يؤاخذ به، ويجزي عليه، قال الله تعالى: {وَمَن يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ}، وفي الحديث الصحيح: «إذا التقى المسلمان بسيفهما فالقاتل والمقتول في النار» ، قالوا: هذا القاتل، فما بال المقتول؟ قال: «إنه كان حريصاً على قتل أخيه»، فهذه النصوص تصلح لتخصيص عموم قوله: «إذا أراد أن يعمل سيئة فلا تكتبوها حتى يعملها» وهذا لا يخالف قوله في السيئة: «لم تكتب عليه»؛ لأن عزم القلب وتصميمه عمل.
قوله: «فإن علمها فاكتبوها بمثلها»، يعني: سيئة واحدة، قال الله تعالى: {مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ}، وقال تعالى: {مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلا يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُوْلَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ}.
قوله: «فإن تركها من أجلي فاكتبوها له حسنة» قيَّد تركها بأنه من أجل الله تعالى، أي: خوفاً منه، وحياءً، أما إذا تركها عاجزاً، أو خوفاً من الخلق، أو لعارض آخر، فإنها لا تُكتب له حسنة، بل ربما كُتبت عليه سيئة.
قوله: «وإذا أراد أن يعمل حسنة فلم يعملها فاكتبوها له حسنة» إلى آخره، وهذا تفضُّل من الله تعالى الكريم المنان على عباده، فله الحمد والمنة، فأي كرم أعظم من هذا، الهم بالحسنة يكتب الله به حسنة كاملة، وعمل الحسنة يكتب به عشر حسنات إلى سبعمائة حسنة.
وفي هذا الحديث أسند النبي صلى الله عليه وسلم هذا القول إلى الله تعالى بقوله: «يقول الله: إذا أراد عبدي» واصفاً له بذلك، وهذا القول من شرعه الذي فيه وعده لعباده، وتفضُّله عليهم، وهو غير القرآن، وليس مخلوقاً، فقوله تعالى غير خلقه.
Seruan dari Allah -Ta'ālā- ini untuk para malaikat yang bertugas menjaga dan mencatat amal manusia. Ini menunjukkan karunia Allah kepada manusia dan ampunan-Nya baginya. Sabdanya, "Apabila hamba-Ku hendak melakukan keburukan, janganlah kalian (malaikat) mencatatnya sampai dia mengerjakannya!" Perbuatan di sini bisa dimaksudkan perbuatan hati dan anggota badan, inilah makna yang tampak. Sebab, ada keterangan yang menunjukkan bahwa perbuatan hati mendapatkan siksaan dan balasan. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan siapa saja yang bermaksud melakukan kejahatan secara zalim di dalamnya, niscaya akan Kami timpakan kepadanya siksa yang pedih."
Dalam hadis sahih disebutkan, "Apabila dua orang muslim saling bertemu dengan membawa pedang, maka pembunuh dan yang dibunuh berada di neraka." Para sahabat bertanya, "Ini (vonis) pembunuh, bagaimana dengan yang dibunuh?" Beliau bersabda, "Tadinya dia juga berkeinginan keras untuk membunuh saudaranya."
Nas-nas ini layak untuk mengkhususkan keumuman sabda beliau, "Apabila hamba-Ku hendak melakukan keburukan, janganlah kalian (malaikat) mencatatnya sampai dia mengerjakannya!" Ini tidak bertentangan dengan sabdanya tentang keburukan, "Tidak dicatat." Sebab, tekad dan kehendak hati adalah suatu perbuatan.
Sabdanya, "Apabila ia mengerjakannya, maka tulislah (dosa) seperti keburukan itu." Yakni, satu keburukan. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi)."
Allah -Ta'ālā- berfirman, "Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia akan dibalas sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tak terhingga."
Sabda beliau, "Jika dia meninggalkan keburukan tersebut demi Aku, catatlah baginya satu kebaikan." Beliau itu mensyaratkan tindakan meninggalkan keburukan karena Allah -Ta'ālā-, yakni karena takut dan malu kepada-Nya. Adapun bila ia meninggalkan keburukan itu karena tidak mampu melakukannya atau takut kepada manusia atau karena sebab lain, maka hal itu tidak dicatat sebagai satu kebaikan baginya, tetapi mungkin saja dicatat sebagai satu keburukan baginya.
Sabda beliau, "Apabila ia hendak melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, tulislah satu kebaikan baginya! Jika ia melaksanakannya, tulislah baginya sepuluh kebaikan seperti itu sampai tujuh ratus kali lipat!" Ini merupakan karunia dari Allah -Ta'ālā- Yang Maha Pemurah dan Pemberi karunia kepada hamba-hamba-Nya. Dengan demikian, segala puji dan karunia hanya milik-Nya. Kemurahan hati yang manakah lebih besar dari ini? Dia mendapatkan ilham untuk melakukan kebaikan maka Allah mencatat kebaikan yang sempurna baginya dan bila ia mengerjakan satu kebaikan, maka dicatat baginya sepuluh sampai tujuh ratus kebaikan. Dalam hadis ini Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyandarkan sabdanya kepada Allah -Ta'ālā- dengan sabdanya, "Allah berfirman, "Apabila hamba-Ku hendak." menggambarkan hal itu bagi-Nya. Firman ini merupakan bagian dari syariat-Nya yang mengandung janji bagi hamba-hamba-Nya dan karunia-Nya kepada mereka. Firman tersebut bukan Al-Qur`ān dan bukan pula makhluk. Perkataan Allah -Ta'ālā- bukan makhluk-Nya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8314

 
Hadith   1419   الحديث
الأهمية: إن الله يقول لأهون أهل النار عذابًا: لو أن لك ما في الأرض من شيء كنت تفتدي به؟ قال: نعم، قال: فقد سألتك ما هو أهون من هذا وأنت في صلب آدم، أن لا تشرك بي، فأبيت إلا الشرك
Tema: Sesungguhnya Allah berfirman kepada penghuni neraka yang paling ringan siksaannya, "Seandainya engkau memiliki sesuatu di bumi, maukah engkau menebus siksaan dengannya?" Orang itu menjawab, "Ya." Allah berfirman, "Aku sudah pernah bertanya kepadamu sesuatu yang lebih ringan dari ini saat engkau berada di tulang punggung Adam, yaitu hendaknya engkau tidak menyekutukan-Ku, tetapi engkau enggan kecuali syirik."

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إنَّ اللهَ يقول لأهونِ أهلِ النارِ عذابًا: لو أنَّ لك ما في الأرضِ من شيءٍ كنتَ تفتدِي به؟ قال: نعم، قال: فقد سألتُك ما هو أهونُ مِن هذا وأنت في صُلْبِ آدمَ، أنْ لا تُشْرِكْ بي، فأبيتَ إلَّا الشِّركَ».

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Sesungguhnya Allah berfirman kepada penghuni neraka yang paling ringan siksaannya, "Seandainya engkau memiliki sesuatu di bumi, maukah engkau menebus siksaan dengannya?" Orang itu menjawab, "Ya." Allah berfirman, "Aku sudah pernah bertanya kepadamu sesuatu yang lebih ringan dari ini saat engkau berada di tulang punggung Adam, yaitu hendaknya engkau tidak menyekutukan-Ku, tetapi engkau enggan kecuali syirik."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إن الله تعالى يقول لأقل أهل النار عذابًا يوم القيامة: لو أنك تملك كل ما في الأرض، أكنت تدفعه لتتخلص من هذا العذاب؟ فيقول: نعم. فيقول الله تعالى: لقد طلبتُ منك شيئا هو أيسر عليك من ذلك، وأنت في ظهر أبيك، حيث أخذتُ عليك العهد والميثاق أن لا تشرك بي شيئا، ولكنك امتنعت وأشركت بي، قال الله تعالى: (وإذ أخذ ربك من بني آدم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على أنفسهم ألست بربكم قالوا بلى شهدنا أن تقولوا يوم القيامة إنا كنا عن هذا غافلين).
Tema: Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- berfirman kepada penghuni neraka yang paling ringan siksaannya pada hari kiamat, "Seandainya engkau memiliki segala sesuatu di bumi, maukah engkau menyerahkannya agar bisa selamat dari azab ini?" Orang itu menjawab, "Ya." Allah -Ta'ālā- berfirman, "Aku pernah meminta kepadamu sesuatu yang lebih mudah dari ini saat engkau berada di punggung bapakmu, ketika aku mengambil sumpah dan janji agar engkau tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun, tetapi engkau enggan dan menyekutukan-Ku. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu kami lengah dari hal ini."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8315

 
Hadith   1420   الحديث
الأهمية: جنتان من فضة آنيتهما، وما فيهما، وجنتان من ذهب آنيتهما، وما فيهما، وما بين القوم وبين أن ينظروا إلى ربهم إلا رداء الكبرياء على وجهه في جنة عدن
Tema: Dua surga dari perak, wadah-wadahnya dan apa-apa yang ada di dalamnya. Dua surga dari emas, wadah-wadahnya dan apa-apa yang ada di dalamnya. Tidak ada tabir antara orang-orang dengan melihat kepada Rabb mereka, kecuali selendang kebesaran di wajah-Nya, kelak di surga 'Adn.

عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «جَنَّتانِ مِن فِضَّةٍ آنِيَتُهما، وما فيهما، وجَنَّتانِ مِن ذَهَبٍ آنِيَتُهما، وما فيهما، وما بين القومِ وبين أنْ ينظروا إلى ربِّهم إلَّا رِداءُ الكِبْرِياءُ على وجهِه في جَنَّة عَدْنٍ».

Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Dua surga dari perak, wadah-wadahnya dan apa-apa yang ada di dalamnya. Dua surga dari emas, wadah-wadahnya dan apa-apa yang ada di dalamnya. Tidak ada tabir antara orang-orang dengan melihat kepada Rabb mereka, kecuali selendang kebesaran di wajah-Nya, kelak di surga 'Adn."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
الحديث يدل على تفاوت منازل الجنة ودرجاتها، فبعضها أعلى من بعض حسًّا ومعنى، حيث يكون بناؤها من الذهب، وأوانيها من الذهب، وبعضها يكون بناؤها من الفضة، وأوانيها من الفضة، ومعلوم أن الذهب هو أغلى المعادن وأنفسها لدى المخاطبين بالقرآن عند نزوله، ويجوز أن يكون فيها ما هو أعلى من الذهب وأرفع؛ لأن الله    تعالى أخبر أن فيها ما لا عين رأته، ولا أُذن سمعته، ولا خطر على قلب بشر، وقع في أول بعض روايات هذا الحديث: «جِنان الفردوس أربع، ثنتان من ذهب ...» الحديث
قوله: «وما بين القوم وبين أن ينظروا إلى ربهم إلا رداء الكبرياء على وجهه في جنة عدن» فيه التصريح بقرب نظرهم إلى ربهم، فإذا أراد تعالى أن يُنَعِّمَهم ويزيد في كرامتهم رفع رداء الكبرياء عن وجهه فنظروا إليه.
وأهل السنة يثبتون رداء الكبرياء لله تعالى، ورؤية المؤمنين لربهم في الجنة، من غير تكييف ولا تمثيل ومن غير تحريف ولا تعطيل، كما يثبتون له وجهًا يليق بجلاله، ولا يجوز تأويل شيء من ذلك وصرفه عن ظاهره، كما هو مذهب السلف الصالح.
Hadis ini menunjukkan perbedaan kedudukan dan tingkatan surga. Sebagian surga lebih tinggi dari sebagian lainnya secara kasat mata dan maknawi, di mana bangunannya dari emas dan wadah-wadahnya dari emas. Sebagian lagi bangunannya dari perak dan wadah-wadahnya dari perak. Sebagaimana diketahui, bahwa emas adalah barang tambang yang paling mahal dan berharga bagi orang-orang yang diseru oleh Al-Qur`ān ketika turun. Boleh jadi dalam surga itu ada sesuatu yang lebih tinggi dan lebih mahal dari emas, karena Allah -Ta'ālā- mengabarkan bahwa di dalam surga ada sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tak didengar oleh telinga, dan tak terlintas dalam hati manusia.
Dalam satu riwayat yang berhubungan dengan hadis ini disebutkan, "Surga-surga Firdaus ada empat; dua dari emas dst."
Sabda beliau, "Pemisah antara satu kaum dengan melihat kepada Rabb mereka hanyalah selendang kebesaran di muka-Nya di surga 'Adn. Dalam hadis ini terdapat keterangan dekatnya pandangan mereka kepada Rabbnya. Apabila Allah -Ta'ālā- hendak menjadikan mereka nikmat dan menambah kemuliaan mereka, maka Dia mengangkat selendang kebesaran dari wajah-Nya lalu orang-orang pun memandang-Nya. Ahlussunnah menetapkan selendang kebesaran milik Allah -Ta'ālā-, kejadian kaum mukminin melihat Tuhan mereka di surga tanpa ada pertanyaan bagaimana dan penyerupaan serta tanpa penyimpangan dan pengosongan makna. Sebagaimana mereka menetapkan wajah bagi-Nya yang selaras dengan keagungan-Nya, dan tidak boleh menakwilkan sesuatu pun dari itu dan mengubahnya dari zahirnya, sebagaimana mazhab salaf saleh.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8316

 
Hadith   1421   الحديث
الأهمية: احتج آدم وموسى، فقال له موسى: يا آدم أنت أبونا خيبتنا وأخرجتنا من الجنة، قال له آدم: يا موسى اصطفاك الله بكلامه، وخط لك بيده، أتلومني على أمر قدره الله علي قبل أن يخلقني بأربعين سنة؟ فحج آدم موسى، فحج آدم موسى
Tema: Adam dan Musa berdebat. Musa berkata kepada Adam, "Wahai Adam! Engkau ayah kami, engkau telah mengecewakan kami dan mengeluarkan kami dari surga." Adam berkata kepada Musa, "Wahai Musa! Allah telah memilihmu dengan kalam-Nya dan menetapkan keputusan dengan tangan-Nya. Apakah engkau menyalahkanku atas hal yang telah ditetapkan Allah kepadaku empatpuluh tahun sebelum menciptakanku?" Adam berhasil mengalahkan Musa dengan hujah. Adam berhasil mengalahkan Musa dengan hujah.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «احتجَّ آدمُ وموسى، فقال له موسى: يا آدمُ أنت أبونا خَيَّبتنا وأخرجتَنا من الجنة، قال له آدمُ: يا موسى اصطفاك اللهُ بكلامِه، وخطَّ لك بيدِه، أتلومُني على أمرٍ قَدَّره اللهُ عليَّ قبل أنْ يخلُقَني بأربعين سنةً؟ فحَجَّ آدمُ موسى، فحَجَّ آدمُ موسى».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Adam dan Musa berdebat. Musa berkata kepada Adam, "Wahai Adam! Engkau ayah kami, engkau telah mengecewakan kami dan mengeluarkan kami dari surga." Adam berkata kepada Musa, "Wahai Musa! Allah telah memilihmu dengan kalam-Nya dan menetapkan keputusan dengan tangan-Nya. Apakah engkau menyalahkanku atas hal yang telah ditetapkan Allah kepadaku empatpuluh tahun sebelum menciptakanku?" Adam berhasil mengalahkan Musa dengan hujah. Adam berhasil mengalahkan Musa dengan hujah."
Tema: «احتجَّ آدم وموسى» عليهما السلام أي: كل واحد منهما ذكر حُجَّته أمام الآخر، وهذا يجوز أن يكون بعد وفاة موسى، أو أنه في الرؤيا، فإن رؤيا الأنبياء وحي، ومثل هذا يجب فيه التسليم، ولا نستطيع الوقوف على حقيقته
«فقال له موسى: يا آدمُ أنت أبونا خَيَّبتنا وأخرجتَنا من الجنة» أي: كنت سبب خيبتنا وإغوائنا بالخطيئة التي ترتَّب عليها إخراجك من الجنة، ثم تَعَرضنا نحن لإغواء الشياطين.
   «قال له آدمُ: يا موسى اصطفاك اللهُ بكلامِه» أي: اختارك الله تعالى بأن أسمعك كلامه، وهذا الذي اختص به موسى من بين الرسل، بأن الله تعالى كلمه بدون واسطة، بل أسمعه كلامه منه إليه.
   «وخطَّ لك بيدِه» أي: كتب لك التوراة بيده، ويجب علينا أن نؤمن بهذا من غير تكييف ولا تعطيل ومن غير تحريف ولا تمثيل.
   «أتلومُني على أمرٍ قَدَّره اللهُ عليَّ قبل أنْ يخلُقَني بأربعين سنةً؟» أي: كيف تلومني على أمر كتبه الله عليَّ في اللوح المحفوظ وفي صحف التوراة وألواحها قبل خلقي بأربعين سنة.
«فحَجَّ آدمُ موسى» أي: غلبه بالحجة، وإنما كان موضع الحجة لآدم على موسى -صلوات الله وسلامه عليهما- أن الله سبحانه إذا كان قد علم من آدم أنه سيخرج من الجنة وينزل للأرض فكيف يمكنه أن يرد علم الله فيه، فحجة آدم عليه السلام ظهرت؛ لأن ما قُدِّر عليه أمر لا يمكن تغييره ولا رده، بل هو قدر قدره العليم القدير، فلا يمكن دفعه، ولا رفعه بعد وقوعه، فليس أمامه إلا التسليم، ومع ذلك لا يكون القدر حجة فيما لم يقع؛ لأن الإنسان مأمور بفعل الطاعة، واجتناب المعصية، وهو لا يعلم ما هو المقدر عليه حتى يقع، فإذا وقع الأمر وتعذر دفعه هناك يسلم للقدر، ويقول: قدر الله وما شاء فعل، ويستغفر من ذنبه ويتوب إلى ربه.
فتبين أن آدم حج موسى لما قصد موسى لوم آدم على ما كان سبباً في مصيبة أبنائه، وأن آدم احتج بأن هذه المصيبة سبق بها القدر، ولا بد من وقوعها، وسواء في ذلك المصائب التي تحصل بأفعال العباد، أو غيرها، فإن على العبد الصبر والتسليم، ولا يسقط بذلك لوم الجاني وعقابه.

"Adam dan Musa -'alaihimassalām- berdebat. Yakni, masing-masing menuturkan argumentasinya di hadapan yang lainnya. Mungkin saja ini terjadi setelah Musa wafat atau itu terjadi dalam mimpi. Sesungguhnya mimpi para nabi adalah wahyu. Dalam hal ini kita diwajibkan untuk menyerahkan diri dan tidak bisa mengetahui hakekatnya.
"Musa berkata kepada Adam, "Wahai Adam, engkau ayah kami, engkau telah mengecewakan kami dan mengeluarkan kami dari surga." Yakni, engkau adalah sebab kekecewaan kami dan tergelincirnya kami dengan kesalahan yang menyebabkan engkau dikeluarkan dari surga. Selanjutnya kami rentan mendapat godaan setan.
"Adam berkata kepada Musa, "Wahai Musa, Allah telah memilihmu dengan kalam-Nya," yakni, Allah -Ta'ālā- telah memilihmu dengan memperdengarkan kalam-Nya kepadamu. Inilah yang menjadi kekhususan Musa dari para Rasul bahwa Allah -Ta'ālā- berbicara kepadanya tanpa perantara, tetapi Dia memperdengarkan kalam-Nya kepadanya.
"dan menetapkan keputusan dengan tangan-Nya." Yakni, Dia menulis Taurat untukmu dengan tangan-Nya dan kita wajib mempercayai hal ini tanpa (mempertanyakan) mekanisme dan penafian juga tanpa penyimpangan dan penyerupaan.
"Apakah engkau menyalahkanku atas hal yang telah ditetapkan Allah kepadaku empatpuluh tahun sebelum menciptakanku?" Yakni, bagaimana mungkin engkau mencelaku terhadap sesuatu yang telah Allah tetapkan kepadaku di Lauh Mahfuzh dan di dalam lembaran-lembaran Taurat dan lauhnya empat puluh tahun sebelum Dia menciptakanku."
"Adam berhasil mengalahkan Musa dengan hujah." Yakni, mengalahkannya dengan argumentasi. Adanya kemenangan argumentasi bagi Adam terhadap Musa -ṣalawātullāhi wa salāmuhu 'alaihimā-, bahwa jika Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- sudah mengetahui dari Adam bahwa dia akan keluar dari surga dan turun ke bumi, bagaimana mungkin Adam menolak ilmu Allah dalam hal itu. Dengan demikian, argumentasi Adam menang, karena apa yang telah ditetapkan kepadanya adalah perkara yang tidak mungkin bisa dirubah dan dicegah serta tidak mungkin bisa dihapus setelah kejadiannya. Adam hanya bisa pasrah menyerahkan diri.
Meskipun demikian, takdir ini tidak bisa menjadi alasan terhadap sesuatu yang belum terjadi, karena manusia itu diperintahkan untuk melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, dan dia sendiri tidak mengetahui apa yang telah ditakdirkan kepadanya sampai takdir itu terjadi. Jika takdir sudah terjadi dan tidak bisa mencegahnya, di sanalah dia harus pasrah kepada takdir dan mengucapkan, "Allah telah menakdirkan dan apa yang dikehendaki-Nya pasti berlaku." Dia juga harus memohon ampunan dari dosa-dosanya dan bertobat kepada Tuhannya. Dengan demikian jelas bahwa Adam berhasil mematahkan argumentasi Musa ketika Musa bermaksud menyalahkan Adam atas peristiwa yang menjadi sebab bencana bagi anak cucunya. Adam berdalih bahwa musibah tersebut sudah ditetapkan-Nya dan pasti akan terjadi, baik musibah tersebut terjadi karena berbagai perbuatan hamba atau lainnya. Kewajiban hamba hanyalah bersabar dan berserah diri, tetapi hal itu tidak menggugurkan celaan dan hukuman bagi pelaku dosa.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8317

 
Hadith   1422   الحديث
الأهمية: أنه ذكر رجلا من بني إسرائيل، سأل بعض بني إسرائيل أن يسلفه ألف دينار
Tema: Beliau pernah mengisahkan bahwa ada seorang dari Bani Israil yang meminjam uang seribu dinar kepada Bani Israil lainnya.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: أنَّه ذكر رجلًا من بني إسرائيل، سأل بعضَ بني إسرائيل أن يُسْلِفَه ألفَ دينار، فقال: ائْتِنِي بالشهداء أُشْهِدُهم، فقال: كفى بالله شهيدًا، قال:    فَأْتِنِي بالكَفِيل، قال: كَفَى بالله كفيلًا، قال: صَدَقتَ، فَدَفَعَها إِليه إلى أجل مُسَمَّى، فخرج في البحر فقَضَى حَاجَتَه، ثُمَّ التَمَسَ مركَبًا يَرْكَبُها يَقْدَم عليه لِلأَجَل الذي أجَّله، فلم يجِد مركَبًا، فأَخَذَ خَشَبَة فَنَقَرَها، فَأَدْخَل فِيهَا أَلفَ دِينَار وصَحِيفَة مِنْه إلى صاحبه، ثم زَجَّجَ مَوضِعَها، ثمَّ أَتَى بِهَا إِلَى البحر، فقال: اللَّهُمَّ إنَّك تعلم أنِّي كنتُ تَسَلَّفتُ فلانًا ألف دِينَار، فَسَأَلَنِي كفيلًا، فقلتُ: كفى بالله كفيلًا، فَرَضِيَ بك، وسأَلَنِي شهيدًا، فقلتُ: كفى بالله شهيدًا، فرضِي بك، وأنِّي جَهَدتُ أنْ أَجِدَ مَركَبا أَبعث إليه الذي لَه فَلَم أَقدِر، وإنِّي أسْتَوْدِعُكَها. فرمى بها في البحر حتَّى وَلَجِت فيه، ثم انْصَرف وهو في ذلك يلتمس مركبا يخرج إلى بلده، فخرج الرجل الذي كان أسلفه، ينظُر لعلَّ مَركَبًا قد جاء بماله، فَإِذا بِالخَشَبَة التي فيها المال، فأَخَذَها لِأهله حَطَبًا، فلمَّا نَشَرَها وجَد المالَ والصحِيفة، ثمَّ قدِم الذي كان أسلفه، فأتى بالألف دينار، فقال: والله ما زلتُ جاهدًا في طلب مركب لآتيك بمالك، فما وجدتُ مركبا قبل الذي أتيتُ فيه، قال: هل كنتَ بعثتَ إليَّ بشيء؟ قال: أُخبِرك أنِّي لم أجِد مركبا قبل الذي جئتُ فيه، قال: فإنَّ الله قد أدَّى عنك الذي بعثتَ في الخشبة، فانصرِف بالألف الدينار راشدًا».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau pernah mengisahkan bahwa ada seorang dari Bani Israil yang meminjam uang seribu dinar kepada Bani Israil lainnya. Orang yang meminjamkan berkata, “Datangkanlah saksi-saksi! Aku ingin mempersaksikan peminjaman ini kepada mereka.” Peminjam berkata, “Cukuplah Allah sebagai saksinya.” Orang yang meminjamkan berkata lagi, “Datangkanlah seorang penjamin.” Peminjam berkata, “Cukuplah Allah sebagai penjamin.” Orang yang meminjamkan berkata, “Kamu benar.” Kemudian dia memberikan uang itu hingga tempo waktu tertentu. Kemudian orang yang meminjam uang itu pergi ke laut untuk memenuhi hajatnya. Dia pun mencari perahu untuk dianikinya guna mengantarkan uang pinjamannya yang sudah jatuh tempo pembayarannya. Namun dia tidak menemukannya. Kemudian dia mengambil kayu dan melubanginya. Lalu dia memasukkan ke dalamnya uang seribu dinar beserta secarik tulisan yang ditujukan kepada pemilik uang. Kemudian ia melapisinya agar tidak terkena air. Lalu dia membawa kayu ke laut. Dia berkata, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku telah meminjam uang seribu dinar kepada si fulan. Dia meminta penjamin dariku, kemudian kukatakan bahwa cukuplah Allah sebagai penjamin, dan dia pun rela. Dia memintaku mendatangkan saksi, lalu kukatakan bahwa cukuplah Allah sebagai saksi, dan dia pun rela. Sesungguhnya aku telah berusaha untuk mendapatkan perahu yang akan kugunakan untuk mengantarkan uangku kepadanya, namun aku tidak mendapatkannya. Kini, kutitipkan uang itu kepada-Mu.” Kemudian dia melemparkan kayu itu hingga tenggelam. Dia pun pergi. Walau demikian, dia tetap berusaha mencari perahu yang menuju ke negerinya. Orang yang meminjamkan uang pergi untuk menanti, barangkali ada perahu datang membawa piutangnya. Tiba-tiba dia menemukan kayu yang berisi uang itu. Dia membawanya pulang sebagai kayu bakar untuk istrinya. Tatkala dia membelahnya, dia menemukan uang dan secarik pesan. Sementara itu, si peminjam pun datang membawa seribu dinar. Dia berkata, “Demi Allah, sebelum aku datang sekarang, aku senantiasa berusaha untuk mencari perahu guna mengantarkan uangmu kepadamu, namun aku tidak mendapatkan satu perahupun sebelum aku tiba dengan menaiki perahu yang aku tumpangi ini.” Orang yang meminjamkan berkata, “Apakah kamu mengirimkan sesuatu kepadaku?” Peminjam berkata, “Aku telah sampaikan kepadamu bahwa aku tidak menemukan perahu, sebelum aku mendapatkannya sekarang ini?” Orang yang meminjamkan berkata, “Sesungguhnya Allah telah mengantarkan pinjamanmu yang kau taruh dalam kayu. Maka gunakanlah uangmu yang seribu dinar itu dengan baik, maka bawalah kembali seribut dinarmu itu."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
ذكر رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن رجلاً من بني اسرائيل طلب من رجل آخر من بني إسرائيل أن يُسلفه ألف دينار، فقال له الرجل: ائتني بشهيد يشهد أنك أخذت مني ألف دينار. فقال له الرجل الذي يريد السلف: «كفى بالله شهيدًا» أي: يكفيك ويكفيني أن يكون الله شهيدًا علينا. فقال الرجل له: فائتني بضامن يضمنك. فقال: «كفى بالله كفيلاً» أي: يكفيك أن يكون الله هو الضامن. فقال له: صدقت. فأعطاه الألف دينار إلى وقت محدد. فخرج الذي استلف فركب البحر بالمال يتجر فيه، فلما جاء الموعد المحدَّد لسداد الدَّين بحث عن مركب يركبها حتى يقدم على الذي أسلفه، فلم يجد مركبًا، فأخذ خشبة فحفرها وأدخل فيها ألف دينار وصحيفة منه إلى صاحبه وكتب إليه: من فلان إلى فلان، إني دفعت مالك إلى وكيل توكل بي. ثم سوَّى موضع الحفر وأصلحه، ثم أتى بالخشبة إلى البحر فقال: اللهم إنك تعلم أني كنت تسلفت من فلان ألف دينار فسألني كفيلاً فقلت: كفى بالله كفيلاً، فرضي بك، وسألني شهيدًا فقلت: كفى بالله شهيدًا، فرضي بك، وإني اجتهدت أن أجد مركبًا أبعث إليه الذي له في ذمتي فلم أقدر على تحصيلها، وإني أتركها عندك وديعة وأمانة. ثم رمى بها في البحر حتى دخلت فيه، ثم انصرف ولكنه ظل أيضًا يبحث عن مركب ليذهب إلى بلد الذي أسلفه بألف دينار أخرى؛ ظنا منه أن فعله الأول غير كاف، أما الرجل صاحب المال فخرج في الموعد ينظر لعل مركبًا قد جاء بماله الذي أسلفه للرجل، كأن يكون أرسله مع شخص أو جاء به بنفسه، فلم يجد مركبًا، فإذا بالخشبة التي فيها المال فأخذها لأهله يجعلها حطبًا للإيقاد، وهو لا يعلم أن المال فيها، فلما قطعها بالمنشار، وجد المال الذي له والصحيفة التي كتبها الرجل إليه بذلك، ثم جاء الرجل الذي استلف فأتى بالألف دينار الأخرى، فقال للذي أسلفه: والله لقد اجتهدت في البحث عن مركب لآتيك بمالك فما وجدت مركبًا قبل الذي أتيت فيه. قال الذي أسلفه: هل كنت بعثت إليّ بشيء؟ فقال: أُخبرك أني لم أجد مركبًا قبل الذي جئتُ فيه. قال الرجل الذي أسلفه: إن الله قد أدَّى عنك الألف دينار التي بعثت بها في الخشبة. فانصرف بالألف الدينار الأخرى التي أتيت بها راشدًا.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah menceritakan bahwa ada seseorang dari Bani Israil yang meminjam uang seribu dinar dari kalangan Bani Israil lainnya. Orang itu berkata, “Datangkanlah saksi-saksi yang akan bersaksi bahwa kamu telah meminjam dariku uang seribu dinar.” Peminjam berkata, “Cukuplah Allah sebagai saksinya.” Yakni cukuplah bagimu dan bagiku Allah sebagai saksinya. Orang yang meminjamkan berkata, “Datangkanlah seorang penjamin yang akan menjaminmu.” Peminjam berkata, “Cukuplah Allah sebagai penjamin.” Yakni cukuplah bagimu Allah yang menjadi Penjamin. Orang yang meminjamkan berkata, “Kamu benar.” Kemudian dia memberikan uang itu hingga tempo waktu tertentu. Kemudian orang yang meminjam uang itu pergi ke laut untuk berdagang. Ketika jatuh waktu tempo untuk pembayaran, dia mencari perahu untuk mengantarkan uang pinjamannya itu namun dia tidak menemukannya. Kemudian dia mengambil kayu dan melubanginya. Lalu dia memasukkan ke dalamnya uang seribu dinar beserta secarik tulisan yang ditujukan kepada pemilik uang: “Dari fulan untuk fulan, bahwa aku telah mengembalikan uangmu melalui Wakil yang mewakiliku”. Kemudian ia melapisi dan memperbaiki kayu tersebut. Lalu dia membawanya ke laut. Dia berkata: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku telah meminjam uang seribu dinar dari si fulan. Dia meminta penjamin dariku, kemudian kukatakan bahwa cukuplah Allah sebagai penjamin, dan dia pun rela. Dia memintaku mendatangkan saksi, lalu kukatakan bahwa cukuplah Allah sebagai saksi, lalu dia pun rela. Sesungguhnya aku telah berusaha untuk mendapatkan perahu yang akan kugunakan untuk mengantarkan uangku kepadanya, namun aku tidak mendapatkannya. Kini, kutitipkan uang itu kepada-Mu.” Kemudian dia melemparkan kayu itu hingga tenggelam. Dia pun pergi. Walau demikian, dia tetap berusaha mencari perahu yang menuju ke negeri orang yang meminjamkan dengan membawa seribu dinar lainnya. Dia mengira apa yang telah diusahakannya belum cukup. Adapun orang yang meminjamkan uang, ia pergi untuk menanti. Barangkali ada perahu datang membawa piutangnya, atau ia menitipkannya kepada seseorang atau ia datang sendiri dengan membawanya. Namun dia tidak menemukan perahu satupun. Tiba-tiba dia menemukan kayu yang berisi uang itu. Dia membawanya pulang untuk kayu bakar bagi keluarganya, dan dia tidak mengetahui bahwa di dalamnya terdapat uang. Tatkala dia membelahnya dengan gergaji, dia menemukan uang dan secarik pesan untuknya dari lelaki peminjam itu. Sementara itu, si peminjam pun datang membawa seribu dinar lainnya. Dia berkata kepada si peminjam, “Demi Allah, sebelum aku datang sekarang, aku senantiasa berusaha untuk mendapatkan perahu guna mengantarkan uang kepadamu, namun aku tidak mendapatkan satu perahu pun sebelum aku tiba dengan menaiki perahu yang aku tumpangi ini.” Orang yang meminjamkan berkata, “Apakah kamu mengirimkan sesuatu kepadaku?” Peminjam berkata, “Aku telah ceritakan kepadamu bahwa aku tidak menemukan perahu, sebelum aku mendapatkannya sekarang ini.” Orang yang meminjamkan berkata, “Sesungguhnya Allah telah mengantarkan pinjamanmu yang kau taruh dalam kayu. Maka bawalah kembali uang seribu dinar yang kamu bawa itu dan gunakan dengan baik!"

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8318

 
Hadith   1423   الحديث
الأهمية: يحشر الناس يوم القيامة -أو قال: العباد- عُرَاةً غُرْلًا بهما
Tema: Seluruh manusia -atau beliau bersabda -para hamba- akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan telanjang, tidak berkhitan, dan buhman.

عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما-، قال: بلغني حديثٌ عن رجل سمعه من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فاشتريتُ بعيرًا، ثم شَدَدْتُ عليه رَحْلي، فَسِرْتُ إليه شهرا، حتَى قَدِمتُ عليه الشَّام فإذا عبد الله بن أُنيس، فقُلت للبوَّاب: قل له: جابر على الباب، فقال: ابن عبد الله؟ قلت: نعم، فخرج يَطَأُ ثوبه فَاعْتَنَقَنِي، وَاعْتَنَقْتُهُ، فقلت: حَدِيثًا بَلَغَنِي عَنْكَ أَنَّكَ سمعتَه من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- في القِصَاص، فخشيتُ أن تموت، أو أموت قبل أنْ أسْمَعَه، قال: سمعتُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «يُحْشَرُ الناسُ يوم القيامة -أو قال: العباد- عُراةً غُرْلًا بُهْمًا» قال: قلنا: وما بُهْمًا؟ قال: «ليس معهم شيء، ثم يناديهم بصوت يَسْمَعُه مَن بَعُدَ كما يسمعه مَن قَرُبَ: أنَا الملك، أنا الدَيَّان، ولا ينبغي لأحد من أهل النار، أن يدخل النارَ، وله عِنْد أحد من أهل الجنة حقٌّ، حتى أَقُصَّه منه، ولا ينبغي لأحد مِنْ أهل الجنَّة أَن يَدْخُل الجنَّةَ، وِلَأحَد مِن أهْل النَّار عِنْدَه حقٌّ، حتى أقصَّه منه، حتَّى اللَّطْمَة» قال: قلنا: كيف، وإِنَّا إِنَّما نَأْتِي اللهَ عزَّ وجّلَّ عُراةً غُرْلًا بُهْمًا؟ قال: «بِالحَسَنَات والسيِّئَات».

Dari Jābir bin Abdillah -raḍiyallāhu ‘anhuma- ia berkata, “Telah sampai kepadaku sebuah hadis dari seseorang yang langsung mendengar dari Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam-, lalu aku membeli seekor unta, kemudian aku persiapkan bekal perjalananku dan aku tempuh perjalanan satu bulan untuk menemuinya, hingga sampailah aku ke Syam, ternyata orang tersebut adalah Abdullah bin Unais. Lalu aku berkata kepada penjaga pintu rumahnya, 'Sampaikan kepada tuanmu bahwa Jābir sedang menunggu di pintu.' Dia (Abdullah bin Unais) bertanya, “Ibnu Abdillah?” Aku menjawab, “Iya.” Maka ia (Abdullah bin Unais) bergegas keluar sambil menyingsingkan pakaiannya lalu merangkulku dan aku pun merangkulnya. Aku berkata kepadanya, “Telah sampai kepadaku sebuah hadis, dikabarkan bahwa engkau mendengarnya langsung dari Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- tentang qisas (pembalasan di hari kiamat). Aku khawatir engkau meninggal atau aku meninggal sebelum sempat mendengarnya.” Abdullah bin Unais berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Seluruh manusia -atau beliau bersabda: para hamba- nanti akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan telanjang, tidak berkhitan, dan buhman.” Kami bertanya, “Apa itu buhman?” Beliau menjawab, “Tidak membawa apa pun.” Kemudian Allah menyeru mereka dengan suara yang didengar oleh orang yang jauh sebagaimana didengar oleh orang yang dekat: “Aku adalah Al-Malik (Maharaja), Aku adalah Ad-Dayyān (Yang Maha Membalas amalan hamba). Tidaklah pantas bagi siapa pun dari kalangan penghuni neraka untuk masuk ke dalam neraka sementara masih ada hak penghuni surga pada dirinya hingga Aku mengqisasnya, dan tidak pantas pula bagi siapa pun dari kalangan penghuni surga untuk masuk ke dalam surga sementara masih ada hak penghuni neraka pada dirinya hingga Ku-selesaikan hak penghuni neraka itu darinya, meskipun haknya itu sebuah tamparan.” Kami bertanya, “Bagaimana caranya? (Bukankah) Kita menemui Allah -'Azzā wa Jallā- dalam keadaan tidak berpakaian, tidak berkhitan dan tidak memiliki apa pun?” Nabi menjawab, “Diselesaikan dengan kebaikan dan kejelekan (yang kita miliki)”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر جابر بن عبد الله الأنصاري أنه علم أن عبد الله بن أُنيس سمع حديثًا من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لم يسمعه، فاشترى جملًا ووضع عليه أمتعته، ثم سافر شهرا، حتى قَدِم الشام فدخل على عبد الله بن أُنيس، فقال للبوَّاب: قل له: جابر على الباب، فقال عبد الله بن أُنيس: ابن عبد الله؟ قال جابر: نعم، فخرج إليه مسرعًا يدوس على ثوبه من سرعته، واعتنقا، فقال له جابر: إني علمت أنك سمعتَ من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- حديثًا في القَصَاص، فخفت أن تموت، أو أموت قبل أن أسمعه، فقال: سمعتُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «يُحْشَرُ الناسُ يوم القيامة عُراةً غُرْلًا بُهْمًا» قال: قلنا: وما بُهْمًا؟ قال: «ليس معهم شيء» أي: يجمع الله الناس يوم القيامة في مكان واحد ليحاسبهم، ويجزيهم بعملهم، ويكونون حينذاك عراة وغير مختونين، كما ولدتهم أمهاتهم، ليس معهم شيء من الدنيا.
ثم قال: «ثم يناديهم بصوت» فالنداء لا يكون إلا بصوت، ولا يعرف الناس نداء بدون صوت، فذكر الصوت هنا لتأكيد النداء، وهذا في غاية الصراحة والوضوح في أن الله يتكلم بكلام يُسمع منه تعالى، وأن له صوتاً، ولكن صوته لا يشبه أصوات خلقه، ولهذا قال: «يسمعه من بعد كما يسمعه من قرب» فهذه الصفة تختص بصوته تعالى، وأما أصوات خلقه فيسمعها القريب منها فقط، حسب قوة الصوت وضعفه، وقد كثرت النصوص المثبتة لذلك، منها قوله تعالى: {ِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا}، وقوله: {وَنَادَيْنَاهُ مِن جَانِبِ الطُّورِ الأَيْمَنِ وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيًّا}، وقوله: {وَإِذْ نَادَى رَبُّكَ مُوسَى أَنِ ائْتِ الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}.
ثم قال: «أنا الملك أنا الديان» يعني: أن النداء الذي يسمعه أهل الموقف كلهم يسمعه من بعد كما يسمعه من قرب، هو بقوله: «أنا الملك أنا الديان ...»، فهو تعالى الملك الذي بيده ملك السماوات والأرض، ومن فيهن، وهو الديان الذي يجازي عباده بعملهم، من عمل خيراً جازاه بأفضل مما عمل، ومن عمل شراً جازاه بما يستحق.
ثم يقول تعالى: «ولا ينبغي لأحد من أهل النار، أن يدخل النارَ، وله عند أحد من أهل الجنة حقٌّ، حتى أقصَّه منه، ولا ينبغي لأحد من أهل الجنة أن يدخل الجنةَ، ولأحد من أهل النار عنده حقٌّ، حتى أقصَّه منه، حتى اللطمة» أي: أن الله عز وجل يحكم بين عباده بالعدل، فيأخذ من الظالم حق المظلوم، فلا يدخل أحد من أهل النار النارَ وله عند أهل الجنة حق، حتى يمكنه من أخذ حقه، وهذا من تمام العدل فإن الكافر والظالم مع أنهما سيدخلان النار إلا أنهم لن يُظلموا، فإذا كان لهم حق عند أحد من أهل الجنة أخذوه منه، وكذلك الحال في أهل الجنة.
فقال الصحابة للنبي -صلى الله عليه وسلم-: قلنا: كيف سيوفي الناس الحقوق وليس معهم شيء من الدنيا؟ فقال النبي صلى الله عليه وسلم: «بالحسنات والسيئات» أي: إنما يحدث توفية الحقوق بأن يأخذ المظلوم من حسنات الظالم، فإذا فنيت حسنات الظالم أُخذ من سيئات المظلوم فوُضعت على سيئات الظالم ثم طُرح في النار، كما جاء في الحديث.
Jābir bin Abdillah Al-Anṣārī mengabarkan bahwa ia mengetahui Abdullah bin Unais telah mendengar sebuah hadis dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang belum ia dengar, lalu ia membeli seekor unta dan meletakkan barang bawaannya di atas unta tersebut. Kemudian ia melakukan safar selama sebulan hingga sampai di Syam, lalu ia mendatangi rumah Abdullah bin Unais, lalu ia berkata kepada penjaga pintu rumahnya, “Katakan kepadanya; Jābir di depan pintu.” Maka Abdulah bin Unais berkata, “Ibnu Abdillah?” Jābir menjawab, “Iya.” Lalu ia (Abdullah bin Unais) segera keluar sambil menyinsingkan bajunya karena tergesa-gesa dan mereka berdua pun berpelukan. Lantas Jābir berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau telah mendengar dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebuah hadis tentang qisas (pembalasan atas kezaliman), aku khawatir engkau meninggal atau aku yang meninggal sebelum sempat mendengarnya. Lalu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Seluruh manusia nanti akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan telanjang, tidak berkhitan dan buhman.” Kami bertanya, “Apa itu buhman?” Beliau menjawab, “Tidak membawa apa pun.” Yakni Allah mengumpulkan manusia pada hari Kiamat di satu tempat untuk menghisab mereka, memberikan balasan kepada mereka sesuai perbuatan mereka, dan pada saat itu mereka dalam keadaan telanjang lagi tidak berkhitan, sebagaimana keadaan mereka saat dilahirkan ibu-ibu mereka, mereka tidak membawa apapun dari harta dunia. Kemudian beliau bersabda, “Kemudian Allah menyeru mereka dengan suara.” Suatu seruan tidak dilakukan kecuali dengan menggunakan suara dan manusia tidak mengetahui seruan tanpa adanya suara. Jadi, kata 'suara' di sini disebutkan untuk menegaskan adanya seruan tersebut. Hal ini secara gamblang dan jelas menegaskan bahwa Allah -Ta'ālā- berbicara dengan perkataan yang bisa didengar dari-Nya dan bahwa Dia memiliki suara, akan tetapi suara-Nya tidak menyerupai suara-suara makhluk-Nya, oleh karena, itu beliau bersabda, “Orang yang jauh mendengarnya sebagaimana orang yang dekat pun mendengarnya.” Sifat ini khusus bagi suara-Nya saja, adapun suara-suara makhluk-Nya maka hanya bisa didengar oleh orang yang dekat dengannya tergantung pada kuat atau lemahnya suara tersebut. Banyak dalil yang menetapkan hal itu, di antaranya firman Allah -Ta'ālā-, “Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, 'Bukankah Aku telah melarang kamu berdua.' Dan firman-Nya, "Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Ṭūr dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia bermunajat (kepada Kami).” Serta firman-Nya, "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya), 'Datangilah kaum yang zalim itu.'” Kemudian Allah berfirman,: “Aku adalah Al-Malik (Maharaja), Aku adalah Ad-Dayyān (Yang Maha Membalas amalan hamba)” yakni bahwa seruan yang didengar oleh para hamba bisa didengar oleh orang yang jauh sebagaimana didengar oleh orang yang dekat. Makna firman-Nya: “Aku adalah Al-Malik (Maharaja), Aku adalah Ad-Dayyān (Yang Maha Membalas amalan hamba)”; adalah bahwa Allah -Ta’ālā- adalah Al-Malik (Maharaja) yang di tangan-Nya kekuasaan langit dan bumi beserta isinya dan Dia juga adalah Ad-Dayyān yang memberikan balasan kepada para hamba sesuai amalan mereka; barangsiapa yang melakukan kebaikan, maka Dia membalasnya dengan yang lebih baik dari apa yang ia lakukan dan barangsiapa yang melakukan kejahatan, maka Dia membalasnya dengan apa yang berhak ia dapatkan saja. Kemudian Allah -Ta’ālā- berfirman, “Tidaklah pantas bagi siapa pun dari kalangan penghuni neraka untuk masuk ke dalam neraka sementara masih ada hak penghuni surga pada dirinya hingga Aku mengqisasnya, dan tidak pantas pula bagi siapa pun dari kalangan penghuni surga untuk masuk ke dalam surga sementara masih ada hak penghuni neraka pada dirinya hingga Ku-selesaikan hak penghuni neraka itu darinya, meskipun haknya itu sebuah tamparan” yakni bahwa Allah -‘Azzā wa Jallā- menghakimi di antara hamba-hamba-Nya secara adil, Dia mengambil dari orang yang zalim hak orang yang terzalimi, sehingga tidak seorang pun penghuni neraka masuk ke dalam neraka sedangkan ia masih memiliki hak dari penghuni surga hingga ia dapat mengambil haknya. Ini merupakan salah satu bentuk sempurnanya keadilan Allah karena meskipun orang kafir dan orang yang zalim itu keduanya akan masuk neraka namun mereka tidak akan pernah dizalimi, sampai-sampai jika mereka memiliki hak dari penghuni surga maka akan diambilkan darinya, demikian juga keadaannya pada penghuni surga. Lalu para ṣahabat berkata kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-: Kami bertanya, “Bagaimana caranya manusia menunaikan hak-hak mereka sedangkan mereka tidak membawa apa pun dari dunia?” Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, “Diselesaikan dengan kebaikan dan kejelekan.” yakni sesungguhnya pemenuhan/penunaian hak-hak tersebut terjadi dengan cara orang yang dizalimi mengambil kebaikan-kebaikan orang yang menzaliminya, jika kebaikan-kebaikan orang yang zalim tersebut telah habis maka diambil dari kejelekan-kejelekan orang yang terzalimi itu lalu ditaruh pada (catatan) kejelekan-kejelekan orang yang zalim itu, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka sebagaimana disebutkan dalam hadis lain.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8319

 
Hadith   1424   الحديث
الأهمية: إذا دخل أهل الجنة الجنة ينادي مناد: إن لكم أن تحيوا، فلا تموتوا أبدًا، وإن لكم أن تصحوا، فلا تسقموا أبدًا، وإن لكم أن تشبوا فلا تهرموا أبدًا، وإن لكم أن تنعموا، فلا تبأسوا أبدًا
Tema: Jika penghuni surga telah masuk surga, seorang penyeru berseru, "Hendaknya kalian tetap hidup dan tidak mati selama-lamanya. Hendaknya kalian tetap sehat dan tidak sakit selama-lamanya. Hendaknya kalian tetap muda dan tidak menjadi tua untuk selama-lamanya. Hendaknya kalian bersenang-senang dan tidak sengsara selama-lamanya."

عن أبي سعيد الخدري وأبي هريرة -رضي الله عنهما- مرفوعاً: «إذا دخلَ أهلُ الجنةِ الجنةَ يُنَادِي مُنادٍ: إن لكم أن تَحْيوا، فلا تَموتُوا أبداً، وإن لكم أن تَصِحُّوا، فلا تَسقَمُوا أبداً، وإن لكم أن تَشِبُّوا فلا تَهرَمُوا أبداً، وإن لكم أن تَنعَمُوا، فلا تَبْأسُوا أبداً».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri dan Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū', Jika penghuni surga masuk surga, seorang penyeru berseru, "Hendaknya kalian tetap hidup dan tidak mati selama-lamanya. Hendaknya kalian tetap sehat dan tidak sakit selama-lamanya. Hendaknya kalian tetap muda dan tidak menjadi tua untuk selama-lamanya. Hendaknya kalian bersenang-senang dan janganlah berputus asa selama-lamanya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
من نعيم الجنة أن النبي -صلى الله عليه وسلم- أخبر أن أهل الجنة ينادي فيهم مناد: "إن لكم أن تحيوا فلا تموتوا أبداً، وإن لكم أن تصحوا فلا تسقموا أبداً" وذكر الحديث، أي: أنهم في نعيم دائم لا يخافون الموت ولا المرض ولا كبر السن الموجب للضعف، ولا انقطاع ما هم فيه من النعيم، فهذا الحديث وغيره يوجب للإنسان الرغبة في العمل الصالح الذي يتوصل به إلى هذه الدار.
Di antara kenikmatan surga bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahukan perihal penghuni surga yang bakal diseru oleh seorang penyeru "Hendaknya kalian tetap hidup dan tidak mati selama-lamanya. "Hendaknya kalian tetap sehat " dan tidak sakit selama-lamanya." Dan ia menyebutkan hadis. Yakni, mereka ada dalam kenikmatan yang abadi tanpa merasa takut pada kematian, penyakit, usia lanjut yang menyebabkan kelemahan dan terputusnya kenikmatan yang mereka rasakan. Hadis ini dan berbagai hadis lainnya mengharuskan manusia untuk senang melakukan amal saleh yang dapat mengantarkannya ke rumah ini (surga)."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8341

 
Hadith   1425   الحديث
الأهمية: إن أدنى مقعد أحدكم من الجنة أن يقول له: تمن، فيتمنى ويتمنى فيقول له: هل تمنيت؟ فيقول: نعم، فيقول له: فإن لك ما تمنيت ومثله معه
Tema: Sesungguhnya orang yang paling rendah kedudukannya di surga ialah orang yang Allah berfirman kepadanya, "Berangan-anganlah!" Lantas orang itu berangan-angan dan berandai-andai." Allah berfirman, "Apakah engkau sudah berangan-angan?" Orang itu menjawab, "Ya." Allah berfirman kepadanya, "Sesungguhnya engkau akan mendapatkan apa yang kau angan-angankan dan yang semisalnya (dua kali lipatnya)".

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إنَّ أدنى مَقْعَدِ أحدِكم من الجنة أن يقول له: تَمَنَّ، فيتمنَّى ويتمنَّى فيقول له: هل تمنَّيتَ؟ فيقول: نعم، فيقول له: فإن لك ما تمنَّيتَ ومثله معه».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya orang yang paling rendah kedudukannya di surga ialah orang yang Allah berfirman kepadanya, "Berangan-anganlah!" Lantas orang itu berangan-angan dan berandai-andai." Allah berfirman, "Apakah engkau sudah berangan-angan?" Orang itu menjawab, "Ya." Allah berfirman kepadanya, "Sesungguhnya engkau akan mendapatkan apa yang kau angan-angankan dan yang semisalnya (dua kali lipatnya)".

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إن أقل أهل الجنة ملكًا وأنزلهم مرتبة مَن ينال أمانيه كلها بحيث لا تبقى له أمنية إلا تحققت، حيث يقول الله له: «تمن» فيتمنى ما يشاء، حتى إذا تمنى جميع أمانيه، قال الله تعالى له: «فإن لك ما تمنيت ومثله معه» زيادة وفضلًا وإكرامًا من الله -تعالى-.
Sesungguhnya penghuni surga yang paling sedikit kerajaannya dan paling rendah kedudukannya adalah orang yang memperoleh segala apa yang diangan-angankannya di mana tidak ada satu pun angan-angannya melainkan terwujud. Allah berfirman kepadanya, "Berangan-anganlah!" Orang itu pun berangan-angan sesuai kehendaknya hingga ketika ia telah berangan-angan dengan semua yang dia inginkan, Allah berfirman kepadanya, "Sesungguhnya bagimu apa yang telah kau angankan dan hal serupa dengannya." Sebagai tambahan, karunia, dan kemuliaan dari Allah -Ta'ālā-.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8342

 
Hadith   1426   الحديث
الأهمية: وما لنا لا نرضى يا ربنا وقد أعطيتنا ما لم تعط أحدا من خلقك؟! فيقول: ألا أعطيكم أفضل من ذلك؟ فيقولون: وأي شيء أفضل من ذلك؟ فيقول: أحل عليكم رضواني فلا أسخط عليكم بعده أبدًا
Tema: Wahai Rabb kami, bagaimana mungkin kami tidak rida, padahal Engkau telah memberikan kepada kami apa yang tidak diberikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu." Allah berfirman, "Maukah Aku berikan kepada kalian yang lebih utama dari itu?" Mereka bertanya, "Apa yang lebih utama dari itu?" Allah berfirman, "Aku halalkan keridaan-Ku untuk kalian sehingga Aku tidak murka kepada kalian setelahnya selama-lamanya."

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- قال: «إنَّ الله -عزَّ وجل- يقول لأهل الجنة: يا أهل الجنَّة، فيقولون: لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ، والخير في يَدَيْكَ، فيقول: هل رَضِيتُمْ؟ فيقولون: وما لنَا لا نَرضَى يا ربَّنَا وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا ما لم تُعْطَ أحدا من خلقك؟! فيقول: ألاَ أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ من ذلك؟ فيقولون: وأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ من ذلك؟ فيقول: أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي، فَلاَ أَسْخَطُ عليكم بعده أبدًا».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- berfirman kepada penghuni surga, "Wahai penghuni surga." Mereka menjawab, "Kami sambut panggilan-Mu wahai Rabb kami, dan pertolongan-Mu serta kebaikan ada di kedua tangan-Mu." Allah bertanya, "Apakah kalian rida?" Mereka menjawab, "Wahai Rabb kami, bagaimana mungkin kami tidak rida, padahal Engkau telah memberikan kepada kami apa yang tidak diberikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu." Allah berfirman, "Maukah Aku berikan kepada kalian yang lebih utama dari itu?" Mereka bertanya, "Apa yang lebih utama dari itu?" Allah berfirman, "Aku halalkan keridaan-Ku untuk kalian sehingga Aku tidak murka kepada kalian setelahnya selama-lamanya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يصوِّر لنا الحديث الشريف حوارًا سيكون في الجنة يوم القيامة بين الله -تعالى- والمؤمنين، وهو أن الله -تعالى- ينادي على المؤمنين ويسألهم    بعد دخولهم إياها:
(يا أهل الجنة، فيقولون لبيك) أي: إجابة بعد إجابة.
(يا ربنا وسعديك) بمعنى الإسعاد، وهو الإعانة، أي: نطلب منك إسعادا بعد إسعاد.
(والخير في يديك) أي: في قدرتك، ولم يذكر الشر؛ لأن الأدب عدم ذكره صريحا.
فيقول -تعالى- لهم:
(هل رضيتم؟) بما صرتم إليه من النعيم المقيم.
(فيقولون وما لنا لا نرضى) الاستفهام لتقرير رضاهم، أي نعم قد رضينا، (وقد أعطيتنا) وفي رواية وهل شيء أفضل مما أعطيتنا؟ أعطيتنا (ما لم تعط أحدا من خلقك) الذين لم تدخلهم الجنة.
فيقول -تعالى-: (ألاَ أُعطِيكم أفضل من ذلك؟ فيقولون يا رب، وأي شيء أفضل من ذلك، فيقول أُحِل عليكم رِضْوَاني) أي: رضائي.
(فلا أسخط عليكم بعده أبدا) فالله -تعالى- لا يسخط على أهل الجنة.
Hadis yang mulia ini menggambarkan kepada kita dialog yang akan terjadi pada hari kiamat antara Allah -Ta'ālā- dengan orang-orang beriman. Allah -Ta'ālā- menyeru orang-orang beriman dan bertanya kepada mereka setelah masuk surga. "Wahai penghuni surga." Mereka menjawab, "Kami menyambut panggilan-Mu," yakni, jawaban setelah jawaban. "Wahai Rabb kami, dan pertolongan-Mu," maknanya "al-Is'ād", yaitu pertolongan. Yakni kami memohon kepada-Mu pertolongan setelah pertolongan. "Serta kebaikan ada di kedua tangan-Mu," yakni, dalam kekuasaan-Mu. Keburukan tidak disebutkan karena termasuk adab (sopan santun) tidak menyebutkannya secara jelas. Allah -Ta'ālā- bertanya kepada mereka, "Apakah kalian rida" terhadap kenikmatan abadi yang kalian dapatkan? "Mereka menjawab, "Wahai Rabb kami, bagaimana mungkin kami tidak rida," pertanyaan ini untuk menetapkan keridaan mereka. Yakni, ya, kami telah rida. "Padahal Engkau telah memberikan kepada kami," dalam satu riwayat disebutkan, "Apakah ada sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Engkau berikan kepada kami?" Engkau telah memberikan kepada kami, "apa yang tidak diberikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu." Orang-orang yang tidak Engkau masukkan ke dalam surga. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Maukah Aku berikan kepada kalian yang lebih utama dari itu?" Mereka bertanya, "Wahai Rabb, apa yang lebih utama dari itu?" Allah berfirman, "Aku halalkan keridaan-Ku untuk kalian," yakni, keridaan-Ku. "Sehingga Aku tidak murka kepada kalian setelahnya selama-lamanya." Dengan demikian, Allah -Ta'ālā- tidak murka kepada penghuni surga.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8343

 
Hadith   1427   الحديث
الأهمية: إذا دخل أهل الجنة الجنة يقول الله -تبارك وتعالى-: تريدون شيئا أزيدكم؟ فيقولون: ألم تبيض وجوهنا؟ ألم تدخلنا الجنة وتنجنا من النار؟ فيكشف الحجاب، فما أعطوا شيئا أحب إليهم من النظر إلى ربهم
Tema: Apabila penghuni Surga telah masuk ke dalam Surga, Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- berfirman, "Apakah ‎kalian menginginkan sesuatu Aku tambahkan untuk kalian?" Lantas mereka menjawab, "Bukankah ‎Engaku telah memutihkan wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam Surga dan ‎menyelamatkan kami dari Neraka?" Kemudian Allah membuka hijab, maka mereka tidak diberi sesuatu ‎yang lebih mereka sukai daripada kenikmatan melihat Rabb mereka.‎

عن صهيب بن سنان -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إذا دخل أهل الجنة الجنة يقول الله -تبارك وتعالى-: تريدون شيئا أزيدكم؟ فيقولون: ألم تبُيِّضْ وُجُوهنا؟ ألم تُدْخِلْنَا الجنة وتُنَجِّنَا من النار؟ فيكشف الحِجَاب، فما أُعْطُوا شيئا أحَبَّ إليهم من النظر إلى ربهم».

Dari Ṣuhaib bin Sinān -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', “Apabila penghuni Surga telah masuk ke dalam Surga, Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- berfirman, "Apakah ‎kalian menginginkan sesuatu Aku tambahkan untuk kalian?" Lantas mereka menjawab, "Bukankah ‎Engkau telah memutihkan wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam Surga dan ‎menyelamatkan kami dari Neraka?" Kemudian Allah membuka hijab, maka mereka tidak diberi sesuatu ‎yang lebih mereka sukai daripada kenikmatan melihat Rabb mereka.‎”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يبين لنا الحديث الشريف جانباً من النعيم الذي يكون للمؤمنين يوم القيامة في الجنة، وهو حوار بينهم وبين الله -عزوجل- بعد دخولهم الجنة بأن يسألهم -تعالى- عما يتمنون زيادته لنعيمهم، فيُجيبون بأنهم في أنواع النعيم من تبييض الوجوه وإدخالهم الجنة ونجاتهم من النار، فيعطيهم الله النعيم الذي ليس بعده نعيم وهو كشف الحجاب الذي بينهم وبين الله -تعالى- فينظرون لوجهه الكريم ويكون أفضل ما ينعم به عليهم في الجنة.
Hadis mulia ini menjelaskan kepada kita tentang kenikmatan yang Allah berikan kepada orang-orang yang beriman pada hari kiamat nanti di dalam Surga; yaitu percakapan antara ‎mereka dengan Allah -'Azza wa Jalla- setelah mereka masuk ke dalam Surga. Allah bertanya kepada mereka tentang apa yang mereka inginkan dari kenikmatan untuk menambah ‎kenikmatan yang diberikan kepada mereka. Kemudian mereka menjawab bahwa sesungguhnya ‎mereka telah dianugerahi berbagai macam kenikmatan dari diputihkannya wajah-wajah mereka, ‎dimasukkan ke dalam Surga dan diselamatkannya mereka dari Neraka. Lalu Allah memberi ‎mereka kenikmatan yang tidak ada lagi kenikmatan yang lebih besar darinya yaitu dibukanya hijab atau ‎pembatas yang ada antara mereka dengan Allah -Ta'ālā- sehingga mereka dapat memandang ‎wajah-Nya Yang Mulia, dan ini adalah kenikmatan yang paling utama yang diberikan kepada ‎mereka di dalam Surga.‎

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8344

 
Hadith   1428   الحديث
الأهمية: أنا سيد الناس يوم القيامة، هل تدرون مم ذاك؟
Tema: Aku pemimpin manusia pada hari Kiamat, tahukah kalian kenapa?

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: كنا مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- في دعوة، فَرُفِعَ إليه الذِّرَاعُ، وكانت تعجبه، فَنَهَسَ منها نَهْسَةً وقال: «أنا سَيِّدُ الناس يوم القيامة، هل تدرون مِمَّ ذاك؟ يجمع الله الأولين والآخرين في صَعِيدٍ واحد، فيُبْصرُهُم الناظر، يُسْمِعُهُمُ الداعي، وتَدْنُو منهم الشمس، فيبلغ الناس من الغَمِّ والكَرْبِ ما لا يُطيقُون ولا يحتملون، فيقول الناس: ألا ترون ما أنتم فيه إلى ما بَلَغَكُم، ألا تنظرون من يشفع لكم إلى ربكم؟ فيقول بعض الناس لبعض: أبوكم آدم. فيأتونه فيقولون: يا آدم أنت أبو البشر، خلقك الله بيده، ونفخ فيك من روحه، وأمر الملائكة فسجدوا لك، وأسكنك الجنة، ألا تشفع لنا إلى ربك؟ ألا ترى إلى ما نحن فيه وما بلغنا؟ فقال: إن ربي غضب اليوم غضبًا لم يغضب قبله مثله، ولا يغضب بعده مثله، وإنه نهاني عن الشجرة فعصيتُ، نفسي نفسي نفسي، اذهبوا إلى غيري، اذهبوا إلى نوح، فيأتون نوحًا فيقولون: يا نوح، أنت أول الرسل إلى أهل الأرض، وقد سماك الله عبدًا شكورًا، ألا ترى إلى ما نحن فيه، ألا ترى إلى ما بلغنا، ألا تشفع لنا إلى ربك؟ فيقول: إن ربي غضب اليوم غضبًا لم يغضب قبله مثله، ولن يغضب بعده مثله، وإنه قد كانت لي دعوة دعوتُ بها على قومي، نفسي نفسي نفسي، اذهبوا إلى غيري، اذهبوا إلى إبراهيم، فيأتون إبراهيم فيقولون: يا إبراهيم، أنت نبي الله وخليله من أهل الأرض، اشْفَعْ لنا إلى ربك، ألا ترى إلى ما نحن فيه؟ فيقول لهم: إن ربي قد غضب اليوم غضبًا لم يغضب قبله مثله، ولن يغضب بعده مثله، وإني كنت كذبت ثلاث    كَذَبَات؛ نفسي نفسي نفسي، اذْهَبُوا إلى غيري، اذْهَبُوا إلى موسى، فيأتون موسى فيقولون: يا موسى أنت رسول الله، فضلك الله برسالاته وبكلامه على الناس، اشْفَعْ لنا إلى ربك، ألا ترى إلى ما نحن فيه؟ فيقول: إن ربي قد غضب اليوم غضبًا لم يغضب قبله مثله، ولن يغضب بعده مثله، وإني قد قتلت نفسًا لم أُومَرْ بقتلها، نفسي نفسي نفسي، اذهبوا إلى غيري؛ اذهبوا إلى عيسى. فيأتون عيسى فيقولون: يا عيسى، أنت رسول الله وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه، وَكَلَّمْتَ الناس في المهد، اشْفَعْ لنا إلى ربك، ألا ترى إلى ما نحن فيه؟ فيقول عيسى: إن ربي قد غضب اليوم غضبًا لم يغضب قبله مثله، ولن يغضب بعده مثله، ولم يذكر ذنبًا، نفسي نفسي نفسي، اذهبوا إلى غيري، اذهبوا إلى محمد -صلى الله عليه وسلم-».
وفي رواية: «فيأتوني فيقولون: يا محمد أنت رسول الله وخاتم الأنبياء، وقد غفر الله لك ما تقدم من ذنبك وما تأخر، اشْفَعْ لنا إلى ربك، ألا ترى إلى ما نحن فيه؟ فأنْطَلِقُ فآتي تحت العرش فأقع ساجدًا لربي، ثم يفتح الله عليَّ من مَحَامِدِه وحُسْنِ الثناء عليه شيئًا لم يفتحه على أحد قبلي، ثم يقال: يا محمد ارفع رأسك، سَلْ تُعْطَهْ، اشْفَعْ تُشَفَّعْ، فأرفع رأسي، فأقول: أمتي يا رب، أمتي يا رب، أمتي يا رب. فيقال: يا محمد أدخلْ من أمتك من لا حساب عليهم من الباب الأيمن من أبواب الجنة، وهم شركاء الناس فيما سوى ذلك من الأبواب». ثم قال: «والذي نفسي بيده، إن ما بين الْمِصْرَاعَيْنِ من مصاريع الجنة كما بين مكة وهَجَر، أو كما بين مكة وبُصْرَى».

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu berkata, Kami pernah bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam sebuah undangan. Beliau diberi kaki kambing, dan beliau memang menyukainya, lalu beliau menggigitnya dengan ujung giginya dan bersabda, "Aku pemimpin manusia pada hari Kiamat. Tahukah kalian kenapa? Allah akan mengumpulkan semua manusia dari yang pertama hingga yang terakhir dalam satu tanah lapang; semua mereka akan terlihat oleh orang yang melihat, serta suara seorang penyeru akan terdengar oleh semua mereka, dan matahari akan merendah pada mereka. Maka manusia akan mengalami kegelisahan dan kesusahan sampai pada batas yang tidak mampu mereka pikul. Lalu manusia berkata, 'Tidakkah kalian melihat keadaan kalian? Tidakkah kalian melihat apa yang menimpa kalian? Tidakkah kalian melihat siapa yang dapat memintakan syafaat untuk kalian dari Rabb kalian?' Mereka berkata satu sama lain, 'Hendaklah kalian menemui bapak kalian, Adam.' Lantas mereka menemui Adam lalu berkata, 'Wahai Adam! Engkau adalah bapak seluruh manusia. Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya dan meniupkan ruh-Nya padamu. Allah memerintahkan para malaikat bersujud kepadamu lalu mereka pun bersujud, dan Allah menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau memintakan kami syafaat kepada Rabb-mu? Tidakkah engkau melihat kondisi kami? Tidakkah engkau melihat yang menimpa kami?' Adam berkata, 'Sungguh Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya. Dulu Dia melarangku mendekati pohon itu, tapi aku durhaka. Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah pada selainku. Pergilah kepada Nuh.' Lantas mereka datang menemui Nuh lalu berkata, 'Wahai Nuh! Engkau adalah rasul pertama kepada penduduk bumi dan Allah menyebutmu sebagai hamba yang sangat bersyukur. Tidakkah engkau melihat kondisi kami? Tidakkah engkau melihat apa yang menimpa kami? Tidakkah engkau memintakan kami syafaat kepada Rabb-mu?' Nuh berkata kepada mereka, 'Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya. Dulu aku memiliki sebuah doa, aku menggunakannya untuk mendoakan keburukan terhadap kaumku. Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku. Pergilah ke Ibrahim.' Lantas mereka datang menemui Ibrahim lalu berkata, 'Wahai Ibrahim! Engkau adalah nabi Allah dan kekasih-Nya dari penduduk bumi. Mintakanlah kami syafaat kepada Rabb-mu. Tidakkah engkau melihat kondisi kami?' Ibrahim berkata kepada mereka, 'Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya. Dulu aku pernah bedusta tiga kali. Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku, pergilah ke Musa.' Lantas mereka pergi menemui Musa lalu berkata, 'Wahai Musa! Engkau adalah rasul Allah. Allah telah melebihkanmu dengan risalah dan kalam-Nya atas seluruh manusia. Mintakanlah kami syafaat kepada Rabb-mu. Tidakkah engkau melihat kondisi kami?' Musa berkata, 'Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya. Dulu aku telah membunuh jiwa yang tidak diperintahkan kepadaku untuk membunuhnya. Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku. Pergilah kepada Isa.' Lantas mereka datang menemui Isa lalu berkata, 'Wahai Isa! Engkau adalah rasul Allah, kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, dan ruh dari ciptaan-Nya. Engkau berbicara pada manusia saat masih berada dalam buaian. Mintakanlah kami syafaat kepada Rabb-mu. Tidakkah engkau melihat kondisi kami?' Isa berkata, 'Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan marah yang seperti ini sesudahnya. -Dia tidak menyebut sebuah dosa- Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku. Pergilah kepada Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.'"
Dalam riwayat lain ditambahkan, "Lantas mereka datang menemuiku lalu berkata, 'Wahai Muhammad! Engkau adalah rasul Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang kemudian. Mintakanlah kami syafaat kepada Rabb-mu. Tidakkah engkau melihat kondisi kami?' Lalu aku bergegas pergi menuju ke bawah Arasy lalu aku jatuh bersujud kepada Rabb-ku. Allah kemudian membukakan (mengilhamkan untukku) pujian-pujian dan sanjungan yang baik untuk-Nya, sesuatu yang belum pernah dibukakan kepada seorang pun sebelumku. Kemudian dikatakan, 'Hai Muhammad! Angkatlah kepalamu. Mintalah, permintaanmu pasti akan diberikan kepadamu. Berikanlah syafaat, niscaya syafaatmu akan diizinkan.' Maka aku mengangkat kepalaku, aku berkata, 'Umatku, wahai Rabb-ku! Umatku, wahai Rabb-ku! Umatku, wahai Rabb-ku!' Maka dikatakan, 'Hai Muhammad! Masukkan di antara umatmu siapa saja yang tidak dihisab melalui pintu kanan di antara pintu-pintu surga. Mereka juga memiliki hak yang sama dengan semua manusia lainnya di pintu-pintu surga lainnya.'" Setelah itu beliau bersabda, "Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Jarak antara dua sisi tiap pintu surga seperti jarak antara Mekah dan Hajar, atau seperti jarak antara Mekah dan Buṣrā."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أخبر أبو هريرة -رضي الله عنه- أنهم كانوا مع النبي -صلى الله عليه وسلم- في دعوة طعام فقدمت إليه الذراع فقضم منها قضمة بأسنانه وكانت تعجبه ذراع الشاة؛ لأن لحمها أطيب ما في الجسم من لحم لين وسريع الهضم ومفيد، وكانت تعجب النبي -صلى الله عليه وسلم- فنهس منها نهسة ثم حدثهم هذا الحديث العجيب الطويل، فقال: أنا سيد ولد آدم يوم القيامة، ولا شك أنه -صلى الله عليه وسلم- سيد ولد آدم وأشرف بني الإنسان عند الله -تبارك وتعالى-.
ثم قال لهم: أتدرون مم ذاك؟ قالوا: لا يا رسول الله.
فساق لهم بيان شرفه وفضله -صلى الله عليه وسلم- على جميع بني آدم؛    فذكر أن الناس يحشرون يوم القيامة في أرض واسعة مستوية أولهم وآخرهم، كما قال -عز وجل-: (قل إن الأولين والآخرين لمجموعون إلى ميقات يوم معلوم) يجمعون في أرض واحدة، والأرض يومئذ ممدودة ليست كهيئتها اليوم كروية، إذا مددت بصرك لا ترى إلا ما يواجهك من ظهرها فقط، أما يوم القيامة فإن الأرض تمد مد الجلد وليس فيها جبال ولا أودية ولا أنهار ولا بحار تمد مدًّا واحدًا. والذين فيها يسمعهم الداعي وينفذهم البصر، يعني لو تكلم الإنسان يسمعهم آخر واحد، والبصر يراهم؛ لأنه ليس بها تكور حتى يغيب بعض عن بعض، ولكن كلهم في صعيد واحد.
   في ذلك اليوم تدنو الشمس من الخلائق على قدر ميل، ويلحقهم من الغم والكرب ما لا يطيقون ولا يحتملون؛ فتضيق بهم الأرض ويطلبون الشفاعة لعل أحدا يشفع فيهم عند الله -جل وعلا-، ينقذهم من هذا الموقف العظيم على الأقل.
   فيلهمهم الله -عز وجل- أن يأتوا إلى آدم أبي البشر؛ فيأتون إليه ويبينون فضله، لعله يشفع لهم عند الله -عز وجل- يقولون له: أنت آدم أبو البشر كل البشر من بني آدم الذكور والإناث إلى يوم القيامة، خلقك الله بيده كما قال -تعالى- منكرًا على إبليس: {ما منعك أن تسجد لما خلقت بيدي}، وأسجد لك ملائكته، قال الله -تعالى-: (وإذ قلنا للملائكة اسجدوا لآدم فسجدوا} وعلمك أسماء كل شيء، قال الله -تعالى-: {وعلم آدم الأسماء كلها} ونفخ فيك من روحه، قال الله -تعالى-: {فإذا سويته ونفخت فيه من روحي فقعوا له ساجدين}.
كل هذا يعلمه الخلق، ولاسيما أمة محمد الذين أعطاهم الله -تعالى- من العلوم ما لم يُعطِ أحدًا من الأمم، فيعتذر ويقول: إن ربي غضب اليوم غضبًا لم يغضب قبله مثله، ولن يغضب بعده مثله قط ثم يذكر خطيئته، وهي أن الله -سبحانه وتعالى- نهاه أن يأكل من شجرة فأكل، قال الله -تعالى-: {ولا تقربا هذه الشجرة فتكونا من الظالمين}، فعوقب بأن أخرج من الجنة إلى الأرض لحكمة يريدها الله -عز وجل- فيذكر معصيته، ويقول: نفسي نفسي نفسي. يعني عسى أن أنقذ نفسي ويؤكد ذلك ويكرره ثلاث مرات، اذهبوا إلى غيري اذهبوا إلى نوح، ونوح هو الأب الثاني للبشرية؛ لأن الله أغرق جميع أهل الأرض الذين كذبوا نوحًا {وما آمن معه إلا قليل}، ولم يستمر عقب غيره، فيقولون: اذهبوا إلى نوح فيأتون إلى نوح؛ لأنهم في شدة وضيق فيأتونه ويذكرون نعم الله عليه، وأنه أول رسول أرسله الله إلى أهل الأرض، وأن الله سماه عبدًا شكورًا، ولكنه يقول كما قال آدم بأن الله -عز وجل- غضب اليوم غضبًا لم يغضب مثله قط، ولن يغضب مثله ثم ذكر دعوته التي دعا بها على قومه: {رب لا تذر على الأرض من الكافرين ديارًا} وفي رواية أنه يذكر دعوته التي دعا بها لابنه {فقال رب إن ابني من أهلي وإن وعدك الحق وأنت أحكم الحاكمين قال يا نوح إنه ليس من أهلك إنه عمل غير صالح فلا تسألن ما ليس لك به علم إني أعظك أن تكون من الجاهلين}، يذكر ذنبه والشافع لا يشفع إلا إذا كان ليس بينه وبين المشفوع عنده ما يوجب الوحشة، والمعصية بين العبد وربه توجب الوحشة بينهما وخجله منه، فيذكر معصيته فيقول نفسي نفسي نفسي، ويحيلهم إلى إبراهيم -صلى الله عليه وسلم-، فيأتي الناس إليه ويقولون: أنت خليل الله في الأرض. ويذكرون من صفاته، ويطلبون منه أن يشفع لهم عند ربه، فيعتذر ويقول إنه كذب ثلاث كذبات، ويقول: نفسي نفسي نفسي.
والكذبات هي قوله: إني سقيم. وهو ليس بسقيم لكنه قال متحديا لقومه الذين يعبدون الكواكب.
والثانية قوله: {بل فعله كبيرهم هذا} أي الأصنام، وهو ما فعل وإنما الذي فعله هو إبراهيم -صلى الله عليه وسلم- لكن ذكر ذلك على سبيل التحدي لهؤلاء الذين يعبدون الأوثان.
والثالثة قوله للملك الكافر: هذه أختي يعني زوجته ليسلم من شره، وهي ليست كذلك.
هذه كذبات في ظاهر الأمر؛ لكنها في الحقيقة وبمناسبة تأويله -صلى الله عليه وسلم- لم تكن كذبات؛ لكنه لشدة ورعه وحيائه من الله -تبارك وتعالى- اعتذر بهذا، ويقول: نفسي نفسي نفسي اذهبوا إلى غيري اذهبوا إلى موسى، فيأتون إلى موسى ويذكرون صفاته، وأن الله -تعالى- كلمه تكليمًا واصطفاه على أهل الأرض برسالاته وكلامه، فيذكر ذنبًا ويعتذر بأنه قتل نفسًا قبل أن يؤذن له في قتلها، وهو القبطي الذي كان في خصام مع رجل من بني إسرائيل، وموسى من بني إسرائيل -صلى الله عليه وسلم- والقبطي من أهل فرعون {فاستغاثه الذي من شيعته على الذي من عدوه فوكزه موسى فقضى عليه} دون أن يؤمر بقتله، فرأى -صلى الله عليه وسلم- أن هذا مما يحول بينه وبين الشفاعة للخلق حيث قتل نفسا لم يؤمر بقتلها، وقال: نفسي نفسي نفسي اذهبوا إلى غيري اذهبوا إلى عيسى. فيأتون إلى عيسى ويذكرون من منة الله عليه أنه نفخ فيه من روحه وأنه كلمته ألقاها إلى مريم وروح منه؛ لأنه خلق بلا أب، فلا يذكر ذنبًا ولكنه يحيلهم إلى محمد -صلى الله عليه وسلم-، وهذا شرف عظيم لرسول الله -صلى الله عليه وسلم- حيث كان أربعة من الأنبياء يعتذرون بذكر ما فعلوه وواحد لا يعتذر بشيء، ولكن يرى أن محمدا -صلى الله عليه وسلم- أولى منه.
فيأتون إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فيقبل ذلك، ويسجد تحت العرش ويفتح الله عليه من المحامد والثناء على الله ما لم يفتحه على أحد غيره، ثم يقال له: ارفع رأسك وقل يسمع وسل تعطه واشفع تشفع. فيشفع -صلى الله عليه وسلم- ويقول: يا رب أمتي أمتي. فيتقبل الله شفاعته، ويقال له أدخل أمتك من الباب الأيمن من الجنة وهم شركاء مع الناس في بقية الأبواب.
وهذه فيها دلالة ظاهرة على أن النبي -صلى الله عليه وسلم- أشرف الرسل، والرسل هم أفضل الخلق.
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa mereka pernah bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam sebuah perjamuan makan. Lantas beliau disuguhi kaki kambing dan beliau menggigitnya dengan gigi beliau, dan beliau memang menyukai kaki kambing, karena dagingnya adalah yang terbaik di antara daging-daging lainnya, juga dagingnya lunak, mudah dikunyah, dan sangat bermanfaat. Sehingga Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyukainya lalu beliau menggigitnya dengan ujung giginya. Kemudian beliau menyampaikan kepada mereka hadis yang panjang dan mengagumkan ini. Beliau bersabda, "Aku adalah pemimpin umat manusia pada hari Kiamat." Dan tidak diragukan, beliau adalah pemimpin anak keturunan Adam dan yang paling mulia di antara umat manusia di sisi Allah -Tabāraka wa Ta'ālā-. Kemudian beliau bertanya, "Tahukah kalian kenapa?" Mereka menjawab, "Tidak, wahai Rasulullah!"
Kemudian beliau menyampaikan kepada mereka penjelasan tentang kemuliaan dan keutamaan beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di atas semua umat manusia. Beliau menyebutkan bahwa semua manusia akan dikumpulkan pada hari Kiamat di atas tanah yang luas nan rata; dari manusia yang paling pertama hingga yang paling terakhir, sebagaimana Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, "Katakanlah, '(Ya), sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian, pasti semua akan dikumpulkan pada waktu tertentu.'" (QS. Al-Wāqi'ah: 49-50). Mereka akan dikumpulkan di bumi yang sama. Bumi pada hari itu akan terbentang, tidak bulat seperti bentuknya hari ini. Bila engkau mengarahkan pandanganmu -hari ini- maka engkau tidak akan dapat melihat kecuali permukaan bumi yang ada di hadapanmu saja. Adapun pada hari Kiamat, bumi akan dibentangkan seperti membentangkan kulit; tidak ada gunung, lembah, sungai, maupun laut. Bumi dibentangkan satu bentangan. Semua yang ada di sana dapat diperdengarkan oleh seorang penyeru dan akan terlihat oleh penglihatan. Artinya bila seseorang berbicara maka akan terdengar oleh orang yang berada paling akhir, demikian juga penglihatan akan melihat mereka semuanya, karena tidak ada bulatan sehingga sebagian tidak akan terlihat dari sebagian lainnya. Tetapi mereka semuanya akan berada di satu tanah lapang.
Pada hari itu matahari akan merendah kepada manusia seukuran jarak satu mil. Manusia akan mengalami kegelisahan dan kesusahan sampai batas yang tidak mampu mereka pikul. Maka bumi menjadi sempit bagi mereka dan mereka mencari syafaat barangkali ada seseorang yang dapat memberi mereka syafaat di sisi Allah -Jalla wa 'Alā-, minimal agar menyelamatkan mereka di tempat ini.
Lalu Allah -'Azza wa Jalla- mengilhami mereka untuk datang kepada Adam, ayah umat manusia. Lantas mereka menemuinya dan menyebutkan keutamaannya barangkali dia bisa memberi mereka syafaat di sisi Allah -'Azza wa Jalla-. Mereka berkata, "Engkau adalah Adam! Engkau adalah bapak seluruh manusia, yang laki-laki dan perempuan, hingga hari Kiamat. Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya, sebagaimana Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku?' (QS. Ṣād: 75). Allah telah memerintahkan para malaikat agar bersujud kepadamu; Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, 'Sujudlah kamu kepada Adam!' Maka mereka pun bersujud.'" (QS. Al-Baqarah: 34). Allah telah mengajarimu nama segala sesuatu; Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya.' (QS. Al-Baqarah: 31). Dan Allah -Ta'ālā- meniupkan ruh-Nya padamu; Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan roh (ciptaan)Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.'" (QS. Al-Ḥijr: 29).
Semua ini diketahui oleh semua umat manusia, terutama umat Muhammad yang telah Allah -Ta'ālā- berikan berbagai ilmu yang tidak diberikan kepada umat mana pun. Namun Adam meminta maaf dan berkata, "Sungguh Rabb-ku saat ini benar-benar marah. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya." Kemudian dia menyebutkan kesalahannya, yaitu Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- melarangnya memakan buah sebuah pohon namun dia memakannya. Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- berfirman, "(Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim!” (QS. Al-Baqarah: 35). Kemudian dia dihukum dengan dikeluarkan dari surga ke bumi dengan hikmah yang Allah -'Azza wa Jalla- inginkan. Adam menyebutkan kesalahannya dan berkata, "Oh, diriku, diriku, diriku!" Maksudnya, seandainya aku bisa menyelamatkan diriku sendiri. Adam menegaskannya dan mengulangnya sebanyak tiga kali. Lalu berkata, "Pergilah pada selainku. Pergilah kepada Nuh." Nuh adalah ayah kedua bagi manusia; karena Allah telah menenggelamkan semua penghuni bumi yang mendustakan Nuh; sebagaimana firman-Nya: "Ternyata orang-orang beriman yang bersama dengan Nuh hanya sedikit." (QS. Hūd: 40). Sementara keturunan yang lain tidak berlanjut. Lantas mereka berkata satu sama lain, "Pergilah kepada Nuh." Mereka pun datang menemui Nuh karena mereka sedang dalam kesulitan dan kesempitan. Mereka datang dan menyebutkan nikmat-nikmat Allah kepadanya; bahwa dia adalah rasul pertama yang Allah utus ke penduduk bumi, dan bahwa Allah menyebutnya sebagai hamba yang sangat bersyukur. Namun, Nuh menjawab dengan perkataan yang sama sebagaimana yang dikatakan oleh Adam; bahwa Allah -'Azza wa Jalla- saat ini benar-benar marah, Dia tidak pernah marah seperti ini sebelumnya dan tidak akan pernah marah yang seperti ini sesudahnya. Kemudian Nuh menyebutkan doa yang pernah dia lontarkan terhadap kaumnya, “Ya Tuhanku! Janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (QS. Nūḥ: 26). Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Nuh menyebutkan doa yang dia panjatkan terhadap putranya, "Nuh berkata, 'Ya Tuhanku! Sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku, dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil.' Dia (Allah) berfirman, 'Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Sungguh Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh.'" (QS. Hūd: 45-46). Nuh lalu menyebutkan dosanya, sementara seorang pemberi syafaat tidak akan memberi syafaat kecuali bila antara dirinya dan tempat memberi syafaat tidak terdapat sesuatu yang mengharuskan adanya kerenggangan. Sedangkan maksiat seorang hamba kepada Rabb-nya akan melahirkan kerenggangan antara keduanya serta rasa malu kepada-Nya. Nuh menyebutkan kesalahannya lantas mengatakan, "Oh, diriku, diriku, diriku!" Lalu Nuh mengalihkan mereka kepada Ibrahim -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lantas mereka datang menemui Ibrahim lalu berkata, "Engkau adalah kekasih Allah dari penduduk bumi." Mereka menyebutkan sifat-sifat terpujinya dan memintanya supaya memberi mereka syafaat kepada Rabb-nya. Tetapi Ibrahim meminta maaf dan menyebutkan bahwa dia telah berdusta tiga kali. Ibrahim berkata, "Oh, diriku, diriku, diriku!" Kedustaan yang dimaksudkan, ialah ucapannya: “Sesungguhnya aku sakit” (QS. Aṣ-Ṣāffāt: 89); padahal dia tidak sakit. Tetapi dia mengucapkannya sebagai tantangan terhadap kaumnya yang menyembah bintang.
Kedua: ucapannya: “Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya" (QS. Al-Anbiyā`: 63); padahal patung itu tidak pernah berbuat, tetapi yang melakukannya sebenarnya adalah Ibrahim -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Tetapi dia menyebutkan hal itu dalam rangka menantang orang-orang yang menyembah berhala-berjhala itu.
Ketiga: perkataannya kepada raja yang kafir, "Ini adalah saudariku", maksudnya istrinya supaya bisa selamat dari keburukannya, padahal dia tidak demikian. Ini semuanya secara lahir adalah kebohongan, namun pada hakikatnya dan sesuai penafsiran Ibrahim -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bukanlah kebohongan. Namun karena tingginya sifat warak dan rasa malunya kepada Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- maka dia meminta maaf dengan sebab ini. Ibrahim berkata, "Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku, pergilah ke Musa." Lantas mereka pergi menemui Musa dan menyebutkan sifat-sifat terpujinya; bahwa Allah -Ta'ālā- berbicara langsung kepadanya dan memilihnya di atas penduduk bumi semuanya untuk memikul risalah dan kalam-Nya. Kemudian Musa menyebutkan satu dosa dan meminta maaf, bahwa dia telah membunuh seorang jiwa sebelum diizinkan membunuhnya, yaitu seorang laki-laki qibtiy yang bertengkar dengan seorang laki-laki dari Bani Israil; Musa -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berasal dari Bani Israil sedangkan laki-laki qibtiy itu berasal dari kabilah Firaun; sebagaimana dalam ayat: "Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk (mengalahkan) orang yang dari pihak musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu." (QS. Al-Qaṣaṣ: 15). Musa membunuhnya sebelum diperintahkan untuk membunuhnya. Musa -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat hal ini menjadi penghalang antara dia dan memberi syafaat kepada umat manusia karena dia membunuh seorang jiwa sebelum diperintahkan membunuhnya. Musa lalu berkata, "Oh, diriku, diriku, diriku! Pergilah kepada selainku. Pergilah kepada Isa." Lantas mereka datang menemui Isa dan menyebutkan karunia Allah kepadanya; bahwa Allah meniupkan padanya ruh dari ciptaan-Nya, bahwa dia adalah kalimat Allah yang disampaikan kepada Maryam dan ruh dari ciptaan-Nya, karena dia diciptakan tanpa ayah. Isa tidak menyebut sebuah dosa, akan tetapi dia hanya mengalihkan mereka kepada Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ini adalah kemuliaan besar bagi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, karena empat orang nabi meminta maaf dengan menyebutkan apa yang pernah mereka lakukan dan satu lagi tidak menyebutkan alasan apa pun melainkan karena melihat Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lebih utama dari dirinya.
Lantas mereka datang menemui Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan beliau menerima hal itu. Lalu beliau bergegas sujud di bawah Arasy dan Allah membukakan (mengilhamkan) untuknya pujian-pujian dan sanjungan yang baik kepada Allah, sesuatu yang belum pernah dibukakan kepada seorang pun selain beliau. Kemudian dikatakan, "Angkatlah kepalamu. Berkatalah, perkataanmu pasti didengar. Mintalah, permintaanmu pasti akan diberikan kepadamu. Berikanlah syafaat, niscaya syafaatmu akan diizinkan." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberi syafaat dan berkata, "Umatku, wahai Rabb-ku! Umatku!" Maka Allah menerima syafaatnya, dan dikatakan kepadanya, "Masukkan umatmu melalui pintu kanan surga. Mereka juga memiliki hak yang sama dengan semua manusia lainnya di pintu-pintu surga lainnya." Ini mengandung petunjuk nyata bahwa Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah rasul paling mulia, sedangkan para rasul adalah manusia yang paling utama.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8345

 
Hadith   1429   الحديث
الأهمية: إن للمؤمن في الجنة لخيمة من لؤلؤة واحدة مجوفة طولها في السماء ستون ميلا، للمؤمن فيها أهلون يطوف عليهم المؤمن فلا يرى بعضهم بعضا
Tema: Sesungguhnya bagi seorang Mukmin di surga ada kemah dari sebutir ‎mutiara yang berongga, panjangnya di langit 60 (enam puluh) mil. Bagi ‎seorang Mukmin di dalam kemah tersebut istri-istri, Mukmin tersebut ‎berkeliling menyinggahi (mengitari) mereka namun sebagian mereka tidak dapat melihat ‎sebagian yang lain.

عن أبي موسى -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إن للمؤمن في الجنة لَخَيْمَةٌ من لُؤْلُؤَةٍ واحدة مُجَوَّفَةٍ طُولُها في السماء ستون مِيلًا، للمؤمن فيها أَهْلُونَ يطوف عليهم المؤمن فلا يرى بعضهم بعضًا».

Dari Abu Musa -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū’, “Sesungguhnya bagi seorang Mukmin di surga ada kemah dari sebutir ‎mutiara yang berongga, panjangnya di langit 60 (enam puluh) mil. Bagi ‎seorang Mukmin di dalam kemah tersebut istri-istri, Mukmin tersebut ‎berkeliling menyinggahi (mengitari) mereka namun sebagian mereka tidak dapat melihat ‎sebagian yang lain.”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
ذكر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن للمؤمن في الجنة خيمة من لؤلؤة واحدة مجوفة طولها في السماء ستون ميلًا، وأن له فيها أهلين لا يرى بعضهم بعضًا، وذلك والله أعلم لسعتها وحسن غرفها وسترها.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyebutkan bahwa bagi seorang ‎Mukmin di dalam surga sebuah kemah yang terbuat dari sebutir mutiara ‎yang berongga, panjangnya di langit enam puluh mil, dan baginya di ‎dalam kemah itu istri-istri yang mana sebagian mereka tidak dapat melihat ‎sebagian lainnya. Hal itu –wallāhu a’lam- karena luasnya kemah tersebut, ‎bagus/indah kamarnya dan adanya tirai penutupnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8349

 
Hadith   1430   الحديث
الأهمية: إن في الجنة شجرة يسير الراكب الجواد المضمر السريع مائة سنة ما يقطعها
Tema: Sesungguhnya di surga itu terdapat sebatang pohon, jika seorang penunggang kuda terlatih yang berlari kencang berjalan selama seratus tahun niscaya ia tidak akan dapat menjelajahinya.

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «إن في الجنة شجرة يسير الراكب الْجَوَادَ الْمُضَمَّرَ السريع مائة سنة ما يقطعها».
وروياه في الصحيحين أيضًا من رواية أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: «يسير الراكب في ظلها مئة سنة ما يقطعها».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Sesungguhnya di surga itu terdapat sebatang pohon, jika seorang penunggang kuda terlatih yang berlari kencang berjalan selama seratus tahun, niscaya ia tidak akan dapat menjelajahinya." Dalam riwayat ṣaḥīḥain dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, "Seorang pengendara yang lewat di bawah naungan pohon tersebut selama seratus tahun, niscaya tidak akan dapat menjelajahinya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يبين الحديث سعة الجنة وما فيها من نعيم كبير، ففيه وصف لأشجار الجنة وظلالها، وأن الراكب للفرس القوي في الجري ما يصل إلى نهايتها لعظمها، وهذا فضل عظيم أعده الله لعباده المتقين.
Hadis ini menjelaskan luasnya surga dan kenikmatan besar yang ada di dalamnya. Dalam hadis itu disebutkan gambaran pohon-pohon surga dan naungan-naungannya di mana orang yang mengendarai kuda tidak akan bisa mencapai ujung naungan pohon itu karena besarnya. Ini merupakan karunia agung yang telah disediakan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih dengan dua riwayatnya]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8350

 
Hadith   1431   الحديث
الأهمية: إن أهل الجنة ليتراءون أهل الغرف من فوقهم كما تراءون الكوكب الدري الغابر في الأفق من المشرق أو المغرب لتفاضل ما بينهم
Tema: Sesungguhnya penghuni surga berusaha melihat para penghuni kamar-kamar di atas mereka sebagaimana mereka berusaha melihat bintang yang berkilauan yang berlalu di timur dan barat, karena perbedaan yang ada pada mereka

عن أبي سعيد -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «إن أهل الجنة ليَتَراءَوْنَ أهل الغرف من فوقهم كما تَراءَوْنَ الكوكب الدري الغابر في الأفق من المشرق أو المغرب لِتفَاضُلِ ما بينهم» قالوا: يا رسول الله؛ تلك منازل الأنبياء لا يبلغها غيرهم قال: «بلى والذي نفسي بيده، رجال آمنوا بالله وصدقوا المرسلين».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Sesungguhnya penghuni surga berusaha melihat para penghuni kamar-kamar di atas mereka sebagaimana mereka berusaha melihat bintang yang berkilauan yang berlalu di timur dan barat, karena perbedaan keutamaan yang ada pada mereka." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Kamar-kamar itu adalah tempat para Nabi yang tidak bisa dicapai oleh selain mereka?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Tentu, demi Zat yang diriku ada di tangan-Nya, (bahkan mereka adalah) orang-orang yang beriman dan membenarkan para Rasul."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أهل الجنة تتفاوت منازلهم بحسب درجاتهم في الفضل، حتى إن أهل الدرجات العلى ليراهم من هو أسفل منهم كالنجوم.
Para penghuni surga berbeda-beda derajatnya sesuai dengan berbagai tingkatan dalam keutamaan, hingga penghuni tingkat yang paling tinggi dapat terlihat oleh penghuni tingkat yang paling rendah, seperti bintang-bintang.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8351

 
Hadith   1432   الحديث
الأهمية: لقاب قوس في الجنة خير مما تطلع عليه الشمس أو تغرب
Tema: Sungguh, panjang (sehasta) ujung busur panah di Surga lebih baik dari pada tempat matahari terbit dan terbenam (dunia).

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «لَقَابُ قَوْسٍ في الجنة خيرٌ مما تَطلُع عليه الشمس أو تَغْرُب».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- bersabda, “Sungguh, panjang (sehasta) ujung busur panah di Surga lebih baik dari pada tempat matahari terbit dan terbenam (dunia)."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في الحديث بيان عظم ثواب المؤمن في الجنة، وحقارة الدنيا، حيث إن هذا القدر من الجنة وهو قاب القوس خير مما في الدنيا من النعيم أجمع، لنفاسته ولدوامه وبقائه، جعلنا الله من أهلها.
Hadis ini mengandung penjelasan keagungan pahala seorang Mukmin di Surga kelak, sekaligus tidak berharganya harta benda dunia; di mana Surga sepanjang busur panah sudah jauh lebih baik daripada kenikmatan apa saja yang ada di dunia, lantaran tingginya nilai Surga, kesinambungan dan kekekalannya. Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai penduduk Surga.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8352

 
Hadith   1433   الحديث
الأهمية: إن في الجنة سوقا يأتونها كل جمعة
Tema: Sesungguhnya di surga itu terdapat pasar yang mereka (ahli surga) datangi setiap hari Jum'at.

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إن في الجنة سوقاً يأتونها كل جمعة. فَتَهُبُّ ريح الشمال، فَتَحْثُو في وجوههم وثيابهم، فيزدادون حسناً وجمالاً فيرجعون إلى أهليهم، وقد ازدادوا حسناً وجمالاً، فيقول لهم أهلوهم: والله لقد ازددتم حسناً وجمالاً! فيقولون: وأنتم والله لقد ازددتم بعدنا حسناً وجمالاً!».
Tema: Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya di surga itu terdapat pasar yang mereka (ahli surga) datangi setiap hari Jum'at. Lalu berhembuslah angin utara. Angin itu mengenai wajah dan pakaian mereka, lalu mereka pun bertambah tampan dan indah. Kemudian mereka kembali ke keluarganya dan mereka telah bertambah tampan dan indah, maka keluarga mereka berkata kepada mereka, "Demi Allah, kalian telah bertambah tampan dan indah." Maka mereka berkata, "Dan kalian juga demi Allah, telah bertambah cantik dan jelita setelah kami."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبرنا الحديث عن أنواع النعيم الذي أكرم به أهل الجنة وما يجدونه من حسن ونعيم بمرور الدهور والأزمان وما يقام لهم في الجنة من لقاءات وأسواق ونحوها إيناساً لهم، وكما أن لهم جمالاً لا مثيل له ولا نظير وهو دائماً في تجدد وازدياد.
Hadis ini mengabarkan kepada kita tentang beragam kenikmatan yang dijadikan kemuliaan bagi penghuni surga dan berbagai keindahan dan kenikmatan yang mereka dapatkan sepanjang masa dan waktu serta berbagai pertemuan dan pasar yang diselenggarakan di surga dan sebagainya sebagai bentuk keramah-tamahan bagi mereka. Disamping mereka juga memiliki keindahan tiada banding dan tiada lawan yang semua itu terus diperbaharui dan bertambah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8353

 
Hadith   1434   الحديث
الأهمية: إن أهل الجنة ليتراءون الغرف في الجنة كما تتراءون الكوكب في السماء
Tema: Sesungguhnya ahli surga itu akan melihat ke arah kamar-kamar di surga, sebagaimana mereka melihat bintang di langit.

عن سهل بن سعد -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إن أهل الجنة لَيَتَراءَوْنَ الغُرَفَ في الجنة كما تَتَراءَوْنَ الكوكب في السماء».

Dari Sahl bin Sa'ad -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya ahli surga itu akan melihat ke arah kamar-kamar di surga, sebagaimana mereka melihat bintang di langit."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يتفاوت أهل الجنة في المنازل بحسب درجاتهم في الفضل، حتى إن أهل الدرجات العلى ليراهم من هو أسفل منهم، كالنجوم.
Para penghuni surga berbeda-beda tempat mereka berdasarkan derajat keutamaan mereka, hingga penghuni tingkat yang paling tinggi dapat terlihat oleh penghuni tingkat yang paling rendah, seperti bintang-bintang.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8354

 
Hadith   1435   الحديث
الأهمية: هو الطهور ماؤه الحل ميتته
Tema: Laut itu suci airnya dan halal bangkainya.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: سأل رجل النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال: يا رسول الله، إنا نركب البحر، ونحمل معنا القليل من الماء، فإن توضأنا به عطشنا، أفنتوضأ بماء البحر؟ فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «هو الطَّهُورُ ماؤه الْحِلُّ مَيْتَتُهُ».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Seorang lelaki bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia berkata, "Wahai Rasulullah! Kami berlayar di laut dan kami hanya punya air sedikit. Jika kami berwudu dengan air itu, kami akan kehausan. Bolehkah kami wudu dengan air laut?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Laut itu suci airnya dan halal bangkainya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يبين الرسول صلى الله عليه وسلم طهورية ماء البحر وجواز التطهر منه، وحل ما مات فيه من دوابه كالسمك وغيره.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan kesucian air laut dan pembolehan bersuci dengannya serta dihalalkan binatangnya yang mati di dalamnya, seperti ikan dan sebagainya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Malik - Diriwayatkan oleh Dārimi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8355

 
Hadith   1436   الحديث
الأهمية: الماء طهور لا ينجسه شيء
Tema: Air itu suci, tidak bisa menjadi najis oleh apa pun.

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- أنه قيل لرسول الله -صلى الله عليه وسلم-: أنتوضأ من بِئر بُضَاعَةَ وهي بئر يُطرحُ فيها الحَيضُ ولحم الكلاب والنَّتَنُ؟ فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «الماء طهور لا ينجسه شيء».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri bahwasanya seseorang bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Bolehkan kita berwudu dari sumur Buḍā'ah, yaitu sumur tempat dilemparkannya darah haid, daging anjing dan sesuatu yang busuk?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, " Air itu suci, tidak bisa menjadi najis oleh apa pun."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يبين الرسول -صلى الله عليه وسلم- أن الماء الطهور لا ينجس بمجرد ملاقاة النجاسة له مالم يتغير لونه أو طعمه أو ريحه.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan bahwa air suci tidak menjadi najis hanya sekedar dilempari najis kepadanya, selama tidak berubah warnanya atau rasanya atau baunya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8356

 
Hadith   1437   الحديث
الأهمية: إذا كان الماء قلتين لم يحمل الخبث
Tema: Apabila air telah mencapai dua qullah (tempayan tempat air), maka ia tidak mengandung kotoran.

عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما- قال: سُئِلَ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن الماء وما يَنُوبُهُ من الدواب والسِّبَاعِ، فقال -صلى الله عليه وسلم-: «إذا كان الماء قُلَّتين لم يحمل الخَبَثَ».

Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ditanya mengenai air yang didatangi binatang melata dan binatang buas. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila air telah mencapai dua qullah (tempayan tempat air), maka ia tidak mengandung kotoran."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يبين النبي -صلى الله عليه وسلم- أن الماء الكثير لا ينجس بمجرد ملاقاته للنجاسة إن لم يتغير أحد أوصافه، بعكس ما إذا كان قليلاً فإنه ينجس غالبا لأنه مظنة تغير أوصافه ؛ وعلى هذا فإن كان الماء كثيراً وتغيرت أوصافه بنجاسة خرج عن كونه طهوراً إلى كونه نجساً وإن كان قلتين، وذكر ذلك في معرض السؤال عن سؤر السباع والدواب؛ دل ذلك على عدم طهارة سؤرهم غالباً، إلا إذا كان كثيراً لم تتغير أوصافه بسببها.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan bahwa air yang banyak tidak bisa menjadi najis hanya sekedar terkena najis, selama salah satu sifatnya tidak berubah. Berbeda jika air itu sedikit, maka biasanya menjadi najis karena diperkirakan sifatnya berubah. Berdasarkan hal itu, apabila air tersebut banyak dan sifat-sifatnya berubah karena najis, maka air itu berubah dari suci menjadi najis meskipun dua qullah (atau lebih). Beliau menyebutkan hal itu ketika ditanya mengenai bekas jilatan bintang buas dan binatang melata. Ini menjadi dalil bahwa biasanya bekas jilatan mereka tidak suci. Kecuali jika air itu banyak dan sifat-sifatnya tidak berubah disebabkan najis itu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Dārimi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8357

 
Hadith   1438   الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان يغتسل بفضل ميمونة -رضي الله عنها-
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa mandi menggunakan air sisa Maimunah -raḍiyallāhu 'anhā-.

عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان يغتسل بفضل ميمونة -رضي الله عنها-.

Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa mandi menggunakan air sisa Maimunah -raḍiyallāhu 'anhā-.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- يغتسل بالماء المتبقي من اغتسال زوجته ميمونة -رضي الله عنها-.
Dahulu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa mandi dengan air sisa mandi istrinya, Maimunah -raḍiyallāhu 'anhā-.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8359

 
Hadith   1439   الحديث
الأهمية: إن الماء لا يجنب
Tema: Sesungguhnya air itu tidak terkena jinabat.

عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما- قال: اغتسل بعض أزواج النبي -صلى الله عليه وسلم- في جَفْنَةٍ، فجاء النبي -صلى الله عليه وسلم- ليتوضأ منها أو يغتسل، فقالت: له يا رسول الله، إني كنت جُنُبًا؟ فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إن الماء لا يَجْنُبُ».

Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata,"Seorang istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mandi dalam bejana besar. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang untuk berwudu atau mandi dari bejana itu. Istri beliau berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku junub?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya air itu tidak terkena jinabat."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كانت إحدى زوجات النبي -صلى الله عليه وسلم- تغتسل للجنابة، فجاء النبي -صلى الله عليه وسلم- ليتوضأ أو يغتسل؛ فأراد استخدام الماء المتبقي من غسل زوجته -رضي الله عنها – ، فأخبرته بأنها كانت على جنابة، فأرشدها بأن ذلك الماء لا يتأثر بذلك وهو كونه طاهراً مطهراً .
Tema: Pernah salah seorang istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mandi janabah. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang untuk berwudu atau mandi. Beliau hendak menggunakan sisa air yang dipakai mandi oleh istri beliau -raḍiyallāhu 'anhā-. Istri beliau memberitahukan bahwa ia sedang mandi janabah. Lantas Nabi memberinya petunjuk bahwa air tersebut tidak terpengaruh oleh janabah. Air tersebut tetap suci dan mensucikan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8360

 
Hadith   1440   الحديث
الأهمية: إنها ليست بنجس، إنها من الطوافين عليكم والطوافات
Tema: Sesungguhnya kucing tidak najis, ia termasuk binatang jantan dan betina yang suka mengelilingi kalian.

عن كبشة بنت كعب بن مالك -وكانت تحت ابن أبي قتادة-: أن أبا قتادة دخل فسَكَبَتْ له وَضُوءًا، فجاءت هرة فشربت منه، فأصغى لها الإناء حتى شربت، قالت كبشة: فرآني أنظر إليه، فقال: أتعجبين يا ابنة أخي؟ فقلت: نعم، فقال: إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «إنها ليست بنجس، إنها من الطوافين عليكم والطوافات».

Dari Kabsyah binti Ka'ab bin Mālik - ia menjadi istri Ibnu Abi Qatādah - bahwa Abu Qatādah masuk, lalu Kabsyah menuangkan air wudu kepadanya. Tiba-tiba datanglah seekor kucing dan minum air wudu itu. Lantas Abu Qatādah memiringkan wadah itu hingga kucing tersebut minum." Kabsyah berkata, "Abu Qatādah melihatku sedang memandangnya, ia berkata, "Apakah engkau heran, wahai putri saudaraku?" Kabsyah menjawab, "Ya." Abu Qatādah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya kucing tidak najis, ia termasuk binatang jantan dan betina yang suka mengelilingi kalian."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في الحديث أن أبا قتادة بدأ وضوءه، فدخلت هرة - والهرة تدخل البيوت وتخالط الناس وتتردد عليهم – فأصغى لها الإناء لتشرب من ماء الوضوء، فتعجبت كبشة    ابنة أخيه من فعله -وهو ماء معد للوضوء ولا بد من أن يكون طاهراً مطهراً- فأخبرها بالحديث أن الهرة ليست نجسة و لا تؤثر في الماء لأنها من المخالطين للناس دائماً .
Tema: Dalam hadis ini disebutkan bahwa Abu Qatādah memulai wudunya. Tiba-tiba masuklah kucing -yang memang biasa keluar masuk rumah-rumah dan bercampur-baur dengan manusia serta hilir-mudik ke sekitar mereka-. Lantas ia memiringkan wadah agar kucing itu bisa minum dari air wudu tersebut. Tentu saja hal ini membuat Kabsyah, keponakannya, heran dengan tindakannya. - Padahal air itu disediakan untuk wudu dan air tersebut harus suci dan mensucikan - Lantas Abu Qatādah memberitahukan hadis kepadanya bahwa kucing itu tidak najis dan tidak berpengaruh terhadap air karena ia termasuk hewan yang akrab dengan manusia.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Dārimi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8361

 
Hadith   1441   الحديث
الأهمية: أحلت لكم ميتتان ودمان، فأما الميتتان: فالحوت والجراد، وأما الدمان: فالكبد والطحال
Tema: Dihalalkan untuk kalian dua macam bangkai dan dua macam darah. Adapun dua macam bangkai yaitu ikan dan belalang. Sedangkan dua macam darah adalah hati dan limpa.

عن    عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «أُحِلَّتْ لكم مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ، فأما الميتتان: فَالْجَرَادُ والْحُوتُ، وأما الدَّمَانِ: فالكبد والطحال».

Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Dihalalkan untuk kalian dua macam bangkai dan dua macam darah. Adapun dua macam bangkai yaitu ikan dan belalang. Sedangkan dua macam darah adalah hati dan limpa."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر ابن عمر بحكم شرعي فقهي يتعلق بحل أكل بعض الأشياء الأول: تحليل أكل ميتة الجراد والحوت، والثاني: حل أكل نوعين من الدماء وهما: الكبد والطحال، وهذان الحكمان مستثنيان من تحريم أكل الميتة والدم.
Ibnu Umar mengabarkan hukum syariat fikih yang berkaitan dengan kehalalan memakan beberapa hal. Pertama, dihalalkan mengkonsumsi bangkai belalang dan ikan. Kedua, dihalalkan mengkonsumsi dua jenis darah, yaitu hati dan limpa. Dua hukum ini merupakan dua pengecualian dari pengharaman makan bangkai dan darah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8362

 
Hadith   1442   الحديث
الأهمية: إذا وقع الذباب في شراب أحدكم فليغمسه، ثم لينزعه؛ فإن في أحد جناحيه داء، وفي الآخر شفاء
Tema: Jika seekor lalat jatuh di dalam minuman salah seorang diantara kalian, hendaknya ia menenggelamkannya lalu mengeluarkannya, karena di salah satu sayapnya ada penyakit dan di sayap lainnya ada obat.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إذا وقع الذباب في شراب أحدكم فليغمسه، ثم لينزعه؛ فإن في أحد جناحيه داء، وفي الآخر شفاء». وفي رواية: «وإنه يتقي بجناحه الذي فيه الداء».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika seekor lalat jatuh di dalam minuman salah seorang di antara kalian, hendaknya ia menenggelamkannya lalu mengangkisnya, karena di salah satu sayapnya ada penyakit dan di sayap lainnya ada obat." Dalam satu riwayat, "Sesungguhnya lalat berlindung dengan sayap yang di dalamnya ada penyakit."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر النبي-صلى الله عليه وسلم- عن الذباب إذا وقع في الشراب فإنه لا يؤثر فيه، بل عليه أن يغمسه كاملا فيه ؛ وذلك لأن في أحد جناحيه مرضًا -وهو الجناح الذي يغمسه في الماء- وفي الآخر شفاء من ذلك المرض.
وقد أثبت الطب الحديث صحة هذه المعلومة التي عرفها المسلمون منذ قرون، فالحمد لله على نعمة الإسلام.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan tentang lalat jika terjatuh ke dalam minuman, maka lalat itu tidak akan mempengaruhi minuman itu. Hendaknya orang yang punya minuman itu mencelupkan lalat itu secara total karena di salah satu sayapnya ada penyakit -yaitu sayap yang dicelupkan ke dalam minuman- dan pada sayap yang lain terdapat obat penangkalnya. Medis modern menetapkan validitas informasi ini yang sudah diketahui oleh kaum muslimin sejak beberapa abad silam. Segala puji bagi Allah atas nikmat Islam.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8363

 
Hadith   1443   الحديث
الأهمية: ما قطع من البهيمة وهي حية فهي ميتة
Tema: Apa yang dipotong dari binatang dalam keadaan hidup, maka potongan tersebut adalah bangkai.

عن أبي واقد الليثي -رضي الله عنه- قال: قَدِم النبي -صلى الله عليه وسلم- المدينة وهم يَجُبُّون أَسْنِمة الإبل، ويَقْطعون أَلْيَات الغنم، فقال: «ما قُطِع من البَهِيمَة وهي حيَّة فهي ميْتَة».

Dari Abu Wāqid al-Laiṡī -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang ke Madinah dan saat itu mereka (penduduk Madinah) menggemari punuk unta dan memotong bagian belakang kambing. Lantas beliau bersabda, "Apa yang dipotong dari binatang dalam keadaan hidup, maka potongan tersebut adalah bangkai."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يفيد الحديث أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قدم للمدينة, وكان أهلها يقطعون أسنمة الإبل, وأليات الغنم, فيأكلونها وينتفعون بها, فنهاهم النبي -صلى الله عليه وسلم- عن ذلك, وبيَّن لهم القاعدة في هذا الباب, وهي أن ما قطع من البهيمة -بنفسه أو بفعل فاعل- من سنام بعير, أو ألية شاة ونحو ذلك, حال حياتها فحكمه حكم ميتة تلك البهيمة, فإن كان طاهرا فطاهر, أو نجسا فنجس, فيد الآدمي طاهرة, وألية الخروف نجسة, ما خرج عن ذلك إلا نحو شعر المأكول وصوفه وريشه ووبره ومسكه وفأرته فإنه طاهر.
Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang ke Madinah sedangkan kebiasaan penduduknya suka memotong punuk unta dan bagian belakang kambing lalu memakannya dan memanfaatkannya. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang hal itu dan menjelaskan kepada mereka kaedah dalam bab ini, yaitu bahwa bagian yang dipotong dari binatang -baik oleh dirinya sendiri atau perbuatan pelaku orang lain- berupa punuk unta atau bagian belakang domba dan sebagainya pada saat hidupnya maka hukumnya seperti hukum bangkai dari binatang tersebut. Jika bangkainya suci maka (bagian terpotong itu) hukumnya suci dan jika bangkainya najis maka (bagian terpotong itu) hukumnya najis. Sebab itu, tangan manusia (yang terpotong) hukumnya suci dan bagian belakang kambing (yang terpotong) hukumnya najis. Dan apa yang keluar darinya kecuali seperti bulu hewan yang halal dimakan dagingnya, wolnya, bulu burung, misiknya, dan wadahnya adalah suci.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Dārimi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8364

 
Hadith   1444   الحديث
الأهمية: من شرب في إناء من ذهب أو فضة، فإنما يجرجر في بطنه نارًا من جهنم
Tema: Siapa minum di wadah yang terbuat dari emas atau perak maka hakikatnya dia sedang menuangkan api neraka Jahanam ke dalam perutnya.

عن أم سلمة -رضي الله عنها- قالت: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ شَرِبَ وفي رواية: «إنَّ الذي يَأكُل أو يَشرَب» في إناءٍ من ذهبٍ أو فضةٍ، فإنما يُجَرْجِرُ في بطنه نارًا مِن جهنَّم».

Dari Ummu Salamah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata; Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- bersabda, “Siapa minum (dalam sebuah riwayat; Sesungguhnya orang yang makan dan minum) di wadah yang terbuat dari emas atau perak maka hakikatnya dia sedang menuangkan api neraka Jahanam ke dalam perutnya”.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
الحديث فيه الوعيد الشديد لمن استعمل أواني الذهب والفضة التي صنعت منهما أو طُلِيت أو زيِّنت بهما, وأنَّ من ارتكب هذه المعصية سَيُسْمَعُ لوقوع عذاب جهنَّم في جوفه صوتٌ مرعب منكر؛ لما في ذلك من التشبه بالكفار, والخيلاء وكسر قلوب الفقراء؛ ولأن الإِسلام يصون المسلم عن الانحلال والترف, ومن الحكم في تحريم استعمالهما -أيضا- كونهما نقدين إلى زمن قريب؛ فاتخاذهما واستعمالهما أواني أو تحفًا ونحو ذلك، هو شَلٌّ للحركة التجارية، وتعطيلٌ لقيم الحاجات والضرورات، بدون وجود مصلحة راجحة.
وهذا النهي -في الحديث- عن استعمالهما في الأكل والشرب يعم استعمالهما لأي منفعة، إلاَّ ما أذن فيه الشرع كحليِّ المرأة.
Di dalam hadis ini terdapat ancaman keras bagi orang yang menggunakan wadah-wadah yang terbuat dari emas dan perak atau hanya disepuh saja dengan emas dan perak; yaitu bahwa orang yang melakukan kemaksiatan ini bakal terdengar suara jatuhnya api neraka Jahanam ke dalam perutnya sebagai siksaan atasnya, karena perbuatan ini merupakan bentuk tasyabbuh (menyerupai) orang kafir, sombong dan menyakiti perasaan kaum fakir miskin. Sebab Islam menjaga seorang Muslim dari sikap hedonis dan suka bermewah-mewahan. Di antara hikmah pengharaman penggunaan emas dan perak adalah karena keduanya merupakan mata uang yang digunakan sampai beberapa waktu yang lalu, sehingga dengan menggunakannya sebagai wadah makan minum, hiasan pajangan atau sejenisnya akan menjadi pembekuan terhadap aktifitas jual beli dan sabotase atas nilai kebutuhan primer dan sekunder tanpa adanya maslahat yang jelas di balik itu.
Larangan penggunaan emas dan perak sebagai wadah makanan dan minuman dalam hadis ini menunjukkan adanya larangan yang umum dari penggunaan keduanya untuk semua jenis pemanfaatan, kecuali pada penggunaan yang diizinkan agama seperti hiasan wanita.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8365

 
Hadith   1445   الحديث
الأهمية: مرَّ على رسول الله صلى الله عليه وسلم رجال من قريش يجرون شاة لهم مثل الحمار، فقال لهم رسول الله صلى الله عليه وسلم: لو أخذتم إهابها، قالوا: إنها ميتة، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يطهرها الماء والقَرَظ
Tema: Sekelompok lelaki Quraisy melewati Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sambil menyeret domba (mati) seperti (menyeret) keledai. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepada mereka, "Seandainya kalian mengambil kulitnya." Mereka berkata, "Domba ini mati." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Kulit domba ini dapat disucikan dengan air dan daun akasia."

عن العالية بنت سُبَيع قالت: كان لي غنم بأُحُدٍ، فوقَع فيها الموت، فدَخَلْتُ على ميمونة زوج النبي -صلى الله عليه وسلم-، فذَكَرْتُ ذلك لها، فقالت لي ميمونة: لو أَخَذْتِ جُلُوَدها فَانْتَفَعْتِ بها. فقالت: َأو يَحِلُّ ذلك؟ قالت: نعم، مرَّ على رسول الله -صلى الله عليه وسلم- رجال من قريش يَجُرُّون شاة لهم مثل الحمار، فقال لهم رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لو أخذتم إِهَابَهَا». قالوا: إنها مَيْتَة. فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «يُطَهِّرها الماء والقَرَظ».

Dari 'Āliyah binti Subai', ia berkata, "Aku mempunyai kambing di Uhud lalu kambing itu mati. Lantas aku menemui Maimunah, istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu menceritakan hal itu kepadanya. Maimunah berkata kepadaku, "Seandainya engkau mengambil kulitnya lalu memanfaatkannya. 'Āliyah binti Subai' bertanya, "Apakah itu boleh?" Maimunah menjawab, "Ya. Sekelompok lelaki Quraisy melewati Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sambil menyeret domba (mati) seperti (menyeret) keledai. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepada mereka, "Seandainya kalian mengambil kulitnya." Mereka berkata, "Domba ini mati." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Kulit domba ini dapat disucikan dengan air dan daun akasia."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
تخبر العالية بنت سُبَيع -رحمها الله- أنه كان لها غنم وقع فيها الموت بسبب المرض أو غير ذلك، ثم إنها ذهبت وأخبرت ميمونة -رضي الله عنها- فأشارت عليها بالانتفاع بجلودها.
فقالت: وهل يجوز الانتفاع بجلودها بعد موتها؟
   قالت: نعم يجوز ذلك، ثم إنها استدلت لقولها بقصة مشابهة قد وقعت، وهي: أن النبي -صلى الله عليه وسلم-: مرَّ عليه رجال من قريش يَجُرُّون شاة لهم كَجَرِّ الحمار لإبعادها والتخلص منها، أو أنها كالحمار في ضخامتها.
فقال لهم رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: لو انتفعتم به بدلًا من أن يرمى.
فقالوا: إنها مَيْتَة، وكأنهم ظنوا أن الرسول -صلى الله عليه وسلم- لا يدري أنها ميتة، وهم يعرفون أن الميتة حرام بجميع أجزائها لنجاستها.
فأخبرهم الرسول -صلى الله عليه وسلم- أن دبَاغها بالماء والقَرظ يجعل من هذه المادة النجسة مادة طاهرة.
Āliyah binti Subai' -raḥimahāllāhu- mengabarkan bahwa dia mempunyai seekor kambing yang mati disebabkan sakit atau lainnya. Kemudian dia pergi dan memberitahu Maimunah -raḍiyyallāhu 'anhā-. Maimunah mengusulkan kepadanya agar memanfaatkannya. Lantas 'Āliyah binti Subai' bertanya, "Apakah boleh memanfaatkan kulit kambing yang sudah mati?" Maimunah menjawab, "Ya, boleh." Lantas ia memberikan dalil untuk ucapannya itu dengan sebuah kisah serupa yang pernah terjadi. Yaitu bahwa sekelompok orang Quraisy melewati Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sambil menyeret seekor domba seperti menyeret keledai untuk membuangnya dan menyelamatkan diri darinya atau karena domba itu besar seperti keledai. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepada mereka, "Seandainya kalian memanfaatkannya daripada membuangnya." Mereka berkata, "Domba ini mati." Tampaknya mereka mengira bahwa Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak mengetahui bahwa domba itu mati. Padahal mereka tahu bahwa semua bagian bangkai itu haram karena najis. Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahu mereka bahwa menyamak kulitnya dengan air dan daun akasia dapat merubah barang yang najis menjadi barang yang suci.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8366

 
Hadith   1446   الحديث
الأهمية: كنا في سفر مع النبي صلى الله عليه وسلم، وإنا أَسْرَيْنا حتى كنا في آخر الليل، وَقَعْنا وَقْعَة، ولا وَقْعَة أحلى عند المسافر منها، فما أيقظنا إلا حَرُّ الشمس، وكان أول من استيقظ فلان، ثم فلان، ثم فلان، ثم عمر بن الخطاب
Tema: Kami pernah dalam sebuah perjalanan bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan kami berjalan di malam hari sampai kami tiba di penghujung malam lalu terjadilah satu peristiwa kepada kami, dan tidak ada peristiwa yang lebih manis dari itu bagi seorang musafir. Kami terbangun oleh terik matahari dan orang yang pertama kali terjaga yaitu fulan, lalu fulan, lalu fulan, lalu Umar bin al-Khaṭṭāb

عن عمران بن حصين -رضي الله عنهما- قال: كنا في سفر مع النبي صلى الله عليه وسلم، وإنا أَسْرَيْنا حتى كنا في آخر الليل، وَقَعْنا وَقْعَة، ولا وَقْعَة أحلى عند المسافر منها، فما أيقظنا إلا حَرُّ الشمس، وكان أول من استيقظ فلان، ثم فلان، ثم فلان، ثم عمر بن الخطاب،    وكان النبي صلى الله عليه وسلم إذا نام لم يوقظ حتى يكون هو يستيقظ، لأنا لا ندري ما يحدث له في نومه، فلما استيقظ عمر ورأى ما أصاب الناس وكان رجلا جليدا، فكبَّر ورفع صوته بالتكبير، فما زال يكبر ويرفع صوته بالتكبير حتى استيقظ بصوته النبي صلى الله عليه وسلم، فلما استيقظ شكوا إليه الذي أصابهم، قال: «لا ضير -أو لا يضير- ارتحلوا». فارتحل، فسار غير بعيد، ثم نزل فدعا بالوَضوء، فتوضأ، ونُودِيَ بالصلاة، فصلَّى بالناس، فلما انفتل من صلاته إذا هو برجل معتزل لم يُصَلِّ مع القوم، قال: «ما منعك يا فلان أن تصلي مع القوم؟». قال: أصابتني جنابة ولا ماء، قال: «عليك بالصعيد، فإنه يكفيك». ثم سار النبي صلى الله عليه وسلم، فاشتكى إليه الناس من العطش، فنزل فدعا فلانا، ودعا عَلِيًّا فقال: «اذهبا، فابتغيا الماء». فانطلقا، فتلقيا امرأة بين مزادتين -أو سطيحتين- من ماء على بعير لها، فقالا لها: أين الماء؟ قالت: عهدي بالماء أمسِ هذه الساعةَ، ونَفَرُنا خُلُوف. قالا لها: انطلقي. إذًا قالت: إلى أين؟ قالا: إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم. قالت: الذي يقال له: الصابئ؟ قالا: هو الذي تَعْنين، فانطلقي، فجاءا بها إلى النبي صلى الله عليه وسلم، وحدثاه الحديث، قال: فاستَنْزَلوها عن بعيرها، ودعا النبي صلى الله عليه وسلم بإناء، ففرَّغ فيه من أفواه المزادتين -أو سطيحتين- وأَوْكَأ أفواههما وأطلق العَزَالِيَ، ونودي في الناس: اسقوا واستقوا، فسقى مَن شاء واستقى مَن شاء، وكان آخر ذاك أن أعطى الذي أصابته الجنابة إناء من ماء، قال: «اذهب فأفرغه عليك». وهي قائمة تنظر إلى ما يُفْعَل بمائها، وايمُ الله لقد أقلع عنها، وإنه ليُخَيَّل إلينا أنها أشد مَلَأَة منها حين ابتدأ فيها، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: «اجمعوا لها». فجمعوا لها من بين عَجْوة ودقيقة وسويقة حتى جمعوا لها طعاما، فجعلوها في ثوب وحملوها على بعيرها، ووضعوا الثوب بين يديها، قال لها: «تعلمين، ما رزئنا من مائك شيئا، ولكنَّ الله هو الذي أسقانا». فأتت أهلها وقد احتبست عنهم، قالوا: ما حبسك يا فلانة؟ قالت: العجب، لقيني رجلان، فذهبا بي إلى هذا الذي يقال له الصابئ، ففعل كذا وكذا، فوالله إنه لأسحر الناس من بين هذه وهذه، وقالت بإصبعيها الوسطى والسبابة، فرفعتهما إلى السماء –تعني: السماء والأرض- أو إنه لرسول الله حقا، فكان المسلمون بعد ذلك يَغِيرون على من حولها من المشركين، ولا يصيبون الصِّرْم الذي هي منه، فقالت يوما لقومها: ما أرى أن هؤلاء القوم يدعونكم عمدا، فهل لكم في الإسلام؟ فأطاعوها، فدخلوا في الإسلام.

Dari Imrān bin Huṣain -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Kami pernah dalam sebuah perjalanan bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan kami berjalan di malam hari sampai kami tiba di penghujung malam, lalu terjadilah satu peristiwa kepada kami (tertidur), dan tidak ada peristiwa yang lebih manis dari itu bagi seorang musafir. Kami terbangun oleh terik matahari dan orang yang pertama kali terjaga yaitu fulan, lalu fulan, lalu fulan, lalu Umar bin al-Khaṭṭāb. Sementara itu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila tidur, beliau tidak dibangunkan sampai beliau sendiri terjaga karena kami tidak mengetahui apa yang terjadi pada beliau dalam tidurnya. Saat Umar bangun dan melihat kejadian yang menimpa orang-orang (para sahabat) -ia adalah orang yang keras- lantas dia bertakbir dan mengangkat suaranya ketika bertakbir. Dia terus-menerus bertakbir dan mengangkat suaranya dengan takbir hingga Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terbangun dengan suaranya. Ketika beliau sudah terjaga, orang-orang mengadukan kejadian yang menimpa mereka kepada beliau. Beliau bersabda, "Tidak apa-apa -tidak ada masalah- lanjutkan perjalanan." Beliau pergi lalu berjalan tidak beberapa jauh kemudian berhenti istirahat dan meminta air wudu. Beliau pun berwudu dan menyeru untuk salat. Selanjutnya beliau mengimami salat orang-orang. Usai salat, tiba-tiba ada seseorang yang menyendiri tidak ikut salat bersama orang-orang. Beliau bertanya, "Wahai fulan, kenapa engkau tidak ikut salat berjamaah bersama orang-orang?" Orang itu menjawab, "Aku junub dan tidak ada air." Beliau bersabda, "Bertayamumlah dengan debu, itu sudah cukup bagimu." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meneruskan perjalanan lalu orang-orang mengeluhkan rasa haus kepada beliau. Beliau berhenti lalu memanggil seseorang dan Ali seraya bersabda, "Pergilah kamu berdua dan carilah air." Keduanya pergi lalu bertemu dengan seorang wanita yang duduk di antara dua tempat air dari kulit di atas untanya. Keduanya bertanya kepada wanita itu, "Dari mana air ini?" Wanita itu menjawab, "Terakhir aku melihat air kemaren pada waktu seperti ini, dan para lelaki telah meninggalkan kami." Keduanya berkata, "Berangkatlah." Wanita itu bertanya, "Ke mana?" Keduanya menjawab, "Kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Wanita itu bertanya, "Diakah yang dipanggil ṣābi' (orang yang keluar dari tradisi nenek moyangnya)?" Keduanya menjawab, "Dia yang kau maksud. Berangkatlah." Lantas keduanya membawa wanita itu ke hadapan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan menceritakan kejadiannya. Perawi berkata, "Lantas orang-orang meminta wanita itu turun dari untanya dan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meminta bejana. Selanjutnya beliau mengucurkan air dari mulut kedua tempat air dari kulit itu ke bejana tersebut, lalu mengikat erat-erat kedua mulut wadah air dari kulit dan melepaskan tali yang mengikat bejana bagian bawah serta memanggil para sahabat, "Minumlah dan ambillah air." Orang-orang pun minum dan mengambil air sesukanya. Dan orang yang terakhir disodori wadah air adalah orang yang junub. Beliau bersabda, "Pergilah dan guyurlah tubuhmu dengan air ini." Sementara itu si wanita berdiri menyaksikan apa yang dilakukan terhadap airnya. Demi Allah, dia telah memindahkan air dari wadah itu, dan tampak bagi kami bahwa kedua wadah air itu lebih penuh dari sebelumnya. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Kumpulkan makanan untuknya." Para sahabat pun mengumpulkan makanan berupa kurma 'ajwah, tepung, dan sawīqah (makanan dari gandum) sehingga terkumpullah makanan untuknya. Selanjutnya mereka meletakkan makanan itu di atas kain dan menaikanya ke atas unta di hadapan wanita itu. Nabi bersabda kepada wanita itu, "Engkau tahu bahwa kami tidak mengurangi airmu sedikit pun. Sesungguhnya Allah-lah yang telah memberi kami air." Wanita tersebut mendatangi keluarganya dalam keadaan terlambat. Mereka bertanya, "Kenapa engkau terlambat, wahai fulanah?" Wanita itu menjawab, "Suatu keajaiban. Dua orang bertemu denganku lalu keduanya membawaku kepada orang yang dipanggil ṣābi' lalu orang itu melakukan begini dan begini. Demi Allah, orang itu penyihir paling pandai di antara ini dan itu." Ia berkata sambil memberi isyarat dengan jari tengah dan jari telunjuk lalu mengangkat keduanya ke langit -artinya langit dan bumi-, "Sungguh, dia benar-benar seorang Rasul." Setelah itu kaum Muslimin melakukan penyerbuan kepada kaum musyrikin di sekitar tersebut dan mereka tidak menyerang kelompok asal wanita tersebut. Suatu hari wanita itu berkata kepada kaumnya, "Menurut pendapatku mereka membiarkan kita dengan sengaja. Maukah kalian semua masuk Islam?" Lantas mereka mematuhi wanita tersebut lalu mereka masuk Islam.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث الشريف جملة من الأحكام والمعجزات التي ظهرت للصحابة رضوان الله عليهم؛ ذلك لأنهم كانوا في سفر وغلبهم النعاس وخرج وقت صلاة الفجر فما كان من النبي صلى الله عليه وسلم إلا أن أوضح لهم ما يجب عليهم فعله في مثل هذه الحال ألا وهو المبادرة لقضاء الصلاة.
والأمر الآخر أنه كان من بين الصحابة من أصابته جنابة ولم يكن معهم ماء فأمره النبي صلى الله عليه وسلم بالتيمم فظهر أنه في حال فقد الماء أجزأ التيمم عن الغسل.
والأمر الثالث وهو إحدى معجزات النبي صلى الله عليه وسلم أن الناس شكو إليه العطش وعدم الماء فأرسل من يبحث عن الماء فلم يجدوا ماء ووجدوا امرأة معها ماء في مزادتين لها فأخذوها للنبي صلى الله عليه وسلم فأخذ من مزادتيها ماءً ودعا الله تعالى حتى فاض الماء وجعل الصحابة يستقون ويسقون حتى من أصابته جنابة أخذ من الماء ما يغتسل به ثم أخذت المرأة مزادتيها وهي تقول وكأني بها أملأ من ذي قبل كما أن النبي صلى الله عليه وسلم أمر أن يجمع لها من الطعام مكافأة لها، مما كان سبباً بعد ذلك في إسلامها وإسلام قومها.
Hadis mulia ini mengandung sejumlah hukum dan mukjizat yang tampak bagi para sahabat -riḍwānullāhi 'alaihim-. Hal ini terjadi karena mereka sedang dalam sebuah perjalanan dan mereka diserang kantuk sehingga waktu salat fajar berlalu. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan kepada mereka bahwa kewajiban yang harus mereka kerjakan dalam situasi seperti ini ialah bersegera menunaikan salat. Hal lainnya bahwa di antara para sahabat ada yang junub dan mereka tidak membawa air. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyuruhnya bertayamum. Dengan demikian jelas bahwa dalam kondisi tidak ada air maka tayamum bisa berfungsi menggantikan mandi besar. Hal ketiga yaitu salah satu mukjizat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa orang-orang mengeluhkan rasa haus dan ketiadaan air. Lantas beliau mengutus orang untuk mencari air. Akan tetapi mereka tidak mendapatkan air. Mereka hanya menemukan seorang wanita yang membawa air di dua wadah dari kulit. Mereka membawa wanita itu menghadap Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lantas beliau mengambil air dari wadah tersebut dan berdoa kepada Allah -Ta'ālā- hingga air tersebut melimpah, lalu para sahabat mengambil air dan minum sampai orang yang junub pun mengambil air dan mandi dengannya. Kemudian wanita itu mengambil kedua wadah airnya sambil berkata, "Tampaknya kedua wadah ini lebih penuh dari sebelumnya." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- juga menyuruh mengumpulkan makanan sebagai balasan baginya, sehingga hal ini menyebabkan dia beserta kaumnya masuk Islam.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8367

 
Hadith   1447   الحديث
الأهمية: أن قدح النبي -صلى الله عليه وسلم- انكسر، فاتخذ مكان الشعب سلسلة من فضة
Tema: Wadah minum Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pecah (retak), lalu beliau mengambil rantai perak (untuk menambal) tempat yang pecah itu.

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- أن قَدَحَ النبي -صلى الله عليه وسلم- انْكَسَرَ، فاتَّخَذَ مكان الشَّعْبِ سِلْسِلَةً من فِضة.

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- bahwasanya wadah minum Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pecah (retak), lalu beliau mengambil rantai perak (untuk menambal) tempat yang pecah itu.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان للنبي -صلى الله عليه وسم- إناء يشرب فيه الماء، فانشق وانكسر؛ فاتخذ النبي -صلى الله عليه وسلم- قطعة من فضة، ووصل بها بين طرفي الشق.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memiliki wadah untuk minum air. Wadah ini retak. Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengambil sepotong perak dan menggunakannya untuk menyambung antara dua ujung yang retak tersebut.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8368

 
Hadith   1448   الحديث
الأهمية: سئل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن الخمر تتخذ خلًّا؟ قال: «لا»
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- ditanya tentang khamar yang dijadikan cuka. Maka beliau menjawab, “Tidak boleh.”

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: سُئل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن الخمر تُتَّخَذُ خَلًّا؟ قال: «لا».

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, “Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- ditanya tentang khamar yang dijadikan cuka. Maka beliau menjawab, “Tidak boleh.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر أنس بن مالك -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- سئل عن حكم الخمر إذا عولجت حتى صارت خلًّا, وذلك بعد نزول تحريم الخمر, فنهى عن ذلك.
وعليه فالخمرة إذا حُوّلت إلى خلٍّ بأي طريقة كانت, سواء بوضع شيء فيها كخبز أو بصل أو خميرة أو حجر ونحو ذلك, أو بنقلها من الظل إلى الشمس أو العكس, أو بخلطها بمادة أخرى فهي على تحريمها، ولا ينقلها هذا التحويل عن حكمها، أما إذا تخللت بنفسها من دون عمل أحد فإنها تطهر بذلك وتباح.
Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- memberitahukan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- ditanya tentang hukum khamar yang diproses sehingga menjadi cuka, hal ini terjadi setelah turun ayat pengharaman khamar, maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- melarangnya. Oleh karena itu, bila khamar dirubah menjadi cuka dengan cara apapun, baik dengan memasukkan sesuatu ke dalamnya, seperti memasukkan roti, bawang, ragi, batu dan lainnya; dengan cara dipindah dari tempat teduh ke sinar matahari, dan sebaliknya, atau mencampurnya dengan zat lain; maka khamar yang jadi cuka itu tetap haram, dan perubahan tersebut tidak membuatnya keluar dari hukum keharaman. Adapun jika khamar itu menjadi cuka secara alami dan tanpa adanya campur tangan seseorang maka ia berubah suci dan boleh dikonsumsi.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8369

 
Hadith   1449   الحديث
الأهمية: إن الله أعطى كل ذي حق حقه، ولا وصية لوارث، والولد للفراش، وللعاهر الحَجَر، ومن ادَّعى إلى غير أبيه أو انتمى إلى غير مواليه رغبة عنهم فعليه لعنة الله، لا يقبل الله منه صرفًا ولا عدلًا
Tema: Sesungguhnya Allah memberikan hak-hak kepada yang berhak menerimanya. Tidak ada wasiat untuk ahli waris. Anak dinisbahkan kepada ayahnya dan bagi pezina adalah rajam. Siapa yang menasabkan diri kepada selain ayahnya atau berafiliasi kepada selain orang yang memerdekakannya karena benci kepada mereka maka baginya laknat Allah. Allah tidak menerima darinya ibadah sedikit ataupun banyak.

عن عمرو بن خارجة -رضي الله عنه-: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- خطب على ناقته وأنا تحت جِرَانِها وهي تَقْصَع بِجِرَّتِها، وإن لُعابها يَسِيل بين كتفيَّ فسمعتُه يقول: «إن الله أعطى كلِّ ذي حقٍّ حقَّه، ولا وصيَّةَ لِوارث، والولَد لِلْفِراش، وللعاهِرِ الحَجَر، ومن ادَّعى إلى غير أبِيهِ أو انْتمى إلى غير مَوَاليه رغبةً عنهم فعَلِيه لعنةُ الله، لا يَقْبَلُ الله منه صَرْفا ولا عَدْلا».

Dari 'Amr bin Khārijah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya Allah memberikan hak-hak kepada yang berhak menerimanya. Tidak ada wasiat untuk ahli waris. Anak dinisbahkan kepada ayahnya dan bagi pezina adalah rajam. Siapa yang menasabkan diri kepada selain ayahnya atau berafiliasi kepada selain orang yang memerdekakannya karena benci kepada mereka maka baginya laknat Allah. Allah tidak menerima darinya ibadah sedikit ataupun banyak”.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يذكر عمرو بن خارجة -رضي الله عنه- أنه كان مع النبي -صلى الله عليه وسلم- قريبًا منه, فخطب -عليه الصلاة والسلام- الناس وهو على ناقته, ولعابها يسيل بين كتفي عمرو, وذكر أن النبي -صلى الله عليه وسلم- بيّن -في خطبته هذه- جملة من الأحكام, منها أن الله -تعالى- قد أعطى كل ذي حق حقه, وبيَّن له حظه ونصيبه الذي فُرض له فلا تجوز الوصية للوارث, ثم بيَّن أن الولد للفراش, فلا ينسب إلا إلى صاحب الفراش، سواء كان زوجًا أو سيدًا، وليس للزاني في نسبةٍ حظٌّ, إنما الذي جُعل له من فعله الخيبة، واستحقاق الحد، ثم بين حرمة انتساب الإنسان لغير أبيه, أو انتساب المولى المعتَق لغير مواليه الذين أعتقوه, ووضح أن من انتسب إلى غير أبيه وهو يعلم أنه غير أبيه, أو انتمى إلى غير مواليه استوجب اللعن من الله -تعالى-, وأنه جل وعلا لا يقبل منه فرضًا ولا نفلًا.
Amr bin Khārijah -raḍiyallāhu 'anhu- menuturkan bahwa dia berada dekat dengan Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam-, lalu beliau berceramah dari atas untanya kepada para sahabat, sementara liur unta beliau terus-menerus menetes tepat di atas pundak 'Amr bin Khārijah. Dia menyebutkan bahwa dalam ceramah ini Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- menyebutkan beberapa hukum Allah, di antaranya: bahwa Allah memberikan hak-hak kepada para pemiliknya, lalu beliau menjelaskan dengan detail bagian-bagian hak yang mesti diberikan padanya, yaitu tidak boleh berwasiat untuk ahli waris; juga menjelaskan bahwa seorang anak yang terlahir dinasabkan kepada suami wanita yang melahirkan, sehingga tidak boleh dinisbahkan kepada selainnya, baik suami ataupun tuan pemilik budak, dan sorang laki-laki pezina tidak mendapatkan nasab untuk anak yang terlahir dari spermanya, bahkan dia harus dihukum rajam karena perbuatan tercelanya ini. Kemudian beliau menjelaskan haram bagi seseorang menasabkan diri kepada selain ayahnya, atau seorang budak yang dimerdekakan menisbahkan diri kepada selain tuan yang memerdekakannya. Beliau menjelaskan bahwa siapa yang menisbahkan nasabnya kepada selain ayahnya, sementara ia sadar dan tahu itu bukan ayahnya, atau menisbahkan dirinya kepada selain tuannya, maka ia mendapatkan laknat Allah dan tidak diterima ibadah fardu ataupun sunahnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8370

 
Hadith   1450   الحديث
الأهمية: يغسل من بول الجارية، ويرش من بول الغلام
Tema: Air kencing bayi perempuan dicuci, sedangkan air kencing bayi laki-laki cukup dipercikkan air.

عن أبي السَّمْح قال: كنت أخْدُم النبي -صلى الله عليه وسلم-، فكان إذا أراد أن يغتسل قال: «وَلِّني قَفَاك». فأوَلِّيه قَفَايَ فأَسْتُره به، فأُتِيَ بحسن أو حسين -رضي الله عنهما- فَبَال على صدره فجئتُ أغسله فقال: «يُغسَلُ مِنْ بوْل الجاريَة، ويُرَشُّ مِنْ بوْل الغُلام».

Dari Abu As-Samḥ, ia berkata, "Aku melayani Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, jika beliau hendak mandi, beliau bersabda, "Palingkan tengkukmu!" Lantas aku memalingkan tengkukku (membelakanginya) lalu menutupinya dengannya. Lantas Hasan atau Husain -raḍiyallāhu 'anhumā- dibawa kepada Nabi lalu kencing di bagian dada beliau. Selanjutnya aku datang untuk mencucinya. Beliau bersabda, "Air kencing bayi perempuan dicuci, sedangkan air kencing bayi laki-laki cukup dipercikkan air."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يذكر أبو السمح -رضي الله عنه- أنه كان يخدم النبي -صلى الله عليه وسلم-, وأنه -عليه الصلاة والسلام- ربما أراد أن يغتسل فيطلب من أبي السمح أن يوليه ظهره, فكان يستر النبي -صلى الله عليه وسلم- بجسمه بحيث يجعل ظهره مما يلي النبي -صلى الله عليه وسلم- فيستره عن الناس وعن نفسه, ثم ذكر حادثة وقعت له مع النبي -صلى الله عليه وسلم-, حيث أتي بالحسن أو الحسين فبال على ثياب النبي -صلى الله عليه وسلم- من جهة صدره, فأراد أبو السمح أن يغسله, فبيَّن له النبي -صلى الله عليه وسلم- أن بول الرضيع الذي لم يأكل الطعام يكفي في تطهيره -إن أصاب الثوب- أن يُرش بالماء رشّا يعم مكان البول, ولا يجب غسله, بخلاف بول الجارية فالواجب غسل الثوب منه, ولو كانت رضيعة, ومما ذكره أهل العلم من وجوه الفرق بين الصبي والصبية:
- كثرة حمل الرجال والنساء للطفل الذكر، فتعم البلوى ببوله فيشق غسله.
- أن بوله يخرج بقوة وشدة دفع، فينتشر وتكثر الإصابة منه، فيشق غسل ما أصابه كله، بخلاف بول الأنثى.
- أن بول الأنثى أخبث وأنتن من بول الذكر، وسببه حرارة الذكر، ورطوبة الأنثى، فالحرارة تخفف من نتن البول، وتذيب منها ما يحصل مع الرطوبة.
هذه من الحِكَمِ التي تلمَّسها العلماء للفرق بين بول الغلام وبين بول الجارية، فإنْ صحَّتْ، فهي حِكَمٌ معقولة؛ لأنَّها فروق واضحة، وإنْ لم تصح فالحكمة هي حُكْمُ الله تعالى؛ فإنَّنا نعلم يقينا أنَّ شرع الله هو الحكمة؛ فانَّ الشرع لا يفرِّقُ بين شيئين متماثلين في الظاهر، إلاَّ والحكمة تقتضي التفريق، ولا يجمع بينهما إلاَّ والحكمة تقتضي الجمع؛ لأنَّ أحكام الله لا تكون إلاَّ وفق المصلحة؛ ولكن قَدْ تظهر وقد لا تظهر.
Abu As-Samḥ -raḍiyallāhu 'anhu- menuturkan bahwa dia menjadi pelayan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kadang beliau hendak mandi, lantas beliau meminta Abu as-Samḥ untuk membelakanginya sehingga ia menutupi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan tubuhnya dengan cara menempatkan punggungnya tepat di arah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sehingga menutupi beliau dari manusia dan dirinya sendiri. Selanjutnya dia menyebutkan sebuah peristiwa yang terjadi antara dirinya dengan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, yaitu saat itu beliau diberikan Al-Hasan atau Al-Husain lalu kencing di pakaian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tepat di bagian dadanya. Lantas Abu As-Samḥ hendak mencucinya, namun Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan kepadanya bahwa membersihkan air kencing bayi laki-laki yang belum makan -jika mengenai pakaian- adalah cukup dengan memercikkan air satu kali padanya sehingga mengenai tempat yang dikencingi dan tidak wajib dicuci, berbeda dengan air kencing anak perempuan, maka pakaian harus dicuci meskipun anak itu masih bayi. Di antara poin yang disebutkan oleh para ulama terkait perbedaan antara air kencing bayi laki-laki dan bayi perempuan adalah: - Bayi laki-laki lebih banyak digendong oleh kaum laki-laki atau perempuan, sehingga air kencingnya sudah menjadi hal yang lumrah (mengenai pakaian), dan sangat menyulitkan untuk selalu dicuci. - Air kencing bayi laki-laki tidak jatuh di satu tempat tapi jatuh berserakan di sana sini sehingga sukar untuk mencuci semua yang kena. Ini berbeda dengan air kencing perempuan. - Air kencing perempuan lebih bau dan busuk dari air kencing laki-laki disebabkan keringnya zakar dan basahnya vagina. Suhu panas dapat mengurangi bau air kencing dan mencairkan apa yang disebabkan oleh kelembaban. Inilah beberap hikmah yang disebutkan oleh ulama terkait perbedaan antara air kencing bayi laki-laki dan bayi perempuan. Jika benar, maka hikmah tersebut cukup logis, karena perbedaannya jelas. Namun jika tidak, maka hikmahnya adalah bahwa itu merupakan hukum Allah -Ta'ālā-. Kita mengetahui secara yakin bahwa syariat Allah itu adalah hikmah. Syariat tidak membedakan antara dua hal yang sama secara lahiriah melainkan ada hikmah dari pembedaannya, dan tidak mengumpulkan antara keduanya kecuali ada hikmah dibalik pengumpulan tersebut, karena hukum-hukum Allah tidak ada (dibuat) melainkan sejalan dengan kemaslahatan, hanya saja kadang kala kemaslahatan tersebut kelihatan dan kadang kala tidak kelihatan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8371

 
Hadith   1451   الحديث
الأهمية: تحته، ثم تقرصه بالماء، وتنضحه، وتصلي فيه
Tema: Ia hendaknya mengerik (darah dari pakaiannya), menyiramnya dengan air, lalu mencucinya, kemudian salat dengan mengenakan pakaian tersebut.

عن أسماءَ -رضي الله عنها- قالت: جاءت امرأةٌ النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- فقالت: أرأَيْتَ إحدانا تَحِيضُ في الثَّوب، كيف تصنعُ؟ قال: «تَحُتُّهُ، ثم تَقْرُصُه بالماء، وتَنْضَحُه، وتُصَلِّي فيه».

Dari Asmā` -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, Seorang wanita datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- dan berkata, "Bagaimana jika salah satu di antara kami yang darah haidnya mengenai pakaiannya; apa yang harus dia lakukan?" Beliau menjawab, “Ia hendaknya mengerik (darah dari pakaiannya), menyiramnya dengan air, lalu mencucinya, kemudian salat dengan mengenakan pakaian tersebut."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
ذكرت أسماء -رضي الله عنها- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- سُئل عن دم الحيض يصيب الثوب، فبيَّن -صلى الله عليه وسلم- كيفية إزالته من الثوب بأن تبدأ المرأة بحكِّه؛ لكي تزول عينه, ثم تَدلك موضع الدم بأطراف أصابعها؛ ليتحلل بذلك ويخرج ما يشربه الثوب منه, ثم تغسله بعد ذلك لتزول بقيَّة نجاسته، فيراعى فيه هذا الترتيب الذي هو الأمثل في إزالة النجاسة اليابسة؛ لأنَّه لو عكس لانتشرت النَّجاسة، فأصابت ما لم تصبه من قبل, ثم لها أن تصلي في ذلك الثوب الذي أصابه دم الحيض بعد تطهيره بهذه الطريقة.
Asmā` -raḍiyallāhu 'anhā- menuturkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- ditanya tentang darah haid yang mengenai pakaian. Maka beliau menjelaskan cara menyucikannya, yaitu seorang wanita terlebih dahulu mengeriknya agar zat najisnya hilang, kemudian menggosok-gosok tempat darah tersebut dengan jari-jarinya, sehingga darahnya terangkat dari kain tersebut, lalu setelahnya ia mencucinya untuk menghilangkan sisa najisnya. Inilah urutan penyucian yang harus dilakukan, dan ini merupakan cara paling baik dalam menghilangkan najis yang telah mengering. Jika urutan ini dibalik maka dipastikan najisnya menyebar, sehingga mengenai bagian-bagian pakaian yang tidak terkena najis sebelumnya. Setelah mencucinya dengan cara ini, dia boleh menggunakan pakaian yang terkena darah haid tersebut untuk salat.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8372

 
Hadith   1452   الحديث
الأهمية: يكفيك غسل الدم، ولا يضرك أثره
Tema: Cukup kamu cuci darahnya saja, dan bekasnya tidak memberikan mudarat apapun terhadapmu

عن أبي هريرة -رضي الله عنه-: أن خولةَ بنتَ يسار -رضي الله عنها- أتَتِ النبي -صلى الله عليه وسلم- فقالت: يا رسولَ الله إنه ليس لي إلا ثوبٌ واحدٌ وأنا أَحِيضُ فيه فكيْف أصنعُ؟ قال: «إذا طَهُرْتِ فاغْسِلِيهِ، ثم صَلِّي فيه». فقالت: فإنْ لم يَخرجِ الدَّمُ؟ قال: «يَكْفِيكِ غَسْلُ الدَّمِ، ولا يضُرُّكِ أَثَرُه».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwasanya Khaulah binti Yasār -raḍiyallāhu 'anhā- menghadap Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- dan berkata, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya saya tidak memiliki selain satu baju ini, sementara saya sedang menstruasi; apa yang harus saya lakukan?" Beliau menjawab, “Jika engkau telah suci maka cucilah baju itu, kemudian salatlah dengan memakainya!’ Khaulah bertanya, “Jika darahnya tidak keluar (hilang)?" Beliau menjawab, “Cukup kamu cuci darahnya saja, dan bekasnya tidak memberikan mudarat apapun terhadapmu.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
ذكر أبو هريرة -رضي الله عنه في هذ الحديث أن خولة بنت يسار -رضي الله عنها- جاءت إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- تسأله, فذكرت أنها لا تملك إلا ثوبا واحدا, وقد يصيبه شيء من دم الحيض إذا جاءتها العادة, فماذا تصنع؟ فأمرها النبي -صلى الله عليه وسلم- أن تغسله بالماء إذا جاءها الطهر, ثم تصلي فيه, فذكرت أن لون الدم بعد الحَتِّ والقرص والغسل -التي ذكرت في الأحاديث الأخرى- قد يبقى, فبيَّن لها أن الماء يكفي في طهارة الثوب, وأن اللون الذي يبقى بعد الاجتهاد وبذل الوسع في الطهارة لا يضر.
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- menuturkan, bahwasanya Khaulah binti Yasār -raḍiyallāhu 'anhā- datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- untuk bertanya. Dia menceritakan bahwa ia hanya memiliki satu pakaian, yang terkadang terkena darah haid saat datang bulan; maka apa yang harus dia lakukan? Nabi -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- memerintahkannya untuk mecucinya dengan air saat tiba masa sucinya, kemudian memakainya untuk salat. Lalu Khaulah menuturkan lagi bahwa warna darah terkadang tidak bisa hilang setelah dikerik ataupun dicuci -sebagaimana yang disebutkan dalam hadis lain-. Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- menjelaskan padanya bahwa air saja cukup untuk menyucikan pakaian, dan adapun warna darah yang tidak bisa hilang setelah berusaha dicuci, maka tidak menjadikannya najis.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8373

 
Hadith   1453   الحديث
الأهمية: لولا أن أشق على أمتي لأمرتهم بالسواك مع كل وضوء
Tema: Sekiranya tidak memberatkan umatku, sungguh akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali berwudu.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «لَوْلا أنْ أَشُقِّ على أُمَّتِي لَأَمَرْتُهم بالسِّواكِ مع كلِّ وُضُوء».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sekiranya tidak memberatkan umatku, sungguh akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali berwudu."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
بيّن النبي -صلى الله عليه وسلم- في هذا الحديث أنه لولا ما خشيَه من لُحوق الجهد والمشقة والشدة بأمته وأتباعه الذين آمنوا به: لأمرهم أمر إلزام وفرض بأن يستاكوا مع كل وضوء, ولكنه امتنع عن ذلك رحمة بهم وشفقة عليهم, ولم يجعله من الفرائض المتحتمة, وإنما من السنن المستحبة التي يثاب فاعلها ولا يعاقب تاركها.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan dalam hadis ini bahwa kalaulah bukan karena kekhawatiran beliau mengenai adanya kepayahan, kesulitan, dan kesusahan yang akan menimpa umatnya dan para pengikutnya yang beriman kepadanya, nicaya beliau akan mengeluarkan perintah yang bersifat keharusan dan kewajiban agar mereka bersiwak setiap kali berwudu. Akan tetapi beliau menahan diri dari hal tersebut karena rasa sayang dan kasihan kepada mereka, dan tidak menjadikan siwak sebagai kewajiban tetapi hanya menjadikannya bagian dari sunah; pelakunya mendapatkan pahala dan yang meninggalkannya tidak mendapat siksaan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Malik]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8374

 
Hadith   1454   الحديث
الأهمية: من سره أن يعلم وضوء رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فهو هذا
Tema: Siapa ingin mengetahui tata cara wudu Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- maka inilah tata cara wudu itu.

عن عبْدِ خيْرٍقال: أتانا علي -رضي الله عنه- وقد صلَّى فدعا بطَهور، فقلنا ما يصنع بالطَّهور وقد صلَّى ما يُريد، إلا ليعلِّمَنا، فأُتِي بإناء فيه ماء وطَسْت، فأفْرَغَ من الإناء على يمينه، فغسل يديه ثلاثا، ثم تَمَضْمَضَ واسْتَنْثَر ثلاثا، فمَضْمَض ونَثَرَ من الكفِّ الذي يأخُذ فِيه، ثم غسل وجهه ثلاثا، ثم غسل يده اليمنى ثلاثا، وغسل يده الشِّمال ثلاثا، ثم جعل يده في الإناء فمسَحَ بِرأسه مرَّة واحدة، ثم غسل رجله اليمنى ثلاثا، ورِجْلَه الشمال ثلاثا. ثم قال: «مَنْ سرَّه أن يعْلَم وُضُوء رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فهو هذا».

Dari Abdu Khair, ia berkata, "Ali -raḍiyallāhu 'anhu- mendatangi kami setelah dia salat, lalu dia meminta diberikan air wudu. Maka kami pun berkata, "Apa yang akan dilakukannya dengan air wudu padahal dia sudah salat?. Tidaklah dia menginginkan sesuatu melainkan untuk mengajari kami." Lalu diambilkanlah untuknya seember air dan wadah. Kemudian ia menuangkan air itu di tangan kanannya, lalu membasuh kedua tangannya sebanyak tiga kali. Lantas dia berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya sebanyak tiga kali. Dia berkumur-kumur dan mengeluarkan air dari hidung dengan tangan yang ia gunakan menciduk air. Kemudian dia membasuh wajahnya tiga kali. Lalu membasuh tangan kanannya tiga kali dan membasuh tangan kirinya tiga kali. Lantas mencelupkan tangannya ke dalam wadah air dan mengusapkan keduanya di kepalanya hanya sekali saja. Kemudian membasuh kaki kanannya tiga kali dan kaki kirinya tiga kali. Setelah itu, ia berkata, “Siapa ingin mengetahui tata cara wudu Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- maka inilah tata cara wudu beliau.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
هذا الحديث بطوله بين صفة وضوء النبي -صلى الله عليه وسلم-, يذكر فيه عبد خير، أن عليا -رضي الله عنه- أتاهم بعدما صلى, فدعا بماء, فاستغربوا طلبه هذا لكونه قد صلى, ثم عرفوا أنه أراد أن يعلّمهم صفة وضوء النبي -صلى الله عليه وسلم-, فجاؤوه بماء في إناء, فصب من الإناء على يمينه فغسل يديه ثلاث مرات, ثم تمضمض واستنثر ثلاث مرات, يمضمض ويستنثر من نفس الكف الذي يأخذ منه الماء, ثم غسل وجهه ثلاث مرات, وحدود الوجه من منابت شعر الرأس المعتاد إلى الذقن مع ظاهر اللحية، ومن الأذن إلى الأذن، ثم يغسل يده اليمنى إلى المرفقين ثلاث مرات, ثم اليسرى كذلك, والمرفقان داخلان في الغسل، ثم مسح رأسه مرة واحدة, ثم غسل رجله اليُمنى ثلاث مرات، ثم رجله اليسرى ثلاث مرات، ثم ذكر أن هذا هو وُضوء رسول الله -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-.
Hadis panjang ini menjelaskan tata cara wudu Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam-, di dalamnya Abdu Khair menyatakan; bahwa Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu- mendatangi mereka setelah beliau salat dan langsung meminta air wudu. Maka mereka pun merasa janggal mengingat Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu- sudah salat sebelumnya. Kemudian mereka akhirnya mengerti bahwa Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu- hendak mengajarkan tata cara wudu Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- sehingga mereka mengambilkan seember air. Lantas Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu- menuangkan air ke tangan kanannya dan membasuh kedua tangannya tiga kali. Lantas berkumur, memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya sebanyak tiga kali. Dia berkumur-kumur dan mengeluarkan air dari hidung dengan tangan yang ia gunakan menciduk air. Kemudian membasuh wajahnya tiga kali. Batasan wajah adalah dari tempat berawal tumbuhnya rambut (atas dahi) hingga dagu dan bagian luar jenggot, serta dari telinga (kanan) hingga telinga (kiri). Kemudian membasuh tangan kanannya sampai sikunya tiga kali dan tangan kiri sampai siku juga tiga kali. Kedua siku termasuk yang wajib dibasuh. Kemudian mengusap kepala sekali. Lalu membasuh kaki kanan tiga kali dan kaki kiri juga tiga kali. Setelah selesai wudu, Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu- menyatakan bahwa itulah tata cara wudu Rasulullah -ṣallallāhu 'alahi wa sallam-.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8375

 
Hadith   1455   الحديث
الأهمية: إذا استيقظ أحدكم من منامه فتوضأ فليستنثر ثلاثا، فإن الشيطان يبيت على خيشومه
Tema: Jika seseorang dari kalian bangun dari tidurnya lalu berwudu, maka hendaklah ia beristinṡār (membasuh bagian dalam hidungnya) tiga ‎kali, karena sesungguhnya setan bermalam di rongga hidungnya.‎

عن أبي هريرة -رضي الله عنه-    قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إذا اسْتَيقظَ أحدُكم من منامه فتوضأَ فليَستنثرْ ثلاثا، فإن الشيطان يبيت على خَيشُومه».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Jika salah seorang dari kalian bangun dari ‎tidurnya lalu berwudu maka hendaklah ia beristinṡār (membasuh bagian dalam hidungnya) tiga kali, karena sesungguhnya setan bermalam di ‎rongga hidungnya.”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر أبو هريرة أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: "إذا استيقظ أحدكم من نومه فتوضأ": أي: أراد الوضوء.
"فليستنثر": أي: ليغسل داخل أنفه " ثلاثا "، وجاء التعليل النبوي لهذا الاستنثار للقائم من نوم ليله؛ بقوله: "فإن الشيطان" الفاء للسببية "يبيت على خيشومه": يعني: أن الشيطان إذا لم يمكنه الوسوسة عند النوم لزوال الإحساس يبيت على أقصى أنفه؛ ليلقي في دماغه الرؤيا الفاسدة، ويمنعه عن الرؤيا الصالحة، لأن محله الدماغ فأمر -صلى الله عليه وسلم- أن يغسلوا داخل أنوفهم لإزالة لوث الشيطان ونتنه منها، وبيتوتة الشيطان حقيقية، فإن الأنف أحد المنافذ إلى القلب وليس عليه ولا على الأذنين غلق، وفي الحديث: إن الشيطان لا يفتح الغلق وجاء الأمر بكظم الفم في التثاؤب من أجل عدم دخول الشيطان في الفم.
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ‎bersabda, "jika salah seorang diantara kalian bangun dari tidurnya kemudian berwudu" yakni hendak berwudu.‎ ‏"Falyaṡtanṡir"‏‎ (hendaklah ia beristinṡār) yakni hendaklah mencuci bagian dalam hidungnya‎‏ sebanyak tiga kali.‎ Lalu disebutkan setelahnya alasan perintah beristinṡār bagi siapa saja yang bangun dari ‎tidur malamnya dengan sabdanya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-,‎ ‏"Fainnasy syaiṭāna"‏‎ (karena sesungguhnya setan) huruf “fā” menunjukkan kepada sebab, yaitu:‏ "yabītu 'alā khaisyūmihi" ‏yakni bahwa setan itu jika ia tidak dapat membisikkan kejahatan ketika tidur karena hilangnya sensitifitas, maka dia akan bermalam/tinggal di dalam pangkal hidungnya; agar dapat memasukkan mimpi ‎buruk pada otak pikirannya serta menghalanginya dari mimpi baik, karena tempat mimpi itu berada pada otak manusia. Oleh karena itu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ‎memerintahkan mereka membasuh bagian dalam hidung mereka (beristinṡār) untuk menghilangkan kotoran dan bau busuk setan dari rongga hidung. Berdiamnya setan di dalam rongga hidung sifatnya adalah hakiki (sungguhan), karena hidung adalah salah satu jendela untuk masuk ke dalam hati. Hidung dan ‎kedua telinga tidak memiliki penutup. Dalam hadis disebutkan bahwa sesungguhnya setan itu ‎tidak dapat membuka penutup, dan juga telah disebutkan tentang perintah untuk menutup mulut ketika sedang menguap dengan maksud agar setan tidak dapat masuk melalui mulut.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8377

 
Hadith   1456   الحديث
الأهمية: أسبغ الوضوء، وخلل بين الأصابع، وبالغ في الاستنشاق إلا أن تكون صائما
Tema: Sempurnakan wudu dan sela-selalah antara jari-jemari, serta maksimalkanlah dalam istinsyāq (menghirup air ke dalam hidung) kecuali jika engkau sedang puasa!

عن لقيط بن صبرة -رضي الله عنه- قال: كنتُ وافد بني المنتفِق -أو في وفد بني المنتفِق- إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، قال: فلمَّا قدِمْنا على رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، فلم نُصادفْه في منزله، وصادفنا عائشة أم المؤمنين، قال: فأمرَتْ لنا بخَزِيرَةٍ فصُنِعت لنا، قال: وأتينا بقِنَاع (ولم يقل قتيبة: "القناع". والقناع: الطبق فيه تمر)، ثم جاء رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال: «هل أصبتم شيئا؟ -أو أُمِر لكم بشيء؟-» قال: قلنا: نعم، يا رسول الله.
قال: فبينا نحن مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- جلوس، إذ دَفَعَ الراعي غَنَمَهُ إلى المُرَاح، ومعه سَخْلَةٌ تَيْعَر، فقال: «ما ولدت يا فلان؟»، قال: بهْمَة، قال: «فاذبح لنا مكانها شاة»، ثم قال: "لا تحْسَبنَّ، -ولم يقل: لا تحسِبن- أنا من أجلك ذبحناها، لنا غنم مائة لا نريد أن تزيد، فإذا ولد الراعي بهمة، ذبحنا مكانها شاة".
قال: قلت: يا رسول الله، إن لي امرأة وإن في لسانها شيئا -يعني البَذَاء-؟ قال: «فَطَلِّقْها إذًا»، قال: قلت: يا رسول الله إن لها صُحْبَة، ولي منها ولد، قال: "فمرها -يقول: عظها- فإن يك فيها خير فستفعل، ولا تضرب ظَعِيَنَتَك كضربك أُمَيّتَكَ".
فقلت: يا رسول الله، أخبرني عن الوضوء؟ قال: « أَسْبِغ الوضوء، وَخَلِّلْ بين الأصابع، وَبَالغْ في الاسْتِنْشَاق إلا أن تكون صائما».

Dari Laqīṭ bin Ṣabirah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku pernah menjadi utusan Bani Al-Muntafiq -atau bersama utusan Bani Al-Muntafiq- kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Ia berkata, "Saat kami tiba kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, kami tidak berjumpa dengan beliau di rumahnya. Kami hanya bertemu dengan Aisyah, Ummul Mukminin." Ia berkata, "Lantas Aisyah memerintahkan agar dibuatkan bubur gandum untuk kami. Bubur itu pun dibuat untuk kami." Ia berkata, "Selanjutnya kami diberi nampan (Qutaibah tidak mengatakan, "Al-Qinā". Al-Qinā' artinya nampan berisi kurma). Lantas datanglah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu bertanya, "Apakah kalian sudah menyantap sesuatu? -atau apakah kalian sudah disuruh untuk menyantap sesuatu?-. Laqīṭ bin Ṣabirah berkata, "Kami jawab, "Ya, wahai Rasulullah." Ia berkata, "Saat kami sedang duduk bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, tiba-tiba ada seorang penggembala yang menggiring kambingnya ke kandang bersama seekor anaknya yang mengembik. Beliau bertanya, "Hai fulan, apa kambing ini beranak?" Orang itu menjawab, "Ya, betina." Beliau bersabda, "Sembelihlah seekor kambing untuk kami sebagai gantinya." Selanjutnya beliau bersabda, "Janganlah engkau mengira -beliau tidak mengatakan, "Janganlah engkau menghitung"- kami menyembelih kambing ini karena engkau. Kami memiliki seratus ekor kambing dan kami tidak ingin (jumlahnya) lebih. Jika ada kambing yang beranak maka kami sembelih satu ekor sebagai gantinya." Laqīṭ berkata, "Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, aku memiliki seorang istri yang buruk tutur katanya." Beliau bersabda, "Ceraikanlah ia!" Dia berkata, "Aku katakan, "Wahai Rasulullah, dia telah menjadi teman hidup dan aku memperoleh seorang anak darinya." Beliau bersabda, "Perintahkanlah ia -beliau bersabda, "Nasihatilah ia!"- Jika dalam dirinya ada kebaikan, niscaya akan berguna, dan janganlah engkau memukul istrimu seperti engkau memukul budak perempuanmu!" Aku katakan, "Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku mengenai wudu!" Beliau bersabda, "Sempurnakan wudu dan sela-selalah antara jari-jemari, serta maksimalkanlah dalam istinsyāq (menghirup air ke dalam hidung) kecuali jika engkau sedang puasa!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يبين لنا الصحابي الجليل لقيط بن صبرة -رضي الله عنه- أنه كان وافد قومه إلى النبي -صلى الله عليه وسلم-, ومن عادة الوفود أن يسألوا النبي -صلى الله عليه وسلم- عما يهمهم ويشكل عليهم، وقدمت لهم عائشة حساء وتمرًا، ورأوا راعيًا للنبي -صلى الله عليه وسلم- ومعه شاة مولودة صغيرة، فأمره النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يذبح شاة، وأخبر الوفد أنه لم يذبحها من أجله حتى لا يظن أنه تكلف في الضيافة فيرفض، وكان من أسئلته -رضي الله عنه- أنه سأل عن كيفية التعامل مع الزوجة في حال كان لسانها بذيئاً، فأخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن العلاج في وعظها إن كان فيها خير وإلا فالطلاق، كما أمره -عليه السلام- بأن لا يضرب زوجته ضرب الأمة،
كذلك سأل عن الوضوء فبين له النبي -صلى الله عليه وسلم- وجوب الإسباغ بمعنى إكمال غسل كل عضو يغسل من أعضاء الوضوء وإكمال مسح ما يمسح، وسنية التخليل، وذلك لضمان وصول الماء لأعضاء الوضوء، أما إذا كان الماء لا يصل لما بين الأصابع إلا بالتخليل فهذا من الإسباغ الواجب، ثم بين سنية المبالغة في الاستنشاق لغير الصائم خشية أن يصل الماء لجوفه، وما يدل على سنيته وعدم وجوبه أنه مرغب فيه حال الفطر فقط.
Sahabat yang agung, Laqīṭ bin Ṣabirah -raḍiyallāhu 'anhu- menjelaskan kepada kita bahwa dia sebagai utusan kaumnya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Di antara kebiasaan para utusan, mereka bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengenai hal yang penting bagi mereka dan hal-hal menjadi masalah bagi mereka. Lantas Aisyah menghidangkan bubur dan kurma untuk mereka, dan mereka melihat seorang penggembala Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membawa seekor anak kambing kecil. Selanjutnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyuruh dia menyembelih seekor kambing, dan beliau memberitahu utusan bahwa beliau menyembelih kambing tersebut bukan karena dia sehingga mengira bahwa dia (utusan) telah menyusahkannya dalam bertamu lalu menolak. Di antara pertanyaan Laqīṭ -raḍiyallāhu 'anhu-, dia bertanya mengenai tata cara berinteraksi dengan istri yang lisannya (tutur katanya) buruk. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahukan bahwa terapinya dengan menasihatinya jika ada kebaikan padanya, dan jika tidak maka dengan perceraian. Beliau juga menyuruhnya untuk tidak memukul istrinya seperti pukulan kepada budak perempuan.
Demikian juga dia menanyakan tentang wudu. Lantas Nabi - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memaparkan kepadanya mengenai kewajiban menyempurnakan wudu. Yakni, menyempurnakan basuhan setiap anggota wudu yang dibasuh, dan menyempurnakan usapan anggota wudu yang diusap, dan disunahkannya menyela-nyela. Hal itu untuk menjamin sampainya air ke seluruh anggota wudu. Adapun jika air tidak bisa sampai ke antara jari-jemari kecuali dengan menyela-nyelanya maka itu termasuk penyempurnaan wudu yang diwajibkan. Selanjutnya beliau menjelaskan sunah berlebih-lebihan dalam memasukkan air ke hidung bagi orang yang tidak puasa, sebab bagi orang yang puasa dikhawatirkan air sampai ke perut. Hal yang menunjukkan perbuatan ini sunah dan bukan wajib bahwa perbuatan tersebut dianjurkan saat buka puasa saja.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Dārimi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8378

 
Hadith   1457   الحديث
الأهمية: رأيت عمار بن ياسر توضأ فخلل لحيته، فقيل له: -أو قال: فقلت له:- أتخلل لحيتك؟ قال: وما يمنعني؟ ولقد رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يخلل لحيته
Tema: Aku melihat 'Ammār bin Yāsir berwudu, ia menyela-nyela jenggotnya. Ditanyakan kepadanya -atau ia berkata, maka aku bertanya kepadanya-, "Kenapa engkau menyela-nyela jenggotmu?" Ia menjawab, "Apa yang mencegahku? Sungguh aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyela-nyela jenggot beliau."

عن حسان بن بلال قال: رأيت عمار بن ياسر-رضي الله عنه- توضأ فخَلَّلَ لِحْيَتَهُ، فقيل له: -أو قال: فقلت له:- أَتُخَلِّلُ لِحْيَتَك؟ قال: «وما يمنعُني؟ ولقد رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يُخَلِّلُ لِحْيَتَه».

Dari Hassān bin Bilāl, ia menuturkan, "Aku melihat 'Ammār bin Yāsir berwudu, ia menyela-nyela jenggotnya. Ditanyakan padanya -atau ia berkata, maka aku bertanya padanya-, "Kenapa engkau menyela-nyela jenggotmu?" Ia menjawab, "Apa yang mencegahku? Sungguh aku telah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyela-nyela jenggot beliau."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر حسان بن بلال أنه رأى عمار بن ياسر يخلل لحيته في الوضوء، فسأله عن تخليل اللحية في الوضوء، كأنه تعجب من هذه الصفة التي لم يكن يعلمها من قبل إلا عندما رأى عمار بن ياسر يفعل ذلك.    
فأجابه عمار -رضي الله عنه- بأنه ليس هناك ما يمنع من تخليلها، وقد رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يفعل ذلك.
وتخليل اللحية له صفتان:
الأولى: أن يأخذ كَفَّا من ماء، ويجعله تحتها ويَعْرُكُها حتى تتخلل به.
الثانية: أن يأخذ كَفَّا من ماء، ويخللها بأصابعه كالمُشْط.
Hassān bin Bilāl mengabarkan bahwa ia melihat 'Ammār bin Yāsir menyela-nyela jenggotnya saat berwudu. Ia pun bertanya kepadanya tentang menyela-nyela jenggot ketika berwudu. Sepertinya ia heran dengan cara yang belum ia ketahui ini, kecuali saat ia melihat 'Ammār bin Yāsir melakukannya.
"Apa yang mencegahku? Sungguh aku telah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyela-nyela jenggot beliau." 'Ammār -raḍiyallāhu 'anhu- menjawab bahwa tak ada alasan yang mencegahnya menyela-nyela jenggot, sebab aku telah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melakukannya.
Menyela-nyela jenggot ada dua cara:
1. Mengambil air sepenuh telapak tangan dan meletakkannya di bawah jenggot sembari menggosok-gosokkannya ke jenggot hingga air masuk di sela-selanya.
2. Mengambil air sepenuh telapak tangan dan menyela-nyela jenggot dengan jari seperti sisir.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8379

 
Hadith   1458   الحديث
الأهمية: أن النبي صلى الله عليه وسلم أتي بثلثي مد فجعل يدلك ذراعه
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah diberi dua pertiga mudd (air) lalu beliau menggosok lengannya.

عن عبد الله بن زيد -رضي الله عنه- مرفوعاً: «أن النبي صلى الله عليه وسلم أُتِيَ بِثُلُثَيْ مُدٍّ فجعل يَدْلُكُ ذِرَاعَه».

Dari Abdullah bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah diberi dua pertiga mudd (air) lalu beliau menggosok lengannya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث يخبرنا عبد الله بن زيد -رضي الله عنه- عن كَمِّية الماء التي يتوضأ بها النبي -صلى الله عليه وسلم- وهو أنه كان يتوضأ بِثُلُثَيْ مُدٍّ، إلا أنه يؤدي الغَرض من غير إسْرَاف، وأنه -صلى الله عليه وسلم- جعل يَدْلُك ذِرَاعه؛ وذلك لأجل إيصال الماء إلى جميع العضو المغسول.
Dalam hadis ini Abdullah bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan tentang ukuran air yang digunakan untuk wudu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Bahwasannya beliau berwudu dengan dua pertiga mudd, karena sudah mencukupi tanpa berlebihan. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menggosok lengannya agar air bisa mengalir ke seluruh bagian tubuh yang dibasuh.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8380

 
Hadith   1459   الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- توضأ فمضمض، ثم استنثر، ثم غسل وجهه ثلاثا، ويده اليمنى ثلاثا والأخرى ثلاثا، ومسح برأسه بماء غير فضل يده، وغسل رجليه حتى أنقاهما
Tema: Dari Abdullah bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhu- ia menyebutkan bahwa dirinya pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berwudu, beliau berkumur-kumur, lalu mengeluarkan air dari hidung, lalu membasuh muka sebanyak tiga kali, kemudian tangan kanannya sebanyak tiga kali, dan sebelah kirinya tiga kali, lalu mengusap kepalanya dengan air bukan bekas dari tangannya, dan membasuh kedua kakinya hingga beliau membersihkan keduanya dari kotoran.

عن عبد الله بن زيد -رضي الله عنه- يَذْكُر أنه: «رأى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- توضأ فَمَضْمَض، ثم اسْتَنْثَرَ، ثم غسل وجهه ثلاثا، ويَدَه اليُمنى ثلاثا والأخرى ثلاثا، ومسح برأسه بماء غير فَضْلِ يَدِهِ، وغسل رجْلَيْه حتى أنْقَاهُما».

Dari Abdullah bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhu- ia menyebutkan bahwa dirinya pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berwudu, beliau berkumur-kumur, lalu mengeluarkan air dari hidung, lalu membasuh muka sebanyak tiga kali, kemudian tangan kanannya sebanyak tiga kali, dan sebelah kirinya tiga kali, lalu mengusap kepalanya dengan air bukan bekas dari tangannya, dan membasuh kedua kakinya hingga beliau membersihkan keduanya dari kotoran.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر عبد الله بن زيد -رضي الله عنه- عن كيفية وضوء النبي -صلى الله عليه وسلم- فأخبر أنه توضأ، فأدخل الماء في فمه ثم أداره ثم مجه، ثم أدخل الماء في أنفه وأخرجه، ثم غسل وجهه ثلاث مرات، ثم غسل يده اليمنى إلى المرفق ثلاث مرات، ثم اليسرى إلى المرفق ثلاث مرات، ثم مسح رأسه بماء جديد، ثم غسل رجليه إلى الكعبين حتى أزال الوسخ عنهما.
Abdullah bin Zaid -raḍiyallāhu 'anhu- memberitahukan tentang tata cara berwudu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Dia memberitahukan bahwa beliau berwudu, lantas beliau memasukkan air ke dalam mulutnya lalu memutarnya dan menggerak-gerakkannya. Lalu beliau memasukkan air ke hidungnya dan mengeluarkannya, kemudian beliau membasuh wajahnya sebanyak tiga kali, lalu membasuh tangan sebelah kanannya sampai siku sebanyak tiga kali, lalu tangan sebelah kiri sampai siku sebanyak tiga kali, kemudian mengusap kepalanya dengan menggunakan air yang baru, lalu membasuh kedua kakinya sampai kedua mata kaki hingga hilang kotoran dari keduanya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8381

 
Hadith   1460   الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- توضأ، فمسح بناصيته، وعلى العمامة والخفين
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah berwudu, beliau mengusap jambul (bagian ‎depan rambutnya), serban dan kedua khuf (sepatu).‎

عن المغيرة بن شعبة -رضي الله عنه-: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- توضأ، فمسح بِنَاصِيَتِهِ، وعلى العِمَامة والخُفَّين.

Dari Mugīrah bin Syu'bah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah ‎berwudu, beliau mengusap jambul (bagian depan rambutnya), serban, dan kedua khuf (sepatu).‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر المغيرة بن شعبة -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- مسح على ناصيته وهي: مقدَّم شعر الرأس، ثم أكمل المسح على العمامة، ولم يقتصر على المسح على بعض الرأس، بل كمل المسح على العمامة، ومن هديه -صلى الله عليه وسلم- أيضا المسح على الخفين، كما في هذا الحديث وغيره.
Mugīrah bin Syu'bah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ‎mengusap jambulnya (ketika berwudu), yaitu rambut bagian depan lalu menyempurnakannya ‎dengan mengusap di atas serban. Beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak hanya sebatas ‎mengusap sebagian rambutnya saja, akan tetapi menyempurnakannya dengan mengusap ‎‎'imamah. Juga bagian dari petunjuk beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah mengusap diatas ‎kedua khuf (sepatu) sebagaimana dijelaskan dalam hadis ini dan hadis lainnya.‎

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8382

 
Hadith   1461   الحديث
الأهمية: كان النبي -صلى الله عليه وسلم- إذا توضأ أدار الماء على مرفقيه
Tema: Dahulu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- jika berwudu, beliau mengucurkan air ke kedua ‎sikunya.‎

عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما- قال: كان النبي -صلى الله عليه وسلم- إذا توضأ أدار الماء على مِرْفَقَيْهِ.

Dari Jābir bin Abdillah -raḍiyallāhu 'anhumā- ia berkata, "Dahulu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- jika berwudu, beliau mengucurkan air ke kedua ‎sikunya.‎" ‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يبين الحديث أن من واجبات الوضوء غسل اليدين إلى المرفقين، والتأكيد على تعميم المرفقين يبين دخولهما في غسل اليدين.
Hadis tersebut menjelaskan bahwa di antara kewajiban ‎wudu adalah membasuh kedua tangan hingga kedua siku, ‎dan penegasan untuk meratakan air sampai ke kedua siku menjadi penjelas ‎bahwa kedua siku termasuk anggota wudu saat membasuh kedua tangan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Baihaqi - Diriwayatkan oleh Daruquṭni]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8383

 
Hadith   1462   الحديث
الأهمية: لا صلاة لمن لا وضوء له، ولا وضوء لمن لم يذكر اسم الله تعالى عليه
Tema: Tidak sah salatnya orang yang tidak berwudu, dan tidak ada wudu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah -Ta'āla

عن أبي هريرة، قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لا صلاةَ لِمن لا وُضوءَ له، ولا وُضوءَ لِمن لم يَذْكر اسم الله -تعالى- عليه».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak sah salatnya orang yang tidak berwudu, dan tidak ada wudu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah -Ta'āla-."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر أبو هريرة -رضي الله عنه- في هذا الحديث عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أنه حكم بعدم صحة صلاة من لم يتوضأ، كما حكم بعدم صحة وضوء من لم يذكر اسم الله عليه, فلم يقل: بسم الله. قبل الوضوء، فالحديث نص في وجوب التسمية عند الوضوء، ومن تركها عمدا فوضوءه باطل, ومن توضأ بدون تسمية ناسيا أو جاهلا بالحكم الشرعي فوضوءه صحيح.
Dalam hadis ini Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau menetapkan tidak sah salatnya orang yang tidak berwudu. Sebagaimana beliau menetapkan tidak sah wudunya orang yang tidak menyebut nama Allah. Dia tidak mengucapkan, "Dengan nama Allah," sebelum wudu. Hadis ini menetapkan wajibnya mengucapkan basmalah saat wudu. Siapa yang meninggalkannya dengan sengaja maka wudunya batal. Orang yang berwudu tanpa mengucapkan basmalah karena lupa atau tidak mengetahui hukum syariat, maka wudunya (tetap) sah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8384

 
Hadith   1463   الحديث
الأهمية: ارجع فأحسن وضوءك
Tema: Kembalilah dan perbaiki wudumu!

عن عمر بن الخطاب: أن رجلا توضأ، فتَرك مَوْضِع ظُفُر على قَدَمِه، فَأَبْصَرَهُ النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال: «ارْجِع فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ» فرجَع، ثم صلَّى.

Dari Umar bin Al-Khaṭṭāb bahwa seorang lelaki berwudu lalu tidak membasuh bagian kakinya seukuran kuku. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihatnya, maka beliau bersabda, "Kembalilah dan perbaiki wudumu!" Orang itu pun kembali mengulangi wudunya lalu salat.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- أن رجلا توضأ ولم يتم وضوؤه كما أمره الله، بل تَرك مَوْضِع ظُفُر على قَدَمِه، فتجاوزه من غير أن يَمُرَّ عليه الماء، فرأى النبي -صلى الله عليه وسلم- ذلك، فأمره النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يرجع فيتوضأ وضوءا يأتي به على الوجه المشروع، بحيث لا يترك أي جزء من أجزاء الأعضاء التي يجب استيعابها بالماء، فرجع الرجل فتوضأ ثم صلى.
Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- memberitahukan bahwa ada seorang lelaki berwudu dan tidak menyempurnakan wudunya sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah, tetapi ia tidak membasuh bagian kakinya seukuran kuku sehingga ia melewatinya tanpa mengalirkan air kepadanya. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat bagian yang tidak terbasuh tersebut. Beliau pun memerintahkannya untuk kembali (mengulang wudunya). Orang itu pun berwuhdu dengan wudu yang sesuai syariat tanpa meninggalkan satu bagian pun dari anggota wudu yang harus dibasuh air. Orang itu pun kembali lalu berwudu kemudian salat.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8386

 
Hadith   1464   الحديث
الأهمية: كان النبي صلى الله عليه وسلم يغسل، أو كان يغتسل، بالصاع إلى خمسة أمداد، ويتوضأ بالمد
Tema: Dahulu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membasuh, atau mandi dengan satu ṣā' hingga lima ‎mud, dan berwudu dengan (air) satu mud.‎

عن أنس -رضي الله عنه- قال: «كان النبي صلى الله عليه وسلم يغسل، أو كان يغْتَسِل، بالصَّاع إلى خَمْسة أمداد، ويَتَوضأ بالمُدِّ».

Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, “Dahulu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ‎membasuh, atau mandi dengan satu ṣā' hingga lima mud, dan berwudu dengan (air) satu ‎mud.”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يحدث أنس -رضي الله عنه- فيقول: "كان النبي - صلى الله عليه وسلم - يغتسل بالصاع إلى خمسة أمداد" أي كان يقتصد في الماء الذي يتطهر به، فغالباً ما كان يقتصر في غسله على قدر صاع من الماء، وهو أربعة أمداد، وربما زاد على ذلك، فاغتسل بخمسة أمداد على حسب حاجة جسمه.
وقوله "ويتوضأ بالمد" وهو رطل وثلث.
Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan hadis dengan mengatakan, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mandi dengan memakai satu ṣā' sampai lima mud (air). Maksudnya beliau tidak ‎boros dalam menggunakan air untuk bersuci. Seringnya beliau ‎mandi dengan takaran satu ṣā', yaitu empat mud atau mungkin lebih dari itu, sehingga beliau ‎mandi dengan menggunakan lima mud sesuai yang diperlukan tubuh beliau yang mulia.‎ Perkataannya ‎‏(وَيَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ)‏‎ yaitu sebanyak 1 1/3 (satu sepertiga) riṭl.‎

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8387

 
Hadith   1465   الحديث
الأهمية: ما من مسلم يتوضأ فيحسن وضوءه، ثم يقوم فيصلي ركعتين، مقبل عليهما بقلبه ووجهه، إلا وجبت له الجنة
Tema: Siapa saja orang muslim yang berwudu dan memperbagus wudunya, kemudian berdiri melaksanakan salat dua rakaat dengan menghadapkan hati dan wajahnya kepada-Nya, niscaya wajib baginya surga.

عن عقبة بن عامر-رضي الله عنه-، قال: كانت علينا رعاية الإبل فجاءت نَوبتي فرَوَّحْتُها بعَشِيٍّ فأدركتُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قائما يُحدث الناس فأدركت ُمن قوله: «ما من مسلم يتوضأ فيُحسن وُضُوءه، ثم يقوم فيصلي ركعتين، مقبل عليهما بقلبه ووجهه، إلا وجَبَتْ له الجنة»، قال فقلت: ما أجود هذه فإذا قائل بين يدي يقول: التي قبلها أجود فنظرتُ فإذا عمر قال: إني قد رأيتك جئت آنفا، قال: «ما منكم من أحد يتوضأ فيبلغ -أو فيُسبِغُ- الوضوء ثم يقول: أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدًا عبد الله ورسوله إلا فتُحِتْ له أبواب الجنة الثمانية يدخل من أيها شاء».

Dari Uqbah bin 'Āmir -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Kami memiliki tugas menggembala unta lalu datang giliranku hingga aku mengandangkannya di waktu sore. Lantas aku bertemu dengan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sedang berdiri sambil berbicara kepada manusia. Aku mendapatkan sabdanya, "Siapa saja orang muslim yang berwudu lalu memperbagus wudunya, kemudian berdiri melaksanakan salat dua rakaat dengan menghadapkan hati dan wajahnya kepadanya, niscaya wajib baginya surga" Ia berkata, "Aku katakan, "Ini sungguh sangat baik. Tiba-tiba di depanku ada orang yang bicara, "Kata-kata sebelumnya lebih baik." Aku pun memandangnya, ternyata dia Umar. Ia berkata, "Aku melihatmu baru datang." Ia berkata, "Siapa saja di antara kalian berwudu lalu menyampaikan -atau menyempurnakan- wudu kemudian berdoa, "Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad hamba Allah dan Rasul-Nya, melainkan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang delapan agar ia masuk dari pintu mana saja yang dikehendakinya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يحكي هذا الحديث ما جاء من الذكر المستحب عقب الوضوء: ففي قول عقبة بن عامر: "كانت علينا رعاية الإبل فجاءت نوبتي فروحتها بعشي" معنى هذا الكلام أنهم كانوا يتناوبون على رعي إبلهم فيجتمع الجماعة ويضمون إبلهم بعضها إلى بعض فيرعاها كل يوم واحد منهم؛ ليكون أرفق بهم، وينصرف الباقون في مصالحهم، والرِعَاية هي الرَّعْي.
وأما قوله: "روحتها بعشي" أي رددتها إلى مراحها في آخر النهار، وتَفَرَّغْت من أمرها، ثم جئت إلى مجلس رسول الله صلى الله عليه وسلم.
وقوله صلى الله عليه وسلم: (فيصلي ركعتين مقبل عليهما بقلبه ووجهه) مقبل: أي وهو مقبل، وقد جمع صلى الله عليه وسلم بهاتين اللفظتين أنواع الخضوع والخشوع؛ لأن الخضوع في الأعضاء، والخشوع بالقلب.
ومعنى قول عقبة: "ما أجود هذه "يعني هذه الكلمة أو الفائدة أو البشارة أو العبادة، وجودتها من جهات، منها: أنها سهلة متيسرة يقدر عليها كل أحد بلا مشقة، ومنها أن أجرها عظيم.
   قوله: "جئت آنفا" أي قريبا    وأما قوله صلى الله عليه وسلم: (فيبلغ أو يسبغ الوضوء): التردد من الراوي وهما بمعنى واحد، أي: يتمه ويكمله فيوصله مواضعه على الوجه المسنون، عليه يستحب للمتوضيء أن يقول عقب وُضُوئه: أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، وينبغي أن يُضَمَّ إليه ما جاء في رواية الترمذي متصلا بهذا الحديث: (اللهم اجعلني من التوابين واجعلني من المتطهرين).
ويستحب أيضا: أن يضم إليه ما رواه النسائي في كتابه عمل اليوم والليلة مرفوعا: (سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت، وحدك لا شريك لك، أستغفرك وأتوب إليك).

Tema: Hadis ini menceritakan tentang zikir yang disunnahkan setelah wudu. Dalam ucapan 'Uqbah bin 'Āmir, "Kami memiliki tugas menggembala unta lalu datang giliranku hingga aku mengandangkannya di waktu sore." Makna perkataan ini bahwa mereka saling bergantian menggembala unta mereka. Lantas mereka berkumpul dan semuanya menggabungkan untanya lalu setiap hari ada seorang dari mereka yang menggembalakannya supaya lebih menolong mereka sehingga sebagian dari mereka bisa melakukan berbagai maslahatnya. Ar-Ri'āyah artinya menggembala. Sedangkan ucapannya, "Aku mengandangkannya di waktu sore" yaitu aku mengembalikan unta-unta itu ke tempat-tempat istirahatnya di sore hari dan aku pun selesai melaksanakan tugas itu lalu datang ke majlis Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Sabda Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "kemudian berdiri melaksanakan salat dua rakaat dengan menghadapkan hati dan wajahnya kepadanya," Muqbil artinya menghadap. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menggabungkan dengan dua lafal ini beragam ketundukan dan kekhusyuan. Sebab, ketundukan itu di sekujur anggota tubuh dan kekhusyuan itu dalam hati. Maksud ucapan 'Uqbah, "Ini sungguh sangat baik." Makna kata ini atau faedah atau kabar gembira atau ibadah, dan kebaikannya dari berbagai arah, di antaranya hal tersebut mudah dan gampang mampu dilakukan oleh siapa pun tanpa ada kesulitan. Juga pahalanya besar. Ucapannya, "Engkau baru datang." yaitu belum lama. Sedangkan sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "lalu menyampaikan atau menyempurnakan wudu" bentuk keragu-raguan dari perawi, dan keduanya memiliki satu makna, yaitu menyempurnakannya dan melengkapinya hingga mencapai tempat-tempat sesuai yang disunahkan. Disunahkan bagi orang yang berwudhu' untuk mengucapkan doa setelah wudunya, "Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya hamba Allah dan Rasul-Nya," Hendaknya ia menggabungkan doa yang dikemukakan dalam riwayat At-Tirmiżi yang masih berhubungan dengan hadis ini, "Ya Allah! Jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang menyucikan diri." Juga disunahkan baginya untuk menggabungkan apa yang diriwayatkan oleh An-Nasā`i dalam kitabnya "Amal Al-Yaum wa Al-Lailah" secara marfū', "Mahasuci Engkau, ya Allah dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau Yang Esa tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8388

 
Hadith   1466   الحديث
الأهمية: رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يمسح على ظاهر خفيه
Tema: Aku pernah melihat Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- mengusap bagian atas kedua sepatunya.

عن عبد خير، عن علي -رضي الله عنه-، قال: لو كان الدين بالرأي لكان أسفل الخُفِّ أولى بالمسح من أعلاه، وقد «رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يمسح على ظَاهر خُفَيْهِ».

Dari ‘Abdu Khair dari Ali -raḍiyallāhu ‘anhu- ia berkata, “Seandainya agama itu dengan logika, niscaya bagian bawah (sepatu lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya dan sungguh aku pernah melihat Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- mengusap bagian atas kedua sepatunya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر علي -رضي الله عنه-    أنه لو كان الدين يؤخذ بالعقل دون النقل، لكان أسفل الخف أولى بالمسح من أعلاه؛ لأن أسفل الخف يباشر الأرض والقاذورات والأوساخ، فهو أولى بالمسح من ناحية العقل ولكن الشرع جاء بخلاف ذلك، فلزم العمل به وترك الرأي المخالف للنصوص، وأنه قد رأى النبي صلى الله عليه وسلم يمسح أعلى الخفِّ، وما فعله النبي -صلى الله عليه وسلم- موافق للعقل من جهة أخرى؛ لأنه إذا مسح أسفل الخف بالماء تسبِّب في حمله للنجاسة، فجعل المسح أعلاه ليزيل ما علق به من غبار؛ لأنَّ ظاهر الخف هو الذي يُرَى، فكان مسحه أولى، وكل الأحكام الشرعية لا تخالف العقول السليمة، لكنها في بعض الأحيان قد تخفى على بعض أصحاب العقول.
Ali -raḍiyallāhu ‘anhu- mengabarkan bahwa seandainya agama didasarkan dengan akal tanpa naql (Alquran dan Sunah), niscaya bagian bawah sepatu lebih pantas diusap daripada bagian atasnya karena bagian bawah sepatu langsung bersentuhan dengan tanah dan kotoran, maka secara logika bagian bawahnya lebih pantas diusap. Akan tetapi syariat menyatakan sebaliknya, maka wajib beramal dengannya dan meninggalkan pendapat yang menyelisihi nas-nas (dalil-dalil). Dia juga mengabarkan bahwa ia telah melihat Nabi -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- mengusap bagian atas sepatunya. Apa yang dilakukan Nabi -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- ini sesuai dengan akal dari sisi lainnya karena jika beliau mengusap bagian bawah sepatu dengan air maka akan menyebabkan najis menempel pada sepatu, sehingga diusaplah bagian atasnya untuk menghilangkan debu yang menempel padanya, karena bagian atas sendal adalah bagian yang terlihat, sehingga mengusapnya lebih utama. Jadi, setiap hukum-hukum syariat tidak menyelisihi akal sehat, namun hal itu kadang-kadang tidak diketahui oleh sebagian orang yang berakal.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8390

 
Hadith   1467   الحديث
الأهمية: بعث رسول الله -صلى الله عليه وسلم- سرية، فأصابهم البرد فلما قدموا على رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أمرهم أن يمسحوا على العصائب والتساخين
Tema: Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- mengirim pasukan, lalu mereka tertimpa hawa dingin. Saat mereka tiba di hadapan Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam-, maka beliau memerintahkan mereka untuk mengusap serban dan sepatu.

عن ثوبان -رضي الله عنه-، قال: «بعث رسول الله -صلى الله عليه وسلم- سَرِيَّةً، فأصابهم البَرْد فلما قَدِموا على رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أمَرَهُم أن يَمْسَحوا على الْعَصَائِب والتَّسَاخِين».

Dari Ṡaubān -raḍiyallāhu ‘anhu- ia berkata: “Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- mengirim pasukan, lalu mereka tertimpa hawa dingin. Saat mereka tiba di hadapan Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- (mereka mengeluhkan hawa dingin yang menimpa mereka tersebut), maka beliau memerintahkan mereka untuk mengusap serban dan sepatu.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر ثوبان -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- بعث جماعة من أصحابه لملاقاة الكفار، وفي أثناء سيرهم شَقَّ عليهم خلع العمائم والخفاف بسبب برودة الجو، فلما قدموا المدينة أخبروا النبي -صلى الله عليه وسلم- بذلك، فأباح لهم المسح على العمائم وعلى الخفاف، سواء كانت من الجلود أو من الصوف أو من الخِرق، تسهيلا وتيسيرا على المكلفين، فكان ذلك سنة ثابتة حضرا وسفرا لعذر ولغير عذر.
Ṡaubān -raḍiyallāhu ‘anhu- mengabarkan bahwa Rasulullah -șallallāhu ‘alaihi wa sallam- mengutus sekelompok sahabat untuk menghadapi orang-orang kafir. Di tengah perjalanan, mereka kesulitan untuk melepas serban-serban dan sepatu mereka disebabkan dinginnya cuaca. Tatkala mereka tiba di Madinah, mereka mengabarkan hal itu kepada Nabi -șallallāhu ‘alaihi wa sallam-, lalu beliau memperbolehkan mereka untuk mengusap di atas sorban dan sepatu, baik sepatu itu terbuat dari kulit, wol, ataupun potongan kain demi memudahkan para mukallaf (dalam menunaikan ibadah). Hal ini pun menjadi sunah yang tetap pada waktu bermukim maupun saat safar, baik karena ada uzur maupun tidak ada uzur.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8391

 
Hadith   1468   الحديث
الأهمية: إذا توضأ أحدكم ولبس خفيه فليمسح عليهما, وليصل فيهما, ولا يخلعهما إن شاء إلا من جنابة
Tema: Jika salah seorang dari kalian berwudu dan telah memakai kedua khufnya, maka hendaklah ia mengusap ‎di atas keduanya dan salat dengan memakainya, serta tidak menanggalkannya jika menghendakinya kecuali ‎dari janabah.‎

عن عمر -موقوفا- وعن أنس -رضي الله عنه- مرفوعا: «إذا توضأ أحدكم ولبِس خُفَّيْه فَلْيَمْسَحْ عليهما, وليُصَلِّ فيهما, ولا يخلعْهُما إن شاء إلا من جَنابة».

Dari Umar -secara mauqūf- dan dari Anas -raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū', “Jika salah seorang dari kalian berwudu dan telah memakai kedua khufnya, maka hendaklah ia mengusap ‎diatas keduanya dan salat dengan memakainya, serta tidak menanggalkannya jika menghendakinya kecuali ‎dari janabah.‎”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إذا لبس المَرء خُفيه بعد أن توضأ، ثم بعد ذلك أحدث وأراد الوضوء، فله المسح عليه، ويصلي فيهما ولا ينزعهما، لما في ذلك من المشقة والحرج، بل له المسح عليهما، تيسيرًا وتخفيفا على هذه الأُمَّة؛ إلا إذا أجْنَب لزمه خَلع الخُف والاغتسال ولو كانت المدة باقية، وعلى هذا يكون المسح خاص في حال الوضوء فقط.
Jika seseorang memakai kedua khufnya setelah ia berwudu, lalu setelah itu dia berhadas dan ‎hendak berwudu kembali, maka dibolehkan baginya untuk mengusap diatas kedua khuf ‎tersebut dan salat dengan tetap memakainya serta tidak menanggalkannya karena dalam ‎hal tersebut (menanggalkan kedua khuf) terdapat kesulitan. Akan tetapi dibolehkan baginya ‎untuk mengusap di atas keduanya sebagai bentuk kemudahan dan keringanan atas umat ini; ‎kecuali jika ia berada dalam kondisi junub, maka ia harus melepaskan kedua khufnya dan bersuci ‎dengan melakukan mandi besar meskipun waktu masih tersisa. Dengan demikian, mengusap ‎diatas kedua khuf hanya berlaku khusus dalam kondisi berwudu saja.‎

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Daruquṭni]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8392

 
Hadith   1469   الحديث
الأهمية: كان أصحاب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- على عهده ينتظرون العشاء حتى تَخْفِق رؤوسهم, ثم يصلون ولا يتوضؤون
Tema: Para sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pada masa beliau sudah biasa menunggu waktu salat Isya hingga kepala mereka mengangguk-angguk (karena mengantuk), lalu mereka mendirikan salat tanpa berwudu lagi

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: كان أصحاب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- على عَهدِه ينتظرون العشاء حتى تَخْفِقَ رُءُوسُهُمْ, ثم يصلُّون ولا يَتَوَضَّئُونَ.

Dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Para sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pada masa beliau sudah biasa menunggu waktu salat Isya hingga kepala mereka mengangguk-angguk (karena mengantuk), lalu mereka mendirikan salat tanpa berwudu lagi."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان الصحابة في حياة النبي -صلى الله عليه وسلم- ينتظرون صلاة العشاء الآخرة، وينامون نومًا غير مستغرق ثم يصلون بلا وضوء، ومن فعل فعلاً على عهده ولم يُنْكِر عليه الرسول -صلى الله عليه وسلم- فهذا يعتبر من الإقرار، والإقرار يعتبر أحد وجوه السنة النبوية التي هي عبارة عن قول أو فعل أو تقرير، فما يفعل على عهده -صلى الله عليه وسلم- ولم ينكره فإنه يُعَدُّ من السنة التقريرية؛ لأنه لو كانت صلاتهم باطلة أو فعلهم هذا غير جائز لنبههم عليه -صلى الله عليه وسلم-، إما لعلمه به، وإما أن يكون بواسطة الوحي إليه به. هذا بخلاف ما يفعل بعد وفاته -صلى الله عليه وسلم-.
" تَخْفِقَ رُءُوسُهُمْ "
أي: تَميل من غَلبة النُّعاس. وفي رواية : "حتى إني لأسمع لأحدهم غطيطاً، ثم يقومون فيصلون ولا يتوضئون "، وفي رواية أخرى : " يضعون جنوبهم "
" ثم يصلُّون ولا يَتَوَضَّئُونَ "
أي يقومون إلى الصلاة من غير أن يحدثوا وضوءًا؛ لأن نومهم لم يكن مستغرقاً، ولأنه لو كان ناقضاً لما أقرهم -صلى الله عليه وسلم- على ذلك.
وقلنا بذلك جمعاً بين الأدلة، فقد ثبت أن النوم ناقض للوضوء ،كالغائط والبول كما في قوله -صلى الله عليه وسلم- : ( ولكن من غائط وبول ونوم )
وأيضا قوله -صلى الله عليه وسلم- كما في حديث علي -رضي الله عنه-: (العين وكاء السَّه فمن نام فليتوضأ) وفي حديث معاوية -رضي الله عنه-: "العين وكاء السَّه، فإذا نامت العينان استطلق الوكاء "
ففي هذه الأدلة إثبات أن النوم ناقض للوضوء، وفي حديث الباب وما جاء معه من روايات فيه دلالة على أن النوم لا ينقض الوضوء.
وعلى ذلك: يؤول حديث الباب وكذا رواية : "الغطيط ووضع الجُنوب" على أن النوم لم يكن مستغرقاً؛ فقد تسمع لأحدهم غطيطاً وهو في مبادئ نومه قبل استغراقه، ووضع الجَنب لا يستلزم منه الاستغراق، كما هو ظاهر ، وبهذا تجتمع الأدلة، ويُعمل بها جميعا ًوإذا أمكن الجمع بين الأدلة، فهو أولى من إهدار بعضها.
وحاصله: إذا نام الإنسان واستغرق في نومه، بحيث فقد إدراكه بالكلية، فهذا يلزمه الوضوء، وإن لم يكن مستغرقا ًفلا يلزمه الوضوء، وإن كان الأولى والأحوط أن يتوضأ احتياطاً للعبادة.
وإن شَك هل كان نومه مستغرقاً أم لا ؟ لم ينتقض وضوؤه؛ لأن الأصل بقاء الطهارة ولا يزول اليقين بالشك.
قال شيخ الإسلام ابن تيمية -رحمه الله-: " وأما النوم الذي يشك فيه: هل حصل معه ريح أم لا؟ فلا ينقض الوضوء؛ لأن الطهارة ثابتة بيقين فلا تزول بالشك. "

Tema: Para sahabat di masa hidupnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menunggu salat Isya terakhir. Mereka tidur ringan lalu salat tanpa berwudu lagi. Barangsiapa melakukan suatu perbuatan pada masa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan beliau tidak mengingkarinya, maka hal tersebut dianggap penetapan.
Penetapan dianggap sebagai salah satu aspek sunnah nabawiyah yang berupa ucapan atau perbuatan atau penetapan. Apa yang dilakukan seseorang di masa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan beliau tidak mengingkarinya, maka perbuatan tersebut dikategorikan sunnah taqririyah. Sebab, seandainya salat mereka batal atau perbuatan mereka tidak boleh, pasti beliau akan mengingatkan mereka, baik atas dasar ilmu beliau ataupun melalui wahyu kepadanya. Ini berbeda dengan perbuatan seseorang yang dilakukan setelah wafat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
"Kepala-kepala mereka mengangguk-angguk," yakni, terjuntai karena diserang kantuk.
Dalam satu riwayat, "Hingga aku mendengar suara dengkur salah seorang dari mereka," Selanjutnya mereka berdiri lalu melaksanakan salat tanpa berwudu lagi.
Dalam riwayat lain, "Mereka berbaring," "Selanjutnya mendirikan salat tanpa berwudu lagi." Yakni, mereka mendirikan salat tanpa memperbaharui wudu, karena tidur mereka tidak pulas. Selain itu, seandainya tidur tersebut membatalkan, niscaya beliau tidak akan membiarkan perbuatan mereka. kami katakan demikian dengan menggabungkan antara berbagai dalil.
Telah ditetapkan bahwa tidur membatalkan wudu, seperti halnya buang air besar dan kencing. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "tetapi dari buang air besar dan kencing serta tidur."
Demikian juga sabda Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebagaimana dalam hadis Ali -raḍiyallāhu 'anhu-, "Mata adalah tali dubur. Barangsiapa tidur, hendaknya ia berwudu."
Dalam hadis Mu'awiyah -raḍiyallāhu 'anhu-, "Mata adalah tali dubur. Barangsiapa kedua matanya tidur, maka terlepaslah tali."
Dalam berbagai dalil itu terdapat penetapan bahwa tidur adalah membatalkan wudu.
Dalam hadis pada bab ini dan berbagai riwayat lainnya mengandung dalil bahwa tidur tidak membatalkan wudu. Berdasarkan hal itu, hadis dalam bab ini ditakwilkan. Demikian juga riwayat, "Dengkuran dan berbaring," menunjukkan bahwa tidur tidak pulas. Memang terdengar dengkuran dari salah seorang mereka, tapi ini di awal tidurnya sebelum ia tertidur lelap. Sedangkan berbaring, tidak harus menunjukkan tidur pulas sebagaimana tampak jelas. Dengan ini, semua dalil itu terkumpul dan difungsikan seluruhnya. Jika memungkinkan adanya penggabungan antara berbagai dalil, maka ini lebih utama dari menyia-nyiakan sebagiannya.
Konklusinya, jika seseorang tidur dengan lelap hingga kesadarannya hilang secara total, maka ini mengharuskan wudu. Jika tidurnya tidak lelap, maka tidak mengharuskan wudu. Hanya saja, lebih utama dan lebih preventif sebaiknya ia berwudu demi berhati-hati dalam ibadah. Jika ia ragu-ragu, apakah tidurnya lelap atau tidak? maka wudunya tidak batal karena asalnya tetap ada taharah dan keyakinan itu tidak bisa hilang oleh keraguan.
Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah -raḥimahullāh- berkata, "Adapun tidur yang menimbulkan keraguan di dalamnya, apakah keluar kentut atau tidak? maka wudunya tidak batal karena kesuciannya tetap dengan adanya keyakinan. Taharah itu tidak hilang dengan adanya keraguan."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8394

 
Hadith   1470   الحديث
الأهمية: أن النبي صلى الله عليه وسلم قبل بعض نسائه، ثم خرج إلى الصلاة ولم يتوضأ
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mencium salah seorang istrinya lalu beliau pergi salat dan tidak berwudu (lagi).

عن عروة، عن عائشة -رضي الله عنها- مرفوعاً: «أن النبي صلى الله عليه وسلم قَبَّلَ بعض نسائه، ثم خرج إلى الصلاة ولم يتوضَّأ»، قال: قلت: من هي إلا أنت؟ فَضَحِكت.

Dari Urwah, dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anha- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mencium salah seorang istrinya lalu beliau pergi salat dan tidak berwudu (lagi)." Urwah berkata, Aku bertanya, "Siapakah dia selain engkau?" Aisyah tertawa."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
تخبر عائشة -رضي الله عنها- في هذا الحديث، أنه -صلى الله عليه وسلم- قَبَّلَ إحدى زوجاته، ثم ذهب إلى الصلاة ولم يتوضأ.
ثم إن عروة -رضي عنه الله- وهو الراوي عن عائشة -رضي الله عنها- تَفَطَّن لهذا الأمر وعلم بأن الزوجة المبهمة في الحديث هي عائشة -رضي الله عنها-
فلما أخبرها بذلك ضَحِكَت -رضي الله عنها- إقرارا منها على فهمه.
"ولم يتوضأ" وهذا هو الأصل: أن مسَّ الرجل زوجته أو تقبيلها لا ينقض الوضوء مطلقا، سواء كان بشهوة أو بغير شهوة؛ لأن الأصل سلامة الوضوء وسلامة الطهارة، فلا يجوز القول بأنها منتقضة بشيء إلا بحجة قائمة لا معارض لها، وليس هنا حجة قائمة تدل على نقض الوضوء بلمس المرأة مطلقًا والأصل بقاء الطهارة، أما قوله -تعالى-: (أو لامستم النساء) فالصواب في تفسيرها: أن المراد به الجماع وهكذا القراءة الأخرى "أو لمستم النساء" فالمراد بها الجماع، كما قال ابن عباس وجماعة من أهل العلم.
ولأن الغالب في تقبيل الرجل زوجته يكون عن شهوة، فدل ذلك على أن مسَّ المرأة بشهوة لا ينقض الوضوء، إلا إذا صاحب ذلك إنزال، فهنا ينتقض الوضوء بسبب الإنزال.
Dalam hadis ini Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mencium salah seorang istrinya lalu pergi salat tanpa berwudu. Selanjutnya Urwah -raḍiyallāhu 'anhu- yang meriwayatkan hadis ini dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- mengerti hal ini dan mengetahui bahwa istri yang disamarkan namanya dalam hadis ini adalah Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-. Saat Urwah memberitahukan hal itu kepada Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia pun tertawa sebagai pengakuan atas kebenaran pemahamannya. "Dan tidak berwudu (lagi)." Ini adalah hukum asalnya, yaitu bahwa sentuhan seorang suami kepada istrinya atau ciumannya kepadanya secara mutlak tidak membatalkan wudu, baik dengan syahwat ataupun tidak dengan syahwat. Sebab, pada dasarnya adalah utuhnya wudu dan selamatnya taharah. Karena itu, tidak boleh mengatakan bahwa taharah menjadi batal dengan sesuatu kecuali ada dalil penopang yang tidak ada penentangnya. Di sini tidak ada dalil penopang yang menunjukkan secara mutlak batalnya wudu dengan menyentuh perempuan. Asalnya adalah tetap suci (taharah). Adapun firman Allah -Ta'ālā-, "atau menyentuh perempuan." Penafsiran yang benar bahwa maksud menyentuh di sini adalah berhubungan badan. Demikian juga bacaan lainnya, "Au Lamastum An-Nisā`." Maksudnya adalah berhubungan intim, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas dan sekelompok ahli ilmu. Sebab, ciuman seorang suami kepada istrinya biasanya dengan syahwat. Dengan demikian, hadis ini menjadi dalil bahwa menyentuh istri dengan syahwat tidak membatalkan wudu, kecuali jika disertai keluarnya mani. jika itu terjadi maka wudunya batal disebabkan keluarnya mani.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8395

 
Hadith   1471   الحديث
الأهمية: هل هو إلا مضغة منه
Tema: Tidaklah kemaluan itu melainkan sepotong daging dari jasadnya.

عن طلق بن علي -رضي الله عنه- قال: قَدِمْنَا على نَبِيِّ الله -صلى الله عليه وسلم- فجاء رَجُل كأنه بَدَوي، فقال: يا نَبِيَّ الله، ما ترى في مَسِّ الرَّجل ذَكَره بعد ما يتوضأ؟ فقال: «هل هو إلا مُضْغَةٌ منه»، أو قال: « بَضْعَةٌ منه».

Dari Ṭalq bin Ali -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Kami datang kepada Nabiyullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu datanglah seorang lelaki, tampaknya ia Arab Baduwi. Orang itu berkata, "Wahai Nabiyullah, bagaimana pendapatmu mengenai seseorang yang menyentuh kemaluannya setelah wudu?" Beliau menjawab, "Tidaklah kemaluan itu melainkan sepotong daging dari jasadnya." Atau beliau bersabda, "Seiris daging darinya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: "ما ترى في مَسِّ الرَّجل ذَكَره بعد ما يتوضأ"يعني ما الذي أوجبه الشرع فيما إذا مَسَّ الرَّجُل ذَكَره بعد الوضوء ، هل عليه شيء؟
وفي رواية عند أحمد: "الرَّجُل يَمَسُّ ذَكَرَه في الصلاة عليه الوضوء؟ قال: "لا إنما هو مِنْك" قوله: "هل هو إلا مُضْغَةٌ منه أو قال: بَضْعَةٌ منه" أي: أن الذَّكر كسائر أعضاء الجَسَد، فإذا مَسَّ المتوضئ يَده أو رِجْلَه أو أنفه أو رأسَه لم ينتقض وضوؤه بذلك، كذلك إذا مسَّ ذَكَرَه، وهذا الحديث إما منسوخ أو محمول على مس الذكر من وراء حائل، أما مباشرة الذكر باليد فينقض الوضوء؛ لأحاديث أخرى.
Makna hadis: "Bagaimana pendapatmu mengenai seseorang yang menyentuh kemaluannya setelah wudu?" Yakni, apa yang diwajibkan oleh syariat jika seseorang menyentuh kemaluannya setelah berwudu, apakah ada kewajiban wudu lagi baginya? Dalam riwayat Ahmad, "Seorang lelaki menyentuh kemaluannya dalam salat, haruskah ia berwudu kembali?" Nabi menjawab, "Tidak, sesungguhnya kemaluan itu bagian darimu." "Tidaklah kemaluan itu melainkan sepotong daging dari jasadnya." Atau beliau bersabda, "Seiris daging darinya." Yakni, sesungguhnya kemaluan itu seperti seluruh anggota tubuh lainnya. Jika orang yang berwudu menyentuh tangannya atau kakinya atau hidungnya atau kepalanya, maka wudunya tidak menjadi batal karena sentuhan itu. Demikian juga jika ia menyentuh kemaluannya." Hadis ini bisa jadi sudah dihapus atau ditafsirkan dengan menyentuh kemaluan dari balik tabir. Sedangkan menyentuh kemaluan secara langsung dengan tangan, maka wudunya menjadi batal. Hal ini berdasarkan keterangan banyak hadis.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8396

 
Hadith   1472   الحديث
الأهمية: من مس ذكره فليتوضأ
Tema: Siapa menyentuh kemaluannya, hendaknya ia berwudu!

عن عروة قال: دخلت على مروان بن الحكم فذَكَرْنا ما يكون منه الوضوء، فقال مروان: ومن مَسِّ الذَّكَر؟ فقال عروة: ما علمت ذلك، فقال مروان: أخبرتني بُسْرَة بنت صفوان، أنها سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «مَنْ مَسَّ ذَكَرَه فليتوضأ».

Dari Urwah, ia berkata, "Aku menemui Marwan bin Al-Ḥakam, lalu kami bertukar pikiran mengenai hal yang mengharuskan wudu. Marwan berkata, "Karena menyentuh kemaluan?" Urwah menjawab, "Aku tidak mengetahui hal itu." Marwan berkata, "Busrah binti Ṣafwān mengabarkan kepadaku bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa menyentuh kemaluannya, hendaknya ia berwudu!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: يخبر عروة -رحمه الله- أنه دخل على مروان بن الحكم وكان أميرا على المدينة    في ذلك الوقت "فذَكَرْنا ما يكون منه الوضوء" أي تذاكرنا وبحثنا في نواقض الوضوء والأشياء التي ينتقض بها الوضوء، فقال مروان: "ومِنْ مَسِّ الذَّكَر" يعني: ومما يحصل به نقض الوضوء مَسّ الذَّكَر، فقال عروة: "ما علمت ذلك"، يعني: ما أعلم دليلا، وليس عندي علم في ذلك عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، فقال مروان: حدثتني بُسْرَة بِنْتُ صفوان -رضي الله عنها- أن النبي --صلى الله عليه وسلم- قال: (مَنْ مَسَّ ذَكَرَه فليتوضأ).
وفي رواية الترمذي: "فلا يصَلِ حتى يتوضأ" وهذه الرواية نصٌ في أن مَسَّ الذَّكَر ناقضٌ للوضوء سواء كان لشهوة أو لغير شهوة وسواء قصد مسه أو لم يقصد، لكن بشرط أن يحصل المَسُّ مباشرة، أي من غير حائل بينهما، أما إذا كان من وراء حائل فلا يؤثر مَسُّه؛ لعدم وجود حقيقة المسِّ؛ لأن المَسَّ هو مباشرة العضو العضو؛ يدل لذلك ما رواه النسائي وغيره: "إذا أفْضَى أحدكم بيده إلى فَرْجِه وليس بينها سِتْر ولا حائل فليتوضأ".
Makna hadis: 'Urwah -raḥimahullāhu- mengabarkan bahwa ia menemui Marwan bin Al-Ḥakam yang menjadi amir (gubernur) di Madinah saat itu. "Lalu kami bertukar pikiran mengenai hal yang mengharuskan wudu." Yakni, kami bertukar pikiran dan mengkaji hal-hal yang membatalkan wudu dan segala sesuatu yang menjadikan wudu batal. Marwan berkata, "Karena menyentuh kemaluan?" Artinya diantara yang membatalkan wudu adalah menyentuh kemaluan. Urwah menjawab, "Aku tidak mengetahui hal itu." Yakni, aku tidak mengetahui dalilnya dan aku tidak memiliki ilmu tentang itu dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Marwan berkata, "Busrah binti Ṣafwān -raḍiyallāhu 'anhā- mengabarkan kepadaku bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa menyentuh kemaluannya, hendaknya ia berwudu!" Dalam riwayat Tirmiżi, "Hendaknya ia tidak salat sampai ia berwudu!" Riwayat ini merupakan ketetapan bahwa menyentuh kemaluan merupakan pembatal wudu, baik karena syahwat atau bukan karena syahwat, baik sengaja menyentuhnya atau tidak disengaja. Hanya saja dengan syarat terjadi kontak secara langsung, yakni tanpa ada penghalang antara keduanya. Sedangkan jika dari balik penghalang maka menyentuhnya tidak ada pengaruh karena tidak adanya hakekat sentuhan. Sebab, menyentuh adalah kontak langsung anggota tubuh dengan anggota tubuh lainnya. Hal ini berdasarkan dalil yang diriwayatkan oleh An-Nasā`i dan lainnya, "Jika seseorang di antara kalian menyentuhkan tangannya ke kemaluannya tanpa ada tabir dan penghalang antara keduanya, hendaknya ia berwudu!"

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8397

 
Hadith   1473   الحديث
الأهمية: قال: أصلي في مرابض الغنم؟ قال: نعم، قال: أصلي في مبارك الإبل؟ قال: لا
Tema: Dia berkata, “Apakah boleh saya mendirikan salat di kandang-kandang kambing?”. ‎Beliau bersabda, “Ya”. Dia bertanya lagi, “Apakah saya boleh salat di kandang-kandang ‎unta?”. Beliau bersabda, “Tidak (Jangan)!”‎

عن جابر بن سمرة -رضي الله عنه-    أن رجلا سأل رسول الله صلى الله عليه وسلم أَأَتَوضأ من لحوم الغنم؟ قال: «إن شِئْتَ فتوضأْ، وإن شِئْتَ فلا تَوَضَّأْ» قال أتوضأ من لحوم الإبل؟ قال: «نعم فتوضَّأْ من لحوم الإبِل» قال: أُصَلي في مَرَابِضِ الغَنم؟ قال: «نعم» قال: أُصلي في مَبَارِكِ الإبِل؟ قال: «لا».

Dari Jābir bin Samurah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Apakah saya harus berwudu setelah makan daging kambing?”. ‎Beliau bersabda, “Jika kamu mau maka wudulah, dan jika tidak mau maka tidak perlu ‎berwudu”. Dia bertanya kembali, “Apakah saya harus berwudu setelah makan daging unta?” ‎Beliau bersabda, “Ya, berwudulah setelah makan daging unta!”. Dia bertanya lagi, “Apakah saya boleh ‎mendirikan salat di kandang-kandang kambing?” Beliau bersabda, “Ya”. Dia bertanya ‎lagi, “Apakah saya boleh salat di kandang-kandang unta?” Beliau bersabda, “Tidak (Jangan)!”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: "أأتَوضأ من لحوم الغنم" هذا استفهام من الصحابي عن لحوم الغنم، هل يجب الوضوء من أكلها عند إرادة الصلاة أو ما يشرط له الطهارة ؟
"إن شِئْتَ فتوضأ، وإن شِئْتَ فلا تَوَضَّأْ" خَيَّره النبي -صلى الله عليه وسلم- بين فعل الوضوء وتركه، فكلاهما جائز.
"قال أتوضأ من لحوم الإبل" أي: هل يجب الوضوء من أكل لحوم الإبل عند إرادة الصلاة أو ما يُشرط له الطهارة؟
"نعم فتوضأ من لحوم الإبِل" أي: يجب عليك الوضوء من لحم الإبل ولو كان المأكول يسيرا، أما اللبن والمرق فلا يلزم الوضوء منه؛ لأن النَّبي -صلى الله عليه وسلم- لم يأمر العُرَنِيِّينَ بالوضوء من ألبان الإبل، وقد أمرهم بشُرْبها، وتأخيرُ البيان عن وقت الحاجة لا يجوز.
"قال: أُصَلي في مَرَابِضِ الغَنم؟" أي: هل تجوز الصلاة في الأماكن التي تأوي إليها الغنم؟
"قال: «نعم»" أي: تجوز لك الصلاة في تلك الأماكن لعدم الخشية منها.
"قال: أُصلي في مَبَارِكِ الإبِل؟" أي : هل تجوز لي الصلاة في الأماكن التي تأوي إليها الإبل وتبرك فيها؟
"قال: «لا»" أي: لا تصل فيها؛ لأنه لا يؤمن من نفورها، فيلحق المصلي ضرر من صدمة وغيرها، وهذا المعنى مأمون من الغنم لما فيها من السُّكون وقِلَّة نُفورها، وعدم أذاها.
Makna hadis: "Apakah saya harus berwudu setelah makan daging kambing?" Ini adalah pertanyaan dari seorang sahabat berkaitan dengan ‎daging kambing, apakah wajib untuk berwudu setelah memakannya ketika hendak mendirikan ‎salat atau melakukan apa saja yang disyaratkan untuk bersuci?‎ “Jika kamu mau maka wudulah, dan jika tidak mau maka tidak perlu ‎berwudu.” Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberinya pilihan antara ‎berwudu dan tidak ‎berwudu, keduanya dibolehkan.‎ Dia bertanya kembali, “Apakah saya harus berwudu setelah makan daging unta?” Yakni apakah wajib untuk berwudu setelah makan daging unta ketika ‎hendak mendirikan salat atau melakukan apa saja yang disyaratkan agar bersuci?‎ “Ya, berwudulah setelah makan daging unta!” Yakni, kamu wajib berwudu setelah makan daging unta meskipun ‎daging unta yang dimakan itu sedikit. Adapun meminum air susu dan kuahnya tidak harus ‎berwudu setelahnya; karena Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak memerintahkan para ‎‎'uraniyyīn agar berwudu setelah meminum air susu unta dan beliau telah memerintahkan ‎mereka untuk meminumnya. Sedangkan menunda penjelasan di waktu yang diperlukan ‎adalah tidak boleh.‎ Dia bertanya lagi, “Apakah saya boleh ‎mendirikan salat di kandang-kandang kambing?” Yakni, apakah boleh mendirikan salat di kandang-kandang atau tempat-‎tempat berlindungnya kambing?‎ Beliau bersabda, “Ya”. Yakni boleh bagimu mendirikan salat di tempat-tempat tersebut karena tidak adanya ‎kekhawatiran darinya.‎ Dia bertanya ‎lagi, “Apakah saya boleh salat di kandang-kandang unta?” Yakni apakah boleh mendirikan salat di kandang-kandang atau tempat-‎tempat berlindung dan berderumnya unta?‎ Beliau bersabda, “Tidak (Jangan)! Yakni janganlah kamu salat di tempat-tempat tersebut; karena dia tidak terjamin ‎keamanannya dari lari (terlepas)nya unta sehingga orang yang salat disitu dapat terkena bahaya ‎ditabrak unta dan bahaya lainnya. Sedangkan hal ini tida‎k terjadi pada kambing yang sifatnya tenang, sedikit larinya dan ‎tidak menyakiti.‎

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8399

 
Hadith   1474   الحديث
الأهمية: من غسل الميت فليغتسل، ومن حمله فليتوضأ
Tema: Siapa yang memandikan mayat, hendaknya ia mandi, dan siapa yang mengusungnya, hendaknya ia berwudu

عن أبي هريرة -رضي الله عنه-: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «مَنْ غَسَّل الميـِّت فلْيَغْتَسلْ، ومَنْ حَمَلَه فلْيَتَوضَّأْ».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang memandikan mayat, hendaknya ia mandi, dan siapa yang mengusungnya, hendaknya ia berwudu."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يفيد الحديث في الجملة الأولى منه أن من قام بتغسيل ميت, سواء كان الميت صغيرًا أو كبيرًا، ذكرًا أو أُنثى, بحيث باشَر تغسيله بيده أو كان بينهما حائل، كخرقة كانت على يده أو قفاز: يستحب له الغُسل المعروف المشابه لغسل الجنابة.
وفي الجملة الثانية أفاد الحديث الأمر بالوضوء من حمل الميت,    ويُفَسَّر الوضوء هنا بغسل اليدين فقط، أو بأن يكون أمره -صلى الله عليه وسلم- متجها لمن أراد أن يحمل الميت حتى يكون مستعداً للصلاة عليه, ولم يُحمل الحديث هنا على ظاهره لعدم وجود أحد من أهل العلم يقول بوجوب الوضوء من حمل الميت.
Paragraf pertama hadis ini menjelaskan bahwa orang yang memandikan mayat, baik mayat anak kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan secara langsung memandikannya dengan tangannya atau ada penghalang antara keduanya seperti sehelai kain di tangannya atau kaos tangan, maka disunahkan baginya untuk mandi seperti biasa yang menyerupai mandi janabat.
Pada paragraf kedua, hadis ini menjelaskan perintah berwudu bagi orang yang mengusung mayat. Kata wudu di sini ditafsirkan dengan mencuci kedua tangan saja, atau perintah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ini ditujukan kepada orang yang hendak mengusung mayat sehingga dia dalam keadaan siap untuk menyalatkannya. Di sini hadis tersebut tidak ditafsirkan kepada makna lahirnya karena tidak ada seorang pun ulama yang berpendapat adanya kewajiban wudu bagi orang yang mengusung mayat.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8400

 
Hadith   1475   الحديث
الأهمية: أن في الكتاب الذي كتبه رسول الله صلى الله عليه وسلم لعمرو بن حزم: أن لا يمس القرآن إلا طاهر
Tema: Di dalam surat yang dikirim oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada `Amru ‎bin Ḥazm adalah, “Janganlah menyentuh Al-Qur`ān kecuali orang yang dalam keadaan suci!”‎

عن عبد الله بن أبي بكر بن حزم، أن في الكتاب الذي كتبه رسول الله صلى الله عليه وسلم لعَمْرو بن حَزْم: «أن لا يَمَسَّ القرآن إلا طَاهر».

Dari Abdullah bin Abu Bakar bin Ḥazm, bahwa di dalam surat yang dikirim oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada `Amru bin Ḥazm terdapat (wasiat), “Janganlah menyentuh Al-Qur`ān ‎kecuali orang yang dalam keadaan suci!”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: "في الكتاب الذي كَتَبَه رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لعمرو بن حَزْم" أي أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كتب كتابا لعمرو بن حَزْم عندما كان قاضيا على نجران، كتب له كتابا مُطَوَّلا فيه كثير من أحكام الشريعة، كالفرائض والصدقات والديات، وهو كتاب مشهور تلقته الأُمُّة بالقبول.
"أن لا يَمَسَّ القرآن إلا طَاهر" المراد بالمس هنا: أن يُباشره بيده من غير حائل، وبناء عليه: فإن تناوله من وراء حائل مُنفصل عنه كما لو حمله في كِيس أو شنطة أو قَلَّب صفحاته بِعُود ونحوه لم يدخل في النهي لعدم حصول المَسُّ.
والمراد بالقرآن هنا: ما كُتب فيه القرآن، كالألواح والأوراق والجلود، وغير ذلك، وليس المراد به الكلام؛ لان الكلام لا يُمَس بل يُسْمَع.
و " إلا طَاهر" هذا اللفظ مشتَرَك بين أربعة أمور:
الأول: المراد بالطاهر المسلم؛ كما قال -تعالى-: {إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ}.
الثاني: المراد به الطاهرُ من النجاسة؛ كقوله -صلى الله عليه وسلم- في الهرَّة: "إنَّها ليست بنجس".
الثالث: المراد به الطَّاهرُ من الجنابة.
الرابع: أنَّ المراد بالطَّاهر المتوضئُ.
كل هذه المعاني للطهارة في الشَّرع محْتَمِلَة في المراد من هذا الحديث، وليس لدينا مرجِّح لأحدها على الآخر، فالأولى حَمْلُهَا على ما فهمه الصحابة -رضوان الله عليهم-، وهو المُحْدِث حدثًا أصغر؛ وهو موافق لما ذهب إليه الجمهور، ومنهم الأئمة الأربعة وأتباعهم، وهو الاحتياط والأولى.
Makna hadis: "Di dalam surat yang dikirim oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada `Amru bin Ḥazm terdapat (wasiat)," Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah mengirim sebuah surat kepada `Amru bin Ḥazm ketika dia sedang ‎menjabat sebagai seorang kadi (hakim) untuk wilayah Najrān. Beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah mengirim surat yang sangat panjang kepadanya berisi tentang banyak sekali dari ‎hukum-hukum syariat, seperti faraid (pembagian warisan), sedekah, diat, dan hukum syariat ‎lainnya. Itu adalah sebuah surat terkenal yang telah sampai dan diterima oleh umat. “Janganlah menyentuh Al-Qur`ān ‎kecuali orang yang dalam keadaan suci!” Yang dimaksud dengan al massu di sini adalah memegangnya dengan tangan ‎secara langsung tanpa ada suatu penghalang. Maka berdasarkan hal tersebut, jika memegangnya ‎dengan memakai suatu penghalang yang memisahkan seperti membawanya didalam sebuah ‎kantong atau tas, atau membuka halamannya dengan menggunakan sebatang ranting dan ‎semacamnya tidaklah termasuk ke dalam larangan ini karena tidak terjadinya sentuhan secara ‎langsung.‎ Dan yang dimaksud dengan Al-Qur`ān di sini adalah sesuatu yang tertulis didalamnya Al-Qur`ān, ‎seperti lembaran-lembaran kertas, kulit dan lainnya. Yang dimaksud dengannya bukanlah kalam ‎‎(firman Allah); karena firman itu tidak disentuh atau dipegang, melainkan ‎didengarkan.‎
"kecuali orang yang dalam keadaan suci." Lafal ini memiliki makna kolektif antara empat perkara berikut:‎
Pertama, yang dimaksud dengan aṭ-ṭāhiru adalah seorang muslim; sebagaimana firman Allah ‎‎-Ta'ālā-, “Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis.”
Kedua, yang dimaksud dengannya adalah orang yang suci dari najis; seperti sabda Nabi-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang kucing, “Sesungguhnya kucing itu bukan hewan ‎yang najis.”
Ketiga, yang dimaksud adalah orang yang suci dari janabah.‎
Keempat, yang dimaksud adalah orang yang memiliki wudu.‎
Setiap makna tersebut adalah makna dari taharah (bersuci) menurut syariat yang ‎dimungkinkan sebagai makna yang dimaksud dalam hadis ini, dan kami tidak memiliki suatu ‎‎(dalil) yang dapat menguatkan salah satu makna dibanding yang lainnya. Yang lebih tepat dan utama ‎adalah memaknainya dengan makna yang paling mendekati, yaitu orang yang suci dari hadas ‎kecil; karena ini adalah yang diyakini dan disepakati oleh jumhur, diantara mereka adalah ‎keempat imam mazhab dan para pengikutnya. Ini adalah bentuk kehati-hatian dan yang afdal.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Malik - Diriwayatkan oleh Dārimi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8401

 
Hadith   1476   الحديث
الأهمية: كان النبي -صلى الله عليه وسلم- يذكر الله على كل أحيانه
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ‎senantiasa berzikir kepada Allah di setiap waktu.

عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: «كان النبي -صلى الله عليه وسلم- يذكر الله على كل أحْيَانِه».

Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, “Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ‎senantiasa berzikir kepada Allah di setiap waktu.”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: "كان النبي صلى الله عليه وسلم يذكر الله" بجميع أنواع الذكر من التسبيح والتهليل والتكبير والتحميد ومن ذلك قراءة القرآن؛ لأن القرآن من ذِكْر الله، بل هو أفضل أنواع الذِّكْر .
"على كل أحْيَانِه" أي أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان يذكر الله في جميع أوقاته ولو كان مُحدثا حَدَثا أصغر أو أكبر، إلا أن العلماء استثنوا من ذِكْر الله تعالى قراءة القرآن حال الجنابة، فالجُنُب ليس له أن يقرأ القرآن حال الجَنَابة مطلقا، لا نَظَرا ولا عن ظَهر قَلْب؛ لحديث علي -رضي الله عنه- قال: "كان النَّبي -صلى الله عليه وسلم- يُقْرِئُنَا القرآن ما لم يَكُن جُنباً" أحمد وأصحاب السنن الأربعة.
واختلف العلماء في الحائض والنفساء هل تلحقان بالجُنب؟
والأظهر أنه تجوز لهما القراءة عن ظهر قلب؛ لأنهما تطول مدتهما، وليس الأمر في أيديهما كالجنب.
ويستثنى من جواز قراءة القرآن على أي حال: قراءته حال البول والغائط والجماع وفي المواطِن التي لا تليق بعَظَمَته، كالحمامات ودورات المياه وغير ذلك من المواضِع النجسة.
Makna hadis: "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ‎senantiasa berzikir kepada Allah" yakni, dengan seluruh ‎bentuk zikir seperti bertasbih, bertahlil, bertakbir, dan ‎bertahmid. Termasuk juga membaca Al-Qur`ān; karena Al-Qur`ān adalah bagian dari berzikir ‎mengingat Allah, bahkan ia adalah bentuk zikir yang paling utama.‎
Lafal "di setiap waktu", yakni Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- senantiasa berzikir kepada Allah ‎di setiap waktu meskipun sedang dalam keadaan berhadas kecil ataupun besar. Hanya saja ‎para ulama memberi pengecualian dalam berzikir kepada Allah dengan membaca Al-Qur`ān ‎dalam keadaan janabah, karena orang yang sedang junub tidak dibolehkan untuk membaca Al-Qur`ān secara mutlak, tidak dengan melihat dan tidak juga dengan hafalan; berdasarkan hadis ‎Ali -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membacakan Al-Qur`ān kepada kami apabila beliau sedang tidak ‎dalam keadaan junub.” (HR. Ahmad dan Penyusun 4 Sunan).‎
Para ulama berbeda pendapat tentang wanita haid dan nifas, apakah sama hukumnya dengan ‎orang yang junub?‎ Pendapat yang kuat adalah keduanya dibolehkan membacanya dari hafalannya; karena ‎rentang waktu ketidaksucian keduanya sangat panjang, dan perkara keduanya bukan seperti ‎orang yang junub.‎
Dikecualikan juga dari bolehnya membaca Al-Qur`ān pada kondisi-kondisi berikut, seperti ‎membacanya dalam kondisi sedang buang air kecil dan besar, berjimak, dan pada tempat-tempat ‎yang tidak pantas dengan keagungannya, seperti di WC, kamar mandi, dan tempat-tempat najis ‎lainnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari secara mu'allaq dengan ṣigat jazm (bentuk kalimat yang tegas) - Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8402

 
Hadith   1477   الحديث
الأهمية: إن العينين وكاء السه، فإذا نامت العينان استطلق الوكاء
Tema: Sesungguhnya kedua ‎mata adalah tali/simpul (penutup) dubur, apabila kedua mata tidur, maka ‎tali/simpul itu terlepas.

عن معاوية بن أبي سفيان -رضي الله عنه-، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إن العَيْنَين وِكَاء السَّه، فإذا نَامَت العَينان اسْتٌطْلِقَ الوِكَاءُ».

Dari Mu’āwiyah bin Abu Sufyān -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, ‎Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya kedua ‎mata adalah tali/simpul (penutup) dubur, apabila kedua mata tidur, maka ‎tali/simpul itu terlepas.”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: "العَيْنان وِكَاء السَّه" أي أن العينين في حال اليقظة تحفظ الدبر، وتمنع خروج الخارج منه، وإن خرج منه شيء شَعَر الإنسان به.
"فإذا نَامَت العَينان اسْتَطْلَقَ الوِكَاءُ" أي أن الإنسان إذا نام حصل عنده استرخاء في عضلات البدن، فينطلق الحَبْل الذي كان يَشُد حلقة الدبر، فيخرج منه الرِّيح من غير أن يَشْعُر به.
فالنبي -صلى الله عليه وسلم- شبه العَين بالحَبل الذي يُشَدُّ به الوِعاء فإن كانت العينان مفتوحتان كان الحَبْل مشدودا على حلقة الدبر، حتى وإن خرج منه شيء شَعَر به، وإن نامت العينان استرخى الوِكَاء، فخرج ما بداخل القِرَبة من غير أن يَشْعُر بخروجه.
وهذا من باب التشبيه وهو: تشبيه بليغ من النبي -صلى الله عليه وسلم- ليُقَرب الحكم الشرعي إلى الأذهان، وهو من جوامع الكلم التي أوتيها النبي -صلى الله عليه وسلم-.
Makna hadis: “Kedua mata adalah tali/simpul (penutup) dubur”, yakni ‎bahwa kedua mata ketika dalam keadaan terjaga/bangun dapat menjaga ‎dubur dan menahan keluarnya sesuatu yang biasa keluar darinya. Jika ‎keluar sesuatu darinya maka manusia dapat merasakannya.‎ ‎“Apabila kedua mata tidur, maka tali/simpul itu terlepas”, yakni jika ‎seseorang telah tidur maka terjadi pengendoran otot-otot dalam ‎tubuhnya, lalu akan terlepas tali/simpul yang mengikat anusnya, sehingga ‎keluar darinya angin/kentut tanpa ia rasakan. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menganalogikan mata ‎dengan tali/simpul yang mengikat bejana, jika kedua mata terbuka maka ‎tali/simpul itu terikat pada anus, bahkan meskipun keluar darinya sesuatu maka ‎ia dapat merasakannya. Dan jika kedua mata telah tidur, maka tali/simpul ‎itu mengendor, lalu keluarlah apa-apa yang terdapat di dalam bejana (usus ‎besar) tanpa ia rasakan keluarnya.‎ Ini masuk ke bab tasybīh (menyerupakan sesuatu ‎dengan sesuatu) yaitu analogi yang sangat dalam dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mendekatkan hukum syar’i kepada pemahaman, ‎dan itu termasuk jawāmi’ul kalim (perkataan singkat namun ‎maknanya luas dan mendalam) yang dianugerahkan oleh Allah kepada ‎Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Dārimi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8404

 
Hadith   1478   الحديث
الأهمية: لقد انقطعت في يدي يوم مؤتة تسعة أسياف، فما بقي في يدي إلا صفيحة يمانية
Tema: Pada saat perang Muktah, ada sembilan bilah pedang patah di tanganku, maka tidak ada lagi yang tersisa di tanganku kecuali satu pedang Yaman.

عن أبي سليمان خالد بن الوليد -رضي الله عنه- قال: لقد انقطعت في يدي يوم مُؤْتَةَ تسعة أسياف، فما بقي في يدي إلا صَفِيحَةٌ يمانية.

Dari Abu Sulaimān Khālid bin Al-Walīd -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Pada saat perang Muktah, ada sembilan bilah pedang patah di tanganku, maka tidak ada lagi yang tersisa di tanganku kecuali satu pedang Yaman."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
خالد بن الوليد -رضي الله عنه- سيف الله، وفارس الإسلام، وليث المشاهد، وقائد المجاهدين، كان من أشراف قريش في الجاهلية، أسلم قبل فتح مكة، وكان في غزوة أحد في جيش قريش المشركين ثم أسلم، وفي هذا دليل على كمال قدرة الله -عز وجل-؛ وأنه بيده أَزِمَّة الأمور، وأنه يضل من يشاء ويهدي من يشاء، وهو يخبر عن تكسر الأسياف التسعة في يده في مؤتة، في السنة الثامنة من الهجرة، وهذا من شجاعته -رضي الله عنه-، ولم يصمد معه إلا سيف عريض من سيوف اليمن.
Khālid bin Al-Walīd -raḍiyallāhu 'anhu- adalah pedang Allah, tentara kavaleri Islam, singa perang, dan panglima para mujahidin. Ia termasuk tokoh Quraisy pada masa jahiliah. Ia masuk Islam sebelum penaklukan Makkah dan dalam perang Uhud ikut menjadi pasukan musyrikin Quraisy lalu masuk Islam. Ini merupakan bukti kesempurnaan kekuasaan Allah -'Azza wa Jalla- dan kendali segala urusan ada di tangan-Nya. Dia membuat sesat siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya. Khālid bin Al-Walīd mengabarkan tentang sembilah bilah pedang yang patah di tangannya dalam perang Muktah pada tahun ke delapan hijriah. Ini bagian dari keberanian Khālid bin Al-Walīd -raḍiyallāhu 'anhu-. Tidak ada pedang yang tinggal bersamanya kecuali sebuah pedang yang lebar dari Yaman.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8407

 
Hadith   1479   الحديث
الأهمية: الحُمَّى من فيح جهنم فأبردوها بالماء
Tema: Demam itu bagian dari panas neraka Jahanam, maka dinginkanlah dengan air.

عن عائشة -رضي الله عنها- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «الحُمَّى من فَيْحِ جهنم فأبردوها بالماء».

Dan dari ‘Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Demam itu bagian dari panas neraka Jahanam, maka dinginkanlah dengan air.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن الحمى من شدة حرارة جهنم، فما يجده المريض من ذلك فهو منها، والحث على إزالة تلك الحرارة بالماء.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyampaikan bahwa demam itu berasal dari semburan panas neraka Jahanam, maka panas yang dirasakan oleh orang yang sakit, itu berasal darinya. Sehingga panas itu dapat dihilangkan dengan air.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8408

 
Hadith   1480   الحديث
الأهمية: قصة عائشة -رضي الله عنها-، مع عبد الله بن الزبير -رضي الله عنهما- في الهَجْر والنذر
Tema: Kisah Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- bersama Abdullah bin az-Zubair -raḍiyallāhu 'anhumā- tentang pengabaian (isolasi/tidak mau berbicara dengannya) dan nazar.

عن عوف بن مالك -أو: ابن الحارث- بن الطفيل أن عائشة -رضي الله عنها-، حُدِّثَتْ أن عبد الله بن الزبير -رضي الله عنهما-، قال في بيع أو عطاء أعطته عائشة رضي الله تعالى عنها: والله لتَنْتَهِيَنَّ عائشة أو لأَحْجُرَنَّ عليها، قالت: أهو قال هذا؟ قالوا: نعم. قالت: هو لله علي نَذْرٌ أن لا أكلم ابن الزبير أبدًا. فاستشفع ابنُ الزبير إليها حين طالت الهجرة. فقالت: لا، والله لا أُشفَّع فيه أبدًا، ولا أَتَحَنَّثُ إلى نذري. فلما طال ذلك على ابن الزبير كلم المِسْوَرَ بْنَ مَخْرَمَةَ، وعبد الرحمن بن الأسود بن عبد يَغُوثَ وقال لهما: أَنْشُدُكُما الله لَمَا أَدْخَلْتُمَانِي على عائشة -رضي الله عنها-، فإنها لا يَحِلُّ لها أن تَنْذِرَ قَطِيعَتِي، فأقبل به المِسْوَرُ وعبد الرحمن حتى استأذنا على عائشة فقالا: السلام عليك ورحمة الله وبركاته، أندخل؟ قالت عائشة: ادخلوا. قالوا: كلنا؟ قالت: نعم ادخلوا كلكم، ولا تعلم أن معهما ابن الزبير، فلما دخلوا دخل ابن الزبير الحجاب فاعتنق عائشة -رضي الله عنها-، وَطَفِقَ يُنَاشِدُهَا ويبكي، وطَفِقَ المِسْوَرُ، وعبد الرحمن يُنَاشِدَانِهَا إلا كَلّمَتْهُ وقَبِلَتْ منه، ويقولان: إن النبي -صلى الله عليه وسلم- نهى عما قد علمتِ من الهجرة؛ ولا يحل لمسلم أن يهجر أخاه فوق ثلاث ليال، فلما أكثروا على عائشة من التذكرة والتحريج، طَفِقَتْ تُذَكِّرُهُما وتبكي، وتقول: إني نَذَرْتُ والنذرُ شديدٌ. فلم يزالا بها حتى كلمت ابن الزبير، وأعتقت في نذرها ذلك أربعين رقبة، وكانت تَذْكُرُ نَذْرَهَا بعد ذلك فتبكي حتى تَبُلَّ دموعُها خمارَها.

Dari 'Auf bin Mālik -atau Ibnu al-Hāriṡ- bin aṭ-Ṭufail bahwa Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- diberitahu bahwa Abdullah bin az-Zubair -raḍiyallāhu 'anhumā- berbicara tentang penjualan atau pemberian yang diberikan Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-. Abdullah berkata, "Demi Allah, hendaknya Aisyah berhenti atau aku akan melarangnya untuk memberi." Aisyah bertanya, "Apakah dia (Ibnu Zubair) mengatakan seperti itu?" Mereka menjawab, "Ya." Aisyah lantas berkata, "Demi Allah, aku bernazar kepada Allah untuk tidak berbicara kepada Ibnu Zubair selamanya." Maka Ibnu Zubair pun meminta maaf kepada Aisyah ketika Aisyah lama mendiamkannya. Namun Aisyah tetap berkata, "Tidak, demi Allah, aku tidak akan memaafkannya dan tidak pula membatalkan nazarku." Ketika hal itu dirasakan Ibnu Zubair dengan cukup lama, maka Ibnu Zubair memberitahukan al-Miswar bin Makhramah dan Abdurrahman bin al-Aswad bin Abdu Yagūṡ, dan berkata kepada keduanya, "Aku memohon pada kalian berdua atas nama Allah agar kalian berdua memasukkanku ke rumah Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, sesungguhnya tidak halal baginya bernazar untuk memutuskan tali silaturrahmi." Lantas al-Miswar dan Abdurrahman pergi menemui Aisyah dengan membawa Ibnu Zubair, kemudian keduanya meminta izin kepada Aisyah, dan berkata, "Assalāmu 'alaiki waraḥmatullāhi wabarakātuhu, apakah kami boleh masuk?" Aisyah menjawab, "Masuklah kalian!" Mereka bertanya, "Kami semua?" Aisyah menjawab, "Ya, kalian semua." Aisyah tidak tahu kalau Ibnu Zubair juga ada bersama mereka berdua. Ketika mereka masuk rumah, Ibnu Zubair pun masuk ke dalam ruangan Aisyah, dan langsung memeluk -raḍiyallāhu 'anhā- dan menangis serta memintanya (atas nama Allah) untuk memaafkannya sembari menangis. Lantas al-Miswar dan Abdurrahman juga meminta Aisyah agar berbicara kepadanya dan menerimanya. Keduanya berkata, "Sesungguhnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah melarang untuk mendiamkan orang lain sebagaimana yang telah engkau ketahui. Sesungguhnya tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga hari." Ketika nasehat itu mengalir terus kepada Aisyah, Aisyah segera mengingatkan mereka (mengenai nazarnya) dan menangis, dan berkata, "Sesungguhnya aku telah bernazar, dan nazar itu sangatlah berat." Namun keduanya terus saja membujuknya sampai Aisyah berbicara dengan Ibnu Zubair. Dalam pembatalan nazarnya ini, Aisyah memerdekakan empat puluh budak. Maka Aisyah mengingat nazarnya setelah kejadian itu, ia pun menangis sehingga air matanya membasahi kerudungnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
سمع عبد الله بن الزبير -رضي الله عنهما- أن عائشة -رضي الله عنها- تبرعت وأعطت عطايا كثيرة، فاستكثر ذلك منها وقال: لئن لم تنته لأمنعنها من التصرف في مالها. وهذه كلمة شديدة بالنسبة لأم المؤمنين عائشة -رضي الله عنها-؛ لأنها خالته وعندها من الرأي والعلم والحلم والحكمة ما لا ينبغي أن يقال فيها ذلك القول، فسمعت -رضي الله عنها- بذلك وأُخبرت به أخبرها بذلك الواشون الذين يشون بين الناس ويفسدون بينهم بالنميمة، فلما وصلت هذه الكلمة إلى عائشة نذرت -رضي الله عنها- ألا تكلمه أبدًا؛ وذلك لشدة ما حصل لها من الانفعال على ابن أختها، وهجرتْه، ومن المعلوم أن هجر أم المؤمنين -رضي الله عنها- لابن أختها سيكون شديدًا عليه، فحاول أن يسترضيها، ولكنها صممت لأنها ترى أن النذر شديد، فاستشفع إليها برجلين من أصحاب رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، وفَعلا حيلةً بأم المؤمنين لكنها حيلة حسنة؛ لأنها أدت إلى مطلوب حسن، وهو الإصلاح بين الناس، فاستأذنا على عائشة -رضي الله عنها- فسلما عليها، ثم استأذناها في الدخول فقالا: ندخل. قالت: نعم. قالوا: كلنا. قالت: كلكم. ولم تعلم أن عبد الله بن الزبير معهما، لكنها لم تقل هل معكم عبد الله بن الزبير، فلم تستفصل وأتت بقول عام: ادخلوا كلكم، فدخلوا فلما دخلوا عليها وإذا عليها حجاب أمهات المؤمنين وهو عبارة عن ستر تستتر به أمهات المؤمنين لا يراهن الناس، وهو غير الحجاب الذي يكون لعامة النساء؛ لأن الحجاب الذي لعامة النساء هو تغطية الوجه والبدن، ولكن هذا حجاب يكون حاجبًا وحائلا بين أمهات المؤمنين والناس، فلما دخلا البيت دخل عبد الله بن الزبير الحجاب لأنه ابن أختها فهي من محارمه، فأكب عليها يقبلها ويبكي ويناشدها الله -عز وجل- ويحذرها من القطيعة ويبين لها أن هذا لا يجوز؛ لكنها قالت النذر شديد ثم إن الرجلين أقنعاها بالعدول عما صممت عليه من الهجر وذكراها بحديث النبي -صلى الله عليه وسلم- أنه لا يحل للمؤمن أن يهجر أخاه فوق ثلاث حتى اقتنعت وبكت وكلمت عبد الله بن الزبير، ولكن هذا الأمر أهمها جدًا، فكانت كلما ذكرته بكت -رضي الله عنها-؛ لأنه شديد، وقد أعتقت أربعين عبدًا من أجل هذا النذر ليعتق الله -تعالى- رقبتها من النار، وذلك من مزيد ورعها، وإلا فالواجب رقبة واحدة.
Abdullah bin az-Zubair -raḍiyallāhu 'anhumā- mendengar bahwa Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berderma dan memberi banyak sumbangan lalu dia menganggap banyak pemberian itu dan berkata, "Andai dia tidak berhenti, niscaya aku akan melarangnya mengurus hartanya." Ternyata kata-kata tersebut sangat menyakitkan bagi Ummul Mukminin Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- karena beliau adalah saudara perempuan ibu Ibnu Zubair serta memiliki keluasan pandangan, ilmu, kesabaran, dan hikmah yang membuatnya tidak layak untuk dikatakan seperti ucapan tersebut. Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- lantas mendengar hal itu dan diberitahu. Berita itu disampaikan oleh penebar gosip yang menebarkan gosip di antara manusia dan merusak hubungan antara mereka dengan adu domba. Ketika perkataan itu sampai kepada Aisyah, ia pun -raḍiyallāhu 'anhā- bernazar tidak akan berbicara kepadanya untuk selama-lamanya karena emosi yang dialaminya terhadap putra saudarinya (keponakannya) tersebut. Lalu beliau pun mengabaikannya (tidak mau berbicara dengannya). Sebagaimana diketahui bahwa tindakan tidak berbicara yang dilakukan Ummul Mukminin -raḍiyallāhu 'anhā- kepada keponakannya akan memberatkannya. Untuk itu, Abdullah bin az-Zubair berusaha membujuknya untuk berbicara dengannya, akan tetapi Aisyah tetap pada pendiriannya karena beliau menganggap bahwa nazar itu berat. Lantas Abdullah meminta syafaat kepada Aisyah melalui dua orang sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan keduanya melakukan rekayasa kepada Ummul Mukminin, namun rekayasa itu baik karena mengarah kepada tujuan yang baik, yaitu mendamaikan antara manusia. Lantas keduanya memohon izin kepada Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- dengan mengucapkan salam kepadanya lalu meminta izin kepadanya untuk masuk. Keduanya berkata, "Bolehkah kami masuk?" Ia menjawab, "Ya." Mereka berkata, "Kami semua?" Ia menjawab, "Kalian semua." Tentunya Aisyah tidak tahu bahwa Abdullah bin az-Zubair bersama kedua orang tersebut, tapi dia tidak bertanya, "Apakah kalian bersama Abdullah bin az-Zubair?" Beliau tidak merinci dan hanya mengatakan ucapan yang umum, "Masuklah kalian semua!" Mereka pun masuk. Saat mereka masuk kepadanya, ternyata dia (Aisyah) memasang hijab Ummahatul Mukminin, yaitu berupa tabir yang menutupi Ummahatul Mukminin tanpa bisa dilihat manusia. Hijab ini berbeda dengan hijab yang dikenakan wanita pada umumnya karena hijab untuk wanita pada umumnya berupa penutup wajah dan badan. Sedangkan hijab (Aisyah) merupakan tabir dan penghalang antara Ummahatul Mukminin dengan manusia. Setelah keduanya masuk ke rumah, masuklah Abdullah bin az-Zubair ke dalam hijab karena dia keponakannya dan Aisyah mahramnya. Lantas Abdullah bin az-Zubair bersimpuh kepadanya, menciumnya, menangis, memohon kepadanya atas nama Allah -'Azzā wa Jallā-, memperingatkannya tentang bahaya memutuskan silaturahmi, dan menjelaskan kepadanya bahwa hal itu tidak boleh. Akan tetapi ia (Aisyah) mengatakan bahwa nazar itu sangat berat dibatalkan. Selanjutnya kedua orang tersebut membujuknya untuk mengubah keputusannya berupa tidak mau berbicara kepadanya. Keduanya menuturkan hadis Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwa tidak dihalalkan bagi seorang mukmin untuk tidak berbicara kepada saudaranya lebih dari tiga hari, hingga Aisyah rela, menangis, dan berbicara kepada Abdullah bin az-Zubair. Hanya saja hal tersebut membuatnya sangat sedih sehingga setiap kali ia (Aisyah) teringat hal ini, dia pun menangis karena nazar tersebut berat. Dia memerdekakan empat puluh budak sahaya karena nazar tersebut agar Allah -Ta'ālā- memerdekakan dirinya dari neraka. Hal ini menunjukkan sifat wara'nya, sebab yang wajib adalah (memerdekakan) seorang budak sahaya saja.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8409

 
Hadith   1481   الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- خرج إلى قتلى أحد، فصلى عليهم بعد ثمان سنين كالمودع للأحياء والأموات
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pergi menuju (kuburan) korban perang Uhud lalu mendoakan mereka setelah delapan tahun (dari peristiwa itu) laksana orang yang mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati.

عن عقبة بن عامر -رضي الله عنه-: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- خرج إلى قتلى أحد، فصلى عليهم بعد ثمان سنين كالمُوَدِّعِ للأحياء والأموات، ثم طلع إلى المنبر، فقال: «إني بين أيديكم فَرَط ٌوأنا شهيد عليكم وإن مَوْعِدَكُمُ الحَوْضُ، وإني لأنظر إليه من مقامي هذا، ألَا وإني لست أخشى عليكم أن تُشركوا، ولكن أخشى عليكم الدنيا أن تَنَافَسُوهَا» قال: فكانت آخر نظرة نَظَرْتُها إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم-.
وفي رواية: «ولكني أخشى عليكم الدنيا أن تنافسوا فيها، وتَقْتَتِلوا فتَهْلِكوا كما هلك من كان قبلكم». قال عقبة: فكان آخر ما رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- على المنبر.
وفي رواية قال: «إني فَرَطٌ لكم وأنا شهيد عليكم وإني والله لأنظر إلى حوضي الآن، وإني أُعْطِيتُ مَفَاتِيحَ خَزَائِنِ الأرض، أو مَفَاتِيحَ الأرض، وإني والله ما أخاف عليكم أن تشركوا بعدي، ولكن أخاف عليكم أن تَنَافَسُوا فيها».

Dari 'Uqbah bin 'Āmir -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pergi menuju (kuburan) korban perang Uhud lalu mendoakan mereka setelah delapan tahun (dari peristiwa itu) laksana orang yang mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati. Selanjutnya beliau naik ke mimbar dan bersabda, "Sesungguhnya aku mendahului kalian (di telagaku), dan aku menjadi saksi atas kalian. Sesungguhnya tempat janji kalian adalah telaga, dan aku melihat kepadanya dari tempat berdiriku ini. Ketahuilah, sesungguhnya aku tidak khawatir kalian menjadi musyrik, tapi aku mengkhawatirkan kalian terhadap dunia bila kalian berlomba-lomba (memperebutkan)nya." 'Uqbah berkata, "Inilah tatapan terakhirku kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Dalam satu riwayat disebutkan, "Tetapi aku mengkhawatirkan kalian tentang dunia bila kalian berlomba-lomba (memperebutkan)nya dan saling membunuh sehingga kalian binasa sebagaimana binasanya orang-orang sebelum kalian." 'Uqbah berkata, "Itulah kali terakhir aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di atas mimbar." Dalam riwayat lain beliau bersabda, "Aku mendahului kalian dan aku adalah saksi atas kalian. Demi Allah, sesungguhnya aku sekarang melihat kepada telagaku, dan sesungguhnya aku telah diberi kunci-kunci perbendaharaan bumi atau kunci-kunci bumi. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak takut kalian akan menjadi musyrik setelahku, tetapi aku khawatir kalian berlomba-lomba dalam urusan dunia."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
خرج رسول الله -صلى الله عليه وسلم- إلى أحد فدعا للشهداء هناك، وكان هذا بعد ثمان سنين من الغزوة، ثم صعد المنبر -صلى الله عليه وسلم- وخطب الناس كالمودع لهم، وأخبر أنه يرى حوضه وأنه سيسبقهم إليه، وأنه شهيد عليهم، وأخبر أن أمته ستملك خزائن الأرض، وأخبر -صلى الله عليه وسلم- أنه لا يخشى على أمته الشرك، ولكنه خشي شيئا آخر الناس أسرع إليه وهو أن تفتح الدنيا على الأمة فيتنافسوها ويتقاتلوا عليها فتهلكهم كما أهلكت من قبلهم.
يقول عقبة -رضي الله عنه-: وكانت تلك المرة آخر مرة رأى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- على المنبر.
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pergi menuju Uhud lalu mendoakan para syuhada di sana. Ini terjadi setelah delapan tahun dari peristiwa perang Uhud. Selanjutnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- naik mimbar dan menyampaikan khotbah kepada orang-orang laksana orang yang mengucapkan selamat tinggal. Beliau mengabarkan bahwa beliau melihat telaganya dan beliau akan mendahului mereka ke telaga tersebut, serta beliau menjadi saksi atas mereka. Beliau juga mengabarkan bahwa umatnya akan memiliki perbendaharaan-perbendaharaan bumi, serta beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menuturkan bahwa beliau tidak khawatir umatnya menjadi musyrik, tetapi beliau mengkhawatirkan hal lain di mana manusia yang datang belakangan akan bersegera kepadanya, yaitu dibukanya dunia kepada umat ini sehingga mereka berlomba-lomba kepadanya, dan saling membunuh karenanya sehingga mereka pun binasa sebagaimana binasanya orang-orang sebelum mereka. 'Uqbah -raḍiyallāhu 'anhu- mengatakan bahwa itulah kali terakhir dia melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di atas mimbar.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8410

 
Hadith   1482   الحديث
الأهمية: أخبرنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم-    بما كان وبما هو كائن، فأعلمنا أحفظنا
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahukan kepada kami tentang sesuatu yang telah dan sedang (bahkan akan) terjadi. Maka orang yang paling tahu (alimt) di antara kami adalah orang yang paling hafal khotbah itu di antara kami.

عن أبي زيد عمرو بن أخطب الأنصاري -رضي الله عنه-: صلى بنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- الفجر، وصعد المنبر، فخطبنا حتى حضرت الظهر، فنزل فصلى، ثم صعد المنبر فخطبنا حتى حضرت العصر، ثم نزل فصلى، ثم صعد المنبر فخطبنا حتى غربت الشمس، فأخبرنا بما كان وبما هو كائن، فأَعْلَمُنَا أَحْفَظُنَا.

Dari Abu Zaid Amru bin Akhṭab Al-Anṣāri -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengimami kami salat Subuh, kemudian naik ke atas mimbar dan berkhotbah pada kami sampai datang waktu salat Zuhur. Lantas beliau turun untuk salat. Selanjutnya beliau naik lagi ke atas mimbar lalu berkhotbah kepada kami sampai datang waktu salat Ashar. Beliau lalu turun, kemudian salat. Setelah itu, beliau naik ke atas mimbar lalu berkhotbah kepada kami sampai terbenam matahari. Kemudian beliau memberitahukan kepada kami tentang sesuatu yang telah dan sedang (bahkan akan) terjadi. Maka orang yang paling tahu (alim) diantara kami adalah orang yang paling hafal khotbah itu di antara kami."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر الصحابي عمرو بن أخطب -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- صلى الفجر ذات يوم، وصعد المنبر وخطب الناس حتى أذن الظهر، ثم نزل فصلى الظهر، ثم عاد فصعد المنبر وخطب حتى أذن العصر، فنزل وصلى العصر، ثم صعد المنبر فخطب حتى غابت الشمس، يعني بذلك أنه خطب يومًا كاملًا من صلاة الفجر إلى غروب الشمس، أعلمه الله -عز وجل- في ذلك اليوم شيئا من علوم الغيب الماضية، ومن الغيوب المستقبلة، وأخبر بها -صلى الله عليه وسلم- أصحابه، فأعلمهم بما قال ذلك اليوم هو من حفظ ورسخ ذلك في ذهنه.
Sahabat mulia Amru bin Akhṭab -raḍiyallāhu 'anhu- ini mengabarkan bahwa suatu hari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengimami salat Subuh lalu naik ke atas mimbar dan berkhotbah sampai tiba azan Zuhur. Beliau turun lalu melaksanakan salat Zuhur. Beliau kembali lagi lalu naik ke atas mimbar dan berkhotbah sampai tiba azan Asar. Beliau turun dan melaksanakan salat Asar. Setelah itu naik ke atas mimbar lalu berkhotbah sampai terbenam matahari - yakni, sehari penuh dari salat Subuh sampai terbenam matahari, beliau berkhotbah - Pada hari itu, Allah- 'Azza wa Jalla- memberitahu beliau sebagian ilmu gaib tentang masa silam dan hal-hal gaib di masa mendatang. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun memberi tahu para sahabatnya. Orang yang paling tahu hal itu adalah orang yang paling hafal dan hal itu tetap tersimpan di benaknya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8411

 
Hadith   1483   الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أمر بقتل الأوزاغ وقال: كان ينفخ على إبراهيم
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkannya untuk membunuh cecak dan beliau bersabda, "Dahulu cecak itu meniup-niup api (agar semakin berkobar) membakar Nabi Ibrahim."

عن أم شريك -رضي الله عنها- : أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أمرها بِقَتْلِ الأَوْزَاغِ وقال: «كان يَنْفُخُ على إبراهيم».

Dari Ummu Syuraik -raḍiyallāhu 'anhā- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkannya (Ummu Syuraik) untuk membunuh cecak dan beliau bersabda, "Dahulu cecak itu meniup-niup api (agar semakin berkobar) membakar Nabi Ibrahim."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أمر النبي صلى الله عليه وسلم بقتل الوزغ، وأخبر أنه كان ينفخ النار على إبراهيم من أجل أن يشتد لهبها؛ مما يدل على عداوته التامة لأهل التوحيد والإخلاص، وكل ما أُمر بقتله لم يجز أكله.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan untuk membunuh cecak dan beliau mengabarkan bahwa cecak meniup api kepada Ibrahim agar kobarannya semakin dahsyat. Ini menunjukkan permusuhannya yang sempurna kepada pemeluk tauhid dan keikhlasan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8412

 
Hadith   1484   الحديث
الأهمية: من قتل وزغا في أول ضربة كتب له مائة حسنة، وفي الثانية دون ذلك، وفي الثالثة دون ذلك
Tema: Siapa yang membunuh tokek dengan satu pukulan, maka dituliskan baginya seratus kebaikan. Membunuhnya dengan dua pukulan, maka baginya lebih sedikit dari yang pertama. Jika membunuhnya dengan tiga pukulan, maka baginya lebih sedikit dari yang kedua.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «من قتل    وَزَغَةً فِي أَوَّلِ ضَرْبَةٍ فله كذا وكذا حسنة، ومن قتلها في الضَّرْبَةِ الثانية فله كذا وكذا حسنة دون الأولى، وإن قتلها في الضربة الثالثة فله كذا وكذا حسنة». وفي رواية: «من قتل    وَزَغًا في أول ضربة كتب له مائة حسنة، وفي الثانية دون ذلك، وفي الثالثة دون ذلك».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang membunuh tokek dengan satu pukulan, maka baginya sekian kebaikan. Siapa yang membunuhnya dengan dua kali pukulan, maka baginya sekian kebaikan lebih sedikit dari yang pertama. Jika membunuhnya dengan tiga pukulan, maka baginya sekian kebaikan." Dalam riwayat lain disebutkan, "Siapa yang membunuh tokek dengan satu pukulan, maka dituliskan baginya seratus kebaikan. Membunuhnya dengan dua pukulan, maka baginya lebih sedikit dari yang pertama. Jika membunuhnya dengan tiga pukulan, maka baginya lebih sedikit dari yang kedua."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
حث النبي -صلى الله عليه وسلم- على قتل الوزغ ورغب فيه؛ فأخبر أن من قتله في الضربة الأولى كتب له مائة حسنة، ومن قتله في الضربة الثانية فله أقل من ذلك، ومن قتله في الثالثة فله أقل من ذلك، والحكمة من قتلها أنها كانت تنفخ النار على إبراهيم -عليه السلام- وأنها ضارة سامة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyuruh dan menganjurkan kita untuk membunuh cicak (tokek) dan beliau memberitahu bahwa orang yang membunuhnya dengan satu pukulan, maka baginya ditulis seratus kebaikan. Siapa membunuhnya dengan dua kali pukulan, maka baginya kebaikan yang lebih sedikit dari yang pertama. Siapa membunuhnya dengan tiga pukulan, maka baginya kebaikan yang lebih sedikit dari itu. Hikmah membunuhnya adalah karena dia yang meniup api yang membakar Ibrahim -‘alaihissalām-. Disamping itu dia juga berbahaya dan beracun.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8413

 
Hadith   1485   الحديث
الأهمية: قال رجل لأتصدقن بصدقة، فخرج بصدقته فوضعها في يد سارق، فأصبحوا يتحدثون: تصدق على سارق!
Tema: Sungguh, aku akan menyedekahkan satu sedekah. Lantas ia keluar membawa sedekahnya dan meletakkannya di tangan seorang pencuri

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «قال رجل لأَتَصَدَّقَنَّ بصدقة، فخرج بصدقته فوضعها في يد سارق، فأصبحوا يتحدثون: تُصُدِّقَ على سارق! فقال: اللهم لك الحمد لأَتَصَدَّقَنَّ بصدقة، فخرج بصدقته فوضعها في يد زانية؛ فأصبحوا يتحدثون: تُصُدِّقَ الليلة على زانية! فقال: اللهم لك الحمد على زانية! لأَتَصَدَّقَنَّ بصدقة، فخرج بصدقته فوضعها في يد غني، فأصبحوا يتحدثون: تُصُدِّقَ على غني؟ فقال: اللهم لك الحمد على سارق وعلى زانية وعلى غني! فأتي فقيل له: أما صدقتك على سارق فلعله أن يَسْتَعِفَّ عن سرقته، وأما الزانية فلعلها تَسْتَعِفُّ عن زناها، وأما الغني فلعله أن يَعْتَبِرَ فيُنْفِقَ مما أعطاه الله».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Seseorang mengatakan, sungguh, aku akan menyedekahkan satu sedekah. Lantas ia keluar membawa sedekahnya dan meletakkannya di tangan seorang pencuri. Keesokan harinya orang-orang membicarakan, "Ada seorang pencuri diberi sedekah!" Orang itu berkata, "Ya Allah, bagi-Mu segala pujian, sungguh aku akan menyedekahkan satu sedekah lagi." Ia keluar membawa sedekahnya lalu meletakkannya di tangan wanita pezina. Keesokan harinya orang-orang membicarakan, "Semalam seorang pezina diberi sedekah!" Ia berkata, "Ya Allah, bagi-Mu segala pujian atas (rezeki yang Engkau berikan pada) seorang pezina. Sungguh aku akan menyedekahkan satu sedekah lagi." Ia keluar membawa sedekahnya lalu meletakkannya di tangan orang kaya. Pagi harinya orang-orang membicarakan, "Seorang kaya diberi sedekah!" Ia berkata, "Ya Allah, bagi-Mu segala pujian atas (rezeki yang engkau berikan) pada seorang pencuri, seorang pezina dan orang kaya." Orang itu didatangi dan dikatakan padanya, "Tentang sedekahmu pada pencuri barangkali ia akan menghentikan tindak pencuriannya, tentang (sedekahmu) pada wanita pezina barangkali ia akan menghentikan praktek zinanya dan tentang (sedekahmu) pada orang kaya barangkali ia mengambil pelajaran lalu menginfakkan sebagian harta yang Allah berikan padanya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبرنا النبي -صلى الله عليه وسلم- بخبر من أخبار الأمم المضية لأخذ العبرة منها فقال ما معناه: خرج رجل ليتصدق، ومعروف أن الصدقة على الفقراء والمساكين، فوقعت صدقته في يد سارق فأصبح الناس يتحدثون تصدق الليلة على سارق، والسارق ينبغي أن يعاقب؛ لا أن يعطى وينمى ماله، فقال هذا الرجل المتصدق: الحمد لله؛ لأن الله تعالى محمود على كل حال، ثم خرج هذا الرجل فقال: لأتصدقن الليلة، فوقعت صدقته في يد امرأة بغي تمكن الناس من الزنا بها، فأصبح الناس يتحدثون تصدق الليلة على زانية، وهذا شيء لا يقبله العقل ولا الفطرة، فقال: الحمد لله، ثم قال لأتصدقن الليلة -وكأنه رأى أن صدقته الأولى والثانية لم تقبل- فتصدق فوقعت في يد غني، والغني ليس من أهل الصدقة بل من أهل الهدية والهبة وما أشبه ذلك، فأصبح الناس يتحدثون تصدق الليلة على غني، فقال: الحمد لله، على سارق وعلى زانية وعلى غني.
   وقد كان يريد أن تقع صدقته في يد فقير متعفف نزيه لكن كان أمر الله قدرًا مقدورًا، فقيل له بواسطة نبي تلك الأمة: إن صدقاتك الثلاثة قد قبلت؛ لأنه مخلص قد نوى خيرًا لكنه لم يتيسر له، وأما السارق فلعله أن يستعف عن السرقة يقول هذا مال يكفيني، وأما البغِي فلعلها أن تستعف عن الزنا؛ لأنها ربما كانت تزني والعياذ بالله ابتغاء المال وقد حصل لها ما يكفها عن الزنا، وأما الغني فلعله يعتبر فينفق مما آتاه الله.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyampaikan pada kita salah satu berita dari umat yang telah berlalu untuk diambil pelajarannya. Beliau bersabda yang maknanya; seseorang keluar untuk bersedekah dan sebagaimana yang sama-sama diketahui bahwa sedekah itu biasanya diberikan pada kaum fakir dan miskin, namun sedekahnya ini ternyata jatuh ke tangan pencuri. Maka, pada pagi harinya orang-orang memperbincangkan, "Tadi malam seorang pencuri malah diberi sedekah, padahal pencuri itu perlu dihukum, bukan malah diberi dan diperbanyak hartanya." Orang yang bersedekah ini hanya mengucapkan, "Segala puji bagi Allah", karena Allah -Ta'ālā- itu terpuji dalam segala keadaan. Kemudian orang tersebut keluar dan mengatakan, "Malam ini sungguh aku akan bersedekah lagi." Tapi sedekahnya jatuh di tangan seorang pelacur yang membiarkan orang melakukan zina dengannya. Pagi harinya orang-orang memperbincangkan, "Semalam seorang pelacur diberi sedekah, dan ini adalah hal yang tidak masuk akal dan tidak sesuai fitrah." Ia hanya berkata, "Segala puji bagi Allah." Kemudian mengucapkan, "Sungguh malam ini akan bersedekah lagi." -Sepertinya ia melihat sedekahnya yang pertama dan kedua tidak diterima-. Ia pun memberikan sedekah dan ternyata jatuh di tangan orang kaya, padahal orang kaya itu tidak layak diberi sedekah, namun ia seharusnya diberi hadiah, hibah dan semacamnya. Orang-orang pun memperbincangkan, "Semalam orang kaya malah diberi sedekah." Ia berkata, "Segala puji bagi Allah atas (rezeki yang Dia berikan) pada pencuri, pelacur dan orang kaya." Sebenarnya, ia ingin sedekahnya jatuh di tangan orang fakir yang menahan diri dari mengemis, akan tetapi keputusan Allah telah ditetapkan. Maka dikatakan pada orang itu melalui Nabi umat tersebut, "Ketiga sedekahmu telah diterima." Sebabnya adalah ia ikhlash dan telah meniatkan kebaikan, hanya saja hal itu tidak bisa ia wujudkan. Tentang pencuri (yang diberi sedekah), barangkali (dengan sedekah itu) ia akan menghentikan perbuatan mencurinya seraya mengatakan, "Harta ini telah mencukupiku." Sedang pelacur, barangkali (dengan sedekah itu) ia menghentikan praktek zina, karena bisa jadi ia berzina -kita berlindung pada Allah darinya- untuk mencari harta, dan ia telah memperoleh harta yang membuatnya menahan diri dari berzina. Adapun orang kaya, barangkali (dengan sedekah itu) ia bisa mengambil pelajaran lalu menginfakkan sebagian harta yang Allah berikan padanya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8414

 
Hadith   1486   الحديث
الأهمية: أفلا تتقي الله في هذه البهيمة التي مَلَّكَك الله إياها؟ فإنه يَشْكُو إلي أنك تُجِيعه وتُدْئِبه
Tema: Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah terkait binatang yang telah Allah jadikan milikmu? Sesungguhnya ia mengadu kepadaku bahwa engkau telah membuatnya lapar dan menyusahkannya

عن أبي جعفر عبد الله بن جعفر -رضي الله عنهما-، قال: أرْدَفَنِي رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ذات يوم خلفه، وأَسَرَّ إليَّ حديثا لا أُحَدِّث به أحدًا من الناس، وكان أَحَبَّ ما اسْتَتَرَ به رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لحاجته هَدَفٌ أو حائشُ نَخْل. يعني: حائط نخل.
فدخل حائطا لرجل من الأنصار، فإذا فيه جَمَل، فلما رأى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- جَرْجَر وذَرَفَتْ عيناه، فأتاه النبي -صلى الله عليه وسلم- فمسَح سَرَاته -أي: سنامه- وذِفْرَاه فسَكَن، فقال: «مَن رَبُّ هذا الجمل؟ لمن هذا الجمل؟». فجاء فَتًى من الأنصار، فقال: هذا لي يا رسول الله. قال: «أفلا تتقي الله في هذه البهيمة التي مَلَّكَك الله إياها؟ فإنه يَشْكُو إلي أنك تُجِيعه وتُدْئِبه».

Dari Abu Ja'far Abdullah bin Ja'far -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, "Suatu hari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memboncengku di belakangnya kemudian beliau membisikkan suatu perkataan yang tidak akan aku ceritakan kepada siapa pun. Biasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- suka menjadikan tempat tinggi atau sekumpulan pohon kurma untuk menutupi beliau saat buang hajat. Lantas beliau masuk ke sebuah kebun milik lelaki Anṣār. Ternyata di dalamnya ada seekor unta. Unta itu merintih dan mengeluarkan air mata saat melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Nabi - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun mendatanginya lalu mengusap punuknya dan tulang di belakang telinganya, sehingga unta itu pun tenang. Beliau bertanya, "Siapa tuan unta ini? Milik siapa unta ini?" Lantas seorang pemuda Anṣār datang lalu berkata, "Unta ini milikku, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah terkait binatang yang Allah menjadikannya milikmu? Sesungguhnya ia mengadu kepadaku bahwa engkau telah membuatnya lapar dan kelelahan."

عن عبد الله بن جعفر رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم أركبه خلفه ذات ليلة على الدابة، وكتم إليه بشيء من القول لا يحب رضي الله عنه أن يحدث به الناس، لأنه سر النبي صلى الله عليه وسلم، وأخبر أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يحب إذا أراد قضاء حاجته أن يستتر إما بشيء مرتفع، أو ببستان يجتمع فيه النخل حتى لا يراه أحد، وهذا البستان مكان فيه زرع مرتفع لكنه لا يصلح لجلوس الناس فيه، وأن النبي صلى الله عليه وسلم دخل بستانا لرجل من الأنصار فوجد جملا، فلما رأى الجملُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم بكى؛ فمسح النبي صلى الله عليه وسلم سنامه وخلف أذنه، ثم سأل عن صاحب الجمل، فجاء فتى من الأنصار وأخبر أنه صاحبه، فقال له النبي صلى الله عليه وسلم: أفلا تتقي الله الذي جعلك مالكا لهذا الجمل، فإنه شكى لي أنك تجيعه وتتعبه.

Dari Abdullah bin Ja'far -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa suatu malam Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memboncengnya di belakangnya, dan beliau membisikkan suatu perkataan rahasia kepadanya - raḍiyallāhu 'anhu- yang ia tidak mau menceritakannya kepada orang lain karena hal tersebut merupakan rahasia Nabi - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Dia mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila hendak buang hajat-, beliau suka menutup diri dengan sesuatu yang tinggi atau kebun yang banyak pohon kurmanya sehingga tidak ada seorang pun yang melihatnya. Kebun tersebut merupakan tempat (lahan) berisi tanaman yang tinggi tapi tidak cocok untuk dijadikan tempat duduk oleh manusia. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk ke sebuah kebun milik seorang lelaki Ansar lalu beliau menemukan seekor unta. Unta itu menangis saat melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengusap punuknya dan bagian belakang telinganya lalu menanyakan tentang pemilik unta itu. Lantas datanglah seorang pemuda Ansar dan memberitahu beliau bahwa dialah pemiliknya. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepada pemuda itu, "Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah yang telah menjadikanmu pemilik unta ini. Sesungguhnya unta ini mengadu kepadaku bahwa engkau telah membuatnya lapar dan letih."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad - Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8842

 
Hadith   1487   الحديث
الأهمية: عن أنس -رضي الله عنه- قال: كنا إذا نَزَلْنا مَنْزِلًا، لا نُسَبِّحَ حتى نَحُلَّ الرِّحال
Tema: Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, “Dahulu apabila kami telah sampai di suatu ‎persinggahan, kami tidak bertasbih (mendirikan salat) sehingga kami menurunkan (terlebih ‎dahulu) barang bawaan dari hewan tunggangan.”‎

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- قال: كنا إذا نَزَلْنا مَنْزِلًا، لا نُسَبِّحَ حتى نَحُلَّ الرِّحال.

Dari Anas bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, “Dahulu apabila kami telah sampai di suatu ‎persinggahan, kami tidak segera mengerjakan salat sunah sehingga kami menurunkan (terlebih ‎dahulu) barang bawaan dari hewan tunggangan.”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر أنس -رضي الله عنه- أن الصحابة -رضي الله عنهم- كانوا إذا سافروا, ثم وقفوا في مكان للراحة ونحوها أو وصلوا لوجهتهم, لم يبادروا لصلاة النافلة -مع حرصهم على الصلاة- حتى يريحوا الدواب التي تحمل أمتعة المسافرين، وذلك بسرعة إنزال الأمتعة عنها, تخفيفًا عنها ورحمةً بها.
Anas -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- apabila mereka bepergian lalu berhenti di satu tempat untuk istirahat atau sampai ke arah (yang mereka tuju), mereka tidak langsung melaksanakan salat sunah -padahal mereka sangat menjaga salat- hingga mereka mengistirahatkan terlebih dahulu hewan tunggangan yang membawa barang-barang para musafir dengan cara bersegera menurunkan barang-barang dari hewan itu untuk meringankan bebannya dan sebagai rasa belas kasihan padanya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8844

 
Hadith   1488   الحديث
الأهمية: ما مِنْكُمْ من أحَدٍ إلا وقد كُتِبَ مَقْعَدُه من النَّار ومَقْعَدُه من الجنَّة
Tema: Tak seorang pun dari kalian kecuali telah ditetapkan tempatnya di neraka dan tempatnya di surga.

عن علي -رضي الله عنه- قال: كُنَّا في جَنَازة في بَقِيعِ الغَرْقَدِ، فَأتَانَا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فَقَعَدَ، وَقَعَدْنَا حَوْلَه ومعه مِخْصَرَةٌ فَنَكَّسَ وجعل يَنْكُتُ بِمِخْصَرَتِهِ، ثم قال: «ما مِنْكُمْ من أحَدٍ إلا وقد كُتِبَ مَقْعَدُه من النَّار ومَقْعَدُه من الجنَّة» فقالوا: يا رسول الله، أفلا نَتَّكِلُ على كِتَابِنَا؟ فقال: «اعملوا؛ فَكلٌّ مُيَسَّرٌ لما خُلِقَ له...» وذكر تمام الحديث.

Dari Ali -raḍiyallāhu 'anhu- ia mengatakan, "Kami sedang menyelenggarakan (pemakaman) jenazah di Baqī' al-Garqad,maka datanglah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menemui kami, lalu beliau duduk, dan kami pun ikut duduk di sekitar beliau, sedang beliau memegang sebuah tongkat. Beliau lalu menunduk dan mengetuk-ngetukkan tongkat (ke tanah), kemudian bersabda, "Tak seorang pun dari kalian kecuali telah ditetapkan tempatnya di neraka dan tempatnya di surga." Mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa kita tidak memasrahkan diri pada ketetapan (takdir) kita saja?" Beliau menjawab, "Beramallah kalian, karena masing-masing akan dimudahkan menggapai apa yang diciptakan untuknya..." hingga akhir hadis.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان الصحابة -رضي الله عنهم- في جنازة أحدهم في مَقبرة أهل المدينة، فقَعَد النبي -صلى الله عليه وسلم- بين أصحابه، وكان بيده عصا، فنَكَّس رأسه وطأطأه إلى الأرض كالمتفكر المهموم، وجعل ينكش الأرض بالعصا، ثم قال: إن الله -تعالى- قد كتب مقادير الناس وكتب مقاعدهم في الجنَّة وفي النَّار.
فلما سمعوا ذلك من النبي -صلى الله عليه وسلم- قالوا: ما دام أنه قد سبق القضاء والقدر؛ بأن الشقي شقي، وأن السعيد سعيد، وأن الذي في الجنة في الجنة، والذي في النار في النار، فما دام الأمر كذلك، ألا نترك العمل؛ لأنه لا فائدة في السعي، فإن كل شيء مكتوب ومُقدر.
فأجابهم بقوله: اعملوا ولا تتكلوا على ما قَدَّره الله من خير أو شرٍّ، بل اعملوا بمقتضى ما أمرتم به وانتهوا عما نُهيتم عنه، فإن الجنة لا تأتي إلا بعمل والنار لا تأتي إلا بعمل، فلا يدخل النار إلا من عمل بعمل أهل النار، ولا يدخل الجنة إلا من عمل بعمل أهل الجنة، فَكلٌّ مُيَسَّرٌ لما خُلِقَ له من خَيْرٍ أو شَرٍّ، فمن كان من أهل السعادة يسره الله لعمل أهل السعادة، ومن كان من أهل الشقاوة يسره الله لعمل أهل الشقاوة.
Saat itu para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- sedang dalam proses pemakaman jenazah salah seorang dari mereka di pemakaman penduduk Madinah. Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- duduk di antara sahabat-sahabat beliau sedangkan tangan beliau memegang tongkat. Beliau lalu menundukkan kepala dan mengangguk-anggukkannya ke tanah seperti orang yang sedang berpikir galau sambil mengetuk-ngetuk tanah dengan tongkat. Kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- telah menetapkan takdir-takdir manusia dan Dia telah menetapkan tempat mereka di surga dan di neraka." Ketika mereka mendengar kata-kata ini dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, mereka berkata, "Selagi ketetapan dan takdir telah berlalu, bahwa orang yang celaka akan celaka dan orang yang bahagia akan bahagia, dan bahwa orang yang ditetapkan di surga akan berada di surga dan orang yang ditetapkan di neraka akan menghuni neraka, jadi selagi permasalahannya seperti ini, maka bukankah kita lebih baik meninggalkan amalan, mengingat tidak adanya manfaat dalam berusaha dikarenakan segala sesuatu telah ditulis dan ditetapkan?" Beliau memberi mereka jawaban dengan bersabda, "Beramallah dan jangan pasrah pada apa yang Allah tetapkan berupa kabaikan maupun keburukan. Tapi beramallah sesuai yang diperintahkan pada kalian dan hindarilah apa-apa yang dilarang bagi kalian, sebab surga tidak diraih kecuali dengan amal (kebaikan) dan neraka tidak didapatkan kecuali dengan amal (keburukan). Tidak masuk surga selain orang yang melakukan perbuatan penduduk neraka dan tidak masuk surga selain orang yang mengamalkan perbuatan penghuni surga. Masing-masing akan dimudahkan pada kebaikan atau keburukan yang telah diciptakan untuknya. Maka barang siapa yang termasuk pemilik kebahagiaan (surga), pasti Allah mudahkan melakukan amalan pemilik kebahagiaan, dan barang siapa yang termasuk orang celaka, pasti Allah mudahkan melakukan amalan orang yang celaka."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8869

 
Hadith   1489   الحديث
الأهمية: أيُّما مُسلم شَهِد له أربعة بخير، أدخله الله الجنة
Tema: Muslim manapun yang diberikan kesaksian baik oleh empat orang bagi dirinya niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga.

عن أبي الأسود، قال: قَدِمْتُ المدينة، فَجَلَسْتُ إلى عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- فَمَرَّتْ بهم جَنازة، فَأُثْنِيَ على صاحِبِها خيراً، فقال عمر: وجَبَتْ، ثم مَرَّ بأُخْرَى فَأُثْنِيَ على صاحِبِها خيراً، فقال عمر: وجَبَتْ، ثم مَرَّ بالثالثة، فَأُثْنِيَ على صاحِبِها شَرَّا، فقال عمر: وجَبَتْ، قال أبو الأسود: فقلت: وما وجَبَتْ يا أمير المؤمنين؟ قال: قلت كما قال النبي -صلى الله عليه وسلم-: «أيُّما مُسلم شَهِد له أربعة بخير، أدخله الله الجنة» فقلنا: وثلاثة؟ قال: «وثلاثة» فقلنا: واثنان؟ قال: «واثنان» ثم لم نَسْأَلْهُ عن الواحد.

Dari Abu Aswad, ia menuturkan, "Aku tiba di Madinah, lalu aku duduk menghadap Umar bin Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu-. Kemudian lewatlah satu jenazah pada mereka, lantas orangnya diberikan pujian yang baik, maka Umar berkata, "Telah ditetapkan (baginya)." Kemudian lewat jenazah lain, lantas orangnya diberikan pujian yang baik, maka Umar berkata, "Telah ditetapkan (baginya)." Kemudian lewat jenazah ketiga, namun orangnya diberikan celaan, maka Umar berkata, "Telah ditetapkan (baginya)." Abu Aswad mengatakan, "Maka aku bertanya, apa maksud "telah ditetapkan (baginya)" itu wahai Amirul-Mukminin?" Ia menjawab, "Aku mengucapkan seperti yang disabdakan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Muslim manapun yang diberikan kesaksian baik oleh empat orang bagi dirinya niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga." Kami bertanya, "Kalau tiga orang?" Beliau bersabda, "Dan juga tiga orang." Kami bertanya, "Kalau dua orang?" Beliau bersabda, "Dan juga dua orang." Kemudian kami tidak bertanya pada beliau tentang (kesaksian) satu orang."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
مَرَّت جَنازة على عمر -رضي الله عنه- وكان معه بعض الناس، فشهدوا لها بالخير والصلاح، فقال عمر -رضي الله عنه-: ثبت له ذلك، ثم مَرَّت جَنازة أخرى، فشهدوا لها بالخير والصلاح كالجنازة الأولى، فقال عمر -رضي الله عنه-: ثبت له ذلك، ثم مَرَّت جَنازة ثالثة، فشهدوا عليها بسوء حالها، فقال عمر -رضي الله عنه-: ثبت لها ذلك. فأشكل على أبي الأسود قول عمر -رضي الله عنه- فأراد بيان معنى ذلك، فقال رضي الله عنه: قلت كما قال النبي -صلى الله عليه وسلم-: أيُّما مُسلم شَهِد له أربعة من أهل الخير والصلاح أنه من أهل الخير والصلاح، ثبتت له الجنة، فقال الصحابة عندما سمعوا ذلك من النبي -صلى الله عليه وسلم-: ومن شهد له ثلاثة بخير؟ قال: وهكذا لو شهد له ثلاثة بخير وجَبَتْ له الجنَّة، فقال الصحابة: ومن شهد له اثنان، هل يكون من أهل الجنَّة؟ قال: ومن شهد له اثنان وجَبَتْ له الجنَّة، ولم نسأله عَمَّن شَهِد له واحد من الناس بالخير أيدخل الجنَّة؟
Tema: Satu jenazah melewati Umar -raḍiyallāhu 'anhu- yang sedang bersama beberapa orang, lalu mereka memberikan kesaksian pada jenazah ini dengan sikap baik dan kesalehannya, maka Umar -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Itu telah ditetapkan baginya." Kemudian lewat jenazah lain, lalu mereka memberikan kesaksian pada jenazah ini dengan sikap baik dan kesalehannya, seperti jenazah pertama. Umar -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Itu telah ditetapkan baginya." Berikutnya lewat jenazah ketiga, lalu mereka memberikan kesaksian pada jenazah ini dengan buruknya perangainya. Maka Umar -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Itu telah ditetapkan baginya." Ucapan Umar -raḍiyallāhu 'anhu- ini kurang jelas maksudnya bagi Abu Aswad, maka ia pun menginginkan penjelasan maksudnya. Umar -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Aku mengatakan ini seperti sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Muslim manapun yang diberikan kesaksian oleh empat orang yang baik lagi saleh bahwa ia termasuk orang yang baik dan saleh niscaya surga telah ditetapkan baginya." Ketika para sahabat mendengar hal ini dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, mereka berkata, "Bagaimana dengan orang yang diberi kesaksian kebaikan oleh tiga orang?" Beliau menjawab, "Demikian pula seandainya tiga orang yang memberikan kesaksian kebaikan padanya, maka surga telah ditetapkan baginya." Para sahabat bertanya lagi, "(Bagaimana dengan) orang yang diberi kesaksian baik oleh dua orang, apakah ia juga termasuk penghuni surga?" Beliau besabda, "Juga orang yang diberi kesaksian baik oleh dua orang, surga pasti ditetapkan baginya." Namun kami tidak menanyakan pada beliau tentang orang yang diberi kesaksian baik oleh satu orang saja, apakah ia masuk surga?"

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8870

 
Hadith   1490   الحديث
الأهمية: ما مِنْكُنَّ من امرأة تُقَدِّمُ ثَلاَثَة من الولد إلا كانوا حِجَابًا من النَّارِ
Tema: Tidaklah seorang wanita dari kalian yang didahului wafat oleh tiga orang anaknya kecuali mereka menjadi tirai baginya dari neraka.

عن أبي سعيد الخُدْرِي -رضي الله عنه- قال: جاءت امرأة إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقالت: يا رسول الله، ذهب الرجال بِحَدِيثِكَ، فاجْعَل لنَا من نَفْسِك يومًا نَأتِيكَ فيه تُعَلِّمُنَا مما عَلَّمَكَ الله، قال: «اجْتَمِعْنَ يَوَم كَذَا وكَذَا» فَاجْتَمَعْنَ، فأتَاهُنَّ النبي -صلى الله عليه وسلم- فَعَلَّمَهُنَّ مما عَلَّمَهُ الله، ثم قال: «ما مِنْكُنَّ من امرأة تُقَدِّمُ ثَلاَثَة من الولد إلا كانوا حِجَابًا من النَّارِ» فقالت امرأة: واثنين؟ فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «واثنين».

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- menuturkan, "Seorang wanita datang pada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, para lelaki pergi membawa hadis Anda. Maka tetapkan untuk kami satu hari di mana kami mendatangi Anda agar Anda mengajarkan pada kami apa yang Allah ajarkan pada Anda." Beliau bersabda, "Berkumpullah kalian di hari ini dan itu." Lalu mereka berkumpul. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendatangi mereka lalu mengajarkan pada mereka apa yang Allah ajarkan pada beliau. Kemudian beliau bersabda, "Tidaklah seorang wanita dari kalian yang didahului wafat oleh tiga orang anaknya kecuali mereka menjadi tirai baginya dari neraka." Seorang wanita berkata, "Dan dua orang?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Dan juga dua orang."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
قالت امرأة للنبي -صلى الله عليه وسلم-: شغلك عنَّا الرجال الوقت كله، فأصبحنا لا نجد وقتا نَلقَاك فيه ونسألك عن ديننا، لملازمتهم لك سائر اليوم؛ فخُصَّنا معشر النساء بيوم نَلقَاك فيه لتُعَلِّمَنا فيه أمور ديننا، فخَصص النبي -صلى الله عليه وسلم- لهنَّ يوما يجتمعن فيه، فاجتمعت النسوة في اليوم الذي خَصَّه النبي -صلى الله عليه وسلم- لهُنَّ، فأتاهن فعلمهن مما علمه الله مما يحتجن إليه من العلم، ثم بَشَّرهن أنه ليس مِنْهنَّ امرأة يموت لها ثلاثة من أولادها ذكوراً أو إناثاً فتقدمهم للدار الآخرة صابرة محتسبة إلا كان مُصابها فيهم وقاية لها من النَّار وإن استوجبتها بذنوبها، فقالت امرأة: وإن مات لها اثنان، هل لها أجْر من مات لها ثلاثة من الولد؟
فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: وكذلك إن مات لها اثنان من الولد، فأجْرُها أجْرُ من مات لها ثلاثة من الولد.
Seorang wanita berkata pada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- "Kaum lelaki menyibukkan Anda dari memberikan perhatian pada kami di sepanjang waktu, sehingga kami tidak mendapati waktu untuk menemui Anda dan menanyakan urusan agama kami pada Anda, karena mereka terus menyertai Anda di sepanjang waktu. Maka berilah kami, kaum wanita, satu hari khusus di mana kami menemui Anda agar Anda mengajarkan perkara-perkara agama pada kami. Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengkhususkan satu hari untuk mereka berkumpul. Maka pada hari yang telah ditetapkan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tersebut, para wanita berkumpul. Beliau mendatangi mereka lalu mengajarkan pada mereka ilmu yang Allah ajarkan pada beliau dan mereka butuhkan. Kemudian beliau memberi mereka kabar gembira bahwa tak seorang wanita pun dari mereka yang didahului (wafat) tiga anaknya, laki-laki maupun perempuan, ke negeri akhirat, sedang ia menghadapinya dengan sabar dan mengharap pahala, kecuali musibah yang ia terima akibat kematian mereka ini menjadi pelindungnya dari neraka, meskipun ia layak memasukinya karena dosa-dosanya. Lalu seorang wanita berkata, "Jika dua orang anak yang mati, apakah ia mendapatkan pahala seperti orang yang tiga putranya meninggal dunia?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjawab, "Demikian pula jika dua anaknya meninggal, maka pahalanya seperti pahala orang yang tiga anaknya meninggal dunia."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8871

 
Hadith   1491   الحديث
الأهمية: أن عبد الله بن أبي أوفى كَبَّرَ على جَنَازة ابْنَةٍ له أرْبَعَ تكبيرات، فقام بعد الرابعة كَقَدْرِ ما بَين التَّكْبِيرَتَيْنِ يَسْتَغْفِرُ لها ويَدْعُو، ثم قال: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يَصْنَعُ هكذا
Tema: Abdullah bin Abu Aufā bertakbir ketika menyalati jenazah putrinya sebanyak empat takbir, lalu ia berdiri setelah takbir ke empat seukuran jeda antara dua takbir sambil memintakan ampunan untuk putrinya dan mendoakannya. Kemudian ia berkata (setelah salat), "Dahulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa melakukan seperti ini."

عن عبد الله بن أبي أَوفَى -رضي الله عنهما-: أنه كَبَّرَ على جَنَازة ابْنَةٍ له أرْبَعَ تكبيرات، فقام بعد الرابعة كَقَدْرِ ما بَين التَّكْبِيرَتَيْنِ يَسْتَغْفِرُ لها ويَدْعُو، ثم قال: كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يَصْنَعُ هكذا.
وفي رواية: كَبَّر أربَعاً فَمَكَثَ سَاعة حتى ظَنَنْتُ أنه سَيُكَبِّرُ خَمْساً، ثم سلَّم عن يمينه وعن شماله. فلما انْصَرف قلنا له: ما هذا؟ فقال: إني لا أزِيدُكُم على ما رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يَصْنَع، أو: هكذا صَنَع رسول الله -صلى الله عليه وسلم-.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abu Aufā -raḍiyallāhu 'anhumā- bahwa dia bertakbir ketika menyalati jenazah putrinya sebanyak empat takbir, lalu ia berdiri setelah takbir ke empat seukuran jeda antara dua takbir sambil memintakan ampunan untuk putrinya dan mendoakannya. Kemudian ia berkata (setelah salat), "Dahulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa melakukan seperti ini."
Dalam riwayat lain, perawi menyebutkan: Dia melakukan empat takbir lalu tetap berdiri beberapa saat hingga aku mengiranya akan melakukan takbir ke lima, namun kemudian ia bersalam ke kanan dan ke kiri. Setelah dia bersalam kami berkata kepadanya, "Apa yang engkau lakukan ini?" Lalu ia menjawab, "Sesungguhnya aku tidak melakukan pada kalian lebih dari yang pernah aku lihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melakukannya, atau demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر عبد الله بن أبي أوفَى -رضي الله عنهما- أنه صلى على جَنازة ابنته، فكَبَّرَ أرْبَعَ تكبيرات، وتأخر قليلا بعد التكبيرة الرابعة يدعو ويستغفر لها، وتفصيل ذلك أنه يُكَبِّر للدخول في الصلاة، ثم يقرأ الفاتحة، ثم يُكَبِّر التكبيرة الثانية، ثم يصلي على النبي -صلى الله عليه وسلم-، ثم يُكَبِّر التكبيرة الثالثة، ثم يدعو للميت، ثم يُكبر التكبيرة الرابعة.
وقال عبد الله بن أبي أوفَى -رضي الله عنهما- بعد أن سلَّم من الصلاة لمن صلى معه: هكذا كان يصنع رسول الله -صلى الله عليه وسلم-. أي يكبر أربع تكبيرات ويدعو للميت بعد التكبيرة الرابعة.
وفي رواية: أنه كَبَّر أربع تكبيرات، ثم دعا لها واستغفر بعد التكبيرة الرابعة، حتى أيْقَن من خَلفه أنه سيُكَبِّر التكبيرة الخامسة، ثم سلم تسليمتين: الأولى إلى جهة اليمين، والثانية إلى جهة اليسار، كالصلاة، وبعد تمام الصلاة، سأله من وراءه من الناس عن سبب تأخره بعد التكبيرة الرابعة ولم يسلِّم بعدها فورًا، فقال: إن الذي صَنعته ليس فيه زيادة على الذي صنعه رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، وصفة التسليم محل خلاف سائغ بين العلماء، والأصح والأكثر من فعل الصحابة التسليم عن يمينه فقط، حتى حكي الإجماع على ذلك، كما في المغني لابن قدامة، وهذا الحديث حسنه الألباني ولكن في تحسينه اختلاف بين العلماء؛ لأن في سنده إيراهيم الهجري وهو ضعيف، وقد ورد أيضًا حديث مرفوع في التسليمة الواحدة وفيه إرسال.
Abdullah bin Abu Aufā -raḍiyallāhu 'anhumā- mengabarkan bahwa dia pernah menyalati jenazah putrinya lalu bertakbir sebanyak empat takbir lalu berdiam sejenak setelah takbir ke empat untuk berdoa dan memohonkannya ampunan. Perinciannya yaitu dia bertakbir untuk memulai salat lalu membaca Surah Al-Fātiḥah, kemudian dia bertakbir yang ke dua lalu membaca selawat kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, kemudian dia bertakbir yang ke tiga lalu berdoa untuk jenazah, kemudian dia melakukan takbir yang ke empat.
Setelah bersalam dari salat tersebut, Abdullah bin Abu Aufā -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata kepada orang-orang yang salat bersamanya, "Seperti inilah yang dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-", yaitu beliau bertakbir sebanyak empat kali takbir dan mendoakan jenazah setelah takbir ke empat.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa dia bertakbir empat kali takbir kemudian mendoakannya dan memohonkannya ampunan setelah takbir ke empat, sampai orang-orang di belakangnya menyangka bahwa dia akan melakukan takbir yang ke lima, kemudian dia bersalam sebanyak dua kali salam; pertama salam ke kanan dan salam ke dua ke kiri, seperti bersalam dalam salat biasa. Setelah salat selesai orang-orang di belakangnya menanyakan sebab dia berdiam sejenak setelah takbir ke empat dan tidak segera bersalam setelahnya, maka dia menjawab, "Sesungguhnya apa yang kulakukan tidak lebih dari yang dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Adapun tata cara salam, maka merupakan ranah ikhtilaf yang diperbolehkan di antara para ulama, namun pendapat yang paling kuat dan yang paling banyak dilakukan oleh para sahabat ialah salam ke kanan saja, sampai ada yang membawakan adanya ijmak atas hal itu; sebagaimana yang terdapat dalam Al-Mugnī karya Ibnu Qudāmah. Hadis ini dinyatakan hasan oleh Al-Albāniy. Namun penilaian hasan terhadap hadis ini diperselisihkan oleh para ulama karena di dalamnya terdapat Ibrahim Al-Hajariy, seorang rawi daif. Juga karena ada hadis yang marfū' yang menetapkan satu salam tetapi sanadnya mursal.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Hakim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8872

 
Hadith   1492   الحديث
الأهمية: لا يَمُوتُ لأحَدٍ من المسلمين ثلاثة من الوَلَد فتَمسُّه النَّار إلا تَحِلَّة القَسَم
Tema: Tidaklah tiga orang anak dari seorang kaum muslimin meninggal dunia, lalu ia (orang tuanya) tersentuh api neraka melainkan sebatas menjalankan sumpah (Allah)

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لا يَمُوتُ لأحَدٍ من المسلمين ثلاثة من الوَلَد فتَمسُّه النَّار إلا تَحِلَّة القَسَم».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidaklah tiga orang anak dari seorang kaum muslimin meninggal dunia, lalu ia (orang tuanya) tersentuh api neraka melainkan sebatas menjalankan sumpah (Allah)."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
من مات له ثلاثة من الولد ذكورًا فقط أو إناثًا فقط أو من الذكور والإناث معًا، فإن الله -تعالى- يُحَرِّم جسده على النار، إذا صَبَر واحْتَسَب ورضِي بقضاء الله -تعالى- وقَدَره، إلا بِقَدْر إبرار القسم، وهو عبور الصراط؛ لقوله عز وجل: (وإن منكم إلا واردها).
Tema: Siapa yang tiga anaknya. laki-laki saja, atau perempuan saja, atau laki-laki dan perempuan sekaligus, meninggal dunia, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka dengan syarat ia sabar, mengharap pahala Allah, dan rida terhadap qada dan qadar Allah -Ta'ālā-, melainkan sekedar untuk menjalankan sumpah Allah, yaitu firman Allah -'Azza wa Jalla-, "Dan tidak ada seorang pun darimu, melainkan mendatangi neraka itu."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8873

 
Hadith   1493   الحديث
الأهمية: ما مِنْ مُسْلِم يموت له ثلاثة لم يَبْلُغوا الحِنْثَ إلا أدْخَلَه الله الجنَّة بِفَضْل رَحْمَتِهِ إيَّاهُمْ
Tema: Tidak ada seorang muslim yang ditinggal mati oleh tiga orang anaknya yang belum balig, kecuali Allah memasukkan dirinya ke dalam surga karena anugerah rahmat-Nya kepada mereka

عن أنس -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «ما مِنْ مُسْلِم يموت له ثلاثة لم يَبْلُغوا الحِنْثَ إلا أدْخَلَه الله الجنَّة بِفَضْل رَحْمَتِهِ إيَّاهُمْ».

Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Tidak ada seorang muslim yang ditinggal mati oleh tiga orang anaknya yang belum balig, kecuali Allah memasukkan dirinya ke dalam surga karena anugerah rahmat-Nya kepada mereka."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
لا يموت لأحد من المسلمين ثلاثة أولاد صغار ذكوراً أو إناثاً لم يتجاوزوا سِن البلوغ؛ إلا كان ذلك سببًا في دخوله الجنَّة.
Tidaklah tiga orang anak kecil dari kaum muslimin meninggal, baik mereka laki-laki atau perempuan, melainkan hal itu menjadi sebab orang tuanya masuk surga

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8875

 
Hadith   1494   الحديث
الأهمية: هذا أثْنَيْتُمْ عليه خيرا، فَوَجَبتْ له الجنَّة، وهذا أثْنَيْتُمْ عليه شَرَّا، فَوَجَبَتْ له النَّار، أنتم شُهداء الله في الأرض
Tema: Jenazah ini kalian puji dengan kebaikan maka surga ditetapkan bagi dirinya, sedangkan jenazah itu kalian mengatakan keburukan padanya maka neraka ditetapkan untuknya. Kalian adalah saksi-saksi Allah di muka bumi.

عن أنس -رضي الله عنه- قال: مَرُّوا بجَنَازَةٍ، فأَثْنَوْا عليها خيراً، فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: «وَجَبَتْ» ثم مَرُّوا بأخرى، فأَثْنَوْا عليها شراً، فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: «وَجَبَتْ»، فقال عمر بن الخطاب -رضي الله عنه-: ما وَجَبَتْ؟ فقال: «هذا أَثْنَيْتُمْ عليه خيراً، فوَجَبَتْ له الجنة، وهذا أَثْنَيْتُم عليه شراً، فوَجَبَتْ له النار، أنتم شُهَدَاءُ الله في الأرض».

Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- ia menuturkan, "Mereka (sebagian sahabat) melewati satu jenazah, lalu mereka memuji jenazah itu dengan kebaikan maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Telah ditetapkan (baginya)." Kemudian mereka melewati jenazah lain dan mereka mengatakan keburukan pada jenazah itu, maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Telah ditetapkan (baginya)." Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- bertanya, "Apa yang ditetapkan?" Beliau bersabda, "Jenazah ini kalian puji dengan kebaikan maka surga ditetapkan bagi dirinya, sedangkan jenazah ini kalian mengatakan keburukan padanya maka neraka ditetapkan untuknya. Kalian adalah saksi-saksi Allah di muka bumi."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إن بعض الصحابة مَرُّوا على جنازة فشهدوا لها بالخير والاستقامة على شريعة الله، فلما سمع النبي -صلى الله عليه وسلم- ثناءهم عليها قال -صلى الله عليه وسلم-: "وجَبَت"، ثم مروا بجنازة أخرى، فشهدوا عليها بالسوء، فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: وجَبَتْ. فقال عمر بن الخطاب -رضي الله عنه-: ما معنى: "وجَبت" في الموضعين؟ فقال -صلى الله عليه وسلم-: إن من شَهِدْتم له بالخير والصلاح والاستقامة، فهذا وَجَبتْ له الجنَّة، ومن شَهِدْتم عليه بالسوء، فهذا وَجَبتْ له النار، ولعله كان مشهوراً بنفاق ونحوه.
ثم أخبر -صلى الله عليه وسلم- أن من شهد له أهل الصدق والفضل والصلاح من استحقاقه الجنة أو النار يكون كذلك.
Sebagian sahabat melewati satu jenazah, lalu mereka memberikan kesaksikan berupa kebaikan dan sikap istiqamah di atas syariat Allah untuk jenazah ini. Ketika Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendengar pujian mereka, beliau bersabda, "Telah ditetapkan (baginya)." Kemudian mereka melewati jenazah lain dan mereka memberikan kesaksikan berupa keburukan untuk jenazah itu. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Telah ditetapkan (baginya)." Umar bin al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- bertanya, "Apa maksud "telah ditetapkan (baginya)" di dua sabda tersebut?" Beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Orang yang kalian beri kesaksian berupa kebaikan, kesalehan dan sikap istiqamah ia ditetapkan masuk surga, sedang orang yang kalian beri kesaksian berupa keburukan ia ditetapkan masuk neraka. Boleh jadi orang kedua ini terkenal berbuat munafik dan semacamnya. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa orang yang diberi kesaksian oleh orang-orang yang jujur, memiliki keutamaan dan saleh bahwa ia layak masuk surga atau neraka, maka ia akan menjadi seperti itu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8876

 
Hadith   1495   الحديث
الأهمية: إذا قال الرَّجُل: هَلَكَ الناس، فهو أَهْلَكُهُم
Tema: Jika seseorang berkata, "Celakalah manusia," maka ia adalah orang yang paling celaka di antara mereka.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إذا قال الرَّجُل: هَلَكَ الناس، فهو أَهْلَكُهُم».

Dari Abu Hurairah –raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Apabila seseorang berkata, 'Celakalah manusia,' maka ia adalah orang yang paling celaka di antara mereka.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إذا قال الرجل: هَلك الناس، يريد بذلك إنقاصهم وتحقيرهم والترفع عليهم، لما يَرى من نفسه فضلا عليهم، فقد صار بذلك أعظمهم هلاكًا، وهذا على رواية الرفع :"أهلكُهم"، وأما على رواية النصب: "أهلكَهم" فمعناه: كان سببًا في هلاكهم حيث قَنَّطهم وأيأسهم من رحمة الله -تعالى-، وصَدَّهم عن الرجوع إليه بالتوبة، ودفعهم إلى الاستمرار فيما هم عليه من القنوط، حتى هلكوا.
Jika seseorang berkata, "Celakalah manusia," karena ingin merendahkan, mengolok dan menyombongkan diri atas mereka, karena melihat dirinya lebih utama dari mereka, maka sungguh ia telah menjadi orang yang paling celaka di antara mereka.” Ini makna riwayat hadis dengan redaksi marfū’ di lalaf "ahlakuhum". Adapun riwayat hadis dengan redaksi manṣūb: "ahlakahum" maknanya adalah bahwa hal itu menjadi sebab yang membuat mereka celaka karena ia menjadikan mereka putus asa dari rahmat Allah dan menghalangi mereka untuk kembali kepada-Nya dengan bertobat serta mendorong mereka untuk terus berada di atas keputusasaan hingga mereka binasa.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8877

 
Hadith   1496   الحديث
الأهمية: المُتَسَابَّانِ ما قالا فَعَلى البَادِي منهما حتى يَعْتَدِي المَظْلُوم
Tema: Dua orang yang saling mencaci, apapun yang mereka berdua katakan, maka dosanya bagi orang yang memulai di antara mereka berdua sampai orang yang dianiaya melebihi cacian orang yang memulai.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه-: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «المُتَسَابَّانِ ما قالا فَعَلى البَادِي منهما حتى يَعْتَدِي المَظْلُوم».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Dua orang yang saling mencaci, apapun yang mereka berdua katakan, maka dosanya bagi orang yang memulai di antara mereka berdua sampai orang yang dianiaya melebihi cacian orang yang memulai."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كل ما صَدر من المُتَسَابَّين فإن إثم ذلك على البادئ منهما؛ لأنه هو المعتدي بفعله، أما الآخر فلا شيء عليه؛ لأنه مأذون له بالرَّد على من ظلمه، فإن اعتدى المظلوم على الظالم وذلك بأن جاوز الحَدَّ المأذون له فيه صار إثم المظلوم أكثر من إثم البادئ.
Segala ucapan yang keluar dari dua orang yang saling mencaci, maka dosanya kembali kepada orang yang memulai di antara mereka berdua. Sebab, dialah yang orang yang menganiaya dengan perbuatannya, sedangkan yang lainnya tidak ada dosa. Ia dibolehkan untuk membalas orang yang menzaliminya. Jika orang yang dianiaya sudah melebihi kelaliman orang yang zalim, yaitu melampaui batas yang dibolehkan, maka dosa orang yang dianiaya menjadi lebih banyak dari dosa orang yang memulai.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8878

 
Hadith   1497   الحديث
الأهمية: إنك إن اتَّبَعْتَ عَوْرَاتِ المسلمين أفْسَدْتَهُم، أو كِدْتَ أن تُفْسِدَهُم
Tema: Jika engkau mencari-cari aib kaum Muslimin, engkau pasti merusak mereka atau engkau hampir merusak mereka.

عن معاوية -رضي الله عنه- قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إنك إن اتَّبَعْتَ عَوْرَاتِ المسلمين أفْسَدْتَهُم، أو كِدْتَ أن تُفْسِدَهُم».

Dari Mu'āwiyah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jika engkau mencari-cari aib kaum Muslimin, engkau pasti merusak mereka atau engkau hampir merusak mereka."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إنك إن اتَّبَعْتَ عَوْرَاتِ المسلمين بالتَّجَسُسِ عن أحوالهم والبحث عن عيوبهم والتنقيب عن معايبهم التي يخفونها وجَاهَرتهم بها، فضحتهم وكشفت سترهم فقَلَّ حياؤهم، فيجترئون على ارتكاب أمثالها من المعاصي مُجَاهرة، بعد أن كانوا مُتَخَفِّين لا يعلم عنهم إلا الله -تعالى-.
Sesungguhnya jika engkau mencari-cari aib kaum muslimin dengan cara memata-matai keadaan mereka, mencari-cari cacat mereka, dan menyelidiki cela yang mereka sembunyikan dan engkau menyebarkan aib mereka secara terbuka, maka engkau telah mengekspos dan menyingkap tirai mereka sehingga mereka pun berani untuk melakukan kemaksiatan yang serupa dengan itu secara terang-terangan. Padahal sebelumnya mereka melakukannya secara sembunyi-sembunyi tanpa ada yang mengetahui kecuali Allah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8879

 
Hadith   1498   الحديث
الأهمية: أنه أُتِي برجُل فقيل له: هذا فُلان تَقْطُر لحيته خَمْرَا، فقال: إنا قد نُهِيْنَا عن التَّجَسُّسِ، ولكن إن يَظهر لنا شَيْءٌ، نَأخُذ به
Tema: Seseorang dibawa ke hadapan (Ibnu Mas'ūd), lalu dikatakan padanya, "Ini si fulan, jenggotnya meneteskan khamar." Ia mengatakan, "Sesungguhnya kami dilarang memata-matai, namun jika nampak suatu bukti bagi kami maka kami menghukum berdasarkan itu."

عن ابن مسعود -رضي الله عنه-: أنه أُتِي برجُل فقيل له: هذا فُلان تَقْطُر لحيته خَمْرًا، فقال: إنا قد نُهِيْنَا عن التَّجَسُّسِ، ولكن إن يَظهر لنا شَيْءٌ، نَأخُذ به.

Dari Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa seseorang dibawa ke hadapannya, lalu dikatakan padanya, "Ini si fulan, jenggotnya meneteskan khamar." Ia mengatakan, "Sesungguhnya kami dilarang memata-matai, namun jika nampak suatu bukti bagi kami maka kami menghukum berdasarkan itu."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إنَّ ابن مسعود -رضي الله عنه- أُتي له بِرَجُل قد شَرب الخمر وقَرينة الحال تدل على ذلك، وهي: أن لحيته تَقطر خمرًا، فأجابهم بأننا مَنْهيون شرعًا عن التَّجَسُّسِ على الآخرين؛ لأن ظاهر حال الرَجل أنه شربه متخفياً، ولكن هؤلاء القوم تجسسوا عليه حتى أخرجوه على هذه الحالة، لكن إذا ظَهر لنا شيءٌ وتبين وثبت بالشهود العدول أو أَقَرَّ على نَفْسِه من غير تَجَسُّسٍ عليه، فإننا نَعامله بمقتضاه من حَدٍّ أو تعزير، ومن اسْتَتَر بِسَتْر الله فلا نؤاخذه.
Seorang laki-laki yang telah minum khamar dibawa ke hadapan Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-. Kondisinya menunjukkan hal tersebut, yakni jenggotnya meneteskan khamar. Maka ia memberikan jawaban bahwa menurut syariat; kita dilarang mencari-cari keburukan orang lain, karena nampaknya orang ini minum khamar dengan sembunyi-sembunyi, namun mereka memata-matainya hingga menangkap basah orang tersebut dalam kondisi ini. Akan tetapi bila suatu bukti nampak dengan jelas bagi kita, terbukti dengan saksi-saksi yang terpercaya, atau pelakunya mengakui tanpa dimata-matai, maka kita menyikapinya sesuai dengan konsekuensi keburukannya, baik berupa had atau takzir. Adapun orang yang menyembunyikan maksiatnya dengan tabir Allah, maka kita tidak menghukumnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8880

 
Hadith   1499   الحديث
الأهمية: لا يَحِلُّ لمسلم أن يَهْجُرَ أخَاه فوق ثَلَاث، فمن هَجَر فوق ثَلَاث فمات دخل النَّار
Tema: Tidak halal bagi seorang muslim menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari. Siapa yang melakukan menjauhi lebih dari tiga hari lalu ia meninggal dunia, maka ia akan masuk neraka.‎

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لا يَحِلُّ لمسلم أن يَهْجُرَ أخَاه فوق ثَلَاث، فمن هَجَر فوق ثَلَاث فمات دخل النَّار».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ‎bersabda, “Tidak halal bagi seorang muslim menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari. Siapa yang melakukan menjauhi lebih dari tiga hari lalu ia meninggal dunia, maka ia akan masuk neraka.”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث : أنه لا يَحِلُّ للمسلم أن يهجر أخاه المسلم فوق ثلاث، إذا كان الهجر لحَظِّ النفس ومعايش الدنيا، أما إذا كان لمقصد شرعي جاز، بل قد يجب ذلك، كهجر أهل البدع والفجور والفسوق إذا لم يتوبوا، ومن فعل ذلك، ثم مات وهو مُصِرٌّ على معصيته ولم يَتُب منها قبل أن يموت دخل النار، ومعلوم أن من استحق النار من المسلمين لذنب اقترفه ولم يتجاوز الله عنه، فإنه إذا دخلها لابد وأن يخرج منها، ولا يبقى في النار أبد الآباد إلا الكفار الذين هم أهلها، والذين لا سبيل لهم إلى الخروج منها.
Makna hadis:
Tidak dihalalkan bagi seorang muslim menjauhi (memutuskan ‎hubungan persaudaraan) saudaranya sesama muslim lebih dari tiga hari, jika tindakannya tersebut ‎karena kepentingan pribadi dan urusan dunia. Adapun jika untuk tujuan yang disyariatkan ‎maka hal itu dibolehkan, bahkan terkadang bisa menjadi sesuatu yang diwajibkan, seperti ‎menjauhi pelaku bidah, pelaku kejahatan dan kefasikan apabila mereka belum bertobat. Siapa ‎yang melakukan hal itu, kemudian ia meninggal dunia dalan kondisi terus-menerus di atas maksiatnya ‎serta belum bertobat sebelum ia meninggal dunia, maka ia akan masuk neraka. Dan ‎sebagaimana yang telah diketahui bahwa siapa saja yang masuk neraka dari kaum muslimin ‎akibat dosa yang telah dilakukannya dan belum Allah ampuni, maka jika ia telah masuk ‎ke dalam neraka, ia pasti akan dikeluarkan darinya, dia tidak akan kekal berada di dalam neraka ‎selama-lamanya, kecuali orang-orang kafir di mana mereka itu adalah penduduk neraka ‎dan tidak ada jalan bagi mereka untuk keluar darinya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8882

 
Hadith   1500   الحديث
الأهمية: لا يَرْمِي رَجُل رَجُلًا بِالفِسْقِ أو الكُفْر إلا ارْتَدَّتْ عليه، إن لم يَكُنْ صَاحبه كذلك
Tema: Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan atau kekafiran, melainkan kalimat tersebut akan kembali kepadanya jika orang yang dituduh tidak pantas menyandangnya.‎

عن أبي ذر -رضي الله عنه- أنه سمع النبي -صلى الله عليه وسلم- يقول: «لا يَرْمِي رَجُل رَجُلًا بِالفِسْقِ أو الكُفْر إلا ارْتَدَّتْ عليه، إن لم يَكُنْ صَاحبه كذلك».

Dari Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', “Janganlah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan atau kekafiran, melainkan kalimat tersebut akan kembali kepadanya jika orang yang dituduh tidak pantas menyandangnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
حرم النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يقول الرجل لصاحبه يا فاسق أو ياكافر؛ لأنه لو لم يكن صاحبه هكذا؛ لرجَعت تلك الكلمة على قائلها.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengharamkan seseorang mengucapkan "wahai fasik" atau "wahai kafir" kepada saudaranya. Karena kalau saudaranya tidak seperti itu, maka ucapan tersebut kembali kepada orang yang mengucapkannya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8883

 
Hadith   1501   الحديث
الأهمية: من خَبَّبَ زوجة امْرِئٍ أو مَمْلُوكَهُ فليس مِنَّا
Tema: Siapa yang melakukan takhbīb terhadap istri orang (merusak hubungannya dengan suaminya), atau ‎hamba sahayanya, maka ia bukanlah termasuk golongan kami.‎

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «من خَبَّبَ زوجة امْرِئٍ أو مَمْلُوكَهُ فليس مِنَّا».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', “Siapa yang melakukan takhbib terhadap istri orang (merusak hubungannya dengan suaminya), atau ‎hamba sahayanya, maka ia bukanlah termasuk golongan kami.‎"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
من سَعى في إفساد امرأة على زوجها، سواء كان المُفسد رجلا أو امرأة، وذلك بأن يُذكر عندها مساوئ زوجها وسوء أخلاقه حتى تكره زوجها وتتمرد عليه وتسعى إلى التخلص منه بالطلاق أو الخلع، أو أفسد مملوك رجل عليه وعمل معه أعمالا جعلته يتمرد على سيده ويعامله معاملة سيئة؛ فليس على هدْينَا ولا على مَنْهَجِنا، بل ذلك من عمل الشيطان.
Siapa saja yang berusaha untuk merusak hubungan seorang istri dengan suaminya, baik dia itu ‎seorang lelaki ataupun wanita, yaitu dengan jalan menyebutkan di hadapan istri tersebut ‎keburukan-keburukan suaminya, keburukan akhlaknya sehingga membuatnya benci terhadap ‎suaminya, berbuat durhaka, menentang dan berusaha untuk membebaskan diri darinya dengan ‎jalan talak atau khulu', atau merusak hubungan seorang hamba sahaya milik seseorang dan merusaknya sehingga membuatnya membangkang dan ‎bersikap buruk terhadap tuannya; maka dia bukan berada di atas petunjuk dan ‎manhaj (metode beragama) kami, akan tetapi itu termasuk perbuatan setan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8884

 
Hadith   1502   الحديث
الأهمية: من هَجَر أخَاه سَنَة فهو كَسَفْكِ دَمِهِ
Tema: Siapa yang menjauhi saudaranya selama satu tahun maka ia seperti menumpahkan ‎darahnya.‎

عن أبي خِراش حَدْرَدِ بن أبي حَدْرَدٍ الأسْلَمِي -رضي الله عنه- مرفوعاً: «من هَجَر أخَاه سَنَة فهو كَسَفْكِ دَمِهِ».

Dari Abu Khirāsy Ḥadradi bin Abi Ḥadrad Al Aslami -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', “Siapa yang menjauhi saudaranya selama satu tahun maka ia seperti menumpahkan ‎darahnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
من هجر أخاه لغير مقصد شرعي واستمر هجره إياه مُدة سنة وجَبَت عليه العقوبة، كما أن سفك دمه يُوجب العقوبة وهو التعزير بما يراه القاضي، ردعًا له وزجرًا لغيره، أما إذا كان الهَجْر لمقصد شرعي، فإن هجر أهل البدع والفسوق ينبغي أن يدوم على مرور الزمان ما لم تظهر منهم توبة ورجوع إلى الحق.
Siapa yang menjauhi saudaranya tanpa ada maksud ‎dan tujuan yang dibolehkan oleh syariat dan terus berlangsung hingga satu tahun lamanya, ‎maka ia wajib diberi hukuman, sebagaimana wajibnya menerima hukuman akibat menumpahkan ‎darahnya yaitu berupa hukuman takzir yang diputuskan oleh hakim untuk mengendalikannya ‎serta peringatan bagi yang lainnya. Adapun jika memutuskan hubungan dengannya untuk tujuan ‎yang disyariatkan, maka meninggalkan hubungan dengan pelaku bidah dan kefasikan harus ‎selalu dilakukan sepanjang waktu selama mereka belum bertobat dan kembali pada ‎kebenaran.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8885

 
Hadith   1503   الحديث
الأهمية: إن الشَّيطان قد يَئِسَ أن يَعْبُدَه المُصَلُّون في جَزيرة العَرب، ولكن في التَّحْرِيشِ بينهم
Tema: Sesungguhnya setan sudah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang yang salat di jazirah Arab, akan tetapi ia masih bisa berbuat adu domba di antara mereka

عن جابر -رضي الله عنه- سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إن الشَّيطان قد يَئِسَ أن يَعْبُدَه المُصَلُّون في جَزيرة العَرب، ولكن في التَّحْرِيشِ بينهم».

Dari Jabir -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya setan sudah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang yang salat di jazirah Arab, akan tetapi ia masih bisa berbuat adu domba di antara mereka."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إن الشيطان يَئِسَ أن يَعود أهل الجزيرة إلى عِبادة الأصنام، كما كانوا عليه قبل فتح مكة، ولكنه رضي واكتفى بالتَّحْرِيشِ بينهم، وذلك بالسعي في زرع الخصومات والشحناء والحروب والفتن ونحوها.
Sesungguhnya setan sudah putus asa akan kembalinya penduduk jazirah Arab menyembah berhala-berhala sebagaimana yang dulu pernah mereka lakukan sebelum penaklukan Makkah. Hanya saja ia puas dan cukup dengan mengadu domba diantara mereka. Yaitu dengan cara berusaha menanamkan permusuhan, dendam kesumat, peperangan, fitnah dan sebagainya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8886

 
Hadith   1504   الحديث
الأهمية: اعلم أبَا مسعود أن الله أقْدَرُ عليك مِنْك على هذا الغُلام، فقلت: لا أَضرب مملوكا بعده أبدًا
Tema: Ketahuilah wahai Abu Mas’ūd, sesungguhnya Allah lebih kuasa menghukummu daripada dirimu menghukum budak lelaki ini. Lalu aku berkata, “Aku tidak akan memukul seorang budak pun setelah ini selamanya."

عن أبي مسعود البَدْري -رضي الله عنه- قال: كنت أضرب غُلاما لي بالسَّوْط، فسمعت صوتا من خَلفِي: «اعلم أبَا مسعود» فلم أفْهَم الصَّوت من الغَضَب، فلمَّا دَنَا مِنِّي إذا هو رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فإذا هو يقول: «اعلم أبَا مسعود أن الله أقْدَرُ عليك مِنْك على هذا الغُلام». فقلت: لا أَضرب مملوكا بعده أبدًا.
وفي رواية: فسقط السَّوط من يَدي من هَيْبَتِه.
وفي رواية: فقلت: يا رسول الله، هو حُرٌّ لوجه الله تعالى، فقال: «أمَا لو لم تفعل، لَلَفَحَتْكَ النَّار، أو لَمَسَّتْكَ النَّار».

Dari Abu Mas’ūd Al-Badri -raḍiyallāhu ‘anhu- ia berkata, “Aku pernah memukul budak lelakiku dengan cambuk, lalu aku mendengar suara dari belakangku, “Ketahuilah, wahai Abu Mas’ūd.” Aku tidak memahami suara itu karena larut dalam emosi. Tatkala orang itu mendekat, ternyata ia adalah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu beliau bersabda, “Ketahuilah wahai Abu Mas’ūd, sesungguhnya Allah lebih kuasa menghukummu daripada dirimu menghukum budak lelaki ini.” Lalu aku berkata, “Aku tidak akan memukul seorang budak pun setelah ini selamanya.” Dalam riwayat lain: “Lalu cambuk itu terjatuh dari tanganku karena segan terhadap kewibawaan beliau.” Dan dalam riwayat lain: Maka aku berkata, "Wahai Rasulullah, dia merdeka (bebas) demi mengharap wajah Allah -Ta’ālā-.” Maka beliau bersabda, “Adapun jika engkau tidak melakukan hal itu, niscaya engkau dilahap api neraka atau niscaya api neraka akan memanggangmu.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان أبو مسعود -رضي الله عنه- يَضرب غلامه بالسَّوط، فسمع صوتا يَزجره عن خلفه، فلم يُمَيِّز صوت القائل، فلما اقترب منه علم أنه صوت رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، فإذا هو يذكره بقدرة الله عز وجل بقوله: «اعلم أبَا مسعود أن الله أقْدَرُ عليك مِنْك على هذا الغُلام».
فلما سمع كلام النبي -صلى الله عليه وسلم- وتحذيره من التعدي على الضعيف، سقط السَّوط من يده هيبة لرسول الله -صلى الله عليه وسلم-، والتزم    للنبي -صلى الله عليه وسلم- أن لا يَتعدى على مملوك بعد هذا أبدا.
وبعد أن سمع ما سمعه من النبي -صلى الله عليه و سلم- من زجر وتحذير، ما كان منه -رضي الله عنه- إلا أن أعتقه كفارة عن ضرب، فقال -صلى الله عليه وسلم-: لو لم تعتقه لأصابتك النار يوم القيامة لسوء فعلتك.
Dahulu Abu Mas’ūd -raḍiyallāhu ‘anhu- pernah memukul budaknya dengan cambuk, lalu ia mendengar suara yang menegurnya dari belakang, namun dia tidak dapat mengenali suara orang yang berkata tersebut. Tatkala orang yang menegurnya itu mendekat kepadanya, ia pun mengetahui bahwa itu adalah suara Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lalu beliau mengingatkannya dengan kekuasaan Allah -‘Azzā wa Jallā- dengan sabdanya, “Ketahuilah wahai Abu Mas’ūd, sesungguhnya Allah lebih kuasa menghukummu daripada dirimu menghukum budak lelaki ini.” Tatkala ia mendengar sabda Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan peringatan kerasnya dari menyakiti orang yang lemah, cambuk itu pun terjatuh dari tangannya karena segan terhadap Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan ia berjanji kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk tidak menyakiti seorang budak pun setelah itu selamanya. Setelah dia mendengarkandari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-teguran dan peringatan, maka tidak ada pilihan baginya -raḍiyallāhu ‘anhu- kecuali membebaskan budaknya sebagai penebus pukulannya. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, Seandainya engkau tidak membebaskannya niscaya api neraka akan melahapmu pada hari kiamat karena buruknya perbuatanmu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8887

 
Hadith   1505   الحديث
الأهمية: إن الله يُعَذِّب الَّذِينَ يُعَذِّبُونَ الناس في الدنيا
Tema: Sesungguhnya Allah akan menyiksa orang-orang yang menyiksa orang lain di dunia.

عن هشام بن حكيم بن حزام -رضي الله عنهما-: أنه مَرَّ بالشَّام على أُناس من الأَنْبَاطِ، وقد أُقيموا في الشمس، وصُبَّ على رؤوسهم الزَّيْتُ! فقال: ما هذا؟ قيل: يُعَذَّبُون في الخَرَاج - وفي رواية: حُبِسُوا في الجِزْيَةِ - فقال هشام: أشْهَدُ لسَمِعْتُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إن الله يُعَذِّب الَّذِينَ يُعَذِّبُونَ الناس في الدنيا». فدخل على الأمير، فحدثه، فأمر بهم فَخُلُّوا.

Dari Hisyām bin Ḥakīm bin Ḥizām -raḍiyallāhu 'anhumā-, bahwa ia pernah melewati beberapa orang petani dijemur di bawah terik matahari di Syam dan disiramkan minyak di atas kepala mereka. Lalu ia berkata, “Mengapa mereka ini dihukum?” Kemudian dikatakan kepadanya, “Mereka dihukum karena tidak membayar upeti.” Dalam riwayat lain disebutkan: karena mereka tidak membayar pajak. Lalu Hisyām berkata, “Aku bersaksi sesungguhnya aku benar-benar telah mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya Allah akan menyiksa orang-orang yang menyiksa orang lain di dunia.” Kemudian ia menghadap kepada penguasa di sana untuk menasihatinya, kemudian penguasa itu memerintahkan agar mereka dibebaskan.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إن هشام بن حكيم بن حزام -رضي الله عنهما- مَرَّ بالشَّام على أُناس من فلاحين العجم، وقد أوقفوا في الشمس لتحرقهم، وزيادة في تعذيبهم صبَّ على رؤوسهم الزَّيْتُ؛ لأن الزَّيْت تشتد حرارته مع حرارة الشمس، فسأل هشام -رضي الله عنه- عن سبب تعذيبهم    فأجابوه بأنهم لم يدفعوا ما عليهم من أجرة الأراضي التي يعملون عليها، وفي رواية: أنهم لم يدفعوا ما وجب عليهم من الجزية، فلما رأى هشام -رضي الله عنه- هذا التنكيل بهؤلاء الضعفاء قال -رضي الله عنه-: أشهد لسَمِعْتُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يخبر أن من يُعَذِّبُون الناس ممن لا يستحق التعذيب، فإن الله تعالى يعذبهم يوم القيامة، جزاء وفاقًا، ثم بعد أن قال مقولته تلك: دخل على الأمير وأخبره بما سمعه من رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فما كان من الأمير إلا أن تركهم في حالهم.
ولكن لا يعني ذلك عدم عقوبة المخطئ وإيلامه بما يردعه ويكف شره، بل المنهي عنه هو التعذيب الزائد عن العقوبة المعتادة.
Hisyām bin Ḥakīm bin Ḥizām -raḍiyallāhu 'anhumā- pernah melewati beberapa orang petani bangsa ajam di Syam sedangkan mereka dijemur di bawah terik matahari agar mereka kepanasan, dan hukuman mereka tersebut ditambah dengan disiramkannya minyak di atas kepala mereka; karena minyak akan terasa sangat panas di bawah terik panas matahari. Kemudian Hisyām -raḍiyallāhu 'anhu- bertanya tentang penyebab hukuman mereka. Lalu mereka menjawab bahwa para petani tersebut belum membayar biaya tanah garapan mereka. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa mereka belum membayar kewajiban mereka berupa jizyah/upeti. Maka ketika Hisyām -raḍiyallāhu 'anhu- melihat jenis penyiksaan ini ditimpakan terhadap mereka orang-orang yang lemah, ia berkata, “Aku bersaksi sesungguhnya aku benar-benar telah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahukan bahwa orang-orang yang menyiksa orang lain yang tidak berhak untuk disiksa, maka Allah -Ta'ālā- akan menyiksa mereka pada hari kiamat sebagai balasan yang setimpal.” Setelah berkata demikian, Hisyam -raḍiyallāhu 'anhu- menghadap penguasa di sana dan memberitahukannya tentang apa yang telah didengarnya dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Mendengar hal ini, maka tidak ada pilihan bagi penguasa selain membebaskan mereka. Hal ini bukan berarti tidak boleh menghukum orang yang berbuat kesalahan dengan hukuman yang membuatnya jera, dan menghentikan perbuatan jahatnya. Akan tetapi yang dilarang adalah pemberian hukuman yang melampaui batas dari hukuman yang sewajarnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8888

 
Hadith   1506   الحديث
الأهمية: إني كنت أَمَرْتُكُمْ أن تُحْرِقُوا فلانًا وفلانًا، وإن النَّار لا يُعَذِّبُ بها إلا الله، فإن وجَدْتُمُوهُما فاقْتُلُوهُما
Tema: Sesungguhnya aku tadi memerintahkan kalian untuk membakar si fulan dan si fulan. Akan tetapi, api itu tidak digunakan untuk menyiksa kecuali oleh Allah. Karena itu, jika kalian menemukan kedua orang itu, maka bunuhlah keduanya!

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: بَعَثَنَا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- في بَعْثٍ، فقال: «إن وجَدْتُم فُلانا وفُلانا» لرجلين من قُرَيْش سَمَّاهُما «فأَحْرِقُوهُمَا بالنَّار» ثم قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- حين أردنا الخروج: «إني كنت أَمَرْتُكُمْ أن تُحْرِقُوا فلانًا وفلانًا، وإن النَّار لا يُعَذِّبُ بها إلا الله، فإن وجَدْتُمُوهُما فاقْتُلُوهُما».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengutus kami dalam satu utusan, lalu beliau bersabda, "Jika kalian menemukan si fulan dan si fulan -yaitu dua orang Quraisy, beliau menyebut nama keduanya-, maka bakarlah mereka dengan api." Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda saat kami hendak keluar, "Sesungguhnya aku tadi memerintahkan kalian untuk membakar si fulan dan si fulan. Akan tetapi, api itu tidak digunakan untuk menyiksa kecuali oleh Allah. Karena itu, jika kalian menemukan kedua orang itu, maka bunuhlah keduanya!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر أبو هريرة -رضي الله عنه- في هذا الحديث أن النبي -صلى الله عليه وسلم- بعثهم في جيش لقتال العدو، وأمرهم إذا رأوا    رجلين من قريش عينهما لهم أن يحرقوهما بالنار، ثم قال صلى الله عليه وسلم لهم عندما جاءوا ليودعونه قبل سفرهم: إني كنت أمرتكم أن تحرقوا فلانا وفلانا، وإن النار لا يعذب بها إلا الله، فإن أخذتموهما فاقتلوهما.
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan dalam hadis ini bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengutus mereka dalam suatu pasukan untuk memerangi musuh dan beliau memerintahkan mereka jika melihat dua orang lelaki Quraisy -yang beliau sebutkan namanya- untuk membakar keduanya dengan api. Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepada mereka ketika mereka datang untuk menyampaikan selamat tinggal sebelum kepergian mereka, "Sesungguhnya aku tadi memerintahkan kalian untuk membakar si fulan dan si fulan. Akan tetapi, api itu tidak digunakan untuk menyiksa kecuali oleh Allah. Karena itu, jika kalian menemukan kedua orang itu, maka bunuhlah keduanya!"

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8889

 
Hadith   1507   الحديث
الأهمية: نَهى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن تُصْبَرَ البَهائِم
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang mengurung binatang.

عن أنس -رضي الله عنه- قال: نَهى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن تُصْبَرَ البَهائِم.

Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang mengurung binatang."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر أنس -رضي الله عنه- عن نهي النبي -صلى الله عليه وسلم- أن تُحبس البهائم وهي حية لتُقتل بالرمي ونحوه حتى تموت؛ ونهى عن ذلك لما فيه من تعذيب الحيوان.
Anas -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang mengurung binatang yang hidup untuk dibunuh dengan dilempar, dipanah, dan sebagainya hingga mati. Beliau juga melarang hal itu karena mengandung penyiksaan terhadap hewan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8890

 
Hadith   1508   الحديث
الأهمية: رَأى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- حِمارًا مَوْسُومَ الْوَجْهِ، فَأنْكَر ذلك
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat keledai yang ditandai di mukanya. Beliau pun lantas mengingkari hal itu

عن ابن عباس -رضي الله عنهما- مرفوعاً: رأى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- حِمَارًا مَوْسُومَ الوَجْهِ، فأنكر ذلك؟ فقال: «والله لا أَسِمُهُ إلا أقصى شيء من الوجه» وأمر بحماره فُكُوِيَ في جَاعِرَتَيْهِ، فهو أول من كوى الجاعرتين.

Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat keledai yang ditandai di mukanya. Beliau pun lantas mengingkari itu. Al-Abbas berkata, "Demi Allah, aku tidak akan menandainya kecuali sedikit saja di ujung mukanya." Kemudian ia memerintahkan membawa keledai, lalu keledai itu ditandai (dicap) dengan besi panas pada kedua pantatnya. Dengan demikian Ibnu Abbas adalah orang yang pertama kali menandai hewan dengan besi panas di kedua pangkal pantatnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: رأى -عليه الصلاة والسلام- حمارًا قد كُوي في وجهه، فأنكر ذلك، والوسم هو عبارة عن كي يكوي الحيوان ليكون علامة، يتخذ أهل المواشي علامة لهم، كل قبيلة لها وسم معين إما شرطتان أو شرطة مربعة أو دائرة أو هلال، المهم أن كل قبيلة لها وسم معين، والوسم هذا يحفظ الماشية إذا وجدت ضالة يعني ضائعة عرف الناس أنها لهؤلاء القبيلة فذكروها لهم.
"فقال" أي العباس بن عبد المطلب -رضي الله عنه- كما هو مُصَرَّح به في رواية ابن حبان في صحيحه عن ابن عباس -رضي الله عنهما- "أن العباس، وسَم بعيرًا أو دابة في وجهه، فرآه النبي -صلى الله عليه وسلم- فغضب، فقال عباس: لا أسِمْه إلا في آخره، فوسَمَه في جَاعِرَتَيْه".
و بعد أن عَلِم بالنهي، حلف أن لا يَسِم حمارًا إلا في أقْصَى شيء من وجهه، وفي رواية ابن حبان السابقة: "لا أسمه إلا في آخِره فوسَمَه في جَاعِرَتَيْه"
ثم أمر بحماره فوُسِم في جَاعِرَتَيْهِ، وهي مؤخرته، حيث مَضْرَب الحيوان بِذَنَبِه على فَخِذه.
قال النووي -رحمه الله-: "وإذا وُسِمَ فيستحب أن يَسِمَ الغنم في آذانها والإبل والبقر في أصول أفخاذِها؛ لأنه موضع صَلْبٌ فيقل الألم فيه ويَخِفُ شعره ويظهر الوَسْم وفائدة الوَسْم تمييز الحيوان بعضه من بعض" فالعباس -رضي الله عنه- أول من وسَمَ حماره في مؤخرته.
Makna hadis:
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat seekor keledai yang ditandai di mukanya. Beliau pun lantas mengingkari itu. Al-Wasmu merupakan pemberian cap yang dilakukan kepada binatang untuk menjadi tanda. Para peternak melakukan tindakan ini untuk tanda bagi mereka. Setiap kabilah memiliki cap tertentu, baik dua tanda ,tanda persegi empat, lingkaran, atau bulan sabit. Yang penting bahwa setiap kabilah memiliki cap tertentu. Cap ini dapat menjaga binatang ternak ketika ia ditemukan dalam keadaan tersesat (hilang) maka orang-orang tahu bahwa binatang ini adalah milik kabilah tertentu, lalu mereka memberitahukannya kepada mereka. Lantas dia berkata, yaitu Al-Abbas bin Abdil Muṭṭalib -raḍiyallāhu 'anhu- sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Ibnu Ḥibbān dalam Sahihnya dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā- bahwa Al-Abbas memberi cap pada unta atau binatang ternak di wajahnya. Lantas Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihatnya dan marah. Abbas berkata, "Aku tidak akan menandainya kecuali sedikit saja di ujungnya. Lalu ia menandai keledai itu pada kedua pantatnya." Setelah Ibnu Abbas mengetahui larangan itu, ia bersumpah tidak akan memberi cap pada keledai kecuali sedikit saja di ujung mukanya.
Dalam riwayat Ibnu Ḥibbān tersebut, "Aku tidak akan mencapnya kecuali di ujungnya," lantas ia memberinya tanda pada kedua pantatnya. Selanjutnya Ibnu Abbas memerintahkan membawa keledainya lalu diberi cap di kedua pantatnya, yaitu bagian belakangnya yang menjadi tempat bagi hewan memukulkan ekornya ke paha atasnya.
An-Nawawi -raḥimahullāh- berkata, "Apabila hendak memberi cap, disunnahkan memberi cap pada kambing di telinganya, unta dan sapi di pangkal pahanya, karena merupakan area keras sehingga dapat meminimalisir rasa sakit, meringankan rasanya dan menampakkan capnya. Manfaat cap ialah untuk membedakan antara satu hewan dengan yang lainnya. Al-Abbas -raḍiyallāhu 'anhu- adalah orang yang pertama kali mencap keledainya di bagian belakangnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8891

 
Hadith   1509   الحديث
الأهمية: إنه لا ينبغي أن يُعَذِّب بالنَّار إلا رَبُّ النَّارِ
Tema: Sesungguhnya tidak layak menyiksa dengan menggunakan api kecuali Rabb pemilik api.

عن ابن مسعود -رضي الله عنه- قال: كنا مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- في سفر، فانطلق لحاجته، فرأينا حُمَّرَةً معها فرخان، فأخذنا فرخيها، فجاءت الحُمَّرَةُ فجعلت تَعْرِشُ    فجاء النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال: «من فجع هذه بولدها؟ ردوا ولدها إليها» ورأى قرية نمل    قد حرقناها، فقال: «من حَرَّقَ هذه؟» قلنا: نحن قال: «إنه لا ينبغي أن يعذِّب بالنار إلا رب النار».

Dari Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Kami pernah bersama dengan Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam sebuah perjalanan, lalu beliau pergi untuk buang air. Kemudian kami melihat seekor burung kecil dengan dua anaknya. Lalu kami mengambil dua anaknya itu, maka datanglah burung kecil tersebut berputar-putar. Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang lalu bersabda, "Siapakah yang telah membuat burung ini risau terhadap anaknya? Kembalikan anaknya padanya." Beliau juga melihat sarang semut yang telah kami bakar. Beliau lalu bertanya, "Siapakah yang telah membakar ini?" Kami menjawab, "Kami." Beliau bersabda, "Sesungguhnya tidak layak menyiksa dengan menggunakan api kecuali Rabb pemilik api."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر ابن مسعود -رضي الله عنه- أنهم كانوا في سفر مع النبي -صلى الله عليه وسلم-، ثم إنه -صلى الله عليه وسلم- مضى لحاجته فوجد الصحابةُ حُمَّرةً، وهي نوع من الطيور، معها ولداها، فأخذوا ولديها، فجعلت تَعْرِش، يعني تحوم حولهم، كما هو العادة أن الطائر إذا أخذ أولاده جعل يعرض ويحوم ويصيح لفقد أولاده، فأمر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن يطلق ولديها لها، فأطلقوا ولديها.
"ثم مَرَّ بقرية نَمْل" يعني مجتمع النمل، "قد أُحْرِقت فقال: من أحرق هذه؟ قالوا: نحن يا رسول الله. فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: إنه لا يْنِبغِي أن يُعذب بالنار إلا ربُّ النار" فنهى عن ذلك، وعلى هذا إذا كان عندك نمل فإنك لا تحرقها بالنار وإنما تضع شيئًا يطردها مثل الجاز، وهو سائل الوقود المعروف إذا صببته على الأرض فإنها تنفر بإذن الله ولا ترجع، وإذا لم يمكن اتقاء شرها إلا بمبيد يقتلها نهائيًّا، أعني النمل، فلا بأس؛ لأن هذا دفع لأذاها، وإلا فالنمل مما نهى النبي -صلى الله عليه وسلم- عن قتله، لكن إذا آذاك ولم يندفع إلا بالقتل فلا بأس بقتله.
Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- memberitahukan bahwa mereka (para sahabat) bersama dengan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam sebuah perjalanan, lalu beliau pergi untuk buang air. Kemudian para sahabat melihat seekor Ḥummarah, sejenis burung kecil, dengan dua anaknya. Lalu mereka mengambil dua anaknya itu, maka datanglah burung kecil tersebut berputar-putar di sekeliling mereka sebagaimana kebiasaan burung apabila anak-anaknya diambil, maka ia melintas, berputar-putar dan menjerit karena kehilangan anak-anaknya. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan agar kedua anak burung itu dilepaskan. Para sahabat pun melepaskan kedua anak burung itu.
"Beliau juga melihat sarang semut," yakni tempat berkumpulnya semut yang telah dibakar. Beliau bertanya, "Siapakah yang telah membakar ini?" Para sahabat menjawab, "Kami, wahai Rasulullah." Lantas beliau bersabda, "Sesungguhnya tidak layak menyiksa dengan menggunakan api kecuali Rabb pemilik api." Beliau melarang tindakan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, jika ada semut di sisimu, maka engkau jangan membakarnya dengan api, tetapi letakkanlah sesuatu yang dapat mengusirnya, seperti bensin, yaitu cairan bahan bakar yang sudah dikenal. Jika cairan itu ditumpahkan ke tanah, maka dengan izin Allah semut itu akan lari dan tidak akan kembali. Jika tidak mungkin untuk melindungi diri dari keburukannya kecuali dengan pembasmi yang dapat membunuhnya secara total, yakni semut itu, maka tidak ada masalah. Sebab, tindakan ini demi menghindari gangguannya. Jika tidak, maka semut itu termasuk binatang yang dilarang oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk dibunuh. Hanya saja, jika semut itu mengganggumu dan tidak bisa menghindarinya kecuali dengan membunuhnya, maka tidak berdosa membunuhnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8892

 
Hadith   1510   الحديث
الأهمية: نَهى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن الضرب في الوجه، وعن الوَسْم في الوَجه
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang memukul wajah dan (melarang) memberi cap pada wajah

عن ابن عباس -رضي الله عنهما- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- مر عليه حمار قد وُسِمَ في وجهه، فقال:«لعن الله الذي وسمه».
وفي رواية لمسلم أيضا: نهى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن الضرب في الوجه، وعن الوسم في الوجه»

Tema: Dari Ibnu ‘Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-, bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah melewati seekor keledai yang telah dicap di wajahnya, lalu beliau bersabda, “Semoga Allah melaknat orang yang memberinya cap (di wajahnya). Dalam riwayat Muslim: “Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang memukul wajah dan (melarang) memberi cap di wajah.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث النهي الأكيد والوعيد الشديد فيمن وسَم حيوانًا في وجهه وكذا الضرب في الوجه. قد عَدَّه العلماء -رحمهم الله- من كبائر الذنوب
وعلل العلماء للنهي؛ بأن الوجه لطيف يجمع المحاسن، وأعضاؤه نفيسة لطيفة وأكثر الإدراك بها فقد يبطلها ضرب الوجه وقد ينقصها وقد يشوه الوجه والشين فيه فاحش لأنه بارز ظاهر لا يمكن ستره ومتى ضربه لا يسلم من شين غالبا.
Dalam hadis ini terdapat larangan yang tegas dan ancaman yang keras terhadap orang yang memberi cap/stempel/tato pada wajah hewan, begitu pula dengan memukul wajah, bahkan para ulama -raḥimahumullāhu- menganggapnya sebagai salah satu dosa besar. Para ulama menjelaskan sebab larangan itu: bahwa wajah itu sangat halus dan pusat keindahan seseorang, organ-organnya sangat berharga dan lembut (peka), serta indra makhluk secara umum ada padanya, sedang pukulan dapat menjadi penghilang atau pengurang fungsinya. Juga dapat merusak wajah, di mana kerusakannya bisa sangat parah, karena ia tampak jelas dan tidak mungkin ditutupi. Kapan saja terpukul, umumnya sulit terhindar dari cacat.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8893

 
Hadith   1511   الحديث
الأهمية: لقَد رَأَيْتُنِي سابع سَبْعة من بَني مُقَرِّنٍ ما لنا خَادم إلا واحِدةٌ لَطَمَهَا أصْغَرُنَا فَأَمَرَنَا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن نُعْتِقَهَا
Tema: Aku adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari Bani Muqarrin. Kami hanya memiliki seorang pelayan (hamba sahaya). Pada suatu ketika, saudara kami yang paling kecil menamparnya. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan kami untuk memerdekakannya.

عن أبي علي سويد بن مُقَرِّن -رضي الله عنه- قال: لقد رَأَيْتُنِي سابع سبعة من بني مُقَرِّن ما لنا خادم إلا واحدة لطمها أصغرنا فأمرنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن نعتقها وفي رواية: «سابع إخوة لي».

Dari Abu Ali Suwaid bin Muqarrin -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari Bani Muqarrin. Kami hanya memiliki seorang pelayan (hamba sahaya). Pada suatu ketika, saudara kami yang paling kecil menamparnya. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan kami untuk memerdekakannya." Dalam satu riwayat, "anak yang ketujuh dalam bersaudara."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر سويد بن مقرن فيقول كنت واحدًا من سَبْعة إخوة من بَني مُقَرِّنٍ كلهم صحابة مهاجرون، لم يشاركهم أحدٌ في ذلك: وهو اجتماع سبعة من الإخوة في الهجرة، وليس لنَا من يقوم على خِدمتنا نحن السَبْعة إلا مملوكة واحدة.، فضَربها    أصغرنا على خَدِّها.
فأمرنا -صلى الله عليه وسلم- أن نحررها من العبودية؛ ليكون اعتاقها كفَّارة عن ضَرِبها.
Suwaid bin Muqarrin mengabarkan seraya berkata, "Aku salah satu dari tujuh bersaudara dari Bani Muqarrin. Semuanya para sahabat golongan Muhajirin. Tidak ada seorang pun yang ikut serta bersama mereka dalam jumlah sebanyak itu. Kami tidak memiliki pembantu untuk melayani kami bertujuh, kecuali satu orang budak sahaya wanita. Suatu ketika, saudara kami yang paling kecil menampar pipi pelayan itu. Lantas Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- meminta kami untuk memerdekakannya dan pembebasannya ini menjadi kafarat atas pemukulannya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8894

 
Hadith   1512   الحديث
الأهمية: مَنْ ضَرب غُلامًا له حَدًّا لم يأته، أو لَطَمَه فإن كَفْارَتَه أن يُعْتِقَه
Tema: Siapa memukul budaknya sebagai hukuman atas kesalahan yang tidak ia lakukan, atau menamparnya, maka kafarat (tebusannya) adalah dengan memerdekakannya.

عن ابن عمر -رضي الله عنهما- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «من ضرب غلاما له حدا لم يأته، أو لَطَمَه، فإن كفارته أن يعتقه».

Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa memukul budaknya sebagai hukuman atas kesalahan yang tidak ia lakukan, atau menamparnya, maka kafarat (tebusannya) adalah dengan memerdekakannya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
من ضرب غلامًا مملوكًا له بلا ذنب يستحق معه العقوبة و لم يفعل الغلام ما يُوجب حَدَّه فإن كفَّارة تلك المعصية أن يُعْتِقَه.
Siapa memukul budak sahayanya tanpa ada dosa yang membuatnya pantas menerima hukuman, dan budak itu tidak melakukan sesuatu yang mengharuskan untuk ditegakkan had pada dirinya, maka kafarat (tebusan) kemaksiatan itu adalah memerdekakannya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8895

 
Hadith   1513   الحديث
الأهمية: ما لكم ولمجالس الصُّعُدَاتِ؟ اجتنبوا مجالس الصُّعُدَاتِ
Tema: Kenapa kalian duduk-duduk di jalanan? Jauhilah berkumpul di jalanan?

عن أبي طلحة زيد بن سهل -رضي الله عنه- قال: كُنَّا قعودا بالأفْنِيَةِ نتحدَّث فيها فجاء رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقام علينا، فقال: «ما لكم ولمجالس الصُّعُدَاتِ؟ اجتنبوا مجالس الصُّعُدَاتِ». فقُلنا: إنما قَعَدْنَا لغير ما بأس، قَعَدْنَا نتذَاكَر، ونتحدث. قال: «إما لا فأدُّوا حقَها: غَضُّ البَصَر، وردُّ السلام، وحُسْن الكلام».

Dari Abu Ṭalḥah Zaid bin Sahal -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Kami duduk-duduk di halaman rumah sambil bercakap-cakap, tiba-tiba Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang lalu menghampiri kami. Beliau bersabda, "Kenapa kalian duduk-duduk di jalanan? Jauhilah berkumpul di jalanan!" Kami berkata, "Kami hanya duduk untuk sesuatu yang tidak apa-apa. Kami duduk untuk bertukar pikiran dan bercakap-cakap." Beliau bersabda, "Jika tidak bisa menjauhinya, maka berikanlah hak jalan: menundukkan pandangan, menjawab salam, dan berbicara yang baik."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر أبو طلحة -رضي الله عنه- أنهم كانوا قعودًا عند فِنَاءِ دار، وهي الأماكن المتسعة عند البيوت ويتحدثون في أمورهم، "فجاء رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقام علينا" أي أن النبي -صلى الله عليه وسلم- أقبل عليهم ووقف عندهم ونهاهم -صلى الله عليه وسلم- عن الجلوس في الطرقات.
قالوا: "إنما قَعَدْنَا لغير ما بأس، قَعَدْنَا نتذَاكَر، ونتحدث" أي أن جلوسنا هنا يا رسول الله لا لأمر فيه بأس شرعًا، بل جلوسنا هنا لأمر مباح وهو أننا نتذاكر ونتحدث فيما بيننا.
قال: "إما لا فأدُّوا حقَها" أي فإن أبيتم ترك هذه المجالس، فأدوا حقها وفي الرواية الأخرى: "إن أبيتم إلا المجلس فأعطوا الطريق حقه"، وفي الرواية الأخرى: "سألوه وما حقُّ الطريق" فقال لهم: "غَضُّ البَصَر، وردُّ السلام، وحُسْن الكلام"، وفي الرواية الأخرى: "غضُّ البصر وكفُّ الأذى وردُّ السلام والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر" والمعنى إن أبيتم إلا الجلوس في الطرقات، فإن الواجب عليكم أن تُؤَدُّوا ما هو واجب عليكم، فبين لهم -صلى الله عليه وسلم- سبب النهي عن الجلوس في الطرقات وذلك أن الإنسان قد يتعرض للفتن بحضور النساء الشواب، وخوف ما يلحق من ذلك من النظر إليهن والفتنة بسببهن، ومن التعرض لحقوق الله وللمسلمين بما لا يلزم الإنسان إذا كان في بيته وحيث ينفرد أو يشتغل بما يلزمه، ومن رؤية المنكر، فيجب عليه في هذه الحال أن يأمر بالمعروف وينهى عن المنكر، فإن ترك ذلك فقد تعرض لمعصية الله.
وكذلك هو يتعرض لمن يَمُر عليه ويسلِّم، وربما كثر ذلك عليه فيعجز عن ردِّ السلام على كل مَار، ورَدُّه فرض، فيأثم والمرء مأمور ألا يتعرض للفتن، ولا يلزم نفسه ما لعله لا يقوم بحقه فيه.
Abu Ṭalḥah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa para sahabat sedang duduk-duduk di teras rumah. Yaitu tempat-tempat yang luas di rumah-rumah. Mereka bercakap-cakap tentang urusannya. "Tiba-tiba Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang lalu menghampiri kami." Yakni, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menghampiri mereka dan berdiri di dekat kepala mereka. Beliau bertanya kepada mereka lalu melarang mereka untuk duduk-duduk di jalan-jalan. Mereka berkata, "Kami hanya duduk untuk sesuatu yang tidak apa-apa (bukan dosa). Kami duduk untuk bertukar pikiran dan bercakap-cakap." Yakni, wahai Rasulullah, kami duduk-duduk di sini untuk suatu urusan yang tidak ada apa-apanya menurut syariat, tapi kami duduk-duduk di sini untuk hal yang dibolehkan secara syariat. Yaitu, kami saling bertukar-pikiran dan bercakap-cakap mengenai urusan-urusan privasi kami. Beliau bersabda, "Jika tidak bisa menjauhinya, maka berikanlah hak jalan!" Yakni, jika kalian menolak untuk meninggalkan majelis-majelis ini, maka tunaikanlah hak jalan!"
Dalam riwayat lain disebutkan, "Jika kalian enggan kecuali tetap duduk-duduk, maka berikanlah hak jalan." Dalam riwayat lain, "Para sahabat bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Apa hak jalan itu?" Beliau bersabda, "menundukkan pandangan, menjawab salam, dan berbicara yang baik." Dalam riwayat lain disebutkan, "Menundukkan pandangan, tidak mengganggu, menjawab salam, memerintahkan kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran," Artinya, jika kalian menolak dan tetap ingin duduk-duduk di jalanan, maka kewajiban kalian adalah menunaikan hal yang diwajibkan kepada kalian. Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan sebab larangan duduk-duduk di jalanan. Hal ini dikarenakan manusia terkadang ditimpa fitnah dengan hadirnya wanita muda dan khawatir memandangnya lalu terfitnah oleh mereka. Juga mengganggu hak-hak Allah dan kaum muslimin dengan sesuatu yang tidak harus dilakukan oleh seseorang ketika ia berada di rumahnya di mana ia sendirian atau sibuk dengan hal-hal yang menjadi keharusannya. Juga melihat kemungkaran. Dalam situasi seperti itu ia harus memerintahkan kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran. Jika ia meninggalkan itu, maka ia telah melakukan kemaksiatan kepada Allah. Demikian juga ia mengganggu setiap orang yang melewatinya dan mengucapkan salam. Mungkin saja hal itu banyak sehingga ia tidak mampu untuk menjawab salam kepada setiap orang yang melintas. Padahal menjawab salam itu wajib sehingga ia berdosa. Manusia diperintahkan untuk tidak melakukan fitnah dan tidak mengharuskan dirinya dengan sesuatu yang mungkin saja ia tidak bisa menunaikan haknya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8896

 
Hadith   1514   الحديث
الأهمية: كُتب على ابن آدم نَصِيبُه من الزِنا مُدْرِكُ ذلك لا مَحَالة: العينان زِناهما النَظر، والأُذنان زِناهما الاستماع، واللسان زِناه الكلام، واليَدُ زِناها البَطْش، والرِّجل زِناها الخُطَا، والقلب يَهْوَى ويتمنى، ويُصَدِّق ذلك الفَرْج أو يُكذِّبُه
Tema: Telah ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina. Ia pasti mendapatkan hal itu, tidak mustahil. Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengarkan, zina lisan adalah mengucapkan, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki adalah melangkah, dan zina hati adalah nafsu dan berharap. Sedangkan kemaluan, itulah yang membenarkan atau mendustakannya

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «كُتب على ابن آدم نَصِيبُه من الزِنا مُدْرِكُ ذلك لا مَحَالة: العينان زِناهما النَظر، والأُذنان زِناهما الاستماع، واللسان زِناه الكلام، واليَدُ زِناها البَطْش، والرِّجل زِناها الخُطَا، والقلب يَهْوَى ويتمنى، ويُصَدِّق ذلك الفَرْج أو يُكذِّبُه».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Telah ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina. Ia pasti mendapatkan hal itu, tak terhindarkan. Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengarkan, zina lisan adalah mengucapkan, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki adalah melangkah, dan zina hati adalah nafsu dan berharap. Sedangkan kemaluan, itulah yang membenarkan atau mendustakannya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث أن الإنسان مُدرك للزنا لا محالة إلا من عصمه الله، ثم ذكر النبي -صلى الله عليه وسلم- أمثلة لذلك:
"فالعين زناها النظر" يعني: أن الرَّجُل إذا نظر إلى امرأة ولو لغير شهوة وهي ليست من محارمه فهذا نوع من الزنا وهو زنا العين.
"والأُذنان زِناهما الاستماع" أي يستمع الإنسان إلى كلام المرأة ويتلذذ بصوتها، هذا زنا الأذن.
"واليد زناها البَطْش" يعني العمل باليد من اللمس وما أشبه ذلك.
"والرِجل زناها الخُطا" يعني أن الإنسان يمشي إلى محل الفواحش مثلا أو يسمع إلى صوت امرأة فيمشي إليها أو يرى امرأة، فيتبعها هذا نوع من الزنا.
"والقلب يَهْوَى ويتمنى" أي يميل إلى هذا الأمر وهو التعلق بالنساء هذا زنا القلب.
"والفرج يصدِّق ذلك أو يُكذِّبه" يعني أنه إذا زنى بالفرج والعياذ بالله، فقد صدق زنا هذه الأعضاء وإن لم يزن بفرجه، بل سَلِم وحفظ نفسه فإن هذا يكون تكذيبا لزنا هذه الأعضاء.
فدل ذلك على الحذر من التعلق بالنساء لا بأصواتهن ولا بالرؤية إليهن ولا بمسهن ولا بالسعي إليهن ولا بغواية القلب لهن، كل ذلك من أنواع الزنا -والعياذ بالله-، فليحذر الإنسان العاقل العفيف من أن يكون في هذه الأعضاء شيء يتعلق بالنساء.
Makna hadis: Sesungguhnya manusia itu tidak mustahil akan melakukan zina, kecuali orang yang dijaga oleh Allah. Selanjutnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyebutkan berbagai contoh untuk itu; "Zina kedua mata adalah melihat," yakni, seorang lelaki jika melihat kepada seorang wanita meskipun tidak dengan syahwat, tetapi wanita tersebut bukan mahramnya, maka ini adalah satu macam zina, yaitu zina mata. "Zina kedua telinga adalah mendengarkan," yakni, seseorang mendengarkan suara wanita dan menikmati suaranya, maka inilah zina telinga. Demikian juga, "Zina tangan adalah menyentuh," yakni, melakukan tindakan dengan tangan seperti menyentuh dan sebagainya. "Zina kaki adalah melangkah," yakni, seseorang berjalan contohnya menuju lokalisasi prostitusi atau mendengarkan suara wanita lalu berjalan ke arahnya, atau melihat seorang wanita lalu mengikutinya. Ini adalah satu macam zina. "Dan zina hati adalah nafsu dan berharap." Yakni, condong kepada hal itu. Yaitu ada keterkaitan kepada wanita. Ini adalah zina hati. "Sedangkan kemaluan, itulah yang membenarkan itu atau mendustakannya." Yakni, jika seseorang berzina dengan kemaluannya, kita berlindung kepada Allah darinya, maka ia telah membenarkan zina seluruh anggota tubuh tersebut. Jika ia tidak melakukan zina dengan kemaluannya, tetapi ia membebaskan dan memelihara dirinya, maka ini menjadi penyangkal terhadap zina seluruh anggota tubuh tersebut. Di dalam hadis ini terdapat dalil tentang waspada terhadap keterkaitan dengan perempuan; dengan suaranya, melihatnya, menyentuhnya, berjalan mendekatinya, keinginan hati untuk bersenang-senang dengannya, karena semua itu termasuk jenis-jenis zina. Hanya kepada Allah kita berlindung. Hendaknya manusia yang berakal dan menjaga kehormatan diri berhati-hati agar jangan sampai salah satu anggota tubuhnya terpikat dengan wanita.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8898

 
Hadith   1515   الحديث
الأهمية: إن أول الناس يُقضى يوم القيامة عليه رجُل اسْتُشْهِدَ، فأُتي به، فعرَّفه نِعمته، فعرَفَها، قال: فما عَمِلت فيها؟ قال: قَاتَلْتُ فيك حتى اسْتُشْهِدْتُ
Tema: Sesungguhnya manusia yang pertama kali diputuskan perkaranya pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Ia dihadapkan kepada Allah lalu dikenalkan kepadanya nikmat-Nya, maka ia pun mengenalnya. Allah berfirman, "Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat ini?" Ia menjawab, "Aku telah berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid."

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إن أول الناس يُقضى يوم القيامة عليه رجُل اسْتُشْهِدَ، فأُتي به، فعرَّفه نِعمته، فعرَفَها، قال: فما عَمِلت فيها؟ قال: قَاتَلْتُ فيك حتى اسْتُشْهِدْتُ. قال: كَذبْتَ، ولكنك قَاتَلْتَ لأن يقال: جَرِيء! فقد قيل، ثم أُمِرَ به فَسُحِب على وجهه حتى أُلقي في النار. ورجل تعلم العلم وعلمه، وقرأ القرآن، فأُتي به فعرَّفه نِعَمه فعرَفَها. قال: فما عملت فيها؟ قال: تعلمت العلم وعلمته، وقرأت فيك القرآن، قال: كَذَبْتَ، ولكنك تعلمت ليقال: عالم! وقرأت القرآن ليقال: هو قارئ؛ فقد قيل، ثم أُمِر به فَسُحِب على وجهه حتى ألقي في النار. ورجل وَسَّعَ الله عليه، وأعطاه من أصناف المال، فأُتي به فعرَّفه نِعَمه، فعرَفَها. قال: فما عملت فيها؟ قال: ما تركت من سبيل تُحِبُّ أن يُنْفَقَ فيها إلا أنفقت فيها لك. قال: كَذَبْتَ، ولكنك فعلت ليقال: جواد! فقد قيل، ثم أُمِر به فَسُحِب على وجهه حتى ألقي في النار».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya manusia yang pertama kali diputuskan perkaranya pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Ia dihadapkan kepada Allah lalu dikenalkan kepadanya nikmat-Nya, maka ia pun mengenalnya. Allah berfirman, "Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat ini?" Ia menjawab, "Aku telah berperang di jalan-Mu sampai aku mati syahid." Allah berfirman, "Engkau berdusta. Engkau berperang agar disebut pemberani, maka sungguh hal itu telah dikatakan." Selanjutnya ia diperintahkan untuk dibawa lalu diseret dengan wajahnya sampai ia dilemparkan ke neraka. Selanjutnya, orang yang mempelajari satu ilmu dan mengajarkannya dan membaca Al-Qur`ān. Ia pun dihadapkan kepada Allah, lalu dikenalkan kepadanya nikmat-Nya, maka ia pun mengenalinya. Allah berfirman, "Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat tersebut?" Ia menjawab, "Aku mempelajari satu ilmu dan mengajarkannya dan aku membaca Al-Qur`ān karena-Mu." Allah berfirman, "Engkau berdusta. Engkau belajar agar disebut seorang yang berilmu dan engkau membaca Al-Qur`ān agar disebut pembaca, maka sungguh semua itu telah dikatakan." Lalu ia diperintahkan untuk dibawa lalu diseret dengan wajahnya sampai ia dilemparkan ke neraka. Selanjutnya, orang yang diluaskan rezekinya dan diberi berbagai macam harta oleh Allah. Lalu ia dihadapkan kepada Allah kemudian dikenalkan nikmat-Nya, maka ia pun mengenalinya. Allah berfirman, "Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat ini?" Ia menjawab, "Aku berinfak karena-Mu di semua jalan yang Engkau sukai." Allah berfirman, "Engkau berdusta. Engkau melakukan itu agar disebut dermawan, maka sungguh hal itu telah dikatakan." Kemudian ia diperintahkan untuk dibawa lalu diseret dengan wajahnya sampai ia dilemparkan ke neraka."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أن أول من يُقضي فيهم يوم القيامة هم ثلاثة أصناف: مُتَعلِّم مرائي ومقاتل مرائي ومتصدِّق مرائي، ثم إن الله -سبحانه وتعالى- يأتى بهم إليه يوم القيامة فيعرفهم الله نعمته فيعرفونها ويعترفون بها فيسأل كل منهم: ماذا صنعت؟ يعني في شكر هذه النعمة، فيقول الأول: تعلمت العلم وقرأت القرآن فيك. فقال الله له: كذبت، ولكن تعلمت ليقال: عالم، وقرأت القرآن ليقال: قارئ ليس لله، بل لأجل الرياء، ثم أُمر به فسُحب على وجهه في النار، وكذا من بعده.
Manusia yang pertama kali diputuskan perkaranya pada hari kiamat adalah tiga golongan: orang yang belajar dengan ria, orang yang berperang dengan ria, dan orang yang bersedekah dengan ria. Selanjutnya Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- membawa mereka ke hadapan-Nya pada hari kiamat lalu Allah memperlihatkan mereka kepada nikmat-Nya sehingga mereka pun mengenalnya dan mengakuinya. Lantas masing-masing dari mereka ditanya, "Apa yang telah engkau lakukan?" yakni, untuk mensyukuri nikmat ini. Golongan pertama menjawab, "Aku mempelajari satu ilmu dan aku membaca Al-Qur`ān karena-Mu." Allah berfirman kepadanya, "Engkau berdusta. Engkau belajar agar disebut seorang yang berilmu dan engkau membaca Al-Qur`ān agar disebut qari', bukan untuk Allah tapi karena riya." Lalu ia diperintahkan untuk dibawa lalu diseret dengan wajahnya sampai ia dilemparkan ke neraka. Demikian juga golongan setelahnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8899

 
Hadith   1516   الحديث
الأهمية: أرأيت الرَّجل الذي يعمل العمل من الخَير، ويَحمدُه الناس عليه؟ قال: تلك عاجِل بُشْرَى المؤمن
Tema: Bagaimana pandangan Anda tentang orang yang mengerjakan kebaikan lalu manusia memujinya karena itu? Beliau menjawab, "Itu adalah kabar gembira yang disegerakan untuk seorang Mukmin."

عن أبي ذر -رضي الله عنه- قال: قيل لرسول الله -صلى الله عليه وسلم-: أرأيت الرَّجل الذي يعمل العمل من الخَير، ويَحمدُه الناس عليه؟ قال: «تلك عاجِل بُشْرَى المؤمن».

Dan dari Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Ditanyakan kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Bagaimana pandangan Anda tentang seorang yang mengerjakan kebaikan lalu manusia memujinya karena itu?" Beliau menjawab, "Itu adalah kabar gembira yang disegerakan untuk seorang Mukmin."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: أن الرَّجُل يعمل عملا صالحا لله لا يقصد به الناس، ثم إن الناس يمدحونه على ذلك. يقولون فلان كثير الخير فلان كثير الطاعة فلان كثير الإحسان إلى الخلق وما أشبه ذلك فقال -صلى الله عليه وسلم-: "تلك عاجل بشرى المؤمن" وهو الثناء عليه؛ لأن الناس إذا أثنوا على الإنسان خيرًا فهم شهداء الله في أرضه ولهذا لما مَرَّت جَنازة من عند النبي -صلى الله عليه وسلم- وأصحابه أثنوا عليها خيرا قال وجبت، ثم مرَّت أخرى فأثنوا عليها شرًا قال وجبت فقالوا يا رسول الله ما وجبت قال: "أما الأول فوجبت له الجنة وأما الثاني فوجبت له النار أنتم شهداء الله في الأرض".
فهذا معنى قوله: "تلك عاجل بشرى المؤمن".
والفرق بين هذه وبين الرياء أن المرائي لا يعمل العمل إلا لأجل أن يراه الناس ويثنون عليه فيكون في هذه الحال قد أشرك مع الله غيره، وأما هذا فنيته خالصة لله عز وجل ولم يطرأ على باله أن يمدحه الناس أو يذموه فإذا علموا بطاعته ومدحوه وأثنوا عليه فهذا ليس برياء هذا عاجل بشرى، والفرق بين هذا وبين ما ذُكر في الحديث فرق عظيم.
Makna hadis ini adalah bahwa orang yang mengerjakan amal saleh karena Allah dan tidak meniatkan (pujian) manusia, tetapi kemudian manusia memujinya karena amal itu. Mereka mengatakan, “Si Fulan banyak kebaikannya, si fulan banyak ketaatannya, banyak kebaikannya kepada makhluk”, dan ungkapan yang serupa; maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengatakan, “Itu adalah kabar gembira yang disegerakan untuk seorang mukmin”, maksudnya adalah pujian yang ditujukan padanya; karena ketika orang banyak memuji seseorang dengan kebaikan, maka mereka adalah para saksi Allah di bumi-Nya. Karena itu, ketika ada jenazah melintas di depan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan para sahabat, mereka memujinya dengan kebaikan. Maka beliau mengatakan, “Telah wajib!” Kemudian melintas jenazah yang lain, lalu mereka mencelanya dengan keburukan, maka beliau mengatakan, “Telah wajib!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang telah wajib?” Beliau menjawab, “Adapun yang pertama, maka telah wajib baginya surga. Sedangkan yang kedua, maka telah wajib baginya neraka. Kalian adalah para saksi Allah di muka bumi.” Maka inilah makna sabda beliau, “Itu adalah kabar gembira untuk seorang Mukmin.” Perbedaan antara hal ini dengan ria adalah bahwa seorang pelaku ria tidak mengerjakan amalnya kecuali agar ia dilihat dan dipuji oleh manusia, sehingga dalam kondisi ini ia telah menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Adapun kasus ini, maka niatnya adalah ikhlas karena Allah -'Azza wa Jalla- dan tidak terlintas di benaknya untuk dipuji ataupun dicela oleh manusia. Maka ketika orang-orang mengetahui ketaatannya lalu memujinya dan menyanjungnya, ini bukanlah ria, namun merupakan kabar gembira yang disegerakan. Perbedaan antara hal ini dengan apa yang disebutkan dalam hadis sangatlah besar.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8900

 
Hadith   1517   الحديث
الأهمية: حُرْمَةُ نساء المجاهدين على القَاعِدِين كَحُرْمَةِ أُمَّهَاتِهِم
Tema: Kehormatan istri-istri para mujahidin bagi orang-orang yang tidak berjihad itu seperti kehormatan ibu-ibu mereka

عن بريدة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «حُرْمَةُ نساء المجاهدين على القَاعِدِين كَحُرْمَةِ أُمَّهَاتِهِم، ما من رَجُلٍ من القَاعِدِين يَخْلِف رجُلا من المجاهدين في أهله، فَيَخُونُهُ فيهم إلا وقَف له يوم القيامة، فيأخذ من حسناته ما شاء حتى يَرْضى» ثم التفت إلينا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال: «ما ظنَّكم؟».

Dan dari Buraidah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Kehormatan istri-istri para mujahidin bagi orang-orang yang tidak berjihad itu seperti kehormatan ibu-ibu mereka. Tidak ada seorang pun yang tidak pergi berjihad yang diamanahi untuk menjaga keluarga para mujahidin, lalu ia mengkhianatinya melainkan ia akan berdiri di hadapannya pada hari kiamat, lalu ia akan mengambil kebaikan-kebaikannya sekehendak hatinya hingga ia rida.” Lalu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menengok kepada kami, kemudian berkata, “Apa persangkaan kalian?”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
الأصل أن المرأة الأجنبية تحرم على غيرها من الرجال الأجانب ويزداد الأمر حُرْمَة في نساء المجاهدين الذين خرجوا للجهاد في سبيل الله -تعالى- وتركوا نساءهم خلفهم، وائتمنوا المقيمين عليهن.
فالواجب عليهم الحذر من أن يقعوا في أعراضهم، لا بخلوة ولا نظر ولا كلام فاحش؛ لأنهن في التحريم كَحُرمة أمهاتهم عليهم، فبين النبي -صلى الله عليه وسلم- أن على الإنسان أن يقوم بما يجب لهم ولا يخونه فيهم لا بأن ينظر أو يحاول أن يقع في أمر محرم، ولا في أن يُقَصِّر فيما هو مطلوب منه من الرعاية والعناية وإيصال الخير إليهم ودفع الأذى عنهم.
"ما من رَجُلٍ من القَاعِدِين يَخْلِف رجُلا من المجاهدين في أهله، فَيَخُونُهُ فيهم إلا وقَف له يوم القيامة، فيأخذ من حسناته ما شاء حتى يَرْضى" والمعنى : أن من تجرأ على نساء المجاهدين حال غيبتهم وخانهم في نسائهم، فإن الله -تعالى- يمكن المجاهد منه يوم القيامة؛ فيأخذ المجاهد من حسنات الخائن ما شاء حتى يرضى وتقرَّ عينه.
ثم قال -صلى الله عليه وسلم-: "فما ظنكم؟" أي: فما تظنون في رغبة المجاهد في أخذ حسناته والاستكثار منها في ذلك المقام؟ أي لا يبقى منها شيء إلا أخذه.
Pada dasarnya seorang wanita yang bukan mahram itu haram untuk kalangan pria asing. Dan pengharaman itu semakin bertambah pada istri-istri para mujahidin yang keluar untuk berjihad di jalan Allah -Ta’ālā- dan meninggalkan istri-istri mereka dan menitipkannya kepada kaum pria yang tinggal menetap di negerinya.
Maka menjadi kewajiban mereka (yang mukim) untuk tidak mengganggu kehormatan mereka; baik dengan berkhalwat, memandang maupun berusaha melakukan perkara yang haram, ataupun lalali memenuhi kebutuhan mereka dan merawatnya, menyampaikan kebaikan pada mereka, dan menepiskan keburukan atas mereka.
“Tidak ada seorang pun yang tidak pergi berjihad yang diamanahi untuk menjaga keluarga para mujahidin, lalu ia mengkhianatinya melainkan ia akan berdiri di hadapannya pada hari kiamat, lalu ia akan mengambil kebaikan-kebaikannya sekehendak hatinya hingga ia rida (puas).”
Maknanya:
Bahwa siapa yang berani mengganggu dan mengkhianati istri para mujahidin saat mereka tidak ada, maka Allah -Ta’ālā- akan memberikan kesempatan kepada sang mujahid itu pada hari kiamat untuk mengambil kebaikan-kebaikan sang pengkhianat tadi semaunya hingga ia merasa rida dan puas tuntas.
Lalu beliau bertanya, “Lalu bagaimana prasangka kalian?”
Maksudnya: lalu apa yang kalian sangka tentang keinginan sang mujahid itu saat mengambil kebaikan dan memperbanyak bekal darinya? Pasti ia takkan menyisakan satu kebaikan pun melainkan akan menyabetnya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8901

 
Hadith   1518   الحديث
الأهمية: سألت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن نظر الفَجْأَةِ فقال: اصْرِف بَصَرك
Tema: Aku bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang melihat secara tiba-tiba (tidak sengaja). Beliau bersabda, "Palingkan pandanganmu!"

عن جَرير -رضي الله عنه- قال: سألت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن نظر الفَجْأَةِ فقال: «اصْرِف بَصَرك».

Dari Jarir -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang melihat secara tiba-tiba (tidak sengaja). Beliau bersabda, "Palingkan pandanganmu!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر جرير بن عبد الله -رضي الله عنه- أنه سئل النبي -صلى الله عليه وسلم- عن نظر الفجأة ، ونظر الفجأة هو الذي يفاجئ الإنسان مثل أن تمرَّ به امرأة فينظر إليها فجأة من غير قصد، فقال النبي -صلى الله عليه وسلم-: "اصرف بصرك" يعني أدره يمينًا أو شمالًا حتى لا يلحقك إثم باستدامة النظر.
Jarir bin Abdillah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ditanya tentang melihat secara tiba-tiba (tidak sengaja). Naẓar Al-Faj`ah ialah pandangan yang mengagetkan manusia secara tiba-tiba. Contohnya ada seorang wanita melewatinya lalu orang itu memandangnya secara tiba-tiba tanpa sengaja. Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Palingkanlah pandanganmu!" Yakni, alihkan pandanganmu ke kanan atau kiri hingga engkau tidak terkena dosa karena memandang terus-menerus.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8902

 
Hadith   1519   الحديث
الأهمية: صِنْفَان من أهل النار لم أَرَهُما: قوم معهم سِيَاط كَأذْنَابِ البَقر يضربون بها الناس، ونساء كاسِيَات عاريات مُمِيَلات مَائِلات، رُؤُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ البُخْتِ المائِلة لا يَدْخُلْن الجَنَّة
Tema: Ada dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat. Satu kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi, mereka memukuli orang-orang dengan cemeti tersebut. Dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, mereka berjalan berlenggak-lenggok menggoyangkan (bahu dan punggungnya) dan rambutnya (disanggul) seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan masuk surga.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه-    قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «صِنْفَان من أهل النار لم أَرَهُما: قوم معهم سِيَاط كَأذْنَابِ البَقر يضربون بها الناس، ونساء كاسِيَات عاريات مُمِيَلات مَائِلات، رُؤُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ البُخْتِ المائِلة لا يَدْخُلْن الجَنَّة، ولا يَجِدْن ريحها، وإن ريحها ليُوجَد من مَسِيرة كذا وكذا».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat. Satu kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi, mereka memukuli orang-orang dengan cemeti tersebut. Dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, mereka berjalan berlenggak-lenggok menggoyangkan (bahu dan punggungnya) dan rambutnya (disanggul) seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aroma surga, padahal sesungguhnya aroma Surga itu tercium dari jauhnya jarak perjalanan sekian dan sekian."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: "صِنْفَان من أهل النار لم أَرَهُما" أي لم يرهما في عصره لطهارة ذلك العصر، بل حدثا بعده وهذا من المُعجزات التي أَيْدَّ الله بها نبيه -صلى الله عليه وسلم-:
الأول: "قوم معهم سِيَاط كَأذْنَابِ البَقر يضربون بها الناس" قال العلماء وهؤلاء هم الشُرط الذين يضربون الناس بغير حق معهم سِيَاط كأذناب البقر يعني سَوط طويل يضربون به الناس بغير حق.
الثاني: "نساء كاسيات عاريات مُمِيلات مائلات" والمعنى: قيل: كاسيات بثيابهن كسوة حِسِّية عاريات من التقوى؛ لأن الله -تعالى- قال : (ولباس التقوى ذلك خير ذلك) وعلى هذا فيشمل هذا الحديث كل امرأة فاسقة فاجرة وإن كان عليها ثياب فضفاضة؛ لأن المراد بالكسوة الكسوة الظاهرة كسوة الثياب عاريات من التقوى؛ لأن العاري من التقوى لا شك أنه عار كما قال -تعالى- (ولباس التقوى ذلك خير)، وقيل: كاسيات عاريات أي عليهن كسوة حِسِّية لكن لا تستر، إما لضِيقها وإما لخِفَّتِها تكون رقيقة ما تستر ، وإما لقصرها.
كل هذا يقال للمرأة التي تلبس ذلك إنها كاسية عارية.
"مُمِيَلات" يعني تميل المشطة كما فسرها بعضهم بأنها المشطة المائلة التي تجعل المشطة على جانب، فإن هذا من الميل؛ لأنها مميلات بمشطتهن ولا سيما أن هذا الميل الذي جاءنا إنما وردنا من النساء الكفار وهذا والعياذ بالله ابتلى به بعض النساء فصارت تفرق ما بين الشعر من جانب واحد فتكون هذه مميلة أي قد أمالت مشطتها، وقيل: مميلات أي فاتنات غيرهن لما يخرجن به من التبرج والطيب وما أشبه ذلك فهن مميلات لغيرهن ولعل اللفظ يشمل المعنيين؛ لأن القاعدة أن النَصَّ إذا كان يحتمل معنيين ولا مرجح لأحدهما، فإنه يحمل عليهما جميعا وهنا لا مرجح ولا منافاة لاجتماع المعنيين فيكون شاملا لهذا وهذا.
وأما قوله : "مَائِلات" فمعناه منحرفات عن الحق وعمَّا يجب عليهن من الحَيَاء والحِشَمة تجدها في السوق تمشي مشية الرجل بقوة وجلد حتى إن بعض الرجال لا يستطيع أن يمشي هذه المشية لكنها هي تمشي كأنها جندي من شدة مشيتها وضربها بالأرض وعدم مبالاتها كذلك أيضا تضحك إلى زميلتها وترفع صوتها على وجه يثير الفتنة وكذلك تقف على صاحب الدكان تماكسه في البيع والشراء وتضحك معه وما أشبه ذلك من المفاسد والبلاء وهؤلاء مائلات لا شك أنهن مائلات عن الحق نسأل الله العافية.
"رُؤُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ البُخْتِ المائِلة" البخت : نوع من الإبل لها سنام طويل يميل يمينا أو شمالا هذه ترفع شعر رأسها حتى يكون مائلا يمينًا أو يسارًا كأسنمة البخت المائلة، وقال بعض العلماء، بل هذه المرأة تضع على رأسها عمامة كعمامة الرجل حتى يرتفع الخمار ويكون كأنه سنام إبل من البخت.
وعلى كل حال فهذه تجمل رأسها بتجميل يفتن لا يدخلن الجنة ولا يجدن ريحها نعوذ بالله يعني لا يدخلن الجنة ولا يقربنها وإن ريحها ليوجد من مسيرة كذا وكذا من مسيرة سبعين عامًا أو أكثر ومع ذلك لا تقرب هذه المرأة الجنة والعياذ بالله؛ لأنها خرجت عن الصراط فهي كاسية عارية مميلة مائلة على رأسها ما يدعو إلى الفتنة والزينة.
Makna hadis: "Ada dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat." Yakni, beliau belum pernah melihat kedua golongan tersebut pada masanya karena bersihnya zaman itu. Kedua golongan ini timbul setelah masa itu. Ini merupakan salah satu mukjizat yang dijadikan oleh Allah untuk meneguhkan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Pertama: "Satu kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi, mereka memukuli orang-orang dengan cemeti tersebut." Para ulama mengatakan bahwa mereka itu adalah para polisi yang memukul orang-orang tanpa hak (alasan yang dibenarkan). Mereka membawa cemeti laksana ekor sapi. Maksudnya sebuah cemeti panjang untuk memukuli orang-orang tanpa ada hak (pembenaran). Kedua: " Dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, mereka berjalan berlenggak-lenggok menggoyangkan (bahu dan pinggangnya) dan rambutnya (disanggul) seperti punuk unta yang miring" Maksudnya: ada yang berpendapat bahwa para wanita itu mengenakan pakaian yang nyata, tapi mereka telanjang dari ketakwaan, karena Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan pakaian takwa itu lebih baik." Berdasarkan hal itu, hadis ini mencakup setiap wanita fasik dan durhaka, meskipun ia mengenakan pakaian yang lebar. Sebab, yang dimaksud dengan pakaian ini adalah pakaian lahir, pakaian dari kain, hanya saja mereka kosong dari ketakwaan, karena tidak ragu lagi bahwa orang yang kosong dari ketakwaan adalah orang yang telanjang. Hal ini sesuai firman Allah -Ta'ālā-, "Dan pakaian takwa itu lebih baik." Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud perempuan yang berpakaian tapi telanjang, yakni mereka mengenakan pakaian lahir tapi tidak menutup (aurat), baik karena ketat, atau tipis sehingga menjadi terawang dan tidak menutup (aurat), atau karena pakaian itu pendek. Semua ini disematkan kepada setiap wanita yang mengenakan pakaian seperti ini bahwa ia berpakaian tapi telanjang. "mereka berjalan berlenggak-lenggok menggoyangkan (bahu dan pinggangnya)" yakni seperti miringnya sisiran sebagaimana ditafsirkan oleh sebagian ulama. Sisiran rambut tersebut miring ke samping. Ini termasuk kemiringan, karena wanita itu memiringkan bahunya dengan sisiran rambutnya. Apalagi kemiringan yang datang kepada kita ini berasal dari para wanita kafir. Ini -kita berlindung kepada Allah- telah menimpa sebagian wanita (Muslimah), sehingga mereka membelah rambut dari satu sisi. Dengan demikian wanita tersebut menjadi miring, yakni memiringkan sisiran rambutnya. Ada yang berpendapat bahwa "mereka berjalan berlenggak-lenggok menggoyangkan (bahu dan pinggangnya)" yakni menggoda, selain itu saat mereka keluar dengan bersolek dan memakai minyak wangi dan sebagainya. Mereka menggoyangkan bahu mereka untuk para wanita lainnya. Barangkali lafal ini mencakup dua makna, karena kaidah mengatakan bahwa jika nas mengandung dua makna dan sama bobot kekuatannya, maka lafal tersebut mengandung dua makna sekaligus. Di sini tidak ada yang diunggulkan dan dinafikan karena berkumpulnya dua makna sekaligus sehingga mencakup makna ini dan itu. Adapun sabdanya, "mereka berjalan berlenggak-lenggok menggoyangkan (bahu dan pinggangnya)" maknanya mereka berpaling dari kebenaran dan sifat malu (feminim) yang seharusnya mereka miliki. Anda temukan di pasar ada wanita berjalan seperti laki-laki dengan gagah dan berani sehingga sebagian lelaki ada yang tidak mampu berjalan seperti itu, tetapi wanita tersebut berjalan seolah-olah ia seorang tentara karena berjalan dengan gagah dan hentakannya ke bumi serta sikap cuek bebeknya. Begitu juga wanita tersebut tertawa cekikikan bersama rekan wanitanya dan mengangkat suaranya dalam intonasi yang membangkitkan birahi. Demikian pula ia berdiri di hadapan pemilik toko untuk menawar dalam jual-beli disertai tawa lebar bersamanya, serta berbagai kerusakan dan bencana lainnya. Tidak ada keraguan sedikit pun bahwa mereka itu berjalan dengan condong (sombong). Mereka berjalan dengan condong dari kebenaran. Kita memohon keselamatan kepada Allah. "kepala mereka seperti punuk unta yang miring." Al-Bukhtu adalah sejenis unta yang memiliki punuk panjang; condong ke kanan atau kiri. Ada wanita yang meninggikan rambut kepalanya sehingga menjadi condong ke kanan atau ke kiri seperti punuk unta yang miring. Sebagian ulama mengatakan bahwa wanita tersebut meletakkan sorban di kepalanya seperti sorban lelaki sehingga kerudungnya meninggi dan kepalanya laksana punuk unta yang miring. Intinya, adalah wanita yang menghias kepalanya dengan hiasan yang menggoda. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium wanginya surga." Kita berlindung kepada Allah. Yakni, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mendekatinya. Padahal harumnya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian dari perjalanan sejauh tujuhpuluh tahun atau lebih. Meskipun demikian, wanita itu tidak bisa mendekati surga, dan kita berlindung kepada Allah (dari hal ini), karena ia telah keluar dari jalan yang lurus. Dia berpakaian, tapi telanjang, melenggak-lenggokkan tubuhnya dan berjalan dengan sombong sehingga menimbulkan fitnah dan merebaknya perzinahan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8903

 
Hadith   1520   الحديث
الأهمية: لا يَنظر الرَّجُل إلى عَوْرَة الرجل، ولا المرأة إلى عَوْرَة المرأة، ولا يُفْضِي الرَّجُل إلى الرَّجُل في ثوب واحد، ولا تُفْضِي المرأة إلى المرأة في الثوب الواحد
Tema: Janganlah seorang pria melihat kepada aurat pria lain, begitu pula seorang wanita (janganlah melihat) kepada aurat wanita lain! Dan janganlah menyatu seorang pria dengan pria lain dalam satu pakaian, begitu pula seorang wanita (jangan menyatu dalam satu sarung) dengan wanita lain!

عن أبي سعيد -رضي الله عنه-: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «لا يَنظر الرَّجُل إلى عَوْرَة الرجل، ولا المرأة ُإلى عَوْرَة المرأة،ِ ولا يُفْضِي الرَّجُلُ إلى الرَّجُل في ثوب واحد، ولا تُفْضِي المرأةُ إلى المرأةِ في الثوب الواحد».

Dari Abu Sa’īd -raḍiyallāhu 'anhu- bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,“Janganlah seorang pria melihat kepada aurat pria lain, begitu pula seorang wanita (janganlah melihat) kepada aurat wanita lain! Dan janganlah seorang pria bersentuhan dengan pria lain dalam satu pakaian, begitu pula seorang wanita (jangan bersentuhan) dengan wanita lain dalam satu pakaian!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
لا ينظر الرجل إلى عورة رجل آخر ولا تنظر المرأة إلى عورة المرأة هذا نهي للناظر وللناظرة أن ينظرا إلى عورة غيرهم، فلو قُدِّر أن امرأة انكشفت عورتها لحاجة، كما لو كشفت عورتها عند الطبيبة للعلاج وكانت أختها ترافقها فلا يجوز لها أن تنظر إلى عورة أختها، أو انكشفت من ريح أو غير ذلك فإن المرأة الأخرى لا تنظر إلى ما بين السرة والركبة، وعورة الرجل هي ما بين سرته وركبته، فلو انكشفت عورة الرَّجُل لحاجة أو من غير قصد، فلا يجوز للآخرين النظر إلى عورته، فإن وقع نظره على عورة أخيه فجأة وجب صرف نظره وعدم استدامته.
"ولا يُفْضِي الرَّجُل إلى الرَّجُل في ثوب واحد، "ولا تُفْضِي المرأة إلى المرأة في الثوب الواحد" والمعنى: لا تصل بشرة أحدهما إلى بشرة الآخر متجردين في ثوب واحد" فإن في مُبَاشرةِ أحدهما الآخر لمسُ عورةِ كل واحدٍ منهما صاحبه، ولمسُها كالنظر إليها، بل هو أشد في التحريم وأبلغ، وما قيل في حق الرَّجُل يقال في حق المرأة للنص.
Janganlah seorang pria melihat kepada aurat pria lain, begitu pula seorang wanita (janganlah melihat) kepada aurat wanita lain! Ini adalah larangan bagi siapapun untuk memandang aurat orang lain. Jika seorang wanita terpaksa disingkap auratnya karena suatu keperluan seperti saat ia harus menyingkap auratnya di depan dokter perempuan untuk pengobatan, lalu ia didampingi oleh saudarinya, maka saudarinya itu tak boleh melihat aurat wanita tersebut. Atau jika aurat itu tersingkap oleh angin atau selain itu, maka wanita lain tidak boleh memandang bagian tubuhnya antara pusar dan lutut.
Begitu pula dikatakan kepada seorang pria: janganlah seorang pria memandang kepada aurat pria lain, yaitu: apa yang ada di antara pusar dan lutut. Maka bila aurat seorang pria tersingkap untuk suatu keperluan atau tanpa disengaja, maka tidak dibolehkan pria lain untuk melihat auratnya. Jika ia tidak sengaja melihat aurat saudaranya, maka ia wajib mengalihkan pandangan dan tidak melanjutkannya.
"Dan janganlah seorang pria bersentuhan dengan pria lain dalam satu pakaian, begitu pula seorang wanita (jangan bersentuhan) dengan wanita lain dalam satu pakaian!"
Maknanya:
Janganlah kulit salah seorang dari mereka menyentuh kulit yang lain dalam keadaan telanjang dalam satu pakaian, karena persentuhan kulit antara mereka berarti persentuhan aurat antar mereka satu sama lainnya. Dan persentuhan itu sama dengan melihat kepada aurat itu, bahkan pengharamannya jauh lebih kuat dan keras. Dan apa yang dinyatakan terhadap kaum pria juga dinyatakan kepada kaum wanita berdasarkan nas.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8904

 
Hadith   1521   الحديث
الأهمية: لَعن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- الرَّجُل يَلبَسُ لِبْسَة المرأة، والمرأة تَلْبَس لبْسَة الرَّجُل
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melaknat laki-laki yang berpakaian layaknya pakaian perempuan dan perempuan yang berpakaian layaknya pakaian laki-laki.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: لعن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- الرجل يلبس لِبْسَةَ المرأة، والمرأة تلبس لِبْسَةَ الرجل.

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melaknat laki-laki yang berpakaian layaknya pakaian perempuan dan perempuan yang berpakaian layaknya pakaian laki-laki."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
من تشبه بالنساء فهو ملعون على لسان النبي -صلى الله عليه وسلم- ومن تشبهت بالرجال فهي ملعونة على لسان النبي -صلى الله عليه وسلم-؛ وذلك أن الله -سبحانه وتعالى- خلق الذكور والإناث وجعل لكل منهما مزية، الرجال يختلفون عن النساء في الخِلقة والخَلق والقوة والدِّين وغير ذلك والنساء كذلك يختلفن عن الرجال فمن حاول أن يجعل الرجال مثل النساء أو أن يجعل النساء مثل الرجال، فقد حاد الله في قَدَرِه وشرعه ؛ لأن الله -سبحانه وتعالى- له حكمة فيما خلق وشرع ولهذا جاءت النصوص بالوعيد الشديد باللعن وهو الطرد والإبعاد عن رحمة الله لتشبه الرجل بالمرأة أو المرأة بالرجل.
Jika ada laki-laki menyerupai perempuan maka ia dilaknat melalui lisan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Bila perempuan menyerupai laki-laki, maka ia dilaknat melalui lisan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Hal itu dikarenakan Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- telah menciptakan laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kelebihan untuk masing-masing. Laki-laki berbeda dari perempuan dalam postur, perilaku, kekuatan, agama dan sebagainya. Demikian juga perempuan berbeda dari laki-laki. Siapa yang berusaha menjadikan laki-laki seperti perempuan atau sebaliknya menjadikan perempuan seperti laki-laki, maka ia telah menyimpang dari Allah dalam takdir dan syariat-Nya. Sebab, Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- memiliki hikmah dalam segala yang diciptakan dan disyariatkan-Nya. Untuk itu, nas-nas datang membawa ancaman keras berupa laknat, yang artinya pengusiran dan penjauhan dari rahmat Allah, bagi laki-laki yang menyerupai perempuan atau perempuan yang menyerupai laki-laki.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8905

 
Hadith   1522   الحديث
الأهمية: احْلِقُوهُ كُلَّه، أو اتْرُكُوه كلَّه
Tema: Cukurlah semuanya atau biarkan semuanya!

عن ابن عمر -رضي الله عنهما- قال: رأى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- صبيًّا قد حُلِق بعض شعر رأسه وترك بعضه، فنهاهم عن ذلك، وقال: «احلقوه كله، أو اتركوه كله».

Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat seorang anak yang dicukur sebagian rambutnya dan sebagiannya lagi dibiarkan. Lantas beliau melarang mereka melakukan hal itu seraya bersabda, "Cukurlah semuanya atau biarkan semuanya!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
رأى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- صَبِيًّا قد حُلق بعض شعر رأسه وتُرك بَعضه، وهذا الفعل يُسمى القزع، فَنَهَاهُم عن أن يفعلوا ذلك بالصبي مرة ثانية، وقال لهم: لا يُحلق جزء منه ويترك البقية، وهذا النهي إما على الكراهة وإما على التحريم، فينبغي اجتنابه مطلقًا.
Makna hadis: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah melihat seorang anak kecil yang dicukur sebagian rambut kepalanya dan sebagiannya lagi dibiarkan. Lantas beliau melarang mereka melakukan hal itu untuk kedua kalinya kepada anak kecil. Beliau bersabda kepada mereka, "Janganlah sebagian rambutnya dicukur dan sebagian lagi dibiarkan!" Larangan di sini bisa jadi hukumnya makruh, dan bisa jadi juga haram. Oleh karena itu selayaknya ditinggalkan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8906

 
Hadith   1523   الحديث
الأهمية: إذا انقطع شِسْعُ نَعْل أحدكم فلا يَمْشِ في الأخرى حتى يُصلِحها
Tema: Apabila tali sandal salah seorang dari kalian putus, maka janganlah ia berjalan dengan satu sandal sampai ia memperbaikinya.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه-    قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إذا انقطع شِسْعُ نَعْل أحدكم، فلا يَمْشِ في الأخرى حتى يُصلِحها».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Apabila tali sandal salah seorang dari kalian putus, maka janganlah ia berjalan dengan satu sandal sampai ia memperbaikinya!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
نهى النبي -صلى الله عليه وسلم- المسلم إذا انقطع نعله ولم يمكنه المشي فيه، فلا يمشي في نعل واحدة، بل عليه أن يصلح ما فسد أو يخلع الأخرى ويمشي حافيًا، وسبب ذلك ما فيه من التشبه بالشيطان، كما في أحاديث أخرى.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang seorang Muslim apabila sandalnya putus dan tidak memungkinkannya untuk berjalan dengannya, hendaknya ia tidak berjalan dengan satu sandal. Justru ia harus memperbaiki kerusakannya atau mencopot sandal yang lainnya lalu berjalan dengan kaki telanjang. Penyebab (larangannya) adalah karena itu menyerupai setan sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis lain.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8907

 
Hadith   1524   الحديث
الأهمية: إن اليهود والنصارى لا يَصْبغُونَ، فخَالِفُوهم
Tema: Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak mewarnai rambut mereka, maka selisihilah mereka!

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إن اليهود والنصارى لا يصبغون، فخالفوهم».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak mewarnai rambut mereka, maka selisihilah mereka!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر أبو هريرة -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- أخبرهم بأن اليهود والنصارى أي لا يصبغون شعر رؤوسهم ولِحاهم، بل يتركون الشَّيب فيها على حاله، فأمر أن يخالفوهم بصبغ الشَّعر، وخضب اللحية والرأس.
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahu mereka bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak mewarnai rambut kepala dan janggut mereka, tetapi mereka membiarkan uban di rambutnya apa adanya. Beliau memerintahkan para sahabat untuk menyelisihi mereka dengan mewarnai rambut dan janggut serta kepala.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8908

 
Hadith   1525   الحديث
الأهمية: غَيِّرُوا هذا واجْتَنِبوا السَّوَاد
Tema: Ubahlah ini oleh kalian dan jauhilah warna hitam!

عن جابر -رضي الله عنه- قال: أُتِيَ بأبي قُحَافَة والد أبي بكر الصديق -رضي الله عنهما-، يوم فتح مكة ورأسه ولحيته كَالثَّغَامَةِ بياضًا. فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «غَيِّرُوا هذا واجْتَنِبوا السَّواد».

Dari Jābir -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Abu Quhāfah, ayah Abu Bakar Aṣ-Ṣiddīq -raḍiyallāhu 'anhumā- dibawa menghadap Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pada hari penaklukan Makkah dengan kepala dan janggutnya yang putih seperti bunga Ṡagāmah. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ubahlah ini oleh kalian dan jauhilah warna hitam!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: أنه أتي بأبي قحافة -والد أبي بكر الصديق- إلى النبي -صلى الله عليه وسلم- يوم فتح مكة ورأسه ولحيته كَالثَّغَامَةِ ، وهو نوع من النبات أبيض، فلما رآه -صلى الله عليه وسلم- على تلك الحال، قال: "غَيِّرُوا هذا واجْتَنِبوا السَّوَاد" فأمر بتغيير الشَّيب وأن يُجَنَّب السَّواد؛ لأن السَّواد يعني أنه يُعيد الإنسان شابًّا، فكان ذلك مضادة لفطرة الله -عز وجل- وسنته في خلقه، وأما بقية الأصباغ كالحُمرة والصُفرة أو بالحناء والكَتَم مخلوطين فلا بأس، إذا خرج اللون عن السَّواد، بل بين السَّواد والحُمرة، فهذا لا بأس به، والمنهي عن صبغه به هو السَّواد الخالص، وفي مسلم من حديث أنس -رضي الله عنه- خضب أبو بكر وعمر -رضي الله عنهما- بالحناء والكَتَم.
Makna hadis: Abu Quhāfah, ayah Abu Bakar Aṣ-Ṣiddīq -raḍiyallāhu 'anhumā- dibawa menghadap Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pada hari penaklukan Makkah dengan kepala dan janggutnya yang putih seperti bunga Ṡagāmah. Aṡ-Ṡagāmah adalah sejenis tumbuhan berwarna putih. Ketika Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihatnya dalam kondisi seperti itu, beliau bersabda, "Ubahlah ini oleh kalian dan jauhilah warna hitam!" Beliau memerintahkan untuk merubah warna uban dan menghindari warna hitam. Sebab, warna hitam artinya mengembalikan seseorang menjadi seperti muda. Tentunya hal ini bertentangan dengan fitrah (penciptaan) Allah -'Azza wa Jalla- dan sunnah-Nya pada makhluk-Nya. Adapun jenis pewarna lainnya, seperti merah, kuning atau pemerah kuku (inai) dan tumbuhan katam yang dicampurkan, maka ini tidak ada masalah, jika warna yang dihasilkan bukan hitam, tapi antara hitam dan merah. Ini tidak ada masalah. Warna yang dilarang untuk semir rambut adalah warna hitam murni. Dalam Sahih Muslim dari hadis Anas -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Abu Bakar dan Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- menyemir rambutnya dengan hinna (inai) dan tumbuhan katam."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8909

 
Hadith   1526   الحديث
الأهمية: لا تَبْكُوا على أَخِي بعد اليوم
Tema: Janganlah kalian menangisi saudaraku setelah hari ini!

عن عبد الله بن جعفر -رضي الله عنهما-: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- أمهل آل جعفر ثلاثا، ثم أتاهم، فقال: «لا تبكوا على أخي بعد اليوم» ثم قال: «ادعوا لي بني أخي» فجيء بنا كأننا    أفْرُخٌ    فقال: «ادعوا لي الحلاق» فأمره، فحلق رؤوسنا».

Dari Abdullah bin Ja'far -raḍiyallāhu 'anhuma- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberi tempo kepada keluarga Ja'far selama tiga hari, lalu beliau mendatangi mereka. Beliau bersabda, "Janganlah kalian menangisi saudaraku setelah hari ini!" Beliau bersabda kembali, "Panggilkan anak-anak saudaraku!" Kami pun dibawa, seolah-olah kami ini anak-anak burung. Beliau bersabda, "Panggilkan tukang cukur!" Selanjutnya beliau menyuruhnya untuk mencukur kepala kami."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: أنه عندما استشهد جعفر بن أبي طالب في غزوة مؤتة، أمهل النبي -صلى الله عليه وسلم- أهله ثلاثا من أجل أن تَطيب نَفوسهم ويذهب ما في نفوسهم من الحزن والأسى، ثم قال لهم: "لا تَبْكُوا على أَخِي بعد اليوم" أي نهاهم عن البكاء بعد ثلاثة أيام؛ لأن الصدمة الأولى وزمن الحزن لا يطول ولا يستمر.
والنهي هنا: للتنزيه لإباحة البكاء بعد ثلاثة أيام ما لم يقترن به محرم.   
ثم قال: «ادعوا لي بَنِي أخِي» وهم محمد وعبد الله وعوف أولاد جعفر، قال عبد الله: "فجيء بِنَا كأننا أفْرُخٌ" الفَرَخ ولد الطائر، وذلك لما أصابهم من الحزن على فقد والدهم.
قال: "ادعوا لي الحلَّاق. فأمره، فَحَلَق رؤوسنا" أي أن النبي -صلى الله عليه وسلم- أمر بحلق رؤوسهم فحُلقت، لما رأى من اشتغال أمهم أسماء بنت عميس -رضي الله عنها- عن ترجيل شعورهم بما أصابها من قتل زوجها في سبيل الله فأشفق عليهم من الوَسَخ والقمل، فإذا أزيل صار في ذلك فائدة ومصلحة وراحة لأمهم التي جاءها ما يشغلها عن العناية بشعر أولادها.
تنبيه: معلوم أن الحلق عند المصيبة لا يجوز، وقد جاء في الحديث: (لعن الرسول -صلى الله عليه وسلم- الصَّالقة والحَالقة والشَّاقة).
والحالقة: التي تحلق شعرها عند المصيبة، والشاقة: التي تشق ثوبها عند المصيبة، والصالقة: التي ترفع صوتها عند المصيبة، والحلق لأولاد جعفر ليس اعتراضا على موته، ولكن المقصود من هذا الحَلق لأولاد جعفر بعد موته -رضي الله تعالى عنه وأرضاه- هو كون أمهم كانت منشغلة عن العناية برؤوسهم، فخشي أن يُصيبهم شيء من القَمْل فأمر بحلق رءوسهم -صلوات الله وسلامه وبركاته عليه-، ولم يكن الحلق تأثرًا بالمصيبة.
Makna hadis: Ketika Ja'far bin Abi Ṭālib mati syahid di perang Mu`tah, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberi tempo kepada keluarga Ja'far selama tiga hari agar jiwa mereka menjadi tenang dan kesedihan serta nestapa yang ada dalam diri mereka hilang. Selanjutnya beliau bersabda kepada mereka, "Janganlah kalian menangisi saudaraku setelah hari ini!" Yakni, beliau melarang mereka menangis setelah tiga hari karena benturan pertama dan masa kesedihan itu tidak lama dan tidak akan terus-menerus. Larangan di sini untuk tanzih karena memang dibolehkan menangis setelah tiga hari selama tidak diiringi dengan hal-hal haram. Lantas beliau bersabda kembali, "Panggilkan anak-anak saudaraku!" Mereka adalah Muhammad, Abdullah dan Auf, anak-anak Ja'far. Abdullah berkata, "Kami pun dibawa, seolah-olah kami ini anak-anak burung". Al-Farakh adalah anak burung. Dinamakan demikian karena mereka ditimpa kesedihan atas kehilangan ayahnya. Beliau bersabda, "Panggilkan tukang cukur!" Selanjutnya beliau menyuruhnya untuk mencukur kepala kami." Yakni, bahwa Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan tukang cukur untuk mencukur kepala mereka. Kepala mereka dicukur karena beliau melihat kelalaian ibu mereka, Asma` binti Umais -raḍiyallāhu 'anha- dalam merapikan rambut mereka disebabkan musibah yang menimpanya akibat gugurnya suaminya di jalan Allah. Beliau pun merasa kasihan melihat kotoran dan kutu pada mereka. Jika hal itu dihilangkan, maka akan menjadi bermanfaat dan berguna serta rehat bagi ibu mereka yang sedang ditimpa sesuatu yang membuatnya lengah dalam memperhatikan rambut anak-anaknya.
Catatan: Sebagaimana diketahui bahwa mencukur rambut ketika ada musibah adalah tidak boleh. Dalam hadis disebutkan, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melaknat Aṣ-Ṣāliqah, Al-Hāliqah, dan Asy-Syāqqah." Al-Hāliqah adalah wanita yang mencukur rambutnya saat terjadi musibah.
Asy-Syāqqah adalah wanita yang merobek pakaiannya saat terjadi musibah.
Aṣ-Ṣāliqah adalah wanita yang mengangkat suaranya saat terjadi musibah. Mencukur rambut anak-anak Ja'far bukan karena tidak menerima kematiannya, tetapi tujuan mencukur rambut mereka setelah ia meninggal dunia adalah karena ibu mereka lengah dalam memperhatikan kepala mereka sehingga beliau pun khawatir mereka ditimpa gangguan kutu. Untuk itu beliau memerintahkan agar mencukur kepala mereka. Cukur di sini bukan pengaruh dari musibah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8910

 
Hadith   1527   الحديث
الأهمية: لا تَنْتِفُوا الشَّيْبَ؛ فإنه نُور المسلم يوم القيامة
Tema: Janganlah kalian mencabuti uban! Sesungguhnya uban adalah cahaya seorang Muslim pada hari kiamat.

عن عمرو بن شعيب، عن أبيه، عن جده -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «لا تَنْتِفُوا الشَّيْبَ؛ فإنه نُور المسلم يوم القيامة».

Dari Amru bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Janganlah kalian mencabuti uban! Sesungguhnya uban adalah cahaya seorang Muslim pada hari kiamat."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
نهى النبي -صلى الله عليه وسلم المسلم- عن نَتْف الشعر الأبيض، سواء كان من شعر رأسه أو لحيته أو غيرهما من مواضع البدن؛ فهذا الشَّيب يكون نورا لصاحبه يوم القيامة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang seorang Muslim mencabut rambutnya yang putih, baik rambut kepalanya atau jenggotnya, atau rambut lainnya yang berada di berbagai tempat pada tubuh. Uban ini akan menjadi cahaya bagi pemiliknya pada hari kiamat.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8911

 
Hadith   1528   الحديث
الأهمية: نهى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن القَزَع
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang qaza' (mencukur sebagian kepala dan membiarkan sebagian lainnya)

عن ابن عمر -رضي الله عنهما-، قال: نهى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن القَزَع.

Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang qaza' (mencukur sebagian kepala dan membiarkan sebagian lainnya)."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
نهى النبي صلى الله عليه وسلم أن يحلق بعض رأس الصبي ويترك بعض، وهو عام في كل أحد.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang mencukur sebagian rambut bayi dan membiarkan sebagian lainnya. Ini bersifat umum pada setiap individu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8914

 
Hadith   1529   الحديث
الأهمية: إنما هَلَكَت بَنُو إسرائيل حين اتَّخَذَهَا نساؤُهُم
Tema: Sesungguhnya Bani Israil binasa ketika kaum wanita mereka mengenakan barang ini (rambut palsu).

عن حُميد بن عبد الرحمن: أنه سمع معاوية -رضي الله عنه- عام حَجَّ على المِنْبَر، وتناول قُصَّة من شَعْرٍ كانت في يَدِ حَرَسِيٍّ، فقال: يا أهل المدينة أين عُلَمَاؤُكُمْ؟! سمعت النبي -صلى الله عليه وسلم- يَنْهَى عن مثل هذه، ويقول: «إنما هَلَكَت بَنُو إسرائيل حين اتَّخَذَهَا نساؤُهُم».

Dari Ḥumaid bin Abdurrahman bahwa ia mendengar Mu'āwiyah -raḍiyallāhu 'anhu- saat musim haji berkhotbah di atas mimbar lalu mengambil seikat rambut yang ada di tangan seorang pengawal. Lantas ia berkata, "Wahai penduduk Madinah, di manakah ulama-ulama kalian?" Aku mendengar Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang barang seperti ini, dan beliau bersabda, "Sesungguhnya Bani Israil binasa ketika kaum wanita mereka mengenakan barang ini (rambut palsu)."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر حُميد بن عبد الرحمن بن عوف -رحمه الله- أنه سمع معاوية -رضي الله عنه- عام حَجَّ وهو على المِنْبَر، وبيده قُصَّة من شَعْرٍ، وهي شَعْر مكْفُوف بعضه على بعض، كانت بيد أَحَد خدمه الذين يحرسونه فتناولها منه، فقال: يا أهل المدينة أين عُلَمَاؤُكُمْ؟! من باب الإنكار عليهم بإهمالهم إنكار هذا المنكر وغفلتهم عن تغييره، ثم أخبرهم -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- أخبره أن الله -تعالى- أهلك بني إسرائيل عندما اتخذ نساؤها هذه القصة، ووصلها بالشعر، وإنما أهلكوا جميعا؛ لإقرارهم المنكر مع ما انضم إلى ذلك من ارتكابهم ما ارتكبوه من المناهي.
Ḥumaid bin Abdurrahman bin 'Auf -raḥimahullāh- mengabarkan bahwa ia mendengar Mu'awiyah -raḍiyallāhu 'anhu- saat musim haji berkhotbah di atas mimbar sedang tangannya memegang seikat rambut. Ini adalah rambut yang digulung, yang dipegang salah seorang penjaga yang mengawalnya. Mu'āwiyah meraih ikatan rambut tersebut darinya, lalu berkata, "Wahai penduduk Madinah, di mana ulama-ulama kalian?" Ini adalah sebuah kritikan kepada mereka karena tidak mengingkari perbuatan mungkar ini dan lalai untuk mengubahnya. Kemudian Mu'āwiyah -raḍiyallāhu 'anhu- memberitahu mereka bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan, bahwa Allah -Ta'ālā- membinasakan Bani Israil ketika kaum wanita mereka mengenakan ikatan rambut seperti ini dan menyambungkannya dengan rambut mereka. Mereka dibinasakan semuanya karena membenarkan kemungkaran tersebut, ditambah pelanggaran yang mereka lakukan terhadap larangan-larangan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8915

 
Hadith   1530   الحديث
الأهمية: ما من ميِّت يموت فيقوم باكِيهم فيقول: واجَبَلَاه، واسَيِّدَاه، أو نحو ذلك إلا وُكِّلَ به مَلَكَان يَلْهَزَانِه: أهكذا كُنت؟
Tema: Tidaklah seorang mayyit meninggal, lalu orang yang menangisinya bangkit seraya meratapinya dengan berkata, “Duhai pelindungku, duhai penanggungku" atau kalimat ‎semacam itu, melainkan diutus dua malaikat untuk memukul dada (mayit itu) sambil bertanya, "‎Apakah engkau memang seperti itu?"

عن أبي موسى -رضي الله عنه- مرفوعاً: «ما من ميِّت يموت فيقوم باكِيهم فيقول: واجَبَلَاه، واسَيِّدَاه، أو نحو ذلك إلا وُكِّلَ به مَلَكَان يَلْهَزَانِه: أهكذا كُنت؟».

Dari Abu Musa -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū’, “Tidaklah seorang mayit meninggal, lalu orang yang menangisinya bangkit seraya meratapinya dengan berkata, “Duhai pelindungku, duhai penanggungku" atau kalimat ‎semacam itu, melainkan diutus dua malaikat untuk memukul dada (mayit itu) sambil bertanya, "‎Apakah engkau memang seperti itu?"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أن المسلم إذا مات، وقام أحد يبكي عليه    وينوح ويخبر بأن هذا الميت بالنسبة له أو لها كالجبل تأوي إليه عند الشدائد، وأنه كان له سنداً وملجأ، أو نحو ذلك؛ إلا جاء ملكان للميت يدفعانه في صدره ويسألانه سؤال المتهكم: هل أنت كما قيل؟
Tema: Sesungguhnya jika seorang muslim meninggal dunia, lalu ada orang yang ‎bangkit menangisinya, meratapinya dan berkeluh kesah bahwa mayit ‎ini baginya adalah seperti gunung yang ia bernaung/berlindung ‎kepadanya tatkala dilanda kesusahan, dan ia dahulu baginya seperti ‎penopang dan tempat berlindung, atau yang semisal itu; melainkan ‎dua malaikat akan mendatanginya, lalu memukul dadanya dan menanyakan ‎kepadanya pertanyaan yang mengejek, "Apakah kamu seperti yang ‎dikatakan itu?"

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8917

 
Hadith   1531   الحديث
الأهمية: إن الملائكة تَنْزِل في العَنَانِ -وهو السَّحَاب- فَتَذْكُرُ الأمر قُضِيَ في السماء، فَيَسْتَرِقُ الشيطان السَّمْعَ، فيسمعه، فيُوحِيَه إلى الكُهَّان، فيكذبون معها مائة كَذْبَة من عند أَنْفُسِهم
Tema: Sesungguhnya para malaikat turun ke awan, lalu menyebutkan perkara yang telah ditetapkan di langit. Setan lalu berusaha mencuri berita tersebut (dengan menguping) hingga berhasil mendengarnya. Lantas ia membisikkannya kepada dukun, yang lalu mencampurnya dengan 100 kedustaan dari diri mereka sendiri.

عن عائشة -رضي الله عنها-، قالت: سَأَل رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أُنَاسٌ عن الكُهَّان، فقال: «ليْسُوا بشيء» فقالوا: يا رسول الله إنهم يُحَدِّثُونَا أحْيَانَا بشيء، فيكون حَقَّا؟ فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «تلك الكلمة من الحَقِّ يخْطفُها الجِنِّي فَيَقُرُّهَا في أُذُنِ وليِّه، فَيَخْلِطُونَ معها مائة كَذِبَة».
وفي رواية للبخاري عن عائشة -رضي الله عنها-: أنها سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إن الملائكة تَنْزِل في العَنَانِ -وهو السَّحَاب- فَتَذْكُرُ الأمر قُضِيَ في السماء، فَيَسْتَرِقُ الشيطان السَّمْعَ، فيسمعه، فيُوحِيَه إلى الكُهَّان، فيكذبون معها مائة كَذْبَة من عند أَنْفُسِهم».

Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan: Sejumlah orang bertanya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang para dukun. Beliau menjawab, "Mereka itu bukan apa-apa." Mereka berkata, "Wahai Rasulullah! Terkadang mereka menyampaikan sesuatu pada kami dan ternyata benar terjadi?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Kalimat itu bagian dari kebenaran yang disambar jin lalu ia membisikkannya ke telinga walinya, kemudian mereka mencampurnya dengan 100 kedustaan." (Muttafaq 'Alaih). Dalam riwayat Bukhari dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, bahwa ia mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya para malaikat turun ke awan, lalu menyebutkan perkara yang telah ditetapkan di langit. Setan lalu berusaha mencuri berita tersebut (dengan menguping) hingga berhasil mendengarnya. Lantas ia membisikkannya kepada dukun, yang lalu mencampurnya dengan 100 kedustaan dari diri mereka sendiri."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
تخبر عائشة -رضي الله عنها- أن أناسًا سألوا النبي -صلى الله عليه وسلم- عن الذين يخبرون عن المغيبات في المستقبل فقال: لا تعبأوا بهم ولا تأخذوا بكلامهم ولا يهمكم أمرهم.
فقالوا: إن قولهم يوافق الواقع، كما لو أخبروا عن وقوع أمر غيبي في شهر كذا في يوم كذا، فإنه يقع على وفق قولهم، فقال -صلى الله عليه وسلم-: إن الجن يخطفون ما يسمعونه من خبر السماء، فينزلون إلى أوليائهم من الكهان فيخبرونهم بما سمعوا، ثم يَضيف هذا الكاهن إلى هذا الذي سمعه من السماء مائة كذبة.
ومعنى رواية البخاري: أن الملائكة تسمع في السماء ما قضى الله تعالى في كل يوم من الحوادث على أهل الدنيا ثم ينزلون في السحاب فيُحَدِّث بعضهم بعضا، فيسترق الشيطان تلك الأخبار، ثم ينزل بها إلى أوليائهم من الكهان فيخبرونهم بما سمعوا، ثم يضيف الكاهن على ما سمعه مائة كذبة وأكثر.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- mengabarkan bahwa sekelompok orang bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang orang-orang yang suka meramal perkara-perkara gaib yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Beliau lalu bersabda, "Jangan pedulikan mereka, jangan mempercayai ucapan mereka, dan jangan sampai urusan mereka menjadi pikiran kalian." Mereka mengatakan, "Sesungguhnya ucapan mereka sesuai dengan kenyataan. Seperti seandainya mereka memberitakan tentang terjadinya perkara yang gaib di bulan tertentu dan hari tertentu, lantas hal itu benar-benar terjadi sesuai ucapan mereka." Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jin-jin itu menyambar apa yang mereka dengar dari berita langit, lalu mereka turun kepada wali-wali mereka dari para dukun dan menyampaikan apa yang mereka dengar pada para dukun itu. Kemudian dukun ini menambahi 100 kedustaan pada berita yang ia dengar dari langit tersebut." Sedang maksud riwayat Bukhari adalah bahwa para malaikat mendengar di langit peristiwa-peristiwa yang Allah -Ta'ālā- tetapkan pada penduduk dunia. Kemudian mereka turun ke awan, lalu sebagian mereka menceritakan pada sebagian yang lain. Setan lalu mencuri dengar berita-berita tersebut, kemudian turun kepada wali-wali mereka dari para dukun untuk mengabarkan apa yang mereka dengar. Selanjutnya dukun itu menambahkan berita yang mereka dengar tersebut dengan 100 kedustaan, bahkan lebih."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari - Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8918

 
Hadith   1532   الحديث
الأهمية: غطُّوا الإناء، وأَوْكِئُوا السِّقَاء، وأغْلِقُوا الأبْوَاب، وأطْفِئُوا السِّراج؛ فإن الشيطان لاَ يَحُلُّ سِقَاء، ولا يفتح بابا، ولا يَكْشِف إناء
Tema: Tutuplah bejana, ikatlah kantung air, kuncilah pintu-pintu dan padamkanlah lampu. Sesungguhnya setan tidak bisa membuka ikatan kantung air, tidak bisa membuka pintu dan tidak dapat membuka tutup bejana.

عن جابر -رضي الله عنه- مرفوعًا: «غَطُّوا الإِناء، وأَوْكِئُوا السِّقَاءَ، وأَغْلِقُوا الأبوابَ، وأَطْفِئُوا السِّرَاجَ؛ فإن الشيطان لا يَحُلُّ سِقَاءً، ولا يَفْتَحُ بَابًا، ولا يَكْشِفُ إِناءً، فإن لم يجد أحدكم إلا أن يَعْرُضَ على إِنَائِهِ عُودًا، ويذكر اسم الله، فَلْيَفْعَلْ؛ فإن الفُوَيْسِقَةَ تُضْرِمُ على أهل البيت بَيْتَهُم».

Dari Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Tutuplah bejana, ikatlah kantung air, tutuplah pintu-pintu dan padamkanlah lampu, karena sesungguhnya setan tidak bisa membuka ikatan kantong air, tidak bisa membuka pintu dan tidak dapat membuka tutup bejana. Jika salah seorang dari kalian tidak menemukan sesuatu untuk menutup bejananya kecuali sebilah kayu dan menyebut nama Allah, maka lakukanlah hal itu. Sebab, seekor tikus dapat membahayakan pemilik rumah dengan membakar rumahnya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أمر النبي -صلى الله عليه وسلم- بتغطية الإناء؛ صونًا له من الحشرات، وسائر المؤذيات ولما قد ينزل فيه من الوباء، وأن تغلق الأسقية، وأن تغلق الأبواب لما في ذلك من المصالح الدينية والدنيوية، وحراسة الأنفس والأموال، من أهل العبث والفساد.
وأرشد إلى أن تطفأ السرج لما في ذلك من حفظ البيت وأهله لما قد يخشى عليهم من ضرر الاحتراق.
والحديث محمول على وقت النوم ليلا، وأخبر أن الشيطان لا يفتح سِقاء مغلقا، ولا بابا ولا يَكشف عن الأواني المغلقة.
فإذا لم يمكن تغطية الإناء بما يستوعبه بحيث لا يظهر ما بداخله أو بعضه فلا يدعه مشكوفا، بل يجعل عليه عودا عرضًا، ويسمي الله -تعالى- عند تغطية الإناء، وإيكاء الأسقية، وإغلاق الأبواب، وذكر أن السِّراج وغيره من المواد المشتعلة إذا تركت على حالها ولم تطفأ قبل النوم؛ فإن الغالب على الفويسقة العَبَث به؛ وقد يكون ذلك سببا لإحراق أهل البيت وقت نومهم.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyuruh kita untuk menutup bejana demi menjaganya dari serangga dan semua binatang pengganggu bahkan kadang ada wabah memasukinya. Juga hendaknya mengikat kantong air dan menutup pintu-pintu, karena hal tersebut mengandung kebaikan-kebaikan agama dan duniawi, dan menjaga jiwa dan harta benda dari pelaku sia-sia dan kerusakan. Beliau memberi nasihat untuk memadamkan lampu-lampu karena hal itu dapat menjaga rumah dan penghuninya dari bahaya yang ditakutkan menimpa mereka berupa kebakaran. Hadis ini ditafsirkan pada waktu tidur di malam hari. Beliau juga memberitahukan bahwa setan tidak akan bisa membuka kantong air yang terikat, pintu yang tertutup, dan tidak akan bisa membuka bejana-bejana yang ditutup. Jika tidak bisa menutup wadah dengan sesuatu yang menutupinya secara sempurna sehingga tidak terlihat semua bagian dalamnya atau sebagiannya, maka jangan biarkan bejana itu terbuka, tetapi hendaklah ia meletakkan kayu di atasnya dan mengucapkan Bismillāh ketika menutup bejana, mengikat kantong-kantong air, dan menutup pintu-pintu. Beliau menuturkan bahwa lampu dan sebagainya merupakan bahan-bahan yang mudah menyala jika dibiarkan dalam kondisi menyala dan tidak dipadamkan sebelum tidur. Biasanya tikus mempermainkannya dan hal itu terkadang menyebabkan terbakarnya penghuni rumah saat tidur.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8925

 
Hadith   1533   الحديث
الأهمية: أُغْمِي على عبد الله بن رواحة -رضي الله عنه- فجعلت أُخْتُه تبكي، وتقول: واجَبَلاهُ، واكذا، واكذا: تُعَدِّدُ عليه. فقال حين أفَاق: ما قُلْتِ شيئا إلا قِيل لي أنت كذلك؟!
Tema: Abdullah bin Rawāḥah -raḍiyallāhu 'anhu- pernah pingsan hingga membuat saudara perempuannya menangis dan berkata padanya, “Duhai gunung tempatku bernaung, begini dan begitu,” Ia berulang kali katakan hal kepada (saudara)nya. Ketika Abdullah sadar, ia berkata, “Tidaklah kamu katakan sesuatu melainkan dikatakan kepadaku, “Benarkah kamu demikian?!”

عن النعمان بن بشير -رضي الله عنهما- قال: أُغْمِي على عبد الله بن رواحة -رضي الله عنه- فجعلت أُخْتُه تبكي، وتقول: واجَبَلاهُ، واكذا، واكذا: تُعَدِّدُ عليه. فقال حين أفَاق: ما قُلْتِ شيئا إلا قِيل لي أنت كذلك؟
Tema: Dari An-Nu'mān bin Basyīr -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, “Abdullah bin Rawāḥah -raḍiyallāhu 'anhu- pernah pingsan hingga membuat saudara perempuannya menangis dan berkata padanya, "Duhai gunung tempatku bernaung, begini dan begitu,” Ia berulang kali katakan hal kepada (saudara)nya. Ketika Abdullah sadar, ia berkata, “Tidaklah kamu katakan sesuatu melainkan dikatakan kepadaku, “Benarkah kamu demikian?!”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أخبر النعمان بن بشير -رضي الله عنهما- أن عبد الله بن رواحة -رضي الله عنه- أصيب بمرض وأغمي عليه بسبب شِدَّة المرض، فلما رأته أخته -رضي الله عنها- على تلك الحال ظنت أنه قد مات، فجعلت تبكي وتندب وتقول واجَبَلاهُ" أي أنه- رضي الله عنه- كان لها كالجبل تأوي إليه عند طروق الحوادث فتعتصم به، ومستندًا تستند إليه في أمورها و تذكره بمحاسنه وشمائله على طريقة أهل الجاهلية، فلما أفاق من غيبوبته أخبرها عما حصل له، وأنه قيل له: أأنت جبل يلجؤون إليك، أأنت كذا وكذا كما يصفونك، فكل ما عددته من صفات أُخبر بها -رضي الله عنه- في غيبوبته، وذلك على سبيل التَّهكم، والوعيد الشديد، وجاء في رواية أنه لما مات لم تندبه واتعظت بذلك.
An-Nu'mān bin Basyīr -raḍiyallāhu 'anhumā- memberitahukan bahwa Abdullah bin Rawāḥah -raḍiyallāhu 'anhu- pernah sakit hingga ia pingsan karena kerasnya penyakit tersebut. Tatkala saudara perempuannya -raḍiyallāhu 'anhā- melihat kondisinya tersebut, ia mengira bahwa Abdullah bin Rawāhah -raḍiyallāhu 'anhu- telah meninggal dunia, sehingga ia pun menangis, meratap dan berkata, “wā jabalāh” (Duhai gunung tempatku bernaung), maknanya adalah bahwa Abdullah bin Rawāḥah -raḍiyallāhu 'anhu- baginya bagaikan gunung tempat ia berlindung ketika terjadi berbagai peristiwa, maka ia pun memegangnya dengan erat, menjadikannya sebagai tempat ia bersandar dalam segala urusannya, dan ia sebutkan berbagai kebaikan dan jasanya dengan cara orang-orang jahiliah. Tatkala Abdullah sadar dari pingsannya, ia beritahukan kepada saudarinya itu tentang apa yang telah terjadi atas dirinya (dalam kondisi pingsan), yaitu bahwa telah dikatakan kepadanya, “Apakah kamu bagaikan gunung tempat mereka berlindung? Apakah kamu begini dan begitu seperti apa yang mereka sebutkan tentang dirimu?" Setiap sifat yang ia sebutkan, semua itu diberitahukan kepadanya -raḍiyallāhu 'anhu- dalam kondisi pingsan. Ini adalah sebuah bentuk ejekan dan ancaman yang berat. Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa ketika Abdullah bin Rawāḥah -raḍiyallāhu 'anhu- meninggal dunia, saudarinya tadi tidak lagi meratapinya dan telah mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8927

 
Hadith   1534   الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان لا يَتَطَيَّر
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak pernah meramalkan kesialan.

عن بُريدة -رضي الله عنه-: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- كان لا يَتَطَيَّر.

Dari Buraidah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak pernah meramalkan kesialan.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان النبي -صلى الله عليه وسلم- لا يتشاءم من شيء مطلقًا، والمراد التشاؤم الذي يصد عن عمل شيء كما كان يفعله أهل الجاهلية، وقد جاء الإسلام بالنهي عن التشاؤم والتطير والاستقسام بالأزلام، وشرع لهم بديلًا منها وهو الاستخارة.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak pernah pesimis dari apa pun. Maksud dari pesimis adalah sesuatu yang menghalangi untuk melakukan sebuah pekerjaan sebagaimana dilakukan oleh orang-orang jahiliah. Islam datang melarang sikap pesimis, taṭayyur dan mengundi nasib dengan anak panah. Dan Islam mensyariatkan istikharah sebagai gantinya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8928

 
Hadith   1535   الحديث
الأهمية: كان فيما أَخذَ علينا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- في المَعْرُوف الذي أَخَذ علينا أن لا نَعْصِيَه فيه: أن لا نَخْمِشَ وجها، ولا نَدْعُوَ وَيْلًا، ولا نَشُقَّ جَيْبَا، وأن لا نَنْشُرَ شَعْرًا
Tema: Di antara perkara makruf yang diwajibkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kepada kami (ketika mengambil baiat) adalah supaya tidak mendurhakai beliau di dalam hal makruf yaitu tidak mencakar-cakar wajah (ketika ditimpa musibah), tidak meronta-ronta dengan seruan kebinasaan, tidak merobek-robek baju, dan tidak mengacak-acak rambut.

عن أسيد بن أبي أسيد التابعي، عن امرأة من المبايعات، قالت: كان فيما أخذ علينا رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- في المعروف الذي أخذ علينا أن لا نعصيه فيه: أن لا نَخْمِشَ وجهًا، ولا نَدْعُوَ وَيْلًا، ولا نَشُقَّ جَيْبًا، وأن لا نَنْشُرَ شَعْرًا.

Dari Usaid bin Abī Usaid At-Tābi’ī (seorang tabiin), dari seorang wanita yang ikut membaiat (Rasulullah), ia berkata, "Di antara perkara makruf yang diwajibkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- atas kami (ketika mengambil baiat) adalah supaya tidak mendurhakai beliau di dalam hal makruf yaitu tidak mencakar-cakar wajah (ketika ditimpa musibah), tidak meronta-ronta dengan seruan kebinasaan, tidak merobek-robek baju, dan tidak mengacak-acak rambut."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
كان النبي -عليه الصلاة والسلام- يأخذ العهد من الصحابيات عند المبايعة بأن لا يعصينه، ومن ذلك: ألا تخدش المرأة وجهها، أو تضرب وجهها، أو تضرب خدها، ولا ترفع صوتها بالنياحة المنهي عنها، ولا تمزق ثيابها، وألا تنفش شعرها وتمزقه عند نزول المصائب.
Dahulu Nabi -‘alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām- mengambil perjanjian dari para sahabat wanita ketika berbaiat agar mereka tidak mendurhakai beliau, di antaranya supaya wanita itu tidak mencakar-cakar, memukul wajahnya, menampar pipinya, tidak mengangkat suaranya dengan ratapan yang terlarang, tidak merobek-robek pakaiannya, dan tidak mengacak-ngacak rambutnya serta mencerai-beraikannya tatkala ditimpa musibah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8929

 
Hadith   1536   الحديث
الأهمية: لا تَتْرُكُوا النَّار في بُيُوتِكُم حين تَنَامُون
Tema: Janganlah biarkan api di rumah kalian ketika kalian sedang tidur!

عن ابن عمر -رضي الله عنهما- مرفوعاً: «لا تَتْرُكُوا النار في بيوتكم حين تنامون».

Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū', “Janganlah biarkan api di rumah kalian ketika kalian sedang tidur!”‎

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- ينهى أمَّته عن النوم قبل إطفاء النار التي أوقدوها.
Makna hadis ini bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang umatnya untuk tidur sebelum memadamkan apa yang telah mereka nyalakan.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8930

 
Hadith   1537   الحديث
الأهمية: يا أيها الناس، من عَلِم شيئا فَلْيَقُلْ به، ومن لم يَعْلَم، فَلْيَقُلْ: الله أعلم، فإن من العلم أن يقول لما لا يَعْلَم: الله أعلم
Tema: Wahai sekalian manusia! Siapa yang mengetahui sesuatu, maka hendaklah ia mengatakannya. Namun siapa yang tidak mengetahui, maka hendaklah ia mengatakan, ‘Hanya Allah yang paling mengetahui’, karena merupakan bagian dari ilmu jika (seseorang) mengatakan terhadap hal yang tidak diketahuinya, ‘Allāhu a’lam (Hanya Allah yang paling mengetahui).

عن مسروق، قال: دخَلْنَا على عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه- فقال: يا أيها الناس، من عَلِم شيئا فَلْيَقُلْ به، ومن لم يَعْلَم، فَلْيَقُلْ: الله أعلم، فإن من العلم أن يقول لما لا يَعْلَم: الله أعلم. قال الله تعالى لنبيه -صلى الله عليه وسلم-: (قل ما أسألكم عليه من أجر وما أنا من المتكلفين).
Tema: Dari Masruq, ia berkata, Kami pernah masuk menemui Abdullah bin Mas’ud -raḍiyallāhu 'anhu-, maka beliau berkata, "Wahai sekalian manusia! Siapa yang mengetahui sesuatu, maka hendaklah ia mengatakannya. Namun siapa yang tidak mengetahui, maka hendaklah ia mengatakan, ‘Hanya Allah yang paling mengetahui’, karena merupakan bagian dari ilmu jika (seseorang) mengatakan terhadap hal yang tidak diketahuinya, ‘Allāhu a’lam (Hanya Allah yang paling mengetahui)." Allah -Ta'ālā-berfirman kepada Nabi-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Katakanlah (Muhammad), "Aku tak meminta balasan dari kalian dan aku bukanlah orang yang memberat-beratkan diri’.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: أن الإنسان إذا سُئل عن شيء يعلمه، فليبينه للناس ولا يكتمه، وأما إذا سئل عن شيء لا يعلمه، فليقل: الله أعلم ولا يتكلف الجواب.
"فإن من العلم أن يقول لِمَا لا يَعْلَم: الله أعلم" أي أن من العلم أن يقول الإنسان لما لا يعلم : "الله أعلم"؛ لأن الذي يقول لا أعلم وهو لا يعلم هو العالم حقيقة هو الذي علم قَدْر نفسه وعلم منزلته وأنه جاهل فيقول لما لا يعرف الله أعلم.
وعند مسلم بلفظ: "فإنه أعلم لأحدكم أن يقول لما لا يعلم: الله أعلم".
والمعنى: أنه أحسن لعلمه وأتم وأنفع له أن يقول لما لا يعلمه: "الله أعلم".
ثم استدل ابن مسعود -رضي الله عنه- بقوله -تعالى-: (قل ما أسألكم عليه من أجر وما أنا من المتكلفين) أي لا أسألكم على ما جئت به من الوحي أجرا تعطونني إياه وإنما أدلكم على الخير وأدعوكم إلى الله -عز وجل-.
(وما أنا من المتكلفين) أي من الشاقين عليكم أو القائلين بلا علم.
فالحاصل: أنه لا يجوز للإنسان أن يفتي إلا حيث جازت له الفتوى، وإن كان الله -تعالى- قد أراد أن يكون إمامًا للناس يفتيهم ويهديهم إلى صراط مستقيم فإنه سيكون وإن كان الله لم يرد ذلك فلن يفيده تجرأه في الفتوى ويكون ذلك وبالًا عليه في الدنيا والآخرة.
Makna hadis ini: Jika seseorang ditanya tentang sesuatu yang diketahuinya, maka hendaklah ia menjelaskannya kepada orang lain dan tidak menyembunyikannya. Namun jika ia ditanya tentang sesuatu yang tidak diketahuinya, maka hendaknya ia mengatakan, “Allāhu a’lam (Hanya Allah Yang Maha tahu)” dan tidak memaksakan diri untuk menjawabnya. "Karena merupakan bagian dari ilmu jika (seseorang) mengatakan terhadap hal yang tidak diketahuinya, ‘Allāhu a’lam (hanya Allah yang Maha tahu)’, maksudnya: bahwa merupakan bagian dari ilmu jika seseorang mengatakan terhadap apa yang tidak diketahuinya, “Allāhu a’lam”, karena yang mengatakan “Saya tidak tahu” dan ia memang tidak tahu, dialah ulama yang sebenarnya, yang mengetahui kadar dirinya, mengetahui kedudukannya, dan bahwa ia adalah orang jahil, sehingga ia mengatakan “aku tidak tahu” terhadap perkara yang tidak diketahuinya. Dalam riwayat Muslim disebutkan dengan lafal: “Maka sesungguhnya lebih menunjukkan keilmuan seseorang dari kalian ketika ia mengatakan terhadap hal yang tidak diketahuinya, ‘Allāhu a’lam’ (Hanya Allah yang Maha mengetahui).” Lalu Ibnu Mas’ud -raḍiyallāhu 'anhu- berdalil dengan firman Allah -Ta'ālā-, "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas dakwahku dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mengada-ada (memberat-beratkan diri)." Maksudnya: aku tidak meminta dari kalian imbalan terhadap wahyu yang aku bawa kepada kalian, aku hanya menunjukkan kebaikan pada kalian dan menyeru kalian kepada Allah -'Azza wa Jalla-. "aku bukanlah termasuk orang-orang yang mengada-ada (memberat-beratkan diri)", maksudnya (aku) bukan termasuk orang yang memberatkan kalian atau orang yang berkata tanpa ilmu. Kesimpulannya bahwa seseorang tidak boleh berfatwa kecuali layak untuk berfatwa, dan bila Allah -Ta'ālā- menginginkannya untuk menjadi imam di tengah manusia, memberi fatwa dan menunjukkan mereka ke jalan lurus maka itu akan terwujud. Dan bila Allah tidak menginginkan itu maka kenekatannya untuk berfatwa tidak akan membuahkan apa-apa selain celaka di dunia dan akhirat.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8934

 
Hadith   1538   الحديث
الأهمية: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- نهى أن يَنْتَعِلَ الرَّجُل قائما
Tema: Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang seseorang mengenakan sandal sambil berdiri.

عن جابر -رضي الله عنه-: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- نهى أن يَنْتَعِلَ الرَّجُل قائمًا.

Dari Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang seseorang mengenakan sandal sambil berdiri."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
هذا الحديث فيه النهي عن لبُس النعال قائما؛ لأن لبُسها وهو قاعد أسهل وأمكن، وهذا الحكم مختص فيما إذا كان النَّعل يحتاج إلى معالجة في إدخاله في الرِّجْل؛ لأن الإنسان لو انتعل قائما والنَّعل يحتاج إلى معالجة فربما يسقط إذا رفع رجله ليصلح النَّعل، أما النِّعال المعروفة الآن فلا بأس أن ينتعل الإنسان وهو قائم ولا يدخل ذلك في النهي؛ لأن نعالنا الموجودة يسهل خلعها ولبسها من غير حاجة إلى الجلوس.
ولا فرق بين الرجل والمرأة في الحكم؛ لأن الأحكام الشرعية لا تفرق بين الرجل والمرأة إلا ما دلَّ الدليل على التخصيص. وأما تخصيص الحديث هنا بالرَّجُل؛ فلأن الرجال هم أكثر خروجا وبروزا من المرأة فلذلك خصهم بالذكر.
Hadis ini mengandung larangan mengenakan sandal sambil berdiri. Sebab, mengenakan sandal sambil duduk lebih mudah dan lebih memungkinkan. Hukum ini dikhususkan jika sandal tersebut butuh penanganan dalam memasukkannya ke kaki. Sebab, seseorang ketika mengenakan sandal sambil berdiri, padahal sandal itu membutuhkan penanganan, maka mungkin saja ia jatuh ketika mengangkat kakinya untuk memperbaiki sandalnya. Adapun sandal yang dikenal sekarang maka seseorang tidak berdosa untuk memakainya sambil berdiri dan tidak masuk ke dalam larangan ini, mengingat sandal-sandal yang ada sekarang mudah dilepas dan dikenakan tanpa perlu duduk. Dalam hukum ini tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, karena hukum-hukum syariat tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan, kecuali jika ada dalil yang menunjukkannya secara khusus. Adapun pengkhususan hadis di sini kepada laki-laki, karena para lelaki adalah orang yang paling banyak keluar masuk dan tampil daripada wanita. Karena itulah mereka disebutkan secara khusus.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8944

 
Hadith   1539   الحديث
الأهمية: نُهِيَنا عن التَّكَلُّف
Tema: Kami dilarang dari takalluf (memaksakan diri)

عن عمر -رضي الله عنه- قال: نُهِيَنا عن التَّكَلُّف.

Umar -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Kami dilarang dari takalluf (memaksakan diri)."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر عمر -رضي الله عنه- في هذا الحديث: أنهم "نهوا عن التَّكلف" والناهي هو رسول الله -صلى الله عليه وسلم-؛ لأن الصحابي إذا قال: "نهينا" فإن هذا له حكم الرفع يعني كأنه قال: نهانا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن التكلف.
والتكلف: هو كل فعل وقول يحاول صاحبه الظهور به أمام الآخرين وليس فيه .
فمثال القول: كثرة السؤال، والبحث عن الأشياء الغامضة التي لا يجب البحث عنها، والأخذ بظاهر الشريعة وقبول ما أتت به، وعن أنسٍ -رضي الله عنه- قال: كنَّا عند عمر وعليه قميصٍ في ظهرِه أربع رقاع، فقرأ (وَفَاكِهَةً وَأَبًّا)، فقال: هذه الفاكهة قد عرفناها، فما الأَب؟ ثم قال: "قد نهينا عن التكلّف".
والفعل: كأن ينزل به ضَيف فيتكلف له بما يَشق عليه، بل وربما يحمله ذلك على الاستدانة وقد لا يجد لهذا الدين وفاء، فيلحق بنفسه الضرر في الدنيا والآخرة.
فعلى المسلم أن لا يتكلف في الأمور، بل يجعل الأمور وسطا كما كان حاله -صلى الله عليه وسلم- لا يُمسك موجودًا ولا يتكلف معدومًا.
Umar -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan dalam hadis ini bahwa mereka (para sahabat) dilarang dari memaksakan diri. Yang melarang dalam hadis ini adalah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Jika para sahabat berkata, "Kami dilarang," maka ini memiliki hukum Raf' (yakni disandarkan kepada Rasulullah), yakni, seakan-akan ia mengatakan, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang kami untuk memaksakan diri." Takalluf adalah perbuatan dan ucapan yang dipaksakan oleh seseorang di hadapan orang lain, padahal sebenarnya perbuatan atau ucapan tersebut tidak ada pada dirinya. Contoh ucapan: banyak bertanya, mencari hal-hal samar yang tidak harus diselidiki, dan mengambil makna literal dari syariat serta menerima apa yang dibawanya. Anas -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, "Kami pernah bersama Umar sedang ia mengenakan pakaian yang di bagian punggungnya terdapat empat tambalan, lalu ia membaca ayat (yang artinya), 'Dan buah-buahan serta al-abb (rerumputan).' Ia berkata, 'Buah-buahan sudah kami ketahui maknanya, lantas apa yang dimaksud dengan al-abb?' Lalu ia berkata lagi, 'Kami telah dilarang dari memaksakan diri.'" Adapun perbuatan, contohnya: ada tamu datang kepada seseorang lalu ia memaksakan dirinya untuk menjamunya dengan melakukan sesuatu yang membuatnya jatuh dalam kesulitan. Bahkan mungkin saja hal ini mendorongnya untuk berhutang dan terkadang tidak mendapatkan sesuatu untuk membayar hutangnya sehingga ia menimpakan bahaya kepada dirinya di dunia dan akhirat. Olehnya itu, seorang muslim tidak perlu memaksakan diri dalam segala urusan, tetapi ia harus menjadikan segala urusan secara pertengahan, sebagaimana yang menjadi sikap Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau tidak mengekang harta yang ada dan tidak memaksakan diri mencari sesuatu yang tidak ada.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8945

 
Hadith   1540   الحديث
الأهمية: الجَرَسُ مَزَامِيرُ الشَّيطَان
Tema: Lonceng adalah seruling setan.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «الجَرَسُ مَزَامِيرُ الشَّيطَان».

Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Lonceng adalah seruling setan."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر النبي -صلى الله عليه وسلم- أن الأجراس التي تُعلق على البهائم: آلة من آلات الشيطان التي يُشغل بها الناس ويصرفهم عما خُلقوا من أجله، وأما أجراس التنبيه فقد أفتت اللجنة الدائمة بما يلي: (الأجراس المستعملة في البيوت والمدارس ونحوها جائزة ما لم تشتمل على محرم، كشبهها بنواقيس النصارى، أو لها صوت كالموسيقى، فإنها حينئذ تكون محرمة لذلك.).
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa lonceng yang digantung di leher hewan adalah salah satu media yang digunakan oleh setan untuk menyibukkan manusia dan memalingkan mereka dari tujuan mereka diciptakan. Adapun lonceng pengingat, maka telah difatwakan oleh Al-Lajnah Ad-Dā`imah (Komite Fatwa Saudi) sebagai berikut: "Lonceng yang digunakan di rumah, sekolah, dan semisalnya hukumnya boleh, selama tidak mengandung sesuatu yang haram seperti menyerupai lonceng umat Nasrani atau memiliki suara seperti musik, maka ketika itu hukumnya haram karena hal itu."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8946

 
Hadith   1541   الحديث
الأهمية: إن الذين يَصْنَعُون هذه الصُّور يُعَذَّبُونَ يوم القيامة، يُقال لهم: أَحْيُوا ما خَلَقْتُم
Tema: Sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar ini akan disiksa pada hari kiamat. Dikatakan pada mereka, 'Hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan!'

عن ابن عمر -رضي الله عنهما-: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إن الذين يَصْنَعُون هذه الصُّور يُعَذَّبُونَ يوم القيامة، يُقال لهم: أَحْيُوا ما خَلَقْتُم».

Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar ini akan disiksa pada hari kiamat. Dikatakan pada mereka, 'Hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan!'"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
أن الذين يصنعون الصُّور -سواء كانت الصورة نحْتًا أو رسْمًا أو تصويرًا فوتوغرافيًّا- مما له روح، كتصوير آدمي أو حيوان، وسواء كانت الصورة ممتهنة أو غير ممتهنة، فإنهم يُعذبون بفعلهم ذلك يوم القيامة؛ لمضاهاتهم خلق الله -تعالى-، ويقال لهم: "أَحْيُوا" أوجدوا فيها الروح كما أوجدتم الجَسد "ما خَلَقْتُم" ما صورتم من الصُّور المشابهة لخلق الله -تعالى-، فإذا كنتم قد شابهتهم خلق الله -تعالى- في الصورة، فابعثوا فيها الروح، وهذا من باب التهكم والتقريع والتوبيخ.
وفي الصحيحين من حديث ابن عباس -رضي الله عنهما- عن النبي -صلى الله عليه وسلم-: (من صوَّر صورة في الدنيا كُلِّف أن ينفخ فيها الروح يوم القيامة، وليس بنافخ)، وفي رواية البخاري: (من صور صورة فإن الله مُعَذِّبه حتى ينفخ فيها الروح).
قال النووي -رحمه الله-: "قال العلماء: تصوير صورة الحيوان حرام شديد التحريم، وهو من الكبائر؛ لأنه متوعد عليه بهذا الوعيد الشديد المذكور في الأحاديث، وسواء صنعه بما يمتهن أو بغيره، فصنعته حرام بكل حال؛ لأن فيه مضاهاة لخلق الله -تعالى-".
Makna hadis:
Sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar, baik gambar pahatan atau lukisan makhluk yang bernyawa, seperti menggambar manusia atau hewan, baik gambar tersebut dihinakan atau dipuja, maka mereka itu akan disiksa atas perbuatan tersebut pada hari kiamat. Hal ini dikarenakan perbuatan mereka yang meniru makhluk Allah -Ta'ālā-. Dikatakan kepada mereka, "Hidupkanlah!" Yakni, ciptakan nyawa untuk gambar-gambar itu sebagaimana kalian buat tubuhnya.
"apa yang telah kalian ciptakan," berbagai gambar yang menyerupai ciptaan Allah -Ta'ālā- yang telah kalian gambar. Jika kalian sudah menyerupakan ciptaan Allah -Ta'ālā- dalam bentuknya, maka tiupkan ruh untuknya! Ini adalah bentuk olok-olok, kecaman dan celaan karena tindakan mereka menyerupakan ciptaan Allah -Ta'ālā-. Dengan adanya tuntutan tersebut, mereka terbungkam saat tidak mampu meniupkan ruh ke dalam gambar-gambar tersebut.
Dalam Aṣ-Ṣaḥīḥain dari hadis Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa yang membuat satu gambar di dunia, ia akan dipaksa untuk meniupkan ruh padanya di hari kiamat. Padahal ia tidak bisa meniupkan ruh."
Dalam riwayat Al-Bukhari, "Siapa yang membuat satu gambar, sesungguhnya Allah menyiksanya hingga ia meniupkan ruh ke dalam gambar itu."
An-Nawawi -raḥimahullāh- berkata, "Para ulama mengatakan bahwa membuat gambar hewan adalah sangat haram dan termasuk dosa besar, karena pelakunya diancam dengan ancaman keras yang disebutkan dalam hadis, baik hasilnya dihinakan atau tidak. Dengan demikian, apapun keadaannya, pembuatan gambar tersebut haram karena menandingi ciptaan Allah -Ta'ālā-.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8947

 
Hadith   1542   الحديث
الأهمية: إن هذه المساجد لا تَصْلُحُ لشيء من هذا البَول ولا القَذَر، إنما هي لِذِكْر الله تعالى، وقراءة القرآن
Tema: Sesungguhnya masjid-masjid itu tidak layak sedikit pun ada kencing dan kotoran. Masjid-masjid itu hanya untuk zikir (mengingat) Allah -Ta'ālā- dan membaca Al-Qur`ān."

عن أنس -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إن هذه المساجد لا تَصْلُحُ لشيء من هذا البَول ولا القَذَر، إنما هي لِذِكْر الله عز وجل، والصلاة، وقراءة القرآن» أو كما قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-.

Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya masjid-masjid itu tidak layak sedikit pun ada kencing dan kotoran. Masjid-masjid itu hanya untuk zikir (mengingat) Allah -Ta'ālā- dan membaca Al-Qur`ān". Atau sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
هذا الحديث له قصة، أخبر عنها أنس -رضي الله عنه- حيث يقول: بينما نحن في المسجد مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- إذ جاء أعرابي، فقام يبول في المسجد، فقال أصحاب رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: مه مه. وفي رواية : "فزجره الناس" . فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: "لا تَزْرِمُوهُ، دعوه"، فتركوه حتى بال، ثم إن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- دعاه فقال له: "إن هذه المساجد لا تصلح لشيء من هذا البول"، فبين الرسول -صلى الله عليه وسلم- أن هذه المساجد لا يصلح فيها فعل شيء من الأذى كقضاء الحاجة ولا وضع القذر، ولا رفع الصوت فيها، فإنما بنيت للصلاة والقرآن والذِّكر،
فعلى المؤمن أن يحترم المساجد وأن يكون فيها متأدبًا لأنها بيوت الله -تعالى-.
Hadis ini mempunyai cerita (kesohor) sebagaimana dikisahkan oleh Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Ketika kami sedang berada di masjid bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, tiba-tiba datanglah seorang Arab baduwi lalu ia kencing di masjid. Seketika para sahabat berkata, "Berhentilah! berhentilah!"
Dalam satu riwayat, "Lantas orang-orang menghardiknya." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jangan kalian hentikan kencingnya. Biarkanlah ia!" Mereka pun membiarkan orang itu hingga selesai kencing.
Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memanggil orang itu lalu bersabda kepadanya, "Sesungguhnya masjid-masjid itu tidak layak sedikit pun ada kencing..." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjelaskan bahwa masjid-masjid ini tidak layak sedikit pun ada gangguan dan kotoran. Masjid-masjid itu hanya untuk salat, membaca Al-Qur`ān dan zikir. Hendaknya seorang mukmin menghormati rumah-rumah Allah, maka ia tidak boleh membuang bebauan dan kotoran di dalamnya. Juga tidak boleh mengangkat suara di dalamnya. Hendaknya ia sopan karena masjid-masjid itu adalah rumah-rumah Allah.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8948

 
Hadith   1543   الحديث
الأهمية: أن رجُلا نَشَدَ في المسجد فقال: من دَعَا إلى الجَمَل الأحمر؟ فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: لا وجَدْتَ؛ إنما بُنِيَتِ المساجد لما بُنِيَتْ له
Tema: Ada seseorang yang mencari barang yang hilang di masjid. Ia berkata, "Siapakah yang dapat menunjukkanku kepada unta merah?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Semoga engkau tidak menemukannya. Sesungguhnya masjid itu dibangun hanya untuk tujuannya ia dibangun (ibadah)."

عن بُريدة -رضي الله عنه-: أن رجُلاً نَشَدَ في المسجد فقال: من دَعَا إلى الجَمَل الأحمر؟ فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لا وجَدْتَ؛ إنما بُنِيَتِ المساجد لما بُنِيَتْ له».

Dari Buraidah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa ada seseorang yang mencari barang yang hilang di masjid. Ia berkata, "Siapakah yang dapat menunjukkanku kepada unta merah?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Semoga engkau tidak menemukannya. Sesungguhnya masjid itu dibangun hanya untuk tujuannya ia dibangun (ibadah)."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر بريدة -رضي الله عنه- في هذا الحديث أن النبي -صلى الله عليه وسلم- سمع رجلًا يقول : "من دَعا إلى الجمل الأحمر" ينشد جمله الأحمر وأن من عرفه فليخبر عنه.
"لا وجَدْتَ" أي: لا رده الله عليك كما في الرواية الأخرى.
"إنما بُنِيَتِ المساجد لما بُنِيَتْ له" ثم بين له سبب الدعاء عليه، وهو : أن بيوت الله تعالى لم تبن لأمور الدنيا من إنشاد الضوال والبيع والشراء، بل بنيت للصلاة وذكر الله -عز وجل- وطلب الآخرة.
Dalam hadis ini, Buraidah -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendengar seorang lelaki berkata, "Siapakah yang dapat menunjukkanku kepada unta merah?" Orang itu mencari untanya yang berwarna merah dan mengatakan bahwa siapa yang mengetahuinya, hendaknya ia memberitahunya. "Semoga engkau tidak menemukannya." Yakni, semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain. "Sesungguhnya masjid itu dibangun hanya untuk tujuannya ia dibangun (ibadah)." Selanjutnya beliau menjelaskan sebab mendoakan keburukan untuk orang itu, yaitu bahwa rumah-rumah Allah ini tidak dibangun untuk urusan-urusan dunia, berupa pengumuman barang-barang yang hilang dan jual-beli, tetapi rumah-rumah Allah itu dibangun untuk salat, zikir kepada Allah -'Azza wa Jalla-, dan mencari akhirat.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8949

 
Hadith   1544   الحديث
الأهمية: لا تدخل الملائكة بَيْتَا فيه كلب ولا صُورة
Tema: Malaikat tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat anjing maupun gambar (dan patung).

عن أبي طلحة -رضي الله عنه-: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «لا تدخل الملائكة بَيْتَا فيه كلب ولا صُورة».
   عن ابن عمر -رضي الله عنهما-، قال: وعد رسول الله -صلى الله عليه وسلم- جبريل أن يَأتِيَهُ، فَرَاثَ عليه حتى اشْتَدَّ على رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فخرج فَلَقِيَهُ جبريل فَشَكَا إليه، فقال: إنا لا نَدْخُل بَيْتَا فيه كلب ولا صُورة.
عن عائشة -رضي الله عنها-، قالت: واعد رسول الله -صلى الله عليه وسلم- جبريل عليه السلام، في ساعة أن يأتيه، فجاءت تلك الساعة ولم يَأتِهِ! قالت: وكان بِيَدِه عصا، فَطَرَحَها من يَدِهِ وهو يقول: «ما يُخْلِفُ الله وَعْدَهُ ولا رُسُلُهُ» ثم التَفَتَ، فإذا جَرْوُ كلب تحت سريره. فقال: «متى دخل هذا الكلب؟» فقلت: والله ما دَرَيْتُ به، فأمر به فأخرج، فجاءه جبريل -عليه السلام- فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «وعَدْتَنِي، فَجَلَسْتُ لك ولم تَأتِني» فقال: مَنَعَنِي الكلب الذي كان في بيتك، إنا لا نَدْخُل بَيْتَا فيه كلب ولا صورة.

Abu Ṭalḥah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat anjing maupun gambar (dan patung)." Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, "Jibril berjanji kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk datang kepadanya, tapi ia terlambat, sampai Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- merasa berat dengan hal itu. Lantas beliau keluar, kemudian Jibril datang menemuinya dan beliau menegur keterlambatannya. Jibril berkata, 'Sesungguhnya kami tidak masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat anjing maupun gambar (dan patung).'
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, "Jibril -'alaihis-salām- berjanji kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam satu waktu ia akan datang kepadanya. Waktu yang dijanjikan pun tiba, tapi ia tidak datang menemui beliau." Aisyah melanjutnya, "Saat itu, di tangannya ada sebuah tongkat, maka beliau melemparkannya dari tangannya sambil berkata, 'Allah tidak akan menyalahi janji-Nya begitu pula para malaikat utusan-Nya.' Kemudian beliau menoleh, ternyata ada seekor anak anjing di bawah ranjangnya. Beliau bertanya, 'Kapan masuknya anjing ini?' Aku menjawab, 'Demi Allah! Aku tidak mengetahuinya.' Lalu beliau memerintahkan untuk mengeluarkannya. Lalu Jibril -'alais-salam- datang. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata, 'Engkau telah berjanji kepadaku, maka aku duduk menunggumu, namun engkau tidak juga datang menemuiku.' Jibril menjawab, 'Anjing yang tadi ada di rumahmu telah menghalangiku. Sesungguhnya kami tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat anjing maupun gambar (dan patung).'"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: أن الملائكة وهم مخلوقات طاهرة شريفة، وعباد مُكْرَمُون أصْفِياء، يمتنعون عن دخول بيت فيه كلب، أو صورة لإنسان أو حيوان مما يحرم اقتناؤه من الكلاب والصور، فأما ما ليس بحرام من كلب الصيد والزرع والماشية والصورة التي تُمتهن في البساط والوسادة وغيرهما فلا يمتنع دخول الملائكة بسببه.
Makna hadis ini bahwa para malaikat yang merupakan makhluk suci dan mulia serta hamba yang dimuliakan dan pilihan, mereka tidak mau masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat anjing yang haram dipelihara, atau gambar dan patung manusia atau hewan yang haram dipajang. Adapun yang tidak diharamkan seperti anjing berburu, anjing penjaga tanaman, dan anjing penjaga hewan, serta gambar atau patung yang dihinakan yang terdapat pada karpet, bantal duduk, dan lainnya maka tidak menyebabkan malaikat tidak mau masuk.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari - Diriwayatkan oleh Muslim - Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8950

 
Hadith   1545   الحديث
الأهمية: لا تَصْحَبُ الملائكة رُفْقَةً فيها كلب أو جَرَسٌ
Tema: Malaikat tidak akan menyertai rombongan yang di dalamnya ada seekor anjing atau lonceng.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لا    تَصْحَبُ الملائكة رُفْقَةً فيها كلب أو جَرَسٌ».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Malaikat tidak akan menyertai rombongan yang di dalamnya ada seekor anjing atau lonceng.”

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
إذا خرج جماعة في سفر، وكان في صُحبتهم كلب أو جَرَسٌ، فإن ملائكة الرَّحمة والاستغفار تمتنع من مصاحبتهم؛ لأن الكلب نجس. وأما الجرس، فلأنه مزمار الشيطان كما أخبر بذلك -صلى الله عليه وسلم-.
وقيده بعض العلماء بالجرس الذي يعلق على الدواب؛ لأنه إذا عُلِّق على الدَّواب يكون له رنَّة معينة تجلب النَّشوى والطَّرب والتمتع بصوته ولذلك سماه -صلى الله عليه وسلم-: (مزامير الشيطان) .
   وأما ما يكون في المُنَبِهات من الساعات وشبهها فلا يدخل في النهي؛ لأنه لا يُعَلَّق على البهائم وإنما هو مؤقت بوقت معين للتنبيه وكذلك ما يكون عند الأبواب يستأذن به، فإن بعض الأبواب يكون عندها جرس للاستئذان هذا أيضًا لا بأس به ولا يدخل في النهي؛ لأنه ليس معلقا على بهيمة وشبهها ولا يحصل به الطَّرب الذي يكون مما نهى عنه الرسول -صلى الله عليه وسلم-.
Makna hadis:
Jika sekelompok orang keluar dalam suatu perjalanan dan ikut menyertai mereka anjing atau lonceng, maka malaikat rahmat dan istigfar akan menolak untuk menyertai mereka; karena anjing itu najis. Adapun lonceng, karena ia adalah seruling setan sebagaimana dikabarkan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
Sebagian ulama membatasinya dengan lonceng yang diikat pada hewan melata; karena jika digantungkan pada hewan melata maka itu akan menimbulkan bunyi tertentu yang melahirkan alunan, irama dan kenikmatan mendengar suaranya. Karena itu, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyebutnya sebagai “seruling setan”.
Adapun yang terdapat pada alarm; seperti yang ada pada jam dan yang semacamnya, maka tidak termasuk dalam larangan; karena tidak digantungkan pada hewan, ia hanya berbunyi pada waktu yang ditentukan untuk mengingatkan. Begitu pula yang ada pada pintu yang digunakan untuk meminta izin (masuk)-karena sebagian pintu memiliki lonceng untuk meminta izin-; ini juga tidak mengapa dan tidak termasuk dalam larangan; karena ia tidak digantungkan pada hewan dan yang semacamnya, sehingga tidak menimbulkan irama yang dilarang oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8951

 
Hadith   1546   الحديث
الأهمية: لو كُنْتُمَا من أهل البلد، لأَوْجَعْتُكُمَا، تَرْفَعَان أصْوَاتَكُما في مسجد رسول الله -صلى الله عليه وسلم-
Tema: Seandainya kalian berdua dari penduduk negeri ini, pasti kalian berdua sudah aku sakiti karena kalian meninggikan suara di masjid Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-!

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
وعن السائب بن يزيد الصحابي -رضي الله عنه- قال: كنت في المسجد فَحَصَبَنِي رَجُل، فنظرت فإذا عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- فقال: اذهب فَأتِنِي بِهذَينِ، فَجِئْتُهُ بهما، فقال: من أين أنتما؟ فقالا: من أهل الطائف، فقال: لو كُنْتُمَا من أهل البلد، لأَوْجَعْتُكُمَا، تَرْفَعَان أصْوَاتَكُما في مسجد رسول الله -صلى الله عليه وسلم-!
Tema: Dari As-Sā`ib bin Yazid (seorang sahabat) -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Aku berada di masjid, lalu seseorang melempariku dengan kerikil, aku pun melihatnya. Ternyata ia adalah Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Pergilah lalu bawakan kepadaku dua orang itu." Aku pun datang kepadanya dengan membawa dua orang tersebut." Umar berkata, "Dari mana kalian berdua?" Keduanya menjawab, "Kami penduduk Ṭaif." Umar berkata, "Seandainya kalian berdua dari penduduk negeri ini, pasti kalian berdua sudah aku sakiti karena kalian meninggikan suara di masjid Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر السائب بن يزيد -رضي الله عنهما- عن واقعة حصلت في حضرته وهي أن رجلين كانا يرفعان أصواتهما في مسجد رسول الله -صلى الله عليه وسلم- في عهد عمر -رضي الله عنه- فسمع عمر أصواتهما فحصب السائب بن يزيد، وذلك لأجل أن يأتي بالرجلين إليه.
قال السائب: فأتيته بهما، فسألهما من أين أنتما؟
فقالا: من أهل الطائف.
قال: لو كُنْتُمَا من أهل البلد، أي: من أهل المدينة لأَوْجَعْتُكُمَا بالعقوبة والضرب، تَرْفَعَان أصْوَاتَكُما في مسجد رسول الله -صلى الله عليه وسلم-! ولما لم يكونا من أهل المدينة عذرهما بجهلهما؛ لأن الغالب خفاء أحكام الشرع على من كان حاله مثل حالهما.
As-Sā`ib bin Yazid -raḍiyallāhu 'anhu- menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di hadapannya, yaitu dua orang mengangkat suaranya di masjid Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lantas Umar -raḍiyallāhu 'anhu- mendengar suara keduanya, ia pun melempar As-Sā`ib bin Yazid -raḍiyallāhu 'anhu- dengan kerikil agar ia membawa kedua orang itu kepadanya. As-Sā`ib bin Yazid -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Aku pun membawa kedua orang itu.
Lantas Umar bertanya kepada keduanya, "Dari mana kalian berdua?" Keduanya menjawab, "Kami penduduk Ṭaif." Umar berkata, "Seandainya kalian berdua dari penduduk negeri ini, pasti kalian berdua sudah aku hajar karena kalian meninggikan suara di masjid Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-!"
Yakni, seandainya kalian menjadi penduduk Madinah, pasti aku akan menghukum kalian berdua karena telah mengangkat suara di masjid Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Karena keduanya bukan penduduk Madinah, maka beliau pun memaafkannya karena ketidaktahuannya. Sebab, hukum-hukum syariat biasanya tersembunyi dari orang yang keadaannya seperti keadaan dua orang itu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Bukhari]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8952

 
Hadith   1547   الحديث
الأهمية: أيها الناس تأكلون شَجَرَتين ما أَرَاهُما إلا خَبِيثَتَيْن: البَصَل، والثُّوم
Tema: Wahai manusia, kalian suka memakan dua pohon yang aku tidak melihatnya melainkan mengandung bau yang tidak menyedapkan, (yaitu) bawang merah dan bawang putih.

عن عمر بن الخطاب -رضي الله عنه-: أنه خَطب يوم الجمعة فقال في خُطْبَته: ثم إنكم أيها الناس تأكلون شَجَرَتين ما أَرَاهُما إلا خَبِيثَتَيْن: البَصَل، والثُّوم. لقد رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- إذا وجَد ريحَهُمَا من الرَّجُل في المسجد أَمَرَ به، فأُخرج إلى البَقِيع، فمن أكَلَهُمَا فَلْيُمِتْهُمَا طَبْخًا.

Dari Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa ia berkhotbah pada hari Jum'at. Ia berkata dalam khotbahnya, "Kemudian sesungguhnya kalian, wahai manusia, kalian suka memakan dua pohon yang aku tidak melihatnya melainkan mengandung bau yang tidak menyedapkan, (yaitu) bawang merah dan bawang putih. Padahal sungguh aku melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila mendapatkan bau keduanya dari seseorang di dalam masjid, beliau memerintahkan agar orang tersebut dikeluarkan ke Baqi'. Oleh karena itu, barangsiapa yang memakannya, hendaknya menghilangkan baunya dengan dimasak."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر عمر -رضي الله عنه- من حضر الخطبة بأنهم يأكلون من شجرتين خَبِيثَتَيْن: البصل والثوم والمراد بالخُبث هنا: النتانة، والعرب تطلق الخبيث على كل مذموم ومكروه من قول أو فعل أو مال أو طعام أو شخص،
ويدل لذلك حديث جابر -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم-: (من أكل من هذه الشجرة المُنْتِنَة، فلا يَقْرَبَنَّ مسجدنا) رواه مسلم.
"البَصَل، والثُّوم" وكل ما له رائحة كريهة كالفِجْل والكُراث وغير ذلك لاسيما التتن والتَّبْغ والسيجارة، وإنما خص الثوم والبصل بالذِّكر لكثرة أكلهما، ونص على الكراث في حديث جابر بن عبد الله -رضي الله عنه- عند مسلم.   
"إذا وجَد ريحَهُمَا من الرَّجُل في المسجد أَمَرَ به، فأُخرج إلى البَقِيع" كان النبي -صلى الله عليه وسلم- لا يكتفي بإخراجه من المسجد، بل يبعده عن المسجد حتى يوصله إلى البقيع، تعزيراً له؛ لأن ذلك مما يتأذى منه الناس وكذا الملائكة فإنها تتأذى منه، كما في الحديث الصحيح.
"فمن أكَلَهُمَا، فَلْيُمِتْهُمَا طَبْخاً" المعنى: أن من أحب أن يأكلهما فليمتهما طبخاً؛ لأن الطبخ يذهب رائحتهما الكريهة، وإذا ذهبت الرائحة جاز دخول المسجد بعد ذلك لانتفاء العلة، وفي حديث معاوية بن قرة عن أبيه عن النبي -صلى الله عليه وسلم- مرفوعاً: "إن كنتم لا بد آكليهما فأميتوهما طبخاً"رواه أبو داود، ومحل إماتتهما طبخاً : إذا أراد دخول المسجد للصلاة أو لغير الصلاة ، أما إذا لم يكن وقت صلاة أو ليس في وقت صلاة فلا بأس من أكلهما نيئًا؛ لإباحة أكلهما وإنما جاء الأمر بالطبخ للتأذي.
Makna hadis:
Umar -raḍiyallāhu 'anhu- memberitahukan kepada orang yang menghadiri khotbah bahwa mereka suka memakan dua pohon yang tidak menyedapkan, (yaitu) bawang merah dan bawang putih. Yang dimaksud dengan tidak sedap di sini adalah bau menyengat. Orang Arab menyebut Al-Khabīṡ (bau/tidak sedap) terhadap segala yang tercela dan tidak disukai berupa ucapan atau perbuatan atau makanan atau seseorang. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadis Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Siapa yang makan dari pohon yang bau ini, maka janganlah mendekati masjid kami ini..." (HR. Muslim).
"Bawang merah dan bawang putih." Dan semua yang memiliki bau tidak sedap, seperti lobak, bawang bakung/prei/daun dan sebagainya, apalagi At-Tutun (sejenis tembakau), At-Tabgu (tembakau), At-Tanbak (tembakau Persia) dan rokok. Penyebutan bawang merah dan bawang putih secara khusus karena banyak dikonsumsi, bahkan dalam hadis Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- ditetapkan mengenai bawang bakung. Menurut hadis Muslim.
"apabila mendapatkan bau keduanya dari seseorang di dalam masjid, beliau memerintahkan agar orang tersebut dikeluarkan ke Baqi'." Sebab, hal ini termasuk yang mengganggu manusia. Demikian juga para malaikat, ia merasa terganggu dengan baunya, sebagaimana dijelaskan dalam hadis shahih.
Sabda beliau, "Baqi'," yakni, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak cukup mengeluarkan orang itu dari masjid, tetapi menjauhkannya dari masjid hingga sampai ke Baqi', sebagai bentuk kecaman/hukuman baginya. Dalam riwayat Ibnu Majah, " Aku pernah melihat seorang laki-laki pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, tecium darinya bau lalu tangannya digenggam hingga dikeluarkan ke Baqi'."
"Siapa yang memakannya, hendaknya ia menghilangkan baunya dengan dimasak." Maksudnya, orang yang suka mengkonsumsi bawang merah dan bawang putih, hendaknya menghilangkan baunya dengan dimasak (ditumis). Sebab, dengan memasaknya itu dapat menghilangkan baunya yang tidak sedap. Jika baunya sudah hilang, maka setelah itu ia boleh masuk masjid karena sudah tidak ada penyebabnya (illat).
Dalam hadis Mu'awiyah bin Qurrah dari bapaknya dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- secara marfū', "Seandainya kalian memang harus memakannya, maka hilangkanlah baunya dengan dimasak." HR. Abu Dawud.
Ini adalah sunnah yang tetap dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, dan cara menghilangkan baunya dengan dimasak, jika ingin masuk masjid untuk salat atau selain salat. Sedangkan jika bukan waktu salat, atau bukan dalam waktu salat, maka tidak ada masalah untuk mengkonsumsinya dalam keadaan mentah karena dibolehkan untuk memakannya. Adanya perintah untuk dimasak karena dapat mengganggu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8953

 
Hadith   1548   الحديث
الأهمية: مَنْ كان له ذِبْحٌ يَذْبَحُهُ، فإذا أُهِلَّ هِلال ذِي الحِجَّة، فلا يَأْخُذَنَّ من شَعْرِه ولا من أظْفَارِه شيئًا حتى يُضَحِّي
Tema: Siapa memiliki sembelihan yang akan ia sembelih, maka apabila telah masuk hilal (bulan sabit) bulan Żulhijjah janganlah ia memotong sedikit pun rambut dan kukunya sampai ia berkurban.

عن أم سلمة -رضي الله عنها-، قالت: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ كان له ذِبْحٌ يَذْبَحُهُ، فإذا أُهِلَّ هِلال ذِي الحِجَّة، فلا يَأْخُذَنَّ من شَعْرِه ولا من أظْفَارِه شيئا حتى يُضَحِّي».

Dari Ummu Salamah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa memiliki sembelihan yang akan ia sembelih, maka apabila telah masuk hilal (bulan sabit) bulan Żulhijjah janganlah ia memotong sedikit pun rambut dan kukunya sampai ia berkurban."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
تخبر أم سلمة -رضي الله عنها- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- نهى من أراد أن يضحي أن يأخذ من شعره أو ظفره شيئا حتى يضحي.
فإذا دخل العَشْر من ذي الحِجَّة وأنت تريد أن تضحي أضحية عن نفسك أو عن غيرك من مالك فلا تأخذ شيئًا من شعرك لا من الإبِط ولا من العَانة ولا من الشَّارب ولا من الرأس حتى تضحي، وكذلك لا تأخذن شيئًا من الظُفر -ظُفر القَدَم أو ظُفر اليد- حتى تضحي.
وفي رواية مسلم الأخرى: "فلا يَمَسَّ من شعره وبَشَرِه شيئًا" أي جلده، لا يأخذ شيئا حتى يضحي وذلك احترام للأضحية ولأجل أن ينال غير المحرمين ما ناله المحرمون من احترام الشعور؛ لأن الإنسان إذا حج أو أعتمر، فإنه لا يحلق رأسه حتى يبلغ الهدي محله، فأراد الله -عز وجل- أن يجعل لعباده الذين لم يحجوا ويعتمروا نصيبًا من شعائر النسك.
Ummu Salamah -raḍiyallāhu 'anhā- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang orang yang hendak berkurban untuk memotong rambut atau kukunya sampai ia berkurban. Jika sudah masuk sepuluh hari awal Żulhijjah dan engkau ingin menyembelih hewan kurban atas nama dirimu atau orang lain dari hartamu, maka janganlah memotong sedikit pun dari bulumu; bulu ketiak, rambut kemaluan, kumis ataupun rambut kepala sampai engkau berkurban. Demikian juga janganlah engkau memotong kuku; kuku kaki atau kuku tangan sampai engkau berkurban. Dalam riwayat Muslim, "Dia tidak boleh merusak sedikit pun rambut (bulu) dan kulitnya." Dia tidak boleh memotong sedikit pun sampai ia berkurban. Hal ini sebagai bentuk penghargaan terhadap hewan sembelihan, dan agar orang-orang yang tidak melakukan ihram memperoleh apa yang didapatkan oleh orang-orang yang ihram berupa penghormatan terhadap perasaan. Sebab, orang yang melaksanakan ibadah haji atau umrah, ia tidak memotong rambutnya sampai binatang sembelihan sampai ke tempatnya. Karena itu, Allah -'Azza wa Jalla- ingin mengikutkan hamba-hamba-Nya yang tidak melaksanakan ibadah haji atau umrah sebagian dari ritual ibadah haji.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8954

 
Hadith   1549   الحديث
الأهمية: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- نَهى عن الحِبْوَةِ يوم الجمعة والإمام يخطب
Tema: Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang duduk memeluk lutut pada hari Jum'at saat imam sedang berkhotbah."

عن معاذ بن أنس الجهني -رضي الله عنه-: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- نَهى عن الحِبْوَةِ يوم الجمعة والإمام يخطب.

Dari Mu'āż bin Anas Al-Juhani -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang duduk memeluk lutut pada hari Jum'at saat imam sedang berkhotbah."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
هذا الحديث منسوخ كما أشار إليه أبو داود، ومعناه أن معاذ بن أنس -رضي الله عنه- يخبر عن نهي النبي -صلى الله عليه وسلم- عن الحِبْوَةِ يوم الجمعة وقت الخطبة.
والحِبْوَةِ: أن يَضم الإنسان فخذيه إلى بطنه وساقيه إلى فخذيه ويربط نفسه بسير أو عمامة أو نحوها، وقد نهى النبي -صلى الله عليه وسلم- عنها والإمام يخطب يوم الجمعة لسببين:
الأول: أنه ربما تكون هذه الحبوة سببًا لجلب النوم إليه فينام عن سماع الخطبة.
والثاني: أنه مظنة لانكشاف العورة؛ لأن الغالب على العرب أن يكون على أحدهم الثوب الواحد، فإذا احتبى بَدَت عورته، ولهذا جاء النهي عنه كما في صحيح مسلم: "وأن يحتبي في ثوب واحد كاشفاً عن فرجه"، فهذا خاص بمن عليه ثوب واحد وعام في كل وقت.
قال النووي -رحمه الله-: "وكان هذا الاحتباء عادة للعرب في مجالسهم، فإن انكشف معه شيء من عورته فهو حرام".
وأما إذا أمن ذلك فإنه لا بأس بها؛ لأن النهي إذا كان لعلة معقولة فزالت العلة فإنه يزول النهي، كما ثبت عنه -صلى الله عليه وسلم- في الصحيحين من حديث عبَّاد بن تميم، عن عمه أنه "رأى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- مستلقيًا في المسجد، واضعًا إحدى رجليه على الأخرى".
Hadis ini mansukh (dihapus hukumnya) sebagaimana diisyaratkan oleh Abu Dawud setelah hadis tersebut, dan maksudnya bahwa Mu'āż bin Anas -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang duduk memeluk lutut pada hari Jum'at saat imam sedang berkhotbah.
Al-Ḥibwah adalah tindakan seseorang mendekapkan kedua pahanya ke perutnya dan kedua betisnya ke kedua pahanya serta mengikat dirinya dengan tali kulit atau sorban atau lainnya.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang hal itu ketika imam sedang berkhotbah pada hari Jum'at karena dua sebab:
Pertama, barangkali tindakan memeluk lutut ini menjadi sebab yang mendatangkan kantuk sehingga ia tertidur dari mendengarkan khutbah.
Kedua, sesungguhnya posisi ini rentan menyibak aurat. Sebab, biasanya orang-orang Arab hanya mengenakan satu lapis kain. Jika ia memeluk lututnya, maka tampaklah auratnya. Karena itulah larangan ini bersifat mutlak. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Sahih Muslim, "Memeluk lututnya dalam satu kain dengan membuka kemaluannya."
An-Nawawi -raḥimahullāh- berkata, "Memeluk lutut adalah tradisi bangsa Arab di majelis-majelis mereka. Jika hal itu menyebabkan terbukanya aurat maka itu haram."
Sedangkan jika merasa aman dari hal tersebut, maka tidak ada masalah. Sebab, jika sebuah larangan itu karena perkara yang rasional lalu sebabnya hilang, maka larangan itu pun hilang. Sebagaimana diriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam dua kitab sahih dari hadis 'Abbād bin Tamīm dari pamannya bahwasanya ia pernah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terlentang di masjid dengan posisi meletakan satu kakinya di atas kaki lainnya."

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis hasan]    ← →    Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8955

 
Hadith   1550   الحديث
الأهمية: اللَّهُمَّ إنِّي أسْأَلُك خَيرها وخير ما فيها وخَير ما أُرسِلت به، وأعوذ بك من شرِّها وشرِّ ما فيها وشرِّ ما أُرسِلت به
Tema: Ya Allah! Sesungguhnya aku meminta kepada-Mu kebaikannya, kebaikan yang terkandung di dalamnya, dan kebaikan tujuan dikirimkannya angin tersebut. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya, keburukan yang terkandung di dalamnya, dan keburukan tujuan dikirimkannya angin tersebut.

عن عائشة -رضي الله عنها-، قالت: كان النبي -صلى الله عليه وسلم- إذا عَصَفَت الرِّيح قال: «اللَّهُمَّ إنِّي أسْأَلُك خَيرها وخير ما فيها وخَير ما أُرسِلت به، وأعوذ بك من شرِّها وشرِّ ما فيها وشرِّ ما أُرسِلت به».

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, "Apabila angin bertiup, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengucapkan, 'Ya Allah! Sesungguhnya aku meminta kepada-Mu kebaikannya, kebaikan yang terkandung di dalamnya, dan kebaikan tujuan dikirimkannya angin tersebut. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya, keburukan yang terkandung di dalamnya, dan keburukan tujuan dikirimkannya angin tersebut'."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
تخبر عائشة -رضي الله عنها- أن من هديه -صلى الله عليه وسلم- عندما تَعْصِف الريِّح، أي عند اشتداد هُبُوِبها، قال: " اللَّهُمَّ إنِّي أسْأَلُك خَيرها وخير ما فيها.." والريح التي خلقها الله -عز وجل- وصرفها تنقسم إلى قسمين:
الأول: ريح عادية لا تخيف، فهذه لا يُسَن لها ذكر معين.
الثاني: ريح عاصفة تخيف؛ لأن عادا عَذَّبهم الله -تعالى- بالرِّيح العَقِيم والعياذ بالله، فإذا عصفت الرِّيح، فقل كما هو هديه -صلى الله عليه سلم-: "اللَّهُمَّ إنِّي أسْأَلُك خَيرها وخير ما فيها وخَير ما أُرسِلت به" أي تسال الله -عزو جل- خير هذه الريح وخير ما تحمله من منافع؛ لأنها تارة ترسل بالخير وتارة ترسل بالشَّر، فتسأل الله خير ما أُرسلت به مما ينشأ عنها.
"وأعوذ بك من شرِّها وشرِّ ما فيها وشرِّ ما أُرسِلت به" أي تستعيذ من شرِّها وشرِّ ما تحمله وشرِّ ما تُرسل به؛ لأنها قد تكون عذابا على قوم فتتعوذ من شرِّها.
فإذا استعاذ الإنسان من شرِّها وشرِّ ما فيها وشرِّ ما أرسلت به كفاه الله شرَّها، وانتفع بخيرها.
Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- mengabarkan bahwa di antara petunjuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ketika angin bertiup, yakni ketika angin bertiup kencang, beliau mengucapkan, "Ya Allah! Sesungguhnya aku meminta kepada-Mu kebaikannya, kebaikan yang terkandung di dalamnya..." Angin yang diciptakan Allah -'Azza wa Jalla- dan yang dihembuskannya terbagi menjadi dua bagian: Pertama: angin biasa yang tidak menakutkan. Angin seperti ini tidak disunatkan baginya zikir tertentu. Kedua: angin yang berhembus kencang. Angin ini menakutkan. Sebab, kaum 'Ad diazab oleh Allah -Ta'ālā- dengan angin kering dan kita berlindung kepada Allah darinya. Ketika angin tersebut bertiup, maka ucapkanlah sebagaimana petunjuk Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Ya Allah! Sesungguhnya aku meminta kepada-Mu kebaikannya, kebaikan yang terkandung di dalamnya, dan kebaikan tujuan dikirimkannya angin tersebut." Artinya kamu berdoa kepada Allah -'Azza wa Jalla- kebaikan yang ada dalam angint tersebut dan berbagai manfaat yang dibawahnya; karena angin kadang kala dikirim dengan kebaikan, dan kadang kala dikirim dengan keburukan. Maka engkau meminta kepada Allah kebaikan yang dikirim bersamanya atau timbul darinya. "Aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya, keburukan yang terkandung di dalamnya, dan keburukan tujuan dikirimkannya angin tersebut." Yakni, engkau memohon perlindungan dari keburukannya, keburukan yang dibawanya, dan keburukan tujuan dikirimkannya angin tersebut. Sebab, terkadang angin ini menjadi azab bagi satu kaum. Dengan demikian, engkau memohon perlindungan dari kejelekannya. Jika seseorang memohon perlindungan dari keburukannya, keburukan yang terkandung di dalamnya, dan keburukan tujuan dikirimkannya angin tersebut, maka Allah akan mencegah keburukannya dan memberi manfaat dengan kebaikannya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8956

 
Hadith   1551   الحديث
الأهمية: الرِّيحُ من رَوْحِ الله، تأتي بالرَّحمة، وتأتي بالعَذَاب، فإذا رَأَيْتُمُوهَا فَلاَ تَسُبُّوهَا، وسَلُوا الله خَيرها، واسْتَعِيذُوا بالله من شرِّها
Tema: Angin itu adalah bagian dari rahmat Allah. Ia bisa datang membawa rahmat dan bisa datang membawa azab. Jika kalian melihat angin, janganlah kalian memakinya! Mintalah kepada Allah kebaikannya dan mintalah perlindungan kepada Allah dari kejelekannya!

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: « الرِّيحُ من رَوْحِ الله، تأتي بالرَّحمة، وتأتي بالعَذَاب، فإذا رَأَيْتُمُوهَا فَلاَ تَسُبُّوهَا، وسَلُوا الله خَيرها، واسْتَعِيذُوا بالله من شرِّها».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Angin itu adalah bagian dari rahmat Allah. Ia bisa datang membawa rahmat dan bisa datang membawa azab. Jika kalian melihat angin, janganlah kalian memakinya! Mintalah kepada Allah kebaikannya dan mintalah perlindungan kepada Allah dari kejelekannya! "

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
الرِّيحُ من رحمة الله -تعالى- بعباده، تأتي بالرَّحمة وتأتي بالعَذَاب، فهو -تعالى- يرسل الرَّياح رحمة بعباده، فيحصل بسببها الخير والبركة للناس، كما في قوله -تعالى-: (وأرسلنا الرياح لواقح) وقوله -تعالى-: (الله الذي يرسل الرياح فتثير سحابًا فيبسطه في السماء كيف يشاء ويجعله كسفا فترى الودق يخرج من خلاله) وقوله -تعالى-: (وهو الذي يرسل الرياح بشرًا بين يدي رحمته حتى إذا أقلت سحابًا ثقالًا سقناه لبلد ميت فأنزلنا به الماء). الآية.
وتأتي بالعَذَاب، كما في قوله -تعالى-: (فأرسلنا عليهم ريحًا صرصرًا في أيام نحسات لنذيقهم عذاب الخزي في الحياة الدنيا) وقوله -تعالى-: (إنا أرسلنا عليهم ريحًا صرصرًا في يوم نحس مستمر تنزع الناس كأنهم أعجاز نخل منقعر) وقوله -تعالى-: (قالوا هذا عارض ممطرنا بل هو ما استعجلتم به ريح فيها عذاب أليم).
قال -صلى الله عليه وسلم-: "فإذا رَأَيْتُمُوهَا فَلاَ تَسُبُّوهَا " فلا يجوز للمسلم أن يُسبَّ الريح؛ لأنها مخلوقة من مخلوقات الله مأمورة بأمره ولا تأثير لها في شيء، لا بنفع ولا بِضُرٍّ إلا بأمر الله -عز وجل-، فيكون شتمها شتمًا لخالقها ومُدبّرها، وهو الله -سبحانه-.    
وقال: "وسَلُوا الله خَيرها، واسْتَعِيذُوا بالله من شرِّها" بعد أن نهى النبي -صلى الله عليه وسلم- عن سَبِّ الرِّيح أرشد أُمَّته عند هبوبها أن يسألوا الله -تعالى- من خَيرها ويستعيذوا من شرِّها
والمعنى: أن يسألوا الله -تعالى- أن يُحقق لهم ما تحمله من خَير، ويَصْرِف عنهم من تحمله من شرٍّ.
Makna hadis: Angin itu adalah bagian dari rahmat Allah terhadap hamba-Nya. Ia bisa datang membawa rahmat dan bisa datang membawa azab. Allah -Ta'ālā- mengirimkan angin sebagai rahmat bagi hamba-hamba-Nya sehingga dengan sebab itu tercapailah kebaikan dan keberkahan bagi manusia. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah -Ta'ālā-, "Dan Kami telah meniupkan angin untuk pembuahan." Dan firman-Nya, "Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya." Juga firman-Nya, "Dia-lah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami giring ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu." "Dan bisa datang membawa azab." Sebagaimana dalam firman Allah -Ta'ālā-, "Maka, Kami tiupkan angin yang sangat bergemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang nahas, karena Kami ingin agar mereka itu merasakan siksaan yang menghinakan dalam kehidupan di dunia." Dan firman Allah -Ta'ālā-, "Sesungguhnya Kami telah menghembuskan angin yang sangat kencang kepada mereka pada hari nahas yang terus-menerus, yang membuat manusia bergelimpangan. Mereka bagaikan pohon-pohon kurma yang tumbang dengan akar-akarnya." Serta firman Allah -Ta'ālā-, "Mereka berkata, "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita." (Bukan!) Tetapi itulah azab yang kamu minta agar disegerakan datangnya, (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih." Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- selanjutnya mengatakan, "Jika kalian melihat angin, janganlah kalian memakinya!" Jadi, seorang Muslim tidak boleh mencela angin. Sebab, angin adalah salah satu makhluk Allah yang bertugas sesuai perintah-Nya dan tidak ada pengaruhnya pada sesuatu. Ia tidak mendatangkan manfaat dan tidak mendatangkan bahaya kecuali atas perintah Allah -'Azza wa Jalla-. Dengan demikian, mencela angin artinya mencela Pencipta dan Pengaturnya, yaitu Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-. "Mintalah kepada Allah kebaikannya dan mintalah perlindungan kepada Allah dari kejelekannya." Setelah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang mencela angin, beliau memberikan petunjuk kepada umatnya ketika angin berhembus agar mereka memohon kepada Allah kebaikannya dan meminta perlindungan dari kejelekannya. Artinya, hendaknya mereka memohon kepada Allah agar mewujudkan kebaikan yang dibawa angin untuk mereka dan memalingkan mereka dari kejelekan yang dibawa angin.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8957

 
Hadith   1552   الحديث
الأهمية: إيَّاكُمْ وكَثْرَةَ الحَلِفِ في البيع، فإنه يُنَفِّقُ ثم يَمْحَقُ
Tema: Janganlah kalian banyak bersumpah dalam jual-beli, karena sumpah itu melariskan (dagangan) lalu menghapus (keberkahan).

عن أبي قتادة -رضي الله عنه-: أنه سمع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: «إيَّاكُمْ وكَثْرَةَ الحَلِفِ في البيع، فإنه يُنَفِّقُ ثم يَمْحَقُ».

Abu Qatādah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian banyak bersumpah dalam jual-beli, karena sumpah itu melariskan (dagangan) lalu menghapus (keberkahan)."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث: احذروا كثرة الحلف في البيع والشراء ولو صدقًا؛ لأن كثرة الحلف مظنة الوقوع في الكذب، فمثلًا لا ينبغي للإنسان أن يقول: والله لقد اشتريتها بمائة. ولو كان صادقًا، ولو قال: والله لقد اشتريتها بمائة. ولم يشترها إلا بثمانين صار أشد؛ لأنه يكون بذلك كاذبًا حالفًا في البيع، وقد نهى النبي -صلى الله عليه وسلم- عن ذلك، وأخبر بأن الأيمان في البيع سبب في إنفاق السلع، ثم إن الله -تعالى- يمحق بركتها؛ لأن هذا الكَسب مَبْنِي على معصية رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، ومعصية رسول الله -عليه الصلاة والسلام- معصية لله -تعالى-.
Makna hadis ini: Jauhilah banyak bersumpah dalam jual beli walaupun benar, karena banyak bersumpah berpotensi jatuh dalam dusta. Misalnya, tidak patut bagi seseorang untuk mengatakan, "Demi Allah! Aku telah membelinya seharga seratus", walaupun hal itu benar. Kalaupun dia mengatakan, "Demi Allah! Aku telah membelinya seharga seratus", padahal dia membelinya hanya seharga delapan puluh, maka hal itu lebih berat; karena dia telah bersumpah dengan kedustaan dalam jual beli, dan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah melarang hal itu. Beliau juga mengabarkan bahwa sumpah dalam jual beli menjadi sebab melariskan barang dagangan, namun kemudian Allah -Ta'ālā- menghilangkan keberkahannya, karena penghasilan tersebut dibangun di atas maksiat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, sementara maksiat kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah maksiat kepada Allah -Ta'ālā-.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8958

 
Hadith   1553   الحديث
الأهمية: لا تحلفوا بِالطَّوَاغِي، ولا بآبَائِكُم
Tema: Jangan bersumpah dengan berhala ataupun leluhur kalian!.

عن عبد الرحمن بن سمرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لا تحلفوا بِالطَّوَاغِي، ولا بآبَائِكُم».

Dari Abdurrahman bin Samurah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Jangan bersumpah dengan berhala ataupun leluhur kalian!"

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
في هذا الحديث ينهى النبي -صلى الله عليه وسلم- في هذا الحديث عن الحَلف بِالطَّوَاغِي، والطَّواغِي: هي الأصنام التي كانت تُعبد في الجاهلية، وسميت بذلك؛ لأنها سبب طغيانهم وكفرهم وكل ما جاوز الحدَّ في تعظيم أو غيره ، فقد طغى فالطغيان المجاوزة للحدِّ ومنه قوله -تعالى-: (لما طغا الماء حملناكم في الجارية) أي جاوز الحدَّ، وكانت العرب في جاهليتهم يحلفون بآلهتهم وبآبائهم فنهوا عن ذلك، كما في حديث الباب، وفي سنن أبي داود وغيره عن أبي هريرة -رضي الله    عنه- مرفوعا: (لا تحلفوا بآبائكم وأمهاتكم ولا بالأنداد) والنِّد: المثل والمراد به هنا: أصنامهم وأوثانهم التي جعلوها لله تعالى أمثالا لعبادتهم إياها وحلفهم بها نحو قولهم: "واللات والعزى"، وفي الصحيحين من حديث عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما- عن النبي -صلى الله عليه وسلم-: (ألا إن الله ينهاكم أن تحلفوا بآبائكم، من كان حالفا فليَحْلِف بالله أو ليَصْمُت).
قوله: "ولا بآبَائِكُم" يعني ولا بإخوانكم ولا بأجدادكم ولا برؤسائكم، لكن خص الآباء بالذكر؛ لأن هذا هو المعتاد عندهم : "من كان حالفا، فليَحْلِف بالله أو ليَصْمُت" والمعنى: إما ليحلف بالله أو لا يحلف، أما أن يحلف بغير الله فلا .
قال العلماء -رحمهم الله-: الحكمة في النهي عن الحلف بغير الله تعالى أن الحلف يقتضي تعظيم المحلوف به وحقيقة العظمة مختصة بالله تعالى فلا يضاهي به غيره.
Dalam hadis ini Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang untuk bersumpah dengan aṭ-Ṭawāgī. Aṭ-Ṭawāgī adalah berhala yang disembah di masa jahiliah. Dinamakan demikian karena ia sebab kezaliman dan kekufuran. Segala yang melampaui batas dalam pentakziman atau selainnya berarti dia telah melakukan kezaliman. Aṭ-Ṭugyān adalah melampaui batas. Contohnya dalam hal ini adalah firman -Ta'ālā-, "Sesungguhnya ketika air naik (melampaui gunung) kami membawa nenek moyang kamu ke dalam kapal." Maksudnya melampaui batas. Dahulu orang Arab jahiliah bersumpah dengan berhala-berhala dan leluhur mereka, kemudian dilarang melakukannya sebagaimana hadis di atas. Dalam Sunan Abu Dawud dan selainnya dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian bersumpah dengan kakek dan nenek moyang kalian dan jangan pula dengan andād (berhala-berhala)!" Nid (andād) disini adalah patung-patung dan arca yang mereka jadikan sosok tuhan untuk diibadahi dan bersumpah dengannya, seperti ungkapan mereka, "Demi lāta dan demi Uzza!" Dalam aṣ-ṣaḥīḥain dari hadis Abdullah Ibn Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Sesungguhnya Allah melarang kalian bersumpah dengan leluhur kalian. Siapa yang bersumpah hendaknya bersumpah dengan nama Allah atau diam!" Sabda beliau, 'tidak pula dengan leluhur' yakni tidak bersumpah dengan saudara, moyang dan tetua. Dikhususkan penyebutan leluhur karena itu yang biasa digunakan. "Siapa yang mesti bersumpah hendaknya bersumpah dengan nama Allah atau diam!" Maknanya: pilihannya hanya bersumpah dengan nama Allah atau tidak sama sekali. Ada pun bersumpah dengan selain Allah, tentu tidak boleh. Para ulama -raḥimahumullāhu- berkata, "Hikmah dari larangan bersumpah dengan selain Allah -Ta'ālā- bahwa sumpah mengandung pengagungan terhadap objek yang dijadikan sumpah, sedang hakikat keagungan khusus bagi Allah, Ia tidak boleh disetarakan dengan yang lain.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8959

 
Hadith   1554   الحديث
الأهمية: لا تَسُبُّوا الدِّيْك فإنه يُوْقِظ للصلاة
Tema: Janganlah kalian mencela ayam jantan. Sesungguhnya dia membangunkan untuk salat.

عن زيد بن خالد الجُهني -رضي الله عنه- مرفوعاً: «لا تَسُبُّوا الدِّيْك فإنه يُوْقِظ للصلاة».

Dari Zaid bin Khālid Al-Juhani -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian mencela ayam jantan. Sesungguhnya dia membangunkan untuk salat."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر زيد بن خالد الجُهني -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- نهى عن سَبِّ الدِّيْك وعلل لذلك؛ بأنه يُوقظ النائم بصياحه لأجل الصلاة، وفي رواية عند أحمد والنسائي : " يؤذن للصلاة "؛ ولهذا نهى -صلى الله عليه وسلم- عن سَبِّه؛ لأن في إيقاظهم مصلحة ظاهرة، وهي إعانتهم على طاعة ومن أعان على طاعة، فإنه يستحق المَدْح لا الذَّم.
ومن أعظم ما في الديك من العجائب معرفة الأوقات الليلية، والصياح عندها، ويوالي صياحه قبل الفجر وبعده، فسبحان من هداه لذلك.
Zaid bin Khalid Al-Juhani -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang untuk mencerca ayam jantan, dan beliau menjelaskan sebabnya, bahwa ayam jantan itu membangunkan orang yang sedang tidur dengan suaranya untuk salat. Dalam riwayat Ahmad dan An-Nasā`i disebutkan, "Memberitahukan untuk salat." Karena itulah Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang untuk mencelanya karena dengan membangunkan mereka terdapat kemaslahatan yang jelas, yaitu memotivasi orang-orang untuk taat. Orang yang mendorong pada ketaatan, maka ia pantas mendapatkan pujian, bukan celaan. Keajaiban paling besar pada ayam jantan ialah kemampuannya mengetahui waktu-waktu malam dan berkokok pada waktu-waktu tersebut dan ia menyambung kokoknya sebelum fajar hingga sesudahnya. Mahasuci Allah yang telah memberikan petunjuk kepada ayam jantan untuk melakukan hal itu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8960

 
Hadith   1555   الحديث
الأهمية: لا تَسُبِّي الحُمَّى فإنها تُذهب خَطَايَا بَنِي آدم كما يذهب الكِيْرُ خَبَثَ الحديد
Tema: Janganlah engkau memaki demam, karena demam itu menghapus dosa-dosa bani Adam seperti bakaran pandai besi menghilangkan kotoran besi.

عن جابر -رضي الله عنه-: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- دخل على أُمِّ السَّائِب، أو أُمِّ المُسَيَّب -رضي الله عنها- فقال: «ما لك يا أمَّ السَّائِب -أو يا أمَّ المُسَيَّب- تُزَفْزِفِينَ؟» قالت: الحُمَّى لا بارك الله فيها! فقال: «لا تَسُبِّي الحُمَّى فإنها تُذهب خَطَايَا بَنِي آدم كما يذهب الكِيْرُ خَبَثَ الحديد».

Dari Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk menemui Ummu As-Sā`ib atau Ummu Al-Musayyab -raḍiyallāhu 'anhā-, lalu bersabda, "Ada apa denganmu, wahai Ummu As-Sā`ib - atau Ummu Al-Musayyab- gemetar (seperti itu)?" Ia menjawab, "Demam, semoga Allah tidak memberkahinya." Lantas beliau bersabda, "Janganlah engkau memaki demam, karena demam itu menghapus dosa-dosa bani Adam seperti tempaan api pada besi yang menghilangkan karat besi."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
يخبر جابر -رضي الله عنه- في هذا الحديث : أن النبي -صلى الله عليه وسلم- دخل على أم السائب -رضي الله عنها- وهي تَرْتَعِد، فسألها عن سبب ذلك، فقالت: "الحُمَّى" أي أن سبب ذلك ما أصابها من الحُمَّى. والحُمَّى: سخونة تصيب البدن، وهي نوع من الأمراض وهي أنواع متعددة.
قولها: "لا بارك الله فيها" دعاء على ما ابتليت به من مرض الحُمَّى.
فنهاها النبي -صلى الله عليه وسلم- عن سَبِّ الحُمى؛ لأنها من أفعال الله -تعالى- وكل شيء من أفعال الله فإنه لا يجوز للإنسان أن يَسُبَّه؛ لأن سبَّه سبٌّ لخالقه -جل وعلا- ولهذا قال النبي -صلى الله عليه وسلم-: "لا تسبوا الدهر فإن الله هو الدهر" وعلى المرء إذا أصيب أن يصبر، ويحتسب الأجر على الله -عز وجل-.
وقال: "فإنها تُذهب خَطَايَا بَنِي آدم كما يذهب الكِيْرُ خَبَثَ الحديد" والمعنى أن مرض الحُمَّى سبب في تكفير السيئات ورفع الدرجات، كما أن الحديد إذا صَهر على النار ذهب وسخه ورديئه وبقي صافيًا، كذلك تفعل الحُمَّى، فإنها تذهب صغائر    ذنوب بني آدم، حتى يعود نقيًا صافيًا منها.
Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan dalam hadis ini bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- masuk menemui Ummu As-Sā`ib yang sedang gemetar, lantas beliau bertanya kepadanya mengenai sebabnya. Ia menjawab, "Demam." Yakni, penyebab ia menggigil adalah demam yang menimpanya. Demam adalah panas yang menyerang tubuh dan ini satu jenis penyakit. Penyakit ini memiliki beragam jenis. Perkataannya, "semoga Allah tidak memberkahinya." Ini adalah keluhan orang yang terkena sakit demam. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarangnya mencela demam, karena demam itu termasuk perbuatan Allah -Ta'ālā-. Segala sesuatu yang berasal dari perbuatan Allah -Ta'ālā- tidak boleh dimaki. Sebab, mencela sesuatu berarti mencela penciptanya, Allah '-Azza wa Jalla-. Untuk itu, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian mencela masa, karena Allah adalah masa." Jika seseorang terkena penyakit, hendaknya ia sabar dan mengharap pahala dari Allah 'Azza wa Jalla. Sabda beliau, "karena demam itu menghapus dosa-dosa bani Adam seperti bakaran pandai besi menghilangkan karat besi." Artinya, penyakit demam menjadi sebab dihapusnya berbagai dosa dan diangkatnya beberapa derajat. Hal ini seperti besi jika dilebur di atas api, maka kotoran dan noda karatnya hilang, lalu menjadi bersih. Demikian juga yang dilakukan terhadap demam, sesungguhnya demam dapat menghapus berbagai dosa kecil bani Adam sehingga ia kembali menjadi bersih dan bening dari dosa itu.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Muslim]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8961

 
Hadith   1556   الحديث
الأهمية: لا تقولوا للمُنَافق سَيِّدٌ، فإنه إن يَكُ سَيِّدًا فقد أسْخَطْتُمْ ربكم -عز وجل-
Tema: Janganlah kalian mengatakan tuan kepada orang munafik, karena jika benar dia seorang tuan (tokoh) maka kalian telah membuat murka Tuhan kalian -'Azza wa Jalla-.

عن بُريدة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لا تقولوا للمُنَافق سَيِّدٌ، فإنه إن يَكُ سَيِّدًا فقد أسْخَطْتُمْ ربكم -عز وجل-».

Buraidah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian mengatakan tuan kepada orang munafik, karena jika benar dia seorang tuan (tokoh) maka kalian telah membuat murka Tuhan kalian -'Azza wa Jalla-."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث أن المنافق إن كان سيدًا كبيرًا في قومه وأطلقتم عليه لقب: سيد، فقد أسخطتم الله؛ لأنه يكون تعظيمًا له، وهو ممن لا يستحق التعظيم، وإن لم يكن سيدًا في    قومه أو كبيرًا في قومه، فإنه يكون كذبًا ونفاقًا، ففي الحالين ينهى عن إطلاق لفظ السيد على المنافق، ومثله الكافر والفاسق والمبتدع، فهو لا يستحق وصف السِّيادة مطلقًا، وهذا النهي عام للصحابة ومن بعدهم، وقد كان المنافقون في عهدهم على قسمين، الأول: منافقون لا يعلمهم إلا النبي -صلى الله عليه وسلم- وصاحب السر وهو حذيفة -رضي الله عنه-، والثاني: منافقون عرف الصحابة نفاقهم، كعبد الله بن أبي، وهذا ينطبق عليه الحديث.
Makna hadis ini ialah bila seorang munafik adalah tokoh dan pembesar di kaumnya dan kalian menyematkan kepadanya gelar "tuan" maka kalian telah membuat Allah murka; karena hal itu merupakan bentuk pengagungan kepadanya sementara dia tidak berhak diagungkan. Kemudian bila dia bukan seorang pemuka atau pembesar di kaumnya, maka hal itu adalah bentuk kedustaan dan kemunafikan. Sehingga di dua keadaan ini dilarang menyematkan gelar tuan kepada seorang munafik. Semisal dengannya ialah orang kafir, fasik, dan ahli bidah. Mereka tidak patut mendapat gelar tuan secara mutlak. Larangan ini berlaku umum bagi sahabat dan orang setelah mereka. Orang-orang munafik di masa sahabat terbagi dua, yaitu: Pertama, orang-orang munafik yang hanya diketahui oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan pemegang rahasia beliau, yaitu Ḥużaifah -raḍiyallāhu 'anhu-. Kedua, orang-orang munafik yang diketahui kemunafikannya oleh para sahabat seperti Abdullah bin Ubay; pada mereka inilah hadis ini berlaku.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8962

 
Hadith   1557   الحديث
الأهمية: لأَنْ يَلَجَّ أحدُكم في يَمِينِه في أهْلِه آثَم له عند الله -تعالى- من أن يُعْطِي كَفَّارَتَهُ التي فرض الله عليه
Tema: Sesungguhnya seseorang di antara kalian yang bersikukuh dalam sumpahnya pada keluarganya lebih berdosa di sisi Allah -Ta'ālā- daripada membayar kafarat yang telah Allah wajibkan kepadanya.

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «لأَنْ يَلَجَّ أحدُكم في يَمِينِه في أهْلِه آثَمُ له عند الله تعالى من أن يُعْطِي كَفَّارَتَهُ التي فرض الله عليه».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya seseorang diantara kalian yang bersikukuh dalam sumpahnya pada keluarganya lebih berdosa di sisi Allah -Ta'ālā- daripada membayar kafarat yang telah Allah wajibkan kepadanya."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث إذا حلف المسلم يمينًا تتعلق بأهله ويتضررون بعدم حنثه ولا يكون في رجوعه عن يمينه معصية لله -عز وجل-، ثم هو يتمادى ويُصرُّ على إمضاء يمينه في أهله أكثر إثماً وأعظم جرماً له من الرجوع والكفارة، لأنه يتعين عليه أن يُكَفِّر عن يمينه التي فرضَها الله عليه ولا يتَمادَى ولا يُصر على يمينه، ما دام أن رجوعه عن يمينه ليس فيه معصية لله -تعالى-، بل إن تماديه وإصراره على يمينه معصية وإثم عظيم؛ لما في ذلك من الإضرار بالأهل، وقد جعل الله له في الأمر سَعَة، وفي الصحيحين: (إذا حلفت على يمين فرأيت غيرها خيراً منها، فأت الذي هو خير، وكفر عن يمينك).
Tema: Makna hadis:
Jika seorang muslim bersumpah dengan sumpah yang berkaitan dengan keluarganya dan mereka terkena bahaya bila tidak dibatalkan, dan menarik sumpah tersebut tidak membuat dia bermaksiat kepada Allah -'Azza wa Jalla-, lalu ia terus-menerus dan bersikukuh untuk melaksanakan sumpahnya pada keluarganya, maka itu "lebih berdosa di sisi Allah -Ta'ālā-," yakni, lebih banyak dosanya dan lebih besar kejahatannya. "daripada membayar kafarat yang telah Allah wajibkan kepadanya."
Maknanya:
Dia diwajibkan untuk membayar kafarat sumpahnya yang telah diwajibkan oleh Allah kepadanya, tidak terus-menerus dan tidak bersikukuh pada sumpahnya, selama menarik sumpahnya tidak mengandung maksiat kepada Allah -Ta'ālā-. Bahkan, terus-menerus dan bersikukuh pada sumpahnya adalah kemaksiatan dan dosa yang besar, karena di dalamnya mengandung tindakan membahayakan keluarganya. Padahal Allah telah menjadikan keluasan dalam hal ini.
Dalam Aṣ-Ṣaḥīḥain disebutkan, "Jika engkau bersumpah atas satu sumpah lalu engkau melihat yang lebih baik dari sumpah itu, maka lakukanlah yang lebih baik dan bayarlah kafarat atas sumpahmu!"

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Muttafaq 'alaih]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8963

 
Hadith   1558   الحديث
الأهمية: من حَلَفَ بالأمَانة فليس مِنَّا
Tema: Siapa bersumpah atas nama amanah, maka ia bukan termasuk golongan kami.

عن بريدة -رضي الله عنه-: أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «من حَلَفَ بالأمَانة فليس مِنَّا».

Dari Buraidah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa bersumpah atas nama amanah, maka ia bukan termasuk golongan kami."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
معنى الحديث التحذير من الحلف بالأمانة؛ لأن الحلف بالأمانة حَلِف بغير الله والحلف بغير الله شرك، كما في الحديث: (من حلف بغير الله فقد كَفَر أو أشرك) والمراد بالشرك هنا: الشرك الأصغر؛ والحلف بغير الله لا يخرج من الملة إلا أن يعتقد الحالف أن المحلوف به بمنزلة الله -تبارك وتعالى- في التعظيم والعبادة وما أشبه هذا فيكون شركًا أكبر.
   والمراد بالأمانة هنا: فرائض الله -تعالى- من الصلاة والصوم والحج وغير ذلك مما افترضه الله على عباده.
فلو قال: بِّحق صلاتي أو بِّحق صيامي أو حجِّي، أو أجْمَل بأن قال: وأمانة الله. فكل ذلك منهي عنه؛ لأن المسلم لا يحلف إلا بالله -تعالى- أو بصفة من صفاته، وليست الأمانة من صفاته، وإنما هي أَمْرٌ من أمْرِه، وفَرْض من فروضه.
Makna hadis: Peringatan tentang sumpah dengan amanah. Sebab bersumpah dengan amanah adalah sumpah dengan selain Allah. Sedangkan sumpah dengan selain Allah adalah syirik. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis, "Siapa bersumpah dengan selain nama Allah maka dia telah kafir atau syirik." Yang dimaksud dengan syirik di sini adalah syirik kecil, karena nas-nas menunjukkan bahwa sekedar bersumpah dengan selain Alah tidak akan mengeluarkannya dari agama, kecuali jika orang yang bersumpah itu menjadikan objek sumpah seperti kedudukan Allah -Tabarāka wa Ta'ālā- dalam pengagungan dan ibadah dan lainnya. Hal ini menjadi syirik terbesar. Yang dimaksud amanah di sini adalah kewajiban-kewajiban dari Allah -Ta'ālā- berupa salat, puasa, haji dan berbagai ibadah lainnya yang telah diwajibkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya." Seandainya seseorang bersumpah dengan mengucapkan, "Demi hak salatku, demi hak puasaku, ibadah hajiku, atau dia mengucapkan secara umum seperti: demi amanah Allah, maka itu adalah sesuatu yang dilarang. Sebab, seorang Muslim itu diperintahkan untuk bersumpah atas nama Allah -Ta'ālā- atau dengan salah satu sifat-Nya. Amanah bukan salah satu sifat Allah. Ia adalah salah satu perintah Allah dan satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban-Nya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8964

 
Hadith   1559   الحديث
الأهمية: من حَلف فقال: إنِّي بَرِيءٌ من الإسلام، فإن كان كاذبا، فهو كما قال، وإن كان صَادقا، فَلَنْ يَرْجِعَ إلى الإسلام سَالِمًا
Tema: Siapa bersumpah dengan mengatakan, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari Islam"; jika ia bohong, maka ia sebagaimana yang ia katakan. Jika ia berkata benar, maka ia tidak akan pernah kembali lagi ke dalam Islam dengan selamat."

عن بريدة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «من حَلف فقال: إنِّي بَرِيءٌ من الإسلام، فإن كان كاذبا، فهو كما قال، وإن كان صَادقا، فَلَنْ يَرْجِعَ إلى الإسلام سَالِمًا».

Dari Buraidah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Siapa bersumpah dengan mengatakan, 'Sesungguhnya aku berlepas diri dari Islam'; jika ia bohong, maka ia sebagaimana yang ia katakan. Jika ia berkata benar, maka ia tidak akan pernah kembali lagi ke dalam Islam dengan selamat."

 
Penjelasan Hadits بيان الحديث
 
من حلف فقال: هو بَرِيءٌ من الإسلام، أو قال: هو يهودي أو نصراني أو كافر أو ملحد، فأمره لا يخلو من حالين:
الحال الأولى: أن يكون كاذبًا فيما حلف عليه، كأن يحلف مثلا: هو بريء من الإسلام إن كان الأمر كذا وكذا، وهو كاذب فيما يخبر به، كما لو أخبر بأن زيدا قدم اليوم من السَّفر وحلف على البراء من الإسلام أو هو يهودي أو نصراني أو مشرك، وهو يعلم كَذب نفسه، فهو كما قال أي من البراءة من الإسلام أو يهودي أو نصراني.
الحال الثانية: أن يكون صادقا فيما قال، كما لو حلف على البراءة من الإسلام أو هو يهودي أو نصراني أن زيدًا قَدِم اليوم من سفره أو أنه لم يفعل هذا الشيء، وهو صادق فيما حلف عليه، فإنه في هذه الحال لنْ يَرْجِعَ إلى الإسلام سَالِمًا، كما قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-، بل ينقص كمال إسلامه بما صَدَر منه من هذا اللفظ لشناعته وقبحه.
Siapa bersumpah dengan mengatakan, "Dia berlepas diri dari Islam," atau mengatakan, "Dirinya orang Yahudi, Nasrani, kafir atau ateis," maka keadaannya tidak akan terlepas dari dua kemungkinan; Keadaan pertama, bohong terhadap apa yang disumpahkannya, seperti bersumpah contohnya, "Dia berlepas diri dari Islam jika urusannya begini dan begitu," padahal ia sedang berbohong dari apa yang dikabarkannya. Sebagaimana jika ia memberitahu bahwa hari ini Zaid akan datang dari perjalanan dan ia bersumpah berlepas diri dari Islam atau dia orang Yahudi atau Nasrani atau musyrik jika bohong, dan dia sendiri mengetahui dustanya, maka ia sebagaimana yang ia katakan. Yakni, berlepas diri dari Islam, Yahudi atau Nasrani. Keadaan kedua, dia jujur dengan apa yang dikatakannya. Sebagaimana jika ia bersumpah berlepas diri dari Islam, dia orang Yahudi, Nasrani, Zaid hari ini datang dari perjalanannya, atau dia tidak melakukan hal ini dan ia benar dalam sumpahnya, maka dalam kondisi seperti ini, ia tidak akan pernah kembali lagi ke dalam Islam dengan selamat. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Bahkan kesempurnaan Islamnya berkurang karena buruk dan jeleknya ucapan yang terlontar darinya.

 

Grade And Record التعديل والتخريج
 

[Hadis sahih]    ← →    Diriwayatkan oleh Nasā`i - Diriwayatkan oleh Abu Daud - Diriwayatkan oleh Ahmad]
 
Referensi: Ensiklopedia Hadits @ 8965



© EsinIslam.Com Designed & produced by The Awqaf London. Please pray for us